, secara khusus disampaikan bahwa saat Daud masih
berada di Kehila, sesudah ia mengusir orang Filistin keluar kota
itu, Abyatar datang kepadanya dengan membawa efod di tangan-
nya, yaitu efod imam besar yang bertahtakan Urim dan Tumim.
Ini menjadi penghiburan besar bagi Daud di dalam pengasingan-
nya, bahwa saat ia tidak bisa pergi ke bait Allah, ia mempunyai
sejumlah harta termulia dari bait itu yang dibawa kepadanya,
yakni seorang imam besar beserta tutup dada pernyataan kepu-
tusannya.
Daud Melarikan Diri dari Kehila
(23:7-13)
7 Kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah masuk Kehila. Lalu berkata-
lah Saul: “Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku, sebab dengan
masuk ke dalam kota yang berpintu dan berpalang ia telah mengurung
dirinya.” 8 Maka Saul memanggil seluruh rakyat pergi berperang ke Kehila
dan mengepung Daud dengan orang-orangnya. 9 saat diketahui Daud, bah-
wa Saul berniat jahat terhadap dia, berkatalah ia kepada imam Abyatar:
“Bawalah efod itu ke mari.” 10 Berkatalah Daud: “TUHAN, Allah Israel, ham-
ba-Mu ini telah mendengar kabar pasti, bahwa Saul berikhtiar untuk datang
ke Kehila dan memusnahkan kota ini oleh sebab aku. 11 Akan diserahkan
oleh warga-warga kota Kehila itukah aku ke dalam tangannya? Akan datang-
kah Saul seperti yang telah didengar oleh hamba-Mu ini? TUHAN, Allah
Israel, beritahukanlah kiranya kepada hamba-Mu ini.” Jawab TUHAN: “Ia
akan datang.” 12 Kemudian bertanyalah Daud: “Akan diserahkan oleh warga-
warga kota Kehila itukah aku dengan orang-orangku ke dalam tangan Saul?”
Firman TUHAN: “Akan mereka serahkan.” 13 Lalu bersiaplah Daud dan orang-
orangnya, kira-kira enam ratus orang banyaknya, mereka keluar dari Kehila
dan pergi ke mana saja mereka dapat pergi. jika kepada Saul diberitahu-
kan, bahwa Daud telah meluputkan diri dari Kehila, maka tidak jadilah ia
maju berperang.
Kitab 1 Samuel 23:7-13
419
Pada bagian ini, kita menyaksikan,
I. Saul merancangkan kehancuran Daud di dalam hatinya (ay. 7-8):
Saul mendengar bahwa Daud telah masuk Kehila. Tidakkah Saul
mendengar, apa gerangan yang membawa Daud ke kota itu?
Tidakkah dikatakan kepadanya bahwa Daud telah dengan gagah
berani menyelamatkan Kehila dan melepaskannya dari tangan
orang Filistin? Kita tentu akan beranggapan bahwa kenyataan ini
akan membuat Saul mempertimbangkan tentang kehormatan dan
kemuliaan apa yang harus disematkannya kepada Daud atas jasa-
nya itu. Akan namun , Saul malah mempertimbangkannya sebagai
sebuah kesempatan untuk berbuat jahat kepada Daud. Sungguh
Saul yaitu seseorang yang celaka dan tidak tahu berterima kasih,
yang selamanya tidak pantas menerima jasa atau kebaikan apa
pun yang dikerjakan baginya. Layaklah Daud mengeluh tentang
seteru-seterunya, yang membalas kebaikannya dengan kejahatan,
serta yang malah menjadi musuhnya sebagai balasan atas kasih-
nya (Mzm. 35:12; Mzm. 109:4). Demikianlah Kristus dengan hina-
nya dimanfaatkan (Yoh. 10:32). Sekarang perhatikan,
1. Bagaimana Saul mempermainkan Allah Israel dengan menyalah-
gunakan penyelenggaraan-Nya untuk mendukung dan mengun-
tungkan rancangan jahatnya, dan dengan itu menjanjikan ke-
pada dirinya sendiri keberhasilan dalam melaksanakan rancang-
annya ini : Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku.
Seakan-akan dirinya, yang telah ditolak Allah, dengan ini kem-
bali diakui dan diperkenan oleh-Nya, sementara Daud seolah-
olah berlaku gila dengan dirinya sendiri. Saul dengan sia-sia
bersukaria sebelum memperoleh kemenangan, lupa betapa
seringnya ia telah beroleh kesempatan baik untuk mengatasi
Daud melebihi kesempatannya kini, namun tetap meleset dari
sasaran. Dengan jahatnya ia menghubung-hubungkan Allah
dengan kepentingannya sendiri, sebab , pikirnya, ia telah
memperoleh apa yang didamba-dambakannya. Demikianlah
Daud berdoa (Mzm. 140:9, KJV), Ya Tuhan, jangan penuhi ke-
inginan orang fasik, jangan luluskan tipu rencananya, supaya
jangan mereka meninggikan diri. Kita tidak boleh memandang
bahwa penyelenggaraan Allah yang baik dapat membenarkan
tujuan yang tidak benar atau menjamin keberhasilannya.
420
2. Bagaimana Saul mempermainkan Israel milik Allah, dengan
menjadikan mereka pelayan amarahnya terhadap Daud. Ia
memanggil semua orang untuk pergi berperang bersama, dan
mereka ini harus berangkat segera ke Kehila, dengan dalih un-
tuk melawan orang Filistin, namun sebenarnya untuk menge-
pung Daud dan orang-orangnya. Rancangan Saul ini disem-
bunyikannya sedemikian rupa, sebab dikatakan (ay. 9) bahwa
ia berniat jahat terhadap Daud. Sungguh malang rakyat yang
dipimpin oleh penguasa bertangan besi, sebab sementara ada
sejumlah orang yang menderita sengsara oleh kekejaman ke-
kuasaannya, yang lain menerima nasib yang lebih buruk lagi,
yakni dipaksa menjadi pelayan dan alat kebiadabannya itu.
II. Daud memohon petunjuk Allah perihal keselamatan dirinya. Mela-
lui kabar yang disampaikan kepadanya, Daud mengetahui bahwa
Saul merancangkan kehancuran dirinya (ay. 9). Oleh sebab itu ia
bersandar kepada pelindungnya yang agung dan memohon arah-
an-Nya. Tidak lama sesudah efod dibawa kepadanya, Daud pun
segera mempergunakannya: Bawalah efod itu ke mari. Di tangan
kita terdapat Kitab Suci, firman Allah yang hidup itu. Marilah kita
memperoleh petunjuk dari padanya di dalam perkara-perkara
yang meragukan. “Bawalah Alkitab itu ke mari.”
1. Permohonan Daud kepada Allah pada kesempatan ini,
(1) Dengan sungguh-sungguh dan penuh hormat. Dua kali
Daud memanggil Allah dengan sebutan Tuhan Allah Israel,
dan tiga kali dia menyebut dirinya sendiri hamba-Nya (ay.
10-11). Orang yang berbicara kepada Allah harus mengeta-
hui betapa jauhnya jarak antara dia dan Allah, dan kepada
siapa ia sedang berbicara.
(2) Dengan sangat teliti dan singkat. Daud menjelaskan per-
kara yang dihadapinya (ay. 10) sebagai berikut: “Hamba-
Mu ini telah mendengar kabar pasti” sebab ia tidak akan
meminta efod untuk dibawa kepadanya jika itu sekadar
kabar burung, “Bahwa Saul telah berikhtiar untuk datang
ke Kehila.” Ia tidak berkata, “Untuk memusnahkanku,” te-
tapi, “Untuk memusnahkan kota ini” (seperti yang telah
diperbuatnya baru-baru ini atas kota Nob), “Oleh sebab
aku.” Daud tampaknya lebih mengkhawatirkan keselamat-
Kitab 1 Samuel 23:7-13
421
an penduduk kota Kehila daripada keselamatannya sendiri,
dan bersedia membuang diri ke mana pun daripada men-
datangkan bahaya bagi mereka dengan keberadaannya di
tengah-tengah mereka. Demikianlah cara pandang orang
yang hatinya penuh belas kasihan. Pertanyaan Daud peri-
hal perkara ini pun juga sangat teliti. Allah memang mem-
perkenankan kita berlaku demikian saat berbicara
dengan Dia: “Tuhan, tuntunlah aku di dalam perkara mem-
bingungkan yang kini sedang kuhadapi.” Daud memang
membalik urutan pertanyaannya, namun Allah, di dalam
memberikan jawaban-Nya, memberitahu Daud urutan yang
benar. Pertanyaan yang seharusnya disampaikan pertama
kali, menjadi yang pertama kali dijawab. “Akan datangkah
Saul seperti yang telah didengar oleh hamba-Mu ini?” “Ya,”
firman Allah, “Saul akan datang. Ia telah bertekad untuk
datang, bahkan ia kini sedang bersiap-siap, dan ia akan
melakukannya, kecuali ia mendengar bahwa engkau telah
keluar dari kota.” “Baiklah, namun jika ia memang datang,
akankah warga kota Kehila berdiri bersama-sama dengan-
ku untuk mempertahankan kota dari padanya, atau akan-
kah mereka membuka gerbang kota dan menyerahkanku
kepadanya?” Andai kata Daud bertanya kepada warga yaitu
pemimpin atau tua-tua Kehila sendiri perihal apa yang
akan mereka perbuat dalam perkara ini, maka mereka pas-
ti tidak bisa memberitahu dirinya, sebab mereka sendiri
tidak mengetahui isi benak mereka serta apa yang mereka
perbuat bila hal itu benar terjadi. Apalagi, mereka tidak
mengetahui bagaimana anggota dewan majelis akan memu-
tuskan sikap mereka dalam hal ini. Mungkin juga mereka
akan berkata kepada Daud bahwa mereka akan melin-
dunginya, walau di kemudian hari berbalik mengkhianati-
nya. Akan namun , Allah berkuasa untuk berkata kepada
Daud dengan penuh kepastian: “Pada waktu Saul menge-
pung kota mereka dan menuntut mereka untuk menyerah-
kan engkau ke dalam tangannya, betapa pun kasihnya me-
reka akan engkau pada saat ini sebagai penyelamat mere-
ka, mereka akan memilih untuk menyerahkan engkau dari-
pada harus menghadapi kedahsyatan murka Saul.” Per-
hatikanlah,
422
[1] Allah mengenal semua manusia melebihi manusia me-
ngenal dirinya sendiri. Ia mengenal umur mereka, ke-
kuatan mereka, apa yang ada dalam diri mereka, dan
apa yang akan mereka perbuat andai kata berada di
dalam keadaan ini maupun itu.
[2] Oleh sebab itu, Allah tidak hanya mengetahui apa yang
akan terjadi, namun apa yang sekiranya akan terjadi
andaikata sesuatu itu tidak dicegah. sebab itu pula, Ia
mengetahui bagaimana melepaskan orang-orang saleh
dari pencobaan, dan bagaimana mengganjar setiap ma-
nusia menurut perbuatannya masing-masing.
