bangsa Israel
Teks-teks dalam Alkitab sering ditafsirkan hanya sebatas teks literal, misalnya
narasi penciptaan.Secara konteks sejarah narasi penciptaan merupakan suatu
kepentingan sebagai upaya mencari dukungan dan wujud identitas bangsa di
tengah-tengah perkembangan politik. Untuk memahami perkembangan politik Israel
dalam teks narasi penciptaan, maka penelitian ini dilandasi dengan metode kualitatif
yaitu pendekatan eksegetis dan penafsiran modern yang mempergunakan ilmu-ilmu
sosial dan juga politik; khususnya juga ilmu-ilmu arkeologi sebagai hasil-hasil
kepenulisan Perjanjian Lama. Ilmu sosial-politik menjadi penting dalam penulisan
tesis ini disebabkan hasil yang diperoleh lebih dapat meyakinkan penulis bahwa
sejarah penulisan Alkitab tidak terlepas dari sosial-politiknya, dengan bukti-bukti
yang luas dari berbagai ilmu arkeologi yaitu artefak, inskripsi, dan literatur-
literatur dari dunia Israel kuno sebagai sisa-sisa kultur material untuk menjelaskan
sosial-politik kehidupan Israel mula-mula yang pernah ada.Kesimpulan dan
rangkuman yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1) penyusunan sejarah Israel
sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh para penulis pemerintah yang memiliki
kemampuan dalam penulisan sejarah kuno dan kemampuan memahami situasi
politik yang berkembang pada zamannya. 2) Kepentingan politik Daud berimplikasi
kepada keutuhan dan kesatuan bangsa. 3) Kisah penciptaan dalam Kejadian 2:4b-25
telah menggambarkan tentang sejarah awal pembentukan identitas Israel sebagai
bangsa yang bersatu dan meletakkan Israel dalam kerangka universal yang setara
dengan kekuasaan-kekuasaan besar.
Awal dari tulisan ini bukanlah sepenuhnya menghilangkan kepercayaan akan pengilhaman
dan otoritas Alkitab, melainkan tulisan ini berusaha menyajikan sisi lain dari pola pemahaman dari
penelitian Alkitab. Yang mana pandangan secara umum mengenai penulisan Alkitab khususnya
Perjanjian Lama, cenderung dituntun berpikir dan percaya bahwa Alkitab hanya ditulis dengan
sebuah mahakarya yang sempurna dan ditulis oleh beberapa orang yang telah diilhami oleh Roh
Kudus.Di sisi lain Alkitab juga perlu diamati dalam perkembangan ilmu.
Berdasarkan perkembangan ilmu yang pesat dalam penelitian Alkitab ditemukanlah
beberapa kesulitan-kesulitan dalam setiap tema dalam Kitab Ibrani, yang setidaknya memahami
bahwa Alkitab merupakan tumpukan-tumpukan sastra yang memiliki latar belakang yang
dipengaruhi oleh konteks sosial dan kebudayaan masyarakat serta politik pemerintahan Israel
kuno.1Beberapa di antaranya dapat dilihat, seperti penemuan Dekalog (10 hukum) dengan jelas ´2Ulangan 34, yang meriwayatkan kematian Musa, tidak dikarang
oleh Musa sendiri, yang mana ini seolah-olah membantah tentang penulisan tunggal yang berasal
hanya pada satu orang penulis yang disebut Musa, kemudian ditemukannya kisah penciptaan yang
ditemukan lebih dari dua.3 Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa ada banyak tumpukan-tumpukan
sastra yang terjadi dalam penulisan kitab Perjanjian Lama khususnya.
Narasi Penciptaan dipilih untuk diteliti karena beberapa persoalan Pertama kontroversi
pendapat para ahli sains (sekuler) yang mengungkap karya penciptaan harus dilihat secara ilmiah, di
mana alam semesta tidak diciptakan (steady state universe).Menurut mereka jagat raya selain tak
terbatas dan besarnya tak terhingga.Teori ini disebut Teori Newton.4Hal itu juga didukung oleh
seorang Teolog Seto Marsunu yang menilai sebuah kejanggalan dalam Kejadian 1-11 yang tidak
dapat diterima kebenaran ilmiah-nya.Misalnya bagaimana mungkin ada terang sebelum matahari
diciptakan?Bumi tidak bulat tetapi berupa lempengan yang mengapung di atas permukaan
air.Langit digambarkan sebagai lengkungan yang menahan air yang ada di atasnya.5Yang mana
menurutnya narasi penciptaan hanya bersifat subjektif.6Semuanya itu berbanding terbalik dengan
penafsiran penciptaan dalam Kejadian 1 yang dipahami secara teologis--yang sering diidentikan
sebagai karya Allah yang telah menciptakan dunia dengan segala isinya, termasuk manusia dan
makhluk lainnya.
