llah sekarang haruslah meng-
ingatkan kita akan apa yang telah dilakukan-Nya dulu. Sebab
Dia tetap sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya (ay. 4):
TUHAN, saat Engkau bergerak dari Seir. Perkataan ini dapat
dipahami sebagai,
(1) Penampakan-penampakan dari kuasa dan keadilan Allah
melawan seteru-seteru Israel untuk menundukkan dan
menaklukkan mereka. Dan dengan begitu, apa yang ter-
tulis dalam kitab Habakuk 3:3-4, dan seterusnya, serupa
dengan perkataan ini, di mana kehancuran musuh-musuh
jemaat digambarkan seperti itu. saat Allah memimpin
umat-Nya Israel dari negeri Edom, Dia menundukkan
Sihon dan Og di bawah kaki Israel, dengan menghajar ke-
dua raja itu dan pasukan-pasukan mereka dengan kengeri-
an dan kedahsyatan yang begitu rupa hingga mereka tam-
pak takut langit dan bumi akan runtuh menimpa mereka.
Hati mereka gemetar, seolah-olah seluruh dunia di sekeli-
ling mereka gemetar. Atau perkataan ini hendak melukis-
kan penampakan-penampakan yang mulia dari keagungan
ilahi, dan dampak-dampak yang mencengangkan dari
kuasa ilahi, yang cukup untuk membuat bumi bergoncang,
langit tiris seperti salju yang terpapar sinar matahari, dan
gunung-gunung bergoyang. Bandingkan dengan Mazmur
18:8. Rancangan-rancangan Allah sama sekali tidak dapat
dihalangi oleh makhluk ciptaan mana pun. Sebaliknya, ke-
tika tiba waktu penggenapannya, apa yang tampak meng-
halangi rancangan itu tidak hanya akan tunduk di hadap-
472
annya, namun juga akan dibuat melayaninya (Lihat Yes.
64:1-2). Atau,
(2 Yang dimaksudkan dari perkataan ini yaitu penampakan-
penampakan dari kemuliaan dan keagungan Allah kepada
Israel, saat Dia memberikan hukum-Nya kepada mereka
di gunung Sinai. Pada waktu itu terjadi dalam arti yang
sebenar-benarnya bahwa bergoncanglah bumi, tirislah la-
ngit, dan seterusnya. Bandingkan Ulangan 33:2 dan Maz-
mur 68:8-9. Hendaklah semua raja dan pemuka tahu
bahwa inilah Allah yang dipuji Debora, dan bukan dewa-
dewa yang begitu hina dan tak berdaya yang mereka sem-
bah. Tafsiran bahasa Aram mengaitkan perkataan ini de-
ngan peristiwa pemberian hukum Taurat, namun alunan
lagunya terdengar janggal pada kata-kata ini, gunung-
gunung bergoyang. Tabor, Hermon, dan Karmel, saling
beperkara: yang satu berkata, biarlah keagungan ilahi diam
di atasku, sementara yang lain berkata, biarlah keagungan
ilahi itu diam di atasku. namun Allah membuat keagungan-
Nya diam di atas gunung Sinai, yang paling hina dan kecil
dari semua gunung yang ada. Saya menduga maksudnya
yaitu bahwa gunung Sinai itu paling rendah nilainya,
sebab tandus dan berbatu-batu.
Nyanyian Debora dan Barak
(5:6-11)
6 Dalam zaman Samgar bin Anat, dalam zaman Yael, kafilah tidak ada lagi
dan orang-orang yang dalam perjalanan terpaksa menempuh jalan yang
berbelit-belit. 7 Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka
diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel.
8 saat orang memilih allah baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang.
Sesungguhnya, perisai ataupun tombak tidak terlihat di antara empat puluh
ribu orang di Israel. 9 Hatiku tertuju kepada para panglima Israel, kepada
mereka yang menawarkan dirinya dengan sukarela di antara bangsa itu.
Pujilah TUHAN! 10 Kamu, yang menunggang keledai betina putih, kamu, yang
duduk di atas permadani, kamu, yang berjalan di jalan, ceriterakanlah hal
itu! 11 Di tempat-tempat penimbaan air, menurut suara orang-orang yang
berdendang, di sanalah orang menyanyikan perbuatan TUHAN yang adil,
perbuatan-Nya yang adil terhadap orang-orang-Nya di pedusunan di Israel.
Pada waktu itu turunlah umat TUHAN ke pintu gerbang.
Kitab Hakim-Hakim 5:6-11
473
Dalam perikop ini,
I. Debora menggambarkan keadaan Israel yang sengsara di bawah
penindasan Yabin,supaya besarnya kesusahan mereka dapat
membuat keselamatan mereka tampak lebih gemilang dan penuh
rahmat (ay. 6): Sejak zaman Samgar, yang berbuat sesuatu untuk
melepaskan Israel dari orang Filistin, hingga zaman Yael, yaitu
pada masa ini, saat Yael sudah menjadi begitu terkemuka,
negeri itu boleh dikatakan telah menjadi sunyi.
1. Tidak ada perdagangan. Oleh sebab tidak ada tentara untuk
melindungi pedagang yang menjalankan usahanya dari
serangan musuh, dan sebab tidak ada hakim untuk men-
cegah dan menghukum para pencuri dan perampok di antara
mereka. Orang-orang yang jatuh miskin dan putus asa, yang
merampok di jalan-jalan besar sebab tidak punya pekerjaan,
maka segala bentuk perdagangan tidak berjalan, dan jalan-
jalan besar menjadi sepi. Tidak ada rombongan pedagang yang
lewat seperti sebelumnya.
2. Tidak ada orang yang bepergian. Pada masa-masa saat hu-
kum dan pemerintahan masih berjalan sedikit banyak, orang-
orang dapat bepergian dengan aman di jalan-jalan besar,
sementara para perampok terpaksa bersembunyi di jalan-jalan
sempit. namun sekarang sebaliknya, para perampok menyerang
dengan bebas di jalan-jalan besar tanpa hambatan, sementara
orang baik-baik yang sedang dalam perjalanan terpaksa ber-
jalan mengendap-endap di jalan-jalan sempit, senantiasa
dicekam ketakutan.
3. Tidak ada orang yang mengolah tanah. Lahan-lahan pasti di-
biarkan tandus tanpa ada yang merawat saat para pendu-
duk pedusunan, yaitu para petani di desa, berhenti bekerja,
meninggalkan rumah mereka yang terus-menerus didatangi
dan dijarah para penyamun, dan terpaksa mencari tempat
yang aman bagi mereka dan keluarga mereka di dalam kota-
kota yang berkubu dan berpagar.
4. Tidak ada penegakan keadilan. Perang berkecamuk di pintu-
pintu gerbang di mana mereka biasa menjalankan peradilan
(ay. 8). Dengan demikian, baru sesudah keselamatan ini terwu-
jud umat TUHAN berani turun ke pintu gerbang (ay. 11). Se-
rangan-serangan tanpa henti yang dilancarkan musuh me-
474
nanggalkan martabat para hakim, dan merampas kebaikan
yang seharusnya didapatkan rakyat dari pemerintah mereka.
5. Tidak ada kedamaian bagi orang yang keluar ataupun orang
yang masuk. Pintu-pintu gerbang yang biasa mereka lewati
diduduki oleh musuh. Bahkan, tempat-tempat penimbaan air
diganggu oleh para pemanah (KJV). Dengan menakut-nakuti
para penimba air, mereka berhasil menimbulkan kejahatan
yang teramat besar.
6. Tidak ada senjata ataupun semangat untuk menolong diri
orang Israel sendiri. Perisai ataupun tombak tidak terlihat di
antara empat puluh ribu orang (ay. 8). Entah mereka dilucuti
oleh orang-orang yang menindas mereka, atau mereka sendiri
telah mengabaikan ilmu berperang. Dengan demikian, meski-
pun mereka memiliki tombak dan perisai, semuanya itu
tidak terlihat, namun digeletakkan begitu saja dan dibiarkan
berkarat, sebab mereka tidak memiliki keterampilan ataupun
kemauan untuk menggunakannya.
