Selasa, 07 Januari 2025

Yosua Hakim Hakim Rut 27

 


memperlihat-

kan jiwa yang peduli pada orang banyak, melebihi apa yang dapat 

diharapkan dalam diri seorang anak kecil. Roh Tuhan menggerak-

kan dia sewaktu-waktu (ay. 25, KJV), tidak sepanjang waktu, 

namun  seperti angin bertiup, ke mana saja ia mau. Hal ini untuk 

menunjukkan bahwa apa yang diperbuatnya bukanlah berasal 

dari dirinya sendiri, sebab seandainya demikian dia dapat mela-

kukannya kapan saja. Laki-laki perkasa biasanya menganggap 

bahwa kekuatannya sangat digerakkan oleh anggur (Mzm. 78:65), 

namun  Simson tidak minum air anggur, dan sekalipun begitu 

unggul dalam kekuatan dan keberanian, dan dalam segala sesua-

tu yang gagah dan berani, sebab dia memiliki Roh Allah yang 

menggerakkannya. Oleh sebab  itu, janganlah kamu mabuk oleh 

anggur, namun  hendaklah kamu penuh dengan Roh, yang akan 

datang kepada orang-orang yang sadar dan menguasai diri.  

  

 

 

 

PASAL 14  

ambaran yang diberikan pasal ini kepada kita mengenai Simson 

bukanlah sesuatu yang kita harapkan dari seseorang yang, 

melalui penetapan khusus dari sorga, merupakan orang nazir bagi 

Allah dan pembebas Israel. namun  sungguh, Simson yaitu  kedua-

nya. Dalam pasal ini kita mendapati, 

I. Percintaan Simson dengan seorang gadis Filistin, dan perni-

kahannya dengan perempuan itu (ay. 1-5, 7-8). 

II. Penaklukannya atas seekor singa, dan sesuatu yang berharga 

yang ditemukannya pada bangkai singa itu (ay. 5-6, 8-9). 

III. Teka-teki Simson yang diajukannya kepada kawan-kawannya 

(ay. 10-14) dan yang dipecahkan melalui pengkhianatan istri-

nya (ay. 15-18). 

IV. Kesempatan yang diperoleh Simson dari peristiwa ini untuk 

membunuh tiga puluh orang Filistin (ay. 19) dan memutus-

kan tali persaudaraan yang baru saja dijalinnya melalui per-

nikahannya (ay. 20). 

Simson Memilih Seorang Filistin sebagai Istrinya;  

Seekor Singa Ditaklukkan oleh Simson  

(14:1-9) 

1 Simson pergi ke Timna dan di situ ia melihat seorang gadis Filistin. 2 Ia 

pulang dan memberitahukan kepada ayahnya dan ibunya: “Di Timna aku 

melihat seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku.” 3 namun  

ayahnya dan ibunya berkata kepadanya: “Tidak adakah di antara anak-anak 

perempuan sanak saudaramu atau di antara seluruh bangsa kita seorang 

perempuan, sehingga engkau pergi mengambil isteri dari orang Filistin, 

orang-orang yang tidak bersunat itu?” namun  jawab Simson kepada ayahnya: 

“Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai.” 4 namun  ayahnya dan ibunya tidak 

tahu bahwa hal itu dari pada TUHAN asalnya: sebab memang Simson harus 

mencari gara-gara terhadap orang Filistin. sebab  pada masa itu orang 

Filistin menguasai orang Israel. 5 Lalu pergilah Simson beserta ayahnya dan 

ibunya ke Timna. saat   mereka sampai ke kebun-kebun anggur di Timna, 

maka seekor singa muda mendatangi Simson dengan mengaum. 6 Pada 

waktu itu berkuasalah Roh TUHAN atas dia, sehingga singa itu dicabiknya 

seperti orang mencabik anak kambing – tanpa apa-apa di tangannya. namun  

tidak diceriterakannya kepada ayahnya atau ibunya apa yang dilakukannya 

itu. 7 Maka pergilah ia ke sana, lalu bercakap-cakap dengan perempuan itu, 

sebab Simson suka kepadanya. 8 sesudah  beberapa waktu kembalilah ia ke 

sana untuk kawin dengan perempuan itu; dan saat   ia menyimpang dari 

jalan untuk melihat bangkai singa itu, tampaklah ada kawanan lebah pada 

kerangka singa itu dan juga madu. 9 Dikeruknya madu itu ke dalam 

tangannya dan sambil memakannya ia berjalan terus, lalu  pergilah ia 

kepada ayahnya dan ibunya, dan memberikannya juga kepada mereka, lalu 

mereka memakannya. namun  tidak diceriterakannya kepada mereka, bahwa 

madu itu dikeruknya dari kerangka singa. 

Dalam perikop ini, 

I. Simson, melalui tuntunan penyelenggaraan Allah yang luar biasa, 

mencari gara-gara terhadap orang Filistin dengan cara menjalin 

hubungan dengan mereka melalui perkawinan. Ini memang cara 

yang aneh, namun  sesungguhnya Simson sendiri yaitu  pribadi 

yang penuh teka-teki, seorang manusia yang penuh dengan hal-

hal yang berlawanan dengan kebenaran pada umumnya, yang 

melakukan apa yang sungguh besar dan baik, melalui apa yang 

tampak lemah dan jahat. Sebab Simson memang tidak dirancang 

untuk menjadi teladan bagi kita yang harus hidup menurut 

aturan, bukan menurut teladan, namun  sebagai perlambang dari 

Dia, yang meskipun tidak mengenal dosa, telah dibuat menjadi 

dosa bagi kita. Dan juga menjadi serupa dengan daging yang 

dikuasai dosa,supaya  Ia dapat menjatuhkan hukuman atas dosa 

dan menghancurkan dosa di dalam daging (Rm. 8:3). 

1. sebab  perundingan di seputar pernikahan Simson merupa-

kan sesuatu yang biasa dilakukan, kita dapat mengamati, 

(1) Bahwa Simson telah bertindak lemah dan bodoh dengan 

menyukai seorang gadis Filistin. Hal itu tampak sangat 

tidak pantas. Layakkah dia yang bukan hanya seorang 

Israel melainkan juga seorang nazir, yang dikhususkan 

bagi Tuhan, mendambakan untuk bersatu dengan seorang 

penyembah Dagon? Patutkah seorang yang ditetapkan 

untuk menjadi pahlawan bagi negerinya bersanding dengan 

orang-orang yang merupakan musuh bebuyutan negeri-

nya? Simson melihat perempuan ini (ay. 1), dan perempuan 

itu pun disukainya (ay. 3). Tampak tidak ada alasan bagi 

Simson untuk memandang perempuan itu sebagai seorang 

yang bijak atau bajik, atau dalam hal apa pun bisa menjadi 

penolong yang sepadan baginya. namun  ia melihat sesuatu 

di wajahnya yang sangat pas dengan kesukaannya, sehing-

ga bagaimanapun caranya, dia harus menjadi istrinya. 

Orang yang dalam memilih istri hanya dituntun oleh pan-

dangan matanya, dan dikuasai oleh khayalannya, harus 

menyalahkan dirinya sendiri jika  di lalu  hari ia 

mendapati seorang Filistin di dalam pelukannya. 

(2) Akan namun , Simson bertindak bijak dan sopan dengan 

tidak langsung menyampaikan keinginannya kepada sang 

gadis sampai ia memberitahukan niatnya itu terlebih 

dahulu kepada orangtuanya sendiri. Simson mengutarakan 

maksud hatinya kepada mereka, dan memohon mereka 

untuk mengambil gadis itu menjadi isterinya (ay. 2). Dalam 

hal ini Simson layak menjadi teladan bagi semua anak. 

Sesuai dengan perintah Allah yang kelima, anak tidak 

boleh menikah, ataupun mengambil langkah untuk meni-

kah, tanpa nasihat dan persetujuan orangtuanya. Anak 

yang berlaku demikian, seperti diungkapkan oleh Uskup 

Hall di sini, dengan sengaja mencopot sendiri kedudukan-

nya sebagai anak, dan menukar kasih sayang antara orang-

tua dan anak dengan hawa nafsu. Orangtua memiliki  

hak milik atas anak mereka sebagai bagian dari diri mereka 

sendiri. Di dalam pernikahan, hak milik ini berpindah 

tangan, sebab  demikianlah hukum pernikahan itu, bahwa 

seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya 

dan bersatu dengan isterinya. Oleh sebab  itu, jika  hak 

milik ini dipindahtangankan tanpa persetujuan orangtua, 

bukan hanya itu merupakan perbuatan yang tidak sopan 

dan tidak tahu berterima kasih, namun  juga sangat tidak 

adil. Siapa pun yang merampasi ayah dan ibunya seperti 

itu, dengan menculik dirinya sendiri dari mereka, yang 

lebih dekat dan lebih dikasihi mereka daripada harta benda 

yang mereka miliki, dan menyangka bahwa itu bukan suatu 

pelanggaran, ia sendiri yaitu  kawan si perusak (Ams. 

