Minggu, 29 Desember 2024

amsal 12


 jalani kehidupan di dunia ini, jika ia dimeng-

erti dengan baik, dan   sebab  itu diterima dengan baik!. 

2. Jalan orang-orang berdosa itu kasar dan tidak mudah, dan untuk 

alasan ini, tidak menyenangkan bagi diri mereka sendiri,   sebab  

tidak dapat diterima oleh orang lain. Jalan itu sulit, sulit bagi 

orang lain, yang mengeluhkannya, sulit bagi orang berdosa itu 

sendiri, yang hanya bisa sedikit saja menikmati dirinya sementara 

ia melakukan apa yang merugikan semua umat manusia. Mela-

yani dosa berarti memperbudak diri dalam arti yang sebenar-

benarnya, dan jalan menuju neraka bertaburan dengan onak duri, 

yang merupakan akibat dari kutukan. Orang-orang berdosa justru 

bekerja di tengah-tengah api. 

16 Orang cerdik bertindak dengan pengetahuan, namun  orang bebal membeberkan kebodohan. 

Perhatikanlah: 

1. Berhikmatlah orang yang berhati-hati. Setiap orang yang cerdik 

dan bijaksana melakukan segala sesuatunya dengan pengetahuan 

(dengan menimbang-nimbang sendiri dan bertanya-tanya kepada 

orang lain), bertindak dengan pertimbangan dan kehati-hatian, 

menjaga diri untuk tidak turut campur dengan apa yang tidak 

begitu diketahuinya, tidak berurusan dengan orang yang tidak di-

kenalnya sendiri, dan tidak mau berhadapan dengan orang-orang 

yang tidak begitu diketahuinya apakah mereka bisa dipercaya 

atau tidak. Ia tetap bertindak dengan pengetahuan, agar bisa me-

nambah persediaan yang sudah dimilikinya. 

2. Bodohlah orang yang bertindak dengan gegabah, sebagaimana 

yang diperbuat oleh orang bebal, yang bersemangat membicara-

kan perkara-perkara yang sama sekali tidak diketahuinya, dan 

berani melakukan apa yang sama sekali tidak pantas dilakukan-

nya, dan dengan demikian membeberkan kebodohannya dan 

membuat dirinya sendiri tampak konyol. Orang itu mulai mendiri-

kan, namun  ia tidak sanggup menyelesaikannya. 


17 Utusan orang fasik menjerumuskan orang ke dalam celaka, namun  duta 

yang setia mendatangkan kesembuhan. 


Di sini kita mendapati,  

1. Akibat-akibat buruk dari mengkhianati sebuah kepercayaan. 

Utusan orang fasik, yang jika  dikirim untuk merundingkan 

urusan apa saja, berbuat khianat terhadap orang yang mempeker-

jakannya, membocorkan nasihat-nasihatnya, dan dengan demi-

kian mengacaukan rancangan-rancangannya. Janganlah berha-

rap berurusan dengannya akan berhasil, namun  pasti ia akan 

menjerumuskan kita ke dalam satu atau lain celaka. Perbuatan-

nya akan terungkap dan dia akan mendapat hukuman,   sebab  

tidak ada hal lain yang lebih dibenci Allah dan manusia selain 

pengkhianatan dari orang-orang yang sudah diberi kepercayaan. 

2. Akibat-akibat yang membahagiakan dari kesetiaan: Seorang duta 

yang dengan setia menjalankan kepercayaan yang diberikan ke-

padanya, dan melayani kepentingan-kepentingan orang yang 

mempekerjakan dia, mendatangkan kesembuhan. Ia mendatang-

kan kesembuhan bagi orang-orang yang oleh dan untuk mereka ia 

dipekerjakan. Ia menyembuhkan perbedaan-perbedaan di antara 

mereka, dan memelihara akal budi yang baik. Ia mendatangkan 

kesembuhan bagi dirinya sendiri, sebab ia melindungi kepenting-

an-kepentingannya sendiri. Hal ini berlaku juga bagi hamba-ham-

ba Tuhan, utusan-utusan dan duta-duta Kristus. Orang-orang 

yang berlaku fasik dan palsu terhadap Kristus dan jiwa-jiwa ma-

nusia mendatangkan celaka dan menjerumuskan orang ke dalam 

celaka, namun  orang-orang yang setia akan menemukan bahwa 

perkataan-perkataan baik mereka akan mendatangkan kesem-

buhan bagi orang lain dan bagi diri mereka sendiri. 

18 Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan, namun  

siapa mengindahkan teguran, ia dihormati. 

Perhatikanlah: 

1. Orang yang begitu sombong sehingga tidak sudi untuk dididik 

pasti akan direndahkan. Orang yang mengabaikan didikan baik 

yang ditawarkan kepadanya, seolah-olah itu merupakan peng-

hinaan bagi kehormatannya dan kekangan bagi kebebasannya, 

maka kemiskinan dan cemooh akan menimpa dia: ia akan menjadi 

pengemis, dan hidup serta mati dalam kehinaan. Orang-orang 

akan merendahkannya sebagai orang bodoh, keras kepala, dan 

tidak mau diatur. 

2. Orang yang begitu rendah hati sehingga mau menerima dengan 

baik kesalahan-kesalahan yang diberitahukan kepadanya pasti 

akan ditinggikan: siapa mengindahkan teguran, tak peduli siapa 

pun yang memberikan teguran itu kepadanya, dan mau memper-

baiki apa yang salah jika  kesalahan itu ditunjukkan kepada-

nya, ia dihormati sebagai orang bijak dan tulus. Ia menghindari 

apa yang akan membawa cela baginya, dan sedang berjalan mu-

lus menjadi orang yang berarti. 

19 Keinginan yang terlaksana menyenangkan hati, menghindari kejahatan 

yaitu  kekejian bagi orang bebal. 

Ini menunjukkan kebodohan orang-orang yang menolak didikan, se-

bab mereka bisa berbahagia namun  tidak mau. 

1. Mereka bisa berbahagia. Dalam diri manusia ada  keinginan-

keinginan kuat akan kebahagiaan. Allah telah menyediakan sa-

rana untuk melaksanakan keinginan-keinginan itu, dan itu akan 

menyenangkan hati, sementara kenikmatan indrawi hanya me-

muaskan hawa nafsu. Keinginan orang-orang baik akan perkenan-

an Allah dan berkat-berkat rohani mendatangkan apa yang menye-

nangkan hati mereka. Kita tahu orang-orang yang bisa berkata 

demikian berdasarkan pengalaman mereka sendiri (Mzm. 4:7-8). 

2. Namun, mereka tidak akan berbahagia. Sebab bagi mereka meng-

hindari kejahatan yaitu  kekejian,   sebab  kejahatan itu penting 

bagi kebahagiaan mereka. Janganlah orang pernah berharap apa 

pun yang benar-benar bisa menyenangkan hati mereka jika 

mereka tidak mau diajak meninggalkan dosa-dosa mereka dan 

malah mengulumnya seperti gula-gula. 

20 Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, namun  siapa berteman de-

ngan orang bebal menjadi malang. 

Perhatikanlah:  

1. Orang-orang yang mau menjadi baik harus bergaul dengan ka-

wan-kawan yang baik, yang merupakan bukti bagi mereka bahwa 

mereka akan menjadi baik (watak orang dikenal melalui teman-

teman yang dipilihnya), dan akan menjadi sarana untuk men-

jadikan mereka baik, untuk menunjukkan jalan kepada mereka, 

dan untuk menyemangati serta mendorong mereka di dalamnya. 

