Kristus, aku bersyukur
kepada Kristus Yesus Tuhan kita, yang telah menempatkan aku
di dalam pelayanan.
II. Untuk lebih memegahkan anugerah Kristus yang telah menem-
patkan dia di dalam pelayanan, ia memberikan penjelasan menge-
nai pertobatannya.
1. Siapa dia sebelum bertobat, seorang penghujat, seorang peng-
aniaya, dan seorang yang ganas. Saulus selalu mengembus-
kan ancaman dan pembunuhan terhadap murid-murid Tuhan
(Kis. 9:1). Ia berusaha membinasakan jemaat (Kis. 8:3). Ia
adalah seorang penghujat Allah, penganiaya orang-orang ku-
dus, dan sangat berbahaya bagi keduanya. Sering kali orang-
orang yang direncanakan melakukan pelayanan-pelayanan be-
sar dan menonjol dibiarkan melakukan kehendak dirinya sen-
diri sebelum pertobatan mereka. Mereka dibiarkan jatuh di da-
lam kejahatan besar, supaya kasih setia Allah dapat dimulia-
kan di dalam pengampunan mereka, dan kasih karunia Allah
di dalam kelahiran baru mereka. Jika kita sungguh-sungguh
bertobat, besarnya dosa tidak menjadi halangan bagi Allah
untuk menerima kita, tidak, juga tidak menjadi halangan bagi
Dia untuk memakai kita di dalam pelayanan. Amatilah di sini,
(1) Penghujatan, penganiayaan, dan keganasan merupakan
dosa yang sangat besar dan mengerikan. Orang-orang yang
melakukan dosa-dosa seperti itu sungguh luar biasa ber-
dosa di hadapan Allah. Menghujat Allah berarti langsung
menyerang Allah. Menganiaya umat-Nya berarti berusaha
melukai Dia melalui jemaat-Nya. Dan menjadi ganas adalah
sama seperti Ismael, yang tangannya akan melawan tiap-
tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia.
Sebab perbuatan-perbuatan seperti itu melanggar hak isti-
568
mewa Allah serta merampas kemerdekaan sesama makh-
luk.
(2) Para petobat sejati, supaya berhasil mencapai maksudnya,
tidak akan kembali kepada keadaannya semula sampai me-
reka dibawa pulang kepada Allah. Rasul yang baik ini se-
ring kali mengaku bagaimana kehidupan lamanya, seperti
di dalam Kisah Para Rasul 22:4 dan 26:10-11.
2. Perkenan Allah yang besar kepadanya, namun aku telah dika-
sihinya. Ini adalah kebahagiaan, namun benar-benar suatu
perkenan yang besar, bahwa seorang pemberontak yang begitu
terkenal jahat memperoleh belas kasihan dari Rajanya.
(1) Jika Rasul Paulus telah menganiaya orang-orang Kristen
dengan sengaja sebab tahu bahwa mereka adalah umat
Allah, maka menurut hemat saya, ia telah melakukan dosa
yang tidak dapat diampuni. Akan namun , sebab ia melaku-
kannya tanpa pengetahuan dan di luar iman, maka ia
memperoleh belas kasihan. Perhatikanlah,
[1] Apa yang kita lakukan tanpa pengetahuan akan sedikit
lebih ringan kadar kejahatannya dari pada yang kita la-
kukan dengan pengetahuan. Namun dosa tanpa penge-
tahuan tetaplah sebuah dosa, sebab orang yang tidak
tahu kehendak tuannya, namun melakukan apa yang ha-
rus mendatangkan pukulan, ia juga akan menerima se-
dikit pukulan (Luk. 12:48). Dalam beberapa hal, keti-
daktahuan bisa meringankan dosa kejahatan, namun
tidak menghapusnya.
[2] Ketidakpercayaan pada dasarnya adalah perbuatan yang
dilakukan oleh orang-orang berdosa tanpa pengetahuan.
Mereka tidak percaya ancaman-ancaman Tuhan, kalau
tidak mereka tidak akan dapat melakukan seperti apa
yang mereka lakukan.
[3] Demi alasan ini Rasul Paulus telah memperoleh belas
kasihan, namun aku telah dikasihani-Nya, sebab semua-
nya itu kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.
[4] Inilah belas kasihan yang dianugerahkan kepada se-
orang penghujat, penganiaya, dan orang yang ganas itu,
namun aku dikasihani-Nya, aku yang adalah seorang
penghujat, dan seterusnya.
Surat 1 Timotius 1:12-17
569
(2) Di sini ia memperhatikan kasih karunia yang melimpah dari
Yesus Kristus (ay. 14). Pertobatan dan keselamatan dari para
pendosa besar berutang pada kasih karunia Kristus, kasih
karunia-Nya yang sangat berlimpah-limpah, yaitu kasih
karunia Kristus yang muncul di dalam Injil-Nya yang mulia
(ay. 15), perkataan ini benar, dan seterusnya. Di sini kita
mendapati ringkasan dari keseluruhan Injil, bahwa Yesus
Kristus datang ke dunia. Anak Allah mengambil rupa dan
sifat kita, menjadi manusia, dan diam di antara kita (Yoh.
1:14). Ia datang ke dalam dunia ini, bukan untuk memanggil
orang benar, melainkan orang berdosa supaya mereka
bertobat (Mat. 9:13). Tujuan-Nya datang ke dalam dunia ini
untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang
(Luk. 19:10). Pengesahan dari kasih karunia itu adalah
bahwa perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya.
Itu adalah kabar baik, yang patut diterima sepenuhnya,
dan sungguh layak dipercaya, sebab perkataan ini benar.
Perkataan itu adalah perkataan yang benar, dan itulah
sebabnya patut didekap di dalam lengan-lengan iman. Per-
kataan itu adalah perkataan yang patut diterima sepenuh-
nya, dan sebab itu harus diterima dengan kasih yang ku-
dus, yang merujuk pada ayat sebelumnya, di mana kasih
karunia Kristus dikatakan melimpah di dalam iman dan
kasih. Pada bagian penutup ayat itu, Rasul Paulus mene-
rapkannya pada dirinya sendiri, dan di antara mereka aku-
lah yang paling berdosa. Rasul Paulus adalah seorang ber-
dosa peringkat pertama. Begitulah ia mengakui dirinya
dahulu seperti itu, sebab ia selalu mengeluarkan ancaman
dan melakukan banyak pembunuhan terhadap murid-mu-
rid Tuhan, dan seterusnya (Kis. 9:1-2). Penganiaya adalah
salah satu pendosa yang paling buruk, dan Paulus telah
menjadi orang yang seperti itu. Atau, di antara mereka aku-
lah yang paling berdosa, yaitu, dari orang-orang berdosa
yang sudah diampuni, akulah yang paling berdosa. Ini
adalah sebuah ungkapan kerendahan hatinya yang sangat
besar. Ia yang di tempat lain menyebut dirinya sebagai
yang paling hina di antara segala orang kudus (Ef. 3:8), di
sini ia menyebut dirinya sebagai orang yang paling berdosa.
570
[1] Kristus Yesus telah datang ke dalam dunia ini. Nubuat-
nubuat tentang kedatangan-Nya sekarang sudah dige-
napi.
[2] Ia datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Dia
datang untuk menyelamatkan orang-orang yang tidak da-
pat menyelamatkan dan menolong diri mereka sendiri.
[3] Para penghujat dan penganiaya adalah orang-orang
yang paling berdosa, demikianlah pandangan Paulus.
[4] Orang-orang yang paling berdosa dapat menjadi orang-
orang yang paling kudus. Begitulah Rasul Paulus ini, se-
bab sedikit pun ia tidak kurang dari pada rasul-rasul yang
tak ada taranya itu (2Kor. 11:5), sebab Kristus datang un-
tuk menyelamatkan orang-orang yang paling berdosa.
