Minggu, 14 Desember 2025

ginekologi yahudi di Alquran 4

 


kan bahwa Salam bin Musykaram, Nu’man bin 

Aufa, Muhammad bin Dihyah, Syas bin Qais dan Malik 

bin ash-Shaif menghadap Rasulallah saw. Seraya berkata: 

“Bagaimana kami bisa mengikuti tuan, padahal tuan telah 

meninggalkan kiblat kami dan tidak menganggap ‘Uzair 

sebagai putra Allah’’306. Berkenaan dengan peristiwa 

tersebut turunlah ayat ini, yang menegaskan bahwa 

ucapan Yahudi itu sama dengan ucapan kaum kafir 

sebelum mereka yang telah dibinasakan Allah swt”307.  

Al-Thabâthaba’î menyatakan bahwa pengertian 

“Uzair putra Allah” bagi kaum Yahudi, bukanlah dalam 

arti sebenarnya sebagaimana halnya kaum Nasrani yang 

mengatakan al-Masih anak Allah. Kata-kata itu hanyalah 

kiasan sebagai penghormatan kepada ‘Uzair yang berjasa 

besar dalam mengkodifikasi dan mengedit kitab Taurat 

sesudah  naskah-naskahnya hancur di saat Nebukadnezar, 

Raja Babilonia, menyeramg Yerussalem. Karena jasanya 

yang begitu besar, ia dihormati dan dianggap sebagai 

anak Allah. Pengertian anak Allah di sini bukan berarti 

anak yang memiliki unsur ketuhanan, tetapi lebih pada 

  

orang yang mendapat anugerah dan dipilih Allah untuk 

menyelamatkan kitab Taurat dari kehancuran.308 

 Meskipun tidak semua orang Yahudi berpendapat 

demikian, namun diantara mereka ada yang menganut 

faham tasybih (antropomorsisme), yakni faham 

mempersamakan Tuhan dengan makhluk-Nya. Contoh 

faham tasybih di kalangan Yahudi ini dikemukakan oleh 

Al-Syahrastani. Menurutnya mereka mengatakan “bahwa 

sesudah  Allah selesai menciptakan langit dan bumi, 

kemudian Dia bertahta di singgasana-Nya dengan 

berbaring telentang sambil meletakan salah satu kaki-Nya 

di atas kaki-Nya yang lain.”309 Kendati demikian, 

pendapat ini pun bukan merupakan pendapat umum di 

kalangan orang Yahudi. 

Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, ayat di 

atas secara gamblang menyatakan, bahwa klaim ‘Uzair 

sebagai anak Allah merupakan penyimpangan dari ajarann 

tauhid yang dibawa nabi Musa as., yang sedikit banyak 

menodai kemurnian aqidah tauhid. 

Kemudian pada tahun 330 SM saat dipimpin pleh 

Darius III, Persia ditaklukan oleh Alexander Agung dari 

 

Yunani. Bangsa Yahudi pun berganti tuan. Tahun 301 

SM, sebagian negeri jajahan Yunani dapat direbut Mesir, 

salah satunya adalah Palestina. Lalu, pada tahun 199 SM, 

Palestina direbut oleh Assyria dari Mesir dan 

menguasainya selama 50 tahun sampai tahun 142 SM. 

Pada tahun inilah, bangsa Yahudi berhasil merebut 

kemerdekaan ditangan Assyria. Akan tetapi tidak sampai 

seabad, yaitu 63 SM, mereka kembali hatuh ketangan 

bangsa Romawi.310 

Pada masa penjajahan Romawi inilah, Tuhan 

mengutus Nabi Isa. Ia diutus untuk mengajak Bani Isrâ’îl 

agar berpegang teguh pada ajaran Nabi Musa yang sudah 

banyak diingkari. Lalu, pada tahun 33 M, diadakan 

perayaan Paskah tahunandi Baitul Maqdis sebagai 

perayaan selamatnya Bani Isrâ’îl dari penindasan Fir’aun. 

Namun, perayaan tersebut berubah menjadi pesta 

perniagaan yang diwarnai perjudian. Bahkan, dipintu 

gerbang Baitul Maqdis diberi patung garuda sebagai 

lambang kebesaran kekaisaran Romawi. 

Hal itu membuat Isa dan pengikutnya menyerbu 

Baitul Maqdis. Kerusuhan itu menimbulkan kemarahan 

penguasa Romawi, Romawi kemudian mencoba untuk 

menagkap Isa dan pengikutnya. Tetapi, mereka telah 

menyingkir dan bersembunyi di bukit Gesmani. Saat itu, 

orang Yahudi menyebarkan isu bahwa Isa akan 

 

melakukan pemberontakan terhadap Romawi dan 

mengangkat dirinya sebagai Raja Yahudi. Dari sinilah 

awal penangkapan Isa, dan terjadilah penyaliban Isa yang 

kontroversional.311 

 َماَء يَّللَّٱ ُراَصَنأ ُنَنَ َنوُّييراََولحٱ َلَاق يَّللَّٱ َلَيإ ييراَصَنأ نَم َلَاق َرفُكلٱ ُمُهن يم َٰىَسييع َّسَحَأ اَّمَل َف اَّن

 َنوُميلسُم َّنَّ يبِ دَهشٱَو يَّللَّٱيب٥٢   

 “Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani 

lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi 

penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" 

Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: 

"Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami 

beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa 

sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah 

diri” (QS. Âli ‘Imrân [3]: 52) 

sesudah  Nabi ‘Isa berdakwah dan memperlihatkan 

hujjah dan bukti nyata dihadapa kaumYahudi, sebagian 

besar dari mereka tetap dalam kekufuran , kesesatan, dan 

keingkaran mereka. Maka Allah swt. memilih sekelompok 

orang dari kaum Bani Isrâ’îl yang baik untuk dijadikan 

sahabat dan penolong bagi Nabi ‘Isa a.s. Mereka 

ditugaskan untuk membantunya menyebarkan agama, 

memberikan masukan kepadanya dan dan melanjutkan 

ajarannya. Apalagi ketika kaum Yahudi berniat 

membunuh dan menyalib Nabi ‘Isa a.s., bahkan mereka 

 

meminta bantuan raja untuk membantu melaksanakan 

niat merak. Namun niat itu digagalkan oleh Allah, karena 

Nabi ‘Isa a.s. diselamatkan dari tangan jahat mereka.312 

Pada tahun 70 M, kaum Yahudi pernah mencoba 

memberontak pada Romawi, tetapi tidak berhasil. 

Komandan militer Romawi saat itu, Titus, berhasil 

mematahkan pemberontakan tersebut. Kemudian pada 

tahun 132-135 M, mereka kembali memberontak dan lagi-

lagi gagal. Julius Cyprus, pemimpin Romawi, akhirnya 

memporak-porandakan Yerussalem. 

Diatas puing kota Yerussalem, Kaisar Romawi, 

Hendrian I, membangun kota baru dinamakan Elia 

Capitolina, yang kemudian dikenal dengan nama Elya. 

Bangsa Yahudi dilarang memasuki kota Yerussalem 

selam 200 tahun.  Jumlah populasi merekapun sangat 

jarang di sepanjang 18 abad berikutnya. Sementara 

penduduk pribumi dari keturunan Kan’an yang 

berasimilasi dengan kabilah Arab tetap langgeng disana. 

Romawi menguasai Palestina sampai tahun 640 M 

hingga datangnya Islam. Kota Yerussalem kemudian 

diserahkan secara resmi kepada khalifah Umar ibn 

Khattab tanpa peperangan. Dibawah pemerintahan Islam 

seluruh rakyat diperlakukan dengan adil dan diberi 

kebebasan beribada sesuai agama masing-masing. Saat itu 

 

Yahudi, Kristen dan Islam hidup rukun dan 

berdampingan.313 

4. Masa Kaum Yahudi Madinah  

Ketika orang-orang Babilonia menghancurkan kuil 

pertama di Yerussalem 2.600 tahun silam, orang-orang 

Yahudi yang berhasil meloloskan diri hijrah ke tanah 

Arab, tepatnya di Yatsrib (Madinah), serta sebagian pergi 

ke tempat-tempat yang jauh, dan mereka kemudian 

membangun komunitas. Kaum yahudi yang berhijrah ke 

Madinah inilah yang kelak berinteraksi dengan Nabi 

Muhammad saw.  

Dalam Alquran beberapa ayat yang memakai term 

Yahudi merupakan ayat-ayat yang berkenaan dengan 

kaum Yahudi Madinah, yaitu ayat-ayat tersebut turun 

untuk merespon prilaku kaum Yahudi masa itu yang 

seringkali berprilaku menyimpang dari ajaran Taurat, 

justru kaum Yahudi masa itu  kerap kali merubah isi kitab 

Taurat dan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad saw., 

hal ini tergambar dalam ayat berikut: 

 َنييذَّلٱ َني م ْاوُداَه  يهيع يضاَوَّم نَع َميلَكلٱ َنوُفي رَُيَۦ  اََّيل اَن

يعََٰرَو عَمسُم َيرَغ عَسٱَو اَنيَصَعَو اَنع َيس َنوُلوُق َيَو

ُمَّلَ ايرَخ َناَكَل َنَُّرظنٱَو عَسٱَو اَنَعطَأَو اَنع َيس ْاوُلَاق ُم َّنََّأ وَلَو ينيي دلٱ يفِ انَعطَو ميهيتَن يسَل يبِ   نيكََٰلَو َمَوَقأَو

لَييَلق َّلَيإ َنوُن يمُؤي َلََف ميهيرفُكيب ُ َّللَّٱ ُمُه َنَعَّل٤٦  314  

 

“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan 

dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami 

mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan 

(mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu 

sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka 

mengatakan): "Raa´ina", dengan memutar-mutar lidahnya 

dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: 

"Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan 

perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka 

dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, 

 

 يذَّلٱ َنيم يرفُكلٱ يفِ َنوُعير ََٰسُي َنييذَّلٱ َكُنزَيَ َلَ ُلوُسَّرلٱ اَهُّ َيأَيَ  َنييذَّلٱ َنيمَو ُمُبَوُل ُق نيمؤُت َلََو ميهيهََٰوَف يبِ اَّنَمَاء ْاُولَاق َني ْاوُداَه  