2. Daud, sesudah menerima peringatan akan bahaya yang akan
menimpanya, menyingkir dari Kehila (ay. 13). Pengikutnya kini
telah bertambah jumlahnya menjadi enam ratus orang. Ber-
sama mereka ini, Daud keluar dari kota dengan tidak menge-
tahui ke mana mereka harus pergi, namun dengan tekad meng-
ikuti Penyelenggaraan Allah dan memberi diri di bawah perlin-
dungan-Nya. Tindakannya ini mematahkan rencana Saul. Saul
berpikir bahwa Allah telah menyerahkan Daud ke dalam
tangannya, namun terbukti bahwa Allah malah melepaskan
Daud dari tangannya, seperti burung lepas dari jerat penang-
kap burung. saat kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud
telah meluputkan diri dari Kehila, maka tidak jadilah ia maju
berperang dengan segenap bala tentaranya, seperti yang telah
direncanakannya (ay. 8). Dia memutuskan untuk hanya mem-
bawa sejumlah pengawal pribadinya di dalam petualangan
mencari musuh rakyatnya itu guna menjungkirbalikkan tin-
dakan mereka.
Daud di Padang Gurun Zif
(23:14-18)
14 Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia
tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul
mencari dia, namun Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.
15 Daud takut, sebab Saul telah keluar dengan maksud mencabut nyawa-
nya. saat Daud ada di padang gurun Zif di Koresa, 16 maka bersiaplah
Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan
kepercayaan Daud kepada Allah 17 dan berkata kepadanya: “Janganlah takut,
sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan
menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu.
Kitab 1 Samuel 23:14-18
423
Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu.” 18 Kemudian kedua
orang itu mengikat perjanjian di hadapan TUHAN. Dan Daud tinggal di
Koresa, namun Yonatan pulang ke rumahnya.
Pada bagian ini, kita menyaksikan,
I. Daud melarikan diri. Ia tinggal di padang gurun, di pegunungan
(ay. 14), di hutan Koresa (ay. 15, KJV). Dengan ini, kita patut,
1. Memuji kebajikan Daud yang luar biasa, kesederhanaannya,
kerendahan hatinya, kesetiaannya kepada rajanya, dan kesa-
barannya menantikan penyelenggaraan Allahnya, sehingga ia
tidak menghimpun pasukan melawan Saul. Ia juga tidak me-
merangi Saul di padang, atau mengagetkannya dengan strategi
perang tertentu. Demikianlah ia tidak mengadakan pembalas-
an bagi dirinya serta para imam Tuhan kepada Saul, untuk
mengakhiri permasalahannya serta kekacauan negerinya yang
disebabkan oleh pemerintahan tangan besi Saul. Tidak, Daud
tidak berupaya melakukan semua perbuatan itu. Ia tetap
mengikuti jalan Allah, menantikan waktu Allah, dan berpuas
hati tinggal di dalam hutan dan padang gurun, meskipun bagi
beberapa orang tindakannya itu sama saja dengan menginjak-
injak keberaniannya sendiri yang untuk itu ia menjadi ter-
kenal. Akan namun ,
2. Kita juga harus meratapi jalan hidupnya yang keras, bahwa
seorang yang tidak bersalah harus sedemikian rupa merasa
ketakutan dan terancam nyawanya. Bahwa seorang manusia
yang terhormat harus sedemikian rupa direndahkan, sese-
orang yang telah berjasa besar sedemikian rupa menerima
ganjaran seperti itu atas pekerjaan baiknya. Bahwa seseorang
yang bersuka dalam melayani Allah dan negerinya harus sede-
mikian rupa dihalang-halangi untuk beribadah kepada Allah
dan diam di negerinya sendiri, dan dikubur dalam kesunyian.
Apa yang harus kita katakan tentang semuanya ini? Biarlah
kejadian ini mengingatkan kita akan kejahatan dunia ini, yang
kerap kali memperlakukan manusia-manusia berbudi baik
dengan buruk. Biarlah kejadian ini mendamaikan bahkan
orang-orang besar dan cergas dengan pengasingan dan penge-
kangan, jika Penyelenggaraan Allah memang menjadikan-
nya sebagai bagian mereka, seperti halnya pengasingan dan
pengekangan menjadi bagian Daud. Biarlah kejadian ini mem-
424
buat kita merindukan Kerajaan Allah, tempat kebaikan akan
selamanya ada di dalam kemuliaan dan kekudusan ada di da-
lam kehormatan, dan orang-orang benar akan bercahaya seperti
matahari, tidak akan dapat ditempatkan di bawah gantang.
II. Saul memburu Daud sebagai musuh bebuyutannya. Ia mencari-
nya setiap hari, tidak habis-habisnya kebenciannya (ay. 14). Ia
mencari tiada lain kecuali nyawanya, begitu kejamnya kebencian-
nya (ay. 15). Seperti dahulu, demikianlah adanya sekarang, dan
begitu pula di masa yang akan datang, bahwa dia, yang diper-
anakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menu-
rut Roh (Gal. 4:29).
III. Allah membela Daud sebagai pelindungnya yang penuh kuasa.
Allah tidak menyerahkan Daud ke dalam tangan Saul, seperti
yang diharap-harapkan Saul (ay. 7), dan jikalau Allah tidak me-
nyerahkannya ke tangan Saul, maka Saul tidak akan pernah
dapat berkuasa atasnya (Yoh. 19:11).
IV. Yonatan menghibur Daud sebagai sahabatnya yang setia dan da-
pat diandalkan. Sahabat sejati akan mencari cara untuk ber-
sekutu bersama. Daud kemungkinan telah mengatur waktu dan
tempat untuk pertemuan ini, dan Yonatan pun berkenan hadir,
meski dengan tindakannya ini ia menempatkan dirinya dalam
bahaya kena murka ayahnya, dan andai kata pertemuan itu di-
ketahui, nyawanya akan melayang. Persahabatan sejati tidak
akan menciut oleh bahaya, melainkan akan dengan mudah berani
bertindak, tidak akan luntur oleh kehinaan, melainkan akan
dengan mudah membungkuk dan merendah, rela menukar istana
dengan hutan demi melayani seorang kawan. Kehadiran Yonatan
membuat Daud bersukacita. Selain itu, Yonatan menyampaikan
kepada Daud perkataan yang sungguh menguatkan dirinya.
1. Sebagai seorang sahabat yang saleh, Yonatan mengarahkan
Daud kepada Allah, dasar kepercayaannya dan sumber peng-
hiburannya: Yonatan menguatkan kepercayaan Daud kepada
Allah. Meskipun Daud seorang yang sungguh-sungguh per-
caya, ia memerlukan pertolongan sahabatnya untuk menyem-
purnakan apa yang kurang dari imannya, dan pada bagian ini,
Yonatan menjadi penolong yang berarti baginya dengan meng-
Kitab 1 Samuel 23:14-18
425
ingatkannya akan janji Allah, akan minyak kudus yang de-
ngannya dirinya diurapi, akan penyertaan Allah terhadap diri-
nya sampai sejauh ini, dan akan kebaikan Allah terhadap diri-
nya yang telah banyak kali dialaminya. Demikianlah Yonatan
menguatkan tangan Daud untuk bertindak dengan menguat-
kan hatinya, bukan dengan mengandalkan ciptaan, namun
dengan mengandalkan Allah. Yonatan tidak memiliki kemam-
puan untuk berbuat apa pun untuk menguatkan Daud, namun
ia meyakinkan Daud bahwa Allah-lah yang akan berbuat
demikian.
2. Sebagai seorang sahabat yang menyangkal diri, Yonatan ber-
sukacita atas Daud yang akan menduduki takhta yang sejati-
nya merupakan haknya sejak lahir (ay. 17). “Engkau akan
menjadi raja, dan cukup bagiku untuk berada di sampingmu,
dekat denganmu, meskipun itu berarti berada di bawahmu.
Dan aku tidak akan pernah berkeinginan menjadi pesaingmu.”
Tindakan Yonatan menyerahkan jabatannya kepada Daud ini
menjadi sukacita besar bagi Daud dan memperjelas jalan yang
ada di hadapannya. Yonatan berkata kepada Daud bahwa hal
ini diketahui betul oleh Saul, sebab ia kerap kali mendengar
ayahnya berkata tentangnya. Dari sini, terlihat betapa kejinya
Saul, yang menganiaya orang yang diperkenan Allah, dan
betapa bodohnya ia yang menganggap dirinya dapat mencegah
apa yang telah Allah tetapkan dan apa yang pasti akan terjadi.
Bagaimana mungkin ia dapat membatalkan kehendak Allah?
3. Sebagai seorang sahabat yang dapat diandalkan, Yonatan
memperbarui ikatan persahabatannya dengan Daud. Mereka
pada kesempatan ini mengikat perjanjian untuk ketiga kalinya
di hadapan Tuhan, dengan memanggil nama-Nya untuk men-
jadi saksi (ay. 18). Kasih yang sejati bersukacita di dalam
mengulangi kembali ikatan perjanjian kasih itu, guna memberi
dan menerima jaminan yang segar dari keteguhan persahabat-
an ini . Perjanjian kita dengan Allah harus kerap kali
diperbarui, sehingga dengan demikian persekutuan kita de-
ngan-Nya terpelihara. Daud dan Yonatan pada saat ini pun
berpisah, dan kita mendapati bahwa mereka tidak pernah lagi
berkumpul bersama di dunia ini. Yonatan telah mengutarakan
apa yang menjadi keinginannya, meskipun tidak punya dasar
426
untuk berharap, saat ia menjanjikan dirinya sendiri berada
di samping Daud di dalam kerajaannya.
Daud di Padang Gurun Zif
(23:19-28; 24:1)
19 namun beberapa orang Zif pergi menghadap Saul di Gibea dan berkata:
“Daud menyembunyikan diri dekat kami di kubu-kubu gunung dekat Koresa,
di bukit Hakhila, di sebelah selatan padang belantara. 20 Oleh sebab itu, jika
tuanku raja berkenan datang, silakanlah datang; tanggungan kamilah untuk
menyerahkan dia ke dalam tangan raja.” 21 Berkatalah Saul: “Diberkatilah
kiranya kamu oleh TUHAN, sebab kamu menunjukkan sayangmu kepada-
ku. 22 Baiklah pergi, carilah kepastian lagi, berusahalah mengetahui di mana
ia berada dan siapa yang telah melihat dia di sana; sebab telah dikatakan
orang kepadaku, bahwa ia sangat cerdik. 23 Berusahalah mengetahui segala
tempat persembunyiannya. Kemudian datanglah kembali kepadaku dengan
kabar yang pasti; dan aku akan pergi bersama-sama dengan kamu. Sesung-
guhnya, jika ia ada di dalam negeri, maka aku akan meneliti dia di antara
segala ribuan orang Yehuda.” 24 Lalu berkemaslah mereka pergi ke Zif, men-
dahului Saul. Daud dan orang-orangnya ada di padang gurun Maon, di
dataran di sebelah selatan padang belantara. 25 saat Saul dengan orang-
orangnya pergi mencari Daud, diberitahukanlah hal itu kepada Daud, lalu
pergilah ia ke gunung batu dan tinggal di padang gurun Maon. Saul men-
dengar hal itu, lalu mengejar Daud di padang gurun Maon; 26 Saul berjalan
dari sisi gunung sebelah sini dan Daud dengan orang-orangnya dari sisi
gunung sebelah sana. Daud cepat-cepat mengelakkan Saul; namun Saul de-
ngan orang-orangnya sudah hampir mengepung Daud serta orang-orangnya
untuk menangkap mereka, 27 saat seorang suruhan datang kepada Saul
dengan pesan: “Segeralah undur, sebab orang Filistin telah menyerbu negeri.”