Orang yang ingin menjadi bijak dengan sendirinya harus berjalan 

dengan orang-orang yang bijak, harus memilih orang-orang se-

perti itu sebagai sahabat karib mereka, dan bergaul dengan mere-

ka. Ia harus meminta dan menerima didikan dari mereka, dan 

menjaga percakapan yang saleh dan bermanfaat dengan mereka. 

Tuturan orang tua-tua jangan kauabaikan, sebab merekapun ber-

guru pula kepada nenek moyangnya (Sir. 8:9). Dan, hendaklah 

suka mendengarkan tiap-tiap ajaran yang dari Allah asalnya, dan 

jangan terluput dari padamu satu pun amsal yang arif (Sir. 6:35). 

2. Banyak orang yang dibawa pada kehancuran oleh   sebab  pergaul-

an yang buruk: persahabatan orang-orang bodoh akan rusak (be-

gitu menurut sebagian orang), akan diketahui (begitu menurut 

terjemahan Septuaginta), dikenal sebagai kebodohan. Noscitur ex 

socio – ia dikenal melalui pergaulannya. Ia akan menjadi seperti 

mereka (begitu menurut sebagian orang), akan menjadi fasik (me-

nurut sebagian yang lain). Semua itu sama saja artinya,   sebab  

semua orang, dan hanya orang-orang itu saja, yang membuat diri 

mereka sendiri fasik, akan menjadi malang. Orang-orang yang 

berkawan dengan para pembuat kejahatan akan bermoral bejat, 

dan dengan demikian binasa, lalu pada akhirnya mati   sebab nya. 

21 Orang berdosa dikejar oleh malapetaka, namun  Ia membalas orang benar 

dengan kebahagiaan. 

Lihatlah di sini: 

1. Betapa tak terelakkannya kehancuran orang-orang berdosa itu. 

Murka Allah mengejar mereka, beserta segala kengerian yang 

mengikuti murka itu: kejahatan mengejar mereka dekat-dekat ke 

mana pun mereka pergi, seperti halnya orang yang ingin mem-

balas dendam terus mengejar-ngejar si pembunuh, dan mereka 

tidak mempunyai tempat berlindung untuk melarikan diri. Mereka 

berusaha kabur, namun  itu sia-sia. Siapa yang dikejar-kejar Allah 

pasti akan disusul-Nya. Mereka mungkin bisa beruntung untuk 

sementara waktu, dan hidup dengan sangat aman, namun  peng-

hukuman terhadap mereka tidak pernah tidur, meskipun mereka 

tidur. 

2. Betapa tak terkalahkannya kebahagiaan orang-orang kudus itu. 

Allah yang tidak dapat berdusta sudah menetapkan bahwa orang 

benar akan dibalas dengan kebahagiaan. Mereka akan mendapat 

balasan yang berlimpah atas segala kebaikan yang telah mereka 

perbuat, dan atas segala kesakitan yang telah mereka derita, di 

dunia ini. Dengan demikian, meskipun sudah banyak orang yang 

mengalami kerugian   sebab  perbuatan mereka yang benar, mere-

ka tidak akan kalah   sebab nya. Meskipun balasan itu tidak 

datang dengan cepat, namun pasti akan datang pada hari pem-

balasan, di dunia pembalasan. Dan itu akan menjadi pembalasan 

yang berlimpah-limpah. 

22 Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, namun  kekayaan 

orang berdosa disimpan bagi orang benar. 

Lihatlah di sini: 

1. Betapa harta orang baik akan tetap ada: ia meninggalkan warisan 

bagi anak cucunya. Bagian dari pujian untuknya yaitu  bahwa ia 

memikirkan keturunannya, bahwa ia tidak menghabiskan semua-

nya untuk dirinya sendiri, namun  peduli terhadap kebaikan anak 

cucunya yang akan hidup kelak sesudah  dia, bukan dengan 

mengirit-irit secara berlebihan, melainkan dengan berhemat se-

cara bijak dan pantas. Ia mendidik anak-anaknya untuk berbuat 

demikian, agar mereka pun bisa meninggalkannya kepada anak-

anak mereka nanti. Yang terutama lagi, ia memberikan perhatian, 

baik   sebab  keadilan maupun kemurahan hati, untuk mendapat-

kan berkat Allah atas apa yang dimilikinya, dan untuk mewaris-

kan berkat itu kepada anak-anaknya,   sebab  tanpa berkat Allah 

itu, ketekunan dan penghematan sebaik apa pun akan sia-sia 

belaka: Orang baik, dengan menjadi baik dan berbuat baik, de-

ngan menghormati Tuhan dengan hartanya dan menggunakannya 

untuk melayani-Nya, menyimpannya bagi anak cucunya kelak. 

Atau, kalaupun ia tidak meninggalkan kepada anak-anaknya ba-

nyak harta dunia ini, doa-doanya, didikan-didikannya, teladannya 

yang baik, akan menjadi warisan terbaik, dan janji-janji yang ter-

muat di dalam perjanjian (kovenan) akan menjadi warisan bagi 

anak cucunya (Mzm. 103:17). 

2. Bagaimana harta itu bertambah dengan masuknya kekayaan 

orang berdosa ke dalamnya, sebab kekayaan itu disimpan bagi 

orang benar. Jika ada yang bertanya, bagaimana orang baik sam-

pai menjadi amat kaya, sedangkan mereka tidak begitu meng-

inginkan harta duniawi seperti orang lain, dan biasanya menderi-

ta   sebab  perbuatan baik mereka? Di sini dijawab, bahwa Allah, 

dalam pemeliharaan-Nya, sering kali membawa ke dalam tangan 

mereka apa yang sudah dikumpulkan orang jahat bagi diri me-

reka sendiri. Orang yang tidak bersalah akan membagi-bagi uang 

(Ayb. 27:16-17). Orang-orang Israel akan merampasi orang-orang 

Mesir (Kel. 12:36) dan menikmati kekayaan bangsa-bangsa (Yes. 

61:6). 

23 Huma orang miskin menghasilkan banyak makanan, namun  ada yang 

lenyap   sebab  tidak ada keadilan. 

Lihatlah di sini: 

1. Betapa harta yang sedikit bisa bertambah   sebab  ketekunan, 

sehingga orang, dengan memanfaatkan segala sesuatunya sebaik-

baiknya, dapat hidup nyaman dengannya: huma orang miskin 

menghasilkan banyak makanan, olahan tanah petani-petani yang 

miskin, yang hanya punya sedikit harta, namun  mau bersusah 

payah dengan yang sedikit itu, dan mau mengolahnya dengan 

baik. Banyak orang ingin terus bermalas-malasan dengan berda-

lih bahwa mereka hanya mempunyai sedikit untuk dikerjakan, sa-

ngat sedikit yang bisa dimanfaatkan. namun  semakin kecil ladang, 

semakin besar manfaatnya, dan jika saja keahlian dan tenaga si 

pemilik ladang dikerahkan untuk mengolahnya, maka itu pasti 

akan menjadi sangat bernilai. Biarlah ia menggali, maka tidak 

perlu ia mengemis. 

2. Betapa harta yang banyak bisa hancur   sebab  kesembronoan: 

ada yang memiliki banyak harta, namun  itu lenyap dan musnah 

  sebab  tidak ada keadilan (KJV:   sebab  ketiadaan pertimbangan – 

pen.), maksudnya,   sebab  kurang kebijaksanaan dalam menge-

lolanya. Orang membangun atau berbelanja melebihi kemampuan 

mereka, menjamu terlalu banyak teman, atau makan yang mahal-

mahal, atau mempekerjakan pelayan-pelayan yang banyak, lebih 

banyak dibandingkan  yang sanggup mereka bayar. Juga, mereka 

membiarkan apa yang mereka punyai membusuk, dan tidak 

memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Dengan meminjam 

uang bagi diri sendiri, atau menjadi tanggungan bagi orang lain, 

harta mereka semakin menipis, keluarga mereka berkekurangan, 

dan semua itu   sebab  ketiadaan pertimbangan. 

