Selasa, 07 Januari 2025

Yosua Hakim Hakim Rut 1



artikel  yang sedang Anda pegang ini yaitu  salah satu bagian dari 

Tafsiran Alkitab dari Matthew Henry yang secara lengkap men-

cakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk edisi bahasa In-

donesianya, tafsiran tersebut diterbitkan dalam bentuk kitab per kitab. 

Untuk kali ini, kita tiba pada pembahasan atas Kitab Yosua, Hakim-

hakim, dan Rut.  

Matthew Henry (1662-1714) yaitu  seorang Inggris yang mulai 

menulis Tafsiran Alkitab yang terkenal ini pada usia 21 tahun. Karya-

nya ini dianggap sebagai tafsiran Alkitab yang sarat makna dan sa-

ngat terkenal di dunia. 

Kekuatan terutama terletak pada nasihat 

praktis dan saran pastoralnya. Tafsirannya mengandung banyak mu-

tiara kebenaran yang segar dan sangat tepat. Walaupun ada cukup ba-

nyak kecaman di dalamnya, ia sendiri sebenarnya tidak pernah berniat 

menuliskan tafsiran yang demikian, seperti yang berulang kali ditekan-

kannya sendiri. Beberapa pakar theologi seperti Whitefield dan Spurge-

on selalu menggunakan tafsirannya ini dan merekomendasikannya ke-

pada orang-orang untuk mereka baca. Whitefield membaca seluruh 

tafsirannya sampai empat kali; kali terakhir sambil berlutut. Spurgeon 

berkata, “Setiap hamba Tuhan harus membaca seluruh tafsiran ini 

dengan saksama, paling sedikit satu kali.” 

Sejak kecil Matthew sudah terbiasa menulis renungan atau ke-

simpulan firman Tuhan di atas kertas kecil. Namun, baru pada tahun 

1704 ia mulai sungguh-sungguh menulis dengan maksud mener-

bitkan tafsiran tersebut. Terutama menjelang akhir hidupnya, ia 

mengabdikan diri untuk menyusun tafsiran itu.  

artikel  pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun 

1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710. 

Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-

sul. sesudah  kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh 

13 orang pendeta berdasar  catatan-catatan Matthew Henry yang 

telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-ki-

tab diterbitkan pada tahun 1811.    

berulang kali direvisi dan dicetak ulang. 

artikel  itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti 

bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke da-

lam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.  

Riwayat Hidup Matthew Henry 

Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat   itu gereja 

Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang 

memerintah pada masa itu yaitu  Raja Karel II, yang secara resmi di-

angkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan kekua-

saan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sangat 

dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri dari 

gereja resmi. 

Puncak penganiayaan itu terjadi saat   pada 24 Agustus 1662 

lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah 

lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.  

Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya, 

Philip Henry, yaitu  seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-

kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan. 

sebab  Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya 

Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-

cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati 

mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan. 

Matthew yaitu  anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6 

tahun sebab  penyakit campak. saat   masih balita, Matthew sendiri 

juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut. 

Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-

cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun  yang lebih penting lagi, 

sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan 

mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun ke-

tika ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu memberi-

kan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.  

Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-

nya di lalu  hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.  

Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani, 

Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat 

muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya. 

Pada tahun 1685, saat   berusia 23 tahun, Matthew pindah ke 

London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas London. 

Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya menuruti 

saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi itu 

akan memberikan manfaat besar baginya sebab  keadaan di Inggris 

pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya kaum 

Puritan. 

Beberapa tahun lalu  Matthew kembali ke kampung hala-

mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-

dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar 

Broad Oak. Ia menyampaikan firman Tuhan dengan penuh kuasa. Ti-

dak lama sesudah  itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London dan 

satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. sesudah  ber-

doa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya memilih 

jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan sebagai 

pendeta di jemaat tersebut. Waktu itu Matthew berusia 25 tahun. 

Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-

ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-

ngat harmonis dan baik sebab  didasarkan atas cinta dan iman ke-

pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu 

setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar. 

Segera sesudah  melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal 

pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak 

Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip, 

ayah Matthew. 

Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya. 

sesudah  satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya 

untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary 

Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi, 

yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu sete-

ngah tahun, ia meninggal sebab  demam tinggi dan penyakit batuk 

rejan. Setahun lalu  mereka mendapat seorang anak perempuan 

lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu lalu . Betapa be-

rat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini, 

Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam 

hidup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia 

mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak 

itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak 

lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-

salem yang di sorga.” 

Beberapa waktu lalu  mereka mendapat seorang anak pe-

rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-

ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew 

Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan 

pertama. 

Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester. 

Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk 

melayani di sana, namun  berulang kali ia menolak panggilan tersebut 

sebab  merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun ak-

hirnya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk men-

jadi hamba Tuhan di London, dan sebab  itu ia menyerah kepada 

kehendak Allah.  

Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes, 

sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja 

dari pagi buta sampai larut malam, namun  menjelang akhir hayatnya 

ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab  kesehatannya yang 

semakin menurun. 

Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester, 

tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9, 

“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat 

Allah.” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan 

hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-

kankan hal perhentian di sorgasupaya  anak-anak Allah dapat me-

nikmati kebersamaan dengan Tuhan.  

Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia 

sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi 

rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang 

mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-

ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan 

nafas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari 

lalu  di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil 

dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali 

perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah se-

tia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung 

jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-

hagiaan tuanmu.” 

 

Tafsiran 

Kitab yosua  

I.  Di hadapan kita sekarang, kita mendapati sejarah bangsa Yahudi 

dalam kitab ini dan kitab-kitab sesudahnya sampai akhir kitab 

Ester. Kitab-kitab ini, sampai akhir Kitab Raja-raja, disebut oleh 

para penulis Yahudi sebagai kitab pertama dari kitab-kitab para 

nabi. Mereka membagi kitab-kitab Perjanjian Lama ke dalam tiga 

kelompok, yaitu kitab hukum Taurat, kitab nabi-nabi, dan ketu-

bim atau hagiografi (tulisan-tulisan – pen.). Lihat juga Lukas 

24:44. Semua tulisan lain selain kitab hukum Taurat dan kitab-

kitab yang disebutkan di atas, dimasukkan sebagai bagian dari 

hagiografi. Kitab nabi-nabi seperti Yosua ini, meskipun sejarah 

yaitu  pokok bahasannya, namun dapat diduga bahwa para nabi-

lah yang merupakan penulisnya. Kalau diperhatikan, pada kitab-

kitab yang murni bersifat nubuatan, nama nabi yang menulisnya 

akan dicantumkan, sebab keabsahan nubuatan-nubatan di da-

lamnya sangat bergantung pada nabi yang menulisnya. namun  

kitab-kitab sejarah ini, ada kemungkinan, merupakan kumpulan 

dari berbagai catatan asli bangsa itu. Sebagian dari para nabi 

mendapat pimpinan dan pertolongan ilahi untuk mengumpulkan 

catatan-catatan itu bagi kepentingan jemaat sampai akhir dunia. 

Dan jemaat Yahudi selama berabad-abad sudah diberkati dengan 

nabi-nabi seperti itu. Sama seperti para pemimpin dan pejabat 

yang lain, demikian pula sejarawan-sejarawan mereka mendapat 

wewenang dari sorga. Tampak bahwa walaupun isi pokok dari 

sejumlah sejarah itu ditulis saat   peristiwa-peristiwanya masih 

segar dalam ingatan, dan ditulis di bawah pimpinan ilahi, namun, 

di bawah pimpinan yang sama, sejarah-sejarah itu dituangkan 

dalam bentuk yang kita miliki sekarang oleh suatu tangan lain. 

