Tampilkan postingan dengan label Ajaran sesat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ajaran sesat. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2025

Ajaran sesat

  


Hadirnya ajaran sesat di lingkungan Kekristenan, sudah ada sejak eksisnya 

gereja di zaman para rasul.  Pergerakan ajaran sesat ini , terus berlanjut 

sampai hari ini di seluruh dunia Kristen. Para rasul telah berjuang mengatasi 

dan menolak ajaran sesat ini . namun  gerakan ajaran ini , tetap 

berlangsung sampai hari ini. Bahaya, ancaman dan rongrongan ajaran sesat tadi 

sudah merusak, terus merusak dan menyelewengkan ajaran yang ortodoks, 

menyesatkan pikiran, merusak iman dan menimbulkan dekadensi moral 

Kristiani. sebab  itulah gereja wajib, mensikapi dan menangkalnya. Tujuan dari 

penelitian dan penulisan artikel ini yaitu  : (1) Untuk memahami, menganalisis, 

mengkritisi dan menentukan sikap dan posisi yang jelas terhadap berbagai 

pengajaran sesat itu dan (2) untuk mengingatkan gereja supaya menyadari 

secara dini, ancaman dan bahaya dari ajaran sesat itu. Adapun metode penelitian 

yang dipakai  dalam penulisan artikel ini yaitu   penggabungan antara 

“metode penelitian historis” dan “metode penelitian teologis”, dengan prosedur 

sebagai berikut : (1) Menetapkan masalah untuk diteliti lebih lanjut, (2) Mencari 

dan menggali informasi tentang  masalah ini  secara komprehensif; 

menganalisis, mengkritisinya serta menentukan solusinya dan (3) Menyajikan 

hasil temuan secara deskriptif, informatif dan selektif.  Hasil yang diperoleh 

dari penelitian yang sudah dilakukan yaitu   (1) Dalang pergerakan dan sumber 

ajaran sesat yaitu   roh setan sendiri yang yaitu   roh penyesat, (2) Inisiator, 

konseptor dan penganjur ajaran sesat, berasal dari internal gereja sendiri, 

melalui tokoh-tokohnya yang berpengaruh, (3) Ancaman dan serangan ajaran 

sesat sudah menghasilkan “gereja yang tersesat”, yang telah menyeleweng dari 

kebenaran Kristus dan (4) sebab  itu, seluruh gereja yang ada di bumi ini dan 

juga di Indonesia, diwajibkan untuk menangkal dan melawannya  dengan ajaran 

yang ortodoksi 

 

 


Hadir dan berkembangnya ajaran-ajaran sesat (bidatisme) dalam sejarah merupakan 

fakta yang tidak dapat disangkal. Kenyataan ini dapat dilihat sejak awal berdirinya gereja 

Tuhan dalam zaman perjanjian Baru. Para penulis Perjanjian Baru, benar-benar telah 

berjuang untuk menghadapi tantangan yang serius dari berbagai ajaran sesat. Rasul 

Yohanes, rasul Paulus dan rasul-rasul yang lain, dengan gigih telah berjuang untuk 

mempertahankan kemurnian ajaran gereja dari rongrongan ajaran-ajaran sesat ini . 

Mereka bahkan menunjukkan sikap yang amat tegas dan berani terhadap para penyesat 

ini , mulai dari mencela ajaran mereka sampai dengan mengutuk para penganutnya 

sebagai pengacau dan perusak doktrin yang ortodoks. sebab  di balik dan di dalam ajaran-

ajaran sesat ini  ada aktivitas roh-roh penyesat yang berasal dari setan-setan, demikai 

tulis rasul Paulus dalam 1Timotius 4:1-2.  

Lebih menarik lagi yaitu   bahwa sesudah  duapuluh satu abad gereja Tuhan ada dan 

berdiri di muka bumi ini, ternyata ajaran-ajaran sesat ini  tetap hadir, bergerak dan 

menyesatkan banyak orang, terutama orang Kristen. Dan yang ganjil yaitu   ajaran dan 

praktek agama serta ibadah mereka menarik banyak orang dari berbagai kalangan dan 

latarberlakang budaya, zaman dan konteks. sebab  itu, gereja tidak boleh tinggal diam dan 

merasa puas dengan dirinya sendiri. Sebab fakta adanya ajaran-ajaran sesat ini, merupakan 

reaksi dan usaha mereka untuk menjawab dan memenuhi kebutuhan manusia akan 

pegangan hidup dan ketenangan batin. sebab  relasi dengan yang ilahi merupakan suatu 

tempat berlindung di masa yang penuh goncangan dan krisis kemanusiaan sepanjang 

sejarah. 

Buku Megatrend 2000, menyajikan bangkitnya spiritualisme di seluruh dunia, 

suatu lahan yang sangat subur bagi lahir dan berkembangnya ajaran-ajaran sesat atau bidat-

bidat. Sebuah pengumpulan pendapat umum tahun 1987 mendapatkan 94 persen dari orang 

Amerika percaya akan Tuhan. India, Polandia dan Amerika Serikat mempunyai orang-

orang yang paling religius. Namun apakah orang Amerika religius atau spiritual? Bila 

mereka religius, mereka tidak termasuk satu agama atau gereja tertentu. Bukti dari 

sejumlah pengumpulan pendapat mengesankan bahwa istilah yang lebih tepat yaitu   

spiritualisme. 

Berikut yaitu   penjelasan lengkap tentang situasi ini  di atas: 

Hampir 70 persen dari pemicu  boom bayi percaya akan Tuhan atau ‘sesuatu 

kekuatan spiritual yang aktif dan positif’; setengahnya telah menjadi lebih 

spiritual dalam lima tahun terakhir, menurut center for the Vietnam 

Generation. Tiga perempat orang Amerika merasa terpuaskan secara spiritual, 

dan 61 persen mengatakan agama yaitu   ‘sangat penting dalam hidup 

mereka’. Menurut pengumpulan pendapat USA Today 1987, Orang 

Missio Ecclesiae| Volume 9, Nomor 1, (April, 2020) 

134 

mengatakan, mereka berpaling kepada agama untuk mendapatkan kedamaian 

dan kesejahteraan. Namun ada bukti bahwa mereka tidak menemukan di 

dalam gereja. Sebuah pengumpulan pendapat umum tahun 1988 

memperlihatkan 59 persen mengeluhkan bahwa Gereja atau Sinagoge mereka 

terlalu memperhatikan ‘masalah organisasi ketimbang teologis atau spiritual’. 

Orang yang berpendidikan perguruan tinggi khususnya, kritis mengenai 

kurangnya pembinaan spiritual ini. Di Amerika utara, suatu jajaran agama 

baru diluar kerangka Kristen- yahudi mulai berakar. Walaupun pusat 

kelompok jalan utama Katolik, Protestan dan Yahudi telah menyusut, ratusan 

gereja buatan Amerika yang lebih kecil dan lebih terdesentralisasi baik 

Fundamentalis maupun alternative, telah berkembang. 

Pertanyaannya sekarang, sudahkah gereja masa kini, sadar dan siuman bahwa 

situasi sosiologi agama di abad ini, sudah sedemikian rupa? Orang-orang pada umumnya 

sudah banyak yang kecewa terhadap gereja-gereja. Mereka lebih tertarik kepada 

spiritualisme baru, yang merupakan lahan yang sangat subur bagi berkembangnya ajaran-

ajaran sesat/bidat-bidat. Apa strategi, antisipasi dan tindakan kita sebagai gereja dalam 

menghadapi realitas ini? Jawabannya yaitu   berusaha memahami dan menguasai strategi, 

ajaran dan praktik religiositas bidat-bidat ini  secara utuh dan berusaha untuk 

menangkalnya dengan ajaran sehat dan benar dari Firman Allah (Ortodoksi).  

 

KAJIAN LITERATUR 

Faktor-faktor pemicu  Munculnya Ajaran Sesat   

        pemicu  munculnya ajaran sesat, menurut penulis yaitu  : (a) Pengaruh latar 

belakang Sistim hidup lama, (b) Pengaruh sinkretisme ajaran-ajaran agama dunia dengan 

filsafat sekuler dan Iman Kristen, (c) Ketidakpuasan dan kekecewaan orang Kristen 

terhadap praktik kerohanian gereja resmi yang sudah merosot, (d) Vitalitas rohani gereja 

semakin merosot dan rapuh akibat pengaruh Materialisme dan (e) Adanya intervensi dan 

pengaruh ajaran roh-roh setan. 

 

Pengaruh Latar Belakang Sistim Hidup Lama 

       Ajaran sesat yang merupakan hasil pengaruh latar belakang sistim hidup lama, nampak 

di dalam ajaran Nomianisme. Bidat ini menganut paham bahwa jika seseorang ingin 

diselamatkan, khususnya orang kafir (non Yahudi), maka haruslah mereka disunat lalu 

masuk agama Yahudi (Yudaisme) dan menerima Hukum Tautat, dengan demikian mereka 

memperoleh keselamatan. . Para penganut bidat ini tidak menyangkal 

anugerah Tuhan namun  berpendapat bahwa untuk diselamatkan, seseorang harus juga 

berpegang kepada melakukan perbuatan baik untuk memperoleh keselamatan. Jadi 

keselamatan dari Kristus merupakan hasil kerjasama antara usaha manusia dengan karya 

Allah (Sinergisme). Oleh sebab  masalah Nomianisme ini, gereja Rasuli, untuk kali yang 

pertama mengadakan konperensi di Yerusalem. Pada hasil akhir dari konperensi itu, rasul 

Petrus mengumumkan: 

       “Hai saudara-saudaraku, kamu tahu bahwa sejak semula Allah memilih aku diantara 

kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan 

menjadi percaya. Dan Allah mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya 

untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama 

seperti kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, 

sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh Iman. Kalau demikian mengapa kamu mau 

mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak 

dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita? Sebaliknya kita percaya, 

135 

bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti 

mereka juga. (Kisah Rasul 15:7-11).  

       Dari pernyataan di atas jelas bahwa theolog-theolog Kristen yang murni, seperti 

Paulus dan Petrus memperoleh kemenangan dalam mengatasi ajaran bidat Nomianisme 

dan dengan demikian gereja diselamatkan dari ajaran sesat ini. Juga dengan penegasan 

ini  di atas, konperensi Yerusalem memutuskan bahwa Nomianisme ditolak dan 

bahwa keselamatan manusia hanya berdasar  kasih karunia Allah melalui iman dari dan 

kepada Kristus. Walaupun demikian, bidat Nomianisme terus bergerak dan menyusup ke 

dalam gereja-gereja dengan tujuan merusak ajaran murni gereja. Salah satu tujuan rasul 

Paulus menulis surat kepada gereja Galatia yaitu   untuk melawan bidat ini; yang sedang 

meronggrong jemaat di sana. Paulus mengatakan:  

       “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh sebab  melakukan hukum 

Taurat, namun  hanya oleh sebab  iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah 

percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh sebab  iman dalam Kristus 

dan bukan oleh sebab  melakukan hukum Taurat. Sebab tidak ada seorangpun yang 

dibenarkan oleh sebab  melakukan hukum Taurat.” (Galatia 2:16) 

 

Pengaruh Sikritisme Ajaran Agama Dunia Dan Filsafat Sekuler Dengan Iman 

Kristen 

       Sikretisme keKristenan dengan ajaran-ajaran agama kafir dan dengan filsafat Yunani, 

nampak dalam sistim bidat Manicheisme. Manicheisme merupakan agama dunia yang 

muncul antara keKristenan abad pertama dan Islam abad ketuju, yang dipengaruhi oleh 

aliran Gnostik dan merupakan campuran antara unsur-unsur Kristen dengan ajaran agama 

kafir (Persia) dan filsafat Yunani. (E.F. Harrison and Douglas; 1960). Bukti kongkrit 

tentang sinkritisme ini, nampak dalam ajaran Manicheisme tentang Universalisme. Dr. 

Dietrich Kuhl dalam bukunya menulis:  

       “Utusan-utusan Allah dengan tidak henti-hentinya membawa hikmat dari zaman ke 

zaman…pada suatu zaman, hal itu terjadi dengan kedatangan seorang utusan yaitu Budha 

dari India; pada suatu zaman yang lain hal itu terjadi melalui Zarathustra (dalam bentuk 

Yunani : Zoroaster) di Persia; pada zaman yang lain lagi hal itu terjadi melalui Yesus di 

negeri barat dan akhirnya pada masa kini wahyu dan kenabian ini menampakan diri dalam 

diri saya yaitu Mani, utusan Allah yang benar di negeri Babil .(Dietrich Kuhl; 2010).   

