jumlah orang Efraim yang
dibantai, yaitu empat puluh dua ribu orang (ay. 6). De-
ngan demikian, pemberontakan lain dari suku pemarah
itu pun dicegah.
3. Sekarang marilah kita cermati keadilan Allah dalam memberi-
kan hukuman terhadap orang-orang Efraim yang sombong dan
penuh luapan amarah ini, yang dalam beberapa kejadian
sesuai dengan dosa mereka.
(1) Mereka bangga akan kehormatan suku mereka, dan ber-
megah dalam hal ini, bahwa mereka yaitu orang Efraim.
Namun betapa cepat mereka dibuat malu atau takut meng-
akui negeri mereka sendiri! Orang Efraimkah engkau? Bu-
kan, sekarang lebih baik suku lain daripada suku itu.
(2) Mereka telah menyeberangi sungai Yordan dengan amarah
yang berkobar untuk membakar rumah Yefta, namun seka-
rang mereka kembali ke sungai Yordan dengan diam-diam
sebagaimana mereka telah menyeberanginya dengan ge-
ram, dan dibinasakan sehingga tidak pernah bisa kembali
ke rumah mereka sendiri.
(3) Mereka telah mencela orang Gilead atas keadaan yang
tidak menguntungkan dari negeri orang Gilead itu, sebab
terletak begitu jauh. Sekarang mereka menderita sebab
kelemahan yang merupakan ciri khas negeri mereka sen-
diri, yakni tidak bisa melafalkan syibolet.
(4) Mereka telah menyebut orang Gilead, dengan tidak sepan-
tasnya, sebagai pelarian, dan sekarang mereka sendiri
benar-benar menjadi pelarian. Dalam bahasa Ibrani, kata
yang sama (ay. 5) digunakan untuk menyebut orang Efraim
yang meloloskan atau melarikan diri, namun orang Efraim di
sini menggunakan kata itu untuk mencemooh orang
Gilead, dengan menyebut mereka sebagai pelarian. Orang
yang melemparkan batu celaan dengan tidak semestinya
kepada orang lain, biarlah ia bersiap bahwa batu celaan itu
akan berbalik menimpa dirinya sendiri dengan semestinya.
III. Di sini kita mendapati akhir dari pemerintahan Yefta. Ia meme-
rintah sebagai hakim atas Israel hanya selama enam tahun, dan
lalu mati (ay. 7). Mungkin kematian putrinya membuatnya
begitu terpuruk hingga sejak itu dia tidak pernah bisa bangkit
lagi. namun yang jelas kematian putrinya itu memperpendek
umurnya, dan dalam keadaan berduka ia menemui ajal.
Para Penerus Yefta
(12:8-15)
8 Sesudah dia, maka Ebzan dari Betlehem memerintah sebagai hakim atas
orang Israel. 9 Ia memiliki tiga puluh anak laki-laki. Tiga puluh anaknya
perempuan dikawinkannya ke luar kaumnya dan tiga puluh anak perempuan
diambilnya dari luar kaumnya untuk anak-anaknya lelaki itu. Ia memerintah
atas orang Israel tujuh tahun lamanya. 10 lalu matilah Ebzan, lalu
Kitab Hakim-hakim 12:8-15
657
dikuburkan di Betlehem. 11 Sesudah dia, maka Elon orang Zebulon memerin-
tah sebagai hakim atas orang Israel. Ia memerintah atas orang Israel sepuluh
tahun lamanya. 12 lalu matilah Elon, orang Zebulon itu, lalu di-
kuburkan di Ayalon, di tanah Zebulon. 13 Sesudah dia, maka Abdon bin Hilel,
orang Piraton, memerintah sebagai hakim atas orang Israel. 14 Ia memiliki
empat puluh anak laki-laki dan tiga puluh cucu laki-laki, yang mengendarai
tujuh puluh ekor keledai jantan. Ia memerintah atas orang Israel delapan tahun
lamanya. 15 lalu matilah Abdon bin Hilel, orang Piraton itu, lalu dikubur-
kan di Piraton, di tanah Efraim, di pegunungan orang Amalek.
Dalam perikop ini kita mendapati penjelasan pendek tentang peme-
rintahan singkat dari tiga lagi hakim Israel. Yang pertama memerin-
tah hanya tujuh tahun, yang kedua sepuluh tahun, dan yang ketiga
delapan tahun. sebab pemberontakan negeri banyaklah penguasa-
penguasanya, banyak penguasa dalam waktu yang singkat, secara
berturut-turut (Ams. 28:2), sebab orang-orang baik disingkirkan
saat mereka baru mulai bermanfaat, dan saat mereka sudah
mencurahkan segenap tenaga untuk melakukan pekerjaan mereka.
I. Ebzan dari Betlehem, besar kemungkinan Betlehem di Yehuda,
kota Daud. Bukan Betlehem di Zebulon, yang hanya disebut satu
kali (Yos. 19:15). Ebzan memerintah sebagai hakim hanya tujuh
tahun, namun melihat jumlah anaknya, dan bagaimana ia sendiri
mengawinkan mereka semua, sepertinya ia hidup lama. Ada ke-
mungkinan pertambahan keluarganya yang luar biasa, dan ba-
nyaknya sekutu yang diperolehnya, menambah perbuatan-per-
buatannya yang terpuji, dan membuatnya semakin pantas untuk
dipilih oleh rakyat sebagaimana halnya Yefta, atau mendapat
panggilan dari Allah dengan segera, sebagaimana halnya Gideon,
untuk menjadi hakim atas Israel, guna mempertahankan dan
meneruskan pekerjaan Allah di antara mereka. Hal yang luar
biasa mengenai dirinya yaitu ,
1. Bahwa Ebzan memiliki banyak anak, enam puluh orang se-
muanya, tabung yang penuh dengan anak panah ini. Demi-
kianlah Betlehem pada zaman dahulu terkenal akan pertam-
bahan jumlah penduduknya, sebuah kota persis di mana Ia
akan lahir, yang keturunan rohani-Nya akan menjadi banyak
sebanyak bintang di langit.
2. Bahwa Ebzan memiliki anak laki-laki dan perempuan dengan
jumlah yang sama, yakni tiga puluh anak laki-laki dan tiga
puluh anak perempuan, hal yang jarang terjadi dalam satu
keluarga. Namun, dalam keluarga besar umat manusia, Ia
yang pada awalnya menciptakan dua orang, laki-laki dan pe-
rempuan, melalui penyelenggaraan-Nya yang bijaksana men-
jaga kelangsungan dari kedua jenis ini dengan membuat jum-
lahnya sedikit banyak sama, sejauh yang dibutuhkan untuk
mempertahankan keturunan manusia di atas bumi.
3. Bahwa Ebzan memberi perhatian untuk menikahkan semua
anaknya. Anak-anak perempuannya dikawinkannya ke luar
kaumnya, et maritis dedit, demikian ditambahkan dalam ter-
jemahan bahasa Latin umum – ia menyediakan suami bagi
mereka masing-masing. Dan, seperti halnya pertukaran timbal
balik, demi memperkuat pengaruhnya, tiga puluh anak perem-
puan diambilnya dari luar kaumnya untuk anak-anaknya lelaki
itu. Orang Yahudi berkata, setiap ayah berutang tiga hal ke-
pada putranya: mengajarinya membaca hukum Taurat, mela-
tihnya terampil dalam bekerja, dan mencarikan istri baginya.
Alangkah berbedanya keluarga Ebzan dan keluarga Yefta pen-
dahulunya itu! Ebzan memiliki enam puluh anak dan semua-
nya menikah. Yefta hanya memiliki seorang anak, anak perem-
puan, yang lalu mati atau hidup melajang. Ada yang
bertambah banyak, dan ada pula yang berkurang. Kedua-
duanya merupakan perbuatan Tuhan.
II. Elon orang Zebulon, yang tinggal di sebelah utara Kanaan, di-
bangkitkan selanjutnya untuk mengatur urusan-urusan masyara-
kat, menegakkan keadilan, dan meluruskan penyelewengan-pe-
nyelewengan. Sepuluh tahun lamanya ia terus menjadi berkat
bagi orang Israel, dan lalu matilah dia (ay. 11-12). Menurut
perhitungan Dr. Lightfoot, pada awal masa pemerintahan Elon, di-
mulailah penindasan selama empat puluh tahun oleh orang Filis-
tin (13:1), dan sekitar waktu itulah Simson lahir. Ada kemung-
kinan, sebab Elon bertempat tinggal di bagian utara, orang Filis-
tin yang tinggal berbatasan dengan bagian-bagian selatan Kanaan
mengambil kesempatan untuk menyerbu mereka.