 يهيع يضاَوَم  يدَعب  نيم  َميلَكلٱ  َنوُفي رَُيَ  َكُوتَيَ  َلَ  َنييرَخَاء  ٍموَق

يل  َنوُعَََّٰس  يبيذَكليل  َنوُعَََّٰسۖۦ    اَذ ََٰه  مُتييتُوأ  نيإ  َنُولوُق َي

 َتؤُت َّلَ نيإَو ُهوُذُخَف ُهَت َنتيف  ُ َّللَّٱ يديُري  نَمَو ْاوُرَذحَٱف ُهوٓۥ   َُهل  َكيلَتم نَل َفٓۥ    نَأ  ُ َّللَّٱ يديُري  َلَ َنييذَّلٱ  َكيئََٰلُْوأ  ايَش يَّللَّٱ َنيم

مييظَع ٌباَذَع يَةر يخلأٱ يفِ ُمَلََو يز يخ اَين ُّدلٱ يفِ ُمَلَ ُمَبَوُل ُق َري هَُطي ٤١   

“Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang 

yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara 

orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami 

telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) 

di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat 

suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka 

mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah 

datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan 

(Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika 

diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah oleh mereka) kepada 

kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini 

maka hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki 

kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu 

menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu 

adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati 

mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat 

mereka beroleh siksaan yang besar” 314(QS. al-Mâidah [5]: 41) 

146    

karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali 

iman yang sangat tipis.”315 (QS. al-Nisa’ [4]: 46) 

Pada kalimat yuharrifûna al-kalima ‘an 

mawadhi’ihi (merubah perkataan (Allah) dari tempat-

tempatnya), difahami bahwa tahrif atau perubahan 

tersebut bisa dilakukan dengan dua cara: pertama, 

mentakwilkan suatu kalimat dengan makna yang tidak 

dikehendaki oleh kalimat itu. Misalnya yang dilakukan 

orang-orang Yahudi adalah mengatakan bahwa seorang 

rasul yang diberitakan dalam Taurat yang akan datang 

adalah bukan Muhammad tetapi orang lain yang sampai 

sekarangpun masih mereka tunggu kehadirannya. Kedua, 

adalah dengan mengambil suatu kalimat atau sebagian isi 

al-Kitab dan meletakkannya di tempat lain. Selain 

melakukan perubahan orang-orang Yahudi juga telah 

mencampur-adukan apa-apa yang berasal dari nabi Musa 

dan apa-apa yang ditulis orang jauh sesudah zaman 

Musa316.  

Hal senada juga dikemukakan Ibnu Katsîr, bahwa 

pemahaman orang-orang yahudi terhadap Taurat keliru, 

dan mereka berbuat jahat terhadap ayat-ayat Allah 

dengan mentakwilkannya secara bertentangan dengan 

maksud diturunkannya dan mengamalkannya dengan cara 

 

yang tidak sesuai sebagaiman yang dikehendaki, dan 

semua itu dilakukan dengan kesengajaan317. 

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini 

turun berkenaan dengan dua golongan Yahudi. Salah satu 

di antaranya, pada zaman jahiliah, suka menzalimi yang 

lain, yaitu mereka memaksakan hukum yang tak 

seimbang. Apabila si kuat (ekoniminya) membunuh si 

lemah, maka fidyahnya 50 wasaq318. Sebaliknya, jika si 

lemah membunuh si kuat, maka fidyahnya 100 wasaq. 

Ketetapan ini berlaku hingga Rasulallah saw. diutus.  

Pada suatu ketika si lemah membunuh si kuat, si kuat 

mengutus agar si lemah membayar fidyahnya 100 wasaq. 

Berkatalah si lemah “Apakah dapat terjadi di dua 

kampung yang agama, turunan dan negaranya sama, 

membayar tebusan berbeda? Kami berikan sekarang ini 

dengan rasa dongkol, tertekan serta takut terjadi 

perpecahan. Tapi sekiranya Muhammad sudah sampai 

kemari, kami tidak akan memneri itu kepadamu. “Hampir 

saja terjadi peperangan diantara dua golongan itu. Mereka 

bersepakat untuk menjadikan Rasulallah saw. sebagai 

penengah. Mereka mengutus orang-orang munafik untuk 

mengetahui pendapat Rasulallah. Ayat ini diturunkan 

 

untuk memperingatkan Nabi agar tidak mengambil pusing 

perihal mereka319. 

Pendapat lain mengatakan bahwa ayat ini turun 

berkenaan dengan kaum Yahudi yang menghukum 

seorang pezina dari kalangan mereka dengan mencambuk 

dan mencorengkan arang ke mukanya. Mereka telah 

melenceng dari ajaran Taurat yang mewajibkan hukum 

rajam bagi pezina yang telah menikah. Hal ini mereka 

lakukan karena maraknya perzinahan yang dilakukan oleh 

orang-orang kaya dan terhormat di kalangan mereka. 

Rasulallah merasa sedih dengan komdisi seperti ini. 

Hingga ayat ini turun untuk menghibur beliau320. 

Zamakhsyari menafsirkan ayat-ayat tentang 

perubahan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi itu 

secara lebih spesifik seperti perubahan tentang sifat-sifat 

nabi Muhammad dan penghapusan hukum rajam. Pada 

dasarnya Zamaksyari menerima makna lafzhi dari ayat-

ayat ini, yaitu bahwa sebagian orang-orang Yahudi telah 

merubah, menghilangkan atau mengurangi dan menambah 

sebagian isi Taurat321.  

 

 Menurut Ibnu Hazm, sebagaiman dikutip Mahmud 

Al-Syarif, bahwa Taurat yang dimiliki oleh umat Yahudi 

sekarang tidak terdapat di dalamnya ajaran tentang Hari 

Akhirat dan adanya balasan sesudah  mati.322 Al-Aqqad 

juga mendukung pendapat tersebut dengan menyatakan: 

“Kitab-kitab Israil tidak menyebut tentang Hari 

Kiamat”323. 

 Penghapusan konsep Hari Akhirat dalam kisah 

Taurat yang mereka susun, bukanlah merupakan hal yang 

aneh jika dihubungkan dengan pandangan hidup orang 

Yahudi yang matrealistis. Pandangan hidup mereka yang 

serba materi ini cenderung menjauhkan mereka dari 

konsep kehidupan ruhani, khususnya menyangkut 

keyakinan kepada yang Ghaib, yaitu Hari Akhirat, yang 

menjadi bagian esensial dari agama samawi yang tidak 

mungkin diabaikan. Nilai-nilai esensial yang terkandung 

di dalam konsep keyakinan kepada Hari Akhirat ini, 

menurut Fazlur Rahman sangat penting, karena: pertama, 

moral dan keadilan sebagai suatu konstitusi penilaian 

kualitas perbuatan secara adil sangat sulit ditemukan 

didunia; kedua, tujuan hidup yang diperjuangkan oleh 

manusia mencakup dua dimensi kehidupan, yaitu 

kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi; ketiga, 

perbedaan pendapat dan konflik yang diakui secara jujur 

 

sangat sulit dijumpai di dunia. Oleh karena itu pemecahan 

masalah tersebut akan dapat ditentukan di akhirat karena 

batin manusia akan terlihat jelas.324 Allah sendiri 

menegaskan dalam berbagai ayat-Nya bahwa segala 

perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawabannya 

di akhirat, yakni hari pemberian ganjaran berupa 

kenikmatan surgawi bagi orang yang baik dan taat 

kepada-Nya dan kesengsaraan dineraka bagi orang yang 

ingkar dan membangkang kepada-Nya.  

Kaum Yahudi Madinah selain kerap kali merubah 

isi Taurat, mereka juga mengingkari kerasulan Nabi 

Muhammad saw., padahal sebelum kedatangan Nabi 

Muhammad saw., orang Yahudi maupun Nasrani, sama-

sama menunggu datangnya seorang Rasul yang kelak 

akan melanjutkan ajaran yang dibawa oleh nabi dan rasul 

sebelumnya. Berita mengenai akan datangnya seorang 

Rasul, mereka ketahui melalui informasi dari kitab suci 

mereka baik Taurat maupun Injil325. Alquran juga 

menginformasikan bahwa kedatangan Nabi Muhammad 

saw. sudah tercantum dalam kitab Taurat dan Injil.326 

Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu 

‘Abbas dijelaskan bahwa orang Yahudi Khaybâr 

 

berperang melawan Arab Ghatfân327, tetapi mereka 

dikalahkan, maka ketika iru orang-orang Yahudi 

memanjatkan doa yang artinya: 

“Ya Allah, kami mohon kepada-Mu demi nabi yang ummî 

yang engkau janjikan untuk mengutusnya kepada kami di 

akhir zaman, menangkanlah kami atas mereka.” 

Ketika terjadi lagi kontak senjata antara orang 

Yahudi Khaybâr berperang melawan Arab suku Ghatfân, 

mereka membaca doa ini dan berhasil mengalahkan 

musuhnya dari Arab Ghatfân328. 

