s amuel dikirim kepada
Saul dengan kabar yang berat, dan membiarkan Saul tahu bahwa
korban orang fasik yaitu kekejian bagi TUHAN, apalagi kalau ia
membawa korban itu, seperti yang dilakukan Saul, dengan
maksud jahat.
1. Samuel menunjukkan kepada Saul apa yang memperparah
kejahatannya, dan berkata kepada raja ini, hai orang dursila,
yang tidak pantas diucapkan siapa saja selain nabi Tuhan
(Ayb. 34:18). Samuel mendakwa Saul telah menjadi musuh
bagi dirinya sendiri dan kepentingannya. Perbuatanmu itu bo-
doh, dan memberontak kepada Allah dan pemerintahan-Nya.
244
“Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, perintah
yang dengannya Ia bermaksud untuk menguji ketaatanmu.”
Perhatikanlah, orang-orang yang tidak menaati perintah-perin-
tah Allah berbuat bodoh bagi diri mereka sendiri. Dosa yaitu
kebodohan, dan para pendosa yaitu orang-orang yang paling
bodoh.
2. Samuel membacakan hukuman Saul (ay. 14): “Kerajaanmu
tidak akan tetap untuk waktu yang lama bagimu atau keluar-
gamu. Allah mengarahkan pandangan-Nya kepada orang lain,
seorang yang berkenan di hati-Nya, dan tidak seperti engkau,
yang maunya menuruti kehendak dan jalanmu sendiri.” Hu-
kuman itu pada dasarnya sama dengan mené tekél, hanya saja
sekarang tampak masih ada ruang bagi Saul untuk bertobat,
yang atas pertobatan itu hukuman ini akan dibatalkan. Akan
namun , sesudah tindakan Saul selanjutnya yang tidak taat,
hukuman itu tidak dapat diubah lagi (15:29). Dan sekarang,
seribu kali lebih baik ia tetap hidup tanpa dikenal orang sam-
bil menggembalakan keledai-keledainya, daripada naik takhta
lalu turun takhta dengan begitu cepat. namun bukankah ini
terlalu keras, menjatuhkan hukuman yang begitu berat ke
atas Saul dan keluarganya sebab satu kesalahan, kesalahan
yang tampak begitu kecil, yang sebenarnya ada banyak
alasannya yang dapat ia ajukan? Tidak, TUHAN itu adil dalam
segala jalan-Nya dan tidak menjahati siapa pun, supaya ter-
nyata Ia adil dalam putusan- Nya, dan bersih dalam penghu-
kuman-Nya. Melalui hal ini,
(1) Allah menunjukkan bahwa tidak ada dosa yang kecil, se-
bab tidak ada allah yang kecil yang terhadapnya kita ber-
dosa. namun bahwa setiap dosa membuat kita kehilangan
kerajaan sorgawi, dan itu bisa saja terjadi pada kita.
(2) Allah menunjukkan bahwa ketidaktaatan terhadap perin-
tah yang jelas, meskipun dalam perkara kecil, sangatlah
menyulut murka-Nya, seperti dalam perkara orangtua per-
tama kita, (Adam dan Hawa – pen.).
(3) Allah memperingatkan kita untuk berjaga-jaga terhadap
roh kita, sebab apa yang bagi manusia mungkin tampak
hanya sebagai pelanggaran kecil, namun bagi Dia yang me-
ngetahui dari dasar pegangan apa dan dengan maksud apa
Kitab 1 Samuel 13:15-23
245
perbuatan itu dilakukan, pelanggaran itu tampak sebagai
kejahatan yang keji.
(4) Allah, dalam menolak Saul sebab kesalahan yang kelihat-
annya kecil, mempertentangkannya dengan, seolah-olah
sebagai pembanding, kemilau rahmat-Nya dalam mengam-
puni dosa-dosa besar seperti dosa-dosa Daud, Manasye,
dan lain-lain.
(5) Kita dengan ini diajar betapa pentingnya menantikan Allah
kita senantiasa. Saul kehilangan kerajaannya sebab tidak
bersabar selama dua atau tiga jam.
Keadaan Hina Orang-orang Israel
(13:15-23)
15 Kemudian berangkatlah Samuel dan pergi dari Gilgal ke Gibea Benyamin.
namun Saul memeriksa barisan rakyat yang ada bersama-sama dengan dia
itu: kira-kira enam ratus orang banyaknya. 16 Saul dan Yonatan, anaknya,
dan rakyat yang ada bersama-sama dengan mereka, tinggal di Geba-Benya-
min, sedang orang Filistin berkemah di Mikhmas. 17 Maka keluarlah orang-
orang penjarah dari perkemahan orang Filistin dalam tiga gerombolan: ge-
rombolan yang satu mengambil jalan ke Ofra, ke daerah Syual; 18 gerombolan
yang kedua mengambil jalan ke Bet-Horon, dan gerombolan yang satu lagi
mengambil jalan ke perbatasan yang menghadap ke lembah Zeboim arah ke
padang gurun. 19 Seorang tukang besi tidak terdapat di seluruh negeri Israel,
sebab orang Filistin berkata: “Jangan-jangan orang Ibrani membuat pedang
atau tombak.” 20 Jadi semua orang Israel harus pergi kepada orang Filistin
untuk mengasah mata bajaknya, beliungnya, kapaknya atau aritnya masing-
masing – 21 adapun bayarannya ialah dua pertiga syikal untuk mata bajak
dan beliung, dan sepertiga syikal untuk mengasah kapak dan untuk mema-
sang kusa – 22 sehingga pada hari pertempuran itu sebilah pedang atau lem-
bing pun tidak terdapat pada seluruh rakyat yang ada bersama Saul dan
Yonatan. namun Saul dan Yonatan, anaknya itu, masih mempunyainya.
23 Dan suatu pasukan pengawal orang Filistin telah keluar ke pelintasan
gunung di Mikhmas.
Dalam perikop ini,
1. Samuel pergi dalam amarah. Saul sudah meninggikan dirinya
sendiri, dan sekarang ia dibiarkan sendiri: Berangkatlah Samuel
dan pergi dari Gilgal (ay. 15), dan tidak tampak bahwa ia berdoa
dengan Saul atau memberinya petunjuk. Namun dengan pergi ke
Gibea Benyamin, yang yaitu kota Saul, Samuel mengisyaratkan
bahwa bahwa ia tidak sepenuhnya meninggalkan Saul, namun
menunggu untuk berbuat kebaikan kepadanya di lain waktu.
Atau ia pergi ke perkampungan para nabi di sana, untuk berdoa
246
bagi Saul saat ia tidak menganggap pantas untuk berdoa ber-
samanya.
2. Saul pergi menyusulnya ke Gibea, dan di sana menghimpun pa-
sukannya, dan mendapati jumlah keseluruhannya hanya enam
ratus orang (ay. 15-16). Demikianlah mereka, sebab dosa mere-
ka, menjadi berkurang dan direndahkan.
3. Orang-orang Filistin memorak-porandakan negeri itu, dan memak-
sa semua wilayah di dekatnya membayar upeti. Pasukan tentara
mereka, atau pos penjagaan (seperti yang disebut dalam tafsiran
yang agak luas, ay. 23), berkemah di pelintasan yang menguntung-
kan di Mikhmas. namun dari sana mereka mengirimkan tiga gerom-
bolan atau pasukan terpisah yang mengambil sejumlah jalan yang
berbeda, untuk menjarah negeri itu, dan mendapatkan persediaan
untuk tentara mereka (ay. 17-18). Oleh orang-orang Filistin ini
tanah Israel dibuat ketakutan dan dimiskinkan, dan orang-orang
Filistin dibuat bersemangat dan diperkaya. Inilah yang didatang-
kan dosa Israel ke atas mereka (Yes. 42:24).
4. Orang-orang Israel yang maju ke medan pertempuran bersama
Saul tidak bersenjata, hanya membawa umban (ketapel) dan pen-
tungan, tidak ada pedang atau lembing di antara mereka semua,
kecuali Saul dan Yonatan sendiri yang memilikinya (ay. 19, 22).
Lihatlah di sini,
(1) Betapa cerdiknya orang-orang Filistin, saat memegang ke-
kuasaan di tangan, mereka berbuat sesuka hati terhadap Is-
rael. Mereka merobohkan semua toko pandai besi dan memin-
dahkan para pandai besi ke negeri mereka sendiri. Mereka
melarang orang Israel, di bawah ancaman hukuman-hukuman
yang berat, untuk berdagang atau menguasai keahlian kerajin-
an tembaga atau besi, meskipun orang Israel mempunyai tam-
bang tembaga dan besi yang kaya (Ul. 8:9). Tambang tembaga
dan besi itu begitu melimpah hingga dikatakan tentang Asyer,
biarlah dari besi dan dari tembaga palang pintumu (Ul. 33:25).
Inilah kelicikan yang dilakukan oleh orang-orang Filistin,
sebab dengan begitu mereka mencegah orang Israel membuat
senjata-senjata perang sendiri, yang sebab nya mereka tidak
dapat berlatih perang dan tidak mempunyai perlengkapan
senjata saat dibutuhkan. Tidak hanya itu, namun juga orang
Filistin membuat orang Israel bergantung pada mereka bahkan
untuk alat-alat pertanian. Orang Israel harus pergi kepada
Kitab 1 Samuel 13:15-23
247
orang Filistin, yaitu, kepada pasukan pendudukan mereka
yang satu atau yang lain, yang tersebar di negeri itu, untuk
mengerjakan semua pekerjaan besi mereka. Dan orang Israel
tidak boleh melakukan lebih daripada menggunakan sebuah
alat pengikir saja (ay. 20-21, KJV). Dan tidak diragukan lagi
bahwa para pandai besi orang Filistin menyodorkan tagihan-
tagihan yang panjang kepada orang Israel untuk membayar
pekerjaan yang dilakukan.
(2) Betapa Saul tidak cakap dalam memerintah, sebab ia tidak,
pada awal pemerintahannya, menetapkan hati untuk meng-
atasi masalah ini. Samuel tidak melakukannya, namun itu sa-
ngat bisa dimaklumi. Ia berperang dengan pasukan bersenjata
lain. Guntur dan kilat, sebagai jawaban untuk doanya, yaitu
baginya pengganti pedang dan lembing. namun Saul, yang
mengaku sebagai raja seperti para raja bangsa-bangsa lain,
meninggalkan para prajuritnya tanpa pedang dan lembing, dan
tidak ambil peduli untuk memberi mereka perlengkapan per-
senjataan, padahal ia bisa saja memberikannya dari jarahan
orang Amon yang ia ditaklukkan pada awal pemerintahannya.
Ini suatu tindakan kelalaian yang tidak bisa dimaafkan sama
sekali.
(3) Betapa malas dan hinanya orang Israel, yang mau saja diper-
dayai orang Filistin seperti itu, dan tidak mempunyai pikiran
atau semangat untuk menolong diri mereka sendiri. Sebelum-
nya, sangatlah buruk keadaan mereka saat perisai ataupun
tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel
(Hak. 5:8). Dan sekarang pun tidak lebih baik keadaan mere-
ka, saat tidak pernah ada seorang Israel pun yang menya-
rungkan pedang di pinggangnya selain raja dan anaknya, se-
orang prajurit pun tidak, ataupun seorang kesatria. Pasti me-
reka direndahkan seperti ini, atau mulai menjadi demikian,
pada masa Samuel, sebab kita tidak pernah mendapati dia
memegang pedang atau lembing di tangannya. Seandainya
mereka tidak berkecil hati, mereka tidak akan dilucuti dari
senjata mereka. namun dosalah yang membuat mereka telan-
jang hingga menanggung malu.
