telah diurapi mewarisi takhta kerajaan oleh tangan yang sama
yang telah mengurapinya dahulu. Kalau benar dia tahu hal ini,
maka sebenarnya bukanlah Yonatan, melainkan dia sendiri
yang bodoh, sebab berpikir dapat menggagalkan rencana
Allah. Namun tidak ada yang dapat memuaskan Saul kecuali
kematian Daud, dan Yonatan harus membawanya untuk di-
bunuh. Lihatlah betapa jahatnya amarah Saul itu, dan biarlah
hal itu memperingatkan kita supaya tidak membiarkan diri
Kitab 1 Samuel 20:24-34
383
ikut tercebur dalam amarah seperti itu. Kemarahan yaitu
kegilaan, dan ia yang membenci saudaranya yaitu seorang
pembunuh.
V. Yonatan sangat sedih dan menjadi kacau sebab kemarahan
ayahnya yang biadab, dan terlebih lagi sebab ia telah meng-
harapkan sesuatu yang lebih baik (ay. 2). Ia bersusah hati sebab
ayahnya berlaku begitu kejam, bersusah hati bagi sahabatnya
yang ia tahu yaitu sahabat Allah, bahwa ia begitu direndahkan.
Ia bersusah hati sebab Daud sebab ayahnya telah menghina
Daud, dan meskipun sangat tidak adil, namun ia harus tunduk.
Sungguh kasihan melihat Yonatan terjebak,
1. Ke dalam bahaya dosa. Orang yang bijak dan baik harus men-
jaga emosinya dari hasutan seperti ini. Makian ayahnya tidak
ia balas sama sekali. Memang sudah patutlah bagi bawahan
untuk dengan diam dan lemah lembut menanggung murka
dan amarah yang dilontarkan atas mereka. saat engkau
marah, berbaringlah. Namun ia tidak dapat menerima hukum-
an Saul untuk membunuh Daud: tentang hal itu ia menjawab
dengan panas (ay. 32), Mengapa ia harus dibunuh? Apa yang
dilakukannya? Jiwa yang tidak mementingkan diri sendiri
dapat lebih mudah menanggung siksaan daripada mendengar
sahabatnya diperlakukan dengan kejam.
2. Ke dalam bahaya maut. Saul begitu marah sampai-sampai ia
melemparkan tombaknya kepada Yonatan (ay. 33). Ia kelihat-
annya begitu peduli (ay. 31) agar Yonatanlah yang harus
mewarisi takhta kerajaannya, namun sekarang ia sendiri
justru mengincar nyawanya. Betapa bodohnya, betapa biadab
dan jahatnya apa yang diperbuat kemarahan terhadap manu-
sia! Betapa perlunya kita memasang kait di hidung dan kekang
di rahang kemarahan itu! Yonatan sepenuhnya yakin bahwa
celaka sudah ditentukan atas Daud, dan ini membuatnya
nyaris gila: ia bangkit dan meninggalkan perjamuan itu, tidak
tahan lagi saat nyawanya diserang seperti itu, dan ia tidak
makan apa-apa, sebab tidak boleh makan dari persembahan
kudus saat berkabung. Semua tamu yang hadir, dapat kita
duga, menjadi gelisah dan hilanglah keriaan perjamuan. Orang
yang kejam menyiksa badannya sendiri (Ams. 11:17).
384
Daud Diberitahukan tentang
Mara Bahaya yang Menantinya
(20:35-41)
35 Pada waktu pagi keluarlah Yonatan ke padang bersama-sama seorang
budak kecil sesuai dengan janjinya kepada Daud. 36 Berkatalah ia kepada
budaknya: “Larilah, carilah anak-anak panah yang kupanahkan.” Baru saja
budak itu berlari, maka Yonatan melepaskan sebatang anak panah lewat
kepala budak itu. 37 saat budak itu sampai ke tempat letaknya anak panah
yang dilepaskan Yonatan itu, maka berserulah Yonatan dari belakang budak
itu, katanya: “Bukankah anak panah itu lebih ke sana?” 38 Kemudian ber-
serulah Yonatan dari belakang budak itu: “Ayo, cepat, jangan berdiri saja!”
Lalu budak Yonatan memungut anak panah itu dan kembali kepada tuan-
nya. 39 namun budak itu tidak tahu apa-apa, hanya Yonatan dan Daudlah
yang mengetahui hal itu. 40 Sesudah itu Yonatan memberikan senjatanya
kepada budak yang menyertai dia, dan berkata kepadanya: “Pergilah, bawa-
lah ke kota.” 41 Maka pulanglah budak itu, lalu tampillah Daud dari sebelah
bukit batu; ia sujud dengan mukanya ke tanah dan menyembah tiga kali.
Mereka bercium-ciuman dan bertangis-tangisan. Akhirnya Daud dapat mena-
han diri. Kemudian berkatalah Yonatan kepada Daud: “Pergilah dengan sela-
mat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama TUHAN, demikian:
TUHAN akan ada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan
keturunanmu sampai selamanya.” sesudah itu bangunlah Daud dan pergi;
dan Yonatanpun pulang ke kota.
Di sini kita temukan,
1. Kesetiaan Yonatan pada janjinya untuk memberitahu Daud akan
hasil percobaannya yang berbahaya. Ia pergi pada waktu dan
tempat yang telah ditentukan (ay. 35), di dekat tempat persem-
bunyian Daud. Ia menyuruh budak kecilnya untuk mengambil
anak-anak panahnya yang ia lesatkan secara sembarang (ay. 36),
dan memberikan tanda bahaya dengan melenturkan anak panah
melampaui budaknya (ay. 37): Bukankah anak panah itu lebih ke
sana? Arti kata itu (ke sana) dimengerti Daud lebih dari budak
itu. Yonatan menyuruh budak itu pergi, yang tidak mengetahui
apa yang terjadi. Lalu sesudah memastikan keadaan aman dan
tidak ada bahaya, ia mengambil waktu sebentar untuk bercakap-
cakap secara pribadi dengan Daud dan menyuruhnya lari demi
nyawanya.
2. Perpisahan teramat menyedihkan dari dua sahabat ini, yang
kelihatannya, tidak pernah bertemu lagi kecuali satu kali, dan
secara sembunyi-sembunyi di Koresa (23:16).
(1) Daud menyapa Yonatan dengan rasa hormat sebagai seorang
hamba dan bukan dengan bebas sebagai seorang sahabat: Ia
sujud dengan mukanya ke tanah dan menyembah tiga kali,
Kitab 1 Samuel 20:35-41
385
dengan penuh rasa hutang budi atas perbuatan baik yang
telah Yonatan perbuat untuknya.
(2) Mereka saling berpamitan dengan perasaan haru tak terba-
yangkan, dengan ciuman dan air mata. Mereka berpelukan
dan menangis sampai akhirnya Daud dapat menahan diri (ay.
41). Perpisahan kedua sahabat yang setia ini sama menyedih-
kannya bagi mereka berdua, namun perkara Daud lebih me-
nyengsarakan lagi. Sebab, saat Yonatan kembali kepada ke-
luarga dan teman-temannya, Daud harus meninggalkan segala
kenyamanannya, bahkan tempat suci Allah, dan sebab itu
kesedihannya melampaui kesedihan Yonatan. Atau barangkali
sebab ia memang lebih lemah-lembut dan perasaannya lebih
bergejolak.
(3) Dengan merujuk kepada perjanjian persahabatan di antara
mereka, mereka saling menghibur dalam perpisahan yang me-
milukan ini: “Kita berdua telah bersumpah demi nama TUHAN,
demi kita dan keturunan kita, bahwa keturunanku dan ketu-
runanmu akan setia dan berlaku baik satu sama lain, turun
temurun.” Maka, inilah penghiburan kita selama kita men-
diami tubuh ini dan masih jauh dari Tuhan, bahwa ia telah
mengikat perjanjian kekal dengan kita.
PASAL 2 1
aud sekarang sudah benar-benar meninggalkan istana maupun
perkemahan Saul, sudah mengucapkan selamat tinggal kepada
alter idemnya – separuh dirinya, yaitu Yonatan yang terkasih. Dan
untuk selanjutnya sampai akhir kitab ini, Daud dipandang dan di-
perlakukan sebagai penjahat tanpa perlindungan hukum dan dinya-
takan sebagai pengkhianat. Kita masih mendapati Daud berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat lain demi keselamatannya sendiri,
dan Saul masih mengejarnya. Kesusahan-kesusahan Daud dicerita-
kan secara sangat terperinci dalam pasal ini dan pasal-pasal berikut-
nya, bukan hanya untuk menjadi nyanyian kunci bagi Mazmur,
melainkan juga supaya ia, seperti nabi-nabi lainnya, dapat menjadi
teladan bagi orang-orang kudus di sepanjang zaman, yaitu teladan
dalam “menanggung penderitaan dan bersabar.” Dan terutama su-
paya ia menjadi perlambang Kristus, yang, sebab diurapi untuk
menjadi raja, merendahkan diri-Nya, dan sebab itu sangat ditinggi-
kan. namun teladan dari penderitaan Yesus yaitu salinan yang tanpa
noda, sedangkan teladan Daud tidak demikian. Lihat saja catatan-ca-
tatan dalam pasal ini, di mana kita mendapati Daud dalam pelarian-
nya,
I. Memperdaya imam Ahimelekh, untuk mendapatkan darinya
baik perbekalan maupun persenjataan (ay. 1-9).
II. Memperdaya Akhis, raja Gat, dengan berpura-pura menjadi
gila (ay. 10-15). Sudah sewajarnya kesusahan disebut sebagai
godaan, sebab banyak orang terseret ke dalam dosa oleh ke-
susahan.
D
388
Daud Mendapat Roti Sajian;
Daud Mendapat Pedang Goliat
(21:1-9)
1 Sampailah Daud ke Nob kepada Ahimelekh, imam itu. Dengan gemetar Ahi-
melekh pergi menemui Daud dan berkata kepadanya: “Mengapa engkau
seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?” 2 Jawab
Daud kepada imam Ahimelekh: “Raja menugaskan sesuatu kepadaku, kata-
nya kepadaku: Siapa pun juga tidak boleh mengetahui sesuatu dari hal yang
kusuruh kepadamu dan yang kutugaskan kepadamu ini. Sebab itu orang-
orangku telah kusuruh pergi ke suatu tempat. 3 Maka sekarang, apa yang
ada padamu? Berikanlah kepadaku lima roti atau apa pun yang ada.” 4 Lalu
jawab imam itu kepada Daud: “Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti
kudus yang ada; asal saja orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perem-
puan.” 5 Daud menjawab imam itu, katanya kepadanya: “Memang, kami tidak
diperbolehkan bergaul dengan wanita , seperti sediakala jika aku
maju berperang. Tubuh orang-orangku itu tahir, sekalipun pada perjalanan
biasa, apalagi pada hari ini, masing-masing mereka tahir tubuhnya.” 6 Lalu
imam itu memberikan kepadanya roti kudus itu, sebab tidak ada roti di
sana kecuali roti sajian; roti itu biasa diangkat orang dari hadapan TUHAN,
supaya pada hari roti itu diambil, ditaruh lagi roti baru. 7 Maka pada hari itu
juga ada di sana salah seorang pegawai Saul, yang dikhususkan melayani
TUHAN; namanya Doëg, seorang Edom, pengawas atas gembala-gembala
Saul. 8 Berkatalah Daud kepada Ahimelekh: “Tidak adakah padamu di sini
tombak atau pedang? Sebab baik pedangku maupun senjataku, tidak dapat
kubawa, sebab perintah raja itu mendesak.” 9 Kemudian berkatalah imam
itu: “Pedang Goliat, orang Filistin, yang kaupukul kalah di Lembah Tarban-
tin, itulah yang ada di sini, terbungkus dalam kain di belakang efod itu. Jika
engkau hendak mengambilnya, ambillah; yang lain tidak ada, hanya ini.”
