ta tidak hanya harus
menanggalkan perkataan kotor, namun juga mengenakan per-
kataan yang baik untuk membangun. Manfaat besar dari kata-
kata adalah membangun mereka yang kita ajak bicara. Orang-
orang Kristen harus berusaha menggalakkan penggunaan
percakapan yang berguna: supaya mereka yang mendengar-
nya, beroleh kasih karunia. Supaya perkataan itu baik untuk,
Surat Efesus 4:17-32
203
dan berkenan pada, mereka yang mendengarnya, dengan
memberi informasi, nasihat, teguran yang diperlukan, atau
sejenisnya. Amatilah, merupakan kewajiban besar dari orang-
orang Kristen untuk memastikan bahwa mereka tidak me-
nyinggung orang lain dengan bibir mereka, dan memanfaatkan
percakapan dan perbincangan, sebanyak mungkin, demi
kebaikan orang lain.
5. Di sini ada peringatan lain terhadap kegeraman dan kemarah-
an, dengan nasihat lebih jauh untuk saling mengasihi dan ber-
sikap ramah satu terhadap yang lain (ay. 31-32). Yang dimak-
sud dengan kepahitan, kegeraman, dan kemarahan adalah ke-
bencian dan ketidaksenangan yang kasar di dalam batin ter-
hadap orang lain. Dan yang dimaksud dengan pertikaian ada-
lah omong besar, ancaman keras, dan perkataan lain yang
melewati batas, yang dengannya kepahitan, kegeraman, dan
kemarahan melampiaskan diri. Orang-orang Kristen tidak
boleh memanjakan nafsu-nafsu rendah ini dalam hati mereka,
tidak boleh bertikai dengan lidah mereka. Fitnah berarti semua
perkataan yang menista, mencerca, dan mencemooh orang-
orang yang membuat kita marah. Dan yang dimaksudkan
dengan kejahatan di sini adalah kemarahan yang berurat akar,
yang mendorong orang untuk merancang dan melakukan keja-
hatan kepada orang lain. Selanjutnya disebutkan apa yang
bertentangan dengan semuanya ini: Hendaklah kamu ramah
seorang terhadap yang lain. Ini menyiratkan asas kasih di da-
lam hati, dan ungkapan-ungkapan lahiriahnya dalam perilaku
yang ramah, rendah hati, dan sopan. Sudah sepatutnya mu-
rid-murid Yesus ramah satu terhadap yang lain, seperti orang-
orang yang sudah belajar, dan mau mengajar, rasa terima
kasih. Penuh kasih mesra, yaitu murah hati dan peka terhadap
kesusahan dan penderitaan orang lain, sehingga cepat terge-
rak oleh belas kasihan. Saling mengampuni. Perbedaan akan
ada di antara murid-murid Kristus. Oleh sebab itu, mereka
harus cinta damai, dan siap mengampuni. Dengan demikian,
mereka menyerupai Allah sendiri, yang di dalam Kristus telah
mengampuni mereka, dan itu lebih daripada mereka bisa
mengampuni satu sama lain. Perhatikanlah, pada Allah ada
pengampunan. Ia mengampuni dosa di dalam Yesus Kristus,
dan berdasar penebusan yang sudah dibuat Kristus demi
204
memuaskan keadilan ilahi. Perhatikan lagi, mereka yang diam-
puni Allah haruslah berjiwa pengampun, dan harus mengam-
puni sebagaimana Allah mengampuni, dengan tulus dan sepe-
nuh hati, dengan hati yang siap dan gembira, mengampuni
semua orang dan untuk selama-lamanya, jika si pendosa
bertobat dengan tulus, mengingat bahwa mereka berdoa, am-
punilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengam-
puni orang yang bersalah kepada kami. Sekarang, kita bisa
mencermati semua hal khusus yang ditekankan oleh Rasul
Paulus ini, bahwa itu semua termasuk dalam perintah-perin-
tah yang terdapat dalam loh batu kedua. Dari sini orang-orang
Kristen harus mempelajari kewajiban-kewajiban ketat yang
mengikat mereka untuk melaksanakan perintah-perintah da-
lam loh batu kedua. Dan bahwa orang yang tidak melaksana-
kannya dengan kesadaran hati nurani berarti tidak pernah
takut akan Allah atau mengasihi-Nya dengan sebenarnya dan
tulus, apa pun itu kepura-puraan mereka.
Di tengah-tengah nasihat dan peringatan ini, Rasul Paulus
menyelipkan sebuah nasihat umum, dan janganlah kamu men-
dukakan Roh Kudus Allah (ay. 30). Dengan melihat apa yang
dikatakan sebelumnya, dan apa yang dikatakan selanjutnya,
kita bisa melihat apa itu yang mendukakan Roh Allah. Dalam
ayat 25-29, tersirat bahwa semua kecemaran dan kenajisan,
dusta, dan perkataan kotor yang memicu hawa nafsu kotor
mendukakan Roh Allah. Dalam bagian selanjutnya tersirat
bahwa nafsu-nafsu bobrok seperti kepahitan, kegeraman, ke-
marahan, pertikaian, fitnah, dan kejahatan itu mendukakan
Roh yang baik ini. Dengan ini tidak dimaksudkan bahwa Sang
Pribadi yang penuh berkat itu bisa dibuat berduka atau kesal
seperti kita manusia. namun maksud dari nasihat itu adalah
supaya kita tidak berbuat kepada-Nya dengan cara yang cen-
derung mendukakan dan menggelisahkan sesama kita. Kita
tidak boleh melakukan apa yang bertentangan dengan sifat-
Nya yang kudus dan kehendak-Nya. Kita tidak boleh menolak
mendengarkan nasihat-nasihat-Nya, atau memberontak mela-
wan pemerintahan-Nya, sebab itu akan membuat-Nya berbuat
terhadap kita seperti yang cenderung akan dilakukan manusia
satu terhadap yang lainnya saat mereka dibuat marah dan
berduka, yaitu dengan cara menarik diri dan kebaikan mereka
Surat Efesus 4:17-32
205
dari orang-orang itu, dan mencampakkan mereka kepada mu-
suh-musuh mereka. Oh, janganlah membuat Roh Allah yang
penuh berkat itu menarik hadirat-Nya dan kuasa-kuasa-Nya
yang penuh rahmat darimu! Inilah alasan yang baik mengapa
kita tidak boleh mendukakan Dia, yang oleh-Nya kita telah
dimeteraikan menjelang hari penyelamatan. Akan datang hari
penyelamatan. Tubuh pasti akan ditebus dari kuasa maut
pada hari kebangkitan, dan kemudian umat Allah akan dile-
paskan dari semua akibat dosa, dan juga dari segala dosa dan
kesengsaraan, yang tidak akan pernah lepas dari mereka sebe-
lum mereka diselamatkan dari alam maut. Barulah pada saat
itu kebahagiaan mereka yang penuh dan utuh dimulai. Semua
orang yang sungguh-sungguh percaya dimeteraikan menjelang
hari itu. Allah telah membedakan mereka dari orang lain,
dengan memberikan tanda pada mereka. Dan Ia memberi me-
reka jaminan dan keyakinan akan kebangkitan yang penuh
sukacita dan mulia. Dan Roh Allahlah meterainya. Di mana
pun Roh yang penuh berkat itu berada sebagai Pengudus, Dia
adalah jaminan dari segala sukacita dan kemuliaan di hari
penyelamatan. Dan kita pasti akan binasa seandainya Allah
mengambil Roh Kudus-Nya dari kita.
PASAL 5
i bagian akhir pasal sebelumnya kita telah membaca beberapa
nasihat penting, dan nasihat-nasihat itu dilanjutkan di dalam
pasal ini, secara khusus:
I. Di sini kita membaca sebuah nasihat perihal kasih satu sama
lain dan perbuatan kasih (ay. 1-2).
