Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 11


 dalam Bapa-Nya dan segala kebahagiaan 

yang dirasakan Bapa-Nya, juga dipunyai-Nya. Sebagai 

Pengantara, segala sesuatu yang diserahkan kepada-

Nya oleh Bapa-Nya (Mat. 11:27), seluruh kasih karunia 

dan kebenaran yang dirancangkan Allah bagi kita, se-

muanya diserahkan Bapa ke dalam tangan Tuhan Ye-

sus (Kol. 1:19). Berkat-berkat rohani dalam bentuk per-

kara-perkara sorgawi diberikan Bapa kepada Anak un-

tuk kita, dan Anak mempercayakannya kepada Roh un-

tuk menyampaikannya kepada kita. Ada yang menerap-

kan hal ini kepada ayat sebelumnya: Ia akan memberita-

kan kepadamu hal-hal yang akan datang, dan hal ini 

dijelaskan dalam Wahyu 1:1. Inilah wahyu Yesus Kris-

tus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, yang menya-

takannya kepada hamba-Nya Yohanes, yang menulis-

kan apa yang dikatakan Roh (Why. 1:10). 

Kepergian dan Kembalinya Kristus;  

Dukacita dan Sukacita Diberitahukan Lebih Dahulu 

(16:16-22) 

16 “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat 

saja pula dan kamu akan melihat Aku.” 17 Mendengar itu beberapa dari mu-

rid-Nya berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya Ia berkata kepada 

kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja 

pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?” 18 Maka 

kata mereka: “Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu 

apa maksud-Nya.” 19 Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesua-

tu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: “Adakah kamu membicarakan 

seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja 

dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan 

melihat Aku? 20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis 

dan meratap, namun  dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, namun  

dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. 21 Seorang perempuan berduka-

cita pada saat ia melahirkan, namun  sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak 

ingat lagi akan penderitaannya, sebab  kegembiraan bahwa seorang manusia 

telah dilahirkan ke dunia. 22 Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, 

namun  Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak 

ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraan itu dari padamu.” 

Guna menghibur murid-murid yang sedang berdukacita, di sini 

Yesus Tuhan kita berjanji bahwa Ia akan mengunjungi mereka lagi. 

I.  Perhatikanlah bagaimana Ia menyampaikan penghiburan yang di-

rancangkan-Nya bagi mereka (ay. 16). Di sini Ia memberi tahu me-

reka, 

1.  Bahwa sebentar lagi mereka tidak akan melihat-Nya lagi: Ting-

gal sesaat saja, dan kamu yang telah melihat-Ku begitu lama 

dan masih juga ingin melihat Aku, tidak akan melihat Aku lagi. 

Oleh sebab itu, jika ada pertanyaan yang patut mereka tanya-

kan kepada-Nya, haruslah mereka lakukan dengan segera, ka-

rena sekarang Ia hendak pergi meninggalkan mereka. Perhati-

kanlah, sungguh baik untuk merenungkan betapa singkatnya 

masa anugerah kita, agar supaya kita terdorong untuk me-

manfaatkannya sementara kesempatan itu masih ada. Kini 

mata kita masih dapat melihat pengajar-pengajar kita, melihat 

hari-hari Anak Manusia itu, namun  siapa tahu tinggal sesaat 

saja dan kita tidak melihat mereka lagi. Mereka tidak dapat 

melihat Kristus lagi, 

(1) Di saat kematian-Nya, saat  Ia meninggalkan dunia ini, 

dan sesudah  itu tidak pernah lagi menampakkan diri di de-

pan umum. Hal terburuk yang dapat terjadi sebab  kemati-

an sahabat-sahabat Kristen kita yaitu  diambilnya mereka 

dari penglihatan kita, bukan dari keberadaan ataupun dari 

kebahagiaan. Dari semua hubungan kita dengan mereka, 

mereka hanya diambil dari penglihatan kita, namun  tidak 

dari pikiran kita. 

(2)  Di saat kenaikan-Nya ke sorga, saat  Ia meninggalkan me-

reka (dari orang-orang yang sesudah kebangkitan-Nya sem-

pat berbincang dengan-Nya), awan menutup-Nya dari pan-

dangan mereka. Meskipun terus menatap Dia, mereka 

tidak melihat-Nya lagi (Kis. 1:9-10; 2Raj. 2:12; 2Kor. 5:16). 

2.  Bahwa dalam waktu singkat mereka akan melihat-Nya kem-

bali. Tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku, dan 

oleh sebab itu janganlah kamu berdukacita seperti orang-orang 

lain yang tidak mempunyai pengharapan. Kata-kata perpisah-

an-Nya bukanlah perpisahan terakhir. Mereka akan melihat-

Nya lagi, 

(1) Pada kebangkitan-Nya, segera sesudah kematian-Nya, keti-

ka Ia menunjukkan diri-Nya bahwa Ia hidup melalui berba-

gai bukti tak terbantahkan. Dan hal ini terjadi hanya dalam 

waktu yang sangat singkat, dan tidak empat puluh jam 

saja, namun  bahkan 40 hari lamanya (Hosea 6:2). 

(2)  Melalui pencurahan Roh, tidak lama sesudah kenaikan-Nya 

ke sorga, yang menghalau kabut kebodohan dan kekeliruan 

yang nyaris menyesatkan mereka, dan yang memberi mere-

ka wawasan tentang rahasia-rahasia Injil Kristus, jauh le-

bih jernih dibanding dahulu. Kedatangan Roh merupakan 

kunjungan Kristus kepada murid-murid-Nya, yang bukan 

sekadar bersifat sementara belaka, melainkan tetap. Kun-

jungan yang mengembalikan perjumpaan dengan-Nya de-

ngan limpah. 

(3) Pada kedatangan-Nya yang kedua. Mereka bertemu de-

ngan-Nya kembali saat satu per satu mereka dijemput ke-

matian, dan mereka akan melihat-Nya secara serempak 

pada hari kiamat, saat  Ia datang dengan awan-awan dan 

setiap mata akan melihat Dia. Tidaklah salah bila dikatakan 

mengenai hal ini bahwa tinggal sesaat saja dan mereka 

akan melihat Dia lagi, sebab apalah artinya hari-hari di 

dunia ini dibandingkan hari-hari dalam kekekalan? (2Ptr. 

3:8-9). 

3.  Ia memberi  alasannya: “sebab  Aku pergi kepada Bapa,” 

dan oleh sebab  itu,  

(1) “Aku harus meninggalkan kamu untuk sementara waktu, 

sebab  tugas memanggil-Ku ke dunia atas. Kamu harus 

rela melepas-Ku, sebab  sesungguhnya tugas-Ku yaitu  

tugasmu juga.” 

(2) “Oleh sebab itu kamu akan melihat-Ku lagi dalam waktu 

dekat, sebab Bapa tidak akan menahan-Ku untuk merugi-

kan kamu. Bila Aku pergi demi keperluanmu, kamu akan 

melihat-Ku lagi segera sesudah tugas-Ku selesai, begitu 

saatnya tiba.” 

Sepertinya, semua ini lebih merujuk pada kepergian-

Nya pada saat kematian-Nya, untuk kembali pada saat ke-

bangkitan-Nya, daripada kepergian-Nya pada saat kenaikan 

untuk kembali pada akhir zaman. Sebab kematian-Nya-lah 

yang mendukakan mereka, bukan kenaikan-Nya (Luk. 

24:52), dan di antara kematian dan kebangkitan-Nya hanya 

ada  selang waktu sesaat saja. Ayat ini juga tidak bisa 

dibaca hanya sedikit waktu lagi (bukan eti mikron seperti 

dalam pasal 12:35), melainkan mikron – tinggal sesaat saja 

dan kamu tidak melihat Aku lagi, yang merujuk kepada 

ketiga hari terbaringnya Dia di dalam kubur. Dan juga, 

tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku, yang 

merujuk kepada keempat puluh hari di antara kebangkitan 

dan kenaikan-Nya. Dengan demikian kita boleh berkata 

tentang pelayan-pelayan dan sahabat-sahabat Kristen kita, 

tinggal sesaat saja dan kami tidak melihat mereka lagi. 

Tidak peduli mereka yang akan meninggalkan kita atau 

kitalah yang akan meninggalkan mereka, namun  satu hal 

yang pasti, kita harus berpisah sejenak, namun  bukan 

untuk selamanya. Ini seperti mengucapkan selamat tidur 

kepada mereka yang ingin kita lihat lagi dengan sukacita 

pada keesokan paginya. 

