. Melalui firman Tuhan inilah
kita tahu,
(1) Bahwa Tuhan Yesus akan turun dari sorga dengan segenap
kemegahan dan kuasa sorgawi (ay. 16): Sebab pada waktu
tanda diberi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga.
sesudah kebangkitan-Nya, Dia naik ke sorga, dan melewati
segala langit itu masuk ke dalam sorga ketiga, yang harus
menampung-Nya sampai segala sesuatunya dipulihkan.
sesudah itu Dia akan datang kembali dan menampakkan
diri dalam kemuliaan-Nya. Dia akan turun dari sorga ke
tempat kita berada ini (ay. 17). Penampakannya akan diser-
tai dengan kemegahan dan kuasa, dengan sebuah tanda,
yaitu seruan seorang raja, dan kuasa serta wewenang se-
orang raja dan penakluk yang dahsyat, dengan seruan peng-
hulu malaikat. Sekumpulan malaikat-malaikat yang tidak
terbilang banyaknya akan mengiringi Dia. Mungkin salah
satunya, sebagai pemimpin pasukan Tuhan, akan mem-
beritahukan kedatangan-Nya itu, dan penampakan yang
penuh kemuliaan dari Sang Penebus dan Hakim Agung ini
akan dikumandangkan dan diawali dengan sangkakala
Allah. Sebab nafiri akan berbunyi, dan bunyinya akan mem-
bangunkan orang-orang yang terlelap di antara debu
tanah, dan memanggil semua makhluk di dunia ini untuk
muncul dan berkumpul. Sebab,
(2) Orang-orang yang sudah mati akan dibangkitkan: mereka
yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit (ay. 16),
sebelum orang-orang yang masih hidup pada saat keda-
tangan Kristus diubah. Jadi tampaknya orang-orang yang
masih hidup sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang
telah meninggal (ay. 15). Perhatian pertama Sang Penebus
di hari itu ialah mengenai orang-orang kudus-Nya yang su-
dah meninggal. Dia akan membangkitkan mereka sebelum
perubahan besar terjadi pada orang-orang yang masih hi-
dup, supaya orang-orang yang belum tertidur dalam kema-
tian pada hari itu tidak memiliki hak istimewa atau suka-
478
cita yang lebih besar daripada orang-orang yang sudah ter-
lelap di dalam Yesus.
(3) Orang-orang yang masih hidup pada hari itu akan diubah-
kan. Mereka akan diangkat bersama-sama dengan mereka
dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa (ay. 17). Di
saat, atau tepat sebelum pengangkatan ke awan-awan ini,
orang-orang yang masih hidup akan mengalami suatu
perubahan yang dahsyat, yang akan sama dengan keadaan
saat mereka meninggal. Perubahan ini begitu misterius
sampai-sampai kita tidak bisa memahaminya. Kita hanya
tahu sedikit atau tidak tahu apa-apa mengenainya (1Kor.
15:51). Hanya saja, secara umum, yang dapat mati ini ha-
rus mengenakan yang tidak dapat mati, dan tubuh-tubuh
ini akan dilayakkan untuk mewarisi kerajaan Allah, yang
tidak bisa dijangkau oleh daging dan darah seperti dalam
keadaannya saat hidup ini. Perubahan ini akan terjadi
dalam sekejap mata (1Kor. 15:52), langsung sesaat , atau
tidak lama sesudah kebangkitan orang-orang yang terlelap
di dalam Yesus. Orang-orang yang dibangkitkan dan yang
diubahkan itu akan bertemu di awan-awan, dan di sana
mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka, untuk mem-
beri selamat kepada-Nya yang datang, untuk menerima
mahkota kemuliaan yang akan dianugerahkan-Nya bagi
mereka, dan untuk menjadi pengadil bersama dengan Dia
dalam mengadili, menyetujui, dan menyambut penghakim-
an yang akan dijatuhkan-Nya kepada penguasa di udara
dan semua orang-orang jahat, yang akan dikutuk ke dalam
kebinasaan bersama Iblis dan para malaikatnya.
(4) Inilah kebahagiaan para orang kudus di hari itu: mereka
akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan (ay.
17). Berkumpul bersama seluruh orang kudus dan ber-
sama-sama dengan mereka selamanya hanyalah sebagian
dari sukacita mereka, namun kebahagiaan utama sorga
ialah ini, bersama-sama dengan Tuhan, memandang-Nya,
hidup bersama-Nya, dan menikmati-Nya untuk selama-
lamanya. Ini haruslah menghiburkan para orang kudus ke-
tika kawan-kawan mereka meninggal, yaitu bahwa sekali-
pun kematian memisahkan, akan namun jiwa dan raga me-
reka akan dipersatukan lagi. Kita dan mereka, bersama-
Surat 1 Tesalonika 4:13-18
479
sama dengan seluruh orang kudus, akan bertemu dengan
Tuhan kita, dan berada bersama-sama dengan-Nya selama-
nya, tidak lagi terpisahkan dari-Nya atau dari satu sama
lain, untuk selamanya. Dan Rasul Paulus juga ingin su-
paya kita saling menghiburkan seorang akan yang lain de-
ngan perkataan-perkataan ini (ay. 18). Kita harus berusaha
untuk saling mendukung di saat-saat yang menyedihkan,
bukannya mematikan semangat satu sama lain, atau saling
melemahkan tangan, melainkan harus saling menghibur-
kan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sungguh-sung-
guh merenungkan dan memperbincangkan banyak pelajar-
an baik yang didapat dari ajaran mengenai kebangkitan
orang mati, kedatangan Kristus yang kedua kali, dan
kemuliaan para orang kudus di hari itu.
PASAL 5
etelah berbicara di akhir pasal sebelumnya mengenai kebangkitan
dan kedatangan Kristus untuk kali kedua, Rasul Paulus menerus-
kan pembicaraannya mengenai tidak bermanfaatnya mencari tahu
kapan persisnya Kristus datang, yang akan terjadi secara tiba-tiba
dan mengerikan bagi orang fasik, namun akan menghibur bagi orang
kudus (ay. 1-5). Kemudian ia menasihati jemaat Tesalonika untuk
menjalankan kewajiban untuk berjaga-jaga, tetap sadar, dan menger-
jakan iman, kasih, dan pengharapan, yang sudah sepatutnya mereka
lakukan (ay. 6-10). Dalam perkataan selanjutnya, ia menasihati me-
reka untuk melakukan beberapa kewajiban terhadap orang lain, atau
satu terhadap yang lain (ay. 11-15). sesudah itu ia menasihati mereka
untuk melakukan sejumlah kewajiban kristiani lain yang sangat
penting (ay. 16-22), dan kemudian menutup surat ini (ay. 23-28).
Kedatangan Kristus
(5:1-5)
1 namun tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan
kepadamu, 2 sebab kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan da-
tang seperti pencuri pada malam. 3 jika mereka mengatakan: Semuanya
damai dan aman maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti
seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin mereka pasti
tidak akan luput. 4 namun kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di da-
lam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri,
5 sebab kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita
bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan.
Dalam ayat-ayat ini perhatikanlah,
I. Rasul Paulus memberi tahu jemaat Tesalonika bahwa tidak perlu
dan tidak ada gunanya mencari tahu kapan persisnya Kristus
S
482
akan datang: Tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak
perlu dituliskan kepadamu (ay. 1). Sudah pasti bahwa Kristus
akan datang, dan ada waktu tertentu yang sudah ditetapkan
untuk kedatangan-Nya. namun tidak perlu Rasul Paulus menulis
tentang ini, dan sebab itu ia tidak mendapat wahyu untuk itu.
