jalani kehidupan di dunia ini, jika ia dimeng-
erti dengan baik, dan sebab itu diterima dengan baik!.
2. Jalan orang-orang berdosa itu kasar dan tidak mudah, dan untuk
alasan ini, tidak menyenangkan bagi diri mereka sendiri, sebab
tidak dapat diterima oleh orang lain. Jalan itu sulit, sulit bagi
orang lain, yang mengeluhkannya, sulit bagi orang berdosa itu
sendiri, yang hanya bisa sedikit saja menikmati dirinya sementara
ia melakukan apa yang merugikan semua umat manusia. Mela-
yani dosa berarti memperbudak diri dalam arti yang sebenar-
benarnya, dan jalan menuju neraka bertaburan dengan onak duri,
yang merupakan akibat dari kutukan. Orang-orang berdosa justru
bekerja di tengah-tengah api.
16 Orang cerdik bertindak dengan pengetahuan, namun orang bebal membeberkan kebodohan.
Perhatikanlah:
1. Berhikmatlah orang yang berhati-hati. Setiap orang yang cerdik
dan bijaksana melakukan segala sesuatunya dengan pengetahuan
(dengan menimbang-nimbang sendiri dan bertanya-tanya kepada
orang lain), bertindak dengan pertimbangan dan kehati-hatian,
menjaga diri untuk tidak turut campur dengan apa yang tidak
begitu diketahuinya, tidak berurusan dengan orang yang tidak di-
kenalnya sendiri, dan tidak mau berhadapan dengan orang-orang
yang tidak begitu diketahuinya apakah mereka bisa dipercaya
atau tidak. Ia tetap bertindak dengan pengetahuan, agar bisa me-
nambah persediaan yang sudah dimilikinya.
2. Bodohlah orang yang bertindak dengan gegabah, sebagaimana
yang diperbuat oleh orang bebal, yang bersemangat membicara-
kan perkara-perkara yang sama sekali tidak diketahuinya, dan
berani melakukan apa yang sama sekali tidak pantas dilakukan-
nya, dan dengan demikian membeberkan kebodohannya dan
membuat dirinya sendiri tampak konyol. Orang itu mulai mendiri-
kan, namun ia tidak sanggup menyelesaikannya.
17 Utusan orang fasik menjerumuskan orang ke dalam celaka, namun duta
yang setia mendatangkan kesembuhan.
Di sini kita mendapati,
1. Akibat-akibat buruk dari mengkhianati sebuah kepercayaan.
Utusan orang fasik, yang jika dikirim untuk merundingkan
urusan apa saja, berbuat khianat terhadap orang yang mempeker-
jakannya, membocorkan nasihat-nasihatnya, dan dengan demi-
kian mengacaukan rancangan-rancangannya. Janganlah berha-
rap berurusan dengannya akan berhasil, namun pasti ia akan
menjerumuskan kita ke dalam satu atau lain celaka. Perbuatan-
nya akan terungkap dan dia akan mendapat hukuman, sebab
tidak ada hal lain yang lebih dibenci Allah dan manusia selain
pengkhianatan dari orang-orang yang sudah diberi kepercayaan.
2. Akibat-akibat yang membahagiakan dari kesetiaan: Seorang duta
yang dengan setia menjalankan kepercayaan yang diberikan ke-
padanya, dan melayani kepentingan-kepentingan orang yang
mempekerjakan dia, mendatangkan kesembuhan. Ia mendatang-
kan kesembuhan bagi orang-orang yang oleh dan untuk mereka ia
dipekerjakan. Ia menyembuhkan perbedaan-perbedaan di antara
mereka, dan memelihara akal budi yang baik. Ia mendatangkan
kesembuhan bagi dirinya sendiri, sebab ia melindungi kepenting-
an-kepentingannya sendiri. Hal ini berlaku juga bagi hamba-ham-
ba Tuhan, utusan-utusan dan duta-duta Kristus. Orang-orang
yang berlaku fasik dan palsu terhadap Kristus dan jiwa-jiwa ma-
nusia mendatangkan celaka dan menjerumuskan orang ke dalam
celaka, namun orang-orang yang setia akan menemukan bahwa
perkataan-perkataan baik mereka akan mendatangkan kesem-
buhan bagi orang lain dan bagi diri mereka sendiri.
18 Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan, namun
siapa mengindahkan teguran, ia dihormati.
Perhatikanlah:
1. Orang yang begitu sombong sehingga tidak sudi untuk dididik
pasti akan direndahkan. Orang yang mengabaikan didikan baik
yang ditawarkan kepadanya, seolah-olah itu merupakan peng-
hinaan bagi kehormatannya dan kekangan bagi kebebasannya,
maka kemiskinan dan cemooh akan menimpa dia: ia akan menjadi
pengemis, dan hidup serta mati dalam kehinaan. Orang-orang
akan merendahkannya sebagai orang bodoh, keras kepala, dan
tidak mau diatur.
2. Orang yang begitu rendah hati sehingga mau menerima dengan
baik kesalahan-kesalahan yang diberitahukan kepadanya pasti
akan ditinggikan: siapa mengindahkan teguran, tak peduli siapa
pun yang memberikan teguran itu kepadanya, dan mau memper-
baiki apa yang salah jika kesalahan itu ditunjukkan kepada-
nya, ia dihormati sebagai orang bijak dan tulus. Ia menghindari
apa yang akan membawa cela baginya, dan sedang berjalan mu-
lus menjadi orang yang berarti.
19 Keinginan yang terlaksana menyenangkan hati, menghindari kejahatan
yaitu kekejian bagi orang bebal.
Ini menunjukkan kebodohan orang-orang yang menolak didikan, se-
bab mereka bisa berbahagia namun tidak mau.
1. Mereka bisa berbahagia. Dalam diri manusia ada keinginan-
keinginan kuat akan kebahagiaan. Allah telah menyediakan sa-
rana untuk melaksanakan keinginan-keinginan itu, dan itu akan
menyenangkan hati, sementara kenikmatan indrawi hanya me-
muaskan hawa nafsu. Keinginan orang-orang baik akan perkenan-
an Allah dan berkat-berkat rohani mendatangkan apa yang menye-
nangkan hati mereka. Kita tahu orang-orang yang bisa berkata
demikian berdasarkan pengalaman mereka sendiri (Mzm. 4:7-8).
2. Namun, mereka tidak akan berbahagia. Sebab bagi mereka meng-
hindari kejahatan yaitu kekejian, sebab kejahatan itu penting
bagi kebahagiaan mereka. Janganlah orang pernah berharap apa
pun yang benar-benar bisa menyenangkan hati mereka jika
mereka tidak mau diajak meninggalkan dosa-dosa mereka dan
malah mengulumnya seperti gula-gula.
20 Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, namun siapa berteman de-
ngan orang bebal menjadi malang.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang mau menjadi baik harus bergaul dengan ka-
wan-kawan yang baik, yang merupakan bukti bagi mereka bahwa
mereka akan menjadi baik (watak orang dikenal melalui teman-
teman yang dipilihnya), dan akan menjadi sarana untuk men-
jadikan mereka baik, untuk menunjukkan jalan kepada mereka,
dan untuk menyemangati serta mendorong mereka di dalamnya.
Orang yang ingin menjadi bijak dengan sendirinya harus berjalan
dengan orang-orang yang bijak, harus memilih orang-orang se-
perti itu sebagai sahabat karib mereka, dan bergaul dengan mere-
ka. Ia harus meminta dan menerima didikan dari mereka, dan
menjaga percakapan yang saleh dan bermanfaat dengan mereka.