[5] Ini adalah kebenaran yang sangat besar, perkataan ini
benar. Ini adalah kata-kata yang benar dan tepat, yang
dapat diandalkan.
[6] Perkataan itu patut diterima dan dipercayai oleh kita
semua, supaya kita memperoleh penghiburan dan keta-
bahan hati.
(3) Rasul Paulus berbicara tentang belas kasihan yang dida-
patkannya dari Allah meskipun ia melakukan kejahatan
besar sebelum pertobatannya,
[1] Untuk mendorong semangat orang-orang lain supaya
bertobat dan percaya (ay. 16), namun justru sebab itu
aku dikasihani, agar dalam diriku ini, Yesus Kristus me-
nunjukkan seluruh kesabarannya, supaya aku menjadi
contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya.
Ini adalah sebuah contoh kesabaran Kristus, bahwa Ia
begitu rela bersabar dengan seseorang yang begitu sa-
ngat membangkitkan amarah-Nya. Dan semua ini di-
rancang sebagai suatu contoh untuk semua orang lain,
supaya orang-orang yang paling berdosa tidak berputus
asa dalam mencari belas kasihan Allah. Perhatikanlah
di sini, pertama, rasul kita ini adalah salah seorang dari
orang-orang paling berdosa pertama yang bertobat dan
menjadi Kristen. Kedua, Ia bertobat dan memperoleh
belas kasihan, demi kepentingan orang-orang lain dan
dirinya sendiri. Ia menjadi contoh untuk orang-orang
Surat 1 Timotius 1:12-17
571
lain. Ketiga, Tuhan Yesus Kristus menunjukkan seluruh
kesabaran-Nya di dalam pertobatan orang-orang yang
paling berdosa. Keempat, Orang-orang yang memper-
oleh belas kasihan percaya kepada Tuhan Yesus Kris-
tus, sebab tanpa iman tidak mungkin orang berkenan
kepada Allah (Ibr. 11:6). Kelima, Orang-orang yang per-
caya kepada Kristus juga percaya bahwa mereka telah
memperoleh hidup yang kekal. Mereka percaya akan
keselamatan jiwa (Ibr. 10:39).
[2] Rasul Paulus menyebutkan hal itu untuk memuliakan
Allah sesudah ia berbicara mengenai belas kasihan yang
diperoleh dari Allah. Ia tidak dapat melanjutkan surat-
nya tanpa menyisipkan ungkapan terima kasih atas ke-
baikan Allah kepadanya, hormat dan kemuliaan sampai
selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang
kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin. Amatilah,
pertama, bahwa kasih karunia yang membuat kita
memperoleh penghiburan Allah harus kita muliakan.
Hati orang-orang yang sadar akan kewajiban-kewajiban
mereka terhadap belas kasihan dan kasih karunia
Allah, akan dipenuhi dengan pujian kepada-Nya. Inilah
pujian yang dinaikkan bagi Dia, seperti Raja segala za-
man, yang kekal, yang tak nampak. Kedua, saat kita
telah mendapati bahwa Allah itu baik, kita tidak boleh
lupa menyatakan bahwa Ia itu agung, dan pemikiran-
Nya yang baik tentang kita sama sekali tidak boleh
mengurangi pemikiran kita yang luhur tentang Dia,
bahkan harus ditingkatkan. Allah menaruh perhatian
khusus kepada Rasul Paulus dan menunjukkan belas
kasihan kepadanya, membawanya ke dalam persekutu-
an dengan diri-Nya, namun Rasul Paulus tetap menya-
panya sebagai Raja segala zaman dan seterusnya. Tin-
dakan Allah yang penuh kasih karunia dalam berurusan
dengan kita, harus membuat kita dipenuhi oleh keka-
guman akan sifat-sifat-Nya yang mulia. Ia ada di segala
zaman, tanpa hari-hari permulaan, atau akhir kehidup-
an, atau perubahan waktu. Ia adalah Yang Lanjut Usia-
nya (Dan. 7:9). Ia tidak dapat mati, dan adalah sumber
dari segala kekekalan. Dialah satu-satunya yang tidak
572
tunduk kepada maut (6:16), sebab ia tidak dapat mati.
Ia tidak dapat dilihat, sebab Ia tidak dapat dilihat de-
ngan mata jasmani ini. Ia bersemayam di dalam terang
yang tak seorang pun mampu mendekat. Seorang pun
tidak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak
dapat melihat Dia (6:16). Ia adalah satu-satunya Allah
yang bijaksana (Yud. 1:25, KJV), hanya Dia-lah yang
bijaksana tanpa batas dan sumber dari segala hikmat.
Bagi Dia-lah kemuliaan sampai selama-lamanya, atau
Biarlah aku selama-lamanya ditugaskan untuk mem-
berikan hormat dan kemuliaan kepada-Nya, seperti
yang dilakukan oleh makhluk-makhluk yang beribu-
ribu laksa itu (Why. 5:11-13).
Tugas Paulus kepada Timotius
(1:18-20)
18 Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang
telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau
memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang
murni. 19 Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan
sebab itu kandaslah iman mereka, 20 di antaranya Himeneus dan Aleksan-
der, yang telah kuserahkan kepada Iblis, supaya jera mereka menghujat.
Berikut ini adalah tugas yang diberikan kepada Timotius untuk me-
lanjutkan pekerjaannya dengan penuh ketetapan hati (ay. 18). Per-
hatikan baik-baik di sini, Injil adalah sebuah tugas yang dipercaya-
kan kepada pelayan-pelayan Injil. Injil dipercayakan ke dalam tangan
mereka, supaya mereka menjaga agar Injil itu diterapkan sesuai de-
ngan maksud dan maknanya, dan rancangan dari Penciptanya yang
agung. Tampaknya sudah ada beberapa nubuat sebelumnya mengenai
Timotius, bahwa ia akan dipakai dalam pelayanan, dan akan membuk-
tikan diri menonjol di dalam pelayanan itu. Hal ini membesarkan hati
Rasul Paulus untuk menyerahkan tugas ini kepadanya. Perhatikan
baik-baik,
1. Pelayanan itu merupakan suatu perjuangan. Itu perjuangan yang
baik melawan dosa dan Iblis, dan dilakukan di bawah panji-panji
Tuhan Yesus, yang adalah Pemimpin keselamatan kita (Ibr. 2:10).
Dan untuk kepentingan-Nya dan melawan musuh-musuh-Nya,
para pelayan Tuhan terlibat secara khusus di dalamnya.
Surat 1 Timotius 1:18-20
573
2. Para pelayan Tuhan harus berjuang dalam perjuangan yang baik
ini, harus melaksanakan tugas jabatan mereka dengan rajin dan
berbesar hati, walaupun ada perlawanan dan kekecewaan.
3. Nubuat-nubuat yang ada sebelumnya mengenai Timotius disebut-
kan di sini sebagai alasan untuk menggerakkan dia supaya penuh
semangat dan bersungguh hati melaksanakan tugasnya. Demi-
kianlah, harapan-harapan baik yang dimiliki orang lain mengenai
diri kita haruslah membangkitkan semangat kita untuk melaku-
kan kewajiban kita, supaya engkau memperjuangkan perjuangan
yang baik.
4. Kita harus memegang teguh iman dan hati nurani yang murni (ay.
19). Orang-orang yang menyingkirkan hati nurani yang baik akan
segera mengalami iman yang kandas. Marilah kita hidup sesuai
dengan petunjuk dan arahan hati nurani yang telah dicerahi dan
diperbarui, serta hidup dengan hati nurani yang murni (Kis.
