Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 19. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

Yosua Hakim Hakim Rut 19


 llah sekarang haruslah meng-

ingatkan kita akan apa yang telah dilakukan-Nya dulu. Sebab 

Dia tetap sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya (ay. 4): 

TUHAN, saat   Engkau bergerak dari Seir. Perkataan ini dapat 

dipahami sebagai, 

(1) Penampakan-penampakan dari kuasa dan keadilan Allah 

melawan seteru-seteru Israel untuk menundukkan dan 

menaklukkan mereka. Dan dengan begitu, apa yang ter-

tulis dalam kitab Habakuk 3:3-4, dan seterusnya, serupa 

dengan perkataan ini, di mana kehancuran musuh-musuh 

jemaat digambarkan seperti itu. saat   Allah memimpin 

umat-Nya Israel dari negeri Edom, Dia menundukkan 

Sihon dan Og di bawah kaki Israel, dengan menghajar ke-

dua raja itu dan pasukan-pasukan mereka dengan kengeri-

an dan kedahsyatan yang begitu rupa hingga mereka tam-

pak takut langit dan bumi akan runtuh menimpa mereka. 

Hati mereka gemetar, seolah-olah seluruh dunia di sekeli-

ling mereka gemetar. Atau perkataan ini hendak melukis-

kan penampakan-penampakan yang mulia dari keagungan 

ilahi, dan dampak-dampak yang mencengangkan dari 

kuasa ilahi, yang cukup untuk membuat bumi bergoncang, 

langit tiris seperti salju yang terpapar sinar matahari, dan 

gunung-gunung bergoyang. Bandingkan dengan Mazmur 

18:8. Rancangan-rancangan Allah sama sekali tidak dapat 

dihalangi oleh makhluk ciptaan mana pun. Sebaliknya, ke-

tika tiba waktu penggenapannya, apa yang tampak meng-

halangi rancangan itu tidak hanya akan tunduk di hadap-


 472

annya, namun  juga akan dibuat melayaninya (Lihat Yes. 

64:1-2). Atau, 

(2 Yang dimaksudkan dari perkataan ini yaitu  penampakan-

penampakan dari kemuliaan dan keagungan Allah kepada 

Israel, saat   Dia memberikan hukum-Nya kepada mereka 

di gunung Sinai. Pada waktu itu terjadi dalam arti yang 

sebenar-benarnya bahwa bergoncanglah bumi, tirislah la-

ngit, dan seterusnya. Bandingkan Ulangan 33:2 dan Maz-

mur 68:8-9. Hendaklah semua raja dan pemuka tahu 

bahwa inilah Allah yang dipuji Debora, dan bukan dewa-

dewa yang begitu hina dan tak berdaya yang mereka sem-

bah. Tafsiran bahasa Aram mengaitkan perkataan ini de-

ngan peristiwa pemberian hukum Taurat, namun  alunan 

lagunya terdengar janggal pada kata-kata ini, gunung-

gunung bergoyang. Tabor, Hermon, dan Karmel, saling 

beperkara: yang satu berkata, biarlah keagungan ilahi diam 

di atasku, sementara yang lain berkata, biarlah keagungan 

ilahi itu diam di atasku. namun  Allah membuat keagungan-

Nya diam di atas gunung Sinai, yang paling hina dan kecil 

dari semua gunung yang ada. Saya menduga maksudnya 

yaitu  bahwa gunung Sinai itu paling rendah nilainya, 

sebab  tandus dan berbatu-batu. 

Nyanyian Debora dan Barak 

(5:6-11) 

6 Dalam zaman Samgar bin Anat, dalam zaman Yael, kafilah tidak ada lagi 

dan orang-orang yang dalam perjalanan terpaksa menempuh jalan yang 

berbelit-belit. 7 Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka 

diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel.  

8 saat   orang memilih allah baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang. 

Sesungguhnya, perisai ataupun tombak tidak terlihat di antara empat puluh 

ribu orang di Israel. 9 Hatiku tertuju kepada para panglima Israel, kepada 

mereka yang menawarkan dirinya dengan sukarela di antara bangsa itu. 

Pujilah TUHAN! 10 Kamu, yang menunggang keledai betina putih, kamu, yang 

duduk di atas permadani, kamu, yang berjalan di jalan, ceriterakanlah hal 

itu! 11 Di tempat-tempat penimbaan air, menurut suara orang-orang yang 

berdendang, di sanalah orang menyanyikan perbuatan TUHAN yang adil, 

perbuatan-Nya yang adil terhadap orang-orang-Nya di pedusunan di Israel. 

Pada waktu itu turunlah umat TUHAN ke pintu gerbang. 

 

Kitab Hakim-Hakim 5:6-11 

 473 

Dalam perikop ini, 

I. Debora menggambarkan keadaan Israel yang sengsara di bawah 

penindasan Yabin,supaya  besarnya kesusahan mereka dapat 

membuat keselamatan mereka tampak lebih gemilang dan penuh 

rahmat (ay. 6): Sejak zaman Samgar, yang berbuat sesuatu untuk 

melepaskan Israel dari orang Filistin, hingga zaman Yael, yaitu 

pada masa ini, saat   Yael sudah menjadi begitu terkemuka, 

negeri itu boleh dikatakan telah menjadi sunyi. 

1. Tidak ada perdagangan. Oleh sebab  tidak ada tentara untuk 

melindungi pedagang yang menjalankan usahanya dari 

serangan musuh, dan sebab  tidak ada hakim untuk men-

cegah dan menghukum para pencuri dan perampok di antara 

mereka. Orang-orang yang jatuh miskin dan putus asa, yang 

merampok di jalan-jalan besar sebab  tidak punya pekerjaan, 

maka segala bentuk perdagangan tidak berjalan, dan jalan-

jalan besar menjadi sepi. Tidak ada rombongan pedagang yang 

lewat seperti sebelumnya. 

2. Tidak ada orang yang bepergian. Pada masa-masa saat   hu-

kum dan pemerintahan masih berjalan sedikit banyak, orang-

orang dapat bepergian dengan aman di jalan-jalan besar, 

sementara para perampok terpaksa bersembunyi di jalan-jalan 

sempit. namun  sekarang sebaliknya, para perampok menyerang 

dengan bebas di jalan-jalan besar tanpa hambatan, sementara 

orang baik-baik yang sedang dalam perjalanan terpaksa ber-

jalan mengendap-endap di jalan-jalan sempit, senantiasa 

dicekam ketakutan.  

3. Tidak ada orang yang mengolah tanah. Lahan-lahan pasti di-

biarkan tandus tanpa ada yang merawat saat   para pendu-

duk pedusunan, yaitu para petani di desa, berhenti bekerja, 

meninggalkan rumah mereka yang terus-menerus didatangi 

dan dijarah para penyamun, dan terpaksa mencari tempat 

yang aman bagi mereka dan keluarga mereka di dalam kota-

kota yang berkubu dan berpagar. 

4. Tidak ada penegakan keadilan. Perang berkecamuk di pintu-

pintu gerbang di mana mereka biasa menjalankan peradilan 

(ay. 8). Dengan demikian, baru sesudah  keselamatan ini terwu-

jud umat TUHAN berani turun ke pintu gerbang (ay. 11). Se-

rangan-serangan tanpa henti yang dilancarkan musuh me-


 474

nanggalkan martabat para hakim, dan merampas kebaikan 

yang seharusnya didapatkan rakyat dari pemerintah mereka. 

5. Tidak ada kedamaian bagi orang yang keluar ataupun orang 

yang masuk. Pintu-pintu gerbang yang biasa mereka lewati 

diduduki oleh musuh. Bahkan, tempat-tempat penimbaan air 

diganggu oleh para pemanah (KJV). Dengan menakut-nakuti 

para penimba air, mereka berhasil menimbulkan kejahatan 

yang teramat besar.  

6. Tidak ada senjata ataupun semangat untuk menolong diri 

orang Israel sendiri. Perisai ataupun tombak tidak terlihat di 

antara empat puluh ribu orang (ay. 8). Entah mereka dilucuti 

oleh orang-orang yang menindas mereka, atau mereka sendiri 

telah mengabaikan ilmu berperang. Dengan demikian, meski-

pun mereka memiliki  tombak dan perisai, semuanya itu 

tidak terlihat, namun  digeletakkan begitu saja dan dibiarkan 

berkarat, sebab  mereka tidak memiliki keterampilan ataupun 

kemauan untuk menggunakannya. 

