Tampilkan postingan dengan label Ilmu Falak 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ilmu Falak 1. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2025

Ilmu Falak 1

  


A. Pengertian Ilmu Falak. 

 1. Menurut bahasa (etimologi) dan istilah  (terminologi) 

      Menurut bahasa (etimologi), falak berarti orbit, lintasan benda-benda 

langit, peredaran bintang-bintang,1 atau garis edar benda-benda langit dan 

bumi.2 Kata  falak berasal dari bahasa Arab yang ada persamaan artinya 

dengan kata madar nujum,3 atau orbit dalam bahasa Inggris.4 Dalam 

Kamus besar Bahasa Indonesia, falak  diartikan lengkung langit, lingkaran 

langit, cakrawala, pengetahuan mengenai keadaan (peredaran, perhitungan, 

dan sebagainya) bintang-bintang atau ilmu perbintangan.5 Berdasarkan 

pengertian etimologis dapat dirumuskan, ilmu falak yaitu  ilmu  yang 

mempelajari dan membahas lintasan dan gerak benda-benda langit 

(matahari, bulan, bintang dan planet lainnya)  pada orbitnya (falak) 

masing-masing. Ilmu falak sudah dikenal masyarakat sekitar 4500 tahun 

sebelum tahun Masehi oleh bangsa Babilonia yang tinggal di antara sungai 

Tigris dan sungai Efrat.

                                                              

           Nama-nama lain dari ilmu  falak, pertama ilmu  hisab, artinya 

menghitung, ilmu falak dalam menetapkan peredaran benda-benda langit 

dengan menggunakan perhitungan. Kata  hisab  berasal dari bahasa Arab, 

secara etimologis mencakup semua ilmu yang terkait dengan hitungan 

seperti ilmu matematika, ilmu waris dan ilmu falak, dan secara 

terminologis sama dengan ilmu falak.7 Kedua  ilmu   miqat yang berarti 

waktu. Ilmu falak mempelajari dan membahas tentang persoalan awal dan 

akhir waktu pelaksanaan ibadah. Kata miqat, berasal dari bahasa Arab 

yang berarti waktu. Ketiga ilmu  rasd yang berarti pengamatan. 

Pembahasan ilmu falak tidak terlepas membicarakan oservasi benda-benda 

langit, atau pengamatan secara langsung terhadap benda langit seperti 

matahari, bulan dan bintang. Keempat  ilmu astronomi yang berarti ilmu 

perbintangan. Kata astronomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “astron” 

yang berarti bintang dan “nomos” berarti nama.8 Kelima istilah ini , 

ilmu falak, ilmu hisab, ilmu miqat, ilmu rasd dan astronomi, yang terkenal 

di kalangan masyarakat yaitu   “ilmu falak dan ilmu hisab”,9  dan 

keduanya disebut dengan ilmu astronomi. 

 2. Menurut Iastilah (terminologi)         

 a. Menurut J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, ilmu  falak yaitu  

“ilmu tentang bintang-bintang di langit, tentang peredarannya dan 

perhitungannya”

    b. Menurut Peter Salim dan Yenny Salim, ilmu falak yaitu  “ilmu tentang 

bintang-bintang, planet-planet dan benda-benda angkasa lainnya  yang 

berhubungan dengan susunan, gerak, kedudukan dan  ukurannya”. 

    c. Menurut Muhammad Farid Wajdi, ilmu  falak yaitu  “ilmu tentang 

lintasanbenda-benda langit, matahari, bulan, bintang dan planet-planet 

lain”.

   d. Menurut Leksikon Islam, ilmu falak yaitu  “ilmu perbintangan, 

astronom pengetahuan mengenai keadaan bintang-bintang di langit”.

 

 e. Menurut  Ensiklopedi Hukum Islam, ilmu falak yaitu  “ilmu 

pengetahuanyang   mempelajari benda-benda langit, matahari, bulan, 

bintang dan planet-planetnya tentang fisiknya, geraknya, ukurannya dan 

segala sesuatu yang berhungan dengannya”.14 

   f. Menurut Almanak Hisab Rukyat, ilmu falak yaitu  “ ilmu pengetahuan 

yang mempelajari lintasan benda-benda langit, seperti matahari, bulan,  

bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk 

mengetahui posisi dari benda-benda langit ini  serta kedudukan 

benda-benda langit yang lain”.15  

   g. Menurut Sulaiman, ilmu falak  yaitu  “ ilmu yang mengkaji segala 

sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta berupa benda-benda langit 

di luar atmosfir bumi, seperti matahari, bulan, bintang, sistem galaksi, 

planet, komet dan meteor dari segi asal-usul, gerak, fisik dan kimianya 

dengan menggunakan hukum matematika, fisika dan biologi”.16  

    h. Menurut Ensiklopedi Islam, ilmu falak yaitu  “ ilmu yang mempelajari 

benda-benda langit, matahari, bulan, bintang dan planet lain “.17 

    i. Menurut Susiknan Azhari,”ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda 

langit, seperti Matahari, Bulan, Bintang-Bintang dan benda-benda langit 

lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit 

serta kedudukannya”.

Ilmu falak (astronomi) merupakan satu-satunya ilmu alam yang tidak dikecam kaum Muslimin abad 

pertengahan, dan mendapat tempat terhormat serta dihormati oleh ulama. Ilmu ini merupakan satu-

satunya ilmu pasti Islam yang bertahan hingga zaman modern, dan terus berkembang setelah 

serangan Mongol ke Bagdad, tatkala berbagai aktivitas ilmiah dalam dunia Islam mulai merosot. 

Selain itu, karena hubungan ilmu  falak (astronomi) dengan ilmu Astrologi tidak dapat dipisahkan 

secara tradisional dan kegunaannya dalam berbagai masalah, seperti pembaharuan alanak, penentuan 

arah Kiblat dan perhitungan waktu salat, maka ilmu  falak (astronomi) Islam senantiasa dilindungi 

dan mendapat perhatian dari para penguasa sepanjang sejarah. Dalam perspektif ilmiah, ilmu falak 

(astronomi) telah berjasa besar dalam melahirkan ilmu trigonometri dan penemuan Muslim dalam 

ilmu pasti ini sangat mengagumkan. Dari ilmu falak (astronomi) banyak perkembangan penting yang 

terjadi dalam bidang matematika, terutama dalam teknik kuantitatif dan geometri, karena semua 

disiplin ilmu ini berkaitan dan diperlukan oleh ahli falak (astronom). Pengembangan ilmu falak 

(astronomi) merupakan kegiatan ilmiah Muslim secara Internasional yang melibatkan orang-orang 

dari seluruh dunia Islam, termasuk para ahli ilmu falak (astronomi) dari  Yunani, Cina, dan India.       

.

 

Secara redaksional definisi yang dikemukan para ahli terlihat berbeda 

antara satu dengan yang lain, tetapi esensinya tidak berbeda, karena semua 

definisi mengungkapkan esensi ilmu falak yaitu ilmu yang membahas 

tentang benda-benda langit (matahari, bulan dan bintang-bintang).  Dari 

beberapa definisi ini  dapat dirangkum, ilmu falak  yaitu  “ilmu 

pengetahuan yang mempelajari lintasan dan gerak benda-benda langit, 

seperti matahari, bulan, bintang-bintang,dan benda-benda langit lainnya, 

mengetahui posisi dan kedudukannya dengan tujuan untuk kepentingan 

praktis dalam melaksanakan ibadah yang terkait dengan waktu dan 

tempat”.19             

   Ilmu  falak pada dasarnya ada dua macam, yaitu ilmu  falak ilmiy dan  

ilmu  falak amaliy. Ilmu  falak ilmiy yaitu  “ilmu falak yang membahas 

teori dan konsep benda-benada langit matahari, bulan, bintang-bintang dan 

benda-benda langit lainnya, misalnya dari asal-usul kejadiannya 

(cosmogoni), bentuk dan tata himpunannya (cosmologi), jumlah benda 

langit (cosmografi), ukuran dan jaraknya (astrometrik), gerak dan gaya 

tariknya (gerafikasi) dan kandungan unsur-unsurnya (astrofikasi). Ilmu  

falak ilmiy dikenal dengan istilah Theoritical Astronomy” atau disebut juga 

dengan ilmu falak teori, karena membahasan konsep dan teori yang 

berkenaan dengan tatasurya (benda-benda langit dari berbagai segi).  

   Ilmu  falak amaliy yaitu  ilmu falak yang melakukan perhitungan 

untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit (matahari, 

bulan bintang-bintang dan benda-benda langit) lainya. Ilmu  falak amaliy 

dikenal  dengan istilah Practical Astronomy, oleh masyarakat umum dikenal 

dengan ilmu  falak  atau ilmu  hisab.20  Ilmu falak  dijadikan sebagai 

pedoman dalam menetapkan  pelaksanaan kegiatan ibadah dalam Islam  

seperti menetapkan arah kiblat, waktu shalat,21 awal puasa,  idul fitri, idul 

adha, haji dan wukuf di Arafah.            

                                                             

falak yang khusus mengkaji perjalan dan gerak matahari dan bulan untuk menentukan  Ilmu 19          

waktu-waktu ibadah dan arah Kiblat  disebut dengan  ilmu falak Syar’i. Ilmu falak Syar’i  disebut 

pula dengan ilmu hisab. Penamaan ilmu hisab hanya popular dikalangan beberapa fukaha saja. 

Sebenarnya dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam secara umum, terutama dilingkungan para 

pengkaji sains Islam di masa lampau, ilmu hisab bukan ilmu  falak, melainkan yaitu  ilmu hitung 

atau berhitung (aritmatika), yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang bilangan mulai dari 

penambahan (penjumlahan), pengurangan, perkalian dan pembagian yang digunakan untuk berbagai 

keperluan dalam kehidupan manusia, seperti ulama fikih menggunakan ilmu hisab untuk menghitung 

pembagian warisan (faraid). Kemudian, ahli falak juga menggunakan teori-teori ilmu aritmatika 

untuk kepentingan menghitung gerak dan posisi matahari, bulan dan bintang-bintang serta benda-

benda angkasa lainnya.Itulah sebabnya ilmu falak disebut juga dengan ilmu  hisab                                

 falak Dalam uraian selanjutnya yang dikembangkan yaitu  ilmu  Loc cit. Muhyiddin Khazin,20       

amaliy, karena ilmu ini membahas masalah yang berhubungan dengan waktu-waktu ibadah.    


 

       Kata falak  yang berarti orbit atau garis edar  diungkapkan dalam al-

Qur’an, seperti firman Allah swt. berikut. 

  

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan 

bulan. masing-masing beredar pada garis orbitnya”. (Al-Qur’an surat al-

Anbiya (21) : 33).22 

       Terjadi perubahan waktu, pergantian siang dan malam dan pergantian 

musim (panas, hujun dan salju) disebabkan peredaran matahari dan bumi. 

Terdapat hubungan antara peredaran matahari dan perubahan waktu di 

pelanet bumi. 

  

“Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak 

dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis orbitnya” (Al-

Qur’an surat Yasin (36) : 40).23  

      Kata “falak”( ϚϠϓ ) pada ke dua ayat di atas berarti  “garis edar” atau 

“orbit”.24 Dalam surat Yasin ayat 40 Allah swt. menjelaskan bahwa tidak 

mungkin matahari berdekatan dengan bulan dan malam tidak dapat 

mendahului  siang, karena masimg-masing benda langit itu beredar pada 

garis edarnya. Maksudnya  bahwa semua benda langit beredar pada pada 

garis edar (falak) masing-masing dan tidak keluar dari garis edar ini . 

Peredaran matahari dan bulan pada orbit atau garis edarnya masing-masing 

itu menyebabkan terjadi pergantian malam dan siang pada setiap daerah di 

permukaan bumi.  

       Allah swt. menjelaskan manzilah-manzilah bulan dalam surat yasin ayat 

38 dan 39. 

