Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 17. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 17. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 17

 


t ini ditulis sebelumnya. Surat Kolose ini ditulis di tahun 

62, sedangkan surat kepada Timotius di tahun 66. Jika demikian, 

maka terbukti betapa terhormatnya Demas sebelum dia mem-

berontak. Memang banyak orang yang sudah berhasil sebagai 

orang penting dalam agama dan memperoleh reputasi baik di an-

tara jemaat Kristen, yang sayangnya kemudian murtad. Memang 

mereka berasal dari antara kita, namun  mereka tidak sungguh-

sungguh termasuk pada kita (1Yoh. 2:19).  

IX. Di sini saudara-saudara di Laodikia juga disebut-sebut, sebab  

mereka tinggal di dekat Kolose, dan Paulus menyampaikan salam-

nya kepada mereka serta menyuruh supaya suratnya ini juga 

dibacakan di jemaat Laodikia (ay. 16), supaya sebuah salinannya 

juga dikirimkan kepada mereka untuk dibacakan di depan jemaat 

mereka. Beberapa orang menduga bahwa pada saat yang ber-

samaan, Paulus mengirimkan surat lain ke Laodikia dan menyu-

ruh mereka mengambil surat yang di Laodikia itu untuk dibaca-

kan juga di antara jemaat mereka: dan supaya surat yang untuk 

Laodikia dibacakan juga kepadamu. Jika memang demikian, maka 

surat yang dikirim ke Laodikia itu kini sudah hilang dan tidak 

termasuk di dalam kitab-kitab dalam Alkitab. Sebab tidak semua 

surat yang pernah ditulis oleh para rasul terpelihara, sama halnya 

Surat Kolose 4:7-18 

 419 

dengan catatan tentang perkataan dan tindakan yang dilakukan 

oleh Tuhan kita yang terberkati. Masih banyak hal-hal lain lagi 

yang diperbuat oleh Yesus, namun  jikalau semuanya itu harus ditu-

liskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat 

semua kitab yang harus ditulis itu (Yoh. 21:25). namun  ada bebe-

rapa orang menduga bahwa surat itu adalah surat yang ditujukan 

bagi jemaat di Efesus, yang masih ada.  

X. Nimfa disebutkan (ay. 15) sebagai seseorang yang tinggal di Kolose 

dan memiliki jemaat di rumahnya. Artinya, bisa saja sebuah ke-

luarga yang saleh, di mana beberapa bagian ibadah dilakukan 

setiap hari, atau tempat berkumpulnya beberapa anggota jemaat 

saat  mereka tidak diizinkan memakai tempat umum untuk 

beribadah dan terpaksa berkumpul di rumah-rumah pribadi kare-

na takut terhadap musuh-musuh mereka. Berkumpullah murid-

murid Yesus sebab  mereka takut kepada orang-orang Yahudi 

(Yoh. 20:19), dan juga, Rasul Paulus  berkhotbah di tempat tum-

pangannya dan rumah yang disewanya (Kis. 28:23, 30). Pengerti-

an yang pertama menunjukkan teladan kesalehannya, sementara 

yang kedua menunjukkan bakti dan semangatnya. 

XI. Mengenai Arkhipus, yang merupakan salah satu pelayan mereka 

di Kolose. Jemaat diminta untuk mengingatkannya untuk meng-

urusi pekerjaannya sebagai pelayan, untuk memperhatikannya 

dan menjalankannya, supaya bergiat dan teliti dalam segala 

bagian tugasnya, dan untuk bertekun sampai pada kesudahan-

nya. Mereka harus melekat pada rancangan utama pelayanan me-

reka tanpa menyusahkan diri sendiri ataupun orang lain dengan 

hal-hal yang tidak termasuk di dalamnya, atau yang kurang 

penting. Perhatikanlah,  

1. Pelayanan yang telah kita terima adalah suatu kehormatan 

besar, sebab pelayanan itu diterima dalam Tuhan, dan seturut 

dengan pengutusan dan perintah-Nya. 

2. Orang-orang yang telah menerimanya harus menjalankannya, 

atau melaksanakan tugas itu sepenuhnya. Orang-orang yang 

melakukan pekerjaan Tuhan dengan ceroboh berarti meng-

khianati kepercayaan yang diberikan kepada mereka dan akan 

berakhir dengan menyedihkan.  


 420

3. Jemaat dapat mengingatkan para pelayan mengenai tugas 

mereka dan mendorong mereka untuk menjalankannya. Sam-

paikanlah kepada Arkhipus: Perhatikanlah, supaya pelayanan 

yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya. Tentu 

saja hal itu harus disampaikan dengan layak dan penuh hor-

mat, bukan dengan angkuh ataupun congkak. 

XII. Mengenai dirinya sendiri (ay. 18): Salam dari padaku, Paulus. 

Ingatlah akan belengguku. Dia punya juru tulis untuk menulis isi 

surat ini, namun  kata-kata ini ia tulis dengan tangannya sendiri: 

Ingatlah akan belengguku. Dia tidak berkata, “Ingatlah bahwa 

aku seorang tawanan, dan kirimkan aku perbekalan,” melainkan, 

“Ingatlah bahwa aku dibelenggu sebagai rasul untuk kaum bu-

kan Yahudi, dan hendaknya ini meneguhkan imanmu dalam Injil 

Kristus.” Maka hal itu menambah bobot nasihat ini: “Sebab itu 

aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan sebab  

Tuhan, supaya hidupmu berpadanan (Ef. 4:1). “Kasih karunia 

menyertai kamu. Kebaikan Allah, dan segala yang baik, segala 

buah-buah serta dampak dari kasih karunia itu, menyertai kamu 

dan menjadi bagianmu.” 

 

 

 

 

T A F S I R A N  M A T T H E W  H E N R Y  

Surat  

1 Tesalonika 

   

 

  

 

 

 

 

 

 

TAFSIRAN  

Surat 1 Tesalonika  


esalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. 

Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota ter-

padat dan salah satu kota terbaik untuk berdagang di Levant. sesudah  

maksudnya untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang disebut pro-

vinsi-provinsi Asia terhalang, dan diarahkan secara luar biasa untuk 

memberitakan Injil di Makedonia (Kis. 16:9-10), Rasul Paulus dalam 

kepatuhannya terhadap panggilan Allah pergi dari Troas ke Samo-

trake, lalu dari sana ke Neapolis, dan dari situ ke Filipi. Di Filipi 

pelayanannya berhasil, namun  ia menjumpai banyak kesulitan, sebab  

di sana ia dilempar ke penjara bersama-sama dengan Silas, kawan 

sekerja dan seperjalanannya. Namun, mereka dilepaskan dari penjara 

secara menakjubkan, dan menghibur saudara-saudara di sana, dan 

sesudah  itu berangkat lagi dari sana. sesudah  melewati Amfipolis dan 

Apolonia, mereka sampai di Tesalonika. Di sana Rasul Paulus mena-

nam jemaat yang terdiri atas beberapa orang Yahudi yang percaya 

dan banyak orang bukan Yahudi yang sudah bertobat (Kis. 17:1-4). 

namun  sebab  ada kekacauan di kota itu yang ditimbulkan oleh 

orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan para penduduk setempat 

yang jahat dan rendah, maka demi keselamatan, Paulus dan Silas 

dilarikan saat malam hari ke Berea. sesudah  itu Paulus diantar ke 

Atena, dengan meninggalkan Silas dan Timotius, namun  memberi 

perintah agar mereka lekas-lekas menyusulnya. sesudah  mereka 

berdua sampai, Timotius dikirim ke Tesalonika, untuk mencari tahu 

keadaan jemaat di sana dan meneguhkan iman mereka (1Tes. 3:2). 


 424

Dan, sesudah  kembali kepada Paulus sewaktu ia tinggal di Atena, 

Timotius diutus lagi, bersama-sama dengan Silas, untuk mengun-

jungi jemaat-jemaat di Makedonia. Jadi Paulus, sesudah  ditinggal 

sendirian di Atena (1Tes. 3:1), pergi dari situ ke Korintus, di mana ia 

terus tinggal selama satu setengah tahun. Di sela-sela waktu itulah 

Silas dan Timotius kembali kepadanya dari Makedonia (Kis. 18:5). 

