itu lama sampai tujuh hari. Dan mengapa
demikian?
(1) Supaya Dia dapat menegur Tomas atas ketidakpercayaan-
nya itu. Ia telah mengabaikan pertemuan para murid sebe-
lumnya, dan, untuk mengajar dia agar menghargai saat-
saat anugerah secara lebih baik lagi di masa mendatang, ia
tidak akan mendapatkan kesempatan seperti itu lagi sela-
ma beberapa hari. Barangsiapa melewatkan air pasang se-
kali, ia harus tinggal selama beberapa waktu untuk me-
nunggu air pasang kembali. Kita mempunyai alasan untuk
menduga bahwa minggu itu yaitu minggu yang sangat
menyedihkan bagi Tomas, yang dilaluinya dengan murung,
dan tegang, sementara murid-murid yang lain penuh suka-
cita, dan ini terjadi sebab kesalahan dan kebodohannya
sendiri.
(2) Supaya Dia dapat menguji iman dan kesabaran murid-mu-
rid yang lain. Mereka sudah mendapatkan banyak keun-
tungan saat diberi kepuasan dengan melihat Tuhan. Mu-
rid-murid itu bersukacita saat mereka melihat Tuhan, te-
tapi Dia ingin menguji apakah mereka tetap dapat bertahan
pada pijakan yang sudah mereka injak itu, jika mereka
tidak lagi melihat-Nya selama beberapa hari. Dan dengan
demikian, secara bertahap Dia hendak melepaskan mereka
dari kehadiran-Nya secara jasmani, sebab mereka sudah
terlalu banyak mengandalkan dan bergantung pada keha-
diran jasmani-Nya itu.
(3) Supaya Dia dapat memberi rasa hormat pada hari per-
tama dalam seminggu, dan memberi petunjuk yang
jelas akan kehendak-Nya, bahwa hari itu harus diperingati
di dalam gereja-Nya sebagai Sabat Kristen, sebagai hari
peristirahatan yang kudus dalam seminggu dan sebagai
waktu pertemuan kudus. Bahwa satu hari dalam tujuh
hari harus digunakan untuk beribadah sudah merupakan
ketetapan sejak semula, sudah setua keadaan tanpa dosa.
Bahwa dalam kerajaan Mesias, hari pertama dalam seming-
gu harus menjadi hari yang khidmat, sudah cukup banyak
ditunjukkan dengan hal ini, bahwa pada hari itu Kristus
berkali-kali menemui murid-murid-Nya dalam perkumpul-
an ibadah. Sangatlah mungkin bahwa dalam penampakan-
Nya kepada mereka sebelumnya, Dia sudah memerintah-
kan mereka untuk berkumpul lagi tujuh malam kemudian,
dan berjanji untuk menemui mereka, dan juga bahwa Dia
menampakkan diri kepada mereka pada setiap hari per-
tama, di samping pada waktu-waktu lain, selama empat
puluh hari. Sejak saat itu ibadah yang dijalankan pada hari
itu diturunkan kepada kita di sepanjang abad gereja. Oleh
sebab itu, hari ini yaitu hari yang dijadikan
TUHAN.
II. Di mana dan bagaimana, Kristus mengunjungi mereka kali ini.
Tempatnya di Yerusalem, sebab pintu-pintunya terkunci seka-
rang, sama seperti sebelumnya, sebab mereka takut kepada
orang-orang Yahudi. Di sanalah mereka tinggal, untuk merayakan
hari raya roti tidak beragi selama tujuh hari, yang berakhir satu
hari sebelumnya. Namun, mereka tidak mau melakukan perjalan-
an ke Galilea pada hari pertama minggu itu, sebab hari itu ada-
lah hari Sabat Kristen. Sebaliknya, mereka tetap tinggal sampai
hari berikutnya.
Sekarang perhatikanlah:
1. Bahwa Tomas ada bersama-sama dengan mereka. Walaupun
ia sudah menarik dirinya satu kali, ia tidak melakukannya un-
tuk kedua kali. jika kita telah kehilangan satu kesempat-
an, kita harus lebih bersungguh-sungguh untuk memanfaat-
kan kesempatan berikutnya, supaya kita dapat mengganti se-
gala kerugian kita. yaitu suatu pertanda yang baik jika
kehilangan seperti itu memicu keinginan-keinginan kita, dan
pertanda yang buruk jika hal itu meredakannya. Murid-murid
menerima dia bersama mereka, dan tidak mendesaknya untuk
mempercayai kebangkitan Kristus, seperti yang mereka per-
cayai, sebab pada saat itu perihal kebangkitan ini masih di-
ungkapkan dengan samar-samar. Mereka tidak menerimanya
untuk berbantah dalam keraguan, namun memintanya untuk
datang dan melihat sendiri. Namun amatilah, Kristus tidak
menampakkan diri kepada Tomas, demi kepuasannya sendiri,
sampai Dia mendapatinya berkumpul bersama-sama dengan
murid-murid yang lain, sebab Dia ingin memberi restu-
Nya pada pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh orang-
orang Kristen dan hamba-hamba Tuhan, sebab di situlah Dia
akan berada di tengah-tengah mereka. Dan, lagi pula, Dia ingin
agar semua murid menyaksikan teguran yang diberikan-Nya
kepada Tomas, namun yang dilakukan-Nya dengan penuh ke-
lemahlembutan.
2. Bahwa Kristus datang kepada mereka, dan berdiri di tengah-
tengah mereka, dan mereka semua mengenal-Nya, sebab Dia
menunjukkan diri-Nya sekarang sama seperti Dia sudah me-
nunjukkan diri-Nya sebelumnya (ay. 19), masih sama, dan
tidak ditukar dengan orang lain. Lihatlah bagaimana Yesus
Tuhan kita merendahkan diri-Nya. Gerbang-gerbang sorga siap
terbuka untuk-Nya, dan di sana Dia bisa saja berdiri di te-
ngah-tengah pujian dunia malaikat. Namun, demi keuntungan
gereja-Nya, Dia tetap tinggal di bumi dan mengunjungi perte-
muan-pertemuan pribadi kecil murid-murid-Nya yang malang,
dan berada di tengah-tengah mereka.
3. Dia menyalami mereka semua dengan ramah, seperti yang su-
dah dilakukan-Nya sebelumnya. Kata-Nya, “Damai sejahtera
bagi kamu.” Ini bukanlah pengulangan yang sia-sia. Ini me-
nunjukkan betapa berlimpah dan pastinya damai sejahtera
yang diberikan Kristus, dan betapa berkat-berkat-Nya kepada
umat-Nya akan terus dicurahkan, sebab berkat-berkat itu tak
habis-habisnya, melainkan selalu baru setiap pagi, selalu baru
setiap pertemuan.
III. Apa yang terjadi di antara Kristus dan Tomas pada pertemuan ini.
Hanya mengenai mereka berdua sajalah yang dicatat, walaupun
kita boleh menduga bahwa Dia mengatakan banyak hal kepada
murid-murid yang lain. Inilah:
1. Kemurahan hati Kristus untuk merendahkan diri-Nya kepada
Tomas (ay. 27). Dia memperhatikan Tomas lebih dari murid-
murid yang lainnya dan memperlakukan-Nya secara istimewa:
“Taruhlah jarimu di sini, dan, sebab kamu ingin melakukan-
nya, lihatlah tangan-Ku, dan puaskanlah rasa penasaranmu
sepenuh-penuhnya dengan bekas paku pada tangan-Ku. Ulur-
kanlah tanganmu, dan, jika tidak lagi yang dapat meyakinkan-
mu, cucukkan ke dalam lambung-Ku.” Di sini kita mendapati,
(1) Teguran secara tidak langsung terhadap ketidakpercayaan
Tomas. Teguran ini langsung mengarah kepada apa yang
telah dikatakan Tomas, dengan jawaban kata per kata
untuk setiap keraguannya, sebab Kristus mendengar apa
yang dikatakan Tomas itu, walaupun Dia tidak melihatnya
waktu itu. Dan orang akan berpikir bahwa Kristus yang
mengatakan itu kepadanya pasti akan membuat mukanya
merah padam. Perhatikanlah, tidak ada satu pun perkata-
an tidak percaya yang kita ucapkan dengan lidah kita, bah-
kan, tidak ada satu pun pikiran dalam benak kita, kapan
pun itu, yang tidak diketahui oleh Tuhan Yesus (Mzm.