II.  Kebingungan murid-murid begitu mendengar berita itu. Mereka 

tidak tahu lagi harus berbuat apa (ay. 17-18). Beberapa dari mu-

rid-Nya berkata dengan lirih seorang kepada yang lain, mungkin 

mereka yang paling lemah dan kurang cakap, atau justru mereka 

yang paling ingin tahu dan sangat rindu untuk memahami Dia, 

Apakah artinya Ia berkata kepada kita? Walaupun sebelum itu 

Kristus sudah sering berbicara tentang pokok ini, mereka masih 

juga belum memahaminya. Meskipun telah dikatakan harus ini 

harus itu, akan sia-sia saja kecuali Allah memberi  pengertian.  

Sekarang lihatlah di sini: 

1.  Kelemahan para murid, yakni mereka tidak mampu mema-

hami perkataan yang begitu jelas meskipun Kristus telah 

memberi  kuncinya kepada mereka dengan sering kali me-

ngatakan kepada mereka dengan jelas bahwa Ia harus dibunuh 

dan bangkit sesudah tiga hari. Walaupun demikian, mereka 

berkata, Kita tidak tahu apa maksud-Nya, sebab: 

(1) Hati mereka dipenuhi dukacita, sehingga membuat mereka 

tidak mungkin menerima penghiburan. Gelapnya ketidak-

tahuan dan kesedihan biasanya saling meningkatkan dan 

mengentalkan. Kekeliruan menyebabkan dukacita, dan 

sesudah  itu dukacita menegaskan kekeliruan. 

(2) Gagasan tentang kerajaan duniawi Kristus begitu dalam 

terukir di benak mereka hingga mereka sama sekali tidak 

mampu menangkap makna perkataan-Nya yang tidak da-

pat mereka kaitkan dengan gagasan tadi. Bila kita berpikir 

bahwa Kitab Suci harus disesuaikan dengan gagasan-ga-

gasan palsu yang telah kita telan, maka tidaklah menghe-

rankan jika   kita mengeluh dengan berbagai kesukaran. 

Namun, bila jalan pikiran kita ditawan oleh apa yang telah 

diwahyukan, masalah itu akan menjadi mudah. 

(3) Sepertinya, hal yang membingungkan mereka yaitu  kata-

kata sesaat saja. Jika Ia memang harus pergi, mereka 

tidak dapat mengerti bagaimana Ia akan pergi secepat itu, 

padahal bisa dikatakan bahwa Ia belum lama berada ber-

sama mereka. Demikian pula sulit bagi kita untuk mene-

rima perubahan yang datang secara tiba-tiba, walaupun 

kita tahu pasti akan terjadi. Saat kita diberi tahu, bahwa 

tinggal sesaat saja pula dan oleh sebab  itu kita harus 

pergi, bahwa tinggal sesaat saja pula dan kita harus mem-

beri pertanggungan jawab, kita tidak tahu bagaimana ha-

rus mencernanya, sebab  kita selalu beranggapan bahwa 

penglihatan itu harinya masih jauh (Yeh. 12:27). 

2.  Kesediaan mereka untuk diajari. saat  mereka tidak mengerti 

makna perkataan Kristus, mereka pun berunding mengenai 

hal itu dan saling bertanya. Dengan saling berbicara mengenai 

perkara-perkara ilahi, kita dapat meminjam terang dari orang 

lain dan meningkatkan terang kita sendiri. Perhatikanlah beta-

pa tepatnya mereka mengulangi perkataan Kristus. Meskipun 

kita tidak mampu memecahkan setiap kesulitan yang kita 

temui dalam Kitab Suci dengan sempurna, bukanlah berarti 

bahwa kita bisa membuangnya begitu saja. Kita harus meng-

ulang-ulang terus apa yang tidak mampu kita jelaskan itu, 

dan menanti sampai hal itu akan dinyatakan Allah juga ke-

pada kita. 

III.  Penjelasan selanjutnya mengenai perkataan Kristus. 

1.  Perhatikan di sini mengapa Kristus menjelaskannya (ay. 19). 

Sebab Ia tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu 

kepada-Nya, dan memang itulah tujuan-Nya. Perhatikanlah, 

masalah-masalah yang tidak mampu kita pecahkan harus kita 

bawa hanya kepada Dia yang mampu memberi  pema-

haman. Kristus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan 

sesuatu kepada-Nya namun  malu untuk bertanya. Perhatikan-

lah, Kristus memperhatikan keinginan yang saleh meskipun 

belum diutarakan sekalipun. Ia peduli dengan keluhan-

keluhan yang tidak terucapkan, dan bahkan telah menyedia-

kan berkat-berkat kebaikan-Nya sebelum diminta. Kristus 

mengajar orang-orang yang Dia tahu hendak menanyakan 

sesuatu kepada-Nya, walaupun mereka tidak mengutarakan-

nya. Sebelum kita memanggil, Ia sudah menjawabnya. Alasan 

lain mengapa Kristus menjelaskannya yaitu  sebab  Ia meli-

hat mereka membicarakan hal ini: “Adakah kamu membicara-

kan seorang dengan yang lain? Nah, Aku akan mempermudah 

masalahnya bagimu.” Hal ini menyiratkan kepada kita, siapa 

saja yang akan diajar oleh Kristus:  

(1) Orang-orang yang rendah hati, yang mengakui kebodohan 

mereka, sebab pertanyaan mereka menyiratkan hal ini. 

(2)  Orang-orang yang tekun, yang menggunakan sarana yang 

mereka miliki: “Adakah kamu membicarakannya? Kamu 

akan diajar. sebab  siapa yang mempunyai, kepadanya 

akan diberi.” 

2. Perhatikan di sini bagaimana Ia menjelaskannya. Bukan de-

ngan perkataan indah atau celaan, melainkan dengan mem-

bawa hal itu lebih dekat kepada mereka. Ia telah menyampai-

kan kepada mereka perihal tidak melihat dan melihat Dia, dan 

tetap saja mereka tidak memahami artinya. sebab  itu, ia 

menjelaskan artinya dengan memakai rasa dukacita dan suka-

cita mereka, sebab orang biasanya menilai sesuatu berdasar-

kan pengaruh yang ditimbulkannya atas diri mereka (ay. 20): 

Kamu akan menangis dan meratap sebab  kepergian-Ku, namun  

dunia akan bergembira sebab nya. Kamu akan berdukacita 

sementara Aku tidak hadir, namun  saat Aku datang kembali 

kepadamu, dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Na-

mun, Ia tidak berkata apa-apa perihal sesaat saja, sebab Ia 

melihat bahwa hal ini membuat mereka bingung lebih dari apa 

pun. Lagi pula, bukanlah kepentingan kita untuk mengetahui 

tentang zaman dan masa. Perhatikanlah, orang percaya meng-

alami sukacita atau dukacita sesuai dengan apakah mereka 

melihat Kristus atau tidak, apakah mereka melihat tanda-

tanda kehadiran-Nya bersama mereka atau tidak. 

(1)  Apa yang dikatakan Kristus di sini, dan dalam ay. 21-22, 

tentang dukacita dan sukacita mereka, terutama berkaitan 

dengan keadaan para murid saat  itu. Jadi kita melihat 

perihal, 

[1] Pemberitahuan tentang dukacita yang akan mereka 

alami: Kamu akan menangis dan meratap, kamu akan 

berdukacita. Penderitaan Kristus pastilah mendatang-

kan dukacita bagi murid-murid-Nya. Mereka menangisi 

Dia sebab  mengasihi-Nya. Derita sahabat kita yaitu  

derita kita juga. Waktu murid-murid tertidur, ini dise-

babkan sebab  dukacita (Luk. 22:45). Mereka menangisi 

diri dan rasa kehilangan mereka sendiri, juga sebab  

kecemasan mereka terhadap apa yang bakal terjadi 

jika   Ia sudah pergi nanti. Jadi, sungguh menyedih-

kan harus kehilangan Dia, sebab  bagi Dia-lah mereka 

telah meninggalkan segala-segalanya, dan dari Dia-lah 

mereka berharap begitu banyak. Kristus telah memberi-

tahukan sebelumnya kepada murid-murid-Nya untuk 

bersiap-siap mengalami dukacita, supaya mereka juga 

dapat menyiapkan penghiburan bagi dukacita itu. 

[2]  Kegembiraan dunia pada saat yang sama: namun  dunia 

akan bergembira. Hal yang merupakan dukacita bagi 

orang-orang kudus merupakan kegembiraan bagi orang-

orang berdosa. 