 

Dan matahari berjalan di tempat edarnya. Demikianlah ketetapan Allah 

Yang Maha Perkasa, Maha mengetahui.  Dan telah Kami tetapkan tempat 

                                                             

masing. Di -benda langit beredar dan bergerak pada poros atu sumbunya masing-Semua benda24        

samping beredar pada porosnya, benda –benda langit bergerak mengitari benda langit lainnya 

sebagimana diungkapkan pada ayat  di atas.                                                                                             

               

 

peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke peredaran terakhir) 

kembali ia seperti bentuk tandan  yang tua. (Al-Qur’an surat Yasin (36) : 

38-39).25     

         Peredaran bulan awalnya kelihatan kecil kemudian menjadi besar (bulan 

purnama), kemudian kembali mengecil seperti bentuk tandan yang tua.  

Allah swt. menegaskan Dialah yang menciptakan langit dan                                                                                                

bumi serta pergantian siang dan malam. 

 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam 

dan siang terdapat tanda-tanda (kebesara Allah) bagi orang yang berakal ” 

(Al-Qur’an surat Ali Imran (3): 190).26 

       Langit, bumi, pergantian siang dan malam yaitu  ciptaan Allah swt., 

dan perubahan itu merupakan tanda kebesaran Allah swt. Banyak ayat-ayat 

al-Qur’an yang menerangkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah 

swt. melalui alam ciptaan-Nya, termasuk peredaran benda-benda langit 

seperti matahari, bulan, pergantian siang dan malam yang terjadi setiap hari. 

        Berdasarkan tanda-tanda itu dapat diketahui bilangan tahun atau 

perhitungn waktu.27 Sesungguhnya apa yang diciptakan Allah swt. di langit 

dan di bumi serta pergantian siang dan malam menjadi tanda kebesaran 

Allah swt.  

        Ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan benda angkasa menjadi 

pendorong bagi umat Islam untuk memperhatikan, mempelajari  dan 

meneliti  benda-benda langit. Sebagai realisasi dari penelitian meraka 

terhadap ayat-ayat al-Qur’an serta kerja keras mereka lahirlah sejumlah  

tokoh-tokoh   ilmuwan muslim dalam bidang ilmu falak (sains astronomi), 

sejak abad ketujuh Masehi sampai sekarang. Titik kulminasi  perkembangan 

dan kemajuan ilmu falak (astronomi) berada pada masa pemerintahan 

Abbasiyah yaitu pada masa Khalifah al-Masur dan al-Makmun. 

                                                             

h. 629. Bulan  pada mulanya , .Op cit ,Qur’an dan Terjemahnya-Al Departemen Agama RI,25         

kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, ia menjadi purnama, setelah 

itu pada manzilah terakhir kelihatan seperti daun kering yang melengkung.  

. h. 96, .I b i d26          

h. 2. Waktu merupakan bagian yang amat penting bagi kelangsungan hidup  ,.Op citA. Jamil, 27         

umat manusia di permukaan bumi, dengan  mengetahui waktu orang dapat merencanakan, menyusun 

program kegiatan, melihat peristiwa masa lalu dan prediksi kedepan. Waktu  menjadi penentu dalam 

pelaksanaan kegiatan ibadah seperti salat, puasa, dan haji. Mengingat penting arti waktu bagi 

kehidupan manusia,  banyak ayat al-Qur’an yang mengingatkan  bahwa waktu sangat penting bagi 

manusia, dan Allah bersumpah dengan waktu.                                                                                         

 

        Secara spesifik pembahasan ilmu falak tentang peredaran dan 

kedudukan  matahari, bumi dan bulan serta benda-benda langit lainnya  

yang ada hubungan dengan masalah penetapan arah kiblat, awal waktu salat 

dan awal bulan Kamariah  terkait dengan pelaksanaan  ibadah.28 Ilmu  yang 

khusus membicarakan masalah waktu pelaksanaan ibadah seperti penetapan 

arah kiblat, waktu shalat dan awal bulan disebut  Ilmu falak Syar’iy.29  

        Sementara itu,  kata  hisab  berasal dari bahasa Arab “al-hisab”, secara 

bahasa  berarti “ perhitungan, perkiraan atau membilang bintang di langit“.30 

Ahli hisab yaitu  ahli hitung seperti penetapan arah kiblat, awal waktu salat 

dan awal bulan Kamariah (Ramadan dan Syawal), berdasarkan kaidah ilmu 

falak (astronomi). Sedangkan  ahli rukyat menetapkan arah kiblat, waktu 

shalat dan awal bulan Kamariah (Ramadan dan Syawal) dengan cara melihat 

hilal.31     

        Dalam al-Qur’an banyak ditemukan kata hisab, secara umum dipakai 

dalam arti perhitungan atau pemeriksaan, seperti firman Allah swt.  

Wahai Dawud, sesungguhnya engkau Kami jadikan Khalifah (penguasa) di 

bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan 

janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena  akan menyesatkan engkau 

dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan 

mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. 

(Al-Qur’an surat Sad (38) : 26)32 

Dalam surat Yunus ayat 5, kata  hisab dipakai dalam arti perhitungan waktu, 

Allah berfirman. 

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan 

Dialah yang menetapkan tempat orbitnya,agar kamu mengetahui bilangan 

tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu 

      

 

melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) 

kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-Qur’an surat Yunus (10) : 5).33  

Kata  ΏΎδΤϟ΍  pada surat al-Mukminun ayat 17, surat Sad ayat 17 dan surat 

Yunus ayat 5 artinya “ menghitung” atau “mengira”.  

         Astronomi menurut istilah (terminologis) berarti “ ilmu yang 

mempelajari tentang matahari, bulan, bintang dan pelanit lainnya”.34 Objek 

pembahasan stronomi sama dengan ilmu  falak yaitu” ilmu yang 

mempelajari benda-benda langit ( matahari, bulan, bintang dan lainnya) 

secara umum dari berbagai aspek”.35 

         Astrologi  menurut bahasa (etimologis) berarti “ilmu perbintangan 

yang dipakai untuk meramal dan mengetahui nasib orang”.36 Menurut 

terminologis astrologi yaitu  “ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-

benda langit dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh benda-benda langit 

itu  terhadap nasib kehidupan seseorang di muka bumi”.37  

           Astrologi suatu kepercayaan yang berasal dari bangsa Babilonia kuno 

berdasarkan horoskop yang digunakan untuk menentukan nasib seseorang 

menurut kedudukan dan peredaran benda langit.38 Dengan kata lain, 

                                                             

h. 281. Allah menciptakan Matahari dan Bulan bukanlah dengan percuma, melainkan  I b i d.,33         

ada hubungan dengan kehidupan di Bumi.  Pada mulanya para ahli falak berpendapat bahwa pusat 

kehidupan yaitu  bumi, tetapi kemudian hasil penelitian menemukan bahwa Matahari yaitu  sumber 

kehidupan, karena Matahari memiliki semua keperluan makhluk di Bumi. Matahari sumber panas,      

sumber cahaya dan sumber energi. Kehidupan manusia di Bumi memerlukan semua itu, termasuk 

 makhluk-makhluk lainnya. Dengan demikian hubungan planet Bumi dengan Matahari sangat erat,     

  terutama Bumi sangat berhajat kepada Matahari   

. h. 547 Op cit., Departemen P&K, 34          

 hanya berbeda nama, namuk astronomib dan ilmu Ilmu  falak, ilmu hisa. 3 .h ,.Op cit A. Jamil,35        

objek pembahasannya sama, yaitu benda-benda langit terutama dari peredaran atau gerakannya.  

 .Loc cit Departemen P&K, 36         

ung, Pustaka Band Zodiak Anda Menurut Astrologi Arab, Irwan Winardi dan Isa Anshari,37        

Hidayah, 2004, hlm. 9. Astrologi yang pertama dikenal masyarakat Indonesia yaitu  Astrologi Barat 

dengan 12 zodiak-nya, kemudian Astrologi Cina dengan 12 shio-nya menjadi popular sampai 

sekarang. Astrologi Barat mengadopsi astrologi yang dikembangkan Arab. Pada awalnya, tidak ada 

pemisahan antara astrologi dan asrtonomi, ahli ilmu falak dapat dipastikan ahli astronomi dan ahli 

astrologi, dan mereka mempunyai kedudukan penting di kerajaan. Para ahli falak (astronomi dan 

astrologi) diberi tugas untuk menyusun almanac dan mencatat suatu kejadian penting dalam sebuah 

log book. Pencatatan ini  berlangsung ribuan tahun, terkumpul catatan berbagai macam peristiwa 

dan kejadian alam seperti cuaca, musim, bencana alam, kelahiran, pernikahan, kematian, perkelahian 

dan sebagainya. Berdasarkan catatan itu, para ahli falak dan astroligi membuat rumus tertentu dalam 

suatu kejadian, hingga mereka bisa memperkirakan (meramalkan) suatu kejadian dimasa datang. 

Ilmu astrologi yaitu  memperkirakan suatu kejadian berdasarkan peredaran pelanet matahari, bullan 

dan bintang-bintang yang ada hubungan dengan kehidupan orang di bumi.                                                

 

astrologi ilmu untuk meramal nasib seseorang berdasarkan kepada 

peredaran  atau gerakan benda-benda langit (bintang-bintang).39    

  B. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Falak.            

        Pembahasan  ilmu falak ialah mempelajari benda-benda langit,  

khususnya matahari, bulan dan bumi dari segi peredaran, ukuran, posisi dan 

jarak antara matahari, bumi dan bulan. Peredaran matahari, bulan dan bumi 

menyebabkan terjadi perubahan waktu dari detik, menit, jam, hari bulan, 

tahun, abad dan seterusnya. Manusia sangat berhajat kepada waktu dalam 

menjalani aktivitasnya, baik untuk kepentingan umum maupun untuk 

kepantingan ibadah.40  

     Pembahasan pokok ilmu falak dilihat dari terminilogis sangat luas, 

karena kajiannya tidak terbatas pada peredaran matahari dan bulan saja, 

tetapi keterkaitannya dengan terjadi perubahan waktu dan musiam 

dipermukaan bumi.  

       Pada masa kejayaan Islam, ilmu falak mengalami perkembangan dan 

kemajuan pesat, karena para ahli falak (falaki) bersungguh-sungguh 

mempelajari dan meneliti pelanit (matahari, bulan dan bintang-bintang). 

Hasil penelitian mereka melalahirkan teori-teori baru dalam ilmu falak yang 

berguna bagi manusia. 

       Pembahasan ilmu falak juga berkaitan erat dengan kebutuhan ibadah 

umat Islam, seperti menetapkan posisi atau arah kiblat dari berbagai penjuru 

daerah di bumi, menetapkan waktu-waktu salat, baik melalui hisab dengan 

                                                             

tumbuh menjadi disiplin ilmu tersendiri  astrologiAbad kedelapan Masehi,  h. 36. Pada ,.I b i d39       

dalam Islam, suatu disiplin ilmu yang lahir dari perpaduan kreatif antara tradisi dari Iran, India, 

Mesopotamia dan Arab. Semua tradisi dari bangsa-bangsa ini  sama-sama memiliki ciri 

fundamental tertentu. Semuanya meyakini bahwa jagat raya geosentris di dalamnya terdapat benda-

benda langit yang berpengaruh terhadap bumi. Tradisi-tradisi ini  menganut paham Aristotelian, 

yang beranggapan bahwa bintang menentukan gerak bumi, air, udara dan api. Dengan ciri khas ini, 

astrologi merupakan suatu ilmu baru yang berdasarkan fisika dan astronomi Yunani yang dipadukan 

dengan kepercayaan Babilonia dan Mesir kuno, kemudian berkembang sampai ke India pada abad ke 

dua Masehi. Kemudian, astrologi mendapat sentuhan  kepercayaan lokal. Pada abad ke sepuluh 

Masehi,  ilmu astrologi mulai merambah ke dunia luar Arab seperti ke Bizantiuam, ke Barat dan ke 

India. Banyak teks astrologi Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Astrologi Islam 

berpengaruh kuat pada tradisi astrologi India dan Barat. Jadi, astronomi dan astrologi tidak sama 

(berbeda), meskipun ke duanya sama-sama membahas dan menerjemahkan alam jagat raya, ke 

duanya juga tidak lepas dari pemaknaan benda-benda langit. Ilmu astrologi mempelajari hubungan 

dan kedudukan rasi bintang (zodiak), planet, matahari dan bulan terhadap karakter dan nasib 

seseorang, karena itu ilmu ini dinamakan juga dengan ilmu ramalan. Astronomi tidak hanya 

mempelajari planet, matahari, bulan, bintang dan benda-benda angkasa lainnya, tetapi juga 

mempelajari alam semesta secara fisika-matematika dan hukum alam, sehingga menurut astronomi 

benda-benda di angkasa yaitu  benda langit, bukan dewa seperti yang di ajarkan oleh ilmu astrologi. 