III. Abdon, dari suku Efraim, menjadi penerus Elon, dan di dalam diri
Abdonlah suku yang termasyhur itu mulai memulihkan nama
baiknya, sesudah tidak menghasilkan satu pun tokoh yang ter-
kemuka sejak Yosua. Sebab Abimelekh orang Sekhem itu lebih
menjadi aib bagi suku ini. Abdon ini terkenal sebab banyaknya
keturunannya (ay. 14): ia memiliki empat puluh anak laki-laki
dan tiga puluh cucu laki-laki, yang semuanya dilihatnya tumbuh
dewasa semasa hidupnya. Mereka mengendarai tujuh puluh ekor
keledai jantan, entah sebagai hakim dan petugas atau sebagai
orang terhormat dan tokoh terkemuka. Sungguh suatu kepuasan
baginya untuk dapat melihat anak cucunya seperti itu, namun
dikhawatirkan bahwa ia tidak sempat melihat damai sejahtera di
Israel, sebab pada waktu itu orang Filistin telah mulai mengusik
mereka. Mengenai hal ini, dan semua hakim lain yang hanya
diceritakan begitu sedikit, diberi perhatian kendati demikian di
mana mereka dikuburkan (ay. 7, 10, 12, 15). Mungkin sebab
prasasti pada batu nisan mereka (sebab seperti itulah kebiasaan
yang berlaku pada waktu dulu, 2Raj. 23:17) akan berguna untuk
menguatkan dan mengembangkan kisah tentang mereka, dan
orang-orang yang ingin mendapat keterangan lebih lanjut tentang
diri mereka dapat mencari petunjuk dari situ. saat memperoleh
kesempatan untuk berbicara tentang Daud, Petrus berkata,
kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini (Kis. 2:29). Atau,
diberitahukannya tempat kuburan para hakim itu dimaksudkan
untuk menghormati tempat-tempat di mana mereka membaring-
kan jasad para hakim itu, namun juga bisa dimanfaatkansupaya
kita tidak terlalu menilai tinggi semua kemuliaan duniawi, yang
kebanggaannya akan dinodai oleh maut dan kubur. Para hakim
ini, yang bagaikan dewa-dewa bagi Israel, mati seperti manusia
biasa, dan segala kehormatan mereka terkubur dalam debu.
Sungguh mengherankan bahwa dalam sejarah semua hakim
ini, yang di dalamnya beberapa perbuatan mereka diceritakan
dengan sangat terperinci, tidak disebut sama sekali perihal imam
besar, atau imam lain, atau orang Lewi, yang tampil entah untuk
memberikan petunjuk atau berbuat sesuatu dalam urusan umum
apa pun, mulai dari Pinehas (20:28) sampai Eli, yang diperhitung-
kan berlangsung selama 250 tahun. Hanya nama para imam be-
sar pada masa inilah yang tetap dipelihara (1Taw. 6:4-7 dan Ezr.
7:3-5). Bagaimana nasib tidak jelas yang menimpa imamat untuk
waktu yang begitu lama, yang dalam kitab ini baru menginjak
masa-masa awalnya, bisa diselaraskan dengan semarak dan ke-
megahan yang dengannya imamat itu diperkenalkan, dan penting-
nya pendirian imamat itu dalam hukum Musa? Tentu saja hal ini
menyiratkan bahwa pendirian imamat itu terutama dimaksudkan
sebagai perlambang, dan bahwa keuntungan-keuntungan besar
yang tampak dijanjikan oleh imamat itu harus terutama dinanti-
kan dalam apa yang diperlambangkan, yakni imamat kekal Yesus
Tuhan kita. Jika dibandingkan dengan kemuliaan imamat-Nya
yang lebih besar, kemuliaan imamat Lewi sama sekali tidak mem-
punyai arti (2Kor. 3:10).
PASAL 1 3
alam pasal ini dimulailah kisah tentang Simson, hakim terakhir
dari hakim-hakim Israel yang kisahnya dicatat dalam kitab ini,
dan hakim selanjutnya sebelum Imam Eli. Bacaan-bacaan yang
terkait tentang dirinya, dari awal hingga akhir, sangatlah mengejut-
kan dan tidak biasa. Dalam sejarah ini ia muncul sebagai tokoh yang
sungguh besar, namun sangat jauh berbeda dari para pendahulunya.
Kita tidak pernah menjumpainya sebagai kepala sebuah pengadilan
ataupun sebuah pasukan, tidak pernah duduk di takhta pengadilan
ataupun bertempur di medan pertempuran, namun, dalam dirinya
yang sejati, ia yaitu sosok pahlawan besar bagi negerinya, dan
cambuk serta penghalang yang mengerikan bagi para musuh dan
penindasnya. Ia yaitu seorang tokoh iman yang terkemuka (Ibr.
11:32) dan perlambang yang mulia dari Dia yang dengan tangan-Nya
sendiri mengerjakan keselamatan. Sejarah dari semua hakim lain
dimulai dari diangkatnya mereka pada jabatan sebagai hakim, namun
kisah Simson dimulai dari kelahirannya, bahkan, sejak saat ia di
dalam kandungan. Tidak kurang dari seorang malaikat dari sorga
mengantarnya ke dalam dunia, sebagai pola dari apa yang di kemu-
dian hari akan diperbuat kepada Yohanes Pembaptis dan kepada
Kristus. Kisah Simson ini diceritakan dalam pasal ini.
I. Keperluan untuk membangkitkan sang pembebas ini dilatar-
belakangi penindasan terhadap Israel oleh bangsa Filistin (ay.
1).
II. Kelahiran Simson dinubuatkan oleh seorang malaikat kepada
ibunya (ay. 2-5).
III. Ibunya menyampaikan nubuatan Sang Malaikat kepada ayah-
nya (ay. 6-7).
IV. Mereka berdua secara bersama-sama mendapat nubuatan itu
lagi dari Sang Malaikat (ay. 8-14), yang mereka perlakukan
dengan hormat (ay. 15-18), dan yang menyingkapkan keagung-
annya saat berpisah, yang membuat mereka sangat terce-
ngang (ay. 19-23).
V. Simson dilahirkan (ay. 24-25).
Seorang Malaikat Menampakkan
Diri kepada Istri Manoah
(13:1-7)
1 Orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu
TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Filistin empat puluh
tahun lamanya.2 Pada waktu itu ada seorang dari Zora, dari keturunan orang
Dan, namanya Manoah; isterinya mandul, tidak beranak. 3 Dan Malaikat
TUHAN menampakkan diri kepada perempuan itu dan berfirman kepadanya,
demikian: “Memang engkau mandul, tidak beranak, namun engkau akan me-
ngandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. 4 Oleh sebab itu, pelihara-
lah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan
jangan makan sesuatu yang haram. 5 Sebab engkau akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur,
sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir
Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan
orang Filistin.” 6 lalu perempuan itu datang kepada suaminya dan ber-
kata: “Telah datang kepadaku seorang abdi Allah, yang rupanya sebagai rupa
malaikat Allah, amat menakutkan. Tidak kutanyakan dari mana datangnya,
dan tidak juga diberitahukannya namanya kepadaku. 7 namun ia berkata ke-
padaku: Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki;
oleh sebab itu janganlah minum anggur atau minuman yang memabukkan
dan janganlah makan sesuatu yang haram, sebab sejak dari kandungan ibu-
nya sampai pada hari matinya, anak itu akan menjadi seorang nazir Allah.”
