Minggu, 14 Desember 2025

ginekologi yahudi di Alquran 2


 gan sikap dan perilaku orang-orang yang 

berdosa dan menyimpang dari ketentuan-ketentuan  

Allah, kemudian menyadari kesalahannya untuk 

selanjutnya kembali kepada jalan yang benar dengan 

perlahan-lahan dan lemah lembut serta rendah hati seolah-

olah merangkak di hadapan Allah menyesali kesalahannya 

dan meminta pengampunan-Nya. 

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang menggunakan 

lafal Hâdû disebut sepuluh kali dalam bentuk yang 

bervariasi, sebagian menunjukan kecaman terhadap 

mereka, dan sebagian lainnya menunjukkan pujian serta 

bernada positif. Pernyataan yang bernada kecaman 

ditujukan kepada kepada mereka karena pelanggaran dari 

 

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah atas mereka. 

Di antara kecaman tersebut muncul dikarenakan mereka 

mengubah kitab sucinya113 sebagaimana firman Allah 

dalam QS. An-Nisa’ (4): 46114. Pernyataan yang bernada 

kecaman ditujukan kepada kepada mereka karena 

pelanggaran dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan 

Allah atas mereka. Diantara kecaman tersebut muncul 

dikarenakan kesewenang-wenangan orang Yahudi  dan 

siksaan yang disediakan Allah115, sebagaimana firman-

Nya dalam QS. An-Nisa’ (4): 160116. Di antara siksaan 

 

113 Ibn Jârîr al-Thabarî, Tafsir al-Thabarî, Jilid VII, h. 142 

114 Lihat selengkapnya: 

  ٍعَمْسُم  َرْيَغ  ْعَمْساَو  َانْيَصَعَو  اَنْعِمَس  َنُْولُْوقَي َو  ٖهِعِضاَو َّم  ْنَع  َمِلَكْلا  َنُْوف ِ رَُحي  اْوُداَه  َنْيِذَّلا  َنِم

  َانْرُظ ْناَو  ْعَمْساَو  َانْعََطاَو  َانْعِمَس  اُْولَاق  ْمُهََّنا  ْوَلَو  ِۗنْي ِ دلا  ىِف  ًانْعَطَو  ْمِهِتَنِسَْلِاب  ۢاًَّيل  َانِعاَر َّو

 لْيَِلق َِّلْا َنُْونِمُْؤي َلََف ْمِهِرْفُكِب  ُ هاللّ ُمُهَنَعَّل ْنِكٰلَو ََۙمَوَْقاَو ْمُهَّل اًرْيَخ َناَكَل 

“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-

tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami 

tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): 

"Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-

apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa´ina", dengan memutar-

mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka 

mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, 

dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka 

dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena 

kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang 

sangat tipis.” (QS. An-Nisa’ [4]: 46) 

115 Jalâluddin al-Suyuthî, Ad-Dûr al-Mantsur, (Beirut: Dâr al-Kutub 

al-‘Ilmiyah, 911 H) Juz II, 246 

116 Lihat selengkapnya: 

 ايريثَك يَّللَّٱ يلييبَس نَع ميهي دَصيبَو ُمَلَ تَّل يُحأ ٍتََٰبي َيط ميهَيلَع اَنمَّرَح ْاوُداَه َنييذَّلٱ َني م مُلظيَبف١٦٠   

 51 

yang dimaksud adalah diharamkannya sebagian makanan 

tertentu sebagai siksaan duniawi disamping siksaan 

ukhrawi jika mereka tidak bertubat, sebagaimana firman 

Allah dalam Q.S al-An’am(6): 146117 dan Q.S. al-Nahl 

(16): 118118.  

Merekapun dikecam karena kegemarannya 

menyebarluaskan berita bohong dan memutarbalikan 

 

“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan 

atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) 

dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak 

menghalangi (manusia) dari jalan Allah.” (QS. An-Nisa’ [4]: 

160) 

117 Lihat selengkapnya: 

 ََح اَم َّلَيإ اَمُهَموُحُش ميهيَلَع اَنمَّرَح يمََنغلٱَو يرَق َبلٱ َنيمَو رُُفظ ييذ َّلُك اَنمَّرَح ْاوُداَه َنييذَّلٱ ىَلَعَو  َيَاََولحٱ يَوأ َاُهُروُُهظ تَل

 َنُوقيد ََٰصَل َّنَّيإَو ميهييغَبيب مُهََٰنَيزَج َكيل ََٰذ مظَعيب َطَل َتخٱ اَم َوأ١٤٦   

“Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang 

yang berkuku dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas 

mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang 

melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan 

usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami 

hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan 

sesungguhnya Kami adalah Maha Benar.” (QS. al-An’am [6]: 

146) 

118 Lihat selengkapnya: 

 َنوُميلظَي مُهَسُفَنأ ْاُوناَك نيكََٰلَو مُهََٰنمََلظ اَمَو ُلَبق نيم َكيَلَع اَنصَصَق اَم اَنمَّرَح ْاوُداَه َنييذَّلٱ ىَلَعَو ١١٨   

“Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah 

Kami ceritakan dahulu kepadamu; dan Kami tiada menganiaya 

mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka 

sendiri.” (QS. al-Nahl [16]: 118) 

52    

fakta, sehingga umat Islam diingtkan agar berhati-hati 

terhadap mereka, 119sebagaimana terungkap dalam Q.S. 

al-Mâidah (5): 41120. Pada sisi lain mereka juga dikecam 

karena mereka sangat ekslusif dan mengklaim diri sebagai 

kekasih Allah sedang selain mereka tidak termasuk 

 

119 Ibnu Athiyah, al-Muharir al-Wajiz fi Tafsir Alquran al-‘Aziz, 

(Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993) Jilid II, h.  191 

120 Lihat selengkapnya: 

  ُلوُسَّرلٱ اَهُّ َي ََٰيَ َنيمَو ُمُبَوُل ُق نيمُؤت َلََو ميهيهََٰوَف يبِ اَّنَمَاء ْاوُلَاق َنييذَّلٱ َنيم يرفُكلٱ يفِ َنوُعير ََٰسُي َنييذَّلٱ َكُنزَيَ َلَ  ْاوُداَه َنييذَّلٱ 

 يهيع يضاَوَم  يدَعب  نيم  َميلَكلٱ  َنوُفي رَُيَ  َكُوتَيَ  َلَ  َنييرَخَاء  ٍموَق

يل  َنوُعَََّٰس  يبيذَكليل  َنوُعَََّٰسۖۦ    اَذ ََٰه  مُتييتُوأ  نيإ  َنُولوُق َي

 ُهَت َنتيف  ُ َّللَّٱ يديُري  نَمَو ْاوُرَذحَٱف ُهوَتؤُت َّلَ نيإَو ُهوُذُخَفٓۥ   َُهل  َكيلَتم نَل َفٓۥ  يَش يَّللَّٱ َنيم ً    نَأ  ُ َّللَّٱ يديُري  َلَ َنييذَّلٱ  َكيئََٰلُْوأ  ا

 يخلأٱ يفِ ُمَلََو يز يخ اَين ُّدلٱ يفِ ُمَلَ ُمَبَوُل ُق َري هَُطي مييظَع ٌباَذَع يَةر٤١   

“Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang 

yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara 

orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami 

telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) 

di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat 

suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka 

mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah 

datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan 

(Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika 

diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah oleh mereka) kepada 

kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini 

maka hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki 

kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu 

menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu 

adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati 

mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat 

mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS. al-Maidah [5]: 41). 

 53 

didalamnya121 seperti yang terungkap dalam firman Allah 

pada Q.S. al-Jumu’ah (62): 6122.  

Di samping kecaman dan nada-nada sumbang yang 

diungkapkan untuk menunjukan orang-orang Yahudi 

dalam term alladzîna hâdû, Alquran juga mengakui bahwa 

diantara mereka masih terdapat orang-orang yang tetap 

konsisten dengan ajaran agamanya. Mereka inilah yang 

dijamin Allah akan memperoleh keselamatan123, seperti 

disebutkan dalam ayat-ayat pada Q.S. al-Baqarah (2): 

62124, Q.S. al-Mâidah (5): 44125 , 69126 dan Q.S.  al-Hajj 

(22): 17127 

 


 ُتنُك نيإ َتو

َ

لمٱ ُْاوَّ نَمَت َف يساَّنلٱ ينوُد نيم يَّيللَّ ُءاَييلَوأ مُكََّنأ مُتمَعَز نيإ ْاوُداَه َنييذَّلٱ اَهُّ َي ََٰيَ لُق  َينيقيد ََٰص م٦   

“Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika 

kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah 

kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka 

harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang 

benar." (QS. al-Jumu’ah [62]: 6) 

123 Ibn Jârîr al-Thabarî, Tafsir al-Thabarî, Jilid II, h. 32 

124 Lihat selengkapnya: 

 يذَّلٱَو ْاوُنَمَاء َنييذَّلٱ َّنيإ يب ََّٰصلٱَو َٰىَر ََٰصَّنلٱَو  ْاوُداَه َني ي    ميي بََر َدنيع مُُهرجَأ مُهَل َف احيل ََٰص َليمَعَو ير يخلأٱ يموَيلٱَو يَّللَّٱيب َنَمَاء نَم َين

  َنُوَنزَيَ مُه َلََو ميهَيلَع ٌفوَخ َلََو٦٢   

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-

orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara 

mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian 

dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan 

54    

 

mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak 

(pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah [2]: 62). 

