Tampilkan postingan dengan label yohanes 12. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yohanes 12. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 12


  tidak akan semurah hati itu ke-

pada mereka.” Kristus tahu lebih dulu bahwa murid-

murid-Nya akan bersikap seperti itu, namun  Ia tetap 

bersikap baik kepada mereka. 

Kedua, Ia menyampaikan hal ini kepada mereka se-

bagai teguran atas kegembiraan mereka yang meluap-

luap atas pencapaian mereka saat itu: “Percayakah 

kamu sekarang? Janganlah terlampau memegahkan 

diri, namun  takutlah, sebab tidak lama lagi kamu akan 

mendapati imanmu begitu terguncang hingga patut di-

pertanyakan apakah imanmu itu tulus atau tidak.” Per-

hatikanlah, bahkan saat  kita menikmati anugerah 

yang kita terima, sungguh baik untuk kita ingat akan 

bahaya-bahaya yang bisa muncul sebab  sifat buruk 

kita. saat  iman kita sedang kuat, kasih kita berkobar-

kobar, dan semuanya tampak jelas, kita tidak dapat 

mengambil kesimpulan dari situ bahwa besok akan 

sama seperti hari ini. Bahkan saat  kita mempunyai 

alasan kuat untuk beranggapan bahwa kita berdiri te-

gak, kita mempunyai cukup alasan untuk berjaga-jaga 

supaya tidak terjatuh. 

Ketiga, Ia berbicara tentang hal itu sebagai sesuatu 

yang akan segera terjadi. Saatnya sudah datang, dalam 

arti kata bahwa mereka akan malu akan Dia meskipun 

dulu mereka menyukai-Nya. Perhatikanlah, waktu yang 

singkat bisa saja menghasilkan perubahan-perubahan 

besar, baik mengenai keadaan kita maupun di dalam 

diri kita. 

(3)  Sekalipun demikian, Ia menghibur diri sendiri: Namun Aku 

tidak seorang diri. Ia tidak mau dianggap mengeluh sebab  

mereka meninggalkan Dia, seolah-olah hal ini sangat me-

rugikan-Nya. Sebab meskipun mereka tidak ada bersama-

Nya, Ia yakin akan kehadiran Bapa, yang yaitu  instar 

omnium – segalanya: Bapa menyertai Aku. Kita bisa meng-

anggap hal ini, 

[1] Sebagai hak istimewa yang khusus bagi Tuhan Yesus 

saja. Di dalam penderitaan, Bapa menyertai-Nya jauh 

lebih dekat daripada dengan siapa pun, sebab  Ia masih 

ada di pangkuan Bapa. Tabiat ilahi bukan meninggal-

kan melainkan mendukung tabiat manusiawi dan mem-

berikan penghiburan tidak terkalahkan dan nilai tidak 

terhitung dalam penderitaan-Nya. Bapa telah berkete-

tapan untuk menyertai-Nya dalam seluruh pekerjaan-

Nya (Mzm. 89:22 dst.) dan untuk membentuk Dia (Yes. 

49:8). Hal ini membuat-Nya berani (Yes. 1:7). Bahkan 

saat  Ia mengeluh sebab  Bapa telah meninggalkan-

Nya, Ia tetap memanggil-Nya Allah-Ku, dan segera sesu-

dah itu diyakinkan akan penyertaan Bapa sehingga Ia 

menyerahkan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa. Selama 

itu Ia telah menghibur diri dengan hal ini (8:29), Ia yang 

telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Bapa tidak mem-

biarkan Aku sendiri, terutama saat sekarang ini. Hal 

menolong kita untuk mengimani bahwa Kristus sang-

gup memuaskan hati kita. Tidak diragukan lagi, Bapa 

sangat berkenan kepada-Nya, sebab Ia menyertai Kris-

tus dalam melaksanakan pekerjaan-Nya dari awal sam-

pai akhir. 

[2] Sebagai hak istimewa yang berlaku bagi semua orang 

percaya berdasarkan penyatuan mereka dengan Kris-

tus. saat  mereka sendirian, mereka sebenarnya tidak 

seorang diri, sebab Bapa menyertai mereka. 

Pertama, saat  mereka memilih untuk menyendiri, 

saat  mereka sendirian, seperti Ishak di padang, Nata-

nael di bawah pohon ara, dan Petrus yang berdoa di 

atas rumah, Bapa menyertai mereka. Orang-orang yang 

bercakap-cakap dengan Allah dalam kesunyian tidak 

pernah lebih sendirian daripada bila berada seorang 

diri. Allah yang baik dan hati yang baik dapat saling 

menemani kapan saja. 

Kedua, saat  kesendirian menjadi kemalangan me-

reka, musuh membuat mereka tergeletak sendirian, be-

gitu pula teman-teman mereka, sahabat mereka, seperti 

sahabat Ayub, dibuat merana, namun, mereka sebenar-

nya tidak sendirian seperti yang mereka duga. Bapa me-

nyertai mereka, seperti Ia menyertai Yusuf saat di-

belenggu, dan bersama Yohanes dalam pembuangan. 

Dalam kesusahan yang paling berat sekalipun mereka 

seperti orang yang dikasihani bapa dan dihibur ibunya. 

Selama kita disertai Allah, kita bahagia, dan sudah se-

harusnya merasa tenang, meskipun seluruh dunia men-

campakkan kita. Non deo tribuimus justum honorem nisi 

solus ipse nobis sufficiat – Kita tidak memberi  hormat 

yang selayaknya kepada Allah, jika kita tidak percaya 

bahwa Dia sajalah yang mahamencukupi. – Calvin. 

II.  Ia menghibur mereka dengan janji damai sejahtera di dalam Dia 

berdasarkan kemenangan-Nya atas dunia, tidak peduli apa pun 

masalah yang akan mereka hadapi (ay. 33): “Semuanya ini Kuka-

takan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam 

Aku. Jika tidak demikian halnya, kamu tidak akan memperoleh-

nya sama sekali, sebab  dalam dunia kamu menderita penganiaya-

an. Janganlah kamu mengharapkan yang lain, dan kuatkanlah 

hatimu, sebab  Aku telah mengalahkan dunia.”  

Perhatikanlah:  

1. Tujuan akhir Kristus dalam menyampaikan khotbah perpisah-

an ini kepada murid-murid-Nya yaitu : Supaya mereka ber-

oleh damai sejahtera di dalam Dia. Melalui hal ini Ia bukan 

bermaksud mengungkapkan sepenuhnya kepada mereka peri-

hal pengajaran yang tidak lama lagi akan mereka kuasai me-

lalui pencurahan Roh, melainkan hanya untuk memuaskan 

hati mereka sementara waktu saat itu, bahwa kepergian-Nya 

benar-benar demi hal yang terbaik. Atau, kita juga bisa me-

nanggapinya secara lebih umum: Kristus mengatakan semua 

ini kepada mereka supaya dengan menikmati kehadiran-Nya, 

mereka dapat menikmati diri mereka sendiri.  

Perhatikanlah: 

(1) Merupakan kehendak Kristus supaya murid-murid-Nya 

beroleh damai sejahtera dalam hati mereka, apa pun masa-

lah yang mereka hadapi. 

(2)  Damai sejahtera di dalam Kristus merupakan satu-satunya 

damai sejahtera sejati, dan hanya di dalam Dia-lah orang 

percaya dapat memperolehnya, sebab dia menjadi damai 

sejahtera (Mi. 5:4). Melalui Dia kita beroleh damai dengan 

Allah, jadi di dalam Dia kita juga beroleh damai sejahtera 

dalam pikiran kita sendiri. 

(3) Perkataan Kristus ditujukan kepada hal ini, supaya kita 

beroleh damai sejahtera dalam Dia. Damai sejahtera yaitu  

puji-pujian dari bibir, dan dari bibir-Nya (Yes. 57:19). 

2.  Sambutan yang mungkin akan mereka temui di dunia: “Kamu 

tidak akan mendapatkan damai sejahtera dari luar, jangan 

pernah mengharapkannya.” Meskipun mereka diutus untuk 

memberitakan damai sejahtera di bumi dan perkenanan Allah 

kepada manusia, mereka harus sadar akan menghadapi kesu-

sahan di bumi dan kehendak jahat manusia. Perhatikanlah, 

sudah menjadi bagian murid-murid Kristus untuk sedikit ba-

nyak mengalami aniaya di dunia ini. Orang menyiksa mereka 

sebab  mereka begitu baik, dan Allah memperbaiki mereka ka-

rena mereka tidak menjadi lebih baik. Manusia berencana me-

nyingkirkan mereka dari muka bumi, sedangkan Allah beren-

cana mempersiapkan mereka masuk sorga melalui kesusahan. 

Jadi di antara keduanya, mereka akan menderita pengania-

yaan. 