78:21).
(2) Perendahan diri Kristus yang terungkap dalam menanggapi
kelemahan Tomas ini, yang tampak dalam dua hal:
[1] Bahwa Dia membiarkan hikmat-Nya diperintah oleh
orang lain. Jiwa-jiwa besar tidak akan membiarkan diri
mereka diatur oleh para bawahan mereka, terutama da-
lam tindakan-tindakan mereka yang mulia. Namun,
Kristus di sini berkenan untuk menyesuaikan diri-Nya
dengan keinginan Tomas bahkan dalam perkara yang
tidak perlu, daripada putus hubungan dengannya dan
meninggalkannya dalam ketidakpercayaannya. Dia ti-
dak akan memutuskan buluh yang patah terkulai, seba-
liknya, sebagai Gembala yang baik, Dia membawa pu-
lang mereka yang tersesat (Yeh. 34:16). Demikian pula
kita harus menanggung kelemahan orang yang tidak
kuat (Rm. 15:1-2).
[2] Dia membiarkan luka-luka-Nya dikorek-korek, bahkan
mengizinkan Tomas untuk mencucukkan tangannya ke
dalam lambung-Nya, hanya supaya dia boleh percaya
pada akhirnya. Dengan demikian, untuk meneguhkan
iman kita, Dia telah menetapkan suatu ibadah dengan
tujuan untuk mengenangkan kematian-Nya, meskipun
kematian-Nya itu sungguh hina dan memalukan, sam-
pai orang mungkin berpikir lebih baik jika dilupakan
saja dan jangan diungkit-ungkit lagi. Namun, sebab
kematian-Nya itu merupakan bukti kasih-Nya yang be-
sar dan sangat memperkuat iman kita, maka Dia mene-
tapkan agar kenangan akan kematian-Nya itu diraya-
kan. Dan dalam upacara yang ditetapkan-Nya itu, di
mana kita memberitakan kematian Tuhan, kita dipang-
gil, seolah-olah, untuk menaruh jari kita ke dalam be-
kas paku di tangan-Nya. Ulurkanlah tanganmu kepada
Dia, yang telah mengulurkan kepadamu tangan-Nya
yang menolong, yang mengajak, dan yang memberi.
Dengan perkataan yang menyentuh Kristus menu-
tup perkataan-Nya kepada Tomas: Jangan engkau tidak
percaya lagi, melainkan percayalah, mē ginou apistos –
jangan engkau menjadi orang yang tidak percaya,
seolah-olah ia akan tetap hidup dalam ketidakpercaya-
annya seandainya dia tidak menjadi percaya sekarang.
Peringatan ini diberikan kepada kita semua: jangan
engkau tidak percaya atau tidak beriman, sebab , jika
kita tidak beriman, maka kita hidup tanpa Kristus dan
tanpa anugerah, tanpa harapan dan tanpa sukacita.
Oleh sebab itu, marilah kita berkata, “Tuhan, Aku per-
caya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini.”
2. Pengakuan dan kepercayaan Tomas kepada Yesus Kristus.
Sekarang dia malu akan ketidakpercayaannya, dan berseru,
“Ya Tuhanku dan Allahku!” (ay. 28). Kita tidak diberi tahu
apakah dia benar-benar menaruh jarinya ke dalam bekas paku
pada tangan-Nya atau tidak. Tampaknya, ia tidak melakukan-
nya, sebab Kristus berkata (ay. 29), “Engkau telah melihat,
dan engkau percaya,” melihat saja sudah cukup. Dan seka-
rang, imanlah yang menjadi pemenangnya, sesudah berjuang
melawan ketidakpercayaan.
(1) Tomas sekarang sudah sepenuhnya puas dengan kebenar-
an kebangkitan Kristus – bahwa Yesus yang sama yang te-
lah disalibkan sekarang hidup, dan inilah Dia. Kelambanan
dan ketelatannya untuk percaya dapat membantu me-
nguatkan iman kita, sebab dengan ini tampak bahwa saksi-
saksi kebangkitan Kristus, yang memberi kesaksian
akan kebangkitan itu kepada dunia, dan yang menggan-
tungkan nasib mereka padanya, bukanlah orang-orang
yang lekas percaya begitu saja, melainkan orang-orang
yang cukup berhati-hati, dan menunda ketidakpercayaan
mereka akan kebenaran kebangkitan itu sampai mereka
melihat bukti yang paling kuat yang mereka inginkan.
Demikianlah dari yang makan keluar makanan.
(2) Oleh sebab itu, ia percaya bahwa Dia yaitu Tuhan dan
Allah, dan kita juga harus mempercayai-Nya demikian.
[1] Kita harus percaya akan keilahian-Nya – bahwa Dia
yaitu Allah, bukan manusia yang dijadikan sebagai
Allah, melainkan Allah yang menjadi manusia, seperti
apa yang sudah dinyatakan oleh penulis Injil ini pada
awal kitabnya (1:1). Pendiri dan Pemimpin agama kita
yang kudus mempunyai hikmat, kuasa, kedaulatan,
dan ketidakberubahan yang dimiliki Allah, dan ini
penting, sebab Dia bukan hanya akan menjadi Pendiri
agama itu, melainkan juga sebagai Dasar yang akan
terus menopangnya, dan Sumber Kehidupan yang terus
memberinya persediaan.
[2] Kepengantaraan-Nya – bahwa Dia yaitu Tuhan, Tuhan
yang satu (1Kor. 8:6; 1Tim. 2:5). Dia diberi wewenang
yang cukup, sebagai duta yang berkuasa penuh, untuk
menyelesaikan perkara-perkara besar yang ada antara
Allah dan manusia, untuk turut campur dalam perseli-
sihan yang jika dibiarkan pasti akan membinasakan
kita, dan untuk menetapkan hubungan yang penting
bagi kebahagiaan kita (Kis. 2:36; Rm. 14:9).
(3) Tomas mengakui-Nya sebagai Tuhannya dan Allahnya. Di
dalam iman, harus ada kemauan untuk memenuhi syarat-
syarat Injil, dan juga kesepahaman dengan kebenaran-ke-
benaran Injil. Kita harus menerima Kristus bagi kita seba-
gai apa yang telah ditetapkan Bapa bagi-Nya. Tuhanku me-
rujuk pada Adonai – batu penjuruku dan tempat perlin-
dunganku, sementara Allahku merujuk pada Elohim – raja-
ku dan hakimku. sebab Allah telah menetapkan Dia seba-
gai wasit dan penengah, kita harus menyetujui pilihan
Allah itu, dan dengan sepenuh hati menyerahkan diri kita
kepada-Nya. Ini merupakan tindakan yang penting dari
iman, Dia kepunyaanku (Kid. 2:16).
(4) Tomas membuat pengakuan terbuka akan hal ini, di ha-
dapan mereka yang sudah menyaksikan sendiri ketidakper-
cayaan dan keragu-raguannya. Ia mengatakannya kepada
Kristus, dan, untuk memahami perkataan itu dengan leng-
kap, kita harus membacanya seperti ini, Engkaulah Tuhan-
ku dan Allahku. Atau, kalau berkata kepada saudara-sau-
daranya, inilah Tuhanku dan Allahku. Apakah kita mene-
rima Kristus sebagai Tuhan dan Allah kita? Kita harus da-
tang kepada-Nya dan mengatakan demikian, seperti Daud
(Mzm. 16:2), harus menyerahkan segala perbuatan kita
kepada-Nya. Kita harus memberitahukan demikian kepada
orang lain, sebagai orang yang bermegah dalam hubungan
kita dengan Kristus, “Inilah Kekasihku.” Tomas berbicara
dengan kasih yang membara, seperti orang yang meng-
genggam Kristus dengan sekuat tenaganya, Tuhanku dan
Allahku.
3. Penghakiman Kristus mengenai seluruh permasalahan ini (ay.
29): “sebab engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya,
dan memang baik jika pada akhirnya engkau percaya juga de-
ngan suatu syarat. Namun, berbahagialah mereka yang tidak
melihat, namun percaya.” Di sini,
(1) Kristus mengakui Tomas sebagai orang percaya. Orang-
orang percaya yang benar dan tulus, meskipun mereka
lamban dan lemah, akan diterima sepenuh hati oleh Tuhan
Yesus. Orang-orang yang sudah lama menentang, jika pada
akhirnya mereka menyerah, akan mendapati bahwa Dia
bersedia mengampuni mereka. Tidak lama sesudah Tomas
mengakui Kristus, Kristus segera memberinya penghiburan
dalam pengakuannya itu, dan memberitahukan kepada dia
bahwa dia percaya.
