Tampilkan postingan dengan label ilmuwan muslim 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmuwan muslim 2. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Desember 2025

ilmuwan muslim 2

 


edakan luar biasa 

dalam penerjemahan yang mengalir dalam Dinasti Abbasiyah sepertinya 

37 Keindahan Baghdad

seiring dengan amanat Nabi Muhammad untuk ”menuntut ilmu ke mana 

saja bahkan sampai ke negeri Cina.” Dan Baghdad, dengan kombinasi 

kekayaan dan warga kosmopolitannya yang luar biasa yang didapatkan 

dari penyebaran Islam, menjadi tempat yang sempurna. Bisnis terjemah-

an juga bisa menghasilkan banyak uang. Kakak beradik Bani Musa yang 

terkenal rupanya bersedia membayar para penerjemah 500 dinar setiap 

bulannya—zaman sekarang sama dengan 24.000 poundsterling—dan orang 

yang kaya raya harus membayar lebih banyak lagi untuk mendapatkan 

terjemahan karya ilmiah Aristoteles untuk koleksi pribadinya. Harga itu 

benar-benar mereka bayar.

Pergerakan penerjemahan dimulai dengan lambat di zaman khalifah 

al-Mahdi (775–86) dan Harun ar-Rasyid (786–809) tetapi meningkat 

pesat di bawah masa al-Ma’mun. Dalam waktu singkat, naskah kuno 

langsung membanjiri Baghdad (dan juga Basrah) siap untuk memenuhi 

permintaan yang muncul. Kebanyakan berbahasa Yunani, tetapi ada juga 

yang datang dari Persia, India, dan bahkan Cina. Al-Ma’mun dan para 

elite kaya mengirimkan orang untuk menemukan arsip-arsip itu. Sebuah 

cerita yang diragukan kebenarannya mengungkapkan sebuah misi ke 

Byzantium, ketika setelah berusaha keras para pemburu naskah berhasil 

mendapatkan informasi bahwa mereka mungkin akan menemukan naskah 

Yunani terkunci di gereja tua. Saat akhirnya bisa masuk ke dalam gereja, 

mereka menemukan banyak hasil karya cendekiawan Yunani dalam kon-

disi rapuh, diselimuti debu dan sarang laba-laba bahkan membusuk akibat 

jamur. Beberapa arsip yang akan diterjemahkan ditemukan dari misi-misi 

resmi seperti ini. Tidak diragukan lagi bahwa yang lainnya dibawa ke 

Baghdad oleh mereka yang bersemangat mencari uang di pasar yang se-

dang berkembang pesat ini.

Banyak penerjemah bukan orang Arab atau bahkan bukan Muslim 

tetapi dari berbagai agama dan bahasa yang berbeda, yang dibawa oleh 

ekspansi besar-besaran dunia Islam. Banyak di antaranya adalah orang 

Yunani di kekaisaran Byzantium lama. Dan banyak juga cendekiawan 

Kristen yang berbicara dan bisa menulis dalam bahasa Syria, sebuah ben-

tuk bahasa Aramaic, bahasa asli Injil dan diadopsi oleh banyak orang 

Kristen di bagian timur antara abad ke-4 dan 8. Banyak dari buku-buku 

itu awalnya diterjemahkan ke dalam bahasa Syria dan baru ke bahasa 

38 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Arab dalam proses dua langkah. Memang, beberapa karya Yunani, seperti 

Aristoteles sudah tersedia dalam bahasa Syria. Sebelum menerjemahkan 

besar karya Aristoteles ke bahasa Arab, penerjemahan Syria beragama 

Kristen menceritakan tentang bagaimana bahasa Arabnya dikoreksi oleh 

atasannya, al-Kindi2.

Pabrik Bahasa

Penulis Yunani merupakan sasaran utama walaupun buku dari bahasa 

lain—seperti dari Asia Selatan—juga diterjemahkan. Jenis buku yang 

diterjemahkan sangat banyak. Namun pada dasarnya hampir semuanya 

adalah buku ilmu pengetahuan dan bukan karya sastra. Di puncak daftar 

adalah topik yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari—buku 

kedokteran seperti yang ditulis oleh Galenos dan Hippokrates yang ter-

kenal, buku matematika seperti Stoikhia (Elemen) tulisan Euklides dan 

buku astronomi Almagest3 karya Ptolemeus. (Mengapa astronomi sangat 

penting bagi kehidupan sehari-hari umat Muslim akan dijelaskan di Bab 

9). Filsafat juga topik yang banyak dicari, khususnya karya Aristoteles 

dan Plato.

Yang membuat cendekiawan di zaman modern cukup terkejut adalah 

kecepatan para penerjemah Abbasiyah belajar menerjemahkan berbagai 

buku teknis ini dengan akurat dan fasih. Hal ini telah menimbulkan pen-

dapat bahwa para penerjemah itu sudah sangat akrab dengan topik yang 

diterjemahkannya. Para penerjemah berasal dari banyak negara, dan juga 

mungkin mencakup orang Persia yang sudah lama akrab dengan astro-

nomi.

Para penerjemah menghadapi tantangan yang sangat besar untuk mene-

2Mungkin hal yang cukup mengejutkan adalah umat Kristen dan Muslim menemukan 

bahwa mereka memiliki pandangan yang sama saat menerjemahkan bahasa Yunani. 

Baik Kristen dan Muslim meyakini satu Tuhan; para ilsuf Yunani adalah penyembah 

berhala yang memuja banyak dewa, atau tidak mengakui keberadaan dewa. Jadi seringkali 

penerjemah Kristen dan Muslim akan menyesuaikan buku Yunani dalam cara yang sama 

untuk membuatnya lebih mudah dipahami bagi pembacanya.

3”Almagest” adalah transliterasi Latin dari nama Arab untuk buku Ptolemeus, yang 

diterjemahkan sebagai ”terhebat.”

39 Keindahan Baghdad

mukan kata-kata dalam bahasa Arab yang sepadan dengan berbagai istilah 

teknis dari buku asalnya namun mereka sangat kreatif dalam menemukan 

solusi dan dalam waktu singkat telah ditemukan kosa kata teknis yang 

canggih dalam bahasa Arab. Peter Pormann dari Warwick University me-

nunjukkan contoh bagaimana istilah Arab muncul. Misalkan penyakit 

alopecia mendapatkan nama Yunaninya karena mirip dengan penyakit 

kudis pada rubah, yaitu alopek dalam bahasa Yunani. Jadi penerjemah 

Arab menyebutnya ”penyakit rubah” dalam bahasa Arab.

Menurut al-Safadi para penerjemah di abad ke-14 memiliki dua pen-

dekatan dasar. Salah satunya hariah, di mana buku diterjemahkan kata 

demi kata, mencoba untuk menemukan persamaannya dalam bahasa Arab. 

Pendekatan kedua adalah penerjemah mencoba menyampaikan maksud 

dan arti yang diinginkan penulis. Al-Safadi menunjukkan bagaimana 

penerjemahan hariah itu seringkali tidak bisa dimengerti dan hasil yang 

jauh lebih baik diraih dengan pendekatan kedua yang dipelopori oleh 

Hunayn, yang menjadi salah satu penerjemah terkenal.

Hunayn: Sang Dokter

Hunayn adalah penganut Kristen dan setelah perdebatannya dengan dok-

ter negara dia pergi ke Byzantium untuk mempelajari bahasa Yunani dan 

Syria. Saat kembali ke Baghdad beberapa tahun kemudian, usianya masih 

tujuh belas tahun, dia ditugaskan oleh pejabat negara untuk menerjemah-

kan buku karya Galen. Orang-orang di zaman selanjutnya berutang paling 

banyak kepada Hunayn atas terselamatkannya sedemikian banyaknya ha-

sil karya Galen, buku ilmu kedokteran hebat yang pertama dan menjadi 

dasar banyak ilmu kedokteran selama 1.000 tahun setelahnya.

Namun, Hunayn tidak puas hanya menerjemahkan. Dia seorang dok-

ter dan saat melihat kekurangan dalam pekerjaan Galen, dia mengem-

bangkannya. Dia membuat berbagai tambahan penting terhadap karya 

Galen dalam anatomi mata dan gambar-gambar yang dibuatnya adalah 

ilustrasi ilmiah yang sangat jelas sehingga menjadi monumen hasil karya 

ilmuwan Islam dan menjadi salah satu buku sains terbaik sampai saat ini. 

Hunayn juga menuliskan ringkasan singkat karya Galen dalam bentuk 

40 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

tanya-jawab yang merupakan salah satu buku ilmiah Arab pertama yang 

diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-11 dan menjadi panduan 

kedokteran yang paling penting selama beberapa abad setelahnya.

Hunayn tidak disukai orang banyak tetapi terjemahannya membuat-

nya sangat kaya dan dihormati. Salah seorang pengamat di zamannya 

menggambarkan gaya hidupnya:

Dia pergi mandi setiap hari setelah pulang dan memerintahkan air dituangkan 

ke atas tubuhnya. Dia kemudian keluar dengan memakai jubah mandi dan, 

setelah menyesap segelas anggur dengan sepotong biskuit, berbaring sampai 

berhenti mengeluarkan keringat. Kadang-kadang dia jatuh tertidur. Kemudian 

dia bangkit, membakar parfum untuk mengasapi tubuhnya dan meminta ma-

kanan disajikan di dalam kamarnya.

Walaupun gaya hidupnya santai dan mewah, dia masih menemukan 

waktu untuk menghasilkan karya tulis yang luar biasa banyaknya. Dia juga 

menjadikan penerjemahan menjadi semacam bisnis keluarga dan baik 

keponakannya Hubaysh serta putranya Ishak menjadi penerjemah yang 

terkemuka. 

Qusta dan abit

Selain Hunayn dan keluarganya, penerjemah terkenal Abbasiyah lainnya 

termasuk Qusta bin Luqa, arti namanya Konstantin, putra Lukas. Lainnya 

adalah Tsabit bin Qurrah, si orang Shabiin. Komunitas Shabiin adalah 

penganut politeisme yang tinggal di perbatasan yang kini menjadi bagian 

Turki dan sangat akrab dengan bahasa Yunani, Syria, dan Arab, sehingga 

banyak yang menjadi penerjemah. Namun Tsabit hanyalah pemuda yang 

bekerja menukar uang di kota kecil Harran sampai salah satu dari kakak 

beradik Bani Musa melihat bakatnya pada saat pulang berburu buku di 

Byzantium.

Latar belakang Tsabit dalam penukaran uang jelas bermanfaat baginya 

dan dia menjadi terkenal karena penerjemahan buku matematika dan 

astronomi dari bahasa Yunani. Namun seperti banyak penerjemah Arab, 

dia tidak hanya menerjemahkan saja. Penerjemahan menjadi titik awal 

41 Keindahan Baghdad

untuk mengemukakan pemikirannya sendiri. Salah satu masalah mate-

matika yang terkenal yang berhubungan dengan Tsabit adalah masalah 

papan catur, sebagai contoh rangkaian eksponensial.

