Tampilkan postingan dengan label samuel 13. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 13. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 13


 , secara khusus disampaikan bahwa saat  Daud masih 

berada di Kehila, sesudah  ia mengusir orang Filistin keluar kota 

itu, Abyatar datang kepadanya dengan membawa efod di tangan-

nya, yaitu efod imam besar yang bertahtakan Urim dan Tumim. 

Ini menjadi penghiburan besar bagi Daud di dalam pengasingan-

nya, bahwa saat  ia tidak bisa pergi ke bait Allah, ia mempunyai 

sejumlah harta termulia dari bait itu yang dibawa kepadanya, 

yakni seorang imam besar beserta tutup dada pernyataan kepu-

tusannya. 

Daud Melarikan Diri dari Kehila 

(23:7-13)  

7 Kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah masuk Kehila. Lalu berkata-

lah Saul: “Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku, sebab dengan 

masuk ke dalam kota yang berpintu dan berpalang ia telah mengurung 

dirinya.” 8 Maka Saul memanggil seluruh rakyat pergi berperang ke Kehila 

dan mengepung Daud dengan orang-orangnya. 9 saat  diketahui Daud, bah-

wa Saul berniat jahat terhadap dia, berkatalah ia kepada imam Abyatar: 

“Bawalah efod itu ke mari.” 10 Berkatalah Daud: “TUHAN, Allah Israel, ham-

ba-Mu ini telah mendengar kabar pasti, bahwa Saul berikhtiar untuk datang 

ke Kehila dan memusnahkan kota ini oleh sebab  aku. 11 Akan diserahkan 

oleh warga-warga kota Kehila itukah aku ke dalam tangannya? Akan datang-

kah Saul seperti yang telah didengar oleh hamba-Mu ini? TUHAN, Allah 

Israel, beritahukanlah kiranya kepada hamba-Mu ini.” Jawab TUHAN: “Ia 

akan datang.” 12 Kemudian bertanyalah Daud: “Akan diserahkan oleh warga-

warga kota Kehila itukah aku dengan orang-orangku ke dalam tangan Saul?” 

Firman TUHAN: “Akan mereka serahkan.” 13 Lalu bersiaplah Daud dan orang-

orangnya, kira-kira enam ratus orang banyaknya, mereka keluar dari Kehila 

dan pergi ke mana saja mereka dapat pergi. jika  kepada Saul diberitahu-

kan, bahwa Daud telah meluputkan diri dari Kehila, maka tidak jadilah ia 

maju berperang. 

Kitab 1 Samuel 23:7-13 

 419 

Pada bagian ini, kita menyaksikan, 

I. Saul merancangkan kehancuran Daud di dalam hatinya (ay. 7-8): 

Saul mendengar bahwa Daud telah masuk Kehila. Tidakkah Saul 

mendengar, apa gerangan yang membawa Daud ke kota itu? 

Tidakkah dikatakan kepadanya bahwa Daud telah dengan gagah 

berani menyelamatkan Kehila dan melepaskannya dari tangan 

orang Filistin? Kita tentu akan beranggapan bahwa kenyataan ini 

akan membuat Saul mempertimbangkan tentang kehormatan dan 

kemuliaan apa yang harus disematkannya kepada Daud atas jasa-

nya itu. Akan namun , Saul malah mempertimbangkannya sebagai 

sebuah kesempatan untuk berbuat jahat kepada Daud. Sungguh 

Saul yaitu  seseorang yang celaka dan tidak tahu berterima kasih, 

yang selamanya tidak pantas menerima jasa atau kebaikan apa 

pun yang dikerjakan baginya. Layaklah Daud mengeluh tentang 

seteru-seterunya, yang membalas kebaikannya dengan kejahatan, 

serta yang malah menjadi musuhnya sebagai balasan atas kasih-

nya (Mzm. 35:12; Mzm. 109:4). Demikianlah Kristus dengan hina-

nya dimanfaatkan (Yoh. 10:32). Sekarang perhatikan,  

1. Bagaimana Saul mempermainkan Allah Israel dengan menyalah-

gunakan penyelenggaraan-Nya untuk mendukung dan mengun-

tungkan rancangan jahatnya, dan dengan itu menjanjikan ke-

pada dirinya sendiri keberhasilan dalam melaksanakan rancang-

annya ini : Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku. 

Seakan-akan dirinya, yang telah ditolak Allah, dengan ini kem-

bali diakui dan diperkenan oleh-Nya, sementara Daud seolah-

olah berlaku gila dengan dirinya sendiri. Saul dengan sia-sia 

bersukaria sebelum memperoleh kemenangan, lupa betapa 

seringnya ia telah beroleh kesempatan baik untuk mengatasi 

Daud melebihi kesempatannya kini, namun  tetap meleset dari 

sasaran. Dengan jahatnya ia menghubung-hubungkan Allah 

dengan kepentingannya sendiri, sebab , pikirnya, ia telah 

memperoleh apa yang didamba-dambakannya. Demikianlah 

Daud berdoa (Mzm. 140:9, KJV), Ya Tuhan, jangan penuhi ke-

inginan orang fasik, jangan luluskan tipu rencananya, supaya 

jangan mereka meninggikan diri. Kita tidak boleh memandang 

bahwa penyelenggaraan Allah yang baik dapat membenarkan 

tujuan yang tidak benar atau menjamin keberhasilannya. 


 420

2. Bagaimana Saul mempermainkan Israel milik Allah, dengan 

menjadikan mereka pelayan amarahnya terhadap Daud. Ia 

memanggil semua orang untuk pergi berperang bersama, dan 

mereka ini harus berangkat segera ke Kehila, dengan dalih un-

tuk melawan orang Filistin, namun  sebenarnya untuk menge-

pung Daud dan orang-orangnya. Rancangan Saul ini disem-

bunyikannya sedemikian rupa, sebab  dikatakan (ay. 9) bahwa 

ia berniat jahat terhadap Daud. Sungguh malang rakyat yang 

dipimpin oleh penguasa bertangan besi, sebab  sementara ada 

sejumlah orang yang menderita sengsara oleh kekejaman ke-

kuasaannya, yang lain menerima nasib yang lebih buruk lagi, 

yakni dipaksa menjadi pelayan dan alat kebiadabannya itu. 

II. Daud memohon petunjuk Allah perihal keselamatan dirinya. Mela-

lui kabar yang disampaikan kepadanya, Daud mengetahui bahwa 

Saul merancangkan kehancuran dirinya (ay. 9). Oleh sebab  itu ia 

bersandar kepada pelindungnya yang agung dan memohon arah-

an-Nya. Tidak lama sesudah  efod dibawa kepadanya, Daud pun 

segera mempergunakannya: Bawalah efod itu ke mari. Di tangan 

kita terdapat Kitab Suci, firman Allah yang hidup itu. Marilah kita 

memperoleh petunjuk dari padanya di dalam perkara-perkara 

yang meragukan. “Bawalah Alkitab itu ke mari.” 

1. Permohonan Daud kepada Allah pada kesempatan ini,  

(1) Dengan sungguh-sungguh dan penuh hormat. Dua kali 

Daud memanggil Allah dengan sebutan Tuhan Allah Israel, 

dan tiga kali dia menyebut dirinya sendiri hamba-Nya (ay. 

10-11). Orang yang berbicara kepada Allah harus mengeta-

hui betapa jauhnya jarak antara dia dan Allah, dan kepada 

siapa ia sedang berbicara. 

(2) Dengan sangat teliti dan singkat. Daud menjelaskan per-

kara yang dihadapinya (ay. 10) sebagai berikut: “Hamba-

Mu ini telah mendengar kabar pasti” sebab  ia tidak akan 

meminta efod untuk dibawa kepadanya jika  itu sekadar 

kabar burung, “Bahwa Saul telah berikhtiar untuk datang 

ke Kehila.” Ia tidak berkata, “Untuk memusnahkanku,” te-

tapi, “Untuk memusnahkan kota ini” (seperti yang telah 

diperbuatnya baru-baru ini atas kota Nob), “Oleh sebab  

aku.” Daud tampaknya lebih mengkhawatirkan keselamat-

Kitab 1 Samuel 23:7-13 

 421 

an penduduk kota Kehila daripada keselamatannya sendiri, 

dan bersedia membuang diri ke mana pun daripada men-

datangkan bahaya bagi mereka dengan keberadaannya di 

tengah-tengah mereka. Demikianlah cara pandang orang 

yang hatinya penuh belas kasihan. Pertanyaan Daud peri-

hal perkara ini pun juga sangat teliti. Allah memang mem-

perkenankan kita berlaku demikian saat  berbicara 

dengan Dia: “Tuhan, tuntunlah aku di dalam perkara mem-

bingungkan yang kini sedang kuhadapi.” Daud memang 

membalik urutan pertanyaannya, namun  Allah, di dalam 

memberikan jawaban-Nya, memberitahu Daud urutan yang 

benar. Pertanyaan yang seharusnya disampaikan pertama 

kali, menjadi yang pertama kali dijawab. “Akan datangkah 

Saul seperti yang telah didengar oleh hamba-Mu ini?” “Ya,” 

firman Allah, “Saul akan datang. Ia telah bertekad untuk 

datang, bahkan ia kini sedang bersiap-siap, dan ia akan 

melakukannya, kecuali ia mendengar bahwa engkau telah 

keluar dari kota.” “Baiklah, namun  jika ia memang datang, 

akankah warga kota Kehila berdiri bersama-sama dengan-

ku untuk mempertahankan kota dari padanya, atau akan-

kah mereka membuka gerbang kota dan menyerahkanku 

kepadanya?” Andai kata Daud bertanya kepada warga yaitu 

pemimpin atau tua-tua Kehila sendiri perihal apa yang 

akan mereka perbuat dalam perkara ini, maka mereka pas-

ti tidak bisa memberitahu dirinya, sebab  mereka sendiri 

tidak mengetahui isi benak mereka serta apa yang mereka 

perbuat bila hal itu benar terjadi. Apalagi, mereka tidak 

mengetahui bagaimana anggota dewan majelis akan memu-

tuskan sikap mereka dalam hal ini. Mungkin juga mereka 

akan berkata kepada Daud bahwa mereka akan melin-

dunginya, walau di kemudian hari berbalik mengkhianati-

nya. Akan namun , Allah berkuasa untuk berkata kepada 

Daud dengan penuh kepastian: “Pada waktu Saul menge-

pung kota mereka dan menuntut mereka untuk menyerah-

kan engkau ke dalam tangannya, betapa pun kasihnya me-

reka akan engkau pada saat ini sebagai penyelamat mere-

ka, mereka akan memilih untuk menyerahkan engkau dari-

pada harus menghadapi kedahsyatan murka Saul.” Per-

hatikanlah, 


 422

[1] Allah mengenal semua manusia melebihi manusia me-

ngenal dirinya sendiri. Ia mengenal umur mereka, ke-

kuatan mereka, apa yang ada dalam diri mereka, dan 

apa yang akan mereka perbuat andai kata berada di 

dalam keadaan ini maupun itu. 

[2] Oleh sebab  itu, Allah tidak hanya mengetahui apa yang 

akan terjadi, namun  apa yang sekiranya akan terjadi 

andaikata sesuatu itu tidak dicegah. sebab  itu pula, Ia 

mengetahui bagaimana melepaskan orang-orang saleh 

dari pencobaan, dan bagaimana mengganjar setiap ma-

nusia menurut perbuatannya masing-masing. 