Hal itu dilakukan lama sesudahnya, mungkin semuanya oleh 

tangan yang sama, atau kira-kira pada waktu yang sama. Dasar-

dasar dari dugaan ini yaitu ,  

1. sebab  tulisan-tulisan terdahulu begitu sering dirujuk, seperti 

Kitab Orang Jujur (Yos. 10:13 dan 2Sam. 1:18), Kitab Sejarah 

Raja-raja Israel dan Yehuda, dan Kitab-kitab Gad, Natan, dan 

Ido.  

2. sebab  hari-hari lalu saat   berbagai peristiwa terjadi kadang-

kadang disinggung kembali, seperti dalam 1 Samuel 9:9, nabi 

yang sekarang ini disebutkan dahulu pelihat (KJV: orang yang 

sekarang dipanggil nabi ini dahulunya dipanggil sebagai se-

orang pelihat). Dan,  

3. sebab  kita begitu sering membaca tentang hal-hal yang tetap 

ada sampai sekarang, seperti batu-batu (Yos. 4:9; 7:26; 8:29; 

10:27; 1Sam. 6:18), nama-nama tempat (Yos. 5:9; 7:26; Hak. 

1:26; 15:19; 18:12; 2Raj. 14:7), hak-hak dan kepemilikan 

(Hak. 1:21; 1Sam. 27:6), adat dan kebiasaan (1Sam. 5:5; 2Raj. 

17:41). Ungkapan itu ditambahkan sejak saat itu ke dalam 

sejarah oleh para pengumpul catatan yang mendapat ilham 

ilahi untuk meneguhkan dan menggambarkan sejarah itu 

kepada orang-orang yang hidup pada zaman mereka kala itu. 

Jika kita bisa menawarkan suatu dugaan belaka, bukan tidak 

mungkin bahwa kitab-kitab sejarah, sampai akhir Kitab Raja-

Raja, dikumpulkan oleh Nabi Yeremia, tidak lama sebelum 

pembuangan. Sebab dikatakan tentang Ziklag (1Sam. 27:6), 

bahwa Ziklag menjadi kepunyaan raja-raja Yehuda sampai 

sekarang. Ungkapan ini mulai digunakan sesudah  Salomo dan 

berakhir pada masa pembuangan. Lebih mungkin lagi bahwa 

kitab-kitab sesudahnya dikumpulkan oleh Ezra, sang penyalin 

naskah, beberapa saat sesudah pembuangan. Apa pun itu, 

meskipun kita ada dalam kegelapan mengenai penulis-penulis-

nya, kita tidak ragu mengenai wewenang mereka. Kitab-kitab 

itu yaitu  bagian dari sabda-sabda Allah, yang dipercayakan 

kepada orang-orang Yahudi, dan diterima serta dirujuk seba-

gai hal yang demikian oleh Juruselamat kita dan para rasul. 

Dalam kelima kitab Musa, kita memiliki  gambaran yang 

sangat lengkap tentang kemunculan, keberlangsungan, dan pen-

dirian jemaat Perjanjian Lama. Kitab Musa itu juga berisi tentang 

keluarga yang menjadi asal-usul kemunculan jemaat itu, tentang 

janji ilahi, yaitu piagam agung yang olehnya jemaat itu dipersatu-

kan, tentang mujizat-mujizat yang dengannya jemaat itu diba-

ngun, dan tentang hukum-hukum serta ketetapan-ketetapan yang 

olehnya jemaat itu harus diperintah. Dari sini orang akan men-

dapatkan suatu gambaran tentang tabiat dan keadaan jemaat itu 

yang sangat berbeda dari apa yang kita dapati dalam sejarah yang 

digambarkan dalam Kitab Yosua ini. Orang akan menyangka bah-

wa sebuah bangsa yang memiliki  ketetapan-ketetapan dan 

peraturan-peraturan yang begitu penuh kebajikan, seharusnya 

sangatlah kudus. Sebuah bangsa yang mendapat janji-janji yang 

begitu kaya seharusnya sangatlah berbahagia. Akan namun , sung-

guh sayang! Sebagian besar dari sejarah bangsa ini malah me-

ngandung gambaran yang menyedihkan dari dosa-dosa dan 

kesengsaraan-kesengsaraan mereka. Sebab hukum Taurat sama 

sekali tidak membawa kesempurnaan, sebab  ia hanya membawa 

orang untuk berharap akan pengharapan yang lebih baik. Sama 

halnya juga, jika kita membandingkan sejarah jemaat Kristen de-

ngan ketetapannya, kita akan menemukan alasan yang sama 

untuk terheran-heran. Begitu banyak kesalahan dan kebobrokan-

nya. Sebab, Injil juga tidak membawa kesempurnaan pada apa 

pun di dunia ini, namun  meninggalkan kita dalam keadaan menan-

tikan pengharapan yang lebih baik dalam kehidupan yang akan 

datang. 

II. Di hadapan kita ini ada Kitab Yosua, yang disebut demikian, 

mungkin, bukan sebab  kitab itu ditulis olehnya, sebab hal itu 

tidaklah pasti. Dr. Lightfoot berpendapat bahwa Pinehas menulis-

nya. Sementara Uskup Patrick berpendapat bahwa jelas Yosua 

sendiri yang menulisnya. Apa pun itu, kitab ini ditulis tentang 

Yosua, dan, jika orang lain yang menulisnya, itu dikumpulkan 

dari catatan-catatan atau riwayat-riwayat yang disusun oleh 

Yosua. Kitab itu berisi sejarah Israel di bawah pimpinan dan 

pemerintahan Yosua, bagaimana ia memimpin sebagai panglima 

pasukan mereka, 

1. saat   mereka masuk ke Kanaan (ps. 1-5).  

2. saat   mereka menaklukkan Kanaan (ps. 6-12).  

3. saat   tanah Kanaan dibagi-bagi di antara suku-suku Israel 

(ps. 13-21).  

4. saat   agama ditetapkan dan ditegakkan di antara mereka (ps. 

22-24).  

Dalam semuanya itu, Yosua yaitu  teladan yang baik untuk 

kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, dan kesalehan, bagi semua 

orang yang pekerjaannya mengurusi kepentingan orang banyak. 

namun  ini bukan satu-satunya manfaat yang harus diambil dari 

sejarah ini. Kita dapat melihat di dalamnya,  

1. Banyak tentang Allah dan penyelenggaraan-Nya. Kuasa-Nya 

dalam kerajaan alam, keadilan-Nya dalam menghukum orang 

Kanaan saat   takaran kejahatan mereka sudah penuh, kese-

tiaan-Nya pada perjanjian-Nya dengan para bapa leluhur, dan 

kebaikan-Nya terhadap umat-Nya Israel, kendati dengan per-

buatan-perbuatan mereka yang menyulut murka. Kita dapat 

melihat-Nya sebagai Tuhan semesta alam yang menentukan 

hasil-hasil perang, dan sebagai penentu undi, yang menentu-

kan batas-batas kediaman manusia.  

2. Banyak tentang Kristus dan anugerah-Nya. Meskipun Yosua 

tidak secara tegas disebutkan dalam Perjanjian Baru sebagai 

perlambang Kristus, namun semua penafsir setuju bahwa ia 

yaitu  perlambang Kristus yang sangat terkemuka. Yosua me-

nyandang nama Juruselamat kita, seperti juga seorang per-

lambang lain dari Dia, yaitu Yosua sang kepala imam besar 

(Za. 6:11-12). Septuaginta (Perjanjian Lama terjemahan ba-

hasa Yunani – pen.), dengan memberikan akhiran Yunani pada 

nama Yosua, selalu menyebutnya Iesous Yesus, dan demikian-

lah nama Juruselamat kita dipanggil (Kis. 7:45 dan Ibr. 4:8). 