24:16), hati nurani yang tidak dirusakkan oleh kejahatan atau
dosa. Inilah cara untuk menjaga iman kita tetap sehat. Kita harus
memperhatikan iman kita dan juga hati nurani, sebab rahasia
iman harus dipelihara di dalam hati nurani yang suci (3:9). Ada
pun di antara mereka yang telah mengandaskan iman itu, dise-
butkan oleh Rasul Paulus ada dua orang, yaitu Himeneus dan
Aleksander. Mereka telah membuat pengakuan untuk memeluk
agama Kristen, namun telah meninggalkan pengakuan itu. Dan
Rasul Paulus telah menyerahkan mereka kepada Iblis, dan me-
nyatakan bahwa mereka menjadi milik kerajaan Iblis. Sebagai-
mana dugaan beberapa orang, dengan kuasa yang luar biasa
mereka diserahkan untuk ditakut-takuti atau disiksa oleh Iblis,
supaya mereka merasa jera untuk menghujat, serta tidak me-
nyangkal atau menghina ajaran Kristus dan jalan-jalan Tuhan
yang baik. Perhatikan baik-baik, tujuan utama kecaman keras
yang dilakukan di dalam gereja mula-mula adalah untuk mence-
gah dosa berlanjut dan memulihkan si pendosa. Dalam peristiwa
ini tujuannya adalah untuk membinasakan daging, supaya roh-
nya dapat diselamatkan pada hari Tuhan Yesus (1Kor. 5:5).
Amatilah,
(1) Orang-orang yang menyukai pelayanan dan pekerjaan Iblis
pantas untuk diserahkan kepada kuasa Iblis, yang telah kuse-
rahkan kepada Iblis.
574
(2) Jika Allah berkenan, Ia sanggup bekerja dengan cara-cara
yang bertentangan. Himeneus dan Aleksander diserahkan ke-
pada Iblis, supaya mereka jera untuk menghujat, sementara
orang lebih menduga tujuannya adalah supaya mereka akan
belajar dari Iblis untuk lebih menghujat lagi.
(3) Orang-orang yang menyingkirkan hati nurani yang baik dan
mengandaskan iman, tidak akan peduli pada apa pun juga,
tidak terkecuali penghujatan.
(4) Oleh sebab itu, marilah kita memegang teguh iman dan hati
nurani yang baik, jika kita ingin bersih dari penghujatan, sebab
jika kita melepaskan pegangan kita atas kedua hal ini, maka
kita tidak akan pernah tahu di mana kita akan berhenti.
PASAL 2
Dalam pasal ini Rasul Paulus membicarakan masalah,
I. Doa, dan banyaknya alasan untuk melakukannya (ay. 1-8).
II. Cara berpakaian kaum perempuan (ay. 9-10).
III. Kepatuhan perempuan, dan alasan-alasan untuk itu (ay. 11-14).
IV. Janji yang diberikan untuk mendorong kaum perempuan
dalam mengasuh anak (ay. 15).
Doa Syafaat untuk Semua Orang Dianjurkan
(2:1-8)
1 Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan
ucapan syukur untuk semua orang, 2 untuk raja-raja dan untuk semua pem-
besar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan
dan kehormatan. 3 Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juru-
selamat kita, 4 yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan
memperoleh pengetahuan akan kebenaran. 5 sebab Allah itu esa dan esa
pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia
Kristus Yesus, 6 yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi se-
mua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan. 7 Untuk kesaksian
itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul yang kukatakan ini
benar, aku tidak berdusta dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi,
dalam iman dan kebenaran. 8 Oleh sebab itu aku ingin, supaya di mana-
mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa
marah dan tanpa perselisihan.
Di sini kita mendapati,
I. Sebuah perintah yang diberikan kepada orang Kristen untuk ber-
doa bagi semua orang secara umum, dan khususnya bagi semua
orang yang memegang kuasa pemerintahan. Timotius harus me-
mastikan hal ini dilakukan. Paulus tidak mengirimkan dia suatu
bentuk doa apa pun, yang akan kita duga seandainya ia bermak-
576
sud supaya hamba-hamba Tuhan terikat pada cara berdoa seperti
itu. Sebaliknya, secara umum, mereka harus memanjatkan per-
mohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur. Permohonan supaya
terhindar dari kejahatan, doa supaya memperoleh kebaikan, doa
syafaat untuk orang lain, dan ucapan syukur atas rahmat yang
sudah diterima. Bagi Paulus, memberi mereka petunjuk-petunjuk
umum saja sudah cukup. sebab sudah memiliki Kitab Suci un-
tuk membimbing mereka dalam doa dan sebab ke atas mereka
sudah dicurahkan Roh doa, mereka tidak perlu petunjuk-petun-
juk lebih lanjut. Perhatikanlah, maksud dan tujuan agama Kris-
ten adalah untuk menggalakkan doa. Dan murid-murid Kristus
harus menjadi umat pendoa. Berdoalah setiap waktu dengan per-
mohonan (Ef. 6:18). Harus ada doa pertama-tama untuk diri kita
sendiri. Hal ini tersirat di sini. Kita juga harus berdoa untuk se-
mua orang, untuk umat manusia secara umum, dan untuk orang-
orang tertentu yang memerlukan atau menginginkan doa-doa kita.
Lihatlah, agama Kristen itu jauh dari apa yang disebut bidah,
sebab ia mengajar orang untuk mengasihi semua, untuk berdoa
bukan hanya bagi saudara-saudara seiman, melainkan juga bagi
semua orang. Berdoalah untuk raja-raja (ay. 2). Meskipun pada
saat itu raja-raja adalah orang kafir, musuh Kekristenan, dan
penganiaya orang-orang Kristen, namun orang Kristen harus ber-
doa untuk mereka, sebab demi kepentingan umumlah ada peme-
rintah dan orang-orang tepat yang dipercaya untuk menjalan-
kannya. Oleh sebab itu, kita harus berdoa untuk mereka, sekali-
pun kita sendiri menderita di bawah pemerintahan mereka. Untuk
raja-raja dan untuk semua pembesar, maksudnya, pemerintah
yang lebih rendah. Kita harus berdoa untuk mereka, dan harus
mengucap syukur untuk mereka, berdoa untuk kesejahteraan
mereka dan untuk kesejahteraan kerajaan atau pemerintahan
mereka. Oleh sebab itu, kita tidak boleh bersekongkol melawan
mereka, supaya dalam damai kerajaan mereka kita dapat beroleh
damai dan mengucap syukur atas mereka, dan atas keuntungan
yang kita peroleh di bawah pemerintahan mereka. Agar kita dapat
hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormat-
an. Di sini lihatlah apa yang harus kita inginkan bagi raja-raja,
yaitu supaya Allah mengubah hati mereka, membimbing mereka,
dan memakai mereka, agar di bawah pemerintahan mereka kita
dapat hidup tenang dan tenteram. Rasul Paulus tidak berkata,
Surat 1 Timotius 2:1-8
577
supaya kita mendapat suatu kedudukan dalam pemerintahan
mereka, bertambah kaya, dan menduduki tempat terhormat dan
berkuasa di bawah mereka. Tidak, puncak keinginan seorang
Kristen yang baik adalah hidup tenang dan tenteram, melewati
kehidupan di dunia ini tanpa gangguan, di tempat yang rendah
dan di ruang pribadi. Kita harus berkeinginan supaya kita dan
orang lain dapat hidup tenteram dalam segala kesalehan dan ke-
hormatan. Ini menyiratkan bahwa kita tidak bisa berharap tetap
hidup tenang dan tenteram kecuali kita tetap menjaga segala
kesalehan dan kehormatan. Marilah kita pikirkan apa kewajiban
kita, baru kemudian kita dapat berharap akan mendapat perlin-
dungan baik dari Allah maupun pemerintah. Dalam segala kesa-
lehan dan kehormatan. Di sini kewajiban kita sebagai orang Kris-
ten diringkas dalam dua kata: kesalehan, yaitu menyembah Allah
dengan benar, dan kehormatan (KJV: kejujuran), yaitu perilaku
baik terhadap semua orang. Keduanya harus berjalan bersama-
sama. Kita tidak benar-benar jujur jika tidak saleh, dan tidak
memberikan kepada Allah apa yang sudah sepatutnya Dia da-
patkan. Dan kita tidak benar-benar saleh jika tidak jujur, sebab
Allah membenci hasil rampasan untuk korban bakaran. Di sini
kita dapat mencermati bahwa,
1. Orang Kristen harus menjadi orang yang banyak-banyak ber-
doa. Mereka harus sering-sering melakukannya, dan harus
membaktikan diri untuk berdoa, memohon kepada Allah, dst.
