tidak akan semurah hati itu ke-
pada mereka.” Kristus tahu lebih dulu bahwa murid-
murid-Nya akan bersikap seperti itu, namun Ia tetap
bersikap baik kepada mereka.
Kedua, Ia menyampaikan hal ini kepada mereka se-
bagai teguran atas kegembiraan mereka yang meluap-
luap atas pencapaian mereka saat itu: “Percayakah
kamu sekarang? Janganlah terlampau memegahkan
diri, namun takutlah, sebab tidak lama lagi kamu akan
mendapati imanmu begitu terguncang hingga patut di-
pertanyakan apakah imanmu itu tulus atau tidak.” Per-
hatikanlah, bahkan saat kita menikmati anugerah
yang kita terima, sungguh baik untuk kita ingat akan
bahaya-bahaya yang bisa muncul sebab sifat buruk
kita. saat iman kita sedang kuat, kasih kita berkobar-
kobar, dan semuanya tampak jelas, kita tidak dapat
mengambil kesimpulan dari situ bahwa besok akan
sama seperti hari ini. Bahkan saat kita mempunyai
alasan kuat untuk beranggapan bahwa kita berdiri te-
gak, kita mempunyai cukup alasan untuk berjaga-jaga
supaya tidak terjatuh.
Ketiga, Ia berbicara tentang hal itu sebagai sesuatu
yang akan segera terjadi. Saatnya sudah datang, dalam
arti kata bahwa mereka akan malu akan Dia meskipun
dulu mereka menyukai-Nya. Perhatikanlah, waktu yang
singkat bisa saja menghasilkan perubahan-perubahan
besar, baik mengenai keadaan kita maupun di dalam
diri kita.
(3) Sekalipun demikian, Ia menghibur diri sendiri: Namun Aku
tidak seorang diri. Ia tidak mau dianggap mengeluh sebab
mereka meninggalkan Dia, seolah-olah hal ini sangat me-
rugikan-Nya. Sebab meskipun mereka tidak ada bersama-
Nya, Ia yakin akan kehadiran Bapa, yang yaitu instar
omnium – segalanya: Bapa menyertai Aku. Kita bisa meng-
anggap hal ini,
[1] Sebagai hak istimewa yang khusus bagi Tuhan Yesus
saja. Di dalam penderitaan, Bapa menyertai-Nya jauh
lebih dekat daripada dengan siapa pun, sebab Ia masih
ada di pangkuan Bapa. Tabiat ilahi bukan meninggal-
kan melainkan mendukung tabiat manusiawi dan mem-
berikan penghiburan tidak terkalahkan dan nilai tidak
terhitung dalam penderitaan-Nya. Bapa telah berkete-
tapan untuk menyertai-Nya dalam seluruh pekerjaan-
Nya (Mzm. 89:22 dst.) dan untuk membentuk Dia (Yes.
49:8). Hal ini membuat-Nya berani (Yes. 1:7). Bahkan
saat Ia mengeluh sebab Bapa telah meninggalkan-
Nya, Ia tetap memanggil-Nya Allah-Ku, dan segera sesu-
dah itu diyakinkan akan penyertaan Bapa sehingga Ia
menyerahkan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa. Selama
itu Ia telah menghibur diri dengan hal ini (8:29), Ia yang
telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Bapa tidak mem-
biarkan Aku sendiri, terutama saat sekarang ini. Hal
menolong kita untuk mengimani bahwa Kristus sang-
gup memuaskan hati kita. Tidak diragukan lagi, Bapa
sangat berkenan kepada-Nya, sebab Ia menyertai Kris-
tus dalam melaksanakan pekerjaan-Nya dari awal sam-
pai akhir.
[2] Sebagai hak istimewa yang berlaku bagi semua orang
percaya berdasarkan penyatuan mereka dengan Kris-
tus. saat mereka sendirian, mereka sebenarnya tidak
seorang diri, sebab Bapa menyertai mereka.
Pertama, saat mereka memilih untuk menyendiri,
saat mereka sendirian, seperti Ishak di padang, Nata-
nael di bawah pohon ara, dan Petrus yang berdoa di
atas rumah, Bapa menyertai mereka. Orang-orang yang
bercakap-cakap dengan Allah dalam kesunyian tidak
pernah lebih sendirian daripada bila berada seorang
diri. Allah yang baik dan hati yang baik dapat saling
menemani kapan saja.
Kedua, saat kesendirian menjadi kemalangan me-
reka, musuh membuat mereka tergeletak sendirian, be-
gitu pula teman-teman mereka, sahabat mereka, seperti
sahabat Ayub, dibuat merana, namun, mereka sebenar-
nya tidak sendirian seperti yang mereka duga. Bapa me-
nyertai mereka, seperti Ia menyertai Yusuf saat di-
belenggu, dan bersama Yohanes dalam pembuangan.
Dalam kesusahan yang paling berat sekalipun mereka
seperti orang yang dikasihani bapa dan dihibur ibunya.
Selama kita disertai Allah, kita bahagia, dan sudah se-
harusnya merasa tenang, meskipun seluruh dunia men-
campakkan kita. Non deo tribuimus justum honorem nisi
solus ipse nobis sufficiat – Kita tidak memberi hormat
yang selayaknya kepada Allah, jika kita tidak percaya
bahwa Dia sajalah yang mahamencukupi. – Calvin.
II. Ia menghibur mereka dengan janji damai sejahtera di dalam Dia
berdasarkan kemenangan-Nya atas dunia, tidak peduli apa pun
masalah yang akan mereka hadapi (ay. 33): “Semuanya ini Kuka-
takan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam
Aku. Jika tidak demikian halnya, kamu tidak akan memperoleh-
nya sama sekali, sebab dalam dunia kamu menderita penganiaya-
an. Janganlah kamu mengharapkan yang lain, dan kuatkanlah
hatimu, sebab Aku telah mengalahkan dunia.”
Perhatikanlah:
1. Tujuan akhir Kristus dalam menyampaikan khotbah perpisah-
an ini kepada murid-murid-Nya yaitu : Supaya mereka ber-
oleh damai sejahtera di dalam Dia. Melalui hal ini Ia bukan
bermaksud mengungkapkan sepenuhnya kepada mereka peri-
hal pengajaran yang tidak lama lagi akan mereka kuasai me-
lalui pencurahan Roh, melainkan hanya untuk memuaskan
hati mereka sementara waktu saat itu, bahwa kepergian-Nya
benar-benar demi hal yang terbaik. Atau, kita juga bisa me-
nanggapinya secara lebih umum: Kristus mengatakan semua
ini kepada mereka supaya dengan menikmati kehadiran-Nya,
mereka dapat menikmati diri mereka sendiri.
Perhatikanlah:
(1) Merupakan kehendak Kristus supaya murid-murid-Nya
beroleh damai sejahtera dalam hati mereka, apa pun masa-
lah yang mereka hadapi.
(2) Damai sejahtera di dalam Kristus merupakan satu-satunya
damai sejahtera sejati, dan hanya di dalam Dia-lah orang
percaya dapat memperolehnya, sebab dia menjadi damai
sejahtera (Mi. 5:4). Melalui Dia kita beroleh damai dengan
Allah, jadi di dalam Dia kita juga beroleh damai sejahtera
dalam pikiran kita sendiri.
(3) Perkataan Kristus ditujukan kepada hal ini, supaya kita
beroleh damai sejahtera dalam Dia. Damai sejahtera yaitu
puji-pujian dari bibir, dan dari bibir-Nya (Yes. 57:19).
2. Sambutan yang mungkin akan mereka temui di dunia: “Kamu
tidak akan mendapatkan damai sejahtera dari luar, jangan
pernah mengharapkannya.” Meskipun mereka diutus untuk
memberitakan damai sejahtera di bumi dan perkenanan Allah
kepada manusia, mereka harus sadar akan menghadapi kesu-
sahan di bumi dan kehendak jahat manusia. Perhatikanlah,
sudah menjadi bagian murid-murid Kristus untuk sedikit ba-
nyak mengalami aniaya di dunia ini. Orang menyiksa mereka
sebab mereka begitu baik, dan Allah memperbaiki mereka ka-
rena mereka tidak menjadi lebih baik. Manusia berencana me-
nyingkirkan mereka dari muka bumi, sedangkan Allah beren-
cana mempersiapkan mereka masuk sorga melalui kesusahan.
Jadi di antara keduanya, mereka akan menderita pengania-
yaan.