Orang-orang Yahudi Yatsrib juga mempunyai 

keyakinan bahwa kelak akan datang seorang nabi yang 

akan membebaskan mereka dari penindasan. Hal ini 

mereka kemukakan kepada suku ‘Aus dan Khazraj, 

“bahwa akan datang seorang nabi (dari kelompok mereka) 

dan bila ia datang pastilah kaum Yahudi mengalahkan 

musuh-musuhnya”329. Lalu ketika Nabi Muhammad saw. 

diutus, justru mereka tidak beriman kepada beliau. Maka 

berkaitan dengan prihal tersebut Allah swt. menurunkan 

firman-Nya: 

 

 ُرَفَك َنييذَّلٱ ىَلَع َنوُحيتفَتسَي ُلَبق نيم ْاُوناََكو مُهَعَم اَمي ل قي دَصُم يَّللَّٱ يدنيع ني م بََٰتيك مُهَءاَج اَّمَلَو  ْاو

 َّم مُهَءاَج اَّمَل َف يهيب ْاوُرَفَك ْاوُفَرَع ا ۦ  َنييريف ََٰكلٱ ىَلَع يَّللَّٱ ُةَنعَل َف٨٩   

“Dan sesudah  datang kepada mereka Al Quran dari Allah 

yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal 

sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) 

untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, 

maka sesudah  datang kepada mereka apa yang telah 

mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka 

laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu”330 (QS. 

al-Baqarah [2]: 89) 

Informasi Alquran yang senada dengan ayat diatas 

yang menjelaskan tentang sikap kaum Yahudi yang 

menyembunyikan kebenaran yang  terdapat dalam kitab 

suci mereka mengenai berita kerasulan Nabi Muhammad 

juga tercantum dalam ayat berikut: 

 ُهَّن ُني ي َب َُتل َبََٰتيكلٱ ْاُوتُوأ َنييذَّلٱ َقََٰثي يم ُ َّللَّٱ َذَخَأ ذيإَوۥ   َُهنوُمُتكَت َلََو يساَّنليلۥ   ْاَوَتَشٱَو ميهيروُُهظ َءَارَو ُهوُذَب َن َف

 يهيۦب  َنُوَتَشَي اَم َسئيَبف لَييَلق اَنَثَ ١٨٧   

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-

orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu 

menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan 

kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan 

janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka 

menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah 

 

 

Keingkaran kaum Yahudi terhadap ajaran yang 

dibawa oleh Nabi Muhammad saw., walaupun 

sebelumnya mereka menunggu kedatangannya, 

disebabkan oleh sifat ekslusivisme dan rasa superioritas 

yang menonjol dalam diri mereka, khususnya kedengkian 

dan iri hati mereka.332 Hal demikian disebabkan karena 

sebelumnya mereka menduga bahwa nabi yang akan 

diutus itu berasal dari kalangan Bani Isrâ’îl, tetapi 

ternyata nabi yang datang berasal dari golongan Arab 

yang merupakan seteru mereka333.  Kekecewaan 

dikarenakan nabi yang ditunggu itu bukan berasal dari 

kalangan mereka tergambar dari ucapan mereka yang 

menyatakan334: “Bahwasanya rasul-rasul itu berasal dari 

Bani Isrâ’îl, maka bagaimana mungkin (rasul) ini 

(Muhammad) berasal dari Bani Ismâ’îl?

Firman Allah yang menerangkan juga tentang 

keingkaran kaum Yahudi terhadap kerasulan Nabi 

Muhammad saw. dengan alasan yang diada-adakan oleh 

mereka sendiri tergambar dalam ayat berikut: 

 يإ َد يهَع َ َّللَّٱ َّنيإ ْاوُلَاق َنييذَّلٱ  لُسُر مَُكءاَج دَق لُق ُراَّنلٱ ُهُلُكَتَ نَبَرُقيب اَن َييتَيَ ََّٰتََّح ٍلوُسَريل َنيمُؤن َّلََأ اَنَيل

 َينيقيد ََٰص مُتنُك نيإ  مُهوُمُتلَت َق  َميَلف  مُتُلق  ييذَّلٱيبَو  يتََٰني ي َبلٱيب  ييلَبق  ني م  ١٨٣   َبي ذُك دَق َف  َكُوبَّذَك نيَإف

ٱيب وُءاَج َكيلَبق ني م لُسُر ييرينُ

لمٱ يبََٰتيكلٱَو يُربُّزلٱَو يتََٰني ي َبل ١٨٤   

“(Yaitu) orang-orang (Yahudi) yang mengatakan: 

"Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami, 

supaya kami jangan beriman kepada seseorang rasul, 

sebelum dia mendatangkan kepada kami korban yang 

dimakan api". Katakanlah: "Sesungguhnya telah datang 

kepada kamu beberapa orang rasul sebelumku membawa 

keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa 

yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh 

mereka jika kamu adalah orang-orang yang benar". Jika 

mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-

rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka 

membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab 

yang memberi penjelasan yang sempurna”335  (QS. Âli 

‘Imrân [3]: 183-184)  

Selain penyimpangan-penyimpangan yang telah 

dijelaskan di atas, prilaku kaum Yahudi yang di respon 

dan diabadikan oleh Alquran adalah sikap pertentangan 

 

mereka dengan kaum Nasrani, pertentangan antara orang-

orang Yahudi dan Nasrani ternyata terus berlangsung, 

masing-masing mengklaim diri sebagai pihak yang paling 

benar, sedang pihak lain berada di pihak yang sesat. Hal 

ini tergambar dalam klaim-klaim antara Yahudi dan 

Nasrani yang direkam secara abadi dalam Alquran sebagai 

berikut: 

  يتَلَاقَو ُدوُه َيلٱ    يتَسَيل َٰىَر ََٰصَّنلٱ يتَلَاقَو ءيَش َٰىَلَع َٰىَر ََٰصَّنلٱ يتَسَيل ُدوُه َيلٱ    َنوُلَتي مُهَو ءيَش َٰىَلَع

 ْاُوناَك اَمييف  يةَمََٰييقلٱ  َمَوي  مُه َنَيب  ُمُكَيَ  ُ َّللََّٱف  مييلَوَق  َلث يم  َنوُمَلَعي  َلَ  َنييذَّلٱ  َلَاق  َكيل ََٰذَك َبََٰتيكلٱ يهييف  

 َيَ َنوُفيلَت١١٣   

“Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani 

itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang 

Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai 

sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) 

membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang 

tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. 

Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari 

Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih 

padanya”336 (QS. al-Baqarah [2]: 113) 

Klaim-klaim orang-orang Yahudi dan Nasrani 

tentang kebenaran, pada dasarnya dilatarbelakangi oleh 

keinginan untuk berebut pengaruh dengan menggunakan 

agama sebagai alat. Artinya klaim-klaim tersebut tidak 

murni muncul dari ajaran agam mereka. Hal demikian 

 

dapat dipahami apabila diperhatikan latar belakang 

turunnya ayat tersebut. Menurut beberapa riwayat, ayat 

tersebut turun berkaitan dengan sikap dan prilaku orang-

orang Yahudi Madinah yang mempunyai hubungan sosial 

yang cukup baik dengan umat Islam. Melihat situasi 

tersebut, orang-orang Nasrani dari Najran yang 

merupakan saingan orang-orang Yahudi Madinah merasa 

berkepentingan pula untuk mengambil hati orang-orang 

Islam karena posisinya yang penting di Madinah, dengan 

harapan dapat mengalihkan perhatian orang-orang Islam 

dari hubungannya yang baik dengan Yahudi kepada 

orang-orang Nasrani337.  

Keterangan tersebut membuktikan, bahwa 

sebenarnya pertentangan antara kaum Yahudi dan 

Nasrani, pada awalnya lebih banyak dipengaruhi faktor 

kepentingan untuk berebut pengaruh, baik untuk 

kepentingan ekonomi dan politik. Untuk mewujudkan 

ambisi masing-masing pihak, mereka menggunakan 

argumentasi agama, sehingga pertentangan mereka 

tampak sebagai pertentangan agama. 

Sedangkan menurut al-Maraghi, anggapan kaum 

Yahudi bahwa agama Nasrani itu tidak benar 

menyebabkan mereka mengingkari kenabian Isa a.s., 

 

sebaliknya kaum Nasrani karena beranggapan kaum 

Yahudi tidak ada asal usul, maka mereka mengingkari 

kenabian Musa, padahal Isa a.s. adalah pelanjut syari’at 

Musa a.s. Pendapat seperti berdasarkan pada sebab turun 

ayat ini338.  Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika 

orang-orang Nasrani Najran menghadap Rasulallah saw., 

datang pulalah paderi-paderi Yahudi, mereka bertengkar 

di hadapan Rasulallah saw. Berkata Rafi’ bin Khuzaimah 

(yahudi): “kamu tidak berada pada jalan yang benar, 

karena menyatakan kekufuran terhadap Nabi Isa dan kitab 

Injilnya.’’ Seseorang dari kaum Nasrani Najran 

membantahnya dengan mengatakan: ‘’ Kamu pun tidak 

berada dalam jalan yang benar, karena menentang 

kenabian Musa dan kufur kepada Taurat. “Maka Allah 

menurunkan ayat tersebut di atas, sebagai jawaban 

sehubungan dengan pertengkaran mereka.339  

Selain itu sikap ekslusif dari kedua kelompok 

ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) yang masing-masing 

mengklaim diri sebagai kelompok yang akan selamat dan 

masuk surga di hari kemudian, serta menganggap 

kelompok lainnya bakal masuk neraka, juga 

diinformasikan Alquran sebagai berikut: 

 

  َناَك نَم  َّلَيإ  َةََّنلجٱ  َلُخدَي  نَل  ْاوُلَاقَواًدوُه   مُتنُك نيإ  مُكَن ََٰهُرب  ْاُوتاَه  لُق  مُهُّ ييناََمأ  َكليت  َٰىَر ََٰصَن  َوأ

 َينيقيد ََٰص١١١   

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali 

tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang 

beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya) 

angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: 

"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah 

orang yang benar" 340(QS. al-Baqarah [2]: 111) 

Klaim-klaim antar Yahudi dan Nasrani tentang 

kebenaran dan keselamatan mereka di hari kemudian 

mendapat tanggapan dari Alquran agar mereka masing-

masing memberikan argumentasi yang bisa diterima 

untuk membuktikan klaim mereka. 

 ْاُونوُك ْاوُلَاقَواًدوُه  يهََٰربيإ َةَّليم لَب لُق ْاوُدَتَتَ َٰىَر ََٰصَن َوأ  َينيكيرشُ

لمٱ َنيم َناَك اَمَو افيينَح َم١٣٥   

“Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi 

penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu 

mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, melainkan 

(kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan 

bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik" 

(QS. al-Baqarah [2]: 135) 

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Ibnu 

Shuriya berkata kepada Nabi saw. : Petunjuk itu tiada lain 

kecuali apa yang kami anut, maka Ikutilah kami wahai 

 

Muhammad, agar tuan mendapat petunjuk. “Kaum 

Nasrani pun berkata seperti itu juga. Maka Allah 

menurunkan Ayat tersebut, yang menegaskan bahwa 

agama Ibrahim adalah agama yang bersih dari perubahan 

yang menimbulkan syirik341. 

