gan sikap dan perilaku orang-orang yang
berdosa dan menyimpang dari ketentuan-ketentuan
Allah, kemudian menyadari kesalahannya untuk
selanjutnya kembali kepada jalan yang benar dengan
perlahan-lahan dan lemah lembut serta rendah hati seolah-
olah merangkak di hadapan Allah menyesali kesalahannya
dan meminta pengampunan-Nya.
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang menggunakan
lafal Hâdû disebut sepuluh kali dalam bentuk yang
bervariasi, sebagian menunjukan kecaman terhadap
mereka, dan sebagian lainnya menunjukkan pujian serta
bernada positif. Pernyataan yang bernada kecaman
ditujukan kepada kepada mereka karena pelanggaran dari
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah atas mereka.
Di antara kecaman tersebut muncul dikarenakan mereka
mengubah kitab sucinya113 sebagaimana firman Allah
dalam QS. An-Nisa’ (4): 46114. Pernyataan yang bernada
kecaman ditujukan kepada kepada mereka karena
pelanggaran dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
Allah atas mereka. Diantara kecaman tersebut muncul
dikarenakan kesewenang-wenangan orang Yahudi dan
siksaan yang disediakan Allah115, sebagaimana firman-
Nya dalam QS. An-Nisa’ (4): 160116. Di antara siksaan
113 Ibn Jârîr al-Thabarî, Tafsir al-Thabarî, Jilid VII, h. 142
114 Lihat selengkapnya:
ٍعَمْسُم َرْيَغ ْعَمْساَو َانْيَصَعَو اَنْعِمَس َنُْولُْوقَي َو ٖهِعِضاَو َّم ْنَع َمِلَكْلا َنُْوف ِ رَُحي اْوُداَه َنْيِذَّلا َنِم
َانْرُظ ْناَو ْعَمْساَو َانْعََطاَو َانْعِمَس اُْولَاق ْمُهََّنا ْوَلَو ِۗنْي ِ دلا ىِف ًانْعَطَو ْمِهِتَنِسَْلِاب ۢاًَّيل َانِعاَر َّو
لْيَِلق َِّلْا َنُْونِمُْؤي َلََف ْمِهِرْفُكِب ُ هاللّ ُمُهَنَعَّل ْنِكٰلَو ََۙمَوَْقاَو ْمُهَّل اًرْيَخ َناَكَل
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-
tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami
tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula):
"Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-
apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa´ina", dengan memutar-
mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka
mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah,
dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka
dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena
kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang
sangat tipis.” (QS. An-Nisa’ [4]: 46)
115 Jalâluddin al-Suyuthî, Ad-Dûr al-Mantsur, (Beirut: Dâr al-Kutub
al-‘Ilmiyah, 911 H) Juz II, 246
116 Lihat selengkapnya:
ايريثَك يَّللَّٱ يلييبَس نَع ميهي دَصيبَو ُمَلَ تَّل يُحأ ٍتََٰبي َيط ميهَيلَع اَنمَّرَح ْاوُداَه َنييذَّلٱ َني م مُلظيَبف١٦٠
51
yang dimaksud adalah diharamkannya sebagian makanan
tertentu sebagai siksaan duniawi disamping siksaan
ukhrawi jika mereka tidak bertubat, sebagaimana firman
Allah dalam Q.S al-An’am(6): 146117 dan Q.S. al-Nahl
(16): 118118.
Merekapun dikecam karena kegemarannya
menyebarluaskan berita bohong dan memutarbalikan
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan
atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah.” (QS. An-Nisa’ [4]:
160)
117 Lihat selengkapnya:
ََح اَم َّلَيإ اَمُهَموُحُش ميهيَلَع اَنمَّرَح يمََنغلٱَو يرَق َبلٱ َنيمَو رُُفظ ييذ َّلُك اَنمَّرَح ْاوُداَه َنييذَّلٱ ىَلَعَو َيَاََولحٱ يَوأ َاُهُروُُهظ تَل
َنُوقيد ََٰصَل َّنَّيإَو ميهييغَبيب مُهََٰنَيزَج َكيل ََٰذ مظَعيب َطَل َتخٱ اَم َوأ١٤٦
“Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang
yang berkuku dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas
mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang
melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan
usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami
hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan
sesungguhnya Kami adalah Maha Benar.” (QS. al-An’am [6]:
146)
118 Lihat selengkapnya:
َنوُميلظَي مُهَسُفَنأ ْاُوناَك نيكََٰلَو مُهََٰنمََلظ اَمَو ُلَبق نيم َكيَلَع اَنصَصَق اَم اَنمَّرَح ْاوُداَه َنييذَّلٱ ىَلَعَو ١١٨
“Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah
Kami ceritakan dahulu kepadamu; dan Kami tiada menganiaya
mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri.” (QS. al-Nahl [16]: 118)
52
fakta, sehingga umat Islam diingtkan agar berhati-hati
terhadap mereka, 119sebagaimana terungkap dalam Q.S.
al-Mâidah (5): 41120. Pada sisi lain mereka juga dikecam
karena mereka sangat ekslusif dan mengklaim diri sebagai
kekasih Allah sedang selain mereka tidak termasuk
119 Ibnu Athiyah, al-Muharir al-Wajiz fi Tafsir Alquran al-‘Aziz,
(Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993) Jilid II, h. 191
120 Lihat selengkapnya:
ُلوُسَّرلٱ اَهُّ َي ََٰيَ َنيمَو ُمُبَوُل ُق نيمُؤت َلََو ميهيهََٰوَف يبِ اَّنَمَاء ْاوُلَاق َنييذَّلٱ َنيم يرفُكلٱ يفِ َنوُعير ََٰسُي َنييذَّلٱ َكُنزَيَ َلَ ْاوُداَه َنييذَّلٱ
يهيع يضاَوَم يدَعب نيم َميلَكلٱ َنوُفي رَُيَ َكُوتَيَ َلَ َنييرَخَاء ٍموَق
يل َنوُعَََّٰس يبيذَكليل َنوُعَََّٰسۖۦ اَذ ََٰه مُتييتُوأ نيإ َنُولوُق َي
ُهَت َنتيف ُ َّللَّٱ يديُري نَمَو ْاوُرَذحَٱف ُهوَتؤُت َّلَ نيإَو ُهوُذُخَفٓۥ َُهل َكيلَتم نَل َفٓۥ يَش يَّللَّٱ َنيم ً نَأ ُ َّللَّٱ يديُري َلَ َنييذَّلٱ َكيئََٰلُْوأ ا
يخلأٱ يفِ ُمَلََو يز يخ اَين ُّدلٱ يفِ ُمَلَ ُمَبَوُل ُق َري هَُطي مييظَع ٌباَذَع يَةر٤١
“Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang
yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara
orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami
telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga)
di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat
suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka
mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah
datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan
(Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika
diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah oleh mereka) kepada
kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini
maka hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki
kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu
menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu
adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati
mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat
mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS. al-Maidah [5]: 41).
53
didalamnya121 seperti yang terungkap dalam firman Allah
pada Q.S. al-Jumu’ah (62): 6122.
Di samping kecaman dan nada-nada sumbang yang
diungkapkan untuk menunjukan orang-orang Yahudi
dalam term alladzîna hâdû, Alquran juga mengakui bahwa
diantara mereka masih terdapat orang-orang yang tetap
konsisten dengan ajaran agamanya. Mereka inilah yang
dijamin Allah akan memperoleh keselamatan123, seperti
disebutkan dalam ayat-ayat pada Q.S. al-Baqarah (2):
62124, Q.S. al-Mâidah (5): 44125 , 69126 dan Q.S. al-Hajj
(22): 17127
ُتنُك نيإ َتو
َ
لمٱ ُْاوَّ نَمَت َف يساَّنلٱ ينوُد نيم يَّيللَّ ُءاَييلَوأ مُكََّنأ مُتمَعَز نيإ ْاوُداَه َنييذَّلٱ اَهُّ َي ََٰيَ لُق َينيقيد ََٰص م٦
“Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika
kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah
kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka
harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang
benar." (QS. al-Jumu’ah [62]: 6)
123 Ibn Jârîr al-Thabarî, Tafsir al-Thabarî, Jilid II, h. 32
124 Lihat selengkapnya:
يذَّلٱَو ْاوُنَمَاء َنييذَّلٱ َّنيإ يب ََّٰصلٱَو َٰىَر ََٰصَّنلٱَو ْاوُداَه َني ي ميي بََر َدنيع مُُهرجَأ مُهَل َف احيل ََٰص َليمَعَو ير يخلأٱ يموَيلٱَو يَّللَّٱيب َنَمَاء نَم َين
َنُوَنزَيَ مُه َلََو ميهَيلَع ٌفوَخ َلََو٦٢
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-
orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian
dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan
54
mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah [2]: 62).
