Minggu, 14 Desember 2025

ginekologi yahudi di Alquran 3


 u Benyamin pemimpin mereka 

adalaha Abidan bin Jad'un.209. 

Adapun Suku Lawi mendapatkan tugas khusus yaitu 

mereka bertugas menjaga kubah Bani Israil yang di 

dalamnya ada Tabut Bani Israil sekaligus mengawasinya, 

mengangkatnya, memasanagnya dan membongkarnya 

setiap kali mereka berhenti atau melanjutkan perjalanan. 

sesudah  mereka menguasai Baitul Maqdis, kubah ini 

diletakkan di lokasi Baitul Maqdis yang dibangun oleh 

Nabi Ya'kub as., dan inilah kiblat para Nabi hingga 

datangnya perintah kepada Rasulullah saw. untuk 

memindahkan kiblat ke Baitullah di Makkah210. 

Hanya orang-orang yang dapat dipercayalah yang 

diangkat sebagai pemimpin dari kalangan suku Bani 

Isra’îl itu. Mereka bertugas untuk memata-matai orang-

 

209 Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1978) 

Jilid II,  h. 298-299. 

210 Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah,  Jilid II, h. 300. 

 91 

orang kaum Jabbarin211, dan mengetahui kekuatan 

benteng mereka. Para pemimpin itu pun kemudian 

memberitahukan apa yang mereka lihat di sana kepada 

Nabi Musa, agar Nabi Musa dapat megambil 

pertimbangan dalam memerangi mereka212. Hal ini sesuai 

dengan firman Allah dalam QS.al-Maidah(5): 21-22 

berikut: 

 مُكيرَبََدأ َٰىَلَع ْاوُّدَترَت َلََو مُكَل ُ َّللَّٱ َبَتَك يتَِّلٱ َةَسَّدَقُ

لمٱ َضرَلأٱ ْاوُلُخدٱ يموَقََٰي َنيير يس ََٰخ ْاوُبيلَقنَت َف٢١  

اَهن يم ْاوُجُرَيَ نيَإف اَهن يم ْاوُجُرَيَ ََّٰتََّح اَهَلُخدَّن نَل َّنَّيإَو َنييراَّبَج اموَق اَهييف َّنيإ َٰىَسُو ََٰيم ْاوُلَاق   َنوُل يخ ََٰد َّنَّيَإف

٢٢  

"Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang 

telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari 

kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu 

menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata: "Hai 

Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang 

yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak 

akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. 

Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan 

memasukinya". (QS.al-Maidah [5[: 21-22) 

 

211 Kaum Jabbar adalah sekelompok kaum yang memiliki kekuatan 

yang terdiri dari berbagai bangsa, di antaranya; Bangsa Haitali, 

Bangsa Fazari, Bangsa Kan’ani, dan sejumlah bangsa-bangsa 

lainnya. Lihat  Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-

Muluk, Jilid 1, h. 431 

212 al-Qurthubi, al-Jami’ li ahkami Al-Qur’an (Kairo: Dar al-Katib al 

Urbah, 1968) Jilid VI, h. 271. 

92    

Pada ayat ini Nabi Musa mengajak mereka untuk 

berjihad dijalan Allah dengan memerangi musuh-musuh-

Nya, namun mereka takut dengan kaum Jabbar itu, 

padahal mereka baru saja menyaksikan bagaimana Allah 

membinasakan Fir’aun yang jauh lebih kejam, jauh lebih 

kuat, jauh lebih banyak pasukannya dari orang-orang itu.  

Kemudian mereka dihukum oleh Allah akibat penolakan 

mereka terhadap perintah berjihad. Hukuman mereka itu 

adalah diasingkan di negeri yang membuat kebingungan 

penduduknya, mereka berjalan tanpa memiliki tujuan apa-

apa, siang ataupun malam, pagi ataupun sore. Dikatakan 

pula, bahwa mereka orang-orang yang telah diasingkan ke 

dalam padang sahara Tih, maka ia tidak akan dapat keluar 

darinya, mereka semua mati dalam waktu empat puluh 

tahun, tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali hanya 

anak-anak kecil saja dan kelompok yang tidak diwajibkan 

berjihad, dan juga dua orang soleh yang diselamatkan 

yaitu Yusya’ bin Nun dan Kaleb bin Yefuna213. 

2. Masa Banî Isrâ’îl Menduduki Baitul Maqdis 

Sebelum sampai di Kan’an, Nabi Harun wafat, 

tugasnya sebagai Imam Banî Isrâ’îl diserahkan kepada 

anaknya Eliazar. Tak lama kemudian, Nabi Musa juga 

wafat. Sebelum wafat ia berwasiat kepada Banî Isrâ’îl 

agar meneruskan cita-citanya memasuki negeri Kan’an214. 

 

213 Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhîm, Juz II , h 38. 

214 Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid 1, h. 433 

 93 

Penerus kenabian Nabi Musa adalah Yusya' bin Nun215. 

Dialah yang meneruskan kepemimpinan terhadap Bani 

 

215 Keterangan mengenai Yusya’ bin Nun dapat kita temukan dalam 

hadits yang dirowayatkan oleh al-Bukhari, Dari Abu Hurairah 

ra. dia berkata: Nabi saw. bersabda” Ada seorang nabi diantara 

para nabi yang berperang lalu berkata kepada kaumnya,’ 

Janganlah mengikuti aku seorang yang baru saja menikahi 

wanita sedangkan dia hendak menyetubuhinya karena dia 

belum menyetubuhinya (sejak malam pertama), dan jangan 

pula seorang yang membangun rumah-rumah sedang dia belum 

memasang atap-atapnya, dan jangan pula seorang yang 

membeli seekor unta atau seekor kambing yang bunting sedang 

dia menanti hewan itu beranak’. sesudah  itu Nabi tersebut 

berperang dan ketika sudah mendekati suatu kampung datang 

waktu shalat Asharatau sekitar waktu itu lalu Nabi itu berkata 

kepada matahari,’ Kamu adalah hamba yang diperintahkan 

begitu juga aku hamba yang diperintah. Ya Allah tahanlah 

matahari ini untuk kami’. Akibatnya matahari itutertahan 

(berhenti beredar) hingga Allah memberikan kemenangan 

kepada Nabi tersebut.  Kemudian Nabi tersebut mengumpulkan 

ghanimah, lalu tak lama kemudian datanglah api untuk 

menghanguskannya namun api tidak melalapnya. Maka Nabi 

tersebut berkata,’ Sungguh diantara kalian ada yang berkhianat 

(mencuri ghanimah) untuk itu hendaklah dari setiap suku ada 

seorang yang berbaiat kepadaku’. Tak lama kemudian ada 

tangan seorang laki-laki yang melekat (berjabat tangan) dengan 

tangan Nabi tersebut berkata, ‘Dikalangan sukumu ada orang 

yang mencuri ghanimah maka hendaklah sukumu berbaiat 

kepadaku’. Maka tangan dua atau tiga orang laki-laki suku itu 

berjabat tangan dengan tangan Nabi tersebut, lalu mereka 

berkata, ‘Dikalangan sukumu ada orang yang mencuri 

ghanimah’. Mereka kemudian datang dengan membawa emas 

sebesar kepala sapi lalau meletakkannya. sesudah  itu datanglah 

api lalu menghanguskannya. Kemudian Allah menghalalkan 

ghanimah untuk kita karena Allah melihat kelemahan dan 

ketidakmampuan kita sehingga Dia menghalalkannya untuk 

94    

Israil hingga Bani Israil berhasil menduduki Baitul 

Maqdis. 

Bersama Nabi Yusya', Banî Isrâ’îl berhasil 

menyeberangi Sungai Jordan dan langsung mengepung 

Baitul Maqdis. Nabi Yusya' mengepung kota tersebut 

selama enam bulan. Nabi Yusya' pun berdoa hingga Nabi 

Yusya' dan Banî Isrâ’îl berhasil menduduki Baitul 

Maqdis216. 

Perintah kepada Banî Isrâ’îl agar mereka bersujud 

saat memasuki Baitul Maqdis dan juga mengucapkan kata 

“Hiththah”, ini pun dilanggar oleh mereka. Baik itu secara 

perbuatan ataupun perkataan. Mereka memasuki pintu 

Baitul Maqdis dengan cara bringsut sambil berkata 

“Hinthah fi syar’ah”217. Sebagaimana disebutkan dalam 

firman Allah: 

 

kita.” Lihat Muhammad Ismâ’îl al-Bukhâri, Shahih al-Bukhari, 

Pembahasan; Kewajiban mengeluarkan seperlima harta, Hadits 

no. 3123. Ibnu Hajar menjelaskan bahwa Nabi yang disebut 

dalam hadits Rasulallah di atas adalah Yusya’ bin Nun. 

216 Ibnu Katsîr, al-Sîrah al-Nabawîyah, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1978) h. 

736-737 

217 Muhammad Ismâ’îl al-Bukhâri, Shâhih al-Bukhâri) Bab Kisah para 

Nabi, Hadits no 3403 

 95 

 َّن ادَّجُس َباَبلٱ ْاوُلُخدٱَو ةَّط يح ْاوُلوُقَو مُتئ يش ُثيَح اَهن يم ْاوُلَُكو ََةيرَقلٱ يهيذ ََٰه ْاوُنُكسٱ ُُمَلَ َلييق ذيإَو  ريفغ

 َينين يسح

ُ

لمٱ ُدييزَنَس مُكيتََٰ  ييطَخ مُكَل ١٦١   َسرََأف ُمَلَ َلييق ييذَّلٱ َيرَغ ًلَوَق مُهن يم ْاوُمََلظ َنييذَّلٱ َلَّدَب َف  اَنل

 َنوُميلظَي ْاُوناَك َا يبِ يءاَمَّسلٱ َني م ازجير ميهيَلَع ١٦٢  

218 

“Dan (ingatlah), ketika dikatakan kepada mereka (Bani 

Israil): "Diamlah di negeri ini saja (Baitul Maqdis) dan 

makanlah dari (hasil bumi) nya di mana saja kamu 

kehendaki". Dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa 

kami dan masukilah pintu gerbangnya sambil 

membungkuk, niscaya Kami ampuni kesalahan-

kesalahanmu". Kelak akan Kami tambah (pahala) kepada 

orang-orang yang berbuat baik.ٓٓ Maka orang-orang yang 

zalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) 

dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka, 

 