Tuturan orang tua-tua jangan kauabaikan, sebab merekapun ber-
guru pula kepada nenek moyangnya (Sir. 8:9). Dan, hendaklah
suka mendengarkan tiap-tiap ajaran yang dari Allah asalnya, dan
jangan terluput dari padamu satu pun amsal yang arif (Sir. 6:35).
2. Banyak orang yang dibawa pada kehancuran oleh sebab pergaul-
an yang buruk: persahabatan orang-orang bodoh akan rusak (be-
gitu menurut sebagian orang), akan diketahui (begitu menurut
terjemahan Septuaginta), dikenal sebagai kebodohan. Noscitur ex
socio ia dikenal melalui pergaulannya. Ia akan menjadi seperti
mereka (begitu menurut sebagian orang), akan menjadi fasik (me-
nurut sebagian yang lain). Semua itu sama saja artinya, sebab
semua orang, dan hanya orang-orang itu saja, yang membuat diri
mereka sendiri fasik, akan menjadi malang. Orang-orang yang
berkawan dengan para pembuat kejahatan akan bermoral bejat,
dan dengan demikian binasa, lalu pada akhirnya mati sebab nya.
21 Orang berdosa dikejar oleh malapetaka, namun Ia membalas orang benar
dengan kebahagiaan.
Lihatlah di sini:
1. Betapa tak terelakkannya kehancuran orang-orang berdosa itu.
Murka Allah mengejar mereka, beserta segala kengerian yang
mengikuti murka itu: kejahatan mengejar mereka dekat-dekat ke
mana pun mereka pergi, seperti halnya orang yang ingin mem-
balas dendam terus mengejar-ngejar si pembunuh, dan mereka
tidak mempunyai tempat berlindung untuk melarikan diri. Mereka
berusaha kabur, namun itu sia-sia. Siapa yang dikejar-kejar Allah
pasti akan disusul-Nya. Mereka mungkin bisa beruntung untuk
sementara waktu, dan hidup dengan sangat aman, namun peng-
hukuman terhadap mereka tidak pernah tidur, meskipun mereka
tidur.
2. Betapa tak terkalahkannya kebahagiaan orang-orang kudus itu.
Allah yang tidak dapat berdusta sudah menetapkan bahwa orang
benar akan dibalas dengan kebahagiaan. Mereka akan mendapat
balasan yang berlimpah atas segala kebaikan yang telah mereka
perbuat, dan atas segala kesakitan yang telah mereka derita, di
dunia ini. Dengan demikian, meskipun sudah banyak orang yang
mengalami kerugian sebab perbuatan mereka yang benar, mere-
ka tidak akan kalah sebab nya. Meskipun balasan itu tidak
datang dengan cepat, namun pasti akan datang pada hari pem-
balasan, di dunia pembalasan. Dan itu akan menjadi pembalasan
yang berlimpah-limpah.
22 Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, namun kekayaan
orang berdosa disimpan bagi orang benar.
Lihatlah di sini:
1. Betapa harta orang baik akan tetap ada: ia meninggalkan warisan
bagi anak cucunya. Bagian dari pujian untuknya yaitu bahwa ia
memikirkan keturunannya, bahwa ia tidak menghabiskan semua-
nya untuk dirinya sendiri, namun peduli terhadap kebaikan anak
cucunya yang akan hidup kelak sesudah dia, bukan dengan
mengirit-irit secara berlebihan, melainkan dengan berhemat se-
cara bijak dan pantas. Ia mendidik anak-anaknya untuk berbuat
demikian, agar mereka pun bisa meninggalkannya kepada anak-
anak mereka nanti. Yang terutama lagi, ia memberikan perhatian,
baik sebab keadilan maupun kemurahan hati, untuk mendapat-
kan berkat Allah atas apa yang dimilikinya, dan untuk mewaris-
kan berkat itu kepada anak-anaknya, sebab tanpa berkat Allah
itu, ketekunan dan penghematan sebaik apa pun akan sia-sia
belaka: Orang baik, dengan menjadi baik dan berbuat baik, de-
ngan menghormati Tuhan dengan hartanya dan menggunakannya
untuk melayani-Nya, menyimpannya bagi anak cucunya kelak.
Atau, kalaupun ia tidak meninggalkan kepada anak-anaknya ba-
nyak harta dunia ini, doa-doanya, didikan-didikannya, teladannya
yang baik, akan menjadi warisan terbaik, dan janji-janji yang ter-
muat di dalam perjanjian (kovenan) akan menjadi warisan bagi
anak cucunya (Mzm. 103:17).
2. Bagaimana harta itu bertambah dengan masuknya kekayaan
orang berdosa ke dalamnya, sebab kekayaan itu disimpan bagi
orang benar. Jika ada yang bertanya, bagaimana orang baik sam-
pai menjadi amat kaya, sedangkan mereka tidak begitu meng-
inginkan harta duniawi seperti orang lain, dan biasanya menderi-
ta sebab perbuatan baik mereka? Di sini dijawab, bahwa Allah,
dalam pemeliharaan-Nya, sering kali membawa ke dalam tangan
mereka apa yang sudah dikumpulkan orang jahat bagi diri me-
reka sendiri. Orang yang tidak bersalah akan membagi-bagi uang
(Ayb. 27:16-17). Orang-orang Israel akan merampasi orang-orang
Mesir (Kel. 12:36) dan menikmati kekayaan bangsa-bangsa (Yes.
61:6).
23 Huma orang miskin menghasilkan banyak makanan, namun ada yang
lenyap sebab tidak ada keadilan.
Lihatlah di sini:
1. Betapa harta yang sedikit bisa bertambah sebab ketekunan,
sehingga orang, dengan memanfaatkan segala sesuatunya sebaik-
baiknya, dapat hidup nyaman dengannya: huma orang miskin
menghasilkan banyak makanan, olahan tanah petani-petani yang
miskin, yang hanya punya sedikit harta, namun mau bersusah
payah dengan yang sedikit itu, dan mau mengolahnya dengan
baik. Banyak orang ingin terus bermalas-malasan dengan berda-
lih bahwa mereka hanya mempunyai sedikit untuk dikerjakan, sa-
ngat sedikit yang bisa dimanfaatkan. namun semakin kecil ladang,
semakin besar manfaatnya, dan jika saja keahlian dan tenaga si
pemilik ladang dikerahkan untuk mengolahnya, maka itu pasti
akan menjadi sangat bernilai. Biarlah ia menggali, maka tidak
perlu ia mengemis.
2. Betapa harta yang banyak bisa hancur sebab kesembronoan:
ada yang memiliki banyak harta, namun itu lenyap dan musnah
sebab tidak ada keadilan (KJV: sebab ketiadaan pertimbangan
pen.), maksudnya, sebab kurang kebijaksanaan dalam menge-
lolanya. Orang membangun atau berbelanja melebihi kemampuan
mereka, menjamu terlalu banyak teman, atau makan yang mahal-
mahal, atau mempekerjakan pelayan-pelayan yang banyak, lebih
banyak dibandingkan yang sanggup mereka bayar. Juga, mereka
membiarkan apa yang mereka punyai membusuk, dan tidak
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Dengan meminjam
uang bagi diri sendiri, atau menjadi tanggungan bagi orang lain,
harta mereka semakin menipis, keluarga mereka berkekurangan,
dan semua itu sebab ketiadaan pertimbangan.