Masalahnya seperti berikut. Orang yang menciptakan catur telah 

membuat sang raja senang sehingga sang raja menanyakan hadiah apa 

yang diinginkan olehnya. Pria itu menjawab tidak menginginkan apa 

pun kecuali sebutir gandum untuk kotak pertama papan catur, dua di 

kotak kedua, empat di kotak ketiga, delapan di kotak keempat, dan sete-

rusnya. Sang raja sepertinya bahagia dengan permintaan yang terlihat 

sederhana tersebut. Tetapi tentu saja penggandaan itu berarti jumlah 

butir gandum yang diminta olehnya sangatlah besar. Ahli matematika sa-

ngat menyukai masalah ini, dan al-Biruni kelak menghitung jawabannya 

adalah sebesar 18.446.744.073.709.551.615 butir (atau sekitar 8,5 juta 

triliun butir gandum.)

Al-Kindi

Sesepuh dunia penerjemahan Abbasiyah pada awalnya adalah Yakub bin 

Ishak al-Kindi. Al-Kindi bukanlah penerjemah tetapi kepala kelompok 

penerjemah terkenal yang bekerja untuk sang khalifah. Ahli sejarah abad 

ke-10 Ibnu al-Nadim mengingat bagaimana al-Kindi disebut Filsuf Arab, 

”seorang yang unik karena pengetahuannya yang luas akan semua ilmu 

pengetahuan kuno.”

Al-Kindi seorang Muslim tetapi dia juga menghabiskan banyak waktu-

nya menghadapi berbagai masalah dalam merekonsiliasi agama dan me-

nyediakan dasar ilosois untuk kehidupan intelektual Islam. Istilah masa 

kini untuk seorang seperti dia adalah rasionalis. Dia juga menulis sejum-

lah risalat yang mengungkapkan apa yang dianggapnya sebagai tipuan da-

lam astrologi dan kekuatannya, juga alkimia dengan janjinya untuk meng-

ubah logam biasa menjadi emas. Keyakinannya akan kekuatan logika 

dan keinginannya untuk mencari jawaban di mana pun, termasuk dari 

buku berbahasa Yunani membuatnya menghadapi kesulitan dengan para 

penguasa Baghdad, tetapi dia selalu mendapatkan penghargaan tinggi di 

abad-abad setelahnya. Dia menuliskan:

42 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Kita seharusnya tidak merasa malu untuk menghargai kebenaran dan men-

dapatkannya dari mana pun, bahkan bila hal itu berasal dari bangsa yang jauh 

dan negara yang berbeda dengan kita. Tidak ada yang lebih dihargai pencari 

kebenaran melainkan kebenaran itu sendiri dan tidak ada keburukan dari 

kebenaran atau meremehkan seseorang yang berbicara atau menyampaikan 

kebenaran itu.

Namun berdasarkan cerita yang kita dapatkan, dapat disimpulkan bahwa 

dia bukanlah orang yang mudah diajak bicara. Dia terkenal mudah marah 

dan penulis al-Jahiz telah mengecamnya dalam Kitab al-Bukhala (Kitab 

Orang-orang Kikir). Salah satu cerita yang disajikan al-Jahiz menggam-

barkan tentang salah satu penyewa rumah al-Kindi yang cukup bodoh 

untuk bertanya apakah dia boleh membawa seseorang untuk menginap 

bersamanya. Dengan cepat al-Kindi langsung menaikkan harga sewa sampai 

sepertiganya. Mungkin saja karena sikapnya yang sangat angkuh itu yang 

menyebabkan kakak beradik Bani Musa menyita perpustakaan pribadinya 

walaupun akhirnya dia mendapatkannya kembali. Al-Kindi diberitakan 

pernah dipukuli oleh orang-orang yang dibuatnya tersinggung.

Cendekiawan Multidisiplin yang Pertama

Al-Kindi adalah orang yang berbahasa Arab, dari keluarga bangsawan 

yang tinggal di Kufah setelah penaklukan. Dia diyakini telah menulis 

banyak buku walaupun bukan hanya kuantitasnya yang membuat keber-

hasilannya itu mengesankan tetapi keragaman topik yang ditulisnya. Dia 

cendekiawan multidisiplin pertama dan sepertinya bisa menuliskan topik 

apa pun yang dinginkannya, mulai dari astronomi sampai ilmu hewan. 

Banyak cendekiawan pada zaman itu memiliki ketertarikan yang sangat 

luas, dengan mudahnya beralih dari sains ke ilsafat sampai puisi, tetapi 

jangkauan al-Kindi sepertinya tidak terbatas.

Beberapa dari ketertarikannya sudah jelas didorong oleh kebutuhan 

sang khalifah. Dia menuliskan risalah terkenal tentang metalurgi dan 

pembuatan pedang. Dia juga menuliskan tentang kriptograi dan menggam-

barkan analisis frekuensi sebagai cara untuk memecahkan sandi rahasia, 

43 Keindahan Baghdad

yang pastinya sangat berharga bagi mata-mata sang khalifah. Berikut ini 

adalah penjelasan sederhananya yang sangat luar biasa:

Salah satu cara untuk memecahkan pesan rahasia, jika kita mengetahui bahasa 

yang dipakai, adalah menemukan informasi-rahasia yang berbeda dalam ba-

hasa sama yang cukup panjang untuk memenuhi satu halaman, kemudian kita 

menghitung pengulangan dari setiap huruf. Huruf yang paling sering diulang 

disebut sebagai ”pertama”, huruf kedua yang paling sering diulang disebut 

”kedua”, berikutnya ”ketiga”, dan seterusnya sampai pada akhirnya kita meng-

hitung semua huruf yang berbeda di dalam contoh itu.

 Kemudian kita melihat sandi rahasia yang ingin kita selesaikan dan juga 

mengklasiikasikan simbolnya. Kita menemukan simbol yang sering diulang 

dan mengubahnya menjadi bentuk huruf ”pertama” dari contoh informasi-

rahasia yang kita miliki, simbol yang paling umum berikutnya diganti dengan 

huruf ”kedua”, dan seterusnya sampai kita mengganti semua simbol dari pesan 

rahasia yang ingin kita pecahkan.

Namun ada ketertarikannya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari. Dia salah seorang pembuat parfum hebat pertama, menciptakan ber-

bagai macam resep dan teknik pembuatan yang kadang-kadang masih 

digunakan pada zaman sekarang.

Sepotong tulisannya yang mengagumkan menunjukkan bahwa dia 

bahkan memikirkan tentang waktu, ruangan dan pergerakan relatif—

masalah yang masih coba dipecahkan oleh para ahli isika modern sekitar 

seribu tahun setelahnya. ”Waktu hanya muncul ketika ada gerakan,” ujar 

al-Kindi, ”benda dengan gerakan, gerakan dengan benda… jika ada gerak-

an maka pasti ada benda; jika ada benda maka pasti ada gerakan.” Dia 

juga menggunakan kata ”relativitas” dalam bahasa Arab.

Peranan Kertas

Satu hal yang tiba di Baghdad tepat pada waktunya untuk membantu 

pergerakan penerjemahan, dan semua sains Arab, adalah kertas. Konon 

umat Muslim belajar seni pembuatan kertas dari tahanan Cina yang 

mereka tangkap ketika terjadi Perang Tallas pada tahun 751. Ada juga 

kemungkinan kertas datang dari Cina dibawa oleh pedagang yang pada 

44 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

saat itu berdagang melintasi Asia, dan sepulang dari Cina mereka mem-

bawa kaligrai Cina dan juga kertas. Entah bagaimana caranya, kertas 

tiba di dunia Islam tepat pada saat dibangunnya Baghdad oleh Bani Abba-

siyah. Pengaruh kertas sangat luar biasa. Perkamen sangat mahal, sulit di-

dapatkan, tebal dan tidak nyaman digunakan. Di sisi lain, kertas murah, 

tersedia dalam jumlah banyak, ringan dan tipis, dan sangat sempurna un-

tuk gaya penulisan bahasa Arab kaligrai yang baru. Kalau di Cina, pem-

buatan kertas mungkin menjadi seni, maka di Baghdad pembuatan kertas 

menjadi industri.

 Dengan kertas, buku bisa dibuat dalam jumlah besar dengan murah 

dan dorongan ini membuat pembelajaran di dunia Islam menjadi tidak 

bisa diukur lagi. Sebelumnya, naskah kuno dalam perkamen dan gulungan 

buku sangat jarang ditemui dan sangat tebal serta berharga sehingga 

hanya disimpan dalam perpustakaan pribadi atau milik kerajaan. Dengan 

adanya kertas, buku dan toko buku tidak hanya muncul di Baghdad tetapi 

juga di banyak kota Islam lainnya. Bahkan mereka yang tidak begitu 

kaya bisa membangun perpustakaan pribadinya sendiri dan perpustakaan 

publik muncul untuk pertama kalinya. Sebagai contohnya, di Bukhara 

terdapat perpustakaan publik tempat para pelajar bisa masuk, meminta 

pada pustakawan buku tertentu dari rak di aula utama kemudian duduk 

menuliskan catatannya. Perpustakaan bahkan menyediakan kertas gratis 

untuk para pelajar. Pada abad ke-13, Baghdad memiliki sedemikian ba-

nyak perpustakaan publik dan toko buku, dengan sejumlah penerbit yang 

memiliki banyak penulis untuk membuat salinan buku-buku.

Sungguh sulit diketahui apakah kertas telah meningkatkan permintaan 

buku atau apakah kertas tiba karena tuntutan buku yang sedemikian besar-

nya. Namun, ini berarti bahwa begitu banyaknya buku dan hasil terjemah-

an, para cendekiawan Abbasiyah menikmati buku sains yang amat bera-

gam.

Setelah Menerjemahkan

Pergerakan penerjemahan berlangsung lebih dari dua dasawarsa  di bawah 

Dinasti Abbasiyah kemudian sepertinya berangsur-angsur menghilang. 

45 Keindahan Baghdad

Sebagian besar karena semakin sedikit buku menarik untuk diterjemahkan 

tetapi kemungkinan besar karena tidak ada lagi yang bisa diajarkan buku-

buku itu kepada para pelajar di dunia Islam. Hampir secepat dimulainya 

proses penerjemahan, mereka mulai memikirkan tentang apa yang mereka 

baca dan membuat kontribusinya sendiri. Pada abad ke-10, tidak banyak 

lagi yang bisa dipelajari dari masa lalu. Seperti yang akan ditunjukkan di 

bab-bab berikutnya, banyak perkembangan sains tidak hanya terjadi di 

Baghdad tetapi di seluruh penjuru kekhalifahan. Keberhasilan Jabir bin 

Hayyan (Geber) dalam ilmu kimia, Musa al-Khawarizmi dalam matematika 

dan Abu Bakar ar-Razi (Rhazes) dalam ilmu kedokteran sangat menonjol 

tetapi masih banyak lagi yang lain dalam sejumlah bidang lainnya.

