Minggu, 29 Desember 2024

amsal 17


 , dan yang mungkin dibawa kepadanya me-

lalui suatu lika-liku pemeliharaan ilahi yang tampak biasa bagi-

nya. Setiap makhluk menjadi sebagaimana Allah menjadikannya. 

Pernikahan yang berbahagia, kita yakini, sudah ditetapkan di 

sorga. Hamba Abraham berdoa dengan kepercayaan akan hal ini 

(Kej. 24:12). 

2. Pernikahan yang berbahagia itu yaitu  hadiah yang lebih ber-

harga dibandingkan  rumah dan harta. Pernikahan demikian lebih ba-

nyak mendatangkan penghiburan dan pujian bagi hidup sese-

orang dan bagi kesejahteraan keluarganya. Itu merupakan per-

tanda yang besar mengenai perkenanan Allah. Pemeliharaan ilahi 

lebih dapat dikenal secara khusus melalui pernikahan yang demi-

kian. Harta warisan nenek moyang bisa saja sampai ke tangan si 

ahli waris pada suatu waktu melalui bimbingan umum dari Allah 

Sang Pemelihara. namun , tidak ada orang mendapat istri yang baik 

melalui keturunan atau warisan. Orangtua yang duniawi, dalam 

mengasuh anak-anak mereka, tidak berharap lebih dibandingkan  men-

carikan rumah dan harta bagi anak-anak mereka, namun , jika 

bersamaan dengan itu anak-anak mereka mendapatkan istri yang 

berakal budi, biarlah Allah saja yang mendapatkan kemuliaan. 

 

15 Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan 

menderita lapar. 

Lihatlah di sini buruknya tabiat malas dan lamban. 

1. Tabiat itu membuat orang tidak bisa berpikir dengan semestinya, 

membuat mereka tidak peka, dan tidak memikirkan urusan-urus-

an mereka sendiri,   sebab  mereka dibuat tidur nyenyak, banyak 

bermimpi, namun  tidak berbuat apa-apa. Orang malas menghabis-

kan waktu mereka dengan tidur-tiduran, menguburkan talenta-

talenta mereka, menjalani hidup yang tidak berguna, dan menjadi 

beban yang tidak bermanfaat bagi bumi. Setiap pekerjaan yang 

mereka lakukan pada waktu terjaga tidak ada gunanya sama 

seperti bila mereka selalu tertidur. Bahkan jiwa mereka sekalipun 

malas dan terlena, kekuatan-kekuatan akal budi mereka menjadi 

dingin dan membeku. 

2. Tabiat itu membuat orang miskin dan menjatuhkan mereka ke 

dalam kekurangan. Orang-orang yang tidak mau bekerja tidak 

bisa berharap dapat makan, namun  pasti menderita lapar: jiwa 

yang lamban, yaitu orang yang lamban mengurusi perkara-per-

kara yang menyangkut jiwanya, yang tidak peduli atau bersusah 

payah mengerjakan keselamatannya, akan binasa   sebab  keku-

rangan apa yang penting bagi hidup dan kebahagiaan jiwanya. 

16 Siapa berpegang pada perintah, memelihara nyawanya, namun  siapa meng-

hina firman, akan mati. 

Di sini ada , 

1. Kebahagiaan orang-orang yang hidup dengan saksama. Orang 

yang dengan kesadaran hati nurani berpegang pada perintah da-

lam segala hal, yang hidup menuruti peraturan, sebagaimana la-

yaknya hamba dan pasien, berarti memelihara nyawanya. Mereka 

menjamin damai sejahtera mereka pada saat ini dan kebahagiaan 

mereka di masa depan, dan menyimpan persediaan untuk segala 

hal dengan baik bagi diri mereka sendiri. Jika kita berpegang 

pada firman Allah, maka firman Allah akan memegang kita se-

hingga kita dijauhkan dari segala sesuatu yang dapat menyakiti 

kita. 

2. Kesengsaraan orang-orang yang hidup berfoya-foya dan tidak pe-

duli dengan apa yang mereka lakukan: orang-orang yang hidup 

seenaknya akan mati (KJV), akan binasa selama-lamanya. Mereka 

berada di jalan raya menuju kehancuran. Orang-orang yang cero-

boh mengenai tujuan hidup mereka, dan tidak pernah memper-

timbangkan ke mana mereka pergi dan pedoman hidup mereka, 

yang ingin berjalan menuruti keinginan hati mereka dan meng-

ikuti arus dunia (Pkh. 11:9), yang tidak pernah mempertimbang-

kan apa yang telah mereka perbuat atau apa yang mereka pikir 

harus diperbuat, namun  yang hidup seenaknya (Im. 26:21), entah 

benar atau salah, semua itu sama saja bagi mereka. Dan apa yang 

bisa dihasilkan dari semua itu selain kejahatan yang sejahat-

jahatnya? 


17 Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi 

TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu. 

Di sini: 

I. Kewajiban kasih digambarkan. Kewajiban itu mencakup dua hal: 

1. Belas kasihan, yang merupakan asas batiniah dari kasih di 

dalam hati. Kewajiban ini yaitu  menaruh belas kasihan 

kepada orang yang lemah. Orang-orang yang tidak mempunyai 

uang sepeser pun untuk kaum miskin, tetap bisa berbelas 

kasihan kepada mereka, bisa peduli dan prihatin terhadap 

mereka dengan berlandaskan kasih. Namun, jika orang mem-

bagi-bagikan segala sesuatu yang ada padanya kepada orang 

miskin namun  tidak mempunyai kasih ini di dalam hatinya, 

maka itu tidak ada faedahnya (1Kor. 13:3). Kita harus menye-

rahkan kepada orang lapar apa yang kita inginkan sendiri (Yes. 

58:10).  

2. Kemurahan hati dan keroyalan. Kita tidak saja harus berbelas 

kasihan kepada orang miskin, namun  juga harus memberi, 

sesuai dengan kebutuhan mereka dan kemampuan kita (Yak. 

2:15-16). Apa yang telah diberikannya. Apa yang telah diper-

buatnya (begitu arti tersiratnya). Berbuat bagi orang miskin, 

seperti halnya memberi kepada mereka, yaitu  kasih. Dan 

dengan demikian, jika  mereka bertubuh utuh dan berakal 

budi, hendaklah mereka mengasihi satu sama lain. 

II. Dorongan untuk berbuat kasih. 

1. Perbuatan ini akan sangat diperhitungkan. Apa yang diberikan 

kepada orang miskin, atau diperbuat bagi mereka, Allah akan 

menghitungnya sebagai piutang kepada-Nya, piutang beserta 

bunganya (itulah yang diartikan oleh kata itu). Ia memandang-

nya dengan baik, seolah-olah itu diperbuat bagi Dia sendiri, 

dan Ia ingin agar kita mendapat penghiburan darinya, dan 

merasa senang sama seperti tukang riba saat  meminjamkan 

sejumlah uang kepada tangan-tangan yang bisa dipercaya.  

2. Perbuatan ini akan diganjar dengan amat berlimpah: Dia akan 

membalasnya, dengan berkat-berkat di dunia ini maupun 

dengan berkat rohani dan kekal. Beramal yaitu  cara yang pa-

ling pasti dan aman untuk berkembang. 



18 Hajarlah anakmu selama ada harapan, namun  jangan engkau menginginkan 

kematiannya. 

Di sini orangtua diperingatkan agar jangan bodoh dengan memanja-

kan anak-anak mereka yang cenderung susah diatur dan jahat, dan 

yang watak pikirannya sudah begitu buruk sehingga mereka tidak 

akan bisa disembuhkan kecuali dengan tindakan tegas. 

