Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 23. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 23. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 23


 a Filipus berkhotbah dan membaptis di 

Samaria (Kis. 8). Namun, Anda membaca bahwa Filipus adalah 

seorang pemberita Injil (Kis. 21:8), dan sebab  itu, ia boleh berkhot-

bah dan membaptis, dan menjalankan tugas yang lain dalam jabat-

an kepelayanan. Sementara itu, maksud jabatan seorang diaken 

tetaplah untuk mengurus soal-soal kehidupan jasmani jemaat, 

seperti gaji para pelayan Tuhan dan bantuan untuk orang miskin.  

3. Beberapa persyaratan sangat diwajibkan, bahkan untuk para 

pemangku jabatan yang lebih rendah ini. Diaken-diaken haruslah 

orang terhormat, dst. 

4. Beberapa ujian harus dilakukan untuk mengetahui kemampuan 

orang sebelum diterima untuk memangku suatu jabatan dalam 

gereja, atau mendapat kepercayaan dalam hal apa pun. Mereka 

juga harus diuji dahulu. 

5. Kejujuran serta ketulusan dalam menjalankan tugas pada jabatan 

yang lebih rendah merupakan cara agar seseorang dipilih untuk 

memegang jabatan yang lebih tinggi di dalam gereja. Beroleh 

kedudukan yang baik. 

6. Ini juga akan menjadikan orang mampu bersaksi dengan leluasa 

di dalam iman. Tanpa kejujuran dan ketulusan, orang akan men-

jadi penakut, bahkan gentar pada bayangannya sendiri. Orang 


 594

fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, namun  orang 

benar merasa aman seperti singa muda (Ams. 28:1).  

Rahasia Ibadah 

(3:14-16) 

14 Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat 

mengunjungi engkau. 15 Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu ba-

gaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah 

yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran. 16 Dan sesungguhnya 

agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam 

rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada 

malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal 

Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.” 

Paulus menutup pasal ini dengan sebuah petunjuk khusus kepada 

Timotius. Ia berharap segera dapat menjumpai Timotius, agar lebih 

jauh dapat memberinya petunjuk serta bantuan dalam pekerjaannya, 

dan untuk melihat apakah iman Kristen tertanam dengan baik dan 

berakar dalam-dalam di Efesus. Itu sebabnya, Ia menulis singkat-

singkat saja kepada Timotius. Namun ia menulis bahwa seandainya 

ia terlambat, Timotius sudah tahu bagaimana ia harus hidup sebagai 

keluarga Allah, bagaimana ia harus berperilaku sebagai seorang pem-

berita Injil, dan sebagai orang yang menggantikan Paulus. Perhati-

kanlah, 

I. Barangsiapa ditetapkan untuk bekerja di dalam keluarga Allah, ia 

harus memastikan bahwa ia berperilaku baik, supaya jangan 

sampai mendatangkan celaan terhadap keluarga Allah, dan nama 

Allah sendiri yang mulia, sebab  mereka disebut sebagai keluarga 

Allah. Para pelayan Tuhan harus berperilaku baik. Mereka tidak 

hanya memperhatikan doa dan pemberitaan firman, namun  juga 

perilaku mereka. Jabatan mereka mengharuskan mereka berperi-

laku baik, sebab  dalam kedudukan ini mereka tidak boleh sem-

barangan saja. Timotius harus tahu bagaimana berperilaku baik, 

tidak hanya di tengah jemaat di mana sekarang ia ditunjuk untuk 

tinggal sementara waktu, namun  sebagai seorang penginjil dan 

wakil Rasul Paulus, ia juga harus belajar bagaimana berperilaku 

baik di tengah jemaat yang lain, di mana nanti dia juga akan 

ditunjuk untuk tinggal sementara waktu. Oleh sebab  itu, yang 

disebut sebagai jemaat dari Allah yang hidup ini bukan jemaat

Surat 1 Timotius 3:14-16 

 595 

Efesus, melainkan jemaat secara umum, yang di sini disebut 

sebagai keluarga Allah. Perhatikanlah di sini,  

1. Allah adalah Allah yang hidup. Dia adalah mata air kehidupan. 

Dia sendirilah kehidupan itu, dan Ia memberikan hidup, na-

fas, serta segala sesuatu bagi ciptaan-Nya. Di dalam Dia kita 

hidup, kita bergerak, dan kita ada (Kis. 17:25, 28). 

2. Jemaat adalah keluarga Allah. Allah berdiam di situ. Tuhan 

telah memilih Sion, untuk bersemayam di situ. “Inilah tempat 

perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, se-

bab Aku telah memilihnya.” Di sanalah kita dapat melihat ke-

kuatan dan kemuliaan Allah (Mzm. 63:3). 

II. Merupakan dukungan yang besar bagi jemaat bahwa mereka 

adalah jemaat dari Allah yang hidup, yaitu Allah yang sejati, tidak 

seperti ilah-ilah palsu, berhala yang bisu dan mati. 

1. Mengenai jemaat Allah, ia adalah tiang penopang dan dasar 

kebenaran. Artinya, 

(1) Jemaat sendiri adalah tiang penopang dan dasar kebenar-

an. Bukan berarti kuasa firman tergantung pada kuasa ge-

reja, seperti yang diaku-aku oleh para pengikut gereja 

tertentu, sebab  kebenaran adalah tiang penopang dan da-

sar bagi jemaat, melainkan jemaat menyampaikan firman 

dan ajaran Kristus, seperti halnya tiang yang ditempeli 

pengumuman menyampaikan pengumuman itu. Sekarang 

oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah 

kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di 

sorga (Ef. 3:10). Atau,  

(2) Ada juga yang memahami tiang dan dasar kebenaran itu 

sebagai Timotius sendiri. Bukan hanya Timotius sendiri, 

namun  dia sebagai seorang pemberita Injil, dia dan para pela-

yan Tuhan lainnya yang setia, mereka itu semua adalah 

tiang penopang dan dasar kebenaran. Tugas merekalah 

untuk menjaga, menopang, dan menyampaikan kebenaran 

Kristus di tengah jemaat. Mengenai para rasul, dikatakan 

bahwa mereka dipandang sebagai sokoguru jemaat (Gal. 2:9). 

[1] Marilah kita tekun dan tidak berat sebelah dalam usaha 

kita mencari kebenaran. Marilah kita bersedia memba-

yar berapa pun harganya untuk mendapatkan kebenar-


 596

an itu, dan tidak ambil pusing dengan segala kesakitan 

apa pun yang harus kita hadapi demi memperolehnya. 

[2] Marilah kita menyimpan dan memelihara kebenaran 

dengan hati-hati. “Belilah kebenaran dan jangan men-

jualnya (Ams. 23:23), jangan berpisah darinya, apa pun 

alasannya.”  

[3] Marilah kita berusaha menyebarkan kebenaran itu, dan 

menyampaikannya kepada anak-cucu kita dalam ke-

adaan utuh dan tidak berubah. 

[4] saat  jemaat tidak lagi menjadi tiang penopang dan 

dasar kebenaran, maka kita boleh dan harus mening-

galkannya. Kita harus lebih menghargai kebenaran 

daripada jemaat. Kita tidak lagi terikat untuk terus 

tinggal di dalam jemaat jika jemaat itu tidak lagi 

menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran. 

2. Namun, apakah itu kebenaran, yang ditopang dan didasari 

oleh jemaat dan para pelayan Tuhan? Paulus memberi tahu 

kita (ay. 16) bahwa sesungguhnya agunglah rahasia ibadah 

kita. Cendekiawan Camero menghubungkan pernyataan ini 

dengan pernyataan sebelumnya menjadi, “Tiang penopang dan 

dasar kebenaran, dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah 

kita.” Ia berpendapat bahwa yang dimaksud rahasia ini adalah 

tiang penopang, dst. Perhatikanlah, 

(1) Kekristenan adalah sebuah rahasia, yaitu rahasia yang tidak 

dapat ditemukan dengan akal atau melalui hikmat alam, 

dan tidak dapat diselami oleh akal budi, sebab  Kekristenan 

melampaui akal budi, sekalipun tidak bertentangan dengan 

akal. Kekristenan adalah sebuah rahasia, bukan rahasia 

yang berasal dari filsafat atau perkiraan, melainkan rahasia 

ibadah, yang dirancang untuk mengajak orang beribadah. 

