Tampilkan postingan dengan label yohanes 22. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yohanes 22. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 22

 


itu lama sampai tujuh hari. Dan mengapa 

demikian?  

(1) Supaya Dia dapat menegur Tomas atas ketidakpercayaan-

nya itu. Ia telah mengabaikan pertemuan para murid sebe-

lumnya, dan, untuk mengajar dia agar menghargai saat-

saat anugerah secara lebih baik lagi di masa mendatang, ia 

tidak akan mendapatkan kesempatan seperti itu lagi sela-

ma beberapa hari. Barangsiapa melewatkan air pasang se-

kali, ia harus tinggal selama beberapa waktu untuk me-

nunggu air pasang kembali. Kita mempunyai alasan untuk 

menduga bahwa minggu itu yaitu  minggu yang sangat 

menyedihkan bagi Tomas, yang dilaluinya dengan murung, 

dan tegang, sementara murid-murid yang lain penuh suka-

cita, dan ini terjadi sebab  kesalahan dan kebodohannya 

sendiri.  

(2) Supaya Dia dapat menguji iman dan kesabaran murid-mu-

rid yang lain. Mereka sudah mendapatkan banyak keun-

tungan saat  diberi kepuasan dengan melihat Tuhan. Mu-

rid-murid itu bersukacita saat  mereka melihat Tuhan, te-

tapi Dia ingin menguji apakah mereka tetap dapat bertahan 

pada pijakan yang sudah mereka injak itu, jika   mereka 

tidak lagi melihat-Nya selama beberapa hari. Dan dengan 

demikian, secara bertahap Dia hendak melepaskan mereka 

dari kehadiran-Nya secara jasmani, sebab  mereka sudah 

terlalu banyak mengandalkan dan bergantung pada keha-

diran jasmani-Nya itu.  

(3)  Supaya Dia dapat memberi  rasa hormat pada hari per-

tama dalam seminggu, dan memberi  petunjuk yang 

jelas akan kehendak-Nya, bahwa hari itu harus diperingati 

di dalam gereja-Nya sebagai Sabat Kristen, sebagai hari 

peristirahatan yang kudus dalam seminggu dan sebagai 

waktu pertemuan kudus. Bahwa satu hari dalam tujuh 

hari harus digunakan untuk beribadah sudah merupakan 

ketetapan sejak semula, sudah setua keadaan tanpa dosa. 

Bahwa dalam kerajaan Mesias, hari pertama dalam seming-

gu harus menjadi hari yang khidmat, sudah cukup banyak 

ditunjukkan dengan hal ini, bahwa pada hari itu Kristus 

berkali-kali menemui murid-murid-Nya dalam perkumpul-

an ibadah. Sangatlah mungkin bahwa dalam penampakan-

Nya kepada mereka sebelumnya, Dia sudah memerintah-

kan mereka untuk berkumpul lagi tujuh malam kemudian, 

dan berjanji untuk menemui mereka, dan juga bahwa Dia 

menampakkan diri kepada mereka pada setiap hari per-

tama, di samping pada waktu-waktu lain, selama empat 

puluh hari. Sejak saat itu ibadah yang dijalankan pada hari 

itu diturunkan kepada kita di sepanjang abad gereja. Oleh 

sebab  itu, hari ini  yaitu  hari yang dijadikan 

TUHAN.    

II.  Di mana dan bagaimana, Kristus mengunjungi mereka kali ini. 

Tempatnya di Yerusalem, sebab pintu-pintunya terkunci seka-

rang, sama seperti sebelumnya, sebab  mereka takut kepada 

orang-orang Yahudi. Di sanalah mereka tinggal, untuk merayakan 

hari raya roti tidak beragi selama tujuh hari, yang berakhir satu 

hari sebelumnya. Namun, mereka tidak mau melakukan perjalan-

an ke Galilea pada hari pertama minggu itu, sebab  hari itu ada-

lah hari Sabat Kristen. Sebaliknya, mereka tetap tinggal sampai 

hari berikutnya.  

Sekarang perhatikanlah:  

1.  Bahwa Tomas ada bersama-sama dengan mereka. Walaupun 

ia sudah menarik dirinya satu kali, ia tidak melakukannya un-

tuk kedua kali. jika   kita telah kehilangan satu kesempat-

an, kita harus lebih bersungguh-sungguh untuk memanfaat-

kan kesempatan berikutnya, supaya kita dapat mengganti se-

gala kerugian kita. yaitu  suatu pertanda yang baik jika 

kehilangan seperti itu memicu keinginan-keinginan kita, dan 

pertanda yang buruk jika hal itu meredakannya. Murid-murid 

menerima dia bersama mereka, dan tidak mendesaknya untuk 

mempercayai kebangkitan Kristus, seperti yang mereka per-

cayai, sebab  pada saat itu perihal kebangkitan ini masih di-

ungkapkan dengan samar-samar. Mereka tidak menerimanya 

untuk berbantah dalam keraguan, namun  memintanya untuk 

datang dan melihat sendiri. Namun amatilah, Kristus tidak 

menampakkan diri kepada Tomas, demi kepuasannya sendiri, 

sampai Dia mendapatinya berkumpul bersama-sama dengan 

murid-murid yang lain, sebab  Dia ingin memberi  restu-

Nya pada pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh orang-

orang Kristen dan hamba-hamba Tuhan, sebab di situlah Dia 

akan berada di tengah-tengah mereka. Dan, lagi pula, Dia ingin 

agar semua murid menyaksikan teguran yang diberikan-Nya 

kepada Tomas, namun yang dilakukan-Nya dengan penuh ke-

lemahlembutan. 

2.  Bahwa Kristus datang kepada mereka, dan berdiri di tengah-

tengah mereka, dan mereka semua mengenal-Nya, sebab Dia 

menunjukkan diri-Nya sekarang sama seperti Dia sudah me-

nunjukkan diri-Nya sebelumnya (ay. 19), masih sama, dan 

tidak ditukar dengan orang lain. Lihatlah bagaimana Yesus 

Tuhan kita merendahkan diri-Nya. Gerbang-gerbang sorga siap 

terbuka untuk-Nya, dan di sana Dia bisa saja berdiri di te-

ngah-tengah pujian dunia malaikat. Namun, demi keuntungan 

gereja-Nya, Dia tetap tinggal di bumi dan mengunjungi perte-

muan-pertemuan pribadi kecil murid-murid-Nya yang malang, 

dan berada di tengah-tengah mereka.  

3. Dia menyalami mereka semua dengan ramah, seperti yang su-

dah dilakukan-Nya sebelumnya. Kata-Nya, “Damai sejahtera 

bagi kamu.” Ini bukanlah pengulangan yang sia-sia. Ini me-

nunjukkan betapa berlimpah dan pastinya damai sejahtera 

yang diberikan Kristus, dan betapa berkat-berkat-Nya kepada 

umat-Nya akan terus dicurahkan, sebab berkat-berkat itu tak 

habis-habisnya, melainkan selalu baru setiap pagi, selalu baru 

setiap pertemuan.   

III.  Apa yang terjadi di antara Kristus dan Tomas pada pertemuan ini. 

Hanya mengenai mereka berdua sajalah yang dicatat, walaupun 

kita boleh menduga bahwa Dia mengatakan banyak hal kepada 

murid-murid yang lain. Inilah:  

1.  Kemurahan hati Kristus untuk merendahkan diri-Nya kepada 

Tomas (ay. 27). Dia memperhatikan Tomas lebih dari murid-

murid yang lainnya dan memperlakukan-Nya secara istimewa: 

“Taruhlah jarimu di sini, dan, sebab  kamu ingin melakukan-

nya, lihatlah tangan-Ku, dan puaskanlah rasa penasaranmu 

sepenuh-penuhnya dengan bekas paku pada tangan-Ku. Ulur-

kanlah tanganmu, dan, jika tidak lagi yang dapat meyakinkan-

mu, cucukkan ke dalam lambung-Ku.” Di sini kita mendapati,  

(1)  Teguran secara tidak langsung terhadap ketidakpercayaan 

Tomas. Teguran ini langsung mengarah kepada apa yang 

telah dikatakan Tomas, dengan jawaban kata per kata 

untuk setiap keraguannya, sebab Kristus mendengar apa 

yang dikatakan Tomas itu, walaupun Dia tidak melihatnya 

waktu itu. Dan orang akan berpikir bahwa Kristus yang 

mengatakan itu kepadanya pasti akan membuat mukanya 

merah padam. Perhatikanlah, tidak ada satu pun perkata-

an tidak percaya yang kita ucapkan dengan lidah kita, bah-

kan, tidak ada satu pun pikiran dalam benak kita, kapan 

pun itu, yang tidak diketahui oleh Tuhan Yesus (Mzm. 