1. Jangan katakan bahwa menghukum mereka bisa dilakukan nanti 

pada saat yang tepat. Tidak, segera sesudah  terlihat tabiat rusak 

pada diri mereka, langsung ditegur, sebelum keterusan dan ber-

akar, sehingga mengeras menjadi kebiasaan: hajarlah anakmu se-

lama ada harapan, sebab mungkin saja, jika ia dibiarkan selama 

beberapa waktu, tidak akan ada lagi harapan baginya, dan hajar-

an yang jauh lebih keras tidak akan menghasilkan apa yang seka-

rang bisa dilakukan dengan hajaran yang lebih lembut. Mencabut 

ilalang paling mudah dilakukan segera sesudah  ia tumbuh. Ban-

teng yang dimaksudkan untuk memikul kuk harus dibiasakan 

sejak dari dini untuk memikulnya. 

2. Jangan katakan bahwa engkau tidak tega menghukum mereka, 

dan bahwa,   sebab  mereka menangis dan memohon-mohon am-

pun, engkau tak sampai hati untuk melakukannya. Jika tujuan 

memang bisa dicapai tanpa menghukum, baguslah itu. namun , 

jika engkau mendapati, seperti yang sering kali terjadi, bahwa 

dengan mengampuni mereka begitu saja, sesudah  mereka berpura-

pura bertobat dan berjanji akan berubah, hanya membuat mereka 

semakin berani melanggar lagi, terutama jika itu yaitu  hal yang 

jelas-jelas berdosa (seperti berdusta, mengutuk, berbicara kasar, 

mencuri, atau sejenisnya), maka dalam kasus seperti itu bulat-

kanlah tekadmu, dan jangan tahan hajaranmu   sebab  tangisnya 

(KJV). Lebih baik ia menangis   sebab  pukulan tongkatmu dibandingkan  

  sebab  pedang hakim, atau yang lebih menakutkan lagi,   sebab  

murka Allah. 


19 Orang yang sangat cepat marah akan kena denda,   sebab  jika engkau 

hendak menolongnya, engkau hanya menambah marahnya.  


1. saat  kita membaca ayat ini, tampaklah, secara singkat, bahwa 

orang yang marah selalu tidak kekurangan celaka. Orang-orang 

yang cepat panas hati, atau lebih tepatnya keras kepala, biasanya 

mendatangkan masalah bagi diri mereka sendiri dan keluarga me-

reka dengan segala persengketaan dan pertengkaran yang menjeng-

kelkan, dan kemarahan-kemarahan yang ditimbulkan darinya. 

Mereka senantiasa jengkel, dalam satu atau lain kasus,   sebab  

amarah mereka yang tidak bisa dikendalikan. Dan, jika teman-

teman mereka melepaskan mereka dari satu kesulitan, mereka 

dengan segera akan melibatkan diri dalam kesulitan lain, dan 

teman-teman mereka pun harus melepaskan mereka lagi. Semua 

hal yang menyulitkan mereka dan orang lain ini bisa dihindari 

jika saja mereka mematikan hawa nafsu mereka dan menguasai 

roh mereka sendiri. 

2. Ayat itu bisa juga dibaca, orang yang lekas murka (dalam arti 

anak yang perlu dihukum dan yang tidak sabar mendengar tegur-

an, yang berteriak-teriak dan membuat keributan, bahkan meng-

amuk melawan tongkat hukuman) pantas dihukum.   sebab , jika 

engkau hendak menolongnya   sebab  teriakannya itu, engkau akan 

terpaksa menghukumnya dengan jauh lebih keras lagi di lain 

waktu. Anak yang membangkang dan tinggi hati harus ditunduk-

kan sedini mungkin, kalau tidak, ia akan menjadi lebih buruk ka-

renanya. 

20 Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi 

bijak di masa depan. 

Perhatikanlah:  

1. Akan baiklah bagi orang-orang yang menjadi bijak untuk masa de-

pan, bijak bagi masa depan mereka, bijak bagi keadaan mereka di 

masa mendatang, bijak bagi kehidupan di dunia lain, dan yang 

didapati bijak saat akhir hidup mereka tiba. Mereka dara-dara 

yang bijak, pembangun-pembangun yang bijak, pengurus-pengu-

rus yang bijak, yang bijak pada akhirnya, dan mengerti apa yang 

perlu untuk damai sejahtera mereka, sebelum hal itu tersembunyi 

bagi mata mereka. Orang yang duniawi dan hidup menuruti nafsu 

kedagingan pada kesudahan usianya terkenal sebagai seorang 

bebal (Yer. 17:11), namun  kesalehan akan terbukti sebagai hikmat 

pada akhirnya. 

2. Orang-orang yang ingin menjadi bijak untuk masa depan harus 

mendengarkan nasihat dan menerima didikan, dari awal harus 

mau diajar dan diperintah, mau dinasihati dan ditegur, saat  

mereka muda. Apa yang akan disimpan untuk musim dingin ha-

rus dikumpulkan di musim panas. 


21 Banyaklah rancangan di hati manusia, namun  keputusan TUHANlah yang 

terlaksana. 

Di sini kita mendapati, 

1. Manusia berencana. Mereka menyimpan rancangan-rancangan 

mereka dalam diri mereka sendiri, namun  mereka tidak dapat 

menyembunyikannya dari Allah. Ia mengetahui banyak rancangan 

di hati manusia, – rancangan-rancangan yang melawan keputus-

an-Nya (seperti yang ada  dalam Mazmur 2:1-3 dan Mikha 

4:11), – rancangan-rancangan yang tanpa kebijaksanaan-Nya 

(tanpa sama sekali memperhatikan pemeliharaan-Nya, seperti 

orang-orang yang digambarkan dalam Yakobus 4:13. Mereka mau 

berbuat ini dan itu, tanpa mengikutsertakan Allah bersama mere-

ka). Mereka membuat rancangan-rancangan yang tidak sesuai 

dengan kebijaksanaan Allah. Manusia itu berubah-ubah dalam 

membuat rancangan, dan sering kali tidak masuk akal serta tidak 

adil, namun  kebijaksanaan Allah itu bijak dan kudus, teguh dan 

tidak berubah-ubah sifatnya. 

2. Allah menentukan. Beragam orang memiliki beragam rancangan, 

sesuai dengan ke mana kecenderungan atau minat mereka mem-

bawa mereka, namun  keputusan TUHANlah yang terlaksana, apa 

pun yang terjadi dengan rancangan-rancangan manusia. Kepu-

tusan-Nya sering kali menghancurkan ukuran-ukuran manusia 

dan mengacaukan rancangan-rancangan mereka. namun  rancang-

an-rancangan mereka tidak sedikit pun dapat mengubah kepu-

tusan-Nya, atau mengganggu keberlangsungannya, atau mem-

buat-Nya merancangkan keputusan-keputusan baru (Yes. 14:24; 

46:11). Betapa hal ini menjadi teguran keras terhadap para nega-

rawan yang sering membuat rancangan, yang menyangka dapat 

mengakali seluruh umat manusia, bahwa ada Allah di sorga yang 

menertawakan mereka (Mzm. 2:4). Betapa hal ini menjadi penghi-

buran besar bagi seluruh umat Allah, bahwa semua tujuan Allah, 

yang kita yakini benar dan baik, akan terlaksana pada waktunya! 


22 Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang 

miskin dari pada seorang pembohong. 

Perhatikanlah: 

1. Kehormatan dalam berbuat baik yaitu  apa yang secara terpuji 

boleh menjadi ambisi kita. Tidak bisa tidak, jika di dalam dirinya 

ada  secercah kebajikan, orang ingin menjadi baik. Orang 

demikian tidak mau menginginkan harta untuk tujuan apa pun 

kecuali jika dengannya ia dimampukan untuk meringankan pen-

deritaan kaum miskin dan menolong teman-teman kita. 