Kaum Yahudi dan Nasrani masing-masing 

mengklaim bahwa merekalah golongan manusia yang 

mendapat petunjuk kebenaran, padahal ajaran agama 

mereka sudah mengalami perubahan dan sudah 

menyimpang dari ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa a.s. 

dan Nabi ‘Isa a.s. Kaum Yahudi mengubah ketentuan 

beribadah hari sabtu, kaum nasrani mengubah ajaran 

tauhid dengan paham trinitas. 

  يتَلَاقَو ُدوُه َيلٱ   ُهُؤََّٰب يحَأَو يَّللَّٱ ْاُؤََٰنَبأ ُنَنَ َٰىَر ََٰصَّنلٱَو ۥ    َقَلَخ نَّي مَ رَشَب مُتَنأ لَب مُكيبُونُذيب مُكُبي ذَع ُي َميَلف لُق

 َيليإَو اَمُه َنَيب اَمَو يضرَلأٱَو يتََٰو ََٰمَّسلٱ ُكلُم يَّيللََّو ُءاَشَي نَم ُبي ذَع ُيَو ُءاَشَي نَميل ُريفَغي ُير يصَ

لمٱ يه ١٨   

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini 

adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". 

Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu 

karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah 

dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah 

manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-

Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya 

dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan 

Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan 

 

kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).”342  (QS. al-

Mâidah [5]: 18) 

Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa bahwa 

Nu’man bin Qushay, Bahir bin Umar dan Syas bin ‘Adi 

(dari kaum Yahudi) mengadakan pembicaraan dengan 

Rasulallah. Dalam pembicaraan tersebut Nabi mengajak 

mereka untuk kembali kepada Allah dan mengingatkan 

mereka akan pembalasan-Nya. Mereka menjawab: “Hai 

Muhammad! Tidaklah hal tersebut menakutkan kami, 

karena demi Allah, kami adalah anak-anak Allah dan 

kekasih-kekasih-Nya. “Omongan   seperti   ini biasa 

diucapkan oleh Kaum Nasrani. Maka Allah  menurunkan  

Ayat tersebut, berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang 

mengingatkan mereka atas siksaan yang telah menimpa 

nenek moyang mereka343. 

Kaum Yahudi dan Nasrani masing-masing 

mengklaim bahwa merekalah anak-anak dan kekasih 

Allah. Jika yang mereka maksud sebagai anak-anak 

adalah anak dalam pengertian hakiki, jangankan mereka, 

‘Îsa pun tidak! Apabila yang mereka maksud dengannya 

adalah orang-orang yang dekat dengan Allah sebagaimana 

anak dekat dengan ayahnya dan dengan demikian mereka 

menjadi umat terpilih, maka ini bantahannya dengan 

 

menyatakan bahwa faktanya Allah swt. menyiksa juga 

mereka yang durhaka344.   

Kemudian di dalam tempat lain dalam Alquran 

dijelaskan juga tentang bantahan Allah kepada Kaum 

Yahudi yang menganggap diri mereka kekasih Allah sawt: 

  َنييذَّلٱ اَهُّ َي ََٰيَ لُق ْاوُداَه   َينيقيد ََٰص مُتنُك نيإ َتو

َ

لمٱ ْاُوَّ نَمَت َف يساَّنلٱ ينوُد نيم يَّيللَّ ُءاَييلَوأ مُكََّنأ مُتمَعَز نيإ  

٦   

“Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama 

Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya 

kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang 

lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah 

orang-orang yang benar"345 (QS. al-Jumu’ah [61] : 6) 

Uraian di atas menunjukan bahwa wahyu Tuhan 

yang telah diturunkan kepada Nabi Musa a.s dan Nabi 

‘Isa a.s. telah mengalami perubahan di tangan 

pemeluknya. Kerena itu sebenarnya Yahudi dan Nasrani 

tidak pantas saling mengklaim diri sebagi kelompok yang 

paling benar dan selamat346. 

Ayat Alquran yang memakai term Yahudi juga 

menjelaskan tentang sikap kaum Yahudi yang sangat 

keras memusuhi Islam, hal ini tergambara dalam ayat 

berikut: 

 

 ْاوُنَماَء َنييذَّلي ل ةَو ََٰدَع يساَّنلٱ َّدَشَأ َّنَد يجََتل َدوُه َيلٱ   ْاوُنَماَء َنييذَّلي ل ةَّدَوَّم ُمَبََرَقأ َّنَد يجََتلَو ْاوَُكرشَأ َنييذَّلٱَو

 َٰىَر ََٰصَن َّنَّيإ ْاوُلَاق َنييذَّلٱ  َنُو يبِكَتسَي َلَ ُم َّنََّأَو نَّاَبُهرَو َين يسي ي س

يق مُهن يم َّن َيبِ َكيل ََٰذ٨٢   

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling 

keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman 

ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan 

sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat 

persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah 

orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang 

Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara 

mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-

pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya 

mereka tidak menymbongkan diri” 347(QS. al-Mâidah [5]: 

82) 

 Ayat di atas menggambarkan bahwa semenjak 

dahulu orang-orang Yahudi sudah memperlihatkan 

permusuhan yang keras terhadap umat Islam. Hal ini juga 

sesuai dengan firman Allah:  

  َكنَع َٰىَضرَت نَلَو ُدوُه َيلٱ   َتعَبَّ تٱ ينيَئلَو َٰىَُدلَٱ َوُه يَّللَّٱ ىَدُه َّنيإ لُق مُه َتَّليم َعيبَّت َت ََّٰتََّح َٰىَر ََٰصَّنلٱ َلََو

 ٍير يصَن َلََو  يلَِو ن

يم يَّللَّٱ َنيم َكَل اَم يمليعلٱ َنيم َكَءاَج ييذَّلٱ َدَعب مُهَءاَوَهأ١٢٠   

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang 

kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. 

Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah 

petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu 

 

mengikuti kemauan mereka sesudah  pengetahuan datang 

kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan 

penolong bagimu.”348 (QS. al-Baqarah [2]: 120) 

Kendati ayat di atas menjelaskan sikap negatif 

orang Yahudi dan Nasrani terhadap umat Islam secara 

bersama-sama, tetapi tampak ayat tersebut memberikan 

isyarat bahwa sikap negatif dan permusuhan orang-orang 

Yahudi terhadap umat Islam lebih keras dibandingkan 

dengan orang-orang Nasrani. 

Timbulnya sikap antipati orang-orang Yahudi 

terhadap umat Islam, terutama pada masa Rasulallah saw. 

lebih banyak disebakan faktor ekonomi dan politik 

dibandingkan dengan faktor agama. Terbukti bahwa pada 

awal kedatangan Islam di Madinah, mereka tidak 

memperlihatkan permusuhan terhadap umat Islam. 

Sebaliknya mereka secara bersahabat menerima perjanjian 

untuk hidup berdampingan secara damai dengan umat 

Islam. Isi perjanjian untuk hidup berdampingan secara 

damai anatara umat Islam dan kaum Yahudi di Madinah 

dikenal dengan nama” Piagam Madinah”. 

Dalam hubungan ini, al-Dzahabi mengatakan, 

bahwa karena orang Yahudi bertetangga dengan kaum 

Muslimin, lama kelamaan terjadilah pertemuan yang 

intensif anatara keduanya, akhirnya juga terjadi 

pertukaran ilmu pengetahuan. Rasulallah saw. terkadang 

 

menemui orang-orang Yahudi untuk mendakwahkan 

Islam. Sebaliknya, orang-orang Yahudi juga sering datang 

kepada Nabi untuk menyelesaikan suatu persoalan yang 

ada pada mereka, atau juga terkadang hanya sekedar ingin 

mengajukan pertanyaan.349 

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pernah 

terjadi perselisihan antara kaum Yahudi Bani Nazdir dan 

Yahudi Bani Qurayzhah tentang besarnya diyat yang 

berlaku antara mereka. Masalah tersebut tidak dapat 

mereka selesaikan sehingga mereka membawa persoalan 

itu kepada Nabi untuk memeperoleh penyelesaian. 

Rasulallah saw. memutuskan bahwa diyat yang berlaku 

antara kedua kelompok tersebut sama besarnya.350 

Perbedaan agama pada tahun-tahun pertama Nabi 

dan Kaum Muslimin di Madinah sama sekali tidak 

menghalangi mereka untuk melakukan hubungan yang 

intensif dalam kehidupan sosial kemasyaraakatan. 

Disebutkan, bahwa Rasulallah saw. mempunyai sekretaris 

orang Yahudi. Hal demikian diperlukan karena orang 

Yahudi tersebut mahir dalam bahasa Ibrani dan Suryani. 

 

Ia baru diganti oleh Zaid ibn Tsabit sesudah  Bani Nazdir 

terusir dari Madinah.351 

Selain itu, kebencian orang Yahudi terhadap Islam 

bermula dari kedengkian dan iri hati mereka terhadap 

Nabi Muhammad saw. yang memperoleh kehormatan 

menjadi Nabi yang ditunggu-tunggu sesuai penjelasan 

yang tercantum dalam kitab Taurat, padahal sebelumnya 

mereka harapkan kehormatan itu diperoleh Banî Isrâ’îl. 

Kedengkian dan kebencian ini berkembang menjadi lebih 

besar dengan persatuan masyarakat Aus dan Khazraj di 

bawah naungan Islam, padahal selama ini mereka 

upayakan agar kedua kabilah tersebut terus terpecah belah 

demi mengukuhkan kepentingan politik dan ekonomi 

mereka. Seperti diketahui, orang-orang Yahudi sangat 

ambisius dengan harta, bahkan melakukan praktik-praktik 

buruk untuk meraihnya, seperti sogok-menyogok dan 

praktik riba352.  Hal itu juga disebabkan oleh sifat 

ekslusifisme dan superioritas Yahudi yang memandang 

diri sebagai kekasih Allah. Bahkan sebagian diantara 

mereka menyatakan bahwa tidak ada dosa berlaku aniaya 

dan berkhianata terhadap orang-orang ummi. 