2. Daud, sesudah  menerima peringatan akan bahaya yang akan 

menimpanya, menyingkir dari Kehila (ay. 13). Pengikutnya kini 

telah bertambah jumlahnya menjadi enam ratus orang. Ber-

sama mereka ini, Daud keluar dari kota dengan tidak menge-

tahui ke mana mereka harus pergi, namun  dengan tekad meng-

ikuti Penyelenggaraan Allah dan memberi diri di bawah perlin-

dungan-Nya. Tindakannya ini mematahkan rencana Saul. Saul 

berpikir bahwa Allah telah menyerahkan Daud ke dalam 

tangannya, namun  terbukti bahwa Allah malah melepaskan 

Daud dari tangannya, seperti burung lepas dari jerat penang-

kap burung. saat  kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud 

telah meluputkan diri dari Kehila, maka tidak jadilah ia maju 

berperang dengan segenap bala tentaranya, seperti yang telah 

direncanakannya (ay. 8). Dia memutuskan untuk hanya mem-

bawa sejumlah pengawal pribadinya di dalam petualangan 

mencari musuh rakyatnya itu guna menjungkirbalikkan tin-

dakan mereka. 

Daud di Padang Gurun Zif 

(23:14-18)  

14 Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia 

tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul 

mencari dia, namun  Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.  

15 Daud takut, sebab  Saul telah keluar dengan maksud mencabut nyawa-

nya. saat  Daud ada di padang gurun Zif di Koresa, 16 maka bersiaplah 

Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan 

kepercayaan Daud kepada Allah 17 dan berkata kepadanya: “Janganlah takut, 

sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan 

menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu.

Kitab 1 Samuel 23:14-18 

 423 

Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu.” 18 Kemudian kedua 

orang itu mengikat perjanjian di hadapan TUHAN. Dan Daud tinggal di 

Koresa, namun  Yonatan pulang ke rumahnya. 

Pada bagian ini, kita menyaksikan, 

I. Daud melarikan diri. Ia tinggal di padang gurun, di pegunungan 

(ay. 14), di hutan Koresa (ay. 15, KJV). Dengan ini, kita patut, 

1. Memuji kebajikan Daud yang luar biasa, kesederhanaannya, 

kerendahan hatinya, kesetiaannya kepada rajanya, dan kesa-

barannya menantikan penyelenggaraan Allahnya, sehingga ia 

tidak menghimpun pasukan melawan Saul. Ia juga tidak me-

merangi Saul di padang, atau mengagetkannya dengan strategi 

perang tertentu. Demikianlah ia tidak mengadakan pembalas-

an bagi dirinya serta para imam Tuhan kepada Saul, untuk 

mengakhiri permasalahannya serta kekacauan negerinya yang 

disebabkan oleh pemerintahan tangan besi Saul. Tidak, Daud 

tidak berupaya melakukan semua perbuatan itu. Ia tetap 

mengikuti jalan Allah, menantikan waktu Allah, dan berpuas 

hati tinggal di dalam hutan dan padang gurun, meskipun bagi 

beberapa orang tindakannya itu sama saja dengan menginjak-

injak keberaniannya sendiri yang untuk itu ia menjadi ter-

kenal. Akan namun , 

2. Kita juga harus meratapi jalan hidupnya yang keras, bahwa 

seorang yang tidak bersalah harus sedemikian rupa merasa 

ketakutan dan terancam nyawanya. Bahwa seorang manusia 

yang terhormat harus sedemikian rupa direndahkan, sese-

orang yang telah berjasa besar sedemikian rupa menerima 

ganjaran seperti itu atas pekerjaan baiknya. Bahwa seseorang 

yang bersuka dalam melayani Allah dan negerinya harus sede-

mikian rupa dihalang-halangi untuk beribadah kepada Allah 

dan diam di negerinya sendiri, dan dikubur dalam kesunyian. 

Apa yang harus kita katakan tentang semuanya ini? Biarlah 

kejadian ini mengingatkan kita akan kejahatan dunia ini, yang 

kerap kali memperlakukan manusia-manusia berbudi baik 

dengan buruk. Biarlah kejadian ini mendamaikan bahkan 

orang-orang besar dan cergas dengan pengasingan dan penge-

kangan, jika  Penyelenggaraan Allah memang menjadikan-

nya sebagai bagian mereka, seperti halnya pengasingan dan 

pengekangan menjadi bagian Daud. Biarlah kejadian ini mem-


 424

buat kita merindukan Kerajaan Allah, tempat kebaikan akan 

selamanya ada di dalam kemuliaan dan kekudusan ada di da-

lam kehormatan, dan orang-orang benar akan bercahaya seperti 

matahari, tidak akan dapat ditempatkan di bawah gantang. 

II. Saul memburu Daud sebagai musuh bebuyutannya. Ia mencari-

nya setiap hari, tidak habis-habisnya kebenciannya (ay. 14). Ia 

mencari tiada lain kecuali nyawanya, begitu kejamnya kebencian-

nya (ay. 15). Seperti dahulu, demikianlah adanya sekarang, dan 

begitu pula di masa yang akan datang, bahwa dia, yang diper-

anakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menu-

rut Roh (Gal. 4:29). 

III. Allah membela Daud sebagai pelindungnya yang penuh kuasa. 

Allah tidak menyerahkan Daud ke dalam tangan Saul, seperti 

yang diharap-harapkan Saul (ay. 7), dan jikalau Allah tidak me-

nyerahkannya ke tangan Saul, maka Saul tidak akan pernah 

dapat berkuasa atasnya (Yoh. 19:11). 

IV. Yonatan menghibur Daud sebagai sahabatnya yang setia dan da-

pat diandalkan. Sahabat sejati akan mencari cara untuk ber-

sekutu bersama. Daud kemungkinan telah mengatur waktu dan 

tempat untuk pertemuan ini, dan Yonatan pun berkenan hadir, 

meski dengan tindakannya ini ia menempatkan dirinya dalam 

bahaya kena murka ayahnya, dan andai kata pertemuan itu di-

ketahui, nyawanya akan melayang. Persahabatan sejati tidak 

akan menciut oleh bahaya, melainkan akan dengan mudah berani 

bertindak, tidak akan luntur oleh kehinaan, melainkan akan 

dengan mudah membungkuk dan merendah, rela menukar istana 

dengan hutan demi melayani seorang kawan. Kehadiran Yonatan 

membuat Daud bersukacita. Selain itu, Yonatan menyampaikan 

kepada Daud perkataan yang sungguh menguatkan dirinya. 

1. Sebagai seorang sahabat yang saleh, Yonatan mengarahkan 

Daud kepada Allah, dasar kepercayaannya dan sumber peng-

hiburannya: Yonatan menguatkan kepercayaan Daud kepada 

Allah. Meskipun Daud seorang yang sungguh-sungguh per-

caya, ia memerlukan pertolongan sahabatnya untuk menyem-

purnakan apa yang kurang dari imannya, dan pada bagian ini, 

Yonatan menjadi penolong yang berarti baginya dengan meng-

Kitab 1 Samuel 23:14-18 

 425 

ingatkannya akan janji Allah, akan minyak kudus yang de-

ngannya dirinya diurapi, akan penyertaan Allah terhadap diri-

nya sampai sejauh ini, dan akan kebaikan Allah terhadap diri-

nya yang telah banyak kali dialaminya. Demikianlah Yonatan 

menguatkan tangan Daud untuk bertindak dengan menguat-

kan hatinya, bukan dengan mengandalkan ciptaan, namun  

dengan mengandalkan Allah. Yonatan tidak memiliki kemam-

puan untuk berbuat apa pun untuk menguatkan Daud, namun  

ia meyakinkan Daud bahwa Allah-lah yang akan berbuat 

demikian. 

2. Sebagai seorang sahabat yang menyangkal diri, Yonatan ber-

sukacita atas Daud yang akan menduduki takhta yang sejati-

nya merupakan haknya sejak lahir (ay. 17). “Engkau akan 

menjadi raja, dan cukup bagiku untuk berada di sampingmu, 

dekat denganmu, meskipun itu berarti berada di bawahmu. 

Dan aku tidak akan pernah berkeinginan menjadi pesaingmu.” 

Tindakan Yonatan menyerahkan jabatannya kepada Daud ini 

menjadi sukacita besar bagi Daud dan memperjelas jalan yang 

ada di hadapannya. Yonatan berkata kepada Daud bahwa hal 

ini diketahui betul oleh Saul, sebab  ia kerap kali mendengar 

ayahnya berkata tentangnya. Dari sini, terlihat betapa kejinya 

Saul, yang menganiaya orang yang diperkenan Allah, dan 

betapa bodohnya ia yang menganggap dirinya dapat mencegah 

apa yang telah Allah tetapkan dan apa yang pasti akan terjadi. 

Bagaimana mungkin ia dapat membatalkan kehendak Allah? 

3. Sebagai seorang sahabat yang dapat diandalkan, Yonatan 

memperbarui ikatan persahabatannya dengan Daud. Mereka 

pada kesempatan ini mengikat perjanjian untuk ketiga kalinya 

di hadapan Tuhan, dengan memanggil nama-Nya untuk men-

jadi saksi (ay. 18). Kasih yang sejati bersukacita di dalam 

mengulangi kembali ikatan perjanjian kasih itu, guna memberi 

dan menerima jaminan yang segar dari keteguhan persahabat-

an ini . Perjanjian kita dengan Allah harus kerap kali 

diperbarui, sehingga dengan demikian persekutuan kita de-

ngan-Nya terpelihara. Daud dan Yonatan pada saat ini pun 

berpisah, dan kita mendapati bahwa mereka tidak pernah lagi 

berkumpul bersama di dunia ini. Yonatan telah mengutarakan 

apa yang menjadi keinginannya, meskipun tidak punya dasar 


 426

untuk berharap, saat  ia menjanjikan dirinya sendiri berada 

di samping Daud di dalam kerajaannya.  

Daud di Padang Gurun Zif  

(23:19-28; 24:1) 

19 namun  beberapa orang Zif pergi menghadap Saul di Gibea dan berkata: 

“Daud menyembunyikan diri dekat kami di kubu-kubu gunung dekat Koresa, 

di bukit Hakhila, di sebelah selatan padang belantara. 20 Oleh sebab itu, jika 

tuanku raja berkenan datang, silakanlah datang; tanggungan kamilah untuk 

menyerahkan dia ke dalam tangan raja.” 21 Berkatalah Saul: “Diberkatilah 

kiranya kamu oleh TUHAN, sebab  kamu menunjukkan sayangmu kepada-

ku. 22 Baiklah pergi, carilah kepastian lagi, berusahalah mengetahui di mana 

ia berada dan siapa yang telah melihat dia di sana; sebab telah dikatakan 

orang kepadaku, bahwa ia sangat cerdik. 23 Berusahalah mengetahui segala 

tempat persembunyiannya. Kemudian datanglah kembali kepadaku dengan 

kabar yang pasti; dan aku akan pergi bersama-sama dengan kamu. Sesung-

guhnya, jika ia ada di dalam negeri, maka aku akan meneliti dia di antara 

segala ribuan orang Yehuda.” 24 Lalu berkemaslah mereka pergi ke Zif, men-

dahului Saul. Daud dan orang-orangnya ada di padang gurun Maon, di 

dataran di sebelah selatan padang belantara. 25 saat  Saul dengan orang-

orangnya pergi mencari Daud, diberitahukanlah hal itu kepada Daud, lalu 

pergilah ia ke gunung batu dan tinggal di padang gurun Maon. Saul men-

dengar hal itu, lalu mengejar Daud di padang gurun Maon; 26 Saul berjalan 

dari sisi gunung sebelah sini dan Daud dengan orang-orangnya dari sisi 

gunung sebelah sana. Daud cepat-cepat mengelakkan Saul; namun  Saul de-

ngan orang-orangnya sudah hampir mengepung Daud serta orang-orangnya 

untuk menangkap mereka, 27 saat  seorang suruhan datang kepada Saul 

dengan pesan: “Segeralah undur, sebab orang Filistin telah menyerbu negeri.” 

