yn-anak 'Ali clan cucu Nabi Muhammad, yang dari
garisnyalah darah Nabi mengalir-dan juga banyak keluarganya, telah
mengageckan banyak Umac Beriman dan menimbulkan kesan bahwa
Yazid tidak saleh. Kaum Shi'ah Kufa yang mengundang Husayn untuk
memberontak, kini dipenuhi penyesalan, karena gaga( mendukung dia
dan ketika iru juga cidak dapac berbuac banyak. Secelah Husayn wafat,
'Ubayd Allah mengusir pimpinan Shi'ah Mukhtar, yang sedang menuju Makkah untuk mejajaki kemungkinan bergabung dengan kekuacan
'Abd Allah lbn Zubayr dalam perlawanannya terhadap kepemimpinan
Yazid. Akan cecapi Ibn al-Zubayr yang ariscokrac dan keras cidak pemah
bersedia untuk bergabung dengan siapa pun yang mungkin akan menjadi rivalnya dalam klaimnya sendiri, telah menolak maksud Mukhtar,
dan Mukhtar mundur kembali ke rumahnya, Taif, untuk beberapa saat.
Usaha Yazid untuk mendapackan dukungan di Hijaz cidak berhasil
sama sekali. Dia mengundang delegasi orang terkenal Madinah untuk
datang ke Damaskus mencoba membujuknya, akan tetapi kebanyakan dari mereka masih menyimpan perasaan dendam akibat kebijakan
Mu'awiya. Tambahan lagi, laporan mereka mengenai gaya hidup Yazid
yang kurang askecik di pemerincahan menyebabkan kemarahan, bukan
simpati, di antara orang-orang Madinah, yang merasa kaget bahwa seseorang yang cidak punya kesalehan dapac mengklaim diri memimpin
Umat Beriman. Orang-orang Madinah enggan dengan Bani Umayya
karena alasan lain; setelah Perang Sipil Penama, Mu'awiyya telah
mengambil alih kekayaan di kota dari orang-orang Madinah, yang secara umum mendukung 'Ali, mereduksi banyak orang-orang Madinah
hampir semuanya menjadi berstatus pelayan acau masyarakat kelas bawah. Oleh karenanya, pada tahun 63/682-683 orang-orang Madinah
menolak klaim kepemimpinan Y azid dan mengusir Gubemur Yazid,
yang telah menuduh orang-orang Madinah melakukan incervensi ketika
Umayah melakukan pengumpulan kekayaan dari wilayah tersebut.
PUISI 'ALI IBN HUSA YN IBN 'ALI IBN ABI TALIB
Dikatakan sebagai anggota />ertama keltutrga Husayn yang rerbunuh
di Karbala. Ayat ini umipaknya diucapkan/dideklarasikan olehnya
ketika dia maju perang melawan tentara Umayya, beberapa unit yang
dipimpin oleh Shalxuh Ibn Rib'l al-Riyahi clan Shamir Ibn Dhi l-]awshan (hemistich 3/separuli clari baris puisi yang biasanya dipisahkan
dari yang lain). Baris terakhir adalah satu ref erensi kepada gubernur
Umayya, 'Ubayd Allah lbn Ziyad, yang bapaknya diakui oleh khalifah
Mu'awiyya sebagai saudara dari salah satu pihak orangtuanya. Puisi
ini meringkas beberapa pandangan utama yang akan dikembangkan
oleh Shi' ah, yang terkenal adaiah legitimasi keluarga 'Ali berakar pada
kedekatan kepada nabi clan pandangan bahwa orang yang bertakwa/saleh haruslah melakukan perang cerhadap tirani, sekalipun berhadapan
dengan kemungkinan yang hampa. Otentik atau tidak, puisi ini menunjukkan bahwa pandangan ini bereclar pada masa pengarang yang
relatif awal, Abu Mikhnaf ( wafat 157 /773-77 4).
Saya 'Ali anak Husayn anak 'Ali;
Kami dan keluarga yang punya rumah T uhan lebih dekat dengan nabi
Daripada Sahabac dan Shamir yang jahat.
Saya menyerangmu dengan pedang sampai pedang ini pacah,
Serangan pemuda keluarga Hasyim, yaitu keluarga 'Ali,
Dan sekarang saya tidak akan berhenti mempertahankan ayah
saya.
Demi Tuhan, anak seorang penjahat seharusnya tidak memerintah kira.
[Abu Mikhnaf, Maqtal al-Husayn Ibn 'Ali, ed. Kamil Sulayman
al-Juburi (tanpa tanggal: Dar al-mahajja al-bayda', 2000), 139)
Di Makkah, Ibn Zubayr juga menolak Yazid dalam pidatonya yang
sangat menyakitkan di mana dia merujuk pada kecintaannya yang
sangat kepada binatang yang aneh, clan hidup tidak bermoral: "Yazid ::;
seorang pemabuk, Yazid suka melacur, Yazid singa hitam, Yazid monyetYazid anjing, Yazid pemabuk minuman keras, Yazid padang pasir yang
mandul". lbn Zubayr kemudian mengalahkan tentara (dipimpin oleh
'Amr kakaknya sendiri, yang tertangkap dan terbunuh secara kejam
dan terencana) yang dikirim Yazid untuk menahan dia. Dengan Hijaz
dalam kondisi pemberontakan terbuka seperti sekarang ini, Y azid mengorganisasi tentara Syria yang besar dan diberangkatkan ke kota-kota
suci. Yang terkenal dalam pasukan ini adalah kepala suku Kalb dan
dari suku Kristiani Taghlib yang besar, yang beberapa di antaranya dilaporkan melakukan protes dengan membawa salib clan umbul-umbul
patron mereka, santo Sergius. Orang-orang Madinah mengusir semua
anggota keluarga Umayya dan pendukungnya dari Madinah--dikatakan
kekuatannya sekirar seribu orang. Tentara Yazid kemudian melakukan
operasi militer menuju selatan ke Hijaz dan mengambil posisi di wilayah
berbatuan vulkanik (harra), keras, dan hitam di sebelah timur Madinah.
Setelah beberapa hari, dengan melakukan pemberontakan yang gaga!
agar Yazid diakui, terjadilah peperangan. Orang-orang Madinah (anak
turun kaum Anshar dan beberapa orang Quraysh yang non-Bani Umayya yang telah lama hidup di Madinah) tampaknya berada pada ambang
batas kemenangan, tetapi orang-orang Syria membalikkan keadaan.
Banyak orang Madinah terbunuh, termasuk banyak orang Quraysh, dan
orang Madinah yang selama tiga hari terpaksa berada dalam penjarahan (tempat yang dijarah dalam suasana perang). Yang dikenal dengan
"Perang Harra" (berakhir pada rahun 63/Agustus 683) bahkan berakibat terjadinya perbudakan orang Madinah. Kemudian orang Madinah
yang kalah dipaksa untuk bersumpah setia pada Y azid sebagai amir al-
. . . mu mmm.
Tentara Yazid meneruskan operasinya menuju selatan ke arah Makkah untuk menundukkan 'Abd Allah Ibn Zubayr, yang sejak awal
dipandang sebagai rival yang paling serius. Makkah dikepung selama
beberapa minggu ( awal tahun 64/September 683); selama dalam pengepungan terdapat pertentangan yang tidak berujung, salah satunya
adalah Ka'bah (yang digantung di atasnya) dibakar. Akan tetapi di cengah-cengah pengepungan, dacang berica bahwa Yazid, canpa di dugaduga, wafat di Syria (Rabi' I tahun 64/November 683). Mengetahui hat
icu, komandan pasukan Syria, yang memang tidak pemah benar-benar
ingin menyerang Makkah atau lbn al-Zubayr, membubarkan kepungan
dan mulai melakukan negosiasi dengan al-Zubayr, yang diundangnya
untuk melakukan operasi bersama kembali menuju Syria untuk menerima posisi amir al-mu'minin. Tetapi lbn Zubayr menolak meninggalkan
Makkah. Pasukan Syra i mundur dan menuju ke ucara ke Damaskus.
