Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 22. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 22. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 22


  Kristus, aku bersyukur 

kepada Kristus Yesus Tuhan kita, yang telah menempatkan aku 

di dalam pelayanan.  

II. Untuk lebih memegahkan anugerah Kristus yang telah menem-

patkan dia di dalam pelayanan, ia memberikan penjelasan menge-

nai pertobatannya.  

1. Siapa dia sebelum bertobat, seorang penghujat, seorang peng-

aniaya, dan seorang yang ganas. Saulus selalu mengembus-

kan ancaman dan pembunuhan terhadap murid-murid Tuhan 

(Kis. 9:1). Ia berusaha membinasakan jemaat (Kis. 8:3). Ia 

adalah seorang penghujat Allah, penganiaya orang-orang ku-

dus, dan sangat berbahaya bagi keduanya. Sering kali orang-

orang yang direncanakan melakukan pelayanan-pelayanan be-

sar dan menonjol dibiarkan melakukan kehendak dirinya sen-

diri sebelum pertobatan mereka. Mereka dibiarkan jatuh di da-

lam kejahatan besar, supaya kasih setia Allah dapat dimulia-

kan di dalam pengampunan mereka, dan kasih karunia Allah 

di dalam kelahiran baru mereka. Jika kita sungguh-sungguh 

bertobat, besarnya dosa tidak menjadi halangan bagi Allah 

untuk menerima kita, tidak, juga tidak menjadi halangan bagi 

Dia untuk memakai kita di dalam pelayanan. Amatilah di sini,  

(1) Penghujatan, penganiayaan, dan keganasan merupakan 

dosa yang sangat besar dan mengerikan. Orang-orang yang 

melakukan dosa-dosa seperti itu sungguh luar biasa ber-

dosa di hadapan Allah. Menghujat Allah berarti langsung 

menyerang Allah. Menganiaya umat-Nya berarti berusaha 

melukai Dia melalui jemaat-Nya. Dan menjadi ganas adalah 

sama seperti Ismael, yang tangannya akan melawan tiap-

tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia. 

Sebab perbuatan-perbuatan seperti itu melanggar hak isti-


 568

mewa Allah serta merampas kemerdekaan sesama makh-

luk.  

(2) Para petobat sejati, supaya berhasil mencapai maksudnya, 

tidak akan kembali kepada keadaannya semula sampai me-

reka dibawa pulang kepada Allah. Rasul yang baik ini se-

ring kali mengaku bagaimana kehidupan lamanya, seperti 

di dalam Kisah Para Rasul 22:4 dan 26:10-11.  

2. Perkenan Allah yang besar kepadanya, namun  aku telah dika-

sihinya. Ini adalah kebahagiaan, namun benar-benar suatu 

perkenan yang besar, bahwa seorang pemberontak yang begitu 

terkenal jahat memperoleh belas kasihan dari Rajanya.  

(1) Jika Rasul Paulus telah menganiaya orang-orang Kristen 

dengan sengaja sebab  tahu bahwa mereka adalah umat 

Allah, maka menurut hemat saya, ia telah melakukan dosa 

yang tidak dapat diampuni. Akan namun , sebab  ia melaku-

kannya tanpa pengetahuan dan di luar iman, maka ia 

memperoleh belas kasihan. Perhatikanlah,  

[1] Apa yang kita lakukan tanpa pengetahuan akan sedikit 

lebih ringan kadar kejahatannya dari pada yang kita la-

kukan dengan pengetahuan. Namun dosa tanpa penge-

tahuan tetaplah sebuah dosa, sebab orang yang tidak 

tahu kehendak tuannya, namun  melakukan apa yang ha-

rus mendatangkan pukulan, ia juga akan menerima se-

dikit pukulan (Luk. 12:48). Dalam beberapa hal, keti-

daktahuan bisa meringankan dosa kejahatan, namun 

tidak menghapusnya. 

[2] Ketidakpercayaan pada dasarnya adalah perbuatan yang 

dilakukan oleh orang-orang berdosa tanpa pengetahuan. 

Mereka tidak percaya ancaman-ancaman Tuhan, kalau 

tidak mereka tidak akan dapat melakukan seperti apa 

yang mereka lakukan. 

[3] Demi alasan ini Rasul Paulus telah memperoleh belas 

kasihan, namun  aku telah dikasihani-Nya, sebab  semua-

nya itu kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.  

[4] Inilah belas kasihan yang dianugerahkan kepada se-

orang penghujat, penganiaya, dan orang yang ganas itu, 

“namun  aku dikasihani-Nya, aku yang adalah seorang 

penghujat,” dan seterusnya.  

Surat 1 Timotius 1:12-17 

 569 

(2) Di sini ia memperhatikan kasih karunia yang melimpah dari 

Yesus Kristus (ay. 14). Pertobatan dan keselamatan dari para 

pendosa besar berutang pada kasih karunia Kristus, kasih 

karunia-Nya yang sangat berlimpah-limpah, yaitu kasih 

karunia Kristus yang muncul di dalam Injil-Nya yang mulia 

(ay. 15), perkataan ini benar, dan seterusnya. Di sini kita 

mendapati ringkasan dari keseluruhan Injil, bahwa Yesus 

Kristus datang ke dunia. Anak Allah mengambil rupa dan 

sifat kita, menjadi manusia, dan diam di antara kita (Yoh. 

1:14). Ia datang ke dalam dunia ini, bukan untuk memanggil 

orang benar, melainkan orang berdosa supaya mereka 

bertobat (Mat. 9:13). Tujuan-Nya datang ke dalam dunia ini 

untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang 

(Luk. 19:10). Pengesahan dari kasih karunia itu adalah 

bahwa perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya. 

Itu adalah kabar baik, yang patut diterima sepenuhnya, 

dan sungguh layak dipercaya, sebab perkataan ini benar. 

Perkataan itu adalah perkataan yang benar, dan itulah 

sebabnya patut didekap di dalam lengan-lengan iman. Per-

kataan itu adalah perkataan yang patut diterima sepenuh-

nya, dan sebab  itu harus diterima dengan kasih yang ku-

dus, yang merujuk pada ayat sebelumnya, di mana kasih 

karunia Kristus dikatakan melimpah di dalam iman dan 

kasih. Pada bagian penutup ayat itu, Rasul Paulus mene-

rapkannya pada dirinya sendiri, dan di antara mereka aku-

lah yang paling berdosa. Rasul Paulus adalah seorang ber-

dosa peringkat pertama. Begitulah ia mengakui dirinya 

dahulu seperti itu, sebab ia selalu mengeluarkan ancaman 

dan melakukan banyak pembunuhan terhadap murid-mu-

rid Tuhan, dan seterusnya (Kis. 9:1-2). Penganiaya adalah 

salah satu pendosa yang paling buruk, dan Paulus telah 

menjadi orang yang seperti itu. Atau, di antara mereka aku-

lah yang paling berdosa, yaitu, dari orang-orang berdosa 

yang sudah diampuni, akulah yang paling berdosa. Ini 

adalah sebuah ungkapan kerendahan hatinya yang sangat 

besar. Ia yang di tempat lain menyebut dirinya sebagai 

yang paling hina di antara segala orang kudus (Ef. 3:8), di 

sini ia menyebut dirinya sebagai orang yang paling berdosa.  


 570

[1] Kristus Yesus telah datang ke dalam dunia ini. Nubuat-

nubuat tentang kedatangan-Nya sekarang sudah dige-

napi.  

[2] Ia datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Dia 

datang untuk menyelamatkan orang-orang yang tidak da-

pat menyelamatkan dan menolong diri mereka sendiri.  

[3] Para penghujat dan penganiaya adalah orang-orang 

yang paling berdosa, demikianlah pandangan Paulus. 

[4] Orang-orang yang paling berdosa dapat menjadi orang-

orang yang paling kudus. Begitulah Rasul Paulus ini, se-

bab sedikit pun ia tidak kurang dari pada rasul-rasul yang 

tak ada taranya itu (2Kor. 11:5), sebab Kristus datang un-

tuk menyelamatkan orang-orang yang paling berdosa.  