28:24). 

(3) Orangtua Simson bertindak benar dengan membujuknya 

susaha  tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang de-

ngan orang-orang yang tak percaya. Biarlah orang-orang 

yang mengaku beriman, namun  ingin membina hubungan 

perkawinan dengan orang duniawi dan tidak beriman, serta 

bersanding dengan keluarga yang jelas-jelas tidak takut 

akan Allah ataupun menyembah-Nya, biarlah mereka ini 

mendengar alasan yang dikemukakan orangtua Simson, 

dan menerapkannya pada diri mereka sendiri: “Tidak ada-

kah seorang perempuan di antara anak-anak perempuan 

sanak saudaramu, atau, jika tidak ada dari suku kita, tidak 

adakah seorang perempuan di antara seluruh bangsamu, 

tidak adakah seorang Israel, yang menyenangkan hatimu, 

atau yang menurutmu pantas mendapatkan kasihmu, se-

hingga engkau harus menikahi seorang Filistin?” Di dunia 

zaman purbakala, anak-anak Allah mencemari dan meng-

hancurkan diri mereka, kaum mereka, dan jemaat mula-

mula yang sesungguhnya pada masa itu, dengan menikahi 

anak-anak perempuan manusia (Kej. 6:2). Allah telah 

melarang bangsa Israel untuk menikah dengan orang dari 

bangsa-bangsa yang telah dikhususkan untuk dibinasa-

kan, yang salah satunya yaitu  bangsa Filistin (Ul. 7:3).  

(4) Seandainya tidak ada alasan khusus di balik permohonan 

itu, tentu saja tidak pantas bagi Simson untuk bersikeras 

terhadap pilihannya, dan juga tidak pantas bagi orangtua-

nya untuk menyetujui pilihan itu pada akhirnya. Akan 

namun , tindakan mereka yang dengan lemah lembut me-

mahami kasih anak mereka itu dapat dipandang sebagai 

teladan bagi para orangtua untuk tidak menentang pilihan 

anak mereka tanpa alasan yang jelas, atau tidak memberi-

kan persetujuan mereka, terutama kepada anak yang telah 

memintanya pada waktu yang semestinya dan dengan 

penuh kepatuhan, tanpa suatu alasan yang sangat baik. 

Seperti halnya anak harus menaati orang tua mereka di 

dalam Tuhan, demikian pula orangtua tidak boleh mem-

bangkitkan amarah di dalam hati anak-anak mereka, su-

paya jangan tawar hati mereka. Orang nazir ini, yang 

dalam kepatuhannya kepada orangtuanya memohonkan 

persetujuan mereka, dan tidak mau melanjutkan keingin-

annya itu sampai ia memperoleh persetujuan mereka, tidak 

hanya menjadi teladan bagi semua anak, namun  juga meru-

pakan perlambang dari Yesus Sang Anak Kudus, yang 

pulang bersama-sama orang tua-Nya ke Nazaret sehingga Ia 

disebut Orang Nazaret) dan patuh terhadap mereka (Luk. 

2:51). 

2. Akan namun , permohonan pernikahan ini dengan tegas dikata-

kan dari pada TUHAN asalnya (ay. 4). Tidak hanya bahwa 

Allah di lalu  hari memanfaatkan pernikahan itu untuk 

memenuhi rancangan-rancangan-Nya melawan bangsa Filis-

tin, namun  juga bahwa Allah menaruh di dalam hati Simson 

untuk mengambil pilihan ini,supaya  ia dapat mencari gara-

gara terhadap orang Filistin. Perbuatan Simson menikahi se-

orang Filistin itu bukanlah perbuatan jahat dengan sendirinya. 

Tindakan itu memang dilarang sebab  ada bahaya orang Israel 

akan dicelakai oleh para penyembah berhala. Akan namun , 

jika  selain bahaya semacam itu sendiri tidak ada, namun  

juga diharapkan ada kesempatan untuk menghajar para pe-

nyembah berhala itu, sehingga membawa kebaikan bagi Israel, 

maka dalam hal ini hukum itu dibuat tidak berlaku. Dikata-

kan bahwa Roh TUHAN mulai menggerakkan hatinya sewaktu-

waktu (13:25, KJV), dan beralasan bagi kita untuk meyakini 

bahwa Simson sendiri sadar bahwa Roh itu menggerakkannya 

pada saat ini, saat   ia menetapkan pilihan ini, dan bahwa jika 

tidak demikian, ia pasti sudah menyerah kepada larangan 

orangtuanya, dan orangtuanya pun pasti pada akhirnya tidak 

akan setuju seandainya ia tidak meyakinkan mereka bahwa ini 

semua dari pada TUHAN asalnya. Pernikahan ini akan mem-

buat Simson mengenal dekat orang Filistin dan bergaul akrab 

dengan mereka. Melalui hal ini, ia dapat beroleh kesempatan 

untuk mencari gara-gara dengan mereka, yang tidak akan 

dapat diperolehnya tanpa pernikahan itu. Kelihatannya, bang-

sa Filistin menindas bangsa Israel tidak dengan cara mem-

pergunakan pasukan bersenjata dalam jumlah besar, namun  

dengan cara serangan gerilya yang dilancarkan para raksasa-

nya, dan gerombolan-gerombolan kecil para penjarahnya. Oleh 

sebab itu, dengan cara serupalah Simson harus berurusan de-

ngan mereka. Biarlah dia, melalui pernikahan ini, menyusup 

di antara mereka, maka dia akan menjadi duri yang menusuk 

lambung mereka. Yesus Kristus, sebab  harus melepaskan kita 

dari dunia jahat yang sekarang ini, dan melemparkan pengua-

sanya ke luar, Dia sendiri datang ke dalamnya, meskipun 

dunia ini penuh kecemaran dan permusuhan. Dengan meng-

ambil tubuh ragawi, Dia dalam pengertian tertentu menjalin 

hubungan dengan dunia,supaya  Dia dapat menghancurkan 

musuh-musuh rohani kita, dan tangan-Nya sendiri dapat me-

ngerjakan keselamatan itu.  

II. Simson, melalui penyelenggaraan ilahi secara khusus, digerakkan 

dan dikuatkan untuk menyerang orang Filistin. sebab  untuk 

tugas itulah Simson dilahirkan, maka Allah, sewaktu memanggil 

Simson kepada tugasnya itu, mempersiapkan dia untuk melaku-

kannya melalui dua kejadian: 

1. Dengan memampukan Simson, di tengah satu perjalanan me-

nuju Timna, untuk membunuh seekor singa (ay. 5-6). Banyak 

orang menolak mengerjakan pekerjaan yang sesungguhnya da-

pat mereka kerjakan sebab  mereka tidak menyadari kekuatan 

mereka sendiri. Allah mengizinkan Simson untuk mengetahui 

apa yang dapat diperbuatnya di dalam kekuatan Roh TUHAN, 

susaha  ia tidak akan pernah takut menghadapi kesulitan-

kesulitan yang paling besar sekalipun. Daud, yang nantinya 

akan menuntaskan kehancuran bangsa Filistin, harus terlebih 

dahulu menguji kekuatannya dengan menghajar baik singa 

maupun beruang, agar lalu  ia dapat menyimpulkan, 

seperti yang dapat kita duga disimpulkan juga oleh Simson, 

bahwa orang Filistin yang tidak bersunat itu harus mengalami 

nasib yang sama seperti salah satu dari kedua binatang itu 

(1Sam. 17:36). 

(1) Perjumpaan Simson dengan singa itu sungguh merupakan 

satu perjumpaan yang berbahaya. Singa yang hendak me-

nerkam Simson itu yaitu  seekor singa muda, salah satu 

jenis singa yang paling ganas, yang sedang mengaum men-

cari mangsanya, dan tengah mengincar Simson secara khu-

sus. Singa muda itu mengaum saat   menjumpai Simson, 

demikian dalam bahasa aslinya. Dia hanya seorang diri di 

kebun anggur, sesudah  ia menyimpang ke sana dari ayah 

dan ibunya yang tetap berada di jalan besar, kemungkinan 

untuk memakan anggur. Anak-anak tidak berpikir bahwa 

mereka memperhadapkan diri mereka kepada singa yang 

mengaum yang hendak melahap mangsanya saat  , sebab  

dengan bodoh menginginkan kebebasan, mereka menyim-

pang dari pengawasan dan kepak sayap orangtua mereka 

yang bijaksana dan saleh. Orang muda juga tidak memper-

timbangkan bahwa ada singa-singa mengintai di kebun 

anggur, kebun anggur merah, yang sama berbahayanya 

seperti ular-ular yang berada di bawah rerumputan hijau. 

