dang rendah. Begitu
dosa masuk, aib akan mengikutinya, dan orang-orang berdosa
menjadikan diri mereka sendiri tercela. Dan mereka tidak hanya
menarik penghinaan atas diri mereka sendiri, namun juga menda-
tangkan cela dan cemooh kepada keluarga mereka, kepada teman-
teman mereka, kepada hamba-hamba Tuhan yang melayani me-
reka, dan kepada semua orang yang mempunyai hubungan apa
saja dengan mereka. Oleh sebab itu, orang-orang yang ingin men-
jaga kehormatan mereka haruslah mempertahankan kebajikan
mereka.
4 Perkataan mulut orang yaitu seperti air yang dalam, namun sumber hikmat
yaitu seperti batang air yang mengalir.
Dalam pepatah-pepatah ini, urutannya tampak dibalik dengan cara
yang elok.
1. Sumber hikmat yaitu seperti air yang dalam. Orang yang cerdas
dan berpengetahuan memiliki perbendaharaan yang baik tentang
hal-hal yang berguna, yang memperlengkapinya dengan sesuatu
untuk disampaikan dalam segala kesempatan yang berkaitan dan
bermanfaat pada kesempatan itu. Sumber hikmat ini seperti air
yang dalam, yang tidak beriak, namun tidak pernah mengering.
2. Perkataan mulut orang yang seperti itu yaitu seperti batang air
yang mengalir. jika ia melihat ada alasan untuk berbicara, itu
akan mengalir secara alami dari dirinya, mengalir dengan amat
mudah, amat bebas, dan amat lancar. Perkataannya bersih dan se-
gar, perkataannya itu membersihkan dan menyegarkan. Dari airnya
yang dalam di sana, mengalirlah apa yang perlu dialirkan, untuk
menyirami segala sesuatu di sekelilingnya, seperti aliran-aliran air
membasahi tanah yang ada di bawahnya.
5 Tidak baik berpihak kepada orang fasik dengan menolak orang benar dalam
pengadilan.
Ayat ini dengan pantas mengecam orang-orang yang bertugas men-
jalankan keadilan namun menyelewengkan penghakiman,
1. Dengan mengabaikan kejahatan-kejahatan orang, dan melindungi
serta membiarkan orang-orang yang melakukan penindasan dan
kekerasan, sebab mereka berkedudukan, atau kaya, atau ber-
buat baik kepada mereka. Apa pun dalih yang dipakai orang un-
tuk berbuat demikian, tentulah tidak baik berpihak kepada orang
fasik seperti itu. Perbuatan demikian merupakan pelanggaran ter-
hadap Allah, penghinaan terhadap keadilan, kejahatan terhadap
umat manusia, dan pelayanan sebenar-benarnya kepada kerajaan
dosa dan Iblis. Yang harus diperhatikan yaitu baik buruknya
perkara, bukan orangnya.
2. Dengan memberikan alasan untuk melawan hukum dan keadilan,
sebab orang yang bersangkutan miskin dan hina di dunia, atau
tidak berasal dari pihak atau golongan yang sama, atau merupa-
kan orang asing dari negeri lain. Ini berarti menolak orang benar
dalam pengadilan, yang seharusnya didukung, dan yang oleh
Allah akan ditegakkan.
6 Bibir orang bebal menimbulkan perbantahan, dan mulutnya berseru me-
minta pukulan. 7 Orang bebal dibinasakan oleh mulutnya, bibirnya yaitu
jerat bagi nyawanya.
Salomo sudah sering kali menunjukkan kejahatan apa yang diper-
buat orang fasik terhadap orang lain dengan lidah mereka yang tidak
dikendalikan. Di sini ia menunjukkan kejahatan apa yang mereka
perbuat terhadap diri mereka sendiri.
1. Mereka melibatkan diri sendiri di dalam pertengkaran: bibir orang
bebal, tanpa alasan atau keperluan apa pun, menimbulkan per-
bantahan, dengan melontarkan gagasan-gagasan bodoh yang ter-
paksa harus ditentang orang lain, dan dengan begitu dimulailah
pertengkaran. Atau dengan mengucapkan kata-kata yang mem-
bangkitkan amarah, yang akan mengundang kebencian, dan me-
nuntut pengusutan. Atau dengan membuat orang melakukan per-
tentangan, dan menantang mereka untuk berduel kalau berani.
Orang yang congkak, suka marah-marah, dan suka mabuk-ma-
bukan, yaitu orang bodoh, yang bibirnya menimbulkan perban-
tahan. Bisa saja orang bijak, tanpa dikehendakinya, terseret ke
dalam pertengkaran, namun bodohlah orang yang sengaja mema-
sukinya sementara ia bisa menghindarinya, dan ia pasti akan
menyesalinya, namun itu sudah terlambat.
2. Mereka mengundang untuk dihajar: mulut orang bebal, sebagai
akibatnya, berseru meminta pukulan. Sebelumnya Salomo sudah
mengatakan apa yang pantas untuk dihukum dengan pukulan,
dan sekarang masih saja ia mengatakan apa yang perlu ditegur,
dan ditahan dengan pukulan, seperti Ananias yang secara tidak
adil menyuruh orang-orang untuk menampar mulut Paulus.
3. Mereka melibatkan diri sendiri di dalam kehancuran: mulut orang
bebal, yang sudah menjadi, atau akan menjadi, kebinasaan bagi
orang lain, pada akhirnya akan menjadi kebinasaan bagi dirinya
sendiri, mungkin dari pihak manusia. Mulut Simei menjadi kebi-
nasaan bagi dirinya sendiri, begitu pula dengan mulut Adonia,
yang berbicara melawan akal sehatnya sendiri. Dan jika orang
bodoh, dengan perkataannya yang bodoh, berlindung di balik ben-
teng pertahanannya sendiri, dan menyangka dapat lolos dengan
cara membenarkan atau memberikan macam-macam alasan atas
apa yang dikatakannya, benteng pertahanannya itu akan berbalik
menyerangnya, dan bibirnya tetap menjadi perangkap bagi jiwa-
nya, yang kian lama kian menjeratnya. Bagaimanapun, jika
sebab perkataan mereka yang jahat manusia akan dijebloskan ke
dalam penjara Allah, maka mulut mereka akan menjadi kebinasa-
an bagi mereka. Dan kehancuran mereka akan diperparah sede-
mikian rupa sampai-sampai setetes air pun, setitik penghiburan,
tidak akan diberikan untuk menyejukkan lidah mereka, yang me-
rupakan jerat bagi mereka dan yang akan menyiksa mereka.
8 Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati.
Pemfitnah yaitu orang yang secara sembunyi-sembunyi bercerita
dari rumah ke rumah. Ceritanya itu mungkin sedikit banyak mengan-
dung kebenaran, namun merupakan rahasia yang tidak patut untuk
diceritakan, atau yang dengan cara rendah disalahartikan, dan dihiasi
dengan warna-warna palsu. Semuanya itu disampaikan dengan
maksud untuk menghancurkan nama baik orang, untuk memutuskan
tali persahabatan mereka, untuk menebarkan kejahatan di antara
sesama saudara dan tetangga, dan membuat mereka menentang satu
sama lain. Nah, perkataan orang-orang seperti itu di sini dikatakan,
1. Seperti orang yang sedang terluka (begitu arti tersiratnya). Mereka
berpura-pura amat prihatin dengan kemalangan-kemalangan
yang menimpa si ini dan si itu, dan turut merasakan penderitaan
mereka. Mereka berpura-pura berbicara tentang orang-orang itu
dengan perasaan yang amat sangat sedih dan rasa enggan yang
tak terbayangkan. Mereka tampak seolah-olah terluka sendiri ka-
renanya, padahal sebenarnya mereka bersukacita sebab ketidak-
adilan, senang dengan cerita itu, dan menyampaikannya dengan
bangga dan senang hati. Seperti itulah perkataan mereka tampak-
nya. namun perkataan mereka itu masuk seperti racun ke lubuk
hati, sebab pilnya sudah dipoles seperti itu, dan digula-gulai se-
perti itu.