Tidak pula mereka atau kita harus menyelidiki rahasia ini, yang
ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tentang hari dan
saat itu tidak seorang pun yang tahu. Kristus sendiri tidak
menyingkapkan hal ini selama di bumi. Itu tidak termasuk dalam
mandat-Nya sebagai Nabi Agung jemaat. Tidak pula Ia menying-
kapkan hal ini kepada para rasul-Nya. Itu tidak perlu. Ada hari
dan saat bagi kita untuk mengerjakan pekerjaan kita, dan inilah
yang menjadi kewajiban dan kepentingan kita untuk kita selidiki
dan ketahui. namun kapan hari dan saat kita harus memberikan
pertanggungjawaban, kita tidak tahu, tidak pula perlu kita
ketahui. Perhatikanlah, ada banyak hal yang ingin kita ketahui
sebab penasaran, padahal itu sama sekali tidak penting untuk
kita ketahui, tidak pula pengetahuan kita tentang hal itu akan
membawa kebaikan bagi kita.
II. Rasul Paulus memberi tahu mereka bahwa kedatangan Kristus
akan terjadi secara tiba-tiba dan sangat mengejutkan bagi keba-
nyakan orang (ay. 2). Dan inilah yang sudah mereka ketahui, atau
bisa mereka ketahui secara sempurna, sebab Tuhan kita sendiri
sudah mengatakannya: Anak Manusia datang pada saat yang
tidak kamu duga (Mat. 24:44). Demikian juga Markus 13:35-36,
sebab itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah
tuan rumah itu pulang. Supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan
kamu didapatinya sedang tidur. Dan tidak diragukan lagi Rasul
Paulus sudah memberi tahu mereka tentang kedatangan Kristus,
dan juga tentang kedatangan-Nya secara tiba-tiba. Itulah yang
dimaksudkan dengan kedatangan-Nya seperti pencuri pada malam
hari (Why. 16:15). Seperti halnya pencuri biasanya datang pada
malam yang sunyi senyap, saat orang tidak curiga, seperti
itulah mengejutkannya hari Tuhan nanti. Begitu tiba-tiba dan
mengejutkan kemunculan-Nya nanti. Mengetahui hal ini akan
jauh lebih bermanfaat daripada mengetahui waktu persisnya,
sebab hal ini akan menggugah kita untuk berjaga-jaga, supaya
kita siap sedia kapan saja Dia datang.
Surat 1 Tesalonika 5:1-5
483
III. Rasul Paulus memberi tahu mereka betapa mengerikannya keda-
tangan Kristus nanti bagi orang-orang fasik (ay. 3). Mereka akan
menghadapi kebinasaan pada hari Tuhan. Allah yang benar akan
membawa kehancuran ke atas musuh-musuh-Nya dan musuh-
musuh umat-Nya. Dan kebinasaan mereka ini akan terjadi secara
menyeluruh dan sehabis-habisnya, dan juga,
1. Kebinasaan mereka akan terjadi secara tiba-tiba. Kehancuran
mereka akan mendatangi dan menimpa mereka, saat mereka
merasa aman-aman dan bergembira, saat mereka berkata di
dalam hati, semuanya damai dan aman. saat mereka me-
ngimpikan kebahagiaan dan menyenangkan diri dengan me-
manjakan angan-angan atau indra jasmani secara sia-sia, dan
sama sekali tidak berpikir akan datang kehancuran. Seperti
seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin,
pada waktu yang ditentukan memang, namun mungkin tidak
diharapkan dan tidak pula dikhawatirkan akan datang pada
saat itu.
2. Kehancuran mereka juga tidak akan bisa dihindari: Mereka
pasti tidak akan luput. Mereka pasti tidak akan luput sama se-
kali. Tidak akan ada kemungkinan cara apa pun bagi mereka
untuk menghindar dari kengerian ataupun hukuman pada hari
itu. Tidak akan ada tempat di mana orang-orang yang melaku-
kan kejahatan dapat bersembunyi, tidak ada tempat untuk ber-
lindung dari badai, tidak pula ada keteduhan untuk bernaung
dari panas yang akan membakar habis orang-orang fasik.
IV. Ia memberi tahu mereka betapa akan menyenangkannya hari itu
bagi orang-orang benar (ay. 4-5). Di sini amatilah,
1. Ciri-ciri dan hak istimewa orang benar. Mereka tidak hidup di
dalam kegelapan. Mereka adalah anak-anak terang, dst. Da-
lam keadaan yang membahagiakan inilah jemaat Tesalonika
berada pada waktu itu, dan ini juga berlaku bagi semua orang
Kristen yang sejati. Mereka tidak berada dalam dosa dan keti-
daktahuan seperti bangsa-bangsa kafir. Dahulu mereka adalah
kegelapan, namun sekarang mereka adalah terang di dalam Tu-
han. Mereka dikaruniai pewahyuan ilahi tentang perkara-per-
kara yang tak terlihat dan kekal, khususnya tentang kedatang-
an Kristus, dan apa yang diakibatkannya. Mereka adalah
484
anak-anak siang, sebab bintang fajar telah terbit atas mereka.
Ya, Surya kebenaran telah terbit atas mereka dengan kesem-
buhan pada sayap-Nya. Mereka tidak lagi hidup di dalam kege-
lapan ajaran kafir, tidak pula di bawah bayang-bayang hukum
Taurat, melainkan di bawah Injil, yang mendatangkan hidup
yang tidak dapat binasa (2Tim. 1:10).
2. Keuntungan mereka yang besar oleh sebab hal ini: bahwa
hari itu tidak tiba-tiba mendatangi mereka seperti pencuri (ay.
4). Paling tidak, salah mereka sendiri jika mereka dikejutkan
oleh hari itu. Mereka sudah diberi peringatan yang jelas dan
pertolongan yang cukup untuk menghadapi hari itu, dan
mereka boleh berharap dapat berdiri dengan tenang dan yakin
di hadapan Anak Manusia. Bagi mereka ini akan menjadi wak-
tu kelegaan di hadapan Tuhan. Dan bagi mereka yang menanti-
kan Dia, Ia akan menyatakan diri-Nya tanpa menanggung dosa
untuk menganugerahkan keselamatan, dan akan datang ke-
pada mereka sebagai Teman pada siang hari, bukan sebagai
pencuri pada malam hari.
Berjaga-jaga dan Sadar
(5:6-10)
6 Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, namun berjaga-
jaga dan sadar. 7 Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka
yang mabuk, mabuk waktu malam. 8 namun kita, yang adalah orang-orang
siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopong-
kan pengharapan keselamatan. 9 sebab Allah tidak menetapkan kita untuk
ditimpa murka, namun untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan
kita, 10 yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah
kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.
Mengenai apa yang sudah dikatakan, nasihat-nasihat yang disampai-
kan tepat pada waktunya itu didasarkan Rasul Paulus atas sejumlah
kewajiban yang perlu dilakukan.
I. Untuk berjaga-jaga dan sadar (ay. 6). Dua kewajiban ini berbeda,
namun saling berhubungan. Sebab, selama kita dikepung oleh begi-
tu banyak godaan untuk melampiaskan amarah dan lepas ken-
dali, kita tidak bisa tetap sadar, kecuali kita berjaga-jaga, dan ke-
cuali kita tetap sadar, kita tidak akan bisa berjaga-jaga dalam
waktu lama.
Surat 1 Tesalonika 5:6-10
485
1. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, te-
tapi berjaga-jaga dan sadar. Kita tidak boleh merasa aman dan
menjadi lalai, tidak pula memanjakan kemalasan dan kelam-
banan rohani. Kita tidak boleh lengah, namun harus terus-me-
nerus berjaga-jaga melawan dosa, dan godaan untuk berdosa.
Orang pada umumnya terlalu masa bodoh dengan kewajiban
mereka dan tidak peduli dengan musuh-musuh rohani mere-
ka. Mereka berkata, semuanya damai dan aman, padahal me-
reka sedang terancam bahaya yang teramat besar, menyia-
nyiakan waktu mereka yang berharga yang padanya kekekalan
mereka bergantung. Mereka membiarkan diri terlena dalam
mimpi-mimpi yang kosong, dan tidak memikirkan dunia lain
atau peduli dengannya, sama seperti orang yang tertidur tidak
memikirkan atau peduli dengannya. Mereka tidak memikirkan
perkara-perkara dunia lain sama sekali, sebab mereka terti-
dur, atau mereka tidak memikirkannya dengan benar, sebab
mereka sedang bermimpi. namun marilah kita berjaga-jaga, dan
bertindak seperti orang yang terjaga dan waspada.
