batu yang mereka
gulingkan akan berbalik menimpa mereka sendiri (ay. 18-
19). Mereka menghadang dan mengintai darah dan nyawa
orang lain, padahal ternyata, berlawanan dengan niat me-
reka, apa yang mereka hadang dan intai itu yaitu darah
mereka sendiri, nyawa mereka sendiri. Pada akhirnya, me-
reka akan mendapat malu. Kalaupun mereka bisa terhin-
dar dari pedang hakim, masih ada hukuman ilahi yang
mengejar-ngejar mereka. Dewi Keadilan tidak membiarkan
mereka hidup. Kelobaan mereka akan keuntungan gelap
membuat mereka tergesa-gesa melakukan perbuatan-per-
buatan yang tidak akan membiarkan mereka hidup sete-
ngah dari umur mereka, namun akan memotong bulan-
bulan mereka di tengah jalan. Mereka mempunyai sedikit
alasan untuk berbangga akan harta milik mereka, sebab
harta itu mengambil nyawa orang yang mempunyainya dan
diserahkan ke pemilik lain. Apa gunanya seorang memper-
oleh seluruh dunia namun kehilangan nyawanya? Sebab de-
ngan demikian ia tidak bisa lagi menikmati dunia. Terlebih
lagi jika ia kehilangan jiwanya dan ditenggelamkan ke da-
lam kehancuran dan kebinasaan, sebagaimana yang terjadi
pada banyak orang sebab cinta akan uang.
Nah, walaupun Salomo hanya berbicara secara khusus tentang
godaan untuk merampok di tengah jalan, melalui hal itu ia berniat
untuk memperingatkan kita akan semua kejahatan lain, yang di-
tawarkan para pendosa untuk menggoda manusia. Seperti itulah
jalan-jalan pemabuk dan orang najis. Mereka memanjakan diri dalam
kesenangan-kesenangan yang mengarah pada kehancuran mereka
baik pada saat ini maupun untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu,
janganlah menuruti mereka.
Nasihat-nasihat Hikmat;
Hukuman bagi Orang-orang Berdosa
yang Keras Kepala
(1:20-33)
20 Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memper-
dengarkan suaranya, 21 di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pin-
tu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya. 22 Berapa lama lagi,
hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu
itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada
pengetahuan? 23 Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku
hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataan-
ku kepadamu. 24 Oleh sebab kamu menolak saat aku memanggil, dan
tidak ada orang yang menghiraukan saat aku mengulurkan tanganku, 25
bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku,
26 maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok,
jika kedahsyatan datang ke atasmu, 27 jika kedahsyatan datang ke
atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, jika
kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. 28 Pada waktu itu mereka
akan berseru kepadaku, namun tidak akan kujawab, mereka akan bertekun
mencari aku, namun tidak akan menemukan aku. 29 Oleh sebab mereka ben-
ci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN, 30 tidak mau
menerima nasihatku, namun menolak segala teguranku, 31 maka mereka akan
memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh rencana
mereka. 32 Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keeng-
ganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya. 33 namun
siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada
kedahsyatan malapetaka.
Salomo, sesudah menunjukkan betapa berbahayanya mendengarkan
godaan-godaan Iblis, di sini menunjukkan betapa berbahayanya tidak
mendengarkan panggilan-panggilan Allah, yang akan kita sesali se-
lama-lamanya jika kita mengabaikannya.
Amatilah:
I. Melalui siapa Allah berseru-seru kepada kita melalui hikmat.
Hikmatlah yang berseru nyaring di jalan-jalan. Kata yang diguna-
kan di sini yaitu kata jamak, yaitu hikmat-hikmat, sebab, sama
seperti ada hikmat tak terbatas pada Allah, demikian pula ada
pelbagai ragam hikmat Allah (Ef. 3:10). Allah berbicara kepada
anak-anak manusia melalui berbagai macam hikmat, dan, sama
seperti dalam setiap kehendak Allah ada hikmat kebijaksanaan,
demikian pula dalam setiap perkataan-Nya.
1. Pengertian manusia yaitu hikmat, terang dan hukum alam,
kekuatan dan kemampuan-kemampuan akal budi, dan tuntut-
an hati nurani (Ayb. 38:36). Melalui hal-hal ini Allah berbicara
kepada anak-anak manusia, dan beperkara dengan mereka.
Roh manusia yaitu pelita TUHAN. Ke mana pun manusia
pergi, mereka dapat mendengar suara di belakang mereka
yang berkata, Inilah jalannya. Suara hati nurani yaitu sua-
ra Allah, yang tidak selamanya pelan dan samar-samar, namun
adakalanya berseru-seru.