28 Maka berhentilah Saul mengejar Daud dan pergi menghadapi orang Filis-

tin. Itulah sebabnya orang menyebut tempat itu: Gunung Batu Keluputan. 

24:1 Daud pergi dari sana, lalu tinggal di kubu-kubu gunung di En-Gedi. 

Pada bagian ini, kita menyaksikan, 

1. Sejumlah orang Zif menawarkan jasa mereka kepada Saul untuk 

mengkhianati Daud dan menyerahkannya kepadanya (ay. 19-20). 

Daud sedang bersembunyi di padang gurun Zif (ay. 14-15), sebab  

ia lebih percaya diri berada di tengah-tengah penduduk negeri itu 

sebab  mereka berasal dari sukunya sendiri. Mereka sesungguh-

nya punya alasan untuk bersukacita sebab  mendapat kesempat-

an melayani seseorang yang telah menjadi perhiasan bagi suku 

mereka dan kemungkinan akan menjadi lebih daripada sekadar 

itu, seseorang yang tidak datang menjarah negeri mereka atau 

mengusiknya dengan pasukannya, sebab  ia siap melindunginya 

dan melakukan pekerjaan baik bagi mereka semua jika  ke-

sempatannya tiba. Akan namun , orang-orang ini mencari muka di 

hadapan Saul, lalu pergi kepadanya. Mereka tidak hanya mem-

Kitab 1 Samuel 23:19-28; 24:1 

 427 

beritahukan kepadanya secara khusus persembunyian Daud (ay. 

19), namun  juga mengundangnya datang dengan segenap bala ten-

taranya ke dalam negeri mereka untuk mengejarnya, dan berjanji 

menyerahkan dia ke dalam tangannya (ay. 20). Saul tidak meng-

utus siapa pun untuk memeriksa atau mengancam orang-orang 

Zif ini, namun  mereka sendiri yang mau berbuat begitu, bahkan 

tanpa meminta imbalan seperti diperbuat Yudas – Apa yang hen-

dak kamu berikan kepadaku?, mereka menawarkan diri untuk 

mengkhianati Daud dan menyerahkannya kepada orang yang 

mereka tahu betul sangat haus akan darahnya.  

2. Saul dengan penuh syukur menerima keterangan mereka itu dan 

dengan penuh sukacita menyambar kesempatan untuk memburu 

Daud di padang gurun tempat mereka tinggal, dengan harapan 

untuk pada akhirnya dapat memangsa Daud. Saul menunjukkan 

kepada mereka perkenanannya akan tindakan mereka ini  

(ay. 21): Diberkatilah kiranya kamu oleh Tuhan sebab  kamu 

menunjukkan sayangmu kepadaku. Begitu dekatnya Allah di bibir-

nya, meski begitu jauh di hatinya. Tampaknya Saul memandang 

dirinya sendiri sebagai manusia yang menyedihkan dan patut 

dikasihani. Iri hati dan kedengkiannyalah yang menjadikannya 

seperti itu, sebab  jika tidak demikian, tentu ia sudah menjadi 

sosok yang tenang dan tidak memerlukan belas kasihan orang 

lain. Dengan perkataan ini pula, Saul secara tidak langsung me-

nyindir ketidakpedulian kebanyakan orang terhadap dirinya. 

“Engkau memperhatikanku, sementara orang lain tidak.” Saul 

memerintahkan mereka untuk menyelidiki lebih lanjut tempat 

persembunyian Daud (ay. 22), “Sebab,” katanya, “telah dikatakan 

kepadaku, bahwa ia sangat cerdik.” Saul menggambarkan Daud 

sebagai pribadi yang lihai berbuat jahat, padahal kecerdikan Daud 

itu sebenarnya hanya demi menyelamatkan dirinya semata. Sung-

guh aneh bahwa Saul tidak segera berangkat bersama orang-

orang Zif itu, namun  hanya berharap agar mereka menyiapkan 

segala sesuatu supaya ia dapat menjerat mangsanya dengan lebih 

pasti. Dengan demikianlah Penyelenggaraan Allah memberi Daud 

waktu untuk menyingkir. Orang-orang Zif telah menempatkan 

para pengintai mereka di segala tempat di mana Daud kemung-

kinan besar akan ditemukan, supaya dengan itu Saul dapat da-

tang dan menangkapnya jika  memang Daud masih ada di da-


 428

lam negeri (ay. 23). Kini Saul merasa yakin akan mendapatkan 

buruannya dan bersukaria dengan pikiran akan memangsanya. 

3. Bahaya yang sesaat lagi akan datang menimpa Daud. sesudah  

mendengar kabar bahwa orang-orang Zif telah mengkhianatinya, 

Daud meninggalkan bukit Hakhila menuju padang gurun Maon 

(ay. 24). Pada kesempatan inilah ia menulis Mazmur 54, seperti 

tampak dari judul mazmur itu, saat  ia memanggil orang-orang 

Zif sebagai orang-orang yang angkuh (KJV: orang-orang asing), 

meski mereka ini yaitu  orang Israel, sebab  mereka telah me-

manfaatkannya dengan biadab. Namun demikian, Daud menaruh 

diri di bawah perlindungan Allah: “Sesungguhnya, Allah yaitu  

penolongku, maka semuanya akan menjadi baik-baik saja.” Saul, 

sesudah  mendengar kabar tentang Daud, segera mengejarnya 

dengan gigih (ay. 25), sampai ia begitu dekat dengannya hingga 

hanya ada sebuah gunung yang memisahkan keduanya (ay. 26). 

Daud beserta orang-orangnya melarikan diri di sisi gunung yang 

satu, sementara Saul beserta orang-orangnya mengejar di sisi 

gunung yang lain. Daud dilanda ketakutan, sementara Saul di-

penuhi pengharapan. Namun demikian, gunung ini menjadi per-

lambang penyelenggaraan Allah yang berada di antara Daud dan 

sang pembinasa, seperti halnya tiang awan berada di antara orang 

Israel dan orang Mesir. Daud dilindungi oleh gunung ini, semen-

tara Saul dihalangi olehnya. Daud pada saat ini melarikan diri, 

terbang ke gunung Allah seperti burung (Mzm. 11:1) dan menemu-

kan Allah laksana naungan batu yang besar baginya. Dengan bala 

tentaranya yang besar, Saul berharap dapat mengurung Daud, 

lalu mengepungnya beserta orang-orangnya. Akan namun , permu-

kaan daerah itu tidak memungkinkan bagi rencananya untuk 

terjadi, sehingga harapannya ini  gagal. Sebuah nama baru 

pun diberikan bagi tempat itu untuk mengenang peristiwa ini (ay. 

28): Selah-hammah-lekoth, Gunung Batu Keluputan – gunung batu 

pemisah, sebab  ia menjadi pemisah antara Saul dan Daud. 

4. Kelepasan Daud dari bahaya ini. Penyelenggaraan Allah mencipta-

kan satu pengalih bagi Saul saat  ia sudah hampir menyambar 

Daud. Kepada Saul, disampaikan sebuah pesan bahwa orang 

Filistin telah menyerbu negeri (ay. 27). Kemungkinan negeri ini 

merupakan bagian negeri kepunyaan Saul sendiri, yang akan 

dirampas, atau setidaknya dijarah, oleh para penyerbu ini. sebab  

melihat ketidakpedulian Saul akan kesengsaraan Kehila serta 

Kitab 1 Samuel 23:19-28; 24:1 

 429 

penyelamatan Daud akan kota itu, di awal pasal ini, kita dapat 

menduga bahwa Saul tidak akan mengabaikan pengejarannya 

terhadap Daud dan pergi melawan orang Filistin, jikalau bukan 

kepunyaannya sendiri yang berada dalam bahaya. Akan namun , 

seperti yang tertulis, Saul mendapati diri harus pergi menghadapi 

orang Filistin (ay. 28), dan dengan cara ini, Daud memperoleh 

kelepasan saat  ia berada di mulut jurang kebinasaan. Saul 

kecewa sebab  gagal mendapat mangsanya itu, sementara Alah 

dimuliakan sebagai Pelindung Daud yang ajaib. Pada waktu orang 

Filistin menyerbu negeri, mereka sama sekali tidak bermaksud 

mendatangkan kebaikan bagi Daud dengan tindakan mereka itu, 

akan namun  penyelenggaraan Allah yang maha kuasa mengatur 

segala peristiwa dan masanya, menjadikannya melayani Dia. 

Hikmat Allah tidak pernah kehabisan jalan dan cara untuk meme-

lihara umat-Nya. Seperti Saul yang ini dialihkan dari maksudnya, 

demikianlah Saul yang lain, yakni Saulus, diubahkan, tepat pada 

waktu berkobar-kobar hatinya untuk mengancam dan membunuh 

murid-murid Tuhan (Kis. 9:1). 

5. sesudah  berhasil luput, Daud berlindung di kubu-kubu gunung 

yang dijumpainya di padang gurun En-Gedi (24:1). Menurut Dr. 

Lightfoot, tempat ini merupakan padang gurun Yehuda, tempat 

Daud menulis Kitab Mazmur 63, yang mengembuskan kasih yang 

penuh kesalehan dan iman yang serupa dengan hampir sebagian 

besar mazmur gubahannya. Sebab, di segala tempat dan di segala 

keadaan, Daud tetap memelihara persekutuannya dengan Allah. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  24  

ampai sekarang Saul terus mencari kesempatan untuk mem-

bunuh Daud, namun  aib baginya, ia tidak kunjung mendapatkan 

kesempatan ini . Dalam pasal ini Daud mendapatkan kesempat-

an yang baik untuk membunuh Saul, namun  demi rasa hormatnya, 

dia tidak memanfaatkan kesempatan ini . Dan tindakan Daud 

untuk membiarkan Saul hidup yaitu  sebuah tindakan anugerah 

Allah di dalam Daud, yang sama besarnya dengan anugerah Allah 

yang telah menyelamatkan nyawanya sendiri lewat penyelenggaraan 

Allah atas hidupnya. Amatilah,  

I. Betapa jahatnya Saul memburu nyawa Daud (ay. 2-3).  

II. Betapa welas asihnya Daud menyelamatkan nyawa Saul, 

padahal ia punya kesempatan membunuhnya dan hanya 

memotong punca jubahnya (ay. 4-9).  

III. Betapa dengan sedihnya Daud mencoba meyakinkan Saul, 

bahwa ia membiarkan Saul hidup dengan harapan sikap Saul 

dapat berubah menjadi lebih baik terhadapnya (ay. 10-16).  

IV. Pengaruh baik perbuatan Daud ini atas diri Saul untuk saat 

ini (ay. 17-23). 