2. Jauh lebih baik memiliki hati untuk berbuat baik dan tidak 

mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dibandingkan  memiliki 

kemampuan berbuat baik namun  tidak mempunyai hati untuk me-

lakukannya. Keinginan orang untuk menjadi baik, mengasihi, dan 

bermurah hati yaitu  kebaikannya, dan akan dipandang demi-

kian. Baik Allah maupun manusia akan menerima kehendak 

baiknya, sesuai dengan apa yang dimilikinya, dan tidak akan ber-

harap lebih. Orang miskin, yang berharap agar engkau baik-baik 

saja, namun  tidak bisa menjanjikan apa-apa kepadamu,   sebab  ia 

tidak mempunyai apa-apa untuk menunjukkan kebaikannya, 

lebih baik dari pada seorang pembohong, dibandingkan  orang kaya 

yang membuatmu percaya bahwa ia akan melakukan perkara-

perkara besar, namun saat  tiba waktunya, tidak mau berbuat 

apa-apa. Sifat orang-orang yang berderajat rendah, bahwa mereka 

yaitu  kehampaan, dan tidak bisa diharapkan berbuat apa-apa, 

yaitu  lebih baik dibandingkan  orang yang berderajat tinggi,   sebab  

mereka yaitu  dusta, mereka menipu orang-orang yang harapan-

nya sudah mereka bangkitkan. 


23 Takut akan Allah mendatangkan hidup, maka orang bermalam dengan 

puas, tanpa ditimpa malapetaka. 

Lihatlah apa yang didapat oleh orang-orang yang hidupnya takut 

akan Allah, dan selalu menjalankan kewajiban mereka terhadap-Nya 

dengan kesadaran hati nurani. 

1. Keamanan: mereka tidak akan ditimpa malapetaka. Mereka bisa 

saja tertimpa penyakit atau penderitaan lainnya, namun  tidak akan 

ada kejahatan di dalamnya, tidak ada yang bisa menyakiti mere-

ka, sebab tidak ada yang dapat memisahkan mereka dari kasih 

Allah, atau menyakiti jiwa mereka. 

2. Kepuasan: mereka akan bermalam dengan puas. Mereka akan 

mendapat penghiburan-penghiburan yang memuaskan, dan akan 

senantiasa merasa puas dan tenang di dalam semua penghiburan 

itu. Kepuasan itu yaitu  kepuasan yang akan berdiam, sedang-

kan semua kepuasan indrawi hanya sementara saja dan cepat 

menghilang. Satur pernoctabit, non cubabit incoenatus – Ia tidak 

akan tidur dengan perut kosong. Ia akan mendapat apa yang akan 

membuatnya tenang dan akan menghiburnya di saat-saat ia 

terdiam dan merenung (Mzm. 16:6-7). 

3. Kebahagiaan yang sejati dan utuh. Kesalehan yang sungguh-sung-

guh mempunyai pengaruh langsung terhadap hidup, terhadap 

segala kebaikan, terhadap kehidupan kekal. Kesalehan yaitu  jalan 

yang pasti dan langsung menuju hidup. Kesalehan mempunyai 

sifat di dalamnya yang menjadikan manusia pantas bagi sorga, 

dan dengan demikian menuntun mereka kepadanya. 


24 Si pemalas mencelup tangannya ke dalam pinggan, namun  tidak juga me-

ngembalikannya ke mulut. 

Orang lamban di sini dibeberkan sebagai orang bodoh, sebab, 

1. Apa yang dipedulikannya hanyalah menghindar dari pekerjaan 

dan hawa dingin. Lihatlah posisi tubuhnya: ia meletakkan tangan-

nya di dada (KJV), berpura-pura cacat dan tidak bisa bekerja. 

Kedua tangannya dingin, dan ia harus menghangatkannya di 

dadanya. Dan, jika  tangannya sudah hangat di sana, ia harus 

menjaganya supaya tetap hangat. Ia meringkuk dalam kenyaman-

annya, dan bertekad untuk tidak mau bekerja dan menghadapi 

kesulitan. Biarlah bekerja orang-orang yang suka bekerja. Bagi-

nya, tidak ada hidup yang begitu indah selain duduk bermalas-

malasan dan tidak berbuat apa-apa. 


2. Ia tidak mau bersusah-susah mencari makan untuk dirinya sen-

diri, sungguh hiperbola yang menawan. Sebagaimana kita biasa 

mengatakannya, orang yang begitu malas bahkan tidak mau 

melepaskan api yang membakarnya, demikian pula di sini, ia 

tidak punya hati untuk melepaskan tangannya dari dadanya, bah-

kan, sekalipun itu untuk memasukkan makanan ke dalam mulut-

nya sendiri. Jika menurut hukum orang-orang yang tidak mau 

bekerja tidak boleh makan, maka ia lebih memilih kelaparan dari-

pada bergerak sedikit saja. Dengan demikian, dosanya yaitu  hu-

kumannya, dan oleh sebab itu sungguh teramat bodoh dosa yang 

dilakukannya itu. 


25 Jikalau si pencemooh kaupukul, barulah orang yang tak berpengalaman 

menjadi bijak, jikalau orang yang berpengertian ditegur, ia menjadi insaf. 

Perhatikanlah: 

1. Hukuman bagi para pencemooh akan menjadi sarana yang men-

datangkan kebaikan bagi orang lain. saat  orang sudah begitu 

mengeras dalam kefasikan, mereka tidak mau disadarkan dengan 

cara-cara keras untuk memulihkan dan memperbaharui mereka. 

Walaupun demikian, cara-cara seperti itu tetap harus digunakan 

demi kepentingan orang lain, supaya mereka mendengar dan men-

jadi takut (Ul. 19:20). Meskipun si pencemooh tidak mau disadar-

kan dari dosanya,   sebab  penyakitnya sudah sedemikian berurat 

akar, namun orang-orang yang tak berpengalaman akan menjadi 

bijak untuk tidak mencoba-coba dosa yang sampai menjadikan 

orang begitu. Jika cara itu tidak menyembuhkan bagian yang 

terinfeksi, ia dapat mencegah penyebaran infeksi itu. 

2. Teguran dari orang-orang bijak akan menjadi sarana yang men-

datangkan kebaikan bagi diri mereka sendiri. Mereka tidak perlu 

dipukul. Sebuah kata saja sudah cukup bagi orang bijak. Tegur 

saja orang yang berpengertian, maka ia akan memahami diri dan 

kepentingannya sendiri sehingga menjadi insaf   sebab nya. Ia tidak 

akan melupakannya lagi   sebab  alasan tidak tahu dan lengah 

jika  ia sudah diberi tahu sekali. Begitu baiknya ia menerima 

teguran dan begitu bijaknya ia menyikapinya. 


26 Anak yang menganiaya ayahnya atau mengusir ibunya, memburukkan dan 

memalukan diri. 

Di sini ada , 

1. Dosa seorang anak yang terhilang. Selain kesalahan yang ia 

perbuat terhadap dirinya sendiri, ia menyakiti orangtuanya yang 

baik hati. Dengan hinanya ia tidak menunjukkan rasa terima 

kasih kepada mereka yang telah menjadi sarana bagi keberada-

annya dan telah banyak bersusah payah mengasuhnya. Ini sema-

kin memperberat dosanya dan menjadikannya teramat sangat 

berdosa di mata Allah dan manusia: ia menganiaya ayahnya, 

memboroskan harta bendanya yang harus disimpannya untuk 

hari tua, menguras semangatnya, dan menghancurkan hatinya, 

dan menyebabkan dia yang ubanan itu turun ke dunia orang mati 

  sebab  dukacita. Ia mengusir ibunya, membuang rasa kasih 

sayang sang ibu dari dirinya, yang tentu saja mendatangkan ba-

nyak penyesalan dan kesusahan di dalam hati ibunya. Ia mem-

buat ibunya menjadi kelelahan di rumah, dengan sikapnya yang 

kasar dan kurang ajar, dan ibunya akan senang bila bisa ada 

waktu tenang barang sebentar saja. Kemudian, sesudah  ia meng-

habiskan semua hartanya, ia mengusir keluar ibunya dari rumah. 