              40Hampir semua ibadah dalam Islam terikat dengan waktu dan telah ditentukan awal-dan akhir 

waktunya seprti shalat, zakat, puasa, haji, mua’malah dan lain-lain. 

10 

 

rumus tertentu maupun melaui observasi (rukyat),41 dan penetapan awal 

bulan Kamariah (Ramadan dan Syawal) untuk kepentingan ibadah puasa 

Ramadan dan leberan. 

       Dengan demikian, mempelajari ilmu falak mempunyai dua kepentingan. 

Pertama, memepelajari ilmu falak untuk penguasaan dan pengembangan 

ilmu penegtahun (sains) di bidang falak (astronomi), sehingga melahirkan 

para ahli falak (astronom muslim) terkenal yang bertarap dunia.42 Mereka 

mengembangkan ilmu falak dengan mempelajari buku-buku ilmu falak yang 

ditulis para ahli sebelumnya dalam berbagai  bahasa, dan melakukan 

penelitian terhadap benda-benda langit (matahari, bulan dan bintang-

bintang). Hasil penelitian mereka menghasilkan teori-teori baru sebagai 

kontribusi bagi pengambangan  sains modern dalam bidang ilmu falak 

(astronomi), baik di Timur maupun di Barat. 

      Kedua, mempelajari ilmu falak untuk keperluan yang berhungan dengan 

penetapan pelaksanaan ibadah, seperti penetapan arah kiblat, waktu shalat 

dan awal bulan Kamariah. Kajian falak dalam bidang ini bersifat penerapan 

dan menjadi bagian penting dalam ibadah, karena menetukan sahnya suatu 

ibadah.43 

      Fungsi ilmu falak yang terkait dengan ibadah sebagai berikut; 

    1. Penetapan arah kiblat. 

   Masalah kiblat  yaitu  masalah arah,44 yakni menghadap ke arah 

Ka’bah di Masjid al-haram Makah. Arah Ka’bah  dapat ditentukan dari 

setiap tempat di permukaan bumi dengan melakukan perhitungan dan 

pengukuran. Perhitungan arah kiblat pada dasarnya untuk mengetahui  

letak Ka’bah, dilihat dari suatu tempat di permukaan bumi sehinga semua 

gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat, baik ketika berdiri, 

rukuk, maupun sujud selalu berimpit dengan arah  Ka’bah.  

                                                             

        41Dahlan Abdul Azis (at.al), Buku 1,  Op cit., h. 304. Yang dimaksud observasi ialah melihat 

secara langsung posisi matahari pada waktu salat tertentu, umpamanya waktu shalat zuhur, ashar dan 

seterusnya. Hampir semua kitab-kitab fikih menetapkan waktu shalat berdasarkan metode rukyat.  

        42Susiknan Azhari, Ilmu falak, Op cit., h. 3.  

         43I b i d.  

      44Ulama fiqh sepakat bahwa Kiblat orang yang melihat Kakbah yaitu  tepat menghadap ke 

bangunan Kakbah (menghadap ain Kakbah), bahkan Mazhab Hambali menambahkan bahwa ketentuan 

ini juga berlaku bagi penduduk kota Mekah, sekalipun antara dirinya dengan bangunan Kakbah 

terhalang. Kiblat orang yang tidak melihat Kakbah (orang diluar Mekah) Jumhur ulama sepakat bahwa 

Kiblatnya menghadap arah Kakbah. Yang dimaksud dengan Kakbah menurut Juhur ulama termasuk 

udaranya, baik ke atas maupun ke bawah. Dengan kata lain, yang termasuk Kakbah yaitu  lapisan 

tanah tempat berdirinya bangunan Kakbah sampai ke angkasa raya. Dengan demikian orang berada di 

tempat tinggi ,di dalam pesawat dan di dalam sumur (trowongan bawah tanah) mereka dalam 

melaksanakan salat menghadap Kakbah. 

11 

 

      Arah kiblat bagi tempat-tempat yang berada di Timur Mekah 

menghadap ke arah Barat, arah kiblat bagi tempat-tempat yang berada di 

Selatan Makah menghadap ke Utara, arah kiblat bagi tempat-tempat yang 

berada di Barat Mekah menghadap ke Timur, dan arah kiblat bagi 

tempat-tempat yang berada di Utara Mekah menghadap ke Selatan. 

Misalnya arah kiblat  Pekanbaru 66º 12' diukur dari titik Uutara ke Barat, 

artinya masyarakat Islam Pekanbaru ketika melaksanakan salat 

menghadap ke arah Barat mereng ke utara 23º 48'.45  

           Kiblat yaitu  arah yang dihadap orang Islam ketika melaksanakan 

shalat, yaitu arah menuju Ka’bah di Mekah. Umat Islam sebelum 

berkiblat ke Ka’bah di Mekah, kiblat shalatnya kea rah Masjid al-Aqsha 

di Pelistina, pada tahun kedua hijriah terjadi perubahan arah kiblat.46 

Pada suatu hari, Nabi saw sedang melaksanakan shalat berjamaah di 

Masjid Banu Salamah di Madinah, setelah rakaat pertama, Nabi saw. 

menerima wahyu agar mengarahkan  ke Ka’bah di Mekah, dan jamaah 

mengikuti tindakan Nabi saw ini . Sejak peristiwa itu, masjid Banu 

Salamah dikenal dengan masjid kiblatain.47 

            Pemindahan kiblat dari Masjid al-Aqsha di Palestina ke Masjid al-

Haram di Mekah dijelaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya. 

    Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka 

akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka 

palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram. Dan dimana saja engkau 

berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan Sesungguhnya orang-

orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa pemindahan 

kiblat itu yaitu  kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah sekali-kali 

tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (al-Qur’an Surat al-

Baqarah (2) : 144).48 

                                                             

 

       Ualama sepakat bahwa menghadap ke arah kiblat waktu shalat 

merupakan syarat sah shalat. Perintah menghadap ke Ka’bah dapat 

dilaksanakan dengan mudah bagi orang yang berada dekat dengan Masjid 

al-haram di Mekah. Tetapi bagi orang yang berada jauh dari Masjid al-

Haram, menemukan kesulitan untuk mendapatkan arah yang tepat. 

Penentuan arah kiblat berdasarkan perkiraan semata, mukin benar dan 

juga mungkin tidak benar. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan yang 

cermat dan teliti berdasarkan ketentuan ilmu falak. 

         Dalam masalah menghadap kibalat ulama berbeda pendapat. Pertama 

harus menghadap ke kiblat secara tepat (ain Ka’bah). Pendapat ini 

dipelopori imam asy-Syafi’i, oleh karena itu jika setelah shalat diketahui 

bahwa arah kiblat tidak tepat (salah), shalat harus diulang. Kedua, hanya 

menghadap ke arah kiblat saja, pendapat ini dipelopori imam Abu 

Hanifah dan imam Malik. Menurut mereka orang hanya dituntut untuk 

berusaha menghadap ke arah  kiblat, seperti perintah dalam surat al-

Baqarah ayat 144. Oleh karena itu, orang yang salat dengan menghadap 

arah kibalat yang ditetepkan bersarakan hasil ijtihad, sah shalatnya.      

     Ka’bah yaitu  sebuah bangunan mendekati bentuk kubus yang 

terletak di tengah Masjid al-Haram di Mekah.49 Ka’bah menjadi pusat 

peribadatan dan kiblat umat Islam  seluruh dunia. 

       Menurut Yaqut al-Hamawi (557-607 H/1179-1229 M)  ahli sejarah 

dari Irak, bangunan  Ka’bah berada di lokasi tempat kemah Nabi Adam 

as setelah  diturunkan Allah swt dari Syurga ke bumi. Lokasi ini  

diagungkan oleh para Nabi,50 kemudian pada lokasi itu dibangun rumah 

ibadah. Dalam  Dictionary of Islam  dijelaskan bahwa  Nabi Adam as 

diyakini sebagai peletak dasar pembangunan Kakbah di bumi.51 Setelah 

Nabi Adam as wafat, bangunan itu diangkat ke langit. Lokasi tempat 

bangunan itu  diagungkan dan disucikan dari masa ke masa oleh generasi 

berikutnya.  

         Pada masa Nabi Ibrahim as dan puteranya Nabi Ismail as,  lokasi 

                                                             

        49Abdul Azis Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, (Jakarta: PT. Intermasa, 2001), h. 

1139. Masjid haram terdiri dari dua kata, masjid dan haram. Masjid yaitu  sebuah bangunan yang 

diperuntukkan sebagai tempat ibadah khususnya ibadah salat. al-Haram berarti haram, dalam arti 

dihormati (orang yang masuk ke dalamnya aman), suci dan mulia. Masjid al-Haram berati masjid yang 

suci, dimuliakan dan dihormati, terletak di Mekah yang di tengahnya terdapat bangunan Ka’bah. 

Bandingkan, hhp://www.google.co.id/sejarah-kakbah diaksisi tanggal 7 Februari 2012. 

        50Susiknan Azhari, Ilmu Falak, Op cit., h. 41.  

     51I b i d. Ka’bah berbentuk bangunan kubus yang berukuran 12 x11 x 16 meter. Ka’bah disebut 

Baitullah (rumah Allah) atau Baitul Atiq (rumah tua). Batu yang dijadikan bangunan Ka’bah diambil 

dari lima sacred mountains, yakni : Sinai, al-Judi, Hira, Oliver dan Libanon. 

13 

 

bangunan Ka’bah dijadikan tempat bangunan rumah ibadah.52 Bangunan 

itu merupakan rumah ibadah pertama yang dibangun di bumi, 

berdasarkan firman Allah swt. dalam al-Qur’an. 

“Sesungguhnya rumah ibadah pertama dibangun untuk manusia, ialah 

Baitullah yang terdapat di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi 

petunjuk bagi semua manusia”. (Al-Qur’an surat Ali Imran (3): 96).53 

           Firman Allah swt dalam surat al-Baqarah ayat 125 menjelaskan 

bahwa Baitullah tempat berkumpul manusia, tempat yang aman, tempat 

orang salat, tawaf, i’tikaf, ruku’ dan sujud. 

  

    Dan Kami jadikan Baitullah tempat berkumpul bagi manusia, tempat 

yang aman, dan jadikanlah sebagian makam Ibrahim tempat salat. dan 

Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, membersihkan rumah-Ku 

untuk tempat orang tawaf, i'tikaf, rukuk dan  sujud. ( Al-Qur’an surat al-

Baqarah (2) : 125).54 

                Allah swt menjelaskan bawah Ka’bah telah ada pada waktu Nabi 

Ibrahim as menempatkan isteri dan bayinya (Hajar dan Ismail) di lokasi 

ini . Artinya, Ka’bah telah ada sebelum Nabi Ibrahim as 

menginjakkan kaki  di Makah.    Pada waktu pembangunan Ka’bah, Nabi 

Ismail as menerima Hajar Aswad dari Malaikat Jibril, lalu ia letakkan 

batu hitam ini  di sudut tenggara bangunan Ka’bah. Bangunan 

Ka’bah yang mendekati bentuk kubus itu,  dalam bahasa Arab disebut 

muka’ab, dari kata inilah muncul sebutan Ka’bah. Pada masa Nabi Ismail 

as Ka’bah belum  berdaun pintu dan  hanya ditutupi dengan kain.55     

           Sebelum Islam datang, Ka’bah di pemeliharaan oleh Abdul 

Muthalib, kakek Nabi Muhammad saw. Dia yang menghiasi daun pintu 

Ka’bah dengan emas. Pada waktu itu, Ka’bah menjadi perhatian orang 

                                                             

           52Susiknan Azhari, Ilmu Falak, Loc cit.  

  53Departeman Agama RI.,  Op cit., h. 78. Ahlul Kitab mengatakan bahwa rumah ibadah pertama 

dibangun di bumi yaitu  Baitul Maqdis di Yarussalam, oleh karena itu ayat ini turun membantah 

dugaan Ahlul Kitab ini . 