(2) Kristus menegurnya atas ketidakpercayaannya sebelum-
nya. Ia pantas merasa malu jika berpikir,
[1] Bahwa ia begitu telat untuk percaya, dan begitu lamban
untuk mendapatkan penghiburan-penghiburan bagi di-
rinya sendiri. Orang-orang yang dengan tulus sudah
dekat dengan Kristus pasti melihat banyak alasan un-
tuk mengeluh bahwa mereka tidak melakukannya lebih
awal.
[2] Bahwa bukannya tanpa banyak kesulitan pada akhir-
nya dia menjadi percaya: “Seandainya kamu tidak meli-
hat Aku hidup, maka kamu tidak akan percaya.” Jadi,
jika tidak ada bukti lain lagi yang bisa kita akui selain
dari apa yang kita saksikan sendiri dengan indra kita,
dan jika kita tidak akan percaya apa pun selain apa
yang kita saksikan sendiri, maka selamat tinggallah se-
gala pergaulan dan percakapan. Jika ini yang harus
menjadi satu-satunya cara pembuktian, bagaimanakah
dunia dapat dipertobatkan kepada iman di dalam Kris-
tus? Oleh sebab itu, orang yang terlalu banyak mene-
kankan hal ini sudah selayaknya dipersalahkan.
(3) Dia memuji iman orang-orang yang percaya dengan syarat-
syarat yang lebih ringan. Tomas, sebagai orang percaya, be-
nar-benar berbahagia, namun berbahagialah mereka yang
tidak melihat. Yang dimaksudkan di sini bukan tidak meli-
hat apa yang diimani (sebab hal-hal yang kita imani me-
mang tidak terlihat, Ibr. 11:1; 2Kor. 4:18), melainkan tidak
melihat alasan-alasan untuk beriman, yaitu mujizat-muji-
zat Kristus, dan terutama kebangkitan-Nya. Berbahagialah
mereka yang tidak melihat hal-hal ini, namun percaya ke-
pada Kristus. Hal ini bisa mengacu ke belakang, yaitu ke-
pada orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama, yang
tidak melihat hal-hal yang dijanjikan, namun percaya pada
janji yang diberikan kepada bapa leluhur mereka, dan
hidup dengan iman itu. Atau juga mengacu ke depan, yaitu
kepada orang-orang yang akan percaya sesudah ini, yaitu
orang-orang bukan-Yahudi, yang tidak pernah melihat
Kristus di dalam daging, seperti yang dilihat orang-orang
Yahudi. Iman ini lebih mulia dan layak dipuji daripada
iman mereka yang melihat dan percaya, sebab ,
[1] Iman itu membuktikan sikap pemikiran yang lebih baik
dalam diri mereka yang percaya. Tidak melihat namun
percaya menunjukkan adanya ketekunan yang lebih
besar dalam mencari kebenaran, dan adanya ketulusan
pikiran yang lebih besar dalam memeluk kebenaran itu.
Jika orang menjadi percaya sesudah ia melihat, maka se-
pertinya perlawanannya untuk menjadi percaya ditak-
lukkan oleh semacam kekerasan. Namun orang yang
percaya tanpa melihat, seperti orang-orang Berea, lebih
mulia.
[2] Iman yang tidak melihat itu memberi contoh yang lebih
besar akan kuasa anugerah ilahi. Semakin kurang ma-
suk akal bukti yang ada, semakin besar tindakan iman
tampak sebagai pekerjaan Tuhan. Petrus berbahagia ka-
rena imannya, sebab bukan darah dan daging yang me-
nyatakan itu kepadanya (Mat. 16:17). Darah dan daging
lebih berperan dalam menimbulkan iman orang-orang
yang melihat dan percaya, daripada dalam iman orang-
orang yang tidak melihat namun percaya. Dr. Lightfoot
mengutip perkataan salah seorang rabi, “Bahwa orang
kafir yang masuk agama Yahudi lebih berkenan kepada
Allah daripada beribu-ribu umat Israel yang berdiri di
hadapan Gunung Sinai. sebab mereka melihat dan
menerima hukum Taurat, namun orang yang masuk
agama Yahudi tidak melihatnya namun menerimanya.”
IV. Keterangan yang dibuat oleh penulis Injil ini mengenai kisah ini,
seperti seorang ahli sejarah menarik suatu kesimpulan (ay. 30-
31). Dan di sini,
1. Ia meyakinkan kita bahwa ada banyak hal lain yang terjadi,
yang kesemuanya pantas dicatat, namun yang tidak tercatat
dalam kitab ini: banyak tanda. Sebagian orang merujuk per-
nyataan ini kepada semua tanda yang diperbuat Yesus selama
hidup-Nya, semua perkataan ajaib yang diucapkan-Nya, dan
semua pekerjaan ajaib yang dilakukan-Nya. Namun, tampak-
nya pernyataan ini lebih terbatas pada tanda-tanda yang di-
perbuat-Nya sesudah kebangkitan-Nya, sebab tanda-tanda ini
ditunjukkan hanya di hadapan para murid, yang sedang dibi-
carakan di sini (Kis. 10:41). Berbagai penampakan-Nya tidak
dicatat, seperti yang tampak dalam 1 Korintus 15:5-7 (Kis.
1:3).
Sekarang perhatikanlah:
(1) Kita di sini dapat mengembangkan pernyataan yang umum
ini, bahwa ada tanda-tanda lain, banyak tanda lain, untuk
meneguhkan iman kita. Dan, sebab tanda-tanda itu dise-
lipkan dalam kisah-kisah tertentu, tanda-tanda ini
sangat memperkuat bukti yang ada. Orang-orang yang
mencatat kebangkitan Kristus tidak harus memancing buk-
ti di sana sini, mengumpulkan bukti-bukti yang sedikit dan
tidak memadai yang dapat mereka temukan, dan menga-
rang-ngarang sisa ceritanya. Tidak, mereka mempunyai
bukti yang cukup, bahkan berlebih, dan mereka memiliki
lebih banyak saksi daripada yang dapat mereka tunjukkan.
Murid-murid, yang di hadapan mereka tanda-tanda lain ini
diadakan, harus menjadi pemberita-pemberita kebangkitan
Kristus kepada orang lain, dan sebab itu sudah merupa-
kan keharusan bagi mereka untuk mempunyai bukti-bukti
akan kebangkitan itu ex abundant – dengan berlimpah, su-
paya mereka bisa mendapatkan penghiburan yang kuat,
sebab mereka harus mempertaruhkan hidup dan segala
sesuatunya untuk itu.
(2) Kita tidak perlu bertanya mengapa semua tanda itu tidak
dicatat, atau mengapa yang dicatat tidak lebih dari ini,
atau mengapa bukan tanda-tanda yang lain selain ini, ka-
rena cukup bagi kita untuk mengetahui bahwa demikian-
lah yang tampak baik bagi Roh Kudus, yang dengan ilham-
Nya kesaksian ini diberikan. Seandainya kisah ini hanyalah
karangan manusia, maka kisah ini pasti sudah dibumbui
dengan begitu banyak pernyataan dan sumpah, untuk
membuktikan kebenaran kebangkitan Kristus yang masih
dapat ditentang, dan pasti akan ada bantahan yang pan-
jang untuk menunjukkan kebenarannya. Namun, sebab
kisah ini yaitu kisah ilahi, sang penulis menulisnya de-
ngan rasa aman yang luhur, dengan menyampaikan apa
yang layak dipandang sebagai bukti yang dapat dipercaya,
yang cukup untuk meyakinkan orang-orang yang mau di-
ajar, dan menghukum orang-orang yang bersikeras dalam
ketidakpercayaan mereka. Dan, jika ini tidak memuaskan,
maka yang lebih dari ini pun pasti tidak akan memuaskan.
