las dendam terhadap suku yang mengganggu iru. Baik kelompok
nomadik maupun yang bermukim mengorganisasi diri mereka dengan
cara seperti itu; dan memang, banyak kelompok nomadik maupun yang
bermukim berada di dalam satu suku dan suku yang sama.
Fragmentasi politik dan sosial Arab iru sangat cocok dengan keanekaragaman agamanya pada masa munculnya Islam. Agama tradisional
Arab ketika itu adalah politeis-sacu bentuk paganisme yang menunjuk
dewa-dewa langit (m.atahari, bulan, Venus, dan lain-lain), di ancara
lainnya, dan yang ada dalam berbagai varian seperci kultus-kultus lokal,
sisa-sisa agama pagan yang masih ada di Timur Dekat. Policeisme lo-kal ini sangat cocok dengan lingkungan sosial Arab, karena suku-suku
Arab bukan hanya memandang diri mereka sebagai saudara sedarah
(apakah mereka benar-benar sedarah acau cidak), mereka juga biasanya
bergabung dalam penyembahan terhadap patung acau tuhan lokal, yang
mereka pandang sebagai tuhan pelindung mereka, sehingga identitas
sosial mereka juga mempunyai komponen agama. Dewa-dewa Arab
ini dihormaci di cempac-tempac suci lokal, yang dikenal dengan haram,
sering kali terpusat pada pohon suci, batu, air terjun acau hal-hal lain,
yang dipercaya bahwa tuhan atau dewa ad<1 di dalamnya. Haram terdiri
atas area yang suci dcngan batasan-batasan tertentu yang mclingkari
tempat suci, yang melarang para anggota pemujaan uncuk terlibac penumpahan darah atau kekerasan-satu larangan yang dicekankan oleh
kelompok lain yang menyembah dewa/tuhan yang sama dan oleh keluarga acau suku yang melayani sebagai penjaga cempat-tempac suci tersebuc. Ciri seperti ini memhuat haram menjadi satu tempat di mana orang
dari suku-suku yang berbeda dapat bercampur secara aman, baik untuk
mengunjungi pasar, mengadakan pertemuan penting, acau merencanakan perkawinan clan aliansi. J ika ada air yang cukup, haram dengan demikian akan menjadi kora rempat tinggal yang cukup luas, karena ha!
itu cenderung menarik para pedagang untuk tinggal, serta yang lain, di
mana keamanan propeni merupakan sesuatu yang esensial. Kebanyakan
kota-kota di Arab bagian utara mempunyai haram di tempat inti mereka-juga pasokan air yang baik.
Akan tetapi, pada abad keenam, paganisme Arab yang tersisa ini
hilang berhadapan dengan tersebarnya monoteisme secara perlahan.
Agama Y ahudi darang ke Arab lebih awal-mungkin langsung setelah
kehancuran kuil kedua Roma di Jerusalem pada 70 masehi. Komunitas Yahudi yang berbicara bahasa Arab ditemukan di hampir semua
bagian Arab, khususnya di Yaman, dan di kota-kota oasis Arab bagian
barat laut-Tabuk, Tayma', Khaibar, Yarhrib (Madinah), dan lain-lain.
Mereka semua boleh jadi merupakan keturunan migran Yahudi atau
pengungsi dari Palestina atau Babylonia, serta orang-orang yang berkonversi baru, clan atau percampuran antara keduanya. Agama Kristiani
juga ditemukan di Arab, khususnya di Yaman (tempat mereka menjadi
kuat pada abad keempat melalui proselitisme Byzantium), di Arab bagian Timur, clan di pinggiran utara Arab di perbatasan Syria dan lrak,
yang tampaknya memperoleh pengikut bahkan dari kelompok-kelompok nomadik gembala. Ada sedikit kesepakatan di antara pada ahli
mengenai adanya orang-orang Kristiani di Hijaz (sebelah barat Arab
yang bergunung-gunung), sekalipun beberapa referensi terpisah/berbeda
menunjukkan bahwa orang-orang Kristiani bukan tidak diketahui keberadaannya di sana. Arabia juga telah menjadi rumah bagi kebanyakan
komunitas Kristiani Yahudi yang disebut dengan orang-orang Nazarean,
yang mengakui Yesus sebagai messiah tetapi melarang untuk memakan
babi clan meminum anggur. Sayangnya, hanya sedikit informasi dari
tangan penama mengenai komunitas Yahudi dan Kristiani yang beraneka ini pada abad keenam. Kelihatannya cukup masuk aka! juga untuk
beranggapan bahwa mereka itu dipengaruhi tendensi asketisisme clan
apokaliptisisme yang ada di dunia Timur Dekar ketika itu.
Aspek terakhir mengenai kehidupan keagamaan di Arab yang layak uncuk disinggung adalah adanya tradisi ramalan/prediksi kenabian yang
berpengaruh, sekalipun sampai abad keenam secara luas telah maci atau
hilang di bagian mana pun di Timur Dekat. Walaupun sampai saat
itu Yahudi clan Krisciani memandang ramalan/prediksi kenabian yang
berpengaruh ini sebagai sesuacu yang ada pada masa lampau, akan cetapi ramalan cerus dipraktikkan oleh sebagaian kelompok kecil sepeni
orang-orang Montanis, sekce kecil Kristiani yang ditemukan terutama
di Asia Kecil. Guru agama Mani, pendiri Manichaenisme, yang tinggal
di Irak sebelah selatan selama abad keciga masehi, juga mengklaim sebagai nabi. Selain itu, ketika masa penyebaran ajaran Nabi Muhammad
pada awal abad ketujuh, ada sejumlah figur lain di Arab yang, seperti
dirinya, mempresencasikan dirinya sebagai nabi yang membawa misi
ketuhanan. Semuanya ini menunjukkan adanya vitalitas cradisi ramalan
yang berpengaruh, khususnya di Arab, clan membantu kita memahami
bagaimana cara orang-orang di Arab menerima klaim Nabi Muhammad
sebagai nabi.
Untuk kedua alasan politik clan ekonomi ini, orang-orang Byzantium clan Sassania merasa perlu mempertahankan keberadaannya
di Arab-walaupun hanya uncuk mencegah yang lain memperoleh
pengaruh besar di sana. Tecapi, kecidakadaan acau sedikitnya sumbersumber kekayaan di Arabia Utara ini tidak mendorong mereka untuk
mencoba membangun koncrol langsung terhadap wilayah ini, karena
hal itu akan membucuhkan kekuatan percahanan clan administrasi yang
mahal ketimbang yang dapat mereka harapkan dalam menyelamatkan
pajak. Sebaliknya mereka mengadopsi cara dengan membangun aliansi
dengan kepala-kepala suku-suku Arab, yang kemudian dapat memenuhi
keinginan penguasa sebagai ganci pembayaran tunai, senjata, serca gelar.
Penguasaan yang tidak langsung semacam itu jauh lebih murah, baik
secara finansial maupun tenaga, ketimbang mencoba mengontrol wilayah secara langsung dengan tentara mereka sendiri. Orang-orang Sassania membangun aliansi semacam itu dengan "raja-raja" dari keluarga
Nasrid dari suku Lakhm, yang berbasis di al-Hira Irak sebelah bawah; orang-orang Nasrid menyumbang tentara kepada pasukan Sassania dan
ini membuktikan adanya duri di sisi rakyat Byzantium karena serangan
periodik mereka melawan Syria Byzantium. Orang-orang Sassania juga
membangun aliansi dengan para kepala suku di sepanjang pantai Arab
Teluk Persia. Di Oman Utara, mereka bukan hanya beraliansi dengan
para pemimpin lokal, orang-orang Julanda, akan tetapi juga membangun otoritas langsung, menunjuk gubemur Sassania dengan pertahanan permanen tentara Sassania yang berbasis di Rustaq, uncuk mengawasi wilayah yang strategis dan mempunyai pertanian yang sangat
penting ini. Dengan demikian, Sassania menciptakan ancaman yang
cukup luas bagi pantau-pantai Teluk Arab pada periode kuno akhir.
