t ini ditulis sebelumnya. Surat Kolose ini ditulis di tahun
62, sedangkan surat kepada Timotius di tahun 66. Jika demikian,
maka terbukti betapa terhormatnya Demas sebelum dia mem-
berontak. Memang banyak orang yang sudah berhasil sebagai
orang penting dalam agama dan memperoleh reputasi baik di an-
tara jemaat Kristen, yang sayangnya kemudian murtad. Memang
mereka berasal dari antara kita, namun mereka tidak sungguh-
sungguh termasuk pada kita (1Yoh. 2:19).
IX. Di sini saudara-saudara di Laodikia juga disebut-sebut, sebab
mereka tinggal di dekat Kolose, dan Paulus menyampaikan salam-
nya kepada mereka serta menyuruh supaya suratnya ini juga
dibacakan di jemaat Laodikia (ay. 16), supaya sebuah salinannya
juga dikirimkan kepada mereka untuk dibacakan di depan jemaat
mereka. Beberapa orang menduga bahwa pada saat yang ber-
samaan, Paulus mengirimkan surat lain ke Laodikia dan menyu-
ruh mereka mengambil surat yang di Laodikia itu untuk dibaca-
kan juga di antara jemaat mereka: dan supaya surat yang untuk
Laodikia dibacakan juga kepadamu. Jika memang demikian, maka
surat yang dikirim ke Laodikia itu kini sudah hilang dan tidak
termasuk di dalam kitab-kitab dalam Alkitab. Sebab tidak semua
surat yang pernah ditulis oleh para rasul terpelihara, sama halnya
Surat Kolose 4:7-18
419
dengan catatan tentang perkataan dan tindakan yang dilakukan
oleh Tuhan kita yang terberkati. Masih banyak hal-hal lain lagi
yang diperbuat oleh Yesus, namun jikalau semuanya itu harus ditu-
liskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat
semua kitab yang harus ditulis itu (Yoh. 21:25). namun ada bebe-
rapa orang menduga bahwa surat itu adalah surat yang ditujukan
bagi jemaat di Efesus, yang masih ada.
X. Nimfa disebutkan (ay. 15) sebagai seseorang yang tinggal di Kolose
dan memiliki jemaat di rumahnya. Artinya, bisa saja sebuah ke-
luarga yang saleh, di mana beberapa bagian ibadah dilakukan
setiap hari, atau tempat berkumpulnya beberapa anggota jemaat
saat mereka tidak diizinkan memakai tempat umum untuk
beribadah dan terpaksa berkumpul di rumah-rumah pribadi kare-
na takut terhadap musuh-musuh mereka. Berkumpullah murid-
murid Yesus sebab mereka takut kepada orang-orang Yahudi
(Yoh. 20:19), dan juga, Rasul Paulus berkhotbah di tempat tum-
pangannya dan rumah yang disewanya (Kis. 28:23, 30). Pengerti-
an yang pertama menunjukkan teladan kesalehannya, sementara
yang kedua menunjukkan bakti dan semangatnya.
XI. Mengenai Arkhipus, yang merupakan salah satu pelayan mereka
di Kolose. Jemaat diminta untuk mengingatkannya untuk meng-
urusi pekerjaannya sebagai pelayan, untuk memperhatikannya
dan menjalankannya, supaya bergiat dan teliti dalam segala
bagian tugasnya, dan untuk bertekun sampai pada kesudahan-
nya. Mereka harus melekat pada rancangan utama pelayanan me-
reka tanpa menyusahkan diri sendiri ataupun orang lain dengan
hal-hal yang tidak termasuk di dalamnya, atau yang kurang
penting. Perhatikanlah,
1. Pelayanan yang telah kita terima adalah suatu kehormatan
besar, sebab pelayanan itu diterima dalam Tuhan, dan seturut
dengan pengutusan dan perintah-Nya.
2. Orang-orang yang telah menerimanya harus menjalankannya,
atau melaksanakan tugas itu sepenuhnya. Orang-orang yang
melakukan pekerjaan Tuhan dengan ceroboh berarti meng-
khianati kepercayaan yang diberikan kepada mereka dan akan
berakhir dengan menyedihkan.
420
3. Jemaat dapat mengingatkan para pelayan mengenai tugas
mereka dan mendorong mereka untuk menjalankannya. Sam-
paikanlah kepada Arkhipus: Perhatikanlah, supaya pelayanan
yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya. Tentu
saja hal itu harus disampaikan dengan layak dan penuh hor-
mat, bukan dengan angkuh ataupun congkak.
XII. Mengenai dirinya sendiri (ay. 18): Salam dari padaku, Paulus.
Ingatlah akan belengguku. Dia punya juru tulis untuk menulis isi
surat ini, namun kata-kata ini ia tulis dengan tangannya sendiri:
Ingatlah akan belengguku. Dia tidak berkata, Ingatlah bahwa
aku seorang tawanan, dan kirimkan aku perbekalan, melainkan,
Ingatlah bahwa aku dibelenggu sebagai rasul untuk kaum bu-
kan Yahudi, dan hendaknya ini meneguhkan imanmu dalam Injil
Kristus. Maka hal itu menambah bobot nasihat ini: Sebab itu
aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan sebab
Tuhan, supaya hidupmu berpadanan (Ef. 4:1). Kasih karunia
menyertai kamu. Kebaikan Allah, dan segala yang baik, segala
buah-buah serta dampak dari kasih karunia itu, menyertai kamu
dan menjadi bagianmu.
T A F S I R A N M A T T H E W H E N R Y
Surat
1 Tesalonika
TAFSIRAN
Surat 1 Tesalonika
esalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia.
Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota ter-
padat dan salah satu kota terbaik untuk berdagang di Levant. sesudah
maksudnya untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang disebut pro-
vinsi-provinsi Asia terhalang, dan diarahkan secara luar biasa untuk
memberitakan Injil di Makedonia (Kis. 16:9-10), Rasul Paulus dalam
kepatuhannya terhadap panggilan Allah pergi dari Troas ke Samo-
trake, lalu dari sana ke Neapolis, dan dari situ ke Filipi. Di Filipi
pelayanannya berhasil, namun ia menjumpai banyak kesulitan, sebab
di sana ia dilempar ke penjara bersama-sama dengan Silas, kawan
sekerja dan seperjalanannya. Namun, mereka dilepaskan dari penjara
secara menakjubkan, dan menghibur saudara-saudara di sana, dan
sesudah itu berangkat lagi dari sana. sesudah melewati Amfipolis dan
Apolonia, mereka sampai di Tesalonika. Di sana Rasul Paulus mena-
nam jemaat yang terdiri atas beberapa orang Yahudi yang percaya
dan banyak orang bukan Yahudi yang sudah bertobat (Kis. 17:1-4).
namun sebab ada kekacauan di kota itu yang ditimbulkan oleh
orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan para penduduk setempat
yang jahat dan rendah, maka demi keselamatan, Paulus dan Silas
dilarikan saat malam hari ke Berea. sesudah itu Paulus diantar ke
Atena, dengan meninggalkan Silas dan Timotius, namun memberi
perintah agar mereka lekas-lekas menyusulnya. sesudah mereka
berdua sampai, Timotius dikirim ke Tesalonika, untuk mencari tahu
keadaan jemaat di sana dan meneguhkan iman mereka (1Tes. 3:2).
T
424
Dan, sesudah kembali kepada Paulus sewaktu ia tinggal di Atena,
Timotius diutus lagi, bersama-sama dengan Silas, untuk mengun-
jungi jemaat-jemaat di Makedonia. Jadi Paulus, sesudah ditinggal
sendirian di Atena (1Tes. 3:1), pergi dari situ ke Korintus, di mana ia
terus tinggal selama satu setengah tahun. Di sela-sela waktu itulah
Silas dan Timotius kembali kepadanya dari Makedonia (Kis. 18:5).
