hwa Engkau berkenan kepadaku (Mzm. 41:12). Banyak
orang mendapat perkenanan Allah namun tidak mengetahui-
nya, dan dengan begitu mereka tidak mengalami penghiburan-
nya. namun jika kita diangkat dan ditegakkan dalam perkenan-
an Allah, dan mengetahuinya, maka kita sungguh berbahagia.
4. Daud menyadari bahwa demi umat-Nya Israel-lah Allah telah
melakukan perkara-perkara besar untuknya, supaya ia dapat
menjadi berkat bagi mereka dan mereka dapat berbahagia di
bawah pemerintahannya. Allah tidak membuat bangsa Israel
menjadi rakyat Daud demi Daud sendiri, supaya ia bisa men-
jadi besar, kaya dan, berkuasa mutlak. Sebaliknya, Ia men-
jadikan Daud raja mereka demi diri mereka sendiri, supaya ia
bisa memimpin, menuntun, dan melindungi mereka. Raja
yaitu hamba Allah untuk kebaikan rakyat mereka (Rm. 13:4).
III. Keluarga Daud berlipat ganda dan bertambah banyak. Semua
anak yang dilahirkan baginya sesudah ia datang ke Yerusalem
disebutkan di sini bersama-sama, sebelas orang semuanya, selain
enam yang dilahirkan baginya sebelumnya di Hebron (3:2-5).
Dalam pasal itu para ibunya disebutkan, sementara dalam pasal
ini tidak, hanya saja, secara umum, dikatakan bahwa Daud meng-
ambil lagi beberapa gundik dan isteri (ay. 13). Adakah kita memu-
jinya untuk tindakan ini? Sama sekali tidak. Kita tidak mem-
benarkan dirinya, kita juga hampir tidak dapat memakluminya.
Contoh buruk para bapak leluhurnya mungkin membuatnya ber-
pikir bahwa tidak ada salahnya ia melakukan hal itu, dan mung-
kin ia berharap bahwa pengaruhnya akan diperkuat dengan me-
636
lipatgandakan sekutu-sekutunya dan menambah jumlah keluarga
kerajaannya. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh
tabung panahnya dengan semua anak panah ini. Satu saja pohon
anggur di dalam rumah, dengan berkat Allah, dapat menjulurkan
ranting-rantingnya sampai ke laut dan pucuk-pucuknya sampai
ke sungai. Adam, dengan satu istri, beranak-cucu dan memenuhi
bumi, dan Nuh memenuhinya lagi. Daud mempunyai banyak istri,
dan sekalipun demikian hal itu tidak mencegahnya mengingini
istri sesamanya dan mencemarinya. Sebab sekali laki-laki men-
dobrak pagar, ia akan berkelana tanpa akhir. Mengenai gundik-
gundik Daud, baca 2 Samuel 15:16, 16:22, 19:5. Mengenai putra-
putranya, baca 1 Tawarikh 3:1-9.
Daud Mengalahkan Orang Filistin
(5:17-25)
17 saat didengar orang Filistin, bahwa Daud telah diurapi menjadi raja atas
Israel, maka majulah semua orang Filistin untuk menangkap Daud. namun
Daud mendengar hal itu, lalu ia pergi ke kubu pertahanan. 18 saat orang
Filistin itu datang dan memencar di lembah Refaim, 19 bertanyalah Daud
kepada TUHAN: “Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? Akan
Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?” TUHAN menjawab Daud:
“Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam
tanganmu.” 20 Lalu datanglah Daud di Baal-Perasim dan memukul mereka
kalah di sana. Berkatalah ia: “TUHAN telah menerobos musuhku di depanku
seperti air menerobos.” Sebab itu orang menamakan tempat itu Baal-Pera-
sim. 21 Orang Filistin itu meninggalkan berhalanya di sana, lalu Daud dan
orang-orangnya mengangkatnya. 22 saat orang Filistin maju sekali lagi dan
memencar di lembah Refaim, 23 maka bertanyalah Daud kepada TUHAN, dan
Ia menjawab: “Janganlah maju, namun buatlah gerakan lingkaran sampai ke
belakang mereka, sehingga engkau dapat menyerang mereka dari jurusan
pohon-pohon kertau. 24 Dan bila engkau mendengar bunyi derap langkah di
puncak pohon-pohon kertau itu, maka haruslah engkau bertindak cepat,
sebab pada waktu itu TUHAN telah keluar berperang di depanmu untuk
memukul kalah tentara orang Filistin.” 25 Dan Daud berbuat demikian,
seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, maka ia memukul kalah
orang Filistin, mulai dari Geba sampai dekat Gezer.
Tugas khusus yang untuknya Daud diangkat yaitu menyelamatkan
umat Israel dari tangan orang Filistin (3:18). Oleh sebab itu, kesem-
patan untuk mencapai hal inilah yang pertama-tama diberikan sang
Penyelenggara ilahi kepada Daud. Dua kemenangan besar atas orang
Filistin kita dapati penjelasannya di sini. Melaui dua kemenangan
besar itu, Daud tidak hanya mengimbangi kehinaan dan mengganti
kehilangan yang telah dialami Israel dalam pertempuran yang mene-
Kitab 2 Samuel 5:17-25
637
waskan Saul, namun juga melangkah jauh menuju penaklukan sepe-
nuhnya atas bangsa-bangsa tetangga yang menyusahkan itu, sisa-
sisa terakhir dari bangsa-bangsa yang sudah ditentukan untuk di-
tumpas.
I. Dalam kedua pertempuran ini, orang Filistin merupakan pihak
penyerang, yang pertama-tama bergerak menuju kehancuran
mereka sendiri, dan menarik kehancuran itu hingga runtuh me-
nimpa kepala mereka sendiri.
1. Dalam pertempuran pertama, mereka maju untuk menangkap
Daud (ay. 17), sebab mereka mendengar bahwa Daud telah
diurapi menjadi raja atas Israel. Ia yang di bawah Saul telah
mengalahkan berlaksa-laksa, apa jadinya kalau ia sendiri
menjadi raja! Oleh sebab itu, mereka berpikir bahwa telah
tiba saatnya untuk berjaga-jaga, dan mencoba menghancur-
kan pemerintahannya saat baru mulai tumbuh, sebelum
benar-benar ditegakkan. Keberhasilan mereka melawan Saul,
beberapa tahun yang lalu, mungkin mendorong mereka untuk
melancarkan serangan ini terhadap Daud. namun mereka tidak
mempertimbangkan bahwa Daud disertai Allah, sementara
Saul telah kehilangan penyertaan Allah itu akibat perbuatan-
nya sendiri. Kerajaan Mesias, begitu didirikan di dunia, lang-
sung diserang dengan keras seperti itu oleh kuasa-kuasa kege-
lapan, yang dengan gabungan kekuatan dari bangsa Yahudi
maupun bangsa-bangsa bukan Yahudi, maju melawannya.
Bangsa-bangsa rusuh, dan raja-raja dunia bersiap-siap untuk
melawannya, namun semuanya sia-sia (Mzm. 2:1, dst.). Kehan-
curan ini akan berbalik, seperti dalam kisah ini, menimpa
kerajaan Iblis sendiri. Mereka membuat rancangan, namun
mereka akan terkejut (Yes. 8:9-10).
2. Dalam pertempuran kedua orang Filistin maju sekali lagi, de-
ngan berharap untuk memperoleh kembali apa yang hilang dari
mereka dalam pertempuran yang pertama, dan hati mereka
pun mengeras bagi kehancuran mereka sendiri (ay. 22).
3. Dalam kedua pertempuran itu, mereka memencar di lembah
Refaim, yang terletak sangat dekat dengan Yerusalem. Mereka
berharap menguasai kota itu sebelum Daud selesai memba-
ngun kubu-kubu pertahanannya. Yerusalem, sejak kelahiran-
nya, telah dijadikan sasaran, dan diserang, dengan rasa per-
638
musuhan tertentu. Berpencarnya mereka itu menyiratkan
bahwa jumlah mereka sangatlah banyak, dan bahwa mereka
terlihat sangat menakutkan. Kita membaca tentang musuh-
musuh jemaat naik ke seluruh dataran bumi (Why. 20:9), namun
semakin jauh mereka berpencar, semakin mereka menjadi
sasaran yang empuk bagi panah-panah Allah.
II. Dalam kedua pertempuran itu, Daud, meskipun cukup berani
untuk maju melawan mereka, sebab begitu mendengar kabar itu,
ia langsung pergi ke kubu pertahanan, untuk mengamankan
suatu tempat penjagaan yang penting dan menguntungkan (ay.
17), namun tidak masuk ke dalam medan pertempuran sebelum
ia bertanya kepada TUHAN melalui tutup dada pernyataan kepu-
tusan (ay. 19), dan lagi (ay. 23). Pertanyaannya ada dua:
1. Tentang kewajibannya: “Apakah aku harus maju? Apakah aku
akan mendapat perintah dari sorga untuk berperang melawan
mereka?” Orang akan berpikir bahwa ia tidak perlu meragukan
hal ini. Untuk apa ia dijadikan raja, kalau bukan untuk ber-
perang bagi Tuhan dan Israel? namun orang baik ingin melihat
Allah berjalan di depannya dalam setiap langkah yang ia
ambil. “Apakah aku harus maju sekarang?” Hal itu memang
harus dilakukan, namun apakah harus dilakukan sekarang?
Akuilah Dia dalam segala lakumu. Selain itu, meskipun orang
Filistin yaitu musuh bersama, namun sebagian dari mereka
telah menjadi kawan-kawannya secara khusus. Akhis telah
berbaik hati kepadanya dalam kesusahannya, dan telah melin-
dungi dia. “Nah,” kata Daud, “mengingat hal itu, tidakkah
seharusnya aku berdamai dengan mereka daripada berperang
melawan mereka?” “Tidak,” firman Allah, “mereka yaitu mu-
suh-musuh Israel, dan dihukum untuk dihancurkan, oleh
sebab itu jangan segan-segan, namun majulah.”
2. Tentang keberhasilannya. Hati nuraninya menanyakan perta-
nyaan sebelumnya, apakah aku harus maju? Sementara kebi-
jaksanaannya menanyakan pertanyaan ini, akan Kauserah-
kankah mereka ke dalam tanganku? Dengan ini ia mengakui
kebergantungannya pada Allah untuk memperoleh kemenang-
an, bahwa ia tidak bisa menaklukkan mereka kecuali Allah
menyerahkan mereka ke dalam tangannya, dan dengan ini
pun ia menyerahkan perkaranya kepada kehendak baik Allah:
Kitab 2 Samuel 5:17-25
639
Akankah Engkau melakukannya? Ya, jawab Allah, Aku pasti
akan melakukannya. Jika Allah mengutus kita, Ia akan meno-
pang kita dan berdiri membela kita. Jaminan kemenangan
yang telah diberikan Allah kepada kita atas musuh-musuh
rohani kita, bahwa Ia akan segera meremukkan Iblis di bawah
kaki kita, haruslah membuat kita bersemangat dalam pepe-
rangan-peperangan rohani kita. Kita tidak berjuang dalam
ketidakpastian. Daud sekarang memiliki tentara yang hebat
yang siap diperintahnya, dan yang sedang bersemangat untuk
berperang, namun demikian ia lebih mengandalkan janji Allah
daripada pasukannya sendiri.