Orang-orang Byzantium juga melakukan kebijakan yang sama di
Arab Barat Laut. Para kepala keluarga Jafnid dari suku Ghassan, yang
tinggal di al-Jabiyya di area stabil yang menghadap ke Danau Tiberias,
dihargai oleh kaisar-kaisar Byzantium sebagai "phylarchs," atau afiliasi
suku dari kekaisaran semasa abad keenam, dan dilengkapi senjata, mata
uang, dan sekaligus gelar. Suku-suku lain, dalam abad yang mula-mula,
telah mempunyai peranan yang sama. Sebagaimana orang-orang Nasrid,
yang menjadi mitra Sassania, orang-orang Jafnid juga memberi mereka
bantuan militer untuk patron kerajaan mereka dan berpartisipasi dalam
sejumlah operasi Roma melawan orang-orang Sassania, bahkan sekali
waktu (tahun 570) menyerang ibu kota Nasrid di al-Hira di lrak Tengah. Ketika tidak sedang terlibat dalam permusuhan terbuka, patronpatron Nasrid dan Jafnid dari kedua kekaisaran tersebut merupakan rival khusus dalam mencari pengaruh di antara orang-orang nomadik dan
orang-orang yang bertempat tinggal di oasis di Arab Utara dan secara
umum berkedudukan sebagai agen dari orang-orang Sassania dan Byzantium. Khususnya jafnid, diharapkan mencegah kelompok nomadik lain
di pinggiran Syria bagian Byzantium dari penyerangan dan pencurian
komunitas yang tinggal di distrik yang dapat ditarik pajak.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa sumber emas dan mineral lain
juga telah menyumbang bagi vitalitas perekonomian di kepulauan Arab seabad sebelum munculnya Islam. Terapi, penemuan-penemuan baru
menunjukkan bahwa sumber utama Arab yang menarik minat penguasa
boleh jadi adalah kulit, yang digunakan untuk pelana kuda bagi tentara
mereka, tali, sepatu bot, senjata, tenda, dan perlengkapan lain.
Arab juga penting secara ekonomi karena terlerak di jalan Byzantium ke arah kepulauan India clan karena kekayaan perdagangannya.
Kapas India, merica clan beberapa spesies lain, dupa Arab Selatan, clan
komodicas lain datang ke dunia Mediterania, baik melalui kapal yang
berlayar melalui taut yang melingkari Arab dan berhenti di pelabuhannya-khususnya Muza (Mocha) clan Kane, di Arab Selatan-, atau
melalui karavan lewat kota-kota di Arab Barat, termasuk Makkah. Di
Laut Merah, bagian terbaik dari perdagangan laut ini dijalankan pada
masa Byzantium oleh layanan pengantara Axumite yang bergerak dari
pelabuhan utama mereka, Adulis. Kekaisaran Byzantium clan Sassania,
keduanya berkeinginan mengontrol perdagangan ini serta pajak-pajak
yang dapat mereka kumpulkan, akibatnya, Arab menjadi fokus kompetisi serius antar kekaisaran. Byzantium misalnya, mempertahankan
stasiun untuk pabean di kepulauan Lotabe di kanal Tiran (di jalan masuk Teluk Aqaba), clan beberapa laporan lain juga menunjukkan bahwa
keduanya, Byzantium maupun Sassania telah berusaha, clan mungkin
berhasil, membangun ikatan khusus dengan para pemimpin lokal untuk
mengumpulkan pajak di Yathrib atau Makkah pada masa lahirnya Islam
dalam usaha menarik wilayah ini agar menjadi tempat mereka yang berpengaruh.
Yaman menjadi fokus kompetisi Byzantium clan Sassania terutama
karena alasan agama clan sebagian karena Y aman menguasai tempat·
tempat penting di dalam persaingan perdagangan Arab. Sejak tiga
perempat pertama abad keenam, Byzantium mencoba memperlihatkan
pengaruhnya secara tidak langsung di Yaman, yang, walaupun jauh
(3.500 km, atau 2.175 mil, dari Constantinople), tetapi merupakan
pintu masuk langsung mereka ke Lautan India melalui Laut Merah.
Bagi Byzantium, rute ini mempunyai keuntungan untuk mencegah orang-orang Sassania, yang menguasai rute perdagangan lain ke wilayah
Lautan India dan Asia Timur, baik yang melalui lran-"Silk Road" yang
terkenal-maupun, melalui kepulauan Persia, atau melalui lrak.
Kehadiran Byzantium secara politik di Yaman terutama dibangun
melalui perantara sekutunya, Raja Kristiani dari Oxum. Atas nasihat
kaisar Byzantium, Justin, Raja Axumite Ella Asbeha menduduki Yaman
sekitar 523 masehi dan membangun kekaisaran Kristiani di sana. lnvasi
ini boleh jadi sebagian merupakan reaksi terhadap aktivitas raja Yahudi
keturunan Himyarites, Dhu Nuwas, yang sebelumnya terlibat dalam
serial pertempuran berdarah dengan orang-orang Kristiani Yaman, atau
kemungkinan juga terutama untuk memfasilitasi perdagangan Byzantium dengan India. Rezim Etiopia di Yaman ini, yang segera menjadi
merdeka dari Axum, mendominasi negeri untuk setengah abad; pimpinannya yang terpenting adalah Raja Abraha, yang berusaha memperluas
kekuasaannya ke Arab bagian utara tengah dan dilaporkan oleh tradisi
telah meningkatkan blokadenya yang tidak berhasil ke Makkah sekitar
masa kelahiran Nabi Muhammad.
Akan tetapi orang-orang Sassania tidak akan membiarkan kehadiran
tidak langsung Byzantiumi di Arab Selatan ini tanpa tantangan. Pada
570-an, Raja Besar Koshro II mengirim pasukan ekpedisi yang menguasai Yaman dan membuatnya menjadi satu provinsi kekaisaran, yang
diatur secara langsung oleh gubemur Sassania dengan pertahanan yang
kuat. Kemudian pada akhir abad keenam, orang-orang Sassania mengepung Arab hampir seluruhnya di bagian timur dan selatan; hanya Laut
Merah dekat pantai dan terus ke Syria selatan yang terbebas dari kontrol mereka. Kekaisaran Byzantium, di sisi lain, berpengaruh khususnya
di Arab bagian barat laut.
Makkah clan Yathrib (Madinah)
Dua kota tempat Nabi Muhammad menghabiskan waktunya adalah
Makkah dan Yathrib (kemudian disebut dengan Madinah), sekitar 325
km (200 mil) jaraknya satu sama lain di wilayah gunung keras yang dikenal dengan Hijaz di Arab bagian barat. Kedua kota itu sangat berbeda
satu sama lain. Yathrib, satu oasis khas yang penuh dengan tumbuhan
kurma yang sangat luas, sebenarnya merupakan klaster desa yang saling
berdekatan dengan rumah-rumah bata dari tanah dan wilayah produk
makanan dan produk tanaman lain yang tersebar di antara batang kurma yang tumbuh di sekitar akhir musim semi. Pada tiap-tiap desa terdapat satu atau dua menara terbuat dari bata tanah (atam; mufradnya,
ucm) yang dapat dengan mudah diperbaiki penduduk jika diancam oleh
perampok atau kaum nomad yang jahat. Pada zaman Nabi Muhammad,
penduduk Yathrib berasal dari beberapa suku atau klan yang berbeda.
Penduduk oasis asli tampaknya berasal dari sejumlah keluarga atau suku
Yahudi, yang sangat terkenal di antaranya adalah klan Qaynuqa', Nadir,
dan Qurayza. Kebanyakan mereka adalah para petani yang menguasai
tanah luas dan kaya, tetapi yang lain----seperti Qaynuqa', adalah perajin
emas-mereka bermata pencarian sebagai pedagang atau perajin. Akan
cecapi pada masa Nabi Muhammad pada akhir abad keenam, kota didominasi oleh sekitar sepuluh klan pagan (politeis), yang telah tinggal
di Yathrib beberapa. generasi sebelumnya dan hidup terutama dari bercocok tana.m. Di ancara mereka itu, klan Aws dan Khazraj adalah yang
paling kuat dan kadang terlibat dalam persaingan yang tidak baik dan
bertikai untuk mernperebutkan kepemimpinan kota, yang melibatkan
juga suku-suku Yahudi.