Manusia mengeluarkan semua yang harus mereka katakan
supaya mereka mendapat pujian. namun Allah tidak, sebab
Dia dapat mengaruniakan iman. Seandainya kisah ini ditu-
lis hanya untuk menghibur orang-orang yang penasaran,
pasti kisah ini akan ditulis secara berlebih-lebihan, atau
setiap keadaan di dalamnya pasti akan dipakai untuk men-
cerahkan dan menghiasi kisahnya. Namun, kisah ini ditulis
untuk membawa orang supaya percaya, dan cukup dikata-
kan seperlunya saja untuk memenuhi maksud itu, entah
orang akan mendengar atau mengelak.
2. Sang penulis ingin mengajar kita dalam mencatat apa yang
bisa kita dapati di sini (ay. 31): “Kesaksian-kesaksian ini dibe-
rikan di sini dan dalam pasal selanjutnya, supaya kamu per-
caya sesudah mengetahui bukti-bukti ini. Supaya kamu per-
caya bahwa Yesus yaitu Kristus, Anak Allah, yang dinyata-
kan dengan kuasa sebagai Kristus dan Anak Allah dengan ke-
bangkitan-Nya.”
(1) Inilah rancangan mereka yang menulis Injil. Sebagian
orang menulis buku untuk mengisi waktu luang, dan me-
nerbitkannya demi mendapatkan keuntungan atau pujian,
sebagian yang lain untuk menghibur orang-orang Atena,
dan yang lain lagi untuk mengajar dunia dalam bidang seni
dan ilmu pengetahuan demi memperoleh keuntungan
duniawi. Namun, para penulis Injil menulis tanpa sedikit
pun memandang keuntungan duniawi bagi diri mereka
sendiri atau bagi orang lain, melainkan untuk membawa
manusia kepada Kristus dan sorga, dan, guna mencapai
tujuan ini, mereka membujuk manusia agar percaya. Dan
untuk itu mereka memakai cara yang paling tepat, mereka
membawa kepada dunia suatu pewahyuan ilahi, yang
didukung oleh bukti-bukti sebagaimana mestinya.
(2) Kewajiban orang-orang yang membaca dan mendengar Injil.
yaitu kewajiban mereka untuk memercayai, untuk meme-
luk, ajaran Kristus dan catatan yang sudah diberikan ten-
tang Dia (1Yoh. 5:11).
[1] Kita di sini diberi tahu apa itu kebenaran Injil yang
agung yang harus kita percayai, yaitu bahwa Yesuslah
Mesias itu, Anak Allah itu.
Pertama, bahwa Dia yaitu Kristus, pribadi yang,
dengan menyandang gelar Mesias, dijanjikan kepada,
dan dinanti-nantikan oleh, orang-orang kudus dalam
Perjanjian Lama, dan yang, sesuai dengan arti nama-
nya, diurapi oleh Allah sebagai Raja dan Juruselamat.
Kedua, bahwa Dia yaitu Anak Allah. Bukan hanya
sebagai Pengantara (sebab jika demikian Dia tidak
akan lebih besar daripada Musa, yang yaitu nabi, pe-
nengah, dan pemberi hukum), melainkan juga yang su-
dah ada sebelum mengambil peran sebagai Pengantara.
sebab jika Dia bukan pribadi ilahi, yang dikaruniai
dengan kuasa Allah dan yang berhak mendapatkan ke-
muliaan Allah, Dia tidak memenuhi persyaratan untuk
menjalankan tugas ini – tidak pantas untuk mengerja-
kan pekerjaan seorang Penebus ataupun untuk menge-
nakan mahkota seorang Penebus.
[2] Apa kebahagiaan besar dalam Injil yang harus kita ha-
rapkan – supaya kita oleh iman kita memperoleh hidup
dalam nama-Nya. Hal ini,
Pertama, untuk membimbing iman kita. Iman kita
harus mengarahkan pandangannya kepada kehidupan,
mahkota kehidupan, dan pohon kehidupan yang dise-
diakan di hadapan kita. Hidup melalui nama Kristus,
hidup yang diajukan dalam kovenan yang dibuat de-
ngan kita di dalam Kristus, yaitu apa yang harus kita
sodorkan kepada diri kita sendiri sebagai sesuatu yang
akan membuat sukacita kita penuh dan sebagai imbal-
an yang berlimpah bagi semua pelayanan dan penderi-
taan kita.
Kedua, untuk mendorong iman kita, dan mengun-
dang kita untuk percaya. Dengan berharap akan men-
dapatkan keuntungan yang sangat besar, orang akan
berani menghadapi berbagai macam bahaya. Dan tidak
ada keuntungan yang lebih besar daripada apa yang
ditawarkan oleh seluruh firman hidup ini, sebagaimana
Injil disebut (Kis. 5:20). Keuntungan ini mencakup baik
itu kehidupan rohani, yaitu hidup bersesuaian dengan
Allah dan bersekutu dengan-Nya, maupun kehidupan
kekal, yaitu melihat Dia dan menikmati kehadiran-Nya
secara langsung. Keduanya diperoleh melalui nama
Kristus, oleh jasa dan kuasa-Nya, dan keduanya pasti
berlaku, tanpa bisa dibatalkan lagi, bagi semua orang
yang benar-benar percaya kepada-Nya.
PASAL 2 1
i penulis kitab Injil seakan sudah menutup catatan sejarahnya
dengan pasal yang lalu, namun (seperti yang terkadang dilakukan
Paulus dalam surat-suratnya) hal baru terjadi, maka dia pun me-
mulai kembali. Dia mengatakan bahwa ada banyak tanda-tanda lain
yang dilakukan Yesus sebagai bukti kebangkitan-Nya. Dan di dalam
pasal ini dia menyebutkan salah satu dari banyak tanda-tanda ini,
yaitu penampakan Kristus di hadapan beberapa murid-Nya di Laut
Tiberias. Mengenai peristiwa ini kita memiliki catatan:
I. Bagaimana Dia menampakkan diri-Nya kepada mereka pada
saat mereka sedang mencari ikan. Ia memenuhi jala mereka,
lalu dengan sangat akrab datang dan makan bersama mere-
ka apa yang telah mereka tangkap (ay. 1-14).
II. Apa yang Dia bicarakan dengan Petrus sesudah makan,
1. Mengenai diri-Nya sendiri (ay. 15-19).
2. Mengenai Yohanes (ay. 20-23).
III. Kesimpulan yang khidmat dari kitab Injil ini (ay. 24-25). Aneh
jika ada yang beranggapan bahwa pasal ini ditambahkan oleh
orang lain, padahal dengan jelas dikatakan (ay. 24), bahwa
murid yang dikasihi Yesus-lah yang memberi kesaksian
mengenai hal-hal ini.
Kristus Bersama Murid-murid-Nya.
(21:1-14)
1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai
danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 2 Di pantai itu ber-
kumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana
yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. 3
Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mere-
ka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik
ke perahu, namun malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 4 saat hari
mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan namun murid-murid itu tidak tahu,
bahwa itu yaitu Yesus. 5 Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, ada-
kah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: “Tidak ada.” 6 Maka kata
Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka
akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat
menariknya lagi sebab banyaknya ikan. 7 Maka murid yang dikasihi Yesus
itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.” saat Petrus mendengar, bahwa itu
yaitu Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian,
lalu terjun ke dalam danau. 8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu
sebab mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja
dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 9 saat mereka tiba di darat,
mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. 10 Kata Yesus kepada
mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” 11 Simon
Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan be-
sar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu,
jala itu tidak koyak. 12 Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.”
Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Sia-
pakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia yaitu Tuhan. 13 Yesus maju
ke depan, mengambil roti dan memberi nya kepada mereka, demikian juga
ikan itu. 14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-mu-
rid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
Di sini kita memiliki catatan tentang penampakan Kristus di hadapan
murid-murid-Nya di pantai Danau Tiberias.
