dalam Bapa-Nya dan segala kebahagiaan
yang dirasakan Bapa-Nya, juga dipunyai-Nya. Sebagai
Pengantara, segala sesuatu yang diserahkan kepada-
Nya oleh Bapa-Nya (Mat. 11:27), seluruh kasih karunia
dan kebenaran yang dirancangkan Allah bagi kita, se-
muanya diserahkan Bapa ke dalam tangan Tuhan Ye-
sus (Kol. 1:19). Berkat-berkat rohani dalam bentuk per-
kara-perkara sorgawi diberikan Bapa kepada Anak un-
tuk kita, dan Anak mempercayakannya kepada Roh un-
tuk menyampaikannya kepada kita. Ada yang menerap-
kan hal ini kepada ayat sebelumnya: Ia akan memberita-
kan kepadamu hal-hal yang akan datang, dan hal ini
dijelaskan dalam Wahyu 1:1. Inilah wahyu Yesus Kris-
tus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, yang menya-
takannya kepada hamba-Nya Yohanes, yang menulis-
kan apa yang dikatakan Roh (Why. 1:10).
Kepergian dan Kembalinya Kristus;
Dukacita dan Sukacita Diberitahukan Lebih Dahulu
(16:16-22)
16 “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat
saja pula dan kamu akan melihat Aku.” 17 Mendengar itu beberapa dari mu-
rid-Nya berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya Ia berkata kepada
kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja
pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?” 18 Maka
kata mereka: “Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu
apa maksud-Nya.” 19 Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesua-
tu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: “Adakah kamu membicarakan
seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja
dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan
melihat Aku? 20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis
dan meratap, namun dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, namun
dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. 21 Seorang perempuan berduka-
cita pada saat ia melahirkan, namun sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak
ingat lagi akan penderitaannya, sebab kegembiraan bahwa seorang manusia
telah dilahirkan ke dunia. 22 Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita,
namun Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak
ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraan itu dari padamu.”
Guna menghibur murid-murid yang sedang berdukacita, di sini
Yesus Tuhan kita berjanji bahwa Ia akan mengunjungi mereka lagi.
I. Perhatikanlah bagaimana Ia menyampaikan penghiburan yang di-
rancangkan-Nya bagi mereka (ay. 16). Di sini Ia memberi tahu me-
reka,
1. Bahwa sebentar lagi mereka tidak akan melihat-Nya lagi: Ting-
gal sesaat saja, dan kamu yang telah melihat-Ku begitu lama
dan masih juga ingin melihat Aku, tidak akan melihat Aku lagi.
Oleh sebab itu, jika ada pertanyaan yang patut mereka tanya-
kan kepada-Nya, haruslah mereka lakukan dengan segera, ka-
rena sekarang Ia hendak pergi meninggalkan mereka. Perhati-
kanlah, sungguh baik untuk merenungkan betapa singkatnya
masa anugerah kita, agar supaya kita terdorong untuk me-
manfaatkannya sementara kesempatan itu masih ada. Kini
mata kita masih dapat melihat pengajar-pengajar kita, melihat
hari-hari Anak Manusia itu, namun siapa tahu tinggal sesaat
saja dan kita tidak melihat mereka lagi. Mereka tidak dapat
melihat Kristus lagi,
(1) Di saat kematian-Nya, saat Ia meninggalkan dunia ini,
dan sesudah itu tidak pernah lagi menampakkan diri di de-
pan umum. Hal terburuk yang dapat terjadi sebab kemati-
an sahabat-sahabat Kristen kita yaitu diambilnya mereka
dari penglihatan kita, bukan dari keberadaan ataupun dari
kebahagiaan. Dari semua hubungan kita dengan mereka,
mereka hanya diambil dari penglihatan kita, namun tidak
dari pikiran kita.
(2) Di saat kenaikan-Nya ke sorga, saat Ia meninggalkan me-
reka (dari orang-orang yang sesudah kebangkitan-Nya sem-
pat berbincang dengan-Nya), awan menutup-Nya dari pan-
dangan mereka. Meskipun terus menatap Dia, mereka
tidak melihat-Nya lagi (Kis. 1:9-10; 2Raj. 2:12; 2Kor. 5:16).
2. Bahwa dalam waktu singkat mereka akan melihat-Nya kem-
bali. Tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku, dan
oleh sebab itu janganlah kamu berdukacita seperti orang-orang
lain yang tidak mempunyai pengharapan. Kata-kata perpisah-
an-Nya bukanlah perpisahan terakhir. Mereka akan melihat-
Nya lagi,
(1) Pada kebangkitan-Nya, segera sesudah kematian-Nya, keti-
ka Ia menunjukkan diri-Nya bahwa Ia hidup melalui berba-
gai bukti tak terbantahkan. Dan hal ini terjadi hanya dalam
waktu yang sangat singkat, dan tidak empat puluh jam
saja, namun bahkan 40 hari lamanya (Hosea 6:2).
(2) Melalui pencurahan Roh, tidak lama sesudah kenaikan-Nya
ke sorga, yang menghalau kabut kebodohan dan kekeliruan
yang nyaris menyesatkan mereka, dan yang memberi mere-
ka wawasan tentang rahasia-rahasia Injil Kristus, jauh le-
bih jernih dibanding dahulu. Kedatangan Roh merupakan
kunjungan Kristus kepada murid-murid-Nya, yang bukan
sekadar bersifat sementara belaka, melainkan tetap. Kun-
jungan yang mengembalikan perjumpaan dengan-Nya de-
ngan limpah.
(3) Pada kedatangan-Nya yang kedua. Mereka bertemu de-
ngan-Nya kembali saat satu per satu mereka dijemput ke-
matian, dan mereka akan melihat-Nya secara serempak
pada hari kiamat, saat Ia datang dengan awan-awan dan
setiap mata akan melihat Dia. Tidaklah salah bila dikatakan
mengenai hal ini bahwa tinggal sesaat saja dan mereka
akan melihat Dia lagi, sebab apalah artinya hari-hari di
dunia ini dibandingkan hari-hari dalam kekekalan? (2Ptr.
3:8-9).
3. Ia memberi alasannya: “sebab Aku pergi kepada Bapa,”
dan oleh sebab itu,
(1) “Aku harus meninggalkan kamu untuk sementara waktu,
sebab tugas memanggil-Ku ke dunia atas. Kamu harus
rela melepas-Ku, sebab sesungguhnya tugas-Ku yaitu
tugasmu juga.”
(2) “Oleh sebab itu kamu akan melihat-Ku lagi dalam waktu
dekat, sebab Bapa tidak akan menahan-Ku untuk merugi-
kan kamu. Bila Aku pergi demi keperluanmu, kamu akan
melihat-Ku lagi segera sesudah tugas-Ku selesai, begitu
saatnya tiba.”
Sepertinya, semua ini lebih merujuk pada kepergian-
Nya pada saat kematian-Nya, untuk kembali pada saat ke-
bangkitan-Nya, daripada kepergian-Nya pada saat kenaikan
untuk kembali pada akhir zaman. Sebab kematian-Nya-lah
yang mendukakan mereka, bukan kenaikan-Nya (Luk.
24:52), dan di antara kematian dan kebangkitan-Nya hanya
ada selang waktu sesaat saja. Ayat ini juga tidak bisa
dibaca hanya sedikit waktu lagi (bukan eti mikron seperti
dalam pasal 12:35), melainkan mikron – tinggal sesaat saja
dan kamu tidak melihat Aku lagi, yang merujuk kepada
ketiga hari terbaringnya Dia di dalam kubur. Dan juga,
tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku, yang
merujuk kepada keempat puluh hari di antara kebangkitan
dan kenaikan-Nya. Dengan demikian kita boleh berkata
tentang pelayan-pelayan dan sahabat-sahabat Kristen kita,
tinggal sesaat saja dan kami tidak melihat mereka lagi.
Tidak peduli mereka yang akan meninggalkan kita atau
kitalah yang akan meninggalkan mereka, namun satu hal
yang pasti, kita harus berpisah sejenak, namun bukan
untuk selamanya. Ini seperti mengucapkan selamat tidur
kepada mereka yang ingin kita lihat lagi dengan sukacita
pada keesokan paginya.