Lalu Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat Kristus di Tesalo-

nika, yang walaupun ditempatkan sesudah  surat-surat lain, dianggap 

merupakan surat yang pertama-tama ditulis Paulus, dan ditulis seki-

tar tahun 51 M. Maksud utama dari surat ini adalah untuk meng-

ungkapkan betapa rasul ini bersyukur atas keberhasilannya mem-

beritakan Injil di antara mereka, untuk meneguhkan iman mereka, 

dan mengajak mereka untuk berperilaku kudus.  

 

PASAL  1  

etelah memberi pengantar (ay. 1), Rasul Paulus memulai dengan 

ucapan syukur kepada Allah atas kebaikan-kebaikan yang menye-

lamatkan yang dikaruniakan kepada jemaat di Tesalonika (ay. 2-5). 

Lalu ia menyebutkan bukti-bukti yang pasti dari keberhasilan Injil di 

antara mereka, yang sudah dikenal luas dan termasyhur di sejumlah 

tempat lain (ay. 6-10). 

Penulis Surat dan Salam Kerasulan  

(1:1)  

1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika 

yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia 

dan damai sejahtera menyertai kamu.  

Dalam pengantar ini kita mendapati, 

I.  Keterangan penulisan surat ini, di mana kita melihat,  

1. Dari siapa surat ini datang, atau oleh siapa surat tersebut 

ditulis. Paulus adalah rasul dan penulis yang diilhami untuk 

menulis surat ini, meskipun ia tidak menyebutkan jabatan 

kerasulannya, yang tidak diragukan oleh jemaat di Tesalonika, 

dan tidak pula ditentang oleh rasul palsu mana pun di antara 

mereka. Ia mengikutsertakan Silwanus (atau Silas) dan Timo-

tius (yang sudah datang kepadanya dengan laporan tentang 

kesejahteraan jemaat-jemaat di Makedonia). Ini menunjukkan 

kerendahan hati yang besar dari rasul ini, dan betapa inginnya 

ia memberikan kehormatan kepada hamba-hamba Kristus 

yang lebih rendah tempat dan kedudukannya. Ini contoh yang 

baik bagi hamba-hamba Tuhan yang mempunyai kemampuan 


 426

dan nama baik yang lebih dibandingkan dengan semua yang 

lain di dalam jemaat.  

2. Kepada siapa surat ini ditulis, yaitu kepada jemaat di Tesalo-

nika, orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi yang sudah ber-

tobat di Tesalonika. Dan bisa diamati bahwa jemaat ini dikata-

kan berada di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus 

Kristus. Mereka bersekutu dengan Bapa dan Anak-Nya Yesus 

Kristus (1Yoh. 1:3). Mereka adalah jemaat Kristen, sebab  me-

reka percaya kepada Allah Bapa dan kepada Tuhan Yesus 

Kristus. Mereka memeluk kaidah-kaidah agama alami maupun 

agama wahyu. Orang-orang bukan Yahudi yang bertobat itu 

berpaling kepada Allah dari berhala-berhala, dan orang-orang 

Yahudi yang bertobat mempercayai Yesus sebagai Mesias yang 

dijanjikan. Mereka semua mengabdi dan berbakti kepada Allah 

Bapa dan Tuhan Yesus Kristus: kepada Allah sebagai kebaikan 

utama dan tujuan tertinggi mereka, dan kepada Yesus Kristus 

sebagai Tuhan dan Pengantara mereka, Pengantara antara 

Allah dan manusia. Allah Bapa adalah pusat asali dari semua 

agama alami. Dan Yesus Kristus adalah Pencipta dan pusat 

dari semua agama wahyu. Percayalah kepada Allah, tegas 

Juruselamat kita, dan percayalah juga kepada-Ku (Yoh. 14:1).  

II.  Salam atau berkat kerasulan: Kasih karunia dan damai sejahtera 

menyertai kamu di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus 

Kristus. Ini maksudnya sama seperti dalam surat-surat lain. Kasih 

karunia dan damai sejahtera memang merupakan perpaduan 

yang serasi, sebab kasih karunia atau perkenanan Allah yang 

cuma-cuma adalah sumber dari semua damai sejahtera yang kita 

nikmati atau yang bisa kita nikmati. Dan jika ada kecende-

rungan hati yang penuh kasih karunia dalam diri kita, maka kita 

bisa berharap mempunyai pikiran-pikiran damai sejahtera dalam 

hati kita. Baik kasih karunia maupun damai sejahtera, dan se-

mua berkat rohani, datang kepada kita dari Allah Bapa dan 

Tuhan Yesus Kristus. Dari Allah sumber semua kebaikan, dan 

dari Tuhan Yesus yang telah menebus semua kebaikan untuk 

kita. Dari Allah di dalam Kristus, dan dengan begitu juga Bapa 

kita dalam perjanjian, sebab  Dia adalah Allah dan Bapa dari 

Tuhan kita Yesus Kristus. Perhatikanlah, seperti halnya semua 

kebaikan datang dari Allah, demikian pula tidak ada kebaikan 

Surat 1 Tesalonika 1:2-5 

 427 

yang bisa diharapkan oleh orang-orang berdosa selain kebaikan 

dari Allah di dalam Kristus. Dan kebaikan yang terbaik bisa 

diharapkan dari Allah sebagai Bapa kita demi Kristus. 

Ucapan Syukur kepada Allah 

(1:2-5)  

2 Kami selalu mengucap syukur kepada Allah sebab  kamu semua dan 

menyebut kamu dalam doa kami. 3 Sebab kami selalu mengingat pekerjaan 

imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita 

Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita. 4 Dan kami tahu, hai saudara-

saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu. 5 Sebab Injil yang 

kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, 

namun  juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian 

yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu 

oleh sebab  kamu.

I.  Rasul Paulus memulai dengan mengucap syukur kepada Allah. 

sebab  akan menyebutkan hal-hal yang membuatnya bersuka-

cita, dan yang amat patut dipuji pada diri jemaat, serta yang sa-

ngat menguntungkan mereka, ia memilih untuk memulai dengan 

cara mengucap syukur kepada Allah, Sang Pencipta semua 

kebaikan yang datang kepada kita, atau yang dilakukan oleh kita, 

setiap saat. Allahlah yang dituju hati kita dalam segala ibadah, 

dalam doa, dan dalam puji-pujian. Dan mengucap syukur kepada 

Allah merupakan kewajiban besar, yang harus selalu dan senan-

tiasa dilakukan. Bahkan sekalipun kita tidak mengucap syukur 

kepada Allah dengan kata-kata, kita harus mempunyai rasa syu-

kur dalam hati kita atas kebaikan Allah. Mengucap syukur harus 

sering-sering dilakukan. Dan kita harus bersyukur bukan hanya 

atas kebaikan-kebaikan yang kita sendiri terima, melainkan juga 

atas keuntungan-keuntungan yang dikaruniakan kepada orang 

lain, kepada sesama manusia dan sesama orang Kristen. Rasul 

Paulus mengucap syukur bukan untuk teman-teman akrabnya 

saja, atau orang-orang yang sangat dikasihi Allah, melainkan juga 

untuk seluruh jemaat.  

II. Ia menggabungkan doa dengan pujian atau ucapan syukurnya. 

saat  dalam segala hal kita menyatakan keinginan kita kepada 

Allah dalam doa dan permohonan, kita harus mengikutsertakan 

ucapan syukur ke dalamnya (Flp. 4:6). Begitu pula, jika kita 


 428

bersyukur atas kebaikan apa saja yang kita terima, kita harus 

mengikutsertakan doa ke dalamnya. Kita harus selalu berdoa 

tanpa henti, dan harus berdoa bukan hanya untuk diri kita sen-

diri, namun  juga untuk orang lain, untuk teman-teman kita, dan 

menyebut mereka dalam doa-doa kita. Kadang-kadang kita perlu 

menyebut nama-nama mereka, dan menyebutkan perkara dan 

keadaan mereka. namun  setidak-tidaknya, kita harus memikirkan 

orang-orang dan keadaan mereka dalam pikiran kita, dengan 

mengingat mereka senantiasa. Perhatikanlah, seperti halnya ada 

banyak hal yang harus kita syukuri untuk diri kita dan teman-

teman kita, demikian pula ada banyak kesempatan untuk senan-

tiasa berdoa meminta kebaikan-kebaikan selanjutnya.  

