Tampilkan postingan dengan label samuel 19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 19. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 19

 


hwa Engkau berkenan kepadaku (Mzm. 41:12). Banyak 

orang mendapat perkenanan Allah namun tidak mengetahui-

nya, dan dengan begitu mereka tidak mengalami penghiburan-

nya. namun  jika kita diangkat dan ditegakkan dalam perkenan-

an Allah, dan mengetahuinya, maka kita sungguh berbahagia.  

4. Daud menyadari bahwa demi umat-Nya Israel-lah Allah telah 

melakukan perkara-perkara besar untuknya, supaya ia dapat 

menjadi berkat bagi mereka dan mereka dapat berbahagia di 

bawah pemerintahannya. Allah tidak membuat bangsa Israel 

menjadi rakyat Daud demi Daud sendiri, supaya ia bisa men-

jadi besar, kaya dan, berkuasa mutlak. Sebaliknya, Ia men-

jadikan Daud raja mereka demi diri mereka sendiri, supaya ia 

bisa memimpin, menuntun, dan melindungi mereka. Raja 

yaitu  hamba Allah untuk kebaikan rakyat mereka (Rm. 13:4).  

III. Keluarga Daud berlipat ganda dan bertambah banyak. Semua 

anak yang dilahirkan baginya sesudah  ia datang ke Yerusalem 

disebutkan di sini bersama-sama, sebelas orang semuanya, selain 

enam yang dilahirkan baginya sebelumnya di Hebron (3:2-5). 

Dalam pasal itu para ibunya disebutkan, sementara dalam pasal 

ini tidak, hanya saja, secara umum, dikatakan bahwa Daud meng-

ambil lagi beberapa gundik dan isteri (ay. 13). Adakah kita memu-

jinya untuk tindakan ini? Sama sekali tidak. Kita tidak mem-

benarkan dirinya, kita juga hampir tidak dapat memakluminya. 

Contoh buruk para bapak leluhurnya mungkin membuatnya ber-

pikir bahwa tidak ada salahnya ia melakukan hal itu, dan mung-

kin ia berharap bahwa pengaruhnya akan diperkuat dengan me-


 636

lipatgandakan sekutu-sekutunya dan menambah jumlah keluarga 

kerajaannya. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh 

tabung panahnya dengan semua anak panah ini. Satu saja pohon 

anggur di dalam rumah, dengan berkat Allah, dapat menjulurkan 

ranting-rantingnya sampai ke laut dan pucuk-pucuknya sampai 

ke sungai. Adam, dengan satu istri, beranak-cucu dan memenuhi 

bumi, dan Nuh memenuhinya lagi. Daud mempunyai banyak istri, 

dan sekalipun demikian hal itu tidak mencegahnya mengingini 

istri sesamanya dan mencemarinya. Sebab sekali laki-laki men-

dobrak pagar, ia akan berkelana tanpa akhir. Mengenai gundik-

gundik Daud, baca 2 Samuel 15:16, 16:22, 19:5. Mengenai putra-

putranya, baca 1 Tawarikh 3:1-9. 

Daud Mengalahkan Orang Filistin 

(5:17-25) 

17 saat  didengar orang Filistin, bahwa Daud telah diurapi menjadi raja atas 

Israel, maka majulah semua orang Filistin untuk menangkap Daud. namun  

Daud mendengar hal itu, lalu ia pergi ke kubu pertahanan. 18 saat  orang 

Filistin itu datang dan memencar di lembah Refaim, 19 bertanyalah Daud 

kepada TUHAN: “Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? Akan 

Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?” TUHAN menjawab Daud: 

“Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam 

tanganmu.” 20 Lalu datanglah Daud di Baal-Perasim dan memukul mereka 

kalah di sana. Berkatalah ia: “TUHAN telah menerobos musuhku di depanku 

seperti air menerobos.” Sebab itu orang menamakan tempat itu Baal-Pera-

sim. 21 Orang Filistin itu meninggalkan berhalanya di sana, lalu Daud dan 

orang-orangnya mengangkatnya. 22 saat  orang Filistin maju sekali lagi dan 

memencar di lembah Refaim, 23 maka bertanyalah Daud kepada TUHAN, dan 

Ia menjawab: “Janganlah maju, namun  buatlah gerakan lingkaran sampai ke 

belakang mereka, sehingga engkau dapat menyerang mereka dari jurusan 

pohon-pohon kertau. 24 Dan bila engkau mendengar bunyi derap langkah di 

puncak pohon-pohon kertau itu, maka haruslah engkau bertindak cepat, 

sebab pada waktu itu TUHAN telah keluar berperang di depanmu untuk 

memukul kalah tentara orang Filistin.” 25 Dan Daud berbuat demikian, 

seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, maka ia memukul kalah 

orang Filistin, mulai dari Geba sampai dekat Gezer. 

Tugas khusus yang untuknya Daud diangkat yaitu  menyelamatkan 

umat Israel dari tangan orang Filistin (3:18). Oleh sebab itu, kesem-

patan untuk mencapai hal inilah yang pertama-tama diberikan sang 

Penyelenggara ilahi kepada Daud. Dua kemenangan besar atas orang 

Filistin kita dapati penjelasannya di sini. Melaui dua kemenangan 

besar itu, Daud tidak hanya mengimbangi kehinaan dan mengganti 

kehilangan yang telah dialami Israel dalam pertempuran yang mene-

Kitab 2 Samuel 5:17-25 

 637 

waskan Saul, namun  juga melangkah jauh menuju penaklukan sepe-

nuhnya atas bangsa-bangsa tetangga yang menyusahkan itu, sisa-

sisa terakhir dari bangsa-bangsa yang sudah ditentukan untuk di-

tumpas.  

I. Dalam kedua pertempuran ini, orang Filistin merupakan pihak 

penyerang, yang pertama-tama bergerak menuju kehancuran 

mereka sendiri, dan menarik kehancuran itu hingga runtuh me-

nimpa kepala mereka sendiri.  

1. Dalam pertempuran pertama, mereka maju untuk menangkap 

Daud (ay. 17), sebab  mereka mendengar bahwa Daud telah 

diurapi menjadi raja atas Israel. Ia yang di bawah Saul telah 

mengalahkan berlaksa-laksa, apa jadinya kalau ia sendiri 

menjadi raja! Oleh sebab  itu, mereka berpikir bahwa telah 

tiba saatnya untuk berjaga-jaga, dan mencoba menghancur-

kan pemerintahannya saat  baru mulai tumbuh, sebelum 

benar-benar ditegakkan. Keberhasilan mereka melawan Saul, 

beberapa tahun yang lalu, mungkin mendorong mereka untuk 

melancarkan serangan ini terhadap Daud. namun  mereka tidak 

mempertimbangkan bahwa Daud disertai Allah, sementara 

Saul telah kehilangan penyertaan Allah itu akibat perbuatan-

nya sendiri. Kerajaan Mesias, begitu didirikan di dunia, lang-

sung diserang dengan keras seperti itu oleh kuasa-kuasa kege-

lapan, yang dengan gabungan kekuatan dari bangsa Yahudi 

maupun bangsa-bangsa bukan Yahudi, maju melawannya. 

Bangsa-bangsa rusuh, dan raja-raja dunia bersiap-siap untuk 

melawannya, namun  semuanya sia-sia (Mzm. 2:1, dst.). Kehan-

curan ini akan berbalik, seperti dalam kisah ini, menimpa 

kerajaan Iblis sendiri. Mereka membuat rancangan, namun  

mereka akan terkejut (Yes. 8:9-10).  

2. Dalam pertempuran kedua orang Filistin maju sekali lagi, de-

ngan berharap untuk memperoleh kembali apa yang hilang dari 

mereka dalam pertempuran yang pertama, dan hati mereka 

pun mengeras bagi kehancuran mereka sendiri (ay. 22).  

3. Dalam kedua pertempuran itu, mereka memencar di lembah 

Refaim, yang terletak sangat dekat dengan Yerusalem. Mereka 

berharap menguasai kota itu sebelum Daud selesai memba-

ngun kubu-kubu pertahanannya. Yerusalem, sejak kelahiran-

nya, telah dijadikan sasaran, dan diserang, dengan rasa per-


 638

musuhan tertentu. Berpencarnya mereka itu menyiratkan 

bahwa jumlah mereka sangatlah banyak, dan bahwa mereka 

terlihat sangat menakutkan. Kita membaca tentang musuh-

musuh jemaat naik ke seluruh dataran bumi (Why. 20:9), namun  

semakin jauh mereka berpencar, semakin mereka menjadi 

sasaran yang empuk bagi panah-panah Allah.  

II. Dalam kedua pertempuran itu, Daud, meskipun cukup berani 

untuk maju melawan mereka, sebab  begitu mendengar kabar itu, 

ia langsung pergi ke kubu pertahanan, untuk mengamankan 

suatu tempat penjagaan yang penting dan menguntungkan (ay. 

17), namun tidak masuk ke dalam medan pertempuran sebelum 

ia bertanya kepada TUHAN melalui tutup dada pernyataan kepu-

tusan (ay. 19), dan lagi (ay. 23). Pertanyaannya ada dua:  

1. Tentang kewajibannya: “Apakah aku harus maju? Apakah aku 

akan mendapat perintah dari sorga untuk berperang melawan 

mereka?” Orang akan berpikir bahwa ia tidak perlu meragukan 

hal ini. Untuk apa ia dijadikan raja, kalau bukan untuk ber-

perang bagi Tuhan dan Israel? namun  orang baik ingin melihat 

Allah berjalan di depannya dalam setiap langkah yang ia 

ambil. “Apakah aku harus maju sekarang?” Hal itu memang 

harus dilakukan, namun  apakah harus dilakukan sekarang? 

Akuilah Dia dalam segala lakumu. Selain itu, meskipun orang 

Filistin yaitu  musuh bersama, namun sebagian dari mereka 

telah menjadi kawan-kawannya secara khusus. Akhis telah 

berbaik hati kepadanya dalam kesusahannya, dan telah melin-

dungi dia. “Nah,” kata Daud, “mengingat hal itu, tidakkah 

seharusnya aku berdamai dengan mereka daripada berperang 

melawan mereka?” “Tidak,” firman Allah, “mereka yaitu  mu-

suh-musuh Israel, dan dihukum untuk dihancurkan, oleh 

sebab  itu jangan segan-segan, namun  majulah.”  

2. Tentang keberhasilannya. Hati nuraninya menanyakan perta-

nyaan sebelumnya, apakah aku harus maju? Sementara kebi-

jaksanaannya menanyakan pertanyaan ini, akan Kauserah-

kankah mereka ke dalam tanganku? Dengan ini ia mengakui 

kebergantungannya pada Allah untuk memperoleh kemenang-

an, bahwa ia tidak bisa menaklukkan mereka kecuali Allah 

menyerahkan mereka ke dalam tangannya, dan dengan ini 

pun ia menyerahkan perkaranya kepada kehendak baik Allah: 

Kitab 2 Samuel 5:17-25 

 639 

Akankah Engkau melakukannya? Ya, jawab Allah, Aku pasti 

akan melakukannya. Jika Allah mengutus kita, Ia akan meno-

pang kita dan berdiri membela kita. Jaminan kemenangan 

yang telah diberikan Allah kepada kita atas musuh-musuh 

rohani kita, bahwa Ia akan segera meremukkan Iblis di bawah 

kaki kita, haruslah membuat kita bersemangat dalam pepe-

rangan-peperangan rohani kita. Kita tidak berjuang dalam 

ketidakpastian. Daud sekarang memiliki tentara yang hebat 

yang siap diperintahnya, dan yang sedang bersemangat untuk 

berperang, namun demikian ia lebih mengandalkan janji Allah 

daripada pasukannya sendiri.  