PASAL 14
ita meninggalkan pasukan Israel dalam keadaan yang sangat
buruk, pada penutup pasal sebelumnya. Kita tidak melihat da-
lam diri mereka ada hikmat, kekuatan, ataupun kebaikan, yang
dapat memberi kita alasan untuk menantikan hal lain selain bahwa
mereka semua akan dilenyapkan oleh tentara Filistin. Namun di sini
kita mendapati kuasa yang tak terhingga itu, yang bekerja tanpa
sarana-sarana, dan kebaikan yang tak terhingga itu, yang memberi
tanpa menuntut jasa, dipermuliakan dalam perubahan yang mem-
bahagiakan dari urusan-ursan mereka, sehingga perkataan Samuel
masih dapat digenapi: “TUHAN tidak akan membuang umat-Nya,
sebab nama-Nya yang besar” (12:22). Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Pasukan orang Filistin diinjak-injak, dan dikalahkan dengan
sorak kemenangan, oleh iman dan keberanian Yonatan, yang
tanpa diketahui ayahnya (ay. 1-3), hanya bersama pembawa
senjatanya, mengadakan serangan yang penuh keberanian
terhadap mereka, dengan membesarkan hatinya dalam
Tuhan Allahnya (ay. 4-7). Yonatan menantang tentara Filistin
(ay. 8-12), dan, sesudah mereka menerima tantangan itu, ia
menyerang mereka dengan begitu geram. Atau lebih tepatnya
dengan iman yang begitu besar, hingga membuat mereka
melarikan diri, dan melawan satu sama lain (ay. 13-15). Hal
ini memberi peluang kepada Saul dan para pasukannya, ber-
sama orang-orang Israel lain, untuk melanjutkan serangan
itu, dan memperoleh kemenangan (ay. 16-23).
II. Pasukan Israel dibuat kesusahan dan kebingungan oleh ke-
gegabahan dan kebodohan Saul, yang menyuruh rakyat
untuk tidak makan sampai malam. Hal ini,
1. Membuat Yonatan melakukan pelanggaran (ay. 24-30).
K
250
2. Merupakan godaan bagi rakyat, saat waktu puasa mere-
ka berakhir, untuk makan daging dengan darahnya (ay.
31-35). Kesalahan Yonatan, sebab ketidaktahuan, bisa
saja membawa kematian baginya, namun rakyat menye-
lamatkannya (ay. 36-46).
III. Pada bagian penutup kita mendapati penjelasan umum ten-
tang perbuatan-perbuatan Saul yang gagah perkasa (ay. 47-
48) dan tentang keluarganya (ay. 49-52).
Yonatan Mengalahkan Orang-orang Filistin
(14:1-15)
1 Pada suatu hari Yonatan bin Saul berkata kepada bujang pembawa
senjatanya: “Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang Filis-
tin yang di sebelah sana.” namun tidak diberitahukannya hal itu kepada ayah-
nya. 2 Adapun Saul duduk di ujung Gibea di bawah pohon delima yang di
Migron. Dan rakyat yang ada bersama-sama dengan dia itu, kira-kira enam
ratus orang banyaknya. 3 Ahia, anak Ahitub, saudara Ikabod, anak Pinehas,
anak Eli, imam TUHAN di Silo, dialah yang memakai baju efod pada waktu
itu. namun rakyat tidak tahu tentang perginya Yonatan itu. 4 Di antara pelin-
tasan-pelintasan bukit, yang dicoba Yonatan menyeberanginya ke arah
pasukan pengawal orang Filistin, ada ujung bukit batu di sebelah sini dan
ada ujung bukit batu di sebelah sana: yang satu bernama Bozes, yang lain
bernama Sene. 5 Ujung yang satu berdiri di sebelah utara di tentangan Mikh-
mas, yang lain di sebelah selatan di tentangan Geba. 6 Berkatalah Yonatan
kepada bujang pembawa senjatanya itu: “Mari kita menyeberang ke dekat
pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN
akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong,
baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.” 7 Lalu jawab
pembawa senjatanya itu kepadanya: “Lakukanlah niat hatimu itu; sungguh,
aku sepakat.” 8 Kata Yonatan: “Perhatikan, kita menyeberang ke dekat orang-
orang itu dan memperlihatkan diri kepada mereka. 9 jika kata mereka
kepada kita begini: Berhentilah, sampai kami datang padamu, maka kita
tinggal berdiri di tempat kita dan tidak naik mendapatkan mereka, 10 namun
jika kata mereka begini: Naiklah ke mari, maka kita akan naik, sebab
kalau demikian TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan kita.
Itulah tandanya bagi kita.” 11 saat mereka keduanya memperlihatkan diri
kepada pasukan pengawal orang Filistin, berkatalah orang Filistin itu: “Lihat,
orang-orang Ibrani keluar dari lobang-lobang tempat mereka bersembunyi.”
12 Orang-orang dari pasukan pengawal itu berseru kepada Yonatan dan pem-
bawa senjatanya, katanya: “Naiklah ke mari, maka kami akan menghajar
kamu.” Lalu kata Yonatan kepada pembawa senjatanya: “Naiklah mengikuti
aku, sebab TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Israel.”
13 Maka naiklah Yonatan merangkak ke atas, dengan diikuti oleh pembawa sen-
jatanya. Orang-orang itu tewas terparang oleh Yonatan, sedang pembawa sen-
jatanya membunuh mereka dari belakangnya. 14 Kekalahan yang pertama ini,
yang ditimbulkan Yonatan dan pembawa senjatanya itu, besarnya kira-kira dua
puluh orang dalam jarak kira-kira setengah alur dari sepembajakan ladang.
15 Lalu timbullah kegentaran di perkemahan, di padang dan di antara seluruh
Kitab 1 Samuel 14:1-15
251
rakyat. Juga pasukan pengawal dan penjarah-penjarah itu gentar, dan bumi
gemetar, sehingga menjadi kegentaran yang dari Allah.
Kita di sini harus memberi perhatian,
I. Tentang kebaikan Allah dalam menahan orang-orang Filistin,
yang mempunyai pasukan besar yang gagah berani di medan per-
tempuran, hingga mereka tidak menyerang segelintir orang yang
penakut dan gemetar yang ada bersama Saul, yang bisa saja
mereka habisi sesaat dengan mudah. Kuasa yang tak terlihatlah
yang menetapkan batas-batas pada musuh-musuh jemaat, dan
tidak membiarkan mereka melakukan sesuatu, yang kita pikir
bisa saja mereka lakukan tanpa penghalang.
II. Tentang kelemahan Saul, yang di sini tampak kehilangan akal,
dan tidak dapat menolong dirinya sendiri.
1. Saul memasang kemahnya di bawah pohon, dan hanya mem-
punyai enam ratus orang bersamanya (ay. 2). Di manakah
sekarang ketiga ribu orang yang sudah dia pilih, dan yang
kepada mereka ia begitu menaruh keyakinan (13:2)? Orang-
orang yang terlalu ia andalkan meninggalkannya saat ia ter-
amat membutuhkan mereka. Ia tidak berani tinggal di Gibea,
namun pergi ke suatu tempat yang terpencil, di bagian paling
ujung kota itu, di bawah pohon delima. Di bawah Rimon (demi-
kian kata yang dipakai), Ha-Rimon, Rimon yang di dekat Gibea
itu, yang dalam bukit-bukit batunya bersembunyi enam ratus
orang dari suku Benyamin yang melarikan diri (Hak. 20:47).
Sebagian penafsir berpendapat bahwa di sanalah Saul berlin-
dung. Begitu rendah dan hinanya rohnya, sebab sekarang ia
telah jatuh di bawah murka Allah. Setiap jam ia tinggal me-
nantikan orang-orang Filistin datang untuk menyerangnya,
dan dengan begitu ancaman Samuel digenapi (13:14). Orang-
orang yang melihat diri mereka terlempar dari perlindungan
Allah tidak dapat berpikir bahwa mereka aman.
2. Sekarang Saul menyuruh untuk memanggil seorang imam,
dan untuk membawa baju efod, seorang imam dari Silo, dan
baju efod dari Kiryat-Yearim (ay. 3, 18). Saul pernah melaku-
kan pelanggaran dengan mempersembahkan korban sendiri
(13:9). Sekarang ia bertekad untuk tidak pernah jatuh ke
dalam kesalahan itu lagi. Oleh sebab itu ia menyuruh untuk
252
memanggil seorang imam, dan berharap supaya perkaranya
dengan Allah Yang Mahakuasa dapat diselesaikan tanpa tun-
tutan-tuntutan melalui suatu pembaharuan tertentu, seperti
yang dilakukan banyak orang yang hatinya tidak merendah
dan tidak diubahkan. Samuel, seorang nabi Tuhan, telah me-
ninggalkannya, namun ia berpikir bahwa ia dapat menutupi
kehilangan itu dengan memerintahkan Ahia, seorang imam
Tuhan, untuk melayani dia. Ahia tidak akan membuat Saul
menunggu untuknya atau menegurnya, seperti yang telah
dilakukan Samuel, namun akan melakukan tepat seperti yang
diperintahkan Saul kepadanya (ay. 18-19). Banyak orang
senang mempunyai hamba-hamba Tuhan yang mau menjadi
seperti yang mereka inginkan, dan menubuatkan hal-hal yang
manis untuk mereka. Dan sanjungan mereka terhadap ham-
ba-hamba Tuhan sebab mereka yaitu imam, mereka harap,
akan menebus permusuhan mereka dengan hamba-hamba
Tuhan yang berlaku setia dan terang-terangan terhadap mere-
ka. Saul juga ingin supaya baju efod (KJV: tabut Allah) dibawa,
mungkin untuk menegur Samuel, yang pada masa pemerin-
tahannya, sepanjang yang bisa disaksikan, tidak pernah
menggunakannya untuk kepentingan umum. Atau dengan ha-
rapan bahwa hal ini akan menutupi kekurangan dari pasukan
Saul. Orang akan menduga bahwa mereka tidak akan pernah
membawa tabut Allah ke dalam perkemahan lagi, sebab, pada
kali terakhir, tabut itu bukan saja tidak menyelamatkan mere-
ka, namun juga ia sendiri jatuh ke tangan orang Filistin. namun
sudah biasa bagi orang-orang yang telah kehilangan makna
sejati dari agama untuk lebih menyukai bayang-bayangnya,
seperti di sini seorang raja yang ditinggalkan merayu seorang
imam yang ditinggalkan.
III. Tentang keberanian dan kesalehan Yonatan, anak Saul, yang jauh
lebih pantas daripada ayahnya untuk mengenakan mahkota.
“Anak bandel yang manis (menurut Uskup Hall) dari seorang ayah
yang suka marah-marah.”