Andaikata Simson menjumpai singa itu di tengah jalan, 

tentu ia bisa memiliki  alasan yang lebih kuat untuk 

mengharapkan bantuan baik dari Allah maupun manusia 

daripada di tempat ini, seorang diri di tengah-tengah kebun 

anggur, yang jauh dari jalannya. Akan namun , ada rancang-

an khusus Allah di balik peristiwa ini, dan semakin ber-

bahaya perjumpaan itu, 

(2) Kemenangan yang diraih pun semakin gemilang. Keme-

nangan itu diperoleh tanpa kesulitan apa pun. Simson 

mencekik singa itu, lalu  merobek lehernya semudah 

ia mencekik anak kambing, namun tanpa alat apa pun, 

bukan hanya tanpa pedang ataupun busur panah, namun  

juga bahkan tanpa tongkat ataupun pisau, tanpa ada apa-

apa di tangannya. Kristus bertarung dengan singa yang 

mengaum itu, dan menaklukkannya pada awal karya-Nya 

di depan umum (Mat. 4:1, dst.). sesudah  itu, Dia pun melu-

cuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, dan 

menang atas mereka oleh diri-Nya sendiri, seperti ditafsir-

kan beberapa orang, tanpa alat apa pun. Dia dipermuliakan 

di dalam kuat kuasa-Nya sendiri. Yang membuat keme-

nangan Simson atas singa itu semakin mulia yaitu  bahwa 

seusai melaksanakan perbuatan yang sangat berani itu, ia 

tidak bermegah atasnya. Bahkan tidak diceriterakannya 

kepada ayahnya atau ibunya apa yang dilakukannya itu, 

yang oleh banyak orang lain pasti akan segera disiarkan ke 

seluruh negeri. Kerendahan hati dan kesahajaan menjadi 

mahkota yang bersinar paling cemerlang atas perbuatan-

perbuatan besar. 

2. Dengan menyediakan bagi Simson, dalam perjalanan berikut-

nya, madu yang terdapat pada kerangka singa ini (ay. 8-9). 

Sewaktu ia kembali pada kesempatan berikutnya untuk me-

resmikan pernikahannya, bersama orangtuanya, rasa ingin 

tahu Simson membuatnya menyimpang dari jalan dan pergi 

menuju kebun anggur tempat ia telah membunuh singa itu. 

Mungkin dengan melihat tempat itu, ia dapat merasakan kem-

bali belas kasihan yang terwujud lewat kelepasan luar biasa 

itu, dan di sana ia dengan khidmat dapat bersyukur kepada 

Allah sebab nya. Alangkah baiknya jika  kita mengingatkan 

diri kita sendiri seperti itu akan perkenanan-perkenanan Allah 

di masa lalu kepada kita. Di kebun anggur itu, Simson mene-

mukan bangkai si singa. Ada kemungkinan burung atau 

hewan pemangsa lain telah memakan dagingnya, dan pada ke-

rangkanya, sekawanan lebah telah menjalin dan membangun 

sarangnya. Dan lebah-lebah itu tidaklah malas, namun  telah 

menyimpan di dalam sarangnya itu sejumlah besar persediaan 

madu, yang merupakan salah satu bahan pokok yang berhar-

ga di Kanaan. Begitu melimpahnya madu di sana, sampai-

sampai negeri tersebut dikatakan berlimpah-limpah susu dan 

madunya. Simson, sebab  lebih berhak daripada siapa pun 

juga atas sarang lebah ini, mengeruk madunya dengan ta-

ngannya, artinya, ia harus berhadapan dengan kawanan lebah 

itu. Akan namun , orang yang tidak takut kepada cakar singa 

tentu tidak punya alasan untuk takut kepada sengat kawanan 

lebah. Seperti halnya melalui kemenangannya atas singa itu 

Simson menjadi berani untuk menghadapi para raksasa Filis-

tin, jika tiba saatnya, kendati dengan kekuatan dan kegarang-

an mereka, demikian pula dengan mengusir kawanan lebah itu 

ia diajar untuk tidak takut kepada kumpulan besar orang 

Filistin. Meskipun mereka mengelilinginya seperti lebah, na-

mun demi nama TUHAN, sesungguhnya ia pukul mereka mun-

dur (Mzm. 118:12). Perihal madu itu, kita dapati di sini, 

(1) Dia memakannya sendiri, tanpa bertanya kepada hati nu-

raninya apakah tindakan itu benar, sebab  tulang belulang 

dari binatang liar yang haram tidak menajiskan seperti hal-

nya tulang belulang manusia. Yohanes Pembaptis, orang 

nazir dari Perjanjian Baru itu, hidup dengan makan madu 

hutan. 

(2) Simson juga memberikan madu itu kepada orangtuanya, 

dan mereka pun memakannya. Ia tidak memakan semua-

nya sendiri. Kalau engkau mendapat madu, makanlah secu-

kupnya, jangan berlebih (Ams. 25:16). Dia mau berbagi ber-

sama orangtuanya. Anak-anak harus berterima kasih ke-

pada orangtua mereka dengan memberikan buah pekerjaan 

mereka sendiri, dan dengan demikian belajar berbakti ke-

pada kaum keluarga sendiri (1Tim. 5:4). Biarlah orang-

orang yang, melalui anugerah Allah, telah menemukan ma-

nisnya iman, menyampaikan pengalaman mereka itu ke-

pada para sahabat dan kerabat mereka, lalu mengundang 

para sahabat dan kerabat mereka itu untuk datang dan 

berbagi bersama mereka. Simson tidak memberi tahu 

orangtuanya dari mana ia mendapatkan madu itu,supaya  

mereka tidak keberatan menyantapnya. Uskup Hall men-

cermati di sini bahwa orang-orang yang menolak memper-

gunakan pemberian Allah sebab  mereka menemukannya di 

dalam bejana yang buruk, mereka itu kurang berhikmat dan 

terlampau berhati-hati bila dibandingkan dengan Simson. 

Madu tetaplah madu, meskipun ditemukan pada singa 

yang sudah mati. Oleh sebab  Tuhan kita Yesus telah me-

naklukkan Iblis, singa yang mengaum itu, maka dari keme-

nangan itu orang-orang percaya menemukan madu di da-

lam kerangkanya, yakni kekuatan dan penghiburan berlim-

pah, yang cukup bagi di diri mereka sendiri dan bagi 

semua sahabat mereka. 

Teka-teki Simson dan Pembantaian  

terhadap Orang Filistin 

(14:10-20) 

10 sesudah  ayahnya pergi kepada perempuan itu, Simson mengadakan per-

jamuan di sana, sebab demikianlah biasanya dilakukan orang-orang muda.  

11 saat   mereka melihat dia, dipilihlah tiga puluh orang kawan untuk mene-

mani dia. 12 Kata Simson kepada mereka: “Aku mau mengatakan suatu teka-

teki kepada kamu. Jika kamu dapat memberi jawabnya yang tepat kepadaku 

dalam tujuh hari selama perjamuan ini berlangsung dan menebaknya, maka 

aku akan memberikan kepadamu tiga puluh pakaian lenan dan tiga puluh 

pakaian kebesaran. 13 namun  jika kamu tidak dapat memberi jawabnya 

kepadaku, maka kamulah yang harus memberikan tiga puluh pakaian dalam 

dan tiga puluh pakaian kebesaran kepadaku.” Kata mereka kepadanya: 

“Katakanlah teka-tekimu itu,supaya  kami dengar.” 14 Lalu katanya kepada 

mereka: “Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan.” 

Ada tiga hari lamanya mereka tidak dapat memberi jawab teka-teki itu.  