3. Dorongan yang diberikan Kristus berkaitan dengan hal ini:
Kuatkanlah hatimu, tharseite. “Janganlah hanya merasa terhi-
bur, namun teguhkan hatimu juga. Bergembiralah akan hal itu,
dan semuanya akan berjalan dengan baik.” Perhatikanlah, di
tengah kesengsaraan dunia ini, sudah menjadi tugas dan per-
hatian murid-murid Kristus untuk menguatkan hati, memper-
tahankan kesukaan mereka di dalam Allah, tidak peduli sebe-
rat apa pun tekanan yang dihadapi, dan memelihara pengha-
rapan di dalam Allah, tidak peduli apa pun yang sedang meng-
ancam. Walaupun keadaan sangat menyedihkan, bersukacita
dan bergembiralah senantiasa (2Kor. 6:10), bahkan dalam ke-
sengsaraan sekalipun (Rm. 5:3).
4. Hal yang mendasari dorongan itu: Aku telah mengalahkan du-
nia. Kemenangan Kristus yaitu sebuah kemenangan Kristen.
Kristus telah mengalahkan penghulu dunia ini, melucutinya,
dan melemparkannya keluar. Dan Dia masih menginjak Iblis
di bawah kaki kita. Ia mengalahkan anak-anak dunia ini mela-
lui pertobatan banyak orang kepada iman dan ketaatan Injil-
Nya, sehingga dengan demikian menjadikan mereka anak-
anak kerajaan-Nya. saat mengutus murid-murid-Nya untuk
memberitakan Injil ke seluruh dunia, Ia berkata, “Kuatkanlah
hatimu, Aku telah mengalahkan dunia sejauh ini, dan kamu
pun akan melakukannya. Meskipun kamu akan merasakan
sengsara di dunia, kamu akan menang dan mengalahkan du-
nia” (Why. 6:2). Ia telah mengalahkan si jahat dari dunia ini,
sebab sudah begitu sering Ia membungkamkan dan memper-
malukan musuh-musuh-Nya. “Kuatkanlah hatimu, sebab Roh
akan memampukan kamu untuk melakukannya.” Ia menga-
lahkan kejahatan dunia dengan menyerahkan diri kepada
mereka. Ia menanggung penderitaan di atas salib, mengejek-
nya dan mencela aib salib itu. Ia mengatasi godaannya yang
menarik dengan mematikan keinginan terhadapnya. Kehor-
matan dunia tidak menarik bagi-Nya, kenikmatannya tidak
mempunyai pesona. Belum pernah ada penakluk dunia seperti
Kristus, dan sudah seharusnya kita dikuatkan oleh kenyataan
ini,
(1) sebab Kristus telah mengalahkan dunia di hadapan kita.
sebab itu kita dapat memandang dunia ini sebagai musuh
yang telah ditaklukkan, yang sudah dibuat tersandung ber-
kali-kali.
(2) Sebagai pemimpin keselamatan kita, Ia telah mengalahkan
dunia bagi kita. Kita berkepentingan dalam kemenangan-
Nya. Oleh salib-Nya dunia telah disalibkan bagi kita, yang
berarti bahwa dunia telah dikalahkan sepenuhnya dan dile-
takkan dalam tangan kita. Semuanya yaitu milikmu, bah-
kan dunia juga. sebab Kristus telah mengalahkan dunia,
orang percaya tidak perlu berbuat apa pun selain mengejar
kemenangan mereka dan membagi-bagi hasil jarahan. Dan
ini kita lakukan dengan iman (1Yoh. 5:4). Kita lebih dari
pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang mengasihi
kita.
PASAL 17
asal ini yaitu sebuah doa, doa Tuhan, doa Kristus Tuhan. Me-
mang ada sebuah doa yang telah diajarkan-Nya kepada kita dan
tidak Ia panjatkan sendiri, sebab Dia tidak perlu berdoa untuk me-
minta pengampunan atas dosa. Akan namun , doa yang satu ini yaitu
benar-benar doa yang Ia panjatkan sendiri, sebuah doa yang hanya
pantas dan khusus dipanjatkan oleh Dia sebagai Sang Pengantara.
Doa ini merupakan sebuah contoh dari syafaat-Nya. Namun demi-
kian, sangat berguna dalam mengarahkan dan menguatkan kita di
dalam doa kita. Perhatikanlah:
I. Keadaan yang menyertai doa itu (ay. 1).
II. Doa itu sendiri.
1. Dia berdoa bagi diri-Nya sendiri (ay. 1-5).
2. Dia berdoa bagi orang-orang kepunyaan-Nya. Dan menge-
nai ini, lihatlah:
(1) Dasar permohonan umum yang dipakai Kristus seba-
gai pengantar untuk memanjatkan permohonan-Nya
bagi mereka (ay. 6-10).
(2) Permohonan khusus yang Ia panjatkan bagi mereka,
[1] Supaya mereka dipelihara (ay. 11-16).
[2] Supaya mereka dikuduskan (ay. 17-19).
[3] Supaya mereka dipersatukan (ay. 11 dan 20-23).
[4] Supaya mereka dipermuliakan (ay. 24-26).
Doa Syafaat Kristus
(17:1-5)
1 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: “Bapa,
telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermu-
liakan Engkau. 2 Sama seperti Engkau telah memberi kepada-Nya kuasa
atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberi hidup yang kekal
kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. 3 Inilah hidup yang
kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang
benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. 4 Aku telah
mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan
yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. 5 Oleh sebab itu, ya
Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki
di hadirat-Mu sebelum dunia ada.
Di sini ada :
I. Keadaan yang menyertai doa ini (ay. 1). Banyak sekali doa khid-
mat yang Kristus panjatkan sewaktu Dia masih hidup dalam tu-
buh jasmani-Nya (terkadang Dia terus berdoa semalam suntuk),
namun tidak ada satu doa pun yang dicatat dengan begitu lengkap
seperti yang satu ini.
Perhatikanlah:
1. Waktu saat Dia memanjatkan doa itu. sesudah Dia mengata-
kan semuanya itu, sesudah mengucapkan salam perpisahan ke-
pada murid-murid-Nya, Dia pun memanjatkan doa ini dengan
didengar oleh mereka. Jadi,
(1) Doa ini merupakan doa sesudah sebuah khotbah. sesudah
berbicara mengenai Allah kepada mereka, Dia pun berbalik
untuk berbicara kepada Allah bagi mereka. Perhatikanlah,
kita harus mendoakan orang-orang yang kita injili. Orang
yang bernubuat mengenai tulang-tulang yang kering juga
harus berdoa, “Datanglah, hai nafas hidup dan berembus-
lah ke dalam orang-orang ini.” Dan firman yang dikabarkan
juga harus didoakan, sebab Allah-lah yang memberi pertum-
buhan.
(2) Doa itu yaitu doa sesudah sakramen (perjamuan). sesudah
Kristus dan murid-murid-Nya makan paskah dan meraya-
kan perjamuan malam Tuhan bersama-sama, dan sesudah
menasihati mereka, Dia pun mengakhiri acara yang khid-
mat itu dengan doa ini , supaya Allah menanamkan
kesan-kesan baik dari ketetapan ini di dalam diri
mereka.
(3) Doa itu yaitu sebuah doa keluarga. Murid-murid Kristus
yaitu keluarga-Nya. Oleh sebab itu, untuk menanamkan
sebuah teladan bagi para kepala keluarga, Dia bukan saja,
sebagai Anak Abraham, mengajar keluarga-Nya (Kej. 18:19)
namun juga, sebagai Anak Daud, memberkati keluarga-Nya
(2Sam. 6:20, TL), berdoa bagi dan bersama-sama mereka.
(4) Doa itu merupakan sebuah doa perpisahan. Bila kita ber-
pisah dengan kawan-kawan kita, baiklah untuk berpisah
dengan doa (Kis. 20:36). Kristus hendak berpisah dengan
mereka melalui kematian, dan perpisahan itu perlu diku-
duskan dan dipermanis dengan doa. Saat hampir mati, Ya-
kub memberkati kedua belas leluhur Israel, dan Musa juga
memberkati kedua belas suku Israel itu. Demikianlah di
sini, Kristus yang sebentar lagi akan mati juga memberkati
kedua belas rasul.
(5) Doa itu merupakan pengantar bagi korban persembahan-
Nya, yang akan segera dipersembahkan-Nya di bumi ini,
menguraikan segala kebaikan dan berkat yang akan dite-
bus melalui kematian-Nya itu bagi orang-orang kepunyaan-
Nya, bagaikan sepotong surat kontrak yang mengatur peng-
gunaan uang tebusan dan mengarahkan untuk tujuan dan
maksud apa uang itu dibayarkan. Pada saat itu Kristus
berdoa sebagai seorang Imam yang mempersembahkan
korban, dan berkat persembahan inilah segala permohon-
an harus dialaskan.
