ut-
pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati (Kis. 22:3-4). Semua
ini cukup untuk membuat percaya diri seorang Yahudi yang
angkuh, dan cukup baginya untuk memperoleh pembenaran.
Namun,
II. Rasul Paulus memberitahukan kita di sini betapa ia memandang
kecil semuanya ini, dibandingkan dengan kepentingannya di da-
lam Kristus dan segala pengharapannya dalam Dia: namun apa
yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap
rugi sebab Kristus (ay. 7). Artinya, hal-hal yang dulunya diang-
gapnya sebagai keuntungan saat ia masih menjadi orang Farisi
dan yang sebelum itu diperhitungkannya, kini ia anggap rugi ka-
rena Kristus. Aku seharusnya menganggap diriku rugi tidak ter-
katakan, sebab dengan melekat padanya, aku telah kehilangan
bagianku di dalam Yesus Kristus. Ia menganggap semuanya itu
sebagai kerugian. Tidak saja tidak cukup untuk memperkaya diri-
nya, namun juga pasti membuat miskin dan menghancurkannya
jika ia mempercayakan diri kepada hal-hal itu dan bukannya
kepada Kristus. Amatilah, Rasul Paulus tidak menganjurkan me-
reka untuk melakukan apa pun selain yang dilakukannya, untuk
tidak meninggalkan apa pun selain yang ditinggalkannya, dan un-
310
tuk tidak mengambil bahaya apa pun seperti yang telah dilaku-
kannya sebelumnya terhadap jiwanya yang tidak dapat mati.
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, sebab pengenalan akan
Kristus Yesus, Tuhanku (ay. 8). Di sini Rasul Paulus menjelaskan
perihal dirinya.
1. Ia mengatakan apa yang sangat didamba-dambakannya dan di-
kejar-kejarnya, yaitu pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan-
nya, pengenalan dan pengalaman pribadi dalam hidup percaya-
nya kepada Kristus sebagai Tuhan. Bukan sekadar tahu dan
menduga-duga saja, melainkan sungguh-sungguh mengenal
Dia secara pribadi. Demikianlah pengenalan atau pengetahuan
adakalanya diartikan sebagai iman: hamba-Ku itu, sebagai
orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hik-
matnya (Yes. 53:11; KJV: oleh pengetahuan). Itulah keunggulan
dari hikmat atau pengetahuan. Ada keunggulan yang berlim-
pah dan mengatasi segalanya yang terdapat di dalam ajaran
Kristus atau agama Kristen, melebihi semua pengetahuan ten-
tang alam dan kehebatan hikmat manusia. Sebab, ajaran Kris-
tus itu sesuai untuk menjawab perkara orang-orang berdosa
yang telah jatuh, dan melengkapi mereka dengan segala yang
mereka butuhkan serta semua yang bisa mereka inginkan dan
harapkan, dengan segala hikmat dan kasih karunia yang me-
nyelamatkan.
2. Ia menunjukkan bagaimana ia telah melepaskan hak-hak isti-
mewanya sebagai orang Yahudi dan Farisi: Malahan, secara
kudus ungkapannya ini timbul dengan perasaan menang dan
hati yang terangkat tinggi, alla men oun ge kai. Ada lima kata
yang dipakai dalam naskah aslinya: Sesungguhnya segala se-
suatu bahkan kuanggap rugi. Sebelum ini ia berbicara tentang
hal-hal itu, yakni hak-hak istimewanya sebagai orang Yahudi.
Di sini ia berbicara tentang segala sesuatu, semua kesenangan
duniawi dan hak-hak istimewa lahiriah apa saja, hal-hal seje-
nisnya atau apa pun yang dapat bersaing dengan Kristus
untuk bertakhta di hatinya, ataupun seolah-olah layak untuk
itu. Ia berkata bahwa ia menganggap semuanya itu sebagai
kerugian belaka. Namun orang mungkin bertanya, Apakah ia
tetap berpendirian sama dan tidak menyesal sebab mening-
galkan semua itu? Tidak, sebab sekarang ia berbicara menge-
nai keadaannya saat ini: Malahan segala sesuatu kuanggap
Surat Filipi 3:9-14
311
rugi. Namun dapat juga dikatakan, Memang mudah berkata
demikian, namun apa yang akan dilakukannya saat mengha-
dapi cobaan? Rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa ia
sendiri bertindak sesuai dengan perkiraan itu. Oleh sebab
Dialah aku telah melepaskan semuanya itu. Ia telah meninggal-
kan seluruh kehormatan dan hal-hal menguntungkan sebagai
orang Yahudi dan Farisi, serta menyerahkan diri kepada
semua penghinaan dan penderitaan yang menyertai pengaku-
an imannya dan pemberitaan Injil. saat baru mulai menja-
lankan hidup Kekristenan, ia mempertaruhkan segalanya dan
kehilangan semuanya demi hak-hak istimewa sebagai orang
Kristen. Bahkan, bukan saja menganggap semua itu sebagai
kerugian, ia malah menganggapnya sampah, skybala, yaitu
sisa-sisa makanan yang dilemparkan kepada anjing. Semua-
nya itu tidak saja tidak berharga dibandingkan dengan Kris-
tus, namun juga teramat rendah jika dibandingkan dengan-
Nya. Perhatikanlah, Perjanjian Baru tidak pernah berbicara
tentang anugerah yang menyelamatkan dengan istilah yang
merendahkan. Sebaliknya, anugerah itu digambarkan sebagai
buah dari Roh Ilahi dan citra atau gambaran Allah di dalam
jiwa manusia, sebagai suatu sifat Ilahi dan keturunan Allah.
Iman seperti ini disebut iman yang sangat berharga, sedang-
kan sifat lemah lembut sangat berharga di mata Allah (1Ptr.
3:4; 2Ptr. 1:1, dst.)
Perhatian, Harapan, dan Tujuan Rasul Paulus
(3:9-14)
9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri sebab mentaati
hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran sebab kepercayaan kepada
Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasar kepercayaan.
10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan
persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan
Dia dalam kematian-Nya, 11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari
antara orang mati. 12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau
telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga
menangkapnya, sebab akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. 13 Sau-
dara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkap-
nya, namun ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku
dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, 14 dan berlari-lari
kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah
dalam Kristus Yesus.
312
Sekarang kita sudah tahu apa yang telah ditinggalkan Rasul Paulus.
Sekarang marilah kita lihat apa yang telah dipegangnya dan diperta-
hankannya dengan gigih, yaitu Kristus dan sorga. Hatinya terpatri
pada kedua keistimewaan dalam agama Kristen ini.
I. Di dalam hatinya ada Kristus sebagai kebenarannya. Hal ini di-
gambarkan melalui beberapa contoh.
1. Ia rindu mendapatkan Kristus. Ia menganggap diri sangat
beruntung bila memiliki bagian di dalam Kristus dan kebenar-
an-Nya, dan jika Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya:
supaya aku memperoleh Kristus. Ia seperti seorang pelari yang
ingin memenangkan hadiah, atau seorang pelaut yang men-
jadikan pelabuhan sebagai tujuannya. Ungkapan ini menyirat-
kan bahwa kita perlu berusaha keras supaya mendapatkan
dan mengikuti Dia, dan segala sesuatu tidak ada artinya demi
memperoleh Dia.