Dalam hal ini, rahasia ini melampaui segala rahasia bangsa-

bangsa yang tidak mengenal Allah. Rahasia ini juga merupa-

kan suatu rahasia yang telah disingkapkan, bukan rahasia 

yang tertutup dan terkunci meterai. Dan rahasia ini tidaklah 

menjadi bukan rahasia lagi hanya sebab  sekarang sudah 

tersingkap sebagian. Namun, 

Surat 1 Timotius 3:14-16 

 597 

(2) Apakah rahasia ibadah itu? Itu adalah Kristus. Di sini dice-

ritakan enam hal mengenai Kristus, yang membentuk raha-

sia ibadah itu. 

[1] Bahwa Kristus adalah Allah yang telah menyatakan diri-

Nya dalam rupa manusia. Allah menyatakan diri-Nya 

dalam rupa manusia. Ini membuktikan bahwa Kristus 

adalah Allah, Firman yang kekal, yang menjadi manusia 

dan menyatakan diri dalam rupa manusia. saat  Allah 

hendak menyatakan diri-Nya kepada manusia, Ia berke-

nan untuk menyatakan diri dalam rupa Anak-Nya 

sendiri. Firman itu telah menjadi manusia (Yoh. 1:14). 

[2] Ia dibenarkan dalam Roh. Walaupun Kristus dikecam 

seperti seorang berdosa, dan dihukum mati seperti se-

orang penjahat, Ia dibangkitkan kembali oleh Roh. Ka-

rena itu, Ia dibenarkan dari segala tuduhan yang ditim-

pakan kepada-Nya. Ia dibuat menjadi dosa sebab  kita, 

dan diserahkan sebab  pelanggaran kita. Namun de-

ngan dibangkitkan kembali, Ia dibenarkan di dalam 

Roh. Maksudnya, tampaklah bahwa pengorbanan-Nya 

diterima, dan itu sebabnya Dia bangkit kembali supaya 

kita dibenarkan, sebab Ia diserahkan sebab  pelanggar-

an kita (Rm. 4:25). Kristus dibunuh dalam keadaan-Nya 

sebagai manusia, namun  telah dibangkitkan menurut 

Roh (1Ptr. 3:18). 

[3] Ia menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat. Para 

malaikat menyembah-Nya (Ibr 1:6). Mereka hadir saat  

Kristus menjadi manusia, saat  Dia dicobai, menderita, 

mati, bangkit, dan naik ke sorga. Pertama-tama ini dila-

kukan sebagai penghormatan bagi Kristus, dan menun-

jukkan betapa besar bagian yang dimiliki-Nya di sorga, 

hingga malaikat pun melayani-Nya, sebab  Dia adalah 

Tuhan atas para malaikat.  

[4] Ia diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak me-

ngenal Allah. Inilah bagian yang agung dalam rahasia 

ibadah, bahwa Kristus ditawarkan kepada bangsa-bang-

sa yang tidak mengenal Allah sebagai seorang Penebus 

dan Juruselamat. Bahwa sementara sebelumnya, kese-

lamatan adalah milik orang Yahudi, namun sekarang, 

tembok pemisah itu telah dirubuhkan, dan bangsa-


 598

bangsa yang bukan Yahudi pun dibawa masuk. Aku 

telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-

bangsa yang tidak mengenal Allah (Kis. 13:47).  

[5] Bahwa Ia dipercayai di dalam dunia, sehingga Ia tidak 

diberitakan dengan sia-sia. Banyak orang bukan Yahudi 

menyambut Injil yang ditolak oleh orang Yahudi. Siapa 

akan mengira bahwa dunia, yang berkubang di dalam 

kejahatan, akan percaya kepada Anak Allah dan men-

jadikan-Nya sebagai Juruselamat mereka, padahal Dia 

sendiri disalibkan di Yerusalem? Namun, sekalipun me-

reka tetap meyakini segala prasangka itu, Ia tetap diper-

cayai, dst.  

[6] Ia diangkat dalam kemuliaan, saat  naik ke sorga. Ini 

memang terjadi sebelum Kristus dipercayai di dalam 

dunia. Namun pernyataan ini ditempatkan paling bela-

kang, sebab  ini merupakan mahkota peninggian atau 

pengangkatan-Nya. Selain itu, bukan pengangkatan 

Kristus saja yang dimaksudkan, melainkan juga bahwa 

Ia duduk di sebelah kanan Allah, di mana Ia berada 

untuk selama-lamanya, bersyafaat, dan berkuasa, baik 

di sorga maupun di bumi. Juga, sebab  di tengah ke-

murtadan yang dibahas Paulus pada pasal berikutnya, 

keberadaan Kristus di sorga akan disangkal oleh orang-

orang yang mengaku-aku telah menurunkan Dia ke 

atas mezbah mereka di dalam roti yang dikuduskan. 

Perhatikan, pertama, Dia yang telah menyatakan diri-

Nya dalam rupa manusia itu adalah Allah, benar-benar 

Allah yang sejati, Allah menurut kodrat, bukan hanya 

oleh jabatan, dan inilah yang menjadi rahasia itu. Kedua, 

Allah menyatakan diri dalam rupa manusia, benar-benar 

manusia yang sesungguhnya. sebab  anak-anak itu ada-

lah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga men-

jadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam 

keadaan mereka (Ibr. 2:14). Selain itu, yang lebih 

mengagumkan lagi, Kristus menyatakan diri dalam rupa 

manusia sesudah  seluruh umat manusia hidup bejat, 

walaupun Dia sendiri kudus sejak di dalam kandungan. 

Ketiga, ibadah sendiri adalah suatu rahasia di dalam 

setiap seginya, sejak awal hingga akhir, sejak Kristus 

Surat 1 Timotius 3:14-16 

 599 

menjadi manusia hingga Dia diangkat ke sorga. Keem-

pat, sebab  ini adalah sebuah rahasia yang besar, maka 

kita harus lebih mengaguminya dengan sikap rendah 

hati, dan dengan saleh meyakininya. Kita tidak boleh 

malah menyelidikinya dengan penuh kecurigaan, atau 

menjadi yakin secara berlebihan dengan telaah kita 

terhadap rahasia itu serta kesimpulan yang kita buat 

mengenainya, lebih dari apa yang telah disingkapkan 

kepada kita oleh firman yang kudus. 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  4  

Di dalam pasal ini Rasul Paulus menubuatkan tentang,  

I. Kemurtadan yang mengerikan (ay. 1-3). 

II. Ia memberi penjelasan mengenai kemerdekaan Kristen (ay. 4-5). 

III. Ia memberikan beberapa pengarahan kepada Timotius me-

ngenai dirinya sendiri, ajarannya, dan orang-orang yang ia 

gembalakan (ay. 6 sampai selesai).  

Kemurtadan Dinubuatkan dan Kemerdekaan Kristen  

(4:1-5)  

1 namun  Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada 

orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-

setan 2 oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap 

mereka. 3 Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makan-

an yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh 

orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran. 4 sebab  semua 

yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika di-

terima dengan ucapan syukur, 5 sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman 

Allah dan oleh doa. 

Di sini kita dapati sebuah nubuat Rasul Paulus tentang kemurtadan 

yang akan terjadi di waktu-waktu kemudian, yang pernah ia katakan 

sebagai sesuatu yang pasti akan datang dan harus diyakini adanya di 

antara orang Kristen (2Tes. 2).  