Kedua selain kontroversi secara sains (sekluer) dalam perkembangan penyelidikan
terhadap teks-teks Ibrani ternyata ditemukan beberapa kisah penciptaan yang menunjukkan bahwa
Kejadian 1 bukanlah satu-satunya penciptaan, di mana jauh sebelum penulisan kitab suci Ibrani
(Israel) telah ditemukan kisah penciptaan dunia di Timur Dekat Kuno.Yang mana Penciptaan dalam
arti ini bukan hanya berbicara struktur dan tatanan dunia, di mana tidak hanya agama, tetapi juga
relasi politik, ekonomi, dan sosial yang memainkan peran.7
Kitab Kejadian 2:4b-25 dipilih untuk menjadi obyek penelitian karena beberapa
pertimbangan Pertama beberapa ahli teolog menilai Kejadian 2:4b-25 ditulis oleh tradisi tertua
yaitu Y yang jika dibandingkan dengan beberapa teks kisah penciptaan lainnya seperti Kejadian
1:1-2:4a yang ditulis oleh tradisi termuda yaitu P. 8 Sebagai sumber tertua (Y), yang diyakini
pastinya menyimpan banyak cerita sejarah yang menjadi acuan dasar dalam penelitian sejarah Israel
dan kejayaan Israel bersatu. Kedua sebagai salah satu sumber tertua dari narasi penciptaan Kejadian
2:4b-25, beberapa teolog yang menganggap bahwa ada penanaman dasar upaya politik untuk
mengembangkan kehidupan Israel9 yaitu Telnoni dan Coote, keduanya PHQHNDQNDQSROLWLN³HJRLV´
pemerintah, layaknya cerita Mesopotamia kuno.10 Namun kedua teologtersebut melupakan konteks
politik dari penciptaan Mesopotamia dan Israel yang cukup berbeda. Keadaan situasi Israel pada
digunakan untuk menarik dukungan dan meletakkan Israel dalam kerangka universal yang setara
dengan kekuasaan-kekuasan besar seperti Mesir11, sedangkan beberapa bangsa di Mesopotamia
kuno menggunakan tema penciptaan untuk memperkuat kekuasaan sang raja.12
Jadi dalam tulisan ini diharapkan peranan konteks sejarah Israel akan memberikan suatu
pemahaman baru bahwa upaya atau usaha dari makna kisah penciptaan bukan hanya sebatas
9Israel yang dimaksud adalah ketika awalnya mereka masih berbentuk konfederasi suku-suku penyembah Yahweh
kemudian mereka merubahnya ke dalam bentuk pemerintahan kerajaan. baca John A.Titaley Di Seputar Penerjemahan
Nama YAHWEH Dalam Alkitab Bahasa Indonesia ,
Mesopotamia kuno, melainkan adanya upaya kesinambungan antara pemerintah dan penulis
(sumber Y) untuk menghadirkan kisah penciptaan sebagai bentuk kesatuan indentitas Israel sebagai
bangsa.13
Kerumitan persoalan ini menggerakkan penulis bertanya seberapa besar makna politik dari
narasi penciptaan dalam pembentukan Israel bersatu oleh Sumber Y berdasarkan Kejadian 2:4b-25?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut penulis mendekati teks kitab Kejadian melalui studi
hermeneutik berdasarkan pada prespektif sosio-politik. Pendekatan ini berguna untuk menemukan
apa yang sebenarnya makna konteks sejarah yang ingin dikomunikasikan penulis pada masanya,
serta konteks sosial yang ada dan dialami oleh penulis Y itu sendiri.14 Upaya tersebut dilakukan
dengan melihat narasi kisah penciptaan: pembentukan Israel bersatu oleh sumber Y dari sudut
pandang konteks sosio-politik dari kejadian 2:4b-25.