2. Dan marilah kita sadar, atau menahan diri dan tidak berle-
bihan. Marilah kita menjaga keinginan dan nafsu alamiah ter-
hadap perkara-perkara dunia ini di dalam batas-batas kewa-
jaran. Menahan diri biasanya dipertentangkan dengan makan
dan minum berlebihan, dan di sini menahan diri secara khu-
sus dipertentangkan dengan kemabukan. namun menahan diri
juga bisa diperluas kepada semua hal lainnya yang sementara
sifatnya. Demikianlah, Juruselamat kita memperingatkan mu-
rid-murid-Nya untuk berjaga-jaga, supaya hati mereka jangan
sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepen-
tingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba
jatuh ke atas diri mereka seperti suatu jerat (Luk. 21:34). Maka,
hendaklah kesabaran hati kita, untuk menahan diri dari se-
mua perkara yang bersifat sementara, diketahui semua orang,
sebab Tuhan sudah dekat! Selain itu, berjaga-jaga dan sadar
adalah dua hal yang paling sesuai dengan tabiat dan hak
istimewa orang Kristen, sebagai anak-anak siang. Sebab mere-
ka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk,
mabuk waktu malam (ay. 7). Sangat memalukan jika orang
tidur di siang hari, padahal itu waktunya untuk bekerja dan
bukan untuk tidur. Juga memalukan jika orang mabuk di
486
siang hari, saat berpasang-pasang mata tertuju kepada me-
reka, untuk melihat aib mereka. Tidaklah begitu aneh jika me-
reka yang tidak mengalami manfaat pewahyuan ilahi membiar-
kan diri terbuai oleh Iblis dalam rasa aman kedagingan, dan
melepaskan kekang hawa nafsu, dan memanjakan diri dalam
segala huru-hara dan pesta-pora. Sebab bagi mereka, seka-
rang adalah malam hari. Mereka tidak sadar akan adanya ba-
haya, sebab itu mereka tidur. Mereka tidak sadar akan kewa-
jiban mereka, sebab itu mereka mabuk. namun tidak pantas
orang-orang Kristen berbuat demikian. Astaga! Masakan orang
Kristen, yang mempunyai terang Injil penuh berkat yang me-
nyinari wajah mereka, tidak peduli dengan jiwa mereka, dan
tidak memikirkan dunia lain? Orang yang sedang diawasi oleh
begitu banyak pasang mata haruslah berperilaku dengan
aturan-aturan yang benar.
II. Untuk bersenjata lengkap serta waspada: untuk mengenakan
seluruh perlengkapan senjata Allah. Ini penting supaya kita bisa
sadar sebagaimana mestinya dan supaya kita dipersiapkan untuk
hari Tuhan, sebab musuh-musuh rohani kita banyak, kuat, dan
jahat. Mereka menarik banyak orang kepada kepentingan mereka,
dan mempertahankan mereka di situ, dengan membuat mereka
bersikap masa bodoh, merasa aman, dan pongah, dengan jalan
membuat mereka mabuk, yaitu mabuk dengan kesombongan,
mabuk dengan nafsu, mabuk dan pening dengan keangkuhan
diri, mabuk dengan pemuasan indrawi. Maka dari itu, kita perlu
mempersenjatai diri kita sendiri melawan godaan-godaan mereka,
dengan mengenakan baju zirah rohani untuk menjaga hati, dan
ketopong rohani untuk menjaga kepala. Dan senjata rohani ini
terdiri atas tiga anugerah agung yang dimiliki orang Kristen, yaitu
iman, kasih, dan pengharapan (ay. 8).
1. Kita harus hidup oleh iman, maka ini akan membuat kita
tetap berjaga-jaga dan sadar. Jika kita percaya bahwa mata
Allah (yang adalah Roh) selalu tertuju pada kita, bahwa kita
mempunyai musuh-musuh rohani yang harus kita hadapi,
bahwa ada dunia roh yang untuknya kita harus mempersiap-
kan diri, maka kita akan melihat alasan untuk berjaga-jaga
dan sadar. Iman akan menjadi benteng pertahanan kita yang
terbaik melawan segala serangan musuh-musuh kita.
Surat 1 Tesalonika 5:6-10
487
2. Hati kita haruslah berkobar-kobar oleh kasih. Dan ini juga
akan menjadi benteng pertahanan kita. Kasih yang sejati dan
berapi-api kepada Allah, dan kepada perkara-perkara tentang
Allah, akan membuat kita tetap berjaga-jaga dan sadar, dan
tidak murtad pada saat menghadapi kesusahan dan godaan.
3. Kita harus menjadikan keselamatan sebagai harapan kita, dan
harus mempunyai harapan yang hidup untuk mendapatkan
keselamatan itu. Harapan yang baik akan kehidupan kekal ini,
yang dilakukan melalui anugerah, akan menjadi ketopong un-
tuk melindungi kepala, dan mencegah kita supaya tidak ter-
cemar oleh kesenangan-kesenangan dosa, yang hanya semen-
tara sifatnya. Jika kita mempunyai harapan akan keselamat-
an, marilah kita berjaga-jaga supaya tidak melakukan apa saja
yang akan menggoncangkan segala harapan kita itu, atau
membuat kita tidak layak atau tidak pantas mendapatkan
keselamatan agung yang kita harapkan. sesudah menyebutkan
keselamatan dan harapan untuk mendapatkannya, Rasul Pau-
lus menunjukkan dasar-dasar dan alasan-alasan apa yang
dimiliki orang Kristen untuk mengharapkan keselamatan itu.
Berkenaan dengan hal ini, cermatilah bahwa ia tidak berkata
apa-apa tentang jasa mereka untuk mendapatkannya. Tidak,
ajaran bahwa kita berjasa sama sekali tidak alkitabiah dan
melawan Kitab Suci. Jika kita memahaminya demikian, maka
tidak ada dasar bagi kita untuk mempunyai secercah harapan.
Sebaliknya, harapan-harapan kita harus didasarkan,
(1) Pada ketetapan Allah: sebab Allah tidak menetapkan kita
untuk ditimpa murka, namun untuk beroleh keselamatan (ay.
9). Jika kita menelusuri keselamatan kita sampai pada pe-
nyebab pertamanya, maka kita akan sampai pada ketetap-
an Allah. Mereka yang hidup dan mati dalam kegelapan
dan ketidaktahuan, yang tidur dan mabuk seperti di malam
hari, adalah orang-orang yang, begitu jelas dikatakan, dite-
tapkan untuk ditimpa murka. namun bagi mereka yang me-
rupakan anak-anak siang, jika mereka berjaga-jaga dan sa-
dar, jelas bahwa mereka ditetapkan untuk beroleh kesela-
matan. Dan pasti serta teguhnya ketetapan ilahi ini meru-
pakan sokongan dan dorongan yang besar bagi pengharap-
an kita. Seandainya kita harus memperoleh keselamatan
dengan jasa atau kekuatan kita sendiri, kita akan mempu-
488
nyai sedikit pengharapan atau tidak sama sekali untuk
memperolehnya. namun sebab kita harus memperolehnya
berdasar kebaikan ketetapan Allah, yang kita yakini
tidak bisa digoncangkan (sebab rencana Allah tentang pemi-
lihan-Nya, berdasar panggilan-Nya, akan diteguhkan),
maka atas dasar ini kita membangun pengharapan yang
tidak bisa goyah, terutama jika kita menimbang,
(2) Jasa dan anugerah Kristus, dan bahwa keselamatan adalah
melalui Tuhan kita Yesus Kristus, yang sudah mati untuk
kita. Oleh sebab itu, keselamatan kita diperoleh berkat,
dan pengharapan kita untuknya didasarkan atas, penebus-
an Kristus dan juga ketetapan Allah. Dan, sama seperti kita
harus merenungkan maksud dan tujuan Allah yang penuh
rahmat, demikian pula kita harus memikirkan kematian
dan penderitaan Kristus. Ini supaya entah kita berjaga-
jaga, entah kita tidur (entah kita hidup atau mati, sebab
mati hanyalah tidur bagi orang-orang percaya, seperti yang
sudah disiratkan sebelumnya oleh Rasul Paulus) kita hidup
bersama-sama dengan Kristus, hidup dalam persatuan dan
kemuliaan bersama-sama dengan Dia selama-lamanya. Dan
sama seperti keselamatan yang diharapkan orang-orang
Kristen adalah untuk selama-lamanya bersama-sama de-
ngan Tuhan, demikian pula salah satu dasar dari pengha-
rapan mereka adalah persatuan mereka dengan-Nya. Dan
jika mereka bersatu dengan Kristus, hidup di dalam Dia,
dan hidup untuk Dia di sini, maka tidur maut tidak akan
menghalang-halangi kehidupan rohani, apalagi kehidupan
yang mulia di akhirat. Sebaliknya, Kristus mati untuk kita,
supaya hidup dan mati, kita menjadi milik-Nya. Supaya kita
hidup untuk Dia selama kita masih di sini, dan hidup
bersama-sama dengan Dia sesudah kita pergi dari sini.
