Jumat, 03 Januari 2025

doktrin alkitab 1

 


  


Beberapa tahun silam, dua anak Irlandia menjadi yatim piatu, dan gereja Katolik 

Roma mencoba memasukkan mereka ke salah satu sekolah Katolik. Anak-anak 

kecil itu menolak, dengan alasan mereka bukan pemeluk Katolik Roma. 

Akhirnya, persoalan itu dibawa ke depan hakim. Dalam persidangan, mereka 

diberi belasan pertanyaan tentang kepercayaan mereka. Anak-anak itu bisa 

menjawab semuanya. Sang hakim (saya kira dia seorang Katolik Roma) akhirnya 

berkata, “Yah, anak-anak ini tahu apa yang mereka yakini, dan tidak ada yang 

bisa menggoyahkan mereka dari keyakinan Protestan.” 

 Sudah sejak lama saya rindu agar anak-anak kita mengetahui apa yang kita 

percayai. Orang Katolik Roma tahu doktrin mereka. Penganut Saksi Yehova tahu 

doktrin mereka. Hendaknya anak-anak kita tidak mengalami keraguan mengenai 

apa itu kebenaran. Begitu banyak anak tahu semua cerita Alkitab, namun  tidak 

tahu  doktrin-doktrin atau ajaran-ajaran berharga dari iman kita yang suci. 

  artikel  ini bersumber dari rangkaian percakapan tentang 

“apa yang kita percayai” yang diadakan di Sekolah Minggu di kapel yang saya 

gembalakan. Murid-muridnya berusia antara 7 sampai 16 tahun, dan secara 

umum tidak ada kesulitan memahami. Paling menarik yaitu  sejumlah 

pertanyaan doktrinal yang mendalam, yang ditanykan oleh anak-anak kecil itu 

setelahnya. 

 Kami menyadari bahwa anak-anak lebih mudah memahami sesuatu yang 

dijelaskan kepada mereka secara pribadi daripada membacanya lewat artikel . 

Bagi anak yang lebih kecil, akan sangat membantu jika bab-bab ini dibacakan 

kepada mereka. 

  

 Janji Allah yaitu : “Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, 

dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN” (Mzm. 102:19). 

 Kami terdorong untuk mempublikasikan tulisan ini, mengingat belum ada 

bacaan seperti ini, namun kebutuhannya begitu mendesak. 

 Ada beberapa hal yang perlu diingat saat membaca artikel  ini: 

 1. Anak-anak yang menerima pengajaran ini pertama-tama ditujukan 

kepada mereka yang sudah memiliki latar belakang pengetahuan tentang cerita-

cerita Alkitab. 

 2. Tentu ada banyak hal yang belum disampaikan dan dibahas di sini, namun  

tujuannya ialah agar setiap babnya sederhana. 

 3. Penulis menulis sebagai seorang jemaat Baptis yang ketat dan yakin 

sepenuhnya, namun  doktrin-doktrin yang ditulis di sini dipegang oleh semua 

orang yang percaya iman Reformed, yang secara umum disebut Calvinisme. 

 4. Berbagai cerita yang diberikan sejauh ingatan penulis dari apa yang 

pernah didengar atau dibacanya. Jadi, mustahil untuk memeriksa keakuratan 

detail ceritanya. 

 5. Pada akhir tiap bab ada satu atau dua saran bacaan Alkitab. Itu bukan 

dimaksudkan sebagai ‘ayat bukti’, melainkan bacaan Alkitab yang menolong 

untuk topik bersangkutan. 

 6. Meski diberi judul “Doktrin-Doktrin Alkitab dalam Penjelasan 

Sederhana”, penulis sepenuhnya menyadari bahwa hanya maknanya yang dapat 

dijelaskan. Sedangkan pemahaman rohani yang sejati hanya bisa diperoleh 

melalui pengajaran Roh Kudus dalam hati secara pribadi. 

  

Bertahun-tahun lalu, ada seorang pria tua terbaring sakit. Ia lelaki jahat yang 

tidak percaya Allah. Di atas tempat tidurnya dia menulis “GOD IS NOWHERE” 

(ALLAH TIDAK ADA). 

 Suatu hari, cucu perempuannya yang masih kecil masuk ke kamar untuk 

menjenguknya. Anak itu baru belajar membaca, jadi kakek meminta cucunya itu 

untuk mencoba membaca tulisan di atas tempat tidurnya itu. Perlahan cucunya 

mulai membaca, dan begini dia membacanya: “GOD... IS... NOW... HERE”! 

(ALLAH SEKARANG ADA DI SINI!) 

 Pria tua itu gemetar. Untuk pertama kali dia menyadari bahwa Allah itu 

ada. 

 Hal pertama dalam agama yaitu  “Aku percaya Allah.” 

 

Bagaimana kita tahu tentang Allah? 

Alkitab mengatakan (Rm. 1:20) bahwa hanya dengan memandang ciptaan-

ciptaan indah buatan Allah pun kita bisa tahu bahwa ada Pribadi yang namanya 

Allah. Sungai-sungai yang mengalir, matahari terbenam yang cantik, lautan, 

langit, bintang-bintang, gunung dan bukit-bukit yang menjulang – dalam 

semuanya itu kita bisa melihat bahwa ada Allah. Semuanya menyerukan, “Ada 

pribadi yang disebut Allah, dan Dialah yang menjadikan kami!” 

 Namun, di dalam Alkitablah kita bisa benar-benar mengetahui tentang 

Allah. Siapa Dia? Seperti apa Dia? Apakah ada lebih dari satu Allah? Alkitab 

menyediakan semua jawabannya. 

 

  

Satu Allah 

 Barangkali kalian pernah mendengar di sekolah bahwa bangsa Yunani, 

Romawi, Anglo-Saxon (Inggris Kuno), dan Viking percaya kepada bermacam-

macam dewa – Mars, Jupiter, Merkurius, Diana, Thor, Woden: dewa laki-laki, 

dewi perempuan, dewa perang, dewa cinta, dewa atas berbagai hal. Alkitab 

memberitahukan bahwa hanya ada satu Allah yang benar dan yang hidup. 

Semua yang lain yaitu  allah palsu, allah yang mati. Allah kita melihat. Dia 

mendengar. Dia berbicara. Dia mengetahui. Dia Allah yang hidup. 

 

Seperti apakah Allah? 

 Saya meminta sekelompok anak mencari sebanyak mungkin kata untuk 

menggambarkan Allah – supaya, dari Alkitab, kita dapat mengetahui seperti apa 

Dia. Dalam waktu singkat kita mendapati kata-kata berikut: 

 Allah itu kudus, murni, benar/adil. Dia benci dosa. 

 Allah itu mahakuasa. Dia bisa melakukan apapun. Dia bisa melakukan 

segalanya. (Tentu, kaum Puritan biasanya mengatakan: Allah tidak bisa mati atau 

berdusta). 

 Allah itu kekal. Kalian tahu kisah Musa dan semak yang menyala. Di situ, 

Allah mengatakan kepada Musa bahwa nama-Nya “AKU yaitu  AKU.” Hanya 

Allah yang selalu bisa berkata begitu. Seratus tahun lalu, kamu dan saya tidak 

mungkin bisa mengatakan “Aku ada.” Seratus tahun ke depan, kamu dan saya 

juga tidak akan bisa berkata “Aku ada.” 

 Allah memiliki sifat tidak dapat berubah. Kata ini mungkin sulit. Mengapa 

tidak bilang saja “Allah tak berubah”? Allah tidak sekadar tidak berubah, namun  

juga bahwa Ia tidak dapat dan tidak mungkin berubah. 

  

 Allah tidak terlihat. Kita tidak dapat melihat Dia, namun  Dia selalu dapat 

melihat kita. Pikirkan lirik lagu anak-anak berikut: 

 

Mata Tuhan melihat apa yang kita perbuat 

baik yang baik, maupun jahat; 

Oleh sebab itulah jangan berbuat jahat 

karena Tuhan melihat. 

