memperlihat-
kan jiwa yang peduli pada orang banyak, melebihi apa yang dapat
diharapkan dalam diri seorang anak kecil. Roh Tuhan menggerak-
kan dia sewaktu-waktu (ay. 25, KJV), tidak sepanjang waktu,
namun seperti angin bertiup, ke mana saja ia mau. Hal ini untuk
menunjukkan bahwa apa yang diperbuatnya bukanlah berasal
dari dirinya sendiri, sebab seandainya demikian dia dapat mela-
kukannya kapan saja. Laki-laki perkasa biasanya menganggap
bahwa kekuatannya sangat digerakkan oleh anggur (Mzm. 78:65),
namun Simson tidak minum air anggur, dan sekalipun begitu
unggul dalam kekuatan dan keberanian, dan dalam segala sesua-
tu yang gagah dan berani, sebab dia memiliki Roh Allah yang
menggerakkannya. Oleh sebab itu, janganlah kamu mabuk oleh
anggur, namun hendaklah kamu penuh dengan Roh, yang akan
datang kepada orang-orang yang sadar dan menguasai diri.
PASAL 14
ambaran yang diberikan pasal ini kepada kita mengenai Simson
bukanlah sesuatu yang kita harapkan dari seseorang yang,
melalui penetapan khusus dari sorga, merupakan orang nazir bagi
Allah dan pembebas Israel. namun sungguh, Simson yaitu kedua-
nya. Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Percintaan Simson dengan seorang gadis Filistin, dan perni-
kahannya dengan perempuan itu (ay. 1-5, 7-8).
II. Penaklukannya atas seekor singa, dan sesuatu yang berharga
yang ditemukannya pada bangkai singa itu (ay. 5-6, 8-9).
III. Teka-teki Simson yang diajukannya kepada kawan-kawannya
(ay. 10-14) dan yang dipecahkan melalui pengkhianatan istri-
nya (ay. 15-18).
IV. Kesempatan yang diperoleh Simson dari peristiwa ini untuk
membunuh tiga puluh orang Filistin (ay. 19) dan memutus-
kan tali persaudaraan yang baru saja dijalinnya melalui per-
nikahannya (ay. 20).
Simson Memilih Seorang Filistin sebagai Istrinya;
Seekor Singa Ditaklukkan oleh Simson
(14:1-9)
1 Simson pergi ke Timna dan di situ ia melihat seorang gadis Filistin. 2 Ia
pulang dan memberitahukan kepada ayahnya dan ibunya: “Di Timna aku
melihat seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku.” 3 namun
ayahnya dan ibunya berkata kepadanya: “Tidak adakah di antara anak-anak
perempuan sanak saudaramu atau di antara seluruh bangsa kita seorang
perempuan, sehingga engkau pergi mengambil isteri dari orang Filistin,
orang-orang yang tidak bersunat itu?” namun jawab Simson kepada ayahnya:
“Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai.” 4 namun ayahnya dan ibunya tidak
tahu bahwa hal itu dari pada TUHAN asalnya: sebab memang Simson harus
mencari gara-gara terhadap orang Filistin. sebab pada masa itu orang
Filistin menguasai orang Israel. 5 Lalu pergilah Simson beserta ayahnya dan
ibunya ke Timna. saat mereka sampai ke kebun-kebun anggur di Timna,
maka seekor singa muda mendatangi Simson dengan mengaum. 6 Pada
waktu itu berkuasalah Roh TUHAN atas dia, sehingga singa itu dicabiknya
seperti orang mencabik anak kambing – tanpa apa-apa di tangannya. namun
tidak diceriterakannya kepada ayahnya atau ibunya apa yang dilakukannya
itu. 7 Maka pergilah ia ke sana, lalu bercakap-cakap dengan perempuan itu,
sebab Simson suka kepadanya. 8 sesudah beberapa waktu kembalilah ia ke
sana untuk kawin dengan perempuan itu; dan saat ia menyimpang dari
jalan untuk melihat bangkai singa itu, tampaklah ada kawanan lebah pada
kerangka singa itu dan juga madu. 9 Dikeruknya madu itu ke dalam
tangannya dan sambil memakannya ia berjalan terus, lalu pergilah ia
kepada ayahnya dan ibunya, dan memberikannya juga kepada mereka, lalu
mereka memakannya. namun tidak diceriterakannya kepada mereka, bahwa
madu itu dikeruknya dari kerangka singa.
Dalam perikop ini,
I. Simson, melalui tuntunan penyelenggaraan Allah yang luar biasa,
mencari gara-gara terhadap orang Filistin dengan cara menjalin
hubungan dengan mereka melalui perkawinan. Ini memang cara
yang aneh, namun sesungguhnya Simson sendiri yaitu pribadi
yang penuh teka-teki, seorang manusia yang penuh dengan hal-
hal yang berlawanan dengan kebenaran pada umumnya, yang
melakukan apa yang sungguh besar dan baik, melalui apa yang
tampak lemah dan jahat. Sebab Simson memang tidak dirancang
untuk menjadi teladan bagi kita yang harus hidup menurut
aturan, bukan menurut teladan, namun sebagai perlambang dari
Dia, yang meskipun tidak mengenal dosa, telah dibuat menjadi
dosa bagi kita. Dan juga menjadi serupa dengan daging yang
dikuasai dosa,supaya Ia dapat menjatuhkan hukuman atas dosa
dan menghancurkan dosa di dalam daging (Rm. 8:3).
1. sebab perundingan di seputar pernikahan Simson merupa-
kan sesuatu yang biasa dilakukan, kita dapat mengamati,
(1) Bahwa Simson telah bertindak lemah dan bodoh dengan
menyukai seorang gadis Filistin. Hal itu tampak sangat
tidak pantas. Layakkah dia yang bukan hanya seorang
Israel melainkan juga seorang nazir, yang dikhususkan
bagi Tuhan, mendambakan untuk bersatu dengan seorang
penyembah Dagon? Patutkah seorang yang ditetapkan
untuk menjadi pahlawan bagi negerinya bersanding dengan
orang-orang yang merupakan musuh bebuyutan negeri-
nya? Simson melihat perempuan ini (ay. 1), dan perempuan
itu pun disukainya (ay. 3). Tampak tidak ada alasan bagi
Simson untuk memandang perempuan itu sebagai seorang
yang bijak atau bajik, atau dalam hal apa pun bisa menjadi
penolong yang sepadan baginya. namun ia melihat sesuatu
di wajahnya yang sangat pas dengan kesukaannya, sehing-
ga bagaimanapun caranya, dia harus menjadi istrinya.
Orang yang dalam memilih istri hanya dituntun oleh pan-
dangan matanya, dan dikuasai oleh khayalannya, harus
menyalahkan dirinya sendiri jika di lalu hari ia
mendapati seorang Filistin di dalam pelukannya.
(2) Akan namun , Simson bertindak bijak dan sopan dengan
tidak langsung menyampaikan keinginannya kepada sang
gadis sampai ia memberitahukan niatnya itu terlebih
dahulu kepada orangtuanya sendiri. Simson mengutarakan
maksud hatinya kepada mereka, dan memohon mereka
untuk mengambil gadis itu menjadi isterinya (ay. 2). Dalam
hal ini Simson layak menjadi teladan bagi semua anak.
Sesuai dengan perintah Allah yang kelima, anak tidak
boleh menikah, ataupun mengambil langkah untuk meni-
kah, tanpa nasihat dan persetujuan orangtuanya. Anak
yang berlaku demikian, seperti diungkapkan oleh Uskup
Hall di sini, dengan sengaja mencopot sendiri kedudukan-
nya sebagai anak, dan menukar kasih sayang antara orang-
tua dan anak dengan hawa nafsu. Orangtua memiliki
hak milik atas anak mereka sebagai bagian dari diri mereka
sendiri. Di dalam pernikahan, hak milik ini berpindah
tangan, sebab demikianlah hukum pernikahan itu, bahwa
seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya. Oleh sebab itu, jika hak
milik ini dipindahtangankan tanpa persetujuan orangtua,
bukan hanya itu merupakan perbuatan yang tidak sopan
dan tidak tahu berterima kasih, namun juga sangat tidak
adil. Siapa pun yang merampasi ayah dan ibunya seperti
itu, dengan menculik dirinya sendiri dari mereka, yang
lebih dekat dan lebih dikasihi mereka daripada harta benda
yang mereka miliki, dan menyangka bahwa itu bukan suatu
pelanggaran, ia sendiri yaitu kawan si perusak (Ams.