125 Lihat selengkapnya: 

 َّرلٱَو ْاوُداَه َنييذَّليل  ْاوُمَلسَأ َنييذَّلٱ َنوُّييبَّنلٱ َا يبَ ُمُكَيَ رُونَو ىدُه اَهييف َةََٰىروَّتلٱ اَنَلزَنأ َّنَّيإ  نيم ْاُوظيفحُتسٱ َا يبِ ُراَبحَلأٱَو َنوُّيينََّٰب

اَدَهُش يهَيلَع ْاُوناََكو يَّللَّٱ يبََٰتيك َو ينوَشخٱَو َساَّنلٱ ْاُوَشَتَ َلََف َء يب ْاُوَتَشَت َلَ َ    َلَزَنأ َا يبِ مُكَيَ َّلَ نَمَو لَييَلق اَنَثَ يتََِٰيا

  َنوُريف ََٰكلٱ ُمُه َكيئََٰلُْوَأف ُ َّللَّٱ٤٤   

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya 

(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan 

Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-

nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim 

mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka 

diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka 

menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut 

kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah 

kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. 

Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang 

diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang 

kafir.” (QS. al-Maidah [5]: 44) 

126 Lihat selengkapnya: 

 يب ََّٰصلٱَو  ْاوُداَه َنييذَّلٱَو  ْاوُنَمَاء َنييذَّلٱ َّنيإ ُ    َلََو ميهَيلَع ٌفوَخ َلََف  احيل ََٰص َليمَعَو  ير يخلأٱ يموَيلٱَو يَّللَّٱيب َنَمَاء نَم َٰىَر ََٰصَّنلٱَو َنو

 َنُوَنزَيَ مُه٦٩   

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin 

dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang 

benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap 

mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. al-Maidah 

[5]: 69). 

127 Lihat selengkapnya:  

ٱَو ْاوُنَماَء  َنييذَّلٱ َّنيإ يب ََّٰصلٱَو ْاوُداَه َنييذَّل ي    َ َّللَّٱ َّنيإ يةَمََٰييقلٱ َموَي مُه َنَيب ُل يصَفي  َ َّللَّٱ َّنيإ  ْاوَُكرشَأ َنييذَّلٱَو َسوُج

َ

لمٱَو َٰىَر ََٰصَّنلٱَو َين

  ٌدييهَش ءيَش ي لُك َٰىَلَع١٧   

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, 

orang-orang Shaabi-iin orang-orang Nasrani, orang-orang 

 55 

Kata hûdan yang juga mempunyai akar kata yang 

sama dengan kata hâdû, adalah bentuk jamak dari ism 

fa’il yang secara literal berarti orang yang bertaubat.128 

Pengungkapan kata hûdan dalam Alquran yang 

menunjukan kepada orang-orang Yahudi, semuanya 

bernada sumbang. Hal ini karena ayat-ayat yang berbicara 

tentang orang-orang Yahudi yang menggunakan lafal 

hûdan, semuanya menyangkut klaim-klaim mereka yang 

tidak benar. Misalnya klaim tentang Ahlul Kitab Yahudi 

dan Nasrani yang masing-masing menyatakan diri mereka 

sebagai kelompok yang paling benar dan bahwa kelompok 

mereka yang akan selamat dan masuk surga, sedang 

kelompok lainnya bakal celaka129, padahal mereka tidak 

 

Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi 

keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya 

Allah menyaksikan segala sesuatu.” (QS. al-Hajj [22]: 17) 

128 Ahmad ibn Mahmud al-Nasafi, Tafsir al-Nasafi (Kairo: ‘Isâ al-Bâbî 

al-Halabî wa Syurakah, t.th.) Juz I, h. 92 

129 Lihat dalam Q.S. al-Baqarah (2): 111 berikut: 

 ُتنُك نيإ مُكَن ََٰهُرب ْاُوتاَه لُق مُهُّ ييناََمأ َكليت َٰىَر ََٰصَن َوأ اًدوُه َناَك نَم َّلَيإ َةََّنلجٱ َلُخَدي نَل ْاُولَاقَو  َينيقيد ََٰص م١١١   

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan 

masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau 

Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang 

kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu 

jika kamu adalah orang yang benar" (QS. Al-Baqarah [2]: 111) 

56    

dapat memberikan argumentasi yang memperkuat klaim 

mereka tersebut130. 

Term hûdan juga di ungkapkan Alquran berkaitan 

dengan klaim-klaim Ahlul Kitab yang masing-masing 

menyerukan agar memilih Yahudi atau Nasrani jika ingin 

mendapat petunjuk, padahal agama mereka sudah 

tercemar oleh kemusyrikan131 sebagaimana yang 

tercantum dalam Q.S. al-Baqarah (2): 135132. Term hûdan 

juga di ungkapkan Alquran berkaitan dengan bantahan 

Al-Qur’an akan klaim-klaim mereka yang mengatakan 

bahwa Nabi Ibrâhim, Ismâ’il, Ishâq, Ya’qûb dan al-

Asbâth adalah Yahudi dan Nasrani133 sebagaimana yang 

tercantum dalam Q.S. al-Baqarah (2): 140134. 

 

130 Ibnu Athiyah, al-Muharir al-Wajiz fi Tafsir Al-Qur’an al-‘Aziz, 

Jilid I, h. 198 

131 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, 

Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim ,  Juz I, h. 241 

132 Lihat ayat selengkapnya: 

 يهََٰربيإ َةَّليم لَب لُق ْاوُدَتَتَ َٰىَر ََٰصَن وَأ اًدوُه ْاُونوُك ْاُولَاقَو يرشُ

لمٱ َنيم َناَك اَمَو افيينَح َم َينيك١٣٥    

“Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama 

Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". 

Katakanlah: "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama 

Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan 

orang musyrik" (QS. Al-Baqarah [2]: 135) 

133 Jalâluddin al-Suyuthî, Ad-Dûr al-Mantsur, Juz I, 341 

134 Lihat ayat selengkapnya: 

 57 

Adapun ayat-ayat yang menggunakan lafal al-

yahûdu )دوهيلا (ٓ di ungkap Sembilan kali dalam Alquran 

135, semuanya diungkpkan dengan nada sumbang dan 

menunjukan kecaman kepada mereka. Pengungkapan term 

al-yahûdu )دوهيلا ( antara lain digunakan untuk membantah 

klaim-klaim mereka yang menganggap bahwa Nabi 

Ibrâhîm adalah Yahudi atau Nasrani yang akan 

memperoleh keselamatan136, juga klaim-klaim antara 

sesama ahl al-kitab yang masing-masing menyatakan diri 

sebagai kelompok paling benar137 dan menganggap 

kelompok mereka merupakan kekasih Allah138. 

 

 يهََٰربيإ َّنيإ َنُولوُق َت َمأ يإَو َم َّيمَ ُمَلظَأ نَمَو ُ َّللَّٱ يَمأ ُمَلَعأ مُتَنأَء لُق َٰىَر ََٰصَن َوأ اًدوُه ْاُوناَك َطاَبسَلأٱَو َبوُقَعيَو َق ََٰحسيإَو َلييعََٰس  ن

 ُهَدنيع ًةَد ََٰهَش َمَتَكۥ   َنوُلَمعَت اَّمَع ٍليفََٰغيب ُ َّللَّٱ اَمَو يَّللَّٱ َنيم١٤٠   

“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan 

bahwa Ibrahim, Isma´il, Ishaq, Ya´qub dan anak cucunya, 

adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: 

"Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah 

yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan 

syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali 

tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah 

[2]: 140) 

135 Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, h.775 

136 Lihat Q.S. Ali ‘Imran (3): 68 sebagai berikut: 

  يَيدوُه َي ُمييهََٰربيإ َناَك اَم َينيكيرشُ

لمٱ َنيم َناَك اَمَو اميلسُّم افيينَح َناَك نيكََٰلَو ا يينَارصَن َلََو ٦٧   

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, 

akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri 

(kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan 

orang-orang musyrik.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 68) 

137 Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 113 sebagai berikut: 

58    

Sejumlah perilaku buruk yang melekat dalam diri 

mereka yang dirujuk dengan term al-yahûd, antara lain 

kecaman keras karena tidak hanya sering berprasangka 

buruk terhadap sesama manusia, bahkan juga berani 

berperasangka buruk kepada Allah swt. dengan 

mengatakan bahwa tangan Allah terbelenggu139 (kikir)140. 

 

مُهَو ءيَش َٰىَلَع ُدوُه َيلٱ يتَسَيل َٰىَر ََٰصَّنلٱ يتَلَاقَو ءيَش َٰىَلَع َٰىَر ََٰصَّنلٱ يتَسَيل ُدوُه َيلٱ يتَلَاقَو    َلَاق َكيل ََٰذَك َبََٰتيكلٱ َنوُلَتي

 َنوُفيلَتَيَ يهييف ْاُوناَك اَمييف يةَمََٰييقلٱ َمَوي مُه َنَيب ُمُكَيَ ُ َّللََّٱف مييلَوَق َلثيم َنوُمَلَعي َلَ َنييذَّلٱ١١٣   

“Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak 

mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: 

"Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," 

padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian 

pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti 

ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara 

mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka 

berselisih padanya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 113) 

138 Lihat Q.S. al-Maidah (5): 18 sebagai berikut: 

 ُهُؤََّٰب يحَأَو  يَّللَّٱ  ْاُؤََٰنَبأ  ُنَنَ  َٰىَر ََٰصَّنلٱَو  ُدوُه َيلٱ  يتَلَاقَو ۥ    ُءاَشَي  نَميل  ُريفَغي  َقَلَخ  نَّي مَ  رَشَب  مُتَنأ  لَب  مُكيبُونُذيب  مُكُبي ذَع ُي  َميَلف  لُق

َيليإَو اَمُه َنَيب اَمَو يضرَلأٱَو يتََٰو ََٰمَّسلٱ ُكلُم يَّيللََّو ُءاَشَي نَم ُبي ذَع ُيَو ُير يصَ

لمٱ يه١٨   

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah 

anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: 

"Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" 

(Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), 

tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang 

diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-

Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan 

Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada 

Allah-lah kembali (segala sesuatu).” (QS. al-Mâ’idah [5]: 18) 

139 Lihat Q.S. al-Maidah (5): 64 sebagai berikut: 

 59 

Di samping itu, mereka juga dikecam karena aqidah 

mereka sudah rusak oleh perilaku syirik, seperti 

mengaggap Uzair adalah putra Allah141. 