III. Dalam pertempuran pertama, Daud mengalahkan tentara orang
Filistin secara telak dengan menggunakan pedangnya (ay. 20): Ia
memukul mereka kalah. Dan sesudah itu,
1. Daud memberikan segala kemuliaan bagi Allahnya atas peris-
tiwa itu. Ia berkata, “TUHAN telah menerobos musuhku di de-
panku. Aku tidak akan bisa melakukannya seandainya Ia tidak
melakukannya sebelum aku. Ia menerobos segala rintangan
seperti air menerobos bendungan, yang sekali tertembus,
lubangnya makin lama makin lebar.” Bagian utama dari peker-
jaan itu merupakan perbuatan Allah. Bahkan, Ia yang melaku-
kan segalanya. Apa yang dilakukan Daud tidak layak dibicara-
kan. Oleh sebab itu, bukan kepada kami, namun kepada
Tuhanlah beri kemuliaan. Ia juga berharap bahwa terobosan
ini, seperti halnya terobosan air, bisa menjadi pintu air yang
terbuka, untuk membawa masuk kehancuran yang sehabis-
habisnya atas mereka. Dan, untuk mengabadikan kenangan
akan hal ini, ia menamakan tempat itu Baal-Perasim, pengua-
sa terobosan, sebab , begitu Allah menerobos segenap pasuk-
an mereka, Daud segera menguasai mereka. Hendaklah ang-
katan-angkatan yang akan datang memperhatikan hal itu bagi
kehormatan Allah.
2. Daud mempermalukan berhala-berhala mereka. Mereka mem-
bawa patung-patung berhala mereka ke dalam medan perang
sebagai pelindung mereka, dengan meniru orang Israel yang
membawa tabut perjanjian ke dalam tentara mereka. Namun,
sebab harus melarikan diri, mereka tidak bisa tinggal untuk
mengangkat patung-patung mereka, sebab patung-patung itu
640
menjadi beban pada binatang yang lelah (Yes. 46:1). Oleh
sebab itu, mereka membiarkan patung-patung itu jatuh ke
tangan penakluk bersama dengan sisa-sisa barang mereka
yang lain. Patung-patung mereka gagal melindungi mereka,
dan tidak membantu mereka sama sekali, oleh sebab itu
mereka meninggalkan patung-patung mereka untuk menjaga
diri mereka sendiri. Allah bisa membuat orang jemu dengan
hal-hal yang paling mereka sukai, dan memaksa mereka un-
tuk meninggalkan apa yang mereka sayangi. Bahkan melem-
parkan berhala-berhala perak dan berhala-berhala emas ke-
pada tikus dan kelelawar (Yes. 2:20-21). Daud dan pasuk-
annya mengggunakan sisa jarahan yang mereka peroleh untuk
kebutuhan mereka sendiri, namun patung-patung itu mereka
bakar (KJV), seperti yang telah ditetapkan Allah (Ul. 7:5):
“Patung-patung mereka haruslah kamu bakar habis, sebagai
tanda kebencianmu terhadap penyembahan berhala, dan su-
paya patung-patung itu tidak menjadi jerat.” Uskup Patrick
mencermati dengan baik di sini bahwa saat tabut perjanjian
jatuh ke tangan orang Filistin, tabut itu membakar habis
mereka, namun , saat patung-patung ini jatuh ke tangan orang
Israel, patung-patung itu tidak bisa menyelamatkan diri dan
menjadi terbakar.
IV. Dalam pertempuran kedua, Allah memberikan kepada Daud bebe-
rapa tanda penyertaan-Nya yang bisa disaksikan indra jasmani. Ia
menyuruh Daud untuk tidak menyerang mereka secara langsung,
seperti yang sudah dilakukannya sebelumnya, namun untuk mem-
buat gerakan lingkaran sampai ke belakang mereka (ay. 23).
1. Allah menyuruhnya untuk mundur, seperti Israel yang berdiri
tetap untuk melihat keselamatan dari TUHAN.
2. Allah berjanji kepada Daud bahwa Ia sendiri yang akan me-
nyerang musuh, melalui pasukan malaikat yang tidak terlihat
(ay. 24). “Engkau akan mendengar bunyi derap langkah,
seperti derap langkah tentara di udara, di puncak pohon-pohon
kertau.” Malaikat melangkah dengan ringan, dan Ia yang bisa
berjalan di atas awan-awan pasti bisa, jika berkehendak,
berjalan di atas pepohonan, atau (sebagaimana Uskup Patrick
memahaminya) pada bagian depan pohon-pohon kertau (po-
hon murbei – pen.), yaitu, pada kayu atau pagar dari pohon-
Kitab 2 Samuel 5:17-25
641
pohon itu. “Dan, melalui tanda itu, engkau akan tahu bahwa
TUHAN telah keluar berperang di depanmu. Meskipun engkau
tidak melihat-Nya, namun engkau akan mendengar-Nya, dan
iman akan timbul dan diteguhkan oleh pendengaran. Ia maju
untuk memukul kalah tentara orang Filistin.” saat Daud
sendiri telah memukul mereka kalah (ay. 20), ia memandang
kemenangan itu berasal dari Allah: TUHAN telah menerobos
musuhku di depanku. Dan untuk memberinya upah atas peng-
akuan yang penuh rasa syukur itu, pada kali berikutnya Allah
melakukannya sendiri, tanpa membuat Daud bersusah payah
menghadapi bahaya. Orang-orang yang mengakui Allah dalam
apa yang telah dilakukan-Nya bagi mereka, pasti akan men-
dapati-Nya melakukan yang lebih lagi. namun cermatilah, mes-
kipun Allah berjanji untuk keluar berperang di depannya dan
memukul kalah tentara Filistin, namun Daud, saat men-
dengar bunyi derap langkah itu, haruslah bertindak cepat dan
bersiap untuk mengejar kemenangan. Perhatikanlah, anu-
gerah Allah haruslah menggiatkan usaha-usaha kita. jika
Allah mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun
pekerjaan, bukan berarti bahwa kita harus duduk-duduk saja,
seperti orang yang tidak punya kerjaan, namun justru sebab
itu kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan sehati-
hati dan setekun mungkin (Flp. 2:12-13). Bunyi derap langkah
itu merupakan,
(1) Sebuah isyarat bagi Daud untuk bergerak. Sungguh tenang
untuk pergi keluar jika Allah berjalan di depan kita.
Dan,
(2) Mungkin bunyi itu merupakan tanda bahaya untuk musuh,
dan membuat mereka kalang kabut. saat mendengar bu-
nyi derap langkah tentara yang maju menuju garis depan
mereka, mereka pun bergegas mundur, dan jatuh ke tangan
pasukan Daud yang berada di belakang mereka. Tentang
orang-orang yang diperangi Allah dikatakan bahwa (Im.
26:36), bunyi daun yang ditiupkan angin pun akan mengejar
mereka.
(3) Keberhasilan tindakan ini diceritakan dengan singkat (ay.
25). Daud mematuhi perintah-perintah yang diberikan ke-
padanya, menunggu sampai Allah bergerak, dan kemudian
bertindak, namun tidak sebelum itu. Demikianlah ia dilatih
642
untuk bergantung kepada Allah dan pemeliharaan-Nya.
Allah menggenapi janji-Nya, berperang di depannya, dan
mengalahkan semua pasukan musuh dengan telak, dan
Daud tidak lalai memanfaatkan keuntungan-keuntungan
yang diperolehnya. Ia memukul kalah orang Filistin, bah-
kan sampai ke perbatasan negeri mereka sendiri. Saat
kerajaan Mesias hendak ditegakkan, para rasul yang harus
memukul kalah kerajaan Iblis tidak boleh berusaha mela-
kukan apa pun sampai mereka menerima janji Roh, yang
turun dari langit seperti tiupan angin keras (Kis. 2:2), yang
diperlambangkan oleh bunyi derap langkah di puncak
pohon-pohon kertau ini. Dan, saat mendengar bunyi itu,
mereka harus bertindak cepat, dan memang demikian.
Mereka maju sebagai pemenang untuk merebut kemenang-
an.
PASAL 6
erlantarnya tabut Allah, selama pemerintahan Saul, telah men-
jadi kesedihan yang sama besarnya bagi Israel seperti halnya
penghinaan-penghinaan orang Filistin. Daud, sesudah menundukkan
orang Filistin dan mempermalukan mereka, sebagai rasa terima kasih
atas kemenangan ini , dan untuk memenuhi rancangan-ran-
cangannya bagi kesejahteraan rakyat, di sini sedang mengangkut
tabut itu ke kotanya sendiri, supaya tabut itu berada dekat dengan-
nya, dan menjadi perhiasan serta kekuatan bagi landasan kerajaan
yang baru dibangunnya. Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Suatu usaha untuk mengangkut tabut Allah itu, yang gagal
dan tidak berhasil. Rancangannya telah disusun dengan baik
(ay. 1-2). Akan namun ,
1. Mereka melakukan suatu kesalahan dengan menaikkan
tabut itu ke dalam sebuah kereta (ay. 3-5).
2. Mereka dihukum atas kesalahan ini dengan kemati-
an Uza secara mendadak (ay. 6-7), yang membuat Daud
sangat ketakutan (ay. 8-9) dan menghentikan rencana-
rencana kerjanya (ay. 10-11).
II. Sukacita dan kepuasan besar yang pada akhirnya mengiringi
pengangkutan tabut ini (ay. 12-15). Dan,
1. Hubungan yang baik antara Daud dan rakyatnya (ay. 17-19).
2. Keributan yang timbul antara Daud dan istrinya atas
peristiwa pengangkutan tabut ini (ay. 16, 20-23).
Dan, jika kita merenungkan bahwa tabut itu yaitu
tanda dari kehadiran Allah maupun perlambang akan
Kristus, maka kita akan melihat bahwa kisah ini sangat-
lah bermanfaat untuk memberi kita pelajaran.
T
644
Pemindahan Tabut Allah
(6:1-5)
1 Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga
puluh ribu orang banyaknya. 2 Kemudian bersiaplah Daud, lalu berjalan dari
Baale-Yehuda dengan seluruh rakyat yang menyertainya, untuk mengangkut
dari sana tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang
bertakhta di atas kerubim. 3 Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam
kereta yang baru sesudah mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas
bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu.