Makkah, di sisi lain, bukanlah koca oasis dan sangat sedikic mempunyai potensi pertanian. Sumur zamzam memang memberikan air segar
yang cukup untuk minum dan untuk kebun kecil, akan tetapi lokasi
kota di puncak-puncak bacu tidak memungkinkan untuk pertanian
yang lebih luas, dan pada masa Nabi Muhammad beberapa makanan uramanya diimpor dari tempat lain di Arab atau dari Syria. Keutamaan
Makkah bukanlah dalam pertanian, tetapi dalam bidang keagamaan
dan perdagangan. Haram Arab yang khas itulah tempat kekerasan dan
pertumpahan darah dilarang. Di pusat kota terdapat tempat suci yang
disebuc dengan Ka'bah-satu bangunan segi empat yang luas dengan
batu hitam suci yang nempel di salah satu pojok-itu dulunya ad;ilah
tempat suci bagi tuhan pagan Huba!. Penjaga tempat suci ini berada di
tangan suku Quraysh, di mana keanekaragaman klan merupakan populasi terbanyak Makkah dan berbagi bersama dalam canggung jawab
peribadatan, seperti memberikan air dan makanan bagi para peziarah,
menyiapkan dan menjual pakaian khusus untuk ziarah, dan mcmbantu
menjadi penyelia dalam ritual-ritual certentu. Orang-orang dari suku
lain, khususnya orang-orang nomad gembala yang hidup di dekat Makkah, juga bergabung dalam ibadah tersebut, kadang-kadang membawa
scscmbahan mcrcka scndiri kc tcmpat suci itu. Suku Quraiysh di Makkah juga sangat sibuk dalam per<lagangan <lan
karavan yang terorganisasi, yang membawa barang-barang antara Makkah dan pusat perdagangan di Yaman, Arab Timur, clan Syria Selatan,
dan mereka juga mempunyai kontak dengan orang orang Axumice
pengantar barang. Mereka juga ikut berpartisipasi <l;ilam pameran <lagang yang diadakan di satu tcmpat yang dikcnal scbagai 'Ukaz, dekat
Makkah, cempat berkumpulnya para pedagang dari berbagai bagian
Arab. Pernah suacu kali Makkah dikenal sebagai pusat perdagangan
barang-barang yang mahal dari Afrika Timur, India, dan Yaman, seperti
barang-barang dari gading gajah, budak-budak, clan bumbu-bumbu. Tulisan-tulisan yang muncul sejak cahun 1970-an mengungkapkan bahwa kebanyakan barang dagangan tersebut merupakan komoditas dasar, seperti kulit binarang dan makanan-makanan pokok. Hadimya tambang
emas di Hijaz menunjukkan bahwa boleh jadi ada juga perdagangan
logam berharga ini. Komoditas apa pun yang ada, aktivitas perdagangan
Makkah tampaknya telah menarik orang-orang di luar untuk beribadat
di kota, sehingga pada akhir abad keenam, ketika Nabi Muhammad
tumbuh besar di Makkah, haram nya tampak menjadi satu dari tempat suci terpenring di antara berbagai tempat lain di Arab Barat, dan
penjaga-penjaganya, suku Quraysh dari Nabi Muhammad mempunyai
pengalaman yang luar biasa di dalam organisasi clan manajemen usaha
bersama clan membentuk jaringan di sepanjang Arab. Dalam lingkungan aktivitas perdagangan yang sederhana semacam inilah, dan dalam
pandangan keagamaan yang beraneka ragam yang datang baik dari
paganisme maupun tradisi monoteis Timur Dekat yang lebih luas, Muhammad lbn 'Abdullah, Nabi Islam, lahir clan tumbuh.
T
radisi Islam mempunyai cerita detail dan kaya mengenai kehidupan Nabi Muhammad, seorang yang diakui semua orang Islam
sebagai nabi mereka. Narasi ini bukan bersifat baru, tetapi berdasarkan
laporan yang beredar dan dikumpulkan di lingkungan komunitas Muslim selama beberapa abad serelah wafat Nabi Muhammad. Sebagaimana
akan dijelaskan di dalam bah ini secara detail, laporan ini berisi material dalam berbagai bentuk atau ragam. Beberapa di antaranya tampak
serius menceritakan perisciwa-perisciwa cersebuc, cerucama berdasarkan
kesaksian para saksi mata. Yang lain memberikan cerita mukjizat atau
idealisasi yang muscahil dan termasuk dalam wilayah legenda atau apologi keagamaan. Halaman-halaman berikuc mempresencasikan, percama, sebuah ringkasan yang sangat padac mengenai biografi tradisional
Nabi Muhammad, dengan memisahkan laporan-laporan yang bersifat
benar-benar hanya legenda. Kemudian akan didiskusikan beberapa ma-salah dalam gambaran tradisional ini dan memberikan alcernacif bacaan
mengenai kehidupan Nabi Muhammad dengan mempertimbangkan
masalah ini.
Biografi Tradisional Muhammad sebagai Nabi
Menurut tradisi Muslim, Muhammad lbn 'Abdullah dilahirkan di Arab
Barac koca Makkah pada paruh kedua abad keenam masehi (beberapa
laporan mengacakan sekicar cahun 570, akan cecapi laporan lain memberikan canggal yang berbeda). Beliau adalah anggota Bani Hashim di
dalam suku Quraysh yang mendominasi Makkah. Beliau menjadi yatim
piatu pada umur yang masih sangat muda dan kemudian dibesarkan
oleh pamannya dari garis kecurunan ayahnya, Abu Talib, yang kecika
itu menjadi pimpinan Bani Hasyim.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, pada masa Nabi Muhammad, Makkah adalah suatu koca yang penduduknya sangat sibuk dengan
dua aktivicas, perdagangan dan keagamaan. Karavan yang diorganisasi
oleh orang Quraysh dan partisipasi orang-orang Quraysh di dalam
berbagai pemeran dagang, memungkinkan mereka menjalin hubungan dengan suku-suku dan komunitas lain di sepanjang Arab. Peranan
suku Quraysh sebagai pelayan atau penjaga ritual keagamaan Makkah,
yang terpusat di Ka'bah dan situs suci lain di seputar Makkah, membuat
mereka menjalin hubungan dengan beberapa kelompok yang datang ke
Ka'bah uncuk menjalankan ibadah, khususnya dengan melakukan ritual
keliling (tawaf) di area terbuka di sekitar tempat tersebut. Keamanan
yang lekat dengan status Makkah sebagai haram jelas sangat baik bagi
perdagangan, dan dengan demikian peran ganda Quraysh, sebagai pedagang dan penjaga cempat suci jadi berkesinambungan.
Sebagai seorang pemuda, Muhammad terlibat di dalam kehidupan
komersial dan keagarnaan Makkah. Beliau menikah dengan seorang
janda yang sangac kaya, Khadija, yang beberapa tahun lebih cua dari dirinya, dan menjalankan usaha perdagangan karavannya. Memasuki usia dewasa, dia menjadi sangat dihormati teman-teman suku Quraysh-nya
karena kecerdasan, kejujuran, dan diplomasinya. Beliau juga mulai merasakan kebutuhannya secara periodik untuk melakukan meditasi clan
memisahkan diri dari orang banyak clan dunia, uncuk berkontemplasi.
Menurut tradisi, pada saat retret inilah sekitar cahun 610, Muhammad
penama kali menerima wahyu dari Tuhan, yang dibawa oleh Malaikat
Jibril. Wahyu-wahyu datang kepada beliau sebagai suara yang sangat
keras clan penglihatan yang sangat berpengaruh pada diri beliau sehingga beliau hanya dapat terbaring, bergetar dan penuh dengan keringat,
sampai wahyu-wahyu itu selesai turun. Selanjutnya kata-kata yang telah
diwahyukan kepada beliau tertanam secara permanen di dalam memorinya. Kata-kata ini akhimya ditulis oleh para sahabamya clan diedit
bersama untuk membentuk al-Qur'an, kitab suci agama Islam-yang,
dengan demikian, dalam pandangan umat Muslim, secara literer merupakan transkripsi firman T uhan.