           54I b i d., h. 23 

  55Abdul Aziz Dahlan (et.al), Loc cit. Orang yang pertama membuat daun pintu menutupi Ka’bah 

dengan kain yaitu  Raja Tubba dari Dinasti Himsyar (sebelum Islam) di Najran  (di Yaman sekarang). 

Setelah Nabi Ismail AS Wafat, pemeliharaan Ka’bah dipegang oleh keturunannya, kemudian dipegang 

oleh Bani Jurhum, berikutnya dipegang oleh Bani Khuzaah dan kemudian dipegang oleh kabilah 

Kurasy.  

14 

 

banyak melebihi pada masa sebelumnya. Melihat kemajuan dan perhatian 

masyarakat terhadap Ka’bah, Abrahah  memerintahkan kepada penduduk 

Bani Abdul Madan bin al-Dayana al-Harisi beragama Nasrani beraliran 

Yaqobi untuk membangun tempat ibadat (gereja) menurut bentuk Ka’bah 

untuk menyainginya.56 Bangunan itu disebut Bi’ah dan dikenal sebagai 

Ka’bah Najran. Bi’ah digunakan penduduk Najran dan diurus oleh para 

uskup.57                                 

                Ketika Muhammad belum diangkat menjadi Nabi dan Rasul 

bangunan Ka’bah direnovasi  akibat  bajir yang melanda kota Mekah.  

Sewaktu akan meletakkan  Hajar Aswad pada salah satu sisi Ka’bah, 

antar kepala suku atau kabilah terjadi perselisihan tentang siapa yang 

berhak meletakkan kembali Hajar Aswad. Dengan  kearifan Muhammad, 

perselisihan dapat diselesaikan dengan baik tanpa kekerasan, tanpa 

pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan, karena semua 

pihak yang berselisih diajak bersama-sama mengangkatnya.58   

       Generasi berikutnya, Ka’bah dipelihara oleh Bani Syaibah sebagai 

pemegang kunci Ka’bah, sedangkan administrasi  dan pelayanan haji 

diatur oleh pemerintah mulai pada masa  Khalifah Abu Bakar Shiddiq, 

Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin 

Abu Sufyan, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Usmaniyah 

Turki dan sekarang diurus oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi.         

         Hajar Aswad merupakan batu yang  dipercaya berasal dari surga, 

yang diterima Nabi Ismail as dari Malaikat Jibril di Jabal Qubais, 

kemudian diletakan disudut tenggara bangunan.59 Pada awalnya batu 

ini  bersinar yang dapat menerangi seluruh Masjid al-Haram, tetapi 

makin lama sinarnya makin meredup dan tidak bersinar lagi akhirnya 

berwarna hitam. Hajar Aswad memiliki aroma wangi yang unik dan 

alami sejak awal sampai sekarang. Hajar Aswad terletak di sisi luar 

Ka’bah sehingga mudah menciumnya, dan mencium Hajar Aswad 

merupakan sunah Nabi saw.   

       Makam Nabi Ibrahim as., bukan kuburan Nabi Ibrahim as. tetapi 

makam (tempat berdiri) Nabi Ibrahim as. merupakan bangunan kecil 

                                                             

             56Abrahah yaitu  Gubernur Njran bagian dari kerajaan Habsyah (Ethopia). Al-Qur’an 

menceritakan bahwa Abrahah bermaksud menghancurkan Ka’bah di Mekah dengan pasukan bergajah, 

namun maksud dan niat Abrahah beserta rombongan dihancurkan oleh sekelompok burung yang 

menyerang mereka dengan melemparkan batu yang mengandung api, sehingga meraka menjadi seperti 

daun yang terbakar. 

          

 

terletak di sebelah timur Kakbah. Dalam bangunan ini  terdapat batu 

yang diturunkan  Allah swt. dari surga bersama-sama dengan Hajar 

Aswad. Di atas batu itu Nabi Ibrahim as. berdiri sewaktu membangun 

Kakbah bersama  Nabi Ismail as. Pada awalnya batu ini  terpelihara 

dan terbuka, tetapi sekarang ditutup dengan kaca berbentuk kubah kecil. 

Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim as yang panjangnya 27 cm, 

lebarnya 14 cm dan dalamnya 10 cm masih  dapat dilihat. Multazam 

terletak antara Hajar Aswad dan pintu Kakbah berjarak kurang lebih dua 

meter.  

     Dalam catatan sejarah, Islam mempunyai dua kiblat, pertama  Baitul 

Maqdis di Palestina dan  kedua Ka’bah di Masjid al-Haram di Mekah,60 

dan keduanya di sisi Allah swt. sama. Penunjukan kiblat hanya 

merupakan ujian ketaatan manusia kepada Allah swt.  dan Rasul-Nya. 

Menghadap kiblat dalam melaksanakan salat yaitu  kepatuhan, 

keikhlasan dan kerendahan hati  menjalankan perintah Allah swt. serta 

memohon petunjuk-Nya.61        

     Pembahasan arah kiblat di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah 

masuk Islam ke Nusantara. Ada dua hal yang menjadi perhatian tentang 

sejarah Islam di Nusantara, pertama periode awal masuk Islam ke 

Nusantara dan kedua periode abad ke 20-an.62 Sejak Islam masuk ke 

Nusantara, masyarakat menerima ajaran Islam (salat dan puasa), secara 

tidak langsung dalam perintah salat dan puasa itu terkandung pelajaran 

ilmu falak. Ketika mereka akan melaksanakan salat, mereka bertanya 

kemana arahnya, bagaimana menetapkan masuk awal waktu shalat zuhur, 

ashar, maghrib, isya’ dan shubuh dan menetapkan puasa Ramadan. 

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini  berdasarkan ilmu falak, 

karena penetapan kiblat, waktu shalat dan awal Ramadan yaitu  kajian 

dan pembahasan pokok ilmu falak.63         

    2. Penetapan waktu shalat. 

                                                             

 

           Shalat yaitu  ibadah yang terdiri dari beberapa perkataan, perbuatan 

tertentu dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan memberi salam.64 

Shalat merupakan tiang agama, ibadat yang pertama diwajibkan yang 

disampaikan langsung oleh Allah swt. kepada Nabi saw. pada malam 

israk dan mi’raj dan shalat menjadi ibadat penting bagi orang Islam. Oleh 

sebab itu, penetapan waktu awal dan akhir shalat juga menjadi penting. 

Dalam surat an-Nisa, Allah swt. berfirman, 

 ΍

˺˹˼   

    Selanjutnya apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah 

Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan diketika berbaring. 

Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat 

itu (sebagaimana biasa), sungguh shalat itu yaitu  kewajiban yang 

ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (al-Qur’an Surat 

an-Nisa’ (4) : 103).65 

           Allah swt. menjelaskan bahwa shalat fardu yang terdiri dari shalat 

zuhur, ashar, maghrib, isya’ dan shubuh telah ditentukan waktu 

permulaan dan akhirnya dengan ungkapan kata kitaban mauquta. 

Maksudnya, masing-masing salat fardu mempunyai rentang lama waktu 

yang berbeda, contoh shalat zuhur dimulai ketika matahari telah 

tergelincir dari titik kulminasi dan berakhir ketika waktu ashar masuk. 

Dari mulai tergelincir matahari sampai masuk waktu ashar dapat dihitung 

lama waktunya, umpamanya dua jam, dan dapat diketahui besar derajat 

dan menitnya dengan cara memindahkan  lama waktu (dua jam) ke 

derajat dan menit = 30o 00', dan demikian pula dengan waktu salat fardu 

lainnya. Pada ayat lain Allah swt. berfirman, 

 

                                                             

     Dirikan shalat setelah matahari tergelincir sampai gelap malam, dan 

(dirikan shalat) shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu disaksikan (oleh 

malaikat). (al-Qur’an Surat al-Isra’ (17) : 78).66 

        Ayat ini menerangkan waktu-waktu shalat fardu yang lima. Kalimat   

βϤθϟ΍ ϙϮϟΪϟ  (tergelincir matahari) menunjukkan waktu shalat zuhur dan 

ashar, dan kalimat Ϟϴϟ΍ ϖδϏ (gelap malam) menunjukkan waktu shalat 

maghrib dan  shalat isya’.  

    Pada ayat selanjutnya Allah swt. menjelaskan, 

 ˶

Dan dirikan shalat  pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada 

bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan yang baik itu 

menghapus (dosa) perbuatan yang buruk. demikianah peringatan bagi 

orang-orang yang ingat. (al-Qur’an Surat Hud (11) : 114 ).67 

            Allah swt. memerintahkan shalat didirikan pada dua tepi siang yaitu 

pada waktu pagi dan pada waktu petang    ( έΎϬϨϟ΍  ϲϓήρ ), yaitu shalat 

zuhur dan shalat ashar dan pada permulaan malam (Ϟϴϟ΍ Ϧϣ Ύϔϟί ), yaitu 

shalat maghrib, isya’ dan shubuh. 

           Dalam salah satu Hadis, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa shalat 

itu wajib dilaksanakan sebanyak lima kali dalam sehari semalam dengan 

batas-batas waktu tertentu. 

    "Waktu zuhur apabila matahari tergelincir sampai bayang-bayang 

seseorang sama dengan tingginya, yaitu selama belum datang waktu 

ashar. Waktu ashar selama matahari belum menguning. Waktu maghrib 

selama mega merah belum hilang. Waktu isya’’ sampai tengah malam. 

Waktu shubuh mulai terbit fajar selama matahari belum terbit”. (HR. 

Muslim dari Abdullah bin Amr).68 

   3. Penetapan awal bulan Kamariah. 

                                                             

       Kata qamar berasal dari bahasa Arab, artinya “bulan”.69 Kata qamar 

bila dikaitkan dengan umur hari dalam satu bulan disebut bulan kamariah. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bulan yaitu  “benda langit yang 

mengitari bumi, bersinar pada malam hari karena pantulan sinar 

matahari”, “jangka waktu perputaran bulan mengitari bumi dari kelihatan 

sampai hilang” (selama 29 hari  atau 30 hari).70  

        Secara terminologis qamar yaitu  “bulan pada setiap keadaan” atau 

“bulan sabit yang kelihatan setelah beberapa saat terjadi ijtimak”.71. 

Peredaran bulan mengitari bumi menyebabkan terjadi perubahan waktu, 

artinya terjadi perubahan waktu disebabkan perdaran bulan. Bulan 

kelihatan bercahaya karena mendapat sinar dari matahari, sehingga 

terlihat di bumi  bulan bersinar terang. 

        Semua aktivitas manusia yang terkait dengan pelaksanaan ibadah tidak 

terlepas dengan waktu, seperti  shalat, puasa Ramadan, zakat, haji, ukuf 

di arafah, hari raya fitri dan hari raya adha  dan hari besar Islam.72 

Penetapan awal dan akhir ibadah ini  berdasarkan kepada penetapan 

awal bulan kamariah. Penetapan awal bulan kamariah dengan benar 

dipandang penting karena terkait dengan penetapan pelaksanaan ibadah  

dan penyusunan kalender Islam. 

     Ahli falak dalam penetapan awal bulan kamariah menggunakan dua 

metode. Pertama, menggunakan metode rukyah al-hilal, yaitu melihat 

hilal secara langsung dengan mata. Kedua, menggunakan metode hisab 

yaitu menghitung posisi dan ketinggian hilal saat matahari terbenam 

setelah terjadi ijtimak. 

        Penetapan awal bulan kamarih dengan rukyah didasarkan kepada al-

Qur’an dan al-Hadis Nabi saw. 

