lebihi apa yang mampu dilakukannya, tanpa
mengindahkan kesulitan-kesulitan apa pun. Ia me-
nyangka bahwa penunggu taman ini kesal sebab
mayat orang yang disalibkan dengan cara yang me-
malukan harus mendapat kehormatan untuk diba-
ringkan di kubur baru milik tuannya, dan bahwa
sebab itu ia telah memindahkannya ke tempat lain
yang jelek, yang menurutnya lebih pantas untuk
mayat itu. Namun, Maria tidak mengancam akan
melaporkan dia kepada tuannya, supaya dia dipecat
sebab perbuatannya itu. Sebaliknya, ia berusaha
sendiri menemukan kubur lain, yang di dalamnya
mayat-Nya dapat diterima. Kristus tidak perlu ting-
gal di tempat di mana Dia dianggap sebagai beban.
(2) Bagaimana Kristus pada akhirnya menyatakan diri-Nya ke-
padanya, dan, dengan kejutan yang menyenangkan, mem-
berinya keyakinan tak terbantahkan akan kebangkitan-
Nya. Yusuf juga pada akhirnya berbicara kepada saudara-
saudaranya, “Aku Yusuf.” Demikian pula Kristus di sini
berkata kepada Maria Magdalena, sebab sekarang Dia
sudah masuk ke dalam kemuliaan-Nya.
Perhatikanlah:
[1] Bagaimana Kristus mengungkapkan diri-Nya kepada
perempuan yang baik hati ini yang sedang mencari-Nya
dengan bersimbah air mata (ay. 16): Kata Yesus kepada-
nya: “Maria!” Perkataan itu diucapkan dengan tegas,
terasa hangat di hati dan akrab, seperti yang biasa
dilakukan-Nya saat berbicara kepadanya. Sekarang
Dia mengubah nada suara-Nya, dan berbicara sebagai-
mana adanya Dia, tidak seperti penunggu taman. Cara
Kristus dalam menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya
yaitu dengan firman-Nya, firman-Nya yang diterapkan
kepada jiwa mereka, yang berbicara kepada mereka se-
cara khusus. jika orang-orang yang dikenal Allah de-
ngan nama dalam kebijaksanaan kasih-Nya (Kel. 33:12)
dipanggil dengan nama dalam keampuhan anugerah-
Nya, maka Dia menyatakan Anak-Nya di dalam mereka,
seperti yang terjadi di dalam diri Paulus (Gal. 1:16), ke-
tika Kristus memanggilnya dengan nama, “Saulus,
Saulus.” Domba-domba Kristus mengenal suara-Nya
(10:4). Satu kata ini, “Maria,” yaitu seperti kata yang
diucapkan-Nya kepada murid-murid di tengah badai,
“Ini Aku.” Maka firman Kristus memberi kita kebaikan
jika kita menempatkan nama kita di dalam perintah-
perintah dan janji-janji-Nya. “Dengan perkataan inilah
Kristus memanggilku, dan berbicara kepadaku.”
[2] Betapa cepatnya dia menyadari pengungkapan ini. Ke-
tika Kristus berkata, “Maria, tidakkah engkau menge-
nali-Ku? Apakah engkau dan Aku kini sudah menjadi
orang asing satu sama lain?” Dia langsung menyadari
siapa itu, seperti halnya sang mempelai (Kid. 2:8), “De-
ngarlah! Kekasihku!” Ia menoleh dan berkata, “Rabuni,
Guruku!” Perkataan ini pantas juga bisa diucapkan
dengan nada tanya, “Rabuni? Gurukukah itu? Benarkah
itu Dia?”
Perhatikanlah:
Pertama, gelar kehormatan yang diberikannya ke-
pada-Nya: Guruku, didaskale – Guru yang mengajar.
Orang-orang Yahudi memanggil cendekiawan-cendekia-
wan mereka Rabi, orang besar. Ahli-ahli tafsir mereka
berkata bahwa Rabbon merupakan gelar yang lebih
terhormat bagi mereka daripada Rabi, dan sebab itu
Maria memilihnya, dan memberi tambahan yang
menyatakan kepemilikannya sendiri, Guru besarku. Per-
hatikanlah, kendati dengan kebebasan bersekutu de-
ngan diri-Nya sendiri, yang berkenan diberikan Kristus
kepada kita, kita harus ingat bahwa Dia yaitu Guru
kita, dan harus didekati dengan rasa hormat dan takut.
Kedua, betapa hidupnya kasih sayang yang dirasa-
kannya saat ia memberi gelar ini kepada Kristus.
Ia menoleh dan berbalik dari malaikat-malaikat, yang
sedang dipandanginya, untuk melihat kepada Yesus.
Kita harus melepaskan segala perhatian kita dari semua
makhluk, bahkan yang paling terang dan terbaik sekali-
pun, untuk mengarahkannya kepada Kristus, yang dari-
Nya tidak ada satu hal pun yang boleh mengalihkan
kita, dan yang dengan-Nya tidak ada apa pun yang
boleh mengganggu hubungan kita. saat Maria me-
nyangka orang itu yaitu penunggu taman, ia melihat
ke arah lain selagi berbicara dengan-Nya. namun seka-
rang saat dia mengenal itu suara Kristus, ia berpaling.
Jiwa yang mendengarkan suara Kristus, dan yang ber-
paling kepada-Nya, akan memanggil-Nya, dengan suka-
cita dan kemenangan, Guruku. Lihatlah betapa senang-
nya orang-orang yang mengasihi Kristus berbicara ten-
tang wewenang-Nya atas mereka. Guruku, Guru be-
sarku.
[3] Perintah-perintah selanjutnya yang diberikan Kristus
kepadanya (ay. 17): “Janganlah engkau memegang Aku,
namun pergilah dan bawalah kabar ini kepada murid-
murid.”
Pertama, Dia mengalihkan pengharapannya untuk
mendekat dan berbincang-bincang secara akrab de-
ngan-Nya pada kali ini: “Janganlah engkau memegang
Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa.” Maria begitu
terkesima memandang Guru yang dikasihinya sehingga
ia menjadi lupa diri, dan tidak menyadari kemuliaan
yang akan segera dimasuki Kristus. Ia ingin segera
mengungkapkan sukacitanya dengan memeluk-Nya
erat-erat, namun Kristus melarangnya kali ini.
1. Janganlah engkau memegang Aku sama sekali de-
ngan cara itu, sebab Aku akan naik ke sorga. Dia
memerintahkan murid-murid agar menyentuh-Nya,
untuk meneguhkan iman mereka. Dia mengizinkan
beberapa perempuan memeluk kaki-Nya, dan me-
nyembah-Nya (Mat. 28:9). namun Maria, sebab
menganggap bahwa Dia telah bangkit, seperti Laza-
rus, untuk terus hidup bersama mereka dan bergaul
dengan mereka secara bebas seperti dulu, ingin se-
gera memegang tangan-Nya dengan bebas seperti
biasanya. Kesalahan ini diluruskan Kristus. Ia harus
percaya kepada-Nya, dan memuja-Nya, sebagai Dia
yang ditinggikan, namun tidak boleh berharap dapat
bergaul secara akrab dengan-Nya seperti dulu (2Kor.
5:16). Dia melarangnya untuk bergirang atas keha-
diran-Nya secara jasmani, untuk menginginkan ke-
hadiran-Nya seperti itu, atau untuk mengharapkan
hal ini terus berlanjut. Sebaliknya, Kristus membim-
bingnya untuk bergaul dan bersekutu dengan Dia
secara rohani, yang harus diperbuatnya sesudah Dia
pergi kepada Bapa-Nya. sebab sukacita terbesar
dari kebangkitan-Nya yaitu bahwa kebangkitan itu
merupakan langkah menuju kenaikan-Nya ke sorga.
Maria berpikir bahwa sebab sekarang Gurunya su-
dah bangkit, Dia akan segera mendirikan sebuah ke-
rajaan yang fana, seperti yang sudah lama mereka
harap-harapkan sendiri. “Tidak,” kata Kristus, “ja-
ngan sentuh Aku, dengan pemikiran seperti itu. Ja-
ngan bermaksud memegangi-Ku, supaya bisa mena-
han-Ku di sini, sebab , meskipun Aku belum naik,
pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakan-
lah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi
kepada Bapa.” Sama seperti sebelum kematian-Nya,
demikian pula sekarang sesudah kebangkitan-Nya,
Dia masih mengalunkan lagu ini, bahwa Dia akan
pergi, bahwa Dia tidak ada lagi di dalam dunia, dan
sebab itu mereka harus memandang ke arah yang
lebih tinggi lagi daripada kehadiran-Nya secara jas-
mani, dan melihat lebih jauh daripada segala sesua-
tu yang ada pada saat ini.
