MENGENAL BIDAT GNOSTIK
Gnosticisme yaitu suatu aliran yang berakar dari tulisan-tulisan filsafat Yunani kuno.
Gnoticisme muncul pada abad mula-mula khususnya abad kedua dan ketiga pada akhir masa
rasul-rasul. Aliran ini muncul karena adanya percampuran antara agama timur yang menyembah
dewa-dewa dengan filsafat Barat. disimpulkan bahwa Gnosticisme yaitu hasil dari sinkritisme
dualistik.1 Paham dari Gnosticisme bersifat dualisme, artinya adanya pembagian kosmos menjadi
dua bagian yaitu pertama yaitu bagian rohani yang merupakan dunia baik dan sempurna yang
merupakan tempat akhir manusia, kedua yaitu dunia materi merupakan dunia yang jahat dan
hina. Kejahatan terdapat pada sesuatu yang bersifat fisik, kebaikan terdapat pada sesuatu yang
bersifat rohani.2
Para pengikut aliran ini mengklaim bahwa pengetahuan yang tersembunyi tentang Allah
dan dunia, yang tidak seorangpun pernah memilikinya. Akar dari aliran ini ditemukan dalam
tulisan Yahudi seperti Philo dan Alexsandria (20 BC-40 AD). Aliran ini sepenuhnya
dikembangkan oleh filsuf non Yahudi, yang menekankan pada sifat kejahatan, sifat Allah dan
hubungannya dengan dunia, dan arti dari keberadaan masa sekarang. Adapun beberapa penganut
Gnostik antara lain Saturnius. Ia lahir pada abad kedua yang berasal dari Antiokhia yang juga
sebagai murid dari Simon dan Monader. Ia yaitu orang yang menyangkal bahwa Tuhan
dilahirkan oleh manusia dan menganggap Yesus sebagai tubuh insan biasa yang tidak memiliki
kekuatan supranatural bahkan berada satu tingkat daripada malaikat. Tokoh yang berbicara
cukup kuat dalam Gnosticisme yaitu Valentinas. Lahir di Lower, Mesir dan mengembangkan
serta mengajarkan Gnosis sekitar tahun 136-160 Masehi.3
Tokoh yang tidak kalah pentingnya dalam perkembangan serta eksistensi Gnosticisme
yaitu Marcion yang kemudian menghasilkan paham Marcionisme. Jadi dapat disimpulkan
bahwa paham Marcionisme berasal dari atau sub kategori dari Gnosticisme. Marcion yaitu
seorang uskup yang berada di Sinope, sebelah selatan laut hitam sekitar tahun 100-165 Masehi.4
Ia yaitu seseorang yang jenius serta cerdik. Ia menolak Perjanjian Lama dan kepercayaan
Yahudi dan ia juga menganggap Perjanjian Lama sangat bertentangan dengan Perjanjian Baru.
Allah dalam Perjanjian Lama menghadapi manusia dengan keadilan sedangkan Allah dalam
Perjanjian Baru menghadapi manusia dengan kasih dan keselamatan.
Argumen mendasar dari perbedaan antara Allah Perjanjian Lama dengan Allah
Perjanjian baru yaitu didasarkan kepada penciptaan dunia yang akhirnya dunia itu menjadi
jahat.5 Jika dunia secara fisik yaitu jahat, dan orang Yahudi dalam Perjanjian Lama
mengajarkan bahwa pada mulanya Allah telah menciptakan dunia fisik ini, bagaimanakah
mungkin Allah yang sempurna menciptakan kejahatan di dalam dunia? Jadi Allah dalam
Perjanjian Lama bukan Allah yang benar melainkan suatu ciptaan yang lebih rendah dari Allah
yang benar. Allah yang baik yaitu terlalu suci untuk menciptakan dunia yang jahat, namun agar
supaya menyediakan tempat bagi manusia, Allah yang baik membentuk suatu mahluk yang
sedikit kurang suci dari diriNya sendiri, yaitu Demiurge (Allah Perjanjian Lama).6 Jadi
perbedaan yang fundamental ini tidak dapat dipersatukan lagi. Dan kesimpulan yang diambil dari
pembahasan ini yaitu bahwa tidak ada kesesuaian antara Allah Perjanjian Lama dengan Allah
Perjanjian Baru. Allah dalam PL sangat kontras dengan Allah dalam PB.
Teologi Tri Tunggal dalam Gnosticisme
Dalam bagian ini akan dibahas mengenai teologi Tri Tunggal menurut Gnosticisme. Tri
Tunggal dalam Gnosticisme sangatlah berlawanan dengan apa yang diajarkan di dalam Alkitab.