                                                             

 

Bulan Ramadan yaitu  (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, 

sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai 

petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena 

itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. (al-

Qur’an Surat al-Baqarah (2) : 185).73  

        Tantawi Jauhari dalam tafisirnya menyebutkan bahwa kata “syahida ( 

ΪϬη ) artinya menyaksikan hilal dengan rukyat.74 Ulama yang berada di 

bawah koordinasi Organisasi Koferensi Islam (OKI) menetapkan, bahwa 

dimana saja hilal dapat dilihat oleh orang terpercaya, maka seluruh umat 

Islam wajib berpuasa dan berlebaran. Maksudnya bila hilal Ramadan 

dapat dilihat tanda wajib berpuasa, sebagaimana hilal Syawal dapat 

dilihat tanda berakhir puasa Ramadan.75 

         Penjelasan terhadap ayat di atas menunjukkan bahwa kata “syahida” 

(ΪϬη) berarti melihat hilal. Artinya penentuan awal Ramadan dan Syawal 

didasarkan kepada rukyat. Barang siapa melihat hilal pada akhir Sya’ban 

wajib berpuasa, termasuk orang yang tidak melihat tetapi mendapat 

informasi bahwa hilal sudah terbit. Mafhumnya orang yang tidak melihat 

hilal dan tidak mendapat informasi tidak wajib berpuasa. Kepastian hilal 

di atas ufuk pada akhir bulan Syakban atau Ramadan dapat dipandang 

sebagai syarat  melakukan puasa Ramadan dan mengakhiri puasa.  


 

    Mereka bertanya kepada engkau (Muhammad) tentang bulan sabit, 

katakan: "bulan sabit itu yaitu  tanda waktu bagi manusia dan (bagi 

ibadah) haji.(al-Qur’an Surat al-Baqarah (2) : 189).76 

 

    Ayat ini menjelaskan bahwa bulan sabit atau hilal itu tanda waktu bagi 

manusia dan tanda waktu bagi peleksanaan ibadah haji. 

           Dalam beberapa hadis Rasulullah saw. menjelaskan bahwa penetapan 

awal bulan kamariah dengan rukyah (melihat hilal). Di antaranya,     

   Dari Ibn Umar ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda; 

apabila kamu melihat hilal maka berpuasalah (puasa Ramadan ) dan 

apabila kamu melihatnya maka berbukalah (hari raya fithri), jika awan 

menutupi penglihatanmu maka perkirakanlah. (H.R. muttafaqun 

alaih).

  Dari Abdullah bin Umar ra. bahwa sungguhnya Rasulullah saw. 

bersabda;  satu bulan itu 29 malam,  jangan kamu berpuasa sehingga 

melihat hilal, jika awan menghalangi penglihatanmu, maka 

sempurnakanlah bilangan (bulan Sya’ban) 30 hari (H.R. Imam al-

Bukhari).

  Saya mendengar Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda 

atau Abu Qasim berkata, Nabi saw. bersabda; berpuasalah kamu karena 

melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihatnya, maka jika cuaca 

                                                             

mendung, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban tiga puluh hari 

(H.R. muttafaqun‘alaih).

Dari Ibn Umar ra. dari Nabi saw. bahwa sesungguhnya Nabi saw. 

bersabda; kami yaitu  umat yang ummi tidak pandai menulis dan tidak 

pandai menghitung.  Bulan itu seperti ini dan seperti ini, maksudnya satu 

kali 29 hari dan satu kali 30 Hari. (H.R. Muttafaqun ‘alaih).80 

    Dari Kuraib bahwa ummu Fadl binti al-Haris mengutusnya menghadap 

Muawiyah di Syam, ia menceritakan, saya datang ke Syam untuk 

menyelesaikan urusannya (ummu Fadl) dan saat itu saya telah melihat 

hilal Ramadan, sedangkan saya sedang berdada di Syam, saya melihat 

hilal Ramadan pada malam Jum’at. Kemudian saya kembali ke Madinah 

pada akhir bulan Ramadan, lalu Abdullah bin Abbas bertanya kepadaku, 

beliau menjelaskan hilal, dan beliau bertanya kepadaku, kapan kamu 

melihat hilal?, saya jawab, malam jumat, kemudian beliau bertanya lagi, 

kamu melihatnya?, ya jawabku, orang-orang pun melihatnya, mereka 

berpuasa dan Muawiyah juga berpuasa. Beliau berkata kami melihatnya 

pada malam Sabtu, tetapi kami terus berpuasa hingga kami 

menyempurnakannya tiga puluh hari atau kami melihatnya. Saya 

kemudian bertanya lagi, apakah kamu tidak cukup dengan rukyat dan 

puasanya Muawiyah?. Beliau menjawab, tidak. Demikianlah Rasulullah 

                                                             

    Dari Ibn Abbas ia berkata, seorang Arab datang menemui Nabi saw. lalu 

berkata, sesungguhnya saya telah melihat hilal, Nabi saw. bertanya, 

apakah kamu bersaksi tidak Tuhan selain Allah swt.? dan apakah kamu 

bersaksi bahwa Muhammad saw. yaitu  Rasul Allah?, laki-laki itu 

menjawab ya. Lalu Nabi bersabda; Hai Bilal umumkan kepada manusia 

untuk berpuasa esok hari.  (H.R. Turmuzi dan Abu Daud).82 

        Penetapan hilal dengan metode rukyat terdapat tiga macam, pertama 

hilal dapat dilihat oleh semua orang, kedua hilal hanya dilihat oleh 

seorang yang dipercaya dan pengakuannya dikuatkan dengan sumpah 

maka kesaksiannya itu dapat dipegangi dan ketiga melalui informasi dan 

dia sendidiri tidak melihat hilal. 

      Kedua, penetapan awal bulan kamariah dengan hisab, dasarnya al-  

Qur’an dan hadis Nabi saw. Firman Allah swt. 

  

    Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, kemudian Kami 

hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang terang, agar kamu 

mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan 

tahun-tahun dan perhitungannya. dan segala sesuatu telah Kami 

terangkan dengan jelas. (al-Qur’an Surat al-Isra’ (17) : 12). 83 

 

                                                             

 

    Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan 

Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui 

bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan 

demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda 

(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (al-Qur’an Surat 

Yunus (10) : 5).84 

         Kata  ΏΎδΤϟ΍  pada surat al-Isra’ayat 17,  dan surat Yunus ayat 5 

artinya “ menghitung” atau “mengira”. Hisab dipakai untuk menghitung 

posisi dan ketinggian hilal saat matahari terbenam pada akhir bulan 

kamariah. Sedangkan kata faqdurulah (Ϫϟ ΍ϭέΪϗΎϓ) pada hadis di atas berarti 

menghitung (istimasi). Orang yang  berpegang kepada hisab dalam 

menetapkan awal bulan kamariah, mengatakan bahwa kata faqdurulah 

(Ϫϟ ΍ϭέΪϗΎϓ)  perhitungan dengan ilmu falak (astronomi). Artinya, apabila 

cuaca mendung dan menurut hasil hisab posisi hilal sudah di atas ufuk 

atau hilal sudah memungkinkan untuk dirukyat seandainya cuaca tidak 

mendung, maka penetapan hilal dapat ditetapkan berdasarkan hisab yang 

dilakukan oleh ahlinya, dengan memenuhi tiga syarat; 

    a. Telah terjadi ijtimak. 

    b. Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam. 

    c. Pada saat matahari terbenam hilal berada di atas ufuk.85 

          Menurut metode hisab, apabila tiga kriteria di atas terpenuhi, maka 

hari berikutnya sudah bulan baru, tetapi apabaila salah satu dari kriteria 

ini  tidak terpenuhi, maka hari berikutnya masih bulan lama atau hari 

terakhir  (tanggal 30). 

4. Penentuan gerhana matahari atau gerhana bulan 

    a. Definisi gerhana 

            Gerhana matahari ( Khusufu sy-Syams ) yaitu  hilangnya cahaya 

matahari sebagian atau keseluruhannya pada waktu siang. Adapun 

                                                             

 

gerhana bulan ( Khusuful Qamar ) yaitu  hilangnya cahaya bulan 

sebagian atau keseluruhannya pada waktu malam. 

          Pembahasan utama dalam penentuan gerhana yaitu  menentukan 

menghitung waktu  gerhana, yaitu ketika terjadi kontak antara matahari 

dan bulan.86 Apabila matahari menutupi bulan sehingga bulan tidak 

kelihatan disebut gerhana bulan  dan apabila bulan menutupi matahari 

sehingga matahari tidak kelihatan disebut gerhana matahari.        

        Dari Al-Mughirah bin Syu’bah, Nabi saw  bersabda, 

       ”Sesungguhnya matahari dan bulan yaitu  dua ayat (tanda) di antara 

ayat-ayat Allah. Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena 

kematian seseorang atau karena hidup (lahirnya) seseorang. Apabila 

kamu melihat (gerhana) matahari atau bulan, maka berdoalah kepada 

Allah dan lakukanlah shalat hingga tersingkap kembali.” 87 

              Abu Musa al-Asy’ari ra. mengatakan, Nabi saw bersabda, ”Tanda-tanda 

ini, yang Allah tampakkan, bukanlah terjadi karena kematian atau 

kelahiran seseorang. Namun dengannya Allah memberikan rasa takut 

kepada hamba-hamba-Nya. Maka apabila kamu menyaksikan salah satu 

tanda-tanda itu, segeralah  berdzikir, berdoa dan memohon ampunan-

Nya.”88 

                Hadits Nabi saw di atas menunjukkan bahwa gerhana bukanlah 

sekedar fenomena alam biasa. Gerhana merupakan fenomena alam yang 

memang Allah kehendaki sebagai salah satu ayat (tanda) kebesaran-Nya. 

Hadits ini memberikan pelajaran dan tuntunan kepada umat Islam terkait 

gerhana sebagai berikut: 

b. Gerhana  sebagai perimgatan Allah swt. 

       Tatkala terjadi gerhana hendaklah umat Islam segera ingat kepada 

Allah swt dan segera sadar bahwa Allah swt sedang mengingatkan 

kelalaian mereka dengan ancaman adzab-Nya. Ketika ada informasi 

bahwa gerhana akan terjadi pada hari tertentu pada jam tertentu, maka 

mereka bersiap dengan kamera dan teropong masing-masing, mencari 

                                                             

tempat-tempat strategis untuk menyaksikan peristiwa ”indah” ini . 

Sungguh jauh dari mengingat Allah swt. Sejatinya peristiwa gerhana itu 

sebagai peringatan dan muhasabah diri bagi umat Islam, bukan gerhana 

itu dimaknai sebagai kejadian antariksa biasa. 

c. Gerhana bantahan terhadap keyakinan/ mitos. 

      Rasulullah  membantah keyakinan yang ada dikalangan musyrikin 

arab saat itu dengan sabdanya, ”Bukanlah terjadi karena kematian atau 

kelahiran seseorang.” Islam memberantas keyakinan, yang bersumber 

dari astrologi (ahli nujum) yang meyakini bahwa peredaran bintang, 

planet dan benda-benda langit lainnya ada kaitannya dengan kejadian-

kejadian di bumi. Yang dikenal sebagai zodiak, shio, atau nama yang 

lainnya sesuai dengan agama asal masing-masing yang digagas oleh para 

filosof, rohaniawan atau paranormal. Termasuk kejadian gerhana yang 

diyakini sebagai tanda atau sebab (bakal) terjadi peristiwa atau bencana 

besar di muka bumi. Seorang mikmin yang berpegang pada kemurnian 

tauhid harus meninggalkan keyakinan-keyakinan ini .  

      Namun tidak dipungkiri ada sebagian umat Islam yang percaya 

dengan ramalan-ramalan bintang, termasuk peristiwa gerhana, atau 

meyakini peristiwa gerhana ada hubungan dengan bencana alam atau 

lainnya.  

     Al-Imam al-Khaththabi  berkata, ”Dulu mereka pada masa jahiliyyah 

berkeyakinan bahwa gerhana menyebabkan terjadinya perubahan di muka 

bumi, berupa kematian, bencana dan lain-lain. Maka 

Nabi saw mengajarkan bahwa yang demikian itu tidak benar, matahari 

dan bulan  yaitu  dua makhluk yang tunduk kepada ketentuan Allah swt 

 Keduanya tidak memiliki kekuatan mempengaruhi sesuatu yang lainnya, 

tidak pula memiliki kemampuan membela diri.”89  

d. Tuntutan Islam ketika terjadi gerhana.  