28 Maka berhentilah Saul mengejar Daud dan pergi menghadapi orang Filis-
tin. Itulah sebabnya orang menyebut tempat itu: Gunung Batu Keluputan.
24:1 Daud pergi dari sana, lalu tinggal di kubu-kubu gunung di En-Gedi.
Pada bagian ini, kita menyaksikan,
1. Sejumlah orang Zif menawarkan jasa mereka kepada Saul untuk
mengkhianati Daud dan menyerahkannya kepadanya (ay. 19-20).
Daud sedang bersembunyi di padang gurun Zif (ay. 14-15), sebab
ia lebih percaya diri berada di tengah-tengah penduduk negeri itu
sebab mereka berasal dari sukunya sendiri. Mereka sesungguh-
nya punya alasan untuk bersukacita sebab mendapat kesempat-
an melayani seseorang yang telah menjadi perhiasan bagi suku
mereka dan kemungkinan akan menjadi lebih daripada sekadar
itu, seseorang yang tidak datang menjarah negeri mereka atau
mengusiknya dengan pasukannya, sebab ia siap melindunginya
dan melakukan pekerjaan baik bagi mereka semua jika ke-
sempatannya tiba. Akan namun , orang-orang ini mencari muka di
hadapan Saul, lalu pergi kepadanya. Mereka tidak hanya mem-
Kitab 1 Samuel 23:19-28; 24:1
427
beritahukan kepadanya secara khusus persembunyian Daud (ay.
19), namun juga mengundangnya datang dengan segenap bala ten-
taranya ke dalam negeri mereka untuk mengejarnya, dan berjanji
menyerahkan dia ke dalam tangannya (ay. 20). Saul tidak meng-
utus siapa pun untuk memeriksa atau mengancam orang-orang
Zif ini, namun mereka sendiri yang mau berbuat begitu, bahkan
tanpa meminta imbalan seperti diperbuat Yudas – Apa yang hen-
dak kamu berikan kepadaku?, mereka menawarkan diri untuk
mengkhianati Daud dan menyerahkannya kepada orang yang
mereka tahu betul sangat haus akan darahnya.
2. Saul dengan penuh syukur menerima keterangan mereka itu dan
dengan penuh sukacita menyambar kesempatan untuk memburu
Daud di padang gurun tempat mereka tinggal, dengan harapan
untuk pada akhirnya dapat memangsa Daud. Saul menunjukkan
kepada mereka perkenanannya akan tindakan mereka ini
(ay. 21): Diberkatilah kiranya kamu oleh Tuhan sebab kamu
menunjukkan sayangmu kepadaku. Begitu dekatnya Allah di bibir-
nya, meski begitu jauh di hatinya. Tampaknya Saul memandang
dirinya sendiri sebagai manusia yang menyedihkan dan patut
dikasihani. Iri hati dan kedengkiannyalah yang menjadikannya
seperti itu, sebab jika tidak demikian, tentu ia sudah menjadi
sosok yang tenang dan tidak memerlukan belas kasihan orang
lain. Dengan perkataan ini pula, Saul secara tidak langsung me-
nyindir ketidakpedulian kebanyakan orang terhadap dirinya.
“Engkau memperhatikanku, sementara orang lain tidak.” Saul
memerintahkan mereka untuk menyelidiki lebih lanjut tempat
persembunyian Daud (ay. 22), “Sebab,” katanya, “telah dikatakan
kepadaku, bahwa ia sangat cerdik.” Saul menggambarkan Daud
sebagai pribadi yang lihai berbuat jahat, padahal kecerdikan Daud
itu sebenarnya hanya demi menyelamatkan dirinya semata. Sung-
guh aneh bahwa Saul tidak segera berangkat bersama orang-
orang Zif itu, namun hanya berharap agar mereka menyiapkan
segala sesuatu supaya ia dapat menjerat mangsanya dengan lebih
pasti. Dengan demikianlah Penyelenggaraan Allah memberi Daud
waktu untuk menyingkir. Orang-orang Zif telah menempatkan
para pengintai mereka di segala tempat di mana Daud kemung-
kinan besar akan ditemukan, supaya dengan itu Saul dapat da-
tang dan menangkapnya jika memang Daud masih ada di da-
428
lam negeri (ay. 23). Kini Saul merasa yakin akan mendapatkan
buruannya dan bersukaria dengan pikiran akan memangsanya.
3. Bahaya yang sesaat lagi akan datang menimpa Daud. sesudah
mendengar kabar bahwa orang-orang Zif telah mengkhianatinya,
Daud meninggalkan bukit Hakhila menuju padang gurun Maon
(ay. 24). Pada kesempatan inilah ia menulis Mazmur 54, seperti
tampak dari judul mazmur itu, saat ia memanggil orang-orang
Zif sebagai orang-orang yang angkuh (KJV: orang-orang asing),
meski mereka ini yaitu orang Israel, sebab mereka telah me-
manfaatkannya dengan biadab. Namun demikian, Daud menaruh
diri di bawah perlindungan Allah: “Sesungguhnya, Allah yaitu
penolongku, maka semuanya akan menjadi baik-baik saja.” Saul,
sesudah mendengar kabar tentang Daud, segera mengejarnya
dengan gigih (ay. 25), sampai ia begitu dekat dengannya hingga
hanya ada sebuah gunung yang memisahkan keduanya (ay. 26).
Daud beserta orang-orangnya melarikan diri di sisi gunung yang
satu, sementara Saul beserta orang-orangnya mengejar di sisi
gunung yang lain. Daud dilanda ketakutan, sementara Saul di-
penuhi pengharapan. Namun demikian, gunung ini menjadi per-
lambang penyelenggaraan Allah yang berada di antara Daud dan
sang pembinasa, seperti halnya tiang awan berada di antara orang
Israel dan orang Mesir. Daud dilindungi oleh gunung ini, semen-
tara Saul dihalangi olehnya. Daud pada saat ini melarikan diri,
terbang ke gunung Allah seperti burung (Mzm. 11:1) dan menemu-
kan Allah laksana naungan batu yang besar baginya. Dengan bala
tentaranya yang besar, Saul berharap dapat mengurung Daud,
lalu mengepungnya beserta orang-orangnya. Akan namun , permu-
kaan daerah itu tidak memungkinkan bagi rencananya untuk
terjadi, sehingga harapannya ini gagal. Sebuah nama baru
pun diberikan bagi tempat itu untuk mengenang peristiwa ini (ay.
28): Selah-hammah-lekoth, Gunung Batu Keluputan – gunung batu
pemisah, sebab ia menjadi pemisah antara Saul dan Daud.
4. Kelepasan Daud dari bahaya ini. Penyelenggaraan Allah mencipta-
kan satu pengalih bagi Saul saat ia sudah hampir menyambar
Daud. Kepada Saul, disampaikan sebuah pesan bahwa orang
Filistin telah menyerbu negeri (ay. 27). Kemungkinan negeri ini
merupakan bagian negeri kepunyaan Saul sendiri, yang akan
dirampas, atau setidaknya dijarah, oleh para penyerbu ini. sebab
melihat ketidakpedulian Saul akan kesengsaraan Kehila serta
Kitab 1 Samuel 23:19-28; 24:1
429
penyelamatan Daud akan kota itu, di awal pasal ini, kita dapat
menduga bahwa Saul tidak akan mengabaikan pengejarannya
terhadap Daud dan pergi melawan orang Filistin, jikalau bukan
kepunyaannya sendiri yang berada dalam bahaya. Akan namun ,
seperti yang tertulis, Saul mendapati diri harus pergi menghadapi
orang Filistin (ay. 28), dan dengan cara ini, Daud memperoleh
kelepasan saat ia berada di mulut jurang kebinasaan. Saul
kecewa sebab gagal mendapat mangsanya itu, sementara Alah
dimuliakan sebagai Pelindung Daud yang ajaib. Pada waktu orang
Filistin menyerbu negeri, mereka sama sekali tidak bermaksud
mendatangkan kebaikan bagi Daud dengan tindakan mereka itu,
akan namun penyelenggaraan Allah yang maha kuasa mengatur
segala peristiwa dan masanya, menjadikannya melayani Dia.
Hikmat Allah tidak pernah kehabisan jalan dan cara untuk meme-
lihara umat-Nya. Seperti Saul yang ini dialihkan dari maksudnya,
demikianlah Saul yang lain, yakni Saulus, diubahkan, tepat pada
waktu berkobar-kobar hatinya untuk mengancam dan membunuh
murid-murid Tuhan (Kis. 9:1).
5. sesudah berhasil luput, Daud berlindung di kubu-kubu gunung
yang dijumpainya di padang gurun En-Gedi (24:1). Menurut Dr.
Lightfoot, tempat ini merupakan padang gurun Yehuda, tempat
Daud menulis Kitab Mazmur 63, yang mengembuskan kasih yang
penuh kesalehan dan iman yang serupa dengan hampir sebagian
besar mazmur gubahannya. Sebab, di segala tempat dan di segala
keadaan, Daud tetap memelihara persekutuannya dengan Allah.
PASAL 24
ampai sekarang Saul terus mencari kesempatan untuk mem-
bunuh Daud, namun aib baginya, ia tidak kunjung mendapatkan
kesempatan ini . Dalam pasal ini Daud mendapatkan kesempat-
an yang baik untuk membunuh Saul, namun demi rasa hormatnya,
dia tidak memanfaatkan kesempatan ini . Dan tindakan Daud
untuk membiarkan Saul hidup yaitu sebuah tindakan anugerah
Allah di dalam Daud, yang sama besarnya dengan anugerah Allah
yang telah menyelamatkan nyawanya sendiri lewat penyelenggaraan
Allah atas hidupnya. Amatilah,
I. Betapa jahatnya Saul memburu nyawa Daud (ay. 2-3).
II. Betapa welas asihnya Daud menyelamatkan nyawa Saul,
padahal ia punya kesempatan membunuhnya dan hanya
memotong punca jubahnya (ay. 4-9).
III. Betapa dengan sedihnya Daud mencoba meyakinkan Saul,
bahwa ia membiarkan Saul hidup dengan harapan sikap Saul
dapat berubah menjadi lebih baik terhadapnya (ay. 10-16).
IV. Pengaruh baik perbuatan Daud ini atas diri Saul untuk saat
ini (ay. 17-23).