[5] Ini adalah kebenaran yang sangat besar, perkataan ini 

benar. Ini adalah kata-kata yang benar dan tepat, yang 

dapat diandalkan.  

[6] Perkataan itu patut diterima dan dipercayai oleh kita 

semua, supaya kita memperoleh penghiburan dan keta-

bahan hati.  

(3) Rasul Paulus berbicara tentang belas kasihan yang dida-

patkannya dari Allah meskipun ia melakukan kejahatan 

besar sebelum pertobatannya, 

[1] Untuk mendorong semangat orang-orang lain supaya 

bertobat dan percaya (ay. 16), namun  justru sebab  itu 

aku dikasihani, agar dalam diriku ini, Yesus Kristus me-

nunjukkan seluruh kesabarannya, supaya aku menjadi 

contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya. 

Ini adalah sebuah contoh kesabaran Kristus, bahwa Ia 

begitu rela bersabar dengan seseorang yang begitu sa-

ngat membangkitkan amarah-Nya. Dan semua ini di-

rancang sebagai suatu contoh untuk semua orang lain, 

supaya orang-orang yang paling berdosa tidak berputus 

asa dalam mencari belas kasihan Allah. Perhatikanlah 

di sini, pertama, rasul kita ini adalah salah seorang dari 

orang-orang paling berdosa pertama yang bertobat dan 

menjadi Kristen. Kedua, Ia bertobat dan memperoleh 

belas kasihan, demi kepentingan orang-orang lain dan 

dirinya sendiri. Ia menjadi contoh untuk orang-orang 

Surat 1 Timotius 1:12-17 

 571 

lain. Ketiga, Tuhan Yesus Kristus menunjukkan seluruh 

kesabaran-Nya di dalam pertobatan orang-orang yang 

paling berdosa. Keempat, Orang-orang yang memper-

oleh belas kasihan percaya kepada Tuhan Yesus Kris-

tus, sebab tanpa iman tidak mungkin orang berkenan 

kepada Allah (Ibr. 11:6). Kelima, Orang-orang yang per-

caya kepada Kristus juga percaya bahwa mereka telah 

memperoleh hidup yang kekal. Mereka percaya akan 

keselamatan jiwa (Ibr. 10:39). 

[2] Rasul Paulus menyebutkan hal itu untuk memuliakan 

Allah sesudah ia berbicara mengenai belas kasihan yang 

diperoleh dari Allah. Ia tidak dapat melanjutkan surat-

nya tanpa menyisipkan ungkapan terima kasih atas ke-

baikan Allah kepadanya, hormat dan kemuliaan sampai 

selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang 

kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin. Amatilah, 

pertama, bahwa kasih karunia yang membuat kita 

memperoleh penghiburan Allah harus kita muliakan. 

Hati orang-orang yang sadar akan kewajiban-kewajiban 

mereka terhadap belas kasihan dan kasih karunia 

Allah, akan dipenuhi dengan pujian kepada-Nya. Inilah 

pujian yang dinaikkan bagi Dia, seperti Raja segala za-

man, yang kekal, yang tak nampak. Kedua, saat  kita 

telah mendapati bahwa Allah itu baik, kita tidak boleh 

lupa menyatakan bahwa Ia itu agung, dan pemikiran-

Nya yang baik tentang kita sama sekali tidak boleh 

mengurangi pemikiran kita yang luhur tentang Dia, 

bahkan harus ditingkatkan. Allah menaruh perhatian 

khusus kepada Rasul Paulus dan menunjukkan belas 

kasihan kepadanya, membawanya ke dalam persekutu-

an dengan diri-Nya, namun Rasul Paulus tetap menya-

panya sebagai Raja segala zaman dan seterusnya. Tin-

dakan Allah yang penuh kasih karunia dalam berurusan 

dengan kita, harus membuat kita dipenuhi oleh keka-

guman akan sifat-sifat-Nya yang mulia. Ia ada di segala 

zaman, tanpa hari-hari permulaan, atau akhir kehidup-

an, atau perubahan waktu. Ia adalah Yang Lanjut Usia-

nya (Dan. 7:9). Ia tidak dapat mati, dan adalah sumber 

dari segala kekekalan. Dialah satu-satunya yang tidak 


 572

tunduk kepada maut (6:16), sebab ia tidak dapat mati. 

Ia tidak dapat dilihat, sebab  Ia tidak dapat dilihat de-

ngan mata jasmani ini. Ia bersemayam di dalam terang 

yang tak seorang pun mampu mendekat. Seorang pun 

tidak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak 

dapat melihat Dia (6:16). Ia adalah satu-satunya Allah 

yang bijaksana (Yud. 1:25, KJV), hanya Dia-lah yang 

bijaksana tanpa batas dan sumber dari segala hikmat. 

“Bagi Dia-lah kemuliaan sampai selama-lamanya,” atau 

“Biarlah aku selama-lamanya ditugaskan untuk mem-

berikan hormat dan kemuliaan kepada-Nya, seperti 

yang dilakukan oleh makhluk-makhluk yang beribu-

ribu laksa itu” (Why. 5:11-13).  

Tugas Paulus kepada Timotius 

(1:18-20)  

18 Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang 

telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau 

memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang 

murni. 19 Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan 

sebab  itu kandaslah iman mereka, 20 di antaranya Himeneus dan Aleksan-

der, yang telah kuserahkan kepada Iblis, supaya jera mereka menghujat. 

Berikut ini adalah tugas yang diberikan kepada Timotius untuk me-

lanjutkan pekerjaannya dengan penuh ketetapan hati (ay. 18). Per-

hatikan baik-baik di sini, Injil adalah sebuah tugas yang dipercaya-

kan kepada pelayan-pelayan Injil. Injil dipercayakan ke dalam tangan 

mereka, supaya mereka menjaga agar Injil itu diterapkan sesuai de-

ngan maksud dan maknanya, dan rancangan dari Penciptanya yang 

agung. Tampaknya sudah ada beberapa nubuat sebelumnya mengenai 

Timotius, bahwa ia akan dipakai dalam pelayanan, dan akan membuk-

tikan diri menonjol di dalam pelayanan itu. Hal ini membesarkan hati 

Rasul Paulus untuk menyerahkan tugas ini kepadanya. Perhatikan 

baik-baik,  

1. Pelayanan itu merupakan suatu perjuangan. Itu perjuangan yang 

baik melawan dosa dan Iblis, dan dilakukan di bawah panji-panji 

Tuhan Yesus, yang adalah Pemimpin keselamatan kita (Ibr. 2:10). 

Dan untuk kepentingan-Nya dan melawan musuh-musuh-Nya, 

para pelayan Tuhan terlibat secara khusus di dalamnya. 

Surat 1 Timotius 1:18-20 

 573 

2. Para pelayan Tuhan harus berjuang dalam perjuangan yang baik 

ini, harus melaksanakan tugas jabatan mereka dengan rajin dan 

berbesar hati, walaupun ada perlawanan dan kekecewaan.  

3. Nubuat-nubuat yang ada sebelumnya mengenai Timotius disebut-

kan di sini sebagai alasan untuk menggerakkan dia supaya penuh 

semangat dan bersungguh hati melaksanakan tugasnya. Demi-

kianlah, harapan-harapan baik yang dimiliki orang lain mengenai 

diri kita haruslah membangkitkan semangat kita untuk melaku-

kan kewajiban kita, supaya engkau memperjuangkan perjuangan 

yang baik.  

4. Kita harus memegang teguh iman dan hati nurani yang murni (ay. 

19). Orang-orang yang menyingkirkan hati nurani yang baik akan 

segera mengalami iman yang kandas. Marilah kita hidup sesuai 

dengan petunjuk dan arahan hati nurani yang telah dicerahi dan 

diperbarui, serta hidup dengan hati nurani yang murni (Kis. 