Daud Tidak Membunuh Saul di Gua 

(24:2-8) 

2 saat  Saul pulang sesudah memburu orang Filistin itu, diberitahukanlah 

kepadanya, demikian: “Ketahuilah, Daud ada di padang gurun En-Gedi.“  

3 Kemudian Saul mengambil tiga ribu orang yang terpilih dari seluruh orang 

Israel, lalu pergi mencari Daud dan orang-orangnya di gunung batu Kambing 

Hutan. 4 Ia sampai ke kandang-kandang domba di tepi jalan. Di sana ada gua 

dan Saul masuk ke dalamnya untuk membuang hajat, namun  Daud dan 

orang-orangnya duduk di bagian belakang gua itu. 5 Lalu berkatalah orang-

orangnya kepada Daud: “Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: 


 432

Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka per-

buatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Maka Daud bangun, lalu 

memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. 6 Kemudian berdebar-debar-

lah hati Daud, sebab  ia telah memotong punca Saul; 7 lalu berkatalah ia 

kepada orang-orangnya: “Dijauhkan TUHANlah kiranya dari padaku untuk 

melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi 

TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.”  

8 Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak meng-

izinkan mereka bangkit menyerang Saul. Sementara itu Saul telah bangun 

meninggalkan gua itu hendak melanjutkan perjalanannya. 

Di sini,  

I.  Saul kembali memulai pengejarannya terhadap Daud (ay. 2-3). 

Tidak lama sesudah pulang dengan selamat dari memburu orang 

Filistin, dan tampaknya mendapat kemenangan, Saul kembali lagi 

mencari tahu tempat persembunyian Daud untuk mencelakainya. 

Ia berketetapan lagi untuk menyerang Daud, seakan-akan Saul 

sungguh-sungguh telah diserahkan untuk melakukan segala 

perbuatan yang keji ini (Yer. 7:10). Oleh seringnya serangan orang-

orang Filistin, dia seharusnya melihat betapa perlunya untuk 

memanggil Daud kembali dari tempat pembuangannya dan me-

mulihkan serta menempatkannya kembali ke dalam pasukan 

perang. Akan namun , ia sama sekali jauh dari melakukan hal ini, 

malah semakin bertambah beringas terhadap Daud. sebab  itu, 

begitu mendengar Daud ada di kubu-kubu gunung En-gedi, ia me-

narik 3.000 orang pilihan, dan pergi bersamanya untuk mencari 

Daud dan orang-orangnya di gunung batu Kambing Hutan, tempat 

tinggal yang sama sekali tidak beralasan untuk dicemburui orang, 

ataupun yang menimbukan keinginan Saul untuk mengganggu-

nya. Sebab, bahaya apa yang harus ditakuti Saul dari orang yang 

tidak memiliki tempat tinggal dan perbekalan yang lebih baik itu? 

Namun hal ini  belumlah cukup bagi Saul bahwa Daud 

harus terkurung seperti itu. Ia tidak akan tenang jika Daud masih 

hidup.  

II. Penyelenggaraan Allah membawa Saul sendirian ke dalam gua 

yang sama di mana Daud dan orang-orangnya sedang bersembu-

nyi (ay. 4). Di negeri-negeri di daerah ini  terdapat gua-gua 

yang sangat besar di sisi gunung-gunung batu, yang sebagian ter-

bentuk secara alamiah, namun  mungkin sudah banyak yang diper-

luas oleh tangan-tangan manusia sebagai tempat perlindungan 

Kitab 1 Samuel 24:2-8 

 433 

domba dari panas terik matahari. sebab  itu kita membaca di 

Alkitab tentang tempat-tempat di mana kawanan ternak beristi-

rahat di siang hari atau petang hari (Kid. 1:7), dan gua ini seperti-

nya dikatakan sebagai salah satu kandang domba. Di dalam sisi-

sisi gua inilah Daud dan orang-orangnya tinggal, mungkin tidak 

semua orangnya, yang berjumlah 600 orang semuanya, melain-

kan hanya beberapa saja dari orang-orang kepercayaannya, dan 

selebihnya di gua-gua lain sekitarnya. Saul, yang sedang lewat, 

masuk sendirian ke dalam gua, bukan untuk mencari Daud 

sebab, dengan menganggapnya sebagai seorang yang berambisi, 

dia merasa lebih baik menemukannya dengan memanjat tebing 

dengan kambing-kambing liar ketimbang beristirahat dengan 

domba di dalam sebuah gua, melainkan berhenti sejenak un-

tuk membuang hajat (KJV: menyelimuti kakinya) yaitu, untuk tidur 

sejenak. Tempat itu yaitu  sebuah tempat yang tenang dan sejuk, 

dan sangat menyegarkan di tengah panas teriknya siang hari. 

Mungkin dia memerintahkan para pengawalnya untuk berjalan 

terus, dengan menyisakan hanya beberapa orang untuk menung-

gunya di depan mulut gua. Beberapa tafsiran mengartikan “menu-

tupi kaki” sebagai membuang hajat, dan berpikir bahwa inilah 

tujuan Saul untuk masuk ke dalam gua, namun  tafsiran yang per-

tama yaitu  yang lebih mungkin. 

III. Orang-orang Daud mendesaknya untuk membunuh Saul sebab  

sekarang ada kesempatan baik untuk itu (ay. 5). Mereka meng-

ingatkan dia bahwa hal ini yaitu  hari yang telah lama dinanti-

kannya, dan yang tentangnya Allah telah berbicara kepadanya 

secara umum saat  dia diurapi sebagai raja. Inilah kesempatan 

yang akan mengakhiri masa pelariannya dan membuka jalan bagi 

kejayaannya. Saul kini bergantung pada belas kasihannya, dan 

mudah untuk membayangkan bahwa kalau Saul saja tidak punya 

belas kasihan, maka untuk apa Daud harus menunjukkan belas 

kasihan kepadanya. Kata orang, “Dengan segala cara berikan ke-

padanya pukulan yang mematikan sekarang.” Lihatlah betapa 

mudahnya kita salah memahami,  

1. Janji-janji Allah. Allah telah meyakinkan Daud bahwa Ia akan 

melepaskan dia dari Saul, namun  orang-orangnya menafsirkan 

hal ini sebagai suatu perintah untuk membinasakan Saul.  


 434

2. Penyelenggaraan Allah. Oleh sebab  kuasa ada padanya seka-

rang untuk membunuhnya, maka mereka menyimpulkan bah-

wa Daud sah untuk melakukannya. 

IV. Daud memotong punca jubah Saul, namun  segera menyesal telah 

melakukan hal ini: Kemudian berdebar-debarlah hati Daud sebab  

hal itu (ay. 6). Kendati tindakannya ini tidaklah melukai Saul, dan 

hanya memberi Daud suatu bukti bahwa ia punya kuasa untuk 

membunuhnya (ay. 12), namun, sebab  hal itu merupakan suatu 

penghinaan terhadap martabat Saul sebagai seorang raja, maka ia 

menyesal seharusnya tidak melakukannya. Perhatikanlah, sung-

guh baik untuk memiliki hati yang mengecam kita atas dosa-dosa 

yang kelihatan kecil sekalipun. Hal ini  merupakan suatu 

tanda bahwa hati nurani kita sadar dan lembut, dan akan men-

jadi sarana untuk mencegah dosa-dosa yang lebih besar.  

V. Daud berbantah kuat dengan dirinya sendiri dan dengan orang-

orangnya tentang berbuat jahat kepada Saul.  

1. Daud berbantah dengan dirinya sendiri (ay. 7): “Dijauhkan TU-

HANlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demi-

kian kepada tuanku. Perhatikanlah, dosa yaitu  suatu hal 

yang sepatutnya membuat kita terpana atau terkejut begitu 

melihatnya, dan menimbulkan perlawanan kita terhadapnya, 

tidak hanya dengan ketetapan hati, namun  juga dengan suatu 

kemarahan yang suci. Daud tidak menganggap Saul sekarang 

ini sebagai musuhnya, atau sebagai satu-satunya orang yang 

menghalangi jalannya menuju jabatan raja yang kalau tidak 

demikian, ia akan terdorong untuk menuruti pencobaan itu, 

namun  sebagai orang yang diurapi Allah yaitu, orang yang 

diurapi Allah untuk memerintah sepanjang hidupnya, dan, 

dengan demikian, berada dalam perlindungan khusus dari 

hukum ilahi, dan sebagai tuannya, yang wajib ditaatinya de-

ngan setia. Kiranya para hamba dan orang-orang bawahan 

belajar dengan ini untuk menjadi taat dan setia, betapa pun 

beratnya kesukaran yang menindih mereka (1Ptr. 2:18).  

2. Daud berbantah dengan orang-orangnya: Ia tidak mengizinkan 

mereka bangkit menyerang Saul (ay. 8). Bukan saja ia sendiri 

tidak tidak mau melakukan hal yang jahat itu, namun  juga ia 

tidak akan mengizinkan siapa saja di sekilingnya untuk mela-

Kitab 1 Samuel 24:9-15 

 435 

kukannya. Demikianlah ia melakukan kebaikan ganti keja-

hatan kepada orang yang telah berbuat jahat terhadap dirinya. 

Dalam hal ini menjadi gambaran dari Kristus, yang menye-

lamatkan jiwa para penganiaya-Nya, dan menjadi teladan bagi 

semua orang Kristen untuk tidak kalah terhadap kejahatan, 

namun  kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan. 

VI. Daud mengikuti Saul keluar dari gua, dan, kendati dia tidak mau 

mengambil kesempatan untuk membunuhnya, namun dengan 

bijaksana mengambil kesempatan, bila memungkinkan, untuk 

membunuh kebenciannya, dengan menginsafkan Saul bahwa dia 

sama sekali bukan orang jahat seperti yang dipikirkannya.  

1. Bahkan dengan memperlihatkan dirinya sekarang, ia ingin 

memberi bukti bahwa ia sungguh masih menyimpan rasa hor-

mat kepada Saul. Sebenarnya ia punya terlalu banyak alasan 

untuk percaya bahwa, tak peduli apa pun yang akan dikata-

kannya, Saul akan langsung membunuhnya begitu melihat-

nya. Walaupun begitu, tetap saja dengan berani ia mengesam-

pingkan perasaan miring ini , dan menganggap Saul 

sebagai orang yang berakal budi sehingga akan mau mende-

ngarkan alasannya dalam membela diri dan saat  Saul bisa 

melihat sendiri sekarang bukti-bukti nyata mengenai ketulus-

an hati dan kesetiannya.  

2. Perilaku Daud penuh rasa hormat: Ia berlutut dengan muka-

nya ke tanah dan sujud menyembah, memberi hormat kepada 

orang yang pantas untuk menerimanya. Dan hal ini mengajar 

kita untuk berlaku rendah hati dan hormat kepada semua 

orang yang ada di atas kita, bahkan kepada mereka yang pa-

ling berbuat jahat kepada kita.  

Daud Membela Diri di Hadapan Saul 

(24:9-15) 

9 Kemudian bangunlah Daud, ia keluar dari dalam gua itu dan berseru ke-

pada Saul dari belakang, katanya: “Tuanku raja!” Saul menoleh ke belakang, 

lalu Daud berlutut dengan mukanya ke tanah dan sujud menyembah. 10 Lalu 

berkatalah Daud kepada Saul: “Mengapa engkau mendengarkan perkataan 

orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya Daud mengikhtiarkan celaka-

mu? 11 Ketahuilah, pada hari ini matamu sendiri melihat, bahwa TUHAN 

sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua itu; ada orang 

yang telah menyuruh aku membunuh engkau, namun  aku merasa sayang ke-


 436

padamu sebab  pikirku: Aku tidak akan menjamah tuanku itu, sebab dialah 

orang yang diurapi TUHAN. 12 Lihatlah dahulu, ayahku, lihatlah kiranya 

punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan bahwa aku me-

motong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah kauketa-

hui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan pengkhia-

natan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun eng-

kau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku. 13 TUHAN kiranya 

menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku 

kepadamu, namun  tanganku tidak akan memukul engkau; 14 seperti peri-

bahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. namun  

tanganku tidak akan memukul engkau. 15 Terhadap siapakah raja Israel 

keluar berperang? Siapakah yang kaukejar? Anjing mati! Seekor kutu saja! 