Berbagai Macam Nasihat;
Kewajiban terhadap Sesama Orang Kristen
(5:11-15)
11 sebab itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah
kamu seperti yang memang kamu lakukan. 12 Kami minta kepadamu, sau-
dara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di an-
Surat 1 Tesalonika 5:11-15
489
tara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; 13
dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih sebab
pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain. 14
Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup
dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang
lemah, sabarlah terhadap semua orang. 15 Perhatikanlah, supaya jangan ada
orang yang membalas jahat dengan jahat, namun usahakanlah senantiasa
yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.
Dalam ayat-ayat ini, Rasul Paulus menasihati jemaat Tesalonika un-
tuk melakukan sejumlah kewajiban.
I. Terhadap orang-orang yang berhubungan dekat satu sama lain.
Orang-orang seperti itu harus menghibur diri mereka sendiri, atau
saling menasihati dan membangun satu sama lain (ay. 11).
1. Mereka harus menghibur atau menasihati diri mereka sendiri
dan satu sama lain, sebab kata dalam bahasa aslinya bisa di-
artikan kedua-duanya. Dan kita dapat amati, sebagaimana
orang yang paling mampu dan paling mungkin menghibur
orang lain adalah mereka yang dapat menghibur diri sendiri,
demikian pula cara untuk mendapat penghiburan bagi diri
sendiri, atau memberi penghiburan kepada orang lain, adalah
dengan menuruti ajaran firman. Perhatikanlah, kita tidak saja
harus memperhatikan penghiburan dan kesejahteraan kita
sendiri, namun juga harus mencari penghiburan dan kesejah-
teraan bagi orang lain. Kainlah yang berkata, Apakah aku
penjaga adikku? namun kita, kita harus bertolong-tolongan
dalam menanggung beban, dan dengan demikian memenuhi
hukum Kristus.
2. Mereka harus membangun satu sama lain, dengan mengejar
apa yang berguna untuk saling membangun (Rm. 14:19). Kare-
na orang-orang Kristen adalah batu-batu hidup yang tersusun
bersama-sama untuk membangun rumah rohani, mereka
harus berusaha mengedepankan kebaikan seluruh jemaat
dengan memajukan pekerjaan anugerah dalam diri satu sama
lain. Dan sudah menjadi kewajiban setiap dari kita untuk
mengusahakan apa yang berguna untuk membangun orang-
orang yang bergaul dengan kita, untuk menyenangkan hati
semua orang, untuk kepentingan mereka yang sesungguhnya.
Kita harus berbagi pengetahuan dan pengalaman kita satu
terhadap yang lain. Kita harus bergabung bersama-sama
490
dalam doa dan puji-pujian. Kita harus memberikan teladan
yang baik di hadapan satu sama lain. Terutama mereka yang
hidup dalam lingkungan dan keluarga yang sama, mereka
wajib menghibur dan membangun satu sama lain. Inilah ling-
kungan dan sarana terbaik untuk mencapai apa yang menjadi
tujuan-tujuan masyarakat. Orang-orang yang saling berhu-
bungan dekat dan saling mengasihi mempunyai kesempatan
paling besar, dan dengan demikian kewajiban paling besar,
untuk melakukan kebaikan ini satu terhadap yang lain. Inilah
yang dilakukan jemaat Tesalonika (seperti yang memang kamu
lakukan), dan inilah yang dinasihatkan kepada mereka untuk
terus mereka lakukan dan semakin bertumbuh di dalamnya.
Perhatikanlah, siapa yang melakukan apa yang baik perlu
diberi nasihat-nasihat lebih jauh supaya mereka tergugah un-
tuk berbuat baik, berbuat kebaikan lebih lagi, dan menerus-
kan apa yang mereka lakukan itu.
II. Rasul Paulus menunjukkan kepada mereka apa kewajiban mereka
terhadap hamba-hamba Tuhan (ay. 12-13). Walaupun Rasul
Paulus sendiri terpaksa berada jauh dari mereka, namun masih
ada orang-orang lain yang melayani di antara mereka, dan kepada
mereka jemaat berutang kewajiban-kewajiban ini. Rasul Paulus di
sini menasihati mereka untuk mengamati,
1. Bagaimana hamba-hamba Injil digambarkan melalui pekerjaan
dari jabatan mereka. Dan mereka harus lebih memikirkan pe-
kerjaan dan kewajiban yang kepadanya mereka dipangil dari-
pada berkeinginan untuk mendapat nama yang harum dan
terhormat di mata orang. Pekerjaan mereka sangat berat, sa-
ngat terhormat, dan sangat bermanfaat.
(1) Hamba-hamba Tuhan harus bekerja keras di antara umat-
Nya, berusaha dengan tekun, dan memeras keringat (begi-
tulah makna kata itu dalam bahasa aslinya). Mereka harus
berjerih payah berkhotbah dan mengajar (1Tim. 5:17). Mere-
ka disebut para pekerja, dan tidak boleh luntang-lantung.
Mereka harus bekerja dengan jemaat, untuk mengajar,
menghibur, dan membangun mereka. Dan,
(2) Hamba-hamba Tuhan harus juga memimpin jemaat mere-
ka, begitulah kata itu diartikan (1Tim. 5:17). Mereka harus
Surat 1 Tesalonika 5:11-15
491
memimpin bukan dengan keketatan, melainkan dengan
kasih. Mereka tidak boleh menggunakan kekuasaan seperti
tuan-tuan duniawi, namun harus memimpin sebagai pem-
bimbing-pembimbing rohani, dengan memberikan teladan
yang baik bagi kawanan domba. Mereka mengatasi jemaat
di dalam Tuhan, untuk membedakan mereka dari penguasa-
penguasa rakyat, dan juga untuk menunjukkan bahwa me-
reka hanyalah hamba-hamba di bawah Kristus, yang ditun-
juk oleh-Nya, dan harus memimpin jemaat dengan hukum-
hukum Kristus, bukan dengan hukum-hukum buatan mere-
ka sendiri. Ini juga bisa menyiratkan tujuan dari jabatan dan
segala upaya mereka, yaitu melayani Tuhan dan memberi-
kan penghormatan kepada-Nya.
(3) Mereka juga harus memperingatkan jemaat, dan itu bukan
hanya di depan umum, melainkan juga secara pribadi, bila
ada kesempatan. Mereka harus mengajar jemaat untuk ber-
perilaku baik, dan harus menegur mereka jika berperilaku
tidak baik. Sudah menjadi kewajiban mereka bukan hanya
untuk memberikan nasihat yang baik, namun juga untuk
memberikan teguran, untuk memberikan peringatan kepada
kawanan domba akan bahaya-bahaya yang rentan mereka
hadapi, dan menegur mereka sebab lalai atau sebab kesa-
lahan apa saja.