(6) Doa itu merupakan sebuah contoh dari tindakan pengan-
taraan-Nya, yang untuk itulah Ia lakukan bagi kita di da-
lam tabir seumur hidup-Nya. Dalam keadaan-Nya yang
mulia Kristus tidak pernah memohon kepada Bapa-Nya de-
ngan cara yang begitu rendah hati seperti saat Ia masih
ada di bumi ini. Tidak, tindakan pengantaraan-Nya di sorga
merupakan suatu persembahan jasa-Nya kepada Bapa-
Nya, dengan permohonan untuk memberi manfaat atas
jasa-Nya itu kepada semua orang pilihan-Nya.
2. Sikap tubuh-Nya saat berdoa, yang menunjukkan kerinduan-
Nya yang mendalam: Ia menengadah ke langit, seperti yang Ia
lakukan sebelumnya (11:41). Hal itu tidak berarti bahwa
Kristus harus terlebih dahulu menarik perhatian Bapa, namun
Ia ingin menguduskan sikap tubuh seperti itu bagi orang-
orang yang melakukannya, dan membenarkan sikap tubuh itu
saat orang-orang lain mencemoohkannya. Sikap tubuh seperti
itu penting dalam melambangkan pengangkatan jiwa kepada
Allah saat berdoa (Mzm. 25:1). Sursum corda (perkataan sing-
kat yang menggugah) pada zaman dahulu dipakai sebagai
panggilan untuk berdoa, Angkatlah hatimu, angkatlah ke sor-
ga. Ke sanalah kita harus mengarahkan segala keinginan kita
dalam doa, dan dari sanalah kita harus menantikan hal-hal
baik yang kita doakan.
II. Bagian pertama dari doa itu sendiri. Di sini Kristus berdoa bagi
diri-Nya sendiri.
Perhatikanlah di sini:
1. Dia berdoa kepada Allah sebagai Bapa-Nya: Ia menengadah ke
langit dan berkata, Bapa. Perhatikanlah, sebagaimana doa ha-
nya boleh dipanjatkan kepada Allah saja, demikianlah kita
wajib memandang Dia dalam doa sebagai seorang Bapa, dan
memanggil-Nya sebagai Bapa kita. Semua orang yang sudah
diangkat menjadi anak-Nya diajarkan untuk berseru Abba,
Bapa (ay. 25). Sebab hal itu memang bermanfaat bagi kita,
baik untuk mendapatkan bimbingan dan juga untuk mem-
peroleh penguatan, supaya kita boleh menemukan Dia sebagai
Allah seperti yang kita harapkan saat memanggil-Nya demi-
kian.
2. Dia berdoa bagi diri-Nya sendiri terlebih dahulu. Meskipun
Kristus, sebagai Allah, menjadi tujuan pemanjatan doa, namun
Kristus, sebagai manusia, juga berdoa. Demikianlah sepatut-
nya Dia menggenapkan seluruh kehendak Allah. Apa yang di-
katakan kepada kita juga dikatakan kepada-Nya: Mintalah,
maka akan kuberikan kepada-Mu (Mzm. 2:8). Dia harus me-
minta apa yang telah Ia bayar lunas. Jika demikian, layakkah
kita berharap untuk memiliki apa yang tidak pantas kita da-
patkan, padahal kita justru telah melakukan banyak hal yang
membuat kita layak kehilangan hal itu, kecuali jika kita ber-
doa untuk mendapatkannya? Doa menjadi sangat mulia ka-
rena Kristus menjadikannya sebagai pembawa pesan-Nya, se-
bagai cara bagi Dia untuk berhubungan dengan sorga. Hal ini
sungguh sangat menguatkan para pendoa dan memberi me-
reka pengharapan, sebab doa orang yang bulus pun tidak akan
dipandang hina. Ada masanya saat Dia yang merupakan
pembela kita pun memiliki perkara-Nya sendiri yang harus Ia
doakan, yaitu sebuah perkara besar, yang keberhasilannya
akan menentukan semua kehormatan-Nya sebagai Sang Peng-
antara, dan inilah yang harus Ia minta melalui cara yang sama
yang juga dianjurkan kepada kita, melalui doa dan permohon-
an (Ibr. 5:7). Oleh sebab Ia telah mengenal keadaan jiwa se-
orang pemohon (Kel. 23:9), Dia pun tahu cara yang tepat un-
tuk memohon. Kini perhatikanlah, Kristus membuka doa itu
dengan mendoakan diri-Nya sendiri, lalu sesudah itu Ia men-
doakan murid-murid-Nya. Perbuatan baik itu selalu harus di-
mulai dari diri sendiri, namun tidak boleh berakhir sampai di
sana saja. Kita harus mengasihi dan berdoa bagi orang lain
seperti bagi diri kita sendiri, sebab itulah kita harus terlebih
dahulu mengasihi dan berdoa bagi diri kita sendiri dengan
cara yang benar. Kristus memanjatkan doa yang lebih pendek
bagi diri-Nya sendiri dibandingkan doa bagi murid-murid-Nya.
Doa-doa kita bagi gereja tidak boleh tersisih di antara doa-doa
kita lainnya. Dalam memanjatkan permohonan untuk segala
orang kudus, kita memiliki cukup ruang untuk memperluas
doa kita, jadi janganlah kita membatasi diri untuk itu. Di sini
ada dua permintaan yang Kristus panjatkan bagi diri-Nya
sendiri, dan keduanya sama, yaitu supaya Dia dipermuliakan.
Akan namun , permintaan yang ini, permuliakanlah Aku, dise-
butkan dua kali, sebab kalimat itu mengacu kepada dua hal,
yaitu pada kelanjutan pelaksanaan tugas-Nya: Permuliakanlah
Aku, supaya Aku mempermuliakan Engkau, dalam melakukan
apa yang telah disepakati untuk dilakukan (ay. 1-3), dan pada
pelaksanaan tugas-Nya sampai saat itu: “Permuliakanlah Aku,
sebab Aku telah mempermuliakan Engkau. Aku sudah melaku-
kan bagian-Ku, dan sekarang, Tuhan, lakukanlah bagian-Mu,”
(ay. 4-5).
(1) Di sini Kristus berdoa supaya Ia dipermuliakan, sehingga Ia
dapat mempermuliakan Allah (ay. 1): Permuliakanlah Anak-
Mu sesuai dengan janji-Mu, supaya Anak-Mu mempermu-
liakan Engkau sesuai dengan pengertian-Nya.
Perhatikanlah di sini:
[1] Apa yang Ia doakan – supaya Dia dipermuliakan di du-
nia ini: “Saatnya telah tiba bahwa semua kuasa kege-
lapan akan bersatu untuk mencemooh Anak-Mu. Kini,
Bapa, muliakanlah Dia.” Bapa mempermuliakan Anak
di muka bumi ini,
Pertama, bahkan dalam penderitaan-penderitaan-
Nya, melalui tanda dan keajaiban yang menyertai se-
mua penderitaan ini . Saat mereka yang datang
untuk menangkap-Nya jatuh tersungkur hanya sebab
sebuah kata, – saat Yudas mengakui Dia tidak bersalah
dan memeteraikan pengakuannya itu dengan darahnya
sendiri yang bersalah itu, – saat istri si hakim dalam
tidurnya, dan juga hakim itu sendiri dalam keadaan ter-
jaga, menyatakan Dia sebagai orang benar – saat mata-
hari menjadi gelap dan tabir Bait Suci terkoyak, saat
itulah Bapa tidak hanya membenarkan, melainkan juga
mempermuliakan Sang Anak. Bukan hanya itu saja,
Kedua, bahkan oleh semua penderitaan-Nya. Saat
Dia disalibkan, Dia ditinggikan dan dipermuliakan
(13:31). Di atas salib-Nyalah Dia menaklukkan Iblis dan
maut. Duri-duri menjadi mahkota di kepala-Nya, dan
Pilatus menuliskan tanda peringatan di atas kepala-Nya
lebih dari yang dipikirkannya. Akan namun ,
Ketiga, lebih-lebih lagi sesudah semua penderitaan-
Nya. Bapa mempermuliakan Anak saat Dia membang-
kitkan-Nya dari kematian, memperlihatkan-Nya secara
terang-terangan kepada saksi-saksi yang terpilih, dan
mencurahkan Roh untuk menyokong dan membela per-
kara-Nya, serta untuk mendirikan kerajaan-Nya di an-
tara manusia. Begitulah Bapa mempermuliakan-Nya.