Muhammad awalnya terkejut dan ketakutan dengan apa yang dialami clan enggan ·untuk mengambil tanggung jawab kenabian yang
dipercayakan oleh T uhan padanya; akan tetapi pengalaman keagamaannya berlanjut clan menjadi jelas bagi beliau bahwa beliau tidak dapat
menolak tanggung jawab ini. Beliau juga ditenangkan oleh istrinya
Khadija, yang menerima otentisitas pengalaman beliau clan dengan
demikian dia menjadi orang pertama yang beriman pada panggilan kenabian beliau. Muhammad kemudian memulai mengkhotbahkan secara
terbuka ajaran yang diwahyukan padanya: ketauhidan T uhan, realitas
Hari Penghakiman Akhir, dan perlunya bertingkah laku saleh clan tak·
wa kepada Tuhan. Perlahan-lahan beliau mulai mendapat dukungan
dari banyak orang, yang meninggalkan kepercayaan pagan mereka dan
mengakui ketauhidan T uhan dan peran Muhammad sebagai nabi. Beberapa sahabat awal beliau adalah saudara dekatnya, seperti 'Ali, putra
Abu Talib, clan Sa'ad lbn Abi Waqqas, mungkin saudara dari garis ibu
Nabi Muhammad. Sahabat awal yang lain kelihatannya berasal dari
kelompok klan Quraysh yang lemah clan kelompok sosial marginal. Se-
jumlah orang Makkah kenal menjadi penganuc awal misi Nabi, dan beberapa di antara mereka berperan penting di dalam kehidupan komunitas yang kemudian. Yang terkenal di antara mereka ada dua orang: Abu
Bakr, salah seorang pedagang dari klan Taym, yang menjadi sahabat terdekat Nabi Muhammad; dan saudara Abu Bakr, Talha lbn 'Ubaydillah.
Yang lain, termasuk 'Uthman lbn 'Affan, anggota sangat kaya dari klan
Umayya yang sangat kuat, yang kemurahannya sering kali diberikan untuk melayani Nabi dan yang menikah dengan Ruqayya, putri Nabi dan
(setelah yang pertama wafat) Ummu Kulthum; dan 'Abd al-Rahman
lbn 'Awf dari klan Zuhra dan Zubayr lbn al'Awwam dari klan Asad.
Semua orang ini memainkan peran penting di dalam berbagai peristiwa
secelah wafatnya Nabi Muhammad.
Banyak orang besar dari suku Quraysh terganggu dengan serangan
Nabi Muhammad terhadap politeisme nenek moyang mereka, "kepercayaan bapa-bapa merelka", dan mempertanyakannya. Dan sahabat-sahabatnya, pertama mengejek, selanjutnya menjahatinya secara lebih serius.
Untuk waktu tertentu beliau dilindungi dari hal ini karena dukungan
kuat dari Abu Talib, yang, sebagai pamannya clan kepala Bani Hashim,
berdiri kukuh melindungi Nabi Muhammad. Bahkan boikot Hashim dari
klain Quraysh lain, yang diorganisasi oleh "Abu Jahl" (nama ini mungkin peyoratif/merendahkan-"Bapak dari yang bodoh"), kepala klan
Makhzum yang kuat, tidak menyebabkan Abu Talib menyerahkan Nabi
Muhammad kepada mereka sebagaimana yang mereka inginkan. Tecapi
situasi Nabi Muhammad di Makkah menjadi semakin tidak aman, dan
sejumlah sahabatnya dilaporkan meminta perlindungan kepada raja
Kristianiani Abyssinia untuk menghindari persekusi.
Posisi Nabi Muhammad di Makkah memburuk dengan cepac secelah
wafatnya Khadijah clan Abu Talib, sumber pendukung utama emosional
clan sosialnya. Abu Talib sebagai pemimpin Bani Hasyim diganti oleh
paman Nabi Muhammad yang lain, "Abu Lahab" (mungkin peyoratif
lain-"Bapak Api"), tecapi yang cerakhir ini (Abu Lahab) cidak mendukung keponakannya clan setelah beberapa saat dia melepas perlin-dungannya. Hal ini kira-kira terjadi Pada 619 masehi. Sadar bahwa kebanyakan orang Quraysh tidak lagi bisa ditaklukkan, Nabi Muhammad
mulai mengkhotbahkan misi ajarannya di pasar-pasar periodik di luar
Makkah untuk mendapatkan dukungan lain. Awalnya beliau hanya
berhasil sedikit, bahkan ditolak oleh para pimpinan kota Ta'if, sekitar
100 km (sekitar 60 mil) dari barat Makkah. Namun, ketika itu, beliau
dihubungi oleh sekelompok kecil orang-orang dari kota Yathrib, suatu
kumpulan oase pohon kurma yang berada sekitar 325 km (200 mil)
utara Makkah. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, Y athrib telah
lama tercabik-cabik oleh pertentangan politik antara Aws dan Khazraj,
klan-klan rival dari suku-suku dominan dari tempat tersebut, Bani Qayla. Tiga klan Yahudi utama di Yathrib, Nadir, Qurayza, dan Qaynuqa',
mungkin juga terlibat di dalam pertentangan ini. Orang-orang Yathrib
yang mencari Nabi Muhammad menginginkan seseorang untuk menyatukan dan memimpin kota mereka; mereka terkesan dengan misi Nabi
Muhammad dan memeluknya, lalu berjanji untuk kembali ke tempat
perdagangan (fair) c:ersebut pada waktu yang akan datang dengan lebih
banyak orang. T ahun selanjutnya, kelompok besar bertemu dengan
Nabi dan mengundang beliau untuk datang ke Yathrib dengan pendukung-pendukung dari Makkah sehingga mereka dapat membangun sendiri di sana suatu komunitas yang didedikasikan untuk hidup dan beribadah sebagaimana dituntut T uhan, tanpa gangguan. Tak lama sesudah
itu, pada 622, Nabi Muhammad dan para pengikutnya dari Makkah
berhijrah ("emigrasi atau meminta perlindungan") ke Yathrib-selanjutnya akan dirujuk dengan namanya yang kemudian, Madinah (dari
madinat al-nabi, "kota nabi"). Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah,
karena dianggap sebagai mulai terwujudnya komunitas Umat Beriman
yang independen secara politik, diadopsi dalam beberapa tahun setelah wafat Nabi Muhammad sebagai tanda awalnya kalender Islam (1
Hijrah). Orang-orang yang berhijrah dengan Nabi Muhammad disebut
dengan muhajirun, "emigran", sementara orang-orang Madinah yang
menerima mereka kemudian dikenal dengan nama Anshar, "Penolong". Sumber tradisional yang menjelaskan kehidupan Nabi Muhammad
di Madinah secara detail, memberikan informasi mengenai beberapa
peristiwa yang bersifat personal, sepeni jumlah pemikahannya dan lahir
(serta wafat) putra-putrinya. Yang perlu dicatat mengenai persoalan
pribadi Nabi Muhammad adalah pemikahannya dengan 'Aisha muda,
putri pendukung kuatnya, Abu Bakr (yang dalam tradisi Islam mengingamya sebagai istri favorit dari lima belas atau berapa yang akhimya
beliau ambil). Yang juga penting adalah hubungan dekatnya dengan keponakannya 'Ali lbn Abi Talib, salah satu dari yang penama mengikuti
dakwahnya, yang menikahi putri Nabi Muhammad sendiri, Fatimah.
Sumber-sumber tradisional juga menekankan pendirian komunitas independen oleh Nabi Muhammad di Madinah, termasuk beberapa catatan mengenai bagaimana beliau membangun praktik-praktik ritual dan
meletakkan bimbingan sosial dan prinsip-prinsip hukum untuk komunitas baru tersebut.
Akan tetapi yang terpenting adalah bahwa narasi tradisional menjelaskan aktivitas politi!k Nabi Muhammad di Madinah, yang pada akhir
hidup beliau menciptakan komunitas politik otonom yang dapat kita
pandang sebagai embrio negara. Ada dua tema besar dalam proses ini.