III. Rasul Paulus menyebutkan secara terinci apa yang membuatnya 

bergitu bersyukur kepada Allah, yaitu, 

1. Kebaikan-kebaikan yang menyelamatkan, yang dikaruniakan 

kepada jemaat di Tesalonika. Inilah dasar dan alasan-alasan 

mengapa ia mengucap syukur.  

(1) Iman mereka dan pekerjaan iman mereka. Iman mereka, 

katanya kepada mereka (ay. 8), sangat termasyhur, dan ter-

sebar luas. Iman mereka itu adalah anugerah yang meng-

ubah segala-galanya. Dan iman mereka adalah iman yang 

benar dan hidup, sebab  iman itu iman yang bekerja. Per-

hatikanlah, jika iman benar, maka iman itu akan beker-

ja. Iman itu akan berpengaruh pada hati dan hidup. Iman 

itu akan membuat kita bekerja untuk Allah dan untuk 

keselamatan kita sendiri. Kita mendapatkan penghiburan 

dari iman kita dan iman orang lain bila kita melihat iman 

itu bekerja. “Tunjukkanlah kepadaku imanmu dari perbuat-

an-perbuatanmu” (Yak. 2:18).  

(2) Kasih mereka dan jerih payah kasih mereka. Kasih adalah 

salah satu anugerah utama. Kasih sangat bermanfaat bagi 

kita dalam hidup ini dan akan tetap begitu, dan akan di-

sempurnakan di kehidupan nanti. Iman bekerja dengan 

kasih. Iman menunjukkan diri dalam perbuatan kasih ke-

pada Allah dan kepada sesama. sebab  kasih akan menun-

jukkan diri lewat perbuatan, maka kasih akan membuat 

kita bersusah payah dalam beragama atau beribadah. 

Surat 1 Tesalonika 1:2-5 

 429 

(3)  Harapan mereka dan ketekunan pengharapan mereka. Kita 

diselamatkan dalam pengharapan. Anugerah pengharapan 

ini diperbandingkan dengan ketopong atau pelindung ke-

pala seorang prajurit dan sauh seorang pelaut, dan sangat 

bermanfaat dalam kondisi bahaya. jika peng-

harapan akan kehidupan kekal itu memiliki dasar yang 

baik dan kuat, maka pengharapan itu akan diwujudkan 

melalui ketekunan untuk tetap berharap, dengan bersabar 

menanggung musibah-musibah pada saat ini dan menung-

gu dengan sabar kemuliaan yang akan disingkapkan kelak. 

namun  jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita 

menantikannya dengan tekun (Rm. 8:25).  

2.  Rasul Paulus tidak hanya menyebutkan ketiga anugerah 

utama ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, namun  juga 

memberi perhatian pada,  

(1) Siapa yang sebenarnya menjadi tujuan hati kita dan penye-

bab dari anugerah-anugerah ini, yaitu Tuhan kita Yesus 

Kristus.  

(2) Apakah anugerah-anugerah itu tulus: di hadapan Allah dan 

Bapa kita. Dorongan besar untuk bersikap tulus adalah 

dengan menyadari bahwa mata Allah selalu tertuju kepada 

kita. Dan merupakan tanda ketulusan kita jika dalam 

segala hal yang kita lakukan, kita berusaha berkenan di 

hadapan Allah. Dan apa yang benar adalah yang benar da-

lam pandangan Allah. Maka, perbuatan iman, usaha kasih, 

dan ketekunan pengharapan baru bisa dikatakan tulus, 

jika itu dilakukan di dalam pandangan Allah.  

(3) Rasul Paulus menyebutkan sumber yang darinya anugerah-

anugerah ini mengalir, yaitu kasih Allah yang memilih: Dan 

kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa 

Ia telah memilih kamu (ay. 4). Demikianlah ia menelusuri 

aliran-aliran sungai ini sampai ke sumbernya, dan itu ada-

lah pemilihan Allah sejak dari kekekalan. Pemilihan Allah 

ini dipahami sebagian orang hanya sebagai terpisahkannya 

jemaat Tesalonika untuk sementara, sebab  pertobatan 

mereka, dari orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan 

Yahudi yang tidak percaya. Akan namun , pemilihan ini ter-

jadi sesuai dengan maksud Allah dari semula, yang di 


 430

dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehen-

dak-Nya (Ef. 1:11). Berbicara tentang pemilihan atas mere-

ka, Rasul Paulus menyebut mereka sebagai saudara-sau-

dara yang dikasihi Allah. Sebab persaudaraan asali di an-

tara orang-orang Kristen dan hubungan mereka satu sama 

lain terjadi sebab  pemilihan mereka. Dan ini merupakan 

alasan yang baik mengapa kita harus saling mengasihi, 

sebab  kita semua merupakan orang-orang yang dikasihi 

Allah, dan dikasihi-Nya menurut kebijaksanaan-Nya, walau 

tidak ada apa pun dalam diri kita yang layak mendapatkan 

kasih-Nya. Pemilihan atas jemaat Tesalonika ini diketahui 

oleh para rasul, dan sebab  itu bisa diketahui oleh jemaat 

itu sendiri, dan itu melalui buah-buah dan dampak-dam-

pak dari pemilihan itu, yaitu iman, pengharapan, dan kasih 

mereka yang tulus, yang diperoleh melalui pemberitaan 

Injil yang berhasil di antara mereka. Perhatikanlah,  

[1] Semua orang yang dalam kegenapan waktu berhasil 

dipanggil dan dikuduskan adalah orang-orang yang su-

dah dipilih sejak dari kekekalan untuk diselamatkan.  

[2] Pemilihan Allah itu terjadi menurut perkenanan-Nya 

sendiri dan hanya sebab  anugerah, bukan sebab  jasa 

apa saja dalam diri orang-orang yang terpilih.  

[3] Pemilihan Allah ini dapat diketahui melalui buah-buah-

nya.  

[4] jika kita mengucap syukur kepada Allah atas anuge-

rah-Nya kepada diri kita sendiri atau kepada orang lain, 

kita harus menelusuri aliran-aliran sungai sampai ke 

sumbernya, dan mengucap syukur kepada Allah atas 

kasih-Nya yang sudah memilih, yang olehnya kita 

dibuat berbeda. 

3.  Dasar atau alasan lain mengapa Rasul Paulus mengucap syu-

kur adalah keberhasilan pelayanannya di antara mereka. Ia 

bersyukur untuk dirinya sendiri dan juga untuk mereka, bah-

wa usahanya selama ini tidak sia-sia. Dengan ini ia mem-

punyai meterai dan bukti dari kerasulannya, dan mendapat 

dorongan besar dalam segala pekerjaan dan penderitaannya. 

Penerimaan dan sambutan mereka yang hangat terhadap Injil 

yang diberitakannya kepada mereka merupakan bukti bahwa 

Surat 1 Tesalonika 1:2-5 

 431 

mereka dipilih dan dikasihi Allah. Dengan cara inilah ia tahu 

bahwa mereka adalah orang-orang terpilih. Benar bahwa ia 

sudah pernah ke langit ketiga. namun  ia belum menyelidiki isi 

kitab kekekalan, dan menemukan pemilihan atas mereka di 

sana. Namun, ia mengetahui pemilihan ini melalui keber-

hasilan Injil di antara mereka (ay. 5), dan ia memperhatikan 

hal itu dengan penuh syukur,  

(1) Bahwa Injil sampai kepada mereka bukan hanya dengan 

kata-kata, namun  juga dengan kuasa. Mereka tidak hanya 

mendengar suaranya, namun  juga berserah pada kuasanya. 