Lalu Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat Kristus di Tesalo-
nika, yang walaupun ditempatkan sesudah surat-surat lain, dianggap
merupakan surat yang pertama-tama ditulis Paulus, dan ditulis seki-
tar tahun 51 M. Maksud utama dari surat ini adalah untuk meng-
ungkapkan betapa rasul ini bersyukur atas keberhasilannya mem-
beritakan Injil di antara mereka, untuk meneguhkan iman mereka,
dan mengajak mereka untuk berperilaku kudus.
PASAL 1
etelah memberi pengantar (ay. 1), Rasul Paulus memulai dengan
ucapan syukur kepada Allah atas kebaikan-kebaikan yang menye-
lamatkan yang dikaruniakan kepada jemaat di Tesalonika (ay. 2-5).
Lalu ia menyebutkan bukti-bukti yang pasti dari keberhasilan Injil di
antara mereka, yang sudah dikenal luas dan termasyhur di sejumlah
tempat lain (ay. 6-10).
Penulis Surat dan Salam Kerasulan
(1:1)
1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika
yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia
dan damai sejahtera menyertai kamu.
Dalam pengantar ini kita mendapati,
I. Keterangan penulisan surat ini, di mana kita melihat,
1. Dari siapa surat ini datang, atau oleh siapa surat tersebut
ditulis. Paulus adalah rasul dan penulis yang diilhami untuk
menulis surat ini, meskipun ia tidak menyebutkan jabatan
kerasulannya, yang tidak diragukan oleh jemaat di Tesalonika,
dan tidak pula ditentang oleh rasul palsu mana pun di antara
mereka. Ia mengikutsertakan Silwanus (atau Silas) dan Timo-
tius (yang sudah datang kepadanya dengan laporan tentang
kesejahteraan jemaat-jemaat di Makedonia). Ini menunjukkan
kerendahan hati yang besar dari rasul ini, dan betapa inginnya
ia memberikan kehormatan kepada hamba-hamba Kristus
yang lebih rendah tempat dan kedudukannya. Ini contoh yang
baik bagi hamba-hamba Tuhan yang mempunyai kemampuan
S
426
dan nama baik yang lebih dibandingkan dengan semua yang
lain di dalam jemaat.
2. Kepada siapa surat ini ditulis, yaitu kepada jemaat di Tesalo-
nika, orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi yang sudah ber-
tobat di Tesalonika. Dan bisa diamati bahwa jemaat ini dikata-
kan berada di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus
Kristus. Mereka bersekutu dengan Bapa dan Anak-Nya Yesus
Kristus (1Yoh. 1:3). Mereka adalah jemaat Kristen, sebab me-
reka percaya kepada Allah Bapa dan kepada Tuhan Yesus
Kristus. Mereka memeluk kaidah-kaidah agama alami maupun
agama wahyu. Orang-orang bukan Yahudi yang bertobat itu
berpaling kepada Allah dari berhala-berhala, dan orang-orang
Yahudi yang bertobat mempercayai Yesus sebagai Mesias yang
dijanjikan. Mereka semua mengabdi dan berbakti kepada Allah
Bapa dan Tuhan Yesus Kristus: kepada Allah sebagai kebaikan
utama dan tujuan tertinggi mereka, dan kepada Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Pengantara mereka, Pengantara antara
Allah dan manusia. Allah Bapa adalah pusat asali dari semua
agama alami. Dan Yesus Kristus adalah Pencipta dan pusat
dari semua agama wahyu. Percayalah kepada Allah, tegas
Juruselamat kita, dan percayalah juga kepada-Ku (Yoh. 14:1).
II. Salam atau berkat kerasulan: Kasih karunia dan damai sejahtera
menyertai kamu di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus
Kristus. Ini maksudnya sama seperti dalam surat-surat lain. Kasih
karunia dan damai sejahtera memang merupakan perpaduan
yang serasi, sebab kasih karunia atau perkenanan Allah yang
cuma-cuma adalah sumber dari semua damai sejahtera yang kita
nikmati atau yang bisa kita nikmati. Dan jika ada kecende-
rungan hati yang penuh kasih karunia dalam diri kita, maka kita
bisa berharap mempunyai pikiran-pikiran damai sejahtera dalam
hati kita. Baik kasih karunia maupun damai sejahtera, dan se-
mua berkat rohani, datang kepada kita dari Allah Bapa dan
Tuhan Yesus Kristus. Dari Allah sumber semua kebaikan, dan
dari Tuhan Yesus yang telah menebus semua kebaikan untuk
kita. Dari Allah di dalam Kristus, dan dengan begitu juga Bapa
kita dalam perjanjian, sebab Dia adalah Allah dan Bapa dari
Tuhan kita Yesus Kristus. Perhatikanlah, seperti halnya semua
kebaikan datang dari Allah, demikian pula tidak ada kebaikan
Surat 1 Tesalonika 1:2-5
427
yang bisa diharapkan oleh orang-orang berdosa selain kebaikan
dari Allah di dalam Kristus. Dan kebaikan yang terbaik bisa
diharapkan dari Allah sebagai Bapa kita demi Kristus.
Ucapan Syukur kepada Allah
(1:2-5)
2 Kami selalu mengucap syukur kepada Allah sebab kamu semua dan
menyebut kamu dalam doa kami. 3 Sebab kami selalu mengingat pekerjaan
imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita
Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita. 4 Dan kami tahu, hai saudara-
saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu. 5 Sebab Injil yang
kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja,
namun juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian
yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu
oleh sebab kamu.
I. Rasul Paulus memulai dengan mengucap syukur kepada Allah.
sebab akan menyebutkan hal-hal yang membuatnya bersuka-
cita, dan yang amat patut dipuji pada diri jemaat, serta yang sa-
ngat menguntungkan mereka, ia memilih untuk memulai dengan
cara mengucap syukur kepada Allah, Sang Pencipta semua
kebaikan yang datang kepada kita, atau yang dilakukan oleh kita,
setiap saat. Allahlah yang dituju hati kita dalam segala ibadah,
dalam doa, dan dalam puji-pujian. Dan mengucap syukur kepada
Allah merupakan kewajiban besar, yang harus selalu dan senan-
tiasa dilakukan. Bahkan sekalipun kita tidak mengucap syukur
kepada Allah dengan kata-kata, kita harus mempunyai rasa syu-
kur dalam hati kita atas kebaikan Allah. Mengucap syukur harus
sering-sering dilakukan. Dan kita harus bersyukur bukan hanya
atas kebaikan-kebaikan yang kita sendiri terima, melainkan juga
atas keuntungan-keuntungan yang dikaruniakan kepada orang
lain, kepada sesama manusia dan sesama orang Kristen. Rasul
Paulus mengucap syukur bukan untuk teman-teman akrabnya
saja, atau orang-orang yang sangat dikasihi Allah, melainkan juga
untuk seluruh jemaat.
II. Ia menggabungkan doa dengan pujian atau ucapan syukurnya.
saat dalam segala hal kita menyatakan keinginan kita kepada
Allah dalam doa dan permohonan, kita harus mengikutsertakan
ucapan syukur ke dalamnya (Flp. 4:6). Begitu pula, jika kita
428
bersyukur atas kebaikan apa saja yang kita terima, kita harus
mengikutsertakan doa ke dalamnya. Kita harus selalu berdoa
tanpa henti, dan harus berdoa bukan hanya untuk diri kita sen-
diri, namun juga untuk orang lain, untuk teman-teman kita, dan
menyebut mereka dalam doa-doa kita. Kadang-kadang kita perlu
menyebut nama-nama mereka, dan menyebutkan perkara dan
keadaan mereka. namun setidak-tidaknya, kita harus memikirkan
orang-orang dan keadaan mereka dalam pikiran kita, dengan
mengingat mereka senantiasa. Perhatikanlah, seperti halnya ada
banyak hal yang harus kita syukuri untuk diri kita dan teman-
teman kita, demikian pula ada banyak kesempatan untuk senan-
tiasa berdoa meminta kebaikan-kebaikan selanjutnya.