II. Debora menunjukkan dengan satu kata, apa yang mendatangkan 

segenap kesengsaraan ini ke atas mereka: Mereka memilih allah 

baru (ay. 8). Penyembahan berhala merekalah yang menyulut 

murka Allah untuk menyerahkan mereka ke tangan musuh-mu-

suh mereka seperti itu. Tuhan, Allah mereka, yaitu  satu Tuhan, 

namun ini tidak memuaskan mereka. Mereka ingin memiliki  

lebih banyak allah, lagi dan lagi. Allah mereka yaitu  Yang Lanjut 

Usianya, masih tetap sama, dan sebab  itu mereka bosan dengan-

Nya, dan ingin memiliki allah-allah baru, yang begitu mereka 

sukai seperti anak-anak menyukai pakaian baru, nama-nama 

yang baru diciptakan, dan pahlawan-pahlawan yang baru diang-

kat sebagai orang suci. Bapa leluhur mereka, saat   diperhadap-

kan kepada pilihan, memilih Tuhan sebagai Allah mereka (Yos. 

24:21), namun mereka tidak mau setia pada pilihan itu. Mereka 

ingin memiliki  allah pilihan mereka sendiri.  

III. Debora memberi perhatian pada kebaikan Allah yang besar terha-

dap Israel dalam membangkitkan hakim-hakim untuk memberes-

kan masalah-masalah ini. Pertama-tama dirinya sendiri (ay. 7, 

KJV): Sampai aku, Debora, bangkit untuk mengekang dan menghu-

kum orang-orang yang meresahkan masyarakat, dan melindungi 

Kitab Hakim-Hakim 5:6-11 

 475 

para pedagang yang menjalankan usaha mereka, sehingga segala 

sesuatu berubah menjadi lebih baik dalam waktu singkat. Bina-

tang-binatang pemangsa itu menarik diri ke tempat persembunyi-

an mereka saat   memancar sinar terang yang membawa sukacita 

ini, dan manusia pun keluarlah ke pekerjaannya dan ke usahanya 

(Mzm. 104:22-23). Demikianlah Debora menjadi seorang ibu di 

Israel, ibu pengasuh. Seperti itulah kasih sayang yang dirasakan-

nya kepada rakyatnya, dan seperti itulah kepedulian dan jerih 

payah yang diberikannya untuk kesejahteraan masyarakat. Di 

bawah Debora, ada pemimpin-pemimpin lain yang disebut sebagai 

para panglima Israel (ay. 9), yang seperti dirinya, telah mengerja-

kan bagian mereka sebagai pemimpin untuk memperbaharui rak-

yat, dan lalu , seperti dirinya, telah menawarkan diri dengan 

sukarela untuk ikut ambil bagian di dalam perang. Mereka tidak 

menuntut untuk dikecualikan, seperti yang berhak mereka dapat-

kan berdasar  martabat dan jabatan mereka, saat   mereka 

beroleh kesempatan yang begitu baik untuk tampil demi kepen-

tingan negeri mereka. Tak ayal lagi, teladan para panglima Israel 

ini memengaruhi masyarakat untuk turut menawarkan diri de-

ngan sukarela (ay. 2). Mengenai para panglima ini, Debora ber-

kata, hatiku tertuju kepada mereka, artinya, “Aku sungguh me-

ngasihi dan menghormati mereka. Mereka telah memenangkan 

hatiku untuk selama-selamanya. Aku tidak akan pernah melupa-

kan mereka.” Perhatikanlah, orang-orang yang tidak mau menun-

tut hormat bagi diri mereka demi melayani Allah dan jemaat-Nya, 

layak menerima hormat berlipat ganda. 

IV. Debora memanggil orang-orang yang secara khusus turut menik-

mati keselamatan agung ini, untuk mengucap syukur secara 

khusus kepada Allah sebab nya (ay. 10-11). Hendaklah setiap 

orang mengumandangkan kebaikan Allah yang telah diterimanya 

pada kesempatan ini, saat   terjadi perubahan yang membahagia-

kan dalam keadaan masyarakat. 

1. Kamu, yang menunggang keledai betina putih, yaitu kaum 

bangsawan dan orang-orang terhormat. Kuda jarang diper-

gunakan di negeri itu, sebab  mungkin mereka memiliki  

jenis keledai yang jauh lebih baik daripada yang kita miliki. 

Lebih lanjut, orang-orang terhormat tampaknya dibedakan 

berdasar  warna keledai yang mereka tunggangi. Dan kare-


 476

na keledai putih itu langka, maka nilainya lebih tinggi. Diberi 

perhatian tentang anak cucu Abdon yang mengendarai keledai 

jantan, yang menunjukkan bahwa mereka yaitu  orang-orang 

terhormat (12:14). Biarlah orang-orang yang melalui kesela-

matan ini tidak hanya dipulihkan pada kemerdekaan mereka, 

seperti orang-orang Israel lainnya, namun  juga pada martabat 

mereka, memuji-muji nama Allah. 

2. Biarlah orang-orang yang duduk dalam penghakiman (ay. 10, 

KJV) menyadari kebaikan Allah, dan mensyukurinya sebagai 

rahmat yang besar,supaya  mereka dapat duduk dengan aman 

di sana, dansupaya  pedang keadilan tidak dirampas dari 

tangan mereka oleh pedang perang. 

3. Biarlah orang-orang yang berjalan di jalan, dan yang tidak 

menjumpai seorang pun di sana yang membuat mereka takut, 

berbicara kepada diri mereka sendiri dalam renungan yang 

khidmat, dan kepada sesama pengguna jalan dalam perbin-

cangan yang penuh kesalehan, tentang kebaikan Allah dalam 

membersihkan jalanan dari para penyamun yang telah men-

dudukinya begitu lama. 

4. Biarlah orang-orang yang menimba air dengan tenang, dan 

yang sumur-sumurnya tidak dirampas dari mereka, atau di-

sumbat, dan juga yang tidak terancam bahaya akan ditangkap 

musuh saat   hendak menimba air, biarlah di sana, di tempat 

mereka mendapati diri mereka jauh lebih aman dan nyaman 

daripada sebelumnya, mereka menyanyikan perbuatan TUHAN. 

Bukan perbuatan Debora, ataupun Barak, melainkan perbuat-

an Tuhan, sambil memberi perhatian pada tangan-Nya yang 

telah menciptakan damai di perbatasan-perbatasan mereka, 

dan yang telah membuat tudung di atas segala kemuliaan. Ini 

yaitu  perbuatan Tuhan. Cermatilah dalam perbuatan-Nya ini, 

(1) Keadilan ditegakkan atas seteru-seteru-Nya yang berani 

melawan. Ini yaitu  perbuatan yang benar dari Tuhan. 

Lihatlah Dia yang membela perkara yang benar, dan yang 

duduk di atas takhta untuk mengadili dengan benar, dan 

berilah kemuliaan kepada-Nya sebagai Hakim atas seluruh 

bumi. 

(2) Kebaikan ditunjukkan kepada umat-Nya yang gemetar, 

penduduk pedusunan, yang paling rentan diserang musuh, 

yang paling menderita, dan yang paling terancam bahaya

Kitab Hakim-Hakim 5:12-23 

 477 

 (Yeh. 38:11). yaitu  kemuliaan Allah untuk melindungi 

orang-orang yang paling rentan diserang, dan menolong 

orang-orang yang paling lemah. Marilah kita semua memberi 

perhatian pada kedamaian dan ketenteraman masyarakat 

yang secara khusus telah kita nikmati, terutama penduduk 

pedusunan, dan memberi pujian bagi Allah sebab nya. 

Nyanyian Debora dan Barak 

(5:12-23) 

12 Bangunlah, bangunlah, Debora! Bangunlah, bangunlah, nyanyikanlah 

suatu nyanyian! Bangkitlah, Barak! dan giringlah tawananmu, hai anak 

Abinoam! 13 Lalu turunlah para bangsawan yang terluput, umat TUHAN 

turun bagi-Nya sebagai pahlawan. 14 Dari suku Efraim mereka datang ke 

lembah, mengikuti engkau, ya suku Benyamin, dengan laskarmu; dari suku 

Makhir turunlah para panglima dan dari suku Zebulon orang-orang pem-

bawa tongkat pengerah. 15 Juga para pemimpin suku Isakhar menyertai De-

bora, dan seperti Isakhar, demikianlah Naftali menyertai Barak. Mereka me-

nyusul dia dan menyerbu masuk lembah. namun  pihak pasukan-pasukan 

suku Ruben ada banyak pertimbangan. 16 Mengapa engkau tinggal duduk di 

antara kandang-kandang sambil mendengarkan seruling pemanggil kawan-

an? Di pihak pasukan-pasukan suku Ruben ada banyak pertimbangan! 17 

Orang Gilead tinggal diam di seberang sungai Yordan; dan suku Dan, 

mengapa mereka tinggal dekat kapal-kapal? Suku Asyer duduk di tepi pantai 

laut, tinggal diam di teluk-teluknya. 18 namun  suku Zebulon ialah bangsa 

yang berani mempertaruhkan nyawanya, demikian juga suku Naftali, di 

tempat-tempat tinggi di padang. 19 Raja-raja datang dan berperang, pada 

waktu itu raja-raja Kanaan berperang dekat Taanakh, pada mata air di 

Megido, namun  perak sebagai rampasan tidak diperoleh mereka. 20 Dari langit 

berperang bintang-bintang, dari peredarannya mereka memerangi Sisera.  