Daud Tidak Membunuh Saul di Gua
(24:2-8)
2 saat Saul pulang sesudah memburu orang Filistin itu, diberitahukanlah
kepadanya, demikian: “Ketahuilah, Daud ada di padang gurun En-Gedi.“
3 Kemudian Saul mengambil tiga ribu orang yang terpilih dari seluruh orang
Israel, lalu pergi mencari Daud dan orang-orangnya di gunung batu Kambing
Hutan. 4 Ia sampai ke kandang-kandang domba di tepi jalan. Di sana ada gua
dan Saul masuk ke dalamnya untuk membuang hajat, namun Daud dan
orang-orangnya duduk di bagian belakang gua itu. 5 Lalu berkatalah orang-
orangnya kepada Daud: “Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu:
S
432
Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka per-
buatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Maka Daud bangun, lalu
memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. 6 Kemudian berdebar-debar-
lah hati Daud, sebab ia telah memotong punca Saul; 7 lalu berkatalah ia
kepada orang-orangnya: “Dijauhkan TUHANlah kiranya dari padaku untuk
melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi
TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.”
8 Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak meng-
izinkan mereka bangkit menyerang Saul. Sementara itu Saul telah bangun
meninggalkan gua itu hendak melanjutkan perjalanannya.
Di sini,
I. Saul kembali memulai pengejarannya terhadap Daud (ay. 2-3).
Tidak lama sesudah pulang dengan selamat dari memburu orang
Filistin, dan tampaknya mendapat kemenangan, Saul kembali lagi
mencari tahu tempat persembunyian Daud untuk mencelakainya.
Ia berketetapan lagi untuk menyerang Daud, seakan-akan Saul
sungguh-sungguh telah diserahkan untuk melakukan segala
perbuatan yang keji ini (Yer. 7:10). Oleh seringnya serangan orang-
orang Filistin, dia seharusnya melihat betapa perlunya untuk
memanggil Daud kembali dari tempat pembuangannya dan me-
mulihkan serta menempatkannya kembali ke dalam pasukan
perang. Akan namun , ia sama sekali jauh dari melakukan hal ini,
malah semakin bertambah beringas terhadap Daud. sebab itu,
begitu mendengar Daud ada di kubu-kubu gunung En-gedi, ia me-
narik 3.000 orang pilihan, dan pergi bersamanya untuk mencari
Daud dan orang-orangnya di gunung batu Kambing Hutan, tempat
tinggal yang sama sekali tidak beralasan untuk dicemburui orang,
ataupun yang menimbukan keinginan Saul untuk mengganggu-
nya. Sebab, bahaya apa yang harus ditakuti Saul dari orang yang
tidak memiliki tempat tinggal dan perbekalan yang lebih baik itu?
Namun hal ini belumlah cukup bagi Saul bahwa Daud
harus terkurung seperti itu. Ia tidak akan tenang jika Daud masih
hidup.
II. Penyelenggaraan Allah membawa Saul sendirian ke dalam gua
yang sama di mana Daud dan orang-orangnya sedang bersembu-
nyi (ay. 4). Di negeri-negeri di daerah ini terdapat gua-gua
yang sangat besar di sisi gunung-gunung batu, yang sebagian ter-
bentuk secara alamiah, namun mungkin sudah banyak yang diper-
luas oleh tangan-tangan manusia sebagai tempat perlindungan
Kitab 1 Samuel 24:2-8
433
domba dari panas terik matahari. sebab itu kita membaca di
Alkitab tentang tempat-tempat di mana kawanan ternak beristi-
rahat di siang hari atau petang hari (Kid. 1:7), dan gua ini seperti-
nya dikatakan sebagai salah satu kandang domba. Di dalam sisi-
sisi gua inilah Daud dan orang-orangnya tinggal, mungkin tidak
semua orangnya, yang berjumlah 600 orang semuanya, melain-
kan hanya beberapa saja dari orang-orang kepercayaannya, dan
selebihnya di gua-gua lain sekitarnya. Saul, yang sedang lewat,
masuk sendirian ke dalam gua, bukan untuk mencari Daud
sebab, dengan menganggapnya sebagai seorang yang berambisi,
dia merasa lebih baik menemukannya dengan memanjat tebing
dengan kambing-kambing liar ketimbang beristirahat dengan
domba di dalam sebuah gua, melainkan berhenti sejenak un-
tuk membuang hajat (KJV: menyelimuti kakinya) yaitu, untuk tidur
sejenak. Tempat itu yaitu sebuah tempat yang tenang dan sejuk,
dan sangat menyegarkan di tengah panas teriknya siang hari.
Mungkin dia memerintahkan para pengawalnya untuk berjalan
terus, dengan menyisakan hanya beberapa orang untuk menung-
gunya di depan mulut gua. Beberapa tafsiran mengartikan “menu-
tupi kaki” sebagai membuang hajat, dan berpikir bahwa inilah
tujuan Saul untuk masuk ke dalam gua, namun tafsiran yang per-
tama yaitu yang lebih mungkin.
III. Orang-orang Daud mendesaknya untuk membunuh Saul sebab
sekarang ada kesempatan baik untuk itu (ay. 5). Mereka meng-
ingatkan dia bahwa hal ini yaitu hari yang telah lama dinanti-
kannya, dan yang tentangnya Allah telah berbicara kepadanya
secara umum saat dia diurapi sebagai raja. Inilah kesempatan
yang akan mengakhiri masa pelariannya dan membuka jalan bagi
kejayaannya. Saul kini bergantung pada belas kasihannya, dan
mudah untuk membayangkan bahwa kalau Saul saja tidak punya
belas kasihan, maka untuk apa Daud harus menunjukkan belas
kasihan kepadanya. Kata orang, “Dengan segala cara berikan ke-
padanya pukulan yang mematikan sekarang.” Lihatlah betapa
mudahnya kita salah memahami,
1. Janji-janji Allah. Allah telah meyakinkan Daud bahwa Ia akan
melepaskan dia dari Saul, namun orang-orangnya menafsirkan
hal ini sebagai suatu perintah untuk membinasakan Saul.
434
2. Penyelenggaraan Allah. Oleh sebab kuasa ada padanya seka-
rang untuk membunuhnya, maka mereka menyimpulkan bah-
wa Daud sah untuk melakukannya.
IV. Daud memotong punca jubah Saul, namun segera menyesal telah
melakukan hal ini: Kemudian berdebar-debarlah hati Daud sebab
hal itu (ay. 6). Kendati tindakannya ini tidaklah melukai Saul, dan
hanya memberi Daud suatu bukti bahwa ia punya kuasa untuk
membunuhnya (ay. 12), namun, sebab hal itu merupakan suatu
penghinaan terhadap martabat Saul sebagai seorang raja, maka ia
menyesal seharusnya tidak melakukannya. Perhatikanlah, sung-
guh baik untuk memiliki hati yang mengecam kita atas dosa-dosa
yang kelihatan kecil sekalipun. Hal ini merupakan suatu
tanda bahwa hati nurani kita sadar dan lembut, dan akan men-
jadi sarana untuk mencegah dosa-dosa yang lebih besar.
V. Daud berbantah kuat dengan dirinya sendiri dan dengan orang-
orangnya tentang berbuat jahat kepada Saul.
1. Daud berbantah dengan dirinya sendiri (ay. 7): “Dijauhkan TU-
HANlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demi-
kian kepada tuanku. Perhatikanlah, dosa yaitu suatu hal
yang sepatutnya membuat kita terpana atau terkejut begitu
melihatnya, dan menimbulkan perlawanan kita terhadapnya,
tidak hanya dengan ketetapan hati, namun juga dengan suatu
kemarahan yang suci. Daud tidak menganggap Saul sekarang
ini sebagai musuhnya, atau sebagai satu-satunya orang yang
menghalangi jalannya menuju jabatan raja yang kalau tidak
demikian, ia akan terdorong untuk menuruti pencobaan itu,
namun sebagai orang yang diurapi Allah yaitu, orang yang
diurapi Allah untuk memerintah sepanjang hidupnya, dan,
dengan demikian, berada dalam perlindungan khusus dari
hukum ilahi, dan sebagai tuannya, yang wajib ditaatinya de-
ngan setia. Kiranya para hamba dan orang-orang bawahan
belajar dengan ini untuk menjadi taat dan setia, betapa pun
beratnya kesukaran yang menindih mereka (1Ptr. 2:18).
2. Daud berbantah dengan orang-orangnya: Ia tidak mengizinkan
mereka bangkit menyerang Saul (ay. 8). Bukan saja ia sendiri
tidak tidak mau melakukan hal yang jahat itu, namun juga ia
tidak akan mengizinkan siapa saja di sekilingnya untuk mela-
Kitab 1 Samuel 24:9-15
435
kukannya. Demikianlah ia melakukan kebaikan ganti keja-
hatan kepada orang yang telah berbuat jahat terhadap dirinya.
Dalam hal ini menjadi gambaran dari Kristus, yang menye-
lamatkan jiwa para penganiaya-Nya, dan menjadi teladan bagi
semua orang Kristen untuk tidak kalah terhadap kejahatan,
namun kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan.
VI. Daud mengikuti Saul keluar dari gua, dan, kendati dia tidak mau
mengambil kesempatan untuk membunuhnya, namun dengan
bijaksana mengambil kesempatan, bila memungkinkan, untuk
membunuh kebenciannya, dengan menginsafkan Saul bahwa dia
sama sekali bukan orang jahat seperti yang dipikirkannya.
1. Bahkan dengan memperlihatkan dirinya sekarang, ia ingin
memberi bukti bahwa ia sungguh masih menyimpan rasa hor-
mat kepada Saul. Sebenarnya ia punya terlalu banyak alasan
untuk percaya bahwa, tak peduli apa pun yang akan dikata-
kannya, Saul akan langsung membunuhnya begitu melihat-
nya. Walaupun begitu, tetap saja dengan berani ia mengesam-
pingkan perasaan miring ini , dan menganggap Saul
sebagai orang yang berakal budi sehingga akan mau mende-
ngarkan alasannya dalam membela diri dan saat Saul bisa
melihat sendiri sekarang bukti-bukti nyata mengenai ketulus-
an hati dan kesetiannya.
2. Perilaku Daud penuh rasa hormat: Ia berlutut dengan muka-
nya ke tanah dan sujud menyembah, memberi hormat kepada
orang yang pantas untuk menerimanya. Dan hal ini mengajar
kita untuk berlaku rendah hati dan hormat kepada semua
orang yang ada di atas kita, bahkan kepada mereka yang pa-
ling berbuat jahat kepada kita.
Daud Membela Diri di Hadapan Saul
(24:9-15)
9 Kemudian bangunlah Daud, ia keluar dari dalam gua itu dan berseru ke-
pada Saul dari belakang, katanya: “Tuanku raja!” Saul menoleh ke belakang,
lalu Daud berlutut dengan mukanya ke tanah dan sujud menyembah. 10 Lalu
berkatalah Daud kepada Saul: “Mengapa engkau mendengarkan perkataan
orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya Daud mengikhtiarkan celaka-
mu? 11 Ketahuilah, pada hari ini matamu sendiri melihat, bahwa TUHAN
sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua itu; ada orang
yang telah menyuruh aku membunuh engkau, namun aku merasa sayang ke-
436
padamu sebab pikirku: Aku tidak akan menjamah tuanku itu, sebab dialah
orang yang diurapi TUHAN. 12 Lihatlah dahulu, ayahku, lihatlah kiranya
punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan bahwa aku me-
motong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah kauketa-
hui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan pengkhia-
natan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun eng-
kau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku. 13 TUHAN kiranya
menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku
kepadamu, namun tanganku tidak akan memukul engkau; 14 seperti peri-
bahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. namun
tanganku tidak akan memukul engkau. 15 Terhadap siapakah raja Israel
keluar berperang? Siapakah yang kaukejar? Anjing mati! Seekor kutu saja!