2. Apa kewajiban jemaat kepada hamba-hamba Tuhan. Ada ke-
wajiban timbal balik antara hamba-hamba Tuhan dan jemaat.
Jika hamba-hamba Tuhan harus berjerih payah di antara
jemaat, maka,
(1) Jemaat harus mengenal hamba-hamba Tuhan. Sebagaimana
gembala harus mengenal kawanannya, demikian pula dom-
ba-domba harus mengenal gembala mereka. Mereka harus
mengenal pribadinya, mendengar suaranya, mengakuinya
sebagai gembala rohani mereka, dan memberikan penghor-
matan yang semestinya kepada ajarannya, kepemimpinan-
nya, dan peringatan-peringatannya.
(2) Mereka harus menjunjung tinggi hamba-hamba Tuhan di
dalam kasih. Mereka harus betul-betul menghargai peker-
jaan melayani, menghormati dan mengasihi hamba-hamba
Tuhan sebagai pribadi, dan menunjukkan penghargaan
492
serta kasih terhadap mereka dengan segala cara yang pan-
tas. Dan ini demi pekerjaan mereka, sebab yang mereka ker-
jakan adalah memajukan kehormatan Kristus dan kesejah-
teraan jiwa-jiwa manusia. Perhatikanlah, hamba-hamba Tu-
han yang setia tidak boleh dianggap remeh sama sekali kare-
na pekerjaan mereka. Justru sebaliknya, mereka harus di-
junjung tinggi sebab pekerjaan itu. Pekerjaan melayani
sama sekali bukan merupakan aib bagi mereka yang untuk
alasan-alasan lain pantas dihargai. Justru sebaliknya, pe-
kerjaan melayani memberikan kehormatan kepada mereka
yang setia dan tekun, yang kalau tidak demikian, mereka
tidak berhak menuntut apa-apa. Dan pekerjaan melayani
akan membuat mereka dihargai dan dikasihi oleh orang-
orang baik, yang kalau tidak demikian, mereka tidak dapat
berharap akan mendapatkannya.
III. Rasul Paulus memberikan berbagai nasihat lain tentang kewajib-
an yang harus dilakukan orang-orang Kristen satu terhadap yang
lain.
1. Untuk hidup selalu dalam damai seorang dengan yang lain (ay.
13). Menurut pemahaman sebagian orang (sesuai dengan pem-
bacaan beberapa salinan) nasihat ini merujuk pada kewajiban
jemaat terhadap hamba-hamba Tuhan, untuk hidup dalam
damai dengan mereka, dan jangan pernah menimbulkan atau
mendorong perpecahan di antara hamba Tuhan dan jemaat,
yang pasti akan menghambat keberhasilan pekerjaan hamba
Tuhan dan pembangunan jemaat. Sudah pasti, hamba Tuhan
dan jemaat harus menghindari segala sesuatu yang akan men-
jauhkan kasih sayang seorang dari yang lain. Dan jemaat sen-
diri harus hidup dalam damai satu sama lain, berbuat semam-
pu mereka untuk mencegah timbulnya atau berlanjutnya per-
bedaan-perbedaan apa saja di antara mereka, dan mengguna-
kan segala sarana yang pantas untuk menjaga perdamaian
dan kerukunan.
2. Untuk menegor mereka yang hidup dengan tidak tertib (ay. 14).
Dalam semua masyarakat, akan ada sebagian orang yang
hidup tanpa menuruti aturan, yang tidak berperilaku sesuai
jabatan dan kedudukan mereka. Dan bukan hanya merupa-
kan kewajiban hamba-hamba Tuhan, melainkan juga orang-
Surat 1 Tesalonika 5:11-15
493
orang Kristen secara pribadi, untuk memperingatkan dan me-
negur mereka. Orang-orang seperti itu harus ditegur sebab
dosa mereka, diperingatkan akan adanya bahaya, dan diberi
tahu secara terang-terangan bagaimana mereka akan merusak
jiwa mereka sendiri, dan mungkin akan menyakiti orang lain.
Orang-orang seperti itu harus diingatkan akan apa yang harus
mereka lakukan, dan ditegur sebab melakukan yang sebalik-
nya.
3. Untuk menghibur mereka yang tawar hati (ay. 14). Yang di-
maksudkan dengan perkataan ini adalah orang yang sedang
dikuasai rasa takut, atau yang hatinya dilanda rasa murung
dan sedih. Sebagian orang bersifat pengecut, takut pada kesu-
litan-kesulitan, dan ciut saat memikirkan berbagai bahaya,
kehilangan, dan penderitaan. Nah, orang-orang seperti itu ha-
rus dibesarkan hatinya. Kita tidak boleh memandang rendah
mereka, namun harus menghibur mereka. Dan siapa tahu ke-
baikan apa yang bisa dihasilkan oleh kata-kata yang baik dan
menghibur pada diri mereka?
4. Untuk membela mereka yang lemah (ay. 14). Sebagian orang
tidak mampu mengerjakan pekerjaan mereka, tidak pula mam-
pu bertahan menanggung beban mereka. Oleh sebab itu, kita
harus menopang mereka, menolong mereka dalam kelemahan,
mengangkat salah satu ujung beban mereka, dan dengan demi-
kian membantu memikulnya. Memang benar, pasti anugerah
Allahlah yang menguatkan dan membela orang-orang seperti
itu. namun kita juga harus memberi tahu mereka tentang anuge-
rah itu, dan berusaha menyampaikannya kepada mereka.
5. Untuk bersabar terhadap semua orang (ay. 14). Kita harus me-
nahan diri dan bersabar. Kita harus panjang sabar, dan mere-
dam amarah kita, jika amarah itu mulai timbul sebab kita
merasa terhina atau terluka. Paling tidak, kita tidak boleh
gagal menurunkan amarah kita. Dan kewajiban ini harus di-
laksanakan terhadap semua orang, baik atau buruk, terhor-
mat atau tidak. Kita tidak boleh berharap dan menuntut yang
tinggi-tinggi, atau kasar dalam mengungkapkan rasa tidak
senang, atau keras dalam mendesak, namun harus berusaha
mengambil yang terbaik dari apa saja, dan memikirkan yang
terbaik tentang semua orang.
494
6. Supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat
(ay. 15). Ini harus kita camkan, dan kita harus betul-betul
memperhatikannya, yaitu kita harus menahan diri dengan se-
gala cara untuk tidak membalas dendam. Jika orang lain ber-
buat jahat kepada kita, ini sekali-sekali tidak membenarkan
kita untuk membalasnya dengan melakukan hal yang sama,
atau serupa, atau kejahatan apa pun kepada mereka. Sudah
sepatutnya kita mengampuni, seperti orang-orang yang diam-
puni Allah dan berharap mendapat ampunan-Nya.
7. Usahakanlah senantiasa yang baik (ay. 15). Secara umum, kita
harus berusaha melakukan apa yang menjadi kewajiban kita,
dan yang berkenan kepada Allah, dalam segala keadaan, entah
orang membalas kita dengan baik atau jahat. Apa pun yang
dilakukan orang terhadap kita, kita harus berbuat baik terha-
dap orang lain. Kita harus selalu berusaha berbaik hati dan
berperan dalam memajukan kesejahteraan orang lain, baik di
antara kita sendiri (terutama kepada kawan-kawan kita se-
iman), dan baru kemudian, jika kita diberi kesempatan, ter-
hadap semua orang (Gal. 6:10).
Nasihat-nasihat Singkat
(5:16-22)
16 Bersukacitalah senantiasa. 17 Tetaplah berdoa. 18 Mengucap syukurlah da-
lam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus
bagi kamu. 19 Janganlah padamkan Roh, 20 dan janganlah anggap rendah nu-
buat-nubuat. 21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 22 Jauhkan-
lah dirimu dari segala jenis kejahatan.