Perhatikanlah:
1. Marilah kita membandingkan penampakan ini dengan penampak-
an-penampakan yang terjadi sebelumnya. Dalam penampakan-pe-
nampakan sebelumnya itu, Kristus memperlihatkan diri-Nya ke-
pada murid-murid-Nya saat mereka sedang berkumpul dalam
sebuah pertemuan yang khidmat (tampaknya pertemuan ibadah)
pada suatu hari Tuhan. Pada waktu itu mereka semua sedang
bersama-sama, mungkin mengharapkan penampakan-Nya. Na-
mun dalam penampakan kali ini Dia menunjukkan diri-Nya ke-
pada beberapa di antara mereka dalam situasi yang berbeda, pada
suatu hari kerja, saat mereka sedang mencari ikan, dan tidak
terlalu memikirkan tentang penampakan-Nya. Kristus memiliki
banyak cara supaya diri-Nya dikenal oleh umat-Nya, biasanya
dalam ibadah-ibadah, namun kadang kala oleh Roh-Nya Dia me-
ngunjungi mereka saat mereka sedang mengerjakan urusan
sehari-hari, seperti gembala-gembala yang menjaga kawanan ter-
nak mereka pada waktu malam (Luk. 2:8), begitu juga di sini (Kej.
16:13).
2. Marilah kita membandingkannya dengan penampakan berikutnya
di bukit di Galilea, di mana Yesus menetapkan mereka untuk
menemui Dia (Mat. 28:16). Ke sanalah mereka pergi begitu pera-
yaan roti tidak beragi berlalu, dan mempersiapkan diri sebagai-
mana mereka pandang layak, sampai tiba waktu yang telah diten-
tukan untuk percakapan atau pertemuan umum ini. Nah, penam-
pakan di bukit ini terjadi sementara mereka sedang menantikan
penampakan-Nya itu, sehingga mereka tidak perlu lelah me-
nunggu. Kristus sering kali melakukan yang lebih baik dari pada
yang Dia katakan, namun tidak pernah melakukan yang lebih
buruk. Dia sering kali sudah mengantisipasi segala sesuatu sebe-
lumnya dan berbuat lebih daripada apa yang diharap-harapkan
umat-Nya, tanpa sekalipun mengecewakan mereka.
Mengenai rincian dari kisah ini , kita dapat mempelajari,
I. Kepada siapa Kristus saat itu menampakkan diri-Nya (ay. 2):
bukan kepada kedua belas murid seluruhnya, melainkan hanya
kepada tujuh orang di antara mereka. Natanael disebutkan
sebagai salah seorang di antaranya, yang tidak pernah kita temui
lagi sesudah pasal 1. namun beberapa orang berpikir dia yaitu
orang yang sama dengan Bartolomeus, salah satu dari kedua
belas murid. Dua orang yang tidak disebutkan namanya kira-kira
yaitu Filipus dari Betsaida dan Andreas dari Kapernaum.
Perhatikan di sini:
1. Sungguh baiklah bagi murid-murid Kristus jika mereka sering
bersama-sama. Bukan hanya dalam ibadah-ibadah khidmat,
namun juga dalam pergaulan biasa dan mengenai urusan se-
hari-hari. Seharusnya dengan cara inilah orang Kristen yang
baik membuktikan dan meningkatkan kepedulian mereka satu
sama lain, saling menghibur dan saling membangun, baik de-
ngan perkataan maupun teladan.
2. Kristus memilih untuk menyatakan diri-Nya kepada mereka
saat mereka sedang bersama-sama, bukan hanya untuk me-
nyetujui adanya masyarakat Kristen, melainkan supaya mere-
ka dapat menjadi saksi-saksi bersama atas satu fakta yang
sama, sehingga dapat saling menguatkan kesaksian satu sama
lain. Di sini ada tujuh orang bersama-sama memberi bukti.
Mengenai hal ini beberapa orang memperhatikan bahwa hu-
kum Romawi menuntut tujuh saksi untuk sebuah wasiat.
3. Tomas yaitu salah seorang di antara mereka, dan disebut
sesudah Petrus, seakan dia sekarang selalu dekat dengan perte-
muan-pertemuan para rasul, lebih dari sebelumnya. Suatu hal
yang baik jika kegagalan yang disebabkan oleh kecerobohan
kita membuat kita lebih berhati-hati sesudah itu, supaya ja-
ngan ada kesempatan-kesempatan yang terlewatkan.
II. Bagaimana mereka bekerja (ay. 3).
Perhatikanlah:
1. Kesepakatan mereka untuk pergi mencari ikan. Mereka tidak
tahu persis apa yang harus mereka lakukan dengan diri
mereka sendiri. Kalau aku, kata Petrus, Aku pergi menangkap
ikan. Kalau begitu kami pergi juga dengan engkau, kata mere-
ka, supaya kita dapat tetap bersama-sama. Meskipun pada
umumnya dua orang yang berbeda tidak dapat memiliki pikir-
an yang sama, namun mereka dapat. Beberapa orang berpen-
dapat bahwa mereka melakukan kesalahan dengan kembali
kepada perahu dan jala yang telah mereka tinggalkan. namun ,
jika mereka bersalah maka Kristus tidak akan menunjukkan
persetujuan-Nya dengan cara mengunjungi mereka. Mereka
patut dihargai, sebab mereka melakukan ini,
(1) Untuk memanfaatkan setiap waktu yang ada dan tidak ber-
malas-malasan. Mereka belum ditugaskan untuk menga-
barkan kebangkitan Kristus. Pengutusan mereka sudah
ada dalam perencanaan, namun belum digenapi. Saat untuk
mengambil tindakan masih akan tiba. Mungkin Guru
mereka telah menyuruh mereka untuk tidak mengatakan
apa pun tentang kebangkitan-Nya sampai sesudah kenaik-
an-Nya, bahkan sampai sesudah pencurahan Roh Kudus,
dan kemudian mereka harus memulai di Yerusalem. Seka-
rang, untuk sementara, daripada tidak melakukan apa-
apa, mereka hendak pergi mencari ikan. Bukan untuk ber-
senang-senang, melainkan untuk bekerja. Ini yaitu con-
toh kerendahan hati mereka. Walaupun mereka sudah di-
angkat untuk diutus oleh Kristus, sebagaimana Dia diutus
oleh Bapa, namun mereka tidak membanggakan diri mere-
ka, melainkan mengingat gunung batu yang dari padanya
mereka terpahat. Ini juga yaitu contoh kerajinan mereka,
yang menunjukkan bahwa mereka yaitu suami-suami
yang baik di zaman mereka. Sementara mereka menunggu,
mereka tidak mau bermalas-malasan. Orang-orang yang
ingin dapat mempertanggungjawabkan waktu mereka de-
ngan sukacita sebaiknya berusaha mengumpulkan dan
memanfaatkan setiap potongan waktu yang tersisa.
(2) Supaya mereka dapat mengurus diri mereka sendiri dan
tidak menjadi beban bagi siapa pun. Selama Guru mereka
ada bersama-sama dengan mereka, orang-orang yang mela-
yani Dia bersikap baik kepada mereka. namun sekarang
sesudah mempelai itu diambil dari mereka, mereka harus
berpuasa pada hari-hari itu, dan oleh sebab itu tangan
mereka sendiri, seperti tangan Paulus, harus bekerja untuk
memenuhi keperluan mereka, dan sebab alasan inilah
Kristus bertanya kepada mereka, Adakah kamu mempunyai
lauk-pauk? Ini mengajar kita untuk tetap tenang melaku-
kan pekerjaan dan dengan demikian makan makanan kita
sendiri.
2. Kekecewaan yang mereka alami dalam mencari ikan. Malam
itu mereka tidak menangkap seekor pun, sekalipun, kemung-
kinannya, mereka telah sepanjang malam bekerja keras, se-
perti dalam Lukas 5:5. Lihatlah kesia-siaan dunia ini, tangan
orang yang rajin sering kali kembali dengan hampa. Bahkan
orang-orang yang baik bisa saja kurang berhasil mendapatkan
apa yang mereka inginkan, walaupun mereka sudah berlaku
jujur. Mungkin saja bagi kita untuk berusaha mengerjakan
kewajiban kita, namun tidak berhasil. Demikianlah Allah Sang
Pemelihara telah mengatur agar sepanjang malam itu mereka
tidak menangkap apa pun, supaya ikan tangkapan yang ajaib
pada pagi hari dapat menjadi lebih indah dan lebih dapat
diterima hati. Di balik kekecewaan-kekecewaan yang bagi kita
sangat menyedihkan, Allah sering kali memiliki rancangan-
rancangan yang sangat murah hati. Manusia memang ber-
kuasa atas ikan-ikan di laut, namun ikan-ikan itu tidak selalu
tunduk pada perintahnya. Hanya Allah yang tahu arus lautan,
dan memerintahkan apa yang melewatinya.