III. Dalam pertempuran pertama, Daud mengalahkan tentara orang 

Filistin secara telak dengan menggunakan pedangnya (ay. 20): Ia 

memukul mereka kalah. Dan sesudah  itu,  

1. Daud memberikan segala kemuliaan bagi Allahnya atas peris-

tiwa itu. Ia berkata, “TUHAN telah menerobos musuhku di de-

panku. Aku tidak akan bisa melakukannya seandainya Ia tidak 

melakukannya sebelum aku. Ia menerobos segala rintangan 

seperti air menerobos bendungan, yang sekali tertembus, 

lubangnya makin lama makin lebar.” Bagian utama dari peker-

jaan itu merupakan perbuatan Allah. Bahkan, Ia yang melaku-

kan segalanya. Apa yang dilakukan Daud tidak layak dibicara-

kan. Oleh sebab  itu, bukan kepada kami, namun  kepada 

Tuhanlah beri kemuliaan. Ia juga berharap bahwa terobosan 

ini, seperti halnya terobosan air, bisa menjadi pintu air yang 

terbuka, untuk membawa masuk kehancuran yang sehabis-

habisnya atas mereka. Dan, untuk mengabadikan kenangan 

akan hal ini, ia menamakan tempat itu Baal-Perasim, pengua-

sa terobosan, sebab , begitu Allah menerobos segenap pasuk-

an mereka, Daud segera menguasai mereka. Hendaklah ang-

katan-angkatan yang akan datang memperhatikan hal itu bagi 

kehormatan Allah.  

2. Daud mempermalukan berhala-berhala mereka. Mereka mem-

bawa patung-patung berhala mereka ke dalam medan perang 

sebagai pelindung mereka, dengan meniru orang Israel yang 

membawa tabut perjanjian ke dalam tentara mereka. Namun, 

sebab  harus melarikan diri, mereka tidak bisa tinggal untuk 

mengangkat patung-patung mereka, sebab  patung-patung itu 


 640

menjadi beban pada binatang yang lelah (Yes. 46:1). Oleh 

sebab  itu, mereka membiarkan patung-patung itu jatuh ke 

tangan penakluk bersama dengan sisa-sisa barang mereka 

yang lain. Patung-patung mereka gagal melindungi mereka, 

dan tidak membantu mereka sama sekali, oleh sebab  itu 

mereka meninggalkan patung-patung mereka untuk menjaga 

diri mereka sendiri. Allah bisa membuat orang jemu dengan 

hal-hal yang paling mereka sukai, dan memaksa mereka un-

tuk meninggalkan apa yang mereka sayangi. Bahkan melem-

parkan berhala-berhala perak dan berhala-berhala emas ke-

pada tikus dan kelelawar (Yes. 2:20-21). Daud dan pasuk-

annya mengggunakan sisa jarahan yang mereka peroleh untuk 

kebutuhan mereka sendiri, namun  patung-patung itu mereka 

bakar (KJV), seperti yang telah ditetapkan Allah (Ul. 7:5): 

“Patung-patung mereka haruslah kamu bakar habis, sebagai 

tanda kebencianmu terhadap penyembahan berhala, dan su-

paya patung-patung itu tidak menjadi jerat.” Uskup Patrick 

mencermati dengan baik di sini bahwa saat  tabut perjanjian 

jatuh ke tangan orang Filistin, tabut itu membakar habis 

mereka, namun , saat  patung-patung ini jatuh ke tangan orang 

Israel, patung-patung itu tidak bisa menyelamatkan diri dan 

menjadi terbakar.  

IV. Dalam pertempuran kedua, Allah memberikan kepada Daud bebe-

rapa tanda penyertaan-Nya yang bisa disaksikan indra jasmani. Ia 

menyuruh Daud untuk tidak menyerang mereka secara langsung, 

seperti yang sudah dilakukannya sebelumnya, namun  untuk mem-

buat gerakan lingkaran sampai ke belakang mereka (ay. 23).  

1. Allah menyuruhnya untuk mundur, seperti Israel yang berdiri 

tetap untuk melihat keselamatan dari TUHAN.  

2. Allah berjanji kepada Daud bahwa Ia sendiri yang akan me-

nyerang musuh, melalui pasukan malaikat yang tidak terlihat 

(ay. 24). “Engkau akan mendengar bunyi derap langkah, 

seperti derap langkah tentara di udara, di puncak pohon-pohon 

kertau.” Malaikat melangkah dengan ringan, dan Ia yang bisa 

berjalan di atas awan-awan pasti bisa, jika  berkehendak, 

berjalan di atas pepohonan, atau (sebagaimana Uskup Patrick 

memahaminya) pada bagian depan pohon-pohon kertau (po-

hon murbei – pen.), yaitu, pada kayu atau pagar dari pohon-

Kitab 2 Samuel 5:17-25 

 641 

pohon itu. “Dan, melalui tanda itu, engkau akan tahu bahwa 

TUHAN telah keluar berperang di depanmu. Meskipun engkau 

tidak melihat-Nya, namun engkau akan mendengar-Nya, dan 

iman akan timbul dan diteguhkan oleh pendengaran. Ia maju 

untuk memukul kalah tentara orang Filistin.” saat  Daud 

sendiri telah memukul mereka kalah (ay. 20), ia memandang 

kemenangan itu berasal dari Allah: TUHAN telah menerobos 

musuhku di depanku. Dan untuk memberinya upah atas peng-

akuan yang penuh rasa syukur itu, pada kali berikutnya Allah 

melakukannya sendiri, tanpa membuat Daud bersusah payah 

menghadapi bahaya. Orang-orang yang mengakui Allah dalam 

apa yang telah dilakukan-Nya bagi mereka, pasti akan men-

dapati-Nya melakukan yang lebih lagi. namun  cermatilah, mes-

kipun Allah berjanji untuk keluar berperang di depannya dan 

memukul kalah tentara Filistin, namun Daud, saat  men-

dengar bunyi derap langkah itu, haruslah bertindak cepat dan 

bersiap untuk mengejar kemenangan. Perhatikanlah, anu-

gerah Allah haruslah menggiatkan usaha-usaha kita. jika  

Allah mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun 

pekerjaan, bukan berarti bahwa kita harus duduk-duduk saja, 

seperti orang yang tidak punya kerjaan, namun  justru sebab  

itu kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan sehati-

hati dan setekun mungkin (Flp. 2:12-13). Bunyi derap langkah 

itu merupakan,  

(1) Sebuah isyarat bagi Daud untuk bergerak. Sungguh tenang 

untuk pergi keluar jika  Allah berjalan di depan kita. 

Dan,  

(2) Mungkin bunyi itu merupakan tanda bahaya untuk musuh, 

dan membuat mereka kalang kabut. saat  mendengar bu-

nyi derap langkah tentara yang maju menuju garis depan 

mereka, mereka pun bergegas mundur, dan jatuh ke tangan 

pasukan Daud yang berada di belakang mereka. Tentang 

orang-orang yang diperangi Allah dikatakan bahwa (Im. 

26:36), bunyi daun yang ditiupkan angin pun akan mengejar 

mereka.  

(3) Keberhasilan tindakan ini diceritakan dengan singkat (ay. 

25). Daud mematuhi perintah-perintah yang diberikan ke-

padanya, menunggu sampai Allah bergerak, dan kemudian 

bertindak, namun  tidak sebelum itu. Demikianlah ia dilatih 


 642

untuk bergantung kepada Allah dan pemeliharaan-Nya. 

Allah menggenapi janji-Nya, berperang di depannya, dan 

mengalahkan semua pasukan musuh dengan telak, dan 

Daud tidak lalai memanfaatkan keuntungan-keuntungan 

yang diperolehnya. Ia memukul kalah orang Filistin, bah-

kan sampai ke perbatasan negeri mereka sendiri. Saat 

kerajaan Mesias hendak ditegakkan, para rasul yang harus 

memukul kalah kerajaan Iblis tidak boleh berusaha mela-

kukan apa pun sampai mereka menerima janji Roh, yang 

turun dari langit seperti tiupan angin keras (Kis. 2:2), yang 

diperlambangkan oleh bunyi derap langkah di puncak 

pohon-pohon kertau ini. Dan, saat  mendengar bunyi itu, 

mereka harus bertindak cepat, dan memang demikian. 

Mereka maju sebagai pemenang untuk merebut kemenang-

an. 

 

 

 

 

PASAL  6  

erlantarnya tabut Allah, selama pemerintahan Saul, telah men-

jadi kesedihan yang sama besarnya bagi Israel seperti halnya 

penghinaan-penghinaan orang Filistin. Daud, sesudah menundukkan 

orang Filistin dan mempermalukan mereka, sebagai rasa terima kasih 

atas kemenangan ini , dan untuk memenuhi rancangan-ran-

cangannya bagi kesejahteraan rakyat, di sini sedang mengangkut 

tabut itu ke kotanya sendiri, supaya tabut itu berada dekat dengan-

nya, dan menjadi perhiasan serta kekuatan bagi landasan kerajaan 

yang baru dibangunnya. Dalam pasal ini kita mendapati,  

I.  Suatu usaha untuk mengangkut tabut Allah itu, yang gagal 

dan tidak berhasil. Rancangannya telah disusun dengan baik 

(ay. 1-2). Akan namun ,  

1. Mereka melakukan suatu kesalahan dengan menaikkan 

tabut itu ke dalam sebuah kereta (ay. 3-5).  

2. Mereka dihukum atas kesalahan ini  dengan kemati-

an Uza secara mendadak (ay. 6-7), yang membuat Daud 

sangat ketakutan (ay. 8-9) dan menghentikan rencana-

rencana kerjanya (ay. 10-11).  

II. Sukacita dan kepuasan besar yang pada akhirnya mengiringi 

pengangkutan tabut ini  (ay. 12-15). Dan,  

1. Hubungan yang baik antara Daud dan rakyatnya (ay. 17-19).  

2. Keributan yang timbul antara Daud dan istrinya atas 

peristiwa pengangkutan tabut ini  (ay. 16, 20-23). 

Dan, jika  kita merenungkan bahwa tabut itu yaitu  

tanda dari kehadiran Allah maupun perlambang akan 

Kristus, maka kita akan melihat bahwa kisah ini sangat-

lah bermanfaat untuk memberi kita pelajaran. 


 644

Pemindahan Tabut Allah  

(6:1-5) 

1 Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga 

puluh ribu orang banyaknya. 2 Kemudian bersiaplah Daud, lalu berjalan dari 

Baale-Yehuda dengan seluruh rakyat yang menyertainya, untuk mengangkut 

dari sana tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang 

bertakhta di atas kerubim. 3 Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam 

kereta yang baru sesudah  mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas 

bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu.  