Yang pertama, cerita mengenai konsolidasi kekuatan politik Nabi Muhammad atas Madinaih itu sendiri, yang mempunyai sejumlah tantangan yang banyak pada diri beliau. Dalam ha\ ini termasuk ketegangan
yang kadang terjadi antara kaum muhajirin dengan Anshar, oposisi yang
kuat dari beberapa orang Madinah (yang disebut dengan kaum munafiqun, "hipokrit"), yang mendukung hanya separuh hati yang tampaknya
telah bekerja melawan beliau di belakang layar, dan hubungannya yang
bermasalah-yang sekaligus bersifat agama, politik, dan sosial-dengan
kaum Yahudi Madinah. Terna besar kedua dari kehidupan politik Nabi
Muhammad di Madinah adalah cerita mengenai perjuangannya yang
memakan waktu lama, akan tetapi terutama perjuangan dengan kemenangan terhadap pemilik kotanya yang sebelumnya, Makkah, dan
dengan anggota Quraysh yang telah bersikukuh menolak dakwahnya, yang kini dipimpin oleh Abu Sufyan, kepala klan Umayya yang baru.
Yang jelas berkaitan dengan kedua tema tersebut adalah tema ketiga,
cerita mengenai perjuangannya untuk memenangkan dukungan dari
kelompok nomad gembala yang tinggal di sekitar Madinah dan, selanjutnya, dengan para komunitas nomad dan juga pemukim yang sedikit
jauh dari tempat tersebut. Semuanya untuk membuktikan komponen
penting di dalam membangun koalisi kemenangan di Arab bagian barat.
Pada awal tinggalnya di Yathrib/Madinah, Nabi Muhammad membuat perjanjian (pertama dalam serial perjanjian yang dibuat) dengan
berbagai klan kota tersebut. Hal ini dilakukan untuk membangun saling
tanggung jawab antara beliau dengan emigran Quraysh di satu sisi dan
dengan Anshar Madinah di sisi lain, termasuk klan Yahudi yang berafiliasi dengan yang terakhir, mengikat mereka bersama sebagai satu
komunitas (umma). Jika mengikuti istilah beberapa pengarang baru,
kita dapat menyebuc persetujuan ini "Dokumen Ummat''. Dokumen ini
mempunyai fitur yang menonjol, beberapa di antaranya akan kita diskusikan sepenuhnya di bawah, akan tetapi secara umum dokumen tersebut
membuat garis pedoman kerja sama berbagai kelompok di Madinah,
termasuk rasa saling tanggung jawab pada masa perang, pembayaran
blcod money dan memberi ransum orang-orang yang dipenjara, dan yang
terpenting, komitm.en partai untuk mendukung satu sama lain pada
masa konflik. (Lihatt Apendix A untuk teks penuh mengenai Dokumen
Ummat.)
Begitu sampai di Madinah, menurut tradisi, Nabi Muhammad dan
pengikutnya memberi tanda/garis (yang menunjukkan batas) untuk
tempat shalat berjemaah-masjid pertama (kata bahasa Inggris berasal
dari kata Arab masjid, "tempat untuk sujud"---diucapkan dengan mesgid dalam bahasa Arab dialek-melalui bahasa Spanyol mezquita dan
Perancis mosque). Awalnya Nabi dan para pengikutnya menghadap ke
Jerusalem dalam shalat, sebagaimana Yahudi melakukannya, tetapi setelah beberapa waktu Nabi Muhammad memerintahkan Umat Beriman agar melakukan shalac menghadap ke Makkah. Perubahan kiblac ini
(arah shalac), yang disinggung di dalam wahyu (Q. 2: 142-145), mungkin merefleksikan hubungan yang kurang baik antara nabi dan orangorang Yahudi di koca icu, yang menuruc sumber-sumber cradisional sebagian besar cidak mendukung gerakannya.
Salah satu sumber perdebacan yang tidak mudah diselesaikan oleh
Nabi Muhammad dengan orang-orang Yahudi Madinah, yang mengoncrol salah satu pasar ucama Madinah, kemungkinan adalah keinginan
beliau uncuk membangun pasar baru di Madinah agar dapac membantu
emigran Makkah. Selain itu, beberapa emigran, yang telah tercerabut
dari kehidupan mereka dan terputus dari jaringan suku cerdekac mereka yang dapat membantunya bercahan di Makkah, segera menyadari
akan kondisi mereka yang sangat sulit, sementara banyak yang dapat
dilakukan oleh kaum Anshar Madinah untuk membancu mereka. Dalam kondisi pucus asa, Nabi Muhammad mengirim beberapa emigran
keluar sebagai kelompok operasi, yang mengepung karavan yang berasal
dari Makkah di kota Nakhla. Harta kekayaan yang diperoleh disambut
baik, akan tetapi operasi Nakhla membuka permusuhan panjang ancara
Nabi Muhammad dengan Quraysh dan memunculkan banyak kritik
bahkan di antara beberapa pendukungnya, karena hal itu dilakukan di
salah satu bulan suci, yang menurut tradisi lokal kekerasan harus dihindari-satu koncroversi yang diselesaikan di antara para pengikut Nabi
Muhammad, paling cidak, hanya dengan curunnya al-Qur'an yang membolehkannya (Q. 2: 217).
TEKS ALQUR'AN 2 (Al-BAQARAH): 217
Mereka bertanya kepadamu mengenai perang pada bulan-bulan
suci: Katakanlah: perang pada bulan tersebut adalah merupakan
[dosa) yang serius, akan tetapi mencegah orang/memblok orang
dari jalan Tuhan, dan tidak beriman kepada-Nya dan kepada masjid yang suci, dan mengusir orang-orang dari padanya adalah dosa yang lebih serius clalam pandangan T uhan. Menyebar fimah lebih
serius claripacla pembunuhan. Mereka akan terus memerangimu
sampai mereka memalingkanmu clari agamamu, jika mereka bisa.
Siapa pun di antara kamu yang berpaling dari agamanya dan me·
ninggal dalam kondisi ticlak beriman-amal mereka di dunia ini
dan di akhirat kelak tidak acla gunanya, dan mereka adalah ahli
neraka, mereka kekal di clalamnya.
Sejumlah besar pengikuc Nabi Muhammad menyerang sejumlah
karavan lagi di cempat yang dikenal dengan nama Badr (tahun 2/624),
mengalahkan kontingen Makkah yang menjaganya dan membawa pulang banyak harca, selain jumlah mereka yang banyak. Kemenangan
ini memperkuac posisi moral dan ekonomi pengikuc Nabi Muhammad
dan boleh jadi juga menandai dimulainya blokade Makkah oleh Nabi
Muhammad dan orang-orang Madinah. Hal ini juga menimbulkan
perasaan aman pada Nabi uncuk melakukan serangan terbuka pertama
cerhadap orang-orang Yahudi yang menencangnya. Seorang pimpinan
Yahudi yang mengejeknya telah dibunuh oleh pengikut Nabi Muhammad, kemudian klan penting Yahudi dari suku Quraysh yang memimpin
pasar ucama Madinah juga dikepung di wilayahnya, dan secelah bernegosiasi, diusir dari kota, dengan meninggalkan kekayaan mereka yang
kemudian diambil alih oleh para pengikut Nabi. Bani Qaynuqa' mundur
ke Wadi al-Qura, utara Madinah, dan kemudian ke Syria.