Pertama, orang-orang yang asing bagi Kristus akan 

melanjutkan kegembiraan duniawi mereka dan sama 

sekali tidak peduli dengan dukacita mereka. Mereka se-

kalian yang berlalu bersikap acuh tak acuh (Rat. 1:12). 

Kedua, orang-orang yang memusuhi Kristus akan 

bergembira sebab  berharap telah mengalahkan Dia 

dan menghancurkan kepentingan-Nya. saat  imam-

imam kepala menyalibkan Kristus, kita dapat berang-

gapan bahwa mereka bergembira ria menertawakan Dia, 

sama seperti orang-orang yang diam di bumi bergembira 

atas para saksi yang terbunuh (Why. 11:10). Janganlah 

kita merasa heran jika   melihat orang lain bersorak 

penuh kemenangan sementara hati kita berdebar-debar 

sebab  tabut Allah itu. 

[3]  Sukacita yang akan mereka alami lagi pada waktu yang 

tepat nanti: namun  dukacitamu akan berubah menjadi 

sukacita. Sama seperti sukacita orang durhaka, demi-

kian pula dukacita orang Kristen sejati berlangsung 

hanya sekejap mata. Murid-murid itu bersukacita saat  

mereka melihat Tuhan. Bagi mereka, kebangkitan-Nya 

merupakan hidup dari antara orang mati, dan dukacita 

mereka atas penderitaan Kristus diubah menjadi suka-

cita sedemikian rupa hingga tidak dapat dikurangi dan 

dipadamkan oleh penderitaan mereka apa pun. Mereka 

memang berdukacita, namun senantiasa bersukacita 

(2Kor. 6:10). Kehidupan mereka sarat dengan dukacita, 

namun hati mereka dipenuhi sukacita. 

(2) Hal ini dapat diterapkan juga pada semua pengikut setia 

Anak Domba itu, dan menggambarkan hal yang umum 

dialami orang Kristen. 

[1] Keadaan dan hati mereka penuh perkabungan. Duka-

cita sudah menjadi bagian mereka, dan kesungguhan 

yaitu  watak mereka. Sama seperti Kristus, orang-

orang yang hidup dekat dengan-Nya haruslah biasa 

menderita kesakitan. Mereka menangis dan meratapi 

apa yang diremehkan orang lain, yaitu dosa-dosa mere-

ka sendiri, dan juga dosa orang-orang di sekeliling me-

reka. Mereka berduka bersama orang-orang yang ber-

dukacita, dan menangisi orang-orang berdosa yang ti-

dak menangisi diri sendiri. 

[2] Pada saat yang sama, dunia bergembira ria. Sekarang 

mereka tertawa dan menjalani hari-hari mereka dengan 

begitu riang hingga orang bisa saja berpikir bahwa me-

reka tidak mengenal kesedihan atau takut dengan kese-

dihan itu. Kegembiraan dan kesenangan duniawi pasti-

lah tiada bandingannya, sebab  jika tidak demikian, 

orang-orang bejat itu pasti tidak mau sampai begitu 

berkubang di dalamnya dan orang-orang kesukaan sor-

gawi tidak akan sedemikian asing terhadapnya. 

[3] Ratapan rohani akan segera diubah menjadi sukacita 

abadi. Sukacita sudah terbit bagi orang-orang yang tulus 

hati, yang menabur dengan mencucurkan air mata, dan 

tak perlu diragukan bahwa tidak lama lagi mereka akan 

menuai dengan bersorak-sorai. Dukacita mereka bukan 

saja akan diikuti dengan sukacita, namun  juga diubah-

kan menjadi sukacita, sebab  penghiburan yang paling 

indah timbul dari dukacita yang saleh. Demikianlah Ia 

menggambarkan kiasan yang diambil dari perempuan 

yang hendak melahirkan. Dukacita yang dirasakan pe-

rempuan itu dibandingkan-Nya dengan dukacita murid-

murid-Nya untuk membangkitkan hati mereka. Merupa-

kan kehendak Kristus bahwa umat-Nya harus terhibur-

kan.  

Pertama, di sini ada  sebuah kiasan perbanding-

an atau perumpamaan (ay. 21): Kita tahu bahwa se-

orang perempuan berdukacita, ia sangat kesakitan, pada 

saat melahirkan, pada saat yang telah ditentukan alam 

dan penyelenggaraan Allah, yang telah dinanti-nantikan 

dan tidak dapat dihindarinya. namun  sesudah ia melahir-

kan dengan selamat, jadilah anak itu. Sekalipun anak 

yang lahir itu seperti Yabes (1Taw. 4:9), dan bukan Ben-

oni (Kej. 35:18), ia tidak ingat lagi akan penderitaannya. 

Rintihan dan keluhannya sudah berlalu, dan rasa sakit 

sesudah  melahirkan lebih mudah ditanggung, sebab  

kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan 

ke dunia, seorang anthrōpos, seorang dari umat manu-

sia, seorang anak, entah laki-laki atau perempuan, ka-

rena kata ini berlaku untuk keduanya.  

Perhatikanlah: 

a. Akibat dari kutukan itu, dalam dukacita dan pen-

deritaan perempuan yang sedang melahirkan sesuai 

dengan kalimat dalam Kejadian 3:16, dengan kesa-

kitan engkau akan melahirkan anakmu. Kesakitan ini 

begitu hebat sehingga dukacita dan kesakitan yang 

paling dahsyat disamakan dengannya (Mzm. 48:7; 

Yes. 13:8; Yer. 4:31; 6:24), dan kesakitan ini tidak 

terelakkan (1Tes. 5:3). Lihatlah seperti apa dunia ini. 

Semua jenis mawarnya dikelilingi oleh duri. Dalam 

hal ini semua anak manusia yaitu  orang bebal, 

mereka yaitu  kedukaan bagi ibunya sejak awal. Hal 

ini disebabkan oleh dosa. 

b. Buah berkat, dalam rupa kegembiraan bahwa se-

orang anak telah dilahirkan ke dunia. Seandainya 

Allah tidak mempertahankan berkat sesudah keja-

tuhan manusia, yakni untuk beranakcucu dan ber-

tambah banyak, para orangtua tidak akan pernah 

dapat memandang anak-anak mereka dengan suka-

cita. Namun, buah yang dihasilkan dari berkat mem-

bawa kebahagiaan.  

Kelahiran seorang anak yaitu :  

(a) Sukacita yang dialami orangtua. Kelahiran itu 

membuat mereka sangat bergembira (Yer. 20:15). 

Walaupun anak perlu dipelihara, belum tentu 

membawa penghiburan, dan bahkan sering kali 

terbukti sangat menyusahkan, namun secara 

alamiah kita pasti bergembira saat kelahiran me-

reka. Jika kita yakin bahwa anak-anak kita akan 

penuh dengan Roh Kudus, seperti Yohanes, maka 

sama seperti orangtua Yohanes, kita pun sesung-

guhnya dapat bersukacita dan bergembira saat 

kelahiran mereka (Luk. 1:14-15). Sebaliknya, bila 

yang melulu kita pikirkan yaitu  bahwa anak-

anak itu dilahirkan dalam dosa dan dilahirkan ke 

dalam dunia yang penuh dengan perangkap dan 

sengsara, maka pastilah kita akan bersukacita 

dengan hati berdebar-debar, dengan pikiran yang 

bertanya-tanya, jangan-jangan ternyata lebih 

baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan. 

(b) Sukacita itu begitu besar hingga semua penderi-

taan sebelumnya telah terlupakan, atau teringat 

seperti air yang telah mengalir lalu (Ayb. 11:16). 

Hæc olim meminisse jubavit (Kej. 41:51). Nah, 

kiasan ini sangat patut digambarkan untuk 

menguraikan: 

[a] Dukacita murid-murid Kristus di dunia ini. 

Dukacita mereka itu terasa bagaikan sakit 

saat melahirkan, pasti dan tajam, namun  tidak 

berlangsung lama serta membuahkan hasil 

yang membahagiakan. Mereka hendak mela-

hirkan dan berteriak kesakitan, seperti yang 

digambarkan perihal jemaat (Why. 12:2) dan 

segala makhluk (Rm. 8:22). Selain itu,  

[b] Sukacita mereka sesudah  mengalami semua 

dukacita ini, yang akan menghapus segala air 

mata, sebab  segala sesuatu yang lama itu 

telah berlalu (Why. 21:4). saat  mereka lahir 

di dalam dunia yang penuh berkat itu dan 

menuai hasil dari semua pelayanan dan pen-

deritaan mereka, kesusahan dan penderitaan 

dunia ini tidak akan diingat lagi, sama seperti 

penderitaan Kristus juga tidak diingat saat  

ia akan melihat kesusahan jiwanya dan men-

jadi puas (Yes. 53:11). 