 

Allah itu kasih. Allah itu berbelas kasih. Allah itu bijaksana. Allah itu murah hati. 

 

Di manakah Allah? 

Suatu kali saya bertanya kepada sekelompok anak: Di mana Allah? Tiga tangan 

teracung, dan ada tiga jawaban berbeda. namun , semuanya benar. 

 

 “Allah ada di surga.” 

 “Allah ada di mana-mana.” 

 “Allah ada di sini.” 

 

Tritunggal 

Kamu pasti pernah mendengar kata Tritunggal atau Trinitas. Apa artinya? 

 Alkitab mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah, namun  di dalam Allah 

yang satu itu ada tiga Pribadi: Bapa, Anak, Roh Kudus. 

 Allah Bapa yaitu  Allah. 

 Allah Anak (Tuhan Yesus Kristus) yaitu  Allah 

 Allah Roh Kudus yaitu  Allah. 

 

  

Banyak orang berusaha menjelaskan apa itu Tritunggal, namun  tidak pernah akan 

ada yang bisa menerangkannya secara sempurna. Alkisah, dulu ada seorang 

pendeta yang pada waktu khotbah pagi berkata kepada jemaatnya bahwa nanti 

malam dia akan menjelaskan tentang Tritunggal. Siangnya ia melihat salah 

seorang diakennya yang sudah tua sedang berlutut di pinggir sungai sambil 

memegang sendok. “Bapak sedang apa?” tanya pendeta itu. 

 “Mengosongkan sungai pakai sendok,” jawabnya. 

 “Tidak mungkin bisa.” 

 “Saya akan melakukannya, sama seperti Pak Pendeta juga dapat 

menjelaskan Tritunggal nanti malam,” sahut orang tua bijak itu. 

 

 namun , meski kita tidak dapat menjelaskan atau memahaminya, kita 

harus mempercayainya. Orang-orang sudah berusaha menjelaskannya. 

Mengapa Irlandia memakai emblem berlambang tanaman shamrock berdaun 

tiga? Alasannya, karena Patrick (biasa disebut Santo Patrick), ketika ditanya 

tentang Tritunggal, memetik sehelai daun shamrock dan berkata, “Tiga dalam 

satu.” Tiga daun, satu shamrock. Orang lain memakai gambaran jari: Satu jari 

kita terdiri dari tulang, darah, dan kulit. Kaum Puritan menggambarkan 

Tritunggal seperti matahari, sinarnya, dan panasnya. namun  tak satu pun 

gambaran itu benar-benar mewakili Tritunggal. Tritunggal yaitu  sebuah misteri 

– namun  misteri yang diceritakan kepada kita dalam Alkitab. 

 

Ada banyak hal yang saya tidak mengerti, namun  saya yakini dengan teguh. Saya 

percaya penuh bahwa kalau saya menekan saklar, bola lampu di langit-langit 

akan menyala. Saya tahu itu. Saya yakin itu. namun  saya bukan tukang listrik, jadi 

saya tidak bisa menjelaskannya. 

  

 Lalu, bagaimana kita memikirkan Tritunggal? Setiap kali Bapa, Anak, atau 

Roh Kudus disebut, masing-masing dikatakan sebagai Allah – meski begitu tetap 

Alkitab mengatakan “Hanya satu Allah.” 

 Ketiganya bersatu, ada dalam satu kesatuan dan setara. Barangkali 

perkataan yang paling sering dipakai berulang-ulang yaitu  ‘doa berkat.’ Kamu 

selalu mendengarnya di akhir tiap kebaktian. Di situ, ketiga Pribadi bersatu 

bersama sebagai satu Allah: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah 

[yaitu Bapa], dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” 

(2Kor.13:14). 

 Juga, waktu pembaptisan, seseorang dibaptis “dalam nama (satu nama) 

Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus” (Mat.28:19). 

 namun  mungkin yang paling berguna bagi anak-anak yaitu  cerita 

pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Saat itu, Allah Anak ada di dalam air. Allah 

Roh Kudus terlihat turun dari langit dalam wujud merpati. Allah Bapa terdengar 

suara-Nya yang berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi.” Tiga Pribadi, satu Allah. 

Pada masa-masa awal gereja Kristen, ada perkataan, “Engkau mau mengenal 

Tritunggal? Pergilah ke sungai Yordan.” 

 Hal yang luar biasa di sini yaitu  bahwa Allah yang agung dan kudus mau 

membuat diri-Nya dikenal oleh semua orang, dewasa dan anak-anak, laki-laki 

dan perempuan. Dia menyatakan diri-Nya melalui Tuhan Yesus. Sebelum Dia 

menyatakan diri, semuanya masih misteri. Misteri yaitu  sesuatu yang tidak 

bisa diketahui sebelum ditunjukkan kepada kita. 

 Seandainya sebuah cangkir emas disembunyikan di rumahmu, benda itu 

dan lokasinya yaitu  misteri. namun , kalau orang yang menyembunyikan, 

mencongkel sepotong papan lantai di kamarmu lalu mengambil cangkir itu, 

  

menunjukkannya kepadamu, bahkan memberikannya kepadamu, maka misteri 

itu dinyatakan, disingkapkan. 

 Kita perlu berdoa, “Tuhan, nyatakanlah Diri-Mu kepadaku.” 

 Orang paling bijaksana pun tidak dapat mengetahui misteri kalau hal itu 

tidak dinyatakan. Orang paling sederhana pun bisa tahu, kalau dinyatakan. 

Pernah seorang anak lelaki dengan keterbelakangan mental, yang sepanjang 

hidupnya hampir tidak pernah berbicara, berkata sebelum dia meninggal, “Lihat, 

apa yang aku lihat? Apa yang aku lihat? Aku lihat Seseorang, dan Seseorang itu 

Tiga. Tiga dalam satu, satu dalam tiga! Dan semuanya, ketiganya, untuk aku.” 

 

Saran bacaan Alkitab 

Mazmur 104 (khususnya beberapa ayat pertama). Ada juga mazmur-mazmur 

lain yang serupa. 

Yesaya 6. 

Yesaya 40 (terutama ayat 12-26) 

Matius 3:13-17. 

  


 

Alkitab yaitu  artikel nya Allah. Alkitab menceritakan tentang Allah kepada kita. 

Seluruhnya benar dari awal sampai akhir. Ketika kamu punya artikel  pelajaran 

sekolah (misalnya kimia atau sejarah), tentu kamu tidak mau artikel  itu ada 

kesalahan. 

 Kita mengatakan bahwa Alkitab itu diilhamkan. “Segala tulisan yang 

diilhamkan Allah ...” (2Tim.3:16). Apa maksudnya? Maksudnya bukan hanya 

seperti waktu orang berkata, “Pelukis itu mendapat ilham untuk membuat 

karya.” namun  lebih daripada itu, maksudnya yaitu  “dinafaskan Allah.” Allah 

yang menafaskan / menghembuskan isi Alkitab. 

 Orang-orang berbeda menulis Alkitab – Musa, Samuel, Daud, Yesaya, 

Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Paulus, dan lain-lain. Jangka waktu mereka 

menulis ada ratusan tahun lebih. Sebagian penulis sangat pandai, sebagian lain 

orang sederhana. Namun, kata-kata mereka semua sejalan. Mereka menyatakan 

otoritas khusus atas semua perkataan mereka. 

 Kita telah mendengar bahwa “oleh dorongan Roh Kudus orang-orang 

berbicara atas nama Allah” (2Ptr. 1:21). Kata yang diterjemahkan “dorongan” 

berasal dari kata yang sama untuk menggambarkan kapal didorong oleh angin. 

Petrus tahu betul bagaimana kapal-kapal digerakkan di danau Galilea; dan dia 

memakai kata yang sama untuk menjelaskan bagaimana dirinya (dan para 

penulis Alkitab yang lainnya) digerakkan oleh Allah. 

