artikel yang sedang Anda pegang ini yaitu salah satu bagian dari
Tafsiran Alkitab dari Matthew Henry yang secara lengkap men-
cakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk edisi bahasa In-
donesianya, tafsiran tersebut diterbitkan dalam bentuk kitab per kitab.
Untuk kali ini, kita tiba pada pembahasan atas Kitab Yosua, Hakim-
hakim, dan Rut.
Matthew Henry (1662-1714) yaitu seorang Inggris yang mulai
menulis Tafsiran Alkitab yang terkenal ini pada usia 21 tahun. Karya-
nya ini dianggap sebagai tafsiran Alkitab yang sarat makna dan sa-
ngat terkenal di dunia.
Kekuatan terutama terletak pada nasihat
praktis dan saran pastoralnya. Tafsirannya mengandung banyak mu-
tiara kebenaran yang segar dan sangat tepat. Walaupun ada cukup ba-
nyak kecaman di dalamnya, ia sendiri sebenarnya tidak pernah berniat
menuliskan tafsiran yang demikian, seperti yang berulang kali ditekan-
kannya sendiri. Beberapa pakar theologi seperti Whitefield dan Spurge-
on selalu menggunakan tafsirannya ini dan merekomendasikannya ke-
pada orang-orang untuk mereka baca. Whitefield membaca seluruh
tafsirannya sampai empat kali; kali terakhir sambil berlutut. Spurgeon
berkata, “Setiap hamba Tuhan harus membaca seluruh tafsiran ini
dengan saksama, paling sedikit satu kali.”
Sejak kecil Matthew sudah terbiasa menulis renungan atau ke-
simpulan firman Tuhan di atas kertas kecil. Namun, baru pada tahun
1704 ia mulai sungguh-sungguh menulis dengan maksud mener-
bitkan tafsiran tersebut. Terutama menjelang akhir hidupnya, ia
mengabdikan diri untuk menyusun tafsiran itu.
artikel pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun
1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710.
Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-
sul. sesudah kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh
13 orang pendeta berdasar catatan-catatan Matthew Henry yang
telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-ki-
tab diterbitkan pada tahun 1811.
berulang kali direvisi dan dicetak ulang.
artikel itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti
bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke da-
lam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.
Riwayat Hidup Matthew Henry
Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat itu gereja
Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang
memerintah pada masa itu yaitu Raja Karel II, yang secara resmi di-
angkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan kekua-
saan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sangat
dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri dari
gereja resmi.
Puncak penganiayaan itu terjadi saat pada 24 Agustus 1662
lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah
lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.
Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya,
Philip Henry, yaitu seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-
kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan.
sebab Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya
Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-
cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati
mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan.
Matthew yaitu anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6
tahun sebab penyakit campak. saat masih balita, Matthew sendiri
juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut.
Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-
cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun yang lebih penting lagi,
sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan
mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun ke-
tika ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu memberi-
kan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.
Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-
nya di lalu hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.
Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani,
Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat
muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya.
Pada tahun 1685, saat berusia 23 tahun, Matthew pindah ke
London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas London.
Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya menuruti
saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi itu
akan memberikan manfaat besar baginya sebab keadaan di Inggris
pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya kaum
Puritan.
Beberapa tahun lalu Matthew kembali ke kampung hala-
mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-
dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar
Broad Oak. Ia menyampaikan firman Tuhan dengan penuh kuasa. Ti-
dak lama sesudah itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London dan
satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. sesudah ber-
doa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya memilih
jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan sebagai
pendeta di jemaat tersebut. Waktu itu Matthew berusia 25 tahun.
Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-
ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-
ngat harmonis dan baik sebab didasarkan atas cinta dan iman ke-
pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu
setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar.
Segera sesudah melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal
pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak
Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip,
ayah Matthew.
Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya.
sesudah satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya
untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary
Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi,
yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu sete-
ngah tahun, ia meninggal sebab demam tinggi dan penyakit batuk
rejan. Setahun lalu mereka mendapat seorang anak perempuan
lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu lalu . Betapa be-
rat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini,
Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam
hidup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia
mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak
itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak
lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-
salem yang di sorga.”
Beberapa waktu lalu mereka mendapat seorang anak pe-
rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-
ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew
Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan
pertama.
Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester.
Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk
melayani di sana, namun berulang kali ia menolak panggilan tersebut
sebab merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun ak-
hirnya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk men-
jadi hamba Tuhan di London, dan sebab itu ia menyerah kepada
kehendak Allah.
Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes,
sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja
dari pagi buta sampai larut malam, namun menjelang akhir hayatnya
ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab kesehatannya yang
semakin menurun.
Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester,
tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9,
“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat
Allah.” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan
hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-
kankan hal perhentian di sorgasupaya anak-anak Allah dapat me-
nikmati kebersamaan dengan Tuhan.
Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia
sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi
rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang
mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-
ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan
nafas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari
lalu di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil
dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah se-
tia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-
hagiaan tuanmu.”
Tafsiran
Kitab yosua
I. Di hadapan kita sekarang, kita mendapati sejarah bangsa Yahudi
dalam kitab ini dan kitab-kitab sesudahnya sampai akhir kitab
Ester. Kitab-kitab ini, sampai akhir Kitab Raja-raja, disebut oleh
para penulis Yahudi sebagai kitab pertama dari kitab-kitab para
nabi. Mereka membagi kitab-kitab Perjanjian Lama ke dalam tiga
kelompok, yaitu kitab hukum Taurat, kitab nabi-nabi, dan ketu-
bim atau hagiografi (tulisan-tulisan – pen.). Lihat juga Lukas
24:44. Semua tulisan lain selain kitab hukum Taurat dan kitab-
kitab yang disebutkan di atas, dimasukkan sebagai bagian dari
hagiografi. Kitab nabi-nabi seperti Yosua ini, meskipun sejarah
yaitu pokok bahasannya, namun dapat diduga bahwa para nabi-
lah yang merupakan penulisnya. Kalau diperhatikan, pada kitab-
kitab yang murni bersifat nubuatan, nama nabi yang menulisnya
akan dicantumkan, sebab keabsahan nubuatan-nubatan di da-
lamnya sangat bergantung pada nabi yang menulisnya. namun
kitab-kitab sejarah ini, ada kemungkinan, merupakan kumpulan
dari berbagai catatan asli bangsa itu. Sebagian dari para nabi
mendapat pimpinan dan pertolongan ilahi untuk mengumpulkan
catatan-catatan itu bagi kepentingan jemaat sampai akhir dunia.
Dan jemaat Yahudi selama berabad-abad sudah diberkati dengan
nabi-nabi seperti itu. Sama seperti para pemimpin dan pejabat
yang lain, demikian pula sejarawan-sejarawan mereka mendapat
wewenang dari sorga. Tampak bahwa walaupun isi pokok dari
sejumlah sejarah itu ditulis saat peristiwa-peristiwanya masih
segar dalam ingatan, dan ditulis di bawah pimpinan ilahi, namun,
di bawah pimpinan yang sama, sejarah-sejarah itu dituangkan
dalam bentuk yang kita miliki sekarang oleh suatu tangan lain.
Hal itu dilakukan lama sesudahnya, mungkin semuanya oleh
tangan yang sama, atau kira-kira pada waktu yang sama. Dasar-
dasar dari dugaan ini yaitu ,
1. sebab tulisan-tulisan terdahulu begitu sering dirujuk, seperti
Kitab Orang Jujur (Yos. 10:13 dan 2Sam. 1:18), Kitab Sejarah
Raja-raja Israel dan Yehuda, dan Kitab-kitab Gad, Natan, dan
Ido.