4 Uza berjalan di samping tabut Allah itu, sedang Ahyo berjalan di depan
tabut itu. 5 Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN
dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung
dan ceracap.
Kita tidak pernah lagi mendengar sepatah kata pun tentang tabut
Allah sejak tabut itu ditinggal di Kiryat-Yearim, segera sesudah tabut
itu kembali dari penawanannya di antara orang Filistin (1Sam. 7:1-2),
kecuali bahwa, pernah sekali, Saul meminta dibawakan tabut (1Sam.
14:18, KJV). Sesuatu yang pada waktu dulu telah berperan begitu
penting kini dikesampingkan, sebagai barang yang terabaikan, se-
lama bertahun-tahun. Dan, jika pada waktu itu tabut Allah se-
lama bertahun-tahun berada di dalam sebuah rumah, maka kiranya
tidak mengherankan jika kita menemukan jemaat begitu lama berada
di padang gurun (Why. 12:14). Terlihat oleh mata secara terus-
menerus bukanlah tanda dari jemaat yang benar. Allah hadir dengan
penuh rahmat bersama jiwa-jiwa umat-Nya bahkan saat mereka
tidak memiliki tanda-tanda lahiriah dari kehadiran-Nya. Akan namun ,
sebab sekarang Daud sudah menduduki takhta, maka kehormatan
tabut Allah mulai bangkit kembali, dan pikiran serta perasaan orang
Israel untuknya tumbuh kembali. Tidak diragukan lagi, orang-orang
baik di antara mereka pun selalu ada perhatian untuknya, namun tidak
ada kesempatan bagi mereka (lih. Flp. 4:10).
I. Di sini tabut Allah itu disebut dengan penuh hormat. Oleh sebab
tabut itu tidak dibicarakan untuk waktu yang sangat lama, maka
sekarang saat dibicarakan, cermatilah bagaimana tabut itu
digambarkan (ay. 2): Itu yaitu tabut Allah, yang disebut dengan
nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim. Atau
tabut yang atasnya nama, yaitu nama TUHAN semesta alam,
diserukan, atau tabut yang atasnya nama TUHAN semesta alam
disebut, atau tabut yang sebab nya nama itu dinyatakan, yaitu
nama TUHAN semesta alam (maksudnya, Allah sungguh diagung-
Kitab 2 Samuel 6:1-5
645
kan dalam mujizat-mujizat yang diadakan di hadapan tabut itu).
Atau tabut Allah, yang disebut dengan nama (Im. 24:11, 16), nama
TUHAN semesta alam, yang bertakhta di atas kerubim. Marilah
kita belajar dari sini,
1. Untuk memikirkan dan mengatakan hal-hal yang luhur ten-
tang Allah. Ia yaitu nama di atas segala nama, TUHAN semes-
ta alam, yang memerintah atas semua makhluk ciptaan di
sorga dan di bumi, dan menerima penghormatan dari mereka
semuanya. Namun demikian, Ia berkenan untuk tinggal di
antara kerubim, di atas tutup pendamaian atau belas kasihan.
Dia, dan dengan penuh rahmat menyatakan diri-Nya kepada
umat-Nya, sesudah diperdamaikan dalam diri seorang Pengan-
tara, dan siap untuk melakukan kebaikan bagi mereka.
2. Untuk berpikir dan berbicara dengan penuh hormat tentang
ketetapan-ketetapan ibadah yang kudus, yang bagi kita, seper-
ti halnya tabut Allah bagi Israel, merupakan tanda kehadiran
Allah (Mat. 28:2), dan sarana persekutuan kita dengan Dia
(Mzm. 27:4). Yang membuat tabut itu terhormat yaitu bahwa
tabut itu merupakan tabut Allah. Ia cemburu dengannya, di-
agungkan di dalamnya, dan nama-Nya diserukan atasnya.
Ketetapan ilahi memberikan keindahan dan keagungan atas
ibadah-ibadah yang kudus, yang jika tidak demikian, maka
ibadah-ibadah itu tidaklah elok dan semaraknya pun tidak
ada. Kristus yaitu tabut kita. Di dalam dan melalui Dia, Allah
menyatakan perkenanan-Nya dan menyampaikan anugerah-
Nya kepada kita, dan menerima pemujaan serta permohonan-
permohonan kita.
II. Di sini ada iring-iringan yang penuh hormat yang diberikan ke-
pada tabut Allah itu saat dipindahkan. Sekarang, pada akhir-
nya, ada yang peduli pada tabut itu, sesudah Daud membuat
usulan (1Taw. 13:1-3), dan para pimpinan jemaah menyetujuinya
(ay. 4). Semua orang terpilih dari Israel dikumpulkan bersama-
sama untuk menyemarakkan suasana khidmat itu, untuk mem-
berikan penghormatan kepada tabut Allah, dan untuk memberi-
kan kesaksian akan sukacita mereka atas pengembaliannya. Para
bangsawan dan orang-orang terpandang, para tua-tua dan peja-
bat, datang dengan jumlah mencapai 30.000 orang (ay. 1), di sam-
ping rakyat Israel pada umumnya (1Taw. 13:5). Sebab, menurut
646
sebagian penafsir, pengembalian tabut itu dilakukan pada salah
satu dari tiga perayaan besar. Ini akan menjadi iring-iringan yang
mulia, dan akan membantu mengilhami kaum muda bangsa itu,
yang mungkin hampir tidak pernah mendengar tentang tabut itu,
dengan rasa hormat yang besar terhadapnya, sebab tabut ini pasti
merupakan harta yang tak ternilai harganya, jika raja sendiri
dan semua pembesar mengiringi dan mengawalnya.
III. Di sini ada ungkapan-ungkapan sukacita yang besar atas pemin-
dahan tabut itu (ay. 5). Daud sendiri, dan semua orang yang ber-
sama dengannya yang pandai bermain musik, memainkan alat-
alat musik yang ada pada mereka untuk menggugah dan meng-
ungkapkan kegembiraan mereka pada kesempatan ini. Pantaslah
mereka meluap-luap dengan sukacita saat melihat tabut Allah
muncul dari keadaan terlantar dan bergerak menuju tempat yang
terbuka untuk umum. Lebih baik memiliki tabut Allah di dalam
rumah daripada tidak memilikinya sama sekali, lebih baik di
dalam rumah daripada dijadikan tawanan di kuil Dagon. namun
yang sangat diidam-idamkan yaitu memilikinya di dalam sebuah
tenda yang dipasang khusus untuknya, di mana orang bisa men-
datanginya dengan lebih bebas dan terbuka. Sama seperti ibadah
yang tersembunyi akan lebih baik jika semakin tersembunyi,
demikian pula ibadah yang terbuka untuk umum akan lebih baik
jika semakin terbuka. Dan beralasan bagi kita untuk bersukacita
saat batasan-batasan dihapuskan. Tabut Allah disambut di kota
Daud, dan tidak hanya mendapat perlindungan dan dukungan,
namun juga persetujuan dan dorongan dari pemimpin-pemimpin
masyarakat. sebab sukacita ini mereka menari-nari di hadapan
TUHAN. Perhatikanlah, sukacita bersama haruslah selalu diung-
kapkan seperti di hadapan TUHAN, dengan pandangan yang ter-
tuju kepada-Nya dan berakhir di dalam Dia, dan tidak boleh me-
rosot menjadi sesuatu yang bersifat kedagingan dan hawa nafsu.
Dr. Lightfoot menduga bahwa, pada kesempatan ini, Daud menu-
liskan Mazmur 68, sebab mazmur ini dimulai dengan doa
Musa yang sudah ada sejak dulu itu saat tabut dipindah-
kan, Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya. Diberi
perhatian dalam kitab itu tentang penyanyi-penyanyi dan pemetik-
pemetik kecapi yang mengiringi, dan tentang para pemuka dari
sejumlah suku (Mzm. 68:26, 28). Dan mungkin kata-kata dalam
Kitab 2 Samuel 6:6-11
647
ayat terakhir, Allah yaitu dahsyat dari dalam tempat kudus-
Nya, ditambahkan sesudah terjadi peristiwa kematian Uza.
IV. Di sini ada suatu kekeliruan yang menjadi kesalahan mereka da-
lam perkara ini, bahwa mereka menaikkan tabut Allah itu ke
dalam sebuah kereta atau pedati, padahal para imam seharusnya
mengangkutnya di atas bahu mereka (ay. 3). Bani Kehat yang
bertanggung jawab atas tabut itu tidak diberikan kereta, sebab
pekerjaan mereka ialah mengurus barang-barang kudus, yang
harus diangkat di atas bahunya (Bil. 7:9). Tabut Allah bukanlah
beban yang begitu berat, sehingga mereka bisa saja mengangkut-
nya di atas bahu mereka sampai sejauh Bukit Sion. Mereka tidak
perlu memasukkannya ke dalam sebuah kereta seperti barang
biasa. Mereka tidak bisa beralasan bahwa orang Filistin telah
menaikkan tabut itu ke dalam sebuah kereta dan tidak dihukum
sebab nya. Orang Filistin tidak tahu apa-apa, tidak pula mereka
mempunyai imam-imam atau orang Lewi yang bertugas untuk
mengangkutnya. Lebih baik mengangkutnya di dalam sebuah
kereta daripada imam-imam Dagon harus mengangkutnya. Orang
Filistin dapat mengangkut tabut itu di dalam kereta tanpa dihu-
kum. Akan namun , jika orang Israel melakukannya, mereka sendiri
yang akan menanggung akibatnya. Dan tidak banyak memper-
baiki kesalahan bahwa kereta itu baru. Lama atau baru, itu bu-
kanlah apa yang telah ditetapkan oleh Allah. Saya heran bagai-
mana orang yang begitu bijaksana dan baik seperti Daud, yang
paham betul akan hukum Allah, dapat bersalah atas kekhilafan
yang demikian. Dengan murah hati kita mau berharap bahwa hal
ini disebabkan dia begitu khusyuk dalam menghayati haki-
kat dari ibadah itu, sehingga dia lupa untuk memberi perhatian
pada masalah lahiriah ini.
Uza Dibunuh sebab Menyentuh Tabut Allah;
Tabut Allah di dalam Rumah Obed-Edom
(6:6-11)
6 saat mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulur-
kan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, sebab lembu-
lembu itu tergelincir. 7 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu
Allah membunuh dia di sana sebab keteledorannya itu; ia mati di sana
dekat tabut Allah itu. 8 Daud menjadi marah, sebab TUHAN telah menyam-
648
bar Uza demikian hebatnya; maka tempat itu disebut orang Peres-Uza sam-
pai sekarang. 9 Pada waktu itu Daud menjadi takut kepada TUHAN, lalu
katanya: “Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?” 10 Sebab itu
Daud tidak mau memindahkan tabut TUHAN itu ke tempatnya, ke kota Daud,
namun Daud menyimpang dan membawanya ke rumah Obed-Edom, orang Gat
itu. 11 Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom,
orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.