Ayat pertama memberi kita sebuah penjelasan singkat, seperti yang
sudah begitu sering kita jumpai, tentang kesusahan besar yang
dialami oleh bangsa Israel, sehingga timbul kebutuhan untuk mem-
bangkitkan seorang pembebas. Mereka melakukan apa yang jahat,
seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya, di mata TUHAN, dan
lalu Allah menyerahkan mereka, seperti yang telah dilakukan-
Nya sebelumnya, ke dalam tangan para musuh mereka. Seandainya
tidak ada dosa, maka tidak akan diperlukan Juruselamat. namun
dosa dibiarkan bertambah banyak,supaya anugerah menjadi berlim-
pah-limpah. Musuh yang kepadanya Allah sekarang menjual mereka
yaitu bangsa Filistin, bangsa tetangga mereka sendiri, yang berada
di antara mereka, bangsa yang pertama dan terutama dari bangsa-
bangsa lain yang dikhususkan untuk ditumpas, namun yang dibiarkan
TUHAN tinggal untuk mencobai mereka (3:1, 3), yaitu kelima raja kota
orang Filistin. Mereka ini bukanlah bangsa yang besar dibandingkan
dengan Israel sebab mereka hanya memiliki lima kota yang penting,
namun, saat Allah memakai mereka sebagai tongkat di tangan-Nya,
mereka menjadi sangat menindas dan menyusahkan. Kesusahan ini
berlangsung lebih lama daripada yang pernah terjadi sebelumnya.
Kesusahan itu berlangsung selama empat puluh tahun, meskipun
mungkin tidak selalu penuh dengan kekerasan. Pada waktu Israel
berada di dalam kesusahan ini, lahirlah Simson. Di sini kita men-
dapati kelahirannya dinubuatkan oleh seorang malaikat. Amatilah,
I. Garis keturunannya. Ia berasal dari suku Dan (ay. 2). Dan ber-
arti hakim atau penghakiman (Kej. 30:6). Dan mungkin dengan
pandangan yang tertuju kepada Simsonlah Yakub yang sedang
menanti ajal itu bernubuat, adapun Dan, ia akan mengadili bang-
sanya, yaitu, “ia akan memunculkan seorang hakim bagi bangsa-
nya, meskipun ia yaitu salah satu dari anak-anak lelaki seorang
budak, sebagai salah seorang, seperti juga anak-anak lainnya,
dari suku-suku Israel” (Kej. 49:16). Undian bagi suku Dan jatuh
di sebelah negeri Filistin, dan sebab nya salah seorang dari suku
itu paling cocok untuk dijadikan kekang atas mereka. Orangtua
Simson sudah lama sekali tidak memiliki anak. Banyak orang
terkemuka dilahirkan dari ibu yang telah lama dibiarkan tidak
dikaruniai anak, seperti Ishak, Yusuf, Samuel, dan Yohanes Pem-
baptis,supaya belas kasih itu dapat lebih diterima saat sudah
benar-benar tiba. Bersorak-sorailah, hai si mandul yang tidak
pernah melahirkan! (Yes. 54:1). Perhatikanlah, belas kasihan yang
telah lama dinantikan sering kali terbukti sebagai belas kasih
yang istimewa, dan diperlihatkan bahwa belas kasih itu layak
dinantikan, dan olehnya orang lain dapat dikuatkan untuk terus
mengharapkan belas kasihan Allah.
II. Kabar sukacita yang dibawa kepada ibunya bahwa dia akan memi-
liki seorang anak laki-laki. Utusan ini yaitu seorang Malaikat
TUHAN (ay. 3), namun yang menampakkan diri sebagai manusia,
dengan raut muka dan pakaian seorang nabi, atau hamba Allah.
Seperti menurut dugaan uskup Patrick, berdasar ayat 18,
Malaikat ini yaitu Tuhan sendiri, yaitu firman Tuhan, yang kelak
akan menjadi Mesias, sebab nama-Nya disebut ajaib (ay. 18),
dan TUHAN (ay. 19). Sang Penebus agung betul-betul secara khu-
sus menaruh perhatian terhadap penebus yang melambangkan
diri-Nya itu. Bukan semata-mata demi Manoah dan istrinya, dua
orang Dan yang tidak dikenal siapa-siapa itu, bahwa pesan yang
luar biasa ini dikirim, melainkan terlebih demi Israel, yang bagi-
nya Simson akan menjadi pembebas. Bukan hanya demikian
sebab pelayanan Simson kepada Israel tidak tampak memenuhi
keagungan di seputar kelahirannya, melainkan juga demi Mesias,
yang akan diperlambangkan oleh Simson, dan yang kelahiran-Nya
akan diberitahukan oleh seorang malaikat, seperti kelahiran Sim-
son. Sang Malaikat, dalam pesan yang disampaikannya,
1. Memberi perhatian terhadap penderitaan istri Manoah: “Me-
mang engkau mandul, tidak beranak. Dari sini istri Manoah
mungkin menduga bahwa orang ini yaitu seorang nabi, bah-
wa meskipun ia seorang asing baginya, dan seseorang yang
belum pernah dilihatnya, namun dia tahu bahwa inilah yang
menjadi penderitaannya. Sang Malaikat memberitahukan hal
itu kepadanya, bukan untuk mencelanya dengan hal itu, namun
mungkin sebab pada saat ini dia benar-benar sedang memi-
kirkan penderitaan ini, dan meratapi dirinya sendiri sebagai
seorang yang ditakdirkan tidak beranak. Allah sering kali me-
ngirimkan penghiburan kepada umat-Nya pada waktu yang
sangat tepat, saat mereka sedang merasakan penderitaan
yang sesakit-sakitnya. ”Memang sekarang engkau mandul, te-
tapi engkau tidak akan selalu demikian,” sebagaimana yang
ditakutkannya, “tidak pula akan demikian untuk waktu yang
lama.”
2. Sang Malaikat meyakinkan istri Manoah bahwa dia akan me-
ngandung dan melahirkan seorang anak laki-laki (ay. 3), dan
mengulangi lagi jaminan tersebut (ay. 5). Untuk menunjukkan
kuasa dari firman ilahi, orang terkuat yang pernah ada akan
menjadi anak yang dijanjikan, seperti Ishak, yang dilahirkan
berdasar kekuatan dan kuasa janji, dan iman akan janji
tersebut (Ibr. 11:11; Gal. 4:23). Banyak perempuan, sesudah
lama mandul, melahirkan seorang anak laki-laki oleh penye-
lenggaraan ilahi, namun Simson dilahirkan oleh janji, sebab ia
merupakan perlambang dari keturunan yang dijanjikan, yang
telah begitu lama dinantikan dengan iman oleh orang-orang
kudus dalam Perjanjian Lama.
3. Sang Malaikat menetapkan bahwa anak itu harus menjadi
seorang nazir sejak lahir, dan sebab nya sang ibu harus tun-
duk pada hukum kenaziran, kendati tidak berada di bawah
nazar seorang nazir, dan dilarang minum anggur atau minuman
yang memabukkan selama anak ini harus mendapatkan asup-
an makanan darinya, baik di dalam rahim maupun pada
waktu menyusui (ay. 4-5). Amatilah, sang pembebas Israel ini
haruslah dengan cara yang paling ketat diabdikan kepada
Allah dan menjadi teladan kekudusan. Dikatakan sebagai sua-
tu kebaikan kepada orang Israel bahwa Allah telah membang-
kitkan teruna-teruna mereka menjadi nazir (Am. 2:11). Hakim-
hakim lain telah menyembuhkan kemurtadan orang Israel dari
Allah, namun Simson harus tampil sebagai seseorang yang,
lebih dari semua hakim itu, dikuduskan bagi Allah. Kendati
dengan apa yang kita baca tentang kesalahan-kesalahannya,
beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa sebab dijadikan se-
bagai seorang nazir oleh Allah, maka ia sungguh-sungguh, da-
lam segenap tingkah lakunya, menjadi teladan, bukan hanya
dalam hal keupacaraan, melainkan juga dalam hakikat
dari keadaan dikhususkan bagi TUHAN yang terkandung
dalam kenazirannya (Bil. 6:2). Orang-orang yang mau menye-
lamatkan orang lain harus membedakan diri mereka sendiri
melalui kesalehan yang luar biasa. Samuel, yang melanjutkan
pembebasan Israel dari orang Filistin, yaitu seorang nazir
melalui nazar ibunya (1Sam. 1:11), seperti Simson melalui ke-
tetapan ilahi. Oleh sebab itu, ibu dari sang pembebas ini harus
menyangkal diri, dan tidak makan makanan yang haram. Apa
yang halal di waktu lain sekarang harus ditahan. Sama seperti
janji menguji imannya, demikian pula aturan ini menguji
ketaatannya. Sebab Allah menguji baik iman maupun ketataan
dari orang-orang yang akan dianugerahi-Nya dengan perke-
nanan-perkenanan-Nya. Perempuan yang sedang mengandung
haruslah dengan kesadaran hati nurani menghindari apa saja
yang menurut mereka akan membahayakan kesehatan atau
tumbuh kembang buah kandungannya. Mungkin ibu Simson
harus menjauhkan diri dari anggur dan minuman yang mema-
bukkan, bukan hanya sebab Simson dirancang untuk men-
jadi seorang nazir, melainkan juga sebab dia dirancang untuk
menjadi orang yang sangat kuat, yang akan didukung oleh
kebiasaan ibunya dalam menghindari minuman keras.
