, dan yang mungkin dibawa kepadanya me-
lalui suatu lika-liku pemeliharaan ilahi yang tampak biasa bagi-
nya. Setiap makhluk menjadi sebagaimana Allah menjadikannya.
Pernikahan yang berbahagia, kita yakini, sudah ditetapkan di
sorga. Hamba Abraham berdoa dengan kepercayaan akan hal ini
(Kej. 24:12).
2. Pernikahan yang berbahagia itu yaitu hadiah yang lebih ber-
harga dibandingkan rumah dan harta. Pernikahan demikian lebih ba-
nyak mendatangkan penghiburan dan pujian bagi hidup sese-
orang dan bagi kesejahteraan keluarganya. Itu merupakan per-
tanda yang besar mengenai perkenanan Allah. Pemeliharaan ilahi
lebih dapat dikenal secara khusus melalui pernikahan yang demi-
kian. Harta warisan nenek moyang bisa saja sampai ke tangan si
ahli waris pada suatu waktu melalui bimbingan umum dari Allah
Sang Pemelihara. namun , tidak ada orang mendapat istri yang baik
melalui keturunan atau warisan. Orangtua yang duniawi, dalam
mengasuh anak-anak mereka, tidak berharap lebih dibandingkan men-
carikan rumah dan harta bagi anak-anak mereka, namun , jika
bersamaan dengan itu anak-anak mereka mendapatkan istri yang
berakal budi, biarlah Allah saja yang mendapatkan kemuliaan.
15 Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan
menderita lapar.
Lihatlah di sini buruknya tabiat malas dan lamban.
1. Tabiat itu membuat orang tidak bisa berpikir dengan semestinya,
membuat mereka tidak peka, dan tidak memikirkan urusan-urus-
an mereka sendiri, sebab mereka dibuat tidur nyenyak, banyak
bermimpi, namun tidak berbuat apa-apa. Orang malas menghabis-
kan waktu mereka dengan tidur-tiduran, menguburkan talenta-
talenta mereka, menjalani hidup yang tidak berguna, dan menjadi
beban yang tidak bermanfaat bagi bumi. Setiap pekerjaan yang
mereka lakukan pada waktu terjaga tidak ada gunanya sama
seperti bila mereka selalu tertidur. Bahkan jiwa mereka sekalipun
malas dan terlena, kekuatan-kekuatan akal budi mereka menjadi
dingin dan membeku.
2. Tabiat itu membuat orang miskin dan menjatuhkan mereka ke
dalam kekurangan. Orang-orang yang tidak mau bekerja tidak
bisa berharap dapat makan, namun pasti menderita lapar: jiwa
yang lamban, yaitu orang yang lamban mengurusi perkara-per-
kara yang menyangkut jiwanya, yang tidak peduli atau bersusah
payah mengerjakan keselamatannya, akan binasa sebab keku-
rangan apa yang penting bagi hidup dan kebahagiaan jiwanya.
16 Siapa berpegang pada perintah, memelihara nyawanya, namun siapa meng-
hina firman, akan mati.
Di sini ada ,
1. Kebahagiaan orang-orang yang hidup dengan saksama. Orang
yang dengan kesadaran hati nurani berpegang pada perintah da-
lam segala hal, yang hidup menuruti peraturan, sebagaimana la-
yaknya hamba dan pasien, berarti memelihara nyawanya. Mereka
menjamin damai sejahtera mereka pada saat ini dan kebahagiaan
mereka di masa depan, dan menyimpan persediaan untuk segala
hal dengan baik bagi diri mereka sendiri. Jika kita berpegang
pada firman Allah, maka firman Allah akan memegang kita se-
hingga kita dijauhkan dari segala sesuatu yang dapat menyakiti
kita.
2. Kesengsaraan orang-orang yang hidup berfoya-foya dan tidak pe-
duli dengan apa yang mereka lakukan: orang-orang yang hidup
seenaknya akan mati (KJV), akan binasa selama-lamanya. Mereka
berada di jalan raya menuju kehancuran. Orang-orang yang cero-
boh mengenai tujuan hidup mereka, dan tidak pernah memper-
timbangkan ke mana mereka pergi dan pedoman hidup mereka,
yang ingin berjalan menuruti keinginan hati mereka dan meng-
ikuti arus dunia (Pkh. 11:9), yang tidak pernah mempertimbang-
kan apa yang telah mereka perbuat atau apa yang mereka pikir
harus diperbuat, namun yang hidup seenaknya (Im. 26:21), entah
benar atau salah, semua itu sama saja bagi mereka. Dan apa yang
bisa dihasilkan dari semua itu selain kejahatan yang sejahat-
jahatnya?
17 Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi
TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.
Di sini:
I. Kewajiban kasih digambarkan. Kewajiban itu mencakup dua hal:
1. Belas kasihan, yang merupakan asas batiniah dari kasih di
dalam hati. Kewajiban ini yaitu menaruh belas kasihan
kepada orang yang lemah. Orang-orang yang tidak mempunyai
uang sepeser pun untuk kaum miskin, tetap bisa berbelas
kasihan kepada mereka, bisa peduli dan prihatin terhadap
mereka dengan berlandaskan kasih. Namun, jika orang mem-
bagi-bagikan segala sesuatu yang ada padanya kepada orang
miskin namun tidak mempunyai kasih ini di dalam hatinya,
maka itu tidak ada faedahnya (1Kor. 13:3). Kita harus menye-
rahkan kepada orang lapar apa yang kita inginkan sendiri (Yes.
58:10).
2. Kemurahan hati dan keroyalan. Kita tidak saja harus berbelas
kasihan kepada orang miskin, namun juga harus memberi,
sesuai dengan kebutuhan mereka dan kemampuan kita (Yak.
2:15-16). Apa yang telah diberikannya. Apa yang telah diper-
buatnya (begitu arti tersiratnya). Berbuat bagi orang miskin,
seperti halnya memberi kepada mereka, yaitu kasih. Dan
dengan demikian, jika mereka bertubuh utuh dan berakal
budi, hendaklah mereka mengasihi satu sama lain.
II. Dorongan untuk berbuat kasih.
1. Perbuatan ini akan sangat diperhitungkan. Apa yang diberikan
kepada orang miskin, atau diperbuat bagi mereka, Allah akan
menghitungnya sebagai piutang kepada-Nya, piutang beserta
bunganya (itulah yang diartikan oleh kata itu). Ia memandang-
nya dengan baik, seolah-olah itu diperbuat bagi Dia sendiri,
dan Ia ingin agar kita mendapat penghiburan darinya, dan
merasa senang sama seperti tukang riba saat meminjamkan
sejumlah uang kepada tangan-tangan yang bisa dipercaya.
2. Perbuatan ini akan diganjar dengan amat berlimpah: Dia akan
membalasnya, dengan berkat-berkat di dunia ini maupun
dengan berkat rohani dan kekal. Beramal yaitu cara yang pa-
ling pasti dan aman untuk berkembang.
18 Hajarlah anakmu selama ada harapan, namun jangan engkau menginginkan
kematiannya.
Di sini orangtua diperingatkan agar jangan bodoh dengan memanja-
kan anak-anak mereka yang cenderung susah diatur dan jahat, dan
yang watak pikirannya sudah begitu buruk sehingga mereka tidak
akan bisa disembuhkan kecuali dengan tindakan tegas.
