Minggu, 29 Desember 2024

amsal 16

 


dang rendah. Begitu 

dosa masuk, aib akan mengikutinya, dan orang-orang berdosa 

menjadikan diri mereka sendiri tercela. Dan mereka tidak hanya 

menarik penghinaan atas diri mereka sendiri, namun  juga menda-

tangkan cela dan cemooh kepada keluarga mereka, kepada teman-

teman mereka, kepada hamba-hamba Tuhan yang melayani me-

reka, dan kepada semua orang yang mempunyai hubungan apa 

saja dengan mereka. Oleh sebab itu, orang-orang yang ingin men-

jaga kehormatan mereka haruslah mempertahankan kebajikan 

mereka. 


4 Perkataan mulut orang yaitu  seperti air yang dalam, namun  sumber hikmat 

yaitu  seperti batang air yang mengalir. 

Dalam pepatah-pepatah ini, urutannya tampak dibalik dengan cara 

yang elok.  

1. Sumber hikmat yaitu  seperti air yang dalam. Orang yang cerdas 

dan berpengetahuan memiliki perbendaharaan yang baik tentang 

hal-hal yang berguna, yang memperlengkapinya dengan sesuatu 

untuk disampaikan dalam segala kesempatan yang berkaitan dan 

bermanfaat pada kesempatan itu. Sumber hikmat ini seperti air 

yang dalam, yang tidak beriak, namun tidak pernah mengering. 

2. Perkataan mulut orang yang seperti itu yaitu  seperti batang air 

yang mengalir. jika  ia melihat ada alasan untuk berbicara, itu 

akan mengalir secara alami dari dirinya, mengalir dengan amat 

mudah, amat bebas, dan amat lancar. Perkataannya bersih dan se-

gar, perkataannya itu membersihkan dan menyegarkan. Dari airnya 

yang dalam di sana, mengalirlah apa yang perlu dialirkan, untuk 

menyirami segala sesuatu di sekelilingnya, seperti aliran-aliran air 

membasahi tanah yang ada di bawahnya. 

5 Tidak baik berpihak kepada orang fasik dengan menolak orang benar dalam 

pengadilan. 

Ayat ini dengan pantas mengecam orang-orang yang bertugas men-

jalankan keadilan namun  menyelewengkan penghakiman,  

1. Dengan mengabaikan kejahatan-kejahatan orang, dan melindungi 

serta membiarkan orang-orang yang melakukan penindasan dan 

kekerasan,   sebab  mereka berkedudukan, atau kaya, atau ber-

buat baik kepada mereka. Apa pun dalih yang dipakai orang un-

tuk berbuat demikian, tentulah tidak baik berpihak kepada orang 

fasik seperti itu. Perbuatan demikian merupakan pelanggaran ter-

hadap Allah, penghinaan terhadap keadilan, kejahatan terhadap 

umat manusia, dan pelayanan sebenar-benarnya kepada kerajaan 

dosa dan Iblis. Yang harus diperhatikan yaitu  baik buruknya 

perkara, bukan orangnya. 

2. Dengan memberikan alasan untuk melawan hukum dan keadilan, 

  sebab  orang yang bersangkutan miskin dan hina di dunia, atau 

tidak berasal dari pihak atau golongan yang sama, atau merupa-

kan orang asing dari negeri lain. Ini berarti menolak orang benar 

dalam pengadilan, yang seharusnya didukung, dan yang oleh 

Allah akan ditegakkan. 

6 Bibir orang bebal menimbulkan perbantahan, dan mulutnya berseru me-

minta pukulan. 7 Orang bebal dibinasakan oleh mulutnya, bibirnya yaitu  

jerat bagi nyawanya. 

Salomo sudah sering kali menunjukkan kejahatan apa yang diper-

buat orang fasik terhadap orang lain dengan lidah mereka yang tidak 

dikendalikan. Di sini ia menunjukkan kejahatan apa yang mereka 

perbuat terhadap diri mereka sendiri. 

1. Mereka melibatkan diri sendiri di dalam pertengkaran: bibir orang 

bebal, tanpa alasan atau keperluan apa pun, menimbulkan per-

bantahan, dengan melontarkan gagasan-gagasan bodoh yang ter-

paksa harus ditentang orang lain, dan dengan begitu dimulailah 

pertengkaran. Atau dengan mengucapkan kata-kata yang mem-

bangkitkan amarah, yang akan mengundang kebencian, dan me-

nuntut pengusutan. Atau dengan membuat orang melakukan per-

tentangan, dan menantang mereka untuk berduel kalau berani. 

Orang yang congkak, suka marah-marah, dan suka mabuk-ma-

bukan, yaitu  orang bodoh, yang bibirnya menimbulkan perban-

tahan. Bisa saja orang bijak, tanpa dikehendakinya, terseret ke 

dalam pertengkaran, namun  bodohlah orang yang sengaja mema-

sukinya sementara ia bisa menghindarinya, dan ia pasti akan 

menyesalinya, namun itu sudah terlambat. 

2. Mereka mengundang untuk dihajar: mulut orang bebal, sebagai 

akibatnya, berseru meminta pukulan. Sebelumnya Salomo sudah 

mengatakan apa yang pantas untuk dihukum dengan pukulan, 

dan sekarang masih saja ia mengatakan apa yang perlu ditegur, 

dan ditahan dengan pukulan, seperti Ananias yang secara tidak 

adil menyuruh orang-orang untuk menampar mulut Paulus. 

3. Mereka melibatkan diri sendiri di dalam kehancuran: mulut orang 

bebal, yang sudah menjadi, atau akan menjadi, kebinasaan bagi 

orang lain, pada akhirnya akan menjadi kebinasaan bagi dirinya 

sendiri, mungkin dari pihak manusia. Mulut Simei menjadi kebi-

nasaan bagi dirinya sendiri, begitu pula dengan mulut Adonia, 

yang berbicara melawan akal sehatnya sendiri. Dan jika  orang 

bodoh, dengan perkataannya yang bodoh, berlindung di balik ben-

teng pertahanannya sendiri, dan menyangka dapat lolos dengan 

cara membenarkan atau memberikan macam-macam alasan atas 

apa yang dikatakannya, benteng pertahanannya itu akan berbalik 

menyerangnya, dan bibirnya tetap menjadi perangkap bagi jiwa-

nya, yang kian lama kian menjeratnya. Bagaimanapun, jika  

  sebab  perkataan mereka yang jahat manusia akan dijebloskan ke 

dalam penjara Allah, maka mulut mereka akan menjadi kebinasa-

an bagi mereka. Dan kehancuran mereka akan diperparah sede-

mikian rupa sampai-sampai setetes air pun, setitik penghiburan, 

tidak akan diberikan untuk menyejukkan lidah mereka, yang me-

rupakan jerat bagi mereka dan yang akan menyiksa mereka. 


8 Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati. 



Pemfitnah yaitu  orang yang secara sembunyi-sembunyi bercerita 

dari rumah ke rumah. Ceritanya itu mungkin sedikit banyak mengan-

dung kebenaran, namun  merupakan rahasia yang tidak patut untuk 

diceritakan, atau yang dengan cara rendah disalahartikan, dan dihiasi 

dengan warna-warna palsu. Semuanya itu disampaikan dengan 

maksud untuk menghancurkan nama baik orang, untuk memutuskan 

tali persahabatan mereka, untuk menebarkan kejahatan di antara 

sesama saudara dan tetangga, dan membuat mereka menentang satu 

sama lain. Nah, perkataan orang-orang seperti itu di sini dikatakan, 

1. Seperti orang yang sedang terluka (begitu arti tersiratnya). Mereka 

berpura-pura amat prihatin dengan kemalangan-kemalangan 

yang menimpa si ini dan si itu, dan turut merasakan penderitaan 

mereka. Mereka berpura-pura berbicara tentang orang-orang itu 

dengan perasaan yang amat sangat sedih dan rasa enggan yang 

tak terbayangkan. Mereka tampak seolah-olah terluka sendiri ka-

renanya, padahal sebenarnya mereka bersukacita   sebab  ketidak-

adilan, senang dengan cerita itu, dan menyampaikannya dengan 

bangga dan senang hati. Seperti itulah perkataan mereka tampak-

nya. namun  perkataan mereka itu masuk seperti racun ke lubuk 

hati, sebab pilnya sudah dipoles seperti itu, dan digula-gulai se-

perti itu. 

