edakan luar biasa
dalam penerjemahan yang mengalir dalam Dinasti Abbasiyah sepertinya
37 Keindahan Baghdad
seiring dengan amanat Nabi Muhammad untuk ”menuntut ilmu ke mana
saja bahkan sampai ke negeri Cina.” Dan Baghdad, dengan kombinasi
kekayaan dan warga kosmopolitannya yang luar biasa yang didapatkan
dari penyebaran Islam, menjadi tempat yang sempurna. Bisnis terjemah-
an juga bisa menghasilkan banyak uang. Kakak beradik Bani Musa yang
terkenal rupanya bersedia membayar para penerjemah 500 dinar setiap
bulannya—zaman sekarang sama dengan 24.000 poundsterling—dan orang
yang kaya raya harus membayar lebih banyak lagi untuk mendapatkan
terjemahan karya ilmiah Aristoteles untuk koleksi pribadinya. Harga itu
benar-benar mereka bayar.
Pergerakan penerjemahan dimulai dengan lambat di zaman khalifah
al-Mahdi (775–86) dan Harun ar-Rasyid (786–809) tetapi meningkat
pesat di bawah masa al-Ma’mun. Dalam waktu singkat, naskah kuno
langsung membanjiri Baghdad (dan juga Basrah) siap untuk memenuhi
permintaan yang muncul. Kebanyakan berbahasa Yunani, tetapi ada juga
yang datang dari Persia, India, dan bahkan Cina. Al-Ma’mun dan para
elite kaya mengirimkan orang untuk menemukan arsip-arsip itu. Sebuah
cerita yang diragukan kebenarannya mengungkapkan sebuah misi ke
Byzantium, ketika setelah berusaha keras para pemburu naskah berhasil
mendapatkan informasi bahwa mereka mungkin akan menemukan naskah
Yunani terkunci di gereja tua. Saat akhirnya bisa masuk ke dalam gereja,
mereka menemukan banyak hasil karya cendekiawan Yunani dalam kon-
disi rapuh, diselimuti debu dan sarang laba-laba bahkan membusuk akibat
jamur. Beberapa arsip yang akan diterjemahkan ditemukan dari misi-misi
resmi seperti ini. Tidak diragukan lagi bahwa yang lainnya dibawa ke
Baghdad oleh mereka yang bersemangat mencari uang di pasar yang se-
dang berkembang pesat ini.
Banyak penerjemah bukan orang Arab atau bahkan bukan Muslim
tetapi dari berbagai agama dan bahasa yang berbeda, yang dibawa oleh
ekspansi besar-besaran dunia Islam. Banyak di antaranya adalah orang
Yunani di kekaisaran Byzantium lama. Dan banyak juga cendekiawan
Kristen yang berbicara dan bisa menulis dalam bahasa Syria, sebuah ben-
tuk bahasa Aramaic, bahasa asli Injil dan diadopsi oleh banyak orang
Kristen di bagian timur antara abad ke-4 dan 8. Banyak dari buku-buku
itu awalnya diterjemahkan ke dalam bahasa Syria dan baru ke bahasa
38 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Arab dalam proses dua langkah. Memang, beberapa karya Yunani, seperti
Aristoteles sudah tersedia dalam bahasa Syria. Sebelum menerjemahkan
besar karya Aristoteles ke bahasa Arab, penerjemahan Syria beragama
Kristen menceritakan tentang bagaimana bahasa Arabnya dikoreksi oleh
atasannya, al-Kindi2.
Pabrik Bahasa
Penulis Yunani merupakan sasaran utama walaupun buku dari bahasa
lain—seperti dari Asia Selatan—juga diterjemahkan. Jenis buku yang
diterjemahkan sangat banyak. Namun pada dasarnya hampir semuanya
adalah buku ilmu pengetahuan dan bukan karya sastra. Di puncak daftar
adalah topik yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari—buku
kedokteran seperti yang ditulis oleh Galenos dan Hippokrates yang ter-
kenal, buku matematika seperti Stoikhia (Elemen) tulisan Euklides dan
buku astronomi Almagest3 karya Ptolemeus. (Mengapa astronomi sangat
penting bagi kehidupan sehari-hari umat Muslim akan dijelaskan di Bab
9). Filsafat juga topik yang banyak dicari, khususnya karya Aristoteles
dan Plato.
Yang membuat cendekiawan di zaman modern cukup terkejut adalah
kecepatan para penerjemah Abbasiyah belajar menerjemahkan berbagai
buku teknis ini dengan akurat dan fasih. Hal ini telah menimbulkan pen-
dapat bahwa para penerjemah itu sudah sangat akrab dengan topik yang
diterjemahkannya. Para penerjemah berasal dari banyak negara, dan juga
mungkin mencakup orang Persia yang sudah lama akrab dengan astro-
nomi.
Para penerjemah menghadapi tantangan yang sangat besar untuk mene-
2Mungkin hal yang cukup mengejutkan adalah umat Kristen dan Muslim menemukan
bahwa mereka memiliki pandangan yang sama saat menerjemahkan bahasa Yunani.
Baik Kristen dan Muslim meyakini satu Tuhan; para ilsuf Yunani adalah penyembah
berhala yang memuja banyak dewa, atau tidak mengakui keberadaan dewa. Jadi seringkali
penerjemah Kristen dan Muslim akan menyesuaikan buku Yunani dalam cara yang sama
untuk membuatnya lebih mudah dipahami bagi pembacanya.
3”Almagest” adalah transliterasi Latin dari nama Arab untuk buku Ptolemeus, yang
diterjemahkan sebagai ”terhebat.”
39 Keindahan Baghdad
mukan kata-kata dalam bahasa Arab yang sepadan dengan berbagai istilah
teknis dari buku asalnya namun mereka sangat kreatif dalam menemukan
solusi dan dalam waktu singkat telah ditemukan kosa kata teknis yang
canggih dalam bahasa Arab. Peter Pormann dari Warwick University me-
nunjukkan contoh bagaimana istilah Arab muncul. Misalkan penyakit
alopecia mendapatkan nama Yunaninya karena mirip dengan penyakit
kudis pada rubah, yaitu alopek dalam bahasa Yunani. Jadi penerjemah
Arab menyebutnya ”penyakit rubah” dalam bahasa Arab.
Menurut al-Safadi para penerjemah di abad ke-14 memiliki dua pen-
dekatan dasar. Salah satunya hariah, di mana buku diterjemahkan kata
demi kata, mencoba untuk menemukan persamaannya dalam bahasa Arab.
Pendekatan kedua adalah penerjemah mencoba menyampaikan maksud
dan arti yang diinginkan penulis. Al-Safadi menunjukkan bagaimana
penerjemahan hariah itu seringkali tidak bisa dimengerti dan hasil yang
jauh lebih baik diraih dengan pendekatan kedua yang dipelopori oleh
Hunayn, yang menjadi salah satu penerjemah terkenal.
Hunayn: Sang Dokter
Hunayn adalah penganut Kristen dan setelah perdebatannya dengan dok-
ter negara dia pergi ke Byzantium untuk mempelajari bahasa Yunani dan
Syria. Saat kembali ke Baghdad beberapa tahun kemudian, usianya masih
tujuh belas tahun, dia ditugaskan oleh pejabat negara untuk menerjemah-
kan buku karya Galen. Orang-orang di zaman selanjutnya berutang paling
banyak kepada Hunayn atas terselamatkannya sedemikian banyaknya ha-
sil karya Galen, buku ilmu kedokteran hebat yang pertama dan menjadi
dasar banyak ilmu kedokteran selama 1.000 tahun setelahnya.
Namun, Hunayn tidak puas hanya menerjemahkan. Dia seorang dok-
ter dan saat melihat kekurangan dalam pekerjaan Galen, dia mengem-
bangkannya. Dia membuat berbagai tambahan penting terhadap karya
Galen dalam anatomi mata dan gambar-gambar yang dibuatnya adalah
ilustrasi ilmiah yang sangat jelas sehingga menjadi monumen hasil karya
ilmuwan Islam dan menjadi salah satu buku sains terbaik sampai saat ini.
Hunayn juga menuliskan ringkasan singkat karya Galen dalam bentuk
40 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
tanya-jawab yang merupakan salah satu buku ilmiah Arab pertama yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-11 dan menjadi panduan
kedokteran yang paling penting selama beberapa abad setelahnya.
Hunayn tidak disukai orang banyak tetapi terjemahannya membuat-
nya sangat kaya dan dihormati. Salah seorang pengamat di zamannya
menggambarkan gaya hidupnya:
Dia pergi mandi setiap hari setelah pulang dan memerintahkan air dituangkan
ke atas tubuhnya. Dia kemudian keluar dengan memakai jubah mandi dan,
setelah menyesap segelas anggur dengan sepotong biskuit, berbaring sampai
berhenti mengeluarkan keringat. Kadang-kadang dia jatuh tertidur. Kemudian
dia bangkit, membakar parfum untuk mengasapi tubuhnya dan meminta ma-
kanan disajikan di dalam kamarnya.
Walaupun gaya hidupnya santai dan mewah, dia masih menemukan
waktu untuk menghasilkan karya tulis yang luar biasa banyaknya. Dia juga
menjadikan penerjemahan menjadi semacam bisnis keluarga dan baik
keponakannya Hubaysh serta putranya Ishak menjadi penerjemah yang
terkemuka.
Qusta dan abit
Selain Hunayn dan keluarganya, penerjemah terkenal Abbasiyah lainnya
termasuk Qusta bin Luqa, arti namanya Konstantin, putra Lukas. Lainnya
adalah Tsabit bin Qurrah, si orang Shabiin. Komunitas Shabiin adalah
penganut politeisme yang tinggal di perbatasan yang kini menjadi bagian
Turki dan sangat akrab dengan bahasa Yunani, Syria, dan Arab, sehingga
banyak yang menjadi penerjemah. Namun Tsabit hanyalah pemuda yang
bekerja menukar uang di kota kecil Harran sampai salah satu dari kakak
beradik Bani Musa melihat bakatnya pada saat pulang berburu buku di
Byzantium.
Latar belakang Tsabit dalam penukaran uang jelas bermanfaat baginya
dan dia menjadi terkenal karena penerjemahan buku matematika dan
astronomi dari bahasa Yunani. Namun seperti banyak penerjemah Arab,
dia tidak hanya menerjemahkan saja. Penerjemahan menjadi titik awal
41 Keindahan Baghdad
untuk mengemukakan pemikirannya sendiri. Salah satu masalah mate-
matika yang terkenal yang berhubungan dengan Tsabit adalah masalah
papan catur, sebagai contoh rangkaian eksponensial.