2. Aib si anak boros. Sungguh aib bagi dirinya sendiri bahwa ia sam-

pai berlaku begitu biadab dan tidak pantas. Ia menjadikan dirinya 

menjijikkan bagi seluruh umat manusia. Sungguh aib bagi orang-

tua dan keluarganya, yang tepercik ulahnya itu, meskipun mung-

kin tanpa alasan yang baik, mereka tidak mendidiknya dengan 

lebih baik atau tidak berbuat sesuatu dengannya. 


27 Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyim-

pang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan. 

Ini merupakan peringatan yang baik bagi orang-orang yang sudah 

mempunyai pendidikan baik, agar mereka berjaga-jaga untuk tidak 

mendengarkan orang-orang yang, dengan dalih ingin mendidik mereka, 

justru menjauhkan mereka dari asas-asas baik yang sudah membim-

bing mereka selama ini.  


Amatilah: 

1. Ada hal yang tampaknya dirancang untuk mendidik, namun  sebe-

narnya menimbulkan kehancuran pada orang muda. Antek-antek 

kekejian akan berusaha mengajarkan kepada mereka pemikiran-

pemikiran yang bebas dan percakapan yang mutakhir, bagaimana 

meringankan dosa-dosa yang selama ini memberatkan pikiran 

mereka, dan membungkam suara hati mereka sendiri. Mereka 

mengajarkan bagaimana melepaskan diri dari kekangan-kekangan 

pendidikan mereka, dan menjadikan mereka sebagai orang-orang 

yang pandai bersilat lidah dan berpenampilan menarik. Inilah 

didikan yang membuat orang menyimpang dari perkataan-perkata-

an yang baik, yang seharusnya dipegang teguh di dalam iman dan 

kasih. 

2. Sungguh berhikmat orang-orang muda yang menutup telinga ter-

hadap didikan-didikan seperti itu, seperti yang diperbuat ular 

tedung terhadap mantra-mantra yang diucapkan untuk menjerat-

nya. “Ngerilah jika mendengarkan pembicaraan seperti itu,   sebab  

hal itu cenderung menanamkan ajaran-ajaran yang longgar ke 

dalam pikiran. Dan, jika engkau mempunyai hubungan dengan 

orang-orang seperti itu, tinggalkanlah mereka. Sudah cukup eng-

kau mendengar mereka, atau terlalu banyak, dan oleh sebab itu 

janganlah dengar lagi percakapan jahat yang merusakkan kebia-

saan yang baik.” 


28 Saksi yang tidak berguna mencemoohkan hukum dan mulut orang fasik 

menelan dusta. 

Inilah gambaran dari para pendosa besar, yang hatinya penuh niat 

untuk berbuat jahat. 

1. Mereka menantang apa yang dapat mencegah dan menghalangi 

mereka berbuat dosa: saksi yang tidak berguna yaitu  orang yang 

bersaksi dusta melawan sesamanya, dan bahkan bersumpah pada 

dirinya sendiri untuk melakukan kejahatan lain. Dalam perbuat-

annya itu tidak saja ada  ketidakadilan yang besar, namun  juga 

ketidaksalehan yang besar. Orang ini sungguh merupakan salah 

satu dari manusia-manusia yang paling buruk. Atau saksi yang 

tidak berguna di sini yaitu  orang yang dengan cemar dan tanpa 

mengenal adanya Tuhan bersaksi melawan agama dan kesalehan, 

yang didikan-didikannya menjauhkan orang dari perkataan-per-

kataan yang memberi pengetahuan (ay. 27). Orang seperti itu men-

cemoohkan hukum, menertawakan kengerian-kengerian Tuhan, 

dan mengejek rasa takut akan Allah itu (Ayb. 15:26). Coba beri-

tahukan dia tentang hukum dan keadilan, bahwa Kitab Suci dan 

sumpah itu yaitu  hal yang sakral dan bukan untuk dipermain-

kan, bahwa akan tiba hari pembalasan, maka ia akan menertawa-

kan semuanya itu, dan tidak sudi mendengarkannya. 

2. Mereka tamak, dan senang dengan apa yang bisa memberi mereka 

kesempatan untuk berdosa: mulut orang fasik dengan rakus mene-

lan dusta, menghirupnya seperti air (Ayb. 15:16). 

28 Hukuman bagi si pencemooh tersedia dan pukulan bagi punggung orang 

bebal. 

Perhatikanlah: 

1. Pencemooh yaitu  orang bodoh. Para pencemooh yaitu  orang-

orang yang mengolok-olok segala sesuatu yang sakral dan pen-

ting. Namun tindakan mereka itu hanya membuat mereka men-

jadi bahan olok-olokan. Kebodohan mereka pun akan nyata bagi 

semua orang. 

2. Orang-orang yang mencemooh hukum tidak bisa lari dari hukum 

(ay. 28). Kefasikan manusia tidak bisa membatalkan ancaman-

ancaman dari Allah. Mereka yang dengan rakus menelan dusta, 

menelan umpan sekaligus kailnya. Hakim warga  harus me-

nyediakan hukuman bagi si pencemooh,   sebab  jika tidak maka 

percuma ia menyandang pedang. Namun jika ia lalai dan mem-

biarkan dosa, hukuman Allah tidak pernah gagal. Hukuman Allah 

sudah tersedia (Mat. 25:41).   


1 Anggur yaitu  pencemooh, minuman keras yaitu  peribut, tidaklah bijak 

orang yang terhuyung-huyung   sebab nya. 

Inilah:  

1. Jahatnya bermabuk-mabukan: anggur yaitu  pencemooh, minum-

an keras yaitu  peribut. Begitulah minuman itu bagi orang ber-

dosa sendiri. Minuman itu mencemoohnya, memperbodoh dia, 

menjanjikan kepadanya kepuasan yang tidak pernah bisa diberi-

kannya kepada dia. Minuman itu tersenyum kepadanya pada 

awalnya, namun  kemudian memagut seperti ular. saat  direnung-

renungkan, minuman itu membuat keributan di dalam hati nu-

raninya. Minuman itu membuat keributan di dalam tubuh, meng-

ubah kegembiraan menjadi amukan. saat  orang mabuk, hilang-

lah akal budinya, dan kemudian ia, sesuai dengan tabiatnya, 

entah mencemooh seperti orang bodoh atau mengamuk seperti 

orang gila. Bermabuk-mabukkan, yang dianggap seolah-olah se-

bagai bentuk pergaulan dalam warga , menjadikan orang 

tidak layak bagi warga , sebab bermabuk-mabukan membuat 

mereka berkata-kata kasar dengan lidah mereka dan membabi 

buta dalam amarah mereka (23:29). 

2. Kebodohan para pemabuk dengan mudah disimpulkan dari sini. 

Orang yang terhuyung-huyung   sebab nya, yang membiarkan diri-

nya terjerumus ke dalam dosa ini padahal ia sudah jelas-jelas di-

peringatkan akan dampak-dampaknya, tidaklah bijak. Ia menun-

jukkan diri tidak mempunyai pengertian atau pertimbangan yang 

benar akan berbagai perkara. Dan bukan hanya itu saja, ia juga 

membuat dirinya tidak mampu memperoleh hikmat. Sebab, dosa-

lah yang membuat orang tergila-gila dan mabuk kepayang, dan 

mencuri hati mereka. Pemabuk yaitu  orang bodoh, dan seperti 

itulah jadinya dia. 