3.  Dorongan yang diberikan Kristus berkaitan dengan hal ini: 

Kuatkanlah hatimu, tharseite. “Janganlah hanya merasa terhi-

bur, namun  teguhkan hatimu juga. Bergembiralah akan hal itu, 

dan semuanya akan berjalan dengan baik.” Perhatikanlah, di 

tengah kesengsaraan dunia ini, sudah menjadi tugas dan per-

hatian murid-murid Kristus untuk menguatkan hati, memper-

tahankan kesukaan mereka di dalam Allah, tidak peduli sebe-

rat apa pun tekanan yang dihadapi, dan memelihara pengha-

rapan di dalam Allah, tidak peduli apa pun yang sedang meng-

ancam. Walaupun keadaan sangat menyedihkan, bersukacita 

dan bergembiralah senantiasa (2Kor. 6:10), bahkan dalam ke-

sengsaraan sekalipun (Rm. 5:3). 

4.  Hal yang mendasari dorongan itu: Aku telah mengalahkan du-

nia. Kemenangan Kristus yaitu  sebuah kemenangan Kristen. 

Kristus telah mengalahkan penghulu dunia ini, melucutinya, 

dan melemparkannya keluar. Dan Dia masih menginjak Iblis 

di bawah kaki kita. Ia mengalahkan anak-anak dunia ini mela-

lui pertobatan banyak orang kepada iman dan ketaatan Injil-

Nya, sehingga dengan demikian menjadikan mereka anak-

anak kerajaan-Nya. saat  mengutus murid-murid-Nya untuk 

memberitakan Injil ke seluruh dunia, Ia berkata, “Kuatkanlah 

hatimu, Aku telah mengalahkan dunia sejauh ini, dan kamu 

pun akan melakukannya. Meskipun kamu akan merasakan 

sengsara di dunia, kamu akan menang dan mengalahkan du-

nia” (Why. 6:2). Ia telah mengalahkan si jahat dari dunia ini, 

sebab  sudah begitu sering Ia membungkamkan dan memper-

malukan musuh-musuh-Nya. “Kuatkanlah hatimu, sebab Roh 

akan memampukan kamu untuk melakukannya.” Ia menga-

lahkan kejahatan dunia dengan menyerahkan diri kepada 

mereka. Ia menanggung penderitaan di atas salib, mengejek-

nya dan mencela aib salib itu. Ia mengatasi godaannya yang 

menarik dengan mematikan keinginan terhadapnya. Kehor-

matan dunia tidak menarik bagi-Nya, kenikmatannya tidak 

mempunyai pesona. Belum pernah ada penakluk dunia seperti 

Kristus, dan sudah seharusnya kita dikuatkan oleh kenyataan 

ini, 

(1) sebab  Kristus telah mengalahkan dunia di hadapan  kita. 

sebab  itu kita dapat memandang dunia ini sebagai musuh 

yang telah ditaklukkan, yang sudah dibuat tersandung ber-

kali-kali. 

(2)  Sebagai pemimpin keselamatan kita, Ia telah mengalahkan 

dunia bagi kita. Kita berkepentingan dalam kemenangan-

Nya. Oleh salib-Nya dunia telah disalibkan bagi kita, yang 

berarti bahwa dunia telah dikalahkan sepenuhnya dan dile-

takkan dalam tangan kita. Semuanya yaitu  milikmu, bah-

kan dunia juga. sebab  Kristus telah mengalahkan dunia, 

orang percaya tidak perlu berbuat apa pun selain mengejar 

kemenangan mereka dan membagi-bagi hasil jarahan. Dan 

ini kita lakukan dengan iman (1Yoh. 5:4). Kita lebih dari 

pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang mengasihi 

kita. 

PASAL 17  

asal ini yaitu  sebuah doa, doa Tuhan, doa Kristus Tuhan. Me-

mang ada sebuah doa yang telah diajarkan-Nya kepada kita dan 

tidak Ia panjatkan sendiri, sebab Dia tidak perlu berdoa untuk me-

minta pengampunan atas dosa. Akan namun , doa yang satu ini yaitu  

benar-benar doa yang Ia panjatkan sendiri, sebuah doa yang hanya 

pantas dan khusus dipanjatkan oleh Dia sebagai Sang Pengantara. 

Doa ini merupakan sebuah contoh dari syafaat-Nya. Namun demi-

kian, sangat berguna dalam mengarahkan dan menguatkan kita di 

dalam doa kita. Perhatikanlah: 

I.  Keadaan yang menyertai doa itu (ay. 1).  

II.  Doa itu sendiri.  

1.  Dia berdoa bagi diri-Nya sendiri (ay. 1-5).  

2. Dia berdoa bagi orang-orang kepunyaan-Nya. Dan menge-

nai ini, lihatlah:  

(1) Dasar permohonan umum yang dipakai Kristus seba-

gai pengantar untuk memanjatkan permohonan-Nya 

bagi mereka (ay. 6-10).  

(2)  Permohonan khusus yang Ia panjatkan bagi mereka, 

[1]  Supaya mereka dipelihara (ay. 11-16).  

[2]  Supaya mereka dikuduskan (ay. 17-19).  

[3]  Supaya mereka dipersatukan (ay. 11 dan 20-23).  

[4]  Supaya mereka dipermuliakan (ay. 24-26). 

 


Doa Syafaat Kristus 

(17:1-5)  

1 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: “Bapa, 

telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermu-

liakan Engkau. 2 Sama seperti Engkau telah memberi  kepada-Nya kuasa 

atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberi  hidup yang kekal 

kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. 3 Inilah hidup yang 

kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang 

benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. 4 Aku telah 

mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan 

yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. 5 Oleh sebab itu, ya 

Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki 

di hadirat-Mu sebelum dunia ada.  

Di sini ada : 

I.  Keadaan yang menyertai doa ini (ay. 1). Banyak sekali doa khid-

mat yang Kristus panjatkan sewaktu Dia masih hidup dalam tu-

buh jasmani-Nya (terkadang Dia terus berdoa semalam suntuk), 

namun  tidak ada satu doa pun yang dicatat dengan begitu lengkap 

seperti yang satu ini.  

Perhatikanlah:  

1. Waktu saat  Dia memanjatkan doa itu. sesudah  Dia mengata-

kan semuanya itu, sesudah  mengucapkan salam perpisahan ke-

pada murid-murid-Nya, Dia pun memanjatkan doa ini dengan 

didengar oleh mereka. Jadi,  

(1) Doa ini merupakan doa sesudah  sebuah khotbah. sesudah  

berbicara mengenai Allah kepada mereka, Dia pun berbalik 

untuk berbicara kepada Allah bagi mereka. Perhatikanlah, 

kita harus mendoakan orang-orang yang kita injili. Orang 

yang bernubuat mengenai tulang-tulang yang kering juga 

harus berdoa, “Datanglah, hai nafas hidup dan berembus-

lah ke dalam orang-orang ini.” Dan firman yang dikabarkan 

juga harus didoakan, sebab Allah-lah yang memberi pertum-

buhan.  

(2) Doa itu yaitu  doa sesudah  sakramen (perjamuan). sesudah  

Kristus dan murid-murid-Nya makan paskah dan meraya-

kan perjamuan malam Tuhan bersama-sama, dan sesudah  

menasihati mereka, Dia pun mengakhiri acara yang khid-

mat itu dengan doa ini , supaya Allah menanamkan

 kesan-kesan baik dari ketetapan ini  di dalam diri 

mereka.  

(3) Doa itu yaitu  sebuah doa keluarga. Murid-murid Kristus 

yaitu  keluarga-Nya. Oleh sebab  itu, untuk menanamkan 

sebuah teladan bagi para kepala keluarga, Dia bukan saja, 

sebagai Anak Abraham, mengajar keluarga-Nya (Kej. 18:19) 

namun  juga, sebagai Anak Daud, memberkati keluarga-Nya 

(2Sam. 6:20, TL), berdoa bagi dan bersama-sama mereka.  

(4) Doa itu merupakan sebuah doa perpisahan. Bila kita ber-

pisah dengan kawan-kawan kita, baiklah untuk berpisah 

dengan doa (Kis. 20:36). Kristus hendak berpisah dengan 

mereka melalui kematian, dan perpisahan itu perlu diku-

duskan dan dipermanis dengan doa. Saat hampir mati, Ya-

kub memberkati kedua belas leluhur Israel, dan Musa juga 

memberkati kedua belas suku Israel itu. Demikianlah di 

sini, Kristus yang sebentar lagi akan mati juga memberkati 

kedua belas rasul.  

(5) Doa itu merupakan pengantar bagi korban persembahan-

Nya, yang akan segera dipersembahkan-Nya di bumi ini, 

menguraikan segala kebaikan dan berkat yang akan dite-

bus melalui kematian-Nya itu bagi orang-orang kepunyaan-

Nya, bagaikan sepotong surat kontrak yang mengatur peng-

gunaan uang tebusan dan mengarahkan untuk tujuan dan 

maksud apa uang itu dibayarkan. Pada saat itu Kristus 

berdoa sebagai seorang Imam yang mempersembahkan 

korban, dan berkat persembahan inilah  segala permohon-

an harus dialaskan.  