46 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

5

Sang Khalifah Sains

Pengetahuan tidak mengenal batas wilayah, 

kebijakan tidak mengenal ras atau kebangsaan. 

Menolak pemikiran sama dengan menolak kerajaan Tuhan.

Aristoteles berbicara kepada al-Ma’mun

dalam sebuah mimpi legendaris Sang Khalifah

Dalam sudut pandangan tradisional sains Islam, awal—dan mungkin 

masa puncak—Zaman Keemasan adalah saat pemerintahan Khalifah Al-

Ma’mun yang memerintah selama 20 tahun, yaitu mulai 813 sampai 833. 

Ia wafat pada usia 47 tahun dalam peperangan melawan Byzantium. 

Al-Ma’mun adalah salah seorang dari dua putra Harun ar-Rasyid dan 

menjadi khalifah setelah perang saudara yang berdarah melawan kakaknya 

al-Amin. Al-Amin adalah putra mahkota yang sah atas kekhalifahan 

tetapi dalam pengulangan sejarah bagaimana Bani Abbasiyah merebut 

kekuasaan, Al-Ma’mun menilai dirinya sebagai orang yang lebih berhak 

menempati posisi tertinggi dan memerangi kakaknya sampai ke Baghdad. 

Pengepungan kota itu terjadi selama satu tahun dan digambarkan sebagai 

pengepungan Stalingrad zaman pertengahan, tidak hanya melibatkan ten-

tara tetapi penduduk kota ke dalam perkelahian jalanan yang memati-

kan. Akhirnya Al-Ma’mun memenangkan perseteruan itu dan al-Amien 

terbunuh. Tetapi kematian Al-Amien tidak berarti akhir dari perang sau-

dara, saingan lain muncul, dan selama enam tahun Al-Ma’mun berusaha 

memerintah dari Marv, baru pindah ke Baghdad tahun 819. Saat itu pun 

dia menghadapi perlawan yang sangat kuat dari barat dan selama empat 

47 Sang Khalifah Sains

belas tahun pemerintahannya dia menghabiskan banyak waktu terlibat 

dalam peperangan di dalam dunia Islam dan melawan Byzantium.

Mimpi tentang Aristoteles

Di samping haus kekuasaan, pemerintahan Al-Ma’mun juga sering dike-

nal sebagai saat sains mencapai puncaknya. Al-Ma’mun dinilai para ahli 

sejarah sebagai pendukung besar rasionalisme dan sebagai khalifah sangat 

mendukung pengetahuan. Pernah dikatakan, saat Al-Ma’mun meraih ke-

menangan dari Byzantium, dia meminta ganti rugi dari lawannya bukan 

berupa emas ataupun harta karun yang duniawi melainkan salinan buku 

agung astronomi karya Ptolemeus yaitu Almagest.

Ada sebuah cerita terkenal mengenai bagaimana Al-Ma’mun pernah 

bertemu dengan Aristoteles di dalam mimpinya. Beberapa versi cerita 

yang berbeda juga muncul. Berikut ini adalah salah satu kisah pertemuan 

itu:

Al-Ma’mun kepada Aristoteles: Apakah kebaikan itu?

Aristoteles: Yaitu yang ada di dalam pikiran.

Al-Ma’mun: Apa lagi kebaikan?

Aristoteles: Yaitu yang ada di dalam hukum.

Al-Ma’mun: Apa lagi?

Aristoteles: Kehendak rakyat.

Al-Ma’mun: Dan apa lagi?

Aristoteles: Itu saja.

Dalam versi yang lebih terperinci, Aristoteles menjelaskan bahwa akal 

sehat dan wahyu tidak bertentangan—Manusia harus mencari kebenaran 

Tuhan dengan membuka pikirannya terhadap kekuatan nalar daripada 

menunggu datangnya wahyu. Dia kemudian memerintahkan Al-Ma’mun 

untuk mengerahkan semua sumber daya untuk menerjemahkan karya-

karya pemikiran dan ilmu yang hebat ke dalam bahasa Arab karena 

”Pengetahuan tidak mengenal batas wilayah, kebijakan tidak mengenal 

ras atau kebangsaan. Menolak pemikiran sama dengan menolak kerajaan 

Tuhan..”

48 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Cerita itu berlanjut untuk menerangkan bagaimana setelahnya Al-

Ma’mun memerintahkan anak buahnya pergi ke Byzantium dan mem-

bawa semua buku paling hebat, menyuruh ke Gundeshapur di Persia dan 

membawa kembali isi dari perpustakaan besarnya, menemukan cende-

kiawan dan penerjemah terbaik, dan akhirnya membangun sebuah pusat 

di istana Baghdad untuk pendidikan dan penggalian ilmu pengetahuan 

yang disebutnya sebagai Baitul Hikmah.

Baitul Hikmah

Banyak perhatian diarahkan kepada Baitul Hikmah yang dibangun Al-

Ma’mun. Beberapa peneliti menggambarkannya sebagai lembaga untuk 

mempelajari sains dan ilsafat. Di sinilah, menurut penelitian mereka, 

semua cendekiawan terhebat bekerja dan berdebat, dan di sana tidak 

pernah terhenti suara desisan alat tulis di atas kertas saat berbagai hasil 

karya klasik Yunani diterjemahkan ke bahasa Arab. Dalam versi itu, 

Baitul Hikmah menjadi institut penelitian sains yang mempunyai visi 

hebat sekaligus cikal bakal universitas. Sebenarnya, tidak banyak yang di-

ketahui tentang Baitul Hikmah ini dan banyak ahli sejarah kini berpikir 

bahwa statusnya sebagai universitas atau pusat penelitian terlalu dibesar-

besarkan. Baitul Hikmah sudah dipastikan adalah perpustakaan dan men-

jadi tempat penerjemahan serta penelitian astronomi khususnya di tahun-

tahun terakhir Al-Ma’mun. Tetapi di luar itu, bukti buku sejarah tidak 

cukup kuat untuk menyimpulkan lebih jauh lagi.

Meskipun demikian, sangatlah jelas bahwa ketertarikan Al-Ma’mun 

terhadap sains adalah sungguh-sungguh dan cukup dalam. Di samping 

Baitul Hikmah, dia mendirikan salah satu observatorium pertama Islam 

di Shamsiya pada tahun 829 dan sejak awal membuat pembaruan penting 

atas astronomi kuno seperti pengukuran titik terjauh matahari dan per-

gerakan planet. Dia juga memerintahkan pembuatan peta dunia dengan 

seakurat mungkin dengan pengetahuan yang dimiliki saat itu. Dan pada 

tahun 820 dia memerintahkan kakak beradik Bani Musa memeriksa se-

suatu yang pernah dibacanya dalam salah satu buku sains kuno yang baru 

saja diterjemahkan. Sesuatu itu adalah pengukuran lingkar bumi, sejauh 

49 Sang Khalifah Sains

24.000 mil (38.000 km). Dengan kecerdasannya Bani Musa membuat per-

hitungannya dan mengonirmasikan ketepatan perhitungan itu, seperti 

yang akan kita lihat sebentar lagi. Namun Al-Ma’mun masih tidak puas. 

Dia mengirimkan Bani Musa untuk mengulangi perhitungan itu di tempat 

lain dan ketika mereka kembali membuktikan perhitungan kuno itu me-

mang benar, barulah sang khalifah merasa puas. Dengan khalifah yang 

memiliki ketertarikan akan keakuratan sains seperti itu, tidaklah aneh jika 

sains berkembang dengan pesat.

Orang yang membantu proyek penghitungan keliling bumi Al-Ma’mun 

adalah salah satu ilmuwan Muslim terhebat sepanjang masa, al-Khawarizmi 

yang brilian, dan di bawah perlindungan Al-Ma’mun-lah dia mengeluar-

kan beberapa karya terbaiknya. Beberapa sumber menunjukkan bahwa 

al-Khawarizmi bekerja di Baitul Hikmah; lainnya mengatakan bahwa dia 

bekerja secara mandiri. Namun Baghdad di bawah pimpinan Al-Ma’mun 

adalah tempat yang sempurna untuk mengembangkan bakatnya. Saat tiba 

di sana dia menemukan Hunayn bin Ishaq sedang menerjemahkan Stoikhia 

(Elemen) karya Euklides, lainnya menerjemahkan Pythagoras, dan ada 

yang menerjemahkan karya Arkhimedes tentang bentuk bola dan dan 

lingkaran, serta karya lainnya. Selain itu, dia diberi modal untuk mencari 

arsip penting sampai ke India. Mungkin tidak pernah terjadi lagi di dunia 

kuno selain Baghdad atau di zaman mana pun kecuali di masa Al-Ma’mun, 

seorang cendekiawan mampu memenuhi potensi dirinya dengan sedemi-

kian spektakulernya, seperti yang akan kita lihat di bab-bab berikutnya.

Penguasa yang Bijaksana?

Sepertinya tidak diragukan lagi bahwa Al-Ma’mun memainkan peranan 

penting dalam menciptakan suasana yang mendukung perkembangan sains 

di Baghdad dan mendorong pergerakan penerjemahan. Dia pendukung 

kemajuan ilmu demi ilmu itu sendiri dan demi politik pragmatis. Lagipula, 

kekhalifahan belum berhenti berperang, baik di dalam negeri maupun de-

ngan Byzantium. Bani Abbasiyah memiliki hubungan dengan keluarga 

Nabi tetapi Al-Ma’mun baru saja membunuh kakaknya dan ingin menekan-

kan bahwa dia adalah pilihan yang rasional sebagai khalifah dan memiliki 

50 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

hubungan dengan keluarga yang dipilih oleh Tuhan. Menariknya, dia me-

ngatakan bahwa Ali, sepupu Muhammad, adalah manusia terbaik setelah 

sang Nabi. Jadi dia berusaha untuk mengakomodasi semua pihak yang me-

nentangnya.

Pengumuman perang terhadap Byzantium di tahun 830 mungkin cara 

yang efektif untuk membuktikan bahwa dia Muslim berdedikasi tinggi. 

Pada saat perjalanan pulang dari salah satu perangnya, dia telah mengubah 

tulisan di Kubah Shakhrah (Dome of the Rock) di Yerusalem untuk 

menunjukkan bahwa dia, dan bukan Khalifah Abdul Malik dari Bani 

Ummayah yang membangunnya. Mungkin beberapa orang bisa tertipu 

olehnya tetapi hal itu menunjukkan bahwa persepsi publik sangatlah 

penting dalam pikiran al-Ma’mun.