4 Uza berjalan di samping tabut Allah itu, sedang Ahyo berjalan di depan 

tabut itu. 5 Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN 

dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung 

dan ceracap. 

Kita tidak pernah lagi mendengar sepatah kata pun tentang tabut 

Allah sejak tabut itu ditinggal di Kiryat-Yearim, segera sesudah tabut 

itu kembali dari penawanannya di antara orang Filistin (1Sam. 7:1-2), 

kecuali bahwa, pernah sekali, Saul meminta dibawakan tabut (1Sam. 

14:18, KJV). Sesuatu yang pada waktu dulu telah berperan begitu 

penting kini dikesampingkan, sebagai barang yang terabaikan, se-

lama bertahun-tahun. Dan, jika  pada waktu itu tabut Allah se-

lama bertahun-tahun berada di dalam sebuah rumah, maka kiranya 

tidak mengherankan jika kita menemukan jemaat begitu lama berada 

di padang gurun (Why. 12:14). Terlihat oleh mata secara terus-

menerus bukanlah tanda dari jemaat yang benar. Allah hadir dengan 

penuh rahmat bersama jiwa-jiwa umat-Nya bahkan saat  mereka 

tidak memiliki tanda-tanda lahiriah dari kehadiran-Nya. Akan namun , 

sebab  sekarang Daud sudah menduduki takhta, maka kehormatan 

tabut Allah mulai bangkit kembali, dan pikiran serta perasaan orang 

Israel untuknya tumbuh kembali. Tidak diragukan lagi, orang-orang 

baik di antara mereka pun selalu ada perhatian untuknya, namun  tidak 

ada kesempatan bagi mereka (lih. Flp. 4:10). 

I. Di sini tabut Allah itu disebut dengan penuh hormat. Oleh sebab  

tabut itu tidak dibicarakan untuk waktu yang sangat lama, maka 

sekarang saat  dibicarakan, cermatilah bagaimana tabut itu 

digambarkan (ay. 2): Itu yaitu  tabut Allah, yang disebut dengan 

nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim. Atau 

tabut yang atasnya nama, yaitu nama TUHAN semesta alam, 

diserukan, atau tabut yang atasnya nama TUHAN semesta alam 

disebut, atau tabut yang sebab nya nama itu dinyatakan, yaitu 

nama TUHAN semesta alam (maksudnya, Allah sungguh diagung-

Kitab 2 Samuel 6:1-5 

 645 

kan dalam mujizat-mujizat yang diadakan di hadapan tabut itu). 

Atau tabut Allah, yang disebut dengan nama (Im. 24:11, 16), nama 

TUHAN semesta alam, yang bertakhta di atas kerubim. Marilah 

kita belajar dari sini,  

1. Untuk memikirkan dan mengatakan hal-hal yang luhur ten-

tang Allah. Ia yaitu  nama di atas segala nama, TUHAN semes-

ta alam, yang memerintah atas semua makhluk ciptaan di 

sorga dan di bumi, dan menerima penghormatan dari mereka 

semuanya. Namun demikian, Ia berkenan untuk tinggal di 

antara kerubim, di atas tutup pendamaian atau belas kasihan. 

Dia, dan dengan penuh rahmat menyatakan diri-Nya kepada 

umat-Nya, sesudah  diperdamaikan dalam diri seorang Pengan-

tara, dan siap untuk melakukan kebaikan bagi mereka.  

2. Untuk berpikir dan berbicara dengan penuh hormat tentang 

ketetapan-ketetapan ibadah yang kudus, yang bagi kita, seper-

ti halnya tabut Allah bagi Israel, merupakan tanda kehadiran 

Allah (Mat. 28:2), dan sarana persekutuan kita dengan Dia 

(Mzm. 27:4). Yang membuat  tabut itu terhormat yaitu  bahwa 

tabut itu merupakan tabut Allah. Ia cemburu dengannya, di-

agungkan di dalamnya, dan nama-Nya diserukan atasnya. 

Ketetapan ilahi memberikan keindahan dan keagungan atas 

ibadah-ibadah yang kudus, yang jika tidak demikian, maka 

ibadah-ibadah itu tidaklah elok dan semaraknya pun tidak 

ada. Kristus yaitu  tabut kita. Di dalam dan melalui Dia, Allah 

menyatakan perkenanan-Nya dan menyampaikan anugerah-

Nya kepada kita, dan menerima pemujaan serta permohonan-

permohonan kita.  

II. Di sini ada iring-iringan yang penuh hormat yang diberikan ke-

pada tabut Allah itu saat  dipindahkan. Sekarang, pada akhir-

nya, ada yang peduli pada tabut itu, sesudah  Daud membuat 

usulan (1Taw. 13:1-3), dan para pimpinan jemaah menyetujuinya 

(ay. 4). Semua orang terpilih dari Israel dikumpulkan bersama-

sama untuk menyemarakkan suasana khidmat itu, untuk mem-

berikan penghormatan kepada tabut Allah, dan untuk memberi-

kan kesaksian akan sukacita mereka atas pengembaliannya. Para 

bangsawan dan orang-orang terpandang, para tua-tua dan peja-

bat, datang dengan jumlah mencapai 30.000 orang (ay. 1), di sam-

ping rakyat Israel pada umumnya (1Taw. 13:5). Sebab, menurut 


 646

sebagian penafsir, pengembalian tabut itu dilakukan pada salah 

satu dari tiga perayaan besar. Ini akan menjadi iring-iringan yang 

mulia, dan akan membantu mengilhami kaum muda bangsa itu, 

yang mungkin hampir tidak pernah mendengar tentang tabut itu, 

dengan rasa hormat yang besar terhadapnya, sebab tabut ini pasti 

merupakan harta yang tak ternilai harganya, jika  raja sendiri 

dan semua pembesar mengiringi dan mengawalnya. 

III. Di sini ada ungkapan-ungkapan sukacita yang besar atas pemin-

dahan tabut itu (ay. 5). Daud sendiri, dan semua orang yang ber-

sama dengannya yang pandai bermain musik, memainkan alat-

alat musik yang ada pada mereka untuk menggugah dan meng-

ungkapkan kegembiraan mereka pada kesempatan ini. Pantaslah 

mereka meluap-luap dengan sukacita saat  melihat tabut Allah 

muncul dari keadaan terlantar dan bergerak menuju tempat yang 

terbuka untuk umum. Lebih baik memiliki tabut Allah di dalam 

rumah daripada tidak memilikinya sama sekali, lebih baik di 

dalam rumah daripada dijadikan tawanan di kuil Dagon. namun  

yang sangat diidam-idamkan yaitu  memilikinya di dalam sebuah 

tenda yang dipasang khusus untuknya, di mana orang bisa men-

datanginya dengan lebih bebas dan terbuka. Sama seperti ibadah 

yang tersembunyi akan lebih baik jika semakin tersembunyi, 

demikian pula ibadah yang terbuka untuk umum akan lebih baik 

jika semakin terbuka. Dan beralasan bagi kita untuk bersukacita 

saat  batasan-batasan dihapuskan. Tabut Allah disambut di kota 

Daud, dan tidak hanya mendapat perlindungan dan dukungan, 

namun  juga persetujuan dan dorongan dari pemimpin-pemimpin 

masyarakat. sebab  sukacita ini mereka menari-nari di hadapan 

TUHAN.  Perhatikanlah, sukacita bersama haruslah selalu diung-

kapkan seperti di hadapan TUHAN, dengan pandangan yang ter-

tuju kepada-Nya dan berakhir di dalam Dia, dan tidak boleh me-

rosot menjadi sesuatu yang bersifat kedagingan dan hawa nafsu. 

Dr. Lightfoot menduga bahwa, pada kesempatan ini, Daud menu-

liskan Mazmur 68, sebab mazmur ini  dimulai dengan doa 

Musa yang sudah ada sejak dulu itu saat  tabut dipindah-

kan, Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya. Diberi 

perhatian dalam kitab itu tentang penyanyi-penyanyi dan pemetik-

pemetik kecapi yang mengiringi, dan tentang para pemuka dari 

sejumlah suku (Mzm. 68:26, 28). Dan mungkin kata-kata dalam

Kitab 2 Samuel 6:6-11 

 647 

 ayat terakhir, Allah yaitu  dahsyat dari dalam tempat kudus-

Nya,  ditambahkan sesudah  terjadi peristiwa kematian Uza.  

IV. Di sini ada suatu kekeliruan yang menjadi kesalahan mereka da-

lam perkara ini, bahwa mereka menaikkan tabut Allah itu ke 

dalam sebuah kereta atau pedati, padahal para imam seharusnya 

mengangkutnya di atas bahu mereka (ay. 3). Bani Kehat yang 

bertanggung jawab atas tabut itu tidak diberikan kereta, sebab  

pekerjaan mereka ialah mengurus barang-barang kudus, yang 

harus diangkat di atas bahunya (Bil. 7:9). Tabut Allah bukanlah 

beban yang begitu berat, sehingga mereka bisa saja mengangkut-

nya di atas bahu mereka sampai sejauh Bukit Sion. Mereka tidak 

perlu memasukkannya ke dalam sebuah kereta seperti barang 

biasa. Mereka tidak bisa beralasan bahwa orang Filistin telah 

menaikkan tabut itu ke dalam sebuah kereta dan tidak dihukum 

sebab nya. Orang Filistin tidak tahu apa-apa, tidak pula mereka 

mempunyai imam-imam atau orang Lewi yang bertugas untuk 

mengangkutnya. Lebih baik mengangkutnya di dalam sebuah 

kereta daripada imam-imam Dagon harus mengangkutnya. Orang 

Filistin dapat mengangkut tabut itu di dalam kereta tanpa dihu-

kum. Akan namun , jika orang Israel melakukannya, mereka sendiri 

yang akan menanggung akibatnya. Dan tidak banyak memper-

baiki kesalahan bahwa kereta itu baru. Lama atau baru, itu bu-

kanlah apa yang telah ditetapkan oleh Allah. Saya heran bagai-

mana orang yang begitu bijaksana dan baik seperti Daud, yang 

paham betul akan hukum Allah, dapat bersalah atas kekhilafan 

yang demikian. Dengan murah hati kita mau berharap bahwa hal 

ini  disebabkan dia begitu khusyuk dalam menghayati haki-

kat dari ibadah itu, sehingga dia lupa untuk memberi perhatian 

pada masalah lahiriah ini.  

Uza Dibunuh sebab  Menyentuh Tabut Allah; 

Tabut Allah di dalam Rumah Obed-Edom  

(6:6-11) 

6 saat  mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulur-

kan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, sebab  lembu-

lembu itu tergelincir. 7 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu 

Allah membunuh dia di sana sebab  keteledorannya itu; ia mati di sana 

dekat tabut Allah itu. 8 Daud menjadi marah, sebab  TUHAN telah menyam-


 648

bar Uza demikian hebatnya; maka tempat itu disebut orang Peres-Uza sam-

pai sekarang. 9 Pada waktu itu Daud menjadi takut kepada TUHAN, lalu 

katanya: “Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?” 10 Sebab itu 

Daud tidak mau memindahkan tabut TUHAN itu ke tempatnya, ke kota Daud, 

namun  Daud menyimpang dan membawanya ke rumah Obed-Edom, orang Gat 

itu. 11 Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, 

orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya. 