(6) Doa itu merupakan sebuah contoh dari tindakan pengan-

taraan-Nya, yang untuk itulah Ia lakukan bagi kita di da-

lam tabir seumur hidup-Nya. Dalam keadaan-Nya yang 

mulia Kristus tidak pernah memohon kepada Bapa-Nya de-

ngan cara yang begitu rendah hati seperti saat  Ia masih 

ada di bumi ini. Tidak, tindakan pengantaraan-Nya di sorga 

merupakan suatu persembahan jasa-Nya kepada Bapa-

Nya, dengan permohonan untuk memberi  manfaat atas 

jasa-Nya itu kepada semua orang pilihan-Nya.    

2.  Sikap tubuh-Nya saat berdoa, yang menunjukkan kerinduan-

Nya yang mendalam: Ia menengadah ke langit, seperti yang Ia 

lakukan sebelumnya (11:41). Hal itu tidak berarti bahwa 

Kristus harus terlebih dahulu menarik perhatian Bapa, namun  

Ia ingin menguduskan sikap tubuh seperti itu bagi orang-

orang yang melakukannya, dan membenarkan sikap tubuh itu 

saat orang-orang lain mencemoohkannya. Sikap tubuh seperti 

itu penting dalam melambangkan pengangkatan jiwa kepada 

Allah saat berdoa (Mzm. 25:1). Sursum corda (perkataan sing-

kat yang menggugah) pada zaman dahulu dipakai sebagai 

panggilan untuk berdoa, Angkatlah hatimu, angkatlah ke sor-

ga. Ke sanalah kita harus mengarahkan segala keinginan kita 

dalam doa, dan dari sanalah kita harus menantikan hal-hal 

baik yang kita doakan. 

II. Bagian pertama dari doa itu sendiri. Di sini Kristus berdoa bagi 

diri-Nya sendiri.  

Perhatikanlah di sini:  

1.  Dia berdoa kepada Allah sebagai Bapa-Nya: Ia menengadah ke 

langit dan berkata, Bapa. Perhatikanlah, sebagaimana doa ha-

nya boleh dipanjatkan kepada Allah saja, demikianlah kita 

wajib memandang Dia dalam doa sebagai seorang Bapa, dan 

memanggil-Nya sebagai Bapa kita. Semua orang yang sudah 

diangkat menjadi anak-Nya diajarkan untuk berseru Abba, 

Bapa (ay. 25). Sebab hal itu memang bermanfaat bagi kita, 

baik untuk mendapatkan bimbingan dan juga untuk mem-

peroleh penguatan, supaya kita boleh menemukan Dia sebagai 

Allah seperti yang kita harapkan saat  memanggil-Nya demi-

kian.   

2.  Dia berdoa bagi diri-Nya sendiri terlebih dahulu. Meskipun 

Kristus, sebagai Allah, menjadi tujuan pemanjatan doa, namun  

Kristus, sebagai manusia, juga berdoa. Demikianlah sepatut-

nya Dia menggenapkan seluruh kehendak Allah. Apa yang di-

katakan kepada kita juga dikatakan kepada-Nya: Mintalah, 

maka akan kuberikan kepada-Mu (Mzm. 2:8). Dia harus me-

minta apa yang telah Ia bayar lunas. Jika demikian, layakkah 

kita berharap untuk memiliki apa yang tidak pantas kita da-

patkan, padahal kita justru telah melakukan banyak hal yang 

membuat kita layak kehilangan hal itu, kecuali jika kita ber-

doa untuk mendapatkannya? Doa menjadi sangat mulia ka-

rena Kristus menjadikannya sebagai pembawa pesan-Nya, se-

bagai cara bagi Dia untuk berhubungan dengan sorga.  Hal ini 

sungguh sangat menguatkan para pendoa dan memberi me-

reka pengharapan, sebab doa orang yang bulus pun tidak akan 

dipandang hina. Ada masanya saat  Dia yang merupakan 

pembela kita pun memiliki perkara-Nya sendiri yang harus Ia 

doakan, yaitu sebuah perkara besar, yang keberhasilannya 

akan menentukan semua kehormatan-Nya sebagai Sang Peng-

antara, dan inilah yang harus Ia minta melalui cara yang sama 

yang juga dianjurkan kepada kita, melalui doa dan permohon-

an (Ibr. 5:7). Oleh sebab  Ia telah mengenal keadaan jiwa se-

orang pemohon (Kel. 23:9), Dia pun tahu cara yang tepat un-

tuk memohon. Kini perhatikanlah, Kristus membuka doa itu 

dengan mendoakan diri-Nya sendiri, lalu sesudah  itu Ia men-

doakan murid-murid-Nya. Perbuatan baik itu selalu harus di-

mulai dari diri sendiri, namun  tidak boleh berakhir sampai di 

sana saja. Kita harus mengasihi dan berdoa bagi orang lain 

seperti bagi diri kita sendiri, sebab  itulah kita harus terlebih 

dahulu mengasihi dan berdoa bagi diri kita sendiri dengan 

cara yang benar. Kristus memanjatkan doa yang lebih pendek 

bagi diri-Nya sendiri dibandingkan doa bagi murid-murid-Nya. 

Doa-doa kita bagi gereja tidak boleh tersisih di antara doa-doa 

kita lainnya. Dalam memanjatkan permohonan untuk segala 

orang kudus, kita memiliki cukup ruang untuk memperluas 

doa kita, jadi janganlah kita membatasi diri untuk itu. Di sini 

ada  dua permintaan yang Kristus panjatkan bagi diri-Nya 

sendiri, dan keduanya sama, yaitu supaya Dia dipermuliakan. 

Akan namun , permintaan yang ini, permuliakanlah Aku, dise-

butkan dua kali, sebab kalimat itu mengacu kepada dua hal, 

yaitu pada kelanjutan pelaksanaan tugas-Nya: Permuliakanlah 

Aku, supaya Aku mempermuliakan Engkau, dalam melakukan 

apa yang telah disepakati untuk dilakukan (ay. 1-3), dan pada 

pelaksanaan tugas-Nya sampai saat itu: “Permuliakanlah Aku, 

sebab Aku telah mempermuliakan Engkau. Aku sudah melaku-

kan bagian-Ku, dan sekarang, Tuhan, lakukanlah bagian-Mu,” 

(ay. 4-5). 

(1)  Di sini Kristus berdoa supaya Ia dipermuliakan, sehingga Ia 

dapat mempermuliakan Allah (ay. 1): Permuliakanlah Anak-

Mu sesuai dengan janji-Mu, supaya Anak-Mu mempermu-

liakan Engkau sesuai dengan pengertian-Nya.  

Perhatikanlah di sini: 

[1] Apa yang Ia doakan – supaya Dia dipermuliakan di du-

nia ini: “Saatnya telah tiba bahwa semua kuasa kege-

lapan akan bersatu untuk mencemooh Anak-Mu. Kini, 

Bapa, muliakanlah Dia.” Bapa mempermuliakan Anak 

di muka bumi ini, 

Pertama, bahkan dalam penderitaan-penderitaan-

Nya, melalui tanda dan keajaiban yang menyertai se-

mua penderitaan ini . Saat mereka yang datang 

untuk menangkap-Nya jatuh tersungkur hanya sebab  

sebuah kata, – saat Yudas mengakui Dia tidak bersalah 

dan memeteraikan pengakuannya itu dengan darahnya 

sendiri yang bersalah itu, – saat istri si hakim dalam 

tidurnya, dan juga hakim itu sendiri dalam keadaan ter-

jaga, menyatakan Dia sebagai orang benar – saat mata-

hari menjadi gelap dan tabir Bait Suci terkoyak, saat 

itulah Bapa tidak hanya membenarkan, melainkan juga 

mempermuliakan Sang Anak. Bukan hanya itu saja, 

Kedua, bahkan oleh semua penderitaan-Nya. Saat 

Dia disalibkan, Dia ditinggikan dan dipermuliakan 

(13:31). Di atas salib-Nyalah Dia menaklukkan Iblis dan 

maut. Duri-duri menjadi mahkota di kepala-Nya, dan 

Pilatus menuliskan tanda peringatan di atas kepala-Nya 

lebih dari yang dipikirkannya. Akan namun ,  

Ketiga, lebih-lebih lagi sesudah  semua penderitaan-

Nya. Bapa mempermuliakan Anak saat Dia membang-

kitkan-Nya dari kematian, memperlihatkan-Nya secara 

terang-terangan kepada saksi-saksi yang terpilih, dan 

mencurahkan Roh untuk menyokong dan membela per-

kara-Nya, serta untuk mendirikan kerajaan-Nya di an-

tara manusia. Begitulah Bapa mempermuliakan-Nya. 