24:16), hati nurani yang tidak dirusakkan oleh kejahatan atau 

dosa. Inilah cara untuk menjaga iman kita tetap sehat. Kita harus 

memperhatikan iman kita dan juga hati nurani, sebab rahasia 

iman harus dipelihara di dalam hati nurani yang suci (3:9). Ada 

pun di antara mereka yang telah mengandaskan iman itu, dise-

butkan oleh Rasul Paulus ada dua orang, yaitu Himeneus dan 

Aleksander. Mereka telah membuat pengakuan untuk memeluk 

agama Kristen, namun  telah meninggalkan pengakuan itu. Dan 

Rasul Paulus telah menyerahkan mereka kepada Iblis, dan me-

nyatakan bahwa mereka menjadi milik kerajaan Iblis. Sebagai-

mana dugaan beberapa orang, dengan kuasa yang luar biasa 

mereka diserahkan untuk ditakut-takuti atau disiksa oleh Iblis, 

supaya mereka merasa jera untuk menghujat, serta tidak me-

nyangkal atau menghina ajaran Kristus dan jalan-jalan Tuhan 

yang baik. Perhatikan baik-baik, tujuan utama kecaman keras 

yang dilakukan di dalam gereja mula-mula adalah untuk mence-

gah dosa berlanjut dan memulihkan si pendosa. Dalam peristiwa 

ini tujuannya adalah untuk membinasakan daging, supaya roh-

nya dapat diselamatkan pada hari Tuhan Yesus (1Kor. 5:5). 

Amatilah,  

(1) Orang-orang yang menyukai pelayanan dan pekerjaan Iblis 

pantas untuk diserahkan kepada kuasa Iblis, yang telah kuse-

rahkan kepada Iblis. 


 574

(2) Jika Allah berkenan, Ia sanggup bekerja dengan cara-cara 

yang bertentangan. Himeneus dan Aleksander diserahkan ke-

pada Iblis, supaya mereka jera untuk menghujat, sementara 

orang lebih menduga tujuannya adalah supaya mereka akan 

belajar dari Iblis untuk lebih menghujat lagi. 

(3) Orang-orang yang menyingkirkan hati nurani yang baik dan 

mengandaskan iman, tidak akan peduli pada apa pun juga, 

tidak terkecuali penghujatan.  

(4) Oleh sebab  itu, marilah kita memegang teguh iman dan hati 

nurani yang baik, jika kita ingin bersih dari penghujatan, sebab 

jika kita melepaskan pegangan kita atas kedua hal ini, maka 

kita tidak akan pernah tahu di mana kita akan berhenti. 

 

 

PASAL  2  

Dalam pasal ini Rasul Paulus membicarakan masalah,  

I.  Doa, dan banyaknya alasan untuk melakukannya (ay. 1-8).  

II.  Cara berpakaian kaum perempuan (ay. 9-10).  

III. Kepatuhan perempuan, dan alasan-alasan untuk itu (ay. 11-14). 

IV. Janji yang diberikan untuk mendorong kaum perempuan 

dalam mengasuh anak (ay. 15). 

Doa Syafaat untuk Semua Orang Dianjurkan 

(2:1-8) 

1 Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan 

ucapan syukur untuk semua orang, 2 untuk raja-raja dan untuk semua pem-

besar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan 

dan kehormatan. 3 Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juru-

selamat kita, 4 yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan 

memperoleh pengetahuan akan kebenaran. 5 sebab  Allah itu esa dan esa 

pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia 

Kristus Yesus, 6 yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi se-

mua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan. 7 Untuk kesaksian 

itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul – yang kukatakan ini 

benar, aku tidak berdusta – dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, 

dalam iman dan kebenaran. 8 Oleh sebab  itu aku ingin, supaya di mana-

mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa 

marah dan tanpa perselisihan. 

Di sini kita mendapati,  

I.  Sebuah perintah yang diberikan kepada orang Kristen untuk ber-

doa bagi semua orang secara umum, dan khususnya bagi semua 

orang yang memegang kuasa pemerintahan. Timotius harus me-

mastikan hal ini dilakukan. Paulus tidak mengirimkan dia suatu 

bentuk doa apa pun, yang akan kita duga seandainya ia bermak-


 576

sud supaya hamba-hamba Tuhan terikat pada cara berdoa seperti 

itu. Sebaliknya, secara umum, mereka harus memanjatkan per-

mohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur. Permohonan supaya 

terhindar dari kejahatan, doa supaya memperoleh kebaikan, doa 

syafaat untuk orang lain, dan ucapan syukur atas rahmat yang 

sudah diterima. Bagi Paulus, memberi mereka petunjuk-petunjuk 

umum saja sudah cukup. sebab  sudah memiliki Kitab Suci un-

tuk membimbing mereka dalam doa dan sebab  ke atas mereka 

sudah dicurahkan Roh doa, mereka tidak perlu petunjuk-petun-

juk lebih lanjut. Perhatikanlah, maksud dan tujuan agama Kris-

ten adalah untuk menggalakkan doa. Dan murid-murid Kristus 

harus menjadi umat pendoa. Berdoalah setiap waktu dengan per-

mohonan (Ef. 6:18). Harus ada doa pertama-tama untuk diri kita 

sendiri. Hal ini tersirat di sini. Kita juga harus berdoa untuk se-

mua orang, untuk umat manusia secara umum, dan untuk orang-

orang tertentu yang memerlukan atau menginginkan doa-doa kita. 

Lihatlah, agama Kristen itu jauh dari apa yang disebut bidah, 

sebab ia mengajar orang untuk mengasihi semua, untuk berdoa 

bukan hanya bagi saudara-saudara seiman, melainkan juga bagi 

semua orang. Berdoalah untuk raja-raja (ay. 2). Meskipun pada 

saat itu raja-raja adalah orang kafir, musuh Kekristenan, dan 

penganiaya orang-orang Kristen, namun orang Kristen harus ber-

doa untuk mereka, sebab  demi kepentingan umumlah ada peme-

rintah dan orang-orang tepat yang dipercaya untuk menjalan-

kannya. Oleh sebab itu, kita harus berdoa untuk mereka, sekali-

pun kita sendiri menderita di bawah pemerintahan mereka. Untuk 

raja-raja dan untuk semua pembesar, maksudnya, pemerintah 

yang lebih rendah. Kita harus berdoa untuk mereka, dan harus 

mengucap syukur untuk mereka, berdoa untuk kesejahteraan 

mereka dan untuk kesejahteraan kerajaan atau pemerintahan 

mereka. Oleh sebab  itu, kita tidak boleh bersekongkol melawan 

mereka, supaya dalam damai kerajaan mereka kita dapat beroleh 

damai dan mengucap syukur atas mereka, dan atas keuntungan 

yang kita peroleh di bawah pemerintahan mereka. Agar kita dapat 

hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormat-

an. Di sini lihatlah apa yang harus kita inginkan bagi raja-raja, 

yaitu supaya Allah mengubah hati mereka, membimbing mereka, 

dan memakai mereka, agar di bawah pemerintahan mereka kita 

dapat hidup tenang dan tenteram. Rasul Paulus tidak berkata, 

Surat 1 Timotius 2:1-8 

 577 

“supaya kita mendapat suatu kedudukan dalam pemerintahan 

mereka, bertambah kaya, dan menduduki tempat terhormat dan 

berkuasa di bawah mereka.” Tidak, puncak keinginan seorang 

Kristen yang baik adalah hidup tenang dan tenteram, melewati 

kehidupan di dunia ini tanpa gangguan, di tempat yang rendah 

dan di ruang pribadi. Kita harus berkeinginan supaya kita dan 

orang lain dapat hidup tenteram dalam segala kesalehan dan ke-

hormatan. Ini menyiratkan bahwa kita tidak bisa berharap tetap 

hidup tenang dan tenteram kecuali kita tetap menjaga segala 

kesalehan dan kehormatan. Marilah kita pikirkan apa kewajiban 

kita, baru kemudian kita dapat berharap akan mendapat perlin-

dungan baik dari Allah maupun pemerintah. Dalam segala kesa-

lehan dan kehormatan. Di sini kewajiban kita sebagai orang Kris-

ten diringkas dalam dua kata: kesalehan, yaitu menyembah Allah 

dengan benar, dan kehormatan (KJV: kejujuran), yaitu perilaku 

baik terhadap semua orang. Keduanya harus berjalan bersama-

sama. Kita tidak benar-benar jujur jika tidak saleh, dan tidak 

memberikan kepada Allah apa yang sudah sepatutnya Dia da-

patkan. Dan kita tidak benar-benar saleh jika tidak jujur, sebab 

Allah membenci hasil rampasan untuk korban bakaran. Di sini 

kita dapat mencermati bahwa,  

1.  Orang Kristen harus menjadi orang yang banyak-banyak ber-

doa. Mereka harus sering-sering melakukannya, dan harus 

membaktikan diri untuk berdoa, memohon kepada Allah, dst.  