4. Sang Malaikat memberitahukan pelayanan yang harus dilaku-
kan oleh anak ini bagi negerinya: Dia akan mulai penyelamat-
an orang Israel. Perhatikanlah, sungguh kita berharap bahwa
anak-anak kita tidak hanya diabdikan sepenuhnya kepada
Allah, namun juga dapat berguna bagi kebaikan orang lain, dan
melayani angkatan mereka, bahwa mereka tidak menjadi
orang yang hidup menyendiri, pelita di bawah gantang, namun
di atas sebuah kaki dian. Amatilah, dia akan mulai menyela-
matkan Israel. Dengan demikian tersirat bahwa penindasan
orang Filistin akan berlangsung lama, sebab pembebasan
Israel dari mereka bahkan belum dimulai, belum diambil satu
langkah pun menuju pembebasan itu, sampai anak ini, yang
sekarang masih belum lahir, sudah tumbuh besar hingga mem-
punyai kemampuan untuk memulainya. Namun demikian, dia
tidak akan menuntaskan pembebasan itu. Dia hanya mulai
membebaskan Israel, yang menyiratkan bahwa kesusahan itu
masih terus berkepanjangan. Allah memilih untuk meneruskan
karya-Nya secara bertahap dan melalui sejumlah tangan. Yang
satu meletakkan dasar dari pekerjaan yang baik, yang lain
membangunnya, dan mungkin orang yang ketiga meletakkan
batu atasnya. Nah, dalam hal inilah Simson merupakan per-
lambang akan Kristus,
(1) Sebagai seorang nazir Allah, seorang nazir sejak dari
kandungan. Sebab, meskipun Yesus Tuhan kita sendiri bu-
kanlah seorang nazir, namun Ia diperlambangkan oleh para
nazir, sebagai orang yang bersih secara sempurna dari
segala dosa, bahkan tidak dikandung di dalam dosa, dan
sepenuhnya diabdikan bagi kehormatan Bapa-Nya. Simson
berasal dari jemaat Yahudi, yang menurunkan Mesias da-
lam keadaan-Nya sebagai manusia, sebab bagi mereka ber-
laku janji tentang Dia (Rm. 9:4-5). berdasar janji ter-
sebut, Ia seolah-olah lama terbaring di dalam rahim jemaat
itu, yang selama berabad-abad mengandung diri-Nya. Oleh
sebab itu, seperti ibu Simson, selama masa mengandung
itu, jemaat itu dijadikan sebagai bangsa yang kudus dan
umat kesayangan, dan secara ketat dilarang menjamah apa
yang najisdemi Dia, yang dalam kegenapan waktu akan
muncul dari mereka.
(2) Sebagai seorang pembebas Israel. Sebab Ia yaitu Yesus
Sang Juruselamat, yang menyelamatkan umat-Nya dari
dosa mereka. Namun dengan perbedaan ini: Simson hanya
baru mulai menyelamatkan Israel, Daud sesudahnya di-
bangkitkan untuk menuntaskan kehancuran orang Filistin,
namun Yesus Tuhan kita yaitu Simson dan juga Daud,
yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman
kita itu kepada kesempurnaan.
III. Berita yang dibawa oleh istri Manoah, dalam luapan sukacita,
dengan bergegas kepada suaminya, tentang pesan yang mengejut-
kan ini (ay. 6-7). Kabar sukacita dibawa kepadanya saat dia
sendirian, mungkin sedang beribadah dengan bermenung atau
berdoa. Akan namun dia tidak dapat, dia tidak mau, menyembunyi-
kan berita tersebut dari suaminya, namun memberikan kepada
suaminya penjelasan,
1. Tentang sang utusan. Ia yaitu seorang abdi Allah (ay. 6).
Wajah orang itu dapat digambarkannya. Wajah itu mengun-
dang rasa takjub dan hormat. Ia memiliki keagungan yang
begitu rupa dalam tampilannya, mata yang begitu berkilau,
wajah yang begitu bersinar, begitu mengundang rasa gentar
dan hormat, sehingga menurut gagasannya tentang malaikat,
orang itu persis menyerupai seorang malaikat. namun nama
orang itu tidak dapat dijelaskannya, tidak pula dari suku atau
kota Israel mana ia berasal, sebab orang itu menganggap tidak
pantas untuk memberitahukan hal itu kepadanya. Dan, di
pihaknya, penampilan orang itu sendiri sudah membuatnya
sedemikian takjub sehingga dia tidak berani menanyakan hal
itu kepadanya. Ia sudah sangat puas dengan mengetahui
bahwa orang itu yaitu abdi Allah. Sosok pribadi dan pesan
orang itu dianggapnya telah memberikan bukti yang jelas,
sehingga dia tidak perlu bertanya lebih lanjut.
2. Tentang pesan yang dibawa. Istrinya memberikan penjelasan
terperinci kepadanya baik tentang janji maupun perintah itu
(ay. 7),supaya dia juga dapat mempercayai janji tersebut dan
dalam segala kesempatan dapat mengawasi istrinya dalam
menjalankan perintah tersebut. Demikianlah teman hidup ha-
rus saling berbagi pengalaman tentang persekutuan mereka
dengan Allah, dan perkembangan mereka dalam mengenal
Dia, sehingga mereka dapat membantu satu sama lain di jalan
yang disebut kudus.
Penampakan Sang Malaikat kepada Manoah
(13:8-14)
8 Lalu Manoah memohon kepada TUHAN, katanya: “Ya Tuhan, berilah
kiranya abdi Allah, yang Kauutus itu, datang pula kepada kami dan mengajar
kami, apa yang harus kami perbuat kepada anak yang akan lahir itu.” 9 Maka
Allah mendengarkan permohonan Manoah, sehingga Malaikat Allah datang
pula kepada perempuan itu, saat ia duduk di padang dan saat Manoah,
suaminya itu, tidak ada bersama-sama dengan dia. 10 lalu perempuan
itu segera berlari memberitahukan kepada suaminya, katanya kepadanya:
“Orang yang datang kepadaku baru-baru ini menampakkan diri pula
kepadaku.” 11 Lalu bangunlah Manoah dan mengikuti isterinya. sesudah sam-
pai kepada orang itu, berkatalah ia kepadanya: “Engkaukah orang yang telah
berbicara kepada perempuan ini?” Jawabnya: “Benar!” 12 Lalu kata Manoah:
“Dan jika terjadi yang Kaukatakan itu, bagaimanakah nanti cara hidup
anak itu dan tingkah lakunya?” 13 Jawab Malaikat TUHAN itu kepada Ma-
noah: “Perempuan itu harus memelihara diri terhadap semua yang Kukata-
kan kepadanya. 14 Janganlah ia makan sesuatu yang berasal dari pohon
anggur; anggur atau minuman yang memabukkan tidak boleh diminumnya
dan sesuatu yang haram tidak boleh dimakannya. Ia harus berpegang pada
segala yang Kuperintahkan kepadanya.”
Dalam perikop ini kita mendapati penjelasan tentang kunjungan
kedua dari Malaikat TUHAN kepada Manoah dan istrinya.