2. Seperti luka-luka (itulah yang dapat dibaca dalam teksnya), seperti 

luka-luka yang dalam, luka-luka yang mematikan, luka-luka di 

lubuk hati. Venter medius vel infimus – di bagian tengah atau bagi-

an bawah perut, di rongga atau daerah perut, yang di sana luka-

luka bersifat mematikan. Perkataan pemfitnah melukai orang 

yang difitnah, melukai nama baik dan kepentingannya, dan melu-

kai orang yang diceritai fitnah itu, melukai kasih dan kemurahan 

hatinya. Perkataannya itu menimbulkan dosa baginya, yang me-

rupakan luka bagi hati nurani. Mungkin ia tampak meremehkan-

nya, namun  perkataan itu melukainya secara tidak sadar, dengan 

menjauhkan rasa sayangnya terhadap orang yang seharusnya 

dikasihinya. 


9 Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara 

dari si perusak.  


Perhatikanlah: 

1. Hidup boros yaitu  cara hidup yang amat buruk. Orang tidak ha-

nya pantas dicap bodoh di antara manusia, namun  juga akan kesu-

litan memberikan pertanggungjawaban kepada Allah atas talenta-

talenta yang sudah dipercayakan kepada mereka, jika mereka 

memboroskan harta milik mereka, hidup melebihi kemampuan 

mereka, menghabiskan dan memberi melebihi kesanggupan mere-

ka. Dengan cara seperti ini, mereka membuang-buang apa yang 

mereka miliki, dan membiarkannya habis ludes. 

2. Hidup bermalas-malas juga tidaklah lebih baik. Orang yang lalai 

dalam pekerjaannya, yang tangannya hanya menggelantung (de-

mikianlah arti perkataannya), yang berdiri, seperti yang mungkin 

kita lakukan, dengan menggigit jari, yang mengabaikan urusan-

nya, tidak mengerjakannya sama sekali, atau seolah-olah tidak 

mengerjakannya, ia menjadi saudara orang yang boros. Maksud-

nya, ia sama saja dengan orang bodoh, dan sedang berada di jalan 

yang pasti dan siap mengantar pada kemiskinan. Orang yang bo-

ros menghambur-hamburkan apa yang dimilikinya, sedangkan 

orang yang malas menghabiskannya satu per satu. Yang diamati 

di sini sungguh benar dalam perkara-perkara agama. Orang yang 

bermain-main dan lengah dalam berdoa dan mendengar yaitu  

saudara bagi orang yang tidak berdoa atau tidak mendengar sama 

sekali. Dan orang yang menghapuskan kewajiban atau lalai men-

jalankannya membahayakan jiwanya, sama berbahayanya seperti 

melakukan dosa. 


10 Nama TUHAN yaitu  menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari 

dan ia menjadi selamat. 

Inilah:  

1. Kecukupan Allah bagi orang-orang kudus: nama-Nya yaitu  me-

nara yang kuat bagi mereka, di dalamnya mereka bisa beristirahat 

jika  lelah, dan berlindung jika  dikejar-kejar. Di dalam 

nama-Nya mereka bisa berdiri mengatasi musuh-musuh mereka 

dan dibentengi dari mereka. Di dalam Allah, dan di dalam segala 

penyataan-Nya tentang diri-Nya sendiri kepada kita, cukuplah itu 

untuk membuat kita tenang di sepanjang waktu. Kekayaan yang 

terkumpul di dalam menara ini sudah cukup untuk memperkaya 

mereka, untuk menjadi pesta yang tak berkesudahan dan harta 

yang tidak pernah habis bagi mereka. Kekuatan menara ini cukup 

untuk melindungi mereka. Nama TUHAN yaitu  segala sesuatu 

yang dengannya Ia telah menyatakan diri-Nya sendiri sebagai 

Allah, dan sebagai Allah kita, bukan hanya gelar-gelar dan sifat-

sifat-Nya, melainkan juga perjanjian-Nya (kovenan-Nya) beserta 

segala janji yang terkandung di dalamnya. Semua ini membentuk 

sebuah menara, sebuah menara yang kuat, yang tak tertembus, 

tak terkalahkan, bagi semua umat Allah. 

2. Keamanan orang-orang kudus di dalam Allah. Menara itu kuat bagi 

orang-orang yang tahu bagaimana memanfaatkannya dan men-

dapatkan penghiburan darinya sebagai menara yang kuat. Orang 

benar, dengan iman dan doa, serta dengan ibadah kepada Allah 

dan kebergantungan kepada-Nya, berlari ke sana, sebagai kota per-

lindungan mereka. sesudah  memastikan kepentingan mereka di 

dalam nama Allah, mereka mendapat penghiburan dan keuntungan 

darinya. Mereka menanggalkan diri mereka sendiri, mengundur-

kan diri dari dunia, hidup di dunia atas, berdiam di dalam Allah 

dan Allah di dalam mereka, dan dengan berbuat demikian mereka 

aman. Begitulah pikir mereka, dan memang begitulah yang akan 

mereka dapati sendiri. 

11 Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya dan seperti tembok yang 

tinggi menurut anggapannya. 

sesudah  menggambarkan benteng pertahanan yang teguh dan setia 

bagi orang benar (ay. 10), Salomo di sini menunjukkan apa benteng 

pertahanan yang palsu dan menipu bagi orang kaya, yang bagian dan 

hartanya yaitu  perkara-perkara di dunia ini, dan yang hatinya ter-

patri padanya. Kekayaannya yaitu  keyakinannya yang besar, dan ia 

berharap banyak darinya, seperti orang saleh berharap banyak dari 

Allahnya.  

Lihatlah: 

1. Bagaimana ia menyokong dirinya sendiri. Ia menjadikan hartanya 

sebagai kotanya, tempat ia berdiam, tempat ia memerintah, de-

ngan berpuas-puas diri, seolah-olah seluruh kota sudah tunduk 

kepada perintahnya. Harta itu yaitu  kotanya yang kuat, yang di 

dalamnya ia mengurung dirinya sendiri, dan kemudian menan-

tang bahaya, seolah-olah tidak ada satu hal pun yang dapat me-

nyakitinya. Ketinggiannya yaitu  kebanggaannya. Kekayaannya 

yaitu  temboknya di mana ia melingkupi dirinya sendiri, dan ia 

menganggapnya sebagai tembok yang tinggi, yang tidak dapat 

dinaiki atau dilewati (Ayb. 31:24; Why. 18:7). 

2. Bagaimana dalam hal ini ia menipu dirinya sendiri. Itu kota yang 

kuat, dan tembok yang tinggi, namun  hanya menurut anggapannya. 

Anggapan itu tidak akan terbukti benar, namun  seperti rumah yang 

dibangun di atas pasir, yang tidak akan melindungi orang yang 

membangunnya pada saat ia paling memerlukannya. 

12 Tinggi hati mendahului kehancuran, namun  kerendahan hati mendahului 

kehormatan. 