2. sebab hari-hari lalu saat berbagai peristiwa terjadi kadang-
kadang disinggung kembali, seperti dalam 1 Samuel 9:9, nabi
yang sekarang ini disebutkan dahulu pelihat (KJV: orang yang
sekarang dipanggil nabi ini dahulunya dipanggil sebagai se-
orang pelihat). Dan,
3. sebab kita begitu sering membaca tentang hal-hal yang tetap
ada sampai sekarang, seperti batu-batu (Yos. 4:9; 7:26; 8:29;
10:27; 1Sam. 6:18), nama-nama tempat (Yos. 5:9; 7:26; Hak.
1:26; 15:19; 18:12; 2Raj. 14:7), hak-hak dan kepemilikan
(Hak. 1:21; 1Sam. 27:6), adat dan kebiasaan (1Sam. 5:5; 2Raj.
17:41). Ungkapan itu ditambahkan sejak saat itu ke dalam
sejarah oleh para pengumpul catatan yang mendapat ilham
ilahi untuk meneguhkan dan menggambarkan sejarah itu
kepada orang-orang yang hidup pada zaman mereka kala itu.
Jika kita bisa menawarkan suatu dugaan belaka, bukan tidak
mungkin bahwa kitab-kitab sejarah, sampai akhir Kitab Raja-
Raja, dikumpulkan oleh Nabi Yeremia, tidak lama sebelum
pembuangan. Sebab dikatakan tentang Ziklag (1Sam. 27:6),
bahwa Ziklag menjadi kepunyaan raja-raja Yehuda sampai
sekarang. Ungkapan ini mulai digunakan sesudah Salomo dan
berakhir pada masa pembuangan. Lebih mungkin lagi bahwa
kitab-kitab sesudahnya dikumpulkan oleh Ezra, sang penyalin
naskah, beberapa saat sesudah pembuangan. Apa pun itu,
meskipun kita ada dalam kegelapan mengenai penulis-penulis-
nya, kita tidak ragu mengenai wewenang mereka. Kitab-kitab
itu yaitu bagian dari sabda-sabda Allah, yang dipercayakan
kepada orang-orang Yahudi, dan diterima serta dirujuk seba-
gai hal yang demikian oleh Juruselamat kita dan para rasul.
Dalam kelima kitab Musa, kita memiliki gambaran yang
sangat lengkap tentang kemunculan, keberlangsungan, dan pen-
dirian jemaat Perjanjian Lama. Kitab Musa itu juga berisi tentang
keluarga yang menjadi asal-usul kemunculan jemaat itu, tentang
janji ilahi, yaitu piagam agung yang olehnya jemaat itu dipersatu-
kan, tentang mujizat-mujizat yang dengannya jemaat itu diba-
ngun, dan tentang hukum-hukum serta ketetapan-ketetapan yang
olehnya jemaat itu harus diperintah. Dari sini orang akan men-
dapatkan suatu gambaran tentang tabiat dan keadaan jemaat itu
yang sangat berbeda dari apa yang kita dapati dalam sejarah yang
digambarkan dalam Kitab Yosua ini. Orang akan menyangka bah-
wa sebuah bangsa yang memiliki ketetapan-ketetapan dan
peraturan-peraturan yang begitu penuh kebajikan, seharusnya
sangatlah kudus. Sebuah bangsa yang mendapat janji-janji yang
begitu kaya seharusnya sangatlah berbahagia. Akan namun , sung-
guh sayang! Sebagian besar dari sejarah bangsa ini malah me-
ngandung gambaran yang menyedihkan dari dosa-dosa dan
kesengsaraan-kesengsaraan mereka. Sebab hukum Taurat sama
sekali tidak membawa kesempurnaan, sebab ia hanya membawa
orang untuk berharap akan pengharapan yang lebih baik. Sama
halnya juga, jika kita membandingkan sejarah jemaat Kristen de-
ngan ketetapannya, kita akan menemukan alasan yang sama
untuk terheran-heran. Begitu banyak kesalahan dan kebobrokan-
nya. Sebab, Injil juga tidak membawa kesempurnaan pada apa
pun di dunia ini, namun meninggalkan kita dalam keadaan menan-
tikan pengharapan yang lebih baik dalam kehidupan yang akan
datang.
II. Di hadapan kita ini ada Kitab Yosua, yang disebut demikian,
mungkin, bukan sebab kitab itu ditulis olehnya, sebab hal itu
tidaklah pasti. Dr. Lightfoot berpendapat bahwa Pinehas menulis-
nya. Sementara Uskup Patrick berpendapat bahwa jelas Yosua
sendiri yang menulisnya. Apa pun itu, kitab ini ditulis tentang
Yosua, dan, jika orang lain yang menulisnya, itu dikumpulkan
dari catatan-catatan atau riwayat-riwayat yang disusun oleh
Yosua. Kitab itu berisi sejarah Israel di bawah pimpinan dan
pemerintahan Yosua, bagaimana ia memimpin sebagai panglima
pasukan mereka,
1. saat mereka masuk ke Kanaan (ps. 1-5).
2. saat mereka menaklukkan Kanaan (ps. 6-12).
3. saat tanah Kanaan dibagi-bagi di antara suku-suku Israel
(ps. 13-21).
4. saat agama ditetapkan dan ditegakkan di antara mereka (ps.
22-24).
Dalam semuanya itu, Yosua yaitu teladan yang baik untuk
kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, dan kesalehan, bagi semua
orang yang pekerjaannya mengurusi kepentingan orang banyak.
namun ini bukan satu-satunya manfaat yang harus diambil dari
sejarah ini. Kita dapat melihat di dalamnya,
1. Banyak tentang Allah dan penyelenggaraan-Nya. Kuasa-Nya
dalam kerajaan alam, keadilan-Nya dalam menghukum orang
Kanaan saat takaran kejahatan mereka sudah penuh, kese-
tiaan-Nya pada perjanjian-Nya dengan para bapa leluhur, dan
kebaikan-Nya terhadap umat-Nya Israel, kendati dengan per-
buatan-perbuatan mereka yang menyulut murka. Kita dapat
melihat-Nya sebagai Tuhan semesta alam yang menentukan
hasil-hasil perang, dan sebagai penentu undi, yang menentu-
kan batas-batas kediaman manusia.
2. Banyak tentang Kristus dan anugerah-Nya. Meskipun Yosua
tidak secara tegas disebutkan dalam Perjanjian Baru sebagai
perlambang Kristus, namun semua penafsir setuju bahwa ia
yaitu perlambang Kristus yang sangat terkemuka. Yosua me-
nyandang nama Juruselamat kita, seperti juga seorang per-
lambang lain dari Dia, yaitu Yosua sang kepala imam besar
(Za. 6:11-12). Septuaginta (Perjanjian Lama terjemahan ba-
hasa Yunani – pen.), dengan memberikan akhiran Yunani pada
nama Yosua, selalu menyebutnya Iesous Yesus, dan demikian-
lah nama Juruselamat kita dipanggil (Kis. 7:45 dan Ibr. 4:8).
Yustinus Martir, salah seorang penulis mula-mula dari jemaat
Kristen (Dialog. cum Tryph. p. mihi 300), memandang bahwa
janji dalam Kitab Keluaran 23:20 itu, malaikat-Ku akan mem-
bawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan, menunjuk
pada Yosua. Dan kata-kata ini, nama-Ku ada di dalam dia,
merujuk pada hal ini, bahwa nama Yosua akan sama dengan
nama Mesias. Nama itu berarti, Ia akan menyelamatkan. Yo-
sua menyelamatkan umat Allah dari orang Kanaan. Yesus
Tuhan kita menyelamatkan umat Allah dari dosa-dosa mereka.