28:24).
(3) Orangtua Simson bertindak benar dengan membujuknya
susaha tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang de-
ngan orang-orang yang tak percaya. Biarlah orang-orang
yang mengaku beriman, namun ingin membina hubungan
perkawinan dengan orang duniawi dan tidak beriman, serta
bersanding dengan keluarga yang jelas-jelas tidak takut
akan Allah ataupun menyembah-Nya, biarlah mereka ini
mendengar alasan yang dikemukakan orangtua Simson,
dan menerapkannya pada diri mereka sendiri: “Tidak ada-
kah seorang perempuan di antara anak-anak perempuan
sanak saudaramu, atau, jika tidak ada dari suku kita, tidak
adakah seorang perempuan di antara seluruh bangsamu,
tidak adakah seorang Israel, yang menyenangkan hatimu,
atau yang menurutmu pantas mendapatkan kasihmu, se-
hingga engkau harus menikahi seorang Filistin?” Di dunia
zaman purbakala, anak-anak Allah mencemari dan meng-
hancurkan diri mereka, kaum mereka, dan jemaat mula-
mula yang sesungguhnya pada masa itu, dengan menikahi
anak-anak perempuan manusia (Kej. 6:2). Allah telah
melarang bangsa Israel untuk menikah dengan orang dari
bangsa-bangsa yang telah dikhususkan untuk dibinasa-
kan, yang salah satunya yaitu bangsa Filistin (Ul. 7:3).
(4) Seandainya tidak ada alasan khusus di balik permohonan
itu, tentu saja tidak pantas bagi Simson untuk bersikeras
terhadap pilihannya, dan juga tidak pantas bagi orangtua-
nya untuk menyetujui pilihan itu pada akhirnya. Akan
namun , tindakan mereka yang dengan lemah lembut me-
mahami kasih anak mereka itu dapat dipandang sebagai
teladan bagi para orangtua untuk tidak menentang pilihan
anak mereka tanpa alasan yang jelas, atau tidak memberi-
kan persetujuan mereka, terutama kepada anak yang telah
memintanya pada waktu yang semestinya dan dengan
penuh kepatuhan, tanpa suatu alasan yang sangat baik.
Seperti halnya anak harus menaati orang tua mereka di
dalam Tuhan, demikian pula orangtua tidak boleh mem-
bangkitkan amarah di dalam hati anak-anak mereka, su-
paya jangan tawar hati mereka. Orang nazir ini, yang
dalam kepatuhannya kepada orangtuanya memohonkan
persetujuan mereka, dan tidak mau melanjutkan keingin-
annya itu sampai ia memperoleh persetujuan mereka, tidak
hanya menjadi teladan bagi semua anak, namun juga meru-
pakan perlambang dari Yesus Sang Anak Kudus, yang
pulang bersama-sama orang tua-Nya ke Nazaret sehingga Ia
disebut Orang Nazaret) dan patuh terhadap mereka (Luk.
2:51).
2. Akan namun , permohonan pernikahan ini dengan tegas dikata-
kan dari pada TUHAN asalnya (ay. 4). Tidak hanya bahwa
Allah di lalu hari memanfaatkan pernikahan itu untuk
memenuhi rancangan-rancangan-Nya melawan bangsa Filis-
tin, namun juga bahwa Allah menaruh di dalam hati Simson
untuk mengambil pilihan ini,supaya ia dapat mencari gara-
gara terhadap orang Filistin. Perbuatan Simson menikahi se-
orang Filistin itu bukanlah perbuatan jahat dengan sendirinya.
Tindakan itu memang dilarang sebab ada bahaya orang Israel
akan dicelakai oleh para penyembah berhala. Akan namun ,
jika selain bahaya semacam itu sendiri tidak ada, namun
juga diharapkan ada kesempatan untuk menghajar para pe-
nyembah berhala itu, sehingga membawa kebaikan bagi Israel,
maka dalam hal ini hukum itu dibuat tidak berlaku. Dikata-
kan bahwa Roh TUHAN mulai menggerakkan hatinya sewaktu-
waktu (13:25, KJV), dan beralasan bagi kita untuk meyakini
bahwa Simson sendiri sadar bahwa Roh itu menggerakkannya
pada saat ini, saat ia menetapkan pilihan ini, dan bahwa jika
tidak demikian, ia pasti sudah menyerah kepada larangan
orangtuanya, dan orangtuanya pun pasti pada akhirnya tidak
akan setuju seandainya ia tidak meyakinkan mereka bahwa ini
semua dari pada TUHAN asalnya. Pernikahan ini akan mem-
buat Simson mengenal dekat orang Filistin dan bergaul akrab
dengan mereka. Melalui hal ini, ia dapat beroleh kesempatan
untuk mencari gara-gara dengan mereka, yang tidak akan
dapat diperolehnya tanpa pernikahan itu. Kelihatannya, bang-
sa Filistin menindas bangsa Israel tidak dengan cara mem-
pergunakan pasukan bersenjata dalam jumlah besar, namun
dengan cara serangan gerilya yang dilancarkan para raksasa-
nya, dan gerombolan-gerombolan kecil para penjarahnya. Oleh
sebab itu, dengan cara serupalah Simson harus berurusan de-
ngan mereka. Biarlah dia, melalui pernikahan ini, menyusup
di antara mereka, maka dia akan menjadi duri yang menusuk
lambung mereka. Yesus Kristus, sebab harus melepaskan kita
dari dunia jahat yang sekarang ini, dan melemparkan pengua-
sanya ke luar, Dia sendiri datang ke dalamnya, meskipun
dunia ini penuh kecemaran dan permusuhan. Dengan meng-
ambil tubuh ragawi, Dia dalam pengertian tertentu menjalin
hubungan dengan dunia,supaya Dia dapat menghancurkan
musuh-musuh rohani kita, dan tangan-Nya sendiri dapat me-
ngerjakan keselamatan itu.
II. Simson, melalui penyelenggaraan ilahi secara khusus, digerakkan
dan dikuatkan untuk menyerang orang Filistin. sebab untuk
tugas itulah Simson dilahirkan, maka Allah, sewaktu memanggil
Simson kepada tugasnya itu, mempersiapkan dia untuk melaku-
kannya melalui dua kejadian:
1. Dengan memampukan Simson, di tengah satu perjalanan me-
nuju Timna, untuk membunuh seekor singa (ay. 5-6). Banyak
orang menolak mengerjakan pekerjaan yang sesungguhnya da-
pat mereka kerjakan sebab mereka tidak menyadari kekuatan
mereka sendiri. Allah mengizinkan Simson untuk mengetahui
apa yang dapat diperbuatnya di dalam kekuatan Roh TUHAN,
susaha ia tidak akan pernah takut menghadapi kesulitan-
kesulitan yang paling besar sekalipun. Daud, yang nantinya
akan menuntaskan kehancuran bangsa Filistin, harus terlebih
dahulu menguji kekuatannya dengan menghajar baik singa
maupun beruang, agar lalu ia dapat menyimpulkan,
seperti yang dapat kita duga disimpulkan juga oleh Simson,
bahwa orang Filistin yang tidak bersunat itu harus mengalami
nasib yang sama seperti salah satu dari kedua binatang itu
(1Sam. 17:36).
(1) Perjumpaan Simson dengan singa itu sungguh merupakan
satu perjumpaan yang berbahaya. Singa yang hendak me-
nerkam Simson itu yaitu seekor singa muda, salah satu
jenis singa yang paling ganas, yang sedang mengaum men-
cari mangsanya, dan tengah mengincar Simson secara khu-
sus. Singa muda itu mengaum saat menjumpai Simson,
demikian dalam bahasa aslinya. Dia hanya seorang diri di
kebun anggur, sesudah ia menyimpang ke sana dari ayah
dan ibunya yang tetap berada di jalan besar, kemungkinan
untuk memakan anggur. Anak-anak tidak berpikir bahwa
mereka memperhadapkan diri mereka kepada singa yang
mengaum yang hendak melahap mangsanya saat , sebab
dengan bodoh menginginkan kebebasan, mereka menyim-
pang dari pengawasan dan kepak sayap orangtua mereka
yang bijaksana dan saleh. Orang muda juga tidak memper-
timbangkan bahwa ada singa-singa mengintai di kebun
anggur, kebun anggur merah, yang sama berbahayanya
seperti ular-ular yang berada di bawah rerumputan hijau.