24 Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; namun siapa
mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.
Perhatikanlah:
1. Demi mendidik anak-anak dalam hal kebaikan, penting untuk
mengoreksi apa yang salah pada mereka. Setiap anak yang kita
miliki yaitu anak Adam, dan sebab itu di dalam hatinya mele-
kat kebodohan yang harus sedikit banyak ditegur dengan tongkat
dan teguran yang memberikan hikmat. Amatilah, tongkatnya-lah
yang harus digunakan (KJV), tongkat si orangtua, yang diarahkan
oleh hikmat dan kasih, dan dirancang demi kebaikan, bukan
tongkat untuk seorang hamba.
2. Sungguh baik bila sejak dini kita menahan anak-anak dari keja-
hatan, sebelum kebiasaan-kebiasaan buruk terbentuk. Ranting
mudah dibengkokkan jika masih lembut.
3. Orang yang tidak mendidik anak-anak mereka dengan disiplin
yang ketat, dan dengan segala cara yang pantas, dan cara-cara
yang keras bila yang lembut tidak berhasil, mereka itu sebenarnya
membenci anak-anak mereka, meskipun sangkanya mereka sa-
yang. Mereka membenci anak-anak mereka, jika tidak membuat
mereka menyadari kesalahan-kesalahan mereka dan takut untuk
melakukan pelanggaran. Mereka menelantarkan anak-anak mere-
ka ke dalam tangan musuh yang paling jahat, ke dalam penyakit
yang paling berbahaya. Oleh sebab itu, mereka membenci anak-
anak mereka. Biarlah hal ini membuat anak-anak bisa menerima
koreksi yang diberikan orangtua mereka yang baik terhadap
mereka. Koreksi ini timbul dari kasih, dan untuk kebaikan mere-
ka (Ibr. 12:7-9).
25 Orang benar makan sekenyang-kenyangnya, namun perut orang fasik men-
derita kekurangan.
Perhatikanlah:
1. yaitu kebahagiaan orang benar bahwa mereka akan berkecu-
kupan, dan bahwa mereka tahu bilamana mereka sudah ber-
kecukupan. Mereka tidak memiliki keinginan secara berlebihan,
namun dengan keinginan yang biasa-biasa saja, mereka sudah
puas. Alam sudah puas dengan sedikit hal saja, dan anugerah
sudah puas dengan lebih sedikit hal lagi. Cukup itu sama baiknya
seperti berpesta. Orang-orang yang makan roti kehidupan, yang
berpesta dengan janji-janji Allah, mendapatkan banyak kepuasan
jiwa di dalamnya. Mereka makan, dan menjadi kenyang.
2. yaitu kesengsaraan orang fasik bahwa, sebab tak terpuaskan-
nya keinginan-keinginan mereka sendiri, mereka selalu berkeku-
rangan. Bukan saja jiwa mereka tidak akan dipuaskan dengan
dunia dan kedagingan, namun juga bahkan perut mereka akan
menderita kekurangan. Nafsu kedagingan mereka selalu menuntut
untuk dipuaskan. Di neraka mereka malah tidak akan diberi air
setetes pun.
1 wanita yang bijak mendirikan rumahnya, namun yang bodoh meruntuh-
kannya dengan tangannya sendiri.
Perhatikanlah:
1. Seorang istri yang baik merupakan berkat yang besar bagi keluar-
ganya. Melalui istri yang subur, sebuah keluarga akan bertambah
banyak dan dilengkapi dengan anak-anak. Dengan begitu, keluar-
ga itu dibangun. Namun, melalui seorang istri yang bijaksana, yang
saleh, rajin, dan penuh perhatian, semua urusan keluarga akan
berhasil, utang-utang dilunasi, pendapatan meningkat, persediaan
makanan disimpan, anak-anak dididik dan diurus dengan baik,
dan seluruh keluarga merasa sejahtera di dalam rumah serta dipuji
di luar rumah. Demikianlah rumah itu dibangun. Ia memandang
rumah itu sebagai miliknya sendiri untuk dipelihara, walaupun ia
tahu bahwa suaminya yang memerintah atasnya (Est. 1:22).
2. Banyak keluarga yang hancur sebab perilaku para istri ataupun
suami yang buruk. Seorang wanita yang bodoh, yang tidak
takut kepada Allah, tidak menghargai urusannya sendiri, degil,
boros, dan gemar bersenang-senang. Seorang wanita yang
memuaskan diri dengan kesenangan dan seleranya, dan sangat
suka bertamasya dan berpesta, bermain kartu dan pergi ke tem-
pat hiburan meskipun memiliki banyak harta dan berasal dari
keluarga berada, akan jatuh miskin dan menyia-nyiakan semua
itu. Dia pasti akan menghancurkan rumah tangganya seakan-
akan meruntuhkannya dengan tangannya sendiri. Sang suami
yang sangat merisaukan hal ini nyaris tidak mampu mencegah-
nya.
2 Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, namun orang yang sesat
jalannya, menghina Dia.
Di sini ada ,
1. Perbuatan baik dan dosa dalam warnanya yang sebenarnya. Per-
buatan baik yang memerintah yaitu rasa hormat akan Allah dan
memberikan kehormatan kepada Dia yang mahabesar dan maha-
tinggi, yang layak menerima segala kehormatan. Dengan demi-
kian, apa lagi yang lebih pantas dan menyenangkan bagi makhluk
yang berakal selain dibandingkan perbuatan baik? Dosa yang meme-
rintah sama saja dengan menghina Allah. Dalam hal ini, lebih
dibandingkan apa pun, dosa tampak begitu jahat hingga ia meman-
dang rendah Allah yang dipuja para malaikat. Orang-orang yang
memandang rendah aturan-aturan Allah, tidak mau tunduk pada
aturan-aturan tersebut dan janji-janji-Nya serta tidak mau mene-
rima semuanya itu, sudah memandang rendah Allah berikut sifat-
sifat-Nya.
2. Perbuatan baik dan dosa di dalam sifatnya sebenarnya. Melalui
hal ini kita dapat mengenali orang yang berbuat baik dan takut
akan Allah yang memerintah di dalam dirinya, yaitu bahwa ia
berjalan dengan jujur, menyadari sepenuhnya semua tindakan-
nya, setia kepada Allah dan manusia, dan setiap kali berhenti
ataupun melangkah, ia melakukannya berdasarkan aturan. Inilah
orang yang menghormati Allah. Sebaliknya, orang yang sesat ja-
lannya, yang dengan senang hati mengikuti keinginan dan hawa
nafsunya, yang berlaku tidak adil dan curang, yang perilakunya
bertolak belakang dengan pengakuannya, sehebat apa pun ia ber-
pura-pura beribadah, dia yaitu orang yang fasik dan akan diper-
hitungkan sebagai orang yang menghina Allah sendiri.
3 Di dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk punggungnya, namun orang
bijak dipelihara oleh bibirnya.
Amatilah di sini:
1. Seorang bodoh yang menyombongkan diri. Saat kebanggaan ada
di dalam hati sementara hikmat tidak ada di kepala untuk mene-
kannya, maka kebanggaan itu biasanya akan menampakkan diri
di dalam kata-kata: Dalam mulut orang bodoh yaitu cemeti cong-
kak, menyombongkan diri dengan congkak, menegur dengan
congkak, mengecam dengan congkak, memerintah dan menetap-
kan hukum dengan congkak. Inilah cemeti, atau taruk congkak.