 Nabi Saw mengajarkan, ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana 

bulan, yaitu; 

       1. Shalat gerhana 

 2. Berdoa 

 3. Beristighfar 

       4. Bertakbir 

       5. Berdzikir 

       6. Bershadaqah.90 

                                                             

                                                                                                                             

 

             Ini dilakukan sejak awal terjadi gerhana, hingga berakhirnya yang 

ditandai dengan kembalinya cahaya matahari atau bulan seperti sedia 

kala. Di antara doa yang beliau perintahkan yaitu  berlindung dari adzab 

kubur. Karena gerhana mengakibatkan suasana gelap meskipun pada 

siang hari, dan dalam suasana ini  hati manusia pasti dihinggapi rasa 

takut. Suasana yang demikian mengingatkan kita akan suasana di alam 

kubur kelak.91  

            Gerhana merupakan peristiwa penting dalam Islam. Islam bernar-benar 

mengajak pemeluknya untuk menyikapi gerhana sebagai peringatan 

dari Rabbul ’Alamin. Hikmah ini tidak bisa diketahui dengan ilmu sains 

saja, namun hanya bisa diketahui melalui wahyu yang diturunkan kepada 

nabi Muhammad saw. 

            Sabda Nabi saw ”Apabila kamu melihat (gerhana) matahari atau 

bulan, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah.” Nabi saw 

mengaitkan pelaksanaan shalat gerhana dengan ”melihat atau 

menyaksikan (ru’yah)”. Al-Hafidz Ibnu Hajar  mengatakan, ”… karena 

pelaksanaan shalat (gerhana) dikaitkan dengan ru’yah.”  Artinya, apabila 

telah diperkirakan dengan hisab astronomis terjadi gerhana namun 

terhalangi oleh langit yang mendung, maka tidak dilakukan shalat 

gerhana. Atau gerhana terjadi di wilayah lain/ belahan bumi lainnya, 

sehingga tidak terlihat. Misalnya gerhana terjadi di Eropa, tidak terjadi di 

Indonesia, maka orang Indonesia tidak disyariatkan untuk melaksanakan 

shalat gerhana. Atau terjadinya gerhana matahari setelah tenggelamnya 

matahari, atau gerhana bulan setelah terbitnya matahari sehingga tidak 

bisa teramati, maka tidak ada shalat gerhana. 

e. Gerhana bisa diketahui dengan hisab.  

     Allah swt Yang Maha Kuasa telah menjadikan pergerakan matahari 

dan bulan berjalan dengan rapi dan teratur, sehingga bisa diamati dan 

dihitung oleh manusia. Termasuk gerhana bisa diketahui dengan hisab 

astronomis kapan terjadinya, di belahan bumi mana saja terjadinya, serta 

jenis gerhananya, apakah gerhana total, sebagian, cincin dan lain-lain. 

Namun tidak diambil darinya konsekuensi hukum apapun terkait dengan 

shalat gerhana atau lainnya.  

     Meskipun gerhana bisa diketahui kapan waktu terjadinya berdasarkan 

hisab astronomis yang sangat akurat, namun apabila ternyata pada hari-H 

dan jam-J nya gerhana tidak teramati atau tidak terjadi di wilayah 

ini , maka shalat gerhana tidak bisa dilaksanakan. Hal ini mirip 

                                                             

dengan hilal di awal bulan, khususnya ketika menentukan awal bulan 

Ramadhan dan Syawal. Meskipun diketahui secara pasti berdasarkan 

hisab astronomi yang akurat posisi hilal sekian derajat dan dinyatakan 

memungkinkan untuk diru’yah, namun apabila fakta di lapangan hilal 

tidak bisa diamati, maka berarti belum masuk Ramadhan atau Idul Fitri. 

               Kemudian, fakta bahwa gerhana bisa diketahui dengan hisab 

astronomis, tidak menghilangkan sebab dan fungsi gerhana yang 

diberitakan oleh Nabi saw yaitu ”dengan gerhana, Allah memberikan rasa 

takut kepada hamba-hamba-Nya.” Gerhana bukan peristiwa biasa seperti 

halnya pasang-surutnya ombak di lautan. Namun ada hikmah besar di 

balik itu. Oleh karena itu, sebagaimana pada hadits-hadits di atas- 

sampai-sampai Nabi saw berdiri ketakutan, khawatir itu sebagai tanda 

datangnya Kiamat. 

C. Ilmu Falak Perspektif Al-Qur’an. 

       Terdapat sejumlah ayat al-Qur’an dan Hadis nabi saw yang memberikan 

isyarat dan motivasi agar umat Islam mempelajari, menguasai dan 

mengembangkan ilmu falak untuk dijadikan pedoman  dalam melakukan 

aktivitas dan beribadah. Paling tidak isyarat ini  dapat diketahui dan 

dipahami dari tiga hal. Pertama, dari ungkapan al-Qur’an yang memakai 

kata-kata seperti an-Najm, (bintang-bintang) al-Ard, (bumi), al-Buruj, 

(zodiak) asy-Syams, (matahari) al-Qamar (bulan) dan lain-lain. Kedua, 

terdapat ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan secara langsung keadaan, 

posisi dan peredaran benda-benda langit (matahari, bulan dan bintang-

bintang). Seperti firman Allah swt berikut,  

    Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan 

Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui 

bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan 

demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda 

(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (al-Qur’an Surat 

Yunus (10) : 5).92 

     Berikutnya Allah swt berfirman, 

                                                             

    Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami 

hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar 

kamu mencari kurnia Allah, dan supaya kamu mengetahui bilangan 

tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan 

dengan jelas.( al-Qur’an Surat (17) : 12 ).93 

    Berikutnya Allah swt berfirman, 

          Peredaran bulan pada awalnya kelihatan kecil kemudian menjadi 

besar (bulan purnama), kemudian kembali mengecil seperti bentuk tandan 

yang tua. Allah swt. menegaskan Dialah yang menciptakan langit, bumi 

dan bulan serta peredarannya dan pergantian siang dan malam. Selanjtnya 

Allah berfirman 


 

   “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantin malam 

dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang 

yang berakal”. (Al-Qur’an surat Ali Imran (3) : 190).94 

          Pergantian waktu sepanjang hari, bulan, tahun dan abad yaitu  

ketentuan Allah swt dan sebagai tanda kebesaran-Nya. Banyak ayat al-

Qur’an yang menerangkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah 

swt melalui alam ciptaanNya. Berdasarkan tanda-tanda itu dapat 

diketahui bilangan tahun atau perhitungn waktu.95  

               Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan benda angkasa 

bertujuan mendorong dan memotivasi umat Islam agar mempelajari  dan 

melakukan penelitian terhadap  benda-benda langit. Ilmuwan muslim 

pada masa kejayaan Islam melakukan penelitian terhadap benda-benda 

langit bertahun-tahun lamanya sehingga mereka  menemukan teori-teori 

                                                             

 

baru dalam ilmu falak. Realisasi kerja keras para ilmuwan Muslim 

terhadap ayat-ayat al-Qur’an (tentang benda-benda langit)  melahirkan 

sejumlah  tokoh-tokoh   ilmuwan muslim dalam bidang ilmu falak 

(astronomi), sejak abad ketujuh Masehi sampai sekarang. Titik kulminasi  

perkembangan dan kemajuan ilmu falak berada pada masa pemerintahan 

Abbasiyah yaitu pada masa Khalifah al-Masur dan al-Makmun. 

         Secara khusus pembahasan ilmu falak yang berkenaan dengan 

peredaran dan kedudukan  matahari, bumi dan bulan ada hubungan yang 

erat dengan kepentingan ibadah seperti penetapan arah kiblat, waktu 

shalat dan awal bulan Kamariah.96 Ilmu falak yang membicarakan tiga 

hal pokok ini  dinamakan  Ilmu falak Syar’iy.97 (Arah kiblat, waktu 

salat dan awal bulan Kamariah).  

                                                             

                            

                                                               BAB II 

                       PERKEMBANGAN PERADABAN ILMU  FALAK  

A. Perkembangan Ilmu Falak  (Astonomi) Sebelum Islam. 

           Sepanjang sejarah kehidupan manusia, bahwa pandangannya 

terhadap alam semesta termasuk benda-benda langit seperti matahari, bulan, 

bintang-bintang dan benda langit lainnya selalu mengalami perubahan 

sesuai dengan tingkat kemampuan dan tingkat pengetahuan yang mereka 

miliki pada setiap zaman. Pembahasan perkembangan ilmu falak dalam 

tulisan ini, diperiodesasikan kepada empat tahapan, pertama periode 

perkembangan ilmu falak sebelum Islam, kedua periode perkembangan 

ilmu falak dalam peradaban Islam, ketiga periode perkembangan ilmu falak 

di Eropa dan keempat periode ilmu falak di Indonesia serta  tokoh-tokoh  

falak (astronomi) yang berpengaruh pada setiap periode masing-masing. 

        Diperkirakan, 4500 tahun sebelum  Masehi  bangsa Babilonia dan 

bangsa Misopotamia sudah mengenal  ilmu falak (astronomi). Pada awalnya 

ilmu falak (astronomi), mereka digunakan untuk keperluan penetapan waktu 

dalam kegiatan pertanian dan pelayaran yang berpedoman kepada alam 

seperti matahari, bumi, bulan, bintang-bintang dan benda langit lainnya 

dengan cara sangat sederhana sesuai dengan kemampuan  yang mereka 

kuasai dan apa yang meraka lihat.1 Menurut mereka, bumi merupakan pusat 

alam semesta, matahari, bulan dan bintang-bintang serta benda-benda langit 

lainnya dengan tertib mengelilingi bumi.2 Para ahli falak (astronomi) pada 

masa itu telah mengetahui peristiwa gerhana, bintang  berekor, meteor, 

karena kejiadian itu dapat mereka saksikan langsung dari bumi. Pengamatan 

dan pemahaman mereka terhadap benda-benda langit, membawa 

perkembangan dalam bidang ilmu  falak (astronomi) dan perkembangan 

dalam bidang ilmu perbintangan (astrologi). 

           Ilmu falak (astronomi) merupakan salah satu ilmu tertua  dalam 

tatanan khazanah dunia keilmuan.  Ilmu falak (astronomi) telah dikenal, 

dipelajari dan dipraktekkan ribuan tahun sebelum tahun Masehi, oleh 

berbagai bangsa di dunia seperti bangsa Sumeria, Misopotamia, Babilonia, 

Mesir kono, Yunani, Persia, Maya, India, Arab dan Cina.3 Peradaban bangsa 

Misopotamia dan Sumeria yang telah berkembang ribuan tahun sebelum 

                                                             

 

Masehi itu, diduga kuat sebagai cikal bakal lahirnya ilmu falak (astronomi) 

dan ilmu nujum  (astrologi). Berikut diuraikan peradaban ilmu falak pada 

masing-masing bangsa ini . 

      a.  Peradaban falak (astronomi) bangsa Babilonia   

           Babilonia (Iraq kuno), yaitu  bangsa yang  dikenal hobi dengan ilmu 

eksperimental. Astronomi Babilonia terus mengalami perkembang dan 

memberikan kontribusi  penting dalam perkembangan ilmu falak 

(astronomi) pada bangsa-bangsa lain. Para ahli falak (falaki) bangsa 

Babilonia telah mampu memciptakan kalendar, melakukan pengamatan 

terjadi gerhana, menentukan pergantian musim, dan pergantian siang dan 

malam.4 

           Bangsa Babilonia meyakini bahwa bintang merupakan petunjuk 

Tuhan, sehingga manusia banyak menggunakan rasi bintang untuk 

meramal kehidupan mereka, karena itu tidak heran, ilmu astrologi lebih 

berkembang dibanding ilmu astronomi. Tetapi mereka tetap 

memperhatikan dan mengembangkan ilmu astronomi guna keperluan 

kehidupan, seperti penentuan musim, pedoman arah, pergantian hari, 

bulan dan tahun. Bangsa Babilonia memberikan sumbangan penting 

terhadap perkembangan ilmu falak (astronomi) dunia, karena mereka 

telah membuat tabel-tabel, kalender, pergantian musim, hari, bulan, 

tahun, gerhana dan pemetaan langit. 