III. Rasul Paulus menyebutkan secara terinci apa yang membuatnya
bergitu bersyukur kepada Allah, yaitu,
1. Kebaikan-kebaikan yang menyelamatkan, yang dikaruniakan
kepada jemaat di Tesalonika. Inilah dasar dan alasan-alasan
mengapa ia mengucap syukur.
(1) Iman mereka dan pekerjaan iman mereka. Iman mereka,
katanya kepada mereka (ay. 8), sangat termasyhur, dan ter-
sebar luas. Iman mereka itu adalah anugerah yang meng-
ubah segala-galanya. Dan iman mereka adalah iman yang
benar dan hidup, sebab iman itu iman yang bekerja. Per-
hatikanlah, jika iman benar, maka iman itu akan beker-
ja. Iman itu akan berpengaruh pada hati dan hidup. Iman
itu akan membuat kita bekerja untuk Allah dan untuk
keselamatan kita sendiri. Kita mendapatkan penghiburan
dari iman kita dan iman orang lain bila kita melihat iman
itu bekerja. Tunjukkanlah kepadaku imanmu dari perbuat-
an-perbuatanmu (Yak. 2:18).
(2) Kasih mereka dan jerih payah kasih mereka. Kasih adalah
salah satu anugerah utama. Kasih sangat bermanfaat bagi
kita dalam hidup ini dan akan tetap begitu, dan akan di-
sempurnakan di kehidupan nanti. Iman bekerja dengan
kasih. Iman menunjukkan diri dalam perbuatan kasih ke-
pada Allah dan kepada sesama. sebab kasih akan menun-
jukkan diri lewat perbuatan, maka kasih akan membuat
kita bersusah payah dalam beragama atau beribadah.
Surat 1 Tesalonika 1:2-5
429
(3) Harapan mereka dan ketekunan pengharapan mereka. Kita
diselamatkan dalam pengharapan. Anugerah pengharapan
ini diperbandingkan dengan ketopong atau pelindung ke-
pala seorang prajurit dan sauh seorang pelaut, dan sangat
bermanfaat dalam kondisi bahaya. jika peng-
harapan akan kehidupan kekal itu memiliki dasar yang
baik dan kuat, maka pengharapan itu akan diwujudkan
melalui ketekunan untuk tetap berharap, dengan bersabar
menanggung musibah-musibah pada saat ini dan menung-
gu dengan sabar kemuliaan yang akan disingkapkan kelak.
namun jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita
menantikannya dengan tekun (Rm. 8:25).
2. Rasul Paulus tidak hanya menyebutkan ketiga anugerah
utama ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, namun juga
memberi perhatian pada,
(1) Siapa yang sebenarnya menjadi tujuan hati kita dan penye-
bab dari anugerah-anugerah ini, yaitu Tuhan kita Yesus
Kristus.
(2) Apakah anugerah-anugerah itu tulus: di hadapan Allah dan
Bapa kita. Dorongan besar untuk bersikap tulus adalah
dengan menyadari bahwa mata Allah selalu tertuju kepada
kita. Dan merupakan tanda ketulusan kita jika dalam
segala hal yang kita lakukan, kita berusaha berkenan di
hadapan Allah. Dan apa yang benar adalah yang benar da-
lam pandangan Allah. Maka, perbuatan iman, usaha kasih,
dan ketekunan pengharapan baru bisa dikatakan tulus,
jika itu dilakukan di dalam pandangan Allah.
(3) Rasul Paulus menyebutkan sumber yang darinya anugerah-
anugerah ini mengalir, yaitu kasih Allah yang memilih: Dan
kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa
Ia telah memilih kamu (ay. 4). Demikianlah ia menelusuri
aliran-aliran sungai ini sampai ke sumbernya, dan itu ada-
lah pemilihan Allah sejak dari kekekalan. Pemilihan Allah
ini dipahami sebagian orang hanya sebagai terpisahkannya
jemaat Tesalonika untuk sementara, sebab pertobatan
mereka, dari orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan
Yahudi yang tidak percaya. Akan namun , pemilihan ini ter-
jadi sesuai dengan maksud Allah dari semula, yang di
430
dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehen-
dak-Nya (Ef. 1:11). Berbicara tentang pemilihan atas mere-
ka, Rasul Paulus menyebut mereka sebagai saudara-sau-
dara yang dikasihi Allah. Sebab persaudaraan asali di an-
tara orang-orang Kristen dan hubungan mereka satu sama
lain terjadi sebab pemilihan mereka. Dan ini merupakan
alasan yang baik mengapa kita harus saling mengasihi,
sebab kita semua merupakan orang-orang yang dikasihi
Allah, dan dikasihi-Nya menurut kebijaksanaan-Nya, walau
tidak ada apa pun dalam diri kita yang layak mendapatkan
kasih-Nya. Pemilihan atas jemaat Tesalonika ini diketahui
oleh para rasul, dan sebab itu bisa diketahui oleh jemaat
itu sendiri, dan itu melalui buah-buah dan dampak-dam-
pak dari pemilihan itu, yaitu iman, pengharapan, dan kasih
mereka yang tulus, yang diperoleh melalui pemberitaan
Injil yang berhasil di antara mereka. Perhatikanlah,
[1] Semua orang yang dalam kegenapan waktu berhasil
dipanggil dan dikuduskan adalah orang-orang yang su-
dah dipilih sejak dari kekekalan untuk diselamatkan.
[2] Pemilihan Allah itu terjadi menurut perkenanan-Nya
sendiri dan hanya sebab anugerah, bukan sebab jasa
apa saja dalam diri orang-orang yang terpilih.
[3] Pemilihan Allah ini dapat diketahui melalui buah-buah-
nya.
[4] jika kita mengucap syukur kepada Allah atas anuge-
rah-Nya kepada diri kita sendiri atau kepada orang lain,
kita harus menelusuri aliran-aliran sungai sampai ke
sumbernya, dan mengucap syukur kepada Allah atas
kasih-Nya yang sudah memilih, yang olehnya kita
dibuat berbeda.
3. Dasar atau alasan lain mengapa Rasul Paulus mengucap syu-
kur adalah keberhasilan pelayanannya di antara mereka. Ia
bersyukur untuk dirinya sendiri dan juga untuk mereka, bah-
wa usahanya selama ini tidak sia-sia. Dengan ini ia mem-
punyai meterai dan bukti dari kerasulannya, dan mendapat
dorongan besar dalam segala pekerjaan dan penderitaannya.
Penerimaan dan sambutan mereka yang hangat terhadap Injil
yang diberitakannya kepada mereka merupakan bukti bahwa
Surat 1 Tesalonika 1:2-5
431
mereka dipilih dan dikasihi Allah. Dengan cara inilah ia tahu
bahwa mereka adalah orang-orang terpilih. Benar bahwa ia
sudah pernah ke langit ketiga. namun ia belum menyelidiki isi
kitab kekekalan, dan menemukan pemilihan atas mereka di
sana. Namun, ia mengetahui pemilihan ini melalui keber-
hasilan Injil di antara mereka (ay. 5), dan ia memperhatikan
hal itu dengan penuh syukur,
(1) Bahwa Injil sampai kepada mereka bukan hanya dengan
kata-kata, namun juga dengan kuasa. Mereka tidak hanya
mendengar suaranya, namun juga berserah pada kuasanya.