21 Sungai Kison menghanyutkan musuh, Kison, sungai yang terkenal dari 

dahulu kala itu. – Majulah sekuat tenaga, hai jiwaku! – 22 saat   itu men-

deraplah telapak kuda, sebab  berpacu lari kuda-kudanya. 23 “Kutukilah kota 

Meros!” firman Malaikat TUHAN, “kutukilah habis-habisan penduduknya, 

sebab  mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai 

pahlawan.”  

Dalam perikop ini, 

I. Debora menggugah dirinya sendiri dan Barak untuk merayakan 

kemenangan ini dengan cara yang sekhidmat-khidmatnya, bagi 

kemuliaan Allah dan kehormatan Israel, untuk membesarkan hati 

sahabat-sahabat mereka dan untuk semakin mempermalukan 

seteru-seteru mereka (ay. 12).  

1. Debora, sebagai seorang nabiah, harus melakukannya melalui 

sebuah nyanyian, dan untuk menggubah dan menyanyikan-

nya, ia menyemangati dirinya sendiri: Bangunlah, bangunlah, 


 478

dan lagi, bangunlah, bangunlah. Ini memperlihatkan kesadar-

annya akan keutamaan serta kesukaran pekerjaan itu. Dalam 

melaksanakan pekerjaan itu, dibutuhkan jiwa yang penuh 

gairah dan semangat, dan itu layak dituntut oleh pekerjaan 

ini. Segenap kekuatan dan kemampuan jiwa harus dicurahkan 

sebesar-besarnya dalam menyanyikan nyanyian itu. Dengan 

perkataan ini pula, Debora mengungkapkan kesadarannya 

akan kekurangannya sendiri, dan kecenderungannya untuk 

menjadi kendor dan kurang bersemangat dalam pekerjaan ini. 

Perhatikanlah, memuji Allah yaitu  pekerjaan yang harus kita 

kerjakan dengan terjaga, dan kita harus membangunkan diri 

kita untuk mengerjakannya (Mzm. 108:3). 

2. Barak, sebagai seorang panglima, harus melakukan pekerjaan 

itu dengan penuh kemenangan: Giringlah tawananmu. Meski-

pun pasukan Sisera ditumpas habis di medan perang, dan 

tidak diberi ampun, namun kita dapat menduga bahwa dalam 

usaha  mengejar kemenangan, saat   perang itu dibawa masuk 

ke negeri musuh, banyak orang yang ditemukan tidak ber-

senjata ditangkap lalu dijadikan tawanan perang. Debora ingin 

agar para tawanan ini digiring dalam rantai di belakang Barak, 

saat   Barak memasuki kotanya sendiri dengan disaksikan 

seluruh rakyat, untuk menyemarakkan kemenangan yang di-

perolehnya. Bukan berarti seolah-olah Barak senang mengin-

jak-injak sesama manusia, namun  demikianlah ia harus memu-

liakan Allah, dan memenuhi maksud luhur dari pemerintahan-

Nya, yakni dengan mengamat-amati setiap orang yang congkak 

dan menundukkannya. 

II. Debora memberikan alasan yang baik untuk pujian dan sorak 

kemenangan ini (ay. 13). Kemenangan yang gemilang ini telah 

membuat kumpulan orang Israel yang masih tinggal, dan Debora 

khususnya, terlihat sangat hebat, suatu keadaan yang mereka 

akui sepenuhnya terjadi sebab  Allah. 

1. Orang Israel telah menjadi sedikit jumlahnya dan kurang di-

perhitungkan, dan sekalipun begitu kepada mereka Allah 

memberikan kuasa atas para bangsawan. Banyak dari mereka 

telah binasa oleh musuh, banyak lagi mati sebab  kesedihan, 

dan mungkin sebagian telah memindahkan keluarga serta har-

ta benda mereka ke negeri asing. Namun sedikit dari mereka 

Kitab Hakim-Hakim 5:12-23 

 479 

yang masih tinggal, oleh pertolongan ilahi, dengan satu usaha  

yang berani dan gencar, tidak hanya berhasil melepaskan kuk 

penindasan dari leher mereka, namun  juga mendapat kuasa 

atas para penindas mereka. Selama Israel masih ada milik 

Allah, dan Allah akan memiliki kumpulan orang Israel yang 

masih tinggal pada masa-masa yang paling sulit sekalipun, 

selalu ada pengharapan, walaupun sedikit saja yang masih 

tinggal. Sebab Allah dapat menjadikan orang yang masih 

tinggal, meskipun itu hanya satu orang, menang atas seteru 

yang paling congkak dan tangguh sekalipun. 

2. Debora sendiri yaitu  seorang dari kaum yang lemah, kaum 

yang sejak kejatuhan manusia dalam dosa telah dihukum 

untuk tunduk. Namun demikian Tuhan, yang sendirinya lebih 

tinggi daripada yang paling tinggi, memberi Debora wewenang 

untuk memerintah atas para pahlawan Israel, yang dengan 

sukarela tunduk kepada arahannya, dan memampukannya 

untuk menang atas para pahlawan Kanaan, yang rebah di 

hadapan pasukan yang diperintahnya. Dengan begitu menak-

jubkan Allah mengangkat kerendahan hamba-Nya. “Tuhan 

telah menjadikanku, seorang perempuan, berkuasa atas para 

pahlawan.” Batu yang dipandang rendah telah dijadikan batu 

penjuru. Hal itu sungguh terjadi dari pihak Tuhan, suatu 

perbuatan ajaib di mata kita. 

III. Debora membuat pernyataan-pernyataan khusus tentang sejum-

lah pihak yang berkepentingan dalam peperangan besar ini, 

dengan memberi perhatian pada siapa yang berperang melawan 

mereka, siapa yang berperang bagi mereka, dan siapa yang tidak 

berpihak ke mana-mana. 

1. Siapa yang berperang melawan mereka. Besarnya kekuatan 

musuh harus disebutkan,supaya  kemenangan itu terlihat 

lebih gemilang. Yabin dan Sisera telah disebutkan di dalam 

sejarah, namun  di sini tampak lebih lanjut, 

(1) Bahwa Amalek bersekutu dengan Yabin, dan mengirimkan 

bala bantuan kepadanya, atau berusaha  demikian. Efraim 

di sini dikatakan bertindak melawan Amalek (ay. 14, KJV), 

mungkin dengan menghadang dan menumpas sejumlah 

bala tentara orang Amalek yang sedang dalam perjalanan 


 480

untuk bergabung dengan Sisera. Amalek sebelumnya telah 

membantu Moab menindas Israel (3:13), dan sekarang 

bangsa ini membantu Yabin. Amalek yaitu  musuh bebu-

yutan umat Allah – tangan mereka selalu melawan takhta 

Tuhan (Kel. 17:16), sehingga ini membuat mereka lebih 

berbahaya lagi. 

(2) Bahwa raja-raja Kanaan lainnya, yang sedikit banyak telah 

memulihkan diri sejak kalah di tangan Yosua, turut berga-

bung dengan Yabin, dan memperkuat pasukannya dengan 

bala tentara mereka. Sebab mereka juga memiliki  rasa 

permusuhan yang tidak dapat didamaikan dengan Israel 

seperti halnya Yabin, dan sebab  kerajaan-kerajaan mere-

ka, saat   masih kuat, tunduk pada kerajaan Hazor (Yos. 

