Rabu, 29 Januari 2025

muhammad dan islam 2


 las dendam terhadap suku yang mengganggu iru. Baik kelompok 

nomadik maupun yang bermukim mengorganisasi diri mereka dengan 

cara seperti itu; dan memang, banyak kelompok nomadik maupun yang 

bermukim berada di dalam satu suku dan suku yang sama. 

Fragmentasi politik dan sosial Arab iru sangat cocok dengan keane￾karagaman agamanya pada masa munculnya Islam. Agama tradisional 

Arab ketika itu adalah politeis-sacu bentuk paganisme yang menunjuk 

dewa-dewa langit (m.atahari, bulan, Venus, dan lain-lain), di ancara 

lainnya, dan yang ada dalam berbagai varian seperci kultus-kultus lokal, 

sisa-sisa agama pagan yang masih ada di Timur Dekat. Policeisme lo-kal ini sangat cocok dengan lingkungan sosial Arab, karena suku-suku 

Arab bukan hanya memandang diri mereka sebagai saudara sedarah 

(apakah mereka benar-benar sedarah acau cidak), mereka juga biasanya 

bergabung dalam penyembahan terhadap patung acau tuhan lokal, yang 

mereka pandang sebagai tuhan pelindung mereka, sehingga identitas 

sosial mereka juga mempunyai komponen agama. Dewa-dewa Arab 

ini dihormaci di cempac-tempac suci lokal, yang dikenal dengan haram, 

sering kali terpusat pada pohon suci, batu, air terjun acau hal-hal lain, 

yang dipercaya bahwa tuhan atau dewa ad<1 di dalamnya. Haram terdiri 

atas area yang suci dcngan batasan-batasan tertentu yang mclingkari 

tempat suci, yang melarang para anggota pemujaan uncuk terlibac pe￾numpahan darah atau kekerasan-satu larangan yang dicekankan oleh 

kelompok lain yang menyembah dewa/tuhan yang sama dan oleh kelu￾arga acau suku yang melayani sebagai penjaga cempat-tempac suci terse￾buc. Ciri seperti ini memhuat haram menjadi satu tempat di mana orang 

dari suku-suku yang berbeda dapat bercampur secara aman, baik untuk 

mengunjungi pasar, mengadakan pertemuan penting, acau merenca￾nakan perkawinan clan aliansi. J ika ada air yang cukup, haram dengan demikian akan menjadi kora rempat tinggal yang cukup luas, karena ha! 

itu cenderung menarik para pedagang untuk tinggal, serta yang lain, di 

mana keamanan propeni merupakan sesuatu yang esensial. Kebanyakan 

kota-kota di Arab bagian utara mempunyai haram di tempat inti mere￾ka-juga pasokan air yang baik. 

Akan tetapi, pada abad keenam, paganisme Arab yang tersisa ini 

hilang berhadapan dengan tersebarnya monoteisme secara perlahan. 

Agama Y ahudi darang ke Arab lebih awal-mungkin langsung setelah 

kehancuran kuil kedua Roma di Jerusalem pada 70 masehi. Komuni￾tas Yahudi yang berbicara bahasa Arab ditemukan di hampir semua 

bagian Arab, khususnya di Yaman, dan di kota-kota oasis Arab bagian 

barat laut-Tabuk, Tayma', Khaibar, Yarhrib (Madinah), dan lain-lain. 

Mereka semua boleh jadi merupakan keturunan migran Yahudi atau 

pengungsi dari Palestina atau Babylonia, serta orang-orang yang ber￾konversi baru, clan atau percampuran antara keduanya. Agama Kristiani 

juga ditemukan di Arab, khususnya di Yaman (tempat mereka menjadi 

kuat pada abad keempat melalui proselitisme Byzantium), di Arab ba￾gian Timur, clan di pinggiran utara Arab di perbatasan Syria dan lrak, 

yang tampaknya memperoleh pengikut bahkan dari kelompok-kelom￾pok nomadik gembala. Ada sedikit kesepakatan di antara pada ahli 

mengenai adanya orang-orang Kristiani di Hijaz (sebelah barat Arab 

yang bergunung-gunung), sekalipun beberapa referensi terpisah/berbeda 

menunjukkan bahwa orang-orang Kristiani bukan tidak diketahui ke￾beradaannya di sana. Arabia juga telah menjadi rumah bagi kebanyakan 

komunitas Kristiani Yahudi yang disebut dengan orang-orang Nazarean, 

yang mengakui Yesus sebagai messiah tetapi melarang untuk memakan 

babi clan meminum anggur. Sayangnya, hanya sedikit informasi dari 

tangan penama mengenai komunitas Yahudi dan Kristiani yang bera￾neka ini pada abad keenam. Kelihatannya cukup masuk aka! juga untuk 

beranggapan bahwa mereka itu dipengaruhi tendensi asketisisme clan 

apokaliptisisme yang ada di dunia Timur Dekar ketika itu. 

Aspek terakhir mengenai kehidupan keagamaan di Arab yang layak uncuk disinggung adalah adanya tradisi ramalan/prediksi kenabian yang 

berpengaruh, sekalipun sampai abad keenam secara luas telah maci atau 

hilang di bagian mana pun di Timur Dekat. Walaupun sampai saat 

itu Yahudi clan Krisciani memandang ramalan/prediksi kenabian yang 

berpengaruh ini sebagai sesuacu yang ada pada masa lampau, akan ce￾tapi ramalan cerus dipraktikkan oleh sebagaian kelompok kecil sepeni 

orang-orang Montanis, sekce kecil Kristiani yang ditemukan terutama 

di Asia Kecil. Guru agama Mani, pendiri Manichaenisme, yang tinggal 

di Irak sebelah selatan selama abad keciga masehi, juga mengklaim se￾bagai nabi. Selain itu, ketika masa penyebaran ajaran Nabi Muhammad 

pada awal abad ketujuh, ada sejumlah figur lain di Arab yang, seperti 

dirinya, mempresencasikan dirinya sebagai nabi yang membawa misi 

ketuhanan. Semuanya ini menunjukkan adanya vitalitas cradisi ramalan 

yang berpengaruh, khususnya di Arab, clan membantu kita memahami 

bagaimana cara orang-orang di Arab menerima klaim Nabi Muhammad 

sebagai nabi. 

Untuk kedua alasan politik clan ekonomi ini, orang-orang By￾zantium clan Sassania merasa perlu mempertahankan keberadaannya 

di Arab-walaupun hanya uncuk mencegah yang lain memperoleh 

pengaruh besar di sana. Tecapi, kecidakadaan acau sedikitnya sumber￾sumber kekayaan di Arabia Utara ini tidak mendorong mereka untuk 

mencoba membangun koncrol langsung terhadap wilayah ini, karena 

hal itu akan membucuhkan kekuatan percahanan clan administrasi yang 

mahal ketimbang yang dapat mereka harapkan dalam menyelamatkan 

pajak. Sebaliknya mereka mengadopsi cara dengan membangun aliansi 

dengan kepala-kepala suku-suku Arab, yang kemudian dapat memenuhi 

keinginan penguasa sebagai ganci pembayaran tunai, senjata, serca gelar. 

Penguasaan yang tidak langsung semacam itu jauh lebih murah, baik 

secara finansial maupun tenaga, ketimbang mencoba mengontrol wila￾yah secara langsung dengan tentara mereka sendiri. Orang-orang Sas￾sania membangun aliansi semacam itu dengan "raja-raja" dari keluarga 

Nasrid dari suku Lakhm, yang berbasis di al-Hira Irak sebelah bawah; orang-orang Nasrid menyumbang tentara kepada pasukan Sassania dan 

ini membuktikan adanya duri di sisi rakyat Byzantium karena serangan 

periodik mereka melawan Syria Byzantium. Orang-orang Sassania juga 

membangun aliansi dengan para kepala suku di sepanjang pantai Arab 

Teluk Persia. Di Oman Utara, mereka bukan hanya beraliansi dengan 

para pemimpin lokal, orang-orang Julanda, akan tetapi juga memba￾ngun otoritas langsung, menunjuk gubemur Sassania dengan pertahan￾an permanen tentara Sassania yang berbasis di Rustaq, uncuk meng￾awasi wilayah yang strategis dan mempunyai pertanian yang sangat 

penting ini. Dengan demikian, Sassania menciptakan ancaman yang 

cukup luas bagi pantau-pantai Teluk Arab pada periode kuno akhir. 