Kedua, penerapan perumpamaan itu (ay. 22): “Kamu 

sekarang diliputi dukacita, dan mungkin akan meng-

alaminya lebih banyak lagi, namun  Aku akan melihat 

kamu lagi, begitu juga sebaliknya, dan semuanya akan 

baik-baik saja.”  

a. Di sini Ia menyampaikan lagi tentang dukacita me-

reka: Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita. 

Namun, seperti Aku akan meninggalkanmu, Aku 

akan melihat kamu lagi. Kepergian Kristus memang 

pantas mendukakan murid-murid-Nya. Kalau Dia 

menyembunyikan wajah-Nya, mereka tidak akan 

dijatuhi hukuman. saat  matahari terbenam, bunga 

matahari akan merunduk seakan berduka. Begitu-

lah, Kristus peduli dengan segala dukacita kita, Ia 

menyediakan botol untuk menampung air mata dan 

buku untuk mencatat setiap keluhan dari semua 

orang yang berdukacita yang berharga di mata-Nya 

itu. 

b.  Lebih jauh lagi daripada sebelumnya, Ia meyakinkan 

mereka perihal sukacita yang akan mereka alami 

kembali (Mzm. 30:6, 12). Ia sendiri menjalani duka-

cita-Nya dan menanggung dukacita kita, ganti suka-

cita yang disediakan bagi Dia. Ia ingin agar kita me-

nguatkan hati kita dengan harapan yang sama. Ada 

tiga alasan bagi sukacita ini: 

(a) Penyebabnya: “Aku akan melihat kamu lagi. Aku 

akan melakukan kunjungan persahabatan ke-

padamu untuk melihat keadaanmu dan mem-

berikan penghiburan kepadamu.”  

Perhatikanlah: 

[a] Kristus akan kembali kepada orang-orang 

yang menantikan-Nya, meskipun tampaknya 

hanya sesaat lamanya Ia meninggalkan mere-

ka (Yes. 54:7). saat  ditinggikan, manusia 

nyaris tidak mau memandang orang-orang 

yang lebih rendah daripadanya, namun  Yesus 

yang ditinggikan itu rela mengunjungi murid-

murid-Nya. Bukan saja mereka akan melihat-

Nya dalam kemuliaan-Nya, namun  Ia bahkan 

akan melihat mereka dalam kerendahan me-

reka. 

[b] Kembalinya Kristus berarti kembalinya suka-

cita kepada semua murid-Nya. saat  bukti 

yang kabur itu dibersihkan dan persekutuan 

yang terputus itu dipulihkan kembali, maka 

mulut kita penuh dengan tawa. 

(b)  Kebaikan yang terkandung di dalamnya: Hatimu 

akan bergembira. Penghiburan ilahi memberi  

sukacita. Sukacita bersifat mendalam dan tidak 

mencolok. Sifatnya rahasia, dan orang lain tidak 

dapat turut merasakannya. Rasanya manis dan 

memberi kepuasan batin kepada orang yang 

baik. Ia pasti dan tidak mudah dihancurkan. Su-

dah sepatutnya murid-murid Kristus bersukacita 

dan dengan sepenuh hati menyambut kedatang-

an-Nya. 

(c)  Kesinambungannya: Tidak ada seorang pun yang 

dapat merampas kegembiraanmu itu dari pada-

mu. Orang akan berusaha merampas sukacita 

dari hati mereka. Mereka berusaha sekuat-kuat-

nya, namun  tidak akan berhasil. Beberapa orang 

memahaminya sebagai sukacita kekal orang-

orang yang dipermuliakan, yaitu orang-orang 

yang masuk ke dalam sukacita sebab  Tuhan 

tidak akan keluar lagi dari situ. Sukacita kita di 

bumi dapat saja dirampas oleh berbagai kecela-

kaan, namun  sukacita sorgawi berlaku untuk sela-

manya. Saya lebih memahaminya sebagai suka-

cita rohani yang dirasakan orang-orang yang di-

kuduskan, terutama sukacita para rasul dalam 

kerasulan mereka. Syukur bagi Allah, kata Pau-

lus mewakili yang lain, yang dalam Kristus selalu 

membawa kami di jalan kemenangan-Nya (2Kor. 

2:14). Dunia yang jahat bisa saja merampas 

sukacita dunia dari mereka, dan mereka akan 

kehilangan sukacita itu. Namun, sekalipun orang 

merampas segalanya dari orang-orang kudus ini, 

mereka tidak akan mampu mengambil sukacita 

ini. Mereka berdukacita, namun senantiasa ber-

sukacita. Orang tidak dapat merampas sukacita 

mereka, sebab  orang tidak dapat memisahkan 

mereka dari kasih Kristus, tidak mampu meram-

pas mereka dari Allah mereka, ataupun harta di 

sorga milik mereka.  

Anjuran untuk Berdoa  

(16:23-27) 

23 Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku 

berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada 

Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. 24 Sampai sekarang 

kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu 

akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. 25 Semuanya ini Kukatakan 

kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata 

kepadamu dengan kiasan, namun  terus terang memberitakan Bapa kepada-

mu. 26 Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku kata-

kan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, 27 sebab Bapa 

sendiri mengasihi kamu, sebab  kamu telah mengasihi Aku dan percaya, 

bahwa Aku datang dari Allah. 

Di sini dijanjikan jawaban atas permintaan-permintaan mereka, guna 

menghibur mereka lebih lanjut. Sekarang, ada dua cara untuk me-

minta: meminta dengan bertanya, yaitu bertanya tentang hal-hal 

yang tidak diketahui, dan meminta dengan memohon, yaitu meminta 

sesuatu sebab  kekurangan. Di sini Kristus berbicara mengenai ke-

dua cara ini . 

I.   Dengan cara bertanya. Mereka tidak perlu bertanya (ay. 23): Pada 

hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku, ouk 

erōtēsete ouden – kamu tidak akan mengajukan pertanyaan. 

“Kamu akan memahami rahasia-rahasia Injil dengan begitu jelas 

melalui dibukakannya pengertianmu, hingga kamu tidak perlu 

lagi bertanya” (seperti dalam Ibr. 8:11, mereka tidak akan meng-

ajar lagi). “Kamu akan tiba-tiba mempunyai pengetahuan, lebih 

daripada yang kamu miliki selama kamu mengikuti-Ku dengan 

tekun selama ini.” Mereka pernah mengajukan beberapa perta-

nyaan bodoh (seperti dalam 9:2), beberapa pertanyaan penuh ke-

inginan yang berlebihan (seperti dalam Mat. 18:1), yang mengan-

dung rasa tidak percaya (Mat. 19:27), yang tidak sepatutnya 

(21:21), yang penuh rasa ingin tahu (seperti dalam Kis. 1:6). Na-

mun, sesudah  Roh dicurahkan, semua pertanyaan seperti ini tidak 

diajukan lagi. Di dalam Kisah Para Rasul, kita jarang menemui 

mereka mengajukan pertanyaan seperti Daud yang bertanya, Apa-

kah aku harus maju? atau, Apakah aku harus pergi? sebab  me-

reka senantiasa berada di bawah pimpinan ilahi. Dalam tugas 

berat memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi, 

Petrus pergi tanpa bimbang (Kis. 10:20). Mengajukan pertanyaan 

berarti kita tampak seperti orang kebingungan atau setidaknya 

mempertahankan diri, dan memang bahkan yang terbaik dari kita 

pun perlu mengajukan pertanyaan. Namun, pada waktu bertanya, 

kita harus punya tujuan untuk memahami yang ditanyakan itu 

sepenuh-penuhnya supaya kita tidak ragu lagi, melainkan senan-

tiasa berdiri di atas jalan kebenaran dan kewajiban. 

Untuk hal ini Ia memberi  alasannya (ay. 25), yang dengan 

jelas merujuk pada janji ini, bahwa mereka tidak akan perlu lagi  

mengajukan pertanyaan-pertanyaan: “Semuanya ini Kukatakan 

kepadamu dengan kiasan yang sedemikian rupa, yang tidak se-

lugas dan sejelas seperti yang kamu harapkan, namun  akan tiba 

saatnya Aku berkata-kata kepadamu dengan terus terang, sejelas 

yang kamu inginkan, memberitakan Bapa kepadamu, sehingga 

kamu tidak perlu lagi mengajukan pertanyaan.” 