11:10). Raja-raja ini datang dan berperang (ay. 19). Israel 

tidak memiliki  raja, sementara seteru-seteru mereka 

memiliki  banyak raja, yang kuasa dan pengaruhnya, ter-

utama saat   mereka bergabung, membuat mereka sangat 

tangguh. Sekalipun begitu Israel, sebab  memiliki  Tuhan 

sebagai Raja mereka, terlalu tangguh bagi semua musuh 

mereka. Dikatakan tentang raja-raja ini bahwa perak 

sebagai rampasan tidak diperoleh mereka. Mereka bukan 

tentara bayaran yang disewa untuk melayani Yabin (tentara 

seperti itu kerap kali lari dalam keadaan genting), namun  

mereka berperang dengan sukarela dan sepenuh hati 

melawan Israel. Mereka tidak mengharapkan perak sebagai 

imbalan, demikian dalam terjemahan bahasa Aram, namun  

hanya ingin mendapat kepuasan dalam membantu meng-

hancurkan Israel. sebab  bertindak berdasar  pegangan 

ini, maka mereka menjadi lebih menakutkan, dan akan 

bertindak dengan lebih kejam. 

2. Siapa yang berperang bagi Israel. Sejumlah suku Israel yang 

ikut membantu dalam tindakan yang sangat berani ini dise-

butkan di sini dengan penuh hormat. Sebab, meskipun Allah 

harus menjadi yang terutama dimuliakan, alat-alat yang dipa-

kai-Nya pun harus mendapat pujian yang semestinya, untuk 

menguatkan yang lain. Akan namun , bagaimanapun juga, sor-

galah yang membalikkan keadaannya. 

Kitab Hakim-Hakim 5:12-23 

 481 

(1) Efraim dan Benyamin, kedua suku yang di antara mereka 

Debora sendiri hidup, bergerak cepat, dan bertindak bera-

ni, melalui pengaruh Debora atas diri mereka. Sebab pohon 

korma Debora berada di dalam daerah milik suku Efraim, 

dan sangat dekat dengan milik suku Benyamin (ay. 14, 

KJV): Dari suku Efraim keluarlah akar, dan ada kehidupan 

di dalam akar itu, melawan Amalek. Di Efraim ada gunung 

yang disebut pegunungan orang Amalek, yang disinggung 

dalam pasal 12:15, sehingga menurut sebagian penafsir, 

itulah tempat yang dimaksudkan dalam ayat ini, dan seba-

gian dari mereka membacanya, ada akar di dalam Amalek, 

yaitu, di dalam pegunungan itu. Ada ketetapan hati yang 

kuat dalam benak orang Efraim untuk maju melawan para 

penindas, yang merupakan akar permasalahannya. Dalam 

hal ini Benyamin telah memberi mereka teladan yang baik 

di antara laskar Efraim. “Suku Efraim bergerak mengikuti 

engkau, ya suku Benyamin.” Meskipun Benyamin yaitu  

suku yang lebih muda, dan jauh lebih kecil daripada 

Efraim, terutama pada masa ini, baik dalam hal jumlah 

orang maupun kekayaan, namun saat   Benyamin memim-

pin, Efraim mengikuti, dengan tampil untuk membela ke-

pentingan bersama. Kalaupun kita tidak terlalu berani un-

tuk memimpin, kita tidak boleh terlalu tinggi hati dan meng-

gerutu begitu rupa hingga tidak mau mengikuti orang-orang 

yang lebih rendah daripada kita dalam melakukan pekerjaan 

baik. Efraim terletak jauh dari medan perang, sehingga ia 

tidak bisa mengirimkan banyak dahannya untuk membantu. 

namun  Debora, salah seorang dari mereka, mengetahui bah-

wa ada akar di tengah-tengah mereka, bahwa mereka 

dengan sepenuh hati menghendaki agar usaha  itu berhasil. 

Dr. Lightfoot memberikan makna yang berbeda tentang hal 

ini. Yosua, yang berasal dari suku Efraim, telah menjadi 

akar dari kemenangan-kemenangan yang begitu rupa mela-

wan orang Amalek (Kel. 17), begitu pula dengan Ehud dari 

suku Benyamin yang baru-baru ini menang melawan orang 

Amalek dan Moab. 

(2) sesudah  Efraim dan Benyamin membuka jalan, suku Makhir 

(setengah dari suku Manasye yang berada di sebelah timur 

sungai Yordan) dan suku Zebulon mengutus orang-orang 


 482

yang sangat berguna untuk rancangan besar ini. saat   

satu bala tentara hendak dibentuk, terutama dalam keada-

an-keadaan yang tidak menguntungkan seperti yang di-

alami Barak pada masa ini, sebab  orang Israel sudah ter-

lalu lama tidak mengangkat senjata dan menjadi patah 

semangat, akan berdampak besar jika  bala tentara ter-

sebut diperlengkapi, 

[1] Dengan orang-orang gagah berani sebagai perwiranya, 

dan orang-orang seperti itulah yang diberikan suku 

Makhir untuk memperlengkapi bala tentara itu, sebab  

dari mereka ini turunlah para panglima. Bani Makhir 

dikenal secara khusus sebab  keberanian mereka pada 

zaman Musa (Bil. 32:39), dan tampaknya keberanian ini 

terus mengalir di dalam keluarga mereka, terlebih lagi 

sebab  mereka tinggal di perbatasan. 

[2] Dengan orang-orang terpelajar dan cerdik untuk meng-

atur segala urusan perang, dan orang-orang seperti itu-

lah yang disediakan suku Zebulon untuk bala tentara 

itu. Dari mereka ini turunlah orang-orang yang memegang 

pena penulis (ay. 14, KJV), juru tulis yang mengeluarkan 

perintah-perintah, menulis surat-surat edaran, menyu-

sun tugas-tugas, menghimpun tentara, dan mencatat la-

poran-laporan mereka. Demikianlah tiap-tiap orang, se-

suai dengan karunia yang telah diperolehnya, harus mela-

yani seorang akan yang lain demi kebaikan bersama 

(1Ptr. 4:10). Mata melihat, dan telinga mendengar, untuk 

seluruh tubuh. Saya tahu bahwa ayat ini pada umum-

nya dipahami sebagai kesediaan dari para cendekiawan 

dalam suku ini, yang mempelajari hukum Taurat dan 

menjelaskannya, untuk bahkan mengangkat senjata da-

lam peperangan ini, walaupun mereka lebih ahli dalam 

mempelajari artikel  daripada dalam ilmu perang. Oleh 

sebab  itu, Sir Richard Blackmore (tokoh penyair Inggris 

abad ke-16 – pen.) menafsirkan ayat itu sebagai berikut: 

Para juru tulis dari suku Zebulon  

beserta orang-orang terpelajarnya, 

Menghunus pedang dan meletakkan pena. 

Kitab Hakim-Hakim 5:12-23 

 483 

(3) Suku Isakhar pun melakukan pekerjaan yang baik. Meski-

pun dilihatnya bahwa perhentian itu baik, dan sebab  itu 

disendengkannyalah bahunya untuk memikul, yang meru-

pakan sifat suku ini (Kej. 49:15), namun mereka tidak sudi 

memikul kuk Yabin dengan membayar upeti kepadanya. 

Dan sekarang mereka lebih memilih bersusah payah di da-

lam perang daripada beristirahat sebagai budak. Meskipun 

tampaknya tidak banyak prajurit biasa yang terdaftar dari 

suku itu, namun para pemimpin suku Isakhar menyertai 

Debora dan Barak (ay. 15), mungkin sebagai dewan penasi-

hat perang yang memberi nasihat dalam keadaan-keadaan 

gawat. Dan, sepanjang yang bisa disaksikan, para pemim-

pin suku Isakhar ini benar-benar datang sendiri untuk 

mengiringi Barak ke medan perang. Adakah Barak berjalan 

kaki? Mereka ikut berjalan kaki bersamanya, tanpa meng-

hiraukan kehormatan atau kenyamanan mereka. Adakah ia 

menyerbu masuk lembah, tempat yang paling berbahaya? 

Mereka ikut menanggung bahaya bersamanya, dan setia 

berada di sebelah kanannya untuk memberinya nasihat. 

Sebab bani Isakhar yaitu  orang-orang yang memiliki  

pengertian tentang saat-saat yang baik (1Taw. 12:32). 

(4) Suku Zebulon dan suku Naftali merupakan dua suku yang 

paling berani dan paling giat dari semua suku, bukan 

hanya sebab  mereka secara khusus mengasihi Barak, 

orang sebangsa mereka, melainkan juga sebab  kediaman 

mereka paling dekat dengan Yabin, sehingga kuk penindas-

an lebih berat menimpa leher mereka daripada suku-suku 

lain. Lebih baik mati dalam kehormatan daripada hidup 

dalam perbudakan. Oleh sebab  itu, dalam kegigihan yang 

penuh kesalahen bagi Allah dan negeri mereka, mereka 

berani mempertaruhkan nyawa mereka di tempat-tempat 

tinggi di padang (ay. 18). Dengan keberanian dan kepahla-

wanan luar biasa, mereka menyerang dan terus menerjang 

bahkan kereta-kereta besi sekalipun, tanpa menghiraukan 

bahaya, dan menantang maut sendiri demi tujuan yang 

sungguh mulia! 