Kita melihat di sini seruan Daud yang hangat dan penuh perasaan 

kepada Saul. Dengan seruan ini ia berusaha untuk meyakinkan Saul 

bahwa tuannya itu telah salah besar dengan menganiayanya dan 

membujuk tuannya itu untuk berdamai.  

I. Daud memanggilnya ayah (ay. 12), sebab Saul tidak hanya, seba-

gai raja, ayah dari negerinya, namun  juga secara khusus yaitu  

ayah mertuanya. Dari seorang ayah seseorang dapat mengharap-

kan belas kasihan dan penghiburan yang menyenangkan hati. 

Sebab, seorang raja yang mencari kehancuran rakyatnya yaitu  

sama tidak wajarnya bagi seorang ayah mencari kehancuran 

anak-anaknya sendiri.  

II. Daud menyalahkan para penasihat Saul yang jahat yang mem-

buat Saul murka kepadanya: Mengapa engkau mendengarkan per-

kataan orang-orang? (ay. 10). Ini yaitu  suatu perasaan hormat 

kepada para pemimpin, jika mereka berbuat salah, untuk menu-

duhkannya kepada orang-orang di sekitar mereka, yang entah 

menasihati mereka untuk berbuat salah atau tidak menasihati 

mereka untuk tidak berbuat kesalahan. Daud mempunyai cukup 

alasan untuk berpikir bahwa Saul menindasnya murni sebab  

rasa iri hati dan kebenciannya sendiri. namun  dengan santun ia 

menganggap bahwa orang-orang lainlah yang memaksanya untuk 

melakukan hal ini , dan membuatnya percaya bahwa Daud 

yaitu  musuhnya dan mengikhtiarkan celaka kepadanya. Iblis, si 

pendakwa besar dari saudara-saudara kita, memiliki kaki tangan-

nya di segala tempat, dan terutama di dalam istana para pemim-

pin yang mendorong mereka. Dia memberikan bisikan kepada me-

reka, yang menjadikannya sebagai tujuan mereka untuk menyata-

Kitab 1 Samuel 24:9-15 

 437 

kan umat Allah sebagai musuh Kaisar dan berbahaya bagi raja-

raja dan kepala-kepala daerah, sehingga, dengan didakwa sedemi-

kian rupa, mereka dapat “dijadikan umpan.” 

III. Dengan sungguh-sungguh Daun menyatakan ketidakbersalahan-

nya, dan bahwa jauhlah dari merancang celaka atau kejahatan 

kepada Saul: “Tanganku bersih dari pada kejahatan dan peng-

khianatan (ay. 12). Aku tidak patut dituduh atas kejahatan apa 

pun, atau bertanggung jawab atas kesalahan apa pun. Seandainya 

ada jendela di dadaku, engkau dapat melihat ke dalam seperti apa 

ketulusan hatiku dalam pernyataan ini: Aku tidak berbuat dosa ter-

hadap engkau meskipun aku berbuat dosa terhadap Allah, walau-

pun engkau ini mengejar-ngejar aku,” yaitu, “nyawaku.” Mungkin 

sekitar waktu inilah Daud menuliskan mazmur ketujuh, mengenai 

masalah Kush orang Benyamin yaitu, Saul, seperti dugaan bebe-

rapa orang, yang sebab nya dia memanjatkan doa kepada Allah 

(ay. 4-6): jika aku melakukan yang jahat terhadap orang yang 

hidup damai dengan aku, atau merugikan orang yang melawan 

aku dengan tidak ada alasannya, maka musuh kiranya mengejar 

aku sampai menangkap aku. Lalu, dengan merujuk pada cerita 

ini, Daud melanjutkan, namun merugikan orang yang melawan 

aku dengan tidak ada alasannya (KJV: Ya, aku telah melepaskan 

dia yang tanpa sebab menjadi musuhku.) 

IV. Daud memberikan bukti yang tak dapat disangkal untuk mene-

gaskan betapa salahnya dasar anggapan Saul sampai membenci-

nya begitu rupa. Daud dituduh dengan mengikhtiarkan celaka 

atas Saul: “Lihatlah,”  katanya, “lihatlah kiranya punca jubahmu 

(ay. 12). Kiranya hal ini menjadi kesaksian bagiku, dan saksi yang 

tidak terbantahkan. Seandainya benar apa yang dituduhkan ke-

padaku, maka aku sekarang seharusnya telah memegang kepala-

mu di dalam tanganku dan bukan punca jubahmu, sebab sangat 

mudahnya bagiku untuk memenggal kepalamu seperti ini.” Untuk 

menguatkan bukti ini dia menunjukkan kepada Saul,  

1. Bahwa penyelenggaraan Allah telah memberinya kesempatan 

untuk melakukannya: TUHAN menyerahkan engkau, sangat 

mengejutkan, sekarang ke dalam tanganku. Banyak orang 

sepakat, bahwa sudah merupakan kehendak Allah Daud seka-

rang harus memberikan hantaman yang pasti kepada orang 


 438

yang lehernya telah siap untuk dipenggal. Pada waktu Saul 

mendapat suatu kesempatan kecil terhadap Daud dia ber-

kata, Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku (23:7), 

dan berketetapan untuk memanfaatkan kesempatan ini  

dengan sebaik-baiknya. Namun Daud tidaklah demikian.  

2. Bahwa para pembisiknya dan orang-orang di sekitarnya sung-

guh-sungguh mendesak Daud untuk membunuh Saul: Ada 

orang yang telah menyuruh aku membunuh engkau. Ia menya-

lahkan Saul sebab  telah mendengarkan perkataan orang-

orangnya. “Sebab,” katanya, “jika aku mau sampai melaku-

kannya, maka engkau tidak hidup lagi sekarang ini.”  

3. Bahwa berdasar  suatu pegangan hati yang baik Daud me-

nolak untuk melakukannya. Bukan sebab  para penjaga Saul 

berada didekatnya, yang, kemungkinan, akan membalaskan 

kematiannya. Tidak, bukan sebab  takut kepada mereka, me-

lainkan sebab  takut kepada Allah, sehingga Daud menahan 

diri dari melakukannya. “Saul yaitu  tuanku, dan orang yang 

diurapi TUHAN, yang harus aku lindungi, dan kepadanya aku 

harus setia dan patuh. Dan sebab  itu aku tidak akan menja-

mah sehelai rambut pun dari kepalanya.” Betapa Daud sangat 

menguasai diri, sehingga meskipun didorong-dorong oleh anak 

buahnya, hatinya tetap teguh dan tidak mau melanggar dasar 

pegangan hatinya.  

V. Daud menyatakan tekad hatinya untuk tidak akan pernah mem-

balas dendam terhadap Saul: “TUHAN kiranya membalaskan aku 

kepadamu, yaitu, melepaskan aku dari tanganmu. namun , apa pun 

yang terjadi, tanganku tidak akan memukul engkau” (ay. 13), dan 

sekali lagi (ay. 14), seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: 

Dari orang fasik timbul kefasikan. Hikmat orangtua diteruskan 

kepada keturunan melalui peribahasa. Banyak hikmat demikian 

kita terima melalui tradisi dari nenek moyang kita. Keputusan 

orang kebanyakan sangat terpengaruh oleh peribahasa ini, “Seperti 

kata pepatah tua.” Inilah salah satu yang dipakai di zaman Daud: 

Dari orang fasik timbul kefasikan, yaitu,  

1. Kesalahan manusia akan menghancurkan dirinya pada akhir-

nya, demikian kata beberapa orang. Orang-orang buas dan 

ganas akan memotong tenggorokan sendiri dengan pisau me-

reka sendiri. Berikanlah tali, maka mereka akan menggantung 

Kitab 1 Samuel 24:9-15 

 439 

diri mereka sendiri. Dalam artian sangatlah tepat bagi Daud 

mengapa tanganku tidak akan memukul engkau.  

2. Orang yang jahat akan melakukan hal-hal yang jahat. Ber-

dasarkan prinsip dan sifat orang, demikianlah tindakan mere-

ka. Hal ini juga sangat sesuai dengan hubungan. Seandainya 

Daud benar seorang yang jahat seperti yang dituduhkan 

kepadanya, maka dia pasti akan melakukan hal yang jahat ini. 

Namun dia tidaklah demikian, oleh sebab  takut akan Tuhan. 

Atau seperti ini: Celaka apa pun yang dilakukan orang kepada 

kita, yang tidak boleh mengherankan kita. Ia yang ada di 

antara duri pasti tergores olehnya, kita tidak boleh membalas-

nya. Jangan membalas makian dengan makian. Kendati dari 

orang fasik timbul kefasikan, namun jangan biarkan hal ter-

sebut keluar dari diri kita dengan cara membalas dendam. 

Kendati anjing menggonggong kepada domba, domba tidak 

balas menggonggong kepada anjing. Lihat Yesaya 32:6-8. 

VI. Ia berusaha untuk meyakinkan Saul bahwa sangatlah jahat dan 

hina baginya untuk mengejar seseorang yang tidak berarti (ay. 

15): Terhadap siapakah raja Israel keluar berperang? Siapakah 

yang kaukejar dengan segenap perhatian dan kekuatan? Anjing 

mati! Seekor kutu saja. Seekor kutu, demikian di dalam bahasa 

Ibraninya. Sangatlah tidak pantas bagi seorang raja untuk ber-

urusan dengan seseorang yang tidak sebanding dengannya, salah 

seorang hambanya sendiri, yang tumbuh besar sebagai seorang 

gembala miskin, yang sekarang dalam pelarian, yang tidak mam-

pu dan tidak mau balik melawan. Mengalahkan Daud tidak akan 

memberinya kehormatan, mengupayakannya yaitu  suatu peng-

hinaan terhadap dirinya sendiri. Jika Saul mau menimbang nama 

baiknya sendiri, maka ia akan meremehkan musuh yang demi-

kian, jika benar Daud yaitu  musuhnya, dan tidak memandang-

nya berbahaya. Daud benar-benar jauh dari mengingini untuk 

menyerang Saul, sampai dalam perkataannya sendiri, ia meman-

dang dirinya seperti seekor anjing mati. Mefiboset juga menyebut 

dirinya demikian (2Sam. 9:8). Bahasa yang merendah ini seharus-

nya dapat menggugah hati Saul seandainya dia memiliki sepercik 

kemurahan hati. Satis est prostrâsse leoni – Sudah cukup bagi 

singa untuk hanya menjatuhkan korbannya di bawah. Apa guna-

nya bagi Saul untuk menginjak seekor anjing mati? Apa nikmat-


 440

nya bagi Saul untuk memburu seekor kutu, seekor kutu saja, 

yang (seperti diperhatikan oleh beberapa orang), jika dicari, tidak-

lah mudah untuk ditemukan, dan jika ditemukan pun, tidaklah 

mudah untuk ditangkap, dan, jika ditangkap pun, nilainya tidak 

ada harganya, apalagi bagi seorang raja. Aquila non captat muscas 

– Burung elang tidaklah mengincar lalat. Daud merasa Saul lebih 

punya alasan untuk takut terhadap gigitan seekor kutu daripada 

dirinya.  