I. Di bagian penutup pasal sebelumnya, kita dapati ringkasan raha-

sia ibadah kita. Oleh sebab  itu sangat tepat jika pada permulaan 

pasal ini kita temukan juga rahasia kejahatan diuraikan singkat: 

namun  Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu 

kemudian, ada orang yang akan murtad dari iman. Roh yang di-

maksudkan oleh Rasul Paulus adalah Roh dalam Perjanjian 

Lama, atau Roh di dalam nabi-nabi Perjanjian Baru, atau kedua-


 602

nya. Baik nubuat-nubuat mengenai antikristus maupun nubuat-

nubuat mengenai Kristus berasal dari Roh. Roh di dalam Perjanji-

an Lama dan Perjanjian Baru berbicara dengan jelas mengenai 

kemurtadan umum dari iman kepada Kristus dan ibadah yang 

sejati kepada Allah. Hal ini akan terjadi di waktu-waktu kemudian, 

selama masa penyelenggaraan Kristen, sebab masa-masa ini di-

sebut waktu-waktu kemudian, masa-masa berikutnya dari gereja, 

sebab rahasia kejahatan ini sudah mulai bekerja sekarang ini. 

Ada orang yang akan murtad dari iman, atau akan ada yang 

mundur dari iman. Sebagian orang, tidak semuanya. Sebab, di 

waktu-waktu yang paling buruk sekalipun Allah tetap memiliki 

suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Mereka akan murtad 

dari iman, iman yang telah disampaikan kepada orang-orang 

kudus (Yud. 1:3), yang telah disampaikan sekaligus, yaitu ajaran 

yang benar dari Injil. Mereka lalu mengikuti roh-roh penyesat, yaitu 

orang-orang yang mengaku-ngaku dibimbing oleh Roh, namun 

yang tidak benar-benar dipimpin oleh Roh. Saudara-saudaraku 

yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh (1Yoh. 4:1), yaitu 

siapa saja yang berpura-pura dibimbing oleh Roh. Nah, amatilah 

di sini,  

1. Salah satu contoh kemurtadan yang besar, yaitu memberikan 

perhatian kepada ajaran-ajaran setan-setan, atau mengenai 

setan-setan. Yaitu ajaran-ajaran yang mengajarkan penyem-

bahan-penyembahan kepada orang-orang kudus dan malaikat-

malaikat, yang dijadikan sebagai ilah-ilah pengantara antara 

Allah yang kekal dan manusia yang fana. Ilah-ilah ini seperti 

setan-setan yang dipanggil oleh para penyembah berhala dan 

disembah mereka. Nah, ada gereja yang dengan jelas menun-

jukkan kesesuaian dengan hal ini, yang merupakan salah satu 

dari langkah-langkah pertama menuju kemurtadan besar, 

seperti penyimpanan berbagai benda peninggalan para martir 

dengan penuh rasa cinta dan hormat, memberikan penghor-

matan ilahi kepada benda-benda itu, membangun mezbah-

mezbah, membakar ukupan, menguduskan gambar-gambar 

dan tempat-tempat ibadah, serta memanjatkan doa-doa dan 

puji-pujian untuk menghormati orang-orang kudus yang su-

dah meninggal. Penyembahan setan-setan ini merupakan wa-

risan dari bangsa kafir yang dihidupkan kembali, yang adalah 

Surat 1 Timotius 4:1-5 

 603 

suatu gambaran dari binatang yang pertama (di dalam Kitab 

Wahyu – pen.).  

2. Alat-alat yang digunakan untuk memajukan dan menyebar-

luaskan kemurtadan dan khayalan ini.  

(1) Hal itu akan dilakukan dengan memanfaatkan kemunafik-

an dari orang-orang yang berkata dusta, para kaki tangan 

dan utusan Iblis, yang memajukan khayalan-khayalan ini 

dengan dusta dan pemalsuan serta mujizat-mujizat yang 

palsu (ay. 2). Hal ini dilakukan melalui kemunafikan mere-

ka, dengan mengaku-ngaku menghormati Kristus, namun 

pada waktu yang sama menyerang semua jabatan-jabatan 

yang diurapi-Nya, serta merusak semua ketetapan-Nya. Hal 

ini juga berkaitan dengan kemunafikan orang-orang yang 

hati nurani mereka seperti diselar dengan besi hangat (ay. 2, 

TL) atau yang hati nuraninya memakai cap para penyesat 

atau sudah disesatkan, yaitu orang-orang yang benar-

benar telah kehilangan asas-asas utama mengenai kebajik-

an dan kejujuran akhlak. Jika hati nurani orang sudah di-

sesatkan, maka mereka tidak akan pernah mampu mem-

pertahankan kuasa untuk melakukan kebaikan bagi orang 

banyak, tidak akan pernah mampu mempertahankan iman 

terhadap ajaran sesat, tidak akan pernah mampu memper-

tahankan sisa-sisa rasa kemanusiaan dan belas kasihan 

dan menyelubungi diri dengan kekejaman yang paling bia-

dab dengan berpura-pura memajukan kepentingan gereja.  

(2) Bagian lain dari ciri mereka adalah bahwa mereka mela-

rang orang kawin. Meskipun perkawinan adalah ketetapan 

Allah, mereka melarang para pemimpin jemaat untuk meni-

kah, dan berbicara dengan penuh celaan terhadap perka-

winan. Mereka juga melarang orang makan makanan ter-

tentu, dan melakukan pantang pada waktu-waktu tertentu 

sebagai ketetapan agama, hanya untuk melaksanakan 

kesewenang-wenangan atas hati nurani manusia.  

3. Secara keseluruhan amatilah di sini, 

(1) Kemurtadan di waktu-waktu kemudian seharusnya tidak 

mengejutkan kita, sebab  sebelumnya sudah dinyatakan 

dengan jelas oleh Roh.  


 604

(2) Roh itu adalah Allah sendiri, kalau tidak Ia tidak akan da-

pat melihat jauh ke depan dengan pasti kejadian-kejadian 

yang masih jauh itu, yang bagi kita penuh ketidakpastian 

dan tidak terduga, tergantung pada watak, suasana hati, 

dan hawa nafsu manusia.  

(3) Perbedaan antara nubuat Roh dan ramalan-ramalan para 

dukun penyembah berhala sangat besar sekali. Roh ber-

bicara dengan jelas, sedangkan para dukun penyembah 

berhala selalu penuh keraguan dan ketidakpastian.  

(4) Sangat menyenangkan untuk merenungkan bahwa tidak 

semua orang terlibat di dalam kemurtadan itu, melainkan 

hanya sebagian orang saja.  

(5) Sudah merupakan hal yang lazim bagi para penyesat dan 

pendusta untuk berpura-pura mengikuti Roh, yang mem-

berikan anggapan kuat bahwa kemungkinan besar hal 

seperti inilah yang bekerja di antara kita.  

(6) Manusia harus dikeraskan dan hati nuraninya dikeringkan 

lebih dulu sebelum mereka dapat meninggalkan iman dan 

ditarik kepada pihak lain bersama mereka. 

(7) Tanda bahwa manusia telah meninggalkan iman adalah ke-

tika mereka memerintahkan orang untuk melakukan hal-

hal yang sebenarnya telah dilarang Allah, seperti penyem-

bahan kepada orang-orang kudus dan malaikat-malaikat 

atau kepada setan-setan, serta melarang apa yang sebenar-

nya diperbolehkan atau diperintahkan Allah, seperti perka-

winan dan makan. 

II. Sesudah menyebut puasa-puasa mereka yang munafik, Rasul 

Paulus mengambil kesempatan untuk menguraikan ajaran me-

ngenai kebebasan Kristen, yang kita nikmati di bawah Injil, me-

ngenai memanfaatkan ciptaan Allah yang baik, yaitu apa yang 

saat  di bawah hukum Taurat ada perbedaan antara makanan 

yang halal dan haram (seperti jenis-jenis daging yang boleh 

mereka makan, dan jenis-jenis yang tidak boleh mereka makan), 

semuanya kini sudah dihapuskan, dan kita tidak boleh menyebut 

apa pun halal atau haram (Kis. 10:15). Amatilah disini,  

1. Kita harus memandang makanan kita sebagai sesuatu yang di-

ciptakan Allah. Kita menerimanya dari Dia, dan itulah sebab-

nya harus kita gunakan untuk Dia. 

Surat 1 Timotius 4:1-5 

 605 

2. Dalam menciptakan hal-hal itu, Allah memberikan perhatian 

khusus kepada orang yang percaya dan dan yang telah me-

ngenal kebenaran, kepada orang-orang Kristen yang baik, yang 

memiliki hak perjanjian atas makhluk-makhluk ciptaan itu, 

sedangkan orang-orang lain hanya memiliki suatu hak umum 

atas mereka.  