           Hasil penelitian bangsa Babilonia menetapkan sebuah lingkaran bulat 

besarnya 360o, kemudian berdasarkan teori itu mereka menetapkan 

bahwa  lingkaran bumi yaitu  360o, karena bumi juga berbentuk 

lingkaran bulat. Mereka menetapkan satu hari satu malam lamanya 24 

jam, satu jam 60 menit dan satu menit 60 detik.5 Bangsa Penetapkan 

pembagian tujuh hari dalam semiggu sudah dikenal masyarakat Babilonia 

sejak 5000 tahun sebelum Masehi, kemudian, penetapan nama-nama hari 

selama tujuh hari itu berpedoman kepada nama-nama bintang yang 

mereka kenal. Matahari untuk nama hari Ahad, Bulan untuk nama hari  

Senin, Mars untuk nama hari Selasa, Marcurius untuk nama hari Rabu, 

Yupiter untuk nama hari Kamis, Venus untuk nama hari Jum’at dan 

Saturnus untuk nama hari Sabtu.6  

          Ahli falak (astronomi) modern berpendapat bahwa bangsa Sumeria 

dan Babilonia memberikan sumbangan yang besar terhadap 

                                                             

 

perkembangan peradaban ilmu falak (astronomi) dunia. Bangsa Sumeria 

dan Babilonia mengambangkan ilmu falak (astronomi) untuk memenuhi 

keperluan yang terkait dengan ilmu astrologi. Teori-teori ilmu falak 

(astronomi) yang dikembangkan bangsa Babilonia tentang   posisi dan 

peredaran benda-benda langit matahari, bulan dan bintang-bintang 

dihitung berdasarkan  peradaban bangsa Sumeria.7  

       b. Peradaban falak (astronomi) bangsa Mesir kuno. 

           Mesir pernah di perintah oleh beberapa kerajaan besar seperti Fir’un, 

Yunani, Romawi dan lain-lain. Banyak bangsa yang menguasai dan 

memerintah Mesir, membawa nilai-nilai positif bagi Mesir, karena terjadi 

asimilasi budaya dan peradaban.8 Peradaban Mesir kuno menyimpan 

segudang talenta sejarah yang panjang dan banyak melahirkan buku-buku 

sejarah.  

       Dalam kajian ilmu falak (astronomi), Mesir kuno memang tidak punya 

banyak perhatian terhadap peredaran matahari, bulan dan planet-planet 

lainnya, tetapi bangsa Mesir kuno mempunyai kepercayaan yang 

mengakar dalam masalaah penanggalan. Menurut kepercayaan dan 

kenyataan bahwa rutinitas banjir sungai nil setiap tahun terjadi bertepatan 

dengan munculnya bintang Sirius dibagian langit sebelah timur pada 

malam hari sekitar tanggal 19 Juli sampai akhir bulan Agustus. Bintang 

Sirius muncul selalu bersamaan dengan datang banjir sungai nil setiap 

tahun. Mesir kuno menjadikan fenomena alam ini  sebagai dasar 

penanggalan yang terus digunakan hingga sekarang.  

       Berdasarkan hubungan bintang serius dengan bajair, Bangsa Mesir kuno 

menemukan sebuah teori bahwa ada hubungan antara pergerakan bulan 

dengan pasang dan surut air laut.9 Pada tanggal 14/15 bulan Kamariah, air 

pasang laut mencapai titik tertinggi, hal yang sama juga terjadi pada 

                                                             

        7Bangsa Sumeria memiliki pengetahuan yang luas mengenai sistem solar dan posisinya, yang 

kemudian diwarisi oleh bangsa Babilonia. Penanggalan bangsa Sumeria diperkirakan sudah ada 3000 

tahun sebelum Masehi. Mereka mengusai masalah ilmu falak lebih baik dari bangsa Babilonia, 

misalnya tentang rotasi bumi, perputaranya zikzak tidak selalu berada pada porosnya. Hal ini 

menyebabkan pergeseran secara perlahan 1º setiap 72 tahun yang mempengaruhi arah sumbu utara 

bumi. Bangsa Sumeria juga mampu mengukur jarak antara bintang dengan tepat. 

41 

 

tanggal 29/30 hari bulan. Untuk menentukan perubahan waktu, Mesir 

kuno telah menciptakan jam matahari yang diberi nama (mizwalah), dan 

jam ini  sudah ada sejak 1500 tahun sebelum Masehi. 

    Bangsa Mesir kuno meyakini pula bahwa ada 36 bintang yang 

memiliki dewa penjaga, dan setiap dewa menjaga bintang-bintang 

ini  selama 10 hari untuk setiap tahun. Berdasarkan penelitian Mesir 

kuno  menetapkan jumlah hari dalam setahun 365 hari. 

       c. Peradaban falak (astronomi) bangsa Yunani. 

        Peradaban  bangsa Yunani dalam bidang ilmu falak (astronomi) 

berlangsung sejak lama.  Bangsa Yunani tersohor sebagai bangsa 

pencinta ilmu pengatahuan, sehingga dari bangsa ini lahir filosof-filosof  

kenamaan, mereka ingin mengetahui apa yang terjadi di alam raya, dan 

apa yang sebenarnya.10 Bangsa Yunani pada abad ke enam sebelum 

Masehi sudah mengembangkan ilmu falak (astronomi).  

        Menurut para ahli, Phythagoras dan Thales yaitu  orang pertama 

mempelopori lahir ilmu falak (astronomi) klasik di Yunani.11 Menurut 

Phythagoras perjalanan waktu terikat dengan gerak alam, begitu juga 

dengan peredaran bintang  ada ikatan dengan gerak alam. Sehingga ia 

berani mengatakan bahwa bumi bulat dan demikian juga bulan. 

Pernyataan Phythagoras itu mengindakasikan bahwa benda-benda langit 

termasuk bumi beredar sesuai dengan ketentuannya.      

        Menurut Thales bumi merupakan sebuah dataran luas yang terhampar, 

pendapat ini  dibantah oleh Phytagoras, ia mengatakan bahwa bumi 

yaitu  bulat,12 walaupun pendapat itu tidak didukung dengan bukti.  

        Aristarchus yang hidup pada abad ke-3 sebelum Masehi, berpendapat 

bahwa bumi berputar dan beredar  mengelilingi matahari yang dikenal 

dengan teori heliosentris. Pada awalnya pendapat Aristarchus tidak 

banyak mendapat dukungan, justeru yang mendapat dukungan yaitu  

teori yang dilontarkan Hiparchu (190-125 SM). Menurutnya bumi tetap, 

matahari, bulan dan planet-planet lain mengelilingi bumi yang dikenal 

dengan teori Geosentris. Teori Geosentris disempurnakan dan 

                                                             

42 

 

dipopulerkan oleh Claudius Ptolomeus (160 M). Sekitar abad ke-13, teori 

Geosentris diruntuhkan oleh Nicolaus Copernicus.13 Teori heliosentris 

mengalami perkembangan dan mendapat dukungan dari ahli falak. Walau 

demikian sampai sekarang para ahli falak Islam (falak syar’i) masih 

menggunakan teori Geosentris. Menurut ahli falak modern teori yang 

dibangun Ptolomeus (Geosentris) tidak benar, karena pusat kehidupan 

bukan di bumi tetapi pada matahari, yaitu sistem Heleosentris. 

         Perkembangan  astronomi di Yunani tidak dapat dipisahkan dari 

pemikiran Eudoxus. Salah satu teorinya yang terkenal bahwa lintasan 

peredaran benda-benda langit berbentuk lingkaran, dan alam semesta 

berbentuk bulat. Namun pendapatnya ini  masih bersifat hipoteses 

dan belum sempat dibuktikannya. Kemudian, Callippus 

menyempurnakan teori gurunya, dan membuktikan kebenaran teori 

ini . 

       d. Peradaban falak (astronomi) bangsa Cina. 

            Peradaban astronomi Cina dimulai sekitar 1130 sebelum Masehi. 

Kegiatan astronomi di Cina mendapat dukungan dari penguasa Cina 

seperti Kaisar Wu-ting dan Kaisar Ti-hsing. Para astronom Cina 

mengamati fenomena gerhana bulan, kemudian dipersentasikan kedalam 

kehidupan masyarakat. Pada tahun 700 sebelum Masehi astronom Cina 

meneliti bayangan matahari, kemudian digunakan untuk menyusun 

perhitungan kalender selama 1500 tahun. Kemudian pada tahun 350 

sebelum Masehi astronom Cina berhasil menetapkan lama umur hari 

dalam setahun selama 365¼ hari.

         Perhatian Cina dalam ilmu falak (astronomi) sangat besar dan tidak 

kalah  pengaruhnya dengan peradaban  ilmu falak (astronomi) bangsa-

bangsa lain.  Bangsa Cina kuno telah melakukan kajian secara mendalam 

tentang ilmu falak (astronomi) sehingga mereka berhasil menyusun 

catalog bintang-bintang yang diperkirakan sebagai catalog tertua di dunia, 

terdiri 800  entri dan dibuat pada tahun 350 sebelum Masehi. Sistem ilmu 

perbintangan Cina didasarkan kepada siklus matahari dan bulan yang 

disesuaikan dengan kalender pertanian Cina kuno.

                                                             

    Aahli falak Cina kuno yang terkenal yaitu  Zhang Heng (78-139 M). 

Ia merupakan seorang tokoh representasi teori kosmos yang luar biasa. 

Menurutnya, langit sebagai telur dan bumi merupakan kuning telur, langit 

berbentuk besar dan bumi kecil.16 

         Dalam bukunya yang berjudul ling Xian, ia menjelaskan asal-usul 

bumi dan langit. Menurutnya, sebelum langit dan bumi terpisah, 

keadaannya tidak jelas. Tetapi setelah terpisah, unsur yang ringan naik ke 

atas disebut  langit, dan unsur yang berat membeku disebut bumi. Langit 

disebut sebagai energi positif (Yang/pria) dan bumi disebut energi 

negativ (Yin/wanita).17 Kedua energi itu merupakan keselarasan dan 

keseimbangan alam semesta yang saling bisinergi sehingga terwujud 

alam baru.   

    Zhang Heng juga berhasil membuat statistik jumlah bintang yang 

dapat dilihat di daratan Tiongkok Tengah sebanyak 2500 bintang.18 Hasil 

penelitiannya, menyebutkan bahwa besar matahari pada waktu tengah 

hari dan  pada waktu sore hari tidak sama. Pada waktu sore matahari 

terlihat agak besar, bila dibandingkan pada waktu tengah hari. Dalam 

kondisi gelap, benda terang akan terlihat lebih terang dan besar, tetapi 

pada kondisi terang (langit dan bumi terang) benda akan terlihat lebih 

kecil. Dengan demikian, matahari pada waktu terang akan terlihat sedikit 

mengecil dan pada waktu sore terlihat besar. Contoh perbandingan yang 

dikemukankanya yaitu  cahaya api pada malam hari terlihat besar tetapi 

pada siang hari terlihat kecil. 

    Bangsa Cina kuno mencapai kemajuan luar biasa dalam peradaban 

ilmu falak (astronomi), ilmu falak menjadi bahagian penting dalam 

kehidupan mereka.19 Menurut ahli falak (astronomi) Cina bahwa bumi 

sebagai pusat alam semesta, matahari, bulan dan benda-benda langit lain 

bergerak mengelilingi bumi.20 Pemikiran Cina kuno tentang planet dapat 

dikatakan hampir sama dengan teori heliosentris.   

       e. Peradaban falak (astronomi) India.  

                       

         19Bangsa Cina kuno percaya bahwa fenomina alam sebagai petunjuk nasib dan kekuatan negara, 

maka mereka berusaha memperhatikan peredaran matahari, bulan dan bintang-bintang. Dengan 

memperhatikan fenomina alam dapat diketahui musim tiap tahun, karena kehidupan mereka yaitu  

agraris.  Dari fenomina alam ini  dibuat susunan almanak Cina kuno yang didasarkan kepada 

kajian ilmu falak (astronomi). China kuno sangat mempercayai ramalan astrologi, makmur atau tidak 

suatu negera, nasib orang dan kaisar, dapat diramal melalui kajian astrologi dan ilmu falak, sehingga 

ilmu falak sering digolongkan sebagai ilmu rahasia negara dan nasib orang.  

         20Anton Ramdan, Op cit., h. 16.  

