A. Pengertian Ilmu Falak.
1. Menurut bahasa (etimologi) dan istilah (terminologi)
Menurut bahasa (etimologi), falak berarti orbit, lintasan benda-benda
langit, peredaran bintang-bintang,1 atau garis edar benda-benda langit dan
bumi.2 Kata falak berasal dari bahasa Arab yang ada persamaan artinya
dengan kata madar nujum,3 atau orbit dalam bahasa Inggris.4 Dalam
Kamus besar Bahasa Indonesia, falak diartikan lengkung langit, lingkaran
langit, cakrawala, pengetahuan mengenai keadaan (peredaran, perhitungan,
dan sebagainya) bintang-bintang atau ilmu perbintangan.5 Berdasarkan
pengertian etimologis dapat dirumuskan, ilmu falak yaitu ilmu yang
mempelajari dan membahas lintasan dan gerak benda-benda langit
(matahari, bulan, bintang dan planet lainnya) pada orbitnya (falak)
masing-masing. Ilmu falak sudah dikenal masyarakat sekitar 4500 tahun
sebelum tahun Masehi oleh bangsa Babilonia yang tinggal di antara sungai
Tigris dan sungai Efrat.
Nama-nama lain dari ilmu falak, pertama ilmu hisab, artinya
menghitung, ilmu falak dalam menetapkan peredaran benda-benda langit
dengan menggunakan perhitungan. Kata hisab berasal dari bahasa Arab,
secara etimologis mencakup semua ilmu yang terkait dengan hitungan
seperti ilmu matematika, ilmu waris dan ilmu falak, dan secara
terminologis sama dengan ilmu falak.7 Kedua ilmu miqat yang berarti
waktu. Ilmu falak mempelajari dan membahas tentang persoalan awal dan
akhir waktu pelaksanaan ibadah. Kata miqat, berasal dari bahasa Arab
yang berarti waktu. Ketiga ilmu rasd yang berarti pengamatan.
Pembahasan ilmu falak tidak terlepas membicarakan oservasi benda-benda
langit, atau pengamatan secara langsung terhadap benda langit seperti
matahari, bulan dan bintang. Keempat ilmu astronomi yang berarti ilmu
perbintangan. Kata astronomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “astron”
yang berarti bintang dan “nomos” berarti nama.8 Kelima istilah ini ,
ilmu falak, ilmu hisab, ilmu miqat, ilmu rasd dan astronomi, yang terkenal
di kalangan masyarakat yaitu “ilmu falak dan ilmu hisab”,9 dan
keduanya disebut dengan ilmu astronomi.
2. Menurut Iastilah (terminologi)
a. Menurut J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, ilmu falak yaitu
“ilmu tentang bintang-bintang di langit, tentang peredarannya dan
perhitungannya”
b. Menurut Peter Salim dan Yenny Salim, ilmu falak yaitu “ilmu tentang
bintang-bintang, planet-planet dan benda-benda angkasa lainnya yang
berhubungan dengan susunan, gerak, kedudukan dan ukurannya”.
c. Menurut Muhammad Farid Wajdi, ilmu falak yaitu “ilmu tentang
lintasanbenda-benda langit, matahari, bulan, bintang dan planet-planet
lain”.
d. Menurut Leksikon Islam, ilmu falak yaitu “ilmu perbintangan,
astronom pengetahuan mengenai keadaan bintang-bintang di langit”.
3
e. Menurut Ensiklopedi Hukum Islam, ilmu falak yaitu “ilmu
pengetahuanyang mempelajari benda-benda langit, matahari, bulan,
bintang dan planet-planetnya tentang fisiknya, geraknya, ukurannya dan
segala sesuatu yang berhungan dengannya”.14
f. Menurut Almanak Hisab Rukyat, ilmu falak yaitu “ ilmu pengetahuan
yang mempelajari lintasan benda-benda langit, seperti matahari, bulan,
bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk
mengetahui posisi dari benda-benda langit ini serta kedudukan
benda-benda langit yang lain”.15
g. Menurut Sulaiman, ilmu falak yaitu “ ilmu yang mengkaji segala
sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta berupa benda-benda langit
di luar atmosfir bumi, seperti matahari, bulan, bintang, sistem galaksi,
planet, komet dan meteor dari segi asal-usul, gerak, fisik dan kimianya
dengan menggunakan hukum matematika, fisika dan biologi”.16
h. Menurut Ensiklopedi Islam, ilmu falak yaitu “ ilmu yang mempelajari
benda-benda langit, matahari, bulan, bintang dan planet lain “.17
i. Menurut Susiknan Azhari,”ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda
langit, seperti Matahari, Bulan, Bintang-Bintang dan benda-benda langit
lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit
serta kedudukannya”.
Ilmu falak (astronomi) merupakan satu-satunya ilmu alam yang tidak dikecam kaum Muslimin abad
pertengahan, dan mendapat tempat terhormat serta dihormati oleh ulama. Ilmu ini merupakan satu-
satunya ilmu pasti Islam yang bertahan hingga zaman modern, dan terus berkembang setelah
serangan Mongol ke Bagdad, tatkala berbagai aktivitas ilmiah dalam dunia Islam mulai merosot.
Selain itu, karena hubungan ilmu falak (astronomi) dengan ilmu Astrologi tidak dapat dipisahkan
secara tradisional dan kegunaannya dalam berbagai masalah, seperti pembaharuan alanak, penentuan
arah Kiblat dan perhitungan waktu salat, maka ilmu falak (astronomi) Islam senantiasa dilindungi
dan mendapat perhatian dari para penguasa sepanjang sejarah. Dalam perspektif ilmiah, ilmu falak
(astronomi) telah berjasa besar dalam melahirkan ilmu trigonometri dan penemuan Muslim dalam
ilmu pasti ini sangat mengagumkan. Dari ilmu falak (astronomi) banyak perkembangan penting yang
terjadi dalam bidang matematika, terutama dalam teknik kuantitatif dan geometri, karena semua
disiplin ilmu ini berkaitan dan diperlukan oleh ahli falak (astronom). Pengembangan ilmu falak
(astronomi) merupakan kegiatan ilmiah Muslim secara Internasional yang melibatkan orang-orang
dari seluruh dunia Islam, termasuk para ahli ilmu falak (astronomi) dari Yunani, Cina, dan India.
.
4
Secara redaksional definisi yang dikemukan para ahli terlihat berbeda
antara satu dengan yang lain, tetapi esensinya tidak berbeda, karena semua
definisi mengungkapkan esensi ilmu falak yaitu ilmu yang membahas
tentang benda-benda langit (matahari, bulan dan bintang-bintang). Dari
beberapa definisi ini dapat dirangkum, ilmu falak yaitu “ilmu
pengetahuan yang mempelajari lintasan dan gerak benda-benda langit,
seperti matahari, bulan, bintang-bintang,dan benda-benda langit lainnya,
mengetahui posisi dan kedudukannya dengan tujuan untuk kepentingan
praktis dalam melaksanakan ibadah yang terkait dengan waktu dan
tempat”.19
Ilmu falak pada dasarnya ada dua macam, yaitu ilmu falak ilmiy dan
ilmu falak amaliy. Ilmu falak ilmiy yaitu “ilmu falak yang membahas
teori dan konsep benda-benada langit matahari, bulan, bintang-bintang dan
benda-benda langit lainnya, misalnya dari asal-usul kejadiannya
(cosmogoni), bentuk dan tata himpunannya (cosmologi), jumlah benda
langit (cosmografi), ukuran dan jaraknya (astrometrik), gerak dan gaya
tariknya (gerafikasi) dan kandungan unsur-unsurnya (astrofikasi). Ilmu
falak ilmiy dikenal dengan istilah Theoritical Astronomy” atau disebut juga
dengan ilmu falak teori, karena membahasan konsep dan teori yang
berkenaan dengan tatasurya (benda-benda langit dari berbagai segi).
Ilmu falak amaliy yaitu ilmu falak yang melakukan perhitungan
untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit (matahari,
bulan bintang-bintang dan benda-benda langit) lainya. Ilmu falak amaliy
dikenal dengan istilah Practical Astronomy, oleh masyarakat umum dikenal
dengan ilmu falak atau ilmu hisab.20 Ilmu falak dijadikan sebagai
pedoman dalam menetapkan pelaksanaan kegiatan ibadah dalam Islam
seperti menetapkan arah kiblat, waktu shalat,21 awal puasa, idul fitri, idul
adha, haji dan wukuf di Arafah.
falak yang khusus mengkaji perjalan dan gerak matahari dan bulan untuk menentukan Ilmu 19
waktu-waktu ibadah dan arah Kiblat disebut dengan ilmu falak Syar’i. Ilmu falak Syar’i disebut
pula dengan ilmu hisab. Penamaan ilmu hisab hanya popular dikalangan beberapa fukaha saja.
Sebenarnya dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam secara umum, terutama dilingkungan para
pengkaji sains Islam di masa lampau, ilmu hisab bukan ilmu falak, melainkan yaitu ilmu hitung
atau berhitung (aritmatika), yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang bilangan mulai dari
penambahan (penjumlahan), pengurangan, perkalian dan pembagian yang digunakan untuk berbagai
keperluan dalam kehidupan manusia, seperti ulama fikih menggunakan ilmu hisab untuk menghitung
pembagian warisan (faraid). Kemudian, ahli falak juga menggunakan teori-teori ilmu aritmatika
untuk kepentingan menghitung gerak dan posisi matahari, bulan dan bintang-bintang serta benda-
benda angkasa lainnya.Itulah sebabnya ilmu falak disebut juga dengan ilmu hisab
falak Dalam uraian selanjutnya yang dikembangkan yaitu ilmu Loc cit. Muhyiddin Khazin,20
amaliy, karena ilmu ini membahas masalah yang berhubungan dengan waktu-waktu ibadah.
Kata falak yang berarti orbit atau garis edar diungkapkan dalam al-
Qur’an, seperti firman Allah swt. berikut.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. masing-masing beredar pada garis orbitnya”. (Al-Qur’an surat al-
Anbiya (21) : 33).22
Terjadi perubahan waktu, pergantian siang dan malam dan pergantian
musim (panas, hujun dan salju) disebabkan peredaran matahari dan bumi.
Terdapat hubungan antara peredaran matahari dan perubahan waktu di
pelanet bumi.
“Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak
dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis orbitnya” (Al-
Qur’an surat Yasin (36) : 40).23
Kata “falak”( ϚϠϓ ) pada ke dua ayat di atas berarti “garis edar” atau
“orbit”.24 Dalam surat Yasin ayat 40 Allah swt. menjelaskan bahwa tidak
mungkin matahari berdekatan dengan bulan dan malam tidak dapat
mendahului siang, karena masimg-masing benda langit itu beredar pada
garis edarnya. Maksudnya bahwa semua benda langit beredar pada pada
garis edar (falak) masing-masing dan tidak keluar dari garis edar ini .
Peredaran matahari dan bulan pada orbit atau garis edarnya masing-masing
itu menyebabkan terjadi pergantian malam dan siang pada setiap daerah di
permukaan bumi.
Allah swt. menjelaskan manzilah-manzilah bulan dalam surat yasin ayat
38 dan 39.
Dan matahari berjalan di tempat edarnya. Demikianlah ketetapan Allah
Yang Maha Perkasa, Maha mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat
masing. Di -benda langit beredar dan bergerak pada poros atu sumbunya masing-Semua benda24
samping beredar pada porosnya, benda –benda langit bergerak mengitari benda langit lainnya
sebagimana diungkapkan pada ayat di atas.