Perhatikanlah: 

1. Kecongkakan yaitu  pertanda kehancuran, dan kehancuran pada 

akhirnya akan menjadi hukuman bagi kecongkakan. Sebab sebe-

lum kehancuran orang biasanya bertindak dengan begitu gila oleh 

  sebab  penghakiman Allah yang adil, sehingga mereka lebih tinggi 

hati dibandingkan  sebelum-sebelumnya, supaya kehancuran mereka 

bisa lebih pedih dan lebih mengejutkan. Atau, jika hal itu tidak 

selalu terjadi, sesudah  hati mereka ditinggikan dengan kecongkak-

an, kejatuhan akan tiba (16:18). 

2. Kerendahan hati yaitu  pertanda kehormatan dan mempersiap-

kan orang untuk menerimanya, dan kehormatan pada akhirnya 

akan menjadi upah bagi kerendahan hati, seperti yang sudah di-

katakan Salomo sebelumnya (15:33). Apa yang begitu enggan di-

percaya orang perlu sering diucapkan. 


13 Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan

dan kecelaannya. 

Lihatlah di sini bagaimana manusia sering kali mengundang cela pada 

diri mereka justru dengan apa yang mereka harap akan mendatang-

kan pujian. 

1. Sebagian orang berbangga diri bila mereka cepat bertindak. Mere-

ka memberi jawab sebelum mendengar, sebelum mendengar selu-

ruhnya, bahkan, mereka menjawab begitu mereka baru men-

dengarnya. Mereka menyangka bahwa yaitu  kehormatan mereka 

untuk menanggapi suatu perkara dengan segera. Dan, jika  

mereka sudah mendengar dari satu pihak, mereka menyangka 

permasalahannya sudah sedemikian jelas sehingga mereka tidak 

perlu lagi repot-repot mendengar dari pihak lain. Mereka sudah 

paham, dan sudah menguasai seluk beluk perkara itu. Padahal, 

walaupun ketangkasan berpikir merupakan sesuatu yang menye-

nangkan untuk dimainkan, penilaian yang mantap dan hikmat 

yang sehatlah yang akan menangani perkara dengan benar. 

2. Orang-orang yang berbangga diri   sebab  bertindak cepat biasanya 

mengalami cemoohan yang pantas mereka terima   sebab  menyim-

pang dari pokok permasalahan. Bodohlah orang yang melantur ke 

mana-mana membicarakan suatu perkara yang tidak dipahami-

nya, atau menjatuhkan penghakiman atas suatu perkara yang 

tidak diketahuinya benar-benar dan dengan sepenuhnya. Bodoh-

lah ia   sebab  ia tidak sabar untuk menyelami dalam-dalam per-

kara itu. Itu sungguh suatu kebodohan, dan akan menjadi aib. 

Macam-macam Petuah, 

14 Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, namun  siapa 

akan memulihkan semangat yang patah? 

Perhatikanlah:  

1. Kesusahan-kesusahan lahiriah dapat ditanggung selama pikiran 

santai dan tenang. Banyak penderitaan, banyak malapetaka, mung-

kin saja menimpa kita di dunia ini, menimpa tubuh kita, nama kita, 

dan harta benda kita. Namun, kita dapat menanggungnya dan 

bertahan di dalamnya, jika saja kita berperilaku baik dan berjiwa 

besar, dan mampu bertindak dengan akal budi serta tekad bulat, 

terutama jika hati nurani kita baik dan bersaksi mendukung kita. 

Jika orang yang bersemangat (KJV: roh manusia – pen.) dapat 

menanggung penderitaan itu, jauh terlebih lagi roh orang Kristen, 

atau lebih tepatnya Roh Allah yang bersaksi dan bekerja bersama 

roh kita pada masa kesusahan.  

2. Dari semua kesusahan lain, kesusahan-kesusahan rohlah yang 

terberat, dan nyaris tidak dapat ditanggung. Kesusahan-kesusah-

an ini membuat pedih kedua bahu yang harus menanggung se-

mua penderitaan lain. Jika roh terluka   sebab  akal budi tergang-

gu, sedih dalam menghadapi persoalan, persoalan apa pun itu, 

dan putus asa mengharapkan kelegaan, dan jika roh terluka kare-

na jepitan murka Allah yang hebat   sebab  dosa, serta ketakutan-

ketakutan dalam menantikan penghakiman dan murka yang 

menyala-nyala, siapa yang dapat menanggung semua ini? Roh 

yang terluka tidak dapat menolong dirinya sendiri, dan orang lain 

pun tidak tahu bagaimana menolongnya. Oleh sebab itu, berhik-

matlah kita jika kita menjaga hati nurani kita tetap bersih dari 

segala pelanggaran. 

15 Hati orang berpengertian memperoleh pengetahuan, dan telinga orang 

bijak menuntut pengetahuan. 

Perhatikanlah: 

1. Orang-orang yang bijaksana akan mencari pengetahuan, dan men-

condongkan telinga serta hati untuk mengejarnya. Telinga mereka 

mendengarkan sarana pengetahuan, dan hati memadukan iman 

dengan apa yang mereka dengar, dan mengembangkannya dengan 

baik. Orang yang bijaksana tidak berpikir bahwa mereka sudah 

mempunyai kebijaksanaan yang cukup, namun  masih sadar bahwa 

mereka butuh kebijaksanaan yang lebih lagi. Dan semakin bijak-

sana seseorang, semakin haus ia mencari pengetahuan, penge-

tahuan tentang Allah dan kewajibannya, dan tentang jalan ke 

sorga, sebab itulah pengetahuan yang terbaik. 

2. Orang-orang yang mencari pengetahuan dengan bijak pasti akan 

mendapatkan pengetahuan, sebab Allah tidak pernah berkata 

kepada orang-orang seperti itu, carilah dengan sia-sia, namun  seba-

liknya, carilah, maka kamu akan mendapat. Jika telinga mencari-

nya, maka hati akan mendapatkannya, dan menjaganya, dan di-

perkaya olehnya. Kita harus memasukkan pengetahuan bukan 

hanya ke dalam kepala kita, melainkan juga ke dalam hati kita. 

Kita harus mengecap aroma dan rasanya, dan menerapkan apa 

yang kita ketahui pada diri kita sendiri dan mengalami kuasa 

serta pengaruhnya. 


16 Hadiah memberi keluasan kepada orang, membawa dia menghadap orang-

orang besar. 

Betapa besar pengaruh hadiah (maksudnya, suap) sudah ditunjuk-

kan Salomo sebelumnya (17:8, 23). Di sini ia menunjukkan kekuatan 

hadiah, maksudnya, hadiah yang bahkan diberikan oleh para bawah-

an kepada orang-orang yang di atas mereka, dan yang memiliki jauh 

lebih banyak dibandingkan  yang mereka miliki. Hadiah yang baik akan 

berpengaruh besar, 

1. Terhadap kebebasan manusia: hadiah dari seseorang, jika ia ada 

di dalam penjara, dapat membuatnya bebas. Ada petugas-petugas 

yang berharap mendapatkan uang suap seperti itu, bahkan de-

ngan menyalahgunakan wewenang untuk menindas orang yang 

tidak bersalah. Atau, jika orang kecil tidak tahu bagaimana men-

dapat jalan untuk bertemu dengan orang besar, ia dapat melaku-

kannya dengan menyuap pelayan-pelayannya atau memberikan 

hadiah langsung kepada orang itu sendiri. Hal-hal seperti ini akan 

membuka jalan baginya. 