Manicheisme didirikan oleh Manicheus yang hidup di Persia abad ke tiga (216-

276 M). berdasar  penglihatan, Manicheus menganggap dirinya Parakletos 

(Yohanes 16:7, Penghibur-Roh Kudus) yang dijanjikan Allah. Dia juga 

menyebut dirinya rasul Tuhan Yesus. Manicheus mengarang enam buku dan 

banyak suratnya yang terkumpul dalam kanon Manicheus. Pemerintah Persia 

menjadikan Manicheisme sebagai agama negara, hanya untuk waktu yang 

singkat. Pada abad ke tiga dan empat Manicheisme berkembang dengan cepat 

dan luas di Persia, Siria, Mesir, Afrika utara, Arabia dan juga di seluruh 

kekaisaran Romawi. (Dietrich Khul, 2010: 83). Pada abad ke tujuh, 

Manicheisme mencapai Turkistan (Rusia), Mongolia dan Tiongkok, namun  

akhirnya dilarang di sana. Bapa gereja Agustinus pernah menjadi penganut 

Manicheisme selama sembilan tahun, sebelum akhirnya bertobat dan menjadi 

pengikut Kristus. Manicheisme baru diketemukan kembali pada abad modern 

dan diantartanya ada yang tertulis dalam Bahasa Koptik (Mesir), Uigur 

(Mongolia), Tiongkok, Yunani dan Persia. (Dietrich Kuhl; 2010). Pada akhirnya 

Manicheisme mengalami penghambatan di mana-mana dan semakin menghilang 

pada abad pertengahan. Namun unsur-unsur Manicheisme berulangkali muncul 

Missio Ecclesiae| Volume 9, Nomor 1, (April, 2020) 

136 

dalam pelbagai bidat, misalnya bidat orang Bogomil di Bulgaria, Orang Katar 

atau Albigens di Perancis selatan pada abad pertengahan. (J.D Douglas; 1974).  

 

Ketidakpuasan Dan Kekecewaan Terhadap Praktik Kerohanian Gereja yang Sudah    

Merosot 

       Banyak orang Kristen merasa kecewa, oleh sebab  kuasa Roh Kudus tidak 

menyatakan dirinya lagi dengan hebat dan ajaib di dalam gereja seperti dahulu. Hal nubuat, 

ekstase dan glossolalia sudah hilang lenyap. Kaum Kristen hanya mementingkan jabatan 

yang tetap dalam organisasi; disamping itu perkembangan jabatan gerejawi oleh sementara 

orang, dianggap terlalu membelenggu Roh yang bebas itu. Juga jemaat tidak lagi 

merindukan kedatangan mempelai laki-laki. Gereja sudah turun derajatnya dalam 

pandangan banyak anggotanya, sebab  tertipu oleh dunia. Timbul pertanyaan, dimanakah 

Roh, yang menyertai jemaat Tuhan selaku penolong dan penghibur seperti yang disebutkan 

oleh Yesus sendiri dalam Yohanes 14:16. (Dietrich Kuhl; 2010)     

       Oleh sebab  hal itulah, maka sekitar tahun 160 AD, di pedalaman Asia kecil, muncul 

suatu gerakan protes terhadap perkembangan ini  diatas. Seorang tokoh bernama 

Montanus, menyatakan bahwa di dalam dirinya sudah datang roh penolong, yang terlah 

dijanjikan oleh Yesus (Yohanes 14:16,26). Montanus didampingi oleh dua orang nabiah, 

yakni Priscilla dan Maximilla. Montanus yaitu   pendiri Montanisme. Sebelum Montanus 

mendirikan bidatnya itu pada tahun 156 AD, ia yaitu   seorang imam agama Kybele 

(Cibele, Sibele) di Firgia (Asia kecil=Turki) yang mempraktekan pemujaan terhadap dewi 

Kybele, termasuk upacara-upacara kesuburan, percabulan agamawi, ekstase dan spiritisme. 

(A.G. Pringgodigdo and Hassan Shadily, 1976: 282). Tokoh-tokoh ini  di atas sering 

berkata-kata dalam bahasa roh dan juga sering berekstase sampai pingsan. Mereka berkata, 

itulah tandanya roh penolong atau roh kudus telah datang dan berkata-kata melalui mulut 

mereka. Isi pernyataan mereka yang sering disampaikan dalam bahasa lidah atau bahasa 

roh (glosolalia) yaitu  : 

       “Akhir dunia sudah sampai, jangan kawin lagi, berpuasalah banyak dan tinggalkan 

dunia dan berkumpul di Pepuza (sebuah desa di Asia kecil), sebab  disana Tuhan akan 

mendirikan Yerusalem yang baru. Orang berbondong-bondong datang, semua menjual 

harta bendanya. Mereka rajin mencatat pernyataan-pernyataan dari pemimpin mereka dan 

itu mereka anggap sama harganya dengan Firman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. 

Dan begitu besar kegairahan mereka, sehingga mereka tidak takut akan penghambatan; 

sebaliknya mereka melaporkan diri kepada yang berwajib” (H.Berkhof and Enklaar; 2010). 

Menurut nubuat Montanus, roh penolong itu menuntut kelakuan yang suci: seorang janda 

dilarang menikah untuk kedua kalinya. Jemaat disuruh menahan nafsu tubuh sebaik-

baiknya, puasa harus dilakukan dengan aturan yang keras; mati syahid (martir) dipandang 

sebagai suatu keuntungan dan kehormatan, darahmu menjadi anak kunci Firdaus. (Tomas 

van den End, 1985: 49). Dalam buku sejarah gereja: Gereja mula-mula, Dr Dietrich Kuhl 

menulis tentang pemicu  lahirnya bidat Montanisme ini: 

       “Timbulnya bidat-bidat ini merupakan suatu tantangan bagi gereja, untuk 

mengevaluasi diri sendiri, penghayatan iman dan keseimbangan pengajaran, sebab  

mungkin sesekali ada factor-faktor kelalaian yang turut mengakibatkan berdirinya bidat 

itu. Hal itu juga berlaku untuk Montanisme: kebebasan dan spontanitas rohani serta 

imamat am orang-orang percaya mulai berkurang peranan dan pengaruhnya di dalam 

gereja yang am. Partisipasi aktif di dalam kebaktian beralih kepada partisipasi pasif. 

Karunia-karunia Roh kurang dipraktikan. Harapan eskatologi mulai menjadi pudar. Di 

dalam situsai inilah ajaran-ajaran Montanisme mempunyai daya Tarik yang sangat besar 

sehingga bapa Gereja Tertulianus pun ditarik masuk golongan Montanisme pada tahun 

207.” (Dietrich Kuhl, 2010: 85) 

137 

Vitalitas Rohani Gereja Semakin Merosot dan Rapuh Akibat Pengaruh Materialisme 

       Kenyataan merosot dan rapuhnya gereja-gereja di Amerika serikat pada abad ke 19 

akibat materialisme diprensentasikan oleh Dr Jan Aritonang dalam bukunya, “Berbagai 

Aliran di dalam dan di sekitar Gereja”: 

       “Sebenarnya vitalitas rohani Protestantisme Ortodoks sudah semakin rapuh. Standar 

kehidupan rohani, termasuk menyangkut penerimaan menjadi anggota gereja, semakin 

kendor. Kehidupan gereja lebih sering ditandai oleh hal-hal lahiriah: Gedung megah dan 

berbagai bentuk kemakmuran material lainnya. sebab  itu tidak heran bila masa itu-

terutama parohan kedua abad itu-disebut “zaman sepuhan”(Gilded Age); di luar kelihatan 

mengkilap namun  di dalam sudah keropos. Terutama di wilayah New England, yakni 

Kawasan Timur Laut Amerika Serikat sekarang, Calvinisme cukup kuat. Kendati ada 

sejumlah gerakan atau aliran yang menentangnya, misalnya Unitarianisme dan 

Transendentalisme, namun  pengaruh paham itu sempat melemah, terutama sesudah  perang 

saudara 1860-1865. Aliran-aliran seperti ini baru menguat kembali menjelang akhir abad 

ke -19, sekaligus membuka jalan bagi pengaruh agama-agama dan mistisisme timur, yang 

nanti mewarnai Christian Science pada tahap lanjutan dari perkembangannya. 

Dr Jan S Aritonang menjelaskan, Calvinisme yang dominan pada masa itu yaitu   

Calvinisme dekaden (merosot), sama seperti Ortodoksi Protestan pada umumnya yang 

sudah sangat akrab berpadu dengan materialisme yang antara lain menumbuh kembangkan 

kapitalisme. sebab  itu dimensi spiritual dari kenyataan sering diabaikan, dan ini 

menimbulkan kekosongan dan kehausan rohani pada banyak orang. Dalam keadaan seperti 

inilah Spiritualisme atau paham-paham yang dekat dengannya mendapat pasaran yang 

lumayan. Jadi dapat dikatakan bahwa Christian Science yaitu   suatu gerakan protes 

terhadap ortodoksi Protestan yang sudah terpengaruh materialisme modern. Hal itu 

dibenarkan juga oleh Stuart E Knee dalam bukunya, Christian Science in the age of Marry 

Bakker Eddy: 

      “Christian Science lahir dari suatu zaman Materialistis yang memandang manusia 

sebagai mesin…kalua ia sakit ia dipandang dan diperlakukan seperti mesin yang jalannya 

tidak beres. Ia lahir dari suatu zaman yang mencampur adukan dogma dengan iman, yang 

menolak untuk melihat hal-hal yang tak tampak dan kekal yang mengecam misticisme dan 

mengagungkan metode ilmiah.” (Stuart E Knee; 2010). Merinci penjelasan sebelumnya J. 

Verkuyl dalam bukunya Gereja dan Bidat, memaparkan: “Tidak dapat disangkal bahwa 

Gerakan Christian Science ini yaitu   suatu reaksi terhadap faham materialisme. Tidak juga 

mengherankan bahwa timbulnya Gerakan ini yaitu   di Amerika serikat…dapat kita 

ketahui, uang, laba dan sukses memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan di 

Amerika…maka tidak mengherankan justru di negeri seperti Amerika, banyak orang yang 

terjerat jurang gerakan-gerakan spiritualis, yang menyangkal segala kuasa materi, dan yang 

berpendirian bahwa hanya Rohlah kenyataan satu-satunya, sebagai reaksi terhadap sikap 

hidup yang teramat materialistis   itu. (J. Verkuyl; 2010) 

  

Intervensi Roh-Roh Setan 

       Salah satu bagian dari kebenaran ajaran Alkitab yang sering diabaikan oleh banyak 

orang Kriten bahkan theolog yaitu   kebenaran tentang adanya hubungan antara setan 

ataupun roh jahat, dengan ajaran-ajaran sesat, yang merusak iman serta menyesatkan orang 

Kristen. Padahal perjanjian Baru sangat menegaskan hal ini . Lihatlah apa yang 

dikatakan oleh rasul Paulus dalam 1Timotius 4:1: “namun  roh dengan tegas mengatakan 

bahwa di waktu-waktu kemudian, akan ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh 

penyesat dan ajaran setan-setan.” Di dalam ayat ini setan dikaitkan dengan ajaran dan roh-

roh penyesat. Jadi jelas, setan mempunyai ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin tertentu dan 

Missio Ecclesiae| Volume 9, Nomor 1, (April, 2020) 

138 

juga mempunyai tujuan, menyesatkan orang-orang Kristen. Dalam ayat itu juga dikatakan 

ada orang-orang yang murtad (meninggalkan iman) yaitu orang-orang Kristen yang 

terbujuk meninggalkan iman Alkitabiah yang benar, dan berpaling kepada suatu bentuk 

doktrin yang salah. (Derek Prince; 2010). Melanjutkan penjelasan ini  di atas Stephen 

Tong menyatakan: 

       “Jika sesuatu hal terlihat berusaha untuk mengacaukan kebenaran, maka dibelakang 

gagasan itu pasti suara setan yang bekerja untuk mencapai tujuan yang tidak benar. Suara 

setan suara yang mengacaukan pengertian dan kebenaran, inilah yang selalu dikerjakan 

oleh setan-setan. 

      Kalau kita memperhatikan sifat dan ciri ajaran-ajaran sesat, maka menjadi jelas bahwa 

kekeliruan, penyelewengan dan penyesatan yang mereka ajarkan, pastilah didalangi dan 

diinspirasi oleh setan dan roh-roh jahatnya. Kelicikan dan penipuan setan yaitu   sangat 

jelas, seperti diuraikan berikut ini: 

       “Jikalau setan memakai cara setan yang menakutkan, pasti saudara ketakutan. Setan 

yang demikian yaitu   setan yang bodoh, sebab  cara itu membuat manusia selalu lari dari 

setan dan tidak mau diganggu. namun  justru setan yaitu   setan, sebab  ia begitu licik, 

begitu pandai sampai ia memalsukan orang-orang baik, nabi yang baik, rasul-rasul yang 

bahkan memalsukan Kristus. Ia bertopeng seperti orang-orang suci. Alkitab mengatakan 

adanya nabi palsu, rasul palsu dan ada Kristus palsu.  Rasul Paulus 

juga mengingatkan jemaat di Korintus yang merupakan buah sulung pelayanannya, Ketika 

ia menulis: ‘namun  aku takut, kalau-kalau kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati 

kepada Kristus,’ sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya (2 

Korintus 11:3). Menghadapi semua kenyataan seperti itu, John Stott, menegaskan: 

“jika  kedatangan Kristus yang pertama semata-mata bertujuan untuk menghapus dosa 

dan membinasakan segala perbuatan setan, maka orang Kristen tidak boleh berkompromi 

dengan setan, sebab kalau tidak demikian mereka akan berperang melawan Kristus”. (John 

Stott; 1969). Dalam 2 Korintus 11:4, rasul Paulus memperingatkan tentang para pengajar 

sesat yang akan muncul: “sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan 

Yesus yang lain dibandingkan  yang telah kami beritakan, atau memberitakan kepada kamu roh 

yang lain dibandingkan  yang telah kamu terima atau injil yang lain dibandingkan  yang telah kamu 

terima”. Peringatan di sini mencakup tiga hal: (a) Si penyesat mengajarkan atau 

memberitakan “Yesus yang lain”, (b) mereka yang menerima berita yang menyesatkan ini 

menerima “roh yang lain” dibandingkan  yang telah mereka terima sebelumnya dan (c) mereka 

menerima “injil yang lain” dibandingkan  Injil yang benar. Orang-orang Korintus sebenarnya 

sudah menerima Roh Kudus; maka ketika Paulus berbicara tentang roh yang lain, di sini 

Paulus sedang berbicara perihal suatu roh yang tidak kudus, yakni setan yang 

menyesatkan, suatu roh penyesat.   