Pendukung al-Ma’mun bekerja sama dengan banyak orang yang 

mengungkapkan kisah tentang sang Khalifah. Dia digambarkan sebagai 

seorang rasionalis, kekuatan pendorong di belakang modernisasi Islam 

dan menguasai sains. Dia menjadikan sekelompok cendekiawan yang di-

sebut Muktazilah menjadi penasihatnya. Kelak kaum Muktazilah dilihat 

sebagai pelaku bid’ah oleh banyak umat Muslim namun cara pandang me-

reka terlihat masuk akal bagi Al-Ma’mun karena dia ingin membangun 

negara yang kuat berdasarkan akal sehat.

Kaum Muktazilah meyakini, seperti semua umat Muslim, bahwa Alqur-

an adalah irman Tuhan. Namun menurut pandangan mereka, Alquran 

diciptakan dengan tuntunan Tuhan dan keberadaannya tidak kekal. Me-

reka juga meyakini bahwa akal sehat manusia yang menjadi kunci kebi-

jaksanaan dan memahami Tuhan. Pemikiran ini sebagian besar diambil 

dari ilsafat bangsa Yunani tetapi juga bagian dari pemikiran Islam yang su-

dah ada sejak lama dengan konsep ilm (pengetahuan) dan aql (kecerdasan 

dan nalar manusia).

Inkuisisi Para Rasionalis

Namun ironisnya, walaupun mereka membela akal sehat, namun kaum 

Muktazilah dan Al-Ma’mun memaksakan keyakinan mereka kepada 

orang lain dalam cara yang tidak masuk akal. Perdebatan dan peperangan 

51 Sang Khalifah Sains

teologi yang berlangsung di zamannya dikenal sebagai peperangan antara 

rasionalis yang dipimpin Al-Ma’mun dan tradisionalis yang meyakini 

bahwa Alquran tidak diciptakan oleh manusia tetapi diwahyukan oleh 

Tuhan. Namun mereka yang disebut sebagai tradisionalis, dalam jangka 

panjang, ternyata dalam beberapa hal lebih radikal, atau paling tidak 

sepertinya menantang keadaan status quo pihak yang memerintah. Al-

Ma’mun kembali mempertahankan posisinya dan menekan oposisi yang 

mulai berkembang melawan dirinya dengan polisi atau penyelidikan yang 

disebut sebagai mihnah.

Pada tahun-tahun terakhir kehidupannya, Al-Ma’mun memerintahkan 

gubernur setiap provinsi mengumpulkan para ulama agar mengakui bah-

wa Alquran diciptakan dan bukan irman Tuhan. Mereka yang menolak 

akan dipecat dari jabatannya, dijebloskan ke dalam penjara, dan bahkan 

dicambuk. Banyak yang berpihak pada Al-Ma’mun dalam hal-hal lain 

menolak membuat pengakuan karena mereka menilai masalah ini seba-

gai campur tangan negara atas masalah pribadi. Sebagai bentuk protes, 

beberapa cendekiawan melakukan permainan yang sangat mirip dengan 

interogasi di tahun-tahun pemerintahan Stalin, seperti percakapan beri-

kut yang terjadi antara gubernur Baghdad dengan seorang cendekiawan 

ahli hukum yang bernama Bishr. 

Gubernur kepada Bishr: Apa pendapatmu tentang Alquran?

Bishr: Alquran adalah irman Tuhan.

Gubernur: Itu bukan pertanyaanku. Apa Alquran diciptakan?

Bishr: Tuhan adalah pencipta semuanya.

Gubernur: Apa Alquran itu benda?

Bishr: Ya.

Gubernur: Jadi Alquran diciptakan?

Bishr: Alquran tidak sama dengan sang pencipta.

Gubernur: Bukan itu yang kutanyakan. Apakah Alquran diciptakan?

Bishr: Aku tidak mau berbicara apa-apa lagi.

—Diambil dari Al-Ma’mun oleh 

Michael Cooperson, Oneworld, 2005

Ketika percakapan seperti ini sampai di telinga al-Ma’mun, ia meme-

52 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

rintahkan untuk memenggal para pembakang. Di bawah ancaman ini, ba-

nyak cendekiawan yang mengundurkan diri. Tidaklah mengejutkan jika 

orang Muslim zaman sekarang memandang al-Ma’mun bukan sebagai pen-

dukung nalar dan pendorong Zaman Keemasan Sains Islam melainkan 

sebagai diktator sesat yang membungkam kebebasan berpendapat. 

Perlawanan

Saat ditinjau kembali, mungkin kesalahan terbesar Al-Ma’mun adalah 

saat menghukum mati Ahmad bin Hambal, sosok besar dalam teologi 

Islam dan pencetus madzhab keempat Islam. Imam Ahmad meyakini 

bahwa sang khalifah seharusnya memiliki kewenangan dalam masalah po-

litik tetapi tidak dalam masalah spiritual. Itu tantangan langsung terha-

dap Al-Ma’mun yang juga melihat Imam Ahmad sebagai ancaman ilmu 

pengetahuan dan rasionalisme serta meyakini bahwa ia harus menggunakan 

kekerasan untuk menyingkirkan sudut pandangan Imam Ahmad.

Pada tahun 833, Imam Ahmad dipanggil untuk menemui Al-Ma’mun 

tetapi sang khalifah meninggal sebelum sang ulama bisa menemuinya dan 

dia dibawa ke hadapan penerus Al-Ma’mun yaitu adiknya al-Mu’tashim. 

Sang khalifah baru bertanya kepada Imam Ahmad untuk mengulangi 

apa yang pernah ditanyakan kepadanya: apakah Alquran diciptakan Tu-

han. Sang ulama menjawab bahwa argumentasi teologi seperti itu sangat 

memecah belah dan akan lebih baik bila semua sepakat bahwa Alquran 

adalah wahyu Tuhan dan tidak memperdebatkannya lagi. Sang khali-

fah sangat marah mendengarnya dan memerintahkan sang ulama untuk 

dicambuk. Dia bergeming dan akhirnya dijebloskan ke penjara di mana 

dia meringkuk selama 28 bulan. Saat dibebaskan, dia ditempatkan sebagai 

tahanan rumah.

Penentang rasionalis sekarang telah memiliki pahlawan dan syuhada-

nya. Bertahun-tahun kemudian, dalam bukunya yang dalam bahasa Inggris 

berjudul Heirs of the Prophets, Rajab al-Hambali, dikenal juga sebagai Imam 

Ibnu Rajab, seorang pengikut madzhab Imam Ahmad menggambarkan 

sejumlah cendekiawan—termasuk ilmuwan-ilmuwan besar—pengikut Al-

Ma’mun sebagai koruptor dan berutang budi kepada negara. Sebaliknya, 

53 Sang Khalifah Sains

mereka yang seperti Ahmad bin Hambal digambarkan sebagai orang jujur 

dan benar. Oleh karena itu, sains dan pembelajaran dilihat sama dengan 

kejahatan dan kediktatoran. Namun persepsi semacam itu tidak hanya 

dipegang oleh masyarakat di zaman Dinasti Abbasiyah.

Misi Piramida

Sekarang sungguh sulit melihat gambaran Al-Ma’mun mana yang lebih 

akurat—pendukung nalar yang tercerahkan dan pahlawan sains Islam atau 

diktator yang terobsesi kekuasaan dan tidak religius. Tampaknya kedua 

hal itu ada benarnya. Ada cerita tentang dirinya yang menunjukkan rasa 

hausnya akan ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang didapatkan seiring-

an dengan pengetahuan.

Rupanya, berita tentang Piramida Besar Giza yang berisi peta-peta 

dan tabel tentang bumi dan perbintangan yang akurat telah mencapai 

telinga Al-Ma’mun. Jadi pada tahun 820 dia mengirim sebuah ekspedisi 

ke Mesir yang membawa tim insinyur dan ilmuwan. Selama berhari-hari, 

mereka menjelajahi sisi utara piramida dalam upya mencari pintu masuk. 

Karena tidak bisa menemukannya, Al-Ma’mun menyuruh timnya untuk 

membuat lubang di tempat yang mungkin menjadi pintu masuknya. 

Karena tidak atau hanya sedikit kemajuan yang diraih, mereka mencoba 

memanaskan dindingnya dengan menyalakan api besar dan menuangkan 

cuka dingin ke atas batu gamping yang panas itu. Akhirnya, beberapa 

temboknya runtuh, dan tim Al-Ma’mun menemukan jalan masuk. Na-

mun, sekian banyak hambatan masih merintangi jalan mereka, dan pasti-

nya membutuhkan kegigihan yang luar biasa untuk meneruskan misi itu. 

Namun setidak-tidaknya mereka menemukan sebuah ruangan, kini diper-

kirakan ruangan untuk sang Ratu, namun ruangan itu kosong… ataukah 

memang demikian adanya?

54 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

6

Berkembangnya Andalusia

Pohon palem tumbuh di tengah-tengah Rusafah

Dilahirkan di barat, jauh dari tanah pohon palem

Aku berkata kepadanya: kamu seperti aku, jauh dan terasingkan

Berpisah dengan keluarga dan teman-teman,

Kamu telah muncul dari tanah yang asing bagimu

Dan aku seperti dirimu, jauh dari rumah

Puisi yang ditulis di Cordoba oleh Pangeran Abdur Rahman 

dari Bani Umayyah yang diasingkan, pendiri Dinasti Umayyah 

di Andalusia

Walaupun sepertinya tidak terlihat seperti itu di zamannya, revolusi Abba-

siyah di tahun 750 telah membantu terciptanya jurang pemisah dunia 

Arab selama beratus-ratus tahun setelahnya, antara timur dan barat, dan 

antara Muslim Syiah dengan Sunni. Tidak diragukan lagi, untuk meng-

hindari pertentangan terhadap pemerintahannya di masa yang akan da-

tang, Bani Abbasiyah yang memenangkan revolusi mengundang keluarga 

Umayyah ke makan malam rekonsiliasi di Damaskus kemudian memban-

tai semua yang hadir. Paling tidak itulah dugaan mereka.

Luar biasanya, di malam banjir darah yang mengerikan itu muncul 

salah satu kejayaan yang paling hebat dan tidak terduga dalam revolusi 

Islam. Dua orang pangeran remaja Bani Umayyah yang bernama Abdur 

Rahman dan Yahya bersembunyi di dalam istana saat pembantaian itu 

terjadi. Dengan bantuan seorang pembantu berdarah Yunani yang setia, 

Bedr, kedua pangeran itu melarikan diri sebelum tanda bahaya sempat di-

bunyikan. Tentara Bani Abbasiyah menemukan mereka sedang berenang 

55 Berkembangnya Andalusia

menyeberangi sungai Eufrat. Yahya terbawa arus dan terdorong kembali 

ke tangan para tentara Abbasiyah yang langsung memenggalnya. Abdur 

Rahman yang berusia enam belas tahun dan Bedr berhasil menyeberangi 

sungai lalu memulai petualangan yang membawa mereka melewati Mesir 

dan menyeberangi Afrika Utara ke Spanyol, menghindari tentara Abba-

siyah yang mengejarnya. Tetapi bukan pelarian Abdur Rahman ini yang 

terbukti menjadi bagian yang paling luar biasa dalam sejarah hidupnya.