III. Dengan cara apa Kristus membuat diri-Nya dikenali oleh murid-
murid-Nya. Dikatakan (ay. 1), “Ia menampakkan diri.” Tubuh-Nya,
walaupun merupakan sebuah tubuh yang nyata dan sesungguh-
nya, yaitu tubuh yang sudah bangkit, seperti yang akan terjadi
dengan tubuh kita kelak, sebuah tubuh rohani, dan sebab itu
hanya dapat dilihat saat Dia berkenan untuk membuatnya terli-
hat. Atau, lebih tepatnya, datang dan pergi begitu cepat sehingga
berada di satu tempat lalu di tempat lainnya dalam waktu sing-
kat, dalam sekejap mata. Empat hal dapat dipelajari dari penam-
pakan Kristus kepada murid-murid-Nya itu:
1. Dia menampakkan diri-Nya kepada mereka pada waktu yang
tepat (ay. 4): saat hari mulai siang, sesudah malam kerja keras
yang tidak menghasilkan apa-apa, Yesus berdiri di pantai.
Waktu yang paling sering Kristus pilih untuk membuat diri-
Nya dikenali oleh umat-Nya yaitu saat mereka sedang ber-
ada dalam kegagalan. saat mereka berpikir bahwa mereka
telah kehilangan arah, Dia akan membuat mereka menyadari
bahwa mereka tidak kehilangan Dia. Sepanjang malam ada
tangisan, menjelang pagi, jika Kristus datang, terdengar sorak-
sorai. Kristus menampakkan diri-Nya kepada mereka, bukan
berjalan di atas air, sebab , sesudah bangkit dari antara orang
mati, Ia tidak bersama dengan mereka seperti sebelumnya,
melainkan berdiri di pantai, sebab sekarang merekalah yang
harus pergi ke arah-Nya. Beberapa penulis klasik menunjuk-
kan makna penting hal ini, bahwa Kristus, dengan menyelesai-
kan pekerjaan-Nya, telah melalui sebuah lautan yang berangin
keras, yaitu lautan darah, dan sampai di pantai yang aman
dan tenang, di mana Dia berdiri dalam kemenangan. Sedang-
kan, para murid, dengan pekerjaan mereka di hadapan mere-
ka, masih berada di lautan, dalam kerja keras dan bahaya.
Inilah penghiburan bagi kita, saat perjalanan kita sulit dan
banyak rintangan, bahwa Guru kita ada di pantai, dan kita
sedang bergegas ke arah Dia.
2. Dia menampakkan diri-Nya kepada mereka secara perlahan-
lahan. Para murid, walaupun mereka sudah mengenal Dia de-
ngan akrab, tidak dapat tahu sesaat itu juga, bahwa itu ada-
lah Yesus. Mereka tidak terlalu mengharapkan akan melihat
Dia di situ, dan tidak benar-benar melihat dengan saksama ke
arah Dia, sehingga mengira Dia orang biasa yang sedang me-
nunggu kedatangan perahu mereka, untuk membeli ikan me-
reka. Perhatikanlah, Kristus sering lebih dekat dengan kita
daripada yang kita pikirkan, dan sesudah kita menyadarinya,
itu akan menjadi penghiburan bagi kita.
3. Dia menampakkan diri-Nya kepada mereka dengan tindakan
belas kasihan-Nya (ay. 5). Dia memanggil mereka anak-anak,
paidia – “Anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?
Adakah ikan yang kalian tangkap?”
Di sini:
(1) Sapaan-Nya sangat akrab. Dia berbicara kepada mereka
seperti kepada anak-anak-Nya, dengan kepedulian dan ke-
lembutan seorang bapa: Anak-anak. Walaupun sekarang
Dia telah ada dalam keadaan dipermuliakan, Dia berbicara
kepada murid-murid-Nya dengan kebaikan dan kasih sa-
yang yang sama seperti biasanya. Mereka bukan anak-
anak jika dilihat dari segi umur, namun mereka yaitu
anak-anak-Nya, anak-anak yang telah Allah berikan ke-
pada-Nya.
(2) Pertanyaan-Nya sangat baik: “Adakah kamu mempunyai
lauk-pauk?” Sebagai seorang bapa yang lemah lembut, Dia
bertanya mengenai anak-anak-Nya, apakah mereka diper-
lengkapi dengan apa yang layak bagi mereka, sebab kalau
tidak, Dia akan mengurus persediaan mereka. Perhatikan,
Tuhan untuk tubuh (1Kor. 6:13). Kristus mengambil tang-
gung jawab atas kebutuhan fana umat-Nya, dan telah men-
janjikan kepada mereka bukan hanya anugerah yang cu-
kup, melainkan juga makanan yang pantas. Sesungguhnya
mereka akan dipelihara (Mzm. 37:3, KJV; TB: berlakulah
setia – pen.). Kristus melihat ke dalam gubuk orang miskin,
dan bertanya, “Anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-
pauk?” Dengan demikian Dia mengajak mereka untuk
membentangkan permasalahan mereka di hadapan-Nya,
dan dengan doa yang disertai iman menyatakan dalam se-
gala hal keinginan mereka kepada Dia. Ia akan membuat
mereka untuk tidak khawatir tentang apa pun juga, sebab
Ia yang memelihara mereka dan mengurus mereka. Dalam
hal ini Kristus telah memberi kita contoh kepedulian penuh
belas kasihan bagi saudara-saudara kita. Ada banyak ke-
pala keluarga miskin yang tidak dapat bekerja, atau gagal
dalam bekerja, sehingga jatuh dalam kesukaran. Kepada
mereka orang kaya seharusnya menanyakan demikian,
“Adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” sebab orang yang
paling kekurangan biasanya paling sedikit berteriak. Terha-
dap pertanyaan ini para murid memberi jawaban yang
singkat, dan, menurut beberapa orang, dengan nada keti-
dakpuasan dan kekesalan. Mereka mengatakan, “Tidak
ada,” tanpa memberi dia sapaan ramah dan hormat apa
pun seperti yang Dia berikan kepada mereka. Sungguh bu-
kan yang terbaik yang mereka kembalikan untuk memba-
las kasih Tuhan Yesus. Kristus memberi pertanyaan
ini kepada mereka, bukan sebab Dia tidak mengeta-
hui kebutuhan mereka, melainkan sebab Dia hendak me-
ngetahuinya dari mereka. Orang-orang yang hendak mene-
rima persediaan dari Kristus harus mengakui diri mereka
hampa dan kekurangan.
4. Dia menampakkan diri-Nya dengan perbuatan penuh kuasa-
Nya, dan ini menyempurnakan pengenalan mereka akan Dia
(ay. 6): Dia menyuruh mereka menebarkan jala di sebelah ka-
nan perahu, sisi yang berlawanan dengan tempat mereka se-
dang menebarkan jala. Lalu, mereka yang tadinya akan pulang
dengan tangan kosong, diperkaya dengan ikan tangkapan yang
banyak. Di sini kita mendapati,
(1) Perintah-perintah yang Kristus berikan kepada mereka,
dan janji yang ditambahkan kepada perintah-perintah ter-
sebut: Tebarkanlah jalamu di tempat yang Aku tunjukkan,
maka akan kamu peroleh. Bagi Dia tidak ada sesuatu pun
yang tersembunyi, bahkan penghuni bawah air sekalipun
(Ayb. 26:5), Dia mengetahui di sisi sebelah mana kawanan
ikan itu berada, dan ke sisi itulah Dia mengarahkan mere-
ka. Perhatikanlah, pemeliharaan Allah meluas sampai ke-
pada hal-hal yang paling kecil dan tidak terduga. sebab
itu, sungguh berbahagialah mereka yang mengetahui ba-
gaimana menerima petunjuk dalam mengerjakan urusan-
urusan mereka, dan mengakuinya dalam segala jalan mereka.