15 Pada hari ketujuh berkatalah mereka kepada isteri Simson: “Bujuklah 

suamimu,supaya  diberitahukannya kepada kami jawab teka-teki itu; kalau 

tidak, kami akan membakar engkau beserta seisi rumah ayahmu. Apakah 

engkau mengundang kami untuk membuat kami menjadi miskin? Tidak, 

bukan?” 16 Lalu menangislah isteri Simson itu sambil memeluk Simson, 

katanya: “Engkau benci saja kepadaku, dan tidak cinta kepadaku; suatu 

teka-teki kaukatakan kepada orang-orang sebangsaku, namun  jawabnya tidak 

kauberitahukan kepadaku.” Sahutnya kepadanya: “Sedangkan kepada ayah-

ku dan iartikel  tidak kuberitahukan, masakan kepada engkau akan kuberi-

tahukan?” 17 namun  isterinya itu menangis di sampingnya selama ketujuh 

hari mereka mengadakan perjamuan itu. Pada hari yang ketujuh diberitahu-

kannyalah kepadanya, sebab  ia merengek-rengek kepadanya, lalu  

perempuan itu memberitahukan jawab teka-teki itu kepada orang-orang 

sebangsanya. 18 Lalu pada hari yang ketujuh itu, sebelum matahari terbe-

nam, berkatalah orang-orang kota itu kepadanya: “Apakah yang lebih manis 

dari pada madu? Apakah yang lebih kuat dari pada singa?” Sahutnya kepada 

mereka: “Kalau kamu tidak membajak dengan lembu betinaku, pasti kamu 

tidak menebak teka-tekiku.” 19 Maka berkuasalah Roh TUHAN atas dia, lalu 

pergilah ia ke Askelon dan dibunuhnya tiga puluh orang di sana, diambilnya 

pakaian mereka dan diberikannya pakaian-pakaian kebesaran itu kepada 

orang-orang yang dapat memberi jawab teka-teki itu. namun  amarahnya 

masih juga bernyala-nyala, lalu pulanglah ia ke rumah ayahnya. 20 Maka 

diberikanlah isteri Simson itu kepada kawannya, bekas pengiringnya. 

Dalam perikop ini kita mendapati penjelasan mengenai perjamuan 

pernikahan Simson dan kesempatan yang diperolehnya dari per-

jamuan itu untuk membantai orang Filistin. 

I. Simson mengikuti adat istiadat negeri Filistin dengan mengada-

kan perjamuan yang berlangsung selama tujuh hari untuk mera-

yakan pernikahannya (ay. 10). Meskipun orang nazir, ia tidak 

mau, dalam perkara semacam ini, menjadi orang aneh sendiri, 

namun  berlaku seperti biasanya dilakukan orang-orang muda 

dalam kesempatan-kesempatan seperti itu. Agama tidak menen-

tang pemeluknya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik di 

tempat tinggal mereka. Bahkan, agama malah menjadi terhinakan 

jika  orang-orang yang mengaku beragama memberi kesempat-

an yang wajar bagi orang lain untuk menyebut mereka orang 

tamak, atau suka menipu, atau pemurung. Orang yang baik 

harus berusaha menjadikan dirinya, dalam pengertian yang paling 

baik, seorang kawan yang baik pula. 

II. Kerabat istri Simson memberinya penghormatan menurut kebia-

saan yang berlaku di tempat itu dalam hal pernikahan, dan mem-

bawa kepadanya tiga puluh orang muda untuk menemaninya 

selama perjamuan berlangsung, dan untuk mendampinginya 

sebagai pengiring mempelai pria (ay. 11): saat   mereka melihat 

dia, betapa ia seorang laki-laki yang rupawan, dan betapa ia tam-

pak terhormat dan bermartabat, maka kerabat istrinya membawa 

ketiga puluh kawan ini untuk menghormatinya, dan untuk belajar 

menjadi lebih baik dengan bergaul dengan Simson selama ia 

tinggal bersama mereka. Atau, lebih tepatnya, saat   mereka meli-

hat dia, betapa kuat dan gagahnya dia, mereka membawa ketiga 

puluh orang ini, seolah-olah untuk menjadi kawannya, namun  

sesungguhnya untuk menjadi pengawal atau mata-mata untuk 

mengawasinya. Sungguh cemburu orang-orang Filistin itu kepada 

Simson, namun  mereka pasti akan lebih cemburu lagi jika  

mereka tahu tentang kemenangannya atas singa itu, yang sebab  

itu telah berusaha keras ditutupinya. Kebaikan orang Filistin 

kerap kali diselubungi oleh satu atau lain niat jahat.  

III. Simson, untuk menghibur para pendampingnya itu, mengajukan 

sebuah teka-teki kepada mereka, lalu bertaruh dengan mereka 

bahwa mereka tidak akan dapat menjawabnya dalam waktu tujuh 

hari (ay. 12-14). Kebiasaan itu, tampaknya, sudah ada sejak da-

hulu dalam kesempatan-kesempatan seperti ini, saat   para saha-

bat berkumpul bersama, sekadar untuk menimbulkan suasana 

bahagia, agar waktu tidak terbuang dengan makan dan minum 

belaka, seperti diungkapkan Uskup Patrick, atau dengan melaku-

kan kegiatan-kegiatan lain yang hanya memuaskan pancaindra, 

seperti mendengarkan musik, menari, atau melihat pertunjukan. 

Sebaliknya, mereka memanfaatkan waktu dengan mengajukan 

sejumlah pertanyaan, guna menguji dan meningkatkan pengeta-

huan dan kecerdasan mereka. Memang sudah sepatutnya ini 

dilakukan oleh manusia, manusia yang berhikmat, yang meng-

hargai diri mereka sendiri dengan akal budi mereka. Akan namun , 

sangat berbeda dengan hal itu yaitu  hiburan pada zaman yang 

sudah merosot ini, hiburan yang sungguh hina dan lebih nista 

daripada hewan, yang hanya berisi pesta pora dan kemabukan, 

sampai akal sehat menjadi tenggelam, dan hikmat pun karam 

bersamanya. Nah, 

1. Teka-teki Simson itu diciptakannya sendiri, sebab  pencapai-

annya sendirilah yang mengilhaminya membuat teka-teki itu: 

Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar ma-

nisan. Bacalah teka-tekiku ini, apakah artinya? Hewan pe-

mangsa tidak mengeluarkan daging bagi manusia, namun ma-

kanan keluar dari sang pelahap. Binatang-binatang yang kuat 

semasa hidupnya, umumnya mengeluarkan bau yang kuat 

dan sungguh busuk sewaktu mati, contohnya kuda. Namun 

demikian dari yang kuat, atau dari yang pahit, demikian dalam 

terjemahan bahasa Aram dan Arab, keluar manisan. Kalau saja 

mereka cukup berakal sehingga dapat berpikir, pemakan 

apakah yang paling kuat dan daging apakah yang paling 

manis, mereka sudah tentu dapat memecahkan teka-teki itu. 

Lebih lanjut, baik singa maupun madu tidaklah asing bagi 

negeri mereka, sehingga keduanya seharusnya dapat terpikir-

kan. jika  teka-teki itu dapat dipecahkan, maka Simson 

akan beroleh kesempatan untuk bercerita kepada mereka 

tentang kisah yang menghibur di baliknya. Teka-teki ini dapat 

diterapkan pada banyaknya cara yang dipakai dalam penye-

lenggaraan dan anugerah ilahi. Pada waktu Allah, melalui 

penyelenggaraan-Nya yang mengatasi semua tindakan manu-

sia, menghasilkan kebaikan dari kejahatan bagi jemaat dan 

umat-Nya, saat   apa yang mengancam kehancuran mereka 

malah berbalik menjadi kebaikan mereka, saat   musuh-

musuh mereka dibuat menjadi pelayan mereka, dan amarah 

manusia diubah menjadi pujian bagi Allah, pada saat itulah 

keluar makanan dari yang makan dan manisan dari yang kuat 

(lihat Flp. 1:12). 

2. Taruhannya lebih besar harganya bagi Simson daripada bagi 

mereka, sebab  ia hanyalah seorang diri melawan tiga puluh 

orang. Taruhan itu tidak dipasang pada penyelenggaraan 

Allah, atau pada kemungkinan sebuah dadu atau kartu, namun  

pada kecerdasan mereka, dan tidak lebih dari sekadar meng-

hadiahkan penghormatan bagi yang cerdas dan penghinaan 

bagi yang bodoh. 

IV. Kawan-kawan Simson, saat   tidak bisa menebak teka-teki itu 

sendiri, mendesak istri Simson untuk mencari tahu jawabnya dari 

Simson (ay. 15). Entah mereka ini betul-betul bodoh atau sedang 

tidak bisa berpikir jernih pada saat ini, sungguh aneh bahwa 

dalam waktu tujuh hari, tidak ada seorang pun dari ketiga puluh 

orang itu yang bisa memikirkan sesuatu yang sesederhana ini. 