       Timbul pertanyaan, Apakah yang menyebabkan pintu terbuka sehingga setan dapat 

masuk ke dalam kehidupan gereja? Jawabannya yaitu   sebab  mereka menerima berita 

yang menyampaikan “Yesus yang lain’. Di sini letak inti permasalahannya. Begitu 

seseorang menaruh iman keada “Yesus yang lain”, merekapun menerima ‘roh yang lain’. 

Jadi cukup logis, jika kita bertanya, apakah di dalam gereja masa kini masih terdapat 

pengajar-pengajar sesat yang memberitakan yesus yang lain dengan ajaran-ajarannya yang 

bercorak Kristen atau Alkitabiah? Jawabannya jelas dan tegas yaitu ya! 

       Ada Yesus yang demikian terkenal di negara-negara Amerika selatan. Yesus ini 

digambarkan sebagia tokoh revolusioner beraliran Marxisme yang membela kaum papa 

dan siap melakukan revolusi bersenjata melawan kaum kapitalis.  Yesus yang lain lagi, 

juga terkenal di lingkungan gerakan zaman baru. Ia digambarkan sebagai “guru” (pengajar 

rohani) dari negeri timur yang menggabungkan Injil dengan ajaran rahasia dari agama 

Hindu dan Budha. namun  Yesus yang Alkitabiah, yaitu pencipta segala sesuatu dan hakim 

139 

semua manusia, tidak pernah ditampilkan dalam aliran ini. Kemudian ada Yesus yang 

memikat mereka yang condong kepada Humanisme. Yesus ini senatiasa berbicara tentang 

kasih dan pengampunan, namun  sama sekali tidak pernah menyinggung tentang neraka 

maupun pertobatan. Yesus ini ditampilkan hanya sebagai juru selamat, tidak pernah 

sebagai hakim. Yesus ini juga tidak mengakui tentang perumpamaan seorang bangsawan 

yang kalimat terakhirnya berkata: “Akan namun  semua seteruku ini, yang tidak suka Aku 

menjadi raja, bawahlah mereka kemari dan bunuhlah mereka di depan mataku (Lukas 

19:27). Ada juga Yesus versi Sinterklas yang mengatakan kepada banyak orang bahwa 

yang perlu mereka lakukan hanyalah percaya dan mereka menerima apapun yang mereka 

minta, mulai dengan pekerjaan bergaji besar sampai mobil mewah dan rumah yang 

dilengkapi dengan kolam renang. namun  yesus ini seperti halnya yesus yang Humanisme, 

tidak pernah menyeruhkan pertobatan dan kekudusan. Celakanya, banyak orang Kristen 

dewasa ini terpikat untuk menerima salah satu dari Yesus palsu dan tidak Alkitabiah 

ini . Dengan menerima ‘yesus yang lain’ ini , mereka juga menerima “roh yang 

lain” yaitu ‘roh-roh penyesat. 

       Oleh sebab  itu dapatlah disimpulkan bahwa setiap doktrin ataupun pemberitaan yang 

menyimpang dari kebenaran dan kekudusan Tuhan ataupun yang menyerang dan 

menggerogoti pribadi, sifat dan karya Kristus yang komprehensif ataupun yang 

merendahkan dan melecehkan otoritas Alkitab, semuanya berasal dari roh penyesat, yakni 

setan-setan. Derek Prince menegaskan: 

       “Sejak abad pertama Yesus menegaskan perlunya menasehati orang-orang di zaman-

Nya untuk berjuang mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang 

kudus (Yudas 3). Perlunya perjuangan semacam ini semakin meningkat berkali lipat sejak 

zaman Yesus. Meskipun demikian, penyesatan setan itu tidak hanya berupa penyimpangan 

atau penyelewengan iman Kristen. Penyesatan itu meliputi semua agama, aliran 

kepercayaan atau falsafah yang menyingkirkan kebenaran-kebenaran utama dan mulia 

dalam Alkitab, khususnya segala sesuatu yang berhubungan dengan Yesus Kristus. Kita 

harus ingat bahwa setan selalu berusaha menyembunyikan atau menyelewengkan 

kedudukan Yesus yang sebenarnya. . Maka menjadi semakin jelas, 

bahwa ajaran-ajaran sesat, pengaruhnya serta daya tariknya dan kesesatan yang terdapat di 

dalamnya, seperti yang disebutkan sebelumnya, umumnya harus dipahami juga sebagai 

serangan, godaan dan kuasa penyesatan yang berasal dari inspirasi dan konspirasi setan 

dan roh-roh jahatnya dengan para pengikutnya. Justru sebab  kesadaran ini, maka kita 

sebagai warga gereja harus melakukan segala sesuatu terhadap bahaya dan racun 

pengajaran sesat ini. Kita perlu melakukan apa yang dikatakan Tuhan dalam Alkitab: 

       “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan di dalam kekuatan kuasa-Nya. 

Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan 

tipu muslihat iblis; sebab  perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, namun  

melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-

penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh 

perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang 

jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah 

tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan 

kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah 

perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api 

dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, 

dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-

jagalah di dalam doamu itu, dengan permohonan yang tidak putus-putusnya untuk segala 

orang kudus (Efesus 6:10-18). sebab  itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah iblis, 

maka ia akan lari dari padamu (Yakobus 4:7). 


METODE PENELITIAN 

Metode penelitian yang dipakai  dalam penulisan artikel ini yaitu   

penggabungan “metode penelitian historis” dan “metode penelitian teologis”. Metode 

penelitian historis yaitu   suatu usaha dan cara pencarian secara sistematis tentang fakta-

fakta yang mengandung magna yang berhubungan dengan pertanyaan tentang masa 

lampau dan penafsirannya. Dari sana orang-orang dapat belajar dari kekeliruan/kesalahan 

dan kebenaran-kebanaran dari fakta masa lalu dan pada saat yang sama, bersama dengan 

orang-orang yang berkepentingan, dapat terbantu untuk menetapkan pembaharuan masa 

kini dan sediki banyaknya dapat memperkirakan kecenderungan di masa depan . Metode penelitian teologis, merupakan suatu refleksi, terutama 

berdasar  data Alkitab, memformulasi dan mereformulasi data-data ini  secara kritis 

dan  menjadi norma bagi teologi itu sendiri, serta implikasinya bagi segenap kehidupan 

dengan cara yang selayak dan setepat mungkin dan dalam jangka Panjang bertujuan untuk 

memperbaharui gereja serta menjadikan kekristenan dapat dipercaya oleh pihak internal 

dan eksternal gereja . Metode dan proses pengumpulan data 

dalam penulisan ini mengikuti langka-langka berikut : (1) merumuskan masalah dalam 

bentuk pertanyaan penelitian untuk diteliti, (2) Mencari dan menentukan sumber atau 

dokumen-dokumen yang membahas langsung tentang permasalahan yang dikaji, (3) 

Meringkas data-data dari sumber-sumber informasi tadi secara objektif, esensial dan kritis 

dan (4) Menyajikan hasil kajian terhadap informasi yang didapat, sesuai dengan maksud 

dan tujuan penelitian  

      

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Faktor-Faktor pemicu  Munculnya Ajaran Sesat   

pemicu  munculnya ajaran sesat, menurut penulis yaitu  : (a) Pengaruh latar 

belakang Sistim hidup lama, (b) Pengaruh sinkretisme ajaran-ajaran agama dunia dengan 

filsafat sekuler dan Iman Kristen, (c) Ketidakpuasan dan kekecewaan orang Kristen 

terhadap praktik kerohanian gereja resmi yang sudah merosot, (d) Vitalitas rohani gereja 

semakin merosot dan rapuh akibat pengaruh Materialisme dan (e) Adanya intervensi dan 

pengaruh ajaran roh-roh setan. 

 

Pengaruh Latar Belakang Sistem Hidup Lama 

Ajaran sesat yang merupakan hasil pengaruh latar belakang sistim hidup lama, 

nampak di dalam ajaran Nomianisme. Bidat ini menganut paham bahwa jika seseorang 

ingin diselamatkan, khususnyua orang kafir (non Yahudi), maka haruslah mereka disunat 

lalu masuk agama Yahudi (Yudaisme) dan menerima Hukum Tautat, dengan demikian 

mereka memperoleh keselamatan. . Para penganut bidat ini tidak 

menyangkal anugerah Tuhan namun  berpendapat bahwa untuk diselamatkan, seseorang 

harus juga berpegang kepada melakukan perbuatan baik untuk memperoleh keselamatan. 

Jadi keselamatan dari Kristus merupakan hasil kerjasama antara usaha manusia dengan 

karya Allah (Sinergisme). Oleh sebab  masalah Nomianisme ini, gereja Rasuli, untuk kali 

yang pertama mengadakan konperensi di Yerusalem. Pada hasil akhir dari konperensi itu, 

rasul Petrus mengumumkan: “Hai saudara-saudaraku, kamu tahu bahwa sejak semula 

Allah memilih aku diantara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain 

mendengar berita Injil dan menjadi percaya. Dan Allah mengenal hati manusia, telah 

menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus 

juga kepada mereka sama seperti kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan 

antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh Iman. Kalau demikian 

mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu 

suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita? 

141 

Sebaliknya kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh 

keselamatan sama seperti mereka juga. (Kisah Rasul 15:7-11).  

Dari pernyataan di atas jelas bahwa teolog-teolog Kristen yang murni, seperti 

Paulus dan Petrus memperoleh kemenangan dalam mengatasi ajaran bidat Nomianisme 

dan dengan demikian gereja diselamatkan dari ajaran sesat ini. Juga dengan penegasan 

ini  di atas, konperensi Yerusalem memutuskan bahwa Nomianisme ditolak dan 

bahwa keselamatan manusia hanya berdasar  kasih karunia Allah melalui iman dari dan 

kepada Kristus. Walaupun demikian, bidat Nomianisme terus bergerak dan menyusup ke 

dalam gereja-gereja dengan tujuan merusak ajaran murni gereja. Salah satu tujuan rasul 

Paulus menulis surat kepada gereja Galatia yaitu   untuk melawan bidat ini; yang sedang 

meronggrong jemaat di sana. Paulus mengatakan: “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun 

yang dibenarkan oleh sebab  melakukan hukum Taurat, namun  hanya oleh sebab  iman 

dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami 

dibenarkan oleh sebab  iman dalam Kristus dan bukan oleh sebab  melakukan hukum 

Taurat. Sebab tidak ada seorangpun yang dibenarkan oleh sebab  melakukan hukum 

Taurat.” (Galatia 2:16) 

 

Pengaruh Sikritisme Ajaran Agama Dunia Dan Filsafat Sekuler Dengan Iman 

Kristen 

Sikretisme kekristenan dengan ajaran-ajaran agama kafir dan dengan filsafat 

Yunani, nampak dalam sistim bidat Manicheisme. Manicheisme merupakan agama dunia 

yang muncul antara kekristenan abad pertama dan Islam abad ketujuh, yang dipengaruhi 

oleh aliran Gnostik dan merupakan campuran antara unsur-unsur Kristen dengan ajaran 

agama kafir (Persia) dan filsafat Yunani. Bukti 

kongkrit tentang sinkritisme ini, nampak dalam ajaran Manicheisme tentang 

Universalisme. Dr. Dietrich Kuhl dalam bukunya menulis:  

“Utusan-utusan Allah dengan tidak henti-hentinya membawa hikmat dari zaman ke 

zaman…pada suatu zaman, hal itu terjadi dengan kedatangan seorang utusan yaitu Budha 

dari India; pada suatu zaman yang lain hal itu terjadi melalui Zarathustra (dalam bentuk 

Yunani : Zoroaster) di Persia; pada zaman yang lain lagi hal itu terjadi melalui Yesus di 

negeri barat dan akhirnya pada masa kini wahyu dan kenabian ini menampakan diri dalam 

diri saya yaitu Mani, utusan Allah yang benar di negeri Babil 

Manicheisme didirikan oleh Manicheus yang hidup di Persia abad ke tiga (216-276 

M). berdasar  penglihatan, Manicheus menganggap dirinya Parakletos (Yohanes 16:7, 

Penghibur-Roh Kudus) yang dijanjikan Allah. Dia juga menyebut dirinya rasul Tuhan 

Yesus. Manicheus mengarang enam buku dan banyak suratnya yang terkumpul dalam 

kanon Manicheus. Pemerintah Persia menjadikan Manicheisme sebagai agama negara, 

hanya untuk waktu yang singkat. Pada abad ke tiga dan empat Manicheisme berkembang 

dengan cepat dan luas di Persia, Siria, Mesir, Afrika utara, Arabia dan juga di seluruh 

kekaisaran Romawi. (Dietrich Khul; 2010). Pada abad ke tujuh, Manicheisme mencapai 

Turkistan (Rusia), Mongolia dan Tiongkok, namun  akhirnya dilarang di sana. Bapa gereja 

Agustinus pernah menjadi penganut Manicheisme selama sembilan tahun, sebelum 

akhirnya bertobat dan menjadi pengikut Kristus. Manicheisme baru diketemukan kembali 

pada abad modern dan diantartanya ada yang tertulis dalam Bahasa Koptik (Mesir), Uigur 

(Mongolia), Tiongkok, Yunani dan Persia.  Pada akhirnya 

Manicheisme mengalami penghambatan di mana-mana dan semakin menghilang pada 

abad pertengahan. Namun unsur-unsur Manicheisme berulangkali muncul dalam pelbagai 

bidat, misalnya bidat orang Bogomil di Bulgaria, Orang Katar atau Albigens di Perancis 

selatan pada abad pertengahan. 