Inilah yang Kristus doakan dan bersikeras untuk men-

dapatkan-Nya.  

[2] Apa yang Dia kemukakan sebagai dasar untuk me-

nguatkan permohonan-Nya.  

Pertama, Dia mengungkapkan hubungan mereka: 

Permuliakanlah Anak-Mu, Anak-Mu sebagai Allah, se-

bagai Sang Pengantara. sebab  dasar pertimbangan ini-

lah maka bangsa-bangsa diberikan kepada-Nya menjadi 

milik pusaka-Nya, sebab Engkau Anak-Ku! (Mzm. 2:7-8). 

Iblis telah mencobai Dia untuk menyangkal kedudukan-

Nya sebagai Anak Allah dengan sebuah tawaran untuk 

mendapatkan kerajaan dunia ini, namun  Dia menampik 

tawaran itu dengan jijik dan lebih mengandalkan Bapa-

Nya untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. 

Dan di sini, Dia memohon sendiri kepada Bapa untuk 

mendapatkannya. Perhatikanlah, mereka yang telah di-

angkat anak dapat berdoa dengan iman untuk menda-

patkan warisan sebagai anak. Bila dikuduskan, maka 

akan dipermuliakan pula: Bapa, permuliakanlah Anak-

Mu.  

Kedua, Dia mengetengahkan waktunya: Telah tiba 

saatnya, waktu yang bahkan telah ditentukan pada jam 

berapa hal itu terjadi. Jam penderitaan Kristus ditentu-

kan oleh hikmat Allah. Dia sering mengatakan bahwa 

saatnya belum tiba, namun  kini telah tiba saatnya, dan 

Ia pun mengetahuinya. Manusia tidak mengetahui wak-

tunya (Pkh. 9:12), namun  Anak Manusia mengetahuinya. 

Dia menyebutnya saat ini (12:27), dan di sini, saatnya 

(bdk. Mrk. 14:35; Yoh. 16:21). Oleh sebab  jam kemati-

an Sang Penebus, yang juga sama dengan jam kelahiran 

Sang Penebus itu, merupakan jam yang paling bermak-

na dan luar biasa, serta tidak diragukan lagi, paling 

genting, maka sejak saat itulah putaran waktu jam mu-

lai ditetapkan. Tidak pernah ada jam seperti itu sebe-

lumnya, yang memicu begitu banyak pengharapan sebe-

lumnya, dan juga yang menimbulkan begitu banyak 

perenungan sesudahnya.  

1.  “Telah tiba saatnya, di mana Aku akan diakui.” Ini-

lah jamnya saat tiba masa krisis bagi perkara besar 

itu. sesudah  banyak pertikaian kecil, kini pertempur-

an yang menentukan akan segera terjadi antara sor-

ga dan neraka. Perkara besar itu, yang akan menen-

tukan kehormatan Allah dan kebahagiaan manusia 

kini akan diputuskan menang atau kalah untuk se-

lama-lamanya. Kedua pemenang dari pertempuran 

antara Daud dan Goliat, Mikhael dan si naga, kini 

telah memasuki arena pertempuran. Terompet telah 

berbunyi, menandakan dimulainya pertempuran se-

ngit yang pasti berakhir dengan kematian salah satu 

pihak: “Permuliakanlah Anak-Mu, berikanlah kepada-

Nya kemenangan atas pemerintah-pemerintah dan 

penguasa-penguasa, biarlah peremukan kaki-Nya 

menjadi penghancuran kepala si ular, kini kuatkan-

lah Anak-Mu supaya Dia tidak gagal atau menjadi 

tawar hati.” Saat Yosua bergerak maju sebagai pe-

menang untuk merebut kemenangan, dikatakan bah-

wa Tuhan membesarkan nama Yosua. Begitu pulalah 

Dia mempermuliakan Anak-Nya saat  Dia menjadi-

kan salib-Nya itu sebagai kereta kemenangan-Nya.  

2. “Telah tiba saatnya, di mana pada akhirnya Aku 

akan dimahkotai. Telah tiba saatnya Aku akan diper-

muliakan, ditempatkan di sebelah kanan-Mu.” Di an-

tara diri-Nya dan kemuliaan itu terbentang sebuah 

adegan penderitaan yang mengerikan. Namun, Dia 

mempersingkat perkataan-Nya tadi, seolah-olah Dia 

tidak merisaukan penderitaan itu: Telah tiba saat-

nya bagi-Ku untuk dipermuliakan, dan Ia tidak meng-

harapkan kemuliaan itu sampai pada saat ini . 

sebab  itu, pada saat-saat ujian, terutama saat 

hampir mati, orang-orang Kristen yang saleh boleh 

memohon “Telah tiba saat-Nya, dampingilah aku, 

tampakkanlah diri-Mu bagiku, sekarang atau tidak 

akan pernah selamanya: kini tempat kediaman di 

bumi ini akan dibongkar, tibalah saatnya aku diper-

muliakan” (2Kor. 5:1). 

Ketiga, Dia mengungkapkan kepentingan dan keter-

kaitan Allah di sini: “Supaya Anak-Mu mempermuliakan 

Engkau,” sebab Dia telah mempersembahkan seluruh 

tugas yang Ia jalankan bagi kehormatan Bapa-Nya. Dia 

ingin dibawa dengan penuh kemenangan melalui pen-

deritaan-Nya menuju kemuliaan-Nya, supaya Dia dapat 

mempermuliakan Bapa melalui dua cara: 

1.  Melalui kematian di kayu salib, yang sesaat lagi ha-

rus Ia alami. Kalimat Bapa, permuliakanlah nama- 

Mu, menunjukkan maksud agung penderitaan-Nya, 

yaitu untuk mengembalikan kehormatan Allah, yang 

tadinya telah tercemar di antara manusia, dan un-

tuk menggapai kemuliaan Allah yang tidak bisa dide-

kati manusia oleh sebab  dosanya, melalui penebus-

an-Nya, “Bapa, akuilah Aku dalam penderitaan-Ku, 

supaya Aku dapat mempermuliakan-Mu melalui se-

mua penderitaan itu.” 

2. Melalui ajaran kayu salib, yang segera akan diku-

mandangkan ke seluruh dunia sebagai sarana untuk 

membangun kembali kerajaan Allah di antara manu-

sia. Dia berdoa supaya Bapa-Nya melimpahkan 

karunia melalui penderitaan-Nya itu dan menaruh 

kehormatan di dalamnya, bukan hanya untuk meng-

hapuskan aib salib, namun  juga untuk menjadikannya 

sebagai hikmat dan kuasa Allah bagi orang-orang 

yang diselamatkan. Jika Allah tidak mempermulia-

kan Kristus yang telah disalibkan dengan cara mem-

bangkitkan-Nya dari kematian, maka hancurlah 

semua yang telah Ia kerjakan. sebab  itu permulia-

kanlah Aku, supaya Aku mempermuliakan Engkau. 

Dengan begitu Ia telah mengajari kita mengenai, 

(1)  Apa yang harus kita pandang dan tuju di dalam 

doa kita, di dalam seluruh rancangan dan ke-

inginan hati kita: yaitu, kerhormatan Allah. Mem-

permuliakan Allah haruslah menjadi tujuan uta-

ma kita, sementara hal-hal lain harus dicari dan 

ditempatkan di tempat yang rendah di bawah 

Tuhan. “Lakukanlah ini dan itu untuk hamba-

Mu, supaya hamba-Mu mempermuliakan Eng-

kau. Berikanlah kepadaku kesehatan, supaya 

aku dapat mempermuliakan Engkau dengan tu-

buhku. Juga keberhasilan, supaya aku dapat 

mempermuliakan Engkau dengan kedudukan-

ku,” dan seterusnya. Dimuliakanlah nama-Mu ha-

rus menjadi permohonan pertama kita, yang 

harus dijadikan sebagai tujuan akhir dari segala 

permohonan kita yang lain (1Ptr. 4:11). 

(2)  Dia juga mengajari kita mengenai apa yang harus 

kita harapkan dan nanti-nantikan. Jika kita me-

netapkan diri kita dengan tulus hati untuk mem-

permuliakan Bapa, maka Dia tidak akan mena-

han-nahan apa pun yang bisa Ia lakukan supaya 

kita dimampukan untuk mempermuliakan-Nya. 

Dia akan memberi kita anugerah yang Ia tahu 

pasti mencukupi, serta kesempatan yang Ia pan-

dang baik. Akan namun , jika kita diam-diam ingin 

memperoleh kemuliaan bagi diri kita sendiri lebih 

daripada mempermuliakan-Nya, maka sudah se-

layaknyalah jika Ia membiarkan kita melakukan 

segala sesuatu menurut hikmat kita sendiri. Jika 

sudah begitu, maka kita tidak akan mendapat 

kehormatan, melainkan akan mempermalukan 

diri kita sendiri.   