Kata Daud: “Tidak ada yang seperti itu; berikanlah itu kepadaku.”
Dalam perikop ini,
I. Daud, dalam kesusahan, melarikan diri ke kemah Tuhan, dan
sekarang berkemah di Nob, yang diduga sebagai kota dalam suku
Benyamin. sebab Silo sudah ditinggalkan, maka kemah Tuhan
sering berpindah-pindah, meskipun tabut Allah masih tetap di
Kiryat-Yearim. Ke sanalah Daud pergi dalam pelariannya dari
amukan Saul (ay. 1), dan menemui imam Ahimelekh. Samuel sang
nabi tidak dapat melindunginya, Yonatan sang pangeran pun
tidak. Oleh sebab itu ia meminta bantuan kepada imam Ahime-
lekh. Ahimelekh mengetahui bahwa Daud pasti sedang menjadi
orang buangan sekarang, dan sebab itu datang ke kemah Tuhan,
1. Untuk mengucapkan salam perpisahan kepada kemah Tuhan
dengan penuh perasaan, sebab ia tidak tahu kapan ia akan
melihatnya lagi. Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Daud
dalam pembuangannya selain jauhnya dia dari rumah Tuhan,
dan terkekangnya dia dari menghadiri ibadah-ibadah bersama,
Kitab 1 Samuel 21:1-9
389
seperti yang tampak melalui banyak mazmurnya. Ia sudah
mengucapkan selamat tinggal dengan penuh perasaan kepada
Yonatan sahabatnya, dan tidak bisa pergi sampai ia juga
mengucapkan selamat tinggal kepada kemah Tuhan.
2. Untuk bertanya kepada Tuhan di sana, dan memohon petun-
juk dari-Nya tentang kewajiban maupun keselamatannya,
sebab perkara yang menimpanya sulit dan berbahaya. Bahwa
ini yaitu urusan Daud tampak dalam pasal 22:10, di mana
dikatakan bahwa Ahimelekh menanyakan TUHAN bagi Daud,
seperti yang sudah dia lakukan sebelumnya (22:15). yaitu
penghiburan yang besar bagi kita pada hari kesusahan bahwa
masih ada Allah yang bisa kita datangi, yang kepada-Nya kita
dapat mengemukakan perkara kita, dan yang dari-Nya kita
dapat meminta dan mengharapkan bimbingan.
II. Imam Ahimelekh terkejut melihat Daud datang tanpa banyak
pengiring. sebab mendengar bahwa Daud telah jatuh ke dalam
kehinaan di istana, Ahimelekh melihat Daud dengan rasa priha-
tin, seperti yang cenderung dilakukan kebanyakan orang terhadap
teman-teman mereka saat dunia mengernyitkan dahi kepada
mereka. Ahimelekh takut bahwa dengan menyambut Daud, ia
akan membangkitkan amarah Saul. Dan ia memperhatikan be-
tapa Daud sekarang menjadi sosok yang hina dibandingkan dulu:
Mengapa engkau seorang diri? Ada beberapa orang bersamanya
(seperti yang tampak dalam Markus 2:26), namun mereka itu cuma
hamba-hambanya sendiri. Tak seorang pun dari pegawai-pegawai
istana ikut bersamanya, tidak ada orang yang berkedudukan,
seperti yang biasa ada bersamanya pada waktu-waktu sebelum-
nya, saat ia datang untuk bertanya kepada Tuhan. Daud ber-
kata (Mzm. 42:5), bahwa ia biasa berjalan maju dalam kepadatan
manusia ke rumah Allah. Dan, sebab sekarang hanya ada dua
atau tiga orang bersamanya, maka pantaslah Ahimelekh bertanya,
mengapa engkau seorang diri? Dia yang secara tiba-tiba diangkat
dari kehidupan seorang gembala yang menyendiri kepada kehi-
dupan perkemahan yang ramai dan sibuk, sekarang diturunkan
dengan sama cepatnya ke dalam keadaan seorang buangan yang
sunyi sepi, dan menjadi seperti burung terpencil di atas sotoh.
Seperti itulah beban-beban kehidupan di dunia ini, dan betapa
tidak pastinya senyuman-senyuman dunia! Orang-orang yang di-
390
sanjung-sanjung pada hari ini bisa saja ditinggalkan pada hari
esok.
III. Daud, dengan berpura-pura diutus oleh Saul untuk melayani
kepentingan-kepentingan masyarakat, memohon Ahimelekh un-
tuk menyediakan semua keperluannya saat itu (ay. 2-3).
1. Di sini Daud tidak berperilaku seperti biasanya. Ia memberi
tahu Ahimelekh sebuah kebohongan besar, bahwa Saul mem-
berinya tugas untuk dilaksanakan, bahwa anak buahnya telah
disuruh pergi ke suatu tempat, dan bahwa ia diperintahkan
untuk merahasiakannya dan sebab itu tidak berani memberi-
tahukannya, sekalipun kepada imam sendiri. Semuanya ini
dusta. Apa yang akan kita katakan tentang hal ini? Kitab Suci
tidak menyembunyikannya, dan kita tidak berani membenar-
kan tindakannya itu. Ini perbuatan jahat, dan terbukti menim-
bulkan dampak yang buruk. Sebab perbuatan itu menjadi
sebab utama dari pada kematian para imam Tuhan, sebagai-
mana Daud merenungkan hal itu sesudahnya dengan penye-
salan (22:22). Tidak ada gunanya bagi Daud untuk menutup-
nutupi sesuatu di hadapan sang imam seperti itu, sebab kita
dapat menduga bahwa, seandainya Daud mengatakan yang
sebenarnya kepada Ahimelekh, maka Ahimelekh akan siap
melindungi dan membantunya, seperti yang dilakukan Sa-
muel. Ahimelekh akan mengetahui lebih baik bagaimana
menasihati Daud dan bertanya kepada Allah bagi dia. Umat
harus berterus terang kepada hamba-hamba Tuhan yang setia
melayani mereka. Daud yaitu seorang yang mempunyai iman
dan keberanian yang besar, namun sekarang baik iman mau-
pun keberaniannya lumpuh. Ia berbuat curang seperti itu
sebab takut dan pengecut, dan ini terjadi sebab kelemahan
imannya. Seandainya ia menaruh percaya pada Allah dengan
benar, maka ia tidak akan mencari akal untuk bertahan hidup
melalui tindakan yang menyedihkan dan berdosa seperti ini.
Hal ini ditulis, bukan untuk kita tiru, bahkan dalam kesusah-
an-kesusahan yang paling besar sekalipun, melainkan sebagai
peringatan bagi kita. Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa
ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh. Marilah
kita semua berdoa setiap hari, Tuhan, janganlah membawa
Kitab 1 Samuel 21:1-9
391
kami ke dalam pencobaan. Marilah kita semua mengambil
kesempatan dari sini untuk meratapi,
(1) Kelemahan dan kerapuhan orang-orang baik. Orang-orang
yang terbaik sekalipun tidaklah sempurna di seberang sor-
ga sini. Anugerah yang sejati bisa saja ada, namun kegagal-
an juga banyak terjadi.
(2) Kejahatan dari masa-masa yang buruk, yang memaksa
orang-orang baik masuk ke dalam kesesakan yang begitu
rupa hingga menjadi godaan-godaan yang terlalu kuat untuk
mereka. Penindasan membuat orang bijak bertindak bodoh.
2. Dua hal yang dimohonkan Daud dari Ahimelekh, roti dan pedang.
(1) Daud membutuhkan roti: lima roti (ay. 3). Bepergian pada
waktu itu yaitu hal yang menyusahkan, saat orang pada
umumnya membawa perbekalan dalam bentuk barang,
sebab mereka hanya memiliki sedikit uang dan tidak ada
tempat umum untuk bermalam. Kalau tidak, pasti Daud
sekarang tidak harus mencari roti. Tampaknya Daud sudah
tahu bahwa anak cucu orang benar kadang-kadang meminta-
minta roti, namun tidak terus-menerus (Mzm. 37:25). Nah,
[1] Sang imam mengajukan keberatan bahwa ia tidak mem-
punyai roti selain roti kudus, roti sajian, yang sudah
tergeletak selama satu minggu di atas meja emas di
tempat kudus, dan yang dari sana diambil untuk keper-
luan para imam dan keluarga mereka (ay. 4). Tampak-
nya sang imam tidak mempunyai keluarga untuk di-
urus, namun mungkin ia tidak mempunyai hati untuk
bersikap ramah atau tidak mempunyai persedian-per-
sediaan yang diperlukan untuk bersikap demikian. Ahi-
melekh berpandangan bahwa orang-orang muda yang
mengikuti Daud tidak boleh makan roti ini kecuali me-
reka selama beberapa waktu menjaga diri dari perem-
puan, bahkan dari istri mereka sendiri. Hal ini dituntut
pada waktu pemberian hukum Taurat (Kel. 19:15). namun
di luar itu, kita tidak pernah mendapati hal ini dijadi-
kan sebagai masalah ketahiran untuk mengikuti suatu
upacara ibadah pada satu sisi, atau kenajisan pada sisi
lain. Dan sebab itu sang imam di sini tampaknya ter-
lalu berlebihan, kalau bukan penuh takhayul.
392
[2] Daud membela diri bahwa ia dan orang-orang yang ada
bersamanya, dalam keadaan yang mendesak ini, diper-
bolehkan untuk memakan roti kudus, sebab mereka
tidak hanya mampu memenuhi persyaratan sang imam
untuk menjaga diri dari wanita selama tiga hari
terakhir, namun juga bejana yaitu tubuh orang-orangnya
itu tahir, sebab mereka hidup di dalam pengudusan dan
penghormatan sepanjang waktu (1Tes. 4:4-5). Dan ka-
rena itu Allah akan memberi perhatian khusus kepada
mereka, supaya kebutuhan pokok mereka terpenuhi,
dan akan menyuruh imam-Nya untuk berbuat demi-
kian. sebab sudah kudus seperti itu, maka hal-hal
kudus tidak dilarang untuk mereka. Orang-orang Israel
yang miskin dan saleh pada dasarnya yaitu imam-
imam bagi Allah, dan, daripada kelaparan, mereka
boleh memakan roti yang disediakan untuk para imam.
Orang-orang percaya yaitu imam-imam rohani, dan
persembahan-persembahan Tuhan akan menjadi waris-
an mereka. Mereka makan santapan Allah mereka.