 


Ketidakpuasan dan Kekecewaan Terhadap Praktik Kerohanian Gereja yang Sudah 

Merosot 

Banyak orang Kristen merasa kecewa, oleh sebab  kuasa Roh Kudus tidak 

menyatakan dirinya lagi dengan hebat dan ajaib di dalam gereja seperti dahulu. Hal nubuat, 

ekstase dan glossolalia sudah hilang lenyap. Kaum Kristen hanya mementingkan jabatan 

yang tetap dalam organisasi; disamping itu perkembangan jabatan gerejawi oleh sementara 

orang, dianggap terlalu membelenggu Roh yang bebas itu. Juga jemaat tidak lagi 

merindukan kedatangan mempelai laki-laki. Gereja sudah turun derajatnya dalam 

pandangan banyak anggotanya, sebab  tertipu oleh dunia. Timbul pertanyaan, dimanakah 

Roh, yang menyertai jemaat Tuhan selaku penolong dan penghibur seperti yang disebutkan 

oleh Yesus sendiri dalam Yohanes 14:16. 

Oleh sebab  hal itulah, maka sekitar tahun 160 AD, di pedalaman Asia kecil, 

muncul suatu gerakan protes terhadap perkembangan ini  diatas. Seorang tokoh 

bernama Montanus, menyatakan bahwa di dalam dirinya sudah datang roh penolong, yang 

terlah dijanjikan oleh Yesus (Yohanes 14:16,26). Montanus didampingi oleh dua orang 

nabiah, yakni Priscilla dan Maximilla. Montanus yaitu   pendiri Montanisme. Sebelum 

Montanus mendirikan bidatnya itu pada tahun 156 AD, ia yaitu   seorang imam agama 

Kybele (Cibele, Sibele) di Firgia (Asia kecil=Turki) yang mempraktekan pemujaan 

terhadap dewi Kybele, termasuk upacara-upacara kesuburan, percabulan agamawi, ekstase 

dan spiritisme. . Tokoh-tokoh ini  

diatas sering berkata-kata dalam bahasa roh dan juga sering berekstase sampai pingsan. 

Mereka berkata, itulah tandanya roh penolong atau roh kudus telah datang dan berkata-kata 

melalui mulut mereka. Isi pernyataan mereka yang sering disampaikan dalam bahasa lidah 

atau bahasa roh (glosolalia) yaitu   “Akhir dunia sudah sampai, jangan kawin lagi, 

berpuasalah banyak dan tinggalkan dunia dan berkumpul di Pepuza (sebuah desa di Asia 

kecil), sebab  disana Tuhan akan mendirikan Yerusalem yang baru. Orang berbondong-

bondong datang, semua menjual harta bendanya. Mereka rajin mencatat pernyataan-

pernyataan dari pemimpin mereka dan itu mereka anggap sama harganya dengan Firman 

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dan begitu besar kegairahan mereka, sehingga 

mereka tidak takut akan penghambatan; sebaliknya mereka melaporkan diri kepada yang 

berwajib”. 

Menurut nubuat Montanus, roh penolong itu menuntut kelakuan yang suci: seorang 

janda dilarang menikah untuk kedua kalinya. Jemaat disuruh menahan nafsu tubuh sebaik-

baiknya, puasa harus dilakukan dengan aturan yang keras; mati syahid (martir) dipandang 

sebagai suatu keuntungan dan kehormatan, darahmu menjadi anak kunci Firdaus. . Dalam buku sejarah gereja: Gereja mula-mula, Dr Dietrich Kuhl 

menulis tentang pemicu  lahirnya bidat Montanisme ini “Timbulnya bidat-bidat ini 

merupakan suatu tantangan bagi gereja, untuk mengevaluasi diri sendiri, penghayatan iman 

dan keseimbangan pengajaran, sebab  mungkin sesekali ada factor-faktor kelalaian yang 

turut mengakibatkan berdirinya bidat itu. Hal itu juga berlaku untuk Montanisme: 

kebebasan dan spontanitas rohani serta imamat am orang-orang percaya mulai berkurang 

peranan dan pengaruhnya di dalam gereja yang am. Partisipasi aktif di dalam kebaktian 

beralih kepada partisipasi pasif. Karunia-karunia Roh kurang dipraktikan. Harapan 

eskatologi mulai menjadi pudar. Di dalam situsai inilah ajaran-ajaran Montanisme 

mempunyai daya Tarik yang sangat besar sehingga bapa Gereja Tertulianus pun ditarik 

masuk golongan Montanisme pada tahun 207.” 

 

 

 

 

143 

Vitalitas Rohani Gereja Semakin Merosot Dan Rapuh Akibat Pengaruh 

Materialisme 

Kenyataan merosot dan rapuhnya gereja-gereja di Amerika serikat pada abad ke 19 

akibat materialisme diprensentasikan oleh Dr Jan Aritonang dalam bukunya, “Berbagai 

Aliran di dalam dan di sekitar Gereja” 

“Sebenarnya vitalitas rohani Protestantisme Ortodoks sudah semakin rapuh. 

Standar kehidupan rohani, termasuk menyangkut penerimaan menjadi anggota gereja, 

semakin kendor. Kehidupan gereja lebih sering ditandai oleh hal-hal lahiriah: Gedung 

megah dan berbagai bentuk kemakmuran material lainnya. sebab  itu tidak heran bila 

masa itu-terutama parohan kedua abad itu-disebut ‘zaman sepuhan’ (Gilded Age); di luar 

kelihatan mengkilap namun  di dalam sudah keropos. Terutama di wilayah new England, 

yakni Kawasan timur laut Amerika Serikat sekarang, Calvinisme cukup kuat. Kendati ada 

sejumlah gerakan atau aliran yang menentangnya, misalnya Unitarianisme dan 

Transendentalisme, namun  pengaruh paham itu sempat melemah, terutama sesudah  perang 

saudara 1860-1865. Aliran-aliran seperti ini baru menguat kembali menjelang akhir abad 

ke -19, sekaligus membuka jalan bagi pengaruh agama-agama dan mistisisme timur, yang 

nanti mewarnai Christian Science pada tahap lanjutan dari perkembangannya. 

Jan S Aritonang menjelaskan, Calvinisme yang dominan pada masa itu yaitu   

Calvinisme dekaden (merosot), sama seperti Ortodoksi Protestan pada umumnya yang 

sudah sangat akrab berpadu dengan materialisme yang antara lain menumbuh kembangkan 

kapitalisme. sebab  itu dimensi spiritual dari kenyataan sering diabaikan, dan ini 

menimbulkan kekosongan dan kehausan rohani pada banyak orang. Dalam keadaan seperti 

inilah Spiritualisme atau paham-paham yang dekat dengannya mendapat pasaran yang 

lumayan. Jadi dapat dikatakan bahwa Christian Science yaitu   suatu gerakan protes 

terhadap ortodoksi Protestan yang sudah terpengaruh materialisme modern. Hal itu 

dibenarkan juga oleh Stuart E Knee dalam bukunya, Christian Science in the age of Marry 

Bakker Eddy. 

“Christian Science lahir dari suatu zaman Materialistis yang memandang manusia 

sebagai mesin…kalua ia sakit ia dipandang dan diperlakukan seperti mesin yang jalannya 

tidak beres. Ia lahir dari suatu zaman yang mencampur adukan dogma dengan iman, yang 

menolak untuk melihat hal-hal yang tak tampak dan kekal…yang mengecam misticisme 

dan mengagungkan metode ilmiah.”  Merinci penjelasan 

sebelumnya J. Verkuyl dalam bukunya Gereja dan Bidat, memaparkan: “Tidak dapat 

disangkal bahwa Gerakan Christian Science ini yaitu   suatu reaksi terhadap faham 

materialisme. Tidak juga mengherankan bahwa timbulnya Gerakan ini yaitu   di Amerika 

serikat…dapat kita ketahui, uang, laba dan sukses memegang peranan yang sangat besar 

dalam kehidupan di Amerika…maka tidak mengherankan justru di negeri seperti Amerika, 

banyak orang yang terjerat jurang gerakan-gerakan spiritualis, yang menyangkal segala 

kuasa materi, dan yang berpendirian bahwa hanya Rohlah kenyataan satu-satunya, sebagai 

reaksi terhadap sikap hidup yang teramat materialistis   itu. 

 

Adanya Intervensi Roh-Roh Setan 

Salah satu bagian dari kebenaran ajaran Alkitab yang sering diabaikan oleh banyak 

orang Kriten bahkan teolog yaitu   kebenaran tentang adanya hubungan antara setan 

ataupun roh jahat, dengan ajaran-ajaran sesat, yang merusak iman serta menyesatkan orang 

Kristen. Padahal perjanjian Baru sangat menegaskan hal ini . Lihatlah apa yang 

dikatakan oleh rasul Paulus dalam 1 Timotius 4:1: “namun  roh dengan tegas mengatakan 

bahwa di waktu-waktu kemudian, akan ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh 

penyesat dan ajaran setan-setan.” Di dalam ayat ini setan dikaitkan dengan ajaran dan roh-

roh penyesat. Jadi jelas, setan mempunyai ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin tertentu dan 

juga mempunyai tujuan, menyesatkan orang-orang Kristen. Dalam ayat itu juga dikatakan 

ada orang-orang yang murtad (meninggalkan iman) yaitu orang-orang Kristen yang 

terbujuk meninggalkan iman Alkitabiah yang benar, dan berpaling kepada suatu bentuk 

doktrin yang salah.  Melanjutkan penjelasan ini  di atas Stephen 

Tong menyatakan “Jika sesuatu hal terlihat berusaha untuk mengacaukan kebenaran, maka 

dibelakang gagasan itu pasti suara setan yang bekerja untuk mencapai tujuan yang tidak 

benar. Suara setan suara yang mengacaukan pengertian dan kebenaran, inilah yang selalu 

dikerjakan oleh setan-setan  

Kalau kita memperhatikan sifat dan ciri ajaran-ajaran sesat, maka menjadi jelas 

bahwa kekeliruan, penyelewengan dan penyesatan yang mereka ajarkan, pastilah didalangi 

dan diinspirasi oleh setan dan roh-roh jahatnya. Kelicikan dan penipuan setan yaitu   

sangat jelas, seperti diuraikan berikut ini: 

Jikalau setan memakai cara setan yang menakutkan, pasti saudara ketakutan. 

Setan yang demikian yaitu   setan yang bodoh, sebab  cara itu membuat 

manusia selalu lari dari setan dan tidak mau diganggu. namun  justru setan 

yaitu   setan, sebab  ia begitu licik, begitu pandai sampai ia memalsukan 

orang-orang baik, nabi yang baik, rasul-rasul yang bahkan memalsukan 

Kristus. Ia bertopeng seperti orang-orang suci. Alkitab mengatakan adanya 

nabi palsu, rasul palsu dan ada Kristus palsu. 

Rasul Paulus juga mengingatkan jemaat di Korintus yang merupakan buah sulung 

pelayanannya, Ketika ia menulis: ‘namun  aku takut, kalau-kalau kamu disesatkan dari 

kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus,’ sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu 

dengan kelicikannya (2 Korintus 11:3). Menghadapi semua kenyataan seperti itu, John 

Stott, menegaskan: “jika  kedatangan Kristus yang pertama semata-mata bertujuan 

untuk menghapus dosa dan membinasakan segala perbuatan setan, maka orang Kristen 

tidak boleh berkompromi dengan setan, sebab kalau tidak demikian mereka akan berperang 

melawan Kristus”  Dalam 2 Korintus 11:4, rasul Paulus 

memperingatkan tentang para pengajar sesat yang akan muncul: “sebab kamu sabar saja, 

jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dibandingkan  yang telah kami beritakan, 

atau memberitakan kepada kamu roh yang lain dibandingkan  yang telah kamu terima atau injil 

yang lain dibandingkan  yang telah kamu terima”. Peringatan di sini mencakup tiga hal: (a) Si 

penyesat mengajarkan atau memberitakan “Yesus yang lain”, (b) mereka yang menerima 

berita yang menyesatkan ini menerima “roh yang lain” dibandingkan  yang telah mereka terima 

sebelumnya dan (c) mereka menerima “injil yang lain” dibandingkan  Injil yang benar. Orang-

orang Korintus sebenarnya sudah menerima Roh Kudus; maka ketika Paulus berbicara 

tentang roh yang lain, di sini Paulus sedang berbicara perihal suatu roh yang tidak kudus, 

yakni setan yang menyesatkan, suatu roh penyesat. 