78:21).  

(2)  Perendahan diri Kristus yang terungkap dalam menanggapi 

kelemahan Tomas ini, yang tampak dalam dua hal: 

[1] Bahwa Dia membiarkan hikmat-Nya diperintah oleh 

orang lain. Jiwa-jiwa besar tidak akan membiarkan diri 

mereka diatur oleh para bawahan mereka, terutama da-

lam tindakan-tindakan mereka yang mulia. Namun, 

Kristus di sini berkenan untuk menyesuaikan diri-Nya 

dengan keinginan Tomas bahkan dalam perkara yang 

tidak perlu, daripada putus hubungan dengannya dan 

meninggalkannya dalam ketidakpercayaannya. Dia ti-

dak akan memutuskan buluh yang patah terkulai, seba-

liknya, sebagai Gembala yang baik, Dia membawa pu-

lang mereka yang tersesat (Yeh. 34:16). Demikian pula 

kita harus menanggung kelemahan orang yang tidak 

kuat (Rm. 15:1-2).  

[2]  Dia membiarkan luka-luka-Nya dikorek-korek, bahkan 

mengizinkan Tomas untuk mencucukkan tangannya ke 

dalam lambung-Nya, hanya supaya dia boleh percaya 

pada akhirnya. Dengan demikian, untuk meneguhkan 

iman kita, Dia telah menetapkan suatu ibadah dengan 

tujuan untuk mengenangkan kematian-Nya, meskipun 

kematian-Nya itu sungguh hina dan memalukan, sam-

pai orang mungkin berpikir lebih baik jika dilupakan 

saja dan jangan diungkit-ungkit lagi. Namun, sebab  

kematian-Nya itu merupakan bukti kasih-Nya yang be-

sar dan sangat memperkuat iman kita, maka Dia mene-

tapkan agar kenangan akan kematian-Nya itu diraya-

kan. Dan dalam upacara yang ditetapkan-Nya itu, di 

mana kita memberitakan kematian Tuhan, kita dipang-

gil, seolah-olah, untuk menaruh jari kita ke dalam be-

kas paku di tangan-Nya. Ulurkanlah tanganmu kepada 

Dia, yang telah mengulurkan kepadamu tangan-Nya 

yang menolong, yang mengajak, dan yang memberi.  

Dengan perkataan yang menyentuh Kristus menu-

tup perkataan-Nya kepada Tomas: Jangan engkau tidak 

percaya lagi, melainkan percayalah, mē ginou apistos – 

jangan engkau menjadi orang yang tidak percaya, 

seolah-olah ia akan tetap hidup dalam ketidakpercaya-

annya seandainya dia tidak menjadi percaya sekarang. 

Peringatan ini diberikan kepada kita semua: jangan 

engkau tidak percaya atau tidak beriman, sebab , jika 

kita tidak beriman, maka kita hidup tanpa Kristus dan 

tanpa anugerah, tanpa harapan dan tanpa sukacita. 

Oleh sebab  itu, marilah kita berkata, “Tuhan, Aku per-

caya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini.”  

2. Pengakuan dan kepercayaan Tomas kepada Yesus Kristus. 

Sekarang dia malu akan ketidakpercayaannya, dan berseru, 

“Ya Tuhanku dan Allahku!” (ay. 28). Kita tidak diberi tahu 

apakah dia benar-benar menaruh jarinya ke dalam bekas paku 

pada tangan-Nya atau tidak. Tampaknya, ia tidak melakukan-

nya, sebab  Kristus berkata (ay. 29), “Engkau telah melihat, 

dan engkau percaya,” melihat saja sudah cukup. Dan seka-

rang, imanlah yang menjadi pemenangnya, sesudah  berjuang 

melawan ketidakpercayaan. 

(1) Tomas sekarang sudah sepenuhnya puas dengan kebenar-

an kebangkitan Kristus – bahwa Yesus yang sama yang te-

lah disalibkan sekarang hidup, dan inilah Dia. Kelambanan 

dan ketelatannya untuk percaya dapat membantu me-

nguatkan iman kita, sebab dengan ini tampak bahwa saksi-

saksi kebangkitan Kristus, yang memberi  kesaksian 

akan kebangkitan itu kepada dunia, dan yang menggan-

tungkan nasib mereka padanya, bukanlah orang-orang 

yang lekas percaya begitu saja, melainkan orang-orang 

yang cukup berhati-hati, dan menunda ketidakpercayaan 

mereka akan kebenaran kebangkitan itu sampai mereka 

melihat bukti yang paling kuat yang mereka inginkan. 

Demikianlah dari yang makan keluar makanan.  

(2)  Oleh sebab  itu, ia percaya bahwa Dia yaitu  Tuhan dan 

Allah, dan kita juga harus mempercayai-Nya demikian.  

[1] Kita harus percaya akan keilahian-Nya – bahwa Dia 

yaitu  Allah, bukan manusia yang dijadikan sebagai 

Allah, melainkan Allah yang menjadi manusia, seperti 

apa yang sudah dinyatakan oleh penulis Injil ini pada 

awal kitabnya (1:1). Pendiri dan Pemimpin agama kita 

yang kudus mempunyai hikmat, kuasa, kedaulatan, 

dan ketidakberubahan yang dimiliki Allah, dan ini 

penting, sebab  Dia bukan hanya akan menjadi Pendiri 

agama itu, melainkan juga sebagai Dasar yang akan 

terus menopangnya, dan Sumber Kehidupan yang terus 

memberinya persediaan.  

[2] Kepengantaraan-Nya – bahwa Dia yaitu  Tuhan, Tuhan 

yang satu (1Kor. 8:6; 1Tim. 2:5). Dia diberi wewenang 

yang cukup, sebagai duta yang berkuasa penuh, untuk 

menyelesaikan perkara-perkara besar yang ada antara 

Allah dan manusia, untuk turut campur dalam perseli-

sihan yang jika dibiarkan pasti akan membinasakan 

kita, dan untuk menetapkan hubungan yang penting 

bagi kebahagiaan kita (Kis. 2:36; Rm. 14:9).    

(3) Tomas mengakui-Nya sebagai Tuhannya dan Allahnya. Di 

dalam iman, harus ada kemauan untuk memenuhi syarat-

syarat Injil, dan juga kesepahaman dengan kebenaran-ke-

benaran Injil. Kita harus menerima Kristus bagi kita seba-

gai apa yang telah ditetapkan Bapa bagi-Nya. Tuhanku me-

rujuk pada Adonai – batu penjuruku dan tempat perlin-

dunganku, sementara Allahku merujuk pada Elohim – raja-

ku dan hakimku. sebab  Allah telah menetapkan Dia seba-

gai wasit dan penengah, kita harus menyetujui pilihan 

Allah itu, dan dengan sepenuh hati menyerahkan diri kita 

kepada-Nya. Ini merupakan tindakan yang penting dari 

iman, Dia kepunyaanku (Kid. 2:16).  

(4) Tomas membuat pengakuan terbuka akan hal ini, di ha-

dapan mereka yang sudah menyaksikan sendiri ketidakper-

cayaan dan keragu-raguannya. Ia mengatakannya kepada 

Kristus, dan, untuk memahami perkataan itu dengan leng-

kap, kita harus membacanya seperti ini, Engkaulah Tuhan-

ku dan Allahku. Atau, kalau berkata kepada saudara-sau-

daranya, inilah Tuhanku dan Allahku. Apakah kita mene-

rima Kristus sebagai Tuhan dan Allah kita? Kita harus da-

tang kepada-Nya dan mengatakan demikian, seperti Daud 

(Mzm. 16:2), harus menyerahkan segala perbuatan kita 

kepada-Nya. Kita harus memberitahukan demikian kepada 

orang lain, sebagai orang yang bermegah dalam hubungan 

kita dengan Kristus, “Inilah Kekasihku.” Tomas berbicara 

dengan kasih yang membara, seperti orang yang meng-

genggam Kristus dengan sekuat tenaganya, Tuhanku dan 

Allahku.   

