Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 19

 


. Melalui firman Tuhan inilah 

kita tahu,  

(1)  Bahwa Tuhan Yesus akan turun dari sorga dengan segenap 

kemegahan dan kuasa sorgawi (ay. 16): Sebab pada waktu 

tanda diberi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga. 

sesudah  kebangkitan-Nya, Dia naik ke sorga, dan melewati 

segala langit itu masuk ke dalam sorga ketiga, yang harus 

menampung-Nya sampai segala sesuatunya dipulihkan. 

sesudah  itu Dia akan datang kembali dan menampakkan 

diri dalam kemuliaan-Nya. Dia akan turun dari sorga ke 

tempat kita berada ini (ay. 17). Penampakannya akan diser-

tai dengan kemegahan dan kuasa, dengan sebuah tanda, 

yaitu seruan seorang raja, dan kuasa serta wewenang se-

orang raja dan penakluk yang dahsyat, dengan seruan peng-

hulu malaikat. Sekumpulan malaikat-malaikat yang tidak 

terbilang banyaknya akan mengiringi Dia. Mungkin salah 

satunya, sebagai pemimpin pasukan Tuhan, akan mem-

beritahukan kedatangan-Nya itu, dan penampakan yang 

penuh kemuliaan dari Sang Penebus dan Hakim Agung ini 

akan dikumandangkan dan diawali dengan sangkakala 

Allah. Sebab nafiri akan berbunyi, dan bunyinya akan mem-

bangunkan orang-orang yang terlelap di antara debu 

tanah, dan memanggil semua makhluk di dunia ini untuk 

muncul dan berkumpul. Sebab,  

(2)  Orang-orang yang sudah mati akan dibangkitkan: mereka 

yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit (ay. 16), 

sebelum orang-orang yang masih hidup pada saat keda-

tangan Kristus diubah. Jadi tampaknya orang-orang yang 

masih hidup sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang 

telah meninggal (ay. 15). Perhatian pertama Sang Penebus 

di hari itu ialah mengenai orang-orang kudus-Nya yang su-

dah meninggal. Dia akan membangkitkan mereka sebelum 

perubahan besar terjadi pada orang-orang yang masih hi-

dup, supaya orang-orang yang belum tertidur dalam kema-

tian pada hari itu tidak memiliki hak istimewa atau suka-


 478

cita yang lebih besar daripada orang-orang yang sudah ter-

lelap di dalam Yesus.  

(3) Orang-orang yang masih hidup pada hari itu akan diubah-

kan. Mereka akan diangkat bersama-sama dengan mereka 

dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa (ay. 17). Di 

saat, atau tepat sebelum pengangkatan ke awan-awan ini, 

orang-orang yang masih hidup akan mengalami suatu 

perubahan yang dahsyat, yang akan sama dengan keadaan 

saat  mereka meninggal. Perubahan ini begitu misterius 

sampai-sampai kita tidak bisa memahaminya. Kita hanya 

tahu sedikit atau tidak tahu apa-apa mengenainya (1Kor. 

15:51). Hanya saja, secara umum, yang dapat mati ini ha-

rus mengenakan yang tidak dapat mati, dan tubuh-tubuh 

ini akan dilayakkan untuk mewarisi kerajaan Allah, yang 

tidak bisa dijangkau oleh daging dan darah seperti dalam 

keadaannya saat hidup ini. Perubahan ini akan terjadi 

dalam sekejap mata (1Kor. 15:52), langsung sesaat , atau 

tidak lama sesudah  kebangkitan orang-orang yang terlelap 

di dalam Yesus. Orang-orang yang dibangkitkan dan yang 

diubahkan itu akan bertemu di awan-awan, dan di sana 

mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka, untuk mem-

beri selamat kepada-Nya yang datang, untuk menerima 

mahkota kemuliaan yang akan dianugerahkan-Nya bagi 

mereka, dan untuk menjadi pengadil bersama dengan Dia 

dalam mengadili, menyetujui, dan menyambut penghakim-

an yang akan dijatuhkan-Nya kepada penguasa di udara 

dan semua orang-orang jahat, yang akan dikutuk ke dalam 

kebinasaan bersama Iblis dan para malaikatnya.  

(4)  Inilah kebahagiaan para orang kudus di hari itu: mereka 

akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan (ay. 

17). Berkumpul bersama seluruh orang kudus dan ber-

sama-sama dengan mereka selamanya hanyalah sebagian 

dari sukacita mereka, namun  kebahagiaan utama sorga 

ialah ini, bersama-sama dengan Tuhan, memandang-Nya, 

hidup bersama-Nya, dan menikmati-Nya untuk selama-

lamanya. Ini haruslah menghiburkan para orang kudus ke-

tika kawan-kawan mereka meninggal, yaitu bahwa sekali-

pun kematian memisahkan, akan namun  jiwa dan raga me-

reka akan dipersatukan lagi. Kita dan mereka, bersama-

Surat 1 Tesalonika 4:13-18 

 479 

sama dengan seluruh orang kudus, akan bertemu dengan 

Tuhan kita, dan berada bersama-sama dengan-Nya selama-

nya, tidak lagi terpisahkan dari-Nya atau dari satu sama 

lain, untuk selamanya. Dan Rasul Paulus juga ingin su-

paya kita saling menghiburkan seorang akan yang lain de-

ngan perkataan-perkataan ini (ay. 18). Kita harus berusaha 

untuk saling mendukung di saat-saat yang menyedihkan, 

bukannya mematikan semangat satu sama lain, atau saling 

melemahkan tangan, melainkan harus saling menghibur-

kan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sungguh-sung-

guh merenungkan dan memperbincangkan banyak pelajar-

an baik yang didapat dari ajaran mengenai kebangkitan 

orang mati, kedatangan Kristus yang kedua kali, dan 

kemuliaan para orang kudus di hari itu. 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  5  

etelah berbicara di akhir pasal sebelumnya mengenai kebangkitan 

dan kedatangan Kristus untuk kali kedua, Rasul Paulus menerus-

kan pembicaraannya mengenai tidak bermanfaatnya mencari tahu 

kapan persisnya Kristus datang, yang akan terjadi secara tiba-tiba 

dan mengerikan bagi orang fasik, namun  akan menghibur bagi orang 

kudus (ay. 1-5). Kemudian ia menasihati jemaat Tesalonika untuk 

menjalankan kewajiban untuk berjaga-jaga, tetap sadar, dan menger-

jakan iman, kasih, dan pengharapan, yang sudah sepatutnya mereka 

lakukan (ay. 6-10). Dalam perkataan selanjutnya, ia menasihati me-

reka untuk melakukan beberapa kewajiban terhadap orang lain, atau 

satu terhadap yang lain (ay. 11-15). sesudah  itu ia menasihati mereka 

untuk melakukan sejumlah kewajiban kristiani lain yang sangat 

penting (ay. 16-22), dan kemudian menutup surat ini (ay. 23-28).  

Kedatangan Kristus 

(5:1-5) 

1 namun  tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan 

kepadamu, 2 sebab  kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan da-

tang seperti pencuri pada malam. 3 jika mereka mengatakan: Semuanya 

damai dan aman – maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti 

seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin – mereka pasti 

tidak akan luput. 4 namun  kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di da-

lam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, 

5 sebab  kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita 

bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan.  

Dalam ayat-ayat ini perhatikanlah, 

I. Rasul Paulus memberi tahu jemaat Tesalonika bahwa tidak perlu 

dan tidak ada gunanya mencari tahu kapan persisnya Kristus 


 482

akan datang: Tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak 

perlu dituliskan kepadamu (ay. 1). Sudah pasti bahwa Kristus 

akan datang, dan ada waktu tertentu yang sudah ditetapkan 

untuk kedatangan-Nya. namun  tidak perlu Rasul Paulus menulis 

tentang ini, dan sebab  itu ia tidak mendapat wahyu untuk itu. 