1. Yonatan menetapkan hati untuk pergi secara incognito – tanpa
diketahui siapa pun, ke dalam perkemahan orang Filistin. Ia
tidak memberitahukan rancangannya kepada ayahnya, sebab
ia tahu bahwa ayahnya akan melarangnya. Tidak pula ia
Kitab 1 Samuel 14:1-15
253
memberitahukannya kepada rakyat, sebab ia tahu mereka
semua akan mengecilkan hatinya. sebab ia menetapkan hati
untuk tidak mengindahkan keberatan-keberatan mereka,
maka ia memutuskan untuk tidak mendengarkan mereka,
atau meminta nasihat mereka (ay. 1, 3). Tidak pula ia memiliki
pandangan yang begitu tinggi terhadap imam hingga meminta
petunjuk darinya. namun , sebab sadar akan dorongan ilahi
yang menggerakkan dia untuk melakukannya, maka ia mem-
buang diri ke dalam cengkeraman bahaya, berharap dapat ber-
bakti bagi negerinya. Jalan masuk ke perkemahan musuh
digambarkan (ay. 4-5) sebagai jalan yang luar biasa sulit, dan
kubu-kubu alami mereka tidak dapat ditembus, namun hal ini
tidak mengecilkan hatinya. Keras dan tajamnya bebatuan ha-
nya mengeraskan dan menguatkan tekadnya. Jiwa-jiwa yang
besar dan rela berkoban dibuat bergejolak oleh perlawanan,
dan merasakan kesenangan dalam menerobosnya.
2. Yonatan membesarkan hati pembawa senjatanya, seorang
muda yang mengiringi dia, untuk ikut bersamanya dalam usa-
ha yang penuh keberanian itu (ay. 6): “Mari kita bertaruh nya-
wa, dan menyeberang ke dekat pasukan pengawal musuh, dan
mencoba apa yang dapat kita lakukan untuk membuat mereka
kebingungan.” Lihatlah dari mana Yonatan mendapat dorong-
an semangat.
(1) “Mereka itu tidak bersunat, dan tidak memiliki meterai
perjanjian dalam daging mereka, seperti yang kita miliki.
Jangan takut, kita akan baik-baik saja saat berhadapan
dengan mereka, sebab mereka tidak berada di bawah per-
lindungan perjanjian Allah seperti kita, tidak dapat menye-
but-Nya sebagai milik mereka seperti kita, melalui tanda
sunat.” Jika orang-orang yang menjadi musuh bagi kita
juga menjadi orang asing bagi Allah, maka kita tidak perlu
takut kepada mereka.
(2) “Allah mampu membuat kita berdua menang atas tentara
mereka yang tak terhitung jumlahnya. Sebab bagi TUHAN
tidak sukar, tidak ada batasan bagi Yang Kudus dari Israel,
namun bagi-Nya sama saja menolong baik dengan banyak
orang maupun dengan sedikit orang.” Ini yaitu kebenaran
yang dengan mudah diakui secara umum, bahwa bagi Yang
Mahakuasa sama saja apa pun alat-alat yang dipakai un-
254
tuk bekerja. Namun demikian, tidak begitu mudah untuk
menerapkannya pada masalah tertentu. saat kita hanya
berjumlah sedikit dan lemah, dan pada saat itu kita per-
caya bahwa Allah tidak hanya dapat menyelamatkan kita,
namun juga menyelamatkan melalui kita, maka ini yaitu
contoh iman, yang, di mana pun itu, akan memberikan
kesaksian yang baik. Hendaklah hal ini menguatkan orang
lemah dan membesarkan hati orang yang penakut. Hen-
daklah hal ini diserukan kepada Allah untuk menguatkan
permohonan-permohonan kita, dan kepada diri kita sendiri
untuk membungkam ketakutan-ketakutan kita: Bagi Allah
tiada bedanya untuk menolong dengan banyak orang
ataupun dengan orang yang tidak kuat (2Taw. 14:11, KJV).
(3) “Siapa tahu bahwa Dia yang dapat memakai kita untuk
kemuliaan-Nya, akan melakukannya? Mungkin TUHAN
akan bertindak untuk kita, bertindak bersama kita, menger-
jakan suatu tanda atau mujizat bagi kita.” Demikian dalam
terjemahan bahasa Aram. Kita dapat membesarkan hati
kita sendiri dengan harapan bahwa Allah akan tampil bagi
kita, saat kita kehilangan keyakinan. Iman yang giat beker-
ja akan memberanikan diri untuk bertindak jauh dalam
membela kepentingan Allah, sekalipun itu hanya berdasar-
kan kata mungkin. Pembawa senjata Yonatan, atau kesa-
trianya, seolah-olah ia sudah belajar untuk membawa bu-
kan hanya senjatanya, melainkan juga hatinya, berjanji
untuk mendampinginya dan mengikutinya ke mana saja ia
pergi (ay. 7). Beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa
Yonatan merasakan dorongan dan pengaruh ilahi yang
membuatnya melakukan petualangan yang penuh kebe-
ranian ini, ditambah dorongan semangat dari bujangnya.
Jika tidak demikian, bahaya yang begitu besar itu dapat
membuat dia mencobai Allah daripada menaruh percaya
kepada-Nya. Mungkin ia benar-benar mengindahkan per-
kataan Yosua itu (Yos. 23:10), satu orang saja dari pada
kamu dapat mengejar seribu orang, yang dipinjam dari
Musa (Ul. 32:30).
3. Betapa pun berani tekadnya, Yonatan menetapkan hati untuk
mengikuti sang Penyelenggara dalam bertindak, yang, dia per-
caya, akan membimbingnya dengan mata-Nya (Mzm. 32:8).
Kitab 1 Samuel 14:1-15
255
Oleh sebab itu ia mau memperhatikan sang Penyelenggara
ilahi dengan hati-hati dan menerima petunjuk-petunjuk dari
sang Penyelenggara. Lihatlah bagaimana ia berserah diri
kepada sang Penyelenggara, dan menetapkan hati untuk
dituntun oleh-Nya. Katanya kepada orang kepercayaannya,
“Marilah kita akan menunjukkan diri kepada musuh, tidak
perlu takut berhadapan muka dengan mereka (ay. 8). Pada
saat itu, jika mereka begitu berhati-hati hingga menyuruh kita
diam di tempat, maka kita tidak akan maju lebih jauh lagi.
Kita akan memandangnya sebagai isyarat dari sang Penyeleng-
gara bahwa Ia ingin supaya kita menunggu dan membela diri
saja, dan bersiap-siap sebaik mungkin untuk memberi mereka
sambutan hangat (ay. 9). Akan namun , jika mereka begitu
congkak hingga menantang kita, dan prajurit penjaga pertama
yang kita temui menyuruh kita untuk maju, maka kita akan
terus maju, dan mengadakan serangan secepat mungkin.
Sebab dari situ kita menyimpulkan dengan pasti bahwa sudah
menjadi kehendak Allah bagi kita untuk bertindak dengan
menyerang, dan tidak ragu bahwa Ia akan mendampingi kita”
(ay. 10). Dengan ketentuan ini, Yonatan menyatakan, sambil
percaya dengan teguh, seperti yang seharusnya kita semua
lakukan,
(1) Bahwa Allah mengatur hati dan lidah semua manusia,
bahkan orang-orang yang tidak mengenal-Nya, dan tidak
pula mengindahkan-Nya. Dia memenuhi tujuan-tujuan-Nya
sendiri melalui mereka, meskipun mereka tidak bermaksud
begitu dan tidak juga berpikir demikian. Yonatan tahu
bahwa Allah dapat menyingkapkan pikiran-Nya kepada dia
jika Allah berkenan. Dan, sebab Yonatan bergantung
pada-Nya, maka Allah pun melakukannya, baik itu melalui
mulut seorang Filistin maupun mulut seorang imam,
keduanya sama saja.
(2) Bahwa Allah akan, dengan satu atau lain cara, membim-
bing langkah-langkah orang yang mengakui Dia dalam
segala laku mereka, dan yang meminta petunjuk kepada-
Nya, dengan niat hati sepenuhnya untuk mengikuti petun-
juk-Nya. Ada kalanya kita mendapat penghiburan terbesar
dalam suatu tindakan yang sedikit sekali ada peran kita di
256
dalamnya, yang dengan cara tak terduga, namun dapat kita
amati, Ia mengarahkan kita ke sana.
4. Sang Penyelenggara memberi Yonatan tanda yang diharapkan-
nya, dan Yonatan menindaklanjuti petunjuk yang diberikan
itu. Yonatan dan pembawa senjatanya tidak mengejutkan
orang-orang Filistin saat mereka sedang tertidur, namun
menunjukkan diri mereka kepada orang-orang Filistin di siang
bolong (ay. 11). Para penjaga orang Filistin,
(1) Meremehkan mereka, mencela mereka sebab sikap penge-
cut banyak orang Israel, dan memandang mereka sebagai
tentara cacing: Lihat, orang-orang Ibrani keluar dari lobang-
lobang mereka. Jika sebagian prajurit Kristus bersikap
pengecut, maka sebagian prajurit lain yang pemberani bisa
terkena getahnya dan ikut dicap pengecut.
(2) Orang-orang Filistin menantang mereka (ay. 12, KJV): Naik-
lah ke mari, maka kami akan menunjukkan kepadamu se-
suatu, seolah-olah Yonatan dan pembawa senjatanya
datang seperti anak kecil untuk menonton mereka. namun
yang dimaksudkan yaitu , seperti Goliat (17:44), bahwa
orang-orang Filistin akan memberikan daging mereka kepada
burung-burung di udara. Orang-orang Filistin mengolok-olok
mereka, tanpa ragu bahwa mereka akan menjadikan
Yonatan dan pembawa senjatanya sebagai mangsa. Hal ini
membuat Yonatan semakin berani, dan ia menyemangati
bujangnya juga. Sebelumnya ia merasa tidak pasti (ay. 6):
Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita. namun sekarang
ia menjadi yakin (ay. 12): TUHAN telah menyerahkan mere-
ka, bukan ke dalam tangan kita sebab ia tidak mencari
kemuliaannya sendiri, melainkan ke dalam tangan orang
Israel, sebab tidak ada hal lain yang ditujunya selain ke-
baikan rakyat. Dengan imannya yang sudah dikuatkan
seperti itu, kesulitan apa pun tidak akan dapat mengha-
langinya. Ia merangkak naik ke atas (ay. 13), tanpa pelin-
dung badan satu pun, tidak ada yang menyokongnya selain
bujangnya sendiri. Tidak pula ia mempunyai kemungkinan
selamat secara manusiawi selain maut di hadapannya.
5. Keberhasilan yang luar biasa dari usaha yang penuh keberani-
an ini. Orang-orang Filistin, bukannya menyerang Yonatan,
Kitab 1 Samuel 14:1-15
257
untuk membunuhnya, atau menangkapnya sebagai tahanan,
justru jatuh di hadapannya (ay. 13) tanpa dapat dijelaskan,
begitu ia menghantam mereka. Mereka jatuh, yaitu,
(1) Banyak dari mereka dibunuh oleh Yonatan dan pembawa
senjatanya (ay. 14). Dua puluh orang Filistin tewas dalam
sekejap. Bukan nama Yonatan yang membuat mereka
menyerah begitu saja, melainkan tangan dan lengan kanan
Allah yang membuat dia memperoleh kemenangan ini. Mes-
kipun sebagian penafsir berpendapat bahwa nama Yonatan
sudah menjadi nama yang mengerikan bagi mereka, sebab
ia telah memukul kalah salah satu pasukan pendudukan
mereka (13:3).