Orang-orang Byzantium juga melakukan kebijakan yang sama di 

Arab Barat Laut. Para kepala keluarga Jafnid dari suku Ghassan, yang 

tinggal di al-Jabiyya di area stabil yang menghadap ke Danau Tiberias, 

dihargai oleh kaisar-kaisar Byzantium sebagai "phylarchs," atau afiliasi 

suku dari kekaisaran semasa abad keenam, dan dilengkapi senjata, mata 

uang, dan sekaligus gelar. Suku-suku lain, dalam abad yang mula-mula, 

telah mempunyai peranan yang sama. Sebagaimana orang-orang Nasrid, 

yang menjadi mitra Sassania, orang-orang Jafnid juga memberi mereka 

bantuan militer untuk patron kerajaan mereka dan berpartisipasi dalam 

sejumlah operasi Roma melawan orang-orang Sassania, bahkan sekali 

waktu (tahun 570) menyerang ibu kota Nasrid di al-Hira di lrak Te￾ngah. Ketika tidak sedang terlibat dalam permusuhan terbuka, patron￾patron Nasrid dan Jafnid dari kedua kekaisaran tersebut merupakan ri￾val khusus dalam mencari pengaruh di antara orang-orang nomadik dan 

orang-orang yang bertempat tinggal di oasis di Arab Utara dan secara 

umum berkedudukan sebagai agen dari orang-orang Sassania dan Byzan￾tium. Khususnya jafnid, diharapkan mencegah kelompok nomadik lain 

di pinggiran Syria bagian Byzantium dari penyerangan dan pencurian 

komunitas yang tinggal di distrik yang dapat ditarik pajak. 

Beberapa bukti menunjukkan bahwa sumber emas dan mineral lain 

juga telah menyumbang bagi vitalitas perekonomian di kepulauan Arab seabad sebelum munculnya Islam. Terapi, penemuan-penemuan baru 

menunjukkan bahwa sumber utama Arab yang menarik minat penguasa 

boleh jadi adalah kulit, yang digunakan untuk pelana kuda bagi tentara 

mereka, tali, sepatu bot, senjata, tenda, dan perlengkapan lain. 

Arab juga penting secara ekonomi karena terlerak di jalan Byzan￾tium ke arah kepulauan India clan karena kekayaan perdagangannya. 

Kapas India, merica clan beberapa spesies lain, dupa Arab Selatan, clan 

komodicas lain datang ke dunia Mediterania, baik melalui kapal yang 

berlayar melalui taut yang melingkari Arab dan berhenti di pelabuh￾annya-khususnya Muza (Mocha) clan Kane, di Arab Selatan-, atau 

melalui karavan lewat kota-kota di Arab Barat, termasuk Makkah. Di 

Laut Merah, bagian terbaik dari perdagangan laut ini dijalankan pada 

masa Byzantium oleh layanan pengantara Axumite yang bergerak dari 

pelabuhan utama mereka, Adulis. Kekaisaran Byzantium clan Sassania, 

keduanya berkeinginan mengontrol perdagangan ini serta pajak-pajak 

yang dapat mereka kumpulkan, akibatnya, Arab menjadi fokus kom￾petisi serius antar kekaisaran. Byzantium misalnya, mempertahankan 

stasiun untuk pabean di kepulauan Lotabe di kanal Tiran (di jalan ma￾suk Teluk Aqaba), clan beberapa laporan lain juga menunjukkan bahwa 

keduanya, Byzantium maupun Sassania telah berusaha, clan mungkin 

berhasil, membangun ikatan khusus dengan para pemimpin lokal untuk 

mengumpulkan pajak di Yathrib atau Makkah pada masa lahirnya Islam 

dalam usaha menarik wilayah ini agar menjadi tempat mereka yang ber￾pengaruh. 

Yaman menjadi fokus kompetisi Byzantium clan Sassania terutama 

karena alasan agama clan sebagian karena Y aman menguasai tempat· 

tempat penting di dalam persaingan perdagangan Arab. Sejak tiga 

perempat pertama abad keenam, Byzantium mencoba memperlihatkan 

pengaruhnya secara tidak langsung di Yaman, yang, walaupun jauh 

(3.500 km, atau 2.175 mil, dari Constantinople), tetapi merupakan 

pintu masuk langsung mereka ke Lautan India melalui Laut Merah. 

Bagi Byzantium, rute ini mempunyai keuntungan untuk mencegah orang-orang Sassania, yang menguasai rute perdagangan lain ke wilayah 

Lautan India dan Asia Timur, baik yang melalui lran-"Silk Road" yang 

terkenal-maupun, melalui kepulauan Persia, atau melalui lrak. 

Kehadiran Byzantium secara politik di Yaman terutama dibangun 

melalui perantara sekutunya, Raja Kristiani dari Oxum. Atas nasihat 

kaisar Byzantium, Justin, Raja Axumite Ella Asbeha menduduki Yaman 

sekitar 523 masehi dan membangun kekaisaran Kristiani di sana. lnvasi 

ini boleh jadi sebagian merupakan reaksi terhadap aktivitas raja Yahudi 

keturunan Himyarites, Dhu Nuwas, yang sebelumnya terlibat dalam 

serial pertempuran berdarah dengan orang-orang Kristiani Yaman, atau 

kemungkinan juga terutama untuk memfasilitasi perdagangan Byzan￾tium dengan India. Rezim Etiopia di Yaman ini, yang segera menjadi 

merdeka dari Axum, mendominasi negeri untuk setengah abad; pimpin￾annya yang terpenting adalah Raja Abraha, yang berusaha memperluas 

kekuasaannya ke Arab bagian utara tengah dan dilaporkan oleh tradisi 

telah meningkatkan blokadenya yang tidak berhasil ke Makkah sekitar 

masa kelahiran Nabi Muhammad. 

Akan tetapi orang-orang Sassania tidak akan membiarkan kehadiran 

tidak langsung Byzantiumi di Arab Selatan ini tanpa tantangan. Pada 

570-an, Raja Besar Koshro II mengirim pasukan ekpedisi yang mengu￾asai Yaman dan membuatnya menjadi satu provinsi kekaisaran, yang 

diatur secara langsung oleh gubemur Sassania dengan pertahanan yang 

kuat. Kemudian pada akhir abad keenam, orang-orang Sassania menge￾pung Arab hampir seluruhnya di bagian timur dan selatan; hanya Laut 

Merah dekat pantai dan terus ke Syria selatan yang terbebas dari kon￾trol mereka. Kekaisaran Byzantium, di sisi lain, berpengaruh khususnya 

di Arab bagian barat laut.

Makkah clan Yathrib (Madinah) 

Dua kota tempat Nabi Muhammad menghabiskan waktunya adalah 

Makkah dan Yathrib (kemudian disebut dengan Madinah), sekitar 325 

km (200 mil) jaraknya satu sama lain di wilayah gunung keras yang di￾kenal dengan Hijaz di Arab bagian barat. Kedua kota itu sangat berbeda 

satu sama lain. Yathrib, satu oasis khas yang penuh dengan tumbuhan 

kurma yang sangat luas, sebenarnya merupakan klaster desa yang saling 

berdekatan dengan rumah-rumah bata dari tanah dan wilayah produk 

makanan dan produk tanaman lain yang tersebar di antara batang kur￾ma yang tumbuh di sekitar akhir musim semi. Pada tiap-tiap desa ter￾dapat satu atau dua menara terbuat dari bata tanah (atam; mufradnya, 

ucm) yang dapat dengan mudah diperbaiki penduduk jika diancam oleh 

perampok atau kaum nomad yang jahat. Pada zaman Nabi Muhammad, 

penduduk Yathrib berasal dari beberapa suku atau klan yang berbeda. 

Penduduk oasis asli tampaknya berasal dari sejumlah keluarga atau suku 

Yahudi, yang sangat terkenal di antaranya adalah klan Qaynuqa', Nadir, 

dan Qurayza. Kebanyakan mereka adalah para petani yang menguasai 

tanah luas dan kaya, tetapi yang lain----seperti Qaynuqa', adalah perajin 

emas-mereka bermata pencarian sebagai pedagang atau perajin. Akan 

cecapi pada masa Nabi Muhammad pada akhir abad keenam, kota di￾dominasi oleh sekitar sepuluh klan pagan (politeis), yang telah tinggal 

di Yathrib beberapa. generasi sebelumnya dan hidup terutama dari ber￾cocok tana.m. Di ancara mereka itu, klan Aws dan Khazraj adalah yang 

paling kuat dan kadang terlibat dalam persaingan yang tidak baik dan 

bertikai untuk mernperebutkan kepemimpinan kota, yang melibatkan 

juga suku-suku Yahudi. 