Islam Tiba di Iberia

Umat Muslim sudah menginjakkan kakinya di Spanyol lima belas tahun 

sebelum Abdur Rahman muda dilahirkan, saat seorang budak, bernama 

Thariq, yang dimerdekakan lalu menjadi jenderal, pergi ke Spanyol se-

latan untuk memerangi Raja Visigoth Kristen bernama Roderick. Pasuk-

an Thariq memenangkan peperangan demi peperangan melawan tentara 

Visigoth yang lebih banyak—sebagian besar karena banyak tentara Visi-

goth yang bergabung dengan Thariq. Sebuah batu besar kelak dinamai 

menurut namanya, Jabal al-Thariq (Gibraltar atau gunung Thariq).

Pada saat Abdur Rahman mencapai Afrika Utara, banyak daerah di 

Spanyol selatan, atau sebutan lainnya al-Andalus, sudah diperintah oleh 

umat Muslim. Tetapi ironisnya ada ketidakpuasan, walaupun tidak besar, 

di antara orang Kristen dan Muslim yang telah membantu meraih keme-

nangan namun telah dikesampingkan dalam pemerintahan saat mereka 

membentuk daerah kekuasaan dan kotanya sendiri. Ini adalah situasi 

yang dihadapi dan dimanfaatkan pangeran Umayyah muda itu saat ber-

layar menyeberangi Selat Gibraltar menuju Andalusia.

Hiasan Dunia

Sejumlah kecil umat Muslim bergabung dengan Abdur Rahman saat 

melakukan perjalanan menuju Spanyol. Dia mampu mengalahkan pe-

nguasa Cordoba, yang saat itu menjadi salah satu kota utama di Spanyol 

dan memproklamirkan dirinya sebagai penguasa. Selama satu dasawarsa 

56 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

berikutnya, dengan kepemimpinan yang sangat cakap, Abdur Rahman, 

yang juga dikenal sebagai Elang Andalus, memperluas pengaruhnya.

Namun dia tidak puas hanya dengan memegang kendali kekuasaan. Dia 

ingin mengembalikan kejayaan Bani Umayyah dan caranya adalah men-

ciptakan kembali Damaskus di negara Spanyol yang jauh dari kampung 

halamannya. Saat tiba di Cordoba, kota itu adalah kota penting namun 

tidak terurus dengan baik. Abdur Rahman menciptakan kota yang men-

jadi pusat kebudayaan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan untuk me-

nyaingi Baghdad milik Bani Abbasiyah. Cordoba di bawah kekuasaan 

Bani Umayyah juga mengalami Masa Keemasan pengetahuan.

Di istana Kaisar Suci Romawi Otto I, biarawati Hroswitha dari Gander-

sheim menulis di tahun 995 bahwa

Hiasan dunia yang cemerlang bersinar di barat, sebuah kota mulia baru yang 

masyhur akan kekuatan militernya yang telah dikumandangkan oleh bangsa 

Spanyol, Cordoba namanya dan kota itu sangat kaya serta terkenal juga dike-

tahui karena kemewahan dan kegemerlapan akan banyak hal, khususnya tujuh 

arus kebijaksanaannya…

—Dikutip dari Ornament of the World karya Maria Rosa 

Menocal, Little, Brown, 2002

Di jantung Cordoba terdapat masjid baru yang akhirnya menjadi salah 

satu masjid Islam terindah, tetapi kota itu juga memiliki ratusan masjid 

lain. Kota itu memiliki banyak rumah pemandian dan rumah sakit. Un-

tuk dirinya sendiri, Abdur Rahman telah membangun sebuah istana yang 

diberinya nama Istana Damaskus di tengah-tengah kebun yang indah, di-

ciptakan untuk mengingat tempat berlibur kakeknya di Syria, dilengkapi 

dengan pohon palem dan banyak tanaman yang baru dilihat pertama kali-

nya di Spanyol—yang menjadi inspirasi bagi puisi di awal bab ini.

Selain kebun, vila yang indah, halaman luas dan air mancur, lapangan 

rumput dan jalanan lebar membuat Cordoba menjadi salah satu tempat 

yang paling diinginkan untuk dijadikan tempat tinggal dari semua negara 

Islam dan dalam waktu singkat telah menarik sejumlah bakat besar. Para 

cendekiawan dan dana yang berlimpah memastikan kota itu memiliki 

akses terhadap kenyamanan modern, mulai dari air di setiap rumah utama 

sampai lampu jalanan. Sementara itu, pengenalan berbagai teknik bertani 

57 Berkembangnya Andalusia

dan metode irigasi telah membuat pedesaan menjadi tanah pertanian 

yang produktif, dengan kebun jeruk dan zaitun yang luas begitu juga la-

dang gandum, memastikan kota itu tercukupi pangannya.

Namun permata Cordoba adalah perpustakaannya. Perpustakaan Dinas-

ti Umayyah di Cordoba adalah salah satu dari sekitar 75 buah perpustakaan 

di kota, namun diperkirakan memiliki 400.000 buku di dalamnya—pada 

masa ketika perpustakaan terbesar di Eropa tidak memiliki buku sebanyak 

itu. Edward Gibbon menggarisbawahi skala besar itu dengan menunjukkan 

bahwa katalognya saja berjumlah 44 jilid. Banyak buku yang selamat dari 

masa pemerintahan Islam ini tetapi jumlah yang besar ini menunjukkan 

bahwa koleksi perpustakaan itu hanyalah sebagian kecil dari buku yang 

beredar di masa itu, sisanya terbakar atau hilang saat kekuasaan Dinasti 

Umayyah di Spanyol menyurut. Sungguh menggoda memikirkan apa yang 

kiranya ada di dalam buku-buku itu dan kontribusi apa yang mungkin me-

reka berikan bagai ilmu pengetahuan. Mungkin buku-buku yang paling 

penting telah diselamatkan atau dibawa dalam pemikiran cendekiawan ter-

kemuka seperti Musa bin Maymun (Maimonides) dan Walid ibnu Rusyd 

(Averroes). Tetapi kita hanya bisa menduga-duga.

Menarik Orang Berbakat

Selama berabad-abad di bawah pemerintahan Dinasti Umayyah (yang 

akhirnya mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah melawan Dinasti Abba-

siyah di Baghdad tahun 929) Cordoba bersinar dan banyak cendekiawan 

Islam paling pintar dan hebat mulai mempertimbangkan Cordoba dan 

Andalusia sebagai tempat bernaung dibandingkan Baghdad. Di sana ter-

dapat baik uang maupun gaya hidup yang sangat menarik.

Salah satu orang berbakat yang tertarik ke tempat ini adalah Abu 

al-Hasan Ali bin Nai, yang dikenal sebagai Ziryab yang berarti ”burung 

hitam”. Ziryab yang mulanya adalah budak dari Irak dibawa ke Cordoba 

pada tahun 852 oleh penguasa Abdur Rahman III dengan gaji yang cukup 

besar. Tak lama kemudian, sang burung hitam ini membuat orang-orang 

terpukau dengan oud1 buatannya yang terdiri atas lima senar dan dengan 

1oud = versi awal gitar Spanyol

58 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

lagu-lagu cintanya. Orang-orang memotong rambutnya pendek seperti 

pujaannya. Mereka mengikuti gaya berpakaiannya yang berupa pakaian 

dari katun dan sutra berwarna cerah di musim panas dan wol warna-warni 

di musim dingin. Dia memperkenalkan peralatan makan dari porselen, 

bersantap dengan tiga-menu yang sederhana, bermain catur dan polo, 

dan bahkan pasta gigi. Memang, sepertinya tidak ada aspek kehidupan 

nyaman bergaya baru yang tidak dibawa oleh Ziryab ke kota itu. 

Namun bukan hanya karena kehidupan yang nyaman saja orang-orang 

berbakat ini datang ke Andalusia; kota ini juga menjadi magnet para cen-

dekiawan—dan khususnya para pemikir serta ilsuf. Para pemimpin Bani 

Umayyah dan rombongannya yang kaya memastikan bahwa Cordoba 

dan kota-kota Andalusia lainnya seperti Toledo dan Sevilla memiliki 

perpustakaan yang lengkap dengan buku serta pekerjaan berpenghasilan 

tinggi untuk orang-orang cerdas. Seperti Baghdad, Cordoba adalah kota 

kosmopolitan, dan umat Kristen serta khususnya Yahudi mendapati bahwa 

mereka diterima di kota ini. Selama berabad-abad  kehidupan intelektual 

Yahudi berkembang dalam Zaman Keemasan Yahudi dan banyak pemikir 

Yahudi yang terlibat dalam apa yang disebut sebagai Sekolah Toledo, 

menerjemahkan karya berbahasa Arab ke bahasa Latin.

Selain umat Muslim, cendekiawan lainnya adalah orang Kristen dan 

Muzarab—yaitu orang Kristen yang telah belajar berbicara bahasa Arab 

dan mereka yang telah mengadopsi gaya hidup orang Arab. Cendekiawan 

Muzarab kelak memainkan peranan kunci dalam mengirimkan pengetahu-

an baru dari negara-negara Arab ke berbagai daerah di Eropa. Mereka 

menjadi penghubung yang tak ternilai harganya seperti kaum Kristen 

Nestor dalam menerjemahkan ilmu pengetahuan klasik Yunani ke bahasa 

Arab di Baghdad.

Kehadiran berbagai komunitas agama yang berbeda di Spanyol—kelak 

disebut sebagai convivencia—kadang-kadang diperbandingkan dengan ma-

syarakat multibudaya di negara-negara Barat pada zaman sekarang. Tidak 

diragukan lagi keduanya memiliki persamaan. Sebagai contoh, seperti 

di zaman sekarang, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan inovasi di abad-

abad itu adalah hasil dari penelitian dan para cendekiawan dari berbagai 

negara dan latar belakang budaya yang berbeda bekerja bersama-sama 

atau tinggal di tempat yang sama. Tetapi ada juga perbedaannya. Umat 

59 Berkembangnya Andalusia

Kristen dan Yahudi di al-Andalus memiliki status hukum yang berbeda 

dengan umat Muslim. Seperti yang ditemukan di tempat lain dalam du-

nia Islam, warga non-Muslim harus membayar pajak yang berbeda, me-

reka tidak diwajibkan untuk mengikuti militer, dan mereka tidak berhak 

dipertimbangkan menempati posisi penguasa atau khalifah. Selain itu, 

ada larangan dalam mendakwahkan ajaran selain Islam atau menjelek-

jelekkan sosok mulia dari sejarah Islam. Hasilnya, di abad ke-9, sekelom-

pok orang Kristen bunuh diri saat melakukan protes karena tidak diizin-

kan mengkritik Nabi Muhammad yang dipandang umat Muslim sebagai 

tindakan penghujatan.