II. Nasihat terhadap segala bentuk kecemaran, disertai dengan
alasan-alasan yang tepat dan jalan keluar yang dianjurkan
untuk melawan dosa-dosa semacam itu. Lebih lanjut ditam-
bahkan juga beberapa peringatan serta kewajiban-kewajiban
lain yang dianjurkan (ay. 3-20).
III. Rasul Paulus menasihati supaya kewajiban-kewajiban terha-
dap sesama di dalam keluarga dilakukan dengan penuh ke-
sadaran hati nurani (ay. 21 dan seterusnya sampai bagian
awal pasal berikutnya).
Nasihat untuk Hidup dalam Kasih
(5:1-2)
1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih 2
dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah menga-
sihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan
dan korban yang harum bagi Allah.
Di sini kita temukan nasihat mengenai saling mengasihi atau kasih
Kristen. Rasul Paulus telah menegaskan hal ini di dalam pasal sebe-
lumnya, khususnya di dalam ayat-ayat terakhir pasal tersebut, yang
ditunjukkan dengan penggunaan kata sebab itu yang digunakan
sebagai kata sambung untuk menghubungkan apa yang telah ia
katakan di dalam pasal sebelumnya dengan apa yang terkandung di
D
208
dalam ayat-ayat di atas ini, Sebagaimana Allah di dalam Kristus
telah mengampuni kamu, sebab itu jadilah penurut-penurut Allah,
atau penurut-penurut teladan-Nya (TL). Begitulah arti yang dimak-
sudkan oleh kata itu. Orang-orang saleh harus meneladani Allah
yang mereka sembah, sepanjang Ia telah menyatakan Diri-Nya
sebegitu rupa supaya dapat mereka tiru atau teladani. Mereka harus
menyelaraskan diri dengan teladan-teladan-Nya, dan memperbarui
kembali gambar Allah di atas diri mereka. Hal ini dapat mendatang-
kan kehormatan bagi hidup beragama kita, bahwa agama itu
meneladani Allah. Kita harus menjadi kudus, sama seperti Allah yang
kudus, bermurah hati sama seperti Dia yang murah hati, menjadi
sempurna seperti Dia yang sempurna. namun tidak ada satu pun sifat
Allah yang lebih dianjurkan untuk kita teladani selain kebaikan-Nya.
Jadilah kamu penurut-penurut Allah, atau berusahalah menyerupai
Dia dalam setiap anugerah, khususnya di dalam kasih-Nya serta di
dalam kebajikan-Nya dalam mengampuni. Allah adalah kasih, dan
barang siapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam
Allah, dan Allah di dalam dia. Dengan demikian Ia telah menyatakan
nama-Nya, yaitu Pengasih dan penyayang, dan berlimpah kasih setia.
Seperti anak-anak yang kekasih, seperti anak-anak (yang biasa
dikasihi dengan berlimpah-limpah oleh orangtua mereka) biasanya
menyerupai orangtua mereka di dalam raut muka dan air muka
wajah mereka, dan di dalam kecenderungan hati serta sifat-sifat pe-
mikiran mereka. Atau menjadi seperti anak-anak Allah yang dikasihi
dan disayangi oleh Bapa sorgawi mereka. Anak-anak diharuskan
untuk meneladani orangtua mereka dalam hal yang baik, khususnya
saat anak-anak itu sangat dikasihi oleh mereka. Watak anak-anak
Allah yang kita sandang mengharuskan kita untuk dapat menyerupai
Dia, khususnya di dalam kasih dan kebaikan-Nya, di dalam belas
kasihan dan kesediaan untuk mengampuni. Dan hanya mereka yang
menyerupai Dia di dalam hal-hal inilah yang pantas menjadi anak-
anak yang kekasih. Selanjutnya dikatakan, dan hiduplah di dalam
kasih (ay. 2). Sifat-sifat menarik yang bersifat ilahi ini harus
memimpin dan memengaruhi keseluruhan tingkah laku hidup kita,
artinya kita harus berjalan di dalamnya. Harus menjadi asas yang
mendasari semua tindakan kita, harus memimpin kita menuju tu-
juan yang ingin kita capai. Kita harus lebih berhati-hati dalam mem-
buktikan ketulusan kasih kita satu sama lain. Sebagaimana Kristus
Yesus juga telah mengasihi kita. Di sini Rasul Paulus mengarahkan
Surat Efesus 5:3-20
209
kita kepada Kristus sebagai contoh yang harus diteladani oleh orang-
orang Kristen. Di dalam Dia kita mendapati contoh kasih yang tanpa
pamrih dan paling melimpah yang pernah ada, yakni kasih-Nya yang
agung yang dengannnya Ia telah mengasihi kita. Kita semua meng-
ambil bagian bersama di dalam kasih itu, dan mendapat bagian dari
penghiburan kasih itu. Dan itulah sebabnya mengapa kita harus
saling mengasihi satu sama lain, sebab Kristus telah mengasihi kita
semua dan telah memberikan teladan kasih-Nya yang seperti itu
kepada kita. Sebab, Dia telah menyerahkan diri-Nya untuk kita.
Rasul Paulus sengaja memperluas pokok bahasan ini, sebab perkara
apa lagi yang lebih dapat membawa sukacita saat direnungkan
selain ini? Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk mati bagi kita,
dan kematian Kristus merupakan korban penebusan yang agung:
sebagai persembahan dan korban bagi Allah. Suatu persembahan,
bahkan korban, korban pendamaian, untuk menebus kesalahan kita,
yang telah dilambangkan sebelumnya di dalam persembahan dan
korban yang sah menurut hukum Taurat. Dan korban-Nya itu adalah
persembahan dan korban yang harum. Beberapa orang berpendapat
bahwa persembahan untuk penghapus dosa itu tidak pernah dikata-
kan berbau harum, namun ini yang dikatakan, yaitu tentang Anak
domba Allah, yang menghapus dosa dunia. saat Ia mempersembah-
kan diri-Nya dengan suatu maksud supaya dapat diterima oleh Allah,
maka Allah menerima-Nya, senang dan dipuaskan dengan korban
itu. Perhatikanlah, sebagaimana korban Kristus berhasil untuk di-
terima oleh Allah, maka begitu jugalah teladan-Nya akan membawa
hasil bagi kita, dan kita harus meneladani-Nya dengan hati-hati.
Perlindungan terhadap Kecemaran
(5:3-20)
3 namun percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut
sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang
kudus. 4 Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sem-
brono sebab hal-hal ini tidak pantas namun sebaliknya ucapkanlah syu-
kur. 5 sebab ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar
atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di
dalam Kerajaan Kristus dan Allah. 6 Janganlah kamu disesatkan orang
dengan kata-kata yang hampa, sebab hal-hal yang demikian mendatangkan
murka Allah atas orang-orang durhaka. 7 Sebab itu janganlah kamu berka-
wan dengan mereka. 8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, namun seka-
rang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-
anak terang, 9 sebab terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan
210
kebenaran, 10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. 11 Janganlah tu-
rut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak
berbuahkan apa-apa, namun sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan
itu. 12 Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-
tempat yang tersembunyi telah memalukan. 13 namun segala sesuatu yang
sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang
nampak adalah terang. 14 Itulah sebabnya dikatakan: Bangunlah, hai kamu
yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan ber-
cahaya atas kamu. 15 sebab itu, perhatikanlah dengan saksama, bagai-
mana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, namun seperti orang arif, 16
dan pergunakanlah waktu yang ada, sebab hari-hari ini adalah jahat. 17
Sebab itu janganlah kamu bodoh, namun usahakanlah supaya kamu mengerti
kehendak Tuhan. 18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, sebab anggur
menimbulkan hawa nafsu, namun hendaklah kamu penuh dengan Roh, 19 dan
berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian
dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap
hati. 20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan
kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita
Ayat-ayat ini memuat sebuah peringatan terhadap segala bentuk
kecemaran dengan disertai jalan keluar dan alasan-alasan tepat yang
diajukan. Lebih lanjut, ditambahkan pula beberapa peringatan serta
beberapa kewajiban lain yang dianjurkan. Hawa nafsu yang cemar
harus dikalahkan, supaya dapat mendukung kasih yang kudus.