Tidak pula mereka atau kita harus menyelidiki rahasia ini, yang 

ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tentang hari dan 

saat itu tidak seorang pun yang tahu. Kristus sendiri tidak 

menyingkapkan hal ini selama di bumi. Itu tidak termasuk dalam 

mandat-Nya sebagai Nabi Agung jemaat. Tidak pula Ia menying-

kapkan hal ini kepada para rasul-Nya. Itu tidak perlu. Ada hari 

dan saat bagi kita untuk mengerjakan pekerjaan kita, dan inilah 

yang menjadi kewajiban dan kepentingan kita untuk kita selidiki 

dan ketahui. namun  kapan hari dan saat kita harus memberikan 

pertanggungjawaban, kita tidak tahu, tidak pula perlu kita 

ketahui. Perhatikanlah, ada banyak hal yang ingin kita ketahui 

sebab  penasaran, padahal itu sama sekali tidak penting untuk 

kita ketahui, tidak pula pengetahuan kita tentang hal itu akan 

membawa kebaikan bagi kita.  

II.  Rasul Paulus memberi tahu mereka bahwa kedatangan Kristus 

akan terjadi secara tiba-tiba dan sangat mengejutkan bagi keba-

nyakan orang (ay. 2). Dan inilah yang sudah mereka ketahui, atau 

bisa mereka ketahui secara sempurna, sebab  Tuhan kita sendiri 

sudah mengatakannya: Anak Manusia datang pada saat yang 

tidak kamu duga (Mat. 24:44). Demikian juga Markus 13:35-36, 

sebab  itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah 

tuan rumah itu pulang. Supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan 

kamu didapatinya sedang tidur. Dan tidak diragukan lagi Rasul 

Paulus sudah memberi tahu mereka tentang kedatangan Kristus, 

dan juga tentang kedatangan-Nya secara tiba-tiba. Itulah yang 

dimaksudkan dengan kedatangan-Nya seperti pencuri pada malam 

hari (Why. 16:15). Seperti halnya pencuri biasanya datang pada 

malam yang sunyi senyap, saat  orang tidak curiga, seperti 

itulah mengejutkannya hari Tuhan nanti. Begitu tiba-tiba dan 

mengejutkan kemunculan-Nya nanti. Mengetahui hal ini akan 

jauh lebih bermanfaat daripada mengetahui waktu persisnya, 

sebab  hal ini akan menggugah kita untuk berjaga-jaga, supaya 

kita siap sedia kapan saja Dia datang. 

Surat 1 Tesalonika 5:1-5 

 483 

III. Rasul Paulus memberi tahu mereka betapa mengerikannya keda-

tangan Kristus nanti bagi orang-orang fasik (ay. 3). Mereka akan 

menghadapi kebinasaan pada hari Tuhan. Allah yang benar akan 

membawa kehancuran ke atas musuh-musuh-Nya dan musuh-

musuh umat-Nya. Dan kebinasaan mereka ini akan terjadi secara 

menyeluruh dan sehabis-habisnya, dan juga, 

1.  Kebinasaan mereka akan terjadi secara tiba-tiba. Kehancuran 

mereka akan mendatangi dan menimpa mereka, saat  mereka 

merasa aman-aman dan bergembira, saat  mereka berkata di 

dalam hati, semuanya damai dan aman. saat  mereka me-

ngimpikan kebahagiaan dan menyenangkan diri dengan me-

manjakan angan-angan atau indra jasmani secara sia-sia, dan 

sama sekali tidak berpikir akan datang kehancuran. Seperti 

seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin, 

pada waktu yang ditentukan memang, namun  mungkin tidak 

diharapkan dan tidak pula dikhawatirkan akan datang pada 

saat itu.  

2.  Kehancuran mereka juga tidak akan bisa dihindari: Mereka 

pasti tidak akan luput. Mereka pasti tidak akan luput sama se-

kali. Tidak akan ada kemungkinan cara apa pun bagi mereka 

untuk menghindar dari kengerian ataupun hukuman pada hari 

itu. Tidak akan ada tempat di mana orang-orang yang melaku-

kan kejahatan dapat bersembunyi, tidak ada tempat untuk ber-

lindung dari badai, tidak pula ada keteduhan untuk bernaung 

dari panas yang akan membakar habis orang-orang fasik. 

IV. Ia memberi tahu mereka betapa akan menyenangkannya hari itu 

bagi orang-orang benar (ay. 4-5). Di sini amatilah, 

1.  Ciri-ciri dan hak istimewa orang benar. Mereka tidak hidup di 

dalam kegelapan. Mereka adalah anak-anak terang, dst. Da-

lam keadaan yang membahagiakan inilah jemaat Tesalonika 

berada pada waktu itu, dan ini juga berlaku bagi semua orang 

Kristen yang sejati. Mereka tidak berada dalam dosa dan keti-

daktahuan seperti bangsa-bangsa kafir. Dahulu mereka adalah 

kegelapan, namun  sekarang mereka adalah terang di dalam Tu-

han. Mereka dikaruniai pewahyuan ilahi tentang perkara-per-

kara yang tak terlihat dan kekal, khususnya tentang kedatang-

an Kristus, dan apa yang diakibatkannya. Mereka adalah 


 484

anak-anak siang, sebab bintang fajar telah terbit atas mereka. 

Ya, Surya kebenaran telah terbit atas mereka dengan kesem-

buhan pada sayap-Nya. Mereka tidak lagi hidup di dalam kege-

lapan ajaran kafir, tidak pula di bawah bayang-bayang hukum 

Taurat, melainkan di bawah Injil, yang mendatangkan hidup 

yang tidak dapat binasa (2Tim. 1:10).  

2.  Keuntungan mereka yang besar oleh sebab  hal ini: bahwa 

hari itu tidak tiba-tiba mendatangi mereka seperti pencuri (ay. 

4). Paling tidak, salah mereka sendiri jika mereka dikejutkan 

oleh hari itu. Mereka sudah diberi peringatan yang jelas dan 

pertolongan yang cukup untuk menghadapi hari itu, dan 

mereka boleh berharap dapat berdiri dengan tenang dan yakin 

di hadapan Anak Manusia. Bagi mereka ini akan menjadi wak-

tu kelegaan di hadapan Tuhan. Dan bagi mereka yang menanti-

kan Dia, Ia akan menyatakan diri-Nya tanpa menanggung dosa 

untuk menganugerahkan keselamatan, dan akan datang ke-

pada mereka sebagai Teman pada siang hari, bukan sebagai 

pencuri pada malam hari.  

Berjaga-jaga dan Sadar 

(5:6-10)  

6 Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, namun  berjaga-

jaga dan sadar. 7 Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka 

yang mabuk, mabuk waktu malam. 8 namun  kita, yang adalah orang-orang 

siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopong-

kan pengharapan keselamatan. 9 sebab  Allah tidak menetapkan kita untuk 

ditimpa murka, namun  untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan 

kita, 10 yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah 

kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.  

Mengenai apa yang sudah dikatakan, nasihat-nasihat yang disampai-

kan tepat pada waktunya itu didasarkan Rasul Paulus atas sejumlah 

kewajiban yang perlu dilakukan.  

I.  Untuk berjaga-jaga dan sadar (ay. 6). Dua kewajiban ini berbeda, 

namun  saling berhubungan. Sebab, selama kita dikepung oleh begi-

tu banyak godaan untuk melampiaskan amarah dan lepas ken-

dali, kita tidak bisa tetap sadar, kecuali kita berjaga-jaga, dan ke-

cuali kita tetap sadar, kita tidak akan bisa berjaga-jaga dalam 

waktu lama.  

Surat 1 Tesalonika 5:6-10 

 485 

1.  Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, te-

tapi berjaga-jaga dan sadar. Kita tidak boleh merasa aman dan 

menjadi lalai, tidak pula memanjakan kemalasan dan kelam-

banan rohani. Kita tidak boleh lengah, namun  harus terus-me-

nerus berjaga-jaga melawan dosa, dan godaan untuk berdosa. 

Orang pada umumnya terlalu masa bodoh dengan kewajiban 

mereka dan tidak peduli dengan musuh-musuh rohani mere-

ka. Mereka berkata, semuanya damai dan aman, padahal me-

reka sedang terancam bahaya yang teramat besar, menyia-

nyiakan waktu mereka yang berharga yang padanya kekekalan 

mereka bergantung. Mereka membiarkan diri terlena dalam 

mimpi-mimpi yang kosong, dan tidak memikirkan dunia lain 

atau peduli dengannya, sama seperti orang yang tertidur tidak 

memikirkan atau peduli dengannya. Mereka tidak memikirkan 

perkara-perkara dunia lain sama sekali, sebab  mereka terti-

dur, atau mereka tidak memikirkannya dengan benar, sebab  

mereka sedang bermimpi. namun  marilah kita berjaga-jaga, dan 

bertindak seperti orang yang terjaga dan waspada.  