 Cara Allah memakai para penulis Alkitab tidak sama seperti kalian 

memakai komputer untuk mengetik. Komputer tidak tahu apa yang diketik dan 

tidak merasakan apapun. Sedangkan para penulis Alkitab tahu apa yang mereka 

  

tulis, dan Paulus tidak menulis seperti yang ditulis Petrus, dan Petrus juga tidak 

menulis seperti Yohanes. namun  Allah memastikan bahwa kata-kata yang dipakai 

tepat seperti yang Dia mau. 

 Kita juga menggunakan kata “ketidakbersalahan” untuk menggambarkan 

Alkitab. Artinya lebih dari sekadar bahwa Alkitab itu benar, namun  juga bahwa 

tidak mungkin ada yang salah di dalam Alkitab (meskipun tentu ada hal-hal yang 

tidak dapat kita mengerti). 

 Kelak kalian akan sering mendengar orang-orang mengatakan bahwa 

Alkitab tidak benar. Mungkin guru sekolah, mungkin temanmu. Namun, amat 

sangat penting bagi kita untuk berpegang teguh pada kebenaran Alkitab. Halnya 

sesederhana. ini: Kalau Allah sudah berbaik hati memberi kita sebuah kitab 

tentang diri-Nya, maka Dia pasti akan memastikan tidak ada kesalahan di 

dalamnya. 

 Begitu sering orang berbicara tentang pertentangan-pertentangan antara 

isi Alkitab sendiri. Kata mereka, “Ayat ini berkata begini, sedangkan ayat lain 

mengatakan yang sama sekali berbeda.” 

 Biar saya gambarkan dengan sebuah cerita. Pada tahun-tahun awal 

pelayanan saya sebagai pendeta, dua remaja perempuan di gereja mengirimi 

saya kartu pos. Mereka pergi liburan bersama, dan menginap di tempat yang 

sama. Kedua kartu pos mereka ditulis pada hari yang sama, dikirim di hari yang 

sama, juga tiba bersamaan. Yang satu isinya, “Ini hari yang indah. Mataharinya 

cerah.” Yang lain isinya, “Hari ini hujan.” Keduanya anak yang jujur. Kenapa 

tulisan mereka berbeda, namun  keduanya sama-sama benar? Pasti kalian bisa 

memikirkan berbagai kemungkinan jawaban. Begitu jugalah halnya dengan 

Firman Allah. 

  

 Pernahkah kamu perhatikan betapa Tuhan Yesus selalu berbicara tentang 

Alkitab dengan penuh hormat? Kata-Nya, “Kitab Suci tidak dapat dibatalkan” 

(Yoh. 10:35). Waktu pertama kali berkhotbah, Dia mengutip Kitab Suci untuk 

memperkenalkan diri-Nya (Luk. 4:16-21). Waktu melawan Iblis, Dia memakai 

Kitab Suci sebagai senjata-Nya (Luk. 4:1-12). Dia juga mengutip Kitab Suci untuk 

mengajar para pendengar-Nya (Yoh. 6:25-34) dan membungkam musuh-musuh-

Nya (Mat. 15:1-9). Bahkan saat di salib, Tuhan Yesus mengutip Kitab Suci (Mat. 

27:46). Dan ketika Ia bangkit dari kematian, Ia tetap berbicara tentang Kitab Suci 

Perjanjian Lama (Luk. 24:27). 

 Barangkali, cerita-cerita Alkitab yang orang-orang di sekolah biasanya 

tidak percayai yaitu  tentang Adam dan Hawa, Nuh dan bahteranya, tentang 

istri Lot berubah menjadi tiang garam, atau Yunus di dalam perut ikan. Sangat 

menariknya, Yesus sendiri mengambil cerita-cerita itu dan menggunakannya 

sebagai cerita yang benar-benar terjadi! (Mat. 19:4-5, Luk. 17:26-27, Luk. 10:12, 

Mat. 12:39-41). 

 Mungkin akan ada anak yang bertanya, “Apa itu Apokrifa?” Apokrifa 

yaitu  sejumlah kitab-kitab kuno yang ditulis semasa Alkitab ditulis, namun  kitab-

kitab itu tidak pernah benar-benar diperhitungkan sebagai bagian dari Alkitab. 

Alkitab kita terdiri dari 39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru. 

Kalian akan mendapati bahwa seringkali di dalam kitab Perjanjian Baru, ayat 

Perjanjian Lama dikutip  dengan perkataan “Allah berfirman,” atau “Roh Kudus 

berfirman,” namun  Apokrifa tidak pernah dikutip. 

 Alkitab kita mula-mula ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani, namun  kita 

bersyukur kepada Allah karena ada terjemahan yang baik dalam bahasa 

Indonesia dan bahasa-bahasa lain yang kita mengerti. Mungkin kalian pernah 

membaca cerita tentang William Tyndale yang menghabiskan waktu berjam-jam 

  

menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Tuturnya, dia ingin anak petani 

yang paling tidak terpelajar pun bisa memahami Alkitab sama seperti orang 

terpelajar. Betapa indahnya kasih orang ini, duduk sendirian bertahun-tahun di 

kamar lotengnya, bekerja siang malam hingga kita bisa memiliki Alkitab bahasa 

Inggris. Pada akhirnya, dia ditangkap, dicekik, dan dibakar. (Karena waktu itu 

Alkitab tidak boleh diterjemahkan dalam bahasa lain). Menjadi pengkhotbah 

terkenal yang didengar ratusan orang itu satu hal, namun  menyendiri di tempat 

tersembunyi, menerjemahkan Alkitab dengan susah payah, itu lain hal. 

 Kita bersyukur atas Alkitab dalam bahasa kita. Ingatlah masa-masa dulu 

ketika seorang petani menjual segerobak penuh jerami demi membeli selembar 

halaman Alkitab! 

 Kita juga pernah mendengar ada orang-orang yang berjuang sampai mati 

karena mempertahankan fakta bahwa Alkitab itu benar. Namun, mereka belum 

pernah membacanya. 

 Seorang gadis kecil menerima sebuah Alkitab. Di halaman depannya dia 

menulis: 

 

Ya Pengajar Ilahi. Tuhan perahmat. 

Tetaplah Kau dekat; 

Ajariku mengasihi Firman kudus-Mu 

dan berjumpa Juruselamat di situ. 

(Himne “Father of Mercies, in Thy Word) 

 

Dan benar, gadis kecil itu berjumpa dengan Juruselamatnya di situ. Biarlah kita 

membacanya, mencintainya, dan di atas segalanya, menemukan Tuhan Yesus di 

situ. 

  

 Ini doa yang bagus saat membaca Alkitab: “Singkapkanlah mataku, supaya 

aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu” (Mzm. 119:18). 

 

Saran bacaan Alkitab 

Mazmur 19 

Mazmur 119 (suatu bagian atau seluruhnya) 

  


Segala sesuatu diciptakan oleh Allah. Suatu kali ada seorang anak lelaki kecil 

ditanya, “Apa kamu tahu apa artinya ‘mencipta’?” 

 “Tahu,” jawabnya, “Menjadikan sesuatu dari tidak ada menjadi ada.” 

Jawaban yang bagus. 

 Kalau seorang bapak membuat meja, dia butuh apa saja? Kayu, lem, paku, 

alat-alat. Kalau seorang ibu membuat kue, dia butuh apa saja? Tepung, gula, 

mentega, telur, dan pemanggang. Allah menjadikan segala sesuatu dari yang 

tadinya tidak ada. Itulah penciptaan. 

 Mudah saja bagi Allah menciptakan segala sesuatu. Dia melakukannya 

hanya dengan berbicara. Alkitab mengatakan, “Dia berfirman, dan semuanya 

jadi.” (berfirman = mengucapkan). Begitulah dalam kitab Kejadian (“kitab asal 

mula”) kita berulang kali membaca: “Tuhan berfirman, Jadilah ... Dan ... itu jadi.” 

 

Allah menciptakan segala sesuatu dalam enam hari. 