Dengan wafarnya Yazid, keberuncungan Zubayr cerus meningkac,
sementara Bani Umayya mengalami ketidakberuntungan yang serius.
lbn al-Zubayr mendeklarasikan dirinya sebagai komandan Umat Beriman pada cahun 64/683. Di Syria, beberapa orang mengakui anak-anak
Mu'awiyya (II) muda sebagai amir al-mu'minin, cecapi di luar Syria clan
bahkan di dalam Syria sendiri, banyak orang mencari kemungkinan
lain; kita melihat bahwa komandan tencara Yazid cenderung mengakui
lbn Zubayr, sebagaimana juga beberapa anggoca keluarga Bani Umayya.
lbn Zubayr, yang sudah diakui sebagai amir al-mu'minin di Makkah clan
Madinah, mengirim seorang gubernur ke Mesir clan, setelah beberapa
periode keraguan di lrak, berencana untuk mengirim gubemur juga, dan
dalam percimbangannya, dia mengirim saudaranya Mus'ab ke sana sebagai gubemur. Pendukung lbn Zubayr kembali mengusir Bani Umayya
clan pendukungnya dari Madinah.
Semencara icu Mu'awiyya II wafac setelah beberapa bulan, meninggalkan Bani Umayya dalam keadaan yang sangat kacau. Kelompokkelompok yang menjadi sekutu dekat Dinasti Umayya itu, dan karena·
nya paling merasakan kehilangan jika pemerintahan amir al-mu'minin
diduduki oleh seseorang yang lain, secara alamiah merekalah yang
paling ingin menemukan seorang kandidat Bani Umayya. Hal ini termasuk, khususnya, kepala suku Kalb yang kuat dari Syria T engah, yang
sudah menjadi sekutu Mua'awiyya I clan Yazid melalui perkawinan;
'Ubayd Allah lbn Ziyad, yang pelayanannya kecika menjadi gubernur
di lrak untuk Mu'awiyya dan Yazid membuatnya ingin melihat kelanjutan pemerintah Umayya di sana; dan Sarjun lbn Mansur, kepala
administrasi untuk Mu'awiyya dan Yazid yang seorang Kristiani. Tetapi
para pendukung Bani Umayya yang mula-mula, yang dipimpin oleh
Dahhak lbn Qays (dari klan Fihr suku Quraysh) dan didukung suku
Qays dari utara Syria, mendukung lbn Zubayr, yang sekarang diakui
oleh seluruh penguasa dengan satu-satunya pengecualian Damascus dan
wilayah sekitarnya. lbn Zubayr secara pas memilih Dahhak gubernurnya
di Damaskus, secara in absentia. Bahkan kepala keluarga Bani Umayya,
Marwan yang telah lanjut usia, berpikir untuk mengakui lbn Zubayr
(menurut beberapa laporan, sebenamya dia telah melakukannya). Akan
tetapi akhimya dia terpengaruh 'Ubayd Allah lbn Ziyad dan Hassan lbn
Malik lbn Bahdal, kepala suku Kalb, untuk mengklaim kepemimpinan
pada dirinya. Keluarga Bani Umayya bertemu di Jabiya, di satu area
aman di Jawlan sebelah selatan Damaskus, tempat Marwan diakui mereka sebagai amir al-mu'minin; dan setelah mengumpulkan pendukungnya
yang loyal (khususnya para pemimpin Kalb dan pemimpin suku Judham
dari Palestina), Marwan menghadapi Dahhak dan mereka yang mendukung Zubayr di Marj Rahit, utara Damascus. Dalam pertempuran itu,
Dahhak terbunuh dan para pendukungnya, khususnya yang dari suku
Qays, pulang kembali dengan kehilangan pasukan yang besar (Muharram tahun 65/ Agustus 684). Peperangan ini memperkuat ikatan antara
Banu Umayya dan suku Kalb dan menstabilkan posisi Marwan di Syria,
akan tecapi menanam kebencian yang dalam antara Kalb dan sekucunya di satu sisi dan Qays di sisi yang lain, yang terus berlanjut menjadi
semakin parah sampai lebih dari seabad, dan selalu menjadi sumber
masalah dalam usaha Umayya untuk membangun tentara Syria yang
satu. Marwan segera bergerak mengkonsolidasikan kekuatannya di Syria
dan Palestina (bukan melawan klaim pemimpin klan Bani Umayya yang
menjadi rivalnya) dan kemudian mengambil alih Mesir dari gubemurnya
lbn al-Zubayr pada pertengahan tahun 65/awal 685. Ketika dia wafat
beberapa bulan kemudian, Marwan mengalihkannya kepada anaknya
dan penggantinya, 'Abd al-Malik yang pemberani, satu fondasi yang aman untuk mengembalikan kekuaran Bani Umayya.
Sementara itu di lrak, pemerintahan Ibn al-Zubayr digoyahkan oleh
berkembangnya kaum Shi'ah di Kufa. Mukhtar lbn Abi 'Ubayd, yang
telah diusir dari Kufa oleh gubernurnya Yazid, 'Ubayd Allah lbn Ziyad
setelah Perang Karbala, kembali pada bulan Ramadan 64/Mei 684 setelah lebih dari tiga tahun di Makkah dan Ta'if. Selama waktu itu, dia
mencoba berulang-ulang menarik minat 'Abd Allah lbn Zubayr dalam
aliansi anti Umayya, akan tetapi kebanggaan lbn Zubayr tidak pernah
dalam hat tersebut. Mukhtar mulai membangun gerakan rakyat di antara kaum Shi'ah di Kufa, mengajak untuk membangun pemerintah
yang adil dan mendukung yang lemah dan tertindas. Dia juga mengajak
orang-orang untuk mengakui Muhammad lbn Hanafiyya, putra 'Ali lbn
Abi talib dari Khalwa, seorang tawanan dari suku Hanifa yang diambil
pada masa ridda, sebagai amir al-mu'minin. Mukhtar menegaskan bahwa
Muhammad lbn al-Hanafiyya adalah kandidat yang benar bukan hanya
karena keturunan 'Ali akan tetapi juga karena dia adalah seorang mahdi
yang kedatangannya akan menghilangkan kejahatan dan (akhimya)
membangun rezim yang adil di muka bumi. (ini pertama kali yang dapat direkam di mana konsep mahdi muncul di antara Umat Beriman.)
Gerakan Mukhtar mendapat dukungan luas di Kufa bukan hanya dikalangan kaum Shi'ah saja tetapi juga di antara kaum mawali Kufa-yang
dahulunya tawanan beserta keturunannya. Hal itu juga menarik kebanyakan orang-orang yang terlibat dalam pertentangan itu, yang enggan
terhadap elite dominan di kota tersebut (tidak peduli apakah mereka
mendukung Umayya atau Ibn Zubayr). Mukhtar juga mencoba menarik
suku-suku terkenal Kufa, yang dukungannya dia pandang sebagai sesuatu yang sangat penting, tetapi selalu ada konflik tersembunyi di antara
minat mereka dengan minat masyarakat, "kaum bawah" dalam ideologi
Mukhtar. Salah satu sumber melaporkan bahwa orang-orang terkenal
megkomplain Mukhtar, "Anda telah menjadikan kaum mawali menjadi
target, kekayaan yang T uhan telah karuniakan kepada kami, demikian
juga seluruh negeri kami; kita telah membebaskan (menaklukkan) me-reka dengan harapan pahala dan ganjaran (dari Tuhan) dalam hal itu,
dan untuk bersyukur; kami tidak berkenan atau tidak suka Anda menjadikan mereka mitra dalam kakayaan kita."
Dengan ketegangan yang semakin tinggi, berita sampai ke Kufa
pada ahir tahun 66/awal musim panas 686, bahwa 'Ubayd Allah lbn
Ziyad, bekas gubemur Umayya yang telah mengerahkan kekuatannya
membunuh Husayn di Karbala,' bergerak dari utara Syria menuju lrak
dengan tentara Syrianya. Hampir dua tahun sebelumnya, sekelompok
orang-orang Kufa mengajak "orang-orang yang berrobat (Tawwabun),
yang menyesali kegagalannya untuk mendukung Husyan di Karbala',
bergerak maju menghadapi 'Ubayd Allah yang sama ketika dia bergerak
dengan tentaranya menuju lrak. Mereka berjumpa dengannya di 'Ayn
Warda di perbatasan antara utara Syria dan Irak, dan telah dihancurkan
(bulan Jumada I tahun 65/ Januari 685), Selanjutnya, 'Ubayd Allah
yang tertangkap mencoba untuk menaklukkan wilayah Jazira. Kini, delapan betas bulan kemudian, dia siap dan memulai gerakannya menuju
lrak. Mukhtar segera mengorganisasi kekuatannya dipimpin oleh seorang yang cemerlang Ibrahim lbn al-Ashtar, clan mengirimnya ke utara
untuk memblokade 'Ubayd Allah lebih dulu.
