Rabu, 29 Januari 2025

muhammad dan islam 8


 yn-anak 'Ali clan cucu Nabi Muhammad, yang dari 

garisnyalah darah Nabi mengalir-dan juga banyak keluarganya, telah 

mengageckan banyak Umac Beriman dan menimbulkan kesan bahwa 

Yazid tidak saleh. Kaum Shi'ah Kufa yang mengundang Husayn untuk 

memberontak, kini dipenuhi penyesalan, karena gaga( mendukung dia 

dan ketika iru juga cidak dapac berbuac banyak. Secelah Husayn wafat, 

'Ubayd Allah mengusir pimpinan Shi'ah Mukhtar, yang sedang menu￾ju Makkah untuk mejajaki kemungkinan bergabung dengan kekuacan 

'Abd Allah lbn Zubayr dalam perlawanannya terhadap kepemimpinan 

Yazid. Akan cecapi Ibn al-Zubayr yang ariscokrac dan keras cidak pemah 

bersedia untuk bergabung dengan siapa pun yang mungkin akan men￾jadi rivalnya dalam klaimnya sendiri, telah menolak maksud Mukhtar, 

dan Mukhtar mundur kembali ke rumahnya, Taif, untuk beberapa saat. 

Usaha Yazid untuk mendapackan dukungan di Hijaz cidak berhasil 

sama sekali. Dia mengundang delegasi orang terkenal Madinah untuk 

datang ke Damaskus mencoba membujuknya, akan tetapi kebanyak￾an dari mereka masih menyimpan perasaan dendam akibat kebijakan 

Mu'awiya. Tambahan lagi, laporan mereka mengenai gaya hidup Yazid 

yang kurang askecik di pemerincahan menyebabkan kemarahan, bukan 

simpati, di antara orang-orang Madinah, yang merasa kaget bahwa se￾seorang yang cidak punya kesalehan dapac mengklaim diri memimpin 

Umat Beriman. Orang-orang Madinah enggan dengan Bani Umayya 

karena alasan lain; setelah Perang Sipil Penama, Mu'awiyya telah 

mengambil alih kekayaan di kota dari orang-orang Madinah, yang se￾cara umum mendukung 'Ali, mereduksi banyak orang-orang Madinah 

hampir semuanya menjadi berstatus pelayan acau masyarakat kelas ba￾wah. Oleh karenanya, pada tahun 63/682-683 orang-orang Madinah 

menolak klaim kepemimpinan Y azid dan mengusir Gubemur Yazid, 

yang telah menuduh orang-orang Madinah melakukan incervensi ketika 

Umayah melakukan pengumpulan kekayaan dari wilayah tersebut.


PUISI 'ALI IBN HUSA YN IBN 'ALI IBN ABI TALIB 

Dikatakan sebagai anggota />ertama keltutrga Husayn yang rerbunuh 

di Karbala. Ayat ini umipaknya diucapkan/dideklarasikan olehnya 

ketika dia maju perang melawan tentara Umayya, beberapa unit yang 

dipimpin oleh Shalxuh Ibn Rib'l al-Riyahi clan Shamir Ibn Dhi l-]aw￾shan (hemistich 3/separuli clari baris puisi yang biasanya dipisahkan 

dari yang lain). Baris terakhir adalah satu ref erensi kepada gubernur 

Umayya, 'Ubayd Allah lbn Ziyad, yang bapaknya diakui oleh khalifah 

Mu'awiyya sebagai saudara dari salah satu pihak orangtuanya. Puisi 

ini meringkas beberapa pandangan utama yang akan dikembangkan 

oleh Shi' ah, yang terkenal adaiah legitimasi keluarga 'Ali berakar pada 

kedekatan kepada nabi clan pandangan bahwa orang yang bertakwa/sa￾leh haruslah melakukan perang cerhadap tirani, sekalipun berhadapan 

dengan kemungkinan yang hampa. Otentik atau tidak, puisi ini me￾nunjukkan bahwa pandangan ini bereclar pada masa pengarang yang 

relatif awal, Abu Mikhnaf ( wafat 157 /773-77 4). 

Saya 'Ali anak Husayn anak 'Ali; 

Kami dan keluarga yang punya rumah T uhan lebih dekat de￾ngan nabi 

Daripada Sahabac dan Shamir yang jahat. 

Saya menyerangmu dengan pedang sampai pedang ini pacah, 

Serangan pemuda keluarga Hasyim, yaitu keluarga 'Ali, 

Dan sekarang saya tidak akan berhenti mempertahankan ayah 

saya. 

Demi Tuhan, anak seorang penjahat seharusnya tidak memerin￾tah kira. 

[Abu Mikhnaf, Maqtal al-Husayn Ibn 'Ali, ed. Kamil Sulayman 

al-Juburi (tanpa tanggal: Dar al-mahajja al-bayda', 2000), 139) 

Di Makkah, Ibn Zubayr juga menolak Yazid dalam pidatonya yang 

sangat menyakitkan di mana dia merujuk pada kecintaannya yang 

sangat kepada binatang yang aneh, clan hidup tidak bermoral: "Yazid ::; 

seorang pemabuk, Yazid suka melacur, Yazid singa hitam, Yazid monyetYazid anjing, Yazid pemabuk minuman keras, Yazid padang pasir yang 

mandul". lbn Zubayr kemudian mengalahkan tentara (dipimpin oleh 

'Amr kakaknya sendiri, yang tertangkap dan terbunuh secara kejam 

dan terencana) yang dikirim Yazid untuk menahan dia. Dengan Hijaz 

dalam kondisi pemberontakan terbuka seperti sekarang ini, Y azid me￾ngorganisasi tentara Syria yang besar dan diberangkatkan ke kota-kota 

suci. Yang terkenal dalam pasukan ini adalah kepala suku Kalb dan 

dari suku Kristiani Taghlib yang besar, yang beberapa di antaranya di￾laporkan melakukan protes dengan membawa salib clan umbul-umbul 

patron mereka, santo Sergius. Orang-orang Madinah mengusir semua 

anggota keluarga Umayya dan pendukungnya dari Madinah--dikatakan 

kekuatannya sekirar seribu orang. Tentara Yazid kemudian melakukan 

operasi militer menuju selatan ke Hijaz dan mengambil posisi di wilayah 

berbatuan vulkanik (harra), keras, dan hitam di sebelah timur Madinah. 

Setelah beberapa hari, dengan melakukan pemberontakan yang gaga! 

agar Yazid diakui, terjadilah peperangan. Orang-orang Madinah (anak 

turun kaum Anshar dan beberapa orang Quraysh yang non-Bani Umay￾ya yang telah lama hidup di Madinah) tampaknya berada pada ambang 

batas kemenangan, tetapi orang-orang Syria membalikkan keadaan. 

Banyak orang Madinah terbunuh, termasuk banyak orang Quraysh, dan 

orang Madinah yang selama tiga hari terpaksa berada dalam penjarah￾an (tempat yang dijarah dalam suasana perang). Yang dikenal dengan 

"Perang Harra" (berakhir pada rahun 63/Agustus 683) bahkan beraki￾bat terjadinya perbudakan orang Madinah. Kemudian orang Madinah 

yang kalah dipaksa untuk bersumpah setia pada Y azid sebagai amir al-

. . . mu mmm. 

Tentara Yazid meneruskan operasinya menuju selatan ke arah Mak￾kah untuk menundukkan 'Abd Allah Ibn Zubayr, yang sejak awal 

dipandang sebagai rival yang paling serius. Makkah dikepung selama 

beberapa minggu ( awal tahun 64/September 683); selama dalam pe￾ngepungan terdapat pertentangan yang tidak berujung, salah satunya 

adalah Ka'bah (yang digantung di atasnya) dibakar. Akan tetapi di cengah-cengah pengepungan, dacang berica bahwa Yazid, canpa di duga￾duga, wafat di Syria (Rabi' I tahun 64/November 683). Mengetahui hat 

icu, komandan pasukan Syria, yang memang tidak pemah benar-benar 

ingin menyerang Makkah atau lbn al-Zubayr, membubarkan kepungan 

dan mulai melakukan negosiasi dengan al-Zubayr, yang diundangnya 

untuk melakukan operasi bersama kembali menuju Syria untuk mene￾rima posisi amir al-mu'minin. Tetapi lbn Zubayr menolak meninggalkan 

Makkah. Pasukan Syra i mundur dan menuju ke ucara ke Damaskus. 