Andaikata Simson menjumpai singa itu di tengah jalan,
tentu ia bisa memiliki alasan yang lebih kuat untuk
mengharapkan bantuan baik dari Allah maupun manusia
daripada di tempat ini, seorang diri di tengah-tengah kebun
anggur, yang jauh dari jalannya. Akan namun , ada rancang-
an khusus Allah di balik peristiwa ini, dan semakin ber-
bahaya perjumpaan itu,
(2) Kemenangan yang diraih pun semakin gemilang. Keme-
nangan itu diperoleh tanpa kesulitan apa pun. Simson
mencekik singa itu, lalu merobek lehernya semudah
ia mencekik anak kambing, namun tanpa alat apa pun,
bukan hanya tanpa pedang ataupun busur panah, namun
juga bahkan tanpa tongkat ataupun pisau, tanpa ada apa-
apa di tangannya. Kristus bertarung dengan singa yang
mengaum itu, dan menaklukkannya pada awal karya-Nya
di depan umum (Mat. 4:1, dst.). sesudah itu, Dia pun melu-
cuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, dan
menang atas mereka oleh diri-Nya sendiri, seperti ditafsir-
kan beberapa orang, tanpa alat apa pun. Dia dipermuliakan
di dalam kuat kuasa-Nya sendiri. Yang membuat keme-
nangan Simson atas singa itu semakin mulia yaitu bahwa
seusai melaksanakan perbuatan yang sangat berani itu, ia
tidak bermegah atasnya. Bahkan tidak diceriterakannya
kepada ayahnya atau ibunya apa yang dilakukannya itu,
yang oleh banyak orang lain pasti akan segera disiarkan ke
seluruh negeri. Kerendahan hati dan kesahajaan menjadi
mahkota yang bersinar paling cemerlang atas perbuatan-
perbuatan besar.
2. Dengan menyediakan bagi Simson, dalam perjalanan berikut-
nya, madu yang terdapat pada kerangka singa ini (ay. 8-9).
Sewaktu ia kembali pada kesempatan berikutnya untuk me-
resmikan pernikahannya, bersama orangtuanya, rasa ingin
tahu Simson membuatnya menyimpang dari jalan dan pergi
menuju kebun anggur tempat ia telah membunuh singa itu.
Mungkin dengan melihat tempat itu, ia dapat merasakan kem-
bali belas kasihan yang terwujud lewat kelepasan luar biasa
itu, dan di sana ia dengan khidmat dapat bersyukur kepada
Allah sebab nya. Alangkah baiknya jika kita mengingatkan
diri kita sendiri seperti itu akan perkenanan-perkenanan Allah
di masa lalu kepada kita. Di kebun anggur itu, Simson mene-
mukan bangkai si singa. Ada kemungkinan burung atau
hewan pemangsa lain telah memakan dagingnya, dan pada ke-
rangkanya, sekawanan lebah telah menjalin dan membangun
sarangnya. Dan lebah-lebah itu tidaklah malas, namun telah
menyimpan di dalam sarangnya itu sejumlah besar persediaan
madu, yang merupakan salah satu bahan pokok yang berhar-
ga di Kanaan. Begitu melimpahnya madu di sana, sampai-
sampai negeri tersebut dikatakan berlimpah-limpah susu dan
madunya. Simson, sebab lebih berhak daripada siapa pun
juga atas sarang lebah ini, mengeruk madunya dengan ta-
ngannya, artinya, ia harus berhadapan dengan kawanan lebah
itu. Akan namun , orang yang tidak takut kepada cakar singa
tentu tidak punya alasan untuk takut kepada sengat kawanan
lebah. Seperti halnya melalui kemenangannya atas singa itu
Simson menjadi berani untuk menghadapi para raksasa Filis-
tin, jika tiba saatnya, kendati dengan kekuatan dan kegarang-
an mereka, demikian pula dengan mengusir kawanan lebah itu
ia diajar untuk tidak takut kepada kumpulan besar orang
Filistin. Meskipun mereka mengelilinginya seperti lebah, na-
mun demi nama TUHAN, sesungguhnya ia pukul mereka mun-
dur (Mzm. 118:12). Perihal madu itu, kita dapati di sini,
(1) Dia memakannya sendiri, tanpa bertanya kepada hati nu-
raninya apakah tindakan itu benar, sebab tulang belulang
dari binatang liar yang haram tidak menajiskan seperti hal-
nya tulang belulang manusia. Yohanes Pembaptis, orang
nazir dari Perjanjian Baru itu, hidup dengan makan madu
hutan.
(2) Simson juga memberikan madu itu kepada orangtuanya,
dan mereka pun memakannya. Ia tidak memakan semua-
nya sendiri. Kalau engkau mendapat madu, makanlah secu-
kupnya, jangan berlebih (Ams. 25:16). Dia mau berbagi ber-
sama orangtuanya. Anak-anak harus berterima kasih ke-
pada orangtua mereka dengan memberikan buah pekerjaan
mereka sendiri, dan dengan demikian belajar berbakti ke-
pada kaum keluarga sendiri (1Tim. 5:4). Biarlah orang-
orang yang, melalui anugerah Allah, telah menemukan ma-
nisnya iman, menyampaikan pengalaman mereka itu ke-
pada para sahabat dan kerabat mereka, lalu mengundang
para sahabat dan kerabat mereka itu untuk datang dan
berbagi bersama mereka. Simson tidak memberi tahu
orangtuanya dari mana ia mendapatkan madu itu,supaya
mereka tidak keberatan menyantapnya. Uskup Hall men-
cermati di sini bahwa orang-orang yang menolak memper-
gunakan pemberian Allah sebab mereka menemukannya di
dalam bejana yang buruk, mereka itu kurang berhikmat dan
terlampau berhati-hati bila dibandingkan dengan Simson.
Madu tetaplah madu, meskipun ditemukan pada singa
yang sudah mati. Oleh sebab Tuhan kita Yesus telah me-
naklukkan Iblis, singa yang mengaum itu, maka dari keme-
nangan itu orang-orang percaya menemukan madu di da-
lam kerangkanya, yakni kekuatan dan penghiburan berlim-
pah, yang cukup bagi di diri mereka sendiri dan bagi
semua sahabat mereka.
Teka-teki Simson dan Pembantaian
terhadap Orang Filistin
(14:10-20)
10 sesudah ayahnya pergi kepada perempuan itu, Simson mengadakan per-
jamuan di sana, sebab demikianlah biasanya dilakukan orang-orang muda.
11 saat mereka melihat dia, dipilihlah tiga puluh orang kawan untuk mene-
mani dia. 12 Kata Simson kepada mereka: “Aku mau mengatakan suatu teka-
teki kepada kamu. Jika kamu dapat memberi jawabnya yang tepat kepadaku
dalam tujuh hari selama perjamuan ini berlangsung dan menebaknya, maka
aku akan memberikan kepadamu tiga puluh pakaian lenan dan tiga puluh
pakaian kebesaran. 13 namun jika kamu tidak dapat memberi jawabnya
kepadaku, maka kamulah yang harus memberikan tiga puluh pakaian dalam
dan tiga puluh pakaian kebesaran kepadaku.” Kata mereka kepadanya:
“Katakanlah teka-tekimu itu,supaya kami dengar.” 14 Lalu katanya kepada
mereka: “Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan.”
Ada tiga hari lamanya mereka tidak dapat memberi jawab teka-teki itu.