Dalam perikop ini kita mendapati Uza disambar mati sebab  menyen-

tuh tabut Allah, saat  tabut itu sedang dalam perjalanan menuju 

kota Daud. Sungguh suatu peristiwa yang menyedihkan yang terjadi 

dalam penyelenggaraan ilahi. Peristiwa ini meredam kegembiraan 

mereka, menghentikan gerak maju perjalanan tabut Allah, dan untuk 

sementara waktu, membubarkan kumpulan jemaah yang besar ini, 

yang telah datang bersama-sama untuk mengiringinya, dan memu-

langkan mereka dalam ketakutan. 

I. Pelanggaran Uza tampak sangat sepele. Ia dan Ahyo, saudaranya, 

yaitu  anak-anak Abinadab, yang di dalam rumahnya tabut itu 

telah lama disimpan. sebab  sudah terbiasa menjaga tabut itu, 

dan demi menunjukkan kesediaan mereka untuk lebih menguta-

makan kepentingan umum daripada kehormatan dan keuntungan 

pribadi, mereka pun bersedia mengendarai kereta yang mengang-

kut tabut itu, sebab  ini mungkin pelayanan terakhir yang akan 

mereka lakukan. Sebab orang lain akan ditugasi untuk menjaga 

tabut itu sesampainya di kota Daud. Ahyo berjalan di depan, 

untuk mempersiapkan jalan, dan, bila perlu, untuk menuntun 

lembu-lembu yang menarik kereta. Uza berjalan mengikuti dari 

dekat di samping kereta. Kebetulan lembu-lembu itu menggun-

cangkan tabut itu (ay. 6, KJV). Para ahli Alkitab tidak sependapat 

tentang kata dalam bahasa aslinya: Lembu-lembu itu tergelincir 

(demikian dalam tafsiran yang agak luas). Menurut sebagian pe-

nafsir, lembu-lembu itu menendang, mungkin menendang-nendang 

galah yang digunakan Uza untuk menghalaunya. Lembu-lembu itu 

terjerembab di lumpur, demikian menurut sebagian yang lain. Oleh 

sebab  suatu kecelakaan tertentu, tabut itu terancam akan ter-

lempar. Maka dari itu Uza berusaha menahannya, supaya tabut 

itu tidak jatuh, dan beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa ia 

melakukannya dengan maksud yang sangat baik, untuk menjaga 

kehormatan tabut itu dan untuk mencegah suatu pertanda bu-

ruk. Namun inilah yang menjadi kejahatannya. Uza yaitu  se-

Kitab 2 Samuel 6:6-11 

 649 

orang Lewi, namun  hanya para imam saja yang boleh menyentuh 

tabut Allah. Hukum berbicara tegas mengenai bani Kehat, bahwa, 

kendati mereka harus membawa tabut itu dengan kayu-kayu 

pengusung, mereka tidak boleh kena kepada barang-barang kudus, 

nanti mereka mati (Bil. 4:15). Kedekatan Uza yang sudah lama de-

ngan tabut itu, dan penjagaan yang telah dia berikan kepadanya 

secara terus-menerus, bisa jadi memicu  kelancangan per-

buatannya, namun  tidak dapat memaafkan perbuatannya itu.  

II. Hukuman terhadap Uza sebab  pelanggaran ini tampak sangat 

besar (ay. 7): Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, sebab 

dalam hal-hal yang kudus Ia yaitu  Allah yang cemburu, dan 

Allah membunuh dia di sana sebab  keteledorannya itu, seperti 

dalam bahasa aslinya, dan memukul mati dia pada tempat dan 

waktu itu juga. Di sana dia berdosa, dan di sana pula dia mati, 

dekat tabut Allah itu. Bahkan tutup pendamaian tidak mau menye-

lamatkan dia. Mengapakah Allah begitu keras menghukumnya?  

1. Menyentuh tabut itu dilarang secara tegas bagi bani Lewi de-

ngan ancaman hukuman mati – nanti mereka mati. Allah, me-

lalui tindakan yang keras ini, hendak menunjukkan bagai-

mana Ia bisa saja dengan adil memperlakukan orangtua per-

tama kita, sesudah  mereka memakan buah terlarang, dengan 

ancaman hukuman yang sama – nanti kamu mati.  

2. Allah melihat sikap hati Uza yang lancang dan tidak hormat. 

Mungkin dia ingin berlagak menunjukkan, di hadapan kum-

pulan jemaah yang besar ini, betapa ia berani berbuat sesuatu 

kepada tabut itu, sebab  sudah begitu lama akrab dengannya. 

Keakraban, bahkan dengan sesuatu yang teramat mengerikan, 

cenderung menimbulkan sikap merendahkan.  

3. Daud kemudian mengakui bahwa Uza mati sebab  suatu kece-

robohan yang menjadi kesalahan mereka semua, yaitu me-

naikkan tabut Allah ke dalam sebuah kereta. Oleh sebab  

tabut itu tidak diangkut di atas bahu bani Lewi, maka TUHAN, 

Allah kita, telah menyambar di tengah-tengah kita (1Taw. 

15:13). namun  Uza dikhususkan untuk dijadikan sebuah con-

toh, mungkin sebab  dialah yang paling lantang menyarankan 

cara membawa tabut seperti itu. Namun demikian, dia telah 

jatuh ke dalam kesalahan lain, yang disebabkan oleh cara 

membawa tabut itu. Mungkin tabut itu tidak ditutupi, sebagai-


 650

mana seharusnya, dengan penutup dari kulit lumba-lumba 

(Bil. 4:6), dan hal ini  merupakan sesuatu yang menim-

bulkan murka lebih jauh.  

4. Dengan peristiwa ini Allah hendak menimbulkan rasa hormat 

yang penuh kekaguman dalam diri ribuan orang Israel, hen-

dak meyakinkan mereka bahwa tabut itu tidak berkurang ke-

hormatannya sebab  telah begitu lama berada di tempat yang 

hina. Dengan demikian Ia hendak mengajar mereka untuk 

bersukacita dengan gentar, dan untuk selalu memperlakukan 

barang-barang yang kudus dengan penghormatan dan keta-

kutan yang kudus.  

5. Dengan ini Allah hendak mengajar kita bahwa maksud baik 

tidak dapat membenarkan tindakan yang buruk. Tidaklah cu-

kup untuk berkata tentang tindakan yang buruk bahwa mak-

sudnya baik. Ia akan membuat kita tahu bahwa Ia sanggup 

dan akan melindungi tabut-Nya, dan tidak memerlukan dosa 

manusia mana pun untuk membantu-Nya melakukan itu.  

6. Jika merupakan suatu kejahatan yang begitu berat bagi sese-

orang untuk menyentuh tabut perjanjian padahal ia tidak ber-

hak melakukannya, apalagi orang-orang yang menuntut hak-

hak istimewa dari kovenan ilahi padahal mereka tidak meme-

nuhi persyaratan dan ketentuannya! Kepada orang-orang fasik 

Allah berkata, apakah urusanmu menyebut-nyebut perjanjian-

Ku dengan mulutmu (Mzm. 50:16). Hai saudara, bagaimana 

engkau masuk ke mari? Jika tabut perjanjian itu begitu suci, 

dan tidak boleh disentuh dengan tidak hormat, apalagi darah 

perjanjian! (Ibr. 10:29). 

III. Daud merasa terpukul atas hantaman ini, dan perasaan itu 

mungkin sama sekali tidak seperti yang seharusnya. Ia seharus-

nya merendahkan diri di bawah tangan Allah, mengakui kesalah-

annya, mengakui kebenaran Allah, dan berdoa untuk terhindar 

dari tanda-tanda murka-Nya yang lebih jauh, dan kemudian me-

lanjutkan pekerjaan baik yang sedang dikerjakan tangannya. 

namun  kita mendapati,  

1. Daud menjadi marah. Tidak dikatakan ia menjadi marah kare-

na Uza telah menghina Allah, namun  sebab  Allah telah me-

nyambar Uza demikian hebatnya (ay. 8): Bangkitlah murka 

Daud. Itu kata yang sama yang dipakai untuk murka Allah (ay. 

Kitab 2 Samuel 6:6-11 

 651 

7). Oleh sebab  Allah murka, Daud juga murka dan merasa 

tidak senang. Seolah-olah Allah tidak boleh menegaskan ke-

hormatan tabut-Nya, dan mengernyitkan dahi pada seseorang 

yang menyentuh tabut itu dengan kasar, tanpa meminta izin 

dari Daud. Masakan manusia yang fana berlagak lebih adil 

daripada Allah, menyalahkan tindakan-tindakan yang diambil-

Nya atau menuduh-Nya berbuat lalim? Daud sekarang tidak 

bertindak sesuai dengan dirinya yang sejati, sebagai seorang 

yang berkenan di hati Allah. Bukan hak kita untuk marah 

pada apa pun yang dilakukan Allah, betapa pun tidak menye-

nangkannya hal itu bagi kita. Kematian Uza memang memu-

darkan kemuliaan dari perarakan khidmat yang dinilai tinggi 

Daud sendiri lebih daripada apa pun juga, dan dapat menim-

bulkan sejumlah dugaan di antara orang-orang yang tidak 

senang dengannya, seakan-akan Allah telah pergi meninggal-

kan Daud juga. Akan namun , seharusnya dia mengakui kebe-

naran dan hikmat Allah di dalamnya, dan bukannya menjadi 

marah terhadapnya. jika  kita tertimpa murka Allah, kita 

harus menahan kemarahan kita sendiri.  

2. Daud menjadi takut (ay. 9). Sepertinya Daud takut sambil me-

rasa tercengang. Sebab dia berkata, bagaimana tabut TUHAN 

itu dapat sampai kepadaku? Seakan-akan Allah mencari keun-

tungan melawan semua yang ada di sekeliling-Nya, dan terlalu 

menyayangi tabut-Nya sehingga tidak ada yang dapat mena-

nganinya. Oleh sebab  itu, lebih baik baginya untuk menjauh-

kan tabut itu. Que procul a Jove, procul a fulmine – Menjauh dari 

Yupiter berarti menjauh dari guntur. Ia seharusnya berkata, 

“Biarlah tabut itu datang kepadaku, maka aku akan belajar dari 

peringatan ini untuk memperlakukannya dengan lebih hor-

mat.” Janganlah kamu menimbulkan sakit hati-Ku (firman Allah, 

Yer. 25:6), supaya jangan Aku mendatangkan malapetaka ke-

padamu. Atau hal ini dapat dipandang sebagai pelajaran baik 

yang dipetik Daud dari penghukuman yang dahsyat ini. Ia 

tidak berkata, “Pastilah Uza yaitu  seorang berdosa melebihi 

semua orang, sebab dia menderita hal-hal yang demikian.” 