Keempat, Dia mengutarakan amanat yang diemban-

Nya (ay. 2-3). Dia ingin mempermuliakan Bapa-Nya 

demi dan sesuai dengan amanat yang diberikan kepada-

Nya: “Permuliakanlah Anak-Mu, sebagaimana Engkau 

telah memberi  kuasa kepada-Nya, permuliakanlah 

Dia untuk menjalankan kuasa yang telah Engkau beri-

kan kepada-Nya itu.” Begitulah hal ini  dikaitkan 

dengan permohonan-Nya tadi. Atau, supaya Anak-Mu 

mempermuliakan Engkau sesuai dengan kuasa yang 

telah diberikan kepada-Nya, begitulah kaitannya dengan 

permintaan ini . Sekarang, marilah kita lihat kuasa 

Sang Pengantara itu.  

a.  Asal dari kuasa-Nya itu: Engkau telah memberi  

kepada-Nya kuasa. Dia memilikinya dari Allah, yang 

memiliki segala kuasa. Dalam keadaannya yang te-

lah jatuh, manusia harus dibawa ke dalam suatu 

pemerintahan baru untuk memulihkan keadaannya 

tadi. Pemerintahan baru itu hanya dapat didirikan 

oleh sebuah amanat yang dimeteraikan dari sorga, 

diarahkan kepada Sang Pelaksana dari pekerjaan 

yang mulia itu, dan menjadikan-Nya sebagai satu-

satunya Pengantara dari perkara besar yang telah 

terjadi antara Allah dan manusia. Ia juga merupa-

kan satu-satunya Penjamin atas persekutuan agung 

yang akan terbentuk di antara Allah dan manusia. 

Maka, dalam rangka menunaikan tugas-Nya terse-

but, Ia pun menerima kuasa yang harus dilaksana-

kan dengan cara yang berbeda dari kuasa dan peme-

rintahan-Nya sebagai Sang Pencipta. Perhatikanlah, 

Raja jemaat bukanlah perampas kekuasaan seperti 

penguasa dunia ini. Hak Kristus untuk memerintah 

tidak bisa diganggu gugat lagi.  

b.  Jangkauan kuasa-Nya itu: Dia berkuasa atas segala 

yang hidup.  

(a)  Atas seluruh umat manusia. Dia memiliki kuasa 

di dalam dan atas dunia roh. Segala kuasa di du-

nia atas dan dunia yang tidak terlihat takluk 

kepada-Nya (1Ptr. 3:22). Akan namun , sebab  kini 

Ia sedang menjadi Pengantara bagi Allah dan ma-

nusia, maka di sini Dia menyatakan kuasa-Nya 

atas segala yang hidup. Mereka yaitu  umat ma-

nusia yang harus Ia taklukkan dan selamatkan. 

Dari umat manusia itulah Ia akan memiliki sisa-

sisa umat yang diberikan kepada-Nya, dan kare-

na itulah segala mahkluk yang ada ditaklukkan 

di bawah kaki-Nya.  

(b)  Atas umat manusia yang sudah jatuh dan bejat, 

yang menyebabkan mereka dipanggil sebagai 

daging (Kej. 6:3). Jika manusia bukan merupa-

kan daging dalam artian seperti itu, maka dia 

tidak akan membutuhkan seorang Penebus. Atas 

umat yang berdosa inilah Tuhan Yesus memiliki 

segala kuasa, dan segala penghakiman yang ber-

kaitan dengan mereka diserahkan kepada-Nya. Ia 

memiliki kuasa untuk mengikat atau melepas-

kan, membebaskan atau menghukum. Ia ber-

kuasa di dunia ini untuk mengampuni dosa atau 

tidak. Sebagai seorang Pengantara, Kristus me-

miliki kuasa di tangan-Nya untuk memerintah 

atas seluruh dunia. Dia yaitu  Raja segala bang-

sa, yang memiliki kuasa bahkan atas orang-

orang yang tidak mengenal-Nya dan tidak me-

naati Injil-Nya. Siapa yang tidak berada di bawah 

perintah-Nya akan ditindas-Nya (Mzm. 22:28; 

72:8; Mat. 28:18; Yoh. 3:35).  

c.  Maksud dan rancangan agung dari kuasa ini : 

Supaya Ia memberi  hidup yang kekal kepada se-

mua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Di sini-

lah misteri keselamatan kita dibentangkan. 

(a)  Di sini tampak bahwa Bapa menyerahkan orang-

orang pilihan ke dalam tangan Sang Penebus. Ia 

memberi  mereka kepada-Nya sebagai tang-

gung jawab dan orang-orang yang telah diper-

cayakan kepada-Nya, sebagai mahkota dan upah 

dari tugas yang telah Ia jalankan. Dia berdaulat 

atas segenap umat manusia yang telah jatuh itu, 

namun  secara khusus Ia memiliki kepentingan ter-

hadap sisa-sisa pilihan dari antara mereka. Sega-

la sesuatu ditaklukkan di bawah kaki-Nya, namun  

sisa-sisa pilihan diselamatkan ke dalam tangan-

Nya. 

(b) Di sini tampak bahwa Anak menjalankan tugas-

Nya untuk mendapatkan kebahagiaan orang-

orang yang diberikan kepada-Nya, supaya Dia 

dapat memberi  hidup yang kekal bagi mereka. 

Lihatlah betapa besarnya kewenangan Sang Pe-

nebus. Dia memiliki kehidupan dan mahkota 

untuk dikaruniakan, kehidupan kekal yang tidak 

akan pernah mati, mahkota abadi yang tidak 

akan pernah menjadi kusam. Sekarang, renung-

kanlah betapa agungnya Tuhan Yesus itu, yang 

memiliki karunia sebegitu tingginya. Betapa pe-

nuh rahmatnya Dia dalam mengaruniakan hidup 

kekal bagi orang-orang yang hendak Ia selamat-

kan melalui tugas yang dilaksanakan-Nya.   

[a] Dia menguduskan mereka di dunia ini, mem-

beri mereka kehidupan rohani yang merupa-

kan cikal bakal kehidupan kekal tadi (4:14). 

Karunia di dalam jiwa merupakan sorga di 

dalam jiwa ini .  

[b] Dia akan memuliakan mereka di dunia yang 

lain. Kebahagiaan mereka akan menjadi sem-

purna saat mereka melihat dan menikmati 

hadirat Allah. Hanya hal ini saja yang dise-

butkan di sini, sebab hal ini telah mencakup 

seluruh bagian dalam tugas-Nya, yaitu meng-

ajar mereka, menebus mereka, menguduskan 

mereka, dan menyiapkan mereka untuk me-

masuki kehidupan yang kekal itu. Memang 

inilah tujuan dari semua hal itu: kita dipang-

gil ke dalam kerajaan dan kemuliaan-Nya, dan 

memperoleh bagian di dalam-Nya. Apa yang 

terlaksana paling akhir merupakan tujuan 

yang pertama, yaitu hidup yang kekal.  

(c) Di sini terlihat kekuasaan Sang Penebus atas se-

gala sesuatu: Dia memiliki kuasa atas segala 

yang hidup dengan tujuan supaya Dia dapat 

mengaruniakan hidup yang kekal kepada orang-

orang pilihan. Perhatikanlah, kekuasaan Kristus 

atas anak-anak manusia dimaksudkan untuk 

menyelamatkan anak-anak Allah. Semuanya ter-

jadi oleh sebab  mereka (2Kor. 4:15). Segala hu-

kum, ketetapan dan janji Kristus yang diberikan 

kepada semua orang, dirancang untuk memba-

ngun kehidupan rohani dan mendapatkan jamin-

an hidup kekal bagi semua orang yang diberikan 

kepada Kristus. Dialah kepala dari segala sesua-

tu di dalam jemaat. Penyelenggaraan kerajaan 

yang menyediakan pemeliharaan dan anugerah 

dipercayakan ke dalam tangan yang sama, su-

paya segala sesuatu dapat dipakai demi kebaikan 

orang-orang yang dipanggil.  

d.  Di sini ada  penjelasan lebih jauh mengenai ran-

cangan yang agung itu (ay. 3): “Inilah hidup yang 

kekal, yang telah dikuasakan kepada-Ku dan telah 

Aku usahakan untuk Kuberikan. Inilah sifat dari 

hidup yang kekal itu, dan inilah jalan yang menuju 

kepadanya, yaitu mengenal Engkau satu-satunya 

Allah yang benar, dan mengetahui semua wahyu dan 

prinsip-prinsip dari agama alamiah, serta mengenal 

Yesus Kristus yang telah Engkau utus sebagai Peng-

antara, mengenal ajaran dan hukum-hukum dari 

agama kudus yang Ia dirikan untuk memulihkan ke-

adaan manusia yang telah jatuh itu.” Di sini ter-

dapat: 

(a)  Tujuan agung yang ditawarkan agama Kristen di 

hadapan kita, yaitu hidup yang kekal, yakni ke-

bahagiaan jiwa yang abadi saat melihat dan me-

nikmati hadirat Allah yang abadi. Inilah yang 

harus dinyatakan oleh Kristus kepada semua 

orang, dan yang harus diusahakan-Nya supaya 

terpenuhi dalam diri orang-orang yang diberikan 

kepada-Nya. Melalui Injil, kehidupan dan keke-

kalan diungkapkan, diwujudkan, yaitu suatu ke-

hidupan yang jauh melampaui kehidupan kita 

sekarang, baik dalam hal keunggulan maupun 

waktu kelangsungannya.  