2 Kegentaran yang datang dari raja yaitu  seperti raung singa muda, siapa 

membangkitkan marahnya membahayakan dirinya. 

Lihatlah di sini:  

1. Betapa menakutkannya raja-raja, dan betapa mengerikannya mere-

ka bagi orang-orang yang sudah membangkitkan amarah mereka. 

Kegentaran terhadap mereka, yang membuat rakyat senantiasa 

hormat dan takut (khususnya jika  raja-raja memegang kuasa 

mutlak dan kehendak mereka yaitu  hukum), yaitu  seperti 

raung singa muda, yang amat menggentarkan bagi makhluk-

makhluk yang dimangsanya, dan membuat mereka gemetar se-

hingga tidak bisa melarikan diri darinya. Raja-raja yang memerin-

tah dengan hikmat dan kasih berarti memerintah seperti Allah 

sendiri, dan dengan begitu mereka menampakkan gambaran diri-

Nya. namun , raja-raja yang memerintah hanya dengan kengerian, 

dan dengan sewenang-wenang, berarti hanya memerintah seperti 

singa di hutan, dengan kekuatan binatang. Oderint, dum metuant 

– Biar saja rakyat benci, asalkan mereka takut. 

2. Oleh sebab itu, betapa tidak bijaksananya orang-orang yang ber-

selisih dengan mereka, yang marah terhadap mereka, sehingga 

membangkitkan amarah mereka. Mereka membahayakan nyawa 

mereka sendiri. Jauh terlebih lagi dengan orang-orang yang mem-

bangkitkan amarah Raja segala raja. Nemo me impune lacesset – 

Tak seorang pun yang membuatku marah akan lolos dari hukuman. 

3 Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, namun  setiap orang 

bodoh membiarkan amarahnya meledak. 

Ayat ini dirancang untuk meluruskan kesalahan-kesalahan orang 

berkenaan dengan perbantahan.  

1. Orang menyangka bahwa mereka berhikmat jika terlibat dalam 

perselisihan, padahal itu yaitu  kebodohan terbesar yang bisa 

diperbuat. Ia menyangka dirinya berhikmat jika cepat tersinggung 

oleh penghinaan, jika mati-matian membela kehormatan dan hak-

nya. Ia tidak mau mengalah demi kehormatan atau hak itu, sebe-

lum ia menentukan, menjatuhkan, dan memberikan hukum kepa-

da semua orang. Akan namun , sesungguhnya orang yang suka cam-

pur tangan seperti itu yaitu  orang bodoh. Ia hanya menimbulkan 

banyak kekesalan yang tidak perlu kepada dirinya sendiri. 

2. Orang menyangka, saat  mereka terlibat dalam perselisihan, mere-

ka akan menanggung malu jika mundur dan meletakkan senjata. 

Akan namun , sebenarnya terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi 

perbantahan. Terhormatlah ia jika ia menarik diri, menyudahi suatu 

perselisihan, memaafkan kesalahan, dan berteman dengan orang-

orang yang sudah berseteru dengannya. Terhormatlah orang, orang 

yang bijak, orang yang hidup di dalam roh, jika ia menunjukkan 

penguasaan diri dengan menjauhi perbantahan, dengan mengalah, 

menunduk, dan menarik kembali tuntutan-tuntutannya yang 

adil, demi menjaga kerukunan, seperti yang diperbuat Abraham, 

orang yang lebih tinggi itu (Kej. 13:8). 

4 Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada 

musim menuai, maka tidak ada apa-apa. 

Lihatlah di sini jahatnya bermalas-malasan dan mencintai kenyaman-

an.  

1. Kemalasan menghalang-halangi orang untuk mengerjakan peker-

jaan yang paling dibutuhkan, untuk membajak dan menabur 

pada musimnya: si pemalas mempunyai tanah untuk ditinggali 

dan digarap, dan memiliki kemampuan untuk itu. Ia bisa mem-

bajak, namun  tidak mau. Ada saja alasannya untuk mengelak, 

namun  alasan yang sebenarnya yaitu    sebab  musim dingin. Saat 

membajak bukanlah pada puncak musim dingin, melainkan di 

awal-awalnya. Namun bahkan di awal-awal musim dingin itu ia 

merasa terlalu dingin untuk pergi keluar. Benar-benar memalu-

kan orang-orang yang malas dalam menangani urusan mereka 

sampai-sampai tidak bersedia untuk melakukan pekerjaan kecil 

seperti membajak, atau mengalami sedikit saja kesusahan seperti 

embusan angin dingin. Demikianlah cerobohnya banyak orang da-

lam perkara-perkara yang menyangkut jiwa mereka. Kesulitan 

sepele saja sudah membuat mereka ketakutan untuk melakukan 

kewajiban yang paling penting. namun , prajurit-prajurit yang baik 

harus bertahan menghadapi kesusahan. 

2. Dengan demikian, kemalasan menjauhkan mereka dari sokongan-

sokongan hidup yang paling penting: orang-orang yang tidak mau 

membajak pada masa menanam jangan harap akan menuai pada 

masa panen. Dan oleh sebab itu, dengan terheran-heran mereka 

harus mengemis roti saat  orang yang rajin membawa pulang 

berkas-berkas gandum mereka dengan sukacita. Orang yang tidak 

rela berjerih payah membajak harus menanggung aib mengemis. 

Mereka akan mencari pada musim menuai, namun tidak mendapat 

apa-apa. Tidak, sekalipun panennya melimpah. Meskipun meri-

ngankan beban orang malas bisa saja merupakan perbuatan ka-

sih, namun orang boleh, demi keadilan, tidak meringankan beban 

mereka. Mereka pantas dibiarkan kelaparan. Gadis-gadis bodoh 

yang tidak mau menyimpan minyak di dalam pelita-pelita mereka 

pada akhirnya memohon ingin masuk saat  mempelai laki-laki 

datang, namun mereka ditolak. 

5 Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, namun  orang 

yang pandai tahu menimbanya. 

Di sini orang dikatakan berhikmat bila ia mau menimba hikmat dari 

orang lain dan menyelami sampai di kedalamannya,  

1. Untuk memperoleh pengetahuan dari orang lain. Meskipun segala 

rahasia dan rancangan manusia tersembunyi begitu rapat, se-

hingga semua itu seperti air yang dalam yang tidak bisa diselami 

orang lain, namun ada orang yang dengan sindiran-sindiran cer-

dik, dan pertanyaan-pertanyaan yang tampak aneh, bisa menge-

luarkan dari orang lain apa yang telah mereka perbuat maupun 

apa yang mereka berniat lakukan. Oleh sebab itu, orang-orang 

yang mau menjaga rahasia rancangan mereka tidak saja harus 

bertekad bulat, namun  juga harus waspada. 

2. Untuk memperoleh pengetahuan melalui mereka. Sebagian orang 

sangat mampu dan pantas memberikan nasihat,   sebab  mereka 

memiliki kemampuan yang unggul untuk membelah-belah sehelai 

rambut, menghantam tulang sendi kesulitan, dan memberikan 

saran yang mengena. Akan namun , orang-orang seperti ini sifatnya 

bersahaja, tertutup, dan tidak pandai berbicara. Mereka menyim-

pan banyak sekali perkara di dalam diri mereka, namun  semua itu 

enggan keluar. Dalam kasus seperti itu, orang yang pandai akan 

menimbanya, seperti menimba anggur dari dalam tempayan. Kita 

akan kehilangan keuntungan yang bisa kita peroleh dari perca-

kapan dengan orang-orang bijak jika kita tidak tahu seni bertanya 

yang baik. 