Secelah kekalahan mereka di Badr, orang-orang Makkah lebih bisa
menghitung-hitung keuntungan berdampingan dengan Nabi Muhammad clan pengikutnya dibanding sebelumnya. Setelah melakukan penyerangan kecil kepada Nabi, mereka mengorganisasi aliansi yang menyerang Madinah sendiri. Dalam peperangan ini, yang dikenal dengan
perang Uhud (3/625), pasukan Nabi Muhammad menderita kekalahan
clan kehilangan banyak nyawa. Nabi Muhammad sendiri cerluka berat,
tetapi aliansi Makkah terpecah di tengah-tengah kemenangan itu dan mundur, membuat Nabi Muhammad dengan pengikucnya trauma tetapi
recap tegak berdiri. Setelah Uhud, kedua pihak kemudian melakukan
penyerangan kembali, khususnya untuk menghencikan masing-masing
usaha mereka dalam memenangkan dukungan dari suku nomadik yang
tinggal di sekitamya. Beberapa serangan ini sukses bagi orang-orang Madinah, tetapi yang lain, misalnya yang melawan Bi'r Ma'una, menyebabkan
banyak kehancuran. Dalam usahanya uncuk memperoleh dukungan dari
kaum suku, Nabi Muhammad terkadang harus membiarkan atau mengizinkan suku pagan ini recap berpegang pada agama nenek moyang mereka, tetapi kebanyakan sekutunya menuruti pesan monoteismenya. Nabi
Muhammad mengambil keuncungan atas mundumya pasukan Makkah
dengan berbalik melawan kelompok besar kedua Yahudi dari Madinah,
klan Bani Nadir, karena kebanyakan dari mereka telah melakukan siasat
untuk membunuh Nabi Muhammad, sebagaimana dilaporkan. Pengikutnya mengepung Bani Nadir, yang akhirnya menyerah clan mundur, kebanyakan dari mereka pergi ke kota oasis Khaybar tempat di mana banyak
orang-orang Yahudi tinggal, sekicar 230 km (143mi) utara Madinah.
Sumber-sumber tradisional pada saat itu menceritakan ekpedisi jarak
jauh Umat Beriman di Madinah ke oasis Arab utara dan pusat perdagangan di Dumat al-Jandal-sejauh 700 km ( 435 mil) utara Madinahakan tetapi apa pun tujuannya ketika itu, tampaknya tidak terpenuhi.
Tapi yang lebih pencing, kaum Quraysh sekali lagi mengorganisasi aliansi, bahkan lebih besar dari sebelumnya, dan melakukan serangan lain,
termasuk dengan satu kontingen tentara berkuda (kavaleri) melawan
Nabi Muhammad clan Madinah. Dalam serangan ini, Nabi Muhammad clan para pengikutnya dilaporkan menggali parit untuk meredam
kavaleri orang-orang Makkah, dan memaksa mereka yang mencoba
mengontrol Madinah dengan melakukan blokade. Perang yang disebut
dengan Perang Khandak (trench) (5/627) itu menimbulkan permusuhan, akan tetapi setelah beberapa minggu aliansi Makkah sekali lagi mulai tidak terkendali dan Quraysh dipaksa mundur. Dalam hal ini Nabi
Muhammad menyerang musuh-musuh Yahudinya sebagai konsekuensi dari konfroncasi besar dengan Quraysh; saac icu korbannya adalah klan
Yahudi Madinah jurnlah besar terakhir, yaitu Bani Qurayza, yang disebuckan telah berkhianat dengan orang-orang Makkah selama blokade
Madinah. Percahanan mereka di koca dikepung oleh pengikuc Nabi
Muhammad, dan kecika mereka menyerah, mereka secuju bahwa sekutu mereka yang semula pengikut Nabi Muhammad harus menghukum
mereka. Akan cetapi hukuman beliau sangac keras, yaicu yang laki-laki
harus dieksekusi dan yang perempuan serca anak-anak dijadikan budak.
Nabi Muhammad kini melepas pasukan ke berbagai suku sekitar
Madinah dan wilayah yang lebih luas clan mengorganisasi beberapa operasi yang sangac sedikic dimengerci menuju wilayah utara Madinah-ke
Dumac al-Janda! (lagi) dan ke pinggir selacan Syria, cempac Zayd lbn
Haritha, orang yang beliau bebaskan, pemah pergi untuk berdagang.
Kemudian, menurut sumber-sumber tradisional, Pada 6/628, Nabi Muhammad clan sejumlah besar pengikucnya melakukan operasi canpa
senjata ke Makkah dengan maksud melakukan umra' acau "haji kecil",
yang melibatkan pelaksanaaan berbagai ritus di Ka'bah; kenyataan bahwa mereka menjalankannya dengan tanpa senjata adalah dimaksudkan
uncuk mengonfinnasi niac damainya. Akan cetapi, orang-orang Quraysh
cidak punya keinginan untuk mengizinkan Nabi Muhammad dan para
pengikutnya datang ke kota mereka tanpa penolakan, mengingat permusuhan yang sudah lama di ancara mereka, clan juga kenyacaan bahwa Nabi Muhammad masih memblokade kelompok karavan Makkah.
Oleh karenanya mereka menghadang beliau dengan barikade centara
di tempat yang dikenal dengan Hudaybiyya, di perbatasan haram sekitar
Makkah. Di sana, secelah negosiasi lama, mereka mencapai persetujuan
dengan Nabi Muhammad, yaitu beliau akan kembali ke Madinah tanpa
melakukan umra' clan mengakhiri blokade atas Makkah sebagai ganti
untuk izin melakukan ibadah umra' tanpa diganggu. Kedua kelompok
juga setuju uncuk berdamai selama sepuluh cahun, clan pada masa-masa
itu cak satu pihak pun menyerang yang lain, bahkan masing-masing bebas melakukan kontak apa pun yang dikehendaki. Perjanjian Hudaybiyya tampaknya merupakan titik batik keberuntungan Nabi Muhammad. Tak lama setelah perjanjian itu dibuat, Nabi
Muhammad mengorganisasi satu pasukan ekpedisi besar dan melakukan
serangan terhadap oasis Yahudi Khaybar. Koca ini celah lama menjadi
sekutu kunci bagi Makkah dalam perjuangannya bersama Nabi Muhammad, namun, ha! tersebut bukan suatu ha! yang secara ekplisit disetujui
dalam perjanjian cersebuc. Khaybar cercaklukkan, tetapi residen Yahudinya tetap dibolehkan untuk tinggal agar dapat meningkatkan panen tahunan yang kini Nabi mengambil bagian di dalamnya. Ketika itu juga,
Nabi Muhammad me lancarkan sejumlah serangan terhadap suku-suku
nomadik yang tidak mau tunduk, dan melakukan beberapa serangan ke
utara. Salah satunya, yang dipimpin (kembali) oleh Zayd lbn Haritha,
berhasil masuk ke Syria sebelah utara tetapi ditolak oleh kekuatan lokal Byzantium di Mu'ta, yang sekarang adalah Yordania Selatan; Zayd
terbunuh dalam perang ini, tetapi sebagian besar pasukannya kembali
ucuh. Secahun setelah perjanjan i Hudaybiyya, Nabi Muhammad dan
pengikutnya melaksanakan ibadah umra' sebagaimana direncanakan.
Ketika itu, Umac Bet:iman yang sebelumnya pergi ke Abysinia ketika
masa kegelapan Nabi Muhammad di Makkah, akhirnya kembali bergabung dengan Nabi di Madinah. Kemungkinan besar keputusan mereka
untuk kembali adalah karena melihat posisi Nabi Muhammad dan komunitas beliau di Madinah yang semakin aman.
Perjanjian Hudaybiyya dengan Quraysh adalah perjanjian untuk
masa sepuluh tahun, tetapi dua tahun secelah kesepakatan, pada 8/630,
Nabi Muhammad memutuskan bahwa Quraysh telah menyalahi perjan·
jian karena berbagai aksi yang mereka lakukan. Oleh karena itu, beliau
mengorganisasi sejumlah pasukan bersenjata (salah sacu laporan mengatakan berjumlah sepuluh ribu, termasuk dua ribu sekutu nomadiknya)
dan melakukan operasi ke Makkah. Quraysh takluk tanpa perlawanan
clan setuju untuk menganut monoteisme Nabi; hanya sedikit musuh
Nabi Muhammad di Makkah yang dieksekusi, bahkan kebanyakan pemimpin Makkah diberi kedudukan penting di kelompok tertinggi Nabi Muhammad, suatu hal yang mengecewakan beberapa pengikut awalnya, baik kaum Muhajirin maupun Anshar. Ketika di Makkah, Nabi
Muhammad mulai menghilangkan patung pagan dari pinggir·pinggir
tempat suci Ka'bah, menyucikannya demi peran masa depan Ka'bah tersebut sebagai fokus penyembahan monoteisme. Dalam pandangan tradisi Muslim, Ka'bah asalnya dibangun oleh Nabi Ibrahim sebagai cempat
suci untuk satu Tuhan, dengan demikian Nabi Muhammad dalam ha!
ini hanyalah melakukan rededikasinya uncuk tujuan monoteisme aslinya.