2. Supaya ia berada dalam Dia (ay. 9), seperti si pembunuh yang
berada di dalam kota perlindungan, tempat ia aman dari balas
dendam penuntut darah (Bil. 35:25). Atau ini juga merujuk
kepada keadaan di pengadilan. Demikianlah kita harus dida-
pati oleh Hakim ada dalam keadaan berdamai dengan Dia
(2Ptr. 3:14). Kita akan binasa tanpa kebenaran saat berada
di hadapan Allah, sebab kita adalah orang yang bersalah. Di
dalam Yesus Kristus tersedia kebenaran bagi kita, dan itu
kebenaran yang mutlak dan sempurna. Tidak seorang pun
dapat memperoleh kepentingan atau manfaat dari kebenaran
itu, selain mereka yang tidak mengandalkan diri sendiri, dan
menjadi percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati. Bukan
dengan kebenaranku sendiri sebab mentaati hukum Taurat,
tidak berpikir bahwa pengamalan hukum secara lahiriah dan
perbuatan-perbuatan baikku dapat menebus semua perbuat-
an-perbuatan jahatku, atau bahwa dengan menghitung semua
perbuatan demikian aku dapat menyeimbangkan perhitungan
dengan Allah. Tidak, kebenaran yang kuandalkan adalah ke-
percayaan kepada Kristus. Bukan kebenaran menurut hukum
Taurat, melainkan kebenaran Injili, yaitu kebenaran yang
Allah anugerahkan berdasar kepercayaan, yang ditetapkan
dan ditahbiskan oleh Allah. Tuhan Yesus Kristus adalah
TUHAN Keadilan kita (Yes. 45:24; Yer. 23:6). Seandainya Dia
Surat Filipi 3:9-14
313
bukan Allah, Ia tidak akan menjadi Keadilan kita. Keunggulan
luar biasa sifat Ilahi begitu menghargai dan menyebut penderi-
taan-Nya sebagai kebajikan yang luhur sampai cukup untuk
menghapus dosa seluruh isi dunia, dan membawa keadilan
yang berlaku bagi semua orang yang percaya. Iman merupa-
kan sarana yang telah ditetapkan Allah bagi kita untuk men-
dapat bagian dan manfaat yang menyelamatkan di dalam pe-
nebusan yang diperoleh-Nya melalui penumpahan darah-Nya.
Bagian dan keselamatan itu diperoleh sebab iman, dalam
darah-Nya (Rm. 3:25).
3. Supaya ia mengenal Kristus (ay. 10): Yang kukehendaki ialah
mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan da-
lam penderitaan-Nya. Iman disebut hikmat (atau pengetahuan
atau pengenalan pen.) (Yes. 53:11). Di sini, mengenal Dia
berarti percaya kepada-Nya. Ini merupakan hikmat atau pe-
ngenalan berdasar pengalaman tentang kuasa kebang-
kitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, atau mera-
sakan kuasa dan kebajikan yang mengubahkan dari hal-hal
ini. Amatilah, Rasul Paulus luar biasa sangat ingin dikudus-
kan serta dibenarkan. Ia rindu mengenal kuasa kematian dan
kebangkitan Kristus yang membunuh dosa di dalam dirinya,
serta membangkitkannya ke dalam hidup yang baru, saat ia
menerima manfaat dari kematian dan kebangkitan Kristus
dalam membenarkan dirinya.
4. Supaya ia dapat menjadi serupa dengan-Nya, dan ini juga
mencakup pengudusannya. Dengan demikian kita juga men-
jadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya saat kita mati
terhadap dosa, sama seperti Kristus telah mati bagi dosa.
saat kita disalibkan bersama Kristus, kehendak daging dan
keinginan duniawi kita dipadamkan, dan dalam salib Tuhan
kita Yesus Kristus dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi
dunia. Inilah keserupaan kita dengan kematian-Nya.
II. Rasul Paulus memandang sorga sebagai kebahagiaannya: supaya
aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati (ay. 11).
1. Di sini, kebahagiaan sorgawi disebut kebangkitan dari antara
orang mati, sebab meskipun jiwa orang percaya saat mening-
galkan dunia ini akan langsung berada bersama Kristus,
namun kebahagiaan mereka belumlah sempurna sampai ke-
314
pada kebangkitan semua orang mati pada akhir zaman, saat
jiwa dan tubuh akan dimuliakan bersama-sama. Anastasis
adakalanya berarti masa depan. Inilah yang dinanti-nantikan
oleh Rasul Paulus dan ingin dicapainya. Akan terjadi kebang-
kitan orang-orang fasik, yang akan bangkit untuk mengalami
kehinaan dan kengerian yang kekal. Kita harus menjaga agar
terhindar dari hal ini. Sebaliknya, kebangkitan penuh sukacita
dan kemuliaan orang-orang kudus disebut kebangkitan kat
exochēn penuh kebesaran, sebab merupakan kebajikan me-
lalui kebangkitan Kristus, yang adalah Kepala dan Buah Su-
lung bagi mereka. Sementara itu, orang fasik akan bangkit
hanya sebab kuasa Kristus yang bertindak sebagai hakim
mereka. Bagi orang-orang kudus, ini akan benar-benar men-
jadi kebangkitan, pulang kembali kepada kebahagiaan, kehi-
dupan, dan kemuliaan. Sebaliknya, kebangkitan orang fasik
adalah kebangkitan dari kubur untuk kembali kepada kemati-
an kedua. Bagi orang-orang kudus, ini disebut kebangkitan
orang-orang benar, dan bangkit untuk hidup yang kekal (Yoh.
5:29). Mereka dianggap layak untuk mendapat bagian dalam
dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang
mati (Luk. 20:35).
2. Rasul Paulus berusaha keras menuju kebangkitan penuh su-
kacita ini. Ia bersedia melakukan apa pun, atau menderita apa
pun, supaya dapat memperoleh kebangkitan itu. Pengharapan
dan pandangan akan hal itu membuat dia begitu berani dan
tabah luar biasa dalam melewati semua kesulitan yang diha-
dapinya dalam melaksanakan tugasnya. Ia berbicara seolah-
olah ia sedang menghadapi bahaya akan kehilangan dan tidak
memperolehnya. Ketakutan kudus akan kehilangan atau gagal
mencapai sesuatu merupakan sarana yang sangat baik untuk
terus bertekun. Amatilah, kerinduannya untuk didapati ber-
ada di dalam Kristus adalah dengan tujuan mengalami ke-
bangkitan dari antara orang mati. Paulus tidak berharap mem-
perolehnya melalui kebajikan dan kebenarannya sendiri, namun
melalui kebajikan dan kebenaran Yesus Kristus. Kiranya aku
didapati berada di dalam Kristus, supaya aku beroleh kebang-
kitan dari antara orang mati, didapati sebagai orang yang per-
caya kepada-Nya, dan memperoleh bagian di dalam Dia mela-
lui iman. Amatilah,
Surat Filipi 3:9-14
315
(1) Ia menganggap dirinya tidak sempurna dan sedang diuji:
Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah
sempurna (ay. 12). Amatilah, orang-orang terbaik di dunia
tidak akan segan-segan segera mengakui ketidaksempur-
naannya di dunia saat ini. Kita belum mencapainya dan
belum sempurna. Masih terdapat banyak kekurangan da-
lam hal kewajiban, anugerah, dan penghiburan kita. Jika
Paulus saja belum mencapai kesempurnaan (padahal ia
telah mencapai puncak kekudusan yang begitu tinggi), apa-
lagi kita. Ia berkata lagi, Saudara-saudara, aku sendiri
tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya (ay.
13), ou logizomai. Aku membuat penilaian ini, dan demi-
kianlah aku beradu pikiran dengan diri sendiri. Amatilah,
orang-orang yang menyangka bahwa mereka memiliki cu-
kup banyak kasih karunia justru membuktikan bahwa
mereka hanya memiliki sedikit, atau bahkan tidak memi-
likinya sama sekali. sebab di mana ada kasih karunia se-
jati, di situ ada kerinduan akan lebih banyak kasih karu-
nia, dan desakan terus menuju penyempurnaan kasih ka-
runia.