Gubemumya lbn Zubayr di Kufa, clan suku-suku cerkenal yang mendukungnya, langsung mengambil kesempatan dari lemahnya pasukan
Mukhtar untuk mengorganisasi penyerangan. Akan tetapi Mukhtar bisa
menarik Ibrahim, yang kembali dengan orang-orangnya beberapa hari
secelah kepergiannya. Dalam percempuran selanjucnya (akhir tahun
66/)uli 686), pasukan Mukhtar pergi ke pertempuran clan meneriakkan
slogan "Balas dendam untuk Husayn!" clan "Wahai yang Hebat, bunuhlah!" (yang terakhir ini merupakan referensi untuk seorang pengampun, sang messiah), dan mereka yang terkenal itu yang, di bawah Bani
Umayya, mengambil bagian dalam operasi melawan Husayn, terbunuh.
Ketika kegagalan pemberontakan mereka diketahui oleh orang-orang
cerkenal cersebuc, hampir IO ribu orang dari mereka kabur dari Kufa
untuk minta perlindungan Basra dengan Mus'ab Ibn al-Zubayr, clan pengikut Mukhtar menghabisi kuda-kuda mereka yang melarikan diri.
Mukhtar yang memperoleh sumpah setia dari orang-orang Kufa, menjanjikan balas dendam "orang dalam" (ahl bait, digunakan untuk merujuk keluarga Nabi, di sini bermakna khususnya 'Ali dan kecurunannya),
dan menunjuk para gubemur untuk wilayah-wilayah di bawah Kufa di
sebelah timur, suacu wilayah yang sangat luas yang mencakup Armenia,
Azerbaijan, Mosul, Hulwan, clan sebagian wilayah cengah clan ucara
lrak.
Dengan Kufa yang sudah terkontrol dan lebih aman, Mukhtar kembali mengirim pasukan di bawah Ibrahim lbn al-Ashtar mendekati
centara Bani Umayya. Orang-orang Ibrahim, secelah kemenangannya
yang baru di Kufa, sangat ingin membalas dendam kematian Husayn
dan orang-orang yang bertobat (tawwabun) itu dan memblokade jalan
'Ubayd Allah di utara lrak, dekat Sungai Zab. Kembali keuntungan ada
di cangan mereka; di peperangan Khazir, dekac Mosul, cencara 'Ubayd
Allah dikalahkan (sebagian karena kontingen Qays di dalam pasukan
Bani Umayya masih menderita akibat dari kekalahan mereka di Marj
Rahit dua cahun sebelumnya, melakukan disersi) clan 'Ubayd Allah sendiri dan sejumlah pimpinan pencing Bani Umayya cerbunuh (pada buIan Muharram rahun 67/Agustus 686). Hal ini memungkinkan Mukhtar
untuk mengontrol lrak sebelah utara clan Kufa yang merupakan kekalahan serius bagi rencana 'Abel al-Malik untuk menaklukkan kembali
kekuasaan pemerintahan.
Balas dendam orang-orang mulia Kufa yang diusir muncul tidak
lama kemudian; didorong oleh mereka, Mus'ab lbn al-Zubayr memulai
rencananya uncuk merebut kembali Kufa. Pada pertengahan cahun 67/
awal 687, mereka siap melakukan operasi menuju Kufa. Pasukan Mukhtar kalah pada serangan pertama di Madhar, clan terdorong mundur ke
Harura' clan akhirnya ke Kufa, yang kemudian diblokade. Ketika Mus'ab
dan pendukung Kufanya akhirnya menaklukkan kota pada Ramadan tahun 67/April 687, Mukhtar terbunuh, bersama-sama dengan enam ribu
pendukungnya. Lenyapnya Mukhcar dan gerakannya membuac lrak sekali lagi ada
di bawah kontrol lbn Zubayr, tecapi rezimnya tidak lagi tenang, orangorang Zubayri menghadapi sejumlah pembangkang Khawarij di lrak,
Fars, dan khususnya di Arab Timur, di mana pemberoncak di ancara
suku Hanifa dari wilayah Yamama Arab Timur, yang dipimpin oleh
orang Khawarij Najda lbn 'Amir, memindahkan sejumlah besar ceritori
dari wilayah milik orang-orang Zubayri. Pada tahun 68/Juni 688 cidak
kurang dari empac pimpinan berbeda memimpin karavan haji menuju
Makkah, mewakili mereka yang mengakui lbn Zubayr, 'Abd al-Malik
dari Bani Umayya, pimpinan Khawarij Najda, dan lbn al -Hanifiyya
dari 'Ali.
Semencara icu, di Syria 'Abd al-Malik harus berurusan dengan berbagai ancaman terhadap kekuatannya sebelum dia dapat berpikir untuk
melakukan operasi pasukan lain melawan lbn al-Zubayr untuk membalas kekalahan yang diderita oleh pasukannya pada perang Sungai Khazir. Pada awal cahun 67/musim panas 686, dia harus menekan serangan
yang dipimpin oleh seorang pemimpin suku Judham di Palestina yang
telah mendeklarasikan dukungannya untuk lbn Zubayr. Dia juga harus
berurusan dengan front utara di mana pemerincah Byzantium telah
mengorganisasi-dengan didukung oleh uang dan centara-uncuk melakukan invasi cerhadap wilayah pancai Syria, sampai ke Lebanon Selatan dengan orang-orang gunung dari Amanus yang menyukai perang,
yaicu orang-orang Mardaic. Hanya dengan mengakhirinya dengan biaya
besar clan perjanjian yang memalukan clengan penguasa Byzantium,
'Abd al-Malik mampu menyelamatkan munclumya orang-orang Mardaic. Dengan demikian pada tahun 69/689 dia meninggalkan Damaskus
pacla operasi percamanya uncuk mencoba menyingkirkan Mus'ab lbn
al-Zubayr clari Irak, cetapi ketika clia ticlak acla, keponakannya yang
jauh clan rivalnya 'Amir lbn Sa'id lbn al-'As menguasai Damascus clan
mendahului klaimnya uncuk memimpin Dinasci Umayya. 'Abcl al-Malik
harus menuncla operasinya clan kembali menumpas pemberoncak clan,
akhirnya mengeksekusi 'Amr. Dia juga perlu menumpas oposisi yang keras terhadap Bani Umayya di antara kepala suku Qaysi dari Qarqisiyya di sepanjang Efrat (tahun 71-72/musim panas 691). Oleh karena itu,
baru pada tahun 72/ akhir 691 lah 'Abel al-Malik siap untuk melakukan
operasi melawan kedudukan lbn Zubayr di lrak. Setelah melakukan
kontak dengan beberapa kelompok dan para pemimpin di lrak yang
memang telah diasingkan oleh pemerintahan Mus'ab lbn al-Zubayr di
sana, 'Abel Malik maju. Dia bertemu dengan tentara Mus'ab di Dayr
al-Jathliq di Tigris tengah (agak ke utara Baghdad modem) dan mengalahkannya secara mudah, karena banyak dari tentara Mus'ab tertawan
dan dieksekusi (penengahan tahun 72/akhir 691 ). 'Abd al-Malik masuk
Kufa dan diakui di sana sebagai amir al-mu'minin.
'Abel al-Malik kemudian mengirim komandannya yang loyal, Hajjaj
lbn Yusuf-segera menjadi gubemur Irak-dengan kekuatan tentara
berjumlah dua ribu orang-orang Syria melawan lbn al-Zubayr di Makkah.
Kekuatan yang kecil ini kemudian ditingkatkan dalam beberapa minggu
oleh yang lain, ditambah dengan yang diberangkatkan sebelumnya oleh
'Abd al-Malik ke Hijaz Utara untuk menjaga Syria melawan setiap usaha
lbn Zubayr untuk mendudukinya. Hajjaj untuk sementara tinggal di Ta'if
(kota tempat tinggalnya) untuk mengumpulkan kekuatannya, sebelum
merampungkannya di Makkah. Sampai mendekati akhir tahun 72/Maret
692, kota diblokade; setelah enam bulan, ketika banyak dari tentara lbn
Zubayr melakukan desersi karena tidak adanya harapan terhadap situasi
atau dibujuk dengan janji amnesti, 'Abel Allah lbn al-Zubayr kalah telak dan terbunuh dalam perang di luar kota (pada bulan Jumada I, 73/
September 692), 'Abel al-Malik akhimya diakui diseluruh amsar dan dae·
rah-daerah di bawah kekuasaan amsar tersebut, sebagai amir al-mu'minin.