II. Debora menunjukkan dengan satu kata, apa yang mendatangkan
segenap kesengsaraan ini ke atas mereka: Mereka memilih allah
baru (ay. 8). Penyembahan berhala merekalah yang menyulut
murka Allah untuk menyerahkan mereka ke tangan musuh-mu-
suh mereka seperti itu. Tuhan, Allah mereka, yaitu satu Tuhan,
namun ini tidak memuaskan mereka. Mereka ingin memiliki
lebih banyak allah, lagi dan lagi. Allah mereka yaitu Yang Lanjut
Usianya, masih tetap sama, dan sebab itu mereka bosan dengan-
Nya, dan ingin memiliki allah-allah baru, yang begitu mereka
sukai seperti anak-anak menyukai pakaian baru, nama-nama
yang baru diciptakan, dan pahlawan-pahlawan yang baru diang-
kat sebagai orang suci. Bapa leluhur mereka, saat diperhadap-
kan kepada pilihan, memilih Tuhan sebagai Allah mereka (Yos.
24:21), namun mereka tidak mau setia pada pilihan itu. Mereka
ingin memiliki allah pilihan mereka sendiri.
III. Debora memberi perhatian pada kebaikan Allah yang besar terha-
dap Israel dalam membangkitkan hakim-hakim untuk memberes-
kan masalah-masalah ini. Pertama-tama dirinya sendiri (ay. 7,
KJV): Sampai aku, Debora, bangkit untuk mengekang dan menghu-
kum orang-orang yang meresahkan masyarakat, dan melindungi
Kitab Hakim-Hakim 5:6-11
475
para pedagang yang menjalankan usaha mereka, sehingga segala
sesuatu berubah menjadi lebih baik dalam waktu singkat. Bina-
tang-binatang pemangsa itu menarik diri ke tempat persembunyi-
an mereka saat memancar sinar terang yang membawa sukacita
ini, dan manusia pun keluarlah ke pekerjaannya dan ke usahanya
(Mzm. 104:22-23). Demikianlah Debora menjadi seorang ibu di
Israel, ibu pengasuh. Seperti itulah kasih sayang yang dirasakan-
nya kepada rakyatnya, dan seperti itulah kepedulian dan jerih
payah yang diberikannya untuk kesejahteraan masyarakat. Di
bawah Debora, ada pemimpin-pemimpin lain yang disebut sebagai
para panglima Israel (ay. 9), yang seperti dirinya, telah mengerja-
kan bagian mereka sebagai pemimpin untuk memperbaharui rak-
yat, dan lalu , seperti dirinya, telah menawarkan diri dengan
sukarela untuk ikut ambil bagian di dalam perang. Mereka tidak
menuntut untuk dikecualikan, seperti yang berhak mereka dapat-
kan berdasar martabat dan jabatan mereka, saat mereka
beroleh kesempatan yang begitu baik untuk tampil demi kepen-
tingan negeri mereka. Tak ayal lagi, teladan para panglima Israel
ini memengaruhi masyarakat untuk turut menawarkan diri de-
ngan sukarela (ay. 2). Mengenai para panglima ini, Debora ber-
kata, hatiku tertuju kepada mereka, artinya, “Aku sungguh me-
ngasihi dan menghormati mereka. Mereka telah memenangkan
hatiku untuk selama-selamanya. Aku tidak akan pernah melupa-
kan mereka.” Perhatikanlah, orang-orang yang tidak mau menun-
tut hormat bagi diri mereka demi melayani Allah dan jemaat-Nya,
layak menerima hormat berlipat ganda.
IV. Debora memanggil orang-orang yang secara khusus turut menik-
mati keselamatan agung ini, untuk mengucap syukur secara
khusus kepada Allah sebab nya (ay. 10-11). Hendaklah setiap
orang mengumandangkan kebaikan Allah yang telah diterimanya
pada kesempatan ini, saat terjadi perubahan yang membahagia-
kan dalam keadaan masyarakat.
1. Kamu, yang menunggang keledai betina putih, yaitu kaum
bangsawan dan orang-orang terhormat. Kuda jarang diper-
gunakan di negeri itu, sebab mungkin mereka memiliki
jenis keledai yang jauh lebih baik daripada yang kita miliki.
Lebih lanjut, orang-orang terhormat tampaknya dibedakan
berdasar warna keledai yang mereka tunggangi. Dan kare-
476
na keledai putih itu langka, maka nilainya lebih tinggi. Diberi
perhatian tentang anak cucu Abdon yang mengendarai keledai
jantan, yang menunjukkan bahwa mereka yaitu orang-orang
terhormat (12:14). Biarlah orang-orang yang melalui kesela-
matan ini tidak hanya dipulihkan pada kemerdekaan mereka,
seperti orang-orang Israel lainnya, namun juga pada martabat
mereka, memuji-muji nama Allah.
2. Biarlah orang-orang yang duduk dalam penghakiman (ay. 10,
KJV) menyadari kebaikan Allah, dan mensyukurinya sebagai
rahmat yang besar,supaya mereka dapat duduk dengan aman
di sana, dansupaya pedang keadilan tidak dirampas dari
tangan mereka oleh pedang perang.
3. Biarlah orang-orang yang berjalan di jalan, dan yang tidak
menjumpai seorang pun di sana yang membuat mereka takut,
berbicara kepada diri mereka sendiri dalam renungan yang
khidmat, dan kepada sesama pengguna jalan dalam perbin-
cangan yang penuh kesalehan, tentang kebaikan Allah dalam
membersihkan jalanan dari para penyamun yang telah men-
dudukinya begitu lama.
4. Biarlah orang-orang yang menimba air dengan tenang, dan
yang sumur-sumurnya tidak dirampas dari mereka, atau di-
sumbat, dan juga yang tidak terancam bahaya akan ditangkap
musuh saat hendak menimba air, biarlah di sana, di tempat
mereka mendapati diri mereka jauh lebih aman dan nyaman
daripada sebelumnya, mereka menyanyikan perbuatan TUHAN.
Bukan perbuatan Debora, ataupun Barak, melainkan perbuat-
an Tuhan, sambil memberi perhatian pada tangan-Nya yang
telah menciptakan damai di perbatasan-perbatasan mereka,
dan yang telah membuat tudung di atas segala kemuliaan. Ini
yaitu perbuatan Tuhan. Cermatilah dalam perbuatan-Nya ini,
(1) Keadilan ditegakkan atas seteru-seteru-Nya yang berani
melawan. Ini yaitu perbuatan yang benar dari Tuhan.
Lihatlah Dia yang membela perkara yang benar, dan yang
duduk di atas takhta untuk mengadili dengan benar, dan
berilah kemuliaan kepada-Nya sebagai Hakim atas seluruh
bumi.
(2) Kebaikan ditunjukkan kepada umat-Nya yang gemetar,
penduduk pedusunan, yang paling rentan diserang musuh,
yang paling menderita, dan yang paling terancam bahaya
Kitab Hakim-Hakim 5:12-23
477
(Yeh. 38:11). yaitu kemuliaan Allah untuk melindungi
orang-orang yang paling rentan diserang, dan menolong
orang-orang yang paling lemah. Marilah kita semua memberi
perhatian pada kedamaian dan ketenteraman masyarakat
yang secara khusus telah kita nikmati, terutama penduduk
pedusunan, dan memberi pujian bagi Allah sebab nya.
Nyanyian Debora dan Barak
(5:12-23)
12 Bangunlah, bangunlah, Debora! Bangunlah, bangunlah, nyanyikanlah
suatu nyanyian! Bangkitlah, Barak! dan giringlah tawananmu, hai anak
Abinoam! 13 Lalu turunlah para bangsawan yang terluput, umat TUHAN
turun bagi-Nya sebagai pahlawan. 14 Dari suku Efraim mereka datang ke
lembah, mengikuti engkau, ya suku Benyamin, dengan laskarmu; dari suku
Makhir turunlah para panglima dan dari suku Zebulon orang-orang pem-
bawa tongkat pengerah. 15 Juga para pemimpin suku Isakhar menyertai De-
bora, dan seperti Isakhar, demikianlah Naftali menyertai Barak. Mereka me-
nyusul dia dan menyerbu masuk lembah. namun pihak pasukan-pasukan
suku Ruben ada banyak pertimbangan. 16 Mengapa engkau tinggal duduk di
antara kandang-kandang sambil mendengarkan seruling pemanggil kawan-
an? Di pihak pasukan-pasukan suku Ruben ada banyak pertimbangan! 17
Orang Gilead tinggal diam di seberang sungai Yordan; dan suku Dan,
mengapa mereka tinggal dekat kapal-kapal? Suku Asyer duduk di tepi pantai
laut, tinggal diam di teluk-teluknya. 18 namun suku Zebulon ialah bangsa
yang berani mempertaruhkan nyawanya, demikian juga suku Naftali, di
tempat-tempat tinggi di padang. 19 Raja-raja datang dan berperang, pada
waktu itu raja-raja Kanaan berperang dekat Taanakh, pada mata air di
Megido, namun perak sebagai rampasan tidak diperoleh mereka. 20 Dari langit
berperang bintang-bintang, dari peredarannya mereka memerangi Sisera.