24 Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; namun  siapa 

mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya. 

Perhatikanlah: 

1. Demi mendidik anak-anak dalam hal kebaikan, penting untuk 

mengoreksi apa yang salah pada mereka. Setiap anak yang kita 

miliki yaitu  anak Adam, dan   sebab  itu di dalam hatinya mele-

kat kebodohan yang harus sedikit banyak ditegur dengan tongkat 

dan teguran yang memberikan hikmat. Amatilah, tongkatnya-lah 

yang harus digunakan (KJV), tongkat si orangtua, yang diarahkan 

oleh hikmat dan kasih, dan dirancang demi kebaikan, bukan 

tongkat untuk seorang hamba. 

2. Sungguh baik bila sejak dini kita menahan anak-anak dari keja-

hatan, sebelum kebiasaan-kebiasaan buruk terbentuk. Ranting 

mudah dibengkokkan jika  masih lembut. 

3. Orang yang tidak mendidik anak-anak mereka dengan disiplin 

yang ketat, dan dengan segala cara yang pantas, dan cara-cara 

yang keras bila yang lembut tidak berhasil, mereka itu sebenarnya 

membenci anak-anak mereka, meskipun sangkanya mereka sa-

yang. Mereka membenci anak-anak mereka, jika tidak membuat 

mereka menyadari kesalahan-kesalahan mereka dan takut untuk 

melakukan pelanggaran. Mereka menelantarkan anak-anak mere-

ka ke dalam tangan musuh yang paling jahat, ke dalam penyakit 

yang paling berbahaya. Oleh sebab itu, mereka membenci anak-

anak mereka. Biarlah hal ini membuat anak-anak bisa menerima 

koreksi yang diberikan orangtua mereka yang baik terhadap 

mereka. Koreksi ini timbul dari kasih, dan untuk kebaikan mere-

ka (Ibr. 12:7-9). 


25 Orang benar makan sekenyang-kenyangnya, namun  perut orang fasik men-

derita kekurangan. 

Perhatikanlah: 

1. yaitu  kebahagiaan orang benar bahwa mereka akan berkecu-

kupan, dan bahwa mereka tahu bilamana mereka sudah ber-

kecukupan. Mereka tidak memiliki keinginan secara berlebihan, 

namun  dengan keinginan yang biasa-biasa saja, mereka sudah 

puas. Alam sudah puas dengan sedikit hal saja, dan anugerah 

sudah puas dengan lebih sedikit hal lagi. Cukup itu sama baiknya 

seperti berpesta. Orang-orang yang makan roti kehidupan, yang 

berpesta dengan janji-janji Allah, mendapatkan banyak kepuasan 

jiwa di dalamnya. Mereka makan, dan menjadi kenyang. 

2. yaitu  kesengsaraan orang fasik bahwa,   sebab  tak terpuaskan-

nya keinginan-keinginan mereka sendiri, mereka selalu berkeku-

rangan. Bukan saja jiwa mereka tidak akan dipuaskan dengan 

dunia dan kedagingan, namun  juga bahkan perut mereka akan 

menderita kekurangan. Nafsu kedagingan mereka selalu menuntut 

untuk dipuaskan. Di neraka mereka malah tidak akan diberi air 

setetes pun.   

  

1 wanita  yang bijak mendirikan rumahnya, namun  yang bodoh meruntuh-

kannya dengan tangannya sendiri. 

Perhatikanlah:  

1. Seorang istri yang baik merupakan berkat yang besar bagi keluar-

ganya. Melalui istri yang subur, sebuah keluarga akan bertambah 

banyak dan dilengkapi dengan anak-anak. Dengan begitu, keluar-

ga itu dibangun. Namun, melalui seorang istri yang bijaksana, yang 

saleh, rajin, dan penuh perhatian, semua urusan keluarga akan 

berhasil, utang-utang dilunasi, pendapatan meningkat, persediaan 

makanan disimpan, anak-anak dididik dan diurus dengan baik, 

dan seluruh keluarga merasa sejahtera di dalam rumah serta dipuji 

di luar rumah. Demikianlah rumah itu dibangun. Ia memandang 

rumah itu sebagai miliknya sendiri untuk dipelihara, walaupun ia 

tahu bahwa suaminya yang memerintah atasnya (Est. 1:22). 

2. Banyak keluarga yang hancur   sebab  perilaku para istri ataupun 

suami yang buruk. Seorang wanita  yang bodoh, yang tidak 

takut kepada Allah, tidak menghargai urusannya sendiri, degil, 

boros, dan gemar bersenang-senang. Seorang wanita  yang 

memuaskan diri dengan kesenangan dan seleranya, dan sangat 

suka bertamasya dan berpesta, bermain kartu dan pergi ke tem-

pat hiburan meskipun memiliki banyak harta dan berasal dari 

keluarga berada, akan jatuh miskin dan menyia-nyiakan semua 

itu. Dia pasti akan menghancurkan rumah tangganya seakan-

akan meruntuhkannya dengan tangannya sendiri. Sang suami 

yang sangat merisaukan hal ini nyaris tidak mampu mencegah-

nya. 

2 Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, namun  orang yang sesat 

jalannya, menghina Dia. 

Di sini ada ,  

1. Perbuatan baik dan dosa dalam warnanya yang sebenarnya. Per-

buatan baik yang memerintah yaitu  rasa hormat akan Allah dan 

memberikan kehormatan kepada Dia yang mahabesar dan maha-

tinggi, yang layak menerima segala kehormatan. Dengan demi-

kian, apa lagi yang lebih pantas dan menyenangkan bagi makhluk 

yang berakal selain dibandingkan  perbuatan baik? Dosa yang meme-

rintah sama saja dengan menghina Allah. Dalam hal ini, lebih 

dibandingkan  apa pun, dosa tampak begitu jahat hingga ia meman-

dang rendah Allah yang dipuja para malaikat. Orang-orang yang 

memandang rendah aturan-aturan Allah, tidak mau tunduk pada 

aturan-aturan tersebut dan janji-janji-Nya serta tidak mau mene-

rima semuanya itu, sudah memandang rendah Allah berikut sifat-

sifat-Nya. 

2. Perbuatan baik dan dosa di dalam sifatnya sebenarnya. Melalui 

hal ini kita dapat mengenali orang yang berbuat baik dan takut 

akan Allah yang memerintah di dalam dirinya, yaitu bahwa ia 

berjalan dengan jujur, menyadari sepenuhnya semua tindakan-

nya, setia kepada Allah dan manusia, dan setiap kali berhenti 

ataupun melangkah, ia melakukannya berdasarkan aturan. Inilah 

orang yang menghormati Allah. Sebaliknya, orang yang sesat ja-

lannya, yang dengan senang hati mengikuti keinginan dan hawa 

nafsunya, yang berlaku tidak adil dan curang, yang perilakunya 

bertolak belakang dengan pengakuannya, sehebat apa pun ia ber-

pura-pura beribadah, dia yaitu  orang yang fasik dan akan diper-

hitungkan sebagai orang yang menghina Allah sendiri. 

3 Di dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk punggungnya, namun  orang 

bijak dipelihara oleh bibirnya.   


Amatilah di sini:  

1. Seorang bodoh yang menyombongkan diri. Saat kebanggaan ada 

di dalam hati sementara hikmat tidak ada di kepala untuk mene-

kannya, maka kebanggaan itu biasanya akan menampakkan diri 

di dalam kata-kata: Dalam mulut orang bodoh yaitu  cemeti cong-

kak, menyombongkan diri dengan congkak, menegur dengan 

congkak, mengecam dengan congkak, memerintah dan menetap-

kan hukum dengan congkak. Inilah cemeti, atau taruk congkak. 