1.  Hal terbesar ke mana Kristus akan membawa mereka yaitu  

pengenalan akan Allah: “Aku akan memberitakan Bapa ke-

padamu, dan membawa kamu untuk mengenal-Nya.” Inilah 

yang ingin diberikan Kristus dan yang harus ingin dimiliki se-

mua orang Kristen sejati. Waktu Kristus hendak mengutara-

kan anugerah terbesar yang hendak diberikan-Nya kepada 

murid-murid-Nya, Ia mengatakan kepada mereka bahwa anu-

gerah itu yaitu  dengan terus terang memberitakan Bapa ke-

pada mereka. sebab , apakah sebenarnya kebahagiaan sorga-

wi itu, kecuali segera memandang Allah selamanya? Mengenal 

Allah sebagai Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus, merupakan 

rahasia terbesar bagi akal budi kita untuk memahaminya. Dan 

akal budi bisa memahaminya dengan cara merenungkannya. 

Dan mengenal Dia sebagai Bapa kita merupakan kebahagiaan 

terbesar bagi kehendak dan perasaan kita, yaitu dengan cara 

memilih untuk mengenal Dia dan menikmati pengenalan kita 

akan Dia. 

2. Selama ini Ia berbicara kepada mereka melalui perumpamaan, 

yang mengandung perkataan bijaksana dan penuh pengajar-

an, namun bersifat kiasan dan umum. Kristus telah berbicara 

dengan terus terang mengenai banyak hal kepada mereka dan 

menguraikan perumpamaan-perumpamaan-Nya secara pribadi 

kepada murid-murid-Nya, namun , 

(1) Mengingat kebebalan dan ketidaksigapan mereka dalam 

menerima apa yang dikatakan-Nya kepada mereka, bisa 

dikatakan bahwa Ia berbicara dalam perumpamaan. Apa 

yang dikatakan-Nya kepada mereka bagaikan kitab yang 

termeterai (Yes. 29:11). 

(2) Dengan membandingkan hal-hal yang telah diungkapkan-

Nya kepada mereka, dalam apa yang telah disampaikan-

Nya ke telinga mereka, dengan apa yang akan diperbuat-

Nya kepada mereka saat  Ia memberi  Roh Kudus di da-

lam hati mereka, maka sampai saat itu semuanya disam-

paikan dalam bentuk perumpamaan. Nantinya saat  Roh 

dicurahkan ke atas mereka, pada saat itu semuanya akan 

mendatangkan kejutan manis bagi mereka, mereka akan 

merasa seperti berada di suatu dunia baru, sebab  saat itu 

saat  mereka merenungkan semua gagasan yang mereka 

miliki sebelumnya dan menganggap semua gagasan itu 

membingungkan dan penuh teka-teki jika dibandingkan 

dengan pengetahuan yang sekarang mereka miliki dengan 

jelas mengenai perkara-perkara ilahi. Pelayanan dengan 

hukum yang tertulis tidak ada apa-apanya dibandingkan 

dengan pelayanan Roh (2Kor. 3:8-11). 

(3) Menyangkut apa yang telah dikatakan-Nya perihal Bapa 

dan kebijaksanaan-kebijaksanaan Bapa. Semua yang telah 

dikatakan-Nya mengenai hal-hal ini  sangatlah gelap, 

dibandingkan dengan apa yang sebentar lagi akan dinyata-

kan (Kol. 2:2). 

3. Ia akan berkata-kata dengan terus terang kepada mereka, 

parrēsia – dengan bebas, tentang Bapa. saat  Roh dicurah-

kan, para rasul memperoleh pengetahuan perihal perkara-per-

kara ilahi yang jauh lebih mendalam daripada sebelumnya, 

seperti yang tampak melalui perkataan yang diberikan Roh 

kepada mereka (Kis. 2:4). Mereka dibawa kepada rahasia per-

kara-perkara yang sebelum itu sangat membingungkan mere-

ka. Apa yang ditunjukkan Roh, itulah yang ditunjukkan Kris-

tus kepada mereka, seperti yang dikatakan di sini, sebab sama 

seperti Bapa berbicara melalui Anak, begitu pula Anak berbi-

cara melalui Roh. Namun, janji ini akan digenapi dengan sem-

purna di dalam sorga, di mana kita akan melihat Bapa seba-

gaimana adanya, muka dengan muka, bukan seperti sekarang 

ini, seperti melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-

samar (1Kor. 13:12). Hal ini sungguh merupakan penghiburan 

kepada kita yang sekarang ini ada di bawah awan gelap, yang 

membuat kita tidak mampu mengatur perkataan kita, malah 

justru mengacaukannya. Sementara kita masih hidup di sini, 

kita mempunyai banyak pertanyaan perihal Allah dan dunia 

yang tidak terlihat, namun  pada hari itu kita akan melihat 

semuanya dengan jelas dan tidak perlu bertanya lagi. 

II.  Ia berjanji bahwa dengan memohon, mereka tidak akan meminta 

dengan sia-sia. Dengan sendirinya ini berarti semua murid Kris-

tus harus berserah diri dalam doa. Ia telah mengajar mereka 

melalui aturan dan teladan-Nya supaya mereka banyak berdoa. 

Ini harus menjadi penopang serta penghiburan mereka saat Ia 

meninggalkan mereka. Pengajaran, bimbingan, kekuatan, dan ke-

berhasilan mereka harus diperoleh melalui doa.  

Sekarang: 

1. Di sini diberikan janji bahwa permintaan mereka akan dika-

bulkan (ay. 23). Kata-kata pengantar untuk janji ini demikian 

pastinya hingga tidak perlu dipertanyakan lagi: “Aku berkata 

kepadamu: Sesungguhnya, Aku menjamin kebenaran ucapan-

Ku ini.” Janji itu sendiri kaya dan manis tidak terkira. Di sini 

tongkat emas itu diulurkan kepada kita dengan perkataan, 

Apakah permintaanmu? Niscaya akan dikabulkan. sebab  Ia 

berkata, Segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan 

diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sebelum ini kita 

telah membacanya dalam pasal 14:13. Jadi apa lagi yang kita 

butuhkan? Janji itu sepasti yang kita inginkan.  

(1) Di sini kita diajar caranya untuk mencari. Kita harus me-

minta kepada Bapa dalam nama Kristus. Kita harus me-

mandang Allah sebagai seorang Bapa, dan datang kepada-

Nya sebagai anak. Dan kita harus datang kepada Kristus 

sebagai Sang Pengantara, datang kepada-Nya dalam kedu-

dukan kita sebagai orang yang memerlukan pembelaan. 

Meminta kepada Bapa mencakup berkat-berkat rohani de-

ngan kesadaran bahwa hal-hal ini hanya bisa diperoleh 

dari Allah semata. Ini juga mencakup sikap rendah hati 

dalam menyampaikan permintaan kita kepada-Nya, dengan 

keyakinan yang teguh terhadap-Nya, sebagai Bapa yang 

mampu dan siap menolong kita. Meminta dalam nama 

Kristus mencakup pengakuan ketidaklayakan kita untuk 

menerima kemurahan hati apa saja dari Allah. Kita harus 

puas dengan cara ini sebagai cara yang digunakan Allah 

untuk berhubungan dengan kita melalui Anak-Nya. Kita 

harus bergantung sepenuhnya kepada Kristus sebagai 

TUHAN keadilan kita. 

(2) Di sini diajarkan kepada kita tentang bagaimana kita akan 

berhasil: akan diberikan-Nya kepadamu. Apa lagi yang bisa 

kita rindukan selain memiliki apa yang kita inginkan, 

bahkan memiliki apa yang kita kehendaki, sesuai dengan 

kehendak Allah, dengan memintanya? Ia, yang dari-Nya 

datang setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah 

yang sempurna, akan memberi nya kepadamu. Apa yang 

telah ditebus Kristus melalui kematian-Nya, tidak diperlu-

kan-Nya bagi diri sendiri, namun  dimaksudkan dan diserah-

kan-Nya kepada para pengikut-Nya yang setia. sesudah  

dipertimbangkan dengan baik dan diterima sepenuhnya, Ia 

seakan membuat tagihan kepada perbendaharaan sorga 

melalui janji ini, dan tagihan ini yang harus kita kemuka-

kan melalui doa. Dalam nama-Nya kita dapat meminta hal 

yang telah dibayar lunas dan dijanjikan itu, sesuai dengan 

tujuan sejati Kovenan Baru itu. Kristus telah menjanjikan 

pencerahan oleh Roh, namun  mereka harus berdoa untuk 

itu, dan mereka melakukannya (Kis. 1:14). Untuk hal inilah 

diajukan permintaan kepada Allah. Ia telah menjanjikan 

mereka kesempurnaan sesudah ini, namun  sementara itu, 

apa yang harus mereka lakukan? Mereka harus terus ber-

doa. Keberhasilan sempurna disimpan untuk negeri per-

hentian kita kelak, sedangkan meminta dan menerima me-

rupakan penghiburan di tanah perziarahan kita ini. 