Makkah, di sisi lain, bukanlah koca oasis dan sangat sedikic mempu￾nyai potensi pertanian. Sumur zamzam memang memberikan air segar 

yang cukup untuk minum dan untuk kebun kecil, akan tetapi lokasi 

kota di puncak-puncak bacu tidak memungkinkan untuk pertanian 

yang lebih luas, dan pada masa Nabi Muhammad beberapa makanan uramanya diimpor dari tempat lain di Arab atau dari Syria. Keutamaan 

Makkah bukanlah dalam pertanian, tetapi dalam bidang keagamaan 

dan perdagangan. Haram Arab yang khas itulah tempat kekerasan dan 

pertumpahan darah dilarang. Di pusat kota terdapat tempat suci yang 

disebuc dengan Ka'bah-satu bangunan segi empat yang luas dengan 

batu hitam suci yang nempel di salah satu pojok-itu dulunya ad;ilah 

tempat suci bagi tuhan pagan Huba!. Penjaga tempat suci ini berada di 

tangan suku Quraysh, di mana keanekaragaman klan merupakan po￾pulasi terbanyak Makkah dan berbagi bersama dalam canggung jawab 

peribadatan, seperti memberikan air dan makanan bagi para peziarah, 

menyiapkan dan menjual pakaian khusus untuk ziarah, dan mcmbantu 

menjadi penyelia dalam ritual-ritual certentu. Orang-orang dari suku 

lain, khususnya orang-orang nomad gembala yang hidup di dekat Mak￾kah, juga bergabung dalam ibadah tersebut, kadang-kadang membawa 

scscmbahan mcrcka scndiri kc tcmpat suci itu. Suku Quraiysh di Makkah juga sangat sibuk dalam per<lagangan <lan 

karavan yang terorganisasi, yang membawa barang-barang antara Mak￾kah dan pusat perdagangan di Yaman, Arab Timur, clan Syria Selatan, 

dan mereka juga mempunyai kontak dengan orang orang Axumice 

pengantar barang. Mereka juga ikut berpartisipasi <l;ilam pameran <la￾gang yang diadakan di satu tcmpat yang dikcnal scbagai 'Ukaz, dekat 

Makkah, cempat berkumpulnya para pedagang dari berbagai bagian 

Arab. Pernah suacu kali Makkah dikenal sebagai pusat perdagangan 

barang-barang yang mahal dari Afrika Timur, India, dan Yaman, seperti 

barang-barang dari gading gajah, budak-budak, clan bumbu-bumbu. Tu￾lisan-tulisan yang muncul sejak cahun 1970-an mengungkapkan bahwa kebanyakan barang dagangan tersebut merupakan komoditas dasar, se￾perti kulit binarang dan makanan-makanan pokok. Hadimya tambang 

emas di Hijaz menunjukkan bahwa boleh jadi ada juga perdagangan 

logam berharga ini. Komoditas apa pun yang ada, aktivitas perdagangan 

Makkah tampaknya telah menarik orang-orang di luar untuk beribadat 

di kota, sehingga pada akhir abad keenam, ketika Nabi Muhammad 

tumbuh besar di Makkah, haram nya tampak menjadi satu dari tem￾pat suci terpenring di antara berbagai tempat lain di Arab Barat, dan 

penjaga-penjaganya, suku Quraysh dari Nabi Muhammad mempunyai 

pengalaman yang luar biasa di dalam organisasi clan manajemen usaha 

bersama clan membentuk jaringan di sepanjang Arab. Dalam lingkung￾an aktivitas perdagangan yang sederhana semacam inilah, dan dalam 

pandangan keagamaan yang beraneka ragam yang datang baik dari 

paganisme maupun tradisi monoteis Timur Dekat yang lebih luas, Mu￾hammad lbn 'Abdullah, Nabi Islam, lahir clan tumbuh.


T

radisi Islam mempunyai cerita detail dan kaya mengenai kehi￾dupan Nabi Muhammad, seorang yang diakui semua orang Islam 

sebagai nabi mereka. Narasi ini bukan bersifat baru, tetapi berdasarkan 

laporan yang beredar dan dikumpulkan di lingkungan komunitas Mus￾lim selama beberapa abad serelah wafat Nabi Muhammad. Sebagaimana 

akan dijelaskan di dalam bah ini secara detail, laporan ini berisi mate￾rial dalam berbagai bentuk atau ragam. Beberapa di antaranya tampak 

serius menceritakan perisciwa-perisciwa cersebuc, cerucama berdasarkan 

kesaksian para saksi mata. Yang lain memberikan cerita mukjizat atau 

idealisasi yang muscahil dan termasuk dalam wilayah legenda atau apo￾logi keagamaan. Halaman-halaman berikuc mempresencasikan, perca￾ma, sebuah ringkasan yang sangat padac mengenai biografi tradisional 

Nabi Muhammad, dengan memisahkan laporan-laporan yang bersifat 

benar-benar hanya legenda. Kemudian akan didiskusikan beberapa ma-salah dalam gambaran tradisional ini dan memberikan alcernacif bacaan 

mengenai kehidupan Nabi Muhammad dengan mempertimbangkan 

masalah ini. 

Biografi Tradisional Muhammad sebagai Nabi 

Menurut tradisi Muslim, Muhammad lbn 'Abdullah dilahirkan di Arab 

Barac koca Makkah pada paruh kedua abad keenam masehi (beberapa 

laporan mengacakan sekicar cahun 570, akan cecapi laporan lain mem￾berikan canggal yang berbeda). Beliau adalah anggota Bani Hashim di 

dalam suku Quraysh yang mendominasi Makkah. Beliau menjadi yatim 

piatu pada umur yang masih sangat muda dan kemudian dibesarkan 

oleh pamannya dari garis kecurunan ayahnya, Abu Talib, yang kecika 

itu menjadi pimpinan Bani Hasyim. 

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, pada masa Nabi Muham￾mad, Makkah adalah suatu koca yang penduduknya sangat sibuk dengan 

dua aktivicas, perdagangan dan keagamaan. Karavan yang diorganisasi 

oleh orang Quraysh dan partisipasi orang-orang Quraysh di dalam 

berbagai pemeran dagang, memungkinkan mereka menjalin hubung￾an dengan suku-suku dan komunitas lain di sepanjang Arab. Peranan 

suku Quraysh sebagai pelayan atau penjaga ritual keagamaan Makkah, 

yang terpusat di Ka'bah dan situs suci lain di seputar Makkah, membuat 

mereka menjalin hubungan dengan beberapa kelompok yang datang ke 

Ka'bah uncuk menjalankan ibadah, khususnya dengan melakukan ritual 

keliling (tawaf) di area terbuka di sekitar tempat tersebut. Keamanan 

yang lekat dengan status Makkah sebagai haram jelas sangat baik bagi 

perdagangan, dan dengan demikian peran ganda Quraysh, sebagai peda￾gang dan penjaga cempat suci jadi berkesinambungan. 

Sebagai seorang pemuda, Muhammad terlibat di dalam kehidupan 

komersial dan keagarnaan Makkah. Beliau menikah dengan seorang 

janda yang sangac kaya, Khadija, yang beberapa tahun lebih cua dari di￾rinya, dan menjalankan usaha perdagangan karavannya. Memasuki usia dewasa, dia menjadi sangat dihormati teman-teman suku Quraysh-nya 

karena kecerdasan, kejujuran, dan diplomasinya. Beliau juga mulai me￾rasakan kebutuhannya secara periodik untuk melakukan meditasi clan 

memisahkan diri dari orang banyak clan dunia, uncuk berkontemplasi. 

Menurut tradisi, pada saat retret inilah sekitar cahun 610, Muhammad 

penama kali menerima wahyu dari Tuhan, yang dibawa oleh Malaikat 

Jibril. Wahyu-wahyu datang kepada beliau sebagai suara yang sangat 

keras clan penglihatan yang sangat berpengaruh pada diri beliau sehing￾ga beliau hanya dapat terbaring, bergetar dan penuh dengan keringat, 

sampai wahyu-wahyu itu selesai turun. Selanjutnya kata-kata yang telah 

diwahyukan kepada beliau tertanam secara permanen di dalam memo￾rinya. Kata-kata ini akhimya ditulis oleh para sahabamya clan diedit 

bersama untuk membentuk al-Qur'an, kitab suci agama Islam-yang, 

dengan demikian, dalam pandangan umat Muslim, secara literer meru￾pakan transkripsi firman T uhan. 