Sebaliknya, ia prihatin akan dirinya sendiri, sebagai seorang 

yang sadar, bukan hanya akan ketidaklayakannya sendiri un-

tuk menerima perkenanan Allah, melainkan juga akan peri-

lakunya yang pantas mendapat murka Allah. “Allah bisa saja 


 652

dengan adil memukulku mati seperti yang dilakukan-Nya ter-

hadap Uza. Badanku gemetar sebab  ketakutan terhadap Eng-

kau” (Mzm. 119:120). Inilah yang diniatkan Allah dalam peng-

hakiman-penghakiman-Nya, yaitu supaya orang lain mende-

ngar dan menjadi takut. Itulah sebabnya Daud tidak mau 

membawa tabut Allah ke dalam kotanya sendiri (ay. 10) sampai 

dia dipersiapkan secara lebih baik untuk menerimanya.  

3. Daud memberi perhatian untuk mengabadikan kenangan akan 

sambaran ini melalui nama baru yang diberikannya kepada 

tempat itu: Peres-Uza, sambaran yang membinasakan Uza (ay. 

8). Ia belum lama ini telah bersorak menang atas terobosan 

yang dibuatnya atas musuh-musuhnya, dan menyebut tempat 

itu Baal-Perasim, tempat penerobosan. namun  di sini terjadi 

penerobosan terhadap teman-temannya. saat  kita melihat 

satu penerobosan, kita harus sadar bahwa kita tidak tahu di 

mana penerobosan selanjutnya akan terjadi. Kenangan akan 

sambaran ini akan menjadi peringatan bagi keturunan yang 

akan datang untuk berjaga-jaga supaya tidak melakukan 

segala tindakan ceroboh dan tidak hormat dalam menangani 

barang-barang kudus. Sebab kepada orang yang karib kepada 

Allah, Ia menyatakan kekudusan-Nya.  

4. Daud meletakkan tabut itu di dalam sebuah rumah yang baik, 

rumah Obed-Edom, seorang Lewi, yang kebetulan berada dekat 

dengan tempat di mana malapetaka ini terjadi, dan di sana,  

(1) Tabut itu diterima dan disambut dengan baik, dan terus 

berada di sana selama tiga bulan (ay. 10-11). Obed-Edom 

tahu pembantaian yang telah diadakan oleh tabut itu di 

antara orang-orang Filistin yang menawannya dan orang-

orang Bet-Semes yang melihat ke dalamnya. Obed-Edom 

melihat Uza disambar mati sebab  menyentuhnya, dan 

tahu bahwa Daud sendiri takut berurusan dengannya. Na-

mun dia dengan gembira mengundang tabut itu ke dalam 

rumahnya sendiri, dan membuka pintu rumahnya untuk 

tabut itu tanpa takut, sebab ia tahu bahwa tabut itu men-

jadi bau kematian yang mematikan hanya bagi orang-orang 

yang memperlakukannya dengan buruk. “Oh, sungguh 

besar keberanian,” ucap uskup Hall, “dari hati seorang 

yang jujur dan setia! Allah tidak dapat bersikap lain selain

Kitab 2 Samuel 6:12-19 

 653 

 baik hati terhadap umat-Nya sendiri. Bahkan keadilan-Nya 

sungguh indah.”  

(2) Tabut itu memberikan imbalan yang baik atas sambutan 

yang diterimanya: TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi 

rumahnya. Tangan yang sama yang telah menghukum ke-

lancangan Uza yang penuh kesombongan, sekarang mem-

beri upah atas keberanian Obed-Edom yang penuh keren-

dahan hati, dan membuat tabut itu menjadi bau kehidupan 

yang menghidupkan baginya. Janganlah ada yang meng-

anggap buruk Injil sebab  hukuman-hukuman yang ditim-

pakannya ke atas orang-orang yang menolaknya, namun  

perlawankanlah hukuman-hukuman itu dengan berkat-

berkat yang didatangkannya kepada mereka yang mene-

rimanya sebagaimana mestinya. Tidak ada seorang pun 

yang pernah atau akan mempunyai alasan untuk berkata 

bahwa sia-sia beribadah kepada Allah. Hendaklah dengan 

ini para kepala keluarga terdorong untuk memelihara 

agama di dalam keluarga mereka, dan melayani Allah serta 

kepentingan-kepentingan kerajaan-Nya dengan rumah dan 

harta benda mereka, sebab itulah cara untuk mendatang-

kan berkat atas segala sesuatu yang mereka miliki. Tabut 

Allah yaitu  tamu yang tak akan merugikan siapa pun 

yang menyambutnya. Yosefus berkata bahwa, kalau sebe-

lumnya Obed-Edom miskin, sekarang secara tiba-tiba, da-

lam tiga bulan ini, harta bendanya bertambah, yang mem-

buat para tetangganya iri hati. Kesalehan yaitu  sahabat 

terbaik bagi kemakmuran. Di tangan kiri hikmat ada keka-

yaan dan kehormatan. Seluruh anggota keluarga Obed-

Edom ikut mendapat berkat. Sungguh baik tinggal di dalam 

sebuah keluarga yang menyambut baik tabut Allah, sebab 

semua orang di sekitarnya akan bernasib baik sebab nya. 

Mikhal Memandang Rendah Daud 

(6:12-19) 

12 Diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: “TUHAN memberkati seisi 

rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh sebab  tabut Allah 

itu.” Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke 

kota Daud dengan sukacita. 13 jika  pengangkat-pengangkat tabut TUHAN 

itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan 


 654

seekor anak lembu gemukan. 14 Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN de-

ngan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. 15 Daud dan seluruh orang 

Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sang-

kakala. 16 saat  tabut TUHAN itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak 

wanita   Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-

loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah 

Daud dalam hatinya. 17 Tabut TUHAN itu dibawa masuk, lalu diletakkan di 

tempatnya, di dalam kemah yang dibentangkan Daud untuk itu, kemudian 

Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di ha-

dapan TUHAN. 18 sesudah  Daud selesai mempersembahkan korban bakaran 

dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN se-

mesta alam. 19 Lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh 

khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun wanita  , kepada masing-

masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis. Sesu-

dah itu pergilah seluruh bangsa itu, masing-masing ke rumahnya. 

Dalam perikop ini kita mendapati usaha kedua untuk membawa 

pulang tabut Allah ke kota Daud. Dan usaha ini berhasil, meskipun 

usaha sebelumnya gagal. 

I. Tampaknya berkat yang turun atas rumah Obed-Edom oleh 

sebab  tabut Allah itu merupakan dorongan yang besar bagi Daud 

untuk terus membawa tabut itu pulang. Sebab saat  hal itu 

diberitahukan kepadanya (ay. 12), dia pun bergegas pergi meng-

ambil tabut itu. Sebab,  

1. Diberkatinya rumah Obed-Edom merupakan bukti bahwa 

Allah telah berdamai dengan mereka, dan murka-Nya telah 

surut. Sama seperti Daud dapat membaca kernyit dahi Allah 

atas mereka semua dalam sambaran yang menghantam Uza, 

demikian pula dia dapat membaca perkenanan Allah terhadap 

mereka semua dalam kesejahteraan Obed-Edom. Jika Allah 

berdamai dengan mereka, maka mereka dapat meneruskan 

rencana mereka dengan riang hati.  

2. Diberkatinya rumah Obed-Edom itu merupakan bukti bahwa 

tabut Allah bukanlah suatu batu yang menjadi beban seperti 

anggapan mereka, namun  sebaliknya, berbahagialah orang yang 

berada dekat dengannya. Kristus memang merupakan batu 

sentuhan dan batu sandungan bagi mereka yang tidak taat. 

namun  bagi mereka yang percaya, Ia yaitu  sebuah batu yang 

terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal (1Ptr. 2:6-8). Pada 

waktu Daud mendengar bahwa Obed-Edom beroleh sukacita 

yang demikian besar oleh sebab  tabut itu, maka dia juga 

ingin memilikinya di kotanya sendiri. Perhatikanlah, penga-

Kitab 2 Samuel 6:12-19 

 655 

laman orang lain yang diuntungkan oleh kesalehan haruslah 

mendorong kita untuk menjadi saleh. Adakah tabut Allah 

menjadi berkat bagi rumah orang lain? Marilah kita menyam-

butnya di rumah kita. Kita dapat memilikinya, dan berkat 

darinya, tanpa harus mengambilnya dari tetangga kita.  

II. Marilah kita lihat bagaimana Daud menangani masalah itu seka-

rang.  

1. Daud memperbaiki kesalahan sebelumnya. Ia tidak menaikkan 

tabut itu ke dalam kereta sekarang, namun  memerintahkan 

orang-orang yang bertugas untuk mengangkutnya di atas 

bahu mereka. Hal ini tersirat dalam pasal ini (ay. 13) dan di-

ungkapkan dalam 1 Tawarikh 15:15. Kita memanfaatkan de-

ngan baik penghakiman-penghakiman Allah atas diri kita dan 

orang lain jika  kita disadarkan olehnya untuk memper-

baharui diri dan memperbaiki apa yang salah.  

2. Pada awal perjalanan mereka, Daud mempersembahkan kor-

ban kepada Allah (ay. 13) untuk menebus kesalahan-kesalah-

an mereka sebelumnya dan untuk mengakui dengan penuh 

syukur berkat-berkat yang telah dicurahkan ke atas rumah 

Obed-Edom. Kita akan berhasil dalam usaha-usaha kita apa-

bila kita memulai dengan Allah dan berupaya dengan giat un-

tuk berdamai dengan-Nya. saat  kita melayani Allah melalui 

ketetapan-ketetapan ibadah kudus, pandangan kita haruslah 

tertuju pada korban agung, yang berkat korban itu kita dibawa 

masuk ke dalam perjanjian dan persekutuan dengan Allah 

(Mzm. 50:5).  

3. Daud sendiri menghadiri perayaan khidmat itu dengan ungkap-

an-ungkapan sukacita yang setinggi-tingginya (ay. 14): Daud 

menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga. Ia me-

lompat-lompat kegirangan, sebagai orang yang hanyut dalam 

kegembiraan perayaan itu, dan terlebih lagi sebab  kekecewaan 

yang telah dialaminya pada waktu yang lalu. Sungguh suatu 

kesukaan bagi orang baik untuk melihat kesalahan-kesalah-

annya diperbaiki dan dirinya sendiri berada di jalan kewajib-

annya. Tarian Daud, saya kira, tidaklah dibuat-buat, menurut 

aturan atau ukuran apa pun, tidak pula kita mendapati siapa 

pun yang ikut menari bersamanya. Sebaliknya, tariannya itu 

merupakan ungkapan yang wajar dari sukacitanya yang besar 


 656

dan kegembiraannya yang meluap-luap. Ia melakukannya de-

ngan sekuat tenaga. Demikian pula kita seharusnya dalam 

menjalankan semua ibadah kita, sebagai orang yang menjalan-

kannya dengan khusyuk dan rindu untuk melakukannya de-

ngan cara yang terbaik. Sekuat tenaga sudahlah cukup untuk 

dicurahkan dalam menjalankan kewajiban-kewajiban kudus. 

Pekerjaan ini  layak dikerjakan dengan segenap hati dan 

kekuatan. Pada kesempatan ini Daud melepaskan jubah ungu 

kerajaannya, dan mengenakan baju efod dari kain lenan polos, 

yang tipis dan nyaman untuk menari, dan biasa digunakan 

dalam ibadah-ibadah penyembahan oleh mereka yang tidak 

menjabat sebagai imam, sebab Samuel pernah mengenakan 

baju itu (1Sam. 2:18). Raja agung ini  tidak berpikir 

bahwa dirinya akan dipandang hina dengan tampil dalam 

pakaian seorang pelayan tabut Allah.  