1. Terang 

2. Cakrawala dan awan 

3. Tanah kering dan tumbuh-tumbuhan 

4. Matahari, bulan, bintang-bintang 

5. Binatang laut dan burung 

6. Binatang darat dan manusia 

 

Semuanya langsung terjadi ketika. Dan tidak ada kesalahan; tidak perlu uji coba 

berkali-kali. Segalanya sempurna. 

  

 Pada hari ketujuh, Allah beristirahat. Itu sebabnya Dia memberikan hari 

Sabat (satu dari tujuh hari) sebagai satu hari untuk beristirahat di mana kita 

berhenti bekerja dan bermain. Mengapa sekarang kita menggunakan hari 

Minggu, bukan Sabtu? Karena Minggulah hari ketika Yesus bangkit dari 

kematian, dan pada zaman para rasul, hari istirahat diubah dari hari ketujuh 

menjadi hari pertama. Namun, sejak semula, yang penting yaitu  ada satu hari 

di antara tujuh hari (untuk beristirahat). 

 Kebanyakan anak pasti tahu, ada orang-orang yang tidak percaya bahwa 

dunia diciptakan oleh Allah. Mereka pikir dunia terjadi begitu saja. Seorang 

matematikawan terkenal asal Jerman, Athanasius Kircher, suatu hari kedatangan 

seorang tamu yang seperti itu. Kircher menaruh sebuah bola dunia di pojok 

ruang tamu sehingga si tamu mau tidak mau pasti melihatnya. Segera saja tamu 

itu bertanya, “Dari mana Bapak dapat bola dunia yang bagus itu? Siapa gerangan 

yang membuatnya?” 

 “Tidak ada,” jawab Kircher, “bola itu jadi begitu saja.” 

 Tamunya tentu saja tercengang mendengar jawaban itu dan hanya 

menatap Kircher. 

 “Yah,” kata matematikawan yang terkenal itu, “Kamu heran kalau orang 

bilang bola dunia kecil ini jadi begitu saja, lalu bagaimana pikirmu mengenai 

dunia sebesar dan seindah ini, apakah itu terjadi begitu saja?” 

 Di sekolah mungkin kamu diajari bahwa manusia tidak diciptakan, namun  

berasal dari hewan. Pemikiran ini disebut Evolusi. Alkitab jelas mengajarkan 

bahwa Allah menciptakan Adam dari tanah, dan Hawa diciptakan dari tulang 

rusuk Adam. Dalam artikel  yang kecil ini, kita tidak mungkin bisa menjawab semua 

serangan terhadap kisah penciptaan dalam Alkitab, namun  kita akan 

menyinggung beberapa hal saja: 

  

 

1. Evolusi hanyalah sebuah teori. Teori ini belum pernah terbukti. Banyak 

ilmuwan terkemuka (dulu maupun sekarang) yaitu  orang Kristen dan mereka 

pun sepenuhnya percaya apa kata Alkitab tentang penciptaan. 

2. Alkitab bukan artikel  sains, dan kita setuju bahwa banyak hal tidak dicatat di 

Alkitab. namun  di dalamnya tidak ada kesalahan. Tak ada yang bertentangan 

dengan sains yang benar. Tugas ilmuwan yang sejati yaitu  mengamati, 

menuliskan apa yang diamati, dan menarik kesimpulan dari situ. Sedangkan 

Alkitab yaitu  tempat di mana seorang sejarawan menulis apa yang telah terjadi 

di masa silam. Tidak ada seorang ilmuwan pun yang ada saat itu untuk 

mengamati penciptaan. namun  Allah ada di sana saat itu. 

3. Kita tidak melihat evolusi terjadi saat ini. Kuda-kuda yang berkualitas lebih 

bagus dapat dikembang-biakkan, namun  tidak pernah ada kuda berubah menjadi 

sapi, atau babi menjadi domba. 

 

 Orang-orang di segala zaman, di segala kebudayaan, di berbagai-bagai 

negara, dapat mengerti betapa indahnya kisah penciptaan oleh Allah. Bahkan 

anak-anak kecil dapat memahaminya. Betapa besarnya Allah! Alangkah indah 

dunia yang Dia jadikan! Betapa baik sang Pencipta! 

 Dan sungguh mengagumkan bahwa kita bisa berbicara dengan sang 

Pencipta hebat ini lewat doa! Allah yang mahabesar ini mencintai umat-Nya. 

Sekali waktu, pada malam cerah berbintang, orang memandang langit dengan 

takjub dan berkata, “Jika aku merenungkan langit dan benda-benda di atas sana, 

yang Engkau buat, bulan dan bintang-bintang, karya jari-jari-Mu, apakah 

manusia itu? ...” Dan mereka merasakan, “Allah yang mahabesar ini yaitu  

Juruselamatku dan Sahabatku.” 

  

 

Saran bacaan Alkitab 

Kejadian 1 

Kejadian 2 

Mazmur 8 

Mazmur 33:1-9 

  


 

Ada sebuah cerita tentang sebuah jam yang tidak berputar. “Coba tunggu 

beberapa hari, dan kita lihat lagi nanti,” saran orang. Tapi jam itu tetap tidak 

berputar. “Mesinnya perlu diberi pelumas.” Lalu dicoba, namun  jam itu tetap 

tidak berputar. Segala cara dicoba: “Goyangkan keras-keras”; “Pindahkan ke 

tempat lain,” dan lain-lain. Akhirnya, jam itu dibawa ke toko yang menjualnya. 

“Kita harus mengembalikannya ke pembuatnya,” kata yang punya toko. 

Kemudian jam itu dikirim kembali dari si pembuat jam dengan satu catatan saja: 

“Mesin dalamnya perlu diganti. Pernya rusak.” 

 Itulah gambaran tentang manusia! Kita menemui banyak cerita 

mengerikan: kriminal, pembunuhan, kekerasan, perampokan, dan lain-lain, dan 

segala cara sudah dicoba untuk menghentikannya: pendidikan, lebih banyak 

sekolah, lebih banyak polisi, rumah-rumah tahanan, penjara – namun  manusia 

tetap sama jahatnya seperti sebelum-sebelumnya! Mengapa? Karena ada yang 

salah di hati mereka; pikiran, kehendak, perasaan, dan pengertian mereka 

seluruhnya salah. Manusia yaitu  pendosa. 

 Dalam istilah Alkitab, manusia sudah jatuh. Manusia tidak seperti ketika 

pertama kali dia diciptakan. Dulu Allah menciptakan manusia dalam keadaan 

sempurna. Dia membuat mereka dari debu tanah. Dia memberi mereka jiwa. 

Dia menjadikan mereka berbeda dari semua hewan. Di Taman Eden manusia 

belum jatuh. Mereka bahagia, tenang, menikmati persatuan dengan 

Penciptanya. 

 Kemudian terjadilah Kejatuhan. Seorang anak laki-laki, saat ditanya apa 

artinya Kejatuhan, memberikan jawaban sederhana tapi bagus: “Adam jatuh 

  

dari baik menjadi jahat.” Kita semua sudah jatuh dalam diri Adam; Adam yaitu  

“kepala kita semua.” Kamu ingat ketika Goliat dan Daud bertarung, Goliat 

berkata, “Tidak usah seluruh tentara bertempur. Kalian pilih satu orang untuk 

mewakilimu; aku sendiri akan mewakili Filistin. Daud menjadi ‘kepala’ 

/perwakilan Israel (artinya seluruh orang Israel ada ‘di dalam dirinya’); Goliat 

menjadi ‘kepala’ orang Filistin (artinya semua orang Filistin ada ‘di dalam 

dirinya’). Daud menang, berarti seluruh Israel menang. Goliat kalah, jadi seluruh 

Filistin kalah. Kita ada di dalam Adam; kita bertempur, kita kalah, kita jatuh. 

Maka “dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan melalui dosa itu 

masuk juga maut, dan demikianlah maut itu menjalar kepada semua orang, 

karena semua orang telah berbuat dosa” (Rm. 5:12). Inilah doktrin atau ajaran 

dasar Kristen tentang “dosa asal.” 