21 Sungai Kison menghanyutkan musuh, Kison, sungai yang terkenal dari
dahulu kala itu. – Majulah sekuat tenaga, hai jiwaku! – 22 saat itu men-
deraplah telapak kuda, sebab berpacu lari kuda-kudanya. 23 “Kutukilah kota
Meros!” firman Malaikat TUHAN, “kutukilah habis-habisan penduduknya,
sebab mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai
pahlawan.”
Dalam perikop ini,
I. Debora menggugah dirinya sendiri dan Barak untuk merayakan
kemenangan ini dengan cara yang sekhidmat-khidmatnya, bagi
kemuliaan Allah dan kehormatan Israel, untuk membesarkan hati
sahabat-sahabat mereka dan untuk semakin mempermalukan
seteru-seteru mereka (ay. 12).
1. Debora, sebagai seorang nabiah, harus melakukannya melalui
sebuah nyanyian, dan untuk menggubah dan menyanyikan-
nya, ia menyemangati dirinya sendiri: Bangunlah, bangunlah,
478
dan lagi, bangunlah, bangunlah. Ini memperlihatkan kesadar-
annya akan keutamaan serta kesukaran pekerjaan itu. Dalam
melaksanakan pekerjaan itu, dibutuhkan jiwa yang penuh
gairah dan semangat, dan itu layak dituntut oleh pekerjaan
ini. Segenap kekuatan dan kemampuan jiwa harus dicurahkan
sebesar-besarnya dalam menyanyikan nyanyian itu. Dengan
perkataan ini pula, Debora mengungkapkan kesadarannya
akan kekurangannya sendiri, dan kecenderungannya untuk
menjadi kendor dan kurang bersemangat dalam pekerjaan ini.
Perhatikanlah, memuji Allah yaitu pekerjaan yang harus kita
kerjakan dengan terjaga, dan kita harus membangunkan diri
kita untuk mengerjakannya (Mzm. 108:3).
2. Barak, sebagai seorang panglima, harus melakukan pekerjaan
itu dengan penuh kemenangan: Giringlah tawananmu. Meski-
pun pasukan Sisera ditumpas habis di medan perang, dan
tidak diberi ampun, namun kita dapat menduga bahwa dalam
usaha mengejar kemenangan, saat perang itu dibawa masuk
ke negeri musuh, banyak orang yang ditemukan tidak ber-
senjata ditangkap lalu dijadikan tawanan perang. Debora ingin
agar para tawanan ini digiring dalam rantai di belakang Barak,
saat Barak memasuki kotanya sendiri dengan disaksikan
seluruh rakyat, untuk menyemarakkan kemenangan yang di-
perolehnya. Bukan berarti seolah-olah Barak senang mengin-
jak-injak sesama manusia, namun demikianlah ia harus memu-
liakan Allah, dan memenuhi maksud luhur dari pemerintahan-
Nya, yakni dengan mengamat-amati setiap orang yang congkak
dan menundukkannya.
II. Debora memberikan alasan yang baik untuk pujian dan sorak
kemenangan ini (ay. 13). Kemenangan yang gemilang ini telah
membuat kumpulan orang Israel yang masih tinggal, dan Debora
khususnya, terlihat sangat hebat, suatu keadaan yang mereka
akui sepenuhnya terjadi sebab Allah.
1. Orang Israel telah menjadi sedikit jumlahnya dan kurang di-
perhitungkan, dan sekalipun begitu kepada mereka Allah
memberikan kuasa atas para bangsawan. Banyak dari mereka
telah binasa oleh musuh, banyak lagi mati sebab kesedihan,
dan mungkin sebagian telah memindahkan keluarga serta har-
ta benda mereka ke negeri asing. Namun sedikit dari mereka
Kitab Hakim-Hakim 5:12-23
479
yang masih tinggal, oleh pertolongan ilahi, dengan satu usaha
yang berani dan gencar, tidak hanya berhasil melepaskan kuk
penindasan dari leher mereka, namun juga mendapat kuasa
atas para penindas mereka. Selama Israel masih ada milik
Allah, dan Allah akan memiliki kumpulan orang Israel yang
masih tinggal pada masa-masa yang paling sulit sekalipun,
selalu ada pengharapan, walaupun sedikit saja yang masih
tinggal. Sebab Allah dapat menjadikan orang yang masih
tinggal, meskipun itu hanya satu orang, menang atas seteru
yang paling congkak dan tangguh sekalipun.
2. Debora sendiri yaitu seorang dari kaum yang lemah, kaum
yang sejak kejatuhan manusia dalam dosa telah dihukum
untuk tunduk. Namun demikian Tuhan, yang sendirinya lebih
tinggi daripada yang paling tinggi, memberi Debora wewenang
untuk memerintah atas para pahlawan Israel, yang dengan
sukarela tunduk kepada arahannya, dan memampukannya
untuk menang atas para pahlawan Kanaan, yang rebah di
hadapan pasukan yang diperintahnya. Dengan begitu menak-
jubkan Allah mengangkat kerendahan hamba-Nya. “Tuhan
telah menjadikanku, seorang perempuan, berkuasa atas para
pahlawan.” Batu yang dipandang rendah telah dijadikan batu
penjuru. Hal itu sungguh terjadi dari pihak Tuhan, suatu
perbuatan ajaib di mata kita.
III. Debora membuat pernyataan-pernyataan khusus tentang sejum-
lah pihak yang berkepentingan dalam peperangan besar ini,
dengan memberi perhatian pada siapa yang berperang melawan
mereka, siapa yang berperang bagi mereka, dan siapa yang tidak
berpihak ke mana-mana.
1. Siapa yang berperang melawan mereka. Besarnya kekuatan
musuh harus disebutkan,supaya kemenangan itu terlihat
lebih gemilang. Yabin dan Sisera telah disebutkan di dalam
sejarah, namun di sini tampak lebih lanjut,
(1) Bahwa Amalek bersekutu dengan Yabin, dan mengirimkan
bala bantuan kepadanya, atau berusaha demikian. Efraim
di sini dikatakan bertindak melawan Amalek (ay. 14, KJV),
mungkin dengan menghadang dan menumpas sejumlah
bala tentara orang Amalek yang sedang dalam perjalanan
480
untuk bergabung dengan Sisera. Amalek sebelumnya telah
membantu Moab menindas Israel (3:13), dan sekarang
bangsa ini membantu Yabin. Amalek yaitu musuh bebu-
yutan umat Allah – tangan mereka selalu melawan takhta
Tuhan (Kel. 17:16), sehingga ini membuat mereka lebih
berbahaya lagi.
(2) Bahwa raja-raja Kanaan lainnya, yang sedikit banyak telah
memulihkan diri sejak kalah di tangan Yosua, turut berga-
bung dengan Yabin, dan memperkuat pasukannya dengan
bala tentara mereka. Sebab mereka juga memiliki rasa
permusuhan yang tidak dapat didamaikan dengan Israel
seperti halnya Yabin, dan sebab kerajaan-kerajaan mere-
ka, saat masih kuat, tunduk pada kerajaan Hazor (Yos.
