Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 21


 lebihi apa yang mampu dilakukannya, tanpa 

mengindahkan kesulitan-kesulitan apa pun. Ia me-

nyangka bahwa penunggu taman ini kesal sebab  

mayat orang yang disalibkan dengan cara yang me-

malukan harus mendapat kehormatan untuk diba-

ringkan di kubur baru milik tuannya, dan bahwa 

sebab  itu ia telah memindahkannya ke tempat lain 

yang jelek, yang menurutnya lebih pantas untuk 

mayat itu. Namun, Maria tidak mengancam akan 

melaporkan dia kepada tuannya, supaya dia dipecat 

sebab  perbuatannya itu. Sebaliknya, ia berusaha 

sendiri menemukan kubur lain, yang di dalamnya 

mayat-Nya dapat diterima. Kristus tidak perlu ting-

gal di tempat di mana Dia dianggap sebagai beban.    

(2) Bagaimana Kristus pada akhirnya menyatakan diri-Nya ke-

padanya, dan, dengan kejutan yang menyenangkan, mem-

berinya keyakinan tak terbantahkan akan kebangkitan-

Nya. Yusuf juga pada akhirnya berbicara kepada saudara-

saudaranya, “Aku Yusuf.” Demikian pula Kristus di sini 

berkata kepada Maria Magdalena, sebab  sekarang Dia 

sudah masuk ke dalam kemuliaan-Nya.  

Perhatikanlah:  

[1]  Bagaimana Kristus mengungkapkan diri-Nya kepada 

perempuan yang baik hati ini yang sedang mencari-Nya 

dengan bersimbah air mata (ay. 16): Kata Yesus kepada-

nya: “Maria!” Perkataan itu diucapkan dengan tegas, 

terasa hangat di hati dan akrab, seperti yang biasa 

dilakukan-Nya saat  berbicara kepadanya. Sekarang 

Dia mengubah nada suara-Nya, dan berbicara sebagai-

mana adanya Dia, tidak seperti penunggu taman. Cara 

Kristus dalam menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya 

yaitu  dengan firman-Nya, firman-Nya yang diterapkan 

kepada jiwa mereka, yang berbicara kepada mereka se-

cara khusus. jika   orang-orang yang dikenal Allah de-

ngan nama dalam kebijaksanaan kasih-Nya (Kel. 33:12) 

dipanggil dengan nama dalam keampuhan anugerah-

Nya, maka Dia menyatakan Anak-Nya di dalam mereka, 

seperti yang terjadi di dalam diri Paulus (Gal. 1:16), ke-

tika Kristus memanggilnya dengan nama, “Saulus, 

Saulus.” Domba-domba Kristus mengenal suara-Nya 

(10:4). Satu kata ini, “Maria,” yaitu  seperti kata yang 

diucapkan-Nya kepada murid-murid di tengah badai, 

“Ini Aku.” Maka firman Kristus memberi kita kebaikan 

jika   kita menempatkan nama kita di dalam perintah-

perintah dan janji-janji-Nya. “Dengan perkataan inilah 

Kristus memanggilku, dan berbicara kepadaku.”  

[2] Betapa cepatnya dia menyadari pengungkapan ini. Ke-

tika Kristus berkata, “Maria, tidakkah engkau menge-

nali-Ku? Apakah engkau dan Aku kini sudah menjadi 

orang asing satu sama lain?” Dia langsung menyadari 

siapa itu, seperti halnya sang mempelai (Kid. 2:8), “De-

ngarlah! Kekasihku!” Ia menoleh dan berkata, “Rabuni, 

Guruku!” Perkataan ini pantas juga bisa diucapkan 

dengan nada tanya, “Rabuni? Gurukukah itu? Benarkah 

itu Dia?”  

Perhatikanlah:  

Pertama, gelar kehormatan yang diberikannya ke-

pada-Nya: Guruku, didaskale – Guru yang mengajar. 

Orang-orang Yahudi memanggil cendekiawan-cendekia-

wan mereka Rabi, orang besar. Ahli-ahli tafsir mereka 

berkata bahwa Rabbon merupakan gelar yang lebih 

terhormat bagi mereka daripada Rabi, dan sebab  itu 

Maria memilihnya, dan memberi  tambahan yang 

menyatakan kepemilikannya sendiri, Guru besarku. Per-

hatikanlah, kendati dengan kebebasan bersekutu de-

ngan diri-Nya sendiri, yang berkenan diberikan Kristus 

kepada kita, kita harus ingat bahwa Dia yaitu  Guru 

kita, dan harus didekati dengan rasa hormat dan takut.  

Kedua, betapa hidupnya kasih sayang yang dirasa-

kannya saat  ia memberi  gelar ini kepada Kristus. 

Ia menoleh dan berbalik dari malaikat-malaikat, yang 

sedang dipandanginya, untuk melihat kepada Yesus. 

Kita harus melepaskan segala perhatian kita dari semua 

makhluk, bahkan yang paling terang dan terbaik sekali-

pun, untuk mengarahkannya kepada Kristus, yang dari-

Nya tidak ada satu hal pun yang boleh mengalihkan 

kita, dan yang dengan-Nya tidak ada apa pun yang 

boleh mengganggu hubungan kita. saat  Maria me-

nyangka orang itu yaitu  penunggu taman, ia melihat 

ke arah lain selagi berbicara dengan-Nya. namun  seka-

rang saat  dia mengenal itu suara Kristus, ia berpaling. 

Jiwa yang mendengarkan suara Kristus, dan yang ber-

paling kepada-Nya, akan memanggil-Nya, dengan suka-

cita dan kemenangan, Guruku. Lihatlah betapa senang-

nya orang-orang yang mengasihi Kristus berbicara ten-

tang wewenang-Nya atas mereka. Guruku, Guru be-

sarku.  

[3] Perintah-perintah selanjutnya yang diberikan Kristus 

kepadanya (ay. 17): “Janganlah engkau memegang Aku, 

namun  pergilah dan bawalah kabar ini kepada murid-

murid.” 

Pertama, Dia mengalihkan pengharapannya untuk 

mendekat dan berbincang-bincang secara akrab de-

ngan-Nya pada kali ini: “Janganlah engkau memegang 

Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa.” Maria begitu 

terkesima memandang Guru yang dikasihinya sehingga 

ia menjadi lupa diri, dan tidak menyadari kemuliaan 

yang akan segera dimasuki Kristus. Ia ingin segera 

mengungkapkan sukacitanya dengan memeluk-Nya 

erat-erat, namun Kristus melarangnya kali ini.  

1. Janganlah engkau memegang Aku sama sekali de-

ngan cara itu, sebab Aku akan naik ke sorga. Dia 

memerintahkan murid-murid agar menyentuh-Nya, 

untuk meneguhkan iman mereka. Dia mengizinkan 

beberapa perempuan memeluk kaki-Nya, dan me-

nyembah-Nya (Mat. 28:9). namun  Maria, sebab  

menganggap bahwa Dia telah bangkit, seperti Laza-

rus, untuk terus hidup bersama mereka dan bergaul 

dengan mereka secara bebas seperti dulu, ingin se-

gera memegang tangan-Nya dengan bebas seperti 

biasanya. Kesalahan ini diluruskan Kristus. Ia harus 

percaya kepada-Nya, dan memuja-Nya, sebagai Dia 

yang ditinggikan, namun  tidak boleh berharap dapat 

bergaul secara akrab dengan-Nya seperti dulu (2Kor. 

5:16). Dia melarangnya untuk bergirang atas keha-

diran-Nya secara jasmani, untuk menginginkan ke-

hadiran-Nya seperti itu, atau untuk mengharapkan 

hal ini terus berlanjut. Sebaliknya, Kristus membim-

bingnya untuk bergaul dan bersekutu dengan Dia 

secara rohani, yang harus diperbuatnya sesudah  Dia 

pergi kepada Bapa-Nya. sebab  sukacita terbesar 

dari kebangkitan-Nya yaitu  bahwa kebangkitan itu 

merupakan langkah menuju kenaikan-Nya ke sorga. 

Maria berpikir bahwa sebab  sekarang Gurunya su-

dah bangkit, Dia akan segera mendirikan sebuah ke-

rajaan yang fana, seperti yang sudah lama mereka 

harap-harapkan sendiri. “Tidak,” kata Kristus, “ja-

ngan sentuh Aku, dengan pemikiran seperti itu. Ja-

ngan bermaksud memegangi-Ku, supaya bisa mena-

han-Ku di sini, sebab , meskipun Aku belum naik, 

pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakan-

lah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi 

kepada Bapa.” Sama seperti sebelum kematian-Nya, 

demikian pula sekarang sesudah  kebangkitan-Nya, 

Dia masih mengalunkan lagu ini, bahwa Dia akan 

pergi, bahwa Dia tidak ada lagi di dalam dunia, dan 

sebab  itu mereka harus memandang ke arah yang 

lebih tinggi lagi daripada kehadiran-Nya secara jas-

mani, dan melihat lebih jauh daripada segala sesua-

tu yang ada pada saat ini.  