Daud membela diri bahwa roti itu bisa dipandang se-
bagai roti biasa sekarang, sebab kegunaan utamanya
untuk ibadah sudah berakhir. Terutama Seperti yang
dibaca dalam tafsiran yang agak luas, terutama saat
ada roti baru (ay. 6: roti lain) yang ditahirkan pada hari
itu dalam bejana, dan ditaruh di tempat roti kudus di
atas meja. Inilah pembelaan Daud, dan sang Anak Daud
menyetujuinya, dan menunjukkan dari sini bahwa belas
kasihan harus lebih diutamakan daripada korban,
bahwa tata upacara ibadah harus memberi jalan bagi
kewajiban-kewajiban untuk berbuat baik. Dan bahwa
dalam keadaan mendesak, yang terjadi atas pemelihara-
an ilahi, orang boleh melakukan sesuatu yang tidak bo-
leh dilakukan dalam keadaan biasa. Anak Daud (Tuhan
Yesus – pen.) mengemukakan hal ini untuk membenar-
kan murid-murid-Nya dalam memetik bulir-bulir gan-
dum pada hari Sabat, saat orang-orang Farisi mene-
gur mereka berbuat demikian (Mat. 12:3-4).
[3] sesudah mendengar pembelaan itu, Ahimelekh memberi-
kan persediaan makanan kepada Daud: Imam itu mem-
Kitab 1 Samuel 21:1-9
393
berikan kepadanya roti kudus itu (ay. 6), dan untuk ma-
salah inilah, menurut sebagian penafsir, Ahimelekh
menanyakan TUHAN (22:10). Sebagai hamba yang setia,
Ahimelekh tidak mau memberikan persediaan-persedia-
an Tuannya tanpa seizin Tuannya. Roti ini, dapat kita
duga, lebih menyukakan hati Daud sebab sudah diku-
duskan, begitu berharganya semua hal yang suci bagi-
nya. Roti sajian itu hanya berjumlah dua belas semua-
nya, namun dari kedua belas roti ini Ahimelekh mem-
berikan lima potong kepada Daud (ay. 3), meskipun
mereka tidak mempunyai roti lagi di rumah itu. namun
Ahimelekh menaruh percaya pada sang Penyelenggara.
(2) Daud membutuhkan sebuah pedang. Orang-orang yang
berkedudukan, meskipun mereka yaitu perwira tentara,
tidak memegang pedang mereka terus-menerus pada waktu
itu seperti sekarang. Sebab seandainya demikian, maka
pasti Daud tidak akan bepergian tanpa pedang. Sungguh
mengherankan bahwa Yonatan tidak memperlengkapi Daud
dengan pedangnya, seperti yang sudah dia lakukan sebelum-
nya (18:4). Apa pun itu, kenyataannya sekarang Daud tidak
memiliki senjata, dan alasan yang pura-pura dibuatnya ada-
lah sebab ia pergi terburu-buru (ay. 8). Orang-orang yang
diperlengkapi dengan pedang Roh dan perisai iman tidak
akan bisa dilucuti darinya, sehingga tidak perlu harus kehi-
langan akal kapan saja. namun para imam, tampaknya, tidak
mempunyai pedang: senjata-senjata perang mereka tidak
bersifat lahiriah. Tidak ada pedang yang ditemukan di seki-
tar kemah Tuhan kecuali pedang Goliat, yang diletakkan di
belakang efod, sebagai peringatan akan kemenangan gemi-
lang yang diperoleh Daud atas Goliat. Mungkin Daud meng-
arahkan pandangannya pada pedang itu saat ia meminta
sang imam untuk membantu memberinya sebuah pedang.
Sebab, sesudah pedang itu disebutkan, ia berkata, oh, tidak
ada yang seperti itu; berikanlah itu kepadaku (ay. 9). Ia
tidak bisa memakai perlengkapan perang Saul, sebab ia
belum mencobanya. namun pedang Goliat ini sudah diuji-
nya, dan dengannya ia melaksanakan hukuman. Tampak-
nya sekarang ia sudah bertambah kuat dan tegap, hingga
mampu menyandang dan memegang pedang seperti itu.
394
Allah telah mengajar tangannya berperang, sehingga ia
dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib (Mzm.
18:35). Dua hal dapat kita amati tentang pedang ini:
[1] Bahwa Allah dengan penuh rahmat telah memberikan
pedang itu kepada Daud, sebagai tanda dari perkenan-
an-Nya yang istimewa. Dengan begitu, kapan saja ia
menariknya, bahkan, kapan saja ia memandangnya, pe-
dang itu akan menjadi penopang yang kuat bagi iman-
nya. Sebab pedang itu mengingatkan dirinya akan con-
toh yang agung dari kepedulian dan sokongan khusus
penyelenggaraan ilahi menyangkut dirinya.
[2] Bahwa Daud dengan penuh syukur telah memberikan
kembali pedang itu kepada Allah, dengan mempersem-
bahkannya bagi Allah dan bagi kehormatan-Nya sebagai
tanda dari rasa syukurnya. Dan sekarang dalam kesu-
sahannya, pedang itu ternyata sangat bermanfaat bagi-
nya. Perhatikanlah, apa yang kita persembahkan seba-
gai puji-pujian untuk Allah, dan yang kita pakai untuk
melayani-Nya, besar kemungkinan, denga satu atau lain
cara, akan berbalik mendatangkan penghiburan dan ke-
untungan bagi diri kita sendiri. Apa yang kita berikan,
kita terima kembali.
Demikianlah Daud diperlengkapi dengan baik de-
ngan senjata dan perbekalan makanan. namun sangat-
lah menyedihkan, ternyata ada salah seorang hamba
Saul yang sedang melayani Tuhan, namanya Doëg, yang
kemudian menjadi pengkhianat berbudi rendah bagi
Daud maupun Ahimelekh. Doëg dilahirkan sebagai se-
orang Edom (ay. 7), dan meskipun kemudian ia meng-
anut agama Yahudi, untuk mendapatkan jabatan yang
didudukinya sekarang di bawah Saul, namun ia me-
nyimpan permusuhan Edom terhadap Israel yang ada
sejak dulu dan turun-temurun. Doëg yaitu pengawas
atas gembala-gembala, yang mungkin pada waktu itu
merupakan pekerjaan terhormat seperti pemilik kuda
sekarang. sebab satu atau lain keperluan, ia pada saat
itu harus mengunjungi sang imam, untuk ditahirkan
dari suatu kecemaran atau pun untuk memenuhi suatu
nazar. Akan namun , apa pun urusannya, dikatakan bah-
Kitab 1 Samuel 21:10-15
395
wa ia dikhususkan melayani TUHAN (KJV: ditahan di
hadapan Tuhan). Ia harus melayani dan tidak dapat
menolak, namun ia muak dengan pelayanan itu, dan
berkata, lihat, alangkah susah payahnya! (Mal. 1:13). Ia
lebih suka berada di tempat lain daripada di hadapan
Tuhan, dan sebab itu, bukannya mengurus urusannya
untuk datang ke situ, ia malah berencana untuk ber-
buat jahat kepada Daud dan membalas dendam kepada
Ahimelekh sebab sudah menahannya. Tempat kudus
Allah tidak pernah bisa melindungi serigala-serigala
berbulu domba seperti itu (lih. Gal. 2:4).
Daud Diusir dari Akhis
(21:10-15)
10 Kemudian bersiaplah Daud dan larilah ia pada hari itu juga dari Saul;
sampailah ia kepada Akhis, raja kota Gat. 11 Pegawai-pegawai Akhis berkata ke-
pada tuannya: “Bukankah ini Daud raja negeri itu? Bukankah tentang dia
orang-orang menyanyi berbalas-balasan sambil menari-nari, demikian: Saul
mengalahkan beribu-ribu musuh, namun Daud berlaksa-laksa?” 12 Daud mem-
perhatikan perkataan itu, dan dia menjadi takut sekali kepada Akhis, raja kota
Gat itu. 13 Sebab itu ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan di depan mata
mereka dan berbuat pura-pura gila di dekat mereka; ia menggores-gores pintu
gerbang dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya. 14 Lalu berkatalah
Akhis kepada para pegawainya: “Tidakkah kamu lihat, bahwa orang itu gila?
Mengapa kamu membawa dia kepadaku? 15 Kekurangan orang gilakah aku,
maka kamu bawa orang ini kepadaku supaya ia menunjukkan gilanya dekat
aku? Patutkah orang yang demikian masuk ke rumahku?”
Daud, meskipun seorang raja yang terpilih, di sini menjadi orang
buangan. Ia dirancang untuk menjadi tuan atas harta yang berlim-
pah, namun baru saja ia meminta-minta roti. Ia diurapi untuk me-
ngenakan mahkota, namun di sini ia terpaksa melarikan diri dari ne-
gerinya. Demikianlah, ada kalanya penyelenggaraan-penyelenggaraan
Allah tampak bertentangan dengan janji-janji-Nya, untuk menguji
iman umat-Nya, dan untuk memuliakan nama-Nya, saat rancang-
an-rancangan-Nya digenapi, kendati dengan kesulitan-kesulitan yang
menghadang di jalan. Inilah,
1. Pelarian Daud ke tanah orang Filistin, di mana ia berharap untuk
bersembunyi, dan tinggal tanpa diketahui orang di dalam istana
atau perkemahan Akhis, raja Gat (ay. 10). Orang kesayangan Is-
rael dibuat harus meninggalkan tanah Israel, dan dia yang meru-
396
pakan musuh besar orang Filistin (saya tidak tahu sebab dorong-
an-dorongan apa) harus pergi mencari perlindungan di antara
mereka. Tampak bahwa, meskipun orang-orang Israel mencintai-
nya, namun raja Israel mempunyai permusuhan pribadi dengan-
nya, yang mengharuskan dia untuk meninggalkan negerinya
sendiri. Demikian pula halnya, meskipun orang-orang Filistin mem-
bencinya, namun raja Gat mempunyai kebaikan pribadi untuknya,
menghargai jasanya, dan mungkin dengan terlebih lagi sebab ia
membunuh Goliat dari Gat, yang, ada kemungkinan, tidak pernah
menjadi teman bagi Akhis. Kepada dialah Daud sekarang langsung
pergi, seperti kepada orang yang dapat ia andalkan, seperti sesu-
dahnya (27:2-3). Dan sebenarnya Akhis tidak mau melindunginya,
sebab ia takut melukai perasaan bangsanya sendiri. Umat Allah
yang dianiaya sering kali mendapat perlakuan yang lebih baik dari
orang-orang Filistin daripada dari orang-orang Israel, dalam ge-
dung-gedung pertunjukan bangsa bukan-Yahudi daripada di tem-
pat-tempat ibadah orang Yahudi. Raja Yehuda memenjarakan Yere-
mia, namun raja Babel membebaskannya.
2. Perasaan jijik yang dirasakan pegawai-pegawai Akhis dengan ada-
nya Daud di sana, dan keluhan mereka tentangnya terhadap
Akhis (ay. 11): “Bukankah ini Daud? Bukankah dia yang telah me-
nang atas orang Filistin? Dengarkan saja isi nyanyian yang begitu
sering dibicarakan itu, Saul mengalahkan beribu-ribu musuh,
namun Daud, ya orang ini, berlaksa-laksa. Bahkan, bukankah dia,
jika kabar yang kita dapat dari tanah Israel benar, yaitu , atau
akan menjadi, raja negeri itu?” Sebagai orang seperti itu, “Ia pasti
merupakan musuh bagi negeri kita. Dan apakah aman atau
terhormat bagi kita untuk melindungi atau menyambut orang se-
perti itu?” Akhis mungkin sudah mengisyaratkan kepada mereka
bahwa akan menjadi kebijakan yang baik untuk menyambut
Daud, sebab sekarang ia menjadi musuh Saul, dan sesudah ini ia
bisa saja menjadi teman mereka. Sudah biasa terjadi bahwa para
penjahat dari suatu bangsa yang tidak mendapat perlindungan
hukum, dilindungi oleh musuh-musuh bangsa itu. namun pega-
wai-pegawai Akhis berkeberatan dengan kebijakan pemerintah-
annya, dan menganggap tidak pantas sama sekali bahwa Daud
harus tinggal di antara mereka.