 Kita terlahir ke dunia sebagai orang berdosa. Hati kita sudah rusak, maka 

selama kita bertumbuh besar, kita berdosa dalam kata-kata, pikiran, dan 

perbuatan. Kita tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran, jiwa, dan 

kekuatan. Kita bukan menjadi orang berdosa karena berbuat dosa. Justru 

sebaliknya, kita berbuat dosa karena kita memang orang berdosa. “Dosa yaitu  

pelanggaran hukum Allah.” Allah sudah memberi kita sebuah hukum yang baik 

dan kudus – Sepuluh Perintah. Kita melanggarnya. Kita bersalah. Dan kita layak 

menerima hukuman kekal. 

 Karena kita sudah berodsa, maka kita harus mati (dan setelah kematian, 

ada penghakiman). “Upah dosa ialah maut.”  Dahulu ada orang menggambar 

rancang bangun sebuah kota baru yang sangat bagus – sebuah kota ideal. 

 “Tapi, di mana kantor polisinya?” tanya seorang pengunjung. 

 Dia menerima jawaban diiringi senyum, “Nanti tidak akan perlu polisi di 

lingkungan yang indah ini.” 

  

 “Tapi gereja juga tidak ada,” pengunjung itu bersikeras. 

 Sekali lagi senyuman, “Tidak akan ada yang ingin ke gereja nanti pada 

waktunya kota ini dibangun. 

 namun , pengunjung itu tidak menyerah. “Kenapa tidak ada kuburan?” 

 Hening. Tidak ada jawaban untuk pertanyaan ini. 

 

Kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan diri sendiri. Kita tidak bisa 

menolong diri sendiri. Kita bersalah dan tanpa harapan. Kita seperti jam tadi – 

perlu diganti dalamnya. Ada cerita tentang seorang anak lelaki berkulit hitam 

yang jatuh ke lubang. Malam semakin dekat, begitu pula bahaya-bahayanya 

seperti binatang buas. Anak itu tidak bisa keluar. Dia gemetar ketakutan. 

Sekelompok warga lokal datang berkerumun. Yang satu berkata, “Bodoh sekali, 

kenapa bisa jatuh.” Yang lain mengatakan dia pasti anak nakal, bermain-main di 

dekat lubang. Yang ketiga menyuruhnya keluar dengan cara yang sama seperti 

dia masuk (tentunya anak itu tidak bisa). Yang lain menyodorkan tongkat untuk 

berpegangan, namun  tongkat itu patah. Yang paling parah, bahkan ada yang 

menceramahi dia supaya kalau dia bisa keluar, tidak boleh jatuh lagi! Malam 

semakin dekat – sampai akhirnya seorang penduduk setempat yang sangat kuat 

dan baik hati terjun sendiri ke dalam lubang, mengangkat anak itu, dan 

mengeluarkannya. 

 Kebutuhan kita teramat sangat besar, kita memerlukan Tuhan Yesus untuk 

melakukan semuanya bagi kita. 

 Mungkin ada yang pernah dengar cerita “Gadis Pelayan Kecil dari 

Skotlandia”. Seorang pendeta kenamaan asal Skotlandia sedang memimpin 

ibadah di rumah tempatnya menginap. Dia bertanya apakah semua sudah 

  

berkumpul. “Ya,” jawab orang-orang, “Kecuali seorang gadis pelayan. Dia ada di 

dapur. Bocah itu tidak akan mengerti. Dia tidak bisa baca tulis.” 

 Pendeta bersikeras supaya anak itu diajak. Ketika pendeta itu 

menanyainya sejumlah pertanyaan, ternyata gadis kecil itu tidak tahu apa-apa 

tentang agama. Sebelum pergi, sang pendeta mengajarinya berdoa, “Tuhan, 

tunjukkanlah kepadaku siapa diriku.” 

 Beberapa waktu kemudian, ketika pendeta tersebut berkunjung ke rumah 

itu lagi, didapatinya si gadis pelayan sedang gundah dan tertekan. Saat ditanya 

kenapa, ternyata dia dibebani oleh rasa berdosa dan bersalah di hadapan Allah 

yang kudus. Doanya telah dijawab. Sekarang, pendeta itu berbicara kepadanya 

tentang Tuhan Yesus, dan sebelum pergi dia mengajarinya doa yang lain, “Tuhan, 

tunjukkanlah kepadaku siapa diri-Mu.” 

 Tak sampai bertahun-tahun lamanya kedua orang itu bertemu lagi. 

Seorang wanita muda yang anggun, penuh sukacita karena keselamatan dari 

Allah, memperkenalkan dirinya kepada pendeta itu dan menceritakan 

bagaimana doanya yang kedua telah dijawab, dan Yesus menjadi 

Juruselamatnya yang berharga. 

 

Saran bacaan Alkitab 

Kejadian 3 

Roma 1:18-32 

Roma 3:9-20, 23 

  


 

saat  Tuhan Yesus mengendarai keledai masuk ke Yerusalem, orang-orang 

mengucapkan suatu pertanyaan penting, “SIAPAKAH DIA INI?” Kita memang 

perlu tahu jawabannya. Siapakah Yesus dulu? Siapakah Yesus sekarang? 

 

1. Waktu Dia ada di bumi dulu itu, Dia bukan orang biasa. Dia yaitu  Allah, dulu 

maupun sekarang. Dia mahakuasa. Dia bisa melakukan apapun. 

 Sebelum datang bumi, sebelum lahir di Betlehem, Yesus tinggal sebagai 

Allah di surga. Dua lirik lagu anak-anak berikut ini menggambarkannya: 

 

Dia turun ke bumi dari Surga, 

Dia yang yaitu  Allah dan Tuhan atas segala. 

 

Yesus, yang tinggal di atas langit 

telah turun menjadi Manusia dan mati. 

 

2. Dia sungguh benar-benar seorang manusia. Dia dilahirkan. Meski tanpa ayah 

jasmani, Dia punya ibu yang seorang manusia, yaitu Maria. Dia merasakan lapar, 

sakit, lelah (waktu di sumur kota Samaria). Dia menangis (di kubur Lazarus). Dia 

tidur (waktu di buritan kapal). 

 

3. Dia sepenuhnya bersih dan bebas dari dosa. Alkitab berkata, “Saleh [ESV: 

kudus], tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa” (Ibr. 

  

7:26). Dia tidak pernah berbuat salah sedikit pun, baik dalam perbuatan, 

perkataan, maupun pikiran. 

 Dia bisa dicobai, namun  tidak dapat berbua dosa (sempurna, tidak mungkin 

bersalah). Kehidupan-Nya sebagai manusia tidak pernah terpisah dari kodrat 

atau keberadaan-Nya sebagai Allah. 

 

 Waktu kita dicobai, kita sering berbuat dosa. Kita seperti lingkaran-

lingkaran air di antara bebatuan karang di tepi laut; kelihatannya begitu jernih, 

namun  kalau kamu mengambil sebatang kayu dan mengaduknya sedikit saja, 

genangan itu langsung keruh dan gelap. Tuhan Yesus tidak begitu. Ketika Iblis 

datang membawa sebatang kayu dan mengaduk, tidak ada yang menjadi keruh 

pada Yesus. 

 Pilatus berusaha keras, namun  dia tidak mendapati kesalahan apapun pada 

Yesus. 

 Tentara Romawi di kaki salib berkata, “Sungguh Dia ini orang benar.” 

 Bahkan Iblis pun tak dapat menemukan cacat dan kesalahan. 

 Ketika Allah Bapa memandang dari Surga, Ia berkata, “Inilah Anak-Ku yang 

Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.” Anak-Nya yang terkasih telah menggenapi 

hukum Taurat-Nya secara sempurna. 

 

 Kadang anak-anak bertanya, “Bagaimana kita bisa yakin kalau Yesus 

sungguh-sungguh Allah?” 