Inilah yang Kristus doakan dan bersikeras untuk men-
dapatkan-Nya.
[2] Apa yang Dia kemukakan sebagai dasar untuk me-
nguatkan permohonan-Nya.
Pertama, Dia mengungkapkan hubungan mereka:
Permuliakanlah Anak-Mu, Anak-Mu sebagai Allah, se-
bagai Sang Pengantara. sebab dasar pertimbangan ini-
lah maka bangsa-bangsa diberikan kepada-Nya menjadi
milik pusaka-Nya, sebab Engkau Anak-Ku! (Mzm. 2:7-8).
Iblis telah mencobai Dia untuk menyangkal kedudukan-
Nya sebagai Anak Allah dengan sebuah tawaran untuk
mendapatkan kerajaan dunia ini, namun Dia menampik
tawaran itu dengan jijik dan lebih mengandalkan Bapa-
Nya untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
Dan di sini, Dia memohon sendiri kepada Bapa untuk
mendapatkannya. Perhatikanlah, mereka yang telah di-
angkat anak dapat berdoa dengan iman untuk menda-
patkan warisan sebagai anak. Bila dikuduskan, maka
akan dipermuliakan pula: Bapa, permuliakanlah Anak-
Mu.
Kedua, Dia mengetengahkan waktunya: Telah tiba
saatnya, waktu yang bahkan telah ditentukan pada jam
berapa hal itu terjadi. Jam penderitaan Kristus ditentu-
kan oleh hikmat Allah. Dia sering mengatakan bahwa
saatnya belum tiba, namun kini telah tiba saatnya, dan
Ia pun mengetahuinya. Manusia tidak mengetahui wak-
tunya (Pkh. 9:12), namun Anak Manusia mengetahuinya.
Dia menyebutnya saat ini (12:27), dan di sini, saatnya
(bdk. Mrk. 14:35; Yoh. 16:21). Oleh sebab jam kemati-
an Sang Penebus, yang juga sama dengan jam kelahiran
Sang Penebus itu, merupakan jam yang paling bermak-
na dan luar biasa, serta tidak diragukan lagi, paling
genting, maka sejak saat itulah putaran waktu jam mu-
lai ditetapkan. Tidak pernah ada jam seperti itu sebe-
lumnya, yang memicu begitu banyak pengharapan sebe-
lumnya, dan juga yang menimbulkan begitu banyak
perenungan sesudahnya.
1. “Telah tiba saatnya, di mana Aku akan diakui.” Ini-
lah jamnya saat tiba masa krisis bagi perkara besar
itu. sesudah banyak pertikaian kecil, kini pertempur-
an yang menentukan akan segera terjadi antara sor-
ga dan neraka. Perkara besar itu, yang akan menen-
tukan kehormatan Allah dan kebahagiaan manusia
kini akan diputuskan menang atau kalah untuk se-
lama-lamanya. Kedua pemenang dari pertempuran
antara Daud dan Goliat, Mikhael dan si naga, kini
telah memasuki arena pertempuran. Terompet telah
berbunyi, menandakan dimulainya pertempuran se-
ngit yang pasti berakhir dengan kematian salah satu
pihak: “Permuliakanlah Anak-Mu, berikanlah kepada-
Nya kemenangan atas pemerintah-pemerintah dan
penguasa-penguasa, biarlah peremukan kaki-Nya
menjadi penghancuran kepala si ular, kini kuatkan-
lah Anak-Mu supaya Dia tidak gagal atau menjadi
tawar hati.” Saat Yosua bergerak maju sebagai pe-
menang untuk merebut kemenangan, dikatakan bah-
wa Tuhan membesarkan nama Yosua. Begitu pulalah
Dia mempermuliakan Anak-Nya saat Dia menjadi-
kan salib-Nya itu sebagai kereta kemenangan-Nya.
2. “Telah tiba saatnya, di mana pada akhirnya Aku
akan dimahkotai. Telah tiba saatnya Aku akan diper-
muliakan, ditempatkan di sebelah kanan-Mu.” Di an-
tara diri-Nya dan kemuliaan itu terbentang sebuah
adegan penderitaan yang mengerikan. Namun, Dia
mempersingkat perkataan-Nya tadi, seolah-olah Dia
tidak merisaukan penderitaan itu: Telah tiba saat-
nya bagi-Ku untuk dipermuliakan, dan Ia tidak meng-
harapkan kemuliaan itu sampai pada saat ini .
sebab itu, pada saat-saat ujian, terutama saat
hampir mati, orang-orang Kristen yang saleh boleh
memohon “Telah tiba saat-Nya, dampingilah aku,
tampakkanlah diri-Mu bagiku, sekarang atau tidak
akan pernah selamanya: kini tempat kediaman di
bumi ini akan dibongkar, tibalah saatnya aku diper-
muliakan” (2Kor. 5:1).
Ketiga, Dia mengungkapkan kepentingan dan keter-
kaitan Allah di sini: “Supaya Anak-Mu mempermuliakan
Engkau,” sebab Dia telah mempersembahkan seluruh
tugas yang Ia jalankan bagi kehormatan Bapa-Nya. Dia
ingin dibawa dengan penuh kemenangan melalui pen-
deritaan-Nya menuju kemuliaan-Nya, supaya Dia dapat
mempermuliakan Bapa melalui dua cara:
1. Melalui kematian di kayu salib, yang sesaat lagi ha-
rus Ia alami. Kalimat Bapa, permuliakanlah nama-
Mu, menunjukkan maksud agung penderitaan-Nya,
yaitu untuk mengembalikan kehormatan Allah, yang
tadinya telah tercemar di antara manusia, dan un-
tuk menggapai kemuliaan Allah yang tidak bisa dide-
kati manusia oleh sebab dosanya, melalui penebus-
an-Nya, “Bapa, akuilah Aku dalam penderitaan-Ku,
supaya Aku dapat mempermuliakan-Mu melalui se-
mua penderitaan itu.”
2. Melalui ajaran kayu salib, yang segera akan diku-
mandangkan ke seluruh dunia sebagai sarana untuk
membangun kembali kerajaan Allah di antara manu-
sia. Dia berdoa supaya Bapa-Nya melimpahkan
karunia melalui penderitaan-Nya itu dan menaruh
kehormatan di dalamnya, bukan hanya untuk meng-
hapuskan aib salib, namun juga untuk menjadikannya
sebagai hikmat dan kuasa Allah bagi orang-orang
yang diselamatkan. Jika Allah tidak mempermulia-
kan Kristus yang telah disalibkan dengan cara mem-
bangkitkan-Nya dari kematian, maka hancurlah
semua yang telah Ia kerjakan. sebab itu permulia-
kanlah Aku, supaya Aku mempermuliakan Engkau.
Dengan begitu Ia telah mengajari kita mengenai,
(1) Apa yang harus kita pandang dan tuju di dalam
doa kita, di dalam seluruh rancangan dan ke-
inginan hati kita: yaitu, kerhormatan Allah. Mem-
permuliakan Allah haruslah menjadi tujuan uta-
ma kita, sementara hal-hal lain harus dicari dan
ditempatkan di tempat yang rendah di bawah
Tuhan. “Lakukanlah ini dan itu untuk hamba-
Mu, supaya hamba-Mu mempermuliakan Eng-
kau. Berikanlah kepadaku kesehatan, supaya
aku dapat mempermuliakan Engkau dengan tu-
buhku. Juga keberhasilan, supaya aku dapat
mempermuliakan Engkau dengan kedudukan-
ku,” dan seterusnya. Dimuliakanlah nama-Mu ha-
rus menjadi permohonan pertama kita, yang
harus dijadikan sebagai tujuan akhir dari segala
permohonan kita yang lain (1Ptr. 4:11).
(2) Dia juga mengajari kita mengenai apa yang harus
kita harapkan dan nanti-nantikan. Jika kita me-
netapkan diri kita dengan tulus hati untuk mem-
permuliakan Bapa, maka Dia tidak akan mena-
han-nahan apa pun yang bisa Ia lakukan supaya
kita dimampukan untuk mempermuliakan-Nya.
Dia akan memberi kita anugerah yang Ia tahu
pasti mencukupi, serta kesempatan yang Ia pan-
dang baik. Akan namun , jika kita diam-diam ingin
memperoleh kemuliaan bagi diri kita sendiri lebih
daripada mempermuliakan-Nya, maka sudah se-
layaknyalah jika Ia membiarkan kita melakukan
segala sesuatu menurut hikmat kita sendiri. Jika
sudah begitu, maka kita tidak akan mendapat
kehormatan, melainkan akan mempermalukan
diri kita sendiri.