II. Kebingungan murid-murid begitu mendengar berita itu. Mereka
tidak tahu lagi harus berbuat apa (ay. 17-18). Beberapa dari mu-
rid-Nya berkata dengan lirih seorang kepada yang lain, mungkin
mereka yang paling lemah dan kurang cakap, atau justru mereka
yang paling ingin tahu dan sangat rindu untuk memahami Dia,
Apakah artinya Ia berkata kepada kita? Walaupun sebelum itu
Kristus sudah sering berbicara tentang pokok ini, mereka masih
juga belum memahaminya. Meskipun telah dikatakan harus ini
harus itu, akan sia-sia saja kecuali Allah memberi pengertian.
Sekarang lihatlah di sini:
1. Kelemahan para murid, yakni mereka tidak mampu mema-
hami perkataan yang begitu jelas meskipun Kristus telah
memberi kuncinya kepada mereka dengan sering kali me-
ngatakan kepada mereka dengan jelas bahwa Ia harus dibunuh
dan bangkit sesudah tiga hari. Walaupun demikian, mereka
berkata, Kita tidak tahu apa maksud-Nya, sebab:
(1) Hati mereka dipenuhi dukacita, sehingga membuat mereka
tidak mungkin menerima penghiburan. Gelapnya ketidak-
tahuan dan kesedihan biasanya saling meningkatkan dan
mengentalkan. Kekeliruan menyebabkan dukacita, dan
sesudah itu dukacita menegaskan kekeliruan.
(2) Gagasan tentang kerajaan duniawi Kristus begitu dalam
terukir di benak mereka hingga mereka sama sekali tidak
mampu menangkap makna perkataan-Nya yang tidak da-
pat mereka kaitkan dengan gagasan tadi. Bila kita berpikir
bahwa Kitab Suci harus disesuaikan dengan gagasan-ga-
gasan palsu yang telah kita telan, maka tidaklah menghe-
rankan jika kita mengeluh dengan berbagai kesukaran.
Namun, bila jalan pikiran kita ditawan oleh apa yang telah
diwahyukan, masalah itu akan menjadi mudah.
(3) Sepertinya, hal yang membingungkan mereka yaitu kata-
kata sesaat saja. Jika Ia memang harus pergi, mereka
tidak dapat mengerti bagaimana Ia akan pergi secepat itu,
padahal bisa dikatakan bahwa Ia belum lama berada ber-
sama mereka. Demikian pula sulit bagi kita untuk mene-
rima perubahan yang datang secara tiba-tiba, walaupun
kita tahu pasti akan terjadi. Saat kita diberi tahu, bahwa
tinggal sesaat saja pula dan oleh sebab itu kita harus
pergi, bahwa tinggal sesaat saja pula dan kita harus mem-
beri pertanggungan jawab, kita tidak tahu bagaimana ha-
rus mencernanya, sebab kita selalu beranggapan bahwa
penglihatan itu harinya masih jauh (Yeh. 12:27).
2. Kesediaan mereka untuk diajari. saat mereka tidak mengerti
makna perkataan Kristus, mereka pun berunding mengenai
hal itu dan saling bertanya. Dengan saling berbicara mengenai
perkara-perkara ilahi, kita dapat meminjam terang dari orang
lain dan meningkatkan terang kita sendiri. Perhatikanlah beta-
pa tepatnya mereka mengulangi perkataan Kristus. Meskipun
kita tidak mampu memecahkan setiap kesulitan yang kita
temui dalam Kitab Suci dengan sempurna, bukanlah berarti
bahwa kita bisa membuangnya begitu saja. Kita harus meng-
ulang-ulang terus apa yang tidak mampu kita jelaskan itu,
dan menanti sampai hal itu akan dinyatakan Allah juga ke-
pada kita.
III. Penjelasan selanjutnya mengenai perkataan Kristus.
1. Perhatikan di sini mengapa Kristus menjelaskannya (ay. 19).
Sebab Ia tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu
kepada-Nya, dan memang itulah tujuan-Nya. Perhatikanlah,
masalah-masalah yang tidak mampu kita pecahkan harus kita
bawa hanya kepada Dia yang mampu memberi pema-
haman. Kristus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan
sesuatu kepada-Nya namun malu untuk bertanya. Perhatikan-
lah, Kristus memperhatikan keinginan yang saleh meskipun
belum diutarakan sekalipun. Ia peduli dengan keluhan-
keluhan yang tidak terucapkan, dan bahkan telah menyedia-
kan berkat-berkat kebaikan-Nya sebelum diminta. Kristus
mengajar orang-orang yang Dia tahu hendak menanyakan
sesuatu kepada-Nya, walaupun mereka tidak mengutarakan-
nya. Sebelum kita memanggil, Ia sudah menjawabnya. Alasan
lain mengapa Kristus menjelaskannya yaitu sebab Ia meli-
hat mereka membicarakan hal ini: “Adakah kamu membicara-
kan seorang dengan yang lain? Nah, Aku akan mempermudah
masalahnya bagimu.” Hal ini menyiratkan kepada kita, siapa
saja yang akan diajar oleh Kristus:
(1) Orang-orang yang rendah hati, yang mengakui kebodohan
mereka, sebab pertanyaan mereka menyiratkan hal ini.
(2) Orang-orang yang tekun, yang menggunakan sarana yang
mereka miliki: “Adakah kamu membicarakannya? Kamu
akan diajar. sebab siapa yang mempunyai, kepadanya
akan diberi.”
2. Perhatikan di sini bagaimana Ia menjelaskannya. Bukan de-
ngan perkataan indah atau celaan, melainkan dengan mem-
bawa hal itu lebih dekat kepada mereka. Ia telah menyampai-
kan kepada mereka perihal tidak melihat dan melihat Dia, dan
tetap saja mereka tidak memahami artinya. sebab itu, ia
menjelaskan artinya dengan memakai rasa dukacita dan suka-
cita mereka, sebab orang biasanya menilai sesuatu berdasar-
kan pengaruh yang ditimbulkannya atas diri mereka (ay. 20):
Kamu akan menangis dan meratap sebab kepergian-Ku, namun
dunia akan bergembira sebab nya. Kamu akan berdukacita
sementara Aku tidak hadir, namun saat Aku datang kembali
kepadamu, dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Na-
mun, Ia tidak berkata apa-apa perihal sesaat saja, sebab Ia
melihat bahwa hal ini membuat mereka bingung lebih dari apa
pun. Lagi pula, bukanlah kepentingan kita untuk mengetahui
tentang zaman dan masa. Perhatikanlah, orang percaya meng-
alami sukacita atau dukacita sesuai dengan apakah mereka
melihat Kristus atau tidak, apakah mereka melihat tanda-
tanda kehadiran-Nya bersama mereka atau tidak.
(1) Apa yang dikatakan Kristus di sini, dan dalam ay. 21-22,
tentang dukacita dan sukacita mereka, terutama berkaitan
dengan keadaan para murid saat itu. Jadi kita melihat
perihal,
[1] Pemberitahuan tentang dukacita yang akan mereka
alami: Kamu akan menangis dan meratap, kamu akan
berdukacita. Penderitaan Kristus pastilah mendatang-
kan dukacita bagi murid-murid-Nya. Mereka menangisi
Dia sebab mengasihi-Nya. Derita sahabat kita yaitu
derita kita juga. Waktu murid-murid tertidur, ini dise-
babkan sebab dukacita (Luk. 22:45). Mereka menangisi
diri dan rasa kehilangan mereka sendiri, juga sebab
kecemasan mereka terhadap apa yang bakal terjadi
jika Ia sudah pergi nanti. Jadi, sungguh menyedih-
kan harus kehilangan Dia, sebab bagi Dia-lah mereka
telah meninggalkan segala-segalanya, dan dari Dia-lah
mereka berharap begitu banyak. Kristus telah memberi-
tahukan sebelumnya kepada murid-murid-Nya untuk
bersiap-siap mengalami dukacita, supaya mereka juga
dapat menyiapkan penghiburan bagi dukacita itu.
[2] Kegembiraan dunia pada saat yang sama: namun dunia
akan bergembira. Hal yang merupakan dukacita bagi
orang-orang kudus merupakan kegembiraan bagi orang-
orang berdosa.