2. Seperti luka-luka (itulah yang dapat dibaca dalam teksnya), seperti
luka-luka yang dalam, luka-luka yang mematikan, luka-luka di
lubuk hati. Venter medius vel infimus di bagian tengah atau bagi-
an bawah perut, di rongga atau daerah perut, yang di sana luka-
luka bersifat mematikan. Perkataan pemfitnah melukai orang
yang difitnah, melukai nama baik dan kepentingannya, dan melu-
kai orang yang diceritai fitnah itu, melukai kasih dan kemurahan
hatinya. Perkataannya itu menimbulkan dosa baginya, yang me-
rupakan luka bagi hati nurani. Mungkin ia tampak meremehkan-
nya, namun perkataan itu melukainya secara tidak sadar, dengan
menjauhkan rasa sayangnya terhadap orang yang seharusnya
dikasihinya.
9 Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara
dari si perusak.
Perhatikanlah:
1. Hidup boros yaitu cara hidup yang amat buruk. Orang tidak ha-
nya pantas dicap bodoh di antara manusia, namun juga akan kesu-
litan memberikan pertanggungjawaban kepada Allah atas talenta-
talenta yang sudah dipercayakan kepada mereka, jika mereka
memboroskan harta milik mereka, hidup melebihi kemampuan
mereka, menghabiskan dan memberi melebihi kesanggupan mere-
ka. Dengan cara seperti ini, mereka membuang-buang apa yang
mereka miliki, dan membiarkannya habis ludes.
2. Hidup bermalas-malas juga tidaklah lebih baik. Orang yang lalai
dalam pekerjaannya, yang tangannya hanya menggelantung (de-
mikianlah arti perkataannya), yang berdiri, seperti yang mungkin
kita lakukan, dengan menggigit jari, yang mengabaikan urusan-
nya, tidak mengerjakannya sama sekali, atau seolah-olah tidak
mengerjakannya, ia menjadi saudara orang yang boros. Maksud-
nya, ia sama saja dengan orang bodoh, dan sedang berada di jalan
yang pasti dan siap mengantar pada kemiskinan. Orang yang bo-
ros menghambur-hamburkan apa yang dimilikinya, sedangkan
orang yang malas menghabiskannya satu per satu. Yang diamati
di sini sungguh benar dalam perkara-perkara agama. Orang yang
bermain-main dan lengah dalam berdoa dan mendengar yaitu
saudara bagi orang yang tidak berdoa atau tidak mendengar sama
sekali. Dan orang yang menghapuskan kewajiban atau lalai men-
jalankannya membahayakan jiwanya, sama berbahayanya seperti
melakukan dosa.
10 Nama TUHAN yaitu menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari
dan ia menjadi selamat.
Inilah:
1. Kecukupan Allah bagi orang-orang kudus: nama-Nya yaitu me-
nara yang kuat bagi mereka, di dalamnya mereka bisa beristirahat
jika lelah, dan berlindung jika dikejar-kejar. Di dalam
nama-Nya mereka bisa berdiri mengatasi musuh-musuh mereka
dan dibentengi dari mereka. Di dalam Allah, dan di dalam segala
penyataan-Nya tentang diri-Nya sendiri kepada kita, cukuplah itu
untuk membuat kita tenang di sepanjang waktu. Kekayaan yang
terkumpul di dalam menara ini sudah cukup untuk memperkaya
mereka, untuk menjadi pesta yang tak berkesudahan dan harta
yang tidak pernah habis bagi mereka. Kekuatan menara ini cukup
untuk melindungi mereka. Nama TUHAN yaitu segala sesuatu
yang dengannya Ia telah menyatakan diri-Nya sendiri sebagai
Allah, dan sebagai Allah kita, bukan hanya gelar-gelar dan sifat-
sifat-Nya, melainkan juga perjanjian-Nya (kovenan-Nya) beserta
segala janji yang terkandung di dalamnya. Semua ini membentuk
sebuah menara, sebuah menara yang kuat, yang tak tertembus,
tak terkalahkan, bagi semua umat Allah.
2. Keamanan orang-orang kudus di dalam Allah. Menara itu kuat bagi
orang-orang yang tahu bagaimana memanfaatkannya dan men-
dapatkan penghiburan darinya sebagai menara yang kuat. Orang
benar, dengan iman dan doa, serta dengan ibadah kepada Allah
dan kebergantungan kepada-Nya, berlari ke sana, sebagai kota per-
lindungan mereka. sesudah memastikan kepentingan mereka di
dalam nama Allah, mereka mendapat penghiburan dan keuntungan
darinya. Mereka menanggalkan diri mereka sendiri, mengundur-
kan diri dari dunia, hidup di dunia atas, berdiam di dalam Allah
dan Allah di dalam mereka, dan dengan berbuat demikian mereka
aman. Begitulah pikir mereka, dan memang begitulah yang akan
mereka dapati sendiri.
11 Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya dan seperti tembok yang
tinggi menurut anggapannya.
sesudah menggambarkan benteng pertahanan yang teguh dan setia
bagi orang benar (ay. 10), Salomo di sini menunjukkan apa benteng
pertahanan yang palsu dan menipu bagi orang kaya, yang bagian dan
hartanya yaitu perkara-perkara di dunia ini, dan yang hatinya ter-
patri padanya. Kekayaannya yaitu keyakinannya yang besar, dan ia
berharap banyak darinya, seperti orang saleh berharap banyak dari
Allahnya.
Lihatlah:
1. Bagaimana ia menyokong dirinya sendiri. Ia menjadikan hartanya
sebagai kotanya, tempat ia berdiam, tempat ia memerintah, de-
ngan berpuas-puas diri, seolah-olah seluruh kota sudah tunduk
kepada perintahnya. Harta itu yaitu kotanya yang kuat, yang di
dalamnya ia mengurung dirinya sendiri, dan kemudian menan-
tang bahaya, seolah-olah tidak ada satu hal pun yang dapat me-
nyakitinya. Ketinggiannya yaitu kebanggaannya. Kekayaannya
yaitu temboknya di mana ia melingkupi dirinya sendiri, dan ia
menganggapnya sebagai tembok yang tinggi, yang tidak dapat
dinaiki atau dilewati (Ayb. 31:24; Why. 18:7).
2. Bagaimana dalam hal ini ia menipu dirinya sendiri. Itu kota yang
kuat, dan tembok yang tinggi, namun hanya menurut anggapannya.
Anggapan itu tidak akan terbukti benar, namun seperti rumah yang
dibangun di atas pasir, yang tidak akan melindungi orang yang
membangunnya pada saat ia paling memerlukannya.
12 Tinggi hati mendahului kehancuran, namun kerendahan hati mendahului
kehormatan.