(2) Ketaatan mereka terhadap perintah-perintah ini, dan ke-
berhasilan nyata yang didapat sebab nya. Walaupun mu-
rid-murid itu tidak tahu, bahwa itu yaitu Yesus, namun
mereka mau menerima saran dari siapa pun. Mereka tidak
menyuruh orang asing itu supaya mengurus urusannya
sendiri dan tidak mencampuri urusan mereka, melainkan
menerima saran-Nya. Dengan bersikap patuh seperti itu
kepada seorang asing, tanpa sadar mereka telah menuruti
Guru mereka. Dan hasilnya sungguh baik, sebab seka-
rang mereka memiliki tangkapan yang membayar semua
jerih payah mereka. Perhatikan, orang-orang yang rendah
hati, rajin, dan sabar (walaupun pekerjaan mereka mung-
kin mendapat rintangan) akan dimahkotai. Terkadang me-
reka hidup sampai melihat pekerjaan mereka mengalami
perubahan yang menggembirakan, sesudah banyak pergu-
mulan dan usaha tanpa hasil. Tidak ada kerugian yang di-
sebabkan sebab mematuhi perintah Kristus. Orang-orang
yang kemungkinan besar berhasil yaitu yang mengikuti
hukum firman, tuntunan Roh Kudus, dan petunjuk Allah
Sang Pemelihara. Inilah yang dimaksudkan dengan mene-
barkan jala di sebelah kanan perahu. Sekarang, peristiwa
penangkapan ikan ini dapat dipandang,
[1] Sebagai sebuah mujizat: mujizat ini dirancang untuk
membuktikan bahwa Yesus Kristus dibangkitkan dalam
kekuatan, walaupun ditaburkan dalam kelemahan, dan
bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah
kaki-Nya, tidak terkecuali ikan-ikan di laut. Kristus me-
nyatakan diri-Nya kepada umat-Nya dengan melakukan
untuk mereka apa yang tidak dapat dilakukan oleh
orang lain mana pun, termasuk hal-hal yang tidak mere-
ka harapkan.
[2] Sebagai sebuah belas kasihan bagi mereka, untuk per-
sediaan yang tepat dan berlimpah-limpah bagi kebutuh-
an mereka. saat kepandaian dan kerja keras mereka
gagal, kuasa Kristus datang tepat waktu untuk kelegaan
mereka. Dia mau menjaga supaya orang-orang yang te-
lah meninggalkan segala sesuatu untuk Dia tidak akan
kekurangan hal baik apa pun. saat kita sedang sa-
ngat membutuhkan, Jehovah-jireh.
[3] Sebagai kenangan akan belas kasihan yang ditunjuk-
kan-Nya dahulu, saat Ia membalas jasa Petrus yang
telah meminjamkan perahunya (Luk. 5:4, dst.). Mujizat
ini sangat mirip mujizat itu, sehingga pasti mengingat-
kan Petrus akan peristiwa ini , sehingga bisa me-
nolong dia untuk mengambil manfaatnya. Kedua muji-
zat ini sangat mempengaruhi dia, sebab terjadi
tepat dalam situasi dirinya, dalam bidang pekerjaannya
sendiri. Kemurahan hati yang diberikan kemudian di-
rancang untuk mengingatkan kembali akan kemurahan
hati yang sebelumnya, supaya roti yang sudah dimakan
janganlah dilupakan.
[4] Sebagai suatu misteri (sesuatu yang sukar dipahami),
namun sangat penting bagi pekerjaan yang kini Kristus
tugaskan kepada mereka dalam pengutusan yang sema-
kin luas. Para nabi telah berusaha menjala jiwa-jiwa,
dan tidak mendapatkan satu pun, atau hanya sedikit,
namun para rasul, yang menurunkan jala sesuai perka-
taan Kristus, telah sangat berhasil. Sebab yang diting-
galkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak
(Gal. 4:27). Mereka sendiri, dalam menjalankan misi
mereka sebelumnya, saat mereka pertama kali dijadi-
kan penjala manusia, hanya berhasil sedikit jika diban-
dingkan dengan yang sekarang mereka capai. saat ,
tidak lama sesudah ini, tiga ribu orang bertobat dalam
satu hari, saat itulah jala ditebarkan di sebelah kanan
perahu. Ini sungguh memberi semangat kepada pela-
yan-pelayan Kristus, supaya mereka terus bertekun
dalam pekerjaan mereka. Satu tangkapan yang meng-
gembirakan pada akhirnya mungkin cukup untuk mem-
bayar kerja keras selama bertahun-tahun dalam men-
jala dengan Injil.
IV. Bagaimana para murid menyambut penampakan Kristus (ay. 7-8).
Kita menemukan,
1. Bahwa Yohanes yaitu murid yang paling cerdas dan cepat
tanggap. Dia yang dikasihi Yesus yaitu orang pertama yang
mengatakan, “Itu Tuhan,” sebab kepada orang-orang yang di-
kasihi-Nya Kristus akan menunjukkan diri-Nya dengan cara
yang istimewa. Rahasia-Nya ada bersama orang-orang kesuka-
an-Nya. Yohanes telah mengikuti Gurunya dalam berbagai
penderitaan-Nya, lebih dekat dibandingkan dengan murid-mu-
rid lainnya, dan oleh sebab itu dia memiliki pandangan yang
lebih jelas dan penilaian yang lebih tajam dibandingkan de-
ngan yang lainnya, sebagai imbalan atas kesetiaannya itu. Ke-
tika hanya Yohanes sendiri yang menyadari bahwa itu yaitu
Tuhan, dia menyampaikan pengetahuannya itu kepada orang-
orang yang sedang bersama-sama dengan dia. sebab , kepada
tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan
bersama. Orang-orang yang mengenal Kristus secara pribadi
seharusnya berusaha keras membawa orang lain untuk berke-
nalan dengan-Nya. Kita tidak perlu menguasai-Nya sendiri, ka-
rena di dalam Dia ada cukup untuk kita semua. Yohanes
memberi tahu Petrus secara khusus apa yang dipikirkannya,
bahwa itu yaitu Tuhan, sebab dia tahu Petrus pasti akan
senang melihat Dia, lebih daripada murid-murid lainnya. Wa-
laupun Petrus telah menyangkal Gurunya, namun, sesudah dia
bertobat dan diterima kembali ke dalam persekutuan para mu-
rid, mereka bersikap bebas dan akrab dengannya seperti sebe-
lumnya.
2. Bahwa Petrus yaitu murid yang paling bersemangat dan ber-
gairah. Begitu mendengar bahwa itu yaitu Tuhan (dia per-
caya pada perkataan Yohanes), perahu itu pun tidak dapat
menahannya, dan dia pun tidak dapat menunggu sampai pe-
rahu mencapai daratan. Langsung saja dia terjun ke danau,
supaya dapat menjadi yang pertama menemui Kristus.
(1) Ia menunjukkan rasa hormatnya kepada Kristus dengan
mengenakan pakaiannya, supaya dia dapat tampil di
hadapan Gurunya dengan pakaian terbaik yang dia miliki,
dan dengan terburu-buru dia segera mendatangi-Nya. Tadi-
nya dia hanya mengenakan pakaian dalamnya, sebab pe-
kerjaan yang dilakukannya berat dan dia sudah memutus-
kan untuk mengerahkan segala upaya untuk mengerjakan-
nya. Mungkin pakaian nelayan ini terbuat dari kulit,
atau kain minyak, sehingga dapat menahan air, seperti
yang dulu dia biasa kenakan sesudah menjala ikan saat
masih sepenuhnya bekerja sebagai nelayan. Pakaian inilah
yang sekarang dia kenakan supaya dapat secepat mungkin
melintasi air mendatangi Kristus.
(2) Petrus menunjukkan rasa kasihnya yang kuat kepada Kris-
tus, dan keinginannya yang sungguh-sungguh untuk dapat
bersama-Nya, dengan melompat ke dalam danau, melang-
kah susah payah atau berenang menuju pantai untuk
mendatangi-Nya. Pada waktu ia berjalan di atas air ke arah
Kristus (Mat. 14:28-29), dikatakan bahwa Petrus turun dari
perahu dengan hati-hati, namun di sini dikatakan Ia terjun
ke dalam danau dengan buru-buru. Tidak peduli tenggelam
atau berenang, ia mau menunjukkan keinginan baik dan
tujuannya untuk bersama Yesus. “Jika Kristus sampai
membuatku,” pikirnya, “tenggelam dan gagal mencapai Dia,
itu pantas kudapatkan sebab telah menyangkal Dia.”