4. Seluruh rakyat bersorak-sorak dalam perarakan tabut ini (ay. 

15): Mereka mengangkut tabut TUHAN itu ke kota raja dengan 

diiringi sorak dan bunyi sangkakala. Dengan demikian meng-

ungkapkan sukacita mereka dalam pekik suara yang nyaring, 

dan memberi tahu semua orang di sekeliling mereka untuk 

turut bersukacita bersama mereka. Menjalankan ketetapan-

ketetapan ibadah di hadapan orang banyak secara bebas, bu-

kan hanya di bawah perlindungan, melainkan juga dengan du-

kungan senyuman pemimpin-pemimpin masyarakat, sungguh 

mendatangkan sukacita bagi bangsa mana saja.  

5. Tabut Allah dibawa dengan selamat ke tempat yang sudah 

dipersiapkan untuknya, dan disimpan dengan penuh hormat 

di sana (ay. 17). Mereka meletakkannya di dalam kemah, atau 

tenda, yang dibentangkan Daud untuk itu. Bukan kemah yang 

telah didirikan oleh Musa, sebab kemah itu berada di Gibeon 

(2Taw. 1:13), dan, dapat kita duga, sebab  terbuat dari kain, 

dalam beratus-ratus tahun kain itu telah menjadi lusuh dan 

tidak layak untuk dipindahkan. namun  ini yaitu  sebuah 

kemah yang sengaja dibentangkan untuk menampung tabut 

itu. Daud tidak mau membawanya ke dalam sebuah rumah 

pribadi, tidak, sekalipun itu rumahnya sendiri, supaya jangan 

sampai tabut itu tampak terlalu dikuasai olehnya sendiri, dan 

orang-orang tidak bisa datang kepadanya dengan begitu bebas 

untuk berdoa di depannya. Namun, dia juga tidak mau mem-

Kitab 2 Samuel 6:12-19 

 657 

bangun sebuah rumah untuknya, supaya jangan sampai 

rumah itu menggantikan pembangunan bait suci yang lebih 

megah pada waktu yang semestinya, dan sebab nya, untuk 

sekarang ini, dia hanya menempatkannya di dalam tenda, di 

bawah tirai, dengan meniru Kemah Suci Musa. Segera sesudah 

tabut itu disimpan, Daud mempersembahkan korban bakaran 

dan korban keselamatan, sebagai ucapan syukur kepada Allah 

bahwa sekarang pekerjaan itu telah  dilakukan tanpa kesalahan 

dan pelanggaran lagi, dan untuk memohon kepada Allah su-

paya Ia terus memberikan perkenanan-Nya. Perhatikanlah, 

segala sukacita kita harus dikuduskan dengan pujian dan juga 

doa, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan 

kepada Allah. Pada saat itulah, sepertinya, Daud menuliskan 

Mazmur 132.  

6. Umat kemudian bubar dengan perasaan sangat puas. Ia me-

nyuruh mereka pulang,  

(1) Dengan sebuah doa berkat: Diberkatinyalah bangsa itu 

demi nama TUHAN semesta alam (ay. 18), sebab  ia tidak 

hanya memiliki pengaruh khusus di sorga sebagai seorang 

nabi, namun  juga wewenang atas mereka sebagai seorang 

raja. Sebab yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih ting-

gi (Ibr. 7:7). Ia berdoa kepada Allah untuk memberkati 

mereka, dan khususnya untuk memberi mereka upah atas 

kehormatan dan penghargaan yang telah mereka perlihat-

kan sekarang kepada tabut-Nya, dengan meyakinkan mere-

ka bahwa mereka tidak akan merugi atas perjalanan yang 

telah mereka tempuh, namun  berkat Allah atas urusan-

urusan mereka di rumah akan lebih dari menutupi biaya-

biaya yang mereka keluarkan. Ia memperlihatkan keingin-

annya bagi kesejahteraan mereka melalui doa untuk mereka 

ini, dan membiarkan mereka tahu bahwa mereka mempu-

nyai seorang raja yang mengasihi mereka.  

(2) Dengan jamuan yang penuh kemurahan hati, sebab itulah 

yang dilakukannya, dan bukan pembagian sedekah. Para 

pembesar, ada kemungkinan, dijamunya di rumahnya sen-

diri, namun  kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-

laki maupun wanita   (dan anak-anak, menurut Yosefus), 

dibagikannya seketul roti bundar yaitu sepotong kue menu-

rut sebagian penafsir. Dan juga sekerat daging (sepotong 


 658

daging yang besar, demikian menurut beberapa penafsir). 

Menurut Yosefus, sebagian dari korban keselamatan, supa-

ya mereka dapat berpesta dengan memakan korban itu, dan 

seguci atau sebotol anggur (ay. 19, KJV). Ada kemungkinan 

Daud memerintahkan supaya makanan dan minuman ini 

disediakan bagi mereka di tempat tinggal mereka masing-

masing, dan hal ini dilakukannya,  

[1] Sebagai tanda sukacita dan syukurnya kepada Allah. 

saat  hati meluap dalam kegembiraan, tangan harus 

terbuka dalam kemurahan. Hari raya Purim dirayakan 

dengan antar-mengantar makanan (Est. 9:22). Sama se-

perti orang-orang yang mendapat belas kasihan Allah 

harus menunjukkan belas kasihan dalam mengampuni, 

demikian pula orang-orang yang mendapat kemurahan 

Allah harus menunjukkan kemurahan dalam memberi.  

[2] Untuk membuat dirinya dihargai rakyat, dan untuk me-

nguatkan pengaruhnya dalam diri mereka. Sebab setiap 

orang bersahabat dengan si pemberi. Orang-orang yang 

tidak peduli pada doa-doanya akan mencintainya sebab  

kemurahan hatinya. Hal ini akan mendorong mereka un-

tuk melayaninya di lain waktu saat  dia mempunyai ke-

butuhan untuk memanggil mereka berkumpul bersama. 

Daud Berbantah dengan Mikhal 

(6:20-23) 

20 saat  Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka 

keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: “Betapa raja orang 

Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak 

wanita   para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti 

orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!” 21 namun  berkata-

lah Daud kepada Mikhal: “Di hadapan TUHAN, yang telah memilih aku 

dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku 

menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel, – di hadapan TUHAN aku 

menari-nari, 22 bahkan aku akan menghinakan diriku lebih dari pada itu; 

engkau akan memandang aku rendah, namun  bersama-sama budak-budak 

wanita   yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihor-

mati.” 23 Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya. 

Daud, sesudah membubarkan jemaah dengan berkat, pulang untuk 

memberi salam kepada seisi rumahnya (ay. 20), yaitu, untuk berdoa 

bersama mereka dan bagi mereka, dan untuk mengajak keluarganya

Kitab 2 Samuel 6:20-23 

 659 

mengucap syukur atas belas kasih bagi seluruh bangsa ini. Hamba-

hamba Tuhan tidak boleh berpikir bahwa ibadah-ibadah mereka di 

depan orang banyak dapat dijadikan alasan untuk tidak melakukan 

ibadah keluarga. Sebaliknya, saat  mereka, dengan pengajaran dan 

doa-doa mereka, telah memberkati kumpulan jemaah, mereka harus 

kembali dengan cara yang sama untuk memberkati seisi rumah 

mereka, sebab mereka secara khusus bertanggung jawab atas seisi 

rumah mereka. Daud, kendati memiliki nabi-nabi, imam-imam, dan 

orang-orang Lewi di sekelilingnya, untuk menjadi penasihat-penasi-

hat rohaninya, namun tidak melimpahkan pekerjaan itu kepada me-

reka, namun  ia sendiri memberkati seisi rumahnya. Menyembah Allah 

yaitu  pekerjaan malaikat, dan sebab nya sudah pasti pekerjaan itu 

tidak membuat hina orang-orang terbesar sekalipun. 

Tidak pernah Daud pulang ke rumahnya dengan merasa begitu 

senang dan puas seperti yang dirasakannya sekarang, sebab  dia 

telah menempatkan tabut Allah di dekat rumahnya. Namun demi-

kian, bahkan hari yang penuh sukacita ini berakhir dengan suatu ke-

jadian yang tidak mengenakkan, yang disebabkan oleh kesombongan 

dan kerewelan istrinya. Bahkan istana para raja tidak luput dari 

masalah-masalah rumah tangga. Daud telah menyenangkan seluruh 

khalayak ramai Israel, namun  Mikhal tidak senang dengan tarian 

Daud di depan tabut Allah. sebab  hal ini, saat  Daud masih jauh, 

Mikhal memandang rendah dia, dan saat  Daud pulang ke rumah, 

dia memarahinya. Ia bukannya tidak senang dengan kemurahan hati 

Daud kepada rakyat Israel, tidak pula ia menggerutu atas jamuan 

yang diberikannya kepada mereka. namun  dia berpikir bahwa Daud 

terlalu menghinakan diri sendiri dengan menari-nari di depan tabut 

Allah. Bukan ketamakannya, melainkan kesombongannyalah yang 

membuatnya marah-marah. 

I. saat  Mikhal melihat Daud menari-nari di jalanan di hadapan 

TUHAN, dia memandangnya rendah dalam hatinya (ay. 16). Ia 

berpikir bahwa semangat Daud yang besar untuk tabut Allah ini, 

dan luapan sukacita yang dirasakannya atas kepulangan tabut 

itu kepadanya, hanyalah sesuatu yang bodoh, dan tidak pantas 

bagi seorang prajurit, pemuka negeri, dan raja yang besar seperti 

dia. Sesungguhnya cukuplah dia mendorong kesalehan dalam diri 

orang lain, namun  Mikhal memandang sebagai sesuatu yang tidak 

pantas bagi Daud jika  ia sendiri tampak begitu saleh. Pikirnya, 


 660

“Betapa suamiku menjadikan dirinya seperti orang bodoh seka-

rang! Betapa cintanya dia akan tabut ini, yang sebaiknya tersim-

pan saja di tempat ia berada selama bertahun-tahun ini! Kesaleh-

annya yang besar itu hampir membuatnya gila.” Perhatikanlah, 

ibadah-ibadah keagamaan tampak sangat hina di mata orang-

orang yang sedikit atau tidak beragama sama sekali.  

II. Pada waktu Daud pulang dalam suasana hati yang sangat baik, 

Mikhal mulai mencercanya. Hati Mikhal begitu penuh dengan 

penghinaan dan kemarahan yang tidak dapat dibendungnya 

sampai ia bisa sendirian saja dengan Daud, namun  sebaliknya, ia 

pergi keluar menemui Daud dengan celaan-celaannya. Amatilah,  

1. Bagaimana Mikhal mengejeknya (ay. 20, KJV): “Betapa mulianya 

raja orang Israel pada hari ini! Betapa engkau menjadi sosok 

yang mencolok pada hari ini di tengah-tengah gerombolan 

rakyat! Betapa tidak pantas bagi kedudukan dan citra dirimu!” 