3.  Penghakiman Kristus mengenai seluruh permasalahan ini (ay. 

29): “sebab  engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya, 

dan memang baik jika pada akhirnya engkau percaya juga de-

ngan suatu syarat. Namun, berbahagialah mereka yang tidak 

melihat, namun percaya.” Di sini, 

(1) Kristus mengakui Tomas sebagai orang percaya. Orang-

orang percaya yang benar dan tulus, meskipun mereka 

lamban dan lemah, akan diterima sepenuh hati oleh Tuhan 

Yesus. Orang-orang yang sudah lama menentang, jika pada 

akhirnya mereka menyerah, akan mendapati bahwa Dia 

bersedia mengampuni mereka. Tidak lama sesudah  Tomas 

mengakui Kristus, Kristus segera memberinya penghiburan 

dalam pengakuannya itu, dan memberitahukan kepada dia 

bahwa dia percaya. 

(2)  Kristus menegurnya atas ketidakpercayaannya sebelum-

nya. Ia pantas merasa malu jika berpikir, 

[1]  Bahwa ia begitu telat untuk percaya, dan begitu lamban 

untuk mendapatkan penghiburan-penghiburan bagi di-

rinya sendiri. Orang-orang yang dengan tulus sudah 

dekat dengan Kristus pasti melihat banyak alasan un-

tuk mengeluh bahwa mereka tidak melakukannya lebih 

awal.  

[2]  Bahwa bukannya tanpa banyak kesulitan pada akhir-

nya dia menjadi percaya: “Seandainya kamu tidak meli-

hat Aku hidup, maka kamu tidak akan percaya.” Jadi, 

jika tidak ada bukti lain lagi yang bisa kita akui selain 

dari apa yang kita saksikan sendiri dengan indra kita, 

dan jika kita tidak akan percaya apa pun selain apa 

yang kita saksikan sendiri, maka selamat tinggallah se-

gala pergaulan dan percakapan. Jika ini yang harus 

menjadi satu-satunya cara pembuktian, bagaimanakah 

dunia dapat dipertobatkan kepada iman di dalam Kris-

tus? Oleh sebab  itu, orang yang terlalu banyak mene-

kankan hal ini sudah selayaknya dipersalahkan.     

(3) Dia memuji iman orang-orang yang percaya dengan syarat-

syarat yang lebih ringan. Tomas, sebagai orang percaya, be-

nar-benar berbahagia, namun berbahagialah mereka yang 

tidak melihat. Yang dimaksudkan di sini bukan tidak meli-

hat apa yang diimani (sebab hal-hal yang kita imani me-

mang tidak terlihat, Ibr. 11:1; 2Kor. 4:18), melainkan tidak 

melihat alasan-alasan untuk beriman, yaitu mujizat-muji-

zat Kristus, dan terutama kebangkitan-Nya. Berbahagialah 

mereka yang tidak melihat hal-hal ini, namun percaya ke-

pada Kristus. Hal ini bisa mengacu ke belakang, yaitu ke-

pada orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama, yang 

tidak melihat hal-hal yang dijanjikan, namun percaya pada 

janji yang diberikan kepada bapa leluhur mereka, dan 

hidup dengan iman itu. Atau juga mengacu ke depan, yaitu 

kepada orang-orang yang akan percaya sesudah  ini, yaitu 

orang-orang bukan-Yahudi, yang tidak pernah melihat 

Kristus di dalam daging, seperti yang dilihat orang-orang 

Yahudi. Iman ini lebih mulia dan layak dipuji daripada 

iman mereka yang melihat dan percaya, sebab ,  

[1]  Iman itu membuktikan sikap pemikiran yang lebih baik 

dalam diri mereka yang percaya. Tidak melihat namun 

percaya menunjukkan adanya ketekunan yang lebih 

besar dalam mencari kebenaran, dan adanya ketulusan 

pikiran yang lebih besar dalam memeluk kebenaran itu. 

Jika orang menjadi percaya sesudah  ia melihat, maka se-

pertinya perlawanannya untuk menjadi percaya ditak-

lukkan oleh semacam kekerasan. Namun orang yang 

percaya tanpa melihat, seperti orang-orang Berea, lebih 

mulia.  

[2]  Iman yang tidak melihat itu memberi contoh yang lebih 

besar akan kuasa anugerah ilahi. Semakin kurang ma-

suk akal bukti yang ada, semakin besar tindakan iman 

tampak sebagai pekerjaan Tuhan. Petrus berbahagia ka-

rena imannya, sebab bukan darah dan daging yang me-

nyatakan itu kepadanya (Mat. 16:17). Darah dan daging 

lebih berperan dalam menimbulkan iman orang-orang 

yang melihat dan percaya, daripada dalam iman orang-

orang yang tidak melihat namun percaya. Dr. Lightfoot 

mengutip perkataan salah seorang rabi, “Bahwa orang 

kafir yang masuk agama Yahudi lebih berkenan kepada 

Allah daripada beribu-ribu umat Israel yang berdiri di 

hadapan Gunung Sinai. sebab  mereka melihat dan 

menerima hukum Taurat, namun  orang yang masuk 

agama Yahudi tidak melihatnya namun menerimanya.”      

IV. Keterangan yang dibuat oleh penulis Injil ini mengenai kisah ini, 

seperti seorang ahli sejarah menarik suatu kesimpulan (ay. 30-

31). Dan di sini, 

1.  Ia meyakinkan kita bahwa ada banyak hal lain yang terjadi, 

yang kesemuanya pantas dicatat, namun yang tidak tercatat 

dalam kitab ini: banyak tanda. Sebagian orang merujuk per-

nyataan ini kepada semua tanda yang diperbuat Yesus selama 

hidup-Nya, semua perkataan ajaib yang diucapkan-Nya, dan 

semua pekerjaan ajaib yang dilakukan-Nya. Namun, tampak-

nya pernyataan ini lebih terbatas pada tanda-tanda yang di-

perbuat-Nya sesudah  kebangkitan-Nya, sebab tanda-tanda ini 

ditunjukkan hanya di hadapan para murid, yang sedang dibi-

carakan di sini (Kis. 10:41). Berbagai penampakan-Nya tidak 

dicatat, seperti yang tampak dalam 1 Korintus 15:5-7 (Kis. 

1:3).  

Sekarang perhatikanlah:  

(1)  Kita di sini dapat mengembangkan pernyataan yang umum 

ini, bahwa ada tanda-tanda lain, banyak tanda lain, untuk 

meneguhkan iman kita. Dan, sebab  tanda-tanda itu dise-

lipkan dalam kisah-kisah tertentu, tanda-tanda ini  

sangat memperkuat bukti yang ada. Orang-orang yang 

mencatat kebangkitan Kristus tidak harus memancing buk-

ti di sana sini, mengumpulkan bukti-bukti yang sedikit dan 

tidak memadai yang dapat mereka temukan, dan menga-

rang-ngarang sisa ceritanya. Tidak, mereka mempunyai 

bukti yang cukup, bahkan berlebih, dan mereka memiliki 

lebih banyak saksi daripada yang dapat mereka tunjukkan. 

Murid-murid, yang di hadapan mereka tanda-tanda lain ini 

diadakan, harus menjadi pemberita-pemberita kebangkitan 

Kristus kepada orang lain, dan sebab  itu sudah merupa-

kan keharusan bagi mereka untuk mempunyai bukti-bukti 

akan kebangkitan itu ex abundant – dengan berlimpah, su-

paya mereka bisa mendapatkan penghiburan yang kuat, 

sebab  mereka harus mempertaruhkan hidup dan segala 

sesuatunya untuk itu.  

(2) Kita tidak perlu bertanya mengapa semua tanda itu tidak 

dicatat, atau mengapa yang dicatat tidak lebih dari ini, 

atau mengapa bukan tanda-tanda yang lain selain ini, ka-

rena cukup bagi kita untuk mengetahui bahwa demikian-

lah yang tampak baik bagi Roh Kudus, yang dengan ilham-

Nya kesaksian ini diberikan. Seandainya kisah ini hanyalah 

karangan manusia, maka kisah ini pasti sudah dibumbui 

dengan begitu banyak pernyataan dan sumpah, untuk 

membuktikan kebenaran kebangkitan Kristus yang masih 

dapat ditentang, dan pasti akan ada bantahan yang pan-

jang untuk menunjukkan kebenarannya. Namun, sebab  

kisah ini yaitu  kisah ilahi, sang penulis menulisnya de-

ngan rasa aman yang luhur, dengan menyampaikan apa 

yang layak dipandang sebagai bukti yang dapat dipercaya, 

yang cukup untuk meyakinkan orang-orang yang mau di-

ajar, dan menghukum orang-orang yang bersikeras dalam 

ketidakpercayaan mereka. Dan, jika ini tidak memuaskan, 

maka yang lebih dari ini pun pasti tidak akan memuaskan. 