6
peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke peredaran terakhir)
kembali ia seperti bentuk tandan yang tua. (Al-Qur’an surat Yasin (36) :
38-39).25
Peredaran bulan awalnya kelihatan kecil kemudian menjadi besar (bulan
purnama), kemudian kembali mengecil seperti bentuk tandan yang tua.
Allah swt. menegaskan Dialah yang menciptakan langit dan
bumi serta pergantian siang dan malam.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam
dan siang terdapat tanda-tanda (kebesara Allah) bagi orang yang berakal ”
(Al-Qur’an surat Ali Imran (3): 190).26
Langit, bumi, pergantian siang dan malam yaitu ciptaan Allah swt.,
dan perubahan itu merupakan tanda kebesaran Allah swt. Banyak ayat-ayat
al-Qur’an yang menerangkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah
swt. melalui alam ciptaan-Nya, termasuk peredaran benda-benda langit
seperti matahari, bulan, pergantian siang dan malam yang terjadi setiap hari.
Berdasarkan tanda-tanda itu dapat diketahui bilangan tahun atau
perhitungn waktu.27 Sesungguhnya apa yang diciptakan Allah swt. di langit
dan di bumi serta pergantian siang dan malam menjadi tanda kebesaran
Allah swt.
Ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan benda angkasa menjadi
pendorong bagi umat Islam untuk memperhatikan, mempelajari dan
meneliti benda-benda langit. Sebagai realisasi dari penelitian meraka
terhadap ayat-ayat al-Qur’an serta kerja keras mereka lahirlah sejumlah
tokoh-tokoh ilmuwan muslim dalam bidang ilmu falak (sains astronomi),
sejak abad ketujuh Masehi sampai sekarang. Titik kulminasi perkembangan
dan kemajuan ilmu falak (astronomi) berada pada masa pemerintahan
Abbasiyah yaitu pada masa Khalifah al-Masur dan al-Makmun.
h. 629. Bulan pada mulanya , .Op cit ,Qur’an dan Terjemahnya-Al Departemen Agama RI,25
kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, ia menjadi purnama, setelah
itu pada manzilah terakhir kelihatan seperti daun kering yang melengkung.
. h. 96, .I b i d26
h. 2. Waktu merupakan bagian yang amat penting bagi kelangsungan hidup ,.Op citA. Jamil, 27
umat manusia di permukaan bumi, dengan mengetahui waktu orang dapat merencanakan, menyusun
program kegiatan, melihat peristiwa masa lalu dan prediksi kedepan. Waktu menjadi penentu dalam
pelaksanaan kegiatan ibadah seperti salat, puasa, dan haji. Mengingat penting arti waktu bagi
kehidupan manusia, banyak ayat al-Qur’an yang mengingatkan bahwa waktu sangat penting bagi
manusia, dan Allah bersumpah dengan waktu.
7
Secara spesifik pembahasan ilmu falak tentang peredaran dan
kedudukan matahari, bumi dan bulan serta benda-benda langit lainnya
yang ada hubungan dengan masalah penetapan arah kiblat, awal waktu salat
dan awal bulan Kamariah terkait dengan pelaksanaan ibadah.28 Ilmu yang
khusus membicarakan masalah waktu pelaksanaan ibadah seperti penetapan
arah kiblat, waktu shalat dan awal bulan disebut Ilmu falak Syar’iy.29
Sementara itu, kata hisab berasal dari bahasa Arab “al-hisab”, secara
bahasa berarti “ perhitungan, perkiraan atau membilang bintang di langit“.30
Ahli hisab yaitu ahli hitung seperti penetapan arah kiblat, awal waktu salat
dan awal bulan Kamariah (Ramadan dan Syawal), berdasarkan kaidah ilmu
falak (astronomi). Sedangkan ahli rukyat menetapkan arah kiblat, waktu
shalat dan awal bulan Kamariah (Ramadan dan Syawal) dengan cara melihat
hilal.31
Dalam al-Qur’an banyak ditemukan kata hisab, secara umum dipakai
dalam arti perhitungan atau pemeriksaan, seperti firman Allah swt.
Wahai Dawud, sesungguhnya engkau Kami jadikan Khalifah (penguasa) di
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau
dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
(Al-Qur’an surat Sad (38) : 26)32
Dalam surat Yunus ayat 5, kata hisab dipakai dalam arti perhitungan waktu,
Allah berfirman.
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan
Dialah yang menetapkan tempat orbitnya,agar kamu mengetahui bilangan
tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu
melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-Qur’an surat Yunus (10) : 5).33
Kata ΏΎδΤϟ pada surat al-Mukminun ayat 17, surat Sad ayat 17 dan surat
Yunus ayat 5 artinya “ menghitung” atau “mengira”.
Astronomi menurut istilah (terminologis) berarti “ ilmu yang
mempelajari tentang matahari, bulan, bintang dan pelanit lainnya”.34 Objek
pembahasan stronomi sama dengan ilmu falak yaitu” ilmu yang
mempelajari benda-benda langit ( matahari, bulan, bintang dan lainnya)
secara umum dari berbagai aspek”.35
Astrologi menurut bahasa (etimologis) berarti “ilmu perbintangan
yang dipakai untuk meramal dan mengetahui nasib orang”.36 Menurut
terminologis astrologi yaitu “ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-
benda langit dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh benda-benda langit
itu terhadap nasib kehidupan seseorang di muka bumi”.37
Astrologi suatu kepercayaan yang berasal dari bangsa Babilonia kuno
berdasarkan horoskop yang digunakan untuk menentukan nasib seseorang
menurut kedudukan dan peredaran benda langit.38 Dengan kata lain,
h. 281. Allah menciptakan Matahari dan Bulan bukanlah dengan percuma, melainkan I b i d.,33
ada hubungan dengan kehidupan di Bumi. Pada mulanya para ahli falak berpendapat bahwa pusat
kehidupan yaitu bumi, tetapi kemudian hasil penelitian menemukan bahwa Matahari yaitu sumber
kehidupan, karena Matahari memiliki semua keperluan makhluk di Bumi. Matahari sumber panas,
sumber cahaya dan sumber energi. Kehidupan manusia di Bumi memerlukan semua itu, termasuk
makhluk-makhluk lainnya. Dengan demikian hubungan planet Bumi dengan Matahari sangat erat,
terutama Bumi sangat berhajat kepada Matahari
. h. 547 Op cit., Departemen P&K, 34
hanya berbeda nama, namuk astronomib dan ilmu Ilmu falak, ilmu hisa. 3 .h ,.Op cit A. Jamil,35
objek pembahasannya sama, yaitu benda-benda langit terutama dari peredaran atau gerakannya.
.Loc cit Departemen P&K, 36
ung, Pustaka Band Zodiak Anda Menurut Astrologi Arab, Irwan Winardi dan Isa Anshari,37
Hidayah, 2004, hlm. 9. Astrologi yang pertama dikenal masyarakat Indonesia yaitu Astrologi Barat
dengan 12 zodiak-nya, kemudian Astrologi Cina dengan 12 shio-nya menjadi popular sampai
sekarang. Astrologi Barat mengadopsi astrologi yang dikembangkan Arab. Pada awalnya, tidak ada
pemisahan antara astrologi dan asrtonomi, ahli ilmu falak dapat dipastikan ahli astronomi dan ahli
astrologi, dan mereka mempunyai kedudukan penting di kerajaan. Para ahli falak (astronomi dan
astrologi) diberi tugas untuk menyusun almanac dan mencatat suatu kejadian penting dalam sebuah
log book. Pencatatan ini berlangsung ribuan tahun, terkumpul catatan berbagai macam peristiwa
dan kejadian alam seperti cuaca, musim, bencana alam, kelahiran, pernikahan, kematian, perkelahian
dan sebagainya. Berdasarkan catatan itu, para ahli falak dan astroligi membuat rumus tertentu dalam
suatu kejadian, hingga mereka bisa memperkirakan (meramalkan) suatu kejadian dimasa datang.
Ilmu astrologi yaitu memperkirakan suatu kejadian berdasarkan peredaran pelanet matahari, bullan
dan bintang-bintang yang ada hubungan dengan kehidupan orang di bumi.
9
astrologi ilmu untuk meramal nasib seseorang berdasarkan kepada
peredaran atau gerakan benda-benda langit (bintang-bintang).39
B. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Falak.
Pembahasan ilmu falak ialah mempelajari benda-benda langit,
khususnya matahari, bulan dan bumi dari segi peredaran, ukuran, posisi dan
jarak antara matahari, bumi dan bulan. Peredaran matahari, bulan dan bumi
menyebabkan terjadi perubahan waktu dari detik, menit, jam, hari bulan,
tahun, abad dan seterusnya. Manusia sangat berhajat kepada waktu dalam
menjalani aktivitasnya, baik untuk kepentingan umum maupun untuk
kepantingan ibadah.40
Pembahasan pokok ilmu falak dilihat dari terminilogis sangat luas,
karena kajiannya tidak terbatas pada peredaran matahari dan bulan saja,
tetapi keterkaitannya dengan terjadi perubahan waktu dan musiam
dipermukaan bumi.
Pada masa kejayaan Islam, ilmu falak mengalami perkembangan dan
kemajuan pesat, karena para ahli falak (falaki) bersungguh-sungguh
mempelajari dan meneliti pelanit (matahari, bulan dan bintang-bintang).
Hasil penelitian mereka melalahirkan teori-teori baru dalam ilmu falak yang
berguna bagi manusia.
Pembahasan ilmu falak juga berkaitan erat dengan kebutuhan ibadah
umat Islam, seperti menetapkan posisi atau arah kiblat dari berbagai penjuru
daerah di bumi, menetapkan waktu-waktu salat, baik melalui hisab dengan
tumbuh menjadi disiplin ilmu tersendiri astrologiAbad kedelapan Masehi, h. 36. Pada ,.I b i d39
dalam Islam, suatu disiplin ilmu yang lahir dari perpaduan kreatif antara tradisi dari Iran, India,
Mesopotamia dan Arab. Semua tradisi dari bangsa-bangsa ini sama-sama memiliki ciri
fundamental tertentu. Semuanya meyakini bahwa jagat raya geosentris di dalamnya terdapat benda-
benda langit yang berpengaruh terhadap bumi. Tradisi-tradisi ini menganut paham Aristotelian,
yang beranggapan bahwa bintang menentukan gerak bumi, air, udara dan api. Dengan ciri khas ini,
astrologi merupakan suatu ilmu baru yang berdasarkan fisika dan astronomi Yunani yang dipadukan
dengan kepercayaan Babilonia dan Mesir kuno, kemudian berkembang sampai ke India pada abad ke
dua Masehi. Kemudian, astrologi mendapat sentuhan kepercayaan lokal. Pada abad ke sepuluh
Masehi, ilmu astrologi mulai merambah ke dunia luar Arab seperti ke Bizantiuam, ke Barat dan ke
India. Banyak teks astrologi Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Astrologi Islam
berpengaruh kuat pada tradisi astrologi India dan Barat. Jadi, astronomi dan astrologi tidak sama
(berbeda), meskipun ke duanya sama-sama membahas dan menerjemahkan alam jagat raya, ke
duanya juga tidak lepas dari pemaknaan benda-benda langit. Ilmu astrologi mempelajari hubungan
dan kedudukan rasi bintang (zodiak), planet, matahari dan bulan terhadap karakter dan nasib
seseorang, karena itu ilmu ini dinamakan juga dengan ilmu ramalan. Astronomi tidak hanya
mempelajari planet, matahari, bulan, bintang dan benda-benda angkasa lainnya, tetapi juga
mempelajari alam semesta secara fisika-matematika dan hukum alam, sehingga menurut astronomi
benda-benda di angkasa yaitu benda langit, bukan dewa seperti yang di ajarkan oleh ilmu astrologi.