Dalam perikop ini kita mendapati Uza disambar mati sebab menyen-
tuh tabut Allah, saat tabut itu sedang dalam perjalanan menuju
kota Daud. Sungguh suatu peristiwa yang menyedihkan yang terjadi
dalam penyelenggaraan ilahi. Peristiwa ini meredam kegembiraan
mereka, menghentikan gerak maju perjalanan tabut Allah, dan untuk
sementara waktu, membubarkan kumpulan jemaah yang besar ini,
yang telah datang bersama-sama untuk mengiringinya, dan memu-
langkan mereka dalam ketakutan.
I. Pelanggaran Uza tampak sangat sepele. Ia dan Ahyo, saudaranya,
yaitu anak-anak Abinadab, yang di dalam rumahnya tabut itu
telah lama disimpan. sebab sudah terbiasa menjaga tabut itu,
dan demi menunjukkan kesediaan mereka untuk lebih menguta-
makan kepentingan umum daripada kehormatan dan keuntungan
pribadi, mereka pun bersedia mengendarai kereta yang mengang-
kut tabut itu, sebab ini mungkin pelayanan terakhir yang akan
mereka lakukan. Sebab orang lain akan ditugasi untuk menjaga
tabut itu sesampainya di kota Daud. Ahyo berjalan di depan,
untuk mempersiapkan jalan, dan, bila perlu, untuk menuntun
lembu-lembu yang menarik kereta. Uza berjalan mengikuti dari
dekat di samping kereta. Kebetulan lembu-lembu itu menggun-
cangkan tabut itu (ay. 6, KJV). Para ahli Alkitab tidak sependapat
tentang kata dalam bahasa aslinya: Lembu-lembu itu tergelincir
(demikian dalam tafsiran yang agak luas). Menurut sebagian pe-
nafsir, lembu-lembu itu menendang, mungkin menendang-nendang
galah yang digunakan Uza untuk menghalaunya. Lembu-lembu itu
terjerembab di lumpur, demikian menurut sebagian yang lain. Oleh
sebab suatu kecelakaan tertentu, tabut itu terancam akan ter-
lempar. Maka dari itu Uza berusaha menahannya, supaya tabut
itu tidak jatuh, dan beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa ia
melakukannya dengan maksud yang sangat baik, untuk menjaga
kehormatan tabut itu dan untuk mencegah suatu pertanda bu-
ruk. Namun inilah yang menjadi kejahatannya. Uza yaitu se-
Kitab 2 Samuel 6:6-11
649
orang Lewi, namun hanya para imam saja yang boleh menyentuh
tabut Allah. Hukum berbicara tegas mengenai bani Kehat, bahwa,
kendati mereka harus membawa tabut itu dengan kayu-kayu
pengusung, mereka tidak boleh kena kepada barang-barang kudus,
nanti mereka mati (Bil. 4:15). Kedekatan Uza yang sudah lama de-
ngan tabut itu, dan penjagaan yang telah dia berikan kepadanya
secara terus-menerus, bisa jadi memicu kelancangan per-
buatannya, namun tidak dapat memaafkan perbuatannya itu.
II. Hukuman terhadap Uza sebab pelanggaran ini tampak sangat
besar (ay. 7): Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, sebab
dalam hal-hal yang kudus Ia yaitu Allah yang cemburu, dan
Allah membunuh dia di sana sebab keteledorannya itu, seperti
dalam bahasa aslinya, dan memukul mati dia pada tempat dan
waktu itu juga. Di sana dia berdosa, dan di sana pula dia mati,
dekat tabut Allah itu. Bahkan tutup pendamaian tidak mau menye-
lamatkan dia. Mengapakah Allah begitu keras menghukumnya?
1. Menyentuh tabut itu dilarang secara tegas bagi bani Lewi de-
ngan ancaman hukuman mati – nanti mereka mati. Allah, me-
lalui tindakan yang keras ini, hendak menunjukkan bagai-
mana Ia bisa saja dengan adil memperlakukan orangtua per-
tama kita, sesudah mereka memakan buah terlarang, dengan
ancaman hukuman yang sama – nanti kamu mati.
2. Allah melihat sikap hati Uza yang lancang dan tidak hormat.
Mungkin dia ingin berlagak menunjukkan, di hadapan kum-
pulan jemaah yang besar ini, betapa ia berani berbuat sesuatu
kepada tabut itu, sebab sudah begitu lama akrab dengannya.
Keakraban, bahkan dengan sesuatu yang teramat mengerikan,
cenderung menimbulkan sikap merendahkan.
3. Daud kemudian mengakui bahwa Uza mati sebab suatu kece-
robohan yang menjadi kesalahan mereka semua, yaitu me-
naikkan tabut Allah ke dalam sebuah kereta. Oleh sebab
tabut itu tidak diangkut di atas bahu bani Lewi, maka TUHAN,
Allah kita, telah menyambar di tengah-tengah kita (1Taw.
15:13). namun Uza dikhususkan untuk dijadikan sebuah con-
toh, mungkin sebab dialah yang paling lantang menyarankan
cara membawa tabut seperti itu. Namun demikian, dia telah
jatuh ke dalam kesalahan lain, yang disebabkan oleh cara
membawa tabut itu. Mungkin tabut itu tidak ditutupi, sebagai-
650
mana seharusnya, dengan penutup dari kulit lumba-lumba
(Bil. 4:6), dan hal ini merupakan sesuatu yang menim-
bulkan murka lebih jauh.
4. Dengan peristiwa ini Allah hendak menimbulkan rasa hormat
yang penuh kekaguman dalam diri ribuan orang Israel, hen-
dak meyakinkan mereka bahwa tabut itu tidak berkurang ke-
hormatannya sebab telah begitu lama berada di tempat yang
hina. Dengan demikian Ia hendak mengajar mereka untuk
bersukacita dengan gentar, dan untuk selalu memperlakukan
barang-barang yang kudus dengan penghormatan dan keta-
kutan yang kudus.
5. Dengan ini Allah hendak mengajar kita bahwa maksud baik
tidak dapat membenarkan tindakan yang buruk. Tidaklah cu-
kup untuk berkata tentang tindakan yang buruk bahwa mak-
sudnya baik. Ia akan membuat kita tahu bahwa Ia sanggup
dan akan melindungi tabut-Nya, dan tidak memerlukan dosa
manusia mana pun untuk membantu-Nya melakukan itu.
6. Jika merupakan suatu kejahatan yang begitu berat bagi sese-
orang untuk menyentuh tabut perjanjian padahal ia tidak ber-
hak melakukannya, apalagi orang-orang yang menuntut hak-
hak istimewa dari kovenan ilahi padahal mereka tidak meme-
nuhi persyaratan dan ketentuannya! Kepada orang-orang fasik
Allah berkata, apakah urusanmu menyebut-nyebut perjanjian-
Ku dengan mulutmu (Mzm. 50:16). Hai saudara, bagaimana
engkau masuk ke mari? Jika tabut perjanjian itu begitu suci,
dan tidak boleh disentuh dengan tidak hormat, apalagi darah
perjanjian! (Ibr. 10:29).
III. Daud merasa terpukul atas hantaman ini, dan perasaan itu
mungkin sama sekali tidak seperti yang seharusnya. Ia seharus-
nya merendahkan diri di bawah tangan Allah, mengakui kesalah-
annya, mengakui kebenaran Allah, dan berdoa untuk terhindar
dari tanda-tanda murka-Nya yang lebih jauh, dan kemudian me-
lanjutkan pekerjaan baik yang sedang dikerjakan tangannya.
namun kita mendapati,
1. Daud menjadi marah. Tidak dikatakan ia menjadi marah kare-
na Uza telah menghina Allah, namun sebab Allah telah me-
nyambar Uza demikian hebatnya (ay. 8): Bangkitlah murka
Daud. Itu kata yang sama yang dipakai untuk murka Allah (ay.
Kitab 2 Samuel 6:6-11
651
7). Oleh sebab Allah murka, Daud juga murka dan merasa
tidak senang. Seolah-olah Allah tidak boleh menegaskan ke-
hormatan tabut-Nya, dan mengernyitkan dahi pada seseorang
yang menyentuh tabut itu dengan kasar, tanpa meminta izin
dari Daud. Masakan manusia yang fana berlagak lebih adil
daripada Allah, menyalahkan tindakan-tindakan yang diambil-
Nya atau menuduh-Nya berbuat lalim? Daud sekarang tidak
bertindak sesuai dengan dirinya yang sejati, sebagai seorang
yang berkenan di hati Allah. Bukan hak kita untuk marah
pada apa pun yang dilakukan Allah, betapa pun tidak menye-
nangkannya hal itu bagi kita. Kematian Uza memang memu-
darkan kemuliaan dari perarakan khidmat yang dinilai tinggi
Daud sendiri lebih daripada apa pun juga, dan dapat menim-
bulkan sejumlah dugaan di antara orang-orang yang tidak
senang dengannya, seakan-akan Allah telah pergi meninggal-
kan Daud juga. Akan namun , seharusnya dia mengakui kebe-
naran dan hikmat Allah di dalamnya, dan bukannya menjadi
marah terhadapnya. jika kita tertimpa murka Allah, kita
harus menahan kemarahan kita sendiri.
2. Daud menjadi takut (ay. 9). Sepertinya Daud takut sambil me-
rasa tercengang. Sebab dia berkata, bagaimana tabut TUHAN
itu dapat sampai kepadaku? Seakan-akan Allah mencari keun-
tungan melawan semua yang ada di sekeliling-Nya, dan terlalu
menyayangi tabut-Nya sehingga tidak ada yang dapat mena-
nganinya. Oleh sebab itu, lebih baik baginya untuk menjauh-
kan tabut itu. Que procul a Jove, procul a fulmine – Menjauh dari
Yupiter berarti menjauh dari guntur. Ia seharusnya berkata,
“Biarlah tabut itu datang kepadaku, maka aku akan belajar dari
peringatan ini untuk memperlakukannya dengan lebih hor-
mat.” Janganlah kamu menimbulkan sakit hati-Ku (firman Allah,
Yer. 25:6), supaya jangan Aku mendatangkan malapetaka ke-
padamu. Atau hal ini dapat dipandang sebagai pelajaran baik
yang dipetik Daud dari penghukuman yang dahsyat ini. Ia
tidak berkata, “Pastilah Uza yaitu seorang berdosa melebihi
semua orang, sebab dia menderita hal-hal yang demikian.”