Hiduplah di dalam kasih, dan hindarilah percabulan dan rupa-rupa
kecemaran. Percabulan adalah kebodohan yang dilakukan di antara
orang-orang yang belum menikah. Rupa-rupa kecemaran meliputi
segala jenis hawa nafsu yang cemar, yang sudah terlampau biasa
dilakukan di antara bangsa-bangsa kafir. Atau keserakahan, yang
demikian berkaitan dengan kejahatan lainnya, dan dikatakan sebagai
suatu hal yang disebut saja pun jangan. Beberapa orang memahami-
nya sebagai penggunaan dalam gaya bahasa murni kitab suci tentang
hawa nafsu yang tidak wajar. Ada juga yang memahami hal itu
dengan akal yang lebih sehat, yaitu hasrat yang kuat untuk memper-
oleh keuntungan atau cinta yang tidak pernah terpuaskan akan
kekayaan. Hal seperti ini dianggap sebagai perzinahan rohani. sebab
dengan dosa keserakahan ini, jiwa yang sebenarnya telah dipertu-
nangkan dengan Allah, kemudian menjadi tersesat dan meninggalkan
Dia, serta mendekap dada perempuan asing. Itulah sebabnya meng-
apa orang-orang yang sangat tertarik kepada perkara-perkara dunia-
wi dan mementingkan perkara-perkara jasmaniah disebut sebagai
orang-orang yang berzinah: Hai kamu yang disifatkan seperti orang
berzinah, tiadakah kamu ketahui bahwa persahabatan dengan dunia
ini, ialah perseteruan dengan Allah? (Yak. 4:4b, TL). Nah, dosa-dosa
seperti ini harus diwaspadai dengan sangat dan dibenci sejadi-
Surat Efesus 5:3-20
211
jadinya. Disebut saja pun jangan di antara kamu, harus ditolak
dengan rasa jijik, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus,
orang-orang suci, yang dipisahkan dari dunia ini dan dipersembah-
kan kepada Allah. Rasul Paulus tidak saja memperingatkan tentang
perbuatan-perbuatan dosa yang besar, namun juga dosa-dosa yang
cenderung dianggap remeh dan dapat dimaafkan. Demikian juga
perkataan yang kotor (ay. 4), yang dapat diartikan sebagai berbagai
bentuk isyarat badan dan tingkah laku yang tidak pantas. Yang
kosong atau yang sembrono, yaitu percakapan yang cabul dan kotor,
atau yang lebih umum dilakukan orang adalah semacam percakapan
sia-sia yang menunjukkan banyak kebodohan dan kesembronoan,
dan jauh dari mendidik. Kata Yunani yang dipakai, yaitu eutrapelia
adalah kata yang sama seperti yang digunakan oleh Aristoteles di
dalam karyanya Ethics, yaitu membuat percakapan yang menyenang-
kan dan bermoral. Tidak diragukan lagi yang tidak dilarang Rasul
Paulus di sini adalah senda gurau yang baik dan tidak menyinggung
perasaan orang lain. Sebagian orang beranggapan bahwa yang
dimaksud Rasul Paulus adalah kata-kata yang tidak senonoh dan
kasar yang cenderung membeberkan keadaan orang lain supaya
tampak menggelikan. Ini ada benar juga, namun dari konteks di sini
tampaknya artinya dibatasi pada senda gurau yang kotor dan cabul,
yang juga disebutkan oleh Rasul Paulus sebagai percakapan yang
kotor, atau buruk dan busuk (4:29). Mengenai hal-hal ini ia berkata,
sebab hal-hal ini tidak pantas. Memang percakapan demikian
banyak tidak pantasnya di situ, bahkan sangat jahat. Percakapan-
percakapan itu jauh dari menguntungkan sehingga malah mencemari
dan meracuni orang-orang yang mendengarkan. namun yang dimak-
sudkan sebenarnya adalah, hal-hal itu tidak patut bagi orang-orang
Kristen, dan sangat tidak cocok dengan pengakuan iman dan watak
mereka. Orang-orang Kristen diperbolehkan bergembira dan ber-
senang-senang, namun mereka harus bersuka ria dengan bijaksana.
Rasul Paulus menambahkan, namun sebaliknya ucapkanlah syukur.
Biarlah kegembiraan orang Kristen dijauhkan sejauh mungkin dari
kejenakaan yang bersifat cabul dan tidak senonoh, supaya ia dapat
menggembirakan pikirannya serta membuat dirinya bersuka ria
dengan tetap ingat untuk berterima kasih atas kebaikan dan belas
kasihan Allah kepadanya, dan memuji dan membesarkan Dia atas
hal-hal ini. Perhatikanlah,
212
1. Kita harus menggunakan semua kesempatan untuk memberi ucap-
an syukur dan pujian kepada Allah atas kebaikan dan kemurahan-
Nya kepada kita.
2. Merenungkan kasih karunia dan kebaikan Allah kepada kita,
dengan maksud untuk menggairahkan rasa syukur kita kepada-
Nya, sangat baik untuk menyegarkan dan menggembirakan pikir-
an orang Kristen dan membuatnya bersukacita. Dr. Hammond
(pujangga gereja di Inggris abad ketujuh belas pen.) berpendapat
bahwa eucharistia umumnya dapat berarti percakapan yang mu-
lia, saleh, dan rohaniah, yang berlawanan dengan apa yang dicela
oleh Rasul Paulus itu. Kegembiraan kita tidak boleh meledak
menjadi sesuatu yang sia-sia dan penuh dosa serta menodai
nama Allah, namun harus tampak seperti yang seharusnya menjadi
ciri orang Kristen dan dapat memberi kemuliaan bagi-Nya. jika
orang lebih dipenuhi oleh ungkapan-ungkapan yang baik dan
saleh, dengan sendirinya mereka tidak akan mudah mengucapkan
kata-kata yang menyakitkan dan tidak pantas. Sebab, bukankah
berkat dan kutuk, ketidaksenonohan dan ucapan syukur, keluar
dari mulut yang sama?
I. Untuk membentengi kita terhadap dosa-dosa kecemaran dan se-
bagainya, Rasul Paulus menegaskan beberapa alasan dan mem-
berikan beberapa penangkal, sebagai berikut,
1. Ia mendesakkan beberapa alasan, seperti
(1) Ingatlah bahwa dosa-dosa ini menutup pintu sorga bagi
orang-orang yang melakukannya: sebab itu ingatlah ini
baik-baik, dan seterusnya (ay. 5). Mereka telah mengetahui-
nya, sebab mereka telah diberi tahu sebelumnya melalui
pengajaran agama Kristen. Mengenai orang serakah, bebe-
rapa orang memahaminya sebagai orang yang tak bermoral
yang penuh nafsu birahi, yang memperturutkan hatinya di
dalam hawa nafsu kotor yang biasanya dikaitkan dengan
perbuatan orang kafir dan penyembah berhala. Sebagian
orang lain lagi memahami perkataan orang serakah itu
sesuai apa yang diartikan secara umum. Orang seperti itu
dianggap sebagai penyembah berhala sebab pada dirinya
ada penyembahan berhala secara rohani yang berupa
perbuatan mengasihi dunia ini. Sebagaimana orang rakus
Surat Efesus 5:3-20
213
yang suka makan minum menjadikan perutnya sebagai
ilah, begitu jugalah orang yang tamak menjadikan uang
sebagai ilahnya. Hati dan perasaannya terpatri pada uang,
dan ia menaruh pengharapan, kepercayaan, dan kegem-
biraan di dalam barang duniawi, yang seharusnya dituju-
kan hanya kepada Allah saja. Bukannya menyembah Allah,
orang-orang seperti itu malah menyembah Mamon. Menge-
nai orang-orang demikian dikatakan bahwa mereka tidak
mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah,
artinya, Kerajaan Kristus, yang adalah Allah, atau kerajaan
yang pada hakikatnya adalah milik Allah, dan milik Kris-
tus, sebab Dia menjadi Pengantara, yang telah dibeli Kris-
tus dengan pengorbanan-Nya dan yang telah dianugerah-
kan Allah kepada-Nya. Di sini (seperti juga sering di tempat
lain dari Kitab Suci) sorga digambarkan seperti sebuah ke-
rajaan berkenaan dengan keunggulan dan kemuliaannya,
kepenuhan dan kecukupannya, dan seterusnya. Di dalam
kerajaan ini, orang-orang kudus dan hamba-hamba Allah
memiliki bagian harta warisan. Sebab harta itu adalah
bagian orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Na-
mun, orang-orang yang tidak mau bertobat, dan membiar-
kan diri mereka tetap tinggal di dalam nafsu kedagingan
atau cinta akan dunia ini, sesungguhnya bukanlah orang-
orang Kristen, sehingga mereka tidak menjadi milik keraja-
an kasih karunia itu, dan sama sekali tidak akan pernah
masuk ke dalam kerajaan kemuliaan itu. Oleh sebab itu,
marilah kita dengan penuh semangat berjaga-jaga terhadap
dosa-dosa yang dapat mencegah dan menghalangi kita
masuk ke dalam sorga.