2. Terhadap kenaikan pangkatnya. Hadiah itu akan membawanya 

duduk di antara orang-orang besar, dalam kehormatan dan kua-

sa. Lihatlah betapa rusaknya dunia sekarang   sebab  hadiah-

hadiah orang, sekalipun begitu besar, tidak lagi membawa hasil. 

Bahkan, hadiah-hadiah itu dapat memberi mereka apa yang tidak 

layak dan tidak pantas mereka terima. Tidak heran bahwa orang-

orang yang memberi suap untuk mendapat pekerjaan, juga akan 

menerima suap dalam menjalankan pekerjaan mereka. Vendere 

jura potest, emerat ille prius – Siapa membeli hukum dapat men-

jualnya. 

17 Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datang-

lah orang lain dan menyelidiki perkaranya. 

Ini menunjukkan bahwa satu cerita itu tampak baik sebelum cerita 

lain disampaikan. 

1. Orang yang pertama berbicara akan merasa yakin bahwa ia 

mengutarakan cerita yang lurus, dan hanya menyampaikan apa 

yang akan berpihak padanya. Ia memoles ceritanya dengan warna 


terindah yang dapat diberikannya, sehingga perkaranya akan 

tampak baik, entah benar-benar demikian atau tidak. 

2.   sebab  si penggugat sudah menyodorkan buktinya, maka pantas 

bila sekarang si tergugat didengar, diberi izin untuk menghadapi 

para saksi dan menyanggah mereka, dan menunjukkan kesalahan 

dan kekeliruan dari apa yang telah dituduhkan, yang mungkin 

membuat perkaranya tampak berbeda dari sebelumnya. Oleh 

  sebab  itu, kita harus ingat bahwa kita mempunyai dua telinga, 

untuk mendengarkan kedua belah pihak sebelum kita memberi-

kan penghakiman. 

18 Undian mengakhiri pertengkaran, dan menyelesaikan persoalan antara 

orang-orang berkuasa. 

Perhatikanlah: 

1. Perselisihan biasa terjadi di antara para penguasa, yang cemburu 

dengan kehormatan dan hak mereka, sehingga membelanya de-

ngan gigih. Mereka yakin bahwa mereka mampu menunjukkan 

kebaikan pihak mereka, dan   sebab  itu enggan merendah untuk 

memenuhi syarat-syarat yang penting untuk berkompromi. Se-

dangkan orang-orang yang miskin terpaksa harus bersikap ru-

kun, dan duduk sebagai pihak yang kalah. 

2. Bahkan perselisihan-perselisihan di antara para penguasa sekali-

pun dapat diakhiri dengan undi jika mereka tidak bisa lagi diajak 

kompromi dengan cara lain. Dan kadang-kadang lebih baik begitu 

dibandingkan  mereka terus-menerus berbantah dengan tiada habis-

nya, atau membentuk kesepakatan yang enggan mereka terima, 

sementara orang tidak akan terhina untuk menerima hasil undi 

jika  sekali sudah diputuskan begitu. Untuk menghindari per-

tengkaran, tanah Kanaan dibagi dengan undi. Dan, jika mem-

buang undi tidak membuat cemar jalan untuk berseru kepada 

Pemeliharaan ilahi ini, mungkin cara itu bisa digunakan dengan 

sangat baik sekarang untuk memutuskan banyak persengketaan, 

baik demi kehormatan Allah maupun demi kepuasan berbagai 

pihak. Asalkan saja itu dilakukan dengan doa dan kesungguhan 

yang semestinya,   sebab  ayat berikut ini dan ayat-ayat lain dari 

Kitab Suci tampak mengarah kepada cara itu, terutama Kisah 

Para Rasul 1:26. Jika hukum dijadikan undi (sebagaimana sebagi-



an orang sudah menyebutnya), maka itu berarti bahwa undi itu 

yaitu  hukumnya. 

19 Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, 

dan pertengkaran yaitu  seperti palang gapura sebuah puri. 

Perhatikanlah: 

1. Kita harus betul-betul memberikan perhatian besar untuk mence-

gah pertengkaran di antara sanak saudara, dan di antara orang-

orang yang secara khusus harus memenuhi kewajiban satu ter-

hadap yang lain. Ini bukan hanya   sebab  pertengkaran di antara 

mereka paling menyentuh perasaan dan tidak patut, namun  juga 

  sebab  pertengkaran demikian biasanya ditangani dengan cara 

yang keras dan kasar, dan kebencian-kebencian yang ditimbulkan 

cenderung dibawa terlalu jauh. Hikmat dan anugerah memang 

akan membuat kita teramat mudah untuk mengampuni saudara-

saudara dan teman-teman kita jika mereka mengkhianati kita, 

namun  kerusakan kodrat membuat kita teramat sulit untuk meng-

ampuni mereka. Oleh   sebab  itu, marilah kita berjaga-jaga untuk 

tidak berbuat khianat terhadap saudara kita, atau terhadap orang 

yang sudah kita anggap saudara. Tindakan tidak tahu berterima 

kasih sangatlah membangkitkan amarah. 

2. Kita harus benar-benar berusaha untuk merundingkan perkara-

perkara yang menyebabkan perselisihan di antara sanak saudara, 

dengan secepat mungkin,   sebab  sungguh ini merupakan pekerja-

an yang amat sulit, dan   sebab  itu lebih mulia jika dikerjakan. 

Esau yaitu  saudara yang dikhianati, dan sepertinya lebih sulit 

dimenangkan dari pada kota yang kuat, namun, melalui pekerjaan 

Allah di dalam hatinya, dalam menjawab doa Yakub, ia dimenang-

kan. 


20 Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil 

bibirnya. 

Perhatikanlah:  

1. Kenyamanan kita sangat bergantung pada kesaksian hati nurani 

kita sendiri, entah berpihak kepada kita atau melawan kita. Perut 

di sini melambangkan hati nurani, seperti dalam pasal 20:27 (KJV). 

Nah, amat besar pengaruhnya bagi kita apakah perut dipuaskan 

atau tidak, dan dengan apa perut itu diisi, sebab, kepuasan dan 

kedamaian batin kita akan tergantung padanya. 

2. Kesaksian hati nurani kita akan berpihak kepada kita, atau 

melawan kita, tergantung apakah kita sudah mengendalikan lidah 

kita dengan baik atau tidak. Tergantung hasil mulut baik atau 

buruk, mengarah pada pelanggaran atau kebajikan, seperti itulah 

sifat seseorang, dan   sebab  itu juga kesaksian hati nuraninya ber-

kenaan dengan dia. “Kita harus amat berhati-hati dengan kata-

kata yang kita ucapkan, sama seperti dengan buah pohon kita, 

atau hasil bumi, yang akan kita makan. Sebab, tergantung apakah 

semua itu menyehatkan atau tidak, begitulah kesenangan atau 

kesakitan yang akan kita terima.” Begitu menurut Uskup Patrick.  

21 Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan mema-

kan buahnya. 

Perhatikanlah: 

1. Orang bisa berbuat banyak kebaikan, atau banyak kejahatan, baik 

kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri, sesuai dengan 

bagaimana ia menggunakan lidahnya. Banyak orang membawa ke-

matian pada dirinya sendiri   sebab  lidah yang keji, atau kematian 

pada orang lain   sebab  lidah yang palsu. Dan, sebaliknya, banyak 

orang telah menyelamatkan nyawanya sendiri, atau mendatang-

kan penghiburan bagi dirinya, dengan lidah yang bijaksana dan 

lembut, dan menyelamatkan nyawa orang lain dengan kesaksian 

atau doa syafaat tepat pada saat yang dibutuhkan. Jika dengan 

perkataan kita akan dibenarkan atau dihukum, maka hidup dan 

mati, tidak diragukan lagi, dikuasai lidah. 