2. “Jangan sentuh Aku, jangan tinggal untuk menyen-
tuh-Ku sekarang, jangan tinggal sekarang untuk
bertanya-tanya lebih jauh lagi, atau untuk menun-
jukkan ungkapan-ungkapan sukacita yang lebih ba-
nyak lagi, sebab Aku belum naik. Aku tidak akan me-
ninggalkanmu dengan segera, apa yang ingin kau-
perbuat itu bisa kaulakukan lain kali. Pelayanan
terbaik yang dapat engkau lakukan sekarang yaitu
membawa kabar ini kepada murid-murid. Oleh kare-
na itu, janganlah buang-buang waktumu lagi, namun
pergilah dengan segera.” Perhatikanlah, pelayanan
umum harus lebih diutamakan daripada kepuasan
pribadi. yaitu lebih berbahagia memberi dari pada
menerima. Yakub harus membiarkan malaikat pergi,
saat fajar mulai menyingsing, dan tiba waktunya
bagi dia untuk mengurusi keluarganya. Maria tidak
boleh tinggal untuk berbicara dengan Gurunya, te-
tapi harus menyampaikan pesan-Nya. Sebab hari ini
ialah hari kabar baik, yang penghiburannya tidak
boleh dinikmatinya sendiri, melainkan harus disam-
paikan kepada orang lain. Lihat juga kisah dalam 2
Raja-raja 7:9.
Kedua, Dia membimbing Maria untuk mengetahui
pesan apa yang harus dibawanya kepada murid-murid-
Nya: namun pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan
katakanlah kepada mereka, bukan hanya bahwa Aku
sudah bangkit (dia bisa menyampaikan sendiri hal ini
kepada mereka, sebab dia telah melihat-Nya), melain-
kan juga bahwa Aku akan pergi kepada Bapa.
Perhatikanlah:
a. Kepada siapa pesan ini disampaikan: pergilah ke-
pada saudara-saudara-Ku dengan kabar ini. Dia
tidak malu memanggil mereka saudara-saudara-Nya.
(a) Dia kini sedang memasuki kemuliaan-Nya, dan
dinyatakan sebagai Anak Allah dengan kuasa
yang lebih besar daripada sebelumnya. Namun
demikian, Dia mengakui murid-murid-Nya seba-
gai saudara-saudara-Nya, dan mengungkapkan
diri-Nya kepada mereka dengan lebih lemah lem-
but daripada sebelumnya. Dia telah memanggil
mereka sahabat, namun belum pernah mereka di-
panggil saudara sebelum saat ini. Walaupun
Kristus ada di tempat yang tinggi, Dia tidak tinggi
hati. Kendati dengan kenaikan-Nya, Dia tidak
malu mengakui saudara-saudara-Nya yang mis-
kin.
(b) Belum lama berselang murid-murid-Nya bersikap
tidak tulus terhadap-Nya. Dia tidak pernah meli-
hat mereka berkumpul bersama sejak mereka se-
mua meninggalkan Dia dan melarikan diri saat
Dia ditangkap. Jadi, sudah sewajarnya jika Dia
mengirimkan pesan dengan nada marah kepada
mereka: “Pergilah ke sana kepada para pembelot
yang berkhianat itu, dan katakanlah kepada me-
reka, Aku tidak akan percaya lagi kepada me-
reka. Aku tidak mempunyai urusan apa-apa lagi
dengan mereka.” Namun, itu tidak dilakukan-
Nya. Dia mengampuni, Dia melupakan, dan tidak
memarahi mereka.
b. Oleh siapa pesan itu disampaikan: oleh Maria Mag-
dalena, yang daripadanya pernah diusir tujuh setan,
namun yang sekarang mendapat perkenanan. Ini
merupakan imbalan baginya atas kesetiaannya da-
lam mengikuti Kristus, dan terus mencari-cari-Nya.
Ini juga merupakan teguran secara diam-diam ke-
pada para rasul, yang tidak begitu dekat seperti dia
dalam menyertai Yesus yang sedang sekarat, dan
yang juga tidak sedari dini seperti dia dalam mene-
mui Yesus yang sudah bangkit. Ia menjadi rasul bagi
para rasul itu.
c. Apa pesan itu sendiri: Aku akan pergi kepada Bapa-
Ku. Penghiburan yang sepenuh-penuhnya ada
dalam perkataan ini:
(a) Hubungan kita dengan Allah, yang tercipta ka-
rena kesatuan kita dengan Kristus, merupakan
penghiburan yang tak terkatakan. saat berbi-
cara tentang sumber terang, hidup, dan kebaha-
giaan yang tiada habis-habisnya itu, Dia berkata,
Dia Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu.
Ini banyak sekali mengungkapkan hubungan de-
kat yang terbina antara Kristus dan orang-orang
percaya: Ia yang menguduskan dan mereka yang
dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu;
sebab mereka sepakat dalam satu hal (Ibr. 2:11).
Di sini kita melihat betapa orang-orang Kristen
sangat ditinggikan, dan betapa sangat merendah-
nya Kristus, sampai mengumpulkan keduanya
dengan sangat dekat. Begitu baik dan menga-
gumkannya rancangan itu disusun demi menya-
tukan mereka.
[a] yaitu martabat yang sangat besar bagi
orang-orang percaya bahwa Bapa Tuhan kita
Yesus Kristus yaitu , di dalam Kristus, Bapa
mereka. Padahal, ada perbedaan yang begitu
besar yang mendasari hubungan Kristus de-
ngan Bapa dan hubungan kita dengan Bapa.
Allah yaitu Bapa Kristus melalui kelahiran
kekal, sedangkan kita ini hanya melalui peng-
angkatan sebagai anak berdasarkan anuge-
rah. Namun, bahkan hal ini pun menjamin
kita, sebagaimana Kristus sendiri, untuk me-
manggil-Nya ya Abba, ya Bapa. Ini memberi-
kan alasan mengapa Kristus memanggil mere-
ka saudara-saudara, sebab Bapa-Nya yaitu
Bapa mereka juga. Kristus sekarang pergi
kepada Bapa untuk tampil sebagai pengan-
tara pada Bapa – pada Bapa-Nya, dan sebab
itu kita dapat berharap bahwa Dia akan me-
nang bagi segala perkara. Dan Ia juga pergi
kepada Bapa kita, dan sebab itu kita dapat
berharap bahwa Dia akan menang bagi kita.
[b] yaitu perendahan diri yang sangat besar
dari Kristus bahwa Dia berkenan mengakui
Allah orang percaya sebagai Allah-Nya: Allah-
Ku dan Allahmu. Allah-Ku, supaya Dia dapat
menjadi Allahmu. Supaya Dia dapat menjadi
Allah Penebus, untuk mendukung-Nya (Mzm.
89:27), supaya Dia sendiri dapat menjadi
Allah dari orang-orang yang ditebus, untuk
menyelamatkan mereka. Ringkasan dari selu-
ruh Perjanjian Baru yaitu bahwa Allah akan
menjadi Allah bagi kita, dan sebab Kristus
yaitu jaminan dan kepala kovenan, yang
terutama berkepentingan dalam hal ini, dan
orang-orang percaya pun ikut berkepentingan
hanya melalui Dia sebagai keturunan rohani-
Nya, maka hubungan kovenan ini pertama-
tama dikaitkan kepada-Nya, yakni Allah men-
jadi Allah-Nya, dan dengan demikian menjadi
Allah kita juga. sebab kita ikut mengambil
sifat ilahi, maka Bapa Kristus yaitu Bapa
kita, dan, sebab Kristus ikut mengambil sifat
manusiawi, maka Allah kita yaitu Allah-Nya.