Manusia mengeluarkan semua yang harus mereka katakan 

supaya mereka mendapat pujian. namun  Allah tidak, sebab  

Dia dapat mengaruniakan iman. Seandainya kisah ini ditu-

lis hanya untuk menghibur orang-orang yang penasaran, 

pasti kisah ini akan ditulis secara berlebih-lebihan, atau 

setiap keadaan di dalamnya pasti akan dipakai untuk men-

cerahkan dan menghiasi kisahnya. Namun, kisah ini ditulis 

untuk membawa orang supaya percaya, dan cukup dikata-

kan seperlunya saja untuk memenuhi maksud itu, entah 

orang akan mendengar atau mengelak.      

2.  Sang penulis ingin mengajar kita dalam mencatat apa yang 

bisa kita dapati di sini (ay. 31): “Kesaksian-kesaksian ini dibe-

rikan di sini dan dalam pasal selanjutnya, supaya kamu per-

caya sesudah  mengetahui bukti-bukti ini. Supaya kamu per-

caya bahwa Yesus yaitu  Kristus, Anak Allah, yang dinyata-

kan dengan kuasa sebagai Kristus dan Anak Allah dengan ke-

bangkitan-Nya.”  

(1)  Inilah rancangan mereka yang menulis Injil. Sebagian 

orang menulis buku untuk mengisi waktu luang, dan me-

nerbitkannya demi mendapatkan keuntungan atau pujian, 

sebagian yang lain untuk menghibur orang-orang Atena, 

dan yang lain lagi untuk mengajar dunia dalam bidang seni 

dan ilmu pengetahuan demi memperoleh keuntungan 

duniawi. Namun, para penulis Injil menulis tanpa sedikit 

pun memandang keuntungan duniawi bagi diri mereka 

sendiri atau bagi orang lain, melainkan untuk membawa 

manusia kepada Kristus dan sorga, dan, guna mencapai 

tujuan ini, mereka membujuk manusia agar percaya. Dan 

untuk itu mereka memakai cara yang paling tepat, mereka 

membawa kepada dunia suatu pewahyuan ilahi, yang 

didukung oleh bukti-bukti sebagaimana mestinya.  

(2)  Kewajiban orang-orang yang membaca dan mendengar Injil. 

yaitu  kewajiban mereka untuk memercayai, untuk meme-

luk, ajaran Kristus dan catatan yang sudah diberikan ten-

tang Dia (1Yoh. 5:11).  

[1] Kita di sini diberi tahu apa itu kebenaran Injil yang 

agung yang harus kita percayai, yaitu bahwa Yesuslah 

Mesias itu, Anak Allah itu.  

Pertama, bahwa Dia yaitu  Kristus, pribadi yang, 

dengan menyandang gelar Mesias, dijanjikan kepada, 

dan dinanti-nantikan oleh, orang-orang kudus dalam 

Perjanjian Lama, dan yang, sesuai dengan arti nama-

nya, diurapi oleh Allah sebagai Raja dan Juruselamat.  

Kedua, bahwa Dia yaitu  Anak Allah. Bukan hanya 

sebagai Pengantara (sebab  jika demikian Dia tidak 

akan lebih besar daripada Musa, yang yaitu  nabi, pe-

nengah, dan pemberi hukum), melainkan juga yang su-

dah ada sebelum mengambil peran sebagai Pengantara. 

sebab  jika Dia bukan pribadi ilahi, yang dikaruniai 

dengan kuasa Allah dan yang berhak mendapatkan ke-

muliaan Allah, Dia tidak memenuhi persyaratan untuk 

menjalankan tugas ini – tidak pantas untuk mengerja-

kan pekerjaan seorang Penebus ataupun untuk menge-

nakan mahkota seorang Penebus. 

[2] Apa kebahagiaan besar dalam Injil yang harus kita ha-

rapkan – supaya kita oleh iman kita memperoleh hidup 

dalam nama-Nya. Hal ini,  

Pertama, untuk membimbing iman kita. Iman kita 

harus mengarahkan pandangannya kepada kehidupan, 

mahkota kehidupan, dan pohon kehidupan yang dise-

diakan di hadapan kita. Hidup melalui nama Kristus, 

hidup yang diajukan dalam kovenan yang dibuat de-

ngan kita di dalam Kristus, yaitu  apa yang harus kita 

sodorkan kepada diri kita sendiri sebagai sesuatu yang 

akan membuat sukacita kita penuh dan sebagai imbal-

an yang berlimpah bagi semua pelayanan dan penderi-

taan kita.  

Kedua, untuk mendorong iman kita, dan mengun-

dang kita untuk percaya. Dengan berharap akan men-

dapatkan keuntungan yang sangat besar, orang akan 

berani menghadapi berbagai macam bahaya. Dan tidak 

ada keuntungan yang lebih besar daripada apa yang 

ditawarkan oleh seluruh firman hidup ini, sebagaimana 

Injil disebut (Kis. 5:20). Keuntungan ini mencakup baik 

itu kehidupan rohani, yaitu hidup bersesuaian dengan 

Allah dan bersekutu dengan-Nya, maupun kehidupan 

kekal, yaitu melihat Dia dan menikmati kehadiran-Nya 

secara langsung. Keduanya diperoleh melalui nama 

Kristus, oleh jasa dan kuasa-Nya, dan keduanya pasti 

berlaku, tanpa bisa dibatalkan lagi, bagi semua orang 

yang benar-benar percaya kepada-Nya. 

 

PASAL  2 1  

i penulis kitab Injil seakan sudah menutup catatan sejarahnya 

dengan pasal yang lalu, namun (seperti yang terkadang dilakukan 

Paulus dalam surat-suratnya) hal baru terjadi, maka dia pun me-

mulai kembali. Dia mengatakan bahwa ada banyak tanda-tanda lain 

yang dilakukan Yesus sebagai bukti kebangkitan-Nya. Dan di dalam 

pasal ini dia menyebutkan salah satu dari banyak tanda-tanda ini, 

yaitu penampakan Kristus di hadapan beberapa murid-Nya di Laut 

Tiberias. Mengenai peristiwa ini kita memiliki catatan: 

I. Bagaimana Dia menampakkan diri-Nya kepada mereka pada 

saat mereka sedang mencari ikan. Ia memenuhi jala mereka, 

lalu dengan sangat akrab datang dan makan bersama mere-

ka apa yang telah mereka tangkap (ay. 1-14). 

II. Apa yang Dia bicarakan dengan Petrus sesudah  makan, 

1. Mengenai diri-Nya sendiri (ay. 15-19). 

2. Mengenai Yohanes (ay. 20-23). 

III. Kesimpulan yang khidmat dari kitab Injil ini (ay. 24-25). Aneh 

jika ada yang beranggapan bahwa pasal ini ditambahkan oleh 

orang lain, padahal dengan jelas dikatakan (ay. 24), bahwa 

murid yang dikasihi Yesus-lah yang memberi  kesaksian 

mengenai hal-hal ini. 

Kristus Bersama Murid-murid-Nya. 

(21:1-14) 

1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai 

danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 2 Di pantai itu ber-

kumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana 

yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. 3 

Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mere-

ka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik 

ke perahu, namun  malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 4 saat  hari 

mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan namun  murid-murid itu tidak tahu, 

bahwa itu yaitu  Yesus. 5 Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, ada-

kah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: “Tidak ada.” 6 Maka kata 

Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka 

akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat 

menariknya lagi sebab  banyaknya ikan. 7 Maka murid yang dikasihi Yesus 

itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.” saat  Petrus mendengar, bahwa itu 

yaitu  Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, 

lalu terjun ke dalam danau. 8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu 

sebab  mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja 

dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 9 saat  mereka tiba di darat, 

mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. 10 Kata Yesus kepada 

mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” 11 Simon 

Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan be-

sar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, 

jala itu tidak koyak. 12 Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” 

Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Sia-

pakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia yaitu  Tuhan. 13 Yesus maju 

ke depan, mengambil roti dan memberi nya kepada mereka, demikian juga 

ikan itu. 14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-mu-

rid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.  

Di sini kita memiliki catatan tentang penampakan Kristus di hadapan 

murid-murid-Nya di pantai Danau Tiberias.  