Sebaliknya, ia prihatin akan dirinya sendiri, sebagai seorang
yang sadar, bukan hanya akan ketidaklayakannya sendiri un-
tuk menerima perkenanan Allah, melainkan juga akan peri-
lakunya yang pantas mendapat murka Allah. “Allah bisa saja
652
dengan adil memukulku mati seperti yang dilakukan-Nya ter-
hadap Uza. Badanku gemetar sebab ketakutan terhadap Eng-
kau” (Mzm. 119:120). Inilah yang diniatkan Allah dalam peng-
hakiman-penghakiman-Nya, yaitu supaya orang lain mende-
ngar dan menjadi takut. Itulah sebabnya Daud tidak mau
membawa tabut Allah ke dalam kotanya sendiri (ay. 10) sampai
dia dipersiapkan secara lebih baik untuk menerimanya.
3. Daud memberi perhatian untuk mengabadikan kenangan akan
sambaran ini melalui nama baru yang diberikannya kepada
tempat itu: Peres-Uza, sambaran yang membinasakan Uza (ay.
8). Ia belum lama ini telah bersorak menang atas terobosan
yang dibuatnya atas musuh-musuhnya, dan menyebut tempat
itu Baal-Perasim, tempat penerobosan. namun di sini terjadi
penerobosan terhadap teman-temannya. saat kita melihat
satu penerobosan, kita harus sadar bahwa kita tidak tahu di
mana penerobosan selanjutnya akan terjadi. Kenangan akan
sambaran ini akan menjadi peringatan bagi keturunan yang
akan datang untuk berjaga-jaga supaya tidak melakukan
segala tindakan ceroboh dan tidak hormat dalam menangani
barang-barang kudus. Sebab kepada orang yang karib kepada
Allah, Ia menyatakan kekudusan-Nya.
4. Daud meletakkan tabut itu di dalam sebuah rumah yang baik,
rumah Obed-Edom, seorang Lewi, yang kebetulan berada dekat
dengan tempat di mana malapetaka ini terjadi, dan di sana,
(1) Tabut itu diterima dan disambut dengan baik, dan terus
berada di sana selama tiga bulan (ay. 10-11). Obed-Edom
tahu pembantaian yang telah diadakan oleh tabut itu di
antara orang-orang Filistin yang menawannya dan orang-
orang Bet-Semes yang melihat ke dalamnya. Obed-Edom
melihat Uza disambar mati sebab menyentuhnya, dan
tahu bahwa Daud sendiri takut berurusan dengannya. Na-
mun dia dengan gembira mengundang tabut itu ke dalam
rumahnya sendiri, dan membuka pintu rumahnya untuk
tabut itu tanpa takut, sebab ia tahu bahwa tabut itu men-
jadi bau kematian yang mematikan hanya bagi orang-orang
yang memperlakukannya dengan buruk. “Oh, sungguh
besar keberanian,” ucap uskup Hall, “dari hati seorang
yang jujur dan setia! Allah tidak dapat bersikap lain selain
Kitab 2 Samuel 6:12-19
653
baik hati terhadap umat-Nya sendiri. Bahkan keadilan-Nya
sungguh indah.”
(2) Tabut itu memberikan imbalan yang baik atas sambutan
yang diterimanya: TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi
rumahnya. Tangan yang sama yang telah menghukum ke-
lancangan Uza yang penuh kesombongan, sekarang mem-
beri upah atas keberanian Obed-Edom yang penuh keren-
dahan hati, dan membuat tabut itu menjadi bau kehidupan
yang menghidupkan baginya. Janganlah ada yang meng-
anggap buruk Injil sebab hukuman-hukuman yang ditim-
pakannya ke atas orang-orang yang menolaknya, namun
perlawankanlah hukuman-hukuman itu dengan berkat-
berkat yang didatangkannya kepada mereka yang mene-
rimanya sebagaimana mestinya. Tidak ada seorang pun
yang pernah atau akan mempunyai alasan untuk berkata
bahwa sia-sia beribadah kepada Allah. Hendaklah dengan
ini para kepala keluarga terdorong untuk memelihara
agama di dalam keluarga mereka, dan melayani Allah serta
kepentingan-kepentingan kerajaan-Nya dengan rumah dan
harta benda mereka, sebab itulah cara untuk mendatang-
kan berkat atas segala sesuatu yang mereka miliki. Tabut
Allah yaitu tamu yang tak akan merugikan siapa pun
yang menyambutnya. Yosefus berkata bahwa, kalau sebe-
lumnya Obed-Edom miskin, sekarang secara tiba-tiba, da-
lam tiga bulan ini, harta bendanya bertambah, yang mem-
buat para tetangganya iri hati. Kesalehan yaitu sahabat
terbaik bagi kemakmuran. Di tangan kiri hikmat ada keka-
yaan dan kehormatan. Seluruh anggota keluarga Obed-
Edom ikut mendapat berkat. Sungguh baik tinggal di dalam
sebuah keluarga yang menyambut baik tabut Allah, sebab
semua orang di sekitarnya akan bernasib baik sebab nya.
Mikhal Memandang Rendah Daud
(6:12-19)
12 Diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: “TUHAN memberkati seisi
rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh sebab tabut Allah
itu.” Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke
kota Daud dengan sukacita. 13 jika pengangkat-pengangkat tabut TUHAN
itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan
654
seekor anak lembu gemukan. 14 Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN de-
ngan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. 15 Daud dan seluruh orang
Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sang-
kakala. 16 saat tabut TUHAN itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak
wanita Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-
loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah
Daud dalam hatinya. 17 Tabut TUHAN itu dibawa masuk, lalu diletakkan di
tempatnya, di dalam kemah yang dibentangkan Daud untuk itu, kemudian
Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di ha-
dapan TUHAN. 18 sesudah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran
dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN se-
mesta alam. 19 Lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh
khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun wanita , kepada masing-
masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis. Sesu-
dah itu pergilah seluruh bangsa itu, masing-masing ke rumahnya.
Dalam perikop ini kita mendapati usaha kedua untuk membawa
pulang tabut Allah ke kota Daud. Dan usaha ini berhasil, meskipun
usaha sebelumnya gagal.
I. Tampaknya berkat yang turun atas rumah Obed-Edom oleh
sebab tabut Allah itu merupakan dorongan yang besar bagi Daud
untuk terus membawa tabut itu pulang. Sebab saat hal itu
diberitahukan kepadanya (ay. 12), dia pun bergegas pergi meng-
ambil tabut itu. Sebab,
1. Diberkatinya rumah Obed-Edom merupakan bukti bahwa
Allah telah berdamai dengan mereka, dan murka-Nya telah
surut. Sama seperti Daud dapat membaca kernyit dahi Allah
atas mereka semua dalam sambaran yang menghantam Uza,
demikian pula dia dapat membaca perkenanan Allah terhadap
mereka semua dalam kesejahteraan Obed-Edom. Jika Allah
berdamai dengan mereka, maka mereka dapat meneruskan
rencana mereka dengan riang hati.
2. Diberkatinya rumah Obed-Edom itu merupakan bukti bahwa
tabut Allah bukanlah suatu batu yang menjadi beban seperti
anggapan mereka, namun sebaliknya, berbahagialah orang yang
berada dekat dengannya. Kristus memang merupakan batu
sentuhan dan batu sandungan bagi mereka yang tidak taat.
namun bagi mereka yang percaya, Ia yaitu sebuah batu yang
terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal (1Ptr. 2:6-8). Pada
waktu Daud mendengar bahwa Obed-Edom beroleh sukacita
yang demikian besar oleh sebab tabut itu, maka dia juga
ingin memilikinya di kotanya sendiri. Perhatikanlah, penga-
Kitab 2 Samuel 6:12-19
655
laman orang lain yang diuntungkan oleh kesalehan haruslah
mendorong kita untuk menjadi saleh. Adakah tabut Allah
menjadi berkat bagi rumah orang lain? Marilah kita menyam-
butnya di rumah kita. Kita dapat memilikinya, dan berkat
darinya, tanpa harus mengambilnya dari tetangga kita.
II. Marilah kita lihat bagaimana Daud menangani masalah itu seka-
rang.
1. Daud memperbaiki kesalahan sebelumnya. Ia tidak menaikkan
tabut itu ke dalam kereta sekarang, namun memerintahkan
orang-orang yang bertugas untuk mengangkutnya di atas
bahu mereka. Hal ini tersirat dalam pasal ini (ay. 13) dan di-
ungkapkan dalam 1 Tawarikh 15:15. Kita memanfaatkan de-
ngan baik penghakiman-penghakiman Allah atas diri kita dan
orang lain jika kita disadarkan olehnya untuk memper-
baharui diri dan memperbaiki apa yang salah.
2. Pada awal perjalanan mereka, Daud mempersembahkan kor-
ban kepada Allah (ay. 13) untuk menebus kesalahan-kesalah-
an mereka sebelumnya dan untuk mengakui dengan penuh
syukur berkat-berkat yang telah dicurahkan ke atas rumah
Obed-Edom. Kita akan berhasil dalam usaha-usaha kita apa-
bila kita memulai dengan Allah dan berupaya dengan giat un-
tuk berdamai dengan-Nya. saat kita melayani Allah melalui
ketetapan-ketetapan ibadah kudus, pandangan kita haruslah
tertuju pada korban agung, yang berkat korban itu kita dibawa
masuk ke dalam perjanjian dan persekutuan dengan Allah
(Mzm. 50:5).
3. Daud sendiri menghadiri perayaan khidmat itu dengan ungkap-
an-ungkapan sukacita yang setinggi-tingginya (ay. 14): Daud
menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga. Ia me-
lompat-lompat kegirangan, sebagai orang yang hanyut dalam
kegembiraan perayaan itu, dan terlebih lagi sebab kekecewaan
yang telah dialaminya pada waktu yang lalu. Sungguh suatu
kesukaan bagi orang baik untuk melihat kesalahan-kesalah-
annya diperbaiki dan dirinya sendiri berada di jalan kewajib-
annya. Tarian Daud, saya kira, tidaklah dibuat-buat, menurut
aturan atau ukuran apa pun, tidak pula kita mendapati siapa
pun yang ikut menari bersamanya. Sebaliknya, tariannya itu
merupakan ungkapan yang wajar dari sukacitanya yang besar
656
dan kegembiraannya yang meluap-luap. Ia melakukannya de-
ngan sekuat tenaga. Demikian pula kita seharusnya dalam
menjalankan semua ibadah kita, sebagai orang yang menjalan-
kannya dengan khusyuk dan rindu untuk melakukannya de-
ngan cara yang terbaik. Sekuat tenaga sudahlah cukup untuk
dicurahkan dalam menjalankan kewajiban-kewajiban kudus.
Pekerjaan ini layak dikerjakan dengan segenap hati dan
kekuatan. Pada kesempatan ini Daud melepaskan jubah ungu
kerajaannya, dan mengenakan baju efod dari kain lenan polos,
yang tipis dan nyaman untuk menari, dan biasa digunakan
dalam ibadah-ibadah penyembahan oleh mereka yang tidak
menjabat sebagai imam, sebab Samuel pernah mengenakan
baju itu (1Sam. 2:18). Raja agung ini tidak berpikir
bahwa dirinya akan dipandang hina dengan tampil dalam
pakaian seorang pelayan tabut Allah.