(b) Kenaikan Kristus ke sorga, untuk melaksanakan
tugas-Nya secara lebih lanjut bagi kita, juga me-
rupakan penghiburan yang tak terkatakan: “Ka-
takanlah kepada mereka bahwa Aku harus se-
gera naik. Inilah langkah selanjutnya yang akan
Kuambil.” Nah, hal ini dimaksudkan sebagai,
[a] Kata-kata peringatan bagi murid-murid ini,
untuk tidak berharap bahwa Dia akan terus
hadir secara jasmani di bumi, atau akan men-
dirikan suatu kerajaan yang fana di tengah-
tengah manusia, yang mereka impi-impikan
itu. “Tidak, katakanlah kepada mereka, Aku
telah bangkit, bukan untuk tinggal bersama
mereka, melainkan untuk pergi ke sorga demi
kepentingan mereka.” Demikianlah orang-
orang yang dibangkitkan kepada kehidupan
rohani, sejalan dengan kebangkitan Kristus,
harus menyadari bahwa mereka bangkit un-
tuk naik: mereka telah dihidupkan bersama-
sama dengan Kristus dan diberi tempat ber-
sama-sama dengan Dia di sorga (Ef. 2:5-6).
Janganlah mereka menganggap bahwa bumi
ini akan menjadi rumah dan tempat peristi-
rahatan mereka. Tidak, sebab mereka dila-
hirkan dari sorga, mereka ditentukan untuk
masuk sorga. Mata dan tujuan mereka harus-
lah diarahkan pada dunia yang lain, dan ini
harus selalu mereka camkan di dalam hati,
“Aku akan naik, dan sebab itu aku harus
memikirkan perkara-perkara yang di atas.”
[b] Kata-kata penghiburan bagi mereka, dan bagi
semua orang yang percaya kepada-Nya oleh
pemberitaan mereka. Dia pada waktu itu akan
naik, Dia kini sudah naik kepada Bapa-Nya
dan Bapa kita. Ini merupakan pencapaian
yang diperoleh-Nya. Dia naik untuk menerima
segala kehormatan dan kuasa yang akan
menjadi imbalan bagi-Nya sebab sudah me-
rendahkan diri. Dia mengatakannya dengan
penuh kemenangan, supaya orang-orang yang
mengasihi-Nya dapat bersukacita. Ini meru-
pakan keuntungan bagi kita, sebab Dia naik
sebagai pemenang, membawa tawanan-ta-
wanan bagi kita (Mzm. 68:19). Dia naik seba-
gai pendahulu kita, untuk menyiapkan tempat
bagi kita, dan untuk bersiap-siap menerima
kita. Pesan ini serupa dengan pesan yang di-
bawa oleh saudara-saudara Yusuf kepada Ya-
kub mengenai dia (Kej. 45:26), “Yusuf masih
hidup,” dan bukan hanya demikian, vivit imo,
et in senatum venit – dia hidup, dan bahkan
menjadi orang besar dalam pemerintahan. Dia-
lah yang menjadi penguasa atas seluruh tanah
Mesir, segala kuasa ada di tangannya.
Sebagian orang berpendapat bahwa perkata-
an, Aku akan pergi kepada Allah-Ku dan Allahmu,
mencakup janji akan kebangkitan kita, berdasar-
kan kebangkitan Kristus. Sebab Kristus telah
membuktikan kebangkitan orang-orang mati dari
perkataan ini, “Akulah Allah Abraham” (Mat.
22:32). Sehingga dengan demikian Kristus di sini
menyiratkan, “Sama seperti Dia yaitu Allah-Ku,
dan sebab itu telah membangkitkan Aku, demi-
kian pula Dia yaitu Allahmu, dan sebab itu
akan membangkitkan kamu, dan menjadi Allah-
mu” (Why. 21:3). Sebab Aku hidup dan kamu pun
akan hidup. Aku sekarang naik, untuk memulia-
kan Allah-Ku, dan kamu pun akan naik kepada-
Nya sebagai Allahmu.
IV. Inilah laporan Maria Magdalena kepada murid-murid, yang disam-
paikannya tepat seperti apa yang telah dilihat dan didengarnya
(ay. 18): Ia pergi dan berkata kepada murid-murid, yang didapati-
nya sedang berkumpul bersama, “Aku telah melihat Tuhan!”
Petrus dan Yohanes telah meninggalkan dia dan membiarkannya
mencari-cari Yesus dengan teliti dan bersimbah air mata, dan
tidak mau tinggal untuk mencari-Nya bersamanya. Dan sekarang
ia datang untuk memberi tahu mereka bahwa ia telah menemu-
kan-Nya, dan untuk meluruskan kesalahan yang telah diperbuat-
nya dalam menyertakan mereka untuk mencari-cari tubuh yang
mati, sebab sekarang yang didapatinya yaitu tubuh yang hidup
dan mulia. Sehingga dengan demikian dia mendapatkan apa yang
dicarinya, dan, yang jauh lebih baik, dia mendapatkan sukacita
dengan melihat sendiri Gurunya, dan ingin membagikan sukacita-
nya, sebab dia tahu bahwa itu akan menjadi kabar baik bagi
mereka. saat Allah menghibur kita, Dia melakukan-Nya dengan
rancangan ini, yaitu agar kita dapat menghibur orang lain. Dan
sama seperti dia memberitahukan apa yang telah dilihatnya,
demikian pula dia memberitahukan apa yang telah didengarnya.
Ia telah melihat Tuhan hidup, dan inilah tandanya (dan itu yaitu
tanda yang baik) bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepada-
nya sebagai pesan untuk disampaikan kepada mereka, dan dia
menyampaikannya dengan sama persis. Orang yang sudah me-
ngenal firman Kristus harus membagikan pengetahuan mereka
demi kebaikan orang lain, dan tidak boleh kesal bahwa orang lain
juga harus menjadi sama tahu seperti mereka.
Kristus Bersama Murid-murid-Nya
(20:19-25)
19 saat hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah
murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci kare-
na mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah
Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera
bagi kamu!” 20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya
dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita saat mere-
ka melihat Tuhan. 21 Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi
kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku
mengutus kamu.” 22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka
dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. 23 Jikalau kamu mengampuni dosa
orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap
ada, dosanya tetap ada.” 24 namun Tomas, seorang dari kedua belas murid itu,
yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, saat Yesus datang
ke situ. 25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah meli-
hat Tuhan!” namun Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat be-
kas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam
bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-
kali aku tidak akan percaya.”
Bukti yang tidak dapat salah mengenai kebangkitan Kristus yaitu
bahwa Dia menunjukkan diri-Nya hidup (Kis. 1:3). Dalam ayat-ayat di
atas, kita mendapati kisah tentang penampakan-Nya yang pertama
kepada kumpulan murid-murid itu, pada hari saat Dia bangkit. Dia
telah mengirimkan kabar kebangkitan-Nya melalui utusan-utusan
yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. namun untuk menunjuk-
kan kasih-Nya kepada mereka, dan untuk meneguhkan iman mereka
di dalam Dia, Dia datang sendiri, dan memberi mereka segala keya-
kinan yang dapat mereka inginkan akan kebenaran kebangkitan-Nya,
supaya mereka tidak mendengarnya hanya dari kata orang, melalui
pihak kedua, namun dapat menjadi saksi mata sendiri bahwa Dia
hidup, sebab mereka harus menyaksikannya kepada dunia, dan
mendirikan gereja berdasarkan kesaksian itu.
Sekarang, perhatikanlah di sini:
I. Kapan dan di mana penampakan ini terjadi (ay. 19). Terjadinya
pada hari yang sama saat Dia bangkit, pada hari pertama ming-
gu itu, hari sesudah Sabat Yahudi, pada pertemuan pribadi antara
murid-murid, sepuluh dari antara mereka, dan beberapa teman
mereka yang lain yang ada bersama-sama dengan mereka (Luk.
24:33).