2. “Jangan sentuh Aku, jangan tinggal untuk menyen-

tuh-Ku sekarang, jangan tinggal sekarang untuk 

bertanya-tanya lebih jauh lagi, atau untuk menun-

jukkan ungkapan-ungkapan sukacita yang lebih ba-

nyak lagi, sebab Aku belum naik. Aku tidak akan me-

ninggalkanmu dengan segera, apa yang ingin kau-

perbuat itu bisa kaulakukan lain kali. Pelayanan 

terbaik yang dapat engkau lakukan sekarang yaitu  

membawa kabar ini kepada murid-murid. Oleh kare-

na itu, janganlah buang-buang waktumu lagi, namun  

pergilah dengan segera.” Perhatikanlah, pelayanan 

umum harus lebih diutamakan daripada kepuasan 

pribadi. yaitu  lebih berbahagia memberi dari pada 

menerima. Yakub harus membiarkan malaikat pergi, 

saat  fajar mulai menyingsing, dan tiba waktunya 

bagi dia untuk mengurusi keluarganya. Maria tidak 

boleh tinggal untuk berbicara dengan Gurunya, te-

tapi harus menyampaikan pesan-Nya. Sebab hari ini 

ialah hari kabar baik, yang penghiburannya tidak 

boleh dinikmatinya sendiri, melainkan harus disam-

paikan kepada orang lain. Lihat juga kisah dalam 2 

Raja-raja 7:9.  

Kedua, Dia membimbing Maria untuk mengetahui 

pesan apa yang harus dibawanya kepada murid-murid-

Nya: namun  pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan 

katakanlah kepada mereka, bukan hanya bahwa Aku 

sudah bangkit (dia bisa menyampaikan sendiri hal ini 

kepada mereka, sebab  dia telah melihat-Nya), melain-

kan juga bahwa Aku akan pergi kepada Bapa.  

Perhatikanlah:  

a. Kepada siapa pesan ini disampaikan: pergilah ke-

pada saudara-saudara-Ku dengan kabar ini. Dia 

tidak malu memanggil mereka saudara-saudara-Nya.  

(a) Dia kini sedang memasuki kemuliaan-Nya, dan 

dinyatakan sebagai Anak Allah dengan kuasa 

yang lebih besar daripada sebelumnya. Namun 

demikian, Dia mengakui murid-murid-Nya seba-

gai saudara-saudara-Nya, dan mengungkapkan 

diri-Nya kepada mereka dengan lebih lemah lem-

but daripada sebelumnya. Dia telah memanggil 

mereka sahabat, namun  belum pernah mereka di-

panggil saudara sebelum saat ini. Walaupun 

Kristus ada di tempat yang tinggi, Dia tidak tinggi 

hati. Kendati dengan kenaikan-Nya, Dia tidak 

malu mengakui saudara-saudara-Nya yang mis-

kin.  

(b)  Belum lama berselang murid-murid-Nya bersikap 

tidak tulus terhadap-Nya. Dia tidak pernah meli-

hat mereka berkumpul bersama sejak mereka se-

mua meninggalkan Dia dan melarikan diri saat  

Dia ditangkap. Jadi, sudah sewajarnya jika Dia 

mengirimkan pesan dengan nada marah kepada 

mereka: “Pergilah ke sana kepada para pembelot 

yang berkhianat itu, dan katakanlah kepada me-

reka, Aku tidak akan percaya lagi kepada me-

reka. Aku tidak mempunyai urusan apa-apa lagi 

dengan mereka.” Namun, itu tidak dilakukan-

Nya. Dia mengampuni, Dia melupakan, dan tidak 

memarahi mereka. 

b.  Oleh siapa pesan itu disampaikan: oleh Maria Mag-

dalena, yang daripadanya pernah diusir tujuh setan, 

namun yang sekarang mendapat perkenanan. Ini 

merupakan imbalan baginya atas kesetiaannya da-

lam mengikuti Kristus, dan terus mencari-cari-Nya. 

Ini juga merupakan teguran secara diam-diam ke-

pada para rasul, yang tidak begitu dekat seperti dia 

dalam menyertai Yesus yang sedang sekarat, dan 

yang juga tidak sedari dini seperti dia dalam mene-

mui Yesus yang sudah bangkit. Ia menjadi rasul bagi 

para rasul itu.  

c.  Apa pesan itu sendiri: Aku akan pergi kepada Bapa-

Ku. Penghiburan yang sepenuh-penuhnya ada  

dalam perkataan ini:  

(a) Hubungan kita dengan Allah, yang tercipta ka-

rena kesatuan kita dengan Kristus, merupakan 

penghiburan yang tak terkatakan. saat  berbi-

cara tentang sumber terang, hidup, dan kebaha-

giaan yang tiada habis-habisnya itu, Dia berkata, 

Dia Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu. 

Ini banyak sekali mengungkapkan hubungan de-

kat yang terbina antara Kristus dan orang-orang 

percaya: Ia yang menguduskan dan mereka yang 

dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; 

sebab mereka sepakat dalam satu hal (Ibr. 2:11). 

Di sini kita melihat betapa orang-orang Kristen 

sangat ditinggikan, dan betapa sangat merendah-

nya Kristus, sampai mengumpulkan keduanya 

dengan sangat dekat. Begitu baik dan menga-

gumkannya rancangan itu disusun demi menya-

tukan mereka.  

[a] yaitu  martabat yang sangat besar bagi 

orang-orang percaya bahwa Bapa Tuhan kita 

Yesus Kristus yaitu , di dalam Kristus, Bapa 

mereka. Padahal, ada perbedaan yang begitu 

besar yang mendasari hubungan Kristus de-

ngan Bapa dan hubungan kita dengan Bapa. 

Allah yaitu  Bapa Kristus melalui kelahiran 

kekal, sedangkan kita ini hanya melalui peng-

angkatan sebagai anak berdasarkan anuge-

rah. Namun, bahkan hal ini pun menjamin 

kita, sebagaimana Kristus sendiri, untuk me-

manggil-Nya ya Abba, ya Bapa. Ini memberi-

kan alasan mengapa Kristus memanggil mere-

ka saudara-saudara, sebab  Bapa-Nya yaitu  

Bapa mereka juga. Kristus sekarang pergi 

kepada Bapa untuk tampil sebagai pengan-

tara pada Bapa – pada Bapa-Nya, dan sebab  

itu kita dapat berharap bahwa Dia akan me-

nang bagi segala perkara. Dan Ia juga pergi 

kepada Bapa kita, dan sebab  itu kita dapat 

berharap bahwa Dia akan menang bagi kita.  

[b] yaitu  perendahan diri yang sangat besar 

dari Kristus bahwa Dia berkenan mengakui 

Allah orang percaya sebagai Allah-Nya: Allah-

Ku dan Allahmu. Allah-Ku, supaya Dia dapat 

menjadi Allahmu. Supaya Dia dapat menjadi 

Allah Penebus, untuk mendukung-Nya (Mzm. 

89:27), supaya Dia sendiri dapat menjadi 

Allah dari orang-orang yang ditebus, untuk 

menyelamatkan mereka. Ringkasan dari selu-

ruh Perjanjian Baru yaitu  bahwa Allah akan 

menjadi Allah bagi kita, dan sebab  Kristus 

yaitu  jaminan dan kepala kovenan, yang 

terutama berkepentingan dalam hal ini, dan 

orang-orang percaya pun ikut berkepentingan 

hanya melalui Dia sebagai keturunan rohani-

Nya, maka hubungan kovenan ini pertama-

tama dikaitkan kepada-Nya, yakni Allah men-

jadi Allah-Nya, dan dengan demikian menjadi 

Allah kita juga. sebab  kita ikut mengambil 

sifat ilahi, maka Bapa Kristus yaitu  Bapa 

kita, dan, sebab  Kristus ikut mengambil sifat 

manusiawi, maka Allah kita yaitu  Allah-Nya.  