40Hampir semua ibadah dalam Islam terikat dengan waktu dan telah ditentukan awal-dan akhir
waktunya seprti shalat, zakat, puasa, haji, mua’malah dan lain-lain.
10
rumus tertentu maupun melaui observasi (rukyat),41 dan penetapan awal
bulan Kamariah (Ramadan dan Syawal) untuk kepentingan ibadah puasa
Ramadan dan leberan.
Dengan demikian, mempelajari ilmu falak mempunyai dua kepentingan.
Pertama, memepelajari ilmu falak untuk penguasaan dan pengembangan
ilmu penegtahun (sains) di bidang falak (astronomi), sehingga melahirkan
para ahli falak (astronom muslim) terkenal yang bertarap dunia.42 Mereka
mengembangkan ilmu falak dengan mempelajari buku-buku ilmu falak yang
ditulis para ahli sebelumnya dalam berbagai bahasa, dan melakukan
penelitian terhadap benda-benda langit (matahari, bulan dan bintang-
bintang). Hasil penelitian mereka menghasilkan teori-teori baru sebagai
kontribusi bagi pengambangan sains modern dalam bidang ilmu falak
(astronomi), baik di Timur maupun di Barat.
Kedua, mempelajari ilmu falak untuk keperluan yang berhungan dengan
penetapan pelaksanaan ibadah, seperti penetapan arah kiblat, waktu shalat
dan awal bulan Kamariah. Kajian falak dalam bidang ini bersifat penerapan
dan menjadi bagian penting dalam ibadah, karena menetukan sahnya suatu
ibadah.43
Fungsi ilmu falak yang terkait dengan ibadah sebagai berikut;
1. Penetapan arah kiblat.
Masalah kiblat yaitu masalah arah,44 yakni menghadap ke arah
Ka’bah di Masjid al-haram Makah. Arah Ka’bah dapat ditentukan dari
setiap tempat di permukaan bumi dengan melakukan perhitungan dan
pengukuran. Perhitungan arah kiblat pada dasarnya untuk mengetahui
letak Ka’bah, dilihat dari suatu tempat di permukaan bumi sehinga semua
gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat, baik ketika berdiri,
rukuk, maupun sujud selalu berimpit dengan arah Ka’bah.
41Dahlan Abdul Azis (at.al), Buku 1, Op cit., h. 304. Yang dimaksud observasi ialah melihat
secara langsung posisi matahari pada waktu salat tertentu, umpamanya waktu shalat zuhur, ashar dan
seterusnya. Hampir semua kitab-kitab fikih menetapkan waktu shalat berdasarkan metode rukyat.
42Susiknan Azhari, Ilmu falak, Op cit., h. 3.
43I b i d.
44Ulama fiqh sepakat bahwa Kiblat orang yang melihat Kakbah yaitu tepat menghadap ke
bangunan Kakbah (menghadap ain Kakbah), bahkan Mazhab Hambali menambahkan bahwa ketentuan
ini juga berlaku bagi penduduk kota Mekah, sekalipun antara dirinya dengan bangunan Kakbah
terhalang. Kiblat orang yang tidak melihat Kakbah (orang diluar Mekah) Jumhur ulama sepakat bahwa
Kiblatnya menghadap arah Kakbah. Yang dimaksud dengan Kakbah menurut Juhur ulama termasuk
udaranya, baik ke atas maupun ke bawah. Dengan kata lain, yang termasuk Kakbah yaitu lapisan
tanah tempat berdirinya bangunan Kakbah sampai ke angkasa raya. Dengan demikian orang berada di
tempat tinggi ,di dalam pesawat dan di dalam sumur (trowongan bawah tanah) mereka dalam
melaksanakan salat menghadap Kakbah.
11
Arah kiblat bagi tempat-tempat yang berada di Timur Mekah
menghadap ke arah Barat, arah kiblat bagi tempat-tempat yang berada di
Selatan Makah menghadap ke Utara, arah kiblat bagi tempat-tempat yang
berada di Barat Mekah menghadap ke Timur, dan arah kiblat bagi
tempat-tempat yang berada di Utara Mekah menghadap ke Selatan.
Misalnya arah kiblat Pekanbaru 66º 12' diukur dari titik Uutara ke Barat,
artinya masyarakat Islam Pekanbaru ketika melaksanakan salat
menghadap ke arah Barat mereng ke utara 23º 48'.45
Kiblat yaitu arah yang dihadap orang Islam ketika melaksanakan
shalat, yaitu arah menuju Ka’bah di Mekah. Umat Islam sebelum
berkiblat ke Ka’bah di Mekah, kiblat shalatnya kea rah Masjid al-Aqsha
di Pelistina, pada tahun kedua hijriah terjadi perubahan arah kiblat.46
Pada suatu hari, Nabi saw sedang melaksanakan shalat berjamaah di
Masjid Banu Salamah di Madinah, setelah rakaat pertama, Nabi saw.
menerima wahyu agar mengarahkan ke Ka’bah di Mekah, dan jamaah
mengikuti tindakan Nabi saw ini . Sejak peristiwa itu, masjid Banu
Salamah dikenal dengan masjid kiblatain.47
Pemindahan kiblat dari Masjid al-Aqsha di Palestina ke Masjid al-
Haram di Mekah dijelaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya.
Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka
akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram. Dan dimana saja engkau
berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan Sesungguhnya orang-
orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa pemindahan
kiblat itu yaitu kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah sekali-kali
tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (al-Qur’an Surat al-
Baqarah (2) : 144).48
Ualama sepakat bahwa menghadap ke arah kiblat waktu shalat
merupakan syarat sah shalat. Perintah menghadap ke Ka’bah dapat
dilaksanakan dengan mudah bagi orang yang berada dekat dengan Masjid
al-haram di Mekah. Tetapi bagi orang yang berada jauh dari Masjid al-
Haram, menemukan kesulitan untuk mendapatkan arah yang tepat.
Penentuan arah kiblat berdasarkan perkiraan semata, mukin benar dan
juga mungkin tidak benar. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan yang
cermat dan teliti berdasarkan ketentuan ilmu falak.
Dalam masalah menghadap kibalat ulama berbeda pendapat. Pertama
harus menghadap ke kiblat secara tepat (ain Ka’bah). Pendapat ini
dipelopori imam asy-Syafi’i, oleh karena itu jika setelah shalat diketahui
bahwa arah kiblat tidak tepat (salah), shalat harus diulang. Kedua, hanya
menghadap ke arah kiblat saja, pendapat ini dipelopori imam Abu
Hanifah dan imam Malik. Menurut mereka orang hanya dituntut untuk
berusaha menghadap ke arah kiblat, seperti perintah dalam surat al-
Baqarah ayat 144. Oleh karena itu, orang yang salat dengan menghadap
arah kibalat yang ditetepkan bersarakan hasil ijtihad, sah shalatnya.
Ka’bah yaitu sebuah bangunan mendekati bentuk kubus yang
terletak di tengah Masjid al-Haram di Mekah.49 Ka’bah menjadi pusat
peribadatan dan kiblat umat Islam seluruh dunia.
Menurut Yaqut al-Hamawi (557-607 H/1179-1229 M) ahli sejarah
dari Irak, bangunan Ka’bah berada di lokasi tempat kemah Nabi Adam
as setelah diturunkan Allah swt dari Syurga ke bumi. Lokasi ini
diagungkan oleh para Nabi,50 kemudian pada lokasi itu dibangun rumah
ibadah. Dalam Dictionary of Islam dijelaskan bahwa Nabi Adam as
diyakini sebagai peletak dasar pembangunan Kakbah di bumi.51 Setelah
Nabi Adam as wafat, bangunan itu diangkat ke langit. Lokasi tempat
bangunan itu diagungkan dan disucikan dari masa ke masa oleh generasi
berikutnya.
Pada masa Nabi Ibrahim as dan puteranya Nabi Ismail as, lokasi
49Abdul Azis Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, (Jakarta: PT. Intermasa, 2001), h.
1139. Masjid haram terdiri dari dua kata, masjid dan haram. Masjid yaitu sebuah bangunan yang
diperuntukkan sebagai tempat ibadah khususnya ibadah salat. al-Haram berarti haram, dalam arti
dihormati (orang yang masuk ke dalamnya aman), suci dan mulia. Masjid al-Haram berati masjid yang
suci, dimuliakan dan dihormati, terletak di Mekah yang di tengahnya terdapat bangunan Ka’bah.
Bandingkan, hhp://www.google.co.id/sejarah-kakbah diaksisi tanggal 7 Februari 2012.
50Susiknan Azhari, Ilmu Falak, Op cit., h. 41.
51I b i d. Ka’bah berbentuk bangunan kubus yang berukuran 12 x11 x 16 meter. Ka’bah disebut
Baitullah (rumah Allah) atau Baitul Atiq (rumah tua). Batu yang dijadikan bangunan Ka’bah diambil
dari lima sacred mountains, yakni : Sinai, al-Judi, Hira, Oliver dan Libanon.
13
bangunan Ka’bah dijadikan tempat bangunan rumah ibadah.52 Bangunan
itu merupakan rumah ibadah pertama yang dibangun di bumi,
berdasarkan firman Allah swt. dalam al-Qur’an.
“Sesungguhnya rumah ibadah pertama dibangun untuk manusia, ialah
Baitullah yang terdapat di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia”. (Al-Qur’an surat Ali Imran (3): 96).53
Firman Allah swt dalam surat al-Baqarah ayat 125 menjelaskan
bahwa Baitullah tempat berkumpul manusia, tempat yang aman, tempat
orang salat, tawaf, i’tikaf, ruku’ dan sujud.
Dan Kami jadikan Baitullah tempat berkumpul bagi manusia, tempat
yang aman, dan jadikanlah sebagian makam Ibrahim tempat salat. dan
Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, membersihkan rumah-Ku
untuk tempat orang tawaf, i'tikaf, rukuk dan sujud. ( Al-Qur’an surat al-
Baqarah (2) : 125).54
Allah swt menjelaskan bawah Ka’bah telah ada pada waktu Nabi
Ibrahim as menempatkan isteri dan bayinya (Hajar dan Ismail) di lokasi
ini . Artinya, Ka’bah telah ada sebelum Nabi Ibrahim as
menginjakkan kaki di Makah. Pada waktu pembangunan Ka’bah, Nabi
Ismail as menerima Hajar Aswad dari Malaikat Jibril, lalu ia letakkan
batu hitam ini di sudut tenggara bangunan Ka’bah. Bangunan
Ka’bah yang mendekati bentuk kubus itu, dalam bahasa Arab disebut
muka’ab, dari kata inilah muncul sebutan Ka’bah. Pada masa Nabi Ismail
as Ka’bah belum berdaun pintu dan hanya ditutupi dengan kain.55
Sebelum Islam datang, Ka’bah di pemeliharaan oleh Abdul
Muthalib, kakek Nabi Muhammad saw. Dia yang menghiasi daun pintu
Ka’bah dengan emas. Pada waktu itu, Ka’bah menjadi perhatian orang
52Susiknan Azhari, Ilmu Falak, Loc cit.
53Departeman Agama RI., Op cit., h. 78. Ahlul Kitab mengatakan bahwa rumah ibadah pertama
dibangun di bumi yaitu Baitul Maqdis di Yarussalam, oleh karena itu ayat ini turun membantah
dugaan Ahlul Kitab ini .