Kristus, seperti Yosua, yaitu yang memimpin kita kepada ke-
selamatan, seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bang-
sa, untuk menginjak-injak Iblis di bawah kaki mereka, untuk
membuat mereka menduduki Kanaan sorgawi, dan untuk
membawa mereka masuk ke tempat perhentian, yang dikata-
kan dalam Ibrani 4:8, tidak dilakukan Yosua.
PASAL 1
itab ini dimulai dengan sejarah, bukan tentang kehidupan Yo-
sua, melainkan tentang kekuasaan dan pemerintahannya. Ba-
nyak bacaan yang luar biasa tentang hidupnya kita dapati sebelum-
nya dalam kitab-kitab Musa. Dalam pasal ini,
I. Allah mengangkat Yosua untuk memerintah bangsa Israel
menggantikan Musa, memberinya tugas yang banyak, petun-
juk-petunjuk yang lengkap, dan dorongan-dorongan yang
besar (ay. 1-9).
II. Yosua menerima tugas pemerintahan itu, dan langsung me-
nyibukkan diri dengan pekerjaannya, memberikan perintah-
perintah kepada para pengatur pasukan bangsa itu secara
umum (ay. 10-11), dan kepada dua setengah suku secara
khusus (ay. 12-15).
III. Rakyat setuju dengan tugas pemerintahannya, dan bersum-
pah setia kepada Yosua (ay. 16-18). Pemerintahan yang di-
mulai dengan Allah seperti itu tidak bisa tidak pasti mem-
bawa kehormatan bagi sang pemimpin dan penghiburan bagi
rakyat. Kata-kata Musa yang terakhir tetap teruji kebenaran-
nya, “Berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama
dengan engkau?” (Ul. 33:29).
Yosua Diberi Petunjuk dan Didorong
(1:1-9)
1 Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua
bin Nun, abdi Musa itu, demikian: 2 “Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu
bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh
bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada
orang Israel itu. 3 Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Ku-
berikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa. 4 Dari
padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai
besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di
sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu. 5 Se-
orang pun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu;
seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku
tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.
6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin
bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek
moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. 7 Hanya, kuatkan dan
teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai
dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku
Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri,supaya engkau berun-
tung, ke mana pun engkau pergi. 8 Janganlah engkau lupa memperkatakan
kitab Taurat ini, namun renungkanlah itu siang dan malam,supaya engkau
bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab
dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. 9
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah
hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai
engkau, ke mana pun engkau pergi.”
Di sini kehormatan diberikan kepada Yosua, dan kekuasaan yang
besar diserahkan ke dalam tangannya, oleh Dia yang merupakan
sumber kehormatan dan kekuasaan, dan yang melalui-Nya raja-raja
memerintah. Petunjuk-petunjuk diberikan kepada Yosua oleh Hikmat
Tak Terhingga, dan dorongan-dorongan diberikan oleh Allah sumber
segala penghiburan. Allah sebelumnya berbicara kepada Musa me-
nyangkut Yosua (Bil. 27:18), namun sekarang Allah sendiri berbicara
kepadanya (ay. 1), mungkin dengan cara seperti Ia berbicara kepada
Musa (Im. 1:1), dari dalam Kemah Pertemuan. Di situ Yosua, bersama
Musa, sudah menunjukkan dirinya (Ul. 31:14), untuk belajar bagai-
mana menghadiri Kemah Pertemuan itu. Walaupun Eleazar mempu-
nyai tutup dada pernyataan keputusan, yang harus dimintai petun-
juk oleh Yosua bila diperlukan (Bil. 27:21), namun untuk lebih me-
nyemangati dia, Allah di sini berbicara langsung kepadanya. Menurut
sebagian penafsir, itu terjadi dalam mimpi atau penglihatan; seperti
dalam Ayub 33:15. Sebab, meskipun Allah telah mengikat kita pada
ketetapan-ketetapan ibadah untuk melayani-Nya di dalamnya, na-
mun Ia tidak mengikat diri-Nya pada ketetapan-ketetapan itu. Tanpa
ketetapan-ketetapan itu pun Ia masih dapat menyatakan diri-Nya
kepada umat-Nya, dan berbicara kepada hati mereka dengan cara
lain selain melalui telinga mereka. Mengenai panggilan Yosua untuk
memegang tugas pemerintahan ini, amatilah di sini,
I. Waktu saat jabatan itu diberikan kepadanya: Sesudah Musa
mati. Segera sesudah Musa mati, Yosua mengambil alih tugas
pemerintahan, berdasar penahbisannya yang khidmat saat
Musa masih hidup. Masa peralihan pemerintahan, meskipun
hanya untuk beberapa hari, bisa jadi menimbulkan akibat yang
buruk. namun ada kemungkinan bahwa Allah tidak menyuruhnya
maju menuju Kanaan sebelum masa berkabung untuk Musa
selama tiga puluh hari berakhir. Jadi, bukan, seperti yang dikata-
kan orang-orang Yahudi, sebab kesedihan jiwanya selama hari-
hari yang membuatnya merasa tidak layak untuk bersekutu
dengan Allah; ia tidak berdukacita seperti orang yang tidak mem-
punyai pengharapan. Begitulah, dengan masa jeda yang khidmat
ini, dan dengan menunda pelayanan kepada masyarakat selama
satu bulan, bahkan sekarang saat waktu begitu berharga bagi
mereka, Allah hendak memberi kehormatan kepada Musa selama
masa perkabungan untuk mengenang dia. Ia hendak memberi
waktu kepada bangsa itu bukan hanya untuk meratapi rasa
kehilangan akan Musa, namun juga untuk bertobat dari perilaku-
perilaku mereka yang buruk terhadapnya selama empat puluh
tahun pemerintahannya.
II. Kedudukan Yosua sebelum ia diangkat ke jabatannya yang tinggi
itu. Ia yaitu abdi Musa, yaitu orang yang siap sedia melayaninya
dan membantu pekerjaannya. Septuaginta menerjemahkannya
hypourgos, seorang pekerja di bawah Musa, di bawah arahan dan
perintahnya. Cermatilah,
1. Orang yang di sini dipanggil untuk mendapat kehormatan
sudah lama dididik untuk bekerja. Yesus Tuhan kita sendiri
mengambil rupa sebagai seorang hamba, dan lalu Allah
sangat meninggikan Dia.
2. Yosua dilatih untuk tunduk dan mematuhi perintah. Orang-
orang yang paling pantas memerintah yaitu mereka yang
sudah belajar untuk patuh.
3. Orang yang harus meneruskan jabatan Musa sudah mengenal
Musa dengan akrab,supaya ia dapat sepenuhnya mengikuti
ajarannya, cara hidupnya, pendiriannya dan kesabarannya
(2Tim. 3:10). Dansupaya ia dapat mengambil tindakan-tindak-
an yang sama, berjalan dalam roh yang sama, dengan lang-
kah-langkah yang sama, sebab ia harus meneruskan pekerja-
an yang sama.
4. Dalam hal ini Yosua yaitu perlambang Kristus, yang sebab
itu dapat disebut sebagai abdi Musa, sebab Kristus hidup di
bawah hukum Taurat dan menggenapi segala kebenarannya.
III. Panggilan itu sendiri, yang diberikan Allah kepada Yosua, sangat
lengkap dengan segala rinciannya.