Penaklukan Makkah barangkali merupakan peristiwa terbesar bagi
karier politik Nabi Muhammad. Tetapi, walaupun posisinya sekarang
sangat kuat, beliau masih menghadapi beberapa musuh. Suku Thaqif,
yang mengontrol kota terbesar ketiga Arab barat, Ta'if, telah lama menjalin hubungan dekat dengan Makkah, dan kaum Quraysh yang terus
menolak usaha perluasan Nabi. Thaqif mempunyai sekutu beberapa
suku nomadik yang kuat di lingkungan sekitar mereka, seperti Hawazin,
yang mengancam. Karenanya tak lama setelah menaklukkan Makkah,
Nabi Muhammad mengirim pasukannya melawan Thaqif dan sekutu
Hawazin mereka dan mengalahkan mereka pada Perang Hunayn, setelah beliau sendiri ikut mengepung Ta' if.
Tak perlu dipertanyakan lagi, kini Nabi Muhammad merupakan figur politik di Arab Barat. Setelah kejatuhan Makkah dan Ta'if, beliau
menerima delegasi sejumlah suku di Arab, baik yang sudah bermukim
maupun yang masih nomaden, yang bersumpah setia kepada beliau.
Pada saat ini juga beliau mengorganisasi ekpedisi militer lain jauh ke
utara, mengarah ke kota Tabuk; tetapi tujuan pastinya belum jelas, selain hanya menunjukkan ketertarikan Nabi yang terus ada pada wilayah
utara. Nabi Muhammad dengan cerdas menggunakan operasi akhir ini
sebagai cara untuk menyelamatkan kesetiaan para pemimpin Quraysh
yang sebelumnya merupakan musuh beliau, seperti Abu Sufyan, dan
anaknya Mu'awiyya dan Yazid, dengan memberi mereka pesan penting acau berbagi kekayaan. Lebih jauh lagi, selama operasi ini, beliau cerus menegaskan bahwa pengikucnya yang mahir celah berperan akcif
dalam pelayanan milicer. Pada saac icu, kekuacan politik dan militer
Nabi Muhammad yang semakin kuac memungkinkannya mengeluarkan
kebijakan uncuk melakukan aliansi dengan suku-suku pagan-ha! yang
juga diperlukan uncuk mengamankan sebanyak mungkin sekuru dalam
perjuangan menguasai Makkah. Kini beliau mengumumkan kebijakan
baru cidak bekerja sama (non cooperative) dengan penganuc policeisme;
dan memaksa mereka berperang acau mengakui keesaan Tuhan. (Lihac
Q. 9: 1-16.)
Pada akhir tahun 10/marec 632, Nabi diceritakan melaksanakan
ibadah haji, atau haji besar, ke Makkah. Tak lama secelah beliau pulang
ke Madinah, beliau merasa sakic, dan secelah beberapa hari, wafac di rumah, dengan kepala beliau berada di pangkuan istri tercincanya, 'Aisha
( 11/632). Dengan mengikuti budaya lokal, tubuh beliau dimakamkan di
bawah lantai rumah beliau.
Persoalan Sumber-Sumber
Skecsa ringkas mengenai perisciwa kehidupan Nabi Muhammad ini,
sekalipun dalam beberapa hal dapac dipahami (dan mungkin dalam
beberapa hal akurac), tecapi menimbulkan masalah bagi para ahli sejarah. Masalahnya adalah bahwa gambaran detail mengenai karier Nabi
Muhammad ini digambarkan bukan dari dokumen acau bahkan cerica
yang bercanggal dari masa kehidupan Nabi Muhammad, cecapi dari
sumber-sumber liceratur yang diculis acau dikumpulkan beberapa rahun-kadang abad-kemudian. Kenyataan bahwa sumber-sumber ini
diculis jauh secelahnya, dan dibencuk dengan cujuan yang sangat spesifik, mengandung arri bahwa sumber-sumber cersebuc cidak memberitahu kica segala sesuatu yang ingin kica kerahui lebih banyak; misalnya,
posisi perempuan di dalam masyarakat sering kali hanya dilaporkan
secara insidental. Ada alasan untuk curiga terhadap sumber ini, yaitu
bahwa beberapa-mungkin banyak-dari insiden yang berkaican dengan sumber-sumber ini bukan merupakan tulisan yang andal mengenai
sesuatu yang benar-benar terjadi akan tetapi merupakan legenda yang
diciptakan oleh generasi Muslim yang kemudian untuk menegaskan
Nabi Muhammad sebagai Nabi, membantu membangun preseden yang
membentuk praktik-praktik ritual, sosial, atau legal komunitas Muslim
yang kemudian, atau semata-mata mengisi bagian yang sedikit sekali diketahui mengenai kehidupan pendiri mereka, mengenai seseorang yang
terus ingin diketahu i oleh orang-orang Muslim.
Mayoritas catata.n tradisional yang mengumpulkan preseden sketsa
ringkas Nabi Muhammad berisi banyak sekali kontradiksi dan cerita
yang diragukan yang membuat ahli sejarah enggan menerimanya sebagai sesuatu yang bernilai. Ada, misalnya, sejumlah cerita mengenai
mukjizat dan laporan-laporan lain yang jelas masuk dalam wilayah legenda, misalnya episode yang sama dengan cerita mengenai "memberi
makan banyak orang" dalam legenda Kristiani mengenai Yesus. Lebih
jauh lagi, kronologi materi tradisional mengenai Nabi Muhammad
ini bukan hanya samar dan membingungkan, tetapi juga mengandung
tanda-tanda yang sifatnya gosip, yang dibentuk karena adanya simbolisme numerologis. Misalnya, semua peristiwa besar dalam kehidupan
Nabi Muhammad disebutkan terjadi pada tanggal dan hari yang sama
dalam seminggu (Senin, 12 Rabi' al-awal) dalam tahun yang berbeda.
Lebih jauh lagi, beberapa episode yang, bagi biografi tradisional Nabi
Muhammad merupakan episode penting, terlihat mencurigakan, seperti
usaha untuk menciptakan satu penjelasan sejarah atas ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur'an; beberapa misalnya menyatakan bahwa laporan
operasi di Nakhla merupakan tafsiran atas ayat Q. 2: 217 (Lihat "teks
al-Qur'an 2" informasi suplemen, him. 45). Hal lain mengenai cerita
kehidupan beliau mungkin dibuat agar biografinya sesuai dengan harapan masa kini mengenai apa yang akan dilakukan oleh seorang nabi
yang benar ( misalnya, kondisi yatim piatu beliau, paralel dengan cerita
mengenai Nabi Musa, atau penolakannya dan perjuangannya melawan
orang-orangnya sendiri, suku Quraysh). Kalaupun kita menerima ikhtisar dasar kehidupan Nabi Muhammad
seperti yang digambarkan di dalam sumber tradisional, sejarawan masih
menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang tak terjelaskan oleh sumbersumber tersebut. (Sehagai contoh, mengapa pagan Madinah begitu
mudah menerima pesan Nabi Muhammad, sementara suku Quraysh di
Makkah bertahan menolaknya secara keras dan sinis? Apa tepatnya status asli Nabi Muhammad di Madinah? Apa tepatnya hubungan antara
beliau dengan Yahudi Madinah?) Sayangnya kita cidak punya dokumen
asli yang dapat mengonfirmasi biografi tradisional yang tidak ambigu
ini-tidak ada salinan asli dari surat-surat kepada atau dari atau tentang
Nabi Muhammad oleh pengikutnya sekarang, tidak ada inskripsi dari
masa beliau yang ditulis oleh anggota-anggota komunitas beliau, dan
seterusnya.
