Jumat, 03 Januari 2025

bidat gnostik


 MENGENAL BIDAT GNOSTIK 

 

 Gnosticisme yaitu  suatu aliran yang berakar dari tulisan-tulisan filsafat Yunani kuno. 

Gnoticisme muncul pada abad mula-mula khususnya abad kedua dan ketiga pada akhir masa 

rasul-rasul. Aliran ini muncul karena adanya percampuran antara agama timur yang menyembah 

dewa-dewa dengan filsafat Barat. disimpulkan bahwa Gnosticisme yaitu   hasil dari sinkritisme 

dualistik.1 Paham dari Gnosticisme bersifat dualisme, artinya adanya pembagian kosmos menjadi 

dua bagian yaitu pertama yaitu  bagian rohani yang merupakan dunia baik dan sempurna yang 

merupakan tempat akhir manusia, kedua yaitu  dunia materi merupakan dunia yang jahat dan 

hina. Kejahatan terdapat pada sesuatu yang bersifat fisik, kebaikan terdapat pada sesuatu yang 

bersifat rohani.2 

 Para pengikut aliran ini mengklaim bahwa pengetahuan yang tersembunyi tentang Allah 

dan dunia, yang tidak seorangpun pernah memilikinya. Akar dari aliran ini ditemukan dalam 

tulisan Yahudi seperti Philo dan Alexsandria (20 BC-40 AD). Aliran ini sepenuhnya 

dikembangkan oleh filsuf non Yahudi, yang menekankan pada sifat kejahatan, sifat Allah dan 

hubungannya dengan dunia, dan arti dari keberadaan masa sekarang. Adapun beberapa penganut 

Gnostik antara lain Saturnius. Ia lahir pada abad kedua yang berasal dari Antiokhia yang juga 

sebagai murid dari Simon dan Monader. Ia yaitu  orang yang menyangkal bahwa Tuhan 

dilahirkan oleh manusia dan menganggap Yesus sebagai tubuh insan biasa yang tidak memiliki 

kekuatan supranatural bahkan berada satu tingkat daripada malaikat. Tokoh yang berbicara 

cukup kuat dalam Gnosticisme yaitu  Valentinas. Lahir di Lower, Mesir dan mengembangkan 

serta mengajarkan Gnosis sekitar tahun 136-160 Masehi.3  

 Tokoh yang tidak kalah pentingnya dalam perkembangan serta eksistensi Gnosticisme 

yaitu  Marcion yang kemudian menghasilkan paham Marcionisme. Jadi dapat disimpulkan 

bahwa paham Marcionisme berasal dari atau sub kategori dari Gnosticisme.  Marcion yaitu  

 

seorang uskup yang berada di Sinope, sebelah selatan laut hitam sekitar tahun 100-165 Masehi.4 

Ia yaitu  seseorang yang jenius serta cerdik. Ia menolak Perjanjian Lama dan kepercayaan 

Yahudi dan ia juga menganggap Perjanjian Lama sangat bertentangan dengan Perjanjian Baru. 

Allah dalam Perjanjian Lama menghadapi manusia dengan keadilan sedangkan Allah dalam 

Perjanjian Baru menghadapi manusia dengan kasih dan keselamatan. 

 Argumen mendasar dari perbedaan antara Allah Perjanjian Lama dengan Allah 

Perjanjian baru yaitu  didasarkan kepada penciptaan dunia yang akhirnya dunia itu menjadi 

jahat.5 Jika dunia secara fisik yaitu  jahat, dan orang Yahudi dalam Perjanjian Lama 

mengajarkan bahwa pada mulanya Allah telah menciptakan dunia fisik ini, bagaimanakah 

mungkin Allah yang sempurna menciptakan kejahatan di dalam dunia? Jadi Allah dalam 

Perjanjian Lama bukan Allah yang benar melainkan suatu ciptaan yang lebih rendah dari Allah 

yang benar. Allah yang baik yaitu  terlalu suci untuk menciptakan dunia yang jahat, namun agar 

supaya menyediakan tempat bagi manusia, Allah yang baik membentuk suatu mahluk yang 

sedikit kurang suci dari diriNya sendiri, yaitu Demiurge (Allah Perjanjian Lama).6 Jadi 

perbedaan yang fundamental ini tidak dapat dipersatukan lagi. Dan kesimpulan yang diambil dari 

pembahasan ini yaitu  bahwa tidak ada kesesuaian antara Allah Perjanjian Lama dengan Allah 

Perjanjian Baru. Allah dalam PL sangat kontras dengan Allah dalam PB. 

 

Teologi Tri Tunggal dalam Gnosticisme 

 Dalam bagian ini akan dibahas mengenai teologi Tri Tunggal menurut Gnosticisme. Tri 

Tunggal dalam Gnosticisme sangatlah berlawanan dengan apa yang diajarkan di dalam Alkitab. 