3. Segala sesuatu yang diciptakan Allah harus diterima dengan 

pengucapan syukur. Kita tidak boleh menolak karunia-karunia 

Allah, atau sibuk membuat pembedaan saat  Allah tidak 

membedakan. Sebaliknya, kita harus menerimanya dan ber-

syukur, mengakui kuasa Allah, Pencipta dari semua berkat 

itu, serta mengakui kemurahan hati Allah Sang Pemberi dari 

semua itu: sebab  semua yang diciptakan Allah itu baik, dan 

suatu pun tidak ada yang haram (ay. 4). Ayat ini dengan jelas 

membebaskan kita dari semua pembedaan makanan yang 

ditentukan oleh hukum Taurat, khususnya mengenai daging 

babi, yang tidak boleh dimakan oleh orang-orang Yahudi, 

namun  yang diperbolehkan bagi orang-orang Kristen sesuai de-

ngan ketentuan ini, sebab  semua yang diciptakan Allah itu 

baik, dst. Amatilah, makhluk-makhluk ciptaan yang baik dari 

Allah itu menjadi baik adanya, dan menjadi kebaikan ganda 

bagi kita, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semua-

nya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa (ay. 5). 

Sangatlah diinginkan agar ciptaan Allah yang kita pakai untuk 

nikmati, dikuduskan terlebih dahulu. Nah, sekarang semua 

makanan itu sungguh telah dikuduskan bagi kita,  

(1) Oleh firman Allah. Bukan saja izin-Nya, yang memberikan 

kebebasan kepada kita untuk menggunakan makhluk-

makhluk ini sebagai makanan, namun  juga janjinya untuk 

memberi kita makan dengan makanan yang nyaman bagi 

kita. Ini berarti kenikmatan yang kita peroleh dari makhluk 

ciptaan sudah dikuduskan kegunaannya oleh Allah. 

(2) Oleh doa, yang memberkati makanan untuk kita makan. 

Firman Allah dan doa harus disertakan di dalam semua 

tindakan dan urusan-urusan kita, dan kemudian kita me-

lakukan semuanya di dalam iman. Amatilah di sini,  

[1] Setiap makhluk ciptaan adalah milik Allah, sebab  Ia 

menciptakan segalanya. Sebab punya-Kulah segala bi-


 606

natang hutan (firman Allah), dan beribu-ribu hewan di 

gunung, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam 

kuasa-Ku (Mzm. 50:10-11).  

[2] Setiap ciptaan Allah itu baik, saat  Allah yang mulia 

dan mahabahagia melihat segala yang dijadikan-Nya 

itu, sungguh amat baik (Kej. 1:31).  

[3] Berkat Allah membuat setiap makhluk ciptaan menjadi 

makanan yang bergizi bagi kita. Manusia hidup bukan 

dari roti saja, namun  dari setiap firman yang keluar dari 

mulut Allah (Mat. 4:4), dan sebab  itu tidak boleh ada 

yang ditolak.  

[4] Itulah sebabnya kita harus memohon berkat-Nya mela-

lui doa, dan dengan demikian menguduskan makhluk-

makhluk ciptaan yang kita terima melalui doa.  

Nasihat untuk Beribadah dan  

Nasihat untuk Tugas-tugas Pelayanan 

(4:6-16)  

6 Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, 

engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik 

dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti 

selama ini. 7 namun  jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah 

dirimu beribadah. 8 Latihan badani terbatas gunanya, namun  ibadah itu ber-

guna dalam segala hal, sebab  mengandung janji, baik untuk hidup ini mau-

pun untuk hidup yang akan datang. 9 Perkataan ini benar dan patut diterima 

sepenuhnya. 10 Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, sebab  kita 

menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua 

manusia, terutama mereka yang percaya. 11 Beritakanlah dan ajarkanlah se-

muanya itu. 12 Jangan seorangpun menganggap engkau rendah sebab  engkau 

muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam 

tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. 

13 Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab 

Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. 14 Jangan lalai dalam memper-

gunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh 

nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua. 15 Perhatikanlah 

semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua 

orang. 16 Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam 

semuanya itu, sebab  dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan 

dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. 

Rasul Paulus mengharuskan Timotius menanamkan perasaan-pera-

saan semacam itu ke dalam pikiran orang-orang Kristen supaya me-

reka dapat mencegah diri disesatkan oleh guru-guru yang hendak 

memaksakan ajaran agama Yahudi. Amatilah, pelayan-pelayan Yesus

Surat 1 Timotius 4:6-16 

 607 

Kristus yang baik adalah mereka yang rajin di dalam pekerjaan mere-

ka, bukan orang-orang yang berusaha memajukan gagasan-gagasan 

baru, melainkan yang selalu mengingatkan saudara-saudara kita 

akan hal-hal yang telah mereka terima dan dengar. sebab  itu aku 

senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, 

sekalipun kamu telah mengetahuinya (2Ptr. 1:12). Dan di bagian lain 

dikatakan bahwa, Aku berusaha menghidupkan pengertian yang mur-

ni oleh peringatan-peringatan (2Ptr. 3:1). Sementara itu Rasul Yudas 

berkata, oleh sebab  itu aku ingin mengingatkan kamu (Yud. 1:5). 

Lihatlah, para rasul dan utusan-utusan jemaat menganggap bahwa 

bagian utama dari pekerjaan mereka adalah untuk mengingatkan 

para pendengar mereka, sebab umumnya kita ini mudah lupa dan 

lamban untuk belajar dan mengingat perkara-perkara Allah. Jadi, 

dengan diingatkan, kita terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan 

dalam ajaran sehat yang telah kita ikuti selama ini. Perhatikan baik-

baik,  

1. Bahkan para pelayan Tuhan sendiri perlu bertumbuh dan bertam-

bah dalam pengetahuan akan Kristus dan ajaran-Nya. Mereka 

harus terdidik dalam soal-soal pokok iman. 

2. Cara terbaik bagi para pelayan Tuhan untuk bertumbuh dalam 

pengetahuan dan iman adalah dengan mengingatkan hal-hal itu 

kepada saudara-saudara mereka. Sementara kita mengajar orang-

orang lain, kita juga mengajar diri kita sendiri.  

3. Orang-orang yang diajar oleh para pelayan Tuhan adalah sau-

dara-saudara seiman, dan harus diperlakukan sebagaimana 

layaknya saudara-saudara, sebab para pelayan Tuhan bukanlah 

pemerintah atas orang-orang yang dipercayakan kepada mereka.  

I. Pada bagian ini Rasul Paulus sangat menekankan pentingnya 

beribadah kepada Timotius dan orang-orang lain: namun  jauhilah 

takhayul dan dongeng nenek-nenek tua (ay. 7-8). Adat istiadat 

Yahudi yang memenuhi pikiran sebagian orang tidak ada hubung-

annya dengan mereka. namun , Latihlah dirimu beribadah, artinya, 

pikirkan untuk selalu menjalankan ibadah. Orang-orang yang 

ingin menjadi saleh harus melatih diri beribadah. Untuk ini dibu-

tuhkan suatu latihan yang tetap dan terus-menerus. Alasannya 

diambil dari kegunaan beribadah. Latihan badani terbatas guna-

nya, atau hanya berguna untuk waktu yang singkat. Pantang 

makan dan tidak menikah serta perbuatan-perbuatan serupa itu, 


 608

walaupun baik sebagai tindakan mati raga dan penyangkalan diri, 

namun hanya sedikit gunanya. Perbuatan-perbuatan itu tidak 

banyak berpengaruh. Apa gunanya kita bermati-raga jika kita 

tidak mati terhadap dosa? Amatilah,  

1. Ada banyak hal yang dapat diperoleh dengan beribadah. Ber-

ibadah akan mendatangkan manfaat sepanjang umur hidup 

kita, sebab  mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun 

untuk hidup yang akan datang.  