1. Jangan katakan bahwa menghukum mereka bisa dilakukan nanti
pada saat yang tepat. Tidak, segera sesudah terlihat tabiat rusak
pada diri mereka, langsung ditegur, sebelum keterusan dan ber-
akar, sehingga mengeras menjadi kebiasaan: hajarlah anakmu se-
lama ada harapan, sebab mungkin saja, jika ia dibiarkan selama
beberapa waktu, tidak akan ada lagi harapan baginya, dan hajar-
an yang jauh lebih keras tidak akan menghasilkan apa yang seka-
rang bisa dilakukan dengan hajaran yang lebih lembut. Mencabut
ilalang paling mudah dilakukan segera sesudah ia tumbuh. Ban-
teng yang dimaksudkan untuk memikul kuk harus dibiasakan
sejak dari dini untuk memikulnya.
2. Jangan katakan bahwa engkau tidak tega menghukum mereka,
dan bahwa, sebab mereka menangis dan memohon-mohon am-
pun, engkau tak sampai hati untuk melakukannya. Jika tujuan
memang bisa dicapai tanpa menghukum, baguslah itu. namun ,
jika engkau mendapati, seperti yang sering kali terjadi, bahwa
dengan mengampuni mereka begitu saja, sesudah mereka berpura-
pura bertobat dan berjanji akan berubah, hanya membuat mereka
semakin berani melanggar lagi, terutama jika itu yaitu hal yang
jelas-jelas berdosa (seperti berdusta, mengutuk, berbicara kasar,
mencuri, atau sejenisnya), maka dalam kasus seperti itu bulat-
kanlah tekadmu, dan jangan tahan hajaranmu sebab tangisnya
(KJV). Lebih baik ia menangis sebab pukulan tongkatmu dibandingkan
sebab pedang hakim, atau yang lebih menakutkan lagi, sebab
murka Allah.
19 Orang yang sangat cepat marah akan kena denda, sebab jika engkau
hendak menolongnya, engkau hanya menambah marahnya.
1. saat kita membaca ayat ini, tampaklah, secara singkat, bahwa
orang yang marah selalu tidak kekurangan celaka. Orang-orang
yang cepat panas hati, atau lebih tepatnya keras kepala, biasanya
mendatangkan masalah bagi diri mereka sendiri dan keluarga me-
reka dengan segala persengketaan dan pertengkaran yang menjeng-
kelkan, dan kemarahan-kemarahan yang ditimbulkan darinya.
Mereka senantiasa jengkel, dalam satu atau lain kasus, sebab
amarah mereka yang tidak bisa dikendalikan. Dan, jika teman-
teman mereka melepaskan mereka dari satu kesulitan, mereka
dengan segera akan melibatkan diri dalam kesulitan lain, dan
teman-teman mereka pun harus melepaskan mereka lagi. Semua
hal yang menyulitkan mereka dan orang lain ini bisa dihindari
jika saja mereka mematikan hawa nafsu mereka dan menguasai
roh mereka sendiri.
2. Ayat itu bisa juga dibaca, orang yang lekas murka (dalam arti
anak yang perlu dihukum dan yang tidak sabar mendengar tegur-
an, yang berteriak-teriak dan membuat keributan, bahkan meng-
amuk melawan tongkat hukuman) pantas dihukum. sebab , jika
engkau hendak menolongnya sebab teriakannya itu, engkau akan
terpaksa menghukumnya dengan jauh lebih keras lagi di lain
waktu. Anak yang membangkang dan tinggi hati harus ditunduk-
kan sedini mungkin, kalau tidak, ia akan menjadi lebih buruk ka-
renanya.
20 Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi
bijak di masa depan.
Perhatikanlah:
1. Akan baiklah bagi orang-orang yang menjadi bijak untuk masa de-
pan, bijak bagi masa depan mereka, bijak bagi keadaan mereka di
masa mendatang, bijak bagi kehidupan di dunia lain, dan yang
didapati bijak saat akhir hidup mereka tiba. Mereka dara-dara
yang bijak, pembangun-pembangun yang bijak, pengurus-pengu-
rus yang bijak, yang bijak pada akhirnya, dan mengerti apa yang
perlu untuk damai sejahtera mereka, sebelum hal itu tersembunyi
bagi mata mereka. Orang yang duniawi dan hidup menuruti nafsu
kedagingan pada kesudahan usianya terkenal sebagai seorang
bebal (Yer. 17:11), namun kesalehan akan terbukti sebagai hikmat
pada akhirnya.
2. Orang-orang yang ingin menjadi bijak untuk masa depan harus
mendengarkan nasihat dan menerima didikan, dari awal harus
mau diajar dan diperintah, mau dinasihati dan ditegur, saat
mereka muda. Apa yang akan disimpan untuk musim dingin ha-
rus dikumpulkan di musim panas.
21 Banyaklah rancangan di hati manusia, namun keputusan TUHANlah yang
terlaksana.
Di sini kita mendapati,
1. Manusia berencana. Mereka menyimpan rancangan-rancangan
mereka dalam diri mereka sendiri, namun mereka tidak dapat
menyembunyikannya dari Allah. Ia mengetahui banyak rancangan
di hati manusia, rancangan-rancangan yang melawan keputus-
an-Nya (seperti yang ada dalam Mazmur 2:1-3 dan Mikha
4:11), rancangan-rancangan yang tanpa kebijaksanaan-Nya
(tanpa sama sekali memperhatikan pemeliharaan-Nya, seperti
orang-orang yang digambarkan dalam Yakobus 4:13. Mereka mau
berbuat ini dan itu, tanpa mengikutsertakan Allah bersama mere-
ka). Mereka membuat rancangan-rancangan yang tidak sesuai
dengan kebijaksanaan Allah. Manusia itu berubah-ubah dalam
membuat rancangan, dan sering kali tidak masuk akal serta tidak
adil, namun kebijaksanaan Allah itu bijak dan kudus, teguh dan
tidak berubah-ubah sifatnya.
2. Allah menentukan. Beragam orang memiliki beragam rancangan,
sesuai dengan ke mana kecenderungan atau minat mereka mem-
bawa mereka, namun keputusan TUHANlah yang terlaksana, apa
pun yang terjadi dengan rancangan-rancangan manusia. Kepu-
tusan-Nya sering kali menghancurkan ukuran-ukuran manusia
dan mengacaukan rancangan-rancangan mereka. namun rancang-
an-rancangan mereka tidak sedikit pun dapat mengubah kepu-
tusan-Nya, atau mengganggu keberlangsungannya, atau mem-
buat-Nya merancangkan keputusan-keputusan baru (Yes. 14:24;
46:11). Betapa hal ini menjadi teguran keras terhadap para nega-
rawan yang sering membuat rancangan, yang menyangka dapat
mengakali seluruh umat manusia, bahwa ada Allah di sorga yang
menertawakan mereka (Mzm. 2:4). Betapa hal ini menjadi penghi-
buran besar bagi seluruh umat Allah, bahwa semua tujuan Allah,
yang kita yakini benar dan baik, akan terlaksana pada waktunya!
22 Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang
miskin dari pada seorang pembohong.
Perhatikanlah:
1. Kehormatan dalam berbuat baik yaitu apa yang secara terpuji
boleh menjadi ambisi kita. Tidak bisa tidak, jika di dalam dirinya
ada secercah kebajikan, orang ingin menjadi baik. Orang
demikian tidak mau menginginkan harta untuk tujuan apa pun
kecuali jika dengannya ia dimampukan untuk meringankan pen-
deritaan kaum miskin dan menolong teman-teman kita.