2.  Dalam doa-doa kita, dengan rela kita harus peduli terhadap 

orang-orang lain di samping diri kita sendiri. Kita harus berdoa 

untuk semua orang, dan mengucap syukur untuk semua orang. 

Dan kita tidak boleh membatasi doa-doa ataupun ucapan syu-

kur kita hanya kepada diri kita atau keluarga kita sendiri.  

3.  Doa terdiri atas beragam bagian, yaitu permohonan, doa sya-

faat, dan ucapan syukur. Ini sebab  kita harus berdoa untuk 

rahmat-rahmat yang kita inginkan dan juga mengucap syukur 

atas rahmat-rahmat yang sudah kita terima. Dan kita harus 

menyesalkan segala hukuman yang memang pantas diberikan 

entah sebab  dosa-dosa kita sendiri atau sebab  dosa-dosa 

orang lain.  

4. Semua orang, bahkan raja-raja sekalipun, dan mereka yang 

memerintah, harus didoakan. Mereka membutuhkan doa-doa 

kita, sebab  mereka menghadapi banyak kesulitan, dan ba-


 578

nyak perangkap yang rentan menjerat mereka sebab  kedu-

dukan mereka yang tinggi.  

5. Dengan mendoakan pemimpin-pemimpin kita, kita mengambil 

jalan yang paling baik untuk hidup tenang dan tenteram. 

Orang-orang Yahudi di Babel diperintahkan untuk mengusa-

hakan kesejahteraan kota ke mana Tuhan sudah membuang 

mereka sehingga ditahan, dan berdoa kepada TUHAN untuk 

kota itu, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraan mereka 

juga (Yer. 29:7). 

6.  Jika kita ingin hidup tenang dan tenteram, kita harus hidup 

dalam segala kesalehan dan kehormatan. Kita harus melaku-

kan kewajiban kita kepada Allah dan manusia. Siapa yang 

mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus 

menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap 

ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan 

melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan ber-

usaha mendapatkannya (1Ptr. 3:10-11). Nah, alasan yang 

diberikan Paulus untuk ini adalah sebab  itulah yang baik dan 

yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, artinya Injil 

Kristus menuntut itu. Apa yang berkenan di mata Allah Juru-

selamat kita, itulah yang harus kita lakukan, dan yang harus 

menjadi kewajiban kita. 

II. Untuk memberi alasan mengapa kita dalam doa-doa kita harus 

memedulikan semua orang, Rasul Paulus menunjukkan kasih 

Allah kepada seluruh umat manusia (ay. 4). 

1.  Salah satu alasan mengapa semua orang harus didoakan ada-

lah sebab  ada satu Allah, dan Allah itu mempunyai kehendak 

baik terhadap seluruh umat manusia. Hanya ada satu Allah 

(ay. 5), dan hanya satu, tidak ada yang lain, tidak mungkin 

ada yang lain, sebab hanya ada satu yang tak terhingga. Allah 

yang satu ini menghendaki supaya semua orang diselamatkan. 

Ia tidak menginginkan kematian dan kehancuran siapa saja 

(Yeh. 33:11), melainkan kesejahteraan dan keselamatan se-

mua. Bukan berarti bahwa Ia telah menetapkan keselamatan 

semua orang, sebab kalau begitu semua orang akan diselamat-

kan. namun  Ia mempunyai kehendak baik untuk keselamatan 

semua orang, dan tak seorang pun akan binasa kecuali sebab  

kesalahannya sendiri (Mat. 23:37). Ia ingin supaya semua 

Surat 1 Timotius 2:1-8 

 579 

diselamatkan, dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran, 

diselamatkan dengan cara yang sudah ditentukan-Nya, dan 

bukan dengan cara lain. Kita berkepentingan untuk memper-

oleh pengetahuan akan kebenaran itu, sebab  itulah caranya 

untuk diselamatkan. Kristus adalah jalan dan kebenaran, dan 

dengan demikian Dia adalah hidup. 

2.  Hanya ada satu Pengantara, dan Pengantara itu menyerahkan 

diri-Nya sebagai tebusan bagi semua. Sebagaimana rahmat 

Allah menjangkau semua karya ciptaan-Nya, begitu pula 

kepengantaraan Kristus menjangkau sedemikian jauh kepada 

semua anak manusia sehingga Ia membayar harga yang cukup 

untuk keselamatan seluruh umat manusia. Ia membuat umat 

manusia menjalin hubungan dengan Allah di atas syarat-sya-

rat yang baru, sehingga kini mereka tidak lagi berada di bawah 

hukum Taurat sebagai perjanjian yang mengutamakan per-

buatan, melainkan sebagai pedoman hidup. Mereka berada di 

bawah anugerah. Bukan di bawah perjanjian yang menyata-

kan mereka tidak bersalah, melainkan di bawah perjanjian 

baru: Ia telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan. Perhati-

kanlah, kematian Kristus adalah tebusan, harga yang harus 

dibayar. Kita memang pantas mati. namun  Kristus mati untuk 

kita, untuk menyelamatkan kita dari kematian dan neraka. Ia 

telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan secara sukarela, 

tebusan bagi semua orang, supaya seluruh umat manusia ber-

ada dalam keadaan yang lebih baik daripada Iblis dan antek-an-

teknya. Ia mati untuk mengerjakan keselamatan semua. Untuk 

itu, Ia menempatkan diri sebagai Pengantara antara Allah dan 

manusia. Pengantara mengandaikan bahwa sudah terjadi suatu 

perselisihan. Dosa telah membuat perselisihan antara kita dan 

Allah. Yesus Kristus adalah Pengantara yang berusaha untuk 

mengadakan pendamaian, untuk mempersatukan Allah dan 

manusia. Ia bekerja seperti seorang wasit atau penengah, wa-

sit di antara kita, yang dapat memegang tangan kedua belah 

pihak (Ayb. 9:33). Dia adalah tebusan yang akan memberikan 

kesaksian pada waktu yang ditentukan. Maksudnya, dalam 

masa Perjanjian Lama, penderitaan-penderitaan-Nya dan ke-

muliaan yang menyusul sesudahnya dibicarakan sebagai per-

kara-perkara yang akan disingkapkan pada akhir zaman (1Ptr. 

1:10-11). Dan perkara-perkara itu pun disingkapkan seperti 


 580

itu. Paulus sendiri, sesudah ditahbiskan sebagai pemberita 

Injil dan rasul, memberitakan kepada bangsa-bangsa bukan 

Yahudi kabar baik tentang penebusan dan keselamatan oleh 

Yesus Kristus. Ajaran tentang kepengantaraan Kristus ini 

dipercayakan kepada Paulus supaya diajarkan kepada setiap 

makhluk (Mrk. 16:15). Paulus ditetapkan sebagai guru bagi 

bangsa-bangsa bukan Yahudi. Selain panggilan umumnya se-

bagai seorang rasul, ia mendapat mandat secara khusus un-

tuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, 

dalam iman dan kebenaran, atau dengan setia dan benar. 

Perhatikanlah,  

(1)  Sungguh baik dan berkenan di mata Allah dan Jurusela-

mat kita jika kita berdoa untuk raja-raja dan semua orang, 

dan jika kita hidup tenteram dan tenang. Dan ini merupa-

kan alasan yang sangat baik mengapa kita harus berdoa 

dan hidup seperti itu.  

(2) Allah mempunyai kehendak baik untuk menyelamatkan 

semua orang. Sehingga yang menjadi masalah bukan tidak 

adanya kehendak pada Allah untuk menyelamatkan mere-

ka, melainkan terlebih tidak adanya kehendak pada diri 

mereka sendiri untuk diselamatkan dengan cara Allah. Di 

sini Tuhan kita yang terberkati menunjukkan letak kesa-

lahannya: Kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk mem-

peroleh hidup itu (Yoh. 5:40). Aku rindu mengumpulkan 

kamu, namun  kamu tidak mau.  