2. Keuntungan beribadah banyak terdapat di dalam janji itu. Dan 

janji yang diberikan kepada orang-orang saleh berkaitan de-

ngan hidup yang sekarang ini, namun  secara khusus janji-janji 

itu berkaitan dengan kehidupan yang akan datang. Sebagian 

besar janji-janji di dalam Perjanjian Lama merupakan berkat-

berkat yang bersifat sementara, namun di bawah Perjanjian 

Baru berkat-berkat itu bersifat rohaniah dan kekal. Jika 

orang-orang saleh hanya memperoleh sedikit hal-hal baik dari 

kehidupan yang sekarang ini, hal-hal baik itu akan ditambah-

tambahkan kepada mereka di dalam kehidupan yang akan 

datang.  

3. Terdapat banyak takhayul dan dongeng nenek-nenek tua pada 

zaman rasul-rasul. Walaupun Timotius adalah seorang yang 

sangat luar biasa, ia tidak dikecualikan dari nasihat itu, jauhi-

lah takhayul, dan seterusnya. 

4. Tidak cukup jika kita hanya menjauhi takhayul dan dongeng 

nenek-nenek tua belaka, namun  kita juga harus melatih diri 

untuk beribadah. Kita tidak saja harus berhenti berbuat jahat, 

namun  kita juga harus belajar berbuat baik (Yes. 1:16-17), dan 

harus melatih diri kita untuk beribadah. Dan  

5. Pada akhirnya, orang-orang yang sungguh-sungguh saleh, 

yaitu yang taat beribadah, sama sekali tidak akan menderita 

kerugian, tak peduli apa pun jadinya dengan orang-orang yang 

melakukan latihan badani, sebab  ibadah itu mengandung 

janji, dan seterusnya.  

II. Dorongan agar kita terus bertekun di jalan-jalan ibadah dan mela-

tih diri untuk beribadah, meskipun harus menghadapi banyak ke-

sulitan dan tawar hati di dalamnya. Rasul Paulus telah berkata 

bahwa ibadah itu berguna dalam segala segala hal, sebab  

mengandung janji, baik untuk hidup ini (ay. 8). Namun, pertanya-

Surat 1 Timotius 4:6-16 

 609 

annya adalah, apakah keuntungannya seimbang dengan kerugi-

annya? sebab , jika tidak seimbang, itu berarti bukanlah keun-

tungan. Ya, kita yakin bahwa ibadah itu pasti akan membawa 

keuntungan. Berikut ini adalah perkataan Rasul Paulus lainnya 

yang tepat, patut untuk diterima sepenuhnya, yaitu bahwa segala 

jerih payah dan kerugian kita di dalam pelayanan bagi Allah dan 

pekerjaan ibadah akan dibalas dengan berlimpah-limpah, sehing-

ga meskipun kita menderita kerugian bagi Kristus, kita tidak 

dibiarkan merugi oleh-Nya. Itulah sebabnya kita berjerih payah 

dan berjuang, sebab  kita menaruh pengharapan kita kepada Allah 

yang hidup (ay. 10). Amatilah,  

1. Orang-orang yang beribadah harus berjerih payah dan ber-

siap-siap untuk menghadapi perlawanan. Mereka harus beker-

ja dengan baik dan pada saat yang sama harus mengalami ke-

sukaran. Perjuangan hebat dan kesukaran harus kita hadapi 

di dalam dunia ini, bukan saja sebagai manusia, melainkan 

juga sebagai orang-orang kudus. 

2. Orang-orang yang berjerih payah serta harus menghadapi per-

lawanan di dalam melayani Tuhan dan pekerjaan ibadah dapat 

bergantung pada Allah yang hidup bahwa mereka tidak men-

derita kerugian oleh semuanya itu. Biarlah hal ini menguatkan 

hati mereka, bahwa kita menaruh pengharapan kita kepada 

Allah yang hidup. Perenungan akan hal ini, bahwa Allah yang 

telah berjanji dan menjamin untuk menjadi Tuan yang akan 

membayar upah kita adalah Allah yang hidup, hidup selama-

lamanya, dan menjadi sumber kehidupan bagi semua orang 

yang melayani Dia, haruslah dapat membesarkan hati kita di 

dalam segala pelayanan dan di dalam segala jerih payah kita 

bagi Dia, khususnya mengingat bahwa Dia adalah Juruselamat 

semua manusia. 

(1) Oleh penyelenggaraan pemeliharaan-Nya, Ia melindungi orang-

orang serta memperpanjang hidup anak-anak manusia.  

(2) Allah memiliki kehendak baik agar semua orang memper-

oleh keselamatan kekal, dan tidak menghendaki seorang 

pun binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan 

bertobat. Ia tidak berkenan kepada kematian orang-orang 

berdosa. Sampai saat ini, Ia adalah Juruselamat bagi se-

mua orang, sehingga tidak seorang pun dibiarkan tinggal 


 610

dalam keadaan putus asa seperti halnya dengan malaikat-

malaikat yang telah jatuh. Nah, jikalau sudah sedemikian 

heabtnya Dia menjadi Juruselamat semua manusia, maka 

kita dapat menyimpulkan bahwa terlebih lagi Ia akan mem-

berikan balasan bagi orang-orang yang mencari dan mela-

yani Dia. Jika Ia memiliki kehendak yang demikian baik 

bagi semua ciptaan-Nya, terlebih lagi Ia akan menganu-

gerahkan kebaikan bagi mereka yang menjadi ciptaan baru, 

yaitu mereka yang telah dilahirkan kembali. Ia adalah 

Juruselamat bagi semua orang, terutama bagi mereka yang 

percaya. Dan keselamatan yang Ia sediakan bagi orang-

orang yang percaya, cukup untuk membalas segala pela-

yanan dan perjuangan mereka. Di sini kita melihat,  

[1] Kehidupan seorang Kristen adalah kehidupan penuh jerih 

payah dan perjuangan. Kita berjerih payah dan berjuang.  

[2] Paling-paling yang akan kita tanggung di dalam kehi-

dupan sekarang ini adalah perlawanan atas pekerjaan 

baik kita, atas pekerjaan iman kita, dan jerih payah 

kasih kita. 

[3] Orang-orang Kristen sejati menaruh pengharapan mere-

ka kepada Allah yang hidup, sebab terkutuklah orang 

yang mengandalkan manusia, atau kepada apa saja se-

lain Allah yang hidup. Dan orang-orang yang percaya 

kepada-Nya tidak akan dipermalukan. Percayalah ke-

pada-Nya setiap waktu. 

[4] Secara umum Allah adalah Juruselamat bagi semua 

orang, sebab Ia telah menempatkan mereka semua da-

lam keadaan dapat diselamatkan. Namun, secara khu-

sus Ia adalah Juruselamat bagi orang-orang yang per-

caya. Oleh sebab  itu, ada penebusan umum, dan ada 

juga penebusan khusus.  

III. Rasul Paulus menutup pasal ini dengan sebuah nasihat kepada 

Timotius,  

1. Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu, semua yang telah 

diajarkan oleh Rasul Paulus kepada Timotius. “Perintahkan 

kepada mereka untuk melatih diri mereka beribadah, ajarkan 

kepada mereka kegunaan ibadah, dan katakanlah bahwa jika 

Surat 1 Timotius 4:6-16 

 611 

mereka melayani Allah, maka mereka melayani satu Pribadi 

yang pasti akan menyelamatkan mereka.” 

2. Supaya Timotius hidup dengan segala kesungguhan dan ke-

cermatan diri sehingga mendatangkan rasa hormat bagi diri-

nya meskipun ia masih muda, “Jangan seorang pun mengang-

gap engkau rendah sebab  engkau muda, yaitu janganlah 

memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk mengang-

gap rendah kemudaanmu.” Kemudaan orang muda tidak akan 

dianggap rendah jika ia tidak membuat dirinya sendiri dipan-

dang rendah oleh kesia-siaan dan kebodohan perbuatan orang 

muda. Orang-orang muda dapat berperilaku bagaikan orang 

yang sudah tua, sehingga sebab  itu mereka dapat bermegah 

jika dianggap rendah.  