125 Lihat selengkapnya:
َّرلٱَو ْاوُداَه َنييذَّليل ْاوُمَلسَأ َنييذَّلٱ َنوُّييبَّنلٱ َا يبَ ُمُكَيَ رُونَو ىدُه اَهييف َةََٰىروَّتلٱ اَنَلزَنأ َّنَّيإ نيم ْاُوظيفحُتسٱ َا يبِ ُراَبحَلأٱَو َنوُّيينََّٰب
اَدَهُش يهَيلَع ْاُوناََكو يَّللَّٱ يبََٰتيك َو ينوَشخٱَو َساَّنلٱ ْاُوَشَتَ َلََف َء يب ْاُوَتَشَت َلَ َ َلَزَنأ َا يبِ مُكَيَ َّلَ نَمَو لَييَلق اَنَثَ يتََِٰيا
َنوُريف ََٰكلٱ ُمُه َكيئََٰلُْوَأف ُ َّللَّٱ٤٤
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya
(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan
Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-
nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim
mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka
diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah
kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit.
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.” (QS. al-Maidah [5]: 44)
126 Lihat selengkapnya:
يب ََّٰصلٱَو ْاوُداَه َنييذَّلٱَو ْاوُنَمَاء َنييذَّلٱ َّنيإ ُ َلََو ميهَيلَع ٌفوَخ َلََف احيل ََٰص َليمَعَو ير يخلأٱ يموَيلٱَو يَّللَّٱيب َنَمَاء نَم َٰىَر ََٰصَّنلٱَو َنو
َنُوَنزَيَ مُه٦٩
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin
dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang
benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. al-Maidah
[5]: 69).
127 Lihat selengkapnya:
ٱَو ْاوُنَماَء َنييذَّلٱ َّنيإ يب ََّٰصلٱَو ْاوُداَه َنييذَّل ي َ َّللَّٱ َّنيإ يةَمََٰييقلٱ َموَي مُه َنَيب ُل يصَفي َ َّللَّٱ َّنيإ ْاوَُكرشَأ َنييذَّلٱَو َسوُج
َ
لمٱَو َٰىَر ََٰصَّنلٱَو َين
ٌدييهَش ءيَش ي لُك َٰىَلَع١٧
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
orang-orang Shaabi-iin orang-orang Nasrani, orang-orang
55
Kata hûdan yang juga mempunyai akar kata yang
sama dengan kata hâdû, adalah bentuk jamak dari ism
fa’il yang secara literal berarti orang yang bertaubat.128
Pengungkapan kata hûdan dalam Alquran yang
menunjukan kepada orang-orang Yahudi, semuanya
bernada sumbang. Hal ini karena ayat-ayat yang berbicara
tentang orang-orang Yahudi yang menggunakan lafal
hûdan, semuanya menyangkut klaim-klaim mereka yang
tidak benar. Misalnya klaim tentang Ahlul Kitab Yahudi
dan Nasrani yang masing-masing menyatakan diri mereka
sebagai kelompok yang paling benar dan bahwa kelompok
mereka yang akan selamat dan masuk surga, sedang
kelompok lainnya bakal celaka129, padahal mereka tidak
Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi
keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya
Allah menyaksikan segala sesuatu.” (QS. al-Hajj [22]: 17)
128 Ahmad ibn Mahmud al-Nasafi, Tafsir al-Nasafi (Kairo: ‘Isâ al-Bâbî
al-Halabî wa Syurakah, t.th.) Juz I, h. 92
129 Lihat dalam Q.S. al-Baqarah (2): 111 berikut:
ُتنُك نيإ مُكَن ََٰهُرب ْاُوتاَه لُق مُهُّ ييناََمأ َكليت َٰىَر ََٰصَن َوأ اًدوُه َناَك نَم َّلَيإ َةََّنلجٱ َلُخَدي نَل ْاُولَاقَو َينيقيد ََٰص م١١١
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan
masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau
Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang
kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu
jika kamu adalah orang yang benar" (QS. Al-Baqarah [2]: 111)
56
dapat memberikan argumentasi yang memperkuat klaim
mereka tersebut130.
Term hûdan juga di ungkapkan Alquran berkaitan
dengan klaim-klaim Ahlul Kitab yang masing-masing
menyerukan agar memilih Yahudi atau Nasrani jika ingin
mendapat petunjuk, padahal agama mereka sudah
tercemar oleh kemusyrikan131 sebagaimana yang
tercantum dalam Q.S. al-Baqarah (2): 135132. Term hûdan
juga di ungkapkan Alquran berkaitan dengan bantahan
Al-Qur’an akan klaim-klaim mereka yang mengatakan
bahwa Nabi Ibrâhim, Ismâ’il, Ishâq, Ya’qûb dan al-
Asbâth adalah Yahudi dan Nasrani133 sebagaimana yang
tercantum dalam Q.S. al-Baqarah (2): 140134.
130 Ibnu Athiyah, al-Muharir al-Wajiz fi Tafsir Al-Qur’an al-‘Aziz,
Jilid I, h. 198
131 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim,
Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim , Juz I, h. 241
132 Lihat ayat selengkapnya:
يهََٰربيإ َةَّليم لَب لُق ْاوُدَتَتَ َٰىَر ََٰصَن وَأ اًدوُه ْاُونوُك ْاُولَاقَو يرشُ
لمٱ َنيم َناَك اَمَو افيينَح َم َينيك١٣٥
“Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama
Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk".
Katakanlah: "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama
Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan
orang musyrik" (QS. Al-Baqarah [2]: 135)
133 Jalâluddin al-Suyuthî, Ad-Dûr al-Mantsur, Juz I, 341
134 Lihat ayat selengkapnya:
57
Adapun ayat-ayat yang menggunakan lafal al-
yahûdu )دوهيلا (ٓ di ungkap Sembilan kali dalam Alquran
135, semuanya diungkpkan dengan nada sumbang dan
menunjukan kecaman kepada mereka. Pengungkapan term
al-yahûdu )دوهيلا ( antara lain digunakan untuk membantah
klaim-klaim mereka yang menganggap bahwa Nabi
Ibrâhîm adalah Yahudi atau Nasrani yang akan
memperoleh keselamatan136, juga klaim-klaim antara
sesama ahl al-kitab yang masing-masing menyatakan diri
sebagai kelompok paling benar137 dan menganggap
kelompok mereka merupakan kekasih Allah138.
يهََٰربيإ َّنيإ َنُولوُق َت َمأ يإَو َم َّيمَ ُمَلظَأ نَمَو ُ َّللَّٱ يَمأ ُمَلَعأ مُتَنأَء لُق َٰىَر ََٰصَن َوأ اًدوُه ْاُوناَك َطاَبسَلأٱَو َبوُقَعيَو َق ََٰحسيإَو َلييعََٰس ن
ُهَدنيع ًةَد ََٰهَش َمَتَكۥ َنوُلَمعَت اَّمَع ٍليفََٰغيب ُ َّللَّٱ اَمَو يَّللَّٱ َنيم١٤٠
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan
bahwa Ibrahim, Isma´il, Ishaq, Ya´qub dan anak cucunya,
adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah:
"Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah
yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan
syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali
tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah
[2]: 140)
135 Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, h.775
136 Lihat Q.S. Ali ‘Imran (3): 68 sebagai berikut:
يَيدوُه َي ُمييهََٰربيإ َناَك اَم َينيكيرشُ
لمٱ َنيم َناَك اَمَو اميلسُّم افيينَح َناَك نيكََٰلَو ا يينَارصَن َلََو ٦٧
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,
akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri
(kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan
orang-orang musyrik.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 68)
137 Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 113 sebagai berikut:
58
Sejumlah perilaku buruk yang melekat dalam diri
mereka yang dirujuk dengan term al-yahûd, antara lain
kecaman keras karena tidak hanya sering berprasangka
buruk terhadap sesama manusia, bahkan juga berani
berperasangka buruk kepada Allah swt. dengan
mengatakan bahwa tangan Allah terbelenggu139 (kikir)140.
مُهَو ءيَش َٰىَلَع ُدوُه َيلٱ يتَسَيل َٰىَر ََٰصَّنلٱ يتَلَاقَو ءيَش َٰىَلَع َٰىَر ََٰصَّنلٱ يتَسَيل ُدوُه َيلٱ يتَلَاقَو َلَاق َكيل ََٰذَك َبََٰتيكلٱ َنوُلَتي
َنوُفيلَتَيَ يهييف ْاُوناَك اَمييف يةَمََٰييقلٱ َمَوي مُه َنَيب ُمُكَيَ ُ َّللََّٱف مييلَوَق َلثيم َنوُمَلَعي َلَ َنييذَّلٱ١١٣
“Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak
mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata:
"Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,"
padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian
pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti
ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara
mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka
berselisih padanya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 113)
138 Lihat Q.S. al-Maidah (5): 18 sebagai berikut:
ُهُؤََّٰب يحَأَو يَّللَّٱ ْاُؤََٰنَبأ ُنَنَ َٰىَر ََٰصَّنلٱَو ُدوُه َيلٱ يتَلَاقَو ۥ ُءاَشَي نَميل ُريفَغي َقَلَخ نَّي مَ رَشَب مُتَنأ لَب مُكيبُونُذيب مُكُبي ذَع ُي َميَلف لُق
َيليإَو اَمُه َنَيب اَمَو يضرَلأٱَو يتََٰو ََٰمَّسلٱ ُكلُم يَّيللََّو ُءاَشَي نَم ُبي ذَع ُيَو ُير يصَ
لمٱ يه١٨
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah
anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah:
"Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?"
(Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya),
tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang
diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-
Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada
Allah-lah kembali (segala sesuatu).” (QS. al-Mâ’idah [5]: 18)
139 Lihat Q.S. al-Maidah (5): 64 sebagai berikut:
59
Di samping itu, mereka juga dikecam karena aqidah
mereka sudah rusak oleh perilaku syirik, seperti
mengaggap Uzair adalah putra Allah141.
يَك ُقيفُني يناََتطوُسبَم ُهاََدي لَب ْاُولَاق َا يبِ ْاوُنيُعلَو ميهييدَيأ تَّلُغ ٌَةلوُلغَم يَّللَّٱ َُدي ُدوُه َيلٱ يتَلَاقَو اَّم مُهني م ايريثَك َّنَدييزََيلَو ُءاَشَي َف
يم َكَيليإ َليزُنأ رَنَّ ْاوُدَقوَأ اَمَّلُك يةَمََٰييقلٱ يموَي ََٰلَيإ َءاَضغَبلٱَو َةَو ََٰدَعلٱ ُمُه َنَيب اَنيَقَلأَو ارفَُكو انََٰيُغط َكي بَّر ن يبرَحلي ل ا
َنييد يسف
ُ
لمٱ ُّبُييَ َلَ ُ َّللَّٱَو اداَسَف يضرَلأٱ يفِ َنوَعسَيَو ُ َّللَّٱ اَهَأَفطَأ٦٤
“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu",
sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah
yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu.
(Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia
menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan
menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di
antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan
kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka
menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan
mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. al-
Mâ’idah [5]: 64)
140 Jalâluddin al-Suyuthî, Ad-Dûr al-Mantsur, Juz III, 114
141 Lihat Q.S. al-Taubah (9): 30 sebagai berikut:
َو يه ََٰضُي ميهيهََٰوَف يبِ ُمُلَوَق َكيل ََٰذ يَّللَّٱ ُنبٱ ُحي يس
َ
لمٱ ىَر ََٰصَّنلٱ يتَلَاقَو يَّللَّٱ ُنبٱ ٌرَيزُع ُدوُه َيلٱ يتَلَاق ُ ُلَبق نيم ْاوُرَفَك َنييذَّلٱ َلوَق َنو
َنوُكَفُؤي ََّٰنََّأ ُ َّللَّٱ ُمُهَل َتََٰق٣٠
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-
orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah".
Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka
meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati
Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling.” (QS. at-
Taubah [9]: 30)
60
Dalam hal ini Alquran juga menyatakan, orang-
orang Yahudi tidak akan pernah merasa senang sebelum
umat Islam mengikuti cara hidup mereka142, karena itu
Alquran mengingatkan umat Islam agar tidak menjadikan
mereka sebagai pemimpin143. Alquran mengingatkan
umat Islam agar tidak menjadikan mereka sebagai
pemimpin terutama mereka yang diidentifikasi Alquran
sebagai Yahudi yang telah memperlihatkan permusuhan
142 Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 120 sebagai berikut:
ينيَئلَو َٰىَُدلَٱ َوُه يَّللَّٱ ىَدُه َّنيإ لُق مُه َتَّليم َعيبَّت َت ََّٰتََّح َٰىَر ََٰصَّنلٱ َلََو ُدوُه َيلٱ َكنَع َٰىَضَرت نَلَو ييذَّلٱ َدَعب مُهَءاَوهَأ َتعَبَّ تٱ
يَّللَّٱ َنيم َكَل اَم يمليعلٱ َنيم َكَءاَج ٍير يصَن َلََو يلَِو ن
يم ١٢٠
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:
"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)".
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka
sesudah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah
[2]: 120)
143 Lihat Q.S. al-Maidah (5): 51 sebagai berikut:
اَييلوَأ َٰىَر ََٰصَّنلٱَو َدوُه َيلٱ ْاوُذ يخَّت َت َلَ ْاوُنَمَاء َنييذَّلٱ اَهُّ َي ََٰيَ ُهَّنيَإف مُكني م ُمَّلََو َت َي نَمَو ضَعب ُءاَييلَوأ مُهُضَعب َءۥ َلَ َ َّللَّٱ َّنيإ مُهنيم
َينيميلََّٰظلٱ َموَقلٱ ييدَهي٥١
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-
orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.” (QS. al-Mâ’idah [5]: 51)
61
yang sangat besar terhadap umat Islam144 seperti yang
tercantum dalam firman Allah pada Q.S.al-Maidah (5):
82145.
E. Perbedaan Makna Term Banî Isrâ’îl, Asbâth dan
Yahudi
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan anatra term Banî Isrâ’îl dan term Asbâth yang
disebut dalam Alquran jika dilihat dari sisi kronologis
turunnya ayat atau dari sisi situasi dan kondisi
penyebutannya (term Banî Isrâ’îl dan term Asbâth )
dalam Alquran. Kendati maknanya hampir sama yakni
keturunan Nabi Ya’qub, namun terdapat perbedaan yang
signifikan diantara kedua term tersebut, bahwa term Banî
144 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim,
Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim, Juz IV, h. 1183
145 Lihat ayat selengkapnya:
َّم ُمَبََرَقأ َّنَد يجََتلَو ْاوَُكرشَأ َنييذَّلٱَو َدوُه َيلٱ ْاوُنَمَاء َنييذَّلي ل ةَو ََٰدَع يساَّنلٱ َّدَشَأ َّنَد يجََتل ْاوُنَمَاء َنييذَّلي ل ةَّدَو َٰىَر ََٰصَن َّنَّيإ ْاُولَاق َنييذَّلٱ
َنُو يبِكَتسَي َلَ ُم َّنَّأَو نَّاَبُهرَو َين يسي ي س
يق مُهنيم ََّن يبِ َكيل ََٰذ٨٢
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan
sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya
dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang
berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang
demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-
orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib,
(juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan
diri.” (QS. al-Mâ’idah [5]: 82)
62
Isrâ’îl lebih umum dari pada term Asbâth, yang mana
term Banî Isrâ’îl bermakna anak-anak keturunan Isrâ’îl
atau keturunan Nabi Ya’qub. Sedangkan penyebutan
term Asbâth dalam Alquran dipakai ketika menyebutkan
Banî Isrâ’îl ketika pada zaman Nabi Musa, karena pada
zaman Nabi Musa, jumlah keturunan Nabi Ya’qub/ Banî
Isrâ’îl berkembang banyak, maka penyebutannya dengan
istilah Asbâth146, yang mana makna kata Asbâth secara
etimologi berarti banyak atau lebat, dan secara
terminology bermakna anak keturunan Nabi Ya’qub dari
dua belas putra beliau dan dari setiap keturunan menjadi
suatu kaum, maka penisbatan nama suku dari Asbâth ini
dinisbatkan kepada nama-nama keduabelas putra Nabi
Ya’qub tersebut.
Sedangkan mengenai sisi perbedaan makna term
Banî Isrâ’îl dan Yahudi dari sisi istilah Yahudi sebagai
suku atau kelompok adalah bahwa tidak semua Banî
Isrâ’îl bisa dikatakan Yahudi, karena Yahudi sekelompok
kaum atau suku salah satu dari dua belas suku Banî Isrâ’îl
yakni dari keturunan suku Yahuda147. Namun disisi lain,
dari sisi Yahudi sebagai istilah kepercayaan atau
agama148, seperti dikutip dari pendapat Dr. Jawwad Ali,
Istilah ‘Yahudi’ lebih luas maknanya daripada istilah
146 Lihat QS. al-A’raf (7): 160.
147 Thâhîr Ibnu ‘Âsyûr, al-Tahrîr wa al-Tanwîr, ( Tunis: Dâr al-
Tunisiyah, 1984), Juz I, h. 532-533
148 Lihat QS. al-Baqarah (2): 135.
63
‘Ibrani’ dan ‘Banî Isrâ’îl’. Hal ini karena istilah ‘Yahudi’,
selain disematkan kepada kaum Ibrani, juga disematkan
kepada orang-orang non-Ibrani yang memeluk agama
Yahudi.
F. Term yang Berkaitan Dengan Asbâth, dan Yahudi
1. Ahl al-Kitâb
Kata Ahl149 terdiri dari huruf alif, hâ’, dan lâm yang
secara literal mengandung pengertian ramah, senang atau
suka150. Kata Ahl juga berarti orang yang tinggal bersama
dalam suatu tempat tertentu151. Selain itu, kata Ahl juga
bisa berarti masyarakat atau komunitas152. Kata tersebut
149 Kata Ahl dalam bahasa arab terserap kedalam bahasa Indonesia
yang mengandung dua pengertian yaitu: 1) orang mahir, faham
sekali dalam suatu ilmu (kepandaian). 2) kaum, keluarga, sanak
saudara, orang-orang yang termasuk dalam suatu golongan.
Lihat Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998) h. 11.
150 Lihat Buthros al-Butânî, Quthr al-Muhîth, (Beirut: Maktabah
Lubnân, 1969), Jilid 1, h. 57. Lihat juga Louis Ma’lûf al-
Munjid fi al-Lughah wa al-‘Alâm, (Beirut: Dâr al-Syrûq, 1986),
h. 20. Lihat pula A.W. al-Munawwir, Kamus al-Munawwir
Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir,
1984), h. 49.