2. Dalam doa-doa kita, dengan rela kita harus peduli terhadap
orang-orang lain di samping diri kita sendiri. Kita harus berdoa
untuk semua orang, dan mengucap syukur untuk semua orang.
Dan kita tidak boleh membatasi doa-doa ataupun ucapan syu-
kur kita hanya kepada diri kita atau keluarga kita sendiri.
3. Doa terdiri atas beragam bagian, yaitu permohonan, doa sya-
faat, dan ucapan syukur. Ini sebab kita harus berdoa untuk
rahmat-rahmat yang kita inginkan dan juga mengucap syukur
atas rahmat-rahmat yang sudah kita terima. Dan kita harus
menyesalkan segala hukuman yang memang pantas diberikan
entah sebab dosa-dosa kita sendiri atau sebab dosa-dosa
orang lain.
4. Semua orang, bahkan raja-raja sekalipun, dan mereka yang
memerintah, harus didoakan. Mereka membutuhkan doa-doa
kita, sebab mereka menghadapi banyak kesulitan, dan ba-
578
nyak perangkap yang rentan menjerat mereka sebab kedu-
dukan mereka yang tinggi.
5. Dengan mendoakan pemimpin-pemimpin kita, kita mengambil
jalan yang paling baik untuk hidup tenang dan tenteram.
Orang-orang Yahudi di Babel diperintahkan untuk mengusa-
hakan kesejahteraan kota ke mana Tuhan sudah membuang
mereka sehingga ditahan, dan berdoa kepada TUHAN untuk
kota itu, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraan mereka
juga (Yer. 29:7).
6. Jika kita ingin hidup tenang dan tenteram, kita harus hidup
dalam segala kesalehan dan kehormatan. Kita harus melaku-
kan kewajiban kita kepada Allah dan manusia. Siapa yang
mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus
menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap
ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan
melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan ber-
usaha mendapatkannya (1Ptr. 3:10-11). Nah, alasan yang
diberikan Paulus untuk ini adalah sebab itulah yang baik dan
yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, artinya Injil
Kristus menuntut itu. Apa yang berkenan di mata Allah Juru-
selamat kita, itulah yang harus kita lakukan, dan yang harus
menjadi kewajiban kita.
II. Untuk memberi alasan mengapa kita dalam doa-doa kita harus
memedulikan semua orang, Rasul Paulus menunjukkan kasih
Allah kepada seluruh umat manusia (ay. 4).
1. Salah satu alasan mengapa semua orang harus didoakan ada-
lah sebab ada satu Allah, dan Allah itu mempunyai kehendak
baik terhadap seluruh umat manusia. Hanya ada satu Allah
(ay. 5), dan hanya satu, tidak ada yang lain, tidak mungkin
ada yang lain, sebab hanya ada satu yang tak terhingga. Allah
yang satu ini menghendaki supaya semua orang diselamatkan.
Ia tidak menginginkan kematian dan kehancuran siapa saja
(Yeh. 33:11), melainkan kesejahteraan dan keselamatan se-
mua. Bukan berarti bahwa Ia telah menetapkan keselamatan
semua orang, sebab kalau begitu semua orang akan diselamat-
kan. namun Ia mempunyai kehendak baik untuk keselamatan
semua orang, dan tak seorang pun akan binasa kecuali sebab
kesalahannya sendiri (Mat. 23:37). Ia ingin supaya semua
Surat 1 Timotius 2:1-8
579
diselamatkan, dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran,
diselamatkan dengan cara yang sudah ditentukan-Nya, dan
bukan dengan cara lain. Kita berkepentingan untuk memper-
oleh pengetahuan akan kebenaran itu, sebab itulah caranya
untuk diselamatkan. Kristus adalah jalan dan kebenaran, dan
dengan demikian Dia adalah hidup.
2. Hanya ada satu Pengantara, dan Pengantara itu menyerahkan
diri-Nya sebagai tebusan bagi semua. Sebagaimana rahmat
Allah menjangkau semua karya ciptaan-Nya, begitu pula
kepengantaraan Kristus menjangkau sedemikian jauh kepada
semua anak manusia sehingga Ia membayar harga yang cukup
untuk keselamatan seluruh umat manusia. Ia membuat umat
manusia menjalin hubungan dengan Allah di atas syarat-sya-
rat yang baru, sehingga kini mereka tidak lagi berada di bawah
hukum Taurat sebagai perjanjian yang mengutamakan per-
buatan, melainkan sebagai pedoman hidup. Mereka berada di
bawah anugerah. Bukan di bawah perjanjian yang menyata-
kan mereka tidak bersalah, melainkan di bawah perjanjian
baru: Ia telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan. Perhati-
kanlah, kematian Kristus adalah tebusan, harga yang harus
dibayar. Kita memang pantas mati. namun Kristus mati untuk
kita, untuk menyelamatkan kita dari kematian dan neraka. Ia
telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan secara sukarela,
tebusan bagi semua orang, supaya seluruh umat manusia ber-
ada dalam keadaan yang lebih baik daripada Iblis dan antek-an-
teknya. Ia mati untuk mengerjakan keselamatan semua. Untuk
itu, Ia menempatkan diri sebagai Pengantara antara Allah dan
manusia. Pengantara mengandaikan bahwa sudah terjadi suatu
perselisihan. Dosa telah membuat perselisihan antara kita dan
Allah. Yesus Kristus adalah Pengantara yang berusaha untuk
mengadakan pendamaian, untuk mempersatukan Allah dan
manusia. Ia bekerja seperti seorang wasit atau penengah, wa-
sit di antara kita, yang dapat memegang tangan kedua belah
pihak (Ayb. 9:33). Dia adalah tebusan yang akan memberikan
kesaksian pada waktu yang ditentukan. Maksudnya, dalam
masa Perjanjian Lama, penderitaan-penderitaan-Nya dan ke-
muliaan yang menyusul sesudahnya dibicarakan sebagai per-
kara-perkara yang akan disingkapkan pada akhir zaman (1Ptr.
1:10-11). Dan perkara-perkara itu pun disingkapkan seperti
580
itu. Paulus sendiri, sesudah ditahbiskan sebagai pemberita
Injil dan rasul, memberitakan kepada bangsa-bangsa bukan
Yahudi kabar baik tentang penebusan dan keselamatan oleh
Yesus Kristus. Ajaran tentang kepengantaraan Kristus ini
dipercayakan kepada Paulus supaya diajarkan kepada setiap
makhluk (Mrk. 16:15). Paulus ditetapkan sebagai guru bagi
bangsa-bangsa bukan Yahudi. Selain panggilan umumnya se-
bagai seorang rasul, ia mendapat mandat secara khusus un-
tuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi,
dalam iman dan kebenaran, atau dengan setia dan benar.
Perhatikanlah,
(1) Sungguh baik dan berkenan di mata Allah dan Jurusela-
mat kita jika kita berdoa untuk raja-raja dan semua orang,
dan jika kita hidup tenteram dan tenang. Dan ini merupa-
kan alasan yang sangat baik mengapa kita harus berdoa
dan hidup seperti itu.
(2) Allah mempunyai kehendak baik untuk menyelamatkan
semua orang. Sehingga yang menjadi masalah bukan tidak
adanya kehendak pada Allah untuk menyelamatkan mere-
ka, melainkan terlebih tidak adanya kehendak pada diri
mereka sendiri untuk diselamatkan dengan cara Allah. Di
sini Tuhan kita yang terberkati menunjukkan letak kesa-
lahannya: Kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk mem-
peroleh hidup itu (Yoh. 5:40). Aku rindu mengumpulkan
kamu, namun kamu tidak mau.