44 

 

   Peradaban falak (astronomi) bangsa India mempunyai kedudukan 

penting dalam perkembangan falak dunia, karena dari peradaban falak 

bangsa India secara tidak langsung memberikan sumbangan terhadap 

peradaban falak  (astronomi)  Islam, disamping peradaban falak bangsa-

bangsa lain yang telah mengakar dalam masyarakat Arab. Peradaban 

falak India yaitu  yang terkuat pengaruhnya terhadap peradaban falak 

(astronomi) Islam (Arab) dibanding Persia, Yunani dan Cina.  

              Bangsa India  telah mengenal ilmu falak dan mengembangkannya 

sejak 3000 tahun sebelum Masehi di lembah sungai Indus.21 Islam banyak 

belajar teori ilmu falak dari India dari buku Sind hind. Buku ini memberi 

inspirasi dan pengaruh yang luas,  dalam perkembangan peradaban falak 

Arab Islam, terutama yang berkenaan dengan angka. Buku Sind hind 

diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Muhammad ibn Ibrahim al-

Fazari, atas perintah Khalifah al-Mansyur.22   

        f. Peradaban falak (astronomi) bangsa Persia.       

      Peradaban falak (astronomi) bangsa Persia juga memberikan pengaruh 

dalam pertumbuhan dan perkembangan  falak (astronomi)  Islam. Bangsa 

Persia belajar falak dari peradaban bangsa India, disamping bangsa-

bangsa lain. Peradaban falak Persia dapat ditemukan pada penggunaan 

istilah falak (astronomi)  yang  dipakai dalam peradaban falak 

(astronomi) Islam sampai  sekarang seperti  zaj (zig). Banyak buku-buku  

falak (astronomi) Persia dijadikan referensi oleh ahli falak (astronomi) 

Islam.23 

       g. Peradaban falak (astronomi) bangsa Maya. 

      Maya merupakan nama salah satu kelompok suku yang berada di 

Amirika tengah. Suku Maya tinggal di wilayah perbatasan samudera 

Pasifik dan laut Karibia. Mereka memiliki peradaban tinggi dalam ilmu 

falak dibanding suku-suku lain pada zamannya. Jose Arguelles yaitu  

seorang peneliti dan Sejarawan Amerika, melakukan penelitian terhadap 

ramalan suku Maya berdasarkan fondasi kalender yang meraka buat. 

Ramalan yang terdapat dalam kalender suku Maya menggambarkan 

bahwa siklus hukum benda langit dan hubungannya dengan perubahan 

                                                             

 

manusia.24 Asal suku Maya diduga kuat dari  keturunan  anak Yafits bin 

Nuh yang membaur dengan keturun Sam.  

      Penanggalan suku Maya yang terdapat dalam kalendernya mencatat 

adanya sistem galaksi tata surya yang sedang mengalami siklus besar 

yang berjangka 5200 tahun lebih (waktunya dimulaim dari tahun 3113 

sebelum Masehi sampai 2012 Masehi). Suku Maya percaya bahwa semua 

benda langit akan terjadi perubahan secara total. Perubahan seperti itu 

disebutnya, sebagai penyelarasan galaksi. Siklus besar ini  dibagi 

menjadi 13 periode  (baktum), setiap periode (baktum) tata surya 

berevolusi dan  mempunyai catatan peristiwa yang terjadi di bumi sangat 

rinci. Dalam setiap periode (baktum) memuat  beberapa kejadian besar 

yang pernah dan yang akan dilalui oleh peradaban manusia di bumi, 

dimulai dari baktum pertama (3113 SM) sampai baktum terakhir (2012 

M).25 Contoh Baktum 12 (1618-2012 M), memuat kejadian: zaman 

                                                             

        25M. Ghannoe, Op cit., h. 109-117. Baktum 0 (3113-2718 SM), memuat kejadian; masuknya 

bumi pada tahap awal, masuknya bumi pada siklus baru di alam semesta, peradaban manusia baru dimulai, 

bangsa Mesir kuno muncul 3100 SM, ekspansi bangsa Sumeria terjadi 3000 SM dan konstruksi awal 

pembangunan Stonehenge dimulai 2800 SM. Baktum 1 (2718-2324 SM), memuat kejadian: konstruksi awal 

pembangunan Great Pyramid 2700-2600 SM., penyebaran peradaban bangsa Sumeria di Timur Tengah, 

perkembangan alat-alat dari perunggu, peradaban Harapa India dimulai dan dunia agraris berkembang di Cina 

dan Mesoamerica. Baktum 2 (2324-1930 SM), memuat kejadian: Alat transpormasi beroda 

ditemuka, code hukum ditulis, imperium Babilonia dibangu dan peradaban Greek dimulai. 

Baktum 3 (1930-1536 SM), memuat kejadian :new Kingdom di Mesir, kerajaan Mesir 

mengabaikan kekuasaan keturunan raja dan hancurnya peradaban bangsa Arya.Baktum 4 

(1536-1141 SM), memuat kejadian: Dinati Shang Cina berdiri, peradaban India dimuali, muncul 

peradaban Mesopotamia dan masa kenabian Ibrahim as sampai nabi Musa as. Baktum 5 (1141-747 

SM), memuat kejadian: Imperium Babilonia dimulai, memperkenalkan persenjataan besi, awal 

kebangkitan Dinasti Chou di Cina dan kuda digunakan untuk berperang, dan muncul suka berperang.  

Baktum 6 (747-353 SM), memuat kejadian: Imperium bangsa Persia dimulai, muncul para filosuf 

Yunani (Plato, Sokrates dan Aristoteles) dan  sistem Kalender bangsa Maya diciptakan.  Baktum 7 (353-

41 SM), memuat kejadian: Dinasti Han muncul di Cina, konstruksi The Great Wall Cina, peneyebaran 

Budha sebagai agama sampai sentral Asia dan masa kenabian Isa as. Baktum 8 (41-435 M), memuat 

kejadian: masa kemunduran kerajaan Romawi, muncul Kristen sebagai agama, dinasti Han runtu dan 

agama Budha tersebar ke Asia Tenggara.Baktum 9 (435-830 M), memuat kejadian: muncul peradaban 

bangsa Maya kedua, masa kenabian Muhammad saw, dan muncul Islam sebagai  agama, agama 

Kristen menyebar ke Eropa Timur dan Eropa Barat, agama Hindu menjadi agama dominan di India, 

ajaran Budha menyebar ke Korea dan Jepang, masa dinasti Tang di Cina dan kejayaan kerajaan di Asia 

Tenggara dan Indonesia. Baktum 10 (830-1224 M), memuat kejadian: kehancuran peradaban bangsa 

Maya, perang salib, peradaban Tibet berkembang dan muncul peradaban Khemer di Asia Tenggara. 

Baktum 11 (1224-1618 M), memuat kejadian: penyebaran Islam ke India, Asia Tenggara dan Afrika 

Barat, kejayaan bangsa Turki, puncak perkembangan Kristen di Eropa Barat, puncak perkembangan 

Kristen Ortodoks di Eropa Timur dan peradaban Eropa menyebar ke berbagai negara. Baktum 12 

(1618-2012 M), memuat kejadian: zaman Imperialisme dan Kapitalisme, revolusi industeri, revolusi 

46 

 

Imperialisme dan Kapitalisme, revolusi industeri, revolusi Amerika, 

kolonialisme di Afrika, Amerika Latin dan Asia, revolusi Peranci, 

industrialisasi di Jepang, muncul paham Marxisme oleh Karl Marx, 

revolusi Komunis di Rusia dan Cina, perang dunia pertama dan kedua 

meletus dan era bom atom era senjata nuklir dimualai, teror mulai 

merajalela secara global, kejayaan Islam dan muncul kekuatan baru 

Timur Tengah dan Asia, mulai tidak setabil peradaban manusia di bumi, 

dan bumi memasuki era akhir global dan zona tahap akhir. 

           Berdasarkan perhitungan kalender  Maya yang dimulai  (3113 SM -

2012 M), bahwa pada tahun 2012 merupakan End of Times. Ada 

beberapa pendapat atau pengertian tentang End of Times  

       1). Bumi berhenti berputar, karena waktunya sudah berakhir. 

  2). Berakhirnya kehidupan dunia sebagaimana yang dipahami orang, 

berarti kiamat.   

3). Waktu sudah tidak berlaku, (waktu seperti dalam kelender maya)  

   4). Manusia sudah mamapu melakukan transportasi ke galaxy, dan  

peradaban manusia mengalami kekacauan. 

            Menurut hemat penulis, yang dimaksud end of times  yaitu  suatu 

fase kehancuran peradaban manusia, yaitu kehancuran peradaban lama 

dan lahir peradaban baru di bumi, karena pada tahun 2012 tata surya 

masuk dalam zona photon, ketika itu akan terjadi getaran bumi dan 

peningkatan kesadaran manusia, yang selanjutnya memicu perubahan 

besar dalam kehidupan manusia di planet bumi.26 

B. Perkembangan Ilmu Falak  Pada Masa Islam. 

           Cikal-bakal muncul ilmu falak (astronomi) dalam Islam sudah dimulai 

ketika Nabi Ibrahim as  mencari Allah swt. Cara yang dilakukan Nabi 

Ibrahim as yaitu  dengan mengamati benda-benda langit seperti matahari, 

bulan dan bintang-bintang yang bergerak di angkasa. Pengamatan yang 

dilakukan Nabi Ibrahim as itu belum dapat dikatakan sebagai menghasilkan 

ilmu pengetahuan, karena tidak dilakukakan penelitian secara ilmiah, tetapi 

hanya sebatas pengetahuan yang ditunjukkan Allah swt kepada Nabi Ibrahin 

as. Peristiwa Nabi Ibrahim as mencari Allah swt itu  diterangkan  Allah swt  

dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 75-78, sebagai berikut; 

    

  Dan Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan Kami 

langit dan bumi dan agar dia (Ibrahim) termasuk orang yang yakin. Ketika 

malam telah gelap, dia (Ibrahim) melihat bintang ia berkata, inilah 

Tuhanku, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia (Ibrahim) berkata, saya 

tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia (Ibrahim) melihat 

bulan terbit dia berkata inilah Tuhanku, tetapi setelah bulan itu terbenam, 

dia berkata sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, 

pastilah aku termasuk orang yang sesat. Kemudian tatkala ia melihat 

matahari terbit, dia berkata inilah Tuhanku karena lebih besar. Maka 

tatkala matahari itu terbenam, dia berkata hai kaumku, sesungguhnya aku 

berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (Al-Qur’an surat An’am (6) 

:75-78).27 

       Esensi ayat ini yaitu  bahwa Nabi Ibrahim as mencari Allah swt dengan 

memperhatikan alam seperti matahari, bintang dan bulan. Semua benda 

langit ini  muncul kemudian hilang karena semuanya beredar pada 

orbitnya. Artinya, benda-benda langit itu bergerak pada porosnya masing-

masing, sehingga terjadi perubahan (kadang-kadang terlihat dan kadang-

kadang tidak terlihat). 

        Matahari, bulan, bintang dan benda-benda langit yang diperlihatkan 

kepada Nabi Ibrahim as yaitu  sebagai tanda kebesaran dan keagungan 

Allah  swt sang pencipta alam semesta. Matahari, bulan dan bintang-bintang 

merupakan pedoman penting bagi kehidupan manusia di permukaan bumi, 

karena matahari  sumber kehidupan  makhluk di planet bumi dan bulan 

sebagai petunjuk waktu. Apa yang diperlihatkan Allah swt kepada Nabi 

Ibrahim as merupakan indikasi pentingnya ilmu perbintangan dan 

mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan di bumi. 

             Banyak ayat al-Qur’an yang menunjukkan bahwa alam semesta  

sebagai bukti tanda kekuasaan dan kemurahan Allah swt. Ayat-ayat yang 

berbicara tentang alam selalu diakhiri dengan ungkapan kata sesungguhnya 

yang demikian itu Kami tujukan kepada orang-orang yang berilmu 

pengetahuan, dan orang yang mau berfikir, orang yang berakal dan orang 

yang mau mengerti”.28 Contoh, firman Allah swt dalam surat Ali Ilman. 

                                                 

      

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan  pergantian malam 

dan siang sebagai tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (Al-

Qur’an surat Ali Imran (3): 190).29   

               Ayat di atas mengindikasikan