Injil tidak hanya menghibur telinga mereka dan menye-
nangkan angan-angan mereka, tidak sekadar memenuhi
kepala mereka dengan gagasan-gagasan, dan menghibur
pikiran mereka untuk sementara waktu, namun juga mem-
pengaruhi hati mereka. Kuasa ilahi turut menyertai Injil
untuk meyakinkan hati nurani mereka dan meluruskan
hidup mereka. Perhatikanlah, melalui hal ini kita bisa me-
ngetahui bahwa kita dipilih, yaitu jika kita tidak hanya
berbicara tentang perkara-perkara Allah dengan meniru
saja seperti burung beo, namun juga merasakan pengaruh-
nya dalam hati kita, dengan mematikan hawa nafsu kita,
melepaskan kita dari dunia, dan mengangkat hati kita
kepada perkara-perkara sorgawi.
(2) Injil datang dalam Roh Kudus, yaitu dengan kekuatan Roh
ilahi yang dahsyat. Perhatikanlah, jika Injil datang de-
ngan kuasa, itu harus dilihat sebagai pekerjaan Roh Ku-
dus. Dan kecuali Roh Allah menyertai firman Allah, untuk
membuatnya berhasil dengan kuasa-Nya, maka firman
Allah akan menjadi bagi kita sekadar huruf-huruf mati.
Dan hukum yang tertulis itu mematikan, namun Roh meng-
hidupkan.
(3) Injil sampai pada mereka dengan sangat meyakinkan. De-
mikianlah, mereka menyambutnya dengan kuasa Roh Ku-
dus. Mereka sepenuhnya yakin akan kebenarannya, se-
hingga tidak mudah goyah oleh segala keberatan dan kera-
guan. Mereka rela meninggalkan segalanya demi Kristus,
dan mempertaruhkan jiwa serta kehidupan kekal mereka
pada kebenaran pewahyuan Injil. Bagi mereka, firman
Allah itu bukan seperti pemikiran sebagian ahli filsafat
432
tentang perkara-perkara yang bisa diperdebatkan dan di-
pertanyakan, melainkan apa yang mereka imani dan ya-
kini. Iman mereka adalah bukti dari segala sesuatu yang
tidak terlihat. Dan dengan demikian, jemaat di Tesalonika
tahu orang seperti apa Rasul Paulus dan rekan-rekan
sekerjanya yang ada di antara mereka itu, dan apa yang
sudah mereka lakukan untuk jemaat, serta bagaimana
pekerjaan mereka sudah berhasil.
Bukti dari Keberhasilan Rasul Paulus
(1:6-10)
6 Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penin-
dasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang
dikerjakan oleh Roh Kudus, 7 sehingga kamu telah menjadi teladan untuk
semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. 8 sebab dari
antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya
saja, namun di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada
Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu. 9 Se-
bab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut
dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk
melayani Allah yang hidup dan yang benar, 10 dan untuk menantikan keda-
tangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang
mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.
Dalam ayat-ayat ini, kita melihat bukti dari keberhasilan Rasul Pau-
lus di antara jemaat Tesalonika, yang termasyhur dan tersohor di
sejumlah tempat. Sebab,
I. Mereka sangat berhati-hati supaya hidup kudus dengan meng-
ikuti teladan-teladan baik dari para rasul dan hamba Kristus (ay.
6). Misalnya, Rasul Paulus berlaku sangat rendah hati, tidak men-
cari pujian bagi dirinya sendiri, melainkan mengutamakan ke-
baikan orang lain, dengan berperilaku yang sesuai dengan apa
yang diajarkannya kepada mereka. Ini supaya ia tidak merun-
tuhkan dengan tangan kiri apa yang sudah dibangunnya dengan
tangan kanan. Dengan demikian jemaat di Tesalonika, yang
sudah tahu orang-orang seperti apa yang sedang berada di antara
mereka, dan bagaimana ajaran dan kehidupan mereka bersesuai-
an, tergerak hati nuraninya untuk mengikuti mereka, atau meniru
teladan baik mereka. Dengan demikian, mereka juga menjadi para
pengikut Tuhan, yang merupakan teladan sempurna yang harus
Surat 1 Tesalonika 1:6-10
433
berusaha kita tiru. Dan kita harus mengikuti orang lain hanya se-
jauh mereka mengikuti Kristus (1Kor. 11:1). Jemaat di Tesalonika
berbuat demikian, kendati dengan penindasan atas mereka, pe-
nindasan berat yang mengancam para rasul dan juga diri mereka
sendiri. Mereka rela berbagi dalam penderitaan-penderitaan yang
menyertai orang-orang yang memeluk dan mengakui Kekristenan.
Mereka menyambut Injil, kendati dengan segala masalah dan
kesusahan yang menyertai orang-orang yang mengabarkan Injil
dan yang mengakuinya juga. Mungkin firman Allah menjadi sema-
kin berharga, sebab firman itu dibayar dengan harga mahal. Dan
teladan para rasul bersinar sangat cemerlang di bawah penderita-
an-penderitaan mereka, sehingga jemaat di Tesalonika memeluk
firman Allah dengan hati gembira, dan mengikuti teladan para
rasul yang menderita dengan sukacita, dengan sukacita yang di-
kerjakan oleh Roh Kudus. Sukacita rohani yang teguh dan lang-
geng adalah sukacita yang diciptakan oleh Roh Kudus, yang keti-
ka penderitaan-penderitaan kita melimpah, membuat penghibur-
an bagi kita jauh lebih melimpah.
II. Kegigihan mereka berjaya sedemikian rupa sehingga mereka
sendiri menjadi teladan bagi semua orang di sekeliling mereka (ay.
7-8). Amatilah di sini,
1. Teladan mereka sangat berhasil meninggalkan kesan-kesan
baik pada diri banyak orang. Mereka typoi stempel, atau alat
pembuat cap. Mereka sendiri sudah menerima kesan-kesan
baik dari pemberitaan dan perilaku para rasul. Sekarang
merekalah yang meninggalkan kesan-kesan baik, dan perilaku
mereka pun berdampak baik pada orang lain. Perhatikanlah,
orang-orang Kristen harus sedemikian baik sehingga dengan
teladan mereka, mereka bisa memengaruhi orang lain.
2. Teladan mereka sangat meluas, dan melampaui batas-batas
wilayah Tesalonika, bahkan sampai kepada orang-orang per-
caya di seluruh Makedonia, dan lebih jauh lagi ke Akhaya.
Jemaat di Filipi, dan orang lain yang menerima Injil sebelum
jemaat Tesalonika, dibangun oleh teladan mereka. Perhatikan-
lah, sebagian orang yang dipekerjakan terakhir untuk mengga-
rap kebun anggur kadang-kadang mengungguli orang-orang
yang sudah terlebih dulu dipekerjakan, dan menjadi teladan
bagi mereka.
434
3. Teladan mereka sangat termasyhur. Firman Tuhan, atau dam-
pak-dampaknya yang menakjubkan pada jemaat di Tesalo-
nika, terdengar, atau tersohor dan termasyhur, di daerah-
daerah sekitar kota itu, dan di semua tempat. Memang tidak di
segala tempat, melainkan di sana sini, di tempat ini dan itu di
dunia. Sehingga, sebab keberhasilan Injil di antara mereka,
banyak orang lain terdorong untuk menyambutnya juga, dan
rela menderita sebab nya, bila dipanggil untuk itu. Iman
mereka tersebar luas.
(1) Kesiapan iman mereka terkenal di luar negeri. Orang-orang
Tesalonika ini memeluk Injil segera sesudah Injil diberitakan
kepada mereka. Sehingga setiap orang tahu betul bagai-
mana para rasul masuk di antara mereka, bahwa mereka
tidak menunda-nunda seperti orang-orang Filipi, di mana
butuh waktu lama sebelum terjadi kebaikan yang berarti.
(2) Dampak-dampak dari iman mereka itu termasyhur.
[1] Mereka berhenti menyembah berhala. Mereka berbalik
dari berhala-berhala mereka, dan meninggalkan semua pe-
nyembahan palsu yang sudah diajarkan kepada mereka.
[2] Mereka memberi diri kepada Allah, kepada Allah yang
hidup dan benar, dan mengabdikan diri untuk mela-
yani-Nya.