Yustinus Martir, salah seorang penulis mula-mula dari jemaat 

Kristen (Dialog. cum Tryph. p. mihi 300), memandang bahwa 

janji dalam Kitab Keluaran 23:20 itu, malaikat-Ku akan mem-

bawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan, menunjuk 

pada Yosua. Dan kata-kata ini, nama-Ku ada di dalam dia, 

merujuk pada hal ini, bahwa nama Yosua akan sama dengan 

nama Mesias. Nama itu berarti, Ia akan menyelamatkan. Yo-

sua menyelamatkan umat Allah dari orang Kanaan. Yesus 

Tuhan kita menyelamatkan umat Allah dari dosa-dosa mereka. 

Kristus, seperti Yosua, yaitu  yang memimpin kita kepada ke-

selamatan, seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bang-

sa, untuk menginjak-injak Iblis di bawah kaki mereka, untuk 

membuat mereka menduduki Kanaan sorgawi, dan untuk 

membawa mereka masuk ke tempat perhentian, yang dikata-

kan dalam Ibrani 4:8, tidak dilakukan Yosua. 


 

PASAL  1  

itab ini dimulai dengan sejarah, bukan tentang kehidupan Yo-

sua, melainkan tentang kekuasaan dan pemerintahannya. Ba-

nyak bacaan yang luar biasa tentang hidupnya kita dapati sebelum-

nya dalam kitab-kitab Musa. Dalam pasal ini, 

I. Allah mengangkat Yosua untuk memerintah bangsa Israel 

menggantikan Musa, memberinya tugas yang banyak, petun-

juk-petunjuk yang lengkap, dan dorongan-dorongan yang 

besar (ay. 1-9).  

II. Yosua menerima tugas pemerintahan itu, dan langsung me-

nyibukkan diri dengan pekerjaannya, memberikan perintah-

perintah kepada para pengatur pasukan bangsa itu secara 

umum (ay. 10-11), dan kepada dua setengah suku secara 

khusus (ay. 12-15).  

III. Rakyat setuju dengan tugas pemerintahannya, dan bersum-

pah setia kepada Yosua (ay. 16-18). Pemerintahan yang di-

mulai dengan Allah seperti itu tidak bisa tidak pasti mem-

bawa kehormatan bagi sang pemimpin dan penghiburan bagi 

rakyat. Kata-kata Musa yang terakhir tetap teruji kebenaran-

nya, “Berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama 

dengan engkau?” (Ul. 33:29). 

Yosua Diberi Petunjuk dan Didorong 

(1:1-9)  

1 Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua 

bin Nun, abdi Musa itu, demikian: 2 “Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu 

bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh 

bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada 

orang Israel itu. 3 Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Ku-

berikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa. 4 Dari 

padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai 

besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di 

sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu. 5 Se-

orang pun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; 

seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku 

tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.  

6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin 

bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek 

moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. 7 Hanya, kuatkan dan 

teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai 

dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku 

Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri,supaya  engkau berun-

tung, ke mana pun engkau pergi. 8 Janganlah engkau lupa memperkatakan 

kitab Taurat ini, namun  renungkanlah itu siang dan malam,supaya  engkau 

bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab 

dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. 9 

Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah 

hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai 

engkau, ke mana pun engkau pergi.” 

Di sini kehormatan diberikan kepada Yosua, dan kekuasaan yang 

besar diserahkan ke dalam tangannya, oleh Dia yang merupakan 

sumber kehormatan dan kekuasaan, dan yang melalui-Nya raja-raja 

memerintah. Petunjuk-petunjuk diberikan kepada Yosua oleh Hikmat 

Tak Terhingga, dan dorongan-dorongan diberikan oleh Allah sumber 

segala penghiburan. Allah sebelumnya berbicara kepada Musa me-

nyangkut Yosua (Bil. 27:18), namun  sekarang Allah sendiri berbicara 

kepadanya (ay. 1), mungkin dengan cara seperti Ia berbicara kepada 

Musa (Im. 1:1), dari dalam Kemah Pertemuan. Di situ Yosua, bersama 

Musa, sudah menunjukkan dirinya (Ul. 31:14), untuk belajar bagai-

mana menghadiri Kemah Pertemuan itu. Walaupun Eleazar mempu-

nyai tutup dada pernyataan keputusan, yang harus dimintai petun-

juk oleh Yosua bila diperlukan (Bil. 27:21), namun untuk lebih me-

nyemangati dia, Allah di sini berbicara langsung kepadanya. Menurut 

sebagian penafsir, itu terjadi dalam mimpi atau penglihatan; seperti 

dalam Ayub 33:15. Sebab, meskipun Allah telah mengikat kita pada 

ketetapan-ketetapan ibadah untuk melayani-Nya di dalamnya, na-

mun Ia tidak mengikat diri-Nya pada ketetapan-ketetapan itu. Tanpa 

ketetapan-ketetapan itu pun Ia masih dapat menyatakan diri-Nya 

kepada umat-Nya, dan berbicara kepada hati mereka dengan cara 

lain selain melalui telinga mereka. Mengenai panggilan Yosua untuk 

memegang tugas pemerintahan ini, amatilah di sini, 

 

I. Waktu saat   jabatan itu diberikan kepadanya: Sesudah Musa 

mati. Segera sesudah Musa mati, Yosua mengambil alih tugas 

pemerintahan, berdasar  penahbisannya yang khidmat saat   

Musa masih hidup. Masa peralihan pemerintahan, meskipun 

hanya untuk beberapa hari, bisa jadi menimbulkan akibat yang 

buruk. namun  ada kemungkinan bahwa Allah tidak menyuruhnya 

maju menuju Kanaan sebelum masa berkabung untuk Musa 

selama tiga puluh hari berakhir. Jadi, bukan, seperti yang dikata-

kan orang-orang Yahudi, sebab  kesedihan jiwanya selama hari-

hari yang membuatnya merasa tidak layak untuk bersekutu 

dengan Allah; ia tidak berdukacita seperti orang yang tidak mem-

punyai pengharapan. Begitulah, dengan masa jeda yang khidmat 

ini, dan dengan menunda pelayanan kepada masyarakat selama 

satu bulan, bahkan sekarang saat   waktu begitu berharga bagi 

mereka, Allah hendak memberi kehormatan kepada Musa selama 

masa perkabungan untuk mengenang dia. Ia hendak memberi 

waktu kepada bangsa itu bukan hanya untuk meratapi rasa 

kehilangan akan Musa, namun  juga untuk bertobat dari perilaku-

perilaku mereka yang buruk terhadapnya selama empat puluh 

tahun pemerintahannya. 

II. Kedudukan Yosua sebelum ia diangkat ke jabatannya yang tinggi 

itu. Ia yaitu  abdi Musa, yaitu orang yang siap sedia melayaninya 

dan membantu pekerjaannya. Septuaginta menerjemahkannya 

hypourgos, seorang pekerja di bawah Musa, di bawah arahan dan 

perintahnya. Cermatilah,  

1. Orang yang di sini dipanggil untuk mendapat kehormatan 

sudah lama dididik untuk bekerja. Yesus Tuhan kita sendiri 

mengambil rupa sebagai seorang hamba, dan lalu  Allah 

sangat meninggikan Dia.  

2. Yosua dilatih untuk tunduk dan mematuhi perintah. Orang-

orang yang paling pantas memerintah yaitu  mereka yang 

sudah belajar untuk patuh.  

3. Orang yang harus meneruskan jabatan Musa sudah mengenal 

Musa dengan akrab,supaya  ia dapat sepenuhnya mengikuti 

ajarannya, cara hidupnya, pendiriannya dan kesabarannya 

(2Tim. 3:10). Dansupaya  ia dapat mengambil tindakan-tindak-

an yang sama, berjalan dalam roh yang sama, dengan lang-

kah-langkah yang sama, sebab ia harus meneruskan pekerja-

an yang sama.  

4. Dalam hal ini Yosua yaitu  perlambang Kristus, yang sebab  

itu dapat disebut sebagai abdi Musa, sebab Kristus hidup di 

bawah hukum Taurat dan menggenapi segala kebenarannya. 