Kita melihat di sini seruan Daud yang hangat dan penuh perasaan
kepada Saul. Dengan seruan ini ia berusaha untuk meyakinkan Saul
bahwa tuannya itu telah salah besar dengan menganiayanya dan
membujuk tuannya itu untuk berdamai.
I. Daud memanggilnya ayah (ay. 12), sebab Saul tidak hanya, seba-
gai raja, ayah dari negerinya, namun juga secara khusus yaitu
ayah mertuanya. Dari seorang ayah seseorang dapat mengharap-
kan belas kasihan dan penghiburan yang menyenangkan hati.
Sebab, seorang raja yang mencari kehancuran rakyatnya yaitu
sama tidak wajarnya bagi seorang ayah mencari kehancuran
anak-anaknya sendiri.
II. Daud menyalahkan para penasihat Saul yang jahat yang mem-
buat Saul murka kepadanya: Mengapa engkau mendengarkan per-
kataan orang-orang? (ay. 10). Ini yaitu suatu perasaan hormat
kepada para pemimpin, jika mereka berbuat salah, untuk menu-
duhkannya kepada orang-orang di sekitar mereka, yang entah
menasihati mereka untuk berbuat salah atau tidak menasihati
mereka untuk tidak berbuat kesalahan. Daud mempunyai cukup
alasan untuk berpikir bahwa Saul menindasnya murni sebab
rasa iri hati dan kebenciannya sendiri. namun dengan santun ia
menganggap bahwa orang-orang lainlah yang memaksanya untuk
melakukan hal ini , dan membuatnya percaya bahwa Daud
yaitu musuhnya dan mengikhtiarkan celaka kepadanya. Iblis, si
pendakwa besar dari saudara-saudara kita, memiliki kaki tangan-
nya di segala tempat, dan terutama di dalam istana para pemim-
pin yang mendorong mereka. Dia memberikan bisikan kepada me-
reka, yang menjadikannya sebagai tujuan mereka untuk menyata-
Kitab 1 Samuel 24:9-15
437
kan umat Allah sebagai musuh Kaisar dan berbahaya bagi raja-
raja dan kepala-kepala daerah, sehingga, dengan didakwa sedemi-
kian rupa, mereka dapat “dijadikan umpan.”
III. Dengan sungguh-sungguh Daun menyatakan ketidakbersalahan-
nya, dan bahwa jauhlah dari merancang celaka atau kejahatan
kepada Saul: “Tanganku bersih dari pada kejahatan dan peng-
khianatan (ay. 12). Aku tidak patut dituduh atas kejahatan apa
pun, atau bertanggung jawab atas kesalahan apa pun. Seandainya
ada jendela di dadaku, engkau dapat melihat ke dalam seperti apa
ketulusan hatiku dalam pernyataan ini: Aku tidak berbuat dosa ter-
hadap engkau meskipun aku berbuat dosa terhadap Allah, walau-
pun engkau ini mengejar-ngejar aku,” yaitu, “nyawaku.” Mungkin
sekitar waktu inilah Daud menuliskan mazmur ketujuh, mengenai
masalah Kush orang Benyamin yaitu, Saul, seperti dugaan bebe-
rapa orang, yang sebab nya dia memanjatkan doa kepada Allah
(ay. 4-6): jika aku melakukan yang jahat terhadap orang yang
hidup damai dengan aku, atau merugikan orang yang melawan
aku dengan tidak ada alasannya, maka musuh kiranya mengejar
aku sampai menangkap aku. Lalu, dengan merujuk pada cerita
ini, Daud melanjutkan, namun merugikan orang yang melawan
aku dengan tidak ada alasannya (KJV: Ya, aku telah melepaskan
dia yang tanpa sebab menjadi musuhku.)
IV. Daud memberikan bukti yang tak dapat disangkal untuk mene-
gaskan betapa salahnya dasar anggapan Saul sampai membenci-
nya begitu rupa. Daud dituduh dengan mengikhtiarkan celaka
atas Saul: “Lihatlah,” katanya, “lihatlah kiranya punca jubahmu
(ay. 12). Kiranya hal ini menjadi kesaksian bagiku, dan saksi yang
tidak terbantahkan. Seandainya benar apa yang dituduhkan ke-
padaku, maka aku sekarang seharusnya telah memegang kepala-
mu di dalam tanganku dan bukan punca jubahmu, sebab sangat
mudahnya bagiku untuk memenggal kepalamu seperti ini.” Untuk
menguatkan bukti ini dia menunjukkan kepada Saul,
1. Bahwa penyelenggaraan Allah telah memberinya kesempatan
untuk melakukannya: TUHAN menyerahkan engkau, sangat
mengejutkan, sekarang ke dalam tanganku. Banyak orang
sepakat, bahwa sudah merupakan kehendak Allah Daud seka-
rang harus memberikan hantaman yang pasti kepada orang
438
yang lehernya telah siap untuk dipenggal. Pada waktu Saul
mendapat suatu kesempatan kecil terhadap Daud dia ber-
kata, Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku (23:7),
dan berketetapan untuk memanfaatkan kesempatan ini
dengan sebaik-baiknya. Namun Daud tidaklah demikian.
2. Bahwa para pembisiknya dan orang-orang di sekitarnya sung-
guh-sungguh mendesak Daud untuk membunuh Saul: Ada
orang yang telah menyuruh aku membunuh engkau. Ia menya-
lahkan Saul sebab telah mendengarkan perkataan orang-
orangnya. “Sebab,” katanya, “jika aku mau sampai melaku-
kannya, maka engkau tidak hidup lagi sekarang ini.”
3. Bahwa berdasar suatu pegangan hati yang baik Daud me-
nolak untuk melakukannya. Bukan sebab para penjaga Saul
berada didekatnya, yang, kemungkinan, akan membalaskan
kematiannya. Tidak, bukan sebab takut kepada mereka, me-
lainkan sebab takut kepada Allah, sehingga Daud menahan
diri dari melakukannya. “Saul yaitu tuanku, dan orang yang
diurapi TUHAN, yang harus aku lindungi, dan kepadanya aku
harus setia dan patuh. Dan sebab itu aku tidak akan menja-
mah sehelai rambut pun dari kepalanya.” Betapa Daud sangat
menguasai diri, sehingga meskipun didorong-dorong oleh anak
buahnya, hatinya tetap teguh dan tidak mau melanggar dasar
pegangan hatinya.
V. Daud menyatakan tekad hatinya untuk tidak akan pernah mem-
balas dendam terhadap Saul: “TUHAN kiranya membalaskan aku
kepadamu, yaitu, melepaskan aku dari tanganmu. namun , apa pun
yang terjadi, tanganku tidak akan memukul engkau” (ay. 13), dan
sekali lagi (ay. 14), seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan:
Dari orang fasik timbul kefasikan. Hikmat orangtua diteruskan
kepada keturunan melalui peribahasa. Banyak hikmat demikian
kita terima melalui tradisi dari nenek moyang kita. Keputusan
orang kebanyakan sangat terpengaruh oleh peribahasa ini, “Seperti
kata pepatah tua.” Inilah salah satu yang dipakai di zaman Daud:
Dari orang fasik timbul kefasikan, yaitu,
1. Kesalahan manusia akan menghancurkan dirinya pada akhir-
nya, demikian kata beberapa orang. Orang-orang buas dan
ganas akan memotong tenggorokan sendiri dengan pisau me-
reka sendiri. Berikanlah tali, maka mereka akan menggantung
Kitab 1 Samuel 24:9-15
439
diri mereka sendiri. Dalam artian sangatlah tepat bagi Daud
mengapa tanganku tidak akan memukul engkau.
2. Orang yang jahat akan melakukan hal-hal yang jahat. Ber-
dasarkan prinsip dan sifat orang, demikianlah tindakan mere-
ka. Hal ini juga sangat sesuai dengan hubungan. Seandainya
Daud benar seorang yang jahat seperti yang dituduhkan
kepadanya, maka dia pasti akan melakukan hal yang jahat ini.
Namun dia tidaklah demikian, oleh sebab takut akan Tuhan.
Atau seperti ini: Celaka apa pun yang dilakukan orang kepada
kita, yang tidak boleh mengherankan kita. Ia yang ada di
antara duri pasti tergores olehnya, kita tidak boleh membalas-
nya. Jangan membalas makian dengan makian. Kendati dari
orang fasik timbul kefasikan, namun jangan biarkan hal ter-
sebut keluar dari diri kita dengan cara membalas dendam.
Kendati anjing menggonggong kepada domba, domba tidak
balas menggonggong kepada anjing. Lihat Yesaya 32:6-8.
VI. Ia berusaha untuk meyakinkan Saul bahwa sangatlah jahat dan
hina baginya untuk mengejar seseorang yang tidak berarti (ay.
15): Terhadap siapakah raja Israel keluar berperang? Siapakah
yang kaukejar dengan segenap perhatian dan kekuatan? Anjing
mati! Seekor kutu saja. Seekor kutu, demikian di dalam bahasa
Ibraninya. Sangatlah tidak pantas bagi seorang raja untuk ber-
urusan dengan seseorang yang tidak sebanding dengannya, salah
seorang hambanya sendiri, yang tumbuh besar sebagai seorang
gembala miskin, yang sekarang dalam pelarian, yang tidak mam-
pu dan tidak mau balik melawan. Mengalahkan Daud tidak akan
memberinya kehormatan, mengupayakannya yaitu suatu peng-
hinaan terhadap dirinya sendiri. Jika Saul mau menimbang nama
baiknya sendiri, maka ia akan meremehkan musuh yang demi-
kian, jika benar Daud yaitu musuhnya, dan tidak memandang-
nya berbahaya. Daud benar-benar jauh dari mengingini untuk
menyerang Saul, sampai dalam perkataannya sendiri, ia meman-
dang dirinya seperti seekor anjing mati. Mefiboset juga menyebut
dirinya demikian (2Sam. 9:8). Bahasa yang merendah ini seharus-
nya dapat menggugah hati Saul seandainya dia memiliki sepercik
kemurahan hati. Satis est prostrâsse leoni – Sudah cukup bagi
singa untuk hanya menjatuhkan korbannya di bawah. Apa guna-
nya bagi Saul untuk menginjak seekor anjing mati? Apa nikmat-
440
nya bagi Saul untuk memburu seekor kutu, seekor kutu saja,
yang (seperti diperhatikan oleh beberapa orang), jika dicari, tidak-
lah mudah untuk ditemukan, dan jika ditemukan pun, tidaklah
mudah untuk ditangkap, dan, jika ditangkap pun, nilainya tidak
ada harganya, apalagi bagi seorang raja. Aquila non captat muscas
– Burung elang tidaklah mengincar lalat. Daud merasa Saul lebih
punya alasan untuk takut terhadap gigitan seekor kutu daripada
dirinya.