 

يَك ُقيفُني يناََتطوُسبَم ُهاََدي لَب ْاُولَاق َا يبِ ْاوُنيُعلَو ميهييدَيأ تَّلُغ ٌَةلوُلغَم يَّللَّٱ َُدي ُدوُه َيلٱ يتَلَاقَو  اَّم مُهني م ايريثَك َّنَدييزََيلَو ُءاَشَي َف

 يم َكَيليإ َليزُنأ رَنَّ ْاوُدَقوَأ اَمَّلُك يةَمََٰييقلٱ يموَي ََٰلَيإ َءاَضغَبلٱَو َةَو ََٰدَعلٱ ُمُه َنَيب اَنيَقَلأَو ارفَُكو انََٰيُغط َكي بَّر ن  يبرَحلي ل ا

  َنييد يسف

ُ

لمٱ ُّبُييَ َلَ ُ َّللَّٱَو اداَسَف يضرَلأٱ يفِ َنوَعسَيَو ُ َّللَّٱ اَهَأَفطَأ٦٤   

“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", 

sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah 

yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. 

(Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia 

menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang 

diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan 

menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di 

antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan 

kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka 

menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan 

mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak 

menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. al-

Mâ’idah [5]: 64) 

140 Jalâluddin al-Suyuthî, Ad-Dûr al-Mantsur, Juz III, 114 

141 Lihat Q.S. al-Taubah (9): 30 sebagai berikut: 

 َو يه ََٰضُي ميهيهََٰوَف يبِ ُمُلَوَق َكيل ََٰذ يَّللَّٱ ُنبٱ ُحي يس

َ

لمٱ ىَر ََٰصَّنلٱ يتَلَاقَو يَّللَّٱ ُنبٱ ٌرَيزُع ُدوُه َيلٱ يتَلَاق ُ    ُلَبق نيم ْاوُرَفَك َنييذَّلٱ َلوَق َنو

  َنوُكَفُؤي ََّٰنََّأ ُ َّللَّٱ ُمُهَل َتََٰق٣٠   

“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-

orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". 

Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka 

meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati 

Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling.” (QS. at-

Taubah [9]: 30) 

60    

Dalam hal ini Alquran juga menyatakan, orang-

orang Yahudi tidak akan pernah merasa senang sebelum 

umat Islam mengikuti cara hidup mereka142, karena itu 

Alquran mengingatkan umat Islam agar tidak menjadikan 

mereka sebagai pemimpin143. Alquran mengingatkan 

umat Islam agar tidak menjadikan mereka sebagai 

pemimpin terutama mereka yang diidentifikasi Alquran 

sebagai Yahudi yang telah memperlihatkan permusuhan 

 

142 Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 120 sebagai berikut: 

  ينيَئلَو َٰىَُدلَٱ َوُه يَّللَّٱ ىَدُه َّنيإ لُق مُه َتَّليم َعيبَّت َت ََّٰتََّح َٰىَر ََٰصَّنلٱ َلََو ُدوُه َيلٱ َكنَع َٰىَضَرت نَلَو  ييذَّلٱ َدَعب مُهَءاَوهَأ َتعَبَّ تٱ

 يَّللَّٱ َنيم َكَل اَم يمليعلٱ َنيم َكَءاَج ٍير يصَن َلََو  يلَِو ن

يم ١٢٠   

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu 

hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: 

"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". 

Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka 

sesudah  pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi 

menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah 

[2]: 120) 

143 Lihat Q.S. al-Maidah (5): 51 sebagai berikut:  

اَييلوَأ َٰىَر ََٰصَّنلٱَو َدوُه َيلٱ  ْاوُذ يخَّت َت َلَ ْاوُنَمَاء َنييذَّلٱ اَهُّ َي ََٰيَ ُهَّنيَإف  مُكني م ُمَّلََو َت َي  نَمَو ضَعب  ُءاَييلَوأ مُهُضَعب َءۥ    َلَ  َ َّللَّٱ َّنيإ مُهنيم

 َينيميلََّٰظلٱ َموَقلٱ ييدَهي٥١   

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-

orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); 

sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang 

lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi 

pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan 

mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada 

orang-orang yang zalim.” (QS. al-Mâ’idah [5]: 51) 

 61 

yang sangat besar terhadap umat Islam144 seperti yang 

tercantum dalam firman Allah pada Q.S.al-Maidah (5): 

82145. 

E. Perbedaan Makna Term Banî Isrâ’îl, Asbâth dan 

Yahudi  

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ada 

perbedaan anatra term Banî Isrâ’îl dan term Asbâth yang 

disebut dalam Alquran jika dilihat dari sisi kronologis 

turunnya ayat atau dari sisi situasi dan kondisi  

penyebutannya (term Banî Isrâ’îl dan term Asbâth ) 

dalam Alquran. Kendati maknanya hampir sama yakni 

keturunan Nabi Ya’qub, namun terdapat perbedaan yang 

signifikan diantara kedua term tersebut, bahwa term Banî 

 

144 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, 

Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim, Juz IV, h. 1183 

145 Lihat ayat selengkapnya: 

 َّم ُمَبََرَقأ َّنَد يجََتلَو ْاوَُكرشَأ َنييذَّلٱَو َدوُه َيلٱ ْاوُنَمَاء َنييذَّلي ل ةَو ََٰدَع يساَّنلٱ َّدَشَأ َّنَد يجََتل ْاوُنَمَاء َنييذَّلي ل ةَّدَو   َٰىَر ََٰصَن َّنَّيإ ْاُولَاق َنييذَّلٱ

 َنُو يبِكَتسَي َلَ ُم َّنَّأَو نَّاَبُهرَو َين يسي ي س

يق مُهنيم ََّن يبِ َكيل ََٰذ٨٢   

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras 

permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah 

orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan 

sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya 

dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang 

berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang 

demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-

orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, 

(juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan 

diri.” (QS. al-Mâ’idah [5]: 82) 

62    

Isrâ’îl lebih umum dari pada term Asbâth, yang mana 

term Banî Isrâ’îl bermakna anak-anak keturunan Isrâ’îl 

atau keturunan Nabi Ya’qub. Sedangkan penyebutan  

term Asbâth dalam Alquran dipakai ketika menyebutkan 

Banî Isrâ’îl ketika pada zaman Nabi Musa, karena pada 

zaman Nabi Musa, jumlah keturunan Nabi Ya’qub/ Banî 

Isrâ’îl berkembang banyak, maka penyebutannya dengan 

istilah  Asbâth146, yang mana makna kata Asbâth secara 

etimologi berarti banyak atau lebat, dan secara 

terminology bermakna anak keturunan Nabi Ya’qub dari 

dua belas putra beliau dan dari setiap keturunan menjadi 

suatu kaum, maka penisbatan nama suku dari Asbâth ini 

dinisbatkan kepada nama-nama keduabelas putra Nabi 

Ya’qub tersebut. 

Sedangkan mengenai sisi perbedaan makna term 

Banî Isrâ’îl dan   Yahudi dari sisi istilah Yahudi sebagai 

suku atau kelompok adalah bahwa tidak semua Banî 

Isrâ’îl bisa dikatakan Yahudi, karena Yahudi sekelompok 

kaum atau suku salah satu dari dua belas suku Banî Isrâ’îl 

yakni dari keturunan suku Yahuda147. Namun disisi lain, 

dari sisi Yahudi sebagai istilah kepercayaan atau 

agama148, seperti dikutip dari pendapat Dr. Jawwad Ali, 

Istilah ‘Yahudi’ lebih luas maknanya daripada istilah 

 

146 Lihat QS. al-A’raf (7): 160. 

147 Thâhîr Ibnu ‘Âsyûr, al-Tahrîr wa al-Tanwîr, ( Tunis: Dâr al- 

Tunisiyah, 1984), Juz I, h. 532-533 

148 Lihat QS. al-Baqarah (2): 135. 

 63 

‘Ibrani’ dan ‘Banî Isrâ’îl’. Hal ini karena istilah ‘Yahudi’, 

selain disematkan kepada kaum Ibrani, juga disematkan 

kepada orang-orang non-Ibrani yang memeluk agama 

Yahudi.  

F. Term   yang Berkaitan Dengan Asbâth, dan Yahudi 

1. Ahl al-Kitâb 

Kata Ahl149  terdiri dari huruf alif, hâ’, dan lâm yang 

secara literal mengandung pengertian ramah, senang atau 

suka150. Kata Ahl juga berarti orang yang tinggal bersama 

dalam suatu tempat tertentu151. Selain itu, kata Ahl juga 

bisa berarti masyarakat atau komunitas152. Kata tersebut 

 

149 Kata Ahl dalam bahasa arab terserap kedalam bahasa Indonesia 

yang mengandung dua pengertian yaitu: 1) orang mahir, faham 

sekali dalam suatu ilmu (kepandaian). 2) kaum, keluarga, sanak 

saudara, orang-orang yang termasuk dalam suatu golongan. 

Lihat Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan 

Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan 

Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai 

Pustaka, 1998) h. 11. 

150 Lihat Buthros al-Butânî, Quthr al-Muhîth, (Beirut: Maktabah 

Lubnân, 1969), Jilid 1, h. 57. Lihat juga Louis Ma’lûf al-

Munjid fi al-Lughah wa al-‘Alâm, (Beirut: Dâr al-Syrûq, 1986), 

h. 20. Lihat pula A.W. al-Munawwir, Kamus al-Munawwir 

Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir, 

1984), h. 49. 