Injil tidak hanya menghibur telinga mereka dan menye-

nangkan angan-angan mereka, tidak sekadar memenuhi 

kepala mereka dengan gagasan-gagasan, dan menghibur 

pikiran mereka untuk sementara waktu, namun  juga mem-

pengaruhi hati mereka. Kuasa ilahi turut menyertai Injil 

untuk meyakinkan hati nurani mereka dan meluruskan 

hidup mereka. Perhatikanlah, melalui hal ini kita bisa me-

ngetahui bahwa kita dipilih, yaitu jika kita tidak hanya 

berbicara tentang perkara-perkara Allah dengan meniru 

saja seperti burung beo, namun  juga merasakan pengaruh-

nya dalam hati kita, dengan mematikan hawa nafsu kita, 

melepaskan kita dari dunia, dan mengangkat hati kita 

kepada perkara-perkara sorgawi.  

(2) Injil datang dalam Roh Kudus, yaitu dengan kekuatan Roh 

ilahi yang dahsyat. Perhatikanlah, jika Injil datang de-

ngan kuasa, itu harus dilihat sebagai pekerjaan Roh Ku-

dus. Dan kecuali Roh Allah menyertai firman Allah, untuk 

membuatnya berhasil dengan kuasa-Nya, maka firman 

Allah akan menjadi bagi kita sekadar huruf-huruf mati. 

Dan hukum yang tertulis itu mematikan, namun  Roh meng-

hidupkan.  

(3) Injil sampai pada mereka dengan sangat meyakinkan. De-

mikianlah, mereka menyambutnya dengan kuasa Roh Ku-

dus. Mereka sepenuhnya yakin akan kebenarannya, se-

hingga tidak mudah goyah oleh segala keberatan dan kera-

guan. Mereka rela meninggalkan segalanya demi Kristus, 

dan mempertaruhkan jiwa serta kehidupan kekal mereka 

pada kebenaran pewahyuan Injil. Bagi mereka, firman 

Allah itu bukan seperti pemikiran sebagian ahli filsafat 


 432

tentang perkara-perkara yang bisa diperdebatkan dan di-

pertanyakan, melainkan apa yang mereka imani dan ya-

kini. Iman mereka adalah bukti dari segala sesuatu yang 

tidak terlihat. Dan dengan demikian, jemaat di Tesalonika 

tahu orang seperti apa Rasul Paulus dan rekan-rekan 

sekerjanya yang ada di antara mereka itu, dan apa yang 

sudah mereka lakukan untuk jemaat, serta bagaimana 

pekerjaan mereka sudah berhasil.  

Bukti dari Keberhasilan Rasul Paulus 

(1:6-10)  

6 Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penin-

dasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang 

dikerjakan oleh Roh Kudus, 7 sehingga kamu telah menjadi teladan untuk 

semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. 8 sebab  dari 

antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya 

saja, namun  di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada 

Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu. 9 Se-

bab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut 

dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk 

melayani Allah yang hidup dan yang benar, 10 dan untuk menantikan keda-

tangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang 

mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang. 

Dalam ayat-ayat ini, kita melihat bukti dari keberhasilan Rasul Pau-

lus di antara jemaat Tesalonika, yang termasyhur dan tersohor di 

sejumlah tempat. Sebab, 

I.  Mereka sangat berhati-hati supaya hidup kudus dengan meng-

ikuti teladan-teladan baik dari para rasul dan hamba Kristus (ay. 

6). Misalnya, Rasul Paulus berlaku sangat rendah hati, tidak men-

cari pujian bagi dirinya sendiri, melainkan mengutamakan ke-

baikan orang lain, dengan berperilaku yang sesuai dengan apa 

yang diajarkannya kepada mereka. Ini supaya ia tidak merun-

tuhkan dengan tangan kiri apa yang sudah dibangunnya dengan 

tangan kanan. Dengan demikian jemaat di Tesalonika, yang 

sudah tahu orang-orang seperti apa yang sedang berada di antara 

mereka, dan bagaimana ajaran dan kehidupan mereka bersesuai-

an, tergerak hati nuraninya untuk mengikuti mereka, atau meniru 

teladan baik mereka. Dengan demikian, mereka juga menjadi para 

pengikut Tuhan, yang merupakan teladan sempurna yang harus

Surat 1 Tesalonika 1:6-10 

 433 

 berusaha kita tiru. Dan kita harus mengikuti orang lain hanya se-

jauh mereka mengikuti Kristus (1Kor. 11:1). Jemaat di Tesalonika 

berbuat demikian, kendati dengan penindasan atas mereka, pe-

nindasan berat yang mengancam para rasul dan juga diri mereka 

sendiri. Mereka rela berbagi dalam penderitaan-penderitaan yang 

menyertai orang-orang yang memeluk dan mengakui Kekristenan. 

Mereka menyambut Injil, kendati dengan segala masalah dan 

kesusahan yang menyertai orang-orang yang mengabarkan Injil 

dan yang mengakuinya juga. Mungkin firman Allah menjadi sema-

kin berharga, sebab  firman itu dibayar dengan harga mahal. Dan 

teladan para rasul bersinar sangat cemerlang di bawah penderita-

an-penderitaan mereka, sehingga jemaat di Tesalonika memeluk 

firman Allah dengan hati gembira, dan mengikuti teladan para 

rasul yang menderita dengan sukacita, dengan sukacita yang di-

kerjakan oleh Roh Kudus. Sukacita rohani yang teguh dan lang-

geng adalah sukacita yang diciptakan oleh Roh Kudus, yang keti-

ka penderitaan-penderitaan kita melimpah, membuat penghibur-

an bagi kita jauh lebih melimpah. 

II. Kegigihan mereka berjaya sedemikian rupa sehingga mereka 

sendiri menjadi teladan bagi semua orang di sekeliling mereka (ay. 

7-8). Amatilah di sini, 

1. Teladan mereka sangat berhasil meninggalkan kesan-kesan 

baik pada diri banyak orang. Mereka typoi – stempel, atau alat 

pembuat cap. Mereka sendiri sudah menerima kesan-kesan 

baik dari pemberitaan dan perilaku para rasul. Sekarang 

merekalah yang meninggalkan kesan-kesan baik, dan perilaku 

mereka pun berdampak baik pada orang lain. Perhatikanlah, 

orang-orang Kristen harus sedemikian baik sehingga dengan 

teladan mereka, mereka bisa memengaruhi orang lain.   

2.  Teladan mereka sangat meluas, dan melampaui batas-batas 

wilayah Tesalonika, bahkan sampai kepada orang-orang per-

caya di seluruh Makedonia, dan lebih jauh lagi ke Akhaya. 

Jemaat di Filipi, dan orang lain yang menerima Injil sebelum 

jemaat Tesalonika, dibangun oleh teladan mereka. Perhatikan-

lah, sebagian orang yang dipekerjakan terakhir untuk mengga-

rap kebun anggur kadang-kadang mengungguli orang-orang 

yang sudah terlebih dulu dipekerjakan, dan menjadi teladan 

bagi mereka. 


 434

3. Teladan mereka sangat termasyhur. Firman Tuhan, atau dam-

pak-dampaknya yang menakjubkan pada jemaat di Tesalo-

nika, terdengar, atau tersohor dan termasyhur, di daerah-

daerah sekitar kota itu, dan di semua tempat. Memang tidak di 

segala tempat, melainkan di sana sini, di tempat ini dan itu di 

dunia. Sehingga, sebab  keberhasilan Injil di antara mereka, 

banyak orang lain terdorong untuk menyambutnya juga, dan 

rela menderita sebab nya, bila dipanggil untuk itu. Iman 

mereka tersebar luas.  

(1)  Kesiapan iman mereka terkenal di luar negeri. Orang-orang 

Tesalonika ini memeluk Injil segera sesudah  Injil diberitakan 

kepada mereka. Sehingga setiap orang tahu betul bagai-

mana para rasul masuk di antara mereka, bahwa mereka 

tidak menunda-nunda seperti orang-orang Filipi, di mana 

butuh waktu lama sebelum terjadi kebaikan yang berarti. 

(2)  Dampak-dampak dari iman mereka itu termasyhur.  

[1] Mereka berhenti menyembah berhala. Mereka berbalik 

dari berhala-berhala mereka, dan meninggalkan semua pe-

nyembahan palsu yang sudah diajarkan kepada mereka.  