Perhatikanlah:
1. Kecongkakan yaitu pertanda kehancuran, dan kehancuran pada
akhirnya akan menjadi hukuman bagi kecongkakan. Sebab sebe-
lum kehancuran orang biasanya bertindak dengan begitu gila oleh
sebab penghakiman Allah yang adil, sehingga mereka lebih tinggi
hati dibandingkan sebelum-sebelumnya, supaya kehancuran mereka
bisa lebih pedih dan lebih mengejutkan. Atau, jika hal itu tidak
selalu terjadi, sesudah hati mereka ditinggikan dengan kecongkak-
an, kejatuhan akan tiba (16:18).
2. Kerendahan hati yaitu pertanda kehormatan dan mempersiap-
kan orang untuk menerimanya, dan kehormatan pada akhirnya
akan menjadi upah bagi kerendahan hati, seperti yang sudah di-
katakan Salomo sebelumnya (15:33). Apa yang begitu enggan di-
percaya orang perlu sering diucapkan.
13 Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan
dan kecelaannya.
Lihatlah di sini bagaimana manusia sering kali mengundang cela pada
diri mereka justru dengan apa yang mereka harap akan mendatang-
kan pujian.
1. Sebagian orang berbangga diri bila mereka cepat bertindak. Mere-
ka memberi jawab sebelum mendengar, sebelum mendengar selu-
ruhnya, bahkan, mereka menjawab begitu mereka baru men-
dengarnya. Mereka menyangka bahwa yaitu kehormatan mereka
untuk menanggapi suatu perkara dengan segera. Dan, jika
mereka sudah mendengar dari satu pihak, mereka menyangka
permasalahannya sudah sedemikian jelas sehingga mereka tidak
perlu lagi repot-repot mendengar dari pihak lain. Mereka sudah
paham, dan sudah menguasai seluk beluk perkara itu. Padahal,
walaupun ketangkasan berpikir merupakan sesuatu yang menye-
nangkan untuk dimainkan, penilaian yang mantap dan hikmat
yang sehatlah yang akan menangani perkara dengan benar.
2. Orang-orang yang berbangga diri sebab bertindak cepat biasanya
mengalami cemoohan yang pantas mereka terima sebab menyim-
pang dari pokok permasalahan. Bodohlah orang yang melantur ke
mana-mana membicarakan suatu perkara yang tidak dipahami-
nya, atau menjatuhkan penghakiman atas suatu perkara yang
tidak diketahuinya benar-benar dan dengan sepenuhnya. Bodoh-
lah ia sebab ia tidak sabar untuk menyelami dalam-dalam per-
kara itu. Itu sungguh suatu kebodohan, dan akan menjadi aib.
Macam-macam Petuah,
14 Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, namun siapa
akan memulihkan semangat yang patah?
Perhatikanlah:
1. Kesusahan-kesusahan lahiriah dapat ditanggung selama pikiran
santai dan tenang. Banyak penderitaan, banyak malapetaka, mung-
kin saja menimpa kita di dunia ini, menimpa tubuh kita, nama kita,
dan harta benda kita. Namun, kita dapat menanggungnya dan
bertahan di dalamnya, jika saja kita berperilaku baik dan berjiwa
besar, dan mampu bertindak dengan akal budi serta tekad bulat,
terutama jika hati nurani kita baik dan bersaksi mendukung kita.
Jika orang yang bersemangat (KJV: roh manusia pen.) dapat
menanggung penderitaan itu, jauh terlebih lagi roh orang Kristen,
atau lebih tepatnya Roh Allah yang bersaksi dan bekerja bersama
roh kita pada masa kesusahan.
2. Dari semua kesusahan lain, kesusahan-kesusahan rohlah yang
terberat, dan nyaris tidak dapat ditanggung. Kesusahan-kesusah-
an ini membuat pedih kedua bahu yang harus menanggung se-
mua penderitaan lain. Jika roh terluka sebab akal budi tergang-
gu, sedih dalam menghadapi persoalan, persoalan apa pun itu,
dan putus asa mengharapkan kelegaan, dan jika roh terluka kare-
na jepitan murka Allah yang hebat sebab dosa, serta ketakutan-
ketakutan dalam menantikan penghakiman dan murka yang
menyala-nyala, siapa yang dapat menanggung semua ini? Roh
yang terluka tidak dapat menolong dirinya sendiri, dan orang lain
pun tidak tahu bagaimana menolongnya. Oleh sebab itu, berhik-
matlah kita jika kita menjaga hati nurani kita tetap bersih dari
segala pelanggaran.
15 Hati orang berpengertian memperoleh pengetahuan, dan telinga orang
bijak menuntut pengetahuan.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang bijaksana akan mencari pengetahuan, dan men-
condongkan telinga serta hati untuk mengejarnya. Telinga mereka
mendengarkan sarana pengetahuan, dan hati memadukan iman
dengan apa yang mereka dengar, dan mengembangkannya dengan
baik. Orang yang bijaksana tidak berpikir bahwa mereka sudah
mempunyai kebijaksanaan yang cukup, namun masih sadar bahwa
mereka butuh kebijaksanaan yang lebih lagi. Dan semakin bijak-
sana seseorang, semakin haus ia mencari pengetahuan, penge-
tahuan tentang Allah dan kewajibannya, dan tentang jalan ke
sorga, sebab itulah pengetahuan yang terbaik.
2. Orang-orang yang mencari pengetahuan dengan bijak pasti akan
mendapatkan pengetahuan, sebab Allah tidak pernah berkata
kepada orang-orang seperti itu, carilah dengan sia-sia, namun seba-
liknya, carilah, maka kamu akan mendapat. Jika telinga mencari-
nya, maka hati akan mendapatkannya, dan menjaganya, dan di-
perkaya olehnya. Kita harus memasukkan pengetahuan bukan
hanya ke dalam kepala kita, melainkan juga ke dalam hati kita.
Kita harus mengecap aroma dan rasanya, dan menerapkan apa
yang kita ketahui pada diri kita sendiri dan mengalami kuasa
serta pengaruhnya.
16 Hadiah memberi keluasan kepada orang, membawa dia menghadap orang-
orang besar.
Betapa besar pengaruh hadiah (maksudnya, suap) sudah ditunjuk-
kan Salomo sebelumnya (17:8, 23). Di sini ia menunjukkan kekuatan
hadiah, maksudnya, hadiah yang bahkan diberikan oleh para bawah-
an kepada orang-orang yang di atas mereka, dan yang memiliki jauh
lebih banyak dibandingkan yang mereka miliki. Hadiah yang baik akan
berpengaruh besar,
1. Terhadap kebebasan manusia: hadiah dari seseorang, jika ia ada
di dalam penjara, dapat membuatnya bebas. Ada petugas-petugas
yang berharap mendapatkan uang suap seperti itu, bahkan de-
ngan menyalahgunakan wewenang untuk menindas orang yang
tidak bersalah. Atau, jika orang kecil tidak tahu bagaimana men-
dapat jalan untuk bertemu dengan orang besar, ia dapat melaku-
kannya dengan menyuap pelayan-pelayannya atau memberikan
hadiah langsung kepada orang itu sendiri. Hal-hal seperti ini akan
membuka jalan baginya.