Pertama, orang-orang yang asing bagi Kristus akan
melanjutkan kegembiraan duniawi mereka dan sama
sekali tidak peduli dengan dukacita mereka. Mereka se-
kalian yang berlalu bersikap acuh tak acuh (Rat. 1:12).
Kedua, orang-orang yang memusuhi Kristus akan
bergembira sebab berharap telah mengalahkan Dia
dan menghancurkan kepentingan-Nya. saat imam-
imam kepala menyalibkan Kristus, kita dapat berang-
gapan bahwa mereka bergembira ria menertawakan Dia,
sama seperti orang-orang yang diam di bumi bergembira
atas para saksi yang terbunuh (Why. 11:10). Janganlah
kita merasa heran jika melihat orang lain bersorak
penuh kemenangan sementara hati kita berdebar-debar
sebab tabut Allah itu.
[3] Sukacita yang akan mereka alami lagi pada waktu yang
tepat nanti: namun dukacitamu akan berubah menjadi
sukacita. Sama seperti sukacita orang durhaka, demi-
kian pula dukacita orang Kristen sejati berlangsung
hanya sekejap mata. Murid-murid itu bersukacita saat
mereka melihat Tuhan. Bagi mereka, kebangkitan-Nya
merupakan hidup dari antara orang mati, dan dukacita
mereka atas penderitaan Kristus diubah menjadi suka-
cita sedemikian rupa hingga tidak dapat dikurangi dan
dipadamkan oleh penderitaan mereka apa pun. Mereka
memang berdukacita, namun senantiasa bersukacita
(2Kor. 6:10). Kehidupan mereka sarat dengan dukacita,
namun hati mereka dipenuhi sukacita.
(2) Hal ini dapat diterapkan juga pada semua pengikut setia
Anak Domba itu, dan menggambarkan hal yang umum
dialami orang Kristen.
[1] Keadaan dan hati mereka penuh perkabungan. Duka-
cita sudah menjadi bagian mereka, dan kesungguhan
yaitu watak mereka. Sama seperti Kristus, orang-
orang yang hidup dekat dengan-Nya haruslah biasa
menderita kesakitan. Mereka menangis dan meratapi
apa yang diremehkan orang lain, yaitu dosa-dosa mere-
ka sendiri, dan juga dosa orang-orang di sekeliling me-
reka. Mereka berduka bersama orang-orang yang ber-
dukacita, dan menangisi orang-orang berdosa yang ti-
dak menangisi diri sendiri.
[2] Pada saat yang sama, dunia bergembira ria. Sekarang
mereka tertawa dan menjalani hari-hari mereka dengan
begitu riang hingga orang bisa saja berpikir bahwa me-
reka tidak mengenal kesedihan atau takut dengan kese-
dihan itu. Kegembiraan dan kesenangan duniawi pasti-
lah tiada bandingannya, sebab jika tidak demikian,
orang-orang bejat itu pasti tidak mau sampai begitu
berkubang di dalamnya dan orang-orang kesukaan sor-
gawi tidak akan sedemikian asing terhadapnya.
[3] Ratapan rohani akan segera diubah menjadi sukacita
abadi. Sukacita sudah terbit bagi orang-orang yang tulus
hati, yang menabur dengan mencucurkan air mata, dan
tak perlu diragukan bahwa tidak lama lagi mereka akan
menuai dengan bersorak-sorai. Dukacita mereka bukan
saja akan diikuti dengan sukacita, namun juga diubah-
kan menjadi sukacita, sebab penghiburan yang paling
indah timbul dari dukacita yang saleh. Demikianlah Ia
menggambarkan kiasan yang diambil dari perempuan
yang hendak melahirkan. Dukacita yang dirasakan pe-
rempuan itu dibandingkan-Nya dengan dukacita murid-
murid-Nya untuk membangkitkan hati mereka. Merupa-
kan kehendak Kristus bahwa umat-Nya harus terhibur-
kan.
Pertama, di sini ada sebuah kiasan perbanding-
an atau perumpamaan (ay. 21): Kita tahu bahwa se-
orang perempuan berdukacita, ia sangat kesakitan, pada
saat melahirkan, pada saat yang telah ditentukan alam
dan penyelenggaraan Allah, yang telah dinanti-nantikan
dan tidak dapat dihindarinya. namun sesudah ia melahir-
kan dengan selamat, jadilah anak itu. Sekalipun anak
yang lahir itu seperti Yabes (1Taw. 4:9), dan bukan Ben-
oni (Kej. 35:18), ia tidak ingat lagi akan penderitaannya.
Rintihan dan keluhannya sudah berlalu, dan rasa sakit
sesudah melahirkan lebih mudah ditanggung, sebab
kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan
ke dunia, seorang anthrōpos, seorang dari umat manu-
sia, seorang anak, entah laki-laki atau perempuan, ka-
rena kata ini berlaku untuk keduanya.
Perhatikanlah:
a. Akibat dari kutukan itu, dalam dukacita dan pen-
deritaan perempuan yang sedang melahirkan sesuai
dengan kalimat dalam Kejadian 3:16, dengan kesa-
kitan engkau akan melahirkan anakmu. Kesakitan ini
begitu hebat sehingga dukacita dan kesakitan yang
paling dahsyat disamakan dengannya (Mzm. 48:7;
Yes. 13:8; Yer. 4:31; 6:24), dan kesakitan ini tidak
terelakkan (1Tes. 5:3). Lihatlah seperti apa dunia ini.
Semua jenis mawarnya dikelilingi oleh duri. Dalam
hal ini semua anak manusia yaitu orang bebal,
mereka yaitu kedukaan bagi ibunya sejak awal. Hal
ini disebabkan oleh dosa.
b. Buah berkat, dalam rupa kegembiraan bahwa se-
orang anak telah dilahirkan ke dunia. Seandainya
Allah tidak mempertahankan berkat sesudah keja-
tuhan manusia, yakni untuk beranakcucu dan ber-
tambah banyak, para orangtua tidak akan pernah
dapat memandang anak-anak mereka dengan suka-
cita. Namun, buah yang dihasilkan dari berkat mem-
bawa kebahagiaan.
Kelahiran seorang anak yaitu :
(a) Sukacita yang dialami orangtua. Kelahiran itu
membuat mereka sangat bergembira (Yer. 20:15).
Walaupun anak perlu dipelihara, belum tentu
membawa penghiburan, dan bahkan sering kali
terbukti sangat menyusahkan, namun secara
alamiah kita pasti bergembira saat kelahiran me-
reka. Jika kita yakin bahwa anak-anak kita akan
penuh dengan Roh Kudus, seperti Yohanes, maka
sama seperti orangtua Yohanes, kita pun sesung-
guhnya dapat bersukacita dan bergembira saat
kelahiran mereka (Luk. 1:14-15). Sebaliknya, bila
yang melulu kita pikirkan yaitu bahwa anak-
anak itu dilahirkan dalam dosa dan dilahirkan ke
dalam dunia yang penuh dengan perangkap dan
sengsara, maka pastilah kita akan bersukacita
dengan hati berdebar-debar, dengan pikiran yang
bertanya-tanya, jangan-jangan ternyata lebih
baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.
(b) Sukacita itu begitu besar hingga semua penderi-
taan sebelumnya telah terlupakan, atau teringat
seperti air yang telah mengalir lalu (Ayb. 11:16).
Hæc olim meminisse jubavit (Kej. 41:51). Nah,
kiasan ini sangat patut digambarkan untuk
menguraikan:
[a] Dukacita murid-murid Kristus di dunia ini.
Dukacita mereka itu terasa bagaikan sakit
saat melahirkan, pasti dan tajam, namun tidak
berlangsung lama serta membuahkan hasil
yang membahagiakan. Mereka hendak mela-
hirkan dan berteriak kesakitan, seperti yang
digambarkan perihal jemaat (Why. 12:2) dan
segala makhluk (Rm. 8:22). Selain itu,
[b] Sukacita mereka sesudah mengalami semua
dukacita ini, yang akan menghapus segala air
mata, sebab segala sesuatu yang lama itu
telah berlalu (Why. 21:4). saat mereka lahir
di dalam dunia yang penuh berkat itu dan
menuai hasil dari semua pelayanan dan pen-
deritaan mereka, kesusahan dan penderitaan
dunia ini tidak akan diingat lagi, sama seperti
penderitaan Kristus juga tidak diingat saat
ia akan melihat kesusahan jiwanya dan men-
jadi puas (Yes. 53:11).