Keempat, Dia mengutarakan amanat yang diemban-
Nya (ay. 2-3). Dia ingin mempermuliakan Bapa-Nya
demi dan sesuai dengan amanat yang diberikan kepada-
Nya: “Permuliakanlah Anak-Mu, sebagaimana Engkau
telah memberi kuasa kepada-Nya, permuliakanlah
Dia untuk menjalankan kuasa yang telah Engkau beri-
kan kepada-Nya itu.” Begitulah hal ini dikaitkan
dengan permohonan-Nya tadi. Atau, supaya Anak-Mu
mempermuliakan Engkau sesuai dengan kuasa yang
telah diberikan kepada-Nya, begitulah kaitannya dengan
permintaan ini . Sekarang, marilah kita lihat kuasa
Sang Pengantara itu.
a. Asal dari kuasa-Nya itu: Engkau telah memberi
kepada-Nya kuasa. Dia memilikinya dari Allah, yang
memiliki segala kuasa. Dalam keadaannya yang te-
lah jatuh, manusia harus dibawa ke dalam suatu
pemerintahan baru untuk memulihkan keadaannya
tadi. Pemerintahan baru itu hanya dapat didirikan
oleh sebuah amanat yang dimeteraikan dari sorga,
diarahkan kepada Sang Pelaksana dari pekerjaan
yang mulia itu, dan menjadikan-Nya sebagai satu-
satunya Pengantara dari perkara besar yang telah
terjadi antara Allah dan manusia. Ia juga merupa-
kan satu-satunya Penjamin atas persekutuan agung
yang akan terbentuk di antara Allah dan manusia.
Maka, dalam rangka menunaikan tugas-Nya terse-
but, Ia pun menerima kuasa yang harus dilaksana-
kan dengan cara yang berbeda dari kuasa dan peme-
rintahan-Nya sebagai Sang Pencipta. Perhatikanlah,
Raja jemaat bukanlah perampas kekuasaan seperti
penguasa dunia ini. Hak Kristus untuk memerintah
tidak bisa diganggu gugat lagi.
b. Jangkauan kuasa-Nya itu: Dia berkuasa atas segala
yang hidup.
(a) Atas seluruh umat manusia. Dia memiliki kuasa
di dalam dan atas dunia roh. Segala kuasa di du-
nia atas dan dunia yang tidak terlihat takluk
kepada-Nya (1Ptr. 3:22). Akan namun , sebab kini
Ia sedang menjadi Pengantara bagi Allah dan ma-
nusia, maka di sini Dia menyatakan kuasa-Nya
atas segala yang hidup. Mereka yaitu umat ma-
nusia yang harus Ia taklukkan dan selamatkan.
Dari umat manusia itulah Ia akan memiliki sisa-
sisa umat yang diberikan kepada-Nya, dan kare-
na itulah segala mahkluk yang ada ditaklukkan
di bawah kaki-Nya.
(b) Atas umat manusia yang sudah jatuh dan bejat,
yang menyebabkan mereka dipanggil sebagai
daging (Kej. 6:3). Jika manusia bukan merupa-
kan daging dalam artian seperti itu, maka dia
tidak akan membutuhkan seorang Penebus. Atas
umat yang berdosa inilah Tuhan Yesus memiliki
segala kuasa, dan segala penghakiman yang ber-
kaitan dengan mereka diserahkan kepada-Nya. Ia
memiliki kuasa untuk mengikat atau melepas-
kan, membebaskan atau menghukum. Ia ber-
kuasa di dunia ini untuk mengampuni dosa atau
tidak. Sebagai seorang Pengantara, Kristus me-
miliki kuasa di tangan-Nya untuk memerintah
atas seluruh dunia. Dia yaitu Raja segala bang-
sa, yang memiliki kuasa bahkan atas orang-
orang yang tidak mengenal-Nya dan tidak me-
naati Injil-Nya. Siapa yang tidak berada di bawah
perintah-Nya akan ditindas-Nya (Mzm. 22:28;
72:8; Mat. 28:18; Yoh. 3:35).
c. Maksud dan rancangan agung dari kuasa ini :
Supaya Ia memberi hidup yang kekal kepada se-
mua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Di sini-
lah misteri keselamatan kita dibentangkan.
(a) Di sini tampak bahwa Bapa menyerahkan orang-
orang pilihan ke dalam tangan Sang Penebus. Ia
memberi mereka kepada-Nya sebagai tang-
gung jawab dan orang-orang yang telah diper-
cayakan kepada-Nya, sebagai mahkota dan upah
dari tugas yang telah Ia jalankan. Dia berdaulat
atas segenap umat manusia yang telah jatuh itu,
namun secara khusus Ia memiliki kepentingan ter-
hadap sisa-sisa pilihan dari antara mereka. Sega-
la sesuatu ditaklukkan di bawah kaki-Nya, namun
sisa-sisa pilihan diselamatkan ke dalam tangan-
Nya.
(b) Di sini tampak bahwa Anak menjalankan tugas-
Nya untuk mendapatkan kebahagiaan orang-
orang yang diberikan kepada-Nya, supaya Dia
dapat memberi hidup yang kekal bagi mereka.
Lihatlah betapa besarnya kewenangan Sang Pe-
nebus. Dia memiliki kehidupan dan mahkota
untuk dikaruniakan, kehidupan kekal yang tidak
akan pernah mati, mahkota abadi yang tidak
akan pernah menjadi kusam. Sekarang, renung-
kanlah betapa agungnya Tuhan Yesus itu, yang
memiliki karunia sebegitu tingginya. Betapa pe-
nuh rahmatnya Dia dalam mengaruniakan hidup
kekal bagi orang-orang yang hendak Ia selamat-
kan melalui tugas yang dilaksanakan-Nya.
[a] Dia menguduskan mereka di dunia ini, mem-
beri mereka kehidupan rohani yang merupa-
kan cikal bakal kehidupan kekal tadi (4:14).
Karunia di dalam jiwa merupakan sorga di
dalam jiwa ini .
[b] Dia akan memuliakan mereka di dunia yang
lain. Kebahagiaan mereka akan menjadi sem-
purna saat mereka melihat dan menikmati
hadirat Allah. Hanya hal ini saja yang dise-
butkan di sini, sebab hal ini telah mencakup
seluruh bagian dalam tugas-Nya, yaitu meng-
ajar mereka, menebus mereka, menguduskan
mereka, dan menyiapkan mereka untuk me-
masuki kehidupan yang kekal itu. Memang
inilah tujuan dari semua hal itu: kita dipang-
gil ke dalam kerajaan dan kemuliaan-Nya, dan
memperoleh bagian di dalam-Nya. Apa yang
terlaksana paling akhir merupakan tujuan
yang pertama, yaitu hidup yang kekal.
(c) Di sini terlihat kekuasaan Sang Penebus atas se-
gala sesuatu: Dia memiliki kuasa atas segala
yang hidup dengan tujuan supaya Dia dapat
mengaruniakan hidup yang kekal kepada orang-
orang pilihan. Perhatikanlah, kekuasaan Kristus
atas anak-anak manusia dimaksudkan untuk
menyelamatkan anak-anak Allah. Semuanya ter-
jadi oleh sebab mereka (2Kor. 4:15). Segala hu-
kum, ketetapan dan janji Kristus yang diberikan
kepada semua orang, dirancang untuk memba-
ngun kehidupan rohani dan mendapatkan jamin-
an hidup kekal bagi semua orang yang diberikan
kepada Kristus. Dialah kepala dari segala sesua-
tu di dalam jemaat. Penyelenggaraan kerajaan
yang menyediakan pemeliharaan dan anugerah
dipercayakan ke dalam tangan yang sama, su-
paya segala sesuatu dapat dipakai demi kebaikan
orang-orang yang dipanggil.
d. Di sini ada penjelasan lebih jauh mengenai ran-
cangan yang agung itu (ay. 3): “Inilah hidup yang
kekal, yang telah dikuasakan kepada-Ku dan telah
Aku usahakan untuk Kuberikan. Inilah sifat dari
hidup yang kekal itu, dan inilah jalan yang menuju
kepadanya, yaitu mengenal Engkau satu-satunya
Allah yang benar, dan mengetahui semua wahyu dan
prinsip-prinsip dari agama alamiah, serta mengenal
Yesus Kristus yang telah Engkau utus sebagai Peng-
antara, mengenal ajaran dan hukum-hukum dari
agama kudus yang Ia dirikan untuk memulihkan ke-
adaan manusia yang telah jatuh itu.” Di sini ter-
dapat:
(a) Tujuan agung yang ditawarkan agama Kristen di
hadapan kita, yaitu hidup yang kekal, yakni ke-
bahagiaan jiwa yang abadi saat melihat dan me-
nikmati hadirat Allah yang abadi. Inilah yang
harus dinyatakan oleh Kristus kepada semua
orang, dan yang harus diusahakan-Nya supaya
terpenuhi dalam diri orang-orang yang diberikan
kepada-Nya. Melalui Injil, kehidupan dan keke-
kalan diungkapkan, diwujudkan, yaitu suatu ke-
hidupan yang jauh melampaui kehidupan kita
sekarang, baik dalam hal keunggulan maupun
waktu kelangsungannya.