218 Lihat juga ayat yang lain berikut: 

 َقلٱ  يهيذ ََٰه  ْاوُلُخدٱ  اَنُلق  ذيإَو  مُكََٰيََٰطَخ  مُكَل  ريفغَّن  ةَّط يح  ْاُولُوقَو  ادَّجُس  َباَبلٱ  ْاوُلُخدٱَو  ادَغَر  مُتئ يش  ُثيَح  اَهنيم  ْاوُلُكَف  ََةير

 َينين يسح

ُ

لمٱ ُدييزَنَسَو  ٥٨    َني م  ازجير  ْاوُمََلظ َنييذَّلٱ  ىَلَع  اَنَلزَنَأف  ُمَلَ  َلييق ييذَّلٱ  َيرَغ  ًلَوَق  ْاوُمََلظ َنييذَّلٱ  َلَّدَب َف

 َنوُقُسَفي ْاُوناَك َا يبِ يءاَمَّسلٱ ٥٩   

“Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri 

ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang 

banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu 

gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah 

kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, 

dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada 

orang-orang yang berbuat baik". ٓٓLalu orang-orang yang zalim 

mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak 

diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas 

orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat 

fasik”218 (QS. al-Baqarah [2]: 58-59)  

96    

maka Kami timpakan kepada mereka azab dari langit 

disebabkan kezaliman mereka.”219 (QS. al-A’raf [7]: 61-

62) 

Awal penegasan ayat ini yaitu perintah terhadap 

Bani Israil untuk menetap di Baitul Maqdis dengan segala 

bentuk kenikmatan yang diperoleh di dalamnya.  Perintah 

demikian dirangkaikan dengan ادَّجُس َباَبلٱ ْاوُلُخدٱَو  yang berarti 

dengan sepenuhnya untuk patuh dan tunduk.220 Sehingga, 

dengan menetapnya kaum Musa di Baitul Maqdis 

diharapkan mendapatkan ampunan Tuhannya dan 

diberikan kebaikan yang lebih besar.  Namun, justru 

mereka  ْاوُمََلظ  َنييذَّلٱ  َلَّدَب َف  yang berarti mereka justru 

mengingkari dan melakukan maksiat tidak sejalan dengan 

perintah Tuhan terhadap mereka.221 

Akibat sikap membangkang Bani Israil, maka Allah 

swt memberikan hukuman kepada mereka yaitu 

menjatuhkan malapetaka, yakni penyakit menular, 

sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat dari al-

Zuhri, dari Amir bin Saad. Juga dari Malik, dari 

Muhammad bin Munkadir dan Salim Abu Nadhar, dari 

Amir bin Saad dari Usamah bin Zaid, dari Rasulallah 

saw., beliau bersabda, “  Sesungguhnya penyakit panas 

 

219 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 158 

220 Lihat Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf, jilid, 2, hal 169, dan al-

Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 9, hal, 91. 

221 al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 9, hal, 90. 

 97 

atau demam merupakan mala petaka yang diturunkan 

sebagai adzab bagi umat-umat sebelum kamu.” 222   

Kemudian, ketika Banî Isrâ’îl telah menetap di 

Baitul Maqdis, kala itu mereka dipimpin Yusya’ bin Nun, 

yang menerapkan Kitab Suci Taurat dalam setiap segi 

kehidupan mereka, hingga ajal menjemputnya. Ia wafat 

pada usia 127 tahun. Masa kepemimpinannya atas Banî 

Isrâ’îl sesudah  ditinggal oleh Nabi Musa a.s. adalah 27 

tahun223. 

ٓsesudah  Yusya’ bin Nun meninggal, Kaleb bin 

Yefuna lah yang meneruskan ajaran Musa untuk terus 

diajarkan kepada Banî Isrâ’îl. Dia adalah salah satu 

pengikut Nabi Musa yang setia, sekaligus suami dari 

kakak perempuannya, Maryam. Kemudian sesudah  Kaleb 

meninggal dunia, maka yang menggantikannya untuk 

menangani semua permasalahan Banî Isrâ’îl adalah 

 

222 Lihat Muhammad Ismâ’îl al-Bukhâri,  Shâhih al-Bukhâri, Bab Tipu 

Daya (6974), dan pada Bab Kisah Para Nabi (3473). Lihat Pula 

Shâhih  Muslim, Bab Keselamatan, Bagian Penyakit menular, 

Perdukunan, dan Semacamnya (2218). Penafsiran lain 

mengenai kata al-Rijzu diantaranya Adh-Dhahhak berpendapat 

bahwa , kata  al-Rijzu  bermakna adzab. Sedangkan Abul 

Auliyah berpendapat , kata  al-Rijzu bermakna amarah. Said 

bin Jubair berpendapat, kata al-Rijzu bermakna penyakit 

menular. Sedangkan Asy-Sya’bi perpendapat, kata al-Rijzu itu 

terkadang berupa penyakit menular, dan terkadang berupa 

hawa dingin. Lihat Ibnu Jarir al-Thabarî, Jami’ al-Bayân ‘an 

Ta’wîl Al-Qur’an, Juz I, h. 305-306. 

  223 Ibnu Katsîr, al-Sîrah al-Nabawîyah, h. 743 

98    

Yehezkiel bin Busi. Yehezkiel inilah yang berdoa kepada 

Allah untuk menghidupkan kembali Banî Isrâ’îl, sesudah  

mereka dimatikan oleh Allah karena mereka keluar dari 

kampung halaman mereka dengan alasan takut mati224. 

Peristiwa ini tergambar dalam QS.al-Baqarah (2): 243 

berikut: 

   َلاَقَف ِِۖتْوَمْلا ََرذَح ٌفُْوُلا ْمُهَو ْمِهِراَيِد ْنِم اْوُجَرَخ َنْيِذَّلا ىَِلا ََرت ْمََلا

  ََرثَْكا َّنِكٰلَو ِساَّنلا ىَلَع ٍلَْضف ْوُذَل َ هاللّ َِّنا ۗ ْمُهاَيَْحا َُّمث ۗ اُْوتْوُم ُ هاللّ  ُمَُهل

 َنْوُرُكَْشي َلْ ِساَّنلا  

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke 

luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka 

beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati225; Maka Allah 

berfirman kepada mereka: "Matilah kamu"[154], 

kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya 

Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi 

kebanyakan manusia tidak bersyukur.’ (QS.al-Baqarah 

[2]: 243) 

Kemudian pada masa kenabian Nabi Samuel, 

sesudah   Banî Isrâ’îl berhasil menguasai negeri Kan’an, 

negeri ini kemudian dibagi menjadi 12 wilayah. Raja 

 

224 Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid I, h. 457 

225 Sebahagian ahli tafsir (seperti Al-Thabari dan Ibnu Katsir) 

mengartikan mati di sini dengan mati yang sebenarnya; 

sedangkan sebahagian ahli tafsir yang lain mengartikannya 

dengan mati semangat. 

 99 

mereka yang pertama adalah Thalut atau Saul, yang 

memerintah antara tahun 1042 SM-1012 SM226.  

Kemudian sesudah  Thalut diangkat menjadi raja, 

Banî Isrâ’îl justru memprotes prihal terpilihnya Thalut 

menjadi raja, karena mereka meyakini, bahwa kekuasaan 

harus diberikan kepada keturunan Yahuda, sedangkan 

kenabian harus diberikan kepada keturunan Lewi227. 

Ketika mereka ketahui bahwa yang diangkat sebagai raja 

mereka keturunan Benyamin, maka mereka langsung 

berpaling dan menolak kepemimpinannya atas mereka 

karna selain alasan di atas mereka menganggap Thalut 

seorang yang miskin yang tidak memiliki banyak harta, 

hingga tidak  patut menjadi raja untuk mereka228. Hal ini 

tercatat dalam firma Allah QS. Al-Baqarah (2): 247 

berikut:  

  ىهَنا ا ُْْٓولاَق ۗ اًكِلَم َتْو ُلاَط ْمَُكل ََثَعب ْدَق َ هاللّ َّنِا ْمُهُِّيبَن ْمَُهل َلاَقَو

  َن  ِم  ًةَعَس  َتُْؤي  َْملَو  ُهْنِم  ِكْلُمْلاِب  ُّقََحا  ُنَْحنَو  َانْيَلَع  ُكْلُمْلا  ُهَل  ُنْوَُكي

  ۗ ِمْسِجْلاَو  ِمْلِعْلا  ىِف  ًةَطَْسب  ٗهَداَزَو  ْمُكْيَلَع  ُهىٰفَطْصا  َ هاللّ َّنِا  َلاَق  ِۗلاَمْلا

 ٌمْيِلَع ٌعِساَو ُ هاللَّو ۗ ُء ٰۤاَشَّي ْنَم ٗهَكْلُم ِْيتُْؤي ُ هاللَّو 

 

226 Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, h. 51 Informasi 

perihal peristiwa diangkatnya Thalut menjadi raja pertama 

Banî Isrâ’îl tercantum dalam Al-Qur’an (QS. al-Baqarah [2]: 

246-251. 

227 Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid I, h. 460 

228 Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhîm, Juz I , h  403-406 

100    

“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 

"Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi 

rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut 

memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak 

mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun 

tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi 

(mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih 

rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh 

yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada 

siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas 

pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.”( QS. Al-Baqarah 

[2]: 247) 

sesudah  barakhir kepemimpinan Thalut, bangsa 

Isrâ’îl dipimpin oleh Nabi Dawud, informasi ini kita 

dapatkan dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah (2): 251 

berikut: 

 ينذييبِ مُهوُمَزَه َف ُواَد َلَت َقَو يَّللَّٱٓۥ ُهَمَّلَعَو َةَمكيلحٱَو َكل

ُ

لمٱ ُ َّللَّٱ ُهََٰىتاَءَو َتُولاَج ُدٓۥ 

  ٍلضَف وُذ ََّللَّٱ َّنيكََٰلَو ُضرَلأٱ يتَدَسَفَّل ضعَبيب مُهَضَعب َساَّنلٱ 

يَّللَّٱ ُعفَد َلَوَلَو ُءاَشَي اَّيمَ

 َينيمَل ََٰعلٱ ىَلَع ٢٥١  

“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut 

dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud 

membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya 

(Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya 

Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang 

dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak 

 101 

(keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian 

yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah 

mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta 

alam.”229 (QS. al-Baqarah [2]: 251. 

