Rabu, 29 Januari 2025

samuel 12



telah diurapi mewarisi takhta kerajaan oleh tangan yang sama 

yang telah mengurapinya dahulu. Kalau benar dia tahu hal ini, 

maka sebenarnya bukanlah Yonatan, melainkan dia sendiri 

yang bodoh, sebab  berpikir dapat menggagalkan rencana 

Allah. Namun tidak ada yang dapat memuaskan Saul kecuali 

kematian Daud, dan Yonatan harus membawanya untuk di-

bunuh. Lihatlah betapa jahatnya amarah Saul itu, dan biarlah 

hal itu memperingatkan kita supaya tidak membiarkan diri 

Kitab 1 Samuel 20:24-34 

 383 

ikut tercebur dalam amarah seperti itu. Kemarahan yaitu  

kegilaan, dan ia yang membenci saudaranya yaitu  seorang 

pembunuh. 

V. Yonatan sangat sedih dan menjadi kacau sebab  kemarahan 

ayahnya yang biadab, dan terlebih lagi sebab  ia telah meng-

harapkan sesuatu yang lebih baik (ay. 2). Ia bersusah hati sebab  

ayahnya berlaku begitu kejam, bersusah hati bagi sahabatnya 

yang ia tahu yaitu  sahabat Allah, bahwa ia begitu direndahkan. 

Ia bersusah hati sebab  Daud sebab ayahnya telah menghina 

Daud, dan meskipun sangat tidak adil, namun ia harus tunduk. 

Sungguh kasihan melihat Yonatan terjebak,  

1. Ke dalam bahaya dosa. Orang yang bijak dan baik harus men-

jaga emosinya dari hasutan seperti ini. Makian ayahnya tidak 

ia balas sama sekali. Memang sudah patutlah bagi bawahan 

untuk dengan diam dan lemah lembut menanggung murka 

dan amarah yang dilontarkan atas mereka. saat  engkau 

marah, berbaringlah. Namun ia tidak dapat menerima hukum-

an Saul untuk membunuh Daud: tentang hal itu ia menjawab 

dengan panas (ay. 32), Mengapa ia harus dibunuh? Apa yang 

dilakukannya? Jiwa yang tidak mementingkan diri sendiri 

dapat lebih mudah menanggung siksaan daripada mendengar 

sahabatnya diperlakukan dengan kejam.  

2. Ke dalam bahaya maut. Saul begitu marah sampai-sampai ia 

melemparkan tombaknya kepada Yonatan (ay. 33). Ia kelihat-

annya begitu peduli (ay. 31) agar Yonatanlah yang harus 

mewarisi takhta kerajaannya, namun sekarang ia sendiri 

justru mengincar nyawanya. Betapa bodohnya, betapa biadab 

dan jahatnya apa yang diperbuat kemarahan terhadap manu-

sia! Betapa perlunya kita memasang kait di hidung dan kekang 

di rahang kemarahan itu! Yonatan sepenuhnya yakin bahwa 

celaka sudah ditentukan atas Daud, dan ini membuatnya 

nyaris gila: ia bangkit dan meninggalkan perjamuan itu, tidak 

tahan lagi saat nyawanya diserang seperti itu, dan ia tidak 

makan apa-apa, sebab tidak boleh makan dari persembahan 

kudus saat  berkabung. Semua tamu yang hadir, dapat kita 

duga, menjadi gelisah dan hilanglah keriaan perjamuan. Orang 

yang kejam menyiksa badannya sendiri (Ams. 11:17).


 384

Daud Diberitahukan tentang  

Mara Bahaya yang Menantinya  

(20:35-41) 

35 Pada waktu pagi keluarlah Yonatan ke padang bersama-sama seorang 

budak kecil sesuai dengan janjinya kepada Daud. 36 Berkatalah ia kepada 

budaknya: “Larilah, carilah anak-anak panah yang kupanahkan.” Baru saja 

budak itu berlari, maka Yonatan melepaskan sebatang anak panah lewat 

kepala budak itu. 37 saat  budak itu sampai ke tempat letaknya anak panah 

yang dilepaskan Yonatan itu, maka berserulah Yonatan dari belakang budak 

itu, katanya: “Bukankah anak panah itu lebih ke sana?” 38 Kemudian ber-

serulah Yonatan dari belakang budak itu: “Ayo, cepat, jangan berdiri saja!” 

Lalu budak Yonatan memungut anak panah itu dan kembali kepada tuan-

nya. 39 namun  budak itu tidak tahu apa-apa, hanya Yonatan dan Daudlah 

yang mengetahui hal itu. 40 Sesudah itu Yonatan memberikan senjatanya 

kepada budak yang menyertai dia, dan berkata kepadanya: “Pergilah, bawa-

lah ke kota.” 41 Maka pulanglah budak itu, lalu tampillah Daud dari sebelah 

bukit batu; ia sujud dengan mukanya ke tanah dan menyembah tiga kali. 

Mereka bercium-ciuman dan bertangis-tangisan. Akhirnya Daud dapat mena-

han diri. Kemudian berkatalah Yonatan kepada Daud: “Pergilah dengan sela-

mat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama TUHAN, demikian: 

TUHAN akan ada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan 

keturunanmu sampai selamanya.” sesudah  itu bangunlah Daud dan pergi; 

dan Yonatanpun pulang ke kota. 

Di sini kita temukan,  

1. Kesetiaan Yonatan pada janjinya untuk memberitahu Daud akan 

hasil percobaannya yang berbahaya. Ia pergi pada waktu dan 

tempat yang telah ditentukan (ay. 35), di dekat tempat persem-

bunyian Daud. Ia menyuruh budak kecilnya untuk mengambil 

anak-anak panahnya yang ia lesatkan secara sembarang (ay. 36), 

dan memberikan tanda bahaya dengan melenturkan anak panah 

melampaui budaknya (ay. 37): Bukankah anak panah itu lebih ke 

sana? Arti kata itu (ke sana) dimengerti Daud lebih dari budak 

itu. Yonatan menyuruh budak itu pergi, yang tidak mengetahui 

apa yang terjadi. Lalu sesudah  memastikan keadaan aman dan 

tidak ada bahaya, ia mengambil waktu sebentar untuk bercakap-

cakap secara pribadi dengan Daud dan menyuruhnya lari demi 

nyawanya.  

2. Perpisahan teramat menyedihkan dari dua sahabat ini, yang 

kelihatannya, tidak pernah bertemu lagi kecuali satu kali, dan 

secara sembunyi-sembunyi di Koresa (23:16). 

(1) Daud menyapa Yonatan dengan rasa hormat sebagai seorang 

hamba dan bukan dengan bebas sebagai seorang sahabat: Ia 

sujud dengan mukanya ke tanah dan menyembah tiga kali,

Kitab 1 Samuel 20:35-41 

 385 

dengan penuh rasa hutang budi atas perbuatan baik yang 

telah Yonatan perbuat untuknya. 

(2) Mereka saling berpamitan dengan perasaan haru tak terba-

yangkan, dengan ciuman dan air mata. Mereka berpelukan 

dan menangis sampai akhirnya Daud dapat menahan diri (ay. 

41). Perpisahan kedua sahabat yang setia ini sama menyedih-

kannya bagi mereka berdua, namun  perkara Daud lebih me-

nyengsarakan lagi. Sebab, saat  Yonatan kembali kepada ke-

luarga dan teman-temannya, Daud harus meninggalkan segala 

kenyamanannya, bahkan tempat suci Allah, dan sebab  itu 

kesedihannya melampaui kesedihan Yonatan. Atau barangkali 

sebab  ia memang lebih lemah-lembut dan perasaannya lebih 

bergejolak.  

(3) Dengan merujuk kepada perjanjian persahabatan di antara 

mereka, mereka saling menghibur dalam perpisahan yang me-

milukan ini: “Kita berdua telah bersumpah demi nama TUHAN, 

demi kita dan keturunan kita, bahwa keturunanku dan ketu-

runanmu akan setia dan berlaku baik satu sama lain, turun 

temurun.” Maka, inilah penghiburan kita selama kita men-

diami tubuh ini dan masih jauh dari Tuhan, bahwa ia telah 

mengikat perjanjian kekal dengan kita.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  2 1  

aud sekarang sudah benar-benar meninggalkan istana maupun 

perkemahan Saul, sudah mengucapkan selamat tinggal kepada 

alter idemnya – separuh dirinya, yaitu Yonatan yang terkasih. Dan 

untuk selanjutnya sampai akhir kitab ini, Daud dipandang dan di-

perlakukan sebagai penjahat tanpa perlindungan hukum dan dinya-

takan sebagai pengkhianat. Kita masih mendapati Daud berpindah-

pindah dari satu tempat ke tempat lain demi keselamatannya sendiri, 

dan Saul masih mengejarnya. Kesusahan-kesusahan Daud dicerita-

kan secara sangat terperinci dalam pasal ini dan pasal-pasal berikut-

nya, bukan hanya untuk menjadi nyanyian kunci bagi Mazmur, 

melainkan juga supaya ia, seperti nabi-nabi lainnya, dapat menjadi 

teladan bagi orang-orang kudus di sepanjang zaman, yaitu teladan 

dalam “menanggung penderitaan dan bersabar.” Dan terutama su-

paya ia menjadi perlambang Kristus, yang, sebab  diurapi untuk 

menjadi raja, merendahkan diri-Nya, dan sebab  itu sangat ditinggi-

kan. namun  teladan dari penderitaan Yesus yaitu  salinan yang tanpa 

noda, sedangkan teladan Daud tidak demikian. Lihat saja catatan-ca-

tatan dalam pasal ini, di mana kita mendapati Daud dalam pelarian-

nya,  

I. Memperdaya imam Ahimelekh, untuk mendapatkan darinya 

baik perbekalan maupun persenjataan (ay. 1-9).  

II. Memperdaya Akhis, raja Gat, dengan berpura-pura menjadi 

gila (ay. 10-15). Sudah sewajarnya kesusahan disebut sebagai 

godaan, sebab banyak orang terseret ke dalam dosa oleh ke-

susahan. 


 388

Daud Mendapat Roti Sajian; 

Daud Mendapat Pedang Goliat  

(21:1-9)  

1 Sampailah Daud ke Nob kepada Ahimelekh, imam itu. Dengan gemetar Ahi-

melekh pergi menemui Daud dan berkata kepadanya: “Mengapa engkau 

seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?” 2 Jawab 

Daud kepada imam Ahimelekh: “Raja menugaskan sesuatu kepadaku, kata-

nya kepadaku: Siapa pun juga tidak boleh mengetahui sesuatu dari hal yang 

kusuruh kepadamu dan yang kutugaskan kepadamu ini. Sebab itu orang-

orangku telah kusuruh pergi ke suatu tempat. 3 Maka sekarang, apa yang 

ada padamu? Berikanlah kepadaku lima roti atau apa pun yang ada.” 4 Lalu 

jawab imam itu kepada Daud: “Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti 

kudus yang ada; asal saja orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perem-

puan.” 5 Daud menjawab imam itu, katanya kepadanya: “Memang, kami tidak 

diperbolehkan bergaul dengan wanita  , seperti sediakala jika  aku 

maju berperang. Tubuh orang-orangku itu tahir, sekalipun pada perjalanan 

biasa, apalagi pada hari ini, masing-masing mereka tahir tubuhnya.” 6 Lalu 

imam itu memberikan kepadanya roti kudus itu, sebab  tidak ada roti di 

sana kecuali roti sajian; roti itu biasa diangkat orang dari hadapan TUHAN, 

supaya pada hari roti itu diambil, ditaruh lagi roti baru. 7 Maka pada hari itu 

juga ada di sana salah seorang pegawai Saul, yang dikhususkan melayani 

TUHAN; namanya Doëg, seorang Edom, pengawas atas gembala-gembala 

Saul. 8 Berkatalah Daud kepada Ahimelekh: “Tidak adakah padamu di sini 

tombak atau pedang? Sebab baik pedangku maupun senjataku, tidak dapat 

kubawa, sebab  perintah raja itu mendesak.” 9 Kemudian berkatalah imam 

itu: “Pedang Goliat, orang Filistin, yang kaupukul kalah di Lembah Tarban-

tin, itulah yang ada di sini, terbungkus dalam kain di belakang efod itu. Jika 

engkau hendak mengambilnya, ambillah; yang lain tidak ada, hanya ini.” 