15 Pada hari ketujuh berkatalah mereka kepada isteri Simson: “Bujuklah
suamimu,supaya diberitahukannya kepada kami jawab teka-teki itu; kalau
tidak, kami akan membakar engkau beserta seisi rumah ayahmu. Apakah
engkau mengundang kami untuk membuat kami menjadi miskin? Tidak,
bukan?” 16 Lalu menangislah isteri Simson itu sambil memeluk Simson,
katanya: “Engkau benci saja kepadaku, dan tidak cinta kepadaku; suatu
teka-teki kaukatakan kepada orang-orang sebangsaku, namun jawabnya tidak
kauberitahukan kepadaku.” Sahutnya kepadanya: “Sedangkan kepada ayah-
ku dan iartikel tidak kuberitahukan, masakan kepada engkau akan kuberi-
tahukan?” 17 namun isterinya itu menangis di sampingnya selama ketujuh
hari mereka mengadakan perjamuan itu. Pada hari yang ketujuh diberitahu-
kannyalah kepadanya, sebab ia merengek-rengek kepadanya, lalu
perempuan itu memberitahukan jawab teka-teki itu kepada orang-orang
sebangsanya. 18 Lalu pada hari yang ketujuh itu, sebelum matahari terbe-
nam, berkatalah orang-orang kota itu kepadanya: “Apakah yang lebih manis
dari pada madu? Apakah yang lebih kuat dari pada singa?” Sahutnya kepada
mereka: “Kalau kamu tidak membajak dengan lembu betinaku, pasti kamu
tidak menebak teka-tekiku.” 19 Maka berkuasalah Roh TUHAN atas dia, lalu
pergilah ia ke Askelon dan dibunuhnya tiga puluh orang di sana, diambilnya
pakaian mereka dan diberikannya pakaian-pakaian kebesaran itu kepada
orang-orang yang dapat memberi jawab teka-teki itu. namun amarahnya
masih juga bernyala-nyala, lalu pulanglah ia ke rumah ayahnya. 20 Maka
diberikanlah isteri Simson itu kepada kawannya, bekas pengiringnya.
Dalam perikop ini kita mendapati penjelasan mengenai perjamuan
pernikahan Simson dan kesempatan yang diperolehnya dari per-
jamuan itu untuk membantai orang Filistin.
I. Simson mengikuti adat istiadat negeri Filistin dengan mengada-
kan perjamuan yang berlangsung selama tujuh hari untuk mera-
yakan pernikahannya (ay. 10). Meskipun orang nazir, ia tidak
mau, dalam perkara semacam ini, menjadi orang aneh sendiri,
namun berlaku seperti biasanya dilakukan orang-orang muda
dalam kesempatan-kesempatan seperti itu. Agama tidak menen-
tang pemeluknya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik di
tempat tinggal mereka. Bahkan, agama malah menjadi terhinakan
jika orang-orang yang mengaku beragama memberi kesempat-
an yang wajar bagi orang lain untuk menyebut mereka orang
tamak, atau suka menipu, atau pemurung. Orang yang baik
harus berusaha menjadikan dirinya, dalam pengertian yang paling
baik, seorang kawan yang baik pula.
II. Kerabat istri Simson memberinya penghormatan menurut kebia-
saan yang berlaku di tempat itu dalam hal pernikahan, dan mem-
bawa kepadanya tiga puluh orang muda untuk menemaninya
selama perjamuan berlangsung, dan untuk mendampinginya
sebagai pengiring mempelai pria (ay. 11): saat mereka melihat
dia, betapa ia seorang laki-laki yang rupawan, dan betapa ia tam-
pak terhormat dan bermartabat, maka kerabat istrinya membawa
ketiga puluh kawan ini untuk menghormatinya, dan untuk belajar
menjadi lebih baik dengan bergaul dengan Simson selama ia
tinggal bersama mereka. Atau, lebih tepatnya, saat mereka meli-
hat dia, betapa kuat dan gagahnya dia, mereka membawa ketiga
puluh orang ini, seolah-olah untuk menjadi kawannya, namun
sesungguhnya untuk menjadi pengawal atau mata-mata untuk
mengawasinya. Sungguh cemburu orang-orang Filistin itu kepada
Simson, namun mereka pasti akan lebih cemburu lagi jika
mereka tahu tentang kemenangannya atas singa itu, yang sebab
itu telah berusaha keras ditutupinya. Kebaikan orang Filistin
kerap kali diselubungi oleh satu atau lain niat jahat.
III. Simson, untuk menghibur para pendampingnya itu, mengajukan
sebuah teka-teki kepada mereka, lalu bertaruh dengan mereka
bahwa mereka tidak akan dapat menjawabnya dalam waktu tujuh
hari (ay. 12-14). Kebiasaan itu, tampaknya, sudah ada sejak da-
hulu dalam kesempatan-kesempatan seperti ini, saat para saha-
bat berkumpul bersama, sekadar untuk menimbulkan suasana
bahagia, agar waktu tidak terbuang dengan makan dan minum
belaka, seperti diungkapkan Uskup Patrick, atau dengan melaku-
kan kegiatan-kegiatan lain yang hanya memuaskan pancaindra,
seperti mendengarkan musik, menari, atau melihat pertunjukan.
Sebaliknya, mereka memanfaatkan waktu dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan, guna menguji dan meningkatkan pengeta-
huan dan kecerdasan mereka. Memang sudah sepatutnya ini
dilakukan oleh manusia, manusia yang berhikmat, yang meng-
hargai diri mereka sendiri dengan akal budi mereka. Akan namun ,
sangat berbeda dengan hal itu yaitu hiburan pada zaman yang
sudah merosot ini, hiburan yang sungguh hina dan lebih nista
daripada hewan, yang hanya berisi pesta pora dan kemabukan,
sampai akal sehat menjadi tenggelam, dan hikmat pun karam
bersamanya. Nah,
1. Teka-teki Simson itu diciptakannya sendiri, sebab pencapai-
annya sendirilah yang mengilhaminya membuat teka-teki itu:
Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar ma-
nisan. Bacalah teka-tekiku ini, apakah artinya? Hewan pe-
mangsa tidak mengeluarkan daging bagi manusia, namun ma-
kanan keluar dari sang pelahap. Binatang-binatang yang kuat
semasa hidupnya, umumnya mengeluarkan bau yang kuat
dan sungguh busuk sewaktu mati, contohnya kuda. Namun
demikian dari yang kuat, atau dari yang pahit, demikian dalam
terjemahan bahasa Aram dan Arab, keluar manisan. Kalau saja
mereka cukup berakal sehingga dapat berpikir, pemakan
apakah yang paling kuat dan daging apakah yang paling
manis, mereka sudah tentu dapat memecahkan teka-teki itu.
Lebih lanjut, baik singa maupun madu tidaklah asing bagi
negeri mereka, sehingga keduanya seharusnya dapat terpikir-
kan. jika teka-teki itu dapat dipecahkan, maka Simson
akan beroleh kesempatan untuk bercerita kepada mereka
tentang kisah yang menghibur di baliknya. Teka-teki ini dapat
diterapkan pada banyaknya cara yang dipakai dalam penye-
lenggaraan dan anugerah ilahi. Pada waktu Allah, melalui
penyelenggaraan-Nya yang mengatasi semua tindakan manu-
sia, menghasilkan kebaikan dari kejahatan bagi jemaat dan
umat-Nya, saat apa yang mengancam kehancuran mereka
malah berbalik menjadi kebaikan mereka, saat musuh-
musuh mereka dibuat menjadi pelayan mereka, dan amarah
manusia diubah menjadi pujian bagi Allah, pada saat itulah
keluar makanan dari yang makan dan manisan dari yang kuat
(lihat Flp. 1:12).
2. Taruhannya lebih besar harganya bagi Simson daripada bagi
mereka, sebab ia hanyalah seorang diri melawan tiga puluh
orang. Taruhan itu tidak dipasang pada penyelenggaraan
Allah, atau pada kemungkinan sebuah dadu atau kartu, namun
pada kecerdasan mereka, dan tidak lebih dari sekadar meng-
hadiahkan penghormatan bagi yang cerdas dan penghinaan
bagi yang bodoh.
IV. Kawan-kawan Simson, saat tidak bisa menebak teka-teki itu
sendiri, mendesak istri Simson untuk mencari tahu jawabnya dari
Simson (ay. 15). Entah mereka ini betul-betul bodoh atau sedang
tidak bisa berpikir jernih pada saat ini, sungguh aneh bahwa
dalam waktu tujuh hari, tidak ada seorang pun dari ketiga puluh
orang itu yang bisa memikirkan sesuatu yang sesederhana ini.