A. Landasan Teori Sosial-Politik
Secara tidak langsung penggunaan metode ini sebenarnya sering disamakan dengan
metode sosial milik Norman K. Gottwald.Hal ini dikarenakan penelitian yang luas yang mencakup
kehidupan masyarakat Israel kuno. 15 Namun Coote menilai metode sosial masih tidak terlalu
menjangkau analisis masalah sosial, politik, dan ekonomi yang merupakan ciri khas sejarah
Palestina. Misalnya, metode ini tidak begitu peduli dengan kenyataan bahwa umat Palestina yang
mendiami tenda-tenda di padang pasir (badouin) secara sosio-politik sangat berperan. Metode sosial
malah lebih banyak berbicara tentang dampak dari pergolakan para petani, padahal sangat sulit
Oleh sebab itu Coote menawarkan sebuah pemahaman terhadap politik penguasa yang
menyusun proses pembuatan Alkitab. Menurutnya sejarah Alkitab tidak lebih dari kepentingan
penguasa dalam mengembangkan sejarah pemerintahan.Sang raja telah memiliki beberapa penulis
sejarah yang diberi tugas menyusun sejarah perkembangan pemerintahannya.Sudah merupakan satu
aksioma dalam sejarah bahwa kategori yang digunakan untuk menulis sejarah adalah kategori
analisis yang berlaku pada satu saat tertentu.Sejarawan memiliki berbagai peristiwa waktu lampau
yang relevan dengan dunianya saat itu.17Sejarah membutuhkan seleksi bahan materi dari beberapa
cerita yang lebih penting dari pada peristiwa lainnya dan kemudian menatanya menurut kategori
tertentu. Tugas historis bukan menggambarkan apa yang terjadi tetapi memilih seratus dari antara
ratusan miliar peristiwa yang terjadi dan mengelompokannya dan mengaturnya agar peristiwa-
peristiwa itu bermakna.18
Hal itulah yang dilakukan oleh para penguasa Israel pada masa kekuasan mereka.Di mana
setiap penguasa memiliki juru tulis kepercayaan, untuk menuliskan kepentingan sejarah.Kekuasaan
awal Taurat, ditulis di Istana Daud untuk menghadirkan sejarah bangsa Daud sebagaimana Daud
melihatnya.Sejarah ini menerangkan bagaimana Yehuda dan Israel dianggap bersatu melawan
ancaman Mesir, yang merupakan musuh wangsa Daud.Satu angkatan kemudian, ketika orang Israel
yang dipimpin Yerobeam menggulingkan wangsa Daud, istana pemberontak tetap memakai sejarah
Israel versi wangsa Daud, tetapi dengan membuat banyak tambahan ke dalamnya.Tambahan ini Oleh sebab itu penggunaan Metode ini akan
memberikan penjelasan yang lebih dalam terhadap kepenulisan sejarawan konteks kerajaan Israel
bersatu.
A. Pembentukan sejarah awal Israel
Mengacu pada sejarah terbentuknya Israel sejak awal mereka sebagai konfederasi suku-
suku yang diperkirakan mulai berada pada pertengahan abad 12 sM dan melalui cerita kemenangan
³9LFWRU\ 6WHOD´ Merneptah 20 .Asal usul Israel dapat dijelaskan secara ringkas merupakan
sekelompok umat yang berasal dari berbagai suku yang bersatu. Pembahasan itu bisa didasarkan
pada sejarah penyebutan nama Israel. Israel itu merupakan sebuah konfederasi umat (non Kanaan
dan Kanaan) yang tertindas (confederation of the operessed) dari sekitar wilayah Kanaan (pemujaan
Tuhan El, bentuk jamak Elohim). Diperkirakan munculnya Israel pada awal abad ke 12, di mana
sistem pemerintahan masa kejayaan Amarna Kanaan telah dipengaruhi sistem feodalis dengan
dukungan pemerintahan Mesir yang kuat, menyebabkan perpecahan dalam tubuh wilayah
Kanaan.Kelompok masyarakat yang terpecah dan bergabung itu disebutlah mereka Isra-El yang
menjadi sumber pembagian etnik, karena fokusnya bukan etnisitas, tetapi perjanjian bersama
sebagai sekelompok kelas tertindas (common plight of the oppressed class).21Pada masa konfederasi
suku-suku tersebut diduga kuat keagamaan Israel itu ada dua yaitu dewa Yahweh dan El.22
Ketika Israel masih berbentuk konfederasi suku, mereka hanya dipimpin oleh kepala suku
hingga dipenghujung abad ke 11 sM, di mana suku Benyamin, Saul mengklaim hak istimewa