(b) Jalan pasti untuk mencapai tujuan yang mulia
ini, yaitu melalui pengenalan yang benar akan
Allah dan Yesus Kristus: “Inilah hidup yang kekal
itu, yaitu mengenal Engkau.” Kalimat ini dapat di-
artikan dengan dua cara:
[a] Hidup yang kekal bergantung pada pengenal-
an akan Allah dan Yesus Kristus. Prinsip atau
landasan kita pada saat ini mengenai hidup
yaitu untuk mengenal dan percaya saja ke-
pada Allah dan Kristus. Di kemudian hari, ke-
sempurnaan hidup yang akan kita capai ada-
lah mengenal Allah dan Kristus tanpa sedikit
pun keraguan. Orang-orang yang dipersatu-
kan dengan Kristus dan hidup bersekutu de-
ngan Allah melalui Kristus sedikit banyak
pasti mengetahui melalui pengalaman mereka
seperti apa rasanya hidup yang kekal itu, dan
pastilah mereka akan berkata, “Jika ini yang
dinamakan sorga, betapa manisnya sorga
itu.” (Mzm. 17:15).
[b] Pengenalan akan Allah dan Kristus menuntun
kita menuju hidup yang kekal. Inilah jalan
yang digunakan Kristus untuk mengarunia-
kan hidup yang kekal, yaitu melalui pengenal-
an akan Dia yang telah memanggil kita (2Ptr
1:3), dan inilah jalan yang melaluinya kita
akan menerima hidup kekal itu. Agama Kris-
ten menunjukkan kepada kita jalan menuju
sorga,
Pertama, dengan mengarahkan kita ke-
pada Allah sebagai pencipta dan kebahagiaan
keberadaan kita; sebab Kristus mati untuk
membawa kita kepada Allah. Inilah hidup
yang kekal itu, yaitu untuk mengenal Dia se-
bagai Pencipta kita, mengasihi-Nya, mema-
tuhi-Nya, berserah kepada-Nya dan percaya
kepada-Nya sebagai penguasa dan pemelihara
kita. Dan untuk membaktikan diri kita bagi
Dia sebagai Tuhan kita yang berdaulat, ber-
gantung kepada-Nya sebagai pemimpin kita
yang tertinggi, dan mengarahkan segala se-
suatu untuk memuji Dia sebagai tujuan ter-
tinggi kita. Di sini Allah disebut sebagai satu-
satunya Allah yang benar, untuk membeda-
kan Dia dengan ilah-ilah palsu yang disem-
bah orang-orang kafir. Ilah-ilah itu hanyalah
tiruan dan pendusta, tidak berasal dari
pribadi Sang Anak yang tentang-Nya disebut-
kan dengan jelas bahwa Dia yaitu Allah
yang benar dan hidup yang kekal (1Yoh.
5:20), yang dipandang sebagai tujuan ibadah
kita sama seperti Bapa. Sudah tentu hanya
ada satu Allah yang hidup dan benar, dan
Dialah Allah yang kita puja itu. Dia yaitu
Allah yang benar, yang bukan hanya sekadar
nama atau gagasan pikiran saja. Dia satu-
satunya Allah yang benar, dan semua yang
pernah dijadikan saingan dengan Dia hanya-
lah sia-sia dan bohong belaka. Beribadah ke-
pada Dia merupakan satu-satunya agama
yang benar.
Kedua, dengan mengarahkan kita kepada
Yesus Kristus sebagai Sang Pengantara an-
tara Allah dan manusia: Yesus Kristus, yang
telah Engkau utus. Jika manusia tidak jatuh
dan tetap hidup tanpa dosa, maka pengenal-
an akan satu-satunya Allah yang benar akan
merupakan hidup yang kekal bagi dia. Na-
mun, sebab kini dia telah jatuh, maka diper-
lukan sesuatu yang lebih dari sekadar menge-
nal Dia. sebab kini kita telah bersalah, maka
mengenal Allah berarti mengenal-Nya sebagai
Hakim yang adil, yang di bawah kutuk-Nya
kita berada. Tidak ada hal lain yang lebih
mengerikan daripada mengetahui kenyataan
ini. sebab itulah kita harus mengenal Kris-
tus sebagai Sang Penebus. Hanya melalui Dia
sajalah kita kini memiliki hubungan dengan
Allah. Percaya kepada Kristus merupakan hi-
dup yang kekal, dan inilah yang hendak Ia be-
rikan kepada semua orang yang telah diberi-
kan kepada-Nya (6:39-40). Orang-orang yang
telah mengenal Allah dan Kristus berarti su-
dah berada di lingkungan hidup yang kekal
itu.
(2) Di sini Kristus berdoa supaya Ia dipermuliakan, mengingat
Dia juga telah memuliakan Bapa (ay. 4-5). Makna dari per-
mohonan-Nya yang sebelumnya yaitu , Permuliakanlah
Aku di dunia ini, sedangkan makna permohonan-Nya yang
berikutnya yaitu , Permuliakanlah Aku di dunia yang lain.
Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi ini, maka kini
permuliakanlah Aku.
Perhatikanlah di sini:
[1] Dengan penghiburan macam apa Kristus merenungkan
kembali kehidupan yang telah Ia jalani di bumi ini: Aku
telah mempermuliakan Engkau dan menyelesaikan pe-
kerjaan-Ku. Saat itu pekerjaan-Nya bisa dikatakan telah
tuntas. Tidak sebagaimana yang dilakukan seorang ma-
nusia saat menderita sengsara, Dia tidak mengeluh-
kan kemiskinan dan kehinaan yang telah Ia jalani,
ataupun hidup melelahkan yang dialami-Nya di bumi
ini. Dia mengabaikan semuanya itu, dan menyukakan
hati-Nya saja dengan mengingat-ingat kembali pelayan-
an yang telah Ia lakukan bagi Bapa-Nya dan kemajuan
yang telah Ia capai dalam pemahaman-Nya. Hal ini di-
catatkan di sini,
Pertama, untuk kehormatan Kristus, yaitu bahwa
kehidupan-Nya di bumi ini telah menggenapi maksud
kedatangan-Nya ke dalam dunia ini.
Perhatikanlah:
1. Tuhan kita Yesus memiliki pekerjaan yang diberikan
kepada-Nya oleh Dia yang telah mengutus-Nya. Dia
tidak datang ke dunia ini untuk hidup dengan nya-
man, namun untuk berjalan berkeliling sambil berbuat
baik dan menggenapkan seluruh kehendak Allah.
Bapa-Nya memberi Dia pekerjaan-Nya, yaitu peker-
jaan di kebun anggur. Bapa menunjuk Dia untuk
pekerjaan itu sekaligus juga membantu-Nya dalam
melaksanakan pekerjaan ini .
2. Dia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
kepada-Nya. Meskipun Dia belum menjalani bagian
terakhir dari tugas-Nya itu, Dia sudah teramat dekat
untuk disempunakan melalui segala penderitaan,
sehingga layaklah bagi Dia untuk berkata, Aku telah
menyelesaikannya. Pekerjaan-Nya bisa dikatakan
telah selesai, sebab kini Dia sedang memberi pu-
kulan terakhir untuk menuntaskannya: eteleiōsa –
Aku telah menyelesaikan. Kata ini berarti bah-
wa Dia telah menjalankan setiap bagian dari tugas-
Nya dengan cara yang paling lengkap dan sempurna.
3. Beginilah Dia mempermuliakan Bapa-Nya: Dia me-
nyukakan hati-Nya, Dia memuji-Nya. Pekerjaan-Nya
sempurna dan hal itu mendatangkan kemuliaan bagi
Allah, dan dengan demikian pula memberi ke-
muliaan bagi Sang Penebus itu sendiri. Dia yang
memulai, Dia pula yang akan mengakhirinya. Aneh
sekali bahwa untuk mempermuliakan Bapa, Anak
harus merendahkan diri-Nya sendiri (bahkan lebih
tampak seperti mempermalukan diri-Nya sendiri).