VII. Daud sekali lagi dan lagi memohonkan kepada Allah sebagai
hakim yang adil (ay. 13 dan ay. 16): TUHAN kiranya menjadi hakim
di antara aku dan engkau. Perhatikanlah, keadilan Allah yaitu
perlindungan dan penghiburan bagi orang benar yang tertindas.
Jika orang berbuat salah kepada kita, Allah akan membenarkan
kita, dan selanjutnya dalam penghakiman pada hari besar itu.
Daud memasrahkan masalahnya kepada Allah, dan berdiam diri
dengan rasa aman, menantikan waktu-Nya akan tiba baginya.
Hati Saul Melunak sebab Teguran Daud
(24:16-23)
16 Sebab itu TUHAN kiranya menjadi hakim yang memutuskan antara aku
dan engkau; Dia kiranya memperhatikannya, memperjuangkan perkaraku
dan memberi keadilan kepadaku dengan melepaskan aku dari tanganmu.”
17 sesudah Daud selesai menyampaikan perkataan itu kepada Saul, berkata-
lah Saul: “Suaramukah itu, ya anakku Daud?” Sesudah itu dengan suara
nyaring menangislah Saul. 18 Katanya kepada Daud: “Engkau lebih benar
dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal
aku melakukan yang jahat kepadamu. 19 Telah kautunjukkan pada hari ini,
betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah
menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. 20
jika seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan
dengan selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti
apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini. 21 Oleh sebab itu, sesungguh-
nya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan
tetap kokoh dalam tanganmu. 22 Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku
demi TUHAN, bahwa engkau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak
akan menghapuskan namaku dari kaum keluargaku.” 23 Lalu bersumpahlah
Daud kepada Saul. Kemudian pulanglah Saul ke rumahnya, sedang Daud
dan orang-orangnya pergi ke kubu gunung.
Di sini kita melihat,
I. Jawaban penyesalan Saul atas perkataan Daud. Aneh bahwa Saul
dengan sabar mendengarkan perkataan Daud, padahal ia sangat
Kitab 1 Samuel 24:16-23
441
murka terhadap Daud, dan betapa tajamnya perkataan Daud itu.
namun Allah mengekangnya dan orang-orangnya. Kita menduga
Saul terkejut setengah mati dengan keistimewaan peristiwa terse-
but, dan jauh lebih lagi saat dia mendapati betapa besarnya dia
bergantung pada belas kasihan Daud. Hatinya pasti lebih keras
dari batu jika hal ini tidak mempengaruhinya.
1. Hatinya meleleh menjadi air mata, dan kita yakin air matanya
itu sungguh tidak dibuat-buat melainkan ungkapan yang
nyata dari kesadarannya saat melihat sendiri kejahatannya
dengan sedemikian jelas dibukakan kepadanya. Ia berbicara
sebagai orang yang sudah takluk oleh kebaikan Daud: Sua-
ramukah itu, ya anakku Daud? Dan, sebagai orang yang hati-
nya melunak akibat menyadari kebodohannya sendiri dan rasa
tidak tahu berterima kasih. Dia dengan suara nyaring mena-
ngislah (ay. 17). Banyak orang yang meratap atas dosa-dosa
mereka namun tidak sungguh-sungguh bertobat darinya, mena-
ngis meraung-raung sebab nya, namun tetap mencintai dan
berhubungan dengan dosa-dosanya.
2. Saul dengan sungguh-sungguh mengakui kelurusan dan ketu-
lusan hati Daud dan kesalahannya sendiri (ay. 18): Engkau
lebih benar dari pada aku. Kini Allah melakukan kebaikan bagi
Daud sehingga perkataannya kepada Saul itu membuat Daud
berharap, bahwa Allah akan memunculkan kebenaranmu se-
perti terang (Mzm. 37:6). Orang-orang yang peduli untuk
memelihara hati nuraninya tetap benar, boleh berserah kepada
Allah yang akan menjamin keselamatan mereka. Pengakuan
Saul yang jujur ini cukup untuk membuktikan ketidakber-
salahan Daud, bahkan musuhnya sendiri yang menjadi hakim,
namun tidak cukup untuk membuktikan Saul benar-benar
telah bertobat. Saul seharusnya berkata, Engkau benar, namun
aku jahat. sebab itu, paling-paling yang diakuinya hanyalah:
Engkau lebih benar dari pada aku. Orang-orang jahat umum-
nya tidak akan memberi pengakuan lebih jauh daripada ini.
Mereka akan mengakui bahwa mereka tidaklah sebaik orang-
orang lain. Ada orang-orang yang lebih baik daripada mereka
dan lebih benar. Sekarang dia sendiri mengakui kesalahannya
mengenai Daud (ay. 19): “Telah kautunjukkan pada hari ini,
bahwa engkau sangat jauh dari mengikhtiarkan celaka ke-
padaku dan betapa engkau telah melakukan yang baik kepada-
442
ku.” Kita umumnya terlalu cenderung mencurigai orang lain
berperasaan buruk terhadap kita, padahal tidaklah demikian.
namun saat dugaan kita itu terbukti salah, kita seharusnya
menyadari kecurigaan kita itu dan mengaku salah, seperti
Saul di sini.
3. Saul berdoa memohon TUHAN kiranya membalaskan kepada
Daud kemurahanan hati yang ditunjukkan kepadanya. Ia
mengakui bahwa Daud telah menyayangkan nyawanya, saat
nyawanya berada di dalam kuasa Daud. Dia mengakui per-
buatan Daud ini sangat luar biasa dan tidak ada bandingan-
nya belas kasihan ini terhadap seorang musuh. Tidak ada
orang yang berbuat seperti ini. Oleh sebab itu, entah sebab
dia menganggap dirinya tidak sanggup atau tidak ingin untuk
membalas kebaikan Daud ini, maka ia menyerahkan kepada
Allah untuk membalas budi Daud ini: TUHAN kiranya memba-
laskan kepadamu kebaikan (ay. 20). Para pengemis yang ma-
lang tidak dapat berbuat apa-apa selain berdoa untuk mereka
yang telah berbuat baik kepadanya, dan Saul pun berbuat
tidak lebih dari itu.
4. Saul menubuatkan kenaikan kedudukan Daud ke takhta kera-
jaan (ay. 21): Sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti
menjadi raja. Ia tahu tentang hal itu sebelumnya melalui janji
yang dibuat oleh Samuel dengan membandingkan roh unggul
yang ada pada diri Daud, di mana sangat memberatkan dosa
dan kebodohannya dalam menindas Daud. Ia mempunyai
alasan untuk berkata tentang Daud seperti yang dikatakan
Daud tentang dirinya, Bagaimanakah aku dapat mengulurkan
tanganku terhadap orang yang diurapi TUHAN? namun seka-
rang dia mengerti bahwa ia tidak boleh menyakiti Daud,
sesudah ia tahu betapa rakyat sangat menyayangi Daud, bahwa
Allah melindunginya, dan betapa Daud memiliki jiwa seorang
raja yang murah hati sebagaimana yang dibuktikannya dalam
mengampuni nyawa musuhnya. Sekarang dia mengerti, yaitu,
sekarang saat keadaan hatinya sudah membaik, ia bersiap
mengakui bahwa ia mengerti dan mau sadar akan semuanya
itu. Perhatikanlah, cepat atau lambat, Allah akan memaksa
bahkan orang-orang yang berasal dari jemaah Iblis untuk
mengetahui dan mengakui mereka yang dikasihi-Nya, dan me-
nyembah di bawah kaki mereka. Sebab demikianlah janji itu di
Kitab 1 Samuel 24:16-23
443
dalam Wahyu 3:9. Pengakuan yang dibuat oleh Saul tentang
jabatan Daud yang tak terbantahkan akan mahkota kerajaan
itu sangatlah membesarkan hati Daud, serta memberi du-
kungan besar kepada iman dan pengharapannya.
5. Saul mengikat Daud dengan suatu sumpah di sini untuk
menunjukkan kebaikan yang sama kepada keturunannya dan
namanya seperti yang telah ditunjukkan kepadanya sekarang
(ay. 22). Sebenarnya lebih beralasan bagi Daud untuk menun-
tut Saul yang harus bersumpah untuk tidak membunuhnya,
namun dia tidak memaksakan hal ini sebab bila hukum
keadilan dan kehormatan saja tidak dapat mengikat Saul,
maka apa gunanya sebuah sumpah. namun Saul tahu bahwa
Daud yaitu seorang yang penuh ketulusan hati, dan berpikir
bahwa kepentingannya akan aman jika dia mendapatkan ja-
minan Daud dengan sumpah. Saul oleh ketidaktaatannya
telah merusakkan jiwanya sendiri, dan tidak pernah meme-
dulikan pertobatan untuk mencegah kerusakan ini , na-
mun sangat peduli agar namanya tidak akan dihapuskan atau
keturunannya terputus. Meskipun demikian, Lalu bersumpah-
lah Daud (ay. 23). Kendati dia mungkin dicobai, tidak hanya
untuk tidak membalas dendam, namun juga bermurah hati,
untuk tidak memusnahkan keluarga Saul, namun dia tetap
mengikatkan diri untuk melakukannya, sebab ia tahu bahwa
Allah dapat dan akan mengokohkan kerajaan baginya dan bagi
nama-Nya, tanpa menggunakan pertumpahan darah. Sumpah
ini sesudahnya sungguh-sungguh ditepatinya dengan saleh. Ia
mendukung Mefiboset, dan menghukum mati semua peng-
khianat yang telah membunuh Isyiboset. Digantungnya tujuh
keturunan Saul, untuk menebus kehancuran suku Gibeon,
yaitu ketetapan Allah, bukan perbuatan Daud, dan sebab -
nya bukan pelanggaran terhadap sumpahnya ini.
II. Perpisahan mereka dengan damai.
1. Saul, untuk saat ini, berhenti menganiaya Daud. Ia pulang de-
ngan penuh insaf, namun tidak bertobat. Ia merasa malu telah
berlaku iri hati kepada Daud, namun tetap menahan dalam
dadanya akar kepahitan. Ia kesal bahwa, saat akhirnya me-
nemukan Daud, namun hatinya tidak dapat membunuhnya,
seperti yang dirancangkannya. Allah punya banyak cara untuk
444
mengikat tangan para penganiaya, saat Ia tidak membuat
hati mereka berbalik.
2. Daud terus menyingkir untuk keselamatannya. Ia sangat tahu
bahwa Saul tidak dapat dipercaya, dan sebab nya ia pergi ke
kubu gunung. Sangat berbahaya untuk mengadu nasib dengan
seorang musuh yang baru berdamai. Kita membaca tentang
banyak orang yang percaya kepada Kristus, namun Ia tidak
mempercayakan diri-Nya kepada mereka, sebab Ia mengenal
mereka semua. Orang-orang yang tidak bersalah bagaikan
merpati seperti Daud, mereka juga harus mengikuti Daud un-
tuk bertindak cerdik seperti ular.