Dengan wafarnya Yazid, keberuncungan Zubayr cerus meningkac, 

sementara Bani Umayya mengalami ketidakberuntungan yang serius. 

lbn al-Zubayr mendeklarasikan dirinya sebagai komandan Umat Beri￾man pada cahun 64/683. Di Syria, beberapa orang mengakui anak-anak 

Mu'awiyya (II) muda sebagai amir al-mu'minin, cecapi di luar Syria clan 

bahkan di dalam Syria sendiri, banyak orang mencari kemungkinan 

lain; kita melihat bahwa komandan tencara Yazid cenderung mengakui 

lbn Zubayr, sebagaimana juga beberapa anggoca keluarga Bani Umayya. 

lbn Zubayr, yang sudah diakui sebagai amir al-mu'minin di Makkah clan 

Madinah, mengirim seorang gubernur ke Mesir clan, setelah beberapa 

periode keraguan di lrak, berencana untuk mengirim gubemur juga, dan 

dalam percimbangannya, dia mengirim saudaranya Mus'ab ke sana se￾bagai gubemur. Pendukung lbn Zubayr kembali mengusir Bani Umayya 

clan pendukungnya dari Madinah. 

Semencara icu Mu'awiyya II wafac setelah beberapa bulan, mening￾galkan Bani Umayya dalam keadaan yang sangat kacau. Kelompok￾kelompok yang menjadi sekutu dekat Dinasti Umayya itu, dan karena· 

nya paling merasakan kehilangan jika pemerintahan amir al-mu'minin 

diduduki oleh seseorang yang lain, secara alamiah merekalah yang 

paling ingin menemukan seorang kandidat Bani Umayya. Hal ini ter￾masuk, khususnya, kepala suku Kalb yang kuat dari Syria T engah, yang 

sudah menjadi sekutu Mua'awiyya I clan Yazid melalui perkawinan; 

'Ubayd Allah lbn Ziyad, yang pelayanannya kecika menjadi gubernur 

di lrak untuk Mu'awiyya dan Yazid membuatnya ingin melihat kelanjutan pemerintah Umayya di sana; dan Sarjun lbn Mansur, kepala 

administrasi untuk Mu'awiyya dan Yazid yang seorang Kristiani. Tetapi 

para pendukung Bani Umayya yang mula-mula, yang dipimpin oleh 

Dahhak lbn Qays (dari klan Fihr suku Quraysh) dan didukung suku 

Qays dari utara Syria, mendukung lbn Zubayr, yang sekarang diakui 

oleh seluruh penguasa dengan satu-satunya pengecualian Damascus dan 

wilayah sekitarnya. lbn Zubayr secara pas memilih Dahhak gubernurnya 

di Damaskus, secara in absentia. Bahkan kepala keluarga Bani Umayya, 

Marwan yang telah lanjut usia, berpikir untuk mengakui lbn Zubayr 

(menurut beberapa laporan, sebenamya dia telah melakukannya). Akan 

tetapi akhimya dia terpengaruh 'Ubayd Allah lbn Ziyad dan Hassan lbn 

Malik lbn Bahdal, kepala suku Kalb, untuk mengklaim kepemimpinan 

pada dirinya. Keluarga Bani Umayya bertemu di Jabiya, di satu area 

aman di Jawlan sebelah selatan Damaskus, tempat Marwan diakui mere￾ka sebagai amir al-mu'minin; dan setelah mengumpulkan pendukungnya 

yang loyal (khususnya para pemimpin Kalb dan pemimpin suku Judham 

dari Palestina), Marwan menghadapi Dahhak dan mereka yang mendu￾kung Zubayr di Marj Rahit, utara Damascus. Dalam pertempuran itu, 

Dahhak terbunuh dan para pendukungnya, khususnya yang dari suku 

Qays, pulang kembali dengan kehilangan pasukan yang besar (Muhar￾ram tahun 65/ Agustus 684). Peperangan ini memperkuat ikatan antara 

Banu Umayya dan suku Kalb dan menstabilkan posisi Marwan di Syria, 

akan tecapi menanam kebencian yang dalam antara Kalb dan sekucu￾nya di satu sisi dan Qays di sisi yang lain, yang terus berlanjut menjadi 

semakin parah sampai lebih dari seabad, dan selalu menjadi sumber 

masalah dalam usaha Umayya untuk membangun tentara Syria yang 

satu. Marwan segera bergerak mengkonsolidasikan kekuatannya di Syria 

dan Palestina (bukan melawan klaim pemimpin klan Bani Umayya yang 

menjadi rivalnya) dan kemudian mengambil alih Mesir dari gubemurnya 

lbn al-Zubayr pada pertengahan tahun 65/awal 685. Ketika dia wafat 

beberapa bulan kemudian, Marwan mengalihkannya kepada anaknya 

dan penggantinya, 'Abd al-Malik yang pemberani, satu fondasi yang aman untuk mengembalikan kekuaran Bani Umayya. 

Sementara itu di lrak, pemerintahan Ibn al-Zubayr digoyahkan oleh 

berkembangnya kaum Shi'ah di Kufa. Mukhtar lbn Abi 'Ubayd, yang 

telah diusir dari Kufa oleh gubernurnya Yazid, 'Ubayd Allah lbn Ziyad 

setelah Perang Karbala, kembali pada bulan Ramadan 64/Mei 684 se￾telah lebih dari tiga tahun di Makkah dan Ta'if. Selama waktu itu, dia 

mencoba berulang-ulang menarik minat 'Abd Allah lbn Zubayr dalam 

aliansi anti Umayya, akan tetapi kebanggaan lbn Zubayr tidak pernah 

dalam hat tersebut. Mukhtar mulai membangun gerakan rakyat di an￾tara kaum Shi'ah di Kufa, mengajak untuk membangun pemerintah 

yang adil dan mendukung yang lemah dan tertindas. Dia juga mengajak 

orang-orang untuk mengakui Muhammad lbn Hanafiyya, putra 'Ali lbn 

Abi talib dari Khalwa, seorang tawanan dari suku Hanifa yang diambil 

pada masa ridda, sebagai amir al-mu'minin. Mukhtar menegaskan bahwa 

Muhammad lbn al-Hanafiyya adalah kandidat yang benar bukan hanya 

karena keturunan 'Ali akan tetapi juga karena dia adalah seorang mahdi 

yang kedatangannya akan menghilangkan kejahatan dan (akhimya) 

membangun rezim yang adil di muka bumi. (ini pertama kali yang da￾pat direkam di mana konsep mahdi muncul di antara Umat Beriman.) 

Gerakan Mukhtar mendapat dukungan luas di Kufa bukan hanya dika￾langan kaum Shi'ah saja tetapi juga di antara kaum mawali Kufa-yang 

dahulunya tawanan beserta keturunannya. Hal itu juga menarik keba￾nyakan orang-orang yang terlibat dalam pertentangan itu, yang enggan 

terhadap elite dominan di kota tersebut (tidak peduli apakah mereka 

mendukung Umayya atau Ibn Zubayr). Mukhtar juga mencoba menarik 

suku-suku terkenal Kufa, yang dukungannya dia pandang sebagai sesua￾tu yang sangat penting, tetapi selalu ada konflik tersembunyi di antara 

minat mereka dengan minat masyarakat, "kaum bawah" dalam ideologi 

Mukhtar. Salah satu sumber melaporkan bahwa orang-orang terkenal 

megkomplain Mukhtar, "Anda telah menjadikan kaum mawali menjadi 

target, kekayaan yang T uhan telah karuniakan kepada kami, demikian 

juga seluruh negeri kami; kita telah membebaskan (menaklukkan) me-reka dengan harapan pahala dan ganjaran (dari Tuhan) dalam hal itu, 

dan untuk bersyukur; kami tidak berkenan atau tidak suka Anda menja￾dikan mereka mitra dalam kakayaan kita." 

Dengan ketegangan yang semakin tinggi, berita sampai ke Kufa 

pada ahir tahun 66/awal musim panas 686, bahwa 'Ubayd Allah lbn 

Ziyad, bekas gubemur Umayya yang telah mengerahkan kekuatannya 

membunuh Husayn di Karbala,' bergerak dari utara Syria menuju lrak 

dengan tentara Syrianya. Hampir dua tahun sebelumnya, sekelompok 

orang-orang Kufa mengajak "orang-orang yang berrobat (Tawwabun), 

yang menyesali kegagalannya untuk mendukung Husyan di Karbala', 

bergerak maju menghadapi 'Ubayd Allah yang sama ketika dia bergerak 

dengan tentaranya menuju lrak. Mereka berjumpa dengannya di 'Ayn 

Warda di perbatasan antara utara Syria dan Irak, dan telah dihancurkan 

(bulan Jumada I tahun 65/ Januari 685), Selanjutnya, 'Ubayd Allah 

yang tertangkap mencoba untuk menaklukkan wilayah Jazira. Kini, de￾lapan betas bulan kemudian, dia siap dan memulai gerakannya menuju 

lrak. Mukhtar segera mengorganisasi kekuatannya dipimpin oleh seo￾rang yang cemerlang Ibrahim lbn al-Ashtar, clan mengirimnya ke utara 

untuk memblokade 'Ubayd Allah lebih dulu. 