151 Lihat G. Vaddja, “Ahl al-Kitab”, dalam Ensyclopedia of Islam
(Leiden: E.J. Brill, 1960), h. 275
152 Lihat Jhon Penrice, A Dictionary and Glossary of the Koran,
Silsilah al-Bayan fî al-Manâqib al-Qur’an, (London: Curson
Press, 1985), h. 12
64
kemudian digunakan untuk menunjuk kepada sesuatu
yang mempunyai hubungan yang sangat dekat, seperti
ungkapan Ahl al-Rajul, yairtu orang yang menghimpun
mereka, baik karena hubungan nasab maupun agama, atau
hal-hal yang setara dengannya, seperti profesi, etnis dan
komunitas153. Sebuah keluarga disebut Ahl karena
anggota-anggotanya diikat oleh hubungan nasab.
Demikian pula komunitas yang mendiami daerah tertentu
disebut Ahl karena mereka diikat oleh hubungan
geografis154. Bahkan kata Ahl juga digunakan menunjuk
hubungan yang didasarkan atas ikatan ideology atau
agama, seperti ungkapan Ahl al-Islâm untuk menunjuk
penganut agama Islam.155
Kata Ahl dalam Alquran disebut sebanya 125
kali156. Kata tersebut ditemukan penggunaannya secara
153 Lihat penjelasan lebih jauh dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-
Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, h. 25, Ibrâhîm al-Abyârî, al-
Mausû’ah Al-Qur’âniyah, h. 32
154 Dalam kaitan ini, binatang melata yang sudah jinak disebut
ahlîyûn, hal itu disebabkan karena jinaknya sehingga binatang
tersebut yang tadinya liar dan berpindah-pindah, lalu menghuni
tempat tertentu. Lihat Muhammad ibn ‘Isâ al-Tirmidzî, Sunan
Tirmidzî, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1980), Juz III, \ h. 162. Lihat juga
al-Dârimî Sunan al- Dârimî, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 140
155 Lihat Ahmad ibn Fâris ibn Zakarîyâ, Mu’jam al-Maqâyîs fî al-
Lughât, \\ h. 95. Lihat juga dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-
Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, h. 25, Ibrâhîm al-Abyârî, al-
Mausû’ah Al-Qur’âniyah, h. 32
156 Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, h. 95-97
65
bervariasi. Tetapi secara umum, makna yang
dikandungnya dapat dikembalikan kepada pengertian
kebahasaan. Misalnya menunjuk kepada sesuatu
kelompok tertentu, seperti ahl bayt (QS. al-Ahzâb [33]:
33) ditujukan kepada keluarga Nabi. Term Ahl juga dapat
menunjuk kepada penduduk (QS. al-Qashas [28]: 45),
menunjuk kepada keluarga (QS. Hûd [11]: 40). Al-Qur’an
juga mneggunakan term Ahl untuk menunjuk kepada
penganut suatu paham dan pemilik ajaran tertentu (QS.
al-Baqarah [2]: 105). Term Ahl juga digunakan Alquran
untuk menunjuk kelompok masyarakat yang mempunyai
otoritas yang bisa dipertanggungjawabkan dalam bidang
keagamaan. Untuk kelompok yang disebutkan terakhir
ini, Alquran memerintahkan agar menjadikan mereka
sebagai rujukan terhadap masalah-masalah keagamaan
yang pelik157.
Sedang kata al-Kitâb yang terdiri dari huruf kâf, tâ’,
dan bâ’, secara literal memberikan pengertian
menghimpun sesuatu dengan sesuatu yang lain158, seperti
menghimpun kulit binatang yang lainnya yang telah
disamak dengan menjahitnya159. Term al-Kitâb kemudian
diartikan tulisan, karena tulisan itu sendiri menunjukan
157 Lihat QS al-Nahl (16):43dan QS. al-Anbiya’ (21): 7
158 Lihat Ahmad ibn Fâris ibn Zakarîyâ, Mu’jam al-Maqâyîs fî al-
Lughât, \ h. 917
159 Lihat dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-
Qur’an, h. 440
66
rangkaian dari beberapa huruf. Termasuk pula firman
Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya disebut al-Kitâb
karena ia merupakan himpunan dari beberapa lafazh160.
Term al-Kitâb dalam berbagai bentuknya ditemukan
sebanyak 319 kali161. Di dalam Alquran, dengan
pengertian yang sangat bervariasi, meliputi pengertian
tulisan, kitab, ketentuan, dan kewajiban162. Term al-Kitâb
yang menunjuk kepada kitab suci yang diturunkan Allah
kepada Rasul-Nya, penggunaannya bersifat umum. Umum
di sini berarti meliputi semua kitab suci yang telah
diturunkan Allah, baik kitab suci yang telah diturunkan
kepada nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad saw.,
160 Alquran al-Karim sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammas saw. disebut al-Kitâb. Nama tersebut
memberikan isyarat bahwa Alquran sebagai kitab suci, kelak
akan ditulis dalam suatu mushaf, meskipun pada masa
turunnya belum terhimpun dalam satu mushaf. Hal itu antara
lain dikarenakan Alquran turun secara berangsur-angsur.
Disamping itu, nama tersebut mengindikasikan bahwa umat
Islam disamping dituntut agar pandai membaca, juga dituntut
agar pandai menulis. Bahkan Alquran secara eksplisit
memerintahkan perlunya dokumen tertulis apabila seorang
melakukan mu’amalah, seperti jual beli, utang piutang dan
lainnya, sehingga kemudian ada masalah, maka tulisan
dimaksud dapat menjadi salah satu alat bukti. Lihat QS. al-
Baqarah (2): 282.
161 Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, h. 591-595
162 Lihat dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib
Alquran, h. 440-443
67
seperti Nabi Musa a.s. dan ‘Isa a.s.163. maupun untuk
menunjuk kepada wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw.
Dengan demikian Term Ahl al-Kitâb mengacu
kepada komunitas atau kelompok pemeluk agama yang
memiliki kitab suci yang diwahyukan Allah swt. kepada
Nabi dan Rasul-Nya. Karena dalam Alquran penyebutan
Term Ahl al-Kitâb mayoritas dimaksudkan adalah Banî
Isrâ’îl’ dan kaum Yahudi, maka Term Ahl al-Kitâb sangat
berkaitan dengan Term Asbâth, dan Yahudi.
Adapun ayat-ayat yang memakai term Ahl al-Kitâb
yang khusus menunjuk kepada kaum Yahudi pada
umumnya diumgkap dengan nada sumbang. Nada
sumbang disini dapat berupa kecaman kepada mereka
berkaitan dengan sikap dan perilaku yang buruk, seperti
sikap antipati terhadap umat Islam yang mereka
tampakan dalam bentuk ketidaksenangan apabila umat
Islam memperoleh kebaikan (Q.S al-Baqarah [2]: 105)164.
Mereka juga berusaha memperdayakan umat Islam agar
kembali kepada kekufuran (Q.S al-Baqarah [2]: 109)165.
163 Lihat QS. al-Baqarah [2]: 53 dan QS. al-Isra’ (17): 2
164 Ayat selengkapnya:
ََٰتيكْلٱ يلَْهأ ْنيم ۟اوُرَفَك َنييذَّلٱ ُّدَو َي اَّم نَم ۦيهيَتْحَريب ُّصَتَْيَ ُ َّللَّٱَو ۗ ْمُكي بَّر ني م ٍْيرَخ ْني م مُكَْيلَع َلَّز َُن ي نَأ َينيكيرْشُمْلٱ َلََو يب
يمييظَعْلٱ يلْضَفْلٱ وُذ ُ َّللَّٱَو ۚ ُٓءاَشَي
165 Ayat selengkapnya:
68
Kedua ayat tersebut turun berkaitan dengan sikap dan
perilaku buruk orang-orang Yahudi terhadap umat
Islam166.
Diantara tindakan yang dilakukan kaum Yahudi
untuk membuat umat Islam ragu terhadap ajaran yang
dibawa Rasulallah saw adalah berpura-pura masuk Islam
kemudian mengingkari kembali (Ali ‘Imran [3]: 72)167.
Mereka pun berusaha menyudutkan umat Islam dengan
meminta kepada Nabi Muhammad saw. agar kepada
orang-orang Yahudi diturunkan sebuah kitab secara
khusus kepada mereka. Akan tetapi Al-quran
menyatakan, bahwa permintaan demikian bukan
merupakan suatu hal yang baru di kalangan mereka (QS.
al-Nisa’ [4]: 153)168. Permintaan tersebut mereka ajukan,
bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk
menyudutkan Rasulallah saw.