(b)  Kenaikan Kristus ke sorga, untuk melaksanakan 

tugas-Nya secara lebih lanjut bagi kita, juga me-

rupakan penghiburan yang tak terkatakan: “Ka-

takanlah kepada mereka bahwa Aku harus se-

gera naik. Inilah langkah selanjutnya yang akan 

Kuambil.” Nah, hal ini dimaksudkan sebagai,  

[a] Kata-kata peringatan bagi murid-murid ini, 

untuk tidak berharap bahwa Dia akan terus 

hadir secara jasmani di bumi, atau akan men-

dirikan suatu kerajaan yang fana di tengah-

tengah manusia, yang mereka impi-impikan 

itu. “Tidak, katakanlah kepada mereka, Aku 

telah bangkit, bukan untuk tinggal bersama 

mereka, melainkan untuk pergi ke sorga demi 

kepentingan mereka.” Demikianlah orang-

orang yang dibangkitkan kepada kehidupan 

rohani, sejalan dengan kebangkitan Kristus, 

harus menyadari bahwa mereka bangkit un-

tuk naik: mereka telah dihidupkan bersama-

sama dengan Kristus dan diberi tempat ber-

sama-sama dengan Dia di sorga (Ef. 2:5-6). 

Janganlah mereka menganggap bahwa bumi 

ini akan menjadi rumah dan tempat peristi-

rahatan mereka. Tidak, sebab  mereka dila-

hirkan dari sorga, mereka ditentukan untuk 

masuk sorga. Mata dan tujuan mereka harus-

lah diarahkan pada dunia yang lain, dan ini 

harus selalu mereka camkan di dalam hati, 

“Aku akan naik, dan sebab  itu aku harus 

memikirkan perkara-perkara yang di atas.” 

[b]  Kata-kata penghiburan bagi mereka, dan bagi 

semua orang yang percaya kepada-Nya oleh 

pemberitaan mereka. Dia pada waktu itu akan 

naik, Dia kini sudah naik kepada Bapa-Nya 

dan Bapa kita. Ini merupakan pencapaian 

yang diperoleh-Nya. Dia naik untuk menerima 

segala kehormatan dan kuasa yang akan 

menjadi imbalan bagi-Nya sebab  sudah me-

rendahkan diri. Dia mengatakannya dengan 

penuh kemenangan, supaya orang-orang yang 

mengasihi-Nya dapat bersukacita. Ini meru-

pakan keuntungan bagi kita, sebab Dia naik 

sebagai pemenang, membawa tawanan-ta-

wanan bagi kita (Mzm. 68:19). Dia naik seba-

gai pendahulu kita, untuk menyiapkan tempat 

bagi kita, dan untuk bersiap-siap menerima 

kita. Pesan ini serupa dengan pesan yang di-

bawa oleh saudara-saudara Yusuf kepada Ya-

kub mengenai dia (Kej. 45:26), “Yusuf masih 

hidup,” dan bukan hanya demikian, vivit imo, 

et in senatum venit – dia hidup, dan bahkan 

menjadi orang besar dalam pemerintahan. Dia-

lah yang menjadi penguasa atas seluruh tanah 

Mesir, segala kuasa ada di tangannya.    

Sebagian orang berpendapat bahwa perkata-

an, Aku akan pergi kepada Allah-Ku dan Allahmu, 

mencakup janji akan kebangkitan kita, berdasar-

kan kebangkitan Kristus. Sebab Kristus telah 

membuktikan kebangkitan orang-orang mati dari 

perkataan ini, “Akulah Allah Abraham” (Mat. 

22:32). Sehingga dengan demikian Kristus di sini 

menyiratkan, “Sama seperti Dia yaitu  Allah-Ku, 

dan sebab  itu telah membangkitkan Aku, demi-

kian pula Dia yaitu  Allahmu, dan sebab  itu 

akan membangkitkan kamu, dan menjadi Allah-

mu” (Why. 21:3). Sebab Aku hidup dan kamu pun 

akan hidup. Aku sekarang naik, untuk memulia-

kan Allah-Ku, dan kamu pun akan naik kepada-

Nya sebagai Allahmu.     

IV. Inilah laporan Maria Magdalena kepada murid-murid, yang disam-

paikannya tepat seperti apa yang telah dilihat dan didengarnya 

(ay. 18): Ia pergi dan berkata kepada murid-murid, yang didapati-

nya sedang berkumpul bersama, “Aku telah melihat Tuhan!” 

Petrus dan Yohanes telah meninggalkan dia dan membiarkannya 

mencari-cari Yesus dengan teliti dan bersimbah air mata, dan 

tidak mau tinggal untuk mencari-Nya bersamanya. Dan sekarang 

ia datang untuk memberi tahu mereka bahwa ia telah menemu-

kan-Nya, dan untuk meluruskan kesalahan yang telah diperbuat-

nya dalam menyertakan mereka untuk mencari-cari tubuh yang 

mati, sebab  sekarang yang didapatinya yaitu  tubuh yang hidup 

dan mulia. Sehingga dengan demikian dia mendapatkan apa yang 

dicarinya, dan, yang jauh lebih baik, dia mendapatkan sukacita 

dengan melihat sendiri Gurunya, dan ingin membagikan sukacita-

nya, sebab  dia tahu bahwa itu akan menjadi kabar baik bagi 

mereka. saat  Allah menghibur kita, Dia melakukan-Nya dengan 

rancangan ini, yaitu agar kita dapat menghibur orang lain. Dan 

sama seperti dia memberitahukan apa yang telah dilihatnya, 

demikian pula dia memberitahukan apa yang telah didengarnya. 

Ia telah melihat Tuhan hidup, dan inilah tandanya (dan itu yaitu  

tanda yang baik) bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepada-

nya sebagai pesan untuk disampaikan kepada mereka, dan dia 

menyampaikannya dengan sama persis. Orang yang sudah me-

ngenal firman Kristus harus membagikan pengetahuan mereka 

demi kebaikan orang lain, dan tidak boleh kesal bahwa orang lain 

juga harus menjadi sama tahu seperti mereka.  

Kristus Bersama Murid-murid-Nya 

(20:19-25) 

19 saat  hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah 

murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci kare-

na mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah 

Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera 

bagi kamu!” 20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya 

dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita saat  mere-

ka melihat Tuhan. 21 Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi 

kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku 

mengutus kamu.” 22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka 

dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. 23 Jikalau kamu mengampuni dosa 

orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap 

ada, dosanya tetap ada.” 24 namun  Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, 

yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, saat  Yesus datang 

ke situ. 25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah meli-

hat Tuhan!” namun  Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat be-

kas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam 

bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-

kali aku tidak akan percaya.”  

Bukti yang tidak dapat salah mengenai kebangkitan Kristus yaitu  

bahwa Dia menunjukkan diri-Nya hidup (Kis. 1:3). Dalam ayat-ayat di 

atas, kita mendapati kisah tentang penampakan-Nya yang pertama 

kepada kumpulan murid-murid itu, pada hari saat  Dia bangkit. Dia 

telah mengirimkan kabar kebangkitan-Nya melalui utusan-utusan 

yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. namun  untuk menunjuk-

kan kasih-Nya kepada mereka, dan untuk meneguhkan iman mereka 

di dalam Dia, Dia datang sendiri, dan memberi mereka segala keya-

kinan yang dapat mereka inginkan akan kebenaran kebangkitan-Nya, 

supaya mereka tidak mendengarnya hanya dari kata orang, melalui 

pihak kedua, namun  dapat menjadi saksi mata sendiri bahwa Dia 

hidup, sebab  mereka harus menyaksikannya kepada dunia, dan 

mendirikan gereja berdasarkan kesaksian itu.  

Sekarang, perhatikanlah di sini:      

I.   Kapan dan di mana penampakan ini terjadi (ay. 19). Terjadinya 

pada hari yang sama saat  Dia bangkit, pada hari pertama ming-

gu itu, hari sesudah Sabat Yahudi, pada pertemuan pribadi antara 

murid-murid, sepuluh dari antara mereka, dan beberapa teman 

mereka yang lain yang ada bersama-sama dengan mereka (Luk. 

24:33).    