III. Panggilan itu sendiri, yang diberikan Allah kepada Yosua, sangat 

lengkap dengan segala rinciannya. 

1. Atas pertimbangan apa Yosua dipanggil untuk memerintah: 

Hamba-Ku Musa telah mati (ay. 2). Semua orang baik yaitu  

hamba Allah. Dan bukan suatu penghinaan, melainkan suatu 

kehormatan, bagi orang-orang besar untuk menjadi hamba 

Allah. Para malaikat sendiri pun melayani sebagai hamba-

hamba-Nya. Musa dipanggil untuk melakukan pekerjaan yang 

luar biasa, menjadi pengurus di rumah Allah, dan dalam men-

jalankan kepercayaan-kepercayaan yang diberikan kepadanya, 

ia tidak melayani dirinya sendiri melainkan Allah yang mem-

pekerjakan dia. Ia setia sebagai seorang abdi, dengan pan-

dangan yang tertuju pada sang Anak, seperti yang tersirat 

dalam Ibrani 3:5, bahwa semua apa yang ia lakukan itu ada-

lah untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberita-

kan lalu . Allah akan mengakui hamba-hamba-Nya, akan 

mengakui mereka pada hari penghakiman agung. Walaupun 

begitu, Musa, meskipun seorang hamba Allah, dan orang yang 

bisa saja dibebaskan dari kesakitan, akhirnya mati juga. Se-

bab, Allah ingin mengganti tangan, untuk menunjukkan bah-

wa Ia tidak terikat pada alat-alat apa saja yang digunakan-

Nya. Musa, sesudah  melakukan pekerjaannya sebagai hamba, 

mati dan pergi untuk beristirahat dari jerih lelahnya, masuk 

dan turut dalam kebahagiaan tuannya. Amatilah, Allah mem-

perhatikan kematian hamba-hambanya. Kematian mereka ber-

harga di mata-Nya (Mzm. 116:15). 

2. Panggilan itu sendiri. Sebab itu bersiaplah sekarang. 

(1) “Meskipun Musa sudah mati, pekerjaan itu harus berlan-

jut. Oleh sebab itu bangunlah, dan lanjutkan pekerjaan 

itu.” Janganlah tangisan menghalangi kita untuk menabur, 

jangan pula terkulainya tangan-tangan yang paling ber-

guna melemahkan tangan kita. Sebab, jika  Allah mem-

Kitab Yosua 1:1-9 

 13

punyai pekerjaan untuk dilakukan, Ia akan menemukan 

atau membuat alat-alat yang pantas untuk menjalankan-

nya. Musa sang hamba sudah mati, namun  Allah sang Tuan 

tidak: Ia hidup untuk selama-lamanya.  

(2) “sebab  Musa sudah mati, maka pekerjaan itu dialihkan 

kepadamu sebagai penerusnya, sebab untuk inilah engkau 

diangkat. Oleh sebab itu, engkau perlu mengisi tempatnya. 

Ayo bangun, dan bekerjalah.” Perhatikanlah,  

[1] Kepergian orang-orang yang berguna haruslah meng-

gugah orang-orang yang masih hidup untuk jauh lebih 

giat lagi dalam berbuat baik. Si ini dan si anu sudah 

mati, dan kita pasti akan mati sebentar lagi, sebab  itu 

marilah kita bekerja selama hari masih siang.  

[2] Sebuah belas kasih yang besar bagi suatu bangsa jika, 

saat   orang-orang yang berguna meninggal di tengah-

tengah kebergunaan mereka, orang lain perlu dibang-

kitkan sebagai pengganti mereka untuk meneruskan 

apa yang ditinggalkan. Yosua harus bangkit untuk me-

nyelesaikan apa yang sudah dimulai Musa. Demikianl-

ah angkatan-angkatan yang terlalu  terlibat dalam 

pekerjaan angkatan-angkatan yang terdahulu. Demi-

kianlah yang diperbuat Kristus, Yosua kita, bagi kita de-

ngan mengerjakan apa yang tidak pernah dapat dilaku-

kan oleh hukum Musa, yaitu membenarkan (Kis. 13:39), 

dan menguduskan (Rm. 8:3). Kehidupan Musa mem-

buka jalan bagi Yosua, dan mempersiapkan bangsa itu 

untuk apa yang akan dilakukan olehnya. Demikianlah 

hukum Taurat yaitu  penuntun untuk membawa kita 

kepada Kristus. lalu , kematian Musa memberi 

tempat bagi Yosua. Demikian pula kita telah mati bagi 

hukum Taurat, suami pertama kita,supaya  kita men-

jadi milik Kristus (Rm. 7:4). 

3. Pekerjaan khusus yang menjadi panggilan Yosua sekarang: 

“Bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, sungai 

yang ada di depan matamu sekarang, yang di tepiannya eng-

kau berkemah.” Ini merupakan ujian bagi iman Yosua, apakah 

ia mau memberikan perintah untuk membuat persiapan untuk 

melewati sungai itu, saat   tidak terlihat jalan untuk melin-

tasinya, terutama di tempat mereka berkemah sekarang, ke-

tika sepanjang tepinya sebak sampai meluap (3:15). Ia tidak 

memiliki  papan-papan atau jembatan perahu untuk menye-

berangkan bangsa itu ke seberang. Sekalipun begitu, ia harus 

percaya bahwa Allah, yang telah memerintahkan mereka 

untuk menyeberang, akan membukakan jalan untuk mereka. 

Menyeberangi sungai Yordan merupakan jalan untuk masuk 

ke Kanaan. Ke sana Musa tidak boleh, dan tidak dapat, mem-

bawa mereka (Ul. 31:2). Demikianlah, kehormatan untuk 

membawa banyak orang kepada kemuliaan disediakan bagi 

Kristus yang memimpin kita kepada keselamatan (Ibr. 2:10). 

4. Pemberian tanah Kanaan kepada orang Israel diulangi di sini, 

ay. 2-4 (KJV), Aku benar-benar memberikan tanah itu kepada 

mereka. Sebenarnya, sudah sejak kepada para bapak leluhur 

hal ini telah dijanjikan, Aku akan memberikannya. namun , 

sekarang angkatan keempat sudah berlalu, kedurjanaan orang 

Amori sudah penuh, dan sudah tiba saatnya bagi penggenap-

an janji itu, dan sebab  itu, tanah itu pun benar-benar diberi-

kan, sehingga mereka memiliki apa yang sudah lama mereka 

nantikan: “Aku benar-benar memberikan tanah itu, masuklah 

ke dalamnya, itu semua milikmu. Bahkan (ay. 3, KJV) Aku telah 

memberikannya. Meskipun tanah itu belum ditaklukkan pada 

saat Allah berfirman, namun itu sudah pasti untukmu seolah-

olah tanah itu sudah ada dalam genggamanmu.” Cermatilah,  

(1) Orang-orang yang diberi tanah itu: Kepada mereka, kepada 

orang Israel itu (ay. 2), sebab mereka yaitu  keturunan 

Yakub, yang disebut Israel pada waktu janji ini dibuat 

kepadanya (Kej. 35:10, 12). Orang Israel, meskipun sudah 

sangat menggusarkan hati Allah di padang gurun, namun, 

demi nenek moyang mereka, akan tetap memperoleh apa 

yang dijanjikan. Dan anak-anak dari orang-orang yang ber-

sungut-sungutlah yang dikatakan Allah akan memasuki 

Kanaan (Bil. 14:31).  

(2) Tanah yang diberikan itu sendiri: Dari sungai Efrat di ba-

gian timur, sampai ke Laut Tengah di bagian barat (ay. 4). 