Sayap Api

Salah satu ilmuwan Andalusia yang pertama dalam periode ini adalah 

Abbas bin Firnas. Dilahirkan di Izn-Rand Onda (Ronda) pada tahun 

810, dia mulanya dibawa ke Cordoba untuk mengajarkan musik. Tetapi 

begitu tiba di kota itu dia menunjukkan bakatnya yang luar biasa sebagai 

penemu. Dia memiliki ketertarikan istimewa terhadap kaca, dan menurut 

banyak orang telah memproduksi gelas minum dari kaca bening. Gelas 

bening tanpa warna sudah ada sejak zaman Romawi tetapi dengan me-

manipulasi campurannya, dia menciptakan kaca yang sedemikian bening-

nya sehingga penyair sezamannya al-Buhturi mengatakan seakan-akan 

cairan di dalam gelas melayang tanpa penopang. Diperkirakan kaca be-

ning seperti itu yang digunakan Ibnu Firnas unuk menciptakan lensa de-

ngan tujuan membantu penglihatan dan membesarkan benda. Salah satu 

ciptaannya yang banyak dibicarakan adalah ruangan simulasi langit. Di 

dalam ruangan itu terdapat sebuah mesin besar yang menunjukkan per-

gerakan planet, dan orang-orang juga terpukau saat melihat bintang, awan, 

guntur dan bahkan petir diciptakan oleh mekanisme yang tersembunyi di 

ruangan bawah tanah sang penciptanya.

Namun yang paling terkenal, Ibnu Firnas konon salah satu pelopor 

penerbangan. Beberapa sumber mengatakan bahwa dia terinspirasi saat 

melihat pemain akrobat bernama Armen Firman yang selamat setelah 

meloncat dari salah satu puncak menara dekat Masjid Agung sembari 

60 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

mengenakan jubah sutra yang sangat longgar yang dikaitkan ke rangka 

kayu. Lainnya mengatakan bahwa pemain akrobat itu adalah Ibnu Firnas 

sendiri dan Armen Firman hanyalah bentuk Latin dari namanya. Kemung-

kinannya seperti itu. Entah dia orang yang selamat atau penonton, Ibnu 

Firnas memutuskan bahwa dia bisa melakukannya dengan lebih baik lagi. 

Untuk usaha berikutnya, dia membuat sayap besar seperti gantole mo-

dern dari sutra dan bulu elang di atas kerangka kayu ringan. Setelah 

beberapa percobaan yang sukses di padang pasir dia memutuskan sudah 

waktunya menampilkannya di depan khalayak ramai.

Kerumunan orang berkumpul saat Ibnu Firnas, yang waktu itu berusia 

hampir 70 tahun, mengenakan sayapnya di puncak tebing tinggi di taman 

Rustafa di Cordoba. Kemudian dengan keberanian yang tiada bandingnya 

dia meloncat ke udara. Semua orang tampak terkejut karena dia tidak 

langsung jatuh ke bawah. Namun dia melayang di udara, berputar bebe-

rapa kali selama sekitar sepuluh menit, kemudian akhirnya mendarat ke 

tanah. Sayangnya, dia tidak menyadari kecepatan yang harus diambil 

untuk memperlambat laju terbangnya, sehingga dia menghantam tanah, 

sayapnya patah dan menyebabkan punggungnya terluka parah. Kemudian, 

dia menyadari bahwa burung menggunakan ekornya untuk melambatkan 

laju pendaratan—dan dia mendarat dengan keras karena tidak memiliki 

ekor itu. Tetapi dia sudah terlalu tua untuk mencobanya kembali. Paling 

tidak begitulah kisahnya. Sebagaimana dengan ilmu pengetahuan di za-

man Islam, pengetahuan kita tentang Ibnu Firnas datang dari laporan 

pihak ketiga dan bukan dari orang itu sendiri.

Masa Survei

Tidak ada yang bisa menandingi penerbangan Ibnu Firnas sebagai pertun-

jukan yang hebat tetapi beberapa peralatan yang dibuat oleh al-Zarqali 

(Arzachel) di Toledo pada abad ke-12 lebih hebat lagi. Al-Zarqali mulanya 

seorang pandai besi sederhana tetapi dia rupanya memiliki keahlian da-

lam membuat peralatan astronomi sehingga ahli astronomi Toledo men-

dorongnya untuk belajar lebih banyak tentang teori astronomi. Setelah 

belajar selama beberapa tahun, al-Zarqali mulai membuat peralatan astro-

nominya sendiri.

61 Berkembangnya Andalusia

Dia berhasil membuat desain astrolab baru yang canggih lalu dijadikan 

standar selama beberapa abad berikutnya. Ada beberapa kegunaan seder-

hana peralatan astronomi yang rumit ini. Seorang ilmuwan Andalusia 

bernama Maslama al-Majriti (dari Madrid) menemukan bahwa dia bisa 

menggunakan astrolab itu untuk mensurvei lapangan dengan akurat se-

hingga dapat menyelesaikan masalah warisan tanah yang sudah biasa 

ditemukan di zaman itu. Al-Zarqali juga membuat astrolab yang mudah 

digunakan untuk seseorang dengan pengetahuan astronomi yang seadanya. 

Modelnya meniru ”laba-laba” rumit yang menunjukkan pergerakan pla-

net-planet dan sangat mudah dikuasai oleh pemula. Astrolab pemula ini 

digunakan dalam astronomi, survei, dan juga dalam astrologi.

Karya terbesar al-Zarqali adalah jam air rumit yang tidak hanya me-

nunjukkan jam pada hari itu tetapi juga fase bulan—penting untuk Islam 

dalam menentukan awal tahun komariah yang baru. Alat ini menjadi pe-

narik turis di Toledo selama berabad-abad sampai seorang pencipta yang 

penasaran diizinkan membongkarnya untuk melihat cara kerjanya—na-

mun tidak bisa memasangnya kembali.

Namun hasil karya al-Zarqali tidak hanya hal yang praktis semata. Dia 

memberikan sejumlah kontribusi penting bagi ilmu astronomi. Dia mem-

buktikan bahwa aphelion—titik terjauh antara matahari dan bumi—ber-

ubah sedikit setiap tahunnya terhadap latar-tetap bintang-bintang. Dia 

mengukur pergerakan yang amat kecil ini dan menghitung bahwa aphelion 

bergerak 12,04 detik setiap tahunnya. Pengukuran modern menunjukkan 

angka 11,8 detik. Pengukurannya yang akurat membantunya berkontribusi 

untuk buku astronomi Tables of Toledo2, yang terkenal atas keakuratannya 

dan kelak dikutip oleh Copernicus. Dan dia menciptakan al-manakh 

(almanak) pertama yang berisi sejumlah tabel yang membuat kita bisa 

2Tables of Toledo adalah karya sekelompok astronom Toledo pada abad ke-11 dan ke-

12, dipimpin oleh Sa’id al-Andalusi dan termasuk al-Zarqali. Buku ini dibuat berdasarkan 

tabel yang telah dibuat oleh al-Khawarizmi dan al-Battani tetapi meliputi beberapa 

observasi baru oleh al-Zarqali. Diperkirakan buku ini adalah upaya untuk menyesuaikan 

data garis lintang Toledo, yang menjadi garis bujur astronomi baru. Tetapi ternyata ter-

dapat sejumlah kesalahan besar sehubungan dengan pergerakan Merkurius dan Mars. 

Namun mereka semua menjadi terkenal di seluruh Eropa selama beberapa abad dan di 

dalam The Franklin’s Tale karya Chaucer, sang juru tulis dengan bangga memamerkan 

”Tables Tolletanes” miliknya.

62 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

membandingkan kalender Islam dengan kalender lainnya dengan sangat 

sederhana dan dengan mudah untuk pertama kalinya.

Para Dokter di Spanyol

Perintah sang Rasul untuk mengurus orang sakit menyebabkan ilmu pe-

ngetahuan kedokteran juga berkembang pesat di zaman Islam, dan Cor-

doba, seperti kota lainnya, menjadi terkenal atas perawatan kesehatan-

nya. Cordoba memiliki rumah sakit yang dilengkapi persediaan air, kamar 

mandi, ruangan berbeda untuk jenis penyakit yang berbeda yang dipim-

pin oleh seorang spesialis, dan terbuka 24 jam setiap harinya untuk siapa 

pun yang terkena penyakit. Terdapat banyak dokter, yang sebagian besar 

dididik di rumah sakit di Baghdad. Saat mereka kembali ke Spanyol, 

beberapa orang cukup beruntung diberi rumah di kompleks istana di 

luar Cordoba di Medinat al-Zahra (kota Zahra, diberi nama sesuai putri 

Muhammad).

Salah satu dokter Andalusia yang paling popular adalah Ibnu Shuhaid. 

Dia merekomendasikan para pasiennya untuk memperbaiki pola makan 

dan memberikan obat-obatan hanya jika rekomendasinya terbukti tidak 

efektif. Sebagian besar dokter Andalusia kemungkinan besar adalah dokter 

praktek dan bukannya ahli teori kedokteran yang menciptakan berbagai 

obat baru. Al-Zahrawi, yang meninggal pada tahun 1013, menjadi salah 

seorang dokter bedah yang paling terkenal di Eropa, dan buku panduan 

bedahnya menjadi buku cetak standar selama berabad-abad. Sementara 

itu Ibnu Zuhr (Avenzoar) menulis al-Taysir sekitar tahun 1150 untuk 

Khalifah Abdul Mu’min dari dinasti al-Muwahhidun (Almohad). Buku 

itu menjadi tuntunan pengobatan terapetik di berbagai universitas.

Pemikiran Baru

Tidak diragukan lagi bahwa ilsafat menjadi salah satu warisan paling kuat 

dari negara Islam di Spanyol. Tiga nama khususnya menonjol: mereka ada-

lah Ibnu Rusyd (Averroes), Ibnu Arabi dan Musa bin Maymun (Maimo-

nides, seorang pemikir penting dalam agama Yahudi). Musa bin Maymun 

63 Berkembangnya Andalusia

dan Ibnu Rusyd bekerja dalam banyak bidang tetapi ketiganya mengaju-

kan berbagai pertanyaan mengenai agama dan sains.

Seperti yang akan kita lihat kelak, Ibnu Rusyd menuliskan risalat yang 

sangat terkenal berjudul Tahafut al-Tahafut (Rancunya Kerancuan), untuk 

membantah polemik al-Ghazali terhadap sains yang diungkapkan dalam 

buku Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Para Filsuf) Al-Ghazali menyatakan 

bahwa berbagai kesimpulan yang diraih oleh nalar dan kecerdasan manu-

sia tidak cukup untuk memahami kerumitan dunia dan terlebih lagi tidak 

sesuai dengan ajaran sang Rasul (Nabi Muhammad). 