 

  نيمَو يبََٰتيكلٱ يلَهأ   يهي دَؤ ُي رَاطنيقيب ُهنَمَتَ نيإ نَمٓۦ   يهي دَؤ ُي َّلَ راَنييديب ُهنَمَتَ نيإ نَّم مُهن يمَو َكَيليإٓۦ    َّلَيإ َكَيليإ

 ي يي ُملأٱ يفِ اَنيَلَع َسَيل ْاوُلَاق ُم َّنَّ َيبِ َكيل ََٰذ اميئَاق يهيَلَع َتمُد اَم يَّللَّٱ ىَلَع َنوُلوُق َيَو لييبَس َن  مُهَو َبيذَكلٱ 

 َنوُمَلَعي٧٥   

“Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu 

mempercayakan kepadanya harta yang banyak, 

dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada 

orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu 

dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu 

selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka 

mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-

orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, 

padahal mereka mengetahui.”353 (QS. Âli ‘Imrân [3]: 75) 

Menurut al-Kalbi, sebagian orang Yahudi 

menyatakan bahwa harta itu semuanya untuk kaum 

Yahudi. Maka apa yang ada pada orang-orang Arab, juga 

adalah hak orang-orang Yahudi. Sehingga tidak ada dosa 

apabila mereka mengambil harta tersebut dari tangan 

orang-orang Arab354. 

Sejarah Islam telah menunjukan bahwa usaha 

kaum Yahudi untuk memusuhi Islam telah bermula sejak 

perkembangan Islam di Makah. Pada suatu hari para 

 

tokoh Quraisy yang memusuhi Islam mengadakan 

pertemuan untuk membahas upaya menghancurkan Islam. 

Dalam pertemuan ini para tokoh Quraisy bersepakat 

dengan kaum Yahudi di kota Madinah. Untuk itu mereka 

mengirimkan dua orang utusan untuk bertemu dengan 

tokoh-tokoh Yahudi Madinah, guna merundingkan cara-

cara menghancurkan dakwah Nabi Muhammad saw.  

sesudah  kedua orang utusan Quraisy bertemu dengan para 

tokoh Yahudi, lalu para tokoh Yahudi memberikan 

petunjuk kepada mereka untuk menghadapi Nabi saw. 

Adapaun petunjuk yang mereka berikan yaitu, mereka 

ditugaskan untuk menanyakan kepada Nabi Muhammad 

mengenai tiga hal, diantaranya:  Pertanyaan tentang 

riwayat pemuda Ashabul Kahfi, tantang Dzul Qarnain, 

dan yang terakhir tentang ruh355. 

Kemudian ketika dua orang utusan Quraisy ini 

pulang kembali ke Mekah, mereka lalu melaksanakan 

saran dari para tokoh Yahudi Madinah tersebut. Semua 

pertanyaan yang mereka ajukan kepada Rasulallah 

mendapatkan jawaban yang tepat, kecuali pertanyaan 

mereka mengenai ruh, maka hal itu dijawab oleh Allah 

dengan menurunkan surat al-Isra’ (17): 85. Jawaban yang 

diberikan Rasulallah ini justru sebagai sarana yang 

membuka hati para tokoh Quraisy untuk menerima Islam, 

 

sehingga kedengkian dan permusuhan para tokoh Yahudi 

terhadap Nabi saw. justru menjadi lebih besar356. 

Peperangan-peperangan besar semasa hidup 

Rasulallah saw, tidak lepas dari peran kaum Yahudi. 

Mereka mendorong dan membujuk golongan-golongan 

bangsa Arab yang musyrik maupun yang kafir agar 

bersatu menghancurkan dakwah Nabi saw. dan Islam. 

Dalam perang Ahzab, rombongan kaumYahudi Madinah 

di bawah pimpinan Huyay bin Akhthab dari suku Nadzir 

mengajak bangsa Quraisy memerangi Rasulallah. Selain 

mengajak suku Quraisy dia juga membujuk Yahudi Bani 

Quryzhah Madinah untuk menghianati perjanjian mereka 

dengan Islam dan bergabung bersama memerangi Islam. 

Selain itu kaum Yahudi dengan aktif mengorganisir suku-

suku Arab di sekeliling Madinah yang masih menyembah 

berhala untuk ikut serta bergabung dalam pasukan sekutu. 

Suku-suku ini diantaranya terdiri dari suku Ghaftan, Bani 

Murrah, Bani Asyja’ dan lain-lain357.  

Ketika kaum Yahudi mulai memperlihatkan 

permusuhan dengan kaum Muslimin dan menyebarkan isu 

yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat dan 

agama, maka Rasulallah saw. mengingatkan umat Islam 

agar berhati-hati terhadap mereka, terutama ketika 

 

menyampaikan informasi yang berkaitan dengan ajaran 

agama. Karena boleh jadi bahwa apa yang mereka 

sampaikan adalah sesuatu yang dibuat-buat untuk 

merusak Islam. Rasulallah saw. dalam suatu sabdanya 

mengingatkan agar berhati-hati terhadap informasi yang 

disampaikan oleh Ahl al-Kitab (Yahudi), seperti 

dikemukakan358:  

 ينَِثَّدَح يثَك يبَّأ ينْب َيََْيَ ْنَع يكَراَبُمْلا ُنْب ُّييلَع َنََّبِْخَأ َرَمُع ُنْب ُناَمْثُع اَن َث َّدَح ٍراَّشَب ُنْب ُدَّمَُمُ   ْنَع ٍير

 ي سَف ُيَو 

يةَّيينَاْبِيعْل يبَ َةَارْوَّ تلا َنوُءَرْق َي يباَتيكْلا ُلَْهأ َناَك َلَاق َةَر ْيَرُه يبَّأ ْنَع َةَمَلَس يبَّأ  يلْهَ يلأ يةَّييبَرَعْل يبَ َاَنَّوُر

 ْمُهُوبي ذَكُت َلََو يباَتيكْلا َلَْهأ اوُقي دَصُت َلَ َمَّلَسَو يهْيَلَع ُ َّللَّا ىَّلَص يَّللَّا ُلوُسَر َلاَق َف يمَلَْس يْلْا   اَّنَمآ اوُلوُقَو

 ََةيْلْا ْمُكَْيليإ َليزُْنأ اَمَو اَن ْ َيليإ َليزُْنأ اَمَو يَّللَّ يبَ 

Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: “Adalah ahlul kitab 

mereka membaca Taurat dalam bahasa Ibrani dan mereka 

menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada orang-orang 

Islam. Maka Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian 

membenarkan ahlul kitab dan jangan pula 

mendustakannya, dan katakanlah: “Kami beriman kepada 

Allah dan kepada apa yang diturunkan pada kami...” (HR. 

Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 4485) 

Mengomentari hadits di atas, al-Dzahabi 

menyatakan, sabda Rasulallah saw. tersebut memberikan 

pengertian tentang hilangnya kepercayaan beliau terhadap 

informasi yang disampaikan kaum Yahudi tentang 

 

Taurat; dan yang lebih penting lagi terhadap yang lain. 

Sesuatu yang tidak bisa dipercaya tidak boleh diterima 

riwayatnya359 

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa 

istilah Yahudi  yang bermakna suatu kaum yang terdapat 

dalam Alquran baru muncul sesudah  peristiwa pecahnya 

kerajaan Israil menjadi dua yaitu kerajaan selatan 

bernama kerajaan Yahuda dan yang utara bernama 

kerajaan Israil. Dalam Alquran beberapa ayat yang 

memakai term Yahudi merupakan ayat-ayat yang 

membahas tentang sikap kaum Yahudi yang seringkali 

berprilaku menyimpang dari ajaran Taurat dan banyak 

melakukan kedurhakaan. 

Tabel Sikap Menyimpang Yahudi 

No Sikap 

Menyimpang/Pelanggaran 

Keterangan 

1. Membunuh Nabi-

Nabi360. 

Nabi-nabi tersebut oleh orang-orang 

yahudi diperlakukan dengan tidak 

baik, di ejek, diusir, bahkan dibunuh 

apabila ajaran sang Nabi tidak sesuai 

dengan mereka. Mereka melakukan 

pembunuhan tersebut bukan karena 

ketidak tahuan melainkan berdasarkan 

pengetahuan dan kesengajaan. (QS. al-

Baqarah [2]: 61, QS. al-Nisa’ [4]: 155) 

 

2. Melangar Hukum-hukum 

Tuhan361. 

Ketetapan Allah yang dilanggar oleh 

orang-orang Yahudi anatar lain suka 

memakan riba, mebuat hukum sendiri 

sesuai dengan selera mereka yang 

bertentangan dengan tuntunan Allah 

swt. (QS. al-Nisa’ [4]: 160-161, QS. 

al-An’am [6]: 146) 

3.  Merubah isi Taurat362. 

 

Mentakwilkan suatu kalimat dengan 

makna yang tidak dikehendaki oleh 

kalimat itu, mengambil suatu kalimat 

atau sebagian isi al-kitab dan 

meletakkannya ditempat lain. (QS. al-

Mâidah [5]: 13) 

4. Mengingkari kerasulan 

Nabi  Muhammad363. 

Menyembunyikan kebenaran yang  

terdapat dalam kitab suci mereka 

mengenai berita kerasulan Nabi 

Muhammad. Sebelumnya mereka 

menduga bahwa nabi yang akan diutus 

itu berasal dari kalangan Bani Isrâ’îl, 

tetapi ternyata nabi yang datang 

berasal dari golongan Arab yang 

merupakan seteru mereka (QS. al-

Baqarah [2]: 89, QS. Âli ‘Imrân [3]: 

187). 

5.  Menganggap ‘Uzair 

sebagai anak Allah364. 

Klaim ‘Uzair sebagai anak Allah 

merupakan penyimpangan dari ajarann 

 

 tauhid yang dibawa nabi Musa as., 

yang sedikit banyak menodai 

kemurnian aqidah tauhid. (QS. al-

Taubah[9]: 30) 

6. Menganggap Allah 

memiliki sifat tamak365. 

Kesukaan pada uang dan sifat tamak 

mereka proyeksikan pada Allah, karena 

itu Allah dipandang memiliki sifat 

tamak karena mereka menganggap 

Allah tidak memberikan mereka 

kemurahan rezeki. (QS. al-Maidah [5]: 

64) 

7. Bersikap ekslusif366. Sikap ekslusifi dari kedua kelompok 

Yahudi dan Nasrani yang masing-

masing mengklaim diri sebagai 

kelompok yang akan selamat dan 

masuk surga di hari kemudian, serta 

menganggap kelompok lainnya bakal 

masuk neraka. Mereka juga mengklaim 

merekalah kekasih Allah. (QS. al-

Baqarah [2]: 111, QS. al-Mâidah [5]: 

18) 

8. Palimg Keras Memusuhi 

Umat Islam367. 