151 Lihat G. Vaddja, “Ahl al-Kitab”, dalam Ensyclopedia of Islam 

(Leiden: E.J. Brill, 1960), h. 275 

152 Lihat Jhon Penrice, A Dictionary and Glossary of the Koran, 

Silsilah al-Bayan fî al-Manâqib al-Qur’an, (London: Curson 

Press, 1985), h. 12 

64    

kemudian digunakan untuk menunjuk kepada sesuatu 

yang mempunyai hubungan yang sangat dekat, seperti 

ungkapan Ahl al-Rajul, yairtu orang yang menghimpun 

mereka, baik karena hubungan nasab maupun agama, atau 

hal-hal yang setara dengannya, seperti profesi, etnis dan 

komunitas153.  Sebuah keluarga disebut Ahl karena 

anggota-anggotanya diikat oleh hubungan nasab. 

Demikian pula komunitas yang mendiami daerah tertentu 

disebut Ahl karena mereka diikat oleh hubungan 

geografis154.  Bahkan kata Ahl juga digunakan menunjuk 

hubungan yang didasarkan atas ikatan ideology atau 

agama, seperti ungkapan Ahl al-Islâm untuk menunjuk 

penganut agama Islam.155 

Kata Ahl dalam Alquran disebut sebanya 125 

kali156. Kata tersebut ditemukan penggunaannya secara 

 

153 Lihat penjelasan lebih jauh dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-

Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, h. 25, Ibrâhîm al-Abyârî, al-

Mausû’ah Al-Qur’âniyah, h. 32 

154 Dalam kaitan ini, binatang melata yang sudah jinak disebut 

ahlîyûn, hal itu disebabkan karena jinaknya sehingga binatang 

tersebut yang tadinya liar dan berpindah-pindah, lalu menghuni 

tempat tertentu. Lihat Muhammad ibn ‘Isâ al-Tirmidzî, Sunan 

Tirmidzî, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1980), Juz III, \ h. 162. Lihat juga 

al-Dârimî Sunan al- Dârimî, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 140 

155 Lihat Ahmad ibn Fâris ibn Zakarîyâ, Mu’jam al-Maqâyîs fî al-

Lughât, \\ h. 95. Lihat juga dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-

Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, h. 25, Ibrâhîm al-Abyârî, al-

Mausû’ah Al-Qur’âniyah, h. 32 

156 Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, h. 95-97 

 65 

bervariasi. Tetapi secara umum, makna yang 

dikandungnya dapat dikembalikan kepada pengertian 

kebahasaan. Misalnya menunjuk kepada sesuatu 

kelompok tertentu, seperti ahl bayt (QS. al-Ahzâb [33]: 

33) ditujukan kepada keluarga Nabi. Term Ahl juga dapat 

menunjuk kepada penduduk (QS. al-Qashas [28]: 45), 

menunjuk kepada keluarga (QS. Hûd [11]: 40). Al-Qur’an 

juga mneggunakan term Ahl untuk menunjuk kepada 

penganut suatu paham dan pemilik ajaran tertentu (QS. 

al-Baqarah [2]: 105). Term Ahl juga digunakan Alquran 

untuk menunjuk kelompok masyarakat yang mempunyai 

otoritas yang bisa dipertanggungjawabkan dalam bidang 

keagamaan. Untuk kelompok yang disebutkan terakhir 

ini, Alquran memerintahkan agar menjadikan mereka 

sebagai rujukan terhadap masalah-masalah keagamaan 

yang pelik157. 

Sedang kata al-Kitâb yang terdiri dari huruf kâf, tâ’, 

dan bâ’, secara literal memberikan pengertian 

menghimpun sesuatu dengan sesuatu yang lain158, seperti 

menghimpun kulit binatang yang lainnya yang telah 

disamak dengan menjahitnya159. Term al-Kitâb kemudian 

diartikan tulisan, karena tulisan itu sendiri menunjukan 

 

157 Lihat QS al-Nahl (16):43dan QS. al-Anbiya’ (21): 7 

158 Lihat Ahmad ibn Fâris ibn Zakarîyâ, Mu’jam al-Maqâyîs fî al-

Lughât, \ h. 917 

159 Lihat dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-

Qur’an, h. 440 

66    

rangkaian dari beberapa huruf. Termasuk pula firman 

Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya disebut al-Kitâb 

karena ia merupakan himpunan dari beberapa lafazh160. 

Term al-Kitâb dalam berbagai bentuknya ditemukan 

sebanyak 319 kali161. Di dalam Alquran, dengan 

pengertian yang sangat bervariasi, meliputi pengertian 

tulisan, kitab, ketentuan, dan kewajiban162. Term al-Kitâb 

yang menunjuk kepada kitab suci yang diturunkan Allah 

kepada Rasul-Nya, penggunaannya bersifat umum. Umum 

di sini berarti meliputi semua kitab suci yang telah 

diturunkan Allah, baik kitab suci yang telah diturunkan 

kepada nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad saw., 

 

160 Alquran al-Karim sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada 

Nabi Muhammas saw. disebut al-Kitâb. Nama tersebut 

memberikan isyarat bahwa Alquran sebagai kitab suci, kelak 

akan ditulis dalam suatu mushaf, meskipun pada masa 

turunnya belum terhimpun dalam satu mushaf. Hal itu antara 

lain dikarenakan Alquran turun secara berangsur-angsur. 

Disamping itu, nama tersebut mengindikasikan bahwa umat 

Islam disamping dituntut agar pandai membaca, juga dituntut 

agar pandai menulis. Bahkan Alquran secara eksplisit 

memerintahkan perlunya dokumen tertulis apabila seorang 

melakukan mu’amalah, seperti jual beli, utang piutang dan 

lainnya, sehingga kemudian ada masalah, maka tulisan 

dimaksud dapat menjadi salah satu alat bukti. Lihat QS. al-

Baqarah (2): 282. 

161 Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, h. 591-595 

162 Lihat dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib 

Alquran, h. 440-443 

 67 

seperti Nabi Musa a.s. dan ‘Isa a.s.163. maupun untuk 

menunjuk kepada wahyu yang diturunkan kepada Nabi 

Muhammad saw. 

Dengan demikian Term Ahl al-Kitâb mengacu 

kepada komunitas atau kelompok pemeluk agama yang 

memiliki kitab suci yang diwahyukan Allah swt. kepada 

Nabi dan Rasul-Nya. Karena dalam Alquran penyebutan 

Term Ahl al-Kitâb mayoritas dimaksudkan adalah Banî 

Isrâ’îl’ dan kaum Yahudi, maka Term Ahl al-Kitâb sangat 

berkaitan dengan Term Asbâth, dan Yahudi. 

Adapun  ayat-ayat yang memakai term Ahl al-Kitâb 

yang khusus menunjuk kepada kaum Yahudi pada 

umumnya diumgkap dengan nada sumbang. Nada 

sumbang disini dapat berupa kecaman kepada mereka 

berkaitan dengan sikap dan perilaku yang buruk, seperti 

sikap antipati terhadap umat Islam yang mereka 

tampakan dalam bentuk ketidaksenangan apabila umat 

Islam memperoleh kebaikan (Q.S al-Baqarah [2]: 105)164.  

Mereka juga berusaha memperdayakan umat Islam agar 

kembali kepada kekufuran (Q.S al-Baqarah [2]: 109)165. 

 

163 Lihat QS. al-Baqarah [2]: 53 dan QS. al-Isra’ (17): 2 

164 Ayat selengkapnya: 

 ََٰتيكْلٱ  يلَْهأ  ْنيم  ۟اوُرَفَك َنييذَّلٱ  ُّدَو َي  اَّم  نَم  ۦيهيَتْحَريب  ُّصَتَْيَ  ُ َّللَّٱَو  ۗ ْمُكي بَّر  ني م  ٍْيرَخ  ْني م  مُكَْيلَع  َلَّز َُن ي  نَأ  َينيكيرْشُمْلٱ  َلََو  يب

 يمييظَعْلٱ يلْضَفْلٱ وُذ ُ َّللَّٱَو ۚ ُٓءاَشَي 

165 Ayat selengkapnya: 

68    

Kedua ayat tersebut turun berkaitan dengan sikap dan 

perilaku buruk orang-orang Yahudi terhadap umat 

Islam166. 

Diantara tindakan yang dilakukan kaum Yahudi 

untuk membuat umat Islam ragu terhadap ajaran yang 

dibawa Rasulallah saw adalah berpura-pura masuk Islam 

kemudian mengingkari kembali (Ali ‘Imran [3]: 72)167. 

Mereka pun berusaha menyudutkan umat Islam dengan 

meminta kepada Nabi Muhammad saw. agar kepada 

orang-orang Yahudi diturunkan sebuah kitab secara 

khusus kepada mereka. Akan tetapi Al-quran 

menyatakan, bahwa permintaan demikian bukan 

merupakan suatu hal yang baru di kalangan mereka (QS. 

al-Nisa’ [4]: 153)168. Permintaan tersebut mereka ajukan, 

bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk 

menyudutkan Rasulallah saw. 