3. Ketakutan yang dirasakan Daud sebab keberatan pegawai-pega-
wai Akhis. Meskipun Daud mempunyai sedikit banyak alasan
Kitab 1 Samuel 21:10-15
397
untuk menaruh percaya pada Akhis, namun, saat ia melihat
pegawai-pegawai Akhis cemburu kepadanya, ia mulai takut bahwa
Akhis akan terikat kewajiban untuk menyerahkan dia kepada
mereka, sehingga ia pun menjadi takut sekali (ay. 12). Mungkin ia
lebih khawatir akan bahaya yang mengintainya, kalau ia keta-
huan seperti itu, sebab ia memegang pedang Goliat, yang, dapat
kita duga, dikenal baik di Gat. Beralasan bagi Daud untuk bersiap
bahwa mereka akan memotong kepalanya dengan pedang itu,
sebab ia telah memotong kepala Goliat dengannya. Daud sekarang
belajar melalui pengalaman apa yang telah diajarkannya kepada
kita (Mzm. 118:9), bahwa lebih baik berlindung pada TUHAN dari
pada percaya kepada para bangsawan. Orang-orang yang berke-
dudukan tinggi yaitu dusta, dan, jika kita menjadikan mereka
sebagai harapan kita, bisa jadi mereka terbukti menjadi kengerian
bagi kita. Pada saat inilah Daud menorehkan Mazmur 56 (Mikh-
tam, mazmur emas), saat orang Filistin menangkap dia di Gat, di
mana, sesudah menunjukkan kesusahan-kesusahannya di hadap-
an Allah, ia menetapkan hati (Mzm. 56:4), “Waktu aku takut, aku
ini percaya kepada-Mu. Dan sebab itu (Mzm. 56:12) aku tidak
takut apa yang dapat dilakukan manusia terhadap aku, sekalipun
itu anak-anak raksasa.”
4. Jalan yang diambil Daud untuk lolos dari tangan mereka: Ia
berbuat pura-pura gila (ay. 13). Ia bertingkah laku seperti orang
tolol, atau orang yang sudah tidak waras. Pikirnya, mereka akan
percaya begitu saja bahwa kehinaan yang telah menimpanya, dan
kesusahan-kesusahan yang sedang melandanya sekarang, telah
membuat jiwanya terganggu. Kepura-puraannya ini tidak dapat
dibenarkan. Sungguh hina baginya untuk merendahkan dirinya
seperti itu, dan tidak sejalan dengan kebenaran untuk memberi-
kan gambaran yang salah seperti itu tentang dirinya. Oleh sebab
itu, tindakan itu tidak pantas dilakukan oleh orang seperti Daud
yang terhormat dan jujur. Namun demikian, tindakan itu sedikit
banyak bisa dimaklumi, sebab yang dilakukannya itu bukanlah
betul-betul suatu kebohongan, melainkan seperti sebuah siasat
dalam perang, untuk memperdaya musuh-musuhnya demi me-
nyelamatkan nyawanya sendiri. Apa yang dilakukan Daud di sini
dengan berpura-pura seperti itu dan untuk menyelamatkan diri-
nya sendiri, yang membuat tindakan itu sebagiannya dapat di-
maklumi, biasanya benar-benar dilakukan oleh para pemabuk,
398
untuk memuaskan nafsu yang rendah. Mereka menjadikan diri
mereka sendiri sebagai orang bodoh, dan mengubah perilaku
mereka. Perkataan dan perbuatan mereka biasanya bodoh dan
konyol seperti orang dungu, atau berang dan geram seperti orang
gila. Ini sering kali membuat saya bertanya-tanya mengapa orang
yang berakal budi dan terhormat mau membiarkan diri mereka
berlaku seperti itu.
5. Terluputnya Daud dengan cara ini (ay. 14-15). Saya cenderung
berpikir bahwa Akhis sadar bahwa kegilaan itu hanyalah pura-
pura. Akan namun , sebab ingin melindungi Daud, seperti yang
kita dapati sesudahnya bahwa Akhis sangat baik kepada Daud,
bahkan saat raja kota orang Filistin tidak menyukainya (28:1-2;
29:6), maka Akhis berpura-pura kepada para pegawainya bahwa
ia benar-benar berpikir orang itu gila. Dan sebab itu beralasan
baginya untuk mempertanyakan apakah itu Daud atau bukan.
Atau, kalaupun itu Daud, mereka tidak perlu takut kepadanya.
Bahaya apa yang dapat ditimpakan Daud kepada mereka, saat
ia sudah tidak waras lagi sekarang? Mereka curiga Akhis ingin
menyambut Daud: “Aku tidak begitu,” katanya. “Dia orang gila.
Aku tidak mau berhubungan apa-apa dengannya. Kamu tidak
perlu takut aku akan mempekerjakan dia, atau memberinya
sokongan.” Akhis menyikapi hal itu dengan cukup baik saat ia
bertanya, “Kekurangan orang gilakah aku? Patutkah orang yang
demikian masuk ke rumahku? Aku tidak akan menunjukkan
kebaikan kepadanya, namun kamu juga tidak boleh menyakitinya,
sebab, jika ia orang gila, maka ia harus dikasihani.” Oleh sebab
itu Akhis mengusirnya, seperti dalam judul Mazmur 34, yang
dituliskan Daud pada kesempatan ini, dan sungguh bagus maz-
mur itu. Mazmur itu menunjukkan bahwa roh Daud tidak ber-
ubah saat perilakunya berubah, namun bahkan dalam keadaan-
keadaan yang teramat sulit dan tergesa-gesa, hatinya tetap, penuh
kepercayaan kepada TUHAN. Dan ia menutup Mazmur itu dengan
keyakinan ini, bahwa semua orang yang berlindung pada Allah
tidak akan menanggung hukuman, meskipun ada kemungkinan
mereka, seperti dia sekarang, sendirian dan kesusahan, dianiaya,
namun tidak ditinggalkan sendirian.
PASAL 22
aud, sesudah diusir dari Akhis, kembali ke tanah Israel untuk
kemudian diburu oleh Saul.
I. Daud mendirikan markasnya di gua Adulam, menyambut
saudara-saudaranya (ay. 1), menghimpun para prajuritnya
(ay. 2), namun memindahkan orangtuanya yang sudah lanjut
usia ke tempat yang lebih tenang (ay. 3-4), dan memiliki Nabi
Gad sebagai penasihatnya (ay. 5).
II. Saul bertekad untuk mengejar Daud dan menemukannya,
mengeluh tentang pegawai-pegawainya dan Yonatan (ay. 6-8).
sesudah mengetahui dari Doëg bahwa Ahimelekh sudah ber-
buat baik kepada Daud, Saul memerintahkan supaya Ahime-
lekh dan semua imam yang ada bersamanya, yang semuanya
berjumlah delapan puluh lima orang, dihukum mati, dan
semua milik mereka dihancurkan (ay. 9-19).
III. Dari pelaksanaan hukuman yang biadab ini Abyatar terluput,
dan melarikan diri kepada Daud (ay. 20-23).
Daud di Gua Adulam
(22:1-5)
1 Lalu Daud pergi dari sana dan melarikan diri ke gua Adulam. saat sau-
dara-saudaranya dan seluruh keluarganya mendengar hal itu, pergilah mere-
ka ke sana mendapatkan dia. 2 Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang
yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang,
setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka. Bersama-
sama dengan dia ada kira-kira empat ratus orang. 3 Dari sana Daud pergi ke
Mizpa di Moab dan berkata kepada raja negeri Moab: “Izinkanlah ayahku dan
iartikel tinggal padamu, sampai aku tahu, apa yang dilakukan Allah kepada-
ku.” 4 Lalu diantarkannyalah mereka kepada raja negeri Moab, dan mereka
tinggal bersama dia selama Daud ada di kubu gunung. 5 namun Gad, nabi itu,
D
400
berkata kepada Daud: “Janganlah tinggal di kubu gunung itu, pergilah dan
pulanglah ke tanah Yehuda.” Lalu pergilah Daud dan masuk ke hutan Keret.
Dalam perikop ini,
I. Daud berlindung di gua Adulam (ay. 1). Tidak jelas apakah itu
kubu alami atau kubu buatan. Ada kemungkinan bahwa jalan
untuk masuk ke sana begitu sulit hingga Daud menganggap
dirinya mampu, dengan pedang Goliat, mempertahankannya dari
semua pasukan Saul. Oleh sebab itu ia mengubur dirinya hidup-
hidup di dalamnya, sementara ia menunggu untuk melihat dan ia
mengatakannya di sini apa yang akan dilakukan Allah kepadanya
(ay. 3). Dalam janji untuk memperoleh kerajaan, tersirat juga janji
bahwa Daud akan dilindungi untuk mendapatkannya. sekalipun
begitu, Daud menggunakan sarana-sarana yang semestinya un-
tuk menyelamatkan dirinya sendiri, sebab jika tidak, ia mencobai
Allah. Ia tidak melakukan apa pun yang bertujuan untuk
menghancurkan Saul, namun hanya untuk mengamankan dirinya
saja. Ia yang bisa saja melakukan pelayanan besar bagi negerinya
sebagai hakim atau panglima, di sini terkurung di dalam gua, dan
dibuang seperti periuk yang tidak disukai orang. Kita tidak boleh
menganggap aneh jika terang yang bersinar kadang-kadang
dibuat pudar dan disembunyikan di bawah gantang seperti itu.
Mungkin sang rasul merujuk pada contoh dari Daud ini, dan
bukan pada contoh-contoh lain, saat ia berbicara tentang
beberapa pahlawan Perjanjian Lama yang mengembara di padang
gurun, dalam gua-gua dan celah-celah gunung (Ibr. 11:38). Pada
saat inilah Daud menorehkan Mazmur 142, yang berjudul, doa
orang yang dikejar-kejar (KJV: suatu doa saat Daud ada di dalam
gua). Dan di sana ia mengeluh bahwa tidak ada seorang pun yang
menghiraukan dia, dan bahwa tempat pelarian baginya telah
hilang. namun ia berharap bahwa tak lama lagi orang benar akan
mengelilingi dia.
II. Ke sanalah saudara-saudara Daud berbondong-bondong menda-
tangi dia, saudara-saudaranya dan seluruh keluarganya, untuk
dilindungi olehnya, untuk memberikan pertolongan kepadanya,
dan untuk berbagi nasib dengan dia. Seorang saudara ada dalam
kesukaran. Sekarang Yoab, Abisai, dan saudara-saudara Daud
yang lain datang kepadanya, untuk menderita dan bertaruh
Kitab 1 Samuel 22:1-5
401
nyawa bersamanya, dengan harapan bahwa mereka akan segera
diangkat bersamanya. Dan memang demikian kenyataannya. Tiga
orang pertama dari pahlawan-pahlawan Daud yaitu orang-orang
yang berutang budi kepadanya saat ia berada di gua itu (1Taw.
11:15, dst.).