Kedua, penerapan perumpamaan itu (ay. 22): “Kamu
sekarang diliputi dukacita, dan mungkin akan meng-
alaminya lebih banyak lagi, namun Aku akan melihat
kamu lagi, begitu juga sebaliknya, dan semuanya akan
baik-baik saja.”
a. Di sini Ia menyampaikan lagi tentang dukacita me-
reka: Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita.
Namun, seperti Aku akan meninggalkanmu, Aku
akan melihat kamu lagi. Kepergian Kristus memang
pantas mendukakan murid-murid-Nya. Kalau Dia
menyembunyikan wajah-Nya, mereka tidak akan
dijatuhi hukuman. saat matahari terbenam, bunga
matahari akan merunduk seakan berduka. Begitu-
lah, Kristus peduli dengan segala dukacita kita, Ia
menyediakan botol untuk menampung air mata dan
buku untuk mencatat setiap keluhan dari semua
orang yang berdukacita yang berharga di mata-Nya
itu.
b. Lebih jauh lagi daripada sebelumnya, Ia meyakinkan
mereka perihal sukacita yang akan mereka alami
kembali (Mzm. 30:6, 12). Ia sendiri menjalani duka-
cita-Nya dan menanggung dukacita kita, ganti suka-
cita yang disediakan bagi Dia. Ia ingin agar kita me-
nguatkan hati kita dengan harapan yang sama. Ada
tiga alasan bagi sukacita ini:
(a) Penyebabnya: “Aku akan melihat kamu lagi. Aku
akan melakukan kunjungan persahabatan ke-
padamu untuk melihat keadaanmu dan mem-
berikan penghiburan kepadamu.”
Perhatikanlah:
[a] Kristus akan kembali kepada orang-orang
yang menantikan-Nya, meskipun tampaknya
hanya sesaat lamanya Ia meninggalkan mere-
ka (Yes. 54:7). saat ditinggikan, manusia
nyaris tidak mau memandang orang-orang
yang lebih rendah daripadanya, namun Yesus
yang ditinggikan itu rela mengunjungi murid-
murid-Nya. Bukan saja mereka akan melihat-
Nya dalam kemuliaan-Nya, namun Ia bahkan
akan melihat mereka dalam kerendahan me-
reka.
[b] Kembalinya Kristus berarti kembalinya suka-
cita kepada semua murid-Nya. saat bukti
yang kabur itu dibersihkan dan persekutuan
yang terputus itu dipulihkan kembali, maka
mulut kita penuh dengan tawa.
(b) Kebaikan yang terkandung di dalamnya: Hatimu
akan bergembira. Penghiburan ilahi memberi
sukacita. Sukacita bersifat mendalam dan tidak
mencolok. Sifatnya rahasia, dan orang lain tidak
dapat turut merasakannya. Rasanya manis dan
memberi kepuasan batin kepada orang yang
baik. Ia pasti dan tidak mudah dihancurkan. Su-
dah sepatutnya murid-murid Kristus bersukacita
dan dengan sepenuh hati menyambut kedatang-
an-Nya.
(c) Kesinambungannya: Tidak ada seorang pun yang
dapat merampas kegembiraanmu itu dari pada-
mu. Orang akan berusaha merampas sukacita
dari hati mereka. Mereka berusaha sekuat-kuat-
nya, namun tidak akan berhasil. Beberapa orang
memahaminya sebagai sukacita kekal orang-
orang yang dipermuliakan, yaitu orang-orang
yang masuk ke dalam sukacita sebab Tuhan
tidak akan keluar lagi dari situ. Sukacita kita di
bumi dapat saja dirampas oleh berbagai kecela-
kaan, namun sukacita sorgawi berlaku untuk sela-
manya. Saya lebih memahaminya sebagai suka-
cita rohani yang dirasakan orang-orang yang di-
kuduskan, terutama sukacita para rasul dalam
kerasulan mereka. Syukur bagi Allah, kata Pau-
lus mewakili yang lain, yang dalam Kristus selalu
membawa kami di jalan kemenangan-Nya (2Kor.
2:14). Dunia yang jahat bisa saja merampas
sukacita dunia dari mereka, dan mereka akan
kehilangan sukacita itu. Namun, sekalipun orang
merampas segalanya dari orang-orang kudus ini,
mereka tidak akan mampu mengambil sukacita
ini. Mereka berdukacita, namun senantiasa ber-
sukacita. Orang tidak dapat merampas sukacita
mereka, sebab orang tidak dapat memisahkan
mereka dari kasih Kristus, tidak mampu meram-
pas mereka dari Allah mereka, ataupun harta di
sorga milik mereka.
Anjuran untuk Berdoa
(16:23-27)
23 Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada
Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. 24 Sampai sekarang
kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu
akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. 25 Semuanya ini Kukatakan
kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata
kepadamu dengan kiasan, namun terus terang memberitakan Bapa kepada-
mu. 26 Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku kata-
kan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, 27 sebab Bapa
sendiri mengasihi kamu, sebab kamu telah mengasihi Aku dan percaya,
bahwa Aku datang dari Allah.
Di sini dijanjikan jawaban atas permintaan-permintaan mereka, guna
menghibur mereka lebih lanjut. Sekarang, ada dua cara untuk me-
minta: meminta dengan bertanya, yaitu bertanya tentang hal-hal
yang tidak diketahui, dan meminta dengan memohon, yaitu meminta
sesuatu sebab kekurangan. Di sini Kristus berbicara mengenai ke-
dua cara ini .
I. Dengan cara bertanya. Mereka tidak perlu bertanya (ay. 23): Pada
hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku, ouk
erōtēsete ouden – kamu tidak akan mengajukan pertanyaan.
“Kamu akan memahami rahasia-rahasia Injil dengan begitu jelas
melalui dibukakannya pengertianmu, hingga kamu tidak perlu
lagi bertanya” (seperti dalam Ibr. 8:11, mereka tidak akan meng-
ajar lagi). “Kamu akan tiba-tiba mempunyai pengetahuan, lebih
daripada yang kamu miliki selama kamu mengikuti-Ku dengan
tekun selama ini.” Mereka pernah mengajukan beberapa perta-
nyaan bodoh (seperti dalam 9:2), beberapa pertanyaan penuh ke-
inginan yang berlebihan (seperti dalam Mat. 18:1), yang mengan-
dung rasa tidak percaya (Mat. 19:27), yang tidak sepatutnya
(21:21), yang penuh rasa ingin tahu (seperti dalam Kis. 1:6). Na-
mun, sesudah Roh dicurahkan, semua pertanyaan seperti ini tidak
diajukan lagi. Di dalam Kisah Para Rasul, kita jarang menemui
mereka mengajukan pertanyaan seperti Daud yang bertanya, Apa-
kah aku harus maju? atau, Apakah aku harus pergi? sebab me-
reka senantiasa berada di bawah pimpinan ilahi. Dalam tugas
berat memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi,
Petrus pergi tanpa bimbang (Kis. 10:20). Mengajukan pertanyaan
berarti kita tampak seperti orang kebingungan atau setidaknya
mempertahankan diri, dan memang bahkan yang terbaik dari kita
pun perlu mengajukan pertanyaan. Namun, pada waktu bertanya,
kita harus punya tujuan untuk memahami yang ditanyakan itu
sepenuh-penuhnya supaya kita tidak ragu lagi, melainkan senan-
tiasa berdiri di atas jalan kebenaran dan kewajiban.
Untuk hal ini Ia memberi alasannya (ay. 25), yang dengan
jelas merujuk pada janji ini, bahwa mereka tidak akan perlu lagi
mengajukan pertanyaan-pertanyaan: “Semuanya ini Kukatakan
kepadamu dengan kiasan yang sedemikian rupa, yang tidak se-
lugas dan sejelas seperti yang kamu harapkan, namun akan tiba
saatnya Aku berkata-kata kepadamu dengan terus terang, sejelas
yang kamu inginkan, memberitakan Bapa kepadamu, sehingga
kamu tidak perlu lagi mengajukan pertanyaan.”