Kata Daud: “Tidak ada yang seperti itu; berikanlah itu kepadaku.” 

Dalam perikop ini,  

I. Daud, dalam kesusahan, melarikan diri ke kemah Tuhan, dan 

sekarang berkemah di Nob, yang diduga sebagai kota dalam suku 

Benyamin. sebab  Silo sudah ditinggalkan, maka kemah Tuhan 

sering berpindah-pindah, meskipun tabut Allah masih tetap di 

Kiryat-Yearim. Ke sanalah Daud pergi dalam pelariannya dari 

amukan Saul (ay. 1), dan menemui imam Ahimelekh. Samuel sang 

nabi tidak dapat melindunginya, Yonatan sang pangeran pun 

tidak. Oleh sebab itu ia meminta bantuan kepada imam Ahime-

lekh. Ahimelekh mengetahui bahwa Daud pasti sedang menjadi 

orang buangan sekarang, dan sebab  itu datang ke kemah Tuhan,  

1. Untuk mengucapkan salam perpisahan kepada kemah Tuhan 

dengan penuh perasaan, sebab ia tidak tahu kapan ia akan 

melihatnya lagi. Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Daud 

dalam pembuangannya selain jauhnya dia dari rumah Tuhan, 

dan terkekangnya dia dari menghadiri ibadah-ibadah bersama, 

Kitab 1 Samuel 21:1-9 

 389 

seperti yang tampak melalui banyak mazmurnya. Ia sudah 

mengucapkan selamat tinggal dengan penuh perasaan kepada 

Yonatan sahabatnya, dan tidak bisa pergi sampai ia juga 

mengucapkan selamat tinggal kepada kemah Tuhan.  

2. Untuk bertanya kepada Tuhan di sana, dan memohon petun-

juk dari-Nya tentang kewajiban maupun keselamatannya, 

sebab perkara yang menimpanya sulit dan berbahaya. Bahwa 

ini yaitu  urusan Daud tampak dalam pasal 22:10, di mana 

dikatakan bahwa Ahimelekh menanyakan TUHAN bagi Daud, 

seperti yang sudah dia lakukan sebelumnya (22:15). yaitu  

penghiburan yang besar bagi kita pada hari kesusahan bahwa 

masih ada Allah yang bisa kita datangi, yang kepada-Nya kita 

dapat mengemukakan perkara kita, dan yang dari-Nya kita 

dapat meminta dan mengharapkan bimbingan. 

II. Imam Ahimelekh terkejut melihat Daud datang tanpa banyak 

pengiring. sebab  mendengar bahwa Daud telah jatuh ke dalam 

kehinaan di istana, Ahimelekh melihat Daud dengan rasa priha-

tin, seperti yang cenderung dilakukan kebanyakan orang terhadap 

teman-teman mereka saat  dunia mengernyitkan dahi kepada 

mereka. Ahimelekh takut bahwa dengan menyambut Daud, ia 

akan membangkitkan amarah Saul. Dan ia memperhatikan be-

tapa Daud sekarang menjadi sosok yang hina dibandingkan dulu: 

Mengapa engkau seorang diri? Ada beberapa orang bersamanya 

(seperti yang tampak dalam Markus 2:26), namun  mereka itu cuma 

hamba-hambanya sendiri. Tak seorang pun dari pegawai-pegawai 

istana ikut bersamanya, tidak ada orang yang berkedudukan, 

seperti yang biasa ada bersamanya pada waktu-waktu sebelum-

nya, saat  ia datang untuk bertanya kepada Tuhan. Daud ber-

kata (Mzm. 42:5), bahwa ia biasa berjalan maju dalam kepadatan 

manusia ke rumah Allah. Dan, sebab  sekarang hanya ada dua 

atau tiga orang bersamanya, maka pantaslah Ahimelekh bertanya, 

mengapa engkau seorang diri? Dia yang secara tiba-tiba diangkat 

dari kehidupan seorang gembala yang menyendiri kepada kehi-

dupan perkemahan yang ramai dan sibuk, sekarang diturunkan 

dengan sama cepatnya ke dalam keadaan seorang buangan yang 

sunyi sepi, dan menjadi seperti burung terpencil di atas sotoh. 

Seperti itulah beban-beban kehidupan di dunia ini, dan betapa 

tidak pastinya senyuman-senyuman dunia! Orang-orang yang di-


 390

sanjung-sanjung pada hari ini bisa saja ditinggalkan pada hari 

esok. 

III. Daud, dengan berpura-pura diutus oleh Saul untuk melayani 

kepentingan-kepentingan masyarakat, memohon Ahimelekh un-

tuk menyediakan semua keperluannya saat itu (ay. 2-3). 

1. Di sini Daud tidak berperilaku seperti biasanya. Ia memberi 

tahu Ahimelekh sebuah kebohongan besar, bahwa Saul mem-

berinya tugas untuk dilaksanakan, bahwa anak buahnya telah 

disuruh pergi ke suatu tempat, dan bahwa ia diperintahkan 

untuk merahasiakannya dan sebab  itu tidak berani memberi-

tahukannya, sekalipun kepada imam sendiri. Semuanya ini 

dusta. Apa yang akan kita katakan tentang hal ini? Kitab Suci 

tidak menyembunyikannya, dan kita tidak berani membenar-

kan tindakannya itu. Ini perbuatan jahat, dan terbukti menim-

bulkan dampak yang buruk. Sebab perbuatan itu menjadi 

sebab utama dari pada kematian para imam Tuhan, sebagai-

mana Daud merenungkan hal itu sesudahnya dengan penye-

salan (22:22). Tidak ada gunanya bagi Daud untuk menutup-

nutupi sesuatu di hadapan sang imam seperti itu, sebab kita 

dapat menduga bahwa, seandainya Daud mengatakan yang 

sebenarnya kepada Ahimelekh, maka Ahimelekh akan siap 

melindungi dan membantunya, seperti yang dilakukan Sa-

muel. Ahimelekh akan mengetahui lebih baik bagaimana 

menasihati Daud dan bertanya kepada Allah bagi dia. Umat 

harus berterus terang kepada hamba-hamba Tuhan yang setia 

melayani mereka. Daud yaitu  seorang yang mempunyai iman 

dan keberanian yang besar, namun sekarang baik iman mau-

pun keberaniannya lumpuh. Ia berbuat curang seperti itu 

sebab  takut dan pengecut, dan ini terjadi sebab  kelemahan 

imannya. Seandainya ia menaruh percaya pada Allah dengan 

benar, maka ia tidak akan mencari akal untuk bertahan hidup 

melalui tindakan yang menyedihkan dan berdosa seperti ini. 

Hal ini ditulis, bukan untuk kita tiru, bahkan dalam kesusah-

an-kesusahan yang paling besar sekalipun, melainkan sebagai 

peringatan bagi kita. Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa 

ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh. Marilah 

kita semua berdoa setiap hari, Tuhan, janganlah membawa 

Kitab 1 Samuel 21:1-9 

 391 

kami ke dalam pencobaan. Marilah kita semua mengambil 

kesempatan dari sini untuk meratapi,  

(1) Kelemahan dan kerapuhan orang-orang baik. Orang-orang 

yang terbaik sekalipun tidaklah sempurna di seberang sor-

ga sini. Anugerah yang sejati bisa saja ada, namun kegagal-

an juga banyak terjadi.  

(2) Kejahatan dari masa-masa yang buruk, yang memaksa 

orang-orang baik masuk ke dalam kesesakan yang begitu 

rupa hingga menjadi godaan-godaan yang terlalu kuat untuk 

mereka. Penindasan membuat orang bijak bertindak bodoh. 

2. Dua hal yang dimohonkan Daud dari Ahimelekh, roti dan pedang. 

(1) Daud membutuhkan roti: lima roti (ay. 3). Bepergian pada 

waktu itu yaitu  hal yang menyusahkan, saat  orang pada 

umumnya membawa perbekalan dalam bentuk barang, 

sebab mereka hanya memiliki sedikit uang dan tidak ada 

tempat umum untuk bermalam. Kalau tidak, pasti Daud 

sekarang tidak harus mencari roti. Tampaknya Daud sudah 

tahu bahwa anak cucu orang benar kadang-kadang meminta-

minta roti, namun  tidak terus-menerus (Mzm. 37:25). Nah,  

[1] Sang imam mengajukan keberatan bahwa ia tidak mem-

punyai roti selain roti kudus, roti sajian, yang sudah 

tergeletak selama satu minggu di atas meja emas di 

tempat kudus, dan yang dari sana diambil untuk keper-

luan para imam dan keluarga mereka (ay. 4). Tampak-

nya sang imam tidak mempunyai keluarga untuk di-

urus, namun  mungkin ia tidak mempunyai hati untuk 

bersikap ramah atau tidak mempunyai persedian-per-

sediaan yang diperlukan untuk bersikap demikian. Ahi-

melekh berpandangan bahwa orang-orang muda yang 

mengikuti Daud tidak boleh makan roti ini kecuali me-

reka selama beberapa waktu menjaga diri dari perem-

puan, bahkan dari istri mereka sendiri. Hal ini dituntut 

pada waktu pemberian hukum Taurat (Kel. 19:15). namun  

di luar itu, kita tidak pernah mendapati hal ini dijadi-

kan sebagai masalah ketahiran untuk mengikuti suatu 

upacara ibadah pada satu sisi, atau kenajisan pada sisi 

lain. Dan sebab  itu sang imam di sini tampaknya ter-

lalu berlebihan, kalau bukan penuh takhayul.  


 392

[2] Daud membela diri bahwa ia dan orang-orang yang ada 

bersamanya, dalam keadaan yang mendesak ini, diper-

bolehkan untuk memakan roti kudus, sebab mereka 

tidak hanya mampu memenuhi persyaratan sang imam 

untuk menjaga diri dari wanita   selama tiga hari 

terakhir, namun  juga bejana yaitu tubuh orang-orangnya 

itu tahir, sebab mereka hidup di dalam pengudusan dan 

penghormatan sepanjang waktu (1Tes. 4:4-5). Dan ka-

rena itu Allah akan memberi perhatian khusus kepada 

mereka, supaya kebutuhan pokok mereka terpenuhi, 

dan akan menyuruh imam-Nya untuk berbuat demi-

kian. sebab  sudah kudus seperti itu, maka hal-hal 

kudus tidak dilarang untuk mereka. Orang-orang Israel 

yang miskin dan saleh pada dasarnya yaitu  imam-

imam bagi Allah, dan, daripada kelaparan, mereka 

boleh memakan roti yang disediakan untuk para imam. 

Orang-orang percaya yaitu  imam-imam rohani, dan 

persembahan-persembahan Tuhan akan menjadi waris-

an mereka. Mereka makan santapan Allah mereka. 