(b) Jalan pasti untuk mencapai tujuan yang mulia 

ini, yaitu melalui pengenalan yang benar akan 

Allah dan Yesus Kristus: “Inilah hidup yang kekal 

itu, yaitu mengenal Engkau.” Kalimat ini dapat di-

artikan dengan dua cara: 

[a] Hidup yang kekal bergantung pada pengenal-

an akan Allah dan Yesus Kristus. Prinsip atau 

landasan kita pada saat ini mengenai hidup 

yaitu  untuk mengenal dan percaya saja ke-

pada Allah dan Kristus. Di kemudian hari, ke-

sempurnaan hidup yang akan kita capai ada-

lah mengenal Allah dan Kristus tanpa sedikit 

pun keraguan. Orang-orang yang dipersatu-

kan dengan Kristus dan hidup bersekutu de-

ngan Allah melalui Kristus sedikit banyak 

pasti mengetahui melalui pengalaman mereka 

seperti apa rasanya hidup yang kekal itu, dan 

pastilah mereka akan berkata, “Jika ini yang 

dinamakan sorga, betapa manisnya sorga 

itu.” (Mzm. 17:15). 

[b] Pengenalan akan Allah dan Kristus menuntun 

kita menuju hidup yang kekal. Inilah jalan 

yang digunakan Kristus untuk mengarunia-

kan hidup yang kekal, yaitu melalui pengenal-

an akan Dia yang telah memanggil kita (2Ptr 

1:3), dan inilah jalan yang melaluinya kita 

akan menerima hidup kekal itu. Agama Kris-

ten menunjukkan kepada kita jalan menuju 

sorga, 

Pertama, dengan mengarahkan kita ke-

pada Allah sebagai pencipta dan kebahagiaan 

keberadaan kita; sebab Kristus mati untuk 

membawa kita kepada Allah. Inilah hidup 

yang kekal itu, yaitu untuk mengenal Dia se-

bagai Pencipta kita, mengasihi-Nya, mema-

tuhi-Nya, berserah kepada-Nya dan percaya 

kepada-Nya sebagai penguasa dan pemelihara 

kita. Dan untuk membaktikan diri kita bagi 

Dia sebagai Tuhan kita yang berdaulat, ber-

gantung kepada-Nya sebagai pemimpin kita 

yang tertinggi, dan mengarahkan segala se-

suatu untuk memuji Dia sebagai tujuan ter-

tinggi kita. Di sini Allah disebut sebagai satu-

satunya Allah yang benar, untuk membeda-

kan Dia dengan ilah-ilah palsu yang disem-

bah orang-orang kafir. Ilah-ilah itu hanyalah 

tiruan dan pendusta, tidak berasal dari 

pribadi Sang Anak yang tentang-Nya disebut-

kan dengan jelas bahwa Dia yaitu  Allah 

yang benar dan hidup yang kekal (1Yoh. 

5:20), yang dipandang sebagai tujuan ibadah 

kita sama seperti Bapa. Sudah tentu hanya 

ada satu Allah yang hidup dan benar, dan 

Dialah Allah yang kita puja itu. Dia yaitu  

Allah yang benar, yang bukan hanya sekadar 

nama atau gagasan pikiran saja. Dia satu-

satunya Allah yang benar, dan semua yang 

pernah dijadikan saingan dengan Dia hanya-

lah sia-sia dan bohong belaka. Beribadah ke-

pada Dia merupakan satu-satunya agama 

yang benar. 

Kedua, dengan mengarahkan kita kepada 

Yesus Kristus sebagai Sang Pengantara an-

tara Allah dan manusia: Yesus Kristus, yang 

telah Engkau utus. Jika manusia tidak jatuh 

dan tetap hidup tanpa dosa, maka pengenal-

an akan satu-satunya Allah yang benar akan 

merupakan hidup yang kekal bagi dia. Na-

mun, sebab  kini dia telah jatuh, maka diper-

lukan sesuatu yang lebih dari sekadar menge-

nal Dia. sebab  kini kita telah bersalah, maka 

mengenal Allah berarti mengenal-Nya sebagai 

Hakim yang adil, yang di bawah kutuk-Nya 

kita berada. Tidak ada hal lain yang lebih 

mengerikan daripada mengetahui kenyataan 

ini. sebab  itulah kita harus mengenal Kris-

tus sebagai Sang Penebus. Hanya melalui Dia 

sajalah kita kini memiliki hubungan dengan 

Allah. Percaya kepada Kristus merupakan hi-

dup yang kekal, dan inilah yang hendak Ia be-

rikan kepada semua orang yang telah diberi-

kan kepada-Nya (6:39-40). Orang-orang yang 

telah mengenal Allah dan Kristus berarti su-

dah berada di lingkungan hidup yang kekal 

itu.  

(2) Di sini Kristus berdoa supaya Ia dipermuliakan, mengingat 

Dia juga telah memuliakan Bapa (ay. 4-5). Makna dari per-

mohonan-Nya yang sebelumnya yaitu , Permuliakanlah 

Aku di dunia ini, sedangkan makna permohonan-Nya yang 

berikutnya yaitu , Permuliakanlah Aku di dunia yang lain. 

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi ini, maka kini 

permuliakanlah Aku.  

Perhatikanlah di sini:  

[1] Dengan penghiburan macam apa Kristus merenungkan 

kembali kehidupan yang telah Ia jalani di bumi ini: Aku 

telah mempermuliakan Engkau dan menyelesaikan pe-

kerjaan-Ku. Saat itu pekerjaan-Nya bisa dikatakan telah 

tuntas. Tidak sebagaimana yang dilakukan seorang ma-

nusia saat  menderita sengsara, Dia tidak mengeluh-

kan kemiskinan dan kehinaan yang telah Ia jalani, 

ataupun hidup melelahkan yang dialami-Nya di bumi 

ini. Dia mengabaikan semuanya itu, dan  menyukakan 

hati-Nya saja dengan mengingat-ingat kembali pelayan-

an yang telah Ia lakukan bagi Bapa-Nya dan kemajuan 

yang telah Ia capai dalam pemahaman-Nya. Hal ini di-

catatkan di sini,  

Pertama, untuk kehormatan Kristus, yaitu bahwa 

kehidupan-Nya di bumi ini telah menggenapi maksud 

kedatangan-Nya ke dalam dunia ini.  

Perhatikanlah: 

1.  Tuhan kita Yesus memiliki pekerjaan yang diberikan 

kepada-Nya oleh Dia yang telah mengutus-Nya. Dia 

tidak datang ke dunia ini untuk hidup dengan nya-

man, namun  untuk berjalan berkeliling sambil berbuat 

baik dan menggenapkan seluruh kehendak Allah. 

Bapa-Nya memberi Dia pekerjaan-Nya, yaitu peker-

jaan di kebun anggur. Bapa menunjuk Dia untuk 

pekerjaan itu sekaligus juga membantu-Nya dalam 

melaksanakan pekerjaan ini . 

2.  Dia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan 

kepada-Nya. Meskipun Dia belum menjalani bagian 

terakhir dari tugas-Nya itu, Dia sudah teramat dekat 

untuk disempunakan melalui segala penderitaan, 

sehingga layaklah bagi Dia untuk berkata, Aku telah 

menyelesaikannya. Pekerjaan-Nya bisa dikatakan 

telah selesai, sebab kini Dia sedang memberi  pu-

kulan terakhir untuk menuntaskannya: eteleiōsa – 

Aku telah menyelesaikan. Kata ini  berarti bah-

wa Dia telah menjalankan setiap bagian dari tugas-

Nya dengan cara yang paling lengkap dan sempurna.  

3. Beginilah Dia mempermuliakan Bapa-Nya: Dia me-

nyukakan hati-Nya, Dia memuji-Nya. Pekerjaan-Nya 

sempurna dan hal itu mendatangkan kemuliaan bagi 

Allah, dan dengan demikian pula memberi  ke-

muliaan bagi Sang Penebus itu sendiri. Dia yang 

memulai, Dia pula yang akan mengakhirinya. Aneh 

sekali bahwa untuk mempermuliakan Bapa, Anak 

harus merendahkan diri-Nya sendiri (bahkan lebih 

tampak seperti mempermalukan diri-Nya sendiri). 