I. Manoah berdoa dengan sungguh-sungguhsupaya abdi Allah itu
datang kembali (ay. 8). Ia tidak meragukan cerita yang disampai-
kan istrinya kepadanya. Ia tahu bahwa istrinya yaitu seorang
perempuan yang bajik, dan sebab nya hati suaminya percaya
kepadanya. Ia tahu bahwa istrinya tidak akan berusaha memper-
daya dia, apalagi bahwa dia, seperti yang digambarkan oleh Yose-
fus secara tidak pantas, cemburu terhadap percakapan istrinya
dengan orang asing ini. Akan namun ,
1. Ia menerima begitu saja bahwa anak yang dijanjikan ini akan
diberikan kepada mereka pada waktu yang semestinya, dan
berbicara tanpa ragu tentang anak yang akan lahir itu. Iman
sebesar ini tidak pernah dijumpai, sekalipun dalam diri Zakha-
ria, seorang imam, yang pada saat itu sedang menanti di dekat
mezbah Tuhan, dan yang kepadanya malaikat itu sendiri me-
nampakkan diri, seperti iman yang dijumpai dalam diri orang
Dan yang jujur ini. Hal-hal yang tersembunyi dari orang bijak
dan orang pandai, yang menghargai tinggi diri mereka sendiri
berdasar perkara-perkara rumit yang mereka selidiki, se-
ring kali dinyatakan kepada orang kecil, yang tahu bagaimana
menghargai pemberian-pemberian Allah dan mempercayai fir-
man Allah. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun
percaya, seperti Manoah di sini.
2. Yang menjadi perhatian Manoah hanyalah apa yang harus
mereka perbuat kepada anak yang akan lahir itu. Perhatikan-
lah, orang-orang baik lebih mengkhawatirkan dan ingin tahu
kewajiban yang harus mereka lakukan daripada mengetahui
kejadian-kejadian yang akan terjadi mengenai diri mereka.
Sebab kewajiban yaitu bagian kita, sedangkan apa yang akan
tejadi yaitu bagian Allah. Salomo bertanya tentang apa yang
harus dilakukan oleh orang-orang baik, bukan kebaikan apa
yang akan mereka terima (Pkh. 2:3).
3. Oleh sebab itu, Manoah berdoa kepada Allah untuk mengirim-
kan lagi utusan yang sama yang terberkati itu, dan memberi
mereka petunjuk-petunjuk lebih lanjut tentang cara memper-
lakukan orang nazir ini. Hal itu dilakukannya sebab ia takut
jangan-jangan kegembiraan istrinya atas janji itu membuatnya
lupa akan suatu bagian dari perintah yang ingin diketahuinya
secara penuh, dan ingin dipahaminya tanpa keliru: “Ya Tuhan,
berilah kiranya abdi Allah, yang Kauutus itu, datang pula
kepada kami, sebab kami ingin mengenalnya dengan lebih
baik.” Perhatikanlah, orang-orang yang telah mendengar suara
dari sorga tidak dapat tidak pasti berharap untuk mendengar
dari sana lagi, lagi dan lagi bertemu dengan sang abdi Allah.
Cermatilah, Manoah tidak pergi atau mengutus hamba-ham-
banya untuk menemukan abdi Allah ini, namun mencarinya
dengan berlutut, dan berdoa kepada Allah untuk mengutus
abdi itu kepadanya, dan, dengan mencari seperti itu, ia pun
mendapatkan abdi Allah itu. Apakah kita juga inginsupaya
utusan-utusan Allah, para pelayan Injil-Nya, membawa se-
buah berita yang menyenangkan bagi kita, dan memberi kita
pengajaran? Mohonlah kepada TUHAN untuk mengutus mere-
ka kepada kita, untuk mengajar kita (Rm. 15:30, 32).
II. Allah dengan penuh rahmat mengabulkan permohonan itu: Allah
mendengarkan permohonan Manoah (ay. 9). Perhatikanlah, Allah
tidak akan gagal membimbing orang-orang, dengan satu atau lain
cara, melalui nasihat-Nya, yang sungguh-sungguh ingin mengeta-
hui kewajiban mereka, dan yang memohon kepada-Nya untuk
mengajari mereka (Mzm. 25:8-9).
1. Sang Malaikat menampakkan diri untuk kedua kalinya kepada
istrinya juga, saat dia sedang duduk sendirian, mungkin se-
dang menjaga domba gembalaan, atau kalau tidak saat
sedang beristirahat di padang sesudah bekerja. Kesendirian
sering kali merupakan kesempatan yang baik untuk bersekutu
dengan Allah. Orang-orang baik tidak pernah merasa sendirian
saat mereka sedang sendiri, jika Allah beserta dengan me-
reka.
2. Ia segera bergegas pulang untuk memanggil suaminya, tidak
diragukan lagi sesudah dengan rendah hati memohon utusan
yang terberkati ini untuk tidak pergi sampai dia kembali
bersama dengan suaminya (ay. 10-11). Ia tidak mau sang
utusan pergi bersama dia untuk menemui suaminya, namun
ingin menjemput suaminya untuk menemuinya. Orang-orang
yang ingin menemui Allah harus datang ke tempat di mana
Dia berkenan untuk menyatakan diri-Nya. “Oh sayangku,”
katanya, dalam luapan sukacita, “doamu dijawab. Di sana ada
abdi Allah, datang untuk mengunjungi kita lagi, orang yang
sama yang datang kepadaku baru-baru ini,” atau, seperti
sebagian penafsir membacanya, hari ini, sebab kata baru-baru
ini tidak ada di dalam bahasa aslinya. Ada kemungkinan bah-
wa kedua kunjungan ini terjadi pada hari yang sama, dan di
tempat yang sama, dan bahwa pada kali kedua dia sedang
duduk menantikannya. Abdi Allah itu sama sekali tidak kebe-
ratan ia pulang memanggil suaminya (Yoh. 4:16). Orang-orang
yang mengenal perkara-perkara tentang Allah haruslah meng-
undang orang lain untuk mengenlanya juga (Yoh. 1:45-46).
Manoah tidak merasa jengkel bahwa Sang Malaikat untuk kali
kedua ini tidak menampakkan diri kepadanya, ia justru
dengan sangat bersemangat pergi bersama istrinya untuk
menemui abdi Allah itu. Untuk menebus, seperti yang tampak
dalam penggambarannya, kegagalan pertama yang mematikan,
saat Hawa dengan keras mendesak Adam untuk melakukan
sesuatu yang jahat, dan Adam sendiri terlalu mudah menuruti
perkataan Hawa, hendaklah pasangan hidup menggugah satu
sama lain untuk mengasihi dan melakukan perbuatan-per-
buatan baik. Dan, jika istri yang memimpin, janganlah suami
menganggap sebagai penghinaan baginya untuk mengikuti
istrinya dalam perbuatan bajik dan terpuji.
3. Sesudah datang menjumpai Sang Malaikat, dan diyakinkan
oleh Malaikat itu bahwa dia yaitu orang yang sama yang
telah menampakkan diri kepada istrinya, Manoah dengan
segala kerendahan hati,
(1) Mempercayai janji itu (ay. 12): Dan jika terjadi apa yang
Kaukatakan itu. Ini bukanlah perkataan dari keinginannya,
melainkan dari imannya, seperti perkataan sang perawan
yang terberkati itu (Luk. 1:38): “Jadilah padaku menurut
perkataanmu itu. Tuhan, aku berpegang pada apa yang
telah Kaukatakan, dan bergantung padanya. Terjadilah apa
yang Kaukatakan itu.”
(2) Memohon agar perintah-perintah yang diberikan dapat di-
ulangi: Bagaimana kami harus mengasuh anak itu? (ay. 12,
KJV) Petunjuk-petunjuk itu diberikan kepada istrinya, namun
dia memandang dirinya berkepentingan untuk memban-
tunya dalam mengasuh keturunan yang dijanjikan ini
dengan hati-hati, sesuai dengan yang diperintahkan. Sebab
perhatian yang sebesar-besarnya dari kedua orangtua, dan
usaha mereka bersama secara terus-menerus, haruslah
dikerahkan dengan cukup untuk mengasuh dengan baik
anak-anak yang diabdikan kepada Allah dan dibesarkan
bagi-Nya. Janganlah yang satu menyerahkan pekerjaan itu
kepada yang lain, namun keduanya harus berbuat yang ter-
baik. Amatilah dari pertanyaan Manoah,
[1] Secara umum, bahwa, saat Allah berkenan menganu-
gerahkan suatu belas kasih kepada kita, yang harus
sangat kita perhatikan yaitu bagaimana menggunakan
belas kasihan itu dengan baik, dan seperti yang seha-
rusnya, sebab hal tersebut hanya menjadi belas kasih
jika digunakan dengan benar. Allah telah memberi
kita tubuh, jiwa, dan harta benda. Bagaimana kita harus
mengaturnya,supaya kita dapat memenuhi maksud dari
pemberian itu, dan memberikan pertanggungjawaban
yang baik untuknya?