(3) Mereka yang mau diselamatkan harus mengetahui kebe-

naran itu, sebab  inilah cara yang ditetapkan Allah untuk 

menyelamatkan orang-orang berdosa. Tanpa pengenalan 

atau pengetahuan akan kebenaran itu, hati tidak bisa be-

nar. Jika kita tidak mengenal kebenaran, kita tidak dapat 

diatur olehnya.  

(4) Dapat diamati di sini bahwa kesatuan dengan Allah ditegas-

kan, dan dipadukan dengan kesatuan dengan Sang Peng-

antara. Jadi gereja tidak boleh mengajarkan adanya banyak 

pengantara, sebab  itu berarti ada banyak allah pula.  

(5) Dia yang adalah Pengantara dalam pengertian Perjanjian 

Baru, menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan. Jadi sia-

sialah bila ada para pengikut gereja tertentu yang meng-

akui hanya ada satu Pengantara sebagai korban penebus-

Surat 1 Timotius 2:1-8 

 581 

an, namun  ada banyak penengah. Sebab, menurut Paulus, 

penyerahan diri Kristus sebagai tebusan merupakan bagian 

penting dari jabatan sebagai Pengantara. Dan memang hal 

ini merupakan dasar dari kepengantaraan-Nya.  

(6) Paulus ditahbiskan sebagai hamba Tuhan, untuk menyata-

kan berita ini kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, bahwa 

Kristus adalah satu Pengantara antara Allah dan manusia, 

yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan untuk 

semua orang. Inilah inti yang harus diberitakan oleh semua 

hamba Tuhan, sampai akhir zaman. Dan Paulus meman-

dang mulia pelayanannya, sebab ia adalah rasul untuk 

bangsa-bangsa bukan Yahudi (Rm. 11:13).  

(7) Hamba-hamba Tuhan harus memberitakan kebenaran itu, 

yang mereka sendiri telah pahami sebagai kebenaran, dan 

mereka sendiri harus mempercayainya. Mereka, seperti 

rasul kita di sini, harus mengajar dalam iman dan kebenar-

an, dan mereka juga harus setia dan dapat dipercaya. 

III.  Sebuah petunjuk bagaimana seharusnya berdoa (ay. 8).  

1.  Sekarang, di bawah Injil, doa tidak hanya terbatas pada satu 

rumah doa tertentu, namun  orang harus berdoa di mana saja. 

Tidak ada tempat yang salah untuk berdoa, dan tidak ada satu 

tempat yang lebih berkenan kepada Allah dibandingkan 

tempat lain (Yoh. 4:21). Berdoalah di mana saja. Kita harus 

berdoa di dalam kamar kita, berdoa di tengah-tengah keluarga 

kita, berdoa saat makan, berdoa saat bepergian, dan berdoa di 

dalam kumpulan jemaat yang khusyuk, entah di depan umum 

atau sendiri.  

2.  Sudah menjadi kehendak Allah bahwa di dalam doa kita harus 

mengangkat tangan yang suci: Menadahkan tangan yang suci, 

atau tangan yang bersih, bersih dari kecemaran dosa, dibasuh 

di sumber mata air yang tersedia bagi dosa dan kecemaran. 

Aku akan membasuh tanganku, dst. (Mzm. 26:6).  

3.  Kita harus berdoa dalam kasih: Tanpa marah, atau benci, atau 

geram kepada siapa saja.  

4.  Kita harus berdoa dalam iman tanpa ragu (Yak. 1:6), atau, 

seperti menurut tafsiran sebagian orang, tanpa perselisihan, 

dan dengan demikian itu termasuk dalam kasih. 


 582

Perintah Paulus kepada Kaum Perempuan  

(2:9-15) 

9 Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan 

pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, 

jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, 10 

namun  hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi 

perempuan yang beribadah. 11 Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan 

menerima ajaran dengan patuh. 12 Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar 

dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam 

diri. 13 sebab  Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. 14 

Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda 

dan jatuh ke dalam dosa. 15 namun  perempuan akan diselamatkan sebab  mela-

hirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan 

segala kesederhanaan. 

I.  Di sini ada perintah, bahwa perempuan yang memeluk agama Kris-

ten haruslah sederhana, tenang, berdiam diri, dan patuh, seperti 

yang sudah sepatutnya mereka lakukan sebagai orang Kristen.  

1. Mereka harus sangat sederhana dalam berpakaian, jangan 

ingin tampil mencolok, gemerlap, atau mewah (kita bisa tahu 

keangkuhan isi pikiran seseorang dari kebiasaannya yang ge-

merlap dan mewah), sebab  mereka memiliki perhiasan yang 

lebih baik yang harus mereka kenakan sendiri, yaitu perbuatan 

baik. Perhatikanlah, perbuatan baik adalah perhiasan terbaik. 

Perbuatan baik ini, di mata Allah, mahal harganya. Mereka 

yang mengaku saleh haruslah, dalam berpakaian, dan juga hal-

hal lain, bertindak sesuai dengan pengakuan iman mereka. 

Daripada membelanjakan uang untuk pakaian-pakaian bagus, 

mereka harus menggunakannya untuk kepentingan ibadah dan 

amal, yang pantas disebut perbuatan baik.  

2.  Perempuan harus mempelajari kaidah-kaidah agama, harus be-

lajar dari Kristus, dan mempelajari Kitab Suci. Mereka tidak 

boleh berpikir bahwa keperempuanan mereka memberi mereka 

alasan untuk tidak mempelajari apa yang penting untuk kesela-

matan.  

3.  Mereka harus berdiam diri, patuh, dan tunduk, dan tidak me-

rebut kekuasaan. Alasan yang diberikan adalah sebab  Adam 

yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa keluar dari-

padanya, untuk menunjukkan kepatuhan dan kebergantung-

an Hawa pada Adam. Dan bahwa Hawa dijadikan untuk Adam, 

untuk menjadi penolong yang sepadan baginya. Dan sebagai-

Surat 1 Timotius 2:9-15 

 583 

mana Hawa diciptakan belakangan, yang merupakan satu 

alasan mengapa ia harus tunduk, demikian pula ia yang per-

tama-tama melanggar, dan itu alasan yang lain. Bukan Adam 

yang tergoda, yaitu bukan dia yang pertama kali tergoda. Ular 

tidak langsung berusaha memperdaya Adam, namun  perem-

puanlah yang pertama-tama melanggar (2Kor. 11:3). Dan ini 

merupakan bagian dari hukuman itu, engkau akan berahi ke-

pada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu (Kej. 3:16). namun  

sungguh kata-kata yang menghibur (ay. 15) bahwa perempuan 

yang terus bertekun akan diselamatkan sebab  melahirkan 

anak, atau dengan melahirkan anak. Dan, Mesias, yang lahir 

dari rahim seorang perempuan, akan meremukkan kepala si 

ular (Kej. 3:15). Atau hukuman yang dikenakan pada mereka 

sebab  dosa tidak akan menjadi penghalang bagi diterimanya 

mereka oleh Kristus, asal mereka bertekun dalam iman dan 

kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan. 

II.  Di sini amatilah,  

1. Luasnya kaidah-kaidah Kekristenan. Kaidah-kaidah itu men-

jangkau bukan hanya laki-laki, melainkan juga perempuan, 

bukan hanya pribadi mereka, melainkan juga pakaian mereka, 

yang harus sederhana, sesuai jenis kelamin mereka. Dan 

kaidah-kaidah itu juga menjangkau perilaku luar mereka, 

yang harus berdiam diri, dengan segala kepatuhan.  

2.  Perempuan harus menunjukkan perilaku hidup yang saleh, 

begitu juga dengan laki-laki. Sebab mereka dibaptis, dan de-

ngan demikian terikat untuk melatih diri dalam kesalehan. 

Dan, ini merupakan kehormatan bagi kaum perempuan, bah-

wa banyak dari mereka adalah orang-orang Kristen yang terke-

muka pada zaman para rasul, seperti yang diceritakan dalam 

Kisah Para Rasul.  