2. Perkataan manusia akan dihakimi berdasarkan apa yang dirasa-

kannya saat  mengatakan itu. Orang yang tidak saja berbicara 

lurus (yang mungkin saja diperbuat orang jahat untuk mendapat-

kan pujian atau menyenangkan teman-temannya), namun  juga 

yang suka berbicara seperti itu, berbicara dengan amat hati-hati, 

dan dengan senang hati, maka bagi dia lidahnya akan membawa 

hidup. Sedangkan orang yang tidak saja berbicara salah (yang 

mungkin saja diperbuat orang baik   sebab  kurang hati-hati), namun  

juga yang suka berbicara seperti itu (Mzm. 52:6), maka bagi dia 

lidahnya akan membawa kematian.   sebab  orang suka dengan-

nya, mereka akan memakan buahnya. 

22 Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan 

TUHAN. 

Perhatikanlah: 

1. Istri yang baik yaitu  berkat yang besar bagi seorang laki-laki. 

Siapa mendapat istri (maksudnya, istri yang sebenar-benarnya, 

  sebab  istri yang buruk tidak pantas disebut dengan sebutan 

yang begitu terhormat ini), yang mendapat pendamping hidup un-

tuk menolongnya (itulah makna yang diterima dari kata istri pada 

mulanya), yang mencari istri seperti itu dengan berhati-hati dan 

berdoa, dan yang telah mendapat apa yang dicari, ia telah men-

dapat sesuatu yang baik, permata yang amat berharga, permata 

yang langka. Ia telah mendapat sesuatu yang tidak hanya akan 

memberikan penghiburan baginya dalam hidup ini lebih dari apa 

pun, namun  juga yang akan mendorongnya menuju jalan ke sorga. 

2. Allah harus diakui di dalamnya dengan rasa syukur. Itu merupa-

kan pertanda akan kebaikan-Nya, dan jaminan yang membaha-

giakan akan kebaikan-kebaikan selanjut-Nya yang lain. Itu meru-

pakan tanda bahwa Allah bersuka untuk berbuat baik terhadap 

seseorang, dan menyimpan belas kasihan baginya. Oleh   sebab  

itu, untuk ini, Allah harus dicari. 


23 Orang miskin berbicara dengan memohon-mohon, namun  orang kaya men-

jawab dengan kasar. 

Perhatikanlah: 

1. Kemiskinan, meskipun disertai dengan banyak ketidaknyamanan 

jasmani, sering kali berdampak baik pada roh, sebab hal itu mem-

buat manusia rendah hati dan patuh, dan mematikan keangkuh-

an mereka. Kemiskinan mengajar mereka untuk berbicara dengan 

memohon-mohon. jika  orang berada dalam keadaan terpaksa 

untuk memohon, kemiskinan memberi tahu mereka untuk tidak 

mengatur atau menuntut, namun  menerima apa yang diberikan 

dan bersyukur untuknya. Di hadapan takhta anugerah Allah kita 

semua miskin, dan harus berbicara dengan memohon-mohon, 

tidak memberi jawab, namun  mengajukan permohonan, harus me-

melas sub forma pauperis – seperti orang papa. 

2. Kemakmuran, meskipun memiliki banyak keuntungan, sering kali 

disertai dengan kejahatan ini, bahwa hal itu membuat orang cong-

kak, tinggi hati, dan seenaknya: orang kaya menjawab permohon-

an orang miskin dengan kasar, seperti Nabal menjawab utusan-

utusan Daud dengan cercaan. yaitu  kekonyolan yang amat bo-

doh dari sebagian orang kaya, terutama mereka yang dulunya ke-

cil lalu menjadi besar, bahwa mereka menyangka kekayaan mere-

ka akan membuat mereka berhak melontarkan kata-kata kasar. 

Bahkan di saat mereka tidak harus berlaku kasar, mereka me-

nyangka pantas-pantas saja menjawab dengan kasar, sedangkan 

orang yang terhormat seharusnya bersikap ramah (Yak. 3:17). 

24 Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, namun  ada juga sahabat yang 

lebih karib dari pada seorang saudara. 

Di sini Salomo menganjurkan persahabatan kepada kita, dan menun-

jukkan, 

1. Apa yang harus kita lakukan agar kita dapat menciptakan dan 

mempererat persahabatan. Kita harus bersikap ramah. Jika kita 

ingin mempunyai teman-teman dan mempertahankan mereka, 

kita bukan saja tidak boleh menghina mereka, atau bertengkar 

dengan mereka, namun  juga harus mengasihi mereka. Kita harus 

menunjukkan kasih kita yang benar-benar terhadap mereka de-

ngan segala ungkapan kasih sayang, dengan merasa bebas ber-

sama mereka, dan bersikap menyenangkan terhadap mereka. Kita 

harus mengunjungi dan menyambut mereka, dan terutama de-

ngan melakukan segala pekerjaan yang baik yang bisa kita laku-

kan, dan melayani mereka dalam segala hal yang sanggup kita 

lakukan. Itulah yang disebut bersikap ramah. 

2. Bahwa sungguh layak bersikap ramah seperti itu, sebab kita 

dapat menjanjikan bagi diri kita sendiri banyak penghiburan dari 

seorang sahabat sejati. Saudara memang terlahir untuk membantu 

dalam kesukaran, seperti yang sudah dikatakan Salomo sebelum-

nya (17:17). Bila terkena masalah, kita berharap mendapat peng-

hiburan dan kelegaan dari saudara-saudara kita, namun  kadang-

kadang ada teman, yang tidak mempunyai hubungan saudara apa 

pun dengan kita, namun tali-tali rasa hormat dan kasihnya ter-

nyata lebih kuat dibandingkan  tali-tali persaudaraan yang alami. Dan, 

saat  datang masa pencobaan, mereka akan berbuat lebih ba-

nyak bagi kita dibandingkan  yang akan diperbuat oleh seorang sau-

dara. Kristus yaitu  teman yang lebih karib dari pada seorang 

saudara bagi semua orang percaya. Oleh   sebab  itu, kepada Dia, 

marilah kita bersikap ramah.   


1 Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang 

serong bibirnya lagi bebal. 

Lihatlah di sini:  

1. Apa yang akan menjadi pujian dan penghiburan bagi orang mis-

kin, dan membuatnya lebih mulia dibandingkan  tetangganya, meski-

pun mungkin kemiskinannya membuat dia mudah dihina dan 

berkecil hati. Hendaklah ia jujur dan bersih kelakuannya, hendak-

lah ia menjaga kebersihan hati nuraninya, dan menunjukkan 

bahwa ia benar-benar berbuat demikian. Hendaklah ia selalu ber-

bicara dan bertindak jujur saat  ia teramat sangat tergoda untuk 

menutup-nutupi dan mengingkari perkataannya. Dengan itu, 

hendaklah ia menghargai dirinya sendiri berdasarkan apa yang di-

perbuatnya itu, sebab semua orang bijak dan baik akan menghar-

gainya. Ia lebih baik, memiliki sifat yang lebih baik, berada dalam 

keadaan yang lebih baik, lebih dikasihi, dan hidup untuk tujuan 

yang lebih baik, dibandingkan  kebanyakan orang yang tampak hebat 

dan tersohor. 

2. Apa yang akan menjadi aib bagi orang kaya, kendati dengan se-

gala kemegahannya. Jika kepalanya dangkal dan lidahnya jahat, 

jika serong bibirnya lagi bebal, jika ia orang fasik dan mendapat-

kan apa yang dimilikinya dengan menipu dan menindas, maka ia 

orang bebal, dan orang miskin yang jujur jauh lebih utama dari-

pada dia. 