Istilah taruk atau juga ranting hanya digunakan di sini dan di 

dalam Yesaya 11:1. Ranting ini tumbuh dari akar kepahitan yang 

ada di dalam hati, sebuah ranting dari dahan itu. Akarnya harus 

dicabut, atau kita tidak akan dapat mengalahkan ranting ini. Ini 

juga berarti tongkat untuk memukul, cemeti congkak yang memu-

kul orang lain. Dengan lidahnya, orang yang congkak akan me-

nyerang dan memukul orang-orang di sekelilingnya sesuka hati, 

namun  akhirnya akan mengenai dirinya sendiri. Orang yang cong-

kak akan ditegur dan dihukum secara memalukan oleh perkataan 

mulutnya sendiri. Dia tidak akan diperlakukan sebagai prajurit 

melainkan dihajar seperti budak. Dalam hal ini ia akan dipukul 

dengan tongkatnya sendiri (Mzm. 64:8). 

2. Seorang bijak yang rendah hati menyelamatkan diri sendiri dan 

bertanya-tanya demi kebaikannya sendiri: Orang bijak dipelihara 

oleh bibirnya dengan tidak mendatangkan celaka ke atas orang 

lain seperti yang dilakukan orang-orang congkak dengan lidah 

mereka, dan tidak mendatangkan ke atas diri mereka sendiri cela-

ka yang sering kali melibatkan para pencemooh yang congkak. 

4 Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, namun  dengan kekuatan 

sapi banyaklah hasil. 

Perhatikanlah:  

1. Menyia-nyiakan peternakan merupakan jalan menuju kemiskin-

an: Kalau tidak ada lembu untuk membajak tanah dan mengirik 

bulir-bulir, maka tidak ada gandum. Kandang pun kosong, bersih. 

Tidak ada jerami untuk ternak, dan akhirnya tidak ada roti untuk 

keperluan manusia. Kelangkaan bahan pangan digambarkan me-

lalui gigi yang tidak disentuh makanan (Am. 4:6). Kalau tidak ada 

lembu, maka tidak ada yang dapat dikerjakan pada tanah, dan 

akibatnya tidak ada yang bisa dihasilkan darinya. Kandang bersih 

dari kotoran ternak, yang menyenangkan orang yang menyukai 

kerapian dan kebersihan, yang tidak tahan dengan peternakan 

  sebab  ada begitu banyak pekerjaan kotor di dalamnya, sehingga 

ia rela menjual lembunya supaya kandang tetap bersih. Namun, 

bukan saja kerja keras, namun  bahkan kotoran lembu pun dibu-

tuhkan. Ini menunjukkan kebodohan orang-orang yang sangat 

menyukai kesenangan dari daerah pedesaan namun  tidak berminat 

dengan pekerjaan di sana, yang memelihara lebih banyak kuda 

dibandingkan  lembu, dan lebih banyak anjing dibandingkan  babi. Keluarga 

orang-orang bodoh seperti ini pasti menderita   sebab  kebodohan 

mereka itu. 

2. Orang-orang yang berjerih payah mengerjakan tanah mereka be-

sar kemungkinan akan meraup keuntungan darinya. Orang-orang 

yang memelihara hal yang bermanfaat dan bisa digunakan, bukan 

untuk bermewah-mewah atau pamer, yang memiliki lebih banyak 

pengurus ternak dibandingkan  pelayan, besar kemungkinan akan ber-

kembang pesat. Dengan kekuatan sapi banyaklah hasil. Sapi yang 

dimaksudkan untuk melayani kita, yang menguntungkan, baik 

dalam keadaan hidup ataupun mati. 

5 Saksi yang setia tidak berbohong, namun  siapa menyembur-nyemburkan 

kebohongan, yaitu  saksi dusta. 

Dalam menjalankan keadilan, banyak hal yang bergantung pada para 

saksi, dan oleh sebab itu penting bagi kebaikan umum bahwa para 

saksi diajar sebagaimana seharusnya.   sebab ,  

1. Seorang saksi yang benar tidak akan berani memberikan kesaksi-

an yang palsu, atau, demi perbuatan baik atau dendam tidak 

akan menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang di-

ketahuinya dengan tepat. Ia tidak peduli siapa yang senang atau 

tidak senang dengan kesaksiannya. Dengan demikian penghakim-

an akan mengalir lancar bagaikan sungai. 

2. Sebaliknya, saksi yang bersedia disuap, berat sebelah, dan bisa 

digertak, akan menyembur-nyemburkan kebohongan (dan tidak 

akan ragu melakukannya) dengan bersemangat dan yakin seolah-

olah apa yang dikatakannya itu semua benar. 

6 Si pencemooh mencari hikmat, namun  sia-sia, sedangkan bagi orang ber-

pengertian, pengetahuan mudah diperoleh. 

Perhatikanlah: 

1. Alasan mengapa beberapa orang mencari hikmat dan tidak men-

dapatkannya, yaitu    sebab  mereka tidak mencarinya berdasar-

kan asas dan cara yang benar. Mereka yaitu  pencemooh, dan 

dengan sikap menghinalah mereka meminta pengajaran, supaya 

bisa mencemooh apa yang dikatakan kepada mereka dan berteng-

kar mengenainya. Banyak orang mengajukan pertanyaan kepada 

Kristus sambil mencobai Dia, supaya mereka mendapat alasan 

untuk menuduh Dia, namun  mereka tidak pernah menjadi lebih 

bijak. Tidaklah mengherankan jika  orang-orang yang mencari 

hikmat seperti Simon si ahli sihir yang mencari karunia-karunia 

Roh Kudus demi memuaskan kecongkakan dan ketamakan mere-

ka, tidak mendapatkannya   sebab  mereka mencari dengan cara 

yang salah. Herodes ingin melihat mujizat, namun    sebab  ia se-

orang pencemooh, keinginannya tidak terkabul (Luk. 23:8). Para 

pencemooh tidak akan berhasil dengan doa-doa mereka. 

2. Bagi mereka yang mengerti dengan benar dan menjauhi kejahatan 

(  sebab  itulah akal budi), pengetahuan tentang Allah dan kehen-

dak-Nya mudah diperoleh. Perumpamaan-perumpamaan yang me-

nyebabkan hati para pencemooh mengeras dalam cemooh mereka 

dan membuat perkara-perkara ilahi semakin sulit mereka pahami, 

justru akan menerangi hati mereka yang mau belajar serta mem-

buat hal-hal yang sama tampak lebih jelas dan mudah dimengerti 

sekaligus dikenali (Mat. 13:11, 15-16). Perkataan yang sama yang 

bagi pencemooh yaitu  bau kematian yang mematikan, bagi orang 

yang rendah hati yaitu  bau kehidupan yang menghidupkan. 

Orang yang berpengertian sehingga menjauhi kejahatan (  sebab  

itulah akal budi), sehingga berhenti berprasangka dan menyingkir-

kan semua sifat dan perasaan buruk, akan mudah menangkap 

pengajaran dan menerima pengaruhnya. 

7 Jauhilah orang bebal,   sebab  pengetahuan tidak kaudapati dari bibirnya. 


Amatilah di sini: 

1. Bagaimana kita dapat mengenali seorang yang bodoh dan men-

dapati bahwa dia orang yang fasik,   sebab  ia yaitu  orang bebal. 

Jika pengetahuan tidak kita dapati dari bibirnya, jika kita men-

dapati bahwa tidak ada  sesuatu yang memberikan kelegaan 

ataupun kesalehan di dalam perkataannya, bahwa percakapannya 

kotor dan merusak, dan tidak ada  suatu pun yang baik untuk 

membangun, kita boleh menyimpulkan bahwa yang tersimpan 

dalam dirinya yaitu  buruk. 