Perhatikanlah:  

1. Marilah kita membandingkan penampakan ini dengan penampak-

an-penampakan yang terjadi sebelumnya. Dalam penampakan-pe-

nampakan sebelumnya itu, Kristus memperlihatkan diri-Nya ke-

pada murid-murid-Nya saat  mereka sedang berkumpul dalam 

sebuah pertemuan yang khidmat (tampaknya pertemuan ibadah) 

pada suatu hari Tuhan. Pada waktu itu mereka semua sedang 

bersama-sama, mungkin mengharapkan penampakan-Nya. Na-

mun dalam penampakan kali ini Dia menunjukkan diri-Nya ke-

pada beberapa di antara mereka dalam situasi yang berbeda, pada 

suatu hari kerja, saat  mereka sedang mencari ikan, dan tidak 

terlalu memikirkan tentang penampakan-Nya. Kristus memiliki 

banyak cara supaya diri-Nya dikenal oleh umat-Nya, biasanya 

dalam ibadah-ibadah, namun kadang kala oleh Roh-Nya Dia me-

ngunjungi mereka saat  mereka sedang mengerjakan urusan 

sehari-hari, seperti gembala-gembala yang menjaga kawanan ter-

nak mereka pada waktu malam (Luk. 2:8), begitu juga di sini (Kej. 

16:13).


2. Marilah kita membandingkannya dengan penampakan berikutnya 

di bukit di Galilea, di mana Yesus menetapkan mereka untuk 

menemui Dia (Mat. 28:16). Ke sanalah mereka pergi begitu pera-

yaan roti tidak beragi berlalu, dan mempersiapkan diri sebagai-

mana mereka pandang layak, sampai tiba waktu yang telah diten-

tukan untuk percakapan atau pertemuan umum ini. Nah, penam-

pakan di bukit ini terjadi sementara mereka sedang menantikan 

penampakan-Nya itu, sehingga mereka tidak perlu lelah me-

nunggu. Kristus sering kali melakukan yang lebih baik dari pada 

yang Dia katakan, namun  tidak pernah melakukan yang lebih 

buruk. Dia sering kali sudah mengantisipasi segala sesuatu sebe-

lumnya dan berbuat lebih daripada apa yang diharap-harapkan 

umat-Nya, tanpa sekalipun mengecewakan mereka. 

Mengenai rincian dari kisah ini , kita dapat mempelajari, 

I. Kepada siapa Kristus saat itu menampakkan diri-Nya (ay. 2): 

bukan kepada kedua belas murid seluruhnya, melainkan hanya 

kepada tujuh orang di antara mereka. Natanael disebutkan 

sebagai salah seorang di antaranya, yang tidak pernah kita temui 

lagi sesudah  pasal 1. namun  beberapa orang berpikir dia yaitu  

orang yang sama dengan Bartolomeus, salah satu dari kedua 

belas murid. Dua orang yang tidak disebutkan namanya kira-kira 

yaitu  Filipus dari Betsaida dan Andreas dari Kapernaum.  

 Perhatikan di sini: 

1. Sungguh baiklah bagi murid-murid Kristus jika mereka sering 

bersama-sama. Bukan hanya dalam ibadah-ibadah khidmat, 

namun  juga dalam pergaulan biasa dan mengenai urusan se-

hari-hari. Seharusnya dengan cara inilah orang Kristen yang 

baik membuktikan dan meningkatkan kepedulian mereka satu 

sama lain, saling menghibur dan saling membangun, baik de-

ngan perkataan maupun teladan. 

2. Kristus memilih untuk menyatakan diri-Nya kepada mereka 

saat  mereka sedang bersama-sama, bukan hanya untuk me-

nyetujui adanya masyarakat Kristen, melainkan supaya mere-

ka dapat menjadi saksi-saksi bersama atas satu fakta yang 

sama, sehingga dapat saling menguatkan kesaksian satu sama 

lain. Di sini ada tujuh orang bersama-sama memberi  bukti. 

Mengenai hal ini beberapa orang memperhatikan bahwa hu-

kum Romawi menuntut tujuh saksi untuk sebuah wasiat. 

3. Tomas yaitu  salah seorang di antara mereka, dan disebut 

sesudah  Petrus, seakan dia sekarang selalu dekat dengan perte-

muan-pertemuan para rasul, lebih dari sebelumnya. Suatu hal 

yang baik jika kegagalan yang disebabkan oleh kecerobohan 

kita membuat kita lebih berhati-hati sesudah  itu, supaya ja-

ngan ada kesempatan-kesempatan yang terlewatkan. 

II. Bagaimana mereka bekerja (ay. 3).  

 Perhatikanlah: 

1. Kesepakatan mereka untuk pergi mencari ikan. Mereka tidak 

tahu persis apa yang harus mereka lakukan dengan diri 

mereka sendiri. Kalau aku, kata Petrus, Aku pergi menangkap 

ikan. Kalau begitu kami pergi juga dengan engkau, kata mere-

ka, supaya kita dapat tetap bersama-sama. Meskipun pada 

umumnya dua orang yang berbeda tidak dapat memiliki pikir-

an yang sama, namun  mereka dapat. Beberapa orang berpen-

dapat bahwa mereka melakukan kesalahan dengan kembali 

kepada perahu dan jala yang telah mereka tinggalkan. namun , 

jika mereka bersalah maka Kristus tidak akan menunjukkan 

persetujuan-Nya dengan cara mengunjungi mereka. Mereka 

patut dihargai, sebab  mereka melakukan ini, 

(1) Untuk memanfaatkan setiap waktu yang ada dan tidak ber-

malas-malasan. Mereka belum ditugaskan untuk menga-

barkan kebangkitan Kristus. Pengutusan mereka sudah 

ada dalam perencanaan, namun  belum digenapi. Saat untuk 

mengambil tindakan masih akan tiba. Mungkin Guru 

mereka telah menyuruh mereka untuk tidak mengatakan 

apa pun tentang kebangkitan-Nya sampai sesudah  kenaik-

an-Nya, bahkan sampai sesudah  pencurahan Roh Kudus, 

dan kemudian mereka harus memulai di Yerusalem. Seka-

rang, untuk sementara, daripada tidak melakukan apa-

apa, mereka hendak pergi mencari ikan. Bukan untuk ber-

senang-senang, melainkan untuk bekerja. Ini yaitu  con-

toh kerendahan hati mereka. Walaupun mereka sudah di-

angkat untuk diutus oleh Kristus, sebagaimana Dia diutus 

oleh Bapa, namun mereka tidak membanggakan diri mere-

ka, melainkan mengingat gunung batu yang dari padanya 

mereka terpahat. Ini juga yaitu  contoh kerajinan mereka, 

yang menunjukkan bahwa mereka yaitu  suami-suami 

yang baik di zaman mereka. Sementara mereka menunggu, 

mereka tidak mau bermalas-malasan. Orang-orang yang 

ingin dapat mempertanggungjawabkan waktu mereka de-

ngan sukacita sebaiknya berusaha mengumpulkan dan 

memanfaatkan setiap potongan waktu yang tersisa. 

(2) Supaya mereka dapat mengurus diri mereka sendiri dan 

tidak menjadi beban bagi siapa pun. Selama Guru mereka 

ada bersama-sama dengan mereka, orang-orang yang mela-

yani Dia bersikap baik kepada mereka. namun  sekarang 

sesudah  mempelai itu diambil dari mereka,  mereka harus 

berpuasa pada hari-hari itu, dan oleh sebab itu tangan 

mereka sendiri, seperti tangan Paulus, harus bekerja untuk 

memenuhi keperluan mereka, dan sebab  alasan inilah 

Kristus bertanya kepada mereka, Adakah kamu mempunyai 

lauk-pauk? Ini mengajar kita untuk tetap tenang melaku-

kan pekerjaan dan dengan demikian makan makanan kita 

sendiri. 

2. Kekecewaan yang mereka alami dalam mencari ikan. Malam 

itu mereka tidak menangkap seekor pun, sekalipun, kemung-

kinannya, mereka telah sepanjang malam bekerja keras, se-

perti dalam Lukas 5:5. Lihatlah kesia-siaan dunia ini, tangan 

orang yang rajin sering kali kembali dengan hampa. Bahkan 

orang-orang yang baik bisa saja kurang berhasil mendapatkan 

apa yang mereka inginkan, walaupun mereka sudah berlaku 

jujur. Mungkin saja bagi kita untuk berusaha mengerjakan 

kewajiban kita, namun tidak berhasil. Demikianlah Allah Sang 

Pemelihara telah mengatur agar sepanjang malam itu mereka 

tidak menangkap apa pun, supaya ikan tangkapan yang ajaib 

pada pagi hari dapat menjadi lebih indah dan lebih dapat 

diterima hati. Di balik kekecewaan-kekecewaan yang bagi kita 

sangat menyedihkan, Allah sering kali memiliki rancangan-

rancangan yang sangat murah hati. Manusia memang ber-

kuasa atas ikan-ikan di laut, namun  ikan-ikan itu tidak selalu 

tunduk pada perintahnya. Hanya Allah yang tahu arus lautan, 

dan memerintahkan apa yang melewatinya. 