kerajaan sebagai kepala komandan angkatan bersenjata Israel. Ia mungkin saja hanya sebatas
komandan perang yang dianggap sebagai raja, karena panglima perang Asia yang bekerja untuk
Mesir sudah menggunakan gelar itu.23Namun bagaimanapun Alkitab telah menetapkan Saul sebagai
raja pertama Israel.Keberadaan Saul sebagai seorang raja sepertinya tidak terlalu berdampak di
dalam kepenulisan Alkitab. Ibaratnya keberadaan Saul hanya sebagai penghias dari awal munculnya
sang pemimpin sejati dari seorang raja Daud. Tidak salah jika kita berspekulasi bahwa Saul
memang disengaja oleh raja Daud untuk menjelaskan bagaimana Daud diangkat menjadi seorang
raja Israel
yang didirikan Daud dan berpusat di Hebron dengan suku Yehuda sebagai bagian
utamanya.25Dengan puncak keberhasilannya,Daud mulai membangun Israel menjadi sebuah negara
yang kokoh.Sebagai bentuk kekuasaan Daud segala bentuk sejarah pemerintahan dikumpulkan
dalam sebuah dokumen.Di mana Daud mulai membangun kesepakatan politik di antara suku-suku
di Israel, yang mana kesediaan mereka menjadi kerajaan Israel bersatu dibawah penguasa
tunggal.Dengan kerajaan Israel (bersatu) itu, mereka berhasil menjadikan Yerusalem sebagai
ibukota kerajaan, serta memindahkan Tabut perjanjian ke Yerusalem sebagai simbol persatuan
suku-suku Israel dan lambang kehadiran Allah.
Ideologi kerajaan dari Israel suku Israel
dalam kehidupan bersama sebagai kerajaan yang baru berdiri. Kedudukannya yang sentral dari
ideologi kebangsaan, mampu mempengaruhi perkembangan Israel (Yehuda dan Israel) serta
melahirkan produk-produk kerajaan untuk menunjang kekuasaan dengan propaganda,
mempromosikan kesuksesan, serta melegistimasi kepemimpinan dalam literatur dan ritual.26Hal itu
diwujudkan dalam kesusasteraan sejarah istana, yang disusun dalam dokumen kesusteraan melalui
para penulisnya.Para penulis yang berasal dari Istana Daud dikenal sebagai Y (sumber Yahwist).27
Penulis Y bisa jadi adalah kelompok Imam yangdibawah pemerintahan Daud yang
diwakili oleh Abyatar yang berasal dari Silo dan secara teoritis mereka adalah keturunan
Musa.28Meskipun banyak juga yang menganggap bahwa penulis Y adalah seorang diri. 29Sejak
keberadaan penulis Y di masa pemerintahan Daud, kepenulisan Y kemungkinan dikembangkan oleh
pemerintahan selanjutnya yaitu Salomo atau mungkin sesudahnya.30
Mengenai pemahaman Y terhadap penyusunan sejarah Israel, mungkin tidak perlu
diragukan lagi, sebab ada beberapa alasan yang dapat menjadi pertimbangannya: Pertama penulis Y
(scribes) merupakan kelompok penulis yang dipekerjakan oleh penguasa (Raja Daud)untuk menulis
dokumen literatur tentang bagaimana para penguasa menjalankan kekuasaannya dan peranan
mereka dalam masyarakat. Kepentingan itu berlanjut dengan pengaruh yang kuat untuk
mempengaruhi para scribes dalam catatan yang mereka tulis dengan bentuk kata-kata canggih
tentang diri sang penguasa serta bagaimana para penguasa tersebut berkuasa pada masanya.31Kedua
penulis Y setidaknya telah memahami beberapa tulisansejarah (sebelum munculnya kerajaan Israel
bersatu) beberapa di antaranya adalah cerita Yusuf sampai keluarnya Israel dari Mesir.Cerita itu
mirip dengan cerita kelompok Shosuyang berada pada dinasti Mesir ke XVIII (1510 sM) 32
danCerita Patriakhal (bapa-bapa leluhur) yang memiliki persamaan dengan cerita Mesopotmia kuno
dari pertengahan millenium kedua yaitu cerita budak perempuan (slavegirl) bagi seorang Istri, yaitu
kisah Sarah (isteri Abraham) yang memiliki budak perempuan yang dijadikan sebagai isteri bagi
suaminya (Abraham) untuk mendapatkan keturunan.Ternyata telah banyak dikenal dalam tradisi
kuno, abad pertengahan millennium kedua yang didasarkan teks adopsi
Setidaknya dari kemampuan Y yang telah dibekali pengetahuan dalam sejarah kuno.