Ayat ini menegaskan dua hal penting yaitu ketika 

Nabi Daud dapat membunuh Jalut dan diberikan hikmah 

oleh Allah dan mengajarkan hikmah tersebut230. sesudah  

Daud mampu mengalahkan Jalut Allah memberikan 

Kerajaan dan Hikmah231 sesudah  meninggalnya Samuel 

dan Thalut, namun Daud menerima Kerajaan dan hikmah 

tidak dalam satu waktu, sesudah  itu Allah menurunkan 

Zabur kepadanya232.   

Nabi Dawud memerintah sekitar 40 tahun (1012-

972 SM). Dan pada masa pemerintahan Nabi Dawud 

inilah didirikan kerajaan Israel di Kan’an. Kehidupan 

Banî Isrâ’îl pada masa Nabi Daud lebih baik daripada 

 

229 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 41 

230 al-Qrthubi, Jami’ li Ahkam Alquran, jilid 3, hal, 256. 

231 Dalam Alquran, sekurang-kurangnnya Allah menyebutkan hikmah 

yang diberikan kepada hamba-Nya sebanyak 27 kali disebutkan 

diberbagai surat dan peristiwa di dalamnya. Menurut al-Razi, 

ada beberapa  makna hikmah dalam Alquran diantaranya 

adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang ajaran 

Alquran, dapat dimaknai pula dengan sunnah Nabi hingga 

kenabian yang diberikan para rasul dan  Nabi. Misalnya QS al-

Nisa [4] 5. Lihat al-Razi, Mafatih al-Gaib. Sebagaimana pula 

disebutkan pada SQ al-Nisa [4] 163. QS al-Baqarah [2] 251. 

232 Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, jilid 2, hal, 427.  

102    

masa sebelumnya. sesudah  Nabi Dawud Meninggal, 

kerajaan Israel dipimpin oleh putranya, yaitu Nabi 

Sulaiman (King Solomon), yang memerintah tahun 972-

932 SM. Pada masa pemerintahan Nabi Sulaiman inilah, 

direnovasi Baitul Maqdis di atas Bukit Moria (Zion)233. 

Pada masa ini, wilayah kerajaan Israel diperluas dari 

sungai Nil di selatan hingga ke sungai Eufrat di utara234. 

Dapat disimpulkan bahwa term Asbâth pertama 

kali muncul dalam Al-Qur’an untuk menyebutkan suku-

suku Banî Isrâ’îl mulai pada zaman Nabi Musa. Dari 

runtutan awal kemunculan term tersebut dapat difahami 

bahwa Banî Isrâ’îl baru dikelompokan menjadi dua belas 

suku Asbâth ketika jumlah mereka berkembang pesat dan 

ini terjadi pada zaman Nabi Musa as ketika keluar dari 

negeri Mesir. Dari sini dapat disimpulkan term Banî 

Isrâ’îl lebih dahulu disebutkan dari pada term Asbâth 

dalam Al-Qur’an. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa 

term Banî Isrâ’îl maknanya lebih umum dari term Asbâth, 

karna term Banî Isrâ’îl bermakna keturunan Isrâ’îl (Nabi 

 

233 Baitul Maqdis adalah masid kedua yang didirikan sesudah  Masjidil 

Haram, jarak antara pendirian Masjidil Haram dan Masjid 

Baitul Maqdis adalah empat puluh tahun. Informasi ini dapat 

kita temukan dalam HR. Bukhari, Bab Kisah Para Nabi, 

Bagian: Hadits Tentang Abu Dzar yang Bertanya Tentang 

Masid yang Pertama Kali berdiri di Muka Bumi. 

234 M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, h. 348. 

Mengenai anugerah yang diberikan Allah kepada Nabi Dawud 

dalam memimpin kerajaannya tercantum dalam firman Allah 

QS. Shad [38]: 17-20) 

 103 

Ya’qub) secara umum, sedangkan term Asbâth bermakna 

keturunan Isrâ’îl (Nabi Ya’qub) dari dua belas putra 

beliau yang setiap orang melahirkan kaum/ suku jumlah 

yang banyak, titik kuncinya pada jumlah yang banyak. 

 

 

 

 

 

 

104    

Bagan Keturunan Nabi Ya’qub dari empat Istri 

 

 

 

No Nama Suku 

Asbâth 

Keturunan yang 

menonjol 

Posisi 

1. Ruben Elizur bin Syedeur235 Pemimpin (Naqib) Suku 

Ruben dalam perjalanan 

menuju Baitul Maqdis 

pada zaman Nabi Musa. 

2. Syam’un 

(Simoen) 

Selumiel bin 

Zurisyadai236 

Pemimpin (Naqib) Suku 

Simeon dalam perjalanan 

menuju Baitul Maqdis 

pada zaman Nabi Musa. 

3. Lewi -Nabi Musa bin 

Imran bin Kehat bin 

Azer bin Lawi237 

 

-Nabi Harun bin 

Imran bin Kehat bin 

Azer bin Lawi238 

-Nabi Ilyas bin Yasin 

bin Pinehas bin Ezar 

bin Harun bin Imran 

bin Kehat bin Azer 

bin Lawi239 

-Nabi yang di utus untuk 

Bani Israil untuk 

membebaskan mereka dari 

kekejian Fir’aun.  

-Nabi yang di utus untuk 

untuk membantu Nabi 

Musa.  

-Nabi yang di utus kepada 

kaum Ba’labak 

penyembah berhala pada 

tahun 870 SM..  

 

106    

 

240 Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid I, h. 467 

241 Abdullah ibn Hasan ibn Hibatullah ibn Abdullah Ibnu Husain Ibn 

Asakir, Tarikh al-Dimasyqa, ( Beirut: Dar el-Fikr, 1995), Jilid 

XVII, h. 35 

-Nabi Samuel bin 

Bela bin Al-Qamah 

bin Yarkam bin 

Eleho bin Tiho bin 

Suf bin Mahes bin 

Emos bin Ezar bin 

Harun bin Imran bin 

Kehat bin Azer bin 

Lawi240. 

- Uzair\Ezra bin 

Seraya binAzarya bin 

Hilkia bin Salum bin 

Zadok bin Ahitub bin 

Amarya bin Azarya 

bin Merayot bin 

Zerahya bin Uzi bin 

Buki bin Abisua bin 

Pinehas bin Ezar bin 

Harun bin Imran bin 

Kehat bin Azer bin 

Lawi241. 

-Nabi yang diutus untuk 

Bani Israil sebelum Nabi 

Dawud pada masa 

pemerintahan raja Thalut . 

Kenabiannya disebutkan 

dalam Al-Qur’an surat Al-

Baqarah (2): 246 . 

 

-Salah satu Nabi Banî 

Isrâ’îl. Ia hidup sesudah  

zaman Nabi Dawud dan 

Nabi Sulaiman, namun 

sebelum zaman Nabi 

Zakaria dan Yahya. Tidak 

seorangpun yang tersisa 

dari Banî Isrâ’îl yang 

masih menghafal kitab 

suci Taurat selain dia, lalu 

Allah mengilhamkan 

hafalan itu kepada Uzair, 

Oleh karena itulah orang 

Yahudi menyebutnya 

dengan sebutan “Uzair 

putra Allah”. 

4. Yahuda -Nahason bin 

Aminadab bin Aram 

bin Hezron bin Peres 

- Pemimpin (Naqib) Suku 

Yahuda dalam perjalanan 

menuju Baitul Maqdis 

-Nabi Dawud bin Isai 

bin Obed bin Baos 

bin Salma bin 

Nahason bin 

Aminadab bin Ram 

Hezron bin Peres bin 

Yahuda243. 

 

-Nabi Sulaiman bin 

Dawud bin Isai bin 

Obed bin Baos bin 

Salma bin Nahason 

bin Aminadab bin 

Ram Hezron bin 

Peres bin Yahuda244. 

-Rahabeam bin 

Sulaiman bin Dawud 

bin Isai bin Obed bin 

Baos bin Salma bin 

Nahason bin 

Aminadab bin Ram 

Hezron bin Peres bin 

Yahuda245. 

- Nabi Zakaria bin 

Ladun bin Musalam 

bin Shaduq bin 

Hasyban bin Dawud 

pada zaman Nabi Musa. 

-Nabi dan Raja kerajaan 

Israil di Kan’an. 

Memerintah sekitar 40 

tahun (1012-972 SM). 

Kehidupan Banî Isrâ’îl 

pada masa Nabi Daud 

lebih baik daripada masa 

sebelumnya.  

-Nabi dan Raja kerajaan 

Israil yang memerintah 

tahun 972-932 SM. Pada 

masa ini, wilayah kerajaan 

Israel diperluas dari sungai 

Nil di selatan hingga ke 

sungai Eufrat di utara. 

-Raja Kerajaan Yahuda 

pasca terpecahnya 

kerajaan Israil menjadi 

dua. 

 

 

 

-Nabi yang diutus untuk 

Bani Israil dan termasuk 

25 Nabi yang wajib kita 

Imani. 

108    

 

246 Ibn Asakir, Tarikh al-Dimasyqa, Jilid XXVII, h. 215 

bin Sulaiman bin 

Shadiqah bin 

Barkhiya bin 

Balathah bin Nahor 

bin Syalom bin 

Bahfasyat Inamen 

bin Rahabeam bin 

Sulaiman bin Dawud 

bin Isai bin Obed bin 

Baos bin Salma bin 

Nahason bin 

Aminadab bin Ram 

Hezron bin Peres bin 

Yahuda246.  

- Nabi Yahya bin 

Zakaria bin Ladun 

bin Musalam bin 

Shaduq bin Hasyban 

bin Dawud bin 

Sulaiman bin 

Shadiqah bin 

Barkhiya bin 

Balathah bin Nahor 

bin Syalom bin 

Bahfasyat bin  

Inamen bin 

Rahabeam bin 

Sulaiman bin Dawud 

bin Isai bin Obed bin 

Baos bin Salma bin 

Nahason bin 

Aminadab bin Ram 

Hezron bin Peres bin 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

-Nabi yang diutus untuk 

Bani Israil dan termasuk 

25 Nabi yang wajib kita 

Imani. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 109 

 

247 Abu Nu’aim al-Asfahani, Hilyatul Auliya wa Thabaqatul 

Ashfiya’,(Beirut; Dar al-Fikr, t.th.) Jilid 9, h. 268 

248 Sami bin Abdullah Ahmad al-Magluth, Atlas Agama-Agama, 

(Jakarta: al-Mahira, 2011), h. 179 

249 Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Jilid II,  h. 298-299. 