(2) Dosa-dosa ini mendatangkan murka Allah ke atas orang-
orang yang bersalah sebab melakukannya: Janganlah
kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, dan
seterusnya (ay. 6). Jangan biarkan siapa pun juga memper-
daya kamu, seakan-akan hal-hal seperti itu dapat diterima
dan diperbolehkan di antara orang-orang Kristen, atau se-
akan-akan hal-hal seperti itu tidak terlampau menggusar-
kan dan menyakiti hati Allah, atau seakan-akan kamu da-
pat memperturutkan hatimu di dalam dosa-dosa itu serta
dapat meluputkan diri dan bebas dari hukuman. Semua ini
214
adalah kata-kata hampa. Amatilah, orang-orang yang me-
nyesatkan diri sendiri dan orang lain dengan harapan da-
pat membebaskan diri dari hukuman dosa, hanyalah me-
nipu diri sendiri dan orang lain. Dengan cara demikianlah
Iblis memperdayai orangtua pertama kita dengan kata-kata
hampa saat ia berkata kepada mereka, Sekali-kali kamu
tidak akan mati. Sungguh, itu adalah kata-kata hampa.
Sebab siapa yang mempercayai kata-kata itu akan men-
dapati dirinya diperdayakan secara menyedihkan, sebab
hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas
orang-orang durhaka. Mungkin yang dimaksudkan oleh Ra-
sul Paulus dengan orang-orang durhaka itu adalah bangsa-
bangsa kafir yang tidak percaya dan menolak untuk me-
naati dan menyerahkan diri kepada Injil, atau dalam peng-
ertian yang lebih umum, yaitu orang-orang berdosa yang
tegar tengkuk, yang tidak mau diperbaiki, namun lebih suka
menjadi orang-orang durhaka. Kedurhakaan itu merupa-
kan kejahatan dari dosa itu sendiri. Dan menurut ungkap-
an Ibrani, orang-orang berdosa seperti itu disebut sebagai
orang-orang durhaka, dan orang-orang semacam itu me-
mang sudah demikian adanya sejak masa kanak-kanak
mereka, tersesat segera sesudah dilahirkan. Murka Allah da-
tang ke atas mereka, akibat dosa-dosa mereka. Adakalanya
murka itu datang dalam kehidupan di dunia ini, namun
lebih khusus lagi murka itu akan mereka alami di dalam
kehidupan yang akan datang. Jadi, masih beranikah kita
menganggap ringan hal-hal yang akan membawa kita ber-
ada di bawah murka Allah? Oh, jangan. Janganlah kamu
berkawan dengan mereka (ay. 7). Jangan mengambil ba-
gian dengan mereka di dalam dosa-dosa mereka, supaya
kamu tidak mendapat bagian di dalam hukuman mereka.
Kita berkawan dengan orang lain di dalam dosa-dosa mere-
ka, tidak saja saat kita hidup di dalam dosa yang sama
seperti mereka, menyetujui dan mengikuti godaan dan
ajakan mereka untuk berbuat dosa, namun juga saat kita
mendukung mereka dalam dosa-dosa mereka, mendorong
mereka berbuat dosa, dan tidak menghalangi dan menghin-
dari mereka, sejauh kita memiliki kemampuan untuk mela-
kukannya.
Surat Efesus 5:3-20
215
(3) Perhatikan baik-baik bagaimana orang-orang Kristen harus
hidup dengan cara yang berbeda dari yang dilakukan oleh
orang-orang berdosa semacam itu: Memang dahulu kamu
adalah kegelapan, namun sekarang, dan seterusnya (ay. 8).
Artinya, Perbuatan-perbuatan semacam itu sangat tidak
cocok dengan keadaanmu sekarang, sebab dahulu, sebagai
bangsa-bangsa yang belum dilahirbarukan keadaanmu di-
penuhi dengan kegelapan, namun sekarang kamu telah
mengalami suatu perubahan besar. Rasul Paulus meng-
gambarkan keadaan mereka sebelumnya secara kiasan
sebagai kegelapan, untuk menyatakan kegelapan besar
yang menyelimuti mereka. Mereka menjalani kehidupan
yang jahat dan duniawi, tidak mempunyai terang pengajar-
an, tanpa pencerahan, dan kasih karunia Roh yang mulia
di dalam diri mereka. Perhatikan baik-baik, keadaan dosa
adalah keadaan kegelapan. Orang-orang berdosa, dapat
disamakan seperti orang-orang yang tengah berada di
dalam kegelapan, mereka tidak tahu harus pergi ke mana
serta tidak tahu harus berbuat apa. Namun, kasih karunia
Allah menghasilkan perubahan yang dahsyat di dalam jiwa
mereka: Sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan, di-
terangi oleh firman dan Roh Allah supaya selamat. Seka-
rang, begitu kamu percaya kepada Kristus dan menerima
Injil, Hiduplah sebagai anak-anak terang. Menurut kebu-
dayaan Ibrani, yang dimaksud dengan anak-anak terang
adalah orang-orang yang berada di dalam keadaan terang,
dilengkapi dengan pengetahuan dan kekudusan. Seka-
rang, sesudah kamu menjadi seperti itu, hendaklah peri-
lakumu sesuai dengan keadaan dan kehormatanmu, serta
hiduplah sesuai dengan kewajibanmu, seturut pengetahu-
an dan hak-hak istimewa yang kamu nikmati, dan ujilah
apa yang berkenan kepada Tuhan (ay. 10), dengan meme-
riksa dan mencari dengan rajin apa yang telah dinyatakan
Allah sebagai kehendak-Nya, dan tunjukkanlah bahwa
kamu menyetujuinya dengan menyesuaikan diri dengan
keadaan itu. Perhatikan baik-baik, kita tidak boleh hanya
merasa gentar dan menghindari apa yang tidak disukai
Allah saja, namun harus menyelidiki dan memperhatikan
juga apa yang berkenan kepada-Nya, dengan menyelidiki
216
Kitab Suci dengan pandangan seperti itu, sehingga kita
terus menjauhkan diri dari dosa-dosa ini.
2. Rasul Paulus menguraikan beberapa penangkal untuk mela-
wan dosa-dosa itu. Seperti,
(1) Jika kita tidak mau dijerat oleh hawa nafsu kedagingan,
kita harus mengeluarkan buah-buah Roh (ay. 9). Hal ini di-
harapkan dari anak-anak terang, bahwa dengan dicerah-
kan, mereka juga dikuduskan oleh Roh, dan kemudian me-
ngeluarkan buah-Nya, yaitu buah kebaikan, kecenderung-
an untuk berbuat baik serta menunjukkan belas kasihan,
dan keadilan, yang menunjukkan keadilan di dalam semua
urusan. Jadi, dengan ketat mereka diharapkan demikian.
namun , pada umumnya agama seluruhnya memang me-
nyangkut kebaikan dan keadilan, dan di dalamnya dan de-
ngannya harus ada kebenaran, atau ketulusan dan kelu-
rusan hati.