[3] Mereka menetapkan hati untuk menantikan kedatang-
an Anak Allah dari sorga (ay. 10). Dan ini merupakan
salah satu kekhasan dari agama kita yang kudus, yaitu
menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya,
sebab kita percaya bahwa Ia akan datang, dan berha-
rap supaya Ia datang untuk membawa sukacita bagi
kita. Orang-orang percaya di bawah Perjanjian Lama
menantikan kedatangan Mesias, sedangkan orang-orang
percaya sekarang menantikan kedatangan-Nya untuk
kali kedua. Ia akan datang. Dan ada alasan yang baik
untuk percaya bahwa Ia akan datang, sebab Allah
sudah membangkitkan Dia dari antara orang mati, yang
merupakan jaminan penuh kepada semua orang bahwa
Ia akan datang untuk menghakimi (Kis. 17:31). Dan ada
alasan yang baik untuk mengharapkan dan menantikan
kedatangan-Nya, yaitu sebab Ia sudah membebaskan
Surat 1 Tesalonika 1:6-10
435
kita dari murka yang akan datang. Ia telah datang un-
tuk menebus keselamatan bagi kita, dan jika Ia da-
tang kembali, Ia akan membawa keselamatan bersama-
Nya, yakni pembebasan yang utuh dan tuntas dari
dosa, maut, dan neraka, dari murka yang akan menim-
pa orang-orang tidak percaya. Dan murka itu, begitu
sekali datang, akan terus datang, sebab murka itu
adalah api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis
dan malaikat-malaikatnya (Mat. 25:41).
PASAL 2
alam pasal ini Rasul Paulus mengingatkan orang-orang Tesalo-
nika tentang cara dia memberitakan Injil di antara mereka (ay.
1-6). Kemudian tentang bagaimana dia berperilaku di antara mereka
(ay. 7-12). sesudah itu tentang keberhasilan pelayanannya, dengan pe-
ngaruh-pengaruhnya baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
mereka (ay. 13-16), dan kemudian meminta maaf atas ketidakhadir-
annya (ay. 17-20).
Pelayan-pelayan yang Mula-mula
(2:1-6)
1 Kamu sendiri pun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan
kami di antaramu tidaklah sia-sia. 2 namun sungguhpun kami sebelumnya,
seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan
pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil
Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat. 3 Sebab nasihat kami tidak
lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak
disertai tipu daya. 4 Sebaliknya, sebab Allah telah menganggap kami layak
untuk mempercayakan Injil kepada kami, sebab itulah kami berbicara,
bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah
yang menguji hati kita. 5 sebab kami tidak pernah bermulut manis hal itu
kamu ketahui dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi
Allah adalah saksi 6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia,
baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat ber-
buat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.
Di sini kita mendapati uraian tentang cara Paulus memberitakan
Injil, dan renungannya yang menghibur hati tentang awal kedatang-
annya di antara orang-orang Tesalonika. Hati nuraninya dapat ber-
saksi tentang ketulusannya, dan sebab itu dengan yakin ia dapat
berseru kepada orang-orang Tesalonika tentang betapa setianya dia,
dan Silas, dan Timotius, penolong-penolongnya dalam pekerjaan
D
438
Tuhan, telah melaksanakan pekerjaan mereka: Kamu sendiri pun me-
mang tahu, saudara-saudara, ... kedatangan kami di antaramu. Per-
hatikanlah, sungguh hal yang sangat menghibur hati seorang pelayan
Tuhan bahwa hati nuraninya sendiri dan hati nurani orang-orang
lain bersaksi untuk dia, bahwa dia memulai pekerjaannya dengan
baik, dengan tujuan-tujuan yang baik, dan berdasar prinsip-
prinsip yang baik, dan bahwa pemberitaannya tidaklah sia-sia. Atau,
seperti yang diartikan sebagian orang, tidak dengan terpaksa. Rasul
Paulus di sini merasa terhibur sebab keberhasilan pelayanannya,
bahwa pelayanannya menghasilkan buah atau tidak sia-sia (menurut
terjemahan kita). Atau seperti anggapan lain, dengan merenungkan
ketulusan pemberitaannya, bahwa pemberitaannya itu tidak sia-sia
dan percuma, atau tidak penuh tipu daya dan berbahaya. Pokok
pemberitaan Rasul Paulus bukanlah dugaan-dugaan yang sia-sia dan
tidak berarti tentang hal-hal menyenangkan yang tidak berguna dan
pertanyaan-pertanyaan bodoh, melainkan kebenaran yang kuat dan
kokoh, yang sedemikian rupa adanya sehingga dapat menguntung-
kan pendengar-pendengarnya. Ini adalah teladan yang baik, untuk
ditiru oleh semua pelayan Injil. Lebih-lebih lagi, pemberitaan Rasul
Paulus sama sekali tidak sia-sia atau penuh tipu daya. Dia dapat
mengatakan kepada orang-orang Tesalonika ini apa yang dia beri-
tahukan kepada orang-orang Korintus (2Kor. 4:2): Kami menolak
segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku
licik dan tidak memalsukan firman Allah. Dia tidak memiliki tujuan
jahat atau duniawi dalam pemberitaannya. Diingatkannya mereka
bahwa dia memberitakan Injil,
I. Dengan keberanian dan ketetapan hati. Kami beroleh keberanian
untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu (ay. 2). Rasul Paulus
diilhami dengan keberanian yang kudus, dan tidak menjadi tawar
hati dengan segala penderitaan yang dia jumpai, atau perlawanan
yang menentang dia. Dia telah mengalami perlakuan buruk di
Filipi, dan ini benar-benar diketahui oleh orang-orang Tesalonika
ini. Di sana dia dan Silas diperlakukan dengan hina, dengan
dipasung. Namun begitu mereka dibebaskan, mereka segera pergi
ke Tesalonika, dan memberitakan Injil dengan sama beraninya
seperti biasa. Perhatikanlah, penderitaan demi sebuah perkara
yang baik seharusnya mempertajam dan bukan menumpulkan
kekuatan tekad yang kudus. Injil Kristus, saat pertama kali
Surat 1 Tesalonika 2:1-6
439
muncul di dunia, berhadapan dengan banyak perlawanan. Dan
orang-orang yang memberitakannya telah memberitakannya da-
lam perjuangan yang berat, dengan kesengsaraan yang hebat. Ini
merupakan perjuangan para rasul dalam pemberitaan mereka,
atau perjuangan mereka menghadapi perlawanan. Inilah penghi-
buran Paulus, bahwa dia tidak menjadi takut dalam pekerjaan-
nya, maupun dihalau darinya.
II. Dengan sangat sederhana dan dengan ketulusan yang saleh:
Nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang
tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya (ay. 3). Ini, sudah
pasti, adalah hal yang paling menghibur bagi Rasul Paulus, yaitu
kesadaran akan ketulusannya sendiri. Dan ini merupakan salah
satu alasan keberhasilannya. Injil yang dia beritakan dan nasihat-
kan supaya mereka percayai dan taati adalah Injil yang murni dan
tidak diubah. Tujuannya bukan untuk mendirikan sebuah golong-
an, untuk menarik orang-orang untuk ikut dalam suatu kelom-
pok, melainkan untuk menggalakkan ibadah yang murni dan yang
tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita. Injil yang dia beritakan
tidak mengandung tipu daya, melainkan benar dan murni, tidak
mengandung kesalahan, dan bukan sebuah dongeng yang diren-
canakan dengan licik. Injil itu juga tidak berasal dari ketidak-
murnian. Injil-Nya murni dan kudus, layak bagi Penulis-nya yang
kudus, dan menolak segala jenis kenajisan. Semua firman Allah
adalah murni. Tidak boleh ada campuran yang cemar padanya.