Meskipun dosa mereka membuat mereka tidak dapat me-

miliki tanah yang luas ini secara penuh, dan mereka tidak 

pernah memenuhi kembali seluruh negeri itu dalam batas-

batas yang disebutkan di sini, namun, seandainya mereka 

patuh, Allah akan memberi mereka tanah ini dan jauh 

lebih banyak lagi. Dari semua negeri ini, dan banyak negeri 

lain, seiring berjalannya waktu ada orang-orang yang men-

jadi pemeluk agama Yahudi, seperti yang tampak dalam 

Kis. 2:5, dst.. Jika jemaat mereka diperbesar, walaupun 

bangsa mereka tidak bertambah banyak, tidak dapat di-

katakan bahwa janji itu tidak ditepati sama sekali. Dan, 

jika janji ini tidak digenapi secara penuh dalam arti yang 

sebenarnya, orang-orang percaya dapat menyimpulkan dari 

sini bahwa janji itu memiliki  makna yang lebih jauh, 

dan akan digenapi dalam kerajaan Mesias, baik kerajaan 

anugerah maupun kerajaan kemuliaan.  

(3) Di sini tersirat sebuah syarat yang menjadi dasar pemberi-

an ini, yaitu dalam kata-kata seperti yang telah Kujanjikan 

kepada Musa. Maksudnya, “sesuai dengan persyaratan 

yang diberitahukan Musa kepadamu berkali-kali. Jika kamu 

mau berpegang pada ketetapan-ketetapan-Ku, maka kamu 

akan masuk dan menduduki negeri yang baik itu. Ambillah 

tanah itu dengan syarat-syarat dan batasan-batasan ter-

sebut.” Perintah dan janji tidak boleh dipisahkan.  

(4) Betapa dengan mudah mereka akan memiliki tanah ini, 

jika bukan sebab  salah mereka sendiri, seperti tersirat 

dalam kata-kata ini, “Setiap tempat yang akan diinjak oleh 

telapak kakimu, dalam batasan-batasan yang diberikan, 

akan menjadi milikmu. Injakkan saja kakimu ke atasnya, 

maka engkau memilikinya.” 

5. Janji-janji yang dibuat Allah di sini kepada Yosua untuk men-

dorongnya.  

(1) Bahwa Yosua harus yakin akan hadirat Allah bersamanya 

dalam pekerjaan besar ini, yang menjadi panggilannya (ay. 

5): “Seperti Aku menyertai Musa, untuk mengarahkan dan 

menguatkannya, untuk mengakui dan membuatnya berun-

tung, dan memberinya keberhasilan dalam membawa Israel 

keluar dari Mesir dan memimpin mereka melewati padang 

gurun, demikian pula Aku akan menyertaimu untuk me-

mampukanmu mengantar mereka berdiam di Kanaan.” 

Yosua sadar betapa jauh ia jika dibandingkan dengan Musa 

dalam hikmat dan anugerah. namun  apa yang Musa laku-

kan, semuanya sebab  hadirat Allah bersamanya. Meski-

pun Yosua tidak selalu berpikiran sama dengan Musa, 

namun, jika ia selalu memiliki  hadirat Allah yang sama, 

maka ia akan baik-baik saja. Perhatikanlah, suatu peng-

hiburan yang besar bagi angkatan hamba Tuhan dan orang 

Kristen yang sedang muncul, bahwa anugerah yang sama 

yang memampukan angkatan pendahulu mereka tidak 

akan hilang dari mereka jika mereka tidak lalai dalam me-

manfaatkannya. Diulangi lagi di sini (ay. 9). “TUHAN, Allah-

mu, menyertai engkau sebagai Allah yang berkuasa, dan 

kuasa itu dikerahkan untukmu ke mana saja engkau per-

gi.” Perhatikanlah, orang-orang yang pergi ke mana Allah 

mengutus mereka, akan memiliki-Nya bersama mereka ke 

mana saja mereka pergi. Dan mereka tidak perlu meng-

inginkan apa-apa lagi untuk membuat diri tenang dan 

beruntung.  

(2) Bahwa hadirat Allah tidak akan pernah ditarik darinya: 

Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan mening-

galkan engkau (ay. 5). Musa telah meyakinkan Yosua akan 

hal ini (Ul. 31:8), bahwa, meskipun ia harus meninggalkan-

nya sekarang, Allah tidak akan pernah meninggalkannya. 

Dan di sini Allah sendiri meneguhkan perkataan Musa 

hamba-Nya itu (Yes. 44:26), dan berjanji tidak akan pernah 

meninggalkan Yosua. Kita memerlukan hadirat Allah, bu-

kan hanya saat   kita memulai dan menjalankan pekerja-

an, melainkan juga pertolongan-Nya terus-menerus dalam 

meneruskan pekerjaan itu. Jika hadirat Allah sewaktu-

waktu meninggalkan kita, maka habislah kita. Ini bisa kita 

yakini, bahwa Tuhan beserta kita selama kita beserta Dia. 

Janji yang di sini dibuat untuk Yosua berlaku juga untuk 

semua orang percaya, dan menjadi pegangan untuk me-

lawan ketamakan. Cukupkanlah dirimu dengan apa yang 

ada padamu. sebab  Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali 

tidak akan membiarkan engkau” (Ibr. 13:5).  

(3) Bahwa Yosua akan memperoleh kemenangan atas semua 

musuh Israel (ay. 5): Seorang pun yang datang melawanmu 

tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau. Perhati-

kanlah, tidak ada yang bisa bertahan menghadapai orang-

orang yang memiliki  Allah di pihak mereka. Jika Allah di 

pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Allah men-

janjikan Yosua keberhasilan yang pasti, bahwa musuh 

tidak akan menang melawannya. Allah juga menjanjikan 

dia keberhasilan yang tetap, seumur hidupnya. Apa pun 

yang akan terjadi dengan Israel saat   ia tiada nanti, yang 

pasti seluruh masa pemerintahannya akan dihiasi dengan 

berbagai kemenangan. Apa yang dipakai Yosua untuk 

menyemangati rakyat pada waktu dulu (Bil. 14:9), sekarang 

dipakai Allah untuk menyemangati dirinya sendiri.  

(4) Bahwa Yosua sendiri akan membagi-bagi tanah ini di an-

tara orang Israel (ay. 6). Suatu dorongan yang besar bagi-

nya dalam permulaan pekerjaan ini bahwa ia pasti akan 

melihat pekerjaan itu rampung, dan jerih payahnya tidak 

akan sia-sia. Sebagian penafsir menjadikannya sebagai 

alasan mengapa ia harus mempersenjatai dirinya dengan 

tekad yang bulat, dan mengapa ia harus teguh hati, oleh 

sebab  tabiat buruk dari bangsa yang harus dengan susah 

payah dituntunnya mewarisi tanah itu. Ia tahu betul 

betapa mereka yaitu  bangsa yang suka membangkang 

dan tidak pernah puas, betapa susah diaturnya mereka 

pada masa pendahulunya. Oleh sebab itu, hendaklah ia 

siap untuk dibuat gusar oleh mereka, dan berteguh hati. 

6. Pesan atau perintah yang diberikan Allah kepada Yosua, yaitu, 

(1)supaya  ia mematuhi hukum Allah dalam segala hal, dan 

menjadikan hukum Allah ini sebagai aturannya (ay. 7-8). 

Allah, seolah-olah, menyerahkan kitab hukum Taurat ke 

dalam tangan Yosua. Seperti, saat   Yoas dimahkotai, me-

reka memberikan hukum Allah kepadanya (2Raj. 11:12). 

Dan mengenai kitab ini, Yosua diperintahkan,  

[1] Untuk merenungkannya siang dan malam,supaya  ia 

bisa memahaminya dan bisa siap sedia dalam segala 

kesempatan. Kalau ada pekerjaan seseorang yang dapat 

memberinya alasan untuk tidak merenung firman 

Tuhan, dan melakukan ibadah-ibadah lain, orang akan 

berpikir bahwa pekerjaan Yosua pada saat ini dapat 

memberinya alasan itu. Ada kepercayaan besar yang di-

serahkan ke dalam tangannya. Menjalankan kepercaya-

an itu sudah cukup memenuhi dirinya, seandainya ia 

memiliki  sepuluh nyawa sekalipun. Namun demikian, 

ia harus menemukan waktu dan pikiran untuk mere-

nung perkataan Tuhan. Sekalipun berbagai perkara me-

menuhi pikiran, kita tidak boleh mengabaikan satu hal 

yang perlu ini.  