2 Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan 

salah langkah. 

Ada dua hal di sini yang dinyatakan akan membawa dampak buruk:  

1. Ketidaktahuan: tanpa pengetahuan tentang jiwa tidaklah baik, 

begitu sebagian orang membaca ayat ini. Tahukah kita akan diri 

kita sendiri, akan hati kita sendiri? Jiwa tanpa pengetahuan 

tidaklah baik. Sungguh merupakan hak istimewa yang besar bah-

wa kita mempunyai jiwa, namun  jika jiwa itu tidak mempunyai 

pengetahuan, apa yang membuat kita lebih baik? Jika manusia 

tidak mempunyai pengertian, ia boleh disamakan dengan hewan 

(Mzm. 49:21). Jiwa yang tidak tahu tidak bisa menjadi jiwa yang 

baik. Jiwa tanpa pengetahuan tidaklah aman, tidak pula menye-

nangkan. Kebaikan apa yang bisa diperbuat jiwa, dan apa baiknya 

jiwa, jika ia tanpa pengetahuan? 

2. Ketergesa-gesaan. Orang yang tergesa-gesa langkahnya (yang me-

lakukan segala sesuatu tanpa pikir panjang dan gegabah, dan 

tidak mau mengambil waktu untuk merenungkan jejak langkah-

nya) menjadi berdosa. Tidak bisa tidak, ia sering kehilangan arah 

dan sering mengambil banyak jalan yang salah, yang bisa dihin-

dari oleh orang-orang yang mempertimbangkan jalan-jalan mere-

ka. Tidak tahu sama buruknya dengan tidak mempertimbangkan. 


3 Kebodohan menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN. 

Di sini kita melihat dua contoh dari kebodohan manusia: 

1. Bahwa mereka mendatangkan kesesakan dan kesulitan bagi diri 

mereka sendiri, membuat diri mereka terpuruk, dan memper-

malukan diri sendiri: kebodohan menyesatkan jalan orang. Manu-

sia menjumpai berbagai halangan dan kekecewaan dalam per-

kara-perkara hidup, dan segala sesuatunya tidak berhasil seperti 

yang mereka harapkan dan inginkan, namun itu akibat ulah dan 

kebodohan mereka sendiri. Pelanggaran mereka sendirilah yang 

menghukum mereka. 

2. Bahwa jika  mereka sudah berbuat demikian, mereka memper-

salahkan Allah untuknya, dan hati mereka gusar terhadap Dia, 

seolah-olah Dia sudah berbuat salah terhadap mereka, padahal 


sebenarnya mereka sendirilah yang memperlakukan diri mereka 

dengan salah. Dengan merasa gusar, kita menjadi musuh bagi da-

mai sejahtera kita, dan menyiksa diri sendiri. Dengan merasa 

gusar terhadap TUHAN kita menghina Dia, menghina keadilan-

Nya, kebaikan-Nya, dan kedaulatan-Nya. Dan sungguh tidak ma-

suk akal jika kita berseteru dengan-Nya oleh sebab permasalahan 

yang kita timpakan ke atas kepala kita   sebab  kemauan atau 

kelalaian kita sendiri. Padahal seharusnya kita mempersalahkan 

diri kita, sebab itu perbuatan kita sendiri (Yes. 50:1). 

4 Kekayaan menambah banyak sahabat, namun  orang miskin ditinggalkan sa-

habatnya. 

Di sini:  

1. Kita bisa melihat betapa kuatnya cinta manusia akan uang, sam-

pai-sampai mereka mau mencintai siapa pun orangnya, betapa-

pun orang tersebut tidak pantas dicintai jika dalam keadaan seba-

liknya, asalkan ia mempunyai banyak uang dan royal dengan 

uangnya, dengannya mereka berharap untuk mendapatkan hidup 

yang lebih baik. Kekayaan membuat orang mampu mengirimkan 

banyak hadiah, menggelar banyak hiburan, dan melakukan ba-

nyak perbuatan baik, sehingga mendapatkan banyak teman. 

namun  mereka yaitu  teman yang hanya berpura-pura mencintai 

dia. Mereka menyanjung-nyanjung dia dan mendekatinya dengan 

bujuk rayu, namun  sebenarnya mereka hanya mencintai apa yang 

dimilikinya, atau lebih tepatnya mencintai diri mereka sendiri, 

dengan harapan untuk mendapatkan sesuatu darinya. 

2. Kita dapat melihat betapa lemahnya cinta manusia satu sama 

lain. Orang yang pada saat makmur dicintai dan dihormati, apa-

bila jatuh miskin ditinggalkan sahabatnya, tidak diakui atau di-

pandang, tidak dikunjungi atau dipedulikan, disuruh menjauhi 

dan dianggap menyusahkan. Bahkan orang yang dulunya tetang-

ga dan kenalannya akan memalingkan muka darinya dan me-

nyingkir ke seberang jalan bila berpapasan dengannya.   sebab  

hati nurani manusia mengatakan kepada mereka bahwa mereka 

harus meringankan dan menolong orang-orang seperti itu, maka 

mereka dengan sengaja mencari-cari alasan untuk tidak melihat 

orang-orang itu. 


5 Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-

nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar. 

Di sini kita mendapati,  

1. Dosa-dosa yang diancam – bersaksi dusta di pengadilan dan me-

nyembur-nyemburkan kebohongan dalam percakapan sehari-hari. 

Manusia tidak akan sampai pada puncak ketidaksalehan bersaksi 

dusta seperti itu (yang di dalamnya di samping kesalahan berdus-

ta, ada tambahan kesalahan bersumpah palsu dan merugikan 

orang lain), seandainya mereka tidak melangkah maju ke sana 

dengan membiarkan diri mengatakan hal-hal yang tidak benar 

dalam gurauan dan ejekan, atau dengan dalih untuk berbuat 

baik. Demikianlah manusia sudah membiasakan lidahnya untuk 

berkata dusta (Yer. 9:5). Orang yang terbiasa berkata dusta de-

ngan bebas bila bercakap-cakap, sedang berjalan ke arah kefasik-

an yang lebih besar lagi, yaitu bersaksi dusta, kapan saja mereka 

tergoda untuk melakukannya, meskipun mereka tampak mem-

bencinya. Orang yang sanggup menelan dusta merusakkan hati 

nurani mereka, sehingga sumpah palsu tidak akan membuat me-

reka tersedak. 

2. Ancaman itu sendiri: mereka tidak akan luput dari hukuman. Me-

reka tidak akan terhindar. Ini menunjukkan bahwa apa yang 

membuat mereka berani berbuat dosa itu yaitu  harapan akan 

luput dari hukuman,   sebab  biasanya dosa itu luput dari hukum-

an manusia, sekalipun hukum yang mengaturnya ketat (Ul. 

19:18-19). namun  dosa itu tidak akan luput dari penghakiman 

yang benar dari Allah, yang cemburu, dan yang tidak akan mem-

biarkan nama-Nya dicemarkan. Kita sudah tahu di mana semua 

pendusta akan mendapat bagian mereka yang kekal. 

6 Banyak orang yang mengambil hati orang dermawan, setiap orang bersaha-

bat dengan si pemberi. 7 Orang miskin dibenci oleh semua saudaranya, apalagi 

sahabat-sahabatnya, mereka menjauhi dia. Ia mengejar mereka, memanggil 

mereka namun  mereka tidak ada lagi. 