PASAL 25
i sini kita melihat sedikit jeda bagi Daud dari kesulitan-kesulitan
yang dialaminya akibat Saul. Penyelenggaraan Allah memberi-
nya waktu bernapas, namun dalam pasal ini tetap kita melihat masa-
lah-masalah yang dialami Daud. Jika satu kesusahan tampaknya
sudah berakhir, kita tidak boleh merasa aman. Badai dapat bergolak
dari tempat lain, seperti yang dialami Daud di sini.
I. Kabar kematian Samuel tidak bisa tidak menyusahkan hati
Daud (ay. 1). Akan namun ,
II. Pelecehan yang diterima Daud dari Nabal lebih banyak
dicatat dalam pasal ini.
1. Watak Nabal (ay. 2-3).
2. Permintaan yang disampaikan dengan rendah hati kepada
Nabal (ay. 4-9).
3. Jawaban kasar yang diberikan Nabal (ay. 10-12)
4. Kekesalan dan kemarahan Daud atas sikap Nabal itu (ay.
13, 21-22).
5. Cara Abigail yang bijaksana dalam mencegah malapetaka
yang dapat terjadi atas keluarganya akibat kemarahan
Daud itu (ay. 14-20).
6. Permohonan Abigail kepada Daud untuk menenangkan-
nya (ay. 23-31).
7. Daud berkenan menerima permohonan Abigail (ay. 32-35).
8. Kematian Nabal (ay. 36-38).
9. Pernikahan Abigail dengan Daud (ay. 39-44).
D
446
Kematian Samuel
(25:1)
1 Dan matilah Samuel; seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan
menguburkan dia di rumahnya di Rama. Dan Daud berkemas, lalu pergi ke
padang gurun Paran.
Di sini kita melihat catatan singkat tentang kematian Samuel dan
penguburannya.
1. Meskipun Samuel seorang yang hebat, dan seorang yang sangat
layak untuk melayani rakyat, namun ia menghabiskan hari-hari
terakhir hidupnya dalam kesendirian. Hal ini bukan sebab dia
sudah tidak berdaya sebab ia mampu memimpin sebuah sekolah
para nabi (19:20), namun sebab orang Israel sudah menolak dia,
yang sebab nya Allah dengan adil menghajar mereka. Selain itu,
hal ini sebab Samuel ingin mencari ketenangan dan menikmati
dirinya serta Allahnya, melatih diri beribadah kini di masa tuanya.
Dan dalam hasratnya ini, Allah memuaskan jiwanya. Biarlah
orang-orang yang sudah lanjut usianya rela mengundurkan diri
untuk beristirahat, sekalipun hal itu tampak seperti mengubur
diri mereka hidup-hidup.
2. Meskipun Samuel teman setia Daud, hal yang membuat Saul
membenci Samuel, serta memperlakukannya dengan kejam, na-
mun Samuel meninggal dalam damai di hari-hari terkejam kelalim-
an Saul, meskipun terkadang ia takut Saul akan membunuhnya
(16:2). Meskipun tidak mengasihi Samuel, Saul takut kepada
Samuel, seperti Herodes takut kepada Yohanes, dan Saul juga
takut kepada bangsa itu, sebab semua orang mengetahui bahwa
Samuel itu seorang nabi. Oleh sebab itu, Saul menahan diri dari
mencelakakan Samuel.
3. Seluruh Israel meratapi Samuel. Ada alasan bagi mereka untuk
melakukannya, sebab mereka semua merasa kehilangan. Semua
jasa Samuel membuat penghormatan ini layak diberikan kepada-
nya pada hari kematiannya. Pelayanannya sebelumnya kepada
rakyat, saat dia menjadi hakim Israel, membuat penghormatan
dan kenangan akan namanya ini menjadi utang yang sepatutnya
dibayar. Sangatlah tidak tahu berterima kasih seandainya hal itu
tidak dilakukan. Anak-anak didiknya, para nabi, telah kehilangan
pendiri dan kepala sekolah mereka, dan apa pun yang melemah-
kan para nabi itu, merugikan rakyat. Namun bukan itu saja:
Kitab 1 Samuel 25:1
447
Samuel juga yaitu pendoa syafaat yang setia bagi Israel, setiap
hari dia berdoa bagi mereka (12:23). Jika ia pergi, mereka ber-
pisah dengan teman terbaik yang mereka miliki. Kehilangan ini
lebih berat lagi pada waktu itu sebab terjadi saat Saul menjadi
semakin ganas, dan Daud dihalau keluar dari negerinya. Belum
pernah Samuel lebih dibutuhkan seperti sekarang ini, namun ia
malah dibawa pergi. Kita harap orang Israel meratapi kematian
Samuel dengan lebih pahit lagi sebab mereka mengingat akan
dosa mereka sendiri dan kebodohan mereka yang menolak dia
dan menginginkan seorang raja. Perhatikanlah,
(1) Sungguh berhati batu orang-orang yang mengubur hamba-
hamba Allah yang setia tanpa meneteskan air mata, yang tidak
merasa sedih atas kehilangan orang-orang yang telah berdoa
bagi mereka dan mengajar mereka jalan Tuhan.
(2) saat penyelenggaraan Allah mengambil kerabat dan sahabat
dari kita, selayaknyalah kita merendahkan diri dan menetes-
kan air mata atas segala kesalahan kita terhadap mereka se-
masa mereka masih bersama-sama dengan kita.
4. Mereka mengubur Samuel, bukan di sekolah para nabi di Nayot,
namun di rumahnya sendiri, atau mungkin di taman yang ada di
sekitar rumahnya, di Rama, tempat kelahirannya.
5. Daud, sesudah itu, pergi ke padang gurun Paran, menyendiri,
kemungkinan untuk meratap lebih dalam atas kematian Samuel.
Atau, mungkin lebih tepatnya, sebab kini Daud telah kehilangan
teman yang begitu karib, yang tadinya, dan Daud harap ke depan
akan terus, sangat mendukungnya, ia menangkap bahwa kini
bahaya yang dihadapinya lebih besar daripada sebelumnya. Oleh
sebab itu, Daud mengundurkan diri ke padang gurun, jauh dari
batas-batas negeri orang Israel, dan pada saat inilah Daud diam
di antara kemah-kemah Kedar (Mzm. 120:5). Di sebagian padang
gurun inilah orang Israel mengembara pada waktu mereka keluar
dari Mesir dahulu. Tempat itu akan mengingatkan pada pemeli-
haraan Allah bagi mereka, dan Daud dapat memakainya untuk
menguatkan dirinya sendiri, sebab kini ia berada dalam kondisi
padang gurun.
448
Daud Mengirim Utusan kepada Nabal
(25:2-11)
2 saat itu ada seorang laki-laki di Maon, yang mempunyai perusahaan di
Karmel. Orang itu sangat kaya: ia mempunyai tiga ribu ekor domba dan
seribu ekor kambing. Ia ada di Karmel pada pengguntingan bulu domba-
dombanya. 3 Nama orang itu Nabal dan nama isterinya Abigail. wanita
itu bijak dan cantik, namun laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia
seorang keturunan Kaleb. 4 saat didengar Daud di padang gurun, bahwa
Nabal sedang menggunting bulu domba-dombanya, 5 maka Daud menyuruh
sepuluh orang dan kepada orang-orang itu Daud berkata: “Pergilah ke
Karmel dan temuilah Nabal. Tanyakanlah keselamatannya atas namaku
6 dan sampaikanlah salam ini kepadanya: Selamat! Selamatlah engkau, sela-
matlah keluargamu, selamatlah segala yang ada padamu. 7 Baru-baru ini aku
mendengar bahwa engkau mengadakan pengguntingan bulu domba. Adapun
gembala-gembalamu yang ada dengan kami, tidak kami ganggu dan tidak
ada sesuatu yang hilang dari pada mereka selama mereka ada di Karmel.
8 Tanyakanlah kepada orang-orangmu, mereka tentu akan memberitahukan
kepadamu. Sebab itu biarlah orang-orang ini mendapat belas kasihanmu;
bukankah kami ini datang pada hari raya? Berikanlah kepada hamba-ham-
bamu ini dan kepada anakmu Daud apa yang ada padamu.” 9 saat orang-
orang Daud sampai ke sana, berkatalah mereka kepada Nabal atas nama
Daud tepat seperti yang dikatakan kepada mereka, kemudian mereka menan-
ti. 10 namun Nabal menjawab anak buah Daud itu, katanya: “Siapakah Daud?
Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba
yang lari dari tuannya. 11 Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan
hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk
memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka
datang?”
Di sini dimulailah kisah Nabal.
I. Penjelasan singkat mengenai Nabal, siapa dia dan apa pekerjaan-
nya (ay. 2-3), seorang yang tidak akan pernah kita dengar nama-
nya seandainya tidak ada urusan antara dia dengan Daud.
1. Namanya: Nabal – orang bebal, demikianlah nama itu meng-
gambarkan orangnya. Sungguh mengherankan orangtuanya
mau memberinya nama itu dan sungguh suatu ramalan buruk
yang akhirnya benar-benar menjadi wataknya. Namun, sebe-
narnya kita semua pantas diberi panggilan itu saat kita datang
ke dunia, sebab anak keledai liar pun dapat lahir sebagai
manusia (KJV: manusia dilahirkan seperti seekor anak keledai
liar) dan kebodohan melekat pada hati orang muda (kebodohan
melekat pada hati kita).
2. Keluarganya: Nabal seorang keturunan Kaleb, namun memang
lain jiwa yang ada padanya. Nabal mewarisi harta milik Kaleb.
Sebab, Maon dan Karmel letaknya berdekatan dengan Hebron,
yang diberikan kepada Kaleb (Yos. 15:54-55; 14:14), namun Na-
Kitab 1 Samuel 25:2-11
449
bal sama sekali tidak mewarisi budi pekerti Kaleb. Ia aib bagi
keluarganya, sehingga mendatangkan cela juga baginya. Dege-
neranti genus opprobrium – Asal-usul yang mulia malah menjadi
cela bagi dia yang menyimpang darinya. Septuaginta, dan
beberapa terjemahan kuno lain, menafsirkannya sebagai ju-
lukan. Bukan, ia bukan keturunan Kaleb, namun orang yang
keras kepala seperti anjing, berwatak kasar, bermuka masam,
suka menggertak, dan selalu menggeram. Dia itu anthrōpos
kynikos – seorang yang sinis.
3. Kekayaannya: Dia orang besar, artinya, orang yang sangat
kaya sebab kekayaan membuat manusia terlihat besar di mata
dunia. Padahal, bagi orang yang menggunakan penilaian yang
benar, Nabal benar-benar terlihat sangat biasa. Kekayaan
yaitu berkat yang biasa-biasa saja, yang banyak diberikan
Allah kepada Nabal-Nabal, namun kepada mereka Ia tidak
berikan baik kebijaksanaan maupun anugerah.
4. Istrinya – Abigail, seorang wanita yang besar pengertiannya.
Namanya berarti sukacita ayahnya. Namun, ayah Abigail sama
sekali tidak mendapatkan sukacita yang ia idam-idamkan
saat menikahkan puterinya itu dengan suami seperti Nabal
itu, yang lebih peduli pada hartanya daripada kebijaksanaan.