(2) Kita tidak boleh bersekutu dengan dosa dan orang-orang
berdosa (ay. 11). Perbuatan-perbuatan dosa merupakan
perbuatan-perbuatan kegelapan. Perbuatan-perbuatan itu
berasal dari kegelapan pengabaian. Perbuatan-perbuatan
itu mencari kegelapan persembunyian, dan kemudian per-
buatan-perbuatan itu akan membawa kepada kegelapan
neraka. Perbuatan-perbuatan kegelapan ini tidak berbuah-
kan apa-apa. Dalam jangka panjang tidak ada yang dapat
diperoleh dari perbuatan-perbuatan ini, apa pun keuntung-
an yang sepertinya ditawarkan oleh dosa, sama sekali tidak
akan dapat mengimbangi kerugiannya, sebab perbuatan-
perbuatan itu mendatangkan kehancuran dan kebinasaan
sepenuhnya bagi orang-orang berdosa yang tidak mau ber-
tobat. Oleh sebab itu, kita tidak boleh turut mengambil
bagian dalam perbuatan-perbuatan yang tidak berbuahkan
apa-apa ini. Sebagaimana kita tidak boleh melakukannya
sendiri, kita juga tidak boleh memberikan dukungan ke-
pada orang lain dalam melakukan perbuatan-perbuatan
ini. Ada banyak cara untuk turut mengambil bagian di da-
lam dosa-dosa orang lain, yaitu dengan memberikan puji-
an, nasihat, persetujuan, atau menyembunyikannya. Dan,
jika kita turut mengambil bagian di dalam dosa-dosa mere-
Surat Efesus 5:3-20
217
ka, kita juga akan turut mengambil bagian di dalam kutuk-
an yang mereka terima. Bahkan, jika kita terus-menerus
mengambil bagian bersama mereka, tidak lama lagi kita
akan berada dalam bahaya sepenuhnya bertindak seperti
mereka. sebab itu, dari pada turut mengambil bagian ber-
sama mereka, lebih baik kita mengecam perbuatan-perbuat-
an itu, yang menyiratkan bahwa jika kita tidak mengecam
dosa-dosa itu, maka orang akan bersekutu dengan mereka.
Kita harus bertindak bijaksana di dalam kedudukan kita
untuk bersaksi melawan dosa-dosa orang lain dan berusa-
ha untuk berbicara dan menginsafkan mereka atas keber-
dosaan mereka bila ada kesempatan yang cocok dan tepat
pada waktunya. Namun, yang utama adalah melalui keku-
dusan hidup dan tingkah laku kita yang saleh. Kita menge-
cam dosa-dosa mereka dengan berbuat saleh secara ber-
limpah-limpah. Salah satu alasan yang diberikan adalah,
sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka
di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan (ay.
12). Perbuatan-perbuatan mereka itu begitu kotor dan
menjijikkan sehingga menyebutkan saja sudah memalu-
kan, kecuali untuk maksud menegur, apalagi sampai turut
mengambil bagian bersama mereka. Perbuatan-perbuatan
yang mereka lakukan di tempat-tempat tersembunyi. Tam-
paknya di sini Rasul Paulus berbicara tentang penyembah-
penyembah berhala yang berasal dari bangsa-bangsa lain,
dan mengenai rahasia-rahasia mereka yang mengerikan,
yang dipenuhi dengan kejahatan-kejahatan yang menjijik-
kan, di mana tidak seorang pun yang boleh membocorkan-
nya sampai mati. Amatilah, seorang yang benar akan
merasa malu berbicara tentang perbuatan-perbuatan yang
biasa dilakukan oleh banyak orang jahat tanpa merasa
malu. Namun, sejauh kejahatan itu muncul, orang benar
harus menelanjanginya. Selanjutnya ada alasan lain untuk
menegur kejahatan semacam itu: namun segala sesuatu
yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak (ay.
13). Bagian ini dapat diartikan sebagai berikut: Semua
perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, yaitu
perbuatan-perbuatan yang harus kamu telanjangi itu, akan
terungkap dan tampak jelas dalam warna yang sebenarnya
218
bagi orang-orang berdosa itu sendiri, yaitu melalui terang
ajaran firman Allah yang ada di mulutmu, yang merupakan
penegur-penegur yang setia, atau melalui terang yang
mengandung pengajaran yang terpancar dari kekudusan
kehidupanmu dan melalui jalan hidupmu yang patut
diteladani. Amatilah, terang firman Allah dan peneladan-
annya di dalam perilaku hidup orang Kristen, merupakan
alat yang tepat untuk menginsafkan orang-orang berdosa
akan dosa-dosa dan kejahatan mereka. Selanjutnya dikata-
kan, sebab semua yang nampak adalah terang, artinya,
terang itulah yang menemukan apa yang sebelumnya
disembunyikan di dalam kegelapan. Dan sesuai dengan itu,
mereka yang menjadi anak-anak terang, yaitu mereka yang
adalah terang di dalam Tuhan itu wajib menyingkapkan
kepada orang lain akan dosa-dosa mereka, serta berusaha
menginsafkan mereka dari kejahatan dan bahaya dosa
mereka. Dengan demikian mereka bercahaya sebagai te-
rang di dalam dunia. Lebih jauh lagi Rasul Paulus mene-
kankan kewajiban ini dari contoh Allah atau Kristus: Itulah
sebabnya dikatakan, dan seterusnya (ay. 14). Seolah-olah
ia berkata, Dalam melakukan hal ini, kamu meneladani
Allah yang Agung, yang telah menyediakan diri untuk
membangunkan orang-orang berdosa dari tidur mereka
dan membangkitkan mereka dari kematian dosa, supaya
mereka dapat menerima cahaya dari Kristus. Ia berfirman.
Secara terus-menerus Tuhan bersabda di dalam firman-
Nya apa yang secara lebih khusus dinyatakan di dalam
Yesaya 60:1. Atau Kristus, yang terus-menerus memanggil
orang-orang berdosa melalui hamba-hamba-Nya yang
memberitakan Injil yang kekal: Bangunlah, hai kamu yang
tidur dan bangkitlah dari antara orang mati. Hal yang sama
di dalam pokok bahasan Rasul Paulus dituangkan oleh
ungkapan-ungkapan yang berbeda ini. Ungkapan-ungkap-
an itu dimaksudkan untuk mengingatkan kita atas kebo-
dohan besar dan rasa aman yang menyedihkan dari orang-
orang berdosa, betapa mereka tidak menyadari bahaya
yang mengancam mereka dan tidak sadar akan gerakan,
perasaan hati, dan tindakan-tindakan yang bersifat ro-
haniah. saat Allah meminta mereka bangun dan bangkit,
Surat Efesus 5:3-20
219
Ia bermaksud supaya mereka berhenti berbuat dosa de-
ngan cara bertobat dan menjalani suatu ketaatan yang
kudus. Allah juga mendorong mereka untuk berusaha
sekuat tenaga melakukan hal itu berdasar janji yang
indah itu, Dan Kristus akan memberikan cahaya kepadamu,
atau Kristus akan menerangi kamu, atau akan bercahaya
atas kamu. Ia akan membawa kamu kepada pengetahuan,
kekudusan, dan penghiburan. Ia membantumu dengan
kasih karunia-Nya, menyegarkan pikiranmu dengan suka-
cita dan damai sejahtera di dalam dunia ini, serta pada
akhirnya menghadiahi kamu dengan kemuliaan yang ke-
kal. Perhatikan baik-baik, saat kita berusaha keras
untuk menginsafkan orang-orang berdosa dan memulihkan
hidup mereka dari dosa-dosa yang mereka perbuat, berarti
kita sedang meneladani Allah dan Kristus di dalam hal
tersebut, yang merupakan rancangan besar-Nya di seluruh
Injil. Sebagian orang memang memahami hal ini sebagai
panggilan kepada orang-orang berdosa dan orang-orang
kudus. Seruan untuk bertobat dan berbalik kepada orang-
orang berdosa, serta panggilan untuk menjalankan kewa-
jiban dengan penuh semangat kepada orang-orang kudus.