Ada tiga ketetapan sekunder (sebagaimana saya bisa menye-
butnya) yang didirikan oleh Yesus Tuhan kita, untuk diteruskan
di dalam gereja-Nya, untuk mendukungnya, dan untuk menjalan-
kan ketetapan-ketetapan utama, yaitu firman, sakramen, dan
doa, dengan cara yang layak. Ketiga ketetapan sekunder itu
yaitu hari Tuhan, persekutuan jemaat untuk beribadah, dan
pelayanan yang tetap. Pikiran Kristus mengenai kesemuanya ini
diberitahukan dengan jelas kepada kita dalam ayat-ayat ini. Dua
ketetapan yang pertama tampak dalam keadaan yang melatar-
belakangi penampakan-Nya itu dalam ayat 19 dan 20, sedangkan
ketetapan yang ketiga tampak dalam ayat 21. Kerajaan Kristus
akan didirikan di tengah-tengah manusia, segera sesudah kebang-
kitan-Nya. Dan sesuai dengan itu, kita mendapati bahwa tepat
pada hari Dia bangkit, meskipun itu hanyalah hari peristiwa-pe-
ristiwa yang kecil, namun disemarakkan oleh segala kekhidmatan
yang pasti membantu menegakkan wajah agama di sepanjang
abad gereja.
1. Inilah Sabat Kristen yang dijalankan oleh murid-murid, dan
diakui oleh Yesus Tuhan kita. Kunjungan Kristus kepada mu-
rid-murid-Nya terjadi pada hari pertama minggu itu. Dan hari
pertama pada minggu itu, saya kira, yaitu satu-satunya hari
dalam seminggu, atau sebulan, atau setahun, yang pernah
disebutkan dengan angka di seluruh Perjanjian Baru. Dan hari
ini beberapa kali disebut sebagai hari yang dijalani
dengan ibadah. Walaupun dikatakan di sini dengan jelas (ay.
1) bahwa Kristus bangkit pada hari pertama minggu itu, dan
mungkin sudah cukup untuk dikatakan di sini (ay. 19) bahwa
Dia menampakkan diri pada hari yang sama pada malamnya,
namun, untuk menghormati hari itu, di sini diulangi lagi, pada
hari pertama minggu itu. Bukan berarti bahwa para rasul
merancang untuk memberi suatu penghormatan atas hari
itu (mereka masih ragu mengenai alasan untuk itu), namun
Allahlah yang merancang untuk memberi penghormatan
atas hari ini , dengan mengaturnya sedemikian rupa su-
paya mereka berkumpul bersama, untuk menerima kunjungan
Kristus pada hari itu. Jadi, sebab itu Dia memberkati dan
menguduskan hari itu, sebab pada hari itu Sang Penebus
beristirahat.
2. Inilah persekutuan Kristen yang dijalankan dengan khidmat
oleh murid-murid, dan yang juga diakui oleh Tuhan Yesus.
Mungkin murid-murid berkumpul di sini untuk mengadakan
suatu ibadah, untuk berdoa bersama. Atau, mungkin, mereka
bertemu untuk membandingkan catatan-catatan satu sama
lain, dan untuk mempertimbangkan apakah mereka sudah
mempunyai bukti yang cukup mengenai kebangkitan Guru
mereka, dan untuk membahas apa yang harus dilakukan
sekarang, apakah mereka harus tetap bersama-sama ataukah
berpencar. Mereka bertemu untuk mengetahui pikiran satu
sama lain, untuk menguatkan hati satu sama lain, dan untuk
merencanakan tindakan-tindakan apa yang pantas dilakukan
dalam keadaan genting sekarang ini. Pertemuan ini diadakan
secara pribadi, sebab mereka tidak berani menampakkan diri
di depan umum, terutama secara berkelompok. Mereka ber-
temu di sebuah rumah, namun mereka mengunci pintu-pintu-
nya, supaya mereka tidak telihat berkumpul bersama, dan
supaya tidak ada orang lain yang ikut dalam perkumpulan
mereka kecuali orang-orang yang sudah mereka kenal. sebab
mereka takut kepada orang-orang Yahudi, yang bisa saja akan
menganiaya murid-murid sebagai penjahat, sebab tampaknya
mereka percaya pada kebohongan itu, yang hendak mereka
sebarkan sendiri untuk menipu dunia, bahwa murid-murid-Nya
datang malam-malam dan mencuri-Nya.
Perhatikanlah:
(1) Murid-murid Kristus, bahkan dalam masa-masa yang sulit,
tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan iba-
dah mereka (Ibr. 10:25). Kawanan domba itu tercerai-berai
di dalam badai. Namun, domba-domba itu sifatnya hidup
berkelompok, dan sebab itu pasti akan berkumpul kem-
bali. Bukan hal yang baru jika perkumpulan murid-mu-
rid Kristus didesak sampai ke pelosok-pelosok dan terpak-
sa melarikan diri ke padang gurun (Why. 12:14; Ams.
28:12).
(2) Umat Allah sudah sering kali terpaksa masuk ke dalam
kamar dan menutup pintu, seperti yang terjadi di sini, kare-
na mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Penganiayaan
sudah menjadi bagian dari hidup mereka, dan mereka di-
perbolehkan untuk melarikan diri dari penganiayaan. Dan
kalau sudah begitu, ke manakah kita akan mencari mereka
kecuali di dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Memang
sungguh mendukakan, namun bukanlah suatu penghinaan,
bagi murid-murid Kristus bahwa mereka harus melarikan
diri seperti itu.
II. Apa yang dikatakan dan dilakukan dalam kunjungan Kristus ke-
pada murid-murid-Nya ini, dan dalam percakapan-Nya dengan
mereka. saat mereka berkumpul, Yesus datang di antara mere-
ka, dalam rupa-Nya sendiri, namun Ia menudungi kecemerlangan
tubuh-Nya, yang kini sudah mulai dimuliakan, sebab kalau tidak,
maka tubuh-Nya itu pasti akan menyilaukan mata mereka,
seperti yang sudah terjadi saat Dia berubah rupa dulu. Kristus
datang ke tengah-tengah mereka, untuk memberi kepada me-
reka contoh penggenapan janji-Nya sendiri, bahwa di mana dua
atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, di situ Dia ada di
tengah-tengah mereka. Dia datang, meskipun pintu-pintunya ter-
kunci. Ini sama sekali tidak memperlemah bukti bahwa Dia mem-
punyai tubuh manusia yang nyata sesudah kebangkitan-Nya.
Meskipun pintu-pintunya terkunci, Dia tahu bagaimana mem-
bukanya tanpa menimbulkan suara, dan masuk ke dalam tanpa
kedengaran. Walaupun begitu, sama seperti sebelumnya saat
Dia berjalan di atas air, Dia benar-benar mempunyai tubuh ma-
nusia. yaitu suatu penghiburan bagi murid-murid Kristus, bah-
wa saat mereka mengadakan persekutuan-persekutuan yang
khidmat dan pribadi, tidak ada pintu yang dapat menghalangi
kehadiran Kristus di tengah-tengah mereka. Kita mendapati lima
hal dalam penampakan Kristus ini:
1. Salam-Nya yang ramah dan akrab kepada murid-murid-Nya:
Dia berkata, “Damai sejahtera bagi kamu.” Ini bukanlah seka-
dar basa-basi, meskipun biasanya digunakan seperti itu dalam
pertemuan antar teman, melainkan sebuah berkat yang khid-
mat dan luar biasa, yang menganugerahkan kepada mereka
semua buah dan hasil yang penuh berkat dari kematian dan
kebangkitan-Nya. Ungkapannya sudah biasa, namun makna-
nya sekarang khusus. Damai sejahtera bagimu sama artinya
dengan segala kebaikan dilimpahkan kepadamu, segala damai
sejahtera selalu menyertaimu. Kristus meninggalkan damai
sejahtera-Nya kepada mereka sebagai warisan (14:27). Dengan
kematian si pemberi wasiat, maka wasiat itu menjadi berlaku,
dan Dia kini telah bangkit dari antara orang mati, untuk mem-
buktikan wasiat itu, dan untuk menjadi pelaksana wasiat itu
sendiri. Sesuai dengan itu pula, Dia di sini membayarkan wa-
risan itu tepat pada waktunya: Damai sejahtera bagimu. De-
ngan mengatakan damai sejahtera, maka Dia sudah memberi-
kan damai sejahtera, menciptakan puji-pujian, damai. Damai
dengan Allah, damai dalam hati nuranimu, damai antara satu
dengan yang lain. Semua damai ini besertamu. Bukan damai
dengan dunia, melainkan damai di dalam Kristus. Penampak-
an-Nya yang tiba-tiba di tengah-tengah mereka itu, saat mere-
ka dipenuhi dengan keraguan tentang diri-Nya, dipenuhi de-
ngan ketakutan tentang diri mereka sendiri, pasti membuat
mereka bingung dan gemetar. Namun, kegaduhan yang timbul
akibat gelombang-gelombang kebingungan dan rasa gemetar
mereka ini diredakannya dengan perkataan ini, damai sejah-
tera bagimu.