Di sini kita mendapati nasihat-nasihat singkat, yang tidak akan mem-
bebani daya ingat kita, namun akan sangat bermanfaat untuk meng-
arahkan gerak-gerik hati dan hidup kita. Sebab kewajiban-kewajiban
yang disebutkan itu sangat penting, dan kita dapat mengamati bagai-
mana semuanya berhubungan dan bergantung satu sama lain.
1. Bersukacitalah senantiasa (ay. 16). Ini harus dimengerti sebagai
sukacita rohani. Sebab terhadap segala kenyamanan jasmani, kita
harus merasa senang seolah-olah kita tidak senang, dan tidak
boleh berharap untuk hidup selama bertahun-tahun, dan terus
menikmatinya. Sebaliknya, jika kita sungguh-sungguh bersuka-
cita di dalam Allah, maka kita dapat bersukacita senantiasa. Di
Surat 1 Tesalonika 5:16-22
495
dalam Dia sukacita kita akan menjadi penuh. Dan salah kita
sendiri jika kita tidak bersukacita senantiasa. Sekalipun kita
sedih sebab masalah duniawi, kita tetap bisa selalu bersukacita
(2Kor. 6:10). Perhatikanlah, hidup beragama adalah hidup yang
menyenangkan, hidup yang senantiasa penuh sukacita.
2. Tetaplah berdoa (ay. 17). Perhatikanlah, cara untuk bersukacita
senantiasa adalah dengan tetap berdoa. Kita akan lebih bersuka-
cita jika kita lebih banyak berdoa. Kita harus tetap berdoa dalam
waktu-waktu yang ditentukan, dan harus terus-menerus berdoa.
Kita harus selalu berdoa, tanpa jemu. Berdoa tanpa lelah, dan
terus berdoa, sampai kita sampai di alam di mana doa akan
tertelan dalam puji-pujian. Bukan berarti bahwa orang tidak boleh
berbuat apa-apa kecuali berdoa, namun bahwa jangan sampai hal-
hal lain yang kita lakukan menghambat doa saat waktunya tiba.
Doa akan membantu memajukan, dan bukan menghambat, se-
mua pekerjaan lain yang halal, dan setiap pekerjaan baik.
3. Mengucap syukurlah dalam segala hal (ay. 18). Jika kita berdoa
tanpa henti, maka kita tidak akan kekurangan alasan untuk ber-
syukur dalam segala hal. Sama seperti dalam segala hal kita harus
menyatakan permintaan-permintaan kita kepada Allah dengan per-
mohonan, demikian pula kita tidak boleh melewatkan ucapan syu-
kur (Flp. 4:6). Kita harus mengucap syukur dalam segala keadaan,
bahkan dalam kesusahan atau dalam kemakmuran. Keadaan kita
mungkin tidak pernah begitu buruk, namun bisa jadi lebih buruk.
Kita diberi banyak kesempatan untuk menyampaikan keluhan
kita dengan rendah hati kepada Allah, jadi kita tidak akan pernah
bisa mempunyai alasan apa saja untuk mengeluhkan Allah, dan
selalu mempunyai banyak alasan untuk memuji Dia dan meng-
ucap syukur kepada-Nya. Rasul Paulus berkata, inilah yang dike-
hendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu, supaya kita
mengucap syukur, sebab Allah sudah berdamai dengan kita di
dalam Kristus Yesus. Di dalam Dia, oleh Dia, dan demi Dia, Allah
mengizinkan kita bersukacita senantiasa, dan meminta kita un-
tuk mengucap syukur dalam segala hal. Mengucap syukur adalah
hal yang berkenan kepada Allah.
4. Janganlah padamkan Roh (ay. 19), sebab Roh anugerah dan per-
mohonan inilah yang menopang kita dalam segala kelemahan
kita, yang mendampingi kita dalam segala doa dan ucapan syukur
kita. Orang Kristen dikatakan dibaptis dengan Roh Kudus dan
496
dengan api. Ia bekerja seperti api, dengan menerangi, menghidup-
kan, dan memurnikan jiwa-jiwa manusia. Kita harus berhati-hati
agar tidak memadamkan api kudus ini. Seperti api yang akan pa-
dam kalau kehabisan bahan bakar, demikian pula kita akan me-
madamkan Roh jika kita tidak menggugah roh kita, dan segenap
batin kita, untuk mengikuti pimpian-pimpinan Roh yang baik itu.
Dan sama seperti api akan padam jika disiram air, atau ditimbun
dengan banyak kotoran, demikian pula kita harus berhati-hati
agar tidak memadamkan Roh Kudus dengan memanjakan diri
dengan hawa nafsu kedagingan, atau hanya memikirkan perkara-
perkara duniawi.
5. Janganlah anggap rendah nubuat-nubuat (ay. 20). Sebab, jika kita
mengabaikan sarana anugerah, maka kita akan kehilangan Roh
anugerah. Yang dimaksudkan dengan nubuat di sini adalah meng-
ajarkan firman, dan menafsirkan serta menerapkan Kitab Suci. Ini
tidak boleh kita anggap rendah, namun harus kita hargai dan nilai
tinggi, sebab itu merupakan ketetapan Allah, yang ditetapkan
oleh-Nya untuk memajukan dan mengembangkan diri kita dalam
pengetahuan dan anugerah, kekudusan dan penghiburan. Kita
tidak boleh menganggap rendah pengajaran, walaupun itu seder-
hana, dan tidak disampaikan dengan kata-kata indah hikmat ma-
nusia, dan walaupun kita tidak diberi tahu lebih daripada apa
yang sudah kita ketahui sebelumnya. Sungguh bermanfaat, dan
sering kali perlu, bila pikiran kita digugah, perasaan dan tekad
hati kita dibangkitkan, kepada hal-hal yang sudah kita ketahui
merupakan kepentingan dan kewajiban kita.
6. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik (ay. 21). Peringatan
ini penting, untuk menguji segala sesuatu. Sebab, walaupun ha-
rus menghargai pengajaran, kita tidak boleh mempercayai begitu
saja apa yang disampaikan oleh para pemberita, namun harus
mengujinya dengan Kitab Suci dan kesaksian hidup. Kita harus
menyelidiki Kitab Suci, untuk mencari tahu apakah yang mereka
katakan itu benar atau tidak. Kita tidak boleh mempercayai setiap
roh, namun harus menguji semua roh. namun kita tidak boleh se-
lalu menguji, tanpa menetapkan hati. Tidak, pada akhirnya kita
harus menetapkan hati, dan memegang teguh apa yang baik. Apa-
bila kita yakin bahwa suatu hal itu benar, betul, dan baik, kita
harus teguh memegangnya, dan tidak melepaskannya, apa pun
perlawanan atau penganiayaan yang kita hadapi demi itu. Perhati-
Surat 1 Tesalonika 5:23-28
497
kanlah, ajaran-ajaran yang menyatakan bahwa ada manusia yang
tidak bisa keliru, iman tanpa syarat, dan kepatuhan buta, bukan-
lah ajaran-ajaran Alkitab. Setiap orang Kristen mempunyai, dan
harus mempunyai, penilaian yang bijaksana, dan harus melatih
panca indra untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat,
kebenaran dan kepalsuan (Ibr. 5:13-14). Dan membuktikan segala
sesuatu haruslah dengan tujuan supaya dapat memegang teguh
apa yang baik. Kita tidak boleh selalu mencari-cari, atau mem-
biarkan pikiran terus berubah-ubah, seperti anak-anak yang di-
ombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.
7. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan (ay. 22). Ini meru-
pakan sarana yang baik supaya kita tidak tertipu oleh rupa-rupa
ajaran palsu, atau tidak menetap di dalam iman. Sebab Juruse-
lamat kita sudah memberi tahu kita (Yoh. 7:17), barangsiapa mau
melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu apakah suatu ajaran
berasal dari Allah. Perasaan-perasaan bobrok yang dimanjakan di
dalam hati, dan segala perbuatan jahat yang dibiarkan begitu saja
di dalam hidup, akan cenderung menumbuhkan kesalahan-
kesalahan yang mematikan di dalam pikiran. Sementara hati yang
murni, dan hidup yang lurus, akan mencondongkan kita untuk
menerima dan mencintai kebenaran. Oleh sebab itu, kita harus
menjauhkan diri dari kejahatan, dan segala kemungkinan yang
jahat, dari dosa, dan apa yang tampak sebagai dosa, yang meng-
antar pada dosa, dan yang bisa dikatakan sebagai dosa. Siapa
yang tidak menjauh dari kemungkinan yang bisa menimbulkan
dosa, yang tidak membenci peluang-peluang terjadinya dosa, dan
yang tidak menghindari godaan-godaan yang mengarah pada
dosa, maka tidak lama lagi akan benar-benar berbuat dosa.