Dan, sebagaimana hal-hal yang dinasihatkan oleh Rasul Paulus
itu benar dan murni, cara bicaranya pun tanpa tipu muslihat. Dia
tidak berpura-pura mengatakan sesuatu padahal memiliki mak-
sud yang lain. Dia percaya, dan sebab itu dia berkata-kata. Dia
tidak mempunyai tujuan-tujuan dan pandangan-pandangan yang
jahat dan duniawi, namun berlaku benar sesuai apa yang seharus-
nya. Rasul Paulus tidak hanya menyatakan ketulusannya, me-
lainkan juga menyertakan alasan-alasan dan bukti-buktinya.
Alasan-alasannya tercakup di dalam ayat 4.
1. Mereka adalah pelayan-pelayan, dan Injil dipercayakan kepada
mereka, dan yang dituntut dari seorang pelayan adalah dia
harus setia. Injil yang Paulus beritakan bukanlah miliknya
sendiri, melainkan Injil Allah. Perhatikanlah, pelayan-pelayan
Tuhan dianugerahi dengan perkenanan yang besar, diberikan
440
kehormatan, dan dilimpahi dengan kepercayaan. Mereka tidak
boleh berani merusakkan firman Allah. Mereka harus dengan
rajin mempergunakan apa yang dipercayakan kepada mereka
sedemikian rupa, seperti yang telah Allah izinkan dan perintah-
kan, dengan menyadari bahwa mereka akan dimintai pertang-
gungjawaban, saat mereka harus berhenti menjadi pelayan.
2. Tujuan mereka adalah untuk menyenangkan hati Allah dan
bukan manusia. Allah adalah Allah kebenaran, dan Dia me-
nuntut kebenaran di dalam batin. Dan, jika tidak ada ketulus-
an, segala hal yang kita lakukan tidak akan dapat menyenang-
kan hati Allah. Injil Kristus tidak untuk disesuaikan dengan
khayalan-khayalan dan hawa nafsu manusia, untuk memuas-
kan selera dan kegemaran mereka, melainkan justru sebalik-
nya, bertujuan untuk mematikan kesenangan-kesenangan
yang cemar, dan membebaskan mereka dari kuasa khayalan,
supaya mereka bisa dikuasai oleh kuasa iman. Sekiranya aku
masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku
bukanlah hamba Kristus (Gal. 1:10).
3. Mereka bertindak dengan kesadaran akan kemahatahuan
Allah, dengan mengetahui bahwa mereka ada di dalam pan-
dangan Dia yang menguji hati. Kita sungguh akan terdorong
untuk berlaku tulus, bila kita sadar bahwa Allah bukan hanya
melihat segala sesuatu yang kita lakukan, namun juga menge-
tahui pikiran-pikiran kita dari jauh, dan menyelidiki hati. Dia
sangat mengetahui seluruh tujuan dan maksud-maksud kita,
seperti halnya dengan tindakan-tindakan kita. Dan dari Allah
yang menguji hati kita inilah kita pasti menerima upah kita.
Bukti-bukti ketulusan Rasul Paulus adalah sebagai berikut:
(1) Dia menghindari sanjungan: Kami tidak pernah bermulut
manis hal itu kamu ketahui (ay. 5). Dia dan teman-teman
sekerjanya memberitakan Kristus dan Dia yang disalibkan,
dan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi
diri mereka sendiri dengan membuat orang-orang menyu-
kai mereka, menyanjung-nyanjung, dan memuja-muja me-
reka. Tidak, dia sama sekali tidak melakukannya. Dan dia
juga tidak menyanjung orang-orang dalam dosa mereka,
dan tidak memberi tahu mereka, jika mereka mau menjadi
kelompoknya, mereka boleh hidup seperti yang mereka
inginkan. Dia tidak menjilat mereka dengan harapan-ha-
Surat 1 Tesalonika 2:7-12
441
rapan yang muluk-muluk, dan tidak menuruti kehendak
mereka dalam perbuatan atau cara jahat apa pun, dengan
menjanjikan mereka tetap hidup, dan dengan demikian
melapisi dengan kapur.
(2) Dia menghindari ketamakan. Dia tidak menjadikan pela-
yanannya sebagai selubung, atau penutup, untuk maksud
loba yang tersembunyi Allah adalah saksi (ay. 5). Tujuan-
nya bukanlah untuk memperkaya dirinya sendiri dengan
memberitakan Injil. Sama sekali tidak, bahkan dia tidak
membuat persetujuan dengan mereka untuk mendapatkan
makanan. Dia tidak seperti rasul-rasul palsu, yang, sebab
serakahnya berusaha mencari untung dengan ceritera-
ceritera isapan jempol dari orang banyak (2Ptr. 2:3).
(3) Dia menghindari hasrat berlebihan dan kesombongan: Juga
tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari
kamu, maupun dari orang-orang lain (ay. 6). Mereka tidak
mengharapkan uang ataupun penghormatan dari orang,
juga tidak mengharapkan diperkaya ataupun dimanjakan,
dan dipuja-puja, dan dipanggil Rabi oleh mereka. Hal ini di-
nasihatkan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang Galatia
(Gal. 5:26), supaya janganlah kita gila hormat. Hasratnya
adalah untuk memperoleh hormat yang datang dari Allah
yang Esa (Yoh. 5:44). Dia memberi tahu jemaat bahwa
mereka bisa saja menggunakan wewenang lebih besar
sebagai rasul-rasul, dan mengharapkan penghargaan lebih
besar, dan menuntut tunjangan hidup, yang mungkin bagi
sebagian orang merupakan beban yang terlalu besar untuk
mereka pikul.
Pelayan-pelayan yang Mula-mula
(2:7-12)
7 namun kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu
mengasuh dan merawati anaknya. 8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang
yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu,
namun juga hidup kami sendiri dengan kamu, sebab kamu telah kami kasihi.
9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah
kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban
bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada
kamu. 10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak
bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. 11 Kamu tahu,
442
betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu
dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, 12 dan meminta dengan
sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil
kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.
Dalam kata-kata ini Rasul Paulus mengingatkan orang-orang Tesalo-
nika tentang cara dia berperilaku di antara mereka. Dan,
I. Dia menyebutkan keramahan perilakunya dan teman-teman pela-
yanannya: Kami berlaku ramah di antara kamu (ay. 7). Dia me-
nunjukkan sikap yang lemah lembut, walaupun bisa saja ia ber-
tindak dengan wewenang seorang rasul Kristus. Perilaku seperti
itu sangat memberi nama baik bagi agama, dan paling sesuai
dengan cara Allah yang penuh kasih karunia dalam berurusan
dengan orang-orang berdosa, di dalam dan melalui Injil. Rasul
besar ini, walaupun dia membenci dan menghindari sanjungan,
sangat merendahkan dirinya kepada semua orang. Dia menye-
suaikan dirinya dengan kemampuan setiap orang, dan telah men-
jadi segala-galanya bagi semua orang. Dia menunjukkan kebaikan
dan perhatian seperti seorang ibu yang merawat anak-anaknya
dengan penuh kasih sayang. Ini adalah cara untuk memenangkan
orang banyak, yang lebih baik daripada memerintah dengan ke-
ras. Firman Allah sungguh penuh kuasa. Firman itu sering datang
disertai kekuasaan yang dahsyat terhadap pikiran manusia, dan
selalu sanggup untuk menginsafkan dengan penilaian yang adil.
Namun, firman itu juga disertai dengan kuasa yang menyenang-
kan hati, saat pelayan-pelayan Injil berperilaku sedemikian rupa
sehingga dikasihi orang banyak. Dan ia seperti seorang ibu yang
merawat anaknya, dengan bersabar terhadap sikap anak yang
suka melawan, dan merendahkan diri untuk tugas-tugas rendah
demi kebaikannya, menyusui dan merawat anak itu di dadanya.
Demikian pula, dengan cara yang sama pelayan-pelayan Kristus
harus bersikap terhadap jemaat mereka. Seorang hamba Tuhan
tidak boleh bertengkar, namun harus ramah terhadap semua orang.