Gubemumya lbn Zubayr di Kufa, clan suku-suku cerkenal yang men￾dukungnya, langsung mengambil kesempatan dari lemahnya pasukan 

Mukhtar untuk mengorganisasi penyerangan. Akan tetapi Mukhtar bisa 

menarik Ibrahim, yang kembali dengan orang-orangnya beberapa hari 

secelah kepergiannya. Dalam percempuran selanjucnya (akhir tahun 

66/)uli 686), pasukan Mukhtar pergi ke pertempuran clan meneriakkan 

slogan "Balas dendam untuk Husayn!" clan "Wahai yang Hebat, bunuh￾lah!" (yang terakhir ini merupakan referensi untuk seorang pengam￾pun, sang messiah), dan mereka yang terkenal itu yang, di bawah Bani 

Umayya, mengambil bagian dalam operasi melawan Husayn, terbunuh. 

Ketika kegagalan pemberontakan mereka diketahui oleh orang-orang 

cerkenal cersebuc, hampir IO ribu orang dari mereka kabur dari Kufa 

untuk minta perlindungan Basra dengan Mus'ab Ibn al-Zubayr, clan pengikut Mukhtar menghabisi kuda-kuda mereka yang melarikan diri. 

Mukhtar yang memperoleh sumpah setia dari orang-orang Kufa, men￾janjikan balas dendam "orang dalam" (ahl bait, digunakan untuk meru￾juk keluarga Nabi, di sini bermakna khususnya 'Ali dan kecurunannya), 

dan menunjuk para gubemur untuk wilayah-wilayah di bawah Kufa di 

sebelah timur, suacu wilayah yang sangat luas yang mencakup Armenia, 

Azerbaijan, Mosul, Hulwan, clan sebagian wilayah cengah clan ucara 

lrak. 

Dengan Kufa yang sudah terkontrol dan lebih aman, Mukhtar kem￾bali mengirim pasukan di bawah Ibrahim lbn al-Ashtar mendekati 

centara Bani Umayya. Orang-orang Ibrahim, secelah kemenangannya 

yang baru di Kufa, sangat ingin membalas dendam kematian Husayn 

dan orang-orang yang bertobat (tawwabun) itu dan memblokade jalan 

'Ubayd Allah di utara lrak, dekat Sungai Zab. Kembali keuntungan ada 

di cangan mereka; di peperangan Khazir, dekac Mosul, cencara 'Ubayd 

Allah dikalahkan (sebagian karena kontingen Qays di dalam pasukan 

Bani Umayya masih menderita akibat dari kekalahan mereka di Marj 

Rahit dua cahun sebelumnya, melakukan disersi) clan 'Ubayd Allah sen￾diri dan sejumlah pimpinan pencing Bani Umayya cerbunuh (pada bu￾Ian Muharram rahun 67/Agustus 686). Hal ini memungkinkan Mukhtar 

untuk mengontrol lrak sebelah utara clan Kufa yang merupakan keka￾lahan serius bagi rencana 'Abel al-Malik untuk menaklukkan kembali 

kekuasaan pemerintahan. 

Balas dendam orang-orang mulia Kufa yang diusir muncul tidak 

lama kemudian; didorong oleh mereka, Mus'ab lbn al-Zubayr memulai 

rencananya uncuk merebut kembali Kufa. Pada pertengahan cahun 67/ 

awal 687, mereka siap melakukan operasi menuju Kufa. Pasukan Mukh￾tar kalah pada serangan pertama di Madhar, clan terdorong mundur ke 

Harura' clan akhirnya ke Kufa, yang kemudian diblokade. Ketika Mus'ab 

dan pendukung Kufanya akhirnya menaklukkan kota pada Ramadan ta￾hun 67/April 687, Mukhtar terbunuh, bersama-sama dengan enam ribu 

pendukungnya. Lenyapnya Mukhcar dan gerakannya membuac lrak sekali lagi ada 

di bawah kontrol lbn Zubayr, tecapi rezimnya tidak lagi tenang, orang￾orang Zubayri menghadapi sejumlah pembangkang Khawarij di lrak, 

Fars, dan khususnya di Arab Timur, di mana pemberoncak di ancara 

suku Hanifa dari wilayah Yamama Arab Timur, yang dipimpin oleh 

orang Khawarij Najda lbn 'Amir, memindahkan sejumlah besar ceritori 

dari wilayah milik orang-orang Zubayri. Pada tahun 68/Juni 688 cidak 

kurang dari empac pimpinan berbeda memimpin karavan haji menuju 

Makkah, mewakili mereka yang mengakui lbn Zubayr, 'Abd al-Malik 

dari Bani Umayya, pimpinan Khawarij Najda, dan lbn al -Hanifiyya 

dari 'Ali. 

Semencara icu, di Syria 'Abd al-Malik harus berurusan dengan ber￾bagai ancaman terhadap kekuatannya sebelum dia dapat berpikir untuk 

melakukan operasi pasukan lain melawan lbn al-Zubayr untuk memba￾las kekalahan yang diderita oleh pasukannya pada perang Sungai Kha￾zir. Pada awal cahun 67/musim panas 686, dia harus menekan serangan 

yang dipimpin oleh seorang pemimpin suku Judham di Palestina yang 

telah mendeklarasikan dukungannya untuk lbn Zubayr. Dia juga harus 

berurusan dengan front utara di mana pemerincah Byzantium telah 

mengorganisasi-dengan didukung oleh uang dan centara-uncuk me￾lakukan invasi cerhadap wilayah pancai Syria, sampai ke Lebanon Se￾latan dengan orang-orang gunung dari Amanus yang menyukai perang, 

yaicu orang-orang Mardaic. Hanya dengan mengakhirinya dengan biaya 

besar clan perjanjian yang memalukan clengan penguasa Byzantium, 

'Abd al-Malik mampu menyelamatkan munclumya orang-orang Mar￾daic. Dengan demikian pada tahun 69/689 dia meninggalkan Damaskus 

pacla operasi percamanya uncuk mencoba menyingkirkan Mus'ab lbn 

al-Zubayr clari Irak, cetapi ketika clia ticlak acla, keponakannya yang 

jauh clan rivalnya 'Amir lbn Sa'id lbn al-'As menguasai Damascus clan 

mendahului klaimnya uncuk memimpin Dinasci Umayya. 'Abcl al-Malik 

harus menuncla operasinya clan kembali menumpas pemberoncak clan, 

akhirnya mengeksekusi 'Amr. Dia juga perlu menumpas oposisi yang keras terhadap Bani Umayya di antara kepala suku Qaysi dari Qarqisiy￾ya di sepanjang Efrat (tahun 71-72/musim panas 691). Oleh karena itu, 

baru pada tahun 72/ akhir 691 lah 'Abel al-Malik siap untuk melakukan 

operasi melawan kedudukan lbn Zubayr di lrak. Setelah melakukan 

kontak dengan beberapa kelompok dan para pemimpin di lrak yang 

memang telah diasingkan oleh pemerintahan Mus'ab lbn al-Zubayr di 

sana, 'Abel Malik maju. Dia bertemu dengan tentara Mus'ab di Dayr 

al-Jathliq di Tigris tengah (agak ke utara Baghdad modem) dan menga￾lahkannya secara mudah, karena banyak dari tentara Mus'ab tertawan 

dan dieksekusi (penengahan tahun 72/akhir 691 ). 'Abd al-Malik masuk 

Kufa dan diakui di sana sebagai amir al-mu'minin. 

'Abel al-Malik kemudian mengirim komandannya yang loyal, Hajjaj 

lbn Yusuf-segera menjadi gubemur Irak-dengan kekuatan tentara 

berjumlah dua ribu orang-orang Syria melawan lbn al-Zubayr di Makkah. 

Kekuatan yang kecil ini kemudian ditingkatkan dalam beberapa minggu 

oleh yang lain, ditambah dengan yang diberangkatkan sebelumnya oleh 

'Abd al-Malik ke Hijaz Utara untuk menjaga Syria melawan setiap usaha 

lbn Zubayr untuk mendudukinya. Hajjaj untuk sementara tinggal di Ta'if 

(kota tempat tinggalnya) untuk mengumpulkan kekuatannya, sebelum 

merampungkannya di Makkah. Sampai mendekati akhir tahun 72/Maret 

692, kota diblokade; setelah enam bulan, ketika banyak dari tentara lbn 

Zubayr melakukan desersi karena tidak adanya harapan terhadap situasi 

atau dibujuk dengan janji amnesti, 'Abel Allah lbn al-Zubayr kalah te￾lak dan terbunuh dalam perang di luar kota (pada bulan Jumada I, 73/ 

September 692), 'Abel al-Malik akhimya diakui diseluruh amsar dan dae· 

rah-daerah di bawah kekuasaan amsar tersebut, sebagai amir al-mu'minin. 