(2) Tindakan Rasul Paulus saat menyadari hal ini. Mengingat
bahwa ia belum mencapainya dan belum menangkapnya, ia
pun mendesak maju, Aku mengejarnya (ay. 12), diōkō
aku mengejar sekuat tenaga, bagaikan dalam perlombaan.
Aku berusaha keras memperoleh lebih banyak kasih karu-
nia dan berbuat lebih baik, serta tidak pernah berpikir bah-
wa aku telah berbuat cukup banyak: kalau-kalau aku da-
pat juga menangkapnya, sebab akupun telah ditangkap
oleh Kristus Yesus. Amatilah,
[1] Dari mana kasih karunia kita berasal, yaitu sebab di-
tangkap oleh Kristus Yesus. Bukan sebab kitalah yang
menangkap Kristus terlebih dahulu, melainkan sebab
Dia menangkap kita. Inilah kebahagiaan dan keselamat-
an kita. Kita mengasihi, sebab Allah lebih dahulu me-
ngasihi kita (1Yoh. 4:19). Bukan sebab kita terus me-
nangkap Kristus, melainkan sebab Dia terus menang-
kap kita sehingga kita tetap aman. Kita dipelihara da-
lam kekuatan Allah sebab iman sementara menantikan
keselamatan (1Ptr. 1:5). Amatilah,
316
[2] Apa sebenarnya kebahagiaan sorgawi: ini berarti me-
nangkapnya, sebab kita pun telah ditangkap oleh Kris-
tus Yesus (KJV: untuk menangkap sesuatu yang untuk-
nya kita ditangkap oleh Kristus pen.). saat Kristus
menangkap kita, tujuannya adalah untuk membawa
kita ke sorga, dan menangkap apa yang membuat-Nya
menangkap kita adalah untuk mencapai kesempurnaan
dari kebahagiaan kita. Selanjutnya ia menambahkan,
namun ini yang kulakukan (inilah yang menjadi kerindu-
an dan kepedulian terbesarnya): aku melupakan apa
yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada
apa yang di hadapanku (ay. 13). Memang merupakan
dosa untuk melupakan dosa-dosa dan rahmat masa
lampau yang seharusnya diingat agar senantiasa me-
nyesalinya dan bersyukur kepada Allah. Namun Paulus
melupakan hal-hal pada masa lampau supaya tidak
merasa puas dengan kasih karunia yang diterimanya
pada saat sekarang. Ia masih mengharapkan lebih dan
lebih lagi. Oleh sebab itu ia mengarahkan diri kepada
apa yang di hadapannya, epekteinomenos, meraih diri
ke depan sambil terus mengarah kepada tujuannya. Ini
mengungkapkan suatu kepedulian yang teramat sangat
sungguh-sungguh.
(3) Tujuan utama Rasul Paulus dalam semua tindakan ini:
Aku berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,
yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (ay.
14). Ia berlari-lari kepada tujuan. Sama seperti orang yang
mengikuti perlombaan tidak pernah berhenti sebelum
mencapai akhir, namun terus berlari maju secepat mungkin,
demikian juga orang-orang yang mendambakan sorga
harus terus berlari-lari kepada tujuan di dalam kerinduan
serta pengharapan kudus, senantiasa berusaha keras dan
mempersiapkan diri. Semakin kita ingin bertumbuh dewasa
untuk mencapai sorga, semakin cepat kita harus mendesak
maju kepada tujuan. Di sini, sorga disebut tujuan, sebab
itulah yang tujuan pandangan setiap orang Kristen yang
baik, sama seperti pemanah memusatkan perhatian ke-
pada sasaran yang ditujunya. Untuk memperoleh hadiah,
yaitu panggilan sorgawi. Amatilah, panggilan orang Kristen
Surat Filipi 3:15-16
317
merupakan panggilan sorgawi yang berasal dari sorga, yang
adalah sumber panggilan itu. Panggilan itu menuju ke sor-
ga yang merupakan arah tujuannya. Sorga adalah hadiah,
yaitu panggilan sorgawi, to brabeion, hadiah yang kita pere-
butkan, yang kita kejar, dan yang kita pergumulkan. Itu
sesuatu yang menjadi sasaran kita dalam segala sesuatu
yang kita lakukan dan yang akan menjadi hadiah bagi
semua jerih payah kita. Sungguh amat berguna dalam per-
jalanan Kekristenan kita untuk tetap mengarahkan pan-
dangan kepada sorga. Hal ini pantas untuk menentukan
langkah dalam semua pelayanan kita, dan untuk menggai-
rahkan kita di setiap langkah yang kita ambil. Dan sorga
itu dari Allah, yang dari-Nya kita harus mengharapkannya.
Karunia Allah ialah hidup yang kekal (Rm. 6:23), namun
hanya di dalam Kristus Yesus. Harus melalui tangan
Kristus karunia itu sampai kepada kita, sebab ia diperoleh
untuk kita oleh-Nya. Tidak ada jalan untuk mencapai sorga
sebagai tempat tinggal kita selain melalui Kristus yang
adalah Jalan kita.
Peringatan dan Nasihat
(3:15-16)
15 sebab itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau
lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga
kepadamu. 16 namun baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita
lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.
sesudah mengajukan diri sebagai teladan, Paulus mendorong jemaat
Filipi mengikuti jalan itu. Biarlah pikiran yang sama yang terdapat
pada Paulus yang terpuji itu juga menjadi pikiran kita. Di sini kita
melihat bagaimana kecondongan pikirannya. Kiranya kita juga ber-
pikiran sama, dan menetapkan hati kita kepada Kristus serta sorga
seperti dirinya.
1. Ia menunjukkan bahwa di dalam hal inilah semua orang Kristen
yang baik memiliki kesamaan, yakni menempatkan Kristus di atas
segalanya dan mengarahkan hati kepada dunia yang lain. Inilah
tujuan yang ingin kita capai. Sebesar apa pun perbedaan orang-
orang Kristen dalam hal pendapat mereka tentang hal-hal lain, di
dalam hal ini mereka sependapat, yakni bahwa Kristus merupa-
318
kan segalanya bagi orang Kristen, dan bahwa mendapatkan Kris-
tus dan didapati berada di dalam Dia mencakup kebahagiaan
kita, baik di sini maupun di dunia sesudah ini. Oleh sebab itu,
biarlah kita berjalan menurut aturan yang sama, dan memper-
hatikan hal yang sama. sesudah menjadikan Kristus segalanya
bagi kita, hidup adalah Kristus. Marilah kita sehati berlari-lari
kepada tujuan dan menjadikan sorga tujuan akhir kita.
2. Inilah alasan tepat mengapa orang-orang Kristen yang berbeda
pendapat dalam hal-hal lebih kecil harus saling menghargai, se-
bab mereka sependapat dalam hal yang utama: Jikalau lain pikir-
anmu tentang salah satu hal, yaitu jika kamu berbeda pendapat
satu sama lain, dan tidak sependapat dalam hal makanan, waktu,
dan hal-hal lain di dalam hukum orang Yahudi, janganlah kamu
saling menghakimi sementara kamu semua sekarang bersatu di
dalam Kristus sebagai pusatmu dan berharap bertemu di sorga
sebagai rumahmu. Mengenai perbedaan-perbedaan lainnya, ja-
nganlah terlampau mempersoalkannya, sebab hal itu akan dinya-
takan Allah juga kepadamu. Di dalam hal apa pun kamu berbeda
pendapat, kamu harus menunggu sampai Allah memberimu
pengertian yang lebih jelas, yang akan dilakukan-Nya pada wak-
tu-Nya. Sementara itu, sejauh tingkat pengertian yang telah kamu
capai, kamu harus berjalan bersama-sama menurut jalan Allah,
bersatu di dalam semua hal baik yang kamu sepakati, kemudian
menantikan penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan-perbeda-
an kecil yang ada di antara kamu.