1. Hal terbesar ke mana Kristus akan membawa mereka yaitu
pengenalan akan Allah: “Aku akan memberitakan Bapa ke-
padamu, dan membawa kamu untuk mengenal-Nya.” Inilah
yang ingin diberikan Kristus dan yang harus ingin dimiliki se-
mua orang Kristen sejati. Waktu Kristus hendak mengutara-
kan anugerah terbesar yang hendak diberikan-Nya kepada
murid-murid-Nya, Ia mengatakan kepada mereka bahwa anu-
gerah itu yaitu dengan terus terang memberitakan Bapa ke-
pada mereka. sebab , apakah sebenarnya kebahagiaan sorga-
wi itu, kecuali segera memandang Allah selamanya? Mengenal
Allah sebagai Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus, merupakan
rahasia terbesar bagi akal budi kita untuk memahaminya. Dan
akal budi bisa memahaminya dengan cara merenungkannya.
Dan mengenal Dia sebagai Bapa kita merupakan kebahagiaan
terbesar bagi kehendak dan perasaan kita, yaitu dengan cara
memilih untuk mengenal Dia dan menikmati pengenalan kita
akan Dia.
2. Selama ini Ia berbicara kepada mereka melalui perumpamaan,
yang mengandung perkataan bijaksana dan penuh pengajar-
an, namun bersifat kiasan dan umum. Kristus telah berbicara
dengan terus terang mengenai banyak hal kepada mereka dan
menguraikan perumpamaan-perumpamaan-Nya secara pribadi
kepada murid-murid-Nya, namun ,
(1) Mengingat kebebalan dan ketidaksigapan mereka dalam
menerima apa yang dikatakan-Nya kepada mereka, bisa
dikatakan bahwa Ia berbicara dalam perumpamaan. Apa
yang dikatakan-Nya kepada mereka bagaikan kitab yang
termeterai (Yes. 29:11).
(2) Dengan membandingkan hal-hal yang telah diungkapkan-
Nya kepada mereka, dalam apa yang telah disampaikan-
Nya ke telinga mereka, dengan apa yang akan diperbuat-
Nya kepada mereka saat Ia memberi Roh Kudus di da-
lam hati mereka, maka sampai saat itu semuanya disam-
paikan dalam bentuk perumpamaan. Nantinya saat Roh
dicurahkan ke atas mereka, pada saat itu semuanya akan
mendatangkan kejutan manis bagi mereka, mereka akan
merasa seperti berada di suatu dunia baru, sebab saat itu
saat mereka merenungkan semua gagasan yang mereka
miliki sebelumnya dan menganggap semua gagasan itu
membingungkan dan penuh teka-teki jika dibandingkan
dengan pengetahuan yang sekarang mereka miliki dengan
jelas mengenai perkara-perkara ilahi. Pelayanan dengan
hukum yang tertulis tidak ada apa-apanya dibandingkan
dengan pelayanan Roh (2Kor. 3:8-11).
(3) Menyangkut apa yang telah dikatakan-Nya perihal Bapa
dan kebijaksanaan-kebijaksanaan Bapa. Semua yang telah
dikatakan-Nya mengenai hal-hal ini sangatlah gelap,
dibandingkan dengan apa yang sebentar lagi akan dinyata-
kan (Kol. 2:2).
3. Ia akan berkata-kata dengan terus terang kepada mereka,
parrēsia – dengan bebas, tentang Bapa. saat Roh dicurah-
kan, para rasul memperoleh pengetahuan perihal perkara-per-
kara ilahi yang jauh lebih mendalam daripada sebelumnya,
seperti yang tampak melalui perkataan yang diberikan Roh
kepada mereka (Kis. 2:4). Mereka dibawa kepada rahasia per-
kara-perkara yang sebelum itu sangat membingungkan mere-
ka. Apa yang ditunjukkan Roh, itulah yang ditunjukkan Kris-
tus kepada mereka, seperti yang dikatakan di sini, sebab sama
seperti Bapa berbicara melalui Anak, begitu pula Anak berbi-
cara melalui Roh. Namun, janji ini akan digenapi dengan sem-
purna di dalam sorga, di mana kita akan melihat Bapa seba-
gaimana adanya, muka dengan muka, bukan seperti sekarang
ini, seperti melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-
samar (1Kor. 13:12). Hal ini sungguh merupakan penghiburan
kepada kita yang sekarang ini ada di bawah awan gelap, yang
membuat kita tidak mampu mengatur perkataan kita, malah
justru mengacaukannya. Sementara kita masih hidup di sini,
kita mempunyai banyak pertanyaan perihal Allah dan dunia
yang tidak terlihat, namun pada hari itu kita akan melihat
semuanya dengan jelas dan tidak perlu bertanya lagi.
II. Ia berjanji bahwa dengan memohon, mereka tidak akan meminta
dengan sia-sia. Dengan sendirinya ini berarti semua murid Kris-
tus harus berserah diri dalam doa. Ia telah mengajar mereka
melalui aturan dan teladan-Nya supaya mereka banyak berdoa.
Ini harus menjadi penopang serta penghiburan mereka saat Ia
meninggalkan mereka. Pengajaran, bimbingan, kekuatan, dan ke-
berhasilan mereka harus diperoleh melalui doa.
Sekarang:
1. Di sini diberikan janji bahwa permintaan mereka akan dika-
bulkan (ay. 23). Kata-kata pengantar untuk janji ini demikian
pastinya hingga tidak perlu dipertanyakan lagi: “Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya, Aku menjamin kebenaran ucapan-
Ku ini.” Janji itu sendiri kaya dan manis tidak terkira. Di sini
tongkat emas itu diulurkan kepada kita dengan perkataan,
Apakah permintaanmu? Niscaya akan dikabulkan. sebab Ia
berkata, Segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan
diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sebelum ini kita
telah membacanya dalam pasal 14:13. Jadi apa lagi yang kita
butuhkan? Janji itu sepasti yang kita inginkan.
(1) Di sini kita diajar caranya untuk mencari. Kita harus me-
minta kepada Bapa dalam nama Kristus. Kita harus me-
mandang Allah sebagai seorang Bapa, dan datang kepada-
Nya sebagai anak. Dan kita harus datang kepada Kristus
sebagai Sang Pengantara, datang kepada-Nya dalam kedu-
dukan kita sebagai orang yang memerlukan pembelaan.
Meminta kepada Bapa mencakup berkat-berkat rohani de-
ngan kesadaran bahwa hal-hal ini hanya bisa diperoleh
dari Allah semata. Ini juga mencakup sikap rendah hati
dalam menyampaikan permintaan kita kepada-Nya, dengan
keyakinan yang teguh terhadap-Nya, sebagai Bapa yang
mampu dan siap menolong kita. Meminta dalam nama
Kristus mencakup pengakuan ketidaklayakan kita untuk
menerima kemurahan hati apa saja dari Allah. Kita harus
puas dengan cara ini sebagai cara yang digunakan Allah
untuk berhubungan dengan kita melalui Anak-Nya. Kita
harus bergantung sepenuhnya kepada Kristus sebagai
TUHAN keadilan kita.
(2) Di sini diajarkan kepada kita tentang bagaimana kita akan
berhasil: akan diberikan-Nya kepadamu. Apa lagi yang bisa
kita rindukan selain memiliki apa yang kita inginkan,
bahkan memiliki apa yang kita kehendaki, sesuai dengan
kehendak Allah, dengan memintanya? Ia, yang dari-Nya
datang setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah
yang sempurna, akan memberi nya kepadamu. Apa yang
telah ditebus Kristus melalui kematian-Nya, tidak diperlu-
kan-Nya bagi diri sendiri, namun dimaksudkan dan diserah-
kan-Nya kepada para pengikut-Nya yang setia. sesudah
dipertimbangkan dengan baik dan diterima sepenuhnya, Ia
seakan membuat tagihan kepada perbendaharaan sorga
melalui janji ini, dan tagihan ini yang harus kita kemuka-
kan melalui doa. Dalam nama-Nya kita dapat meminta hal
yang telah dibayar lunas dan dijanjikan itu, sesuai dengan
tujuan sejati Kovenan Baru itu. Kristus telah menjanjikan
pencerahan oleh Roh, namun mereka harus berdoa untuk
itu, dan mereka melakukannya (Kis. 1:14). Untuk hal inilah
diajukan permintaan kepada Allah. Ia telah menjanjikan
mereka kesempurnaan sesudah ini, namun sementara itu,
apa yang harus mereka lakukan? Mereka harus terus ber-
doa. Keberhasilan sempurna disimpan untuk negeri per-
hentian kita kelak, sedangkan meminta dan menerima me-
rupakan penghiburan di tanah perziarahan kita ini.