 

   َب ْۢن ِ م ْمُكَنْوُّدُرَي ْوَل ِبٰتِكْلا ِلَْها ْن ِ م ٌرْيِثَك َّدَو  اَم ِدْعَب ْۢن ِ م ْمِهُِسفَْنا ِدْنِع ْن ِ م اًدَسَح ۚاًراَّفُك ْمُكِناَمْيِا ِدْع

 َِدق ٍءْيَش ِ لُك ىٰلَع َ هاللّ َّنِا ۗ ٖهِرَْمِاب ُ هاللّ َيِْتأَي ىهتَح اْوُحَفْصاَو اُْوفْعَاف ۚ ُّقَحْلا ُمُهَل َنََّيَبت ٌرْي 

166 Abu Husayn ‘ali ibn Ahmad Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul Alquran, 

(t.t.p. : Dar sl-Tsaqafah al-Islamiyah, 1404 H/ 1984 M), h. 31-

32 

167 Ayat selengkapnya: 

اَو  ِراَهَّنلا  َهْجَو  اُْونَمٰا  َنْيِذَّلا  ىَلَع  َلِزُْنا  ْْٓيِذَّلِاب  اُْونِمٰا  ِبٰتِكْلا  ِلَْها  ْن ِ م  ٌَةفِٕى ٰۤاَّط  َْتلَاقَو  ٗهَرِخٰا  ا ْْٓوُُرفْك

 َعَل َۚنُْوعِجْرَي ْمُهَّل 

168 Ayat selengkapnya: 

 ِلٰذ ْنِم َرَبَْكا  ىْٰٓسْوُم اُْوَلاَس َْدقَف ِء ٰۤاَمَّسلا َن ِ م ًابٰتِك ْمِهْيَلَع َل ِ زَُنت َْنا ِبٰتِكْلا ُلَْها َُكلَٔـَْسي  َانَِرا ا ُْْٓولَاقَف َك

  َُّمث  ْۚمِهِمْلُِظب  َُةقِعا َّصلا  ُمُهَْتذََخَاف  ًةَرْهَج  َ هاللّ  ُتِٰن َيبْلا  ُمُهْتَء ٰۤاَج  اَم  ِدْعَب  ْۢنِم  َلْجِعْلا  اوُذَخَّتا

ًانِْيب ُّم اًنٰطْلُس ىٰسْوُم َانَْيتٰاَو ۚ َكِلٰذ ْنَع َانْوَفَعَف 

 69 

sesudah  berbagai pelanggaran baik secara terselubung dan 

terang-terangan yang dilakukan orang-orang Yahudi di 

Madinah, maka Rasulallah saw. kemudian bertindak tegas 

kepada mereka, di antara tindakan tegas Rsaulallah saw 

tersebut adalah mengusir mengusir orang-orang Yahudi 

Bani Nadhir dari Madinah (QS. al-Hasyr [59]: 2,11)169 

serta hukuman tegas terhadap Yahudi Bani Qurayzhah 

yang telah mengkhianati umat Islam (QS. al-Ahzab [33]: 

 

169 Ayat selengkapnya: 

 ِٓرْشَحْلا ِٓل َّوَِلِ ْٓمِهِرَايِد ْٓنِم ِٓبٰتِكْلا ِٓلَْها ْٓنِم ٓاْوُرَفَك َٓنْيِذَّلا َٓجَرَْخا ٓ ْٓيِذَّلا َٓوُهٓٓٓاْوُجُرْخَّي َْٓنا ُْٓمتَْننَظ ٓاَم

ِٓفََٓفذَقَوٓاُْوبَِستْحَيَْٓملُٓثْيَحْٓنِمُٓ هاللُّٰٓمُهىَٰتَافِٓ هاللَّٰٓن ِِّمْٓمُُهنْوُصُحْٓمُُهَتعِنا َّمْٓمُهََّنآا ْٓوُّنَظَوُٓمِهِبُْوُلقْٓي

َٓفٓ ََۙنِْينِمْؤُمْلآىِدَْياَوْٓمِهْيِدَْيِابْٓمَُهتُْوُيبَٓنُْوبِرُْخيَٓبْع ُّرلآِراَصَْبْلِآىِلُوٓاٰيٓاْوُرَِبتْعا     

70    

 71 

BAB III 

SEJARAH KEMUNCULAN TERM ASBÂTH, BANΠ

ISRÂ’ÎL, DAN YAHUDI DALAM ALQUR’AN 

 

Pada Bagian ketiga ini, pembaca akan diberikan 

informasi mengenai sejarah kemunculan term Asbâth, 

Banî Isrâ’îl dan Yahudi dalam al-Qur’an. Pembahasan 

dimulai dari gambaran kisah yusuf dalam al-qur’an (awal 

masuknya banî isrâ’îl ke mesir), sejarah kemunculan term  

asbâth ,sejarah kemunculan term  banî isrâ’îl, sejarah 

kemunculan term  yahudi yang akan dipaparkan dengan 

menggunakan pendekatan sejarah (historical approach)  

Karena penelitian buku inj merupakan penelitian 

kepustakaan / library research murni, maka digunakan 

pendekatan historis. Pendekatan historis ini muncul pada 

akhir abad Sembilan belas, yang memiliki pandangan 

bahwa suatu entitas, baik institusi, nilai, ataupun agama, 

berasal dari fisik, sosio-kultural, dan sosio-religius tempat 

entitas itu muncul; yang berarti ada hukum kausalitas dari 

setiap peristiwa-peristiwa historis170. Pendekatan historis 

ini mempertanyakan tiga persoalan pokok: pertama, 

persoalan genetic; kedua, persoalan orisinalitas; dan 

ketiga, rekonstruksi sejarah.  

 

170 Ace Saifudin, Metodologi dan Corak Tafsir Modern: Telaah 

terhadap pemikiran J. J. G. Jansen”, Al-Qalam, Vol 20, No. 96 

(2003), 60 

72    

A. Gambaran Kisah Yusuf dalam Al-Qur’an (Awal 

Masuknya Banî Isrâ’îl Ke Mesir) 

Sebelum mengkaji sejarah kemunculan term 

Asbâth, Banî Isrâ’îl, dan Yahudi Dalam Alquran yang 

mana kemunculan term tersebut didapatkan pada kisah 

Nabi Musa, maka perlu dikaji terlebih dahulu meninjau 

kisah Nabi Yusuf dalam Alquran yang memiliki hubungan 

jelas dengan kisah Nabi Musa. Banyak peneliti yang 

percaya bahwa ada bukti tidak langsung bahwa Yusuf tiba 

di Mesir pada periode kekuasaan orang-orang Hyksos dan 

bahwa dia disusul orang tua dan saudara-saudaranya dan 

seluruh keluarganya menetap di Delta timur yang berada 

dibawah kendali orang-orang Semit (Hyksos). 

Ketika Yusuf masih kecil, dia bermimpi melihat 

sebelas planet dan matahari serta bulan bersujud 

kepadanya. Ayahnya, Nabi Ya’qub memberi tahu dia agar 

tidak menceritakan mimpi tersebut kepada saudara-

saudaranya yang pencemburu171. Mereka menduga sang 

 

171 Peristiwa ini dijelaskan dalam Alquran sebagai berikut: 

 يهييَب يلأ ُفُسُوي َلَاق ذيإ   َنييد يج ََٰس يلِ مُه ُتَيَأر َرَمَقلٱَو َسمَّشلٱَو ابَكوَك َرَشَع َدَحَأ ُتَيَأر ي نّيإ يتََب ََٰيَ  ٤    صُصقَت َلَ ََّنُِبََٰي َلَاق

ينيبُّم  وُدَع ين ََٰسنيلإ

يل َنََٰطيَّشلٱ َّنيإ اًديَك َكَل ْاوُدييكَي َف َكيتَوخيإ َٰىَلَع َكَيَُءر ٥   

“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, 

sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari 

dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku". Ayahnya 

berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu 

kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar 

(untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah 

musuh yang nyata bagi manusia"171. (QS. Yusuf [12]: 4-5).  

 73 

ayah lebih mencintai Yusuf ketimbang mereka. Saudara-

saudara Yusuf kemudian menjalankan sebuah rencana 

untuk membuangnya. Mereka mendapatkan izin ayah 

mereka untuk membawa serta Yusuf dalam perjalanan. 

Kemudian, mereka memasukannya ke dalam sumur172. 

Kafilah pedagang yang lewat menemukan Yusuf, yang 

kemudian mereka jual di Mesir. Orang yang membeli 

 

Menurut al-Thabari “Sebelas bintang maksudnya adalah al-

Harthan, al-Thâriq, al-Dhayyâl, Qâbis, Masybah, Dzarûh, Dzu 

al-kanafât, Dzu al-Qar, Falîq, Wathaq, dan „Amûdain, Abu 

Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tafsir al-Tabari Jami’ul 

Bayan ‘an Ta’wil Alquran, Beirut: dar al-Fikr, 1979, 122) 

172 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut: 

 يهيتَوخيإَو َفُسُوي يفِ َناَك دَقَّلٓۦ  اَء َينيليئاَّسلي ل تََٰي  ٧    ييفَل َنََّبَأ َّنيإ ٌةَبصُع ُنَنََو اَّنيم اَنييَبأ ََٰلَيإ ُّبَحَأ ُهوُخَأَو ُفُسوَُيل ْاُولَاق ذيإ

 ٍينيبُّم لََٰلَض ٨  

Pembicaraan saudara-saudara Yusuf yang mengungkapkan 

kecemburuan dan menilai ayahnya dalam kekeliruan yang 

nyata  ٍينيبُم  ٍلَلََض  ييفَل  َنََّبَأ  َّنيإ. Wahbah Zuhali memaparkan bentuk 

kecemburuan saudara Yusuf tersebut terhadap bapaknya 

dianggap tidak berlaku adil atau menyamakan kecintaannya 

terhadap anak-anaknya. Bahkan mereka bahwa apa yang 

dilakukan Ayahnya itu keliru bagaimana mungkin Yusuf 

diutamakan apalagi ia lemah dan kecil dan tidak memberi 

manfaat dibandingkan saudara-saudaranya yang lebih kuat dan 

memberi manfaat. Dengan sifat cemburunya demikian, 

sehingga sampai pada rencana jahat yang ingin mereka 

lakukan, yaitu membunuh Yusuf.  Mereka merencanakan siasat 

jahat tersebut hanya untuk merebut cinta ayahnya. Lihat 

Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir; fi al-Aqidah, wa al-Shariah, 

wa al-manhaj, hal, jilid 12, hal, 203.  