(5) Bintang-bintang di langit tampak berada, atau setidak-

tidaknya bertindak, di pihak Israel (ay. 20): Dari peredaran-

nya, bintang-bintang, menurut perintah dan arahan dari 


 484

Dia yang yaitu  Tuhan agung atas bala tentara mereka, 

memerangi Sisera. Bintang-bintang itu memeranginya mela-

lui pengaruh mereka yang sangat berbahaya terhadap 

alam, atau dengan menimbulkan badai hujan es serta gun-

tur yang berperan besar dalam mengacau-balaukan pasuk-

an Sisera. Terjemahan bahasa Aram membacanya sebagai 

berikut, dari langit, dari tempat di mana bintang-bintang 

beredar, perang telah dilancarkan melawan Sisera, artinya, 

kuasa Allah di sorga dikerahkan melawan Sisera, melalui 

pelayanan para malaikat sorgawi. Bagaimanapun caranya, 

benda-benda di langit yang tidak berhenti, seperti saat   

matahari berhenti oleh perintah Yosua, namun  terus berge-

rak menurut peredarannya, memerangi Sisera. Siapa yang 

menjadi seteru Allah, diperangi oleh seluruh ciptaan. Mung-

kin halilintar yang berkilat-kilatlah, yang melaluinya bin-

tang-bintang berperang, yang membuat kuda-kuda pasukan 

Sisera ketakutan, sehingga mereka menghentak-hentakkan 

telapak kaki mereka hingga patah (ay. 22), dan mungkin 

menjungkirbalikkan kereta-kereta besi yang mereka hela, 

atau membalikkannya hingga menimpa orang yang me-

naikinya. 

(6) Sungai Kison memerangi seteru-seteru orang Israel. Sungai 

ini menghanyutkan begitu banyak musuh yang berharap 

dapat meloloskan diri dengan melintasinya (ay. 21). Pada 

keadaan biasa, Kison hanyalah satu sungai yang dangkal, 

dan, sebab  terletak di negeri mereka sendiri, kita dapat 

menduga bahwa mereka tahu persis tempat-tempat penye-

berangannya yang paling aman dilalui. Namun sekarang, 

mungkin sebab  hujan turun dengan sangat derasnya, 

sungai itu meluap dan arusnya menjadi begitu dalam dan 

kuat, sehingga orang-orang yang berusaha melintasinya 

pun tenggelam, sebab  mereka menjadi lemah dan tidak 

berdaya, dan tidak mampu berjalan melaluinya. Dan pada 

saat itulah telapak-telapak kuda menjadi patah sebab  

mereka terjun dan tenggelam, demikianlah dalam tafsiran 

yang agak luas (ay. 22). Sungai Kison disebut sebagai 

sungai yang terkenal dari dahulu kala, sebab  sungai ini 

telah digambarkan atau dipuji-puji oleh para ahli sejarah 

atau penyair kuno. Atau lebih tepatnya sebab  sungai itu 

Kitab Hakim-Hakim 5:12-23 

 485 

telah dirancang sejak dahulu kala, dalam putusan hikmat 

Allah, untuk memenuhi maksud-maksud-Nya melawan 

Sisera pada saat ini, dan memang itulah yang diperbuat 

sungai Kison, seolah-olah ia telah diciptakan untuk tujuan 

ini. Demikianlah Allah dikatakan telah membentuk air dari 

kolam yang lama sejak dahulu, untuk memenuhi keperluan 

yang ditentukan untuknya (Yes. 22:11). 

(7) Jiwa Debora sendiri memerangi mereka. Ia berbicara ten-

tang jiwanya dengan luapan kegembiraan yang kudus (ay. 

21): Majulah sekuat tenaga, hai jiwaku! Ia maju sekuat 

tenaga dengan menyemangati orang lain untuk melakukan-

nya, dan dengan mendampingi mereka, yang dilakukannya 

dengan segenap hati. Dia juga maju sekuat tenaga melalui 

doa-doanya. Sama seperti Musa menaklukkan orang Ama-

lek dengan mengangkat tangannya, demikian pula Debora 

menundukkan Sisera dengan mengangkat hatinya. saat   

jiwa dilibatkan dalam pekerjaan-pekerjaan yang kudus, 

dan pekerjaan-pekerjaan itu dilaksanakan dengan segenap 

hati, maka melalui anugerah Allah, kekuatan musuh-

musuh rohani kita akan diinjak-injak dan rebah di hadap-

an kita. 

3. Dalam pertempuran besar ini, Debora mengamati siapa saja 

yang tidak berbuat apa-apa, dan tidak berpihak kepada Israel 

seperti yang dapat diharapkan dari mereka. Sungguh menghe-

rankan bahwa kita mendapati begitu banyak orang, bahkan 

mereka yang menyebut diri sebagai orang Israel, secara hina 

meninggalkan kepentingan yang luhur ini dan menolak untuk 

tampil. Tidak disebutkan tentang Yehuda dan Simeon di 

antara suku-suku yang berkepentingan dalam perang ini, se-

bab keduanya tidak memiliki kesempatan untuk tampil, kare-

na tempat tinggal mereka yang begitu jauh dari medan laga, 

sehingga mereka memang tidak diharapkan untuk tampil. 

Akan namun , untuk suku-suku yang tinggal dekat, namun 

tidak mau memberanikan diri untuk maju berperang, tanda-

tanda celaan yang tidak terhapuskan disematkan kepada me-

reka di sini, seperti yang layak mereka dapatkan. 

(1) Ruben dengan hinanya menolak ikut ambil bagian (ay. 15-

16). Sudah sepantasnya hak kesulungannya diambil dari-


 486

nya pada waktu dulu, dan hukuman yang disebut ayahnya 

menjelang ajal masih juga melekat padanya: engkau yang 

membual sebagai air, tidak lagi engkau yang terutama. Ada 

dua hal yang membuat mereka urung maju berperang: 

[1] Perpecahan di dalam diri mereka. Senar yang sumbang 

ini dipetik dua kali oleh Debora untuk mempermalukan 

mereka: Di pihak pasukan-pasukan Ruben atau sebab  

perpecahan di pihak Ruben, ada banyak pertimbangan, 

pemikiran, dan pergumulan hati. Perpecahan itu tidak 

hanya terjadi sebab  terpisahnya mereka dari Kanaan 

oleh sungai Yordan, yang seharusnya tidak menghalangi 

mereka andaikata mereka mendukung perjuangan ini 

dengan segenap hati, sebab  orang Gilead tinggal diam 

di seberang sungai Yordan, dan sekalipun begitu dari 

suku Makhir orang Gilead turunlah para panglima. Te-

tapi perpecahan itu juga dapat berarti bahwa ada perpe-

cahan di dalam tubuh mereka sendiri, sehingga mereka 

tidak bisa mencapai kesepakatan mengenai siapa yang 

harus pergi atau siapa yang harus memimpin, sebab  

masing-masing berusaha memperoleh tempat-tempat 

kehormatan dan menghindari tempat-tempat bahaya. 

Sejumlah persaingan di dalam suku mereka mencegah 

terjadinya persatuan di antara mereka sendiri, serta 

persatuan dengan saudara-saudara mereka, untuk ke-

baikan bersama. Atau, perpecahan itu berarti bahwa 

mereka berbeda pendapat dengan suku-suku lain me-

ngenai perang ini. Mereka berpendapat bahwa perang 

itu tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat dilaksana-

kan, dan sebab  itu mereka menyalahkan siapa saja 

yang ambil bagian di dalamnya, dan mereka sendiri me-

nolaknya. Hal ini membuat suku-suku lainnya bergu-

mul hebat di dalam hati mereka, terutama sebab  mere-

ka memiliki  alasan untuk mencurigai bahwa, apa 

pun yang pura-pura dikatakan Ruben, sikapnya yang 

duduk diam sekarang timbul dari mendinginnya rasa 

sayang terhadap saudara-saudaranya, serta kerenggang-

an hubungannya dengan mereka, yang membuat mereka 

memikirkan hal-hal yang sedih. Sungguh mendukakan 

hati kita melihat anak-anak dari ibu kita marah kepada 

Kitab Hakim-Hakim 5:12-23 

 487 

kita sebab  kita melaksanakan kewajiban kita, dan 

melihat kita seperti orang asing saat   kita teramat 

memerlukan persahabatan dan pertolongan mereka. 