Tokoh mayor yang berbicara mengenai hal ini yaitu  Bassilides yang hidup dan menghasilkan 

karyanya antara tahun 90-150 M. Tokoh ini secara langsung tidak membahas tentang ide Tri 

Tunggal tetapi membahasnya lebih kepada filsafat ketuhanan.  

 

 

 Tri Tunggal yang sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang diajarkan di dalam 

Alkitab. Menurut Gnosticisme, Tuhan Bapa yang tertinggi itu mempunyai tujuh macam gaya 

ketuhanan  yaitu nous (roh), logos (kalam), phronesia (pikiran), sophia (hikmat), dynamika 

(gaya), dikaiyossin (keadilan) dan eirene (perdamaian). Tujuh macam gaya ini mengalami 

perkembangan, dan akhirnya menjadi malaikat-malaikat yang terbagi dalam 356 Golongan.7 Hal 

yang senada juga disampaikan oleh Chris Marantika mengenai konsep Allah dalam Gnosticisme: 

 

Demiurge menurut pandangan mereka yaitu  Tuhan yang lebih rendah dari Theos dan tak 

sempuna, yang tak berpengetahuan, pencipta materi yang jahat, termasuk dunia dan isinya. 

Ia Bapak kegelapan, yang dari dalamnya dilahirkan sophia atau hikmat, ibu dari semua 

Archon, yang berjumlah 356 banyaknya.8 

 

Dari pendapat ini, pada dasarnya Gnosticisme menerima pandangan polytheisme yang 

dimodivikasi sehingga seolah-olah memiliki pemikiran yang benar tentang Allah Tri Tunggal.  

 Tokoh Gnosticisme lain yang membahas mengenai doktrin Allah Tri Tunggal yaitu  

yaitu  Marcion yang hidup dan berkarya sekitar tahun100-160 M. Dapat dikatakan bahwa 

marcionisme merupakan pengembangan dari filsafat Gnosticisme.Pandangannya mengenai Allah 

yaitu  sama dengan pandangan Basiledes, hanya ditambahkan bahwa Tuhan orang Yahudi yang 

terancam dengan kedatangan Kristus (Anak yang tertinggi) itu akhirnya membunuhNya di kayu 

salib, tetapi sebagai akibat dari perbuatannya, ia harus menyerahkan kepada Tuhan tertinggi 

semua orang yang percaya akan penyaliban Yesus.9  

 Marcionpun tidak membahas hubungan Bapa dan Anak secara lebih mendalam, hanya 

saja dikatakan bahwa Tuhan Yesus yang diutus oleh Allah Bapa itu tidak memiliki tubuh jasmani 

melainkan hanya memiliki tubuh semu. Ia tidak dilahirkan, tetapi Ia menampakkan diri dengan 

sekonyong-konyong. Jadi dalam Gnosticisme tidak mengakui adanya kesatuan dalam Tri 

Tunggal, serta keunikan yang ada dalam Tri Tunggal itu. 

 

Kristologi dalam ajaran Gnosticisme 

 Gnostik memandang Kristus sebagai ciptaan yang tertinggi, tidak mempunyai tubuh 

dalam inkarnasi sebab Ia sangat suci untuk disejajarkan dengan suatu bentuk kejahatan. Ajaran 

ini menyatakan Kristus tidak berwujud nyata dan tidak mengakui Allah menjadi manusia. Ia 

yang Maha kudus tidak dapat berdiam dalam tubuh yang berdosa. Ia hanyalah roh yang 

menampakkan diri dengan tubuh manusia. Mereka juga menyangkal kebenaran yang ada di 

dalam diri Yesus yang berinkarnasi menjadi manusia, bahkan pelayanan-Nya yang ada di dunia 

ini yaitu penebusannya di kayu salib juga mereka ragukan.  

 Marcion, sebagai pengembangan dari Gnosticisme juga menyangkal mengenai 

kemanusiaan Kristus. Mengenai penolakan keilahian Kristus, Marantika menjelaskan seperti 

berikut ini: 

 

Marcion di bagian akhir abad kedua bersedia menerima pernyataan bahwa Kristus 

sungguh-sungguh mati, namun kelahiran-Nya tak sejati. Dalam tafsiran Injil Lukan ia 

mengetengahkan kelahiran Kristus secara rinci. Marcion berpendapat bahwa Kristus yang 

ilahi itu sekedar menampakkan diri-Nya pada masa Tiberius sehingga umat Kristiani 

mengetahui bahwa Ia turun dari Sorga. Inkarnasi Kristus bagi pengikutnya yaitu  suatu 

ilusi.

 

Penyangkalan atas kemanusiaan Kristus berarti juga menolak keberadaan-Nya yang unik serta 

tidak ada duanya. Begitu juga dengan penolakan Inkarnasi-Nya sebagai manusia, merupakan 

penolakan terhadap kebenaran Alkitab oleh sebab dalam Alkitab sendiri diajarkan mengenai 

inkarnasi Kristus guna melaksanakan kehendak Bapa untuk menyelamatkan umat manusia.  