Muhammad awalnya terkejut dan ketakutan dengan apa yang di￾alami clan enggan ·untuk mengambil tanggung jawab kenabian yang 

dipercayakan oleh T uhan padanya; akan tetapi pengalaman keagama￾annya berlanjut clan menjadi jelas bagi beliau bahwa beliau tidak dapat 

menolak tanggung jawab ini. Beliau juga ditenangkan oleh istrinya 

Khadija, yang menerima otentisitas pengalaman beliau clan dengan 

demikian dia menjadi orang pertama yang beriman pada panggilan ke￾nabian beliau. Muhammad kemudian memulai mengkhotbahkan secara 

terbuka ajaran yang diwahyukan padanya: ketauhidan T uhan, realitas 

Hari Penghakiman Akhir, dan perlunya bertingkah laku saleh clan tak· 

wa kepada Tuhan. Perlahan-lahan beliau mulai mendapat dukungan 

dari banyak orang, yang meninggalkan kepercayaan pagan mereka dan 

mengakui ketauhidan T uhan dan peran Muhammad sebagai nabi. Be￾berapa sahabat awal beliau adalah saudara dekatnya, seperti 'Ali, putra 

Abu Talib, clan Sa'ad lbn Abi Waqqas, mungkin saudara dari garis ibu 

Nabi Muhammad. Sahabat awal yang lain kelihatannya berasal dari 

kelompok klan Quraysh yang lemah clan kelompok sosial marginal. Se-

jumlah orang Makkah kenal menjadi penganuc awal misi Nabi, dan be￾berapa di antara mereka berperan penting di dalam kehidupan komuni￾tas yang kemudian. Yang terkenal di antara mereka ada dua orang: Abu 

Bakr, salah seorang pedagang dari klan Taym, yang menjadi sahabat ter￾dekat Nabi Muhammad; dan saudara Abu Bakr, Talha lbn 'Ubaydillah. 

Yang lain, termasuk 'Uthman lbn 'Affan, anggota sangat kaya dari klan 

Umayya yang sangat kuat, yang kemurahannya sering kali diberikan un￾tuk melayani Nabi dan yang menikah dengan Ruqayya, putri Nabi dan 

(setelah yang pertama wafat) Ummu Kulthum; dan 'Abd al-Rahman 

lbn 'Awf dari klan Zuhra dan Zubayr lbn al'Awwam dari klan Asad. 

Semua orang ini memainkan peran penting di dalam berbagai peristiwa 

secelah wafatnya Nabi Muhammad. 

Banyak orang besar dari suku Quraysh terganggu dengan serangan 

Nabi Muhammad terhadap politeisme nenek moyang mereka, "keperca￾yaan bapa-bapa merelka", dan mempertanyakannya. Dan sahabat-saha￾batnya, pertama mengejek, selanjutnya menjahatinya secara lebih serius. 

Untuk waktu tertentu beliau dilindungi dari hal ini karena dukungan 

kuat dari Abu Talib, yang, sebagai pamannya clan kepala Bani Hashim, 

berdiri kukuh melindungi Nabi Muhammad. Bahkan boikot Hashim dari 

klain Quraysh lain, yang diorganisasi oleh "Abu Jahl" (nama ini mung￾kin peyoratif/merendahkan-"Bapak dari yang bodoh"), kepala klan 

Makhzum yang kuat, tidak menyebabkan Abu Talib menyerahkan Nabi 

Muhammad kepada mereka sebagaimana yang mereka inginkan. Tecapi 

situasi Nabi Muhammad di Makkah menjadi semakin tidak aman, dan 

sejumlah sahabatnya dilaporkan meminta perlindungan kepada raja 

Kristianiani Abyssinia untuk menghindari persekusi. 

Posisi Nabi Muhammad di Makkah memburuk dengan cepac secelah 

wafatnya Khadijah clan Abu Talib, sumber pendukung utama emosional 

clan sosialnya. Abu Talib sebagai pemimpin Bani Hasyim diganti oleh 

paman Nabi Muhammad yang lain, "Abu Lahab" (mungkin peyoratif 

lain-"Bapak Api"), tecapi yang cerakhir ini (Abu Lahab) cidak men￾dukung keponakannya clan setelah beberapa saat dia melepas perlin-dungannya. Hal ini kira-kira terjadi Pada 619 masehi. Sadar bahwa ke￾banyakan orang Quraysh tidak lagi bisa ditaklukkan, Nabi Muhammad 

mulai mengkhotbahkan misi ajarannya di pasar-pasar periodik di luar 

Makkah untuk mendapatkan dukungan lain. Awalnya beliau hanya 

berhasil sedikit, bahkan ditolak oleh para pimpinan kota Ta'if, sekitar 

100 km (sekitar 60 mil) dari barat Makkah. Namun, ketika itu, beliau 

dihubungi oleh sekelompok kecil orang-orang dari kota Yathrib, suatu 

kumpulan oase pohon kurma yang berada sekitar 325 km (200 mil) 

utara Makkah. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, Y athrib telah 

lama tercabik-cabik oleh pertentangan politik antara Aws dan Khazraj, 

klan-klan rival dari suku-suku dominan dari tempat tersebut, Bani Qay￾la. Tiga klan Yahudi utama di Yathrib, Nadir, Qurayza, dan Qaynuqa', 

mungkin juga terlibat di dalam pertentangan ini. Orang-orang Yathrib 

yang mencari Nabi Muhammad menginginkan seseorang untuk menya￾tukan dan memimpin kota mereka; mereka terkesan dengan misi Nabi 

Muhammad dan memeluknya, lalu berjanji untuk kembali ke tempat 

perdagangan (fair) c:ersebut pada waktu yang akan datang dengan lebih 

banyak orang. T ahun selanjutnya, kelompok besar bertemu dengan 

Nabi dan mengundang beliau untuk datang ke Yathrib dengan pendu￾kung-pendukung dari Makkah sehingga mereka dapat membangun sen￾diri di sana suatu komunitas yang didedikasikan untuk hidup dan beri￾badah sebagaimana dituntut T uhan, tanpa gangguan. Tak lama sesudah 

itu, pada 622, Nabi Muhammad dan para pengikutnya dari Makkah 

berhijrah ("emigrasi atau meminta perlindungan") ke Yathrib-selan￾jutnya akan dirujuk dengan namanya yang kemudian, Madinah (dari 

madinat al-nabi, "kota nabi"). Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah, 

karena dianggap sebagai mulai terwujudnya komunitas Umat Beriman 

yang independen secara politik, diadopsi dalam beberapa tahun sete￾lah wafat Nabi Muhammad sebagai tanda awalnya kalender Islam (1 

Hijrah). Orang-orang yang berhijrah dengan Nabi Muhammad disebut 

dengan muhajirun, "emigran", sementara orang-orang Madinah yang 

menerima mereka kemudian dikenal dengan nama Anshar, "Penolong". Sumber tradisional yang menjelaskan kehidupan Nabi Muhammad 

di Madinah secara detail, memberikan informasi mengenai beberapa 

peristiwa yang bersifat personal, sepeni jumlah pemikahannya dan lahir 

(serta wafat) putra-putrinya. Yang perlu dicatat mengenai persoalan 

pribadi Nabi Muhammad adalah pemikahannya dengan 'Aisha muda, 

putri pendukung kuatnya, Abu Bakr (yang dalam tradisi Islam mengi￾ngamya sebagai istri favorit dari lima belas atau berapa yang akhimya 

beliau ambil). Yang juga penting adalah hubungan dekatnya dengan ke￾ponakannya 'Ali lbn Abi Talib, salah satu dari yang penama mengikuti 

dakwahnya, yang menikahi putri Nabi Muhammad sendiri, Fatimah. 

Sumber-sumber tradisional juga menekankan pendirian komunitas in￾dependen oleh Nabi Muhammad di Madinah, termasuk beberapa catat￾an mengenai bagaimana beliau membangun praktik-praktik ritual dan 

meletakkan bimbingan sosial dan prinsip-prinsip hukum untuk komuni￾tas baru tersebut. 

Akan tetapi yang terpenting adalah bahwa narasi tradisional menje￾laskan aktivitas politi!k Nabi Muhammad di Madinah, yang pada akhir 

hidup beliau menciptakan komunitas politik otonom yang dapat kita 

pandang sebagai embrio negara. Ada dua tema besar dalam proses ini. 