Rasul Paulus Menekankan Teladannya
(3:17-21)
17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hi-
dup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. 18 sebab , seperti yang telah
kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil
menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. 19 Kesudah-
an mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan
mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada per-
kara duniawi. 20 sebab kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ
juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, 21 yang
akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya
yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu
kepada diri-Nya.
Ia mengakhiri pasal ini dengan peringatan dan nasihat.
Surat Filipi 3:17-21
319
I. Ia memperingatkan mereka agar tidak mengikuti contoh para pe-
nyesat dan guru-guru palsu (ay. 18-19): Seperti yang telah kerap
kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang
sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib
Kristus. Amatilah,
1. Banyak orang yang menggunakan nama Kristus sebenarnya
adalah musuh-musuh salib Kristus, termasuk musuh terha-
dap rancangan dan tujuannya. Dibanding pengakuan mereka,
hidup mereka merupakan bukti yang lebih jelas tentang siapa
mereka sebenarnya. Dari buahnyalah kamu akan mengenal
mereka (Mat. 7:20). Rasul Paulus memperingatkan mereka ter-
hadap orang-orang seperti itu.
(1) Dengan sangat sering: telah kerap kali kukatakan kepadamu.
Kita begitu sedikit memperhatikan peringatan-peringatan
yang diberikan kepada kita, sehingga kita perlu diperingat-
kan berulang kali. Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah
berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu (ay. 1).
(2) Dengan penuh perasaan dan kasih sayang: kunyatakan
pula sekarang sambil menangis. Paulus adalah pengkhot-
bah yang sering menangis di saat-saat yang tepat, seperti
Yeremia sang nabi yang sering menangis. Amatilah, khot-
bah lama dapat saja disampaikan dengan perasaan baru.
Apa yang sering kita katakan boleh kita katakan lagi asal
disampaikan sepenuh hati, dan kita sendiri berada di ba-
wah kendalinya.
2. Rasul Paulus menyebutkan orang-orang macam apa yang me-
rupakan seteru salib Kristus.
(1) Mereka menjadikan perut mereka sebagai Tuhan. Mereka
tidak memikirkan apa pun selain selera-selera nafsu jas-
mani belaka. Hal ini merupakan berhala yang keji dan
memalukan bagi siapa pun, terutama bagi orang Kristen,
sebab mereka mengorbankan perkenan Allah, ketenteram-
an hati nurani, dan kebahagiaan kekal demi hal tersebut.
Orang-orang gelojoh dan para pemabuk menjadikan perut
mereka sebagai Tuhan, dan seluruh perhatian mereka
hanyalah mengenyangkan perut dan menyediakan biaya
untuk itu. Kalau orang-orang baik mengarahkan perhatian
kepada Allah, para penggemar makanan dan minuman ini
320
mengarahkan perhatian kepada selera-selera nafsu mereka.
Mengenai orang-orang seperti ini, Rasul Paulus berkata,
orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita,
namun melayani perut mereka sendiri (Rm. 16:18).
(2) Mereka bermegah di dalam aib mereka. Mereka tidak saja
berdosa, namun juga membangga-banggakan dan bermegah
di dalam hal yang seharusnya mereka merasa malu. Dosa
merupakan aib bagi orang berdosa, terutama jika di-
banggakan. Mereka menghargai diri sendiri dengan apa
yang merupakan cela dan aib bagi mereka.
(3) Mereka hanya peduli pada hal-hal duniawi. Kristus datang
dengan salib-Nya disalibkan untuk menyalibkan dunia bagi
kita dan kita bagi dunia. Mereka yang hanya peduli pada
hal-hal duniawi justru menentang salib Kristus dan tujuan
agungnya. Mereka sangat menyukai hal-hal duniawi namun
tidak menyukai hal-hal rohani dan sorgawi. Mereka meng-
arahkan hati dan perasaan kepada hal-hal duniawi. Mereka
sangat menyukainya, bahkan tergila-gila kepadanya, serta
mengandalkan dan memuaskan diri dengannya. Rasul Pau-
lus menyebutkan sifat orang-orang seperti ini untuk me-
nunjukkan betapa bodohnya jika orang Kristen meng-
ikuti teladan atau disesatkan oleh mereka. Selain itu, un-
tuk mencegah kita berbuat seperti itu, ia menyebutkan
malapetaka yang akan menimpa mereka.
(4) Hidup mereka akan berakhir dalam kebinasaan. Cara hi-
dup mereka tampak menyenangkan, namun maut dan ne-
raka ada di ujungnya. Buah apakah yang kamu petik dari
padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu
sekarang, sebab kesudahan semuanya itu ialah kematian
(Rm. 6:21). Sungguh berbahaya untuk mengikuti jalan
mereka, sebab turun menuju jurang. Jadi jangan memilih
jalan mereka, sebab kita mempunyai alasan untuk merasa
takut terhadap kesudahannya. Boleh jadi Rasul Paulus
merujuk kepada kehancuran bangsa Yahudi.
II. Ia mengajukan diri sendiri dan saudara-saudara seimannya seba-
gai teladan, sebagai kebalikan dari contoh-contoh yang buruk ini:
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka,
yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu (ay. 17).
Surat Filipi 3:17-21
321
Perhatikanlah mereka untuk kaujadikan pola hidupmu. Ia menje-
laskan perihal dirinya sendiri untuk menuntun perhatian mereka
terhadap Kristus dan sorga: sebab kewargaan kita adalah di
dalam sorga (ay. 20). Amatilah, orang-orang Kristen yang baik,
bahkan sementara mereka masih hidup di bumi, memiliki kewar-
gaan di sorga. Kewarganegaraan mereka ada di sana, politeuma.
Rasul Paulus seakan-akan berkata, kita bertalian dengan dunia
itu dan merupakan warganegara Yerusalem Baru. Bukan dunia
ini, melainkan sorgalah tempat tinggal kita. Di sanalah hak-hak
istimewa dan urusan kita berada. Dan, mengingat bahwa kewar-
ganegaraan kita adalah di sana, maka di situ jugalah kewargaan
kita. sebab bertalian dengan dunia itu, kita harus menjaga hu-
bungan kita dengannya. Kehidupan orang Kristen adalah di sorga,
tempat kepala dan rumahnya berada, yang ingin ditempatinya
segera. Ia memikirkan perkara yang di atas. Di mana hatinya ber-
ada, di situlah kewargaannya juga berada. Rasul Paulus mende-
sak jemaat Filipi untuk mengikuti teladannya dan para pelayan
Kristus yang lain. Wah, mengapa, mereka mungkin saja berkata,
kalian semua hanyalah sekumpulan orang-orang yang miskin,
dibenci, dan dianiaya, yang tidak ada apa-apanya dan tidak ber-
guna bagi dunia. Siapa pula yang mau mengikuti kalian? Tidak,
katanya, namun kewargaan kita adalah di sorga. Kita memiliki
pertalian dekat dan kerinduan dengan dunia lain itu, dan tidak
seburuk dan sehina seperti yang dikatakan orang. Sungguh baik
untuk bersekutu dengan orang-orang yang bersekutu dengan
Kristus, dan sewarga dengan orang-orang yang memiliki kewarga-
an di sorga.