[2] Untuk tidak membiarkan kitab itu hilang dari mulutnya. 

Yaitu, semua perintahnya kepada rakyat, dan peng-

hakiman-penghakimannya atas segala perkara yang di-

ajukan kepadanya, harus sesuai dengan hukum Allah. 

Dalam segala kesempatan, ia harus berbicara sesuai 

dengan aturan ini (Yes. 8:20). Yosua harus memelihara 

dan melanjutkan pekerjaan yang sudah dimulai oleh 

Musa. Oleh sebab  itu, ia tidak hanya harus menuntas-

kan keselamatan yang sudah dikerjakan Musa untuk 

mereka, namun  juga harus menegakkan agama suci yang 

sudah didirikannya di antara mereka. Tidak ada keper-

luan untuk membuat hukum-hukum baru. namun  harta 

yang indah, yang telah dipercayakan kepadanya harus 

ia pelihara dengan hati-hati dan setia (2Tim. 1:14).  

[3] Yosua harus bertindak hati-hati sesuai dengan segala 

hukum ini. Untuk tujuan inilah ia harus merenungkan-

nya, bukan demi permenungan semata-mata, atau un-

tuk mengisi kepalanya dengan berbagai gagasan, atau 

susaha  ia dapat menemukan sesuatu untuk membuat 

bingung para imam. Melainkan,supaya  ia, baik sebagai 

manusia maupun sebagai hakim, dapat bertindak hati-

hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya. 

Ada sejumlah hal yang tertulis di sana yang merujuk 

secara khusus pada pekerjaan yang ada di hadapannya 

sekarang. Misalnya seperti hukum-hukum tentang 

peperangan mereka, penghancuran orang Kanaan dan 

pembagian tanah Kanaan, dan lain-lain. Semuanya ini 

harus dijalankannya dengan penuh kesalehan. Yosua 

yaitu  orang yang memiliki  kuasa dan wewenang 

besar, namun ia sendiri harus berada di bawah perintah 

dan berbuat seperti yang diperintahkan kepadanya. 

Tidak ada martabat atau kekuasaan orang, betapa pun 

besarnya itu, yang menempatkan dia di atas hukum 

Allah. Yosua tidak hanya harus memerintah oleh hu-

Kitab Yosua 1:1-9 

 19

kum, dan mengusahakansupaya  rakyat mematuhi 

hukum itu, namun  juga ia sendiri harus mematuhinya. 

Dan dengan begitu, dengan teladannya sendiri ia meme-

lihara kehormatan dan kuasa hukum Allah. Pertama, ia 

harus melakukan apa yang tertulis. Tidak cukup hanya 

mendengar dan membaca firman, memuji dan menga-

guminya, mengetahui dan mengingatnya, mengatakan 

dan membicarakannya, namun  kita juga harus melaku-

kannya. Kedua, ia harus berbuat sesuai dengan apa 

yang tertulis, menjalankan hukum secara tepat seperti 

menyalin, dan melakukan bukan hanya apa yang ditun-

tut di dalamnya, melainkan juga dalam segala keadaan 

berbuat sesuai dengan apa yang ditetapkan. Ketiga, ia 

harus berbuat sesuai dengan semua yang tertulis, tan-

pa kecuali atau tanpa syarat, dengan menghormati 

segala perintah Allah, bahkan perintah-perintah yang 

paling tidak menyenangkan bagi darah dan daging. 

Keempat, ia harus berbuat demikian dengan hati-hati, 

harus mengamati teguran-teguran hati nurani, petun-

juk-petunjuk pemeliharaan ilahi, dan semua peluang 

yang bisa dimanfaatkan. Kehati-hatian sangat penting 

untuk menjalankan ketaatan dalam segala hal. Kelima, 

ia tidak boleh menyimpang darinya, dalam perbuatan-

nya sendiri ataupun dalam tindakan pemerintahan, ke 

kanan atau ke kiri, sebab ada kesalahan-kesalahan di 

kedua sisi itu, dan kebajikan terdapat di antaranya. 

Keenam, ia harus kuat dan teguh hati,supaya  ia bisa 

berbuat sesuai dengan hukum. Ada begitu banyak ke-

jadian yang mengecilkan hati di jalan kewajiban, hingga 

orang-orang yang mau terus maju dan bertekun di da-

lamnya harus bertekad kuat. Dan, terakhir, untuk 

mendorong dia dalam ketaatannya, Allah meyakinkan 

dia bahwa jika ia taat, ia bertindak dengan bijak. Ini 

seperti dalam tafsiran yang agak luas, dan perjalanan-

nya akan berhasil (ay. 7-8). Orang-orang yang menjadi-

kan firman Allah sebagai aturan mereka, dan dengan 

kesadaran hati nurani hidup oleh aturan itu, akan baik-

baik saja dan berhasil. Firman Allah akan melengkapi 

mereka dengan pedoman-pedoman hidup terbaik yang 

dengannya mereka mengatur perilaku mereka (Mzm. 

111:10). Firman Allah akan membuat mereka berhak 

atas berkat-berkat yang terbaik. Allah akan memberi 

mereka keinginan hati mereka. 

(2) Bahwa Yosua membesarkan hatinya sendiri dalam hal ini 

dengan janji dan hadirat Allah, dan menjadikan janji dan 

hadirat Allah sebagai penopangnya (ay. 6): Kuatkan dan 

teguhkanlah hatimu. Dan lagi (ay. 7), seolah-olah ini yaitu  

satu hal yang perlu: Hanya, kuatkan dan teguhkanlah 

hatimu dengan sungguh-sungguh. Dan ia menutup dengan 

ini (ay. 9): Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Janganlah 

kecut dan tawar hati. Sudah dari sejak dulu Yosua menun-

jukkan tanda-tanda keberaniannya, saat berperang mela-

wan orang Amalek, dan saat   menolak laporan para 

pengintai yang jahat. Dan sekalipun begitu, Allah meman-

dang pantas untuk menanamkan perintah ini ke dalam diri 

Yosua seperti itu. Orang-orang yang beroleh anugerah 

perlu dipanggil berkali-kali untuk melatih memakai anuge-

rah itu dan berkembang di dalamnya. Yosua rendah hati 

dan merasa hina di matanya sendiri. Ia bukannya tidak 

mempercayai Allah, kuasa-Nya, dan janji-Nya, namun  mera-

sa kurang percaya diri, dan kurang percaya pada kebijak-

sanaan, kekuatan, dan kecukupannya sendiri untuk peker-

jaan itu, terutama sebab  ia muncul menggantikan orang 

yang begitu besar seperti Musa. Dan sebab  itu Allah 

mengulangi perkataan ini dengan begitu seringnya, “Kuatkan 

dan teguhkanlah hatimu. Janganlah perasaan akan kelemah-

anmu sendiri membuatmu berkecil hati. Allah itu maha 

mencukupi. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu?” 

[1] “Aku telah memerintahkansupaya  pekerjaan itu dilak-

sanakan, dan sebab  itu pekerjaan itu akan dilaksana-

kan, sekalipun kesulitan-kesulitan yang menghadang di 

tengah jalan tampak tak dapat diatasi.” Bahkan,  

[2] “Aku telah memerintahkan, memanggil, dan menugas-

kan engkau untuk melaksanakannya. Oleh sebab  itu 

Aku pasti akan mengakui engkau, menguatkan engkau, 

dan menopang engkau di dalamnya.” Perhatikanlah, 

saat   kita berjalan di jalan kewajiban kita, beralasan

 bagi kita untuk kuat dan teguh hati. Akan sangat mem-

bantu untuk membuat kita bersemangat dan berani jika 

kita tetap mengarahkan pandangan pada tugas ilahi, 

dan mendengar Allah berfirman, “Bukankah telah Ku-

perintahkan kepadamu? Oleh sebab itu, Aku akan me-

nolongmu, membuatmu berhasil, menerimamu, dan 

memberimu upah.” Yesus Tuhan kita, seperti Yosua di 

sini, ditopang di bawah penderitaan-penderitaan-Nya 

sebab  Ia terus mengarahkan perhatian-Nya kepada ke-

hendak Allah dan tugas yang Dia terima dari Bapa-Nya 

(Yoh. 10:18). 