2. Di sini diberikan ajakan kepada mereka untuk mengajukan
permohonan. Sudah menjadi anggapan bahwa cukuplah bila
orang-orang besar bersedia memberi kesempatan untuk berbi-
cara, namun Kristus mengajak kita untuk mengajukan permin-
taan (ay. 24).
(1) Ia mengamati perilaku mereka sampai saat itu, Sampai se-
karang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku.
Hal ini merujuk:
[1] Pada masalah doa mereka: “Kamu belum meminta se-
suatu yang pantas, sesuatu yang boleh kamu minta dan
akan kamu minta saat Roh dicurahkan.” Lihatlah be-
tapa dermawannya Yesus Tuhan kita, melebihi segala
dermawan. Ia memberi dengan limpah dan sama sekali
tidak mencela kita sebab seringnya dan besarnya
anugerah yang diberikan-Nya. Ia justru menegur kita
sebab jarang dan sempitnya permintaan kita: “Kamu
belum meminta sesuatu pun jika dibandingkan dengan
apa yang kamu inginkan dan apa yang hendak Kuberi-
kan serta janjikan.” Kita diminta untuk membuka mulut
lebar-lebar. Atau,
[2] Pada nama yang mereka gunakan saat berdoa. Mere-
ka sudah sering kali memanjatkan doa, namun belum
pernah di dalam nama Kristus seperti yang sekarang
disuruhkan-Nya kepada mereka. Ini disebab kan saat
itu Ia belum mempersembahkan korban agung yang
membuat doa kita diterima. Saat itu juga Ia belum me-
lakukan tugas pengantaraan-Nya bagi kita. Hal-hal ini-
Injil Yohanes 16:23-27
1123
lah yang mengharumkan semua ibadah kita sehingga
memampukan kita berdoa dalam nama-Nya. Sampai
saat itu mereka telah mengusir setan dan menyembuh-
kan penyakit dalam nama Kristus sebagai raja dan
nabi, namun belum dapat berdoa dalam nama-Nya seba-
gai imam.
(2) Ia mengharapkan mereka melakukan hal ini di kemudian
hari: Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuh-
lah sukacitamu.
Di sini:
[1] Ia mengarahkan mereka untuk meminta segala sesuatu
yang mereka perlukan dan yang telah Ia janjikan.
[2] Ia meyakinkan mereka bahwa mereka akan menerima.
Apa yang kita minta berdasarkan kasih karunia akan
diberikan Allah dengan murah hati: Kamu akan mene-
rima. Di dalam hal ini ada lebih daripada sekadar
janji bahwa Ia akan memberi nya. Dia bukan saja
akan memberi nya, namun memberi supaya kita me-
nerimanya, memberi penghiburan dan manfaatnya,
suatu hati untuk menikmatinya (Pkh. 6:2)
[3] Supaya dengan demikian penuhlah sukacita mereka.
Hal ini menunjukkan,
Pertama, hasil yang penuh berkat dari doa yang lahir
dari iman. Hasil ini turut melengkapi sukacita dalam
iman. Jika kita ingin agar supaya sukacita kita penuh,
sepenuh yang dapat terjadi di dunia ini, kita harus ber-
tekun dalam doa. saat kita diminta untuk bersukacita
senantiasa, kita diminta untuk segera sesudah itu tetap
berdoa. Lihatlah betapa tinggi sasaran yang harus kita
tuju dalam doa – bukan saja pada damai sejahtera,
namun juga sukacita, sukacita berlimpah-limpah. Atau,
Kedua, hasil penuh berkat dari jawaban damai se-
jahtera: “Mintalah, maka kamu akan menerima hal yang
akan memenuhi kamu dengan segala sukacita.” Pem-
berian Allah melalui Kristus mengisi perbendaharaan
jiwa dengan sukacita (Ams. 8:21). “Mintalah karunia
Roh Kudus, dan kamu akan menerimanya, sementara
pengetahuan lain hanya memperbanyak kesedihan (Pkh.
1124
1:18). Pengetahuan yang diberikan-Nya akan bertambah
dan memenuhi kamu dengan sukacita.”
3. Di sini ada dasar yang dapat mereka harapkan bahwa doa
mereka akan berhasil (ay. 26-27), yang diringkas oleh Rasul
Yohanes (1Yoh.2:1): “Kita mempunyai seorang pengantara pada
Bapa.”
(1) Kita mempunyai seorang pengantara, atau pembela. Me-
ngenai hal pengantaraan ini, saat itu Kristus melihat alas-
an untuk tidak bersikeras membicarakan hal ini, sebab Ia
mau menekankan ucapan berikut-Nya ini: “Tidak Aku kata-
kan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa.
Seandainyapun Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa
Aku akan menjadi pengantara bagimu, tidak berusaha
memohonkan semua yang kamu minta, paling tidak kamu
boleh merasa terhibur bahwa Aku telah membangun suatu
hubungan di antara kamu dan Allah, telah menegakkan
takhta anugerah, dan mengkhususkan untukmu suatu
jalan yang baru dan yang hidup ke tempat yang kudus.” Ia
berbicara seolah-olah mereka tidak membutuhkan perto-
longan apa-apa lagi, sebab Ia telah meminta Roh Kudus
menjadi pengantara mereka, sebagai Roh yang berseru, ya
Abba, ya Bapa, seakan-akan mereka sekarang tidak me-
merlukan Dia lagi untuk berdoa bagi mereka. namun kita
akan mendapati bahwa Ia berbuat lebih banyak bagi kita
daripada yang pernah dikatakan-Nya. Perbuatan manusia
sering kali tidak seperti yang dijanjikannya, namun Kristus
justru berbuat lebih banyak daripada yang dijanjikan-Nya.
(2) Kita berurusan dengan seorang Bapa, dan ini sungguh
membesarkan hati: “Sebab Bapa sendiri mengasihi kamu,
philei hymas, Dia yaitu seorang sahabat bagimu dan tidak
ada sahabat yang lebih baik dari Dia.” Perhatikanlah, mu-
rid-murid Kristus yaitu kesayangan Allah juga. Kristus
bukan saja mengalihkan murka Allah dari kita dan mem-
bawa kita ke dalam kovenan perdamaian serta pemulihan
hubungan, namun juga mendapatkan perkenanan-Nya bagi
kita serta membawa kita ke dalam kovenan persahabatan.
Perhatikanlah bagaimana penekanan diberikan pada ke-
nyataan ini, bahwa “Bapa sendiri mengasihi kamu. Sekali-
Injil Yohanes 16:23-27
1125
pun Ia yaitu Bapa yang sempurna bahagia dalam menik-
mati diri-Nya sendiri, di mana kasih yang ada dalam diri-
Nya sungguh adil dan sungguh terpuji, namun Ia berkenan
mengasihi kamu.” Bapa itu sendiri, yang perkenanan-Nya
telah kamu hancurkan, yang murka-Nya telah kamu bang-
kitkan, dan yang dengan siapa kamu membutuhkan se-
orang pengantara atau pembela, Dia sendiri yang sekarang
mengasihi kamu.
Perhatikanlah:
[1] Mengapa Bapa mengasihi murid-murid Kristus: sebab
kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku
datang dari Allah. Artinya, sebab kamu memang mu-
rid-murid-Ku: bukan seolah-olah kasih itu berawal dari
pihak mereka, melainkan sebab melalui anugerah-Nya
Ia telah membentuk di dalam diri kita kasih terhadap
diri-Nya sehingga Ia sangat senang dengan karya ta-
ngan-Nya sendiri.
Perhatikanlah di sini:
Pertama, seperti apa watak murid-murid Kristus.