2. Penyataan diri-Nya kepada mereka secara jelas dan tidak da-
pat disangkal (ay. 20). Dan di sini, perhatikanlah:
(1) Cara yang digunakan-Nya untuk meyakinkan mereka akan
kebenaran kebangkitan-Nya. Mereka sekarang melihat-Nya
hidup, yang oleh orang banyak sudah dilihat mati pada dua
atau tiga hari sebelumnya. Sekarang, satu-satunya keragu-
an yang masih ada hanyalah apakah yang mereka lihat hi-
dup ini yaitu tubuh pribadi yang sama yang sudah dilihat
mati itu. Dan tidak ada bukti lain lagi yang diharapkan
selain daripada goresan-goresan atau bekas-bekas luka di
tubuh itu.
Perhatikanlah:
Pertama, bekas-bekas luka itu, bekas-bekas sangat da-
lam itu (meskipun kini tanpa rasa sakit dan pedih), tetap
ada dalam tubuh Tuhan Yesus bahkan sesudah kebangkit-
an-Nya, supaya bekas-bekas luka itu dapat menunjukkan
bahwa itu benar-benar tubuh-Nya itu. Di mana-mana sang
penakluk selalu merasa bangga dengan bekas-bekas luka
mereka. Luka-luka Kristus dimaksudkan untuk berbicara
di bumi bahwa itulah diri-Nya sendiri, dan sebab itu Dia
bangkit dengan bekas-bekas luka itu. Luka-luka itu dimak-
sudkan untuk berbicara di sorga, dalam tugas kepenganta-
raan yang harus selalu dijalankan-Nya, dan sebab itu Dia
naik dengan bekas-bekas luka itu, dan tampak di tengah-
tengah takhta, seekor Anak Domba seperti telah disembelih,
dan kembali mengeluarkan darah (Why. 5:6). Bahkan, tam-
paknya, Dia akan datang kembali dengan bekas-bekas
luka-Nya, supaya mereka akan memandang kepada Dia
yang telah mereka tikam.
Kedua, bekas-bekas ini ditunjukkan-Nya kepada murid-
murid-Nya untuk meyakinkan mereka. Mereka tidak hanya
diberi kepuasan dengan melihat-Nya tampak dalam wajah
yang sama, dan mendengar-Nya berbicara dengan suara
yang sama yang sudah begitu lama mereka kenal, Sic
oculos, sic ille manus, sic ora, ferebat – Seperti itulah gerak-
gerik-Nya, seperti itulah mata dan tangan-Nya! namun juga
mereka diberi bukti lebih lanjut akan tanda-tanda yang
khusus ini: Dia membuka tangan-Nya kepada mereka, su-
paya mereka dapat melihat bekas-bekas luka di dalamnya,
Dia membuka dada-Nya, seperti ibu yang hendak menyusui
anaknya, untuk menunjukkan kepada mereka bekas-bekas
luka yang ada di sana. Perhatikanlah, Penebus yang sudah
ditinggikan akan selalu menunjukkan diri-Nya dengan ta-
ngan dan hati terbuka kepada para sahabat dan pengikut-
Nya yang setia. saat Kristus menyatakan kasih-Nya ke-
pada orang-orang percaya melalui penghiburan-penghibur-
an Roh-Nya, meyakinkan mereka bahwa sebab Dia hidup
mereka juga akan hidup, Ia menunjukkan tangan-Nya dan
lambung-Nya.
(2) Kesan dan kebaikan yang ditimbulkan oleh penampakan
itu pada diri mereka.
Pertama, mereka yakin bahwa mereka melihat Tuhan:
dengan demikian iman mereka diteguhkan. Mula-mula,
mereka menyangka bahwa mereka hanya melihat suatu
penampakan, hantu, namun sekarang mereka tahu bahwa
itu yaitu Tuhan sendiri. Demikianlah banyak orang per-
caya yang sejati, sewaktu mereka lemah, takut kalau-kalau
segala penghiburan yang diperuntukkan bagi mereka itu
hanyalah angan-angan belaka, namun sesudah itu mereka
menyadari, melalui anugerah, bahwa semua itu benar-be-
nar nyata dan benar adanya. Mereka tidak bertanya, apa-
kah itu Tuhan? namun sudah yakin bahwa itu yaitu Dia.
Kedua, kemudian mereka bersukacita. Apa yang me-
nguatkan iman mereka membangkitkan sukacita mereka;
sebab percaya mereka bersukacita. Penulis Injil ini tampak
menulisnya dengan nada kegembiraan dan kemenangan.
Kemudian! Kemudian! Murid-murid itu bersukacita saat
mereka melihat Tuhan. Jika jiwa Yakub saja bersukacita
saat mendengar bahwa Yusuf masih hidup, apalagi hati
murid-murid ini bersukacita saat mendengar bahwa
Yesus hidup kembali! Bagi mereka, ini yaitu kebangkitan
dari antara orang mati. Sekarang firman Kristus digenapi
(16:22), “Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan ber-
gembira.” Kejadian ini menghapus segala air mata dari
mata mereka. Perhatikanlah, penglihatan akan Kristus pas-
ti membuat hati seorang murid bergembira kapan saja.
Semakin banyak kita melihat Kristus, semakin besar kita
bersukacita di dalam Dia. Dan sukacita kita tidak akan
pernah sempurna sebelum kita sampai di tempat di mana
kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenar-
nya.
3. Amanat yang besar dan terhormat yang diberikan-Nya kepada
mereka untuk menjadi alat-alat-Nya dalam menanam gereja-
Nya (ay. 21).
Inilah:
(1) Pendahuluan bagi amanat mereka, yang merupakan peng-
ulangan khidmat dari salam yang sudah disampaikan-Nya
sebelumnya: damai sejahtera bagi kamu. Ini dimaksudkan,
Pertama, untuk menarik perhatian mereka pada amanat
yang akan segera diberikan-Nya kepada mereka. Salam
yang sebelumnya yaitu untuk menenangkan kegoncangan
rasa takut mereka, supaya mereka dapat dengan tenang
memperhatikan bukti-bukti kebangkitan-Nya. Salam yang
ini yaitu untuk meredakan kegembiraan mereka, supaya
mereka dapat dengan sabar mendengarkan apa yang hen-
dak dikatakan-Nya lebih lanjut kepada mereka. Atau,
Kedua, untuk mendorong mereka agar menerima ama-
nat yang hendak diberikan-Nya kepada mereka. Meskipun
amanat itu akan menyeret mereka ke dalam banyak masa-
lah, Dia sudah merancang hendak memberi kehormat-
an dan penghiburan kepada mereka di dalamnya, dan,
pada akhirnya, mereka akan beroleh damai sejahtera. Gi-
deon menerima amanat-Nya dengan perkataan ini, “Sela-
matlah engkau” (Hak. 6:22-23; KJV: “Damai sejahtera bagi-
mu” – pen.). Kristus yaitu Damai Sejahtera kita. Jika Dia
bersama kita, maka damailah kita. Kristus sekarang hen-
dak mengutus murid-murid-Nya untuk mengabarkan be-
rita damai kepada dunia (Yes. 52:7), dan Dia di sini tidak
hanya menganugerahkan damai itu kepada mereka demi
kepuasan mereka sendiri, namun juga menyerahkannya ke-
pada mereka sebagai kepercayaan yang harus disalurkan
oleh mereka kepada semua orang yang layak menerima
damai sejahtera itu (Luk. 10:5-6).
(2) Amanat itu sendiri, yang terdengar sangat mengagumkan:
Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang
Aku mengutus kamu.
Pertama, mudah dimengerti bagaimana Kristus meng-
utus mereka. Dia menunjuk mereka untuk melanjutkan
pekerjaan-Nya di bumi, dan menyediakan diri untuk me-
nyebarkan Injil-Nya, dan memancangkan kerajaan-Nya, di
tengah-tengah manusia. Dia mengutus mereka dengan we-
wenang ilahi, diperlengkapi dengan kuasa ilahi, – mengutus
mereka sebagai duta-duta perjanjian damai, dan sebagai
para pelopor untuk mengumumkannya, – mengutus mere-
ka sebagai hamba-hamba yang memberi undangan per-
kawinan. Oleh sebab itulah mereka disebut para rasul –
orang-orang yang diutus.