Orang-orang berdosa harus bangkit dari kematian rohaniah
mereka, dan orang-orang kudus harus bangun dari tidur
rohaniah mereka.
(3) Penangkal lainnya untuk melawan dosa adalah hidup de-
ngan sikap saksama, peduli, dan penuh kehati-hatian (ay.
15): sebab itu perhatikanlah dengan saksama, dan sete-
rusnya. Hal ini dapat dipahami dalam kaitan kedua pang-
gilan yang telah disebutkan sebelumnya, Jika kamu ingin
menegur orang lain akan dosa-dosa mereka dan ingin tetap
setia kepada kewajibanmu untuk menegur mereka, maka
kamu harus memperhatikan baik-baik keadaan dirimu
sendiri, dan juga dengan perilaku serta perbuatanmu.
(Dan memang, orang-orang yang pantas untuk menegur
orang lain adalah mereka yang benar-benar hidup dengan
sikap yang saksama dan penuh perhatian dengan diri
mereka sendiri). Inilah yang saya anggap sebagai maksud
dari Rasul Paulus, yaitu mustahil dapat menjaga kemurni-
an serta kekudusan hati dan kehidupan tanpa disertai
220
sikap saksama dan kepedulian yang besar. Perhatikanlah
dengan saksama, bagaimana kamu hidup, atau sebagai-
mana arti perkataan ini, hidup dengan teliti, tepat, dengan
cara yang benar, dan supaya dapat melakukan ini, kita ha-
rus sering-sering melihat kembali peraturan dan petunjuk
yang kita miliki dalam firman yang kudus. Janganlah
seperti orang bebal, yang hidup sembarangan saja dan
tidak memahami kewajibannya maupun berharganya jiwa-
nya. Orang demikian, sebab kelalaian, kemalasan, dan
masa bodoh, jatuh di dalam dosa dan menghancurkan diri
sendiri. namun hiduplah seperti orang arif, sebagai orang-
orang yang telah diajar oleh Allah dan dilengkapi dengan
hikmat yang dari sorga. Hidup dengan saksama merupakan
buah dari hikmat yang sejati, namun hidup yang sebaliknya
merupakan akibat dari kebebalan. Selanjutnya dikatakan,
pergunakanlah waktu yang ada (ay. 16). Secara harfiah ini
berarti, mengambil kesempatan. Ungkapan ini berasal dari
kaum saudagar dan pedagang yang dengan rajin meng-
amati dan memanfaatkan musim-musim untuk berdagang.
Merupakan suatu bagian besar dari hikmat orang Kristen
untuk memanfaatkan waktu. Orang-orang Kristen yang
baik harus menjadi bendahara yang baik atas waktu mere-
ka, dan dengan berhati-hati memanfaatkannya untuk tuju-
an-tujuan yang terbaik, dengan mewaspadai godaan-go-
daan, dengan berbuat baik kalau hal itu ada dalam kekua-
saannya, dan mengisinya dengan pekerjaan yang tepat. Ini
merupakan suatu pelindung istimewa terhadap dosa. Mere-
ka harus menggunakan dengan sebaik mungkin masa-
masa kasih karunia sekarang ini. Waktu kita merupakan
sebuah talenta yang diberikan Allah kepada kita untuk
digunakan mencapai suatu tujuan yang baik. Waktu itu
akan diboroskan dengan sia-sia serta hilang kalau tidak
digunakan sesuai dengan rancangan-Nya. Jika sebelum ini
kita telah kehilangan begitu banyak waktu, kita harus ber-
usaha keras untuk menebusnya kembali dengan melipat-
gandakan kerajinan dalam melaksanakan kewajiban kita di
kemudian hari. Alasan yang diberikan di sini adalah sebab
hari-hari ini adalah jahat, oleh sebab kejahatan orang-
orang yang hidup di hari-hari tersebut, atau tepatnya
Surat Efesus 5:3-20
221
sebab waktu-waktu tersebut sangat menyusahkan dan
berbahaya bagi kamu yang hidup di dalamnya. Ada masa-
masa penganiayaan saat Rasul Paulus menulis sebagai
berikut: Orang-orang Kristen selalu ada dalam bahaya se-
tiap waktu. saat hari-hari merupakan hari yang jahat,
kita mempunyai satu alasan tambahan untuk memanfaat-
kan waktu, khususnya sebab kita tidak tahu berapa lama
lagi waktu akan berubah menjadi lebih buruk daripada
sekarang. Orang sangat condong mengeluhkan hari-hari
yang buruk, dan itu lebih baik jika dapat mendorong mere-
ka untuk memanfaatkan waktu. Sebab itu, kata Rasul
Paulus (ay. 17), sebab buruknya waktu itu, janganlah
kamu bodoh, jangan masa bodoh dengan kewajibanmu dan
tidak peduli dengan jiwamu, namun usahakanlah supaya
kamu mengerti kehendak Tuhan. Pelajari, pertimbangkan,
dan kenali lebih jauh kehendak Allah bagi dirimu sendiri,
sebagai kewajibanmu. Amatilah, mengabaikan kewajiban
kita dan tidak peduli dengan keadaan jiwa kita, merupakan
bukti kebodohan terbesar, sedangkan mengenal kehendak
Allah dan peduli untuk menaatinya, membuktikan hikmat
yang terbaik dan sejati.
II. Di dalam tiga ayat berikutnya, Rasul Paulus memperingatkan ten-
tang beberapa dosa khusus dan menegaskan beberapa kewajiban
lain,
1. Ia memperingatkan tentang dosa kemabukan: Dan janganlah
kamu mabuk oleh anggur (ay. 18). Dosa ini adalah dosa yang
sangat sering dilakukan di antara para penyembah berhala,
khususnya pada hari-hari raya dewa-dewa mereka, dan lebih
khusus lagi di dalam pesta mabuk-mabukan mereka yang
sangat riuh rendah, di mana mereka terbiasa merangsang diri
sendiri dengan air anggur, dan segala jenis hawa nafsu yang
rendah akan bermunculan dari situ. Itulah sebabnya Rasul
Paulus menambahkan kata, sebab , atau di dalam keadaan
mabuk, akan mendatangkan percabulan (TL). Kata asōtia dapat
berarti kemewahan atau kesenangan hawa nafsu yang ber-
lebihan. Dapat dipastikan bahwa kemabukan tidak mungkin
bersanding dengan pengekangan hawa nafsu cabul dan kesu-
cian hidup, dan hampir sepenuhnya mengandung semua jenis
222
hawa nafsu yang berlebihan, serta membawa orang kepada
kesenangan daging yang tidak senonoh dan kejahatan yang
sangat besar. Perhatikan baik-baik, kemabukan merupakan
dosa yang sangat jarang berjalan sendiri, namun sering melibat-
kan orang dalam berbagai jenis kesalahan lain. Dosa itulah
yang sangat membangkitkan murka Allah, dan menjadi ha-
langan besar bagi kehidupan rohaniah. Rasul Paulus tampak-
nya ingin menunjukkan bahwa segala jenis hawa nafsu berle-
bihan yang tidak terkendali itu bertolak belakang dengan peri-
laku sadar dan berhati-hati yang ia maksudkan di dalam nasi-
hatnya, yaitu untuk mempergunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Daripada mabuk oleh anggur, Rasul Paulus menasihati supa-
ya mereka penuh dengan Roh. Orang-orang yang mabuk oleh
anggur tidak mungkin dipenuhi dengan Roh. Itulah sebabnya
nasihat ini dipertentangkan dengan dosa yang telah disebut-
kan sebelumnya. Maksud nasihat ini adalah supaya manusia
berusaha dipenuhi oleh kasih karunia Roh, yang akan meme-
nuhi jiwa mereka dengan sukacita, kekuatan, dan keberanian
besar, yaitu hal-hal yang diharapkan oleh orang-orang duniawi
itu dari pengaruh air anggur mereka. Kita tidak berdosa bila
kita berusaha untuk mendapatkan hal-hal demikian dari Roh
secara berlebihan, bahkan kita tidak boleh merasa puas de-
ngan kasih karunia yang sedikit dari Roh, melainkan harus
mengharapkan kasih karunia itu sepenuh-penuhnya. Nah,
dengan demikian, inilah yang dimaksudkan dengan supaya
kamu mengerti kehendak Tuhan. Sebab, Roh Allah diberikan
sebagai Roh hikmat dan pengertian. Dan sebab orang-orang
yang dipenuhi dengan Roh akan dituntun ke dalam segala
perbuatan saleh, maka Rasul Paulus menasihati,
3. Supaya mereka bernyanyi bagi Tuhan (ay. 19). Orang-orang
yang mabuk biasa menyanyikan lagu-lagu yang bersifat cabul
dan tidak senonoh. Orang-orang Romawi dahulu saat sedang
berpesta pora dan bermabuk-mabukan dalam pesta Dionysus,
biasanya mengumandangkan lagu-lagu pujian kepada Dewa
Dionysus, yang mereka anggap sebagai dewa anggur. Seperti
itulah mereka mengungkapkan rasa sukacita mereka. namun ,
sukacita orang Kristen haruslah kidung puji-pujian kepada
Allah mereka. Melalui puji-pujian ini, mereka berkata-kata
seorang kepada yang lain di dalam perkumpulan-perkumpulan
Surat Efesus 5:3-20
223
jemaat dan pertemuan-pertemuan mereka, untuk saling mem-
bangun. Yang dimaksudkan dengan mazmur adalah mazmur-
mazmur Daud, atau komposisi sejenisnya yang cocok dinya-
nyikan dengan alat musik. Yang dimaksud dengan kidung puji-
pujian atau himne adalah sejenis nyanyian yang dibatasi dalam
lingkup puji-pujian, seperti kidung oleh Zakharia, Simeon, dan
lain-lain. Sedangkan nyanyian rohani mengandung isi, peng-
ajaran, nubuat, sejarah, dan lain-lain yang lebih beragam.