11:10). Raja-raja ini datang dan berperang (ay. 19). Israel
tidak memiliki raja, sementara seteru-seteru mereka
memiliki banyak raja, yang kuasa dan pengaruhnya, ter-
utama saat mereka bergabung, membuat mereka sangat
tangguh. Sekalipun begitu Israel, sebab memiliki Tuhan
sebagai Raja mereka, terlalu tangguh bagi semua musuh
mereka. Dikatakan tentang raja-raja ini bahwa perak
sebagai rampasan tidak diperoleh mereka. Mereka bukan
tentara bayaran yang disewa untuk melayani Yabin (tentara
seperti itu kerap kali lari dalam keadaan genting), namun
mereka berperang dengan sukarela dan sepenuh hati
melawan Israel. Mereka tidak mengharapkan perak sebagai
imbalan, demikian dalam terjemahan bahasa Aram, namun
hanya ingin mendapat kepuasan dalam membantu meng-
hancurkan Israel. sebab bertindak berdasar pegangan
ini, maka mereka menjadi lebih menakutkan, dan akan
bertindak dengan lebih kejam.
2. Siapa yang berperang bagi Israel. Sejumlah suku Israel yang
ikut membantu dalam tindakan yang sangat berani ini dise-
butkan di sini dengan penuh hormat. Sebab, meskipun Allah
harus menjadi yang terutama dimuliakan, alat-alat yang dipa-
kai-Nya pun harus mendapat pujian yang semestinya, untuk
menguatkan yang lain. Akan namun , bagaimanapun juga, sor-
galah yang membalikkan keadaannya.
Kitab Hakim-Hakim 5:12-23
481
(1) Efraim dan Benyamin, kedua suku yang di antara mereka
Debora sendiri hidup, bergerak cepat, dan bertindak bera-
ni, melalui pengaruh Debora atas diri mereka. Sebab pohon
korma Debora berada di dalam daerah milik suku Efraim,
dan sangat dekat dengan milik suku Benyamin (ay. 14,
KJV): Dari suku Efraim keluarlah akar, dan ada kehidupan
di dalam akar itu, melawan Amalek. Di Efraim ada gunung
yang disebut pegunungan orang Amalek, yang disinggung
dalam pasal 12:15, sehingga menurut sebagian penafsir,
itulah tempat yang dimaksudkan dalam ayat ini, dan seba-
gian dari mereka membacanya, ada akar di dalam Amalek,
yaitu, di dalam pegunungan itu. Ada ketetapan hati yang
kuat dalam benak orang Efraim untuk maju melawan para
penindas, yang merupakan akar permasalahannya. Dalam
hal ini Benyamin telah memberi mereka teladan yang baik
di antara laskar Efraim. “Suku Efraim bergerak mengikuti
engkau, ya suku Benyamin.” Meskipun Benyamin yaitu
suku yang lebih muda, dan jauh lebih kecil daripada
Efraim, terutama pada masa ini, baik dalam hal jumlah
orang maupun kekayaan, namun saat Benyamin memim-
pin, Efraim mengikuti, dengan tampil untuk membela ke-
pentingan bersama. Kalaupun kita tidak terlalu berani un-
tuk memimpin, kita tidak boleh terlalu tinggi hati dan meng-
gerutu begitu rupa hingga tidak mau mengikuti orang-orang
yang lebih rendah daripada kita dalam melakukan pekerjaan
baik. Efraim terletak jauh dari medan perang, sehingga ia
tidak bisa mengirimkan banyak dahannya untuk membantu.
namun Debora, salah seorang dari mereka, mengetahui bah-
wa ada akar di tengah-tengah mereka, bahwa mereka
dengan sepenuh hati menghendaki agar usaha itu berhasil.
Dr. Lightfoot memberikan makna yang berbeda tentang hal
ini. Yosua, yang berasal dari suku Efraim, telah menjadi
akar dari kemenangan-kemenangan yang begitu rupa mela-
wan orang Amalek (Kel. 17), begitu pula dengan Ehud dari
suku Benyamin yang baru-baru ini menang melawan orang
Amalek dan Moab.
(2) sesudah Efraim dan Benyamin membuka jalan, suku Makhir
(setengah dari suku Manasye yang berada di sebelah timur
sungai Yordan) dan suku Zebulon mengutus orang-orang
482
yang sangat berguna untuk rancangan besar ini. saat
satu bala tentara hendak dibentuk, terutama dalam keada-
an-keadaan yang tidak menguntungkan seperti yang di-
alami Barak pada masa ini, sebab orang Israel sudah ter-
lalu lama tidak mengangkat senjata dan menjadi patah
semangat, akan berdampak besar jika bala tentara ter-
sebut diperlengkapi,
[1] Dengan orang-orang gagah berani sebagai perwiranya,
dan orang-orang seperti itulah yang diberikan suku
Makhir untuk memperlengkapi bala tentara itu, sebab
dari mereka ini turunlah para panglima. Bani Makhir
dikenal secara khusus sebab keberanian mereka pada
zaman Musa (Bil. 32:39), dan tampaknya keberanian ini
terus mengalir di dalam keluarga mereka, terlebih lagi
sebab mereka tinggal di perbatasan.
[2] Dengan orang-orang terpelajar dan cerdik untuk meng-
atur segala urusan perang, dan orang-orang seperti itu-
lah yang disediakan suku Zebulon untuk bala tentara
itu. Dari mereka ini turunlah orang-orang yang memegang
pena penulis (ay. 14, KJV), juru tulis yang mengeluarkan
perintah-perintah, menulis surat-surat edaran, menyu-
sun tugas-tugas, menghimpun tentara, dan mencatat la-
poran-laporan mereka. Demikianlah tiap-tiap orang, se-
suai dengan karunia yang telah diperolehnya, harus mela-
yani seorang akan yang lain demi kebaikan bersama
(1Ptr. 4:10). Mata melihat, dan telinga mendengar, untuk
seluruh tubuh. Saya tahu bahwa ayat ini pada umum-
nya dipahami sebagai kesediaan dari para cendekiawan
dalam suku ini, yang mempelajari hukum Taurat dan
menjelaskannya, untuk bahkan mengangkat senjata da-
lam peperangan ini, walaupun mereka lebih ahli dalam
mempelajari artikel daripada dalam ilmu perang. Oleh
sebab itu, Sir Richard Blackmore (tokoh penyair Inggris
abad ke-16 – pen.) menafsirkan ayat itu sebagai berikut:
Para juru tulis dari suku Zebulon
beserta orang-orang terpelajarnya,
Menghunus pedang dan meletakkan pena.
Kitab Hakim-Hakim 5:12-23
483
(3) Suku Isakhar pun melakukan pekerjaan yang baik. Meski-
pun dilihatnya bahwa perhentian itu baik, dan sebab itu
disendengkannyalah bahunya untuk memikul, yang meru-
pakan sifat suku ini (Kej. 49:15), namun mereka tidak sudi
memikul kuk Yabin dengan membayar upeti kepadanya.
Dan sekarang mereka lebih memilih bersusah payah di da-
lam perang daripada beristirahat sebagai budak. Meskipun
tampaknya tidak banyak prajurit biasa yang terdaftar dari
suku itu, namun para pemimpin suku Isakhar menyertai
Debora dan Barak (ay. 15), mungkin sebagai dewan penasi-
hat perang yang memberi nasihat dalam keadaan-keadaan
gawat. Dan, sepanjang yang bisa disaksikan, para pemim-
pin suku Isakhar ini benar-benar datang sendiri untuk
mengiringi Barak ke medan perang. Adakah Barak berjalan
kaki? Mereka ikut berjalan kaki bersamanya, tanpa meng-
hiraukan kehormatan atau kenyamanan mereka. Adakah ia
menyerbu masuk lembah, tempat yang paling berbahaya?
Mereka ikut menanggung bahaya bersamanya, dan setia
berada di sebelah kanannya untuk memberinya nasihat.
Sebab bani Isakhar yaitu orang-orang yang memiliki
pengertian tentang saat-saat yang baik (1Taw. 12:32).
(4) Suku Zebulon dan suku Naftali merupakan dua suku yang
paling berani dan paling giat dari semua suku, bukan
hanya sebab mereka secara khusus mengasihi Barak,
orang sebangsa mereka, melainkan juga sebab kediaman
mereka paling dekat dengan Yabin, sehingga kuk penindas-
an lebih berat menimpa leher mereka daripada suku-suku
lain. Lebih baik mati dalam kehormatan daripada hidup
dalam perbudakan. Oleh sebab itu, dalam kegigihan yang
penuh kesalahen bagi Allah dan negeri mereka, mereka
berani mempertaruhkan nyawa mereka di tempat-tempat
tinggi di padang (ay. 18). Dengan keberanian dan kepahla-
wanan luar biasa, mereka menyerang dan terus menerjang
bahkan kereta-kereta besi sekalipun, tanpa menghiraukan
bahaya, dan menantang maut sendiri demi tujuan yang
sungguh mulia!