Apakah yang lebih manis dari pada madu dan apakah yang lebih
kuat dari pada singa? Tampak bahwa dalam akal budi, seperti
juga dalam perilaku, mereka yaitu orang-orang biadab, benar-
benar biadab untuk mengancam sang mempelai wanita bahwa,
jika dia tidak mau berusaha membujuk mempelai laki-laki untuk
memberitahukan kepada mereka jawab teka-teki itu, mereka akan
membakar dia beserta seisi rumah ayahnya. Adakah perbuatan
yang lebih biadab daripada ini? Mengubah gurauan menjadi sung-
guhan saja sudah cukup hina, dan sungguh tidak pantas diajak
bergaul orang-orang yang menjadi begitu marah daripada meng-
akui ketidaktahuan mereka dan kalah taruhan dengan jumlah
yang begitu kecil. Harga diri mereka juga sama sekali tidak akan
terselamatkan dengan memberikan jawaban teka-teki itu, sebab
mereka sudah diberi tahu jawabannya. Mereka berbuat lebih
kejam lagi dengan menyuruh istri Simson untuk menjadi peng-
khianat suaminya sendiri, dan bertindak seakan-akan lebih ber-
kuasa atasnya daripada suaminya. Sekarang, sebab istri Simson
telah menikah, ia harus melupakan bangsanya. Namun yang
paling tidak berperikemanusiaan dari semuanya yaitu mengan-
cam akan membakar istri Simson beserta semua saudaranya,
jika ia tidak berhasil mendapatkan jawab teka-teki itu, dan
semua ini hanya sebab tiap-tiap mereka takut kehilangan pakai-
an dan jubah kebesaran: Apakah engkau mengundang kami untuk
membuat kami menjadi miskin? Orang yang tidak bisa menerima
kekalahan dengan besar hati dan tenang seperti itu tidak pernah
boleh bertaruh.
V. Istri Simson, dengan rengekan yang tidak masuk akal, berhasil
memperoleh jawab teka-teki itu dari suaminya. Pada hari ketujuh,
yaitu, hari ketujuh dalam satu minggu (menurut dugaan Dr.
Lightfoot), namun pada hari keempat perjamuan itu, mereka me-
maksa istri Simson untuk membujuk suaminya (ay. 15), dan dia
pun melakukannya,
1. Melalui tipu daya dan siasat yang luar biasa (ay. 16), dengan
bersikeras untuk tidak mau percaya bahwa suaminya itu men-
cintainya, kecuali ia mau menyanggupi keinginannya dalam
perkara ini. Istri Simson tahu bahwa suaminya tidak tahan
jika cintanya dipertanyakan, dan oleh sebab nya, bila ada
cara ampuh untuk mengatasi suaminya itu, maka inilah
caranya: “Engkau benci saja kepadaku, dan tidak cinta kepada-
ku, bila engkau menolak memberitahukan jawabannya kepa-
daku.” Padahal, suaminya memiliki alasan yang lebih kuat
untuk berkata, “Engkau benci saja kepadaku, dan tidak cinta
kepadaku, bila engkau terus memaksaku memberitahukan
jawabannya kepadamu.” Lebih lanjut,supaya istrinya tidak
memanfaatkan kesempatan ini untuk menguji cintanya, Sim-
son meyakinkan istrinya bahwa ia juga tidak memberitahukan
orangtuanya sendiri, meskipun ia sepenuh hati percaya ke-
pada mereka. jika cara ini pun tidak berhasil, maka istri
Simson akan mencoba menggunakan kekuatan air mata bua-
ya: istrinya itu menangis di sampingnya selama ketujuh hari
mereka mengadakan perjamuan itu, dan lebih memilih meru-
sak kebahagiaan yang ada, yang pasti demikian jika mem-
pelai wanita menangis, daripada tidak berhasil mencapai tu-
juannya, dan membantu orang-orang sebangsanya (ay. 17).
2. Dengan keberhasilan luar biasa. Akhirnya, sesudah lelah de-
ngan rengekannya, Simson memberitahukan arti dari teka-teki
itu kepada istrinya, dan meskipun kita dapat menduga bahwa
istrinya berjanji akan merahasiakannya, dan bahwa jika
Simson memberi tahu dia jawab teka-teki itu maka istrinya
tidak akan memberi tahu siapa pun, namun istrinya itu segera
memberitahukannya kepada orang-orang sebangsanya. Sim-
son juga seharusnya tidak berharap lebih dari seorang Filistin,
apalagi kepentingan-kepentingan bangsa istrinya itu menjadi
taruhan, sekecil apa pun itu (lihat Mi. 7:5-6). Teka-teki itu
pada akhirnya dapat ditebak (ay. 18): Apakah yang lebih
manis, atau makanan yang lebih baik, dari pada madu? (Ams.
24:13). Apakah yang lebih kuat, atau pelahap yang lebih buas,
dari pada singa? Simson dengan besar hati mengakui bahwa
ketiga puluh orang Filistin itu telah memenangkan taruhan,
meskipun ia punya alasan kuat untuk mempermasalahkan-
nya, sebab bukan mereka sendiri yang memecahkannya, se-
perti telah disepakati sebelumnya (ay. 12), namun bahwa jawab-
an itu telah dipecahkan bagi mereka. Simson hanya berpikir
bahwa pantas baginya mengatakan ini kepada mereka: Kalau
kamu tidak membajak dengan lembu betinaku, memanfaatkan
kekuasaanmu atas istriku, pasti kamu tidak menebak teka-
tekiku. Iblis, dalam godaan-godaannya, tidak bisa mengerjakan
kejahatannya atas kita, jika dia tidak membajak dengan lembu
betina kebobrokan kodrat manusia kita.
VI. Simson melunasi taruhannya kepada orang-orang Filistin ini
dengan hasil rampasan yang diperolehnya dari orang-orang lain
sebangsa mereka (ay. 19). Ia mempergunakan kesempatan ini
untuk bertikai dengan orang Filistin, dengan pergi ke Askelon,
salah satu kota mereka, sebab ia mungkin mengetahui bahwa di
sana sedang diadakan suatu perayaan besar pada saat ini, yang
banyak didatangi orang. Dari orang-orang ini, ia memilih tiga
puluh orang, yang lalu dihabisinya, lalu diambilnya pakaian
mereka, dan diserahkannya kepada ketiga puluh orang Filistin
yang telah menjawab teka-tekinya. Dengan demikian, saat di-
timbang-timbang, sesungguhnya orang Filistinlah yang menjadi
pihak yang kalah, sebab nyawa satu orang yang terhilang dari
antara mereka sendiri senilai dengan semua pakaian dan jubah
kebesaran yang mereka menangkan. Tubuh itu lebih penting
daripada pakaian. Berkuasalah Roh TUHAN atas Simson, baik
untuk memberinya wewenang maupun untuk memampukannya
melakukan perbuatan itu.
VII. Peristiwa ini terbukti menjadi kesempatan baik untuk memutus-
kan Simson dari tali persaudaraan yang baru saja dijalinnya me-
lalui pernikahannya. Ia menyaksikan bagaimana kawan-kawan-
nya telah memperlakukannya dengan semena-mena, dan bagai-
mana istrinya telah mengkhianatinya, sehingga amarahnya ber-
nyala-nyala (ay. 19). Lebih baik murka kepada orang Filistin dari-
pada jatuh cinta kepada mereka, sebab saat kita bergabung
dengan mereka, kita terancam bahaya paling besar akan terkena
jerat mereka. Dan, sesudah menerima perlakuan buruk ini di
tengah-tengah mereka, pulanglah ia ke rumah ayahnya. Alangkah
baiknya bagi kita jika segala kejahatan yang kita terima dari
dunia, serta kekecewaan kita di dalamnya, tiada lain membawa
pengaruh baik ini bagi kita, yakni menghantarkan kita, di dalam
iman dan doa, kembali kepada rumah Bapa kita di sorga dan
beristirahat di sana. Segala kesusahan yang muncul di tengah
jalan haruslah membuat kita mencintai rumah kita dan rindu
berada di sana. Tak berapa lama sesudah Simson pergi, istrinya
diberikan kepada orang lain (ay. 20). Bukannya memohon ampun
kepada Simson atas kesalahan yang diperbuatnya kepadanya,
saat suaminya itu dengan wajar menunjukkan sakit hatinya
atas peristiwa itu dengan menarik diri dalam amarah selama
beberapa waktu, istrinya itu malah segera menikahi orang yang
merupakan kepala para tamu, pengiring mempelai pria. Mungkin
orang ini terlalu dicintainya, dan terlalu ingin disenangkannya,
sehingga ia memaksa suaminya untuk memberitahukan jawab
teka-teki itu kepadanya. Lihatlah betapa tidak dapat dipercayanya
manusia, saat orang yang dulunya merupakan kawan kita ter-
nyata malah menjadi lawan kita.