Ada tiga ketetapan sekunder (sebagaimana saya bisa menye-

butnya) yang didirikan oleh Yesus Tuhan kita, untuk diteruskan 

di dalam gereja-Nya, untuk mendukungnya, dan untuk menjalan-

kan ketetapan-ketetapan utama, yaitu firman, sakramen, dan 

doa, dengan cara yang layak. Ketiga ketetapan sekunder itu 

yaitu  hari Tuhan, persekutuan jemaat untuk beribadah, dan 

pelayanan yang tetap. Pikiran Kristus mengenai kesemuanya ini 

diberitahukan dengan jelas kepada kita dalam ayat-ayat ini. Dua 

ketetapan yang pertama tampak dalam keadaan yang melatar-

belakangi penampakan-Nya itu dalam ayat 19 dan 20, sedangkan 

ketetapan yang ketiga tampak dalam ayat 21. Kerajaan Kristus 

akan didirikan di tengah-tengah manusia, segera sesudah  kebang-

kitan-Nya. Dan sesuai dengan itu, kita mendapati bahwa tepat 

pada hari Dia bangkit, meskipun itu hanyalah hari peristiwa-pe-

ristiwa yang kecil, namun disemarakkan oleh segala kekhidmatan 

yang pasti membantu menegakkan wajah agama di sepanjang 

abad gereja.  

1.  Inilah Sabat Kristen yang dijalankan oleh murid-murid, dan 

diakui oleh Yesus Tuhan kita. Kunjungan Kristus kepada mu-

rid-murid-Nya terjadi pada hari pertama minggu itu. Dan hari 

pertama pada minggu itu, saya kira, yaitu  satu-satunya hari 

dalam seminggu, atau sebulan, atau setahun, yang pernah 

disebutkan dengan angka di seluruh Perjanjian Baru. Dan hari 

ini  beberapa kali disebut sebagai hari yang dijalani 

dengan ibadah. Walaupun dikatakan di sini dengan jelas (ay. 

1) bahwa Kristus bangkit pada hari pertama minggu itu, dan 

mungkin sudah cukup untuk dikatakan di sini (ay. 19) bahwa 

Dia menampakkan diri pada hari yang sama pada malamnya, 

namun, untuk menghormati hari itu, di sini diulangi lagi, pada 

hari pertama minggu itu. Bukan berarti bahwa para rasul 

merancang untuk memberi  suatu penghormatan atas hari 

itu (mereka masih ragu mengenai alasan untuk itu), namun  

Allahlah yang merancang untuk memberi  penghormatan 

atas hari ini , dengan mengaturnya sedemikian rupa su-

paya mereka berkumpul bersama, untuk menerima kunjungan 

Kristus pada hari itu. Jadi, sebab  itu Dia memberkati dan 

menguduskan hari itu, sebab pada hari itu Sang Penebus 

beristirahat.  

2.  Inilah persekutuan Kristen yang dijalankan dengan khidmat 

oleh murid-murid, dan yang juga diakui oleh Tuhan Yesus. 

Mungkin murid-murid berkumpul di sini untuk mengadakan 

suatu ibadah, untuk berdoa bersama. Atau, mungkin, mereka 

bertemu untuk membandingkan catatan-catatan satu sama 

lain, dan untuk mempertimbangkan apakah mereka sudah 

mempunyai bukti yang cukup mengenai kebangkitan Guru 

mereka, dan untuk membahas apa yang harus dilakukan 

sekarang, apakah mereka harus tetap bersama-sama ataukah 

berpencar. Mereka bertemu untuk mengetahui pikiran satu 

sama lain, untuk menguatkan hati satu sama lain, dan untuk 

merencanakan tindakan-tindakan apa yang pantas dilakukan 

dalam keadaan genting sekarang ini. Pertemuan ini diadakan 

secara pribadi, sebab  mereka tidak berani menampakkan diri 

di depan umum, terutama secara berkelompok. Mereka ber-

temu di sebuah rumah, namun  mereka mengunci pintu-pintu-

nya, supaya mereka tidak telihat berkumpul bersama, dan 

supaya tidak ada orang lain yang ikut dalam perkumpulan 

mereka kecuali orang-orang yang sudah mereka kenal. sebab  

mereka takut kepada orang-orang Yahudi, yang bisa saja akan 

menganiaya murid-murid sebagai penjahat, sebab  tampaknya 

mereka percaya pada kebohongan itu, yang hendak mereka 

sebarkan sendiri untuk menipu dunia, bahwa murid-murid-Nya 

datang malam-malam dan mencuri-Nya.  

Perhatikanlah:  

(1) Murid-murid Kristus, bahkan dalam masa-masa yang sulit, 

tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan iba-

dah mereka (Ibr. 10:25). Kawanan domba itu tercerai-berai 

di dalam badai. Namun, domba-domba itu sifatnya hidup 

berkelompok, dan sebab  itu pasti akan berkumpul kem-

bali. Bukan hal yang baru jika   perkumpulan murid-mu-

rid Kristus didesak sampai ke pelosok-pelosok dan terpak-

sa melarikan diri ke padang gurun (Why. 12:14; Ams. 

28:12).  

(2) Umat Allah sudah sering kali terpaksa masuk ke dalam 

kamar dan menutup pintu, seperti yang terjadi di sini, kare-

na mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Penganiayaan 

sudah menjadi bagian dari hidup mereka, dan mereka di-

perbolehkan untuk melarikan diri dari penganiayaan. Dan 

kalau sudah begitu, ke manakah kita akan mencari mereka 

kecuali di dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Memang 

sungguh mendukakan, namun  bukanlah suatu penghinaan, 

bagi murid-murid Kristus bahwa mereka harus melarikan 

diri seperti itu. 

II.  Apa yang dikatakan dan dilakukan dalam kunjungan Kristus ke-

pada murid-murid-Nya ini, dan dalam percakapan-Nya dengan 

mereka. saat  mereka berkumpul, Yesus datang di antara mere-

ka, dalam rupa-Nya sendiri, namun  Ia menudungi kecemerlangan 

tubuh-Nya, yang kini sudah mulai dimuliakan, sebab kalau tidak, 

maka tubuh-Nya itu pasti akan menyilaukan mata mereka, 

seperti yang sudah terjadi saat  Dia berubah rupa dulu. Kristus 

datang ke tengah-tengah mereka, untuk memberi  kepada me-

reka contoh penggenapan janji-Nya sendiri, bahwa di mana dua 

atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, di situ Dia ada di 

tengah-tengah mereka. Dia datang, meskipun pintu-pintunya ter-

kunci. Ini sama sekali tidak memperlemah bukti bahwa Dia mem-

punyai tubuh manusia yang nyata sesudah  kebangkitan-Nya. 

Meskipun pintu-pintunya terkunci, Dia tahu bagaimana mem-

bukanya tanpa menimbulkan suara, dan masuk ke dalam tanpa 

kedengaran. Walaupun begitu, sama seperti sebelumnya saat  

Dia berjalan di atas air, Dia benar-benar mempunyai tubuh ma-

nusia. yaitu  suatu penghiburan bagi murid-murid Kristus, bah-

wa saat  mereka mengadakan persekutuan-persekutuan yang 

khidmat dan pribadi, tidak ada pintu yang dapat menghalangi 

kehadiran Kristus di tengah-tengah mereka. Kita mendapati lima 

hal dalam penampakan Kristus ini:   

1.  Salam-Nya yang ramah dan akrab kepada murid-murid-Nya: 

Dia berkata, “Damai sejahtera bagi kamu.” Ini bukanlah seka-

dar basa-basi, meskipun biasanya digunakan seperti itu dalam 

pertemuan antar teman, melainkan sebuah berkat yang khid-

mat dan luar biasa, yang menganugerahkan kepada mereka 

semua buah dan hasil yang penuh berkat dari kematian dan 

kebangkitan-Nya. Ungkapannya sudah biasa, namun makna-

nya sekarang khusus. Damai sejahtera bagimu sama artinya 

dengan segala kebaikan dilimpahkan kepadamu, segala damai 

sejahtera selalu menyertaimu. Kristus meninggalkan damai 

sejahtera-Nya kepada mereka sebagai warisan (14:27). Dengan 

kematian si pemberi wasiat, maka wasiat itu menjadi berlaku, 

dan Dia kini telah bangkit dari antara orang mati, untuk mem-

buktikan wasiat itu, dan untuk menjadi pelaksana wasiat itu 

sendiri. Sesuai dengan itu pula, Dia di sini membayarkan wa-

risan itu tepat pada waktunya: Damai sejahtera bagimu. De-

ngan mengatakan damai sejahtera, maka Dia sudah memberi-

kan damai sejahtera, menciptakan puji-pujian, damai. Damai 

dengan Allah, damai dalam hati nuranimu, damai antara satu 

dengan yang lain. Semua damai ini besertamu. Bukan damai 

dengan dunia, melainkan damai di dalam Kristus. Penampak-

an-Nya yang tiba-tiba di tengah-tengah mereka itu, saat mere-

ka dipenuhi dengan keraguan tentang diri-Nya, dipenuhi de-

ngan ketakutan tentang diri mereka sendiri, pasti membuat 

mereka bingung dan gemetar. Namun, kegaduhan yang timbul 

akibat gelombang-gelombang kebingungan dan rasa gemetar 

mereka ini diredakannya dengan perkataan ini, damai sejah-

tera bagimu.          