Petrus sudah diampuni, dan ia menunjukkan bahwa kare-
na itu ia sangat mengasihi Dia, dengan bersedia mengha-
dapi bahaya dan menanggung penderitaan untuk menda-
tangi-Nya. Orang-orang yang pernah bersama-sama dengan
Yesus akan bersedia mengarungi lautan yang dilanda ba-
dai, bahkan lautan darah, untuk datang kepada-Nya. Dan
terpujilah persaingan di antara murid-murid Kristus yang
berusaha untuk menjadi yang pertama mencapai Dia.
3. Bahwa murid-murid lainnya bersikap hati-hati dan memiliki
hati yang jujur. Walaupun mereka tidak dikuasai emosi kegi-
rangan sampai terjun ke danau seperti Petrus, namun mereka
berusaha sekuat tenaga untuk mempercepat perahu mereka
menuju pantai (ay. 8): Murid-murid yang lain, termasuk Yoha-
nes yang pertama menyadari bahwa itu yaitu Kristus, datang
perlahan, namun mereka juga datang kepada Kristus. Nah, di
sini kita perhatikan,
(1) Betapa Allah membagikan karunia-karunia-Nya dengan
cara yang berbeda-beda. Beberapa murid unggul, seperti
Petrus dan Yohanes, sangat menonjol dalam hal karunia-
karunia dan anugerah-anugerah, dan oleh sebab itu ber-
beda dengan saudara-saudara mereka, sedangkan yang
lain hanyalah murid-murid biasa, yang memperhatikan tu-
gas mereka dan setia kepada-Nya, namun tidak berbuat
apa pun yang membuat diri mereka luar biasa. Namun,
baik yang satu maupun yang lainnya, baik yang menonjol
maupun yang biasa-biasa saja, akan duduk bersama-sama
dengan Kristus dalam kemuliaan, bahkan mungkin yang
terakhir akan menjadi yang terdahulu. Di antara murid-
murid yang unggul, beberapa di antaranya, seperti Yoha-
nes, jelas suka merenung, memiliki karunia-karunia penge-
tahuan yang besar, dan mengabdi pada gereja dengan ka-
runia-karunia ini . Yang lainnya, seperti Petrus, jelas
giat dan berani, kuat dan melakukan hal-hal luar biasa,
dan sebab itu sangat berguna bagi generasi mereka. Bebe-
rapa orang berguna sebagai mata gereja, yang lainnya se-
bagai tangan gereja, dan semuanya bagi kebaikan tubuh.
(2) Betapa besar perbedaan yang mungkin ada di antara
sebagian orang benar dengan sebagian lainnya dalam cara
mereka menghormati Kristus, namun semuanya berkenan
kepada-Nya. Beberapa lebih banyak melayani Kristus de-
ngan tindakan-tindakan pengabdian, serta ungkapan se-
mangat keagamaan yang luar biasa, dan mereka melaku-
kannya dengan baik, mereka melakukannya untuk Tuhan.
Petrus tidak seharusnya dicela sebab menceburkan diri-
nya ke laut, melainkan dipuji sebab semangat dan kasih
sayangnya yang besar. Begitu pula orang-orang yang, kare-
na mengasihi Kristus, meninggalkan perkara-perkara du-
nia, bersama Maria, untuk duduk dekat kaki-Nya. namun
yang lainnya lebih banyak melayani Kristus dalam berbagai
urusan dunia. Mereka tetap berada di atas kapal, menyeret
jala, dan membawa ikan ke pantai, seperti murid-murid
lainnya dalam perikop ini. Orang-orang seperti itu tidak se-
harusnya dicela sebagai orang-orang yang duniawi, sebab
mereka, dalam pekerjaan mereka, juga benar-benar mela-
yani Kristus seperti yang lain, bahkan saat mereka mela-
yani meja. Jika semua murid melakukan apa yang Petrus
lakukan, apa jadinya dengan ikan dan jala-jala mereka?
Namun, sebaliknya juga, jika Petrus melakukan apa yang
murid-murid lainnya lakukan, kita akan kekurangan per-
buatan yang penuh semangat kudus ini. Kristus berkenan
kepada keduanya, dan kita juga harus demikian.
(3) Bahwa ada beberapa cara membawa murid-murid Kristus
pergi dari lautan dunia ini ke pantai kepada-Nya. Beberapa
orang dibawa kepada-Nya melalui kematian yang kejam,
seperti para martir yang menceburkan diri mereka ke laut
sebab semangat mereka bagi Kristus. Yang lainnya dibawa
kepada-Nya melalui kematian alami, menyeret jala, yang
kurang menakutkan. Namun pada akhirnya kedua kelom-
pok ini bertemu dengan Kristus di pantai yang aman dan
tenang.
V. Jamuan apa yang Tuhan Yesus berikan kepada mereka saat
mereka sampai di pantai.
1. Ia sudah menyiapkan perbekalan untuk mereka. saat mere-
ka sampai di darat, basah dan kedinginan, letih dan lapar, me-
reka menemukan api unggun di situ untuk menghangatkan
diri dan mengeringkan tubuh mereka, serta ikan dan roti, per-
bekalan yang layak sebagai makanan yang enak.
(1) Kita tidak perlu ingin tahu dan menanyakan dari mana api,
ikan, dan roti itu berasal, lebih daripada dari mana daging
yang dibawa burung-burung gagak kepada Elia. Dia yang
dapat menggandakan roti dan ikan pasti dapat membuat
yang baru jika Dia mau, atau mengubah batu menjadi roti,
atau mengutus malaikat-malaikat-Nya untuk mengambil-
nya di tempat yang Dia ketahui ada roti di sana. Tidak
pasti apakah perbekalan ini disiapkan di tempat terbuka,
atau di dalam semacam pondok nelayan atau gubuk di
pantai, namun tidak ada yang megah atau sangat indah di
sini. Kita seharusnya puas dengan hal-hal yang sederhana,
sebab Kristus pun demikian.
(2) Kita boleh merasa terhibur oleh tindakan kepedulian Kris-
tus kepada murid-murid-Nya ini. Dengan kepedulian-Nya
itu Dia hendak menyediakan segala yang kita butuhkan,
dan mengetahui apa yang kita perlukan. Dengan baik hati
Dia memenuhi kebutuhan para nelayan itu, saat mereka
datang dalam keadaan letih sebab pekerjaan mereka. Se-
bab, sesungguhnya akan dipelihara orang-orang yang per-
caya kepada Tuhan dan melakukan kebaikan. Ini menjadi
dorongan semangat bagi pelayan-pelayan Kristus, yang Dia
jadikan penjala-penjala manusia, bahwa mereka boleh
mengandalkan Dia yang mempekerjakan mereka untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Dan jika mereka tidak men-
dapatkan dorongan semangat di dunia ini, sehingga seperti
Paulus harus mengalami lapar, dahaga, dan kerap kali ber-
puasa, baiklah mereka mencukupkan diri mereka dengan
apa yang mereka miliki di dunia ini. sebab , mereka memi-
liki persediaan hal-hal yang lebih baik dan akan makan
dan minum semeja dengan Kristus di dalam Kerajaan-Nya
(Luk. 22:30). Tidak lama sebelum itu, murid-murid telah
menjamu Kristus dengan sepotong ikan goreng (Luk. 24:42),
dan sekarang, sebagai seorang teman, Dia membalas ke-
baikan hati mereka, dan menjamu mereka dengan seekor
ikan. Oh tidak, malah dengan ikan tangkapan yang banyak
Dia membalas mereka lebih dari seratus kali lipat.
2. Yesus meminta beberapa ekor ikan yang baru mereka tangkap,
dan mereka memberi nya (ay. 10-11).
Perhatikanlah di sini:
(1) Perintah yang Kristus berikan kepada mereka untuk mem-
bawa ikan tangkapan mereka ke pantai: “Bawa ikan yang
sudah kamu tangkap ke sini sekarang, dan mari kita ma-
kan beberapa ekor,” bukan sebab Dia membutuhkannya
dan tidak bisa menyiapkan makanan untuk mereka tanpa
ikan-ikan itu, melainkan,
[1] Dia ingin supaya mereka makan hasil jerih payah ta-
ngan mereka (Mzm. 128:2). Apa yang didapat dengan
berkat Allah atas kerja keras dan usaha jujur kita sen-
diri, jika disertai dengan Tuhan memberi kita kuasa
untuk menikmatinya, dan bersenang-senang dalam jerih
payah kita, maka ada sifat manis tersendiri di dalam-
nya. Dikatakan