PASAL 1 5
imson, saat mengadakan hubungan dengan orang-orang Filis-
tin, hanya bermaksud untuk mencari gara-gara dengan mereka
(14:4). Sekarang dalam pasal ini kita mendapati gambaran lebih
lanjut tentang kesempatan-kesempatan yang diambilnya untuk mele-
mahkan mereka, dan untuk membalas dendam kepada mereka,
bukan untuk perseteruannya sendiri, melainkan untuk perseteruan-
perseteruan Israel. Segala sesuatunya di sini mengejutkan. Jika ada
suatu kejadian sangat luar biasa dan sulit dipercaya, sebab mus-
tahil, maka harus diingat bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Demikianlah, oleh Roh Tuhan yang datang ke atasnya, Simson dipim-
pin dan dikuatkan untuk melakukan cara-cara berperang yang tidak
biasa.
I. Dari pengkhianatan istri Simson dan ayah istrinya, Simson
mengambil kesempatan untuk membakar gandum orang
Filistin (ay. 1-5).
II. Dari kekejaman orang Filistin yang biadab terhadap istrinya
dan ayah istrinya, Simson mengambil kesempatan untuk
mengadakan pembantaian besar-besaran terhadap orang
Filistin (ay. 6-8).
III. Dari pengkhianatan orang-orang sebangsanya, yang menye-
rahkan dia dalam belenggu kepada orang Filistin, Simson
mengambil kesempatan untuk membunuh seribu orang Filis-
tin dengan tulang rahang keledai (ay. 9-17).
IV. Dari kesusahan yang dialaminya pada waktu sebab keku-
rangan air, Allah mengambil kesempatan untuk menunjuk-
kan perkenanan kepadanya dengan memberikan persediaan
tepat pada waktunya (ay. 18-20).
Obor-obor Simson
(15:1-8)
1 Beberapa waktu lalu , dalam musim menuai gandum, pergilah Simson
mengunjungi isterinya, dengan membawa seekor anak kambing, serta ber-
kata: “Aku mau ke kamar mendapatkan isteriku.” namun ayah perempuan itu
tidak membiarkan dia masuk. 2 Kata ayah perempuan itu: “Aku telah me-
nyangka, bahwa engkau benci sama sekali kepadanya, sebab itu aku mem-
berikannya kepada kawanmu. Bukankah adiknya lebih cantik dari padanya?
Baiklah kauambil itu bagimu sebagai gantinya.” 3 Lalu kata Simson kepada-
nya: “Sekali ini aku tidak bersalah terhadap orang Filistin, jika aku men-
datangkan celaka kepada mereka.” 4 Maka pergilah Simson, ditangkapnya
tiga ratus anjing hutan, diambilnya obor, diikatnya ekor dengan ekor dan
ditaruhnya sebuah obor di antara tiap-tiap dua ekor. 5 lalu dinyalakan-
nyalah obor itu dan dilepaskannya anjing-anjing hutan itu ke gandum yang
belum dituai kepunyaan orang Filistin, sehingga terbakarlah tumpukan-
tumpukan gandum dan gandum yang belum dituai dan kebun-kebun pohon
zaitun. 6 Berkatalah orang Filistin: “Siapakah yang melakukan ini?” Orang
menjawab: “Simson, menantu orang Timna itu, sebab orang itu telah meng-
ambil isteri Simson dan memberikannya kepada kawannya.” lalu pergi-
lah orang Filistin ke sana dan membakar perempuan itu beserta ayahnya.
7 Lalu berkatalah Simson kepada mereka: “Jika kamu berbuat demikian,
sesungguhnya aku takkan berhenti sebelum aku membalaskannya kepada
kamu.” 8 Dan dengan pukulan yang hebat ia meremukkan tulang-tulang
mereka. Lalu pergilah ia dan tinggal dalam gua di bukit batu Etam.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Kembalinya Simson kepada istrinya, yang sudah ia tinggalkan
dalam amarah. Mungkin sebab belum mendengar bahwa istrinya
sudah diberikan kepada orang lain, maka saat waktu sudah
membuat kebencian-kebenciannya sedikit mereda, ia kembali
kepada istrinya, mengunjunginya dengan membawa seekor anak
kambing (ay. 1). Nilai pemberian itu tidaklah besar, namun pem-
berian itu dimaksudkan sebagai tanda perdamaian, dan mungkin
digunakan demikian pada waktu itu, saat pihak-pihak yang
sudah berselisih dipersatukan bersama kembali. Simson mengi-
rimkan pemberian ini,supaya ia bisa makan dengan istrinya di
kamar istrinya, dan istrinya bisa makan dengan dia, dari perse-
diaan Simson sendiri, dan dengan begitu mereka dapat berbaikan
kembali. Simson bermurah hati dalam melakukannya, meskipun
ia yaitu pihak yang dilanggar dan yang berkedudukan lebih
tinggi. Oleh sebab itu, kepada dialah istrinya terikat kewajiban
untuk mengusahakan perdamaian, dan harus menjadi yang per-
tama tergerak untuk berdamai. Bila terjadi perselisihan di antara
kerabat-kerabat dekat, hendaklah mereka yang dipandang terbijak
dan terbaik yang terlebih dahulu tergerak untuk memaafkan dan
melupakan kesalahan-kesalahan. Hendaklah mereka yang paling
bersedia untuk membungkuk dan mengalah demi kedamaian.
II. Penolakan yang didapat Simson. Ayah mertuanya melarang Sim-
son untuk mendekati istrinya. Sebab ternyata ayah mertuanya
sudah menikahkan istri Simson itu dengan orang lain (ay. 2).
Ayah mertuanya berusaha,
1. Membenarkan dirinya sendiri dalam kesalahan ini: “Aku telah
menyangka, bahwa engkau benci sama sekali kepadanya.
Sungguh buruk pemikirannya tentang Simson, dengan meng-
ukur orang nazir itu berdasar tabiat umum orang Filistin.
Masakan seburuk itu pikirannya sampai mencurigai bahwa,
sebab Simson, yang sudah sepantasnya, marah terhadap
istrinya, maka itu berarti ia sungguh membenci istrinya?
Masakan Simson sebab marahnya itu kembali ke rumah
ayahnya untuk sementara waktu, berarti ia sudah meninggal-
kan istrinya untuk selama-lamanya? Namun ini sajalah yang
dapat dikatakan ayah mertuanya itu sebagai dalih atas keja-
hatan ini. Dengan demikian, ia membuat kecemburuan men-
datangkan hal yang sangat buruk, yaitu menyokong perbuatan
perampasan yang jahat. Janganlah kita meneguhkan alasan
kita untuk berbuat jahat dengan berkata, “Saya kira dia mau
bermaksud jahat, sehingga saya....”
2. Ia berusaha untuk menenangkan Simson dengan menawarkan
kepadanya anak perempuannya yang lebih muda, yang, kare-
na lebih cantik, disangkanya akan diterima Simson, sebagai
ganti rugi atas kesalahannya itu. Lihatlah bagaimana orang-
orang yang tidak diperintah oleh takut akan Allah dan hukum
Allah ditimpa berbagai kesusahan, dan menyeret keluarga
mereka sendiri ke dalamnya. Mereka mengawinkan anak perem-
puan dengan seseorang pada minggu ini, dan dengan orang lain
pada minggu depan. Mereka memberikan kepada seorang laki-
laki anak perempuannya yang pertama, dan lalu anak
perempuan yang lain. Simson menolak tawaran ayah mertua-
nya. Ia tahu bahwa tidak baik mengambil seorang perempuan
sebagai madu kakaknya (Im. 18:18).