74    

Yusuf menduduki jabatan penting di Mesir yaitu al-

‘Aziz.173 

Ketika Yusuf tumbuh dewasa, istri tuannya 

mencoba menggodanya, tetapi dia menolaknya. Namun, 

istri al-‘Aziz bersumpah akan memenjarakan Yusuf jika 

dia tidak menurutinya. Karena tetap teguh pendirian, 

akhirnya Yusuf pun dimasukan ke dalam penjara174. 

Dalam penjara, dia berteman dengan dua orang yang satu 

pernah bertugas sebagai pelayan minuman raja dan yang 

satu bertugas sebagai pelayan pembuat roti raja, mereka 

berdua dipenjarakan karena dituduh meracuni sang raja175. 

Kedua temannya itu melihat pada diri Yusuf tanda-tanda 

kejujuran dan kemampuan menakwilkan mimpi. Oleh 

karenanya, mereka meminta Yusuf menakwilkan mimpi 

mereka. Yusuf berhasil menakwilkan mimpi-mimpi 

tersebut; salah seorang dari mereka akan dihukum mati, 

sedangkan yang lainnya akan dibebaskan dan kembali 

bekerja sebagai penuang minuman raja. Yusuf meminta 

 

173 Orang Mesir yang membeli Yusuf itu seorang bendaharawan Mesir 

bernama Poutifar dan nama isterinya Zulaikha. Lihat M. 

Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan 

Keserasian al-Qur’an, h.  404-405  

174 Ibnu Jarir al-Thabarî, Jami’ al-Bayân ‘an Ta’wîl Al-Qur’an, Juz I2, 

h. 193-195. 

175 Pelayan minuman bernama Nebo dan pelayan roti bernama Mujlas. 

Lihat  Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, 

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011), h. 403 

 

 75 

kepada orang yang dibebaskan tersebut agar 

mengemukakan masalah Yusuf kepada raja. Namun 

penuang minuman itu lupa melakukannya dan karenanya, 

Yusuf tetap di penjara.176 

Beberapa tahun kemudian, sang raja bermimpi dan 

menanyakan takwilnya. Pada saat itulah, si penuang 

minuman itu ingat kepada Yusuf. Dia kemudian diutus 

untuk meminta Yusuf menakwilkan mimpi sang raja 

tersebut. Yusuf menakwilkan mimpi itu dengan 

mengemukakan bahwa akan terjadi tujuh tahun masa 

panen berlimpah, diikuti dengan tujuh tahun panen sedikit 

(paceklik), dan kemudian akan ada tahun yang penuh 

dengan hujan. sesudah  mendengar takwil Yusuf atas 

mimpinya, sang raja meminta Yusuf didatangkan 

kepadanya177. Namun, Yusuf terlebih dahulu meminta 

 

176 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 411 

177 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut: 

 ينيَمأ ٌينيكَم اَنيَدَل َموَيلٱ َكَّنيإ َلَاق ُۥهَمَّلَك اَّمَل َف ي يسفَنيل ُهصيلخَتسَأ ٓۦيهيب ينّوُتئٱ ُكيلَ

لمٱ َلَاقَو٥٤   

“Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia 

sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah 

bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu 

(mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi 

dipercayai pada sisi kami"177. (QS. Yusuf [12]: 54) 

Dalam ayat ini raja mesir disebut dengan kata “al-Malik” fakta bahwa 

raja pada zaman Yusuf tersebut tidak disebut “Fir’aun” 

mengisyaratkan bahwa raja tersebut tidak termasuk ke dalam 

kelompok “Fir’aun”. Raja pada zaman Yusuf adalah salah satu 

dari raja-raja Hyksos Semit yang secara etnis tidak terkait 

dengan orang-orang Mesir.  Lihat Louay Fatoohi, Sejarah 

76    

agar orang-orang yang menuduhnya untuk 

mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi. Istri al-‘Aziz 

kemudian mengakui kesalahan yang telah dilakukannya. 

sesudah  membebaskan Yusuf, sang raja menghendaki agar 

Yusuf bekerja untuknya. Yusuf kemudian meminta 

kepada raja untuk bertugas mengurusi hasil bumi negeri 

itu dan raja pun memenuhi keinginannya178. 

Selama tahun-tahun yang diramalkan paceklik, 

saudara-saudara Yusuf pun datang ke Mesir untuk 

meminta makanan, mereka adalah Ruben, Simoen, Lewy, 

Yahuda, Isakhar, Zebulon, Dann, Naftali, Jad dan Asyer. 

Mereka diperbolehkan menghadap Yusuf yang mengenal 

mereka, tetapi mereka tidak mengenal Yusuf. Dia 

memberikan kepada mereka makanan, tetapi dengan 

 

Bangsa Israel dalam Bibel dan Al-Qur’an (Bandung: PT. Mizan 

Pustaka Utama, 2007), h.130 

178 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut: 

  مييلَع ٌظييفَح ي نّيإ يضرَلأٱ ينيئَازَخ َٰىَلَع ينِلَعجٱ َلَاق٥٥   

“Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); 

sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi 

berpengetahuan."178 (QS. Yusuf [12]: 54) 

Permintaan raja kepada Yusuf hanya direspon dengan menginginkan 

untuk menjadi bendahara negara َٓلٱ ِٓنِئاَزَخ ٰٓىَلَعِٓضر  atau segala 

sesuatu yang menyangkut urusan materi, akomodasi  atau 

kebutuhan-kebutuhan yang lain-lain. Sebab Yusuf meyakini 

bahwa mampu menjaga dan memiliki ilmu pengetahuan. 

Menurut Wahbah, kompetensi dan kemampun Yusuf sehingga 

ia meyakini mampu untuk menjaga dan menjalankan amanah 

tersebut. Lihat Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, jilid 13, hal, 8 

 77 

syarat ketika masa berikutnya mereka meminta jatah 

makanan, maka mereka harus membawa adik bungsu 

mereka yaitu Benyamin untuk ikut serta bersama mereka. 

Pada saat berikutnya, mereka melakukan apa yang 

diminta Yusuf, yaitu membawa adik bungsu mereka179. 

Diam-diam Yusuf menyingkap identitas dirinya kepada 

adiknya itu, yang juga diperlakukan buruk oleh kakak-

kakaknya. Bekerja sama dengan adiknya itu , Yusuf 

mensiasati untuk membuat adiknya tetap tinggal 

bersamanya dengan siasat penuduhan adiknya mencuri 

piala minuman raja180. Karenanya, Yusuf menahannya dan 

tidak mengizinkannya kembali bersama saudara-

saudaranya181. Nabi Ya’qub yang masih sedih karena 

kehilangan Yusuf ditambah lagi kesedihannya atas 

kehilangan Benyamin, akibat dukanya penglihatannya 

pun hilang. 

Ketika saudara-saudara Yusuf datang untuk ketiga 

kalinya, dia (Yusuf) mengungkapkan jati dirinya kepada 

mereka. Saudara-saudara Yusuf meminta maaf atas 

tindakan buruk mereka terhadap Yusuf di masa silam. 

 

179 Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-‘Azhîm, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1414 

H/1992 M) Jilid II, h. 483 

180 Piala raja yang dimaksud adalah semacam gelas untuk minum yang 

terbuat dari emas, biasanya gelas itu digunakan oleh 

masyarakat untuk ditimbang dan ditukar dengan makanan. 

181 Al-Qurthubi, Jami li Ahkam A-quran, (Mesir: Dar al-Kutub al-

Mishriyyah, tt)  Jilid IX,  hal, 235. 

78    

Yusuf kemudian meminta mereka membawa bajunya dan 

mengusapkannya pada wajah ayahnta untuk 

menyembuhkan penglihatannya182. Yusuf juga meminta 

mereka membawa orangtua dan seluruh keluarga mereka 

ke Mesir. sesudah  tiba di Mesir dan diizinkan menghadap 

Yusuf, orangtua dan saudara-saudaranya bersujud 

kepadanya183. Yusuf kemudian mengingatkan ayahnya 

akan takwil mimpinya ketika dia masih kanak-kanak184. 

 

182 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma’rifât Alquran al-‘Adzîm,( Kudus: 

Menara Kudus, 1995), h. 706 

183 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut: 

 َينينيمَاء ُ َّللَّٱ َءاَش نيإ َرصيم ْاوُلُخدٱ َلَاقَو يهيَو ََبأ يهَيليإ َٰىَوَاء َفُسُوي َٰىَلَع ْاوُلَخَد اَّمَل َف  ٩٩   رَعلٱ ىَلَع يهيَو ََبأ َعََفرَو  ْاوُّرَخَو يش

 َُهلۥ   َنيم  ينَِجَرخَأ  ذيإ  يبّ  َنَسحَأ  دَقَو  ا قَح  ي بَّر  اَهَلَعَج  دَق  ُلَبق  نيم  َيََٰيُءر  ُلييوَتَ  اَذ ََٰه  يتََب ََٰيَ  َلَاقَو  ادَّجُس  

 َل ي بَّر َّنيإ يتَِوخيإ َينَبَو ينَِيب ُنََٰطيَّشلٱ ََغزَّ ن نَأ يدَعب نيم يودَبلٱ َني م مُكيب َءاَجَو ينج ي سلٱ ُهَّنيإ ُءاَشَي اَم

ي ل فييطۥ    َوُه

 ُمييكَلحٱ ُمييلَعلٱ ١٠٠   

“Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu 

bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir, 

insya Allah dalam keadaan aman". Dan ia menaikkan kedua 

ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) 

merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata 

Yusuf: "Wahai ayahku inilah ta´bir mimpiku yang dahulu itu; 

sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. 

Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, 

ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika 

membawa kamu dari dusun padang pasir, sesudah  syaitan 

merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. 

Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia 

kehendaki.” (QS. Yusuf [12]: 99-100) 

184 Al-Syawkanî, Fath al-Qadîr, (Beirut:  Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-

‘Arabî, tth) Jilid V, h. 870 

 79 

Inilah awal sejarah masuknya Banî Isrâ’îl ke Mesir 

pada masa dinasti Hyksos ketika Yusuf menjadi pejabat 

kerajaan, kemudian keturunan Nabi Ya’qub (Banî Isrâ’îl) 

berkembang banyak dan hidup makmur karna 

diperlakukan dengan baik dan mendapat tempat yang baik 

pada sat itu. Selain itu Banî Isrâ’îl juga mempunyai 

pengaruh di Mesir. Mereka hidup tenang selama 400 

tahun. Selanjutnya sesudah  berlalu masa tersebut, muncul 

kekuasaan baru yaitu dinasti ke XIX yang mengusir 

Hyksos dan menguasai seluruh Mesir. Salah seorang 

penguasa dinasti ini yang paling popular adalaha Ramsis 

II. Pada masanyalah terjadi penindasan terhadap Banî 

Isrâ’îl185 karena kekhawatiran terhadap perkembangan 

Banî Isrâ’îl dan tidak suka pada agama tauhid yang 

dianut, menyebabkan kedengkian dan menjadikan Banî 

Isrâ’îl sebagai budak yang dipekerjakan secara paksa. Saat 

itu, setiap anak laki-laki yang lahir dibunuh.186  

Adapun alasan yang membuat Fir’aun melakukan 

pembunuhan kepada anak laki-laki dari Banî Isrâ’îl adalah 

kabar yang diwariskan oleh Banî Isrâ’îl secara turun 

temurun mengenai akan terlahirnya seorang anak dari 

keturunan Banî Isrâ’îl yang akan menghancurkan 

kerajaaan Mesir melalui tangannya. Berita kedatangan 

tersebut semakin santer dibicarakan oleh Banî Isrâ’îl, 

 

185 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj.  Dudi Rosyadi, h. 414 

186 M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, 

(Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), h. 347 

80    

hingga terdengar oleh orang-orang Qibti187 dan akhirnya 

sampai pada telinga Fir’aun. Kemudian fir’aun 

membicarakan hal tersebut dengan para menterinya, 

kemudian mereka memberi saran kepada Fir’aun untuk 

membunuh setiap nak laki-laki yang terlahir dari Banî 

Isrâ’îl, sebagai antisipasi terlahirnya anak yang 

dikabarkan itu.188   

B. Sejarah Kemunculan Term Asbâth 

1. Masa Perjalanan Musa dan kaumnya menuju 

negeri Kan’an 

Term Asbâth dalam Alquran muncul pertama kali 

ketika menyebutkan kisah Nabi Musa dan kaumnya 

ketika dalam perjalanan menuju Baitul Maqdis ketika 

mereka dalam masa pengasingan di gurun Sinai (periode 

al-Tih) akibat penolakan mereka atas perintah Nabi Musa 

untuk berjihad melawan kaum Jabbar.  Seperti telah 

diketahui bahwa Banî Isrâ’îl pada zaman Nabi Musa 

berjumlah sangat banyak, oleh karena itu mereka di sebut 

Asbâth yang berarti sama dengan qabilah dalam suku 

arab. Mengenai term Asbâth yang pertama kali muncul 

 

187 Qibti berasal dari bahasa Yunani, yang artinya penduduk Mesir. 

Namun sekarang ini sebutan itu lebih dispesifikasikan untuk 

orang-orang Mesir yang beragama Nasrani saja. 

188 Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, (Beirut: Dar el 

Fikr, 1979 M) Juz I, h. 388 

 81 

dalam Alquran terdapat dalam surat al-A’raf (7): 160 

berikut: 

 ُمُهََٰنعَّطَقَو اَمَأ ًاطاَبسَأ َةَرشَع َتَِنثٱ يإ َٰىَسوُم ََٰلَيإ اَنيَحَوأَو ُهُموَق ُهَٰىَقسَتسٱ يذٓۥ  َرَجَلحٱ َكاَصَعي ب بيرضٱ ينَأ

يَلَع اَنَلزَنأَو َم ََٰمَغلٱ ُم يهيَلَع اَنلََّلظَو ُمَبََرشَّم سَنَّأ ُّلُك َميلَع دَق انيَع َةَرشَع اَت َنثٱ ُهن يم تَسَجَبنَٱف َّنَ

لمٱ ُم يه

 ََلظ اَمَو مُكََٰنقَزَر اَم يتََٰبي َيط نيم ْاوُلُك َٰىَولَّسلٱَو َنوُميلظَي مُهَسُفَنأ ْاُوناَك نيكََٰلَو َنَّوُم ١٦٠   

“Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku 

yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami 

wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air 

kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka 

memancarlah dari padanya duabelas mata air. 

Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum 

masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka 

dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. 

(Kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa 

yang telah Kami rezekikan kepadamu". Mereka tidak 

menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu 

menganiaya dirinya sendiri”189 (QS. al-A’râf [7]: 160) 

Berdasarkan ayat ini  yang dimaksud dengan Asbâth 

adalah kabilah yang terdiri dari dua belas suku, sebanyak 

jumlah putra Nabi Ya’qub as. Nama-nama dari suku-suku 

Asbâth ini dinisbatkan kepada dua belas putra Nabi 

Ya’qub as, yakni pertama suku Ruben, kedua suku 

 

189 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Madinah: 

Mujamma’ Khâdim al-Haramayn al-Syarîfayn al-Mâlik Fahd li 

Thibâ’ah al-Mushhaf al-Syarîf, 1412) h. 171 

 

82    

Simoen, ketiga suku Lawi, keempat suku Yahuda, kelima 

suku Isakhar, keenam suku Zebulon, ketujuh suku  Dan, 

kedelapan suku Naftali, kesembilan suku Gad, kesepuluh 

suku Asyer, kesebelas suku Yusuf, dan kedua belas suku 

Benyamin.  Dari dua belas suku Banî Isrâ’îl ini terdapat 

beberapa Nabi yang termasuk dalam dua puluh lima Nabi 

yang wajib kita imani, yaitu dari suku Lawy, di antara 

keturunannya muncul Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Ilyas. 

Dari suku Yahuda, di antara keturunannya muncul Nabi 

Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria, Nabi Yahya dan 

Nabi Isa. Sedangkan dari keturunan Yusuf terdapat Nabi 

Ilyasa’190.  

sesudah  menjelaskan kaum Nabi Musa as. tidak 

sama dalam sikap mereka terhadap ajakan dan ajaran 

Nabinya, Pada ayat ini Allah menjelaskan beberapa 

nikmat yang telah Ia berikan kepada Banî Isrâ’îl, 

diantaranya memberikan kucuran air melimpah di tengah 

padang sahara tandus, memberikan naungan awan selama 

perjalanan mereka menuju negeri Kan’an dan 

menganugrahkan Manna diturunkan pada pagi harinya 

untuk mereka dan pada sore harinya Allah menurunkan 

burung Salwa , dua makanan yang lezat tanpa harus 

dicapai dengan susah payah. 

Peristiwa ini terjadi pada saat perjalanan di tengah 

padang pasir Tih ketika kaum Musa menderita kehausan 

 

190 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj.  Dudi Rosyadi, h. 414 

 83 

maka Allah memerintah Nabi Musa untuk memukul batu 

dengan memakai tongkatnya  ( َرَجَْلْا  َكاصَعِب  ْبِرْضا  اَنْلُق َف) 

Kemudian Musa melaksanakan perintah tersebut, atas 

perintah tersebut maka memancarlah air. Peristiwa ini 

terjadi menjadi salah satu hujjah Musa sekaligus untuk 

memperlihatkan kekuasaan Allah kepada Bani Israil.191 

Bahkan mereka diberi kucuran air tanpa harus 

menggalinya, melainkan hanya dipukulkan saja oleh Nabi 

Musa dengan tongkatnya pada batu, maka terpancarlah 

dua belas mata air.  192. Dalam ayat ini digunakan kata 

Fanbajasat yang artinya keluar sedikit/tidak keras, 

sedangkan dalam QS. al-Baqarah (2):60 menggunakan 

kata Fanfajarat yang artinya memancar dengan deras. Hal 

ini bukanlah suatu yang bertentangan, karena dalam ayat 

ini berbicara tentang awal memancarnya mata air dan 

pada QS. al-Baqarah menjelaskan keadaan air sesudah  

beberapa lama dari pemancaran pertama itu193. 

Selain nikmat kucuran air, nikmat lain juga 

diberikan yakni berupa naungan awan194. meski diganjar 

 

191 al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 1, hal, 126.  

192 Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, h. 251-252 

193 Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, h. 270 

194 Naungan awan yang dimaksud adalah ghamam yang dibawa para 

malaikat pada waktu perang badar dan yang menaungi Bani 

Isra’il di Tyh, ada yang menyebutnya awan yang putih. Lihat 

Muhammad Yusuf as- Syahir Ibnu Al-Hayyan, al-Bahrul 

84    

berpuluh tahun tak jua sampai ke Palestina, Bani Israil 

masih saja mendapat rahmat Allah yang Maha Kasih dan 

Sayang. Sehingga mereka tak pernah merasakan panas 

terik mentari meski di padang pasir yang menyengat. 

Dengan rahmat Allah tersebut, Bani Israil hidup tenang di 

sebuah kawasan di Padang Sahara Tih. Namun mereka tak 

pernah bersyukur atas rahmat Allah.  

Nikmat lain yang dianugerah Allah kepada mereka 

adalah manna dan salwa, untuk memenuhi kebutuhan 

pangan Bani Israil. Manna merupakan makanan yang 

rasanya amat lezat nan manis layaknya madu195. 