(2) Orang-orang Filistin yang tersisa dibuat melarikan diri, dan
menyerang satu sama lain (ay. 15): Timbullah kegentaran di
perkemahan. Tidak terlihat apa yang memicu mereka
takut. Padahal mereka begitu banyak, berani, dan berada
di tempat yang menguntungkan. Orang-orang Israel telah
melarikan diri di hadapan mereka. Tidak ada musuh yang
maju melawan mereka, selain satu orang laki-laki dan
bujangnya. Sekalipun begitu, mereka bergoncangan seperti
dedaunan yang ringan. Ketakutan itu menimpa semua
orang Filistin. Mereka semua gemetar. Bahkan penjarah-
penjarah, orang-orang yang paling berani dan berhasrat
untuk maju ke depan, ikut ketakutan seperti yang lain.
Sendi-sendi mereka seperti mau lepas, dan lutut mereka
beradu satu sama lain sebab gemetaran. Sekalipun begitu,
tak seorang pun dari mereka dapat berkata mengapa atau
ada apa. Ini yang disebut kegentaran yang dari Allah (demi-
kian kalimat aslinya), yang menandakan bukan hanya, se-
perti kita mengartikannya (KJV), kegentaran yang sangat
hebat, yang tidak dapat mereka lawan atau mereka jelas-
kan, melainkan juga kegentaran yang adikodrati, dan da-
tang langsung dari tangan Allah. Dia yang menciptakan
hati, tahu bagaimana membuatnya gemetar. Untuk meleng-
kapi kebingungan itu, bahkan bumi pun gemetar, dan
membuat mereka merasa takut bahwa bumi mau ikut teng-
gelam bersama mereka. Orang-orang yang tidak mau takut
kepada Allah yang kekal, dapat dibuat-Nya takut kepada
bayangan (lih. Ams. 21:1; Yes. 33:14).
258
Orang-orang Filistin Dihancurkan
(14:16-23)
16 saat peninjau-peninjau Saul di Gibea Benyamin melihat hal itu – dan
sesungguhnya, orang ramai seperti ombak berjalan ke sana ke mari – 17 ber-
katalah Saul kepada tentara yang bersama-sama dengan dia itu: “Periksalah
barisan dan lihatlah siapa yang pergi dari pada kita.” Mereka memeriksa
barisan, dan ternyata Yonatan dan pembawa senjatanya tidak ada. 18 Lalu
kata Saul kepada Ahia: “Bawalah baju efod ke mari.” sebab pada waktu itu
dialah yang memakai baju efod di antara orang Israel. 19 namun sedang Saul
berbicara kepada imam itu, maka kian lama kian bertambahlah keributan di
perkemahan orang Filistin, sehingga Saul berkata pula kepada imam itu:
“Biarlah!” 20 Kemudian berkumpullah Saul dan seluruh rakyat yang bersama-
sama dengan dia itu; dan saat mereka sampai ke tempat pertempuran,
tampaklah setiap orang menikam temannya dengan pedang, suatu huru-hara
yang sangat besar. 21 Lagipula orang-orang Ibrani yang telah lama tinggal
pada orang Filistin dan yang telah ikut maju dalam tentara mereka, mereka
juga berbalik untuk bergabung dengan orang-orang Israel yang ada bersama-
sama dengan Saul dan Yonatan. 22 Bahkan, saat semua orang Israel yang
telah bersembunyi di pegunungan Efraim, mendengar bahwa orang Filistin
telah lari, orang-orang itu pun bergabung dengan mereka dalam pertempur-
an. 23 Demikianlah TUHAN menyelamatkan orang Israel pada hari itu. Per-
tempuran itu meluas sampai lewat Bet-Awen.
Kita mendapati dalam perikop ini bagaimana keuntungan-keuntung-
an luar biasa yang diperoleh Yonatan dan pembawa senjatanya atas
orang-orang Filistin ditindaklanjuti dan dimanfaatkan.
I. Orang-orang Filistin, oleh kuasa Allah, dibuat menyerang satu
sama lain. Mereka meleleh seperti salju di tengah matahari, dan
mereka terus menghantam satu sama lain (ay. 16. KJV), sebab (ay.
20) setiap orang menikam temannya dengan pedang. saat me-
larikan diri sebab takut, bukannya berbalik kepada orang-orang
yang mengejar mereka, mereka malah menganggap teman-teman
sendiri yang menghalangi jalan sebagai musuh, dan menghajar
mereka. Tadinya orang-orang Filistin merasa sangat aman, sebab
semua pedang dan tombak ada di tangan mereka. Israel tidak
punya apa-apa selain Saul dan Yonatan. namun sekarang Allah
menunjukkan kepada mereka kebodohan dari keyakinan itu,
dengan membuat pedang dan tombak mereka sendiri menjadi alat
kehancuran mereka, dan lebih mematikan di tangan mereka sen-
diri daripada seandainya ada di tangan Israel. Lihatlah hal serupa
yang dilakukan dalam Hakim-hakim 7:22 dan 2 Tawarikh 20:23.
Kitab 1 Samuel 14:16-23
259
II. Orang-orang Israel dengan ini dibuat bangkit melawan musuh-
musuhnya itu.
1. Kejadian itu segera diberitahukan oleh peninjau-peninjau
Saul, yaitu mereka yang bertugas menjadi prajurit penjaga di
Gibea (ay. 16). Mereka sadar bahwa pasukan musuh sedang
kacau balau, dan ada terjadi pembantaian besar-besaran di
sana. Namun demikian, sesudah diselidiki, mereka mendapati
bahwa tak satu pun pasukan mereka ada di sana, selain
Yonatan dan bujangnya (ay. 17). Tidak diragukan lagi kejadian
ini membuat mereka bersemangat, dan meyakinkan mereka
bahwa itu tidak lain dari perbuatan Tuhan, sebab menyaksi-
kan perbuatan manusia tidak dapat melakukan apa yang
dapat dilakukan oleh kedua orang itu melawan pasukan yang
besar.
2. Saul mulai bertanya kepada Allah, namun segera berhenti. Roh-
nya belum merendah begitu jauh hingga mau meminta petun-
juk dari Samuel, meskipun, ada kemungkinan, Samuel ada di
dekatnya. Sebab kita membaca (13:15) bahwa Samuel telah
datang ke Gibea Benyamin. namun Saul menyuruh membawa
baju efod (ay. 18, KJV: tabut Allah), sebab ia ingin tahu apakah
akan aman baginya untuk menyerang orang Filistin, saat
mereka melihat musuh sedang kacau balau. Banyak orang
mau meminta petunjuk dari Allah tentang keselamatan mere-
ka, namun tidak pernah mau mencari petunjuk dari-Nya ten-
tang kewajiban mereka. Akan namun , sebab melihat melalui
pengintai-pengintainya bahwa keributan di perkemahan mu-
suh itu kian lama kian bertambah, maka ia memerintahkan
imam yang sedang bertugas untuk berhenti sesaat : “Biarlah
(ay. 19), jangan minta petunjuk lagi, jangan lagi menunggu
jawaban.” Saul memang sangat tidak bijak jika (seperti menu-
rut sebagian penafsir) ia melarang imam itu untuk mengang-
kat tangan berdoa. Sebab saat Yosua sedang berperang
dengan orang Amalek, Musa terus mengangkat tangannya.
namun lebih tepatnya itu yaitu larangan kepada sang imam
untuk bertanya kepada Tuhan, entah,
(1) sebab sekarang Saul berpikir bahwa ia tidak membutuh-
kan jawaban, sebab perkaranya sudah cukup jelas. Walau-
pun begitu, semakin jelas bahwa Allah-lah yang melakukan
260
semuanya, semakin banyak alasan baginya untuk mencari
tahu apakah Allah akan memberinya izin untuk melakukan
apa saja. Atau,
(2) sebab sekarang Saul tidak mau menunggu jawaban. Ia
sedang begitu tergesa-gesa untuk melawan musuh yang
sedang jatuh, hingga ia tidak mau menunggu sampai
ibadahnya berakhir, atau mendengar jawaban apa yang
akan diberikan Allah kepadanya. Hal kecil akan mengalih-
kan orang yang pikirannya sia-sia dan bersifat kedagingan
dari kegiatan-kegiatan ibadah. Siapa yang percaya tidak
akan tergesa-gesa, tergesa-gesa seperti ini, atau mengang-
gap suatu pekerjaan begitu mendesak hingga tidak mem-
beri waktu untuk mengikutsertakan Allah dengannya.
3. Saul, dan seluruh pasukan kecil yang dimilikinya, mengada-
kan serangan gencar terhadap musuh. Dan semua orang ber-
seru bersama-sama (demikian arti dari kata itu, ay. 20), sebab
tidak ada nafiri perak yang dengannya Allah menetapkan mere-
ka untuk membunyikan tanda bahaya pada hari pertempuran
(Bil. 10:9). Mereka memanggil orang-orang untuk berkumpul
dengan berteriak, dan jumlah mereka tidak begitu besar hingga
mereka dapat berkumpul dengan segera. Sekarang mereka
tampak gagah berani saat pekerjaan itu diserahkan ke
tangan mereka. Yesus Tuhan kita telah menaklukkan musuh-
musuh rohani kita, mengalahkan mereka habis-habisan dan
menyerakkan mereka, hingga kita betul-betul pengecut jika
tidak mau mengangkat senjata, saat tugas kita hanyalah
untuk mengejar kemenangan itu dan membagi jarahan.
4. Setiap orang Ibrani, bahkan mereka yang paling tidak disangka
akan melakukannya, sekarang berbalik melawan orang Filistin.
(1) Orang-orang Israel yang sebelumnya sudah meninggalkan
pasukan dan bergabung dengan musuh, dan berperang
bersama orang Filistin, sekarang berbalik menghajar me-
reka (ay. 21). Sebagian penafsir berpendapat bahwa orang-
orang Israel ini yaitu mereka yang telah dibawa per-
gi sebagai tawanan oleh musuh, namun sekarang mereka
berbalik menjadi duri dalam daging bagi musuh. namun
lebih tepatnya, tampaknya mereka bergabung dengan
orang Filistin secara sukarela. Akan namun , sebab seka-
Kitab 1 Samuel 14:24-35
261
rang mereka melihat musuh jatuh, hati mereka sebagai
orang Israel kembali pulih, dan mereka melakukan per-
buatan-perbuatan gagah perkasa untuk negeri mereka.
(2) Orang-orang Israel yang sudah melarikan diri dari pasukan
mereka, dan bersembunyi di gunung-gunung, kembali ke
tempat-tempat tugas mereka, dan bergabung dengan para
pengejar (ay. 22). Mereka berharap bahwa dengan sema-
ngat mereka yang besar dan campur tangan mereka, kare-
na sekarang bahaya sudah berakhir dan kemenangan su-
dah pasti, mereka dapat menebus sikap pengecut mereka
sebelumnya. Kemunculan mereka sekarang tidak begitu
memberikan banyak pujian bagi mereka, namun akan mem-
berikan lebih banyak cela bagi mereka jika mereka tidak
muncul. Sungguh lalai dan lemah hati orang-orang yang
tidak mau bertindak untuk membela kepentingan Allah
saat mereka menyaksikan pekerjaan-Nya berkemenangan
dan benar. Demikianlah semua tangan bekerja melawan
orang Filistin, dan tiap orang membunuh sebanyak orang
yang dapat dibunuhnya, tanpa pedang atau lembing. Namun
dikatakan (ay. 23), TUHAN menyelamatkan orang Israel pada
hari itu. Ia melakukannya melalui mereka, sebab tanpa Dia,
mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Keselamatan yaitu
dari TUHAN.