Kelompok Y telah memiliki rancangan untuk mengawali sejarah Israel layaknya cerita-cerita
kerajaan Timur Dekat kuno sebagai dokumen untuk membentuk satu citra sosial bagi konsumsi
publik, walaupun masyarakat luas tidak banyak mengatahui semua hal menyangkut istana dan siapa
saja yang datang berkunjung. Citra ini juga menjadi, atau memperkuat, cara masyarakat memahami
diri mereka dan tempat mereka dalam masyarakat. Citra ini menentukan apa saja dari berbagai
masalah politis, sosial dan relegius yang dianggap penting- masalah apa saja, menurut penguasa,
masyarakat harus percaya dan melibatkan diri dan apa saja yang mereka abaikan.34
B. Narasi Penciptaan sebagai PolitikIsrael bersatu
Narasi penciptaan juga merupakan salah satu bentuk kesamaan unsur-unsur dalam sejarah
kuno yang telah banyak ditemui dalam berbagai artefak-artefak kuno jauh sebelum kisah penciptaan
ditemukan dalam Alkitab.Beberapa diantarnya adalah Enuma elish, Gilgamesh, Atra-hasis dan
masih banyak lainnya. Narasi penciptaan kuno awalnya bertujuan untuk menjelaskan tentang
keberadaan sang Ilahi yang menciptakan segala sesuatunya dengan keteraturan dan keadilan bagi
makhluk ciptaan-Nya. Namun dibalik itu semua inti dari penciptaan adalah politik raja (pemerintah
yang berkuasa) sebagai wakil Ilahi untuk kepentingan kekuasaan atas segalanya dan memimpin
seluruh umat.35Hal itu menjadi sangat penting bagi politik seorang penguasa.Banyak teks-teks
narasi penciptaan di Timur Dekat Kuno menunjukkan besarnya pengaruh pemerintahan terhadap
narasi-narasi yang dibangun, misalnya pada masa pemerintahan Nebukadnezar I pada abad ke-12
sM puisi kisah penciptaan Babel mulai dibentuk untuk menggantikan cerita penciptaan sebelumnya
(Sumeria) yaitu cerita Enuma Elish yang kemungkinan besar disusun dalam waktu yang singkat
sesudahnya, dengan melegitimasi teologis dari kebangkitan Marduk sebagai dewa tertinggi di
Babel, menggantikan Enlil, mantan kepala jajaran dewa.
Pentingnya narasi penciptaan bagi ideology sebuah bangsa inilah yang dimanfaatkan Daud
sebagai bentuk legistimasi kekuasaannya dalam menjelaskan iasebagai seorang raja. Sebagai
seorang raja Daud memiliki kepentingan untuk menyatukan wilayah-wilayah taklukannya sebagai
Negara Israel bersatu.Alasan utamanya dalam pemerintahan adalah membangun ideology bangsa
VHEDJDL³EDQJVDEDUX´GLWHQJDK-tengah bangsa Mesopotamia lainnya.Oleh sebab itu pemerintahan
Daud memerlukan cerita-cerita sejarah untuk membangun kepentingan negara.Dengan dasar tradisi
literatur negara-negara Timur Dekat Kuno (Mesopotamia) yang dikenal oleh para penulis Daud,
makanya cerita-cerita penciptaan tepat untuk mengawali sejarah Israel sebagai kerangka universal
yang meletakkan Israelsama dengan kekuasaan-kekuasaan besar seperti Mesir.