3. sebab  perempuan lebih condong berlebihan dalam berpakai-

an, maka mereka lebih perlu diingatkan akan hal ini.  

4.  Perhiasan terbaik untuk mereka yang memeluk hidup saleh 

adalah perbuatan baik.  

5. Menurut Paulus, perempuan harus belajar, dan tidak diperbo-

lehkan mengajar di depan umum di dalam jemaat. Sebab meng-

ajar adalah jabatan yang memiliki kuasa, dan perempuan tidak 

boleh merebut kekuasaan atas laki-laki, namun  harus berdiam 


 584

diri. Akan namun , kendati dengan larangan ini, perempuan yang 

baik dapat dan harus mengajarkan kaidah-kaidah agama ke-

pada anak-anaknya di rumah. Sejak dari kecil, Timotius sudah 

mengenal Kitab Suci. Dan siapa yang harus mengajarnya kalau 

bukan ibu dan neneknya? (2Tim. 3:15). Akwila dan istrinya, 

Priskila, menjelaskan Jalan Allah kepada Apolos secara lebih 

sempurna. namun  mereka melakukannya secara pribadi, sebab 

mereka membawa dia ke rumah mereka (Kis. 18:26).  

6.  Di sini ada dua alasan yang sangat baik mengapa laki-laki ber-

kuasa atas perempuan, dan perempuan harus tunduk pada 

laki-laki (ay. 13-14). Adam yang pertama-tama dijadikan, ke-

mudian barulah Hawa. Perempuan diciptakan untuk laki-laki, 

dan bukan laki-laki untuk perempuan (1Kor. 11: 9). Kemudian 

perempuan tergoda, dan menyeret laki-laki ke dalam pelang-

garan. 

7. Meskipun kesusahan dan bahaya melahirkan anak sangatlah 

banyak dan besar, sebab merupakan bagian dari hukuman 

yang dijatuhkan kepada kaum perempuan sebab  pelanggaran 

Hawa, namun di sini ada hal yang akan sangat menyokong 

dan membesarkan hati perempuan: namun  perempuan akan di-

selamatkan, dst. Walaupun merasa kesakitan, ia akan mela-

hirkan, dan akan menjadi ibu yang hidup bagi anak-anak yang 

hidup. Asalkan dengan ketentuan ini, bahwa mereka tetap ber-

tekun dalam iman, kasih, dan kekudusan dengan segala kese-

derhanaan. Dan perempuan, saat  akan melahirkan anak, 

harus memegang erat janji ini dengan iman untuk menopang 

mereka pada saat-saat yang dibutuhkan. 

 

PASAL  3  

alam pasal ini, Rasul Paulus membahas mengenai para pejabat 

gereja. Ia menguraikan, 

I. Persyaratan yang wajib dipenuhi seseorang yang akan men-

jabat sebagai penilik jemaat (ay. 1-7). 

II. Persyaratan yang harus dimiliki oleh diaken (ay. 8-10), dan 

istri mereka (ay. 11). Kemudian sekali lagi persyaratan diaken 

(ay. 12-13). 

III. Alasan mengapa ia menulis kepada Timotius, dan sesudah 

itu ia berbicara tentang jemaat serta dasar kebenaran yang 

diakui di dalam jemaat (ay. 14, dst.) 

Kewajiban Para Penilik Jemaat dan Diaken  

(3:1-7) 

1 Benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat 

menginginkan pekerjaan yang indah.” 2 sebab  itu penilik jemaat haruslah 

seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijak-

sana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 3 bukan pe-

minum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, 

4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anak-

nya. 5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagai-

manakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? 6 Janganlah ia seorang yang baru 

bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. 7 Hen-

daklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat 

orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.  

Kedua surat Paulus kepada Timotius, dan surat kepada Titus, berisi 

tentang kepemimpinan di dalam jemaat atau petunjuk bagi para 

pelayan Tuhan, yang berdasar  firman. Menurut perkiraan kita, 

Timotius adalah seorang penginjil yang ditempatkan di Efesus, untuk 

mengasuh orang-orang yang telah ditetapkan oleh Roh Kudus sebagai 

penilik jemaat di Efesus, yaitu para penatua. Ini seperti yang tampak 


 586

di dalam Kisah Para Rasul 20:28, di mana pemeliharaan jemaat di-

percayakan kepada para penatua, dan di situ mereka disebut penilik. 

Agaknya mereka begitu enggan berpisah dengan Paulus, terlebih lagi 

sebab  Paulus telah memberitahukan bahwa mereka tidak akan 

melihat mukanya lagi (Kis. 20:38). sebab  gereja mereka baru saja 

terbentuk, mereka tidak berani memegang tanggung jawab atas 

jemaat itu. Maka, Paulus meninggalkan Timotius bersama mereka 

supaya mengurus para penatua itu. Jadi demikianlah kita temukan 

di sini ciri-ciri dan watak seorang pelayan Injil, yang sebagai penilik 

jemaat bertugas memimpin sekumpulan jemaat Kristen. Orang yang 

menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang 

indah (ay. 1). Perhatikanlah, 

I. Pelayanan ini adalah sebuah pekerjaan. Sekalipun pada zaman 

kita ini jabatan sebagai penilik jemaat dianggap sebagai suatu ke-

dudukan yang terhormat, namun pada masa itu, jabatan sebagai 

penilik jemaat dipandang sebagai sebuah pekerjaan yang indah. 

1. Jabatan seorang penilik jemaat menurut firman adalah jabat-

an yang ditetapkan oleh Allah, bukan diciptakan oleh manu-

sia. Pelayanan ini bukan ciptaan negara, dan sungguh disa-

yangkan jika pelayan jemaat pernah terpaksa menjadi alat 

negara. Jabatan pelayanan itu sudah ada di dalam gereja 

sebelum para penguasa mengakui Kekristenan, sebab  jabatan 

ini merupakan salah satu karunia terbesar yang pernah di-

anugerahkan Kristus kepada gereja (Ef. 4:8-11). 

2. Jabatan seorang penilik Kristen adalah sebuah pekerjaan, 

yang membutuhkan kerajinan dan perhatian sungguh-sung-

guh. Rasul Paulus menjelaskan jabatan pelayanan ini dengan 

gambaran dan ciri-ciri sebuah pekerjaan. Bukan sebagai suatu 

kedudukan yang terhormat dan sangat menguntungkan, kare-

na para pelayan harus selalu lebih memperhatikan pekerjaan 

mereka daripada kehormatan dan keuntungan atas jabatan 

mereka. 

3. Jabatan sebagai penilik jemaat adalah sebuah pekerjaan yang 

indah, pekerjaan yang sangat penting, sebab  ditujukan untuk 

mendatangkan kebaikan yang terbesar. Pelayanan ini dikenal 

tidak mengurus hal-hal yang lebih rendah daripada kehidupan 

dan kebahagiaan jiwa yang kekal. Ini adalah sebuah pekerjaan 

yang baik, sebab  dirancang untuk menggambarkan kesem-

Surat 1 Timotius 3:1-7 

 587 

purnaan ilahi, yang membawa banyak anak-anak manusia 

menuju kemuliaan. Pelayanan ini ditetapkan untuk membuka 

mata umat manusia, untuk membawa mereka berbalik dari 

kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, 

dst. (Kis. 26:18). 

4. Orang-orang yang akan ditetapkan untuk menerima jabatan itu 

haruslah memiliki suatu kerinduan yang mendalam akan ke-

dudukan tersebut. jika seseorang menginginkannya, maka 

ia harus menginginkannya dengan sungguh-sungguh berdasar-

kan pertimbangan bahwa ia akan mendatangkan kemuliaan 

yang besar bagi Allah, dan mendatangkan kebaikan yang terbe-

sar bagi jiwa-jiwa manusia melalui jabatan tersebut. Inilah per-

tanyaan yang diajukan kepada orang-orang yang menawarkan 

diri mereka untuk melayani di dalam gereja di Inggris: “Apakah 

menurutmu, engkau digerakkan oleh Roh Kudus untuk meme-

gang jabatan ini?”  

II. Agar dapat menduduki jabatan ini serta melakukan pekerjaan 

sebagai penilik jemaat, seorang pekerja harus memenuhi syarat. 