Namun demikian, ini telah dirancang sedemikian 

rupa sehingga Dia dapat mempermuliakan Bapa: 

“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi, dengan 

cara yang sedemikian rupa supaya manusia di bumi 

bisa menghadapi wujud kemuliaan-Mu.” 

Kedua, penuntasan pekerjaan-Nya itu dicatat untuk 

memberi  contoh bagi semua orang, supaya kita da-

pat mengikuti teladan-Nya.  

1.  Kita harus bergiat melakukan apa yang telah Allah 

perintahkan untuk kita lakukan, sesuai dengan ke-

mampuan dan lingkup kegiatan kita. Setiap dari kita 

harus berbuat baik semampu kita di dunia ini.  

2.  Dalam segala hal, tujuan kita haruslah diarahkan 

bagi kemuliaan Allah. Kita harus mempermuliakan-

Nya di bumi ini, yang telah Dia berikan kepada 

anak-anak manusia dengan hanya menuntut sedikit 

saja dari mereka. Kita harus mempermuliakan-Nya 

di bumi ini, di mana kita berada di dalam suatu 

masa percobaan dan persiapan untuk memasuki 

kekekalan.  

3.  Oleh sebab  itu, kita harus bertekun sampai akhir 

hayat kita. Kita tidak boleh duduk diam sampai kita 

menyelesaikan pekerjaan kita dengan tuntas, seperti 

orang upahan yang lalu dapat menikmati harinya. 

Ketiga, tuntasnya pekerjaan-Nya itu dicatat untuk 

meneguhkan orang-orang yang bersandar kepada Dia. 

Jika Dia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan 

kepada-Nya untuk dilaksanakan, maka itu berarti bah-

wa Dia memang benar-benar seorang Penyelamat yang 

sempurna, yang melakukan pekerjaan-Nya sampai tun-

tas dan tidak setengah-setengah. Dan Dia yang telah 

menyelesaikan pekerjaan-Nya bagi kita juga akan me-

nyelesaikannya di dalam kita sampai pada hari keda-

tangan Kristus yang kedua kalinya.  

[2] Lihatlah betapa Ia sangat yakin akan memperoleh suka-

cita yang disediakan bagi Dia (ay. 5): Oleh sebab itu, ya 

Bapa, permuliakanlah Aku. Sukacita itulah yang men-

jadi tumpuan-Nya, dan tidak akan ditahan-tahan untuk 

diberikan kepada-Nya.  

Pertama, lihatlah apa yang Ia doakan di sini: Permu-

liakanlah Aku, seperti yang telah Ia katakan sebelumnya 

(ay. 1). Tidak semua pengulangan di dalam doa dapat 

dianggap bertele-tele. Kristus mengucapkan doa yang itu 

juga (Mat. 26:44), namun  makin sungguh-sungguh ber-

doa. Dia tetap harus mendoakan apa yang telah dijanji-

kan Allah kepada-Nya dan yang Ia sendiri yakini dengan 

sungguh-sungguh. Janji-janji tidak dimaksudkan untuk 

menggantikan doa, melainkan menjadi pedoman bagi 

hasrat hati kita dan dasar bagi pengharapan kita. Keti-

ka Kristus ditinggikan dalam kedudukan-Nya, saat itu 

pula Dia dipermuliakan, di mana Dia memperoleh sege-

nap kehormatan, kuasa dan sukacita. Lihatlah bagai-

mana hal ini digambarkan.  

1.  Kemuliaan yang dialami-Nya itu yaitu  kemuliaan 

bersama Allah. Bukan hanya, Permuliakanlah nama-

Ku di bumi, melainkan permuliakanlah Aku bersama 

diri-Mu sendiri. Berada bersama Bapa-Nya sungguh 

merupakan firdaus, sorga bagi-Nya (Ams. 8:30; Dan. 

7:13; Ibr. 8:1). Perhatikanlah, segala kemuliaan yang 

gilang gemilang bagi Sang Penebus yang ditinggikan 

itu haruslah ditunjukkan di dalam tabir, di mana 

Sang Bapa menampakkan kemuliaan-Nya. Puji-puji-

an dari dunia atas dipersembahkan bagi Dia yang 

duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba bersama-

sama (Why. 5:13), dan doa-doa dari dunia bawah 

menarik anugerah dan damai sejahtera dari Allah 

Bapa kita dan dari Tuhan kita Yesus Kristus ber-

sama-sama. Demikianlah Sang Bapa telah memper-

muliakan Kristus bersama diri-Nya sendiri.   

2.  Kemuliaan itu yaitu  kemuliaan yang Dia miliki di 

hadirat Allah sebelum dunia ada.  

Dengan ini tampaklah:  

(1) Bahwa Yesus Kristus, sebagai Allah, wujud atau 

pribadi-Nya telah ada sebelum dunia ada, kekal 

bersama Sang Bapa. Agama kita memperkenal-

kan kita dengan Pribadi yang telah ada terlebih 

dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu 

ada di dalam Dia.  

(2) Bahwa kemuliaan-Nya bersama Allah itu sudah 

ada semenjak kekekalan, seperti halnya juga de-

ngan keberadaan-Nya bersama Allah, sebab su-

dah sejak dari kekekalan Ia merupakan cahaya 

kemuliaan Bapa-Nya (Ibr.1:3). saat  Allah men-

ciptakan dunia ini, Dia mengumandangkan ke-

muliaan-Nya, dan bukan untuk membuat kemu-

liaan-Nya itu bertambah. Demikian pula halnya, 

Kristus menjalankan pekerjaan penebusan itu, 

bukan sebab  Dia membutuhkan kemuliaan, me-

lainkan sebab  kitalah yang memerlukan kemu-

liaan itu, sebab Dia telah memiliki kemuliaan 

bersama Bapa sebelum dunia dijadikan.  

(3) Bahwa dalam keadaan-Nya yang hina, Yesus 

Kristus melucuti diri-Nya dari kemuliaan itu dan 

menarik tabir supaya menutupi kemuliaan-Nya 

itu. Meskipun Dia tetap Allah, Dia yaitu  Allah 

yang mengambil rupa manusia, Dia tidak tampil 

dalam kemuliaan-Nya. Dia menyerahkan kemu-

liaan-Nya itu untuk sementara waktu, sebagai 

jaminan bahwa Dia akan menunaikan tugas-Nya 

sesuai dengan ketetapan Bapa-Nya.  

(4) Bahwa dalam keadaan-Nya yang mulia Dia men-

dapatkan kembali kemuliaan-Nya itu dan menge-

nakan lagi jubah kebesaran-Nya yang gemilang. 

sesudah  menunaikan tugas-Nya, dia seolah-olah 

sedang reposcere pignus – menerima kembali ja- 

minan yang sebelumnya diletakan-Nya itu, mela-

lui permintaan ini, Permuliakanlah Aku. Dia ber-

doa agar bahkan sifat manusiawi-Nya pun dapat 

diangkat ke dalam kehormatan tertinggi yang 

dapat diperoleh, yaitu supaya tubuh jasmani-Nya 

menjadi tubuh yang mulia, dan supaya kemulia-

an ke-Allah-an dapat diwujudkan di dalam pri-

badi Sang Pengantara, Imanuel, Allah-manusia. 

Dia tidak berdoa supaya dipermuliakan bersama-

sama dengan para penguasa dan orang-orang 

besar di bumi ini. Tidak begitu. Dia yang menge-

nal kedua dunia ini  dan dapat memilih 

yang mana yang lebih Ia sukai, memilih kemulia-

an dunia yang satunya lagi, sebab kemuliaan di 

sana jauh melampaui kemuliaan di dunia ini. Dia 

menampik pemerintahan atas dunia ini beserta 

kemuliaan di dalamnya saat Iblis menawarkan 

semua itu kepada-Nya, dan sebab  itu Ia berhak 

memperoleh kemuliaan di dunia yang satunya 

lagi. Biarlah pikiran yang sama dalam diri kita 

pula. “Tuhan, berikan saja kemuliaan di dunia ini 

kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, namun  

biarlah Aku memperoleh bagian dalam kemulia-

an di dunia yang akan datang. Tidak mengapa 

bila Aku dihina bersama manusia, asalkan Bapa, 

permuliakanlah Aku bersama diri-Mu sendiri.”   

Kedua, lihatlah di sini alasan apa yang Ia kemuka-

kan: Aku telah mempermuliakan Engkau. Dan kini, de-

ngan mengingat hal ini , permuliakanlah Aku.  

Sebab:  

1.  Di dalam pernyataan-Nya itu ada persamaan dan ke-

utuhan yang mengagumkan, bahwa jika Allah diper-

muliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan 

Dia juga di dalam diri-Nya, seperti yang telah Ia 

alami (13:32). Betapa tidak terukurnya nilai dari apa 

yang telah diperbuat Kristus dalam mempermulia-

kan Bapa-Nya, sehingga Dia layak menerima semua 

kemuliaan saat Dia ada dalam keadaan ditinggikan. 