B.1. Tafsiran
Seperti yang telah dibahas sebelumnya narasi yang dibangun oleh pemerintahan Daud pada
dasarnya dibangun demi kepentingan kesatuan bangsa.Oleh sebab itu perlulah sebuah sejarah yang
dapat mewakili kepentingan kesatuan.Dari pengalaman penulis Y tentang sejarah Israel yang
terbentuk dari konfederasi suku-suku, maka suku pengembara (shosu) yang paling tepat untuk
mewakili dan memulai sejarah baru
dari sejarah Israel yang memberontak terhadap pemerintahan feodal Kanaan, dan mereka (Israel)
merasa tertindas di Kanaan.Penolakan itu yang paling mungkin menjadi alasan Israel untuk menjadi
perlu cerita-cerita sejarah dari suku pengembara (shosu) yang akan dimasukkan sebagai sejarah
nasional Israel, misalnya para bapa leluhur adalah sheik-sheik selatan yaitu sheik-sheik suku di
Negeb dan Sinai.37Cerita keluarnya Israel dari Mesir, serta masuknya Israel ke Kanaan.Cerita-cerita
itu gambaran dari cerita suku pengembara (shosu) yang dimanfaatkan sebaik mungkin oleh
pemerintahan Daud untuk menyusun sejarah baru Israel.Maka dengan dasar itulah, kemungkinan
pemerintahan Daud juga merangkumnya di dalam teks narasi penciptaan Kejadian 2:4b-25
Berikut beberapa bukti bagaimana Daud (Y) menggambarkan narasi penciptaan dengan
kisah kehidupan suku pengembara (shosu) transyordan dalam Kejadian 2:4b-25:
a) Ayat 4b adalah pengenalan akan Yahweh sebagai dewa sang pencipta mereka.
Pemilihan Yahweh sebagai Tuhan nasional bagi Israel merupakan bentuk dukungan
terhadap suku pengembara (shosu) yang telah lama dikenal memiliki kepercayaan kepada
Yahweh topografi Mesir dari Soleb dan 'Amarah (keduanya di Nubia), pada periode
Kerajaan Baru, merujuk pada t3 s3sw ya-h-wa"Tanah Shosu Yahweh,"38
b) Ayat 5-9adalah permulaan cerita Penciptaan dunia dalam versi Y, ia memulai dengan
sebuah sejarah dari konteks kekeringan, bukan kekosongan [bukan tanpa ada semak
(shrub), melainkan seharusnya belum ada tumbuh-tumbuhan hijau (herb)] layaknya cerita
para pengembara padang gurun yang hidupnya susah untuk bekerja dan mendapatkan
kelayakan hidup. Sulit rasanya bila kehidupan harus dimulai dari kegersangan, maka
diciptakanlah air dari permukaan tanah yang subur untuk menghadirkan kehidupan.
Dengan tanah yang subur, maka manusia diciptakan layaknya cerita penciptaan Mesir
kuno.39 Inilah awal dari terciptanya manusia yang akan dibentuk dari tanah (, 'adam).
c) Ayat 10-17 adalah gambaran Eden yang sesungguhnya yaitu mengenai sebuah tempat
´Yahweh untuk suku pengembara (shosu) tempati yang
nantinya mereka akan menjadi besar (Israel bersatu)dengan \satu janji yaitu mereka harus
mematuhi segala aturan yang telah Yahweh janjikan (tunduk pada pemerintahan Daud)
d) Ayat 18-20 adalah penciptaan binatang sering dianggap sebagai hal yang biasa terjadi
dan hal yang semestinya diciptakan. Namun jika memahaminya secara teliti penciptaan Sepertinya penulis Y memang sengaja menggambarkan kedekatan
antara binatang dengan manusia karena tujuannya untuk merujuk kepada suku pengembara
shosu/badui dengan para ternaknya sebab mereka terkenal sebagai penggembala dan
penguasa atas ternak di wilayah Mesir.40
e) Ayat 21-23 adalah penciptaan manusia kedua merupakan bentuk
atas pencarian dukungan kekeluargaan dari beberapa suku, dengan metafora yang sama
dari penciptaan Sumeria 41 di mana
merupakan bentuk saling menikmati pertolongan timbal balik satu sama lain, yang
mengacu pada ungkapan bahasa Ibrani untuk menyebut kekeluargaan.42Sama halnya Israel
bukanlah hanya terdiri dari satu suku, melainkan memiliki hubungan saudara dengan suku
lain, yang secara politis diharapkan Daud sebagai perluasaan kekuasaan dengan suku lain.