1. Sebab kita mencari Juruselamat dari sorga: dari situ juga kita
menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Ia tidak
berada di sini. Ia telah naik ke sorga dan memasuki ruang
mahakudus di belakang tirai bagi kita. Kita menantikan keda-
tangan-Nya yang kedua dari sana untuk menghimpun semua
warga Yerusalem Baru kepada-Nya.
2. Sebab pada kedatangan Kristus yang kedua, kita menantikan
dengan pengharapan pasti untuk hidup bahagia dan dalam
kemuliaan di sana. Ada alasan yang tepat bagi kita untuk
memiliki kewargaan di sorga, yaitu bahwa tidak saja sebab
sekarang ini Kristus telah berada di sana, namun juga sebab
kita berharap ke sana segera: yang akan mengubah tubuh kita
322
yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia
(ay. 21). Bagi tubuh orang-orang kudus disediakan kemuliaan
yang akan dianugerahkan pada saat kebangkitan. Sekarang
ini, tubuh manusia tidak lebih dari tubuh yang hina, to sōma
tēs tapeinōseōs hēmōn tubuh aib kita. Tubuh ini muncul dan
berasal dari tanah, dikeluarkan dari tanah, takluk terhadap
banyak penyakit, dan kematian pada akhirnya. Selain itu,
tubuh sering kali menjadi kesempatan dan sarana untuk ber-
buat berbagai jenis dosa, yang disebut tubuh maut (Rm. 7:24).
Atau, ini juga dapat diartikan sebagai kebusukannya saat
terbaring di dalam kubur. Pada hari kebangkitan, tubuh itu
didapati sebagai tubuh yang hina, telah berubah busuk, dan
menjadi debu tanah. Dan debu kembali menjadi tanah seperti
semula (Pkh. 12:7). Namun, tubuh itu juga akan diubahkan
menjadi tubuh kemuliaan, dan tidak saja dihidupkan kembali,
namun juga dibangkitkan untuk memperoleh keuntungan yang
sangat besar. Amatilah,
(1) Contoh dari perubahan tubuh ini, yakni tubuh kemuliaan
Kristus. Pada waktu Dia dipermuliakan di atas gunung,
wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya
menjadi putih bersinar seperti terang (Mat. 17:2). Ia naik ke
sorga dalam tubuh itu, supaya dapat menguasai warisan
dalam natur kita, dan tidak saja menjadi yang pertama
bangkit dari antara orang mati, namun juga yang pertama
dari anak-anak Allah yang telah dibangkitkan. Kita akan
menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia,
Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak sau-
dara (Rm. 8:29).
(2) Kuasa yang mengerjakan perubahan ini: menurut kuasa-
Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-
Nya. Terdapat kuasa dengan daya yang luar biasa, betapa
hebat kuasa-Nya, serta kekuatan kuasa-Nya (Ef. 1:19).
Sungguh melegakan bagi kita sebab Ia mampu menak-
lukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. Cepat atau lambat,
Ia akan menarik semuanya ke dalam kepentingan-Nya. Dan
kebangkitan itu akan dikerjakan oleh kuasa ini. Ia akan
Kubangkitkan pada akhir zaman (Yoh. 6:44). Biarlah hal ini
menegaskan kepercayaan kita akan kebangkitan, supaya
kita tidak saja memiliki firman Tuhan yang meyakinkan
Surat Filipi 3:17-21
323
kita bahwa hal itu akan terjadi, namun juga supaya kita
mengerti kuasa Allah yang dapat mengadakannya (Mat.
22:29). Kebangkitan Kristus merupakan contoh kuasa Ilahi
yang gilang-gemilang, dan oleh sebab itu Ia dinyatakan oleh
kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah
Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita (Rm.
1:4). Seperti itu jugalah kebangkitan kita akan terjadi. Dan
kebangkitan-Nya merupakan bukti tak tergoyahkan dan
pola bagi kita. sesudah itu, semua seteru kerajaan Sang Pe-
nebus akan ditaklukkan sepenuhnya. Bukan saja dia yang
berkuasa atas maut, yakni Iblis (Ibr. 2:14), namun juga mu-
suh yang terakhir, yang dibinasakan, yakni maut (1Kor.
15:26), akan ditelan dalam kemenangan (1Kor. 15:54).
PASAL 4
alam pasal ini kita mendapati nasihat-nasihat untuk menjalan-
kan sejumlah kewajiban kristiani, seperti berteguh hati, sehati
dan sepikiran, bersukacita, dan seterusnya (ay. 1-9). Selain itu, ada
juga pengakuan Rasul Paulus yang penuh syukur atas kebaikan
jemaat Filipi terhadapnya, dengan mengungkapkan rasa senangnya
untuk menerima barang-barang yang mereka kirim kepadanya (ay.
10-19). Ia menutup surat ini dengan pujian, salam, dan berkat (ay.
20-23).
Berbagai Macam Nasihat
(4:1-9)
1 sebab itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, suka-
citaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai sau-
dara-saudaraku yang kekasih! 2 Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati,
supaya sehati sepikir dalam Tuhan. 3 Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sun-
sugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. sebab mereka telah berjuang
dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan ka-
wan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab
kehidupan. 4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:
Bersukacitalah! 5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan
sudah dekat! 6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga,
namun nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa
dan permohonan dengan ucapan syukur. 7 Damai sejahtera Allah, yang me-
lampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus
Yesus. 8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang
mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang
sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah
semuanya itu. 9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu
terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat
padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai
kamu.
D
326
Rasul Paulus memulai pasal ini dengan nasihat-nasihat untuk men-
jalankan berbagai kewajiban kristiani.
I. Supaya kita berdiri teguh di dalam iman Kristen yang kita akui
(ay. 1). Hal ini disimpulkan dari bagian penutup pasal sebelum-
nya: sebab itu, berdirilah juga dengan teguh, dst. Mengingat
kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan kita menantikan
Juruselamat yang akan datang dari sana dan membawa kita ke
sana, maka berdirilah dengan teguh. Perhatikanlah, harapan dan
penantian yang penuh iman akan hidup kekal haruslah meng-
gugah kita untuk teguh, mantap, dan tidak goyah dalam perjalan-
an hidup Kristen kita. Amatilah di sini,
1. Sapaan-sapaan Paulus yang sangat mesra: Saudara-saudara
yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkota-
ku. Dan lagi, hai saudara-saudaraku yang kekasih! Begitulah
ia mengungkapkan rasa senang dan kebaikan hatinya ter-
hadap mereka, supaya nasihat-nasihat yang disampaikannya
kepada mereka bisa membawa hasil yang jauh lebih baik lagi.
Ia menganggap mereka sebagai saudara-saudaranya, walau-
pun ia seorang rasul besar. Kita semua adalah saudara. Ada
perbedaan-perbedaan dalam hal karunia, anugerah, dan
pencapaian. Namun, sebab sudah diperbaharui oleh Roh
yang sama, menurut gambar yang sama, kita semua bersau-
dara, sebagai anak-anak dari Orangtua yang sama, walaupun
umur, perawakan, dan warna kulit kita berbeda. Sebagai se-
sama saudara,
(1) Ia mengasihi mereka, dan sangat mengasihi mereka: Sau-
dara-saudara yang kukasihi. Dan lagi, saudara-saudaraku
yang kekasih. Sudah selayaknya hamba-hamba Tuhan dan
orang-orang Kristen bersikap ramah dan hangat satu ter-
hadap yang lain. Di mana ada hubungan persaudaraan, di
situ harus ada kasih persaudaraan.
(2) Ia mengasihi mereka dan rindu pada mereka, rindu melihat
mereka dan mendengar kabar dari mereka, rindu akan
kesejahteraan mereka dan sungguh-sungguh mengingin-
kannya. Betapa aku dengan kasih mesra Kristus Yesus
merindukan kamu sekalian (1:8).