2. Terhadap kenaikan pangkatnya. Hadiah itu akan membawanya
duduk di antara orang-orang besar, dalam kehormatan dan kua-
sa. Lihatlah betapa rusaknya dunia sekarang sebab hadiah-
hadiah orang, sekalipun begitu besar, tidak lagi membawa hasil.
Bahkan, hadiah-hadiah itu dapat memberi mereka apa yang tidak
layak dan tidak pantas mereka terima. Tidak heran bahwa orang-
orang yang memberi suap untuk mendapat pekerjaan, juga akan
menerima suap dalam menjalankan pekerjaan mereka. Vendere
jura potest, emerat ille prius Siapa membeli hukum dapat men-
jualnya.
17 Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datang-
lah orang lain dan menyelidiki perkaranya.
Ini menunjukkan bahwa satu cerita itu tampak baik sebelum cerita
lain disampaikan.
1. Orang yang pertama berbicara akan merasa yakin bahwa ia
mengutarakan cerita yang lurus, dan hanya menyampaikan apa
yang akan berpihak padanya. Ia memoles ceritanya dengan warna
terindah yang dapat diberikannya, sehingga perkaranya akan
tampak baik, entah benar-benar demikian atau tidak.
2. sebab si penggugat sudah menyodorkan buktinya, maka pantas
bila sekarang si tergugat didengar, diberi izin untuk menghadapi
para saksi dan menyanggah mereka, dan menunjukkan kesalahan
dan kekeliruan dari apa yang telah dituduhkan, yang mungkin
membuat perkaranya tampak berbeda dari sebelumnya. Oleh
sebab itu, kita harus ingat bahwa kita mempunyai dua telinga,
untuk mendengarkan kedua belah pihak sebelum kita memberi-
kan penghakiman.
18 Undian mengakhiri pertengkaran, dan menyelesaikan persoalan antara
orang-orang berkuasa.
Perhatikanlah:
1. Perselisihan biasa terjadi di antara para penguasa, yang cemburu
dengan kehormatan dan hak mereka, sehingga membelanya de-
ngan gigih. Mereka yakin bahwa mereka mampu menunjukkan
kebaikan pihak mereka, dan sebab itu enggan merendah untuk
memenuhi syarat-syarat yang penting untuk berkompromi. Se-
dangkan orang-orang yang miskin terpaksa harus bersikap ru-
kun, dan duduk sebagai pihak yang kalah.
2. Bahkan perselisihan-perselisihan di antara para penguasa sekali-
pun dapat diakhiri dengan undi jika mereka tidak bisa lagi diajak
kompromi dengan cara lain. Dan kadang-kadang lebih baik begitu
dibandingkan mereka terus-menerus berbantah dengan tiada habis-
nya, atau membentuk kesepakatan yang enggan mereka terima,
sementara orang tidak akan terhina untuk menerima hasil undi
jika sekali sudah diputuskan begitu. Untuk menghindari per-
tengkaran, tanah Kanaan dibagi dengan undi. Dan, jika mem-
buang undi tidak membuat cemar jalan untuk berseru kepada
Pemeliharaan ilahi ini, mungkin cara itu bisa digunakan dengan
sangat baik sekarang untuk memutuskan banyak persengketaan,
baik demi kehormatan Allah maupun demi kepuasan berbagai
pihak. Asalkan saja itu dilakukan dengan doa dan kesungguhan
yang semestinya, sebab ayat berikut ini dan ayat-ayat lain dari
Kitab Suci tampak mengarah kepada cara itu, terutama Kisah
Para Rasul 1:26. Jika hukum dijadikan undi (sebagaimana sebagi-
an orang sudah menyebutnya), maka itu berarti bahwa undi itu
yaitu hukumnya.
19 Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat,
dan pertengkaran yaitu seperti palang gapura sebuah puri.
Perhatikanlah:
1. Kita harus betul-betul memberikan perhatian besar untuk mence-
gah pertengkaran di antara sanak saudara, dan di antara orang-
orang yang secara khusus harus memenuhi kewajiban satu ter-
hadap yang lain. Ini bukan hanya sebab pertengkaran di antara
mereka paling menyentuh perasaan dan tidak patut, namun juga
sebab pertengkaran demikian biasanya ditangani dengan cara
yang keras dan kasar, dan kebencian-kebencian yang ditimbulkan
cenderung dibawa terlalu jauh. Hikmat dan anugerah memang
akan membuat kita teramat mudah untuk mengampuni saudara-
saudara dan teman-teman kita jika mereka mengkhianati kita,
namun kerusakan kodrat membuat kita teramat sulit untuk meng-
ampuni mereka. Oleh sebab itu, marilah kita berjaga-jaga untuk
tidak berbuat khianat terhadap saudara kita, atau terhadap orang
yang sudah kita anggap saudara. Tindakan tidak tahu berterima
kasih sangatlah membangkitkan amarah.
2. Kita harus benar-benar berusaha untuk merundingkan perkara-
perkara yang menyebabkan perselisihan di antara sanak saudara,
dengan secepat mungkin, sebab sungguh ini merupakan pekerja-
an yang amat sulit, dan sebab itu lebih mulia jika dikerjakan.
Esau yaitu saudara yang dikhianati, dan sepertinya lebih sulit
dimenangkan dari pada kota yang kuat, namun, melalui pekerjaan
Allah di dalam hatinya, dalam menjawab doa Yakub, ia dimenang-
kan.
20 Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil
bibirnya.
Perhatikanlah:
1. Kenyamanan kita sangat bergantung pada kesaksian hati nurani
kita sendiri, entah berpihak kepada kita atau melawan kita. Perut
di sini melambangkan hati nurani, seperti dalam pasal 20:27 (KJV).
Nah, amat besar pengaruhnya bagi kita apakah perut dipuaskan
atau tidak, dan dengan apa perut itu diisi, sebab, kepuasan dan
kedamaian batin kita akan tergantung padanya.
2. Kesaksian hati nurani kita akan berpihak kepada kita, atau
melawan kita, tergantung apakah kita sudah mengendalikan lidah
kita dengan baik atau tidak. Tergantung hasil mulut baik atau
buruk, mengarah pada pelanggaran atau kebajikan, seperti itulah
sifat seseorang, dan sebab itu juga kesaksian hati nuraninya ber-
kenaan dengan dia. Kita harus amat berhati-hati dengan kata-
kata yang kita ucapkan, sama seperti dengan buah pohon kita,
atau hasil bumi, yang akan kita makan. Sebab, tergantung apakah
semua itu menyehatkan atau tidak, begitulah kesenangan atau
kesakitan yang akan kita terima. Begitu menurut Uskup Patrick.
21 Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan mema-
kan buahnya.
Perhatikanlah:
1. Orang bisa berbuat banyak kebaikan, atau banyak kejahatan, baik
kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri, sesuai dengan
bagaimana ia menggunakan lidahnya. Banyak orang membawa ke-
matian pada dirinya sendiri sebab lidah yang keji, atau kematian
pada orang lain sebab lidah yang palsu. Dan, sebaliknya, banyak
orang telah menyelamatkan nyawanya sendiri, atau mendatang-
kan penghiburan bagi dirinya, dengan lidah yang bijaksana dan
lembut, dan menyelamatkan nyawa orang lain dengan kesaksian
atau doa syafaat tepat pada saat yang dibutuhkan. Jika dengan
perkataan kita akan dibenarkan atau dihukum, maka hidup dan
mati, tidak diragukan lagi, dikuasai lidah.