2.  Penyataan diri-Nya kepada mereka secara jelas dan tidak da-

pat disangkal (ay. 20). Dan di sini, perhatikanlah:  

(1) Cara yang digunakan-Nya untuk meyakinkan mereka akan 

kebenaran kebangkitan-Nya. Mereka sekarang melihat-Nya 

hidup, yang oleh orang banyak sudah dilihat mati pada dua 

atau tiga hari sebelumnya. Sekarang, satu-satunya keragu-

an yang masih ada hanyalah apakah yang mereka lihat hi-

dup ini yaitu  tubuh pribadi yang sama yang sudah dilihat 

mati itu. Dan tidak ada bukti lain lagi yang diharapkan 

selain daripada goresan-goresan atau bekas-bekas luka di 

tubuh itu.  

Perhatikanlah: 

Pertama, bekas-bekas luka itu, bekas-bekas sangat da-

lam itu (meskipun kini tanpa rasa sakit dan pedih), tetap 

ada dalam tubuh Tuhan Yesus bahkan sesudah  kebangkit-

an-Nya, supaya bekas-bekas luka itu dapat menunjukkan 

bahwa itu benar-benar tubuh-Nya itu. Di mana-mana sang 

penakluk selalu merasa bangga dengan bekas-bekas luka 

mereka. Luka-luka Kristus dimaksudkan untuk berbicara 

di bumi bahwa itulah diri-Nya sendiri, dan sebab  itu Dia 

bangkit dengan bekas-bekas luka itu. Luka-luka itu dimak-

sudkan untuk berbicara di sorga, dalam tugas kepenganta-

raan yang harus selalu dijalankan-Nya, dan sebab  itu Dia 

naik dengan bekas-bekas luka itu, dan tampak di tengah-

tengah takhta, seekor Anak Domba seperti telah disembelih, 

dan kembali mengeluarkan darah (Why. 5:6). Bahkan, tam-

paknya, Dia akan datang kembali dengan bekas-bekas 

luka-Nya, supaya mereka akan memandang kepada Dia 

yang telah mereka tikam.  

Kedua, bekas-bekas ini ditunjukkan-Nya kepada murid-

murid-Nya untuk meyakinkan mereka. Mereka tidak hanya 

diberi kepuasan dengan melihat-Nya tampak dalam wajah 

yang sama, dan mendengar-Nya berbicara dengan suara 

yang sama yang sudah begitu lama mereka kenal, Sic 

oculos, sic ille manus, sic ora, ferebat – Seperti itulah gerak-

gerik-Nya, seperti itulah mata dan tangan-Nya! namun  juga 

mereka diberi bukti lebih lanjut akan tanda-tanda yang 

khusus ini: Dia membuka tangan-Nya kepada mereka, su-

paya mereka dapat melihat bekas-bekas luka di dalamnya, 

Dia membuka dada-Nya, seperti ibu yang hendak menyusui 

anaknya, untuk menunjukkan kepada mereka bekas-bekas 

luka yang ada di sana. Perhatikanlah, Penebus yang sudah 

ditinggikan akan selalu menunjukkan diri-Nya dengan ta-

ngan dan hati terbuka kepada para sahabat dan pengikut-

Nya yang setia. saat  Kristus menyatakan kasih-Nya ke-

pada orang-orang percaya melalui penghiburan-penghibur-

an Roh-Nya, meyakinkan mereka bahwa sebab  Dia hidup 

mereka juga akan hidup, Ia menunjukkan tangan-Nya dan 

lambung-Nya.  

(2) Kesan dan kebaikan yang ditimbulkan oleh penampakan 

itu pada diri mereka.  

Pertama, mereka yakin bahwa mereka melihat Tuhan: 

dengan demikian iman mereka diteguhkan. Mula-mula, 

mereka menyangka bahwa mereka hanya melihat suatu 

penampakan, hantu, namun  sekarang mereka tahu bahwa 

itu yaitu  Tuhan sendiri. Demikianlah banyak orang per-

caya yang sejati, sewaktu mereka lemah, takut kalau-kalau 

segala penghiburan yang diperuntukkan bagi mereka itu 

hanyalah angan-angan belaka, namun sesudah  itu mereka 

menyadari, melalui anugerah, bahwa semua itu benar-be-

nar nyata dan benar adanya. Mereka tidak bertanya, apa-

kah itu Tuhan? namun  sudah yakin bahwa itu yaitu  Dia.  

Kedua, kemudian mereka bersukacita. Apa yang me-

nguatkan iman mereka membangkitkan sukacita mereka; 

sebab  percaya mereka bersukacita. Penulis Injil ini tampak 

menulisnya dengan nada kegembiraan dan kemenangan. 

Kemudian! Kemudian! Murid-murid itu bersukacita saat  

mereka melihat Tuhan. Jika jiwa Yakub saja bersukacita 

saat  mendengar bahwa Yusuf masih hidup, apalagi hati 

murid-murid ini bersukacita saat  mendengar bahwa 

Yesus hidup kembali! Bagi mereka, ini yaitu  kebangkitan 

dari antara orang mati. Sekarang firman Kristus digenapi 

(16:22), “Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan ber-

gembira.” Kejadian ini menghapus segala air mata dari 

mata mereka. Perhatikanlah, penglihatan akan Kristus pas-

ti membuat hati seorang murid bergembira kapan saja. 

Semakin banyak kita melihat Kristus, semakin besar kita 

bersukacita di dalam Dia. Dan sukacita kita tidak akan 

pernah sempurna sebelum kita sampai di tempat di mana 

kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenar-

nya. 

3. Amanat yang besar dan terhormat yang diberikan-Nya kepada 

mereka untuk menjadi alat-alat-Nya dalam menanam gereja-

Nya (ay. 21).  

Inilah:  

(1) Pendahuluan bagi amanat mereka, yang merupakan peng-

ulangan khidmat dari salam yang sudah disampaikan-Nya 

sebelumnya: damai sejahtera bagi kamu. Ini dimaksudkan,  

Pertama, untuk menarik perhatian mereka pada amanat 

yang akan segera diberikan-Nya kepada mereka. Salam 

yang sebelumnya yaitu  untuk menenangkan kegoncangan 

rasa takut mereka, supaya mereka dapat dengan tenang 

memperhatikan bukti-bukti kebangkitan-Nya. Salam yang 

ini yaitu  untuk meredakan kegembiraan mereka, supaya 

mereka dapat dengan sabar mendengarkan apa yang hen-

dak dikatakan-Nya lebih lanjut kepada mereka. Atau,  

Kedua, untuk mendorong mereka agar menerima ama-

nat yang hendak diberikan-Nya kepada mereka. Meskipun 

amanat itu akan menyeret mereka ke dalam banyak masa-

lah, Dia sudah merancang hendak memberi  kehormat-

an dan penghiburan kepada mereka di dalamnya, dan, 

pada akhirnya, mereka akan beroleh damai sejahtera. Gi-

deon menerima amanat-Nya dengan perkataan ini, “Sela-

matlah engkau” (Hak. 6:22-23; KJV: “Damai sejahtera bagi-

mu” – pen.). Kristus yaitu  Damai Sejahtera kita. Jika Dia 

bersama kita, maka damailah kita. Kristus sekarang hen-

dak mengutus murid-murid-Nya untuk mengabarkan be-

rita damai kepada dunia (Yes. 52:7), dan Dia di sini tidak 

hanya menganugerahkan damai itu kepada mereka demi 

kepuasan mereka sendiri, namun  juga menyerahkannya ke-

pada mereka sebagai kepercayaan yang harus disalurkan 

oleh mereka kepada semua orang yang layak menerima 

damai sejahtera itu (Luk. 10:5-6).  

(2) Amanat itu sendiri, yang terdengar sangat mengagumkan: 

Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang 

Aku mengutus kamu. 

Pertama, mudah dimengerti bagaimana Kristus meng-

utus mereka. Dia menunjuk mereka untuk melanjutkan 

pekerjaan-Nya di bumi, dan menyediakan diri untuk me-

nyebarkan Injil-Nya, dan memancangkan kerajaan-Nya, di 

tengah-tengah manusia. Dia mengutus mereka dengan we-

wenang ilahi, diperlengkapi dengan kuasa ilahi, – mengutus 

mereka sebagai duta-duta perjanjian damai, dan sebagai 

para pelopor untuk mengumumkannya, – mengutus mere-

ka sebagai hamba-hamba yang memberi  undangan per-

kawinan. Oleh sebab  itulah mereka disebut para rasul – 

orang-orang yang diutus.  