[2] Pekerjaan mereka di dalam dunia: Ruben tinggal duduk 

di antara kandang-kandang, tempat yang lebih hangat 

dan lebih aman daripada kemah perang, dengan berda-

lih bahwa mereka tidak bisa meninggalkan begitu saja 

domba-domba peliharaan mereka. Ruben senang men-

dengarkan embikan kawanan ternak (ay. 16, KJV) atau, 

sebagaimana sebagian penafsir membacanya, siulan ka-

wanan ternak, yaitu nada yang diciptakan para gembala 

melalui seruling mereka, serta nyanyian gembala yang 

mereka dendangkan. Ruben lebih menyukai semuanya 

ini daripada genderang dan terompet perang. Demikian-

lah banyak orang enggan mengerjakan kewajiban mere-

ka sebab  takut akan kesusahan, suka terhadap kemu-

dahan, dan terlalu cinta akan urusan dan keuntungan 

duniawi. Orang-orang yang bernyali ciut dan memen-

tingkan kepentingan diri sendiri tidaklah peduli terha-

dap apa yang terjadi dengan kepentingan-kepentingan 

jemaat Allah, asalkan mereka bisa memperoleh, me-

nyimpan, dan menghemat uang. Semuanya mencari ke-

pentingannya sendiri (Flp. 2:21). 

(2) Suku Dan dan Asyer berbuat serupa (ay. 17). Kedua suku 

ini tinggal di pinggir pantai, dan, 

[1] Suku Dan berdalih ia tidak bisa meninggalkan kapal-

kapalnya sebab  khawatir akan dicuri, sehingga aku 

minta dimaafkan. Orang-orang dari suku itu mungkin 

membela diri dengan berkata bahwa pekerjaan mereka 

berdagang di laut membuat mereka tidak cocok untuk 

bekerja di darat, dan mengalihkan perhatian mereka 

dari pekerjaan itu. namun  Zebulon juga merupakan 

pangkalan kapal, suku yang gemar mengarungi lautan, 

dan sekalipun begitu tetap bersedia dan giat bekerja 

dalam peperangan ini. Tidak ada alasan bagi kita untuk 

mengelak dari kewajiban yang telah dimulai atau 

disisihkan oleh orang lain, yang keberanian dan kete-


 488

guhan hatinya akan bangkit melawan kita dan memper-

malukan kita. 

[2] Asyer berdalih ia harus tinggal di rumah untuk mem-

perbaiki kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh 

laut di beberapa tempat di tanahnya, dan untuk mem-

bentengi apa yang telah dibangunnyasupaya  tidak lagi 

dilanggar oleh laut. Atau ia harus tinggal di teluk-teluk-

nya, atau pelabuhan kecil, tempat kapal-kapal dagang-

nya tertambat, untuk mengawasinya. Hal kecil saja bisa 

dipakai sebagai dalih untuk tinggal di rumah oleh 

orang-orang yang tidak berniat untuk ambil bagian da-

lam pekerjaan-pekerjaan yang paling penting, sebab  

ada kesulitan dan bahaya di dalamnya. 

(3) Akan namun , yang terutama sekali kota Meros dihukum, 

dan kutukan dinyatakan atas penduduknya, sebab  mere-

ka tidak datang membantu TUHAN (ay. 23). Mungkin Meros 

ini yaitu  sebuah kota yang terletak dekat dengan medan 

perang, dan sebab  itu penduduknya memiliki  kesem-

patan baik untuk menunjukkan ketaatan mereka kepada 

Allah dan kepedulian mereka terhadap Israel, serta mela-

kukan pekerjaan baik untuk kepentingan bersama. Akan 

namun , mereka dengan hina menolaknya, sebab  takut 

terhadap kereta-kereta besi Yabin, sebab mereka tidak mau 

terluka olehnya. Tuhan tidak membutuhkan bantuan me-

reka. Dia telah menunjukkan bahwa Dia mampu melak-

sanakan pekerjaan-Nya tanpa mereka, dan bukan berkat 

mereka. namun  mereka tidak tahu bahwa usaha  itu bisa 

saja gagal sebab  mereka tidak turun tangan. Oleh sebab  

itu, mereka dikutuk sebab  tidak datang membantu 

TUHAN, padahal telah jelas-jelas dimaklumkan, siapa yang 

memihak kepada TUHAN? Perkara antara Allah dan para 

penguasa yaitu pemerintah-pemerintah dan penguasa-

penguasa kerajaan kegelapan, tidak akan memberi tempat 

bagi ketidakberpihakan. Allah memandang bahwa orang-

orang yang tidak ada di pihak-Nya berarti melawan Dia. 

Kutukan ini dinyatakan oleh malaikat TUHAN, yaitu Yesus 

Tuhan kita, Sang Panglima bala tentara Tuhan dan orang-

orang yang dikutuk-Nya sungguh-sungguh terkutuk, dan di 

luar perintah dan wewenang yang diberikan-Nya kepada

Kitab Hakim-Hakim 5:24-31 

 489 

 kita, kita tidak boleh mengutuk. Dia yang akan memberi 

upah yang berlimpah kepada semua tentara-Nya yang baik, 

pasti akan menghukum dengan berat semua pengecut dan 

pembelot. Tampaknya pada masa ini, kota Meros merupa-

kan tempat yang terpandang, sebab  darinya diharapkan 

sesuatu yang besar. namun  ada kemungkinan, sesudah  ma-

laikat TUHAN menyatakan kutuk ini atas kota itu, kota itu 

pun merosot, dan seperti pohon ara yang dikutuk Kristus, 

ia menjadi kering, sehingga kita tidak pernah lagi membaca 

tentangnya sesudah  ini di dalam Kitab Suci. 

Nyanyian Debora dan Barak 

(5:24-31) 

24 Diberkatilah Yael, isteri Heber, orang Keni itu, melebihi perempuan-

perempuan lain, diberkatilah ia, melebihi perempuan-perempuan yang di da-

lam kemah. 25 Air diminta orang itu, namun  susu diberikannya; dalam cawan 

yang indah disuguhkannya dadih. 26 Tangannya diulurkannya mengambil 

patok, tangan kanannya mengambil tukul tukang, ditukulnya Sisera, dihan-

curkannya kepalanya, diremukkan dan ditembusnya pelipisnya. 27 Dekat 

kakinya orang itu rebah, tewas tergeletak, dekat kakinya orang itu rebah dan 

tewas, di tempat ia rebah, di sanalah orang itu tewas, digagahi. 28 Dari 

jendela ibu Sisera menjenguk dan berseru dari tingkap: “Mengapa keretanya 

tak kunjung datang? Mengapa kereta-keretanya belum kedengaran?” 29 Yang 

paling bijak di antara dayang-dayangnya menjawabnya, dan ia sendiri juga 

membalas perkataannya itu: 30 “Bukankah mereka mendapat jarahan dan 

membagi-baginya, gadis seorang dua untuk setiap orang jarahan kain ber-

warna sehelai dua untuk Sisera, jarahan kain sulaman aneka warna sehelai 

dua untuk leherku?” 31 Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya 

TUHAN! namun  orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam 

kemegahannya. Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya. 

Dalam perikop ini Debora mengakhiri nyanyian kemenangan ini, 

I. Dengan puji-pujian bagi Yael, saudarinya, sang pahlawan perem-

puan, yang keberanian tindakannya telah menuntaskan dan me-

mahkotai kemenangan itu. Debora telah menyebutkan Yael sebe-

lumnya (ay. 6) sebagai seseorang yang akan mengabdi kepada 

negerinya andaikata kuasa itu ada di tangannya. Sekarang De-

bora mengelu-elukan Yael sebagai seseorang yang benar-benar 

telah mengabdi kepada negerinya dengan sangat baik dan menga-

gumkan saat   kuasa itu memang ada di tangannya. Sajaknya 

paling elok dan berbunga-bunga di sini menjelang akhir nyanyian 

ini. Betapa dengan hormat Debora berbicara tentang Yael (ay. 24), 


 490

yang lebih memilih berdamai dengan Allah Israel daripada ber-

damai dengan raja Kanaan. Meskipun bukan orang Israel asli 

(sepanjang yang bisa disaksikan), namun Yael dengan sepenuh 

hati mendukung kepentingan Israel dalam titik yang genting ini, 

mempertaruhkan nyawanya sendiri seakan-akan ia berada di 

tempat-tempat tinggi di medan perang, dan dengan berani ber-

juang bagi orang-orang yang disaksikannya diperjuangkan oleh 

Allah! Diberkatilah ia, melebihi perempuan-perempuan yang di 

dalam kemah. Perhatikanlah, orang-orang yang bagiannya ada di 

dalam kemah, yang melakukan kegiatan di tempat yang sangat 

rendah dan sempit, jika  mereka melayani Allah di tempat itu 

menurut kemampuan mereka, tidak akan pernah kehilangan 

upahnya. Yael di dalam kemah memenangkan berkat yang sama 

melimpahnya seperti Barak di medan perang. Tidak ada yang 

lebih membuat putus asa, menyedihkan, dan memalukan, dari-

pada kekecewaan, dan Debora di sini dengan eloknya menggam-

barkan dua kekecewaan berat, yang aibnya menjadi perlambang 

dari cela yang menimpa para pendosa untuk selama-lamanya. 