Setelah dua puluh tahun dalam ketegangan dan perjuangan, Perang Sipil 

Kedua akhimya selesai dan kekuasaan Bani Umayya kembali. Beberapa poin yang pantas untuk dicatat muncul dari beberapa catatan 

mengenai perang sipil. Pertama, dalam kedua perang sipil itu, khu￾susnya yang pertama, seseorang dikejutkan oleh bagaimana ketatnya 

pertentangan yang terkonsentrasi pada isu mengenai siapa yang paling 

baik untuk menjadi pemimpin komunitas Umat Beriman. Lebih jauh 

lagi, tampaknya kebanyakan orang melihat kepemimpinan sebagai ha￾nya milik sekelompok kecil, khususnya kaum Quraysh (kaum Khawarij 

adalah pengecualian utama untuk hal ini). Hal ini memberi perang 

sipil, khususnya yang pertama, suatu kualitas mengenai persaingan ke￾luarga yang sangat pahit, karena kebanyakan pirnpinan dari perang sipil 

itu rnerniliki hubungan satu sama lain, bahkan sering kali sangat dekat, 

baik hubungan darah maupun perkawinan, atau paling tidak secara per￾sonal tahu satu sama lain. 

Kedua, perang sipil itu rnenjadi luar biasa rnenarik karena rnelibat￾kan sejumlah kekerasan. Banyak episode di rnana sumber-sumber kita 

menjelaskan bahwa tawanan dieksekusi dalam bentuk pembunuhan 

berdarah dingin, di mana anak-anak dibunuh sebelum bapak-bapak￾nya, atau seseorang dibunuh atau disuruh rnernbunuh oleh saudaranya 

('Amr lbn Zubayr oleh saudaranya 'Abd Allah; 'Amr lbn Sa'id oleh 

'Abd al-Malik), di mana yang kalah dibunuh secara massal (Nahrawan, 

Khazir, para pengikut Mukhtar di Kufa, Perang Harra). Hal ini rnungkin 

berkaitan dengan sifat brutal pada masa itu dan dengan tingkah laku 

brutal dari yang berperan serta, yaitu mereka para badui atau kaum pe￾tani yang keras dan tak berbudaya. Akan tetapi pasti hal itu juga akibat 

dari karakter ideologis konflik dalarn perang sipil tersebut. Hal ini rne￾nyebabkan orang mendemonkan (menganggap iblis) musuh-musuhnya 

sebagai perwujudan kejahatan dan juga membuat mereka sadar bahwa 

musuh yang dikalahkan-yang tidak benar-benar bertobat, karena alas￾an ideologis-selalu menjadi ancaman mernberontak kembali, sehingga 

lebih baik membunuhnya. Lebih jauh lagi, karakter ideologi yang men￾dalam dari Gerakan Umat Beriman membuat eliminasi terhadap "te￾man jahat" (allies of devil) dapat diterima secara moral, bahkan dipuji, di dalam pikiran mereka. Pentobat (tawwabun) yang menemui kemati￾annya di 'Ayn Warda, meyakini status 'Ubayd Allah Ibn Ziyad sebagai 

mewakili yang jahat; kelompok Khawarij mengeksekusi seorang murrad, 

yaitu mereka yang menjalankan keimanannya secara tepat, tetapi tidak 

sesuai dengan persyaratan ketat dari mereka; pembesar Kufa yang mem￾bunuh pendukung Muhtar dari kaum mawali memandang mereka seba￾gai penyusup yang secara tidak adil mengambil alih hak kekayaan yang 

diberikan oleh T uhan untuk mereka. Akan tetapi pembalasan dendam 

lama memainkan peranan besar di dalam peristiwa berdarah itu, apakah 

itu Bani Umayya yang membalas dendam terhadap orang-orang Madi￾nah pada Perang Harra karena mereka diusir dari kota dan karena ter￾bunuhnya 'Uthman, atau pengikut Mukhtar yang mengeksekusi sebagai 

upaya balas dendam terhadap para pembesar Kufa dan tentara 'Ubayd 

Allah karena telah membunuh Husayn. 

Ketiga, dengan Perang Sipil Kedua, khususnya, kita secara trans￾paran berpindah ke satu tahap baru dalam sejarah komunitas Umat 

Beriman. Masa sahabat Nabi cepat berakhir, dan dramatis personae dan 

para pemainnya sekarang adalah generasi muda yang tidak mempunyai 

memori mengenai Nabi dan acau perjuangan yang membentuk hidup￾nya. Seseorang dapat merasakan turunnya kualitas kharismatik dari 

gerakan yang mula-mula, yang memberikan perhatian terhadap kesaleh￾an dan menjalankan kehendak T uhan; komitmen terhadap kesalehan 

masih ada, tecapi menjadi lebih sebagai rutinitas dan kurang perso￾nal dan menurun di kalangan banyak Umat Beriman dengan hal-hal 

yang lebih praktis clan bersifat duniawi. Penaklukan tampaknya tidak 

menimbulkan antusiame bagi individu personal Umat Beriman, dan 

lebih merupakan bentuk kebijakan Negara yang menguntungkan yang 

dimaksudkan untuk mempertahankan penerimaan dan harta kekayaan 

yang mengalir ke bendahara Negara. 

Keempat, kita melihat dalam perang sipil-khususnya yang kedua￾munculnya perpecahan, yang sejak itu, memecah belah Umat Beriman 

yang sebelumnya bersatu. Klaim 'Ali sebagai amir al-mu'minin selama Perang Sipil Pertama secara perlahan berubah menjadi awal mula ge￾rakan yang benar-benar sektarian, Shi'ah, yang memegang keluarga 'Ali 

secara khusus; ia menerima peristiwanya yang menentukan pada pem￾bunuhan putra 'Ali, yaitu Husayn di Karbala pada Perang Sipil Kedua, 

suatu peristiwa yang kemudian diperingati oleh kelompok Shi'ah, sam￾pai sekarang, dan yang memberi Shi'ah identitas khusus yang terfokus 

pada ide martir sebagai cara meningkatkan status orang-orang tertindas. 

Perlu waktu satu abad atau lebih sebelum Shi'ah menyempumakan 

konsep-konsep sentralnya, seperti pandangan mengenai imamat dan pe￾mimpin umat yang dibimbing Tuhan; namun, gerakan yang kemudian 

itu berakar pada Perang Sipil Pertama dan Kedua. Peristiwa-peristiwa 

ini lalu menjadi titik colak untuk membangun dua narasi yang berbe￾da mengenai legitimasi di dalam komunitas Islam-yang satu Shi'ah, 

yang menekankan kepada keluarga 'Ali---dan yang lain (yang akhimya 

disebut Sunni) menekankan kepada suksesi pemegang kekuasaan yang 

sesungguhnya, termasuk Bani Umayya. Kita juga melihat bagaimana 

kelompok ketiga, Khawarij yang ultra saleh, muncul selama Perang Si￾pil Pertama, walaupun minoritas Muslim, mereka cukup signifikan pada 

beberapa abad pertama Islam. 

Kelima, konflik panjang dan bersifat sporadis ini menunjukkan de￾ngan jelas bahwa Hijaz, di samping menjadi rumah kota suci Makkah 

dan Madinah dan pusat spiritual Gerakan Umat Beriman yang mula￾mula, bukanlah basis yang efektif untuk mengembangkan kekuatan di 

skala besar, dan Umat Beriman, dengan amsar nya yang jauh yang men￾dominasi hampir seluruh Timur Dekat, ketika masa perang-perang sipil 

itu, justru meningkat menjadi benar-benar berskala besar. Yang lebih 

efektif sebagai basis kekuatan adalah area-area yang mempunyai basis 

pajak yang solid (khususnya Mesir dan Irak) dan populasi yang cukup 

besar dan stabil. Hijaz: tidak menawarkan semua ini, dan menjadi sema￾kin mundur (remote/distant/isolated place) dalam politik, menjadi tidak 

tempat kedua yang kurang penting di dalam sejarah Umat Beriman. 