III. Dengan cara apa Kristus membuat diri-Nya dikenali oleh murid-

murid-Nya. Dikatakan (ay. 1), “Ia menampakkan diri.” Tubuh-Nya, 

walaupun merupakan sebuah tubuh yang nyata dan sesungguh-

nya, yaitu  tubuh yang sudah bangkit, seperti yang akan terjadi 

dengan tubuh kita kelak, sebuah tubuh rohani, dan sebab  itu 

hanya dapat dilihat saat  Dia berkenan untuk membuatnya terli-

hat. Atau, lebih tepatnya, datang dan pergi begitu cepat sehingga 

berada di satu tempat lalu di tempat lainnya dalam waktu sing-

kat, dalam sekejap mata. Empat hal dapat dipelajari dari penam-

pakan Kristus kepada murid-murid-Nya itu: 

1. Dia menampakkan diri-Nya kepada mereka pada waktu yang 

tepat (ay. 4): saat  hari mulai siang, sesudah  malam kerja keras 

yang tidak menghasilkan apa-apa, Yesus berdiri di pantai. 

Waktu yang paling sering Kristus pilih untuk membuat diri-

Nya dikenali oleh umat-Nya yaitu  saat  mereka sedang ber-

ada dalam kegagalan. saat  mereka berpikir bahwa mereka 

telah kehilangan arah, Dia akan membuat mereka menyadari 

bahwa mereka tidak kehilangan Dia. Sepanjang malam ada 

tangisan, menjelang pagi, jika Kristus datang, terdengar sorak-

sorai. Kristus menampakkan diri-Nya kepada mereka, bukan 

berjalan di atas air, sebab , sesudah  bangkit dari antara orang 

mati, Ia tidak bersama dengan mereka seperti sebelumnya, 

melainkan berdiri di pantai, sebab  sekarang merekalah yang 

harus pergi ke arah-Nya. Beberapa penulis klasik menunjuk-

kan makna penting hal ini, bahwa Kristus, dengan menyelesai-

kan pekerjaan-Nya, telah melalui sebuah lautan yang berangin 

keras, yaitu lautan darah, dan sampai di pantai yang aman 

dan tenang, di mana Dia berdiri dalam kemenangan. Sedang-

kan, para murid, dengan pekerjaan mereka di hadapan mere-

ka, masih berada di lautan, dalam kerja keras dan bahaya. 

Inilah penghiburan bagi kita, saat  perjalanan kita sulit dan 

banyak rintangan, bahwa Guru kita ada di pantai, dan kita 

sedang bergegas ke arah Dia. 

2. Dia menampakkan diri-Nya kepada mereka secara perlahan-

lahan. Para murid, walaupun mereka sudah mengenal Dia de-

ngan akrab, tidak dapat tahu sesaat  itu juga, bahwa itu ada-

lah Yesus. Mereka tidak terlalu mengharapkan akan melihat 

Dia di situ, dan tidak benar-benar melihat dengan saksama ke 

arah Dia, sehingga mengira Dia orang biasa yang sedang me-

nunggu kedatangan perahu mereka, untuk membeli ikan me-

reka. Perhatikanlah, Kristus sering lebih dekat dengan kita 

daripada yang kita pikirkan, dan sesudah  kita menyadarinya, 

itu akan menjadi penghiburan bagi kita. 

3. Dia menampakkan diri-Nya kepada mereka dengan tindakan 

belas kasihan-Nya (ay. 5). Dia memanggil mereka anak-anak, 

paidia – “Anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk? 

Adakah ikan yang kalian tangkap?”  

Di sini: 

(1) Sapaan-Nya sangat akrab. Dia berbicara kepada mereka 

seperti kepada anak-anak-Nya, dengan kepedulian dan ke-

lembutan seorang bapa: Anak-anak. Walaupun sekarang 

Dia telah ada dalam keadaan dipermuliakan, Dia berbicara 

kepada murid-murid-Nya dengan kebaikan dan kasih sa-

yang yang sama seperti biasanya. Mereka bukan anak-

anak jika dilihat dari segi umur, namun mereka yaitu  

anak-anak-Nya, anak-anak yang telah Allah berikan ke-

pada-Nya. 

(2) Pertanyaan-Nya sangat baik: “Adakah kamu mempunyai 

lauk-pauk?” Sebagai seorang bapa yang lemah lembut, Dia 

bertanya mengenai anak-anak-Nya, apakah mereka diper-

lengkapi  dengan apa yang layak bagi mereka, sebab  kalau 

tidak, Dia akan mengurus persediaan mereka. Perhatikan, 

Tuhan untuk tubuh (1Kor. 6:13). Kristus mengambil tang-

gung jawab atas kebutuhan fana umat-Nya, dan telah men-

janjikan kepada mereka bukan hanya anugerah yang cu-

kup, melainkan juga makanan yang pantas. Sesungguhnya 

mereka akan dipelihara (Mzm. 37:3, KJV; TB: berlakulah 

setia – pen.). Kristus melihat ke dalam gubuk orang miskin, 

dan bertanya, “Anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-

pauk?” Dengan demikian Dia mengajak mereka untuk 

membentangkan permasalahan mereka di hadapan-Nya, 

dan dengan doa yang disertai iman menyatakan dalam se-

gala hal keinginan mereka kepada Dia. Ia akan membuat 

mereka untuk tidak khawatir tentang apa pun juga, sebab  

Ia yang memelihara mereka dan mengurus mereka. Dalam 

hal ini Kristus telah memberi kita contoh kepedulian penuh 

belas kasihan bagi saudara-saudara kita. Ada banyak ke-

pala keluarga miskin yang tidak dapat bekerja, atau gagal 

dalam bekerja, sehingga jatuh dalam kesukaran. Kepada 

mereka orang kaya seharusnya menanyakan demikian, 

“Adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” sebab  orang yang 

paling kekurangan biasanya paling sedikit berteriak. Terha-

dap pertanyaan ini para murid memberi  jawaban yang 

singkat, dan, menurut beberapa orang, dengan nada keti-

dakpuasan dan kekesalan. Mereka mengatakan, “Tidak 

ada,” tanpa memberi dia sapaan ramah dan hormat apa 

pun seperti yang Dia berikan kepada mereka. Sungguh bu-

kan yang terbaik yang mereka kembalikan untuk memba-

las kasih Tuhan Yesus. Kristus memberi  pertanyaan 

ini  kepada mereka, bukan sebab  Dia tidak mengeta-

hui kebutuhan mereka, melainkan sebab  Dia hendak me-

ngetahuinya dari mereka. Orang-orang yang hendak mene-

rima persediaan dari Kristus harus mengakui diri mereka 

hampa dan kekurangan. 

4. Dia menampakkan diri-Nya dengan perbuatan penuh kuasa-

Nya, dan ini menyempurnakan pengenalan mereka akan Dia 

(ay. 6): Dia menyuruh mereka menebarkan jala di sebelah ka-

nan perahu, sisi yang berlawanan dengan tempat mereka se-

dang menebarkan jala. Lalu, mereka yang tadinya akan pulang 

dengan tangan kosong, diperkaya dengan ikan tangkapan yang 

banyak. Di sini kita mendapati, 

(1)  Perintah-perintah yang Kristus berikan kepada mereka, 

dan janji yang ditambahkan kepada perintah-perintah ter-

sebut: Tebarkanlah jalamu di tempat yang Aku tunjukkan, 

maka akan kamu peroleh. Bagi Dia tidak ada sesuatu pun 

yang tersembunyi, bahkan penghuni bawah air sekalipun 

(Ayb. 26:5), Dia mengetahui di sisi sebelah mana kawanan 

ikan itu berada, dan ke sisi itulah Dia mengarahkan mere-

ka. Perhatikanlah, pemeliharaan Allah meluas sampai ke-

pada hal-hal yang paling kecil dan tidak terduga. sebab  

itu, sungguh berbahagialah mereka yang mengetahui ba-

gaimana menerima petunjuk dalam mengerjakan urusan-

urusan mereka, dan mengakuinya dalam segala jalan mereka. 