1. Atas pertimbangan apa Yosua dipanggil untuk memerintah:
Hamba-Ku Musa telah mati (ay. 2). Semua orang baik yaitu
hamba Allah. Dan bukan suatu penghinaan, melainkan suatu
kehormatan, bagi orang-orang besar untuk menjadi hamba
Allah. Para malaikat sendiri pun melayani sebagai hamba-
hamba-Nya. Musa dipanggil untuk melakukan pekerjaan yang
luar biasa, menjadi pengurus di rumah Allah, dan dalam men-
jalankan kepercayaan-kepercayaan yang diberikan kepadanya,
ia tidak melayani dirinya sendiri melainkan Allah yang mem-
pekerjakan dia. Ia setia sebagai seorang abdi, dengan pan-
dangan yang tertuju pada sang Anak, seperti yang tersirat
dalam Ibrani 3:5, bahwa semua apa yang ia lakukan itu ada-
lah untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberita-
kan lalu . Allah akan mengakui hamba-hamba-Nya, akan
mengakui mereka pada hari penghakiman agung. Walaupun
begitu, Musa, meskipun seorang hamba Allah, dan orang yang
bisa saja dibebaskan dari kesakitan, akhirnya mati juga. Se-
bab, Allah ingin mengganti tangan, untuk menunjukkan bah-
wa Ia tidak terikat pada alat-alat apa saja yang digunakan-
Nya. Musa, sesudah melakukan pekerjaannya sebagai hamba,
mati dan pergi untuk beristirahat dari jerih lelahnya, masuk
dan turut dalam kebahagiaan tuannya. Amatilah, Allah mem-
perhatikan kematian hamba-hambanya. Kematian mereka ber-
harga di mata-Nya (Mzm. 116:15).
2. Panggilan itu sendiri. Sebab itu bersiaplah sekarang.
(1) “Meskipun Musa sudah mati, pekerjaan itu harus berlan-
jut. Oleh sebab itu bangunlah, dan lanjutkan pekerjaan
itu.” Janganlah tangisan menghalangi kita untuk menabur,
jangan pula terkulainya tangan-tangan yang paling ber-
guna melemahkan tangan kita. Sebab, jika Allah mem-
Kitab Yosua 1:1-9
13
punyai pekerjaan untuk dilakukan, Ia akan menemukan
atau membuat alat-alat yang pantas untuk menjalankan-
nya. Musa sang hamba sudah mati, namun Allah sang Tuan
tidak: Ia hidup untuk selama-lamanya.
(2) “sebab Musa sudah mati, maka pekerjaan itu dialihkan
kepadamu sebagai penerusnya, sebab untuk inilah engkau
diangkat. Oleh sebab itu, engkau perlu mengisi tempatnya.
Ayo bangun, dan bekerjalah.” Perhatikanlah,
[1] Kepergian orang-orang yang berguna haruslah meng-
gugah orang-orang yang masih hidup untuk jauh lebih
giat lagi dalam berbuat baik. Si ini dan si anu sudah
mati, dan kita pasti akan mati sebentar lagi, sebab itu
marilah kita bekerja selama hari masih siang.
[2] Sebuah belas kasih yang besar bagi suatu bangsa jika,
saat orang-orang yang berguna meninggal di tengah-
tengah kebergunaan mereka, orang lain perlu dibang-
kitkan sebagai pengganti mereka untuk meneruskan
apa yang ditinggalkan. Yosua harus bangkit untuk me-
nyelesaikan apa yang sudah dimulai Musa. Demikianl-
ah angkatan-angkatan yang terlalu terlibat dalam
pekerjaan angkatan-angkatan yang terdahulu. Demi-
kianlah yang diperbuat Kristus, Yosua kita, bagi kita de-
ngan mengerjakan apa yang tidak pernah dapat dilaku-
kan oleh hukum Musa, yaitu membenarkan (Kis. 13:39),
dan menguduskan (Rm. 8:3). Kehidupan Musa mem-
buka jalan bagi Yosua, dan mempersiapkan bangsa itu
untuk apa yang akan dilakukan olehnya. Demikianlah
hukum Taurat yaitu penuntun untuk membawa kita
kepada Kristus. lalu , kematian Musa memberi
tempat bagi Yosua. Demikian pula kita telah mati bagi
hukum Taurat, suami pertama kita,supaya kita men-
jadi milik Kristus (Rm. 7:4).
3. Pekerjaan khusus yang menjadi panggilan Yosua sekarang:
“Bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, sungai
yang ada di depan matamu sekarang, yang di tepiannya eng-
kau berkemah.” Ini merupakan ujian bagi iman Yosua, apakah
ia mau memberikan perintah untuk membuat persiapan untuk
melewati sungai itu, saat tidak terlihat jalan untuk melin-
tasinya, terutama di tempat mereka berkemah sekarang, ke-
tika sepanjang tepinya sebak sampai meluap (3:15). Ia tidak
memiliki papan-papan atau jembatan perahu untuk menye-
berangkan bangsa itu ke seberang. Sekalipun begitu, ia harus
percaya bahwa Allah, yang telah memerintahkan mereka
untuk menyeberang, akan membukakan jalan untuk mereka.
Menyeberangi sungai Yordan merupakan jalan untuk masuk
ke Kanaan. Ke sana Musa tidak boleh, dan tidak dapat, mem-
bawa mereka (Ul. 31:2). Demikianlah, kehormatan untuk
membawa banyak orang kepada kemuliaan disediakan bagi
Kristus yang memimpin kita kepada keselamatan (Ibr. 2:10).
4. Pemberian tanah Kanaan kepada orang Israel diulangi di sini,
ay. 2-4 (KJV), Aku benar-benar memberikan tanah itu kepada
mereka. Sebenarnya, sudah sejak kepada para bapak leluhur
hal ini telah dijanjikan, Aku akan memberikannya. namun ,
sekarang angkatan keempat sudah berlalu, kedurjanaan orang
Amori sudah penuh, dan sudah tiba saatnya bagi penggenap-
an janji itu, dan sebab itu, tanah itu pun benar-benar diberi-
kan, sehingga mereka memiliki apa yang sudah lama mereka
nantikan: “Aku benar-benar memberikan tanah itu, masuklah
ke dalamnya, itu semua milikmu. Bahkan (ay. 3, KJV) Aku telah
memberikannya. Meskipun tanah itu belum ditaklukkan pada
saat Allah berfirman, namun itu sudah pasti untukmu seolah-
olah tanah itu sudah ada dalam genggamanmu.” Cermatilah,
(1) Orang-orang yang diberi tanah itu: Kepada mereka, kepada
orang Israel itu (ay. 2), sebab mereka yaitu keturunan
Yakub, yang disebut Israel pada waktu janji ini dibuat
kepadanya (Kej. 35:10, 12). Orang Israel, meskipun sudah
sangat menggusarkan hati Allah di padang gurun, namun,
demi nenek moyang mereka, akan tetap memperoleh apa
yang dijanjikan. Dan anak-anak dari orang-orang yang ber-
sungut-sungutlah yang dikatakan Allah akan memasuki
Kanaan (Bil. 14:31).
(2) Tanah yang diberikan itu sendiri: Dari sungai Efrat di ba-
gian timur, sampai ke Laut Tengah di bagian barat (ay. 4).