(3) Mereka yang mau diselamatkan harus mengetahui kebe-
naran itu, sebab inilah cara yang ditetapkan Allah untuk
menyelamatkan orang-orang berdosa. Tanpa pengenalan
atau pengetahuan akan kebenaran itu, hati tidak bisa be-
nar. Jika kita tidak mengenal kebenaran, kita tidak dapat
diatur olehnya.
(4) Dapat diamati di sini bahwa kesatuan dengan Allah ditegas-
kan, dan dipadukan dengan kesatuan dengan Sang Peng-
antara. Jadi gereja tidak boleh mengajarkan adanya banyak
pengantara, sebab itu berarti ada banyak allah pula.
(5) Dia yang adalah Pengantara dalam pengertian Perjanjian
Baru, menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan. Jadi sia-
sialah bila ada para pengikut gereja tertentu yang meng-
akui hanya ada satu Pengantara sebagai korban penebus-
Surat 1 Timotius 2:1-8
581
an, namun ada banyak penengah. Sebab, menurut Paulus,
penyerahan diri Kristus sebagai tebusan merupakan bagian
penting dari jabatan sebagai Pengantara. Dan memang hal
ini merupakan dasar dari kepengantaraan-Nya.
(6) Paulus ditahbiskan sebagai hamba Tuhan, untuk menyata-
kan berita ini kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, bahwa
Kristus adalah satu Pengantara antara Allah dan manusia,
yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan untuk
semua orang. Inilah inti yang harus diberitakan oleh semua
hamba Tuhan, sampai akhir zaman. Dan Paulus meman-
dang mulia pelayanannya, sebab ia adalah rasul untuk
bangsa-bangsa bukan Yahudi (Rm. 11:13).
(7) Hamba-hamba Tuhan harus memberitakan kebenaran itu,
yang mereka sendiri telah pahami sebagai kebenaran, dan
mereka sendiri harus mempercayainya. Mereka, seperti
rasul kita di sini, harus mengajar dalam iman dan kebenar-
an, dan mereka juga harus setia dan dapat dipercaya.
III. Sebuah petunjuk bagaimana seharusnya berdoa (ay. 8).
1. Sekarang, di bawah Injil, doa tidak hanya terbatas pada satu
rumah doa tertentu, namun orang harus berdoa di mana saja.
Tidak ada tempat yang salah untuk berdoa, dan tidak ada satu
tempat yang lebih berkenan kepada Allah dibandingkan
tempat lain (Yoh. 4:21). Berdoalah di mana saja. Kita harus
berdoa di dalam kamar kita, berdoa di tengah-tengah keluarga
kita, berdoa saat makan, berdoa saat bepergian, dan berdoa di
dalam kumpulan jemaat yang khusyuk, entah di depan umum
atau sendiri.
2. Sudah menjadi kehendak Allah bahwa di dalam doa kita harus
mengangkat tangan yang suci: Menadahkan tangan yang suci,
atau tangan yang bersih, bersih dari kecemaran dosa, dibasuh
di sumber mata air yang tersedia bagi dosa dan kecemaran.
Aku akan membasuh tanganku, dst. (Mzm. 26:6).
3. Kita harus berdoa dalam kasih: Tanpa marah, atau benci, atau
geram kepada siapa saja.
4. Kita harus berdoa dalam iman tanpa ragu (Yak. 1:6), atau,
seperti menurut tafsiran sebagian orang, tanpa perselisihan,
dan dengan demikian itu termasuk dalam kasih.
582
Perintah Paulus kepada Kaum Perempuan
(2:9-15)
9 Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan
pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang,
jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, 10
namun hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi
perempuan yang beribadah. 11 Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan
menerima ajaran dengan patuh. 12 Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar
dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam
diri. 13 sebab Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. 14
Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda
dan jatuh ke dalam dosa. 15 namun perempuan akan diselamatkan sebab mela-
hirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan
segala kesederhanaan.
I. Di sini ada perintah, bahwa perempuan yang memeluk agama Kris-
ten haruslah sederhana, tenang, berdiam diri, dan patuh, seperti
yang sudah sepatutnya mereka lakukan sebagai orang Kristen.
1. Mereka harus sangat sederhana dalam berpakaian, jangan
ingin tampil mencolok, gemerlap, atau mewah (kita bisa tahu
keangkuhan isi pikiran seseorang dari kebiasaannya yang ge-
merlap dan mewah), sebab mereka memiliki perhiasan yang
lebih baik yang harus mereka kenakan sendiri, yaitu perbuatan
baik. Perhatikanlah, perbuatan baik adalah perhiasan terbaik.
Perbuatan baik ini, di mata Allah, mahal harganya. Mereka
yang mengaku saleh haruslah, dalam berpakaian, dan juga hal-
hal lain, bertindak sesuai dengan pengakuan iman mereka.
Daripada membelanjakan uang untuk pakaian-pakaian bagus,
mereka harus menggunakannya untuk kepentingan ibadah dan
amal, yang pantas disebut perbuatan baik.
2. Perempuan harus mempelajari kaidah-kaidah agama, harus be-
lajar dari Kristus, dan mempelajari Kitab Suci. Mereka tidak
boleh berpikir bahwa keperempuanan mereka memberi mereka
alasan untuk tidak mempelajari apa yang penting untuk kesela-
matan.
3. Mereka harus berdiam diri, patuh, dan tunduk, dan tidak me-
rebut kekuasaan. Alasan yang diberikan adalah sebab Adam
yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa keluar dari-
padanya, untuk menunjukkan kepatuhan dan kebergantung-
an Hawa pada Adam. Dan bahwa Hawa dijadikan untuk Adam,
untuk menjadi penolong yang sepadan baginya. Dan sebagai-
Surat 1 Timotius 2:9-15
583
mana Hawa diciptakan belakangan, yang merupakan satu
alasan mengapa ia harus tunduk, demikian pula ia yang per-
tama-tama melanggar, dan itu alasan yang lain. Bukan Adam
yang tergoda, yaitu bukan dia yang pertama kali tergoda. Ular
tidak langsung berusaha memperdaya Adam, namun perem-
puanlah yang pertama-tama melanggar (2Kor. 11:3). Dan ini
merupakan bagian dari hukuman itu, engkau akan berahi ke-
pada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu (Kej. 3:16). namun
sungguh kata-kata yang menghibur (ay. 15) bahwa perempuan
yang terus bertekun akan diselamatkan sebab melahirkan
anak, atau dengan melahirkan anak. Dan, Mesias, yang lahir
dari rahim seorang perempuan, akan meremukkan kepala si
ular (Kej. 3:15). Atau hukuman yang dikenakan pada mereka
sebab dosa tidak akan menjadi penghalang bagi diterimanya
mereka oleh Kristus, asal mereka bertekun dalam iman dan
kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan.
II. Di sini amatilah,
1. Luasnya kaidah-kaidah Kekristenan. Kaidah-kaidah itu men-
jangkau bukan hanya laki-laki, melainkan juga perempuan,
bukan hanya pribadi mereka, melainkan juga pakaian mereka,
yang harus sederhana, sesuai jenis kelamin mereka. Dan
kaidah-kaidah itu juga menjangkau perilaku luar mereka,
yang harus berdiam diri, dengan segala kepatuhan.
2. Perempuan harus menunjukkan perilaku hidup yang saleh,
begitu juga dengan laki-laki. Sebab mereka dibaptis, dan de-
ngan demikian terikat untuk melatih diri dalam kesalehan.
Dan, ini merupakan kehormatan bagi kaum perempuan, bah-
wa banyak dari mereka adalah orang-orang Kristen yang terke-
muka pada zaman para rasul, seperti yang diceritakan dalam
Kisah Para Rasul.