2. Jauh lebih baik memiliki hati untuk berbuat baik dan tidak
mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dibandingkan memiliki
kemampuan berbuat baik namun tidak mempunyai hati untuk me-
lakukannya. Keinginan orang untuk menjadi baik, mengasihi, dan
bermurah hati yaitu kebaikannya, dan akan dipandang demi-
kian. Baik Allah maupun manusia akan menerima kehendak
baiknya, sesuai dengan apa yang dimilikinya, dan tidak akan ber-
harap lebih. Orang miskin, yang berharap agar engkau baik-baik
saja, namun tidak bisa menjanjikan apa-apa kepadamu, sebab ia
tidak mempunyai apa-apa untuk menunjukkan kebaikannya,
lebih baik dari pada seorang pembohong, dibandingkan orang kaya
yang membuatmu percaya bahwa ia akan melakukan perkara-
perkara besar, namun saat tiba waktunya, tidak mau berbuat
apa-apa. Sifat orang-orang yang berderajat rendah, bahwa mereka
yaitu kehampaan, dan tidak bisa diharapkan berbuat apa-apa,
yaitu lebih baik dibandingkan orang yang berderajat tinggi, sebab
mereka yaitu dusta, mereka menipu orang-orang yang harapan-
nya sudah mereka bangkitkan.
23 Takut akan Allah mendatangkan hidup, maka orang bermalam dengan
puas, tanpa ditimpa malapetaka.
Lihatlah apa yang didapat oleh orang-orang yang hidupnya takut
akan Allah, dan selalu menjalankan kewajiban mereka terhadap-Nya
dengan kesadaran hati nurani.
1. Keamanan: mereka tidak akan ditimpa malapetaka. Mereka bisa
saja tertimpa penyakit atau penderitaan lainnya, namun tidak akan
ada kejahatan di dalamnya, tidak ada yang bisa menyakiti mere-
ka, sebab tidak ada yang dapat memisahkan mereka dari kasih
Allah, atau menyakiti jiwa mereka.
2. Kepuasan: mereka akan bermalam dengan puas. Mereka akan
mendapat penghiburan-penghiburan yang memuaskan, dan akan
senantiasa merasa puas dan tenang di dalam semua penghiburan
itu. Kepuasan itu yaitu kepuasan yang akan berdiam, sedang-
kan semua kepuasan indrawi hanya sementara saja dan cepat
menghilang. Satur pernoctabit, non cubabit incoenatus Ia tidak
akan tidur dengan perut kosong. Ia akan mendapat apa yang akan
membuatnya tenang dan akan menghiburnya di saat-saat ia
terdiam dan merenung (Mzm. 16:6-7).
3. Kebahagiaan yang sejati dan utuh. Kesalehan yang sungguh-sung-
guh mempunyai pengaruh langsung terhadap hidup, terhadap
segala kebaikan, terhadap kehidupan kekal. Kesalehan yaitu jalan
yang pasti dan langsung menuju hidup. Kesalehan mempunyai
sifat di dalamnya yang menjadikan manusia pantas bagi sorga,
dan dengan demikian menuntun mereka kepadanya.
24 Si pemalas mencelup tangannya ke dalam pinggan, namun tidak juga me-
ngembalikannya ke mulut.
Orang lamban di sini dibeberkan sebagai orang bodoh, sebab,
1. Apa yang dipedulikannya hanyalah menghindar dari pekerjaan
dan hawa dingin. Lihatlah posisi tubuhnya: ia meletakkan tangan-
nya di dada (KJV), berpura-pura cacat dan tidak bisa bekerja.
Kedua tangannya dingin, dan ia harus menghangatkannya di
dadanya. Dan, jika tangannya sudah hangat di sana, ia harus
menjaganya supaya tetap hangat. Ia meringkuk dalam kenyaman-
annya, dan bertekad untuk tidak mau bekerja dan menghadapi
kesulitan. Biarlah bekerja orang-orang yang suka bekerja. Bagi-
nya, tidak ada hidup yang begitu indah selain duduk bermalas-
malasan dan tidak berbuat apa-apa.
2. Ia tidak mau bersusah-susah mencari makan untuk dirinya sen-
diri, sungguh hiperbola yang menawan. Sebagaimana kita biasa
mengatakannya, orang yang begitu malas bahkan tidak mau
melepaskan api yang membakarnya, demikian pula di sini, ia
tidak punya hati untuk melepaskan tangannya dari dadanya, bah-
kan, sekalipun itu untuk memasukkan makanan ke dalam mulut-
nya sendiri. Jika menurut hukum orang-orang yang tidak mau
bekerja tidak boleh makan, maka ia lebih memilih kelaparan dari-
pada bergerak sedikit saja. Dengan demikian, dosanya yaitu hu-
kumannya, dan oleh sebab itu sungguh teramat bodoh dosa yang
dilakukannya itu.
25 Jikalau si pencemooh kaupukul, barulah orang yang tak berpengalaman
menjadi bijak, jikalau orang yang berpengertian ditegur, ia menjadi insaf.
Perhatikanlah:
1. Hukuman bagi para pencemooh akan menjadi sarana yang men-
datangkan kebaikan bagi orang lain. saat orang sudah begitu
mengeras dalam kefasikan, mereka tidak mau disadarkan dengan
cara-cara keras untuk memulihkan dan memperbaharui mereka.
Walaupun demikian, cara-cara seperti itu tetap harus digunakan
demi kepentingan orang lain, supaya mereka mendengar dan men-
jadi takut (Ul. 19:20). Meskipun si pencemooh tidak mau disadar-
kan dari dosanya, sebab penyakitnya sudah sedemikian berurat
akar, namun orang-orang yang tak berpengalaman akan menjadi
bijak untuk tidak mencoba-coba dosa yang sampai menjadikan
orang begitu. Jika cara itu tidak menyembuhkan bagian yang
terinfeksi, ia dapat mencegah penyebaran infeksi itu.
2. Teguran dari orang-orang bijak akan menjadi sarana yang men-
datangkan kebaikan bagi diri mereka sendiri. Mereka tidak perlu
dipukul. Sebuah kata saja sudah cukup bagi orang bijak. Tegur
saja orang yang berpengertian, maka ia akan memahami diri dan
kepentingannya sendiri sehingga menjadi insaf sebab nya. Ia tidak
akan melupakannya lagi sebab alasan tidak tahu dan lengah
jika ia sudah diberi tahu sekali. Begitu baiknya ia menerima
teguran dan begitu bijaknya ia menyikapinya.
26 Anak yang menganiaya ayahnya atau mengusir ibunya, memburukkan dan
memalukan diri.
Di sini ada ,
1. Dosa seorang anak yang terhilang. Selain kesalahan yang ia
perbuat terhadap dirinya sendiri, ia menyakiti orangtuanya yang
baik hati. Dengan hinanya ia tidak menunjukkan rasa terima
kasih kepada mereka yang telah menjadi sarana bagi keberada-
annya dan telah banyak bersusah payah mengasuhnya. Ini sema-
kin memperberat dosanya dan menjadikannya teramat sangat
berdosa di mata Allah dan manusia: ia menganiaya ayahnya,
memboroskan harta bendanya yang harus disimpannya untuk
hari tua, menguras semangatnya, dan menghancurkan hatinya,
dan menyebabkan dia yang ubanan itu turun ke dunia orang mati
sebab dukacita. Ia mengusir ibunya, membuang rasa kasih
sayang sang ibu dari dirinya, yang tentu saja mendatangkan ba-
nyak penyesalan dan kesusahan di dalam hati ibunya. Ia mem-
buat ibunya menjadi kelelahan di rumah, dengan sikapnya yang
kasar dan kurang ajar, dan ibunya akan senang bila bisa ada
waktu tenang barang sebentar saja. Kemudian, sesudah ia meng-
habiskan semua hartanya, ia mengusir keluar ibunya dari rumah.