Apakah yang lebih manis dari pada madu dan apakah yang lebih 

kuat dari pada singa? Tampak bahwa dalam akal budi, seperti 

juga dalam perilaku, mereka yaitu  orang-orang biadab, benar-

benar biadab untuk mengancam sang mempelai wanita bahwa, 

jika dia tidak mau berusaha membujuk mempelai laki-laki untuk 

memberitahukan kepada mereka jawab teka-teki itu, mereka akan 

membakar dia beserta seisi rumah ayahnya. Adakah perbuatan 

yang lebih biadab daripada ini? Mengubah gurauan menjadi sung-

guhan saja sudah cukup hina, dan sungguh tidak pantas diajak 

bergaul orang-orang yang menjadi begitu marah daripada meng-

akui ketidaktahuan mereka dan kalah taruhan dengan jumlah 

yang begitu kecil. Harga diri mereka juga sama sekali tidak akan 

terselamatkan dengan memberikan jawaban teka-teki itu, sebab  

mereka sudah diberi tahu jawabannya. Mereka berbuat lebih 

kejam lagi dengan menyuruh istri Simson untuk menjadi peng-

khianat suaminya sendiri, dan bertindak seakan-akan lebih ber-

kuasa atasnya daripada suaminya. Sekarang, sebab  istri Simson 

telah menikah, ia harus melupakan bangsanya. Namun yang 

paling tidak berperikemanusiaan dari semuanya yaitu  mengan-

cam akan membakar istri Simson beserta semua saudaranya, 

jika  ia tidak berhasil mendapatkan jawab teka-teki itu, dan 

semua ini hanya sebab  tiap-tiap mereka takut kehilangan pakai-

an dan jubah kebesaran: Apakah engkau mengundang kami untuk 

membuat kami menjadi miskin? Orang yang tidak bisa menerima 

kekalahan dengan besar hati dan tenang seperti itu tidak pernah 

boleh bertaruh.  

V. Istri Simson, dengan rengekan yang tidak masuk akal, berhasil 

memperoleh jawab teka-teki itu dari suaminya. Pada hari ketujuh, 

yaitu, hari ketujuh dalam satu minggu (menurut dugaan Dr. 

Lightfoot), namun  pada hari keempat perjamuan itu, mereka me-

maksa istri Simson untuk membujuk suaminya (ay. 15), dan dia 

pun melakukannya, 

1. Melalui tipu daya dan siasat yang luar biasa (ay. 16), dengan 

bersikeras untuk tidak mau percaya bahwa suaminya itu men-

cintainya, kecuali ia mau menyanggupi keinginannya dalam 

perkara ini. Istri Simson tahu bahwa suaminya tidak tahan 

jika  cintanya dipertanyakan, dan oleh sebab nya, bila ada 

cara ampuh untuk mengatasi suaminya itu, maka inilah 

caranya: “Engkau benci saja kepadaku, dan tidak cinta kepada-

ku, bila engkau menolak memberitahukan jawabannya kepa-

daku.” Padahal, suaminya memiliki  alasan yang lebih kuat 

untuk berkata, “Engkau benci saja kepadaku, dan tidak cinta 

kepadaku, bila engkau terus memaksaku memberitahukan 

jawabannya kepadamu.” Lebih lanjut,supaya  istrinya tidak 

memanfaatkan kesempatan ini untuk menguji cintanya, Sim-

son meyakinkan istrinya bahwa ia juga tidak memberitahukan 

orangtuanya sendiri, meskipun ia sepenuh hati percaya ke-

pada mereka. jika  cara ini pun tidak berhasil, maka istri 

Simson akan mencoba menggunakan kekuatan air mata bua-

ya: istrinya itu menangis di sampingnya selama ketujuh hari 

mereka mengadakan perjamuan itu, dan lebih memilih meru-

sak kebahagiaan yang ada, yang pasti demikian jika  mem-

pelai wanita menangis, daripada tidak berhasil mencapai tu-

juannya, dan membantu orang-orang sebangsanya (ay. 17). 

2. Dengan keberhasilan luar biasa. Akhirnya, sesudah  lelah de-

ngan rengekannya, Simson memberitahukan arti dari teka-teki 

itu kepada istrinya, dan meskipun kita dapat menduga bahwa 

istrinya berjanji akan merahasiakannya, dan bahwa jika 

Simson memberi tahu dia jawab teka-teki itu maka istrinya 

tidak akan memberi tahu siapa pun, namun istrinya itu segera 

memberitahukannya kepada orang-orang sebangsanya. Sim-

son juga seharusnya tidak berharap lebih dari seorang Filistin, 

apalagi kepentingan-kepentingan bangsa istrinya itu menjadi 

taruhan, sekecil apa pun itu (lihat Mi. 7:5-6). Teka-teki itu 

pada akhirnya dapat ditebak (ay. 18): Apakah yang lebih 

manis, atau makanan yang lebih baik, dari pada madu? (Ams. 

24:13). Apakah yang lebih kuat, atau pelahap yang lebih buas, 

dari pada singa? Simson dengan besar hati mengakui bahwa 

ketiga puluh orang Filistin itu telah memenangkan taruhan, 

meskipun ia punya alasan kuat untuk mempermasalahkan-

nya, sebab  bukan mereka sendiri yang memecahkannya, se-

perti telah disepakati sebelumnya (ay. 12), namun  bahwa jawab-

an itu telah dipecahkan bagi mereka. Simson hanya berpikir 

bahwa pantas baginya mengatakan ini kepada mereka: Kalau 

kamu tidak membajak dengan lembu betinaku, memanfaatkan 

kekuasaanmu atas istriku, pasti kamu tidak menebak teka-

tekiku. Iblis, dalam godaan-godaannya, tidak bisa mengerjakan 

kejahatannya atas kita, jika dia tidak membajak dengan lembu 

betina kebobrokan kodrat manusia kita.  

VI. Simson melunasi taruhannya kepada orang-orang Filistin ini 

dengan hasil rampasan yang diperolehnya dari orang-orang lain 

sebangsa mereka (ay. 19). Ia mempergunakan kesempatan ini 

untuk bertikai dengan orang Filistin, dengan pergi ke Askelon, 

salah satu kota mereka, sebab  ia mungkin mengetahui bahwa di 

sana sedang diadakan suatu perayaan besar pada saat ini, yang 

banyak didatangi orang. Dari orang-orang ini, ia memilih tiga 

puluh orang, yang lalu  dihabisinya, lalu diambilnya pakaian 

mereka, dan diserahkannya kepada ketiga puluh orang Filistin 

yang telah menjawab teka-tekinya. Dengan demikian, saat   di-

timbang-timbang, sesungguhnya orang Filistinlah yang menjadi 

pihak yang kalah, sebab  nyawa satu orang yang terhilang dari 

antara mereka sendiri senilai dengan semua pakaian dan jubah 

kebesaran yang mereka menangkan. Tubuh itu lebih penting 

daripada pakaian. Berkuasalah Roh TUHAN atas Simson, baik 

untuk memberinya wewenang maupun untuk memampukannya 

melakukan perbuatan itu. 

VII. Peristiwa ini terbukti menjadi kesempatan baik untuk memutus-

kan Simson dari tali persaudaraan yang baru saja dijalinnya me-

lalui pernikahannya. Ia menyaksikan bagaimana kawan-kawan-

nya telah memperlakukannya dengan semena-mena, dan bagai-

mana istrinya telah mengkhianatinya, sehingga amarahnya ber-

nyala-nyala (ay. 19). Lebih baik murka kepada orang Filistin dari-

pada jatuh cinta kepada mereka, sebab  saat   kita bergabung 

dengan mereka, kita terancam bahaya paling besar akan terkena 

jerat mereka. Dan, sesudah  menerima perlakuan buruk ini di 

tengah-tengah mereka, pulanglah ia ke rumah ayahnya. Alangkah 

baiknya bagi kita jika  segala kejahatan yang kita terima dari 

dunia, serta kekecewaan kita di dalamnya, tiada lain membawa 

pengaruh baik ini bagi kita, yakni menghantarkan kita, di dalam 

iman dan doa, kembali kepada rumah Bapa kita di sorga dan 

beristirahat di sana. Segala kesusahan yang muncul di tengah 

jalan haruslah membuat kita mencintai rumah kita dan rindu 

berada di sana. Tak berapa lama sesudah  Simson pergi, istrinya 

diberikan kepada orang lain (ay. 20). Bukannya memohon ampun 

kepada Simson atas kesalahan yang diperbuatnya kepadanya, 

saat   suaminya itu dengan wajar menunjukkan sakit hatinya 

atas peristiwa itu dengan menarik diri dalam amarah selama 

beberapa waktu, istrinya itu malah segera menikahi orang yang 

merupakan kepala para tamu, pengiring mempelai pria. Mungkin 

orang ini terlalu dicintainya, dan terlalu ingin disenangkannya, 

sehingga ia memaksa suaminya untuk memberitahukan jawab 

teka-teki itu kepadanya. Lihatlah betapa tidak dapat dipercayanya 

manusia, saat   orang yang dulunya merupakan kawan kita ter-

nyata malah menjadi lawan kita. 