Mereka mengasihi Dia sebab mereka percaya bahwa
Dia datang dari Allah, bahwa Dia yaitu Anak Tunggal
Bapa dan wakil-Nya di dunia. Perhatikanlah, iman
kepada Kristus bekerja melalui kasih terhadap Dia (Gal.
5:6). Jika kita percaya bahwa Dia yaitu Anak Allah,
tidak bisa tidak kita akan mengasihi Dia yang memang
patut dikasihi, dan jika kita percaya bahwa Dia yaitu
Juruselamat kita, tidak bisa tidak kita akan mengasihi
Dia yang paling berbaik hati kepada kita. Perhatikanlah
bagaimana Kristus dengan rasa hormat berbicara ten-
tang kasih para murid terhadap diri-Nya, dan betapa Ia
sangat senang menerima kasih mereka itu. Ia mengata-
kan bahwa kasih mereka itulah yang membuat mereka
mendapat perkenanan Bapa. “Kamu telah mengasihi
Aku dan percaya kepada-Ku saat dunia membenci
dan menolak Aku, dan kamu pun akan dibedakan.”
Kedua, perhatikanlah keuntungan apa yang diper-
oleh murid-murid Kristus yang setia. Bapa mengasihi
mereka, dan itu sebab mereka mengasihi Kristus. Bapa
begitu berkenan kepada-Nya hingga Ia juga berkenan
kepada sahabat-sahabat Kristus.
[2] Betapa hati mereka dikuatkan dalam doa. Mereka tidak
perlu segan-segan menghampiri Dia yang mengasihi
dan memberkati mereka.
Pertama, hal ini memperingatkan kita untuk tidak
berpikiran buruk tentang Allah. Waktu kita diajar un-
tuk berdoa memohon kebaikan dan pengantaraan Kris-
tus, ini bukanlah berarti seolah-olah semua kebaikan
hanya ada di dalam diri Kristus semata, sedangkan
di dalam Allah hanya ada angkara murka semata.
Tidak, bukan begitu maksudnya. Kasih dan kehendak
baik Bapa menetapkan Kristus untuk menjadi Pengan-
tara. sebab itu, kita ini berutang kepada belas kasihan
Allah atas jasa Kristus itu, sebab Allahlah yang mem-
berikan Kristus bagi kita.
Kedua, biarlah hal ini membuat kita gembira dan
memperkuat pikiran-pikiran yang baik tentang Allah.
Orang-orang percaya yang mengasihi Kristus sudah
seharusnya tahu bahwa Allah mengasihi mereka, dan
oleh sebab itu berani menghampiri Dia seperti anak-
anak menghampiri Bapa yang penuh kasih sayang.
Pengungkapan Kristus Perihal Diri-Nya
(16:28-33)
28 Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan
dunia pula dan pergi kepada Bapa.” 29 Kata murid-murid-Nya: “Lihat, seka-
rang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. 30
Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak
perlu orang bertanya kepada-Mu. sebab itu kami percaya, bahwa Engkau
datang dari Allah.” 31 Jawab Yesus kepada mereka: “Percayakah kamu seka-
rang? 32 Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-
beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku
seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. 33
Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera
dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, namun kuatkanlah
hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
Di sini ada dua hal yang digunakan Kristus untuk menghibur
murid-murid-Nya:
I. Dengan kepastian bahwa meskipun Ia akan meninggalkan dunia,
Ia kembali kepada Bapa-Nya, yang dari-Nya Ia datang (ay. 28-32).
Di sini kita mendapati:
1. Pernyataan yang jelas dan langsung mengenai pengutusan
Kristus dari Bapa, dan kembalinya Dia kepada Bapa (ay. 28):
Aku datang dari Bapa dan Aku, seperti yang kamu lihat,
datang ke dalam dunia. Sekarang Aku meninggalkan dunia
pula, dan seperti yang akan segera kamu lihat, pergi kepada
Bapa. Inilah kesimpulan dari semuanya. Tidak ada yang lebih
ditanamkan oleh-Nya di dalam hati mereka kecuali kedua hal
ini – dari mana Dia datang, dan ke mana Ia akan pergi, yakni
Alfa dan Omega dari rahasia ibadah (1Tim. 3:16), bahwa Sang
Penebus saat datang, yaitu Allah yang menyatakan diri-
Nya dalam rupa manusia, dan saat pergi, telah diangkat
dalam kemuliaan.
(1) Di sini ada dua kebenaran,
[1] Yang disingkat dalam beberapa kata. Ringkasan singkat
mengenai pengajaran Kristen sangat bermanfaat bagi
para pemula. Bagaikan berkas-berkas sinar matahari
yang terpusat di kaca yang kena sinar, dasar-dasar fir-
man Allah yang dirangkai ke dalam pengakuan iman
dan katekismus menyalurkan terang dan panas ilahi
dengan kuat. Dengan demikian, kita memperoleh ba-
nyak dalam sedikit (Ayb. 28:28; Pkh. 12:13; 1Tim. 1:15;
Tit. 2:11-12; 1Yoh. 5:11).
[2] Yang diperbandingkan dan saling diperhadapkan. Di
dalam kebenaran-kebenaran ilahi ada keselarasan
mengagumkan, dan keduanya saling menguatkan dan
menggambarkan satu sama lain. Kedatangan dan ke-
pergian Kristus pun seperti itu. Kristus telah memuji
murid-murid-Nya sebab mereka percaya bahwa Ia da-
tang dari Allah (ay. 27), dan sesudah itu memberi
kesimpulan tentang betapa penting dan wajarnya bila Ia
kembali kepada Allah, sehingga dengan demikian mere-
ka tidak perlu menganggap kepergian-Nya itu sebagai
sesuatu yang aneh atau menyedihkan. Perhatikanlah,
kalau kita manfaatkan dengan baik apa yang kita keta-
hui dan akui, itu akan membantu kita untuk mema-
hami sesuatu yang tampak sulit dan meragukan.
(2) Jika kita bertanya dari mana asalnya Sang Penebus, dan
ke mana Ia pergi, kita diberi tahu,
[1] Bahwa Ia datang dari Bapa, yang menguduskan dan
memeteraikan Dia. Ia datang ke dunia ini, dunia yang
lebih rendah, dunia umat manusia, dan melalui penjel-
maan-Nya Ia menyatu di antara mereka. Di situlah Ia
harus menjalankan tugas dan ke situlah Ia datang un-
tuk melaksanakannya. Ia meninggalkan rumah-Nya un-
tuk hidup di negeri yang asing, meninggalkan istana-
Nya untuk tinggal di pondok ini. Benar-benar sikap
merendahkan diri yang luar biasa!
[2] Bahwa sesudah menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi, Ia
meninggalkan dunia dan kembali kepada Bapa-Nya
pada saat kenaikan-Nya ke sorga. Ia bukannya diusir
pergi, melainkan atas kehendak sendirilah Ia mening-
galkan dunia, untuk tidak kembali sampai Ia datang
untuk mengakhirinya. Namun, secara roh ia tetap hadir
bersama jemaat-Nya, sampai pada kesudahannya.
2. Rasa puas para murid mendengar pernyataan ini (ay. 29-30):
Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata. Sepertinya,
perkataan Kristus yang ini lebih bermanfaat bagi mereka di-
banding yang lain, meskipun telah cukup sering Ia menyam-
paikan banyak hal yang pantas mereka pegang teguh. Roh,
seperti angin, bertiup ke sana kemari, dan melalui perkataan
apa pun yang disukai-Nya. Perkataan-Nya mungkin yang su-
dah pernah disampaikan satu kali, bahkan dua kali, namun be-
lum dipahami dengan jelas, namun sebab sering diulang-
ulang, akhirnya tertanam juga. Ada dua kemajuan yang mere-
ka hasilkan melalui perkataan ini:
(1) Dalam pengetahuan: Lihat, sekarang Engkau terus terang
berkata-kata. saat mereka belum memahami apa yang
dikatakan-Nya, mereka tidak berkata, Lihat, sekarang Eng-
kau berkata-kata dengan tidak jelas, seolah-olah memper-
salahkan Dia. namun sekarang sesudah mereka memahami
artinya, mereka memberi kemuliaan bagi-Nya sebab
merendahkan diri sesuai kemampuan mereka: Lihatlah,
sekarang Engkau terus terang berkata-kata. Kebenaran-ke-
benaran ilahi paling berpeluang membawa manfaat jika
disampaikan dengan terus terang (1Kor. 2:4). Perhatikanlah
bagaimana mereka bersorak, seperti yang dilakukan ahli
matematika dengan seruan heurēka, heurēka, saat mene-
mukan jawaban yang sudah lama dicarinya: Aku telah me-
nemukannya, aku telah menemukannya. Perhatikanlah,
Kristus senang berbicara terus terang kepada jiwa kita dan
membawa kita memandang kemuliaan-Nya dengan terbu-
ka. Kita mempunyai alasan untuk bersukacita sebab ini.