6 Banyak orang menyebut diri baik hati, namun  orang yang setia, siapakah 

menemukannya? 

Perhatikanlah: 

1. Mudah untuk menemukan orang yang berpura-pura berbaik hati 

dan murah hati dalam memberi. Banyak orang akan menyebut 

diri sebagai orang yang berbelas kasihan, bermegah dengan ke-

baikan yang telah dan akan mereka perbuat, atau, setidak-tidak-

nya, dengan betapa senangnya ia berbuat baik. Kebanyakan orang 

akan berbicara banyak tentang amal, kedermawanan, keramahan, 

dan kesalehan mereka. Mereka akan meniup sangkakala kepada 

diri sendiri, seperti orang-orang Farisi. Mereka akan menguman-

dangkan kebaikan kecil yang telah mereka lakukan, dan mem-

besar-besarkannya. 

2. namun  sulit menemukan orang yang benar-benar baik dan murah 

hati dalam memberi, yang sudah melakukan dan akan melakukan 

lebih banyak dibandingkan  yang mereka katakan atau yang pura-pura 

mereka pedulikan, dan yang benar-benar mau menjadi sahabat 

sejati di masa susah. Orang yang bisa dipercayai seperti itu ibarat 

angsa berwarna hitam. 

7 Orang benar yang bersih kelakuannya – berbahagialah keturunannya. 

Ada perhatian yang diberikan di sini mengenai kehormatan orang baik, 

1. Bahwa ia berbuat baik bagi dirinya. Ia memiliki aturan tertentu, 

dan melalui aturan itu ia mengatur dirinya dengan tangan yang 

kuat dan mantap: ia bersih kelakukannya. Ia menjaga kemurnian 

hati nuraninya, dan mendapat penghiburan darinya, sebab itulah 

sukacitanya. Ia tidak mudah dicekam segala kegelisahan, entah 

dalam merancangkan apa yang akan diperbuatnya atau mere-

nungkan apa yang telah diperbuatnya, tidak seperti orang-orang 

yang hidup dengan menipu. 

2. Bahwa ia berbuat baik bagi keluarganya: berbahagialah keturun-

annya, dan hidup mereka akan lebih baik oleh   sebab  dia. Allah 

menyimpan belas kasihan bagi keturunan orang yang setia. 

8 Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan dapat mengetahui segala 

yang jahat dengan matanya. 

Inilah: 

1. Sifat seorang penguasa yang baik: ia yaitu  seorang raja yang 

pantas disebut raja, yang bersemayam di atas kursi, bukan kursi 

kehormatan untuk bernyaman-nyaman dan bermegah-megahan, 

dan mengharuskan orang lain menjaga jarak, melainkan kursi 

pengadilan, agar ia menjalankan keadilan, mengembalikan hak 

orang yang disalahi dan menghukum orang yang membuat pe-

langgaran. Ia menjadikan pekerjaannya sebagai kesukaannya, 

dan tidak menyukai kesenangan lain dibandingkan pekerjaannya 

itu. Ia tidak mengalihkan segala kekhawatiran dan permasalahan 

kepada orang lain, namun  memperhatikan urusan-urusannya sen-

diri dan melihat sebanyak mungkin perkara dengan matanya sen-

diri (1Raj. 10:9). 

2. Dampak yang membahagiakan dari pemerintahan yang baik. Ke-

hadiran sang raja amat besar pengaruhnya sampai-sampai mele-

nyapkan kefasikan dari pandangan. Jika ia menyelidiki perkara-

perkaranya sendiri, orang-orang yang bekerja di bawahnya akan 

dijaga rasa hormat terhadapnya dan dijauhkan dari berbuat sa-

lah. Jika orang besar yaitu  orang yang juga baik, dan mau 

menggunakan kuasa mereka sebagaimana yang bisa dan harus 

mereka gunakan, betapa besarnya kebaikan yang bisa mereka 

lakukan dan betapa besarnya kejahatan yang bisa mereka cegah! 

9 Siapakah dapat berkata: “Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari 

pada dosaku?” 

Pertanyaan ini bukan hanya merupakan sebuah tantangan bagi siapa 

saja di dunia ini untuk membuktikan dirinya tidak berdosa, apa pun 

kepura-puraan mereka, melainkan juga merupakan sebuah ratapan 

atas kebobrokan umat manusia, bahkan atas kebobrokan yang masih 

tinggal pada diri orang-orang yang terbaik dari antara mereka. Aduh! 

Siapakah dapat berkata, “Aku tanpa dosa?”  

Amatilah: 

1. Siapa orang yang tidak bisa mengatakan kepura-puraan itu – 

semua orang, kita dan juga orang lain. Di sini, dalam keadaan 

yang tidak sempurna ini, tidak seorang pun bisa mengaku tanpa 

dosa. Adam bisa mengatakannya saat  ia masih murni, dan 

orang-orang kudus bisa mengatakannya di sorga, namun  tidak 

seorang pun bisa mengatakannya dalam kehidupan ini. Orang-

orang yang menyangka bahwa mereka sebaik seperti yang sudah 

seharusnya tidak bisa mengatakan ini, bahkan, orang yang benar-

benar baik pun tidak akan, dan tidak berani, mengatakannya. 

2. Kepura-puraan apa yang tidak bisa diucapkan. Kita tidak bisa 

berkata, kita telah membersihkan hati kita. Meskipun kita bisa 

berkata, melalui anugerah, “Kita lebih bersih dibandingkan  sebelum-

nya,” kita tidak dapat berkata, “Kita bersih dan murni dari segala 

dosa yang tersisa.” Atau, walaupun kita bersih dari perbuatan-

perbuatan dosa besar, kita tidak dapat berkata, “Hati kita bersih.” 

Atau, meskipun kita sudah dibasuh dan dibersihkan, kita tidak 

dapat berkata, “Kita sendiri yang telah membersihkan hati kita,” 

sebab itu yaitu  pekerjaan Roh. Atau, sekalipun kita murni dari 

dosa-dosa yang diperbuat banyak orang lain, kita tidak dapat ber-

kata, “Kita tahir dari pada dosa kita, dosa yang begitu merintangi 

kita, tubuh maut yang dikeluhkan oleh Rasul Paulus itu” (Rm. 

7:24). 

10 Dua macam batu timbangan, dua macam takaran, kedua-duanya yaitu  

kekejian bagi TUHAN. 

Lihatlah di sini: 

1. Berbagai muslihat yang dipakai orang untuk menipu, segala 

kejahatan yang berakar pada cinta akan uang. Dalam membayar-

kan dan menerima uang, yang pada waktu itu umumnya dilaku-

kan dengan timbangan, mereka mempunyai dua macam batu tim-

bangan, yang terlalu ringan untuk apa yang mereka bayarkan dan 

yang terlalu berat untuk apa yang mereka terima. Dalam mengi-

rimkan dan memasukkan barang, mereka mempunyai dua macam 

takaran, takaran yang sedikit untuk menjual dan takaran yang 

besar untuk membeli. Perbuatan ini dilakukan secara curang me-

lalui persekongkolan dan perencanaan, dan dengan dalih untuk 

berbuat benar. Termasuk di dalamnya yaitu  semua muslihat 

untuk memalsukan dan menipu dalam berjual beli. 

2. Ketidakberkenanan Allah terhadap semua perbuatan itu. Entah 

itu mengenai uang atau barang, sebagai pembeli atau penjual, 

semua itu yaitu  kekejian bagi TUHAN. Ia tidak akan membuat 

makmur perdagangan yang dilakukan secara demikian, ataupun 

memberkati hasil yang diperoleh. Ia membenci orang-orang yang 

merusak kepercayaan umum seperti itu,   sebab  melalui keper-

cayaan umum itulah keadilan dijaga. Dan Ia akan menjadi Pem-

balas dari semuanya ini. 