Amatilah di sini,
(1) Melantunkan mazmur dan kidung puji-pujian merupakan
ketetapan Injil. Ketetapan itu berasal dari Allah, dan dituju-
kan untuk kemuliaan-Nya.
(2) Walaupun Kekristenan merupakan musuh bagi hura-hura
duniawi, namun Kekristenan juga mendorong umatnya un-
tuk bersukacita dan bergembira, dan semacamnya. Umat
Allah mempunyai alasan untuk bersukacita dan bernyanyi-
nyanyi sebab sukacita. Mereka harus bernyanyi dengan
segenap hati, bukan saja dengan suara mereka, melainkan
juga dengan hati mereka. Dengan begitu perbuatan mereka
ini akan menyenangkan hati Allah dan berkenan kepada-
Nya, sebagaimana musik memberikan kesenangan kepada
kita. Dan nyanyian itu harus dinyanyikan dengan maksud
untuk menyenangkan Dia dan membesarkan kemuliaan-
Nya, supaya nyanyian itu berkenan kepada Tuhan.
4. Ucapan syukur merupakan kewajiban lain yang dinasihatkan
Rasul Paulus kepada mereka (ay. 20). Kita diperintahkan
untuk menyanyikan mazmur dan seterusnya, untuk mengung-
kapkan rasa terima kasih kita kepada Allah. Namun, walau-
pun tidak selalu bernyanyi, janganlah kita lalai dalam kewajib-
an mengucap syukur ini, sebab kita tidak pernah kehilangan
alasan untuk mengucap syukur. Kita harus mengucap syukur
senantiasa sepanjang umur hidup kita, dan kita harus meng-
ucap syukur atas segala sesuatu, tidak saja untuk berkat-
berkat rohaniah yang telah dinikmati (yang sudah ada di
tangan kita) dan perkara-perkara yang kekal yang diharapkan
(yang kita miliki dalam pengharapan), namun juga untuk ber-
bagai belas kasihan yang sementara sifatnya. Tidak saja untuk
penghiburan-penghiburan, namun juga untuk segala penderita-
224
an yang menguduskan kita. Tidak saja untuk berkat-berkat
langsung untuk diri kita sendiri, namun juga atas kebaikan dan
karunia yang diterima orang lain. Menjadi kewajiban kita
untuk mengucap syukur atas segala sesuatu dalam nama
Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita. Kepada
Allah sebagai Bapa Tuhan kita Yesus Kristus dan Bapa kita di
dalam Dia, yang di dalam nama-Nya kita menaikkan semua
doa, pujian, dan ibadah rohani kita, supaya semua itu dapat
berkenan kepada Allah.
Kewajiban-kewajiban Suami dan Istri
(5:21-33)
21. dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan
Kristus. 22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23
sebab suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.
Dialah yang menyelamatkan tubuh. 24 sebab itu sebagaimana jemaat
tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala
sesuatu. 25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah menga-
sihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26 untuk mengudus-
kannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan
firman, 27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-
Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, namun
supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 28 Demikian juga suami harus
mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi
isterinya mengasihi dirinya sendiri. 29 Sebab tidak pernah orang membenci
tubuhnya sendiri, namun mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti
Kristus terhadap jemaat, 30 sebab kita adalah anggota tubuh-Nya. 31 Sebab
itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 32 Rahasia ini besar,
namun yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. 33 Bagai-
manapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti
dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Di sini Rasul Paulus mulai memberikan nasihat-nasihatnya mengenai
kewajiban-kewajiban dalam hubungan satu sama lain. Sebagai dasar
umum untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban ini, ia menyatakan
peraturan itu (ay. 21). Orang-orang Kristen berutang untuk saling
merendahkan diri, merendahkan hati untuk saling menanggung
beban, tidak meninggikan diri di atas orang lain, juga tidak saling
ingin menguasai. Rasul Paulus menjadikan dirinya sebagai teladan
watak seorang Kristen yang sejati, sebab ia telah menjadi segala-
galanya bagi semua orang. Kita harus memiliki roh yang tunduk dan
rendah hati, dan siap menjalankan semua tugas sesuai tempat dan
tugas masing-masing yang telah ditetapkan Allah bagi kita di dalam
Surat Efesus 5:21-33
225
dunia ini. Di dalam takut akan Allah, yaitu, sepanjang itu selaras
dengan takut akan Allah demi kepentingan-Nya, dan dengan kesadar-
an hati nurani kepada-Nya. Dengan ini kita dapat membuktikan bah-
wa kita sungguh-sungguh takut kepada-Nya. Di mana ada kerendah-
an hati dan rasa tunduk satu terhadap yang lain, maka semua ke-
wajiban dari segala hubungan dengan sesama akan dapat dilaksana-
kan dengan lebih baik. Dari ayat 22 sampai ayat terakhir Rasul
Paulus berbicara mengenai kewajiban suami dan istri. Ia membicara-
kan hal ini sesuai dengan tata aturan Kristen, dengan menempatkan
jemaat sebagai contoh ketaatan istri, dan Kristus sebagai teladan
kasih bagi suami.