III. Di sini Daud mulai mengerahkan pasukan untuk melindungi dirinya
(ay. 2). Ia mendapati, melalui percobaan-percobaan yang dibuatnya
belum lama ini, bahwa ia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri
dengan melarikan diri, dan sebab itu ia mau tidak mau harus
menyelamatkan diri dengan membentuk pasukan. Dalam melaku-
kan itu, Daud tidak pernah bertindak untuk menyerang, tidak per-
nah melakukan kekerasan apa pun kepada rajanya, atau mem-
berikan gangguan apa pun terhadap kedamaian kerajaan, namun
hanya menggunakan pasukannya sebagai penjaga bagi dirinya
sendiri. Akan namun , betapa pun para prajuritnya menjadi perlin-
dungan baginya, mereka tidak mendatangkan pujian yang besar
baginya, sebab tentara yang dimilikinya tidaklah terdiri atas
orang-orang yang hebat, orang-orang kaya, orang-orang yang
gagah berani, ataupun orang-orang baik. Sebaliknya, mereka ada-
lah orang-orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-
kejar tukang piutang, dan setiap orang yang sakit hati. Mereka
yaitu orang-orang yang tidak beruntung dan yang gelisah jiwa-
nya, yang harus bersusah payah, dan yang tidak tahu betul apa
yang harus mereka lakukan. saat Daud sudah menetapkan
markasnya di gua Adulam, mereka datang dan mendaftarkan diri
kepadanya, dengan jumlah sekitar empat ratus orang. Lihatlah
betapa lemahnya alat-alat yang terkadang dipakai Allah, yang
dengannya Ia hendak memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri. Anak
Daud siap menerima jiwa-jiwa yang kesusahan, yang mau meng-
angkat Dia sebagai panglima mereka dan diperintah oleh-Nya.
IV. Daud memberi perhatian untuk menempatkan orangtuanya di tem-
pat yang aman. Tidak ada tempat seperti itu yang dapat dia temu-
kan di seluruh tanah Israel, selama Saul, dengan begitu pahit, ge-
ram terhadapnya dan terhadap semua yang menjadi miliknya oleh
sebab dia. Oleh sebab itu, Daud pergi bersama orangtuanya ke-
pada raja Moab, dan menempatkan mereka di bawah perlindungan-
nya (ay. 3-4). Amatilah di sini,
402
1. Betapa dengan perhatian yang lembut Daud memenuhi keper-
luan orangtuanya yang sudah lanjut usia. Tidak pantas jika
mereka harus dihadapkan pada ketakutan-ketakutan atau
kelelahan-kelelahan yang setiap waktu akan dialaminya se-
lama pergumulannya dengan Saul berlangsung; mereka sama
sekali tidak mampu menanggung beban seperti itu sebab
usia. Oleh sebab itu, hal pertama yang dilakukannya yaitu
menemukan tempat tinggal yang tenang untuk mereka, apa
pun yang terjadi dengan dirinya sendiri. Hendaklah anak-anak
belajar dari sini untuk berbakti kepada kaum keluarga mereka
sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka (1Tim.
5:4), dengan memperhitungkan kenyamanan dan kepuasan
orangtua mereka dalam segala hal. Sekalipun mereka men-
dapat kedudukan yang begitu tinggi, dan bekerja dengan begi-
tu keras, janganlah mereka melupakan orangtua mereka yang
sudah lanjut usia.
2. Betapa dengan iman yang penuh kerendahan hati Daud me-
nantikan akhir dari kesusahan-kesusahannya pada saat ini:
Sampai aku tahu, apa yang dilakukan Allah kepadaku. Daud
mengungkapkan harapan-harapannya dengan sangat bersahaja,
sebagai orang yang sudah berserah diri sepenuhnya kepada
Allah dan menyerahkan jalannya kepada Dia. Ia mengharapkan
akhir yang baik, bukan sebab keahliannya sendiri, atau persen-
jataannya sendiri, atau jasa-jasanya sendiri, melainkan sebab
apa yang akan dilakukan oleh hikmat, kuasa, dan kebaikan
Allah untuknya. Sekarang ayah dan ibu Daud meninggalkan-
nya, namun Allah tidak (Mzm. 27:10).
V. Daud mendapat nasihat dan pertolongan dari Nabi Gad. Ada ke-
mungkinan Gad merupakan salah seorang anak dari nabi-nabi
yang dididik di bawah Samuel, dan yang oleh Samuel disarankan
kepada Daud sebagai penasihat atau pembimbing rohaninya.
Sebagai seorang nabi, Gad akan berdoa untuknya dan mengajari-
nya tentang pikiran Allah. Dan Daud, meskipun ia sendiri seorang
nabi, merasa senang mendapat bantuan dari Gad. Gad menasi-
hati Daud untuk pergi ke tanah Yehuda (ay. 5), sebagai orang
yang yakin akan ketidakbersalahannya sendiri, dan yang merasa
pasti akan perlindungan ilahi, dan yang berkeinginan, bahkan da-
lam keadaannya yang sulit pada saat ini, untuk melakukan suatu
Kitab 1 Samuel 22:6-19
403
pelayanan bagi suku dan negerinya. Janganlah ia malu untuk
mengakui perkaranya sendiri, atau menolak pertolongan-perto-
longan yang akan ditawarkan kepadanya. sesudah digerakkan oleh
perkataan ini, Daud menetapkan hati untuk tampil di hadapan
semua orang di tanah Yehuda. Demikianlah TUHAN menetapkan
langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya.
Saul Membinasakan Imam-imam Tuhan;
Kota Nob Dihancurkan
(22:6-19)
6 Hal itu terdengar oleh Saul, sebab Daud dan orang-orang yang bersama-
sama dengan dia telah diketahui tempatnya. Adapun Saul ada di Gibea,
sedang duduk di bawah pohon tamariska di bukit, dengan tombaknya di
tangan dan semua pegawainya berdiri di dekatnya. 7 Lalu berkatalah Saul
kepada para pegawainya yang berdiri di dekatnya: “Cobalah dengar, ya orang-
orang Benyamin! Apakah anak Isai itu juga akan memberikan kepada kamu
sekalian ladang dan kebun anggur, apakah ia akan mengangkat kamu sekali-
an menjadi kepala atas pasukan seribu dan atas pasukan seratus, 8 sehingga
kamu sekalian mengadakan persepakatan melawan aku dan tidak ada se-
orang pun yang menyatakan kepadaku, bahwa anakku mengikat diri dengan
anak Isai itu? Tidak ada seorang pun dari kamu yang cemas sebab aku,
atau yang menyatakan kepadaku, bahwa anakku telah menghasut pegawai-
ku melawan aku menjadi penghadang seperti sekarang ini.” 9 Lalu menjawab-
lah Doëg, orang Edom itu, yang berdiri dekat para pegawai Saul, katanya:
“Telah kulihat, bahwa anak Isai itu datang ke Nob, kepada Ahimelekh bin
Ahitub. 10 Ia menanyakan TUHAN bagi Daud dan memberikan bekal kepada-
nya; juga pedang Goliat, orang Filistin itu, diberikannya kepadanya.” 11 Lalu
raja menyuruh memanggil Ahimelekh bin Ahitub, imam itu, bersama-sama
dengan seluruh keluarganya, para imam yang di Nob; dan datanglah seka-
liannya menghadap raja. 12 Kata Saul: “Cobalah dengar, ya anak Ahitub!” Ja-
wabnya: “Ya, tuanku.” 13 Kemudian bertanyalah Saul kepadanya: “Mengapa
kamu mengadakan persepakatan melawan aku, engkau dengan anak Isai itu,
dengan memberikan roti dan pedang kepadanya, menanyakan Allah baginya,
sehingga ia bangkit melawan aku menjadi penghadang seperti sekarang ini?”
14 Lalu Ahimelekh menjawab raja: “namun siapakah di antara segala pegawai-
mu yang dapat dipercaya seperti Daud, apalagi ia menantu raja dan kepala
para pengawalmu, dan dihormati dalam rumahmu? 15 Bukan ini pertama kali
aku menanyakan Allah bagi dia. Sekali-kali tidak! Janganlah kiranya raja
melontarkan tuduhan kepada hambamu ini, bahkan kepada seluruh keluar-
gaku, sebab hambamu ini tidak tahu apa-apa tentang semuanya itu, baik
tentang perkara kecil maupun perkara besar.” 16 namun raja berkata: “Engkau
mesti dibunuh, Ahimelekh, engkau dan seluruh keluargamu.” 17 Lalu raja
memerintahkan kepada bentara yang berdiri di dekatnya: “Majulah dan
bunuhlah para imam TUHAN itu sebab mereka membantu Daud; sebab wa-
laupun mereka tahu, bahwa ia melarikan diri, mereka tidak memberitahukan
hal itu kepadaku.” namun para pegawai raja tidak mau mengangkat tangan-
nya untuk memarang imam-imam TUHAN itu. 18 Lalu berkatalah raja kepada
Doëg: “Majulah engkau dan paranglah para imam itu.” Maka majulah Doëg,
orang Edom itu, lalu memarang para imam itu. Ia membunuh pada hari itu
404
delapan puluh lima orang, yang memakai baju efod dari kain lenan. 19 Juga
penduduk Nob, kota imam itu, dibunuh raja dengan mata pedang; laki-laki
maupun wanita , kanak-kanak maupun anak yang menyusu, pula lem-
bu, keledai dan domba dibunuhnya dengan mata pedang.
Kita sudah melihat perkembangan dari kesusahan-kesusahan Daud.
Sekarang di sini kita mendapati perkembangan dari kefasikan Saul.
Saul tampak sudah menyingkirkan pemikiran-pemikiran tentang se-
mua urusan lain, dan mencurahkan segenap dirinya untuk mengejar
Daud. Saul pada akhirnya mendengar, melalui berita yang sedang
hangat di seluruh negeri, bahwa Daud telah diketahui tempatnya
yaitu, bahwa ia telah muncul di hadapan umum dan menghimpun
orang-orang untuk melayaninya. Mendengar hal itu, Saul memanggil
semua pegawainya yang berdiri di dekatnya, dan ia duduk di bawah
pohon, atau tiang berhala, di bukit pengorbanan yang ada di Gibea.
Ia duduk dengan tombak di tangannya sebagai tongkat, yang menyi-
ratkan kekuasaan yang dengannya ia gunakan untuk memerintah,
dan keadaan jiwanya pada saat ini, atau lebih tepatnya kegelisahan
jiwanya, yaitu untuk membunuh semua orang yang menghalangi
jalannya. Dalam perburuan yang berdarah ini,
I. Saul mencari tahu tentang Daud dan Yonatan (ay. 7-8). Ada dua
hal yang dicurigainya, dan ia ingin melihatnya terbukti, supaya ia
dapat melampiaskan kebenciannya kepada dua dari orang-orang
yang terbaik dan paling unggul yang dimilikinya:
1. Bahwa Daud, hambanya, benar-benar menghadang dia dan
berusaha mencabut nyawanya, yang sama sekali tidak benar.
Saullah yang sebenarnya berusaha mencabut nyawa Daud.
Oleh sebab itu ia mengaku-ngaku bahwa Daud berusaha
mencabut nyawanya, meskipun ia tidak bisa menuduh Daud
atas suatu tindakan nyata yang dapat memberikan bayangan
kecurigaan sedikit pun.