Sumpah Saul yang Gegabah
(14:24-35)
24 saat orang-orang Israel terdesak pada hari itu, Saul menyuruh rakyat
mengucapkan kutuk, katanya: “Terkutuklah orang yang memakan sesuatu
sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas dendam terhadap
musuhku.” Sebab itu tidak ada seorang pun dari rakyat yang memakan
sesuatu. 25 Dan seluruh orang itu sampailah ke suatu hutan dan di sana ada
madu di tanah. 26 saat rakyat sampai ke hutan itu, tampaklah ada di sana
madu meleleh, namun tidak ada seorang pun yang mencedoknya ke mulutnya
dengan tangan, sebab rakyat takut kepada sumpah itu. 27 namun Yonatan
tidak mendengar, bahwa ayahnya telah menyuruh rakyat bersumpah. Ia
mengulurkan tongkat yang ada di tangannya dan mencelupkan ujungnya ke
dalam sarang madu; kemudian ia mencedoknya ke mulutnya dengan tangan,
lalu matanya menjadi terang lagi. 28 Dan seorang dari rakyat berbicara,
katanya: “Ayahmu telah menyuruh rakyat bersumpah dengan bersungguh-
sungguh, katanya: Terkutuklah orang yang memakan sesuatu pada hari ini;
sebab itu rakyat letih lesu.” 29 Lalu kata Yonatan: “Ayahku mencelakakan
negeri; coba lihat, bagaimana terangnya mataku, sesudah aku merasai sedikit
dari madu ini. 30 Apalagi, jika sekiranya rakyat pada hari ini boleh makan
262
dengan bebas dari jarahan musuhnya, yang telah didapatnya! namun seka-
rang tidaklah besar kekalahan di antara orang Filistin.” 31 Dan pada hari itu
mereka memukul kalah orang Filistin dari Mikhmas sampai ke Ayalon.
Rakyat sudah sangat letih lesu, 32 sebab itu rakyat menyambar jarahan;
mereka mengambil kambing domba, lembu dan anak lembu, menyembelih-
nya begitu saja di atas tanah, dan memakannya dengan darahnya. 33 Lalu
diberitahukanlah kepada Saul, demikian: “Lihat, rakyat berdosa terhadap
TUHAN dengan memakannya dengan darahnya.” Dan ia berkata: “Kamu ber-
buat khianat; gulingkanlah sekarang juga sebuah batu besar ke mari.”
34 Kata Saul pula: “Berserak-seraklah di antara rakyat dan katakan kepada
mereka: Setiap orang harus membawa lembunya atau dombanya kepadaku;
sembelihlah itu di sini, maka kamu boleh memakannya. namun janganlah
berdosa terhadap TUHAN dengan memakannya dengan darahnya.” Lalu
setiap orang dari seluruh rakyat membawa serta pada malam itu lembunya,
dan mereka menyembelihnya di sana. 35 Saul mendirikan mezbah bagi
TUHAN; inilah mezbah yang mula-mula sekali didirikannya bagi TUHAN.
Kita mendapati dalam perikop ini sebuah penjelasan tentang kese-
sakan orang-orang Israel, bahkan pada hari kemenangan mereka.
Demikianlah segala sukacita pada saat ini bercampur dengan
penderitaan-penderitaan. Dan halangan-halangan seperti itu banyak
dijumpai oleh banyak perkara yang baik, bahkan saat perkara itu
tampak sangat berhasil, sebab kesalahan dalam mengelola alat-
alatnya.
I. Saul melarang rakyat, dengan ancaman terkena kutuk, untuk
mengecap makanan apa saja pada hari itu (ay. 24). Di sini kita
akan menganggap,
1. Bahwa sebagai raja ia berkuasa untuk memberikan larangan
ini kepada para prajuritnya, dan mengikat larangan itu dengan
kutukan. Oleh sebab itu, mereka menuruti larangan itu, dan
sebegitu jauh Allah mengakui larangan itu hingga menying-
kapkan, melalui undi, bahwa Yonatan yaitu penjahat yang
telah turut campur dalam barang yang terkutuk meskipun
sebab tidak tahu. Itulah sebabnya Allah tidak mau dimintai
petunjuk oleh mereka pada saat itu.
2. Bahwa Saul melakukannya dengan niat baik, supaya jangan
sampai rakyat, yang mungkin selama beberapa waktu hanya
bisa makan sedikit, saat menemukan persediaan makanan
yang berlimpah di perkemahan orang Filistin yang ditinggal-
kan, akan melahapnya dengan rakus, dan dengan begitu kehi-
langan waktu untuk mengejar musuh. Ada kemungkinan,
sebagian dari mereka melahap makanan dengan begitu rupa
Kitab 1 Samuel 14:24-35
263
hingga mereka tidak layak untuk bekerja lagi pada hari itu.
Untuk mencegah hal ini, Saul melarang mereka untuk menge-
cap makanan apa saja, dan menempatkan dirinya sendiri, ada
kemungkinan, di bawah kekangan yang sama. Namun demi-
kian, dengan membuat perintah yang keras ini, Saul,
(1) Tidak cakap dalam memerintah dan sangat tidak bijak.
Sebab, meskipun mungkin ia dapat menghemat waktu, na-
mun ia kehilangan kekuatan untuk mengejar musuh.
(2) Dengan membuat perintah itu Saul bertindak sok berkua-
sa, dan tidak memikirkan kehendak orang lain, dan lebih
buruk daripada memberangus mulut lembu yang sedang
mengirik. Melarang mereka untuk berpesta pora akan men-
jadi tindakan yang terpuji, namun melarang mereka bahkan
untuk tidak mengecap makanan juga, padahal mereka
sangat lapar, sungguh tindakan yang biadab.
(3) Menegaskan larangan dengan kutuk dan sumpah yaitu
perbuatan yang tidak saleh. Tidakkah ia mempunyai hu-
kuman yang lebih ringan daripada melaknat orang demi
menyokong peraturan ketentaraannya? Kematian untuk
kejahatan seperti itu sungguh keterlaluan, namun terutama
kematian dengan kutukan. Sekalipun atasan dapat mene-
gur dan memperbaiki, mereka tidak boleh mengutuk ba-
wahan mereka. Pedoman kita yaitu , berkatilah dan jangan
mengutuk. saat Daud berbicara tentang seorang musuh-
nya yang cinta kepada kutuk, mungkin yang dia maksud-
kan yaitu Saul (Mzm. 109:17-18).
II. Rakyat melaksanakan perintahnya, namun ada banyak kesulitan
yang menyertainya.
1. Para prajurit mengalami banyak godaan. Sebab, dalam menge-
jar musuh mereka, mereka kebetulan melewati sebuah hutan
yang begitu penuh dengan madu liar hingga menetes dari pe-
pohonan. Mungkin orang-orang Filistin, dalam pelarian mere-
ka, telah membuka sarang-sarang madu itu untuk menyegar-
kan diri, dan meninggalkannya menetes begitu saja. Kanaan
mengalir dengan madu, dan ini buktinya. Orang Israel terbiasa
mengisap madu dari bukit batu, gunung batu yang keras (Ul.
32:13). Namun sekarang, sebab takut pada Saul itu, mereka
264
sama sekali tidak dapat mengecap madu (ay. 25-26). Orang-
orang yang layak disebut sebagai orang Israel yaitu mereka
yang dapat menyangkal diri dan nafsu makan mereka. Bahkan
saat mereka sedang sangat ingin makan, dan saat kenik-
matan-kenikmatan indrawi sangat menggoda, sebab takut
pada kesalahan dan kutukan, dan meja makan menjadi jerat.
Janganlah pernah kita makan, apalagi berpesta, tanpa rasa
takut.
2. Yonatan jatuh ke dalam kutukan itu sebab ketidaktahuan. Ia
tidak mendengar tentang perintah yang dikeluarkan ayahnya.
Sebab, sesudah mendobrak garis pertempuran dengan berani,
ia kemudian terus mengejar musuh, dan sebab itu sewajar-
nya dapat dipandang sebagai orang yang dibebaskan dari
perintah itu dan tidak dimaksudkan di dalamnya. namun
tampaknya perintah itu tetap diterima sebagai perintah, dan
Yonatan sendiri pun tidak berkeberatan, bahwa perintah itu
berlaku juga untuknya, meskipun ia tidak hadir saat perin-
tah itu diberikan. Yonatan, sebab tidak mengetahui adanya
bahaya dalam tindakannya, mengambil sepotong sarang
madu, pada ujung tongkatnya, dan mengisapnya (ay. 27), dan
merasa segar olehnya: Matanya menjadi terang lagi, padahal
sebelumnya mulai redup sebab lapar dan letih. Wajahnya
terlihat gembira dan ceria, sebab keceriaan wajahnya itu dapat
dilihat oleh orang yang berdiri di dekatnya (ay. 29): Lihat,
bagaimana terangnya mataku. Ia tidak memikirkan adanya
bahaya, tidak pula takut akan bahaya apa pun, sampai salah
seorang dari rakyat memberi tahu dia perintah itu, dan pada
saat itu ia mendapati dirinya dalam jerat. Banyak anak yang
baik terjerat dan tertimpa kesusahan seperti itu, dalam lebih
dari satu cara, oleh kegegabahan seorang ayah yang berpikiran
pendek. Seperti yang terjadi pada Yonatan, ia kehilangan mah-
kota yang menjadi warisannya sebab kebodohan ayahnya.
Mungkin kejadian ini merupakan pertanda buruk baginya.
3. Para prajurit merasa letih lesu dan menjadi lemah dalam me-
ngejar orang Filistin. Yonatan sudah tahu bahwa ini akan
menjadi akibat dari larangan itu. Semangat mereka akan ken-
dor, dan kekuatan mereka akan hilang, sebab kekurangan
asupan makanan. Begitulah sifat tubuh kita, ia cepat menjadi
tidak layak untuk bekerja jika tidak diberi persediaan makan-
Kitab 1 Samuel 14:24-35
265
an yang baru. Pekerjaan sehari-hari tidak dapat dilakukan
tanpa makanan sehari-hari, yang diberikan kepada kita de-
ngan penuh kemurahan hati oleh Bapa kita di sorga. Makan-
anlah yang menyegarkan hati manusia. Yonatan dapat berpikir
dengan lebih baik, jika sekiranya rakyat boleh makan dengan
bebas, akan ada pembantaian yang jauh lebih besar (ay. 30,
KJV). namun , seperti yang terjadi, mereka sangat letih lesu,
terlalu kelelahan (demikian dalam terjemahan bahasa Aram),
dan mulai lebih memikirkan makanan mereka daripada peker-
jaan mereka.