Masalahnya seperti berikut. Orang yang menciptakan catur telah
membuat sang raja senang sehingga sang raja menanyakan hadiah apa
yang diinginkan olehnya. Pria itu menjawab tidak menginginkan apa
pun kecuali sebutir gandum untuk kotak pertama papan catur, dua di
kotak kedua, empat di kotak ketiga, delapan di kotak keempat, dan sete-
rusnya. Sang raja sepertinya bahagia dengan permintaan yang terlihat
sederhana tersebut. Tetapi tentu saja penggandaan itu berarti jumlah
butir gandum yang diminta olehnya sangatlah besar. Ahli matematika sa-
ngat menyukai masalah ini, dan al-Biruni kelak menghitung jawabannya
adalah sebesar 18.446.744.073.709.551.615 butir (atau sekitar 8,5 juta
triliun butir gandum.)
Al-Kindi
Sesepuh dunia penerjemahan Abbasiyah pada awalnya adalah Yakub bin
Ishak al-Kindi. Al-Kindi bukanlah penerjemah tetapi kepala kelompok
penerjemah terkenal yang bekerja untuk sang khalifah. Ahli sejarah abad
ke-10 Ibnu al-Nadim mengingat bagaimana al-Kindi disebut Filsuf Arab,
”seorang yang unik karena pengetahuannya yang luas akan semua ilmu
pengetahuan kuno.”
Al-Kindi seorang Muslim tetapi dia juga menghabiskan banyak waktu-
nya menghadapi berbagai masalah dalam merekonsiliasi agama dan me-
nyediakan dasar ilosois untuk kehidupan intelektual Islam. Istilah masa
kini untuk seorang seperti dia adalah rasionalis. Dia juga menulis sejum-
lah risalat yang mengungkapkan apa yang dianggapnya sebagai tipuan da-
lam astrologi dan kekuatannya, juga alkimia dengan janjinya untuk meng-
ubah logam biasa menjadi emas. Keyakinannya akan kekuatan logika
dan keinginannya untuk mencari jawaban di mana pun, termasuk dari
buku berbahasa Yunani membuatnya menghadapi kesulitan dengan para
penguasa Baghdad, tetapi dia selalu mendapatkan penghargaan tinggi di
abad-abad setelahnya. Dia menuliskan:
42 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Kita seharusnya tidak merasa malu untuk menghargai kebenaran dan men-
dapatkannya dari mana pun, bahkan bila hal itu berasal dari bangsa yang jauh
dan negara yang berbeda dengan kita. Tidak ada yang lebih dihargai pencari
kebenaran melainkan kebenaran itu sendiri dan tidak ada keburukan dari
kebenaran atau meremehkan seseorang yang berbicara atau menyampaikan
kebenaran itu.
Namun berdasarkan cerita yang kita dapatkan, dapat disimpulkan bahwa
dia bukanlah orang yang mudah diajak bicara. Dia terkenal mudah marah
dan penulis al-Jahiz telah mengecamnya dalam Kitab al-Bukhala (Kitab
Orang-orang Kikir). Salah satu cerita yang disajikan al-Jahiz menggam-
barkan tentang salah satu penyewa rumah al-Kindi yang cukup bodoh
untuk bertanya apakah dia boleh membawa seseorang untuk menginap
bersamanya. Dengan cepat al-Kindi langsung menaikkan harga sewa sampai
sepertiganya. Mungkin saja karena sikapnya yang sangat angkuh itu yang
menyebabkan kakak beradik Bani Musa menyita perpustakaan pribadinya
walaupun akhirnya dia mendapatkannya kembali. Al-Kindi diberitakan
pernah dipukuli oleh orang-orang yang dibuatnya tersinggung.
Cendekiawan Multidisiplin yang Pertama
Al-Kindi adalah orang yang berbahasa Arab, dari keluarga bangsawan
yang tinggal di Kufah setelah penaklukan. Dia diyakini telah menulis
banyak buku walaupun bukan hanya kuantitasnya yang membuat keber-
hasilannya itu mengesankan tetapi keragaman topik yang ditulisnya. Dia
cendekiawan multidisiplin pertama dan sepertinya bisa menuliskan topik
apa pun yang dinginkannya, mulai dari astronomi sampai ilmu hewan.
Banyak cendekiawan pada zaman itu memiliki ketertarikan yang sangat
luas, dengan mudahnya beralih dari sains ke ilsafat sampai puisi, tetapi
jangkauan al-Kindi sepertinya tidak terbatas.
Beberapa dari ketertarikannya sudah jelas didorong oleh kebutuhan
sang khalifah. Dia menuliskan risalah terkenal tentang metalurgi dan
pembuatan pedang. Dia juga menuliskan tentang kriptograi dan menggam-
barkan analisis frekuensi sebagai cara untuk memecahkan sandi rahasia,
43 Keindahan Baghdad
yang pastinya sangat berharga bagi mata-mata sang khalifah. Berikut ini
adalah penjelasan sederhananya yang sangat luar biasa:
Salah satu cara untuk memecahkan pesan rahasia, jika kita mengetahui bahasa
yang dipakai, adalah menemukan informasi-rahasia yang berbeda dalam ba-
hasa sama yang cukup panjang untuk memenuhi satu halaman, kemudian kita
menghitung pengulangan dari setiap huruf. Huruf yang paling sering diulang
disebut sebagai ”pertama”, huruf kedua yang paling sering diulang disebut
”kedua”, berikutnya ”ketiga”, dan seterusnya sampai pada akhirnya kita meng-
hitung semua huruf yang berbeda di dalam contoh itu.
Kemudian kita melihat sandi rahasia yang ingin kita selesaikan dan juga
mengklasiikasikan simbolnya. Kita menemukan simbol yang sering diulang
dan mengubahnya menjadi bentuk huruf ”pertama” dari contoh informasi-
rahasia yang kita miliki, simbol yang paling umum berikutnya diganti dengan
huruf ”kedua”, dan seterusnya sampai kita mengganti semua simbol dari pesan
rahasia yang ingin kita pecahkan.
Namun ada ketertarikannya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari. Dia salah seorang pembuat parfum hebat pertama, menciptakan ber-
bagai macam resep dan teknik pembuatan yang kadang-kadang masih
digunakan pada zaman sekarang.
Sepotong tulisannya yang mengagumkan menunjukkan bahwa dia
bahkan memikirkan tentang waktu, ruangan dan pergerakan relatif—
masalah yang masih coba dipecahkan oleh para ahli isika modern sekitar
seribu tahun setelahnya. ”Waktu hanya muncul ketika ada gerakan,” ujar
al-Kindi, ”benda dengan gerakan, gerakan dengan benda… jika ada gerak-
an maka pasti ada benda; jika ada benda maka pasti ada gerakan.” Dia
juga menggunakan kata ”relativitas” dalam bahasa Arab.
Peranan Kertas
Satu hal yang tiba di Baghdad tepat pada waktunya untuk membantu
pergerakan penerjemahan, dan semua sains Arab, adalah kertas. Konon
umat Muslim belajar seni pembuatan kertas dari tahanan Cina yang
mereka tangkap ketika terjadi Perang Tallas pada tahun 751. Ada juga
kemungkinan kertas datang dari Cina dibawa oleh pedagang yang pada
44 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
saat itu berdagang melintasi Asia, dan sepulang dari Cina mereka mem-
bawa kaligrai Cina dan juga kertas. Entah bagaimana caranya, kertas
tiba di dunia Islam tepat pada saat dibangunnya Baghdad oleh Bani Abba-
siyah. Pengaruh kertas sangat luar biasa. Perkamen sangat mahal, sulit di-
dapatkan, tebal dan tidak nyaman digunakan. Di sisi lain, kertas murah,
tersedia dalam jumlah banyak, ringan dan tipis, dan sangat sempurna un-
tuk gaya penulisan bahasa Arab kaligrai yang baru. Kalau di Cina, pem-
buatan kertas mungkin menjadi seni, maka di Baghdad pembuatan kertas
menjadi industri.
Dengan kertas, buku bisa dibuat dalam jumlah besar dengan murah
dan dorongan ini membuat pembelajaran di dunia Islam menjadi tidak
bisa diukur lagi. Sebelumnya, naskah kuno dalam perkamen dan gulungan
buku sangat jarang ditemui dan sangat tebal serta berharga sehingga
hanya disimpan dalam perpustakaan pribadi atau milik kerajaan. Dengan
adanya kertas, buku dan toko buku tidak hanya muncul di Baghdad tetapi
juga di banyak kota Islam lainnya. Bahkan mereka yang tidak begitu
kaya bisa membangun perpustakaan pribadinya sendiri dan perpustakaan
publik muncul untuk pertama kalinya. Sebagai contohnya, di Bukhara
terdapat perpustakaan publik tempat para pelajar bisa masuk, meminta
pada pustakawan buku tertentu dari rak di aula utama kemudian duduk
menuliskan catatannya. Perpustakaan bahkan menyediakan kertas gratis
untuk para pelajar. Pada abad ke-13, Baghdad memiliki sedemikian ba-
nyak perpustakaan publik dan toko buku, dengan sejumlah penerbit yang
memiliki banyak penulis untuk membuat salinan buku-buku.
Sungguh sulit diketahui apakah kertas telah meningkatkan permintaan
buku atau apakah kertas tiba karena tuntutan buku yang sedemikian besar-
nya. Namun, ini berarti bahwa begitu banyaknya buku dan hasil terjemah-
an, para cendekiawan Abbasiyah menikmati buku sains yang amat bera-
gam.
Setelah Menerjemahkan
Pergerakan penerjemahan berlangsung lebih dari dua dasawarsa di bawah
Dinasti Abbasiyah kemudian sepertinya berangsur-angsur menghilang.
45 Keindahan Baghdad
Sebagian besar karena semakin sedikit buku menarik untuk diterjemahkan
tetapi kemungkinan besar karena tidak ada lagi yang bisa diajarkan buku-
buku itu kepada para pelajar di dunia Islam. Hampir secepat dimulainya
proses penerjemahan, mereka mulai memikirkan tentang apa yang mereka
baca dan membuat kontribusinya sendiri. Pada abad ke-10, tidak banyak
lagi yang bisa dipelajari dari masa lalu. Seperti yang akan ditunjukkan di
bab-bab berikutnya, banyak perkembangan sains tidak hanya terjadi di
Baghdad tetapi di seluruh penjuru kekhalifahan. Keberhasilan Jabir bin
Hayyan (Geber) dalam ilmu kimia, Musa al-Khawarizmi dalam matematika
dan Abu Bakar ar-Razi (Rhazes) dalam ilmu kedokteran sangat menonjol
tetapi masih banyak lagi yang lain dalam sejumlah bidang lainnya.