11 Anak-anak pun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah 

bersih dan jujur kelakuannya. 

Pohon dikenal dari buahnya, orang dikenal dari perbuatannya, bah-

kan pohon muda dari buah pertamanya, dan seorang anak dikenal 

dari kelakuannya yang kekanak-kanakan, yaitu apakah kelakuannya 

itu cuma bersih saja, hanya tampaknya saja yang baik (kata itu digu-

nakan dalam pasal 16:2), ataukah itu jujur, yakni, benar-benar baik.  

Ini menunjukkan: 

1. Bahwa anak-anak akan menampakkan diri sendiri siapa mereka 

sebenarnya. Segera orang akan melihat seperti apa tabiat mereka, 

dan ke mana kecenderungan mereka menuntun mereka, sesuai 

dengan pembawaan diri mereka. Anak-anak belum mempelajari 

seni menutup-nutupi dan menyembunyikan kecondongan hati 

seperti orang dewasa. 

2. Bahwa orangtua harus mengawasi anak-anak mereka, agar bisa 

mengetahui kecenderungan dan bakat mereka, dan bisa mengatur 

maupun menyalurkan kecenderungan dan bakat mereka itu. De-

ngan begitu, orangtua menancapkan paku yang longgar dan men-


cabut paku yang salah tancap. Yang terpenting untuk berhasil da-

lam hal ini yaitu  hikmat. 


12 Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh 

TUHAN. 

Perhatikanlah: 

1. Allah yaitu  Tuhan atas alam, dan semua kekuatan serta ke-

mampuan alam berasal dari Dia dan bergantung kepada-Nya, dan 

oleh sebab itu dimanfaatkan untuk-Nya. Dialah yang membentuk 

mata dan menanamkan telinga (Mzm. 94:9), dan keduanya disu-

sun secara menakjubkan. Dialah yang menyerahkan kepada kita 

untuk menggunakan keduanya. Berkat pemeliharaan-Nyalah mata 

kita melihat dan telinga kita mendengar. Mendengar dan melihat 

yaitu  indra-indra pembelajaran, dan kebaikan Allah harus diakui 

secara khusus di dalamnya. 

2. Allah yaitu  Allah yang sumber anugerah. Dialah yang memberi-

kan telinga yang mendengarkan suara Alah, dan mata yang meli-

hat keindahan-Nya, sebab Dialah yang membuka pengertian. 

13 Janganlah menyukai tidur, supaya engkau tidak jatuh miskin, bukalah 

matamu dan engkau akan makan sampai kenyang. 

Perhatikanlah:  

1. Orang-orang yang memanjakan diri di dalam kenyamanan harus 

bersiap-siap menghadapi kekurangan kebutuhan-kebutuhan po-

kok, yang seharusnya sudah mereka peroleh dengan pekerjaan 

yang jujur. “Oleh   sebab  itu, meskipun engkau harus tidur (itu 

merupakan tuntutan alami), namun janganlah menyukai tidur, 

seperti orang-orang yang benci bekerja. Janganlah menyukai tidur 

demi tidur itu sendiri, namun  tidurlah hanya   sebab  itu membuat 

kita segar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya. Janganlah 

menyukai banyak tidur, namun  sebaliknya, kesallah dengan waktu 

yang sudah habis untuknya, dan berharaplah seandainya engkau 

bisa hidup tanpanya supaya bisa selalu sibuk mengerjakan suatu 

pekerjaan yang baik.” Kita harus membiarkan tubuh kita tidur, 

seperti tuan-tuan yang membiarkan hamba-hamba mereka tidur, 


 418

sebab mereka tidak bisa menahannya, dan jika tidak tidur, ham-

ba-hamba itu tidak akan berguna bagi mereka. Orang-orang yang 

menyukai tidur akan mudah jatuh miskin, bukan hanya   sebab  

mereka kehilangan waktu yang mereka habiskan untuk tidur 

secara berlebihan, namun  juga   sebab  mereka sudah membentuk 

suatu pembawaan diri yang lesu dan tak acuh. Mereka selalu 

setengah tertidur, tidak pernah terjaga  sepenuhnya. 

2. Orang-orang yang menyemangati diri mereka untuk bekerja boleh 

berharap akan mendapat kenyamanan-kenyamanan hidup: “Bu-

kalah matamu, terjagalah dan lepaskanlah tidurmu, lihatlah betapa 

matahari sudah meninggi, betapa pekerjaanmu menunggumu, dan 

betapa sibuknya orang-orang lain di sekitarmu! Dan, jika  kamu 

terjaga, tengoklah ke atas, pandangilah keuntunganmu sendiri, dan 

jangan biarkan kesempatan-kesempatanmu lewat begitu saja. 

Arahkanlah pikiranmu lekat-lekat kepada pekerjaanmu dan urus-

lah itu. Persyaratannya mudah dan keuntungannya besar: buka-

lah matamu dan engkau akan makan sam-pai kenyang. Sekalipun 

mungkin engkau tidak menjadi kaya, engkau akan berkecukupan, 

dan itu sama baiknya dengan makanan pesta.” 


14 “Tidak baik! Tidak baik!”, kata si pembeli, namun  begitu ia pergi, ia memuji 

dirinya. 

Lihatlah di sini: 

1. Muslihat-muslihat apa yang dipakai orang untuk menawar barang 

dan membeli dengan harga murah. Mereka tidak hanya menurun-

kan harga dengan sembarangan, seolah-olah mereka tidak butuh 

dan tidak peduli dengan barangnya, padahal barangkali mereka 

tidak bisa hidup tanpanya (mungkin juga mereka terus memikir-

kannya), namun  juga mereka menjelek-jelekkan dan merendahkan 

apa yang mereka tahu mempunyai harga. Mereka berteriak, 

“Tidak baik, tidak baik. Barangnya kurang ini atau itu, atau 

mungkin punya cacat ini atau itu. Mutunya tidak baik, dan ter-

lalu mahal. Kami bisa mendapat yang lebih baik dan lebih murah 

di tempat lain. Atau, kami sudah membeli seperti itu yang lebih 

baik dan lebih murah.” Ini cara yang biasa digunakan dalam 

berjual beli. Dan, sebenarnya, bisa saja mereka mengetahui keba-

likan dari apa yang mereka katakan itu. Sebaliknya, si penjual, 

yang mungkin berpikir bahwa ia tidak punya cara lain lagi untuk 

mengimbangi si pembeli, memuji-muji setinggi langit barang-

barang dagangannya dan membenarkan harga yang sudah dipa-

sangnya untuk barang-barangnya itu. Begitulah, kedua pihak 

sama-sama melakukan kesalahan. Padahal tawar-menawar itu 

bisa sampai pada harga yang wajar jika baik si pembeli maupun si 

penjual mau bersikap biasa-biasa saja dan mengatakan apa yang 

sebenarnya mereka pikirkan. 