4. Dampak terburuk dari semuanya ini yaitu bahwa pada
petang hari, saat larangan itu dicabut dan mereka boleh
makan kembali, mereka begitu rakus dan bersemangat untuk
makan hingga memakan daging dengan darahnya, yang jelas-
jelas bertentangan dengan hukum Allah (ay. 32). Orang makan
dua piring berarti lapar, demikian kita berkata, namun kalau
tiga piring berarti rakus. Demikian pula yang terjadi di sini.
Mereka tidak mau menunggu hewan disembelih lebih dahulu
secara layak (sebab mereka menyembelih ternak itu di atas
tanah, dan tidak menggantungnya, seperti yang biasa mereka
lakukan, supaya seluruh darahnya keluar habis). Atau mereka
tidak mau menunggu daging hewan dibumbui sebagaimana
mestinya, namun dengan rakus melahapnya sebelum daging itu
direbus atau dipanggang setengah matang (ay. 32). Saul,
sesudah diberi tahu tentang pelanggaran itu, menegur mereka
atas dosa itu (ay. 33): Kamu berbuat khianat. namun ia tidak,
seperti yang seharusnya ia lakukan, mencela dirinya sendiri
sebagai orang yang turut mengakibatkan pelanggaran itu
terjadi, dan memicu umat TUHAN melakukan pelanggar-
an. Untuk menghentikan ketidaktertiban ini, Saul memerin-
tahkan mereka untuk mendirikan sebuah batu besar di ha-
dapannya. Lalu ia menyuruh semua orang yang mempunyai
ternak, untuk keperluan mereka pada saat itu, untuk mem-
bawanya ke batu itu, dan menyembelihnya di depan matanya
di atas batu itu (ay. 33). Rakyat pun berbuat demikian (ay. 34).
Betapa dengan mudah mereka dikekang dan diperbaharui
saat raja mereka turun tangan untuk melakukan bagiannya.
Kalau saja para hakim mau menggunakan kuasa mereka se-
perti yang seharusnya, maka rakyat akan dibuat menjadi lebih
266
baik, dan itu dapat dilakukan dengan lebih mudah daripada
yang dibayangkan.
III. Pada kesempatan ini Saul mendirikan sebuah mezbah (ay. 35),
supaya ia dapat mempersembahkan korban, untuk mengucap
syukur atas terhadap kemenangan yang sudah mereka peroleh,
atau untuk mengadakan pendamaian atas dosa yang telah men-
jadi kesalahan mereka. Inilah mezbah yang mula-mula sekali di-
dirikannya, dan mungkin ia ingat kepada batu besar yang digu-
lingkan untuk dipakai menyembelih hewan itu, lalu mengubahnya
menjadi mezbah. Sebab kalau tidak, tidak akan terpikir olehnya
untuk menggulingkan batu itu. Saul sedang berpaling dari Allah,
dan sekalipun begitu ia sekarang mulai mendirikan mezbah-
mezbah, sebab ia sangat bersemangat, seperti kebanyakan orang,
untuk menjalankan ibadah secara lahiriah, walaupun ia memung-
kiri kuasanya, Israel telah melupakan Pembuatnya dan telah men-
dirikan istana-istana, lihat Hos. 8:14. Sebagian penafsir membaca-
nya, ia mulai membangun mezbah itu. Ia meletakkan batu per-
tama, namun begitu terburu-buru untuk mengejar kemenangannya
hingga ia tidak bisa tinggal untuk menyelesaikannya.
Yonatan Dihukum Mati; Yonatan Diselamatkan
(14:36-46)
36 Lagi kata Saul: “Marilah kita pada malam ini mengejar orang Filistin dan
menjarahi mereka sampai fajar menyingsing dan janganlah kita biarkan
hidup seorang pun dari mereka.” Jawab mereka itu: “Perbuatlah apa yang
kaupandang baik.” namun imam berkata: “Marilah kita dahulu tampil meng-
hadap Allah di sini.” 37 Saul bertanya kepada Allah: “Bolehkah aku mengejar
orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tangan orang
Israel?” namun pada hari itu Ia tidak menjawab Saul. 38 Lalu kata Saul:
“Datanglah ke mari, kamu segala pemuka rakyat; berusahalah mengetahui
apa sebab dosa ini terjadi pada hari ini. 39 Sebab demi TUHAN yang hidup,
yang menyelamatkan orang Israel, sekalipun itu disebabkan oleh Yonatan,
anakku, maka ia pasti akan mati.” namun seorang pun dari seluruh rakyat
tidak ada yang menjawabnya. 40 Kemudian berkatalah ia kepada seluruh
orang Israel: “Kamu berdiri di sebelah yang satu dan aku serta anakku Yona-
tan akan berdiri di sebelah yang lain.” Lalu jawab rakyat kepada Saul: “Per-
buatlah apa yang kaupandang baik.” 41 Lalu berkatalah Saul: “Ya, TUHAN,
Allah Israel, mengapa Engkau tidak menjawab hamba-Mu pada hari ini? Jika
kesalahan itu ada padaku atau pada anakku Yonatan, ya TUHAN, Allah
Israel, tunjukkanlah kiranya Urim; namun jika kesalahan itu ada pada umat-
Mu Israel, tunjukkanlah Tumim.” Lalu didapati Yonatan dan Saul, namun
rakyat itu terluput. 42 Kata Saul: “Buanglah undi antara aku dan anakku
Yonatan.” Lalu didapati Yonatan. 43 Kata Saul kepada Yonatan: “Beritahu-
Kitab 1 Samuel 14:36-46
267
kanlah kepadaku apa yang telah kauperbuat.” Lalu Yonatan memberitahu-
kan kepadanya, katanya: “Memang, aku telah merasai sedikit madu dengan
ujung tongkat yang ada di tanganku. Aku bersedia untuk mati.” 44 Kata Saul:
“Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu.
Sesungguhnya, Yonatan, engkau harus mati.” 45 namun rakyat berkata ke-
pada Saul: “Masakan Yonatan harus mati, dia yang telah mendapat keme-
nangan yang besar ini di Israel? Jauhlah yang demikian! Demi TUHAN yang
hidup, sehelai rambut pun dari kepalanya takkan jatuh ke bumi! Sebab
dengan pertolongan Allah juga dilakukannya hal itu pada hari ini.” Demikian-
lah rakyat membebaskan Yonatan, sehingga ia tidak harus mati. 46 Maka
pulanglah Saul sesudah mengejar orang Filistin, dan orang Filistin itu pun
kembali ke tempat kediamannya.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Saul bermegah melawan orang Filistin. Ia mengusulkan, segera
sesudah para prajuritnya selesai makan malam, untuk mengejar
orang Filistin sepanjang malam, dan tidak membiarkan hidup
seorang pun dari mereka (ay. 36). Di sini ia menunjukkan sema-
ngat yang besar, namun kurang bijak. Sebab tentaranya, yang kele-
lahan seperti itu, tidak akan sanggup melewatkan tidur semalam
sama seperti mereka tidak sanggup melewatkan makan malam.
namun sudah biasa bagi orang-orang yang gegabah dan bodoh
untuk tidak mengindahkan siapa pun selain diri sendiri. Dan,
supaya dapat menuruti kemauan sendiri, mereka tidak peduli
dengan kesusahan-kesusahan yang mereka timpakan kepada
orang-orang yang ada di bawah mereka. Sekalipun begitu, rakyat
begitu patuh kepada raja mereka hingga sama sekali tidak mau
menentang usulan itu, namun menetapkan hati untuk memanfaat-
kannya dengan sebaik-baiknya. Jika ia mau melanjutkan penge-
jaran itu, maka mereka akan mengikutinya: Perbuatlah apa yang
kaupandang baik. Hanya sang imam yang berpikir bahwa sebaik-
nya mereka melanjutkan dengan ibadah-ibadah yang dihentikan
secara tiba-tiba sebelumnya (ay. 19), dan meminta petunjuk dari
Allah: Marilah kita dahulu tampil menghadap Allah di sini. Para
raja dan pembesar memerlukan orang-orang di sekeliling mereka
yang mau mengingatkan mereka seperti itu ke mana saja mereka
pergi, yaitu untuk mengikutsertakan Allah bersama mereka. saat
sang imam mengusulkannya, Saul sebab malu tidak dapat meno-
lak usulan itu, namun meminta petunjuk dari Allah (ay. 37): “Boleh-
kah aku mengejar orang Filistin itu? Dan akankah aku berhasil?”
268
II. Saul menemukan kesalahan Yonatan anaknya. Dan selebihnya
dari perikop ini bercerita sepenuhnya tentang Yonatan. saat ia
diadili, orang-orang Filistin melarikan diri. Kita tidak tahu keja-
hatan apa yang akan diakibatkan oleh ketetapan yang dibuat
dengan gegabah.
1. Allah, dengan memberikan isyarat akan murka-Nya, membuat
Saul menyelidiki barang yang terkutuk. saat ia meminta
petunjuk ilahi, melalui sang imam, Allah tidak menjawabnya
(ay. 37). Perhatikanlah, saat Allah menolak doa-doa kita, kita
berkepentingan untuk mencari tahu dosa apa yang telah
menyulut-Nya untuk berbuat demikian. Mari kita cari tahu apa
sebab dosa ini terjadi (ay. 38). Sebab telinga Allah tidak berat
untuk mendengar, namun dosalah yang memisahkan antara
kita dan Dia. Jika Allah menolak doa kita, beralasan bagi kita
untuk curiga bahwa itu disebabkan oleh suatu kesalahan yang
menyangkut hati kita. Dan kita berkepentingan untuk mencari
tahu kesalahan itu, supaya kita dapat menyingkirkannya,
dapat meninggalkannya, dan mematikannya. Saul bersumpah
demi Penciptanya, bahwa siapa saja yang menjadi Akhan yang
menyusahkan perkemahan itu, dengan memakan buah terla-
rang, pasti akan mati, meskipun itu yaitu Yonatan sendiri,
meskipun orang itu begitu disayang olehnya dan oleh rakyat.
Tak terbersit dalam pikirannya bahwa Yonatanlah orangnya
(ay. 39): Ia pasti akan mati, kutukan itu akan dilaksanakan
atas Yonatan. namun tak seorang pun dari rakyat menjawab-
nya, yaitu, tak seorang pun dari orang-orang yang mengetahui
bahwa Yonatan telah melanggar perintah itu mau memberi-
tahukan apa yang terjadi kepada Saul.
2. Yonatan didapati sebagai pelakunya melalui undi. Saul ingin
supaya diadakan undi antara dia dan Yonatan pada satu sisi,
dan rakyat pada sisi lain, mungkin sebab ia yakin akan keti-
dakbersalahan Yonatan dalam perkara ini, sama seperti akan
ketidakbersalahannya sendiri (ay. 40). Rakyat, sebab melihat
Saul sedang memanas oleh amarah, tidak berani membantah
apa saja yang ia usulkan, namun menerimanya: Perbuatlah apa
yang kaupandang baik. Sebelum membuang undi, Saul berdoa
supaya Allah mau memberikan undi yang sempurna (ay. 41,
KJV), yaitu, menyingkapkan perkara ini dengan sepenuhnya.
Atau, seperti dalam tafsiran yang agak luas, supaya Allah mau
Kitab 1 Samuel 14:36-46
269
menunjukkan siapa yang tidak bersalah. Dalam doa ini ter-
kandung suatu keinginan untuk mendapatkan keadilan yang
tidak berpihak. Para hakim harus menginginkan supaya kebe-
naran terungkap, siapa pun yang akan menderita sebab nya.