4. Seluruh rakyat bersorak-sorak dalam perarakan tabut ini (ay.
15): Mereka mengangkut tabut TUHAN itu ke kota raja dengan
diiringi sorak dan bunyi sangkakala. Dengan demikian meng-
ungkapkan sukacita mereka dalam pekik suara yang nyaring,
dan memberi tahu semua orang di sekeliling mereka untuk
turut bersukacita bersama mereka. Menjalankan ketetapan-
ketetapan ibadah di hadapan orang banyak secara bebas, bu-
kan hanya di bawah perlindungan, melainkan juga dengan du-
kungan senyuman pemimpin-pemimpin masyarakat, sungguh
mendatangkan sukacita bagi bangsa mana saja.
5. Tabut Allah dibawa dengan selamat ke tempat yang sudah
dipersiapkan untuknya, dan disimpan dengan penuh hormat
di sana (ay. 17). Mereka meletakkannya di dalam kemah, atau
tenda, yang dibentangkan Daud untuk itu. Bukan kemah yang
telah didirikan oleh Musa, sebab kemah itu berada di Gibeon
(2Taw. 1:13), dan, dapat kita duga, sebab terbuat dari kain,
dalam beratus-ratus tahun kain itu telah menjadi lusuh dan
tidak layak untuk dipindahkan. namun ini yaitu sebuah
kemah yang sengaja dibentangkan untuk menampung tabut
itu. Daud tidak mau membawanya ke dalam sebuah rumah
pribadi, tidak, sekalipun itu rumahnya sendiri, supaya jangan
sampai tabut itu tampak terlalu dikuasai olehnya sendiri, dan
orang-orang tidak bisa datang kepadanya dengan begitu bebas
untuk berdoa di depannya. Namun, dia juga tidak mau mem-
Kitab 2 Samuel 6:12-19
657
bangun sebuah rumah untuknya, supaya jangan sampai
rumah itu menggantikan pembangunan bait suci yang lebih
megah pada waktu yang semestinya, dan sebab nya, untuk
sekarang ini, dia hanya menempatkannya di dalam tenda, di
bawah tirai, dengan meniru Kemah Suci Musa. Segera sesudah
tabut itu disimpan, Daud mempersembahkan korban bakaran
dan korban keselamatan, sebagai ucapan syukur kepada Allah
bahwa sekarang pekerjaan itu telah dilakukan tanpa kesalahan
dan pelanggaran lagi, dan untuk memohon kepada Allah su-
paya Ia terus memberikan perkenanan-Nya. Perhatikanlah,
segala sukacita kita harus dikuduskan dengan pujian dan juga
doa, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan
kepada Allah. Pada saat itulah, sepertinya, Daud menuliskan
Mazmur 132.
6. Umat kemudian bubar dengan perasaan sangat puas. Ia me-
nyuruh mereka pulang,
(1) Dengan sebuah doa berkat: Diberkatinyalah bangsa itu
demi nama TUHAN semesta alam (ay. 18), sebab ia tidak
hanya memiliki pengaruh khusus di sorga sebagai seorang
nabi, namun juga wewenang atas mereka sebagai seorang
raja. Sebab yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih ting-
gi (Ibr. 7:7). Ia berdoa kepada Allah untuk memberkati
mereka, dan khususnya untuk memberi mereka upah atas
kehormatan dan penghargaan yang telah mereka perlihat-
kan sekarang kepada tabut-Nya, dengan meyakinkan mere-
ka bahwa mereka tidak akan merugi atas perjalanan yang
telah mereka tempuh, namun berkat Allah atas urusan-
urusan mereka di rumah akan lebih dari menutupi biaya-
biaya yang mereka keluarkan. Ia memperlihatkan keingin-
annya bagi kesejahteraan mereka melalui doa untuk mereka
ini, dan membiarkan mereka tahu bahwa mereka mempu-
nyai seorang raja yang mengasihi mereka.
(2) Dengan jamuan yang penuh kemurahan hati, sebab itulah
yang dilakukannya, dan bukan pembagian sedekah. Para
pembesar, ada kemungkinan, dijamunya di rumahnya sen-
diri, namun kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-
laki maupun wanita (dan anak-anak, menurut Yosefus),
dibagikannya seketul roti bundar yaitu sepotong kue menu-
rut sebagian penafsir. Dan juga sekerat daging (sepotong
658
daging yang besar, demikian menurut beberapa penafsir).
Menurut Yosefus, sebagian dari korban keselamatan, supa-
ya mereka dapat berpesta dengan memakan korban itu, dan
seguci atau sebotol anggur (ay. 19, KJV). Ada kemungkinan
Daud memerintahkan supaya makanan dan minuman ini
disediakan bagi mereka di tempat tinggal mereka masing-
masing, dan hal ini dilakukannya,
[1] Sebagai tanda sukacita dan syukurnya kepada Allah.
saat hati meluap dalam kegembiraan, tangan harus
terbuka dalam kemurahan. Hari raya Purim dirayakan
dengan antar-mengantar makanan (Est. 9:22). Sama se-
perti orang-orang yang mendapat belas kasihan Allah
harus menunjukkan belas kasihan dalam mengampuni,
demikian pula orang-orang yang mendapat kemurahan
Allah harus menunjukkan kemurahan dalam memberi.
[2] Untuk membuat dirinya dihargai rakyat, dan untuk me-
nguatkan pengaruhnya dalam diri mereka. Sebab setiap
orang bersahabat dengan si pemberi. Orang-orang yang
tidak peduli pada doa-doanya akan mencintainya sebab
kemurahan hatinya. Hal ini akan mendorong mereka un-
tuk melayaninya di lain waktu saat dia mempunyai ke-
butuhan untuk memanggil mereka berkumpul bersama.
Daud Berbantah dengan Mikhal
(6:20-23)
20 saat Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka
keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: “Betapa raja orang
Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak
wanita para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti
orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!” 21 namun berkata-
lah Daud kepada Mikhal: “Di hadapan TUHAN, yang telah memilih aku
dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku
menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel, – di hadapan TUHAN aku
menari-nari, 22 bahkan aku akan menghinakan diriku lebih dari pada itu;
engkau akan memandang aku rendah, namun bersama-sama budak-budak
wanita yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihor-
mati.” 23 Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya.
Daud, sesudah membubarkan jemaah dengan berkat, pulang untuk
memberi salam kepada seisi rumahnya (ay. 20), yaitu, untuk berdoa
bersama mereka dan bagi mereka, dan untuk mengajak keluarganya
Kitab 2 Samuel 6:20-23
659
mengucap syukur atas belas kasih bagi seluruh bangsa ini. Hamba-
hamba Tuhan tidak boleh berpikir bahwa ibadah-ibadah mereka di
depan orang banyak dapat dijadikan alasan untuk tidak melakukan
ibadah keluarga. Sebaliknya, saat mereka, dengan pengajaran dan
doa-doa mereka, telah memberkati kumpulan jemaah, mereka harus
kembali dengan cara yang sama untuk memberkati seisi rumah
mereka, sebab mereka secara khusus bertanggung jawab atas seisi
rumah mereka. Daud, kendati memiliki nabi-nabi, imam-imam, dan
orang-orang Lewi di sekelilingnya, untuk menjadi penasihat-penasi-
hat rohaninya, namun tidak melimpahkan pekerjaan itu kepada me-
reka, namun ia sendiri memberkati seisi rumahnya. Menyembah Allah
yaitu pekerjaan malaikat, dan sebab nya sudah pasti pekerjaan itu
tidak membuat hina orang-orang terbesar sekalipun.
Tidak pernah Daud pulang ke rumahnya dengan merasa begitu
senang dan puas seperti yang dirasakannya sekarang, sebab dia
telah menempatkan tabut Allah di dekat rumahnya. Namun demi-
kian, bahkan hari yang penuh sukacita ini berakhir dengan suatu ke-
jadian yang tidak mengenakkan, yang disebabkan oleh kesombongan
dan kerewelan istrinya. Bahkan istana para raja tidak luput dari
masalah-masalah rumah tangga. Daud telah menyenangkan seluruh
khalayak ramai Israel, namun Mikhal tidak senang dengan tarian
Daud di depan tabut Allah. sebab hal ini, saat Daud masih jauh,
Mikhal memandang rendah dia, dan saat Daud pulang ke rumah,
dia memarahinya. Ia bukannya tidak senang dengan kemurahan hati
Daud kepada rakyat Israel, tidak pula ia menggerutu atas jamuan
yang diberikannya kepada mereka. namun dia berpikir bahwa Daud
terlalu menghinakan diri sendiri dengan menari-nari di depan tabut
Allah. Bukan ketamakannya, melainkan kesombongannyalah yang
membuatnya marah-marah.
I. saat Mikhal melihat Daud menari-nari di jalanan di hadapan
TUHAN, dia memandangnya rendah dalam hatinya (ay. 16). Ia
berpikir bahwa semangat Daud yang besar untuk tabut Allah ini,
dan luapan sukacita yang dirasakannya atas kepulangan tabut
itu kepadanya, hanyalah sesuatu yang bodoh, dan tidak pantas
bagi seorang prajurit, pemuka negeri, dan raja yang besar seperti
dia. Sesungguhnya cukuplah dia mendorong kesalehan dalam diri
orang lain, namun Mikhal memandang sebagai sesuatu yang tidak
pantas bagi Daud jika ia sendiri tampak begitu saleh. Pikirnya,
660
“Betapa suamiku menjadikan dirinya seperti orang bodoh seka-
rang! Betapa cintanya dia akan tabut ini, yang sebaiknya tersim-
pan saja di tempat ia berada selama bertahun-tahun ini! Kesaleh-
annya yang besar itu hampir membuatnya gila.” Perhatikanlah,
ibadah-ibadah keagamaan tampak sangat hina di mata orang-
orang yang sedikit atau tidak beragama sama sekali.
II. Pada waktu Daud pulang dalam suasana hati yang sangat baik,
Mikhal mulai mencercanya. Hati Mikhal begitu penuh dengan
penghinaan dan kemarahan yang tidak dapat dibendungnya
sampai ia bisa sendirian saja dengan Daud, namun sebaliknya, ia
pergi keluar menemui Daud dengan celaan-celaannya. Amatilah,
1. Bagaimana Mikhal mengejeknya (ay. 20, KJV): “Betapa mulianya
raja orang Israel pada hari ini! Betapa engkau menjadi sosok
yang mencolok pada hari ini di tengah-tengah gerombolan
rakyat! Betapa tidak pantas bagi kedudukan dan citra dirimu!”