2. Betapa bangga dan senangnya orang jika  ia berhasil menda-

patkan apa yang ditawarnya itu, meskipun dalam menawar harga 

itu ia menentang dirinya sendiri, dan mengakui bahwa ia menu-

tup-nutupi hal yang sebenarnya saat  menawar. sesudah  si pem-

beli mengalahkan si penjual, yang bersedia menurunkan harga 

dibandingkan  kehilangan pelanggan (seperti yang terpaksa dilakukan 

banyak pedagang miskin, yaitu lebih baik untung sedikit dibandingkan  

tidak sama sekali), maka ia pun pergi, dan bermegah atas barang-

barang bagus yang sudah didapatnya dengan harga yang ditawar-

nya sendiri. Ia menganggap sebagai penghinaan serta celaan 

terhadap penilaiannya jika ada orang yang meremehkan harga 

yang ditawarnya. Mungkin ia mengetahui nilai barang itu lebih 

baik dibandingkan  si penjual sendiri, dan tahu bagaimana bisa menda-

patkan untung besar dari barang itu. Lihatlah betapa mudahnya 

manusia disenangkan dengan apa yang mereka dapatkan, dan 

betapa bangganya mereka dengan tipu muslihat mereka. Padahal 

penipuan dan kebohongan yaitu  dua hal yang seharusnya mem-

buat orang malu, betapapun banyaknya keuntungan yang mereka 

dapatkan melaluinya. 

15 Sekalipun ada emas dan permata banyak, namun  yang paling berharga ialah 

bibir yang berpengetahuan. 

Bibir yang berpengetahuan (yaitu pengertian yang baik untuk me-

mandu bibir dan kecakapan berbicara yang baik untuk menyebarkan 

pengetahuan) harus jauh lebih diutamakan dibandingkan  emas, mutiara, 

dan permata. Sebab, 

1. Bibir yang berpengetahuan memang lebih jarang, lebih langka dan 

sulit didapatkan. Ada emas di dalam saku banyak orang, semen-

tara mereka tidak mempunyai kemurahan di dalam hati mereka. 

Pada masa pemerintahan Salomo ada emas berlimpah (1Raj. 

10:21) dan banyak permata. Setiap orang memakainya. Emas dan 

permata itu bisa dibeli di semua kota. namun  hikmat yaitu  

barang langka, permata yang berharga. Hanya sedikit orang yang 

memilikinya untuk digunakan berbuat baik, dan hikmat juga 

tidak bisa dibeli dari pedagang. 

2. Bibir yang berpengetahuan lebih memperkaya, dan lebih memper-

hias kita. Bibir yang berpengetahuan menjadikan kita kaya bagi 

Allah, kaya dalam perbuatan baik (1Tim. 2:9-10). Kebanyakan 

orang gemar akan emas, dan bagi mereka satu atau dua permata 

saja tidak cukup. Mereka harus memilikinya dalam jumlah ba-

nyak, bahkan sampai satu lemari. namun  orang yang bibirnya ber-

pengetahuan memandang rendah semua ini, sebab ia mengetahui 

dan memiliki hal-hal yang lebih baik. 

16 Ambillah pakaian orang yang menanggung orang lain, dan tahanlah dia 

sebagai sandera ganti orang asing. 

Ada dua jenis orang yang di sini dikatakan sebagai orang yang meng-

hancurkan harta milik mereka sendiri, dan yang sebentar lagi akan 

menjadi pengemis, dan oleh sebab itu tidak bisa dipercaya dengan 

aman: 

1. Orang-orang yang mau mengikat diri bagi siapa saja yang memin-

ta tolong dari mereka, yang secara gegabah menjerat diri sendiri 

dengan menjadi tanggungan untuk membantu teman-teman me-

reka yang malas. Mereka akan hancur pada akhirnya, bahkan, 

mereka tidak bisa bertahan lama. Orang-orang ini akan habis 

diborong. 

2. Orang-orang yang berkumpul dengan wanita-wanita yang diting-

galkan suami mereka, yang membelanjakan uang untuk mereka, 

mencumbu mereka, dan berteman dengan mereka (Dalam KJV, 

orang asing diterjemahkan dengan wanita asing – pen.). Mereka 

akan menjadi pengemis sebentar lagi. Mereka suka berjanji untuk 

memberi begitu dipuji. Wanita-wanita asing mempunyai cara-cara 

yang asing untuk mempermiskin para pria dan memperkaya diri 

mereka sendiri. 

17 Roti hasil tipuan sedap rasanya, namun  kemudian mulutnya penuh dengan 

kerikil. 

Perhatikanlah: 

1. Dosa mungkin saja terasa menyenangkan saat  diperbuat: roti 

hasil tipuan, kekayaan yang diperoleh dengan menipu, dengan 

berdusta dan menindas, bisa sedap rasanya, dan semakin sedap 

  sebab  diperoleh dengan cara yang tidak benar. Kesenangan se-

perti itulah yang dirasakan oleh orang yang berpikiran duniawi 

jika  berhasil menjalankan rancangan-rancangan fasiknya. 

Semua kesenangan dan keuntungan dari dosa yaitu  roti hasil 

tipuan. Semua kesenangan dan keuntungan itu merupakan hasil 

curian,   sebab  mereka yaitu  buah terlarang. Mereka akan mem-

buat orang tertipu, sebab mereka bukanlah seperti yang dijanji-

kan bagi diri mereka sendiri. Namun, untuk sementara waktu, 

mereka dikunyah seperti sepotong roti manis, dan pendosa merasa 

dirinya diberkati dalam memakannya. namun , 

2. Roti itu akan terasa pahit saat  dipikirkan. sesudah  dikunyah, 

mulut si pendosa akan penuh dengan kerikil. saat  hati nurani-

nya terjaga, saat  ia menyadari dirinya tertipu, dan menjadi 

cemas akan murka Allah terhadap dia   sebab  dosanya, betapa 

menyakitkan dan menggelisahkannya pemikiran tentang roti ter-

sebut di kala itu! Kenikmatan-kenikmatan dosa hanyalah untuk 

sementara saja, dan akan diikuti oleh kesedihan. Beberapa bang-

sa menghukum para penjahat dengan mencampurkan kerikil ke 

dalam roti mereka. 

18 Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan 

siasat. 

Perhatikanlah: 

1. yaitu  baik jika dalam segala hal kita bertindak dengan pertim-

bangan, dan bertanya dulu setidak-tidaknya kepada diri kita 

sendiri, dan sesudah  itu, kepada teman-teman kita juga, sebelum 

kita membuat keputusan. Akan namun , terutama mintalah nasihat 

dari Allah, mohon bimbingan dari-Nya, dan perhatikan tuntunan 

dari Mata ini. Inilah cara untuk meneguhkan baik pikiran mau-

pun tujuan kita, dan untuk berhasil dengan baik dalam urusan-

urusan kita. Sedangkan, apa yang dilakukan secara tergesa-gesa 

dan mendadak akan mudah disesali. Ambillah waktu, maka eng-

kau akan menyelesaikannya dengan lebih cepat. Deliberandum est 

diu, quod statuendum est semel – Keputusan akhir harus didahului 

dengan pertimbangan yang matang. 

2. Kita berhikmat terutama jika  kita berhati-hati dalam menyata-

kan perang. Pertimbangkanlah, dan mintalah nasihat, apakah pe-

rang harus dimulai atau tidak, apakah itu adil, apakah itu bijak-

sana, apakah kita merupakan lawan yang sepadan bagi musuh, 

dan mampu melanjutkan peperangan bila sudah terlambat bagi 

kita untuk mundur (Luk. 14:31). jika  peperangan sudah di-

mulai, pertimbangkanlah bagaimana dan dengan seni-seni perang 

apa pertempuran itu dapat diteruskan, sebab pengaturan sama 

perlunya dengan keberanian. Pergi ke pengadilan itu serupa de-

ngan pergi berperang, dan oleh sebab itu harus dilakukan berda-

sarkan nasihat yang baik (Ams. 25:8). Pedoman orang-orang Ro-

mawi yaitu  nec sequi bellum, nec fugere – jangan mendesak 

untuk berperang, namun  juga jangan menghindarinya. 


19 Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul 

dengan orang yang bocor mulut. 

Ada dua jenis orang yang berbahaya untuk ditemani: 

1. Pengumpat, meskipun biasanya mereka suka menyanjung, dan