Yahuda247.  

-Nabi Isa bin 

Maryam binti Imran 

bin Matan bin Ezra 

bin Zerebeal bin 

Syaltan bin Yohanan 

bin Perestia bin 

Amon bin Manasye 

bin Hezkiel bin Ahaz 

bin Moutsam bin 

Azarya bin Boram 

bin Yesafat bin Asa 

Abia bin Rahabeam 

bin Sulaiman bin 

Dawud bin Isai bin 

Obed bin Baos bin 

Salma bin Nahason 

bin Aminadab bin 

Ram Hezron bin 

Peres bin Yahuda248.  

 

-Nabi yang diutus untuk 

Bani Israil dan termasuk 

25 Nabi yang wajib kita 

Imani. 

 

 

5. Isakhar Nataneel bin Zuar249. Pemimpin (Naqib) Suku 

Isakhar dalam perjalanan 

menuju Baitul Maqdis 

pada zaman Nabi Musa. 

6. Zebulon Gamaliel bin 

Pedazur250. 

Pemimpin (Naqib) Suku 

Zebulon dalam perjalanan 

menuju Baitul Maqdis 

pada zaman Nabi Musa. 

7. Gaad Elyasaf bin 

Rehuel251. 

Pemimpin (Naqib) Suku 

Gaad dalam perjalanan 

menuju Baitul Maqdis 

pada zaman Nabi Musa. 

8. Asyer Pagiel bin Okhran252. Pemimpin (Naqib) Suku 

Asyer dalam perjalanan 

menuju Baitul Maqdis 

pada zaman Nabi Musa. 

9. Daan Ahiezer bin 

Amisyadai253. 

Pemimpin (Naqib) Suku 

Daan dalam perjalanan 

menuju Baitul Maqdis 

pada zaman Nabi Musa. 

10. Naftali Eliab bin Helon254. Pemimpin (Naqib) Suku 

Naftali dalam perjalanan 

menuju Baitul Maqdis 

pada zaman Nabi Musa. 

11. Yusuf -Yusya’ bin Nun bin - Pemimpin (Naqib) Suku 

 111 

 

Tabel Asbâth 

 

 

 

-Nabi Ilyasa’ bin 

Akhtab bin Syutlem 

bin Afraim bin 

Yusuf256. 

Yusuf dalam perjalanan 

menuju Baitul Maqdis, 

juga pemimpin Bani Israil 

yang berhasil memasuki 

Baitul Maqdis, penerus 

kenabian Nabi Musa dan 

Harun  . 

-Nabi yang di utus untuk 

bangsa Aram dan Bani 

Israil pada tahun 830 SM 

di Juabar damaskus. 

12. Benyamin -Abidan bin 

Gideoni257. 

 

 

-Thalut/Saul bin Qais 

bin Afeil bin Sera bin 

Tahwar bin Afih bin 

Anis bin 

Benyamin258. 

- Pemimpin (Naqib) Suku 

Benyamin dalam 

perjalanan menuju Baitul 

Maqdis pada zaman Nabi 

Musa. 

-Raja Bani Israil sebelum 

Nabi Dawud.  

112    

C. Sejarah Kemunculan Term  Banî Isrâ’îl 

1. Masa Eksodus Nabi Musa a.s. dan Banî Isrâ’îl 

Term Banî Isrâ’îl yang pertama muncul dalam al-

Qura’n berdasarkan penelitian penulis kita dapatkan 

menjelaskan mengenai pembicaraan Nabi Musa as. 

dengan Fir’aun yang kala itu Nabi Musa meminta kepada 

Fir’aun supaya melepaskan Banî Isrâ’îl untuk pergi 

bersama Nabi Musa meninggalkan negeri Mesir, agar 

terbebas dari ketidak adilan Fir’uan terhadap Banî Isrâ’îl. 

Hal ini terekam dalam Alquran surat al-A’raf259 ayat 

(7:)105 berikut: 

  َينيمَل ََٰعلٱ  ي بَّر ني م  لوُسَر  ي نّيإ  ُنوَعريفََٰي  َٰىَسوُم  َلَاقَو١٠٤   َّلَيإ  يَّللَّٱ  ىَلَع  َلوَُقأ  َّلَ نَأ  َٰىَلَع  ٌقييقَح

 َييعَم ل يسرََأف مُكي بَّر ني م ةَني ي َبيب مُكُتئ يج دَق َّقَلحٱ َلييءََٰرسيإ ينَِب ١٠٥

260   

 

259 Surat al-A’raf adalah surat yang turun sebelum Nabi Muhammad 

saw. hijrah ke Madinah. Ia terdiri dari 206 ayat, 

keseluruhannya turun di Mekah (makiyah). Ada sementara 

Ulama mengecualikan ayat-ayat 163-170, tetapi pengecualian 

ini dinilai lemah. Penamaan surah ini dengan al-A’raf karena 

kata tersebut terdapat dalam suratnya dan ia merupakan kata 

satu-satunya dalam Alquran. Kandungan surat ini merupakan 

rinciandari sekian banyak persoalan yang diuraikan oleh surat 

al-An’am, khususnya menyangkut kisah beberapa nabi. Tujuan 

utamanya adalah peringatan terhadap yang berpaling dari 

ajakan kepada Tauhid, kebajikan dan kesetiaan pada janji serta 

ancaman terhadap siksa duniawi dan ukhrawi. Lihat M. 

Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan 

Keserasian Alquran, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. V, h. 3-

260 Lihat Juga QS. Thâha (20): 47 dan QS. al-Syu’ara’ (26): 17. 

 113 

Dan Musa berkata: "Hai Fir´aun, sesungguhnya aku ini 

adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam.  wajib 

atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali 

yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan 

membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka 

lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku". (QS. al-

A’raf [7]: 104-105) 

Ayat ini mengulas tentang dakwah dan perdebatan 

Nabi Musa dengan Fir’aun agar Fir’aun melepaskan Banî 

Isrâ’îl. Dalam perdebatan ini Nabi Musa as. juga 

memberikan tekanan terhadap Fir’aun dengan hujah dan 

menampilkan kepadanya mukjizat-mikjizat yang jelas 

yang menjadi bukti akan kebenaran perkara yang 

disampaikannya. Ia meminta kepada Fir’aun agar 

melepaskan Banî Isrâ’îl dari penindasan dan ketidak 

adilan yang saat itu mereka ditindas dengan dipaksa 

melakukan kerja berat, juga agar membebaskan Banî 

Isrâ’îl menyembah Tuhan semesta alam (Allah)261, karena 

sesungguhnya mereka (Banî Isrâ’îl) berasal dari keturunan 

seorang Nabi yang mulia yaitu Isrâ’îl atau Nabi Ya’qub as 

ibnu Ishaq as. ibnu Ibrahim as. 

Berbagai usaha dilakukan Nabi Musa untuk 

membebaskan Banî Isrâ’îl dari penindasan Fir’aun, di 

antaranya dengan meyakinkan Fir’aun bahwa dia (Nabi 

Musa) merupakan utusan Allah yang diutus untuk 

 

mengajak kepada tauhid. Nabi Musa pun memperlihatkan 

bukti-bukti kekuasaan Allah dengan memperlihatkan 

mu’jizat-mu’jizatnya di hadapan Fir’aun dengan 

memukulkan tongkatnya kemudian tongkat  itu berubah 

menjadi ular jantan yang sangat lincah262. Untuk 

mengukuhkan bukti tersebut Nabi Musa as. 

menambahkan bukti yang lain, yaitu Nabi Musa as. 

mengeluarkan tangannya dari bajunya atau ketiaknya, 

maka seketika dikeluarkan tangannya yang selama ini 

berwarna kehitaman menjadi putih bercahaya lagi indah 

terlihat dengan jelas oleh orang-orang yang melihat ketika 

itu263. 

sesudah  Nabi Musa menunjukan segala bukti dan 

mu’jizat kepada Fir’aun sampai mengalahkan semua ahli 

sihir Fir’aun, namun Fir’aun dan pengikutnya masih 

enggan juga beriman kepada Allah dan enggan 

melepaskan Banî Isrâ’îl. Karena kebejatan dan 

kedurhakaan mereka telah melampaui batas, maka Allah 

swt. mengirimkan azab kepada mereka264. berupa topan, 

yakni air bah yang menghanyutkan segala sesuatu. Atau 

 

262 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Vol. V, h. 199 

263 Peristiwa ini dijelaskan dalam QS. al-A’raf (7): 106-108 berikut: 

 يب َتئ يج َتنُك نيإ َلَاق َ    َينيقيد ََّٰصلٱ َنيم َتنُك نيإ َا يبَ يتَأف َةيا١٠٦    ينيبُّم ناَبُعث َييه اَذيَإف ُهاَصَع َٰىَقَلَأف١٠٧   ُهََدي ََعز َنَوۥ  

  َنييريظََّٰنليل ُءاَضَيب َييه اَذيَإف١٠٨ 

264 Peristiwa ini dijelaskan dalam QS. al-A’raf (7): 133 berikut: 

 ُناََكو ْاُوَبِكَتسَٱف تََٰلَّصَفُّم تََٰيَاء َم َّدلٱَو َعيداَفَّضلٱَو َلَّمُقلٱَو َدَاَرلجٱَو َنَافوُّطلٱ ُميهَيلَع اَنلَسرََأف َينيمير ُّمُّ اموَق ْاو١٣٣   

 115 

angin ribut disertai kilat dan Guntur serta api dan hujan 

yang membinasakan segala yang ditimpanya265.  

Selanjutnya, karena siksaan itu boleh jadi diduga 

akan menyuburkan tanah, maka Allah mengirimkan juga 

belalang yang merusak tumbuhan serta kutu, yakni hama 

tanaman266. Kemudian karena boleh jadi ada persediaan 

makanan di gudang-gudang mereka, maka dikirimkan 

juga, katak-katak yang sangat banyak, sehingga tersebar 

sampai ke tempat makan mereka melompat pada 

hidangan-hidangan mereka.267 Selain itu azab berupa 

darah pun juga menimpa mereka, maksudnya adalah air 

yang mereka gunakan untuk minum bercampur darah 

yang mengakibatkan timbulnya berbagai macam 

penyakit. 