Jika Bapa mendapatkan keuntungan melalui peng-

hinaan yang harus dialami Sang Anak, maka layak-

lah bila Sang Anak pada akhirnya tidak menderita 

kerugian apa pun saat  Bapa dipermuliakan.  

2.  Sudah menjadi kovenan di antara mereka, bahwa 

jika Sang Anak mempersembahkan nyawa-Nya seba-

gai korban penghapus dosa, maka Dia akan memper-

oleh orang-orang kuat sebagai jarahan (Yes. 53:10, 

12), dan kerajaan itu akan menjadi milik-Nya. Inilah 

yang dipandangi-Nya dan diandalkan-Nya saat  Dia 

mengalami berbagai penderitaan. Dia tekun memikul 

salib demi mendapatkan sukacita yang disediakan 

bagi-Nya. Dan kini saat Dia sedang ditinggikan pun 

Dia masih tetap menantikan dengan pasti penuntas-

an dari pengagungan-Nya itu, sebab Dia ingin me-

nyempurnakan tugas-Nya (Ibr. 10:13).  

3. Pemuliaan Kristus oleh Bapa merupakan bukti kuat 

bahwa Bapa-Nya menerima dan menyetujui pekerja-

an yang telah Ia selesaikan. Dengan dimuliakannya 

Kristus maka kita merasa yakin bahwa Allah telah 

dipuaskan, dan di dalamnya ada  bukti nyata 

bahwa Bapa berkenan kepada-Nya sebagai Anak 

yang dikasihi-Nya.  

4.  Dengan demikian kita harus belajar bahwa hanya 

orang-orang yang mempermuliakan Allah di bumi 

dan bertekun di dalam pekerjaan yang telah diberi-

kan Allah sajalah yang akan dipermuliakan dengan 

Sang Bapa saat mereka tidak lagi ada di dunia ini. 

Ini tidak berarti bahwa kita layak menerima kemu-

liaan ini  seperti halnya Kristus, namun  memper-

muliakan Allah merupakan suatu syarat untuk 

membuktikan kesungguhan kita dalam Kristus, 

yang melalui-Nya Allah menyalurkan hidup yang ke-

kal secara cuma-cuma. 

  

Doa Syafaat Kristus 

(17:6-10) 

6 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau beri-

kan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberi-

kan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. 7 Sekarang 

mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari 

pada-Mu. 8 Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah 

Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu 

benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa 

Engkaulah yang telah mengutus Aku. 9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan 

untuk dunia Aku berdoa, namun  untuk mereka, yang telah Engkau berikan 

kepada-Ku, sebab mereka yaitu  milik-Mu 10 dan segala milik-Ku yaitu  mi-

lik-Mu dan milik-Mu yaitu  milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam 

mereka. 

sesudah  berdoa bagi diri-Nya sendiri, Kristus kemudian berdoa untuk 

orang-orang kepunyaan-Nya. Dia mengenal nama setiap dari mereka, 

sekalipun di sini Dia tidak menyebutkan nama mereka satu per satu. 

Perhatikanlah di sini: 

I.  Siapa yang tidak Dia doakan (ay. 9): Bukan untuk dunia Aku ber-

doa. Perhatikan, ada sejumlah besar orang yang tidak didoakan 

oleh Yesus Kristus. Kata dunia di sini tidak berarti umat manusia 

secara umum (sebab Dia mendoakan mereka juga, ay. 21, supaya 

dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku), 

bukan pula berarti orang-orang bukan-Yahudi, yang dibedakan 

dari orang-orang Yahudi, melainkan dunia sebagai kebalikan dari 

orang-orang pilihan yang diberikan kepada Kristus dari dalam 

dunia ini. Anggaplah dunia sebagai sejumput bulir jagung yang 

belum ditampi di tanah, dan Allah mengasihinya, Kristus mendoa-

kannya dan mati baginya, sebab di dalamnya masih ada berkat. 

sebab  Tuhan benar-benar mengenal orang-orang kepunyaaan-

Nya, mata-Nya secara khusus tertuju kepada orang-orang yang 

diberikan kepada-Nya dari dunia. Ia menyisihkan mereka dari 

dunia. Kemudian, anggaplah dunia itu merupakan sisa tumpukan 

sekam yang ditolak dan dianggap tidak berguna. Kristus tidak 

mendoakan dan tidak mati bagi mereka, melainkan meninggalkan 

mereka, dan angin pun meniupkan mereka. Orang-orang seperti 

itulah yang disebut dunia, sebab mereka berada di bawah peme-

rintahan roh dunia ini dan memiliki bagian di dalamnya. Bukan 

untuk mereka Kristus berdoa. Memang Dia memanjatkan bebe-

rapa hal kepada Allah atas nama mereka, seperti tukang kebun 

yang meminta untuk memangkas pohon yang tidak berbuah. 

Akan namun  Kristus tidak mendoakan mereka di dalam doa yang 

ini. Orang-orang itu tidak memiliki bagian atau hak dalam berkat 

yang didoakan di sini. Kristus tidak berkata, Aku berdoa melawan 

dunia, sebagaimana doa syafaat Elia melawan Israel, melainkan, 

Bukan untuk mereka Aku berdoa, Aku melewatkan mereka dan 

membiarkan mereka sendirian. Mereka tidak tertulis di dalam 

kitab kehidupan Anak Domba itu, dan sebab  itulah mereka tidak 

termasuk dalam perlindungan Imam Besar Agung. Begitu seng-

saranya keadaan orang-orang yang seperti itu, sebagaimana ke-

adaan mereka yang dilarang para nabi untuk didoakan (Yer. 7:16). 

Kita yang tidak tahu siapa saja yang telah dipilih dan siapa yang 

dilewatkan, harus berdoa untuk semua orang (1Tim. 2:1, 4). Selagi 

masih ada kehidupan, masih ada pengharapan dan kesempatan 

untuk berdoa (1Sam. 12:23). 

II. Siapa yang didoakan oleh Kristus: bukan para malaikat, melain-

kan anak-anak manusia.  

1.  Dia berdoa untuk mereka yang telah diberikan kepada-Nya, 

terutama berarti para murid yang telah mengikuti-Nya dalam 

permandian kelahiran kembali. Namun, tentu saja doa itu juga 

diperuntukkan bagi semua orang yang berperangai sama de-

ngan para murid itu, yang menerima dan percaya akan firman 

Kristus (ay. 6, 8).  

2.  Dia berdoa untuk semua orang yang percaya kepada-Nya (ay. 

20). sebab  itu, bukan hanya permohonon-permohonan yang 

dipanjatkan-Nya sesudah  ini yang diperuntukkan bagi semua 

orang percaya di segala tempat dan segala zaman, melainkan 

juga permohonan-permohonan lain yang telah dipanjatkan-

Nya sebelumnya, sebab Ia peduli kepada mereka semua dan 

menyebutkan barang yang tidak ada sama seperti sudah ada. 

III. Penghiburan macam apa yang Dia doakan bagi mereka, dan apa 

saja dasar umum yang Dia pakai untuk memanjatkan permohon-

an-Nya bagi mereka dan menganjurkan supaya Bapa mengarunia-

kan kebaikan-Nya kepada mereka.  

Ada lima dasar umum itu: 

1.  Tugas yang telah Ia terima mengenai mereka: Mereka itu milik-

Mu dan Engkau telah memberi  mereka kepada-Ku (ay. 6), 

dan sekali lagi (ay. 9), mereka yang telah Engkau berikan ke-

pada-Ku. “Bapa, orang-orang yang kini sedang kudoakan ada-

lah mereka yang telah Engkau percayakan kepada-Ku, dan 

apa yang harus Kukatakan bagi mereka yaitu  demi kelang-

sungan tugas yang telah kuterima mengenai mereka.”  

Perhatikan: 

(1)  Yang terutama dimaksudkan di sini yaitu  para murid-Nya 

saat itu, yang telah diberikan kepada Kristus sebagai anak 

didik-Nya yang harus Dia ajar selama Dia ada di bumi ini, 

dan juga sebagai alat yang akan Dia pakai sewaktu Dia 

kembali ke sorga nanti. Mereka diberikan kepada-Nya un-

tuk mempelajari ajaran-Nya, untuk menjadi saksi atas 

kehidupan dan semua mujizat yang dibuat-Nya, dan untuk 

menjadi tugu peringatan akan anugerah dan kebaikan-Nya, 

supaya mereka nantinya menjadi penyebar Injil-Nya dan 

menjadi perintis gereja-Nya. saat  mereka meninggalkan 

segalanya untuk mengikuti Dia, inilah rahasia mengapa 

mereka mengambil keputusan ganjil itu: mereka telah di-

berikan kepada-Nya, sebab jika tidak begitu, mereka tidak 

akan memberi  diri mereka bagi-Nya. Perhatikanlah, ja-

batan rasul dan pelayanan, yang yaitu  karunia Kristus 

kepada gereja-Nya, pada awa