[2] Secara khusus, orang-orang yang sudah diberi anak oleh
Allah haruslah sangat berhati-hati dalam mengasuh
mereka, dan dalam apa yang mereka perbuat terhadap
anak-anak mereka,supaya mereka dapat menghilangkan
kebodohan yang melekat pada hati anak, membentuk pi-
kiran dan perilaku mereka dengan baik sejak dini, ser-
ta mendidik anak menurut jalan yang patut baginya. Dalam
hal ini orangtua yang saleh akan memohon pertolongan
ilahi. “Tuhan, ajarilah kami bagaimana mendidik anak-
anak kami,supaya mereka dapat menjadi seorang nazir,
dan korban yang hidup bagi-Mu.”
4. Sang Malaikat mengulangi petunjuk-petunjuk yang telah di-
berikannya sebelumnya (ay. 13-14): Terhadap semua yang Aku
larang haruslah dia memelihara diri. Dan pada segala yang
Kuperintahkan kepadanya haruslah ia berpegang. Perhatikan-
lah, untuk mengatur dengan benar baik diri kita sendiri mau-
pun anak-anak kita, kita sangat perlu memelihara diri dari
yang dilarang dan berpegang pada apa yang diperintahkan.
Peliharalah diri dan berpeganglah. Berjaga-jagalah tidak hanya
dari minum anggur atau minuman yang memabukkan, namun
juga dari makan sesuatu yang berasal dari pohon anggur.
Orang-orang yang mau menjaga diri mereka tetap murni
haruslah menjaga jarak dari hal-hal yang melanggar batas
dosa atau yang mengarah kepada dosa. Selama dia mengan-
dung seorang anak nazir, dia tidak boleh makan sesuatu yang
haram. Demikian pula, barangsiapa hendak menjadi serupa
dengan Kristus haruslah dengan hati-hati menyucikan diri me-
reka dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan tidak
melakukan hal-hal yang merusak manusia baru itu.
Ketakutan Manoah
(13:15-23)
15 Kata Manoah kepada Malaikat TUHAN itu: “Perkenankanlah kami mena-
han Engkau di sini,supaya kami mengolah anak kambing bagi-Mu.” 16 namun
jawab Malaikat TUHAN itu kepada Manoah: “Sekalipun engkau menahan Aku
di sini, hidanganmu itu tidak akan Kumakan. namun jika engkau hendak
mengolahnya menjadi korban bakaran, persembahkanlah itu kepada TUHAN.”
Sebab Manoah tidak mengetahui, bahwa Dia itu Malaikat TUHAN. 17 Kemu-
dian berkatalah Manoah kepada Malaikat TUHAN itu: “Siapakah nama-Mu,
sebab jika terjadi yang Kaukatakan itu, maka kami hendak memuliakan
Engkau.” 18 namun jawab malaikat TUHAN itu kepadanya: “Mengapa engkau
juga menanyakan nama-Ku? Bukankah nama itu ajaib?” 19 Sesudah itu
Manoah mengambil seekor anak kambing dan korban sajian, lalu memper-
sembahkannya kepada TUHAN di atas batu. Lalu diperbuat-Nya keajaiban,
sementara Manoah dan isterinya memandanginya. 20 Sedang nyala api itu
naik ke langit dari mezbah, maka naiklah Malaikat TUHAN dalam nyala api
mezbah itu. saat Manoah dan isterinya melihat hal ini, sujudlah mereka
dengan mukanya sampai ke tanah. 21 Sejak itu Malaikat TUHAN tidak lagi
menampakkan diri kepada Manoah dan isterinya. Maka tahulah Manoah,
bahwa Dia itu Malaikat TUHAN. 22 Berkatalah Manoah kepada isterinya: “Kita
pasti mati, sebab kita telah melihat Allah.” 23 namun jawab isterinya kepada-
nya: “Seandainya TUHAN hendak membunuh kita, maka tidaklah Ia mene-
rima korban bakaran dan korban sajian dari tangan kita dan tidaklah Ia
memperlihatkan semuanya itu kepada kita dan tidaklah Ia memperdengar-
kan hal-hal yang demikian kepada kita pada waktu sekarang ini.”
Dalam perikop ini kita mendapati sebuah penjelasan,
I. Tentang apa yang terjadi selanjutnya antara Manoah dan Sang
Malaikat dalam percakapan ini. yaitu demi kebaikannya bahwa
saat Sang Malaikat ada bersamanya, disembunyikan darinya
bahwa Ia yaitu Malaikat TUHAN. Sebab, seandainya dia tahu,
hal itu akan menjadi suatu kengerian baginya sehingga dia tidak
akan berani berbicara dengan Dia seperti yang terjadi sekarang
(ay. 16): Manoah tidak mengetahui, bahwa Dia itu Malaikat
TUHAN. Demikian pula Kristus telah ada di dalam dunia, namun
dunia tidak mengenal-Nya. Sungguh, Engkau Allah yang menyem-
bunyikan diri. Kita tidak dapat tahan melihat kemuliaan ilahi
tanpa selubung. sebab Allah telah memutuskan untuk berbicara
kepada kita melalui manusia seperti kita, yaitu para nabi dan
hamba Tuhan, maka bahkan saat Ia berbicara melalui para
malaikat-Nya, atau melalui Anak-Nya, mereka menampakkan diri
dalam rupa manusia, dan hanya disangka sebagai abdi Allah. Nah,
1. Sang Malaikat menolak untuk menerima hidangan Manoah
dan memintanya untuk mengubahnya menjadi korban per-
sembahan. Manoah, sebab ingin menunjukkan rasa hormat
dan terima kasih kepada orang asing yang patut disegani ini,
yang telah membawa kepada mereka kabar sukacita, memo-
hon agar Ia berkenan menyantap makanan bersamanya (ay.
15): Kami akan segera mengolah anak kambing bagi-Mu. Orang-
orang yang menyambut berita, akan bersikap baik kepada para
pembawa berita demi Dia yang mengutus mereka (1Tes. 5:13).
Namun Sang Malaikat memberi tahu dia (ay. 16) bahwa Ia
tidak akan memakan hidangannya, sama seperti Ia tidak mau
makan hidangan Gideon, namun , seperti kepada Gideon, Ia
memerintahkan Manoah untuk mempersembahkannya kepada
Allah (6:20-21). Para malaikat tidak membutuhkan makanan
ataupun minuman. namun memuliakan Allah yaitu makanan
dan minuman mereka, dan itu menjadi makanan dan minum-
an Kristus juga (Yoh. 4:34). Kita juga sedikit banyak melaku-
kan kehendak Allah seperti mereka jika , meskipun kita
tidak dapat hidup tanpa makanan dan minuman, namun kita
makan dan minum bagi kemuliaan Allah, dan dengan demi-
kian bahkan mengubah makanan kita sehari-hari menjadi
korban persembahan.