I. Kewajiban yang ditentukan bagi kaum istri adalah tunduk kepada
suami mereka masing-masing di dalam Tuhan (ay. 22). Ketun-
dukan istri termasuk menghormati dan menaati suami, yang
didasarkan atas kasih kepadanya. Mereka harus melakukan hal
ini sebagai ketaatan kepada kekuasaan Allah, yang memerintah-
kannya, supaya mereka melakukannya seperti kepada Tuhan. Hal
itu juga dapat dipahami sebagai suatu kiasan perbandingan dan
persamaan, sehingga pengertiannya dapat menjadi, Sebab de-
ngan beribadah kepada Allah, engkau menundukkan diri kepada
suami. Dari pengertian yang pertama, kita dapat melihat bahwa
dengan melaksanakan segala kewajiban kita dengan sungguh-
sungguh kepada sesama makhluk ciptaan, maka itu berarti kita
mematuhi dan menyenangkan hati Allah. Dari pengertian kedua,
kita melihat bahwa Allah tidak saja menghendaki dan menuntut
kewajiban yang dapat mendatangkan kehormatan secara lang-
sung kepada-Nya, namun juga mendatangkan rasa hormat kepada
sesama kita. Rasul Paulus memberikan alasan mengapa kaum
istri harus tunduk kepada suami: sebab suami adalah kepala
istri (ay. 23). Kiasan ini diambil dari kepala tubuh jasmani manu-
sia, yang menjadi tempat dari berbagai alasan, hikmat, dan pe-
ngetahuan, serta sumber dari segala macam pengertian dan ge-
rakan, serta merupakan anggota tubuh yang lebih unggul diban-
dingkan dengan anggota tubuh selebihnya. Melalui penciptaan,
Allah telah menganugerahkan keunggulan dan hak untuk meng-
atur dan menguasai, dan di dalam hukum hubungan dengan se-
sama yang mula-mula dikatakan bahwa, engkau akan berahi ke-
pada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu. Ketidaknyamanan
226
apa pun yang timbul akibat hukum ini merupakan akibat dari
dosa yang masuk ke dalam dunia ini. Lagi pula, pada umumnya
laki-laki (yang seharusnya demikian) memiliki keunggulan dalam
hal hikmat dan pengetahuan. Itulah sebabnya mengapa ia men-
jadi kepala, sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Terdapat
kemiripan dari kekuasaan Kristus atas jemaat dalam hal keung-
gulan dengan kepemimpinan yang telah ditetapkan Allah bagi
suami. Rasul Paulus menambahkan bahwa, Dialah yang menyela-
matkan tubuh. Kekuasaan Kristus digunakan atas jemaat untuk
menyelamatkannya dari yang jahat, dan untuk memenuhinya
dengan semua yang baik. Sama dengan itu, suami harus menjadi
tempat perlindungan dan penghiburan bagi pasangannya. Dan
itulah sebabnya mengapa istri harus menundukkan diri dengan
lebih riang gembira kepada suaminya. Begitulah yang dikatakan
berikutnya, sebab itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus
(ay. 24), dengan penuh sukacita, dengan kesetiaan, dan dengan
kerendahan hati, demikian jugalah istri tunduk kepada suami
dalam segala sesuatu, dalam segala sesuatu sejauh jangkauan
batas kekuasaan mereka yang pantas, dalam segala sesuatu yang
diperbolehkan dan sesuai dengan kewajiban kepada Allah.
II. Di lain pihak, kewajiban suami adalah mengasihi istri (ay. 25).
Sebab tanpa ini mereka akan menyalahgunakan keunggulan dan
kepemimpinan mereka, dan hal ini harus dilakukan sebagaimana
seharusnya, sebab akan mempengaruhi kewajiban-kewajiban
lainnya dalam hubungan suami-istri, sebab perasaan kasih terse-
but memang sangat khusus dan istimewa yang dikehendaki bagi
sang istri. Kasih Kristus kepada jemaat dikemukakan sebagai
teladan untuk hal ini, di mana kasih-Nya merupakan kasih sa-
yang yang tulus, murni, bergairah, dan tetap, walaupun adakala-
nya jemaat bersalah sebab ketidaksempurnaan dan kegagalan
mereka. Kebesaran kasih-Nya terhadap jemaat tampak saat Ia
memberikan diri-Nya sampai mati. Perhatikan baik-baik, sebagai-
mana ketundukan kasih jemaat kepada Kristus dikemukakan
sebagai hal yang patut dicontoh oleh para istri, begitu jugalah
kasih Kristus kepada jemaat dikemukakan sebagai teladan bagi
para suami. Sementara contoh-contoh tersebut diberikan kepada
suami dan istri, dan begitu banyak yang dituntut dari masing-
masing pihak, tidak ada alasan untuk mengeluhkan keputusan
Surat Efesus 5:21-33
227
ilahi itu. Kasih yang dituntut Allah dari pihak suami untuk kepen-
tingan istrinya, akan mendatangkan ketundukan yang Ia tuntut
dari sang istri kepada suaminya. Dan sebaliknya, ketundukan
dari sang istri akan mendatangkan balasan yang berlimpah dari
kasih sang suami yang ditetapkan Allah sebagai hak sang istri.
sesudah Rasul Paulus menyebutkan kasih Kristus kepada jemaat
dan membicarakannya secara panjang lebar, ia memberikan
alasan mengapa Kristus menyerahkan diri-Nya bagi jemaat, yaitu
supaya Ia dapat menguduskannya di dalam dunia ini, dan mem-
permuliakannya kelak di dalam sorga: Untuk menguduskannya,
sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air
dan firman (ay. 26), yaitu supaya Ia dapat memberkati seluruh
umat-Nya dengan dasar kekudusan serta melepaskan mereka dari
kesalahan, pencemaran, dan kekuasaan dosa. Alat-alat pembantu
yang terpengaruh dengan hal itu adalah sakramen-sakramen
yang dilembagakan, khususnya permandian melalui baptisan dan
pemberitaan serta penerimaan Injil. Supaya dengan demikian Ia
menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya, dan seterusnya (ay. 27).
Dr. Lightfoot (pujangga gereja di Inggris abad ketujuh belas pen.)
berpendapat bahwa Rasul Paulus di sini menyinggung kecermatan
luar biasa pada orang-orang Yahudi dalam hal pembasuhan un-
tuk pentahiran. Mereka begitu berhati-hati hingga menjaga agar
kerut pun jangan sampai menghalangi tubuh dari air, dan supaya
tidak ada cacat dan kotoran yang tidak terbasuh seluruhnya. Se-
bagian orang lain berpendapat bahwa Rasul Paulus menyinggung
tentang sepotong jubah yang baru diterima dari seorang tukang
binatu. Jubah itu dibersihkan dari segala cacat, diregangkan dari
segala kerut. Yang pertama adalah cacat sebab baru berkerut,
dan yang berikutnya kerut sebab rentang waktu yang panjang
dan kebiasaan. Supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat
di hadapan diri-Nya, supaya Ia dapat mempersatukan jemaat de-
ngan diri-Nya secara sempurna pada hari yang mulia itu, sebuah
jemaat yang cemerlang, sempurna dalam pengetahuan dan keku-
dusan, tanpa cacat atau kerut, atau yang serupa dengan itu, tanpa
ada kelainan bentuk atau pencemaran yang tertinggal, namun selu-
ruhnya indah dan menyenangkan di pemandangan-Nya, kudus
dan tidak bercela, bebas dari sisa-sisa dosa sekecil apa pun.
Jemaat pada umumnya dan orang-orang percaya pada khusus-
nya, tidak akan tanpa cacat atau kerut sampai mereka tiba pada
228
kemuliaan. Secara bersama-sama, dari ayat ini dan ayat yang se-
belumnya, kita dapat memperhatikan bahwa pemuliaan jemaat
ada di dalam pengudusannya, dan bahwa mereka, dan hanya
mereka saja yang dikuduskan sekarang, yang akan dimuliakan
dalam kehidupan yang akan datang. Demikian juga suami harus
mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri, dan seterusnya
(ay. 28). Istri menjadi satu dengan suaminya (bukan secara
daging, namun secara hukum dan dalam hubungan), inilah alasan
mengapa suami harus mengasihi istrinya di dalam kasih sayang
yang sebaik dan sehangat mungkin, sebagaimana ia mengasihi
dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya
sendiri (ay. 29) (tidak ada orang yang berpikiran sehat akan
membenci dirinya sendiri, betapa pun cacatnya, atau betapa tidak
sempurnanya dia). Sama sekali bertentangan dengan itu, ia menga-
suhnya dan merawatinya. Ia memperlakukan dirinya dengan penuh