Isu ekonomi clan isu praktis lain, tentu saja menyumbangkan banyak 

ha! untuk konflik-konflik ini. Merupakan suatu kenyataan, bahwa posisi ekonomi sulit membuat perjuangan pantas dan menguntungkan untuk 

dilakukan oleh banyak partisipannya. Cerita mengenai pemberontakan 

Mukhtar dengan jelas menunjukkan bahwa Kufa tercabik-cabik oleh 

kecegangan sosial dan ekonomi yang serius, membuac kecurunan penak￾luk yang mula-mula, yang membentuk semacam aristokrasi Arab, me￾lawan keturunan tawanan yang mula-mula (mawali); dicambah dengan 

kesenjangan sosial yang besar yang memisahkan mereka yang berbahasa 

asli Arab dengan mereka yang bahasa ibunya bukan Arab. Kecegangan 

sosial dan ekonomi yang semacam ini akan selalu ada; yang menarik 

adalah bahwa penderitaan yang semacam itu diartikulasikan ke dalam 

gerakan policik yang logis dengan klaim bahwa pemimpin yang adil 

(mungkin seorang mahdi, juru selamac) akan menyelesaikan masalah. 

Dengan kata lain, Gerakan Umat Beriman, sekalipun pada akhir Perang 

Sipil Kedua, membawa suatu keyakinan bahwa kecidakadilan dan pe￾nindasan yang semacam itu cidak lagi bisa dicerima, bahwa caca acuran 

baru yang lebih adil dapat dicapai. Dengan demikian Umat Beriman 

memobilisasi orang-orang untuk berbuat sesuai dengan cara yang, mere￾ka percaya, didesain untuk dapat menyelesaikan ketegangan sosial dan 

ekonomi yang bersi.fat endemik di dalam masyarakac pramodern (dan 

mungkin di dalam semua masyarakat). Dalam hal ini, kita harus melihac 

ideologi Umat Beriman sebagai sebab utama perkembangan sejarah, 

kecimbang kecegangan sosial ekonomi yang lacen yang diarcikulasikan 

oleh gerakan tersebuc, karena kecegangan semacam icu selalu ada. 

Kenyataan bahwa perang sipil, untuk sebagian besarnya, merupakan 

perjuangan di lingkungan Quraysh tentang kepemimpinan, berarti bah￾wa komunitas Umat Beriman yang lebih besar-khususnya orang-orang 

Kristiani dan Yahudi non-Arab yang telah bergabung dengan gerakan 

ini-tidak terlalu tampak dalam perjuangan ini. Pada Perang Sipil 

Kedua, ada saat orang-orang Kristiani, paling tidak, tampak terlibat. 

Sebagaimana kica lihat, administrator Krisciani Bani Umayya, Sarjun 

lbn Mansur aktif rnendorong Bani Umayya untuk berusaha meraih 

kepemimpinan melawan Ibn al-Zubayr setelah Yazid dan Mu'awiyya II wafat. Apakah dia benar-benar merasa dirinya sebagai bagian integral 

dari Gerakan Umat Beriman, atau sekadar pegawai yang baik, yang 

menarik minat pemihk tempat kerja, Bani Umayya, yang memberi atau 

mengolesi rotinya dengan mentega? Buktinya tidak cukup, akan tetapi 

paling tidak jelas bahwa orang seperti Sarjun tidak merasa bahwa ge￾rakan yang dia ikuti bukanlah anti-Kristiani. Pemimpin suku Kalb, dan 

banyak tentaranya yang membentuk komponen penting tentara pasuk￾an Bani Umayya, mungkin juga tetap Kristiani. Kita tidak menemukan 

bukti mengenai usaha yang dilakukan orang-orang Kristiani dan Yahudi 

untuk mengeksploitasi keraguan yang ada di antara para elite pemerin￾tah dalam mengalahkan hegemoni Umat Beriman, barangkali karena 

mereka merasa bagian darinya. Faktor-fakcor ini menunjukkan bahwa 

kualitas ekumenikal Gerakan Umat Beriman yang mula-mula masih hi￾dup sepanjang periode Perang Sipil Kedua, akan tetapi situasi ini segera 

berubah.


K

ita telah melihat bagaimana Nabi Muhammad berkhotbah menga￾jarkan ide-ide keagamaan tertentu yang memunculkan gerakan ke￾salehan yang berorientasi apokaliptik di Arab Barat yang, sesuai dengan 

nama yang diberikan mereka sendiri, kita sebut dengan "Gerakan Umat 

Beriman". 

Kita juga sudah mengkaji konsep dasar dari gerakan ini, khususnya 

keinginannya untuk membangun suatu "umat yang saleh" yang dapat 

mencapai keselamatan di Hari Akhir dan yang menyebarkan hegemoni 

komunitas ini sejauh mungkin agar dapat merealisasikan tata aturan po￾litik yang saleh-yairu, politik yang dibimbing atas dasar ketaatan ke￾pada hukum Tuhan yang diwahyukan-sebagai persiapan menghadapi 

Hari Akhir yang akan datang. Kita telah menelusuri penyebaran cepat 

dari komunitas itu sampai ke Timur Dekat selama abad ketujuh Masehi, 

yang dipimpin oleh elite penguasa asli Arab, dan melihat hubungan 

antara komunitas baru ini dengan populasi asli (kebanyakan Kristiani, 

Yahudi, atau Zoroaster) yang mereka temui dan mereka pimpin selama ekspansi ini. Kita juga melihat bagaimana perdebatan tentang persoalan 

kepemimpinan di lingkungan elite penguasa telah menimbulkan pem￾berontakan sipil yang sangat brutal dalam dua periode panjang dengan 

konsekuensi permanen. 

Dalam bab ini kita akan melihat bagaimana, selama akhir abad per￾tama setelah Hijrah/a.bad ketujuh masehi dan awal abad kedua setelah 

Hijrah/abad kedelapan Masehi, Gerakan Umat Beriman berkembang 

menjadi agama yang sekarang dikenal dengan nama Islam, melalui 

proses modifikasi dan redefinisi konsep-konsep dasamya. Islam, seba￾gaimana kita pahami sekarang, dengan demikian merupakan kelanjutan 

langsung dari Gerakan Umat Beriman yang berakar pada ajaran Nabi 

Muhammad dan tingkah laku para pengikut awalnya, meskipun secara 

historis menjadi tidak akurat jika menyebut Gerakan Umat Beriman 

awal sebagai "Islam". 

Proses di mana Islam terkristalisasi dari matriks Gerakan Umat Beri￾man setelah perang sipil sebagian merupakan hasil usaha yang sungguh￾sungguh dari Dinasti Umayya yang berkuasa dan pendukungnya, serta 

khususnya karena perubahan persepsi di lingkungan komunitas secara 

umum mengenai persoalan identitas. Dengan demikian, campaknya ada 

sebuah transformasi yang terjadi secara bertahap dan berakhir untuk 

waktu certentu-beberapa dekade paling tidak, mungkin dalam bebera￾pa wilayah selama seabad. Sementara banyak aspek dari proses transfor￾masi ini masih belum diketahui, beberapa dimensinya cukup jelas untuk 

dikaji secara lebih detail. Hal ini akan membentuk judul utama dari bab 

ini. Namun, secara umum, dapat kita katakan bahwa Umat Beriman, 

yang dipimpin oleh Dinasti Umayya, khususnya amir al-mu'minin 'Abd 

al-Malik dan para pendukungnya, tampak melakukan pencarian akan 

legitimasi, mencari jalan untuk memperoleh pengakuan luas akan hak 

supremasi politik dan hak memimpin sebuah pemerintahan berdasarkan 

firman T uhan.

Restorasi Bani Umayya clan Kembali kepada 

Agenda Kekhalifahan 

Selama clua belas tahun Perang Sipil Keclua, baik bagi Bani Umayya 

maupun kancliclat lain pemimpin Gerakan Umat Beriman, hanya acla 

satu persoalan yang menjaclikan mereka harus memusatkan energinya 

untuk berkonsentrasi pacla persoalan menclasar yang menjacli perhatian 

Umat Beriman, yaitu pertanyaan mengenai siapa yang harus memim· 

pin. Kekalahan terakhir 'Abcl Allah lbn Zubayr pacla tahun 73/musim 

gugur tahun 692 menanclai penyatuan pemerintahan yang dibangun 

Umat Beriman yang mula-mula, di bawah pimpinan 'Abcl al-Malik clan 

Bani Marwan, cabang keluarga Bani Umayya. Dengan kemenangan 

tersebut, clia mulai menjalankan kebijakan yang memusatkan perhati￾annya untuk melanjutkan agenda fundamental Umat Beriman. 