III. Pembalasan yang dilakukan Simson terhadap orang-orang Filistin
atas pelecehan terhadap dirinya ini. Seandainya dalam pem-
balasan itu ia hanya ingin membela perkaranya sendiri, maka ia
akan menantang seterunya, dan akan menghukum dia dan ayah
mertuanya saja. namun ia memandang dirinya sebagai tokoh
masyarakat, dan memandang penghinaan itu sebagai penghinaan
terhadap seluruh bangsa Israel. Sebab ada kemungkinan bahwa
mereka melakukan penghinaan ini kepadanya sebab ia berasal
dari bangsa itu. Mereka menghibur diri dengan hal ini, bahwa
mereka telah melakukan pelecehan seperti itu terhadap seorang
Israel. Oleh sebab itu, Simson menetapkan hati untuk menghajar
orang-orang Filistin, dan tidak ragu bahwa perlakuan yang telah
diterimanya di antara mereka ini membenarkan dia dalam tindak-
annya (ay. 3): Sekali ini aku tidak bersalah terhadap orang Filistin.
Ia telah melakukan apa yang sepatutnya dilakukannya dalam
menawarkan diri untuk berdamai dengan istrinya. Akan namun ,
sebab istrinya membuat hal itu tidak bisa terlaksana, maka
sekarang mereka tidak dapat menyalahkan dia jika ia menunjuk-
kan kebencian yang sepantasnya. Perhatikanlah, saat timbul
perselisihan, kita harus melakukan kewajiban kita untuk meng-
akhirinya, dan sesudah itu, apa pun yang terjadi sebagai hasilnya,
kita tidak dapat dipersalahkan. Nah, cara yang diambil Simson
untuk membalas mereka yaitu dengan membakar ladang-ladang
gandum mereka, yang akan sangat melemahkan dan memiskin-
kan negeri itu (ay. 4-5).
1. Cara yang dipakai Simson untuk melakukannya sangatlah
aneh. Ia melepaskan seratus lima puluh pasang anjing hutan,
yang terikat ekor dengan ekor, ke ladang-ladang gandum.
Setiap pasang memiliki sebuah obor di antara dua ekor
mereka. Dengan obor itu, sebab ketakutan, mereka berlarian
ke ladang gandum untuk berlindung, dan dengan begitu mem-
bakar ladang gandum itu. Begitulah, api akan berkobar di ba-
nyak tempat pada saat yang bersamaan, sehingga tidak dapat
dipadamkan, apalagi jika peristiwa ini, seperti yang mungkin
demikian, terjadi pada malam hari. Simson bisa saja memakai
orang lain untuk melakukannya, namun mungkin ia tidak dapat
menemukan orang Israel yang berani melakukannya. Dan ia
sendiri hanya dapat melakukannya di satu tempat pada suatu
waktu, yang aman tanpa terganggu. Kita tidak pernah men-
dapati Simson, dalam tindakan-tindakannya yang berani, me-
makai orang lain, hamba ataupun prajurit. Oleh sebab itu,
dalam rancangan ini, ia memilih untuk memakai anjing-anjing
hutan sebagai tukang bakarnya. Orang-orang Filistin sudah
menjahati dia dengan kelicikan dan kekejian mereka, dan se-
karang ia membalas kejahatan mereka itu dengan anjiing-
anjing hutan yang licik dan obor-obor yang merusak. Melalui
kehinaan dan kelemahan binatang-binatang yang dipakainya,
Simson bermaksud untuk melakukan penghinaan terhadap
musuh-musuh yang ia lawan. Siasat ini sering kali dirujuk
untuk menunjukkan bagaimana seteru-seteru jemaat, yang
memiliki kepentingan-kepentingan dan rancangan-rancang-
an berbeda di antara mereka sendiri, yang melihat dan ber-
jalan ke arah yang bertentangan dalam hal-hal lain, namun
sering kali bersatu bagaikan satu obor. Mereka selalu saja
memiliki suatu rancangan terkutuk untuk memusnahkan
jemaat Allah, dan khususnya untuk menyalakan api per-
pecahan di dalamnya.
2. Kerusakan dilakukan Simson dengan cara ini kepada orang-
orang Filistin sangatlah besar. Peristiwa ini terjadi pada saat
panen gandum (ay. 1), sehingga sebab jeraminya kering, maka
api segera membakar tumpukan-tumpukan gandum yang su-
dah dipotong, gandum yang belum dituai, dan kebun-kebun
pohon zaitun. Ini yaitu tindakan yang menghancurkan karya-
karya ciptaan yang baik. namun jika tindakan-tindakan per-
musuhan yang lain diperbolehkan, maka menghancurkan ma-
kanan ternak dengan sewajarnya dianggap demikian juga. Jika
Simson boleh mengambil nyawa mereka, maka ia pun boleh
mengambil penghidupan mereka. Dan Allah bertindak benar di
dalamnya: gandum, anggur, dan minyak yang sudah mereka
persiapkan untuk dewa Dagon, untuk menjadi korban sajian
kepadanya, sudah sepantasnya, pada waktunya, dijadikan
korban bakaran untuk menjawab keadilan Allah.
IV. Kegeraman orang Filistin terhadap istri Simson dan ayah istrinya
yang berkhianat. sebab sadar bahwa mereka telah menyulut
amarah Simson sehingga ia mendatangkan celaka ini atas negeri
mereka, maka gerombolan rakyat jelata menyerang istri Simson
dan ayah istrinya. Mereka membakar keduanya, mungkin di
dalam rumah mereka sendiri (ay. 6). Simson sendiri tidak berani
mereka serang, dan sebab itu, dengan keadilan yang mungkin
melebihi pikiran mereka sendiri, mereka melampiaskan dendam
kepada orang-orang yang mereka yakin betul telah menyebabkan
Simson marah. Bukannya membalas dendam kepada Simson, me-
reka malah membalas dendam untuknya, saat ia, untuk meng-
hormati hubungan yang dimilikinya dengan mereka, tidak berse-
dia melakukannya untuk dirinya sendiri. Lihatlah campur tangan-
Nya dalam peristiwa ini, Ia yang empunya pembalasan. Orang-
orang yang berlaku khianat akan dihancurkan dan diperlakukan
dengan khianat. Dan TUHAN memperkenalkan diri-Nya dengan
menjalankan penghakiman, terutama saat , seperti di sini, Ia
memanfaatkan musuh-musuh umat-Nya sebagai alat untuk mem-
balaskan dendam satu terhadap yang lain bagi kepentingan per-
seteruan umat-Nya. saat seorang Filistin yang biadab mem-
bakar orang yang berkhianat, orang benar dapat bersukacita,
sebab ia memandang pembalasan (Mzm. 58:11-12). Demikianlah
panas hati manusia akan menjadi syukur bagi Allah (Mzm. 76:11).
Orang-orang Filistin sudah mengancam istri Simson, bahwa, jika
ia tidak bisa mendapat jawaban teka-teki dari Simson, maka
mereka akan membakar dia beserta seisi rumah ayahnya (14:15).
Sedangkan istri Simson, untuk menyelamatkan dirinya sendiri
dan membantu orang-orang sebangsanya, mengkhianati suami-
nya. Dan apa akibatnya? Hal yang tepat ditakutkannya, dan yang
berusaha ia hindari dengan berbuat dosa, justru menimpanya. Ia
beserta seisi rumah ayahnya dibakar, dan orang-orang sebangsa-
nya, yang sudah berusaha ia tolong melalui kejahatan yang di-
lakukannya terhadap suaminya, mendatangkan celaka ini ke
atasnya. Malapetaka yang berusaha kita hindari melalui perbuat-
an-perbuatan pelanggaran, sering kali malah kita tarik dan timpa-
kan ke atas kepala kita sendiri. Barangsiapa mau menyelamatkan
nyawanya seperti itu, ia akan kehilangan nyawanya.