Kedua, namun  bagaimana Kristus mengutus mereka se-

perti Bapa telah mengutus-Nya tidaklah begitu mudah un-

tuk dimengerti. Tentu saja segala amanat dan kuasa yang 

diberikan kepada mereka sangat teramat lebih rendah dari-

pada amanat dan kuasa yang diberikan kepada-Nya, na-

mun,  

1.  Pekerjaan mereka sama macamnya dengan pekerjaan-

Nya, dan mereka harus melanjutkan apa yang ditinggal-

kan-Nya. Mereka tidak diutus untuk menjadi imam dan 

raja, seperti Dia, namun  hanya untuk menjadi nabi. 

Sebagaimana Dia diutus untuk memberi  kesaksian 

akan kebenaran, demikian pula mereka. Bukan untuk 

menjadi pengantara-pengantara pendamaian melainkan 

hanya sebagai para pengkhotbah dan pemberita penda-

maian itu. Bukankah Dia diutus bukan untuk dilayani 

melainkan untuk melayani? Bukan untuk melakukan ke-

hendak-Nya sendiri melainkan kehendak Dia yang meng-

utus-Nya? Bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau 

kitab para nabi melainkan untuk menggenapinya? Demi-

kian pula dengan mereka. Sama seperti Bapa meng-

utus-Nya kepada domba-domba yang hilang dari umat 

Israel, demikian pula Dia mengutus mereka ke seluruh 

dunia.  

2.  Dia mempunyai kuasa yang sama dalam mengutus me-

reka dengan kuasa yang dimiliki Bapa dalam mengutus-

Nya. Di sinilah tampaknya letak nilai perbandingan itu. 

Dengan kuasa yang sama Bapa mengutus Aku, demi-

kian juga Aku mengutus kamu. Ini membuktikan ke-

Allah-an Kristus. Amanat-amanat yang diberikan-Nya 

mempunyai wewenang yang sama dengan amanat-

amanat yang diberikan Bapa, sama sah dan berlaku di 

dalam segala maksud dan tujuan, dan sepadan dengan 

amanat-amanat yang diberikan-Nya kepada nabi-nabi 

Perjanjian Lama dalam berbagai penglihatan. Amanat-

amanat bagi Petrus dan Yohanes, yang disampaikan 

melalui perkataan langsung Kristus, sama berlakunya 

dengan amanat-amanat bagi Yesaya dan Yehezkiel, yang 

disampaikan oleh Tuhan yang sedang duduk di atas 

takhta-Nya. Bahkan, amanat itu sama dengan amanat 

yang diberikan kepada Sang Pengantara sendiri untuk 

dikerjakan-Nya. Bukankah Dia mempunyai wewenang 

yang tidak dapat diragukan, dan kemampuan yang 

tidak dapat gagal, untuk melakukan pekerjaan-Nya? 

Begitu pula halnya dengan mereka. Atau sebab  itu, 

perkataan sama seperti Bapa mengutus Aku seolah-olah 

merupakan pernyataan kuasa-Nya. Berdasarkan wewe-

nang yang diberikan kepada-Nya sebagai Pengantara, 

Dia memberi  wewenang kepada mereka, sebagai 

hamba-hamba-Nya, untuk bertindak terhadap anak-

anak manusia bagi Dia dan di dalam nama-Nya. De-

ngan demikian, orang-orang yang menerima atau meno-

lak mereka, berarti menerima atau menolak Dia dan Dia 

yang telah mengutus-Nya (13:20).  

4. Dibuat-Nya mereka menjadi layak akan kepercayaan yang di-

serahkan-Nya kepada mereka dengan amanat ini (ay. 22): Ia 

mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus.”  

Perhatikanlah: 

(1)  Tanda yang digunakan-Nya untuk meyakinkan mereka, 

dan mempengaruhi mereka, yaitu karunia yang hendak di-

anugerahkan-Nya kepada mereka: Ia mengembusi mereka. 

Tanda ini bukan hanya untuk menunjukkan kepada mere-

ka, dengan nafas kehidupan ini, bahwa Dia sendiri benar-

benar hidup, melainkan juga untuk melambangkan bagi 

mereka kehidupan dan kuasa ilahi yang harus mereka 

terima dari-Nya untuk melakukan segala pelayanan yang 

ada di hadapan mereka. Mungkin Dia mengembusi mereka 

secara bersama-sama, bukan satu per satu, dan meskipun 

Tomas tidak berada bersama mereka, Roh Tuhan tahu di 

mana harus menemukannya, seperti Dia menemukan 

Eldan dan Medad (Bil. 11:26). Kristus di sini tampak meru-

juk pada penciptaan manusia pada awal mulanya, dengan 

mengembuskan nafas hidup kepadanya (Kej. 2:7), dan 

untuk menunjukkan bahwa Dia sendirilah pencipta karya 

itu, dan bahwa kehidupan serta kekuatan rohani hamba-

hamba Tuhan dan orang-orang Kristen berasal dari-Nya 

dan bergantung pada-Nya, seperti halnya dengan kehidup-

an jasmaniah Adam dan semua keturunannya. Sama se-

perti nafas Yang Mahakuasa memberi  hidup kepada 

manusia dan mengawali dunia purba, demikian pula nafas 

Juruselamat yang mahakuasa memberi  hidup kepada 

hamba-hamba-Nya dan mengawali dunia yang baru (Ayb. 

33:4). Nah, hal ini menunjukkan kepada kita,  

Pertama, bahwa Roh yaitu  nafas Kristus, yang keluar 

dari Anak. Roh, dalam Perjanjian Lama, dibandingkan 

dengan nafas (Yeh. 37:9), “Hai nafas hidup, datanglah.” 

Namun, Perjanjian Baru memberi tahu kita bahwa napas 

itu yaitu  nafas Kristus. Nafas Tuhan dikerahkan dalam 

kekuatan murka-Nya (Yes. 11:4; dan 30:33), namun  nafas 

Kristus melambangkan kekuatan anugerah-Nya. Nafas 

murka yang penuh ancaman itu diubah menjadi nafas ka-

sih oleh kepengantaraan Kristus. Perkataan kita diucapkan 

dengan nafas kita, dan demikian juga perkataan Kristus 

diucapkan dengan roh dan hidup. Firman datang dari Roh, 

dan Roh datang bersama-sama dengan firman.  

Kedua, bahwa Roh yaitu  pemberian Kristus. Para ra-

sul menyalurkan Roh Kudus dengan penumpangan tangan, 

tangan-tangan yang sebelumnya telah terangkat di dalam 

doa, sebab  mereka hanya bisa memohonkan berkat ini 

dan membawanya sebagai utusan. namun  Kristus mengaru-

niakan Roh Kudus dengan mengembuskan nafas, sebab  

Dia yaitu  pemilik karunia itu, dan dari-Nyalah karunia itu 

berasal. Musa tidak dapat memberi  Roh yang ada pada-

nya, Allah-lah yang melakukannya (Bil. 11:17). namun , Kris-

tus melakukannya sendiri.  

(2) Pemberian khidmat yang disampaikan-Nya, yang dilam-

bangkan dengan tanda ini, “Terimalah Roh Kudus, sebagian 

sekarang, sebagai pertanda akan apa yang akan kamu 

terima selanjutnya, tidak lama lagi.” Mereka sekarang me-

nerima lebih banyak dari Roh Kudus daripada yang sudah 

mereka terima sebelumnya. Demikianlah berkat-berkat ro-

hani diberikan secara bertahap. Barangsiapa yang mempu-

nyai maka kepadanya akan diberi. Oleh sebab  sekarang 

Yesus mulai dimuliakan, maka lebih banyak dari Roh 

Kudus mulai diberikan (7:39). Marilah kita lihat apa yang 

terkandung dalam pemberian ini.  

Pertama, Kristus dengan ini memberi mereka keyakinan 

akan bantuan Roh dalam pekerjaan mereka di masa men-

datang, dalam melaksanakan amanat yang akan segera di-

berikan kepada mereka sekarang: “Aku mengutus kamu, 

dan kamu akan disertai oleh Roh ke mana pun kamu 

pergi.” Sekarang Roh Tuhan ada pada mereka untuk mem-

perlengkapi mereka dalam menjalankan semua pelayanan 

yang ada di hadapan mereka. Siapa yang dipekerjakan 

Kristus pasti akan diperlengkapi-Nya dengan Roh-Nya, dan 

disertai-Nya dengan segala kuasa yang diperlukan.  