[2] Mereka memberi diri kepada Allah, kepada Allah yang 

hidup dan benar, dan mengabdikan diri untuk mela-

yani-Nya.  

[3]  Mereka menetapkan hati untuk menantikan kedatang-

an Anak Allah dari sorga (ay. 10). Dan ini merupakan 

salah satu kekhasan dari agama kita yang kudus, yaitu 

menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya, 

sebab  kita percaya bahwa Ia akan datang, dan berha-

rap supaya Ia datang untuk membawa sukacita bagi 

kita. Orang-orang percaya di bawah Perjanjian Lama 

menantikan kedatangan Mesias, sedangkan orang-orang 

percaya sekarang menantikan kedatangan-Nya untuk 

kali kedua. Ia akan datang. Dan ada alasan yang baik 

untuk percaya bahwa Ia akan datang, sebab  Allah 

sudah membangkitkan Dia dari antara orang mati, yang 

merupakan jaminan penuh kepada semua orang bahwa 

Ia akan datang untuk menghakimi (Kis. 17:31). Dan ada 

alasan yang baik untuk mengharapkan dan menantikan 

kedatangan-Nya, yaitu sebab  Ia sudah membebaskan 

Surat 1 Tesalonika 1:6-10 

 435 

kita dari murka yang akan datang. Ia telah datang un-

tuk menebus keselamatan bagi kita, dan jika Ia da-

tang kembali, Ia akan membawa keselamatan bersama-

Nya, yakni pembebasan yang utuh dan tuntas dari 

dosa, maut, dan neraka, dari murka yang akan menim-

pa orang-orang tidak percaya. Dan murka itu, begitu 

sekali datang, akan terus datang, sebab  murka itu 

adalah api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis 

dan malaikat-malaikatnya (Mat. 25:41). 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  2  

alam pasal ini Rasul Paulus mengingatkan orang-orang Tesalo-

nika tentang cara dia memberitakan Injil di antara mereka (ay. 

1-6). Kemudian tentang bagaimana dia berperilaku di antara mereka 

(ay. 7-12). sesudah  itu tentang keberhasilan pelayanannya, dengan pe-

ngaruh-pengaruhnya baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap 

mereka (ay. 13-16), dan kemudian meminta maaf atas ketidakhadir-

annya (ay. 17-20). 

Pelayan-pelayan yang Mula-mula 

(2:1-6) 

1 Kamu sendiri pun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan 

kami di antaramu tidaklah sia-sia. 2 namun  sungguhpun kami sebelumnya, 

seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan 

pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil 

Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat. 3 Sebab nasihat kami tidak 

lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak 

disertai tipu daya. 4 Sebaliknya, sebab  Allah telah menganggap kami layak 

untuk mempercayakan Injil kepada kami, sebab  itulah kami berbicara, 

bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah 

yang menguji hati kita. 5 sebab  kami tidak pernah bermulut manis – hal itu 

kamu ketahui – dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi 

– Allah adalah saksi – 6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, 

baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat ber-

buat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. 

Di sini kita mendapati uraian tentang cara Paulus memberitakan 

Injil, dan renungannya yang menghibur hati tentang awal kedatang-

annya di antara orang-orang Tesalonika. Hati nuraninya dapat ber-

saksi tentang ketulusannya, dan sebab  itu dengan yakin ia dapat 

berseru kepada orang-orang Tesalonika tentang betapa setianya dia, 

dan Silas, dan Timotius, penolong-penolongnya dalam pekerjaan 


 438

Tuhan, telah melaksanakan pekerjaan mereka: Kamu sendiri pun me-

mang tahu, saudara-saudara, ... kedatangan kami di antaramu. Per-

hatikanlah, sungguh hal yang sangat menghibur hati seorang pelayan 

Tuhan bahwa hati nuraninya sendiri dan hati nurani orang-orang 

lain bersaksi untuk dia, bahwa dia memulai pekerjaannya dengan 

baik, dengan tujuan-tujuan yang baik, dan berdasar  prinsip-

prinsip yang baik, dan bahwa pemberitaannya tidaklah sia-sia. Atau, 

seperti yang diartikan sebagian orang, tidak dengan terpaksa. Rasul 

Paulus di sini merasa terhibur sebab  keberhasilan pelayanannya, 

bahwa pelayanannya menghasilkan buah atau tidak sia-sia (menurut 

terjemahan kita). Atau seperti anggapan lain, dengan merenungkan 

ketulusan pemberitaannya, bahwa pemberitaannya itu tidak sia-sia 

dan percuma, atau tidak penuh tipu daya dan berbahaya. Pokok 

pemberitaan Rasul Paulus bukanlah dugaan-dugaan yang sia-sia dan 

tidak berarti tentang hal-hal menyenangkan yang tidak berguna dan 

pertanyaan-pertanyaan bodoh, melainkan kebenaran yang kuat dan 

kokoh, yang sedemikian rupa adanya sehingga dapat menguntung-

kan pendengar-pendengarnya. Ini adalah teladan yang baik, untuk 

ditiru oleh semua pelayan Injil. Lebih-lebih lagi, pemberitaan Rasul 

Paulus sama sekali tidak sia-sia atau penuh tipu daya. Dia dapat 

mengatakan kepada orang-orang Tesalonika ini apa yang dia beri-

tahukan kepada orang-orang Korintus (2Kor. 4:2): Kami menolak 

segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku 

licik dan tidak memalsukan firman Allah. Dia tidak memiliki tujuan 

jahat atau duniawi dalam pemberitaannya. Diingatkannya mereka 

bahwa dia memberitakan Injil,  

I. Dengan keberanian dan ketetapan hati. Kami beroleh keberanian 

untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu (ay. 2). Rasul Paulus 

diilhami dengan keberanian yang kudus, dan tidak menjadi tawar 

hati dengan segala penderitaan yang dia jumpai, atau perlawanan 

yang menentang dia. Dia telah mengalami perlakuan buruk di 

Filipi, dan ini benar-benar diketahui oleh orang-orang Tesalonika 

ini. Di sana dia dan Silas diperlakukan dengan hina, dengan 

dipasung. Namun begitu mereka dibebaskan, mereka segera pergi 

ke Tesalonika, dan memberitakan Injil dengan sama beraninya 

seperti biasa. Perhatikanlah, penderitaan demi sebuah perkara 

yang baik seharusnya mempertajam dan bukan menumpulkan 

kekuatan tekad yang kudus. Injil Kristus, saat  pertama kali 

Surat 1 Tesalonika 2:1-6 

 439 

muncul di dunia, berhadapan dengan banyak perlawanan. Dan 

orang-orang yang memberitakannya telah memberitakannya da-

lam perjuangan yang berat, dengan kesengsaraan yang hebat. Ini 

merupakan perjuangan para rasul dalam pemberitaan mereka, 

atau perjuangan mereka menghadapi perlawanan. Inilah penghi-

buran Paulus, bahwa dia tidak menjadi takut dalam pekerjaan-

nya, maupun dihalau darinya. 

II. Dengan sangat sederhana dan dengan ketulusan yang saleh: 

Nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang 

tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya (ay. 3). Ini, sudah 

pasti, adalah hal yang paling menghibur bagi Rasul Paulus, yaitu 

kesadaran akan ketulusannya sendiri. Dan ini merupakan salah 

satu alasan keberhasilannya. Injil yang dia beritakan dan nasihat-

kan supaya mereka percayai dan taati adalah Injil yang murni dan 

tidak diubah. Tujuannya bukan untuk mendirikan sebuah golong-

an, untuk menarik orang-orang untuk ikut dalam suatu kelom-

pok, melainkan untuk menggalakkan ibadah yang murni dan yang 

tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita. Injil yang dia beritakan 

tidak mengandung tipu daya, melainkan benar dan murni, tidak 

mengandung kesalahan, dan bukan sebuah dongeng yang diren-

canakan dengan licik. Injil itu juga tidak berasal dari ketidak-

murnian. Injil-Nya murni dan kudus, layak bagi Penulis-nya yang 

kudus, dan menolak segala jenis kenajisan. Semua firman Allah 

adalah murni. Tidak boleh ada campuran yang cemar padanya. 