f) Ayat 24-25 adalah seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. Pernikahan merupakan
jaminan produktivitas yang tersedia melalui persetubuhan ilahi dan dilembagakan dalam
institusi kuil kerajaan. Institusi Kerajaan menjadi wadah pemersatusuku, dari sifat
keegoisan masing-masing suku, kini mereka harus meninggalkan keegoisan masing-
masing. Dan mereka kinitelah menjadi kerabat setidaknya secara hukum (unit keluarga
baru diciptakan) kerajaan baru dan kejujuran (integritas) dari setiap suku tidak memiliki
maksud yang jahat untuk bersama
Menurut penulis, hakikat di balik penulisan narasi Penciptaan oleh pemerintahan Daud
adalah kepedulian dan ambisi dari pemerintahan Daud terhadap bangsa Israel bersatu.Daud telah
menunjukkan bahwa dia adalah raja yang memerintah demi kepentingan seluruh rakyatnya yaitu
dengan memberikan kenyamanan bagi kehidupan rakyatnya, memakmurkan dan membahagiakan
rakyatnya.Daud juga tidak memerintah demi kepentingan sendiri, melainkan berusaha
menyelaraskan pemahaman rakyatnya demi kesatuan rakyat. Meskipun secara politik pemerintahan
Daud cukup disegani, namun pemerintahan Daud tetap percaya akan adanya sosok pencipta yang
lebih besar dari pada manusia.
Sang pencipta yang digambarakan pemerintahan Daud dalam kisah penciptaan ini
merupakan bentuk dari penghormatan terhadap kepercayaan tentang Teokrasi yang adalah Idealnya
(1 Samuel 12:13-25). Melalui penciptaan alam semesta sampai tercipta manusia, Allah selalu
menjadi sang penguasa yang sesungguhnya. Sampai di mana Allah akan menunjuk wakilnya di
dunia melalui manusia atas makhluk lainnya. Yang mana secara praktis bagi bangsa Israel Allah
masih membutuhkan seorang wakil, entah itu seorang hakim atau raja. 43 Wakil Allah melalui
seorang raja memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan dan mewujudkan perjanjian
Dengan kepemimpinan Daud yang bertanggung jawab atas rakyatnya, maka ia telah mewujudkan
gambaran dari wakil Allah yang sesungguhnya di dalam dirinya.
Jadi persoalan narasi penciptaan dalam penelitiannya bukanlah hanya sekedar dipahami
sebagai konteks teologis saja--yang sering diidentikan sebagai karya Allah yang telah menciptakan
dunia dengan segala isinya, termasuk manusia dan makhluk lainnya.Ternyata secara konteks
sejarahnya (secara politik dan sosial) narasi penciptaan memiliki nilai politik yang baik sebagai
bahan penelitian sejarah perkembangan Israel.Seperti Daud sebagai bangsawan besar, Ia telah
menunjukkan pengaruhnya terhadap bangsa Israel. Narasi penciptaan menjadi wujud legistimasi
Daud untuk meletakkan Israel dalam kekuatan yang besar dan menjadi bangsa yang setara dengan
kekuasaan-kekuasaan besar di Timur Dekat Kuno.Dan perubahan sosial sebagai sebuah bangsa,
tidak lagi mereka menjadi suku-suku yang terasingkan oleh kekuatan-kekuatan bangsa lain.
Pemilihan suku pengembara suku utama bukan berarti
mendiskriminasikan suku-suku lain di antara suku-suku Israel bersatu.Pemerintahan Daud telah
merencanakan semuanya berdasarkan pengalaman Y sebagai ahli sejarah. Para penulis Y telah
mengetahui apa saja kebutuhan para suku agar mereka tetap menjadi utuh.Tujuannya
jelas,sukupengembara shosu lahyang dapat mengawali sejarah Israel sebagai bangsa asing yang
kemudian mereka dapat berdampingan dan bersatu dengan masyarakat Kanaan asli.Semuanya itu
dirangkai dan disusun demi kesatuan bangsa Israel bersatu yang disesuaikan pada tradisi literatur
bangsa-bangsa tetangga mereka yaitu Mesopotamia dan secara tidak langsung akan meletakkan
Israel dalam kerangka universal.





.jpg)