2. Aib si anak boros. Sungguh aib bagi dirinya sendiri bahwa ia sam-
pai berlaku begitu biadab dan tidak pantas. Ia menjadikan dirinya
menjijikkan bagi seluruh umat manusia. Sungguh aib bagi orang-
tua dan keluarganya, yang tepercik ulahnya itu, meskipun mung-
kin tanpa alasan yang baik, mereka tidak mendidiknya dengan
lebih baik atau tidak berbuat sesuatu dengannya.
27 Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyim-
pang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan.
Ini merupakan peringatan yang baik bagi orang-orang yang sudah
mempunyai pendidikan baik, agar mereka berjaga-jaga untuk tidak
mendengarkan orang-orang yang, dengan dalih ingin mendidik mereka,
justru menjauhkan mereka dari asas-asas baik yang sudah membim-
bing mereka selama ini.
Amatilah:
1. Ada hal yang tampaknya dirancang untuk mendidik, namun sebe-
narnya menimbulkan kehancuran pada orang muda. Antek-antek
kekejian akan berusaha mengajarkan kepada mereka pemikiran-
pemikiran yang bebas dan percakapan yang mutakhir, bagaimana
meringankan dosa-dosa yang selama ini memberatkan pikiran
mereka, dan membungkam suara hati mereka sendiri. Mereka
mengajarkan bagaimana melepaskan diri dari kekangan-kekangan
pendidikan mereka, dan menjadikan mereka sebagai orang-orang
yang pandai bersilat lidah dan berpenampilan menarik. Inilah
didikan yang membuat orang menyimpang dari perkataan-perkata-
an yang baik, yang seharusnya dipegang teguh di dalam iman dan
kasih.
2. Sungguh berhikmat orang-orang muda yang menutup telinga ter-
hadap didikan-didikan seperti itu, seperti yang diperbuat ular
tedung terhadap mantra-mantra yang diucapkan untuk menjerat-
nya. Ngerilah jika mendengarkan pembicaraan seperti itu, sebab
hal itu cenderung menanamkan ajaran-ajaran yang longgar ke
dalam pikiran. Dan, jika engkau mempunyai hubungan dengan
orang-orang seperti itu, tinggalkanlah mereka. Sudah cukup eng-
kau mendengar mereka, atau terlalu banyak, dan oleh sebab itu
janganlah dengar lagi percakapan jahat yang merusakkan kebia-
saan yang baik.
28 Saksi yang tidak berguna mencemoohkan hukum dan mulut orang fasik
menelan dusta.
Inilah gambaran dari para pendosa besar, yang hatinya penuh niat
untuk berbuat jahat.
1. Mereka menantang apa yang dapat mencegah dan menghalangi
mereka berbuat dosa: saksi yang tidak berguna yaitu orang yang
bersaksi dusta melawan sesamanya, dan bahkan bersumpah pada
dirinya sendiri untuk melakukan kejahatan lain. Dalam perbuat-
annya itu tidak saja ada ketidakadilan yang besar, namun juga
ketidaksalehan yang besar. Orang ini sungguh merupakan salah
satu dari manusia-manusia yang paling buruk. Atau saksi yang
tidak berguna di sini yaitu orang yang dengan cemar dan tanpa
mengenal adanya Tuhan bersaksi melawan agama dan kesalehan,
yang didikan-didikannya menjauhkan orang dari perkataan-per-
kataan yang memberi pengetahuan (ay. 27). Orang seperti itu men-
cemoohkan hukum, menertawakan kengerian-kengerian Tuhan,
dan mengejek rasa takut akan Allah itu (Ayb. 15:26). Coba beri-
tahukan dia tentang hukum dan keadilan, bahwa Kitab Suci dan
sumpah itu yaitu hal yang sakral dan bukan untuk dipermain-
kan, bahwa akan tiba hari pembalasan, maka ia akan menertawa-
kan semuanya itu, dan tidak sudi mendengarkannya.
2. Mereka tamak, dan senang dengan apa yang bisa memberi mereka
kesempatan untuk berdosa: mulut orang fasik dengan rakus mene-
lan dusta, menghirupnya seperti air (Ayb. 15:16).
28 Hukuman bagi si pencemooh tersedia dan pukulan bagi punggung orang
bebal.
Perhatikanlah:
1. Pencemooh yaitu orang bodoh. Para pencemooh yaitu orang-
orang yang mengolok-olok segala sesuatu yang sakral dan pen-
ting. Namun tindakan mereka itu hanya membuat mereka men-
jadi bahan olok-olokan. Kebodohan mereka pun akan nyata bagi
semua orang.
2. Orang-orang yang mencemooh hukum tidak bisa lari dari hukum
(ay. 28). Kefasikan manusia tidak bisa membatalkan ancaman-
ancaman dari Allah. Mereka yang dengan rakus menelan dusta,
menelan umpan sekaligus kailnya. Hakim warga harus me-
nyediakan hukuman bagi si pencemooh, sebab jika tidak maka
percuma ia menyandang pedang. Namun jika ia lalai dan mem-
biarkan dosa, hukuman Allah tidak pernah gagal. Hukuman Allah
sudah tersedia (Mat. 25:41).
1 Anggur yaitu pencemooh, minuman keras yaitu peribut, tidaklah bijak
orang yang terhuyung-huyung sebab nya.
Inilah:
1. Jahatnya bermabuk-mabukan: anggur yaitu pencemooh, minum-
an keras yaitu peribut. Begitulah minuman itu bagi orang ber-
dosa sendiri. Minuman itu mencemoohnya, memperbodoh dia,
menjanjikan kepadanya kepuasan yang tidak pernah bisa diberi-
kannya kepada dia. Minuman itu tersenyum kepadanya pada
awalnya, namun kemudian memagut seperti ular. saat direnung-
renungkan, minuman itu membuat keributan di dalam hati nu-
raninya. Minuman itu membuat keributan di dalam tubuh, meng-
ubah kegembiraan menjadi amukan. saat orang mabuk, hilang-
lah akal budinya, dan kemudian ia, sesuai dengan tabiatnya,
entah mencemooh seperti orang bodoh atau mengamuk seperti
orang gila. Bermabuk-mabukkan, yang dianggap seolah-olah se-
bagai bentuk pergaulan dalam warga , menjadikan orang
tidak layak bagi warga , sebab bermabuk-mabukan membuat
mereka berkata-kata kasar dengan lidah mereka dan membabi
buta dalam amarah mereka (23:29).
2. Kebodohan para pemabuk dengan mudah disimpulkan dari sini.
Orang yang terhuyung-huyung sebab nya, yang membiarkan diri-
nya terjerumus ke dalam dosa ini padahal ia sudah jelas-jelas di-
peringatkan akan dampak-dampaknya, tidaklah bijak. Ia menun-
jukkan diri tidak mempunyai pengertian atau pertimbangan yang
benar akan berbagai perkara. Dan bukan hanya itu saja, ia juga
membuat dirinya tidak mampu memperoleh hikmat. Sebab, dosa-
lah yang membuat orang tergila-gila dan mabuk kepayang, dan
mencuri hati mereka. Pemabuk yaitu orang bodoh, dan seperti
itulah jadinya dia.