54I b i d., h. 23
55Abdul Aziz Dahlan (et.al), Loc cit. Orang yang pertama membuat daun pintu menutupi Ka’bah
dengan kain yaitu Raja Tubba dari Dinasti Himsyar (sebelum Islam) di Najran (di Yaman sekarang).
Setelah Nabi Ismail AS Wafat, pemeliharaan Ka’bah dipegang oleh keturunannya, kemudian dipegang
oleh Bani Jurhum, berikutnya dipegang oleh Bani Khuzaah dan kemudian dipegang oleh kabilah
Kurasy.
14
banyak melebihi pada masa sebelumnya. Melihat kemajuan dan perhatian
masyarakat terhadap Ka’bah, Abrahah memerintahkan kepada penduduk
Bani Abdul Madan bin al-Dayana al-Harisi beragama Nasrani beraliran
Yaqobi untuk membangun tempat ibadat (gereja) menurut bentuk Ka’bah
untuk menyainginya.56 Bangunan itu disebut Bi’ah dan dikenal sebagai
Ka’bah Najran. Bi’ah digunakan penduduk Najran dan diurus oleh para
uskup.57
Ketika Muhammad belum diangkat menjadi Nabi dan Rasul
bangunan Ka’bah direnovasi akibat bajir yang melanda kota Mekah.
Sewaktu akan meletakkan Hajar Aswad pada salah satu sisi Ka’bah,
antar kepala suku atau kabilah terjadi perselisihan tentang siapa yang
berhak meletakkan kembali Hajar Aswad. Dengan kearifan Muhammad,
perselisihan dapat diselesaikan dengan baik tanpa kekerasan, tanpa
pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan, karena semua
pihak yang berselisih diajak bersama-sama mengangkatnya.58
Generasi berikutnya, Ka’bah dipelihara oleh Bani Syaibah sebagai
pemegang kunci Ka’bah, sedangkan administrasi dan pelayanan haji
diatur oleh pemerintah mulai pada masa Khalifah Abu Bakar Shiddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin
Abu Sufyan, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Usmaniyah
Turki dan sekarang diurus oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
Hajar Aswad merupakan batu yang dipercaya berasal dari surga,
yang diterima Nabi Ismail as dari Malaikat Jibril di Jabal Qubais,
kemudian diletakan disudut tenggara bangunan.59 Pada awalnya batu
ini bersinar yang dapat menerangi seluruh Masjid al-Haram, tetapi
makin lama sinarnya makin meredup dan tidak bersinar lagi akhirnya
berwarna hitam. Hajar Aswad memiliki aroma wangi yang unik dan
alami sejak awal sampai sekarang. Hajar Aswad terletak di sisi luar
Ka’bah sehingga mudah menciumnya, dan mencium Hajar Aswad
merupakan sunah Nabi saw.
Makam Nabi Ibrahim as., bukan kuburan Nabi Ibrahim as. tetapi
makam (tempat berdiri) Nabi Ibrahim as. merupakan bangunan kecil
56Abrahah yaitu Gubernur Njran bagian dari kerajaan Habsyah (Ethopia). Al-Qur’an
menceritakan bahwa Abrahah bermaksud menghancurkan Ka’bah di Mekah dengan pasukan bergajah,
namun maksud dan niat Abrahah beserta rombongan dihancurkan oleh sekelompok burung yang
menyerang mereka dengan melemparkan batu yang mengandung api, sehingga meraka menjadi seperti
daun yang terbakar.
terletak di sebelah timur Kakbah. Dalam bangunan ini terdapat batu
yang diturunkan Allah swt. dari surga bersama-sama dengan Hajar
Aswad. Di atas batu itu Nabi Ibrahim as. berdiri sewaktu membangun
Kakbah bersama Nabi Ismail as. Pada awalnya batu ini terpelihara
dan terbuka, tetapi sekarang ditutup dengan kaca berbentuk kubah kecil.
Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim as yang panjangnya 27 cm,
lebarnya 14 cm dan dalamnya 10 cm masih dapat dilihat. Multazam
terletak antara Hajar Aswad dan pintu Kakbah berjarak kurang lebih dua
meter.
Dalam catatan sejarah, Islam mempunyai dua kiblat, pertama Baitul
Maqdis di Palestina dan kedua Ka’bah di Masjid al-Haram di Mekah,60
dan keduanya di sisi Allah swt. sama. Penunjukan kiblat hanya
merupakan ujian ketaatan manusia kepada Allah swt. dan Rasul-Nya.
Menghadap kiblat dalam melaksanakan salat yaitu kepatuhan,
keikhlasan dan kerendahan hati menjalankan perintah Allah swt. serta
memohon petunjuk-Nya.61
Pembahasan arah kiblat di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah
masuk Islam ke Nusantara. Ada dua hal yang menjadi perhatian tentang
sejarah Islam di Nusantara, pertama periode awal masuk Islam ke
Nusantara dan kedua periode abad ke 20-an.62 Sejak Islam masuk ke
Nusantara, masyarakat menerima ajaran Islam (salat dan puasa), secara
tidak langsung dalam perintah salat dan puasa itu terkandung pelajaran
ilmu falak. Ketika mereka akan melaksanakan salat, mereka bertanya
kemana arahnya, bagaimana menetapkan masuk awal waktu shalat zuhur,
ashar, maghrib, isya’ dan shubuh dan menetapkan puasa Ramadan.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini berdasarkan ilmu falak,
karena penetapan kiblat, waktu shalat dan awal Ramadan yaitu kajian
dan pembahasan pokok ilmu falak.63
2. Penetapan waktu shalat.
Shalat yaitu ibadah yang terdiri dari beberapa perkataan, perbuatan
tertentu dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan memberi salam.64
Shalat merupakan tiang agama, ibadat yang pertama diwajibkan yang
disampaikan langsung oleh Allah swt. kepada Nabi saw. pada malam
israk dan mi’raj dan shalat menjadi ibadat penting bagi orang Islam. Oleh
sebab itu, penetapan waktu awal dan akhir shalat juga menjadi penting.
Dalam surat an-Nisa, Allah swt. berfirman,
˺˹˼
Selanjutnya apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah
Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan diketika berbaring.
Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat
itu (sebagaimana biasa), sungguh shalat itu yaitu kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (al-Qur’an Surat
an-Nisa’ (4) : 103).65
Allah swt. menjelaskan bahwa shalat fardu yang terdiri dari shalat
zuhur, ashar, maghrib, isya’ dan shubuh telah ditentukan waktu
permulaan dan akhirnya dengan ungkapan kata kitaban mauquta.
Maksudnya, masing-masing salat fardu mempunyai rentang lama waktu
yang berbeda, contoh shalat zuhur dimulai ketika matahari telah
tergelincir dari titik kulminasi dan berakhir ketika waktu ashar masuk.
Dari mulai tergelincir matahari sampai masuk waktu ashar dapat dihitung
lama waktunya, umpamanya dua jam, dan dapat diketahui besar derajat
dan menitnya dengan cara memindahkan lama waktu (dua jam) ke
derajat dan menit = 30o 00', dan demikian pula dengan waktu salat fardu
lainnya. Pada ayat lain Allah swt. berfirman,
Dirikan shalat setelah matahari tergelincir sampai gelap malam, dan
(dirikan shalat) shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu disaksikan (oleh
malaikat). (al-Qur’an Surat al-Isra’ (17) : 78).66
Ayat ini menerangkan waktu-waktu shalat fardu yang lima. Kalimat
βϤθϟ ϙϮϟΪϟ (tergelincir matahari) menunjukkan waktu shalat zuhur dan
ashar, dan kalimat Ϟϴϟ ϖδϏ (gelap malam) menunjukkan waktu shalat
maghrib dan shalat isya’.
Pada ayat selanjutnya Allah swt. menjelaskan,
˶
Dan dirikan shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan yang baik itu
menghapus (dosa) perbuatan yang buruk. demikianah peringatan bagi
orang-orang yang ingat. (al-Qur’an Surat Hud (11) : 114 ).67
Allah swt. memerintahkan shalat didirikan pada dua tepi siang yaitu
pada waktu pagi dan pada waktu petang ( έΎϬϨϟ ϲϓήρ ), yaitu shalat
zuhur dan shalat ashar dan pada permulaan malam (Ϟϴϟ Ϧϣ Ύϔϟί ), yaitu
shalat maghrib, isya’ dan shubuh.
Dalam salah satu Hadis, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa shalat
itu wajib dilaksanakan sebanyak lima kali dalam sehari semalam dengan
batas-batas waktu tertentu.
"Waktu zuhur apabila matahari tergelincir sampai bayang-bayang
seseorang sama dengan tingginya, yaitu selama belum datang waktu
ashar. Waktu ashar selama matahari belum menguning. Waktu maghrib
selama mega merah belum hilang. Waktu isya’’ sampai tengah malam.
Waktu shubuh mulai terbit fajar selama matahari belum terbit”. (HR.
Muslim dari Abdullah bin Amr).68
3. Penetapan awal bulan Kamariah.
Kata qamar berasal dari bahasa Arab, artinya “bulan”.69 Kata qamar
bila dikaitkan dengan umur hari dalam satu bulan disebut bulan kamariah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bulan yaitu “benda langit yang
mengitari bumi, bersinar pada malam hari karena pantulan sinar
matahari”, “jangka waktu perputaran bulan mengitari bumi dari kelihatan
sampai hilang” (selama 29 hari atau 30 hari).70
Secara terminologis qamar yaitu “bulan pada setiap keadaan” atau
“bulan sabit yang kelihatan setelah beberapa saat terjadi ijtimak”.71.
Peredaran bulan mengitari bumi menyebabkan terjadi perubahan waktu,
artinya terjadi perubahan waktu disebabkan perdaran bulan. Bulan
kelihatan bercahaya karena mendapat sinar dari matahari, sehingga
terlihat di bumi bulan bersinar terang.
Semua aktivitas manusia yang terkait dengan pelaksanaan ibadah tidak
terlepas dengan waktu, seperti shalat, puasa Ramadan, zakat, haji, ukuf
di arafah, hari raya fitri dan hari raya adha dan hari besar Islam.72
Penetapan awal dan akhir ibadah ini berdasarkan kepada penetapan
awal bulan kamariah. Penetapan awal bulan kamariah dengan benar
dipandang penting karena terkait dengan penetapan pelaksanaan ibadah
dan penyusunan kalender Islam.
Ahli falak dalam penetapan awal bulan kamariah menggunakan dua
metode. Pertama, menggunakan metode rukyah al-hilal, yaitu melihat
hilal secara langsung dengan mata. Kedua, menggunakan metode hisab
yaitu menghitung posisi dan ketinggian hilal saat matahari terbenam
setelah terjadi ijtimak.
Penetapan awal bulan kamarih dengan rukyah didasarkan kepada al-
Qur’an dan al-Hadis Nabi saw.