Undi harus dilempar dengan doa, sebab undi yaitu seruan
yang khidmat kepada sang Penyelenggara. Melalui undi kita
memohon kepada Allah untuk mengarahkan dan menentukan
kita (Kis. 1:24). Itulah sebabnya sebagian orang mengutuk
permainan-permainan yang semata-mata mengandalkan undi
atau sesuatu yang kebetulan, sebab itu berarti terlalu lan-
cang bermain-main dengan hal yang kudus. Yonatan pada ak-
hirnya didapati (ay. 42). Dengan ini sang Penyelenggara ber-
maksud untuk menyetujui dan menyokong pihak berwenang
yang sah, dan memberikan penghormatan pada penegakan
keadilan dalam masyarakat. Sang Penyelenggara menyediakan
cara lain untuk menyelamatkan orang yang tidak melakukan
sesuatu yang pantas mendapat hukuman mati.
3. Yonatan secara terus terang mengakui kenyataannya, dan
Saul, dengan kutukan yang penuh amarah, menjatuhkan hu-
kuman atasnya. Yonatan tidak menyangkal kebenarannya,
tidak pula berusaha menyembunyikannya, hanya saja ia ber-
pikir bahwa sungguh berat kalau ia harus mati sebab nya (ay.
43). Wajar saja jika ia mau membela diri, bahwa ia sama sekali
tidak tahu hukum itu, atau bisa juga ia meminta balasan atas
jasanya. namun ia tidak melakukan itu, dan hanya tunduk
pada ketentuan hukuman itu dengan jiwa besar: “Terjadilah
kehendak Allah dan kehendak ayahku.” Dengan demikian ia
sendiri menunjukkan keberanian yang besar dalam menerima
utusan-utusan maut, sama seperti dalam mengirimkan mere-
ka di antara orang-orang Filistin. Dalam beberapa perkara,
menyerah yaitu sama beraninya dengan melawan dalam
perkara-perkara lain. Saul tidak melunak oleh kepatuhan
Yonatan sebagai anak, tidak pula oleh sulitnya perkara Yona-
tan. namun sebagai seorang yang ingin dipandang memegang
teguh perkataannya, dan terlebih lagi sumpahnya, sekalipun
itu mengikatnya untuk melakukan hal yang paling berat, ia
memberikan hukuman kepada Yonatan dengan kutukan lain
(ay. 44): “Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan
270
lebih lagi dari pada itu jika aku tidak melaksanakan hukuman
atasmu, sebab sesungguhnya, Yonatan, engkau harus mati.”
(1) Saul menjatuhkan hukuman ini dengan terlalu tergesa-
gesa, tanpa meminta bimbingan ilahi. Yonatan mempunyai
pembelaan yang sangat baik untuk menghentikan pengha-
kiman itu. Apa yang telah dilakukannya tidaklah malum in
se – mengandung kejahatan di dalamnya. Dan, mengenai la-
rangan itu, ia tidak mengetahuinya, sehingga ia tidak bisa
didakwa atas pemberontakan atau ketidaktaatan.
(2) Saul menjatuhkan hukuman ini dalam amarah. Kalaupun
Yonatan pantas mati, sudah sepatutnya seorang hakim,
apalagi seorang ayah, menjatuhkan hukuman dengan pe-
nuh kelembutan dan belas kasihan, dan bukan dengan
perasaan menang seperti itu, seperti orang yang betul-betul
tidak berperikemanusiaan dan tidak mempunyai kasih
sayang alami. Keadilan direndahkan jika ditegakkan
dengan murka dan kepahitan.
(3) Saul menyokong hukuman itu dengan sebuah kutukan
atas dirinya sendiri, jika ia tidak melihat hukuman itu di-
laksanakan. Dan kutukan ini benar-benar berbalik menim-
pa dirinya sendiri. Yonatan terluput, namun Allah menghu-
kum Saul, bahkan lebih lagi daripada itu. Sebab ia ditolak
oleh Allah dan dilaknat. Janganlah seorang pun dalam ke-
sempatan apa saja berani menggunakan kutukan-kutukan
seperti ini, supaya jangan sampai Allah mengucapkan amin
untuk menyetujuinya, dan membuat mereka tergelincir
sebab lidah mereka (Mzm. 64:9). Batu ini akan berbalik
melindas orang yang menggulingkannya. Namun beralasan
bagi kita untuk berpikir bahwa dari lubuk hatinya yang ter-
dalam, Saul merasa kasihan kepada Yonatan, hingga ia
benar-benar menghukum dirinya sendiri, dan dengan sa-
ngat adil, saat ia tampak begitu keras terhadap Yonatan.
Allah membuatnya merasakan penderitaan dari maklumat-
nya sendiri yang dibuatnya secara tergesa-gesa, agar ia
takut untuk mengulangi kesalahan serupa. Melalui semua
kejadian yang menyusahkan ini, Allah juga menghajar Saul
sebab kelancangannya dalam mempersembahkan korban
tanpa Samuel. Perjalanan yang dimulai dengan begitu
buruk tidak dapat berakhir tanpa sejumlah teguran.
Kitab 1 Samuel 14:36-46
271
4. Rakyat menyelamatkan Yonatan dari tangan ayahnya (ay. 45).
Sampai sejauh ini mereka sudah mengungkapkan kepatuhan
mereka yang sangat besar kepada Saul. Apa yang tampak baik
bagi Saul mereka ikuti (ay. 36, 40). Akan namun , saat Yona-
tan berada dalam bahaya, perkataan Saul tidak lagi menjadi
hukum bagi mereka. Sebaliknya, dengan semangat yang me-
nyala-nyala mereka menentang pelaksanaan hukumannya:
“Masakan Yonatan harus mati, dia yang yaitu berkat bagi
negerinya, dan kesayangan dari negerinya? Masakan nyawa
itu dikorbankan demi tetek bengek hukum dan kehormatan,
sedangkan nyawa itu dengan begitu berani sudah diperhadap-
kan pada bahaya demi kepentingan masyarakat, dan kepada
nyawa itu kita berutang nyawa kita dan kemenangan-keme-
nangan kita? Tidak, kami tidak akan duduk diam dan melihat
dia, yang dengan penuh kesukaan diberi kehormatan oleh
Allah, diperlakukan seperti itu.” Sungguh baik melihat orang-
orang Israel bersemangat untuk melindungi mereka yang telah
dijadikan Allah sebagai alat-alat kebaikan masyarakat. Saul
telah bersumpah bahwa Yonatan harus mati, namun mereka
mempertentangkan sumpah mereka dengan sumpah Saul, dan
bersumpah bahwa Yonatan tidak akan mati: “Demi TUHAN
yang hidup, bukan hanya kepalanya, melainkan juga sehelai
rambut pun dari kepalanya takkan jatuh ke bumi.” Mereka
tidak menyelamatkan Yonatan dengan kekerasan, melainkan
dengan akal budi dan ketetapan hati. Dan Yosefus (sejarawan
Yahudi – pen.) berkata bahwa mereka berdoa kepada Allah
supaya Yonatan dilepaskan dari kutukan itu. Mereka berseru
kepada Saul bahwa dengan pertolongan Allah juga Yonatan
melakukan hal itu pada hari ini. Yaitu, “Yonatan telah meng-
akui kepentingan Allah, dan Allah telah mengakui usaha-usa-
hanya. Dan sebab itu nyawanya terlalu berharga untuk dikor-
bankan hanya demi memenuhi sumpah.” Kita dapat menduga
bahwa Saul belum benar-benar melupakan kedudukannya se-
bagai ayah, namun bahwa ia pun ingin menyelamatkan Yonatan,
dan ingin supaya apa yang tidak akan dilakukannya sendiri
menjadi terlaksana. Dan orang yang memahami hati seorang
ayah tidak tahu bagaimana menyalahkan Saul.
5. Rancangan melawan orang-orang Filistin dibatalkan oleh keja-
dian ini (ay. 46): Pulanglah Saul sesudah mengejar orang Filistin,
272
dan dengan begitu hilanglah kesempatan untuk menuntaskan
kemenangan itu. saat perisai-perisai Israel berbenturan satu
sama lain, keselamatan dan kepentingan rakyat mengalami
kerugian sebab nya.
Orang Amalek Dihancurkan
(14:47-52)
47 sesudah Saul mendapat jabatan raja atas Israel, maka berperanglah ia ke
segala penjuru melawan segala musuhnya: melawan Moab, bani Amon,
Edom, raja-raja negeri Zoba dan orang Filistin. Dan ke mana pun ia pergi, ia
selalu mendapat kemenangan. 48 Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang
gagah perkasa, memukul kalah orang Amalek, dan melepaskan Israel dari
tangan orang-orang yang merampasi mereka. 49 Anak-anak lelaki Saul ialah
Yonatan, Yiswi dan Malkisua. Nama kedua anaknya yang wanita : yang
tertua bernama Merab, yang termuda bernama Mikhal. 50 Isteri Saul bernama
Ahinoam, anak Ahimaas. Panglima tentaranya bernama Abner, anak Ner,
paman Saul. 51 Kish, ayah Saul, dan Ner, ayah Abner, yaitu anak-anak
Abiel. 52 Hebat peperangan melawan orang Filistin selama zaman Saul. Dan
semua pahlawan dan orang gagah perkasa, yang dilihat Saul, dikumpulkan-
nya kepadanya.
Dalam perikop ini kita mendapati penjelasan umum tentang istana
Saul dan perkemahannya.
1. Tentang istana dan keluarganya, nama anak-anaknya yang laki-
laki dan wanita (ay. 49), nama istrinya dan saudara sepupu-
nya yang menjadi panglima tentaranya (ay. 50). Istri Saul yang
lain disebutkan dalam 2 Samuel 21:8, yakni Rizpa, istri kedua,
dan anak-anak yang dimiliki Saul darinya.
2. Tentang perkemahan dan tindakan-tindakan ketentaraannya.
(1) Bagaimana ia mengerahkan tentaranya: Dan semua pahlawan
dan orang gagah perkasa, yang dilihat Saul, yang luar biasa
cocok untuk berperang, dikumpulkannya kepadanya (ay. 52),
seperti yang sudah diberitahukan Samuel kepada rakyat ten-
tang hak raja yang akan memerintah mereka (8:11). Dan, jika
ia harus memiliki pasukan tetap, maka ia bertindak bijak de-
ngan memenuhi pasukan itu dengan orang-orang yang paling
cakap yang dapat dipilihnya.
(2) Bagaimana ia mempekerjakan tentaranya. Ia menjaga negeri-
nya dari serangan musuh-musuhnya di segala penjuru, dan
mencegah serbuan masuk mereka (ay. 47-48). Diduga bahwa
Saul hanya bertindak dengan membela diri melawan orang-
Kitab 1 Samuel 14:47-52
273
orang yang biasa menyerang perbatasan Israel. Dan ke mana
pun ia pergi, saat ada kebutuhan untuk itu, ia selalu menda-
pat kemenangan (KJV: ia menyusahkan mereka), dengan meng-
halang-halangi dan mengecewakan mereka. namun musuh-mu-
suh yang paling susah dihadapinya yaitu orang Filistin, dan
hebat peperangan melawan orang Filistin selama zaman Saul
(ay. 52). Sedikit saja alasan yang dimiliki Saul untuk bermegah
akan martabat rajawinya, tidak pula negeri-negeri tetangganya
mempunyai alasan untuk iri terhadapnya, sebab sedikit saja ia
menikmati hidupnya sesudah ia menjabat sebagai raja. Ia tidak
dapat menyusahkan musuh-musuhnya tanpa menyusahkan
dirinya sendiri. Itulah duri-duri yang melapisi mahkota.