 Dari ajaran Gnosticisme yang menyimpang tentang pribadi Kristus, maka muncullah 

beberapa ajaran baru yang sangat bertentangan dengan Iman Kristen. Van Den End menjabarkan 

beberapa doktrin tentang Kristus yang muncul dari ajaran Gnosticisme ini: 

 

Beberapa pandangan yang muncul mengenai Kristus antara lain Alogoi, yaitu pandangan 

yang menolak Kristus sebagai Firman, sebagai pernyataan Allah, tidak ada trinitas karena 

Allah yaitu  satu. Kristus yaitu  guru yang hebat, tetapi bukan Allah. Adoptionism, yaitu 

pandangan yang menyatakan bahwa Kristus dilahirkan sebagai seorang manusia kemudian 

 

Allah mengangkat Dia menjadi anakNya. Subordinationism, yaitu pandangan yang 

mengatakan bahwa Kristus bersifat Ilahi tetapi merupakan subordinat dari Bapa. Kristus 

lebih rendah dari Bapa dan tidak satu dengan Bapa. Modalism, yaitu pandangan yang 

mengatakan bahwa Kristus hanyalah nama lain dari Allah.

 

Ajaran-ajaran mengenai Kristus yang diajukan oleh Gnosticisme merupakan bentuk penolakan 

dari Kristologi yang Alkitabiah. Secara tidak langsung juga segala pandangan ini menyerang 

keilahian Kristus, dimana Ia yaitu  Allah 100%, juga menyerang kemanusiaan Kristus, dimana 

Ia yaitu  manusia 100%. Dengan menentang ajaran Kristus, Gnosticisme juga menentang segala 

pemikiran Kristen yang Alkitabiah. Fakta-fakta historis mengenai pelayanan, kematian, dan 

kebangkitan Yesus ditentang oleh Gnosticisme melalui beberapa pandangan yang muncul 

mengenai Kristus itu. 

 

Soteriologi dalam ajaran Gnosticisme 

 Keselamatan dalam Gnosticisme sangat bertolak belakang dengan pengajaran Kristen. 

Tenney mendefinisikan keselamatan dalam Gnosticisme yaitu  sebagai berikut: 

 

Gnostik, seperti yang tersirat dalam namanya (diambil dari kata Yunani gnosis, “ilmu 

pengetahuan”), yaitu  suatu sistem yang menjanjikan keselamatan melalui pengetahuan. 

Menurut para penganut Gnostik, Allah terlalu agung dan terlalu kudus untuk dapat 

menciptakan dunia materi dengan segala kehinaan dan kebobrokannya.

 

Jadi keselamatan dalam Gnosticisme yaitu  berdasarkan atas pengetahuan. Yang dimaksud 

pengetahuan ini yaitu  abstrak. Gnosticisme berpendapat bahwa penebusan Kristus ialah dari 

dunia rohani yang masuk ke dalam dunia materi yang berdosa serta mengajarkan hikmat yang 

sejati pada umat manusia. Manusia dapat membebaskan diri dari ikatan materi maka ia akan 

dapat kembali kepada Allah. Kristus yaitu  Roh yang nampak dalam bentuk manusia. Kristus 

tidak mengenakan tubuh manusia. TubuhNya yang diungkapkan Injil yaitu  tubuh maya saja. 

 

Sehingga Ia pura-pura mati di kayu salib. Ia menebus manusia bukan dengan kematian dan 

kebangkitan, melainkan melalui ajaran-ajaran yang diberikanNya secara mendasar. 

 Gnosticisme berpendapat juga bahwa keselamatan yaitu  pembebasan roh dari tubuh 

yang jahat. Kristus mengerjakan penebusan dengan datang dari dunia roh ke dalam materi atau 

dunia yang jahat agar mengajar manusia tentang pengetahuan yang benar ini. manusia dapat 

membebaskan diri dari ikatan materi maka ia akan dapat kembali kepada Allah.13 Jadi Gnostik 

menolak doktrin dasar kekristenan tentang inkarnasi, pelayanan secara fisik, serta kematian 

diatas kayu salib.  

 Gnosticisme juga menolak adanya kebangkitan tubuh nantinya sebagai janji Allah untuk 

menjemput umat-Nya. Kebangkitan tubuh sebagai suatu hal yang tidak mungkin karena setiap 

tubuh atau materi yaitu  berdosa. Karena tubuh yaitu  berdosa dan akan binasa pada saat 

kematian, maka tidak salah untuk hidup dalam kebejatan serta tidak bermoral. Jiwa akan tetap 

murni ditengah-tengah kesenangan fisik. Karena tubuh yaitu  berdosa maka tubuh harus 

menderita, diabaikan serta dianiyaya. Jadi kebejatan turun dari tubuh yang berdosa.