Kedua ayat ini yaitu  tanggapan atas ayat 4, dan menunjukkan, 

1. Bagaimana orang-orang kaya dan besar dibujuk dan dirayu, dan 

dikelilingi oleh begitu banyak orang yang meminta-minta dan me-

layani mereka. jika  seorang raja menggenggam kuasa dalam 

tangannya, dan bisa mengangkat siapa saja seturut kehendak 

hatinya, maka pintu gerbang dan ruang tunggu kamarnya dijejali 

dengan orang-orang yang ingin memohon, yang bersedia memuja-

nya untuk apa yang bisa mereka dapatkan. Banyak orang akan 

mengambil hatinya, dan menyangka mereka akan berbahagia bila 

memenangkannya. Bahkan orang-orang besar sekalipun memo-

hon kepada raja dengan rendah hati. Jadi, betapa kita harus amat 

bersungguh-sungguh untuk mengambil hati Allah, yang jauh me-

lampaui hati raja duniawi. namun , tampaknya, keroyalan akan 

jauh lebih berhasil bahkan dibandingkan  kemegahan itu sendiri untuk 

mendapatkan penghormatan, sebab ada banyak orang yang mem-

bujuk rayu sang raja, namun  setiap orang bersahabat dengan si 

pemberi. Bukan hanya orang-orang yang sudah menerima, atau 

sungguh-sungguh mengharapkan pemberian-pemberian dari dia 

yang, sebagai teman, akan siap melayaninya, melainkan juga 

orang-orang lain, sebagai teman, akan memujinya dengan perkata-

an-perkataan yang baik. Orang-orang yang boros, yang secara bo-

doh bersikap royal dengan apa yang mereka miliki, akan dikeli-

lingi oleh banyak penjilat, yang akan menyanjung-nyanjung mere-

ka selama harta mereka ada, namun  akan meninggalkan mereka 

jika  harta itu habis. Orang-orang yang bermurah hati secara 

bijaksana berarti membangun suatu kepentingan yang akan ber-

manfaat bagi mereka. Orang-orang yang dianggap dermawan 

mempunyai kuasa yang bisa memberi mereka kesempatan untuk 

berbuat baik (Luk. 22:25). 

2. Bagaimana orang-orang miskin dan rendah dihina dan diremeh-

kan. Orang boleh saja, kalau mau, membujuk rayu sang raja, dan 

penguasa, namun  mereka tidak boleh menginjak-injak kaum mis-

kin dan memandang hina mereka. Namun, begitulah yang sering 

kali terjadi: orang miskin dibenci oleh semua saudaranya. Bahkan 

saudara-saudaranya sendiri malu akan dia,   sebab  ia serba keku-

rangan, dan hanya berharap dari mereka. Mereka memandang dia 

sebagai cela bagi keluarga mereka. Maka tidaklah heran jika 

teman-temannya yang lain, yang tidak bersaudara dengan dia, 

menjauhi dia, pergi darinya. Ia mengejar mereka, memanggil me-

reka, berharap untuk memenangkan hati mereka dengan kegigih-

annya supaya mereka bersikap baik kepada dia, namun  semua itu 

sia-sia. Mereka tidak mau memberikan apa-apa kepadanya. Mere-

ka mencecari dia dengan kata-kata (begitu sebagian orang mema-

hami ayat ini), agar bisa berdalih untuk tidak memberinya apa-

apa. Mereka memberi tahu dia bahwa ia malas dan menyusahkan, 

bahwa   sebab  ulahnya sendirilah ia jatuh miskin, dan oleh sebab 

itu ia tidak boleh dibantu. Seperti yang dikatakan Nabal kepada 

anak buah Daud: “Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-

hamba yang lari dari tuannya, dan siapa tahu Daud yaitu  salah 

satu dari hamba-hamba itu.” Oleh sebab itu, hendaklah orang-

orang miskin menjadikan Allah sebagai teman mereka, mengejar 

Dia dengan doa-doa mereka, maka Ia tidak akan menjauh dari 

mereka. 


8 Siapa memperoleh akal budi, mengasihi dirinya; siapa berpegang pada 

pengertian, mendapat kebahagiaan. 

Di sini dibesarkan hati orang-orang, 

1. Yang bersusah payah memperoleh akal budi, memperoleh penge-

tahuan, dan anugerah, dan pengenalan akan Allah. Orang yang 

berbuat demikian menunjukkan bahwa mereka mengasihi jiwa 

mereka (KJV), dan akan didapati melakukan kebaikan besar yang 

bisa dibayangkan terhadap diri mereka sendiri. Tidak pernah 

orang membenci tubuhnya sendiri, namun  mengasihinya. Namun 

demikian, banyak orang justru tidak mengasihi jiwa mereka sen-

diri, sebab hanya orang-orang yang mengasihi jiwa mereka de-

ngan benarlah, dan   sebab  itu mengasihi diri mereka sendiri, 

yang memperoleh hikmat, hikmat sejati. 

2. Yang berusaha tetap menjaga hikmat sesudah  mereka mendapat-

kannya. Hikmat yaitu  kesehatan, kekayaan, dan kehormatan, 

dan segalanya bagi jiwa, dan oleh sebab itu orang yang berpegang 

pada pengertian,   sebab  menunjukkan bahwa ia mengasihi jiwa-

nya sendiri, pasti akan mendapat kebahagiaan, semua kebaha-

giaan. Orang yang menyimpan pelajaran-pelajaran baik yang telah 

dipelajarinya, dan mengatur perilakunya sesuai dengan apa yang 

dipelajarinya itu, akan mendapat manfaat dan penghiburan dari-

nya di dalam jiwanya sendiri, dan akan berbahagia sekarang dan 

selama-lamanya.


9 Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyem-

burkan kebohongan akan binasa. 

Di sini ada , 

1. Pengulangan dari apa yang sudah dikatakan sebelumnya (ay. 5), 

sebab kita perlu diperingatkan berkali-kali akan bahaya dari dosa 

berbohong dan bersaksi dusta,   sebab  tidak ada lagi yang akibat-

nya lebih mematikan dibandingkan  ini. 

2. Satu tambahan kata diberikan dalam ayat ini dibandingkan dengan 

ayat sebelumnya. Dalam ayat sebelumnya dikatakan, orang yang 

menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar, dan 

menyiratkan bahwa ia akan dihukum. Dalam ayat ini dikatakan 

bahwa hukumannya akan sedemikian rupa sehingga membawa ke-

hancuran baginya: ia akan binasa. Kebohongan-kebohongan yang 

dijejalkannya kepada orang lain akan menjadi kehancurannya sen-

diri. Kebohongan yaitu  dosa yang mengutuk dan menghancurkan. 

10 Kemewahan tidak layak bagi orang bebal, apalagi bagi seorang budak me-

merintah pembesar. 

Perhatikanlah:  

1. Kesenangan dan kebebasan tidak pantas bagi orang bebal: keme-

wahan tidak layak bagi orang seperti itu. Orang yang tidak mem-

punyai hikmat dan anugerah tidak berhak mendapatkan sukacita 

sejati, dan oleh   sebab nya hal itu tidak pantas baginya. Orang 

yang tidak bersuka di dalam Allah tidak pantas bersuka dalam hal 

apa pun. Ia juga tidak akan tahu bagaimana mengatur dirinya sen-

diri, sehingga hanya membawa diri pada celaka. Orang-orang yang 

bodoh dan jahat pantas menderita, berkabung, dan menangis, bu-

kan tertawa dan bergembira. Bagi mereka, teguran lebih pantas 

dibandingkan  kemewahan. Kemewahan itu pantas bagi orang yang rajin 

bekerja, untuk menyegarkannya jika  ia kelelahan, namun  bukan 

bagi orang bebal, yang hidup bemalas-malasan dan menyalahguna-

kan waktu-waktu senggangnya. Kemakmuran orang bebal menam-

pakkan kebebalan mereka dan menghancurkan mereka. 