2. Perkataan manusia akan dihakimi berdasarkan apa yang dirasa-
kannya saat mengatakan itu. Orang yang tidak saja berbicara
lurus (yang mungkin saja diperbuat orang jahat untuk mendapat-
kan pujian atau menyenangkan teman-temannya), namun juga
yang suka berbicara seperti itu, berbicara dengan amat hati-hati,
dan dengan senang hati, maka bagi dia lidahnya akan membawa
hidup. Sedangkan orang yang tidak saja berbicara salah (yang
mungkin saja diperbuat orang baik sebab kurang hati-hati), namun
juga yang suka berbicara seperti itu (Mzm. 52:6), maka bagi dia
lidahnya akan membawa kematian. sebab orang suka dengan-
nya, mereka akan memakan buahnya.
22 Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan
TUHAN.
Perhatikanlah:
1. Istri yang baik yaitu berkat yang besar bagi seorang laki-laki.
Siapa mendapat istri (maksudnya, istri yang sebenar-benarnya,
sebab istri yang buruk tidak pantas disebut dengan sebutan
yang begitu terhormat ini), yang mendapat pendamping hidup un-
tuk menolongnya (itulah makna yang diterima dari kata istri pada
mulanya), yang mencari istri seperti itu dengan berhati-hati dan
berdoa, dan yang telah mendapat apa yang dicari, ia telah men-
dapat sesuatu yang baik, permata yang amat berharga, permata
yang langka. Ia telah mendapat sesuatu yang tidak hanya akan
memberikan penghiburan baginya dalam hidup ini lebih dari apa
pun, namun juga yang akan mendorongnya menuju jalan ke sorga.
2. Allah harus diakui di dalamnya dengan rasa syukur. Itu merupa-
kan pertanda akan kebaikan-Nya, dan jaminan yang membaha-
giakan akan kebaikan-kebaikan selanjut-Nya yang lain. Itu meru-
pakan tanda bahwa Allah bersuka untuk berbuat baik terhadap
seseorang, dan menyimpan belas kasihan baginya. Oleh sebab
itu, untuk ini, Allah harus dicari.
23 Orang miskin berbicara dengan memohon-mohon, namun orang kaya men-
jawab dengan kasar.
Perhatikanlah:
1. Kemiskinan, meskipun disertai dengan banyak ketidaknyamanan
jasmani, sering kali berdampak baik pada roh, sebab hal itu mem-
buat manusia rendah hati dan patuh, dan mematikan keangkuh-
an mereka. Kemiskinan mengajar mereka untuk berbicara dengan
memohon-mohon. jika orang berada dalam keadaan terpaksa
untuk memohon, kemiskinan memberi tahu mereka untuk tidak
mengatur atau menuntut, namun menerima apa yang diberikan
dan bersyukur untuknya. Di hadapan takhta anugerah Allah kita
semua miskin, dan harus berbicara dengan memohon-mohon,
tidak memberi jawab, namun mengajukan permohonan, harus me-
melas sub forma pauperis seperti orang papa.
2. Kemakmuran, meskipun memiliki banyak keuntungan, sering kali
disertai dengan kejahatan ini, bahwa hal itu membuat orang cong-
kak, tinggi hati, dan seenaknya: orang kaya menjawab permohon-
an orang miskin dengan kasar, seperti Nabal menjawab utusan-
utusan Daud dengan cercaan. yaitu kekonyolan yang amat bo-
doh dari sebagian orang kaya, terutama mereka yang dulunya ke-
cil lalu menjadi besar, bahwa mereka menyangka kekayaan mere-
ka akan membuat mereka berhak melontarkan kata-kata kasar.
Bahkan di saat mereka tidak harus berlaku kasar, mereka me-
nyangka pantas-pantas saja menjawab dengan kasar, sedangkan
orang yang terhormat seharusnya bersikap ramah (Yak. 3:17).
24 Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, namun ada juga sahabat yang
lebih karib dari pada seorang saudara.
Di sini Salomo menganjurkan persahabatan kepada kita, dan menun-
jukkan,
1. Apa yang harus kita lakukan agar kita dapat menciptakan dan
mempererat persahabatan. Kita harus bersikap ramah. Jika kita
ingin mempunyai teman-teman dan mempertahankan mereka,
kita bukan saja tidak boleh menghina mereka, atau bertengkar
dengan mereka, namun juga harus mengasihi mereka. Kita harus
menunjukkan kasih kita yang benar-benar terhadap mereka de-
ngan segala ungkapan kasih sayang, dengan merasa bebas ber-
sama mereka, dan bersikap menyenangkan terhadap mereka. Kita
harus mengunjungi dan menyambut mereka, dan terutama de-
ngan melakukan segala pekerjaan yang baik yang bisa kita laku-
kan, dan melayani mereka dalam segala hal yang sanggup kita
lakukan. Itulah yang disebut bersikap ramah.
2. Bahwa sungguh layak bersikap ramah seperti itu, sebab kita
dapat menjanjikan bagi diri kita sendiri banyak penghiburan dari
seorang sahabat sejati. Saudara memang terlahir untuk membantu
dalam kesukaran, seperti yang sudah dikatakan Salomo sebelum-
nya (17:17). Bila terkena masalah, kita berharap mendapat peng-
hiburan dan kelegaan dari saudara-saudara kita, namun kadang-
kadang ada teman, yang tidak mempunyai hubungan saudara apa
pun dengan kita, namun tali-tali rasa hormat dan kasihnya ter-
nyata lebih kuat dibandingkan tali-tali persaudaraan yang alami. Dan,
saat datang masa pencobaan, mereka akan berbuat lebih ba-
nyak bagi kita dibandingkan yang akan diperbuat oleh seorang sau-
dara. Kristus yaitu teman yang lebih karib dari pada seorang
saudara bagi semua orang percaya. Oleh sebab itu, kepada Dia,
marilah kita bersikap ramah.
1 Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang
serong bibirnya lagi bebal.
Lihatlah di sini:
1. Apa yang akan menjadi pujian dan penghiburan bagi orang mis-
kin, dan membuatnya lebih mulia dibandingkan tetangganya, meski-
pun mungkin kemiskinannya membuat dia mudah dihina dan
berkecil hati. Hendaklah ia jujur dan bersih kelakuannya, hendak-
lah ia menjaga kebersihan hati nuraninya, dan menunjukkan
bahwa ia benar-benar berbuat demikian. Hendaklah ia selalu ber-
bicara dan bertindak jujur saat ia teramat sangat tergoda untuk
menutup-nutupi dan mengingkari perkataannya. Dengan itu,
hendaklah ia menghargai dirinya sendiri berdasarkan apa yang di-
perbuatnya itu, sebab semua orang bijak dan baik akan menghar-
gainya. Ia lebih baik, memiliki sifat yang lebih baik, berada dalam
keadaan yang lebih baik, lebih dikasihi, dan hidup untuk tujuan
yang lebih baik, dibandingkan kebanyakan orang yang tampak hebat
dan tersohor.
2. Apa yang akan menjadi aib bagi orang kaya, kendati dengan se-
gala kemegahannya. Jika kepalanya dangkal dan lidahnya jahat,
jika serong bibirnya lagi bebal, jika ia orang fasik dan mendapat-
kan apa yang dimilikinya dengan menipu dan menindas, maka ia
orang bebal, dan orang miskin yang jujur jauh lebih utama dari-
pada dia.
2 Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan
salah langkah.