Namun demikian, ini telah dirancang sedemikian
rupa sehingga Dia dapat mempermuliakan Bapa:
“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi, dengan
cara yang sedemikian rupa supaya manusia di bumi
bisa menghadapi wujud kemuliaan-Mu.”
Kedua, penuntasan pekerjaan-Nya itu dicatat untuk
memberi contoh bagi semua orang, supaya kita da-
pat mengikuti teladan-Nya.
1. Kita harus bergiat melakukan apa yang telah Allah
perintahkan untuk kita lakukan, sesuai dengan ke-
mampuan dan lingkup kegiatan kita. Setiap dari kita
harus berbuat baik semampu kita di dunia ini.
2. Dalam segala hal, tujuan kita haruslah diarahkan
bagi kemuliaan Allah. Kita harus mempermuliakan-
Nya di bumi ini, yang telah Dia berikan kepada
anak-anak manusia dengan hanya menuntut sedikit
saja dari mereka. Kita harus mempermuliakan-Nya
di bumi ini, di mana kita berada di dalam suatu
masa percobaan dan persiapan untuk memasuki
kekekalan.
3. Oleh sebab itu, kita harus bertekun sampai akhir
hayat kita. Kita tidak boleh duduk diam sampai kita
menyelesaikan pekerjaan kita dengan tuntas, seperti
orang upahan yang lalu dapat menikmati harinya.
Ketiga, tuntasnya pekerjaan-Nya itu dicatat untuk
meneguhkan orang-orang yang bersandar kepada Dia.
Jika Dia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
kepada-Nya untuk dilaksanakan, maka itu berarti bah-
wa Dia memang benar-benar seorang Penyelamat yang
sempurna, yang melakukan pekerjaan-Nya sampai tun-
tas dan tidak setengah-setengah. Dan Dia yang telah
menyelesaikan pekerjaan-Nya bagi kita juga akan me-
nyelesaikannya di dalam kita sampai pada hari keda-
tangan Kristus yang kedua kalinya.
[2] Lihatlah betapa Ia sangat yakin akan memperoleh suka-
cita yang disediakan bagi Dia (ay. 5): Oleh sebab itu, ya
Bapa, permuliakanlah Aku. Sukacita itulah yang men-
jadi tumpuan-Nya, dan tidak akan ditahan-tahan untuk
diberikan kepada-Nya.
Pertama, lihatlah apa yang Ia doakan di sini: Permu-
liakanlah Aku, seperti yang telah Ia katakan sebelumnya
(ay. 1). Tidak semua pengulangan di dalam doa dapat
dianggap bertele-tele. Kristus mengucapkan doa yang itu
juga (Mat. 26:44), namun makin sungguh-sungguh ber-
doa. Dia tetap harus mendoakan apa yang telah dijanji-
kan Allah kepada-Nya dan yang Ia sendiri yakini dengan
sungguh-sungguh. Janji-janji tidak dimaksudkan untuk
menggantikan doa, melainkan menjadi pedoman bagi
hasrat hati kita dan dasar bagi pengharapan kita. Keti-
ka Kristus ditinggikan dalam kedudukan-Nya, saat itu
pula Dia dipermuliakan, di mana Dia memperoleh sege-
nap kehormatan, kuasa dan sukacita. Lihatlah bagai-
mana hal ini digambarkan.
1. Kemuliaan yang dialami-Nya itu yaitu kemuliaan
bersama Allah. Bukan hanya, Permuliakanlah nama-
Ku di bumi, melainkan permuliakanlah Aku bersama
diri-Mu sendiri. Berada bersama Bapa-Nya sungguh
merupakan firdaus, sorga bagi-Nya (Ams. 8:30; Dan.
7:13; Ibr. 8:1). Perhatikanlah, segala kemuliaan yang
gilang gemilang bagi Sang Penebus yang ditinggikan
itu haruslah ditunjukkan di dalam tabir, di mana
Sang Bapa menampakkan kemuliaan-Nya. Puji-puji-
an dari dunia atas dipersembahkan bagi Dia yang
duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba bersama-
sama (Why. 5:13), dan doa-doa dari dunia bawah
menarik anugerah dan damai sejahtera dari Allah
Bapa kita dan dari Tuhan kita Yesus Kristus ber-
sama-sama. Demikianlah Sang Bapa telah memper-
muliakan Kristus bersama diri-Nya sendiri.
2. Kemuliaan itu yaitu kemuliaan yang Dia miliki di
hadirat Allah sebelum dunia ada.
Dengan ini tampaklah:
(1) Bahwa Yesus Kristus, sebagai Allah, wujud atau
pribadi-Nya telah ada sebelum dunia ada, kekal
bersama Sang Bapa. Agama kita memperkenal-
kan kita dengan Pribadi yang telah ada terlebih
dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu
ada di dalam Dia.
(2) Bahwa kemuliaan-Nya bersama Allah itu sudah
ada semenjak kekekalan, seperti halnya juga de-
ngan keberadaan-Nya bersama Allah, sebab su-
dah sejak dari kekekalan Ia merupakan cahaya
kemuliaan Bapa-Nya (Ibr.1:3). saat Allah men-
ciptakan dunia ini, Dia mengumandangkan ke-
muliaan-Nya, dan bukan untuk membuat kemu-
liaan-Nya itu bertambah. Demikian pula halnya,
Kristus menjalankan pekerjaan penebusan itu,
bukan sebab Dia membutuhkan kemuliaan, me-
lainkan sebab kitalah yang memerlukan kemu-
liaan itu, sebab Dia telah memiliki kemuliaan
bersama Bapa sebelum dunia dijadikan.
(3) Bahwa dalam keadaan-Nya yang hina, Yesus
Kristus melucuti diri-Nya dari kemuliaan itu dan
menarik tabir supaya menutupi kemuliaan-Nya
itu. Meskipun Dia tetap Allah, Dia yaitu Allah
yang mengambil rupa manusia, Dia tidak tampil
dalam kemuliaan-Nya. Dia menyerahkan kemu-
liaan-Nya itu untuk sementara waktu, sebagai
jaminan bahwa Dia akan menunaikan tugas-Nya
sesuai dengan ketetapan Bapa-Nya.
(4) Bahwa dalam keadaan-Nya yang mulia Dia men-
dapatkan kembali kemuliaan-Nya itu dan menge-
nakan lagi jubah kebesaran-Nya yang gemilang.
sesudah menunaikan tugas-Nya, dia seolah-olah
sedang reposcere pignus – menerima kembali ja-
minan yang sebelumnya diletakan-Nya itu, mela-
lui permintaan ini, Permuliakanlah Aku. Dia ber-
doa agar bahkan sifat manusiawi-Nya pun dapat
diangkat ke dalam kehormatan tertinggi yang
dapat diperoleh, yaitu supaya tubuh jasmani-Nya
menjadi tubuh yang mulia, dan supaya kemulia-
an ke-Allah-an dapat diwujudkan di dalam pri-
badi Sang Pengantara, Imanuel, Allah-manusia.
Dia tidak berdoa supaya dipermuliakan bersama-
sama dengan para penguasa dan orang-orang
besar di bumi ini. Tidak begitu. Dia yang menge-
nal kedua dunia ini dan dapat memilih
yang mana yang lebih Ia sukai, memilih kemulia-
an dunia yang satunya lagi, sebab kemuliaan di
sana jauh melampaui kemuliaan di dunia ini. Dia
menampik pemerintahan atas dunia ini beserta
kemuliaan di dalamnya saat Iblis menawarkan
semua itu kepada-Nya, dan sebab itu Ia berhak
memperoleh kemuliaan di dunia yang satunya
lagi. Biarlah pikiran yang sama dalam diri kita
pula. “Tuhan, berikan saja kemuliaan di dunia ini
kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, namun
biarlah Aku memperoleh bagian dalam kemulia-
an di dunia yang akan datang. Tidak mengapa
bila Aku dihina bersama manusia, asalkan Bapa,
permuliakanlah Aku bersama diri-Mu sendiri.”
Kedua, lihatlah di sini alasan apa yang Ia kemuka-
kan: Aku telah mempermuliakan Engkau. Dan kini, de-
ngan mengingat hal ini , permuliakanlah Aku.
Sebab:
1. Di dalam pernyataan-Nya itu ada persamaan dan ke-
utuhan yang mengagumkan, bahwa jika Allah diper-
muliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan
Dia juga di dalam diri-Nya, seperti yang telah Ia
alami (13:32). Betapa tidak terukurnya nilai dari apa
yang telah diperbuat Kristus dalam mempermulia-
kan Bapa-Nya, sehingga Dia layak menerima semua
kemuliaan saat Dia ada dalam keadaan ditinggikan.