Salah satu aktivitas yang cliselesaikan 'Abcl al-Malik, yang lama cli￾interupsi oleh perang sipil, adalah mengirimkan operasi penaklukan se￾bagai usaha untuk memperluas lagi batas kekuasaan clan ajaran hukum 

Tuhan. Byzantium adalah yang pertama menjadi perhatiannya. Selama 

perang sipil, sebagaimana kita lihat, 'Abcl al-Malik clipaksa membeli 

perclamaian dari penguasa Byzantium clalam beberapa peristiwa, ter￾masuk perclamaian yang diadakan pada akhir tahun 79/689-690; akan 

tetapi bahkan sebelum kekalahan terakhir lbn Zubayr, 'Abd al-Malik 

menyelesaikan kebijakan mengirimkan operasi reguler jauh ke clalam 

teritori Byzantium selama musim panas. Kebijakan ini selanjumya dila￾kukan secara dinamis oleh 'Abd al-Malik clan para penggantinya seba￾gai amir al-mu'minin, khususnya anak-anak al-Walicl (memerintah pacla 

86-96/705-715) clan Sulayman (memerintah pada 96-99/715-717). 

Yang terakhir ini, sebenamya, mengorganisasi penyerangan besar di 

darat maupun di laut di ibu kota Byzantium, Constantinople, yang ber￾langsung lebih clari satu tahun (98-99/musim panas 717-718) clan ham￾pir menaklukkan kota. Tetapi Bani Umayya yang baru juga menjalan￾kan kebijakan memperluas kekuasaan di rempat lain, rermasuk operasi penting di Tabaristan, Jurjan, Sijistan (Sistan), Khorezm, dan seberang 

Sungai Oxus di timur dan ke kepulauan Iberia di barat. Wilayah yang 

terakhir diambil lagi oleh komandan Musa lbn Nusyar, dan letnannya, 

Tariq lbn Ziyad, pada 92-94/711-713. 'Abd al-Malik bahkan mengirim 

satu pasukan ke Sind (dataran India, Pakistan modern), yang mengha￾silkan pembentukan suatu koloni Umat Beriman di sana pada tahun 

93/711, di bawah komando Muhammad lbn al-Qasim al-Thaqafi, seo￾rang pemuda di bawah perlindungan Jenderal 'Abd al-Malik dan Gu￾bernur lrak, Hajjaj lbn Yusuf. 

Operasi penaklukan, pada saat ini, adalah suatu kebijakan yang se￾lalu ditingkatkan secara teratur dan pada skala yang luas karena mereka 

akan menyebarkan ajaran hukum T uhan ke area-area baru dan karena 

ha! itu penting untuk keuangan negara. Harta kekayaan dan peneri￾maan pajak (termasuk pajak reguler budak) yang berasal dari penak￾lukan itu memberikan rezim tersebut kekayaan yang diperlukan untuk 

membayar tentaranya. Hal itu dapat disebut sebagai satu contoh dinasti 

yang "d-Oing well by doing good", dan sangat sulit untuk memutuskan ke￾pentingan relatif ini dari insentif material dan ideologis atau religius, 

jika memang ha! itu dapat dipisahkan. Orang tidak dapat menolak ke￾untungan material yang tinggi dari kebijakan ekspansi yang dibuat oleh 

rezim yang berkuasa. Tetapi, menjadi terlalu sederhana untuk menyim￾pulkan bahwa motivasi agama-hasrat untuk memperluas pengakuan 

firman Tuhan-tidak lebih dari sekadar menutupi ketamakan dinasti. 

Menganggapnya demikian akan mengabaikan kenyataan bahwa Ge￾rakan Umat Beriman dimulai dan terus berlanjut dan menjadi berakar 

pada komitmen agama. Lebih jauh lagi, ada laporan dalam tradisi Islam 

(yang secara umum tidak dijelaskan atau ditempatkan secara baik terha￾dap 'Abd al- Malik atau Bani Umayya) yang menunjukkan bahwa 'Abd 

al-Malik adalah seorang yang taat dan berdedikasi untuk memperoleh 

pelajaran agama pada tahun-tahun awalnya. Dengan demikian, tampak￾nya dapat disimpulkan bahwa ekspansi itu didorong oleh percampuran 

antara motivasi agama dan motivasi terhadap materi. 

Dimensi kunci lain dari Gerakan Umat Beriman yang mula-mula, sebagaimana kita lihat, adalah fokusnya pada datangnya Hari Kiamat/ 

Akhir, yang diharapkan kedatangannya oleh Umat Beriman awal. 

Keyakinan apokaliptik semacam itu boleh jadi menjadi kekuatan yang 

mendorong sebagian besar Umat Beriman untuk menolak urusan se￾hari-hari yang biasa dan masuk menjadi anggota militer dalam operasi 

jarak jauh untuk menyebarkan ajaran firman Tuhan yang biasanya 

disebut dengan "Penaklukan Islam''. Daya tarik insentif material pasti 

juga memainkan peranan penting dalam membawa orang masuk dalam 

gerakan, tetapi ini akan muncul setelah proses ekspansi berkembang 

menjadi suatu momen yang jelas; dengan demikian tampak bahwa 

motivasi ideologis-takut akan Hari Akhir yang semakin dekat-ada￾lah hal yang utama dalam awal-awal tahun gerakan dan menurun atau 

berkurang secara perlahan. Memang, sebagaimana kita lihat, kesukse￾san luar biasa dari gerakan tersebut di dalam dunia yang sementara ini 

boleh jadi meningkatkan posisi keagamaan seseorang, yaitu pertanda 

dukungan T uhan bagi Umat Beriman dan suatu penegasan akan klaim 

keagamaan mereka. Perpecahan di dalam perang sipil boleh jadi juga 

dipandang oleh beberapa pengamat kontemporer sebagai firan/cobaan 

yang diharapkan akan mengantarkan kedudukan di Hari Akhir, yang 

boleh jadi juga mengapa di dalam tradisi Islam selanjutnya, kata-kata 

dari Qur'an, fitna, dipakai untuk menunjuk pada perang sipil. (Alasan 

lain adalah bahwa perang sipil secara retrospektif dipandang sebagai 

satu keadaan-juga disebut fitna-ketika Umat Beriman tunduk kepada 

godaan kekuatan duniawi.) 

Begitu posisinya sebagai amir aJ..mu'minin aman, 'Abd al-Malik 

tampak ingin mengingatkan Umat Beriman mengenai realitas, clan 

mungkin juga akan semakin dekamya Hari Akhir. Dia boleh jadi ingin 

menunjukkan klaim dirinya sebagai pemimpin adil terakhir di mana di 

hari itu Penghakiman Akhir akan dimulai clan yang akan menyampai￾kan kepada Tuhan kekuasaan dunia ini. Yang jelas, dengan mengakhiri 

serangan tahunan ke Byzantium, dia kembali melakukan perjuangan 

aktif memberantas clan menyerang orang-orang yang tidak beriman, se-

bagaimana seharusnya seorang penguasa terakhir. Keinginannya untuk 

menghargai skenario ini membuatnya memerintahkan konstruksi salah 

satu karya besar dalam arsitekcur Islam, bangunan mewah di Jerusalem 

yang biasa disebut dengan "Dome of the Rock". 

Dome of the Rock telah menjadi subjek perdebatan luas di antara 

para ahli yang ingin mengetahui tujuan awal clan arti dari pembangun￾an tersebut. Sebagian berpendapat bahwa bangunan itu dibangun oleh 

'Abd al-Malik pada masa Perang Sipil Kedua, ketika Makkah dikontrol 

oleh rivalnya 'Abd Allah lbn al-Zubayr untuk memberikan tujuan al￾tematif bagi para peziarah. Yang lain berpendapat bahwa konstrnksinya 

harus dilihac sebagai "monumen kemenangan" (Victory Manumenc)­

satu pernyacaan denominasi agama yang diperuntukkan bagi umat 

Kristi<mi (dan, sebagian kecil, untuk kaum Yahudi), bukti nyata bahwa


Umac Beriman icu "di sini uncuk cinggal" di kota yang merupakan pusat 

dua agama yang lain. 

Dome of the Rock mempunyai sejumlah teka-teki yang terpecah￾kan. Bangunan icu bukanlah masjid. Bangunan itu dibangun berbentuk 

okcagonal (bangunan. geometris yang mempunyai dua dimensi yang 

membentuk delapan sisi dan delapan sudut) oleh seorang martir Kristi￾ani (yang sebelumny<i seorang pagan)-satu desain yang sangat dikenal 

dalam arsitekcur Byzantium di Timur Dekat. Akan tetapi bangunan itu 

jelas ticlak dimaksudkan untuk menjadi monumen bagi Kristiani, karena 

interiornya didekorasi dengan rnosaik yang mengandung ayat clan ring￾kasan dari al-Qur'an yang menolak pandangan mengenai Trinitas (yang 

harus banyak kita jelaskan sekarang). Lebih jauh lagi, bangunan itu di￾bangun di Gunung Moriah, yang merupakan situs Sinagog Kedua Kaum 

Yahudi, di mana rak satu monumen Kristiani pun ada. 