Penghinaannya terhadap Daud dan kesalehannya dimulai di 

dalam hati, namun  dari hatilah meluap apa yang diucapkan 

mulut. Yang membuatnya tidak senang yaitu  rasa cinta Daud 

kepada tabut Allah, yang diharapkannya tidak melebihi rasa 

cintanya sendiri terhadap tabut itu. namun  ia secara hina 

menggambarkan perilakunya, saat  menari-nari di depan tabut 

Allah, sebagai sesuatu yang tidak senonoh dan tidak sopan. 

Dan, walapun dia sebenarnya tidak senang terhadap perbuat-

an Daud sebab  hal itu mengurangi kehormatannya, dia ber-

pura-pura tidak menyukainya sebab  hal itu mencela kebajik-

annya, bahwa dia menelanjangi dirinya di depan mata budak-

budak wanita   para hambanya, seperti yang tidak akan 

pernah dilakukan laki-laki mana pun selain orang hina yang 

tidak peduli betapa ia telah mempermalukan dirinya sendiri. 

Kita tidak mempunyai alasan untuk berpikir bahwa hal ini 

benar-benar terjadi. Daud, tidak diragukan lagi, berperilaku 

sopan, dan menguasai kobaran semangatnya dengan kebijak-

sanaan. namun  sudah biasa bagi orang-orang yang mencela 

agama seperti itu untuk memberikan gambaran palsu tentang-

nya, dan mencelanya sebagai sesuatu yang teramat menjijik-

kan. Melecehkan siapa saja sebab  semangatnya yang penuh 

kesalehan yaitu  tindakan yang sangat tidak pantas. namun  

melecehkan suaminya sendiri seperti itu, yang seharusnya 

Kitab 2 Samuel 6:20-23 

 661 

dihormatinya, seseorang yang kebijaksanaan dan kebajikan-

nya tidak dapat dihina oleh kebencian itu sendiri, seseorang 

yang telah menunjukkan kasih sayang yang begitu rupa terha-

dapnya sehingga dia tidak mau menerima mahkota kecuali dia 

bisa mendapatkan dirinya kembali (3:13), yaitu  suatu hal 

yang paling hina dan jahat. Hal ini menunjukkan dirinya lebih 

sebagai putri Saul daripada istri Daud atau saudara perem-

puan Yonatan. 

2. Bagaimana Daud menjawab celaannya. Ia tidak memarahi dia 

sebab  telah pergi dari sisinya dengan berkhianat, untuk jatuh 

ke dalam pelukan orang asing. Ia telah memaafkan hal itu, 

dan sebab nya telah melupakannya, meskipun, ada kemung-

kinan, hati nuraninya sendiri, pada kesempatan ini, menegur-

nya atas kebodohannya dalam menerima istrinya kembali se-

bab perbuatan itu dikatakan mencemarkan negeri, (Yer. 3:1). 

namun  Daud membenarkan dirinya dalam apa yang dilakukan-

nya.  

(1) Daud dengan ini bermaksud untuk menghormati Allah (ay. 

21): Itu dilakukan di hadapan TUHAN, dan dengan pan-

dangan yang tertuju pada-Nya. Apa pun pemikiran yang 

menyakitkan hati yang dipikirkan Mikhal tentang kejadian 

ini , hati nurani Daud bersaksi baginya bahwa ia de-

ngan tulus bertujuan untuk memuliakan Allah, yang un-

tuk-Nya ia merasa tidak pernah bisa berbuat cukup. Di sini 

dia benar-benar mengingatkan Mikhal akan tersingkirnya 

keluarga ayahnya, untuk membuka jalan baginya menuju 

takhta, supaya Mikhal tidak menganggap dirinya hakim 

yang paling pantas untuk menilai kesopansantunan: “Allah 

memilih aku dengan menyisihkan ayahmu, dan menunjuk 

aku menjadi raja atas Israel, dan sekarang akulah sumber 

kehormatan. Dan, jika ungkapan-ungkapan ibadah yang 

penuh semangat kepada Allah dipandang sebagai hina dan 

ketinggalan zaman di istana ayahmu, tetap saja di hadapan 

TUHAN aku menari-nari, dan dengan begitu mengembalikan 

kehormatan ungkapan-ungkapan ibadah itu. Dan, jika ini 

yaitu  perbuatan yang hina (ay. 22), bahkan aku akan 

menghinakan diriku lebih dari pada itu.” Perhatikanlah,  


 662

[1] Kita harus takut mencela kesalehan orang lain sekali-

pun itu mungkin tidak sesuai dengan pendapat dan 

pandangan kita, sebab, siapa tahu, itu dilakukan de-

ngan hati yang lurus. Dan siapakah kita sehingga kita 

harus memandang rendah orang-orang yang telah di-

terima oleh Allah?  

[2] jika  kita dapat membuat diri kita berkenan kepada 

Allah dalam ibadah yang kita lakukan, dan melakukan-

nya seperti di hadapan Allah, maka kita tidak perlu pe-

duli pada celaan dan hinaan manusia. Jika kita tampak 

benar di mata Allah, maka tidaklah masalah betapa 

hina kita tampak di mata dunia.  

[3] Semakin kita difitnah sebab  berbuat baik, semakin 

bulat tekad kita seharusnya dalam melakukannya, dan 

berpegang pada agama kita dengan semakin erat, dan 

mengikatnya dalam hati kita dengan semakin kuat, oleh 

sebab  usaha antek-antek Iblis untuk menggoncangkan 

kita dan mempermalukan kita supaya kita meninggal-

kan agama. Aku akan menghinakan diriku lebih dari 

pada itu. 

(2) Daud dengan berbuat begitu bermaksud untuk merendah-

kan dirinya sendiri: “Aku akan menjadi rendah di mataku 

sendiri, dan tidak akan menganggap apa pun terlalu ren-

dah bagiku untuk membungkuk demi kemuliaan Allah.” Di 

atas takhta penghakiman, dan di medan pertempuran, tak 

seorang pun akan berbuat lebih untuk mendukung ke-

agungan dan kekuasaan seorang raja daripada Daud. 

namun  dalam kegiatan-kegiatan ibadah, dia mengesamping-

kan pikiran akan kebesaran, merendahkan dirinya sendiri 

di dalam debu di hadapan Tuhan, ikut melakukan pelayan-

an-pelayanan yang paling hina yang dilakukan untuk 

menghormati tabut Allah, dan tidak menganggap semuanya 

ini mengecilkan dirinya. Orang-orang yang terbesar sekali-

pun lebih kecil daripada yang terkecil dari ketetapan-kete-

tapan Yesus Kristus.  

(3) Daud tidak ragu bahwa bahkan hal ini akan memberinya 

nama baik di antara orang-orang yang celaannya pura-pura 

ditakuti oleh Mikhal: Bersama-sama budak-budak perem-

puan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku 

Kitab 2 Samuel 6:20-23 

 663 

mau dihormati. Rakyat biasa sama sekali tidak akan me-

mandang Daud lebih buruk sebab  tindakannya yang pe-

nuh kesalehan dan kerendahan hati ini, justru mereka akan 

menghargai dan menghormati dia dengan jauh lebih besar 

lagi. Hati orang yang benar-benar saleh terkadang nyata 

dengan terang bahkan bagi orang-orang yang berkata buruk 

tentang mereka (2Kor. 5:11). Janganlah kita pernah melalai-

kan kewajiban kita sebab  takut akan celaan. Sebab mung-

kin saja dengan menjalankan kewajiban secara tetap dan 

teguh, kita akan mendapat nama baik lebih daripada yang 

kita pikirkan. Kesalehan pasti akan dipuji. Oleh sebab  itu, 

janganlah kita acuh tak acuh dalam berbuat saleh, atau 

takut dan malu untuk mengakuinya.  

Daud merasa puas dalam membenarkan dirinya sendiri 

seperti itu, dan tidak memberikan teguran lebih jauh atas 

penghinaan Mikhal. namun  Allah menghukum Mikhal kare-

na hal ini , dengan membuatnya tidak bisa mempu-

nyai anak untuk selamanya mulai dari saat ini (ay. 23). Ia 

telah mencela Daud secara tidak adil sebab  kesalehannya, 

dan sebab  itu Allah secara adil menimpakan kepadanya 

cela kemandulan untuk selamanya. Siapa yang menghor-

mati Allah, akan Ia hormati. namun  orang-orang yang meng-

hina Dia, dan hamba-hamba-Nya serta ibadah terhadap-

Nya, akan dipandang rendah. 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  7  

asih juga tabut Allah menjadi perhatian dan juga sukacita 

Daud. Dalam pasal ini kita mendapati,  

I.  Pembahasannya bersama Natan tentang membangun sebuah 

rumah bagi tabut Allah. Ia menyatakan maksudnya untuk 

membangun rumah itu (ay. 1-2) dan Natan menyetujuinya 

(ay. 3).  

II. Curahan hati Daud kepada Allah tentang perkara itu.  

1. Sebuah pesan penuh rahmat yang dikirimkan Allah ke-

padanya tentang pembangunan rumah untuk-Nya, de-

ngan menerima maksudnya, menentang pelaksanaannya, 

dan menjanjikan kepadanya berkat-berkat yang akan 

diteruskan kepada keluarganya (ay. 4-17).  

2. Sebuah doa yang penuh kerendahan hati yang dipersem-

bahkan Daud kepada Allah sebagai balasan atas pesan 

yang penuh rahmat itu, dengan menerima janji-janji Allah 

baginya dengan penuh syukur, dan berdoa dengan sung-

guh-sungguh bagi pelaksanaannya (ay. 18-29). Dalam 

kedua hal ini, ada pandangan yang tertuju kepada Mesias 

dan kerajaan-Nya.  

Kepedulian Daud terhadap Tabut Allah 

(7:1-3) 

1 saat  raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan 

keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, 2 berkatalah 

raja kepada nabi Natan: “Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, 

padahal tabut Allah diam di bawah tenda.” 3 Lalu berkatalah Natan kepada 

raja: “Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN 

menyertai engkau.” 


 666

Dalam perikop ini kita mendapati,  

I. Daud hidup dengan tenteram. Raja telah menetap di rumahnya 

(ay. 1), tenang dan tanpa gangguan, tanpa ada keperluan untuk 

pergi berperang: TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepada-

nya, dari semua musuh yang tidak menginginkannya duduk di 

atas takhta, dan dia menetapkan hati untuk menikmati keten-

teraman itu. Walaupun seorang prajurit, dia suka perdamaian dan 

tidak suka peperangan (Mzm. 120:7).idak lama dia akan kembali 

terlibat dalam peperangan. namun  untuk saat ini dia menikmati 

ketenangan, dan seperti menemukan apa yang menjadi keinginan 

hatinya saat  duduk di dalam rumahnya, merenungkan hukum 

Allah. 

II. Pemikiran Daud untuk membangun sebuah bait suci untuk meng-

hormati Allah. Ia telah membangun sebuah istana bagi dirinya 

sendiri dan sebuah kota bagi hamba-hambanya. Sekarang dia ber-

pikir untuk membangun sebuah tempat tinggal bagi tabut Allah.  