Istilah taruk atau juga ranting hanya digunakan di sini dan di
dalam Yesaya 11:1. Ranting ini tumbuh dari akar kepahitan yang
ada di dalam hati, sebuah ranting dari dahan itu. Akarnya harus
dicabut, atau kita tidak akan dapat mengalahkan ranting ini. Ini
juga berarti tongkat untuk memukul, cemeti congkak yang memu-
kul orang lain. Dengan lidahnya, orang yang congkak akan me-
nyerang dan memukul orang-orang di sekelilingnya sesuka hati,
namun akhirnya akan mengenai dirinya sendiri. Orang yang cong-
kak akan ditegur dan dihukum secara memalukan oleh perkataan
mulutnya sendiri. Dia tidak akan diperlakukan sebagai prajurit
melainkan dihajar seperti budak. Dalam hal ini ia akan dipukul
dengan tongkatnya sendiri (Mzm. 64:8).
2. Seorang bijak yang rendah hati menyelamatkan diri sendiri dan
bertanya-tanya demi kebaikannya sendiri: Orang bijak dipelihara
oleh bibirnya dengan tidak mendatangkan celaka ke atas orang
lain seperti yang dilakukan orang-orang congkak dengan lidah
mereka, dan tidak mendatangkan ke atas diri mereka sendiri cela-
ka yang sering kali melibatkan para pencemooh yang congkak.
4 Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, namun dengan kekuatan
sapi banyaklah hasil.
Perhatikanlah:
1. Menyia-nyiakan peternakan merupakan jalan menuju kemiskin-
an: Kalau tidak ada lembu untuk membajak tanah dan mengirik
bulir-bulir, maka tidak ada gandum. Kandang pun kosong, bersih.
Tidak ada jerami untuk ternak, dan akhirnya tidak ada roti untuk
keperluan manusia. Kelangkaan bahan pangan digambarkan me-
lalui gigi yang tidak disentuh makanan (Am. 4:6). Kalau tidak ada
lembu, maka tidak ada yang dapat dikerjakan pada tanah, dan
akibatnya tidak ada yang bisa dihasilkan darinya. Kandang bersih
dari kotoran ternak, yang menyenangkan orang yang menyukai
kerapian dan kebersihan, yang tidak tahan dengan peternakan
sebab ada begitu banyak pekerjaan kotor di dalamnya, sehingga
ia rela menjual lembunya supaya kandang tetap bersih. Namun,
bukan saja kerja keras, namun bahkan kotoran lembu pun dibu-
tuhkan. Ini menunjukkan kebodohan orang-orang yang sangat
menyukai kesenangan dari daerah pedesaan namun tidak berminat
dengan pekerjaan di sana, yang memelihara lebih banyak kuda
dibandingkan lembu, dan lebih banyak anjing dibandingkan babi. Keluarga
orang-orang bodoh seperti ini pasti menderita sebab kebodohan
mereka itu.
2. Orang-orang yang berjerih payah mengerjakan tanah mereka be-
sar kemungkinan akan meraup keuntungan darinya. Orang-orang
yang memelihara hal yang bermanfaat dan bisa digunakan, bukan
untuk bermewah-mewah atau pamer, yang memiliki lebih banyak
pengurus ternak dibandingkan pelayan, besar kemungkinan akan ber-
kembang pesat. Dengan kekuatan sapi banyaklah hasil. Sapi yang
dimaksudkan untuk melayani kita, yang menguntungkan, baik
dalam keadaan hidup ataupun mati.
5 Saksi yang setia tidak berbohong, namun siapa menyembur-nyemburkan
kebohongan, yaitu saksi dusta.
Dalam menjalankan keadilan, banyak hal yang bergantung pada para
saksi, dan oleh sebab itu penting bagi kebaikan umum bahwa para
saksi diajar sebagaimana seharusnya. sebab ,
1. Seorang saksi yang benar tidak akan berani memberikan kesaksi-
an yang palsu, atau, demi perbuatan baik atau dendam tidak
akan menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang di-
ketahuinya dengan tepat. Ia tidak peduli siapa yang senang atau
tidak senang dengan kesaksiannya. Dengan demikian penghakim-
an akan mengalir lancar bagaikan sungai.
2. Sebaliknya, saksi yang bersedia disuap, berat sebelah, dan bisa
digertak, akan menyembur-nyemburkan kebohongan (dan tidak
akan ragu melakukannya) dengan bersemangat dan yakin seolah-
olah apa yang dikatakannya itu semua benar.
6 Si pencemooh mencari hikmat, namun sia-sia, sedangkan bagi orang ber-
pengertian, pengetahuan mudah diperoleh.
Perhatikanlah:
1. Alasan mengapa beberapa orang mencari hikmat dan tidak men-
dapatkannya, yaitu sebab mereka tidak mencarinya berdasar-
kan asas dan cara yang benar. Mereka yaitu pencemooh, dan
dengan sikap menghinalah mereka meminta pengajaran, supaya
bisa mencemooh apa yang dikatakan kepada mereka dan berteng-
kar mengenainya. Banyak orang mengajukan pertanyaan kepada
Kristus sambil mencobai Dia, supaya mereka mendapat alasan
untuk menuduh Dia, namun mereka tidak pernah menjadi lebih
bijak. Tidaklah mengherankan jika orang-orang yang mencari
hikmat seperti Simon si ahli sihir yang mencari karunia-karunia
Roh Kudus demi memuaskan kecongkakan dan ketamakan mere-
ka, tidak mendapatkannya sebab mereka mencari dengan cara
yang salah. Herodes ingin melihat mujizat, namun sebab ia se-
orang pencemooh, keinginannya tidak terkabul (Luk. 23:8). Para
pencemooh tidak akan berhasil dengan doa-doa mereka.
2. Bagi mereka yang mengerti dengan benar dan menjauhi kejahatan
( sebab itulah akal budi), pengetahuan tentang Allah dan kehen-
dak-Nya mudah diperoleh. Perumpamaan-perumpamaan yang me-
nyebabkan hati para pencemooh mengeras dalam cemooh mereka
dan membuat perkara-perkara ilahi semakin sulit mereka pahami,
justru akan menerangi hati mereka yang mau belajar serta mem-
buat hal-hal yang sama tampak lebih jelas dan mudah dimengerti
sekaligus dikenali (Mat. 13:11, 15-16). Perkataan yang sama yang
bagi pencemooh yaitu bau kematian yang mematikan, bagi orang
yang rendah hati yaitu bau kehidupan yang menghidupkan.
Orang yang berpengertian sehingga menjauhi kejahatan ( sebab
itulah akal budi), sehingga berhenti berprasangka dan menyingkir-
kan semua sifat dan perasaan buruk, akan mudah menangkap
pengajaran dan menerima pengaruhnya.
7 Jauhilah orang bebal, sebab pengetahuan tidak kaudapati dari bibirnya.
Amatilah di sini:
1. Bagaimana kita dapat mengenali seorang yang bodoh dan men-
dapati bahwa dia orang yang fasik, sebab ia yaitu orang bebal.
Jika pengetahuan tidak kita dapati dari bibirnya, jika kita men-
dapati bahwa tidak ada sesuatu yang memberikan kelegaan
ataupun kesalehan di dalam perkataannya, bahwa percakapannya
kotor dan merusak, dan tidak ada suatu pun yang baik untuk
membangun, kita boleh menyimpulkan bahwa yang tersimpan
dalam dirinya yaitu buruk.