Ada dua hal di sini yang dinyatakan akan membawa dampak buruk:
1. Ketidaktahuan: tanpa pengetahuan tentang jiwa tidaklah baik,
begitu sebagian orang membaca ayat ini. Tahukah kita akan diri
kita sendiri, akan hati kita sendiri? Jiwa tanpa pengetahuan
tidaklah baik. Sungguh merupakan hak istimewa yang besar bah-
wa kita mempunyai jiwa, namun jika jiwa itu tidak mempunyai
pengetahuan, apa yang membuat kita lebih baik? Jika manusia
tidak mempunyai pengertian, ia boleh disamakan dengan hewan
(Mzm. 49:21). Jiwa yang tidak tahu tidak bisa menjadi jiwa yang
baik. Jiwa tanpa pengetahuan tidaklah aman, tidak pula menye-
nangkan. Kebaikan apa yang bisa diperbuat jiwa, dan apa baiknya
jiwa, jika ia tanpa pengetahuan?
2. Ketergesa-gesaan. Orang yang tergesa-gesa langkahnya (yang me-
lakukan segala sesuatu tanpa pikir panjang dan gegabah, dan
tidak mau mengambil waktu untuk merenungkan jejak langkah-
nya) menjadi berdosa. Tidak bisa tidak, ia sering kehilangan arah
dan sering mengambil banyak jalan yang salah, yang bisa dihin-
dari oleh orang-orang yang mempertimbangkan jalan-jalan mere-
ka. Tidak tahu sama buruknya dengan tidak mempertimbangkan.
3 Kebodohan menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN.
Di sini kita melihat dua contoh dari kebodohan manusia:
1. Bahwa mereka mendatangkan kesesakan dan kesulitan bagi diri
mereka sendiri, membuat diri mereka terpuruk, dan memper-
malukan diri sendiri: kebodohan menyesatkan jalan orang. Manu-
sia menjumpai berbagai halangan dan kekecewaan dalam per-
kara-perkara hidup, dan segala sesuatunya tidak berhasil seperti
yang mereka harapkan dan inginkan, namun itu akibat ulah dan
kebodohan mereka sendiri. Pelanggaran mereka sendirilah yang
menghukum mereka.
2. Bahwa jika mereka sudah berbuat demikian, mereka memper-
salahkan Allah untuknya, dan hati mereka gusar terhadap Dia,
seolah-olah Dia sudah berbuat salah terhadap mereka, padahal
sebenarnya mereka sendirilah yang memperlakukan diri mereka
dengan salah. Dengan merasa gusar, kita menjadi musuh bagi da-
mai sejahtera kita, dan menyiksa diri sendiri. Dengan merasa
gusar terhadap TUHAN kita menghina Dia, menghina keadilan-
Nya, kebaikan-Nya, dan kedaulatan-Nya. Dan sungguh tidak ma-
suk akal jika kita berseteru dengan-Nya oleh sebab permasalahan
yang kita timpakan ke atas kepala kita sebab kemauan atau
kelalaian kita sendiri. Padahal seharusnya kita mempersalahkan
diri kita, sebab itu perbuatan kita sendiri (Yes. 50:1).
4 Kekayaan menambah banyak sahabat, namun orang miskin ditinggalkan sa-
habatnya.
Di sini:
1. Kita bisa melihat betapa kuatnya cinta manusia akan uang, sam-
pai-sampai mereka mau mencintai siapa pun orangnya, betapa-
pun orang tersebut tidak pantas dicintai jika dalam keadaan seba-
liknya, asalkan ia mempunyai banyak uang dan royal dengan
uangnya, dengannya mereka berharap untuk mendapatkan hidup
yang lebih baik. Kekayaan membuat orang mampu mengirimkan
banyak hadiah, menggelar banyak hiburan, dan melakukan ba-
nyak perbuatan baik, sehingga mendapatkan banyak teman.
namun mereka yaitu teman yang hanya berpura-pura mencintai
dia. Mereka menyanjung-nyanjung dia dan mendekatinya dengan
bujuk rayu, namun sebenarnya mereka hanya mencintai apa yang
dimilikinya, atau lebih tepatnya mencintai diri mereka sendiri,
dengan harapan untuk mendapatkan sesuatu darinya.
2. Kita dapat melihat betapa lemahnya cinta manusia satu sama
lain. Orang yang pada saat makmur dicintai dan dihormati, apa-
bila jatuh miskin ditinggalkan sahabatnya, tidak diakui atau di-
pandang, tidak dikunjungi atau dipedulikan, disuruh menjauhi
dan dianggap menyusahkan. Bahkan orang yang dulunya tetang-
ga dan kenalannya akan memalingkan muka darinya dan me-
nyingkir ke seberang jalan bila berpapasan dengannya. sebab
hati nurani manusia mengatakan kepada mereka bahwa mereka
harus meringankan dan menolong orang-orang seperti itu, maka
mereka dengan sengaja mencari-cari alasan untuk tidak melihat
orang-orang itu.
5 Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-
nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar.
Di sini kita mendapati,
1. Dosa-dosa yang diancam bersaksi dusta di pengadilan dan me-
nyembur-nyemburkan kebohongan dalam percakapan sehari-hari.
Manusia tidak akan sampai pada puncak ketidaksalehan bersaksi
dusta seperti itu (yang di dalamnya di samping kesalahan berdus-
ta, ada tambahan kesalahan bersumpah palsu dan merugikan
orang lain), seandainya mereka tidak melangkah maju ke sana
dengan membiarkan diri mengatakan hal-hal yang tidak benar
dalam gurauan dan ejekan, atau dengan dalih untuk berbuat
baik. Demikianlah manusia sudah membiasakan lidahnya untuk
berkata dusta (Yer. 9:5). Orang yang terbiasa berkata dusta de-
ngan bebas bila bercakap-cakap, sedang berjalan ke arah kefasik-
an yang lebih besar lagi, yaitu bersaksi dusta, kapan saja mereka
tergoda untuk melakukannya, meskipun mereka tampak mem-
bencinya. Orang yang sanggup menelan dusta merusakkan hati
nurani mereka, sehingga sumpah palsu tidak akan membuat me-
reka tersedak.
2. Ancaman itu sendiri: mereka tidak akan luput dari hukuman. Me-
reka tidak akan terhindar. Ini menunjukkan bahwa apa yang
membuat mereka berani berbuat dosa itu yaitu harapan akan
luput dari hukuman, sebab biasanya dosa itu luput dari hukum-
an manusia, sekalipun hukum yang mengaturnya ketat (Ul.
19:18-19). namun dosa itu tidak akan luput dari penghakiman
yang benar dari Allah, yang cemburu, dan yang tidak akan mem-
biarkan nama-Nya dicemarkan. Kita sudah tahu di mana semua
pendusta akan mendapat bagian mereka yang kekal.
6 Banyak orang yang mengambil hati orang dermawan, setiap orang bersaha-
bat dengan si pemberi. 7 Orang miskin dibenci oleh semua saudaranya, apalagi
sahabat-sahabatnya, mereka menjauhi dia. Ia mengejar mereka, memanggil
mereka namun mereka tidak ada lagi.