Penghinaannya terhadap Daud dan kesalehannya dimulai di
dalam hati, namun dari hatilah meluap apa yang diucapkan
mulut. Yang membuatnya tidak senang yaitu rasa cinta Daud
kepada tabut Allah, yang diharapkannya tidak melebihi rasa
cintanya sendiri terhadap tabut itu. namun ia secara hina
menggambarkan perilakunya, saat menari-nari di depan tabut
Allah, sebagai sesuatu yang tidak senonoh dan tidak sopan.
Dan, walapun dia sebenarnya tidak senang terhadap perbuat-
an Daud sebab hal itu mengurangi kehormatannya, dia ber-
pura-pura tidak menyukainya sebab hal itu mencela kebajik-
annya, bahwa dia menelanjangi dirinya di depan mata budak-
budak wanita para hambanya, seperti yang tidak akan
pernah dilakukan laki-laki mana pun selain orang hina yang
tidak peduli betapa ia telah mempermalukan dirinya sendiri.
Kita tidak mempunyai alasan untuk berpikir bahwa hal ini
benar-benar terjadi. Daud, tidak diragukan lagi, berperilaku
sopan, dan menguasai kobaran semangatnya dengan kebijak-
sanaan. namun sudah biasa bagi orang-orang yang mencela
agama seperti itu untuk memberikan gambaran palsu tentang-
nya, dan mencelanya sebagai sesuatu yang teramat menjijik-
kan. Melecehkan siapa saja sebab semangatnya yang penuh
kesalehan yaitu tindakan yang sangat tidak pantas. namun
melecehkan suaminya sendiri seperti itu, yang seharusnya
Kitab 2 Samuel 6:20-23
661
dihormatinya, seseorang yang kebijaksanaan dan kebajikan-
nya tidak dapat dihina oleh kebencian itu sendiri, seseorang
yang telah menunjukkan kasih sayang yang begitu rupa terha-
dapnya sehingga dia tidak mau menerima mahkota kecuali dia
bisa mendapatkan dirinya kembali (3:13), yaitu suatu hal
yang paling hina dan jahat. Hal ini menunjukkan dirinya lebih
sebagai putri Saul daripada istri Daud atau saudara perem-
puan Yonatan.
2. Bagaimana Daud menjawab celaannya. Ia tidak memarahi dia
sebab telah pergi dari sisinya dengan berkhianat, untuk jatuh
ke dalam pelukan orang asing. Ia telah memaafkan hal itu,
dan sebab nya telah melupakannya, meskipun, ada kemung-
kinan, hati nuraninya sendiri, pada kesempatan ini, menegur-
nya atas kebodohannya dalam menerima istrinya kembali se-
bab perbuatan itu dikatakan mencemarkan negeri, (Yer. 3:1).
namun Daud membenarkan dirinya dalam apa yang dilakukan-
nya.
(1) Daud dengan ini bermaksud untuk menghormati Allah (ay.
21): Itu dilakukan di hadapan TUHAN, dan dengan pan-
dangan yang tertuju pada-Nya. Apa pun pemikiran yang
menyakitkan hati yang dipikirkan Mikhal tentang kejadian
ini , hati nurani Daud bersaksi baginya bahwa ia de-
ngan tulus bertujuan untuk memuliakan Allah, yang un-
tuk-Nya ia merasa tidak pernah bisa berbuat cukup. Di sini
dia benar-benar mengingatkan Mikhal akan tersingkirnya
keluarga ayahnya, untuk membuka jalan baginya menuju
takhta, supaya Mikhal tidak menganggap dirinya hakim
yang paling pantas untuk menilai kesopansantunan: “Allah
memilih aku dengan menyisihkan ayahmu, dan menunjuk
aku menjadi raja atas Israel, dan sekarang akulah sumber
kehormatan. Dan, jika ungkapan-ungkapan ibadah yang
penuh semangat kepada Allah dipandang sebagai hina dan
ketinggalan zaman di istana ayahmu, tetap saja di hadapan
TUHAN aku menari-nari, dan dengan begitu mengembalikan
kehormatan ungkapan-ungkapan ibadah itu. Dan, jika ini
yaitu perbuatan yang hina (ay. 22), bahkan aku akan
menghinakan diriku lebih dari pada itu.” Perhatikanlah,
662
[1] Kita harus takut mencela kesalehan orang lain sekali-
pun itu mungkin tidak sesuai dengan pendapat dan
pandangan kita, sebab, siapa tahu, itu dilakukan de-
ngan hati yang lurus. Dan siapakah kita sehingga kita
harus memandang rendah orang-orang yang telah di-
terima oleh Allah?
[2] jika kita dapat membuat diri kita berkenan kepada
Allah dalam ibadah yang kita lakukan, dan melakukan-
nya seperti di hadapan Allah, maka kita tidak perlu pe-
duli pada celaan dan hinaan manusia. Jika kita tampak
benar di mata Allah, maka tidaklah masalah betapa
hina kita tampak di mata dunia.
[3] Semakin kita difitnah sebab berbuat baik, semakin
bulat tekad kita seharusnya dalam melakukannya, dan
berpegang pada agama kita dengan semakin erat, dan
mengikatnya dalam hati kita dengan semakin kuat, oleh
sebab usaha antek-antek Iblis untuk menggoncangkan
kita dan mempermalukan kita supaya kita meninggal-
kan agama. Aku akan menghinakan diriku lebih dari
pada itu.
(2) Daud dengan berbuat begitu bermaksud untuk merendah-
kan dirinya sendiri: “Aku akan menjadi rendah di mataku
sendiri, dan tidak akan menganggap apa pun terlalu ren-
dah bagiku untuk membungkuk demi kemuliaan Allah.” Di
atas takhta penghakiman, dan di medan pertempuran, tak
seorang pun akan berbuat lebih untuk mendukung ke-
agungan dan kekuasaan seorang raja daripada Daud.
namun dalam kegiatan-kegiatan ibadah, dia mengesamping-
kan pikiran akan kebesaran, merendahkan dirinya sendiri
di dalam debu di hadapan Tuhan, ikut melakukan pelayan-
an-pelayanan yang paling hina yang dilakukan untuk
menghormati tabut Allah, dan tidak menganggap semuanya
ini mengecilkan dirinya. Orang-orang yang terbesar sekali-
pun lebih kecil daripada yang terkecil dari ketetapan-kete-
tapan Yesus Kristus.
(3) Daud tidak ragu bahwa bahkan hal ini akan memberinya
nama baik di antara orang-orang yang celaannya pura-pura
ditakuti oleh Mikhal: Bersama-sama budak-budak perem-
puan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku
Kitab 2 Samuel 6:20-23
663
mau dihormati. Rakyat biasa sama sekali tidak akan me-
mandang Daud lebih buruk sebab tindakannya yang pe-
nuh kesalehan dan kerendahan hati ini, justru mereka akan
menghargai dan menghormati dia dengan jauh lebih besar
lagi. Hati orang yang benar-benar saleh terkadang nyata
dengan terang bahkan bagi orang-orang yang berkata buruk
tentang mereka (2Kor. 5:11). Janganlah kita pernah melalai-
kan kewajiban kita sebab takut akan celaan. Sebab mung-
kin saja dengan menjalankan kewajiban secara tetap dan
teguh, kita akan mendapat nama baik lebih daripada yang
kita pikirkan. Kesalehan pasti akan dipuji. Oleh sebab itu,
janganlah kita acuh tak acuh dalam berbuat saleh, atau
takut dan malu untuk mengakuinya.
Daud merasa puas dalam membenarkan dirinya sendiri
seperti itu, dan tidak memberikan teguran lebih jauh atas
penghinaan Mikhal. namun Allah menghukum Mikhal kare-
na hal ini , dengan membuatnya tidak bisa mempu-
nyai anak untuk selamanya mulai dari saat ini (ay. 23). Ia
telah mencela Daud secara tidak adil sebab kesalehannya,
dan sebab itu Allah secara adil menimpakan kepadanya
cela kemandulan untuk selamanya. Siapa yang menghor-
mati Allah, akan Ia hormati. namun orang-orang yang meng-
hina Dia, dan hamba-hamba-Nya serta ibadah terhadap-
Nya, akan dipandang rendah.
PASAL 7
asih juga tabut Allah menjadi perhatian dan juga sukacita
Daud. Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Pembahasannya bersama Natan tentang membangun sebuah
rumah bagi tabut Allah. Ia menyatakan maksudnya untuk
membangun rumah itu (ay. 1-2) dan Natan menyetujuinya
(ay. 3).
II. Curahan hati Daud kepada Allah tentang perkara itu.
1. Sebuah pesan penuh rahmat yang dikirimkan Allah ke-
padanya tentang pembangunan rumah untuk-Nya, de-
ngan menerima maksudnya, menentang pelaksanaannya,
dan menjanjikan kepadanya berkat-berkat yang akan
diteruskan kepada keluarganya (ay. 4-17).
2. Sebuah doa yang penuh kerendahan hati yang dipersem-
bahkan Daud kepada Allah sebagai balasan atas pesan
yang penuh rahmat itu, dengan menerima janji-janji Allah
baginya dengan penuh syukur, dan berdoa dengan sung-
guh-sungguh bagi pelaksanaannya (ay. 18-29). Dalam
kedua hal ini, ada pandangan yang tertuju kepada Mesias
dan kerajaan-Nya.
Kepedulian Daud terhadap Tabut Allah
(7:1-3)
1 saat raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan
keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, 2 berkatalah
raja kepada nabi Natan: “Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras,
padahal tabut Allah diam di bawah tenda.” 3 Lalu berkatalah Natan kepada
raja: “Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN
menyertai engkau.”
M
666
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Daud hidup dengan tenteram. Raja telah menetap di rumahnya
(ay. 1), tenang dan tanpa gangguan, tanpa ada keperluan untuk
pergi berperang: TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepada-
nya, dari semua musuh yang tidak menginginkannya duduk di
atas takhta, dan dia menetapkan hati untuk menikmati keten-
teraman itu. Walaupun seorang prajurit, dia suka perdamaian dan
tidak suka peperangan (Mzm. 120:7).idak lama dia akan kembali
terlibat dalam peperangan. namun untuk saat ini dia menikmati
ketenangan, dan seperti menemukan apa yang menjadi keinginan
hatinya saat duduk di dalam rumahnya, merenungkan hukum
Allah.
II. Pemikiran Daud untuk membangun sebuah bait suci untuk meng-
hormati Allah. Ia telah membangun sebuah istana bagi dirinya
sendiri dan sebuah kota bagi hamba-hambanya. Sekarang dia ber-
pikir untuk membangun sebuah tempat tinggal bagi tabut Allah.