Daud membela diri bahwa roti itu bisa dipandang se-

bagai roti biasa sekarang, sebab kegunaan utamanya 

untuk ibadah sudah berakhir. Terutama Seperti yang 

dibaca dalam tafsiran yang agak luas, terutama saat  

ada roti baru (ay. 6: roti lain) yang ditahirkan pada hari 

itu dalam bejana, dan ditaruh di tempat roti kudus di 

atas meja. Inilah pembelaan Daud, dan sang Anak Daud 

menyetujuinya, dan menunjukkan dari sini bahwa belas 

kasihan harus lebih diutamakan daripada korban, 

bahwa tata upacara ibadah harus memberi jalan bagi 

kewajiban-kewajiban untuk berbuat baik. Dan bahwa 

dalam keadaan mendesak, yang terjadi atas pemelihara-

an ilahi, orang boleh melakukan sesuatu yang tidak bo-

leh dilakukan dalam keadaan biasa. Anak Daud (Tuhan 

Yesus – pen.) mengemukakan hal ini untuk membenar-

kan murid-murid-Nya dalam memetik bulir-bulir gan-

dum pada hari Sabat, saat  orang-orang Farisi mene-

gur mereka berbuat demikian (Mat. 12:3-4).  

[3] sesudah  mendengar pembelaan itu, Ahimelekh memberi-

kan persediaan makanan kepada Daud: Imam itu mem-

Kitab 1 Samuel 21:1-9 

 393 

berikan kepadanya roti kudus itu (ay. 6), dan untuk ma-

salah inilah, menurut sebagian penafsir, Ahimelekh 

menanyakan TUHAN (22:10). Sebagai hamba yang setia, 

Ahimelekh tidak mau memberikan persediaan-persedia-

an Tuannya tanpa seizin Tuannya. Roti ini, dapat kita 

duga, lebih menyukakan hati Daud sebab  sudah diku-

duskan, begitu berharganya semua hal yang suci bagi-

nya. Roti sajian itu hanya berjumlah dua belas semua-

nya, namun dari kedua belas roti ini Ahimelekh mem-

berikan lima potong kepada Daud (ay. 3), meskipun 

mereka tidak mempunyai roti lagi di rumah itu. namun  

Ahimelekh menaruh percaya pada sang Penyelenggara. 

(2) Daud membutuhkan sebuah pedang. Orang-orang yang 

berkedudukan, meskipun mereka yaitu  perwira tentara, 

tidak memegang pedang mereka terus-menerus pada waktu 

itu seperti sekarang. Sebab seandainya demikian, maka 

pasti Daud tidak akan bepergian tanpa pedang. Sungguh 

mengherankan bahwa Yonatan tidak memperlengkapi Daud 

dengan pedangnya, seperti yang sudah dia lakukan sebelum-

nya (18:4). Apa pun itu, kenyataannya sekarang Daud tidak 

memiliki senjata, dan alasan yang pura-pura dibuatnya ada-

lah sebab  ia pergi terburu-buru (ay. 8). Orang-orang yang 

diperlengkapi dengan pedang Roh dan perisai iman tidak 

akan bisa dilucuti darinya, sehingga tidak perlu harus kehi-

langan akal kapan saja. namun  para imam, tampaknya, tidak 

mempunyai pedang: senjata-senjata perang mereka tidak 

bersifat lahiriah. Tidak ada pedang yang ditemukan di seki-

tar kemah Tuhan kecuali pedang Goliat, yang diletakkan di 

belakang efod, sebagai peringatan akan kemenangan gemi-

lang yang diperoleh Daud atas Goliat. Mungkin Daud meng-

arahkan pandangannya pada pedang itu saat  ia meminta 

sang imam untuk membantu memberinya sebuah pedang. 

Sebab, sesudah  pedang itu disebutkan, ia berkata, oh, tidak 

ada yang seperti itu; berikanlah itu kepadaku (ay. 9). Ia 

tidak bisa memakai perlengkapan perang Saul, sebab ia 

belum mencobanya. namun  pedang Goliat ini sudah diuji-

nya, dan dengannya ia melaksanakan hukuman. Tampak-

nya sekarang ia sudah bertambah kuat dan tegap, hingga 

mampu menyandang dan memegang pedang seperti itu. 


 394

Allah telah mengajar tangannya berperang, sehingga ia 

dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib (Mzm. 

18:35). Dua hal dapat kita amati tentang pedang ini:  

[1] Bahwa Allah dengan penuh rahmat telah memberikan 

pedang itu kepada Daud, sebagai tanda dari perkenan-

an-Nya yang istimewa. Dengan begitu, kapan saja ia 

menariknya, bahkan, kapan saja ia memandangnya, pe-

dang itu akan menjadi penopang yang kuat bagi iman-

nya. Sebab pedang itu mengingatkan dirinya akan con-

toh yang agung dari kepedulian dan sokongan khusus 

penyelenggaraan ilahi menyangkut dirinya.  

[2] Bahwa Daud dengan penuh syukur telah memberikan 

kembali pedang itu kepada Allah, dengan mempersem-

bahkannya bagi Allah dan bagi kehormatan-Nya sebagai 

tanda dari rasa syukurnya. Dan sekarang dalam kesu-

sahannya, pedang itu ternyata sangat bermanfaat bagi-

nya. Perhatikanlah, apa yang kita persembahkan seba-

gai puji-pujian untuk Allah, dan yang kita pakai untuk 

melayani-Nya, besar kemungkinan, denga satu atau lain 

cara, akan berbalik mendatangkan penghiburan dan ke-

untungan bagi diri kita sendiri. Apa yang kita berikan, 

kita terima kembali. 

Demikianlah Daud diperlengkapi dengan baik de-

ngan senjata dan perbekalan makanan. namun  sangat-

lah menyedihkan, ternyata ada salah seorang hamba 

Saul yang sedang melayani Tuhan, namanya Doëg, yang 

kemudian menjadi pengkhianat berbudi rendah bagi 

Daud maupun Ahimelekh. Doëg dilahirkan sebagai se-

orang Edom (ay. 7), dan meskipun kemudian ia meng-

anut agama Yahudi, untuk mendapatkan jabatan yang 

didudukinya sekarang di bawah Saul, namun ia me-

nyimpan permusuhan Edom terhadap Israel yang ada 

sejak dulu dan turun-temurun. Doëg yaitu  pengawas 

atas gembala-gembala, yang mungkin pada waktu itu 

merupakan pekerjaan terhormat seperti pemilik kuda 

sekarang. sebab  satu atau lain keperluan, ia pada saat 

itu harus mengunjungi sang imam, untuk ditahirkan 

dari suatu kecemaran atau pun untuk memenuhi suatu 

nazar. Akan namun , apa pun urusannya, dikatakan bah-

Kitab 1 Samuel 21:10-15 

 395 

wa ia dikhususkan melayani TUHAN (KJV: ditahan di 

hadapan Tuhan). Ia harus melayani dan tidak dapat 

menolak, namun  ia muak dengan pelayanan itu, dan 

berkata, lihat, alangkah susah payahnya! (Mal. 1:13). Ia 

lebih suka berada di tempat lain daripada di hadapan 

Tuhan, dan sebab  itu, bukannya mengurus urusannya 

untuk datang ke situ, ia malah berencana untuk ber-

buat jahat kepada Daud dan membalas dendam kepada 

Ahimelekh sebab  sudah menahannya. Tempat kudus 

Allah tidak pernah bisa melindungi serigala-serigala 

berbulu domba seperti itu (lih. Gal. 2:4). 

Daud Diusir dari Akhis 

(21:10-15)  

10 Kemudian bersiaplah Daud dan larilah ia pada hari itu juga dari Saul; 

sampailah ia kepada Akhis, raja kota Gat. 11 Pegawai-pegawai Akhis berkata ke-

pada tuannya: “Bukankah ini Daud raja negeri itu? Bukankah tentang dia 

orang-orang menyanyi berbalas-balasan sambil menari-nari, demikian: Saul 

mengalahkan beribu-ribu musuh, namun  Daud berlaksa-laksa?” 12 Daud mem-

perhatikan perkataan itu, dan dia menjadi takut sekali kepada Akhis, raja kota 

Gat itu. 13 Sebab itu ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan di depan mata 

mereka dan berbuat pura-pura gila di dekat mereka; ia menggores-gores pintu 

gerbang dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya. 14 Lalu berkatalah 

Akhis kepada para pegawainya: “Tidakkah kamu lihat, bahwa orang itu gila? 

Mengapa kamu membawa dia kepadaku? 15 Kekurangan orang gilakah aku, 

maka kamu bawa orang ini kepadaku supaya ia menunjukkan gilanya dekat 

aku? Patutkah orang yang demikian masuk ke rumahku?” 

Daud, meskipun seorang raja yang terpilih, di sini menjadi orang 

buangan. Ia dirancang untuk menjadi tuan atas harta yang berlim-

pah, namun baru saja ia meminta-minta roti. Ia diurapi untuk me-

ngenakan mahkota, namun di sini ia terpaksa melarikan diri dari ne-

gerinya. Demikianlah, ada kalanya penyelenggaraan-penyelenggaraan 

Allah tampak bertentangan dengan janji-janji-Nya, untuk menguji 

iman umat-Nya, dan untuk memuliakan nama-Nya, saat  rancang-

an-rancangan-Nya digenapi, kendati dengan kesulitan-kesulitan yang 

menghadang di jalan. Inilah,  

1. Pelarian Daud ke tanah orang Filistin, di mana ia berharap untuk 

bersembunyi, dan tinggal tanpa diketahui orang di dalam istana 

atau perkemahan Akhis, raja Gat (ay. 10). Orang kesayangan Is-

rael dibuat harus meninggalkan tanah Israel, dan dia yang meru-


 396

pakan musuh besar orang Filistin (saya tidak tahu sebab  dorong-

an-dorongan apa) harus pergi mencari perlindungan di antara 

mereka. Tampak bahwa, meskipun orang-orang Israel mencintai-

nya, namun raja Israel mempunyai permusuhan pribadi dengan-

nya, yang mengharuskan dia untuk meninggalkan negerinya 

sendiri. Demikian pula halnya, meskipun orang-orang Filistin mem-

bencinya, namun raja Gat mempunyai kebaikan pribadi untuknya, 

menghargai jasanya, dan mungkin dengan terlebih lagi sebab  ia 

membunuh Goliat dari Gat, yang, ada kemungkinan, tidak pernah 

menjadi teman bagi Akhis. Kepada dialah Daud sekarang langsung 

pergi, seperti kepada orang yang dapat ia andalkan, seperti sesu-

dahnya (27:2-3). Dan sebenarnya Akhis tidak mau melindunginya, 

sebab ia takut melukai perasaan bangsanya sendiri. Umat Allah 

yang dianiaya sering kali mendapat perlakuan yang lebih baik dari 

orang-orang Filistin daripada dari orang-orang Israel, dalam ge-

dung-gedung pertunjukan bangsa bukan-Yahudi daripada di tem-

pat-tempat ibadah orang Yahudi. Raja Yehuda memenjarakan Yere-

mia, namun  raja Babel membebaskannya.  

2. Perasaan jijik yang dirasakan pegawai-pegawai Akhis dengan ada-

nya Daud di sana, dan keluhan mereka tentangnya terhadap 

Akhis (ay. 11): “Bukankah ini Daud? Bukankah dia yang telah me-

nang atas orang Filistin? Dengarkan saja isi nyanyian yang begitu 

sering dibicarakan itu, Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, 

namun  Daud, ya orang ini, berlaksa-laksa. Bahkan, bukankah dia, 

jika kabar yang kita dapat dari tanah Israel benar, yaitu , atau 

akan menjadi, raja negeri itu?” Sebagai orang seperti itu, “Ia pasti 

merupakan musuh bagi negeri kita. Dan apakah aman atau 

terhormat bagi kita untuk melindungi atau menyambut orang se-

perti itu?” Akhis mungkin sudah mengisyaratkan kepada mereka 

bahwa akan menjadi kebijakan yang baik untuk menyambut 

Daud, sebab sekarang ia menjadi musuh Saul, dan sesudah ini ia 

bisa saja menjadi teman mereka. Sudah biasa terjadi bahwa para 

penjahat dari suatu bangsa yang tidak mendapat perlindungan 

hukum, dilindungi oleh musuh-musuh bangsa itu. namun  pega-

wai-pegawai Akhis berkeberatan dengan kebijakan pemerintah-

annya, dan menganggap tidak pantas sama sekali bahwa Daud 

harus tinggal di antara mereka.  