Yang pertama, cerita mengenai konsolidasi kekuatan politik Nabi Mu￾hammad atas Madinaih itu sendiri, yang mempunyai sejumlah tantang￾an yang banyak pada diri beliau. Dalam ha\ ini termasuk ketegangan 

yang kadang terjadi antara kaum muhajirin dengan Anshar, oposisi yang 

kuat dari beberapa orang Madinah (yang disebut dengan kaum munafi￾qun, "hipokrit"), yang mendukung hanya separuh hati yang tampaknya 

telah bekerja melawan beliau di belakang layar, dan hubungannya yang 

bermasalah-yang sekaligus bersifat agama, politik, dan sosial-dengan 

kaum Yahudi Madinah. Terna besar kedua dari kehidupan politik Nabi 

Muhammad di Madinah adalah cerita mengenai perjuangannya yang 

memakan waktu lama, akan tetapi terutama perjuangan dengan ke￾menangan terhadap pemilik kotanya yang sebelumnya, Makkah, dan 

dengan anggota Quraysh yang telah bersikukuh menolak dakwahnya, yang kini dipimpin oleh Abu Sufyan, kepala klan Umayya yang baru. 

Yang jelas berkaitan dengan kedua tema tersebut adalah tema ketiga, 

cerita mengenai perjuangannya untuk memenangkan dukungan dari 

kelompok nomad gembala yang tinggal di sekitar Madinah dan, selan￾jutnya, dengan para komunitas nomad dan juga pemukim yang sedikit 

jauh dari tempat tersebut. Semuanya untuk membuktikan komponen 

penting di dalam membangun koalisi kemenangan di Arab bagian ba￾rat. 

Pada awal tinggalnya di Yathrib/Madinah, Nabi Muhammad mem￾buat perjanjian (pertama dalam serial perjanjian yang dibuat) dengan 

berbagai klan kota tersebut. Hal ini dilakukan untuk membangun saling 

tanggung jawab antara beliau dengan emigran Quraysh di satu sisi dan 

dengan Anshar Madinah di sisi lain, termasuk klan Yahudi yang ber￾afiliasi dengan yang terakhir, mengikat mereka bersama sebagai satu 

komunitas (umma). Jika mengikuti istilah beberapa pengarang baru, 

kita dapat menyebuc persetujuan ini "Dokumen Ummat''. Dokumen ini 

mempunyai fitur yang menonjol, beberapa di antaranya akan kita disku￾sikan sepenuhnya di bawah, akan tetapi secara umum dokumen tersebut 

membuat garis pedoman kerja sama berbagai kelompok di Madinah, 

termasuk rasa saling tanggung jawab pada masa perang, pembayaran 

blcod money dan memberi ransum orang-orang yang dipenjara, dan yang 

terpenting, komitm.en partai untuk mendukung satu sama lain pada 

masa konflik. (Lihatt Apendix A untuk teks penuh mengenai Dokumen 

Ummat.) 

Begitu sampai di Madinah, menurut tradisi, Nabi Muhammad dan 

pengikutnya memberi tanda/garis (yang menunjukkan batas) untuk 

tempat shalat berjemaah-masjid pertama (kata bahasa Inggris berasal 

dari kata Arab masjid, "tempat untuk sujud"---diucapkan dengan mes￾gid dalam bahasa Arab dialek-melalui bahasa Spanyol mezquita dan 

Perancis mosque). Awalnya Nabi dan para pengikutnya menghadap ke 

Jerusalem dalam shalat, sebagaimana Yahudi melakukannya, tetapi se￾telah beberapa waktu Nabi Muhammad memerintahkan Umat Beriman agar melakukan shalac menghadap ke Makkah. Perubahan kiblac ini 

(arah shalac), yang disinggung di dalam wahyu (Q. 2: 142-145), mung￾kin merefleksikan hubungan yang kurang baik antara nabi dan orang￾orang Yahudi di koca icu, yang menuruc sumber-sumber cradisional seba￾gian besar cidak mendukung gerakannya. 

Salah satu sumber perdebacan yang tidak mudah diselesaikan oleh 

Nabi Muhammad dengan orang-orang Yahudi Madinah, yang mengon￾crol salah satu pasar ucama Madinah, kemungkinan adalah keinginan 

beliau uncuk membangun pasar baru di Madinah agar dapac membantu 

emigran Makkah. Selain itu, beberapa emigran, yang telah tercerabut 

dari kehidupan mereka dan terputus dari jaringan suku cerdekac mere￾ka yang dapat membantunya bercahan di Makkah, segera menyadari 

akan kondisi mereka yang sangat sulit, sementara banyak yang dapat 

dilakukan oleh kaum Anshar Madinah untuk membancu mereka. Da￾lam kondisi pucus asa, Nabi Muhammad mengirim beberapa emigran 

keluar sebagai kelompok operasi, yang mengepung karavan yang berasal 

dari Makkah di kota Nakhla. Harta kekayaan yang diperoleh disambut 

baik, akan tetapi operasi Nakhla membuka permusuhan panjang ancara 

Nabi Muhammad dengan Quraysh dan memunculkan banyak kritik 

bahkan di antara beberapa pendukungnya, karena hal itu dilakukan di 

salah satu bulan suci, yang menurut tradisi lokal kekerasan harus dihin￾dari-satu koncroversi yang diselesaikan di antara para pengikut Nabi 

Muhammad, paling cidak, hanya dengan curunnya al-Qur'an yang mem￾bolehkannya (Q. 2: 217). 

TEKS ALQUR'AN 2 (Al-BAQARAH): 217 

Mereka bertanya kepadamu mengenai perang pada bulan-bulan 

suci: Katakanlah: perang pada bulan tersebut adalah merupakan 

[dosa) yang serius, akan tetapi mencegah orang/memblok orang 

dari jalan Tuhan, dan tidak beriman kepada-Nya dan kepada mas￾jid yang suci, dan mengusir orang-orang dari padanya adalah dosa yang lebih serius clalam pandangan T uhan. Menyebar fimah lebih 

serius claripacla pembunuhan. Mereka akan terus memerangimu 

sampai mereka memalingkanmu clari agamamu, jika mereka bisa. 

Siapa pun di antara kamu yang berpaling dari agamanya dan me· 

ninggal dalam kondisi ticlak beriman-amal mereka di dunia ini 

dan di akhirat kelak tidak acla gunanya, dan mereka adalah ahli 

neraka, mereka kekal di clalamnya. 

Sejumlah besar pengikuc Nabi Muhammad menyerang sejumlah 

karavan lagi di cempat yang dikenal dengan nama Badr (tahun 2/624), 

mengalahkan kontingen Makkah yang menjaganya dan membawa pu￾lang banyak harca, selain jumlah mereka yang banyak. Kemenangan 

ini memperkuac posisi moral dan ekonomi pengikuc Nabi Muhammad 

dan boleh jadi juga menandai dimulainya blokade Makkah oleh Nabi 

Muhammad dan orang-orang Madinah. Hal ini juga menimbulkan 

perasaan aman pada Nabi uncuk melakukan serangan terbuka pertama 

cerhadap orang-orang Yahudi yang menencangnya. Seorang pimpinan 

Yahudi yang mengejeknya telah dibunuh oleh pengikut Nabi Muham￾mad, kemudian klan penting Yahudi dari suku Quraysh yang memimpin 

pasar ucama Madinah juga dikepung di wilayahnya, dan secelah berne￾gosiasi, diusir dari kota, dengan meninggalkan kekayaan mereka yang 

kemudian diambil alih oleh para pengikut Nabi. Bani Qaynuqa' mundur 

ke Wadi al-Qura, utara Madinah, dan kemudian ke Syria. 