Ibnu Rusyd mendebat bahwa Alquran memerintahkan manusia untuk 

mencari pengetahuan sehingga setidaknya pencarian ilmu itu benar. Dia 

meyakini bahwa wahyu adalah bentuk tertinggi pengetahuan tetapi me-

rasa sebagian besar orang tidak memiliki kemampuan untuk memahami 

kerumitan pengalaman religius dan oleh karenanya membutuhkan sesua-

tu yang lebih sederhana, yaitu teologi berdasarkan nalar manusia. Ibnu 

Rusyd memiliki pengaruh yang signiikan terhadap para pemikir di dunia 

Latin, seperti Thomas Aquinas.

Tahun 1165 menjadi saksi kelahiran Muhammad bin Arabi di Murcia 

di sebelah selatan Spanyol (dia meninggal tahun 1240 di Damaskus). Ibnu 

Arabi membiarkan imajinasinya melayang jauh dan mencapai tingkat 

yang lebih tinggi. Dia merasa sangat percaya diri dengan kemampuannya 

dan memikirkan cara untuk menciptakan teori tentang segala hal. Pada 

saat yang bersamaan, dia juga dituduh musyrik oleh beberapa golongan 

tradisional Muslim. Ini mungkin karena Ibnu Arabi meyakini bahwa (se-

lain Nabi Muhammad), Tuhan memberikan kemampuan khusus kepada 

beberapa individu dan dia adalah salah seorangnya.

Ibnu Arabi meyakini bahwa nalar manusia berguna sekaligus memiliki 

kekuatan dalam menjelaskan dunia dan menciptakan berbagai hasil 

penelitian. Tetapi baginya, nalar manusia hanyalah satu dari sekian ba-

nyak komponen yang membentuk ”ilmu pengetahuan”, dan Ibnu Arabi 

menunjukkan sesuatu yang sudah disadari ilmuwan paling hebat: bahwa 

kadang-kadang di dalam sains, jawaban atas berbagai masalah yang sulit 

dan sepertinya tidak bisa dipecahkan, bahkan memerlukan ”terobosan”, 

terjadi karena alasan yang tidak bisa dijelaskan hanya oleh ”nalar”. Para 

ilmuwan seringkali membicarakan bagaimana mereka mendapatkan ilham 

64 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

atau bagaimana ilham yang muncul tiba-tiba membantu mereka memper-

oleh kemajuan. Apakah munculnya ilham adalah contoh akal sehat manu-

sia? tanya Ibnu Arabi. Baginya, sudah pasti keberadaan kekuatan lain yang 

tidak bisa dijelaskan yang bekerja sejalan dengan nalar. Memanfaatkan 

kekuatan itu adalah kunci atas ”pengetahuan”.

Ibnu Arabi memusatkan energinya ke dalam pemikiran yang kelak 

disebut oleh para ahli sejarah sebagai ”wahdatul wujud”—dan menjadi 

warisannya yang paling besar. Kesatuan wujud menyatakan bahwa se-

mua wujud di alam semesta ini berhubungan antara satu yang lainnya 

dan juga dengan Tuhan. Ibnu Arabi bukan penulis yang baik, sehingga 

berarti pemikirannya telah ditafsirkan dalam berbagai sudut pandang 

yang berbeda atau benar-benar disalahtafsirkan. Apakah Ibnu Arabi ber-

maksud menyatakan bahwa Tuhan, planet, manusia, tanaman dan bina-

tang berasal dari zat yang sama? Ataukah dia menyatakan bahwa mereka 

memiliki kesamaan sifat? Apakah semua ciptaan adalah organisme super 

yang rumit dan besar? Atau bila dilihat dari sudut pandang lain, apakah 

maksudnya adalah bahwa umat manusia dan lingkungan di sekitarnya 

mirip dengan keluarga besar dan tindakan suatu individu akan memiliki 

pengaruh terhadap yang lainnya? Namun tafsiran lainnya dari kesatuan 

wujud adalah tidak ada yang namanya pihak luar atau ”pihak lain”, yang 

berarti bisa membuat Ibnu Arabi seorang pelopor anti-rasisme.

Pengembangan Terakhir

Pada abad ke-11 kendali Bani Umayyah mulai surut dan di tahun 1090, 

delapan tahun sebelum kematian Ibnu Rusyd, Cordoba dikuasai oleh 

dinasti Almoravid. Ini adalah nama Spanyol untuk sekelompok Muslim 

Afrika Utara yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai al-Murabitun, atau 

mereka yang bersatu untuk mempertahankan agama. Mereka dapat di-

kenali dari penutup wajah, mirip dengan yang dikenakan oleh bangsa 

Tuareg, yang masih berhubungan darah dengan mereka. Dinasti al-Mura-

bitun ini menentang apa yang mereka lihat sebagai kemewahan serta ke-

merosotan kepemimpinan Bani Umayyah dan mereka menyerang untuk 

mengembalikan Andalusia ke dasar-dasar Islam—perkembangan yang 

sering terjadi dalam sejarah Islam.

65 Berkembangnya Andalusia

Dengan jatuhnya Dinasti Umayyah di Cordoba, al-Andalus terbagi 

menjadi sejumlah negara kota. Al-Murabitun bertahan satu abad dan 

diikuti oleh Dinasti al-Muwahiddun, yang memerintah mulai dari 1130 M 

sampai 1269 M. Dalam bahasa Arab, al-Muwahiddun berarti ”unitarian”, 

dan seperti Ibnu Arabi mereka mengambil sudut pandangan alam semesta 

dan semua kehidupan adalah bagian dari Tuhan. Mirip dengan bangsa al-

Murabitun, mereka juga sangat bersemangat mereformasi apa yang mereka 

lihat sebagai kemerosotan moral dalam masyarakat Spanyol. Mereka 

membunuh umat Muslim dan non-Muslim yang tidak sepakat dengan 

mereka, yang berarti orang-orang seperti Maimonides dipaksa untuk me-

ninggalkan rumahnya dan tinggal di bagian lain dari kekhalifahan Islam. 

Sungguh menarik bahwa dalam dua abad yang penuh kekerasan dan 

anti-intelektual menjadi saksi baik perkembangan maupun jatuhnya pem-

belajaran, khususnya ilsafat, di Spanyol Islam.

Banyak ilmuwan Andalusia yang sudah diperkenalkan sebelumnya, 

seperti Ibnu Zuhr dan al-Zarqali, hidup pada saat yang bersamaan. Dan 

periode ini telah meghasilkan dua orang ahli geograi dan petualang 

Islam yang paling terkenal: al-Idrisi dari Cordoba dan Ibnu Battuta. Pada 

tahun 1139, al-Idrisi membuat peta dunia yang sangat terkenal untuk 

raja Norman, Roger dari Sisilia. Peta ini—yang dikenal sebagai Book 

of Roger (Kitab Rudjdjar dalam bahasa Arab)—adalah salah satu karya 

geograi hebat pertama di dunia. Pada peta ini, al-Idrisi menggambarkan 

iklim, masyarakat dan berbagai produk dari berbagai tempat di dunia. 

Dia juga mengungkapkan kisah menarik tentang seorang navigator dari 

Maroko yang terlempar dari jalur perjalanannya di Samudra Atlantik dan 

berlayar ke barat selama 30 hari sebelum kembali untuk mengungkapkan 

kisah tentang tanah yang subur di seberang samudra.

Ibnu Battuta dari Granada adalah salah seorang petualang terhebat 

sepanjang sejarah. Tahun 1325, pada usia 21 tahun, dia naik haji ke 

Mekkah. Dia akhirnya pulang ke kampung halamannya 24 tahun kemu-

dian, setelah mengunjungi tidak hanya Arab, tetapi Mesir, Syria, Irak, 

Afrika Timur, India, Rusia, dan bahkan Cina dan Sumatra. Cerita per-

jalanannya menjadi salah satu buku perjalanan terhebat sepanjang masa 

dan menambah pengetahuan yang cukup besar atas dunia ini.

Pada saat yang bersamaan eksodus umat Muslim dan Yahudi dari 

66 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

al-Andalus sudah dimulai, raja-raja Kristen perlahan-lahan kembali me-

megang kendali di Spanyol. Seringkali, para penguasa baru sangat meng-

hormati cara-cara Islam saat mereka pindah ke selatan, dan tulisan Arab 

seringkali digunakan di berbagai gereja dan sinagoga baru. Tetapi di tahun 

1492, reconquista di bawah Ratu Isabella akhirnya mencapai puncaknya 

dan umat Yahudi dan Muslim harus meninggalkan al-Andalus untuk sela-

manya. Banyak yang tinggal di seberang lautan di Maroko atau di tanah 

Islam lainnya—yang merupakan tempat tinggal saudara jauhnya. Dan tak 

lama setelahnya Inkuisisi Spanyol pun dimulai.

7Setelah Dinasti Abbasiyah Berlalu

Siapakah yang dengan mudahnya menuliskan pengumuman kematian 

Islam dan umat Muslim atau siapakah dia yang memiliki ingatan 

yang sedemikian lemahnya?… Bahkan Dajjal pun akan mengampuni 

para pengikutnya, walaupun dia menghancurkan siapa yang 

menentangnya, tetapi bangsa Mongol tidak mengampuni siapa pun, 

membantai wanita, pria, dan anak-anak, merobek perut wanita hamil 

dan membunuh bayi yang belum dilahirkan.

Ibnu Athir menulis tentang invasi bangsa Mongol 

atas Persia di tahun 1221

Selama sekitar 200 tahun di bawah Bani Abbasiyah, kekhalifahan Islam 

berkembang sedemikian luas dan Baghdad menjadi salah satu kota paling 

kaya dan dinamis di permukaan bumi, sebuah magnet bagi para pemikir 

dan cendekiawan. Namun seperti Dinasti Umayyah yang memerintah sebe-

lum mereka, tidak semua senang dengan Dinasti Abbasiyah dan terdapat 

banyak pertikaian di sejumlah daerah pinggiran. Seperti tahun-tahun ter-

akhir Dinasti Umayyah di Damaskus, ketidakpuasan pun mulai muncul.

Mencium kelemahan di pusat, berbagai keluarga yang menguasai se-

jumlah provinsi mulai mengumumkan kemandiriannya dari kekhalifahan. 

Di Asia Tengah, pemerintahan Dinasti Safawiyah dan Dinasti Samaniyah 

mendeklarasikan sebagai penguasa sementara di barat, di Afrika Utara, 

pemerintahan Dinasti Tuluniyah mendeklarasikan diri di Mesir dan peme-

rintahan Dinasti Aghlabiyah berdiri di Tunisia kemudian di Sisilia.

Dengan semakin berkurangnya penghasilan yang mengalir ke Baghdad 

dan kekuatan sang khalifah semakin menyusut, sistem irigasi di Irak 

68 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

mulai rusak karena kurangnya pemeliharaan dan produksi pertanian pun 

menurun. Baghdad mulai mengalami masa kemunduran. Untuk memper-

tahankan kekuasaan, sang khalifah terpaksa mengandalkan tentara pro-

fesionalnya—dan tentara pun mendapat pengaruh yang lebih besar.