VII. Daud sekali lagi dan lagi memohonkan kepada Allah sebagai 

hakim yang adil (ay. 13 dan ay. 16): TUHAN kiranya menjadi hakim 

di antara aku dan engkau. Perhatikanlah, keadilan Allah yaitu  

perlindungan dan penghiburan bagi orang benar yang tertindas. 

Jika orang berbuat salah kepada kita, Allah akan membenarkan 

kita, dan selanjutnya dalam penghakiman pada hari besar itu. 

Daud memasrahkan masalahnya kepada Allah, dan berdiam diri 

dengan rasa aman, menantikan waktu-Nya akan tiba baginya. 

Hati Saul Melunak sebab  Teguran Daud 

(24:16-23) 

16 Sebab itu TUHAN kiranya menjadi hakim yang memutuskan antara aku 

dan engkau; Dia kiranya memperhatikannya, memperjuangkan perkaraku 

dan memberi keadilan kepadaku dengan melepaskan aku dari tanganmu.”  

17 sesudah  Daud selesai menyampaikan perkataan itu kepada Saul, berkata-

lah Saul: “Suaramukah itu, ya anakku Daud?” Sesudah itu dengan suara 

nyaring menangislah Saul. 18 Katanya kepada Daud: “Engkau lebih benar 

dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal 

aku melakukan yang jahat kepadamu. 19 Telah kautunjukkan pada hari ini, 

betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah 

menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. 20 

jika  seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan 

dengan selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti 

apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini. 21 Oleh sebab  itu, sesungguh-

nya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan 

tetap kokoh dalam tanganmu. 22 Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku 

demi TUHAN, bahwa engkau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak 

akan menghapuskan namaku dari kaum keluargaku.” 23 Lalu bersumpahlah 

Daud kepada Saul. Kemudian pulanglah Saul ke rumahnya, sedang Daud 

dan orang-orangnya pergi ke kubu gunung. 

Di sini kita melihat, 

I.  Jawaban penyesalan Saul atas perkataan Daud. Aneh bahwa Saul 

dengan sabar mendengarkan perkataan Daud, padahal ia sangat

Kitab 1 Samuel 24:16-23 

 441 

 murka terhadap Daud, dan betapa tajamnya perkataan Daud itu. 

namun  Allah mengekangnya dan orang-orangnya. Kita menduga 

Saul terkejut setengah mati dengan keistimewaan peristiwa terse-

but, dan jauh lebih lagi saat  dia mendapati betapa besarnya dia 

bergantung pada belas kasihan Daud. Hatinya pasti lebih keras 

dari batu jika hal ini tidak mempengaruhinya.  

1. Hatinya meleleh menjadi air mata, dan kita yakin air matanya 

itu sungguh tidak dibuat-buat melainkan ungkapan yang 

nyata dari kesadarannya saat  melihat sendiri kejahatannya 

dengan sedemikian jelas dibukakan kepadanya. Ia berbicara 

sebagai orang yang sudah takluk oleh kebaikan Daud: Sua-

ramukah itu, ya anakku Daud? Dan, sebagai orang yang hati-

nya melunak akibat menyadari kebodohannya sendiri dan rasa 

tidak tahu berterima kasih. Dia dengan suara nyaring mena-

ngislah (ay. 17). Banyak orang yang meratap atas dosa-dosa 

mereka namun  tidak sungguh-sungguh bertobat darinya, mena-

ngis meraung-raung sebab nya, namun tetap mencintai dan 

berhubungan dengan dosa-dosanya.  

2. Saul dengan sungguh-sungguh mengakui kelurusan dan ketu-

lusan hati Daud dan kesalahannya sendiri (ay. 18): Engkau 

lebih benar dari pada aku. Kini Allah melakukan kebaikan bagi 

Daud sehingga perkataannya kepada Saul itu membuat Daud 

berharap, bahwa Allah akan memunculkan kebenaranmu se-

perti terang (Mzm. 37:6). Orang-orang yang peduli untuk 

memelihara hati nuraninya tetap benar, boleh berserah kepada 

Allah yang akan menjamin keselamatan mereka. Pengakuan 

Saul yang jujur ini cukup untuk membuktikan ketidakber-

salahan Daud, bahkan musuhnya sendiri yang menjadi hakim, 

namun  tidak cukup untuk membuktikan Saul benar-benar 

telah bertobat. Saul seharusnya berkata, Engkau benar, namun  

aku jahat. sebab  itu, paling-paling yang diakuinya hanyalah: 

Engkau lebih benar dari pada aku. Orang-orang jahat umum-

nya tidak akan memberi pengakuan lebih jauh daripada ini. 

Mereka akan mengakui bahwa mereka tidaklah sebaik orang-

orang lain. Ada orang-orang yang lebih baik daripada mereka 

dan lebih benar. Sekarang dia sendiri mengakui kesalahannya 

mengenai Daud (ay. 19): “Telah kautunjukkan pada hari ini, 

bahwa engkau sangat jauh dari mengikhtiarkan celaka ke-

padaku dan betapa engkau telah melakukan yang baik kepada-


 442

ku.” Kita umumnya terlalu cenderung mencurigai orang lain 

berperasaan buruk terhadap kita, padahal tidaklah demikian. 

namun  saat  dugaan kita itu terbukti salah, kita seharusnya 

menyadari kecurigaan kita itu dan mengaku salah, seperti 

Saul di sini.  

3. Saul berdoa memohon TUHAN kiranya membalaskan kepada 

Daud kemurahanan hati yang ditunjukkan kepadanya. Ia 

mengakui bahwa Daud telah menyayangkan nyawanya, saat  

nyawanya berada di dalam kuasa Daud. Dia mengakui per-

buatan Daud ini sangat luar biasa dan tidak ada bandingan-

nya belas kasihan ini terhadap seorang musuh. Tidak ada 

orang yang berbuat seperti ini. Oleh sebab  itu, entah sebab  

dia menganggap dirinya tidak sanggup atau tidak ingin untuk 

membalas kebaikan Daud ini, maka ia menyerahkan kepada 

Allah untuk membalas budi Daud ini: TUHAN kiranya memba-

laskan kepadamu kebaikan (ay. 20). Para pengemis yang ma-

lang tidak dapat berbuat apa-apa selain berdoa untuk mereka 

yang telah berbuat baik kepadanya, dan Saul pun berbuat 

tidak lebih dari itu.  

4. Saul menubuatkan kenaikan kedudukan Daud ke takhta kera-

jaan (ay. 21): Sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti 

menjadi raja. Ia tahu tentang hal itu sebelumnya melalui janji 

yang dibuat oleh Samuel dengan membandingkan roh unggul 

yang ada pada diri Daud, di mana sangat memberatkan dosa 

dan kebodohannya dalam menindas Daud. Ia mempunyai 

alasan untuk berkata tentang Daud seperti yang dikatakan 

Daud tentang dirinya, Bagaimanakah aku dapat mengulurkan 

tanganku terhadap orang yang diurapi TUHAN? namun  seka-

rang dia mengerti bahwa ia tidak boleh menyakiti Daud, 

sesudah  ia tahu betapa rakyat sangat menyayangi Daud, bahwa 

Allah melindunginya, dan betapa Daud memiliki jiwa seorang 

raja yang murah hati sebagaimana yang dibuktikannya dalam 

mengampuni nyawa musuhnya. Sekarang dia mengerti, yaitu, 

sekarang saat  keadaan hatinya sudah membaik, ia bersiap 

mengakui bahwa ia mengerti dan mau sadar akan semuanya 

itu. Perhatikanlah, cepat atau lambat, Allah akan memaksa 

bahkan orang-orang yang berasal dari jemaah Iblis untuk 

mengetahui dan mengakui mereka yang dikasihi-Nya, dan me-

nyembah di bawah kaki mereka. Sebab demikianlah janji itu di 

Kitab 1 Samuel 24:16-23 

 443 

dalam Wahyu 3:9. Pengakuan yang dibuat oleh Saul tentang 

jabatan Daud yang tak terbantahkan akan mahkota kerajaan 

itu sangatlah membesarkan hati Daud, serta memberi du-

kungan besar kepada iman dan pengharapannya.  

5. Saul mengikat Daud dengan suatu sumpah di sini untuk 

menunjukkan kebaikan yang sama kepada keturunannya dan 

namanya seperti yang telah ditunjukkan kepadanya sekarang 

(ay. 22). Sebenarnya lebih beralasan bagi Daud untuk menun-

tut Saul yang harus bersumpah untuk tidak membunuhnya, 

namun  dia tidak memaksakan hal ini  sebab bila hukum 

keadilan dan kehormatan saja tidak dapat mengikat Saul, 

maka apa gunanya sebuah sumpah. namun  Saul tahu bahwa 

Daud yaitu  seorang yang penuh ketulusan hati, dan berpikir 

bahwa kepentingannya akan aman jika dia mendapatkan ja-

minan Daud dengan sumpah. Saul oleh ketidaktaatannya 

telah merusakkan jiwanya sendiri, dan tidak pernah meme-

dulikan pertobatan untuk mencegah kerusakan ini , na-

mun sangat peduli agar namanya tidak akan dihapuskan atau 

keturunannya terputus. Meskipun demikian, Lalu bersumpah-

lah Daud (ay. 23). Kendati dia mungkin dicobai, tidak hanya 

untuk tidak membalas dendam, namun  juga bermurah hati, 

untuk tidak memusnahkan keluarga Saul, namun dia tetap 

mengikatkan diri untuk melakukannya, sebab ia tahu bahwa 

Allah dapat dan akan mengokohkan kerajaan baginya dan bagi 

nama-Nya, tanpa menggunakan pertumpahan darah. Sumpah 

ini sesudahnya sungguh-sungguh ditepatinya dengan saleh. Ia 

mendukung Mefiboset, dan menghukum mati semua peng-

khianat yang telah membunuh Isyiboset. Digantungnya tujuh 

keturunan Saul, untuk menebus kehancuran suku Gibeon, 

yaitu  ketetapan Allah, bukan perbuatan Daud, dan sebab -

nya bukan pelanggaran terhadap sumpahnya ini.  

II. Perpisahan mereka dengan damai.  

1. Saul, untuk saat ini, berhenti menganiaya Daud. Ia pulang de-

ngan penuh insaf, namun  tidak bertobat. Ia merasa malu telah 

berlaku iri hati kepada Daud, namun  tetap menahan dalam 

dadanya akar kepahitan. Ia kesal bahwa, saat  akhirnya me-

nemukan Daud, namun hatinya tidak dapat membunuhnya, 

seperti yang dirancangkannya. Allah punya banyak cara untuk 


 444

mengikat tangan para penganiaya, saat  Ia tidak membuat 

hati mereka berbalik.  

2. Daud terus menyingkir untuk keselamatannya. Ia sangat tahu 

bahwa Saul tidak dapat dipercaya, dan sebab nya ia pergi ke 

kubu gunung. Sangat berbahaya untuk mengadu nasib dengan 

seorang musuh yang baru berdamai. Kita membaca tentang 

banyak orang yang percaya kepada Kristus, namun  Ia tidak 

mempercayakan diri-Nya kepada mereka, sebab  Ia mengenal 

mereka semua. Orang-orang yang tidak bersalah bagaikan 

merpati seperti Daud, mereka juga harus mengikuti Daud un-

tuk bertindak cerdik seperti ular. 

 

 

 

PASAL  25  

i sini kita melihat sedikit jeda bagi Daud dari kesulitan-kesulitan 

yang dialaminya akibat Saul. Penyelenggaraan Allah memberi-

nya waktu bernapas, namun  dalam pasal ini tetap kita melihat masa-

lah-masalah yang dialami Daud. Jika satu kesusahan tampaknya 

sudah berakhir, kita tidak boleh merasa aman. Badai dapat bergolak 

dari tempat lain, seperti yang dialami Daud di sini.  