َب ْۢن ِ م ْمُكَنْوُّدُرَي ْوَل ِبٰتِكْلا ِلَْها ْن ِ م ٌرْيِثَك َّدَو اَم ِدْعَب ْۢن ِ م ْمِهُِسفَْنا ِدْنِع ْن ِ م اًدَسَح ۚاًراَّفُك ْمُكِناَمْيِا ِدْع
َِدق ٍءْيَش ِ لُك ىٰلَع َ هاللّ َّنِا ۗ ٖهِرَْمِاب ُ هاللّ َيِْتأَي ىهتَح اْوُحَفْصاَو اُْوفْعَاف ۚ ُّقَحْلا ُمُهَل َنََّيَبت ٌرْي
166 Abu Husayn ‘ali ibn Ahmad Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul Alquran,
(t.t.p. : Dar sl-Tsaqafah al-Islamiyah, 1404 H/ 1984 M), h. 31-
32
167 Ayat selengkapnya:
اَو ِراَهَّنلا َهْجَو اُْونَمٰا َنْيِذَّلا ىَلَع َلِزُْنا ْْٓيِذَّلِاب اُْونِمٰا ِبٰتِكْلا ِلَْها ْن ِ م ٌَةفِٕى ٰۤاَّط َْتلَاقَو ٗهَرِخٰا ا ْْٓوُُرفْك
َعَل َۚنُْوعِجْرَي ْمُهَّل
168 Ayat selengkapnya:
ِلٰذ ْنِم َرَبَْكا ىْٰٓسْوُم اُْوَلاَس َْدقَف ِء ٰۤاَمَّسلا َن ِ م ًابٰتِك ْمِهْيَلَع َل ِ زَُنت َْنا ِبٰتِكْلا ُلَْها َُكلَٔـَْسي َانَِرا ا ُْْٓولَاقَف َك
َُّمث ْۚمِهِمْلُِظب َُةقِعا َّصلا ُمُهَْتذََخَاف ًةَرْهَج َ هاللّ ُتِٰن َيبْلا ُمُهْتَء ٰۤاَج اَم ِدْعَب ْۢنِم َلْجِعْلا اوُذَخَّتا
ًانِْيب ُّم اًنٰطْلُس ىٰسْوُم َانَْيتٰاَو ۚ َكِلٰذ ْنَع َانْوَفَعَف
69
sesudah berbagai pelanggaran baik secara terselubung dan
terang-terangan yang dilakukan orang-orang Yahudi di
Madinah, maka Rasulallah saw. kemudian bertindak tegas
kepada mereka, di antara tindakan tegas Rsaulallah saw
tersebut adalah mengusir mengusir orang-orang Yahudi
Bani Nadhir dari Madinah (QS. al-Hasyr [59]: 2,11)169
serta hukuman tegas terhadap Yahudi Bani Qurayzhah
yang telah mengkhianati umat Islam (QS. al-Ahzab [33]:
169 Ayat selengkapnya:
ِٓرْشَحْلا ِٓل َّوَِلِ ْٓمِهِرَايِد ْٓنِم ِٓبٰتِكْلا ِٓلَْها ْٓنِم ٓاْوُرَفَك َٓنْيِذَّلا َٓجَرَْخا ٓ ْٓيِذَّلا َٓوُهٓٓٓاْوُجُرْخَّي َْٓنا ُْٓمتَْننَظ ٓاَم
ِٓفََٓفذَقَوٓاُْوبَِستْحَيَْٓملُٓثْيَحْٓنِمُٓ هاللُّٰٓمُهىَٰتَافِٓ هاللَّٰٓن ِِّمْٓمُُهنْوُصُحْٓمُُهَتعِنا َّمْٓمُهََّنآا ْٓوُّنَظَوُٓمِهِبُْوُلقْٓي
َٓفٓ ََۙنِْينِمْؤُمْلآىِدَْياَوْٓمِهْيِدَْيِابْٓمَُهتُْوُيبَٓنُْوبِرُْخيَٓبْع ُّرلآِراَصَْبْلِآىِلُوٓاٰيٓاْوُرَِبتْعا
70
71
BAB III
SEJARAH KEMUNCULAN TERM ASBÂTH, BANÎ
ISRÂ’ÎL, DAN YAHUDI DALAM ALQUR’AN
Pada Bagian ketiga ini, pembaca akan diberikan
informasi mengenai sejarah kemunculan term Asbâth,
Banî Isrâ’îl dan Yahudi dalam al-Qur’an. Pembahasan
dimulai dari gambaran kisah yusuf dalam al-qur’an (awal
masuknya banî isrâ’îl ke mesir), sejarah kemunculan term
asbâth ,sejarah kemunculan term banî isrâ’îl, sejarah
kemunculan term yahudi yang akan dipaparkan dengan
menggunakan pendekatan sejarah (historical approach)
Karena penelitian buku inj merupakan penelitian
kepustakaan / library research murni, maka digunakan
pendekatan historis. Pendekatan historis ini muncul pada
akhir abad Sembilan belas, yang memiliki pandangan
bahwa suatu entitas, baik institusi, nilai, ataupun agama,
berasal dari fisik, sosio-kultural, dan sosio-religius tempat
entitas itu muncul; yang berarti ada hukum kausalitas dari
setiap peristiwa-peristiwa historis170. Pendekatan historis
ini mempertanyakan tiga persoalan pokok: pertama,
persoalan genetic; kedua, persoalan orisinalitas; dan
ketiga, rekonstruksi sejarah.
170 Ace Saifudin, Metodologi dan Corak Tafsir Modern: Telaah
terhadap pemikiran J. J. G. Jansen”, Al-Qalam, Vol 20, No. 96
(2003), 60
72
A. Gambaran Kisah Yusuf dalam Al-Qur’an (Awal
Masuknya Banî Isrâ’îl Ke Mesir)
Sebelum mengkaji sejarah kemunculan term
Asbâth, Banî Isrâ’îl, dan Yahudi Dalam Alquran yang
mana kemunculan term tersebut didapatkan pada kisah
Nabi Musa, maka perlu dikaji terlebih dahulu meninjau
kisah Nabi Yusuf dalam Alquran yang memiliki hubungan
jelas dengan kisah Nabi Musa. Banyak peneliti yang
percaya bahwa ada bukti tidak langsung bahwa Yusuf tiba
di Mesir pada periode kekuasaan orang-orang Hyksos dan
bahwa dia disusul orang tua dan saudara-saudaranya dan
seluruh keluarganya menetap di Delta timur yang berada
dibawah kendali orang-orang Semit (Hyksos).
Ketika Yusuf masih kecil, dia bermimpi melihat
sebelas planet dan matahari serta bulan bersujud
kepadanya. Ayahnya, Nabi Ya’qub memberi tahu dia agar
tidak menceritakan mimpi tersebut kepada saudara-
saudaranya yang pencemburu171. Mereka menduga sang
171 Peristiwa ini dijelaskan dalam Alquran sebagai berikut:
يهييَب يلأ ُفُسُوي َلَاق ذيإ َنييد يج ََٰس يلِ مُه ُتَيَأر َرَمَقلٱَو َسمَّشلٱَو ابَكوَك َرَشَع َدَحَأ ُتَيَأر ي نّيإ يتََب ََٰيَ ٤ صُصقَت َلَ ََّنُِبََٰي َلَاق
ينيبُّم وُدَع ين ََٰسنيلإ
يل َنََٰطيَّشلٱ َّنيإ اًديَك َكَل ْاوُدييكَي َف َكيتَوخيإ َٰىَلَع َكَيَُءر ٥
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku,
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari
dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku". Ayahnya
berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar
(untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia"171. (QS. Yusuf [12]: 4-5).
73
ayah lebih mencintai Yusuf ketimbang mereka. Saudara-
saudara Yusuf kemudian menjalankan sebuah rencana
untuk membuangnya. Mereka mendapatkan izin ayah
mereka untuk membawa serta Yusuf dalam perjalanan.
Kemudian, mereka memasukannya ke dalam sumur172.
Kafilah pedagang yang lewat menemukan Yusuf, yang
kemudian mereka jual di Mesir. Orang yang membeli
Menurut al-Thabari “Sebelas bintang maksudnya adalah al-
Harthan, al-Thâriq, al-Dhayyâl, Qâbis, Masybah, Dzarûh, Dzu
al-kanafât, Dzu al-Qar, Falîq, Wathaq, dan „Amûdain, Abu
Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tafsir al-Tabari Jami’ul
Bayan ‘an Ta’wil Alquran, Beirut: dar al-Fikr, 1979, 122)
172 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
يهيتَوخيإَو َفُسُوي يفِ َناَك دَقَّلٓۦ اَء َينيليئاَّسلي ل تََٰي ٧ ييفَل َنََّبَأ َّنيإ ٌةَبصُع ُنَنََو اَّنيم اَنييَبأ ََٰلَيإ ُّبَحَأ ُهوُخَأَو ُفُسوَُيل ْاُولَاق ذيإ
ٍينيبُّم لََٰلَض ٨
Pembicaraan saudara-saudara Yusuf yang mengungkapkan
kecemburuan dan menilai ayahnya dalam kekeliruan yang
nyata ٍينيبُم ٍلَلََض ييفَل َنََّبَأ َّنيإ. Wahbah Zuhali memaparkan bentuk
kecemburuan saudara Yusuf tersebut terhadap bapaknya
dianggap tidak berlaku adil atau menyamakan kecintaannya
terhadap anak-anaknya. Bahkan mereka bahwa apa yang
dilakukan Ayahnya itu keliru bagaimana mungkin Yusuf
diutamakan apalagi ia lemah dan kecil dan tidak memberi
manfaat dibandingkan saudara-saudaranya yang lebih kuat dan
memberi manfaat. Dengan sifat cemburunya demikian,
sehingga sampai pada rencana jahat yang ingin mereka
lakukan, yaitu membunuh Yusuf. Mereka merencanakan siasat
jahat tersebut hanya untuk merebut cinta ayahnya. Lihat
Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir; fi al-Aqidah, wa al-Shariah,
wa al-manhaj, hal, jilid 12, hal, 203.