Pesan Yosua kepada Orang Ruben  

(1:10-15)  

10 Lalu Yosua memberi perintah kepada pengatur-pengatur pasukan bangsa 

itu, katanya: 11 “Jalanilah seluruh perkemahan dan perintahkanlah kepada 

bangsa itu, demikian: Sediakanlah bekalmu, sebab dalam tiga hari kamu 

akan menyeberangi sungai Yordan ini untuk pergi menduduki negeri yang 

akan diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diduduki.” 12 Kepada 

orang Ruben, kepada orang Gad dan kepada suku Manasye yang setengah 

itu berkatalah Yosua, demikian: 13 “Ingatlah kepada perkataan yang dipesan-

kan Musa, hamba TUHAN itu, kepadamu, yakni: TUHAN, Allahmu, mengaru-

niakan keamanan kepadamu dan memberikan kepadamu negeri ini; 14 perem-

puan-perempuan dan anak-anak di antara kamu dan ternakmu boleh tinggal di 

negeri yang diberikan Musa kepadamu di seberang sungai Yordan, namun  kamu, 

semua pahlawan yang gagah perkasa, haruslah menyeberang di depan sau-

dara-saudaramu dengan bersenjata, dan haruslah menolong mereka, 15 sampai 

TUHAN mengaruniakan keamanan kepada saudara-saudaramu seperti ke-

pada kamu juga, dan mereka juga menduduki negeri yang akan diberikan 

kepada mereka oleh TUHAN, Allahmu. lalu  bolehlah kamu pulang kem-

bali ke negerimu sendiri dan menduduki negeri yang diberikan Musa, hamba 

TUHAN itu, kepadamu di seberang sungai Yordan, di sebelah matahari 

terbit.” 

Yosua, sesudah  duduk dalam pemerintahan, segera memusatkan 

hatinya untuk bekerja. Bukan untuk berlagak seperti raja atau ber-

senang-senang, melainkan untuk memajukan pekerjaan Allah di an-

tara bangsa yang atasnya Allah telah menempatkan dia. Orang yang 

menghendaki jabatan penilik jemaat (1Tim. 3:1), dan orang yang 

menghendaki jabatan hakim, sama-sama menghendaki sebuah pe-

kerjaan, pekerjaan yang baik. Keduanya tidak diangkat untuk ber-

malas-malasan. 


I. Yosua mengeluarkan perintah-perintah kepada rakyat untuk mem-

buat persediaan bagi sebuah perjalanan. Mereka sudah berkemah 

di tempat mereka sekarang begitu lama, hingga akan menjadi pe-

kerjaan yang cukup menyusahkan untuk membongkar kemah. 

Pengatur-pengatur pasukan yang memerintah di bawah Yosua 

dalam suku dan kaum mereka masing-masing mengiringi Yosua 

untuk mendapat perintah, yang harus mereka sampaikan kepada 

rakyat. Hakim-hakim yang lebih rendah jabatannya sama penting 

dan bermanfaatnya bagi kepentingan umum di tempat mereka, 

sama seperti hakim agung di tempatnya. Apa yang bisa dilakukan 

Yosua tanpa pengatur-pengatur pasukan? Itulah sebabnya kita 

dituntut untuk tunduk, bukan hanya kepada raja sebagai peme-

gang kekuasaan yang tertinggi, melainkan juga kepada wali-wali 

yang diutusnya (1Ptr. 2:13-14). Melalui pengatur-pengatur pasuk-

an ini,  

1. Yosua memberikan pengumuman bahwa mereka akan menye-

berangi sungai Yordan dalam tiga hari. Perintah-perintah ini, 

saya kira, tidak diberikan sebelum kembalinya para pengintai 

yang diutus untuk membawa laporan tentang kota Yerikho, 

meskipun cerita tentang peristiwa itu baru diberikan sesudah-

nya (ps. 2). Mungkin itu yaitu  contoh dari kecemburuannya, 

dan kehati-hatiannya yang berlebihan, yang begitu rupa hing-

ga penting baginya untuk diperintahkan dengan begitu sering 

untuk menjadi kuat dan teguh hati. Amatilah betapa dengan 

yakin Yosua berkata kepada rakyat, sebab  Allah telah menga-

takannya kepada dia, kamu akan menyeberangi sungai Yordan 

ini, dan akan menduduki negeri itu. Ia sangat menghormati 

kebenaran Allah.  

2. Yosua memberi mereka petunjuk-petunjuk untuk menyiapkan 

bekal, bukan untuk menyiapkan angkutan. Allah yang men-

dukung mereka dari Mesir di atas sayap rajawali, dengan cara 

serupa akan membopong mereka ke Kanaan, untuk membawa 

mereka kepada diri-Nya (Kel. 19:4). namun  orang-orang yang 

ingin memiliki  bekal-bekal lain selain manna, yang pada 

waktu itu belum berhenti, harus mempersiapkannyasupaya  

bekal itu sudah siap pada waktu yang ditentukan. Ada ke-

mungkinan, meskipun manna tidak betul-betul berhenti sam-

pai mereka tiba di Kanaan (5:12), namun sejak mereka tiba di 

tanah yang didiami orang (Kel. 16:35), di mana sebagian 

kebutuhan mereka dicukupi dengan persediaan-persediaan 

lain, manna itu tidak jatuh dengan begitu melimpah. Tidak 

pula mereka mengumpulkan begitu banyak manna seperti 

saat   manna itu pertama kali diberikan kepada mereka di 

padang gurun. namun  manna itu berkurang secara perlahan-

lahan. Oleh sebab  itu mereka diperintahkan untuk menyiap-

kan bekal-bekal lain, yang di dalamnya mungkin termasuk 

semua hal lain yang diperlukan selama perjalanan mereka. 

Sebagian dari penulis Yahudi, dengan menimbang bahwa ka-

rena mereka memiliki  manna mereka tidak perlu menyedia-

kan bekal-bekal lain, memahami ayat ini secara kiasan. Yaitu 

bahwa mereka harus bertobat dari dosa-dosa mereka, dan 

hidup dalam damai sejahtera dengan Allah, serta menetapkan 

hati untuk menjalani hidup baru, sehingga mereka siap untuk 

menerima perkenanan yang besar ini (lihat Kel. 19:10-11). 