1. Sisera mendapati musuh yang mematikan di tempat di mana 

ia berharap menemukan teman yang teguh dan setia. 

(1) Yael menunjukkan kepada Sisera kebaikan seorang teman, 

dan mungkin pada waktu itu tidak berniat apa-apa selain 

menunjukkan kebaikan, sampai Allah, yang sekonyong-

konyong menggerakkan hati nurani Yael, mengarahkannya 

untuk berbuat sebaliknya (ay. 25). Dorongan hati itu harus 

didengarkan pada waktu itu, dan dengan sendirinya mem-

bawa bukti yang begitu kuat sehingga dapat diyakini kebe-

narannya. namun  sekarang orang tidak bisa mengaku-

ngaku mendapat dorongan hati seperti itu. Sisera hanya 

meminta air putih untuk memuaskan dahaganya, namun  

Yael, tidak hanya untuk menunjukkan dirinya sebagai ibu 

rumah tangga dan pengurus rumah yang baik, namun  juga 

untuk mengungkapkan rasa hormatnya kepada Sisera, 

memberinya susu dan menyuguhkan kepadanya dadih. 

Yaitu, menurut sebagian penafsir, susu yang dadihnya 

telah dipisahkan daripadanya. Kita menyebutnya sebagai 

mentega susu. Tidak, kata sebagian yang lain, susu yang 

disuguhkannya itu masih mengandung dadih, dan kita 

Kitab Hakim-Hakim 5:24-31 

 491 

menyebutnya krim. Apa pun bentuknya, yang disuguhkan 

Yael itu mungkin yang terbaik yang dapat disuguhkan di 

rumahnya. Dan, untuk mempercantik suguhan itu, Yael 

membawanya dalam cawan yang indah, cawan yang dise-

butnya indah, cawan terbaik kepunyaannya, dan lebih baik 

daripada yang dipakainya di mejanya sendiri. Ini menguat-

kan dugaan Sisera bahwa Yael yaitu  temannya, dan mem-

buatnya tertidur lebih cepat dan lebih aman. Akan namun , 

(2) Yael ternyata merupakan musuh yang mematikan bagi 

Sisera, dan memberinya hantaman maut. Hal ini digambar-

kan dengan terperinci (ay. 26-27). 

[1] Betapa Yael tampak begitu hebat, dipalunya Sisera, 

demikian dalam tafsiran yang agak luas, dihajarnya 

manusia sombong yang telah begitu lama menjadi ke-

ngerian bagi para pahlawan itu, dan dikirimnya dia 

binasa ke dunia orang mati dengan kejahatannya di 

atas tulang-tulangnya (Yeh. 32:27, KJV). Yael tampaknya 

melakukan itu tanpa rasa ngeri atau khawatir, sama 

seperti saat   ia hendak mematok salah satu papan 

atau kayu lintang di kemahnya. Betapa ia yakin akan 

pertolongan dan perlindungan ilahi. Kita membaca ayat 

ini demikian (KJV), dipenggalnya kepalanya, mungkin 

dengan menggunakan pedang Sisera sendiri, yang 

berani diambil Yael dari pinggang Sisera, sebab  seka-

rang kepala Sisera sudah dipatoknya, namun  tidak sebe-

lumnya, sebab  ia takut membangunkan Sisera. Akan 

namun , sebab  tidak ada keperluan untuk memenggal 

kepala Sisera, tidak pula hal itu disebutkan di dalam 

sejarah, maka banyak penafsir berpendapat bahwa ayat 

ini seharusnya dibaca demikian, dihancurkannya kepa-

lanya. Pada kepala itu, yang dengan sombongnya telah 

ditegakkan melawan Allah dan Israel, dan yang di da-

lamnya telah ditempa berbagai rancangan berdarah un-

tuk menghancurkan umat Allah, Yael menemukan tem-

pat yang halus untuk mematok, dan ke dalamnya ia 

dengan kehendak baik memakukan patoknya. 

[2] Betapa Sisera tampak begitu hina, rebah di kaki Yael! 

(ay. 27). Di kaki perempuan yang melaksanakan hu-

kuman mati ini ia tersungkur, ia rebah. Segala usaha -


 492

nya untuk tetap hidup tidak berhasil. Yael terus meng-

hajarnya sampai ia rebah dan mati. Di sana tergeletak-

lah sendirian mayat manusia sombong itu, bukan di 

atas ranjang kehormatan, bukan di tempat-tempat ting-

gi di medan perang, tanpa menunjukkan adanya luka 

yang terhormat oleh pedang yang berkilap, atau busur 

tembaga, melainkan di sudut sebuah kemah, di kaki 

seorang perempuan, dengan luka yang memalukan oleh 

sebuah patok jelek yang ditembuskan ke dalam kepala-

nya. Demikianlah cela menjadi nasib yang menimpa 

orang-orang sombong. Peristiwa ini merupakan gambar-

an yang sangat hidup tentang kehancuran para pendosa 

yang binasa oleh kemakmuran mereka. Kemakmuran itu 

membuai dan membelai mereka dengan susu dan dadih 

di atas cawan yang indah, seolah-olah minuman itu 

akan membuat mereka nyaman dan bahagia. namun  ke-

mudian kemakmuran itu mematok kepala dan juga hati 

mereka ke tanah, dalam pikiran yang semata-mata ter-

tuju kepada perkara duniawi, dan menyiksa mereka 

dengan berbagai-bagai duka. Buaian-buaiannya memati-

kan, dan pada akhirnya menenggelamkan mereka ke 

dalam keruntuhan dan kebinasaan (1Tim. 6:9-10). 

2. Ibu Sisera mendapat kabar mengenai kematian dan kehancur-

an Sisera, saat   ia dengan penuh pengharapan menantikan 

kepulangannya dengan kemuliaan dan kemenangan (ay. 28-

30), yang di dalamnya kita mendapati, 

(1) Kerinduannya untuk melihat anaknya pulang dengan ke-

menangan: Mengapa keretanya tak kunjung datang? Per-

kataan ini diucapkannya bukan sebab  ia khawatir akan 

keselamatannya, atau was-was akan kekalahannya. Ia 

tidak cemas tentang hal itu, sebab  ia begitu yakin bahwa 

anaknya akan berhasil, melainkan sebab  kerinduannya 

akan kemuliaan anaknya, yang dengan kelemahan sebagai 

seorang perempuan, ingin disaksikannya dengan penuh 

hasrat dan tidak sabar. Ia mencela kereta yang berlambat-

lambat jalannya, dan menduga-duga tentang keterlambat-

an itu, tanpa terpikir olehnya bahwa anaknya yang malang 

itu telah, sebelum ini, terpaksa turun dari kereta yang 

Kitab Hakim-Hakim 5:24-31 

 493 

begitu mereka bangga-banggakan itu, dan yang disangka-

nya datang begitu lambat. Kereta-kereta kemuliaannya 

sekarang telah memalukan keluarganya (Yes. 22:18). Ber-

kaca dari kejadian ini, hendaklah kita berjaga-jaga untuk 

tidak menuruti keinginan-keinginan seperti ini terhadap 

suatu perkara duniawi yang baik namun sementara, khu-

susnya terhadap sesuatu yang menumbuhkan harapan 

dalam diri kita akan kemuliaan yang fana, sebab  inilah 

yang diidam-idamkan ibu Sisera di sini. Jika kita meng-

inginkan sesuatu dengan hasrat yang menggebu-gebu dan 

tidak sabar, maka itu sangatlah  merugikan diri kita, dan 

membuat kita sulit menerima jika  keinginan kita tidak 

terpenuhi. Namun demikian, menjelang kedatangan Yesus 

Kristus yang kedua kali, serta kemuliaan-kemuliaan pada 

hari itu, kita harus berkeinginan seperti itu. Datanglah, 

Tuhan Yesus, datanglah segera, sebab  dalam hal ini kita 

pasti tidak akan dikecewakan. 