46 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
5
Sang Khalifah Sains
Pengetahuan tidak mengenal batas wilayah,
kebijakan tidak mengenal ras atau kebangsaan.
Menolak pemikiran sama dengan menolak kerajaan Tuhan.
Aristoteles berbicara kepada al-Ma’mun
dalam sebuah mimpi legendaris Sang Khalifah
Dalam sudut pandangan tradisional sains Islam, awal—dan mungkin
masa puncak—Zaman Keemasan adalah saat pemerintahan Khalifah Al-
Ma’mun yang memerintah selama 20 tahun, yaitu mulai 813 sampai 833.
Ia wafat pada usia 47 tahun dalam peperangan melawan Byzantium.
Al-Ma’mun adalah salah seorang dari dua putra Harun ar-Rasyid dan
menjadi khalifah setelah perang saudara yang berdarah melawan kakaknya
al-Amin. Al-Amin adalah putra mahkota yang sah atas kekhalifahan
tetapi dalam pengulangan sejarah bagaimana Bani Abbasiyah merebut
kekuasaan, Al-Ma’mun menilai dirinya sebagai orang yang lebih berhak
menempati posisi tertinggi dan memerangi kakaknya sampai ke Baghdad.
Pengepungan kota itu terjadi selama satu tahun dan digambarkan sebagai
pengepungan Stalingrad zaman pertengahan, tidak hanya melibatkan ten-
tara tetapi penduduk kota ke dalam perkelahian jalanan yang memati-
kan. Akhirnya Al-Ma’mun memenangkan perseteruan itu dan al-Amien
terbunuh. Tetapi kematian Al-Amien tidak berarti akhir dari perang sau-
dara, saingan lain muncul, dan selama enam tahun Al-Ma’mun berusaha
memerintah dari Marv, baru pindah ke Baghdad tahun 819. Saat itu pun
dia menghadapi perlawan yang sangat kuat dari barat dan selama empat
47 Sang Khalifah Sains
belas tahun pemerintahannya dia menghabiskan banyak waktu terlibat
dalam peperangan di dalam dunia Islam dan melawan Byzantium.
Mimpi tentang Aristoteles
Di samping haus kekuasaan, pemerintahan Al-Ma’mun juga sering dike-
nal sebagai saat sains mencapai puncaknya. Al-Ma’mun dinilai para ahli
sejarah sebagai pendukung besar rasionalisme dan sebagai khalifah sangat
mendukung pengetahuan. Pernah dikatakan, saat Al-Ma’mun meraih ke-
menangan dari Byzantium, dia meminta ganti rugi dari lawannya bukan
berupa emas ataupun harta karun yang duniawi melainkan salinan buku
agung astronomi karya Ptolemeus yaitu Almagest.
Ada sebuah cerita terkenal mengenai bagaimana Al-Ma’mun pernah
bertemu dengan Aristoteles di dalam mimpinya. Beberapa versi cerita
yang berbeda juga muncul. Berikut ini adalah salah satu kisah pertemuan
itu:
Al-Ma’mun kepada Aristoteles: Apakah kebaikan itu?
Aristoteles: Yaitu yang ada di dalam pikiran.
Al-Ma’mun: Apa lagi kebaikan?
Aristoteles: Yaitu yang ada di dalam hukum.
Al-Ma’mun: Apa lagi?
Aristoteles: Kehendak rakyat.
Al-Ma’mun: Dan apa lagi?
Aristoteles: Itu saja.
Dalam versi yang lebih terperinci, Aristoteles menjelaskan bahwa akal
sehat dan wahyu tidak bertentangan—Manusia harus mencari kebenaran
Tuhan dengan membuka pikirannya terhadap kekuatan nalar daripada
menunggu datangnya wahyu. Dia kemudian memerintahkan Al-Ma’mun
untuk mengerahkan semua sumber daya untuk menerjemahkan karya-
karya pemikiran dan ilmu yang hebat ke dalam bahasa Arab karena
”Pengetahuan tidak mengenal batas wilayah, kebijakan tidak mengenal
ras atau kebangsaan. Menolak pemikiran sama dengan menolak kerajaan
Tuhan..”
48 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Cerita itu berlanjut untuk menerangkan bagaimana setelahnya Al-
Ma’mun memerintahkan anak buahnya pergi ke Byzantium dan mem-
bawa semua buku paling hebat, menyuruh ke Gundeshapur di Persia dan
membawa kembali isi dari perpustakaan besarnya, menemukan cende-
kiawan dan penerjemah terbaik, dan akhirnya membangun sebuah pusat
di istana Baghdad untuk pendidikan dan penggalian ilmu pengetahuan
yang disebutnya sebagai Baitul Hikmah.
Baitul Hikmah
Banyak perhatian diarahkan kepada Baitul Hikmah yang dibangun Al-
Ma’mun. Beberapa peneliti menggambarkannya sebagai lembaga untuk
mempelajari sains dan ilsafat. Di sinilah, menurut penelitian mereka,
semua cendekiawan terhebat bekerja dan berdebat, dan di sana tidak
pernah terhenti suara desisan alat tulis di atas kertas saat berbagai hasil
karya klasik Yunani diterjemahkan ke bahasa Arab. Dalam versi itu,
Baitul Hikmah menjadi institut penelitian sains yang mempunyai visi
hebat sekaligus cikal bakal universitas. Sebenarnya, tidak banyak yang di-
ketahui tentang Baitul Hikmah ini dan banyak ahli sejarah kini berpikir
bahwa statusnya sebagai universitas atau pusat penelitian terlalu dibesar-
besarkan. Baitul Hikmah sudah dipastikan adalah perpustakaan dan men-
jadi tempat penerjemahan serta penelitian astronomi khususnya di tahun-
tahun terakhir Al-Ma’mun. Tetapi di luar itu, bukti buku sejarah tidak
cukup kuat untuk menyimpulkan lebih jauh lagi.
Meskipun demikian, sangatlah jelas bahwa ketertarikan Al-Ma’mun
terhadap sains adalah sungguh-sungguh dan cukup dalam. Di samping
Baitul Hikmah, dia mendirikan salah satu observatorium pertama Islam
di Shamsiya pada tahun 829 dan sejak awal membuat pembaruan penting
atas astronomi kuno seperti pengukuran titik terjauh matahari dan per-
gerakan planet. Dia juga memerintahkan pembuatan peta dunia dengan
seakurat mungkin dengan pengetahuan yang dimiliki saat itu. Dan pada
tahun 820 dia memerintahkan kakak beradik Bani Musa memeriksa se-
suatu yang pernah dibacanya dalam salah satu buku sains kuno yang baru
saja diterjemahkan. Sesuatu itu adalah pengukuran lingkar bumi, sejauh
49 Sang Khalifah Sains
24.000 mil (38.000 km). Dengan kecerdasannya Bani Musa membuat per-
hitungannya dan mengonirmasikan ketepatan perhitungan itu, seperti
yang akan kita lihat sebentar lagi. Namun Al-Ma’mun masih tidak puas.
Dia mengirimkan Bani Musa untuk mengulangi perhitungan itu di tempat
lain dan ketika mereka kembali membuktikan perhitungan kuno itu me-
mang benar, barulah sang khalifah merasa puas. Dengan khalifah yang
memiliki ketertarikan akan keakuratan sains seperti itu, tidaklah aneh jika
sains berkembang dengan pesat.
Orang yang membantu proyek penghitungan keliling bumi Al-Ma’mun
adalah salah satu ilmuwan Muslim terhebat sepanjang masa, al-Khawarizmi
yang brilian, dan di bawah perlindungan Al-Ma’mun-lah dia mengeluar-
kan beberapa karya terbaiknya. Beberapa sumber menunjukkan bahwa
al-Khawarizmi bekerja di Baitul Hikmah; lainnya mengatakan bahwa dia
bekerja secara mandiri. Namun Baghdad di bawah pimpinan Al-Ma’mun
adalah tempat yang sempurna untuk mengembangkan bakatnya. Saat tiba
di sana dia menemukan Hunayn bin Ishaq sedang menerjemahkan Stoikhia
(Elemen) karya Euklides, lainnya menerjemahkan Pythagoras, dan ada
yang menerjemahkan karya Arkhimedes tentang bentuk bola dan dan
lingkaran, serta karya lainnya. Selain itu, dia diberi modal untuk mencari
arsip penting sampai ke India. Mungkin tidak pernah terjadi lagi di dunia
kuno selain Baghdad atau di zaman mana pun kecuali di masa Al-Ma’mun,
seorang cendekiawan mampu memenuhi potensi dirinya dengan sedemi-
kian spektakulernya, seperti yang akan kita lihat di bab-bab berikutnya.
Penguasa yang Bijaksana?
Sepertinya tidak diragukan lagi bahwa Al-Ma’mun memainkan peranan
penting dalam menciptakan suasana yang mendukung perkembangan sains
di Baghdad dan mendorong pergerakan penerjemahan. Dia pendukung
kemajuan ilmu demi ilmu itu sendiri dan demi politik pragmatis. Lagipula,
kekhalifahan belum berhenti berperang, baik di dalam negeri maupun de-
ngan Byzantium. Bani Abbasiyah memiliki hubungan dengan keluarga
Nabi tetapi Al-Ma’mun baru saja membunuh kakaknya dan ingin menekan-
kan bahwa dia adalah pilihan yang rasional sebagai khalifah dan memiliki
50 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
hubungan dengan keluarga yang dipilih oleh Tuhan. Menariknya, dia me-
ngatakan bahwa Ali, sepupu Muhammad, adalah manusia terbaik setelah
sang Nabi. Jadi dia berusaha untuk mengakomodasi semua pihak yang me-
nentangnya.
Pengumuman perang terhadap Byzantium di tahun 830 mungkin cara
yang efektif untuk membuktikan bahwa dia Muslim berdedikasi tinggi.
Pada saat perjalanan pulang dari salah satu perangnya, dia telah mengubah
tulisan di Kubah Shakhrah (Dome of the Rock) di Yerusalem untuk
menunjukkan bahwa dia, dan bukan Khalifah Abdul Malik dari Bani
Ummayah yang membangunnya. Mungkin beberapa orang bisa tertipu
olehnya tetapi hal itu menunjukkan bahwa persepsi publik sangatlah
penting dalam pikiran al-Ma’mun.
Pendukung al-Ma’mun bekerja sama dengan banyak orang yang
mengungkapkan kisah tentang sang Khalifah. Dia digambarkan sebagai
seorang rasionalis, kekuatan pendorong di belakang modernisasi Islam
dan menguasai sains. Dia menjadikan sekelompok cendekiawan yang di-
sebut Muktazilah menjadi penasihatnya. Kelak kaum Muktazilah dilihat
sebagai pelaku bid’ah oleh banyak umat Muslim namun cara pandang me-
reka terlihat masuk akal bagi Al-Ma’mun karena dia ingin membangun
negara yang kuat berdasarkan akal sehat.