2.  Di sini diberikan ajakan kepada mereka untuk mengajukan 

permohonan. Sudah menjadi anggapan bahwa cukuplah bila 

orang-orang besar bersedia memberi kesempatan untuk berbi-

cara, namun  Kristus mengajak kita untuk mengajukan permin-

taan (ay. 24). 

(1) Ia mengamati perilaku mereka sampai saat itu, Sampai se-

karang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku.  

Hal ini merujuk: 

[1] Pada masalah doa mereka: “Kamu belum meminta se-

suatu yang pantas, sesuatu yang boleh kamu minta dan 

akan kamu minta saat Roh dicurahkan.” Lihatlah be-

tapa dermawannya Yesus Tuhan kita, melebihi segala 

dermawan. Ia memberi dengan limpah dan sama sekali 

tidak mencela kita sebab  seringnya dan besarnya 

anugerah yang diberikan-Nya. Ia justru menegur kita 

sebab  jarang dan sempitnya permintaan kita: “Kamu 

belum meminta sesuatu pun jika dibandingkan dengan 

apa yang kamu inginkan dan apa yang hendak Kuberi-

kan serta janjikan.” Kita diminta untuk membuka mulut 

lebar-lebar. Atau, 

[2]  Pada nama yang mereka gunakan saat  berdoa. Mere-

ka sudah sering kali memanjatkan doa, namun belum 

pernah di dalam nama Kristus seperti yang sekarang 

disuruhkan-Nya kepada mereka. Ini disebab kan saat  

itu Ia belum mempersembahkan korban agung yang 

membuat doa kita diterima. Saat itu juga Ia belum me-

lakukan tugas pengantaraan-Nya bagi kita. Hal-hal ini-

Injil Yohanes 16:23-27 

 1123 

lah yang mengharumkan semua ibadah kita sehingga 

memampukan kita berdoa dalam nama-Nya. Sampai 

saat itu mereka telah mengusir setan dan menyembuh-

kan penyakit dalam nama Kristus sebagai raja dan 

nabi, namun  belum dapat berdoa dalam nama-Nya seba-

gai imam. 

(2) Ia mengharapkan mereka melakukan hal ini di kemudian 

hari: Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuh-

lah sukacitamu.  

Di sini: 

[1]  Ia mengarahkan mereka untuk meminta segala sesuatu 

yang mereka perlukan dan yang telah Ia janjikan. 

[2]  Ia meyakinkan mereka bahwa mereka akan menerima. 

Apa yang kita minta berdasarkan kasih karunia akan 

diberikan Allah dengan murah hati: Kamu akan mene-

rima. Di dalam hal ini ada  lebih daripada sekadar 

janji bahwa Ia akan memberi nya. Dia bukan saja 

akan memberi nya, namun  memberi supaya kita me-

nerimanya, memberi  penghiburan dan manfaatnya, 

suatu hati untuk menikmatinya (Pkh. 6:2) 

[3]  Supaya dengan demikian penuhlah sukacita mereka. 

Hal ini menunjukkan, 

Pertama, hasil yang penuh berkat dari doa yang lahir 

dari iman.  Hasil ini turut melengkapi sukacita dalam 

iman. Jika kita ingin agar supaya sukacita kita penuh, 

sepenuh yang dapat terjadi di dunia ini, kita harus ber-

tekun dalam doa. saat  kita diminta untuk bersukacita 

senantiasa, kita diminta untuk segera sesudah itu tetap 

berdoa. Lihatlah betapa tinggi sasaran yang harus kita 

tuju dalam doa – bukan saja pada damai sejahtera, 

namun  juga sukacita, sukacita berlimpah-limpah. Atau, 

Kedua, hasil penuh berkat dari jawaban damai se-

jahtera: “Mintalah, maka kamu akan menerima hal yang 

akan memenuhi kamu dengan segala sukacita.” Pem-

berian Allah melalui Kristus mengisi perbendaharaan 

jiwa dengan sukacita (Ams. 8:21). “Mintalah karunia 

Roh Kudus, dan kamu akan menerimanya, sementara 

pengetahuan lain hanya memperbanyak kesedihan (Pkh. 


 1124

1:18). Pengetahuan yang diberikan-Nya akan bertambah 

dan memenuhi kamu dengan sukacita.” 

3.  Di sini ada  dasar yang dapat mereka harapkan bahwa doa 

mereka akan berhasil (ay. 26-27), yang diringkas oleh Rasul 

Yohanes (1Yoh.2:1): “Kita mempunyai seorang pengantara pada 

Bapa.” 

(1) Kita mempunyai seorang pengantara, atau pembela. Me-

ngenai hal pengantaraan ini, saat itu Kristus melihat alas-

an untuk tidak bersikeras membicarakan hal ini, sebab  Ia 

mau menekankan ucapan berikut-Nya ini: “Tidak Aku kata-

kan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa. 

Seandainyapun Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa 

Aku akan menjadi pengantara bagimu, tidak berusaha 

memohonkan semua yang kamu minta, paling tidak kamu 

boleh merasa terhibur bahwa Aku telah membangun suatu 

hubungan di antara kamu dan Allah, telah menegakkan 

takhta anugerah, dan mengkhususkan untukmu suatu 

jalan yang baru dan yang hidup ke tempat yang kudus.” Ia 

berbicara seolah-olah mereka tidak membutuhkan perto-

longan apa-apa lagi, sebab  Ia telah meminta Roh Kudus 

menjadi pengantara mereka, sebagai Roh yang berseru, ya 

Abba, ya Bapa, seakan-akan mereka sekarang tidak me-

merlukan Dia lagi untuk berdoa bagi mereka. namun  kita 

akan mendapati bahwa Ia berbuat lebih banyak bagi kita 

daripada yang pernah dikatakan-Nya. Perbuatan manusia 

sering kali tidak seperti yang dijanjikannya, namun  Kristus 

justru berbuat lebih banyak daripada yang dijanjikan-Nya. 

(2) Kita berurusan dengan seorang Bapa, dan ini sungguh 

membesarkan hati: “Sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, 

philei hymas, Dia yaitu  seorang sahabat bagimu dan tidak 

ada sahabat yang lebih baik dari Dia.” Perhatikanlah, mu-

rid-murid Kristus yaitu  kesayangan Allah juga. Kristus 

bukan saja mengalihkan murka Allah dari kita dan mem-

bawa kita ke dalam kovenan perdamaian serta pemulihan 

hubungan, namun  juga mendapatkan perkenanan-Nya bagi 

kita serta membawa kita ke dalam kovenan persahabatan. 

Perhatikanlah bagaimana penekanan diberikan pada ke-

nyataan ini, bahwa “Bapa sendiri mengasihi kamu. Sekali-

Injil Yohanes 16:23-27 

 1125 

pun Ia yaitu  Bapa yang sempurna bahagia dalam menik-

mati diri-Nya sendiri, di mana kasih yang ada dalam diri-

Nya sungguh adil dan sungguh terpuji, namun Ia berkenan 

mengasihi kamu.” Bapa itu sendiri, yang perkenanan-Nya 

telah kamu hancurkan, yang murka-Nya telah kamu bang-

kitkan, dan yang dengan siapa kamu membutuhkan se-

orang pengantara atau pembela, Dia sendiri yang sekarang 

mengasihi kamu.  

Perhatikanlah: 

[1] Mengapa Bapa mengasihi murid-murid Kristus: sebab  

kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku 

datang dari Allah. Artinya, sebab  kamu memang mu-

rid-murid-Ku: bukan seolah-olah kasih itu berawal dari 

pihak mereka, melainkan sebab  melalui anugerah-Nya 

Ia telah membentuk di dalam diri kita kasih terhadap 

diri-Nya sehingga Ia sangat senang dengan karya ta-

ngan-Nya sendiri.  

Perhatikanlah di sini: 

Pertama, seperti apa watak murid-murid Kristus. 