 

1. Pertama, ada banyak ayat yang dengan jelas mengatakan bahwa Dia Allah 

(ingat lagu: “Alkitab memberi tahu saya begitu”). Contohnya, “Pada mulanya 

yaitu  Firman [yaitu Tuhan Yesus], Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan 

  

Firman itu yaitu  Allah” (Yoh.1:1). “Mesias dalam keadaan-Nya sebagai 

manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia yaitu  Allah yang harus dipuji 

sampai selama-lamanya” (Rm. 9:5). “namun  tentang Anak Ia berkata: "Takhta-

Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya” (Ibr. 1:8). 

 Pernah seorang lelaki bertanya, “Kalau Yesus benar-benar Allah, mengapa 

Alkitab tidak mengatakannya demikian?” 

 Ia ditanya balik, jelas seperti apa yang dia harapkan. Jawabnya, “Kira-kira 

seperti, Dia Allah yang benar.” 

 Saat itu juga ditunjukkan kepadanya 1Yoh. 5:20, yang berbicara tentang 

Yesus. Di situ tertulis, “Dia yaitu  Allah yang benar.” 

 

2. Namun, bahkan selain itu: 

 Yesus harus disembah – dan yang boleh disembah hanya Allah. Kita berdoa 

kepada Yesus – dan yang bisa menerima doa hanya Allah. Yesus mengadakan 

mukjizat-mukjizat ajaib – menjadi bukti bahwa Dia Allah. Kebangkitan-Nya 

yaitu  bukti bahwa Dia Allah – hanya manusia yang yaitu  Allah yang bisa 

bangkit dengan kuasa-Nya sendiri. 

 

Ada lirik lagu yang berkata: 

 

Kubersaksi bahwa Kristus itu Allah 

Pada umat-Nya Dia peduli 

Kepada-Nya aku berdoa 

dan Dia telah mendengar doaku 

-- Joseph Hart 

 

  

Meski Yesus mati, Dia bangkit lagi lalu kembali ke Surga. Dia ada di sana 

sekarang, masih sebagai seorang Manusia sungguhan, namun  telah “dimahkotai 

dengan kemuliaan dan hormat” untuk selama-lamanya. 

 Ada yang berkata, “Aku percaya Yesus seorang Manusia yang baik, namun  

aku tidak bisa percaya bahwa Dia itu Allah.” Waduh, hanya ada satu pilihan, tidak 

bisa kedua-duanya. Percaya atau tidak percaya? Jika Yesus sendiri mengatakan 

diri-Nya Allah, maka seandainya ternyata Dia bukan Allah, berarti dia bukan 

orang baik. 

 Seperti orang-orang majus, kita akan mengajukan pertanyaan berikut lagi, 

“DI MANAKAH DIA?” Kita ingin menemukan-Nya, mengenal-Nya, serta 

menyembah dan mengasihi-Nya. 

 

JADI, MENURUTMU SIAPAKAH KRISTUS ITU? 

 

Saran bacaan Alkitab 

 Matius 1:18-25; dan pasal 2 berisi kisah tentang kelahiran Yesus, juga Luk. 

1:26-38 dan Luk. 2. 

 Mazmur 45 dan 72; Yoh. 1:1-14; Ibr. 1-2 

 Seluruh Injil Yohanes menekankan bahwa Yesus yaitu  Allah. 

  


 

Dulu ada sajak pendek yang dipelajari anak-anak di sekolah: 

 

Siapa pernah melihat angin? 

Engkau tidak, aku pun tidak. 

 

Dalam Alkitab, Roh Kudus diibaratkan seperti angin. Kamu tidak bisa melihat 

angin bertiup, namun  saat hari berangin kamu bisa melihat akibat-akibat dari 

angin. Topi terbang di jalanan, asap berputar, tutup tong sampah melayang. 

Angin punya kekuatan dahsyat. Kadang ada berita bahwa mobil tertiup angin 

sampai keluar dari jalan. 

 Namun, ada dua hal penting yang harus selalu kita ingat; dua hal yang 

sering terlupakan: 

 

1. Roh Kudus yaitu  seorang Pribadi – bukan cuma suatu perasaan atau tenaga. 

Ini sangat penting. 

 Dalam Alkitab, hal-hal tentang Roh Kudus dijelaskan dengan kata-kata 

yang hanya bisa dikenakan pada seseorang atau seorang pribadi. (Misalnya, 

tidak bisa menyebut-Nya dengan kata ganti yang digunakan untuk benda atau 

hewan, seperti kata ganti “it” dalam bahasa Inggris). Sebagai contoh: 

 

Dia mengasihi – Roma 15:30 

Dia berduka – Efesus 4:30 

Dia dibohongi – Kis. 5:3 

  

Dia menegur – Yohanes 16:8 

Dia memberi – 1 Korintus 12:8-11 

Dia menjadi saksi – 1 Yohanes 5:7 

Dia mengetahui – 1 Korintus 2:11, 12:8; Yohanes 14:26 

Orang bisa berdosa terhadap Roh Kudus – Matius 12:32-33 

 

2. Roh Kudus yaitu  Pribadi yang Ilahi. Dia yaitu  Allah. Dia kekal. Dia tahu 

segala sesuatu (mahatahu). Dia bisa segalanya (mahakuasa). Dia ada di mana-

mana (mahahadir). 

 Pada akhir tiap kebaktian kamu tentu mendengar pendeta mengucapkan 

doa berkat, “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah Bapa, dan 

persekutuan Roh Kudus, menyertai kamu sekalian ... “ Di situ, Allah Roh Kudus 

disertakan dengan Allah Bapa dan Allah Anak – dan Ketiga-tiganya satu Allah. 

 Ketika seseorang dibaptis, dia dibaptis dalam nama (bukan dalam “nama-

nama” [jamak]) Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus. Lagi-lagi Roh Kudus disertakan 

dengan Allah Bapa dan Allah Anak. 

 Kita juga diperingatkan tentang bahaya menghujat Roh Kudus. Yang bisa 

dikenai hujat hanyalah Pribadi yang yaitu  Allah. Misalnya, kalau kamu 

mengumpati pemimpin gereja yang paling tinggi atau paling suci, itu perbuatan 

yang jahat, namun  bukan hujat. “Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, 

namun  hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni” (Mat. 12:31). 

 Karena itu, kita juga boleh berdoa kepada Roh Kudus, dan tentunya itu 

dosa seandainya Dia bukan Allah. 

 Kamu tahu cerita serius tentang Ananias dan Safira (Kis. 5), bagaimana 

mereka berdua dihukum mati karena berbohong. Ayat 3 dengan jelas 

  

mengatakan mereka “mendustai Roh Kudus”; ayat 4 menambahkan, “Engkau 

bukan mendustai manusia, namun  mendustai Allah.” 

 Ada banyak nama yang diberikan untuk Roh Kudus. Kadang Dia disebut 

“Merpati suci, atau Merpati surgawi” – karena penampakan-Nya pada waktu 

Yesus dibaptis; Dia juga disebut Sang Penghibur ilahi. Ia sering dipanggil ‘Roh 

Kudus’. 

 Peristiwa yang biasanya kita ingat berkenaan dengan Roh Kudus yaitu  

Hari Pentakosta. Di Kis. 2 diceritakan bagaimana Roh Kudus turun (seperti lidah-

lidah api) ke atas para murid, dan saat mereka berkhotbah dengan kuasa, 3000 

orang hatinya sangat terharu [tertusuk] (oleh karena Roh Kudus), lalu bertobat, 

percaya kepada Tuhan Yesus, dan memberi diri dibaptis. Sesudah itu teruslah 

“mereka bertekun.” 

 Perlu kita jelaskan: Hari Pentakosta bukanlah permulaan / pertama kalinya 

Roh Kudus ada (sama seperti hari kelahiran Yesus bukanlah awal mula Dia ada). 

Sejak dulu, Roh Kudus tidak pernah tidak ada. Dia hadir saat penciptaan. Dia 

sudah ada sebelum penciptaan. Hari Pentakosta yaitu  saat di mana Dia, 

dengan cara istimewa, menunjukkan kekuatan-Nya yang mahakuasa. 