Timbul pertanyaan, Apakah yang menyebabkan pintu terbuka sehingga setan dapat 

masuk ke dalam kehidupan gereja? Jawabannya yaitu   sebab  mereka menerima berita 

yang menyampaikan “Yesus yang lain’. Di sini letak inti permasalahannya. Begitu 

seseorang menaruh iman kepada “yesus yang lain”, mereka pun menerima “roh yang lain”. 

Jadi cukup logis, jika kita bertanya, apakah di dalam gereja masa kini masih terdapat 

pengajar-pengajar sesat yang memberitakan yesus yang lain dengan ajaran-ajarannya yang 

bercorak Kristen atau Alkitabiah? Jawabannya jelas dan tegas yaitu ya! 

Ada Yesus yang demikian terkenal di negara-negara Amerika selatan. Yesus ini 

digambarkan sebagia tokoh revolusioner beraliran Marxisme yang membela kaum papa 

dan siap melakukan revolusi bersenjata melawan kaum kapitalis.  Yesus yang lain lagi, 

juga terkenal di lingkungan gerakan zaman baru. Ia digambarkan sebagai “guru” (pengajar 

rohani) dari negeri timur yang menggabungkan Injil dengan ajaran rahasia dari agama 

145 

Hindu dan Budha. namun  Yesus yang Alkitabiah, yaitu pencipta segala sesuatu dan hakim 

semua manusia, tidak pernah ditampilkan dalam aliran ini. Kemudian ada Yesus yang 

memikat mereka yang condong kepada Humanisme. Yesus ini senatiasa berbicara tentang 

kasih dan pengampunan, namun  sama sekali tidak pernah menyinggung tentang neraka 

maupun pertobatan. Yesus ini ditampilkan hanya sebagai juru selamat, tidak pernah 

sebagai hakim. Yesus ini juga tidak mengakui tentang perumpamaan seorang bangsawan 

yang kalimat terakhirnya berkata: “Akan namun  semua seteruku ini, yang tidak suka Aku 

menjadi raja, bawahlah mereka kemari dan bunuhlah mereka di depan mataku (Lukas 

19:27). Ada juga Yesus versi Sinterklas yang mengatakan kepada banyak orang bahwa 

yang perlu mereka lakukan hanyalah percaya dan mereka menerima apapun yang mereka 

minta, mulai dengan pekerjaan bergaji besar sampai mobil mewah dan rumah yang 

dilengkapi dengan kolam renang. namun  yesus ini seperti halnya yesus yang Humanisme, 

tidak pernah menyeruhkan pertobatan dan kekudusan. Celakanya, banyak orang Kristen 

dewasa ini terpikat untuk menerima salah satu dari Yesus palsu dan tidak Alkitabiah 

ini . Dengan menerima “yesus yang lain” ini , mereka juga menerima ‘roh yang 

lain’ yaitu ‘roh-roh penyesat’.  

Oleh sebab  itu dapatlah disimpulkan bahwa setiap doktrin ataupun pemberitaan 

yang menyimpang dari kebenaran dan kekudusan Tuhan ataupun yang menyerang dan 

menggerogoti pribadi, sifat dan karya Kristus yang komprehensif ataupun yang 

merendahkan dan melecehkan otoritas Alkitab, semuanya berasal dari roh penyesat, yakni 

setan-setan. Derek Prince menegaskan “Sejak abad pertama Yesus menegaskan perlunya 

menasehati orang-orang di zaman-Nya untuk berjuang mempertahankan iman yang telah 

disampaikan kepada orang-orang kudus (Yudas 3). Perlunya perjuangan semacam ini 

semakin meningkat berkali lipat sejak zaman Yesus. Meskipun demikian, penyesatan setan 

itu tidak hanya berupa penyimpangan atau penyelewengan iman Kristen. Penyesatan itu 

meliputi semua agama, aliran kepercayaan atau falsafah yang menyingkirkan kebenaran-

kebenaran utama dan mulia dalam Alkitab, khususnya segala sesuatu yang berhubungan 

dengan Yesus Kristus. Kita harus ingat bahwa setan selalu berusaha menyembunyikan atau 

menyelewengkan kedudukan Yesus yang sebenarnya (Derek Prince; 2000). 

Maka menjadi semakin jelas, bahwa ajaran-ajaran sesat, pengaruhnya serta daya 

tariknya dan kesesatan yang terdapat di dalamnya, seperti yang disebutkan sebelumnya, 

umumnya harus dipahami juga sebagai serangan, godaan dan kuasa penyesatan yang 

berasal dari inspirasi dan konspirasi setan dan roh-roh jahatnya dengan para pengikutnya. 

Justru sebab  kesadaran ini, maka kita sebagai warga gereja harus melakukan segala 

sesuatu terhadap bahaya dan racun pengajaran sesat ini. Kita perlu melakukan apa yang 

dikatakan Tuhan dalam Alkitab “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan di dalam 

kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat 

bertahan melawan tipu muslihat iblis; sebab  perjuangan kita bukanlah melawan darah dan 

daging, namun  melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan 

penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu 

ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan 

pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi 

berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu 

berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan 

pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan 

semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu 

firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh 

dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu, dengan permohonan yang tidak putus-putusnya 

untuk segala orang kudus (Efesus 6:10-18). sebab  itu tunduklah kepada Allah, dan 

lawanlah iblis, maka ia akan lari dari padamu (Yakobus 4:7)       

Missio Ecclesiae| Volume 9, Nomor 1, (April, 2020) 

146 

Karakteristik Ajaran -Ajaran Sesat Dan Sanggahan Terhadapnya 

Karakteristik atau ciri-ciri ajaran sesat, nampak jelas dalam pandangan mereka 

tentang (a) Doktrin AllahTritunggal yang menyesatkan (b) Doktrin Kristologi yang 

menyimpang dan menyeleweng dan (c) Adanya spirit dan sifat Satanisme 

 

Doktrin Allah Tritunggal yang Menyesatkan 

Ajaran-ajaran sesat dalam gereja mula-mula yang berkaitan dengan ketritunggalan 

Allah yang Alkitabiah, jatuh dalam dua ekstrim yakni Unitarianisme dan Triteisme. 

Unitarianisme menerima keberadaan satu Allah, namun  menyangkali, mengabaikan dan 

menafsirkan salah ketiga-Nya. Contohnya pertama yaitu   Arianisme ( didirikan oleh Arian 

yang yaitu   seorang sesat yang hidup pada masa gereja   mula-mula),mengajarkan bahwa 

keAllahan terdiri dari satu pribadi yang kekal, yang pada awalnya, menciptakan sebuah 

makhluk malaekat super menurut gambar-nya sendiri, anak tunggal-Nya, yang oleh-Nya 

Dia menjadikan dunia, dan bahwa Roh Kudus yaitu   makhluk pertama dan terbesar yang 

diciptakan oleh Anak. Pengajaran sesat Arianisme ini menyatakan bahwa Allah yaitu   satu 

Allah secara matematis dan bahwa Anak dan Roh Kudus yaitu   makhluk ciptaan. Contoh 

kedua yaitu   Sabellianisme (didirikan oleh uskup Sabellius, seorang sesat dari gereja 

mula-mula) mengajarkan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus, hanyalah tiga aspek atau tiga 

manifestasi dari angka yang mutlak satu Allah. Berikut argumentasi dan ilustrasi yang 

dikemukakannya. Sebagaimana seseorang, bisa menjadi seorang anak, lalu seorang suami 

dan berikutnya seorang ayah, namun  orang ini  yaitu   orang yang sama, begitu juga 

dengan Allah sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ajaran ini bertentangan dengan Alkitab 

yang memberikan perbedaan jelas antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bapa mengasihi dan 

mengutus Anak. Anak pergi dan kemudian Kembali kepada Bapa. Anak berdoa dan 

menjadi perantara kepada Bapa. Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Roh Kudus 

menjadi perantara kepada bapa dan Anak. Selanjutnya Triteisme, mengajarkan dan 

menerima ketigaan Allah namun  menolak keesaan-Nya. Ajaran ini tidak seimbang dalam 

wahyu tentang Allah sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Aliran pemikiran ini, 

menyangkal kesatuan pribadi-pribadi dalam keAllahan dan mengajarkan bahwa Bapa, 

Anak dan Roh Kudus yaitu   tiga makhluk yang terpisah dan menyatakan ada tiga Allah. 

Jadi bagi Triteisme, Bapa, Anak dan Roh Kudus yaitu   tiga Allah yang berbeda. . Dr. Dale merumuskan tentang Allah Tritunggal yang Alkitabiah: 

“Dari kekekalan sampai kekekalan, Allah yaitu   Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh 

Kudus yaitu   Allah namun terpisah dari Bapa dan Anak. Hanya ada satu Allah namun 

dalam kekekalan ada tiga pribadi. Tidak ada tiga Allah, namun  dalam kehidupan dan 

keberadaan satu Allah, ada tiga pusat kesadaran, kehendak dan perbuatan dan semuanya 

kita kenali sebagai BAPA, ANAK DAN ROH KUDUS. Bapa yaitu   segala kepenuhan 

keAllahan, tidak dapat dilihat, tanpa bentuk, yang tidak pernah dan tidak bisa dilahat oleh 

manusia. Anak yaitu   segala kepenuhan keAllahan, berwujud dan bisa dilihat. Roh Kudus 

yaitu   segala kepenuhan keAllahan yang bertindak dengan cepat atas ciptaan, sehingga 

memanifestasikan atau menyingkapkan Bapa dan Anak. Bapa merencanakan penebusan, 

Anak menjalankan penebusan, Roh Kudus mererapkan penebusan”. 

 

Doktrin Kristologia Yang Menyimpang Dan Menyeleweng 

Sebenarnya tidak ada ajaran sesat yang baru pada saat ini, sebab  semuanya 

merupakan kebangkitan dari ajaran-ajaran lama yang sudah muncul dalam Injil dan surat 

dari para penulis apostolik. Oleh sebab  muncul dan berkembangnya ajaran penyesatan ini, 

maka berbagai dewan dari bapa-bapa gereja, berkumpul bersama untuk membuat 

pernyataan iman dan doktrin untuk membela Kristologi yang Alkitabiah. Berikut beberapa 

147 

ajaran sesat yang utama tentang pribadi dan karya Kristus, yang menjadi dasar bagi ajaran 

sesat berikutnya dalam sejarah keKristenan: Pertama, Kristologi Ebionit, kedua, Kristologi 

Gnostik, Ketiga, Kristologi Arianisme, Keempat, Kristologi Apolonarianisme, Kelima, 

Kristologi Nestorianisme, Keenam, Kristologi Euthisianisme, Ketujuh,  Kristologi 

Monofisitisme, Kedelapan, Kristologi hasil skeptisisme abad pencerahan, Kesembilan 

Kristologi, Jumat Agung tanpa Paskah dan Kesepuluh, Kristologi Sosial-politik. 

Paripurna. Terdapat tiga aliran dalam gnostik, (1) Dosete yang menyangkal 

kenyataan tubuh Kristus dan menyatakan bahwa tubuh Kristus hanyalah penampakan roh, 

(2) Gnostik yang mengajarkan bahwa Kristus memiliki tubuh yang nyata namun  

menyangkal kenyataan bahwa tubuh itu bersifa fisik atau materi. Mereka yakin bahwa 

sebab  daging mewarisi sifat jahat, maka tubuh Kristus tidak mungkin tubuh daging, dan 

(3) Seritian, yakni gnostik yang memakai nama Cerinthius, yang mengajarkan bahwa 

Yesus dan Kristus berbeda; bahwa Yesus yaitu   manusia biasa, anak Yusuf dan Maria, 

dan bahwa Kristus yaitu   roh dan kuasa Allah yang turun atas Yesus pada saat Dia 

dibaptis di sungai Yordan. Mereka mengajarkan bahwa Kristus meninggalkan Yesus saat 

Dia disalib, yang meninggalkan-Nya untuk menderita dan mati sendirian. Ajaran-ajaran 

sesat Gnostik ini  diatas disinggung dan dibicarakan dalam surat Kolose, 1 Timotius, 

2Timotius, 1Yohanes, Yudas dan Wahyu (Yohanes 20:31; 1Yohanes 5:20; 1Yohanes 2:1; 

Ibrani 2:14; 1Yohanes 4:1-4; 1Timotius 3:16; Kolose 1;19; 2:9). 

Arianisme, merupakan ajaran Arius, seorang iman dari Aleksandria Mesir. Arius   

mengajarkan bahwa Kristus tidak ada sebelumnya. Dia yaitu   makhluk ciptaan dan bahwa 

oleh-Nya semua benda lain diciptakan. Dalam keadaan-Nya yang diciptakan, Dia disebut 

logos, Anak, Anak tunggal dan awal ciptaan Allah (Yohanes 1:1-3, 14-18; Wahyu 3:14). 

Arius mengajarkan bahwa meski Anak disebut Allah, Dia bukanlah Allah dalam 

pengertian yang sepenuhnya dari kata ini , namun  merupakan yang tertinggi dari 

seluruh makhluk ciptaan. Dia seperti Allah, namun  bukan Allah, separuh Allah antara 

manusia dan Allah. Arianisme dikutuk selama tahun 321-325 M oleh uskup Alexander dan 

Arius dipecat dari gereja manapun pada saat itu. Ajaran ini menyangkal kekekalan dan 

kesetaraan pribadi Kristus dengan Bapa dan Roh Kudus, dan menjadikan Kristus makhluk 

ciptaan belaka. 