Meskipun dosa mereka membuat mereka tidak dapat me-
miliki tanah yang luas ini secara penuh, dan mereka tidak
pernah memenuhi kembali seluruh negeri itu dalam batas-
batas yang disebutkan di sini, namun, seandainya mereka
patuh, Allah akan memberi mereka tanah ini dan jauh
lebih banyak lagi. Dari semua negeri ini, dan banyak negeri
lain, seiring berjalannya waktu ada orang-orang yang men-
jadi pemeluk agama Yahudi, seperti yang tampak dalam
Kis. 2:5, dst.. Jika jemaat mereka diperbesar, walaupun
bangsa mereka tidak bertambah banyak, tidak dapat di-
katakan bahwa janji itu tidak ditepati sama sekali. Dan,
jika janji ini tidak digenapi secara penuh dalam arti yang
sebenarnya, orang-orang percaya dapat menyimpulkan dari
sini bahwa janji itu memiliki makna yang lebih jauh,
dan akan digenapi dalam kerajaan Mesias, baik kerajaan
anugerah maupun kerajaan kemuliaan.
(3) Di sini tersirat sebuah syarat yang menjadi dasar pemberi-
an ini, yaitu dalam kata-kata seperti yang telah Kujanjikan
kepada Musa. Maksudnya, “sesuai dengan persyaratan
yang diberitahukan Musa kepadamu berkali-kali. Jika kamu
mau berpegang pada ketetapan-ketetapan-Ku, maka kamu
akan masuk dan menduduki negeri yang baik itu. Ambillah
tanah itu dengan syarat-syarat dan batasan-batasan ter-
sebut.” Perintah dan janji tidak boleh dipisahkan.
(4) Betapa dengan mudah mereka akan memiliki tanah ini,
jika bukan sebab salah mereka sendiri, seperti tersirat
dalam kata-kata ini, “Setiap tempat yang akan diinjak oleh
telapak kakimu, dalam batasan-batasan yang diberikan,
akan menjadi milikmu. Injakkan saja kakimu ke atasnya,
maka engkau memilikinya.”
5. Janji-janji yang dibuat Allah di sini kepada Yosua untuk men-
dorongnya.
(1) Bahwa Yosua harus yakin akan hadirat Allah bersamanya
dalam pekerjaan besar ini, yang menjadi panggilannya (ay.
5): “Seperti Aku menyertai Musa, untuk mengarahkan dan
menguatkannya, untuk mengakui dan membuatnya berun-
tung, dan memberinya keberhasilan dalam membawa Israel
keluar dari Mesir dan memimpin mereka melewati padang
gurun, demikian pula Aku akan menyertaimu untuk me-
mampukanmu mengantar mereka berdiam di Kanaan.”
Yosua sadar betapa jauh ia jika dibandingkan dengan Musa
dalam hikmat dan anugerah. namun apa yang Musa laku-
kan, semuanya sebab hadirat Allah bersamanya. Meski-
pun Yosua tidak selalu berpikiran sama dengan Musa,
namun, jika ia selalu memiliki hadirat Allah yang sama,
maka ia akan baik-baik saja. Perhatikanlah, suatu peng-
hiburan yang besar bagi angkatan hamba Tuhan dan orang
Kristen yang sedang muncul, bahwa anugerah yang sama
yang memampukan angkatan pendahulu mereka tidak
akan hilang dari mereka jika mereka tidak lalai dalam me-
manfaatkannya. Diulangi lagi di sini (ay. 9). “TUHAN, Allah-
mu, menyertai engkau sebagai Allah yang berkuasa, dan
kuasa itu dikerahkan untukmu ke mana saja engkau per-
gi.” Perhatikanlah, orang-orang yang pergi ke mana Allah
mengutus mereka, akan memiliki-Nya bersama mereka ke
mana saja mereka pergi. Dan mereka tidak perlu meng-
inginkan apa-apa lagi untuk membuat diri tenang dan
beruntung.
(2) Bahwa hadirat Allah tidak akan pernah ditarik darinya:
Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan mening-
galkan engkau (ay. 5). Musa telah meyakinkan Yosua akan
hal ini (Ul. 31:8), bahwa, meskipun ia harus meninggalkan-
nya sekarang, Allah tidak akan pernah meninggalkannya.
Dan di sini Allah sendiri meneguhkan perkataan Musa
hamba-Nya itu (Yes. 44:26), dan berjanji tidak akan pernah
meninggalkan Yosua. Kita memerlukan hadirat Allah, bu-
kan hanya saat kita memulai dan menjalankan pekerja-
an, melainkan juga pertolongan-Nya terus-menerus dalam
meneruskan pekerjaan itu. Jika hadirat Allah sewaktu-
waktu meninggalkan kita, maka habislah kita. Ini bisa kita
yakini, bahwa Tuhan beserta kita selama kita beserta Dia.
Janji yang di sini dibuat untuk Yosua berlaku juga untuk
semua orang percaya, dan menjadi pegangan untuk me-
lawan ketamakan. Cukupkanlah dirimu dengan apa yang
ada padamu. sebab Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali
tidak akan membiarkan engkau” (Ibr. 13:5).
(3) Bahwa Yosua akan memperoleh kemenangan atas semua
musuh Israel (ay. 5): Seorang pun yang datang melawanmu
tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau. Perhati-
kanlah, tidak ada yang bisa bertahan menghadapai orang-
orang yang memiliki Allah di pihak mereka. Jika Allah di
pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Allah men-
janjikan Yosua keberhasilan yang pasti, bahwa musuh
tidak akan menang melawannya. Allah juga menjanjikan
dia keberhasilan yang tetap, seumur hidupnya. Apa pun
yang akan terjadi dengan Israel saat ia tiada nanti, yang
pasti seluruh masa pemerintahannya akan dihiasi dengan
berbagai kemenangan. Apa yang dipakai Yosua untuk
menyemangati rakyat pada waktu dulu (Bil. 14:9), sekarang
dipakai Allah untuk menyemangati dirinya sendiri.
(4) Bahwa Yosua sendiri akan membagi-bagi tanah ini di an-
tara orang Israel (ay. 6). Suatu dorongan yang besar bagi-
nya dalam permulaan pekerjaan ini bahwa ia pasti akan
melihat pekerjaan itu rampung, dan jerih payahnya tidak
akan sia-sia. Sebagian penafsir menjadikannya sebagai
alasan mengapa ia harus mempersenjatai dirinya dengan
tekad yang bulat, dan mengapa ia harus teguh hati, oleh
sebab tabiat buruk dari bangsa yang harus dengan susah
payah dituntunnya mewarisi tanah itu. Ia tahu betul
betapa mereka yaitu bangsa yang suka membangkang
dan tidak pernah puas, betapa susah diaturnya mereka
pada masa pendahulunya. Oleh sebab itu, hendaklah ia
siap untuk dibuat gusar oleh mereka, dan berteguh hati.
6. Pesan atau perintah yang diberikan Allah kepada Yosua, yaitu,
(1)supaya ia mematuhi hukum Allah dalam segala hal, dan
menjadikan hukum Allah ini sebagai aturannya (ay. 7-8).
Allah, seolah-olah, menyerahkan kitab hukum Taurat ke
dalam tangan Yosua. Seperti, saat Yoas dimahkotai, me-
reka memberikan hukum Allah kepadanya (2Raj. 11:12).
Dan mengenai kitab ini, Yosua diperintahkan,
[1] Untuk merenungkannya siang dan malam,supaya ia
bisa memahaminya dan bisa siap sedia dalam segala
kesempatan. Kalau ada pekerjaan seseorang yang dapat
memberinya alasan untuk tidak merenung firman
Tuhan, dan melakukan ibadah-ibadah lain, orang akan
berpikir bahwa pekerjaan Yosua pada saat ini dapat
memberinya alasan itu. Ada kepercayaan besar yang di-
serahkan ke dalam tangannya. Menjalankan kepercaya-
an itu sudah cukup memenuhi dirinya, seandainya ia
memiliki sepuluh nyawa sekalipun. Namun demikian,
ia harus menemukan waktu dan pikiran untuk mere-
nung perkataan Tuhan. Sekalipun berbagai perkara me-
menuhi pikiran, kita tidak boleh mengabaikan satu hal
yang perlu ini.