2. Pemerintahan negara yaitu hikmat. Pemerintahan itu yaitu
ketetapan Allah. Para hakim yaitu wakil-wakil-Nya. Allah
melalui Daud telah berkata kepada pembual-pembual: Jangan
membual (Mzm. 75:5). Di depan pintu-pintu gerbang, dan di
atas tembok-tembok (KJV: di pusat-pusat keramaian pen.), di
mana ada lembaga-lembaga pengadilan, para hakim, sang
hikmat bangsa, berseru kepada orang-orang fasik, dalam nama
Allah, untuk bertobat dan memperbaharui diri.
3. Pewahyuan ilahi yaitu hikmat. Setiap katanya, setiap hu-
kumnya, yaitu bijaksana sebagaimana hikmat itu sendiri.
Melalui firman tertulis, melalui hukum Musa, yang memperha-
dapkan kepada kita berkat dan kutuk, melalui mulut para
imam yang menjaga pengetahuan, melalui hamba-hamba-Nya
para nabi, dan semua hamba dari firman tertulis ini, Allah me-
nyatakan pikiran-Nya kepada orang-orang berdosa, dan mem-
beri mereka peringatan dengan sejelas-jelasnya seperti yang
diserukan orang di jalan-jalan atau di pengadilan-pengadilan.
Allah, di dalam firman-Nya, tidak hanya membuka kasus, te-
tapi juga memperkarakannya dengan anak-anak manusia.
Marilah, baiklah kita beperkara! (Yes. 1:18).
4. Kristus sendiri yaitu Hikmat, Segala Hikmat, sebab di dalam
Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan, dan
Dia merupakan pusat dari semua pewahyuan ilahi. Dia bukan
saja Sang Hikmat hakiki, melainkan juga Sang Firman kekal,
yang melalui-Nya Allah berbicara kepada kita, dan yang ke-
pada-Nya Allah telah menyerahkan seluruh penghakiman. Oleh
sebab itu, Dialah yang di sini berseru-seru kepada orang-
orang berdosa dan juga menjatuhkan penghukuman kepada
mereka. Dia menyebut diri-Nya sendiri Hikmat (Luk. 7:35).
II. Bagaimana Ia berseru-seru kepada kita, dan dengan cara apa.
1. Di hadapan semua orang, sehingga siapa bertelinga hendaklah
ia mendengar, sebab semua orang dipersilakan mengambil
keuntungan dari apa yang dikatakan, dan merupakan kepen-
tingan semua orang untuk mencamkannya. Aturan-aturan
hikmat diberitakan di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan,
bukan hanya di sekolah-sekolah, atau di istana-istana para
raja, melainkan juga di atas tembok-tembok (ay. 21; KJV: di
pusat-pusat keramaian pen.), di tengah-tengah orang banyak
yang lalu-lalang di depan pintu-pintu gerbang kota. Sungguh
menghibur jika kita menebarkan jala Injil di mana ada
banyak ikan, dengan berharap bisa menjaring sebagiannya.
Hal ini digenapi dalam diri Yesus Tuhan kita, yang mengajar
secara terang-terangan di bait Allah, di tengah-tengah kera-
maian orang, dan tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi
(Yoh. 18:20), dan memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk
memberitakan Injil-Nya dari atas atap rumah (Mat. 10:27).
Allah berfirman (Yes. 45:19), tidak pernah Aku berkata dengan
sembunyi. Tidak ada kata dan tidak ada bahasa, di mana
suara Hikmat tidak terdengar. Kebenaran tidak mencari sudut-
sudut yang gelap, dan kebajikan tidak malu pada dirinya sen-
diri.
2. Dengan sangat menggugah perasaan. Hikmat berseru, dan lagi
ia berseru-seru, seperti orang yang sungguh-sungguh. Yesus
berdiri dan berseru. Ia memperdengarkan suara-Nya, mengucap-
kan kata-kata-Nya sejelas mungkin dan dengan penuh perasa-
an. Allah ingin didengar dan diperhatikan dengan baik-baik.
III. Apa panggilan Allah dan Kristus itu.
1. Ia menegur orang-orang berdosa atas kebodohan mereka dan
kekerasan hati mereka untuk terus bersikap bodoh (ay. 22).
Perhatikanlah:
(1) Siapa orang-orang yang di sini ditegur dan diperingatkan
oleh Sang Hikmat. Secara umum, mereka yaitu orang-
orang yang tak berpengalaman (KJV: orang-orang naif
pen.), dan oleh sebab itu sudah sewajarnya direndahkan,
orang-orang yang cinta kepada keadaan itu, dan oleh sebab
itu sudah sewajarnya kita merasa putus asa dengan mere-
ka. Namun kita harus menggunakan sarana anugerah bah-
kan terhadap orang-orang yang mempunyai sedikit pengha-
rapan sekalipun, sebab kita tidak tahu apa yang dapat
diperbuat oleh anugerah ilahi. Tiga macam orang yang di
sini diberikan seruan:
[1] Orang yang tak berpengalaman yang mencintai keadaan-
nya (KJV: orang naif yang mencintai kenaifan pen.).