Dan, sebagaimana hal-hal yang dinasihatkan oleh Rasul Paulus 

itu benar dan murni, cara bicaranya pun tanpa tipu muslihat. Dia 

tidak berpura-pura mengatakan sesuatu padahal memiliki mak-

sud yang lain. Dia percaya, dan sebab itu dia berkata-kata. Dia 

tidak mempunyai tujuan-tujuan dan pandangan-pandangan yang 

jahat dan duniawi, namun  berlaku benar sesuai apa yang seharus-

nya. Rasul Paulus tidak hanya menyatakan ketulusannya, me-

lainkan juga menyertakan alasan-alasan dan bukti-buktinya. 

Alasan-alasannya tercakup di dalam ayat 4.  

1. Mereka adalah pelayan-pelayan, dan Injil dipercayakan kepada 

mereka, dan yang dituntut dari seorang pelayan adalah dia 

harus setia. Injil yang Paulus beritakan bukanlah miliknya 

sendiri, melainkan Injil Allah. Perhatikanlah, pelayan-pelayan 

Tuhan dianugerahi dengan perkenanan yang besar, diberikan 


 440

kehormatan, dan dilimpahi dengan kepercayaan. Mereka tidak 

boleh berani merusakkan firman Allah. Mereka harus dengan 

rajin mempergunakan apa yang dipercayakan kepada mereka 

sedemikian rupa, seperti yang telah Allah izinkan dan perintah-

kan, dengan menyadari bahwa mereka akan dimintai pertang-

gungjawaban, saat  mereka harus berhenti menjadi pelayan. 

2. Tujuan mereka adalah untuk menyenangkan hati Allah dan 

bukan manusia. Allah adalah Allah kebenaran, dan Dia me-

nuntut kebenaran di dalam batin. Dan, jika tidak ada ketulus-

an, segala hal yang kita lakukan tidak akan dapat menyenang-

kan hati Allah. Injil Kristus tidak untuk disesuaikan dengan 

khayalan-khayalan dan hawa nafsu manusia, untuk memuas-

kan selera dan kegemaran mereka, melainkan justru sebalik-

nya, bertujuan untuk mematikan kesenangan-kesenangan 

yang cemar, dan membebaskan mereka dari kuasa khayalan, 

supaya mereka bisa dikuasai oleh kuasa iman. Sekiranya aku 

masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku 

bukanlah hamba Kristus (Gal. 1:10). 

3. Mereka bertindak dengan kesadaran akan kemahatahuan 

Allah, dengan mengetahui bahwa mereka ada di dalam pan-

dangan Dia yang menguji hati. Kita sungguh akan terdorong 

untuk berlaku tulus, bila kita sadar bahwa Allah bukan hanya 

melihat segala sesuatu yang kita lakukan, namun  juga menge-

tahui pikiran-pikiran kita dari jauh, dan menyelidiki hati. Dia 

sangat mengetahui seluruh tujuan dan maksud-maksud kita, 

seperti halnya dengan tindakan-tindakan kita. Dan dari Allah 

yang menguji hati kita inilah kita pasti menerima upah kita. 

Bukti-bukti ketulusan Rasul Paulus adalah sebagai berikut: 

(1) Dia menghindari sanjungan: Kami tidak pernah bermulut 

manis – hal itu kamu ketahui (ay. 5). Dia dan teman-teman 

sekerjanya memberitakan Kristus dan Dia yang disalibkan, 

dan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi 

diri mereka sendiri dengan membuat orang-orang menyu-

kai mereka, menyanjung-nyanjung, dan memuja-muja me-

reka. Tidak, dia sama sekali tidak melakukannya. Dan dia 

juga tidak menyanjung orang-orang dalam dosa mereka, 

dan tidak memberi tahu mereka, jika mereka mau menjadi 

kelompoknya, mereka boleh hidup seperti yang mereka 

inginkan. Dia tidak menjilat mereka dengan harapan-ha-

Surat 1 Tesalonika 2:7-12 

 441 

rapan yang muluk-muluk, dan tidak menuruti kehendak 

mereka dalam perbuatan atau cara jahat apa pun, dengan 

menjanjikan mereka tetap hidup, dan dengan demikian 

melapisi dengan kapur. 

(2) Dia menghindari ketamakan. Dia tidak menjadikan pela-

yanannya sebagai selubung, atau penutup, untuk maksud 

loba yang tersembunyi – Allah adalah saksi (ay. 5). Tujuan-

nya bukanlah untuk memperkaya dirinya sendiri dengan 

memberitakan Injil. Sama sekali tidak, bahkan dia tidak 

membuat persetujuan dengan mereka untuk mendapatkan 

makanan. Dia tidak seperti rasul-rasul palsu, yang, sebab  

serakahnya berusaha mencari untung dengan ceritera-

ceritera isapan jempol dari orang banyak (2Ptr. 2:3). 

(3) Dia menghindari hasrat berlebihan dan kesombongan: Juga 

tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari 

kamu, maupun dari orang-orang lain (ay. 6). Mereka tidak 

mengharapkan uang ataupun penghormatan dari orang, 

juga tidak mengharapkan diperkaya ataupun dimanjakan, 

dan dipuja-puja, dan dipanggil Rabi oleh mereka. Hal ini di-

nasihatkan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang Galatia 

(Gal. 5:26), supaya janganlah kita gila hormat. Hasratnya 

adalah untuk memperoleh hormat yang datang dari Allah 

yang Esa (Yoh. 5:44). Dia memberi tahu jemaat bahwa 

mereka bisa saja menggunakan wewenang lebih besar 

sebagai rasul-rasul, dan mengharapkan penghargaan lebih 

besar, dan menuntut tunjangan hidup, yang mungkin bagi 

sebagian orang merupakan beban yang terlalu besar untuk 

mereka pikul. 

Pelayan-pelayan yang Mula-mula 

(2:7-12) 

7 namun  kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu 

mengasuh dan merawati anaknya. 8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang 

yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, 

namun  juga hidup kami sendiri dengan kamu, sebab  kamu telah kami kasihi. 

9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah 

kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban 

bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada 

kamu. 10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak 

bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. 11 Kamu tahu, 


 442

betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu 

dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, 12 dan meminta dengan 

sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil 

kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. 

Dalam kata-kata ini Rasul Paulus mengingatkan orang-orang Tesalo-

nika tentang cara dia berperilaku di antara mereka. Dan, 

I.  Dia menyebutkan keramahan perilakunya dan teman-teman pela-

yanannya: Kami berlaku ramah di antara kamu (ay. 7). Dia me-

nunjukkan sikap yang lemah lembut, walaupun bisa saja ia ber-

tindak dengan wewenang seorang rasul Kristus. Perilaku seperti 

itu sangat memberi nama baik bagi agama, dan paling sesuai 

dengan cara Allah yang penuh kasih karunia dalam berurusan 

dengan orang-orang berdosa, di dalam dan melalui Injil. Rasul 

besar ini, walaupun dia membenci dan menghindari sanjungan, 

sangat merendahkan dirinya kepada semua orang. Dia menye-

suaikan dirinya dengan kemampuan setiap orang, dan telah men-

jadi segala-galanya bagi semua orang. Dia menunjukkan kebaikan 

dan perhatian seperti seorang ibu yang merawat anak-anaknya 

dengan penuh kasih sayang. Ini adalah cara untuk memenangkan 

orang banyak, yang lebih baik daripada memerintah dengan ke-

ras. Firman Allah sungguh penuh kuasa. Firman itu sering datang 

disertai kekuasaan yang dahsyat terhadap pikiran manusia, dan 

selalu sanggup untuk menginsafkan dengan penilaian yang adil. 

Namun, firman itu juga disertai dengan kuasa yang menyenang-

kan hati, saat  pelayan-pelayan Injil berperilaku sedemikian rupa 

sehingga dikasihi orang banyak. Dan ia seperti seorang ibu yang 

merawat anaknya, dengan bersabar terhadap sikap anak yang 

suka melawan, dan merendahkan diri untuk tugas-tugas rendah 

demi kebaikannya, menyusui dan merawat anak itu di dadanya. 