3. Ketakutan yang dirasakan Daud sebab  keberatan pegawai-pega-

wai Akhis. Meskipun Daud mempunyai sedikit banyak alasan 

Kitab 1 Samuel 21:10-15 

 397 

untuk menaruh percaya pada Akhis, namun, saat  ia melihat 

pegawai-pegawai Akhis cemburu kepadanya, ia mulai takut bahwa 

Akhis akan terikat kewajiban untuk menyerahkan dia kepada 

mereka, sehingga ia pun menjadi takut sekali (ay. 12). Mungkin ia 

lebih khawatir akan bahaya yang mengintainya, kalau ia keta-

huan seperti itu, sebab ia memegang pedang Goliat, yang, dapat 

kita duga, dikenal baik di Gat. Beralasan bagi Daud untuk bersiap 

bahwa mereka akan memotong kepalanya dengan pedang itu, 

sebab ia telah memotong kepala Goliat dengannya. Daud sekarang 

belajar melalui pengalaman apa yang telah diajarkannya kepada 

kita (Mzm. 118:9), bahwa lebih baik berlindung pada TUHAN dari 

pada percaya kepada para bangsawan. Orang-orang yang berke-

dudukan tinggi yaitu  dusta, dan, jika kita menjadikan mereka 

sebagai harapan kita, bisa jadi mereka terbukti menjadi kengerian 

bagi kita. Pada saat inilah Daud menorehkan Mazmur 56 (Mikh-

tam, mazmur emas), saat  orang Filistin menangkap dia di Gat, di 

mana, sesudah  menunjukkan kesusahan-kesusahannya di hadap-

an Allah, ia menetapkan hati (Mzm. 56:4), “Waktu aku takut, aku 

ini percaya kepada-Mu. Dan sebab  itu (Mzm. 56:12) aku tidak 

takut apa yang dapat dilakukan manusia terhadap aku, sekalipun 

itu anak-anak raksasa.”  

4. Jalan yang diambil Daud untuk lolos dari tangan mereka: Ia 

berbuat pura-pura gila (ay. 13). Ia bertingkah laku seperti orang 

tolol, atau orang yang sudah tidak waras. Pikirnya, mereka akan 

percaya begitu saja bahwa kehinaan yang telah menimpanya, dan 

kesusahan-kesusahan yang sedang melandanya sekarang, telah 

membuat jiwanya terganggu. Kepura-puraannya ini tidak dapat 

dibenarkan. Sungguh hina baginya untuk merendahkan dirinya 

seperti itu, dan tidak sejalan dengan kebenaran untuk memberi-

kan gambaran yang salah seperti itu tentang dirinya. Oleh sebab 

itu, tindakan itu tidak pantas dilakukan oleh orang seperti Daud 

yang terhormat dan jujur. Namun demikian, tindakan itu sedikit 

banyak bisa dimaklumi, sebab yang dilakukannya itu bukanlah 

betul-betul suatu kebohongan, melainkan seperti sebuah siasat 

dalam perang, untuk memperdaya musuh-musuhnya demi me-

nyelamatkan nyawanya sendiri. Apa yang dilakukan Daud di sini 

dengan berpura-pura seperti itu dan untuk menyelamatkan diri-

nya sendiri, yang membuat tindakan itu sebagiannya dapat di-

maklumi, biasanya benar-benar dilakukan oleh para pemabuk, 


 398

untuk memuaskan nafsu yang rendah. Mereka menjadikan diri 

mereka sendiri sebagai orang bodoh, dan mengubah perilaku 

mereka. Perkataan dan perbuatan mereka biasanya bodoh dan 

konyol seperti orang dungu, atau berang dan geram seperti orang 

gila. Ini sering kali membuat saya bertanya-tanya mengapa orang 

yang berakal budi dan terhormat mau membiarkan diri mereka 

berlaku seperti itu.  

5. Terluputnya Daud dengan cara ini (ay. 14-15). Saya cenderung 

berpikir bahwa Akhis sadar bahwa kegilaan itu hanyalah pura-

pura. Akan namun , sebab  ingin melindungi Daud, seperti yang 

kita dapati sesudahnya bahwa Akhis sangat baik kepada Daud, 

bahkan saat  raja kota orang Filistin tidak menyukainya (28:1-2; 

29:6), maka Akhis berpura-pura kepada para pegawainya bahwa 

ia benar-benar berpikir orang itu gila. Dan sebab  itu beralasan 

baginya untuk mempertanyakan apakah itu Daud atau bukan. 

Atau, kalaupun itu Daud, mereka tidak perlu takut kepadanya. 

Bahaya apa yang dapat ditimpakan Daud kepada mereka, saat  

ia sudah tidak waras lagi sekarang? Mereka curiga Akhis ingin 

menyambut Daud: “Aku tidak begitu,” katanya. “Dia orang gila. 

Aku tidak mau berhubungan apa-apa dengannya. Kamu tidak 

perlu takut aku akan mempekerjakan dia, atau memberinya 

sokongan.” Akhis menyikapi hal itu dengan cukup baik saat  ia 

bertanya, “Kekurangan orang gilakah aku? Patutkah orang yang 

demikian masuk ke rumahku? Aku tidak akan menunjukkan 

kebaikan kepadanya, namun  kamu juga tidak boleh menyakitinya, 

sebab, jika ia orang gila, maka ia harus dikasihani.” Oleh sebab 

itu Akhis mengusirnya, seperti dalam judul Mazmur 34, yang 

dituliskan Daud pada kesempatan ini, dan sungguh bagus maz-

mur itu. Mazmur itu menunjukkan bahwa roh Daud tidak ber-

ubah saat  perilakunya berubah, namun  bahkan dalam keadaan-

keadaan yang teramat sulit dan tergesa-gesa, hatinya tetap, penuh 

kepercayaan kepada TUHAN. Dan ia menutup Mazmur itu dengan 

keyakinan ini, bahwa semua orang yang berlindung pada Allah 

tidak akan menanggung hukuman, meskipun ada kemungkinan 

mereka, seperti dia sekarang, sendirian dan kesusahan, dianiaya, 

namun tidak ditinggalkan sendirian. 

 

PASAL  22  

aud, sesudah  diusir dari Akhis, kembali ke tanah Israel untuk 

kemudian diburu oleh Saul.  

I. Daud mendirikan markasnya di gua Adulam, menyambut 

saudara-saudaranya (ay. 1), menghimpun para prajuritnya 

(ay. 2), namun  memindahkan orangtuanya yang sudah lanjut 

usia ke tempat yang lebih tenang (ay. 3-4), dan memiliki Nabi 

Gad sebagai penasihatnya (ay. 5).  

II. Saul bertekad untuk mengejar Daud dan menemukannya, 

mengeluh tentang pegawai-pegawainya dan Yonatan (ay. 6-8). 

sesudah  mengetahui dari Doëg bahwa Ahimelekh sudah ber-

buat baik kepada Daud, Saul memerintahkan supaya Ahime-

lekh dan semua imam yang ada bersamanya, yang semuanya 

berjumlah delapan puluh lima orang, dihukum mati, dan 

semua milik mereka dihancurkan (ay. 9-19).  

III. Dari pelaksanaan hukuman yang biadab ini Abyatar terluput, 

dan melarikan diri kepada Daud (ay. 20-23). 

Daud di Gua Adulam 

(22:1-5)  

1 Lalu Daud pergi dari sana dan melarikan diri ke gua Adulam. saat  sau-

dara-saudaranya dan seluruh keluarganya mendengar hal itu, pergilah mere-

ka ke sana mendapatkan dia. 2 Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang 

yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, 

setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka. Bersama-

sama dengan dia ada kira-kira empat ratus orang. 3 Dari sana Daud pergi ke 

Mizpa di Moab dan berkata kepada raja negeri Moab: “Izinkanlah ayahku dan 

iartikel  tinggal padamu, sampai aku tahu, apa yang dilakukan Allah kepada-

ku.” 4 Lalu diantarkannyalah mereka kepada raja negeri Moab, dan mereka 

tinggal bersama dia selama Daud ada di kubu gunung. 5 namun  Gad, nabi itu, 


 400

berkata kepada Daud: “Janganlah tinggal di kubu gunung itu, pergilah dan 

pulanglah ke tanah Yehuda.” Lalu pergilah Daud dan masuk ke hutan Keret. 

Dalam perikop ini,  

I. Daud berlindung di gua Adulam (ay. 1). Tidak jelas apakah itu 

kubu alami atau kubu buatan. Ada kemungkinan bahwa jalan 

untuk masuk ke sana begitu sulit hingga Daud menganggap 

dirinya mampu, dengan pedang Goliat, mempertahankannya dari 

semua pasukan Saul. Oleh sebab  itu ia mengubur dirinya hidup-

hidup di dalamnya, sementara ia menunggu untuk melihat dan ia 

mengatakannya di sini apa yang akan dilakukan Allah kepadanya 

(ay. 3). Dalam janji untuk memperoleh kerajaan, tersirat juga janji 

bahwa Daud akan dilindungi untuk mendapatkannya. sekalipun 

begitu, Daud menggunakan sarana-sarana yang semestinya un-

tuk menyelamatkan dirinya sendiri, sebab jika tidak, ia mencobai 

Allah. Ia tidak melakukan apa pun yang bertujuan untuk 

menghancurkan Saul, namun  hanya untuk mengamankan dirinya 

saja. Ia yang bisa saja melakukan pelayanan besar bagi negerinya 

sebagai hakim atau panglima, di sini terkurung di dalam gua, dan 

dibuang seperti periuk yang tidak disukai orang. Kita tidak boleh 

menganggap aneh jika terang yang bersinar kadang-kadang 

dibuat pudar dan disembunyikan di bawah gantang seperti itu. 

Mungkin sang rasul merujuk pada contoh dari Daud ini, dan 

bukan pada contoh-contoh lain, saat  ia berbicara tentang 

beberapa pahlawan Perjanjian Lama yang mengembara di padang 

gurun, dalam gua-gua dan celah-celah gunung (Ibr. 11:38). Pada 

saat inilah Daud menorehkan Mazmur 142, yang berjudul, doa 

orang yang dikejar-kejar (KJV: suatu doa saat  Daud ada di dalam 

gua). Dan di sana ia mengeluh bahwa tidak ada seorang pun yang 

menghiraukan dia, dan bahwa tempat pelarian baginya telah 

hilang. namun  ia berharap bahwa tak lama lagi orang benar akan 

mengelilingi dia. 

II. Ke sanalah saudara-saudara Daud berbondong-bondong menda-

tangi dia, saudara-saudaranya dan seluruh keluarganya, untuk 

dilindungi olehnya, untuk memberikan pertolongan kepadanya, 

dan untuk berbagi nasib dengan dia. Seorang saudara ada dalam 

kesukaran. Sekarang Yoab, Abisai, dan saudara-saudara Daud 

yang lain datang kepadanya, untuk menderita dan bertaruh 

Kitab 1 Samuel 22:1-5 

 401 

nyawa bersamanya, dengan harapan bahwa mereka akan segera 

diangkat bersamanya. Dan memang demikian kenyataannya. Tiga 

orang pertama dari pahlawan-pahlawan Daud yaitu  orang-orang 

yang berutang budi kepadanya saat  ia berada di gua itu (1Taw. 

11:15, dst.). 