Karena tidak dapat menangani azab tersebut 

Fir’aun meminta kepada Nabi Musa untuk mendoakan 

supaya azab tersebut berhenti, dengan jaminan apabila 

azab tersebut berhenti menimpa mereka, maka Fir’aun 

akan membebaskan Banî Isrâ’îl pergi bersama Musa. 

Peristiwa ini terdapat dalam Alquran berikut: 

 

 َل َزجي رلٱ اَّنَع َتفَشَك ن

يَئل َكَدنيع َديهَع َا يبِ َكَّبَر اََنل ُعدٱ ىَسُو ََٰيم ْاوُلَاق ُزجي رلٱ ُم يهيَلَع َعَقَو اَّمَلَو  َّنَن

يمؤُن

 َكَعَم َّنَل يسرَُنلَو َكَل َلييءََٰرسيإ ينَِب ١٣٤   

“Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan 

itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk 

kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian 

yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika 

kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti 

kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan 

Bani Israil pergi bersamamu". (QS. al-A’raf [7]: 134-135) 

 

Sebagian ulama tafsir memahami kata al-Rijzu 

pada ayat diatas dalam arti penyakit lepra, sebagian juga 

memahaminya dengan azab penyakit yang menyebabkan 

tujuh puluh ribu orang Qibthi268 mati setiap harinya 

namun tidak seorangpun dari Banî Isrâ’îl 269.   

Namun sesudah  dihilangkan berbagai azab tersebut 

Fir’aun dan kaumnya mengingkari janji mereka untuk 

percaya kepada ajaran Tauhid dan membebaskan Banî 

Isrâ’îl hijrah bersama Nabi Musa as. Maka AllAh 

membalas mereka dengan siksa yang tidak pernah mereka 

alami sebelumnya yaitu dengan menenggelamkan mereka 

 

di laut Merah270. Kaum Fir’aun yang telah berulang-ulang 

durhaka dan yang sebelum ini telah diberi aneka bukti 

serta peringatan disiksa Allah melalui penenggelaman 

dilaut271.    

sesudah  membahas tentang kesudahan umat 

durhaka yaitu Fir’’aun dan kaumnya, kemudian 

diberitakan tentang balasan kebaikan atas kesabaran Banî 

Isrâ’îl dan ketaatan mereka terhadap Allah dan ketentuan-

Nya. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an berikut: 

 َميلَك تََّتمَو اَهييف اَنَكرََٰب يتَِّلٱ َاَبَيرََٰغَمَو يضرَلأٱ َقير ََٰشَم َنوُفَعضَتسُي  ْاُوناَك َنييذَّلٱ َموَقلٱ اَنثَرَوأَو  َكي بَر ُت

 َٰىَلَع ََٰنَسُلحٱ َلييءََٰرسيإ ينَِب  ُهُموَقَو ُنوَعريف ُعَنصَي َناَك اَم َنَّرَّمَدَو ْاُوَبَِص َا يبِۥ َعي ْاُوناَك اَمَو َنوُشير١٣٧   

“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas 

itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian 

baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah 

sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai 

 

270 Peristiwa ini terdapat dalam Al-Qur’an berikut: 

 ََٰب مُه ٍلَجَأ ََٰلَيإ َزجي رلٱ ُمُهنَع اَنفَشَك اَّمَل َف  َنُوثُكَني مُه اَذيإ ُهوُغ

يل١٣٥   يب ْاُوب َّذَك ُم َّنَّ يبِ ي مَيلٱ يفِ مُهََٰنقَرغََأف مُهن

يم اَنمَق َتنَٱف َ    اَنيتََٰيا

 َينيليف ََٰغ اَهنَع ْاُوناََكو١٣٦   

“Maka sesudah  Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas 

waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka 

mengingkarinya. Kemudian Kami menghukum mereka, maka 

Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka 

mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang 

yang melalaikan ayat-ayat Kami itu.” (QS. al-A’raf [7]: 135-

136) 

271 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Vol. V, h. 226 

118    

janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan 

Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir´aun dan 

kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS. al-

A’raf [7] : 137) 

Menurut al-Qurthubi, maksud ayat ini adalah 

Allah swt. mempusakakan belahan timur dan belahan 

barat bumi272 kepada orang-orang yang dahulunya hidup 

tertindas dari kalangan kaum Bani Israil karna kesabaran 

mereka menahan penderitaan dari penyiksaan Fir’aun dan 

pengikutnya, juga atas kesabaran mereka beriman dan 

menjalankan perintah Allah swt273. Dengan demikian 

terbuktilah janji Allah kepada mereka bahwa musuh 

mereka dibinasakan, dihancurkannya bangunan-bangunan 

berupa gedung-gedung dan segala yang mereka tanam dan 

lain-lainnya274. 

Ketika Fir’aun dan bala tentaranya itu 

dibinasakan, hari itu bertepatan dengan tanggal 10 

Muharram. Sebagaimana disebutkan oleh Imam al-

 

Bukhari dalam kitab Shahihnya, sebuah riwayat dari 

Muhammad bin Basyyar, dari Gundar, dari Syu’bah, dari 

Abi Bistr, dari Daid bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas, ia 

berkata, “Ketika Nabi saw. tiba dikota Madinah, pada 

hari itu kaum Yahudi sedang berpuasa 10 Muharram, lalu 

beliau berkata “Dalam rangka apakah kalian berpuasa 

pada hari ini?” mereka menjawab, “Hari ini adalah hari 

bertepatan dengan hari kemenangan Musa terhadap 

Fir’aun,” Lalu Nabi saw. berkata kepada para sahabatnya, 

“Kalian lebih berkewajuban untuk menghormati hari ini, 

maka berpuasalah kalian”275.  

2. Sikap penyimpangan Banî Isrâ’îl terhadap ajaran 

Nabi Musa a.s. 

Kemudian sesudah  menjelaskan kemenangan Banî 

Isrâ’îl yang diselamatkan Allah swt. dari Fir’aun dan 

pengikutnya ayat selanjutnya yang memakai term Banî 

Isrâ’îl menjelaskan sikap pengengkelan atau ketidak-

patuhan Banî Isrâ’îl terhadap Nabi Musa as. 

  َنَّزَو ََٰجَو َلييءََٰرسيإ  ينَِبيب   ََُٰيم  ْاوُلَاق  ُمَّلَ ماَنصَأ  َٰىَلَع  َنوُفُكَعي  موَق  َٰىَلَع  ْاوََتَأف  َرحَبلٱ ا ََٰلَيإ  اَنَّل  لَعجٱ ىَسو

 َنوُلَهَتَ موَق مُكَّنيإ َلَاق َة يلَاَء ُمَلَ اَمَك١٣٨   

“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan 

itu, maka sesudah  mereka sampai kepada suatu kaum yang 

 

tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: 

"Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) 

sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan 

(berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini 

adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)" 

(QS. al-A’raf [7]: 138) 

Banî Isrâ’îl masih saja meminta hal yang bodoh 

dan sesat, padahal mereka telah melihat secara langsung 

tanda-tanda kebesaran Allah dan kuasa-Nya, dan tanda-

tanda itu jelas menunjukan kebenaran semua yang dibawa 

oleh Nabi Musa as. Ketika itu, mereka bertemu dengan 

suatu kaum yang menyembah berhala276, sepertinya 

beberapa pengikut Nabi Musa mempercayai bahwa 

berhala-berhala itu bisa mendatangkan manfaat dan 

mudarat bagi mereka, oleh karena itu mereka meminta 

kepada nabi mereka untuk membuatkan berhala seperti 

yang dimiliki oleh kaum tersebut. Lalu Nabi Musa 

menjelaskan, bahwa tidak ada ibadah yang diperbolehkan 

kecuali beribadah kepada Allah semata.   

Menurut analisa penulis, permintaan Banî Isrâ’îl  

yang meminta kepada Nabi Musa dibuatkan berhala 

untuk disembah terjadi karena pergaulan Banî Isrâ’îl di 

tengah ,masyarakat Mesir dalam kurun waktu yang amat 

 

panjang telah memengaruhi alam pikiran keagamaan 

mereka. Orang-orang Banî Isrâ’îl tidak asing dengan 

patung-patung tuhan Mesir kuno, kuil-kuil, dan upacara-

upacara keagamaan orang-orang Mesir. Rupanya hal ini 

telah menimbulkan ruang yang amat besar dalam jiwa 

Banî Isrâ’îl dan telah mengguncang akidah tauhid dalam 

hati mereka. Karena menyaksikan kaum yang melakukan 

ritual penyembahan tuhan sapi, menyeruaklah kembali 

kepercayaan pagan yang tersembunyi dibawah kesadaran 

mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa orang-orang Banî 

Isrâ’îl itu masih berada dalam pengaruh kepercayaan 

pagan Mesir kuno.  

Kemudian sesampainya di Tursina, Nabi Musa dan 

kaumnya mendirikan perkampungan. sesudah  itu, Nabi 

Musa pergi ke Tursina selama empat puluh hari untuk 

mendapatkan wahyu dari Allah berupa Taurat. Namun, 

kepergian Nabi Musa untuk memperoleh wahyu 

dimanfaatkan oleh pengikutnya yang bernama Samiri, 

yang mengajak Banî Isrâ’îl untuk menyembah patung 

anak sapi. 