2 Kegentaran yang datang dari raja yaitu seperti raung singa muda, siapa
membangkitkan marahnya membahayakan dirinya.
Lihatlah di sini:
1. Betapa menakutkannya raja-raja, dan betapa mengerikannya mere-
ka bagi orang-orang yang sudah membangkitkan amarah mereka.
Kegentaran terhadap mereka, yang membuat rakyat senantiasa
hormat dan takut (khususnya jika raja-raja memegang kuasa
mutlak dan kehendak mereka yaitu hukum), yaitu seperti
raung singa muda, yang amat menggentarkan bagi makhluk-
makhluk yang dimangsanya, dan membuat mereka gemetar se-
hingga tidak bisa melarikan diri darinya. Raja-raja yang memerin-
tah dengan hikmat dan kasih berarti memerintah seperti Allah
sendiri, dan dengan begitu mereka menampakkan gambaran diri-
Nya. namun , raja-raja yang memerintah hanya dengan kengerian,
dan dengan sewenang-wenang, berarti hanya memerintah seperti
singa di hutan, dengan kekuatan binatang. Oderint, dum metuant
Biar saja rakyat benci, asalkan mereka takut.
2. Oleh sebab itu, betapa tidak bijaksananya orang-orang yang ber-
selisih dengan mereka, yang marah terhadap mereka, sehingga
membangkitkan amarah mereka. Mereka membahayakan nyawa
mereka sendiri. Jauh terlebih lagi dengan orang-orang yang mem-
bangkitkan amarah Raja segala raja. Nemo me impune lacesset
Tak seorang pun yang membuatku marah akan lolos dari hukuman.
3 Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, namun setiap orang
bodoh membiarkan amarahnya meledak.
Ayat ini dirancang untuk meluruskan kesalahan-kesalahan orang
berkenaan dengan perbantahan.
1. Orang menyangka bahwa mereka berhikmat jika terlibat dalam
perselisihan, padahal itu yaitu kebodohan terbesar yang bisa
diperbuat. Ia menyangka dirinya berhikmat jika cepat tersinggung
oleh penghinaan, jika mati-matian membela kehormatan dan hak-
nya. Ia tidak mau mengalah demi kehormatan atau hak itu, sebe-
lum ia menentukan, menjatuhkan, dan memberikan hukum kepa-
da semua orang. Akan namun , sesungguhnya orang yang suka cam-
pur tangan seperti itu yaitu orang bodoh. Ia hanya menimbulkan
banyak kekesalan yang tidak perlu kepada dirinya sendiri.
2. Orang menyangka, saat mereka terlibat dalam perselisihan, mere-
ka akan menanggung malu jika mundur dan meletakkan senjata.
Akan namun , sebenarnya terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi
perbantahan. Terhormatlah ia jika ia menarik diri, menyudahi suatu
perselisihan, memaafkan kesalahan, dan berteman dengan orang-
orang yang sudah berseteru dengannya. Terhormatlah orang, orang
yang bijak, orang yang hidup di dalam roh, jika ia menunjukkan
penguasaan diri dengan menjauhi perbantahan, dengan mengalah,
menunduk, dan menarik kembali tuntutan-tuntutannya yang
adil, demi menjaga kerukunan, seperti yang diperbuat Abraham,
orang yang lebih tinggi itu (Kej. 13:8).
4 Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada
musim menuai, maka tidak ada apa-apa.
Lihatlah di sini jahatnya bermalas-malasan dan mencintai kenyaman-
an.
1. Kemalasan menghalang-halangi orang untuk mengerjakan peker-
jaan yang paling dibutuhkan, untuk membajak dan menabur
pada musimnya: si pemalas mempunyai tanah untuk ditinggali
dan digarap, dan memiliki kemampuan untuk itu. Ia bisa mem-
bajak, namun tidak mau. Ada saja alasannya untuk mengelak,
namun alasan yang sebenarnya yaitu sebab musim dingin. Saat
membajak bukanlah pada puncak musim dingin, melainkan di
awal-awalnya. Namun bahkan di awal-awal musim dingin itu ia
merasa terlalu dingin untuk pergi keluar. Benar-benar memalu-
kan orang-orang yang malas dalam menangani urusan mereka
sampai-sampai tidak bersedia untuk melakukan pekerjaan kecil
seperti membajak, atau mengalami sedikit saja kesusahan seperti
embusan angin dingin. Demikianlah cerobohnya banyak orang da-
lam perkara-perkara yang menyangkut jiwa mereka. Kesulitan
sepele saja sudah membuat mereka ketakutan untuk melakukan
kewajiban yang paling penting. namun , prajurit-prajurit yang baik
harus bertahan menghadapi kesusahan.
2. Dengan demikian, kemalasan menjauhkan mereka dari sokongan-
sokongan hidup yang paling penting: orang-orang yang tidak mau
membajak pada masa menanam jangan harap akan menuai pada
masa panen. Dan oleh sebab itu, dengan terheran-heran mereka
harus mengemis roti saat orang yang rajin membawa pulang
berkas-berkas gandum mereka dengan sukacita. Orang yang tidak
rela berjerih payah membajak harus menanggung aib mengemis.
Mereka akan mencari pada musim menuai, namun tidak mendapat
apa-apa. Tidak, sekalipun panennya melimpah. Meskipun meri-
ngankan beban orang malas bisa saja merupakan perbuatan ka-
sih, namun orang boleh, demi keadilan, tidak meringankan beban
mereka. Mereka pantas dibiarkan kelaparan. Gadis-gadis bodoh
yang tidak mau menyimpan minyak di dalam pelita-pelita mereka
pada akhirnya memohon ingin masuk saat mempelai laki-laki
datang, namun mereka ditolak.
5 Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, namun orang
yang pandai tahu menimbanya.
Di sini orang dikatakan berhikmat bila ia mau menimba hikmat dari
orang lain dan menyelami sampai di kedalamannya,
1. Untuk memperoleh pengetahuan dari orang lain. Meskipun segala
rahasia dan rancangan manusia tersembunyi begitu rapat, se-
hingga semua itu seperti air yang dalam yang tidak bisa diselami
orang lain, namun ada orang yang dengan sindiran-sindiran cer-
dik, dan pertanyaan-pertanyaan yang tampak aneh, bisa menge-
luarkan dari orang lain apa yang telah mereka perbuat maupun
apa yang mereka berniat lakukan. Oleh sebab itu, orang-orang
yang mau menjaga rahasia rancangan mereka tidak saja harus
bertekad bulat, namun juga harus waspada.
2. Untuk memperoleh pengetahuan melalui mereka. Sebagian orang
sangat mampu dan pantas memberikan nasihat, sebab mereka
memiliki kemampuan yang unggul untuk membelah-belah sehelai
rambut, menghantam tulang sendi kesulitan, dan memberikan
saran yang mengena. Akan namun , orang-orang seperti ini sifatnya
bersahaja, tertutup, dan tidak pandai berbicara. Mereka menyim-
pan banyak sekali perkara di dalam diri mereka, namun semua itu
enggan keluar. Dalam kasus seperti itu, orang yang pandai akan
menimbanya, seperti menimba anggur dari dalam tempayan. Kita
akan kehilangan keuntungan yang bisa kita peroleh dari perca-
kapan dengan orang-orang bijak jika kita tidak tahu seni bertanya
yang baik.