 

PASAL 1 5  

imson, saat   mengadakan hubungan dengan orang-orang Filis-

tin, hanya bermaksud untuk mencari gara-gara dengan mereka 

(14:4). Sekarang dalam pasal ini kita mendapati gambaran lebih 

lanjut tentang kesempatan-kesempatan yang diambilnya untuk mele-

mahkan mereka, dan untuk membalas dendam kepada mereka, 

bukan untuk perseteruannya sendiri, melainkan untuk perseteruan-

perseteruan Israel. Segala sesuatunya di sini mengejutkan. Jika ada 

suatu kejadian sangat luar biasa dan sulit dipercaya, sebab  mus-

tahil, maka harus diingat bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. 

Demikianlah, oleh Roh Tuhan yang datang ke atasnya, Simson dipim-

pin dan dikuatkan untuk melakukan cara-cara berperang yang tidak 

biasa.  

I. Dari pengkhianatan istri Simson dan ayah istrinya, Simson 

mengambil kesempatan untuk membakar gandum orang 

Filistin (ay. 1-5).  

II. Dari kekejaman orang Filistin yang biadab terhadap istrinya 

dan ayah istrinya, Simson mengambil kesempatan untuk 

mengadakan pembantaian besar-besaran terhadap orang 

Filistin (ay. 6-8).  

III. Dari pengkhianatan orang-orang sebangsanya, yang menye-

rahkan dia dalam belenggu kepada orang Filistin, Simson 

mengambil kesempatan untuk membunuh seribu orang Filis-

tin dengan tulang rahang keledai (ay. 9-17).  

IV. Dari kesusahan yang dialaminya pada waktu sebab  keku-

rangan air, Allah mengambil kesempatan untuk menunjuk-

kan perkenanan kepadanya dengan memberikan persediaan 

tepat pada waktunya (ay. 18-20). 


Obor-obor Simson 

(15:1-8)  

1 Beberapa waktu lalu , dalam musim menuai gandum, pergilah Simson 

mengunjungi isterinya, dengan membawa seekor anak kambing, serta ber-

kata: “Aku mau ke kamar mendapatkan isteriku.” namun  ayah perempuan itu 

tidak membiarkan dia masuk. 2 Kata ayah perempuan itu: “Aku telah me-

nyangka, bahwa engkau benci sama sekali kepadanya, sebab itu aku mem-

berikannya kepada kawanmu. Bukankah adiknya lebih cantik dari padanya? 

Baiklah kauambil itu bagimu sebagai gantinya.” 3 Lalu kata Simson kepada-

nya: “Sekali ini aku tidak bersalah terhadap orang Filistin, jika  aku men-

datangkan celaka kepada mereka.” 4 Maka pergilah Simson, ditangkapnya 

tiga ratus anjing hutan, diambilnya obor, diikatnya ekor dengan ekor dan 

ditaruhnya sebuah obor di antara tiap-tiap dua ekor. 5 lalu  dinyalakan-

nyalah obor itu dan dilepaskannya anjing-anjing hutan itu ke gandum yang 

belum dituai kepunyaan orang Filistin, sehingga terbakarlah tumpukan-

tumpukan gandum dan gandum yang belum dituai dan kebun-kebun pohon 

zaitun. 6 Berkatalah orang Filistin: “Siapakah yang melakukan ini?” Orang 

menjawab: “Simson, menantu orang Timna itu, sebab orang itu telah meng-

ambil isteri Simson dan memberikannya kepada kawannya.” lalu  pergi-

lah orang Filistin ke sana dan membakar perempuan itu beserta ayahnya.  

7 Lalu berkatalah Simson kepada mereka: “Jika kamu berbuat demikian, 

sesungguhnya aku takkan berhenti sebelum aku membalaskannya kepada 

kamu.” 8 Dan dengan pukulan yang hebat ia meremukkan tulang-tulang 

mereka. Lalu pergilah ia dan tinggal dalam gua di bukit batu Etam. 

Dalam perikop ini kita mendapati,  

I.   Kembalinya Simson kepada istrinya, yang sudah ia tinggalkan 

dalam amarah. Mungkin sebab  belum mendengar bahwa istrinya 

sudah diberikan kepada orang lain, maka saat   waktu sudah 

membuat kebencian-kebenciannya sedikit mereda, ia kembali 

kepada istrinya, mengunjunginya dengan membawa seekor anak 

kambing (ay. 1). Nilai pemberian itu tidaklah besar, namun  pem-

berian itu dimaksudkan sebagai tanda perdamaian, dan mungkin 

digunakan demikian pada waktu itu, saat   pihak-pihak yang 

sudah berselisih dipersatukan bersama kembali. Simson mengi-

rimkan pemberian ini,supaya  ia bisa makan dengan istrinya di 

kamar istrinya, dan istrinya bisa makan dengan dia, dari perse-

diaan Simson sendiri, dan dengan begitu mereka dapat berbaikan 

kembali. Simson bermurah hati dalam melakukannya, meskipun 

ia yaitu  pihak yang dilanggar dan yang berkedudukan lebih 

tinggi. Oleh sebab  itu, kepada dialah istrinya terikat kewajiban 

untuk mengusahakan perdamaian, dan harus menjadi yang per-

tama tergerak untuk berdamai. Bila terjadi perselisihan di antara 

kerabat-kerabat dekat, hendaklah mereka yang dipandang terbijak 

dan terbaik yang terlebih dahulu tergerak untuk memaafkan dan 

melupakan kesalahan-kesalahan. Hendaklah mereka yang paling 

bersedia untuk membungkuk dan mengalah demi kedamaian. 

II. Penolakan yang didapat Simson. Ayah mertuanya melarang Sim-

son untuk mendekati istrinya. Sebab ternyata ayah mertuanya 

sudah menikahkan istri Simson itu dengan orang lain (ay. 2). 

Ayah mertuanya berusaha,  

1. Membenarkan dirinya sendiri dalam kesalahan ini: “Aku telah 

menyangka, bahwa engkau benci sama sekali kepadanya. 

Sungguh buruk pemikirannya tentang Simson, dengan meng-

ukur orang nazir itu berdasar  tabiat umum orang Filistin. 

Masakan seburuk itu pikirannya sampai mencurigai bahwa, 

sebab  Simson, yang sudah sepantasnya, marah terhadap 

istrinya, maka itu berarti ia sungguh membenci istrinya? 

Masakan Simson sebab  marahnya itu kembali ke rumah 

ayahnya untuk sementara waktu, berarti ia sudah meninggal-

kan istrinya untuk selama-lamanya? Namun ini sajalah yang 

dapat dikatakan ayah mertuanya itu sebagai dalih atas keja-

hatan ini. Dengan demikian, ia membuat kecemburuan men-

datangkan hal yang sangat buruk, yaitu menyokong perbuatan 

perampasan yang jahat. Janganlah kita meneguhkan alasan 

kita untuk berbuat jahat dengan berkata, “Saya kira dia mau 

bermaksud jahat, sehingga saya....”  

2. Ia berusaha untuk menenangkan Simson dengan menawarkan 

kepadanya anak perempuannya yang lebih muda, yang, kare-

na lebih cantik, disangkanya akan diterima Simson, sebagai 

ganti rugi atas kesalahannya itu. Lihatlah bagaimana orang-

orang yang tidak diperintah oleh takut akan Allah dan hukum 

Allah ditimpa berbagai kesusahan, dan menyeret keluarga 

mereka sendiri ke dalamnya. Mereka mengawinkan anak perem-

puan dengan seseorang pada minggu ini, dan dengan orang lain 

pada minggu depan. Mereka memberikan kepada seorang laki-

laki anak perempuannya yang pertama, dan lalu  anak 

perempuan yang lain. Simson menolak tawaran ayah mertua-

nya. Ia tahu bahwa tidak baik mengambil seorang perempuan 

sebagai madu kakaknya (Im. 18:18). 