3. sebab perempuan lebih condong berlebihan dalam berpakai-
an, maka mereka lebih perlu diingatkan akan hal ini.
4. Perhiasan terbaik untuk mereka yang memeluk hidup saleh
adalah perbuatan baik.
5. Menurut Paulus, perempuan harus belajar, dan tidak diperbo-
lehkan mengajar di depan umum di dalam jemaat. Sebab meng-
ajar adalah jabatan yang memiliki kuasa, dan perempuan tidak
boleh merebut kekuasaan atas laki-laki, namun harus berdiam
584
diri. Akan namun , kendati dengan larangan ini, perempuan yang
baik dapat dan harus mengajarkan kaidah-kaidah agama ke-
pada anak-anaknya di rumah. Sejak dari kecil, Timotius sudah
mengenal Kitab Suci. Dan siapa yang harus mengajarnya kalau
bukan ibu dan neneknya? (2Tim. 3:15). Akwila dan istrinya,
Priskila, menjelaskan Jalan Allah kepada Apolos secara lebih
sempurna. namun mereka melakukannya secara pribadi, sebab
mereka membawa dia ke rumah mereka (Kis. 18:26).
6. Di sini ada dua alasan yang sangat baik mengapa laki-laki ber-
kuasa atas perempuan, dan perempuan harus tunduk pada
laki-laki (ay. 13-14). Adam yang pertama-tama dijadikan, ke-
mudian barulah Hawa. Perempuan diciptakan untuk laki-laki,
dan bukan laki-laki untuk perempuan (1Kor. 11: 9). Kemudian
perempuan tergoda, dan menyeret laki-laki ke dalam pelang-
garan.
7. Meskipun kesusahan dan bahaya melahirkan anak sangatlah
banyak dan besar, sebab merupakan bagian dari hukuman
yang dijatuhkan kepada kaum perempuan sebab pelanggaran
Hawa, namun di sini ada hal yang akan sangat menyokong
dan membesarkan hati perempuan: namun perempuan akan di-
selamatkan, dst. Walaupun merasa kesakitan, ia akan mela-
hirkan, dan akan menjadi ibu yang hidup bagi anak-anak yang
hidup. Asalkan dengan ketentuan ini, bahwa mereka tetap ber-
tekun dalam iman, kasih, dan kekudusan dengan segala kese-
derhanaan. Dan perempuan, saat akan melahirkan anak,
harus memegang erat janji ini dengan iman untuk menopang
mereka pada saat-saat yang dibutuhkan.
PASAL 3
alam pasal ini, Rasul Paulus membahas mengenai para pejabat
gereja. Ia menguraikan,
I. Persyaratan yang wajib dipenuhi seseorang yang akan men-
jabat sebagai penilik jemaat (ay. 1-7).
II. Persyaratan yang harus dimiliki oleh diaken (ay. 8-10), dan
istri mereka (ay. 11). Kemudian sekali lagi persyaratan diaken
(ay. 12-13).
III. Alasan mengapa ia menulis kepada Timotius, dan sesudah
itu ia berbicara tentang jemaat serta dasar kebenaran yang
diakui di dalam jemaat (ay. 14, dst.)
Kewajiban Para Penilik Jemaat dan Diaken
(3:1-7)
1 Benarlah perkataan ini: Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat
menginginkan pekerjaan yang indah. 2 sebab itu penilik jemaat haruslah
seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijak-
sana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 3 bukan pe-
minum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,
4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anak-
nya. 5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagai-
manakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? 6 Janganlah ia seorang yang baru
bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. 7 Hen-
daklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat
orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.
Kedua surat Paulus kepada Timotius, dan surat kepada Titus, berisi
tentang kepemimpinan di dalam jemaat atau petunjuk bagi para
pelayan Tuhan, yang berdasar firman. Menurut perkiraan kita,
Timotius adalah seorang penginjil yang ditempatkan di Efesus, untuk
mengasuh orang-orang yang telah ditetapkan oleh Roh Kudus sebagai
penilik jemaat di Efesus, yaitu para penatua. Ini seperti yang tampak
D
586
di dalam Kisah Para Rasul 20:28, di mana pemeliharaan jemaat di-
percayakan kepada para penatua, dan di situ mereka disebut penilik.
Agaknya mereka begitu enggan berpisah dengan Paulus, terlebih lagi
sebab Paulus telah memberitahukan bahwa mereka tidak akan
melihat mukanya lagi (Kis. 20:38). sebab gereja mereka baru saja
terbentuk, mereka tidak berani memegang tanggung jawab atas
jemaat itu. Maka, Paulus meninggalkan Timotius bersama mereka
supaya mengurus para penatua itu. Jadi demikianlah kita temukan
di sini ciri-ciri dan watak seorang pelayan Injil, yang sebagai penilik
jemaat bertugas memimpin sekumpulan jemaat Kristen. Orang yang
menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang
indah (ay. 1). Perhatikanlah,
I. Pelayanan ini adalah sebuah pekerjaan. Sekalipun pada zaman
kita ini jabatan sebagai penilik jemaat dianggap sebagai suatu ke-
dudukan yang terhormat, namun pada masa itu, jabatan sebagai
penilik jemaat dipandang sebagai sebuah pekerjaan yang indah.
1. Jabatan seorang penilik jemaat menurut firman adalah jabat-
an yang ditetapkan oleh Allah, bukan diciptakan oleh manu-
sia. Pelayanan ini bukan ciptaan negara, dan sungguh disa-
yangkan jika pelayan jemaat pernah terpaksa menjadi alat
negara. Jabatan pelayanan itu sudah ada di dalam gereja
sebelum para penguasa mengakui Kekristenan, sebab jabatan
ini merupakan salah satu karunia terbesar yang pernah di-
anugerahkan Kristus kepada gereja (Ef. 4:8-11).
2. Jabatan seorang penilik Kristen adalah sebuah pekerjaan,
yang membutuhkan kerajinan dan perhatian sungguh-sung-
guh. Rasul Paulus menjelaskan jabatan pelayanan ini dengan
gambaran dan ciri-ciri sebuah pekerjaan. Bukan sebagai suatu
kedudukan yang terhormat dan sangat menguntungkan, kare-
na para pelayan harus selalu lebih memperhatikan pekerjaan
mereka daripada kehormatan dan keuntungan atas jabatan
mereka.
3. Jabatan sebagai penilik jemaat adalah sebuah pekerjaan yang
indah, pekerjaan yang sangat penting, sebab ditujukan untuk
mendatangkan kebaikan yang terbesar. Pelayanan ini dikenal
tidak mengurus hal-hal yang lebih rendah daripada kehidupan
dan kebahagiaan jiwa yang kekal. Ini adalah sebuah pekerjaan
yang baik, sebab dirancang untuk menggambarkan kesem-
Surat 1 Timotius 3:1-7
587
purnaan ilahi, yang membawa banyak anak-anak manusia
menuju kemuliaan. Pelayanan ini ditetapkan untuk membuka
mata umat manusia, untuk membawa mereka berbalik dari
kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah,
dst. (Kis. 26:18).
4. Orang-orang yang akan ditetapkan untuk menerima jabatan itu
haruslah memiliki suatu kerinduan yang mendalam akan ke-
dudukan tersebut. jika seseorang menginginkannya, maka
ia harus menginginkannya dengan sungguh-sungguh berdasar-
kan pertimbangan bahwa ia akan mendatangkan kemuliaan
yang besar bagi Allah, dan mendatangkan kebaikan yang terbe-
sar bagi jiwa-jiwa manusia melalui jabatan tersebut. Inilah per-
tanyaan yang diajukan kepada orang-orang yang menawarkan
diri mereka untuk melayani di dalam gereja di Inggris: Apakah
menurutmu, engkau digerakkan oleh Roh Kudus untuk meme-
gang jabatan ini?
II. Agar dapat menduduki jabatan ini serta melakukan pekerjaan
sebagai penilik jemaat, seorang pekerja harus memenuhi syarat.