(5) Bintang-bintang di langit tampak berada, atau setidak-
tidaknya bertindak, di pihak Israel (ay. 20): Dari peredaran-
nya, bintang-bintang, menurut perintah dan arahan dari
484
Dia yang yaitu Tuhan agung atas bala tentara mereka,
memerangi Sisera. Bintang-bintang itu memeranginya mela-
lui pengaruh mereka yang sangat berbahaya terhadap
alam, atau dengan menimbulkan badai hujan es serta gun-
tur yang berperan besar dalam mengacau-balaukan pasuk-
an Sisera. Terjemahan bahasa Aram membacanya sebagai
berikut, dari langit, dari tempat di mana bintang-bintang
beredar, perang telah dilancarkan melawan Sisera, artinya,
kuasa Allah di sorga dikerahkan melawan Sisera, melalui
pelayanan para malaikat sorgawi. Bagaimanapun caranya,
benda-benda di langit yang tidak berhenti, seperti saat
matahari berhenti oleh perintah Yosua, namun terus berge-
rak menurut peredarannya, memerangi Sisera. Siapa yang
menjadi seteru Allah, diperangi oleh seluruh ciptaan. Mung-
kin halilintar yang berkilat-kilatlah, yang melaluinya bin-
tang-bintang berperang, yang membuat kuda-kuda pasukan
Sisera ketakutan, sehingga mereka menghentak-hentakkan
telapak kaki mereka hingga patah (ay. 22), dan mungkin
menjungkirbalikkan kereta-kereta besi yang mereka hela,
atau membalikkannya hingga menimpa orang yang me-
naikinya.
(6) Sungai Kison memerangi seteru-seteru orang Israel. Sungai
ini menghanyutkan begitu banyak musuh yang berharap
dapat meloloskan diri dengan melintasinya (ay. 21). Pada
keadaan biasa, Kison hanyalah satu sungai yang dangkal,
dan, sebab terletak di negeri mereka sendiri, kita dapat
menduga bahwa mereka tahu persis tempat-tempat penye-
berangannya yang paling aman dilalui. Namun sekarang,
mungkin sebab hujan turun dengan sangat derasnya,
sungai itu meluap dan arusnya menjadi begitu dalam dan
kuat, sehingga orang-orang yang berusaha melintasinya
pun tenggelam, sebab mereka menjadi lemah dan tidak
berdaya, dan tidak mampu berjalan melaluinya. Dan pada
saat itulah telapak-telapak kuda menjadi patah sebab
mereka terjun dan tenggelam, demikianlah dalam tafsiran
yang agak luas (ay. 22). Sungai Kison disebut sebagai
sungai yang terkenal dari dahulu kala, sebab sungai ini
telah digambarkan atau dipuji-puji oleh para ahli sejarah
atau penyair kuno. Atau lebih tepatnya sebab sungai itu
Kitab Hakim-Hakim 5:12-23
485
telah dirancang sejak dahulu kala, dalam putusan hikmat
Allah, untuk memenuhi maksud-maksud-Nya melawan
Sisera pada saat ini, dan memang itulah yang diperbuat
sungai Kison, seolah-olah ia telah diciptakan untuk tujuan
ini. Demikianlah Allah dikatakan telah membentuk air dari
kolam yang lama sejak dahulu, untuk memenuhi keperluan
yang ditentukan untuknya (Yes. 22:11).
(7) Jiwa Debora sendiri memerangi mereka. Ia berbicara ten-
tang jiwanya dengan luapan kegembiraan yang kudus (ay.
21): Majulah sekuat tenaga, hai jiwaku! Ia maju sekuat
tenaga dengan menyemangati orang lain untuk melakukan-
nya, dan dengan mendampingi mereka, yang dilakukannya
dengan segenap hati. Dia juga maju sekuat tenaga melalui
doa-doanya. Sama seperti Musa menaklukkan orang Ama-
lek dengan mengangkat tangannya, demikian pula Debora
menundukkan Sisera dengan mengangkat hatinya. saat
jiwa dilibatkan dalam pekerjaan-pekerjaan yang kudus,
dan pekerjaan-pekerjaan itu dilaksanakan dengan segenap
hati, maka melalui anugerah Allah, kekuatan musuh-
musuh rohani kita akan diinjak-injak dan rebah di hadap-
an kita.
3. Dalam pertempuran besar ini, Debora mengamati siapa saja
yang tidak berbuat apa-apa, dan tidak berpihak kepada Israel
seperti yang dapat diharapkan dari mereka. Sungguh menghe-
rankan bahwa kita mendapati begitu banyak orang, bahkan
mereka yang menyebut diri sebagai orang Israel, secara hina
meninggalkan kepentingan yang luhur ini dan menolak untuk
tampil. Tidak disebutkan tentang Yehuda dan Simeon di
antara suku-suku yang berkepentingan dalam perang ini, se-
bab keduanya tidak memiliki kesempatan untuk tampil, kare-
na tempat tinggal mereka yang begitu jauh dari medan laga,
sehingga mereka memang tidak diharapkan untuk tampil.
Akan namun , untuk suku-suku yang tinggal dekat, namun
tidak mau memberanikan diri untuk maju berperang, tanda-
tanda celaan yang tidak terhapuskan disematkan kepada me-
reka di sini, seperti yang layak mereka dapatkan.
(1) Ruben dengan hinanya menolak ikut ambil bagian (ay. 15-
16). Sudah sepantasnya hak kesulungannya diambil dari-
486
nya pada waktu dulu, dan hukuman yang disebut ayahnya
menjelang ajal masih juga melekat padanya: engkau yang
membual sebagai air, tidak lagi engkau yang terutama. Ada
dua hal yang membuat mereka urung maju berperang:
[1] Perpecahan di dalam diri mereka. Senar yang sumbang
ini dipetik dua kali oleh Debora untuk mempermalukan
mereka: Di pihak pasukan-pasukan Ruben atau sebab
perpecahan di pihak Ruben, ada banyak pertimbangan,
pemikiran, dan pergumulan hati. Perpecahan itu tidak
hanya terjadi sebab terpisahnya mereka dari Kanaan
oleh sungai Yordan, yang seharusnya tidak menghalangi
mereka andaikata mereka mendukung perjuangan ini
dengan segenap hati, sebab orang Gilead tinggal diam
di seberang sungai Yordan, dan sekalipun begitu dari
suku Makhir orang Gilead turunlah para panglima. Te-
tapi perpecahan itu juga dapat berarti bahwa ada perpe-
cahan di dalam tubuh mereka sendiri, sehingga mereka
tidak bisa mencapai kesepakatan mengenai siapa yang
harus pergi atau siapa yang harus memimpin, sebab
masing-masing berusaha memperoleh tempat-tempat
kehormatan dan menghindari tempat-tempat bahaya.
Sejumlah persaingan di dalam suku mereka mencegah
terjadinya persatuan di antara mereka sendiri, serta
persatuan dengan saudara-saudara mereka, untuk ke-
baikan bersama. Atau, perpecahan itu berarti bahwa
mereka berbeda pendapat dengan suku-suku lain me-
ngenai perang ini. Mereka berpendapat bahwa perang
itu tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat dilaksana-
kan, dan sebab itu mereka menyalahkan siapa saja
yang ambil bagian di dalamnya, dan mereka sendiri me-
nolaknya. Hal ini membuat suku-suku lainnya bergu-
mul hebat di dalam hati mereka, terutama sebab mere-
ka memiliki alasan untuk mencurigai bahwa, apa
pun yang pura-pura dikatakan Ruben, sikapnya yang
duduk diam sekarang timbul dari mendinginnya rasa
sayang terhadap saudara-saudaranya, serta kerenggang-
an hubungannya dengan mereka, yang membuat mereka
memikirkan hal-hal yang sedih. Sungguh mendukakan
hati kita melihat anak-anak dari ibu kita marah kepada
Kitab Hakim-Hakim 5:12-23
487
kita sebab kita melaksanakan kewajiban kita, dan
melihat kita seperti orang asing saat kita teramat
memerlukan persahabatan dan pertolongan mereka.