III. Pembalasan yang dilakukan Simson terhadap orang-orang Filistin 

atas pelecehan terhadap dirinya ini. Seandainya dalam pem-

balasan itu ia hanya ingin membela perkaranya sendiri, maka ia 

akan menantang seterunya, dan akan menghukum dia dan ayah 

mertuanya saja. namun  ia memandang dirinya sebagai tokoh 

masyarakat, dan memandang penghinaan itu sebagai penghinaan 

terhadap seluruh bangsa Israel. Sebab ada kemungkinan bahwa 

mereka melakukan penghinaan ini kepadanya sebab  ia berasal 

dari bangsa itu. Mereka menghibur diri dengan hal ini, bahwa 

mereka telah melakukan pelecehan seperti itu terhadap seorang 

Israel. Oleh sebab itu, Simson menetapkan hati untuk menghajar 

orang-orang Filistin, dan tidak ragu bahwa perlakuan yang telah 

diterimanya di antara mereka ini membenarkan dia dalam tindak-

annya (ay. 3): Sekali ini aku tidak bersalah terhadap orang Filistin. 

Ia telah melakukan apa yang sepatutnya dilakukannya dalam 

menawarkan diri untuk berdamai dengan istrinya. Akan namun , 

sebab  istrinya membuat hal itu tidak bisa terlaksana, maka 

sekarang mereka tidak dapat menyalahkan dia jika ia menunjuk-

kan kebencian yang sepantasnya. Perhatikanlah, saat   timbul 

perselisihan, kita harus melakukan kewajiban kita untuk meng-

akhirinya, dan sesudah itu, apa pun yang terjadi sebagai hasilnya, 

kita tidak dapat dipersalahkan. Nah, cara yang diambil Simson 

untuk membalas mereka yaitu  dengan membakar ladang-ladang 

gandum mereka, yang akan sangat melemahkan dan memiskin-

kan negeri itu (ay. 4-5).  

1. Cara yang dipakai Simson untuk melakukannya sangatlah 

aneh. Ia melepaskan seratus lima puluh pasang anjing hutan, 

yang terikat ekor dengan ekor, ke ladang-ladang gandum. 

Setiap pasang memiliki  sebuah obor di antara dua ekor 

mereka. Dengan obor itu, sebab  ketakutan, mereka berlarian 

ke ladang gandum untuk berlindung, dan dengan begitu mem-

bakar ladang gandum itu. Begitulah, api akan berkobar di ba-

nyak tempat pada saat yang bersamaan, sehingga tidak dapat 

dipadamkan, apalagi jika peristiwa ini, seperti yang mungkin 

demikian, terjadi pada malam hari. Simson bisa saja memakai 

orang lain untuk melakukannya, namun  mungkin ia tidak dapat 

menemukan orang Israel yang berani melakukannya. Dan ia 

sendiri hanya dapat melakukannya di satu tempat pada suatu 

waktu, yang aman tanpa terganggu. Kita tidak pernah men-

dapati Simson, dalam tindakan-tindakannya yang berani, me-

makai orang lain, hamba ataupun prajurit. Oleh sebab  itu, 

dalam rancangan ini, ia memilih untuk memakai anjing-anjing 

hutan sebagai tukang bakarnya. Orang-orang Filistin sudah 

menjahati dia dengan kelicikan dan kekejian mereka, dan se-

karang ia membalas kejahatan mereka itu dengan anjiing-

anjing hutan yang licik dan obor-obor yang merusak. Melalui 

kehinaan dan kelemahan binatang-binatang yang dipakainya, 

Simson bermaksud untuk melakukan penghinaan terhadap 

musuh-musuh yang ia lawan. Siasat ini sering kali dirujuk 

untuk menunjukkan bagaimana seteru-seteru jemaat, yang 

memiliki  kepentingan-kepentingan dan rancangan-rancang-

an berbeda di antara mereka sendiri, yang melihat dan ber-

jalan ke arah yang bertentangan dalam hal-hal lain, namun 

sering kali bersatu bagaikan satu obor. Mereka selalu saja 

memiliki  suatu rancangan terkutuk untuk memusnahkan 

jemaat Allah, dan khususnya untuk menyalakan api per-

pecahan di dalamnya.  

2. Kerusakan dilakukan Simson dengan cara ini kepada orang-

orang Filistin sangatlah besar. Peristiwa ini terjadi pada saat 

panen gandum (ay. 1), sehingga sebab  jeraminya kering, maka 

api segera membakar tumpukan-tumpukan gandum yang su-

dah dipotong, gandum yang belum dituai, dan kebun-kebun 

pohon zaitun. Ini yaitu  tindakan yang menghancurkan karya-

karya ciptaan yang baik. namun  jika  tindakan-tindakan per-

musuhan yang lain diperbolehkan, maka menghancurkan ma-

kanan ternak dengan sewajarnya dianggap demikian juga. Jika 

Simson boleh mengambil nyawa mereka, maka ia pun boleh 

mengambil penghidupan mereka. Dan Allah bertindak benar di 

dalamnya: gandum, anggur, dan minyak yang sudah mereka 

persiapkan untuk dewa Dagon, untuk menjadi korban sajian 

kepadanya, sudah sepantasnya, pada waktunya, dijadikan 

korban bakaran untuk menjawab keadilan Allah.  

IV. Kegeraman orang Filistin terhadap istri Simson dan ayah istrinya 

yang berkhianat. sebab  sadar bahwa mereka telah menyulut 

amarah Simson sehingga ia mendatangkan celaka ini atas negeri 

mereka, maka gerombolan rakyat jelata menyerang istri Simson 

dan ayah istrinya. Mereka membakar keduanya, mungkin di 

dalam rumah mereka sendiri (ay. 6). Simson sendiri tidak berani 

mereka serang, dan sebab  itu, dengan keadilan yang mungkin 

melebihi pikiran mereka sendiri, mereka melampiaskan dendam 

kepada orang-orang yang mereka yakin betul telah menyebabkan 

Simson marah. Bukannya membalas dendam kepada Simson, me-

reka malah membalas dendam untuknya, saat   ia, untuk meng-

hormati hubungan yang dimilikinya dengan mereka, tidak berse-

dia melakukannya untuk dirinya sendiri. Lihatlah campur tangan-

Nya dalam peristiwa ini, Ia yang empunya pembalasan. Orang-

orang yang berlaku khianat akan dihancurkan dan diperlakukan 

dengan khianat. Dan TUHAN memperkenalkan diri-Nya dengan 

menjalankan penghakiman, terutama saat  , seperti di sini, Ia 

memanfaatkan musuh-musuh umat-Nya sebagai alat untuk mem-

balaskan dendam satu terhadap yang lain bagi kepentingan per-

seteruan umat-Nya. saat   seorang Filistin yang biadab mem-

bakar orang yang berkhianat, orang benar dapat bersukacita, 

sebab ia memandang pembalasan (Mzm. 58:11-12). Demikianlah 

panas hati manusia akan menjadi syukur bagi Allah (Mzm. 76:11). 

Orang-orang Filistin sudah mengancam istri Simson, bahwa, jika 

ia tidak bisa mendapat jawaban teka-teki dari Simson, maka 

mereka akan membakar dia beserta seisi rumah ayahnya (14:15). 

Sedangkan istri Simson, untuk menyelamatkan dirinya sendiri 

dan membantu orang-orang sebangsanya, mengkhianati suami-

nya. Dan apa akibatnya? Hal yang tepat ditakutkannya, dan yang 

berusaha ia hindari dengan berbuat dosa, justru menimpanya. Ia 

beserta seisi rumah ayahnya dibakar, dan orang-orang sebangsa-

nya, yang sudah berusaha ia tolong melalui kejahatan yang di-

lakukannya terhadap suaminya, mendatangkan celaka ini ke 

atasnya. Malapetaka yang berusaha kita hindari melalui perbuat-

an-perbuatan pelanggaran, sering kali malah kita tarik dan timpa-

kan ke atas kepala kita sendiri. Barangsiapa mau menyelamatkan 

nyawanya seperti itu, ia akan kehilangan nyawanya. 