2. Bagaimana kita harus menjauhi orang seperti itu dan meninggal-
kan dia. Jauhilah orang bebal, sebab tidak kaudapati apa pun
yang baik dari kehadirannya, selain bahaya yang bisa mencelaka-
kan. Adakalanya satu-satunya cara yang kita miliki untuk men-
cela perkataan yang jahat dan bersaksi untuk menentangnya ada-
lah dengan menjauhkan diri darinya hingga tidak dapat mende-
ngarkan perkataannya lagi.
8 Mengerti jalannya sendiri yaitu hikmat orang cerdik, namun orang bebal
ditipu oleh kebodohannya.
Amatilah di sini:
1. Perilaku yang baik dari orang yang bijaksana dan baik. Ia mampu
mengatur diri dengan baik. Bukanlah pengetahuan orang terpela-
jar, yang hanya terdiri atas dugaan, yang dianjurkan di sini, me-
lainkan hikmat orang cerdik, yang mudah dilaksanakan dan ber-
guna untuk mengarahkan perkataan dan perbuatan kita. Hikmat
kristiani terdiri atas pengertian yang benar akan jalan kita sendiri,
sebab kita hanyalah pelancong yang urusannya bukanlah untuk
mencari-cari sesuatu yang aneh atau ajaib, melainkan untuk
maju terus menuju akhir perjalanan. Tugas kita yaitu untuk
mengerti jalan sendiri, bukan untuk mengkritik dan mencampuri
urusan orang lain, melainkan untuk memeriksa diri dan menem-
puh jalan yang rata. Tugas kita yaitu untuk memahami arah
jalan kita, supaya kita dapat mengamatinya, dapat melihat ba-
haya yang menghadang supaya menghindarinya, dapat mema-
hami kesulitan yang kita hadapi supaya dapat mengatasinya, dan
melihat keuntungan yang ada sehingga kita dapat meningkatkan-
nya. Tugas kita yaitu untuk mengerti aturan yang harus kita
jalani dan tujuan perjalanan yang akan kita tempuh, dan dengan
demikian berjalan sesuai dengan aturan dan tujuan itu.
2. Perilaku buruk orang fasik. Dia menipu diri sendiri. Dia tidak
mengerti jalannya dengan benar. Dia menyangka bahwa dia sudah
mengerti sehingga tersesat dan terus melakukan kesalahan: orang
yang bebal ditipu oleh kebodohannya yang membawa mereka ke-
pada kehancuran. Kebodohan orang yang membangun di atas pa-
sir yaitu tipuan.
9 Orang bodoh mencemoohkan korban tebusan, namun orang jujur saling me-
nunjukkan kebaikan.
Amatilah di sini:
1. Bagaimana hati orang fasik dikeraskan dalam kejahatan mereka:
mereka mencemoohkan korban tebusan. Mereka menertawakan
dosa-dosa orang lain dan bergembira bersama teman-teman mere-
ka dengan hal yang seharusnya mereka ratapi. Mereka juga mere-
mehkan dosa-dosa mereka sendiri, baik saat tergoda untuk
berbuat dosa, maupun sesudah mereka melakukannya. Mereka
menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat (Yes. 5:20),
memutar-balikkannya dengan gurauan, dan bergegas masuk ke
dalam dosa (Yer. 8:6). Mereka berkata bahwa mereka akan tetap
merasa damai meskipun mereka terus berbuat jahat. Mereka
tidak peduli pada celaka yang mereka timbulkan dengan dosa-
dosa mereka dan menertawakan orang-orang yang memberi tahu
mereka tentang hal itu. Mereka mendukung dosa dan mempunyai
banyak akal untuk berdalih. Orang bodoh mencemoohkan korban
tebusan. Mereka yang meremehkan dosa juga meremehkan Kris-
tus. Orang-orang bodohlah yang meremehkan dosa sebab mereka
juga meremehkan apa yang dikeluhkan oleh Allah (Am. 2:13),
yang ditanggungkan ke atas Kristus, dan yang tidak lama lagi
akan membuat mereka berubah pikiran.
2. Bagaimana orang yang baik dikuatkan dalam kebaikan mereka:
orang jujur saling menunjukkan kebaikan. Jika mereka telah melu-
kai perasaan seseorang dalam hal apa pun, mereka akan lang-
sung menyesal dan memperoleh perkenan Allah. Mereka saling
berbuat baik. Di antara sesama dan perkumpulan mereka, mereka
saling menunjukkan kemurahan hati dan belas kasihan bersama
bila ada yang berbuat salah, dan tidak ada saling mencemooh.
10 Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut
merasakan kesenangannya.
Ayat ini sesuai dengan 1 Korintus 2:11, Siapa gerangan di antara
manusia yang tahu, apa yang ada di dalam diri manusia, dan
perubahan tabiatnya, selain roh manusia sendiri?
1. Setiap orang paling mampu merasakan bebannya sendiri, teruta-
ma beban yang menimpa rohnya, sebab biasanya beban inilah
yang tidak tampak dan disembunyikan olehnya. Janganlah kita
mengecam kesedihan orang lain, sebab kita tidak tahu apa yang
mereka rasakan. Boleh jadi penderitaan mereka lebih besar dari-
pada keluhan mereka.
2. Banyak orang yang menikmati kesenangan yang tersembunyi,
terutama penghiburan ilahi yang tidak disadari apa lagi dialami
orang lain. Sama seperti kesedihan orang yang menyesali dosa-
dosanya, demikian pula sukacita orang percaya tidak dapat turut
dirasakan orang lain yang oleh sebab itu juga tidak memenuhi
syarat untuk menilai.
11 Rumah orang fasik akan musnah, namun kemah orang jujur akan mekar.
Perhatikanlah:
1. Dosa merupakan kehancuran banyak keluarga: Rumah orang fa-
sik, meskipun dibangun dengan kokoh dan tinggi, akan musnah,
akan jatuh ke dalam kemiskinan serta kehinaan, dan akhirnya
lenyap. Harapannya untuk mencapai sorga, yakni rumah yang
diandalkannya, tidak akan bertahan dan roboh diterpa badai. Air
bah yang datang akan menghanyutkannya.
2. Kebenaran akan meninggikan dan meneguhkan keluarga-keluarga
yang miskin sekalipun: bahkan kemah orang jujur, yang mudah
dipindah-pindahkan dan sebagai tenda dianggap rendah, akan
mekar, baik dalam kemakmuran lahiriah bila itu memang diang-
gap baik oleh Hikmat yang Tidak Terbatas, dalam segala keadaan
di dalam anugerah dan penghiburan, yang merupakan kekayaan
dan kehormatan yang sejati.
12 Ada jalan yang disangka orang lurus, namun ujungnya menuju maut.
Di sini diceritakan tentang jalan dan kesudahan banyak jiwa yang
menipu diri sendiri.
1. Jalan mereka tampak adil: yang disangka lurus oleh mereka.
Mereka menghibur diri dengan mengkhayal bahwa mereka sudah
menjadi seperti seharusnya, bahwa pendapat serta perilaku mere-
ka sudah baik, dan dengan cara sedemikian rupa hingga menipu
diri sendiri. Jalan kebodohan dan kesembronoan, jalan kedunia-
wian dan fana, jalan penuh hawa nafsu dan memuaskan keda-
gingan, tampak benar di mata orang-orang yang menjalaninya.