 Roh Kudus, selain aktif dalam penciptaan, juga aktif dalam kebangkitan 

Tuhan Yesus. namun  ada tiga karya istimewa Roh Kudus: 

 

1. Kelahiran Tuhan Yesus. Bagaimana mungkin Yesus lahir dari seorang perawan? 

Maria sendiri bertanya, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi?” Malaikat 

menjawabnya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi 

akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut 

kudus, Anak Allah” (Luk. 1:35). 

 Kita tidak berusaha menjelaskannya; kita mempercayainya. 

  

 

2. Pengilhaman Alkitab. “Oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas 

nama Allah” (2Ptr. 1:21). 

 

3. Karya anugerah di dalam hati. Kita tidak tahu apa-apa sebelum Roh Kudus 

mengerjakan kelahiran baru dalam hati kita. Ini sepenuhnya pekerjaan Roh 

Kudus, yang memberikan kehidupan yang sesuai kehendak Allah. 

 

Setelah itu Dia meneruskan pekerjaan yang sudah dimulai-Nya. Dia memimpin. 

Dia mengajar. Dia menolong dalam doa. Dia menghibur. Dia memberi pengertian 

tentang Kitab Suci. Dia menyingkapan Yesus kepada kita. 

 Kita sangat memerlukan Roh Kudus untuk bekerja dalam diri kita terus-

menerus. Tanpa Dia, kita tidak tahu apa-apa. 

 Betapa murah hatinya Tuhan Yesus menyuruh kita berdoa meminta 

karunia Roh Kudus. Dia memberi contoh seorang ayah yang baik, lalu bertanya: 

Kalau seorang anak kecil ingin makan sepotong roti karena lapar, masakan 

ayahnya memberi dia sebuah batu? Atau kalau anak itu minta ikan, masakan 

ayahnya memberi dia ular? Atau, kalau dia minta telur, masa ayahnya memberi 

dia kalajengking? Selanjutnya Tuhan Yesus memberi pesan yang indah ini: 

“Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-

anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada 

mereka yang meminta kepada-Nya” (Luk. 11:13) 

 

Saran bacaan Alkitab 

Yohanes 14:16-27 

Yohanes 16:6-15 

  


Kalian sering mendengar kata “pemilihan” (Allah) dan mungkin bingung dengan 

maksudnya. Atau di sekolah orang berkata, “Kamu percaya pemilihan di 

gerejamu.” Benar, kita percaya itu. Apapun kata orang, Alkitab penuh dengan hal 

pemilihan. Saya ingat beberapa tahun lalu seorang anak lelaki, yang percaya 

penuh bahwa Alkitab yaitu  Firman Allah, berkata kepada saya, “Aku sungguh 

tidak percaya soal pemilihan.” Jawab saya, “Coba, bacalah Roma 9.” Dia 

membacanya, lalu berkata, “Kuakui aku tidak mengerti, tapi memang pemilihan 

tertulis di situ, dengan sangat jelas.” 

 Apa itu pemilihan? Sebelum Allah menjadikan dunia, Dia tahu manusia 

akan berdosa sehingga pantas dihukum. namun  dalam kasih-Nya, Allah memilih 

orang-orang tertentu dari seluruh umat manusia dan menetapkan bahwa 

mereka akan selamat dari dosa, dan pada akhirnya masuk ke surga. 

 Kita melihat adanya pemilihan dalam sepanjang Alkitab. Ada banyak 

penduduk di tanah Ur, namun  Allah berbicara hanya kepada satu orang, yaitu 

Abraham. Abraham punya dua anak, Ishak dan Ismael, namun  Ishak yang dipilih. 

Ishak punya dua anak, Yakub dan Esau, namun  hanya Yakub yang dipilih. 

 Selalu seperti itu. Sebagai contoh, suatu ketika di suatu daerah yang 

namanya Black Country tinggallah dua anak lelaki. Keduanya sebaya dan sekelas. 

Nama mereka pun sama, yaitu George Rose. Jadi, yang satu disebut George Rose 

A, dan satunya lagi George Rose B. Setelah tamat sekolah, mereka putus kontak 

selama bertahun-tahun. Suatu hari keduanya bertemu. George Rose yang satu 

hendak berangkat ke arena pacuan untuk pasang taruhan, yang lainnya pergi 

berkhotbah. 

  

 Seringkali orang berkata, “Kalau begitu pemilihan tidak adil!”  Namun, 

Alkitab menyatakannya demikian: Jika Allah menghendaki, Dia bisa saja tidak 

memilih siapa pun. Dia bisa menghukum semuanya. Lagipula, tidak ada seorang 

pun yang akan memilih Allah dengan kehendaknya sendiri. Pemilihan tidak 

menutup kesempatan bagi siapa pun; dosa merekalah yang melakukannya. 

Pemilihan justru menolong jutaan orang untuk masuk. 

 Saat berbicara tentang pemilihan, Alkitab selalu menyebutnya sebagai 

pemilihan yang penuh anugerah, yaitu anugerah ajaib dari Allah Mahakuasa 

dalam memilih orang-orang berdosa supaya mereka kelak masuk surga. Seorang 

pengkhotbah terkenal dari Amerika pernah ditanya, “APA ITU ANUGERAH?” Dia 

menjawab seperti berikut. Jika seorang gelandangan datang ke rumahku, lalu 

aku memberinya makan enak dan kasur yang nyaman untuk menginap, itu 

namanya kebaikan. Tapi kalau kemudian gelandangan itu mencuri harta 

bendaku, lalu malam berikutnya aku tetap memberi dia makan enak dan kasur 

yang nyaman, itulah anugerah. (“Anugerah ialah kebaikan Allah secara cuma-

cuma terhadap seseorang yang terus-menerus melakukan perbuatan yang 

salah.”) 

  Barangkali ada anak yang bertanya, “Bagaimana aku tahu aku dipilih atau 

tidak?” Allah, dalam Firman-Nya, selalu menyatukan pemilihan dan panggilan. 

“Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku (pemilihan)”, kata Yesus, “akan datang 

kepada-Ku” (panggilan) (Yoh.6:37). “Berbahagialah orang yang Engkau pilih 

(pemilihan) dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu 

(panggilan)” (Mzm. 65:5). Orang-orang yang dipilih Allah untuk hidup bersama-

Nya untuk selama-lamanya,  akan dipanggil-Nya pada waktunya. Satu demi satu 

mereka dibuat merasakan betapa mereka memerlukan Tuhan Yesus, dan datang 

kepada-Nya untuk memohon agar diselamatkan. Setiap orang berdosa yang 

  

membutuhkan pasti diundang dan disambut. “Marilah kepada-Ku, semua yang 

letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” 

 Maka perintahnya ialah: “Berusahalah sungguh-sungguh, supaya 

panggilan dan pilihanmu makin teguh” (demikian urutannya) (2Ptr. 1:10). 

Apakah aku dipanggil oleh anugerah Allah? Sudahkah Dia menyadarkanku 

bahwa aku berdosa dan apa yang aku perlukan? Sudahkah aku datang kepada 

Tuhan Yesus dengan segala resiko? Apakah Dia menjadi satu-satunya 

harapanku? Kalau begitu, jika aku dipanggil, berarti aku dipilih. 

 Penjelasan terbaik yang pernah kami dengar yaitu  seperti ini. Di 

Skotlandia, sejumlah kecil orang saleh berusaha mencari jawaban atas 

pertanyaan ini: Bagaimana aku tahu apakah Allah memilihku atau tidak? 

Bagaimana aku tahu apakah aku orang pilihan?” Akhirnya, seorang tentara tua 

diminta berbicara. Inilah jawabannya: 

 “Kalian semua tahu aku ini tentara yang sudah tua. Karena itu, aku 

mendapat tunjangan pensiun tiap bulan. Maka aku yakin di London ada sebuah 

artikel  besar berisi nama-nama setiap pensiunan tentara yang menerima 

tunjangan pensiun. Aku belum pernah ke London. Aku belum pernah melihat 

artikel  itu atau namaku di situ. Tapi, karena tiap bulan uang pensiun datang, aku 

tahu pasti namaku ada situ.” 