1. Seorang pelayan Tuhan harus tidak bercacat. Ia tidak boleh ter-

libat di dalam perbuatan tercela apa pun. Ia tidak boleh mem-

buka kesempatan sekecil apa pun untuk dapat dipersalahkan, 

sebab  ini dapat mencoreng pelayanannya dan akan menimbul-

kan kecaman terhadap jabatannya. 

2. Seorang pelayan haruslah seorang suami dari satu istri. Ia ha-

rus belum pernah menceraikan istrinya, lalu menikahi orang 

lain. Ia juga tidak boleh memiliki banyak istri sekaligus, sebab  

pada masa itu, sudah lazim baik di kalangan Yahudi maupun 

bukan Yahudi, terutama di kalangan bukan Yahudi, untuk 

memiliki banyak istri. 

3. Seorang pelayan harus dapat menahan diri dan waspada ter-

hadap Iblis, musuh yang licik itu. Ia harus mengawasi dirinya 

sendiri, dan juga jiwa-jiwa yang dipercayakan ke dalam peng-

gembalaannya. sebab  ia menjadi penilik atas jiwa-jiwa itu, 

maka ia harus memanfaatkan segala kesempatan untuk mela-

kukan apa yang baik bagi mereka. Seorang pelayan haruslah 

dapat menahan diri, sebab  musuh kita, yaitu iblis, berjalan 

keliling sama seperti singa yang mengaum-aum, mencari orang 

yang dapat ditelannya (1Ptr. 5:8). 


 588

4. Pelayan jemaat haruslah bijaksana, berkepala dingin, tenang 

dalam segala tindakannya, dan dalam memanfaatkan segala ke-

nikmatan dunia. Sikap bijak, atau kesadaran diri, serta kewas-

padaan sering kali disebutkan bersama-sama di dalam firman, 

sebab  keduanya saling berkaitan. Sadarlah dan berjaga-jagalah. 

5. Seorang pelayan harus sopan, menguasai diri dan berpendiri-

an teguh. Ia tidak boleh kosong, picik, serta dangkal. 

6. Ia harus suka memberi tumpangan, tangan terbuka terhadap 

orang asing, dan siap menjamu mereka sesuai kemampuannya. Ia 

adalah seorang yang tidak mencondongkan hatinya kepada keka-

yaan dunia, dan mengasihi saudara-saudaranya dengan tulus. 

7. Cakap mengajar orang. Jadi, yang dijelaskan oleh Paulus ini 

adalah seorang penilik jemaat yang dapat berkhotbah. Ia ada-

lah seorang yang mampu sekaligus mau menyampaikan ke-

pada orang lain pengetahuan yang telah diberikan Allah ke-

padanya. Ia adalah seorang yang pantas mengajar, dan siap 

meraih kesempatan apa saja untuk dapat memberikan petun-

juk. Ia sendiri adalah orang yang sungguh-sungguh telah me-

nerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga, dan cakap dalam 

menyampaikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. 

8. Tidak suka bermabuk-mabukan, bukan peminum. Pada masa 

dulu, para imam tidak boleh minum anggur saat  hendak 

masuk untuk melayani di dalam Kemah (Im. 10:8-9), supaya 

jangan sampai mereka mabuk lalu melanggar hukum. 

9. Bukan pemarah. Penilik jemaat adalah seorang yang tidak 

suka bertengkar, tidak cenderung melakukan kekerasan terha-

dap siapa pun, melainkan melakukan segala sesuatu dengan 

lemah lembut, penuh kasih dan ramah. Hamba Tuhan tidak 

boleh bertengkar, namun  harus ramah terhadap semua orang, 

dst. (2Tim. 2:24). 

10. Seorang yang tidak serakah dengan nafsu yang kotor, yang 

mengerjakan pelayanannya bukan untuk tujuan atau kepen-

tingan duniawi. Ia tidak memakai cara-cara yang keji, hina, 

dan kotor untuk mendapatkan uang. Ia seorang yang mati 

terhadap kekayaan dunia ini, hidup mengatasinya, dan terang-

terangan menunjukkan hal itu dalam perilaku hidupnya. 

11. Seorang penilik jemaat haruslah seorang peramah, pendamai, 

dan memiliki kepribadian yang lembut. Seperti itulah Kristus, 

Gembala dan Penilik yang Agung dari jiwa-jiwa. Seorang peni-

Surat 1 Timotius 3:1-7 

 589 

lik jemaat tidak mudah marah dan suka bertengkar. Sebagai-

mana ia tidak suka memukul dengan tangannya, ia juga tidak 

suka membuat keributan dengan lidahnya. Sebab bagaimana 

orang dapat mengajar orang lain untuk menguasai lidah mere-

ka, jika mereka tidak cukup sadar untuk menguasai lidah 

mereka sendiri? 

12. Bukan hamba uang. Siapa pun yang menjadi hamba uang itu 

tidak baik, namun  yang paling buruk adalah jika ini terjadi 

pada diri seorang pelayan Tuhan, sebab  panggilannya meng-

haruskan dirinya untuk sering berhubungan dengan dunia 

lain, yaitu sorga. 

13. Penilik jemaat haruslah seorang yang mengurus keluarganya 

baik-baik. Harus seorang kepala keluarga yang baik, agar ia 

dapat menjadi teladan yang baik bagi kepala-kepala keluarga 

yang lain supaya melakukan hal yang sama. Di samping itu, 

dengan demikian ia akan dapat membuktikan diri mampu 

mengurus jemaat Allah. Sebab, jikalau seorang tidak tahu me-

ngepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat meng-

urus Jemaat Allah? Perhatikan, keluarga para pelayan Tuhan 

harus menjadi teladan yang baik bagi semua keluarga yang 

lain. Para pelayan Tuhan harus disegani oleh anak-anaknya. 

sebab  itu, sudah menjadi kewajiban anak-anak para pelayan 

Tuhan untuk tunduk terhadap pengajaran yang diberikan 

kepada mereka. Dan dihormati. Cara terbaik untuk membuat 

orang yang lebih muda menjadi segan adalah dengan menun-

jukkan bahwa diri kita pantas dihormati. Bukan membuat 

anak-anaknya menjadi segan dengan segala kebengisan, me-

lainkan dengan segala kehormatan. 

14. Seorang penilik jemaat janganlah seorang yang baru bertobat, 

atau seorang yang baru masuk agama Kristen. Ia bukan se-

orang yang baru belajar sedikit saja tentang agama Kristen, 

yang tidak tahu banyak tentang agama selain apa yang ada di 

permukaan. Sebab orang yang seperti itu cenderung mudah 

menjadi sombong. Semakin tidak tahu seseorang, semakin 

sombong pula dirinya. Agar jangan ia menjadi sombong dan 

kena hukuman Iblis. Iblis jatuh gara-gara kesombongan, dan 

ini memberi alasan yang baik agar kita berhati-hati terhadap 

kesombongan, sebab  kesombongan adalah dosa yang meng-

ubah malaikat menjadi setan. 


 590

15. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di antara sesamanya, 

dan tidak menuai kecaman atas perilakunya yang terdahulu. 

sebab  iblis akan memanfaatkan hal tersebut untuk menjebak 

orang lain, dan membuat mereka berbalik dari ajaran Kristus 

yang diberitakan oleh orang-orang yang nama baiknya sudah 

tercoreng. 

III. berdasar  seluruh penjelasan ini, sesudah  membahas secara 

singkat berbagai persyaratan seorang penilik Injil, kita dapat 

menyimpulkan bahwa,  

1. Betapa besar alasan yang kita miliki untuk berseru seperti 

Paulus, namun  siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang 

demikian? (2Kor. 2:16). Hic labor, hoc opus – Sungguh ini ada-

lah pekerjaan yang berat. Betapa besar kesalehan, betapa be-

sar kearifan, betapa besar semangat, betapa besar keberanian, 

betapa besar kesetiaan, dan betapa besar kewaspadaan atas 

diri kita sendiri, atas nafsu, gairah, dan keinginan kita, dan 

atas orang-orang di dalam tanggung jawab kita. Sungguh, be-

tapa besar kewaspadaan kudus yang dibutuhkan dalam peker-

jaan ini! 