III. Di sini Daud mulai mengerahkan pasukan untuk melindungi dirinya 

(ay. 2). Ia mendapati, melalui percobaan-percobaan yang dibuatnya 

belum lama ini, bahwa ia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri 

dengan melarikan diri, dan sebab  itu ia mau tidak mau harus 

menyelamatkan diri dengan membentuk pasukan. Dalam melaku-

kan itu, Daud tidak pernah bertindak untuk menyerang, tidak per-

nah melakukan kekerasan apa pun kepada rajanya, atau mem-

berikan gangguan apa pun terhadap kedamaian kerajaan, namun  

hanya menggunakan pasukannya sebagai penjaga bagi dirinya 

sendiri. Akan namun , betapa pun para prajuritnya menjadi perlin-

dungan baginya, mereka tidak mendatangkan pujian yang besar 

baginya, sebab tentara yang dimilikinya tidaklah terdiri atas 

orang-orang yang hebat, orang-orang kaya, orang-orang yang 

gagah berani, ataupun orang-orang baik. Sebaliknya, mereka ada-

lah orang-orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-

kejar tukang piutang, dan setiap orang yang sakit hati. Mereka 

yaitu  orang-orang yang tidak beruntung dan yang gelisah jiwa-

nya, yang harus bersusah payah, dan yang tidak tahu betul apa 

yang harus mereka lakukan. saat  Daud sudah menetapkan 

markasnya di gua Adulam, mereka datang dan mendaftarkan diri 

kepadanya, dengan jumlah sekitar empat ratus orang. Lihatlah 

betapa lemahnya alat-alat yang terkadang dipakai Allah, yang 

dengannya Ia hendak memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri. Anak 

Daud siap menerima jiwa-jiwa yang kesusahan, yang mau meng-

angkat Dia sebagai panglima mereka dan diperintah oleh-Nya. 

IV. Daud memberi perhatian untuk menempatkan orangtuanya di tem-

pat yang aman. Tidak ada tempat seperti itu yang dapat dia temu-

kan di seluruh tanah Israel, selama Saul, dengan begitu pahit, ge-

ram terhadapnya dan terhadap semua yang menjadi miliknya oleh 

sebab  dia. Oleh sebab itu, Daud pergi bersama orangtuanya ke-

pada raja Moab, dan menempatkan mereka di bawah perlindungan-

nya (ay. 3-4). Amatilah di sini,  


 402

1. Betapa dengan perhatian yang lembut Daud memenuhi keper-

luan orangtuanya yang sudah lanjut usia. Tidak pantas jika 

mereka harus dihadapkan pada ketakutan-ketakutan atau 

kelelahan-kelelahan yang setiap waktu akan dialaminya se-

lama pergumulannya dengan Saul berlangsung; mereka sama 

sekali tidak mampu menanggung beban seperti itu sebab  

usia. Oleh sebab itu, hal pertama yang dilakukannya yaitu  

menemukan tempat tinggal yang tenang untuk mereka, apa 

pun yang terjadi dengan dirinya sendiri. Hendaklah anak-anak 

belajar dari sini untuk berbakti kepada kaum keluarga mereka 

sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka (1Tim. 

5:4), dengan memperhitungkan kenyamanan dan kepuasan 

orangtua mereka dalam segala hal. Sekalipun mereka men-

dapat kedudukan yang begitu tinggi, dan bekerja dengan begi-

tu keras, janganlah mereka melupakan orangtua mereka yang 

sudah lanjut usia.  

2. Betapa dengan iman yang penuh kerendahan hati Daud me-

nantikan akhir dari kesusahan-kesusahannya pada saat ini: 

Sampai aku tahu, apa yang dilakukan Allah kepadaku. Daud 

mengungkapkan harapan-harapannya dengan sangat bersahaja, 

sebagai orang yang sudah berserah diri sepenuhnya kepada 

Allah dan menyerahkan jalannya kepada Dia. Ia mengharapkan 

akhir yang baik, bukan sebab  keahliannya sendiri, atau persen-

jataannya sendiri, atau jasa-jasanya sendiri, melainkan sebab  

apa yang akan dilakukan oleh hikmat, kuasa, dan kebaikan 

Allah untuknya. Sekarang ayah dan ibu Daud meninggalkan-

nya, namun  Allah tidak (Mzm. 27:10). 

V. Daud mendapat nasihat dan pertolongan dari Nabi Gad. Ada ke-

mungkinan Gad merupakan salah seorang anak dari nabi-nabi 

yang dididik di bawah Samuel, dan yang oleh Samuel disarankan 

kepada Daud sebagai penasihat atau pembimbing rohaninya. 

Sebagai seorang nabi, Gad akan berdoa untuknya dan mengajari-

nya tentang pikiran Allah. Dan Daud, meskipun ia sendiri seorang 

nabi, merasa senang mendapat bantuan dari Gad. Gad menasi-

hati Daud untuk pergi ke tanah Yehuda (ay. 5), sebagai orang 

yang yakin akan ketidakbersalahannya sendiri, dan yang merasa 

pasti akan perlindungan ilahi, dan yang berkeinginan, bahkan da-

lam keadaannya yang sulit pada saat ini, untuk melakukan suatu

Kitab 1 Samuel 22:6-19 

 403 

 pelayanan bagi suku dan negerinya. Janganlah ia malu untuk 

mengakui perkaranya sendiri, atau menolak pertolongan-perto-

longan yang akan ditawarkan kepadanya. sesudah  digerakkan oleh 

perkataan ini, Daud menetapkan hati untuk tampil di hadapan 

semua orang di tanah Yehuda. Demikianlah TUHAN menetapkan 

langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. 

Saul Membinasakan Imam-imam Tuhan; 

Kota Nob Dihancurkan 

(22:6-19) 

6 Hal itu terdengar oleh Saul, sebab Daud dan orang-orang yang bersama-

sama dengan dia telah diketahui tempatnya. Adapun Saul ada di Gibea, 

sedang duduk di bawah pohon tamariska di bukit, dengan tombaknya di 

tangan dan semua pegawainya berdiri di dekatnya. 7 Lalu berkatalah Saul 

kepada para pegawainya yang berdiri di dekatnya: “Cobalah dengar, ya orang-

orang Benyamin! Apakah anak Isai itu juga akan memberikan kepada kamu 

sekalian ladang dan kebun anggur, apakah ia akan mengangkat kamu sekali-

an menjadi kepala atas pasukan seribu dan atas pasukan seratus, 8 sehingga 

kamu sekalian mengadakan persepakatan melawan aku dan tidak ada se-

orang pun yang menyatakan kepadaku, bahwa anakku mengikat diri dengan 

anak Isai itu? Tidak ada seorang pun dari kamu yang cemas sebab  aku, 

atau yang menyatakan kepadaku, bahwa anakku telah menghasut pegawai-

ku melawan aku menjadi penghadang seperti sekarang ini.” 9 Lalu menjawab-

lah Doëg, orang Edom itu, yang berdiri dekat para pegawai Saul, katanya: 

“Telah kulihat, bahwa anak Isai itu datang ke Nob, kepada Ahimelekh bin 

Ahitub. 10 Ia menanyakan TUHAN bagi Daud dan memberikan bekal kepada-

nya; juga pedang Goliat, orang Filistin itu, diberikannya kepadanya.” 11 Lalu 

raja menyuruh memanggil Ahimelekh bin Ahitub, imam itu, bersama-sama 

dengan seluruh keluarganya, para imam yang di Nob; dan datanglah seka-

liannya menghadap raja. 12 Kata Saul: “Cobalah dengar, ya anak Ahitub!” Ja-

wabnya: “Ya, tuanku.” 13 Kemudian bertanyalah Saul kepadanya: “Mengapa 

kamu mengadakan persepakatan melawan aku, engkau dengan anak Isai itu, 

dengan memberikan roti dan pedang kepadanya, menanyakan Allah baginya, 

sehingga ia bangkit melawan aku menjadi penghadang seperti sekarang ini?” 

14 Lalu Ahimelekh menjawab raja: “namun  siapakah di antara segala pegawai-

mu yang dapat dipercaya seperti Daud, apalagi ia menantu raja dan kepala 

para pengawalmu, dan dihormati dalam rumahmu? 15 Bukan ini pertama kali 

aku menanyakan Allah bagi dia. Sekali-kali tidak! Janganlah kiranya raja 

melontarkan tuduhan kepada hambamu ini, bahkan kepada seluruh keluar-

gaku, sebab hambamu ini tidak tahu apa-apa tentang semuanya itu, baik 

tentang perkara kecil maupun perkara besar.” 16 namun  raja berkata: “Engkau 

mesti dibunuh, Ahimelekh, engkau dan seluruh keluargamu.” 17 Lalu raja 

memerintahkan kepada bentara yang berdiri di dekatnya: “Majulah dan 

bunuhlah para imam TUHAN itu sebab mereka membantu Daud; sebab wa-

laupun mereka tahu, bahwa ia melarikan diri, mereka tidak memberitahukan 

hal itu kepadaku.” namun  para pegawai raja tidak mau mengangkat tangan-

nya untuk memarang imam-imam TUHAN itu. 18 Lalu berkatalah raja kepada 

Doëg: “Majulah engkau dan paranglah para imam itu.” Maka majulah Doëg, 

orang Edom itu, lalu memarang para imam itu. Ia membunuh pada hari itu 


 404

delapan puluh lima orang, yang memakai baju efod dari kain lenan. 19 Juga 

penduduk Nob, kota imam itu, dibunuh raja dengan mata pedang; laki-laki 

maupun wanita  , kanak-kanak maupun anak yang menyusu, pula lem-

bu, keledai dan domba dibunuhnya dengan mata pedang. 

Kita sudah melihat perkembangan dari kesusahan-kesusahan Daud. 

Sekarang di sini kita mendapati perkembangan dari kefasikan Saul. 

Saul tampak sudah menyingkirkan pemikiran-pemikiran tentang se-

mua urusan lain, dan mencurahkan segenap dirinya untuk mengejar 

Daud. Saul pada akhirnya mendengar, melalui berita yang sedang 

hangat di seluruh negeri, bahwa Daud telah diketahui tempatnya 

yaitu, bahwa ia telah muncul di hadapan umum dan menghimpun 

orang-orang untuk melayaninya. Mendengar hal itu, Saul memanggil 

semua pegawainya yang berdiri di dekatnya, dan ia duduk di bawah 

pohon, atau tiang berhala, di bukit pengorbanan yang ada di Gibea. 

Ia duduk dengan tombak di tangannya sebagai tongkat, yang menyi-

ratkan kekuasaan yang dengannya ia gunakan untuk memerintah, 

dan keadaan jiwanya pada saat ini, atau lebih tepatnya kegelisahan 

jiwanya, yaitu untuk membunuh semua orang yang menghalangi 

jalannya. Dalam perburuan yang berdarah ini, 

I.   Saul mencari tahu tentang Daud dan Yonatan (ay. 7-8). Ada dua 

hal yang dicurigainya, dan ia ingin melihatnya terbukti, supaya ia 

dapat melampiaskan kebenciannya kepada dua dari orang-orang 

yang terbaik dan paling unggul yang dimilikinya:  

1. Bahwa Daud, hambanya, benar-benar menghadang dia dan 

berusaha mencabut nyawanya, yang sama sekali tidak benar. 

Saullah yang sebenarnya berusaha mencabut nyawa Daud. 

Oleh sebab  itu ia mengaku-ngaku bahwa Daud berusaha 

mencabut nyawanya, meskipun ia tidak bisa menuduh Daud 

atas suatu tindakan nyata yang dapat memberikan bayangan 

kecurigaan sedikit pun.  