Kedua, namun bagaimana Kristus mengutus mereka se-
perti Bapa telah mengutus-Nya tidaklah begitu mudah un-
tuk dimengerti. Tentu saja segala amanat dan kuasa yang
diberikan kepada mereka sangat teramat lebih rendah dari-
pada amanat dan kuasa yang diberikan kepada-Nya, na-
mun,
1. Pekerjaan mereka sama macamnya dengan pekerjaan-
Nya, dan mereka harus melanjutkan apa yang ditinggal-
kan-Nya. Mereka tidak diutus untuk menjadi imam dan
raja, seperti Dia, namun hanya untuk menjadi nabi.
Sebagaimana Dia diutus untuk memberi kesaksian
akan kebenaran, demikian pula mereka. Bukan untuk
menjadi pengantara-pengantara pendamaian melainkan
hanya sebagai para pengkhotbah dan pemberita penda-
maian itu. Bukankah Dia diutus bukan untuk dilayani
melainkan untuk melayani? Bukan untuk melakukan ke-
hendak-Nya sendiri melainkan kehendak Dia yang meng-
utus-Nya? Bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau
kitab para nabi melainkan untuk menggenapinya? Demi-
kian pula dengan mereka. Sama seperti Bapa meng-
utus-Nya kepada domba-domba yang hilang dari umat
Israel, demikian pula Dia mengutus mereka ke seluruh
dunia.
2. Dia mempunyai kuasa yang sama dalam mengutus me-
reka dengan kuasa yang dimiliki Bapa dalam mengutus-
Nya. Di sinilah tampaknya letak nilai perbandingan itu.
Dengan kuasa yang sama Bapa mengutus Aku, demi-
kian juga Aku mengutus kamu. Ini membuktikan ke-
Allah-an Kristus. Amanat-amanat yang diberikan-Nya
mempunyai wewenang yang sama dengan amanat-
amanat yang diberikan Bapa, sama sah dan berlaku di
dalam segala maksud dan tujuan, dan sepadan dengan
amanat-amanat yang diberikan-Nya kepada nabi-nabi
Perjanjian Lama dalam berbagai penglihatan. Amanat-
amanat bagi Petrus dan Yohanes, yang disampaikan
melalui perkataan langsung Kristus, sama berlakunya
dengan amanat-amanat bagi Yesaya dan Yehezkiel, yang
disampaikan oleh Tuhan yang sedang duduk di atas
takhta-Nya. Bahkan, amanat itu sama dengan amanat
yang diberikan kepada Sang Pengantara sendiri untuk
dikerjakan-Nya. Bukankah Dia mempunyai wewenang
yang tidak dapat diragukan, dan kemampuan yang
tidak dapat gagal, untuk melakukan pekerjaan-Nya?
Begitu pula halnya dengan mereka. Atau sebab itu,
perkataan sama seperti Bapa mengutus Aku seolah-olah
merupakan pernyataan kuasa-Nya. Berdasarkan wewe-
nang yang diberikan kepada-Nya sebagai Pengantara,
Dia memberi wewenang kepada mereka, sebagai
hamba-hamba-Nya, untuk bertindak terhadap anak-
anak manusia bagi Dia dan di dalam nama-Nya. De-
ngan demikian, orang-orang yang menerima atau meno-
lak mereka, berarti menerima atau menolak Dia dan Dia
yang telah mengutus-Nya (13:20).
4. Dibuat-Nya mereka menjadi layak akan kepercayaan yang di-
serahkan-Nya kepada mereka dengan amanat ini (ay. 22): Ia
mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus.”
Perhatikanlah:
(1) Tanda yang digunakan-Nya untuk meyakinkan mereka,
dan mempengaruhi mereka, yaitu karunia yang hendak di-
anugerahkan-Nya kepada mereka: Ia mengembusi mereka.
Tanda ini bukan hanya untuk menunjukkan kepada mere-
ka, dengan nafas kehidupan ini, bahwa Dia sendiri benar-
benar hidup, melainkan juga untuk melambangkan bagi
mereka kehidupan dan kuasa ilahi yang harus mereka
terima dari-Nya untuk melakukan segala pelayanan yang
ada di hadapan mereka. Mungkin Dia mengembusi mereka
secara bersama-sama, bukan satu per satu, dan meskipun
Tomas tidak berada bersama mereka, Roh Tuhan tahu di
mana harus menemukannya, seperti Dia menemukan
Eldan dan Medad (Bil. 11:26). Kristus di sini tampak meru-
juk pada penciptaan manusia pada awal mulanya, dengan
mengembuskan nafas hidup kepadanya (Kej. 2:7), dan
untuk menunjukkan bahwa Dia sendirilah pencipta karya
itu, dan bahwa kehidupan serta kekuatan rohani hamba-
hamba Tuhan dan orang-orang Kristen berasal dari-Nya
dan bergantung pada-Nya, seperti halnya dengan kehidup-
an jasmaniah Adam dan semua keturunannya. Sama se-
perti nafas Yang Mahakuasa memberi hidup kepada
manusia dan mengawali dunia purba, demikian pula nafas
Juruselamat yang mahakuasa memberi hidup kepada
hamba-hamba-Nya dan mengawali dunia yang baru (Ayb.
33:4). Nah, hal ini menunjukkan kepada kita,
Pertama, bahwa Roh yaitu nafas Kristus, yang keluar
dari Anak. Roh, dalam Perjanjian Lama, dibandingkan
dengan nafas (Yeh. 37:9), “Hai nafas hidup, datanglah.”
Namun, Perjanjian Baru memberi tahu kita bahwa napas
itu yaitu nafas Kristus. Nafas Tuhan dikerahkan dalam
kekuatan murka-Nya (Yes. 11:4; dan 30:33), namun nafas
Kristus melambangkan kekuatan anugerah-Nya. Nafas
murka yang penuh ancaman itu diubah menjadi nafas ka-
sih oleh kepengantaraan Kristus. Perkataan kita diucapkan
dengan nafas kita, dan demikian juga perkataan Kristus
diucapkan dengan roh dan hidup. Firman datang dari Roh,
dan Roh datang bersama-sama dengan firman.
Kedua, bahwa Roh yaitu pemberian Kristus. Para ra-
sul menyalurkan Roh Kudus dengan penumpangan tangan,
tangan-tangan yang sebelumnya telah terangkat di dalam
doa, sebab mereka hanya bisa memohonkan berkat ini
dan membawanya sebagai utusan. namun Kristus mengaru-
niakan Roh Kudus dengan mengembuskan nafas, sebab
Dia yaitu pemilik karunia itu, dan dari-Nyalah karunia itu
berasal. Musa tidak dapat memberi Roh yang ada pada-
nya, Allah-lah yang melakukannya (Bil. 11:17). namun , Kris-
tus melakukannya sendiri.
(2) Pemberian khidmat yang disampaikan-Nya, yang dilam-
bangkan dengan tanda ini, “Terimalah Roh Kudus, sebagian
sekarang, sebagai pertanda akan apa yang akan kamu
terima selanjutnya, tidak lama lagi.” Mereka sekarang me-
nerima lebih banyak dari Roh Kudus daripada yang sudah
mereka terima sebelumnya. Demikianlah berkat-berkat ro-
hani diberikan secara bertahap. Barangsiapa yang mempu-
nyai maka kepadanya akan diberi. Oleh sebab sekarang
Yesus mulai dimuliakan, maka lebih banyak dari Roh
Kudus mulai diberikan (7:39). Marilah kita lihat apa yang
terkandung dalam pemberian ini.
Pertama, Kristus dengan ini memberi mereka keyakinan
akan bantuan Roh dalam pekerjaan mereka di masa men-
datang, dalam melaksanakan amanat yang akan segera di-
berikan kepada mereka sekarang: “Aku mengutus kamu,
dan kamu akan disertai oleh Roh ke mana pun kamu
pergi.” Sekarang Roh Tuhan ada pada mereka untuk mem-
perlengkapi mereka dalam menjalankan semua pelayanan
yang ada di hadapan mereka. Siapa yang dipekerjakan
Kristus pasti akan diperlengkapi-Nya dengan Roh-Nya, dan
disertai-Nya dengan segala kuasa yang diperlukan.