2.  Dan marilah kita sadar, atau menahan diri dan tidak berle-

bihan. Marilah kita menjaga keinginan dan nafsu alamiah ter-

hadap perkara-perkara dunia ini di dalam batas-batas kewa-

jaran. Menahan diri biasanya dipertentangkan dengan makan 

dan minum berlebihan, dan di sini menahan diri secara khu-

sus dipertentangkan dengan kemabukan. namun  menahan diri 

juga bisa diperluas kepada semua hal lainnya yang sementara 

sifatnya. Demikianlah, Juruselamat kita memperingatkan mu-

rid-murid-Nya untuk berjaga-jaga, supaya hati mereka jangan 

sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepen-

tingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba 

jatuh ke atas diri mereka seperti suatu jerat (Luk. 21:34). Maka, 

hendaklah kesabaran hati kita, untuk menahan diri dari se-

mua perkara yang bersifat sementara, diketahui semua orang, 

sebab Tuhan sudah dekat! Selain itu, berjaga-jaga dan sadar 

adalah dua hal yang paling sesuai dengan tabiat dan hak 

istimewa orang Kristen, sebagai anak-anak siang. Sebab mere-

ka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, 

mabuk waktu malam (ay. 7). Sangat memalukan jika orang 

tidur di siang hari, padahal itu waktunya untuk bekerja dan 

bukan untuk tidur. Juga memalukan jika orang mabuk di 


 486

siang hari, saat  berpasang-pasang mata tertuju kepada me-

reka, untuk melihat aib mereka. Tidaklah begitu aneh jika me-

reka yang tidak mengalami manfaat pewahyuan ilahi membiar-

kan diri terbuai oleh Iblis dalam rasa aman kedagingan, dan 

melepaskan kekang hawa nafsu, dan memanjakan diri dalam 

segala huru-hara dan pesta-pora. Sebab bagi mereka, seka-

rang adalah malam hari. Mereka tidak sadar akan adanya ba-

haya, sebab  itu mereka tidur. Mereka tidak sadar akan kewa-

jiban mereka, sebab  itu mereka mabuk. namun  tidak pantas 

orang-orang Kristen berbuat demikian. Astaga! Masakan orang 

Kristen, yang mempunyai terang Injil penuh berkat yang me-

nyinari wajah mereka, tidak peduli dengan jiwa mereka, dan 

tidak memikirkan dunia lain? Orang yang sedang diawasi oleh 

begitu banyak pasang mata haruslah berperilaku dengan 

aturan-aturan yang benar. 

II. Untuk bersenjata lengkap serta waspada: untuk mengenakan 

seluruh perlengkapan senjata Allah. Ini penting supaya kita bisa 

sadar sebagaimana mestinya dan supaya kita dipersiapkan untuk 

hari Tuhan, sebab  musuh-musuh rohani kita banyak, kuat, dan 

jahat. Mereka menarik banyak orang kepada kepentingan mereka, 

dan mempertahankan mereka di situ, dengan membuat mereka 

bersikap masa bodoh, merasa aman, dan pongah, dengan jalan 

membuat mereka mabuk, yaitu mabuk dengan kesombongan, 

mabuk dengan nafsu, mabuk dan pening dengan keangkuhan 

diri, mabuk dengan pemuasan indrawi. Maka dari itu, kita perlu 

mempersenjatai diri kita sendiri melawan godaan-godaan mereka, 

dengan mengenakan baju zirah rohani untuk menjaga hati, dan 

ketopong rohani untuk menjaga kepala. Dan senjata rohani ini 

terdiri atas tiga anugerah agung yang dimiliki orang Kristen, yaitu 

iman, kasih, dan pengharapan (ay. 8).  

1.  Kita harus hidup oleh iman, maka ini akan membuat kita 

tetap berjaga-jaga dan sadar. Jika kita percaya bahwa mata 

Allah (yang adalah Roh) selalu tertuju pada kita, bahwa kita 

mempunyai musuh-musuh rohani yang harus kita hadapi, 

bahwa ada dunia roh yang untuknya kita harus mempersiap-

kan diri, maka kita akan melihat alasan untuk berjaga-jaga 

dan sadar. Iman akan menjadi benteng pertahanan kita yang 

terbaik melawan segala serangan musuh-musuh kita.  

Surat 1 Tesalonika 5:6-10 

 487 

2. Hati kita haruslah berkobar-kobar oleh kasih. Dan ini juga 

akan menjadi benteng pertahanan kita. Kasih yang sejati dan 

berapi-api kepada Allah, dan kepada perkara-perkara tentang 

Allah, akan membuat kita tetap berjaga-jaga dan sadar, dan 

tidak murtad pada saat menghadapi kesusahan dan godaan.  

3.  Kita harus menjadikan keselamatan sebagai harapan kita, dan 

harus mempunyai harapan yang hidup untuk mendapatkan 

keselamatan itu. Harapan yang baik akan kehidupan kekal ini, 

yang dilakukan melalui anugerah, akan menjadi ketopong un-

tuk melindungi kepala, dan mencegah kita supaya tidak ter-

cemar oleh kesenangan-kesenangan dosa, yang hanya semen-

tara sifatnya. Jika kita mempunyai harapan akan keselamat-

an, marilah kita berjaga-jaga supaya tidak melakukan apa saja 

yang akan menggoncangkan segala harapan kita itu, atau 

membuat kita tidak layak atau tidak pantas mendapatkan 

keselamatan agung yang kita harapkan. sesudah  menyebutkan 

keselamatan dan harapan untuk mendapatkannya, Rasul Pau-

lus menunjukkan dasar-dasar dan alasan-alasan apa yang 

dimiliki orang Kristen untuk mengharapkan keselamatan itu. 

Berkenaan dengan hal ini, cermatilah bahwa ia tidak berkata 

apa-apa tentang jasa mereka untuk mendapatkannya. Tidak, 

ajaran bahwa kita berjasa sama sekali tidak alkitabiah dan 

melawan Kitab Suci. Jika kita memahaminya demikian, maka 

tidak ada dasar bagi kita untuk mempunyai secercah harapan. 

Sebaliknya, harapan-harapan kita harus didasarkan,  

(1) Pada ketetapan Allah: sebab  Allah tidak menetapkan kita 

untuk ditimpa murka, namun  untuk beroleh keselamatan (ay. 