2. Kekuasaan dan kehormatan tidak pantas bagi orang yang berjiwa 

rendah. Tidak ada yang lebih tidak pantas selain bagi seorang 

budak memerintah pembesar. Hal itu tidak masuk akal dengan 

sendirinya, dan sangat konyol, sebab tidak ada yang begitu ku-

rang ajar dan dibiarkan begitu saja selain bagi seorang pengemis 

untuk mengendarai kuda, atau bagi seorang hamba, kalau ia 

menjadi raja (30:22). Sangat tidak pantas bagi orang yang menjadi 

hamba dosa dan hawa nafsunya untuk memerintah dan menin-

das orang-orang merdeka milik Allah, yang dijadikan sebagai raja-

raja dan imam-imam bagi-Nya. 

11 Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji   sebab  

memaafkan pelanggaran. 

Orang bijak akan memegang dua pedoman ini dalam berhubungan 

dengan amarahnya: 

1. Untuk tidak bertindak terlalu gegabah saat marah: akal budi 

mengajar kita untuk panjang sabar, untuk menangguhkan kema-

rahan kita sampai mempertimbangkan sepenuhnya semua alasan 

untuk marah, melihat semua duduk perkaranya dengan sebenar-

nya dan menimbangnya di dalam neraca yang adil. Dan kemudian 

akal budi juga mengajar kita untuk menangguhkan pelampiasan 

amarah kita sampai tidak ada bahaya bagi kita untuk terjebak ke 

dalam perilaku-perilaku yang tidak pada tempatnya. Plato berkata 

kepada hambanya, “Aku akan memukulmu, namun  hanya jika  

terlepas kemarahanku.” Berilah waktu, maka amarah itu akan 

menjadi dingin. 

2. Untuk tidak terlalu mencari-cari kesalahan saat marah. Biasanya 

orang dianggap cerdik bila ia cepat dalam menanggapi suatu per-

buatan tidak baik yang akan diperbuat terhadapnya. Namun, di 

sini pujian diberikan kepada orang yang memaafkan pelanggaran, 

yang bersikap seolah-olah ia tidak melihatnya (Mzm. 38:14), atau, 

jika menurutnya pantas untuk memperhatikannya, ia memaaf-

kannya dan tidak berniat membalas dendam. 


12 Kemarahan raja yaitu  seperti raung singa muda, namun  kebaikannya 

seperti embun yang turun ke atas rumput. 


Tujuan ayat ini sama dengan apa yang kita dapati dalam pasal 16:14- 

15, dan maksudnya yaitu , 

1. Untuk membuat para raja bijaksana dan peka dalam memper-

lihatkan kernyit dahi atau senyum bibir mereka. Mereka tidak 

sama dengan orang biasa. Kernyit dahi mereka amat mengerikan 

dan senyum bibir mereka amat menghibur, dan oleh   sebab  itu 

mereka harus sangat berhati-hati agar mereka jangan sampai 

membuat orang baik takut berbuat baik dengan kernyit dahi me-

reka, atau menyetujui orang fasik berbuat jahat dengan senyum 

bibir mereka, sebab dengan demikian mereka menyalahgunakan 

pengaruh mereka (Rm. 13:3). 

2. Untuk membuat rakyat setia dan patuh terhadap raja mereka. 

Hendaklah rakyat dikendalikan dari segala perbuatan khianat 

dengan mempertimbangkan akibat-akibat yang mengerikan apa-

bila pemerintah menentang mereka. Dan hendaklah mereka dido-

rong untuk melakukan semua pelayanan yang baik kepada selu-

ruh warga  dengan harapan akan dikenan oleh raja mereka. 

Kristus yaitu  Raja, murka-Nya melawan musuh-musuh-Nya 

akan menjadi seperti singa yang mengaum (Why. 10:3) dan perke-

nanan-Nya terhadap umat-Nya sendiri akan seperti embun yang 

menyegarkan (Mzm. 72:6). 

13 Anak bebal yaitu  bencana bagi ayahnya, dan pertengkaran seorang isteri 

yaitu  seperti tiris yang tidak henti-hentinya menitik. 

yaitu  contoh dari kesia-siaan dunia bahwa kita bisa dengan mudah 

mengalami dukacita besar akibat kita menjanjikan bagi diri kita 

banyak hal yang kita sangka akan mendatangkan penghiburan besar 

bagi kita. Memang begitulah kenyataannya. Penghiburan duniawi apa 

yang lebih besar yang bisa didapat orang selain seorang istri dan 

anak-anak yang baik? Namun, 

1. Anak bebal yaitu  penderitaan yang besar, dan bisa membuat 

orang beribu-ribu kali berharap untuk ditakdirkan tidak mem-

punyai anak. Ada anak yang tidak mau belajar atau bekerja, tidak 

mau mendengarkan nasihat, yang hidupnya cabul, bebas dan 

seenaknya, menghambur-hamburkan apa yang dimilikinya, mem-

pertaruhkan dan menghabiskannya untuk memuaskan hawa naf-

su secara berlebihan. Ada juga anak yang congkak, dungu, dan 

tinggi hati. Anak seperti itu membawa kesedihan bagi ayahnya, 

  sebab  ia merupakan aib dan bisa mendatangkan kehancuran 

bagi keluarganya. Ayahnya membenci segala jerih payahnya, bila-

mana ia sadar kepada siapa ia harus meninggalkan hasilnya. 

2. Istri yang suka marah-marah dan cepat kesal yaitu  penderitaan 

yang juga sama besarnya: pertengkarannya tidak henti-henti. 

Setiap hari, dan setiap jam, ada saja yang ditemukannya untuk 

membuat dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya gelisah. 

Orang-orang yang terbiasa mencaci tidak pernah kekurangan satu 

dua hal untuk dicaci. namun  pertengkaran itu yaitu  tiris yang 

tidak henti-hentinya menitik, maksudnya, kekesalan yang tiada 

hentinya, sama seperti mempunyai rumah yang sudah tidak bisa 

diperbaiki lagi, sehingga atapnya bocor kalau hujan, dan orang 

tidak bisa berbaring dengan tubuh kering di dalamnya. Bahwa 

hidup manusia tidak nyaman, dan perlu banyak sekali hikmat 

serta anugerah untuk membuatnya mampu menanggung penderi-

taannya dan melakukan kewajibannya, jika  ia mempunyai 

anak seorang pemabuk dan istri yang cerewet. 

14 Rumah dan harta yaitu  warisan nenek moyang, namun  isteri yang berakal 

budi yaitu  karunia TUHAN. 

Perhatikanlah:  

1. Seorang istri yang bijaksana dan bajik yaitu  pemberian pilihan 

dari pemeliharaan Allah terhadap manusia – seorang istri yang 

berakal budi, sebagai lawan dari istri yang suka bertengkar (ay. 

13). Sebab, meskipun istri mungkin menyangka bahwa dengan 

terus-menerus mencari-cari kesalahan ia dianggap cerdik dan 

berhikmat, justru sebenarnya hal itu menunjukkan kebodohan-

nya. Isteri yang berakal budi itu lemah-lembut dan tenang, dan 

memandang segala sesuatu dari sisi yang terbaik. Jika seseorang 

mempunyai istri seperti itu, janganlah ia berpikir bahwa itu ka-

rena kebijaksanaannya dalam memilih atau pengaturannya sen-

diri (sebab orang paling bijak sekalipun pernah tertipu dalam hal 

wanita dan oleh wanita). namun  hendaklah ia mengembalikannya 

kepada kebaikan Allah, yang telah menciptakan seorang penolong 

yang sepadan baginya