Surat Filipi 4:1-9
327
(3) Ia mengasihi mereka dan bersukacita di dalam mereka. Me-
reka adalah sukacitanya. Baginya tidak ada sukacita yang
lebih besar daripada mendengar tentang kesehatan dan ke-
sejahteraan rohani mereka. Aku sangat bersukacita, bahwa
aku mendapati, bahwa separuh dari anak-anakmu hidup
dalam kebenaran (2Yoh. 1:4; 3Yoh. 1:4).
(4) Ia mengasihi mereka dan bermegah di dalam mereka. Mere-
ka adalah mahkotanya dan juga sukacitanya. Paulus begitu
senang dengan bukti-bukti dari ketulusan iman dan ke-
taatan mereka ini, sehingga bahkan orang yang congkak
dan selalu ingin menjadi yang terdepan pun, yang akan se-
nang jika diberi tanda-tanda kehormatan, tidak akan me-
rasa sesenang Paulus di sini. Semua ini adalah jalan untuk
mempersiapkan Paulus pada penghormatan yang lebih
besar lagi.
2. Nasihat itu sendiri: Berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan.
Sekarang mereka sudah ada di dalam Kristus, dan sebab itu
mereka harus berdiri teguh di dalam Dia, mantap dan kokoh
dalam berjalan dengan-Nya, dan tetap dekat dan setia sampai
pada akhirnya. Atau, berdiri dengan teguh dalam Tuhan berarti
berdiri dengan teguh dalam kekuatan dan anugerah-Nya, de-
ngan tidak mengandalkan diri dan mengakui ketidakberdaya-
an kita. Kita harus kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan
kuasa-Nya (Ef. 6:10). Maka berdirilah dengan teguh, sebagai-
mana yang sudah kamu lakukan sampai sekarang. Berdirilah
dengan teguh sampai pada akhirnya, sehingga engkau menjadi
saudara-saudara yang kukasihi, sukacitaku dan mahkotaku.
Maka berdirilah dengan teguh sebagai orang-orang yang
kesejahteraan dan ketekunannya sangat aku pedulikan.
II. Ia menasihati mereka supaya sehati sepikir dan saling membantu
(ay. 2-3): Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati
sepikir dalam Tuhan. Nasihat ini ditujukan kepada orang-orang
tertentu. Adakalanya perlu untuk menerapkan perintah-perintah
umum dari Injil kepada orang-orang dan perkara-perkara terten-
tu. Tampaknya Euodia dan Sintikhe berselisih paham, entah satu
dengan yang lain atau mereka dengan jemaat. Entah sebab
masalah sipil (mungkin mereka terlibat dalam tuntutan pengadil-
an) atau sebab masalah agama, atau mungkin mereka berbeda
328
pendapat dan perasaan. Tolonglah, pinta Rasul Paulus, ajaklah
mereka supaya sehati sepikir dalam Tuhan, supaya menjaga
damai sejahtera dan hidup dalam kasih, supaya sepikiran satu
sama lain, bukannya saling menyanggah dan menentang, dan su-
paya sepikiran dengan semua orang lain dalam jemaat, bukannya
bertindak melawan mereka. Lalu ia menasihati supaya mereka
saling membantu (ay. 3), dan nasihat ini juga ditujukannya ke-
pada orang-orang tertentu: Bahkan, kuminta kepadamu juga,
temanku yang setia. Siapa orang yang dia sebut sebagai temanku
yang setia ini tidaklah pasti (dalam terjemahan KJV pen.). Menu-
rut sebagian orang, dia adalah Epafroditus, yang diduga merupa-
kan salah satu gembala dari jemaat di Filipi. Menurut sebagian
yang lain, dia adalah seorang wanita yang kebaikannya sudah
tersohor, mungkin istri Paulus, sebab ia menasihati temannya
yang setia ini untuk menolong perempuan-perempuan yang telah
berjuang dengannya (KJV). Siapa pun teman setia Rasul Paulus, ia
harus menjadi teman setia bagi teman-temannya juga. Tampak-
nya, ada perempuan-perempuan yang berjuang dengan Paulus
dalam pekabaran Injil. Bukan dalam pelayanan umum (sebab
Rasul Paulus jelas-jelas melarangnya, 1Tim. 2:12, aku tidak meng-
izinkan perempuan mengajar), melainkan dalam menjamu para
hamba Tuhan, menjenguk orang sakit, memberi tahu orang yang
tidak tahu, dan menginsafkan orang yang salah jalan. Dengan
demikian, kaum perempuan bisa membantu hamba-hamba Tu-
han dalam pekerjaan Injil. Sekarang, tegas Rasul Paulus, tolong-
lah mereka. Siapa yang menolong orang lain harus ditolong juga
jika ada kesempatan. Tolonglah mereka, yaitu bergabunglah
bersama mereka, kuatkanlah tangan mereka, besarkanlah hati
mereka dalam menghadapi kesulian-kesulitan. Bersama-sama
dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain. Paulus
berbaik hati terhadap semua kawan sekerjanya. Dan, sebagai-
mana ia sudah merasakan manfaat dari bantuan mereka, ia me-
nyimpulkan betapa mereka akan terhibur jika mendapat bantuan
dari orang lain. Tentang kawan-kawan sekerjanya, Rasul Paulus
berkata, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.
Entah mereka dipilih Allah sejak dari kekekalan, atau mereka
tercatat dan terdaftar dalam kumpulan dan persekutuan yang
menjadi milik orang yang mempunyai hak istimewa akan hidup
kekal. Ini merujuk pada kebiasaan bangsa Yahudi dan bukan
Surat Filipi 4:1-9
329
Yahudi waktu itu yang melakukan pendaftaran diri untuk menjadi
penduduk atau orang-orang merdeka di suatu kota Romawi.
Demikianlah kita membaca tentang nama-nama mereka yang ada
terdaftar di sorga (Luk. 10:20), yang tidak akan terhapus dari kitab
kehidupan (Why. 3:5), dan yang namanya tertulis di dalam kitab
kehidupan Anak Domba (Why. 21:27). Perhatikanlah, ada kitab
kehidupan. Dalam kitab itu ada nama-nama, dan bukan hanya
ciri-ciri dan syarat-syarat saja. Kita tidak dapat menyelidiki isi
kitab itu, atau mengetahui nama-nama siapa saja yang tertulis di
dalamnya. Akan namun , dengan penilaian yang didasari kasih, kita
bisa menyimpulkan bahwa siapa yang bekerja dalam pekabaran
Injil, dan setia pada kepentingan Kristus dan jiwa-jiwa, maka
nama-nama mereka terdaftar dalam kitab kehidupan.
III. Ia menasihati supaya mereka bersukacita dan bergembira dengan
hati yang kudus di dalam Allah: Bersukacitalah senantiasa dalam
Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (ay. 4). Segala suka-
cita kita harus bertumpu pada Allah. Dan pikiran-pikiran kita
tentang Allah haruslah pikiran-pikiran yang menyenangkan. Ber-
gembiralah sebab TUHAN (Mzm. 37:4). jika bertambah banyak
pikiran dalam batin kita (pikiran-pikiran yang mendukakan dan
menyiksa), penghiburan-Nya menyenangkan jiwa kita (Mzm.