Kedua ayat ini yaitu tanggapan atas ayat 4, dan menunjukkan,
1. Bagaimana orang-orang kaya dan besar dibujuk dan dirayu, dan
dikelilingi oleh begitu banyak orang yang meminta-minta dan me-
layani mereka. jika seorang raja menggenggam kuasa dalam
tangannya, dan bisa mengangkat siapa saja seturut kehendak
hatinya, maka pintu gerbang dan ruang tunggu kamarnya dijejali
dengan orang-orang yang ingin memohon, yang bersedia memuja-
nya untuk apa yang bisa mereka dapatkan. Banyak orang akan
mengambil hatinya, dan menyangka mereka akan berbahagia bila
memenangkannya. Bahkan orang-orang besar sekalipun memo-
hon kepada raja dengan rendah hati. Jadi, betapa kita harus amat
bersungguh-sungguh untuk mengambil hati Allah, yang jauh me-
lampaui hati raja duniawi. namun , tampaknya, keroyalan akan
jauh lebih berhasil bahkan dibandingkan kemegahan itu sendiri untuk
mendapatkan penghormatan, sebab ada banyak orang yang mem-
bujuk rayu sang raja, namun setiap orang bersahabat dengan si
pemberi. Bukan hanya orang-orang yang sudah menerima, atau
sungguh-sungguh mengharapkan pemberian-pemberian dari dia
yang, sebagai teman, akan siap melayaninya, melainkan juga
orang-orang lain, sebagai teman, akan memujinya dengan perkata-
an-perkataan yang baik. Orang-orang yang boros, yang secara bo-
doh bersikap royal dengan apa yang mereka miliki, akan dikeli-
lingi oleh banyak penjilat, yang akan menyanjung-nyanjung mere-
ka selama harta mereka ada, namun akan meninggalkan mereka
jika harta itu habis. Orang-orang yang bermurah hati secara
bijaksana berarti membangun suatu kepentingan yang akan ber-
manfaat bagi mereka. Orang-orang yang dianggap dermawan
mempunyai kuasa yang bisa memberi mereka kesempatan untuk
berbuat baik (Luk. 22:25).
2. Bagaimana orang-orang miskin dan rendah dihina dan diremeh-
kan. Orang boleh saja, kalau mau, membujuk rayu sang raja, dan
penguasa, namun mereka tidak boleh menginjak-injak kaum mis-
kin dan memandang hina mereka. Namun, begitulah yang sering
kali terjadi: orang miskin dibenci oleh semua saudaranya. Bahkan
saudara-saudaranya sendiri malu akan dia, sebab ia serba keku-
rangan, dan hanya berharap dari mereka. Mereka memandang dia
sebagai cela bagi keluarga mereka. Maka tidaklah heran jika
teman-temannya yang lain, yang tidak bersaudara dengan dia,
menjauhi dia, pergi darinya. Ia mengejar mereka, memanggil me-
reka, berharap untuk memenangkan hati mereka dengan kegigih-
annya supaya mereka bersikap baik kepada dia, namun semua itu
sia-sia. Mereka tidak mau memberikan apa-apa kepadanya. Mere-
ka mencecari dia dengan kata-kata (begitu sebagian orang mema-
hami ayat ini), agar bisa berdalih untuk tidak memberinya apa-
apa. Mereka memberi tahu dia bahwa ia malas dan menyusahkan,
bahwa sebab ulahnya sendirilah ia jatuh miskin, dan oleh sebab
itu ia tidak boleh dibantu. Seperti yang dikatakan Nabal kepada
anak buah Daud: Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-
hamba yang lari dari tuannya, dan siapa tahu Daud yaitu salah
satu dari hamba-hamba itu. Oleh sebab itu, hendaklah orang-
orang miskin menjadikan Allah sebagai teman mereka, mengejar
Dia dengan doa-doa mereka, maka Ia tidak akan menjauh dari
mereka.
8 Siapa memperoleh akal budi, mengasihi dirinya; siapa berpegang pada
pengertian, mendapat kebahagiaan.
Di sini dibesarkan hati orang-orang,
1. Yang bersusah payah memperoleh akal budi, memperoleh penge-
tahuan, dan anugerah, dan pengenalan akan Allah. Orang yang
berbuat demikian menunjukkan bahwa mereka mengasihi jiwa
mereka (KJV), dan akan didapati melakukan kebaikan besar yang
bisa dibayangkan terhadap diri mereka sendiri. Tidak pernah
orang membenci tubuhnya sendiri, namun mengasihinya. Namun
demikian, banyak orang justru tidak mengasihi jiwa mereka sen-
diri, sebab hanya orang-orang yang mengasihi jiwa mereka de-
ngan benarlah, dan sebab itu mengasihi diri mereka sendiri,
yang memperoleh hikmat, hikmat sejati.
2. Yang berusaha tetap menjaga hikmat sesudah mereka mendapat-
kannya. Hikmat yaitu kesehatan, kekayaan, dan kehormatan,
dan segalanya bagi jiwa, dan oleh sebab itu orang yang berpegang
pada pengertian, sebab menunjukkan bahwa ia mengasihi jiwa-
nya sendiri, pasti akan mendapat kebahagiaan, semua kebaha-
giaan. Orang yang menyimpan pelajaran-pelajaran baik yang telah
dipelajarinya, dan mengatur perilakunya sesuai dengan apa yang
dipelajarinya itu, akan mendapat manfaat dan penghiburan dari-
nya di dalam jiwanya sendiri, dan akan berbahagia sekarang dan
selama-lamanya.
9 Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyem-
burkan kebohongan akan binasa.
Di sini ada ,
1. Pengulangan dari apa yang sudah dikatakan sebelumnya (ay. 5),
sebab kita perlu diperingatkan berkali-kali akan bahaya dari dosa
berbohong dan bersaksi dusta, sebab tidak ada lagi yang akibat-
nya lebih mematikan dibandingkan ini.
2. Satu tambahan kata diberikan dalam ayat ini dibandingkan dengan
ayat sebelumnya. Dalam ayat sebelumnya dikatakan, orang yang
menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar, dan
menyiratkan bahwa ia akan dihukum. Dalam ayat ini dikatakan
bahwa hukumannya akan sedemikian rupa sehingga membawa ke-
hancuran baginya: ia akan binasa. Kebohongan-kebohongan yang
dijejalkannya kepada orang lain akan menjadi kehancurannya sen-
diri. Kebohongan yaitu dosa yang mengutuk dan menghancurkan.
10 Kemewahan tidak layak bagi orang bebal, apalagi bagi seorang budak me-
merintah pembesar.
Perhatikanlah:
1. Kesenangan dan kebebasan tidak pantas bagi orang bebal: keme-
wahan tidak layak bagi orang seperti itu. Orang yang tidak mem-
punyai hikmat dan anugerah tidak berhak mendapatkan sukacita
sejati, dan oleh sebab nya hal itu tidak pantas baginya. Orang
yang tidak bersuka di dalam Allah tidak pantas bersuka dalam hal
apa pun. Ia juga tidak akan tahu bagaimana mengatur dirinya sen-
diri, sehingga hanya membawa diri pada celaka. Orang-orang yang
bodoh dan jahat pantas menderita, berkabung, dan menangis, bu-
kan tertawa dan bergembira. Bagi mereka, teguran lebih pantas
dibandingkan kemewahan. Kemewahan itu pantas bagi orang yang rajin
bekerja, untuk menyegarkannya jika ia kelelahan, namun bukan
bagi orang bebal, yang hidup bemalas-malasan dan menyalahguna-
kan waktu-waktu senggangnya. Kemakmuran orang bebal menam-
pakkan kebebalan mereka dan menghancurkan mereka.