Dosa yaitu kenaifan, dan orang-orang berdosa yaitu
orang-orang yang naif. Mereka berbuat bodoh, sangat
bodoh. Sangatlah buruk keadaan orang yang mencintai
kenaifan, yang gemar akan gagasan-gagasan mereka
yang naif tentang kebaikan dan kejahatan, dan akan
prasangka-prasangka mereka yang naif melawan jalan-
jalan Allah. Mereka ini merasa senang jika berbuat
naif, menghibur diri dalam keadaan mereka yang ter-
tipu, dan memuji diri dalam kefasikan mereka sendiri.
[2] Pencemooh yang gemar mencemooh orang-orang som-
bong yang senang menjelek-jelekkan semua orang di
sekeliling mereka, para pencemooh yang mengejek se-
mua orang, dan mengolok-olok segala sesuatu yang me-
reka temui. namun yang terutama dimaksudkan di sini
yaitu para pencemooh agama, para pendosa besar,
yang tidak sudi tunduk kepada kebenaran-kebenaran
dan hukum-hukum Kristus, dan kepada teguran-tegur-
an serta peringatan-peringatan firman-Nya, dan bangga
dalam menghancurkan segala sesuatu yang suci dan
sakral.
[3] Orang bebal yang benci kepada pengetahuan. Tidak ada
orang yang membenci pengetahuan kecuali orang bebal.
Hanya orang-orang yang tidak memahami agama dengan
benarlah yang menjadi musuh-musuh agama. Yang ter-
buruk dari orang-orang bebal yaitu mereka yang benci
dididik dan diperbaharui, dan mempunyai kebencian
yang berurat akar terhadap kesalehan yang sungguh-
sungguh.
(2) Bagaimana teguran itu diungkapkan: Berapa lama lagi
kamu akan berbuat demikian? Ini menyiratkan bahwa
Allah di sorga menginginkan pertobatan dan pembaruan
orang-orang berdosa, dan bukan kehancuran mereka, bah-
wa Ia amat tidak berkenan dengan kekerasan hati dan ke-
lalaian mereka, bahwa Ia menunggu waktu untuk menun-
jukkan rahmat-Nya, dan mau beperkara dengan mereka.
2. Ia mengundang mereka untuk bertobat dan menjadi bijak (ay.
23). Dalam hal ini,
(1) Perintahnya jelas: berpalinglah kamu kepada teguranku.
Teguran-teguran yang diberikan kepada kita mengenai apa
yang jahat tidak akan berguna sama sekali jika kita tidak
berpaling dari yang jahat kepada yang baik. sebab untuk
inilah teguran itu diberikan. Berpalinglah, yaitu, kembali-
lah waras, berpalinglah kepada Allah, berpalinglah kepada
kewajibanmu, berpaling dan hiduplah.
(2) Janji-janji itu sangat membesarkan hati. Orang-orang yang
mencintai kenaifan mendapati diri mereka berada dalam
ketidakberdayaan moral untuk mengubah pikiran dan
jalan mereka sendiri. Mereka tidak bisa berpaling dengan
kuasa mereka sendiri. Untuk itu Allah menjawab, Sesung-
guhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu
(KJV: Lihatlah, Aku hendak mencurahkan Roh-Ku kepadamu
pen.). Tetapkan hatimu untuk melakukan apa yang kamu
bisa, maka anugerah Allah akan tinggal di dalam dirimu,
dan mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun
pekerjaan untuk melakukan kebaikan yang, tanpa anuge-
rah itu, tidak dapat kamu lakukan. Tolonglah dirimu sen-
diri, maka Allah akan menolongmu. Ulurkanlah tanganmu
yang lemah terkulai, maka Kristus akan menguatkan dan
menyembuhkannya.
[1] Pemberi anugerah ini yaitu Roh, dan itu sudah dijanji-
kan: Aku akan mencurahkan Roh-Ku, seperti minyak,
seperti air. Engkau akan dipenuhi Roh secara berkelim-
pahan, aliran-aliran air hidup (Yoh. 7:38). Bapa kita di
sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang
meminta kepada-Nya.