PASAL 1 5
alam pasal ini Saul secara pasti dan untuk seterusnya ditolak
sebagai raja sebab ketidaktaatannya kepada perintah Allah,
yakni dengan tidak menumpas orang Amalek sampai tuntas. Melalui
peperangan dan kemenangan-kemenangannya, Saul berharap dapat
membesarkan dan mengabadikan nama serta kehormatannya sen-
diri. Namun, dengan kesalahannya dalam mengelola peperangan dan
kemenangan ini , ia menghancurkan dirinya sendiri dan meng-
hempaskan kehormatannya ke dalam debu. Di pasal ini terdapat,
I. Mandat yang diberikan Allah kepada Saul untuk memusnah-
kan orang Amalek, dengan perintah untuk menghabiskan
mereka tanpa sisa (ay. 1-3).
II. Persiapan Saul untuk melakukan serbuan ini (ay. 4-6).
III. Keberhasilan Saul, dan tugas yang hanya dilaksanakannya
sebagian (ay. 7-9).
IV. Pengujian terhadap Saul oleh Samuel, serta hukuman yang
dijatuhkan terhadap dia, sekalipun banyak alasannya untuk
memohon ampun (ay. 10-31)
V. Pembunuhan Raja Agag (ay. 32-33).
VI. Perpisahan terakhir Samuel dengan Saul (ay. 34-35).
Orang Amalek Dihancurkan
(15:1-9)
1 Berkatalah Samuel kepada Saul: “Aku telah diutus oleh TUHAN untuk
mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu,
dengarkanlah bunyi firman TUHAN. 2 Beginilah firman TUHAN semesta alam:
Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel,
sebab orang Amalek menghalang-halangi mereka, saat orang Israel pergi
dari Mesir. 3 Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah
segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya.
D
276
Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun wanita , kanak-kanak maupun
anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.”
4 Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan mereka di
Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki dan sepuluh ribu
orang Yehuda. 5 sesudah Saul sampai ke kota orang Amalek, disuruhnyalah
orang-orang menghadang di lembah. 6 Berkatalah Saul kepada orang Keni:
“Berangkatlah, menjauhlah, pergilah dari tengah-tengah orang Amalek,
supaya jangan kulenyapkan kamu bersama-sama dengan mereka. Bukankah
kamu telah menunjukkan persahabatanmu kepada semua orang Israel,
saat mereka pergi dari Mesir?” Sesudah itu menjauhlah orang Keni dari
tengah-tengah orang Amalek. 7 Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mu-
lai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir. 8 Agag, raja
orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, namun segenap rakyatnya ditum-
pasnya dengan mata pedang. 9 namun Saul dan rakyat itu menyelamatkan
Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula
anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semua-
nya itu. namun segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah
yang ditumpas mereka.
Dalam ayat-ayat di atas,
I. Samuel, dalam nama Allah, dengan sungguh-sungguh meminta
Saul untuk taat kepada perintah Allah. Dengan jelas ia juga
menyatakan bahwa sekarang ia hendak menguji Saul dalam satu
perkara khusus, untuk menguji apakah ia akan taat atau tidak
(ay. 1). Ujian ketaatan yang dinyatakan secara terang-terangan ini
sungguh memperberat ketidaktaatan Saul.
1. Samuel mengingatkan Saul akan apa yang telah Allah perbuat
baginya: “Aku telah diutus oleh TUHAN untuk mengurapi eng-
kau menjadi raja. Allah-lah yang memberikan kuasamu itu
kepada engkau, sebab itu Ia mengharapkan agar engkau
menggunakan kekuasaanmu itu bagi Dia. Ia mengenakan ke-
hormatan kepadamu, maka sekarang engkau harus berusaha
menjunjung kehormatan-Nya. Ia menjadikan engkau raja atas
Israel, maka sekarang engkau harus membela perkara Israel
dan menuntut balas atas persengketaan mereka. Engkau
diberi wewenang untuk memerintah Israel, namun ketahuilah
bahwa engkau tunduk kepada Allah Israel dan harus diperin-
tah oleh-Nya.” Naiknya kedudukan orang jauh lebih mengha-
ruskan mereka untuk semakin taat, bukannya membebaskan
mereka dari ketaatan kepada Allah. Samuel sendiri yang telah
ditugaskan untuk mengurapi Saul, sebab itu, dialah yang
lebih sesuai untuk diutus menyampaikan perintah-perintah
ini kepadanya.
Kitab 1 Samuel 15:1-9
277
2. Secara umum, Samuel mengatakan kepada Saul bahwa dalam
hal ini, Saul terikat kepada apa pun yang Allah perintahkan
kepada dia untuk dilakukan: Oleh sebab itu, dengarkanlah
bunyi firman TUHAN. Perhatikan, kemurahan Allah atas kita
meletakkan tanggung jawab yang kuat atas kita untuk me-
naati Dia. Kemurahan ini harus kita balas (Mzm. 116:12).
II. Samuel menunjuk Saul untuk suatu tugas khusus. Dalam tugas
ini, sekarang ia harus menyatakan ketaatan kepada Allah lebih
dari segala yang pernah ia lakukan sebelumnya. Samuel men-
dasarkan perintah ini atas otoritas Allah: Beginilah firman
TUHAN semesta alam, TUHAN atas seluruh semesta, atas seluruh
bala tentara Israel. Samuel juga memberi Saul alasan di balik
perintah ini , supaya kekerasan yang harus ia gunakan tidak
terlihat sukar: Aku ingat apa yang telah diperbuat orang Amalek
terhadap orang Israel (ay. 2, KJV). Sejak dahulu kala, Allah berse-
teru dengan orang Amalek, sebab perbuatan jahat yang mereka
lakukan kepada umat-Nya Israel saat Ia membawa mereka
keluar dari Mesir. Ceritanya terdapat dalam Keluaran 17:8, dan
kejahatan ini diperparah seperti dalam Ulangan 25:18.
Dengan kejam, Amalek menghantam barisan Israel yang paling
belakang dan tidak takut akan Allah. Maka Allah pun bersumpah
untuk berperang melawan Amalek turun temurun, dan seiring
berjalannya waktu, Ia akan menghapuskan sama sekali ingatan
kepada Amalek. Untuk tugas inilah sekarang Saul ditunjuk (ay.
3): Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek. Kini Israel
sudah kuat, dan takaran kedurjanaan orang Amalek sudah pe-
nuh. Sekarang pergilah dan tumpaslah bangsa yang telah dikhu-
suskan itu.” Dengan jelas, Samuel memerintahkan untuk mem-
bunuh dan membantai semua yang ada di hadapannya, laki-laki
maupun wanita , kanak-kanak maupun anak-anak yang me-
nyusu, dan jangan menyayangkan nyawa mereka sebab kasihan.
Juga lembu maupun domba, unta maupun keledai, dan jangan
menyayangkan mereka sebab keserakahan. Perhatikanlah,
1. Kejahatan yang diperbuat kepada Israel umat Allah akan di-
balaskan, cepat atau lambat, khususnya perlawanan kepada
mereka saat mereka keluar dari Mesir.
278
2. Sering kali Allah lama bersabar terhadap orang-orang yang di-
tentukan untuk dihancurkan. Hukuman yang diberikan tidak
dilaksanakan dengan segera.
3. Meskipun Ia lama bersabar, ia tidak akan menahannya sela-
manya. Pada akhirnya, tahun pembalasan atas pertikaian ter-
hadap Israel akan tiba. Keadilan ilahi memukul secara per-
lahan, namun pasti.
4. Semakin lama penghukuman ditunda berkali-kali, semakin
berat penghukuman itu saat datang.
5. Allah memilih alat yang paling tepat untuk melakukan peker-
jaan-Nya. Ini merupakan pekerjaan yang sadis, maka Saullah
yang harus melakukannya, sebab ia kasar dan bengis.
III. Kemudian, Saul mengumpulkan pasukannya dan menyerbu ne-
geri Amalek. Tentara yang sangat besar dibawanya ke medan pe-
rang (ay. 4): dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki. Dahulu,
saat menghadapi orang Filistin, ia hanya memiliki enam ratus
pasukan, dan keberhasilannya tidak pasti (13:15). Namun, kini
saat harus menyerang Amalek dengan perintah langsung dari
sorga, dan ia yakin akan kemenangannya, ia memiliki ribuan pra-
jurit siap dihimpun. Akan namun , seperti pada waktu-waktu sebe-
lumnya, sekarang bukan saat kehormatan bagi suku Yehuda un-
tuk pasukannya dihitung tersendiri, sebab jumlahnya memalu-
kan, hanya sedikit (apa pun alasannya), yaitu seperdua puluh
dari keseluruhan jumlah pasukan Israel. Hanya ada sepuluh ribu
orang Yehuda, sementara sepuluh suku yang lain (kecuali Lewi)
membawa dua ratus ribu orang ke medan perang. Hari kehormat-
an suku Yehuda mendekat, namun belum tiba. Saul menghitung
mereka di Telaim, artinya anak-anak domba. Ia menghitung mere-
ka seperti anak domba (menurut versi Alkitab bahasa Latin),
menghitung mereka sesuai anak domba Paskah (menurut Alkitab
bahasa Aram), yakni sepuluh orang setiap satu ekor anak domba.
Ini merupakan cara penghitungan yang diterapkan oleh orang
Yahudi di negeri mereka di kemudian hari. Saul mengerahkan
seluruh pasukannya ke kota orang Amalek, yang merupakan ibu
kota mereka (ay. 5), dengan tujuan memancing orang Amalek
untuk berperang.
Kitab 1 Samuel 15:1-9
279
IV. Saul memberikan nasihat bersahabat kepada orang Keni untuk
memisahkan diri dari tengah orang Amalek, tempat mereka mene-
tap selagi pembantaian itu dilaksanakan (ay. 6). Dalam hal ini, ia
melakukannya dengan bijak dan saleh, dan kemungkinan ber-
dasarkan arahan dari Samuel. Orang Keni yaitu keluarga dan
sanak Yitro, mertua Musa. Mereka tinggal dalam kemah-kemah,
sehingga memudahkan mereka pada tiap kesempatan untuk ber-
pindah tempat ke tanah-tanah lain yang tidak berpemilik. Banyak
orang Keni pada waktu itu tinggal di antara orang Amalek. Di
sana, sekalipun diam dalam kemah, mereka dilindungi oleh alam,
sebab mereka menaruh sarangnya di atas bukit batu, sebagai
orang-orang tangguh yang bisa hidup di mana saja dan dalam
kubu-kubu yang mengesankan (Bil. 24:21). Sebelumnya, Bileam
telah menubuatkan bahwa mereka akan dibinasakan (Bil. 24:22).
Akan namun , Saul tidak boleh menghancurkan mereka, sebalikn