 

Semenjak dahulu orang-orang Yahudi 

sudah memperlihatkan permusuhan 

yang keras terhadap umat Islam. 

Kebencian orang Yahudi terhadap 

Islam bermula dari kedengkian dan iri 

hati mereka terhadap Nabi Muhammad 

 

saw. yang memperoleh kehormatan 

menjadi Nabi yang ditunggu-tunggu 

sesuai penjealsan yang tercantum 

dalam kitab Taurat, padahal  mereka 

harapkan kehormatan itu diperoleh 

Banî Isrâ’îl. (QS. al-Mâidah [5]: 82) 

 


ANALISIS GENEALOGI YAHUDI  

DALAM ALQURAN 

 

Pada Bagian keempat ini, pembaca akan diberikan 

informasi mengenai Korelasi Asbâth, Banî Isrâ’îl dan 

Yahudi, Analisis mengenai posisi Asbâth, Banî Isrâ’îl 

dalam Al-Qur’an, Analisis Kepercayaan Dasar Asbâth, 

Pandangan Al-Qur’an tentang Yahudi yang lurus, 

Tuntunan Al-Qur’an mengenai interaksi sosial umat Islam 

dengan kaum Yahudi, Posisi Yahudi menurut Al-Qur’an. 

A. Korelasi Asbâth, Banî Isrâ’îl  dan Yahudi 

Dari penelusuran sejarah term Asbâth, Banî Isrâ’îl 

dan Yahudi, ditemukan adanya korelasi antara Asbâth, 

Banî Isrâ’îl dan Yahudi yaitu pada salah satu garis suku 

Asbâth yakni suku Yahuda, yang mana keturunan suku 

Yahuda inilah yang menjadi cikal bakal bangsa Yahudi, 

seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa istilah Yahudi 

sebagai nama suatu bangsa ini muncul sejak terjadinya 

perpecahan pada kerajaan Israil yang terdiri dari dua belas 

suku Asbâth pasca wafatnya Nabi Sulaiman as. menjadi 

dua bagian yaitu kerajaan Utara (kerajaan Israil) dan 

kerajaan Selatan (kerajaan Judah/Yahuda), yang mana 

suku yang berafiliasi pada kerajaan selatan (Yahuda) 

inilah yang menjadi kaum/ bangsa Yahudi, seperti 

176    

diketahui penduduk kerajaan Yahuda adalah mayoritas 

dari keturunan Yahuda anak keempat Nabi Ya’qub.  

Dari kedua belas putra Nabi Ya’qub, masing-

masing memiliki keturunan yang banyak. Diantaranya 

dari keturunan Lewy  kemudian lahir Nabi Musa dan Nabi 

Harun .  Dan dari keturunan Yahuda kemudian lahir Nabi 

Daud dan Nabi Sulaiman368. Kemudian anak Nabi 

Sulaiman yang bernama Rahabeam lah yang menjadi raja 

pertama kerajaan Yahuda. Untuk memudahkan 

memahami korelasi antara Asbâth dan Yahudi dapat 

dilihat dalam bagan berikut: 

 

B. Analisi Mengenai Posisi Asbâth dalam Al-Qur’an 

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan 

sebelumnya bahwa ada perbedaan pendapat para ulama 

mengenai makna kata Asbâth, sebagaian ulama seperti 

Ibnu ‘athiyah dan ‘Ali al-Ahabuni memahaminya bahwa 

yang dimaksud dengan Asbâth itu adalah kedua belas 

anak Nabi Ya’qub369 dan ada juga yang memahami bahwa 

yang dimaksud dengan Asbâth itu adalah anak cucu 

keturunan Nabi Ya’qub tidak terbatas hanya pada anak 

kandung Nabi Ya’qub saja370.  

Karena perbedaan pemahaman tersebut, maka 

timbul pula perbedaan pendapat mengenai bagaimana 

posisi Asbâth tersebut, hal ini berkenaan dengan 

perbedaan penafsiran mengenai ayat Alquran surat Al-

Baqarah (2): 136 dan Alquran surat Âli ‘Imrân (3): 84 dan 

Alquran surat al-Nisâ’ (4) : 163 berikut: 

 يهََٰربيإ ََٰلَيإ َليزُنأ اَمَو اَنَيليإ َليزُنأ اَمَو يَّللَّٱيب اَّنَماَء ْاوُلوُق َبوُقَعيَو َق ََٰحسيإَو َلييعََٰسيإَو َم يطاَبسَلأٱَو   َ يتُِوأ اَمَو

 يعَو َٰىَسوُم ُهَل ُنَنََو مُهن ي م دَحَأ َينَب ُقي رَف ُن َلَ م

يي بََّر نيم َنوُّييبَّنلٱ َ يتُِوأ اَمَو َٰىَسيۥ  َنوُم

يلسُم ١٣٦   

“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman 

kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan 

apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma´il, Ishaq, 

Ya´qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada 

 

Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi 

dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun 

diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-

Nya"371 ( QS. al-Baqarah [2]: 136) 

 

 َبوُقَعيَو َق ََٰحسيإَو َلييعََٰسيإَو َمي يهََٰربيإ َٰىَلَع َليزُنأ اَمَو اَنيَلَع َليزُنأ اَمَو يَّللَّٱيب اَّنَماَء لُق يطاَبسَلأٱَو   َ يتُِوأ اَمَو

 ُهَل ُنَنََو مُهن ي م دَحَأ َينَب ُقي رَف ُن َلَ م

يي بََّر نيم َنوُّييبَّنلٱَو َٰىَسييعَو َٰىَسوُمۥ  َنوُميلسُم ٨٤   

“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada 

apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan 

kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya´qub, dan anak-anaknya, 

dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi 

dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan 

seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah 

kami menyerahkan diri"372 (QS. Âli ‘Imrân [3]: 84) 

Di dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan 

kepada Nabi Muhammad saw. termasuk orang-orang yang 

mengikutinya agar mempercayai, bahwa Allah swt. pasti 

ada-Nya. Maha Esa serta mempunyai kekuasaan yang 

tidak terbatas terhadap seluruh isi alam, dan 

memerintahkan pula kepadanya untuk mempercayai Kitab 

Alquran yang diturunkan kepadanya. Di samping itu 

harus mempercayai pula bahwa Allah swt. telah 

menurunkan wahyu kepada para Nabi yang terdahulu 

yaitu Nabi Ibrahim, Ismail, Ishak. Ya’qub, nabi-nabi 

 

keturunan Ya’qub, dan wahyu yang disampaikan kepada 

Musa, Isa dan nabi-nabi yang lain yang diutus Allah, yang 

berfungsi sebagai petunjuk bagi umatnya373.  Wahyu yang 

disampaikan kepada para nabi itu mempunyai prinsip dan 

tingkat yang sama, sesuai dengan firman Allah swt. 

berikut: 

 ي ييبَّنلٱَو حُون ََٰلَيإ اَنيَحَوأ اَمَك َكَيليإ اَنيَحَوأ َّنَّيإ يهيدَعب نيم َن ۦ  َق ََٰحسيإَو َلييعََٰسيإَو َمي يهََٰربيإ ََٰلَيإ اَنيَحَوأَو

 وُقَعيَو َب يطاَبسَلأٱَو  ُواَد اَنَيتاَءَو َن ََٰميَلُسَو َنوُر ََٰهَو َسُنُويَو َبوَُّيأَو َٰىَسييعَوۥارُوبَز َد ١٦٣  

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu 

sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh 

dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah 

memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma´il, Ishak, 

Ya´qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan 

Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.”374 

(QS. al-Nisâ’ [4]: 163) 

Nabi Musa dan Nabi `Isa as disebutkan dalam ayat 

ini secara khusus. adalah karena pembicaraan dalam ayat 

ini dan ayat sebelumnya serta sesudahnya bersangkut-

paut dengan orang-orang Nasrani dan Yahudi375.  

Sesudah itu Allah SWT menyebutkan nabi-nabi 

yang lain untuk memberikan gambaran kepada orang-


orang yang beriman agat mereka juga mempercayai nabi-

nabi yang lain dan wahyu-wahyu yang diturunkan kepada 

mereka seperti Nabi Daud, Nabi Ayub dan lain-lain. 

Termasuk pula nabi-nabi yang menerima wahyu, akan 

tetapi tidak dikisahkan Allah di dalam Alquran kepada 

kita.  

Perintah untuk mempercayai kitab yang 

diturunkan kepada Nabi Muhammad didahulukan 

penyebutannya dari pada perintah percaya kepada Kitab-

Kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi yang diutus 

sebelumnya, padahal menurut kenyataannya Kitab-Kitab 

itu diturunkan sebelum Alquran itu adalah untuk 

memberikan ketegasan bahwa Alquran itu adalah sebagai 

sumber yang benar untuk mengetahui Kitab-Kitab yang 

diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, dan karena 

Alquran itu mengakui kebenaran Kitab-kitab yang 

diturunkan sebelumnya itu. Oleh karena itulah maka 

kenabian dari para nabi yang telah disebutkan dalam 

Alquran itu wajib kita percayai secara prinsip, sesuai 

dengan keterangan yang telah diberikan oleh Alquran.  

Sesudah itu Allah memerintahkan kepada Nabi 

Muhammad saw. dan umatnya untuk mengatakan bahwa 

ia dan umatnya tidak membeda-bedakan derajat para rasul 

itu, oleh sebab itu orang-orang yang beriman tidak boleh 

mempercayai sebagian isi Alquran itu tetapi mengingkari 

sebagiannya yang lain, seperti yang telah dilakukan oleh 

182    

orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani terhadap 

kitab-kitab mereka.  

Selanjutnya Allah SWT menjelaskan bahwa 

orang-orang Mukmin hendaklah membersihkan diri dari 

perbuatan dosa. Ayat ini diawali dengan perintah untuk 

beriman kepada Allah dan diakhiri dengan perintah untuk 

"berserah diri taat dan patuh" untuk memberikan 

penjelasan tentang tujuan dari setiap agama yang dibawa 

para nabi376. 