Kedua, dengan ini Dia memberi mereka mengalami kua-
sa-kuasa Roh dalam menghadapi perkara mereka sekarang
ini. Dia telah menunjukkan kepada mereka tangan dan
lambung-Nya, untuk meyakinkan mereka akan kebenaran
kebangkitan-Nya. Namun demikian, bukti-bukti yang pa-
ling jelas sekalipun dengan sendirinya tidak akan mem-
buahkan iman, lihat saja ketidakpercayaan para penjaga,
yang merupakan satu-satunya saksi mata dari kebangkitan
itu. “Oleh sebab itu, terimalah Roh Kudus, untuk menger-
jakan iman di dalam kamu dan membuka pengertianmu.”
Mereka sedang menghadapi bahaya dari orang-orang Ya-
hudi: “Oleh sebab itu, terimalah Roh Kudus, untuk me-
ngerjakan keberanian di dalam dirimu.” Apa yang dikata-
kan Kristus kepada mereka dikatakan-Nya juga kepada se-
mua orang percaya sejati, “Terimalah Roh Kudus” (Ef. 1:13).
Apa yang diberikan Kristus harus kita terima, kita harus
menyerahkan diri dan seluruh jiwa kita pada kuasa-kuasa
yang menghidupkan dan menguduskan dari Roh yang pe-
nuh berkat itu. Kita harus menerima semua pekerjaan-Nya
dan menyetujuinya. Kita harus menerima kuasa-kuasa-Nya
dan memanfaatkannya. Dan orang-orang yang mematuhi
firman ini sebagai perintah akan mendapatkan keuntungan
darinya sebagai janji. Mereka akan menerima Roh Kudus
sebagai pembimbing jalan mereka dan jaminan akan waris-
an yang mereka peroleh.
5. Satu kuasa khusus yang diberikan kepada mereka melalui
amanat mereka itu disampaikan di sini (ay. 23): “Jikalau kamu
mengampuni dosa orang, dengan menjalankan kuasa-kuasa
yang sudah dipercayakan kepadamu itu dengan semestinya,
maka dosanya diampuni, dan orang itu boleh terhibur sebab -
nya. Dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, yang
artinya, menyatakan tidak diampuni, beserta kesalahan yang
melekat pada dosa itu, maka dosanya tetap ada, dan si pen-
dosa boleh yakin akan hal itu, yang akan membuatnya ber-
duka.” Nah, hal ini terjadi sesudah mereka menerima Roh Ku-
dus, sebab , seandainya mereka tidak mempunyai roh luar
biasa untuk membedakan bermacam-macam hal, maka mere-
ka tidak pantas diberi kepercayaan untuk menjalankan wewe-
nang seperti itu. sebab , dalam pengertian yang paling ketat,
ini merupakan amanat khusus yang hanya ditujukan bagi
para rasul sendiri dan bagi para pemberita Injil yang pertama,
yang dapat membedakan siapa saja yang hatinya telah seperti
empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan dan siapa
yang tidak. Dengan diberi kuasa ini, Petrus membuat Ananias
dan Safira rebah dan mati, dan Paulus membuat Elimas buta.
Namun, amanat ini harus dimengerti sebagai hak umum bagi
gereja dan hamba-hambanya, bukan untuk memberi jaminan
bahwa mereka selalu benar dan bisa menjatuhkan penghakim-
an kepada siapa saja atau kepada sekelompok orang di dunia
ini, melainkan untuk mendorong para pengurus rahasia-
rahasia Allah yang setia untuk membela Injil yang harus
mereka beritakan, sebab Allah sendiri akan membela Injil-Nya
itu. Para rasul, dalam memberitakan penghapusan dosa, ha-
rus mulai di Yerusalem, meskipun Yerusalem baru saja mem-
buat dirinya menanggung kesalahan atas darah Kristus: “Na-
mun, kamu boleh menyatakan dosa-dosa mereka dihapuskan
dengan syarat-syarat Injil.” Dan Petrus pun berbuat demikian
(Kis. 2:38; 3:19). Kristus, sebab dibangkitkan supaya kita
beroleh pembenaran, mengutus para pelopor Injil-Nya untuk
menyatakan dimulainya tahun pembebasan, sebab tindakan
ganti rugi kini sudah berlalu, dan oleh aturan inilah manusia
akan dihakimi (12:48; Rm. 2:16; Yak. 2:12). Allah tidak akan
mengubah aturan penghakiman ini atau melenceng darinya.
Orang-orang yang dibenarkan oleh Injil pasti akan dibenarkan,
dan orang-orang yang dikutuk oleh Injil pasti akan dikutuk.
Ini memberi kehormatan yang sangat besar kepada pela-
yanan Injil, dan seharusnya memberi keberanian yang sa-
ngat besar pula kepada hamba-hambanya. Dua cara ini dipa-
kai oleh para rasul dan hamba-hamba Kristus untuk mengam-
puni dosa atau menyatakannya tetap ada, dan keduanya me-
reka perbuat sebagai orang yang diberi wewenang:
(1) Dengan ajaran yang benar. Mereka diberi amanat untuk
memberitakan kepada dunia bahwa keselamatan harus di-
peroleh dengan syarat-syarat Injil, dan bukan dengan cara
lain, dan mereka akan mendapati bahwa Allah akan meng-
amininya. Demikianlah yang akan dialami mereka.
(2) Dengan disiplin yang ketat, dengan menerapkan aturan In-
jil yang umum kepada orang per orang. “Jikalau kamu me-
nerima orang untuk bersekutu denganmu, menurut atur-
an-aturan Injil, maka Allah akan membawa orang itu un-
tuk bersekutu dengan-Nya sendiri. Dan jikalau kamu me-
ngeluarkan orang dari persekutuanmu sebagai orang yang
tidak bertobat, dan tetap bersikeras dalam dosa-dosa yang
memalukan dan menular, maka orang itu akan diserahkan
kepada penghakiman dari Allah yang benar adanya.”
III. Ketidakpercayaan Tomas, saat laporan ini disampaikan kepada-
nya, yang menimbulkan penampakan Kristus untuk kedua kali-
nya.
1. Di sini kita melihat Tomas tidak hadir dalam pertemuan ini
(ay. 24). Dia dikatakan sebagai seorang dari kedua belas murid,
salah seorang dari kumpulan para rasul, yang sekarang jum-
lahnya sebelas, tadinya berjumlah dua belas dan akan berjum-
lah dua belas lagi. Mereka hanya bersebelas, dan salah se-
orang dari mereka tidak hadir: murid-murid Kristus tidak akan
pernah berkumpul bersama-sama secara lengkap sebelum ter-
jadinya perkumpulan umum pada hari yang besar itu. Mung-
kin sebab ada masalah dengan Tomas sehingga ia tidak hadir
– entah sebab ia sakit, atau sebab ia tidak diberi tahu. Atau
mungkin sebab dosa dan kebodohannya – entah sebab ia
terganggu oleh urusan duniawi atau teman, yang lebih diuta-
makannya daripada kesempatan ini, atau ia tidak berani da-
tang sebab takut kepada orang-orang Yahudi. Dan ia meng-
anggap dirinya bertindak dengan bijaksana serta berhati-hati,
padahal sebenarnya ia berbuat seperti seorang pengecut. Ba-
gaimanapun juga, sebab ketidakhadirannya itu, ia kehilangan
kesempatan untuk melihat Gurunya bangkit, dan untuk ber-
bagi sukacita dengan murid-murid yang lain dalam kesempat-
an itu. Perhatikanlah, banyak orang yang tidak tahu apa yang
mereka lewatkan saat mereka dengan ceroboh tidak hadir
dalam perkumpulan-perkumpulan Kristen yang khidmat yang
sudah ditetapkan itu.