1. Dengan demikian, dia ingin memberikan balasan yang penuh 

syukur atas kehormatan-kehormatan yang telah diberikan 

Allah kepadanya. Perhatikanlah, saat  Allah, dalam penye-

lenggaraan-Nya, telah melakukan banyak hal secara luar biasa 

bagi kita, hal ini  haruslah membuat kita berusaha untuk 

merancang apa yang dapat kita lakukan bagi Dia dan kemulia-

an-Nya. Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN?  

2. Dengan membangun sebuah tempat tinggal bagi tabut Allah, 

dia hendak memanfaatkan keadaan tenang pada saat ini, dan 

menggunakan dengan baik ketenteraman yang telah diberikan 

Allah kepadanya. sebab  sekarang dia tidak dipanggil keluar 

untuk melayani Allah dan Israel di bukit-bukit pertempuran, 

maka dia ingin menggunakan pikiran, waktu, dan harta ben-

danya untuk melayani Dia dengan cara lain, dan tidak me-

manjakan diri dalam kenyamanan, apalagi dalam kemewahan. 

jika  Allah, dalam penyelenggaraan-Nya, memberi kita kete-

nangan, dan mendapati kita tidak harus melakukan banyak 

urusan duniawi, maka kita harus berbuat lebih banyak bagi 

Allah dan jiwa kita. Betapa berbedanya pikiran Daud saat  

sedang duduk di istananya dari pikiran Nebukadnezar saat  

sedang berjalan-jalan di atas istananya! (Dan. 4:29-30). Orang 

Kitab 2 Samuel 7:1-3 

 667 

sombong ini  tidak memikirkan apa-apa selain kebesaran 

dari kekuasaannya sendiri, dan kehormatan dari keagungan-

nya sendiri. Sebaliknya, jiwa yang rendah hati ini penuh 

dengan rencana untuk memuliakan Allah, dan memberikan 

penghormatan kepada-Nya. Dan bagaimana Allah menentang 

orang yang congkak, dan mengasihani orang yang rendah hati, 

ditunjukkan oleh peristiwa yang menimpa keduanya. Daud 

merenungkan kemegahan dari tempat tinggalnya sendiri, Aku 

ini diam dalam rumah dari kayu aras.  Dia membandingkannya 

dengan kehinaan dari tempat tinggal tabut Allah, padahal 

tabut Allah diam di bawah tenda, dan memandangnya tidak 

pantas, bahwa dia tinggal di dalam sebuah istana sedangkan 

tabut Allah di dalam sebuah tenda (ay. 2). Daud sudah merasa 

gelisah sampai dia menemukan tempat untuk tabut TUHAN 

(Mzm. 132:4-5), dan sekarang dia juga merasa gelisah sampai 

dia menemukan tempat yang lebih baik. Jiwa yang penuh rah-

mat dan bersyukur,  

(1) Tidak pernah berpikir bahwa mereka dapat berbuat cukup 

bagi Allah, namun  sebaliknya, saat  telah berbuat banyak, 

mereka masih berencana melakukan lebih banyak lagi dan 

merancang hal-hal yang lebih besar.  

(2) Jiwa yang penuh rahmat dan bersyukur tidak dapat menik-

mati tempat tinggalnya sendiri sementara mereka melihat 

jemaat Allah dalam kesulitan dan diselimuti awan. Daud 

hanya dapat menikmati sedikit kesenangan di dalam rumah 

dari kayu aras bagi dirinya sendiri, kecuali tabut Allah juga 

memiliki sebuah tempat tinggal. Orang-orang yang berbaring 

di tempat tidur dari gading, namun  tidak berduka sebab  

hancurnya keturunan Yusuf, meskipun mereka mencipta-

kan bunyi-bunyian seperti Daud, namun mereka tidak me-

miliki roh seperti Daud (Am. 6:4, 6), tidak pula orang-orang 

yang diam di rumah yang dipapani, sedangkan rumah 

Allah tetap menjadi reruntuhan.  

III. Disampaikannya pikiran Daud ini kepada Natan sang nabi. Ia 

memberitahukannya kepada Natan, sebagai teman dan orang ke-

percayaan, yang biasa dimintainya nasihat. Tidak dapatkah Daud 

mengerjakannya sendiri? Bukankah itu pekerjaan yang baik? 

Bukankah dia sendiri seorang nabi? Ya, namun  jikalau penasihat 


 668

banyak, keselamatan ada. Daud memberi tahu Natan, bahwa me-

laluinya dia dapat mengetahui kehendak Allah. Tentu saja itu 

suatu pekerjaan yang baik, namun  masih belum pasti apakah me-

rupakan kehendak Allah bahwa Daud yang harus melakukannya.  

IV. Persetujuan Natan terhadap rencana Daud: Baik, lakukanlah 

segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai 

engkau (ay. 3). Kita tidak mendapati Daud memberi tahu Natan 

bahwa dia bermaksud untuk membangun sebuah bait suci, hanya 

bahwa dia merasa resah sebab  tidak ada bait suci yang diba-

ngun. Dari sini Natan dengan mudah menyimpulkan apa yang 

ada di dalam hati Daud, dan memintanya untuk meneruskan ren-

cananya dan mendoakannya berhasil. Perhatikanlah, kita harus 

melakukan semua yang dapat kita lakukan untuk mendorong dan 

mendukung maksud dan tujuan yang baik dari orang lain, dan 

menyampaikan perkataan yang baik, jika  kita mendapat ke-

sempatan, untuk memajukan pekerjaan yang baik. Natan menga-

takan hal ini, bukan atas nama Allah, melainkan dari dirinya 

sendiri. Bukan sebagai seorang nabi, melainkan sebagai seorang 

yang bijak dan baik. Hal ini sesuai dengan kehendak Allah yang 

dinyatakan, yang menuntut supaya semua orang di tempat mere-

ka masing-masing harus berusaha keras untuk memajukan 

agama dan ibadah kepada Allah, meskipun di sini tampaknya 

kehendak Natan sendiri tidaklah demikian, yaitu bahwa Daud 

seharusnya tidak melakukan ini. yaitu  hak istimewa Kristus 

untuk selalu menyatakan kehendak Allah, yang diketahui-Nya 

dengan sempurna. Nabi-nabi lain hanya mengatakannya saat  

roh nubuat ada di atas mereka. namun , jika mereka keliru dalam 

hal apa saja seperti Samuel (1Sam. 16:6), dan Natan di sini, maka 

Allah segera meluruskan kekeliruan ini . 

Perjanjian Allah dengan Daud 

(7:4-17)  

4 namun  pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, 

demikian: 5 “Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman 

TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami?  

6 Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari 

Mesir sampai hari ini, namun  Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai 

kediaman. 7 Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel, 

pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang

Kitab 2 Samuel 7:4-17 

 669 

Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umat-Ku Israel, demikian: 

Mengapa kamu tidak mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras? 8 Oleh 

sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman 

TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, saat  

menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel. 9 Aku 

telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyap-

kan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti 

nama orang-orang besar yang ada di bumi. 10 Aku menentukan tempat bagi 

umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya 

sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang 

lalim seperti dahulu, 11 sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku 

Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuh-

mu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan ketu-

runan kepadamu. 12 jika  umurmu sudah genap dan engkau telah men-

dapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan 

membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku 

akan mengokohkan kerajaannya. 13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi 

nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-

lamanya. 14 Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apa-

bila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan 

yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. 

15 namun  kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhi-

langkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. 16 Keluarga 

dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhta-

mu akan kokoh untuk selama-lamanya.” 17 Tepat seperti perkataan ini dan 

tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud. 

Dalam perikop ini kita mendapati pewahyuan penuh tentang perke-

nanan Allah kepada Daud dan maksud-maksud baik dari perkenan-

an ini . Pemberitahuan dan jaminan akan perkenanan ini diki-

rimkan Allah kepada Daud melalui Natan sang nabi, yang diberi-Nya 

kepercayaan untuk menyampaikan pesan yang panjang ini kepada 

Daud. Maksud dari pesan ini  yaitu  untuk menjauhkan Daud 

dari tujuannya untuk membangun bait suci, dan sebab  itu pesan 

ini  dikirimkan,  

1.  Melalui tangan yang sama yang telah memberinya dorongan untuk 

melakukannya, supaya jangan sampai, seandainya pesan ini  

dikirimkan melalui orang lain, Natan akan dipandang rendah dan 

dihina, dan Daud akan menjadi bingung, sebab  didorong oleh se-

orang nabi namun  dihalangi oleh nabi lain.  

2.  Pada malam yang sama, supaya Natan tidak terus keliru untuk 

waktu yang lama, tidak pula kepala Daud dipenuhi lebih jauh de-

ngan pikiran-pikiran tentang apa yang tidak akan pernah diwu-

judkannya. Allah bisa saja mengatakan hal ini langsung kepada 

Daud, namun  Ia memilih untuk mengirimkannya melalui Natan, 

untuk menyokong kehormatan para nabi-Nya, dan untuk menjaga 


 670

agar Daud tetap menghargai mereka. Kendati Daud yaitu  kepa-

lanya, para nabi haruslah menjadi mata yang melaluinya dia 

harus melihat  penglihatan dari Yang Mahakuasa, dan lidah yang 

melaluinya dia harus mendengar firman Allah. Ia yang menyam-

paikan pesan panjang ini kepada Natan juga membantu ingatan 

Natan untuk dapat mengingat pesan ini , supaya dia dapat 

menyampaikannya secara utuh, sebab  dia bertekad untuk me-

nyampaikannya sebagaimana adanya, seperti yang telah diterima-

nya dari Tuhan. Nah, dalam pesan ini,  

I.  Rencana Daud untuk membangun sebuah rumah bagi Allah dike-

sampingkan. Allah memberi perhatian terhadap rencana ini , 

sebab Ia tahu apa yang ada dalam hati manusia. Dan Ia sangat 

senang dengannya, seperti tampak dalam 1 Raja-raja 8:18, mak-

sudmu itu memanglah baik. Namun, Ia melarangnya meneruskan 

rencananya ini  (ay. 5): “Masakan engkau yang mendirikan 

rumah bagi-Ku? Tidak, bukan engkau (seperti dijelaskan dalam 

ayat yang berpadanan, 1Taw. 17:4). Ada pekerjaan lain yang dite-

tapkan bagimu, yang harus dilakukan terlebih dahulu.” Daud 

yaitu  seorang prajurit, dan dia harus memperluas batas-batas 

tanah Israel, dengan melanjutkan penaklukan-penaklukan mere-

ka. Daud yaitu  seorang pemazmur yang lembut, dan dia harus 

mempersiapkan mazmur untuk digunakan di bait suci seusai di-

bangun, dan menetapkan tugas-tugas orang Lewi. namun  kecer-

dasan putranya akan lebih cocok untuk membangun rumah itu, 

dan dia akan memiliki harta yang lebih baik untuk menanggung 

seluruh pembiayaannya, dan sebab nya biarlah hal itu disediakan 

baginya untuk dia lakukan. Layanilah seorang akan yang lain, 

sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang. Pem-

bangunan bait suci akan menjadi pekerjaan yang memakan wak-

tu lama, dan membutuhkan persiapan yang matang. namun  hal 

itu merupakan sesuatu yang belum pernah dibicarakan Daud, 

dan baru sekarang saja. Allah memberi tahu dia,  

1. Bahwa sampai pada s