2. Bagaimana kita harus menjauhi orang seperti itu dan meninggal-

kan dia. Jauhilah orang bebal,   sebab  tidak kaudapati apa pun 

yang baik dari kehadirannya, selain bahaya yang bisa mencelaka-

kan. Adakalanya satu-satunya cara yang kita miliki untuk men-

cela perkataan yang jahat dan bersaksi untuk menentangnya ada-

lah dengan menjauhkan diri darinya hingga tidak dapat mende-

ngarkan perkataannya lagi. 

8 Mengerti jalannya sendiri yaitu  hikmat orang cerdik, namun  orang bebal 

ditipu oleh kebodohannya. 

Amatilah di sini: 

1. Perilaku yang baik dari orang yang bijaksana dan baik. Ia mampu 

mengatur diri dengan baik. Bukanlah pengetahuan orang terpela-

jar, yang hanya terdiri atas dugaan, yang dianjurkan di sini, me-

lainkan hikmat orang cerdik, yang mudah dilaksanakan dan ber-

guna untuk mengarahkan perkataan dan perbuatan kita. Hikmat 

kristiani terdiri atas pengertian yang benar akan jalan kita sendiri, 

sebab kita hanyalah pelancong yang urusannya bukanlah untuk 

mencari-cari sesuatu yang aneh atau ajaib, melainkan untuk 

maju terus menuju akhir perjalanan. Tugas kita yaitu  untuk 

mengerti jalan sendiri, bukan untuk mengkritik dan mencampuri 

urusan orang lain, melainkan untuk memeriksa diri dan menem-

puh jalan yang rata. Tugas kita yaitu  untuk memahami arah 

jalan kita, supaya kita dapat mengamatinya, dapat melihat ba-

haya yang menghadang supaya menghindarinya, dapat mema-

hami kesulitan yang kita hadapi supaya dapat mengatasinya, dan 

melihat keuntungan yang ada sehingga kita dapat meningkatkan-

nya. Tugas kita yaitu  untuk mengerti aturan yang harus kita 

jalani dan tujuan perjalanan yang akan kita tempuh, dan dengan 

demikian berjalan sesuai dengan aturan dan tujuan itu. 

2. Perilaku buruk orang fasik. Dia menipu diri sendiri. Dia tidak 

mengerti jalannya dengan benar. Dia menyangka bahwa dia sudah 

mengerti sehingga tersesat dan terus melakukan kesalahan: orang 

yang bebal ditipu oleh kebodohannya yang membawa mereka ke-

pada kehancuran. Kebodohan orang yang membangun di atas pa-

sir yaitu  tipuan. 

9 Orang bodoh mencemoohkan korban tebusan, namun  orang jujur saling me-

nunjukkan kebaikan. 

Amatilah di sini: 

1. Bagaimana hati orang fasik dikeraskan dalam kejahatan mereka: 

mereka mencemoohkan korban tebusan. Mereka menertawakan 

dosa-dosa orang lain dan bergembira bersama teman-teman mere-

ka dengan hal yang seharusnya mereka ratapi. Mereka juga mere-

mehkan dosa-dosa mereka sendiri, baik saat  tergoda untuk 

berbuat dosa, maupun sesudah  mereka melakukannya. Mereka 

menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat (Yes. 5:20), 

memutar-balikkannya dengan gurauan, dan bergegas masuk ke 

dalam dosa (Yer. 8:6). Mereka berkata bahwa mereka akan tetap 

merasa damai meskipun mereka terus berbuat jahat. Mereka 

tidak peduli pada celaka yang mereka timbulkan dengan dosa-

dosa mereka dan menertawakan orang-orang yang memberi tahu 

mereka tentang hal itu. Mereka mendukung dosa dan mempunyai 

banyak akal untuk berdalih. Orang bodoh mencemoohkan korban 

tebusan. Mereka yang meremehkan dosa juga meremehkan Kris-

tus. Orang-orang bodohlah yang meremehkan dosa sebab mereka 

juga meremehkan apa yang dikeluhkan oleh Allah (Am. 2:13), 

yang ditanggungkan ke atas Kristus, dan yang tidak lama lagi 

akan membuat mereka berubah pikiran. 

2. Bagaimana orang yang baik dikuatkan dalam kebaikan mereka: 

orang jujur saling menunjukkan kebaikan. Jika mereka telah melu-

kai perasaan seseorang dalam hal apa pun, mereka akan lang-

sung menyesal dan memperoleh perkenan Allah. Mereka saling 

berbuat baik. Di antara sesama dan perkumpulan mereka, mereka 

saling menunjukkan kemurahan hati dan belas kasihan bersama 

bila ada yang berbuat salah, dan tidak ada saling mencemooh.

10 Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut 

merasakan kesenangannya. 

Ayat ini sesuai dengan 1 Korintus 2:11, Siapa gerangan di antara 

manusia yang tahu, apa yang ada  di dalam diri manusia, dan 

perubahan tabiatnya, selain roh manusia sendiri? 

1. Setiap orang paling mampu merasakan bebannya sendiri, teruta-

ma beban yang menimpa rohnya,   sebab  biasanya beban inilah 

yang tidak tampak dan disembunyikan olehnya. Janganlah kita 

mengecam kesedihan orang lain,   sebab  kita tidak tahu apa yang 

mereka rasakan. Boleh jadi penderitaan mereka lebih besar dari-

pada keluhan mereka. 

2. Banyak orang yang menikmati kesenangan yang tersembunyi, 

terutama penghiburan ilahi yang tidak disadari apa lagi dialami 

orang lain. Sama seperti kesedihan orang yang menyesali dosa-

dosanya, demikian pula sukacita orang percaya tidak dapat turut 

dirasakan orang lain yang oleh   sebab  itu juga tidak memenuhi 

syarat untuk menilai. 

11 Rumah orang fasik akan musnah, namun  kemah orang jujur akan mekar. 

Perhatikanlah: 

1. Dosa merupakan kehancuran banyak keluarga: Rumah orang fa-

sik, meskipun dibangun dengan kokoh dan tinggi, akan musnah, 

akan jatuh ke dalam kemiskinan serta kehinaan, dan akhirnya 

lenyap. Harapannya untuk mencapai sorga, yakni rumah yang 

diandalkannya, tidak akan bertahan dan roboh diterpa badai. Air 

bah yang datang akan menghanyutkannya. 

2. Kebenaran akan meninggikan dan meneguhkan keluarga-keluarga 

yang miskin sekalipun: bahkan kemah orang jujur, yang mudah 

dipindah-pindahkan dan sebagai tenda dianggap rendah, akan 

mekar, baik dalam kemakmuran lahiriah bila itu memang diang-

gap baik oleh Hikmat yang Tidak Terbatas, dalam segala keadaan 

di dalam anugerah dan penghiburan, yang merupakan kekayaan 

dan kehormatan yang sejati. 

12 Ada jalan yang disangka orang lurus, namun  ujungnya menuju maut. 

Di sini diceritakan tentang jalan dan kesudahan banyak jiwa yang 

menipu diri sendiri. 

1. Jalan mereka tampak adil: yang disangka lurus oleh mereka. 

Mereka menghibur diri dengan mengkhayal bahwa mereka sudah 

menjadi seperti seharusnya, bahwa pendapat serta perilaku mere-

ka sudah baik, dan dengan cara sedemikian rupa hingga menipu 

diri sendiri. Jalan kebodohan dan kesembronoan, jalan kedunia-

wian dan fana, jalan penuh hawa nafsu dan memuaskan keda-

gingan, tampak benar di mata orang-orang yang menjalaninya. 