Pada periode Byzantium, sebagaimana sudah kita lihat, otoritas Kris-riani di Jerusalem menolak membangun bangunan keagamaan di Gu￾nung Sinagog itu (Temple Mount) clan memerintahkan agar situs terse￾but digunakan sebagai tempat sampah. Di samping lokasinya, Dome of 

the Rock juga tidak dapat dipahami sebagai suacu usaha yang sebenar￾nya untuk membangun kembali sinagog Y ahudi; deskripsi sinagog itu 

dikenal dari Taurat dan sedikit mirip clengan martyrium ancik kuno. 

Tampaknya 'Abd al-Malik atau penasihatnya, memilih bentuk mart￾yrium karena mereka cahu bahwa bangunan clalam bentuk semacam itu 

secara langsung akan dipahami oleh siapa pun yang melihatnya sebagai 

satu bangunan yang mempunyai makna agamis. Akan cetapi makna re￾ligius seperti apa? Boleh jadi bahwa deklarasi supremasi agama memang 

rerlibac di dalamnya. Akan recapi peneliceian baru-baru ini mengenai 

Dome of the Rock dan bangunan serupa menunjukkan bahwa hal itu 

bisa jadi dimaksudkan untuk memberi simbol atau menunjuk ke surga 

dan kebangkitan, khususnya sebagaimana digambarkan dalam al-Qur'an 

dan dalam ikonografi ancik kuno. Jerusalem, harus kica ingac, mempu￾nyai hubungan sangac spesial dengan surga dalam tradisi Yahudi, Kris￾tiani, clan Islam, karena semuanya memanclang Jerusalem-khususnya 

Gunung Moriah-sebagai pusat di mana kejadian-kejadian pada Hari 

Pengadilan Akhir akan dilaksanakan. Jacli campaknya masuk akal untuk 

menyatakan bahwa Dome of the Rock dan bangunan di sekitar yang 

mendukungnya dibangun untuk memberi setting besar yang sesuai un￾tuk perisciwa Hari Pengadilan cersebuc-khususnya, menjadi tempat di 

mana 'Abd al-Malik (atau salah satu penggantinya), sebagai pemimpin 

Umat Beriman yang benar clan bertakwa, akan menyerahkan kepacla 

Tuhan simbol kebesarannya ketika Pengadilan dimulai. Monumen be￾sar 'Abd al-Malik, berdiri sebagai cesrimoni untuk kelanjuran kekuacan 

apokaliprik yang mendorong Gerakan Umat Beriman yang mula-mula. 

'Abd al-Malik mengakhiri agenda dasar Gerakan Umat Beriman, 

diinrerupsi oleh perang-perang sipil, yairu untuk menyebarkan wila￾yah dominasi kerajaan T uhan dengan menegakkan hukum T uhan. 

Dekritnya, yang cliumumkan segera setelah Perang Sipil Kedua memu-cuskan bahwa semua babi di Syria dan Mesopocamia dibunuh, campak 

merupakan bagian dari kebijakan ini. Dengan melakukan ha! ini dan 

juga yang lain, seperc:i membangun Dome of che Rock, dia membantu 

menyiapkan komunicas akan dacangnya Hari Pengadilan Akhir. Akan 

cecapi secelah dua belas cahun perang sipil berlangsung, dia benar-benar 

sadar dia perlu melakukan sesuacu yang lebih banyak lagi, yaitu perlu￾nya menemukan jalan uncuk menyacukan penguasa dan Umac Beriman 

secara moral, untuk memfokus-ulang Umac Beriman pada tujuan ucama 

misi yang celah dicecapkan oleh Nabi Muhammad, dan uncuk memba￾ngun legicimasi kekuasaannya dan kekuasaan keluarga Bani Umayya. 

Kita melihat bahwa beberapa kebijakannya dapat dianggap sebagai 

sumbangan bagi cujuan yang lebih luas, yaicu reunifikasi dan rededikasi 

pandangan Umat Beriman yang orisinil. Akan tetapi, dengan kebijakan 

ini muncul redefinisi yang kurang jelas namun fundamental mengenai 

gerakan itu sendiri, yang salah satunya masih ada sekarang ini, dan un￾cuk ha! inilah kita sekarang akan melihat. 

Redefinisi lstilah-Istilah Kunci 

Abd al-Malik tampaknya mendorong Umat Beriman Arab untuk me￾redefinisikan diri mereka sendiri, dan Gerakan Umat Beriman, dalam 

arti yang kurang ekumenikal atau konfesional dan terbuka dibanding 

yang aslinya. Kategori "Umat Beriman", yang dalam dirinya telah me￾ngandung deklarasi atau pengakuan monoteisme yang benar, menjadi 

semakin terbatas pada mereka yang mengikuti hukum al-Qur'an. Suatu 

batasan mulai muncul antara Umat Beriman yang Qur'anik dan mereka 

umac Krisciani dan Yahudi yang juga berbuac baik/benar yang sebelum￾nya masuk dalam Gerakan Umat Beriman, dengan meredifinisi bebe￾rapa istilah kunci certentu yang merupakan ha! baru dalam komunitas 

sejak masa Nabi Muhammad, khususnya, kata mu'min (orang beriman) 

dan muslim. 

Sebagaimana celah kica lihac, kecika generasi percama Umac Ber-iman keluar dari Arab, beberapa sumber membericahu kica bahwa 

mereka menggunakan dua istilah untuk menunjuk kepada diri mereka 

sendiri: mu'minun (Umat Beriman) clan kaum muhajirun. lstilah tera￾khir (sebagaimana telah kita lihat, muncul dalam makna yang sama di 

dalam bahasa Yunani dan Syria) adalah nama bagi mereka Umac Beri￾man yang secara militer akcif dan melakukan migrasi dengan motivasi 

keagamaan, hijra, dari Arab. Namun, beberapa tahun berlalu, iscilah 

muhajirun menjadi ridak dipakai lagi. Kenapa ha! ini cerjadi, tidak jelas. 

Mungkin karena di wilayah pusac pemerincahan, paling tidak-Arab, 

Syria, Irak clan Mesir-penaklukan telah selesai dan seluruh negeri 

ada di bawah kontrol Umat Beriman, dengan demikian tidak lagi bisa 

melakukan hijrah, karena hijra mempunyai arti bukan hanya emigrasi, 

akan tetapi emigrasi dari masyarakat yang cidak beriman ke tempat yang 

dikuasai Umat Beriman. Alternatifnya, istilah muhajirun mungkin telah 

ditolak atau dilarang karena orang kini tidak lagi bicara tentang emi· 

gran itu sendiri, akan tetapi bicara juga centang anak-anak acau cucu 

emigran asli Arab, atau dengan orang-orang lokal yang cak ada hubung￾annya dengan Arab sama sekali tetapi telah memutuskan untuk mengi￾kuti Umat Beriman dalam menjalankan hukum al-Qur'an. Satu-satunya 

iscilah Qur'anik yang masih ada bagi orang-orang ini adalah muslim, 

berarti "seseorang yang berserah diri kepada aturan T uhan" karena 

dia mengakui ketauhidan Tuhan. Di dalam al-Qur'an, musUm secara 

mendasar berarci "seorang yang bertauhid" dan dengan demikian dapat 

dipakai juga untuk umac Krisciani, Yahudi, dan ahli cauhid lain. Akan 

tetapi, tidak seperti monoteis Arab, yang mengikuti hukum al-Qur'an, 

umat Kristiani dan Yahudi masih dapat disebut sebagai umat Kristiani 

atau Yahudi. Jadi, lambac laun, iscilah muslim dalam al-Qur'an menga￾lami semacam reduksi, sehingga sekarang hanya dipakai untuk mereka 

yang monoteis yang mengikuti hukum al-Qur'an dan tidak lagi dipakai 

untuk Yahudi clan Kristiani yang mengikuti hukum Tuhan sebelumnya, 

Taurat (Torah) clan lnjil (Gospel). Dengan kaca lain, istilah lama mus￾lim di dalam al-Qur'an akhirnya memperoleh makna yang ada sampai sekarang, yang artinya anggota konfesi agama yang merujuk kepada 

al-Qur'an, mengakui Nabi Muhammad sebagai nabinya, dan berbeda 

dengan kaum monoteis lainnya-yaitu seorang Muslim. Pada saat yang 

sama, mu'min dipakai untuk semua yang mengikuti hukum al-Qur'an 

(tidak, sebagaimana sebelumnya, hanya mereka yang hidup secara be￾nar/berbuat baik), dengan demikian secara efektif menjadi sama dengan 

muslim. 