2. Sang Malaikat menolak untuk memberitahukan nama-Nya,
dan bahkan tidak ingin memuaskan keingintahuannya. Ma-
noah ingin tahu nama-Nya (ay. 17), dan dari suku apa asal-
Nya, bukan seolah-olah dia meragukan kebenaran berita-Nya,
melainkansupaya mereka dapat membalas kunjungan-Nya,
dan mengenal-Nya dengan lebih baik. Sungguh baik jika
kita berusaha mengenal lebih dekat lagi orang-orang baik dan
hamba-hamba Tuhan yang baik. Dan Manoah memiliki ren-
cana lebih lanjut: “Sebab jika terjadi yang Kaukatakan itu,
maka kami hendak memuliakan Engkau, memasyhurkan Eng-
kau sebagai seorang nabi yang sejati, dan mengajak orang lain
datang kepada-Mu untuk menerima pengajaran.supaya kami
dapat menamai anak yang akan dilahirkan itu dengan nama-
Mu, dan dengan begitu memuliakan Engkau. Atausupaya
kami dapat mengirimkan sebuah hadiah kepada-Mu, untuk
menghormati orang yang telah dihormati Allah.” Namun Sang
Malaikat menolak permohonannya dengan sebuah pertanyaan
yang menghalang-halangi keingintahuannya (ay. 18): Mengapa
engkau juga menanyakan nama-Ku? Yakub sendiri tidak
berhasil mendapat perkenanan ini (Kej. 32:29). Perhatikanlah,
kita tidak akan mendapatkan apa yang kita minta jika kita tidak
tahu apa yang kita minta. Permohonan Manoah diajukan
dengan jujur, namun ditolak. Allah memberi tahu Musa nama-
Nya (Kel. 3:13-14), sebab Musa memiliki keperluan tertentu
untuk mengetahuinya, namun di sini tidak ada keperluan apa-
apa. Petunjuk yang ditanyakan Manoah tentang kewajibannya
telah diberitahukan kepadanya dengan jelas (ay. 12-13), namun
sesuatu yang ditanyakannya untuk memuaskan keingintahu-
annya ditolak. Allah dalam firman-Nya telah memberi kita
petunjuk-petunjuk yang lengkap tentang kewajiban kita, namun
Ia tidak pernah bermaksud untuk menjawab semua pertanyaan
dari kepala yang suka menduga-duga banyak hal. Sang Malai-
kat memberinya alasan atas penolakan-Nya: Nama itu
ajaib. Nama para malaikat belumlah diungkapkan, untuk men-
cegah bahaya memberhalakan mereka. Sesudah masa pem-
buangan, saat jemaat Yahudi disembuhkan dari penyem-
bahan berhala, para malaikat menyatakan diri mereka kepada
Daniel melalui nama mereka, Mikhael dan Gabriel. Dan kepada
Zakharia malaikat memberitahukan namanya tanpa ditanya
(Luk. 1:19): Akulah Gabriel. namun di sini nama itu raha-
sia, atau ajaib, terlalu ajaib bagi kita. Salah satu nama Kristus
yaitu Ajaib (Yes. 9:5). Nama-Nya telah lama menjadi rahasia,
namun oleh Injil nama itu dinyatakan: Yesus Sang Jurusela-
mat. Manoah tidak boleh bertanya sebab dia tidak boleh tahu.
Perhatikanlah,
(1) Ada hal-hal yang tersembunyi yang bukan untuk kita, dan
kita harus berpuas diri bahwa hal-hal itu gelap bagi kita,
selama kita berada di sini di dalam dunia ini.
(2) Oleh sebab itu, janganlah kita menuruti rasa ingin tahu
yang sia-sia dalam pertanyaan kita tentang hal-hal ini (Kol.
2:18). Nescire velle quae Magister maximus docere non vult
erudita inscitia est – Dengan bersedia untuk tidak mengeta-
hui hal-hal yang tidak ingin diajarkan oleh Sang Guru Agung
kita, maka kita menjadi tidak tahu sekaligus bijaksana.
3. Sang Malaikat membantu dan menerima korban mereka, dan,
pada waktu berpisah, membuat mereka mengerti siapa diri-
Nya. Ia telah mengarahkan mereka untuk mempersembahkan
korban bakaran mereka kepada TUHAN (ay. 16). Puji-pujian
yang dipersembahkan kepada Allah yaitu jamuan yang paling
berkenan bagi para malaikat. Sembahlah Allah! (Why. 22:9). Dan
Manoah, sebab mendapat jaminan yang begitu baik, kendati
dia bukanlah seorang imam dan tidak memiliki mezbah,
mengubah dagingnya menjadi korban sajian, dan mempersem-
bahkannya kepada TUHAN di atas batu (ay. 19), yaitu, dia
membawa dan meletakkannya untuk dipersembahkan. “Tuhan,
inilah persembahanku, perbuatlah seperti yang Kaukehendaki.”
Demikian pula kita harus membawa hati kita kepada Allah
sebagai korban yang hidup, dan menyerahkannya kepada
pekerjaan Roh-Nya. sesudah segala sesuatunya sekarang siap,
(1) Lalu diperbuat-Nya keajaiban, sebab nama-Nya yaitu Ajaib.
Mungkin keajaiban yang diperbuat-Nya sama dengan apa
yang telah diperbuat-Nya untuk Gideon, yaitu Ia membuat
api entah turun dari sorga atau keluar dari batu untuk
membakar habis korban itu.
(2) Ia naik ke langit dalam nyala api mezbah itu (ay. 20). De-
ngan ini tampak bahwa Ia bukanlah, seperti yang mereka
sangka, seorang manusia biasa, melainkan seorang utusan
langsung dari sorga. Sudah pasti dari sana Ia turun, sebab
ke sana Ia naik (Yoh. 3:13; 6:62). Hal ini menandakan ber-
kenannya Allah atas korban persembahan itu, dan menun-
jukkan apa yang membuat semua korban persembahan
kita diterima, yaitu perantaraan malaikat perjanjian, malai-
kat lain itu, yang memberikan banyak kemenyan pada doa
semua orang kudus, dan dengan demikian mempersembah-
kannya di hadapan takhta (Why. 8:3). Doa yaitu menaik-
kan jiwa kita kepada Allah. namun Kristus di dalam hati
melalui iman, itulah yang menjadikan jiwa itu sebagai kor-
ban persembahan yang berbau harum. Tanpa Dia pelayanan
kita hanyalah asap yang menusuk hidung, namun di dalam
Dia pelayanan kita menjadi nyala api yang diperkenan. Kita
dapat menerapkannya kepada Kristus yang menjadikan diri-
Nya sendiri sebagai korban bagi kita. Ia naik di dalam nyala
api dari korban persembahan-Nya sendiri, sebab Ia telah
masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat
yang kudus dengan membawa darah-Nya sendiri (Ibr. 9:12).
saat Sang Malaikat sedang naik, dikatakan sebanyak dua
kali (ay. 19-20) bahwa Manoah dan isterinya memandangi-
nya. Ini yaitu bukti dari mujizat itu: perkara itu benar
terjadi, sebab atas keterangan kedua saksi mata ini berita
itu tidak disangsikan. Sang Malaikat melakukan semua
yang harus dilakukan dalam korban itu, sedangkan mereka
hanya memandanginya. Namun tidak diragukan lagi, ke-
tika Sang Malaikat naik ke langit, hati mereka turut naik
bersama Dia dalam ucapan syukur atas janji yang datang
dari sana, dan dalam pengharapan bahwa penggenapan
janji itu akan datang dari sana juga. Namun demikian, ke-
tika Sang Malaikat telah naik, mereka tidak berani, seperti
halnya orang-orang yang menjadi saksi dari kenaikan
Kristus, berdiri menatap ke langit, namun dalam rasa takut
yang penuh kekudusan dan penghormatan mereka sujud
dengan muka mereka ke tanah. Dan sekarang,
[1] Tahulah mereka bahwa itu Malaikat (ay. 21). Jelas bah-
wa bukan tubuh seorang manusia yang mereka lihat,
sebab tubuh itu tidak terikat pada bumi ataupun ter-
bakar oleh api. Sebaliknya, tubuh itu naik, dan naik da-
lam nyala api, dan sebab itu tepatlah mereka menyim-
pulkan bahwa Dia itu yaitu seorang malaikat. Sebab
Allah membuat malaikat-malaikat-Nya menjadi badai,
dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api.
[2] namun Malaikat itu tidak pernah lagi menampakkan diri
kepada mereka. Untuk keperluan tertentu, yang seka-
rang sudah selesai, Dia diutus, bukan untuk menjalin
hubungan yang terus-menerus, seperti halnya para
nabi. Mereka harus mengingat dan menjalankan apa
yang telah dikatakan oleh Sang Malaikat, dan tidak
berharap untuk mendengar lebih banyak lagi.
II. Kita mendapati penjelasan tentang kesan-kesan yang ditimbulkan
oleh penglihatan ini atas Manoah dan istrinya. Sementara Sang
Malaikat melakukan keajaiban, mereka terus memandanginya,
dan tidak berkata apa-apa (demikian pula kita sepatutnya meng-
amati perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib dengan penuh per-
hatian, dan diam di hadapan-Nya). Namun saat Dia telah pergi,
sesudah menyelesaikan pekerjaan-Nya, mereka baru memiliki
waktu untuk bermenung.
1. Dalam perenungan Manoah atas peristiwa tersebut, ada keta-
kutan yang besar (ay. 22). Ia telah berbicara dengan sangat
yakin tentang anak yang akan segera menjadikan mereka
orangtua yang bersukacita (ay. 8, 12), namun sekarang ia di-
buat sedemikian bingung oleh suatu hal yang justru seharus-
nya menguatkan dan mendorong imannya, sehingga dia tidak
meyakini apa-apa lagi selain bahwa mereka berdua akan di-
binasakan dengan segera: Kita pasti mati. yaitu sebuah pen-
dapat yang secara umum diterima di kalangan rakyat Yahudi
kuno, bahwa jika orang melihat Allah atau seorang malaikat,
maka orang itu pasti akan segera mati. Pendapat ini cukup
mengalahkan iman Manoah untuk saat ini, seperti yang terjadi
pada Gideon (6:22).