Warnanya pun putih cantik layaknya salju yang selalu 

ditemui melekat di batu-batu, pohon, ataupun kayu196. 

Adapun salwa merupakan sejenis burung puyuh yang 

dagingnya empuk nan gurih197. 

Sejumlah ilmuwan Barat berusaha menemukan 

penafsiran ilmiah menyangkut al-manna dan al-salwa. W. 

Keller dalam Bible as History  menegaskan bahwa  al-

 

Muhith, (Beirut: Dar al- Kutub al-‘Ilmiyah, 1993), Jilid I, h. 

345. 

195 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, (Beirut: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyah, 1992), Jilid I, h. 124 

196 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi Ibn Abu Hatim, 

Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim Musnadan ‘An Rasulillah wa as-

Shahabat wa Al-Tabi’in, ( Makkah: Maktabah Nazar Mushtafa 

al-Baz, 1997), Jilid I, h. 114 

197 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, Jilid 1, h. 124 

 85 

manna dan al-salwa bukanlah mukjizat, melainkan 

peristiwa alami dan dapat dimintakan keterangan kepada 

orang-orang badui di Sinai. Mereka akan memberikan 

jawaban bahwa fenomena alam itu masih bisa ditemukan 

sekarang. Burung puyuh atau al-salwa adalah jenis burung 

yang tidak asing bagi kita dan hijrahnya kawanan burung 

puyuh dari utara ke selatan, dan sebaliknya, juga 

merupakan hal yang dimaklumi. Keluarnya Banî Isrâ’îl 

dari Mesir menuju Sinai berlangsung pada musim semi 

yang merupakan masa hijrahnya burung-burung puyuh 

dari wilayah Afrika Tengah yang memeiliki temperatur 

ekstrem ke utarayang relatif hangat. Diketahui bahwa ada 

dua jalur yang ditempuh kawanan burung puyuh untuk 

melakukan migrasi: dari Afrika barat ke Spanyol dan dari 

Afrika Timur melintasi Sinai dan Laut Tengah menuju 

negeri Balkan198. 

Mengomentari interpretasi ini, menurut penulis 

migrasi yang dilakukan burung-burung itu terjadi pada 

waktu-waktu tertentu, sebagaimana dimaklumi oleh 

orang-orang Mesir yang tinggal di kawasan Delta, yang 

berlangsung lebih dari satu atau dua bulan saja. Adapun 

keberadaan burung-burung puyuh di Sinai sepanjang 

tahun dalam jumlah yang amat banyak199, tidak diragukan 

 

198 Werner Keller, The Bible as History, (New York: Bantam: 1983), 

h. 122 

199 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, Jilid 1, h. 125 

86    

bahwa itu adalah peristiwa luar biasa dn dapat 

dikategorikan mukjizat. 

Sedangkan berkaitan dengan al-manna, mereka 

mengatakan bahwa sampai sekarang pun orang-orang 

Badui di Sinai dapat menjumpai butiran-bitiran lrmbut 

mirip embun di pagi buta di atas rerumputan, batu-batu 

gurun, atau di atas ranting-ranting pepohonan. Pada tahun 

1923, dua ilmuwan flora Frederick Simone dan Oscar 

Theodore dari Universitas Hebrew di Yerussalem 

melakukan penelitian di Sinai yang berkesimpulan bahwa  

al-manna merupakan zat yang diproduksi oleh pohon 

tamarisk yang bersimbiosis dengan sejenis serangga yang 

lazim disebut plant-louse yang terdapat di Sinai. Jika 

kawanan serangga itu melakukan aktivitasnya dengan 

membuat lubang-lubang pada daun pohon tamarisk 

tersebut akan mengeluarkan getah yang menetes dan 

berhimpun di atas rerumputan atau bebatuan di atas tanah 

berwarna putih susu yang berasa manis seperti madu200. 

Menurut hemat penulis, apapun yang didapat oleh 

para ilmuwan tidak mengubah kedudukan al-manna 

sebagai mukjizat yang diturunkan Allah untuk menjadi 

sumber makanan Banî Isrâ’îl sepanjang keberadaan 

mereka di padang gurun Sinai yang gersang. Seperti yang 

dimaklumi bahwa tidak mesti mukjizat itu sebagai 

sesuatu yang menyalahi hukum alam. Seperti topan dan 

 

200 Werner Keller, The Bible as History, h. 123 

 87 

banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh, tidak lain 

merupakan akibat hujan dahsyat dan air yang memancar 

dari dalam perut bumi201. Keduanya merupakan fenomena 

alami, sedangkan aspek mukjizatnya terletak pada 

kuantitas air yang membanjiri dan meneggelamkan 

segenap permukaan daratan. Tidak berbeda halnya dengan 

al-manna, yang meskipun terbentuk secara alami dari 

jenis timbuhan tertentu di Sinai, hal itu tidak mencederai 

wujudnya sebagai mukjizat Allah. Akan tetapi, 

tersedianya al-manna dalam jumlah besar yang 

mencukupi kebutuhan enam ratus ribu orang dari suku-

suku (asbȃth) Banî Isrâ’îl setiap hari sepanjang tahun dan 

bertambahnya jumlah makanan itu khususnya pada hari 

jumat sehingga cukup untuk disimpan bagi keperluan hari 

berikutnya202, menunjukan adanya campur tangan Ilahi. 

Dan sepanjang dalam proses alami itu tampak adanya 

campur tangan Ilahi, maka itulah arti mukjizat dalam hal 

ini.  

Dengan berbagai anugerah nikmat yang diberikan 

kepada Banî Isrâ’îl, , sebagian mereka tetap tidak 

bersyukur dan terus berbuat dosa bahkan melakukan 

penganiayaan. Namun apa yang mereka lakukan itu, pada 

hakikatnya tidak lah mereka menganiaya Allah, justru 

 

201 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj.  Dudi Rosyadi, h. 128 

202 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, Jilid 1, h. 124 

88    

merekalah yang berulangkali menganiya diri mereka 

sendiri203. 

Adapun hikmah dijadikannya Banî Isrâ’îl bersuku-

suku menjadi dua belas Asbâth supaya semua urusan dan 

keperluan mereka dapat diakomodir melalui pemimpin-

pemimpin setiap Sibth (suku), mengingat jumlah mereka 

yang banyak204. Terdapatnya pemimpin disetiap Sibth 

dapat memudahkan dan meringankan Nabi Musa dalam 

mengatur mereka.205  

Penjelasan lebih lanjut mengenai pemimpin-

pemimpin dari dua belas suku Asbâth terdapat dalam QS. 

al-Mâidah (5): 12 berikut: 

 ُمُهن يم اَنثَع َبَو َلييءََٰرسيإ ينَِب َقََٰثي يم ُ َّللَّٱ َذَخَأ دَقَلَوابييَقن َرَشَع َنِثٱ  ُمُتمََقأ نيَئل مُكَعَم ي نّيإ ُ َّللَّٱ َلَاقَو

 ي فَكُ َّلأ انَسَح اًضرَق َ َّللَّٱ ُمُتضَرَقأَو مُهُوُتمرَّزَعَو ييلُسُريب مُتنَماَءَو َة َٰوَكَّزلٱ ُمُتَيتاَءَو َة َٰوَلَّصلٱ ي يَس مُكنَع َّنَر  َ   مُكيتا

 يلييبَّسلٱ َءاَوَس َّلَض دَق َف مُكن يم َكيل ََٰذ َدَعب َرَفَك نَمَف ُرََٰنََّلأٱ اَهيتَتَ نيم ييرَتَ تََّٰنَج مُكَّنَل يخُدَلأَو ١٢   

“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian 

(dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 

12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya 

Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan 

shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-

rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan 

 

203 Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, Vol. V h. 278-279 

204 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, 

Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim, Juz I, h. 243 

205 al-Qurthubi, Jami li Ahkam al-Qur’an, jilid VII, hal, 751. 

 89 

kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan 

menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan 

Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air 

didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir 

di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat 

dari jalan yang lurus.”206 (QS. al-Mâidah [5]: 12) 

Kata naqîb dalam ayat ini dapat berarti pemimpin 

yang mengurus dan menangani kepentingan masyarakat 

suku Asbâth207. Mereka disebut naqîb karena merekalah 

yang mengetahui urusan kaum, juga mengetahui manaqib 

kaum tersebut, yakni jalan untuk mengetahui urusan 

mereka208. Dengan demikian menurut kesimpulan penulis 

Asbâth adalah kabilah, sedang Naqîb adalah gelar bagi 

pemimpin mereka. 

 Nabi Musa mengangkat pemimpin yang disebut 

Naqîb untuk tiap suku Asbâth. Keturunan Rubail/ Ruben, 

pimpinan mereka adalah Elizur bin Syedeur. Keturunan 

Sym’un/Simeon, pimpinan mereka adalah Syalumai'il bin 

Zuraisyada. Keturunan Yehuda pimpinan mereka adalah 

Nahsyun bin Aminadeb.  Untuk keturunan suku Isakhar 

pemimpin mereka  Nasya'il bin Zuar. Untuk keturunan 

 

206 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 109 

207 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan 

Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Jilid III, 

h. 48 

208 Ibnu Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Kairo: Dar al-Hadits, 1355 H), h. 

4515 

90    

suku Manasye (Zebulon), pemimpin mereka adalah 

Jamliyail bin Fadahshur. Suku keturunan Dan pemimpin 

mereka adalah Akhya'zar bin Amisyadai. Adapun suku 

keturunan Naftali pimpinan mereka adalah  Eliab bin 

Hailun. Suku keturunan Gad dengan pimpinan Ilyasaf bin 

Rehuel.  Suku keturunan Asyer, pemimpin mereka adalah 

Faj'ai'il bin Akran.   Kemudian untuk keturunan suku 

Yusuf a.s. pemimpin mereka adalaha  Yusya' bin Nun. 

Untuk keturunan suk