Tidak lagi merasakan bahwa Dinasti Abbasiyah memegang kendali, 

maka Bani Fatimiyah, keluarga yang menyatakan sebagai keturunan 

langsung Nabi Muhammad (melalui putrinya Fatimah), mendeklarasikan 

kekhalifahannya sendiri di Afrika Utara di tahun 909. Dua puluh tahun 

kemudian, pimpinan Bani Umayyah di Cordoba, Abdur Rahman III, men-

deklarasikan dirinya sebagai khalifah juga. Dan akhirnya di tahun 945, 

salah satu jenderal keluarga itu, keluarga Buwaihiyah, masuk ke Baghdad 

dari pegunungan Elborz di utara Iran dan menyerbu kota itu. Orang-orang 

Buwaihiyah membiarkan khalifah tetap berkuasa tetapi mengambil gelar 

sultan dan shahanshah (raja diraja) untuk diri mereka sendiri, mengenang 

raja-raja Sassaniyah kuno.

Pemerintahan Dinasti Fatimiyah

Di antara mereka yang berhasil meneruskan pemerintahan Abbasiyah mung-

kin Dinasti Fatimiyah-lah yang paling banyak meneruskan perkembangan 

sains dan pendidikan. Dinasti Fatimiyah meraih kekuasaan atas dasar 

hubungan darah dengan keluarga Muhammad dan oleh karena itu men-

jadi pewaris sah atas sang Rasul. Mereka penganut aliran Ismailiyah, ca-

bang Islam Syiah. Pemerintahan Abbasiyah adalah pemerintahan yang 

multibudaya dan multi-agama namun semakin lama semakin tidak begitu 

populer dengan umat Muslim, sebagian besar disebabkan interogasi yang 

dilakukan pada mereka yang tidak setuju dengan paham rasionalisme ter-

hadap agama. Diakhirinya inkuisisi Abbasiyah oleh Khalifah al-Ma’mun 

terus memperlemah mereka dan oleh karenanya di penghujung abad ke-9 

untuk pertama kalinya muncul orang-orang Fatimiyah yang cukup kuat 

untuk menentang pemerintahan Bani Abbasiyah.

Akhirnya, Muslim Syiah memegang kekuasaan. Mereka harus me-

nunggu selama tiga abad untuk meraih posisi itu dan saat sudah menda-

patkannya mereka memastikan bahwa kekuasaan mereka akan berlang-

sung selama mungkin. Bani Fatimiyah memerintah dari tahun 909 

sampai 1171 dan menjadikan Kairo sebagai ibu kotanya. Seperti Bani 

69 Setelah Dinasti Abbasiyah Berlalu

Abbasiyah, Bani Fatimiyah menjadi pelindung sains, kedokteran, ilmu 

teknik, dan pendidikan. Sampai tahap tertentu, mereka adalah orang 

yang rasionalis dan bisa sekeras seperti, katakanlah, al-Ma’mun. Para 

pendiri Dinasti Fatimiyah berupaya menyebarkan agamanya, dan bagi 

mereka, pendidikan dilihat sebagai mesin penting untuk penyebaran 

agama—tidak seperti sudut pandang yang diambil oleh para penentang 

al-Ma’mun, cendekiawan tradisionalis di Baghdad. Dalam hal ini mereka 

lebih dekat dengan agama yang merakyat dibandingkan dengan Dinasti 

Abbasiyah, yang berarti mereka tidak menghabiskan banyak waktu untuk 

ilmu astrologi. Namun mereka sangat tertarik dengan astronomi dan pem-

bangun institusi yang lebih baik. Warisan mereka yang paling terkenal 

adalah Universitas Al-Azhar yang dibangun tahun 988. Universitas ini 

pada awalnya dimaksudkan untuk mendidik para calon penyebar agama, 

dan adalah salah satu dari lembaga pendidikan dan penelitian dunia ter-

tua yang masih berjalan sampai saat ini.

Jika ada salah satu khalifah Dinasti Fatimiyah yang menonjol di antara 

yang lainnya, kandidat terkuat haruslah al-Hakim, yang memerintah 

selama 25 tahun mulai tahun 996 sampai 1021. Dia adalah pelindung 

ilmu pengetahuan seperti khalifah al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah 

tetapi tidak begitu besar keinginannya untuk menguasai wilayah Kristen 

dan segera mengadakan gencatan senjata dengan kaisar Byzantium. Dan 

dia pun tampaknya tidak memiliki keinginan untuk memaksakan rakyat-

nya agar memiliki pandangan yang sama tentang agama dan lebih merasa 

senang saat melihat kekhalifahan Fatimiyah menyediakan ruangan yang 

netral untuk berbagai tradisi Islam (yang terus terbagi-bagi) mulai dari 

mereka yang sangat rasionalis sampai ke yang paling ortodoks. Para 

ilmuwan terkenal yang menganut paham Ismailiyah (atau dibesarkan 

di bawah pengaruh Ismailiyah Dinasti Fatimiyah) termasuk Ibnu Sina, 

penulis al-Qanun  al-Thibb (Kanun Kedokteran), dan ahli matematika 

Hassan ibnu al-Haitham yang di antaranya menghasilkan penemuan pen-

ting dalam optika dan astronomi.

Dunia yang Islami

Dalam waktu kurang dari setengah abad, secepat kemunculannya, impe-

rium Islam yang luas yang terhampar lebih dari 6.000 km mulai dari Asia 

70 Ilmuwan-Ilmuwan Muslim

Tengah sampai ke Atlantik telah terpecah-belah. Atau paling tidak keli-

hatannya seperti itu. Hal yang luar biasa adalah bagaimana keadaan yang 

sesungguhnya tidak seperti itu—paling tidak untuk sementara waktu.

Hanya dalam tiga abad saja Islam telah menanamkan akar yang dalam 

di hampir semua wilayah di dunia yang telah disentuhnya bahkan saat 

kekuasaan kekhalifahan tunggal sudah hilang, dan imperium hampir pecah 

seluruhnya, Islam masih kuat seperti dahulu. Kini ada tiga kekhalifahan 

yang terpisah—satu di Baghdad, di Mesir, dan di Spanyol—dan lusinan 

penguasa setempat yang tidak memedulikan kekuasaan para khalifah ini. 

Namun dunia Islam bahkan lebih menyatu dalam kebudayaan, bahasa, 

dan agama.

Jadi saat kejayaan Baghdad sedikit memudar, kota-kota lainnya di 

dunia Islam mulai bersinar. Cordoba sudah mulai menyaingi Baghdad 

dan saat Dinasti Umayyah kehilangan dominasinya di Spanyol, kota-kota 

seperti Sevilla, Toledo, dan Granada mulai tumbuh di permukaan bumi. Di 

Maroko, ada kota Fez. Dan di timur, di Asia Tengah, Dinasti Safawiyah dan 

Samaniyah mendirikan kota-kota yang makmur—Tashkent, Samarkand, 

dan Bukhara—yang meniru Baghdad dalam kebudayaan pendidikan, arsi-

tektur. Lainnya muncul di daerah yang sekarang menjadi kota Kabul di 

Afghanistan. Namun kota baru yang membuat kesan yang abadi adalah 

al-Qahirah atau Kairo, didirikan oleh Dinasti Fatimiyah di dekat Fustat di 

Mesir pada tahun 969.

Pusat-Pusat Pendidikan Baru

Kesempatan tidak pernah berkurang bagi para cendekiawan dan ilmuwan 

di berbagai kota alternatif itu. Kesempatan malah semakin banyak. Te-

tapi pendidikan Islam tidak lagi terkonsentrasi di satu tempat dan oleh 

karenanya sungguh sulit melihat benang merah akan apa yang sedang ter-

jadi (itulah sebabnya kesinambungan pendidikan tersebut baru-baru ini 

saja dihargai oleh para ahli sejarah). Memang, pastinya juga sangat sulit 

bagi cendekiawan yang hidup di zaman itu—sulit mengetahui tempat yang 

harus dituju untuk meraih kesempatan yang terbaik dan sungguh sulit 

mengikuti perkembangan terbaru di kota-kota yang jaraknya mencapai 

4.000 mil. Oleh karena itu, setiap kota yang berbeda memiliki tujuan yang 

berbeda.

71 Setelah Dinasti Abbasiyah Berlalu

Setiap pusat pendidikan akhirnya memiliki bintang ilmuwan sendiri. 

Sevilla di abad ke-12, sebagai contohnya, menghasilkan ahli isika Abu 

Marwan bin Zuhr dan ahli astronomi tersohor Nur al-Din bin-Ishaq al-

Bitruji (Alpetragius). Al-Bitruji bukan satu-satunya orang yang mem-

pertanyakan Ptolemeus, tetapi perhitungan matematikanya menjadi dasar 

bagi Copernicus untuk menciptakan teori heliosentrisnya beberapa abad 

kemudian. Di Madrid, ada ahli astronomi bernama Maslama al-Majriti 

yang menyempurnakan astrolab dan memberikan Eropa pengalaman per-

tamanya atas tabel astronomi Islam. Di Toledo, seperti yang sudah kita 

lihat, ada al-Zarqali (Arzachel).

Dan saat umat Kristen mulai mendorong ke selatan di Spanyol dalam 

tahap-tahap pertama penguasaan kembali daerah kekuasaannya, di timur 

muncul serbuan orang-orang Turki. Kebanyakan telah menganut Islam 

tetapi memiliki kebudayaan yang berbeda dari mereka yang berbahasa 

Arab. Pelan-pelan mereka melangkah lebih jauh ke barat, ke jantung Ke-

khalifahan Abbasiyah. Pada tahun 1040, sekelompok orang yang disebut 

sebagai Turki Seljuk menyerang Syria dan Mesopotamia dan, lima tahun 

kemudian, menguasai Baghdad.

Seperti halnya Dinasti Buwaihiyah, orang Seljuk menyebut dirinya 

sebagai sultan dan membiarkan para khalifah Abbasiyah tetap di Baghdad. 

Masih banyak kesempatan bagi para cendekiawan di timur, tetapi mereka 

harus lebih berhati-hati dalam menempelkan dirinya ke pelindung yang 

tepat dan menghindar tertangkap di tempat dan waktu yang salah—se-

perti Umar Khayyam, yang tertangkap di Isfahan setelah pelindungnya, 

Sultan Malik Shah terbunuh dalam peperangan dan pelindungnya yang 

lain Nizam ul-Muluk1 juga dibunuh. Khayyam beruntung hanya dipaksa 

berhaji ke Mekah.

1Nizam ul-Muluk (1018–92) adalah salah satu sosok paling mengesankan dalam zaman 

pertengahan Islam. Ia adalah penasihat untuk dua orang sultan Seljuk yang pertama dan 

memiliki reputasi sebagai administrator ulung yang efektif sebuah imperium besar yang 

membuatnya sejajar dengan keluarga Baramikah—b