[2] Untuk tidak membiarkan kitab itu hilang dari mulutnya.
Yaitu, semua perintahnya kepada rakyat, dan peng-
hakiman-penghakimannya atas segala perkara yang di-
ajukan kepadanya, harus sesuai dengan hukum Allah.
Dalam segala kesempatan, ia harus berbicara sesuai
dengan aturan ini (Yes. 8:20). Yosua harus memelihara
dan melanjutkan pekerjaan yang sudah dimulai oleh
Musa. Oleh sebab itu, ia tidak hanya harus menuntas-
kan keselamatan yang sudah dikerjakan Musa untuk
mereka, namun juga harus menegakkan agama suci yang
sudah didirikannya di antara mereka. Tidak ada keper-
luan untuk membuat hukum-hukum baru. namun harta
yang indah, yang telah dipercayakan kepadanya harus
ia pelihara dengan hati-hati dan setia (2Tim. 1:14).
[3] Yosua harus bertindak hati-hati sesuai dengan segala
hukum ini. Untuk tujuan inilah ia harus merenungkan-
nya, bukan demi permenungan semata-mata, atau un-
tuk mengisi kepalanya dengan berbagai gagasan, atau
susaha ia dapat menemukan sesuatu untuk membuat
bingung para imam. Melainkan,supaya ia, baik sebagai
manusia maupun sebagai hakim, dapat bertindak hati-
hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya.
Ada sejumlah hal yang tertulis di sana yang merujuk
secara khusus pada pekerjaan yang ada di hadapannya
sekarang. Misalnya seperti hukum-hukum tentang
peperangan mereka, penghancuran orang Kanaan dan
pembagian tanah Kanaan, dan lain-lain. Semuanya ini
harus dijalankannya dengan penuh kesalehan. Yosua
yaitu orang yang memiliki kuasa dan wewenang
besar, namun ia sendiri harus berada di bawah perintah
dan berbuat seperti yang diperintahkan kepadanya.
Tidak ada martabat atau kekuasaan orang, betapa pun
besarnya itu, yang menempatkan dia di atas hukum
Allah. Yosua tidak hanya harus memerintah oleh hu-
Kitab Yosua 1:1-9
19
kum, dan mengusahakansupaya rakyat mematuhi
hukum itu, namun juga ia sendiri harus mematuhinya.
Dan dengan begitu, dengan teladannya sendiri ia meme-
lihara kehormatan dan kuasa hukum Allah. Pertama, ia
harus melakukan apa yang tertulis. Tidak cukup hanya
mendengar dan membaca firman, memuji dan menga-
guminya, mengetahui dan mengingatnya, mengatakan
dan membicarakannya, namun kita juga harus melaku-
kannya. Kedua, ia harus berbuat sesuai dengan apa
yang tertulis, menjalankan hukum secara tepat seperti
menyalin, dan melakukan bukan hanya apa yang ditun-
tut di dalamnya, melainkan juga dalam segala keadaan
berbuat sesuai dengan apa yang ditetapkan. Ketiga, ia
harus berbuat sesuai dengan semua yang tertulis, tan-
pa kecuali atau tanpa syarat, dengan menghormati
segala perintah Allah, bahkan perintah-perintah yang
paling tidak menyenangkan bagi darah dan daging.
Keempat, ia harus berbuat demikian dengan hati-hati,
harus mengamati teguran-teguran hati nurani, petun-
juk-petunjuk pemeliharaan ilahi, dan semua peluang
yang bisa dimanfaatkan. Kehati-hatian sangat penting
untuk menjalankan ketaatan dalam segala hal. Kelima,
ia tidak boleh menyimpang darinya, dalam perbuatan-
nya sendiri ataupun dalam tindakan pemerintahan, ke
kanan atau ke kiri, sebab ada kesalahan-kesalahan di
kedua sisi itu, dan kebajikan terdapat di antaranya.
Keenam, ia harus kuat dan teguh hati,supaya ia bisa
berbuat sesuai dengan hukum. Ada begitu banyak ke-
jadian yang mengecilkan hati di jalan kewajiban, hingga
orang-orang yang mau terus maju dan bertekun di da-
lamnya harus bertekad kuat. Dan, terakhir, untuk
mendorong dia dalam ketaatannya, Allah meyakinkan
dia bahwa jika ia taat, ia bertindak dengan bijak. Ini
seperti dalam tafsiran yang agak luas, dan perjalanan-
nya akan berhasil (ay. 7-8). Orang-orang yang menjadi-
kan firman Allah sebagai aturan mereka, dan dengan
kesadaran hati nurani hidup oleh aturan itu, akan baik-
baik saja dan berhasil. Firman Allah akan melengkapi
mereka dengan pedoman-pedoman hidup terbaik yang
dengannya mereka mengatur perilaku mereka (Mzm.
111:10). Firman Allah akan membuat mereka berhak
atas berkat-berkat yang terbaik. Allah akan memberi
mereka keinginan hati mereka.
(2) Bahwa Yosua membesarkan hatinya sendiri dalam hal ini
dengan janji dan hadirat Allah, dan menjadikan janji dan
hadirat Allah sebagai penopangnya (ay. 6): Kuatkan dan
teguhkanlah hatimu. Dan lagi (ay. 7), seolah-olah ini yaitu
satu hal yang perlu: Hanya, kuatkan dan teguhkanlah
hatimu dengan sungguh-sungguh. Dan ia menutup dengan
ini (ay. 9): Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Janganlah
kecut dan tawar hati. Sudah dari sejak dulu Yosua menun-
jukkan tanda-tanda keberaniannya, saat berperang mela-
wan orang Amalek, dan saat menolak laporan para
pengintai yang jahat. Dan sekalipun begitu, Allah meman-
dang pantas untuk menanamkan perintah ini ke dalam diri
Yosua seperti itu. Orang-orang yang beroleh anugerah
perlu dipanggil berkali-kali untuk melatih memakai anuge-
rah itu dan berkembang di dalamnya. Yosua rendah hati
dan merasa hina di matanya sendiri. Ia bukannya tidak
mempercayai Allah, kuasa-Nya, dan janji-Nya, namun mera-
sa kurang percaya diri, dan kurang percaya pada kebijak-
sanaan, kekuatan, dan kecukupannya sendiri untuk peker-
jaan itu, terutama sebab ia muncul menggantikan orang
yang begitu besar seperti Musa. Dan sebab itu Allah
mengulangi perkataan ini dengan begitu seringnya, “Kuatkan
dan teguhkanlah hatimu. Janganlah perasaan akan kelemah-
anmu sendiri membuatmu berkecil hati. Allah itu maha
mencukupi. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu?”
[1] “Aku telah memerintahkansupaya pekerjaan itu dilak-
sanakan, dan sebab itu pekerjaan itu akan dilaksana-
kan, sekalipun kesulitan-kesulitan yang menghadang di
tengah jalan tampak tak dapat diatasi.” Bahkan,
[2] “Aku telah memerintahkan, memanggil, dan menugas-
kan engkau untuk melaksanakannya. Oleh sebab itu
Aku pasti akan mengakui engkau, menguatkan engkau,
dan menopang engkau di dalamnya.” Perhatikanlah,
saat kita berjalan di jalan kewajiban kita, beralasan
bagi kita untuk kuat dan teguh hati. Akan sangat mem-
bantu untuk membuat kita bersemangat dan berani jika
kita tetap mengarahkan pandangan pada tugas ilahi,
dan mendengar Allah berfirman, “Bukankah telah Ku-
perintahkan kepadamu? Oleh sebab itu, Aku akan me-
nolongmu, membuatmu berhasil, menerimamu, dan
memberimu upah.” Yesus Tuhan kita, seperti Yosua di
sini, ditopang di bawah penderitaan-penderitaan-Nya
sebab Ia terus mengarahkan perhatian-Nya kepada ke-
hendak Allah dan tugas yang Dia terima dari Bapa-Nya
(Yoh. 10:18).