Kedua, dengan ini Dia memberi mereka mengalami kua-

sa-kuasa Roh dalam menghadapi perkara mereka sekarang 

ini. Dia telah menunjukkan kepada mereka tangan dan 

lambung-Nya, untuk meyakinkan mereka akan kebenaran 

kebangkitan-Nya. Namun demikian, bukti-bukti yang pa-

ling jelas sekalipun dengan sendirinya tidak akan mem-

buahkan iman, lihat saja ketidakpercayaan para penjaga, 

yang merupakan satu-satunya saksi mata dari kebangkitan 

itu. “Oleh sebab  itu, terimalah Roh Kudus, untuk menger-

jakan iman di dalam kamu dan membuka pengertianmu.” 

Mereka sedang menghadapi bahaya dari orang-orang Ya-

hudi: “Oleh sebab  itu, terimalah Roh Kudus, untuk me-

ngerjakan keberanian di dalam dirimu.” Apa yang dikata-

kan Kristus kepada mereka dikatakan-Nya juga kepada se-

mua orang percaya sejati, “Terimalah Roh Kudus” (Ef. 1:13). 

Apa yang diberikan Kristus harus kita terima, kita harus 

menyerahkan diri dan seluruh jiwa kita pada kuasa-kuasa 

yang menghidupkan dan menguduskan dari Roh yang pe-

nuh berkat itu. Kita harus menerima semua pekerjaan-Nya 

dan menyetujuinya. Kita harus menerima kuasa-kuasa-Nya 

dan memanfaatkannya. Dan orang-orang yang mematuhi 

firman ini sebagai perintah akan mendapatkan keuntungan 

darinya sebagai janji. Mereka akan menerima Roh Kudus 

sebagai pembimbing jalan mereka dan jaminan akan waris-

an yang mereka peroleh.    

5. Satu kuasa khusus yang diberikan kepada mereka melalui 

amanat mereka itu disampaikan di sini (ay. 23): “Jikalau kamu 

mengampuni dosa orang, dengan menjalankan kuasa-kuasa 

yang sudah dipercayakan kepadamu itu dengan semestinya, 

maka dosanya diampuni, dan orang itu boleh terhibur sebab -

nya. Dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, yang 

artinya, menyatakan tidak diampuni, beserta kesalahan yang 

melekat pada dosa itu, maka dosanya tetap ada, dan si pen-

dosa boleh yakin akan hal itu, yang akan membuatnya ber-

duka.” Nah, hal ini terjadi sesudah  mereka menerima Roh Ku-

dus, sebab , seandainya mereka tidak mempunyai roh luar 

biasa untuk membedakan bermacam-macam hal, maka mere-

ka tidak pantas diberi kepercayaan untuk menjalankan wewe-

nang seperti itu. sebab , dalam pengertian yang paling ketat, 

ini merupakan amanat khusus yang hanya ditujukan bagi 

para rasul sendiri dan bagi para pemberita Injil yang pertama, 

yang dapat membedakan siapa saja yang hatinya telah seperti 

empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan dan siapa 

yang tidak. Dengan diberi kuasa ini, Petrus membuat Ananias 

dan Safira rebah dan mati, dan Paulus membuat Elimas buta. 

Namun, amanat ini harus dimengerti sebagai hak umum bagi 

gereja dan hamba-hambanya, bukan untuk memberi jaminan 

bahwa mereka selalu benar dan bisa menjatuhkan penghakim-

an kepada siapa saja atau kepada sekelompok orang di dunia 

ini, melainkan untuk mendorong para pengurus rahasia-

rahasia Allah yang setia untuk membela Injil yang harus 

mereka beritakan, sebab  Allah sendiri akan membela Injil-Nya 

itu. Para rasul, dalam memberitakan penghapusan dosa, ha-

rus mulai di Yerusalem, meskipun Yerusalem baru saja mem-

buat dirinya menanggung kesalahan atas darah Kristus: “Na-

mun, kamu boleh menyatakan dosa-dosa mereka dihapuskan 

dengan syarat-syarat Injil.” Dan Petrus pun berbuat demikian 

(Kis. 2:38; 3:19). Kristus, sebab  dibangkitkan supaya kita 

beroleh pembenaran, mengutus para pelopor Injil-Nya untuk 

menyatakan dimulainya tahun pembebasan, sebab  tindakan 

ganti rugi kini sudah berlalu, dan oleh aturan inilah manusia 

akan dihakimi (12:48; Rm. 2:16; Yak. 2:12). Allah tidak akan 

mengubah aturan penghakiman ini atau melenceng darinya. 

Orang-orang yang dibenarkan oleh Injil pasti akan dibenarkan, 

dan orang-orang yang dikutuk oleh Injil pasti akan dikutuk. 

Ini memberi  kehormatan yang sangat besar kepada pela-

yanan Injil, dan seharusnya memberi  keberanian yang sa-

ngat besar pula kepada hamba-hambanya. Dua cara ini dipa-

kai oleh para rasul dan hamba-hamba Kristus untuk mengam-

puni dosa atau menyatakannya tetap ada, dan keduanya me-

reka perbuat sebagai orang yang diberi wewenang:  

(1) Dengan ajaran yang benar. Mereka diberi amanat untuk 

memberitakan kepada dunia bahwa keselamatan harus di-

peroleh dengan syarat-syarat Injil, dan bukan dengan cara 

lain, dan mereka akan mendapati bahwa Allah akan meng-

amininya. Demikianlah yang akan dialami mereka.  

(2) Dengan disiplin yang ketat, dengan menerapkan aturan In-

jil yang umum kepada orang per orang. “Jikalau kamu me-

nerima orang untuk bersekutu denganmu, menurut atur-

an-aturan Injil, maka Allah akan membawa orang itu un-

tuk bersekutu dengan-Nya sendiri. Dan jikalau kamu me-

ngeluarkan orang dari persekutuanmu sebagai orang yang 

tidak bertobat, dan tetap bersikeras dalam dosa-dosa yang 

memalukan dan menular, maka orang itu akan diserahkan 

kepada penghakiman dari Allah yang benar adanya.”    

III. Ketidakpercayaan Tomas, saat  laporan ini disampaikan kepada-

nya, yang menimbulkan penampakan Kristus untuk kedua kali-

nya.   

1.  Di sini kita melihat Tomas tidak hadir dalam pertemuan ini 

(ay. 24). Dia dikatakan sebagai seorang dari kedua belas murid, 

salah seorang dari kumpulan para rasul, yang sekarang jum-

lahnya sebelas, tadinya berjumlah dua belas dan akan berjum-

lah dua belas lagi. Mereka hanya bersebelas, dan salah se-

orang dari mereka tidak hadir: murid-murid Kristus tidak akan 

pernah berkumpul bersama-sama secara lengkap sebelum ter-

jadinya perkumpulan umum pada hari yang besar itu. Mung-

kin sebab  ada masalah dengan Tomas sehingga ia tidak hadir 

– entah sebab  ia sakit, atau sebab  ia tidak diberi tahu. Atau 

mungkin sebab  dosa dan kebodohannya – entah sebab  ia 

terganggu oleh urusan duniawi atau teman, yang lebih diuta-

makannya daripada kesempatan ini, atau ia tidak berani da-

tang sebab  takut kepada orang-orang Yahudi. Dan ia meng-

anggap dirinya bertindak dengan bijaksana serta berhati-hati, 

padahal sebenarnya ia berbuat seperti seorang pengecut. Ba-

gaimanapun juga, sebab  ketidakhadirannya itu, ia kehilangan 

kesempatan untuk melihat Gurunya bangkit, dan untuk ber-

bagi sukacita dengan murid-murid yang lain dalam kesempat-

an itu. Perhatikanlah, banyak orang yang tidak tahu apa yang 

mereka lewatkan saat  mereka dengan ceroboh tidak hadir 

dalam perkumpulan-perkumpulan Kristen yang khidmat yang 

sudah ditetapkan itu.     