Ia harus cakap mengajar, sabar (2Tim. 2:24). Keramahan dan
kebaikan ini Rasul Paulus nyatakan dengan beberapa cara.
1. Dengan sangat penuh kasih sayang ia menginginkan kesejah-
teraan mereka: Dalam kasih sayang yang besar akan kamu
(ay. 8). Rasul Paulus mengasihi mereka secara pribadi dengan
penuh kasih mesra, dan berusaha mendapatkan mereka, bu-
kan milik kepunyaan mereka. Diri mereka sendiri, dan bukan
Surat 1 Tesalonika 2:7-12
443
harta benda mereka. Untuk meraih mereka, bukan untuk me-
raih keuntungan melalui mereka, atau untuk menjadikan me-
reka barang dagangan. Kesejahteraan dan keselamatan rohani
dan kekal merekalah yang dia inginkan dengan sungguh-sung-
guh.
2. Dengan segala kesediaan untuk melakukan kebaikan bagi
mereka, dengan sukarela memberikan kepada mereka bukan
saja Injil Allah, namun juga hidup kami sendiri (ay. 8). Lihatlah
di sini cara Paulus memberitakan Injil. Dia mau bersusah
payah melakukannya. Dia rela menghadapi mara bahaya, dan
mempertaruhkan jiwanya, atau hidupnya, dalam memberita-
kan Injil. Dia bersedia berkorban dan mengorbankan diri da-
lam melayani jiwa-jiwa manusia. Siapa memberikan makanan
kepada orang lapar sebab kemurahan hatinya, ia seperti mem-
berikan jiwanya dengan apa yang ia berikan itu (Yes. 58:10).
Demikian pula yang diperbuat Rasul Paulus dalam memberikan
roti hidup. Sungguh berharga orang-orang Tesalonika ini bagi
rasul ini, dan sungguh besar kasihnya untuk mereka.
3. Dengan bekerja secara jasmani supaya tidak menjadi beban
bagi mereka, atau supaya pelayanannya tidak mahal dan
memberatkan mereka: Kamu masih ingat, saudara-saudara,
akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang
malam, dst. (ay. 9). Dia menyangkali kebebasan yang dia miliki
untuk menerima upah dari jemaat-jemaat. Kepada tugas pela-
yanannya dia menambahkan apa yang merupakan pekerjaan-
nya, sebagai seorang pembuat tenda, supaya dia dapat mem-
peroleh makanannya sendiri. Kita tidak bisa beranggapan bah-
wa Rasul Paulus menghabiskan seluruh malam dan siang me-
lakukan pekerjaan jasmani, atau bekerja, untuk memenuhi
kebutuhan tubuhnya, sebab jika demikian dia tidak akan me-
miliki waktu untuk pekerjaan pelayanan. Namun dia mengha-
biskan sebagian malam, dan siang, dalam pekerjaan ini. Dan
dia bersedia melewatkan istirahatnya pada malam hari, su-
paya dia dapat memiliki kesempatan untuk melakukan ke-
baikan bagi jiwa-jiwa manusia di siang hari. Sebuah teladan
baik diberikan di sini kepada pelayan-pelayan Injil, supaya
rajin demi keselamatan jiwa-jiwa manusia, walaupun tidak
lalu berarti mereka harus selalu berkhotbah secara cuma-
cuma. Tidak ada peraturan umum yang harus disimpulkan
444
dari hal ini, bahwa pelayan-pelayan boleh tidak bekerja de-
ngan tangan mereka, untuk memenuhi kebutuhan jasmani
mereka, atau bahwa mereka harus selalu melakukan hal itu.
4. Dengan kekudusan perilaku mereka, yang mengenainya dia
menegaskan kebenarannya bukan hanya kepada orang-orang
Tesalonika, namun kepada Allah juga (ay. 10). Kamu adalah
saksi, demikian juga Allah. jemaat adalah pengamat dari
perilaku lahiriah mereka di depan manusia, dan Allah adalah
saksi bukan hanya terhadap perilaku mereka yang tersem-
bunyi, melainkan juga prinsip-prinsip di dalam hati yang
menghasilkan tindakan mereka. Perilaku mereka kudus untuk
Allah, pantas untuk semua orang, dan tidak bercacat cela,
tidak melakukan perkara memalukan. Dan mereka berhati-
hati supaya tidak menyinggung perasaan orang-orang di luar
jemaat, atau orang-orang percaya, supaya mereka tidak mem-
beri teladan yang buruk, supaya mereka hidup benar-benar
sesuai dengan apa yang mereka ajarkan. Dalam hal ini, kata
rasul ini, aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati
nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia (Kis. 24:16).
II. Dia menyebutkan kesetiaan mereka dalam melaksanakan pekerja-
an dan tugas pelayanan (ay. 11-12). Mengenai hal ini dia juga
dapat meminta pembenaran kepada mereka sebagai saksi. Paulus
dan rekan-rekan sekerjanya bukan hanya orang-orang Kristen
yang baik, namun juga pelayan-pelayan yang setia. Dan kita seha-
rusnya bukan hanya menjadi orang baik menurut panggilan umum
kita sebagai orang-orang Kristen, namun juga dalam panggilan-
panggilan dan hubungan-hubungan khusus kita. Paulus menasi-
hati orang-orang Tesalonika, bukan hanya dengan memberi tahu
mereka mengenai tugas mereka, namun juga membuat mereka
bergairah dan giat melaksanakannya, dengan memberikan alasan-
alasan dan penjelasan yang tepat. Dan dia menghibur mereka
juga, dengan berusaha keras menggembirakan dan menyemangati
mereka di tengah kesulitan-kesulitan dan keputusasaan yang
mungkin mereka alami. Dan hal ini tidak hanya dia lakukan di
hadapan umum, melainkan secara pribadi juga, dan dari rumah
ke rumah (Kis. 20:20), dan memberi petunjuk-petunjuk kepada
setiap orang (ay. 11, KJV) di antara mereka dengan berbicara se-
cara pribadi. Hal ini, menurut sebagian orang, yang dimaksudkan
Surat 1 Tesalonika 2:13-16
445
dengan kiasan tentang seorang bapa yang memberi petunjuk ke-
pada anak-anaknya. Ungkapan ini juga menunjukkan nasihat-na-
sihat dan penghiburan-penghiburan yang penuh kasih sayang
dan belas kasihan yang diperlihatkan oleh rasul ini. Dia adalah
bapa rohani mereka. Dan, sebagaimana dia memelihara mereka
seperti seorang ibu yang merawat anaknya, demikian pula dia
memberi petunjuk-petunjuk kepada mereka seperti seorang bapa,
dengan kasih sayang seorang bapa dan bukan kekuasaan seorang
bapa. Untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi
(1Kor. 4:14). Cara rasul ini menasihati harus diperhatikan oleh
pelayan-pelayan Tuhan secara khusus untuk mereka tiru. Dan
pokok nasihatnya harus benar-benar diperhatikan oleh mereka
dan semua orang lainnya, yaitu, supaya mereka hidup sesuai de-
ngan kehendak Allah, yang memanggil mereka ke dalam Kerajaan
dan kemuliaan-Nya (ay. 12). Perhatikanlah,
1. Apa yang menjadi hak istimewa Injili kita yang besar, yaitu
bahwa Allah telah memanggil kita ke dalam kerajaan dan ke-
muliaan-Nya. Injil memanggil kita ke dalam kerajaan dan ke-
adaan penuh anugerah di sini dan kepada kerajaan dan ke-
adaan penuh kemuliaan nanti, kepada sorga dan kebahagiaan
sebagai tujuan kita dan kepada kekudusan sebagai jalan me-
nuju tujuan tersebut.