 Lalu lanjutnya: “Demikianlah, aku percaya ada sebuah artikel  di surga, kitab 

kehidupan yang ditulis oleh Sang Anak Domba, yang berisi nama-nama orang 

pilihan. Aku belum pernah naik ke surga. Aku belum pernah melihat artikel  itu 

ataupun membaca namaku di sana. Tapi, karena dari waktu ke waktu, berkat 

ilahi mengalir ke dalam jiwaku, maka aku tahu pasti namaku ada di sana.” 

 

Aliran-aliran kasih aku susuri 

  

kembali ke Allah sang sumbernya, 

Dalam rahmat ajaib-Nya kulihat 

kasih kekal-Nya kepadaku 

 

Saran bacaan Alkitab 

Roma 8:28-39 

Roma 9:6-24 

Efesus 1, khususnya bagian pertama 

  


 

Bertahun-tahun lalu, di suatu negeri yang jauh, ada orang menjual burung-

burung bagus. Burung-burung itu berusaha kabur dari sangkar besar tempat 

mereka dikurung, namun tidak bisa. Suatu hari, datanglah seorang pria 

berpenampilan rapi. Dia bertanya berapa harga burung-burung itu. Yang 

mengejutkan, dia bilang akan membeli semuanya. namun , lebih mengagetkan 

lagi, ketika dia sudah bayar, dia membuka pintu sangkar itu dan membiarkan 

semua burung pergi terbang. (Dia berkata, “Aku pernah dipenjara!”) 

 Itulah penebusan. Penebusan artinya “membebaskan dengan membayar 

harganya.” Pria tadi membayar harganya. Burung-burung itu sah menjadi 

miliknya. Lalu dia membebaskan mereka. 

 Tuhan Yesus datang dari Surga ke Bumi untuk menebus umat-Nya (yaitu 

orang-orang yang sudah dipilih Allah). Mereka tadinya dipenjara oleh dosa dan 

Iblis. Yesus datang untuk membebaskan mereka. Ada lirik lagu anak yang 

menjelaskannya dengan bagus: 

 

Tiada lain yang cukup 

untuk membayar harga dosa; 

Hanya dia yang bisa membuka gerbang-gerbang 

dari Surga, dan membawa kita masuk. 

 

Tuhan Yesus menebus umat-Nya dengan cara mati bagi mereka. Dengan 

kematian-Nya Dia membayar harga tebusan. Pernahkah kamu perhatikan bahwa 

kitab-kitab Injil sebagian besarnya didominasi oleh cerita tentang kematian 

  

Tuhan Yesus? Dia datang untuk memberitahu orang-orang tentang Allah; Dia 

datang untuk mengajar; Dia datang untuk memberi teladan. namun , yang paling 

utama, Dia datang untuk mati. 

 Banyak anak-anak tidak dapat mengerti kenapa Allah tidak mengampuni 

umat-Nya begitu saja tanpa harus Anak-Nya menanggung kematian sekejam itu 

di kayu salib. Bertahun-tahun lalu ada seorang hamba Tuhan berkhotbah dari 

Efesus 1:7, “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, 

yaitu pengampunan dosa.” Ia menceritakan suatu kejadian waktu ia masih kecil. 

Suatu hari ia menggotong papan kayu panjang. Lalu seseorang berteriak 

memanggilnya, “George!” Spontan ia berbalik, dan kayu itu menghantam 

jendela. Segera ia berlari menghampiri ayahnya dan berkata, “Maafkan aku, 

Ayah. Aku minta maaf.” 

 “Pasti ayah memaafkanmu, Nak,” jawab ayahnya, “tapi ada yang harus 

membayar untuk jendela itu.” 

 Allah tidak mengampuni tanpa memuaskan kekudusan dan keadilan-Nya. 

Namun, bagaimana keadilan Allah dipuaskan ketika Yesus mati? Mungkin kamu 

bertanya, “Apa hubungannya Yesus mati di salib dan dosa diampuni atau 

dihapuskan?” 

 Ada cerita lama tentang dua anak lelaki yang bersahabat karib.  Saat 

beranjak dewasa, mereka berpisah, dan selama bertahun-tahun tidak bertemu 

sama sekali. Suatu hari, mereka berjumpa lagi dalam situasi yang ganjil. Yang 

satu menjadi hakim. Yang lainnya seorang penjahat yang sedang diadili di 

pengadilan. Kasusnya disidangkan, dan si penjahat ini nyata-nyata bersalah. Apa 

yang bisa dilakukan sang hakim? Dapatkah dia menyatakan tidak masalah 

karena orang itu temannya? Hakim yang benar dan adil tidak mungkin akan 

berbuat begitu. Lalu terjadilah sesuatu yang menarik. Hakim memvonis 

  

penjahat itu bersalah. Dia menyebutkan jumlah denda yang sangat berat yang 

harus dibayar oleh si penjahat itu (dan pria malang itu tidak sanggup 

membayarnya). Kemudian hakim bangkit dari kursinya, berdiri di samping kawan 

lamanya, si penjahat itu, dan berkata, “Aku akan membayarkan dendamu.” Maka 

hakim itu sendiri membayar dendanya, dan penjahat itu pun bebas. 

 Dosa harus dihukum. namun  Tuhan Yesus begitu menyayangi umat-Nya 

hingga Dia membayarkan hutang kita, Dia menanggung hukuman kita, Dia mati 

menggantikan kita, kalau tidak, kitalah yang seharusnya dihukum mati. 

 

Dia melihat betapa jahatnya manusia itu, 

Dia tahu Allah pasti menghukum dosa, 

Maka bagi umat-Nya Yesus berkata, 

‘Biar Akulah yang menanggung hukumannya.’ 

- Himne “Jesus Who Lives Above the Sky” 

 

 Itulah penebusan – satu-satunya cara untuk selamat, satu-satunya jalan ke 

Surga. 

 Jadi, kita memikirkan kasih Yesus yang luar biasa dalam kematian-Nya bagi 

umat-Nya. Kita memikirkan penderitaan mengerikan yang ditanggung-Nya saat 

dipakukan di kayu salib. Kita memikirkan segala dukacita-Nya yang sangat besar, 

yaitu merasakan beban dosa-dosa umat-Nya sekaligus murka Bapa-Nya. Dan 

kita tahu dengan mencurahkan darah-Nya yang mahal, Dia menghapuskan dosa 

umat-Nya untuk selama-lamanya. Dia mati supaya kita boleh hidup. 

 

Saran bacaan Alkitab 

  

 Cerita tentang kematian Tuhan Yesus: Matius 26–27; Markus 14–15; Lukas 

22–23; Yohanes 18–19. 

 Baca juga Yesaya 53 dan hampir di semua bagian Surat Ibrani. 

  


 

Beberapa tahun silam, seorang pemuda sedang memberitakan Injil. Salah satu 

yang mendengarnya, seorang ateis, menyampaikan sehelai catatan untuknya: 

“Apa keistimewaan agamamu yang tidak ada pada agama-agama lain?” dan di 

bawahnya ada daftar panjang: Agama Buddha, Islam, Konghucu, Hindu, 

Marxisme, dan lain-lain. 

 Pemuda itu diam beberapa saat, lalu menulis jawabannya: “SEBUAH 

KUBUR KOSONG.” 

 Kita memiliki fakta ajaib ini – terlepas dari apapun kepercayaan atau 

perasaan orang – fakta bahwa “Tuhan sungguh bangkit.” Seseorang pernah 

berkata bahwa kebangkitan yaitu  “fakta paling terbukti benar dalam sejarah.” 

Bagaimana pun juga, dapat dipastikan bahwa bukti kebangkitan Tuhan Yesus 

sama banyaknya dengan (atau bahkan lebih daripada) bukti datangnya Julius 

Caesar di Britania tahun 55 SM. 

 Kamu semua tahu ceritanya bagaimana Yesus bangkit dari kematian – 

tub