2. Bahwa Yonatan anaknya menghasut Daud untuk berbuat
demikian, dan bersekutu dengan Daud untuk merancangkan
dan membayangkan kematian sang raja. Ini juga jelas-jelas
tidak benar. Memang ada ikatan persahabatan antara Daud
dan Yonatan, namun tidak ada persekongkolan dalam kejahatan
apa pun. Tak satu pun dari butir-butir perjanjian persahabat-
an mereka mengandung suatu kejahatan terhadap Saul. Ka-
laupun Yonatan setuju, sesudah kematian Saul, untuk menye-
Kitab 1 Samuel 22:6-19
405
rahkan mahkota kerajaan kepada Daud, sesuai dengan kehen-
dak Allah yang sudah disingkapkan, apa bahayanya itu bagi
Daud? Namun begitulah, sahabat-sahabat terbaik bagi raja
dan negeri sering kali dituduh secara menjijikkan sebagai
musuh-musuh keduanya. Bahkan Kristus sendiri pun dituduh
demikian. Saul menganggap benar begitu saja bahwa Yonatan
dan Daud bersekongkol untuk melawannya, melawan mahkota
dan martabatnya. Dia marah kepada pegawai-pegawainya
sebab mereka tidak memberi tahu dia tentang hal itu, dengan
menduga bahwa mereka tidak bisa tidak pasti mengetahuinya,
padahal tidaklah demikian adanya. Lihatlah sifat dari keben-
cian yang penuh kecemburuan, dan cara-cara yang menyedih-
kan yang dipakainya untuk memaksa menyingkapkan hal-hal
yang tidak ada. Saul melihat semua orang di sekelilingnya se-
bagai musuh-musuhnya sebab mereka tidak mengatakan te-
pat seperti yang dia katakan. Dan Saul memberi tahu mereka,
(1) Bahwa mereka sangat tidak bijaksana, dan bertindak mela-
wan kepentingan suku mereka maupun keluarga mereka.
Sebab mereka yaitu orang Benyamin, dan Daud, jika di-
angkat, akan membawa kehormatan kepada Yehuda, ke-
hormatan yang sekarang dipegang oleh Benyamin. Sebab
Daud tidak akan pernah mampu memberi mereka imbalan-
imbalan seperti yang diberikan Saul untuk mereka, yaitu
ladang dan kebun anggur, dan jabatan-jabatan untuk men-
jadi perwira dan panglima.
(2) Bahwa mereka tidak setia: Kamu sekalian mengadakan per-
sepakatan melawan aku. Betapa orang-orang yang mem-
biarkan diri dikuasai oleh roh kecemburuan terus-menerus
merasa gelisah dan tersiksa! Kalau pemerintah memperhati-
kan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik (Ams.
29:12), yaitu, mereka tampak fasik di matanya.
(3) Bahwa mereka sangat jahat. Saul menyangka dapat me-
nyentuh sifat baik mereka dengan perkataan itu: Tidak ada
seorang pun dari kamu yang bahkan merasa kasihan terha-
dapku, atau cemas sebab aku, seperti sebagian penafsir
membacanya. Dengan alasan-alasan ini ia mendorong
mereka untuk bertindak dengan penuh semangat, sebagai
alat-alat kebenciannya, supaya mereka dapat menyingkir-
kan kecurigaan-kecurigaannya terhadap mereka.
406
II. Meskipun Saul tidak dapat menemukan satu hal pun dari pega-
wai-pegawainya yang dapat dipakai untuk melawan Daud atau
Yonatan, namun ia mendapat berita dari Doëg untuk melawan
imam Ahimelekh.
1. Sebuah tuduhan diajukan Doëg terhadap Ahimelekh, dan Doëg
sendiri yaitu bukti melawannya (ay. 9-10). Mungkin Doëg,
sekalipun jahat, tidak akan memberitahukan hal ini seandainya
Saul tidak memaksanya, sebab seandainya Doëg sangat ingin
memberitahukannya, ia pasti sudah melakukannya lebih awal.
namun sekarang Doëg berpikir bahwa mereka semua pasti
akan dianggap sebagai pengkhianat jika tak seorang pun dari
mereka menjadi pendakwa. Oleh sebab itu, Doëg memberi
tahu Saul kebaikan apa yang telah ditunjukkan Ahimelekh ke-
pada Daud, yang kebetulan ia sendiri menjadi saksi matanya.
Ahimelekh sudah menanyakan TUHAN bagi Daud, yang tidak
biasa dilakukan oleh sang imam kecuali untuk tokoh-tokoh
masyarakat dan tentang kepentingan-kepentingan umum. Dan
Ahimelekh memberi bekal kepada Daud berupa roti dan
pedang. Semuanya ini benar, namun tidak seluruhnya benar.
Doëg seharusnya memberi tahu Saul lebih jauh bahwa Daud
telah membuat Ahimelekh percaya bahwa Daud pada waktu
itu sedang melaksanakan tugas sang raja. Dengan begitu,
pelayanan yang diberikan Ahimelekh kepada Daud, apa pun
kenyataannya, dimaksudkan untuk menghormati Saul. Hal ini
bisa saja membersihkan nama Ahimelekh, yang berada di ba-
wah kuasa Saul, sehingga semua kesalahan dapat ditimpakan
kepada Daud, yang berada di luar jangkauannya.
2. Ahimelekh ditangkap, atau lebih tepatnya dipanggil mengha-
dap sang raja untuk diadili, dan atas tuduhan inilah ia ditun-
tut. Raja menyuruh memanggil Ahimelekh dan semua imam
yang pada waktu itu melayani di tempat kudus, yang dianggap
Saul sudah membantu dan menjadi kaki tangan Daud. Mere-
ka, sebab tidak menyadari adanya kesalahan apa pun, dan
oleh sebab itu tidak khawatir akan bahaya apa pun, datang
sekaliannya menghadap raja (ay. 11). Tak seorang pun dari
mereka berusaha meloloskan diri, atau melarikan diri kepada
Daud untuk berlindung, seperti yang pasti sudah mereka la-
kukan, sebab sekarang Daud telah mendirikan markasnya, se-
andainya mereka memang mendukung kepentingan-kepen-
Kitab 1 Samuel 22:6-19
407
tingan Daud seperti yang dicurigai Saul. Saul menuntut Ahi-
melekh sendiri dengan penghinaan dan kemarahan yang sebe-
sar-besarnya (ay. 12): Cobalah dengar, ya anak Ahitub. Saul
bahkan tidak memanggil Ahimelekh dengan menyebut nama-
nya, apalagi menyebutkan gelar kehormatannya. Dengan ini
tampak bahwa ia sudah membuang rasa takut akan Allah,
hingga ia tidak menunjukkan penghormatan sama sekali ter-
hadap para imam-Nya, namun merasa senang dalam mencela
dan menghina mereka. Ahimelekh menyerahkan dirinya untuk
diadili dalam perkataan itu: “Ya, tuanku, aku siap mendengar
tuntutan terhadapku, sebab aku tahu bahwa aku tidak ber-
buat salah.” Ahimelekh tidak berkeberatan atas kewenangan
pengadilan Saul, tidak pula menuntut pengecualian sebagai
seorang imam, sekalipun ia yaitu imam besar, padahal jabat-
an imam besar belum lama ini digabungkan dengan jabatan
hakim, atau hakim kepala. namun sebab sekarang Saul diberi
kedaulatan, dalam hal-hal yang berkaitan dengan raja, maka
bahkan imam besar sekalipun berdiri sama tinggi dengan
orang-orang Israel biasa. Tiap-tiap orang, bahkan hamba Tu-
han, harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya.
3. Dakwaan terhadap Ahimelekh dibacakan kepadanya (ay. 13),
bahwa ia, sebagai pengkhianat yang penuh kepalsuan, telah
bergabung dengan anak Isai dalam persekongkolan untuk
menggulingkan dan membunuh sang raja. Kata Saul, “Ran-
cangan anak Isai itu yaitu untuk bangkit melawan aku, dan
engkau benar-benar membantu dia dengan memberikan per-
bekalan makanan dan senjata.” Lihatlah betapa perbuatan-
perbuatan yang tidak mengandung kesalahan apa pun bisa
direka-reka dengan buruk. Betapa tidak aman orang-orang
yang hidup di bawah pemerintahan yang lalim. Dan betapa
beralasan bagi kita untuk bersyukur atas tata peraturan hu-
kum dan jalannya pemerintahan yang membahagiakan yang di
bawahnya kita hidup.
4. Atas dakwaan ini Ahimelekh membela diri tidak bersalah (ay.
14-15). Ia mengakui kenyataan yang terjadi, namun menyangkal
bahwa ia melakukannya dengan berkhianat atau dengan mak-
sud jahat, atau dengan suatu rancangan melawan raja. Ia
membela diri bahwa ia sama sekali tidak mengetahui adanya
perseteruan antara Saul dan Daud, hingga ia benar-benar
408
mengira bahwa Daud pada waktu itu mendapat perkenanan
istana sama seperti sebelumnya. Cermatilah, Ahimelekh tidak
membela diri bahwa Daud telah berbohong kepadanya, dan
dengan kebohongan itu telah memperdaya dirinya, meskipun
sebenarnya memang demikian. Sebab Ahimelekh tidak mau
menyatakan kelemahan orang yang begitu baik, sekalipun itu
untuk membenarkan dirinya sendiri, terutama kepada Saul,
yang mencari segala kesempatan untuk melawan Daud. namun
ia tetap percaya akan nama baik Daud sebagai pelayan Saul
yang paling setia. Ia tetap memperhitungkan kehormatan yang
telah diberikan sang raja kepada Daud dengan menikahkan
anak wanita nya dengan Daud serta bagaimana sang raja
sudah sering kali memakai Daud, dan memberi kepercayaan
penuh kepadanya: “Ia patuh pada perintahmu, dan dihormati
dalam rumahmu, dan sebab itu siapa saja akan berpikir bah-
wa menunjukkan penghormatan kepada Daud yaitu suatu
tindakan yang terpuji kepada raja, dan sama sekali tidak
memandangnya sebagai kejahatan.” Ahimelekh membela diri
bahwa ia sudah biasa menanyakan Allah bagi Daud saat
Daud diutus oleh Saul untuk tugas apa saja. Dia melakukan-
nya sekarang tanpa kesalahan apa-apa seperti yang selama ini
ia lakukan. Ahimelekh menegaskan bahwa jijik baginya untuk
membayangkan dirinya terlibat dalam persekongkolan mela-
wan sang raja: “Sekali-kali tidak. Aku mengurusi urusanku
sendiri, dan tidak mencampuri urusan-urusan pemerintah.” Ia
memohon perkenanan sang raja: “Janganlah kiranya raja me-
lontarkan tuduhan atas kejahatan apa pun kepada kami.” Dan
ia menutup dengan pernyataan akan ketidakbersalahannya:
Hambamu ini tidak tahu apa-apa tentang semuanya itu. Ada-
kah orang lain yang bisa membela diri dengan bukti kejujuran
yang lebih banyak? Seandainya ia diadili oleh anggota majelis
yang terdiri atas orang-orang Israel yang jujur, ia pasti akan
dibebaskan, sebab siapa yang dapat menemukan kesalahan
dalam dirinya? Akan namun ,
5. Saul sendiri memberikan penghakiman melawannya (ay. 16):
Engkau mesti dibunuh, Ahimelekh, sebagai pemberontak, eng-
kau dan seluruh keluargamu. Adakah yang lebih tidak adil
daripada ini? Aku melihat di bawah matahari: di tempat peng-
adilan, di situ pun terdapat ketidakadilan (Pkh. 3:16).