9). Jika kita menelusuri keselamatan kita sampai pada pe-

nyebab pertamanya, maka kita akan sampai pada ketetap-

an Allah. Mereka yang hidup dan mati dalam kegelapan 

dan ketidaktahuan, yang tidur dan mabuk seperti di malam 

hari, adalah orang-orang yang, begitu jelas dikatakan, dite-

tapkan untuk ditimpa murka. namun  bagi mereka yang me-

rupakan anak-anak siang, jika mereka berjaga-jaga dan sa-

dar, jelas bahwa mereka ditetapkan untuk beroleh kesela-

matan. Dan pasti serta teguhnya ketetapan ilahi ini meru-

pakan sokongan dan dorongan yang besar bagi pengharap-

an kita. Seandainya kita harus memperoleh keselamatan 

dengan jasa atau kekuatan kita sendiri, kita akan mempu-


 488

nyai sedikit pengharapan atau tidak sama sekali untuk 

memperolehnya. namun  sebab  kita harus memperolehnya 

berdasar  kebaikan ketetapan Allah, yang kita yakini 

tidak bisa digoncangkan (sebab rencana Allah tentang pemi-

lihan-Nya, berdasar  panggilan-Nya, akan diteguhkan), 

maka atas dasar ini kita membangun pengharapan yang 

tidak bisa goyah, terutama jika kita menimbang,  

(2)  Jasa dan anugerah Kristus, dan bahwa keselamatan adalah 

melalui Tuhan kita Yesus Kristus, yang sudah mati untuk 

kita. Oleh sebab itu, keselamatan kita diperoleh berkat, 

dan pengharapan kita untuknya didasarkan atas, penebus-

an Kristus dan juga ketetapan Allah. Dan, sama seperti kita 

harus merenungkan maksud dan tujuan Allah yang penuh 

rahmat, demikian pula kita harus memikirkan kematian 

dan penderitaan Kristus. Ini supaya entah kita berjaga-

jaga, entah kita tidur (entah kita hidup atau mati, sebab 

mati hanyalah tidur bagi orang-orang percaya, seperti yang 

sudah disiratkan sebelumnya oleh Rasul Paulus) kita hidup 

bersama-sama dengan Kristus, hidup dalam persatuan dan 

kemuliaan bersama-sama dengan Dia selama-lamanya. Dan 

sama seperti keselamatan yang diharapkan orang-orang 

Kristen adalah untuk selama-lamanya bersama-sama de-

ngan Tuhan, demikian pula salah satu dasar dari pengha-

rapan mereka adalah persatuan mereka dengan-Nya. Dan 

jika mereka bersatu dengan Kristus, hidup di dalam Dia, 

dan hidup untuk Dia di sini, maka tidur maut tidak akan 

menghalang-halangi kehidupan rohani, apalagi kehidupan 

yang mulia di akhirat. Sebaliknya, Kristus mati untuk kita, 

supaya hidup dan mati, kita menjadi milik-Nya. Supaya kita 

hidup untuk Dia selama kita masih di sini, dan hidup 

bersama-sama dengan Dia sesudah  kita pergi dari sini.  

Berbagai Macam Nasihat;  

Kewajiban terhadap Sesama Orang Kristen 

(5:11-15)  

11 sebab  itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah 

kamu seperti yang memang kamu lakukan. 12 Kami minta kepadamu, sau-

dara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di an-

Surat 1 Tesalonika 5:11-15 

 489 

tara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; 13 

dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih sebab  

pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain. 14 

Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup 

dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang 

lemah, sabarlah terhadap semua orang. 15 Perhatikanlah, supaya jangan ada 

orang yang membalas jahat dengan jahat, namun  usahakanlah senantiasa 

yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang. 

Dalam ayat-ayat ini, Rasul Paulus menasihati jemaat Tesalonika un-

tuk melakukan sejumlah kewajiban. 

I. Terhadap orang-orang yang berhubungan dekat satu sama lain. 

Orang-orang seperti itu harus menghibur diri mereka sendiri, atau 

saling menasihati dan membangun satu sama lain (ay. 11).  

1.  Mereka harus menghibur atau menasihati diri mereka sendiri 

dan satu sama lain, sebab kata dalam bahasa aslinya bisa di-

artikan kedua-duanya. Dan kita dapat amati, sebagaimana 

orang yang paling mampu dan paling mungkin menghibur 

orang lain adalah mereka yang dapat menghibur diri sendiri, 

demikian pula cara untuk mendapat penghiburan bagi diri 

sendiri, atau memberi penghiburan kepada orang lain, adalah 

dengan menuruti ajaran firman. Perhatikanlah, kita tidak saja 

harus memperhatikan penghiburan dan kesejahteraan kita 

sendiri, namun  juga harus mencari penghiburan dan kesejah-

teraan bagi orang lain. Kainlah yang berkata, “Apakah aku 

penjaga adikku?” namun  kita, kita harus bertolong-tolongan 

dalam menanggung beban, dan dengan demikian memenuhi 

hukum Kristus.  

2.  Mereka harus membangun satu sama lain, dengan mengejar 

apa yang berguna untuk saling membangun (Rm. 14:19). Kare-

na orang-orang Kristen adalah batu-batu hidup yang tersusun 

bersama-sama untuk membangun rumah rohani, mereka 

harus berusaha mengedepankan kebaikan seluruh jemaat 

dengan memajukan pekerjaan anugerah dalam diri satu sama 

lain. Dan sudah menjadi kewajiban setiap dari kita untuk 

mengusahakan apa yang berguna untuk membangun orang-

orang yang bergaul dengan kita, untuk menyenangkan hati 

semua orang, untuk kepentingan mereka yang sesungguhnya. 

Kita harus berbagi pengetahuan dan pengalaman kita satu 

terhadap yang lain. Kita harus bergabung bersama-sama 


 490

dalam doa dan puji-pujian. Kita harus memberikan teladan 

yang baik di hadapan satu sama lain. Terutama mereka yang 

hidup dalam lingkungan dan keluarga yang sama, mereka 

wajib menghibur dan membangun satu sama lain. Inilah ling-

kungan dan sarana terbaik untuk mencapai apa yang menjadi 

tujuan-tujuan masyarakat. Orang-orang yang saling berhu-

bungan dekat dan saling mengasihi mempunyai kesempatan 

paling besar, dan dengan demikian kewajiban paling besar, 

untuk melakukan kebaikan ini satu terhadap yang lain. Inilah 

yang dilakukan jemaat Tesalonika (seperti yang memang kamu 

lakukan), dan inilah yang dinasihatkan kepada mereka untuk 

terus mereka lakukan dan semakin bertumbuh di dalamnya. 

Perhatikanlah, siapa yang melakukan apa yang baik perlu 

diberi nasihat-nasihat lebih jauh supaya mereka tergugah un-

tuk berbuat baik, berbuat kebaikan lebih lagi, dan menerus-

kan apa yang mereka lakukan itu. 

II. Rasul Paulus menunjukkan kepada mereka apa kewajiban mereka 

terhadap hamba-hamba Tuhan (ay. 12-13). Walaupun Rasul 

Paulus sendiri terpaksa berada jauh dari mereka, namun masih 

ada orang-orang lain yang melayani di antara mereka, dan kepada 

mereka jemaat berutang kewajiban-kewajiban ini. Rasul Paulus di 

sini menasihati mereka untuk mengamati, 

1.  Bagaimana hamba-hamba Injil digambarkan melalui pekerjaan 

dari jabatan mereka. Dan mereka harus lebih memikirkan pe-

kerjaan dan kewajiban yang kepadanya mereka dipangil dari-

pada berkeinginan untuk mendapat nama yang harum dan 

terhormat di mata orang. Pekerjaan mereka sangat berat, sa-

ngat terhormat, dan sangat bermanfaat.  

(1)  Hamba-hamba Tuhan harus bekerja keras di antara umat-

Nya, berusaha dengan tekun, dan memeras keringat (begi-

tulah makna kata itu dalam bahasa aslinya). Mereka harus 

berjerih payah berkhotbah dan mengajar (1Tim. 5:17). Mere-

ka disebut para pekerja, dan tidak boleh luntang-lantung. 

Mereka harus bekerja dengan jemaat, untuk mengajar, 

menghibur, dan membangun mereka. Dan,  

(2) Hamba-hamba Tuhan harus juga memimpin jemaat mere-

ka, begitulah kata itu diartikan (1Tim. 5:17). Mereka harus 

Surat 1 Tesalonika 5:11-15 

 491 

memimpin bukan dengan keketatan, melainkan dengan 

kasih. Mereka tidak boleh menggunakan kekuasaan seperti 

tuan-tuan duniawi, namun  harus memimpin sebagai pem-

bimbing-pembimbing rohani, dengan memberikan teladan 

yang baik bagi kawanan domba. Mereka mengatasi jemaat 

di dalam Tuhan, untuk membedakan mereka dari penguasa-

penguasa rakyat, dan juga untuk menunjukkan bahwa me-

reka hanyalah hamba-hamba di bawah Kristus, yang ditun-

juk oleh-Nya, dan harus memimpin jemaat dengan hukum-

hukum Kristus, bukan dengan hukum-hukum buatan mere-

ka sendiri. Ini juga bisa menyiratkan tujuan dari jabatan dan 

segala upaya mereka, yaitu melayani Tuhan dan memberi-

kan penghormatan kepada-Nya.  

(3)  Mereka juga harus memperingatkan jemaat, dan itu bukan 

hanya di depan umum, melainkan juga secara pribadi, bila 

ada kesempatan. Mereka harus mengajar jemaat untuk ber-

perilaku baik, dan harus menegur mereka jika berperilaku 

tidak baik. Sudah menjadi kewajiban mereka bukan hanya 

untuk memberikan nasihat yang baik, namun  juga untuk 

memberikan teguran, untuk memberikan peringatan kepada 

kawanan domba akan bahaya-bahaya yang rentan mereka 

hadapi, dan menegur mereka sebab  lalai atau sebab  kesa-

lahan apa saja. 