Persoalan-persoalan logis mengenai keterbatasan sumber tradisio·
nal Muslim mengenai kehidupan Nabi Muhammad ini menyebabkan
beberapa cendekiawan menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada
dalam laporan ini harus ditolak. Tetapi tentu saja ini terlalu jauh dan
juga sangat tidak kritis sama seperti penerimaan yang tanpa pertanyaan
terhadap sumber tersebut. Kebenaran pasti ada di ancara keduanya; dan
beberapa tulisan baru mulai menyingkapkan bahwa selain problemproblem mengganggu yang mereka hadapi, narasi tradisional tampaknya
memang berisi beberapa materi awal mengenai Nabi Muhammad. Laporan yang cukup akurat dan masuk aka! mengenai kejadian-kejadian
penting dalam kehidupan Nabi Muhammad suatu saat boleh jadi mungkin didapatkan, yaitu ketika para cendekiawan belajar lebih banyak
mengenai bagaimana menyaring atau menguji materi-materi tradisional
yang banyak itu secara lebih efektif. Akan tetapi, studi kritis yang semacam itu kini baru dimulai, clan untuk saat ini masih harus hati-hati
dalam menggunakan narasi tradisional.
Sekalipun demikian, situasi kita sebagai ahli sejarah yang tertarik
dengan kehidupan Nabi Muhammad dan hakikat misinya bukan tanpa
harapan. Beberapa sumber non-Muslim abad ketujuh, yang berasal dari masa yang sedikit lebih kemudian dari masa Nabi sendiri tetapi lebih
awal dari masa kompilasi Muslim tradisional, memberikan testimoni yang-walaupun tidak bersifat dokumenter dalam pengercian yang
kaku-tampaknya secara esensial tepercaya. Sekalipun sumber-sumber
ini hanya sedikit dan memberikan informasi sangat terbatas, namun
demikian hat itu sangat tidak cemilai. Misalnya, sumber Syria mulamula yang diculis seorang Kristiani, Thomas the Presbiter, bercanggal
sekitar 640--yaitu, hanya beberapa tahun secelah Nabi Muhammad
wafat-memberikan singgungan pertama mengenai Nabi Muhammad
dan menginformasikan kepada kita bahwa para pengikutnya melakukan
operasi ke sekitar Gaza. Hal ini, paling tidak, memungkinkan ahli sejarah untuk merasa lebih percaya bahwa Nabi Muhammad bukanlah sepenuhnya cerica fiksi mengenai imajinasi kesalehan, sebagaimana secara
implisit dikacakan orang; kita cahu bahwa seseorang bernama Muhammad benar-benar ada, dan bahwa dia telah memimpin semacam gerakan. Dan fakta ini, selanjutnya, memberi kita rasa percaya diri yang lebih
besar bahwa informasi selanjucnya yang ada di dalam sumber-sumber
material Muslim yang banyak itu boleh jadi juga berakar dalam fakca
sejarah. Kesulitannya adalah dalam menentukan mana yang fakcual dan
mana yang tidak fakcual. (Lihac halaman cambahan "Teks dari Thomas
Sang Presbiter" pada Bab 3.)
Lebih jauh, sumber informasi terpenting mengenai komunitas Umat
Beriman awal masih perlu didiskusikan, yairu eeks al-Qur'an itu sendiri,
buku suci Islam. Bagi kaum Muslim yang beriman, al-Qur'an centu saja
merupakan transkrip firman T uhan sebagaimana diwahyukan kepada
Nabi Muhammad. Masing-masing dari 114 yang terpisah, disebuc surat
(bab), berisi ribuan ayat (ayat-secara harfiah berarti "tanda" kehadiran
Tuhan), bagi Umat Beriman adalah merupakan firman yang mempunyai nilai abadi yang eksis di luar kerangka masa yang normal, duniawi,
dan historis. Tafsir Muslim tradisional mengembangkan sebuah kronologi al-Qur'an yang panjang dan kaya, yang menghubungkan wahyu
masing-masing ayat dengan episode tertentu di dalam kehidupan NabiMuhammad-yang disebut dengan karya mengenai "asbab nuzul/sebab/
konteks turunnya ayat". Karya ini, yang sangat diikuti kecendekiawanan Barat tradisional mengenai al-Qur'an, secara umum membagi teks
berdasarkan gaya dan isinya menjadi ayac-ayat yang berasal pada fasefase karier Nabi Muhammad pada masa Makkah awal, cengah, maupun
akhir, atau fase Madinah. Demikian pula, tradisi Muslim memelihara
laporan mengenai bagaimana wahyu tersebut kemudian menjadi bentuk
buku tertulis. Menurut pandangan ini, wahyu-wahyu yang pertama kali
masuk dalam memori nabi kemudian dihafal oleh para sahabacnya; beberapa bagian kemudian ditulis oleh orang banyak di dalam komunitas
yang mula-mula; akhirnya, sekitar 20 tahun setelah nabi Muhammmad
wafat, bagian yang terserak baik yang terrulis maupun yang tidak tertulis dari wahyu tersebut dikumpulkan oleh komite editorial dan disusun
di dalam bentuk tertulis yang definitif.
Akan tetapi ahli sejarah yang mempertanyakan narasi tradisional
mengenai kehidupan Nabi Muhammad tampaknya juga kesulican di
dalam menerima pandangan mengenai bagaimana teks al-Qur'an itu dikumpulkan; namun jilka kita menolak laporan ini, kita akan ada dalam
posisi ketidakpastian dalam hal teks macam apakah al-Qur'an itu dan
datang dari mana. OJ.eh karena itu para cendekiawan aliran revisionis
yang menggunakan pendekatan kritik literal terhadap teks menawarkan
teori-teori alternatif mengenai asal usu! dan hakikat al-Qur'an sebagaimana yang kita punyai sekarang. Salah seorang menyatakan bahwa
al-Qur'an berasal dari strophic (ripe pertama bentuk matrix dalam puisi)
hymns sebelum Islam, yang ada di dalam komunitas Kristiani Arab, yang
diadaptasi Nabi Muhammad unruk membuat al-Qur'an. Sama radikalnya adalah hipotesis "asal usu! terakhir" yang beredar pertama kali
pada akhir tahun 1970-an. Menurut pandangan ini, al-Qur'an, sama
sekali bukan produk Arab sebelah barat pada awal abad ke 7 M, tetapi
terbentuk secara perlahan di dalam komunitas Muslim selama periode
200 tahun atau lebih dan kebanyakan di luar Arab, mungkin terutama
di Irak. Dalam pandangan para pengusung teori ini, cerita tradisional mengenai asal usu! al-Qur'an sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad
semata-mata merupakan proyeksi ke belakang yang dibuat oleh orangorang Muslim pada masa kemudian yang berkeinginan mengakarkan
kepercayaannya dan keberadaan komunitas mereka di dalam pengalaman keagamaaan ftgur kenabian yang sebelumnya.
Jika benar, hipotesis "asal usu! terakhir" mengenai al-Qur'an, khususnya, akan mempunyai dampak yang merusak bagi ketertarikan ahli
sejarah untuk merekonstruksi kehidupan Nabi Muhammad atau keimanan komunitas awal. Namun, hipotesis "asal usu! terakhir" ini gaga!
menjelaskan beberapa ciri teks al-Qur'an, menganalisis sesuatu yang
menunjukkan bahwa sebenarnya al-Qur'an benar-benar dikumpulkan
segera dalam masa yang sangat awal dalam sejarah komunitas Nabi Muhammad-tidak lebih dari tiga dekade setelah Nabi Muhammad wafat.
Misalnya, studi yang sangat hati·hati dan serius mengenai teks oleh
generasi para cendekiawan telah gaga! untuk menyingkap indikasi yang
masuk aka! terhadap referensi yang secara kronologis tidak benar mengenai peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan komunitas awal,
yang hampir pasti ada di sana jika teks itu dikumpulkan lebih akhir dari
abad ketujuh M. Lebih jauh lagi, banyak kosa kata al-Qur'an yang menunjukkan bahwa teks, atau bagian penting darinya, dibawa dari Arab
Barat. Dengan demikian, tampakny