Kaum Muktazilah meyakini, seperti semua umat Muslim, bahwa Alqur-
an adalah irman Tuhan. Namun menurut pandangan mereka, Alquran
diciptakan dengan tuntunan Tuhan dan keberadaannya tidak kekal. Me-
reka juga meyakini bahwa akal sehat manusia yang menjadi kunci kebi-
jaksanaan dan memahami Tuhan. Pemikiran ini sebagian besar diambil
dari ilsafat bangsa Yunani tetapi juga bagian dari pemikiran Islam yang su-
dah ada sejak lama dengan konsep ilm (pengetahuan) dan aql (kecerdasan
dan nalar manusia).
Inkuisisi Para Rasionalis
Namun ironisnya, walaupun mereka membela akal sehat, namun kaum
Muktazilah dan Al-Ma’mun memaksakan keyakinan mereka kepada
orang lain dalam cara yang tidak masuk akal. Perdebatan dan peperangan
51 Sang Khalifah Sains
teologi yang berlangsung di zamannya dikenal sebagai peperangan antara
rasionalis yang dipimpin Al-Ma’mun dan tradisionalis yang meyakini
bahwa Alquran tidak diciptakan oleh manusia tetapi diwahyukan oleh
Tuhan. Namun mereka yang disebut sebagai tradisionalis, dalam jangka
panjang, ternyata dalam beberapa hal lebih radikal, atau paling tidak
sepertinya menantang keadaan status quo pihak yang memerintah. Al-
Ma’mun kembali mempertahankan posisinya dan menekan oposisi yang
mulai berkembang melawan dirinya dengan polisi atau penyelidikan yang
disebut sebagai mihnah.
Pada tahun-tahun terakhir kehidupannya, Al-Ma’mun memerintahkan
gubernur setiap provinsi mengumpulkan para ulama agar mengakui bah-
wa Alquran diciptakan dan bukan irman Tuhan. Mereka yang menolak
akan dipecat dari jabatannya, dijebloskan ke dalam penjara, dan bahkan
dicambuk. Banyak yang berpihak pada Al-Ma’mun dalam hal-hal lain
menolak membuat pengakuan karena mereka menilai masalah ini seba-
gai campur tangan negara atas masalah pribadi. Sebagai bentuk protes,
beberapa cendekiawan melakukan permainan yang sangat mirip dengan
interogasi di tahun-tahun pemerintahan Stalin, seperti percakapan beri-
kut yang terjadi antara gubernur Baghdad dengan seorang cendekiawan
ahli hukum yang bernama Bishr.
Gubernur kepada Bishr: Apa pendapatmu tentang Alquran?
Bishr: Alquran adalah irman Tuhan.
Gubernur: Itu bukan pertanyaanku. Apa Alquran diciptakan?
Bishr: Tuhan adalah pencipta semuanya.
Gubernur: Apa Alquran itu benda?
Bishr: Ya.
Gubernur: Jadi Alquran diciptakan?
Bishr: Alquran tidak sama dengan sang pencipta.
Gubernur: Bukan itu yang kutanyakan. Apakah Alquran diciptakan?
Bishr: Aku tidak mau berbicara apa-apa lagi.
—Diambil dari Al-Ma’mun oleh
Michael Cooperson, Oneworld, 2005
Ketika percakapan seperti ini sampai di telinga al-Ma’mun, ia meme-
52 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
rintahkan untuk memenggal para pembakang. Di bawah ancaman ini, ba-
nyak cendekiawan yang mengundurkan diri. Tidaklah mengejutkan jika
orang Muslim zaman sekarang memandang al-Ma’mun bukan sebagai pen-
dukung nalar dan pendorong Zaman Keemasan Sains Islam melainkan
sebagai diktator sesat yang membungkam kebebasan berpendapat.
Perlawanan
Saat ditinjau kembali, mungkin kesalahan terbesar Al-Ma’mun adalah
saat menghukum mati Ahmad bin Hambal, sosok besar dalam teologi
Islam dan pencetus madzhab keempat Islam. Imam Ahmad meyakini
bahwa sang khalifah seharusnya memiliki kewenangan dalam masalah po-
litik tetapi tidak dalam masalah spiritual. Itu tantangan langsung terha-
dap Al-Ma’mun yang juga melihat Imam Ahmad sebagai ancaman ilmu
pengetahuan dan rasionalisme serta meyakini bahwa ia harus menggunakan
kekerasan untuk menyingkirkan sudut pandangan Imam Ahmad.
Pada tahun 833, Imam Ahmad dipanggil untuk menemui Al-Ma’mun
tetapi sang khalifah meninggal sebelum sang ulama bisa menemuinya dan
dia dibawa ke hadapan penerus Al-Ma’mun yaitu adiknya al-Mu’tashim.
Sang khalifah baru bertanya kepada Imam Ahmad untuk mengulangi
apa yang pernah ditanyakan kepadanya: apakah Alquran diciptakan Tu-
han. Sang ulama menjawab bahwa argumentasi teologi seperti itu sangat
memecah belah dan akan lebih baik bila semua sepakat bahwa Alquran
adalah wahyu Tuhan dan tidak memperdebatkannya lagi. Sang khali-
fah sangat marah mendengarnya dan memerintahkan sang ulama untuk
dicambuk. Dia bergeming dan akhirnya dijebloskan ke penjara di mana
dia meringkuk selama 28 bulan. Saat dibebaskan, dia ditempatkan sebagai
tahanan rumah.
Penentang rasionalis sekarang telah memiliki pahlawan dan syuhada-
nya. Bertahun-tahun kemudian, dalam bukunya yang dalam bahasa Inggris
berjudul Heirs of the Prophets, Rajab al-Hambali, dikenal juga sebagai Imam
Ibnu Rajab, seorang pengikut madzhab Imam Ahmad menggambarkan
sejumlah cendekiawan—termasuk ilmuwan-ilmuwan besar—pengikut Al-
Ma’mun sebagai koruptor dan berutang budi kepada negara. Sebaliknya,
53 Sang Khalifah Sains
mereka yang seperti Ahmad bin Hambal digambarkan sebagai orang jujur
dan benar. Oleh karena itu, sains dan pembelajaran dilihat sama dengan
kejahatan dan kediktatoran. Namun persepsi semacam itu tidak hanya
dipegang oleh masyarakat di zaman Dinasti Abbasiyah.
Misi Piramida
Sekarang sungguh sulit melihat gambaran Al-Ma’mun mana yang lebih
akurat—pendukung nalar yang tercerahkan dan pahlawan sains Islam atau
diktator yang terobsesi kekuasaan dan tidak religius. Tampaknya kedua
hal itu ada benarnya. Ada cerita tentang dirinya yang menunjukkan rasa
hausnya akan ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang didapatkan seiring-
an dengan pengetahuan.
Rupanya, berita tentang Piramida Besar Giza yang berisi peta-peta
dan tabel tentang bumi dan perbintangan yang akurat telah mencapai
telinga Al-Ma’mun. Jadi pada tahun 820 dia mengirim sebuah ekspedisi
ke Mesir yang membawa tim insinyur dan ilmuwan. Selama berhari-hari,
mereka menjelajahi sisi utara piramida dalam upya mencari pintu masuk.
Karena tidak bisa menemukannya, Al-Ma’mun menyuruh timnya untuk
membuat lubang di tempat yang mungkin menjadi pintu masuknya.
Karena tidak atau hanya sedikit kemajuan yang diraih, mereka mencoba
memanaskan dindingnya dengan menyalakan api besar dan menuangkan
cuka dingin ke atas batu gamping yang panas itu. Akhirnya, beberapa
temboknya runtuh, dan tim Al-Ma’mun menemukan jalan masuk. Na-
mun, sekian banyak hambatan masih merintangi jalan mereka, dan pasti-
nya membutuhkan kegigihan yang luar biasa untuk meneruskan misi itu.
Namun setidak-tidaknya mereka menemukan sebuah ruangan, kini diper-
kirakan ruangan untuk sang Ratu, namun ruangan itu kosong… ataukah
memang demikian adanya?
54 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
6
Berkembangnya Andalusia
Pohon palem tumbuh di tengah-tengah Rusafah
Dilahirkan di barat, jauh dari tanah pohon palem
Aku berkata kepadanya: kamu seperti aku, jauh dan terasingkan
Berpisah dengan keluarga dan teman-teman,
Kamu telah muncul dari tanah yang asing bagimu
Dan aku seperti dirimu, jauh dari rumah
Puisi yang ditulis di Cordoba oleh Pangeran Abdur Rahman
dari Bani Umayyah yang diasingkan, pendiri Dinasti Umayyah
di Andalusia
Walaupun sepertinya tidak terlihat seperti itu di zamannya, revolusi Abba-
siyah di tahun 750 telah membantu terciptanya jurang pemisah dunia
Arab selama beratus-ratus tahun setelahnya, antara timur dan barat, dan
antara Muslim Syiah dengan Sunni. Tidak diragukan lagi, untuk meng-
hindari pertentangan terhadap pemerintahannya di masa yang akan da-
tang, Bani Abbasiyah yang memenangkan revolusi mengundang keluarga
Umayyah ke makan malam rekonsiliasi di Damaskus kemudian memban-
tai semua yang hadir. Paling tidak itulah dugaan mereka.
Luar biasanya, di malam banjir darah yang mengerikan itu muncul
salah satu kejayaan yang paling hebat dan tidak terduga dalam revolusi
Islam. Dua orang pangeran remaja Bani Umayyah yang bernama Abdur
Rahman dan Yahya bersembunyi di dalam istana saat pembantaian itu
terjadi. Dengan bantuan seorang pembantu berdarah Yunani yang setia,
Bedr, kedua pangeran itu melarikan diri sebelum tanda bahaya sempat di-
bunyikan. Tentara Bani Abbasiyah menemukan mereka sedang berenang
55 Berkembangnya Andalusia
menyeberangi sungai Eufrat. Yahya terbawa arus dan terdorong kembali
ke tangan para tentara Abbasiyah yang langsung memenggalnya. Abdur
Rahman yang berusia enam belas tahun dan Bedr berhasil menyeberangi
sungai lalu memulai petualangan yang membawa mereka melewati Mesir
dan menyeberangi Afrika Utara ke Spanyol, menghindari tentara Abba-
siyah yang mengejarnya. Tetapi bukan pelarian Abdur Rahman ini yang
terbukti menjadi bagian yang paling luar biasa dalam sejarah hidupnya.