[2] Pekerjaan mereka di dalam dunia: Ruben tinggal duduk
di antara kandang-kandang, tempat yang lebih hangat
dan lebih aman daripada kemah perang, dengan berda-
lih bahwa mereka tidak bisa meninggalkan begitu saja
domba-domba peliharaan mereka. Ruben senang men-
dengarkan embikan kawanan ternak (ay. 16, KJV) atau,
sebagaimana sebagian penafsir membacanya, siulan ka-
wanan ternak, yaitu nada yang diciptakan para gembala
melalui seruling mereka, serta nyanyian gembala yang
mereka dendangkan. Ruben lebih menyukai semuanya
ini daripada genderang dan terompet perang. Demikian-
lah banyak orang enggan mengerjakan kewajiban mere-
ka sebab takut akan kesusahan, suka terhadap kemu-
dahan, dan terlalu cinta akan urusan dan keuntungan
duniawi. Orang-orang yang bernyali ciut dan memen-
tingkan kepentingan diri sendiri tidaklah peduli terha-
dap apa yang terjadi dengan kepentingan-kepentingan
jemaat Allah, asalkan mereka bisa memperoleh, me-
nyimpan, dan menghemat uang. Semuanya mencari ke-
pentingannya sendiri (Flp. 2:21).
(2) Suku Dan dan Asyer berbuat serupa (ay. 17). Kedua suku
ini tinggal di pinggir pantai, dan,
[1] Suku Dan berdalih ia tidak bisa meninggalkan kapal-
kapalnya sebab khawatir akan dicuri, sehingga aku
minta dimaafkan. Orang-orang dari suku itu mungkin
membela diri dengan berkata bahwa pekerjaan mereka
berdagang di laut membuat mereka tidak cocok untuk
bekerja di darat, dan mengalihkan perhatian mereka
dari pekerjaan itu. namun Zebulon juga merupakan
pangkalan kapal, suku yang gemar mengarungi lautan,
dan sekalipun begitu tetap bersedia dan giat bekerja
dalam peperangan ini. Tidak ada alasan bagi kita untuk
mengelak dari kewajiban yang telah dimulai atau
disisihkan oleh orang lain, yang keberanian dan kete-
488
guhan hatinya akan bangkit melawan kita dan memper-
malukan kita.
[2] Asyer berdalih ia harus tinggal di rumah untuk mem-
perbaiki kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh
laut di beberapa tempat di tanahnya, dan untuk mem-
bentengi apa yang telah dibangunnyasupaya tidak lagi
dilanggar oleh laut. Atau ia harus tinggal di teluk-teluk-
nya, atau pelabuhan kecil, tempat kapal-kapal dagang-
nya tertambat, untuk mengawasinya. Hal kecil saja bisa
dipakai sebagai dalih untuk tinggal di rumah oleh
orang-orang yang tidak berniat untuk ambil bagian da-
lam pekerjaan-pekerjaan yang paling penting, sebab
ada kesulitan dan bahaya di dalamnya.
(3) Akan namun , yang terutama sekali kota Meros dihukum,
dan kutukan dinyatakan atas penduduknya, sebab mere-
ka tidak datang membantu TUHAN (ay. 23). Mungkin Meros
ini yaitu sebuah kota yang terletak dekat dengan medan
perang, dan sebab itu penduduknya memiliki kesem-
patan baik untuk menunjukkan ketaatan mereka kepada
Allah dan kepedulian mereka terhadap Israel, serta mela-
kukan pekerjaan baik untuk kepentingan bersama. Akan
namun , mereka dengan hina menolaknya, sebab takut
terhadap kereta-kereta besi Yabin, sebab mereka tidak mau
terluka olehnya. Tuhan tidak membutuhkan bantuan me-
reka. Dia telah menunjukkan bahwa Dia mampu melak-
sanakan pekerjaan-Nya tanpa mereka, dan bukan berkat
mereka. namun mereka tidak tahu bahwa usaha itu bisa
saja gagal sebab mereka tidak turun tangan. Oleh sebab
itu, mereka dikutuk sebab tidak datang membantu
TUHAN, padahal telah jelas-jelas dimaklumkan, siapa yang
memihak kepada TUHAN? Perkara antara Allah dan para
penguasa yaitu pemerintah-pemerintah dan penguasa-
penguasa kerajaan kegelapan, tidak akan memberi tempat
bagi ketidakberpihakan. Allah memandang bahwa orang-
orang yang tidak ada di pihak-Nya berarti melawan Dia.
Kutukan ini dinyatakan oleh malaikat TUHAN, yaitu Yesus
Tuhan kita, Sang Panglima bala tentara Tuhan dan orang-
orang yang dikutuk-Nya sungguh-sungguh terkutuk, dan di
luar perintah dan wewenang yang diberikan-Nya kepada
Kitab Hakim-Hakim 5:24-31
489
kita, kita tidak boleh mengutuk. Dia yang akan memberi
upah yang berlimpah kepada semua tentara-Nya yang baik,
pasti akan menghukum dengan berat semua pengecut dan
pembelot. Tampaknya pada masa ini, kota Meros merupa-
kan tempat yang terpandang, sebab darinya diharapkan
sesuatu yang besar. namun ada kemungkinan, sesudah ma-
laikat TUHAN menyatakan kutuk ini atas kota itu, kota itu
pun merosot, dan seperti pohon ara yang dikutuk Kristus,
ia menjadi kering, sehingga kita tidak pernah lagi membaca
tentangnya sesudah ini di dalam Kitab Suci.
Nyanyian Debora dan Barak
(5:24-31)
24 Diberkatilah Yael, isteri Heber, orang Keni itu, melebihi perempuan-
perempuan lain, diberkatilah ia, melebihi perempuan-perempuan yang di da-
lam kemah. 25 Air diminta orang itu, namun susu diberikannya; dalam cawan
yang indah disuguhkannya dadih. 26 Tangannya diulurkannya mengambil
patok, tangan kanannya mengambil tukul tukang, ditukulnya Sisera, dihan-
curkannya kepalanya, diremukkan dan ditembusnya pelipisnya. 27 Dekat
kakinya orang itu rebah, tewas tergeletak, dekat kakinya orang itu rebah dan
tewas, di tempat ia rebah, di sanalah orang itu tewas, digagahi. 28 Dari
jendela ibu Sisera menjenguk dan berseru dari tingkap: “Mengapa keretanya
tak kunjung datang? Mengapa kereta-keretanya belum kedengaran?” 29 Yang
paling bijak di antara dayang-dayangnya menjawabnya, dan ia sendiri juga
membalas perkataannya itu: 30 “Bukankah mereka mendapat jarahan dan
membagi-baginya, gadis seorang dua untuk setiap orang jarahan kain ber-
warna sehelai dua untuk Sisera, jarahan kain sulaman aneka warna sehelai
dua untuk leherku?” 31 Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya
TUHAN! namun orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam
kemegahannya. Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya.
Dalam perikop ini Debora mengakhiri nyanyian kemenangan ini,
I. Dengan puji-pujian bagi Yael, saudarinya, sang pahlawan perem-
puan, yang keberanian tindakannya telah menuntaskan dan me-
mahkotai kemenangan itu. Debora telah menyebutkan Yael sebe-
lumnya (ay. 6) sebagai seseorang yang akan mengabdi kepada
negerinya andaikata kuasa itu ada di tangannya. Sekarang De-
bora mengelu-elukan Yael sebagai seseorang yang benar-benar
telah mengabdi kepada negerinya dengan sangat baik dan menga-
gumkan saat kuasa itu memang ada di tangannya. Sajaknya
paling elok dan berbunga-bunga di sini menjelang akhir nyanyian
ini. Betapa dengan hormat Debora berbicara tentang Yael (ay. 24),
490
yang lebih memilih berdamai dengan Allah Israel daripada ber-
damai dengan raja Kanaan. Meskipun bukan orang Israel asli
(sepanjang yang bisa disaksikan), namun Yael dengan sepenuh
hati mendukung kepentingan Israel dalam titik yang genting ini,
mempertaruhkan nyawanya sendiri seakan-akan ia berada di
tempat-tempat tinggi di medan perang, dan dengan berani ber-
juang bagi orang-orang yang disaksikannya diperjuangkan oleh
Allah! Diberkatilah ia, melebihi perempuan-perempuan yang di
dalam kemah. Perhatikanlah, orang-orang yang bagiannya ada di
dalam kemah, yang melakukan kegiatan di tempat yang sangat
rendah dan sempit, jika mereka melayani Allah di tempat itu
menurut kemampuan mereka, tidak akan pernah kehilangan
upahnya. Yael di dalam kemah memenangkan berkat yang sama
melimpahnya seperti Barak di medan perang. Tidak ada yang
lebih membuat putus asa, menyedihkan, dan memalukan, dari-
pada kekecewaan, dan Debora di sini dengan eloknya menggam-
barkan dua kekecewaan berat, yang aibnya menjadi perlambang
dari cela yang menimpa para pendosa untuk selama-lamanya.