3. Untuk menegaskan ajarannya dengan teladan yang baik, jadi-

lah teladan bagi orang-orang percaya, dan seterusnya. Amati-

lah, orang-orang yang mengajar melalui ajaran mereka harus 

mengajar juga melalui kehidupan mereka, kalau tidak mereka 

akan meruntuhkan dengan sebelah tangan sendiri apa yang 

telah mereka bangun dengan tangan lainnya. Mereka harus 

menjadi teladan, baik dalam perkataan maupun di dalam ting-

kah laku mereka. Percakapan mereka harus bersifat mendidik. 

Dan hal seperti ini akan menjadi suatu teladan yang baik: 

tingkah laku mereka harus lurus. Dan hal seperti ini akan 

menjadi suatu teladan yang baik: mereka harus menjadi 

teladan di dalam kasih, atau kasih kepada Allah dan semua 

orang kudus, menjadi teladan di dalam roh, yaitu memikirkan 

hal-hal yang rohani dan menyembah di dalam roh. Juga, 

menjadi teladan di dalam iman, yaitu di dalam pengakuan 

iman Kristen, dan teladan di dalam kesucian atau kemurnian.  

4. Rasul Paulus memerintahkan dia untuk belajar dengan rajin, 

sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab 

Suci, dalam membangun dan di dalam mengajar (ay. 13). Mes-

kipun Timotius memiliki karunia-karunia yang luar biasa, na-

mun ia harus tetap menggunakan cara-cara yang biasa. Atau, 

ayat itu dapat juga diartikan sebagai pembacaan Kitab-kitab 

Suci di hadapan jemaat. Ia harus membaca dan menasihati, 

artinya membaca dan menjelaskan secara terperinci, membaca 

dan menekankan mengenai apa yang ia bacakan kepada mere-

ka. Ia harus menjelaskan secara terperinci baik dengan cara 


 612

menasihati maupun dengan cara mengajar. Ia harus mengajar 

mereka baik mengenai apa yang harus mereka lakukan dan 

apa yang harus mereka percayai. Amatilah,  

(1) Para pelayan Tuhan harus mengajarkan dan memerintah-

kan hal-hal yang telah diajarkan kepada mereka sendiri 

dan hal-hal yang telah diperintahkan kepada mereka. Me-

reka harus mengajar jemaat untuk melakukan segala 

sesuatu yang telah diperintahkan Kristus (Mat. 28:20).  

(2) Cara terbaik bagi para pelayan Tuhan untuk menghindari 

dipandang rendah adalah dengan mengajarkan dan melaku-

kan hal-hal yang telah diperintahkan kepada mereka. Tidak 

heran kalau ada pelayan-pelayan Tuhan yang dianggap ren-

dah sebab  mereka tidak mengajarkan hal-hal ini, atau kare-

na bukannya menjadi teladan yang baik bagi orang-orang 

percaya, mereka malah secara langsung melakukan tindak-

an yang bertentangan dengan pengajaran-pengajaran yang 

mereka beritakan. Sebab para pelayan Tuhan harus menjadi 

teladan bagi kawanan domba mereka.  

(3) Para pelayan Tuhan yang mau menyelesaikan pekerjaan mere-

ka dengan hasil terbaik, harus peduli untuk belajar, supaya 

mereka dapat meningkat di dalam pengetahuan. Mereka juga 

harus memperhatikan pekerjaan mereka. Mereka harus mem-

baca Kitab Suci, menasihati, dan mengajar di hadapan jemaat.  

5. Rasul Paulus memerintahkan Timotius untuk waspada agar 

jangan lalai, jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang 

ada padamu (ay. 14). Karunia-karunia Allah akan melemah 

jika diabaikan. Ayat ini dapat dipahami baik sebagai jabatan 

yang diembannya ataupun sebagai kemampuan-kemampuan-

nya untuk menjalankan jabatan itu. Untuk pengertian yang 

pertama, jabatannya itu ditahbiskan dengan cara yang biasa, 

sementara untuk pengertian yang kedua, karunia-karunianya 

diberikan secara luar biasa. Tampaknya, untuk pengertian 

yang pertama, sebab  pentahbisannya dengan penumpangan 

tangan, dan seterusnya. Perhatikanlah di sini cara penahbisan 

yang Alkitabiah, yaitu pentahbisan dengan penumpangan 

tangan, dan penumpangan tangan itu dilakukan oleh sidang 

penatua. Amatilah, Timotius ditahbiskan oleh orang-orang 

yang memiliki jabatan dalam gereja. Pada bagian yang lain kita 

Surat 1 Timotius 4:6-16 

 613 

membaca mengenai penyampaian karunia yang luar biasa ke-

pada Timotius melalui penumpangan tangan oleh Rasul Pau-

lus sendiri (2Tim. 1:6), namun  di sini ia ditahbiskan dalam ja-

batannya di gereja oleh penumpangan tangan sidang penatua.  

(1) Kita dapat memperhatikan bahwa jabatan pelayanan meru-

pakan suatu karunia. Jabatan itu adalah karunia dari 

Kristus. Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia mendapatkan 

pemberian-pemberian kepada manusia, dan Ia memberikan 

baik rasul-rasul maupun gembala-gembala dan pengajar-

pengajar (Ef. 4:8, 11), dan pemberian ini merupakan pem-

berian yang sangat indah bagi jemaat-Nya.  

(2) Para pelayan Tuhan tidak boleh melalaikan karunia yang 

telah diberikan kepada mereka, apakah itu karunia yang 

kita pahami sebagai jabatan pelayanan ataupun kemampu-

an-kemampuan untuk menjalankan jabatan itu. Baik yang 

satu ataupun yang lain sama sekali tidak boleh diabaikan.  

(3) Meskipun ada nubuat mengenai Timotius ini (karunia itu 

diberikan melalui nubuat), namun penahbisannya masih 

tetap disertai dengan penumpangan tangan sidang pena-

tua, artinya, oleh sejumlah penatua. Jabatan itu diberikan 

kepadanya dengan cara tersebut. Dan saya berpendapat 

bahwa penahbisan oleh sidang penatua itu sudah cukup 

memberikan jaminan, sebab  tidak tampak di sini bahwa 

Rasul Paulus berkeberatan dengan penahbisan Timotius. 

Benar bahwa ada karunia-karunia luar biasa yang dianuge-

rahkan kepada Timotius oleh penumpangan tangan Rasul 

Paulus sendiri (2Tim. 1:6), namun jika Rasul Paulus berke-

beratan dengan penahbisan Timotius ini, maka sidang pena-

tua pun akan dipersoalkannya. namun  seperti yang disebut-

kan secara khusus oleh Paulus, ia tidak keberatan dengan 

cara itu, sehingga tampak sangat jelas bahwa sidang pena-

tua memiliki kuasa dalam jabatan mereka untuk menahbis-

kan.  

6. Dengan dipercayakannya pekerjaan ini kepadanya, maka Timo-

tius harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada pekerjaan itu 

(TL), “Hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada 

semua orang.” Timotius dikenal sebagai seorang yang bijaksana, 


 614

namun ia tetap harus maju, dan menunjukkan bahwa ia ber-

tumbuh di dalam pengetahuan. Amatilah,  

(1) Para pelayan Tuhan harus banyak melakukan perenungan. 

Sebelumnya mereka harus mempertimbangkan bagaimana 

dan apa yang harus mereka katakan. Mereka harus mere-

nungkan kepercayaan besar yang diserahkan kepada mere-

ka itu, mengenai harga dan nilai jiwa-jiwa yang tidak dapat 

binasa, serta mengenai pertanggungjawaban yang harus 

mereka berikan pada akhirnya.  

(2) Para pelayan Tuhan harus memberikan diri sepenuh hati di 

dalam hal-hal ini, mereka harus memperhatikan hal-hal ini 

sebagai pekerjaan dan urusan utama mereka, hiduplah di 

dalamnya.  

(3) Dengan melakukan hal-hal ini, kemajuan mereka akan men-

jadi nyata di dalam segala sesuatu, dan juga di hadapan 

semua orang. Inilah cara bagi mereka untuk memperoleh 

kemajuan dalam pengetahuan dan kasih karunia, dan juga 

untuk memajukan orang-orang lain.  