II. Yosua mengingatkan dua setengah suku itu akan kewajiban-

kewajiban yang mengikat mereka untuk menyeberangi sungai 

Yordan bersama dengan saudara-saudara mereka, meskipun me-

reka meninggalkan harta milik dan keluarga mereka di sungai 

Yordan seberang sini. Kepentingan akan membuat suku-suku lain 

senang untuk menyeberang sungai Yordan, namun  bagi suku-suku 

ini, itu merupakan tindakan penyangkalan diri, dan bertentangan 

dengan kemauan mereka. Oleh sebab itu, perlu ditunjukkan per-

setujuan yang sudah dibuat Musa dengan mereka, saat   ia mem-

beri mereka milik mereka di hadapan saudara-saudara mereka 

(ay. 13): Ingatlah kepada perkataan yang dipesankan Musa kepa-

damu. Sebagian dari mereka mungkin sudah menyangka bahwa 

sebab  sekarang Musa telah mati, yang menurut mereka terlalu 

keras terhadap mereka dalam perkara ini, maka mereka dapat 

mencari satu atau lain alasan untuk melepaskan diri dari kewa-

jiban ini. Atau mereka dapat berhasil membujuk Yosua untuk 

membebaskan mereka darinya. namun  Yosua menuntut mereka 

untuk bertanggung jawab atas kewajiban itu, dan membiarkan 

mereka tahu bahwa, meskipun Musa telah mati, perintah-perin-

tahnya dan janji-janji mereka tetap berlaku penuh. Ia mengingat-

kan mereka, 

1. Akan keuntungan-keuntungan yang sudah mereka terima ke-

tika mereka pertama kali tinggal dengan tenang: “TUHAN, 

Allahmu, mengaruniakan keamanan kepadamu. Ia telah mele-

gakan engkau. Engkau tahu apa yang harus engkau percaya, 

dan tidak seperti suku-suku lain yang menunggu hasil perang 

terlebih dahulu, dan lalu  hasil undian mereka. Allah 

juga telah memberikan ketenteraman kepada keluargamu, istri 

dan anak-anakmu, sehingga tenang hatimu. Ia telah mem-

berimu hidup yang tenteram dengan memberikan tanah ini 

kepadamu, tanah yang baik ini, yang kamu miliki sepenuhnya 

tanpa gangguan.” Perhatikanlah, saat   Allah dengan penye-

lenggaraan-Nya telah memberi kita ketenteraman, kita harus 

merenungkan bagaimana kita dapat menghormati-Nya dengan 

keuntungan-keuntungan dari kehidupan yang tenteram itu. 

Kita harus berusaha melayani saudara-saudara kita yang be-

lum hidup tenteram, atau tidak setenteram hidup kita. saat   

Allah memberi Daud istirahat (2Sam. 7:1), lihatlah betapa 

gelisahnya dia sebelum ia mendapat tempat kediaman untuk 

tabut Allah (Mzm. 132:4-5). saat   Allah memberi kita istira-

hat, kita harus berjaga-jagasupaya  tidak bermalas-malasan 

dan berlama-lama di tempat teduh kita. 

2. Yosua mengingatkan mereka akan persetujuan mereka untuk 

membantu saudara-saudara mereka dalam peperangan Ka-

naan sampai Allah dengan cara yang serupa memberi mereka 

istirahat (ay. 14-15). Hal ini,  

(1) Masuk akal dengan sendirinya. Begitu eratnya semua suku 

bersatu padu hingga mereka harus memandang diri mere-

ka sebagai anggota satu sama lain.  

(2) Hal itu diperintahkan oleh Musa, hamba Tuhan. Ia meme-

rintahkan mereka untuk melakukan ini, dan Yosua pene-

rusnya akan memastikan bahwa perintah-perintahnya di-

laksanakan.  

(3) Itu yaitu  satu-satunya jalan yang mereka miliki untuk 

menyelamatkan diri mereka sendiri dari kesalahan sebab  

dosa besar, yaitu menetap di seberang lain sungai Yordan, 

dosa yang pada satu atau lain waktu akan menimpa mere-

ka (Bil. 32:23).  

(4) Itu yaitu  syarat dari pemberian yang diserahkan Musa ke-

pada mereka berupa tanah yang menjadi milik mereka. 

Dengan begitu, mereka tidak bisa yakin bahwa mereka ber-

hak atas, atau dapat betul-betul menikmati, negeri mereka

 sendiri, seperti yang disebut di sini (ay. 15), jika mereka 

tidak memenuhi syarat itu.  

(5) Mereka sendiri telah mengikat kovenan dan menyetujuinya 

(Bil. 32:25): Hamba-hambamu ini akan berbuat seperti yang 

diperintahkan tuanku. Demikianlah kita semua ada di 

bawah berbagai kewajiban untuk menguatkan tangan satu 

sama lain, dan tidak mencari kesejahteraan kita sendiri, 

melainkan kesejahteraan satu sama lain. 

Jawaban Orang Ruben 

(1:16-18)  

16 Lalu mereka menjawab Yosua, katanya: “Segala yang kauperintahkan 

kepada kami akan kami lakukan dan ke mana pun kami akan kausuruh, 

kami akan pergi; 17 sama seperti kami mendengarkan perintah Musa, demi-

kianlah kami akan mendengarkan perintahmu. Hanya, TUHAN, Allahmu, 

kiranya menyertai engkau, seperti Ia menyertai Musa. 18 Setiap orang yang 

menentang perintahmu dan tidak mendengarkan perkataanmu, apa pun 

yang kauperintahkan kepadanya, dia akan dihukum mati. Hanya, kuatkan 

dan teguhkanlah hatimu!”  

Jawaban ini diberikan bukan oleh dua setengah suku saja (meskipun 

mereka disebut secara langsung sebelumnya), melainkan juga oleh 

pengatur-pengatur pasukan bangsa itu (ay. 10), sebagai wakil mereka. 

Mereka menyetujui ketetapan ilahi, yang melaluinya Yosua diangkat 

atas mereka. Mereka melakukannya dengan sepenuh hati, dan de-

ngan riang gembira dan bulat hati. 

I.   Mereka berjanji kepada Yosua bahwa mereka akan patuh (ay. 16), 

bukan hanya sebagai rakyat kepada raja mereka, melainkan juga 

sebagai para prajurit kepada panglima mereka, yang setiap perin-

tahnya harus mereka laksanakan. Orang yang memiliki  pra-

jurit-prajurit di bawahnya, berkata kepada salah seorang prajurit 

itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka 

ia datang (Mat. 8:9). Demikian pula dengan bangsa ini kepada 

Yosua. “Segala yang kauperintahkan kepada kami akan kami laku-

kan, tanpa bersungut-sungut atau berbantah. Dan ke mana saja 

engkau mengutus kami, meskipun untuk perjalanan yang paling 

sulit dan berbahaya, kami akan pergi.” Kita harus bersumpah 

setia seperti itu kepada Yesus Tuhan kita, sebagai panglima kese-

lamatan kita, dan mengikat diri kita untuk melakukan apa yang 

diperintahkan-Nya kepada kita melalui firman-Nya, dan pergi ke 

tempat Ia mengutus kita melalui pemeliharaan-Nya. Yosua me-

nyadari dengan rendah hati betapa jauhnya ia jika dibandingkan 

dengan Musa. Oleh sebab  itu ia takut kalau-kalau ia tidak akan 

memiliki  pengaruh dan kepentingan yang begitu rupa dalam 

diri mereka seperti yang dimiliki Musa. Oleh sebab itu, mereka di 

sini berjanji bahwa mereka akan patuh kepadanya sama seperti 

mereka patuh kepada Musa (ay. 17). Jujur saja, mereka tidak 

memiliki  alasan untuk memegahkan kepatuhan mereka ke-

pada Musa. Musa mendapati mereka sebagai bangsa yang tegar 

tengkuk (Ul. 9:24). namun  yang mereka maksudkan yaitu  bahwa 

mereka akan patuh kepada Yosua seperti mereka seharusnya 

patuh kepada Musa, seperti yang memang dilakukan sebagian 

dari mereka. Dan bangsa itu pada umumnya, paling tidak ka-

dang-kadang. Perhatikanlah, kita tidak boleh mengagung-agung-

kan orang-orang yang sudah tiada dengan begitu rupa, betapa 

pun terkemukanya mereka, dalam kepemimpinan atau pun pela-

yanan. Jika demikian, kita akan lalai memberikan penghormatan 

dan melaksanakan kewajiban yang harus kita lakukan kepada 

orang-orang yang masih hidup dan yang meneruskan pekerjaan 

mereka, walaupun dalam hal karunia, mereka tidak sehebat 

orang-orang yang sudah tiada itu. Kepatuhan berdasar  kesa-

daran hati nurani akan berlanjut, walaupun Sang Penyelenggara 

menggant