Mereka mengasihi Dia sebab  mereka percaya bahwa 

Dia datang dari Allah, bahwa Dia yaitu  Anak Tunggal 

Bapa dan wakil-Nya di dunia. Perhatikanlah, iman 

kepada Kristus bekerja melalui kasih terhadap Dia (Gal. 

5:6). Jika kita percaya bahwa Dia yaitu  Anak Allah, 

tidak bisa tidak kita akan mengasihi Dia yang memang 

patut dikasihi, dan jika kita percaya bahwa Dia yaitu  

Juruselamat kita, tidak bisa tidak kita akan mengasihi 

Dia yang paling berbaik hati kepada kita. Perhatikanlah 

bagaimana Kristus dengan rasa hormat berbicara ten-

tang kasih para murid terhadap diri-Nya, dan betapa Ia 

sangat senang menerima kasih mereka itu. Ia mengata-

kan bahwa kasih mereka itulah yang membuat mereka 

mendapat perkenanan Bapa. “Kamu telah mengasihi 

Aku dan percaya kepada-Ku saat  dunia membenci 

dan menolak Aku, dan kamu pun akan dibedakan.” 

Kedua, perhatikanlah keuntungan apa yang diper-

oleh murid-murid Kristus yang setia. Bapa mengasihi 

mereka, dan itu sebab  mereka mengasihi Kristus. Bapa 

begitu berkenan kepada-Nya hingga Ia juga berkenan 

kepada sahabat-sahabat Kristus. 

[2] Betapa hati mereka dikuatkan dalam doa. Mereka tidak 

perlu segan-segan menghampiri Dia yang mengasihi 

dan memberkati mereka. 

Pertama, hal ini memperingatkan kita untuk tidak 

berpikiran buruk tentang Allah. Waktu kita diajar un-

tuk berdoa memohon kebaikan dan pengantaraan Kris-

tus, ini bukanlah berarti seolah-olah semua kebaikan 

hanya ada  di dalam diri Kristus semata, sedangkan 

di dalam Allah hanya ada  angkara murka semata. 

Tidak, bukan begitu maksudnya. Kasih dan kehendak 

baik Bapa menetapkan Kristus untuk menjadi Pengan-

tara. sebab  itu, kita ini berutang kepada belas kasihan 

Allah atas jasa Kristus itu, sebab  Allahlah yang mem-

berikan Kristus bagi kita. 

Kedua, biarlah hal ini membuat kita gembira dan 

memperkuat pikiran-pikiran yang baik tentang Allah. 

Orang-orang percaya yang mengasihi Kristus sudah 

seharusnya tahu bahwa Allah mengasihi mereka, dan 

oleh sebab itu berani menghampiri Dia seperti anak-

anak menghampiri Bapa yang penuh kasih sayang.  

Pengungkapan Kristus Perihal Diri-Nya 

(16:28-33) 

28 Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan 

dunia pula dan pergi kepada Bapa.” 29 Kata murid-murid-Nya: “Lihat, seka-

rang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. 30 

Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak 

perlu orang bertanya kepada-Mu. sebab  itu kami percaya, bahwa Engkau 

datang dari Allah.” 31 Jawab Yesus kepada mereka: “Percayakah kamu seka-

rang? 32 Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-

beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku 

seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. 33 

Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera 

dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, namun  kuatkanlah 

hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” 

Di sini ada  dua hal yang digunakan Kristus untuk menghibur 

murid-murid-Nya:

I.  Dengan kepastian bahwa meskipun Ia akan meninggalkan dunia, 

Ia kembali kepada Bapa-Nya, yang dari-Nya Ia datang (ay. 28-32).  

Di sini kita mendapati: 

1. Pernyataan yang jelas dan langsung mengenai pengutusan 

Kristus dari Bapa, dan kembalinya Dia kepada Bapa (ay. 28): 

Aku datang dari Bapa dan Aku, seperti yang kamu lihat, 

datang ke dalam dunia. Sekarang Aku meninggalkan dunia 

pula, dan seperti yang akan segera kamu lihat, pergi kepada 

Bapa. Inilah kesimpulan dari semuanya. Tidak ada yang lebih 

ditanamkan oleh-Nya di dalam hati mereka kecuali kedua hal 

ini – dari mana Dia datang, dan ke mana Ia akan pergi, yakni 

Alfa dan Omega dari rahasia ibadah (1Tim. 3:16), bahwa Sang 

Penebus saat  datang, yaitu  Allah yang menyatakan diri-

Nya dalam rupa manusia, dan saat  pergi, telah diangkat 

dalam kemuliaan. 

(1)  Di sini ada  dua kebenaran, 

[1]  Yang disingkat dalam beberapa kata. Ringkasan singkat 

mengenai pengajaran Kristen sangat bermanfaat bagi 

para pemula. Bagaikan berkas-berkas sinar matahari 

yang terpusat di kaca yang kena sinar, dasar-dasar fir-

man Allah yang dirangkai ke dalam pengakuan iman 

dan katekismus menyalurkan terang dan panas ilahi 

dengan kuat. Dengan demikian, kita memperoleh ba-

nyak dalam sedikit (Ayb. 28:28; Pkh. 12:13; 1Tim. 1:15; 

Tit. 2:11-12; 1Yoh. 5:11). 

[2] Yang diperbandingkan dan saling diperhadapkan. Di 

dalam kebenaran-kebenaran ilahi ada  keselarasan 

mengagumkan, dan keduanya saling menguatkan dan 

menggambarkan satu sama lain. Kedatangan dan ke-

pergian Kristus pun seperti itu. Kristus telah memuji 

murid-murid-Nya sebab  mereka percaya bahwa Ia da-

tang dari Allah (ay. 27), dan sesudah itu memberi  

kesimpulan tentang betapa penting dan wajarnya bila Ia 

kembali kepada Allah, sehingga dengan demikian mere-

ka tidak perlu menganggap kepergian-Nya itu sebagai 

sesuatu yang aneh atau menyedihkan. Perhatikanlah, 

kalau kita manfaatkan dengan baik apa yang kita keta-

hui dan akui, itu akan membantu kita untuk mema-

hami sesuatu yang tampak sulit dan meragukan. 

(2)  Jika kita bertanya dari mana asalnya Sang Penebus, dan 

ke mana Ia pergi, kita diberi tahu, 

[1] Bahwa Ia datang dari Bapa, yang menguduskan dan 

memeteraikan Dia. Ia datang ke dunia ini, dunia yang 

lebih rendah, dunia umat manusia, dan melalui penjel-

maan-Nya Ia menyatu di antara mereka. Di situlah Ia 

harus menjalankan tugas dan ke situlah Ia datang un-

tuk melaksanakannya. Ia meninggalkan rumah-Nya un-

tuk hidup di negeri yang asing, meninggalkan istana-

Nya untuk tinggal di pondok ini. Benar-benar sikap 

merendahkan diri yang luar biasa! 

[2]  Bahwa sesudah  menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi, Ia 

meninggalkan dunia dan kembali kepada Bapa-Nya 

pada saat kenaikan-Nya ke sorga. Ia bukannya diusir 

pergi, melainkan atas kehendak sendirilah Ia mening-

galkan dunia, untuk tidak kembali sampai Ia datang 

untuk mengakhirinya. Namun, secara roh ia tetap hadir 

bersama jemaat-Nya, sampai pada kesudahannya. 

2.  Rasa puas para murid mendengar pernyataan ini (ay. 29-30): 

Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata. Sepertinya, 

perkataan Kristus yang ini lebih bermanfaat bagi mereka di-

banding yang lain, meskipun telah cukup sering Ia menyam-

paikan banyak hal yang pantas mereka pegang teguh. Roh, 

seperti angin, bertiup ke sana kemari, dan melalui perkataan 

apa pun yang disukai-Nya. Perkataan-Nya mungkin yang su-

dah pernah disampaikan satu kali, bahkan dua kali, namun  be-

lum dipahami dengan jelas, namun  sebab  sering diulang-

ulang, akhirnya tertanam juga. Ada dua kemajuan yang mere-

ka hasilkan  melalui perkataan ini: 

(1) Dalam pengetahuan: Lihat, sekarang Engkau terus terang 

berkata-kata. saat  mereka belum memahami apa yang 

dikatakan-Nya, mereka tidak berkata, Lihat, sekarang Eng-

kau berkata-kata dengan tidak jelas, seolah-olah memper-

salahkan Dia. namun  sekarang sesudah  mereka memahami 

artinya, mereka memberi  kemuliaan bagi-Nya sebab  

merendahkan diri sesuai kemampuan mereka: Lihatlah, 

sekarang Engkau terus terang berkata-kata. Kebenaran-ke-

benaran ilahi paling berpeluang membawa manfaat jika   

disampaikan dengan terus terang (1Kor. 2:4). Perhatikanlah 

bagaimana mereka bersorak, seperti yang dilakukan ahli 

matematika dengan seruan heurēka, heurēka, saat  mene-

mukan jawaban yang sudah lama dicarinya: Aku telah me-

nemukannya, aku telah menemukannya. Perhatikanlah, 

Kristus senang berbicara terus terang kepada jiwa kita dan 

membawa kita memandang kemuliaan-Nya dengan terbu-

ka. Kita mempunyai alasan untuk bersukacita sebab  ini. 