I. Kabar kematian Samuel tidak bisa tidak menyusahkan hati 

Daud (ay. 1). Akan namun ,  

II. Pelecehan yang diterima Daud dari Nabal lebih banyak 

dicatat dalam pasal ini. 

1. Watak Nabal (ay. 2-3). 

2. Permintaan yang disampaikan dengan rendah hati kepada 

Nabal (ay. 4-9). 

3. Jawaban kasar yang diberikan Nabal (ay. 10-12) 

4. Kekesalan dan kemarahan Daud atas sikap Nabal itu (ay. 

13, 21-22). 

5. Cara Abigail yang bijaksana dalam mencegah malapetaka 

yang dapat terjadi atas keluarganya akibat kemarahan 

Daud itu (ay. 14-20). 

6. Permohonan Abigail kepada Daud untuk menenangkan-

nya (ay. 23-31). 

7. Daud berkenan menerima permohonan Abigail (ay. 32-35).  

8. Kematian Nabal (ay. 36-38). 

9. Pernikahan Abigail dengan Daud (ay. 39-44). 


 446

Kematian Samuel 

(25:1) 

1 Dan matilah Samuel; seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan 

menguburkan dia di rumahnya di Rama. Dan Daud berkemas, lalu pergi ke 

padang gurun Paran. 

Di sini kita melihat catatan singkat tentang kematian Samuel dan 

penguburannya. 

1. Meskipun Samuel seorang yang hebat, dan seorang yang sangat 

layak untuk melayani rakyat, namun ia menghabiskan hari-hari 

terakhir hidupnya dalam kesendirian. Hal ini bukan sebab  dia 

sudah tidak berdaya sebab ia mampu memimpin sebuah sekolah 

para nabi (19:20), namun  sebab  orang Israel sudah menolak dia, 

yang sebab nya Allah dengan adil menghajar mereka. Selain itu, 

hal ini sebab  Samuel ingin mencari ketenangan dan menikmati 

dirinya serta Allahnya, melatih diri beribadah kini di masa tuanya. 

Dan dalam hasratnya ini, Allah memuaskan jiwanya. Biarlah 

orang-orang yang sudah lanjut usianya rela mengundurkan diri 

untuk beristirahat, sekalipun hal itu tampak seperti mengubur 

diri mereka hidup-hidup. 

2. Meskipun Samuel teman setia Daud, hal yang membuat Saul 

membenci Samuel, serta memperlakukannya dengan kejam, na-

mun Samuel meninggal dalam damai di hari-hari terkejam kelalim-

an Saul, meskipun terkadang ia takut Saul akan membunuhnya 

(16:2). Meskipun tidak mengasihi Samuel, Saul takut kepada 

Samuel, seperti Herodes takut kepada Yohanes, dan Saul juga 

takut kepada bangsa itu, sebab semua orang mengetahui bahwa 

Samuel itu seorang nabi. Oleh sebab  itu, Saul menahan diri dari 

mencelakakan Samuel.  

3. Seluruh Israel meratapi Samuel. Ada alasan bagi mereka untuk 

melakukannya, sebab mereka semua merasa kehilangan. Semua 

jasa Samuel membuat penghormatan ini layak diberikan kepada-

nya pada hari kematiannya. Pelayanannya sebelumnya kepada 

rakyat, saat  dia menjadi hakim Israel, membuat penghormatan 

dan kenangan akan namanya ini menjadi utang yang sepatutnya 

dibayar. Sangatlah tidak tahu berterima kasih seandainya hal itu 

tidak dilakukan. Anak-anak didiknya, para nabi, telah kehilangan 

pendiri dan kepala sekolah mereka, dan apa pun yang melemah-

kan para nabi itu, merugikan rakyat. Namun bukan itu saja: 

Kitab 1 Samuel 25:1 

 447 

Samuel juga yaitu  pendoa syafaat yang setia bagi Israel, setiap 

hari dia berdoa bagi mereka (12:23). Jika ia pergi, mereka ber-

pisah dengan teman terbaik yang mereka miliki. Kehilangan ini 

lebih berat lagi pada waktu itu sebab  terjadi saat Saul menjadi 

semakin ganas, dan Daud dihalau keluar dari negerinya. Belum 

pernah Samuel lebih dibutuhkan seperti sekarang ini, namun  ia 

malah dibawa pergi. Kita harap orang Israel meratapi kematian 

Samuel dengan lebih pahit lagi sebab  mereka mengingat akan 

dosa mereka sendiri dan kebodohan mereka yang menolak dia 

dan menginginkan seorang raja. Perhatikanlah, 

(1) Sungguh berhati batu orang-orang yang mengubur hamba-

hamba Allah yang setia tanpa meneteskan air mata, yang tidak 

merasa sedih atas kehilangan orang-orang yang telah berdoa 

bagi mereka dan mengajar mereka jalan Tuhan. 

(2) saat  penyelenggaraan Allah mengambil kerabat dan sahabat 

dari kita, selayaknyalah kita merendahkan diri dan menetes-

kan air mata atas  segala kesalahan kita terhadap mereka se-

masa mereka masih bersama-sama dengan kita. 

4. Mereka mengubur Samuel, bukan di sekolah para nabi di Nayot, 

namun  di rumahnya sendiri, atau mungkin di taman yang ada di 

sekitar rumahnya, di Rama, tempat kelahirannya. 

5. Daud, sesudah  itu, pergi ke padang gurun Paran, menyendiri, 

kemungkinan untuk meratap lebih dalam atas kematian Samuel. 

Atau, mungkin lebih tepatnya, sebab  kini Daud telah kehilangan 

teman yang begitu karib, yang tadinya, dan Daud harap ke depan 

akan terus, sangat mendukungnya, ia menangkap bahwa kini 

bahaya yang dihadapinya lebih besar daripada sebelumnya. Oleh 

sebab  itu, Daud mengundurkan diri ke padang gurun, jauh dari 

batas-batas negeri orang Israel, dan pada saat inilah Daud diam 

di antara kemah-kemah Kedar (Mzm. 120:5). Di sebagian padang 

gurun inilah orang Israel mengembara pada waktu mereka keluar 

dari Mesir dahulu. Tempat itu akan mengingatkan pada pemeli-

haraan Allah bagi mereka, dan Daud dapat memakainya untuk 

menguatkan dirinya sendiri, sebab kini ia berada dalam kondisi 

padang gurun.   


 448

Daud Mengirim Utusan kepada Nabal 

(25:2-11) 

2 saat  itu ada seorang laki-laki di Maon, yang mempunyai perusahaan di 

Karmel. Orang itu sangat kaya: ia mempunyai tiga ribu ekor domba dan 

seribu ekor kambing. Ia ada di Karmel pada pengguntingan bulu domba-

dombanya. 3 Nama orang itu Nabal dan nama isterinya Abigail. wanita   

itu bijak dan cantik, namun  laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia 

seorang keturunan Kaleb. 4 saat  didengar Daud di padang gurun, bahwa 

Nabal sedang menggunting bulu domba-dombanya, 5 maka Daud menyuruh 

sepuluh orang dan kepada orang-orang itu Daud berkata: “Pergilah ke 

Karmel dan temuilah Nabal. Tanyakanlah keselamatannya atas namaku  

6 dan sampaikanlah salam ini kepadanya: Selamat! Selamatlah engkau, sela-

matlah keluargamu, selamatlah segala yang ada padamu. 7 Baru-baru ini aku 

mendengar bahwa engkau mengadakan pengguntingan bulu domba. Adapun 

gembala-gembalamu yang ada dengan kami, tidak kami ganggu dan tidak 

ada sesuatu yang hilang dari pada mereka selama mereka ada di Karmel.  

8 Tanyakanlah kepada orang-orangmu, mereka tentu akan memberitahukan 

kepadamu. Sebab itu biarlah orang-orang ini mendapat belas kasihanmu; 

bukankah kami ini datang pada hari raya? Berikanlah kepada hamba-ham-

bamu ini dan kepada anakmu Daud apa yang ada padamu.” 9 saat  orang-

orang Daud sampai ke sana, berkatalah mereka kepada Nabal atas nama 

Daud tepat seperti yang dikatakan kepada mereka, kemudian mereka menan-

ti. 10 namun  Nabal menjawab anak buah Daud itu, katanya: “Siapakah Daud? 

Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba 

yang lari dari tuannya. 11 Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan 

hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk 

memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka 

datang?” 

Di sini dimulailah kisah Nabal. 

I. Penjelasan singkat mengenai Nabal, siapa dia dan apa pekerjaan-

nya (ay. 2-3), seorang yang tidak akan pernah kita dengar nama-

nya seandainya tidak ada urusan antara dia dengan Daud.  

1. Namanya: Nabal – orang bebal, demikianlah nama itu meng-

gambarkan orangnya. Sungguh mengherankan orangtuanya 

mau memberinya nama itu dan sungguh suatu ramalan buruk 

yang akhirnya benar-benar menjadi wataknya. Namun, sebe-

narnya kita semua pantas diberi panggilan itu saat kita datang 

ke dunia, sebab anak keledai liar pun dapat lahir sebagai 

manusia (KJV: manusia dilahirkan seperti seekor anak keledai 

liar) dan kebodohan melekat pada hati orang muda (kebodohan 

melekat pada hati kita). 

2. Keluarganya: Nabal seorang keturunan Kaleb, namun  memang 

lain jiwa yang ada padanya. Nabal mewarisi harta milik Kaleb. 

Sebab, Maon dan Karmel letaknya berdekatan dengan Hebron, 

yang diberikan kepada Kaleb (Yos. 15:54-55; 14:14), namun  Na-

Kitab 1 Samuel 25:2-11 

 449 

bal sama sekali tidak mewarisi budi pekerti Kaleb. Ia aib bagi 

keluarganya, sehingga mendatangkan cela juga baginya. Dege-

neranti genus opprobrium – Asal-usul yang mulia malah menjadi 

cela bagi dia yang menyimpang darinya. Septuaginta, dan 

beberapa terjemahan kuno lain, menafsirkannya sebagai ju-

lukan. Bukan, ia bukan keturunan Kaleb, namun  orang yang 

keras kepala seperti anjing, berwatak kasar, bermuka masam, 

suka menggertak, dan selalu menggeram. Dia itu anthrōpos 

kynikos – seorang yang sinis. 

3. Kekayaannya: Dia orang besar, artinya, orang yang sangat 

kaya sebab kekayaan membuat manusia terlihat besar di mata 

dunia. Padahal, bagi orang yang menggunakan penilaian yang 

benar, Nabal benar-benar terlihat sangat biasa. Kekayaan 

yaitu  berkat yang biasa-biasa saja, yang banyak diberikan 

Allah kepada Nabal-Nabal, namun  kepada mereka Ia tidak 

berikan baik kebijaksanaan maupun anugerah. 

4. Istrinya – Abigail, seorang wanita yang besar pengertiannya. 

Namanya berarti sukacita ayahnya. Namun, ayah Abigail sama 

sekali tidak mendapatkan sukacita yang ia idam-idamkan 

saat  menikahkan puterinya itu dengan suami seperti Nabal 

itu, yang lebih peduli pada hartanya daripada kebijaksanaan. 