2. Bahwa Yonatan anaknya menghasut Daud untuk berbuat 

demikian, dan bersekutu dengan Daud untuk merancangkan 

dan membayangkan kematian sang raja. Ini juga jelas-jelas 

tidak benar. Memang ada ikatan persahabatan antara Daud 

dan Yonatan, namun  tidak ada persekongkolan dalam kejahatan 

apa pun. Tak satu pun dari butir-butir perjanjian persahabat-

an mereka mengandung suatu kejahatan terhadap Saul. Ka-

laupun Yonatan setuju, sesudah  kematian Saul, untuk menye-

Kitab 1 Samuel 22:6-19 

 405 

rahkan mahkota kerajaan kepada Daud, sesuai dengan kehen-

dak Allah yang sudah disingkapkan, apa bahayanya itu bagi 

Daud? Namun begitulah, sahabat-sahabat terbaik bagi raja 

dan negeri sering kali dituduh secara menjijikkan sebagai 

musuh-musuh keduanya. Bahkan Kristus sendiri pun dituduh 

demikian. Saul menganggap benar begitu saja bahwa Yonatan 

dan Daud bersekongkol untuk melawannya, melawan mahkota 

dan martabatnya. Dia marah kepada pegawai-pegawainya 

sebab  mereka tidak memberi tahu dia tentang hal itu, dengan 

menduga bahwa mereka tidak bisa tidak pasti mengetahuinya, 

padahal tidaklah demikian adanya. Lihatlah sifat dari keben-

cian yang penuh kecemburuan, dan cara-cara yang menyedih-

kan yang dipakainya untuk memaksa menyingkapkan hal-hal 

yang tidak ada. Saul melihat semua orang di sekelilingnya se-

bagai musuh-musuhnya sebab  mereka tidak mengatakan te-

pat seperti yang dia katakan. Dan Saul memberi tahu mereka,  

(1) Bahwa mereka sangat tidak bijaksana, dan bertindak mela-

wan kepentingan suku mereka maupun keluarga mereka. 

Sebab mereka yaitu  orang Benyamin, dan Daud, jika di-

angkat, akan membawa kehormatan kepada Yehuda, ke-

hormatan yang sekarang dipegang oleh Benyamin. Sebab 

Daud tidak akan pernah mampu memberi mereka imbalan-

imbalan seperti yang diberikan Saul untuk mereka, yaitu 

ladang dan kebun anggur, dan jabatan-jabatan untuk men-

jadi perwira dan panglima.  

(2) Bahwa mereka tidak setia: Kamu sekalian mengadakan per-

sepakatan melawan aku. Betapa orang-orang yang mem-

biarkan diri dikuasai oleh roh kecemburuan terus-menerus 

merasa gelisah dan tersiksa! Kalau pemerintah memperhati-

kan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik (Ams. 

29:12), yaitu, mereka tampak fasik di matanya.  

(3) Bahwa mereka sangat jahat. Saul menyangka dapat me-

nyentuh sifat baik mereka dengan perkataan itu: Tidak ada 

seorang pun dari kamu yang bahkan merasa kasihan terha-

dapku, atau cemas sebab  aku, seperti sebagian penafsir 

membacanya. Dengan alasan-alasan ini ia mendorong 

mereka untuk bertindak dengan penuh semangat, sebagai 

alat-alat kebenciannya, supaya mereka dapat menyingkir-

kan kecurigaan-kecurigaannya terhadap mereka. 


 406

II. Meskipun Saul tidak dapat menemukan satu hal pun dari pega-

wai-pegawainya yang dapat dipakai untuk melawan Daud atau 

Yonatan, namun ia mendapat berita dari Doëg untuk melawan 

imam Ahimelekh. 

1. Sebuah tuduhan diajukan Doëg terhadap Ahimelekh, dan Doëg 

sendiri yaitu  bukti melawannya (ay. 9-10). Mungkin Doëg, 

sekalipun jahat, tidak akan memberitahukan hal ini seandainya 

Saul tidak memaksanya, sebab seandainya Doëg sangat ingin 

memberitahukannya, ia pasti sudah melakukannya lebih awal. 

namun  sekarang Doëg berpikir bahwa mereka semua pasti 

akan dianggap sebagai pengkhianat jika tak seorang pun dari 

mereka menjadi pendakwa. Oleh sebab itu, Doëg memberi 

tahu Saul kebaikan apa yang telah ditunjukkan Ahimelekh ke-

pada Daud, yang kebetulan ia sendiri menjadi saksi matanya. 

Ahimelekh sudah menanyakan TUHAN bagi Daud, yang tidak 

biasa dilakukan oleh sang imam kecuali untuk tokoh-tokoh 

masyarakat dan tentang kepentingan-kepentingan umum. Dan 

Ahimelekh memberi bekal kepada Daud berupa roti dan 

pedang. Semuanya ini benar, namun  tidak seluruhnya benar. 

Doëg seharusnya memberi tahu Saul lebih jauh bahwa Daud 

telah membuat Ahimelekh percaya bahwa Daud pada waktu 

itu sedang melaksanakan tugas sang raja. Dengan begitu, 

pelayanan yang diberikan Ahimelekh kepada Daud, apa pun 

kenyataannya, dimaksudkan untuk menghormati Saul. Hal ini 

bisa saja membersihkan nama Ahimelekh, yang berada di ba-

wah kuasa Saul, sehingga semua kesalahan dapat ditimpakan 

kepada Daud, yang berada di luar jangkauannya. 

2. Ahimelekh ditangkap, atau lebih tepatnya dipanggil mengha-

dap sang raja untuk diadili, dan atas tuduhan inilah ia ditun-

tut. Raja menyuruh memanggil Ahimelekh dan semua imam 

yang pada waktu itu melayani di tempat kudus, yang dianggap 

Saul sudah membantu dan menjadi kaki tangan Daud. Mere-

ka, sebab  tidak menyadari adanya kesalahan apa pun, dan 

oleh sebab itu tidak khawatir akan bahaya apa pun, datang 

sekaliannya menghadap raja (ay. 11). Tak seorang pun dari 

mereka berusaha meloloskan diri, atau melarikan diri kepada 

Daud untuk berlindung, seperti yang pasti sudah mereka la-

kukan, sebab sekarang Daud telah mendirikan markasnya, se-

andainya mereka memang mendukung kepentingan-kepen-

Kitab 1 Samuel 22:6-19 

 407 

tingan Daud seperti yang dicurigai Saul. Saul menuntut Ahi-

melekh sendiri dengan penghinaan dan kemarahan yang sebe-

sar-besarnya (ay. 12): Cobalah dengar, ya anak Ahitub. Saul 

bahkan tidak memanggil Ahimelekh dengan menyebut nama-

nya, apalagi menyebutkan gelar kehormatannya. Dengan ini 

tampak bahwa ia sudah membuang rasa takut akan Allah, 

hingga ia tidak menunjukkan penghormatan sama sekali ter-

hadap para imam-Nya, namun  merasa senang dalam mencela 

dan menghina mereka. Ahimelekh menyerahkan dirinya untuk 

diadili dalam perkataan itu: “Ya, tuanku, aku siap mendengar 

tuntutan terhadapku, sebab  aku tahu bahwa aku tidak ber-

buat salah.” Ahimelekh tidak berkeberatan atas kewenangan 

pengadilan Saul, tidak pula menuntut pengecualian sebagai 

seorang imam, sekalipun ia yaitu  imam besar, padahal jabat-

an imam besar belum lama ini digabungkan dengan jabatan 

hakim, atau hakim kepala. namun  sebab  sekarang Saul diberi 

kedaulatan, dalam hal-hal yang berkaitan dengan raja, maka 

bahkan imam besar sekalipun berdiri sama tinggi dengan 

orang-orang Israel biasa. Tiap-tiap orang, bahkan hamba Tu-

han, harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya. 

3. Dakwaan terhadap Ahimelekh dibacakan kepadanya (ay. 13), 

bahwa ia, sebagai pengkhianat yang penuh kepalsuan, telah 

bergabung dengan anak Isai dalam persekongkolan untuk 

menggulingkan dan membunuh sang raja. Kata Saul, “Ran-

cangan anak Isai itu yaitu  untuk bangkit melawan aku, dan 

engkau benar-benar membantu dia dengan memberikan per-

bekalan makanan dan senjata.” Lihatlah betapa perbuatan-

perbuatan yang tidak mengandung kesalahan apa pun bisa 

direka-reka dengan buruk. Betapa tidak aman orang-orang 

yang hidup di bawah pemerintahan yang lalim. Dan betapa 

beralasan bagi kita untuk bersyukur atas tata peraturan hu-

kum dan jalannya pemerintahan yang membahagiakan yang di 

bawahnya kita hidup.  

4. Atas dakwaan ini Ahimelekh membela diri tidak bersalah (ay. 

14-15). Ia mengakui kenyataan yang terjadi, namun  menyangkal 

bahwa ia melakukannya dengan berkhianat atau dengan mak-

sud jahat, atau dengan suatu rancangan melawan raja. Ia 

membela diri bahwa ia sama sekali tidak mengetahui adanya 

perseteruan antara Saul dan Daud, hingga ia benar-benar 


 408

mengira bahwa Daud pada waktu itu mendapat perkenanan 

istana sama seperti sebelumnya. Cermatilah, Ahimelekh tidak 

membela diri bahwa Daud telah berbohong kepadanya, dan 

dengan kebohongan itu telah memperdaya dirinya, meskipun 

sebenarnya memang demikian. Sebab Ahimelekh tidak mau 

menyatakan kelemahan orang yang begitu baik, sekalipun itu 

untuk membenarkan dirinya sendiri, terutama kepada Saul, 

yang mencari segala kesempatan untuk melawan Daud. namun  

ia tetap percaya akan nama baik Daud sebagai pelayan Saul 

yang paling setia. Ia tetap memperhitungkan kehormatan yang 

telah diberikan sang raja kepada Daud dengan menikahkan 

anak wanita  nya dengan Daud serta bagaimana sang raja 

sudah sering kali memakai Daud, dan memberi kepercayaan 

penuh kepadanya: “Ia patuh pada perintahmu, dan dihormati 

dalam rumahmu, dan sebab  itu siapa saja akan berpikir bah-

wa menunjukkan penghormatan kepada Daud yaitu  suatu 

tindakan yang terpuji kepada raja, dan sama sekali tidak 

memandangnya sebagai kejahatan.” Ahimelekh membela diri 

bahwa ia sudah biasa menanyakan Allah bagi Daud saat  

Daud diutus oleh Saul untuk tugas apa saja. Dia melakukan-

nya sekarang tanpa kesalahan apa-apa seperti yang selama ini 

ia lakukan. Ahimelekh menegaskan bahwa jijik baginya untuk 

membayangkan dirinya terlibat dalam persekongkolan mela-

wan sang raja: “Sekali-kali tidak. Aku mengurusi urusanku 

sendiri, dan tidak mencampuri urusan-urusan pemerintah.” Ia 

memohon perkenanan sang raja: “Janganlah kiranya raja me-

lontarkan tuduhan atas kejahatan apa pun kepada kami.” Dan 

ia menutup dengan pernyataan akan ketidakbersalahannya: 

Hambamu ini tidak tahu apa-apa tentang semuanya itu. Ada-

kah orang lain yang bisa membela diri dengan bukti kejujuran 

yang lebih banyak? Seandainya ia diadili oleh anggota majelis 

yang terdiri atas orang-orang Israel yang jujur, ia pasti akan 

dibebaskan, sebab siapa yang dapat menemukan kesalahan 

dalam dirinya? Akan namun , 

5. Saul sendiri memberikan penghakiman melawannya (ay. 16): 

Engkau mesti dibunuh, Ahimelekh, sebagai pemberontak, eng-

kau dan seluruh keluargamu. Adakah yang lebih tidak adil 

daripada ini? Aku melihat di bawah matahari: di tempat peng-

adilan, di situ pun terdapat ketidakadilan (Pkh. 3:16).  