2. Apa kewajiban jemaat kepada hamba-hamba Tuhan. Ada ke-

wajiban timbal balik antara hamba-hamba Tuhan dan jemaat. 

Jika hamba-hamba Tuhan harus berjerih payah di antara 

jemaat, maka,  

(1) Jemaat harus mengenal hamba-hamba Tuhan. Sebagaimana 

gembala harus mengenal kawanannya, demikian pula dom-

ba-domba harus mengenal gembala mereka. Mereka harus 

mengenal pribadinya, mendengar suaranya, mengakuinya 

sebagai gembala rohani mereka, dan memberikan penghor-

matan yang semestinya kepada ajarannya, kepemimpinan-

nya, dan peringatan-peringatannya.  

(2)  Mereka harus menjunjung tinggi hamba-hamba Tuhan di 

dalam kasih. Mereka harus betul-betul menghargai peker-

jaan melayani, menghormati dan mengasihi hamba-hamba 

Tuhan sebagai pribadi, dan menunjukkan penghargaan 


 492

serta kasih terhadap mereka dengan segala cara yang pan-

tas. Dan ini demi pekerjaan mereka, sebab  yang mereka ker-

jakan adalah memajukan kehormatan Kristus dan kesejah-

teraan jiwa-jiwa manusia. Perhatikanlah, hamba-hamba Tu-

han yang setia tidak boleh dianggap remeh sama sekali kare-

na pekerjaan mereka. Justru sebaliknya, mereka harus di-

junjung tinggi sebab  pekerjaan itu. Pekerjaan melayani 

sama sekali bukan merupakan aib bagi mereka yang untuk 

alasan-alasan lain pantas dihargai. Justru sebaliknya, pe-

kerjaan melayani memberikan kehormatan kepada mereka 

yang setia dan tekun, yang kalau tidak demikian, mereka 

tidak berhak menuntut apa-apa. Dan pekerjaan melayani 

akan membuat mereka dihargai dan dikasihi oleh orang-

orang baik, yang kalau tidak demikian, mereka tidak dapat 

berharap akan mendapatkannya. 

III. Rasul Paulus memberikan berbagai nasihat lain tentang kewajib-

an yang harus dilakukan orang-orang Kristen satu terhadap yang 

lain. 

1. Untuk hidup selalu dalam damai seorang dengan yang lain (ay. 

13). Menurut pemahaman sebagian orang (sesuai dengan pem-

bacaan beberapa salinan) nasihat ini merujuk pada kewajiban 

jemaat terhadap hamba-hamba Tuhan, untuk hidup dalam 

damai dengan mereka, dan jangan pernah menimbulkan atau 

mendorong perpecahan di antara hamba Tuhan dan jemaat, 

yang pasti akan menghambat keberhasilan pekerjaan hamba 

Tuhan dan pembangunan jemaat. Sudah pasti, hamba Tuhan 

dan jemaat harus menghindari segala sesuatu yang akan men-

jauhkan kasih sayang seorang dari yang lain. Dan jemaat sen-

diri harus hidup dalam damai satu sama lain, berbuat semam-

pu mereka untuk mencegah timbulnya atau berlanjutnya per-

bedaan-perbedaan apa saja di antara mereka, dan mengguna-

kan segala sarana yang pantas untuk menjaga perdamaian 

dan kerukunan.  

2.  Untuk menegor mereka yang hidup dengan tidak tertib (ay. 14). 

Dalam semua masyarakat, akan ada sebagian orang yang 

hidup tanpa menuruti aturan, yang tidak berperilaku sesuai 

jabatan dan kedudukan mereka. Dan bukan hanya merupa-

kan kewajiban hamba-hamba Tuhan, melainkan juga orang-

Surat 1 Tesalonika 5:11-15 

 493 

orang Kristen secara pribadi, untuk memperingatkan dan me-

negur mereka. Orang-orang seperti itu harus ditegur sebab  

dosa mereka, diperingatkan akan adanya bahaya, dan diberi 

tahu secara terang-terangan bagaimana mereka akan merusak 

jiwa mereka sendiri, dan mungkin akan menyakiti orang lain. 

Orang-orang seperti itu harus diingatkan akan apa yang harus 

mereka lakukan, dan ditegur sebab  melakukan yang sebalik-

nya.  

3.  Untuk menghibur mereka yang tawar hati (ay. 14). Yang di-

maksudkan dengan perkataan ini adalah orang yang sedang 

dikuasai rasa takut, atau yang hatinya dilanda rasa murung 

dan sedih. Sebagian orang bersifat pengecut, takut pada kesu-

litan-kesulitan, dan ciut saat  memikirkan berbagai bahaya, 

kehilangan, dan penderitaan. Nah, orang-orang seperti itu ha-

rus dibesarkan hatinya. Kita tidak boleh memandang rendah 

mereka, namun  harus menghibur mereka. Dan siapa tahu ke-

baikan apa yang bisa dihasilkan oleh kata-kata yang baik dan 

menghibur pada diri mereka?  

4.  Untuk membela mereka yang lemah (ay. 14). Sebagian orang 

tidak mampu mengerjakan pekerjaan mereka, tidak pula mam-

pu bertahan menanggung beban mereka. Oleh sebab  itu, kita 

harus menopang mereka, menolong mereka dalam kelemahan, 

mengangkat salah satu ujung beban mereka, dan dengan demi-

kian membantu memikulnya. Memang benar, pasti anugerah 

Allahlah yang menguatkan dan membela orang-orang seperti 

itu. namun  kita juga harus memberi tahu mereka tentang anuge-

rah itu, dan berusaha menyampaikannya kepada mereka.  

5.  Untuk bersabar terhadap semua orang (ay. 14). Kita harus me-

nahan diri dan bersabar. Kita harus panjang sabar, dan mere-

dam amarah kita, jika amarah itu mulai timbul sebab  kita 

merasa terhina atau terluka. Paling tidak, kita tidak boleh 

gagal menurunkan amarah kita. Dan kewajiban ini harus di-

laksanakan terhadap semua orang, baik atau buruk, terhor-

mat atau tidak. Kita tidak boleh berharap dan menuntut yang 

tinggi-tinggi, atau kasar dalam mengungkapkan rasa tidak 

senang, atau keras dalam mendesak, namun  harus berusaha 

mengambil yang terbaik dari apa saja, dan memikirkan yang 

terbaik tentang semua orang.  


 494

6.  Supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat 

(ay. 15). Ini harus kita camkan, dan kita harus betul-betul 

memperhatikannya, yaitu kita harus menahan diri dengan se-

gala cara untuk tidak membalas dendam. Jika orang lain ber-

buat jahat kepada kita, ini sekali-sekali tidak membenarkan 

kita untuk membalasnya dengan melakukan hal yang sama, 

atau serupa, atau kejahatan apa pun kepada mereka. Sudah 

sepatutnya kita mengampuni, seperti orang-orang yang diam-

puni Allah dan berharap mendapat ampunan-Nya.  

7. Usahakanlah senantiasa yang baik (ay. 15). Secara umum, kita 

harus berusaha melakukan apa yang menjadi kewajiban kita, 

dan yang berkenan kepada Allah, dalam segala keadaan, entah 

orang membalas kita dengan baik atau jahat. Apa pun yang 

dilakukan orang terhadap kita, kita harus berbuat baik terha-

dap orang lain. Kita harus selalu berusaha berbaik hati dan 

berperan dalam memajukan kesejahteraan orang lain, baik di 

antara kita sendiri (terutama kepada kawan-kawan kita se-

iman), dan baru kemudian, jika kita diberi kesempatan, ter-

hadap semua orang (Gal. 6:10). 

Nasihat-nasihat Singkat 

(5:16-22)  

16 Bersukacitalah senantiasa. 17 Tetaplah berdoa. 18 Mengucap syukurlah da-

lam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus 

bagi kamu. 19 Janganlah padamkan Roh, 20 dan janganlah anggap rendah nu-

buat-nubuat. 21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 22 Jauhkan-

lah dirimu dari segala jenis kejahatan. 