Tokoh mayor yang berbicara mengenai hal ini yaitu Bassilides yang hidup dan menghasilkan
karyanya antara tahun 90-150 M. Tokoh ini secara langsung tidak membahas tentang ide Tri
Tunggal tetapi membahasnya lebih kepada filsafat ketuhanan.
Tri Tunggal yang sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang diajarkan di dalam
Alkitab. Menurut Gnosticisme, Tuhan Bapa yang tertinggi itu mempunyai tujuh macam gaya
ketuhanan yaitu nous (roh), logos (kalam), phronesia (pikiran), sophia (hikmat), dynamika
(gaya), dikaiyossin (keadilan) dan eirene (perdamaian). Tujuh macam gaya ini mengalami
perkembangan, dan akhirnya menjadi malaikat-malaikat yang terbagi dalam 356 Golongan.7 Hal
yang senada juga disampaikan oleh Chris Marantika mengenai konsep Allah dalam Gnosticisme:
Demiurge menurut pandangan mereka yaitu Tuhan yang lebih rendah dari Theos dan tak
sempuna, yang tak berpengetahuan, pencipta materi yang jahat, termasuk dunia dan isinya.
Ia Bapak kegelapan, yang dari dalamnya dilahirkan sophia atau hikmat, ibu dari semua
Archon, yang berjumlah 356 banyaknya.8
Dari pendapat ini, pada dasarnya Gnosticisme menerima pandangan polytheisme yang
dimodivikasi sehingga seolah-olah memiliki pemikiran yang benar tentang Allah Tri Tunggal.
Tokoh Gnosticisme lain yang membahas mengenai doktrin Allah Tri Tunggal yaitu
yaitu Marcion yang hidup dan berkarya sekitar tahun100-160 M. Dapat dikatakan bahwa
marcionisme merupakan pengembangan dari filsafat Gnosticisme.Pandangannya mengenai Allah
yaitu sama dengan pandangan Basiledes, hanya ditambahkan bahwa Tuhan orang Yahudi yang
terancam dengan kedatangan Kristus (Anak yang tertinggi) itu akhirnya membunuhNya di kayu
salib, tetapi sebagai akibat dari perbuatannya, ia harus menyerahkan kepada Tuhan tertinggi
semua orang yang percaya akan penyaliban Yesus.9
Marcionpun tidak membahas hubungan Bapa dan Anak secara lebih mendalam, hanya
saja dikatakan bahwa Tuhan Yesus yang diutus oleh Allah Bapa itu tidak memiliki tubuh jasmani
melainkan hanya memiliki tubuh semu. Ia tidak dilahirkan, tetapi Ia menampakkan diri dengan
sekonyong-konyong. Jadi dalam Gnosticisme tidak mengakui adanya kesatuan dalam Tri
Tunggal, serta keunikan yang ada dalam Tri Tunggal itu.
Kristologi dalam ajaran Gnosticisme
Gnostik memandang Kristus sebagai ciptaan yang tertinggi, tidak mempunyai tubuh
dalam inkarnasi sebab Ia sangat suci untuk disejajarkan dengan suatu bentuk kejahatan. Ajaran
ini menyatakan Kristus tidak berwujud nyata dan tidak mengakui Allah menjadi manusia. Ia
yang Maha kudus tidak dapat berdiam dalam tubuh yang berdosa. Ia hanyalah roh yang
menampakkan diri dengan tubuh manusia. Mereka juga menyangkal kebenaran yang ada di
dalam diri Yesus yang berinkarnasi menjadi manusia, bahkan pelayanan-Nya yang ada di dunia
ini yaitu penebusannya di kayu salib juga mereka ragukan.
Marcion, sebagai pengembangan dari Gnosticisme juga menyangkal mengenai
kemanusiaan Kristus. Mengenai penolakan keilahian Kristus, Marantika menjelaskan seperti
berikut ini:
Marcion di bagian akhir abad kedua bersedia menerima pernyataan bahwa Kristus
sungguh-sungguh mati, namun kelahiran-Nya tak sejati. Dalam tafsiran Injil Lukan ia
mengetengahkan kelahiran Kristus secara rinci. Marcion berpendapat bahwa Kristus yang
ilahi itu sekedar menampakkan diri-Nya pada masa Tiberius sehingga umat Kristiani
mengetahui bahwa Ia turun dari Sorga. Inkarnasi Kristus bagi pengikutnya yaitu suatu
ilusi.
Penyangkalan atas kemanusiaan Kristus berarti juga menolak keberadaan-Nya yang unik serta
tidak ada duanya. Begitu juga dengan penolakan Inkarnasi-Nya sebagai manusia, merupakan
penolakan terhadap kebenaran Alkitab oleh sebab dalam Alkitab sendiri diajarkan mengenai
inkarnasi Kristus guna melaksanakan kehendak Bapa untuk menyelamatkan umat manusia.