Bulan Ramadan yaitu (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an,
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena
itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. (al-
Qur’an Surat al-Baqarah (2) : 185).73
Tantawi Jauhari dalam tafisirnya menyebutkan bahwa kata “syahida (
ΪϬη ) artinya menyaksikan hilal dengan rukyat.74 Ulama yang berada di
bawah koordinasi Organisasi Koferensi Islam (OKI) menetapkan, bahwa
dimana saja hilal dapat dilihat oleh orang terpercaya, maka seluruh umat
Islam wajib berpuasa dan berlebaran. Maksudnya bila hilal Ramadan
dapat dilihat tanda wajib berpuasa, sebagaimana hilal Syawal dapat
dilihat tanda berakhir puasa Ramadan.75
Penjelasan terhadap ayat di atas menunjukkan bahwa kata “syahida”
(ΪϬη) berarti melihat hilal. Artinya penentuan awal Ramadan dan Syawal
didasarkan kepada rukyat. Barang siapa melihat hilal pada akhir Sya’ban
wajib berpuasa, termasuk orang yang tidak melihat tetapi mendapat
informasi bahwa hilal sudah terbit. Mafhumnya orang yang tidak melihat
hilal dan tidak mendapat informasi tidak wajib berpuasa. Kepastian hilal
di atas ufuk pada akhir bulan Syakban atau Ramadan dapat dipandang
sebagai syarat melakukan puasa Ramadan dan mengakhiri puasa.
Mereka bertanya kepada engkau (Muhammad) tentang bulan sabit,
katakan: "bulan sabit itu yaitu tanda waktu bagi manusia dan (bagi
ibadah) haji.(al-Qur’an Surat al-Baqarah (2) : 189).76
Ayat ini menjelaskan bahwa bulan sabit atau hilal itu tanda waktu bagi
manusia dan tanda waktu bagi peleksanaan ibadah haji.
Dalam beberapa hadis Rasulullah saw. menjelaskan bahwa penetapan
awal bulan kamariah dengan rukyah (melihat hilal). Di antaranya,
Dari Ibn Umar ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda;
apabila kamu melihat hilal maka berpuasalah (puasa Ramadan ) dan
apabila kamu melihatnya maka berbukalah (hari raya fithri), jika awan
menutupi penglihatanmu maka perkirakanlah. (H.R. muttafaqun
alaih).
Dari Abdullah bin Umar ra. bahwa sungguhnya Rasulullah saw.
bersabda; satu bulan itu 29 malam, jangan kamu berpuasa sehingga
melihat hilal, jika awan menghalangi penglihatanmu, maka
sempurnakanlah bilangan (bulan Sya’ban) 30 hari (H.R. Imam al-
Bukhari).
Saya mendengar Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda
atau Abu Qasim berkata, Nabi saw. bersabda; berpuasalah kamu karena
melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihatnya, maka jika cuaca
mendung, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban tiga puluh hari
(H.R. muttafaqun‘alaih).
Dari Ibn Umar ra. dari Nabi saw. bahwa sesungguhnya Nabi saw.
bersabda; kami yaitu umat yang ummi tidak pandai menulis dan tidak
pandai menghitung. Bulan itu seperti ini dan seperti ini, maksudnya satu
kali 29 hari dan satu kali 30 Hari. (H.R. Muttafaqun ‘alaih).80
Dari Kuraib bahwa ummu Fadl binti al-Haris mengutusnya menghadap
Muawiyah di Syam, ia menceritakan, saya datang ke Syam untuk
menyelesaikan urusannya (ummu Fadl) dan saat itu saya telah melihat
hilal Ramadan, sedangkan saya sedang berdada di Syam, saya melihat
hilal Ramadan pada malam Jum’at. Kemudian saya kembali ke Madinah
pada akhir bulan Ramadan, lalu Abdullah bin Abbas bertanya kepadaku,
beliau menjelaskan hilal, dan beliau bertanya kepadaku, kapan kamu
melihat hilal?, saya jawab, malam jumat, kemudian beliau bertanya lagi,
kamu melihatnya?, ya jawabku, orang-orang pun melihatnya, mereka
berpuasa dan Muawiyah juga berpuasa. Beliau berkata kami melihatnya
pada malam Sabtu, tetapi kami terus berpuasa hingga kami
menyempurnakannya tiga puluh hari atau kami melihatnya. Saya
kemudian bertanya lagi, apakah kamu tidak cukup dengan rukyat dan
puasanya Muawiyah?. Beliau menjawab, tidak. Demikianlah Rasulullah
Dari Ibn Abbas ia berkata, seorang Arab datang menemui Nabi saw. lalu
berkata, sesungguhnya saya telah melihat hilal, Nabi saw. bertanya,
apakah kamu bersaksi tidak Tuhan selain Allah swt.? dan apakah kamu
bersaksi bahwa Muhammad saw. yaitu Rasul Allah?, laki-laki itu
menjawab ya. Lalu Nabi bersabda; Hai Bilal umumkan kepada manusia
untuk berpuasa esok hari. (H.R. Turmuzi dan Abu Daud).82
Penetapan hilal dengan metode rukyat terdapat tiga macam, pertama
hilal dapat dilihat oleh semua orang, kedua hilal hanya dilihat oleh
seorang yang dipercaya dan pengakuannya dikuatkan dengan sumpah
maka kesaksiannya itu dapat dipegangi dan ketiga melalui informasi dan
dia sendidiri tidak melihat hilal.
Kedua, penetapan awal bulan kamariah dengan hisab, dasarnya al-
Qur’an dan hadis Nabi saw. Firman Allah swt.
Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, kemudian Kami
hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang terang, agar kamu
mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan
tahun-tahun dan perhitungannya. dan segala sesuatu telah Kami
terangkan dengan jelas. (al-Qur’an Surat al-Isra’ (17) : 12). 83
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan
Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui
bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan
demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (al-Qur’an Surat
Yunus (10) : 5).84
Kata ΏΎδΤϟ pada surat al-Isra’ayat 17, dan surat Yunus ayat 5
artinya “ menghitung” atau “mengira”. Hisab dipakai untuk menghitung
posisi dan ketinggian hilal saat matahari terbenam pada akhir bulan
kamariah. Sedangkan kata faqdurulah (Ϫϟ ϭέΪϗΎϓ) pada hadis di atas berarti
menghitung (istimasi). Orang yang berpegang kepada hisab dalam
menetapkan awal bulan kamariah, mengatakan bahwa kata faqdurulah
(Ϫϟ ϭέΪϗΎϓ) perhitungan dengan ilmu falak (astronomi). Artinya, apabila
cuaca mendung dan menurut hasil hisab posisi hilal sudah di atas ufuk
atau hilal sudah memungkinkan untuk dirukyat seandainya cuaca tidak
mendung, maka penetapan hilal dapat ditetapkan berdasarkan hisab yang
dilakukan oleh ahlinya, dengan memenuhi tiga syarat;
a. Telah terjadi ijtimak.
b. Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam.
c. Pada saat matahari terbenam hilal berada di atas ufuk.85
Menurut metode hisab, apabila tiga kriteria di atas terpenuhi, maka
hari berikutnya sudah bulan baru, tetapi apabaila salah satu dari kriteria
ini tidak terpenuhi, maka hari berikutnya masih bulan lama atau hari
terakhir (tanggal 30).
4. Penentuan gerhana matahari atau gerhana bulan
a. Definisi gerhana
Gerhana matahari ( Khusufu sy-Syams ) yaitu hilangnya cahaya
matahari sebagian atau keseluruhannya pada waktu siang. Adapun
gerhana bulan ( Khusuful Qamar ) yaitu hilangnya cahaya bulan
sebagian atau keseluruhannya pada waktu malam.
Pembahasan utama dalam penentuan gerhana yaitu menentukan
menghitung waktu gerhana, yaitu ketika terjadi kontak antara matahari
dan bulan.86 Apabila matahari menutupi bulan sehingga bulan tidak
kelihatan disebut gerhana bulan dan apabila bulan menutupi matahari
sehingga matahari tidak kelihatan disebut gerhana matahari.
Dari Al-Mughirah bin Syu’bah, Nabi saw bersabda,
”Sesungguhnya matahari dan bulan yaitu dua ayat (tanda) di antara
ayat-ayat Allah. Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena
kematian seseorang atau karena hidup (lahirnya) seseorang. Apabila
kamu melihat (gerhana) matahari atau bulan, maka berdoalah kepada
Allah dan lakukanlah shalat hingga tersingkap kembali.” 87
Abu Musa al-Asy’ari ra. mengatakan, Nabi saw bersabda, ”Tanda-tanda
ini, yang Allah tampakkan, bukanlah terjadi karena kematian atau
kelahiran seseorang. Namun dengannya Allah memberikan rasa takut
kepada hamba-hamba-Nya. Maka apabila kamu menyaksikan salah satu
tanda-tanda itu, segeralah berdzikir, berdoa dan memohon ampunan-
Nya.”88
Hadits Nabi saw di atas menunjukkan bahwa gerhana bukanlah
sekedar fenomena alam biasa. Gerhana merupakan fenomena alam yang
memang Allah kehendaki sebagai salah satu ayat (tanda) kebesaran-Nya.
Hadits ini memberikan pelajaran dan tuntunan kepada umat Islam terkait
gerhana sebagai berikut:
b. Gerhana sebagai perimgatan Allah swt.
Tatkala terjadi gerhana hendaklah umat Islam segera ingat kepada
Allah swt dan segera sadar bahwa Allah swt sedang mengingatkan
kelalaian mereka dengan ancaman adzab-Nya. Ketika ada informasi
bahwa gerhana akan terjadi pada hari tertentu pada jam tertentu, maka
mereka bersiap dengan kamera dan teropong masing-masing, mencari
tempat-tempat strategis untuk menyaksikan peristiwa ”indah” ini .
Sungguh jauh dari mengingat Allah swt. Sejatinya peristiwa gerhana itu
sebagai peringatan dan muhasabah diri bagi umat Islam, bukan gerhana
itu dimaknai sebagai kejadian antariksa biasa.
c. Gerhana bantahan terhadap keyakinan/ mitos.
Rasulullah membantah keyakinan yang ada dikalangan musyrikin
arab saat itu dengan sabdanya, ”Bukanlah terjadi karena kematian atau
kelahiran seseorang.” Islam memberantas keyakinan, yang bersumber
dari astrologi (ahli nujum) yang meyakini bahwa peredaran bintang,
planet dan benda-benda langit lainnya ada kaitannya dengan kejadian-
kejadian di bumi. Yang dikenal sebagai zodiak, shio, atau nama yang
lainnya sesuai dengan agama asal masing-masing yang digagas oleh para
filosof, rohaniawan atau paranormal. Termasuk kejadian gerhana yang
diyakini sebagai tanda atau sebab (bakal) terjadi peristiwa atau bencana
besar di muka bumi. Seorang mikmin yang berpegang pada kemurnian
tauhid harus meninggalkan keyakinan-keyakinan ini .
Namun tidak dipungkiri ada sebagian umat Islam yang percaya
dengan ramalan-ramalan bintang, termasuk peristiwa gerhana, atau
meyakini peristiwa gerhana ada hubungan dengan bencana alam atau
lainnya.
Al-Imam al-Khaththabi berkata, ”Dulu mereka pada masa jahiliyyah
berkeyakinan bahwa gerhana menyebabkan terjadinya perubahan di muka
bumi, berupa kematian, bencana dan lain-lain. Maka
Nabi saw mengajarkan bahwa yang demikian itu tidak benar, matahari
dan bulan yaitu dua makhluk yang tunduk kepada ketentuan Allah swt
Keduanya tidak memiliki kekuatan mempengaruhi sesuatu yang lainnya,
tidak pula memiliki kemampuan membela diri.”89
d. Tuntutan Islam ketika terjadi gerhana.