2. Apa yang menjadi tugas Injili besar kita, yaitu supaya kita hi-
dup sesuai dengan kehendak Allah, supaya sifat pikiran kita
dan arah hidup kita sesuai dengan panggilan ini dan seturut
dengan hak istimewa ini. Kita harus menyesuaikan diri kita
dengan maksud dan tujuan Injil, dan hidup sesuai dengan
pengakuan dan hak istimewa kita, harapan dan pengharapan
kita, seperti yang sepatutnya bagi orang-orang yang dipanggil
dengan panggilan yang begitu luhur dan kudus.
Pengaruh Pelayanan Kristiani
(2:13-16)
13 Dan sebab itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga
kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan
itu, bukan sebagai perkataan manusia, namun dan memang sungguh-
sungguh demikian sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu
yang percaya. 14 Sebab kamu, saudara-saudara, telah menjadi penurut
jemaat-jemaat Allah di Yudea, jemaat-jemaat di dalam Kristus Yesus, sebab
446
kamu juga telah menderita dari teman-teman sebangsamu segala sesuatu
yang mereka derita dari orang-orang Yahudi. 15 Bahkan orang-orang Yahudi
itu telah membunuh Tuhan Yesus dan para nabi dan telah menganiaya kami.
Apa yang berkenan kepada Allah tidak mereka pedulikan dan semua manu-
sia mereka musuhi, 16 sebab mereka mau menghalang-halangi kami mem-
beritakan firman kepada bangsa-bangsa lain untuk keselamatan mereka.
Demikianlah mereka terus-menerus menambah dosa mereka sampai genap
jumlahnya dan sekarang murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya.
Perhatikanlah di sini,
I. Rasul Paulus menyebutkan keberhasilan pelayanannya di antara
orang-orang Tesalonika ini (ay. 13), yang dinyatakan,
1. Dengan cara mereka menerima firman Allah: Kamu telah mene-
rima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai
perkataan manusia, namun dan memang sungguh-sungguh
demikian sebagai firman Allah. Perhatikanlah,
(1) Firman Injil diberitakan oleh manusia seperti kita sendiri,
manusia dengan segala keinginan dan kelemahan seperti
orang lain: Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat.
Firman Allah, yang diterima oleh orang-orang Tesalonika
ini, mereka dengar dari rasul-rasul.
(2) Bagaimanapun, itu memang sungguh-sungguh firman Allah.
Itulah firman yang Rasul Paulus beritakan dengan pewahyu-
an ilahi, dan itulah yang diwariskan dalam bentuk catatan,
dituliskan di dalam Kitab Suci dengan pewahyuan ilahi. Dan
itulah firman yang pada masa kita diberitakan, dengan
tercakup, atau terbukti dibangun berdasar , atau disim-
pulkan dari, firman-firman yang kudus ini.
(3) Orang-orang yang benar-benar harus disalahkan adalah
yang menyatakan khayalan-khayalan atau perintah-perin-
tah mereka sendiri sebagai firman Allah. Ini adalah cara
paling jahat untuk memperdayai suatu umat, dan untuk
berlaku tidak setia.
(4) Orang-orang yang juga patut disalahkan adalah mereka
yang dalam mendengarkan firman hanya melihat sebatas
pelayanan manusia, yang hanya, atau terutama, merasa
senang dengan keanggunan berbicara, atau keindahan su-
sunan kata, atau suara dan cara dalam memberitakan fir-
man, dan berharap menerima keuntungan mereka melalui
semuanya ini.
Surat 1 Tesalonika 2:13-16
447
(5) Kita harus menerima firman Allah sebagai firman Allah,
dengan sikap hati yang patut dengan kekudusan, hikmat,
kebenaran, dan kebaikan yang ada pada firman itu. Perka-
taan manusia itu lemah dan akan binasa, seperti diri mere-
ka sendiri, dan terkadang salah, bodoh, dan berubah-ubah.
namun firman Allah itu kudus, bijaksana, benar, dan setia,
dan, seperti Penulisnya, hidup dan tetap ada selamanya.
Maka marilah kita menerima dan menghargainya.
2. Dengan pekerjaan yang sangat baik dari firman yang mereka
terima ini: Firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang
percaya (ay. 13). Orang-orang yang dengan iman menerima
firman mendapati firman itu menguntungkan. Firman-Nya baik
terhadap orang yang benar kelakuannya, dan dengan penga-
ruhnya yang luar biasa firman itu membuktikan sendiri bahwa
itu memang firman Allah. Firman ini mengubah jiwa mereka,
dan menerangi pikiran mereka, dan memberikan sukacita
pada hati mereka (Mzm. 19). Dan hal seperti ini memberikan
kesaksian di dalam batin tentang kebenaran Kitab Suci. Fir-
man Allah, dengan berhasil bekerja pada hati mereka, mem-
buktikan diri sendiri bahwa ia berasal dari Allah, walaupun ini
tidak cukup untuk meyakinkan orang-orang lain yang tidak
mengenalnya.
II. Rasul Paulus menyebutkan pengaruh-pengaruh baik yang dihasil-
kan oleh pemberitaannya yang berhasil,
1. Terhadap dirinya sendiri dan rekan-rekan sekerjanya. Ini
memberi alasan bagi mereka untuk terus mengucapkan syu-
kur: sebab itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syu-
kur juga kepada Allah (ay. 13). Rasul Paulus sangat sering
memanjatkan syukurnya kepada Allah sebab alasan ini,
sehingga dia sepertinya berpikir bahwa dia tidak akan pernah
dapat cukup bersyukur, sebab Allah telah menganggap dia
setia, dan menempatkan dia dalam pelayanan, dan membuat
pelayanannya berhasil.
2. Terhadap jemaat di Tesalonika. Firman bekerja dengan baik di
dalam diri mereka, bukan hanya untuk menjadi teladan bagi
orang lain dalam iman dan perbuatan baik (yang telah dia
sebutkan sebelumnya), melainkan juga dalam kesetiaan dan
448
kesabaran dalam penderitaan dan pencobaan demi Injil.
Kamu, saudara-saudara, telah menjadi penurut jemaat-jemaat
Allah, dan telah menderita segala sesuatu yang mereka derita
(ay. 14), dan dengan keberanian dan kesetiaan yang sama, de-
ngan kesabaran dan pengharapan yang sama. Perhatikanlah,
salib adalah tanda orang Kristen. Jika kita dipanggil untuk
menderita, kita dipanggil semata-mata untuk menjadi penurut
jemaat-jemaat Allah. Demikian juga telah dianiaya nabi-nabi
yang sebelum kamu (Mat. 5:12). Merupakan pengaruh baik
dari Injil bila kita dimampukan untuk menderita demi kepen-
tingannya. Rasul Paulus menyebutkan penderitaan jemaat-
jemaat Allah, yang di Yudea, jemaat-jemaat di dalam Kristus
Yesus. Jemaat-jemaat di Yudea adalah yang pertama men-
dengar Injil, dan merekalah yang pertama menderita untuk
Injil, sebab orang-orang Yahudi adalah musuh paling sengit
yang dimiliki Kekristenan, dan mereka terutama marah sekali
terhadap orang-orang sebangsa mereka yang memeluk Kekris-
tenan. Perhatikanlah, nafsu yang sengit dan penganiayaan
yang menyala-nyala akan membuat orang-orang sebangsa ber-
selisih, dan memutuskan semua ikatan-ikatan alami, serta
juga menentang seluruh peraturan agama. Di setiap kota di
mana rasul-rasul pergi memberitakan Injil, orang-orang Yahu-
di menggerakkan warga kota melawan mereka. Mereka me-
mimpin berbagai penganiayaan di semua tempat, dan demi-
kian pula khususnya di Tesalonika (Kis. 17:5). Orang-orang
Yahudi (yang tidak percaya [KJV]) menjadi iri hati dan dengan
dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petua-
lang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau
kota itu. Mengenai hal ini, Rasul Paulus menggambarkan wa-
tak orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu (ay. 15), yang
cukup untuk membenarkan