 ُموَق َذََّتَٱَو يهيدَعب نيم َٰىَسوُم ۦ   ُهَّل ادَسَج لَجيع ميهي ييلُح نيمۥ   ُهََّنأ ْاوَر َي َلَأ ٌراَوُخۥ   ميهييدَهي َلََو مُهُمي لَكُي َلَ

 َينيميلََٰظ ْاُوناََكو ُهوُذََّتَٱ ًلَييبَس  ١٤٨   َل ْاوُلَاق ْاوُّلَض دَق ُم َّنََّأ ْاَوَأرَو ميهييدَيأ يفِ َطيقُس اَّمَلَو  اَنَحَري َّلَ نيئ

 َنيير يسََٰلٱ َنيم َّنَنوُكََنل اََنل ريفَغيَو اَنُّ بَر  ١٤٩   يهيموَق ََٰلَيإ َٰىَسوُم َعَجَر اَّمَلَوۦ   اَمَسئيب َلَاق اف يسَأ َ ََٰبَضَغ

 ُهُّرَُيَ يهي يخَأ يسَأريب َذَخَأَو َحاَوَللأٱ ىَقَلأَو مُكي بَر َرَمأ مُتل يجََعأ ييدَعب نيم ينّوُمُتفَلَخٓۥ   َّنيإ َُّمأ َنبٱ َلَاق يهَيليإ

 َينيميلََّٰظلٱ يموَقلٱ َعَم ينِلَعَتَ َلََو َءاَدعَلأٱ َ يبّ ت

يمشُت َلََف ينَِنوُل ُتَقي ْاوُداََكو ينّوُفَعضَتسٱ َموَقلٱ  ١٥٠  

122    

 َنييذ  َّنيإ  ْاوُذََّتَٱ  َلَاق  ١٥١   َّلٱ  ي بَر  ريفغٱ  يلِ يخَيلأَو  ي يخَدأَو  اَنل  يفِ  َكيَتحَر  َتَنأَو  ُمَحَرأ  َينييحََّٰرلٱ

 َنييَتَف

ُ

 َلجيعلٱ  ١٥٢    َنييذَّلٱَو  ُمُلَاَن َيَس  بَضَغ  ني م  ميي بََّر  ةَّليذَو  يفِ  يةَٰو ََيلحٱ  اَينُّدلٱ ََٰذََكو  َكيل  ييزَنج لمٱ

 ْاوُنَماَءَو اَهيدَعب نيم ْاُوبَتَ َُّثُ يتا  ١٥٣   َتَكَس اَّمَلَو يحَّر روُفَغَل اَهيدَعب نيم َكَّبَر َّنيإ يمَع  َ مي  ْاوُل  ي يَّسلٱ

 َنوُبَهَري ميي بََريل مُه َنييذَّلي ل َةحَرَو ىدُه اَهيتَخسُن يفَِو َحاَوَللأٱ َذَخَأ ُبَضَغلٱ ىَسوُّم نَع ١٥٤  277 

“Dan kaum Musa, sesudah  kepergian Musa ke gunung 

Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka 

anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka 

tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat 

berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) 

menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka 

menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah 

orang-orang yang zalim. 149. Dan sesudah  mereka sangat 

menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka 

 

277 Lihat juga firman Allah dalam QS. Thaha (20): 83-98 berikut: 

 َلَاق  َّنَّيَإف  دَق  َلَاق  ٨٤    اَّن َت َف  مُه  يءَلَُْوأ  َٰىَلَع  ييَرَثأ يجَعَو  ُتل  ي بَر َكَيليإ  اَمَو  ٨٣   َٰىَضَتَيل  َكَلَجَعأ  َكيموَق نَع ََٰيم  َٰىَسُو

ََٰبَضَغ يسَأ َ  ُّييريماَّسلٱ ُمُهَّلَضَأَو َكيدَعب نيم َكَموَق  ٨٥   َعَجَر َف   يهيموَق ََٰلَيإ َٰىَسوُمٓۦ    اًنَسَح اًدعَو مُكَُّبر مُكديَعي َلَأ يموَقََٰي َلَاق اف

يبِ َكَديعوَم اَنفَلخَأ اَم ْاُولَاق  ييديعوَّم مُتفَلخََأف مُكي بَّر ني م بَضَغ مُكَيلَع َّلَييَ نَأ ُّتُّدََرأ َمأ ُدهَعلٱ ُمُكَيلَع َلَاطََفأ  ٨٦    اَنيكَل

ََٰه ْاُولاَق َف راَوُخ ََٰذَكَف اَهََٰنفَذَق َف يموَقلٱ يةَنييز ني م ارَازَوأ اَنلي ُح ا  ٨٧   ُهَّل ادَسَج لَجيع ُمَلَ ََجرخََأفٓۥ    اَذ  َّنيكََٰلَو ُّييريماَّسلٱ ىَقَلأ َكيل

ََٰه ُمَلَ َلَاق دَقَلَو يجَري َّلََأ َنوَر َي َلَََفأاعَفن َلََو ا رَض ُمَلَ  ٨٩    ُنوُر ََٰلَيإ  ٨٨    ُكيلَيم َلََو لَوَق ميهَيليإ ُع يسَن َف َٰىَسوُم ُهََٰليإَو مُُك  َي

يجَري ََّٰتََّح َينيفيكََٰع يهَيلَع ََحبَِّن نَل ْاُولَاق َّنَّيإ يموَقََٰي ُلَبق نيمۖۦ  ييرَمأ ْاوُعييطَأَو ينّوُعيبَّتَٱف ُنََٰحَّرلٱ ُمُكََّبر َّنيإَو  ٩٠    اَنَيليإ َع  يهيب مُتنيُتف َا

 َٰىَسوُم  ٩١    ََٰهََٰي َلَاق ْاوُّلَض مُه َتَيَأر ذيإ َكَع َنَم اَم ُنوُر  ٩٢  ييرَمأ َتيَصَع ََفأ ينَعيبَّت َت َّلََأ  ٩٣    يتَِيحيليب ذُخَتَ َلَ َّمُؤ َنَبي َلَاق

ََٰسََٰي َكُبطَخ اَمَف َلَاق ُّي  ٩٥    َلَاق يسَأريب َلََو  ٩٤    يريم يشَخ ي نّيإ ي  يلِوَق بُقَرت َلََو َلييءََٰرسيإ ينَِب َينَب َتقَّر َف َلوُق َت نَأ ُتي

ََٰذََكو َاُتَذَب َن َف يلوُسَّرلٱ يَرَثأ ني م ةَضَبق ُتضَبَق َف  ٩٦    َكَل َّنيَإف بَهذَٱف َلَاق يسَفن يلِ تَلَّوَس َكيل يبِ ُترُصَبۦ  ي  يهيب ْاوُرُصَبي َلَ َا

َٰو ََيلحٱ يفِۖۥ    ََٰلَيإ ُرظنٱَو ُهَّن َقي رَحُنَّل اف  ُهَفَلُتَ نَّل اديعوَم َكَل َّنيإَو َساَسيم َلَ َلوُق َت نَأ ية

يسنََنل َُّثُۥ   يكاَع يهيَلَع َتَلظ ييذَّلٱ َكيََٰلَيإۥ   ُهَّنَف

اًفسَن ي مَيلٱ يفِ ٩٧ امل

َّنَّيإ ٩٨    ََٰلَيإ َا َّللَّٱ ُمُُك يسَو َوُه َّلَيإ َهََٰليإ َلَ ييذَّلٱ ُ يع ٍءيَش َّلُك َع

 

 123 

telah sesat, merekapun berkata: "Sungguh jika Tuhan 

kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak 

mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang 

yang merugi". 150. Dan tatkala Musa telah kembali 

kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah 

dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan 

sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului 

janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh 

(Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya 

(Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: 

"Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah 

menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka 

membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan 

musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu 

masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang 

zalim. 151. Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku 

dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat 

Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara 

para penyayang". 152. Sesungguhnya orang-orang yang 

menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak 

akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan 

kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami 

memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat 

kebohongan. 153. Orang-orang yang mengerjakan 

kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; 

sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai 

dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha 

Penyayang. 154. Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu 

124    

diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam 

tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-

orang yang takut kepada Tuhannya.”278 (QS. al-A’raf [7]: 

148-154)  

Pada ayat di atas Allah mengisahkan tentang sikap 

yang dilakukan oleh Banî Isrâ’îl ketika ditinggalkan oleh 

Nabi Musa untuk pergi bermunajat kepada Tuhannya,  

seorang laki-laki Banî Isrâ’îl yang bernama al-Samiri 

berinisiatif untuk mengambil perhiasan yang sebelumnya 

mereka pinjam dari bangsa Mesir, lalu ia melebur 

perhiasan itu dan membentuknya menjadi anak sapi, lalu 

patung anak sapi itu ditaburi dengan segenggam tanah 

yang diambilnya dari jejak telapak kaki kuda Malaikat 

Jibril, ketika Malaikat Jibril menggiring Fir’aun dan bala 

tentaranya untuk masuk ke dalam laut merah dan 

ditenggelamkan oleh Allah279. Ketika Samiri menaburkan 

tanah tersebut, ternyata patung anak sapi itu menguak 

seperti membentuk suara hewan sapi asli (yakni suara 

lenguhan yang biasa dikeluarkan oleh sapi). Namun ada 

juga yang mengatakan bahwa, sebenarnya suara itu 

berasal dari angin yang masuk di bagian belakang (dubur) 

patung itu, lalu keluar dari bagian mulutnya hingga 

 

bersuara seperti lenguhan sapi. Lalu  Banî Isrâ’îl menari-

nari di sekelilingnya dan bergembira280. 

Penegasan ayat ini dimulai dengan Banî Isrâ’îl 

menjadikan sesembahan berupa anak lembu yang 

dijadikan sesembahan di gunung Thur. Atas perisitiwa ini 

Nabi musa merespon perilaku musyrik dengan 

menjelaskan bahwa sama sekali apa yang kalian lakukan 

tidak memberikan manfaat apa-apa. Namun, atas 

pernyataan Musa kepada mereka membuat mereka 

menyesal dan menyadari perbuat sesat. Firman Allah 

menegaskan  َنيير يسََٰلٱ  َنيم  َّنَنوُكََنل  اََنل  ريفَغيَو  اَنُّ بَر  اَنَحَري  َّلَ  نيَئل  ْاوُلَاق. Atas 

pernyataan ini, memberikan indikasi bahwa kaum Nabi 

Musa dikala itu sudah mulai mengakui dan menyadari 

bentuk kemusyrikan yang dilakukan, bahkan keyakinan 

kuat kalau bukan karena rahmat dan ampunan Allah, 

maka mereka termasuk golongan orang-orang merugi. 

Menurut Zamakhsyari Ayat ini sebagai bentuk penyesalan 

dan permohonan ampun kepada Tuhan atas kesalahan dan 

kedzaliman yang dilakukan sekaligus bentuk pengakuan 

atas keagungan-Nya.281 

Jumlah Banî Isrâ’îl yang turut  menyembah patung 

anak sapi ini pastilah cukup besar, oleh karena itu Nabi 

Harun a.s. tidak dapat mencegah mereka karena 

 

pertimbangan jikalau campur tangannya untuk 

menghentikan perilaku musyrik Banî Isrâ’îl dapat 

menyebabkan perpecahan dalam komunitas, yang mana 

hal itu merupakan perintah Nabi Musa a.s. untuk 

dihindari282 

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa 

awal munculnya term Banî Isrâ’îl dalam Alquran yaitu 

pada ayat yang menceritakan kisah Nabi Musa dan 

Fir’aun. Seperti yang telah diketahui bahwa Banî Isrâ’îl 

merupakan keturunan Nabi Ya’qub yang menetap di 

Mesir semenjak hijrahnya Nabi Ya’qub dan seluruh 

keluarganya ke Mesir pada masa Nabi Yusuf menjabat 

sebagai bendahara kerajaan pada masa dinasti Hyksos 

menguasai mesir. Maka sangat logis bila term Banî Isrâ’îl 

pertama kali muncul dalam Alquran ketika zaman Nabi 

Musa, karena  perkembangan Banî Isrâ’îl yang semakin 

pesat pada zaman itu dan juga karena Nabi Musa diutus 

untuk menyelamatkan dan membebaskan Banî Isrâ’îl dari 

kekejaman rezim yang berkuasa kala itu. 