2. Kesaksian yang diberikan kepadanya oleh murid-murid yang
lain mengenai kunjungan Guru mereka (ay. 25). Di lain waktu
saat mereka melihatnya, mereka berkata kepadanya, dengan
begitu bersukacita, “Kami telah melihat Tuhan!” Dan pasti me-
reka menceritakan kepadanya segala sesuatu yang sudah ter-
jadi, khususnya kepuasan yang diberikan-Nya kepada mereka
dengan menunjukkan tangan dan lambung-Nya. Tampaknya,
meskipun Tomas pada waktu itu tidak berada bersama-sama
dengan mereka, ia tidak menjauh dari mereka. Orang-orang
yang tidak hadir untuk sementara tidak boleh dikutuk sebagai
orang-orang murtad untuk selama-lamanya: Tomas bukanlah
Yudas. Amatilah bagaimana mereka mengatakannya dengan
kegembiraan dan kemenangan yang meluap-luap: “Kami telah
melihat Tuhan, ini penglihatan yang sangat memberi penghi-
buran yang pernah kami lihat.” Perkataan ini mereka sampai-
kan kepada Tomas,
(1) Untuk mencela dia sebab ketidakhadirannya: “Kami telah
melihat Tuhan, namun kamu belum.” Atau mungkin lebih te-
patnya,
(2) Untuk memberi tahu dia: “Kami telah melihat Tuhan, dan
kami berharap kamu ada di sini, untuk melihat-Nya juga,
sebab ini akan sungguh memuaskan hatimu.” Perhatikan-
lah, murid-murid Kristus harus berusaha membangun satu
sama lain di atas dasar iman mereka yang paling suci, baik
dengan mengulangi apa yang sudah mereka dengar kepada
orang-orang yang tidak hadir, supaya mereka dapat men-
dengarnya dari pihak kedua, maupun dengan mencerita-
kan apa yang telah mereka alami. Mereka yang dengan
iman telah melihat Tuhan, dan telah mengecap betapa
baiknya Dia, harus memberi tahu orang lain apa yang telah
diperbuat Allah bagi jiwa mereka. Hanya saja, janganlah
kita memegahkan diri.
3. Keberatan-keberatan yang diajukan Tomas dalam melawan
bukti yang ada, untuk membenarkan dirinya sendiri yang
tidak bersedia mengakuinya. “Tolong jangan katakan bahwa
kalian telah melihat Tuhan hidup. Kalian juga mudah tertipu.
Ada orang yang sudah mempermainkan kalian. Kalau aku,
sebelum aku tidak hanya melihat bekas paku pada tangan-Nya
namun juga mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu, dan
mencucukkan tanganku ke dalam bekas luka di lambung-Nya,
sekali-kali aku tidak akan percaya.” Sebagian orang, dengan
membandingkan perkataan ini dengan apa yang sudah dikata-
kannya sebelumnya (11:16; 14:5), menduga bahwa Tomas
yaitu orang yang kasar, berperangai muram, dan cenderung
berbicara dengan nada ketus, sebab orang-orang yang baik
tidak sama berbahagianya dalam perilaku mereka. Bagaima-
napun juga, sudah pasti ada banyak kesalahan dalam tindak-
annya kali ini.
(1) Kalau bukannya tidak memperhatikan, ia mungkin tidak
mempertimbangkan dengan benar apa yang sudah dikata-
kan Kristus dengan begitu sering, dan yang juga sesuai de-
ngan Perjanjian Lama, bahwa Dia akan bangkit pada hari
ketiga. Jadi seharusnya dia berkata, “Dia telah bangkit,”
meskipun dia belum melihat-Nya, atau belum berbicara de-
ngan siapa saja yang sudah melihat-Nya.
(2) Ia tidak menghormati dengan semestinya kesaksian teman-
temannya sesama murid, yang merupakan orang-orang
bijak dan tulus, yang sewajarnya dihargai. Ia tahu mereka
itu orang-orang jujur. Semuanya ada sepuluh dari mereka
yang bersama-sama membenarkan kesaksian itu dengan
sangat meyakinkan. Namun, ia tidak mau mengakui bahwa
kesaksian mereka yaitu benar. Kristus telah memilih
mereka untuk menjadi saksi-saksi kebangkitan-Nya bagi
segala bangsa, namun Tomas, salah seorang dari kelompok
persaudaraan mereka sendiri, tidak mau mengakui mereka
sebagai saksi-saksi yang patut dipercaya, dan juga tidak
mempercayai mereka lebih daripada apa yang dapat dilihat-
nya pada diri mereka. Meskipun demikian, sebenarnya bu-
kan kejujuran merekalah yang dipertanyakannya, melain-
kan kebijaksanaan mereka. Ia takut kalau-kalau mereka
terlalu mudah percaya.
(3) Ia mencobai Kristus, dan menyakiti hati Yang Kudus dari
Israel, saat ia ingin diyakinkan dengan caranya sendiri
atau tidak akan sama sekali. Ia tidak bisa yakin bahwa
bekas paku pada tangan-Nya, yang dikatakan para rasul
telah mereka lihat, akan membuatnya dapat mencucukkan
jarinya ke dalam bekas paku itu, atau luka di lambung-Nya
dapat membuatnya mencucukkan tangannya ke dalamnya.
Lagi pula, sungguh tidak pantas untuk memperlakukan
tubuh yang hidup dengan kasar seperti itu. Namun, Tomas
menggantungkan imannya pada bukti ini, yakni ia akan
terhibur dan keinginannya dipuaskan, atau ia tidak akan
percaya (Mat. 16:1; 27:42).
(4) Pengakuan yang terang-terangan akan ketidakpercayaan ini
di hadapan para murid merupakan suatu penghinaan bagi
mereka dan membuat mereka kecil hati. Itu bukan sekadar
dosa melainkan juga mendatangkan aib. Sama seperti satu
orang pengecut membuat banyak orang mengikutinya,
demikian pula halnya dengan satu orang percaya, atau
satu orang yang ragu-ragu membuat hati saudara-saudara-
nya tawar seperti hatinya (Ul. 20:8). Seandainya saja ia me-
mikirkan kejahatan ini, dan kemudian menutup mulutnya
dengan tangannya, untuk menahannya, maka kesalahan-
nya akan tetap pada dirinya sendiri. Namun, dengan me-
nyatakan ketidakpercayaannya, dan disampaikan dengan
begitu yakin, mungkin akan membawa dampak yang buruk
kepada murid-murid yang lain, yang pada saat itu masih
lemah dan goyah.
Ketidakpercayaan Tomas
(20:26-31)
26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah
itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu ter-
kunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata:
“Damai sejahtera bagi kamu!” 27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruh-
lah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucuk-
kan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan
percayalah.” 28 Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” 29 Kata
Yesus kepadanya: “sebab engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” 30 Memang ma-
sih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya,
yang tidak tercatat dalam kitab ini, 31 namun semua yang tercantum di sini
telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan
supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.
Di sini kita mendapati cerita tentang penampakan Kristus lagi kepada
murid-murid-Nya, sesudah kebangkitan-Nya, saat Tomas sekarang
ada bersama-sama dengan mereka. Dan mengenai penampakan ini,
kita dapat memperhatikan:
I. Kapan Kristus mengunjungi kembali murid-murid-Nya: delapan
hari kemudian, tujuh malam sesudah Dia bangkit, yang sebab itu
pasti, sama seperti penampakan sebelumnya, pada hari pertama
minggu itu.
1. Dia menunda penampakan-Nya yang berikutnya selama bebe-
rapa waktu, untuk menunjukkan kepada murid-murid-Nya
bahwa Dia tidak dibangkitkan kepada kehidupan seperti yang
telah dijalani-Nya sebelumnya, untuk bergaul dengan mereka
terus-menerus, namun sebagai pribadi yang menjadi milik
dunia lain, dan yang hanya mengunjungi dunia ini seperti ma-
laikat-malaikat, sekali-sekali, jika ada kesempatan. Di
mana Kristus berada selama delapan hari ini, dan selama
waktu-waktu lain saat Dia tinggal di bumi, merupakan suatu
kebodohan bagi kita untuk menanyakannya, dan kelancangan
untuk menentukannya. Di mana pun Dia berada, pasti malai-
kat-malaikat melayani Dia. Pada permulaan pelayanan-Nya,
Dia tidak tampak selama empat puluh hari, dicobai oleh roh
jahat (Mat. 4:1-2). Dan sekarang pada permulaan kemuliaan-
Nya, selama empat puluh hari sebagian besar Dia tidak keli-
hatan, dilayani oleh roh-roh yang baik.
2. Dia menundanya beg