Nabi Saw mengajarkan, ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana
bulan, yaitu;
1. Shalat gerhana
2. Berdoa
3. Beristighfar
4. Bertakbir
5. Berdzikir
6. Bershadaqah.90
Ini dilakukan sejak awal terjadi gerhana, hingga berakhirnya yang
ditandai dengan kembalinya cahaya matahari atau bulan seperti sedia
kala. Di antara doa yang beliau perintahkan yaitu berlindung dari adzab
kubur. Karena gerhana mengakibatkan suasana gelap meskipun pada
siang hari, dan dalam suasana ini hati manusia pasti dihinggapi rasa
takut. Suasana yang demikian mengingatkan kita akan suasana di alam
kubur kelak.91
Gerhana merupakan peristiwa penting dalam Islam. Islam bernar-benar
mengajak pemeluknya untuk menyikapi gerhana sebagai peringatan
dari Rabbul ’Alamin. Hikmah ini tidak bisa diketahui dengan ilmu sains
saja, namun hanya bisa diketahui melalui wahyu yang diturunkan kepada
nabi Muhammad saw.
Sabda Nabi saw ”Apabila kamu melihat (gerhana) matahari atau
bulan, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah.” Nabi saw
mengaitkan pelaksanaan shalat gerhana dengan ”melihat atau
menyaksikan (ru’yah)”. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, ”… karena
pelaksanaan shalat (gerhana) dikaitkan dengan ru’yah.” Artinya, apabila
telah diperkirakan dengan hisab astronomis terjadi gerhana namun
terhalangi oleh langit yang mendung, maka tidak dilakukan shalat
gerhana. Atau gerhana terjadi di wilayah lain/ belahan bumi lainnya,
sehingga tidak terlihat. Misalnya gerhana terjadi di Eropa, tidak terjadi di
Indonesia, maka orang Indonesia tidak disyariatkan untuk melaksanakan
shalat gerhana. Atau terjadinya gerhana matahari setelah tenggelamnya
matahari, atau gerhana bulan setelah terbitnya matahari sehingga tidak
bisa teramati, maka tidak ada shalat gerhana.
e. Gerhana bisa diketahui dengan hisab.
Allah swt Yang Maha Kuasa telah menjadikan pergerakan matahari
dan bulan berjalan dengan rapi dan teratur, sehingga bisa diamati dan
dihitung oleh manusia. Termasuk gerhana bisa diketahui dengan hisab
astronomis kapan terjadinya, di belahan bumi mana saja terjadinya, serta
jenis gerhananya, apakah gerhana total, sebagian, cincin dan lain-lain.
Namun tidak diambil darinya konsekuensi hukum apapun terkait dengan
shalat gerhana atau lainnya.
Meskipun gerhana bisa diketahui kapan waktu terjadinya berdasarkan
hisab astronomis yang sangat akurat, namun apabila ternyata pada hari-H
dan jam-J nya gerhana tidak teramati atau tidak terjadi di wilayah
ini , maka shalat gerhana tidak bisa dilaksanakan. Hal ini mirip
dengan hilal di awal bulan, khususnya ketika menentukan awal bulan
Ramadhan dan Syawal. Meskipun diketahui secara pasti berdasarkan
hisab astronomi yang akurat posisi hilal sekian derajat dan dinyatakan
memungkinkan untuk diru’yah, namun apabila fakta di lapangan hilal
tidak bisa diamati, maka berarti belum masuk Ramadhan atau Idul Fitri.
Kemudian, fakta bahwa gerhana bisa diketahui dengan hisab
astronomis, tidak menghilangkan sebab dan fungsi gerhana yang
diberitakan oleh Nabi saw yaitu ”dengan gerhana, Allah memberikan rasa
takut kepada hamba-hamba-Nya.” Gerhana bukan peristiwa biasa seperti
halnya pasang-surutnya ombak di lautan. Namun ada hikmah besar di
balik itu. Oleh karena itu, sebagaimana pada hadits-hadits di atas-
sampai-sampai Nabi saw berdiri ketakutan, khawatir itu sebagai tanda
datangnya Kiamat.
C. Ilmu Falak Perspektif Al-Qur’an.
Terdapat sejumlah ayat al-Qur’an dan Hadis nabi saw yang memberikan
isyarat dan motivasi agar umat Islam mempelajari, menguasai dan
mengembangkan ilmu falak untuk dijadikan pedoman dalam melakukan
aktivitas dan beribadah. Paling tidak isyarat ini dapat diketahui dan
dipahami dari tiga hal. Pertama, dari ungkapan al-Qur’an yang memakai
kata-kata seperti an-Najm, (bintang-bintang) al-Ard, (bumi), al-Buruj,
(zodiak) asy-Syams, (matahari) al-Qamar (bulan) dan lain-lain. Kedua,
terdapat ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan secara langsung keadaan,
posisi dan peredaran benda-benda langit (matahari, bulan dan bintang-
bintang). Seperti firman Allah swt berikut,
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan
Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui
bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan
demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (al-Qur’an Surat
Yunus (10) : 5).92
Berikutnya Allah swt berfirman,
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami
hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar
kamu mencari kurnia Allah, dan supaya kamu mengetahui bilangan
tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan
dengan jelas.( al-Qur’an Surat (17) : 12 ).93
Berikutnya Allah swt berfirman,
Peredaran bulan pada awalnya kelihatan kecil kemudian menjadi
besar (bulan purnama), kemudian kembali mengecil seperti bentuk tandan
yang tua. Allah swt. menegaskan Dialah yang menciptakan langit, bumi
dan bulan serta peredarannya dan pergantian siang dan malam. Selanjtnya
Allah berfirman
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantin malam
dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang
yang berakal”. (Al-Qur’an surat Ali Imran (3) : 190).94
Pergantian waktu sepanjang hari, bulan, tahun dan abad yaitu
ketentuan Allah swt dan sebagai tanda kebesaran-Nya. Banyak ayat al-
Qur’an yang menerangkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah
swt melalui alam ciptaanNya. Berdasarkan tanda-tanda itu dapat
diketahui bilangan tahun atau perhitungn waktu.95
Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan benda angkasa
bertujuan mendorong dan memotivasi umat Islam agar mempelajari dan
melakukan penelitian terhadap benda-benda langit. Ilmuwan muslim
pada masa kejayaan Islam melakukan penelitian terhadap benda-benda
langit bertahun-tahun lamanya sehingga mereka menemukan teori-teori
baru dalam ilmu falak. Realisasi kerja keras para ilmuwan Muslim
terhadap ayat-ayat al-Qur’an (tentang benda-benda langit) melahirkan
sejumlah tokoh-tokoh ilmuwan muslim dalam bidang ilmu falak
(astronomi), sejak abad ketujuh Masehi sampai sekarang. Titik kulminasi
perkembangan dan kemajuan ilmu falak berada pada masa pemerintahan
Abbasiyah yaitu pada masa Khalifah al-Masur dan al-Makmun.
Secara khusus pembahasan ilmu falak yang berkenaan dengan
peredaran dan kedudukan matahari, bumi dan bulan ada hubungan yang
erat dengan kepentingan ibadah seperti penetapan arah kiblat, waktu
shalat dan awal bulan Kamariah.96 Ilmu falak yang membicarakan tiga
hal pokok ini dinamakan Ilmu falak Syar’iy.97 (Arah kiblat, waktu
salat dan awal bulan Kamariah).
BAB II
PERKEMBANGAN PERADABAN ILMU FALAK
A. Perkembangan Ilmu Falak (Astonomi) Sebelum Islam.
Sepanjang sejarah kehidupan manusia, bahwa pandangannya
terhadap alam semesta termasuk benda-benda langit seperti matahari, bulan,
bintang-bintang dan benda langit lainnya selalu mengalami perubahan
sesuai dengan tingkat kemampuan dan tingkat pengetahuan yang mereka
miliki pada setiap zaman. Pembahasan perkembangan ilmu falak dalam
tulisan ini, diperiodesasikan kepada empat tahapan, pertama periode
perkembangan ilmu falak sebelum Islam, kedua periode perkembangan
ilmu falak dalam peradaban Islam, ketiga periode perkembangan ilmu falak
di Eropa dan keempat periode ilmu falak di Indonesia serta tokoh-tokoh
falak (astronomi) yang berpengaruh pada setiap periode masing-masing.
Diperkirakan, 4500 tahun sebelum Masehi bangsa Babilonia dan
bangsa Misopotamia sudah mengenal ilmu falak (astronomi). Pada awalnya
ilmu falak (astronomi), mereka digunakan untuk keperluan penetapan waktu
dalam kegiatan pertanian dan pelayaran yang berpedoman kepada alam
seperti matahari, bumi, bulan, bintang-bintang dan benda langit lainnya
dengan cara sangat sederhana sesuai dengan kemampuan yang mereka
kuasai dan apa yang meraka lihat.1 Menurut mereka, bumi merupakan pusat
alam semesta, matahari, bulan dan bintang-bintang serta benda-benda langit
lainnya dengan tertib mengelilingi bumi.2 Para ahli falak (astronomi) pada
masa itu telah mengetahui peristiwa gerhana, bintang berekor, meteor,
karena kejiadian itu dapat mereka saksikan langsung dari bumi. Pengamatan
dan pemahaman mereka terhadap benda-benda langit, membawa
perkembangan dalam bidang ilmu falak (astronomi) dan perkembangan
dalam bidang ilmu perbintangan (astrologi).
Ilmu falak (astronomi) merupakan salah satu ilmu tertua dalam
tatanan khazanah dunia keilmuan. Ilmu falak (astronomi) telah dikenal,
dipelajari dan dipraktekkan ribuan tahun sebelum tahun Masehi, oleh
berbagai bangsa di dunia seperti bangsa Sumeria, Misopotamia, Babilonia,
Mesir kono, Yunani, Persia, Maya, India, Arab dan Cina.3 Peradaban bangsa
Misopotamia dan Sumeria yang telah berkembang ribuan tahun sebelum
Masehi itu, diduga kuat sebagai cikal bakal lahirnya ilmu falak (astronomi)
dan ilmu nujum (astrologi). Berikut diuraikan peradaban ilmu falak pada
masing-masing bangsa ini .
a. Peradaban falak (astronomi) bangsa Babilonia
Babilonia (Iraq kuno), yaitu bangsa yang dikenal hobi dengan ilmu
eksperimental. Astronomi Babilonia terus mengalami perkembang dan
memberikan kontribusi penting dalam perkembangan ilmu falak
(astronomi) pada bangsa-bangsa lain. Para ahli falak (falaki) bangsa
Babilonia telah mampu memciptakan kalendar, melakukan pengamatan
terjadi gerhana, menentukan pergantian musim, dan pergantian siang dan
malam.4
Bangsa Babilonia meyakini bahwa bintang merupakan petunjuk
Tuhan, sehingga manusia banyak menggunakan rasi bintang untuk
meramal kehidupan mereka, karena itu tidak heran, ilmu astrologi lebih
berkembang dibanding ilmu astronomi. Tetapi mereka tetap
memperhatikan dan mengembangkan ilmu astronomi guna keperluan
kehidupan, seperti penentuan musim, pedoman arah, pergantian hari,
bulan dan tahun. Bangsa Babilonia memberikan sumbangan penting
terhadap perkembangan ilmu falak (astronomi) dunia, karena mereka
telah membuat tabel-tabel, kalender, pergantian musim, hari, bulan,
tahun, gerhana dan pemetaan langit.