Dalam ayat-ayat di atas terdapat kata kunci yang 

menjadi perdebatan penafsiran di kalangan ulama, yakni 

kata “ِٓطاَبَسلٱ”. Sebagian ulama ada yang menafsirkan kata 

“ِٓطاَبَسلٱ” bahwa mereka adalah anak-anak Ya’qub. 

Karenanya, ada orang yang menyangka hal itu sebagai 

pendapat yang menyatakan kenabian mereka. Padahal 

yang dimaksudkan tentang mereka adalah anak cucunya, 

bukan anak kandung Ya’qub377. 

Ibnu Katsir berpendapat, bahwa tak ada suatu dalil 

tentang kenabian saudara-saudara Yusuf. Lahiriah 

konteks Alquran menunjukkan sesuatu yang menyalahi 

kenabian mereka. Ada beberapa kalangan yang 

mengklaim bahwa mereka diberi wahyu sesudah  itu. 

Namun pendapat ini perlu dikritik dan orang yang 

 

mengklaim demikian perlu dalil. Jadi, Allah Ta’ala 

menyebutkan bahwa Dia memberikan wahyu kepada para 

nabi dari kalangan asbath (anak cucu) Bani Isra’il. Allah 

sebutkan mereka secara global lantaran mereka banyak. 

Akan tetapi setiap asbath (anak cucu) berasal dari anak 

keturunan saudara-saudara Yusuf. Tak ada dalil yang 

menunjukkan tentang pribadi-pribadi mereka itu bahwa 

mereka diberi wahyu378. 

Menurut al-Thabarsî kata Asbâth menurut bahasa, 

mereka sama dengan kata “qabilah” bagi orang Arab. 

Wahyu hanyalah diturunkan kepada para nabi mereka, 

sedang mereka yang mengamalkannya. Itulah sebabnya, 

turunnya wahyu disandarkan kepada mereka sebagaimana 

halnya Alquran diturunkan kepada Muhammad saw. 

namun turunnya wahyu disandarkan kepada umatnya. 

Demikian pula para Asbâth; telah diturunkan wahyu 

kepada para nabi mereka, lalu Allah pun sandarkan 

perkara turunnya wahyu kepada para Asbâth (anak cucu 

Ya’qub), karena merekalah yang mengamalkan wahyu 

itu379. 

Pendapat yang ditunjukkan oleh Alquran, bahasa 

Arab dan beberapa penelitian, bahwa, saudara-saudara 

Yusuf bukanlah nabi. Tak ada berita di dalam Alquran, 

 

dari Nabi saw. dan para sahabatnya bahwa Allah swt. 

mengangkat mereka sebagai nabi. Orang-orang yang 

berpendapat bahwa mereka adalah nabi hanyalah berhujah 

dengan firman Allah, “(…طابسلاو…)” dalam dua ayat 

dalam Surah al-Baqarah dan an-Nisaa’. Sebagian 

kalangan menafsirkan kata “asbâth” bahwa mereka adalah 

anak-anak Ya’qub. Pendapat yang benar bahwa bukanlah 

yang dimaksudkan dengannya anak-anak kandung 

Ya’qub, bahkan mereka adalah anak cucu Ya’qub, 

sebagaimana halnya mereka juga dinamai dengan “Banî 

Isrâ’îl”. Diantara anak cucu Ya’qub, ada beberapa orang 

nabi. Jadi, Asbâth (anak cucu Nabi Ya’qub) dari kalangan 

Bani Isra’il, seperti Qabîlah (kabilah) dari kalangan anak 

cucu Nabi Isma’il380. 

Menurut al-Asfahani, asal kata Asbâth adalah 

pepohonan yang lebat lagi banyak dahannya. Jadi, mereka 

disebut Asbâth, saking banyaknya, sebagaimana halnya 

dahan-dahan berasal dari sebuah pohon, demikian pula 

para Asbâth (anak cucu) berasal dari Ya’qub. Kata 

Asbâth, sama dengan kata “hafid” (anak cucu)381. Hasan 

dan Husain adalah dua cucu Rasulullah saw. 

 

SedangkanٓAsbâth adalah anak cucu Nabi Ya’qub, yakni 

keturunan anak-anak beliau yang berjumlah dua belas382. 

Allah swt. berfirman: 

 يهيبَو  ي قَلحٱيب  َنوُدَهي  ةَُّمأ  َٰىَسوُم  يموَق  نيمَوۦ    َنوُليدَعي١٥٩    ُمُهََٰنعَّطَقَواَمَأ  ًاطاَبسَأ  َةَرشَع  َتَِنثٱ…  

١٦٠   

 “Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang 

memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan 

dengan yang haq itulah mereka menjalankan keadilan. 

Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang 

masing-masingnya berjumlah besar…”383. (QS. Al-A’raaf 

[7]: 159-160) 

Firman Allah ini secara gamblang menjelaskan 

bahwa “asbâth” adalah umat-umat dari Banî Isra’îl; setiap 

sibth (kata tunggal dari kata asbâth) adalah sebuah umat. 

Bukanlah asbâth itu adalah anak-anak kandung Ya’qub 

yang berjumlah dua belas orang. Bahkan tak ada gunanya 

menamai mereka demikian sebelum bertebarannya dari 

mereka anak keturunan dalam bentuk asbâth (jumlah 

banyak). Jadi, keadaan sebenarnya bahwa sebuah sibth 

adalah kumpulan manusia. 

Maka sebagian pendapat yang menyebutkan 

bahwa, “Asbâth adalah anak-anak Ya’qub”, maka ia tak 

 

memaksudkan bahwa mereka (Asbâth) adalah anak-anak 

kandung Ya’qub, bahkan ia maksudkan adalah 

keturunannya (anak cucunya), sebagaimana halnya 

dikatakan, “Banî Isrâ’îl” (anak cucu Isra’il/Ya’qub), dan 

“Bani Adam” (Anak cucu Adam). Jadi, mengkhususkan 

makna ayat itu dengan anak-anak kandung Ya’qub adalah 

sebuah kekeliruan384.  

Pendapat yang benar juga bahwa mereka disebut 

“Asbâth”, itu hanyalah terjadi sejak masanya Nabi Musa 

berdasarkan ayat yang lalu. Sejak itulah, diantara mereka 

ada kenabian. Sebab, tak diketahui bahwa diantara 

mereka ada seorang nabi sebelum Nabi Musa, kecuali 

Nabi Yusuf. Diantara perkara yang mendukung hal ini 

bahwa Allah swt, tatkala menyebutkan para nabi dari 

kalangan anak cucu Ibrahim, maka Allah berfirman, 

 ُهَل  اَنبَهَوَوٓۥ   يهيتَّيي رُذ  نيمَو  ُلَبق  نيم  اَنيَدَه  اًحُونَو  اَنيَدَه  الَُك َبوُقَعيَو  َق ََٰحسيإۦ   ُواَدۥ  َبوَُّيأَو  َن ََٰميَلُسَو  َد

 َينين يسح

ُ

لمٱ  ييزَنج  َكيل ََٰذََكو  َنوُر ََٰهَو  َٰىَسوُمَو  َفُسُويَو  ٨٤   َني م   لُك َساَيليإَو  َٰىَسي

يعَو  ََٰيََيََو  َّيَيرََكزَو

 َين يحيل ََّٰصلٱ  ٨٥   َينيمَل ََٰعلٱ  ىَلَع  اَنلَّضَف   لََُكو  اطوُلَو  َسُنُويَو  َعَسَيلٱَو  َلييعََٰسيإَو  ٨٦   ميهيئَبَاَء  نيمَو

مييقَتسُّم طََٰر يص ََٰلَيإ مُهََٰنيَدَهَو مُهََٰنيَب َتجٱَو ميينَّ ََٰوخيإَو ميهيتََّٰيي رُذَو ٨٧   

“Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Yaqub 

kepadanya. kepada keduanya masing-masing telah Kami 

beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah 

 

Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari 

keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, 

Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi 

balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.  Dan 

Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-

orang yang shaleh.  Dan Ismail, Alyasa’, Yunus dan Luth. 

Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di 

masanya), dan Kami lebihkan (pula) derajat sebahagian 

dari bapak-bapak mereka, keturunan dan Saudara-saudara 

mereka. dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi 

nabi-nabi dan rasul-rasul) dan kami menunjuki mereka ke 

jalan yang lurus”. 385(QS. Al-An’aam : 84-87). 

Jadi, Allah sebutkan Nabi Yusuf dan nabi-nabi 

bersama beliau dan tidak menyebutkan Asbâth. Andaikan 

saudara-saudara Yusuf diangkat menjadi nabi 

sebagaimana halnya Yusuf diangkat sebagai nabi, maka 

sungguh mereka akan disebutkan bersama Nabi Yusuf386. 

Sungguh Allah juga menyebutkan tentang para nabi 

berupa pujian dan sanjungan yang selaras dengan 

kenabian mereka, walaupun itu sebelum kenabian 

sebagaimana Allah berfirman tentang Musa, 

 ُهَّدُشَأ َغَل َب اَّمَلَوۥ  َينين يسحُ

لمٱ ييزَنج َكيل ََٰذََكو امليعَو امكُح ُهََٰنَيتاَء َٰىَو َتسٱَو ١٤   

 

 “Dan sesudah  Musa cukup umur dan sempurna akalnya, 

Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan 

pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan 

kepada orang-orang yang berbuat baik”.387 (QS. Al-

Qashash [28] : 14) 

Allah juga berfirman seperti itu tentang Yusuf 

(yakni, dalam Surah Yusuf: 22). Hal seperti itu pula 

diterangkan di dalam sebuah hadits berikut388: 

 ي َِن نم ٍّي َِن ْنِم ٌّ َِن ،َمْيِهاَر ْبِإ ِنْب َقاَحْسِإ ِنْب َبْوُقْع َي ُنْب ُفُسْو ُي ِساَّنلا ُمركأ 

“Manusia yang paling mulia adalah Yusuf bin Ya’qub bin 

Ishaq bin Ibrahim, seorang nabi dari seorang nabi dari 

seorang nabi” 

Andaikan saudara-saudara Yusuf adalah nabi, 

maka tentunya mereka telah menyamai Yusuf dalam 

kemuliaan itu. Allah swt. ketika menyebutkan kisah 

Yusuf dan sesuatu yang mereka lakukan pada Yusuf, 

maka Allah menyebutkan pengakuan mereka tentang 

kesalahan mereka dan permintaan ampunan mereka dari 

bapak mereka

Allah tidak menyebutkan diantara keutamaan 

mereka yang selaras dengan kenabian mereka dan tidak 

pula menyebutkan sedikitpun diantara kekhususan para 

nabi. Bahkan Allah tidak menyebutkan dari mereka tobat 

yang hebat, sebagaimana halnya Allah menyebutkan 

tentang dosanya, tanpa dosa mereka. Bahkan Allah hanya 

menyebutkan dari mereka pengakuan dan permintaan 

ampunan390. 