74
Yusuf menduduki jabatan penting di Mesir yaitu al-
‘Aziz.173
Ketika Yusuf tumbuh dewasa, istri tuannya
mencoba menggodanya, tetapi dia menolaknya. Namun,
istri al-‘Aziz bersumpah akan memenjarakan Yusuf jika
dia tidak menurutinya. Karena tetap teguh pendirian,
akhirnya Yusuf pun dimasukan ke dalam penjara174.
Dalam penjara, dia berteman dengan dua orang yang satu
pernah bertugas sebagai pelayan minuman raja dan yang
satu bertugas sebagai pelayan pembuat roti raja, mereka
berdua dipenjarakan karena dituduh meracuni sang raja175.
Kedua temannya itu melihat pada diri Yusuf tanda-tanda
kejujuran dan kemampuan menakwilkan mimpi. Oleh
karenanya, mereka meminta Yusuf menakwilkan mimpi
mereka. Yusuf berhasil menakwilkan mimpi-mimpi
tersebut; salah seorang dari mereka akan dihukum mati,
sedangkan yang lainnya akan dibebaskan dan kembali
bekerja sebagai penuang minuman raja. Yusuf meminta
173 Orang Mesir yang membeli Yusuf itu seorang bendaharawan Mesir
bernama Poutifar dan nama isterinya Zulaikha. Lihat M.
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan
Keserasian al-Qur’an, h. 404-405
174 Ibnu Jarir al-Thabarî, Jami’ al-Bayân ‘an Ta’wîl Al-Qur’an, Juz I2,
h. 193-195.
175 Pelayan minuman bernama Nebo dan pelayan roti bernama Mujlas.
Lihat Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi,
(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011), h. 403
75
kepada orang yang dibebaskan tersebut agar
mengemukakan masalah Yusuf kepada raja. Namun
penuang minuman itu lupa melakukannya dan karenanya,
Yusuf tetap di penjara.176
Beberapa tahun kemudian, sang raja bermimpi dan
menanyakan takwilnya. Pada saat itulah, si penuang
minuman itu ingat kepada Yusuf. Dia kemudian diutus
untuk meminta Yusuf menakwilkan mimpi sang raja
tersebut. Yusuf menakwilkan mimpi itu dengan
mengemukakan bahwa akan terjadi tujuh tahun masa
panen berlimpah, diikuti dengan tujuh tahun panen sedikit
(paceklik), dan kemudian akan ada tahun yang penuh
dengan hujan. sesudah mendengar takwil Yusuf atas
mimpinya, sang raja meminta Yusuf didatangkan
kepadanya177. Namun, Yusuf terlebih dahulu meminta
176 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 411
177 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
ينيَمأ ٌينيكَم اَنيَدَل َموَيلٱ َكَّنيإ َلَاق ُۥهَمَّلَك اَّمَل َف ي يسفَنيل ُهصيلخَتسَأ ٓۦيهيب ينّوُتئٱ ُكيلَ
لمٱ َلَاقَو٥٤
“Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia
sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah
bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu
(mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi
dipercayai pada sisi kami"177. (QS. Yusuf [12]: 54)
Dalam ayat ini raja mesir disebut dengan kata “al-Malik” fakta bahwa
raja pada zaman Yusuf tersebut tidak disebut “Fir’aun”
mengisyaratkan bahwa raja tersebut tidak termasuk ke dalam
kelompok “Fir’aun”. Raja pada zaman Yusuf adalah salah satu
dari raja-raja Hyksos Semit yang secara etnis tidak terkait
dengan orang-orang Mesir. Lihat Louay Fatoohi, Sejarah
76
agar orang-orang yang menuduhnya untuk
mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi. Istri al-‘Aziz
kemudian mengakui kesalahan yang telah dilakukannya.
sesudah membebaskan Yusuf, sang raja menghendaki agar
Yusuf bekerja untuknya. Yusuf kemudian meminta
kepada raja untuk bertugas mengurusi hasil bumi negeri
itu dan raja pun memenuhi keinginannya178.
Selama tahun-tahun yang diramalkan paceklik,
saudara-saudara Yusuf pun datang ke Mesir untuk
meminta makanan, mereka adalah Ruben, Simoen, Lewy,
Yahuda, Isakhar, Zebulon, Dann, Naftali, Jad dan Asyer.
Mereka diperbolehkan menghadap Yusuf yang mengenal
mereka, tetapi mereka tidak mengenal Yusuf. Dia
memberikan kepada mereka makanan, tetapi dengan
Bangsa Israel dalam Bibel dan Al-Qur’an (Bandung: PT. Mizan
Pustaka Utama, 2007), h.130
178 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
مييلَع ٌظييفَح ي نّيإ يضرَلأٱ ينيئَازَخ َٰىَلَع ينِلَعجٱ َلَاق٥٥
“Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);
sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan."178 (QS. Yusuf [12]: 54)
Permintaan raja kepada Yusuf hanya direspon dengan menginginkan
untuk menjadi bendahara negara َٓلٱ ِٓنِئاَزَخ ٰٓىَلَعِٓضر atau segala
sesuatu yang menyangkut urusan materi, akomodasi atau
kebutuhan-kebutuhan yang lain-lain. Sebab Yusuf meyakini
bahwa mampu menjaga dan memiliki ilmu pengetahuan.
Menurut Wahbah, kompetensi dan kemampun Yusuf sehingga
ia meyakini mampu untuk menjaga dan menjalankan amanah
tersebut. Lihat Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, jilid 13, hal, 8
77
syarat ketika masa berikutnya mereka meminta jatah
makanan, maka mereka harus membawa adik bungsu
mereka yaitu Benyamin untuk ikut serta bersama mereka.
Pada saat berikutnya, mereka melakukan apa yang
diminta Yusuf, yaitu membawa adik bungsu mereka179.
Diam-diam Yusuf menyingkap identitas dirinya kepada
adiknya itu, yang juga diperlakukan buruk oleh kakak-
kakaknya. Bekerja sama dengan adiknya itu , Yusuf
mensiasati untuk membuat adiknya tetap tinggal
bersamanya dengan siasat penuduhan adiknya mencuri
piala minuman raja180. Karenanya, Yusuf menahannya dan
tidak mengizinkannya kembali bersama saudara-
saudaranya181. Nabi Ya’qub yang masih sedih karena
kehilangan Yusuf ditambah lagi kesedihannya atas
kehilangan Benyamin, akibat dukanya penglihatannya
pun hilang.
Ketika saudara-saudara Yusuf datang untuk ketiga
kalinya, dia (Yusuf) mengungkapkan jati dirinya kepada
mereka. Saudara-saudara Yusuf meminta maaf atas
tindakan buruk mereka terhadap Yusuf di masa silam.
179 Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-‘Azhîm, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1414
H/1992 M) Jilid II, h. 483
180 Piala raja yang dimaksud adalah semacam gelas untuk minum yang
terbuat dari emas, biasanya gelas itu digunakan oleh
masyarakat untuk ditimbang dan ditukar dengan makanan.
181 Al-Qurthubi, Jami li Ahkam A-quran, (Mesir: Dar al-Kutub al-
Mishriyyah, tt) Jilid IX, hal, 235.
78
Yusuf kemudian meminta mereka membawa bajunya dan
mengusapkannya pada wajah ayahnta untuk
menyembuhkan penglihatannya182. Yusuf juga meminta
mereka membawa orangtua dan seluruh keluarga mereka
ke Mesir. sesudah tiba di Mesir dan diizinkan menghadap
Yusuf, orangtua dan saudara-saudaranya bersujud
kepadanya183. Yusuf kemudian mengingatkan ayahnya
akan takwil mimpinya ketika dia masih kanak-kanak184.
182 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma’rifât Alquran al-‘Adzîm,( Kudus:
Menara Kudus, 1995), h. 706
183 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
َينينيمَاء ُ َّللَّٱ َءاَش نيإ َرصيم ْاوُلُخدٱ َلَاقَو يهيَو ََبأ يهَيليإ َٰىَوَاء َفُسُوي َٰىَلَع ْاوُلَخَد اَّمَل َف ٩٩ رَعلٱ ىَلَع يهيَو ََبأ َعََفرَو ْاوُّرَخَو يش
َُهلۥ َنيم ينَِجَرخَأ ذيإ يبّ َنَسحَأ دَقَو ا قَح ي بَّر اَهَلَعَج دَق ُلَبق نيم َيََٰيُءر ُلييوَتَ اَذ ََٰه يتََب ََٰيَ َلَاقَو ادَّجُس
َل ي بَّر َّنيإ يتَِوخيإ َينَبَو ينَِيب ُنََٰطيَّشلٱ ََغزَّ ن نَأ يدَعب نيم يودَبلٱ َني م مُكيب َءاَجَو ينج ي سلٱ ُهَّنيإ ُءاَشَي اَم
ي ل فييطۥ َوُه
ُمييكَلحٱ ُمييلَعلٱ ١٠٠
“Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu
bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir,
insya Allah dalam keadaan aman". Dan ia menaikkan kedua
ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya)
merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata
Yusuf: "Wahai ayahku inilah ta´bir mimpiku yang dahulu itu;
sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan.
Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku,
ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika
membawa kamu dari dusun padang pasir, sesudah syaitan
merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia
kehendaki.” (QS. Yusuf [12]: 99-100)
184 Al-Syawkanî, Fath al-Qadîr, (Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-
‘Arabî, tth) Jilid V, h. 870
79
Inilah awal sejarah masuknya Banî Isrâ’îl ke Mesir
pada masa dinasti Hyksos ketika Yusuf menjadi pejabat
kerajaan, kemudian keturunan Nabi Ya’qub (Banî Isrâ’îl)
berkembang banyak dan hidup makmur karna
diperlakukan dengan baik dan mendapat tempat yang baik
pada sat itu. Selain itu Banî Isrâ’îl juga mempunyai
pengaruh di Mesir. Mereka hidup tenang selama 400
tahun. Selanjutnya sesudah berlalu masa tersebut, muncul
kekuasaan baru yaitu dinasti ke XIX yang mengusir
Hyksos dan menguasai seluruh Mesir. Salah seorang
penguasa dinasti ini yang paling popular adalaha Ramsis
II. Pada masanyalah terjadi penindasan terhadap Banî
Isrâ’îl185 karena kekhawatiran terhadap perkembangan
Banî Isrâ’îl dan tidak suka pada agama tauhid yang
dianut, menyebabkan kedengkian dan menjadikan Banî
Isrâ’îl sebagai budak yang dipekerjakan secara paksa. Saat
itu, setiap anak laki-laki yang lahir dibunuh.186
Adapun alasan yang membuat Fir’aun melakukan
pembunuhan kepada anak laki-laki dari Banî Isrâ’îl adalah
kabar yang diwariskan oleh Banî Isrâ’îl secara turun
temurun mengenai akan terlahirnya seorang anak dari
keturunan Banî Isrâ’îl yang akan menghancurkan
kerajaaan Mesir melalui tangannya. Berita kedatangan
tersebut semakin santer dibicarakan oleh Banî Isrâ’îl,
185 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 414
186 M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), h. 347
80
hingga terdengar oleh orang-orang Qibti187 dan akhirnya
sampai pada telinga Fir’aun. Kemudian fir’aun
membicarakan hal tersebut dengan para menterinya,
kemudian mereka memberi saran kepada Fir’aun untuk
membunuh setiap nak laki-laki yang terlahir dari Banî
Isrâ’îl, sebagai antisipasi terlahirnya anak yang
dikabarkan itu.188
B. Sejarah Kemunculan Term Asbâth
1. Masa Perjalanan Musa dan kaumnya menuju
negeri Kan’an
Term Asbâth dalam Alquran muncul pertama kali
ketika menyebutkan kisah Nabi Musa dan kaumnya
ketika dalam perjalanan menuju Baitul Maqdis ketika
mereka dalam masa pengasingan di gurun Sinai (periode
al-Tih) akibat penolakan mereka atas perintah Nabi Musa
untuk berjihad melawan kaum Jabbar. Seperti telah
diketahui bahwa Banî Isrâ’îl pada zaman Nabi Musa
berjumlah sangat banyak, oleh karena itu mereka di sebut
Asbâth yang berarti sama dengan qabilah dalam suku
arab. Mengenai term Asbâth yang pertama kali muncul
187 Qibti berasal dari bahasa Yunani, yang artinya penduduk Mesir.
Namun sekarang ini sebutan itu lebih dispesifikasikan untuk
orang-orang Mesir yang beragama Nasrani saja.
188 Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, (Beirut: Dar el
Fikr, 1979 M) Juz I, h. 388
81
dalam Alquran terdapat dalam surat al-A’raf (7): 160
berikut:
ُمُهََٰنعَّطَقَو اَمَأ ًاطاَبسَأ َةَرشَع َتَِنثٱ يإ َٰىَسوُم ََٰلَيإ اَنيَحَوأَو ُهُموَق ُهَٰىَقسَتسٱ يذٓۥ َرَجَلحٱ َكاَصَعي ب بيرضٱ ينَأ
يَلَع اَنَلزَنأَو َم ََٰمَغلٱ ُم يهيَلَع اَنلََّلظَو ُمَبََرشَّم سَنَّأ ُّلُك َميلَع دَق انيَع َةَرشَع اَت َنثٱ ُهن يم تَسَجَبنَٱف َّنَ
لمٱ ُم يه
ََلظ اَمَو مُكََٰنقَزَر اَم يتََٰبي َيط نيم ْاوُلُك َٰىَولَّسلٱَو َنوُميلظَي مُهَسُفَنأ ْاُوناَك نيكََٰلَو َنَّوُم ١٦٠
“Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku
yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami
wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air
kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka
memancarlah dari padanya duabelas mata air.
Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum
masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka
dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa.
(Kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa
yang telah Kami rezekikan kepadamu". Mereka tidak
menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu
menganiaya dirinya sendiri”189 (QS. al-A’râf [7]: 160)
Berdasarkan ayat ini yang dimaksud dengan Asbâth
adalah kabilah yang terdiri dari dua belas suku, sebanyak
jumlah putra Nabi Ya’qub as. Nama-nama dari suku-suku
Asbâth ini dinisbatkan kepada dua belas putra Nabi
Ya’qub as, yakni pertama suku Ruben, kedua suku
189 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Madinah:
Mujamma’ Khâdim al-Haramayn al-Syarîfayn al-Mâlik Fahd li
Thibâ’ah al-Mushhaf al-Syarîf, 1412) h. 171
82
Simoen, ketiga suku Lawi, keempat suku Yahuda, kelima
suku Isakhar, keenam suku Zebulon, ketujuh suku Dan,
kedelapan suku Naftali, kesembilan suku Gad, kesepuluh
suku Asyer, kesebelas suku Yusuf, dan kedua belas suku
Benyamin. Dari dua belas suku Banî Isrâ’îl ini terdapat
beberapa Nabi yang termasuk dalam dua puluh lima Nabi
yang wajib kita imani, yaitu dari suku Lawy, di antara
keturunannya muncul Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Ilyas.
Dari suku Yahuda, di antara keturunannya muncul Nabi
Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria, Nabi Yahya dan
Nabi Isa. Sedangkan dari keturunan Yusuf terdapat Nabi
Ilyasa’190.
sesudah menjelaskan kaum Nabi Musa as. tidak
sama dalam sikap mereka terhadap ajakan dan ajaran
Nabinya, Pada ayat ini Allah menjelaskan beberapa
nikmat yang telah Ia berikan kepada Banî Isrâ’îl,
diantaranya memberikan kucuran air melimpah di tengah
padang sahara tandus, memberikan naungan awan selama
perjalanan mereka menuju negeri Kan’an dan
menganugrahkan Manna diturunkan pada pagi harinya
untuk mereka dan pada sore harinya Allah menurunkan
burung Salwa , dua makanan yang lezat tanpa harus
dicapai dengan susah payah.
Peristiwa ini terjadi pada saat perjalanan di tengah
padang pasir Tih ketika kaum Musa menderita kehausan
190 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 414
83
maka Allah memerintah Nabi Musa untuk memukul batu
dengan memakai tongkatnya ( َرَجَْلْا َكاصَعِب ْبِرْضا اَنْلُق َف)
Kemudian Musa melaksanakan perintah tersebut, atas
perintah tersebut maka memancarlah air. Peristiwa ini
terjadi menjadi salah satu hujjah Musa sekaligus untuk
memperlihatkan kekuasaan Allah kepada Bani Israil.191
Bahkan mereka diberi kucuran air tanpa harus
menggalinya, melainkan hanya dipukulkan saja oleh Nabi
Musa dengan tongkatnya pada batu, maka terpancarlah
dua belas mata air. 192. Dalam ayat ini digunakan kata
Fanbajasat yang artinya keluar sedikit/tidak keras,
sedangkan dalam QS. al-Baqarah (2):60 menggunakan
kata Fanfajarat yang artinya memancar dengan deras. Hal
ini bukanlah suatu yang bertentangan, karena dalam ayat
ini berbicara tentang awal memancarnya mata air dan
pada QS. al-Baqarah menjelaskan keadaan air sesudah
beberapa lama dari pemancaran pertama itu193.
Selain nikmat kucuran air, nikmat lain juga
diberikan yakni berupa naungan awan194. meski diganjar
191 al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 1, hal, 126.
192 Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, h. 251-252
193 Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, h. 270
194 Naungan awan yang dimaksud adalah ghamam yang dibawa para
malaikat pada waktu perang badar dan yang menaungi Bani
Isra’il di Tyh, ada yang menyebutnya awan yang putih. Lihat
Muhammad Yusuf as- Syahir Ibnu Al-Hayyan, al-Bahrul
84
berpuluh tahun tak jua sampai ke Palestina, Bani Israil
masih saja mendapat rahmat Allah yang Maha Kasih dan
Sayang. Sehingga mereka tak pernah merasakan panas
terik mentari meski di padang pasir yang menyengat.
Dengan rahmat Allah tersebut, Bani Israil hidup tenang di
sebuah kawasan di Padang Sahara Tih. Namun mereka tak
pernah bersyukur atas rahmat Allah.
Nikmat lain yang dianugerah Allah kepada mereka
adalah manna dan salwa, untuk memenuhi kebutuhan
pangan Bani Israil. Manna merupakan makanan yang
rasanya amat lezat nan manis layaknya madu195.
Warnanya pun putih cantik layaknya salju yang selalu
ditemui melekat di batu-batu, pohon, ataupun kayu196.