[2] Sarana anugerah ini yaitu perkataan, yang, jika kita
menerimanya dengan benar, akan membuat kita berpa-
ling. Oleh sebab itu dijanjikan, Aku akan memberitahu-
kan perkataan-Ku kepadamu, bukan hanya mengatakan-
nya kepadamu, namun juga memberitahukannya, mem-
berikannya kepadamu untuk engkau pahami. Perhati-
kanlah, anugerah khusus amat penting supaya orang
bertobat dengan sungguh-sunguh dan tulus hati. Anu-
gerah itu pasti akan diberikan kepada mereka yang
dengan tulus mencarinya dan tunduk kepadanya.
3. Ia membacakan hukuman bagi orang-orang yang tetap bersi-
keras melawan semua sarana dan jalan dari anugerah ini.
Hukuman itu besar dan amat mengerikan (ay. 24-32). Hikmat,
sesudah memanggil orang-orang berdosa untuk berpaling, ber-
henti sejenak, untuk melihat apa dampak dari panggilan itu, ia
memperhatikan dan mendengarkan; namun mereka tidak ber-
kata dengan jujur! (Yer. 8:6), dan oleh sebab itu ia melanjutkan
dengan memberi tahu mereka apa akhir dari semua ini.
(1) Kejahatan itu dibacakan, dan ini amat membangkitkan
murka Allah. Lihatlah sebab hal apa hukuman akan di-
berikan pada hari penghakiman agung kepada orang-orang
berdosa yang tidak mau bertobat, maka engkau akan ber-
kata bahwa mereka pantas mendapatkannya dan Tuhan
itu benar dalam memberikannya. Pendeknya, kejahatan itu
yaitu menolak Kristus dan tawaran-tawaran anugerah-
Nya, dan tidak mau tunduk kepada persyaratan-persyarat-
an Injil-Nya, yang akan menyelamatkan mereka baik dari
kutuk hukum Allah maupun dari kekuasaan hukum dosa.
[1] Kristus memanggil mereka, untuk memperingatkan me-
reka akan bahaya yang mengancam. Ia mengulurkan
tangan-Nya untuk menawarkan belas kasihan kepada
mereka, bahkan, untuk menolong mereka dari keadaan
mereka yang menyengsarakan. Ia mengulurkan tangan-
Nya untuk mereka pegang, namun mereka menolak dan
tidak ada yang menghiraukan. Sebagian orang gegabah
dan tidak pernah mencamkannya, atau memperhatikan
apa yang dikatakan kepada mereka. Sementara sebagi-
an yang lain mempunyai kemauan, namun, meskipun
mereka tidak bisa tidak mendengarkan kehendak Kris-
tus, mereka menyangkal-Nya dengan mentah-mentah,
mereka menolak (ay. 24). Mereka mencintai kebodohan
mereka, dan tidak mau menjadi bijak. Mereka keras ke-
pala melawan semua cara yang diambil untuk merebut
mereka kembali. Allah mengulurkan tangan-Nya dalam
segala belas kasihan yang dikaruniakan kepada mereka,
dan, jika semua belas kasihan itu tidak berhasil
memperbaiki mereka, maka semuanya sia-sia belaka.
Mereka tidak memperhatikan pekerjaan-pekerjaan ta-
ngan-Nya sama seperti mereka tidak peduli terhadap
pemberitaan-pemberitaan mulut-Nya.
[2] Kristus menegur dan menasihati mereka, bukan hanya
menegur mereka atas kesalahan yang mereka perbuat,
namun juga menasihati mereka untuk berbuat lebih baik
(itu merupakan teguran yang mendidik dan bukti akan
kasih dan kehendak baik), namun mereka mengabaikan
nasihat-Nya sebagai sesuatu yang tidak perlu didengar,
dan tidak mau menerima teguran-Nya, seolah-olah mere-
ka terlalu terhormat untuk ditegur oleh-Nya, dan se-
olah-olah mereka tidak pernah berbuat sesuatu yang
pantas ditegur (ay. 25). Perkataan ini diulangi lagi (ay.
30): Mereka tidak mau menerima nasihat-Ku, malah
menolaknya dengan hina. Mereka menyebut teguran se-
bagai celaan, dan melihatnya sebagai penghinaan (Yer.
6:10). Bahkan, mereka menolak segala teguran-Ku, se-
olah-olah itu semua hanyalah gurauan dan tidak layak
untuk diperhatikan. Perhatikanlah, orang-orang yang
sudah ditentukan untuk binasa yaitu mereka yang
tuli terhadap teguran dan nasihat baik.