Pesan Yosua kepada Orang Ruben
(1:10-15)
10 Lalu Yosua memberi perintah kepada pengatur-pengatur pasukan bangsa
itu, katanya: 11 “Jalanilah seluruh perkemahan dan perintahkanlah kepada
bangsa itu, demikian: Sediakanlah bekalmu, sebab dalam tiga hari kamu
akan menyeberangi sungai Yordan ini untuk pergi menduduki negeri yang
akan diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diduduki.” 12 Kepada
orang Ruben, kepada orang Gad dan kepada suku Manasye yang setengah
itu berkatalah Yosua, demikian: 13 “Ingatlah kepada perkataan yang dipesan-
kan Musa, hamba TUHAN itu, kepadamu, yakni: TUHAN, Allahmu, mengaru-
niakan keamanan kepadamu dan memberikan kepadamu negeri ini; 14 perem-
puan-perempuan dan anak-anak di antara kamu dan ternakmu boleh tinggal di
negeri yang diberikan Musa kepadamu di seberang sungai Yordan, namun kamu,
semua pahlawan yang gagah perkasa, haruslah menyeberang di depan sau-
dara-saudaramu dengan bersenjata, dan haruslah menolong mereka, 15 sampai
TUHAN mengaruniakan keamanan kepada saudara-saudaramu seperti ke-
pada kamu juga, dan mereka juga menduduki negeri yang akan diberikan
kepada mereka oleh TUHAN, Allahmu. lalu bolehlah kamu pulang kem-
bali ke negerimu sendiri dan menduduki negeri yang diberikan Musa, hamba
TUHAN itu, kepadamu di seberang sungai Yordan, di sebelah matahari
terbit.”
Yosua, sesudah duduk dalam pemerintahan, segera memusatkan
hatinya untuk bekerja. Bukan untuk berlagak seperti raja atau ber-
senang-senang, melainkan untuk memajukan pekerjaan Allah di an-
tara bangsa yang atasnya Allah telah menempatkan dia. Orang yang
menghendaki jabatan penilik jemaat (1Tim. 3:1), dan orang yang
menghendaki jabatan hakim, sama-sama menghendaki sebuah pe-
kerjaan, pekerjaan yang baik. Keduanya tidak diangkat untuk ber-
malas-malasan.
I. Yosua mengeluarkan perintah-perintah kepada rakyat untuk mem-
buat persediaan bagi sebuah perjalanan. Mereka sudah berkemah
di tempat mereka sekarang begitu lama, hingga akan menjadi pe-
kerjaan yang cukup menyusahkan untuk membongkar kemah.
Pengatur-pengatur pasukan yang memerintah di bawah Yosua
dalam suku dan kaum mereka masing-masing mengiringi Yosua
untuk mendapat perintah, yang harus mereka sampaikan kepada
rakyat. Hakim-hakim yang lebih rendah jabatannya sama penting
dan bermanfaatnya bagi kepentingan umum di tempat mereka,
sama seperti hakim agung di tempatnya. Apa yang bisa dilakukan
Yosua tanpa pengatur-pengatur pasukan? Itulah sebabnya kita
dituntut untuk tunduk, bukan hanya kepada raja sebagai peme-
gang kekuasaan yang tertinggi, melainkan juga kepada wali-wali
yang diutusnya (1Ptr. 2:13-14). Melalui pengatur-pengatur pasuk-
an ini,
1. Yosua memberikan pengumuman bahwa mereka akan menye-
berangi sungai Yordan dalam tiga hari. Perintah-perintah ini,
saya kira, tidak diberikan sebelum kembalinya para pengintai
yang diutus untuk membawa laporan tentang kota Yerikho,
meskipun cerita tentang peristiwa itu baru diberikan sesudah-
nya (ps. 2). Mungkin itu yaitu contoh dari kecemburuannya,
dan kehati-hatiannya yang berlebihan, yang begitu rupa hing-
ga penting baginya untuk diperintahkan dengan begitu sering
untuk menjadi kuat dan teguh hati. Amatilah betapa dengan
yakin Yosua berkata kepada rakyat, sebab Allah telah menga-
takannya kepada dia, kamu akan menyeberangi sungai Yordan
ini, dan akan menduduki negeri itu. Ia sangat menghormati
kebenaran Allah.
2. Yosua memberi mereka petunjuk-petunjuk untuk menyiapkan
bekal, bukan untuk menyiapkan angkutan. Allah yang men-
dukung mereka dari Mesir di atas sayap rajawali, dengan cara
serupa akan membopong mereka ke Kanaan, untuk membawa
mereka kepada diri-Nya (Kel. 19:4). namun orang-orang yang
ingin memiliki bekal-bekal lain selain manna, yang pada
waktu itu belum berhenti, harus mempersiapkannyasupaya
bekal itu sudah siap pada waktu yang ditentukan. Ada ke-
mungkinan, meskipun manna tidak betul-betul berhenti sam-
pai mereka tiba di Kanaan (5:12), namun sejak mereka tiba di
tanah yang didiami orang (Kel. 16:35), di mana sebagian
kebutuhan mereka dicukupi dengan persediaan-persediaan
lain, manna itu tidak jatuh dengan begitu melimpah. Tidak
pula mereka mengumpulkan begitu banyak manna seperti
saat manna itu pertama kali diberikan kepada mereka di
padang gurun. namun manna itu berkurang secara perlahan-
lahan. Oleh sebab itu mereka diperintahkan untuk menyiap-
kan bekal-bekal lain, yang di dalamnya mungkin termasuk
semua hal lain yang diperlukan selama perjalanan mereka.
Sebagian dari penulis Yahudi, dengan menimbang bahwa ka-
rena mereka memiliki manna mereka tidak perlu menyedia-
kan bekal-bekal lain, memahami ayat ini secara kiasan. Yaitu
bahwa mereka harus bertobat dari dosa-dosa mereka, dan
hidup dalam damai sejahtera dengan Allah, serta menetapkan
hati untuk menjalani hidup baru, sehingga mereka siap untuk
menerima perkenanan yang besar ini (lihat Kel. 19:10-11).