Setelah dua puluh tahun dalam ketegangan dan perjuangan, Perang Sipil
Kedua akhimya selesai dan kekuasaan Bani Umayya kembali. Beberapa poin yang pantas untuk dicatat muncul dari beberapa catatan
mengenai perang sipil. Pertama, dalam kedua perang sipil itu, khususnya yang pertama, seseorang dikejutkan oleh bagaimana ketatnya
pertentangan yang terkonsentrasi pada isu mengenai siapa yang paling
baik untuk menjadi pemimpin komunitas Umat Beriman. Lebih jauh
lagi, tampaknya kebanyakan orang melihat kepemimpinan sebagai hanya milik sekelompok kecil, khususnya kaum Quraysh (kaum Khawarij
adalah pengecualian utama untuk hal ini). Hal ini memberi perang
sipil, khususnya yang pertama, suatu kualitas mengenai persaingan keluarga yang sangat pahit, karena kebanyakan pirnpinan dari perang sipil
itu rnerniliki hubungan satu sama lain, bahkan sering kali sangat dekat,
baik hubungan darah maupun perkawinan, atau paling tidak secara personal tahu satu sama lain.
Kedua, perang sipil itu rnenjadi luar biasa rnenarik karena rnelibatkan sejumlah kekerasan. Banyak episode di rnana sumber-sumber kita
menjelaskan bahwa tawanan dieksekusi dalam bentuk pembunuhan
berdarah dingin, di mana anak-anak dibunuh sebelum bapak-bapaknya, atau seseorang dibunuh atau disuruh rnernbunuh oleh saudaranya
('Amr lbn Zubayr oleh saudaranya 'Abd Allah; 'Amr lbn Sa'id oleh
'Abd al-Malik), di mana yang kalah dibunuh secara massal (Nahrawan,
Khazir, para pengikut Mukhtar di Kufa, Perang Harra). Hal ini rnungkin
berkaitan dengan sifat brutal pada masa itu dan dengan tingkah laku
brutal dari yang berperan serta, yaitu mereka para badui atau kaum petani yang keras dan tak berbudaya. Akan tetapi pasti hal itu juga akibat
dari karakter ideologis konflik dalarn perang sipil tersebut. Hal ini rnenyebabkan orang mendemonkan (menganggap iblis) musuh-musuhnya
sebagai perwujudan kejahatan dan juga membuat mereka sadar bahwa
musuh yang dikalahkan-yang tidak benar-benar bertobat, karena alasan ideologis-selalu menjadi ancaman mernberontak kembali, sehingga
lebih baik membunuhnya. Lebih jauh lagi, karakter ideologi yang mendalam dari Gerakan Umat Beriman membuat eliminasi terhadap "teman jahat" (allies of devil) dapat diterima secara moral, bahkan dipuji, di dalam pikiran mereka. Pentobat (tawwabun) yang menemui kematiannya di 'Ayn Warda, meyakini status 'Ubayd Allah Ibn Ziyad sebagai
mewakili yang jahat; kelompok Khawarij mengeksekusi seorang murrad,
yaitu mereka yang menjalankan keimanannya secara tepat, tetapi tidak
sesuai dengan persyaratan ketat dari mereka; pembesar Kufa yang membunuh pendukung Muhtar dari kaum mawali memandang mereka sebagai penyusup yang secara tidak adil mengambil alih hak kekayaan yang
diberikan oleh T uhan untuk mereka. Akan tetapi pembalasan dendam
lama memainkan peranan besar di dalam peristiwa berdarah itu, apakah
itu Bani Umayya yang membalas dendam terhadap orang-orang Madinah pada Perang Harra karena mereka diusir dari kota dan karena terbunuhnya 'Uthman, atau pengikut Mukhtar yang mengeksekusi sebagai
upaya balas dendam terhadap para pembesar Kufa dan tentara 'Ubayd
Allah karena telah membunuh Husayn.
Ketiga, dengan Perang Sipil Kedua, khususnya, kita secara transparan berpindah ke satu tahap baru dalam sejarah komunitas Umat
Beriman. Masa sahabat Nabi cepat berakhir, dan dramatis personae dan
para pemainnya sekarang adalah generasi muda yang tidak mempunyai
memori mengenai Nabi dan acau perjuangan yang membentuk hidupnya. Seseorang dapat merasakan turunnya kualitas kharismatik dari
gerakan yang mula-mula, yang memberikan perhatian terhadap kesalehan dan menjalankan kehendak T uhan; komitmen terhadap kesalehan
masih ada, tecapi menjadi lebih sebagai rutinitas dan kurang personal dan menurun di kalangan banyak Umat Beriman dengan hal-hal
yang lebih praktis clan bersifat duniawi. Penaklukan tampaknya tidak
menimbulkan antusiame bagi individu personal Umat Beriman, dan
lebih merupakan bentuk kebijakan Negara yang menguntungkan yang
dimaksudkan untuk mempertahankan penerimaan dan harta kekayaan
yang mengalir ke bendahara Negara.
Keempat, kita melihat dalam perang sipil-khususnya yang keduamunculnya perpecahan, yang sejak itu, memecah belah Umat Beriman
yang sebelumnya bersatu. Klaim 'Ali sebagai amir al-mu'minin selama Perang Sipil Pertama secara perlahan berubah menjadi awal mula gerakan yang benar-benar sektarian, Shi'ah, yang memegang keluarga 'Ali
secara khusus; ia menerima peristiwanya yang menentukan pada pembunuhan putra 'Ali, yaitu Husayn di Karbala pada Perang Sipil Kedua,
suatu peristiwa yang kemudian diperingati oleh kelompok Shi'ah, sampai sekarang, dan yang memberi Shi'ah identitas khusus yang terfokus
pada ide martir sebagai cara meningkatkan status orang-orang tertindas.
Perlu waktu satu abad atau lebih sebelum Shi'ah menyempumakan
konsep-konsep sentralnya, seperti pandangan mengenai imamat dan pemimpin umat yang dibimbing Tuhan; namun, gerakan yang kemudian
itu berakar pada Perang Sipil Pertama dan Kedua. Peristiwa-peristiwa
ini lalu menjadi titik colak untuk membangun dua narasi yang berbeda mengenai legitimasi di dalam komunitas Islam-yang satu Shi'ah,
yang menekankan kepada keluarga 'Ali---dan yang lain (yang akhimya
disebut Sunni) menekankan kepada suksesi pemegang kekuasaan yang
sesungguhnya, termasuk Bani Umayya. Kita juga melihat bagaimana
kelompok ketiga, Khawarij yang ultra saleh, muncul selama Perang Sipil Pertama, walaupun minoritas Muslim, mereka cukup signifikan pada
beberapa abad pertama Islam.
Kelima, konflik panjang dan bersifat sporadis ini menunjukkan dengan jelas bahwa Hijaz, di samping menjadi rumah kota suci Makkah
dan Madinah dan pusat spiritual Gerakan Umat Beriman yang mulamula, bukanlah basis yang efektif untuk mengembangkan kekuatan di
skala besar, dan Umat Beriman, dengan amsar nya yang jauh yang mendominasi hampir seluruh Timur Dekat, ketika masa perang-perang sipil
itu, justru meningkat menjadi benar-benar berskala besar. Yang lebih
efektif sebagai basis kekuatan adalah area-area yang mempunyai basis
pajak yang solid (khususnya Mesir dan Irak) dan populasi yang cukup
besar dan stabil. Hijaz: tidak menawarkan semua ini, dan menjadi semakin mundur (remote/distant/isolated place) dalam politik, menjadi tidak
tempat kedua yang kurang penting di dalam sejarah Umat Beriman.