[3] Mereka didesak untuk tunduk kepada pemerintahan
akal budi dan agama yang benar, namun mereka mem-
berontak melawan keduanya. Pertama, akal budi tidak
akan mengatur mereka, sebab mereka benci kepada
pengetahuan (ay. 29), benci kepada terang kebenaran
ilahi sebab terang itu menampakkan perbuatan mere-
ka yang jahat (Yoh. 3:20). Mereka benci diberi tahu sua-
tu hal yang tidak tahan mereka dengar. Kedua, agama
tidak dapat mengatur mereka, sebab mereka tidak me-
milih takut akan TUHAN, namun memilih berjalan menu-
ruti hati dan pandangan mereka. Mereka ditekankan
untuk selalu menempatkan Allah di depan mereka,
namun mereka lebih memilih membuang Dia dan rasa
takut kepada-Nya di belakang mereka. Perhatikanlah,
orang-orang yang tidak memilih takut akan TUHAN
menunjukkan bahwa mereka tidak berpengetahuan.
(2) Hukuman diperdengarkan, dan hukuman itu sudah pasti
menghancurkan. Orang-orang yang tidak mau tunduk ke-
pada pemerintahan Allah pasti akan binasa di bawah mur-
ka dan kutukan-Nya, dan Injil sendiri tidak akan melega-
kan mereka. Mereka tidak mau mengambil keuntungan
dari belas kasihan Allah saat ditawarkan kepada mereka,
dan oleh sebab itu sudah sewajarnya mereka jatuh sebagai
korban dari keadilan-Nya (29:1). Ancaman-ancaman di sini
akan mencapai kegenapannya pada hari penghakiman
agung dan kesengsaraan kekal orang-orang yang tidak berto-
bat, yang sebagian tandanya sudah tampak dalam pengha-
kiman-penghakiman sekarang.
[1] Sekarang orang-orang berdosa berada dalam keadaan
makmur dan aman. Mereka hidup dengan nyaman dan
tidak ambil peduli dengan kesedihan. namun , pertama,
celaka mereka akan datang (ay. 26). Sakit-penyakit akan
datang, dan itu yaitu penyakit-penyakit yang akan me-
reka sadari sebagai pertanda dan isyarat kematian. Ma-
salah-masalah lain akan datang, dalam pikiran, dalam
harta milik, yang akan meyakinkan mereka akan kebo-
dohan mereka dalam menjauhkan diri dari Allah.
Kedua, celaka mereka akan membuat mereka sangat
ketakutan. Ketakutan akan mencengkeram mereka, dan
mereka sadar bahwa yang buruk akan bertambah bu-
ruk. jika penghakiman-penghakiman umum dinya-
takan, orang-orang yang berdosa terkejut di Sion, orang-
orang murtad diliputi kegentaran. Kematian menjadi raja
kedahsyatan bagi mereka (Ayb. 15:21, dst.; Ayb. 18:11,
dst.). Ketakutan ini akan senantiasa menyiksa mereka.
Ketiga, apa yang mereka takutkan itulah yang akan
terjadi. Kedahsyatan akan datang kepada mereka (apa
yang mereka takutkan akan menimpa mereka). Kedah-
syatan itu akan datang seperti badai, seperti banjir
besar yang menghanyutkan semua yang dilewatinya.
Kedahsyatan itu akan menjadi celaka bagi mereka, ce-
laka yang sejadi-jadinya. Celaka itu akan datang seperti
angin puyuh, yang dengan tiba-tiba dan hebat mengha-
lau pergi semua sekam. Perhatikanlah, orang-orang
yang tidak mau takut akan Allah, mengundang segala
rasa takut akan hal-hal lain bagi diri mereka sendiri,
dan mereka akan tersadar bahwa ketakutan-ketakutan
mereka itu bukannya tanpa alasan. Keempat, ketakutan
mereka kemudian akan berubah menjadi keputusasa-
an: kesukaran dan kecemasan akan datang menimpa
mereka, sebab, sesudah jatuh ke dalam lubang yang me-
reka takuti, mereka tidak akan melihat jalan keluar (ay.
27). Saul berseru (2Sam. 1:9), Kekejangan telah menye-
rang aku. Di dalam neraka terdengar ratapan, tangisan,
dan kertakan gigi oleh sebab kekejangan atau kesesak-
an, penderitaan dan kesesakan dari jiwa orang berdosa,
sebagai akibat murka dan geram dari Allah yang benar
(Rm. 2:8-9).