1. Sisera mendapati musuh yang mematikan di tempat di mana
ia berharap menemukan teman yang teguh dan setia.
(1) Yael menunjukkan kepada Sisera kebaikan seorang teman,
dan mungkin pada waktu itu tidak berniat apa-apa selain
menunjukkan kebaikan, sampai Allah, yang sekonyong-
konyong menggerakkan hati nurani Yael, mengarahkannya
untuk berbuat sebaliknya (ay. 25). Dorongan hati itu harus
didengarkan pada waktu itu, dan dengan sendirinya mem-
bawa bukti yang begitu kuat sehingga dapat diyakini kebe-
narannya. namun sekarang orang tidak bisa mengaku-
ngaku mendapat dorongan hati seperti itu. Sisera hanya
meminta air putih untuk memuaskan dahaganya, namun
Yael, tidak hanya untuk menunjukkan dirinya sebagai ibu
rumah tangga dan pengurus rumah yang baik, namun juga
untuk mengungkapkan rasa hormatnya kepada Sisera,
memberinya susu dan menyuguhkan kepadanya dadih.
Yaitu, menurut sebagian penafsir, susu yang dadihnya
telah dipisahkan daripadanya. Kita menyebutnya sebagai
mentega susu. Tidak, kata sebagian yang lain, susu yang
disuguhkannya itu masih mengandung dadih, dan kita
Kitab Hakim-Hakim 5:24-31
491
menyebutnya krim. Apa pun bentuknya, yang disuguhkan
Yael itu mungkin yang terbaik yang dapat disuguhkan di
rumahnya. Dan, untuk mempercantik suguhan itu, Yael
membawanya dalam cawan yang indah, cawan yang dise-
butnya indah, cawan terbaik kepunyaannya, dan lebih baik
daripada yang dipakainya di mejanya sendiri. Ini menguat-
kan dugaan Sisera bahwa Yael yaitu temannya, dan mem-
buatnya tertidur lebih cepat dan lebih aman. Akan namun ,
(2) Yael ternyata merupakan musuh yang mematikan bagi
Sisera, dan memberinya hantaman maut. Hal ini digambar-
kan dengan terperinci (ay. 26-27).
[1] Betapa Yael tampak begitu hebat, dipalunya Sisera,
demikian dalam tafsiran yang agak luas, dihajarnya
manusia sombong yang telah begitu lama menjadi ke-
ngerian bagi para pahlawan itu, dan dikirimnya dia
binasa ke dunia orang mati dengan kejahatannya di
atas tulang-tulangnya (Yeh. 32:27, KJV). Yael tampaknya
melakukan itu tanpa rasa ngeri atau khawatir, sama
seperti saat ia hendak mematok salah satu papan
atau kayu lintang di kemahnya. Betapa ia yakin akan
pertolongan dan perlindungan ilahi. Kita membaca ayat
ini demikian (KJV), dipenggalnya kepalanya, mungkin
dengan menggunakan pedang Sisera sendiri, yang
berani diambil Yael dari pinggang Sisera, sebab seka-
rang kepala Sisera sudah dipatoknya, namun tidak sebe-
lumnya, sebab ia takut membangunkan Sisera. Akan
namun , sebab tidak ada keperluan untuk memenggal
kepala Sisera, tidak pula hal itu disebutkan di dalam
sejarah, maka banyak penafsir berpendapat bahwa ayat
ini seharusnya dibaca demikian, dihancurkannya kepa-
lanya. Pada kepala itu, yang dengan sombongnya telah
ditegakkan melawan Allah dan Israel, dan yang di da-
lamnya telah ditempa berbagai rancangan berdarah un-
tuk menghancurkan umat Allah, Yael menemukan tem-
pat yang halus untuk mematok, dan ke dalamnya ia
dengan kehendak baik memakukan patoknya.
[2] Betapa Sisera tampak begitu hina, rebah di kaki Yael!
(ay. 27). Di kaki perempuan yang melaksanakan hu-
kuman mati ini ia tersungkur, ia rebah. Segala usaha -
492
nya untuk tetap hidup tidak berhasil. Yael terus meng-
hajarnya sampai ia rebah dan mati. Di sana tergeletak-
lah sendirian mayat manusia sombong itu, bukan di
atas ranjang kehormatan, bukan di tempat-tempat ting-
gi di medan perang, tanpa menunjukkan adanya luka
yang terhormat oleh pedang yang berkilap, atau busur
tembaga, melainkan di sudut sebuah kemah, di kaki
seorang perempuan, dengan luka yang memalukan oleh
sebuah patok jelek yang ditembuskan ke dalam kepala-
nya. Demikianlah cela menjadi nasib yang menimpa
orang-orang sombong. Peristiwa ini merupakan gambar-
an yang sangat hidup tentang kehancuran para pendosa
yang binasa oleh kemakmuran mereka. Kemakmuran itu
membuai dan membelai mereka dengan susu dan dadih
di atas cawan yang indah, seolah-olah minuman itu
akan membuat mereka nyaman dan bahagia. namun ke-
mudian kemakmuran itu mematok kepala dan juga hati
mereka ke tanah, dalam pikiran yang semata-mata ter-
tuju kepada perkara duniawi, dan menyiksa mereka
dengan berbagai-bagai duka. Buaian-buaiannya memati-
kan, dan pada akhirnya menenggelamkan mereka ke
dalam keruntuhan dan kebinasaan (1Tim. 6:9-10).
2. Ibu Sisera mendapat kabar mengenai kematian dan kehancur-
an Sisera, saat ia dengan penuh pengharapan menantikan
kepulangannya dengan kemuliaan dan kemenangan (ay. 28-
30), yang di dalamnya kita mendapati,
(1) Kerinduannya untuk melihat anaknya pulang dengan ke-
menangan: Mengapa keretanya tak kunjung datang? Per-
kataan ini diucapkannya bukan sebab ia khawatir akan
keselamatannya, atau was-was akan kekalahannya. Ia
tidak cemas tentang hal itu, sebab ia begitu yakin bahwa
anaknya akan berhasil, melainkan sebab kerinduannya
akan kemuliaan anaknya, yang dengan kelemahan sebagai
seorang perempuan, ingin disaksikannya dengan penuh
hasrat dan tidak sabar. Ia mencela kereta yang berlambat-
lambat jalannya, dan menduga-duga tentang keterlambat-
an itu, tanpa terpikir olehnya bahwa anaknya yang malang
itu telah, sebelum ini, terpaksa turun dari kereta yang
Kitab Hakim-Hakim 5:24-31
493
begitu mereka bangga-banggakan itu, dan yang disangka-
nya datang begitu lambat. Kereta-kereta kemuliaannya
sekarang telah memalukan keluarganya (Yes. 22:18). Ber-
kaca dari kejadian ini, hendaklah kita berjaga-jaga untuk
tidak menuruti keinginan-keinginan seperti ini terhadap
suatu perkara duniawi yang baik namun sementara, khu-
susnya terhadap sesuatu yang menumbuhkan harapan
dalam diri kita akan kemuliaan yang fana, sebab inilah
yang diidam-idamkan ibu Sisera di sini. Jika kita meng-
inginkan sesuatu dengan hasrat yang menggebu-gebu dan
tidak sabar, maka itu sangatlah merugikan diri kita, dan
membuat kita sulit menerima jika keinginan kita tidak
terpenuhi. Namun demikian, menjelang kedatangan Yesus
Kristus yang kedua kali, serta kemuliaan-kemuliaan pada
hari itu, kita harus berkeinginan seperti itu. Datanglah,
Tuhan Yesus, datanglah segera, sebab dalam hal ini kita
pasti tidak akan dikecewakan.