Isu ekonomi clan isu praktis lain, tentu saja menyumbangkan banyak
ha! untuk konflik-konflik ini. Merupakan suatu kenyataan, bahwa posisi ekonomi sulit membuat perjuangan pantas dan menguntungkan untuk
dilakukan oleh banyak partisipannya. Cerita mengenai pemberontakan
Mukhtar dengan jelas menunjukkan bahwa Kufa tercabik-cabik oleh
kecegangan sosial dan ekonomi yang serius, membuac kecurunan penakluk yang mula-mula, yang membentuk semacam aristokrasi Arab, melawan keturunan tawanan yang mula-mula (mawali); dicambah dengan
kesenjangan sosial yang besar yang memisahkan mereka yang berbahasa
asli Arab dengan mereka yang bahasa ibunya bukan Arab. Kecegangan
sosial dan ekonomi yang semacam ini akan selalu ada; yang menarik
adalah bahwa penderitaan yang semacam itu diartikulasikan ke dalam
gerakan policik yang logis dengan klaim bahwa pemimpin yang adil
(mungkin seorang mahdi, juru selamac) akan menyelesaikan masalah.
Dengan kata lain, Gerakan Umat Beriman, sekalipun pada akhir Perang
Sipil Kedua, membawa suatu keyakinan bahwa kecidakadilan dan penindasan yang semacam itu cidak lagi bisa dicerima, bahwa caca acuran
baru yang lebih adil dapat dicapai. Dengan demikian Umat Beriman
memobilisasi orang-orang untuk berbuat sesuai dengan cara yang, mereka percaya, didesain untuk dapat menyelesaikan ketegangan sosial dan
ekonomi yang bersi.fat endemik di dalam masyarakac pramodern (dan
mungkin di dalam semua masyarakat). Dalam hal ini, kita harus melihac
ideologi Umat Beriman sebagai sebab utama perkembangan sejarah,
kecimbang kecegangan sosial ekonomi yang lacen yang diarcikulasikan
oleh gerakan tersebuc, karena kecegangan semacam icu selalu ada.
Kenyataan bahwa perang sipil, untuk sebagian besarnya, merupakan
perjuangan di lingkungan Quraysh tentang kepemimpinan, berarti bahwa komunitas Umat Beriman yang lebih besar-khususnya orang-orang
Kristiani dan Yahudi non-Arab yang telah bergabung dengan gerakan
ini-tidak terlalu tampak dalam perjuangan ini. Pada Perang Sipil
Kedua, ada saat orang-orang Kristiani, paling tidak, tampak terlibat.
Sebagaimana kica lihat, administrator Krisciani Bani Umayya, Sarjun
lbn Mansur aktif rnendorong Bani Umayya untuk berusaha meraih
kepemimpinan melawan Ibn al-Zubayr setelah Yazid dan Mu'awiyya II wafat. Apakah dia benar-benar merasa dirinya sebagai bagian integral
dari Gerakan Umat Beriman, atau sekadar pegawai yang baik, yang
menarik minat pemihk tempat kerja, Bani Umayya, yang memberi atau
mengolesi rotinya dengan mentega? Buktinya tidak cukup, akan tetapi
paling tidak jelas bahwa orang seperti Sarjun tidak merasa bahwa gerakan yang dia ikuti bukanlah anti-Kristiani. Pemimpin suku Kalb, dan
banyak tentaranya yang membentuk komponen penting tentara pasukan Bani Umayya, mungkin juga tetap Kristiani. Kita tidak menemukan
bukti mengenai usaha yang dilakukan orang-orang Kristiani dan Yahudi
untuk mengeksploitasi keraguan yang ada di antara para elite pemerintah dalam mengalahkan hegemoni Umat Beriman, barangkali karena
mereka merasa bagian darinya. Faktor-fakcor ini menunjukkan bahwa
kualitas ekumenikal Gerakan Umat Beriman yang mula-mula masih hidup sepanjang periode Perang Sipil Kedua, akan tetapi situasi ini segera
berubah.
K
ita telah melihat bagaimana Nabi Muhammad berkhotbah mengajarkan ide-ide keagamaan tertentu yang memunculkan gerakan kesalehan yang berorientasi apokaliptik di Arab Barat yang, sesuai dengan
nama yang diberikan mereka sendiri, kita sebut dengan "Gerakan Umat
Beriman".
Kita juga sudah mengkaji konsep dasar dari gerakan ini, khususnya
keinginannya untuk membangun suatu "umat yang saleh" yang dapat
mencapai keselamatan di Hari Akhir dan yang menyebarkan hegemoni
komunitas ini sejauh mungkin agar dapat merealisasikan tata aturan politik yang saleh-yairu, politik yang dibimbing atas dasar ketaatan kepada hukum Tuhan yang diwahyukan-sebagai persiapan menghadapi
Hari Akhir yang akan datang. Kita telah menelusuri penyebaran cepat
dari komunitas itu sampai ke Timur Dekat selama abad ketujuh Masehi,
yang dipimpin oleh elite penguasa asli Arab, dan melihat hubungan
antara komunitas baru ini dengan populasi asli (kebanyakan Kristiani,
Yahudi, atau Zoroaster) yang mereka temui dan mereka pimpin selama ekspansi ini. Kita juga melihat bagaimana perdebatan tentang persoalan
kepemimpinan di lingkungan elite penguasa telah menimbulkan pemberontakan sipil yang sangat brutal dalam dua periode panjang dengan
konsekuensi permanen.
Dalam bab ini kita akan melihat bagaimana, selama akhir abad pertama setelah Hijrah/a.bad ketujuh masehi dan awal abad kedua setelah
Hijrah/abad kedelapan Masehi, Gerakan Umat Beriman berkembang
menjadi agama yang sekarang dikenal dengan nama Islam, melalui
proses modifikasi dan redefinisi konsep-konsep dasamya. Islam, sebagaimana kita pahami sekarang, dengan demikian merupakan kelanjutan
langsung dari Gerakan Umat Beriman yang berakar pada ajaran Nabi
Muhammad dan tingkah laku para pengikut awalnya, meskipun secara
historis menjadi tidak akurat jika menyebut Gerakan Umat Beriman
awal sebagai "Islam".
Proses di mana Islam terkristalisasi dari matriks Gerakan Umat Beriman setelah perang sipil sebagian merupakan hasil usaha yang sungguhsungguh dari Dinasti Umayya yang berkuasa dan pendukungnya, serta
khususnya karena perubahan persepsi di lingkungan komunitas secara
umum mengenai persoalan identitas. Dengan demikian, campaknya ada
sebuah transformasi yang terjadi secara bertahap dan berakhir untuk
waktu certentu-beberapa dekade paling tidak, mungkin dalam beberapa wilayah selama seabad. Sementara banyak aspek dari proses transformasi ini masih belum diketahui, beberapa dimensinya cukup jelas untuk
dikaji secara lebih detail. Hal ini akan membentuk judul utama dari bab
ini. Namun, secara umum, dapat kita katakan bahwa Umat Beriman,
yang dipimpin oleh Dinasti Umayya, khususnya amir al-mu'minin 'Abd
al-Malik dan para pendukungnya, tampak melakukan pencarian akan
legitimasi, mencari jalan untuk memperoleh pengakuan luas akan hak
supremasi politik dan hak memimpin sebuah pemerintahan berdasarkan
firman T uhan.
Restorasi Bani Umayya clan Kembali kepada
Agenda Kekhalifahan
Selama clua belas tahun Perang Sipil Keclua, baik bagi Bani Umayya
maupun kancliclat lain pemimpin Gerakan Umat Beriman, hanya acla
satu persoalan yang menjaclikan mereka harus memusatkan energinya
untuk berkonsentrasi pacla persoalan menclasar yang menjacli perhatian
Umat Beriman, yaitu pertanyaan mengenai siapa yang harus memim·
pin. Kekalahan terakhir 'Abcl Allah lbn Zubayr pacla tahun 73/musim
gugur tahun 692 menanclai penyatuan pemerintahan yang dibangun
Umat Beriman yang mula-mula, di bawah pimpinan 'Abcl al-Malik clan
Bani Marwan, cabang keluarga Bani Umayya. Dengan kemenangan
tersebut, clia mulai menjalankan kebijakan yang memusatkan perhatiannya untuk melanjutkan agenda fundamental Umat Beriman.