 

D. Sejarah Kemunculan Term  Yahudi 

1. Perpecahan Kerajaan Israel pasca wafatnya Nabi 

Sulaiman (awal munculnya istilah Yahudi) 

Penggunaan term Yahudi dalam Alquran yang 

pertama muncul dengan memakai lafal Hâdû. dalam surat 

al-Baqarah (2): 62 berikut: 

 َنييذَّلٱَو ْاوُنَماَء َنييذَّلٱ َّنيإ ْاوُداَه  يب ََّٰصلٱَو َٰىَر ََٰصَّنلٱَو ي   احيل ََٰص َليمَعَو ير يخلأٱ يموَيلٱَو يَّللَّٱيب َنَماَء نَم َين

 ُنَزَيَ مُه َلََو ميهيَلَع ٌفوَخ َلََو ميي بََر َدنيع مُهُرجَأ مُهَل َف و َن ٦٢ 283 

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang 

Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, 

siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman 

kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka 

akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada 

kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka 

bersedih hati.”284 (QS. al-Baqarah [2]: 62) 

 

283 Lihat juga ayat berikut: 

 يب ََّٰصلٱَو  ْاوُداَه َنييذَّلٱَو  ْاوُنَمَاء َنييذَّلٱ َّنيإ ُ    َلََو ميهَيلَع ٌفوَخ َلََف  احيل ََٰص َليمَعَو  ير يخلأٱ يموَيلٱَو يَّللَّٱيب َنَمَاء نَم َٰىَر ََٰصَّنلٱَو َنو

 َنُوَنزَيَ مُه ٦٩  

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-

orang Shabi’in dan orang-orang Nasrani, siapa saja di antara 

mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari 

Kemudian serta beramal shalih, maka untuk mereka adalah 

ganjaran dari sisi Tuhan mereka, tidak ada ketakutan atas 

mereka dan tidak pula mereka bersedih hati”283 (QS. Al 

Mâidah: 69) 

Menurut informasi yang penulis dapatkan dalam 

Tafsir al-Tahrîr wa al-Tanwîr karya Thahir Ibnu ‘Âsyûr, 

dalam menafsirkan lafal Hâdû pada ayat QS. Al-Baqarah : 

62 di atas penamaan Yahudi baru dikenal sesudah  

kematian Nabi sulaiman as. pada sekitar 975 SM.  sesudah  

Nabi Sulaiman wafat, bangsa Israel mulai mengalami 

kemunduran akibat adanya perpecahan pada dua belas 

suku Asbâth. Saat itu, dua suku dari dua belas suku 

Asbâth yaitu suku Yahuda dan suku Benyamin memilih 

putra Nabi Sulaiman Rab’am (Rahabeam) untuk 

menggantikan ayahnya sebagai raja, karena dia dari 

keturunan suku Yahuda285. Sedangkan sepuluh suku yang 

lainnya memilih Yerobeam dari turunan suku Efraim bin 

Yusuf. Akhirnya pada masa ini kerajaan Israel terpecah 

menjadi dua bagian, yaitu, kerajaan Utara dan Selatan. 

Kerajaan selatan diberi nama Yahuda (Judah), yang 

diambil dari nama moyangnya, Yahuda bin Ya’qub 

dengan ibukota Yerussalem dengan rajanya Rab’am 

(Rahabeam), pada masa inilah penamaan sebagian suku 

dari Banî Isrâ’îl dengan istilah Yahudi baru muncul. 

Sedangkan kerajaan utara bernama Israel, beribu kota di 

Samaria dengan rajanya Yar’am (Yerobeam)286. 

Kerajaan selatan (Yahuda) yang dipimpin oleh 

Rahabeam putra Nabi sulaiman beribukota di Yerussalem, 


kerajaan ini tidak diikuti kecuali oleh keturunan Yahuda 

dan Benyamin. sedangkan kerajaan Utara (Israil) yang 

dipimpin oleh Yerobeam putra Banath salah seorang anak 

buah nabi Sulaiman yang gagah berani dan diserahi oleh 

beliau kekuasaan yang berpusat di Samaria. Tatapi 

masyarakatnya sangat bejat dan mengaburkan ajaran 

agama. Mereka menyembah berhala, dan akhirnya 

kerajaan ini punah sesudah  250 tahun287. Antara tahun 

721-722 SM, Kerajaan Israel yang berpusat di Samaria 

mengalami kehancuran akibat diserang oleh bangsa 

Assyria. Seluruh negeri mereka hancurkan, ribuan orang 

Israel dibunuh, dan sekitar 27.290 orang penduduk Israel 

dari golongan atas dan menengah digiring ke dalam 

pembuangan. Selain itu, penduduk bangsa lain banyak 

yang dipindahkan ke Israel, sehingga terjadilah asimilasi 

keturunan maupun kepercayaan. Sejak itu, tidak ada lagi 

kekuasaan kerajaan Israel288. 

2. Masa penyerangan Nebukadnezar 

Pada tahun 606 SM (ada yang mengatakan tahun 

586 SM), Kerajaan selatan (Yahuda) juga mengalami 

kejadian serupa dengan kerajaan Utara (Kerajaaan Israil). 

Kerajaan Yahuda dihancurkan oleh raja Nebukadnezar 

dari Babilonia. Kota Yerussalem dihancurkan, tempat-

tempat ibadah dan Tabut yang berisi Taurat dihancurkan, 

    

ribuan orang terbunuh, selebihnya dijadikan budak. 

Peristiwa ini sudah jauh-jauh hari diperingatkan oleh Nabi 

Musa dan nabi yang diutus kala itu yakni Nabi Yeremia, 

jika mereka menyimpang dari Taurat mereka akan 

mendapatkan hukuman dari Allah289.  

sesudah  Yeremia menyampaikan risalah Tuhan 

kepada kaumnya, dan mereka telah mendengar adzab dan 

hukuman yang akan dijatuhkan kepada mereka, ternyata 

mereka bukannya takut atau bertaubat, mereka malah 

menentang Yeremia dan mendustakannya. Kemudian 

mereka menangkap Yeremia dan memenjarakannya. 

Banyak kedurhakaan telah dilakukan oleh orang-orang 

Yahudi, seperti membunuh  para nabi yang diutus kepada 

mereka290. Mereka melakukan pembunuhan tersebut 

 

289 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 882 

290 Diantaranya mereka membunuh Nabi Yesaya ketika mereka diajak 

kembali ke jalan Allah sesudah  terjadi penyimpangan-

penyimpangan dan kesesatan. Nabi Yesaya juga 

memperingatkan mereka bahwa akan datang siksa dan adzab 

yang pedih dari Allah bagi siapa saja yang menentang dan 

mendustakan-Nya. Namun, tidak lama sesudah  Nabi Yesaya 

menyampaikan hal itu kepada mereka, ternyata mereka 

mencari dan memburu Yesaya untuk membunuhnya. Maka 

Yesaya pun melarikan diri dari mereka. Kemudian ia melihat 

pohon besar dihadapannya yang tiba-tiba terbelah untuknya, 

maka tanpa ragu-ragu Yesaya pun masuk ke dalamnya. Setan 

yang melihat kejadian itu segera mengambil ujung baju Yesaya 

dan mengeluarkannya hingga terlihat di sisi luar. Dan ketika 

orang Yahudi melihat ujung baju Yesaya itu, maka mereka 

mengambil gergaji dan membelah pohon itu, dan terbelahlah 

Yesaya bersama pohon tersebut. Lihat Ibnu Jarir al-Thabari, 

 131 

bukan karena kesalahan atau ketidak tahuan melainkan 

berdasarkan pengetahuan dan kesengajaan291. Hal itu 

terjadi karena mereka berbuat durhaka melampaui 

batas292.  Allah swt. berfirman: 

 يب َنوُرُفكَي ْاُوناَك ُم َّنَّ َيبِ َكيل ََٰذ َ   يَّللَّٱ يتََٰيا ي ييبَّنلٱ َنوُل ُتَقيَو ي قَلحٱ ييرَغيب َن  َنوُدَتَعي ْاُوناَكَّو ْاوَصَع َا يبِ َكيل ََٰذ ٦١   

“Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-

ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak 

dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu 

berbuat durhaka dan melampaui batas.”293 (QS. al-

Baqarah [2]: 61) 

Sifat melampaui batas yang ditunjukkan oleh 

orang Yahudi sudah mendarah daging, bahkan hati 

mereka sudah sedemikian keras, Allah bahkan mengunci 

mata hati mereka karena berbagai pelanggaran yang 

mereka lakukan, sebagaimana tercantum dalam firman 

Allah dalam Alquran berikut: 

 يب ميهيرفَُكو مُهَقََٰثي ي م ميه يضَقن اَميَبف َ    يَّللَّٱ يتََٰيا  قَح ييرَغيب َءاَييبَنلأٱ ُم يهيلَتقَو   ُ َّللَّٱ َعََبط لَب ُفلُغ اَن ُبوُل ُق مييلَوَقَو

ميهيرفُكيب اَهيَلَع لييَلق َّلَيإ َنوُن يمُؤي َلََف ا١٥٥   

 

“Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa 

tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, 

dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-

keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa 

(alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami 

tertutup". Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati 

hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak 

beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka.”294 (QS. al-

Nisa’ [4]: 155) 

 Pembunuhan tanpa alasan yang benar (haq) yang 

dilakukan orang-orang Yahudi merupakan perbuatan 

sangat tercela, terlebih Nabi-nabi yang mereka bunuh 

tersebut berasal dari kelompok mereka sendiri yang 

seharusnya mereka hormati.  