1. Seorang pelayan Tuhan harus tidak bercacat. Ia tidak boleh ter-
libat di dalam perbuatan tercela apa pun. Ia tidak boleh mem-
buka kesempatan sekecil apa pun untuk dapat dipersalahkan,
sebab ini dapat mencoreng pelayanannya dan akan menimbul-
kan kecaman terhadap jabatannya.
2. Seorang pelayan haruslah seorang suami dari satu istri. Ia ha-
rus belum pernah menceraikan istrinya, lalu menikahi orang
lain. Ia juga tidak boleh memiliki banyak istri sekaligus, sebab
pada masa itu, sudah lazim baik di kalangan Yahudi maupun
bukan Yahudi, terutama di kalangan bukan Yahudi, untuk
memiliki banyak istri.
3. Seorang pelayan harus dapat menahan diri dan waspada ter-
hadap Iblis, musuh yang licik itu. Ia harus mengawasi dirinya
sendiri, dan juga jiwa-jiwa yang dipercayakan ke dalam peng-
gembalaannya. sebab ia menjadi penilik atas jiwa-jiwa itu,
maka ia harus memanfaatkan segala kesempatan untuk mela-
kukan apa yang baik bagi mereka. Seorang pelayan haruslah
dapat menahan diri, sebab musuh kita, yaitu iblis, berjalan
keliling sama seperti singa yang mengaum-aum, mencari orang
yang dapat ditelannya (1Ptr. 5:8).
588
4. Pelayan jemaat haruslah bijaksana, berkepala dingin, tenang
dalam segala tindakannya, dan dalam memanfaatkan segala ke-
nikmatan dunia. Sikap bijak, atau kesadaran diri, serta kewas-
padaan sering kali disebutkan bersama-sama di dalam firman,
sebab keduanya saling berkaitan. Sadarlah dan berjaga-jagalah.
5. Seorang pelayan harus sopan, menguasai diri dan berpendiri-
an teguh. Ia tidak boleh kosong, picik, serta dangkal.
6. Ia harus suka memberi tumpangan, tangan terbuka terhadap
orang asing, dan siap menjamu mereka sesuai kemampuannya. Ia
adalah seorang yang tidak mencondongkan hatinya kepada keka-
yaan dunia, dan mengasihi saudara-saudaranya dengan tulus.
7. Cakap mengajar orang. Jadi, yang dijelaskan oleh Paulus ini
adalah seorang penilik jemaat yang dapat berkhotbah. Ia ada-
lah seorang yang mampu sekaligus mau menyampaikan ke-
pada orang lain pengetahuan yang telah diberikan Allah ke-
padanya. Ia adalah seorang yang pantas mengajar, dan siap
meraih kesempatan apa saja untuk dapat memberikan petun-
juk. Ia sendiri adalah orang yang sungguh-sungguh telah me-
nerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga, dan cakap dalam
menyampaikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.
8. Tidak suka bermabuk-mabukan, bukan peminum. Pada masa
dulu, para imam tidak boleh minum anggur saat hendak
masuk untuk melayani di dalam Kemah (Im. 10:8-9), supaya
jangan sampai mereka mabuk lalu melanggar hukum.
9. Bukan pemarah. Penilik jemaat adalah seorang yang tidak
suka bertengkar, tidak cenderung melakukan kekerasan terha-
dap siapa pun, melainkan melakukan segala sesuatu dengan
lemah lembut, penuh kasih dan ramah. Hamba Tuhan tidak
boleh bertengkar, namun harus ramah terhadap semua orang,
dst. (2Tim. 2:24).
10. Seorang yang tidak serakah dengan nafsu yang kotor, yang
mengerjakan pelayanannya bukan untuk tujuan atau kepen-
tingan duniawi. Ia tidak memakai cara-cara yang keji, hina,
dan kotor untuk mendapatkan uang. Ia seorang yang mati
terhadap kekayaan dunia ini, hidup mengatasinya, dan terang-
terangan menunjukkan hal itu dalam perilaku hidupnya.
11. Seorang penilik jemaat haruslah seorang peramah, pendamai,
dan memiliki kepribadian yang lembut. Seperti itulah Kristus,
Gembala dan Penilik yang Agung dari jiwa-jiwa. Seorang peni-
Surat 1 Timotius 3:1-7
589
lik jemaat tidak mudah marah dan suka bertengkar. Sebagai-
mana ia tidak suka memukul dengan tangannya, ia juga tidak
suka membuat keributan dengan lidahnya. Sebab bagaimana
orang dapat mengajar orang lain untuk menguasai lidah mere-
ka, jika mereka tidak cukup sadar untuk menguasai lidah
mereka sendiri?
12. Bukan hamba uang. Siapa pun yang menjadi hamba uang itu
tidak baik, namun yang paling buruk adalah jika ini terjadi
pada diri seorang pelayan Tuhan, sebab panggilannya meng-
haruskan dirinya untuk sering berhubungan dengan dunia
lain, yaitu sorga.
13. Penilik jemaat haruslah seorang yang mengurus keluarganya
baik-baik. Harus seorang kepala keluarga yang baik, agar ia
dapat menjadi teladan yang baik bagi kepala-kepala keluarga
yang lain supaya melakukan hal yang sama. Di samping itu,
dengan demikian ia akan dapat membuktikan diri mampu
mengurus jemaat Allah. Sebab, jikalau seorang tidak tahu me-
ngepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat meng-
urus Jemaat Allah? Perhatikan, keluarga para pelayan Tuhan
harus menjadi teladan yang baik bagi semua keluarga yang
lain. Para pelayan Tuhan harus disegani oleh anak-anaknya.
sebab itu, sudah menjadi kewajiban anak-anak para pelayan
Tuhan untuk tunduk terhadap pengajaran yang diberikan
kepada mereka. Dan dihormati. Cara terbaik untuk membuat
orang yang lebih muda menjadi segan adalah dengan menun-
jukkan bahwa diri kita pantas dihormati. Bukan membuat
anak-anaknya menjadi segan dengan segala kebengisan, me-
lainkan dengan segala kehormatan.
14. Seorang penilik jemaat janganlah seorang yang baru bertobat,
atau seorang yang baru masuk agama Kristen. Ia bukan se-
orang yang baru belajar sedikit saja tentang agama Kristen,
yang tidak tahu banyak tentang agama selain apa yang ada di
permukaan. Sebab orang yang seperti itu cenderung mudah
menjadi sombong. Semakin tidak tahu seseorang, semakin
sombong pula dirinya. Agar jangan ia menjadi sombong dan
kena hukuman Iblis. Iblis jatuh gara-gara kesombongan, dan
ini memberi alasan yang baik agar kita berhati-hati terhadap
kesombongan, sebab kesombongan adalah dosa yang meng-
ubah malaikat menjadi setan.
590
15. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di antara sesamanya,
dan tidak menuai kecaman atas perilakunya yang terdahulu.
sebab iblis akan memanfaatkan hal tersebut untuk menjebak
orang lain, dan membuat mereka berbalik dari ajaran Kristus
yang diberitakan oleh orang-orang yang nama baiknya sudah
tercoreng.
III. berdasar seluruh penjelasan ini, sesudah membahas secara
singkat berbagai persyaratan seorang penilik Injil, kita dapat
menyimpulkan bahwa,
1. Betapa besar alasan yang kita miliki untuk berseru seperti
Paulus, namun siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang
demikian? (2Kor. 2:16). Hic labor, hoc opus Sungguh ini ada-
lah pekerjaan yang berat. Betapa besar kesalehan, betapa be-
sar kearifan, betapa besar semangat, betapa besar keberanian,
betapa besar kesetiaan, dan betapa besar kewaspadaan atas
diri kita sendiri, atas nafsu, gairah, dan keinginan kita, dan
atas orang-orang di dalam tanggung jawab kita. Sungguh, be-
tapa besar kewaspadaan kudus yang dibutuhkan dalam peker-
jaan ini!