Salah satu aktivitas yang cliselesaikan 'Abcl al-Malik, yang lama cliinterupsi oleh perang sipil, adalah mengirimkan operasi penaklukan sebagai usaha untuk memperluas lagi batas kekuasaan clan ajaran hukum
Tuhan. Byzantium adalah yang pertama menjadi perhatiannya. Selama
perang sipil, sebagaimana kita lihat, 'Abcl al-Malik clipaksa membeli
perclamaian dari penguasa Byzantium clalam beberapa peristiwa, termasuk perclamaian yang diadakan pada akhir tahun 79/689-690; akan
tetapi bahkan sebelum kekalahan terakhir lbn Zubayr, 'Abd al-Malik
menyelesaikan kebijakan mengirimkan operasi reguler jauh ke clalam
teritori Byzantium selama musim panas. Kebijakan ini selanjumya dilakukan secara dinamis oleh 'Abd al-Malik clan para penggantinya sebagai amir al-mu'minin, khususnya anak-anak al-Walicl (memerintah pacla
86-96/705-715) clan Sulayman (memerintah pada 96-99/715-717).
Yang terakhir ini, sebenamya, mengorganisasi penyerangan besar di
darat maupun di laut di ibu kota Byzantium, Constantinople, yang berlangsung lebih clari satu tahun (98-99/musim panas 717-718) clan hampir menaklukkan kota. Tetapi Bani Umayya yang baru juga menjalankan kebijakan memperluas kekuasaan di rempat lain, rermasuk operasi penting di Tabaristan, Jurjan, Sijistan (Sistan), Khorezm, dan seberang
Sungai Oxus di timur dan ke kepulauan Iberia di barat. Wilayah yang
terakhir diambil lagi oleh komandan Musa lbn Nusyar, dan letnannya,
Tariq lbn Ziyad, pada 92-94/711-713. 'Abd al-Malik bahkan mengirim
satu pasukan ke Sind (dataran India, Pakistan modern), yang menghasilkan pembentukan suatu koloni Umat Beriman di sana pada tahun
93/711, di bawah komando Muhammad lbn al-Qasim al-Thaqafi, seorang pemuda di bawah perlindungan Jenderal 'Abd al-Malik dan Gubernur lrak, Hajjaj lbn Yusuf.
Operasi penaklukan, pada saat ini, adalah suatu kebijakan yang selalu ditingkatkan secara teratur dan pada skala yang luas karena mereka
akan menyebarkan ajaran hukum T uhan ke area-area baru dan karena
ha! itu penting untuk keuangan negara. Harta kekayaan dan penerimaan pajak (termasuk pajak reguler budak) yang berasal dari penaklukan itu memberikan rezim tersebut kekayaan yang diperlukan untuk
membayar tentaranya. Hal itu dapat disebut sebagai satu contoh dinasti
yang "d-Oing well by doing good", dan sangat sulit untuk memutuskan kepentingan relatif ini dari insentif material dan ideologis atau religius,
jika memang ha! itu dapat dipisahkan. Orang tidak dapat menolak keuntungan material yang tinggi dari kebijakan ekspansi yang dibuat oleh
rezim yang berkuasa. Tetapi, menjadi terlalu sederhana untuk menyimpulkan bahwa motivasi agama-hasrat untuk memperluas pengakuan
firman Tuhan-tidak lebih dari sekadar menutupi ketamakan dinasti.
Menganggapnya demikian akan mengabaikan kenyataan bahwa Gerakan Umat Beriman dimulai dan terus berlanjut dan menjadi berakar
pada komitmen agama. Lebih jauh lagi, ada laporan dalam tradisi Islam
(yang secara umum tidak dijelaskan atau ditempatkan secara baik terhadap 'Abd al- Malik atau Bani Umayya) yang menunjukkan bahwa 'Abd
al-Malik adalah seorang yang taat dan berdedikasi untuk memperoleh
pelajaran agama pada tahun-tahun awalnya. Dengan demikian, tampaknya dapat disimpulkan bahwa ekspansi itu didorong oleh percampuran
antara motivasi agama dan motivasi terhadap materi.
Dimensi kunci lain dari Gerakan Umat Beriman yang mula-mula, sebagaimana kita lihat, adalah fokusnya pada datangnya Hari Kiamat/
Akhir, yang diharapkan kedatangannya oleh Umat Beriman awal.
Keyakinan apokaliptik semacam itu boleh jadi menjadi kekuatan yang
mendorong sebagian besar Umat Beriman untuk menolak urusan sehari-hari yang biasa dan masuk menjadi anggota militer dalam operasi
jarak jauh untuk menyebarkan ajaran firman Tuhan yang biasanya
disebut dengan "Penaklukan Islam''. Daya tarik insentif material pasti
juga memainkan peranan penting dalam membawa orang masuk dalam
gerakan, tetapi ini akan muncul setelah proses ekspansi berkembang
menjadi suatu momen yang jelas; dengan demikian tampak bahwa
motivasi ideologis-takut akan Hari Akhir yang semakin dekat-adalah hal yang utama dalam awal-awal tahun gerakan dan menurun atau
berkurang secara perlahan. Memang, sebagaimana kita lihat, kesuksesan luar biasa dari gerakan tersebut di dalam dunia yang sementara ini
boleh jadi meningkatkan posisi keagamaan seseorang, yaitu pertanda
dukungan T uhan bagi Umat Beriman dan suatu penegasan akan klaim
keagamaan mereka. Perpecahan di dalam perang sipil boleh jadi juga
dipandang oleh beberapa pengamat kontemporer sebagai firan/cobaan
yang diharapkan akan mengantarkan kedudukan di Hari Akhir, yang
boleh jadi juga mengapa di dalam tradisi Islam selanjutnya, kata-kata
dari Qur'an, fitna, dipakai untuk menunjuk pada perang sipil. (Alasan
lain adalah bahwa perang sipil secara retrospektif dipandang sebagai
satu keadaan-juga disebut fitna-ketika Umat Beriman tunduk kepada
godaan kekuatan duniawi.)
Begitu posisinya sebagai amir aJ..mu'minin aman, 'Abd al-Malik
tampak ingin mengingatkan Umat Beriman mengenai realitas, clan
mungkin juga akan semakin dekamya Hari Akhir. Dia boleh jadi ingin
menunjukkan klaim dirinya sebagai pemimpin adil terakhir di mana di
hari itu Penghakiman Akhir akan dimulai clan yang akan menyampaikan kepada Tuhan kekuasaan dunia ini. Yang jelas, dengan mengakhiri
serangan tahunan ke Byzantium, dia kembali melakukan perjuangan
aktif memberantas clan menyerang orang-orang yang tidak beriman, se-
bagaimana seharusnya seorang penguasa terakhir. Keinginannya untuk
menghargai skenario ini membuatnya memerintahkan konstruksi salah
satu karya besar dalam arsitekcur Islam, bangunan mewah di Jerusalem
yang biasa disebut dengan "Dome of the Rock".
Dome of the Rock telah menjadi subjek perdebatan luas di antara
para ahli yang ingin mengetahui tujuan awal clan arti dari pembangunan tersebut. Sebagian berpendapat bahwa bangunan itu dibangun oleh
'Abd al-Malik pada masa Perang Sipil Kedua, ketika Makkah dikontrol
oleh rivalnya 'Abd Allah lbn al-Zubayr untuk memberikan tujuan altematif bagi para peziarah. Yang lain berpendapat bahwa konstrnksinya
harus dilihac sebagai "monumen kemenangan" (Victory Manumenc)
satu pernyacaan denominasi agama yang diperuntukkan bagi umat
Kristi<mi (dan, sebagian kecil, untuk kaum Yahudi), bukti nyata bahwa
Umac Beriman icu "di sini uncuk cinggal" di kota yang merupakan pusat
dua agama yang lain.
Dome of the Rock mempunyai sejumlah teka-teki yang terpecahkan. Bangunan icu bukanlah masjid. Bangunan itu dibangun berbentuk
okcagonal (bangunan. geometris yang mempunyai dua dimensi yang
membentuk delapan sisi dan delapan sudut) oleh seorang martir Kristiani (yang sebelumny<i seorang pagan)-satu desain yang sangat dikenal
dalam arsitekcur Byzantium di Timur Dekat. Akan tetapi bangunan itu
jelas ticlak dimaksudkan untuk menjadi monumen bagi Kristiani, karena
interiornya didekorasi dengan rnosaik yang mengandung ayat clan ringkasan dari al-Qur'an yang menolak pandangan mengenai Trinitas (yang
harus banyak kita jelaskan sekarang). Lebih jauh lagi, bangunan itu dibangun di Gunung Moriah, yang merupakan situs Sinagog Kedua Kaum
Yahudi, di mana rak satu monumen Kristiani pun ada.