Di sini kita mendapati nasihat-nasihat singkat, yang tidak akan mem-

bebani daya ingat kita, namun  akan sangat bermanfaat untuk meng-

arahkan gerak-gerik hati dan hidup kita. Sebab kewajiban-kewajiban 

yang disebutkan itu sangat penting, dan kita dapat mengamati bagai-

mana semuanya berhubungan dan bergantung satu sama lain.  

1. Bersukacitalah senantiasa (ay. 16). Ini harus dimengerti sebagai 

sukacita rohani. Sebab terhadap segala kenyamanan jasmani, kita 

harus merasa senang seolah-olah kita tidak senang, dan tidak 

boleh berharap untuk hidup selama bertahun-tahun, dan terus 

menikmatinya. Sebaliknya, jika kita sungguh-sungguh bersuka-

cita di dalam Allah, maka kita dapat bersukacita senantiasa. Di

Surat 1 Tesalonika 5:16-22 

 495 

 dalam Dia sukacita kita akan menjadi penuh. Dan salah kita 

sendiri jika kita tidak bersukacita senantiasa. Sekalipun kita 

sedih sebab  masalah duniawi, kita tetap bisa selalu bersukacita 

(2Kor. 6:10). Perhatikanlah, hidup beragama adalah hidup yang 

menyenangkan, hidup yang senantiasa penuh sukacita.  

2.  Tetaplah berdoa (ay. 17). Perhatikanlah, cara untuk bersukacita 

senantiasa adalah dengan tetap berdoa. Kita akan lebih bersuka-

cita jika kita lebih banyak berdoa. Kita harus tetap berdoa dalam 

waktu-waktu yang ditentukan, dan harus terus-menerus berdoa. 

Kita harus selalu berdoa, tanpa jemu. Berdoa tanpa lelah, dan 

terus berdoa, sampai kita sampai di alam di mana doa akan 

tertelan dalam puji-pujian. Bukan berarti bahwa orang tidak boleh 

berbuat apa-apa kecuali berdoa, namun  bahwa jangan sampai hal-

hal lain yang kita lakukan menghambat doa saat waktunya tiba. 

Doa akan membantu memajukan, dan bukan menghambat, se-

mua pekerjaan lain yang halal, dan setiap pekerjaan baik.  

3.  Mengucap syukurlah dalam segala hal (ay. 18). Jika kita berdoa 

tanpa henti, maka kita tidak akan kekurangan alasan untuk ber-

syukur dalam segala hal. Sama seperti dalam segala hal kita harus 

menyatakan permintaan-permintaan kita kepada Allah dengan per-

mohonan, demikian pula kita tidak boleh melewatkan ucapan syu-

kur (Flp. 4:6). Kita harus mengucap syukur dalam segala keadaan, 

bahkan dalam kesusahan atau dalam kemakmuran. Keadaan kita 

mungkin tidak pernah begitu buruk, namun  bisa jadi lebih buruk. 

Kita diberi banyak kesempatan untuk menyampaikan keluhan 

kita dengan rendah hati kepada Allah, jadi kita tidak akan pernah 

bisa mempunyai alasan apa saja untuk mengeluhkan Allah, dan 

selalu mempunyai banyak alasan untuk memuji Dia dan meng-

ucap syukur kepada-Nya. Rasul Paulus berkata, inilah yang dike-

hendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu, supaya kita 

mengucap syukur, sebab Allah sudah berdamai dengan kita di 

dalam Kristus Yesus. Di dalam Dia, oleh Dia, dan demi Dia, Allah 

mengizinkan kita bersukacita senantiasa, dan meminta kita un-

tuk mengucap syukur dalam segala hal. Mengucap syukur adalah 

hal yang berkenan kepada Allah. 

4. Janganlah padamkan Roh (ay. 19), sebab Roh anugerah dan per-

mohonan inilah yang menopang kita dalam segala kelemahan 

kita, yang mendampingi kita dalam segala doa dan ucapan syukur 

kita. Orang Kristen dikatakan dibaptis dengan Roh Kudus dan 


 496

dengan api. Ia bekerja seperti api, dengan menerangi, menghidup-

kan, dan memurnikan jiwa-jiwa manusia. Kita harus berhati-hati 

agar tidak memadamkan api kudus ini. Seperti api yang akan pa-

dam kalau kehabisan bahan bakar, demikian pula kita akan me-

madamkan Roh jika kita tidak menggugah roh kita, dan segenap 

batin kita, untuk mengikuti pimpian-pimpinan Roh yang baik itu. 

Dan sama seperti api akan padam jika disiram air, atau ditimbun 

dengan banyak kotoran, demikian pula kita harus berhati-hati 

agar tidak memadamkan Roh Kudus dengan memanjakan diri 

dengan hawa nafsu kedagingan, atau hanya memikirkan perkara-

perkara duniawi.  

5.  Janganlah anggap rendah nubuat-nubuat (ay. 20). Sebab, jika kita 

mengabaikan sarana anugerah, maka kita akan kehilangan Roh 

anugerah. Yang dimaksudkan dengan nubuat di sini adalah meng-

ajarkan firman, dan menafsirkan serta menerapkan Kitab Suci. Ini 

tidak boleh kita anggap rendah, namun  harus kita hargai dan nilai 

tinggi, sebab  itu merupakan ketetapan Allah, yang ditetapkan 

oleh-Nya untuk memajukan dan mengembangkan diri kita dalam 

pengetahuan dan anugerah, kekudusan dan penghiburan. Kita 

tidak boleh menganggap rendah pengajaran, walaupun itu seder-

hana, dan tidak disampaikan dengan kata-kata indah hikmat ma-

nusia, dan walaupun kita tidak diberi tahu lebih daripada apa 

yang sudah kita ketahui sebelumnya. Sungguh bermanfaat, dan 

sering kali perlu, bila pikiran kita digugah, perasaan dan tekad 

hati kita dibangkitkan, kepada hal-hal yang sudah kita ketahui 

merupakan kepentingan dan kewajiban kita.  

6.  Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik (ay. 21). Peringatan 

ini penting, untuk menguji segala sesuatu. Sebab, walaupun ha-

rus menghargai pengajaran, kita tidak boleh mempercayai begitu 

saja apa yang disampaikan oleh para pemberita, namun  harus 

mengujinya dengan Kitab Suci dan kesaksian hidup. Kita harus 

menyelidiki Kitab Suci, untuk mencari tahu apakah yang mereka 

katakan itu benar atau tidak. Kita tidak boleh mempercayai setiap 

roh, namun  harus menguji semua roh. namun  kita tidak boleh se-

lalu menguji, tanpa menetapkan hati. Tidak, pada akhirnya kita 

harus menetapkan hati, dan memegang teguh apa yang baik. Apa-

bila kita yakin bahwa suatu hal itu benar, betul, dan baik, kita 

harus teguh memegangnya, dan tidak melepaskannya, apa pun 

perlawanan atau penganiayaan yang kita hadapi demi itu. Perhati-

Surat 1 Tesalonika 5:23-28 

 497 

kanlah, ajaran-ajaran yang menyatakan bahwa ada manusia yang 

tidak bisa keliru, iman tanpa syarat, dan kepatuhan buta, bukan-

lah ajaran-ajaran Alkitab. Setiap orang Kristen mempunyai, dan 

harus mempunyai, penilaian yang bijaksana, dan harus melatih 

panca indra untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat, 

kebenaran dan kepalsuan (Ibr. 5:13-14). Dan membuktikan segala 

sesuatu haruslah dengan tujuan supaya dapat memegang teguh 

apa yang baik. Kita tidak boleh selalu mencari-cari, atau mem-

biarkan pikiran terus berubah-ubah, seperti anak-anak yang di-

ombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.  

7. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan (ay. 22). Ini meru-

pakan sarana yang baik supaya kita tidak tertipu oleh rupa-rupa 

ajaran palsu, atau tidak menetap di dalam iman. Sebab Juruse-

lamat kita sudah memberi tahu kita (Yoh. 7:17), barangsiapa mau 

melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu apakah suatu ajaran 

berasal dari Allah. Perasaan-perasaan bobrok yang dimanjakan di 

dalam hati, dan segala perbuatan jahat yang dibiarkan begitu saja 

di dalam hidup, akan cenderung menumbuhkan kesalahan-

kesalahan yang mematikan di dalam pikiran. Sementara hati yang 

murni, dan hidup yang lurus, akan mencondongkan kita untuk 

menerima dan mencintai kebenaran. Oleh sebab itu, kita harus 

menjauhkan diri dari kejahatan, dan segala kemungkinan yang 

jahat, dari dosa, dan apa yang tampak sebagai dosa, yang meng-

antar pada dosa, dan yang bisa dikatakan sebagai dosa. Siapa 

yang tidak menjauh dari kemungkinan yang bisa menimbulkan 

dosa, yang tidak membenci peluang-peluang terjadinya dosa, dan 

yang tidak menghindari godaan-godaan yang mengarah pada 

dosa, maka tidak lama lagi akan benar-benar berbuat dosa.  