94:19), dan renungan kita pun manis kedengaran kepada-Nya
(Mzm. 104:34). Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban dan hak
istimewa kita untuk bersukacita di dalam Allah, dan bersukacita
di dalam Dia senantiasa, pada segala waktu, dalam segala keada-
an, bahkan pada saat kita menderita untuk Dia, atau menjadi
susah oleh sebab Dia. Kita tidak boleh berpikiran buruk tentang
Dia atau jalan-jalan-Nya saat kita mengalami kesulitan-kesulit-
an dalam melayani Dia. Pada Allah ada kecukupan yang dapat
membuat kita bersukacita dalam kondisi yang terburuk
sekalipun di bumi ini. Rasul Paulus sudah mengatakan ini sebe-
lumnya (3:1): Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam
Tuhan. Dan di sini ia mengatakannya lagi, bersukacitalah senan-
tiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Suka-
cita dalam Allah adalah kewajiban yang besar dampaknya dalam
kehidupan kristiani. Dan orang-orang Kristen perlu diingatkan
berulang kali akan hal bersukacita itu. Jika orang baik tidak
selamanya bisa bergembira, itu salah mereka sendiri.
330
IV. Di sini kita dinasihati untuk bersikap ramah dan lembut, dan ber-
sikap baik terhadap saudara-saudara kita: Hendaklah kebaikan
hatimu diketahui semua orang (ay. 5). Dalam hal-hal yang tidak
begitu penting, janganlah bersikap berlebih-lebihan. Hindarilah
sikap ingin benar sendiri dan bermusuhan. Nilailah satu sama
lain dengan kasih. Kata to epieikes berarti kecenderungan baik
terhadap orang lain. Dan sikap kebaikan hati ini dijelaskan dalam
Roma 14. Sebagian orang memahaminya sebagai hal bersabar me-
nanggung penderitaan, atau menikmati kebaikan duniawi secara
terkendali. Dan jika demikian, itu sangat sesuai dengan ayat beri-
kutnya (ay. 6). Alasannya adalah, Tuhan sudah dekat! Renungan
akan dekatnya kedatangan Tuan kita, dan pertanggungjawaban
kita yang terakhir, haruslah menahan kita untuk tidak memukuli
sesama hamba, menopang kita di bawah penderitaan-penderitaan
yang tengah kita alami, dan mengendalikan kesukaan-kesukaan
kita pada kenikmatan lahiriah. Ia akan mengadakan pembalasan
terhadap musuh-musuhmu, dan memberi upah atas kesabaran-
mu.
V. Di sini ada peringatan terhadap kekhawatiran yang menggelisah-
kan (ay. 6): Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun
juga mēden merimnate. Ini ungkapan yang sama seperti yang
terdapat dalam Matius 6:25, janganlah kuatir akan hidupmu, yaitu
hindarilah kecemasan dan pikiran yang mengganggu tentang ke-
butuhan-kebutuhan dan kesulitan-kesulitan hidup. Amatilah, su-
dah menjadi kewajiban dan kepentingan orang-orang Kristen un-
tuk hidup tanpa kekhawatiran. Khawatir untuk bertekun adalah
kewajiban kita, dan itu berarti membuat perkiraan secara bijak
dan memberikan perhatian sebagaimana mestinya. namun ada ke-
khawatiran sebab kita ragu-ragu dan tidak percaya, dan itu ada-
lah dosa dan kebodohan kita, yang hanya akan merisaukan dan
mengganggu pikiran. Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang
apa pun juga, sehingga dengan kekhawatiranmu itu kamu tidak
mempercayai Allah dan membuat diri sendiri tidak layak untuk
melayani-Nya.
VI. Sebagai penangkal ampuh melawan kekhawatiran yang menggeli-
sahkan, Rasul Paulus menyarankan supaya kita berdoa senan-
tiasa: Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah
Surat Filipi 4:1-9
331
dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Perhatikan-
lah,
1. Kita tidak hanya harus memelihara waktu-waktu untuk ber-
doa, namun juga harus berdoa setiap ada keperluan: Dalam se-
gala hal dengan doa. saat apa saja membebani roh kita, kita
harus menenangkan pikiran kita dengan doa. saat urusan-
urusan kita menjadi kacau atau gelisah, kita harus mencari
petunjuk dan dukungan.
2. Kita harus memadukan ucapan syukur dengan segala doa dan
permohonan kita. Kita tidak hanya harus mencari persediaan-
persediaan kebutuhan, namun juga harus memiliki tanda te-
rima rahmat. Jika kita mensyukuri apa yang kita punya, maka
itu menunjukkan bahwa kita mempunyai kecondongan pikiran
yang benar, dan ini merupakan alasan yang kuat untuk ber-
kat-berkat yang lebih banyak lagi.
3. Doa berarti mempersembahkan keinginan-keinginan kita ke-
pada Allah, atau memberitahukannya kepada Dia: Nyatakan-
lah keinginanmu kepada Allah. Bukan berarti bahwa Allah per-
lu diberi tahu kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keingin-
an kita, sebab Ia mengetahuinya secara lebih baik daripada
yang bisa kita katakan kepada-Nya. namun Ia ingin mengeta-
huinya dari kita, dan mau supaya kita menunjukkan perhatian
dan kepedulian kita, mengungkapkan penghargaan kita terha-
dap rahmat-Nya dan rasa kebergantungan kita kepada-Nya.
4. Dampak dari hal ini adalah bahwa damai sejahtera Allah akan
memelihara hati kita (ay. 7). Damai sejahtera Allah, yaitu peng-
hiburan yang kita rasakan sebab kita didamaikan dengan
Allah dan mempunyai kepentingan dalam kebaikan-Nya. Ha-
rapan akan berkat sorgawi dan keinginan untuk menikmati
hadirat Allah di akhirat, yang melampaui segala akal, adalah
kebaikan terbesar yang nilainya tidak terkatakan. Itu tidak
pernah timbul di dalam hati manusia (1Kor. 2:9). Damai sejah-
tera ini akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus
Yesus. Damai sejahtera itu akan menjaga kita untuk tidak
berdosa di bawah permasalahan-permasalahan kita, dan tidak
tenggelam di dalamnya. Damai sejahtera itu akan membuat
kita tetap tenang dan terkendali, tidak diombang-ambingkan
amarah, namun mendapat kepuasan batin. Yang hatinya teguh
332
Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia per-
caya (Yes. 26:3).
VII. Kita dinasihati untuk memperoleh dan menjaga nama baik,
nama untuk hal-hal yang baik yang ada pada Allah dan orang-
orang baik: Semua yang benar, semua yang mulia (ay. 8). Kita
harus memperhatikan supaya perkataan dan perbuatan kita
benar, dan perilaku kita sopan dan pantas, sesuai dengan tem-
pat dan keadaan hidup kita. Semua yang adil, semua yang suci
yang sesuai dengan kaidah-kaidah keadilan dan kebenaran
dalam berhubungan dengan orang lain, tanpa adanya ketidak-
murnian dan campuran dengan dosa. Semua yang manis, semua
yang sedap didengar, yaitu semua yang menyenangkan. Itu akan
membuat kita dicintai orang lain, dan mereka pun akan menga-
takan serta memikirkan yang baik-baik tentang kita. Semua
yang disebut kebajikan dan patut dipuji apa saja yang betul-
betul bajik dan layak dipuji. Amatilah,
1. Rasul Paulus ingin supaya orang-orang Kristen mempelajari
apa saja yang baik dari sesama mereka yang kafir: Semua
yang disebut kebajikan, pikirkanlah semuanya itu tirulah
apa yang betul-betul unggul pada mereka, dan janganlah
sampai mereka melebihi kamu dalam kebaikan apa saja.
Kita tidak boleh malu mempelajari hal baik apa saja dari
orang-orang jahat, atau orang-orang yang tidak memiliki ber-
bagai keuntungan seperti kita.