6 Banyak orang menyebut diri baik hati, namun orang yang setia, siapakah
menemukannya?
Perhatikanlah:
1. Mudah untuk menemukan orang yang berpura-pura berbaik hati
dan murah hati dalam memberi. Banyak orang akan menyebut
diri sebagai orang yang berbelas kasihan, bermegah dengan ke-
baikan yang telah dan akan mereka perbuat, atau, setidak-tidak-
nya, dengan betapa senangnya ia berbuat baik. Kebanyakan orang
akan berbicara banyak tentang amal, kedermawanan, keramahan,
dan kesalehan mereka. Mereka akan meniup sangkakala kepada
diri sendiri, seperti orang-orang Farisi. Mereka akan menguman-
dangkan kebaikan kecil yang telah mereka lakukan, dan mem-
besar-besarkannya.
2. namun sulit menemukan orang yang benar-benar baik dan murah
hati dalam memberi, yang sudah melakukan dan akan melakukan
lebih banyak dibandingkan yang mereka katakan atau yang pura-pura
mereka pedulikan, dan yang benar-benar mau menjadi sahabat
sejati di masa susah. Orang yang bisa dipercayai seperti itu ibarat
angsa berwarna hitam.
7 Orang benar yang bersih kelakuannya berbahagialah keturunannya.
Ada perhatian yang diberikan di sini mengenai kehormatan orang baik,
1. Bahwa ia berbuat baik bagi dirinya. Ia memiliki aturan tertentu,
dan melalui aturan itu ia mengatur dirinya dengan tangan yang
kuat dan mantap: ia bersih kelakukannya. Ia menjaga kemurnian
hati nuraninya, dan mendapat penghiburan darinya, sebab itulah
sukacitanya. Ia tidak mudah dicekam segala kegelisahan, entah
dalam merancangkan apa yang akan diperbuatnya atau mere-
nungkan apa yang telah diperbuatnya, tidak seperti orang-orang
yang hidup dengan menipu.
2. Bahwa ia berbuat baik bagi keluarganya: berbahagialah keturun-
annya, dan hidup mereka akan lebih baik oleh sebab dia. Allah
menyimpan belas kasihan bagi keturunan orang yang setia.
8 Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan dapat mengetahui segala
yang jahat dengan matanya.
Inilah:
1. Sifat seorang penguasa yang baik: ia yaitu seorang raja yang
pantas disebut raja, yang bersemayam di atas kursi, bukan kursi
kehormatan untuk bernyaman-nyaman dan bermegah-megahan,
dan mengharuskan orang lain menjaga jarak, melainkan kursi
pengadilan, agar ia menjalankan keadilan, mengembalikan hak
orang yang disalahi dan menghukum orang yang membuat pe-
langgaran. Ia menjadikan pekerjaannya sebagai kesukaannya,
dan tidak menyukai kesenangan lain dibandingkan pekerjaannya
itu. Ia tidak mengalihkan segala kekhawatiran dan permasalahan
kepada orang lain, namun memperhatikan urusan-urusannya sen-
diri dan melihat sebanyak mungkin perkara dengan matanya sen-
diri (1Raj. 10:9).
2. Dampak yang membahagiakan dari pemerintahan yang baik. Ke-
hadiran sang raja amat besar pengaruhnya sampai-sampai mele-
nyapkan kefasikan dari pandangan. Jika ia menyelidiki perkara-
perkaranya sendiri, orang-orang yang bekerja di bawahnya akan
dijaga rasa hormat terhadapnya dan dijauhkan dari berbuat sa-
lah. Jika orang besar yaitu orang yang juga baik, dan mau
menggunakan kuasa mereka sebagaimana yang bisa dan harus
mereka gunakan, betapa besarnya kebaikan yang bisa mereka
lakukan dan betapa besarnya kejahatan yang bisa mereka cegah!
9 Siapakah dapat berkata: Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari
pada dosaku?
Pertanyaan ini bukan hanya merupakan sebuah tantangan bagi siapa
saja di dunia ini untuk membuktikan dirinya tidak berdosa, apa pun
kepura-puraan mereka, melainkan juga merupakan sebuah ratapan
atas kebobrokan umat manusia, bahkan atas kebobrokan yang masih
tinggal pada diri orang-orang yang terbaik dari antara mereka. Aduh!
Siapakah dapat berkata, Aku tanpa dosa?
Amatilah:
1. Siapa orang yang tidak bisa mengatakan kepura-puraan itu
semua orang, kita dan juga orang lain. Di sini, dalam keadaan
yang tidak sempurna ini, tidak seorang pun bisa mengaku tanpa
dosa. Adam bisa mengatakannya saat ia masih murni, dan
orang-orang kudus bisa mengatakannya di sorga, namun tidak
seorang pun bisa mengatakannya dalam kehidupan ini. Orang-
orang yang menyangka bahwa mereka sebaik seperti yang sudah
seharusnya tidak bisa mengatakan ini, bahkan, orang yang benar-
benar baik pun tidak akan, dan tidak berani, mengatakannya.
2. Kepura-puraan apa yang tidak bisa diucapkan. Kita tidak bisa
berkata, kita telah membersihkan hati kita. Meskipun kita bisa
berkata, melalui anugerah, Kita lebih bersih dibandingkan sebelum-
nya, kita tidak dapat berkata, Kita bersih dan murni dari segala
dosa yang tersisa. Atau, walaupun kita bersih dari perbuatan-
perbuatan dosa besar, kita tidak dapat berkata, Hati kita bersih.
Atau, meskipun kita sudah dibasuh dan dibersihkan, kita tidak
dapat berkata, Kita sendiri yang telah membersihkan hati kita,
sebab itu yaitu pekerjaan Roh. Atau, sekalipun kita murni dari
dosa-dosa yang diperbuat banyak orang lain, kita tidak dapat ber-
kata, Kita tahir dari pada dosa kita, dosa yang begitu merintangi
kita, tubuh maut yang dikeluhkan oleh Rasul Paulus itu (Rm.
7:24).
10 Dua macam batu timbangan, dua macam takaran, kedua-duanya yaitu
kekejian bagi TUHAN.
Lihatlah di sini:
1. Berbagai muslihat yang dipakai orang untuk menipu, segala
kejahatan yang berakar pada cinta akan uang. Dalam membayar-
kan dan menerima uang, yang pada waktu itu umumnya dilaku-
kan dengan timbangan, mereka mempunyai dua macam batu tim-
bangan, yang terlalu ringan untuk apa yang mereka bayarkan dan
yang terlalu berat untuk apa yang mereka terima. Dalam mengi-
rimkan dan memasukkan barang, mereka mempunyai dua macam
takaran, takaran yang sedikit untuk menjual dan takaran yang
besar untuk membeli. Perbuatan ini dilakukan secara curang me-
lalui persekongkolan dan perencanaan, dan dengan dalih untuk
berbuat benar. Termasuk di dalamnya yaitu semua muslihat
untuk memalsukan dan menipu dalam berjual beli.
2. Ketidakberkenanan Allah terhadap semua perbuatan itu. Entah
itu mengenai uang atau barang, sebagai pembeli atau penjual,
semua itu yaitu kekejian bagi TUHAN. Ia tidak akan membuat
makmur perdagangan yang dilakukan secara demikian, ataupun
memberkati hasil yang diperoleh. Ia membenci orang-orang yang
merusak kepercayaan umum seperti itu, sebab melalui keper-
cayaan umum itulah keadilan dijaga. Dan Ia akan menjadi Pem-
balas dari semuanya ini.