2. Tidakkah para pelayan yang paling memenuhi syarat, dan 

paling setia serta lurus hati memiliki alasan yang benar untuk 

mengeluh mengenai diri mereka sendiri, sebab  begitu banyak 

kecakapan yang diperlukan, dan begitu banyak pekerjaan 

yang harus dilakukan? Ya ampun! Betapa masih kurangnya 

usaha yang telah dilakukan orang-orang terbaik, jika diban-

dingkan dengan apa yang seharusnya mereka capai dan apa 

yang seharusnya mereka kerjakan! 

3. Namun biarlah mereka memuliakan Allah dan bersyukur, kare-

na Allah telah memampukan mereka, dan menganggap mereka 

setia, sehingga menempatkan mereka di dalam pelayanan itu. 

Jika Allah berkenan untuk menjadikan siapa saja, dalam batas 

tertentu, supaya mampu dan setia, maka biarlah Dia mendapat-

kan pujian dan kemuliaan dari hal itu. 

4. Sebagai dorongan bagi semua pelayan yang setia, kita memiliki 

janji Kristus yang penuh anugerah, dan ketahuilah, Aku me-

nyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 

28:20). jika Ia menyertai kita, maka Ia akan memperleng-

kapi kita untuk melakukan pekerjaan kita itu menurut ukur-

Surat 1 Timotius 3:8-13 

 591 

an-Nya. Dia juga akan membawa kita menempuh kesukaran 

yang ada dengan memberikan penghiburan, dengan murah hati 

memaklumi ketidaksempurnaan kita, dan memberikan upah atas 

kesetiaan kita dengan mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu 

(1Ptr. 5:4). 

Syarat-syarat Seorang Diaken 

(3:8-13) 

8 Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang 

lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, 9 melainkan orang yang 

memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. 10 Mereka juga harus 

diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu sesudah  ternyata mereka 

tak bercacat. 11 Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, ja-

ngan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam 

segala hal. 12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-

anaknya dan keluarganya dengan baik. 13 sebab  mereka yang melayani 

dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada 

Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.  

Kita temukan di sini ciri-ciri seorang diaken. Diaken bertanggung ja-

wab atas soal-soal kehidupan di dalam jemaat, yaitu mengurus para 

pelayan dan memelihara orang miskin. Mereka melayani meja, se-

dangkan pelayan Tuhan atau penilik hanya memusatkan pikiran un-

tuk pelayanan firman dan doa (Kis. 6:2, 4). Penjelasan mengenai 

penetapan jabatan ini, beserta penyebabnya, terdapat di dalam Kisah 

Para Rasul 6:1-7. Nah, seorang diaken wajib memiliki tabiat yang 

baik, sebab  mereka merupakan pembantu bagi para pelayan Tuhan. 

Mereka tampil dan bekerja di muka umum, serta diberi kepercayaan 

yang sangat besar. Mereka haruslah orang terhormat. Semua orang 

Kristen wajib menjadi orang yang terhormat, namun  terlebih khusus 

mereka yang memiliki jabatan dalam gereja. Jangan bercabang lidah, 

yaitu jangan mengatakan satu hal kepada satu orang, dan berkata 

lain kepada orang lain, sesuai kepentingan mereka. Lidah yang berca-

bang bersumber dari hati yang bercabang. Para penjilat dan perayu 

adalah orang yang bercabang lidah. Jangan penggemar anggur, kare-

na anggur sangat merendahkan derajat siapa saja, khususnya orang 

Kristen, dan orang yang memegang suatu jabatan. Anggur membuat 

orang tidak dapat bekerja, serta membuka celah terhadap berbagai 

godaan. Jangan serakah. Keserakahan tidak baik, khususnya bagi 

seorang diaken, yang dipercaya mengurus keuangan jemaat. jika 

serakah, mereka akan tergoda untuk menggelapkannya, dan meman-


 592

faatkan untuk kepentingan mereka sendiri uang yang seharusnya di-

pakai untuk kepentingan orang banyak. Memelihara rahasia iman da-

lam hati nurani yang suci (ay. 9). Perhatikan, rahasia iman paling baik 

dipelihara di dalam hati nurani yang suci. Kasih akan kebenaran 

yang diwujudkan dalam tindakan merupakan pelindung yang paling 

kuat terhadap kekeliruan dan kesesatan. Jika kita memelihara hati 

nurani yang suci (mewaspadai segala sesuatu yang mencemari hati 

nurani dan menjauhkan kita dari Allah), maka ini akan memelihara 

misteri iman di dalam jiwa kita. Mereka juga harus diuji dahulu (ay. 

10). Tidak pantas jika kepercayaan yang menyangkut orang banyak 

diberikan kepada siapa pun sebelum ia diuji terlebih dahulu, dan di-

dapati layak untuk pekerjaan yang hendak dipercayakan kepadanya. 

Akal sehat mereka, gairah mereka bagi Kristus, dan perilaku mereka 

yang tidak bercacat, harus terbukti. Begitu juga, istri mereka harus 

memiliki tabiat yang baik (ay. 11). Tingkah laku mereka haruslah 

terhormat, tidak suka memfitnah, bergosip, menyampaikan cerita-

cerita tidak benar dengan maksud jahat dan menabur pertengkaran. 

Mereka hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam 

segala hal, tidak berlebihan dalam segala hal, namun  dapat diandal-

kan dalam segala hal yang dipercayakan kepada mereka. Semua 

orang yang memiliki hubungan tertentu dengan para pelayan Tuhan 

harus dua kali lebih bersungguh-sungguh hidup sesuai dengan Injil 

Kristus, supaya pelayanan itu jangan dipersalahkan gara-gara mere-

ka bertindak sembarangan. Seperti yang dikatakan Paulus sebelum-

nya mengenai para penilik jemaat atau pelayan Tuhan, begitu juga di 

sini ia berbicara tentang para diaken, bahwa mereka haruslah se-

orang suami dari satu isteri. Mereka bukanlah orang yang mengusir 

istri mereka gara-gara tidak senang, lalu menikahi yang lain. Mereka 

juga harus mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. 

Keluarga para diaken harus menjadi teladan bagi keluarga lain. Dia-

ken harus memenuhi syarat seperti itu (ay. 13), sebab  sekalipun 

jabatan seorang diaken lebih rendah tingkatannya, namun jabatan 

itu adalah satu langkah menuju jabatan yang lebih tinggi. Siapa pun 

yang mengerjakan tugasnya sebagai pelayan meja dengan baik, gereja 

bisa saja kemudian melihat alasan untuk menarik orang itu dari 

pelayanan tersebut, lalu menempatkannya untuk melayani dalam fir-

man dan doa. Atau ayat itu bisa juga berarti, bila orang memiliki 

nama yang baik, maka ia akan setia dalam jabatannya itu. Sehingga 

Surat 1 Timotius 3:8-13 

 593 

dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan 

leluasa. Perhatikanlah, 

1. Di dalam gereja mula-mula, hanya ada dua tingkat pelayanan 

atau jabatan, yaitu penilik dan diaken (Fil. 1:1). Baru pada abad-

abad selanjutnya, jabatan yang lain diadakan. Tugas seorang 

penilik, gembala, atau pelayan, terbatas dalam hal berdoa dan 

membagikan firman. Sementara itu, tugas seorang diaken ter-

batas dalam pelayanan meja, atau setidaknya terutama erat 

dengan pelayanan tersebut. Clemens Romanus (seorang pemimpin 

gereja mula-mula – pen.), di dalam suratnya kepada orang Kristen 

(cap. 42, 44), dengan panjang lebar dan terang-terangan berbicara 

bahwa para rasul telah menetapkan jabatan-jabatan seperti yang 

telah disebutkan, yaitu penilik dan diaken, sebab  telah menge-

tahui sebelumnya, oleh Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa di dalam 

gereja Kristen akan timbul suatu sengketa mengenai istilah 

epsikopat atau dewan gereja. 

2. Tugas utama diaken menurut ketetapan firman adalah untuk mela-

yani meja, dan bukan untuk membaptis atau memberitakan fir-

man. Memang benar bahw