(2) Pengharapan dan keyakinannya yang bodoh bahwa Sisera
pada akhirnya akan kembali dalam kemegahan yang jauh
lebih besar. Yang paling bijak di antara dayang-dayangnya
menjawabnya, dan berpikir bahwa mereka memberinya
penjelasan yang sangat baik mengenai keterlambatan itu.
Dan sesungguhnya, ibu Sisera sendiri dengan hikmatnya,
menurut terjemahan bahasa Aram, dengan nada mengejek,
membalas perkataannya sendiri, “Bukankah mereka telah
bergegas? (KJV). Tak diragukan lagi memang demikian, dan
apa yang membuat mereka lama datang yaitu sebab
mereka sedang membagi-bagi jarahan, yang begitu banyak
sehingga memakan waktu lama.” Dalam menghibur diri
dengan memikirkan jarahan itu, amatilah,
[1] Betapa dengan tidak tahu malu, dan yang mencela dan
mencemarkan nama baik kaum mereka, perempuan-
perempuan ini bermegah mengenai banyaknya gadis
yang akan dapat dicabuli oleh para tentara mereka.
[2] Betapa dengan kekanak-kanakan mereka menghibur
diri dengan harapan akan menyaksikan Sisera sendiri
mengenakan jubah gemerlapan yang beraneka warna.
Oh betapa jubah itu akan terlihat memesona! Kain
sulaman aneka warna, yang dijarah dari lemari seorang
494
wanita Israel. Perkataan itu diulangi lagi, sebagai sesua-
tu yang menyenangkan angan-angan mereka di atas
segala-galanya, kain sulaman aneka warna sehelai dua,
dan sebab itu sangat mewah. Kain-kain sulaman se-
perti itulah yang mereka harapkan akan dipersembah-
kan Sisera kepada ibunya serta dayang-dayangnya.
Demikianlah kita cenderung menipu diri sendiri dengan
berbagai harapan yang muluk-muluk dan penuh keya-
kinan bahwa kita akan memperoleh kehormatan, kenik-
matan, serta kekayaan di dunia ini, yang dengannya
kita sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk
mendapat malu dan kesedihan akibat dikecewakan.
Dan demikianlah Allah kerap mendatangkan kehancur-
an atas seteru-seteru-Nya saat mereka merasa sedang
berada di awang-awang.
II. Debora mengakhiri seluruh nyanyiannya dengan sebuah doa
kepada Allah,
1. Untuk menghancurkan semua musuh-Nya: “Demikianlah, demi-
kian memalukannya, demikian menyedihkannya, akan binasa
segala musuh-Mu, ya TUHAN! Biarlah semua orang yang
berharap untuk bersorak-sorak atas kehancuran Israel dikece-
wakan dan disorak-soraki dengan cara demikian. Perlakukanlah
mereka seperti Sisera” (Mzm. 83:10). Walaupun kita harus
berdoa untuk kebaikan musuh-musuh kita, namun bagi mu-
suh-musuh Allah, sebagai musuh Allah, kita harus mendoa-
kan kebinasaan. Dan, saat kita menyaksikan sebagian dari
seteru-seteru Allah direndahkan dan ditaklukkan secara luar
biasa, ini menguatkan kita untuk berdoa bagi kehancuran
semua seteru-Nya yang lain. Debora yaitu seorang nabiah,
dan doa ini merupakan nubuatan bahwa pada waktunya se-
mua musuh Allah akan binasa (Mzm. 92:10). Tidak pernah ada
seorang pun yang mengeraskan hatinya melawan Allah, namun
mengalami keberhasilan.
2. Untuk meninggikan dan menghibur semua sahabat-Nya.
“namun biarlah orang-orang yang mengasihi-Nya, dan yang de-
ngan segenap hati menginginkan yang terbaik bagi kerajaan-
Nya di antara manusia, bersinar bagaikan matahari terbit
dalam kemegahannya. Biarlah mereka bercahaya dengan te-
Kitab Hakim-Hakim 5:24-31
495
rangnya, tampak begitu mulia di mata dunia, menyebarkan
pengaruh-pengaruh yang begitu baik, dijauhkan dari jangkau-
an musuh-musuh mereka, yang mengutuk matahari terbit
sebab teriknya membakar mereka. Biarlah mereka girang
bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya
(Mzm. 19:6). Biarlah mereka, sebagai terang yang menyala dan
bersinar di tempat mereka masing-masing, mengusir kabut
kegelapan, dan kian bertambah terang dan berkilau sampai
rembang tengah hari (Ams. 4:18). Seperti itulah kehormatan
dan sukacita yang akan dimiliki semua orang yang mengasihi
Allah dengan setulus hati, dan untuk selama-lamanya mereka
akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa kita.
Kemenangan yang di sini dirayakan dengan nyanyian ini
menimbulkan dampak yang begitu membahagiakan bagi Israel,
sehingga untuk waktu yang terbaik dari satu masa, mereka me-
nikmati damai sejahtera yang dibukakan jalannya oleh keme-
nangan itu: Amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya,
yaitu, sedemikian lama sejak kemenangan ini sampai bangkit-
nya Gideon. Alangkah baiknya andaikata, pada waktu segenap
jemaat dan suku Israel hidup aman, mereka dibangun, dan
hidup dalam takut akan Tuhan.
PASAL 6
idak ada catatan tentang apa yang terjadi pada masa-masa Israel
hidup tenang dan damai. Keadaan negeri itu yang aman selama
empat puluh tahun sesudah penaklukan Yabin dilewatkan begitu
saja tanpa dibicarakan. Dalam pasal ini dimulailah kisah tentang
kesengsaraan lain dan pembebasan lain, oleh Gideon, yang keempat
dari para hakim. Di sini kita mendapati,
I. Keadaan Israel yang terancam malapetaka, oleh serbuan-ser-
buan orang Midian (ay. 1-6).
II. Pesan yang dikirimkan Allah kepada mereka melalui seorang
nabi, dengan meginsafkan mereka akan dosa mereka, untuk
mempersiapkan mereka bagi pembebasan (ay. 7-10).
III. Diangkatnya Gideon untuk menjadi pembebas mereka.
1. Sebuah tugas yang dikirimkan Allah kepadanya melalui
seorang malaikat, dan yang diteguhkan melalui sebuah
tanda (ay. 11-24).
2. Buah-buah pertama dari pemerintahannya, dengan diper-
baharuinya kaum keluarganya (ay. 25-32).
3. Persiapan-persiapan yang disusunnya untuk perang de-
ngan orang Midian, dan peneguhan yang diberikan kepa-
danya melalui sebuah tanda (ay. 33-40).
Serbuan-serbuan Orang Midian
(6:1-6)
1 namun orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu
TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun
lamanya, 2 dan selama itu orang Midian berkuasa atas orang Israel. sebab
takutnya kepada orang Midian itu, maka orang Israel membuat tempat-
tempat perlindungan di pegunungan, yakni gua-gua dan kubu-kubu. 3 Setiap
T
498
kali orang Israel selesai menabur, datanglah orang Midian, orang Amalek dan
orang-orang dari sebelah timur, lalu maju mendatangi mereka; 4 berkemah-
lah orang-orang itu di daerah mereka, dan memusnahkan hasil tanah itu
sampai ke dekat Gaza, dan tidak meninggalkan bahan makanan apa pun di
Israel, juga domba, atau lembu atau keledai pun tidak. 5 Sebab orang-orang
itu datang maju dengan ternaknya dan kemahnya, dan datangnya itu berba-
nyak-banyak seperti belalang. Orang-orangnya dan unta-untanya tidak ter-
hitung banyaknya, sekaliannya datang ke negeri itu untuk memusnahkan-
nya, 6 sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang
Midian itu. Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Israel kembali berbuat dosa: Orang Israel melakukan apa yang
jahat di mata TUHAN (ay. 1). Anak kecil yang sudah terkena luka
bakar pasti takut terhadap api. Namun umat yang sesat dan tidak
berpikir panjang ini, yang sudah begitu sering menderita parah
sebab penyembahan berhala mereka, hanya sesudah menikmati
kelegaan dari penghakiman-