Aliran Apolonarianisme, didirikan oleh Apolinaris, seorang Uskup terkemuka dari 

Laodekia. Dalam pengajarannya, ia menyatakan bahwa Kristus memiliki tubuh yang 

sesungguhnya dan jiwa binatang, namun  tidak memiliki roh atau pikiran yang rasional. 

Menyangkut kesatuan dari dua hakekat dalam satu pribadi Kristus, dia mengajarkan bahwa 

Anak yang kekal mendukung roh dan pikiran Kristus Yesus. Tubuh dan jiwa yaitu   bagian 

dari kemanusiaan dan Anak yang kekal yaitu   yaitu   bagian dari keilahian atau roh Yesus. 

Pengajaran ini, menolak dan menyangkal keutuhan hakikat kemanusiaan Yesus dan 

mengajarkan bahwa Kristus hanyalah dua bagian dan bukannya kemanusiaan dari roh, jiwa 

dan tubuh yang penuh dan lengkap (Tesalonika 5:23). Oleh konsili atau dewan gereja di 

Konstantinopel tahun 381 M, Ajaran Apolonarianisme di kutuk sebagai ajaran sesat atau 

bidat.  

Aliran pemikiran Nestorianisme, didirikan oleh uskup Nestorius, menyatakan 

bahwa dalam pribadi Kristus, ada kepribadian ganda, namun dia menyangkal kesatuan 

nyata dari hakekat ilahi dan manusiawi di dalam Kristus, dengan menyatakan bahwa logos 

(kepribadian ilahi) berdiam di dalam Kristus Yesus (kepribadian manusiawi). Dia 

menghadirkan Kristus sebagai manusia yang dipenuhi Roh, dipenuhi dengan Allah, namun  

tanpa keilahian dan kemanusiaan yang sejati di dalam satu pribadi. Pengajaran 

Nestorianisme ini, ditentang oleh Uskup Cyril dari Aleksandria dan Nestorius dikutuk dan 

ajarannya dilarang beredar oleh konsili atau sidang sinode gereja di Efesus tahun 431 M. 

Ajaran ini, mirip dengan pandangan ektrim dari Kenotisisme, yang menyatakan bahwa 

Ketika Kristus menjadi manusia, Dia mengosongkan Diri-Nya dari sifat-sifat ilahi yang 

ada pada-Nya, sehingga sebagai manusia, Dia membuat kesalahan-kesalahan intelektual. 

Aliran pemikiran Euthisianisme, didirikan oleh Eutyches, menyatakan pengajaran 

yang berlawanan dengan Nestorianisme. Euthyces memandang bahwa Kristus hanya 

memiliki satu hakekat dan kehendak, bukan dua hakekat atau kehendak yang terpisah. Bagi 

dia, hakekat ilahi dan manusia Kristus Yesus begitu tercampur menjadi satu sehingga, 

menbentuk hakekat ketiga. Ajaran ini menjadikan Kristus bukan sebagai Allah dan juga 

bukan sebagai manusia, namun  sebagai pribadi ketiga, hasil percampuran dua hakekat yang 

ada pada Yesus Kristus. Bagi Eutyches, segala sesuatu tentang Kristus yaitu   bersifat ilahi, 

baik tubuh maupun hakekat kemanusiaaNya.  

Monofisitisme, merupakan cabang dari Euthisianisme yang mengajarkan bahwa 

Kristus hanya memiliki satu hakekat, satu kehendak. Sidang Sinode/konsisli di 

Konstantinopel yaitu   tahun 680-681, mengutuk doktrin ini, dan menyatakan bahwa 

Kristus memiliki dua hakekat yang berbeda, ilahi dan manusiawi dan memiliki dua akal 

budi dan dua kehendak. Keduanya berada dalam kesatuan yang harmonis, di mana 

kehendak manusiawi tunduk pada kehendak ilahi. Aliran lain yang menjadi bagian dari 

Monofisitisme, yang merupakan hasil percampuran dari Euthisianisme dengan 

Apolonarianisme dan Nestorianisme yaitu   Adopsionisme. Pengajaran sesat ini 

menyatakan bahwa kemanusiaan Kristus ada melalui adopsi, dengan demikian menolak 

dan menyangkal status diperanakan dari kemanusiaan Kristus. 

Kristologi hasil skeptisisme Pencerahan, merupakan Kristologa yang memberontak 

terhadap Kristologi yang Ortodoks. Zaman pencerahan di Eropa, pada abad 17-18, 

merupakan abad kebangkitan rasio manusia dan membentuk suatu serangan frontal 

terhadap keyakinan tradisional gereja. Maksud dan tujuan utamanya yaitu   menyatakan 

otonomi akal manusia, supaya menggantikan pernyataan-pernyataan iman dengan 

dominasi rasio, menggantikan dogma dengan hasil-hasil ilmu pengetahuan, menggantikan 

yang supranatural dengan yang natural dan mengubah pandangan yang pesimistis tentang 

kondisi manusia dengan keyakinan pada kebaikan hakiki dari natur manusia yang 

mengakibatkan kemajuan sosial. Dalam serangannya terhadap Kekristenan, pencerahan 

juga menyerang pribadi Yesus. Bagi Pencerahan Yesus hanyalah seorang ‘guru manusia’. 

Dalam buku ‘Life of Jesus’ yang sangat terkenal, yang ditulis oleh David Friedrich Strauss 

dan diterbitkan dalam dua volume setebal 1.480 halaman, dikemukakan bahwa, sebab  

masalah integritas, dia tidak bisa mengkhotbahkan apa yang sebelumnyal dia yakini. Dia 

menulis dan membahas seluruh kitab Injil dengan terperinci, peristiwa demi peristiwa dan 

perumpamaan demi perumpamaan berdasar  konsep ‘mitos’nya dan menyebut 

semuanya sebagai legenda murni, walaupun ia percaya akan adanya kesadaran diri 

Mesianis dalam diri Yesus. Srauss langsung menjadi selebriti di tengan-tengah badai 

theologi, namun ini justru menghancurkan karirnya (John Stott; 2007).  

Buku kedua, yang membicarakan tentang Kristologi hasil skeptisisme Pencerahan 

yaitu  , La vie de Jesus, karya Enns Renan (1863). Kritik terhadap Renan datang dari dua 

kelompok. Bagi kelompok Ortodoks, pemikiran Renan yaitu   bidat yang menyesatkan, 

bagi kaum Liberal, pengajarannya kurang liberal, namun yang pasti dia memang liberal. 

Renan menulis bahwa Sebagian dari kitab-kitab Injil berisi legenda sudah terbukti, sebab 

kitab-kitab itu penuh dengan mujizat dan hal-hal yang supranatural, (Ernst Renan, 

1863/1904:12), sekalipun Yesus yakin Dia yaitu   Mesias, Dia bukanlah inkarnasi 

Allah ;kitab-kitab Injil “penuh dengan kesalahan dan konsep yang keliru” (Ernst Renan, 

1863/1904:148); dan tidak ada kebangkitan yang sesungguhnya dari Kristus, dan  

mengatakan bahwa “kasih sayang dari seseorang yang begitu dikuasai halusinasi yang 

merujuk kepada Maria Magdalena, memberikan kepada dunia berita tentang Allah yang 

bangkit kembali”, (Ernst Renan, 1863/1904 : 144). Sesudah mengisahkan kematian 

149 

Kristus, Renan berkata kepasa Yesus, “Beristirahatlah kini dalam kemuliaan-Mu, hai 

pemrakarsa yang mulia, karya-Mu telah usai; keilahian-Mu telah ditegakkan, selama 

ribuan tahun dunia akan menyanjung-Mu…antara Engkau dan Allah, manusia tidak bisa 

lagi membedakan,” (Renan; 1983/1904). Namun, janganlah kita tertipu oleh jenis 

penghormatan retorik seperti ini, sebab  Renan sendiri telah menulis, “Sosok yang agung 

ini, boleh kita sebut ilahi, tidak dalam pengertian bahwa Yesus telah menyerap seluruh 

yang ilahi…melainkan dalam pengertian bahwa Yesus yaitu   sosok yang menyebabkan 

sesama-Nya manusia melakukan langka besar menuju yang ilahi “(Renan, 1963/1904: 

151). Akhirnya, menurut Renan, Yesus hanyalah seorang manusia agung dan teragung, 

ketika ia berkata : “Maka, marilah kita menempatkan manusia Yesus di puncak tertinggi 

dari keagungan manusia, di antara orang-orang yang biasa-biasa saja pada umumnya umat 

manusia ; ada pilar-pilar yang menjulang ke langit, Yesus yaitu   yang tertinggi dari pilar-

pilar itu” (Renan; 1983/1904). Namun Yesus, tetap hanyalah manusia biasa.  

Kristologi, Jumat Agung tanpa Paskah, yaitu   gambaran tentang Yesus Kristus 

yang dimulai di Spanyol dan kemudian mengembangkan bentuk khusus di seluruh 

Amerika Latin. Dalam buku klasik John A. Mackay, The Other Spanish Christ : A Study in 

the Spiritual History of Spain and South America (1932), diceriterakan bahwa Yesus yang 

diperkenalkan oleh ajaran Katolikisme Spanyol ke pada Amerika Latin yaitu   sosok 

tragedi, ‘Kristus berdiri di hadapan kita sebagai korban yang tragis”(John A.Mackay; 

1932). Para seniman agama Spanyol menggambarkan Kristus sebagai sosok yang ‘memar, 

biru lebam, pucat dan berdarah’, “Kristus yang dipelintir yang bergumul dengan kematian 

dan Kristus yang terbaring yang telah menyerah ke pada kematian…semuanya yaitu   inti 

dari tragedi yang mengerikan” (Mackay; 1932). Selanjutnya Mackay menulis, “Dia mati 

untuk selamanya, Dia telah menjadi inkarnasi dari kematian itu sendiri, Kristus ini tidak 

bangkit, …mayat Kristus ini …terbujur terlentang dan lurus  bagaikan dataran, tanpa jiwa 

dan tanpa pengharapan, dengan mata terpejam menghadap ke langit ; dalam agama 

Spanyol, Kristus telah menjadi pusat dari penyembahan kepada kematian.”(Mackay, 1932 : 

97). sesudah  lima puluh tahun Mackay berada di Peru, Henri Nouwen berkunjung ke kota 

itu, dan keduanya seorang misionaris Presbiterian dan seorang imam Katolik Roma, 

memiliki kesimpulan yang sama. Dalam Jurnalnya Nouven menulis bahwa di gereja-gereja 

kota Lima, banyaknya penggambaran tentang Kristus yang menderita menimbulkan suatu 

kesan yang mendalam, lebih lanjut Nouven menulis: 

yaitu   sebuah altar besar yang dikelilingi oleh enam cela dinding di mana 

Yesus digambarkan dalam keadaan penderitaan yang berbeda : diikat pada 

sebuah tiang, tergeletak di lantai, duduk di atas sebuah batu, dan sebagainya, 

hampir selalu dalam keadaan telanjang dan diselimuti darah…Saya sama 

sekali tidak melihat adanya tanda-tanda kebangkitan pada semua gambar 

ini , tidak satupun yang mengingatkan saya kepada kebenaran bahwa 

Kristus mengalahakan dosa dan maut, dan bangkit dengan penuh kemenangan 

dari kubur. Semuanya yaitu   Jumat Agung, tidak ada Paskah…Penekanan 

yang hampir eksklusif pada tubuh Kristus yang teraniaya bagi saya 

merupakan pemutarbalikan terhadap Khabar baik menjadi suatu kisah yang 

mengerikan dan mengancam orang banyak namun tidak membebaskan 

mereka. (Henri Nouven,1983: 105) 

Penggambaran tentang Kristus yang tidak berdaya yang popular di Amerika Latin, 

tentu tidak mendeskripsikan satu-satunya yang dikenal umat Kristen Amerika Latin. namun  

menunjukan bahwa ada sebuah tradisi yang demikian, dimulai kaum mistik Spanyol abad 

ke enam belas yang dimulai oleh Raymond Lull. Menangagapi deskripsi tentang Yesus 

seperti itu, John Stott, menyatakan “Kita harus waspada terhadap ketidakseimbangan. Kita 

tidak memiliki kebebasan untuk memberitakan tentang bayi Yesus tanpa memberitakan 

Missio Ecclesiae| Volume 9, Nomor 1, (April, 2020) 

150 

kehidupan apa yang dituju oleh masa kanak-kanak ini ; kita juga tidak memiliki 

kebebasan untuk memberitakan kehidupan dan kematiaan-Nya tanpa memberitakan 

kebangkitan-Nya yang mulia; kita juga tidak memiliki kebebasan untuk memberitakan 

Yesus yang historis dan objektif tanpa memberitakan pengabdian pribadi kepada Dia ; kita 

juga tidak memiliki kebebasan untuk memberikan penyembahan yang tradisionil, liturgis 

dan penuh hormat kepada-Nya tanpa memberitakan sukacita karismatik atau spontanitas 

apapun. Kita juga tidak boleh mengabaikan gambaran tentang Yesus sang pembebas, 

dengan seruan-Nya yang nyaring untuk kebebasan” (John Stott; 2007). 