Terlebih lagi jalan kemunafikan dalam beragama, perbuatan la-

hiriah, pembaharuan yang hanya sebagian, dan semangat yang 

membabi buta. Mereka beranggapan bahwa semua hal ini akan 

membawa mereka ke sorga. Mereka menyenangkan diri menurut 

pandangan sendiri bahwa akhirnya nanti segala sesuatu akan 

baik-baik saja. 

2. Kesudahan mereka akan sangat mengerikan, terlebih lagi   sebab  

kesalahan mereka: jalan yang menuju maut, kematian yang kekal. 

Kejahatan mereka pasti akan menjadi kehancuran mereka, dan 

mereka akan binasa sambil menggenggam dusta di tangan kanan 

mereka. Pada akhirnya nanti, orang-orang yang menipu diri sen-

diri akan terbukti menghancurkan diri sendiri. 

13 Di dalam tertawa pun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir 

dengan kedukaan. 

Ini menunjukkan kesia-siaan kegembiraan duniawi dan membukti-

kan apa yang dikatakan Salomo perihal tertawa, bahwa itu bodoh, 

  sebab ,  

1. Di baliknya ada  dukacita. Adakalanya, saat  orang berdosa 

berada di bawah penghukuman atau masalah besar, mereka me-

nyembunyikan kesedihan mereka dengan kegembiraan yang di-

paksakan dan memasang muka ceria,   sebab  mereka tidak mau 

tampak menyerah: mereka tidak berteriak saat Ia mengikat me-

reka. Sungguh, saat  seseorang benar-benar tampak ceria, pada 

saat yang sama ada hal lain yang tercampur dalam kegembiraan 

mereka. Sesuatu yang menutupi dan mengaburkannya, yang 

tidak dapat dihilangkan dari hati mereka oleh keceriaan. Hati 

nurani mereka mengatakan bahwa mereka tidak punya alasan 

untuk bergembira (Hos. 9:1). Mau tidak mau mereka akan melihat 

kesia-siaannya. Sukacita rohani berada di dalam jiwa. Kegembira-

an orang munafik hanyalah dari gigi ke luar belaka (Yoh. 16:22; 

2Kor. 6:10). 

2. Ada hal yang lebih buruk sesudah  itu: kesukaan dapat berakhir 

dengan kedukaan. Kegembiraan itu akan segera berlalu bagaikan 

duri-duri yang meletup-letup dalam api di bawah belanga. Jika 

hati nurani itu terjaga, seluruh kegembiraan yang penuh dosa 

dan kotor akan direnungkan dengan penuh kegetiran. Jika tidak, 

kedukaan itu akan menjadi semakin besar saat    sebab  segala 

hal ini Allah akan membawa orang berdosa ke pengadilan. Kedu-

kaan orang-orang yang dikasihi-Nya akan berakhir dengan sukacita 

sampai selama-lamanya (Mzm. 126:5), namun  gelak tawa orang-

orang bodoh akan berakhir dalam tangis dan ratap tanpa akhir. 

Perbedaan antara Orang Benar  

dan Orang Fasik, 

14 Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya, dan orang 

yang baik dengan apa yang ada padanya. 

Perhatikanlah: 

1. Penderitaan orang berdosa akan sangat berlimpah sampai selama-

nya: Orang yang murtad hatinya, yang   sebab  takut menderita 

atau mengharapkan keuntungan dan kesenangan lalu meninggal-

kan Allah dan kewajibannya, akan menjadi kenyang dengan jalan-

nya. Allah akan membiarkan mereka memuaskan diri dengannya. 

Mereka tidak akan meninggalkan hawa nafsu dan gairah mereka, 

dan oleh   sebab nya, sifat-sifat itu akan tetap melekat pada 

mereka serta menjadi siksa dan penderitaan sampai selamanya. 

Orang yang najis itu menjadi najis. Perkataan “Anak, ingatlah,” 

akan mengenyangkan mereka dengan jalan mereka dan menata 

dosa-dosa mereka di hadapan mereka. Kemurtadan diawali di 

 dalam hati. Hati yang jahat dan penuh ketidakpercayaanlah yang 

membuat orang meninggalkan Allah. Dari semua orang berdosa, 

orang murtadlah yang akan mengalami ketakutan paling besar 

saat mereka merenungkan jalan-jalan mereka (Luk. 11:26). 

2. Kebahagiaan orang-orang kudus akan memuaskan mereka sam-

pai selamanya dalam perbuatan baik mereka, sebagai tanda peng-

hargaan dan persyaratan untuk memperoleh perkenan Allah yang 

khusus: orang yang baik menjadi sangat kenyang dengan apa 

yang ada padanya, dengan apa yang dikerjakan Allah di dalam 

dirinya. Ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri (Gal. 6:4). 

Sama seperti orang berdosa tidak pernah berpikir bahwa mereka 

telah cukup banyak berbuat dosa sampai dosa itu membawa 

mereka ke neraka, begitu pula orang-orang kudus tidak pernah 

berpikir bahwa mereka telah cukup banyak berbuat baik sampai 

mereka tiba di sorga. 


15 Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, namun  

orang yang bijak memperhatikan langkahnya. 

Perhatikanlah: 

1. Sungguh bodoh untuk terlampau mudah percaya dan memper-

hatikan setiap laporan yang masuk, memberi telinga kepada kisah 

tiap orang meskipun sangat tidak masuk akal, untuk memperca-

yai semua hal berdasarkan anggapan umum yang populer, untuk 

mengandalkan diri kepada tiap orang yang mengaku berteman, 

dan memberikan pinjaman kepada setiap orang yang berjanji 

akan melunasinya. Orang yang tak berpengalaman percaya ke-

pada setiap perkataan seperti itu, dan lupa bahwa dalam pengerti-

an tertentu, semua orang yaitu  pendusta bila dibandingkan de-

ngan Allah yang semua perkataan-Nya harus kita percayai dengan 

penuh iman, sebab Ia tidak dapat berdusta. 

2. Sungguh bijaksana untuk bersikap hati-hati: Orang yang bijak 

akan menguji terlebih dahulu sebelum ia percaya. Ia akan menim-

bang-nimbang apakah saksi itu bisa dipercaya, juga tingkat ke-

mungkinan kesaksian itu sendiri, dan baru sesudah  itu memberi-

kan penilaian saat  hal itu sudah tampak, atau menangguhkan 

penilaiannya sampai halnya benar-benar tampak jelas bagi dia. 

Ujilah segala sesuatu dan janganlah percaya akan setiap roh. 


 

16 Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, namun  orang bebal me-

lampiaskan nafsunya dan merasa aman. 

Perhatikanlah: 

1. Rasa takut yang kudus merupakan penjaga yang sangat baik un-

tuk memelihara setiap hal yang kudus, dan melindungi dari setiap 

hal yang najis. Sungguh bijaksana untuk menjauhi kejahatan, 

kejahatan dosa, dan dengan cara demikian, juga semua kejahatan 

lainnya. Oleh sebab itu, merupakan hikmat untuk berhati-hati 

atau takut. Artinya, waspada terhadap diri sendiri dengan kewas-

padaan yang ilahi, untuk takut akan murka Allah, untuk takut 

mendekati dosa atau mulai bermain-main dengannya. Orang yang 

bijak akan menjauhi jalan yang berbahaya   sebab  takut bahaya 

dan mundur ketakutan saat ia mendapati diri sedang masuk 

dalam pencobaan. 

2. Kepongahan yaitu  kebodohan. Orang bodoh yaitu  orang yang 

saat  diperingatkan akan adanya bahaya justru melampiaskan 

nafsunya dan merasa aman, dan bersikeras meneruskan niatnya. 