2.  Kesaksian yang diberikan kepadanya oleh murid-murid yang 

lain mengenai kunjungan Guru mereka (ay. 25). Di lain waktu 

saat  mereka melihatnya, mereka berkata kepadanya, dengan 

begitu bersukacita, “Kami telah melihat Tuhan!” Dan pasti me-

reka menceritakan kepadanya segala sesuatu yang sudah ter-

jadi, khususnya kepuasan yang diberikan-Nya kepada mereka 

dengan menunjukkan tangan dan lambung-Nya. Tampaknya, 

meskipun Tomas pada waktu itu tidak berada bersama-sama 

dengan mereka, ia tidak menjauh dari mereka. Orang-orang 

yang tidak hadir untuk sementara tidak boleh dikutuk sebagai 

orang-orang murtad untuk selama-lamanya: Tomas bukanlah 

Yudas. Amatilah bagaimana mereka mengatakannya dengan 

kegembiraan dan kemenangan yang meluap-luap: “Kami telah 

melihat Tuhan, ini penglihatan yang sangat memberi penghi-

buran yang pernah kami lihat.” Perkataan ini mereka sampai-

kan kepada Tomas,  

(1) Untuk mencela dia sebab  ketidakhadirannya: “Kami telah 

melihat Tuhan, namun  kamu belum.” Atau mungkin lebih te-

patnya,  

(2) Untuk memberi tahu dia: “Kami telah melihat Tuhan, dan 

kami berharap kamu ada di sini, untuk melihat-Nya juga, 

sebab  ini akan sungguh memuaskan hatimu.” Perhatikan-

lah, murid-murid Kristus harus berusaha membangun satu 

sama lain di atas dasar iman mereka yang paling suci, baik 

dengan mengulangi apa yang sudah mereka dengar kepada 

orang-orang yang tidak hadir, supaya mereka dapat men-

dengarnya dari pihak kedua, maupun dengan mencerita-

kan apa yang telah mereka alami. Mereka yang dengan 

iman telah melihat Tuhan, dan telah mengecap betapa 

baiknya Dia, harus memberi tahu orang lain apa yang telah 

diperbuat Allah bagi jiwa mereka. Hanya saja, janganlah 

kita memegahkan diri.  

3. Keberatan-keberatan yang diajukan Tomas dalam melawan 

bukti yang ada, untuk membenarkan dirinya sendiri yang 

tidak bersedia mengakuinya. “Tolong jangan katakan bahwa 

kalian telah melihat Tuhan hidup. Kalian juga mudah tertipu. 

Ada orang yang sudah mempermainkan kalian. Kalau aku, 

sebelum aku tidak hanya melihat bekas paku pada tangan-Nya 

namun  juga mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu, dan 

mencucukkan tanganku ke dalam bekas luka di lambung-Nya, 

sekali-kali aku tidak akan percaya.” Sebagian orang, dengan 

membandingkan perkataan ini dengan apa yang sudah dikata-

kannya sebelumnya (11:16; 14:5), menduga bahwa Tomas 

yaitu  orang yang kasar, berperangai muram, dan cenderung 

berbicara dengan nada ketus, sebab  orang-orang yang baik 

tidak sama berbahagianya dalam perilaku mereka. Bagaima-

napun juga, sudah pasti ada banyak kesalahan dalam tindak-

annya kali ini.  

(1) Kalau bukannya tidak memperhatikan, ia mungkin tidak 

mempertimbangkan dengan benar apa yang sudah dikata-

kan Kristus dengan begitu sering, dan yang juga sesuai de-

ngan Perjanjian Lama, bahwa Dia akan bangkit pada hari 

ketiga. Jadi seharusnya dia berkata, “Dia telah bangkit,” 

meskipun dia belum melihat-Nya, atau belum berbicara de-

ngan siapa saja yang sudah melihat-Nya.  

(2)  Ia tidak menghormati dengan semestinya kesaksian teman-

temannya sesama murid, yang merupakan orang-orang 

bijak dan tulus, yang sewajarnya dihargai. Ia tahu mereka 

itu orang-orang jujur. Semuanya ada sepuluh dari mereka 

yang bersama-sama membenarkan kesaksian itu dengan 

sangat meyakinkan. Namun, ia tidak mau mengakui bahwa 

kesaksian mereka yaitu  benar. Kristus telah memilih 

mereka untuk menjadi saksi-saksi kebangkitan-Nya bagi 

segala bangsa, namun Tomas, salah seorang dari kelompok 

persaudaraan mereka sendiri, tidak mau mengakui mereka 

sebagai saksi-saksi yang patut dipercaya, dan juga tidak 

mempercayai mereka lebih daripada apa yang dapat dilihat-

nya pada diri mereka. Meskipun demikian, sebenarnya bu-

kan kejujuran merekalah yang dipertanyakannya, melain-

kan kebijaksanaan mereka. Ia takut kalau-kalau mereka 

terlalu mudah percaya.  

(3) Ia mencobai Kristus, dan menyakiti hati Yang Kudus dari 

Israel, saat  ia ingin diyakinkan dengan caranya sendiri 

atau tidak akan sama sekali. Ia tidak bisa yakin bahwa 

bekas paku pada tangan-Nya, yang dikatakan para rasul 

telah mereka lihat, akan membuatnya dapat mencucukkan 

jarinya ke dalam bekas paku itu, atau luka di lambung-Nya 

dapat membuatnya mencucukkan tangannya ke dalamnya. 

Lagi pula, sungguh tidak pantas untuk memperlakukan 

tubuh yang hidup dengan kasar seperti itu. Namun, Tomas 

menggantungkan imannya pada bukti ini, yakni ia akan 

terhibur dan keinginannya dipuaskan, atau ia tidak akan 

percaya (Mat. 16:1; 27:42).  

(4) Pengakuan yang terang-terangan akan ketidakpercayaan ini 

di hadapan para murid merupakan suatu penghinaan bagi 

mereka dan membuat mereka kecil hati. Itu bukan sekadar 

dosa melainkan juga mendatangkan aib. Sama seperti satu 

orang pengecut membuat banyak orang mengikutinya, 

demikian pula halnya dengan satu orang percaya, atau 

satu orang yang ragu-ragu membuat hati saudara-saudara-

nya tawar seperti hatinya (Ul. 20:8). Seandainya saja ia me-

mikirkan kejahatan ini, dan kemudian menutup mulutnya 

dengan tangannya, untuk menahannya, maka kesalahan-

nya akan tetap pada dirinya sendiri. Namun, dengan me-

nyatakan ketidakpercayaannya, dan disampaikan dengan 

begitu yakin, mungkin akan membawa dampak yang buruk 

kepada murid-murid yang lain, yang pada saat itu masih 

lemah dan goyah.  

Ketidakpercayaan Tomas 

(20:26-31) 

26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah 

itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu ter-

kunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: 

“Damai sejahtera bagi kamu!” 27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruh-

lah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucuk-

kan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan 

percayalah.” 28 Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” 29 Kata 

Yesus kepadanya: “sebab  engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. 

Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” 30 Memang ma-

sih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, 

yang tidak tercatat dalam kitab ini, 31 namun  semua yang tercantum di sini 

telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan 

supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. 

Di sini kita mendapati cerita tentang penampakan Kristus lagi kepada 

murid-murid-Nya, sesudah  kebangkitan-Nya, saat  Tomas sekarang

ada bersama-sama dengan mereka. Dan mengenai penampakan ini, 

kita dapat memperhatikan:  

I.  Kapan Kristus mengunjungi kembali murid-murid-Nya: delapan 

hari kemudian, tujuh malam sesudah  Dia bangkit, yang sebab  itu 

pasti, sama seperti penampakan sebelumnya, pada hari pertama 

minggu itu.  

1. Dia menunda penampakan-Nya yang berikutnya selama bebe-

rapa waktu, untuk menunjukkan kepada murid-murid-Nya 

bahwa Dia tidak dibangkitkan kepada kehidupan seperti yang 

telah dijalani-Nya sebelumnya, untuk bergaul dengan mereka 

terus-menerus, namun  sebagai pribadi yang menjadi milik 

dunia lain, dan yang hanya mengunjungi dunia ini seperti ma-

laikat-malaikat, sekali-sekali, jika   ada kesempatan. Di 

mana Kristus berada selama delapan hari ini, dan selama 

waktu-waktu lain saat  Dia tinggal di bumi, merupakan suatu 

kebodohan bagi kita untuk menanyakannya, dan kelancangan 

untuk menentukannya. Di mana pun Dia berada, pasti malai-

kat-malaikat melayani Dia. Pada permulaan pelayanan-Nya, 

Dia tidak tampak selama empat puluh hari, dicobai oleh roh 

jahat (Mat. 4:1-2). Dan sekarang pada permulaan kemuliaan-

Nya, selama empat puluh hari sebagian besar Dia tidak keli-

hatan, dilayani oleh roh-roh yang baik.  

2.  Dia menundanya beg