Kristologi Sosial Politik merupakan suatu usaha teologis/Kristologis untuk 

pembebasan sosial bagi kaum miskin di Amerika Latin dari struktur-struktur sosial politik 

yang menindas, dengan mengusung thema ‘Teologia Pembebasan’. Pada era sekitar tahun 

1970 di Amerika Latin, telah muncul berbagai theologi Liberasi, seperti ‘Theology of hope’ 

(1969) oleh Rubem Alves; ‘A Theology of Liberation’ (1971) oleh Gustavo Gutieres dan 

‘Operation-Liberation: a Callenge to Christian’ (1972) oleh Hugo Assmann. Orlando 

Costas menggambarkan tiga serangkai theolog terkemuka diatas sebagai berikut: “Jika 

Alves yaitu   nabi dari gerakan itu dan Assmann yaitu   apologetnya, maka Gutieres yaitu   

theolog Sistematikanya (Orlando Costas, 1974: 223). Dalam buku pertama Gutieres yang 

bersubjudul History, Politics and Salvation, diterangkan bahwa Amerika Latin yaitu   

benua tertindas. Benar bahwa pada abad ke Sembilan belas republik-republik di Amerika 

Latin telah merdeka dari pemerintahan kolonial Spanyol dan Portugal, namun bangsa-

bangsa ini  tetap berada dalam belenggu politik dan ekonomi. Profesor Jose Migues 

Bonino dalam bukunya Doing Theology in a Revolutionary Situation (1975) menunjukkan 

bahwa Orang-orang Kristen memasuki Amerika Latin dalam dua tingkat yang berbeda 

namun sama-sama opresif, ‘Kolonialisme bangsa Spanyol (Katolikisme Roma) dan 

neokolonialisme Atlantik utara (Protestantisme) (Jose Migues Bonino, 1975: xxiii).  

Sedangkan mantan uskup Agung katolik Roma di Brazil bagain timur, Dom Helder 

Camara menyebut adanya kolonialisme ketiga yakni ‘kolonialisme internal’ yakni 

penindasan politik dan ekonomi yang terus menerus oleh pemerintahan sayab kanan 

Amerika Latin sendiri yang hanya dipegang oleh segelintir orang saja dan oleh militer. 

Awalnya theologia pembebasan ditujukan untuk penindasan sosial, politik dan 

ekonomi. Dalam penglihatan Gutieres, proses pembebasan dan perubahan merupakan 

usaha pencarian untuk memuaskan aspirasi-aspirasi manusia yang hakiki yakni kebebasan, 

martabat dan kemungkinan pemenuhan diri bagi setiap orang (Gustavo Gutieres; 1974). 

Willian H. Lazareth mempertanyakan tentang eksistensi dan tujuan dari theologi 

pembebasan seperti berikut ini “Isu yang sangat penting bagi theologia pembebasan yaitu   

relasi antara kebebasan Kristen dan kebebasan politik. Dengan otoritas rasuli apakah kita 

boleh mencampurkan pembebasan dari dosa, maut dan si jahat dengan pembebasan dari 

ketidakadilan, penindasan dan kemiskinan? Dalam pengertian yang lebih pribadi, 

bagaimana kita menghubungkan aktivitas Yesus dan Paulus pada abad pertama dengan 

aktivitas Che Gevaro dan Camilo Torres pada abad kedua puluh? Apakah kedua aktivitas 

ini serupa, merupakan pengulangan, bisa dibedakan atau tidak berhubungan? (Bonino; 

1975). 

Perlu diperhatika bahwa salah satu ciri dari theologia pembebasan yaitu   

aksentuasinya pada praksis (penerapan) sebagai metode baru dalam berteologi. Menurut 

Gutieres, langka utama dalam ‘bertheologia’ bukan membuka Alkiatab, namun  

berkomitmen serius untuk berjuang demi pembebasan, sebab  teks pertama yang harus 

dipelajari bukan teks Alkitab, melainkan teks sosial, yaitu realitas disekitar kita dan 

pengalaman kita akan realitas itu, sesudah itu, siaplah bagi kita untuk langka kedua yakni 

studi Alkitab. sebab  itu theologia diartikan sebagai ‘suatu refleksi kritis tentang praksis 

Kristen dalam terang Firman (Gutieres; 1974). Andrew Kirk mengkritisi hermeneutik 

151 

theologi Pembebasan sebagai berikut: “Tidak satupun dari para penulis ini yang melakukan 

studi eksegetis terhadap perikop yang popular yang dijelaskan…kebanyakan tidak 

berusaha menguji secara eksegetis kebenaran dari metode maupun penggunaan teks 

mereka sendiri. (J.A. Kirk; 1979). Kalau kita memperhatikan penggunaan tema 

‘Eksodus’oleh golongan Liberal, maka menjadi jelas, bahwa hal itu dianggap sebagai suatu 

paradigma untuk setiap penyelamatan dari penindasan, tanpa melihatnya sebagai suatu 

perbuatan Allah yang besar yang merupakan penggenapan kovenan, dimana Allah 

mengingat dan menggenapi kovenannya dengan Abraham, Ishak dan Yakub (Keluaran 

2:24). 

Uskup K.H.Ting dari Shanghai, presiden dari China Christian Council mengkritisi 

kelonggaran hermeneutik theologi pembebasan dengan menegaskan: “Theologi 

Pembebasan yaitu   hal yang baik, sehingga kita merasa berat hati, sebab  tidak sanggup 

mendukung keseluruhannya”, sebab  “tema kekal dari keKristenan dan Theologi 

seharusnya bukan bersifat politik…melainkan pendamaian manusia dengan 

Allah…pendamaian antara Allah dan manusia merupakan thema kekal dari theologi 

Kristen” (K.H.Ting; 2000). Pada tahun 1974 Kongres Lausane berbicara terus terang 

tentang masalah ini juga. Berikut yaitu   tanggapan kaum Injili dalam tema “tanggung 

jawab sosial orang Kristen”:  

Kami menegaskan bahwa Allah yaitu   Pencipta dan sekaligus Hakim atas 

semua manusia. sebab  itu, kita harus berbagi kepedulian-Nya terhadap 

keadilan dan rekonsiliasi di seluruh masyarakat manusia dan terhadap 

pembebasan manusia dari segala jenis penindasan. sebab  umat manusia 

dijadikan menurut gambar Allah, setiap orang-tidak peduli ras, agama, warna 

kulit, budaya, kelas, jenis kelamin atau usia-memiliki martabat yang tertanan 

di dalam dirinya, maka dia harus dihormati dan dilayani, bukan dieksploitasi. 

Di sini juga kami menyatakan penyesalan atas ketidakpedulian kami dan 

sebab  adakalanya menganggap penginjilan dan kepeduliaan sosial 

merupakan dua hal yang terpisah. Sekalipun rekonsiliasi dengan manusia 

bukanlah rekonsiliasi dengan Allah, bukan penginjilan tindakan sosial, bukan 

pula keselamatan liberasi politik, kami menegaskan bahwa baik penginjilan 

maupun keterlibatan sosial politik, keduanya merupakan bagian dari 

kewajiban Kristen kita sebab  keduanya merupakan ungkapan yang niscaya 

dari doktrin-doktrin kita tentang Allah dan manusia, kasih kita terhadap 

sesama kita dan ketaatan kita kepada Yesus Kristus (John Stott, 1996: 24-27 )            

Jadi, berdasar  pemaparan-pemaparan ini  diatas, maka dapat disimpulkan 

bahwa: (1) Pengajaran Ebionit hakikatnya yaitu   menyangkal keilahian Kristus, (2) 

pengajaran Gnostisisme hakekatnya yaitu   menyangkal kemanusiaan Kristus, (3) 

Arianisme hakekatnya yaitu   Kristus hanyalah makhluk ciptaan, (4) Apolonarianisme 

hakekatnya yaitu   menyangkali kepenuhan kemanusiaan Kristus, (5) Nestorianisme 

hakekatnya yaitu   menyangkal kesatuan dua hakikat di dalam Kristus, mereduksi-Nya 

menjadi manusia yang dipenuhi dengan Allah, (6) Euthisianisme hakekatnya yaitu   

menyangkal perbedaan anatara dua hakikat Kristus,  

Lalu membentuk hakikat yang ketiga atau cangkokan dari dua hakekat ini , (7)   

Monofisitisme hakikatnya yaitu    menyangkal dua hakekat dan kehendak di dalam satu 

pribadi Kristus, Kristus yang ilahi saja yang dipercaya sebagai hasil percampuan dari 

kedua sifat Kristus ini ,  (8) Kristologi hasil skeptissime pencerahan, hakekatnya 

yaitu   memaparkan Kristus, hanya sebagai manusia biasa saja,walaupun manusia 

teragung,namun  tetap saja sebagai manusia pada umumnya, yang walaupun memiliki sifat 

keilahian, namun  tidak sepenuhnya dan tidak sempurna sebagai yang ilahi, (9) Kristologi 

Jumat Agung tanpa Paskah, hakekatnya yaitu   menyatakan tentang Kristus yang 

Missio Ecclesiae| Volume 9, Nomor 1, (April, 2020) 

152 

menderita sengsara seperti yang terjadi pada peristiwa Jumat Agung, namun  Kristus yang 

telah bangkit dari kematian dalam kemenangan tidak disampaikan secara pasti 

sebagaimana terjadi pada hari Paskah dan (10) Kristologi Sosial Politik hakekatnya yaitu   

usaha pembebasan kaum miskin dari struktur sosial yang menindas mereka, walaupun 

memakai terninologi dan konsep-konsep Kristen yang sudah dipolitisir.  

Berhubung Ajaran-ajaran sesat begitu gencar menyerang Kekristenan yang 

Alkitabiah dan sekaligus merongrong iman gereja yang sejati, maka berbagai dewan gereja 

telah berkumpul secara berkala untuk merumuskan dan menyatakan pengakuan iman 

bersama berlandaskan Alkitab, dalam upaya untuk memelihara dan menjaga ‘iman yang 

telah disampaikan kepasa orang-orang kudus’. (Yudas 1:3). Berikut yaitu   rumusan 

pengakuan Iman yang dikerjakan oleh Konsili/Dewan gereja, pada tahun 451 M di 

Kalsedon: 

Mengikuti bapa-bapa suci, kami semua dengan satu kesepakatan mengajarkan 

dan mengakui akan satu Anak yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sama-sama 

sempurna di dalam kemanusiaan-Nya, Allah yang sesungguhnya dan manusia 

yang sesungguhnya, akan jiwa yang berakal dan bertubuh, akan substansi yang 

sama dengan Bapa dalam keilahian-Nya, akan substansi yang sama dengan kita 

dalam kemanusian-Nya, dalam segala sesuatu seperti kita, kecuali dosa, sebelum 

dunia dijadikan, diperanakkan dari Bapa dalam keilahian-Nya, namun  dikemudian 

hari bagi kita dan bagi penebusan kita, diperanakkan (yang sama) dari perawan 

Maria, bunda Allah, dalam  kemanusianNya, satu Kristus, Anak dan Tuhan yang 

sama. Anak yang tunggal yang mengambil wujud dalam dua hakekat, tanpa 

kekacauan, tanpa perubahan, tidak dapat dibagi, tidak dapat dipisahkan. 

Perbedaan dari hakikat-hakikat sama sekali tidak dihilanghkan oleh kesatuan 

ini , namun  sebaliknya sifat masing-masing hakikat dipelihara dan 

digabungkan dalam satu pribadi dan satu hipostase; bukan satu pribadi yang 

terpisah atau terbagi dalam dua pribadi, namun  satu Anak yang sama dan tunggal, 

yakni Allah, Logos dan Tuhan Yesus Kristus.”(Kevin J. Conner, 2004 : 363-

364). 

 

Adanya Spirit Dan Sifat Satanisme Yang Menyesatkan, Mendustai Dan 

Memurtadkan 

Alkitab memperingatkan gereja bahwa pada masa akhir zaman, akan muncul ajaran 

atau doktrin setan-setan. Rasul Paulus, mengigatkan Timotius: ‘Roh dengan tegas 

mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti 

roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan…’ (1 Timotius 4:1-3; 1 Korintus 10:20-21). 

Ajaran atau doktrin setan-setan ini diadakan, dikembanghkan dan disebarkan oleh orang-

orang yang tersesat seperti sudah disebutkan sebelumnya. Rasul Paulus menyinggung 

tentang orang-orang yang ‘mencari keuntungan dari Firman Allah,’yakni mereka yang 

memahami firman Allah secara tidak murni dan tidak benar (2 Korintus 2:17). Ular sebagai 

wujud setan berbicara kepada Hawa dan memutarbalikan Firman Allah, sehingga 

mengakibatkan kejatuhan manusia ke dalam pelanggaran dan dosa. Tipu daya yaitu   

senjata utama Setan di taman Eden (Kejadian 3:1-6), dan ini juga yaitu   senjata setan di 

zaman akhir ini. Matius 24:4,11,24, mengingatkan tentang tipu daya yang akan terjadi di 

zaman akhir. Paulus juga dalam Efesus 4:14 berbicara tentang angin-angin pengajaran dan 

kecurangan manusia, kelicikan mereka untuk menyesatkan orang-orang yang lemah. Inilah 

awal mula dari pengajaran sesat, yang muncul dari pengaruh setan-setan dan tersebar 

melalui manusia-manusia-manusia sesat. 