Secelah kekalahan mereka di Badr, orang-orang Makkah lebih bisa 

menghitung-hitung keuntungan berdampingan dengan Nabi Muham￾mad clan pengikutnya dibanding sebelumnya. Setelah melakukan pe￾nyerangan kecil kepada Nabi, mereka mengorganisasi aliansi yang me￾nyerang Madinah sendiri. Dalam peperangan ini, yang dikenal dengan 

perang Uhud (3/625), pasukan Nabi Muhammad menderita kekalahan 

clan kehilangan banyak nyawa. Nabi Muhammad sendiri cerluka berat, 

tetapi aliansi Makkah terpecah di tengah-tengah kemenangan itu dan mundur, membuat Nabi Muhammad dengan pengikucnya trauma tetapi 

recap tegak berdiri. Setelah Uhud, kedua pihak kemudian melakukan 

penyerangan kembali, khususnya untuk menghencikan masing-masing 

usaha mereka dalam memenangkan dukungan dari suku nomadik yang 

tinggal di sekitamya. Beberapa serangan ini sukses bagi orang-orang Madi￾nah, tetapi yang lain, misalnya yang melawan Bi'r Ma'una, menyebabkan 

banyak kehancuran. Dalam usahanya uncuk memperoleh dukungan dari 

kaum suku, Nabi Muhammad terkadang harus membiarkan atau mengi￾zinkan suku pagan ini recap berpegang pada agama nenek moyang mere￾ka, tetapi kebanyakan sekutunya menuruti pesan monoteismenya. Nabi 

Muhammad mengambil keuncungan atas mundumya pasukan Makkah 

dengan berbalik melawan kelompok besar kedua Yahudi dari Madinah, 

klan Bani Nadir, karena kebanyakan dari mereka telah melakukan siasat 

untuk membunuh Nabi Muhammad, sebagaimana dilaporkan. Pengikut￾nya mengepung Bani Nadir, yang akhirnya menyerah clan mundur, keba￾nyakan dari mereka pergi ke kota oasis Khaybar tempat di mana banyak 

orang-orang Yahudi tinggal, sekicar 230 km (143mi) utara Madinah. 

Sumber-sumber tradisional pada saat itu menceritakan ekpedisi jarak 

jauh Umat Beriman di Madinah ke oasis Arab utara dan pusat perda￾gangan di Dumat al-Jandal-sejauh 700 km ( 435 mil) utara Madinah￾akan tetapi apa pun tujuannya ketika itu, tampaknya tidak terpenuhi. 

Tapi yang lebih pencing, kaum Quraysh sekali lagi mengorganisasi ali￾ansi, bahkan lebih besar dari sebelumnya, dan melakukan serangan lain, 

termasuk dengan satu kontingen tentara berkuda (kavaleri) melawan 

Nabi Muhammad clan Madinah. Dalam serangan ini, Nabi Muham￾mad clan para pengikutnya dilaporkan menggali parit untuk meredam 

kavaleri orang-orang Makkah, dan memaksa mereka yang mencoba 

mengontrol Madinah dengan melakukan blokade. Perang yang disebut 

dengan Perang Khandak (trench) (5/627) itu menimbulkan permusuh￾an, akan tetapi setelah beberapa minggu aliansi Makkah sekali lagi mu￾lai tidak terkendali dan Quraysh dipaksa mundur. Dalam hal ini Nabi 

Muhammad menyerang musuh-musuh Yahudinya sebagai konsekuensi dari konfroncasi besar dengan Quraysh; saac icu korbannya adalah klan 

Yahudi Madinah jurnlah besar terakhir, yaitu Bani Qurayza, yang dise￾buckan telah berkhianat dengan orang-orang Makkah selama blokade 

Madinah. Percahanan mereka di koca dikepung oleh pengikuc Nabi 

Muhammad, dan kecika mereka menyerah, mereka secuju bahwa seku￾tu mereka yang semula pengikut Nabi Muhammad harus menghukum 

mereka. Akan cetapi hukuman beliau sangac keras, yaicu yang laki-laki 

harus dieksekusi dan yang perempuan serca anak-anak dijadikan budak. 

Nabi Muhammad kini melepas pasukan ke berbagai suku sekitar 

Madinah dan wilayah yang lebih luas clan mengorganisasi beberapa ope￾rasi yang sangac sedikic dimengerci menuju wilayah utara Madinah-ke 

Dumac al-Janda! (lagi) dan ke pinggir selacan Syria, cempac Zayd lbn 

Haritha, orang yang beliau bebaskan, pemah pergi untuk berdagang. 

Kemudian, menurut sumber-sumber tradisional, Pada 6/628, Nabi Mu￾hammad clan sejumlah besar pengikucnya melakukan operasi canpa 

senjata ke Makkah dengan maksud melakukan umra' acau "haji kecil", 

yang melibatkan pelaksanaaan berbagai ritus di Ka'bah; kenyataan bah￾wa mereka menjalankannya dengan tanpa senjata adalah dimaksudkan 

uncuk mengonfinnasi niac damainya. Akan cetapi, orang-orang Quraysh 

cidak punya keinginan untuk mengizinkan Nabi Muhammad dan para 

pengikutnya datang ke kota mereka tanpa penolakan, mengingat per￾musuhan yang sudah lama di ancara mereka, clan juga kenyacaan bah￾wa Nabi Muhammad masih memblokade kelompok karavan Makkah. 

Oleh karenanya mereka menghadang beliau dengan barikade centara 

di tempat yang dikenal dengan Hudaybiyya, di perbatasan haram sekitar 

Makkah. Di sana, secelah negosiasi lama, mereka mencapai persetujuan 

dengan Nabi Muhammad, yaitu beliau akan kembali ke Madinah tanpa 

melakukan umra' clan mengakhiri blokade atas Makkah sebagai ganti 

untuk izin melakukan ibadah umra' tanpa diganggu. Kedua kelompok 

juga setuju uncuk berdamai selama sepuluh cahun, clan pada masa-masa 

itu cak satu pihak pun menyerang yang lain, bahkan masing-masing be￾bas melakukan kontak apa pun yang dikehendaki. Perjanjian Hudaybiyya tampaknya merupakan titik batik keberun￾tungan Nabi Muhammad. Tak lama setelah perjanjian itu dibuat, Nabi 

Muhammad mengorganisasi satu pasukan ekpedisi besar dan melakukan 

serangan terhadap oasis Yahudi Khaybar. Koca ini celah lama menjadi 

sekutu kunci bagi Makkah dalam perjuangannya bersama Nabi Muham￾mad, namun, ha! tersebut bukan suatu ha! yang secara ekplisit disetujui 

dalam perjanjian cersebuc. Khaybar cercaklukkan, tetapi residen Yahudi￾nya tetap dibolehkan untuk tinggal agar dapat meningkatkan panen ta￾hunan yang kini Nabi mengambil bagian di dalamnya. Ketika itu juga, 

Nabi Muhammad me lancarkan sejumlah serangan terhadap suku-suku 

nomadik yang tidak mau tunduk, dan melakukan beberapa serangan ke 

utara. Salah satunya, yang dipimpin (kembali) oleh Zayd lbn Haritha, 

berhasil masuk ke Syria sebelah utara tetapi ditolak oleh kekuatan lo￾kal Byzantium di Mu'ta, yang sekarang adalah Yordania Selatan; Zayd 

terbunuh dalam perang ini, tetapi sebagian besar pasukannya kembali 

ucuh. Secahun setelah perjanjan i Hudaybiyya, Nabi Muhammad dan 

pengikutnya melaksanakan ibadah umra' sebagaimana direncanakan. 

Ketika itu, Umac Bet:iman yang sebelumnya pergi ke Abysinia ketika 

masa kegelapan Nabi Muhammad di Makkah, akhirnya kembali berga￾bung dengan Nabi di Madinah. Kemungkinan besar keputusan mereka 

untuk kembali adalah karena melihat posisi Nabi Muhammad dan ko￾munitas beliau di Madinah yang semakin aman. 

Perjanjian Hudaybiyya dengan Quraysh adalah perjanjian untuk 

masa sepuluh tahun, tetapi dua tahun secelah kesepakatan, pada 8/630, 

Nabi Muhammad memutuskan bahwa Quraysh telah menyalahi perjan· 

jian karena berbagai aksi yang mereka lakukan. Oleh karena itu, beliau 

mengorganisasi sejumlah pasukan bersenjata (salah sacu laporan menga￾takan berjumlah sepuluh ribu, termasuk dua ribu sekutu nomadiknya) 

dan melakukan operasi ke Makkah. Quraysh takluk tanpa perlawanan 

clan setuju untuk menganut monoteisme Nabi; hanya sedikit musuh 

Nabi Muhammad di Makkah yang dieksekusi, bahkan kebanyakan pe￾mimpin Makkah diberi kedudukan penting di kelompok tertinggi Nabi Muhammad, suatu hal yang mengecewakan beberapa pengikut awal￾nya, baik kaum Muhajirin maupun Anshar. Ketika di Makkah, Nabi 

Muhammad mulai menghilangkan patung pagan dari pinggir·pinggir 

tempat suci Ka'bah, menyucikannya demi peran masa depan Ka'bah ter￾sebut sebagai fokus penyembahan monoteisme. Dalam pandangan tradi￾si Muslim, Ka'bah asalnya dibangun oleh Nabi Ibrahim sebagai cempat 

suci untuk satu Tuhan, dengan demikian Nabi Muhammad dalam ha! 

ini hanyalah melakukan rededikasinya uncuk tujuan monoteisme asli￾nya. 