Demikian pula, dengan cara yang sama pelayan-pelayan Kristus 

harus bersikap terhadap jemaat mereka. Seorang hamba Tuhan 

tidak boleh bertengkar, namun  harus ramah terhadap semua orang. 

Ia harus cakap mengajar, sabar (2Tim. 2:24). Keramahan dan 

kebaikan ini Rasul Paulus nyatakan dengan beberapa cara. 

1.  Dengan sangat penuh kasih sayang ia menginginkan kesejah-

teraan mereka: Dalam kasih sayang yang besar akan kamu 

(ay. 8). Rasul Paulus mengasihi mereka secara pribadi dengan 

penuh kasih mesra, dan berusaha mendapatkan mereka, bu-

kan milik kepunyaan mereka. Diri mereka sendiri, dan bukan 

Surat 1 Tesalonika 2:7-12 

 443 

harta benda mereka. Untuk meraih mereka, bukan untuk me-

raih keuntungan melalui mereka, atau untuk menjadikan me-

reka barang dagangan. Kesejahteraan dan keselamatan rohani 

dan kekal merekalah yang dia inginkan dengan sungguh-sung-

guh. 

2. Dengan segala kesediaan untuk melakukan kebaikan bagi 

mereka, dengan sukarela memberikan kepada mereka bukan 

saja Injil Allah, namun  juga hidup kami sendiri (ay. 8). Lihatlah 

di sini cara Paulus memberitakan Injil. Dia mau bersusah 

payah melakukannya. Dia rela menghadapi mara bahaya, dan 

mempertaruhkan jiwanya, atau hidupnya, dalam memberita-

kan Injil. Dia bersedia berkorban dan mengorbankan diri da-

lam melayani jiwa-jiwa manusia. Siapa memberikan makanan 

kepada orang lapar sebab  kemurahan hatinya, ia seperti mem-

berikan jiwanya dengan apa yang ia berikan itu (Yes. 58:10). 

Demikian pula yang diperbuat Rasul Paulus dalam memberikan 

roti hidup. Sungguh berharga orang-orang Tesalonika ini bagi 

rasul ini, dan sungguh besar kasihnya untuk mereka. 

3.  Dengan bekerja secara jasmani supaya tidak menjadi beban 

bagi mereka, atau supaya pelayanannya tidak mahal dan 

memberatkan mereka: Kamu masih ingat, saudara-saudara, 

akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang 

malam, dst. (ay. 9). Dia menyangkali kebebasan yang dia miliki 

untuk menerima upah dari jemaat-jemaat. Kepada tugas pela-

yanannya dia menambahkan apa yang merupakan pekerjaan-

nya, sebagai seorang pembuat tenda, supaya dia dapat mem-

peroleh makanannya sendiri. Kita tidak bisa beranggapan bah-

wa Rasul Paulus menghabiskan seluruh malam dan siang me-

lakukan pekerjaan jasmani, atau bekerja, untuk memenuhi 

kebutuhan tubuhnya, sebab  jika demikian dia tidak akan me-

miliki waktu untuk pekerjaan pelayanan. Namun dia mengha-

biskan sebagian malam, dan siang, dalam pekerjaan ini. Dan 

dia bersedia melewatkan istirahatnya pada malam hari, su-

paya dia dapat memiliki kesempatan untuk melakukan ke-

baikan bagi jiwa-jiwa manusia di siang hari. Sebuah teladan 

baik diberikan di sini kepada pelayan-pelayan Injil, supaya 

rajin demi keselamatan jiwa-jiwa manusia, walaupun tidak 

lalu berarti mereka harus selalu berkhotbah secara cuma-

cuma. Tidak ada peraturan umum yang harus disimpulkan 


 444

dari hal ini, bahwa pelayan-pelayan boleh tidak bekerja de-

ngan tangan mereka, untuk memenuhi kebutuhan jasmani 

mereka, atau bahwa mereka harus selalu melakukan hal itu. 

4. Dengan kekudusan perilaku mereka, yang mengenainya dia 

menegaskan kebenarannya bukan hanya kepada orang-orang 

Tesalonika, namun kepada Allah juga (ay. 10). Kamu adalah 

saksi, demikian juga Allah. jemaat adalah pengamat dari 

perilaku lahiriah mereka di depan manusia, dan Allah adalah 

saksi bukan hanya terhadap perilaku mereka yang tersem-

bunyi, melainkan juga prinsip-prinsip di dalam hati yang 

menghasilkan tindakan mereka. Perilaku mereka kudus untuk 

Allah, pantas untuk semua orang, dan tidak bercacat cela, 

tidak melakukan perkara memalukan. Dan mereka berhati-

hati supaya tidak menyinggung perasaan orang-orang di luar 

jemaat, atau orang-orang percaya, supaya mereka tidak mem-

beri teladan yang buruk, supaya mereka hidup benar-benar 

sesuai dengan apa yang mereka ajarkan. Dalam hal ini, kata 

rasul ini, aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati 

nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia (Kis. 24:16). 

II.  Dia menyebutkan kesetiaan mereka dalam melaksanakan pekerja-

an dan tugas pelayanan (ay. 11-12). Mengenai hal ini dia juga 

dapat meminta pembenaran kepada mereka sebagai saksi. Paulus 

dan rekan-rekan sekerjanya bukan hanya orang-orang Kristen 

yang baik, namun juga pelayan-pelayan yang setia. Dan kita seha-

rusnya bukan hanya menjadi orang baik menurut panggilan umum 

kita sebagai orang-orang Kristen, namun juga dalam panggilan-

panggilan dan hubungan-hubungan khusus kita. Paulus menasi-

hati orang-orang Tesalonika, bukan hanya dengan memberi tahu 

mereka mengenai tugas mereka, namun juga membuat mereka 

bergairah dan giat melaksanakannya, dengan memberikan alasan-

alasan dan penjelasan yang tepat. Dan dia menghibur mereka 

juga, dengan berusaha keras menggembirakan dan menyemangati 

mereka di tengah kesulitan-kesulitan dan keputusasaan yang 

mungkin mereka alami. Dan hal ini tidak hanya dia lakukan di 

hadapan umum, melainkan secara pribadi juga, dan dari rumah 

ke rumah (Kis. 20:20), dan memberi petunjuk-petunjuk kepada 

setiap orang (ay. 11, KJV) di antara mereka dengan berbicara se-

cara pribadi. Hal ini, menurut sebagian orang, yang dimaksudkan

Surat 1 Tesalonika 2:13-16 

 445 

 dengan kiasan tentang seorang bapa yang memberi petunjuk ke-

pada anak-anaknya. Ungkapan ini juga menunjukkan nasihat-na-

sihat dan penghiburan-penghiburan yang penuh kasih sayang 

dan belas kasihan yang diperlihatkan oleh rasul ini. Dia adalah 

bapa rohani mereka. Dan, sebagaimana dia memelihara mereka 

seperti seorang ibu yang merawat anaknya, demikian pula dia 

memberi petunjuk-petunjuk kepada mereka seperti seorang bapa, 

dengan kasih sayang seorang bapa dan bukan kekuasaan seorang 

bapa. Untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi 

(1Kor. 4:14). Cara rasul ini menasihati harus diperhatikan oleh 

pelayan-pelayan Tuhan secara khusus untuk mereka tiru. Dan 

pokok nasihatnya harus benar-benar diperhatikan oleh mereka 

dan semua orang lainnya, yaitu, supaya mereka hidup sesuai de-

ngan kehendak Allah, yang memanggil mereka ke dalam Kerajaan 

dan kemuliaan-Nya (ay. 12). Perhatikanlah, 

1. Apa yang menjadi hak istimewa Injili kita yang besar, yaitu 

bahwa Allah telah memanggil kita ke dalam kerajaan dan ke-

muliaan-Nya. Injil memanggil kita ke dalam kerajaan dan ke-

adaan penuh anugerah di sini dan kepada kerajaan dan ke-

adaan penuh kemuliaan nanti, kepada sorga dan kebahagiaan 

sebagai tujuan kita dan kepada kekudusan sebagai jalan me-

nuju tujuan tersebut. 