Doa Rasul Paulus untuk Jemaat Tesalonika 

(5:23-28) 

23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan se-

moga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada 

kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. 24 Ia yang memanggil kamu adalah 

setia, Ia juga akan menggenapinya. 25 Saudara-saudara, doakanlah kami. 26 

Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus. 

27 Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat kepadamu, supaya surat ini 

dibacakan kepada semua saudara. 28 Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan 

kita, menyertai kamu.  


 498

Dalam ayat-ayat di atas, yang merupakan penutup surat ini, amati-

lah, 

I.  Doa Paulus untuk mereka (ay. 23). Ia sudah memberi tahu mere-

ka, di bagian awal surat ini, bahwa ia selalu mengingat mereka 

dalam doa-doanya. Dan sekarang saat  ia sedang menulis ke-

pada mereka, ia mengangkat hatinya kepada Allah di dalam doa 

untuk mereka. Perhatikanlah,  

1. Kepada siapa Rasul Paulus berdoa, yaitu kepada Allah damai 

sejahtera. Dia adalah Allah anugerah, dan juga Allah damai 

sejahtera dan kasih. Dia pencipta kedamaian dan pencinta 

kerukunan. Dengan perdamaian dan persatuan jemaat Tesalo-

nika, yang bersumber dari Allah sebagai penciptanya, maka 

semua yang didoakannya dapat dikabulkan.  

2. Yang didoakannya untuk jemaat Tesalonika adalah pengudus-

an mereka, supaya Allah menguduskan mereka seluruhnya. 

Dan juga untuk pemeliharaan mereka, supaya mereka terpeli-

hara sempurna dengan tak bercacat. Ia berdoa supaya mereka 

dikuduskan sepenuhnya, supaya diri manusia mereka se-

utuhnya dikuduskan, sehingga kemanusiaan mereka seutuh-

nya, yaitu roh, jiwa dan tubuh, dapat terpelihara. Atau, ia 

berdoa supaya mereka dikuduskan seluruhnya, yaitu secara 

lebih sempurna, sebab orang-orang terbaik sekalipun hanya 

dikuduskan secara sebagian selama masih ada di dunia ini. 

Dan sebab  itu, kita harus berdoa dan terus mendesak maju 

menuju pengudusan yang menyeluruh. jika pekerjaan 

anugerah yang baik sudah dimulai, maka pekerjaan itu akan 

diteruskan, dilindungi, dan dipelihara. Dan semua orang yang 

dikuduskan dalam Kristus Yesus akan dipelihara sampai ke-

datangan Yesus Kristus Tuhan kita. Dan sebab , jika Allah tidak 

melanjutkan pekerjaan baik-Nya di dalam jiwa, maka pekerjaan 

itu akan berlanjut ke arah yang salah, maka kita harus berdoa 

kepada Allah untuk menyempurnakan pekerjaan-Nya, dan me-

melihara kita sempurna dengan tak bercacat, bebas dari dosa 

dan noda, sampai pada akhirnya kita dibawa dengan tak ber-

noda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya. 

II.  Keyakinannya yang menghibur bahwa Allah akan mendengar doa-

nya: Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan mengge-

Surat 1 Tesalonika 5:23-28 

 499 

napinya (ay. 24). Kebaikan dan kasih Allah sudah tampak bagi 

mereka dengan dipanggil-Nya mereka untuk mengenal kebenaran-

Nya. Dan kesetiaan Allah adalah jaminan untuk mereka bahwa 

mereka akan terus bertekun sampai pada akhirnya. Oleh sebab  

itu, Rasul Paulus meyakinkan mereka bahwa Allah akan melaku-

kan apa yang diinginkan-Nya. Ia akan menepati apa yang sudah 

dijanjikan-Nya. Ia akan menyempurnakan segala kebaikan-Nya 

terhadap mereka. Perhatikanlah, kesetiaan kita kepada Allah ber-

gantung pada kesetiaan-Nya kepada kita.  

III. Permintaan Rasul Paulus akan doa mereka: Saudara-saudara, 

doakanlah kami (ay. 25). Kita harus saling mendoakan. Dan se-

sama saudara harus menyatakan kasih persaudaraan dengan 

berdoa. Rasul besar ini tidak merasa dirinya rendah dalam me-

nyapa jemaat Tesalonika sebagai saudara-saudaranya, atau un-

tuk meminta mereka berdoa bagi dia. Hamba-hamba Tuhan juga 

perlu didoakan oleh jemaatnya. Dan semakin banyak jemaat yang 

berdoa untuk hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka, maka 

semakin banyak pula kebaikan yang bisa didapat hamba-hamba 

Tuhan dari Allah, dan semakin besar manfaat yang bisa diterima 

jemaat dari pelayanan mereka.  

IV. Salam Rasul Paulus: Sampaikanlah salam kami kepada semua 

saudara dengan cium yang kudus (ay. 26). Demikianlah, Rasul 

Paulus mengirimkan salam persahabatan dari dirinya, Silwanus, 

dan Timotius, dan ingin supaya jemaat Tesalonika meneruskan 

salam mereka satu kepada yang lain. Demikianlah, ia ingin su-

paya mereka menunjukkan kasih dan perasaan mereka satu 

terhadap yang lain dengan cium kasih (1Ptr. 5:14, KJV), yang di 

sini disebut cium yang kudus, untuk menunjukkan betapa mere-

ka harus berhati-hati supaya jangan ada kecemaran dalam men-

jalankan adat kebiasaan ini, yang biasa dilakukan pada waktu 

itu. Jangan sampai ciuman itu seperti ciuman pengkhianatan Yu-

das, namun  juga jangan sampai seperti ciuman berahi perempuan 

sundal (Ams. 7:13).  

V.  Perintahnya yang sungguh-sungguh supaya surat ini dibacakan 

(ay. 27). Ini bukan hanya nasihat, melainkan juga kehendak dari 

Tuhan. Surat ini harus dibacakan kepada semua saudara yang 


 500

kudus. Orang awam bukan hanya diperbolehkan membaca Kitab 

Suci, dan tidak boleh dilarang oleh siapa pun, namun  juga itu me-

rupakan kewajiban mereka yang tidak bisa dikesampingkan, dan 

mereka harus didorong untuk melakukannya. Supaya ini terca-

pai, sabda-sabda suci ini tidak boleh dibiarkan tersembunyi da-

lam bahasa yang tidak dikenal, namun  harus diterjemahkan ke 

dalam bahasa-bahasa sehari-hari, supaya semua orang, yang 

memang berkepentingan untuk mengenal Kitab Suci, bisa mem-

bacanya, dan mengenalnya dengan baik. Pada waktu dulu, pem-

bacaan Kitab Taurat di depan umum merupakan salah satu ba-

gian dari ibadah Sabat di kalangan orang Yahudi di tempat ibadah 

mereka. Demikian pula halnya, Kitab Suci harus dibacakan di 

depan kumpulan jemaat Kristen.  

VI. Berkat kerasulan yang biasa disampaikan dalam surat-surat lain: 

Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu! (ay. 28). 

Tidak ada lagi yang kita perlukan untuk membuat kita bahagia 

selain mengetahui anugerah yang sudah dinyatakan Yesus Kris-

tus Tuhan kita, berkepentingan dalam anugerah yang sudah di-

peroleh-Nya itu, dan ikut ambil bagian dalam anugerah yang ber-

diam di dalam Dia sebagai Kepala jemaat. Inilah sumber anugerah 

yang senantiasa mengalir dan melimpah ruah, yang memenuhi 

segala kebutuhan kita.