V. Kesempatan yang diambil Simson dari kejadian ini untuk menda-

tangkan celaka yang lebih besar lagi kepada mereka, sampai me-

nembus tulang dan daging mereka (ay. 7-8). “Meskipun kamu ber-

buat demikian terhadap istriku dan ayahnya, dan dengan begitu 

menunjukkan apa yang akan kamu lakukan kepadaku seandai-

nya kamu mampu, namun itu tidak akan menghalangiku untuk 

lebih menyusahkanmu lagi.” Atau, “Meskipun kamu pikir, bahwa 

dengan melakukan ini kamu telah menebus kesalahanmu terha-

dapku, namun ada kepentingan bangsa Israel yang harus kubela 

sebagai seorang pemimpin bangsaku. sebab  itu, atas kejahatan-

kejahatan yang kalian perbuat terhadap orang Israel, aku akan 

membalaskannya kepada kamu. sesudah  itu, jika kamu rela 

menerima penghinaan terhadapmu itu, maka aku akan berhenti, 

tidak melakukan apa-apa lagi selain mencari pembebasan bagi 

bangsa Israel.” Jadi ia menghantam pinggul dan paha mereka 

dengan pukulan yang keras (ay. 8, KJV), demikianlah kata yang 

dipakai. Sepertinya luka-luka hantaman terhadap mereka itu 

sungguh mematikan, sebab  luka di pinggul atau paha memang 

sering berakibat seperti itu. Dan sebab  itu kita menerjemahkan-

nya (KJV), dengan pembantaian besar-besaran. Sebagian penafsir 

berpendapat, bahwa ia hanya melumpuhkan mereka, membuat 

mereka tidak dapat bekerja, seperti kuda dibuat pincang atau 

lumpuh. Tampaknya itu merupakan ungkapan yang dipakai un-

tuk mengungkapkan suatu serangan yang mati-matian. Ia mem-

bunuh mereka dengan membabi-buta, atau mengalahkan mereka 

habis-habisan. Ia menghantam mereka dengan segenap kekuatan 

yang dimilikinya, dengan tendangan dan sepakan, dan dengan 

begitu membinasakan mereka. Ia mengirik mereka dalam murka-

nya, dan menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarahnya 

(Yes. 63:3). sesudah  selesai, ia mundur ke benteng-benteng alami 

dalam gua di bukit batu Etam. Di sana ia menunggu untuk me-

lihat apakah orang-orang Filistin mau ditundukkan oleh hajaran 

yang telah diberikannya kepada mereka. 

Simson Diikat oleh Orang-orang Yehuda 

(15:9-17)  

9 Lalu majulah orang Filistin dan berkemah di daerah Yehuda serta memen-

car ke Lehi. 10 Berkatalah orang-orang Yehuda: “Mengapa kamu maju menye-

rang kami?” Lalu jawab mereka: “Kami maju untuk mengikat Simson dan 

memperlakukan dia seperti dia memperlakukan kami.” 11 lalu  turunlah 

tiga ribu orang dari suku Yehuda ke gua di gunung batu Etam dan berkata 

kepada Simson: “Tidakkah kauketahui, bahwa orang Filistin berkuasa atas 

kita? Apakah juga yang telah kauperbuat terhadap kami?” namun  jawabnya 

kepada mereka: “Seperti mereka memperlakukan aku, demikianlah aku 

memperlakukan mereka.” 12 Kata mereka kepadanya: “Kami datang ke sini 

untuk mengikat dan menyerahkan engkau ke dalam tangan orang Filistin.” 

namun  jawab Simson kepada mereka: “Bersumpahlah kepadaku, bahwa 

kamu sendiri tidak akan menyerang aku.” 13 Lalu kata mereka kepadanya: 

“Tidak, kami hanya mau mengikat engkau dan menyerahkan engkau ke da-

lam tangan mereka, namun  membunuh engkau kami tidak mau.” Maka mere-

ka mengikat dia dengan dua tali baru dan membawa dia dari bukit batu itu. 

14 sesudah  ia sampai ke Lehi dan orang-orang Filistin mendatangi dia dengan 

bersorak-sorak, maka berkuasalah Roh TUHAN atas dia dan tali-tali pada 

tangannya menjadi seperti batang rami yang telah habis dimakan api dan 

segala pengikatnya hancur tanggal dari tangannya. 15 lalu  ia menemui 

sebuah tulang rahang keledai yang masih baru, diulurkannya tangannya, 

dipungutnya dan dipukulnya mati seribu orang dengan tulang itu. 16 Ber-

katalah Simson: “Dengan rahang keledai bangsa keledai itu kuhajar, dengan 

rahang keledai seribu orang kupukul.” 17 sesudah  berkata demikian, dilempar-

nya tulang rahang itu dari tangannya. lalu  dinamailah tempat itu Ramat 

Lehi. 

Dalam perikop ini,  

I. Simson diburu dengan ganas oleh orang-orang Filistin. Dalam 

satu gerombolan besar mereka naik ke bukit persembunyiannya. 

Ini sebuah pasukan yang lebih menakutkan daripada rombongan 

yang dihajar habis-habisan oleh Simson sebelumnya. Mereka ber-

kemah di daerah Yehuda, dan memencar ke seluruh penjuru 

negeri, untuk menemukan Simson, yang mereka dengar telah 

datang ke sana (ay. 9). Orang-orang Yehuda, yang tanpa per-

lawanan takluk pada kuk orang Filistin, membela diri, bahwa 

mereka sudah membayar upeti mereka, dan bahwa tak seorang 

pun dari suku mereka telah melakukan pelanggaran terhadap 

orang Filistin. Gerombolan Filistin itu dengan terang-terangan 

mengakui bahwa mereka tidak merancang apa-apa dalam serang-

an ini selain untuk menangkap Simson. Mereka tidak mau berpe-

rang melawan sembarang orang, melainkan melawan hakim Israel 

saja (ay. 10), untuk memperlakukan dia seperti dia memperlaku-

kan kami. Yaitu, meremukkan tulang-tulangnya, seperti ia mere-

mukkan tulang-tulang kami, mata ganti mata. Inilah pasukan 

yang dikirim untuk melawan satu orang, sebab sesungguhnya 

Simson seorang diri sama dengan sebuah pasukan. Demikian 

pula halnya, segerombolan orang dikirim untuk menangkap Yesus 

Tuhan kita, Simson yang terberkati itu, meskipun sepersepuluh-

nya saja sudah dapat melakukan tugas itu, sebab saat-Nya telah 

tiba. Sepuluh kali lipat banyaknya pun tidak akan menghasilkan 

apa-apa, jika Ia tidak menyerahkan diri.  

II. Simson secara hina dikhianati dan diserahkan oleh orang-orang 

Yehuda (ay. 11). Dari suku Yehudakah mereka? Keturunan yang 

bejat dari suku yang gagah berani itu! Sama sekali tidak layak 

menyandang sebutan sebagai singa dari suku Yehuda. Mungkin 

mereka tidak senang dengan Simson sebab  ia bukan dari suku 

mereka. Dengan bodohnya mereka masih saja tergila-gila akan 

keutamaan suku mereka, walaupun sudah diambil kembali dari 

mereka sebab  perbuatan mereka sendiri. sebab  itu mereka lebih 

suka ditindas oleh orang Filistin daripada diselamatkan oleh se-

orang suku Dan. Sering kali pembebasan jemaat terhambat oleh 

kecemburuan-kecemburuan seperti itu, dan oleh soal-soal kehor-

matan yang diakui oleh pihak tertentu. namun  lebih tepatnya hal 

itu disebabkan mereka takut dan gentar terhadap orang Filistin, 

dan ingin, dengan cara apa pun juga, mengeluarkan orang Filistin 

dari negeri mereka. Seandainya roh mereka tidak dibuat takut 

dan hancur lebur oleh sebab  dosa-dosa dan masalah-masalah 

mereka, dan roh mereka tidak dibuat tidur nyenyak, mereka 

sebenarnya punya kesempatan yang baik ini untuk melepaskan 

kuk orang Filistin. Seandainya masih ada sedikit saja kecerdikan 

dan keberanian dalam diri mereka, maka dengan memiliki  

seorang yang begitu berani seperti Simson untuk memimpin 

mereka, mereka sekarang mampu melancarkan satu pertempuran 

yang berani untuk mendapatkan kembali kemerdekaan mereka. 

namun , tidak heran jika orang-orang yang sudah merendahkan 

diri sampai ke bawah di dunia orang mati, dengan menyembah 

ilah-ilah sampah mereka (Yes. 57:9), merendahkan diri seperti itu 

di dalam debu, untuk tunduk kepada penindas-penindas mereka 

yang menghina. Dosa mengecilkan hati orang, bahkan, dosa 

membuat orang hilang akal, dan menyembunyikan dari mata me-

reka apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Mungkin 

Simson pergi ke perbatasan negeri itu untuk menawarkan ban-

tuannya, sebab sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, 

bahwa Alla