Doa Rasul Paulus untuk Jemaat Tesalonika
(5:23-28)
23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan se-
moga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada
kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. 24 Ia yang memanggil kamu adalah
setia, Ia juga akan menggenapinya. 25 Saudara-saudara, doakanlah kami. 26
Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus.
27 Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat kepadamu, supaya surat ini
dibacakan kepada semua saudara. 28 Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan
kita, menyertai kamu.
498
Dalam ayat-ayat di atas, yang merupakan penutup surat ini, amati-
lah,
I. Doa Paulus untuk mereka (ay. 23). Ia sudah memberi tahu mere-
ka, di bagian awal surat ini, bahwa ia selalu mengingat mereka
dalam doa-doanya. Dan sekarang saat ia sedang menulis ke-
pada mereka, ia mengangkat hatinya kepada Allah di dalam doa
untuk mereka. Perhatikanlah,
1. Kepada siapa Rasul Paulus berdoa, yaitu kepada Allah damai
sejahtera. Dia adalah Allah anugerah, dan juga Allah damai
sejahtera dan kasih. Dia pencipta kedamaian dan pencinta
kerukunan. Dengan perdamaian dan persatuan jemaat Tesalo-
nika, yang bersumber dari Allah sebagai penciptanya, maka
semua yang didoakannya dapat dikabulkan.
2. Yang didoakannya untuk jemaat Tesalonika adalah pengudus-
an mereka, supaya Allah menguduskan mereka seluruhnya.
Dan juga untuk pemeliharaan mereka, supaya mereka terpeli-
hara sempurna dengan tak bercacat. Ia berdoa supaya mereka
dikuduskan sepenuhnya, supaya diri manusia mereka se-
utuhnya dikuduskan, sehingga kemanusiaan mereka seutuh-
nya, yaitu roh, jiwa dan tubuh, dapat terpelihara. Atau, ia
berdoa supaya mereka dikuduskan seluruhnya, yaitu secara
lebih sempurna, sebab orang-orang terbaik sekalipun hanya
dikuduskan secara sebagian selama masih ada di dunia ini.
Dan sebab itu, kita harus berdoa dan terus mendesak maju
menuju pengudusan yang menyeluruh. jika pekerjaan
anugerah yang baik sudah dimulai, maka pekerjaan itu akan
diteruskan, dilindungi, dan dipelihara. Dan semua orang yang
dikuduskan dalam Kristus Yesus akan dipelihara sampai ke-
datangan Yesus Kristus Tuhan kita. Dan sebab , jika Allah tidak
melanjutkan pekerjaan baik-Nya di dalam jiwa, maka pekerjaan
itu akan berlanjut ke arah yang salah, maka kita harus berdoa
kepada Allah untuk menyempurnakan pekerjaan-Nya, dan me-
melihara kita sempurna dengan tak bercacat, bebas dari dosa
dan noda, sampai pada akhirnya kita dibawa dengan tak ber-
noda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.
II. Keyakinannya yang menghibur bahwa Allah akan mendengar doa-
nya: Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan mengge-
Surat 1 Tesalonika 5:23-28
499
napinya (ay. 24). Kebaikan dan kasih Allah sudah tampak bagi
mereka dengan dipanggil-Nya mereka untuk mengenal kebenaran-
Nya. Dan kesetiaan Allah adalah jaminan untuk mereka bahwa
mereka akan terus bertekun sampai pada akhirnya. Oleh sebab
itu, Rasul Paulus meyakinkan mereka bahwa Allah akan melaku-
kan apa yang diinginkan-Nya. Ia akan menepati apa yang sudah
dijanjikan-Nya. Ia akan menyempurnakan segala kebaikan-Nya
terhadap mereka. Perhatikanlah, kesetiaan kita kepada Allah ber-
gantung pada kesetiaan-Nya kepada kita.
III. Permintaan Rasul Paulus akan doa mereka: Saudara-saudara,
doakanlah kami (ay. 25). Kita harus saling mendoakan. Dan se-
sama saudara harus menyatakan kasih persaudaraan dengan
berdoa. Rasul besar ini tidak merasa dirinya rendah dalam me-
nyapa jemaat Tesalonika sebagai saudara-saudaranya, atau un-
tuk meminta mereka berdoa bagi dia. Hamba-hamba Tuhan juga
perlu didoakan oleh jemaatnya. Dan semakin banyak jemaat yang
berdoa untuk hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka, maka
semakin banyak pula kebaikan yang bisa didapat hamba-hamba
Tuhan dari Allah, dan semakin besar manfaat yang bisa diterima
jemaat dari pelayanan mereka.
IV. Salam Rasul Paulus: Sampaikanlah salam kami kepada semua
saudara dengan cium yang kudus (ay. 26). Demikianlah, Rasul
Paulus mengirimkan salam persahabatan dari dirinya, Silwanus,
dan Timotius, dan ingin supaya jemaat Tesalonika meneruskan
salam mereka satu kepada yang lain. Demikianlah, ia ingin su-
paya mereka menunjukkan kasih dan perasaan mereka satu
terhadap yang lain dengan cium kasih (1Ptr. 5:14, KJV), yang di
sini disebut cium yang kudus, untuk menunjukkan betapa mere-
ka harus berhati-hati supaya jangan ada kecemaran dalam men-
jalankan adat kebiasaan ini, yang biasa dilakukan pada waktu
itu. Jangan sampai ciuman itu seperti ciuman pengkhianatan Yu-
das, namun juga jangan sampai seperti ciuman berahi perempuan
sundal (Ams. 7:13).
V. Perintahnya yang sungguh-sungguh supaya surat ini dibacakan
(ay. 27). Ini bukan hanya nasihat, melainkan juga kehendak dari
Tuhan. Surat ini harus dibacakan kepada semua saudara yang
500
kudus. Orang awam bukan hanya diperbolehkan membaca Kitab
Suci, dan tidak boleh dilarang oleh siapa pun, namun juga itu me-
rupakan kewajiban mereka yang tidak bisa dikesampingkan, dan
mereka harus didorong untuk melakukannya. Supaya ini terca-
pai, sabda-sabda suci ini tidak boleh dibiarkan tersembunyi da-
lam bahasa yang tidak dikenal, namun harus diterjemahkan ke
dalam bahasa-bahasa sehari-hari, supaya semua orang, yang
memang berkepentingan untuk mengenal Kitab Suci, bisa mem-
bacanya, dan mengenalnya dengan baik. Pada waktu dulu, pem-
bacaan Kitab Taurat di depan umum merupakan salah satu ba-
gian dari ibadah Sabat di kalangan orang Yahudi di tempat ibadah
mereka. Demikian pula halnya, Kitab Suci harus dibacakan di
depan kumpulan jemaat Kristen.
VI. Berkat kerasulan yang biasa disampaikan dalam surat-surat lain:
Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu! (ay. 28).
Tidak ada lagi yang kita perlukan untuk membuat kita bahagia
selain mengetahui anugerah yang sudah dinyatakan Yesus Kris-
tus Tuhan kita, berkepentingan dalam anugerah yang sudah di-
peroleh-Nya itu, dan ikut ambil bagian dalam anugerah yang ber-
diam di dalam Dia sebagai Kepala jemaat. Inilah sumber anugerah
yang senantiasa mengalir dan melimpah ruah, yang memenuhi
segala kebutuhan kita.