[2] Sekarang Allah mengasihani kebodohan mereka, namun
nanti Ia akan menertawakan celaka mereka (ay. 26):
Aku juga akan menertawakan kesusahanmu, sama
seperti engkau telah menertawakan nasihatku. Orang-
orang yang mengolok-olok agama hanya akan menjadi-
kan diri mereka sebagai bahan olokan di hadapan selu-
ruh dunia. Orang-orang benar akan menertawakan me-
reka (Mzm. 52:8), sebab Allah sendiri akan berbuat de-
mikian. Di sini tersirat bahwa mereka selama-lamanya
akan dijauhkan dari segala belas kasih Allah. Sudah
begitu lama mereka berdosa melawan belas kasihan se-
hingga sekarang mereka kehilangan belas kasihan itu
sebab dosa mereka. Dia tidak akan merasa sayang dan
tidak akan kenal belas kasihan. Bahkan, sebab keadil-
an-Nya dipermuliakan dalam kehancuran mereka, Dia
akan senang dengan kehancuran mereka itu, walaupun
sebetulnya Dia lebih ingin mereka berbalik dan hidup.
Ha, Aku akan melampiaskan dendam-Ku kepada para
lawan-Ku.
[3] Sekarang Allah siap mendengarkan doa-doa mereka dan
menjumpai mereka dengan belas kasihan, jika saja me-
reka mau datang kepada-Nya untuk mendapatkan belas
kasihan itu. namun nanti pintu akan ditutup, dan mere-
ka akan berseru dengan sia-sia (ay. 28): Pada waktu itu
mereka akan berseru kepadaku, Tuan, Tuan, bukakan-
lah kami pintu!, namun sayang sudah terlambat. Pada
waktu itu dengan senang hati mereka ingin menerima
belas kasihan yang sekarang ini mereka tolak dan re-
mehkan. namun mereka tidak akan Kujawab, sebab ,
saat aku memanggil, mereka tidak mau menjawab.
Pada saat itu satu-satunya jawaban yang akan mereka
terima yaitu , Enyahlah dari hadapan-Ku, Aku tidak
tahu kamu. Ini sudah terjadi pada sebagian orang bah-
kan di dalam kehidupan ini, seperti pada Saul, yang
tidak dijawab Allah melalui Urim atau nabi-nabi. Akan
namun , biasanya, selama hayat masih dikandung badan,
masih ada tempat bagi doa dan harapan untuk berhasil,
dan oleh sebab itu perkataan ini pasti merujuk pada
keadilan yang tidak bisa diganggu gugat pada hari peng-
hakiman agung. Pada waktu itu orang-orang yang meng-
hina Allah akan bertekun mencari Dia (maksudnya, men-
cari dengan sungguh-sungguh), namun percuma saja.
Mereka tidak akan menemukan Dia, sebab mereka
tidak mencari-Nya saat Ia berkenan ditemui (Yes. 55:6).
Orang kaya di neraka mengajukan permohonan, namun
ditolak.
[4] Sekarang mereka bertekun di jalan mereka sendiri, dan
gemar akan rencana-rencana mereka sendiri. namun
nanti mereka akan kekenyangan dengan itu semua (ay.
31), sesuai dengan peribahasa Inggris, biarlah orang mi-
num apa yang direbusnya sendiri. Mereka akan mema-
kan buah perbuatan mereka. Upah mereka akan sesuai
dengan pekerjaan mereka, dan, apa yang mereka pilih,
itulah yang akan menimpa mereka (Gal. 6:7-8). Perhati-
kanlah, pertama, di dalam dosa terkandung sesuatu
yang secara alami cenderung mengarah pada kebinasa-
an (Yak. 1:15). Orang-orang berdosa pasti akan seng-
sara jika mereka memakan buah perbuatan mereka.
Kedua, orang-orang yang binasa harus menyalahkan diri
mereka sendiri, dan tidak bisa mempersalahkan orang
lain. Itu yaitu rencana mereka sendiri. Biarlah mereka
bermegah di dalamnya. Allah lebih menyukai memper-
lakukan mereka dengan sewenang-wenang (Yes. 66:4).
[5] Sekarang mereka menghargai diri mereka sendiri berda-
sarkan kemakmuran duniawi. namun nanti hal itu akan
memperberat kehancuran mereka (ay. 32). Pertama,
sekarang mereka bangga bahwa mereka dapat berpaling
dari Allah dan melepaskan diri dari kekangan-kekangan
agama. namun hal itu justru akan membunuh mereka,
kenangan akan hal itu akan menusuk hati mereka.
Kedua, sekarang mereka bangga akan rasa aman dan
hawa nafsu mereka. namun kenyamanan orang yang tak
berpengalaman (begitu arti tersiratnya) akan membunuh
mereka. Semakin aman mereka, semakin pasti dan se-
makin mengerikan kehancuran mereka nantinya. Ke-
makmuran orang bebal akan membantu membinasakan
mereka, dengan membuat mereka besar kepala, mele-
katkan hati mereka kepada dunia, membakar mereka
dengan berbagai hawa nafsu, dan mengeraskan hati
mereka di dalam jalan-jalan mereka yang jahat.