Islam Tiba di Iberia
Umat Muslim sudah menginjakkan kakinya di Spanyol lima belas tahun
sebelum Abdur Rahman muda dilahirkan, saat seorang budak, bernama
Thariq, yang dimerdekakan lalu menjadi jenderal, pergi ke Spanyol se-
latan untuk memerangi Raja Visigoth Kristen bernama Roderick. Pasuk-
an Thariq memenangkan peperangan demi peperangan melawan tentara
Visigoth yang lebih banyak—sebagian besar karena banyak tentara Visi-
goth yang bergabung dengan Thariq. Sebuah batu besar kelak dinamai
menurut namanya, Jabal al-Thariq (Gibraltar atau gunung Thariq).
Pada saat Abdur Rahman mencapai Afrika Utara, banyak daerah di
Spanyol selatan, atau sebutan lainnya al-Andalus, sudah diperintah oleh
umat Muslim. Tetapi ironisnya ada ketidakpuasan, walaupun tidak besar,
di antara orang Kristen dan Muslim yang telah membantu meraih keme-
nangan namun telah dikesampingkan dalam pemerintahan saat mereka
membentuk daerah kekuasaan dan kotanya sendiri. Ini adalah situasi
yang dihadapi dan dimanfaatkan pangeran Umayyah muda itu saat ber-
layar menyeberangi Selat Gibraltar menuju Andalusia.
Hiasan Dunia
Sejumlah kecil umat Muslim bergabung dengan Abdur Rahman saat
melakukan perjalanan menuju Spanyol. Dia mampu mengalahkan pe-
nguasa Cordoba, yang saat itu menjadi salah satu kota utama di Spanyol
dan memproklamirkan dirinya sebagai penguasa. Selama satu dasawarsa
56 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
berikutnya, dengan kepemimpinan yang sangat cakap, Abdur Rahman,
yang juga dikenal sebagai Elang Andalus, memperluas pengaruhnya.
Namun dia tidak puas hanya dengan memegang kendali kekuasaan. Dia
ingin mengembalikan kejayaan Bani Umayyah dan caranya adalah men-
ciptakan kembali Damaskus di negara Spanyol yang jauh dari kampung
halamannya. Saat tiba di Cordoba, kota itu adalah kota penting namun
tidak terurus dengan baik. Abdur Rahman menciptakan kota yang men-
jadi pusat kebudayaan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan untuk me-
nyaingi Baghdad milik Bani Abbasiyah. Cordoba di bawah kekuasaan
Bani Umayyah juga mengalami Masa Keemasan pengetahuan.
Di istana Kaisar Suci Romawi Otto I, biarawati Hroswitha dari Gander-
sheim menulis di tahun 995 bahwa
Hiasan dunia yang cemerlang bersinar di barat, sebuah kota mulia baru yang
masyhur akan kekuatan militernya yang telah dikumandangkan oleh bangsa
Spanyol, Cordoba namanya dan kota itu sangat kaya serta terkenal juga dike-
tahui karena kemewahan dan kegemerlapan akan banyak hal, khususnya tujuh
arus kebijaksanaannya…
—Dikutip dari Ornament of the World karya Maria Rosa
Menocal, Little, Brown, 2002
Di jantung Cordoba terdapat masjid baru yang akhirnya menjadi salah
satu masjid Islam terindah, tetapi kota itu juga memiliki ratusan masjid
lain. Kota itu memiliki banyak rumah pemandian dan rumah sakit. Un-
tuk dirinya sendiri, Abdur Rahman telah membangun sebuah istana yang
diberinya nama Istana Damaskus di tengah-tengah kebun yang indah, di-
ciptakan untuk mengingat tempat berlibur kakeknya di Syria, dilengkapi
dengan pohon palem dan banyak tanaman yang baru dilihat pertama kali-
nya di Spanyol—yang menjadi inspirasi bagi puisi di awal bab ini.
Selain kebun, vila yang indah, halaman luas dan air mancur, lapangan
rumput dan jalanan lebar membuat Cordoba menjadi salah satu tempat
yang paling diinginkan untuk dijadikan tempat tinggal dari semua negara
Islam dan dalam waktu singkat telah menarik sejumlah bakat besar. Para
cendekiawan dan dana yang berlimpah memastikan kota itu memiliki
akses terhadap kenyamanan modern, mulai dari air di setiap rumah utama
sampai lampu jalanan. Sementara itu, pengenalan berbagai teknik bertani
57 Berkembangnya Andalusia
dan metode irigasi telah membuat pedesaan menjadi tanah pertanian
yang produktif, dengan kebun jeruk dan zaitun yang luas begitu juga la-
dang gandum, memastikan kota itu tercukupi pangannya.
Namun permata Cordoba adalah perpustakaannya. Perpustakaan Dinas-
ti Umayyah di Cordoba adalah salah satu dari sekitar 75 buah perpustakaan
di kota, namun diperkirakan memiliki 400.000 buku di dalamnya—pada
masa ketika perpustakaan terbesar di Eropa tidak memiliki buku sebanyak
itu. Edward Gibbon menggarisbawahi skala besar itu dengan menunjukkan
bahwa katalognya saja berjumlah 44 jilid. Banyak buku yang selamat dari
masa pemerintahan Islam ini tetapi jumlah yang besar ini menunjukkan
bahwa koleksi perpustakaan itu hanyalah sebagian kecil dari buku yang
beredar di masa itu, sisanya terbakar atau hilang saat kekuasaan Dinasti
Umayyah di Spanyol menyurut. Sungguh menggoda memikirkan apa yang
kiranya ada di dalam buku-buku itu dan kontribusi apa yang mungkin me-
reka berikan bagai ilmu pengetahuan. Mungkin buku-buku yang paling
penting telah diselamatkan atau dibawa dalam pemikiran cendekiawan ter-
kemuka seperti Musa bin Maymun (Maimonides) dan Walid ibnu Rusyd
(Averroes). Tetapi kita hanya bisa menduga-duga.
Menarik Orang Berbakat
Selama berabad-abad di bawah pemerintahan Dinasti Umayyah (yang
akhirnya mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah melawan Dinasti Abba-
siyah di Baghdad tahun 929) Cordoba bersinar dan banyak cendekiawan
Islam paling pintar dan hebat mulai mempertimbangkan Cordoba dan
Andalusia sebagai tempat bernaung dibandingkan Baghdad. Di sana ter-
dapat baik uang maupun gaya hidup yang sangat menarik.
Salah satu orang berbakat yang tertarik ke tempat ini adalah Abu
al-Hasan Ali bin Nai, yang dikenal sebagai Ziryab yang berarti ”burung
hitam”. Ziryab yang mulanya adalah budak dari Irak dibawa ke Cordoba
pada tahun 852 oleh penguasa Abdur Rahman III dengan gaji yang cukup
besar. Tak lama kemudian, sang burung hitam ini membuat orang-orang
terpukau dengan oud1 buatannya yang terdiri atas lima senar dan dengan
1oud = versi awal gitar Spanyol
58 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
lagu-lagu cintanya. Orang-orang memotong rambutnya pendek seperti
pujaannya. Mereka mengikuti gaya berpakaiannya yang berupa pakaian
dari katun dan sutra berwarna cerah di musim panas dan wol warna-warni
di musim dingin. Dia memperkenalkan peralatan makan dari porselen,
bersantap dengan tiga-menu yang sederhana, bermain catur dan polo,
dan bahkan pasta gigi. Memang, sepertinya tidak ada aspek kehidupan
nyaman bergaya baru yang tidak dibawa oleh Ziryab ke kota itu.
Namun bukan hanya karena kehidupan yang nyaman saja orang-orang
berbakat ini datang ke Andalusia; kota ini juga menjadi magnet para cen-
dekiawan—dan khususnya para pemikir serta ilsuf. Para pemimpin Bani
Umayyah dan rombongannya yang kaya memastikan bahwa Cordoba
dan kota-kota Andalusia lainnya seperti Toledo dan Sevilla memiliki
perpustakaan yang lengkap dengan buku serta pekerjaan berpenghasilan
tinggi untuk orang-orang cerdas. Seperti Baghdad, Cordoba adalah kota
kosmopolitan, dan umat Kristen serta khususnya Yahudi mendapati bahwa
mereka diterima di kota ini. Selama berabad-abad kehidupan intelektual
Yahudi berkembang dalam Zaman Keemasan Yahudi dan banyak pemikir
Yahudi yang terlibat dalam apa yang disebut sebagai Sekolah Toledo,
menerjemahkan karya berbahasa Arab ke bahasa Latin.
Selain umat Muslim, cendekiawan lainnya adalah orang Kristen dan
Muzarab—yaitu orang Kristen yang telah belajar berbicara bahasa Arab
dan mereka yang telah mengadopsi gaya hidup orang Arab. Cendekiawan
Muzarab kelak memainkan peranan kunci dalam mengirimkan pengetahu-
an baru dari negara-negara Arab ke berbagai daerah di Eropa. Mereka
menjadi penghubung yang tak ternilai harganya seperti kaum Kristen
Nestor dalam menerjemahkan ilmu pengetahuan klasik Yunani ke bahasa
Arab di Baghdad.
Kehadiran berbagai komunitas agama yang berbeda di Spanyol—kelak
disebut sebagai convivencia—kadang-kadang diperbandingkan dengan ma-
syarakat multibudaya di negara-negara Barat pada zaman sekarang. Tidak
diragukan lagi keduanya memiliki persamaan. Sebagai contoh, seperti
di zaman sekarang, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan inovasi di abad-
abad itu adalah hasil dari penelitian dan para cendekiawan dari berbagai
negara dan latar belakang budaya yang berbeda bekerja bersama-sama
atau tinggal di tempat yang sama. Tetapi ada juga perbedaannya. Umat
59 Berkembangnya Andalusia
Kristen dan Yahudi di al-Andalus memiliki status hukum yang berbeda
dengan umat Muslim. Seperti yang ditemukan di tempat lain dalam du-
nia Islam, warga non-Muslim harus membayar pajak yang berbeda, me-
reka tidak diwajibkan untuk mengikuti militer, dan mereka tidak berhak
dipertimbangkan menempati posisi penguasa atau khalifah. Selain itu,
ada larangan dalam mendakwahkan ajaran selain Islam atau menjelek-
jelekkan sosok mulia dari sejarah Islam. Hasilnya, di abad ke-9, sekelom-
pok orang Kristen bunuh diri saat melakukan protes karena tidak diizin-
kan mengkritik Nabi Muhammad yang dipandang umat Muslim sebagai
tindakan penghujatan.