Dari ajaran Gnosticisme yang menyimpang tentang pribadi Kristus, maka muncullah
beberapa ajaran baru yang sangat bertentangan dengan Iman Kristen. Van Den End menjabarkan
beberapa doktrin tentang Kristus yang muncul dari ajaran Gnosticisme ini:
Beberapa pandangan yang muncul mengenai Kristus antara lain Alogoi, yaitu pandangan
yang menolak Kristus sebagai Firman, sebagai pernyataan Allah, tidak ada trinitas karena
Allah yaitu satu. Kristus yaitu guru yang hebat, tetapi bukan Allah. Adoptionism, yaitu
pandangan yang menyatakan bahwa Kristus dilahirkan sebagai seorang manusia kemudian
Allah mengangkat Dia menjadi anakNya. Subordinationism, yaitu pandangan yang
mengatakan bahwa Kristus bersifat Ilahi tetapi merupakan subordinat dari Bapa. Kristus
lebih rendah dari Bapa dan tidak satu dengan Bapa. Modalism, yaitu pandangan yang
mengatakan bahwa Kristus hanyalah nama lain dari Allah.
Ajaran-ajaran mengenai Kristus yang diajukan oleh Gnosticisme merupakan bentuk penolakan
dari Kristologi yang Alkitabiah. Secara tidak langsung juga segala pandangan ini menyerang
keilahian Kristus, dimana Ia yaitu Allah 100%, juga menyerang kemanusiaan Kristus, dimana
Ia yaitu manusia 100%. Dengan menentang ajaran Kristus, Gnosticisme juga menentang segala
pemikiran Kristen yang Alkitabiah. Fakta-fakta historis mengenai pelayanan, kematian, dan
kebangkitan Yesus ditentang oleh Gnosticisme melalui beberapa pandangan yang muncul
mengenai Kristus itu.
Soteriologi dalam ajaran Gnosticisme
Keselamatan dalam Gnosticisme sangat bertolak belakang dengan pengajaran Kristen.
Tenney mendefinisikan keselamatan dalam Gnosticisme yaitu sebagai berikut:
Gnostik, seperti yang tersirat dalam namanya (diambil dari kata Yunani gnosis, “ilmu
pengetahuan”), yaitu suatu sistem yang menjanjikan keselamatan melalui pengetahuan.
Menurut para penganut Gnostik, Allah terlalu agung dan terlalu kudus untuk dapat
menciptakan dunia materi dengan segala kehinaan dan kebobrokannya.
Jadi keselamatan dalam Gnosticisme yaitu berdasarkan atas pengetahuan. Yang dimaksud
pengetahuan ini yaitu abstrak. Gnosticisme berpendapat bahwa penebusan Kristus ialah dari
dunia rohani yang masuk ke dalam dunia materi yang berdosa serta mengajarkan hikmat yang
sejati pada umat manusia. Manusia dapat membebaskan diri dari ikatan materi maka ia akan
dapat kembali kepada Allah. Kristus yaitu Roh yang nampak dalam bentuk manusia. Kristus
tidak mengenakan tubuh manusia. TubuhNya yang diungkapkan Injil yaitu tubuh maya saja.
Sehingga Ia pura-pura mati di kayu salib. Ia menebus manusia bukan dengan kematian dan
kebangkitan, melainkan melalui ajaran-ajaran yang diberikanNya secara mendasar.
Gnosticisme berpendapat juga bahwa keselamatan yaitu pembebasan roh dari tubuh
yang jahat. Kristus mengerjakan penebusan dengan datang dari dunia roh ke dalam materi atau
dunia yang jahat agar mengajar manusia tentang pengetahuan yang benar ini. manusia dapat
membebaskan diri dari ikatan materi maka ia akan dapat kembali kepada Allah.13 Jadi Gnostik
menolak doktrin dasar kekristenan tentang inkarnasi, pelayanan secara fisik, serta kematian
diatas kayu salib.
Gnosticisme juga menolak adanya kebangkitan tubuh nantinya sebagai janji Allah untuk
menjemput umat-Nya. Kebangkitan tubuh sebagai suatu hal yang tidak mungkin karena setiap
tubuh atau materi yaitu berdosa. Karena tubuh yaitu berdosa dan akan binasa pada saat
kematian, maka tidak salah untuk hidup dalam kebejatan serta tidak bermoral. Jiwa akan tetap
murni ditengah-tengah kesenangan fisik. Karena tubuh yaitu berdosa maka tubuh harus
menderita, diabaikan serta dianiyaya. Jadi kebejatan turun dari tubuh yang berdosa.