11 Anak-anak pun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah
bersih dan jujur kelakuannya.
Pohon dikenal dari buahnya, orang dikenal dari perbuatannya, bah-
kan pohon muda dari buah pertamanya, dan seorang anak dikenal
dari kelakuannya yang kekanak-kanakan, yaitu apakah kelakuannya
itu cuma bersih saja, hanya tampaknya saja yang baik (kata itu digu-
nakan dalam pasal 16:2), ataukah itu jujur, yakni, benar-benar baik.
Ini menunjukkan:
1. Bahwa anak-anak akan menampakkan diri sendiri siapa mereka
sebenarnya. Segera orang akan melihat seperti apa tabiat mereka,
dan ke mana kecenderungan mereka menuntun mereka, sesuai
dengan pembawaan diri mereka. Anak-anak belum mempelajari
seni menutup-nutupi dan menyembunyikan kecondongan hati
seperti orang dewasa.
2. Bahwa orangtua harus mengawasi anak-anak mereka, agar bisa
mengetahui kecenderungan dan bakat mereka, dan bisa mengatur
maupun menyalurkan kecenderungan dan bakat mereka itu. De-
ngan begitu, orangtua menancapkan paku yang longgar dan men-
cabut paku yang salah tancap. Yang terpenting untuk berhasil da-
lam hal ini yaitu hikmat.
12 Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh
TUHAN.
Perhatikanlah:
1. Allah yaitu Tuhan atas alam, dan semua kekuatan serta ke-
mampuan alam berasal dari Dia dan bergantung kepada-Nya, dan
oleh sebab itu dimanfaatkan untuk-Nya. Dialah yang membentuk
mata dan menanamkan telinga (Mzm. 94:9), dan keduanya disu-
sun secara menakjubkan. Dialah yang menyerahkan kepada kita
untuk menggunakan keduanya. Berkat pemeliharaan-Nyalah mata
kita melihat dan telinga kita mendengar. Mendengar dan melihat
yaitu indra-indra pembelajaran, dan kebaikan Allah harus diakui
secara khusus di dalamnya.
2. Allah yaitu Allah yang sumber anugerah. Dialah yang memberi-
kan telinga yang mendengarkan suara Alah, dan mata yang meli-
hat keindahan-Nya, sebab Dialah yang membuka pengertian.
13 Janganlah menyukai tidur, supaya engkau tidak jatuh miskin, bukalah
matamu dan engkau akan makan sampai kenyang.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang memanjakan diri di dalam kenyamanan harus
bersiap-siap menghadapi kekurangan kebutuhan-kebutuhan po-
kok, yang seharusnya sudah mereka peroleh dengan pekerjaan
yang jujur. Oleh sebab itu, meskipun engkau harus tidur (itu
merupakan tuntutan alami), namun janganlah menyukai tidur,
seperti orang-orang yang benci bekerja. Janganlah menyukai tidur
demi tidur itu sendiri, namun tidurlah hanya sebab itu membuat
kita segar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya. Janganlah
menyukai banyak tidur, namun sebaliknya, kesallah dengan waktu
yang sudah habis untuknya, dan berharaplah seandainya engkau
bisa hidup tanpanya supaya bisa selalu sibuk mengerjakan suatu
pekerjaan yang baik. Kita harus membiarkan tubuh kita tidur,
seperti tuan-tuan yang membiarkan hamba-hamba mereka tidur,
418
sebab mereka tidak bisa menahannya, dan jika tidak tidur, ham-
ba-hamba itu tidak akan berguna bagi mereka. Orang-orang yang
menyukai tidur akan mudah jatuh miskin, bukan hanya sebab
mereka kehilangan waktu yang mereka habiskan untuk tidur
secara berlebihan, namun juga sebab mereka sudah membentuk
suatu pembawaan diri yang lesu dan tak acuh. Mereka selalu
setengah tertidur, tidak pernah terjaga sepenuhnya.
2. Orang-orang yang menyemangati diri mereka untuk bekerja boleh
berharap akan mendapat kenyamanan-kenyamanan hidup: Bu-
kalah matamu, terjagalah dan lepaskanlah tidurmu, lihatlah betapa
matahari sudah meninggi, betapa pekerjaanmu menunggumu, dan
betapa sibuknya orang-orang lain di sekitarmu! Dan, jika kamu
terjaga, tengoklah ke atas, pandangilah keuntunganmu sendiri, dan
jangan biarkan kesempatan-kesempatanmu lewat begitu saja.
Arahkanlah pikiranmu lekat-lekat kepada pekerjaanmu dan urus-
lah itu. Persyaratannya mudah dan keuntungannya besar: buka-
lah matamu dan engkau akan makan sam-pai kenyang. Sekalipun
mungkin engkau tidak menjadi kaya, engkau akan berkecukupan,
dan itu sama baiknya dengan makanan pesta.
14 Tidak baik! Tidak baik!, kata si pembeli, namun begitu ia pergi, ia memuji
dirinya.
Lihatlah di sini:
1. Muslihat-muslihat apa yang dipakai orang untuk menawar barang
dan membeli dengan harga murah. Mereka tidak hanya menurun-
kan harga dengan sembarangan, seolah-olah mereka tidak butuh
dan tidak peduli dengan barangnya, padahal barangkali mereka
tidak bisa hidup tanpanya (mungkin juga mereka terus memikir-
kannya), namun juga mereka menjelek-jelekkan dan merendahkan
apa yang mereka tahu mempunyai harga. Mereka berteriak,
Tidak baik, tidak baik. Barangnya kurang ini atau itu, atau
mungkin punya cacat ini atau itu. Mutunya tidak baik, dan ter-
lalu mahal. Kami bisa mendapat yang lebih baik dan lebih murah
di tempat lain. Atau, kami sudah membeli seperti itu yang lebih
baik dan lebih murah. Ini cara yang biasa digunakan dalam
berjual beli. Dan, sebenarnya, bisa saja mereka mengetahui keba-
likan dari apa yang mereka katakan itu. Sebaliknya, si penjual,
yang mungkin berpikir bahwa ia tidak punya cara lain lagi untuk
mengimbangi si pembeli, memuji-muji setinggi langit barang-
barang dagangannya dan membenarkan harga yang sudah dipa-
sangnya untuk barang-barangnya itu. Begitulah, kedua pihak
sama-sama melakukan kesalahan. Padahal tawar-menawar itu
bisa sampai pada harga yang wajar jika baik si pembeli maupun si
penjual mau bersikap biasa-biasa saja dan mengatakan apa yang
sebenarnya mereka pikirkan.