Hasil penelitian bangsa Babilonia menetapkan sebuah lingkaran bulat
besarnya 360o, kemudian berdasarkan teori itu mereka menetapkan
bahwa lingkaran bumi yaitu 360o, karena bumi juga berbentuk
lingkaran bulat. Mereka menetapkan satu hari satu malam lamanya 24
jam, satu jam 60 menit dan satu menit 60 detik.5 Bangsa Penetapkan
pembagian tujuh hari dalam semiggu sudah dikenal masyarakat Babilonia
sejak 5000 tahun sebelum Masehi, kemudian, penetapan nama-nama hari
selama tujuh hari itu berpedoman kepada nama-nama bintang yang
mereka kenal. Matahari untuk nama hari Ahad, Bulan untuk nama hari
Senin, Mars untuk nama hari Selasa, Marcurius untuk nama hari Rabu,
Yupiter untuk nama hari Kamis, Venus untuk nama hari Jum’at dan
Saturnus untuk nama hari Sabtu.6
Ahli falak (astronomi) modern berpendapat bahwa bangsa Sumeria
dan Babilonia memberikan sumbangan yang besar terhadap
perkembangan peradaban ilmu falak (astronomi) dunia. Bangsa Sumeria
dan Babilonia mengambangkan ilmu falak (astronomi) untuk memenuhi
keperluan yang terkait dengan ilmu astrologi. Teori-teori ilmu falak
(astronomi) yang dikembangkan bangsa Babilonia tentang posisi dan
peredaran benda-benda langit matahari, bulan dan bintang-bintang
dihitung berdasarkan peradaban bangsa Sumeria.7
b. Peradaban falak (astronomi) bangsa Mesir kuno.
Mesir pernah di perintah oleh beberapa kerajaan besar seperti Fir’un,
Yunani, Romawi dan lain-lain. Banyak bangsa yang menguasai dan
memerintah Mesir, membawa nilai-nilai positif bagi Mesir, karena terjadi
asimilasi budaya dan peradaban.8 Peradaban Mesir kuno menyimpan
segudang talenta sejarah yang panjang dan banyak melahirkan buku-buku
sejarah.
Dalam kajian ilmu falak (astronomi), Mesir kuno memang tidak punya
banyak perhatian terhadap peredaran matahari, bulan dan planet-planet
lainnya, tetapi bangsa Mesir kuno mempunyai kepercayaan yang
mengakar dalam masalaah penanggalan. Menurut kepercayaan dan
kenyataan bahwa rutinitas banjir sungai nil setiap tahun terjadi bertepatan
dengan munculnya bintang Sirius dibagian langit sebelah timur pada
malam hari sekitar tanggal 19 Juli sampai akhir bulan Agustus. Bintang
Sirius muncul selalu bersamaan dengan datang banjir sungai nil setiap
tahun. Mesir kuno menjadikan fenomena alam ini sebagai dasar
penanggalan yang terus digunakan hingga sekarang.
Berdasarkan hubungan bintang serius dengan bajair, Bangsa Mesir kuno
menemukan sebuah teori bahwa ada hubungan antara pergerakan bulan
dengan pasang dan surut air laut.9 Pada tanggal 14/15 bulan Kamariah, air
pasang laut mencapai titik tertinggi, hal yang sama juga terjadi pada
7Bangsa Sumeria memiliki pengetahuan yang luas mengenai sistem solar dan posisinya, yang
kemudian diwarisi oleh bangsa Babilonia. Penanggalan bangsa Sumeria diperkirakan sudah ada 3000
tahun sebelum Masehi. Mereka mengusai masalah ilmu falak lebih baik dari bangsa Babilonia,
misalnya tentang rotasi bumi, perputaranya zikzak tidak selalu berada pada porosnya. Hal ini
menyebabkan pergeseran secara perlahan 1º setiap 72 tahun yang mempengaruhi arah sumbu utara
bumi. Bangsa Sumeria juga mampu mengukur jarak antara bintang dengan tepat.
41
tanggal 29/30 hari bulan. Untuk menentukan perubahan waktu, Mesir
kuno telah menciptakan jam matahari yang diberi nama (mizwalah), dan
jam ini sudah ada sejak 1500 tahun sebelum Masehi.
Bangsa Mesir kuno meyakini pula bahwa ada 36 bintang yang
memiliki dewa penjaga, dan setiap dewa menjaga bintang-bintang
ini selama 10 hari untuk setiap tahun. Berdasarkan penelitian Mesir
kuno menetapkan jumlah hari dalam setahun 365 hari.
c. Peradaban falak (astronomi) bangsa Yunani.
Peradaban bangsa Yunani dalam bidang ilmu falak (astronomi)
berlangsung sejak lama. Bangsa Yunani tersohor sebagai bangsa
pencinta ilmu pengatahuan, sehingga dari bangsa ini lahir filosof-filosof
kenamaan, mereka ingin mengetahui apa yang terjadi di alam raya, dan
apa yang sebenarnya.10 Bangsa Yunani pada abad ke enam sebelum
Masehi sudah mengembangkan ilmu falak (astronomi).
Menurut para ahli, Phythagoras dan Thales yaitu orang pertama
mempelopori lahir ilmu falak (astronomi) klasik di Yunani.11 Menurut
Phythagoras perjalanan waktu terikat dengan gerak alam, begitu juga
dengan peredaran bintang ada ikatan dengan gerak alam. Sehingga ia
berani mengatakan bahwa bumi bulat dan demikian juga bulan.
Pernyataan Phythagoras itu mengindakasikan bahwa benda-benda langit
termasuk bumi beredar sesuai dengan ketentuannya.
Menurut Thales bumi merupakan sebuah dataran luas yang terhampar,
pendapat ini dibantah oleh Phytagoras, ia mengatakan bahwa bumi
yaitu bulat,12 walaupun pendapat itu tidak didukung dengan bukti.
Aristarchus yang hidup pada abad ke-3 sebelum Masehi, berpendapat
bahwa bumi berputar dan beredar mengelilingi matahari yang dikenal
dengan teori heliosentris. Pada awalnya pendapat Aristarchus tidak
banyak mendapat dukungan, justeru yang mendapat dukungan yaitu
teori yang dilontarkan Hiparchu (190-125 SM). Menurutnya bumi tetap,
matahari, bulan dan planet-planet lain mengelilingi bumi yang dikenal
dengan teori Geosentris. Teori Geosentris disempurnakan dan
42
dipopulerkan oleh Claudius Ptolomeus (160 M). Sekitar abad ke-13, teori
Geosentris diruntuhkan oleh Nicolaus Copernicus.13 Teori heliosentris
mengalami perkembangan dan mendapat dukungan dari ahli falak. Walau
demikian sampai sekarang para ahli falak Islam (falak syar’i) masih
menggunakan teori Geosentris. Menurut ahli falak modern teori yang
dibangun Ptolomeus (Geosentris) tidak benar, karena pusat kehidupan
bukan di bumi tetapi pada matahari, yaitu sistem Heleosentris.
Perkembangan astronomi di Yunani tidak dapat dipisahkan dari
pemikiran Eudoxus. Salah satu teorinya yang terkenal bahwa lintasan
peredaran benda-benda langit berbentuk lingkaran, dan alam semesta
berbentuk bulat. Namun pendapatnya ini masih bersifat hipoteses
dan belum sempat dibuktikannya. Kemudian, Callippus
menyempurnakan teori gurunya, dan membuktikan kebenaran teori
ini .
d. Peradaban falak (astronomi) bangsa Cina.
Peradaban astronomi Cina dimulai sekitar 1130 sebelum Masehi.
Kegiatan astronomi di Cina mendapat dukungan dari penguasa Cina
seperti Kaisar Wu-ting dan Kaisar Ti-hsing. Para astronom Cina
mengamati fenomena gerhana bulan, kemudian dipersentasikan kedalam
kehidupan masyarakat. Pada tahun 700 sebelum Masehi astronom Cina
meneliti bayangan matahari, kemudian digunakan untuk menyusun
perhitungan kalender selama 1500 tahun. Kemudian pada tahun 350
sebelum Masehi astronom Cina berhasil menetapkan lama umur hari
dalam setahun selama 365¼ hari.
Perhatian Cina dalam ilmu falak (astronomi) sangat besar dan tidak
kalah pengaruhnya dengan peradaban ilmu falak (astronomi) bangsa-
bangsa lain. Bangsa Cina kuno telah melakukan kajian secara mendalam
tentang ilmu falak (astronomi) sehingga mereka berhasil menyusun
catalog bintang-bintang yang diperkirakan sebagai catalog tertua di dunia,
terdiri 800 entri dan dibuat pada tahun 350 sebelum Masehi. Sistem ilmu
perbintangan Cina didasarkan kepada siklus matahari dan bulan yang
disesuaikan dengan kalender pertanian Cina kuno.
Aahli falak Cina kuno yang terkenal yaitu Zhang Heng (78-139 M).
Ia merupakan seorang tokoh representasi teori kosmos yang luar biasa.
Menurutnya, langit sebagai telur dan bumi merupakan kuning telur, langit
berbentuk besar dan bumi kecil.16
Dalam bukunya yang berjudul ling Xian, ia menjelaskan asal-usul
bumi dan langit. Menurutnya, sebelum langit dan bumi terpisah,
keadaannya tidak jelas. Tetapi setelah terpisah, unsur yang ringan naik ke
atas disebut langit, dan unsur yang berat membeku disebut bumi. Langit
disebut sebagai energi positif (Yang/pria) dan bumi disebut energi
negativ (Yin/wanita).17 Kedua energi itu merupakan keselarasan dan
keseimbangan alam semesta yang saling bisinergi sehingga terwujud
alam baru.
Zhang Heng juga berhasil membuat statistik jumlah bintang yang
dapat dilihat di daratan Tiongkok Tengah sebanyak 2500 bintang.18 Hasil
penelitiannya, menyebutkan bahwa besar matahari pada waktu tengah
hari dan pada waktu sore hari tidak sama. Pada waktu sore matahari
terlihat agak besar, bila dibandingkan pada waktu tengah hari. Dalam
kondisi gelap, benda terang akan terlihat lebih terang dan besar, tetapi
pada kondisi terang (langit dan bumi terang) benda akan terlihat lebih
kecil. Dengan demikian, matahari pada waktu terang akan terlihat sedikit
mengecil dan pada waktu sore terlihat besar. Contoh perbandingan yang
dikemukankanya yaitu cahaya api pada malam hari terlihat besar tetapi
pada siang hari terlihat kecil.
Bangsa Cina kuno mencapai kemajuan luar biasa dalam peradaban
ilmu falak (astronomi), ilmu falak menjadi bahagian penting dalam
kehidupan mereka.19 Menurut ahli falak (astronomi) Cina bahwa bumi
sebagai pusat alam semesta, matahari, bulan dan benda-benda langit lain
bergerak mengelilingi bumi.20 Pemikiran Cina kuno tentang planet dapat
dikatakan hampir sama dengan teori heliosentris.
e. Peradaban falak (astronomi) India.
19Bangsa Cina kuno percaya bahwa fenomina alam sebagai petunjuk nasib dan kekuatan negara,
maka mereka berusaha memperhatikan peredaran matahari, bulan dan bintang-bintang. Dengan
memperhatikan fenomina alam dapat diketahui musim tiap tahun, karena kehidupan mereka yaitu
agraris. Dari fenomina alam ini dibuat susunan almanak Cina kuno yang didasarkan kepada
kajian ilmu falak (astronomi). China kuno sangat mempercayai ramalan astrologi, makmur atau tidak
suatu negera, nasib orang dan kaisar, dapat diramal melalui kajian astrologi dan ilmu falak, sehingga
ilmu falak sering digolongkan sebagai ilmu rahasia negara dan nasib orang.
20Anton Ramdan, Op cit., h. 16.