2. Tidakkah para pelayan yang paling memenuhi syarat, dan
paling setia serta lurus hati memiliki alasan yang benar untuk
mengeluh mengenai diri mereka sendiri, sebab begitu banyak
kecakapan yang diperlukan, dan begitu banyak pekerjaan
yang harus dilakukan? Ya ampun! Betapa masih kurangnya
usaha yang telah dilakukan orang-orang terbaik, jika diban-
dingkan dengan apa yang seharusnya mereka capai dan apa
yang seharusnya mereka kerjakan!
3. Namun biarlah mereka memuliakan Allah dan bersyukur, kare-
na Allah telah memampukan mereka, dan menganggap mereka
setia, sehingga menempatkan mereka di dalam pelayanan itu.
Jika Allah berkenan untuk menjadikan siapa saja, dalam batas
tertentu, supaya mampu dan setia, maka biarlah Dia mendapat-
kan pujian dan kemuliaan dari hal itu.
4. Sebagai dorongan bagi semua pelayan yang setia, kita memiliki
janji Kristus yang penuh anugerah, dan ketahuilah, Aku me-
nyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat.
28:20). jika Ia menyertai kita, maka Ia akan memperleng-
kapi kita untuk melakukan pekerjaan kita itu menurut ukur-
Surat 1 Timotius 3:8-13
591
an-Nya. Dia juga akan membawa kita menempuh kesukaran
yang ada dengan memberikan penghiburan, dengan murah hati
memaklumi ketidaksempurnaan kita, dan memberikan upah atas
kesetiaan kita dengan mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu
(1Ptr. 5:4).
Syarat-syarat Seorang Diaken
(3:8-13)
8 Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang
lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, 9 melainkan orang yang
memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. 10 Mereka juga harus
diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu sesudah ternyata mereka
tak bercacat. 11 Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, ja-
ngan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam
segala hal. 12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-
anaknya dan keluarganya dengan baik. 13 sebab mereka yang melayani
dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada
Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.
Kita temukan di sini ciri-ciri seorang diaken. Diaken bertanggung ja-
wab atas soal-soal kehidupan di dalam jemaat, yaitu mengurus para
pelayan dan memelihara orang miskin. Mereka melayani meja, se-
dangkan pelayan Tuhan atau penilik hanya memusatkan pikiran un-
tuk pelayanan firman dan doa (Kis. 6:2, 4). Penjelasan mengenai
penetapan jabatan ini, beserta penyebabnya, terdapat di dalam Kisah
Para Rasul 6:1-7. Nah, seorang diaken wajib memiliki tabiat yang
baik, sebab mereka merupakan pembantu bagi para pelayan Tuhan.
Mereka tampil dan bekerja di muka umum, serta diberi kepercayaan
yang sangat besar. Mereka haruslah orang terhormat. Semua orang
Kristen wajib menjadi orang yang terhormat, namun terlebih khusus
mereka yang memiliki jabatan dalam gereja. Jangan bercabang lidah,
yaitu jangan mengatakan satu hal kepada satu orang, dan berkata
lain kepada orang lain, sesuai kepentingan mereka. Lidah yang berca-
bang bersumber dari hati yang bercabang. Para penjilat dan perayu
adalah orang yang bercabang lidah. Jangan penggemar anggur, kare-
na anggur sangat merendahkan derajat siapa saja, khususnya orang
Kristen, dan orang yang memegang suatu jabatan. Anggur membuat
orang tidak dapat bekerja, serta membuka celah terhadap berbagai
godaan. Jangan serakah. Keserakahan tidak baik, khususnya bagi
seorang diaken, yang dipercaya mengurus keuangan jemaat. jika
serakah, mereka akan tergoda untuk menggelapkannya, dan meman-
592
faatkan untuk kepentingan mereka sendiri uang yang seharusnya di-
pakai untuk kepentingan orang banyak. Memelihara rahasia iman da-
lam hati nurani yang suci (ay. 9). Perhatikan, rahasia iman paling baik
dipelihara di dalam hati nurani yang suci. Kasih akan kebenaran
yang diwujudkan dalam tindakan merupakan pelindung yang paling
kuat terhadap kekeliruan dan kesesatan. Jika kita memelihara hati
nurani yang suci (mewaspadai segala sesuatu yang mencemari hati
nurani dan menjauhkan kita dari Allah), maka ini akan memelihara
misteri iman di dalam jiwa kita. Mereka juga harus diuji dahulu (ay.
10). Tidak pantas jika kepercayaan yang menyangkut orang banyak
diberikan kepada siapa pun sebelum ia diuji terlebih dahulu, dan di-
dapati layak untuk pekerjaan yang hendak dipercayakan kepadanya.
Akal sehat mereka, gairah mereka bagi Kristus, dan perilaku mereka
yang tidak bercacat, harus terbukti. Begitu juga, istri mereka harus
memiliki tabiat yang baik (ay. 11). Tingkah laku mereka haruslah
terhormat, tidak suka memfitnah, bergosip, menyampaikan cerita-
cerita tidak benar dengan maksud jahat dan menabur pertengkaran.
Mereka hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam
segala hal, tidak berlebihan dalam segala hal, namun dapat diandal-
kan dalam segala hal yang dipercayakan kepada mereka. Semua
orang yang memiliki hubungan tertentu dengan para pelayan Tuhan
harus dua kali lebih bersungguh-sungguh hidup sesuai dengan Injil
Kristus, supaya pelayanan itu jangan dipersalahkan gara-gara mere-
ka bertindak sembarangan. Seperti yang dikatakan Paulus sebelum-
nya mengenai para penilik jemaat atau pelayan Tuhan, begitu juga di
sini ia berbicara tentang para diaken, bahwa mereka haruslah se-
orang suami dari satu isteri. Mereka bukanlah orang yang mengusir
istri mereka gara-gara tidak senang, lalu menikahi yang lain. Mereka
juga harus mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik.
Keluarga para diaken harus menjadi teladan bagi keluarga lain. Dia-
ken harus memenuhi syarat seperti itu (ay. 13), sebab sekalipun
jabatan seorang diaken lebih rendah tingkatannya, namun jabatan
itu adalah satu langkah menuju jabatan yang lebih tinggi. Siapa pun
yang mengerjakan tugasnya sebagai pelayan meja dengan baik, gereja
bisa saja kemudian melihat alasan untuk menarik orang itu dari
pelayanan tersebut, lalu menempatkannya untuk melayani dalam fir-
man dan doa. Atau ayat itu bisa juga berarti, bila orang memiliki
nama yang baik, maka ia akan setia dalam jabatannya itu. Sehingga
Surat 1 Timotius 3:8-13
593
dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan
leluasa. Perhatikanlah,
1. Di dalam gereja mula-mula, hanya ada dua tingkat pelayanan
atau jabatan, yaitu penilik dan diaken (Fil. 1:1). Baru pada abad-
abad selanjutnya, jabatan yang lain diadakan. Tugas seorang
penilik, gembala, atau pelayan, terbatas dalam hal berdoa dan
membagikan firman. Sementara itu, tugas seorang diaken ter-
batas dalam pelayanan meja, atau setidaknya terutama erat
dengan pelayanan tersebut. Clemens Romanus (seorang pemimpin
gereja mula-mula pen.), di dalam suratnya kepada orang Kristen
(cap. 42, 44), dengan panjang lebar dan terang-terangan berbicara
bahwa para rasul telah menetapkan jabatan-jabatan seperti yang
telah disebutkan, yaitu penilik dan diaken, sebab telah menge-
tahui sebelumnya, oleh Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa di dalam
gereja Kristen akan timbul suatu sengketa mengenai istilah
epsikopat atau dewan gereja.
2. Tugas utama diaken menurut ketetapan firman adalah untuk mela-
yani meja, dan bukan untuk membaptis atau memberitakan fir-
man. Memang benar bahw