Pada periode Byzantium, sebagaimana sudah kita lihat, otoritas Kris-riani di Jerusalem menolak membangun bangunan keagamaan di Gunung Sinagog itu (Temple Mount) clan memerintahkan agar situs tersebut digunakan sebagai tempat sampah. Di samping lokasinya, Dome of
the Rock juga tidak dapat dipahami sebagai suacu usaha yang sebenarnya untuk membangun kembali sinagog Y ahudi; deskripsi sinagog itu
dikenal dari Taurat dan sedikit mirip clengan martyrium ancik kuno.
Tampaknya 'Abd al-Malik atau penasihatnya, memilih bentuk martyrium karena mereka cahu bahwa bangunan clalam bentuk semacam itu
secara langsung akan dipahami oleh siapa pun yang melihatnya sebagai
satu bangunan yang mempunyai makna agamis. Akan cetapi makna religius seperti apa? Boleh jadi bahwa deklarasi supremasi agama memang
rerlibac di dalamnya. Akan recapi peneliceian baru-baru ini mengenai
Dome of the Rock dan bangunan serupa menunjukkan bahwa hal itu
bisa jadi dimaksudkan untuk memberi simbol atau menunjuk ke surga
dan kebangkitan, khususnya sebagaimana digambarkan dalam al-Qur'an
dan dalam ikonografi ancik kuno. Jerusalem, harus kica ingac, mempunyai hubungan sangac spesial dengan surga dalam tradisi Yahudi, Kristiani, clan Islam, karena semuanya memanclang Jerusalem-khususnya
Gunung Moriah-sebagai pusat di mana kejadian-kejadian pada Hari
Pengadilan Akhir akan dilaksanakan. Jacli campaknya masuk akal untuk
menyatakan bahwa Dome of the Rock dan bangunan di sekitar yang
mendukungnya dibangun untuk memberi setting besar yang sesuai untuk perisciwa Hari Pengadilan cersebuc-khususnya, menjadi tempat di
mana 'Abd al-Malik (atau salah satu penggantinya), sebagai pemimpin
Umat Beriman yang benar clan bertakwa, akan menyerahkan kepacla
Tuhan simbol kebesarannya ketika Pengadilan dimulai. Monumen besar 'Abd al-Malik, berdiri sebagai cesrimoni untuk kelanjuran kekuacan
apokaliprik yang mendorong Gerakan Umat Beriman yang mula-mula.
'Abd al-Malik mengakhiri agenda dasar Gerakan Umat Beriman,
diinrerupsi oleh perang-perang sipil, yairu untuk menyebarkan wilayah dominasi kerajaan T uhan dengan menegakkan hukum T uhan.
Dekritnya, yang cliumumkan segera setelah Perang Sipil Kedua memu-cuskan bahwa semua babi di Syria dan Mesopocamia dibunuh, campak
merupakan bagian dari kebijakan ini. Dengan melakukan ha! ini dan
juga yang lain, seperc:i membangun Dome of che Rock, dia membantu
menyiapkan komunicas akan dacangnya Hari Pengadilan Akhir. Akan
cecapi secelah dua belas cahun perang sipil berlangsung, dia benar-benar
sadar dia perlu melakukan sesuacu yang lebih banyak lagi, yaitu perlunya menemukan jalan uncuk menyacukan penguasa dan Umac Beriman
secara moral, untuk memfokus-ulang Umac Beriman pada tujuan ucama
misi yang celah dicecapkan oleh Nabi Muhammad, dan uncuk membangun legicimasi kekuasaannya dan kekuasaan keluarga Bani Umayya.
Kita melihat bahwa beberapa kebijakannya dapat dianggap sebagai
sumbangan bagi cujuan yang lebih luas, yaicu reunifikasi dan rededikasi
pandangan Umat Beriman yang orisinil. Akan tetapi, dengan kebijakan
ini muncul redefinisi yang kurang jelas namun fundamental mengenai
gerakan itu sendiri, yang salah satunya masih ada sekarang ini, dan uncuk ha! inilah kita sekarang akan melihat.
Redefinisi lstilah-Istilah Kunci
Abd al-Malik tampaknya mendorong Umat Beriman Arab untuk meredefinisikan diri mereka sendiri, dan Gerakan Umat Beriman, dalam
arti yang kurang ekumenikal atau konfesional dan terbuka dibanding
yang aslinya. Kategori "Umat Beriman", yang dalam dirinya telah mengandung deklarasi atau pengakuan monoteisme yang benar, menjadi
semakin terbatas pada mereka yang mengikuti hukum al-Qur'an. Suatu
batasan mulai muncul antara Umat Beriman yang Qur'anik dan mereka
umac Krisciani dan Yahudi yang juga berbuac baik/benar yang sebelumnya masuk dalam Gerakan Umat Beriman, dengan meredifinisi beberapa istilah kunci certentu yang merupakan ha! baru dalam komunitas
sejak masa Nabi Muhammad, khususnya, kata mu'min (orang beriman)
dan muslim.
Sebagaimana celah kica lihac, kecika generasi percama Umac Ber-iman keluar dari Arab, beberapa sumber membericahu kica bahwa
mereka menggunakan dua istilah untuk menunjuk kepada diri mereka
sendiri: mu'minun (Umat Beriman) clan kaum muhajirun. lstilah terakhir (sebagaimana telah kita lihat, muncul dalam makna yang sama di
dalam bahasa Yunani dan Syria) adalah nama bagi mereka Umac Beriman yang secara militer akcif dan melakukan migrasi dengan motivasi
keagamaan, hijra, dari Arab. Namun, beberapa tahun berlalu, iscilah
muhajirun menjadi ridak dipakai lagi. Kenapa ha! ini cerjadi, tidak jelas.
Mungkin karena di wilayah pusac pemerincahan, paling tidak-Arab,
Syria, Irak clan Mesir-penaklukan telah selesai dan seluruh negeri
ada di bawah kontrol Umat Beriman, dengan demikian tidak lagi bisa
melakukan hijrah, karena hijra mempunyai arti bukan hanya emigrasi,
akan tetapi emigrasi dari masyarakat yang cidak beriman ke tempat yang
dikuasai Umat Beriman. Alternatifnya, istilah muhajirun mungkin telah
ditolak atau dilarang karena orang kini tidak lagi bicara tentang emi·
gran itu sendiri, akan tetapi bicara juga centang anak-anak acau cucu
emigran asli Arab, atau dengan orang-orang lokal yang cak ada hubungannya dengan Arab sama sekali tetapi telah memutuskan untuk mengikuti Umat Beriman dalam menjalankan hukum al-Qur'an. Satu-satunya
iscilah Qur'anik yang masih ada bagi orang-orang ini adalah muslim,
berarti "seseorang yang berserah diri kepada aturan T uhan" karena
dia mengakui ketauhidan Tuhan. Di dalam al-Qur'an, musUm secara
mendasar berarci "seorang yang bertauhid" dan dengan demikian dapat
dipakai juga untuk umac Krisciani, Yahudi, dan ahli cauhid lain. Akan
tetapi, tidak seperti monoteis Arab, yang mengikuti hukum al-Qur'an,
umat Kristiani dan Yahudi masih dapat disebut sebagai umat Kristiani
atau Yahudi. Jadi, lambac laun, iscilah muslim dalam al-Qur'an mengalami semacam reduksi, sehingga sekarang hanya dipakai untuk mereka
yang monoteis yang mengikuti hukum al-Qur'an dan tidak lagi dipakai
untuk Yahudi clan Kristiani yang mengikuti hukum Tuhan sebelumnya,
Taurat (Torah) clan lnjil (Gospel). Dengan kaca lain, istilah lama muslim di dalam al-Qur'an akhirnya memperoleh makna yang ada sampai sekarang, yang artinya anggota konfesi agama yang merujuk kepada
al-Qur'an, mengakui Nabi Muhammad sebagai nabinya, dan berbeda
dengan kaum monoteis lainnya-yaitu seorang Muslim. Pada saat yang
sama, mu'min dipakai untuk semua yang mengikuti hukum al-Qur'an
(tidak, sebagaimana sebelumnya, hanya mereka yang hidup secara benar/berbuat baik), dengan demikian secara efektif menjadi sama dengan
muslim.