1. Dengan demikian, dia ingin memberikan balasan yang penuh
syukur atas kehormatan-kehormatan yang telah diberikan
Allah kepadanya. Perhatikanlah, saat Allah, dalam penye-
lenggaraan-Nya, telah melakukan banyak hal secara luar biasa
bagi kita, hal ini haruslah membuat kita berusaha untuk
merancang apa yang dapat kita lakukan bagi Dia dan kemulia-
an-Nya. Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN?
2. Dengan membangun sebuah tempat tinggal bagi tabut Allah,
dia hendak memanfaatkan keadaan tenang pada saat ini, dan
menggunakan dengan baik ketenteraman yang telah diberikan
Allah kepadanya. sebab sekarang dia tidak dipanggil keluar
untuk melayani Allah dan Israel di bukit-bukit pertempuran,
maka dia ingin menggunakan pikiran, waktu, dan harta ben-
danya untuk melayani Dia dengan cara lain, dan tidak me-
manjakan diri dalam kenyamanan, apalagi dalam kemewahan.
jika Allah, dalam penyelenggaraan-Nya, memberi kita kete-
nangan, dan mendapati kita tidak harus melakukan banyak
urusan duniawi, maka kita harus berbuat lebih banyak bagi
Allah dan jiwa kita. Betapa berbedanya pikiran Daud saat
sedang duduk di istananya dari pikiran Nebukadnezar saat
sedang berjalan-jalan di atas istananya! (Dan. 4:29-30). Orang
Kitab 2 Samuel 7:1-3
667
sombong ini tidak memikirkan apa-apa selain kebesaran
dari kekuasaannya sendiri, dan kehormatan dari keagungan-
nya sendiri. Sebaliknya, jiwa yang rendah hati ini penuh
dengan rencana untuk memuliakan Allah, dan memberikan
penghormatan kepada-Nya. Dan bagaimana Allah menentang
orang yang congkak, dan mengasihani orang yang rendah hati,
ditunjukkan oleh peristiwa yang menimpa keduanya. Daud
merenungkan kemegahan dari tempat tinggalnya sendiri, Aku
ini diam dalam rumah dari kayu aras. Dia membandingkannya
dengan kehinaan dari tempat tinggal tabut Allah, padahal
tabut Allah diam di bawah tenda, dan memandangnya tidak
pantas, bahwa dia tinggal di dalam sebuah istana sedangkan
tabut Allah di dalam sebuah tenda (ay. 2). Daud sudah merasa
gelisah sampai dia menemukan tempat untuk tabut TUHAN
(Mzm. 132:4-5), dan sekarang dia juga merasa gelisah sampai
dia menemukan tempat yang lebih baik. Jiwa yang penuh rah-
mat dan bersyukur,
(1) Tidak pernah berpikir bahwa mereka dapat berbuat cukup
bagi Allah, namun sebaliknya, saat telah berbuat banyak,
mereka masih berencana melakukan lebih banyak lagi dan
merancang hal-hal yang lebih besar.
(2) Jiwa yang penuh rahmat dan bersyukur tidak dapat menik-
mati tempat tinggalnya sendiri sementara mereka melihat
jemaat Allah dalam kesulitan dan diselimuti awan. Daud
hanya dapat menikmati sedikit kesenangan di dalam rumah
dari kayu aras bagi dirinya sendiri, kecuali tabut Allah juga
memiliki sebuah tempat tinggal. Orang-orang yang berbaring
di tempat tidur dari gading, namun tidak berduka sebab
hancurnya keturunan Yusuf, meskipun mereka mencipta-
kan bunyi-bunyian seperti Daud, namun mereka tidak me-
miliki roh seperti Daud (Am. 6:4, 6), tidak pula orang-orang
yang diam di rumah yang dipapani, sedangkan rumah
Allah tetap menjadi reruntuhan.
III. Disampaikannya pikiran Daud ini kepada Natan sang nabi. Ia
memberitahukannya kepada Natan, sebagai teman dan orang ke-
percayaan, yang biasa dimintainya nasihat. Tidak dapatkah Daud
mengerjakannya sendiri? Bukankah itu pekerjaan yang baik?
Bukankah dia sendiri seorang nabi? Ya, namun jikalau penasihat
668
banyak, keselamatan ada. Daud memberi tahu Natan, bahwa me-
laluinya dia dapat mengetahui kehendak Allah. Tentu saja itu
suatu pekerjaan yang baik, namun masih belum pasti apakah me-
rupakan kehendak Allah bahwa Daud yang harus melakukannya.
IV. Persetujuan Natan terhadap rencana Daud: Baik, lakukanlah
segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai
engkau (ay. 3). Kita tidak mendapati Daud memberi tahu Natan
bahwa dia bermaksud untuk membangun sebuah bait suci, hanya
bahwa dia merasa resah sebab tidak ada bait suci yang diba-
ngun. Dari sini Natan dengan mudah menyimpulkan apa yang
ada di dalam hati Daud, dan memintanya untuk meneruskan ren-
cananya dan mendoakannya berhasil. Perhatikanlah, kita harus
melakukan semua yang dapat kita lakukan untuk mendorong dan
mendukung maksud dan tujuan yang baik dari orang lain, dan
menyampaikan perkataan yang baik, jika kita mendapat ke-
sempatan, untuk memajukan pekerjaan yang baik. Natan menga-
takan hal ini, bukan atas nama Allah, melainkan dari dirinya
sendiri. Bukan sebagai seorang nabi, melainkan sebagai seorang
yang bijak dan baik. Hal ini sesuai dengan kehendak Allah yang
dinyatakan, yang menuntut supaya semua orang di tempat mere-
ka masing-masing harus berusaha keras untuk memajukan
agama dan ibadah kepada Allah, meskipun di sini tampaknya
kehendak Natan sendiri tidaklah demikian, yaitu bahwa Daud
seharusnya tidak melakukan ini. yaitu hak istimewa Kristus
untuk selalu menyatakan kehendak Allah, yang diketahui-Nya
dengan sempurna. Nabi-nabi lain hanya mengatakannya saat
roh nubuat ada di atas mereka. namun , jika mereka keliru dalam
hal apa saja seperti Samuel (1Sam. 16:6), dan Natan di sini, maka
Allah segera meluruskan kekeliruan ini .
Perjanjian Allah dengan Daud
(7:4-17)
4 namun pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan,
demikian: 5 “Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman
TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami?
6 Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari
Mesir sampai hari ini, namun Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai
kediaman. 7 Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel,
pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang
Kitab 2 Samuel 7:4-17
669
Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umat-Ku Israel, demikian:
Mengapa kamu tidak mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras? 8 Oleh
sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman
TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, saat
menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel. 9 Aku
telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyap-
kan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti
nama orang-orang besar yang ada di bumi. 10 Aku menentukan tempat bagi
umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya
sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang
lalim seperti dahulu, 11 sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku
Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuh-
mu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan ketu-
runan kepadamu. 12 jika umurmu sudah genap dan engkau telah men-
dapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan
membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku
akan mengokohkan kerajaannya. 13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi
nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-
lamanya. 14 Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apa-
bila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan
yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.
15 namun kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhi-
langkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. 16 Keluarga
dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhta-
mu akan kokoh untuk selama-lamanya.” 17 Tepat seperti perkataan ini dan
tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.
Dalam perikop ini kita mendapati pewahyuan penuh tentang perke-
nanan Allah kepada Daud dan maksud-maksud baik dari perkenan-
an ini . Pemberitahuan dan jaminan akan perkenanan ini diki-
rimkan Allah kepada Daud melalui Natan sang nabi, yang diberi-Nya
kepercayaan untuk menyampaikan pesan yang panjang ini kepada
Daud. Maksud dari pesan ini yaitu untuk menjauhkan Daud
dari tujuannya untuk membangun bait suci, dan sebab itu pesan
ini dikirimkan,
1. Melalui tangan yang sama yang telah memberinya dorongan untuk
melakukannya, supaya jangan sampai, seandainya pesan ini
dikirimkan melalui orang lain, Natan akan dipandang rendah dan
dihina, dan Daud akan menjadi bingung, sebab didorong oleh se-
orang nabi namun dihalangi oleh nabi lain.
2. Pada malam yang sama, supaya Natan tidak terus keliru untuk
waktu yang lama, tidak pula kepala Daud dipenuhi lebih jauh de-
ngan pikiran-pikiran tentang apa yang tidak akan pernah diwu-
judkannya. Allah bisa saja mengatakan hal ini langsung kepada
Daud, namun Ia memilih untuk mengirimkannya melalui Natan,
untuk menyokong kehormatan para nabi-Nya, dan untuk menjaga
670
agar Daud tetap menghargai mereka. Kendati Daud yaitu kepa-
lanya, para nabi haruslah menjadi mata yang melaluinya dia
harus melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, dan lidah yang
melaluinya dia harus mendengar firman Allah. Ia yang menyam-
paikan pesan panjang ini kepada Natan juga membantu ingatan
Natan untuk dapat mengingat pesan ini , supaya dia dapat
menyampaikannya secara utuh, sebab dia bertekad untuk me-
nyampaikannya sebagaimana adanya, seperti yang telah diterima-
nya dari Tuhan. Nah, dalam pesan ini,
I. Rencana Daud untuk membangun sebuah rumah bagi Allah dike-
sampingkan. Allah memberi perhatian terhadap rencana ini ,
sebab Ia tahu apa yang ada dalam hati manusia. Dan Ia sangat
senang dengannya, seperti tampak dalam 1 Raja-raja 8:18, mak-
sudmu itu memanglah baik. Namun, Ia melarangnya meneruskan
rencananya ini (ay. 5): “Masakan engkau yang mendirikan
rumah bagi-Ku? Tidak, bukan engkau (seperti dijelaskan dalam
ayat yang berpadanan, 1Taw. 17:4). Ada pekerjaan lain yang dite-
tapkan bagimu, yang harus dilakukan terlebih dahulu.” Daud
yaitu seorang prajurit, dan dia harus memperluas batas-batas
tanah Israel, dengan melanjutkan penaklukan-penaklukan mere-
ka. Daud yaitu seorang pemazmur yang lembut, dan dia harus
mempersiapkan mazmur untuk digunakan di bait suci seusai di-
bangun, dan menetapkan tugas-tugas orang Lewi. namun kecer-
dasan putranya akan lebih cocok untuk membangun rumah itu,
dan dia akan memiliki harta yang lebih baik untuk menanggung
seluruh pembiayaannya, dan sebab nya biarlah hal itu disediakan
baginya untuk dia lakukan. Layanilah seorang akan yang lain,
sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang. Pem-
bangunan bait suci akan menjadi pekerjaan yang memakan wak-
tu lama, dan membutuhkan persiapan yang matang. namun hal
itu merupakan sesuatu yang belum pernah dibicarakan Daud,
dan baru sekarang saja. Allah memberi tahu dia,
1. Bahwa sampai pada s