 

 

  

 

T A F S I R A N  M A T T H E W  H E N R Y  

Surat  

2 Tesalonika  

   

 

  

 

 

 

 

 

 

TAFSIRAN  

SURAT 2 Tesalonika   


urat kerasulan yang kedua ini ditulis segera sesudah surat yang 

terdahulu. Tampaknya surat ini dimaksudkan untuk mencegah 

suatu kesalahan yang mungkin timbul dari beberapa bagian di dalam 

surat kerasulan sebelumnya mengenai kedatangan Kristus yang 

kedua kali, seolah-olah kedatangan itu sudah sangat dekat. Di dalam 

surat ini Rasul Paulus dengan sangat berhati-hati berusaha men-

cegah terjadinya salah pengertian yang bisa dilakukan oleh beberapa 

anggota jemaat terhadap pernyataan-pernyataannya yang sesuai de-

ngan bahasa yang digunakan oleh para nabi Perjanjian Lama. Ia 

memberitahukan bahwa masih ada banyak rancangan Allah yang 

harus digenapi terlebih dahulu sebelum hari Tuhan itu tiba, meskipun 

sebab  begitu pastinya, ia berani mengatakan bahwa hari itu sudah 

sangat dekat. Masih ada beberapa hal lain lagi yang ia tuliskan untuk 

memberi penghiburan bagi mereka yang sedang mengalami penderita-

an, dan nasihat serta petunjuk di dalam melaksanakan kewajiban.  

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  1  

esudah bagian pendahuluan (ay. 1-2), Rasul Paulus mengawali 

surat kerasulannya ini dengan penghargaannya yang tinggi terha-

dap jemaat Tesalonika (ay. 3-4). Kemudian ia menghibur mereka yang 

sedang berada di bawah penindasan dan penganiayaan (ay. 6-10), 

serta memberi tahu mereka mengenai apa yang ia doakan kepada 

Allah untuk mereka (ay. 11-12).  

Pendahuluan 

(1:1-4)  

1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius, kepada jemaat orang-orang Tesalonika 

di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. 2 Kasih karunia 

dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus

menyertai kamu. 3 Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah sebab  

kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, sebab  imanmu

makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara 

kamu, 4 sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang 

kamu sebab  ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan 

penindasan yang kamu derita:  

Di sini kita dapati,  

I. Bagian pendahuluan (ay. 1-2), yang ditulis dengan menggunakan 

kata-kata yang sama seperti surat kerasulan sebelumnya. Dari 

situ kita dapat mengamati bahwa Rasul Paulus tidak merasa 

berat hati untuk menuliskan di dalam surat-surat kerasulannya 

hal-hal yang sama (Flp. 3:1) seperti yang telah ia sampaikan 

dalam khotbah-khotbahnya. Dengan sepenuh hati ia bersedia 

menulis hal-hal yang sama kembali kepada suatu jemaat walau-

pun ia telah menyampaikannya kepada jemaat lain. Terjadinya 

penggunaan kata-kata yang sama dari surat sebelumnya di dalam 


 506

surat kerasulan ini menunjukkan kepada kita bahwa seharusnya 

hamba-hamba Tuhan tidak perlu terlampau memperhatikan kera-

gaman ungkapan dan keindahan gaya. Yang lebih perlu mereka 

perhatikan adalah kebenaran dan kegunaan dari ajaran-ajaran 

yang mereka khotbahkan. Kita harus lebih berhati-hati supaya 

jangan sampai sebab  kesukaan untuk memakai cara-cara dan 

ungkapan-ungkapan baru, kita malah memajukan gagasan atau 

ajaran baru yang bertentangan dengan asas-asas agama alamiah 

ataupun agama yang diwahyukan, yang di atasnya jemaat Tesa-

lonika telah dibangun sebagaimana halnya semua jemaat sejati 

lainnya, yaitu di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus 

Kristus. 

II. Ungkapan rasa hormat yang tinggi dari Rasul Paulus kepada je-

maat Tesalonika. Ia tidak saja memiliki rasa kasih sayang yang 

besar terhadap mereka (sebagaimana telah ia nyatakan di dalam 

surat kerasulan sebelumnya, dan sekarang di dalam kesalehan-

nya, sekali lagi ia mengharapkan kasih karunia dan damai sejah-

tera bagi mereka), namun  juga menyatakan rasa hormatnya yang 

besar kepada mereka. Mengenai hal itu dapat kita amati,  

1. Bagaimana rasa hormatnya kepada mereka diungkapkan. 

(1) Ia memuliakan Allah untuk mereka, kami wajib selalu meng-

ucap syukur kepada Allah sebab  kamu, saudara-saudara, 

dan memang patutlah demikian (ay. 3). Ia lebih suka memilih 

mengatakan apa yang patut dipuji di dalam diri mereka 

dengan cara mengucap syukur kepada Allah daripada me-

muji mereka secara langsung. Selain itu, apa yang ia sebut 

sebagai rasa sukacitanya, ia anggap sebagai pokok ucapan 

syukurnya. Memang demikianlah sepatutnya, sebab kita 

diharuskan, dan sudah menjadi kewajiban kita, untuk 

mengucap syukur kepada Allah atas semua kebaikan yang 

ada di dalam diri kita dan di dalam diri orang lain. Ini bu-

kan saja merupakan perbuatan kasih kita kepada saudara-

saudara seiman, namun  juga kewajiban kita untuk meng-

ucap syukur kepada Allah untuk mereka.  

(2) Rasul Paulus juga memegahkan mereka di depan jemaat-

jemaat Allah (ay. 4). Rasul Paulus tidak pernah mengambil 

muka para sahabatnya, namun  dengan senang hati ia meng-

Surat 2 Tesalonika 1:1-4 

 507 

hargai mereka dan berbicara yang baik tentang mereka, un-

tuk kemuliaan Allah dan untuk menggairahkan dan mem-

besarkan hati orang lain. Rasul Paulus tidak bermegah de-

ngan karunia-karunianya sendiri, juga tidak memuji-muji 

jerih payahnya di antara mereka, namun  ia bermegah atas ka-

sih karunia Allah yang dilimpahkan ke atas mereka. Dengan 

demikian, tindakan bermegahnya itu baik, sebab segala 

pujian yang ia berikan kepada mereka dan rasa senangnya 

berpusat di dalam pujian dan kemuliaan kepada Allah.  

2. Apa yang ia hargai mengenai mereka dan yang ia syukuri ke-

pada Allah, yaitu bertambahnya iman, kasih, dan kesabaran 

mereka. Di dalam surat kerasulannya yang terdahulu (1Tes. 

1:3), ia mengucap syukur sebab  iman, kasih, dan ketekunan 

mereka, dan di sini ia mengucap syukur atas bertambahnya 

semua kasih karunia itu, sehingga bahwa mereka bukan saja 

menjadi orang-orang Kristen yang sejati, melainkan juga 

orang-orang Kristen yang bertumbuh. Jalan orang benar itu 

seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rem-

bang tengah hari. Dan, di mana ada pertambahan kasih karu-

nia, di situ Allah yang harus mendapatkan segala kemulia-

annya. Kita sungguh berutang kepada-Nya atas penambahan 

kasih karunia dan kemajuan pekerjaan baik itu. Demikian 

pula, kita teramat berutang kepada Allah sebab  di dalam diri 

kitalah pekerjaan anugerah itu mula-mula dilakukan. Mung-

kin saja kita tergoda untuk berpikir bahwa meskipun kalau 

kita jahat kita tidak dapat membuat diri kita menjadi baik, 

namun saat  kita baik dengan mudah kita dapat membuat 

diri kita menjadi lebih baik. Padahal kita begitu tergantung 

pada kasih karunia Allah untuk menambahkan kasih karunia 

yang telah kita miliki sebagaimana juga untuk menanamkan 

kasih karunia saat  kita tidak memilikinya. Hal yang mem-

buat Rasul Paulus mengucap syukur dan memuliakan Allah 

atas orang-orang Tesalonika adalah,  

(1) Bahwa iman mereka bertumbuh secara luar biasa (ay. 3). 

Mereka lebih diteguhkan di dalam kebenaran akan hal-hal 

yang diwahyukan dalam Injil, lebih percaya akan janji-janji 

Injil, dan memiliki segala pengharapan yang hidup akan 

kehidupan di dunia lain. Pertumbuhan iman m