(2)  Dalam iman: Sekarang kami tahu.  

Perhatikanlah: 

[1] Ada apa dengan iman mereka: Kami percaya bahwa 

Engkau datang dari Allah. Ia telah berkata (ay. 27) bah-

wa mereka mempercayai hal ini. “Tuhan,” (kata mereka) 

“kami percaya dan mempunyai alasan untuk memper-

cayainya. Kami tahu bahwa kami mempercayainya dan 

menerima penghiburan darinya.” 

[2] Alasan iman mereka – kemahatahuan-Nya. Ini mem-

buktikan bahwa Dia yaitu  guru yang berasal dari 

Allah dan lebih dari sekadar seorang nabi, bahwa Ia 

tahu segala sesuatu. Melalui hal ini mereka diyakinkan 

bahwa Ia menghapus keraguan yang tersembunyi di 

dalam hati mereka dan menjawab keberatan-keberatan 

yang belum mereka akui. Perhatikanlah, orang-orang 

yang mengenal Kristus dari pengalaman sendiri dan 

bisa berkata tentang kuasa-Nya, kuasa-Nya bekerja di 

dalam diriku, dan tentang kasih-Nya, Dia mengasihiku, 

mereka inilah yang paling mengenal-Nya. Hal ini mem-

buktikan bahwa Kristus bukan saja menerima peng-

utusan ilahi, namun  juga seorang pribadi ilahi. Dia mam-

pu melihat pikiran dan isi hati orang, dan sebab  itu 

Dia sungguh Sang Firman yang hakiki dan kekal (Ibr. 

4:12-13). Ia memberitahukan kepada semua jemaat 

bahwa Ia menguji batin dan hati orang (Why. 2:23). Hal 

ini meneguhkan hati murid-murid ini, sama seperti ke-

san pertama yang dirasakan perempuan Samaria itu, 

bahwa Kristus mengatakan kepadanya segala sesuatu 

yang telah dia perbuat (4:29), dan juga Natanael, sebab  

Kristus melihat dia di bawah pohon ara (1:48-49). 

Kata-kata “dan tidak perlu orang bertanya kepada-

Mu” dapat berbicara tentang, 

Pertama, kepiawaian Kristus dalam mengajar. Ia 

mencegah kita dengan pengajaran-Nya, menyampaikan 

tentang segala harta hikmat dan pengetahuan yang ter-

sembunyi di dalam diri-Nya, dan tidak perlu didesak-

desak untuk mengajar. Atau, 

Kedua, kemampuan-Nya untuk mengajar: “Kamu 

tidak perlu, seperti yang dilakukan guru-guru lain, un-

tuk diberitahukan mengenai keragu-raguan murid-

murid-Mu, sebab  tanpa diberitahukan pun Engkau 

tahu apa yang menjadi sandungan bagi mereka.” Guru-

guru terbaik hanya dapat menjawab apa yang diucap-

kan, sedangkan Kristus mampu menjawab apa yang 

dipikirkan, apa yang takut kita tanyakan, seperti yang 

dialami para murid (Mrk. 9:32). Dengan demikian Ia 

dapat mengerti (Ibr. 5:2).  

3.  Teguran lembut yang disampaikan Kristus kepada murid-mu-

rid-Nya perihal keyakinan mereka bahwa mereka sekarang 

telah memahami Dia (ay. 31-32). Saat melihat betapa gembira-

nya para murid dengan pencapaian mereka, Ia berkata, “Per-

cayakah kamu sekarang? Apakah kamu sekarang memandang 

dirimu sebagai murid yang sudah maju dan diteguhkan? Apa-

kah kamu sekarang berpikir bahwa kamu tidak akan melaku-

kan kesalahan lagi? Alamak! Hati-hati, kamu tidak mengenal 

kelemahanmu sendiri. Tidak lama lagi kamu akan diceraiberai-

kan masing-masing,” dst.  

Di sini kita melihat: 

(1) Sebuah pertanyaan yang dimaksudkan untuk membuat 

mereka merenung: Percayakah kamu sekarang? 

[1] “Jika sekarang kamu percaya, mengapa kamu tidak 

percaya sejak dulu? Bukankah kamu sudah sering 

mendengarnya sebelum ini?” Orang-orang yang akhir-

nya baru percaya sesudah  sering diajar dan diajak, pan-

tas merasa malu sebab  telah menunda begitu lama. 

[2] “Jika sekarang kamu percaya, mengapa kamu tidak 

percaya untuk seterusnya? saat  pencobaan itu da-

tang, di manakah imanmu?” Selama iman kita tidak 

tetap, ada alasan untuk mempertanyakan kesungguhan 

iman itu, “Apakah kita benar-benar percaya?” 

(2) Nubuatan perihal kejatuhan mereka. Sebesar apa pun 

keyakinan mereka tentang keteguhan hati mereka, tidak 

lama lagi mereka semua akan meninggalkan Dia. Hal ini 

terjadi pada malam itu juga, pada waktu para pengawal 

menyergap mereka, semua murid itu meninggalkan Dia dan 

melarikan diri (Mat. 26:56). Mereka tercerai-berai, 

[1] Dari satu dengan lainnya. Masing-masing mencari sela-

mat sendiri tanpa memedulikan yang lain. Bagi masya-

rakat Kristen, masa-masa sukar membuat mereka ter-

cerai-berai. Di hari yang berkabut dan gelap itu domba-

domba Kristus tercerai-berai (Yeh. 34:12). Begitu pula 

halnya dengan Kristus, sebagai suatu masyarakat, tidak 

jelas tampaknya. 

[2] Tercerai-berai sebab  Dia: Kamu meninggalkan Aku se-

orang diri. Mereka seharusnya menjadi saksi bagi-Nya 

saat Ia diadili, dan melayani Dia di tengah penderitaan-

Nya. Kalaupun mereka tidak mampu menghibur Dia, 

setidaknya mereka bisa mengatakan suatu penghargaan 

mengenai Dia. Namun, mereka justru malu sebab  Ia 

dirantai, dan takut ikut menanggung penderitaan-Nya, 

sehingga meninggalkan Dia. Perhatikanlah, banyak 

yang bermaksud baik ditinggalkan saat  musuh datang 

menyusahkan. Murid-murid yang tetap tinggal bersama-

sama dengan Kristus dalam segala pencobaan, sekarang 

justru meninggalkan-Nya. Orang-orang yang mengha-

dapi pencobaan tidak selalu terbukti setia. Jika suatu 

waktu kita mendapati teman-teman kita bersikap tidak 

baik kepada kita, biarlah kita ingat bahwa Kristus pun 

diperlakukan seperti itu. Waktu mereka meninggalkan 

Dia, mereka tercerai-berai masing-masing ke tempatnya 

sendiri. Bukan ke harta milik atau tempat tinggal mere-

ka sendiri yang berada di Galilea, melainkan ke teman-

teman dan kenalan masing-masing di Yerusalem. Setiap 

orang mengikuti jalannya sendiri yang dianggapnya pa-

ling aman. Tiap orang menyelamatkan diri dan nyawa 

sendiri. Perhatikanlah, orang-orang yang mencari kepen-

tingannya sendiri lebih daripada kepentingan Kristus 

dan menganggap hal-hal duniawi sebagai ta idia – milik 

mereka sendiri dan menjadi larut dengannya, tidak 

akan berani menderita demi agama yang mereka anut. 

Perhatikanlah di sini: 

Pertama, Kristus tahu sebelumnya bahwa murid-

murid-Nya akan meninggalkan-Nya di saat yang gen-

ting, namun  Ia tetap bersikap lembut terhadap mereka 

dan sama sekali tidak berlaku jahat terhadap mereka. 

Kita mudah berkata tentang orang lain, “Seandainya 

saja kami tahu lebih dulu bahwa mereka tidak tahu 

berterima kasih, kami