Kitab 1 Samuel 22:6-19 

 409 

(1) Tidak adil bahwa harus Saul sendiri, dan dia saja, yang 

memberikan penghakiman dalam perkaranya sendiri, tanpa 

pengajuan perkara kepada hakim atau nabi, kepada dewan 

penasihatnya, atau kepada dewan perang. 

(2) Tidak adil bahwa pembelaan yang begitu baik harus ditolak 

dan tidak diterima tanpa diberikan alasan apa pun, atau 

upaya apa pun untuk menyanggah tuduhan-tuduhannya, 

namun  semata-mata ditolak dengan semena-mena.  

(3) Tidak adil bahwa hukuman harus dijatuhkan dengan begitu 

terburu-buru dan tergesa-gesa. Sang hakim sendiri tidak 

mengambil waktu untuk mempertimbangkannya, atau mem-

berikan waktu sedikit pun kepada sang tahanan untuk ber-

gerak dan menghentikan penghakiman itu.  

(4) Tidak adil bahwa hukuman harus dijatuhkan bukan hanya 

atas Ahimelekh sendiri, yang merupakan satu-satunya orang 

yang dituduh oleh Doëg, melainkan juga atas seluruh keluar-

ganya, yang tidak dikenakan tuduhan apa-apa. Haruskah 

anak dihukum mati sebab  ayahnya?  

(5) Tidak adil bahwa hukuman harus dijatuhkan dalam ama-

rah, bukan untuk menyokong keadilan, melainkan untuk 

melampiaskan kegeraman Saul yang menyerupai binatang. 

6. Saul mengeluarkan surat perintah (hanya perintah lisan) un-

tuk segera melaksanakan hukuman yang berdarah ini. 

(1) Saul memerintahkan para pengiringnya yang bukan prajurit 

untuk menjadi algojo-algojo yang melaksanakan hukuman 

ini, namun  mereka menolak (ay. 17). Dengan ini ia bermaksud 

untuk lebih lagi menghina para imam itu. Mereka tidak 

boleh mati oleh tangan prajurit (seperti dalam 1Raj. 2:29) 

atau oleh para pejabatnya yang biasa menjalankan peradil-

an. namun  para pelayan pengiringnya harus bersorak atas 

para imam, dan membasuh tangan mereka dalam darah 

para imam.  

[1] Tidak pernah perintah seorang raja diberikan secara le-

bih biadab seperti itu: Majulah dan bunuhlah para imam 

TUHAN itu. Perintah ini diucapkan dengan nada kedur-

hakaan yang tiada bandingnya. Kalau Saul memang su-

dah lupa bahwa jabatan para imam itu suci atau mereka 

punya hubungan khusus dengan Allah, maka ia mung-


 410

kin akan menyesal melihat orang-orang yang berkedu-

dukan seperti itu harus terkena amarahnya. namun  de-

ngan menyebut mereka para imam TUHAN, lalu memerin-

tahkan para pelayannya memotong leher mereka, maka 

tampaklah bahwa ia memang membenci mereka. sebab  

Allah sudah menolaknya, dan sudah memerintahkan 

orang lain untuk diurapi sebagai gantinya, maka ia tam-

pak sangat senang dengan kesempatan untuk membalas 

dendam kepada para imam Tuhan ini, sebab Allah sen-

diri berada di luar jangkauanya. saat  roh jahat me-

nguasai seseorang, ia akan membuat orang itu bergegas 

melakukan kefasikan apa saja! Saul menuduh, dalam 

perintahnya yang sama sekali tidak benar dan tidak ter-

bukti, bahwa para imam itu tahu saat  Daud melarikan 

diri, padahal mereka tidak tahu apa-apa tentang masalah 

itu. namun  kebencian dan pembunuhan biasanya diso-

kong oleh berbagai macam kebohongan. 

[2] Tidak pernah perintah seorang raja tidak ditaati secara 

lebih terhormat seperti itu. Para pelayannya itu lebih 

berakal sehat dan berbelaskasihan daripada tuan mere-

ka. Meskipun mereka harus bersiap-siap untuk dipecat 

dari jabatan mereka, kalau bukan dihukum dan dibu-

nuh atas penolakan mereka itu, namun, apa pun yang 

akan terjadi kepada mereka, mereka tidak mau mema-

rang para imam Tuhan. Begitu besar penghormatan me-

reka terhadap jabatan imamat, dan begitu besar keya-

kinan mereka akan ketidakbersalahan para imam itu. 

(2) Saul memerintahkan Doëg yaitu sang pendakwa untuk men-

jadi algojonya, dan Doëg menurut. Orang akan berpikir bah-

wa penolakan dari para pelayannya itu akan menggugah hati 

nurani Saul, sehingga tidak bersikeras lagi melakukan hal 

begitu biadab yang membuat ngeri para pelayannya sendiri 

itu. Akan namun , pikiran Saul dibutakan dan hatinya me-

ngeras, sehingga jika mereka tidak mau melakukannya, 

maka tangan si saksi akan yang menimpa para korbannya 

(Ul. 17:7). Para penguasa lalim yang paling haus darah 

telah menemukan alat-alat kekejaman mereka yang sama 

biadabnya seperti mereka sendiri. Begitu diperintahkan 

untuk memarang para imam, sesaat  itu juga Doëg berse-

Kitab 1 Samuel 22:6-19 

 411 

dia melakukannya. Tanpa perlawanan apa pun, ia membu-

nuh dengan tangannya sendiri (sepanjang yang tampak) 

pada hari yang sama, delapan puluh lima imam yang ma-

sih melayani sebagai imam, antara dua puluh sampai lima 

puluh tahun. Sebab mereka memakai baju efod dari kain 

lenan (ay. 18), dan mungkin pada saat itu sedang menun-

jukkan diri di hadapan Saul dengan mengenakan jubah 

mereka, dan dibunuh dalam jubah itu. Orang akan berpi-

kir, hal ini sudah cukup untuk memuaskan hati orang yang 

paling haus darah sekalipun. namun  lintah penganiayaan 

terus saja berteriak, “Untukku, untukku.” sesudah  membu-

nuh para imam, tidak diragukan lagi atas perintah Saul, 

Doëg pergi ke Nob, kota para imam, dan membunuh semua 

orang di sana dengan pedang (ay. 19), laki-laki, wanita  , 

dan kanak-kanak, dan hewan ternak juga. Betapa kejam dan 

biadabnya, dan orang tidak bisa tidak pasti ngeri memba-

yangkannya! Sungguh mengherankan bahwa ada orang yang 

sampai hati untuk bertindak begitu jahat dan biadab, begitu 

tidak manusiawi! Kita dapat melihat dalam kejadian ini,  

[1] Kefasikan Saul yang tak terbendung lagi saat  Roh Tu-

han telah meninggalkannya. Tidak ada yang begitu keji 

selain orang-orang yang telah menyulut murka Allah 

hingga Ia menyerahkan mereka pada hawa nafsu mere-

ka. Mereka ini bisa bergegas melakukan tindakan yang 

begitu keji. Orang yang tadinya begitu berbelaskasihan 

sampai menyelamatkan Agag dan ternak orang Amalek, 

dengan tidak menaati perintah Allah, sekarang tanpa 

belas kasihan sedikitpun bisa melihat para imam Tuhan 

dibunuh, dan tidak menyisakan satu pun dari semua 

yang menjadi milik mereka. sebab  dosa menyelamat-

kan Agag itulah Allah menyerahkan Saul pada dosa ini.  

[2] Penggenapan dari ancaman-ancaman yang sudah lama 

diucapkan terhadap keluarga Eli. Sebab Ahimelekh dan 

keluarganya yaitu  keturunan Eli. Meskipun Saul tidak 

benar dalam melakukan ini, namun Allah benar dalam 

mengizinkannya. Sekarang Allah melakukan sesuatu 

melawan Eli, yang pasti akan membuat panas telinga 

orang-orang yang mendengarnya. Sebab Allah sudah 

memberi tahu Eli bahwa Ia akan menghukum keluarga-


 412

nya untuk selamanya (3:11-13). Tak satu pun firman 

Tuhan akan jatuh sia-sia ke tanah.  

[3] Hal ini dapat dipandang sebagai penghakiman besar 

atas Israel, dan hukuman yang adil bagi mereka sebab  

sudah menginginkan seorang raja sebelum waktu yang 

ditetapkan Allah untuk memberi mereka seorang raja. 

Betapa menyedihkan keadaan agama pada saat itu di 

Israel! Meskipun tabut Allah sudah lama terkubur, na-

mun mereka masih diberi penghiburan dalam memiliki 

mezbah dan para imam untuk melayani di sana. namun  

sekarang mereka harus melihat imam-imam mereka ser-

ta para ahli waris dari jabatan imamat berkubang dalam 

darah mereka sendiri. Selain itu, kota para imam diluluh-

lantakkan, sehingga mezbah Allah pasti ditinggalkan 

sebab  tidak ada orang yang melayani di sana. Dan se-

mua ini terjadi sebab  perintah yang tidak adil dan ke-

jam dari raja mereka sendiri, demi memuaskan amarah 

kebinatangannya. Hal ini tidak bisa tidak pasti membuat 

terenyuh hati semua orang Israel yang saleh, dan mem-

buat mereka seribu kali berharap, andai saja mereka da-

hulu berpuas diri saja dengan pemerintahan Samuel dan 

anak-anaknya. Musuh-musuh yang terburuk sekalipun 

dari bangsa mereka tidak dapat melakukan kejahatan 

yang lebih besar daripada itu terhadap mereka. 

Pelarian Abyatar  

(22:20-23) 

20 namun  seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar luput; ia me-

larikan diri menjadi pengikut Daud. 21 saat  Abyatar memberitahukan ke-

pada Daud, bahwa Saul telah membunuh para imam TUHAN, 22 berkatalah 

Daud kepada Abyatar: “Memang pada hari itu juga saat  Doëg, orang Edom 

itu, ada di sana, aku telah tahu, bahwa pasti ia akan memberitahukannya 

kepada Saul. Akulah sebab utama dari pada kematian seluruh keluargamu. 

23 Tinggallah padaku, janganlah takut; sebab siapa yang ingin mencabut 

nyawamu, ia juga ingin mencabut nyawaku; di dekatku engkau aman.” 

Dalam perikop ini diceritakan tentang,  

1. Pelarian Abyatar, anak Ahimelekh, dari reruntuhan kota para 

imam. Mungkin saat  ayahnya pergi untuk menghadap raja, atas 

panggilan Saul, ia ditinggal di rumah untuk melayani di mezbah.

Kitab 1 Samuel 22:20-23 

 413 

Dan dengan cara itu ia terluput dari pelaksanaan hukuman yang 

pertama. Sebelum Doëg dan para anak buahnya datang ke Nob, ia 

mendapat kabar tentang adanya bahaya, dan mempunyai waktu 

untuk lari menyelamatkan diri. Dan ke mana lagi ia harus pergi 

selain kepada Daud? (ay. 20). Hendaklah orang-orang yang men-

derita sebab  Anak Daud menyerahkan jiwa mereka kepada-Nya 

(1Ptr. 4:19).  

2. Kegeraman Daud atas kabar-kabar yang menyedihkan yang di-

bawa Abyatar. Ia menceritakan kepada Daud tentang perbuatan 

berdarah yang dilakukan Saul di antara para imam Tuhan (ay. 

21), sama seperti murid-murid Yohanes Pembaptis, saat  guru 

mereka dipenggal kepalanya, pergi dan memberitahukannya ke-

pada Yesus (Mat. 14:12). Daud sangat meratapi malapetaka itu 

sendiri, namun  terutama perannya dalam menimbulkan malape-

taka itu: Akulah sebab utama dari pada kematian seluruh keluar-

gamu (ay. 22). Perhatikanlah, teramatlah susah hati seorang yang 

baik saat  mendapati dirinya tanpa sadar ternyata telah menjadi 

penyebab dari malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat dan 

pelayanan. Daud mengenal tabiat Doëg dengan begitu baik, hing-

ga ia takut bahwa Doëg akan melakukan suatu kejahatan sema-

cam ini saat  ia melihatnya di tempat kudus: Aku telah tahu, 

bahwa pasti ia akan memberitahukannya kepada Saul. Daud me-

nyebutnya Doëg, orang Edom itu, sebab hatinya tetap seperti orang 

Edom, meskipun, dengan memeluk agama Yahudi, ia mengena-

kan topeng sebagai seorang Israel.  