T A F S I R A N M A T T H E W H E N R Y
Surat
2 Tesalonika
TAFSIRAN
SURAT 2 Tesalonika
urat kerasulan yang kedua ini ditulis segera sesudah surat yang
terdahulu. Tampaknya surat ini dimaksudkan untuk mencegah
suatu kesalahan yang mungkin timbul dari beberapa bagian di dalam
surat kerasulan sebelumnya mengenai kedatangan Kristus yang
kedua kali, seolah-olah kedatangan itu sudah sangat dekat. Di dalam
surat ini Rasul Paulus dengan sangat berhati-hati berusaha men-
cegah terjadinya salah pengertian yang bisa dilakukan oleh beberapa
anggota jemaat terhadap pernyataan-pernyataannya yang sesuai de-
ngan bahasa yang digunakan oleh para nabi Perjanjian Lama. Ia
memberitahukan bahwa masih ada banyak rancangan Allah yang
harus digenapi terlebih dahulu sebelum hari Tuhan itu tiba, meskipun
sebab begitu pastinya, ia berani mengatakan bahwa hari itu sudah
sangat dekat. Masih ada beberapa hal lain lagi yang ia tuliskan untuk
memberi penghiburan bagi mereka yang sedang mengalami penderita-
an, dan nasihat serta petunjuk di dalam melaksanakan kewajiban.
S
PASAL 1
esudah bagian pendahuluan (ay. 1-2), Rasul Paulus mengawali
surat kerasulannya ini dengan penghargaannya yang tinggi terha-
dap jemaat Tesalonika (ay. 3-4). Kemudian ia menghibur mereka yang
sedang berada di bawah penindasan dan penganiayaan (ay. 6-10),
serta memberi tahu mereka mengenai apa yang ia doakan kepada
Allah untuk mereka (ay. 11-12).
Pendahuluan
(1:1-4)
1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius, kepada jemaat orang-orang Tesalonika
di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. 2 Kasih karunia
dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus
menyertai kamu. 3 Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah sebab
kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, sebab imanmu
makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara
kamu, 4 sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang
kamu sebab ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan
penindasan yang kamu derita:
Di sini kita dapati,
I. Bagian pendahuluan (ay. 1-2), yang ditulis dengan menggunakan
kata-kata yang sama seperti surat kerasulan sebelumnya. Dari
situ kita dapat mengamati bahwa Rasul Paulus tidak merasa
berat hati untuk menuliskan di dalam surat-surat kerasulannya
hal-hal yang sama (Flp. 3:1) seperti yang telah ia sampaikan
dalam khotbah-khotbahnya. Dengan sepenuh hati ia bersedia
menulis hal-hal yang sama kembali kepada suatu jemaat walau-
pun ia telah menyampaikannya kepada jemaat lain. Terjadinya
penggunaan kata-kata yang sama dari surat sebelumnya di dalam
S
506
surat kerasulan ini menunjukkan kepada kita bahwa seharusnya
hamba-hamba Tuhan tidak perlu terlampau memperhatikan kera-
gaman ungkapan dan keindahan gaya. Yang lebih perlu mereka
perhatikan adalah kebenaran dan kegunaan dari ajaran-ajaran
yang mereka khotbahkan. Kita harus lebih berhati-hati supaya
jangan sampai sebab kesukaan untuk memakai cara-cara dan
ungkapan-ungkapan baru, kita malah memajukan gagasan atau
ajaran baru yang bertentangan dengan asas-asas agama alamiah
ataupun agama yang diwahyukan, yang di atasnya jemaat Tesa-
lonika telah dibangun sebagaimana halnya semua jemaat sejati
lainnya, yaitu di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus
Kristus.
II. Ungkapan rasa hormat yang tinggi dari Rasul Paulus kepada je-
maat Tesalonika. Ia tidak saja memiliki rasa kasih sayang yang
besar terhadap mereka (sebagaimana telah ia nyatakan di dalam
surat kerasulan sebelumnya, dan sekarang di dalam kesalehan-
nya, sekali lagi ia mengharapkan kasih karunia dan damai sejah-
tera bagi mereka), namun juga menyatakan rasa hormatnya yang
besar kepada mereka. Mengenai hal itu dapat kita amati,
1. Bagaimana rasa hormatnya kepada mereka diungkapkan.
(1) Ia memuliakan Allah untuk mereka, kami wajib selalu meng-
ucap syukur kepada Allah sebab kamu, saudara-saudara,
dan memang patutlah demikian (ay. 3). Ia lebih suka memilih
mengatakan apa yang patut dipuji di dalam diri mereka
dengan cara mengucap syukur kepada Allah daripada me-
muji mereka secara langsung. Selain itu, apa yang ia sebut
sebagai rasa sukacitanya, ia anggap sebagai pokok ucapan
syukurnya. Memang demikianlah sepatutnya, sebab kita
diharuskan, dan sudah menjadi kewajiban kita, untuk
mengucap syukur kepada Allah atas semua kebaikan yang
ada di dalam diri kita dan di dalam diri orang lain. Ini bu-
kan saja merupakan perbuatan kasih kita kepada saudara-
saudara seiman, namun juga kewajiban kita untuk meng-
ucap syukur kepada Allah untuk mereka.
(2) Rasul Paulus juga memegahkan mereka di depan jemaat-
jemaat Allah (ay. 4). Rasul Paulus tidak pernah mengambil
muka para sahabatnya, namun dengan senang hati ia meng-
Surat 2 Tesalonika 1:1-4
507
hargai mereka dan berbicara yang baik tentang mereka, un-
tuk kemuliaan Allah dan untuk menggairahkan dan mem-
besarkan hati orang lain. Rasul Paulus tidak bermegah de-
ngan karunia-karunianya sendiri, juga tidak memuji-muji
jerih payahnya di antara mereka, namun ia bermegah atas ka-
sih karunia Allah yang dilimpahkan ke atas mereka. Dengan
demikian, tindakan bermegahnya itu baik, sebab segala
pujian yang ia berikan kepada mereka dan rasa senangnya
berpusat di dalam pujian dan kemuliaan kepada Allah.
2. Apa yang ia hargai mengenai mereka dan yang ia syukuri ke-
pada Allah, yaitu bertambahnya iman, kasih, dan kesabaran
mereka. Di dalam surat kerasulannya yang terdahulu (1Tes.
1:3), ia mengucap syukur sebab iman, kasih, dan ketekunan
mereka, dan di sini ia mengucap syukur atas bertambahnya
semua kasih karunia itu, sehingga bahwa mereka bukan saja
menjadi orang-orang Kristen yang sejati, melainkan juga
orang-orang Kristen yang bertumbuh. Jalan orang benar itu
seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rem-
bang tengah hari. Dan, di mana ada pertambahan kasih karu-
nia, di situ Allah yang harus mendapatkan segala kemulia-
annya. Kita sungguh berutang kepada-Nya atas penambahan
kasih karunia dan kemajuan pekerjaan baik itu. Demikian
pula, kita teramat berutang kepada Allah sebab di dalam diri
kitalah pekerjaan anugerah itu mula-mula dilakukan. Mung-
kin saja kita tergoda untuk berpikir bahwa meskipun kalau
kita jahat kita tidak dapat membuat diri kita menjadi baik,
namun saat kita baik dengan mudah kita dapat membuat
diri kita menjadi lebih baik. Padahal kita begitu tergantung
pada kasih karunia Allah untuk menambahkan kasih karunia
yang telah kita miliki sebagaimana juga untuk menanamkan
kasih karunia saat kita tidak memilikinya. Hal yang mem-
buat Rasul Paulus mengucap syukur dan memuliakan Allah
atas orang-orang Tesalonika adalah,
(1) Bahwa iman mereka bertumbuh secara luar biasa (ay. 3).
Mereka lebih diteguhkan di dalam kebenaran akan hal-hal
yang diwahyukan dalam Injil, lebih percaya akan janji-janji
Injil, dan memiliki segala pengharapan yang hidup akan
kehidupan di dunia lain. Pertumbuhan iman m