Ada banyak anak dilemparkan ke tumpukan kotor kekayaan 

dunia, dinikahkan dengan kekayaan itu, dan dengan hal-hal 

sia-sia lainnya. Kebijaksanaan itu baik jika ia menyertai waris-

an, namun  warisan tidak ada gunanya jika tanpa kebijaksana-

an. Ada banyak  Abigail-Abigail yang diikatkan dengan seorang 

seperti Nabal. Dan, saat  hal itu terjadi, meskipun wanita itu 

penuh pertimbangan seperti Abigail, sedikit saja manfaatnya 

baginya.  

5. Watak Nabal. Ia tidak memiliki rasa hormat atau kejujuran 

sedikit pun. Tanpa rasa hormat, sebab ia seorang yang kasar, 

suka bertengkar, dan pemarah. Tanpa kejujuran, sebab ia 

jahat dalam segala yang dilakukannya, keras dan suka menin-

das, seorang yang tidak peduli akan penipuan dan kekerasan 

apa pun yang dipakainya dalam meraih dan menyimpan, 

asalkan dia dapat meraih dan menyimpan bagi dirinya. Inilah 

watak yang diberikan tentang Nabal oleh Dia yang memahami 

setiap orang.  


 450

II. Permintaan Daud kepada Nabal yang disampaikannya dengan 

rendah hati, agar Nabal sudi kiranya memberikan sedikit makan-

an bagi dirinya dan orang-orangnya. 

1. Daud, tampaknya, sedang berada dalam kesusahan yang begitu 

besar sehingga ia bersedia berutang budi kepada Nabal, dan 

untuk itu ia datang mengemis ke pintu rumahnya. Sungguh tak 

ada alasan bagi kita untuk menghargai kekayaan dunia ini jika 

orang sekasar Nabal bisa memilikinya dengan melimpah, se-

mentara orang sehebat Daud menderita kekurangan! Sebe-lum-

nya, kita melihat Daud meminta-minta roti untuk makanan-

nya, namun  waktu itu yang dimintanya yaitu  roti imam besar 

Ahimelekh, yang kepadanya tidak ada seorang pun enggan 

merendahkan diri. Akan namun , meminta-minta kepada Nabal 

yaitu  perkara yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh orang 

berjiwa seperti Daud tanpa rasa enggan. Meskipun demikian, 

jika Penyelenggaraan Allah membawanya ke dalam kesesakan 

seperti itu, ia tidak akan berkata bahwa mengemis dia malu. 

namun  bacalah Mazmur 37:25. 

2. Daud memilih waktu yang tepat dalam mengirim utusan 

kepada Nabal, yaitu saat  ada banyak orang bekerja di sekeli-

ling Nabal untuk menggunting bulu domba-dombanya. Nabal 

harus menjamu pekerja-pekerja itu untuk membangkitkan 

suasana sukacita. Seandainya Daud mengirim utusannya di 

lain waktu, Nabal akan berpura-pura bahwa ia sedang tidak 

memiliki apa-apa untuk dibagikan, namun kini ia tidak dapat 

berdalih seperti itu. Mengadakan jamuan pada saat penggun-

tingan bulu domba yaitu  hal yang biasa, seperti yang tampak 

pada jamuan yang diadakan Absalom dalam peristiwa yang 

sama (2Sam. 13:24), sebab  wol yaitu  salah satu hasil pokok 

Kanaan. 

3. Daud memerintahkan orang-orangnya untuk menyampaikan 

pesan mereka dengan sangat sopan dan hormat: “Temuilah 

Nabal. Tanyakanlah keselamatannya atas namaku. Katakan-

lah kepada Nabal bahwa aku mengutusmu untuk menunjuk-

kan dukunganku kepadanya, dan untuk menanyakan keada-

annya dan keluarganya” (ay. 5). Daud memberitahukan mere-

ka apa yang harus diucapkan (ay. 6): Sampaikanlah salam ini 

kepadanya: Selamat! (KJV: Beginilah harus kamu katakan ke-

pada orang yang hidup itu). Penerjemah Alkitab kita menam-

Kitab 1 Samuel 25:2-11 

 451 

bahkan (KJV), dalam kesejahteraan, seolah-olah orang yang 

hidup seperti Nabal memang benar-benar hidup, dengan ber-

limpah akan kekayaan dunia di sekelilingnya. Padahal, sebe-

narnya, orang yang hidup mewah sudah mati selagi hidup 

(1Tim. 5:6). Perkataan ini, menurut saya, pujian yang terlalu 

berlebihan untuk disampaikan kepada Nabal, dengan menye-

butnya orang yang hidup itu. Padahal, Daud pasti mengetahui 

bahwa dalam perkenanan Allah-lah ada kehidupan, bukan 

dalam senyum dunia. Melalui jawaban kasar yang diperoleh-

nya, Daud mendapat balasan yang pantas, sebab ucapan 

seperti ini terlalu halus untuk cacing tanah seperti Nabal. Mes-

kipun demikian, ucapan selamat Daud sangat terpuji. “Sela-

matlah engkau, semoga semua baik bagi jiwa dan tubuhmu. 

Selamatlah keluargamu, selamatlah segala yang ada padamu.” 

Katakanlah kepadanya bahwa aku benar-benar mendoakan 

kesehatan dan kesejahteraannya. Daud menyuruh mereka 

untuk menyebutnya anakmu Daud (ay. 8), yang menunjukkan 

bahwa, melihat usia dan keadaannya, Daud menghormatinya 

sebagai seorang ayah, dan sebab  itu berharap akan menerima 

kebaikan seorang ayah darinya. 

4. Daud memperlihatkan kepada Nabal kebaikan yang telah di-

terima gembala Nabal dari Daud dan orang-orangnya. Satu 

kebaikan seharusnya dibalas dengan kebaikan lain. Daud me-

nunjuk kepada hamba-hamba Nabal sendiri, dan memper-

lihatkan bahwa saat  tentara Daud berkemah di sekeliling 

gembala Nabal, 

(1) Tentara itu sendiri tidak menyakiti gembala Nabal, tidak 

melukai mereka, tidak mengganggu mereka, tidak mena-

kut-nakuti mereka, ataupun merampas domba dari kawan-

annya. Padahal, mengingat watak orang-orang Daud, orang 

yang dalam kesukaran, orang yang dikejar-kejar tukang 

piutang, dan orang yang sakit hati, serta mengingat sangat 

sedikitnya perbekalan di kemah mereka, sungguh bukan 

tanpa susah payah dan pengendalian yang hebat mereka 

dapat dicegah dari melakukan perampasan. 

(2) Tentara itu melindungi gembala Nabal agar tidak disakiti 

oleh orang lain. Daud sendiri mengisyaratkan hal ini, sebab 

Daud tidak mau bermegah atas perbuatan baiknya: Tidak 

ada sesuatu yang hilang dari pada mereka (ay. 7). Namun, 


 452

hamba-hamba Nabal, yang ditunjuk Daud itu, memapar-

kan lebih jelas lagi (ay. 16): Mereka seperti pagar tembok 

sekeliling kami siang malam. Tentara Daud menjadi penga-

wal bagi para gembala Nabal saat  gerombolan orang Filis-

tin menjarah tempat-tempat pengirikan (23:1) dan hampir 

menjarah kandang-kandang domba. Dari para penjarah itu, 

kawanan domba Nabal terlindung oleh sebab  penjagaan 

Daud, dan sebab  itulah Daud berkata, Biarlah kami menda-

pat belas kasihanmu. Mereka yang telah menyatakan kebaik-

an pantas saja jika berharap akan menerima kebaikan. 

5.  Daud meminta pemberian yang sangat sederhana. Meskipun 

Daud seorang raja yang diurapi, dia tidak bersikeras meminta 

jamuan kerajaan, namun , “Berikanlah apa yang ada padamu, 

dan kami akan sangat bersyukur untuk itu.” Tukang minta-

minta tidak boleh pilih-pilih. Orang yang pantas untuk di-

layani pertama-tama, kini puas dengan sisa-sisa. Mereka ber-

kata, Kami ini datang pada hari yang baik, hari raya, saat  

bukan hanya persediaan yang melimpah, namun  hati dan 

tangan pun biasanya lebih terbuka dan leluasa dalam mem-

beri dibandingkan hari-hari yang lain, saat  ada banyak yang 

dapat disisihkan tanpa merasa sayang. Permintaan Daud tidak 

dituntutnya sebagai utang, baik sebagai upeti sebab  Daud 

seorang raja, ataupun sebagai sumbangan sebab  Daud se-

orang panglima. Sebaliknya, Daud memintanya sebagai kebaik-

an kepada seorang teman, seorang hambanya yang rendah. 

Anak buah Daud menyampaikan pesan mereka dengan tepat 

dan sangat baik, tanpa keraguan bahwa mereka pasti akan 

kembali dengan membawa banyak pemberian.  

III. Jawaban Nabal yang kasar terhadap permintaan yang sopan ini 

(ay. 10-11). Tidak dapat kita bayangkan bahwa ada orang yang 

sedemikian kasar dan pemarah seperti Nabal. Daud menyebut 

dirinya anakmu, lalu meminta roti dan ikan, namun , Nabal malah 

memberinya batu dan kalajengking. Bukan hanya menolaknya, 

namun  menghinanya. Nabal mungkin berpikir tidak baik jika ia 

memberi perbekalan kepada Daud sebab khawatir akan tertimpa 

nasib yang sama seperti Ahimelekh, yang harus membayar sangat 

mahal sebab  kebaikannya kepada Daud. Meski demikian, Nabal 

seharusnya dapat memberi jawaban yang sopan, dan membuat 

Kitab 1 Samuel 25:2-11 

 453 

penolakannya sehalus permintaan itu. Akan namun , bukannya 

berbuat demikian, Nabal malah terbawa emosi, seperti yang sering 

terjadi pada orang yang tamak saat  mereka dimintai sesuatu. 

Orang-orang seperti ini berbuat begitu untuk menutupi satu dosa 

dengan dosa yang lain, mencerca yang lemah supaya tidak disa-

lahkan saat  tidak menolong orang lemah. Akan namun , Allah 

tidak akan membiarkan diri-Nya dipermainkan. 

1. Nabal mengucapkan kata-kata yang menghina Daud bahwa 

Daud bukanlah siapa-siapa, bukan orang yang perlu dianggap. 

Sementara orang Filistin berkata mengenai Daud, Ini Daud 

raja negeri itu, yang mengalahkan berlaksa-laksa (21:11), 

Nabal yang yaitu  tetangga Daud, dan yang berasal dari suku 

yang sama, tidak tergugah untuk mengenalnya, atau untuk 

mengenalnya sebagai seorang yang berharga dan istimewa: 

Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Masakan Nabal begitu 

bebal sampai-sampai tidak tahu betapa besar utang negeri itu 

kepada Daud untuk pelayanannya kepada rakyat, namun  jiwa-

nya yang picik tidak tergerak sedikit pun untuk ikut mem-

bayar sebagian utang itu, bahkan untuk mengakuinya pun 

tidak. Nabal malah mengata-ngatai Daud sebagai orang yang 

tidak tahu diuntung, hina, dan tidak pantas dihargai. Oleh 

sebab  itu, janganlah kita merasa aneh jika orang-orang besar 

dan jasa-jasa besar disepelekan.  

2. Nabal mencemooh Daud dengan kesusahannya saat itu, dan 

memandang dia seperti orang jahat akibat kesusahannya itu. 

Bagi dia, Daud lebih pantas untuk dimasukkan ke dalam 

kumpulan gelandangan daripada diberi hati. Betapa lancarnya 

Nabal mengucapkan perkataan yang kasar da