II. Yosua mengingatkan dua setengah suku itu akan kewajiban-
kewajiban yang mengikat mereka untuk menyeberangi sungai
Yordan bersama dengan saudara-saudara mereka, meskipun me-
reka meninggalkan harta milik dan keluarga mereka di sungai
Yordan seberang sini. Kepentingan akan membuat suku-suku lain
senang untuk menyeberang sungai Yordan, namun bagi suku-suku
ini, itu merupakan tindakan penyangkalan diri, dan bertentangan
dengan kemauan mereka. Oleh sebab itu, perlu ditunjukkan per-
setujuan yang sudah dibuat Musa dengan mereka, saat ia mem-
beri mereka milik mereka di hadapan saudara-saudara mereka
(ay. 13): Ingatlah kepada perkataan yang dipesankan Musa kepa-
damu. Sebagian dari mereka mungkin sudah menyangka bahwa
sebab sekarang Musa telah mati, yang menurut mereka terlalu
keras terhadap mereka dalam perkara ini, maka mereka dapat
mencari satu atau lain alasan untuk melepaskan diri dari kewa-
jiban ini. Atau mereka dapat berhasil membujuk Yosua untuk
membebaskan mereka darinya. namun Yosua menuntut mereka
untuk bertanggung jawab atas kewajiban itu, dan membiarkan
mereka tahu bahwa, meskipun Musa telah mati, perintah-perin-
tahnya dan janji-janji mereka tetap berlaku penuh. Ia mengingat-
kan mereka,
1. Akan keuntungan-keuntungan yang sudah mereka terima ke-
tika mereka pertama kali tinggal dengan tenang: “TUHAN,
Allahmu, mengaruniakan keamanan kepadamu. Ia telah mele-
gakan engkau. Engkau tahu apa yang harus engkau percaya,
dan tidak seperti suku-suku lain yang menunggu hasil perang
terlebih dahulu, dan lalu hasil undian mereka. Allah
juga telah memberikan ketenteraman kepada keluargamu, istri
dan anak-anakmu, sehingga tenang hatimu. Ia telah mem-
berimu hidup yang tenteram dengan memberikan tanah ini
kepadamu, tanah yang baik ini, yang kamu miliki sepenuhnya
tanpa gangguan.” Perhatikanlah, saat Allah dengan penye-
lenggaraan-Nya telah memberi kita ketenteraman, kita harus
merenungkan bagaimana kita dapat menghormati-Nya dengan
keuntungan-keuntungan dari kehidupan yang tenteram itu.
Kita harus berusaha melayani saudara-saudara kita yang be-
lum hidup tenteram, atau tidak setenteram hidup kita. saat
Allah memberi Daud istirahat (2Sam. 7:1), lihatlah betapa
gelisahnya dia sebelum ia mendapat tempat kediaman untuk
tabut Allah (Mzm. 132:4-5). saat Allah memberi kita istira-
hat, kita harus berjaga-jagasupaya tidak bermalas-malasan
dan berlama-lama di tempat teduh kita.
2. Yosua mengingatkan mereka akan persetujuan mereka untuk
membantu saudara-saudara mereka dalam peperangan Ka-
naan sampai Allah dengan cara yang serupa memberi mereka
istirahat (ay. 14-15). Hal ini,
(1) Masuk akal dengan sendirinya. Begitu eratnya semua suku
bersatu padu hingga mereka harus memandang diri mere-
ka sebagai anggota satu sama lain.
(2) Hal itu diperintahkan oleh Musa, hamba Tuhan. Ia meme-
rintahkan mereka untuk melakukan ini, dan Yosua pene-
rusnya akan memastikan bahwa perintah-perintahnya di-
laksanakan.
(3) Itu yaitu satu-satunya jalan yang mereka miliki untuk
menyelamatkan diri mereka sendiri dari kesalahan sebab
dosa besar, yaitu menetap di seberang lain sungai Yordan,
dosa yang pada satu atau lain waktu akan menimpa mere-
ka (Bil. 32:23).
(4) Itu yaitu syarat dari pemberian yang diserahkan Musa ke-
pada mereka berupa tanah yang menjadi milik mereka.
Dengan begitu, mereka tidak bisa yakin bahwa mereka ber-
hak atas, atau dapat betul-betul menikmati, negeri mereka
sendiri, seperti yang disebut di sini (ay. 15), jika mereka
tidak memenuhi syarat itu.
(5) Mereka sendiri telah mengikat kovenan dan menyetujuinya
(Bil. 32:25): Hamba-hambamu ini akan berbuat seperti yang
diperintahkan tuanku. Demikianlah kita semua ada di
bawah berbagai kewajiban untuk menguatkan tangan satu
sama lain, dan tidak mencari kesejahteraan kita sendiri,
melainkan kesejahteraan satu sama lain.
Jawaban Orang Ruben
(1:16-18)
16 Lalu mereka menjawab Yosua, katanya: “Segala yang kauperintahkan
kepada kami akan kami lakukan dan ke mana pun kami akan kausuruh,
kami akan pergi; 17 sama seperti kami mendengarkan perintah Musa, demi-
kianlah kami akan mendengarkan perintahmu. Hanya, TUHAN, Allahmu,
kiranya menyertai engkau, seperti Ia menyertai Musa. 18 Setiap orang yang
menentang perintahmu dan tidak mendengarkan perkataanmu, apa pun
yang kauperintahkan kepadanya, dia akan dihukum mati. Hanya, kuatkan
dan teguhkanlah hatimu!”
Jawaban ini diberikan bukan oleh dua setengah suku saja (meskipun
mereka disebut secara langsung sebelumnya), melainkan juga oleh
pengatur-pengatur pasukan bangsa itu (ay. 10), sebagai wakil mereka.
Mereka menyetujui ketetapan ilahi, yang melaluinya Yosua diangkat
atas mereka. Mereka melakukannya dengan sepenuh hati, dan de-
ngan riang gembira dan bulat hati.
I. Mereka berjanji kepada Yosua bahwa mereka akan patuh (ay. 16),
bukan hanya sebagai rakyat kepada raja mereka, melainkan juga
sebagai para prajurit kepada panglima mereka, yang setiap perin-
tahnya harus mereka laksanakan. Orang yang memiliki pra-
jurit-prajurit di bawahnya, berkata kepada salah seorang prajurit
itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka
ia datang (Mat. 8:9). Demikian pula dengan bangsa ini kepada
Yosua. “Segala yang kauperintahkan kepada kami akan kami laku-
kan, tanpa bersungut-sungut atau berbantah. Dan ke mana saja
engkau mengutus kami, meskipun untuk perjalanan yang paling
sulit dan berbahaya, kami akan pergi.” Kita harus bersumpah
setia seperti itu kepada Yesus Tuhan kita, sebagai panglima kese-
lamatan kita, dan mengikat diri kita untuk melakukan apa yang
diperintahkan-Nya kepada kita melalui firman-Nya, dan pergi ke
tempat Ia mengutus kita melalui pemeliharaan-Nya. Yosua me-
nyadari dengan rendah hati betapa jauhnya ia jika dibandingkan
dengan Musa. Oleh sebab itu ia takut kalau-kalau ia tidak akan
memiliki pengaruh dan kepentingan yang begitu rupa dalam
diri mereka seperti yang dimiliki Musa. Oleh sebab itu, mereka di
sini berjanji bahwa mereka akan patuh kepadanya sama seperti
mereka patuh kepada Musa (ay. 17). Jujur saja, mereka tidak
memiliki alasan untuk memegahkan kepatuhan mereka ke-
pada Musa. Musa mendapati mereka sebagai bangsa yang tegar
tengkuk (Ul. 9:24). namun yang mereka maksudkan yaitu bahwa
mereka akan patuh kepada Yosua seperti mereka seharusnya
patuh kepada Musa, seperti yang memang dilakukan sebagian
dari mereka. Dan bangsa itu pada umumnya, paling tidak ka-
dang-kadang. Perhatikanlah, kita tidak boleh mengagung-agung-
kan orang-orang yang sudah tiada dengan begitu rupa, betapa
pun terkemukanya mereka, dalam kepemimpinan atau pun pela-
yanan. Jika demikian, kita akan lalai memberikan penghormatan
dan melaksanakan kewajiban yang harus kita lakukan kepada
orang-orang yang masih hidup dan yang meneruskan pekerjaan
mereka, walaupun dalam hal karunia, mereka tidak sehebat
orang-orang yang sudah tiada itu. Kepatuhan berdasar kesa-
daran hati nurani akan berlanjut, walaupun Sang Penyelenggara
menggant