Jika Bapa mendapatkan keuntungan melalui peng-
hinaan yang harus dialami Sang Anak, maka layak-
lah bila Sang Anak pada akhirnya tidak menderita
kerugian apa pun saat Bapa dipermuliakan.
2. Sudah menjadi kovenan di antara mereka, bahwa
jika Sang Anak mempersembahkan nyawa-Nya seba-
gai korban penghapus dosa, maka Dia akan memper-
oleh orang-orang kuat sebagai jarahan (Yes. 53:10,
12), dan kerajaan itu akan menjadi milik-Nya. Inilah
yang dipandangi-Nya dan diandalkan-Nya saat Dia
mengalami berbagai penderitaan. Dia tekun memikul
salib demi mendapatkan sukacita yang disediakan
bagi-Nya. Dan kini saat Dia sedang ditinggikan pun
Dia masih tetap menantikan dengan pasti penuntas-
an dari pengagungan-Nya itu, sebab Dia ingin me-
nyempurnakan tugas-Nya (Ibr. 10:13).
3. Pemuliaan Kristus oleh Bapa merupakan bukti kuat
bahwa Bapa-Nya menerima dan menyetujui pekerja-
an yang telah Ia selesaikan. Dengan dimuliakannya
Kristus maka kita merasa yakin bahwa Allah telah
dipuaskan, dan di dalamnya ada bukti nyata
bahwa Bapa berkenan kepada-Nya sebagai Anak
yang dikasihi-Nya.
4. Dengan demikian kita harus belajar bahwa hanya
orang-orang yang mempermuliakan Allah di bumi
dan bertekun di dalam pekerjaan yang telah diberi-
kan Allah sajalah yang akan dipermuliakan dengan
Sang Bapa saat mereka tidak lagi ada di dunia ini.
Ini tidak berarti bahwa kita layak menerima kemu-
liaan ini seperti halnya Kristus, namun memper-
muliakan Allah merupakan suatu syarat untuk
membuktikan kesungguhan kita dalam Kristus,
yang melalui-Nya Allah menyalurkan hidup yang ke-
kal secara cuma-cuma.
Doa Syafaat Kristus
(17:6-10)
6 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau beri-
kan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberi-
kan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. 7 Sekarang
mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari
pada-Mu. 8 Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah
Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu
benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku. 9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan
untuk dunia Aku berdoa, namun untuk mereka, yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, sebab mereka yaitu milik-Mu 10 dan segala milik-Ku yaitu mi-
lik-Mu dan milik-Mu yaitu milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam
mereka.
sesudah berdoa bagi diri-Nya sendiri, Kristus kemudian berdoa untuk
orang-orang kepunyaan-Nya. Dia mengenal nama setiap dari mereka,
sekalipun di sini Dia tidak menyebutkan nama mereka satu per satu.
Perhatikanlah di sini:
I. Siapa yang tidak Dia doakan (ay. 9): Bukan untuk dunia Aku ber-
doa. Perhatikan, ada sejumlah besar orang yang tidak didoakan
oleh Yesus Kristus. Kata dunia di sini tidak berarti umat manusia
secara umum (sebab Dia mendoakan mereka juga, ay. 21, supaya
dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku),
bukan pula berarti orang-orang bukan-Yahudi, yang dibedakan
dari orang-orang Yahudi, melainkan dunia sebagai kebalikan dari
orang-orang pilihan yang diberikan kepada Kristus dari dalam
dunia ini. Anggaplah dunia sebagai sejumput bulir jagung yang
belum ditampi di tanah, dan Allah mengasihinya, Kristus mendoa-
kannya dan mati baginya, sebab di dalamnya masih ada berkat.
sebab Tuhan benar-benar mengenal orang-orang kepunyaaan-
Nya, mata-Nya secara khusus tertuju kepada orang-orang yang
diberikan kepada-Nya dari dunia. Ia menyisihkan mereka dari
dunia. Kemudian, anggaplah dunia itu merupakan sisa tumpukan
sekam yang ditolak dan dianggap tidak berguna. Kristus tidak
mendoakan dan tidak mati bagi mereka, melainkan meninggalkan
mereka, dan angin pun meniupkan mereka. Orang-orang seperti
itulah yang disebut dunia, sebab mereka berada di bawah peme-
rintahan roh dunia ini dan memiliki bagian di dalamnya. Bukan
untuk mereka Kristus berdoa. Memang Dia memanjatkan bebe-
rapa hal kepada Allah atas nama mereka, seperti tukang kebun
yang meminta untuk memangkas pohon yang tidak berbuah.
Akan namun Kristus tidak mendoakan mereka di dalam doa yang
ini. Orang-orang itu tidak memiliki bagian atau hak dalam berkat
yang didoakan di sini. Kristus tidak berkata, Aku berdoa melawan
dunia, sebagaimana doa syafaat Elia melawan Israel, melainkan,
Bukan untuk mereka Aku berdoa, Aku melewatkan mereka dan
membiarkan mereka sendirian. Mereka tidak tertulis di dalam
kitab kehidupan Anak Domba itu, dan sebab itulah mereka tidak
termasuk dalam perlindungan Imam Besar Agung. Begitu seng-
saranya keadaan orang-orang yang seperti itu, sebagaimana ke-
adaan mereka yang dilarang para nabi untuk didoakan (Yer. 7:16).
Kita yang tidak tahu siapa saja yang telah dipilih dan siapa yang
dilewatkan, harus berdoa untuk semua orang (1Tim. 2:1, 4). Selagi
masih ada kehidupan, masih ada pengharapan dan kesempatan
untuk berdoa (1Sam. 12:23).
II. Siapa yang didoakan oleh Kristus: bukan para malaikat, melain-
kan anak-anak manusia.
1. Dia berdoa untuk mereka yang telah diberikan kepada-Nya,
terutama berarti para murid yang telah mengikuti-Nya dalam
permandian kelahiran kembali. Namun, tentu saja doa itu juga
diperuntukkan bagi semua orang yang berperangai sama de-
ngan para murid itu, yang menerima dan percaya akan firman
Kristus (ay. 6, 8).
2. Dia berdoa untuk semua orang yang percaya kepada-Nya (ay.
20). sebab itu, bukan hanya permohonon-permohonan yang
dipanjatkan-Nya sesudah ini yang diperuntukkan bagi semua
orang percaya di segala tempat dan segala zaman, melainkan
juga permohonan-permohonan lain yang telah dipanjatkan-
Nya sebelumnya, sebab Ia peduli kepada mereka semua dan
menyebutkan barang yang tidak ada sama seperti sudah ada.
III. Penghiburan macam apa yang Dia doakan bagi mereka, dan apa
saja dasar umum yang Dia pakai untuk memanjatkan permohon-
an-Nya bagi mereka dan menganjurkan supaya Bapa mengarunia-
kan kebaikan-Nya kepada mereka.
Ada lima dasar umum itu:
1. Tugas yang telah Ia terima mengenai mereka: Mereka itu milik-
Mu dan Engkau telah memberi mereka kepada-Ku (ay. 6),
dan sekali lagi (ay. 9), mereka yang telah Engkau berikan ke-
pada-Ku. “Bapa, orang-orang yang kini sedang kudoakan ada-
lah mereka yang telah Engkau percayakan kepada-Ku, dan
apa yang harus Kukatakan bagi mereka yaitu demi kelang-
sungan tugas yang telah kuterima mengenai mereka.”
Perhatikan:
(1) Yang terutama dimaksudkan di sini yaitu para murid-Nya
saat itu, yang telah diberikan kepada Kristus sebagai anak
didik-Nya yang harus Dia ajar selama Dia ada di bumi ini,
dan juga sebagai alat yang akan Dia pakai sewaktu Dia
kembali ke sorga nanti. Mereka diberikan kepada-Nya un-
tuk mempelajari ajaran-Nya, untuk menjadi saksi atas
kehidupan dan semua mujizat yang dibuat-Nya, dan untuk
menjadi tugu peringatan akan anugerah dan kebaikan-Nya,
supaya mereka nantinya menjadi penyebar Injil-Nya dan
menjadi perintis gereja-Nya. saat mereka meninggalkan
segalanya untuk mengikuti Dia, inilah rahasia mengapa
mereka mengambil keputusan ganjil itu: mereka telah di-
berikan kepada-Nya, sebab jika tidak begitu, mereka tidak
akan memberi diri mereka bagi-Nya. Perhatikanlah, ja-
batan rasul dan pelayanan, yang yaitu karunia Kristus
kepada gereja-Nya, pada awa