Kitab 1 Samuel 22:6-19
409
(1) Tidak adil bahwa harus Saul sendiri, dan dia saja, yang
memberikan penghakiman dalam perkaranya sendiri, tanpa
pengajuan perkara kepada hakim atau nabi, kepada dewan
penasihatnya, atau kepada dewan perang.
(2) Tidak adil bahwa pembelaan yang begitu baik harus ditolak
dan tidak diterima tanpa diberikan alasan apa pun, atau
upaya apa pun untuk menyanggah tuduhan-tuduhannya,
namun semata-mata ditolak dengan semena-mena.
(3) Tidak adil bahwa hukuman harus dijatuhkan dengan begitu
terburu-buru dan tergesa-gesa. Sang hakim sendiri tidak
mengambil waktu untuk mempertimbangkannya, atau mem-
berikan waktu sedikit pun kepada sang tahanan untuk ber-
gerak dan menghentikan penghakiman itu.
(4) Tidak adil bahwa hukuman harus dijatuhkan bukan hanya
atas Ahimelekh sendiri, yang merupakan satu-satunya orang
yang dituduh oleh Doëg, melainkan juga atas seluruh keluar-
ganya, yang tidak dikenakan tuduhan apa-apa. Haruskah
anak dihukum mati sebab ayahnya?
(5) Tidak adil bahwa hukuman harus dijatuhkan dalam ama-
rah, bukan untuk menyokong keadilan, melainkan untuk
melampiaskan kegeraman Saul yang menyerupai binatang.
6. Saul mengeluarkan surat perintah (hanya perintah lisan) un-
tuk segera melaksanakan hukuman yang berdarah ini.
(1) Saul memerintahkan para pengiringnya yang bukan prajurit
untuk menjadi algojo-algojo yang melaksanakan hukuman
ini, namun mereka menolak (ay. 17). Dengan ini ia bermaksud
untuk lebih lagi menghina para imam itu. Mereka tidak
boleh mati oleh tangan prajurit (seperti dalam 1Raj. 2:29)
atau oleh para pejabatnya yang biasa menjalankan peradil-
an. namun para pelayan pengiringnya harus bersorak atas
para imam, dan membasuh tangan mereka dalam darah
para imam.
[1] Tidak pernah perintah seorang raja diberikan secara le-
bih biadab seperti itu: Majulah dan bunuhlah para imam
TUHAN itu. Perintah ini diucapkan dengan nada kedur-
hakaan yang tiada bandingnya. Kalau Saul memang su-
dah lupa bahwa jabatan para imam itu suci atau mereka
punya hubungan khusus dengan Allah, maka ia mung-
410
kin akan menyesal melihat orang-orang yang berkedu-
dukan seperti itu harus terkena amarahnya. namun de-
ngan menyebut mereka para imam TUHAN, lalu memerin-
tahkan para pelayannya memotong leher mereka, maka
tampaklah bahwa ia memang membenci mereka. sebab
Allah sudah menolaknya, dan sudah memerintahkan
orang lain untuk diurapi sebagai gantinya, maka ia tam-
pak sangat senang dengan kesempatan untuk membalas
dendam kepada para imam Tuhan ini, sebab Allah sen-
diri berada di luar jangkauanya. saat roh jahat me-
nguasai seseorang, ia akan membuat orang itu bergegas
melakukan kefasikan apa saja! Saul menuduh, dalam
perintahnya yang sama sekali tidak benar dan tidak ter-
bukti, bahwa para imam itu tahu saat Daud melarikan
diri, padahal mereka tidak tahu apa-apa tentang masalah
itu. namun kebencian dan pembunuhan biasanya diso-
kong oleh berbagai macam kebohongan.
[2] Tidak pernah perintah seorang raja tidak ditaati secara
lebih terhormat seperti itu. Para pelayannya itu lebih
berakal sehat dan berbelaskasihan daripada tuan mere-
ka. Meskipun mereka harus bersiap-siap untuk dipecat
dari jabatan mereka, kalau bukan dihukum dan dibu-
nuh atas penolakan mereka itu, namun, apa pun yang
akan terjadi kepada mereka, mereka tidak mau mema-
rang para imam Tuhan. Begitu besar penghormatan me-
reka terhadap jabatan imamat, dan begitu besar keya-
kinan mereka akan ketidakbersalahan para imam itu.
(2) Saul memerintahkan Doëg yaitu sang pendakwa untuk men-
jadi algojonya, dan Doëg menurut. Orang akan berpikir bah-
wa penolakan dari para pelayannya itu akan menggugah hati
nurani Saul, sehingga tidak bersikeras lagi melakukan hal
begitu biadab yang membuat ngeri para pelayannya sendiri
itu. Akan namun , pikiran Saul dibutakan dan hatinya me-
ngeras, sehingga jika mereka tidak mau melakukannya,
maka tangan si saksi akan yang menimpa para korbannya
(Ul. 17:7). Para penguasa lalim yang paling haus darah
telah menemukan alat-alat kekejaman mereka yang sama
biadabnya seperti mereka sendiri. Begitu diperintahkan
untuk memarang para imam, sesaat itu juga Doëg berse-
Kitab 1 Samuel 22:6-19
411
dia melakukannya. Tanpa perlawanan apa pun, ia membu-
nuh dengan tangannya sendiri (sepanjang yang tampak)
pada hari yang sama, delapan puluh lima imam yang ma-
sih melayani sebagai imam, antara dua puluh sampai lima
puluh tahun. Sebab mereka memakai baju efod dari kain
lenan (ay. 18), dan mungkin pada saat itu sedang menun-
jukkan diri di hadapan Saul dengan mengenakan jubah
mereka, dan dibunuh dalam jubah itu. Orang akan berpi-
kir, hal ini sudah cukup untuk memuaskan hati orang yang
paling haus darah sekalipun. namun lintah penganiayaan
terus saja berteriak, “Untukku, untukku.” sesudah membu-
nuh para imam, tidak diragukan lagi atas perintah Saul,
Doëg pergi ke Nob, kota para imam, dan membunuh semua
orang di sana dengan pedang (ay. 19), laki-laki, wanita ,
dan kanak-kanak, dan hewan ternak juga. Betapa kejam dan
biadabnya, dan orang tidak bisa tidak pasti ngeri memba-
yangkannya! Sungguh mengherankan bahwa ada orang yang
sampai hati untuk bertindak begitu jahat dan biadab, begitu
tidak manusiawi! Kita dapat melihat dalam kejadian ini,
[1] Kefasikan Saul yang tak terbendung lagi saat Roh Tu-
han telah meninggalkannya. Tidak ada yang begitu keji
selain orang-orang yang telah menyulut murka Allah
hingga Ia menyerahkan mereka pada hawa nafsu mere-
ka. Mereka ini bisa bergegas melakukan tindakan yang
begitu keji. Orang yang tadinya begitu berbelaskasihan
sampai menyelamatkan Agag dan ternak orang Amalek,
dengan tidak menaati perintah Allah, sekarang tanpa
belas kasihan sedikitpun bisa melihat para imam Tuhan
dibunuh, dan tidak menyisakan satu pun dari semua
yang menjadi milik mereka. sebab dosa menyelamat-
kan Agag itulah Allah menyerahkan Saul pada dosa ini.
[2] Penggenapan dari ancaman-ancaman yang sudah lama
diucapkan terhadap keluarga Eli. Sebab Ahimelekh dan
keluarganya yaitu keturunan Eli. Meskipun Saul tidak
benar dalam melakukan ini, namun Allah benar dalam
mengizinkannya. Sekarang Allah melakukan sesuatu
melawan Eli, yang pasti akan membuat panas telinga
orang-orang yang mendengarnya. Sebab Allah sudah
memberi tahu Eli bahwa Ia akan menghukum keluarga-
412
nya untuk selamanya (3:11-13). Tak satu pun firman
Tuhan akan jatuh sia-sia ke tanah.
[3] Hal ini dapat dipandang sebagai penghakiman besar
atas Israel, dan hukuman yang adil bagi mereka sebab
sudah menginginkan seorang raja sebelum waktu yang
ditetapkan Allah untuk memberi mereka seorang raja.
Betapa menyedihkan keadaan agama pada saat itu di
Israel! Meskipun tabut Allah sudah lama terkubur, na-
mun mereka masih diberi penghiburan dalam memiliki
mezbah dan para imam untuk melayani di sana. namun
sekarang mereka harus melihat imam-imam mereka ser-
ta para ahli waris dari jabatan imamat berkubang dalam
darah mereka sendiri. Selain itu, kota para imam diluluh-
lantakkan, sehingga mezbah Allah pasti ditinggalkan
sebab tidak ada orang yang melayani di sana. Dan se-
mua ini terjadi sebab perintah yang tidak adil dan ke-
jam dari raja mereka sendiri, demi memuaskan amarah
kebinatangannya. Hal ini tidak bisa tidak pasti membuat
terenyuh hati semua orang Israel yang saleh, dan mem-
buat mereka seribu kali berharap, andai saja mereka da-
hulu berpuas diri saja dengan pemerintahan Samuel dan
anak-anaknya. Musuh-musuh yang terburuk sekalipun
dari bangsa mereka tidak dapat melakukan kejahatan
yang lebih besar daripada itu terhadap mereka.
Pelarian Abyatar
(22:20-23)
20 namun seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar luput; ia me-
larikan diri menjadi pengikut Daud. 21 saat Abyatar memberitahukan ke-
pada Daud, bahwa Saul telah membunuh para imam TUHAN, 22 berkatalah
Daud kepada Abyatar: “Memang pada hari itu juga saat Doëg, orang Edom
itu, ada di sana, aku telah tahu, bahwa pasti ia akan memberitahukannya
kepada Saul. Akulah sebab utama dari pada kematian seluruh keluargamu.
23 Tinggallah padaku, janganlah takut; sebab siapa yang ingin mencabut
nyawamu, ia juga ingin mencabut nyawaku; di dekatku engkau aman.”
Dalam perikop ini diceritakan tentang,
1. Pelarian Abyatar, anak Ahimelekh, dari reruntuhan kota para
imam. Mungkin saat ayahnya pergi untuk menghadap raja, atas
panggilan Saul, ia ditinggal di rumah untuk melayani di mezbah.
Kitab 1 Samuel 22:20-23
413
Dan dengan cara itu ia terluput dari pelaksanaan hukuman yang
pertama. Sebelum Doëg dan para anak buahnya datang ke Nob, ia
mendapat kabar tentang adanya bahaya, dan mempunyai waktu
untuk lari menyelamatkan diri. Dan ke mana lagi ia harus pergi
selain kepada Daud? (ay. 20). Hendaklah orang-orang yang men-
derita sebab Anak Daud menyerahkan jiwa mereka kepada-Nya
(1Ptr. 4:19).
2. Kegeraman Daud atas kabar-kabar yang menyedihkan yang di-
bawa Abyatar. Ia menceritakan kepada Daud tentang perbuatan
berdarah yang dilakukan Saul di antara para imam Tuhan (ay.
21), sama seperti murid-murid Yohanes Pembaptis, saat guru
mereka dipenggal kepalanya, pergi dan memberitahukannya ke-
pada Yesus (Mat. 14:12). Daud sangat meratapi malapetaka itu
sendiri, namun terutama perannya dalam menimbulkan malape-
taka itu: Akulah sebab utama dari pada kematian seluruh keluar-
gamu (ay. 22). Perhatikanlah, teramatlah susah hati seorang yang
baik saat mendapati dirinya tanpa sadar ternyata telah menjadi
penyebab dari malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat dan
pelayanan. Daud mengenal tabiat Doëg dengan begitu baik, hing-
ga ia takut bahwa Doëg akan melakukan suatu kejahatan sema-
cam ini saat ia melihatnya di tempat kudus: Aku telah tahu,
bahwa pasti ia akan memberitahukannya kepada Saul. Daud me-
nyebutnya Doëg, orang Edom itu, sebab hatinya tetap seperti orang
Edom, meskipun, dengan memeluk agama Yahudi, ia mengena-
kan topeng sebagai seorang Israel.