4. Salomo menutup pasal ini dengan jaminan keamanan dan ke-
bahagiaan bagi semua orang yang tunduk kepada didikan-
didikan hikmat (ay. 33): Siapa mendengarkan aku, dan mau
diatur olehku, ia akan,
(1) Aman. Ia akan tinggal dalam perlindungan khusus Sorga,
sehingga tidak akan ada yang benar-benar menyakitinya.
(2) Ia akan tenang, dan tidak akan mempunyai kekhawatiran-
kekhawatiran yang menggelisahkan akan bahaya yang
mengancam. Ia tidak saja akan aman dari malapetaka, te-
tapi juga terlindung dari pada kedahsyatannya. Sekalipun
bumi berubah, mereka tidak akan takut. Maukah kita aman
dari malapetaka, dan terlindung dari kedahsyatannya? Biar-
lah agama senantiasa mengatur kita dan firman Allah men-
jadi penasihat kita. Itulah cara untuk tinggal dengan aman
di dunia ini, dan terlindung dari kedahsyatan malapetaka di
dunia lain.
PASAL 2
etelah meramalkan kehancuran orang-orang yang bersikap degil
dalam ketidaksalehan mereka, di dalam pasal ini Salomo memu-
satkan perhatian kepada mereka yang bersedia diajar, dan,
I. Ia menunjukkan mereka bahwa jika mau menggunakan
sarana pengetahuan dan anugerah dengan tekun, mereka
akan menerima dari Allah pengetahuan dan anugerah yang
mereka cari (ay. 1-9).
II. Ia menunjukkan mereka betapa sangat menguntungkannya
hikmat itu bagi mereka.
1. Hikmat akan memelihara mereka dari jerat orang jahat
(ay. 10-15) dan wanita jahat (ay. 16-19).
2. Hikmat akan memimpin dan tetap menjaga mereka di da-
lam jalan orang benar (ay. 20-22).
Jadi, di dalam pasal ini diajarkan kepada kita cara memperoleh
hikmat dan juga bagaimana harus menggunakannya sesudah memper-
olehnya, supaya kita jangan mencari ataupun menerimanya dengan
sia-sia.
Pencarian akan Hikmat Dianjurkan
(2:1-9)
1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan pe-
rintahku di dalam hatimu, 2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat,
dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, 3 ya, jikalau
engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada ke-
pandaian, 4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan menge-
jarnya seperti mengejar harta terpendam, 5 maka engkau akan memperoleh
pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan
Allah. 6 sebab TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya da-
tang pengetahuan dan kepandaian. 7 Ia menyediakan pertolongan bagi
orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, 8
S
30
sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya
yang setia. 9 Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan
kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik.
Jauh sebelum ini, Ayub pernah bertanya, namun di mana hikmat da-
pat diperoleh, di mana tempat akal budi? (Ayb. 28:12-20), dan ia
telah memberikan jawabannya secara umum (ay. 23), Allah menge-
tahui jalan ke sana. Namun, di sini Salomo menunjukkan lebih jauh
lagi dari itu, dengan mengatakan kepada kita di mana kita bisa men-
dapatkannya dan cara kita bisa memperolehnya. Di sini diberitahu-
kan kepada kita,
I. Sarana apa yang harus kita gunakan supaya memperoleh hikmat.
1. Kita harus memperhatikan firman Allah dengan baik, sebab
itulah perkataan hikmat, yang dapat memberi hikmat kepada
kita dan menuntun kita kepada keselamatan (ay. 1-2).
(1) Kita harus insaf bahwa firman Allah merupakan sumber
dan patokan bagi hikmat serta pengertian, dan bahwa kita
tidak perlu ingin menjadi lebih bijaksana dibandingkan yang di-
kerjakan hikmat atas kita. Kita harus berusaha supaya teli-
nga kita mendengarkan firman dan mencenderungkan hati
kita kepada firman-Nya itu. Demikian juga kepada hikmat
atau kepandaian itu sendiri. Banyak hal bijaksana yang
bisa ditemukan di dalam rancangan manusia, namun pe-
wahyuan ilahi dan kehidupan beragama yang sejati yang
dibangun di atas hikmat itulah yang merupakan hikmat
yang sesungguhnya.
(2) Oleh sebab itu, kita harus menerima firman Allah dengan
seluruh pikiran dan menyambutnya, bahkan perintah-perin-
tah dan juga janji-janjinya, tanpa berkeluh kesah ataupun
berbantah. Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini men-
dengar.
(3) Kita harus menyimpan perkataan Allah seperti kita me-
nyimpan harta sebab takut dirampok. Kita bukan saja
harus menerima namun juga menyimpan firman Allah itu di
dalam hati kita, supaya senantiasa siap kita gunakan.