Allah swt. juga tidak menyebutkan tentang 

seorang nabi pun baik sebelum jadi nabi, maupun 

sesudah nya bahwa nabi itu telah melakukan perkara-

perkara besar seperti ini, berupa kedurhakaan kepada 

orang tua, memutuskan tali silaturahim, memperbudak 

manusia dan menjualnya, serta berdusta nyata dan selain 

itu berupa perkara yang Allah ceritakan tentang mereka. 

Allah tidak menyebutkan sedikitpun sesuatu yang selaras 

dengan pemilihan dan pengkhususan yang mengharuskan 

kenabian mereka. Bahkan yang diceritakan oleh Allah 

menyelisihi hal itu, berbeda dengan perkara yang Allah 

sebutkan tentang Yusuf391. 

Kemudian, sungguh Alquran menunjukkan bahwa 

tak pernah ada seorang nabi pun yang pernah mendatangi 

Negeri Mesir, sebelum Musa, selain Nabi Yusuf, 

  

berdasarkan ayat dalam Surah Ghâfir (40): 34392. 

Andaikan diantara saudara-saudara Yusuf ada seorang 

nabi, maka pasti ia telah mendakwahi penduduk Mesir 

dan berita-berita kenabiannya akan tampak. Tatkala hal 

itu tak ada, maka diketahuilah bahwa tak ada seorang pun 

diantara mereka seorang nabi.393. 

Kesimpulannya bahwa kesalahan tentang klaim 

kenabian mereka terjadi akibat sangkaan sebagian ulama 

bahwa saudara-saudara Yusuf adalah “Asbâth” (ُٓطاَبَْسلا). 

Padahal tidaklah demikian. Para “Asbâth” itu hanyalah 

anak cucu dari saudara-saudara Yusuf yang terbagi-bagi 

menjadi Asbâth (kaum yang berjumlah besar). Setiap 

sibth umat yang besar. Andaikan yang dimaksud dengan 

asbâth adalah anak-anak kandung Ya’qub, maka pasti 

Allah akan berkata, “…dan Ya’qub dan anak-anaknya…”. 

Karena, ini lebih ringkas dan gamblang, maka, dipilihlah 

kata “Asbâth” atas kata “Banî Isra’îl” untuk 

 

392 Lihat selengkapnya: 

 يهيب مَُكءاَج اَّي مَ  كَش يفِ مُتليز اَمَف يتََٰني ي َبلٱيب ُلَبق نيم ُفُسُوي مَُكءاَج دَقَلَوٓۖۦ   يهيدَعب نيم ُ َّللَّٱ َثَعَبي نَل مُتُلق َكَلَه اَذيإ ََّٰتََّحٓۦ  

 يل ََٰذَك لَوُسَر ٌبَتَرُّم فيرسُم َوُه نَم ُ َّللَّٱ ُّليضُي َك٣٤   

“Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa 

keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan 

tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia 

meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang 

(rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-

orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.” (QS. Ghâfir [40]: 

34) 

mengisyaratkan bahwa hanyalah terjadi di antara mereka 

sejak mereka dibagi-bagi menjadi beberapa “Asbâth” 

(umat yang besar). 

C. Analisi Kepercayaan Dasar Asbâth 

Untuk mengetahui informasi mengenai 

kepercayaan dasar yamg dianut oleh Asbâth dapat kita 

temukan dalam beberapa ayat dalam Alquran berikut: 

 يهََٰربيإ  َا يبَ  َٰىَّصَوَو َو  يهييَنب  ُم َنوُميلسُّم  مُتَنأَو  َّلَيإ  َّنُتُوَتم  َلََف  َنيي دلٱ  ُمُكَل  َٰىََفطصٱ  َ َّللَّٱ  َّنيإ  َّ ينَِبََٰي  ُبوُقَعي  

١٣٢   ُدُبَعن  ْاوُلَاق  ييدَعب  نيم  َنوُدُبَعت  اَم  يهيينَبيل  َلَاق  ذيإ  ُتو

َ

لمٱ  َبوُقَعي  َرَضَح  ذيإ  َءاَدَهُش  مُتنُك َمأ  

 يهََٰربيإ َكيئَبَاَء َهََٰليإَو ََك ََٰلَيإ ُهَل ُنَنََو اد يحََٰو ا ََٰلَيإ َق ََٰحسيإَو َلييعََٰسيإَو َمۥ  َنوُميلسُم ١٣٣   

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-

anaknya, demikian pula Ya´qub. (Ibrahim berkata): "Hai 

anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama 

ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam 

memeluk agama Islam".  Adakah kamu hadir ketika 

Ya´qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata 

kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah 

sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan 

menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, 

Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa 

dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."394 (QS. al-

Baqarah [2]: 132-133) 

 

Ayat di atas dengan jelas menyatakan bahwa Nabi 

Ibrâhim a.s. mewasiatkan kepada anak-anaknya dan ikut 

serta disebutkan dalam ayat tersebut cucu beliau yakni 

nabi Ya’qub a.s, untuk tetap teguh dan setia memeluk 

agama Islam dan mati dalam keadaan muslim. Fakruddin 

al-Razi menegaskan َٓني ِِّدلا ُٓمَُكل ٓىفَطْصا dipahami bahwa 

Ibrahim dan Ya’qub menegaskan kepada anaknya 

berdasarkan perintah Allah untuk menunaikan dan 

menjalankan kepatuhan kepada Tuhan  yang sebelumnya 

diperintahkan untuk aslamtu yang berarti memasrahkan 

diri kepada-Nya. Tidak hanya menjalankan ajaran agama 

secara patuh. Tapi  َنوُميلسُّم  مُتَنأَو  َّلَيإ  َّنُتُوَتم  َلََف  bahwa Allah 

memilihkan agama yangl lurus (hanif) maka janganlah 

melepaskan dan berpegang teguhlah sehingga kelak mati 

dalam keadaan muslim.395 

Kemudian di ayat selanjutnya dijelaskan perihal 

Nabi Ya’qûb yang mana ketika sudah terlihat tanda-tanda  

menjelang ajalnya dan beliau menanyakan kesaksian 

anak-anaknya untuk bersaksi dihadapannya mengenai apa 

yang akan disembah sepeninggalan beliau, kemudian 

dengan penuh keyakinan anak-anaknya pun menjawab 

akan selalu berpegang teguh dalam penyembahan Allah 

swt. sebagaiamana yang telah dilakukan oleh nenek 

moyang mereka, yakni Nabi Ibrâhim a.s. , Nabi Ismâ’il 

 

a.s. dan Nabi Ishâq a.s. dan ayah mereka sendiri yakni 

Nabi Ya’qûb a.s. Dan mereka bersaksi akan selalu 

berserah diri kepada Allah swt.  

Kita telah melihat dalam Alquran bahwa Alquran 

menolak klaim bahwa Nabi Ibrâhim a.s atau siapapun dari 

anak atau cucunya adalah Yahudi dan Nasrani. Ini karena 

mengingat bahwa Taurat dan Injil baru diwahyukan 

sesudah  masa nabi-nabi itu. Namun, ini sebenarnya sebuah 

argument yang didasarkan pada nilai praktis semata. 

Fakta yang lebih mendalam dan luas yang ingin 

ditekankan Alquran adalah bahwa seorang Nabi bukanlah 

Yahudi atau Nasrani, melainkan seorang Muslim396. 

Sebenarnya, Nabi Ibrâhim a.s dan putra-putra 

serta cucu-cucu nya, semuanya nabi yang digambarkan 

dalam Taurat dan Injil sebagai Muslim. Inilah “kesaksian” 

(syahadah) yang dijelaskan Al-Qur’an telah 

disembunyikan Ahl al-Kitâb dengan tidak mengakui di 

depan umum kebenaran Alquran, sebagaiman firman 

Allah dalam Alquran berikut: 

 يهََٰربيإ َّنيإ َنوُلوُق َت َمأ  يَمأ ُمَلَعأ مُتَنأَء لُق َٰىَر ََٰصَن َوأ اًدوُه ْاُوناَك َطاَبسَلأٱَو َبوُقَعيَو َق ََٰحسيإَو َلييعََٰسيإَو َم

 ُهَدنيع ًةَد ََٰهَش َمَتَك نَّيمَ ُمَلظَأ نَمَو ُ َّللَّٱۥ  َنوُلَمَعت اَّمَع ٍليفََٰغيب ُ َّللَّٱ اَمَو يَّللَّٱ َنيم ١٤٠  

“ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) 

mengatakan bahwa Ibrahim, Isma´il, Ishaq, Ya´qub dan 

 

anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau 

Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui 

ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada 

orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang 

ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa 

yang kamu kerjakan.”397 (QS. al-Baqarah [2]: 140) 

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepercayaan dasar 

keturunan Nabi Ya’qub sama seperti agama nenek 

moyang mereka yakni ٓNabi Ibrâhim a.s yakni Islam. Dari 

fakta tersebut kemungkinan besar akan menimbulkan 

pertanyaan bukankah agama Islam itu agama yang baru 

muncul sesudah  Nabi Muhammad saw. diutus? Hal ini bisa 

dijelaskan, bahwa Islam adalah agama kepasrahan kepada 

Tuhan (Allah) yang Maha Esa398 yang memperkenalkan 

diri-Nya kepada umat-umat yang berbeda sepanjang 

sejarah melalui berbagai ras