Penaklukan Makkah barangkali merupakan peristiwa terbesar bagi 

karier politik Nabi Muhammad. Tetapi, walaupun posisinya sekarang 

sangat kuat, beliau masih menghadapi beberapa musuh. Suku Thaqif, 

yang mengontrol kota terbesar ketiga Arab barat, Ta'if, telah lama men￾jalin hubungan dekat dengan Makkah, dan kaum Quraysh yang terus 

menolak usaha perluasan Nabi. Thaqif mempunyai sekutu beberapa 

suku nomadik yang kuat di lingkungan sekitar mereka, seperti Hawazin, 

yang mengancam. Karenanya tak lama setelah menaklukkan Makkah, 

Nabi Muhammad mengirim pasukannya melawan Thaqif dan sekutu 

Hawazin mereka dan mengalahkan mereka pada Perang Hunayn, sete￾lah beliau sendiri ikut mengepung Ta' if. 

Tak perlu dipertanyakan lagi, kini Nabi Muhammad merupakan fi￾gur politik di Arab Barat. Setelah kejatuhan Makkah dan Ta'if, beliau 

menerima delegasi sejumlah suku di Arab, baik yang sudah bermukim 

maupun yang masih nomaden, yang bersumpah setia kepada beliau. 

Pada saat ini juga beliau mengorganisasi ekpedisi militer lain jauh ke 

utara, mengarah ke kota Tabuk; tetapi tujuan pastinya belum jelas, se￾lain hanya menunjukkan ketertarikan Nabi yang terus ada pada wilayah 

utara. Nabi Muhammad dengan cerdas menggunakan operasi akhir ini 

sebagai cara untuk menyelamatkan kesetiaan para pemimpin Quraysh 

yang sebelumnya merupakan musuh beliau, seperti Abu Sufyan, dan 

anaknya Mu'awiyya dan Yazid, dengan memberi mereka pesan pen￾ting acau berbagi kekayaan. Lebih jauh lagi, selama operasi ini, beliau cerus menegaskan bahwa pengikucnya yang mahir celah berperan akcif 

dalam pelayanan milicer. Pada saac icu, kekuacan politik dan militer 

Nabi Muhammad yang semakin kuac memungkinkannya mengeluarkan 

kebijakan uncuk melakukan aliansi dengan suku-suku pagan-ha! yang 

juga diperlukan uncuk mengamankan sebanyak mungkin sekuru dalam 

perjuangan menguasai Makkah. Kini beliau mengumumkan kebijakan 

baru cidak bekerja sama (non cooperative) dengan penganuc policeisme; 

dan memaksa mereka berperang acau mengakui keesaan Tuhan. (Lihac 

Q. 9: 1-16.) 

Pada akhir tahun 10/marec 632, Nabi diceritakan melaksanakan 

ibadah haji, atau haji besar, ke Makkah. Tak lama secelah beliau pulang 

ke Madinah, beliau merasa sakic, dan secelah beberapa hari, wafac di ru￾mah, dengan kepala beliau berada di pangkuan istri tercincanya, 'Aisha 

( 11/632). Dengan mengikuti budaya lokal, tubuh beliau dimakamkan di 

bawah lantai rumah beliau. 

Persoalan Sumber-Sumber 

Skecsa ringkas mengenai perisciwa kehidupan Nabi Muhammad ini, 

sekalipun dalam beberapa hal dapac dipahami (dan mungkin dalam 

beberapa hal akurac), tecapi menimbulkan masalah bagi para ahli seja￾rah. Masalahnya adalah bahwa gambaran detail mengenai karier Nabi 

Muhammad ini digambarkan bukan dari dokumen acau bahkan cerica 

yang bercanggal dari masa kehidupan Nabi Muhammad, cecapi dari 

sumber-sumber liceratur yang diculis acau dikumpulkan beberapa ra￾hun-kadang abad-kemudian. Kenyataan bahwa sumber-sumber ini 

diculis jauh secelahnya, dan dibencuk dengan cujuan yang sangat spesi￾fik, mengandung arri bahwa sumber-sumber cersebuc cidak memberita￾hu kica segala sesuatu yang ingin kica kerahui lebih banyak; misalnya, 

posisi perempuan di dalam masyarakat sering kali hanya dilaporkan 

secara insidental. Ada alasan untuk curiga terhadap sumber ini, yaitu 

bahwa beberapa-mungkin banyak-dari insiden yang berkaican dengan sumber-sumber ini bukan merupakan tulisan yang andal mengenai 

sesuatu yang benar-benar terjadi akan tetapi merupakan legenda yang 

diciptakan oleh generasi Muslim yang kemudian untuk menegaskan 

Nabi Muhammad sebagai Nabi, membantu membangun preseden yang 

membentuk praktik-praktik ritual, sosial, atau legal komunitas Muslim 

yang kemudian, atau semata-mata mengisi bagian yang sedikit sekali di￾ketahui mengenai kehidupan pendiri mereka, mengenai seseorang yang 

terus ingin diketahu i oleh orang-orang Muslim. 

Mayoritas catata.n tradisional yang mengumpulkan preseden sketsa 

ringkas Nabi Muhammad berisi banyak sekali kontradiksi dan cerita 

yang diragukan yang membuat ahli sejarah enggan menerimanya seba￾gai sesuatu yang bernilai. Ada, misalnya, sejumlah cerita mengenai 

mukjizat dan laporan-laporan lain yang jelas masuk dalam wilayah le￾genda, misalnya episode yang sama dengan cerita mengenai "memberi 

makan banyak orang" dalam legenda Kristiani mengenai Yesus. Lebih 

jauh lagi, kronologi materi tradisional mengenai Nabi Muhammad 

ini bukan hanya samar dan membingungkan, tetapi juga mengandung 

tanda-tanda yang sifatnya gosip, yang dibentuk karena adanya simbol￾isme numerologis. Misalnya, semua peristiwa besar dalam kehidupan 

Nabi Muhammad disebutkan terjadi pada tanggal dan hari yang sama 

dalam seminggu (Senin, 12 Rabi' al-awal) dalam tahun yang berbeda. 

Lebih jauh lagi, beberapa episode yang, bagi biografi tradisional Nabi 

Muhammad merupakan episode penting, terlihat mencurigakan, seperti 

usaha untuk menciptakan satu penjelasan sejarah atas ayat-ayat terten￾tu di dalam al-Qur'an; beberapa misalnya menyatakan bahwa laporan 

operasi di Nakhla merupakan tafsiran atas ayat Q. 2: 217 (Lihat "teks 

al-Qur'an 2" informasi suplemen, him. 45). Hal lain mengenai cerita 

kehidupan beliau mungkin dibuat agar biografinya sesuai dengan ha￾rapan masa kini mengenai apa yang akan dilakukan oleh seorang nabi 

yang benar ( misalnya, kondisi yatim piatu beliau, paralel dengan cerita 

mengenai Nabi Musa, atau penolakannya dan perjuangannya melawan 

orang-orangnya sendiri, suku Quraysh). Kalaupun kita menerima ikhtisar dasar kehidupan Nabi Muhammad 

seperti yang digambarkan di dalam sumber tradisional, sejarawan masih 

menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang tak terjelaskan oleh sumber￾sumber tersebut. (Sehagai contoh, mengapa pagan Madinah begitu 

mudah menerima pesan Nabi Muhammad, sementara suku Quraysh di 

Makkah bertahan menolaknya secara keras dan sinis? Apa tepatnya sta￾tus asli Nabi Muhammad di Madinah? Apa tepatnya hubungan antara 

beliau dengan Yahudi Madinah?) Sayangnya kita cidak punya dokumen 

asli yang dapat mengonfirmasi biografi tradisional yang tidak ambigu 

ini-tidak ada salinan asli dari surat-surat kepada atau dari atau tentang 

Nabi Muhammad oleh pengikutnya sekarang, tidak ada inskripsi dari 

masa beliau yang ditulis oleh anggota-anggota komunitas beliau, dan 

seterusnya. 