Terlebih lagi jalan kemunafikan dalam beragama, perbuatan la-
hiriah, pembaharuan yang hanya sebagian, dan semangat yang
membabi buta. Mereka beranggapan bahwa semua hal ini akan
membawa mereka ke sorga. Mereka menyenangkan diri menurut
pandangan sendiri bahwa akhirnya nanti segala sesuatu akan
baik-baik saja.
2. Kesudahan mereka akan sangat mengerikan, terlebih lagi sebab
kesalahan mereka: jalan yang menuju maut, kematian yang kekal.
Kejahatan mereka pasti akan menjadi kehancuran mereka, dan
mereka akan binasa sambil menggenggam dusta di tangan kanan
mereka. Pada akhirnya nanti, orang-orang yang menipu diri sen-
diri akan terbukti menghancurkan diri sendiri.
13 Di dalam tertawa pun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir
dengan kedukaan.
Ini menunjukkan kesia-siaan kegembiraan duniawi dan membukti-
kan apa yang dikatakan Salomo perihal tertawa, bahwa itu bodoh,
sebab ,
1. Di baliknya ada dukacita. Adakalanya, saat orang berdosa
berada di bawah penghukuman atau masalah besar, mereka me-
nyembunyikan kesedihan mereka dengan kegembiraan yang di-
paksakan dan memasang muka ceria, sebab mereka tidak mau
tampak menyerah: mereka tidak berteriak saat Ia mengikat me-
reka. Sungguh, saat seseorang benar-benar tampak ceria, pada
saat yang sama ada hal lain yang tercampur dalam kegembiraan
mereka. Sesuatu yang menutupi dan mengaburkannya, yang
tidak dapat dihilangkan dari hati mereka oleh keceriaan. Hati
nurani mereka mengatakan bahwa mereka tidak punya alasan
untuk bergembira (Hos. 9:1). Mau tidak mau mereka akan melihat
kesia-siaannya. Sukacita rohani berada di dalam jiwa. Kegembira-
an orang munafik hanyalah dari gigi ke luar belaka (Yoh. 16:22;
2Kor. 6:10).
2. Ada hal yang lebih buruk sesudah itu: kesukaan dapat berakhir
dengan kedukaan. Kegembiraan itu akan segera berlalu bagaikan
duri-duri yang meletup-letup dalam api di bawah belanga. Jika
hati nurani itu terjaga, seluruh kegembiraan yang penuh dosa
dan kotor akan direnungkan dengan penuh kegetiran. Jika tidak,
kedukaan itu akan menjadi semakin besar saat sebab segala
hal ini Allah akan membawa orang berdosa ke pengadilan. Kedu-
kaan orang-orang yang dikasihi-Nya akan berakhir dengan sukacita
sampai selama-lamanya (Mzm. 126:5), namun gelak tawa orang-
orang bodoh akan berakhir dalam tangis dan ratap tanpa akhir.
Perbedaan antara Orang Benar
dan Orang Fasik,
14 Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya, dan orang
yang baik dengan apa yang ada padanya.
Perhatikanlah:
1. Penderitaan orang berdosa akan sangat berlimpah sampai selama-
nya: Orang yang murtad hatinya, yang sebab takut menderita
atau mengharapkan keuntungan dan kesenangan lalu meninggal-
kan Allah dan kewajibannya, akan menjadi kenyang dengan jalan-
nya. Allah akan membiarkan mereka memuaskan diri dengannya.
Mereka tidak akan meninggalkan hawa nafsu dan gairah mereka,
dan oleh sebab nya, sifat-sifat itu akan tetap melekat pada
mereka serta menjadi siksa dan penderitaan sampai selamanya.
Orang yang najis itu menjadi najis. Perkataan Anak, ingatlah,
akan mengenyangkan mereka dengan jalan mereka dan menata
dosa-dosa mereka di hadapan mereka. Kemurtadan diawali di
dalam hati. Hati yang jahat dan penuh ketidakpercayaanlah yang
membuat orang meninggalkan Allah. Dari semua orang berdosa,
orang murtadlah yang akan mengalami ketakutan paling besar
saat mereka merenungkan jalan-jalan mereka (Luk. 11:26).
2. Kebahagiaan orang-orang kudus akan memuaskan mereka sam-
pai selamanya dalam perbuatan baik mereka, sebagai tanda peng-
hargaan dan persyaratan untuk memperoleh perkenan Allah yang
khusus: orang yang baik menjadi sangat kenyang dengan apa
yang ada padanya, dengan apa yang dikerjakan Allah di dalam
dirinya. Ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri (Gal. 6:4).
Sama seperti orang berdosa tidak pernah berpikir bahwa mereka
telah cukup banyak berbuat dosa sampai dosa itu membawa
mereka ke neraka, begitu pula orang-orang kudus tidak pernah
berpikir bahwa mereka telah cukup banyak berbuat baik sampai
mereka tiba di sorga.
15 Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, namun
orang yang bijak memperhatikan langkahnya.
Perhatikanlah:
1. Sungguh bodoh untuk terlampau mudah percaya dan memper-
hatikan setiap laporan yang masuk, memberi telinga kepada kisah
tiap orang meskipun sangat tidak masuk akal, untuk memperca-
yai semua hal berdasarkan anggapan umum yang populer, untuk
mengandalkan diri kepada tiap orang yang mengaku berteman,
dan memberikan pinjaman kepada setiap orang yang berjanji
akan melunasinya. Orang yang tak berpengalaman percaya ke-
pada setiap perkataan seperti itu, dan lupa bahwa dalam pengerti-
an tertentu, semua orang yaitu pendusta bila dibandingkan de-
ngan Allah yang semua perkataan-Nya harus kita percayai dengan
penuh iman, sebab Ia tidak dapat berdusta.
2. Sungguh bijaksana untuk bersikap hati-hati: Orang yang bijak
akan menguji terlebih dahulu sebelum ia percaya. Ia akan menim-
bang-nimbang apakah saksi itu bisa dipercaya, juga tingkat ke-
mungkinan kesaksian itu sendiri, dan baru sesudah itu memberi-
kan penilaian saat hal itu sudah tampak, atau menangguhkan
penilaiannya sampai halnya benar-benar tampak jelas bagi dia.
Ujilah segala sesuatu dan janganlah percaya akan setiap roh.
16 Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, namun orang bebal me-
lampiaskan nafsunya dan merasa aman.
Perhatikanlah:
1. Rasa takut yang kudus merupakan penjaga yang sangat baik un-
tuk memelihara setiap hal yang kudus, dan melindungi dari setiap
hal yang najis. Sungguh bijaksana untuk menjauhi kejahatan,
kejahatan dosa, dan dengan cara demikian, juga semua kejahatan
lainnya. Oleh sebab itu, merupakan hikmat untuk berhati-hati
atau takut. Artinya, waspada terhadap diri sendiri dengan kewas-
padaan yang ilahi, untuk takut akan murka Allah, untuk takut
mendekati dosa atau mulai bermain-main dengannya. Orang yang
bijak akan menjauhi jalan yang berbahaya sebab takut bahaya
dan mundur ketakutan saat ia mendapati diri sedang masuk
dalam pencobaan.
2. Kepongahan yaitu kebodohan. Orang bodoh yaitu orang yang
saat diperingatkan akan adanya bahaya justru melampiaskan
nafsunya dan merasa aman, dan bersikeras meneruskan niatnya.