3. Perlindungan yang diberikan Daud kepada Abyatar. Daud melihat 

Abyatar sangat ketakutan, yang beralasan baginya untuk merasa 

demikian, dan sebab  itu Daud memintanya untuk tidak takut. 

Daud akan berjaga-jaga untuknya seperti untuk dirinya sendiri: 

Di dekatku engkau aman (ay. 23). Daud, sebab  sekarang sudah 

mempunyai waktu untuk memulihkan dirinya, berbicara dengan 

yakin tentang keamanannya sendiri, dan berjanji bahwa Abyatar 

akan mendapat keuntungan penuh dari perlindungannya. Dijanji-

kan kepada Anak Daud bahwa Allah akan membuatnya berlindung 

dalam naungan tangan-Nya (Yes. 49:2). Dan, bersama Dia, semua 

orang yang menjadi kepunyaan-Nya bisa yakin bahwa mereka 

akan aman (Mzm. 91:1). Daud sekarang tidak hanya memiliki se-

orang nabi, melainkan juga seorang imam, imam besar, bersama-

nya. Bagi mereka Daud yaitu  berkat, dan bagi Daud mereka ada-


 414

lah berkat, dan kedua hal itu merupakan pertanda yang mem-

bahagiakan akan keberhasilannya. Namun tampak (28:6) bahwa 

Saul memiliki seorang imam besar juga, sebab ia bisa meminta 

petunjuk melalui Urim. Tampaknya Saul lebih suka dengan Ahitub 

ayah Zadok, dari keluarga Eleazar (1Taw. 6:8), sebab bahkan orang-

orang yang membenci kekuatan ibadah, bukannya tidak menjalan-

kan ibadah secara lahiriah. Tidak boleh dilupakan di sini bahwa 

Daud pada saat ini menorehkan Mazmur 52:1-9, seperti yang tam-

pak dari judul mazmur itu, yang di dalamnya ia menggambarkan 

Doëg bukan hanya sebagai orang yang penuh kebencian dan keji, 

melainkan juga pendusta dan penuh tipu daya. Sebab meskipun 

apa yang dia katakan, pada intinya, yaitu  benar, namun ia mem-

bumbuinya dengan hal-hal yang tidak benar, dengan maksud 

untuk berbuat jahat. Meskipun demikian, bahkan saat  jabatan 

imamat sudah menjadi seperti ranting yang layu, Daud meman-

dang dirinya seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah 

Allah (Mzm. 52:10). Dalam keadaan gawat yang membuat Daud 

terus-menerus tergesa-gesa dan terganggu ini, ia mendapatkan 

waktu dan juga hati untuk bersekutu dengan Allah, dan menda-

pat penghiburan di dalamnya. 

PASAL  23  

etelah memabukkan diri dengan darah para imam Tuhan, Saul, di 

dalam pasal ini, mengejar nyawa Daud, yang tampak di sini selalu 

berbuat kebaikan, namun  pada saat yang sama juga menderita seng-

sara. Inilah, 

I. Jasa Daud yang luhur kepada raja dan negerinya dengan 

membebaskan kota Kehila dari tangan orang Filistin (ay. 1-6). 

II. Bahaya yang menimpa Daud, oleh sebab perbuatan baiknya 

itu, yang berasal dari amarah sang raja yang dilayaninya 

serta dari pengkhianatan kota yang telah diselamatkannya. 

namun  Daud dilepaskan dari bahaya itu melalui petunjuk 

Allah (ay. 7-13). 

III. Daud berada di hutan di Koresa, dan sahabatnya Yonatan 

mengunjunginya di sana lalu menguatkannya (ay. 14-18). 

IV. Keterangan yang diberitahukan orang Zif kepada Saul perihal 

tempat persembunyian Daud, dan perjalanan yang ditempuh 

Saul guna mengejarnya (ay. 19-25). Daud berhasil luput 

sesudah  nyaris jatuh ke dalam tangan Saul (ay. 26-28; 24:1). 

“Kemalangan orang benar banyak, namun  Tuhan melepaskan 

dia dari semuanya itu.” 

Daud Membebaskan Kehila 

(23:1-6) 

1 Diberitahukanlah kepada Daud, begini: “Ketahuilah, orang Filistin berpe-

rang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan.” 2 Lalu 

bertanyalah Daud kepada TUHAN: “Apakah aku akan pergi mengalahkan 

orang Filistin itu?” Jawab TUHAN kepada Daud: “Pergilah, kalahkanlah orang 

Filistin itu dan selamatkanlah Kehila.” 3 namun  orang-orang Daud berkata ke-

padanya: “Ingatlah, sedangkan di sini di Yehuda kita sudah dalam ketakutan, 

apalagi kalau kita pergi ke Kehila, melawan barisan perang orang Filistin.”  


 416

4 Lalu bertanya pulalah Daud kepada TUHAN, maka TUHAN menjawab dia, 

firman-Nya: “Bersiaplah, pergilah ke Kehila, sebab Aku akan menyerahkan 

orang Filistin itu ke dalam tanganmu.” 5 Kemudian pergilah Daud dengan 

orang-orangnya ke Kehila; ia berperang melawan orang Filistin itu, dihalau-

nya ternak mereka dan ditimbulkannya kekalahan besar di antara mereka. 

Demikianlah Daud menyelamatkan penduduk Kehila. 6 saat  Abyatar bin 

Ahimelekh melarikan diri kepada Daud ke Kehila, ia turun dengan membawa 

efod di tangannya. 

Sekarang kita memahami mengapa nabi Gad, yang tidak diragukan 

lagi mengikuti petunjuk Allah, memerintahkan Daud untuk pergi ke 

tanah Yehuda (22:5), meski dirinya telah diperlakukan buruk oleh 

rajanya itu, yakni agar ia dapat menjaga tanah itu, oleh sebab Saul 

telah mengabaikan keamanan rakyat. Daud harus membalas kejahat-

an dengan kebaikan, dan dengan demikian, menjadi gambaran dari 

Dia, yang tidak hanya menempatkan nyawa-Nya dalam bahaya, me-

lainkan juga memberikan nyawa-Nya itu bagi orang-orang yang me-

rupakan seteru-Nya. 

I. Kabar disampaikan kepada Daud, sebagai penjaga dan pelindung 

kebebasan di negerinya, bahwa orang Filistin telah menyerbu kota 

Kehila dan menjarah daerah sekitarnya (ay. 1). Mungkin kepergi-

an Allah dan Daud dari Saul memberi angin segar bagi orang 

Filistin untuk melancarkan serangan ini. saat  para pemimpin 

negeri mulai menganiaya umat dan pelayan Allah, biarlah mereka 

bersiap untuk menerima datangnya kekacauan dari segala arah. 

Agar ketenteraman tercipta di dalam negeri, jemaat Allah yang ada 

di dalamnya harus dibiarkan hidup dengan tenteram. Jika Saul 

berperang melawan Daud, maka orang Filistin akan berperang 

melawan negerinya.  

II. Daud siap maju untuk membebaskan kota itu, namun  ia ingin me-

nanyakan perkara ini  kepada Tuhan terlebih dulu. Di sini, 

kita dapat menyaksikan, 

1. Kemurahan hati Daud dan kepeduliannya terhadap kepenting-

an rakyat. Meskipun kepala dan tangannya sudah dipenuhi 

dengan urusannya sendiri, dan dengan segelintir pasukannya, 

ia hanya mempunyai cukup orang untuk mengamankan diri-

nya, namun ia tetap mempedulikan keamanan negerinya dan 

tidak bisa duduk diam menyaksikan negerinya itu diporak-

porandakan. Bahkan, meskipun Saul, yang sejatinya wajib 

Kitab 1 Samuel 23:1-6 

 417 

mengamankan batas-batas negerinya, membenci dirinya dan 

berikhtiar mencabut nyawanya, Daud dengan segenap kekuat-

annya bersedia melayani Saul beserta kepentingannya dengan 

melawan musuh negeri. Dengan gagah berani ia membenci 

pikiran untuk mendahulukan balas dendam pribadi dengan 

mengorbankan kesejahteraan rakyat. Orang yang dengan penuh 

gerutu menolak berbuat baik sebab  tidak terlalu dihargai atas 

jasa yang telah diperbuatnya, sama sekali tidak serupa dengan 

Daud.  

2. Kesalehan dan hormat Daud kepada Allah. Ia bertanya kepada 

Allah melalui perantaraan Nabi Gad, dari apa yang tertulis, 

Abyatar tidak datang kepada Daud dengan efod di tangannya 

sampai dia ada di Kehila (ay. 6). Pertanyaan Daud yaitu  se-

bagai berikut, Apakah aku akan pergi mengalahkan orang 

Filistin itu? Pertanyaannya itu mencakup perihal amanat, yaitu 

apakah ia dibenarkan mengambil alih tanggung jawab Saul 

dari tangannya, dan bertindak tanpa perintah dari rajanya itu? 

Dan kedua, perihal perang itu sendiri, apakah ia dapat dengan 

aman bergerak maju melawan pasukan sedahsyat orang 

Filistin dengan hanya segelintir pasukan di bawah kakinya, 

dan dengan seteru semengerikan Saul di belakangnya. Apa 

pun yang terjadi, kita wajib mengakui Allah di dalam segala 

jalan kita dan meminta petunjuk-Nya, maka itulah yang akan 

menjadi pembenaran dan penghiburan bagi kita. 

III. Allah menetapkan Daud sekali lagi untuk pergi melawan orang 

Filistin, dan menjanjikan kepadanya kemenangan: Pergilah, kalah-

kanlah orang Filistin (ay. 2). Orang-orang Daud menentang perin-

tah ini  (ay. 3). Tak lama sesudah  ia mulai mempunyai pasuk-

annya sendiri, Daud menemukan bahwa mereka ini cukup sulit 

diatur. Mereka mengajukan keberatan dengan alasan bahwa me-

reka sudah punya cukup banyak musuh dari orang sebangsanya 

sendiri, sehingga tidak perlu menambah orang Filistin sebagai 

musuh. Keberanian mereka sudah terlebih dulu ciut oleh bahaya 

yang menghantui mereka dari gerombolan pengejar yang diutus 

Saul, apalagi jika harus berperang melawan pasukan Filistin. Oleh 

sebab itu, untuk menenangkan orang-orangnya, Daud kembali 

bertanya kepada Tuhan, dan pada kesempatan ini ia tidak hanya 

menerima perintah lengkap, yang akan membenarkannya untuk 


 418

berperang meski tanpa perintah dari Saul Bersiaplah, pergilah ke 

Kehila, namun  juga menerima jaminan kemenangan yang sempur-

na: Aku akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu 

(ay. 4). Ini cukup untuk membangkitkan bahkan tentara yang 

paling berjiwa pengecut sekalipun di tengah-tengah pasukannya.  

IV. Daud pergi memenuhi firman Allah untuk melawan orang Filistin, 

lalu mengalahkan mereka dan menyelamatkan Kehila (ay. 5). 

Tampaknya Daud melancarkan serangan secara mendadak ke 

negeri Filistin, sebab  ia menghalau ternak mereka guna memba-

laskan kejahatan yang mereka perbuat kepada penduduk Kehila 

dengan menjarah tempat-tempat pengirikannya. Pada bagian ini 

(ay. 6)