(2)  Ketaatan mereka terhadap perintah-perintah ini, dan ke-

berhasilan nyata yang didapat sebab nya. Walaupun mu-

rid-murid itu tidak tahu, bahwa itu yaitu  Yesus, namun 

mereka mau menerima saran dari siapa pun. Mereka tidak 

menyuruh orang asing itu supaya mengurus urusannya 

sendiri dan tidak mencampuri urusan mereka, melainkan 

menerima saran-Nya. Dengan bersikap patuh seperti itu 

kepada seorang asing, tanpa sadar mereka telah menuruti 

Guru mereka. Dan hasilnya sungguh baik, sebab  seka-

rang mereka memiliki tangkapan yang membayar semua 

jerih payah mereka. Perhatikan, orang-orang yang rendah 

hati, rajin, dan sabar (walaupun pekerjaan mereka mung-

kin mendapat rintangan) akan dimahkotai. Terkadang me-

reka hidup sampai melihat pekerjaan mereka mengalami 

perubahan yang menggembirakan, sesudah  banyak pergu-

mulan dan usaha tanpa hasil. Tidak ada kerugian yang di-

sebabkan sebab  mematuhi perintah Kristus. Orang-orang 

yang kemungkinan besar berhasil yaitu  yang mengikuti 

hukum firman, tuntunan Roh Kudus, dan petunjuk Allah 

Sang Pemelihara. Inilah yang dimaksudkan dengan mene-

barkan jala di sebelah kanan perahu. Sekarang, peristiwa 

penangkapan ikan ini  dapat dipandang, 

[1] Sebagai sebuah mujizat: mujizat ini dirancang untuk 

membuktikan bahwa Yesus Kristus dibangkitkan dalam 

kekuatan, walaupun ditaburkan dalam kelemahan, dan 

bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah 

kaki-Nya, tidak terkecuali ikan-ikan di laut. Kristus me-

nyatakan diri-Nya kepada umat-Nya dengan melakukan 

untuk mereka apa yang tidak dapat dilakukan oleh 

orang lain mana pun, termasuk hal-hal yang tidak mere-

ka harapkan. 

[2] Sebagai sebuah belas kasihan bagi mereka, untuk  per-

sediaan yang tepat dan berlimpah-limpah bagi kebutuh-

an mereka. saat  kepandaian dan kerja keras mereka 

gagal, kuasa Kristus datang tepat waktu untuk kelegaan 

mereka. Dia mau menjaga supaya orang-orang yang te-

lah meninggalkan segala sesuatu untuk Dia tidak akan 

kekurangan hal baik apa pun. saat  kita sedang sa-

ngat membutuhkan, Jehovah-jireh. 

[3] Sebagai kenangan akan belas kasihan yang ditunjuk-

kan-Nya dahulu, saat  Ia membalas jasa Petrus yang 

telah meminjamkan perahunya (Luk. 5:4, dst.). Mujizat 

ini sangat mirip mujizat itu, sehingga pasti mengingat-

kan Petrus akan peristiwa ini , sehingga bisa me-

nolong dia untuk mengambil manfaatnya. Kedua muji-

zat ini  sangat mempengaruhi dia, sebab  terjadi 

tepat dalam situasi dirinya, dalam bidang pekerjaannya 

sendiri. Kemurahan hati yang diberikan kemudian di-

rancang untuk mengingatkan kembali akan kemurahan 

hati yang sebelumnya, supaya roti yang sudah dimakan 

janganlah dilupakan. 

[4] Sebagai suatu misteri (sesuatu yang sukar dipahami), 

namun sangat penting bagi pekerjaan yang kini Kristus 

tugaskan kepada mereka dalam pengutusan yang sema-

kin luas. Para nabi telah berusaha menjala jiwa-jiwa, 

dan tidak mendapatkan satu pun, atau hanya sedikit, 

namun para rasul, yang menurunkan jala sesuai perka-

taan Kristus, telah sangat berhasil. Sebab yang diting-

galkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak 

(Gal. 4:27). Mereka sendiri, dalam menjalankan misi 

mereka sebelumnya, saat  mereka pertama kali dijadi-

kan penjala manusia, hanya berhasil sedikit jika diban-

dingkan dengan yang sekarang mereka capai. saat , 

tidak lama sesudah  ini, tiga ribu orang bertobat dalam 

satu hari, saat itulah jala ditebarkan di sebelah kanan 

perahu. Ini sungguh memberi semangat kepada pela-

yan-pelayan Kristus, supaya mereka terus bertekun 

dalam pekerjaan mereka. Satu tangkapan yang meng-

gembirakan pada akhirnya mungkin cukup untuk mem-

bayar kerja keras selama bertahun-tahun dalam men-

jala dengan Injil. 

IV. Bagaimana para murid menyambut penampakan Kristus (ay. 7-8). 

Kita menemukan, 

1. Bahwa Yohanes yaitu  murid yang paling cerdas dan cepat 

tanggap. Dia yang dikasihi Yesus yaitu  orang pertama yang 

mengatakan, “Itu Tuhan,” sebab  kepada orang-orang yang di-

kasihi-Nya Kristus akan menunjukkan diri-Nya dengan cara 

yang istimewa. Rahasia-Nya ada bersama orang-orang kesuka-

an-Nya. Yohanes telah mengikuti Gurunya dalam berbagai 

penderitaan-Nya, lebih dekat dibandingkan dengan murid-mu-

rid lainnya, dan oleh sebab  itu dia memiliki pandangan yang 

lebih jelas dan penilaian yang lebih tajam dibandingkan de-

ngan yang lainnya, sebagai imbalan atas kesetiaannya itu. Ke-

tika hanya Yohanes sendiri yang menyadari bahwa itu yaitu  

Tuhan, dia menyampaikan pengetahuannya itu kepada orang-

orang yang sedang bersama-sama dengan dia. sebab , kepada 

tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan 

bersama. Orang-orang yang mengenal Kristus secara pribadi 

seharusnya berusaha keras membawa orang lain untuk berke-

nalan dengan-Nya. Kita tidak perlu menguasai-Nya sendiri, ka-

rena di dalam Dia ada cukup untuk kita semua. Yohanes 

memberi tahu Petrus secara khusus apa yang dipikirkannya, 

bahwa itu yaitu  Tuhan, sebab  dia tahu Petrus pasti akan 

senang melihat Dia, lebih daripada murid-murid lainnya. Wa-

laupun Petrus telah menyangkal Gurunya, namun, sesudah  dia 

bertobat dan diterima kembali ke dalam persekutuan para mu-

rid, mereka bersikap bebas dan akrab dengannya seperti sebe-

lumnya. 

2. Bahwa Petrus yaitu  murid yang paling bersemangat dan ber-

gairah. Begitu mendengar bahwa itu yaitu  Tuhan (dia per-

caya pada perkataan Yohanes), perahu itu pun tidak dapat 

menahannya, dan dia pun tidak dapat menunggu sampai pe-

rahu mencapai daratan. Langsung saja dia terjun ke danau, 

supaya dapat menjadi yang pertama menemui Kristus. 

(1) Ia menunjukkan rasa hormatnya kepada Kristus dengan 

mengenakan pakaiannya, supaya dia dapat tampil di 

hadapan Gurunya dengan pakaian terbaik yang dia miliki, 

dan dengan terburu-buru dia segera mendatangi-Nya. Tadi-

nya dia hanya mengenakan pakaian dalamnya, sebab  pe-

kerjaan yang dilakukannya berat dan dia sudah memutus-

kan untuk mengerahkan segala upaya untuk mengerjakan-

nya. Mungkin pakaian nelayan ini  terbuat dari kulit, 

atau kain minyak, sehingga dapat menahan air, seperti 

yang dulu dia biasa kenakan sesudah  menjala ikan saat  

masih sepenuhnya bekerja sebagai nelayan. Pakaian inilah 

yang sekarang dia kenakan supaya dapat secepat mungkin 

melintasi air mendatangi Kristus. 

(2) Petrus menunjukkan rasa kasihnya yang kuat kepada Kris-

tus, dan keinginannya yang sungguh-sungguh untuk dapat 

bersama-Nya, dengan melompat ke dalam danau, melang-

kah susah payah atau berenang menuju pantai untuk 

mendatangi-Nya. Pada waktu ia berjalan di atas air ke arah 

Kristus (Mat. 14:28-29), dikatakan bahwa Petrus turun dari 

perahu dengan hati-hati, namun di sini dikatakan Ia terjun 

ke dalam danau dengan buru-buru. Tidak peduli tenggelam 

atau berenang, ia mau menunjukkan keinginan baik dan 

tujuannya untuk bersama Yesus. “Jika Kristus sampai 

membuatku,” pikirnya, “tenggelam dan gagal mencapai Dia, 

itu pantas kudapatkan sebab  telah menyangkal Dia.” 