Orang bodoh tidak tahan menerima teguran. Dia akan menuntut 

bukti perihal murka dan kutukan Allah, dan   sebab  tidak takut 

kepada bahaya, ia terus memberontak, berani untuk mencari-cari 

kesempatan berbuat dosa, dan bermain-main di tepi jurang. Dia 

yaitu  orang yang bebal, sebab ia bertindak melawan akal sehat 

dan kepentingannya sendiri. Kehancurannya akan tiba dengan 

segera sebagai bukti atas kebodohannya. 


17 Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, namun  orang yang bijaksana, bersa-

bar. 

Perhatikanlah: 

1. Orang-orang yang penuh nafsu patut ditertawakan. Orang-orang 

yang suka mengeluh, mudah tersinggung, dan lekas naik darah 

  sebab  gangguan sekecil apa pun, berlaku bodoh. Mereka menga-

takan dan melakukan hal-hal yang menggelikan, sehingga dengan 

demikian membuka diri terhadap celaan. Tidak bisa tidak mereka 

sendiri akan menjadi malu saat  panas hati mereka sudah reda. 

Hal ini patut diperhatikan orang, terutama yang dikenal sangat 

memelihara hikmat dan kehormatan untuk mengekang nafsu me-

reka. 

2. Orang-orang pembuat kejahatan patut dihindari dan dibenci, ka-

rena mereka jauh lebih berbahaya dan membawa celaka bagi 

semua lapisan warga : Orang yang jahat niatnya, yang mena-

han amarahnya sampai ia mendapat kesempatan untuk memba-

las dendam dan diam-diam merencanakan untuk mencelakakan 

sesamanya dan membalas dengan kejahatan, seperti Kain yang 

membunuh Habel, orang seperti ini dibenci oleh semua orang. 

Tabiat seorang pemarah sungguh menyedihkan. Melalui godaan 

yang datang tidak terduga, ia menyusahkan dan mempermalukan 

diri sendiri, namun  hal ini akan segera berakhir dan ia pun menye-

salinya. Namun, orang yang penuh kebencian dan dendam sung-

guh menjijikkan. Tidak ada pelindung atau jalan keluar baginya. 

18 Orang yang tak berpengalaman mendapat kebodohan, namun  orang yang 

bijak bermahkotakan pengetahuan. 

Perhatikanlah: 

1. Dosa merupakan hal yang mempermalukan orang berdosa: Orang 

yang tak berpengalaman, yang sangat menyukai hal-hal yang 

biasa-biasa saja, tidak memperoleh apa pun darinya. Mereka ha-

nya akan mendapat kebodohan. Mereka mewarisinya, demikian 

menurut sebagian orang. Rusaknya tabiat ini diperoleh dari 

orangtua pertama kita, dan semua bencana yang menyertainya 

juga kita warisi. Ini yaitu  warisan yang mereka turunkan kepada 

bangsa mereka yang merosot akhlaknya bagaikan penyakit ketu-

runan. Mereka sangat menyukainya, seperti orang yang menyukai 

warisan, dan menggenggamnya dengan erat seakan-akan tidak 

mau berpisah dengannya. Apa yang sangat mereka hargai ini 

sungguh bodoh. Apa yang dihasilkan dari sikap ini selain kebo-

dohan? Mereka akan selamanya menyesali pilihan sendiri yang 

bodoh itu. 

2. Hikmat yaitu  kehormatan orang bijak: Orang yang bijak memah-

kotai diri sendiri dengan pengetahuan. Mereka memandangnya 

sebagai perhiasan mereka yang paling cemerlang, dan tidak ada 

yang lebih mereka dambakan selain hal ini. Mereka mengena-

kannya di kepala bagaikan mahkota yang tidak akan mau mereka 

tanggalkan. Mereka berjuang menuju puncak dan kesempurnaan 

pengetahuan yang akan memahkotai awal dan kemajuan upaya 

mereka ini. Mereka akan menerima pujian darinya. Orang-orang 

yang bijak akan dihormati seakan-akan mereka mengenakan mah-

kota. Mereka bermahkotakan pengetahuan dan mendatangkan hor-

mat bagi pekerjaan mereka. Hikmat bukan saja dibenarkan, namun  

juga dimuliakan oleh semua anak-anaknya. 


19 Orang jahat tunduk di dekat orang baik, orang fasik di depan pintu ger-

bang orang benar. 

Artinya, 

1. Orang jahat sering kali dibuat melarat dan direndahkan sehingga 

mereka terpaksa mengemis   sebab  kejahatan mereka telah mem-

bawa mereka kepada kesukaran. Sebaliknya, melalui berkat Allah, 

orang baik diperkaya dan dimampukan untuk memberi. Mereka 

benar-benar memberi, bahkan kepada orang jahat sekalipun. Ka-

rena jika Allah mengaruniakan mereka kehidupan, janganlah kita 

menolak bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka. 

2. Adakalanya Allah bahkan memaksa orang jahat untuk mengakui 

keunggulan umat Allah. Orang jahat sudah seharusnya selalu 

tunduk di dekat orang baik, dan adakalanya mereka dipaksa 

melakukannya dan mengaku, bahwa Allah mengasihi orang-orang 

baik itu (Why. 3:9). Orang-orang baik itu menginginkan kesenang-

an sendiri (Est. 7:7), dan doa-doa mereka dikabulkan (2Raj. 3:12). 

3. Akan tiba harinya saat  orang benar akan memerintah mereka 

(Mzm. 49:15, TL). saat  itulah anak-anak gadis yang bodoh akan 

meminta minyak dari yang bijaksana dan dengan sia-sia menge-

tuk pintu Tuhan yang melaluinya orang benar telah masuk. 


20 Juga oleh temannya orang miskin itu dibenci, namun  sahabat orang kaya 

itu banyak. 

Ini bukan menunjukkan hal yang seharusnya terjadi melainkan apa 

yang biasa dilakukan dunia, yakni merasa malu berteman dengan 

orang miskin dan menyukai orang kaya.  


1. Hanya sedikit yang akan memberikan sambutan kepada orang-

orang yang tidak disukai dunia, padahal mereka sebenarnya patut 

dihormati: orang miskin, yang seharusnya dikasihani, diberi sema-

ngat, dan ditolong, malah dibenci, dianggap aneh, dan dijauhi, 

bahkan juga oleh temannya yang sebelum orang tadi jatuh miskin 

sangat dekat dengannya dan berpura-pura ramah kepadanya. 

Kebanyakan dari mereka hanyalah teman semu seperti burung la-

yang-layang yang menghilang di musim dingin. Sungguh baik 

untuk memiliki Allah sebagai sahabat kita, sebab Ia tidak akan 

meninggalkan kita di saat kita miskin. 

2. Semua orang mau memberi hormat kepada orang-orang yang di-

sukai dunia, walaupun mereka sebenarnya tidak berharga: saha-

bat orang kaya itu banyak. Mereka bersahabat dengan kekayaan 

itu dengan harapan mendapat bagian. Di dunia ini hanya ada 

sedikit persahabatan. Kebanyakan yang ada hanyalah persaha-

batan yang dilandasi kepentingan diri sendiri, yang sama sekali 

bukan merupakan persahabatan sejati, yang tidak akan dihargai 

atau diandalkan orang bijak. Orang-orang yang menjadikan dunia 

sebagai ilah mereka akan mendewa-dewakan orang-orang yang 

memiliki banyak harta dunia. Mereka mencari perkenanan dari 

orang-orang itu seolah-olah orang-orang tersebut yaitu  kesuka-

an Sorga. 


21 Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, namun  berbahagialah orang yang 

menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita. 