Sayap Api
Salah satu ilmuwan Andalusia yang pertama dalam periode ini adalah
Abbas bin Firnas. Dilahirkan di Izn-Rand Onda (Ronda) pada tahun
810, dia mulanya dibawa ke Cordoba untuk mengajarkan musik. Tetapi
begitu tiba di kota itu dia menunjukkan bakatnya yang luar biasa sebagai
penemu. Dia memiliki ketertarikan istimewa terhadap kaca, dan menurut
banyak orang telah memproduksi gelas minum dari kaca bening. Gelas
bening tanpa warna sudah ada sejak zaman Romawi tetapi dengan me-
manipulasi campurannya, dia menciptakan kaca yang sedemikian bening-
nya sehingga penyair sezamannya al-Buhturi mengatakan seakan-akan
cairan di dalam gelas melayang tanpa penopang. Diperkirakan kaca be-
ning seperti itu yang digunakan Ibnu Firnas unuk menciptakan lensa de-
ngan tujuan membantu penglihatan dan membesarkan benda. Salah satu
ciptaannya yang banyak dibicarakan adalah ruangan simulasi langit. Di
dalam ruangan itu terdapat sebuah mesin besar yang menunjukkan per-
gerakan planet, dan orang-orang juga terpukau saat melihat bintang, awan,
guntur dan bahkan petir diciptakan oleh mekanisme yang tersembunyi di
ruangan bawah tanah sang penciptanya.
Namun yang paling terkenal, Ibnu Firnas konon salah satu pelopor
penerbangan. Beberapa sumber mengatakan bahwa dia terinspirasi saat
melihat pemain akrobat bernama Armen Firman yang selamat setelah
meloncat dari salah satu puncak menara dekat Masjid Agung sembari
60 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
mengenakan jubah sutra yang sangat longgar yang dikaitkan ke rangka
kayu. Lainnya mengatakan bahwa pemain akrobat itu adalah Ibnu Firnas
sendiri dan Armen Firman hanyalah bentuk Latin dari namanya. Kemung-
kinannya seperti itu. Entah dia orang yang selamat atau penonton, Ibnu
Firnas memutuskan bahwa dia bisa melakukannya dengan lebih baik lagi.
Untuk usaha berikutnya, dia membuat sayap besar seperti gantole mo-
dern dari sutra dan bulu elang di atas kerangka kayu ringan. Setelah
beberapa percobaan yang sukses di padang pasir dia memutuskan sudah
waktunya menampilkannya di depan khalayak ramai.
Kerumunan orang berkumpul saat Ibnu Firnas, yang waktu itu berusia
hampir 70 tahun, mengenakan sayapnya di puncak tebing tinggi di taman
Rustafa di Cordoba. Kemudian dengan keberanian yang tiada bandingnya
dia meloncat ke udara. Semua orang tampak terkejut karena dia tidak
langsung jatuh ke bawah. Namun dia melayang di udara, berputar bebe-
rapa kali selama sekitar sepuluh menit, kemudian akhirnya mendarat ke
tanah. Sayangnya, dia tidak menyadari kecepatan yang harus diambil
untuk memperlambat laju terbangnya, sehingga dia menghantam tanah,
sayapnya patah dan menyebabkan punggungnya terluka parah. Kemudian,
dia menyadari bahwa burung menggunakan ekornya untuk melambatkan
laju pendaratan—dan dia mendarat dengan keras karena tidak memiliki
ekor itu. Tetapi dia sudah terlalu tua untuk mencobanya kembali. Paling
tidak begitulah kisahnya. Sebagaimana dengan ilmu pengetahuan di za-
man Islam, pengetahuan kita tentang Ibnu Firnas datang dari laporan
pihak ketiga dan bukan dari orang itu sendiri.
Masa Survei
Tidak ada yang bisa menandingi penerbangan Ibnu Firnas sebagai pertun-
jukan yang hebat tetapi beberapa peralatan yang dibuat oleh al-Zarqali
(Arzachel) di Toledo pada abad ke-12 lebih hebat lagi. Al-Zarqali mulanya
seorang pandai besi sederhana tetapi dia rupanya memiliki keahlian da-
lam membuat peralatan astronomi sehingga ahli astronomi Toledo men-
dorongnya untuk belajar lebih banyak tentang teori astronomi. Setelah
belajar selama beberapa tahun, al-Zarqali mulai membuat peralatan astro-
nominya sendiri.
61 Berkembangnya Andalusia
Dia berhasil membuat desain astrolab baru yang canggih lalu dijadikan
standar selama beberapa abad berikutnya. Ada beberapa kegunaan seder-
hana peralatan astronomi yang rumit ini. Seorang ilmuwan Andalusia
bernama Maslama al-Majriti (dari Madrid) menemukan bahwa dia bisa
menggunakan astrolab itu untuk mensurvei lapangan dengan akurat se-
hingga dapat menyelesaikan masalah warisan tanah yang sudah biasa
ditemukan di zaman itu. Al-Zarqali juga membuat astrolab yang mudah
digunakan untuk seseorang dengan pengetahuan astronomi yang seadanya.
Modelnya meniru ”laba-laba” rumit yang menunjukkan pergerakan pla-
net-planet dan sangat mudah dikuasai oleh pemula. Astrolab pemula ini
digunakan dalam astronomi, survei, dan juga dalam astrologi.
Karya terbesar al-Zarqali adalah jam air rumit yang tidak hanya me-
nunjukkan jam pada hari itu tetapi juga fase bulan—penting untuk Islam
dalam menentukan awal tahun komariah yang baru. Alat ini menjadi pe-
narik turis di Toledo selama berabad-abad sampai seorang pencipta yang
penasaran diizinkan membongkarnya untuk melihat cara kerjanya—na-
mun tidak bisa memasangnya kembali.
Namun hasil karya al-Zarqali tidak hanya hal yang praktis semata. Dia
memberikan sejumlah kontribusi penting bagi ilmu astronomi. Dia mem-
buktikan bahwa aphelion—titik terjauh antara matahari dan bumi—ber-
ubah sedikit setiap tahunnya terhadap latar-tetap bintang-bintang. Dia
mengukur pergerakan yang amat kecil ini dan menghitung bahwa aphelion
bergerak 12,04 detik setiap tahunnya. Pengukuran modern menunjukkan
angka 11,8 detik. Pengukurannya yang akurat membantunya berkontribusi
untuk buku astronomi Tables of Toledo2, yang terkenal atas keakuratannya
dan kelak dikutip oleh Copernicus. Dan dia menciptakan al-manakh
(almanak) pertama yang berisi sejumlah tabel yang membuat kita bisa
2Tables of Toledo adalah karya sekelompok astronom Toledo pada abad ke-11 dan ke-
12, dipimpin oleh Sa’id al-Andalusi dan termasuk al-Zarqali. Buku ini dibuat berdasarkan
tabel yang telah dibuat oleh al-Khawarizmi dan al-Battani tetapi meliputi beberapa
observasi baru oleh al-Zarqali. Diperkirakan buku ini adalah upaya untuk menyesuaikan
data garis lintang Toledo, yang menjadi garis bujur astronomi baru. Tetapi ternyata ter-
dapat sejumlah kesalahan besar sehubungan dengan pergerakan Merkurius dan Mars.
Namun mereka semua menjadi terkenal di seluruh Eropa selama beberapa abad dan di
dalam The Franklin’s Tale karya Chaucer, sang juru tulis dengan bangga memamerkan
”Tables Tolletanes” miliknya.
62 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
membandingkan kalender Islam dengan kalender lainnya dengan sangat
sederhana dan dengan mudah untuk pertama kalinya.
Para Dokter di Spanyol
Perintah sang Rasul untuk mengurus orang sakit menyebabkan ilmu pe-
ngetahuan kedokteran juga berkembang pesat di zaman Islam, dan Cor-
doba, seperti kota lainnya, menjadi terkenal atas perawatan kesehatan-
nya. Cordoba memiliki rumah sakit yang dilengkapi persediaan air, kamar
mandi, ruangan berbeda untuk jenis penyakit yang berbeda yang dipim-
pin oleh seorang spesialis, dan terbuka 24 jam setiap harinya untuk siapa
pun yang terkena penyakit. Terdapat banyak dokter, yang sebagian besar
dididik di rumah sakit di Baghdad. Saat mereka kembali ke Spanyol,
beberapa orang cukup beruntung diberi rumah di kompleks istana di
luar Cordoba di Medinat al-Zahra (kota Zahra, diberi nama sesuai putri
Muhammad).
Salah satu dokter Andalusia yang paling popular adalah Ibnu Shuhaid.
Dia merekomendasikan para pasiennya untuk memperbaiki pola makan
dan memberikan obat-obatan hanya jika rekomendasinya terbukti tidak
efektif. Sebagian besar dokter Andalusia kemungkinan besar adalah dokter
praktek dan bukannya ahli teori kedokteran yang menciptakan berbagai
obat baru. Al-Zahrawi, yang meninggal pada tahun 1013, menjadi salah
seorang dokter bedah yang paling terkenal di Eropa, dan buku panduan
bedahnya menjadi buku cetak standar selama berabad-abad. Sementara
itu Ibnu Zuhr (Avenzoar) menulis al-Taysir sekitar tahun 1150 untuk
Khalifah Abdul Mu’min dari dinasti al-Muwahhidun (Almohad). Buku
itu menjadi tuntunan pengobatan terapetik di berbagai universitas.
Pemikiran Baru
Tidak diragukan lagi bahwa ilsafat menjadi salah satu warisan paling kuat
dari negara Islam di Spanyol. Tiga nama khususnya menonjol: mereka ada-
lah Ibnu Rusyd (Averroes), Ibnu Arabi dan Musa bin Maymun (Maimo-
nides, seorang pemikir penting dalam agama Yahudi). Musa bin Maymun
63 Berkembangnya Andalusia
dan Ibnu Rusyd bekerja dalam banyak bidang tetapi ketiganya mengaju-
kan berbagai pertanyaan mengenai agama dan sains.
Seperti yang akan kita lihat kelak, Ibnu Rusyd menuliskan risalat yang
sangat terkenal berjudul Tahafut al-Tahafut (Rancunya Kerancuan), untuk
membantah polemik al-Ghazali terhadap sains yang diungkapkan dalam
buku Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Para Filsuf) Al-Ghazali menyatakan
bahwa berbagai kesimpulan yang diraih oleh nalar dan kecerdasan manu-
sia tidak cukup untuk memahami kerumitan dunia dan terlebih lagi tidak
sesuai dengan ajaran sang Rasul (Nabi Muhammad).