3. Perlindungan yang diberikan Daud kepada Abyatar. Daud melihat
Abyatar sangat ketakutan, yang beralasan baginya untuk merasa
demikian, dan sebab itu Daud memintanya untuk tidak takut.
Daud akan berjaga-jaga untuknya seperti untuk dirinya sendiri:
Di dekatku engkau aman (ay. 23). Daud, sebab sekarang sudah
mempunyai waktu untuk memulihkan dirinya, berbicara dengan
yakin tentang keamanannya sendiri, dan berjanji bahwa Abyatar
akan mendapat keuntungan penuh dari perlindungannya. Dijanji-
kan kepada Anak Daud bahwa Allah akan membuatnya berlindung
dalam naungan tangan-Nya (Yes. 49:2). Dan, bersama Dia, semua
orang yang menjadi kepunyaan-Nya bisa yakin bahwa mereka
akan aman (Mzm. 91:1). Daud sekarang tidak hanya memiliki se-
orang nabi, melainkan juga seorang imam, imam besar, bersama-
nya. Bagi mereka Daud yaitu berkat, dan bagi Daud mereka ada-
414
lah berkat, dan kedua hal itu merupakan pertanda yang mem-
bahagiakan akan keberhasilannya. Namun tampak (28:6) bahwa
Saul memiliki seorang imam besar juga, sebab ia bisa meminta
petunjuk melalui Urim. Tampaknya Saul lebih suka dengan Ahitub
ayah Zadok, dari keluarga Eleazar (1Taw. 6:8), sebab bahkan orang-
orang yang membenci kekuatan ibadah, bukannya tidak menjalan-
kan ibadah secara lahiriah. Tidak boleh dilupakan di sini bahwa
Daud pada saat ini menorehkan Mazmur 52:1-9, seperti yang tam-
pak dari judul mazmur itu, yang di dalamnya ia menggambarkan
Doëg bukan hanya sebagai orang yang penuh kebencian dan keji,
melainkan juga pendusta dan penuh tipu daya. Sebab meskipun
apa yang dia katakan, pada intinya, yaitu benar, namun ia mem-
bumbuinya dengan hal-hal yang tidak benar, dengan maksud
untuk berbuat jahat. Meskipun demikian, bahkan saat jabatan
imamat sudah menjadi seperti ranting yang layu, Daud meman-
dang dirinya seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah
Allah (Mzm. 52:10). Dalam keadaan gawat yang membuat Daud
terus-menerus tergesa-gesa dan terganggu ini, ia mendapatkan
waktu dan juga hati untuk bersekutu dengan Allah, dan menda-
pat penghiburan di dalamnya.
PASAL 23
etelah memabukkan diri dengan darah para imam Tuhan, Saul, di
dalam pasal ini, mengejar nyawa Daud, yang tampak di sini selalu
berbuat kebaikan, namun pada saat yang sama juga menderita seng-
sara. Inilah,
I. Jasa Daud yang luhur kepada raja dan negerinya dengan
membebaskan kota Kehila dari tangan orang Filistin (ay. 1-6).
II. Bahaya yang menimpa Daud, oleh sebab perbuatan baiknya
itu, yang berasal dari amarah sang raja yang dilayaninya
serta dari pengkhianatan kota yang telah diselamatkannya.
namun Daud dilepaskan dari bahaya itu melalui petunjuk
Allah (ay. 7-13).
III. Daud berada di hutan di Koresa, dan sahabatnya Yonatan
mengunjunginya di sana lalu menguatkannya (ay. 14-18).
IV. Keterangan yang diberitahukan orang Zif kepada Saul perihal
tempat persembunyian Daud, dan perjalanan yang ditempuh
Saul guna mengejarnya (ay. 19-25). Daud berhasil luput
sesudah nyaris jatuh ke dalam tangan Saul (ay. 26-28; 24:1).
“Kemalangan orang benar banyak, namun Tuhan melepaskan
dia dari semuanya itu.”
Daud Membebaskan Kehila
(23:1-6)
1 Diberitahukanlah kepada Daud, begini: “Ketahuilah, orang Filistin berpe-
rang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan.” 2 Lalu
bertanyalah Daud kepada TUHAN: “Apakah aku akan pergi mengalahkan
orang Filistin itu?” Jawab TUHAN kepada Daud: “Pergilah, kalahkanlah orang
Filistin itu dan selamatkanlah Kehila.” 3 namun orang-orang Daud berkata ke-
padanya: “Ingatlah, sedangkan di sini di Yehuda kita sudah dalam ketakutan,
apalagi kalau kita pergi ke Kehila, melawan barisan perang orang Filistin.”
S
416
4 Lalu bertanya pulalah Daud kepada TUHAN, maka TUHAN menjawab dia,
firman-Nya: “Bersiaplah, pergilah ke Kehila, sebab Aku akan menyerahkan
orang Filistin itu ke dalam tanganmu.” 5 Kemudian pergilah Daud dengan
orang-orangnya ke Kehila; ia berperang melawan orang Filistin itu, dihalau-
nya ternak mereka dan ditimbulkannya kekalahan besar di antara mereka.
Demikianlah Daud menyelamatkan penduduk Kehila. 6 saat Abyatar bin
Ahimelekh melarikan diri kepada Daud ke Kehila, ia turun dengan membawa
efod di tangannya.
Sekarang kita memahami mengapa nabi Gad, yang tidak diragukan
lagi mengikuti petunjuk Allah, memerintahkan Daud untuk pergi ke
tanah Yehuda (22:5), meski dirinya telah diperlakukan buruk oleh
rajanya itu, yakni agar ia dapat menjaga tanah itu, oleh sebab Saul
telah mengabaikan keamanan rakyat. Daud harus membalas kejahat-
an dengan kebaikan, dan dengan demikian, menjadi gambaran dari
Dia, yang tidak hanya menempatkan nyawa-Nya dalam bahaya, me-
lainkan juga memberikan nyawa-Nya itu bagi orang-orang yang me-
rupakan seteru-Nya.
I. Kabar disampaikan kepada Daud, sebagai penjaga dan pelindung
kebebasan di negerinya, bahwa orang Filistin telah menyerbu kota
Kehila dan menjarah daerah sekitarnya (ay. 1). Mungkin kepergi-
an Allah dan Daud dari Saul memberi angin segar bagi orang
Filistin untuk melancarkan serangan ini. saat para pemimpin
negeri mulai menganiaya umat dan pelayan Allah, biarlah mereka
bersiap untuk menerima datangnya kekacauan dari segala arah.
Agar ketenteraman tercipta di dalam negeri, jemaat Allah yang ada
di dalamnya harus dibiarkan hidup dengan tenteram. Jika Saul
berperang melawan Daud, maka orang Filistin akan berperang
melawan negerinya.
II. Daud siap maju untuk membebaskan kota itu, namun ia ingin me-
nanyakan perkara ini kepada Tuhan terlebih dulu. Di sini,
kita dapat menyaksikan,
1. Kemurahan hati Daud dan kepeduliannya terhadap kepenting-
an rakyat. Meskipun kepala dan tangannya sudah dipenuhi
dengan urusannya sendiri, dan dengan segelintir pasukannya,
ia hanya mempunyai cukup orang untuk mengamankan diri-
nya, namun ia tetap mempedulikan keamanan negerinya dan
tidak bisa duduk diam menyaksikan negerinya itu diporak-
porandakan. Bahkan, meskipun Saul, yang sejatinya wajib
Kitab 1 Samuel 23:1-6
417
mengamankan batas-batas negerinya, membenci dirinya dan
berikhtiar mencabut nyawanya, Daud dengan segenap kekuat-
annya bersedia melayani Saul beserta kepentingannya dengan
melawan musuh negeri. Dengan gagah berani ia membenci
pikiran untuk mendahulukan balas dendam pribadi dengan
mengorbankan kesejahteraan rakyat. Orang yang dengan penuh
gerutu menolak berbuat baik sebab tidak terlalu dihargai atas
jasa yang telah diperbuatnya, sama sekali tidak serupa dengan
Daud.
2. Kesalehan dan hormat Daud kepada Allah. Ia bertanya kepada
Allah melalui perantaraan Nabi Gad, dari apa yang tertulis,
Abyatar tidak datang kepada Daud dengan efod di tangannya
sampai dia ada di Kehila (ay. 6). Pertanyaan Daud yaitu se-
bagai berikut, Apakah aku akan pergi mengalahkan orang
Filistin itu? Pertanyaannya itu mencakup perihal amanat, yaitu
apakah ia dibenarkan mengambil alih tanggung jawab Saul
dari tangannya, dan bertindak tanpa perintah dari rajanya itu?
Dan kedua, perihal perang itu sendiri, apakah ia dapat dengan
aman bergerak maju melawan pasukan sedahsyat orang
Filistin dengan hanya segelintir pasukan di bawah kakinya,
dan dengan seteru semengerikan Saul di belakangnya. Apa
pun yang terjadi, kita wajib mengakui Allah di dalam segala
jalan kita dan meminta petunjuk-Nya, maka itulah yang akan
menjadi pembenaran dan penghiburan bagi kita.
III. Allah menetapkan Daud sekali lagi untuk pergi melawan orang
Filistin, dan menjanjikan kepadanya kemenangan: Pergilah, kalah-
kanlah orang Filistin (ay. 2). Orang-orang Daud menentang perin-
tah ini (ay. 3). Tak lama sesudah ia mulai mempunyai pasuk-
annya sendiri, Daud menemukan bahwa mereka ini cukup sulit
diatur. Mereka mengajukan keberatan dengan alasan bahwa me-
reka sudah punya cukup banyak musuh dari orang sebangsanya
sendiri, sehingga tidak perlu menambah orang Filistin sebagai
musuh. Keberanian mereka sudah terlebih dulu ciut oleh bahaya
yang menghantui mereka dari gerombolan pengejar yang diutus
Saul, apalagi jika harus berperang melawan pasukan Filistin. Oleh
sebab itu, untuk menenangkan orang-orangnya, Daud kembali
bertanya kepada Tuhan, dan pada kesempatan ini ia tidak hanya
menerima perintah lengkap, yang akan membenarkannya untuk
418
berperang meski tanpa perintah dari Saul Bersiaplah, pergilah ke
Kehila, namun juga menerima jaminan kemenangan yang sempur-
na: Aku akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu
(ay. 4). Ini cukup untuk membangkitkan bahkan tentara yang
paling berjiwa pengecut sekalipun di tengah-tengah pasukannya.
IV. Daud pergi memenuhi firman Allah untuk melawan orang Filistin,
lalu mengalahkan mereka dan menyelamatkan Kehila (ay. 5).
Tampaknya Daud melancarkan serangan secara mendadak ke
negeri Filistin, sebab ia menghalau ternak mereka guna memba-
laskan kejahatan yang mereka perbuat kepada penduduk Kehila
dengan menjarah tempat-tempat pengirikannya. Pada bagian ini
(ay. 6)