Kini, kita hanya dapat berspekulasi mengenai mengapa perubahan
identitas Umat Beriman ini terjadi. Mungkin batasan yang solid ini,
yang menghasilkan perbedaan sangat jelas antara orang-orang Muslim
(sebelumnya Umat Beriman secata qur'anik) dan Kristiani atau Yahudi
(Umat Beriman sebelumnya yang melaksanakan hukum Kristiani atau
Yahudi) adalah reaksi terhadap aspek tertentu dari doktrin Kristiani
atau Yahudi dan ketidakinginan Yahudi atau Kristiani untuk melepaskan halangan doktriner tersebut-khususnya, mungkin, kekerasan
Kristiani dalam memeluk doktrin T rinitas atau keduanya, Kristiani dan
Yahudi yang tidak mau menerima status Nabi Muhammad sebagai Nabi
dan sumber wahyu. 'Abd al-Malik dan staf pendukungnya lambat laun
boleh jadi sampai pada suatu kesimpulan bahwa anggapan awal bahwa
Kristiani dan Yahudi akan menolak kepercayaan ini adalah tidak realistis.
Penekanan pada Nabi Muhammad dan al-Qur'an
Komponen utama untuk memikir ulang identitas Umat Beriman melibatkan penekanan yang semakin kuat pada pentingnya Nabi Muhammad dan al-Qur'an bagi Umat Beriman, dan dalam proses ini 'Abd
al-Malik campaknya memainkan peran sangat penting. Umac Beriman
yang mula-mula memahami bahwa firman Tuhan telah turun dalam
banyak waktu dalam sejarah kepada banyak nabi, dan Nabi Muhammad merupakan yang terakhir. Pandangan ini sesuai dengan kualitas
ekumenikal asli dari Gerakan Umat Beriman dan direfleksikan di dalam inskripsi-inskripsi dan gambar di mana Umac Beriman campak memberikan pernyacaan keimanan yang mengakui referensinya kepada Tuhan
dan beberapa nabi, seperti Muhammad clan Y esus.
Akan tecapi, sejak sekitar masa 'Abd al-Malik-pada kwartal terakhir abad pertama secelah Hijrah/akhir abad kecujuh masehi-kita menemukan nama Nabi Muhammad sangat sering disinggung dalam dokumen-dokumen resmi Umac Beriman, referensi ini menunjukkan bahwa
idencifikasi dengan Nabi Muhammad dan misi serca wahyunya mulai dipandang sebagai bagian yang harus ada di dalam idencicas kolekcif Umac
Beriman. lnskripsi yang pertama memuat kalimat "Muhammad Rasul
Allah" adalah koin dari Bishapur (Fars), yang dicerbickan pada cahun
66/685-686 dan 67f686-687 oleh seorang gubernur dari kaum Zubayri.
Dengan demikian boleh jadi Bani Umayya terinspirasi untuk menekankan peran Nabi oleh rivalnya 'Abd Allah lbn Zubayr, yang dikenal,
sebagaimana telah kica lihac, akan kesalehannya yang luar biasa. Apa
pun inspirasinya, 'Abd al-Malik dan para pendukungnya tampaknya
telah meningkatkan proses ini secara energetik clan dimasukkan dalam
beberapa media. lnskripsi Dome of the Rock meletakkan penekanan
yang besar pada posisi Nabi Muhammad sebagai Nabi; akan cecapi yang
lebih menjelaskan adalah kemunculannya di dalam koin-koin, sejak
masa 'Abd al-Malik clan seterusnya, yang penuh berisi "dua kalimat
syahadac", yaicu gabungan frasa "Tidak ada Tuhan selain Allah" dengan
frasa "Muhammad a.dalah utusan Allah" sebagai canda yang sangac jelas
mengenai karakcer otoritas yang menerbickannya. Dua kalimat syahadac
penuh menjadi sering muncul dalam dokumen-dokumen. Umat Beriman awal memang :selalu mengakui bahwa gerakan mereka celah diinstal oleh seseorang yang bernama Muhammad, cetapi sebagaima.na kita
lihat, tidak jelas sejauh mana Yahudi clan Kristiani Timur Dekat siap
untuk menerima klaim orang-orang Arab bahwa Muhammad benarbenar seorang Nabi. Menekankan pencingnya bagi Umat Beriman mengenai status Muhammad sebagai rasul Allah adalah cara lain di ma.na
Bani Umayya clan para penasihatnya membuat garis yang membedakan anrara Umar Beriman dari yang lain-garis regas seperti icu yang mungkin membuat orang-orang Kristiani dan Yahudi mempunyai kesulitan
untuk tetap berada di dalam lingkungan Umat Beriman. Penekanan
yang semakin jelas dan ketat akan pentingnya Nabi Muhammad sebagai
nabi, mulai pada kuarral terakhir abad pertama Hijriah/akhir abad ketujuh masehi, menghasilkan pengkodifikasian sabda Nabi (bahasa Arab,
Hadi.th) sebagai satu cara melegitimasi praktik-praktik dan institusi di
dalam masyarakat.
Penelusuran yang masih tersisa mengenai pergantian terminologi
ini dapat ditemukan dalam koleksi-koleksi luulith ini. Beberapa luulith
terjadi dalam dua varian, yang satu tampak secara umum bersifat "Believerish" dan yang lain lebih "Muslim". Misalnya, koleksi yang merekam
Nabi yang memberikan dua varian jawaban kepada penanya yang bertanya, "apa pekerjaan terbaik"? Salah satu varian menyatakan bahwa
Nabi menjawab, "Percaya kepada Allah, dan ]iluul fi sabil Allah, di jalan
Allah," akan tetapi yang lain, "Percaya kepada Allah dan Rasul-Nya,
dan Jihad .... " Kita dapat memahami bahwa, ketika transmisi hadith ini,
varian yang kedua dibuat dengan menambahkan Rasul/Nabi pada yang
pertama, untuk mendefinisikan "iman" dalam satu cara yang mencakup
iman kepada Rasul sebagai bagian esensial, dan bukan hanya iman kepada Allah.
Erat berkaitan dengan penekanan pada kerasulan Muhammad ini
adalah penekanan kepada al-Qur'an itu sendiri, wahyu yang berbahasa
Arab, yang bagi Umat Beriman kini mempunyai asumsi satu status di
atas wahyu-wahyu sebelumnya, Taurat clan lnjil. Yang pertama sekaliwalaupun kita hanya tahu sedikit mengenai hat ini-'Abd al-Malik meminta gubemurnya di lrak, Hajjaj, uncuk menyiapkan satu edisi ulang
teks al-Qur'an yang ada untuk pertama kali dengan tanda-tanda vowel
diacritic (harakat) yang jelas untuk memastikan bacaan dan kutipan yang
tepat dari eeks tersebut. Kenyataan bahwa amir al-mu'minin dan rezimnya mendistribusikan versi al-Qur'an yang "lebih baik" ini-firman
Tuhan-untuk dipakai oleh Umat Beriman inti (khususnya di kota-koca) adalah salah satu cara di mana 'Abd al-Malik ingin menunjukkan
kenyacaan bahwa rezim yang dia pimpin adalah benar-benar "Kerajaan
Tuhan" yang saleh yang pendiriannya menjadi cujuan Umat Beriman
awal. Namun, hal :ini juga menegaskan bahwa rezim Umac Beriman
yang dia pimpin itu didedikasikan uncuk menyebarkan dan menjalankan finnan Tuhan yang diwahyukan, yaitu al-Qur'an. lnskripsi-inskripsi
Dome of che Rock juga bersifac instruktif dalam konteks ini. Sebagaimana inskripsi-inskripsi cersebuc menekankan kerasulan Muhammad,
inskripsi-inskripsi cersebut juga menekankan al-Qur'an, karena inskripsi
itu berisi ayac-ayac yang bersifat harfiah dari, atau parafrase yang dekat,
dari bagian-bagian al-Qur'an-menunjukkan bahwa 'Abd al-Malik dan
orang-orang di sekicarnya bemiat uncuk menekankan, dalam konscruksi
yang paling menarik y