(2) Dalam iman: Sekarang kami tahu.
Perhatikanlah:
[1] Ada apa dengan iman mereka: Kami percaya bahwa
Engkau datang dari Allah. Ia telah berkata (ay. 27) bah-
wa mereka mempercayai hal ini. “Tuhan,” (kata mereka)
“kami percaya dan mempunyai alasan untuk memper-
cayainya. Kami tahu bahwa kami mempercayainya dan
menerima penghiburan darinya.”
[2] Alasan iman mereka – kemahatahuan-Nya. Ini mem-
buktikan bahwa Dia yaitu guru yang berasal dari
Allah dan lebih dari sekadar seorang nabi, bahwa Ia
tahu segala sesuatu. Melalui hal ini mereka diyakinkan
bahwa Ia menghapus keraguan yang tersembunyi di
dalam hati mereka dan menjawab keberatan-keberatan
yang belum mereka akui. Perhatikanlah, orang-orang
yang mengenal Kristus dari pengalaman sendiri dan
bisa berkata tentang kuasa-Nya, kuasa-Nya bekerja di
dalam diriku, dan tentang kasih-Nya, Dia mengasihiku,
mereka inilah yang paling mengenal-Nya. Hal ini mem-
buktikan bahwa Kristus bukan saja menerima peng-
utusan ilahi, namun juga seorang pribadi ilahi. Dia mam-
pu melihat pikiran dan isi hati orang, dan sebab itu
Dia sungguh Sang Firman yang hakiki dan kekal (Ibr.
4:12-13). Ia memberitahukan kepada semua jemaat
bahwa Ia menguji batin dan hati orang (Why. 2:23). Hal
ini meneguhkan hati murid-murid ini, sama seperti ke-
san pertama yang dirasakan perempuan Samaria itu,
bahwa Kristus mengatakan kepadanya segala sesuatu
yang telah dia perbuat (4:29), dan juga Natanael, sebab
Kristus melihat dia di bawah pohon ara (1:48-49).
Kata-kata “dan tidak perlu orang bertanya kepada-
Mu” dapat berbicara tentang,
Pertama, kepiawaian Kristus dalam mengajar. Ia
mencegah kita dengan pengajaran-Nya, menyampaikan
tentang segala harta hikmat dan pengetahuan yang ter-
sembunyi di dalam diri-Nya, dan tidak perlu didesak-
desak untuk mengajar. Atau,
Kedua, kemampuan-Nya untuk mengajar: “Kamu
tidak perlu, seperti yang dilakukan guru-guru lain, un-
tuk diberitahukan mengenai keragu-raguan murid-
murid-Mu, sebab tanpa diberitahukan pun Engkau
tahu apa yang menjadi sandungan bagi mereka.” Guru-
guru terbaik hanya dapat menjawab apa yang diucap-
kan, sedangkan Kristus mampu menjawab apa yang
dipikirkan, apa yang takut kita tanyakan, seperti yang
dialami para murid (Mrk. 9:32). Dengan demikian Ia
dapat mengerti (Ibr. 5:2).
3. Teguran lembut yang disampaikan Kristus kepada murid-mu-
rid-Nya perihal keyakinan mereka bahwa mereka sekarang
telah memahami Dia (ay. 31-32). Saat melihat betapa gembira-
nya para murid dengan pencapaian mereka, Ia berkata, “Per-
cayakah kamu sekarang? Apakah kamu sekarang memandang
dirimu sebagai murid yang sudah maju dan diteguhkan? Apa-
kah kamu sekarang berpikir bahwa kamu tidak akan melaku-
kan kesalahan lagi? Alamak! Hati-hati, kamu tidak mengenal
kelemahanmu sendiri. Tidak lama lagi kamu akan diceraiberai-
kan masing-masing,” dst.
Di sini kita melihat:
(1) Sebuah pertanyaan yang dimaksudkan untuk membuat
mereka merenung: Percayakah kamu sekarang?
[1] “Jika sekarang kamu percaya, mengapa kamu tidak
percaya sejak dulu? Bukankah kamu sudah sering
mendengarnya sebelum ini?” Orang-orang yang akhir-
nya baru percaya sesudah sering diajar dan diajak, pan-
tas merasa malu sebab telah menunda begitu lama.
[2] “Jika sekarang kamu percaya, mengapa kamu tidak
percaya untuk seterusnya? saat pencobaan itu da-
tang, di manakah imanmu?” Selama iman kita tidak
tetap, ada alasan untuk mempertanyakan kesungguhan
iman itu, “Apakah kita benar-benar percaya?”
(2) Nubuatan perihal kejatuhan mereka. Sebesar apa pun
keyakinan mereka tentang keteguhan hati mereka, tidak
lama lagi mereka semua akan meninggalkan Dia. Hal ini
terjadi pada malam itu juga, pada waktu para pengawal
menyergap mereka, semua murid itu meninggalkan Dia dan
melarikan diri (Mat. 26:56). Mereka tercerai-berai,
[1] Dari satu dengan lainnya. Masing-masing mencari sela-
mat sendiri tanpa memedulikan yang lain. Bagi masya-
rakat Kristen, masa-masa sukar membuat mereka ter-
cerai-berai. Di hari yang berkabut dan gelap itu domba-
domba Kristus tercerai-berai (Yeh. 34:12). Begitu pula
halnya dengan Kristus, sebagai suatu masyarakat, tidak
jelas tampaknya.
[2] Tercerai-berai sebab Dia: Kamu meninggalkan Aku se-
orang diri. Mereka seharusnya menjadi saksi bagi-Nya
saat Ia diadili, dan melayani Dia di tengah penderitaan-
Nya. Kalaupun mereka tidak mampu menghibur Dia,
setidaknya mereka bisa mengatakan suatu penghargaan
mengenai Dia. Namun, mereka justru malu sebab Ia
dirantai, dan takut ikut menanggung penderitaan-Nya,
sehingga meninggalkan Dia. Perhatikanlah, banyak
yang bermaksud baik ditinggalkan saat musuh datang
menyusahkan. Murid-murid yang tetap tinggal bersama-
sama dengan Kristus dalam segala pencobaan, sekarang
justru meninggalkan-Nya. Orang-orang yang mengha-
dapi pencobaan tidak selalu terbukti setia. Jika suatu
waktu kita mendapati teman-teman kita bersikap tidak
baik kepada kita, biarlah kita ingat bahwa Kristus pun
diperlakukan seperti itu. Waktu mereka meninggalkan
Dia, mereka tercerai-berai masing-masing ke tempatnya
sendiri. Bukan ke harta milik atau tempat tinggal mere-
ka sendiri yang berada di Galilea, melainkan ke teman-
teman dan kenalan masing-masing di Yerusalem. Setiap
orang mengikuti jalannya sendiri yang dianggapnya pa-
ling aman. Tiap orang menyelamatkan diri dan nyawa
sendiri. Perhatikanlah, orang-orang yang mencari kepen-
tingannya sendiri lebih daripada kepentingan Kristus
dan menganggap hal-hal duniawi sebagai ta idia – milik
mereka sendiri dan menjadi larut dengannya, tidak
akan berani menderita demi agama yang mereka anut.
Perhatikanlah di sini:
Pertama, Kristus tahu sebelumnya bahwa murid-
murid-Nya akan meninggalkan-Nya di saat yang gen-
ting, namun Ia tetap bersikap lembut terhadap mereka
dan sama sekali tidak berlaku jahat terhadap mereka.
Kita mudah berkata tentang orang lain, “Seandainya
saja kami tahu lebih dulu bahwa mereka tidak tahu
berterima kasih, kami