Orang bodoh tidak tahan menerima teguran. Dia akan menuntut
bukti perihal murka dan kutukan Allah, dan sebab tidak takut
kepada bahaya, ia terus memberontak, berani untuk mencari-cari
kesempatan berbuat dosa, dan bermain-main di tepi jurang. Dia
yaitu orang yang bebal, sebab ia bertindak melawan akal sehat
dan kepentingannya sendiri. Kehancurannya akan tiba dengan
segera sebagai bukti atas kebodohannya.
17 Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, namun orang yang bijaksana, bersa-
bar.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang penuh nafsu patut ditertawakan. Orang-orang
yang suka mengeluh, mudah tersinggung, dan lekas naik darah
sebab gangguan sekecil apa pun, berlaku bodoh. Mereka menga-
takan dan melakukan hal-hal yang menggelikan, sehingga dengan
demikian membuka diri terhadap celaan. Tidak bisa tidak mereka
sendiri akan menjadi malu saat panas hati mereka sudah reda.
Hal ini patut diperhatikan orang, terutama yang dikenal sangat
memelihara hikmat dan kehormatan untuk mengekang nafsu me-
reka.
2. Orang-orang pembuat kejahatan patut dihindari dan dibenci, ka-
rena mereka jauh lebih berbahaya dan membawa celaka bagi
semua lapisan warga : Orang yang jahat niatnya, yang mena-
han amarahnya sampai ia mendapat kesempatan untuk memba-
las dendam dan diam-diam merencanakan untuk mencelakakan
sesamanya dan membalas dengan kejahatan, seperti Kain yang
membunuh Habel, orang seperti ini dibenci oleh semua orang.
Tabiat seorang pemarah sungguh menyedihkan. Melalui godaan
yang datang tidak terduga, ia menyusahkan dan mempermalukan
diri sendiri, namun hal ini akan segera berakhir dan ia pun menye-
salinya. Namun, orang yang penuh kebencian dan dendam sung-
guh menjijikkan. Tidak ada pelindung atau jalan keluar baginya.
18 Orang yang tak berpengalaman mendapat kebodohan, namun orang yang
bijak bermahkotakan pengetahuan.
Perhatikanlah:
1. Dosa merupakan hal yang mempermalukan orang berdosa: Orang
yang tak berpengalaman, yang sangat menyukai hal-hal yang
biasa-biasa saja, tidak memperoleh apa pun darinya. Mereka ha-
nya akan mendapat kebodohan. Mereka mewarisinya, demikian
menurut sebagian orang. Rusaknya tabiat ini diperoleh dari
orangtua pertama kita, dan semua bencana yang menyertainya
juga kita warisi. Ini yaitu warisan yang mereka turunkan kepada
bangsa mereka yang merosot akhlaknya bagaikan penyakit ketu-
runan. Mereka sangat menyukainya, seperti orang yang menyukai
warisan, dan menggenggamnya dengan erat seakan-akan tidak
mau berpisah dengannya. Apa yang sangat mereka hargai ini
sungguh bodoh. Apa yang dihasilkan dari sikap ini selain kebo-
dohan? Mereka akan selamanya menyesali pilihan sendiri yang
bodoh itu.
2. Hikmat yaitu kehormatan orang bijak: Orang yang bijak memah-
kotai diri sendiri dengan pengetahuan. Mereka memandangnya
sebagai perhiasan mereka yang paling cemerlang, dan tidak ada
yang lebih mereka dambakan selain hal ini. Mereka mengena-
kannya di kepala bagaikan mahkota yang tidak akan mau mereka
tanggalkan. Mereka berjuang menuju puncak dan kesempurnaan
pengetahuan yang akan memahkotai awal dan kemajuan upaya
mereka ini. Mereka akan menerima pujian darinya. Orang-orang
yang bijak akan dihormati seakan-akan mereka mengenakan mah-
kota. Mereka bermahkotakan pengetahuan dan mendatangkan hor-
mat bagi pekerjaan mereka. Hikmat bukan saja dibenarkan, namun
juga dimuliakan oleh semua anak-anaknya.
19 Orang jahat tunduk di dekat orang baik, orang fasik di depan pintu ger-
bang orang benar.
Artinya,
1. Orang jahat sering kali dibuat melarat dan direndahkan sehingga
mereka terpaksa mengemis sebab kejahatan mereka telah mem-
bawa mereka kepada kesukaran. Sebaliknya, melalui berkat Allah,
orang baik diperkaya dan dimampukan untuk memberi. Mereka
benar-benar memberi, bahkan kepada orang jahat sekalipun. Ka-
rena jika Allah mengaruniakan mereka kehidupan, janganlah kita
menolak bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka.
2. Adakalanya Allah bahkan memaksa orang jahat untuk mengakui
keunggulan umat Allah. Orang jahat sudah seharusnya selalu
tunduk di dekat orang baik, dan adakalanya mereka dipaksa
melakukannya dan mengaku, bahwa Allah mengasihi orang-orang
baik itu (Why. 3:9). Orang-orang baik itu menginginkan kesenang-
an sendiri (Est. 7:7), dan doa-doa mereka dikabulkan (2Raj. 3:12).
3. Akan tiba harinya saat orang benar akan memerintah mereka
(Mzm. 49:15, TL). saat itulah anak-anak gadis yang bodoh akan
meminta minyak dari yang bijaksana dan dengan sia-sia menge-
tuk pintu Tuhan yang melaluinya orang benar telah masuk.
20 Juga oleh temannya orang miskin itu dibenci, namun sahabat orang kaya
itu banyak.
Ini bukan menunjukkan hal yang seharusnya terjadi melainkan apa
yang biasa dilakukan dunia, yakni merasa malu berteman dengan
orang miskin dan menyukai orang kaya.
1. Hanya sedikit yang akan memberikan sambutan kepada orang-
orang yang tidak disukai dunia, padahal mereka sebenarnya patut
dihormati: orang miskin, yang seharusnya dikasihani, diberi sema-
ngat, dan ditolong, malah dibenci, dianggap aneh, dan dijauhi,
bahkan juga oleh temannya yang sebelum orang tadi jatuh miskin
sangat dekat dengannya dan berpura-pura ramah kepadanya.
Kebanyakan dari mereka hanyalah teman semu seperti burung la-
yang-layang yang menghilang di musim dingin. Sungguh baik
untuk memiliki Allah sebagai sahabat kita, sebab Ia tidak akan
meninggalkan kita di saat kita miskin.
2. Semua orang mau memberi hormat kepada orang-orang yang di-
sukai dunia, walaupun mereka sebenarnya tidak berharga: saha-
bat orang kaya itu banyak. Mereka bersahabat dengan kekayaan
itu dengan harapan mendapat bagian. Di dunia ini hanya ada
sedikit persahabatan. Kebanyakan yang ada hanyalah persaha-
batan yang dilandasi kepentingan diri sendiri, yang sama sekali
bukan merupakan persahabatan sejati, yang tidak akan dihargai
atau diandalkan orang bijak. Orang-orang yang menjadikan dunia
sebagai ilah mereka akan mendewa-dewakan orang-orang yang
memiliki banyak harta dunia. Mereka mencari perkenanan dari
orang-orang itu seolah-olah orang-orang tersebut yaitu kesuka-
an Sorga.
21 Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, namun berbahagialah orang yang
menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita.
Amatilah di sini bagaimana tabiat dan keadaan manusia diukur dan
dinilai dari perilaku mereka terhadap sesama yang miskin.