Amatilah di sini bagaimana tabiat dan keadaan manusia diukur dan 

dinilai dari perilaku mereka terhadap sesama yang miskin. 

1. Orang-orang yang menghina orang miskin, dengan begitu telah 

memandang mereka sebagai orang yang bertabiat buruk, dan 

keadaan orang miskin sendiri akan sesuai dengan pandangan me-

reka itu: Siapa yang menghina sesamanya   sebab  kedudukan 

orang itu rendah di dunia,   sebab  berasal dari keturunan miskin, 

berpendidikan rendah, dan hanya berpenampilan sederhana, te-

lah berbuat dosa. Juga, siapa yang menghina sesamanya   sebab  

berpikir bahwa mereka terlalu hina untuk diperhatikan, dan tidak 

mau berbicara dengan, atau peduli dengan mereka, dan mengang-

gap mereka sederajat dengan gerombolan anjing-anjingnya, telah 

berbuat dosa dan bersalah melakukan dosa. Selain itu, orang 

demikian berada di jalan menuju celaka, dan akan diperlakukan 

sebagai orang berdosa. Dia tidak akan berbahagia. 

2. Di sini dikatakan bahwa orang-orang yang menaruh belas kasihan 

terhadap orang miskin akan berbahagia, sesuai dengan tabiat me-

reka: orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang men-

derita, yang siap melakukan apa saja yang baik terhadapnya, dan 

dengan demikian menaruh hormat kepadanya, maka berbaha-

gialah dia. Ia melakukan apa yang menyenangkan bagi Allah. Di 

kemudian hari, saat ia merenungkan apa yang dilakukannya itu, 

ia akan merasa sangat puas. Keturunan orang miskin itu akan 

menjadi berkat baginya, dan perbuatan baiknya akan dibalas de-

ngan limpah pada hari kebangkitan orang benar kelak. 


22 Tidak sesatkah orang yang merencanakan kejahatan? namun  yang meren-

canakan hal yang baik memperoleh kasih dan setia. 

Amatilah di sini: 

1. Betapa menyedihkannya kekeliruan orang-orang yang bukan saja 

berbuat jahat namun  juga merencanakannya: Tidak sesatkah me-

reka ini? Ya, tentu saja mereka sesat, semua orang mengetahui-

nya. Mereka menyangka bahwa dengan berbuat dosa dengan 

terampil dan cerdik, serta menjalankan tipu daya dengan diam-

diam dan licik lebih dibandingkan  orang lain, melalui dosa-dosa itu 

mereka akan meraih hasil yang lebih baik dibanding orang lain. 

namun  mereka keliru. Keadilan Allah tidak dapat dikalahkan. 

Orang-orang yang merencanakan kejahatan terhadap sesamanya 

sangatlah keliru,   sebab  rencana itu akan berbalik melawan me-

reka dan berakhir dengan kehancuran mereka sendiri. Ini benar-

benar kekeliruan yang mematikan! 

2. Betapa bijaksananya orang-orang yang sangat peduli dengan ke-

pentingannya sendiri sehingga mereka bukan saja berbuat baik 

namun  juga merencanakannya. Mereka akan memperoleh kasih 

dan setia, bukan sebagai hadiah atas utang budi yang mereka 

berikan (mereka akan mengakui bahwa mereka sama sekali tidak 

berjasa apa pun), melainkan sebagai hadiah   sebab  belas kasih-

an, yaitu belas kasihan semata, belas kasihan menurut janji itu, 

yaitu kasih dan setia yang dengan senang hati dijanjikan Allah 

sendiri sebagai utang yang akan dibayarkannya. Orang-orang 

yang begitu bermurah hati sampai memberi dengan sebebas-

bebasnya, dan mencari segala kesempatan untuk berbuat baik 

serta mengusahakan supaya amal sedekah mereka dapat disalur-

kan seluas mungkin dan diterima oleh mereka yang membutuh-

kannya, akan selalu bertindak demikian (Yes. 32:8). 

23 Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, namun  kata-kata belaka menda-

tangkan kekurangan saja. 

Perhatikanlah: 

1. Bekerja tanpa berbicara akan membuat orang jadi kaya: Dalam 

tiap jerih payah dengan pikiran atau dengan tangan, ada keun-

tungan. Hal ini akan mendatangkan kebaikan. Orang-orang yang 

rajin biasanya sangat berhasil dan bilamana ada sesuatu yang 

dikerjakan, akan diperoleh hasil juga. Tangan yang bekerja meng-

hasilkan uang. Oleh sebab itu sungguh baik untuk tetap bekerja 

dan berkarya. Kalau ada yang bisa dikerjakan oleh tangan, kerja-

kanlah itu dengan sekuat tenaga. 

2. Berbicara tanpa bekerja akan membuat orang jadi miskin. Orang-

orang yang suka membangga-banggakan pekerjaan mereka dan 

menggembar-gemborkannya, menyia-nyiakan waktu dengan ber-

gunjing, baik dengan bercerita maupun mendengar tentang hal-

hal baru seperti orang Atena, yang berdalih hendak meningkatkan 

diri melalui perbincangan lalu melalaikan pekerjaan sepanjang 

hari, mereka ini hanya menyia-nyiakan apa yang mereka miliki. 

Arah yang mereka ambil mendatangkan kekurangan saja hingga 

berakhir seperti itu. Hal ini berlaku juga dalam perkara-perkara 

yang menyangkut jiwa kita. Orang-orang yang bersusah payah 

melayani Allah, yang berdoa dengan sungguh-sungguh, akan me-

nerima keuntungan darinya. Sebaliknya, jika  agama manusia 

hanya berisi perkataan yang ingar bingar belaka, sedangkan doa 

mereka sekadar ucapan di bibir saja, mereka akan miskin secara 

rohani dan tidak meraih apa pun. 


24 Mahkota orang bijak yaitu  kepintarannya; tajuk orang bebal yaitu  

kebodohannya. 


 

Amatilah: 

1. Jika orang berlaku bijak dan baik, kekayaan akan membuat me-

reka jadi semakin dihormati dan berguna: Mahkota orang bijak 

yaitu  kepintarannya (KJV: kekayaannya – pen.). Kekayaan mere-

ka ini membuat mereka semakin dihormati dan memberi mereka 

wewenang dan pengaruh yang lebih besar atas orang lain. Orang-

orang yang memiliki kekayaan dan hikmat untuk menggunakan-

nya, akan mendapatkan kesempatan yang baik untuk menghor-

mati Allah dan berbuat baik di dunia ini. Hikmat yaitu  sama 

baiknya tanpa warisan, namun  lebih baik lagi dengan warisan. 

2. Jika manusia menjadi jahat dan rusak, kekayaan mereka hanya 

akan semakin membuat mereka menjadi rentan: tajuk orang be-

bal, dalam keadaan apa pun, yaitu  kebodohannya yang akan 

menjadi nyata dan mempermalukan mereka. Jika mereka memi-

liki kekayaan, mereka melakukan kejahatan dengan kekayaan itu 

dan semakin mengeraskan hati mereka dalam perbuatan mereka 

yang bodoh. 


25 Saksi yang setia menyelamatkan hidup, namun  siapa menyembur-nyembur-

kan kebohongan yaitu  pengkhianat. 

Amatilah di sini: 

1. Betapa besar pujian yang patut diberikan kepada saksi yang setia: 

Ia menyelamatkan hidup orang-orang tidak bersalah yang dituduh 

dengan semena-mena, dan juga nama baik yang bagi mereka 

sama berharganya dengan hidup mereka. Orang yang tulus dan 

setia rela menghadapi bahaya demi mengungkapkan kebenaran 

dan menyelamatkan mereka yang menderita   sebab  tuduhan 

palsu. Dengan demikian, seorang ha