7. Rasul Paulus menekankan hal ini kepada Timotius dengan sa-

ngat sungguh-sungguh, “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah 

ajaranmu, perhatikan baik-baik apa yang engkau beritakan. 

Bertekunlah dalam semuanya itu, di dalam kebenaran yang telah 

engkau terima, dan dengan berbuat demikian engkau akan me-

nyelamatkan dirimu sendiri dan semua orang yang mendengar 

engkau.” Perhatikan baik-baik, 

(1) Para pelayan Tuhan terlibat di dalam pekerjaan penyelamat-

an, yang menjadikan pekerjaannya itu sebagai pekerjaan 

yang baik.  

(2) Perhatian para pelayan Tuhan pertama-tama haruslah un-

tuk menyelamatkan diri mereka sendiri, “Pertama-tama se-

lamatkanlah dirimu sendiri, dengan demikian engkau akan 

menjadi alat untuk menyelamatkan orang-orang yang men-

dengar engkau.” 

(3) Dalam memberitakan firman, tujuan para pelayan Tuhan 

harus terarah kepada keselamatan orang-orang yang mende-

ngar, dan kemudian kepada keselamatan jiwa mereka sendiri.  

(4) Cara terbaik untuk mencapai kedua tujuan ini adalah de-

ngan mengawasi diri kita sendiri, dan seterusnya. 

PASAL  5  

Dalam pasal ini Rasul Paulus,  

I.  Memberi Timotius petunjuk bagaimana caranya menegur (ay. 

1-2). 

II. Memalingkan perhatian kepada para janda, baik tua maupun 

muda (ay. 3-16).  

III. Kepada para penatua (ay. 17-19).  

IV. Menegur di depan umum (ay. 20).  

V. Memberikan pesan yang sungguh-sungguh tentang penahbis-

an (ay. 21-22).  

VI. Menyinggung tentang kesehatannya (ay. 23), dan menyebut 

dosa-dosa manusia mempunyai dampak yang sangat berbeda-

beda (ay. 24-25).  

Petunjuk tentang Menegur 

(5:1-2)  

1 Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia 

sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, 2 perempuan-

perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adik-

mu dengan penuh kemurnian. 

Dalam perikop ini Rasul Paulus memberikan pedoman kepada Timo-

tius, dan melalu dia, juga kepada hamba-hamba Tuhan lain, tentang 

menegur. Para pelayan Tuhan adalah orang-orang yang bertugas 

memberi teguran. Itu adalah bagian dari pekerjaan mereka, walau-

pun bagian yang paling tidak menyenangkan. Mereka harus mem-

beritakan firman, dan menegur serta menasihati (2Tim. 4:2). Kita 

harus membuat pembedaan besar dalam menegur, dengan memper-

timbangkan usia, sifat, dan kondisi lain dari orang-orang 

yang ditegur. Dengan demikian, orang yang lebih tua dalam hal usia 


 616

atau jabatan harus diperlakukan sebagai bapa. Tunjukkanlah belas 

kasihan kepada sebagian orang, dengan membuat pembedaan untuk 

mereka (Yud. 1:22, KJV – pen.). Nah, pedomannya adalah,  

1.  Bersikap lemah lembut saat  menegur orang yang sudah tua, le-

bih tua dalam hal usia, atau dalam hal kedudukan. Martabat me-

reka harus dihormati sebab  usia dan kedudukan, dan sebab  itu 

mereka tidak boleh ditegur dengan keras atau seperti dihakimi. 

Sebaliknya, Timotius sendiri, sekalipun seorang penginjil, harus 

memperlakukan mereka sebagai bapa, sebab  ini merupakan cara 

yang paling pantas untuk berhubungan dengan mereka, dan 

memenangkan hati mereka.  

2.  Orang yang lebih muda harus ditegur sebagai saudara, dengan 

kasih dan kelembutan. Bukan sebagai orang yang ingin mencari-

cari kesalahan atau menyulut pertengkaran, melainkan sebagai 

orang yang bersedia memanfaatkan yang terbaik dari mereka. 

Sangat diperlukan kelemahlembutan untuk menegur orang yang 

pantas ditegur.  

3.  Perempuan yang lebih tua harus ditegur, kalau memang perlu di-

tegur, sebagai ibu. Mohonkanlah dengan sangat kepada ibumu, 

mohonkanlah (Hos. 2:2, KJV – pen.).  

4. Perempuan yang lebih muda harus ditegur, namun  ditegur sebagai 

adik, dengan penuh kemurnian. Kalau Timotius saja, orang yang 

sudah begitu mati pada dunia dan hawa nafsu kedagingan, perlu 

diberi peringatan seperti itu, apalagi kita. 

Petunjuk mengenai Para Janda 

(5:3-16)  

3 Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda. 4 namun  jikalau seorang 

janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama 

belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang 

tua dan nenek mereka, sebab  itulah yang berkenan kepada Allah. 5 Sedang-

kan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, 

menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan 

doa siang malam. 6 namun  seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-

lebihan, ia sudah mati selagi hidup. 7 Peringatkanlah hal-hal ini juga kepada 

janda-janda itu agar mereka hidup dengan tidak bercela. 8 namun  jika ada se-

orang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, 

orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman. 9 Yang 

didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang dari enam 

puluh tahun, yang hanya satu kali bersuami 10 dan yang terbukti telah mela-

kukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan, 

Surat 1 Timotius 5:3-16 

 617 

membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam 

kesesakan – pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan 

untuk berbuat baik. 11 Tolaklah pendaftaran janda-janda yang lebih muda. 

sebab  jika mereka sekali digairahkan oleh keberahian yang menceraikan 

mereka dari Kristus, mereka itu ingin kawin 12 dan dengan memungkiri 

kesetiaan mereka yang semula kepada-Nya, mereka mendatangkan hukuman 

atas dirinya. 13 Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka mem-

biasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, namun  

juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang 

tidak pantas. 14 sebab  itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin 

lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan 

kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita. 15 sebab  beberapa 

janda telah tersesat mengikut Iblis. 16 Jika seorang laki-laki atau perempuan 

yang percaya mempunyai anggota keluarga yang janda, hendaklah ia mem-

bantu mereka sehingga mereka jangan menjadi beban bagi jemaat. Dengan 

demikian jemaat dapat membantu mereka yang benar-benar janda.  

Dalam perikop ini diberikan petunjuk tentang mendaftar janda-janda 

yang dipekerjakan dan diurus oleh jemaat: Hormatilah janda-janda 

yang benar-benar janda. Hormatilah mereka, yaitu uruslah mereka, 

pekerjakanlah mereka. Dalam jemaat waktu itu ada suatu pekerjaan 

untuk janda-janda, yaitu merawat orang sakit dan lanjut usia, meng-

urus mereka sesuai petunjuk para diaken. Kita membaca tentang 

dirawatnya para janda segera sesudah  pertama kali berdirinya jemaat 

Kristen (Kis. 6:1). Pada kesempatan itu, jemaat Yunani merasa janda-

janda mereka diabaikan dalam pelayanan dan penyediaan kebutuhan 

sehari-hari untuk janda-janda miskin. Pedoman umum yang dipakai 

adalah hormatilah janda-janda yang benar-benar janda, uruslah me-

reka, dan ringankanlah beban mereka dengan rasa hormat dan ke-

lembutan.  