1. Orang-orang yang menghina orang miskin, dengan begitu telah
memandang mereka sebagai orang yang bertabiat buruk, dan
keadaan orang miskin sendiri akan sesuai dengan pandangan me-
reka itu: Siapa yang menghina sesamanya sebab kedudukan
orang itu rendah di dunia, sebab berasal dari keturunan miskin,
berpendidikan rendah, dan hanya berpenampilan sederhana, te-
lah berbuat dosa. Juga, siapa yang menghina sesamanya sebab
berpikir bahwa mereka terlalu hina untuk diperhatikan, dan tidak
mau berbicara dengan, atau peduli dengan mereka, dan mengang-
gap mereka sederajat dengan gerombolan anjing-anjingnya, telah
berbuat dosa dan bersalah melakukan dosa. Selain itu, orang
demikian berada di jalan menuju celaka, dan akan diperlakukan
sebagai orang berdosa. Dia tidak akan berbahagia.
2. Di sini dikatakan bahwa orang-orang yang menaruh belas kasihan
terhadap orang miskin akan berbahagia, sesuai dengan tabiat me-
reka: orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang men-
derita, yang siap melakukan apa saja yang baik terhadapnya, dan
dengan demikian menaruh hormat kepadanya, maka berbaha-
gialah dia. Ia melakukan apa yang menyenangkan bagi Allah. Di
kemudian hari, saat ia merenungkan apa yang dilakukannya itu,
ia akan merasa sangat puas. Keturunan orang miskin itu akan
menjadi berkat baginya, dan perbuatan baiknya akan dibalas de-
ngan limpah pada hari kebangkitan orang benar kelak.
22 Tidak sesatkah orang yang merencanakan kejahatan? namun yang meren-
canakan hal yang baik memperoleh kasih dan setia.
Amatilah di sini:
1. Betapa menyedihkannya kekeliruan orang-orang yang bukan saja
berbuat jahat namun juga merencanakannya: Tidak sesatkah me-
reka ini? Ya, tentu saja mereka sesat, semua orang mengetahui-
nya. Mereka menyangka bahwa dengan berbuat dosa dengan
terampil dan cerdik, serta menjalankan tipu daya dengan diam-
diam dan licik lebih dibandingkan orang lain, melalui dosa-dosa itu
mereka akan meraih hasil yang lebih baik dibanding orang lain.
namun mereka keliru. Keadilan Allah tidak dapat dikalahkan.
Orang-orang yang merencanakan kejahatan terhadap sesamanya
sangatlah keliru, sebab rencana itu akan berbalik melawan me-
reka dan berakhir dengan kehancuran mereka sendiri. Ini benar-
benar kekeliruan yang mematikan!
2. Betapa bijaksananya orang-orang yang sangat peduli dengan ke-
pentingannya sendiri sehingga mereka bukan saja berbuat baik
namun juga merencanakannya. Mereka akan memperoleh kasih
dan setia, bukan sebagai hadiah atas utang budi yang mereka
berikan (mereka akan mengakui bahwa mereka sama sekali tidak
berjasa apa pun), melainkan sebagai hadiah sebab belas kasih-
an, yaitu belas kasihan semata, belas kasihan menurut janji itu,
yaitu kasih dan setia yang dengan senang hati dijanjikan Allah
sendiri sebagai utang yang akan dibayarkannya. Orang-orang
yang begitu bermurah hati sampai memberi dengan sebebas-
bebasnya, dan mencari segala kesempatan untuk berbuat baik
serta mengusahakan supaya amal sedekah mereka dapat disalur-
kan seluas mungkin dan diterima oleh mereka yang membutuh-
kannya, akan selalu bertindak demikian (Yes. 32:8).
23 Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, namun kata-kata belaka menda-
tangkan kekurangan saja.
Perhatikanlah:
1. Bekerja tanpa berbicara akan membuat orang jadi kaya: Dalam
tiap jerih payah dengan pikiran atau dengan tangan, ada keun-
tungan. Hal ini akan mendatangkan kebaikan. Orang-orang yang
rajin biasanya sangat berhasil dan bilamana ada sesuatu yang
dikerjakan, akan diperoleh hasil juga. Tangan yang bekerja meng-
hasilkan uang. Oleh sebab itu sungguh baik untuk tetap bekerja
dan berkarya. Kalau ada yang bisa dikerjakan oleh tangan, kerja-
kanlah itu dengan sekuat tenaga.
2. Berbicara tanpa bekerja akan membuat orang jadi miskin. Orang-
orang yang suka membangga-banggakan pekerjaan mereka dan
menggembar-gemborkannya, menyia-nyiakan waktu dengan ber-
gunjing, baik dengan bercerita maupun mendengar tentang hal-
hal baru seperti orang Atena, yang berdalih hendak meningkatkan
diri melalui perbincangan lalu melalaikan pekerjaan sepanjang
hari, mereka ini hanya menyia-nyiakan apa yang mereka miliki.
Arah yang mereka ambil mendatangkan kekurangan saja hingga
berakhir seperti itu. Hal ini berlaku juga dalam perkara-perkara
yang menyangkut jiwa kita. Orang-orang yang bersusah payah
melayani Allah, yang berdoa dengan sungguh-sungguh, akan me-
nerima keuntungan darinya. Sebaliknya, jika agama manusia
hanya berisi perkataan yang ingar bingar belaka, sedangkan doa
mereka sekadar ucapan di bibir saja, mereka akan miskin secara
rohani dan tidak meraih apa pun.
24 Mahkota orang bijak yaitu kepintarannya; tajuk orang bebal yaitu
kebodohannya.
Amatilah:
1. Jika orang berlaku bijak dan baik, kekayaan akan membuat me-
reka jadi semakin dihormati dan berguna: Mahkota orang bijak
yaitu kepintarannya (KJV: kekayaannya pen.). Kekayaan mere-
ka ini membuat mereka semakin dihormati dan memberi mereka
wewenang dan pengaruh yang lebih besar atas orang lain. Orang-
orang yang memiliki kekayaan dan hikmat untuk menggunakan-
nya, akan mendapatkan kesempatan yang baik untuk menghor-
mati Allah dan berbuat baik di dunia ini. Hikmat yaitu sama
baiknya tanpa warisan, namun lebih baik lagi dengan warisan.
2. Jika manusia menjadi jahat dan rusak, kekayaan mereka hanya
akan semakin membuat mereka menjadi rentan: tajuk orang be-
bal, dalam keadaan apa pun, yaitu kebodohannya yang akan
menjadi nyata dan mempermalukan mereka. Jika mereka memi-
liki kekayaan, mereka melakukan kejahatan dengan kekayaan itu
dan semakin mengeraskan hati mereka dalam perbuatan mereka
yang bodoh.
25 Saksi yang setia menyelamatkan hidup, namun siapa menyembur-nyembur-
kan kebohongan yaitu pengkhianat.
Amatilah di sini:
1. Betapa besar pujian yang patut diberikan kepada saksi yang setia:
Ia menyelamatkan hidup orang-orang tidak bersalah yang dituduh
dengan semena-mena, dan juga nama baik yang bagi mereka
sama berharganya dengan hidup mereka. Orang yang tulus dan
setia rela menghadapi bahaya demi mengungkapkan kebenaran
dan menyelamatkan mereka yang menderita sebab tuduhan
palsu. Dengan demikian, seorang ha