V. Kesempatan yang diambil Simson dari kejadian ini untuk menda-
tangkan celaka yang lebih besar lagi kepada mereka, sampai me-
nembus tulang dan daging mereka (ay. 7-8). “Meskipun kamu ber-
buat demikian terhadap istriku dan ayahnya, dan dengan begitu
menunjukkan apa yang akan kamu lakukan kepadaku seandai-
nya kamu mampu, namun itu tidak akan menghalangiku untuk
lebih menyusahkanmu lagi.” Atau, “Meskipun kamu pikir, bahwa
dengan melakukan ini kamu telah menebus kesalahanmu terha-
dapku, namun ada kepentingan bangsa Israel yang harus kubela
sebagai seorang pemimpin bangsaku. sebab itu, atas kejahatan-
kejahatan yang kalian perbuat terhadap orang Israel, aku akan
membalaskannya kepada kamu. sesudah itu, jika kamu rela
menerima penghinaan terhadapmu itu, maka aku akan berhenti,
tidak melakukan apa-apa lagi selain mencari pembebasan bagi
bangsa Israel.” Jadi ia menghantam pinggul dan paha mereka
dengan pukulan yang keras (ay. 8, KJV), demikianlah kata yang
dipakai. Sepertinya luka-luka hantaman terhadap mereka itu
sungguh mematikan, sebab luka di pinggul atau paha memang
sering berakibat seperti itu. Dan sebab itu kita menerjemahkan-
nya (KJV), dengan pembantaian besar-besaran. Sebagian penafsir
berpendapat, bahwa ia hanya melumpuhkan mereka, membuat
mereka tidak dapat bekerja, seperti kuda dibuat pincang atau
lumpuh. Tampaknya itu merupakan ungkapan yang dipakai un-
tuk mengungkapkan suatu serangan yang mati-matian. Ia mem-
bunuh mereka dengan membabi-buta, atau mengalahkan mereka
habis-habisan. Ia menghantam mereka dengan segenap kekuatan
yang dimilikinya, dengan tendangan dan sepakan, dan dengan
begitu membinasakan mereka. Ia mengirik mereka dalam murka-
nya, dan menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarahnya
(Yes. 63:3). sesudah selesai, ia mundur ke benteng-benteng alami
dalam gua di bukit batu Etam. Di sana ia menunggu untuk me-
lihat apakah orang-orang Filistin mau ditundukkan oleh hajaran
yang telah diberikannya kepada mereka.
Simson Diikat oleh Orang-orang Yehuda
(15:9-17)
9 Lalu majulah orang Filistin dan berkemah di daerah Yehuda serta memen-
car ke Lehi. 10 Berkatalah orang-orang Yehuda: “Mengapa kamu maju menye-
rang kami?” Lalu jawab mereka: “Kami maju untuk mengikat Simson dan
memperlakukan dia seperti dia memperlakukan kami.” 11 lalu turunlah
tiga ribu orang dari suku Yehuda ke gua di gunung batu Etam dan berkata
kepada Simson: “Tidakkah kauketahui, bahwa orang Filistin berkuasa atas
kita? Apakah juga yang telah kauperbuat terhadap kami?” namun jawabnya
kepada mereka: “Seperti mereka memperlakukan aku, demikianlah aku
memperlakukan mereka.” 12 Kata mereka kepadanya: “Kami datang ke sini
untuk mengikat dan menyerahkan engkau ke dalam tangan orang Filistin.”
namun jawab Simson kepada mereka: “Bersumpahlah kepadaku, bahwa
kamu sendiri tidak akan menyerang aku.” 13 Lalu kata mereka kepadanya:
“Tidak, kami hanya mau mengikat engkau dan menyerahkan engkau ke da-
lam tangan mereka, namun membunuh engkau kami tidak mau.” Maka mere-
ka mengikat dia dengan dua tali baru dan membawa dia dari bukit batu itu.
14 sesudah ia sampai ke Lehi dan orang-orang Filistin mendatangi dia dengan
bersorak-sorak, maka berkuasalah Roh TUHAN atas dia dan tali-tali pada
tangannya menjadi seperti batang rami yang telah habis dimakan api dan
segala pengikatnya hancur tanggal dari tangannya. 15 lalu ia menemui
sebuah tulang rahang keledai yang masih baru, diulurkannya tangannya,
dipungutnya dan dipukulnya mati seribu orang dengan tulang itu. 16 Ber-
katalah Simson: “Dengan rahang keledai bangsa keledai itu kuhajar, dengan
rahang keledai seribu orang kupukul.” 17 sesudah berkata demikian, dilempar-
nya tulang rahang itu dari tangannya. lalu dinamailah tempat itu Ramat
Lehi.
Dalam perikop ini,
I. Simson diburu dengan ganas oleh orang-orang Filistin. Dalam
satu gerombolan besar mereka naik ke bukit persembunyiannya.
Ini sebuah pasukan yang lebih menakutkan daripada rombongan
yang dihajar habis-habisan oleh Simson sebelumnya. Mereka ber-
kemah di daerah Yehuda, dan memencar ke seluruh penjuru
negeri, untuk menemukan Simson, yang mereka dengar telah
datang ke sana (ay. 9). Orang-orang Yehuda, yang tanpa per-
lawanan takluk pada kuk orang Filistin, membela diri, bahwa
mereka sudah membayar upeti mereka, dan bahwa tak seorang
pun dari suku mereka telah melakukan pelanggaran terhadap
orang Filistin. Gerombolan Filistin itu dengan terang-terangan
mengakui bahwa mereka tidak merancang apa-apa dalam serang-
an ini selain untuk menangkap Simson. Mereka tidak mau berpe-
rang melawan sembarang orang, melainkan melawan hakim Israel
saja (ay. 10), untuk memperlakukan dia seperti dia memperlaku-
kan kami. Yaitu, meremukkan tulang-tulangnya, seperti ia mere-
mukkan tulang-tulang kami, mata ganti mata. Inilah pasukan
yang dikirim untuk melawan satu orang, sebab sesungguhnya
Simson seorang diri sama dengan sebuah pasukan. Demikian
pula halnya, segerombolan orang dikirim untuk menangkap Yesus
Tuhan kita, Simson yang terberkati itu, meskipun sepersepuluh-
nya saja sudah dapat melakukan tugas itu, sebab saat-Nya telah
tiba. Sepuluh kali lipat banyaknya pun tidak akan menghasilkan
apa-apa, jika Ia tidak menyerahkan diri.
II. Simson secara hina dikhianati dan diserahkan oleh orang-orang
Yehuda (ay. 11). Dari suku Yehudakah mereka? Keturunan yang
bejat dari suku yang gagah berani itu! Sama sekali tidak layak
menyandang sebutan sebagai singa dari suku Yehuda. Mungkin
mereka tidak senang dengan Simson sebab ia bukan dari suku
mereka. Dengan bodohnya mereka masih saja tergila-gila akan
keutamaan suku mereka, walaupun sudah diambil kembali dari
mereka sebab perbuatan mereka sendiri. sebab itu mereka lebih
suka ditindas oleh orang Filistin daripada diselamatkan oleh se-
orang suku Dan. Sering kali pembebasan jemaat terhambat oleh
kecemburuan-kecemburuan seperti itu, dan oleh soal-soal kehor-
matan yang diakui oleh pihak tertentu. namun lebih tepatnya hal
itu disebabkan mereka takut dan gentar terhadap orang Filistin,
dan ingin, dengan cara apa pun juga, mengeluarkan orang Filistin
dari negeri mereka. Seandainya roh mereka tidak dibuat takut
dan hancur lebur oleh sebab dosa-dosa dan masalah-masalah
mereka, dan roh mereka tidak dibuat tidur nyenyak, mereka
sebenarnya punya kesempatan yang baik ini untuk melepaskan
kuk orang Filistin. Seandainya masih ada sedikit saja kecerdikan
dan keberanian dalam diri mereka, maka dengan memiliki
seorang yang begitu berani seperti Simson untuk memimpin
mereka, mereka sekarang mampu melancarkan satu pertempuran
yang berani untuk mendapatkan kembali kemerdekaan mereka.
namun , tidak heran jika orang-orang yang sudah merendahkan
diri sampai ke bawah di dunia orang mati, dengan menyembah
ilah-ilah sampah mereka (Yes. 57:9), merendahkan diri seperti itu
di dalam debu, untuk tunduk kepada penindas-penindas mereka
yang menghina. Dosa mengecilkan hati orang, bahkan, dosa
membuat orang hilang akal, dan menyembunyikan dari mata me-
reka apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Mungkin
Simson pergi ke perbatasan negeri itu untuk menawarkan ban-
tuannya, sebab sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti,
bahwa Alla