Persoalan-persoalan logis mengenai keterbatasan sumber tradisio· 

nal Muslim mengenai kehidupan Nabi Muhammad ini menyebabkan 

beberapa cendekiawan menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada 

dalam laporan ini harus ditolak. Tetapi tentu saja ini terlalu jauh dan 

juga sangat tidak kritis sama seperti penerimaan yang tanpa pertanyaan 

terhadap sumber tersebut. Kebenaran pasti ada di ancara keduanya; dan 

beberapa tulisan baru mulai menyingkapkan bahwa selain problem￾problem mengganggu yang mereka hadapi, narasi tradisional tampaknya 

memang berisi beberapa materi awal mengenai Nabi Muhammad. La￾poran yang cukup akurat dan masuk aka! mengenai kejadian-kejadian 

penting dalam kehidupan Nabi Muhammad suatu saat boleh jadi mung￾kin didapatkan, yaitu ketika para cendekiawan belajar lebih banyak 

mengenai bagaimana menyaring atau menguji materi-materi tradisional 

yang banyak itu secara lebih efektif. Akan tetapi, studi kritis yang se￾macam itu kini baru dimulai, clan untuk saat ini masih harus hati-hati 

dalam menggunakan narasi tradisional. 

Sekalipun demikian, situasi kita sebagai ahli sejarah yang tertarik 

dengan kehidupan Nabi Muhammad dan hakikat misinya bukan tanpa 

harapan. Beberapa sumber non-Muslim abad ketujuh, yang berasal dari masa yang sedikit lebih kemudian dari masa Nabi sendiri tetapi lebih 

awal dari masa kompilasi Muslim tradisional, memberikan testimo￾ni yang-walaupun tidak bersifat dokumenter dalam pengercian yang 

kaku-tampaknya secara esensial tepercaya. Sekalipun sumber-sumber 

ini hanya sedikit dan memberikan informasi sangat terbatas, namun 

demikian hat itu sangat tidak cemilai. Misalnya, sumber Syria mula￾mula yang diculis seorang Kristiani, Thomas the Presbiter, bercanggal 

sekitar 640--yaitu, hanya beberapa tahun secelah Nabi Muhammad 

wafat-memberikan singgungan pertama mengenai Nabi Muhammad 

dan menginformasikan kepada kita bahwa para pengikutnya melakukan 

operasi ke sekitar Gaza. Hal ini, paling tidak, memungkinkan ahli seja￾rah untuk merasa lebih percaya bahwa Nabi Muhammad bukanlah se￾penuhnya cerica fiksi mengenai imajinasi kesalehan, sebagaimana secara 

implisit dikacakan orang; kita cahu bahwa seseorang bernama Muham￾mad benar-benar ada, dan bahwa dia telah memimpin semacam gerak￾an. Dan fakta ini, selanjutnya, memberi kita rasa percaya diri yang lebih 

besar bahwa informasi selanjucnya yang ada di dalam sumber-sumber 

material Muslim yang banyak itu boleh jadi juga berakar dalam fakca 

sejarah. Kesulitannya adalah dalam menentukan mana yang fakcual dan 

mana yang tidak fakcual. (Lihac halaman cambahan "Teks dari Thomas 

Sang Presbiter" pada Bab 3.) 

Lebih jauh, sumber informasi terpenting mengenai komunitas Umat 

Beriman awal masih perlu didiskusikan, yairu eeks al-Qur'an itu sendiri, 

buku suci Islam. Bagi kaum Muslim yang beriman, al-Qur'an centu saja 

merupakan transkrip firman T uhan sebagaimana diwahyukan kepada 

Nabi Muhammad. Masing-masing dari 114 yang terpisah, disebuc surat 

(bab), berisi ribuan ayat (ayat-secara harfiah berarti "tanda" kehadiran 

Tuhan), bagi Umat Beriman adalah merupakan firman yang mempu￾nyai nilai abadi yang eksis di luar kerangka masa yang normal, duniawi, 

dan historis. Tafsir Muslim tradisional mengembangkan sebuah kro￾nologi al-Qur'an yang panjang dan kaya, yang menghubungkan wahyu 

masing-masing ayat dengan episode tertentu di dalam kehidupan NabiMuhammad-yang disebut dengan karya mengenai "asbab nuzul/sebab/ 

konteks turunnya ayat". Karya ini, yang sangat diikuti kecendekiawan￾an Barat tradisional mengenai al-Qur'an, secara umum membagi teks 

berdasarkan gaya dan isinya menjadi ayac-ayat yang berasal pada fase￾fase karier Nabi Muhammad pada masa Makkah awal, cengah, maupun 

akhir, atau fase Madinah. Demikian pula, tradisi Muslim memelihara 

laporan mengenai bagaimana wahyu tersebut kemudian menjadi bentuk 

buku tertulis. Menurut pandangan ini, wahyu-wahyu yang pertama kali 

masuk dalam memori nabi kemudian dihafal oleh para sahabacnya; be￾berapa bagian kemudian ditulis oleh orang banyak di dalam komunitas 

yang mula-mula; akhirnya, sekitar 20 tahun setelah nabi Muhammmad 

wafat, bagian yang terserak baik yang terrulis maupun yang tidak tertu￾lis dari wahyu tersebut dikumpulkan oleh komite editorial dan disusun 

di dalam bentuk tertulis yang definitif. 

Akan tetapi ahli sejarah yang mempertanyakan narasi tradisional 

mengenai kehidupan Nabi Muhammad tampaknya juga kesulican di 

dalam menerima pandangan mengenai bagaimana teks al-Qur'an itu di￾kumpulkan; namun jilka kita menolak laporan ini, kita akan ada dalam 

posisi ketidakpastian dalam hal teks macam apakah al-Qur'an itu dan 

datang dari mana. OJ.eh karena itu para cendekiawan aliran revisionis 

yang menggunakan pendekatan kritik literal terhadap teks menawarkan 

teori-teori alternatif mengenai asal usu! dan hakikat al-Qur'an seba￾gaimana yang kita punyai sekarang. Salah seorang menyatakan bahwa 

al-Qur'an berasal dari strophic (ripe pertama bentuk matrix dalam puisi) 

hymns sebelum Islam, yang ada di dalam komunitas Kristiani Arab, yang 

diadaptasi Nabi Muhammad unruk membuat al-Qur'an. Sama radi￾kalnya adalah hipotesis "asal usu! terakhir" yang beredar pertama kali 

pada akhir tahun 1970-an. Menurut pandangan ini, al-Qur'an, sama 

sekali bukan produk Arab sebelah barat pada awal abad ke 7 M, tetapi 

terbentuk secara perlahan di dalam komunitas Muslim selama periode 

200 tahun atau lebih dan kebanyakan di luar Arab, mungkin terutama 

di Irak. Dalam pandangan para pengusung teori ini, cerita tradisional mengenai asal usu! al-Qur'an sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad 

semata-mata merupakan proyeksi ke belakang yang dibuat oleh orang￾orang Muslim pada masa kemudian yang berkeinginan mengakarkan 

kepercayaannya dan keberadaan komunitas mereka di dalam pengalam￾an keagamaaan ftgur kenabian yang sebelumnya. 

Jika benar, hipotesis "asal usu! terakhir" mengenai al-Qur'an, khu￾susnya, akan mempunyai dampak yang merusak bagi ketertarikan ahli 

sejarah untuk merekonstruksi kehidupan Nabi Muhammad atau kei￾manan komunitas awal. Namun, hipotesis "asal usu! terakhir" ini gaga! 

menjelaskan beberapa ciri teks al-Qur'an, menganalisis sesuatu yang 

menunjukkan bahwa sebenarnya al-Qur'an benar-benar dikumpulkan 

segera dalam masa yang sangat awal dalam sejarah komunitas Nabi Mu￾hammad-tidak lebih dari tiga dekade setelah Nabi Muhammad wafat. 

Misalnya, studi yang sangat hati·hati dan serius mengenai teks oleh 

generasi para cendekiawan telah gaga! untuk menyingkap indikasi yang 

masuk aka! terhadap referensi yang secara kronologis tidak benar me￾ngenai peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan komunitas awal, 

yang hampir pasti ada di sana jika teks itu dikumpulkan lebih akhir dari 

abad ketujuh M. Lebih jauh lagi, banyak kosa kata al-Qur'an yang me￾nunjukkan bahwa teks, atau bagian penting darinya, dibawa dari Arab 

Barat. Dengan demikian, tampakny