2. Dalam perenungan istrinya atas peristiwa tersebut, ada iman
yang besar (ay. 23). Di sini bejana yang lebih lemah menjadi
orang percaya yang lebih kuat, yang mungkin menjadi alasan
mengapa Sang Malaikat memilih untuk menampakkan diri
kepadanya sekali lagi. Hati Manoah mulai ciut, namun istrinya,
sebagai seorang penolong yang sepadan baginya, menguatkan-
nya. Berdua lebih baik daripada seorang diri, sebab, jika yang
satu jatuh ke dalam kemuraman dan keputusasaan, yang lain
dapat membantunya untuk bangkit. Pasangan hidup haruslah
dengan penuh kesalehan membantu membesarkan iman dan
sukacita satu sama lain jika itu dibutuhkan. Tak ada orang
yang berpikiran lebih baik daripada istri Manoah di sini: Kita
pasti mati, kata suaminya. “Tidak,” jawabnya, “kita tidak perlu
takut akan hal itu. Janganlah kita membuat apa yang sebenar-
nya mendukung kita menjadi melawan kita. Kita tidak akan
mati kecuali memang Allah hendak membunuh kita: kematian
kita harus datang dari tangan-Nya dan atas perkenanan-Nya.
Nah, tanda-tanda dari perkenanan-Nya yang telah kita terima
melarang kita untuk berpikir bahwa Dia merancangkan kebina-
saan kita. Seandainya Ia menganggap pantas untuk membu-
nuh kita,
(1) Ia tidak akan menerima korban persembahan kita, dan me-
nyatakan penerimaan-Nya atas korban itu dengan meng-
ubahnya menjadi abu (Mzm. 20:4, dalam terjemahan yang
agak luas). Korban itu yaitu tebusan nyawa kita, dan api
yang menyambar korban itu merupakan pertanda yang
jelas bahwa murka-Nya telah dijauhkan dari kita. Korban
orang fasik yaitu suatu kekejian, namun kita melihat
bahwa korban kita tidaklah demikian.
(2) Ia tidak akan menunjukkan kepada kita semua hal ini,
pemandangan yang aneh ini, pada saat ini saat jarang
atau tidak ada penglihatan sama sekali (1Sam. 3:1). Tidak
pula Ia akan memberikan janji-janji yang luar biasa besar
dan berharga ini tentang seorang anak yang akan menjadi
seorang nazir dan seorang pembebas Israel. Ia tidak akan
memberi tahu kita hal-hal yang demikian seandainya Ia
berkenan untuk membunuh kita. Kita tidak perlu takut
akar pohon menjadi layu jika satu cabangnya belum
timbul.” Perhatikanlah, dengan hal ini tampak bahwa Allah
tidak merancangkan kematian orang-orang berdosa, sebab
Ia telah menerima korban agung yang dipersembahkan
oleh Kristus bagi keselamatan mereka, telah membawa
mereka ke suatu jalan untuk menerima perkenanan-Nya,
dan telah menjamin keselamatan itu bagi mereka jika
mereka bertobat. Seandainya Ia berkenan untuk membu-
nuh mereka, pastilah Ia tidak akan melakukan semuanya
itu. Dan kiranya orang-orang Kristen yang baik yang telah
bersekutu dengan Allah di dalam firman dan doa, yang
kepada mereka Allah dengan penuh rahmat telah menyata-
kan diri-Nya, dan yang memiliki alasan untuk berpikir
bahwa Allah telah menerima pekerjaan mereka, mendapat
kekuatan dari hal ini pada hari yang mendung dan gelap.
“Allah tidak akan melakukan apa yang telah dilakukan-Nya
bagi jiwaku seandainya Ia telah berencana untuk mening-
galkanku, dan membiarkanku binasa pada akhirnya. Se-
bab pekerjaan Allah itu sempurna, dan tidak akan pernah
Ia mempermainkan umat-Nya dengan perkenanan-perke-
nanan-Nya.” Belajarlah berpikir seperti istri Manoah,
“Seandainya Allah telah merancang aku untuk binasa di
bawah murka-Nya, Ia tidak akan memberikan tanda-tanda
yang begitu istimewa kepadaku akan perkenanan-Nya.” Hai
ibu, besar imanmu.
Kelahiran Simson
(13:24-25)
24 Lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan memberi nama
Simson kepadanya. Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia.
Mulailah hatinya digerakkan oleh Roh TUHAN di Mahane-Dan yang terletak
di antara Zora dan Esytaol.
Dalam perikop ini kita mendapati,
1. Kelahiran Simson. Perempuan yang sudah lama mandul itu
melahirkan seorang anak laki-laki, sesuai dengan janji yang
sudah diberikan. Sebab tak satu pun firman Allah akan jatuh sia-
sia ke tanah. Masakan Ia berbicara dan tidak menepatinya?
2. Namanya, yaitu Simson, yang menurut sebagian penafsir diambil
dari kata shemesh, matahari, yang diubah menjadi bentuk kecil,
sol exiguus – matahari kecil. Mungkin sebab , saat dilahirkan
seperti Musa sebagai seorang pembebas, Simson seperti Musa
sangatlah tampan, wajahnya bersinar seperti matahari kecil. Atau
orangtuanya memberinya nama itu untuk mengingat wajah abdi
Allah yang bersinar itu, yang membawa berita kepada mereka
tentang anak ini. Meskipun mereka tidak tahu nama-Nya, namun
dengan cara demikianlah, sebab sekarang perkataan-Nya telah
terwujud, mereka memberi-Nya penghormatan. Matahari kecil, se-
bab seorang nazir telah lahir dan orang-orang nazir yaitu seper-
ti merjan dan batu nilam (Rat. 4:7), dan sebab kekuatannya yang
besar. Matahari dibandingkan dengan seorang pahlawan (Mzm.
19:6). Jadi mengapa seorang pahlawan yang kuat tidak bisa diban-
dingkan dengan matahari yang sedang bersinar dengan teriknya?
Matahari kecil, sebab Simson yaitu kemuliaan dan terang bagi
bangsanya Israel, dan perlambang akan Kristus, Sang Surya
kebenaran.
3. Masa kecilnya. Simson tumbuh lebih daripada biasa dalam hal
kekuatan dan perawakan, jauh melebihi anak-anak sebayanya.
Dan bukan hanya dalam hal itu saja, melainkan juga dalam hal-
hal lain, tampak bahwa Tuhan memberkatinya, melayakkan, dan
melengkapinya, baik di dalam tubuh maupun pikiran, untuk se-
suatu yang besar dan luar biasa. Anak-anak perjanjian akan
memperoleh berkat.
4. Masa mudanya. saat Simson baru tumbuh besar, mulailah hati-
nya digerakkan oleh Roh TUHAN (ay. 25). Ini yaitu bukti bahwa
Tuhan memberkatinya. jika Allah memberikan berkat-Nya,
maka Ia juga memberikan Roh-Nya untuk melayakkan orang bagi
berkat tersebut. Sungguh terberkati orang-orang yang di dalam
hati mereka Roh anugerah mulai bekerja sejak dini, pada masa
kecil mereka. jika Roh dicurahkan ke atas anak cucu kita,
maka mereka akan tumbuh seperti pohon-pohon gandarusa di tepi
sungai (Yes. 44:3-4). Roh Allah menggerakkan hati Simson di
perkemahan Dan, yaitu, di perkumpulan orang-orang yang ter-
latih dari suku tersebut, yang mungkin telah mendirikan sebuah
perkemahan di antara Zora dan Esytaol, dekat dengan tempat di
mana dia tinggal, untuk melawan serbuan-serbuan orang Filistin.
Di sana Simson, saat masih kecil, tampil di antara mereka, dan
membuat dirinya menonjol melalui sejumlah tindakan yang sa-
ngat berani, dan mengungguli mereka semua dalam perbuatan-
perbuatan gagah dan uji kekuatan. Dan mungkin dia telah me-
nunjukkan dirinya memiliki semangat yang lebih daripada
biasa untuk melawan musuh-musuh negerinya, dan