2. Kebajikan terpuji dengan sendirinya, dan akan dipuji. Kita
harus hidup dalam semua jalan kebajikan, dan tinggal di
dalamnya. Maka, entah datang dari manusia atau tidak, puji-
an akan datang dari Allah (Rm. 2:29).
Dalam kesemuanya ini, Rasul Paulus menawarkan dirinya kepada
mereka sebagai teladan (ay. 9): Apa yang telah kamu pelajari dan apa
yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa
yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Perhatikanlah, ajaran
dan kehidupan Paulus adalah dua hal yang sejalan. Apa yang mereka
lihat padanya adalah sama dengan apa yang mereka dengar darinya.
Ia bisa mengajukan dirinya dan juga ajarannya untuk mereka con-
toh. Kata-kata kita kepada orang lain akan bertambah kuat jika
kita bisa meminta mereka untuk melihat apa yang ada pada kita.
Surat Filipi 4:10-19
333
Dan inilah cara supaya Allah, sumber damai sejahtera, menyertai kita
sekalian yaitu dengan senantiasa menjalankan kewajiban kita ke-
pada-Nya. Tuhan beserta kita selama kita beserta Dia.
Kebaikan Jemaat Diakui;
Hal Mencukupkan Diri secara Kristiani
(4:10-19)
10 Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan
perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatian-
mu, namun tidak ada kesempatan bagimu. 11 Kukatakan ini bukanlah sebab
kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keada-
an. 12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam
segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan
rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik
dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. 13 Segala perkara
dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. 14 Namun
baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesu-
sahanku. 15 Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang Filipi; pada waktu aku
baru mulai mengabarkan Injil, saat aku berangkat dari Makedonia, tidak
ada satu jemaat pun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang
dengan aku selain dari pada kamu. 16 sebab di Tesalonika pun kamu telah
satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku. 17 namun yang kuutamakan
bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar
keuntunganmu. 18 Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu,
malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, sebab aku telah menerima
kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban
yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. 19 Allahku akan memenuhi se-
gala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus
Yesus.
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati pengakuan Rasul Paulus yang
penuh syukur atas kebaikan jemaat Filipi dalam mengirimkan pem-
berian kepada dia untuk kebutuhan hidupnya, sebab pada saat itu ia
tengah menjadi tahanan di Roma. Dan di sini,
I. Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk mengakui kebaikan-
kebaikan yang dulu mereka berikan kepadanya, dan menyebut-
kan semua kebaikan itu (ay. 15-16). Paulus mempunyai jiwa yang
berterima kasih. Sebab walaupun apa yang dilakukan teman-
temannya untuk dia bukan apa-apa jika dibandingkan dengan
apa yang pantas didapatkannya dari mereka dan apa yang me-
mang wajib mereka lakukan, namun ia membicarakan kebaikan-
kebaikan mereka seolah-olah itu merupakan suatu bentuk kemu-
rahan hati. Padahal sebenarnya itu lebih tepat disebut utang yang
334
memang sudah sepantasnya mereka bayarkan. Kalaupun sean-
dainya tiap-tiap dari mereka menyumbangkan setengah dari harta
kekayaan mereka kepadanya, itu belumlah cukup, sebab mereka
bahkan berutang jiwa mereka sendiri kepadanya. Walaupun be-
gitu, saat mereka mengirimkan hadiah yang kecil untuk dia,
betapa ia menerimanya dengan baik hati, betapa ia menyebutkan-
nya dengan penuh syukur, bahkan dalam surat ini, yang akan
tercatat untuk seterusnya, dan dibacakan di jemaat-jemaat, dari
zaman ke zaman. Sehingga di mana saja surat ini dibacakan, apa
yang mereka lakukan terhadap Paulus ini akan dibacakan sebagai
kenang-kenangan akan mereka. Sesungguhnya belum pernah ada
hadiah yang dibalas dengan begitu baik. Ia mengingatkan mereka
bahwa pada waktu ia baru mulai mengabarkan Injil, tidak ada satu
jemaat pun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang
dengan dia selain dari pada mereka (ay. 15). Mereka tidak hanya
mengurusnya dengan baik selama ia berada bersama-sama de-
ngan mereka, namun juga saat ia berangkat dari Makedonia, me-
reka mengirimkan tanda-tanda kebaikan hati mereka kepadanya.
Dan ini dilakukan saat tidak ada jemaat lain yang melakukan-
nya. Selain mereka, tidak ada jemaat lain yang mengirimnya ba-
rang-barang jasmani, sebagai balasan atas perkara-perkara ro-
hani yang sudah mereka tuai darinya. Dalam beramal, kita cende-
rung bertanya dan membandingkan dengan apa yang dilakukan
orang lain. namun jemaat Filipi tidak pernah berpikir begitu. Dan
kehormatan mereka bertambah jauh lebih besar lagi sebab mere-
ka merupakan satu-satunya jemaat yang sedemikian adil dan
murah hati. Di Tesalonika pun (sesudah Paulus berangkat dari
Makedonia) kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan ke-
padaku (ay. 16, KJV: mengirimkan apa yang kubutuhkan pen.).
Perhatikanlah,
1. Hanya sedikit yang mereka kirimkan. Mereka hanya mengirim-
kan apa yang dibutuhkannya, cuma hal-hal yang dia perlu-
kan. Mungkin kiriman itu sesuai dengan kemampuan mereka,
dan Paulus pun tidak menginginkan barang-barang yang ber-
lebihan atau mewah.
2. Sungguh suatu hal yang sangat indah melihat orang-orang
yang dilimpahi Allah dengan karunia-karunia anugerah-Nya,
juga berlimpah dalam membalas kembali karunia-karunia itu
dengan penuh syukur kepada umat-Nya dan hamba-hamba-
Surat Filipi 4:10-19
335
Nya, sesuai dengan kemampuan mereka dan kebutuhan umat
dan hamba-hamba Allah: Kamu telah satu dua kali mengirim-
kan bantuan. Banyak orang berdalih sudah beramal sebab
mereka sudah memberi satu kali. Mengapa harus beramal
lagi? namun jemaat di Filipi telah memberi satu dua kali. Mere-
ka sering kali melegakan dan menyegarkan Paulus dalam
kebutuhan-kebutuhannya. Dia menyebutkan kebaikan mereka
yang dulu ini bukan hanya sebab rasa terima kasih, melain-
kan juga untuk membesarkan hati mereka.
II. Paulus memaafkan pengabaian mereka belakangan ini. Tampak-
nya selama beberapa waktu mereka tidak menanyakan kabarnya,
atau mengirimkan pemberian apa pun kepadanya. namun akhir-
nya pikiran dan perasaan mereka bertumbuh kembali untuk dia
(ay. 10), seperti pohon di musim semi, yang sepanjang musim
dingin kelihatan sudah mati. Nah, untuk meneladani Tuannya
yang agung, bukannya menegur mereka sebab sudah mengabai-
kannya, Rasul Paulus memaafkan mereka dengan suatu alasan:
Memang selalu ada perhatianmu, namun tidak ada kesempatan
bagimu. namun bagaimana mungkin mereka tidak mempunyai
kesempatan, kalau mereka sudah menetapkan hati untuk mela-
kukannya? Mereka bisa saja dengan sengaja mengirimkan se-
orang utusan. namun Rasul Paulus mau berpikiran baik tentang
mereka, bahwa mereka akan melakukannya kalau ada kesempat-
an yang baik. Betapa berlawanannya perilaku ini dengan perilaku
banyak orang terhadap teman-teman mereka. Bagi banyak orang,
ketidakpedulian yang sebenarnya bisa dimaafkan, dibenci dengan
sangat keji. namun di sini, Paulus justru memaafkan apa yang
cukup beralasan untuk dibencinya.
III. Paulus memuj