Ada banyak anak dilemparkan ke tumpukan kotor kekayaan
dunia, dinikahkan dengan kekayaan itu, dan dengan hal-hal
sia-sia lainnya. Kebijaksanaan itu baik jika ia menyertai waris-
an, namun warisan tidak ada gunanya jika tanpa kebijaksana-
an. Ada banyak Abigail-Abigail yang diikatkan dengan seorang
seperti Nabal. Dan, saat hal itu terjadi, meskipun wanita itu
penuh pertimbangan seperti Abigail, sedikit saja manfaatnya
baginya.
5. Watak Nabal. Ia tidak memiliki rasa hormat atau kejujuran
sedikit pun. Tanpa rasa hormat, sebab ia seorang yang kasar,
suka bertengkar, dan pemarah. Tanpa kejujuran, sebab ia
jahat dalam segala yang dilakukannya, keras dan suka menin-
das, seorang yang tidak peduli akan penipuan dan kekerasan
apa pun yang dipakainya dalam meraih dan menyimpan,
asalkan dia dapat meraih dan menyimpan bagi dirinya. Inilah
watak yang diberikan tentang Nabal oleh Dia yang memahami
setiap orang.
450
II. Permintaan Daud kepada Nabal yang disampaikannya dengan
rendah hati, agar Nabal sudi kiranya memberikan sedikit makan-
an bagi dirinya dan orang-orangnya.
1. Daud, tampaknya, sedang berada dalam kesusahan yang begitu
besar sehingga ia bersedia berutang budi kepada Nabal, dan
untuk itu ia datang mengemis ke pintu rumahnya. Sungguh tak
ada alasan bagi kita untuk menghargai kekayaan dunia ini jika
orang sekasar Nabal bisa memilikinya dengan melimpah, se-
mentara orang sehebat Daud menderita kekurangan! Sebe-lum-
nya, kita melihat Daud meminta-minta roti untuk makanan-
nya, namun waktu itu yang dimintanya yaitu roti imam besar
Ahimelekh, yang kepadanya tidak ada seorang pun enggan
merendahkan diri. Akan namun , meminta-minta kepada Nabal
yaitu perkara yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh orang
berjiwa seperti Daud tanpa rasa enggan. Meskipun demikian,
jika Penyelenggaraan Allah membawanya ke dalam kesesakan
seperti itu, ia tidak akan berkata bahwa mengemis dia malu.
namun bacalah Mazmur 37:25.
2. Daud memilih waktu yang tepat dalam mengirim utusan
kepada Nabal, yaitu saat ada banyak orang bekerja di sekeli-
ling Nabal untuk menggunting bulu domba-dombanya. Nabal
harus menjamu pekerja-pekerja itu untuk membangkitkan
suasana sukacita. Seandainya Daud mengirim utusannya di
lain waktu, Nabal akan berpura-pura bahwa ia sedang tidak
memiliki apa-apa untuk dibagikan, namun kini ia tidak dapat
berdalih seperti itu. Mengadakan jamuan pada saat penggun-
tingan bulu domba yaitu hal yang biasa, seperti yang tampak
pada jamuan yang diadakan Absalom dalam peristiwa yang
sama (2Sam. 13:24), sebab wol yaitu salah satu hasil pokok
Kanaan.
3. Daud memerintahkan orang-orangnya untuk menyampaikan
pesan mereka dengan sangat sopan dan hormat: “Temuilah
Nabal. Tanyakanlah keselamatannya atas namaku. Katakan-
lah kepada Nabal bahwa aku mengutusmu untuk menunjuk-
kan dukunganku kepadanya, dan untuk menanyakan keada-
annya dan keluarganya” (ay. 5). Daud memberitahukan mere-
ka apa yang harus diucapkan (ay. 6): Sampaikanlah salam ini
kepadanya: Selamat! (KJV: Beginilah harus kamu katakan ke-
pada orang yang hidup itu). Penerjemah Alkitab kita menam-
Kitab 1 Samuel 25:2-11
451
bahkan (KJV), dalam kesejahteraan, seolah-olah orang yang
hidup seperti Nabal memang benar-benar hidup, dengan ber-
limpah akan kekayaan dunia di sekelilingnya. Padahal, sebe-
narnya, orang yang hidup mewah sudah mati selagi hidup
(1Tim. 5:6). Perkataan ini, menurut saya, pujian yang terlalu
berlebihan untuk disampaikan kepada Nabal, dengan menye-
butnya orang yang hidup itu. Padahal, Daud pasti mengetahui
bahwa dalam perkenanan Allah-lah ada kehidupan, bukan
dalam senyum dunia. Melalui jawaban kasar yang diperoleh-
nya, Daud mendapat balasan yang pantas, sebab ucapan
seperti ini terlalu halus untuk cacing tanah seperti Nabal. Mes-
kipun demikian, ucapan selamat Daud sangat terpuji. “Sela-
matlah engkau, semoga semua baik bagi jiwa dan tubuhmu.
Selamatlah keluargamu, selamatlah segala yang ada padamu.”
Katakanlah kepadanya bahwa aku benar-benar mendoakan
kesehatan dan kesejahteraannya. Daud menyuruh mereka
untuk menyebutnya anakmu Daud (ay. 8), yang menunjukkan
bahwa, melihat usia dan keadaannya, Daud menghormatinya
sebagai seorang ayah, dan sebab itu berharap akan menerima
kebaikan seorang ayah darinya.
4. Daud memperlihatkan kepada Nabal kebaikan yang telah di-
terima gembala Nabal dari Daud dan orang-orangnya. Satu
kebaikan seharusnya dibalas dengan kebaikan lain. Daud me-
nunjuk kepada hamba-hamba Nabal sendiri, dan memper-
lihatkan bahwa saat tentara Daud berkemah di sekeliling
gembala Nabal,
(1) Tentara itu sendiri tidak menyakiti gembala Nabal, tidak
melukai mereka, tidak mengganggu mereka, tidak mena-
kut-nakuti mereka, ataupun merampas domba dari kawan-
annya. Padahal, mengingat watak orang-orang Daud, orang
yang dalam kesukaran, orang yang dikejar-kejar tukang
piutang, dan orang yang sakit hati, serta mengingat sangat
sedikitnya perbekalan di kemah mereka, sungguh bukan
tanpa susah payah dan pengendalian yang hebat mereka
dapat dicegah dari melakukan perampasan.
(2) Tentara itu melindungi gembala Nabal agar tidak disakiti
oleh orang lain. Daud sendiri mengisyaratkan hal ini, sebab
Daud tidak mau bermegah atas perbuatan baiknya: Tidak
ada sesuatu yang hilang dari pada mereka (ay. 7). Namun,
452
hamba-hamba Nabal, yang ditunjuk Daud itu, memapar-
kan lebih jelas lagi (ay. 16): Mereka seperti pagar tembok
sekeliling kami siang malam. Tentara Daud menjadi penga-
wal bagi para gembala Nabal saat gerombolan orang Filis-
tin menjarah tempat-tempat pengirikan (23:1) dan hampir
menjarah kandang-kandang domba. Dari para penjarah itu,
kawanan domba Nabal terlindung oleh sebab penjagaan
Daud, dan sebab itulah Daud berkata, Biarlah kami menda-
pat belas kasihanmu. Mereka yang telah menyatakan kebaik-
an pantas saja jika berharap akan menerima kebaikan.
5. Daud meminta pemberian yang sangat sederhana. Meskipun
Daud seorang raja yang diurapi, dia tidak bersikeras meminta
jamuan kerajaan, namun , “Berikanlah apa yang ada padamu,
dan kami akan sangat bersyukur untuk itu.” Tukang minta-
minta tidak boleh pilih-pilih. Orang yang pantas untuk di-
layani pertama-tama, kini puas dengan sisa-sisa. Mereka ber-
kata, Kami ini datang pada hari yang baik, hari raya, saat
bukan hanya persediaan yang melimpah, namun hati dan
tangan pun biasanya lebih terbuka dan leluasa dalam mem-
beri dibandingkan hari-hari yang lain, saat ada banyak yang
dapat disisihkan tanpa merasa sayang. Permintaan Daud tidak
dituntutnya sebagai utang, baik sebagai upeti sebab Daud
seorang raja, ataupun sebagai sumbangan sebab Daud se-
orang panglima. Sebaliknya, Daud memintanya sebagai kebaik-
an kepada seorang teman, seorang hambanya yang rendah.
Anak buah Daud menyampaikan pesan mereka dengan tepat
dan sangat baik, tanpa keraguan bahwa mereka pasti akan
kembali dengan membawa banyak pemberian.
III. Jawaban Nabal yang kasar terhadap permintaan yang sopan ini
(ay. 10-11). Tidak dapat kita bayangkan bahwa ada orang yang
sedemikian kasar dan pemarah seperti Nabal. Daud menyebut
dirinya anakmu, lalu meminta roti dan ikan, namun , Nabal malah
memberinya batu dan kalajengking. Bukan hanya menolaknya,
namun menghinanya. Nabal mungkin berpikir tidak baik jika ia
memberi perbekalan kepada Daud sebab khawatir akan tertimpa
nasib yang sama seperti Ahimelekh, yang harus membayar sangat
mahal sebab kebaikannya kepada Daud. Meski demikian, Nabal
seharusnya dapat memberi jawaban yang sopan, dan membuat
Kitab 1 Samuel 25:2-11
453
penolakannya sehalus permintaan itu. Akan namun , bukannya
berbuat demikian, Nabal malah terbawa emosi, seperti yang sering
terjadi pada orang yang tamak saat mereka dimintai sesuatu.
Orang-orang seperti ini berbuat begitu untuk menutupi satu dosa
dengan dosa yang lain, mencerca yang lemah supaya tidak disa-
lahkan saat tidak menolong orang lemah. Akan namun , Allah
tidak akan membiarkan diri-Nya dipermainkan.
1. Nabal mengucapkan kata-kata yang menghina Daud bahwa
Daud bukanlah siapa-siapa, bukan orang yang perlu dianggap.
Sementara orang Filistin berkata mengenai Daud, Ini Daud
raja negeri itu, yang mengalahkan berlaksa-laksa (21:11),
Nabal yang yaitu tetangga Daud, dan yang berasal dari suku
yang sama, tidak tergugah untuk mengenalnya, atau untuk
mengenalnya sebagai seorang yang berharga dan istimewa:
Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Masakan Nabal begitu
bebal sampai-sampai tidak tahu betapa besar utang negeri itu
kepada Daud untuk pelayanannya kepada rakyat, namun jiwa-
nya yang picik tidak tergerak sedikit pun untuk ikut mem-
bayar sebagian utang itu, bahkan untuk mengakuinya pun
tidak. Nabal malah mengata-ngatai Daud sebagai orang yang
tidak tahu diuntung, hina, dan tidak pantas dihargai. Oleh
sebab itu, janganlah kita merasa aneh jika orang-orang besar
dan jasa-jasa besar disepelekan.
2. Nabal mencemooh Daud dengan kesusahannya saat itu, dan
memandang dia seperti orang jahat akibat kesusahannya itu.
Bagi dia, Daud lebih pantas untuk dimasukkan ke dalam
kumpulan gelandangan daripada diberi hati. Betapa lancarnya
Nabal mengucapkan perkataan yang kasar da