2. Betapa bangga dan senangnya orang jika ia berhasil menda-
patkan apa yang ditawarnya itu, meskipun dalam menawar harga
itu ia menentang dirinya sendiri, dan mengakui bahwa ia menu-
tup-nutupi hal yang sebenarnya saat menawar. sesudah si pem-
beli mengalahkan si penjual, yang bersedia menurunkan harga
dibandingkan kehilangan pelanggan (seperti yang terpaksa dilakukan
banyak pedagang miskin, yaitu lebih baik untung sedikit dibandingkan
tidak sama sekali), maka ia pun pergi, dan bermegah atas barang-
barang bagus yang sudah didapatnya dengan harga yang ditawar-
nya sendiri. Ia menganggap sebagai penghinaan serta celaan
terhadap penilaiannya jika ada orang yang meremehkan harga
yang ditawarnya. Mungkin ia mengetahui nilai barang itu lebih
baik dibandingkan si penjual sendiri, dan tahu bagaimana bisa menda-
patkan untung besar dari barang itu. Lihatlah betapa mudahnya
manusia disenangkan dengan apa yang mereka dapatkan, dan
betapa bangganya mereka dengan tipu muslihat mereka. Padahal
penipuan dan kebohongan yaitu dua hal yang seharusnya mem-
buat orang malu, betapapun banyaknya keuntungan yang mereka
dapatkan melaluinya.
15 Sekalipun ada emas dan permata banyak, namun yang paling berharga ialah
bibir yang berpengetahuan.
Bibir yang berpengetahuan (yaitu pengertian yang baik untuk me-
mandu bibir dan kecakapan berbicara yang baik untuk menyebarkan
pengetahuan) harus jauh lebih diutamakan dibandingkan emas, mutiara,
dan permata. Sebab,
1. Bibir yang berpengetahuan memang lebih jarang, lebih langka dan
sulit didapatkan. Ada emas di dalam saku banyak orang, semen-
tara mereka tidak mempunyai kemurahan di dalam hati mereka.
Pada masa pemerintahan Salomo ada emas berlimpah (1Raj.
10:21) dan banyak permata. Setiap orang memakainya. Emas dan
permata itu bisa dibeli di semua kota. namun hikmat yaitu
barang langka, permata yang berharga. Hanya sedikit orang yang
memilikinya untuk digunakan berbuat baik, dan hikmat juga
tidak bisa dibeli dari pedagang.
2. Bibir yang berpengetahuan lebih memperkaya, dan lebih memper-
hias kita. Bibir yang berpengetahuan menjadikan kita kaya bagi
Allah, kaya dalam perbuatan baik (1Tim. 2:9-10). Kebanyakan
orang gemar akan emas, dan bagi mereka satu atau dua permata
saja tidak cukup. Mereka harus memilikinya dalam jumlah ba-
nyak, bahkan sampai satu lemari. namun orang yang bibirnya ber-
pengetahuan memandang rendah semua ini, sebab ia mengetahui
dan memiliki hal-hal yang lebih baik.
16 Ambillah pakaian orang yang menanggung orang lain, dan tahanlah dia
sebagai sandera ganti orang asing.
Ada dua jenis orang yang di sini dikatakan sebagai orang yang meng-
hancurkan harta milik mereka sendiri, dan yang sebentar lagi akan
menjadi pengemis, dan oleh sebab itu tidak bisa dipercaya dengan
aman:
1. Orang-orang yang mau mengikat diri bagi siapa saja yang memin-
ta tolong dari mereka, yang secara gegabah menjerat diri sendiri
dengan menjadi tanggungan untuk membantu teman-teman me-
reka yang malas. Mereka akan hancur pada akhirnya, bahkan,
mereka tidak bisa bertahan lama. Orang-orang ini akan habis
diborong.
2. Orang-orang yang berkumpul dengan wanita-wanita yang diting-
galkan suami mereka, yang membelanjakan uang untuk mereka,
mencumbu mereka, dan berteman dengan mereka (Dalam KJV,
orang asing diterjemahkan dengan wanita asing pen.). Mereka
akan menjadi pengemis sebentar lagi. Mereka suka berjanji untuk
memberi begitu dipuji. Wanita-wanita asing mempunyai cara-cara
yang asing untuk mempermiskin para pria dan memperkaya diri
mereka sendiri.
17 Roti hasil tipuan sedap rasanya, namun kemudian mulutnya penuh dengan
kerikil.
Perhatikanlah:
1. Dosa mungkin saja terasa menyenangkan saat diperbuat: roti
hasil tipuan, kekayaan yang diperoleh dengan menipu, dengan
berdusta dan menindas, bisa sedap rasanya, dan semakin sedap
sebab diperoleh dengan cara yang tidak benar. Kesenangan se-
perti itulah yang dirasakan oleh orang yang berpikiran duniawi
jika berhasil menjalankan rancangan-rancangan fasiknya.
Semua kesenangan dan keuntungan dari dosa yaitu roti hasil
tipuan. Semua kesenangan dan keuntungan itu merupakan hasil
curian, sebab mereka yaitu buah terlarang. Mereka akan mem-
buat orang tertipu, sebab mereka bukanlah seperti yang dijanji-
kan bagi diri mereka sendiri. Namun, untuk sementara waktu,
mereka dikunyah seperti sepotong roti manis, dan pendosa merasa
dirinya diberkati dalam memakannya. namun ,
2. Roti itu akan terasa pahit saat dipikirkan. sesudah dikunyah,
mulut si pendosa akan penuh dengan kerikil. saat hati nurani-
nya terjaga, saat ia menyadari dirinya tertipu, dan menjadi
cemas akan murka Allah terhadap dia sebab dosanya, betapa
menyakitkan dan menggelisahkannya pemikiran tentang roti ter-
sebut di kala itu! Kenikmatan-kenikmatan dosa hanyalah untuk
sementara saja, dan akan diikuti oleh kesedihan. Beberapa bang-
sa menghukum para penjahat dengan mencampurkan kerikil ke
dalam roti mereka.
18 Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan
siasat.
Perhatikanlah:
1. yaitu baik jika dalam segala hal kita bertindak dengan pertim-
bangan, dan bertanya dulu setidak-tidaknya kepada diri kita
sendiri, dan sesudah itu, kepada teman-teman kita juga, sebelum
kita membuat keputusan. Akan namun , terutama mintalah nasihat
dari Allah, mohon bimbingan dari-Nya, dan perhatikan tuntunan
dari Mata ini. Inilah cara untuk meneguhkan baik pikiran mau-
pun tujuan kita, dan untuk berhasil dengan baik dalam urusan-
urusan kita. Sedangkan, apa yang dilakukan secara tergesa-gesa
dan mendadak akan mudah disesali. Ambillah waktu, maka eng-
kau akan menyelesaikannya dengan lebih cepat. Deliberandum est
diu, quod statuendum est semel Keputusan akhir harus didahului
dengan pertimbangan yang matang.
2. Kita berhikmat terutama jika kita berhati-hati dalam menyata-
kan perang. Pertimbangkanlah, dan mintalah nasihat, apakah pe-
rang harus dimulai atau tidak, apakah itu adil, apakah itu bijak-
sana, apakah kita merupakan lawan yang sepadan bagi musuh,
dan mampu melanjutkan peperangan bila sudah terlambat bagi
kita untuk mundur (Luk. 14:31). jika peperangan sudah di-
mulai, pertimbangkanlah bagaimana dan dengan seni-seni perang
apa pertempuran itu dapat diteruskan, sebab pengaturan sama
perlunya dengan keberanian. Pergi ke pengadilan itu serupa de-
ngan pergi berperang, dan oleh sebab itu harus dilakukan berda-
sarkan nasihat yang baik (Ams. 25:8). Pedoman orang-orang Ro-
mawi yaitu nec sequi bellum, nec fugere jangan mendesak
untuk berperang, namun juga jangan menghindarinya.
19 Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul
dengan orang yang bocor mulut.
Ada dua jenis orang yang berbahaya untuk ditemani:
1. Pengumpat, meskipun biasanya mereka suka menyanjung, dan