Rasul Petrus mengatakan hal yang sama, ketika sang rasul berbicara tentang orang-

orang yang tidak paham dan tidak teguh imannya, yang memutarbalikan kebenaran Alkitab 

153 

menjadi kebinasaan diri mereka sendiri (2 Petrus 3:14-16). Istilah ‘memutarbalikan’ berarti 

‘merenggut atau meyiksa’ sehingga menyesatkan dan membengkokkan kebenaran Alkitab 

yang mereka juga mengakuinya sebagai pengajaran (Keluaran 23:6; Ulangan 16:19; 

Mazmur 56:5). Alkitab menegaskan bahwa penghukuman kekal diberikann kepada semua 

orang yang ‘menanbah’ atau ‘mengurangi’ Firman Allah. Mereka akan mengalami murka 

yang kekal dari Allah. (Ulangan 4:2; Amos 30:6; Wahyu 22:18-19). Rasul Paulus 

menyatakan kutukan atas malaekat atau peyesat-penyesat yang memberitakan ‘Injil yang 

lain’ (Galatia 1:6-8). Para penganjur ajaran sesat umumnya mengajarkan ‘Yesus yang 

lain’, menerima dan menyalurkan ‘roh yang lain’dan menyuarakan ‘injil yang lain’ (2 

Korintus 11:4). Setiap ajaran, akhirnya berasal dari salah satu dari dua kemungkinan 

sumbernya yakni dari Roh kebenaran atau dari roh dusta. Setiap pengajar memberitakan 

salah satunya, menurut Roh yang ada pada mereka dan yang mempengaruhinya. Pada hari-

hari terakhir, sekarang ini setan sedang menyerang gereja melalui pikirannya yang 

dinyatakan dalam doktrin roh jahat, untuk menipu manusia. Kondisi dan situasi seperti ini, 

menuntut kebutuhan akan doktrin yang benar dan sehat dari Kristus dan firman-Nya 

Alkitab. Berikut daftar perbandingan doktrin Kristus dan Setan:   

 

DOKTRIN ALLAH/KRISTUS    DOKTRIN SETAN/IBLIS 

Roh Kebenaran      Roh Dusta/kepalsuan 

Terang       Gelap  

Doktrin Allah      Doktrin setan 

Doktrin Kristus      Doktrin roh-roh jahat 

Doktrin rasul-rasul     Doktrin manusia 

Percaya       Tipu daya 

Kehidupan dan kebebasan    Perbudakan dan kematian.  

 

Rasul Paulus menasehati Timotius, untuk selalu siaga dalam menghadapi ajaran-

ajaran sesat yang diispirasi dan dimotori oleh roh-roh jahat yang berkembang di dalam dan 

disekitar jemaat Efesus yang digembalakannya (2 Tomotius 2:14-26). sebab  

penyelewengan doktrin selalu membawa konsekwensi penyesatan intelektual, kemerosotan 

iman dan dekadensi moral. Sebagai lanjutan dari penjelasanya Paulus sebelumnya, dalam 2 

Timotius 3:1-5, Paulus merinci delapan belas ciri dari kemorosotan moral para bidat, 

yakni : mencintai dirinya sendiri (egoisme pribadi dan kelompok seperti yang ada pada 

bidat) ; menjadi hamba uang (dikusai oleh roh materialisme seperti yang ada pada spirit 

bidat) ;menyombongkan diri (menganggap diri dan kelompoknya paling benar sendiri); 

menjadi pemfitna (menyebarkan fitnah tentang kebenaran Allah dan firman-Nya seperti 

yang ada pada bidat ); berontak terhadap orang tua (atas alasan ajaran sesat yang ada pada 

mereka); tidak mau berterima kasih (kepada keselamatan di dalam Kristus yang sudah 

tersedia dan membuat jalan keselamatan sendiri versi bidat)); tidak memperdulikan agama 

(menentang agama yang benar dan resmi , dan membuat aliran agama versi sendiri) ; tidak 

tahu mengasihi  (orang-orang yang berbeda ajaran dan keyakinan denggan mereka); tidak 

mau berdamai (dengan pihak dan kelompok yang menegakkan ajaran yang benar dari 

Alkitab); suka menjelekkan orang (yang menegur, mengoreksi kesalahan dan kekeliruan 

doktrin mereka); tidak dapat mengekang diri (reaktif dan agresif terhadap teguran dan 

disiplin yang ditujukan kepada mereka); garang dan tidak suka yang baik (menentang dan 

melawan ortodoksi yang sudah disepakati ); suka berkhianat (terhadap kesepakatan yang 

telah disetujui bersama); tidak berfikir Panjang (terhadap konsekwensi-konsekwensi 

jangka panjang atas perlawanannya); berlagak tahu (mengenggap diri dan kelompoknya 

lebih benar dan pintar dari kelompok lain) ; lebih menuruti hawa nafsu dibandingkan  menuruti 

Allah (kebenaran Allah dikesampingkan atas nama nafsu golongan dan ajarannya sendiri); 

menjalankan ibadah secara lahiriah namun  hakekatnya mengangkal kuasa Allah (ibadah 

dijadikan jubah penutup kepalsuan dan dan kemunafikan ). Sehingga dapat dikatakan 

bahwa karakter dan spirit seperti ini  di atas, sudah menjadi pemandangan umum para 

penganut dan pengikut ajaran-ajaran sesat di dalam sejarah kekristenan. Pertanyaannya 

yaitu   siapa dan apa dibakik dan di dalam semuanya ini? Jawabannya yaitu   pasti dan 

benar, yakni roh-roh setan yang sangat memusuhi Allah, Firman Allah dan umat Allah 

yang sejati. 

 

SIMPULAN 

Untuk menyimpulkan pokok-pokok bahasan ini  diatas, saya mengutip apa 

yang dikatakan oleh Theolog Injili yang termasyur pada dekade ini, yakni John Stott. 

Ketika menulis tentang ‘Kristus mengalahakan Iblis dan para pengikutnya’berdasar  

Wahyu 12-13, beliau menyatakan sebagai berikut:  

“kitab wahyu membiarkan kita mengintip di belakang layar dan melihat strategi 

Iblis yang begitu licik. Kita bisa melihat bagaimana dia pada pasal-pasal awal kitab Para 

Rasul juga menggunakan tiga senjata yang sama. Pertama dia berusaha melumat jemaat 

dengan paksaan; kedua, dia berusaha membuat bobrok jemaat dengan kemunafikan 

Ananias dan Safira; ketiga, dia berusaha menyesatkan jemaat dengan ajaran palsu, 

mengalihkan perhatian para rasul dari pelayanan Firman mereka dan dengan demikian 

mengarahkan jemaat kepada bidat. Diseluruh dunia hari ini, serangan lapis tiga yang sama 

terhadap jemaat tetap dilanjutkan oleh Iblis - jasmani (penganiayaan), moral (kompromi), 

dan intelektual (ajaran sesat)” (John Stott; 2007). 

Oleh sebab  itu, mengantisipasi muncul dan berkembangnya ajaran-ajaran sesat/ 

bidat-bidat, pertama-tama gereja harus menjaga kemurnian pengajarannya (ortodoksi dan 

ortopraksis) dari pengaruh sistim hidup lama anggota-anggota gereja, terutama para 

tokohnya. Dalam hal ini, pihak gereja perlu mendisiplin dan menghentikan guru-guru palsu 

yang memalsukan Injil. Gereja bertanggung jawab penuh atas kemurnian pengajaran dari 

rongrongan bidat-bidat (1Timotius 1:3-11, 18-20; Galatia 1:6-10). Kristus telah memberi 

wewenang kepada gereja-Nya untuk mengikat dan melepaskan (Matius 16:19; 18:18; 

Yohanes 20:23). Wewenang itu teraplikasi dalam disiplin gereja dan juga disiplin terhadap 

guru-guru palsu yang menganjurkan ajaran-ajaran sesat; mereka dapat diberhentikan (Titus 

3:10; 1Tomotius 6:4-10), sebab  dibelakang dan didalam aktivitas serta pengajaran 

mereka, jelas ada kegiatan roh-roh setan yang menyesatkan. Siapa yang mau disesatkan, 

penyesatlah yang harus dipukul mundur dari dalam pengajaran dan iman gereja. Kedua, 

Sikretisme (kompromi) yaitu percampuran unsur-unsur filsafat dan agama-agama kafir 

dengan pengajaran Iman Kristen, harus selalu diwaspadai, disikapi dan diatasi secara 

saksama. sebab  penjelasan pengajaran Kristen yang menggunakan istilah dan konsep 

filsafat dan agama dunia, mengandung bahaya dan pengaruh yang sinifikan, yang selalu 

perlu dijaga supaya tidak sampai mengorbankan hakekat dan isi utama pengajaran murni 

iman Kristen. Batas-batasnya, proporsinya dan kriterianya harus jelas dan ketat (1Yohanes 

4:1-4). Ketiga, ketidakpuasan dan kekecewaan orang-orang Kriten terhadap 

kerohanian/spiritual  gereja, baik menyangkut ajaran dan praktiknya, dapat dijawab 

dengan : (1) Gereja perlu menjabarkan kembali pengajaran Akitab yang utuh tentang Roh 

Kudus, karunia-karunia-Nya serta buah Roh secara relevan dan aktual, (2) demikian juga 

pengajaran Alkitab tentang Eskatologi, perlu diterangkan lagi secara seimbang dan 

proporsional, agar orang-orang Kristen, memiliki batang pengukur atau filter dalam 

menghadapi ajaran-ajaran sesat di sekitar dan di dalam isu-isu kedatangan Kristus kembali, 

dan (3) Hubungan antara perkembangan organisasi gereja dengan organisme gereja dalam 

praktek hidup dan ibadah, sangat perlu diterangkan dengan baik dan benar, supaya 

seimbang dan proporsional seperti yang diajarkan Alkitab. Misalnya tentang peranan dan 

155 

fungsi rohaniwan dan kaum awam di dalam gereja, itu perlu dimengerti dengan baik dan 

seimbang secara Alkitabiah. Contohnya dapat dilihat dalam praktek hidup dan ibadah 

gereja rasuli. sebab  kerinduan adanya suatu gereja yang berpolakan gereja Perjanjian 

Baru, sangat kuat berkembang di dalam hati orang-orang Kristen yang sudah lahir baru. 

Sebab jika tidak, maka biasanya orang-orang itu akan mencari gereja lain yang mereka 

anggap sesuai dan coccok atau malahan mereka nekat mendirikan gereja baru sesuai 

dengan selera dan versi mereka sendiri. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, tidak jarang 

mengakibatkan munculnya gereja dengan ajaran-ajaran yang menyimpang. Keempat, 

Gereja sendiri dalam menghadapi pengaruh dan ikatan “materialism”, sangat penting untuk 

menentukan sikap teologis yang benar terhadap materi atau kekayaan, sebab  dampak dari 

roh materialisme terhadap gereja telah dan selalu melumpuhkan gereja sendiri dari dalam, 

artinya diluar kelihatan mengkilap atau mentereng padahal di dalamnya sudah rapuh dan 

keropos. Untuk maksud itu perlu memberlakukan prinsip ‘kekayaan yaitu   berkat Allah 

yang berasal dari Allah yang wajib dipakai untuk melayani Alllah, sesama dan diri sendiri. 

Kekayaan itu sendiri haruslah menjadi hamba dan pelayan Allah dan orang-orang Kristen 

dan bukan sebaliknya, menjadi tuan dan majikan yang memperhamba kita. (1Korintus 

6:12). sebab  itu, jangan pernah menjadikan kekayaan atau harta itu untuk melayani setan, 

ajaran-ajaran sesat, hawa nafsu dan tujuan-tujuan apapun yang bertentangan dengan 

kehendak Allah.  Kelima, Menyadari adanya kehadiran, aktivitas serta penyesatan roh-roh 

setan di dalam dan melalui ajaran-ajaran sesat, maka hal itu penting untuk diantisipasi, 

disikapi dan dibendung serta dilawan dengan kuasa dan hikmat Roh Kudus dan firman 

Allah melalui ajaran-ajaran yang ortodoks seperti yang sudah dirumuskan, ditegakkan dan 

dipertahankan oleh konsili-konsili gereja selama berabad-abad. Keenam, dengan 

memahami karakteristik ajaran sesat seperti menyelewengkan doktrin Allah Tritunggal 

yang kudus, memutarbalikan doktrin Kristologi yang Alkitabiah dan ditambah dengan 

dampak buruk yang merusak dan menghancurkan intelektual, moralitas serta iman Kristen, 

maka wajib bagi kita untuk bertindak, menginternalisasi dan mensosialisasi ajaran-ajaran 

benar (Ortodoksi dan Ortopraksis) secara konkrit, terencana dan kontinyu sampai menjadi 

agenda utama program pengajaran gereja-gereja di Indonesia.  Dalam hal ini, gereja wajib 

berjuang sedemikian rupa sampai memenangkan perjuangan dan peperangan rohani ini 

bersama Kristus dan Firman-Nya Alkitab, supaya penyelewengan dan penyesatan dapat 

dipukul mundur (1Korintus 15:58; Galatia 2:4-5). Ketujuh, Mereka yang telah tersesat 

sebab  tertipu ajaran sesat, terikat oleh belenggu roh setan dan rusak moralitasnya, wajib 

dibawah pulang dan digabungkan kembali ke dalam kebenaran Kristus yang 

memerdekakan (Yohenes 8:30-32), agar mereka menjadi bagian integral lagi dari “tubuh 

Kristus” yang am dan universal. sebab  itulah yang dikehendadi Kristus bagi domba-

domba yang telah tersesat dan terhilang. Semoga Tuhan Allah di dalam Kristus, menolong 

kita dalam perjuangan rohani ini.