2. Kekuasaan dan kehormatan tidak pantas bagi orang yang berjiwa
rendah. Tidak ada yang lebih tidak pantas selain bagi seorang
budak memerintah pembesar. Hal itu tidak masuk akal dengan
sendirinya, dan sangat konyol, sebab tidak ada yang begitu ku-
rang ajar dan dibiarkan begitu saja selain bagi seorang pengemis
untuk mengendarai kuda, atau bagi seorang hamba, kalau ia
menjadi raja (30:22). Sangat tidak pantas bagi orang yang menjadi
hamba dosa dan hawa nafsunya untuk memerintah dan menin-
das orang-orang merdeka milik Allah, yang dijadikan sebagai raja-
raja dan imam-imam bagi-Nya.
11 Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji sebab
memaafkan pelanggaran.
Orang bijak akan memegang dua pedoman ini dalam berhubungan
dengan amarahnya:
1. Untuk tidak bertindak terlalu gegabah saat marah: akal budi
mengajar kita untuk panjang sabar, untuk menangguhkan kema-
rahan kita sampai mempertimbangkan sepenuhnya semua alasan
untuk marah, melihat semua duduk perkaranya dengan sebenar-
nya dan menimbangnya di dalam neraca yang adil. Dan kemudian
akal budi juga mengajar kita untuk menangguhkan pelampiasan
amarah kita sampai tidak ada bahaya bagi kita untuk terjebak ke
dalam perilaku-perilaku yang tidak pada tempatnya. Plato berkata
kepada hambanya, Aku akan memukulmu, namun hanya jika
terlepas kemarahanku. Berilah waktu, maka amarah itu akan
menjadi dingin.
2. Untuk tidak terlalu mencari-cari kesalahan saat marah. Biasanya
orang dianggap cerdik bila ia cepat dalam menanggapi suatu per-
buatan tidak baik yang akan diperbuat terhadapnya. Namun, di
sini pujian diberikan kepada orang yang memaafkan pelanggaran,
yang bersikap seolah-olah ia tidak melihatnya (Mzm. 38:14), atau,
jika menurutnya pantas untuk memperhatikannya, ia memaaf-
kannya dan tidak berniat membalas dendam.
12 Kemarahan raja yaitu seperti raung singa muda, namun kebaikannya
seperti embun yang turun ke atas rumput.
Tujuan ayat ini sama dengan apa yang kita dapati dalam pasal 16:14-
15, dan maksudnya yaitu ,
1. Untuk membuat para raja bijaksana dan peka dalam memper-
lihatkan kernyit dahi atau senyum bibir mereka. Mereka tidak
sama dengan orang biasa. Kernyit dahi mereka amat mengerikan
dan senyum bibir mereka amat menghibur, dan oleh sebab itu
mereka harus sangat berhati-hati agar mereka jangan sampai
membuat orang baik takut berbuat baik dengan kernyit dahi me-
reka, atau menyetujui orang fasik berbuat jahat dengan senyum
bibir mereka, sebab dengan demikian mereka menyalahgunakan
pengaruh mereka (Rm. 13:3).
2. Untuk membuat rakyat setia dan patuh terhadap raja mereka.
Hendaklah rakyat dikendalikan dari segala perbuatan khianat
dengan mempertimbangkan akibat-akibat yang mengerikan apa-
bila pemerintah menentang mereka. Dan hendaklah mereka dido-
rong untuk melakukan semua pelayanan yang baik kepada selu-
ruh warga dengan harapan akan dikenan oleh raja mereka.
Kristus yaitu Raja, murka-Nya melawan musuh-musuh-Nya
akan menjadi seperti singa yang mengaum (Why. 10:3) dan perke-
nanan-Nya terhadap umat-Nya sendiri akan seperti embun yang
menyegarkan (Mzm. 72:6).
13 Anak bebal yaitu bencana bagi ayahnya, dan pertengkaran seorang isteri
yaitu seperti tiris yang tidak henti-hentinya menitik.
yaitu contoh dari kesia-siaan dunia bahwa kita bisa dengan mudah
mengalami dukacita besar akibat kita menjanjikan bagi diri kita
banyak hal yang kita sangka akan mendatangkan penghiburan besar
bagi kita. Memang begitulah kenyataannya. Penghiburan duniawi apa
yang lebih besar yang bisa didapat orang selain seorang istri dan
anak-anak yang baik? Namun,
1. Anak bebal yaitu penderitaan yang besar, dan bisa membuat
orang beribu-ribu kali berharap untuk ditakdirkan tidak mem-
punyai anak. Ada anak yang tidak mau belajar atau bekerja, tidak
mau mendengarkan nasihat, yang hidupnya cabul, bebas dan
seenaknya, menghambur-hamburkan apa yang dimilikinya, mem-
pertaruhkan dan menghabiskannya untuk memuaskan hawa naf-
su secara berlebihan. Ada juga anak yang congkak, dungu, dan
tinggi hati. Anak seperti itu membawa kesedihan bagi ayahnya,
sebab ia merupakan aib dan bisa mendatangkan kehancuran
bagi keluarganya. Ayahnya membenci segala jerih payahnya, bila-
mana ia sadar kepada siapa ia harus meninggalkan hasilnya.
2. Istri yang suka marah-marah dan cepat kesal yaitu penderitaan
yang juga sama besarnya: pertengkarannya tidak henti-henti.
Setiap hari, dan setiap jam, ada saja yang ditemukannya untuk
membuat dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya gelisah.
Orang-orang yang terbiasa mencaci tidak pernah kekurangan satu
dua hal untuk dicaci. namun pertengkaran itu yaitu tiris yang
tidak henti-hentinya menitik, maksudnya, kekesalan yang tiada
hentinya, sama seperti mempunyai rumah yang sudah tidak bisa
diperbaiki lagi, sehingga atapnya bocor kalau hujan, dan orang
tidak bisa berbaring dengan tubuh kering di dalamnya. Bahwa
hidup manusia tidak nyaman, dan perlu banyak sekali hikmat
serta anugerah untuk membuatnya mampu menanggung penderi-
taannya dan melakukan kewajibannya, jika ia mempunyai
anak seorang pemabuk dan istri yang cerewet.
14 Rumah dan harta yaitu warisan nenek moyang, namun isteri yang berakal
budi yaitu karunia TUHAN.
Perhatikanlah:
1. Seorang istri yang bijaksana dan bajik yaitu pemberian pilihan
dari pemeliharaan Allah terhadap manusia seorang istri yang
berakal budi, sebagai lawan dari istri yang suka bertengkar (ay.
13). Sebab, meskipun istri mungkin menyangka bahwa dengan
terus-menerus mencari-cari kesalahan ia dianggap cerdik dan
berhikmat, justru sebenarnya hal itu menunjukkan kebodohan-
nya. Isteri yang berakal budi itu lemah-lembut dan tenang, dan
memandang segala sesuatu dari sisi yang terbaik. Jika seseorang
mempunyai istri seperti itu, janganlah ia berpikir bahwa itu ka-
rena kebijaksanaannya dalam memilih atau pengaturannya sen-
diri (sebab orang paling bijak sekalipun pernah tertipu dalam hal
wanita dan oleh wanita). namun hendaklah ia mengembalikannya
kepada kebaikan Allah, yang telah menciptakan seorang penolong
yang sepadan baginya