2.  Apa yang menjadi tugas Injili besar kita, yaitu supaya kita hi-

dup sesuai dengan kehendak Allah, supaya sifat pikiran kita 

dan arah hidup kita sesuai dengan panggilan ini dan seturut 

dengan hak istimewa ini. Kita harus menyesuaikan diri kita 

dengan maksud dan tujuan Injil, dan hidup sesuai dengan 

pengakuan dan hak istimewa kita, harapan dan pengharapan 

kita, seperti yang sepatutnya bagi orang-orang yang dipanggil 

dengan panggilan yang begitu luhur dan kudus. 

Pengaruh Pelayanan Kristiani 

(2:13-16) 

13 Dan sebab  itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga 

kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan 

itu, bukan sebagai perkataan manusia, namun  – dan memang sungguh-

sungguh demikian – sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu 

yang percaya. 14 Sebab kamu, saudara-saudara, telah menjadi penurut 

jemaat-jemaat Allah di Yudea, jemaat-jemaat di dalam Kristus Yesus, sebab  


 446

kamu juga telah menderita dari teman-teman sebangsamu segala sesuatu 

yang mereka derita dari orang-orang Yahudi. 15 Bahkan orang-orang Yahudi 

itu telah membunuh Tuhan Yesus dan para nabi dan telah menganiaya kami. 

Apa yang berkenan kepada Allah tidak mereka pedulikan dan semua manu-

sia mereka musuhi, 16 sebab  mereka mau menghalang-halangi kami mem-

beritakan firman kepada bangsa-bangsa lain untuk keselamatan mereka. 

Demikianlah mereka terus-menerus menambah dosa mereka sampai genap 

jumlahnya dan sekarang murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya. 

Perhatikanlah di sini, 

I. Rasul Paulus menyebutkan keberhasilan pelayanannya di antara 

orang-orang Tesalonika ini (ay. 13), yang dinyatakan, 

1. Dengan cara mereka menerima firman Allah: Kamu telah mene-

rima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai 

perkataan manusia, namun  – dan memang sungguh-sungguh 

demikian – sebagai firman Allah. Perhatikanlah, 

(1) Firman Injil diberitakan oleh manusia seperti kita sendiri, 

manusia dengan segala keinginan dan kelemahan seperti 

orang lain: Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat. 

Firman Allah, yang diterima oleh orang-orang Tesalonika 

ini, mereka dengar dari rasul-rasul. 

(2) Bagaimanapun, itu memang sungguh-sungguh firman Allah. 

Itulah firman yang Rasul Paulus beritakan dengan pewahyu-

an ilahi, dan itulah yang diwariskan dalam bentuk catatan, 

dituliskan di dalam Kitab Suci dengan pewahyuan ilahi. Dan 

itulah firman yang pada masa kita diberitakan, dengan 

tercakup, atau terbukti dibangun berdasar , atau disim-

pulkan dari, firman-firman yang kudus ini. 

(3) Orang-orang yang benar-benar harus disalahkan adalah 

yang menyatakan khayalan-khayalan atau perintah-perin-

tah mereka sendiri sebagai firman Allah. Ini adalah cara 

paling jahat untuk memperdayai suatu umat, dan untuk 

berlaku tidak setia. 

(4) Orang-orang yang juga patut disalahkan adalah mereka 

yang dalam mendengarkan firman hanya melihat sebatas 

pelayanan manusia, yang hanya, atau terutama, merasa 

senang dengan keanggunan berbicara, atau keindahan su-

sunan kata, atau suara dan cara dalam memberitakan fir-

man, dan berharap menerima keuntungan mereka melalui 

semuanya ini. 

Surat 1 Tesalonika 2:13-16 

 447 

(5) Kita harus menerima firman Allah sebagai firman Allah, 

dengan sikap hati yang patut dengan kekudusan, hikmat, 

kebenaran, dan kebaikan yang ada pada firman itu. Perka-

taan manusia itu lemah dan akan binasa, seperti diri mere-

ka sendiri, dan terkadang salah, bodoh, dan berubah-ubah. 

namun  firman Allah itu kudus, bijaksana, benar, dan setia, 

dan, seperti Penulisnya, hidup dan tetap ada selamanya. 

Maka marilah kita menerima dan menghargainya. 

2. Dengan pekerjaan yang sangat baik dari firman yang mereka 

terima ini: Firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang 

percaya (ay. 13). Orang-orang yang dengan iman menerima 

firman mendapati firman itu menguntungkan. Firman-Nya baik 

terhadap orang yang benar kelakuannya, dan dengan penga-

ruhnya yang luar biasa firman itu membuktikan sendiri bahwa 

itu memang firman Allah. Firman ini mengubah jiwa mereka, 

dan menerangi pikiran mereka, dan memberikan sukacita 

pada hati mereka (Mzm. 19). Dan hal seperti ini memberikan 

kesaksian di dalam batin tentang kebenaran Kitab Suci. Fir-

man Allah, dengan berhasil bekerja pada hati mereka, mem-

buktikan diri sendiri bahwa ia berasal dari Allah, walaupun ini 

tidak cukup untuk meyakinkan orang-orang lain yang tidak 

mengenalnya. 

II. Rasul Paulus menyebutkan pengaruh-pengaruh baik yang dihasil-

kan oleh pemberitaannya yang berhasil, 

1. Terhadap dirinya sendiri dan rekan-rekan sekerjanya. Ini 

memberi alasan bagi mereka untuk terus mengucapkan syu-

kur: sebab  itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syu-

kur juga kepada Allah (ay. 13). Rasul Paulus sangat sering 

memanjatkan syukurnya kepada Allah sebab  alasan ini, 

sehingga dia sepertinya berpikir bahwa dia tidak akan pernah 

dapat cukup bersyukur, sebab  Allah telah menganggap dia 

setia, dan menempatkan dia dalam pelayanan, dan membuat 

pelayanannya berhasil. 

2. Terhadap jemaat di Tesalonika. Firman bekerja dengan baik di 

dalam diri mereka, bukan hanya untuk menjadi teladan bagi 

orang lain dalam iman dan perbuatan baik (yang telah dia 

sebutkan sebelumnya), melainkan juga dalam kesetiaan dan 


 448

kesabaran dalam penderitaan dan pencobaan demi Injil. 

Kamu, saudara-saudara, telah menjadi penurut jemaat-jemaat 

Allah, dan telah menderita segala sesuatu yang mereka derita 

(ay. 14), dan dengan keberanian dan kesetiaan yang sama, de-

ngan kesabaran dan pengharapan yang sama. Perhatikanlah, 

salib adalah tanda orang Kristen. Jika kita dipanggil untuk 

menderita, kita dipanggil semata-mata untuk menjadi penurut 

jemaat-jemaat Allah. Demikian juga telah dianiaya nabi-nabi 

yang sebelum kamu (Mat. 5:12). Merupakan pengaruh baik 

dari Injil bila kita dimampukan untuk menderita demi kepen-

tingannya. Rasul Paulus menyebutkan penderitaan jemaat-

jemaat Allah, yang di Yudea, jemaat-jemaat di dalam Kristus 

Yesus. Jemaat-jemaat di Yudea adalah yang pertama men-

dengar Injil, dan merekalah yang pertama menderita untuk 

Injil, sebab  orang-orang Yahudi adalah musuh paling sengit 

yang dimiliki Kekristenan, dan mereka terutama marah sekali 

terhadap orang-orang sebangsa mereka yang memeluk Kekris-

tenan. Perhatikanlah, nafsu yang sengit dan penganiayaan 

yang menyala-nyala akan membuat orang-orang sebangsa ber-

selisih, dan memutuskan semua ikatan-ikatan alami, serta 

juga menentang seluruh peraturan agama. Di setiap kota di 

mana rasul-rasul pergi memberitakan Injil, orang-orang Yahu-

di menggerakkan warga kota melawan mereka. Mereka me-

mimpin berbagai penganiayaan di semua tempat, dan demi-

kian pula khususnya di Tesalonika (Kis. 17:5). Orang-orang 

Yahudi (yang tidak percaya [KJV]) menjadi iri hati dan dengan 

dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petua-

lang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau 

kota itu. Mengenai hal ini, Rasul Paulus menggambarkan wa-

tak orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu (ay. 15), yang 

cukup untuk membenarkan