Petrus sudah diampuni, dan ia menunjukkan bahwa kare-

na itu ia sangat mengasihi Dia, dengan bersedia mengha-

dapi bahaya dan menanggung penderitaan untuk menda-

tangi-Nya. Orang-orang yang pernah bersama-sama dengan 

Yesus akan bersedia mengarungi lautan yang dilanda ba-

dai, bahkan lautan darah, untuk datang kepada-Nya. Dan 

terpujilah persaingan di antara murid-murid Kristus yang 

berusaha untuk menjadi yang pertama mencapai Dia. 

3. Bahwa murid-murid lainnya bersikap hati-hati dan memiliki 

hati yang jujur. Walaupun mereka tidak dikuasai emosi kegi-

rangan sampai terjun ke danau seperti Petrus, namun mereka 

berusaha sekuat tenaga untuk mempercepat perahu mereka 

menuju pantai (ay. 8): Murid-murid yang lain, termasuk Yoha-

nes yang pertama menyadari bahwa itu yaitu  Kristus, datang 

perlahan, namun mereka juga datang kepada Kristus. Nah, di 

sini kita perhatikan, 

(1) Betapa Allah membagikan karunia-karunia-Nya dengan 

cara yang berbeda-beda. Beberapa murid unggul, seperti 

Petrus dan Yohanes, sangat menonjol dalam hal karunia-

karunia dan anugerah-anugerah, dan oleh sebab  itu ber-

beda dengan saudara-saudara mereka, sedangkan yang 

lain hanyalah murid-murid biasa, yang memperhatikan tu-

gas mereka dan setia kepada-Nya, namun tidak berbuat 

apa pun yang membuat diri mereka luar biasa. Namun, 

baik yang satu maupun yang lainnya, baik yang menonjol 

maupun yang biasa-biasa saja, akan duduk bersama-sama 

dengan Kristus dalam kemuliaan, bahkan mungkin yang 

terakhir akan menjadi yang terdahulu. Di antara murid-

murid yang unggul, beberapa di antaranya, seperti Yoha-

nes, jelas suka merenung, memiliki karunia-karunia penge-

tahuan yang besar, dan mengabdi pada gereja dengan ka-

runia-karunia ini . Yang lainnya, seperti Petrus, jelas 

giat dan berani, kuat dan melakukan hal-hal luar biasa, 

dan sebab  itu sangat berguna bagi generasi mereka. Bebe-

rapa orang berguna sebagai mata gereja, yang lainnya se-

bagai tangan gereja, dan semuanya bagi kebaikan tubuh. 

(2) Betapa besar perbedaan yang mungkin ada di antara 

sebagian orang benar dengan sebagian lainnya dalam cara 

mereka menghormati Kristus, namun semuanya berkenan 

kepada-Nya. Beberapa lebih banyak melayani Kristus de-

ngan tindakan-tindakan pengabdian, serta ungkapan se-

mangat keagamaan yang luar biasa, dan mereka melaku-

kannya dengan baik, mereka melakukannya untuk Tuhan. 

Petrus tidak seharusnya dicela sebab  menceburkan diri-

nya ke laut, melainkan dipuji sebab  semangat dan kasih 

sayangnya yang besar. Begitu pula orang-orang yang, kare-

na mengasihi Kristus, meninggalkan perkara-perkara du-

nia, bersama Maria, untuk duduk dekat kaki-Nya. namun  

yang lainnya lebih banyak melayani Kristus dalam berbagai 

urusan dunia. Mereka tetap berada di atas kapal, menyeret 

jala, dan membawa ikan ke pantai, seperti murid-murid 

lainnya dalam perikop ini. Orang-orang seperti itu tidak se-

harusnya dicela sebagai orang-orang yang duniawi, sebab  

mereka, dalam pekerjaan mereka, juga benar-benar mela-

yani Kristus seperti yang lain, bahkan saat  mereka mela-

yani meja. Jika semua murid melakukan apa yang Petrus 

lakukan, apa jadinya dengan ikan dan jala-jala mereka? 

Namun, sebaliknya juga, jika Petrus melakukan apa yang 

murid-murid lainnya lakukan, kita akan kekurangan per-

buatan yang penuh semangat kudus ini. Kristus berkenan 

kepada keduanya, dan kita juga harus demikian. 

(3) Bahwa ada beberapa cara membawa murid-murid Kristus 

pergi dari lautan dunia ini ke pantai kepada-Nya. Beberapa 

orang dibawa kepada-Nya melalui kematian yang kejam, 

seperti para martir yang menceburkan diri mereka ke laut 

sebab  semangat mereka bagi Kristus. Yang lainnya dibawa 

kepada-Nya melalui kematian alami, menyeret jala, yang 

kurang menakutkan. Namun pada akhirnya kedua kelom-

pok ini bertemu dengan Kristus di pantai yang aman dan 

tenang. 

V. Jamuan apa yang Tuhan Yesus berikan kepada mereka saat  

mereka sampai di pantai. 

1. Ia sudah menyiapkan perbekalan untuk mereka. saat  mere-

ka sampai di darat, basah dan kedinginan, letih dan lapar, me-

reka menemukan api unggun di situ untuk menghangatkan 

diri dan mengeringkan tubuh mereka, serta ikan dan roti, per-

bekalan yang layak sebagai makanan yang enak. 

(1) Kita tidak perlu ingin tahu dan menanyakan dari mana api, 

ikan, dan roti itu berasal, lebih daripada dari mana daging 

yang dibawa burung-burung gagak kepada Elia. Dia yang 

dapat menggandakan roti dan ikan pasti dapat membuat 

yang baru jika Dia mau, atau mengubah batu menjadi roti, 

atau mengutus malaikat-malaikat-Nya untuk mengambil-

nya di tempat yang Dia ketahui ada  roti di sana. Tidak 

pasti apakah perbekalan ini disiapkan di tempat terbuka, 

atau di dalam semacam pondok nelayan atau gubuk di 

pantai, namun tidak ada yang megah atau sangat indah di 

sini. Kita seharusnya puas dengan hal-hal yang sederhana, 

sebab  Kristus pun demikian. 

(2) Kita boleh merasa terhibur oleh tindakan kepedulian Kris-

tus kepada murid-murid-Nya ini. Dengan kepedulian-Nya 

itu Dia hendak menyediakan segala yang kita butuhkan, 

dan mengetahui apa yang kita perlukan. Dengan baik hati 

Dia memenuhi kebutuhan para nelayan itu, saat  mereka 

datang dalam keadaan letih sebab  pekerjaan mereka. Se-

bab, sesungguhnya akan dipelihara orang-orang yang per-

caya kepada Tuhan dan melakukan kebaikan. Ini menjadi 

dorongan semangat bagi pelayan-pelayan Kristus, yang Dia 

jadikan penjala-penjala manusia, bahwa mereka boleh 

mengandalkan Dia yang mempekerjakan mereka untuk 

memenuhi kebutuhan mereka. Dan jika mereka tidak men-

dapatkan dorongan semangat di dunia ini, sehingga seperti 

Paulus harus mengalami lapar, dahaga, dan kerap kali ber-

puasa, baiklah mereka mencukupkan diri mereka dengan 

apa yang mereka miliki di dunia ini. sebab , mereka memi-

liki persediaan hal-hal yang lebih baik dan akan makan 

dan minum semeja dengan Kristus di dalam Kerajaan-Nya 

(Luk. 22:30). Tidak lama sebelum itu, murid-murid telah 

menjamu Kristus dengan sepotong ikan goreng (Luk. 24:42), 

dan sekarang, sebagai seorang teman, Dia membalas ke-

baikan hati mereka, dan menjamu mereka dengan seekor 

ikan. Oh tidak, malah dengan ikan tangkapan yang banyak 

Dia membalas mereka lebih dari seratus kali lipat. 

2. Yesus meminta beberapa ekor ikan yang baru mereka tangkap, 

dan mereka memberi nya (ay. 10-11).  

Perhatikanlah di sini: 

(1) Perintah yang Kristus berikan kepada mereka untuk mem-

bawa ikan tangkapan mereka ke pantai: “Bawa ikan yang 

sudah kamu tangkap ke sini sekarang, dan mari kita ma-

kan beberapa ekor,” bukan sebab  Dia membutuhkannya 

dan tidak bisa menyiapkan makanan untuk mereka tanpa 

ikan-ikan itu, melainkan, 

[1] Dia ingin supaya mereka makan hasil jerih payah ta-

ngan mereka (Mzm. 128:2). Apa yang didapat dengan 

berkat Allah atas kerja keras dan usaha jujur kita sen-

diri, jika disertai dengan Tuhan memberi kita kuasa 

untuk menikmatinya, dan bersenang-senang dalam jerih 

payah kita, maka ada sifat manis tersendiri di dalam-

nya. Dikatakan