Ibnu Rusyd mendebat bahwa Alquran memerintahkan manusia untuk
mencari pengetahuan sehingga setidaknya pencarian ilmu itu benar. Dia
meyakini bahwa wahyu adalah bentuk tertinggi pengetahuan tetapi me-
rasa sebagian besar orang tidak memiliki kemampuan untuk memahami
kerumitan pengalaman religius dan oleh karenanya membutuhkan sesua-
tu yang lebih sederhana, yaitu teologi berdasarkan nalar manusia. Ibnu
Rusyd memiliki pengaruh yang signiikan terhadap para pemikir di dunia
Latin, seperti Thomas Aquinas.
Tahun 1165 menjadi saksi kelahiran Muhammad bin Arabi di Murcia
di sebelah selatan Spanyol (dia meninggal tahun 1240 di Damaskus). Ibnu
Arabi membiarkan imajinasinya melayang jauh dan mencapai tingkat
yang lebih tinggi. Dia merasa sangat percaya diri dengan kemampuannya
dan memikirkan cara untuk menciptakan teori tentang segala hal. Pada
saat yang bersamaan, dia juga dituduh musyrik oleh beberapa golongan
tradisional Muslim. Ini mungkin karena Ibnu Arabi meyakini bahwa (se-
lain Nabi Muhammad), Tuhan memberikan kemampuan khusus kepada
beberapa individu dan dia adalah salah seorangnya.
Ibnu Arabi meyakini bahwa nalar manusia berguna sekaligus memiliki
kekuatan dalam menjelaskan dunia dan menciptakan berbagai hasil
penelitian. Tetapi baginya, nalar manusia hanyalah satu dari sekian ba-
nyak komponen yang membentuk ”ilmu pengetahuan”, dan Ibnu Arabi
menunjukkan sesuatu yang sudah disadari ilmuwan paling hebat: bahwa
kadang-kadang di dalam sains, jawaban atas berbagai masalah yang sulit
dan sepertinya tidak bisa dipecahkan, bahkan memerlukan ”terobosan”,
terjadi karena alasan yang tidak bisa dijelaskan hanya oleh ”nalar”. Para
ilmuwan seringkali membicarakan bagaimana mereka mendapatkan ilham
64 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
atau bagaimana ilham yang muncul tiba-tiba membantu mereka memper-
oleh kemajuan. Apakah munculnya ilham adalah contoh akal sehat manu-
sia? tanya Ibnu Arabi. Baginya, sudah pasti keberadaan kekuatan lain yang
tidak bisa dijelaskan yang bekerja sejalan dengan nalar. Memanfaatkan
kekuatan itu adalah kunci atas ”pengetahuan”.
Ibnu Arabi memusatkan energinya ke dalam pemikiran yang kelak
disebut oleh para ahli sejarah sebagai ”wahdatul wujud”—dan menjadi
warisannya yang paling besar. Kesatuan wujud menyatakan bahwa se-
mua wujud di alam semesta ini berhubungan antara satu yang lainnya
dan juga dengan Tuhan. Ibnu Arabi bukan penulis yang baik, sehingga
berarti pemikirannya telah ditafsirkan dalam berbagai sudut pandang
yang berbeda atau benar-benar disalahtafsirkan. Apakah Ibnu Arabi ber-
maksud menyatakan bahwa Tuhan, planet, manusia, tanaman dan bina-
tang berasal dari zat yang sama? Ataukah dia menyatakan bahwa mereka
memiliki kesamaan sifat? Apakah semua ciptaan adalah organisme super
yang rumit dan besar? Atau bila dilihat dari sudut pandang lain, apakah
maksudnya adalah bahwa umat manusia dan lingkungan di sekitarnya
mirip dengan keluarga besar dan tindakan suatu individu akan memiliki
pengaruh terhadap yang lainnya? Namun tafsiran lainnya dari kesatuan
wujud adalah tidak ada yang namanya pihak luar atau ”pihak lain”, yang
berarti bisa membuat Ibnu Arabi seorang pelopor anti-rasisme.
Pengembangan Terakhir
Pada abad ke-11 kendali Bani Umayyah mulai surut dan di tahun 1090,
delapan tahun sebelum kematian Ibnu Rusyd, Cordoba dikuasai oleh
dinasti Almoravid. Ini adalah nama Spanyol untuk sekelompok Muslim
Afrika Utara yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai al-Murabitun, atau
mereka yang bersatu untuk mempertahankan agama. Mereka dapat di-
kenali dari penutup wajah, mirip dengan yang dikenakan oleh bangsa
Tuareg, yang masih berhubungan darah dengan mereka. Dinasti al-Mura-
bitun ini menentang apa yang mereka lihat sebagai kemewahan serta ke-
merosotan kepemimpinan Bani Umayyah dan mereka menyerang untuk
mengembalikan Andalusia ke dasar-dasar Islam—perkembangan yang
sering terjadi dalam sejarah Islam.
65 Berkembangnya Andalusia
Dengan jatuhnya Dinasti Umayyah di Cordoba, al-Andalus terbagi
menjadi sejumlah negara kota. Al-Murabitun bertahan satu abad dan
diikuti oleh Dinasti al-Muwahiddun, yang memerintah mulai dari 1130 M
sampai 1269 M. Dalam bahasa Arab, al-Muwahiddun berarti ”unitarian”,
dan seperti Ibnu Arabi mereka mengambil sudut pandangan alam semesta
dan semua kehidupan adalah bagian dari Tuhan. Mirip dengan bangsa al-
Murabitun, mereka juga sangat bersemangat mereformasi apa yang mereka
lihat sebagai kemerosotan moral dalam masyarakat Spanyol. Mereka
membunuh umat Muslim dan non-Muslim yang tidak sepakat dengan
mereka, yang berarti orang-orang seperti Maimonides dipaksa untuk me-
ninggalkan rumahnya dan tinggal di bagian lain dari kekhalifahan Islam.
Sungguh menarik bahwa dalam dua abad yang penuh kekerasan dan
anti-intelektual menjadi saksi baik perkembangan maupun jatuhnya pem-
belajaran, khususnya ilsafat, di Spanyol Islam.
Banyak ilmuwan Andalusia yang sudah diperkenalkan sebelumnya,
seperti Ibnu Zuhr dan al-Zarqali, hidup pada saat yang bersamaan. Dan
periode ini telah meghasilkan dua orang ahli geograi dan petualang
Islam yang paling terkenal: al-Idrisi dari Cordoba dan Ibnu Battuta. Pada
tahun 1139, al-Idrisi membuat peta dunia yang sangat terkenal untuk
raja Norman, Roger dari Sisilia. Peta ini—yang dikenal sebagai Book
of Roger (Kitab Rudjdjar dalam bahasa Arab)—adalah salah satu karya
geograi hebat pertama di dunia. Pada peta ini, al-Idrisi menggambarkan
iklim, masyarakat dan berbagai produk dari berbagai tempat di dunia.
Dia juga mengungkapkan kisah menarik tentang seorang navigator dari
Maroko yang terlempar dari jalur perjalanannya di Samudra Atlantik dan
berlayar ke barat selama 30 hari sebelum kembali untuk mengungkapkan
kisah tentang tanah yang subur di seberang samudra.
Ibnu Battuta dari Granada adalah salah seorang petualang terhebat
sepanjang sejarah. Tahun 1325, pada usia 21 tahun, dia naik haji ke
Mekkah. Dia akhirnya pulang ke kampung halamannya 24 tahun kemu-
dian, setelah mengunjungi tidak hanya Arab, tetapi Mesir, Syria, Irak,
Afrika Timur, India, Rusia, dan bahkan Cina dan Sumatra. Cerita per-
jalanannya menjadi salah satu buku perjalanan terhebat sepanjang masa
dan menambah pengetahuan yang cukup besar atas dunia ini.
Pada saat yang bersamaan eksodus umat Muslim dan Yahudi dari
66 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
al-Andalus sudah dimulai, raja-raja Kristen perlahan-lahan kembali me-
megang kendali di Spanyol. Seringkali, para penguasa baru sangat meng-
hormati cara-cara Islam saat mereka pindah ke selatan, dan tulisan Arab
seringkali digunakan di berbagai gereja dan sinagoga baru. Tetapi di tahun
1492, reconquista di bawah Ratu Isabella akhirnya mencapai puncaknya
dan umat Yahudi dan Muslim harus meninggalkan al-Andalus untuk sela-
manya. Banyak yang tinggal di seberang lautan di Maroko atau di tanah
Islam lainnya—yang merupakan tempat tinggal saudara jauhnya. Dan tak
lama setelahnya Inkuisisi Spanyol pun dimulai.
7Setelah Dinasti Abbasiyah Berlalu
Siapakah yang dengan mudahnya menuliskan pengumuman kematian
Islam dan umat Muslim atau siapakah dia yang memiliki ingatan
yang sedemikian lemahnya?… Bahkan Dajjal pun akan mengampuni
para pengikutnya, walaupun dia menghancurkan siapa yang
menentangnya, tetapi bangsa Mongol tidak mengampuni siapa pun,
membantai wanita, pria, dan anak-anak, merobek perut wanita hamil
dan membunuh bayi yang belum dilahirkan.
Ibnu Athir menulis tentang invasi bangsa Mongol
atas Persia di tahun 1221
Selama sekitar 200 tahun di bawah Bani Abbasiyah, kekhalifahan Islam
berkembang sedemikian luas dan Baghdad menjadi salah satu kota paling
kaya dan dinamis di permukaan bumi, sebuah magnet bagi para pemikir
dan cendekiawan. Namun seperti Dinasti Umayyah yang memerintah sebe-
lum mereka, tidak semua senang dengan Dinasti Abbasiyah dan terdapat
banyak pertikaian di sejumlah daerah pinggiran. Seperti tahun-tahun ter-
akhir Dinasti Umayyah di Damaskus, ketidakpuasan pun mulai muncul.
Mencium kelemahan di pusat, berbagai keluarga yang menguasai se-
jumlah provinsi mulai mengumumkan kemandiriannya dari kekhalifahan.
Di Asia Tengah, pemerintahan Dinasti Safawiyah dan Dinasti Samaniyah
mendeklarasikan sebagai penguasa sementara di barat, di Afrika Utara,
pemerintahan Dinasti Tuluniyah mendeklarasikan diri di Mesir dan peme-
rintahan Dinasti Aghlabiyah berdiri di Tunisia kemudian di Sisilia.
Dengan semakin berkurangnya penghasilan yang mengalir ke Baghdad
dan kekuatan sang khalifah semakin menyusut, sistem irigasi di Irak
68 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
mulai rusak karena kurangnya pemeliharaan dan produksi pertanian pun
menurun. Baghdad mulai mengalami masa kemunduran. Untuk memper-
tahankan kekuasaan, sang khalifah terpaksa mengandalkan tentara pro-
fesionalnya—dan tentara pun mendapat pengaruh yang lebih besar.