Kini, kita hanya dapat berspekulasi mengenai mengapa perubahan 

identitas Umat Beriman ini terjadi. Mungkin batasan yang solid ini, 

yang menghasilkan perbedaan sangat jelas antara orang-orang Muslim 

(sebelumnya Umat Beriman secata qur'anik) dan Kristiani atau Yahudi 

(Umat Beriman sebelumnya yang melaksanakan hukum Kristiani atau 

Yahudi) adalah reaksi terhadap aspek tertentu dari doktrin Kristiani 

atau Yahudi dan ketidakinginan Yahudi atau Kristiani untuk mele￾paskan halangan doktriner tersebut-khususnya, mungkin, kekerasan 

Kristiani dalam memeluk doktrin T rinitas atau keduanya, Kristiani dan 

Yahudi yang tidak mau menerima status Nabi Muhammad sebagai Nabi 

dan sumber wahyu. 'Abd al-Malik dan staf pendukungnya lambat laun 

boleh jadi sampai pada suatu kesimpulan bahwa anggapan awal bahwa 

Kristiani dan Yahudi akan menolak kepercayaan ini adalah tidak realis￾tis. 

Penekanan pada Nabi Muhammad dan al-Qur'an 

Komponen utama untuk memikir ulang identitas Umat Beriman meli￾batkan penekanan yang semakin kuat pada pentingnya Nabi Muham￾mad dan al-Qur'an bagi Umat Beriman, dan dalam proses ini 'Abd 

al-Malik campaknya memainkan peran sangat penting. Umac Beriman 

yang mula-mula memahami bahwa firman Tuhan telah turun dalam 

banyak waktu dalam sejarah kepada banyak nabi, dan Nabi Muham￾mad merupakan yang terakhir. Pandangan ini sesuai dengan kualitas 

ekumenikal asli dari Gerakan Umat Beriman dan direfleksikan di dalam inskripsi-inskripsi dan gambar di mana Umac Beriman campak membe￾rikan pernyacaan keimanan yang mengakui referensinya kepada Tuhan 

dan beberapa nabi, seperti Muhammad clan Y esus. 

Akan tecapi, sejak sekitar masa 'Abd al-Malik-pada kwartal terak￾hir abad pertama secelah Hijrah/akhir abad kecujuh masehi-kita me￾nemukan nama Nabi Muhammad sangat sering disinggung dalam doku￾men-dokumen resmi Umac Beriman, referensi ini menunjukkan bahwa 

idencifikasi dengan Nabi Muhammad dan misi serca wahyunya mulai di￾pandang sebagai bagian yang harus ada di dalam idencicas kolekcif Umac 

Beriman. lnskripsi yang pertama memuat kalimat "Muhammad Rasul 

Allah" adalah koin dari Bishapur (Fars), yang dicerbickan pada cahun 

66/685-686 dan 67f686-687 oleh seorang gubernur dari kaum Zubayri. 

Dengan demikian boleh jadi Bani Umayya terinspirasi untuk mene￾kankan peran Nabi oleh rivalnya 'Abd Allah lbn Zubayr, yang dikenal, 

sebagaimana telah kica lihac, akan kesalehannya yang luar biasa. Apa 

pun inspirasinya, 'Abd al-Malik dan para pendukungnya tampaknya 

telah meningkatkan proses ini secara energetik clan dimasukkan dalam 

beberapa media. lnskripsi Dome of the Rock meletakkan penekanan 

yang besar pada posisi Nabi Muhammad sebagai Nabi; akan cecapi yang 

lebih menjelaskan adalah kemunculannya di dalam koin-koin, sejak 

masa 'Abd al-Malik clan seterusnya, yang penuh berisi "dua kalimat 

syahadac", yaicu gabungan frasa "Tidak ada Tuhan selain Allah" dengan 

frasa "Muhammad a.dalah utusan Allah" sebagai canda yang sangac jelas 

mengenai karakcer otoritas yang menerbickannya. Dua kalimat syahadac 

penuh menjadi sering muncul dalam dokumen-dokumen. Umat Beri￾man awal memang :selalu mengakui bahwa gerakan mereka celah diin￾stal oleh seseorang yang bernama Muhammad, cetapi sebagaima.na kita 

lihat, tidak jelas sejauh mana Yahudi clan Kristiani Timur Dekat siap 

untuk menerima klaim orang-orang Arab bahwa Muhammad benar￾benar seorang Nabi. Menekankan pencingnya bagi Umat Beriman me￾ngenai status Muhammad sebagai rasul Allah adalah cara lain di ma.na 

Bani Umayya clan para penasihatnya membuat garis yang membedakan anrara Umar Beriman dari yang lain-garis regas seperti icu yang mung￾kin membuat orang-orang Kristiani dan Yahudi mempunyai kesulitan 

untuk tetap berada di dalam lingkungan Umat Beriman. Penekanan 

yang semakin jelas dan ketat akan pentingnya Nabi Muhammad sebagai 

nabi, mulai pada kuarral terakhir abad pertama Hijriah/akhir abad ketu￾juh masehi, menghasilkan pengkodifikasian sabda Nabi (bahasa Arab, 

Hadi.th) sebagai satu cara melegitimasi praktik-praktik dan institusi di 

dalam masyarakat. 

Penelusuran yang masih tersisa mengenai pergantian terminologi 

ini dapat ditemukan dalam koleksi-koleksi luulith ini. Beberapa luulith 

terjadi dalam dua varian, yang satu tampak secara umum bersifat "Belie￾verish" dan yang lain lebih "Muslim". Misalnya, koleksi yang merekam 

Nabi yang memberikan dua varian jawaban kepada penanya yang ber￾tanya, "apa pekerjaan terbaik"? Salah satu varian menyatakan bahwa 

Nabi menjawab, "Percaya kepada Allah, dan ]iluul fi sabil Allah, di jalan 

Allah," akan tetapi yang lain, "Percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, 

dan Jihad .... " Kita dapat memahami bahwa, ketika transmisi hadith ini, 

varian yang kedua dibuat dengan menambahkan Rasul/Nabi pada yang 

pertama, untuk mendefinisikan "iman" dalam satu cara yang mencakup 

iman kepada Rasul sebagai bagian esensial, dan bukan hanya iman ke￾pada Allah. 

Erat berkaitan dengan penekanan pada kerasulan Muhammad ini 

adalah penekanan kepada al-Qur'an itu sendiri, wahyu yang berbahasa 

Arab, yang bagi Umat Beriman kini mempunyai asumsi satu status di 

atas wahyu-wahyu sebelumnya, Taurat clan lnjil. Yang pertama sekali￾walaupun kita hanya tahu sedikit mengenai hat ini-'Abd al-Malik me￾minta gubemurnya di lrak, Hajjaj, uncuk menyiapkan satu edisi ulang 

teks al-Qur'an yang ada untuk pertama kali dengan tanda-tanda vowel 

diacritic (harakat) yang jelas untuk memastikan bacaan dan kutipan yang 

tepat dari eeks tersebut. Kenyataan bahwa amir al-mu'minin dan rezim￾nya mendistribusikan versi al-Qur'an yang "lebih baik" ini-firman 

Tuhan-untuk dipakai oleh Umat Beriman inti (khususnya di kota-koca) adalah salah satu cara di mana 'Abd al-Malik ingin menunjukkan 

kenyacaan bahwa rezim yang dia pimpin adalah benar-benar "Kerajaan 

Tuhan" yang saleh yang pendiriannya menjadi cujuan Umat Beriman 

awal. Namun, hal :ini juga menegaskan bahwa rezim Umac Beriman 

yang dia pimpin itu didedikasikan uncuk menyebarkan dan menjalan￾kan finnan Tuhan yang diwahyukan, yaitu al-Qur'an. lnskripsi-inskripsi 

Dome of che Rock juga bersifac instruktif dalam konteks ini. Sebagai￾mana inskripsi-inskripsi cersebuc menekankan kerasulan Muhammad, 

inskripsi-inskripsi cersebut juga menekankan al-Qur'an, karena inskripsi 

itu berisi ayac-ayac yang bersifat harfiah dari, atau parafrase yang dekat, 

dari bagian-bagian al-Qur'an-menunjukkan bahwa 'Abd al-Malik dan 

orang-orang di sekicarnya bemiat uncuk menekankan, dalam konscruksi 

yang paling menarik y