Adapun salwa merupakan sejenis burung puyuh yang
dagingnya empuk nan gurih197.
Sejumlah ilmuwan Barat berusaha menemukan
penafsiran ilmiah menyangkut al-manna dan al-salwa. W.
Keller dalam Bible as History menegaskan bahwa al-
Muhith, (Beirut: Dar al- Kutub al-‘Ilmiyah, 1993), Jilid I, h.
345.
195 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, (Beirut: Dâr al-Kutub al-
‘Ilmiyah, 1992), Jilid I, h. 124
196 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi Ibn Abu Hatim,
Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim Musnadan ‘An Rasulillah wa as-
Shahabat wa Al-Tabi’in, ( Makkah: Maktabah Nazar Mushtafa
al-Baz, 1997), Jilid I, h. 114
197 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, Jilid 1, h. 124
85
manna dan al-salwa bukanlah mukjizat, melainkan
peristiwa alami dan dapat dimintakan keterangan kepada
orang-orang badui di Sinai. Mereka akan memberikan
jawaban bahwa fenomena alam itu masih bisa ditemukan
sekarang. Burung puyuh atau al-salwa adalah jenis burung
yang tidak asing bagi kita dan hijrahnya kawanan burung
puyuh dari utara ke selatan, dan sebaliknya, juga
merupakan hal yang dimaklumi. Keluarnya Banî Isrâ’îl
dari Mesir menuju Sinai berlangsung pada musim semi
yang merupakan masa hijrahnya burung-burung puyuh
dari wilayah Afrika Tengah yang memeiliki temperatur
ekstrem ke utarayang relatif hangat. Diketahui bahwa ada
dua jalur yang ditempuh kawanan burung puyuh untuk
melakukan migrasi: dari Afrika barat ke Spanyol dan dari
Afrika Timur melintasi Sinai dan Laut Tengah menuju
negeri Balkan198.
Mengomentari interpretasi ini, menurut penulis
migrasi yang dilakukan burung-burung itu terjadi pada
waktu-waktu tertentu, sebagaimana dimaklumi oleh
orang-orang Mesir yang tinggal di kawasan Delta, yang
berlangsung lebih dari satu atau dua bulan saja. Adapun
keberadaan burung-burung puyuh di Sinai sepanjang
tahun dalam jumlah yang amat banyak199, tidak diragukan
198 Werner Keller, The Bible as History, (New York: Bantam: 1983),
h. 122
199 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, Jilid 1, h. 125
86
bahwa itu adalah peristiwa luar biasa dn dapat
dikategorikan mukjizat.
Sedangkan berkaitan dengan al-manna, mereka
mengatakan bahwa sampai sekarang pun orang-orang
Badui di Sinai dapat menjumpai butiran-bitiran lrmbut
mirip embun di pagi buta di atas rerumputan, batu-batu
gurun, atau di atas ranting-ranting pepohonan. Pada tahun
1923, dua ilmuwan flora Frederick Simone dan Oscar
Theodore dari Universitas Hebrew di Yerussalem
melakukan penelitian di Sinai yang berkesimpulan bahwa
al-manna merupakan zat yang diproduksi oleh pohon
tamarisk yang bersimbiosis dengan sejenis serangga yang
lazim disebut plant-louse yang terdapat di Sinai. Jika
kawanan serangga itu melakukan aktivitasnya dengan
membuat lubang-lubang pada daun pohon tamarisk
tersebut akan mengeluarkan getah yang menetes dan
berhimpun di atas rerumputan atau bebatuan di atas tanah
berwarna putih susu yang berasa manis seperti madu200.
Menurut hemat penulis, apapun yang didapat oleh
para ilmuwan tidak mengubah kedudukan al-manna
sebagai mukjizat yang diturunkan Allah untuk menjadi
sumber makanan Banî Isrâ’îl sepanjang keberadaan
mereka di padang gurun Sinai yang gersang. Seperti yang
dimaklumi bahwa tidak mesti mukjizat itu sebagai
sesuatu yang menyalahi hukum alam. Seperti topan dan
200 Werner Keller, The Bible as History, h. 123
87
banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh, tidak lain
merupakan akibat hujan dahsyat dan air yang memancar
dari dalam perut bumi201. Keduanya merupakan fenomena
alami, sedangkan aspek mukjizatnya terletak pada
kuantitas air yang membanjiri dan meneggelamkan
segenap permukaan daratan. Tidak berbeda halnya dengan
al-manna, yang meskipun terbentuk secara alami dari
jenis timbuhan tertentu di Sinai, hal itu tidak mencederai
wujudnya sebagai mukjizat Allah. Akan tetapi,
tersedianya al-manna dalam jumlah besar yang
mencukupi kebutuhan enam ratus ribu orang dari suku-
suku (asbȃth) Banî Isrâ’îl setiap hari sepanjang tahun dan
bertambahnya jumlah makanan itu khususnya pada hari
jumat sehingga cukup untuk disimpan bagi keperluan hari
berikutnya202, menunjukan adanya campur tangan Ilahi.
Dan sepanjang dalam proses alami itu tampak adanya
campur tangan Ilahi, maka itulah arti mukjizat dalam hal
ini.
Dengan berbagai anugerah nikmat yang diberikan
kepada Banî Isrâ’îl, , sebagian mereka tetap tidak
bersyukur dan terus berbuat dosa bahkan melakukan
penganiayaan. Namun apa yang mereka lakukan itu, pada
hakikatnya tidak lah mereka menganiaya Allah, justru
201 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 128
202 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, Jilid 1, h. 124
88
merekalah yang berulangkali menganiya diri mereka
sendiri203.
Adapun hikmah dijadikannya Banî Isrâ’îl bersuku-
suku menjadi dua belas Asbâth supaya semua urusan dan
keperluan mereka dapat diakomodir melalui pemimpin-
pemimpin setiap Sibth (suku), mengingat jumlah mereka
yang banyak204. Terdapatnya pemimpin disetiap Sibth
dapat memudahkan dan meringankan Nabi Musa dalam
mengatur mereka.205
Penjelasan lebih lanjut mengenai pemimpin-
pemimpin dari dua belas suku Asbâth terdapat dalam QS.
al-Mâidah (5): 12 berikut:
ُمُهن يم اَنثَع َبَو َلييءََٰرسيإ ينَِب َقََٰثي يم ُ َّللَّٱ َذَخَأ دَقَلَوابييَقن َرَشَع َنِثٱ ُمُتمََقأ نيَئل مُكَعَم ي نّيإ ُ َّللَّٱ َلَاقَو
ي فَكُ َّلأ انَسَح اًضرَق َ َّللَّٱ ُمُتضَرَقأَو مُهُوُتمرَّزَعَو ييلُسُريب مُتنَماَءَو َة َٰوَكَّزلٱ ُمُتَيتاَءَو َة َٰوَلَّصلٱ ي يَس مُكنَع َّنَر َ مُكيتا
يلييبَّسلٱ َءاَوَس َّلَض دَق َف مُكن يم َكيل ََٰذ َدَعب َرَفَك نَمَف ُرََٰنََّلأٱ اَهيتَتَ نيم ييرَتَ تََّٰنَج مُكَّنَل يخُدَلأَو ١٢
“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian
(dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka
12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya
Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan
shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-
rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan
203 Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, Vol. V h. 278-279
204 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim,
Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim, Juz I, h. 243
205 al-Qurthubi, Jami li Ahkam al-Qur’an, jilid VII, hal, 751.
89
kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan
menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan
Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air
didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir
di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat
dari jalan yang lurus.”206 (QS. al-Mâidah [5]: 12)
Kata naqîb dalam ayat ini dapat berarti pemimpin
yang mengurus dan menangani kepentingan masyarakat
suku Asbâth207. Mereka disebut naqîb karena merekalah
yang mengetahui urusan kaum, juga mengetahui manaqib
kaum tersebut, yakni jalan untuk mengetahui urusan
mereka208. Dengan demikian menurut kesimpulan penulis
Asbâth adalah kabilah, sedang Naqîb adalah gelar bagi
pemimpin mereka.
Nabi Musa mengangkat pemimpin yang disebut
Naqîb untuk tiap suku Asbâth. Keturunan Rubail/ Ruben,
pimpinan mereka adalah Elizur bin Syedeur. Keturunan
Sym’un/Simeon, pimpinan mereka adalah Syalumai'il bin
Zuraisyada. Keturunan Yehuda pimpinan mereka adalah
Nahsyun bin Aminadeb. Untuk keturunan suku Isakhar
pemimpin mereka Nasya'il bin Zuar. Untuk keturunan
206 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 109
207 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan
Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Jilid III,
h. 48
208 Ibnu Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Kairo: Dar al-Hadits, 1355 H), h.
4515
90
suku Manasye (Zebulon), pemimpin mereka adalah
Jamliyail bin Fadahshur. Suku keturunan Dan pemimpin
mereka adalah Akhya'zar bin Amisyadai. Adapun suku
keturunan Naftali pimpinan mereka adalah Eliab bin
Hailun. Suku keturunan Gad dengan pimpinan Ilyasaf bin
Rehuel. Suku keturunan Asyer, pemimpin mereka adalah
Faj'ai'il bin Akran. Kemudian untuk keturunan suku
Yusuf a.s. pemimpin mereka adalaha Yusya' bin Nun.
Untuk keturunan suk