Tidak lagi merasakan bahwa Dinasti Abbasiyah memegang kendali,
maka Bani Fatimiyah, keluarga yang menyatakan sebagai keturunan
langsung Nabi Muhammad (melalui putrinya Fatimah), mendeklarasikan
kekhalifahannya sendiri di Afrika Utara di tahun 909. Dua puluh tahun
kemudian, pimpinan Bani Umayyah di Cordoba, Abdur Rahman III, men-
deklarasikan dirinya sebagai khalifah juga. Dan akhirnya di tahun 945,
salah satu jenderal keluarga itu, keluarga Buwaihiyah, masuk ke Baghdad
dari pegunungan Elborz di utara Iran dan menyerbu kota itu. Orang-orang
Buwaihiyah membiarkan khalifah tetap berkuasa tetapi mengambil gelar
sultan dan shahanshah (raja diraja) untuk diri mereka sendiri, mengenang
raja-raja Sassaniyah kuno.
Pemerintahan Dinasti Fatimiyah
Di antara mereka yang berhasil meneruskan pemerintahan Abbasiyah mung-
kin Dinasti Fatimiyah-lah yang paling banyak meneruskan perkembangan
sains dan pendidikan. Dinasti Fatimiyah meraih kekuasaan atas dasar
hubungan darah dengan keluarga Muhammad dan oleh karena itu men-
jadi pewaris sah atas sang Rasul. Mereka penganut aliran Ismailiyah, ca-
bang Islam Syiah. Pemerintahan Abbasiyah adalah pemerintahan yang
multibudaya dan multi-agama namun semakin lama semakin tidak begitu
populer dengan umat Muslim, sebagian besar disebabkan interogasi yang
dilakukan pada mereka yang tidak setuju dengan paham rasionalisme ter-
hadap agama. Diakhirinya inkuisisi Abbasiyah oleh Khalifah al-Ma’mun
terus memperlemah mereka dan oleh karenanya di penghujung abad ke-9
untuk pertama kalinya muncul orang-orang Fatimiyah yang cukup kuat
untuk menentang pemerintahan Bani Abbasiyah.
Akhirnya, Muslim Syiah memegang kekuasaan. Mereka harus me-
nunggu selama tiga abad untuk meraih posisi itu dan saat sudah menda-
patkannya mereka memastikan bahwa kekuasaan mereka akan berlang-
sung selama mungkin. Bani Fatimiyah memerintah dari tahun 909
sampai 1171 dan menjadikan Kairo sebagai ibu kotanya. Seperti Bani
69 Setelah Dinasti Abbasiyah Berlalu
Abbasiyah, Bani Fatimiyah menjadi pelindung sains, kedokteran, ilmu
teknik, dan pendidikan. Sampai tahap tertentu, mereka adalah orang
yang rasionalis dan bisa sekeras seperti, katakanlah, al-Ma’mun. Para
pendiri Dinasti Fatimiyah berupaya menyebarkan agamanya, dan bagi
mereka, pendidikan dilihat sebagai mesin penting untuk penyebaran
agama—tidak seperti sudut pandang yang diambil oleh para penentang
al-Ma’mun, cendekiawan tradisionalis di Baghdad. Dalam hal ini mereka
lebih dekat dengan agama yang merakyat dibandingkan dengan Dinasti
Abbasiyah, yang berarti mereka tidak menghabiskan banyak waktu untuk
ilmu astrologi. Namun mereka sangat tertarik dengan astronomi dan pem-
bangun institusi yang lebih baik. Warisan mereka yang paling terkenal
adalah Universitas Al-Azhar yang dibangun tahun 988. Universitas ini
pada awalnya dimaksudkan untuk mendidik para calon penyebar agama,
dan adalah salah satu dari lembaga pendidikan dan penelitian dunia ter-
tua yang masih berjalan sampai saat ini.
Jika ada salah satu khalifah Dinasti Fatimiyah yang menonjol di antara
yang lainnya, kandidat terkuat haruslah al-Hakim, yang memerintah
selama 25 tahun mulai tahun 996 sampai 1021. Dia adalah pelindung
ilmu pengetahuan seperti khalifah al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah
tetapi tidak begitu besar keinginannya untuk menguasai wilayah Kristen
dan segera mengadakan gencatan senjata dengan kaisar Byzantium. Dan
dia pun tampaknya tidak memiliki keinginan untuk memaksakan rakyat-
nya agar memiliki pandangan yang sama tentang agama dan lebih merasa
senang saat melihat kekhalifahan Fatimiyah menyediakan ruangan yang
netral untuk berbagai tradisi Islam (yang terus terbagi-bagi) mulai dari
mereka yang sangat rasionalis sampai ke yang paling ortodoks. Para
ilmuwan terkenal yang menganut paham Ismailiyah (atau dibesarkan
di bawah pengaruh Ismailiyah Dinasti Fatimiyah) termasuk Ibnu Sina,
penulis al-Qanun al-Thibb (Kanun Kedokteran), dan ahli matematika
Hassan ibnu al-Haitham yang di antaranya menghasilkan penemuan pen-
ting dalam optika dan astronomi.
Dunia yang Islami
Dalam waktu kurang dari setengah abad, secepat kemunculannya, impe-
rium Islam yang luas yang terhampar lebih dari 6.000 km mulai dari Asia
70 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Tengah sampai ke Atlantik telah terpecah-belah. Atau paling tidak keli-
hatannya seperti itu. Hal yang luar biasa adalah bagaimana keadaan yang
sesungguhnya tidak seperti itu—paling tidak untuk sementara waktu.
Hanya dalam tiga abad saja Islam telah menanamkan akar yang dalam
di hampir semua wilayah di dunia yang telah disentuhnya bahkan saat
kekuasaan kekhalifahan tunggal sudah hilang, dan imperium hampir pecah
seluruhnya, Islam masih kuat seperti dahulu. Kini ada tiga kekhalifahan
yang terpisah—satu di Baghdad, di Mesir, dan di Spanyol—dan lusinan
penguasa setempat yang tidak memedulikan kekuasaan para khalifah ini.
Namun dunia Islam bahkan lebih menyatu dalam kebudayaan, bahasa,
dan agama.
Jadi saat kejayaan Baghdad sedikit memudar, kota-kota lainnya di
dunia Islam mulai bersinar. Cordoba sudah mulai menyaingi Baghdad
dan saat Dinasti Umayyah kehilangan dominasinya di Spanyol, kota-kota
seperti Sevilla, Toledo, dan Granada mulai tumbuh di permukaan bumi. Di
Maroko, ada kota Fez. Dan di timur, di Asia Tengah, Dinasti Safawiyah dan
Samaniyah mendirikan kota-kota yang makmur—Tashkent, Samarkand,
dan Bukhara—yang meniru Baghdad dalam kebudayaan pendidikan, arsi-
tektur. Lainnya muncul di daerah yang sekarang menjadi kota Kabul di
Afghanistan. Namun kota baru yang membuat kesan yang abadi adalah
al-Qahirah atau Kairo, didirikan oleh Dinasti Fatimiyah di dekat Fustat di
Mesir pada tahun 969.
Pusat-Pusat Pendidikan Baru
Kesempatan tidak pernah berkurang bagi para cendekiawan dan ilmuwan
di berbagai kota alternatif itu. Kesempatan malah semakin banyak. Te-
tapi pendidikan Islam tidak lagi terkonsentrasi di satu tempat dan oleh
karenanya sungguh sulit melihat benang merah akan apa yang sedang ter-
jadi (itulah sebabnya kesinambungan pendidikan tersebut baru-baru ini
saja dihargai oleh para ahli sejarah). Memang, pastinya juga sangat sulit
bagi cendekiawan yang hidup di zaman itu—sulit mengetahui tempat yang
harus dituju untuk meraih kesempatan yang terbaik dan sungguh sulit
mengikuti perkembangan terbaru di kota-kota yang jaraknya mencapai
4.000 mil. Oleh karena itu, setiap kota yang berbeda memiliki tujuan yang
berbeda.
71 Setelah Dinasti Abbasiyah Berlalu
Setiap pusat pendidikan akhirnya memiliki bintang ilmuwan sendiri.
Sevilla di abad ke-12, sebagai contohnya, menghasilkan ahli isika Abu
Marwan bin Zuhr dan ahli astronomi tersohor Nur al-Din bin-Ishaq al-
Bitruji (Alpetragius). Al-Bitruji bukan satu-satunya orang yang mem-
pertanyakan Ptolemeus, tetapi perhitungan matematikanya menjadi dasar
bagi Copernicus untuk menciptakan teori heliosentrisnya beberapa abad
kemudian. Di Madrid, ada ahli astronomi bernama Maslama al-Majriti
yang menyempurnakan astrolab dan memberikan Eropa pengalaman per-
tamanya atas tabel astronomi Islam. Di Toledo, seperti yang sudah kita
lihat, ada al-Zarqali (Arzachel).
Dan saat umat Kristen mulai mendorong ke selatan di Spanyol dalam
tahap-tahap pertama penguasaan kembali daerah kekuasaannya, di timur
muncul serbuan orang-orang Turki. Kebanyakan telah menganut Islam
tetapi memiliki kebudayaan yang berbeda dari mereka yang berbahasa
Arab. Pelan-pelan mereka melangkah lebih jauh ke barat, ke jantung Ke-
khalifahan Abbasiyah. Pada tahun 1040, sekelompok orang yang disebut
sebagai Turki Seljuk menyerang Syria dan Mesopotamia dan, lima tahun
kemudian, menguasai Baghdad.
Seperti halnya Dinasti Buwaihiyah, orang Seljuk menyebut dirinya
sebagai sultan dan membiarkan para khalifah Abbasiyah tetap di Baghdad.
Masih banyak kesempatan bagi para cendekiawan di timur, tetapi mereka
harus lebih berhati-hati dalam menempelkan dirinya ke pelindung yang
tepat dan menghindar tertangkap di tempat dan waktu yang salah—se-
perti Umar Khayyam, yang tertangkap di Isfahan setelah pelindungnya,
Sultan Malik Shah terbunuh dalam peperangan dan pelindungnya yang
lain Nizam ul-Muluk1 juga dibunuh. Khayyam beruntung hanya dipaksa
berhaji ke Mekah.
1Nizam ul-Muluk (1018–92) adalah salah satu sosok paling mengesankan dalam zaman
pertengahan Islam. Ia adalah penasihat untuk dua orang sultan Seljuk yang pertama dan
memiliki reputasi sebagai administrator ulung yang efektif sebuah imperium besar yang
membuatnya sejajar dengan keluarga Baramikah—b