Selain membunuh para Nabi kaum Yahudi juga 

kerap melanggar aturan Tuhan Allah swt. Kaum Yahudi 

diberikan beberapa aturan-aturan supaya mereka tidak 

mengikuti hawa nafsunya, namun orang-orang Yahudi 

sebagaimana yang digambarkan Alquran termasuk kaum 

yang sering membantah perintah Tuhannya. Alquran 

menjelaskan bahwa akibat pelanggaran yang mereka 

lakukan menyebabkan mereka diberikan hukuman berupa 

pengharaman beberapa jenis makanan yang sebelumnya 

dibolehkan bagi mereka, sebagaimana firman Allah swt: 

 

  َنييذَّلٱ  َني م  مُلظيَبف ْاوُداَه   ايريثَك يَّللَّٱ  يلييبَس  نَع  ميهي دَصيبَو  ُمَلَ  تَّل يحُأ  ٍتََٰبي َيط  ميهيَلَع  اَنمَّرَح  ١٦٠  

  ُهنَع  ْاُوُنَّ  دَقَو  ْا َٰو َبي رلٱ  ُم

يهيذخَأَو امييَلأ  ًبَاَذَع  مُهن يم  َنييريف ََٰكليل  َنَّدَتَعأَو  يليطََٰبلٱيب  يساَّنلٱ  َل ََٰوَمأ  ميهيلكَأَو  

١٦١   

“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami 

haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang 

dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka 

banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan 

disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya 

mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka 

memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. 

Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di 

antara mereka itu siksa yang pedih”295 (QS. al-Nisa’ [4]: 

160-161) 

Sebagian ketetapan Allah yang dilanggar oleh 

orang-orang Yahudi anatra lain suka memakan riba, 

sebagaimana tersebut dalam ayat di atas.  Kesukaan pada 

uang dan sifat tamak mereka proyeksikan pada Allah, 

karena itu Allah dipandang memiliki sifat tamak karena 

mereka menganggap Allah tidak memberikan mereka 

kemurahan rezeki, yang mana kala itu sebagian diantara 

orang Yahudi selalu merugi sesudah  memusuhi Nabi 

Muhammad296, dan anggapan mereka yang menyatakan 

Allah tamak tercantum dalam Al-Qur’an berikut: 

 

  يتَلَاقَو ُدوُه َيلٱ    ُءاَشَي َفيَك ُقيفُني يناََتطوُسبَم ُهاَدَي لَب ْاوُلَاق َا يبِ ْاوُنيُعلَو ميهييدَيأ تَّلُغ ٌةَلوُلغَم يَّللَّٱ ُدَي

 لٱَو  َةَو ََٰدَعلٱ  ُمُه َنَيب  اَنيَقَلأَو  ارفَُكو انََٰيُغط َكي بَّر نيم َكَيليإ  َليزُنأ اَّم مُهني م ايريثَك َّنَدييزََيلَو 

يمَوي  ََٰلَيإ  َءاَضغَب

ف

ُ

لمٱ ُّبُييَ َلَ ُ َّللَّٱَو اداَسَف يضَرلأٱ يفِ َنوَعسَيَو  ُ َّللَّٱ اَهَأَفطَأ يبرَحلي ل ارَنَّ ْاوُدَقَوأ اَمَّلُك يةَمََٰييقلٱ َنييد يس  

٦٤   

“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah 

terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang 

dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa 

yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi 

kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan 

sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang 

diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh 

akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi 

kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan 

permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari 

kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah 

memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka 

bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang 

membuat kerusakan.”297 (QS. al-Maidah [5]: 64) 

Orang-orang Yahudi juga terbiasa membangkang 

perintah-perintah Allah yang terdapat dalam kitab suci 

mereka kemudian mereka mebuat hukum sendiri sesuai 

dengan selera mereka yang bertentangan dengan tuntunan 

Allah swt., karena itu Alquran memposisikan mereka 

sebagai orang yang memutar-balikan kebenaran dengan 

 

kebatilan sebagai kebenaran. Padahal kitab suci mereka 

(Taurat) telah menjelaskan mana yang benar dan mana 

yang salah secara gamblang, tetapi hati mereka telah 

diliputi oleh kesombongan yang besar sehingga sulit 

menerima kebenaran. Karena begitu banyak kedurhakaan 

yang mereka telah lakukan maka mereka juga dihukum 

dengan pengharaman beberapa makanan, sebagaiamana 

yang tercantum dalam Alquran berikut: 

  َنييذَّلٱ ىَلَعَو ْاوُداَه    تََلَح اَم َّلَيإ اَمُهَموُحُش ميهيَلَع اَنمَّرَح يمَنَغلٱَو يرَق َبلٱ َنيمَو رُُفظ ييذ َّلُك اَنمَّرَح

 َيَاََولحٱ يَوأ َاُهُروُُهظ  َنوُقيد ََٰصَل َّنَّيإَو ميهييغَبيب مُهََٰنيَزَج َكيل ََٰذ مظَعيب َطَل َتخٱ اَم َوأ ١٤٦   

“Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala 

binatang yang berkuku dan dari sapi dan domba, Kami 

haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, 

selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau 

yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan 

tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan 

kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah 

Maha Benar”298 (QS. al-An’am [6]: 146) 

Maka karena kedurhakan-kedurhakaan yang telah  

mereka lakukan Allah swt. menepati janji-Nya 

menanamkan di dalam hati Nebukadnezar untuk 

menyerang kaum Yahudi dengan sangat keji

 

   Saat menjalani pembuangan di Babilonia, orang-

orang Yahudi dilarang menjalankan kepercayaannya 

sesuai dengan ajaran Nabi Musa, dan dilarang menyebut 

nama Allah, serta dilarang memakai bahasanya sendiri, 

Ibrani. Untuk menyelamatkan keturunan mereka, orang-

orang Yahudi kawin dengan penduduk setempat, yang 

mengakibatkan asimilasi generasi dan kepercayaan. 

Bahkan akhirnya, banyak keturunanYahudi tidak 

mengerti bahasa ibunya sendiri. Selain itu, mereka juga 

membuat kata sandi YHWH (Yahweh) untuk menyebut 

nama Tuhan, dan mengemas peribadatan dengan 

mencampur ajaran Musa dengan kepercayaan bahasa 

Babilonia (Irak) yang menyembah dewa Marduk300. 

3. Masa Kekuasaan Raja Cyrus (Pembangunan 

Kembali Bitul Maqdis) 

sesudah  lama menjadi budak di Babilonia, orang-

orang Yahudi baru kembali ke Palestina pada tahun 539-

509 SM. Saat itu, Babilonia telah ditaklukan oleh Persia 

di bawah kekuasaan raja Cyrus yang agung301 (ada yang 

 

300 Ibnu Jarir al-Thabârî, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Juz I, h. 539 

301 Ibnu Jarir menyebutkan bahwa Raja Cyrus atau Bestasyeb adalah 

seorang raja yang adil dan bijaksana dalam memimpin 

kerajaannya. Banyak sekali masyarakat, negeri, raja, dan 

panglimanya yang tunduk di bawah kepemimpinannya. Ia juga 

memeiliki kepandaian dalam membangun kota-kota, sungai-

sungai, dan benteng-benteng pertahanan. Lihat Ibnu Jarir al-

Thabârî ,Tarikh al-Umam wa al-Muluk , Juz I, h. 540-541 

 137 

menyebut nama raja itu Besytaseb).302 Pada saat inilah 

dibangun kembali Baitul Maqdis . Dan pada masa ini pula 

peristiwa Uzair yang ditidurkan Allah selama seratus 

tahun dan sesudah  ia dibangunkan kemudian ia menulis 

ulang kitab Taurat karena tidak ada lagi kitab Taurat 

yang tersisa pasca penghancuran kota Yerussalem oleh 

Nebukadnezar.    

Uzair adalah salah satu Nabi Banî Isrâ’îl. Ia hidup 

sesudah  zaman Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman, namun 

sebelum zaman Nabi Zakaria dan Yahya. Tidak 

seorangpun yang tersisa dari Banî Isrâ’îl yang masih 

menghafal kitab suci Taurat selain dia, lalu Allah 

mengilhamkan hafalan itu kepada Uzair, lalu ia 

memberitahukannya kepada Banî Isrâ’îl. Oleh karena 

itulah orang Yahudi menyebutnya dengan sebutan “Uzair 

putra Allah” karena  mereka mendapatkan kembali kitab 

suci Taurat melalui hafalannya303. 

Dikarenakan alasan (tidak ada yang menghafal 

Kitab Taurat) itulah sejumlah ulama mengatakan, 

runtutan kabar yang disampaikan oleh orang yang banyak 

(tawatur) dalam Kitab Taurat telah terputus. Tepatnya 

pada masa Uzair. Tawatur ini adalah salah satu syarat 

dipercayanya sebuah riwayat, karena tawatur 

 

mengharuskan orang yang meriwayatkannya mesti lebih 

dari sepuluh orang pada masanya. Klaim kaum Yahudi 

yang menganggap ‘Uzair adalah putra Allah merupakan 

suatu penyimpangan Tauhid, hal ini tercantum dalam 

Alquran berikut: 

  يتَلَاقَو ُدوُه َيلٱ   يه ََٰضُي ميهيهََٰوَف يبِ ُمُلَوَق َكيل ََٰذ يَّللَّٱ ُنبٱ ُحي يس

َ

لمٱ ىَر ََٰصَّنلٱ يتَلَاقَو يَّللَّٱ ُنبٱ ٌريَزُع ُ    َلوَق َنو

 َنوُكَفُؤي ََّٰنََّأ ُ َّللَّٱ ُمُهَل َتََٰق ُلَبق نيم ْاوُرَفَك َنييذَّلٱ٣٠   

“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" 

dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera 

Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut 

mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang 

terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka 

sampai berpaling”304 (QS. al-Taubah [9]: 30) 

Orang-orang Yahudi telah mengubah aqidah 

tauhid dengan keyakinann yang berbau syirik. Kendati 

demikian, beberapa muafssir mengatakan bahwa 

kenyataan paham ‘Uzair sebagai  putra Allah tidak 

berlaku secara umum dikalangan orang Yahudi, 

melainkan sebatas dianut oleh Yahudi arab305.    

Sebab turun ayat di atas sebagaimana 

diriwayatkan oleh Ibn Ishaq, Ibn Jarir dan Ibn Mardawaih 

bersumber dari Ibnu Abbas, Dalam suatu riwayat 

 

dikemuka