I.  Yang ditetapkan untuk dibantu oleh amal jemaat adalah janda-

janda yang saleh dan taat, dan bukan janda-janda binal yang 

hidup mewah dan berlebih-lebihan (ay. 5-6). Yang dianggap benar-

benar janda, dan yang harus diurus oleh jemaat, adalah mereka 

yang walaupun ditinggalkan seorang diri, namun  menaruh harapan 

kepada Allah. Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban dan meru-

pakan penghiburan orang yang ditinggalkan sendiri untuk mena-

ruh harapan kepada Allah. Oleh sebab  itulah adakalanya Allah 

membawa umat-Nya dalam kesesakan seperti itu, supaya tidak 

ada yang lain yang dapat mereka harapkan, dan supaya mereka 

menaruh harapan kepada-Nya dengan lebih yakin. Hidup men-

janda adalah hidup yang sunyi, namun  biarlah janda-janda mena-

ruh kepercayaan pada-Ku! (Yer. 49:11), dan biarlah mereka ber-


 618

sukacita sebab ada Allah yang dapat mereka harapkan. Dan lagi, 

mereka yang menaruh harapan kepada Allah harus bertekun da-

lam doa. Jika dengan iman kita percaya kepada Allah, maka de-

ngan doa kita harus memberi kemuliaan kepada-Nya dan menye-

rahkan diri pada bimbingan-Nya. Hana adalah seorang janda yang 

benar-benar janda, yang tidak pernah meninggalkan Bait Allah 

(Luk. 2:37), dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan ber-

doa. namun  seorang perempuan sungguh bukan janda kalau ia 

hidup mewah dan berlebih-lebihan (ay. 6), atau hidup dalam kece-

maran. Janda girang bukanlah janda yang benar-benar janda, 

dan tidak pantas diurus oleh jemaat. Seorang janda yang hidup 

mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup, ia bukan 

anggota jemaat yang hidup, namun  seperti bangkai di dalamnya, 

atau seperti anggota yang sudah mati. Kita bisa menerapkannya 

secara lebih umum. Siapa yang hidup mewah dan berlebih-lebih-

an, ia sudah mati selagi hidup, mati secara rohani, mati sebab  

pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa. Mereka ada di dunia 

tanpa tujuan, sudah terkubur hidup-hidup tanpa mengenal tu-

juan-tujuan hidup yang luhur. 

II.  Pedoman lain yang diberikan Rasul Paulus adalah bahwa jemaat 

tidak boleh dibebani dengan mengurus janda-janda yang masih 

mempunyai sanak saudara untuk mengurus mereka. Hal ini di-

sebutkan beberapa kali (ay. 4): Jikalau seorang janda mempunyai 

anak atau cucu, yaitu kerabat-kerabat dekat, hendaknya mereka 

mengurus dia, dan tidak membebani jemaat. Demikian pula de-

ngan ayat 16. Ini disebut berbuat saleh di rumah sendiri (ay. 4, KJV 

– pen.), atau berbakti kepada kaum keluarga sendiri. Perhatikan-

lah, hormat anak-anak kepada orangtua, dan kewajiban mereka 

merawat orangtua, pantas disebut kesalehan. Ini berarti memba-

las budi orangtua. Anak-anak tidak pernah bisa cukup membalas 

budi orangtua atas segala jerih payah orangtua dalam merawat 

mereka. namun  mereka tetap harus berusaha membalas budi. Su-

dah menjadi kewajiban anak yang tak dapat diabaikan bahwa jika 

orangtua berkekurangan, dan mereka mampu meringankan be-

ban orangtua, mereka harus melakukannya dengan sekuat tena-

ga, sebab  itulah yang berkenan pada Allah. Orang-orang Farisi 

mengajarkan bahwa persembahan di mezbah lebih berkenan pada 

Allah daripada meringankan beban orangtua yang malang (Mat. 

Surat 1 Timotius 5:3-16 

 619 

15:5). namun  di sini kita diajar bahwa membantu orangtua itu 

jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban 

sembelihan. Itulah yang berkenan, dst. Rasul Paulus berbicara 

tentang hal ini lagi (ay. 8), jika ada seorang yang tidak memeliha-

rakan sanak saudaranya, dst. Jika ada laki-laki atau perempuan 

yang tidak mengurus saudara-saudara mereka sendiri yang mis-

kin, itu berarti mereka sudah murtad. Sebab maksud dan tujuan 

Kristus adalah meneguhkan hukum Musa, dan khususnya hu-

kum dari perintah kelima, yaitu hormatilah ayahmu dan ibumu. 

Jadi siapa tidak mematuhi hukum itu berarti sudah murtad, 

apalagi kalau mereka tidak menafkahi anak istri mereka, yang 

merupakan anggota keluarga mereka sendiri. Jika apa yang 

seharusnya untuk menghidupi keluarga, mereka habiskan untuk 

menuruti hawa nafsu, maka mereka sudah murtad dan lebih 

buruk dari orang yang tidak beriman. Satu alasan mengapa harus 

dipastikan bahwa orang yang berpunyalah yang harus meme-

lihara sanak saudara mereka yang miskin, dan tidak membebani 

jemaat, adalah (ay. 16) supaya jemaat dapat membantu mereka 

yang benar-benar janda. Perhatikanlah, amal yang salah sasaran 

akan menjadi penghambat besar bagi amal yang sesungguhnya. 

Kita harus bijak dalam memilih siapa yang ingin kita beri amal, 

supaya amal kita tidak terbuang kepada orang-orang yang tidak 

layak menerimanya, dan supaya ada persediaan yang lebih banyak 

untuk mereka yang sungguh-sungguh pantas mendapatkannya. 

III. Rasul Paulus memberikan petunjuk tentang ciri-ciri janda yang 

harus didaftar untuk menerima amal jemaat: tidak kurang dari 

enam puluh tahun, dan tidak pernah menceraikan suaminya, 

atau bercerai darinya dan menikah lagi. Ia harus satu kali bersua-

mi, sudah mengurus rumah tangga, dikenal ramah dan pengasih, 

dan terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik. Perhatikanlah, 

kita harus memberi perhatian secara khusus untuk meringankan 

beban orang-orang yang, saat  masih mampu, bersedia melaku-

kan semua pekerjaan baik, namun  yang sudah renta sekarang. 

Berikut adalah contoh perbuatan-perbuatan baik yang pantas 

dilakukan oleh seorang istri yang baik: seperti mengasuh anak. 

Rasul Paulus tidak berkata, melahirkan anak (anak-anak adalah 

milik pusaka dari pada TUHAN), sebab itu bergantung pada 

kehendak Allah. Yang dimaksudkan di sini adalah, kalau tidak 


 620

mempunyai anak kandung, ia sudah membesarkan anak-anak. Ia 

sudah memberi tumpangan, dan membasuh kaki saudara-saudara 

seiman. Ia sudah bersedia menyambut orang-orang Kristen dan 

hamba-hamba Tuhan yang baik saat  mereka sedang dalam per-

jalanan untuk memberitakan Injil. Membasuh kaki sahabat-saha-

bat mereka juga merupakan bagian dari sambutan terhadap me-

reka. Jika ia sudah menolong orang yang hidup dalam kesesakan 

saat  mampu, maka hendaknya ia ditolong sekarang. Perhati-

kanlah, siapa yang ingin mendapat belas kasihan saat  sedang 

dalam kesulitan, harus menunjukkan belas kasihan saat  

sedang berkelimpahan. 

IV. Rasul Paulus mengingatkan jemaat untuk berjaga-jaga supaya 

tidak mendaftar orang-orang yang kemungkinan tidak akan mem-

bawa kebaikan untuk mereka (ay. 11): Tolaklah pendaftaran jan-

da-janda yang lebih muda. Janda-janda itu akan bosan dengan 

pekerjaan mereka dalam jemaat, dengan hidup menurut aturan, 

seperti yang harus mereka lakukan. Sehingga mereka akan 

kawin, dan memungkiri kesetiaan mereka yang semula kepada-

Nya. Kita membaca tentang kasih yang mula-mula (Why. 2:4), dan 

di sini kesetiaan yang mula-mula, yaitu ikrar mereka terhadap je-

maat untuk berperilaku baik dan berbuat sesuai dengan keper-

cayaan yang sudah diberikan kepada mereka. Tidak tampak bah-

wa apa yang dimaksud dengan iman mereka yang semula di sini 

adalah kaul untuk tidak menikah, sebab Kitab Suci sama sekali 

tidak membahas mengenai masalah itu. Selain itu, Rasul Paulus 

di sini memberi nasihat kepada janda-janda muda untuk menikah 

(ay. 14), yang tidak akan diberikannya seandainya dengan meng-

ikuti nasihat Rasul Paulus itu mereka harus melanggar kaul. Dr. 

Whitby memberi pengamatan yang baik dalam hal ini, “Sean-

dainya k