44
Peradaban falak (astronomi) bangsa India mempunyai kedudukan
penting dalam perkembangan falak dunia, karena dari peradaban falak
bangsa India secara tidak langsung memberikan sumbangan terhadap
peradaban falak (astronomi) Islam, disamping peradaban falak bangsa-
bangsa lain yang telah mengakar dalam masyarakat Arab. Peradaban
falak India yaitu yang terkuat pengaruhnya terhadap peradaban falak
(astronomi) Islam (Arab) dibanding Persia, Yunani dan Cina.
Bangsa India telah mengenal ilmu falak dan mengembangkannya
sejak 3000 tahun sebelum Masehi di lembah sungai Indus.21 Islam banyak
belajar teori ilmu falak dari India dari buku Sind hind. Buku ini memberi
inspirasi dan pengaruh yang luas, dalam perkembangan peradaban falak
Arab Islam, terutama yang berkenaan dengan angka. Buku Sind hind
diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Muhammad ibn Ibrahim al-
Fazari, atas perintah Khalifah al-Mansyur.22
f. Peradaban falak (astronomi) bangsa Persia.
Peradaban falak (astronomi) bangsa Persia juga memberikan pengaruh
dalam pertumbuhan dan perkembangan falak (astronomi) Islam. Bangsa
Persia belajar falak dari peradaban bangsa India, disamping bangsa-
bangsa lain. Peradaban falak Persia dapat ditemukan pada penggunaan
istilah falak (astronomi) yang dipakai dalam peradaban falak
(astronomi) Islam sampai sekarang seperti zaj (zig). Banyak buku-buku
falak (astronomi) Persia dijadikan referensi oleh ahli falak (astronomi)
Islam.23
g. Peradaban falak (astronomi) bangsa Maya.
Maya merupakan nama salah satu kelompok suku yang berada di
Amirika tengah. Suku Maya tinggal di wilayah perbatasan samudera
Pasifik dan laut Karibia. Mereka memiliki peradaban tinggi dalam ilmu
falak dibanding suku-suku lain pada zamannya. Jose Arguelles yaitu
seorang peneliti dan Sejarawan Amerika, melakukan penelitian terhadap
ramalan suku Maya berdasarkan fondasi kalender yang meraka buat.
Ramalan yang terdapat dalam kalender suku Maya menggambarkan
bahwa siklus hukum benda langit dan hubungannya dengan perubahan
manusia.24 Asal suku Maya diduga kuat dari keturunan anak Yafits bin
Nuh yang membaur dengan keturun Sam.
Penanggalan suku Maya yang terdapat dalam kalendernya mencatat
adanya sistem galaksi tata surya yang sedang mengalami siklus besar
yang berjangka 5200 tahun lebih (waktunya dimulaim dari tahun 3113
sebelum Masehi sampai 2012 Masehi). Suku Maya percaya bahwa semua
benda langit akan terjadi perubahan secara total. Perubahan seperti itu
disebutnya, sebagai penyelarasan galaksi. Siklus besar ini dibagi
menjadi 13 periode (baktum), setiap periode (baktum) tata surya
berevolusi dan mempunyai catatan peristiwa yang terjadi di bumi sangat
rinci. Dalam setiap periode (baktum) memuat beberapa kejadian besar
yang pernah dan yang akan dilalui oleh peradaban manusia di bumi,
dimulai dari baktum pertama (3113 SM) sampai baktum terakhir (2012
M).25 Contoh Baktum 12 (1618-2012 M), memuat kejadian: zaman
25M. Ghannoe, Op cit., h. 109-117. Baktum 0 (3113-2718 SM), memuat kejadian; masuknya
bumi pada tahap awal, masuknya bumi pada siklus baru di alam semesta, peradaban manusia baru dimulai,
bangsa Mesir kuno muncul 3100 SM, ekspansi bangsa Sumeria terjadi 3000 SM dan konstruksi awal
pembangunan Stonehenge dimulai 2800 SM. Baktum 1 (2718-2324 SM), memuat kejadian: konstruksi awal
pembangunan Great Pyramid 2700-2600 SM., penyebaran peradaban bangsa Sumeria di Timur Tengah,
perkembangan alat-alat dari perunggu, peradaban Harapa India dimulai dan dunia agraris berkembang di Cina
dan Mesoamerica. Baktum 2 (2324-1930 SM), memuat kejadian: Alat transpormasi beroda
ditemuka, code hukum ditulis, imperium Babilonia dibangu dan peradaban Greek dimulai.
Baktum 3 (1930-1536 SM), memuat kejadian :new Kingdom di Mesir, kerajaan Mesir
mengabaikan kekuasaan keturunan raja dan hancurnya peradaban bangsa Arya.Baktum 4
(1536-1141 SM), memuat kejadian: Dinati Shang Cina berdiri, peradaban India dimuali, muncul
peradaban Mesopotamia dan masa kenabian Ibrahim as sampai nabi Musa as. Baktum 5 (1141-747
SM), memuat kejadian: Imperium Babilonia dimulai, memperkenalkan persenjataan besi, awal
kebangkitan Dinasti Chou di Cina dan kuda digunakan untuk berperang, dan muncul suka berperang.
Baktum 6 (747-353 SM), memuat kejadian: Imperium bangsa Persia dimulai, muncul para filosuf
Yunani (Plato, Sokrates dan Aristoteles) dan sistem Kalender bangsa Maya diciptakan. Baktum 7 (353-
41 SM), memuat kejadian: Dinasti Han muncul di Cina, konstruksi The Great Wall Cina, peneyebaran
Budha sebagai agama sampai sentral Asia dan masa kenabian Isa as. Baktum 8 (41-435 M), memuat
kejadian: masa kemunduran kerajaan Romawi, muncul Kristen sebagai agama, dinasti Han runtu dan
agama Budha tersebar ke Asia Tenggara.Baktum 9 (435-830 M), memuat kejadian: muncul peradaban
bangsa Maya kedua, masa kenabian Muhammad saw, dan muncul Islam sebagai agama, agama
Kristen menyebar ke Eropa Timur dan Eropa Barat, agama Hindu menjadi agama dominan di India,
ajaran Budha menyebar ke Korea dan Jepang, masa dinasti Tang di Cina dan kejayaan kerajaan di Asia
Tenggara dan Indonesia. Baktum 10 (830-1224 M), memuat kejadian: kehancuran peradaban bangsa
Maya, perang salib, peradaban Tibet berkembang dan muncul peradaban Khemer di Asia Tenggara.
Baktum 11 (1224-1618 M), memuat kejadian: penyebaran Islam ke India, Asia Tenggara dan Afrika
Barat, kejayaan bangsa Turki, puncak perkembangan Kristen di Eropa Barat, puncak perkembangan
Kristen Ortodoks di Eropa Timur dan peradaban Eropa menyebar ke berbagai negara. Baktum 12
(1618-2012 M), memuat kejadian: zaman Imperialisme dan Kapitalisme, revolusi industeri, revolusi
46
Imperialisme dan Kapitalisme, revolusi industeri, revolusi Amerika,
kolonialisme di Afrika, Amerika Latin dan Asia, revolusi Peranci,
industrialisasi di Jepang, muncul paham Marxisme oleh Karl Marx,
revolusi Komunis di Rusia dan Cina, perang dunia pertama dan kedua
meletus dan era bom atom era senjata nuklir dimualai, teror mulai
merajalela secara global, kejayaan Islam dan muncul kekuatan baru
Timur Tengah dan Asia, mulai tidak setabil peradaban manusia di bumi,
dan bumi memasuki era akhir global dan zona tahap akhir.
Berdasarkan perhitungan kalender Maya yang dimulai (3113 SM -
2012 M), bahwa pada tahun 2012 merupakan End of Times. Ada
beberapa pendapat atau pengertian tentang End of Times
1). Bumi berhenti berputar, karena waktunya sudah berakhir.
2). Berakhirnya kehidupan dunia sebagaimana yang dipahami orang,
berarti kiamat.
3). Waktu sudah tidak berlaku, (waktu seperti dalam kelender maya)
4). Manusia sudah mamapu melakukan transportasi ke galaxy, dan
peradaban manusia mengalami kekacauan.
Menurut hemat penulis, yang dimaksud end of times yaitu suatu
fase kehancuran peradaban manusia, yaitu kehancuran peradaban lama
dan lahir peradaban baru di bumi, karena pada tahun 2012 tata surya
masuk dalam zona photon, ketika itu akan terjadi getaran bumi dan
peningkatan kesadaran manusia, yang selanjutnya memicu perubahan
besar dalam kehidupan manusia di planet bumi.26
B. Perkembangan Ilmu Falak Pada Masa Islam.
Cikal-bakal muncul ilmu falak (astronomi) dalam Islam sudah dimulai
ketika Nabi Ibrahim as mencari Allah swt. Cara yang dilakukan Nabi
Ibrahim as yaitu dengan mengamati benda-benda langit seperti matahari,
bulan dan bintang-bintang yang bergerak di angkasa. Pengamatan yang
dilakukan Nabi Ibrahim as itu belum dapat dikatakan sebagai menghasilkan
ilmu pengetahuan, karena tidak dilakukakan penelitian secara ilmiah, tetapi
hanya sebatas pengetahuan yang ditunjukkan Allah swt kepada Nabi Ibrahin
as. Peristiwa Nabi Ibrahim as mencari Allah swt itu diterangkan Allah swt
dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 75-78, sebagai berikut;
Dan Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan Kami
langit dan bumi dan agar dia (Ibrahim) termasuk orang yang yakin. Ketika
malam telah gelap, dia (Ibrahim) melihat bintang ia berkata, inilah
Tuhanku, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia (Ibrahim) berkata, saya
tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia (Ibrahim) melihat
bulan terbit dia berkata inilah Tuhanku, tetapi setelah bulan itu terbenam,
dia berkata sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang yang sesat. Kemudian tatkala ia melihat
matahari terbit, dia berkata inilah Tuhanku karena lebih besar. Maka
tatkala matahari itu terbenam, dia berkata hai kaumku, sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (Al-Qur’an surat An’am (6)
:75-78).27
Esensi ayat ini yaitu bahwa Nabi Ibrahim as mencari Allah swt dengan
memperhatikan alam seperti matahari, bintang dan bulan. Semua benda
langit ini muncul kemudian hilang karena semuanya beredar pada
orbitnya. Artinya, benda-benda langit itu bergerak pada porosnya masing-
masing, sehingga terjadi perubahan (kadang-kadang terlihat dan kadang-
kadang tidak terlihat).
Matahari, bulan, bintang dan benda-benda langit yang diperlihatkan
kepada Nabi Ibrahim as yaitu sebagai tanda kebesaran dan keagungan
Allah swt sang pencipta alam semesta. Matahari, bulan dan bintang-bintang
merupakan pedoman penting bagi kehidupan manusia di permukaan bumi,
karena matahari sumber kehidupan makhluk di planet bumi dan bulan
sebagai petunjuk waktu. Apa yang diperlihatkan Allah swt kepada Nabi
Ibrahim as merupakan indikasi pentingnya ilmu perbintangan dan
mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan di bumi.
Banyak ayat al-Qur’an yang menunjukkan bahwa alam semesta
sebagai bukti tanda kekuasaan dan kemurahan Allah swt. Ayat-ayat yang
berbicara tentang alam selalu diakhiri dengan ungkapan kata sesungguhnya
yang demikian itu Kami tujukan kepada orang-orang yang berilmu
pengetahuan, dan orang yang mau berfikir, orang yang berakal dan orang
yang mau mengerti”.28 Contoh, firman Allah swt dalam surat Ali Ilman.
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang sebagai tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (Al-
Qur’an surat Ali Imran (3): 190).29
Ayat di atas mengindikasikan