(2) Pengharapan dan keyakinannya yang bodoh bahwa Sisera 

pada akhirnya akan kembali dalam kemegahan yang jauh 

lebih besar. Yang paling bijak di antara dayang-dayangnya 

menjawabnya, dan berpikir bahwa mereka memberinya 

penjelasan yang sangat baik mengenai keterlambatan itu. 

Dan sesungguhnya, ibu Sisera sendiri dengan hikmatnya, 

menurut terjemahan bahasa Aram, dengan nada mengejek, 

membalas perkataannya sendiri, “Bukankah mereka telah 

bergegas? (KJV). Tak diragukan lagi memang demikian, dan 

apa yang membuat mereka lama datang yaitu  sebab  

mereka sedang membagi-bagi jarahan, yang begitu banyak 

sehingga memakan waktu lama.” Dalam menghibur diri 

dengan memikirkan jarahan itu, amatilah, 

[1] Betapa dengan tidak tahu malu, dan yang mencela dan 

mencemarkan nama baik kaum mereka, perempuan-

perempuan ini bermegah mengenai banyaknya gadis 

yang akan dapat dicabuli oleh para tentara mereka. 

[2] Betapa dengan kekanak-kanakan mereka menghibur 

diri dengan harapan akan menyaksikan Sisera sendiri 

mengenakan jubah gemerlapan yang beraneka warna. 

Oh betapa jubah itu akan terlihat memesona! Kain 

sulaman aneka warna, yang dijarah dari lemari seorang 


 494

wanita Israel. Perkataan itu diulangi lagi, sebagai sesua-

tu yang menyenangkan angan-angan mereka di atas 

segala-galanya, kain sulaman aneka warna sehelai dua, 

dan sebab  itu sangat mewah. Kain-kain sulaman se-

perti itulah yang mereka harapkan akan dipersembah-

kan Sisera kepada ibunya serta dayang-dayangnya. 

Demikianlah kita cenderung menipu diri sendiri dengan 

berbagai harapan yang muluk-muluk dan penuh keya-

kinan bahwa kita akan memperoleh kehormatan, kenik-

matan, serta kekayaan di dunia ini, yang dengannya 

kita sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk 

mendapat malu dan kesedihan akibat dikecewakan. 

Dan demikianlah Allah kerap mendatangkan kehancur-

an atas seteru-seteru-Nya saat   mereka merasa sedang 

berada di awang-awang.  

II. Debora mengakhiri seluruh nyanyiannya dengan sebuah doa 

kepada Allah, 

1. Untuk menghancurkan semua musuh-Nya: “Demikianlah, demi-

kian memalukannya, demikian menyedihkannya, akan binasa 

segala musuh-Mu, ya TUHAN! Biarlah semua orang yang 

berharap untuk bersorak-sorak atas kehancuran Israel dikece-

wakan dan disorak-soraki dengan cara demikian. Perlakukanlah 

mereka seperti Sisera” (Mzm. 83:10). Walaupun kita harus 

berdoa untuk kebaikan musuh-musuh kita, namun bagi mu-

suh-musuh Allah, sebagai musuh Allah, kita harus mendoa-

kan kebinasaan. Dan, saat   kita menyaksikan sebagian dari 

seteru-seteru Allah direndahkan dan ditaklukkan secara luar 

biasa, ini menguatkan kita untuk berdoa bagi kehancuran 

semua seteru-Nya yang lain. Debora yaitu  seorang nabiah, 

dan doa ini merupakan nubuatan bahwa pada waktunya se-

mua musuh Allah akan binasa (Mzm. 92:10). Tidak pernah ada 

seorang pun yang mengeraskan hatinya melawan Allah, namun  

mengalami keberhasilan. 

2. Untuk meninggikan dan menghibur semua sahabat-Nya. 

“namun  biarlah orang-orang yang mengasihi-Nya, dan yang de-

ngan segenap hati menginginkan yang terbaik bagi kerajaan-

Nya di antara manusia, bersinar bagaikan matahari terbit 

dalam kemegahannya. Biarlah mereka bercahaya dengan te-

Kitab Hakim-Hakim 5:24-31 

 495 

rangnya, tampak begitu mulia di mata dunia, menyebarkan 

pengaruh-pengaruh yang begitu baik, dijauhkan dari jangkau-

an musuh-musuh mereka, yang mengutuk matahari terbit 

sebab  teriknya membakar mereka. Biarlah mereka girang 

bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya 

(Mzm. 19:6). Biarlah mereka, sebagai terang yang menyala dan 

bersinar di tempat mereka masing-masing, mengusir kabut 

kegelapan, dan kian bertambah terang dan berkilau sampai 

rembang tengah hari (Ams. 4:18). Seperti itulah kehormatan 

dan sukacita yang akan dimiliki semua orang yang mengasihi 

Allah dengan setulus hati, dan untuk selama-lamanya mereka 

akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa kita. 

Kemenangan yang di sini dirayakan dengan nyanyian ini 

menimbulkan dampak yang begitu membahagiakan bagi Israel, 

sehingga untuk waktu yang terbaik dari satu masa, mereka me-

nikmati damai sejahtera yang dibukakan jalannya oleh keme-

nangan itu: Amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya, 

yaitu, sedemikian lama sejak kemenangan ini sampai bangkit-

nya Gideon. Alangkah baiknya andaikata, pada waktu segenap 

jemaat dan suku Israel hidup aman, mereka dibangun, dan 

hidup dalam takut akan Tuhan.  

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  6  

idak ada catatan tentang apa yang terjadi pada masa-masa Israel 

hidup tenang dan damai. Keadaan negeri itu yang aman selama 

empat puluh tahun sesudah penaklukan Yabin dilewatkan begitu 

saja tanpa dibicarakan. Dalam pasal ini dimulailah kisah tentang 

kesengsaraan lain dan pembebasan lain, oleh Gideon, yang keempat 

dari para hakim. Di sini kita mendapati,  

I. Keadaan Israel yang terancam malapetaka, oleh serbuan-ser-

buan orang Midian (ay. 1-6).  

II. Pesan yang dikirimkan Allah kepada mereka melalui seorang 

nabi, dengan meginsafkan mereka akan dosa mereka, untuk 

mempersiapkan mereka bagi pembebasan (ay. 7-10).  

III. Diangkatnya Gideon untuk menjadi pembebas mereka.  

1. Sebuah tugas yang dikirimkan Allah kepadanya melalui 

seorang malaikat, dan yang diteguhkan melalui sebuah 

tanda (ay. 11-24).  

2. Buah-buah pertama dari pemerintahannya, dengan diper-

baharuinya kaum keluarganya (ay. 25-32).  

3. Persiapan-persiapan yang disusunnya untuk perang de-

ngan orang Midian, dan peneguhan yang diberikan kepa-

danya melalui sebuah tanda (ay. 33-40). 

Serbuan-serbuan Orang Midian 

(6:1-6) 

1 namun  orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu 

TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun 

lamanya, 2 dan selama itu orang Midian berkuasa atas orang Israel. sebab  

takutnya kepada orang Midian itu, maka orang Israel membuat tempat-

tempat perlindungan di pegunungan, yakni gua-gua dan kubu-kubu. 3 Setiap 


 498

kali orang Israel selesai menabur, datanglah orang Midian, orang Amalek dan 

orang-orang dari sebelah timur, lalu maju mendatangi mereka; 4 berkemah-

lah orang-orang itu di daerah mereka, dan memusnahkan hasil tanah itu 

sampai ke dekat Gaza, dan tidak meninggalkan bahan makanan apa pun di 

Israel, juga domba, atau lembu atau keledai pun tidak. 5 Sebab orang-orang 

itu datang maju dengan ternaknya dan kemahnya, dan datangnya itu berba-

nyak-banyak seperti belalang. Orang-orangnya dan unta-untanya tidak ter-

hitung banyaknya, sekaliannya datang ke negeri itu untuk memusnahkan-

nya, 6 sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang 

Midian itu. Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN. 

Dalam perikop ini kita mendapati,  

I.  Israel kembali berbuat dosa: Orang Israel melakukan apa yang 

jahat di mata TUHAN (ay. 1). Anak kecil yang sudah terkena luka 

bakar pasti takut terhadap api. Namun umat yang sesat dan tidak 

berpikir panjang ini, yang sudah begitu sering menderita parah 

sebab  penyembahan berhala mereka, hanya sesudah  menikmati 

kelegaan dari penghakiman-