(4) Kita harus mencondongkan telinga kita kepada firman-Nya.
Kita harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk men-
dengarkan perkataan Allah dengan penuh perhatian yang
sungguh, seperti orang yang takut kehilangan.
Kitab Amsal 2:1-9
31
(5) Kita harus mencenderungkan hati kepada firman-Nya, se-
bab bila tidak, sia-sialah kita mencondongkan telinga ke-
padanya.
2. Kita harus banyak berdoa (ay. 3). Kita harus berseru kepada
pengertian, seperti orang yang sudah nyaris mati kelaparan
meminta-minta makanan. Keinginan yang lemah tidak akan
berguna. Kita harus mendesak-desak seperti orang yang tahu
nilai pengertian dan kebutuhan kita akan hal itu. Kita harus
berseru, bagaikan bayi yang baru lahir, untuk selalu ingin
akan air susu yang murni dan yang rohani (1Ptr. 2:2). Kita
harus menujukan suara kita kepada kepandaian di sorga. Dari
sanalah karunia-karunia yang baik dan sempurna itu harus
diharapkan (Yak. 1:17; Ayb. 38:34). Kita harus memberikan
suara kepada kepandaian (demikianlah arti perkataan itu),
berbicara demi namanya, memilihnya. Lidah kita harus tun-
duk kepada perintah hikmat. Kita harus mengabdikan suara
baginya. sesudah mencenderungkan hati kepadanya, kita harus
menggunakan suara kita untuk mencarinya. Salomo mampu
menulis probatum est obat yang sudah teruji bagi cara ini. Ia
berdoa meminta hikmat, dan ia pun memperolehnya.
3. Kita harus bersedia bersusah payah guna memperolehnya (ay.
4). Kita harus mencarinya seperti mencari perak, menginginkan-
nya jauh melebihi semua kekayaan dunia ini. Mereka harus
berupaya keras mencarinya seperti orang-orang yang menggali-
gali di tambang-tambang, dengan menghadapi tantangan dan
bahaya besar, dengan ketekunan tanpa kenal lelah dan kete-
guhan serta ketetapan hati yang tak terkalahkan dalam upaya
mencari hasil tambang itu. Atau juga seperti orang-orang yang
ingin kaya sehingga bangun pagi-pagi dan pergi tidur larut
malam, melakukan apa saja guna memperoleh uang dan
mengumpulkan harta. Harus serajin itulah kita dalam meng-
gunakan sarana pengetahuan untuk mengenal Tuhan.
II. Keberhasilan seperti apa yang dapat kita harapkan dengan meng-
gunakan sarana-sarana ini. Jerih payah kita tidak akan sia-sia,
sebab,
1. Kita akan tahu bagaimana memelihara pengenalan dan perse-
kutuan kita dengan Allah: Engkau akan memperoleh pengerti-
32
an tentang takut akan TUHAN (ay. 5). Artinya, engkau akan
mengetahui cara menyembah Dia dengan benar. Engkau akan
dituntun hingga mengerti dan mengetahui rahasia setiap kete-
tapan ibadah dan diberi kemampuan untuk menyadari tujuan-
nya. Engkau akan mendapat pengenalan akan Allah. Ini pen-
ting, supaya kita dapat takut akan Dia dengan cara yang be-
nar. Sungguh penting bagi kita untuk mengerti betapa perlu-
nya kita mengenal Allah, dan membuktikannya dengan cara
mengasihi serta memuja Dia.
2. Kita akan tahu bagaimana harus membawa diri dengan benar
terhadap semua orang (ay. 9): Engkau akan mengerti melalui
firman Allah, tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Eng-
kau akan belajar tentang asas-asas keadilan, kemurahan hati,
serta perlakuan adil, yang akan membimbing dan memim-
pinmu dalam seluruh perilakumu. Itu juga akan membuatmu
layak bagi setiap hubungan dan urusan, serta membuatmu
setia dengan setiap hal yang dipercayakan kepadamu. Hal ini
bukan saja akan memberimu gagasan yang benar perihal ke-
adilan, namun juga kecenderungan untuk melaksanakan serta
membayar kewajibannya. Sebab, barang siapa tidak berlaku
adil, ia tidak benar-benar memahami apa itu keadilan. Hal ini
akan membawa mereka ke dalam setiap jalan yang baik, sebab
dengan firman Tuhan, tiap-tiap manusia kepunyaan Allah di-
perlengkapi. Perhatikanlah, orang-orang yang mengetahui ke-
wajiban mereka memiliki pengetahuan yang terbaik (Mzm.
111:10).
III. Dasar yang kita miliki untuk mengharapkan keberhasilan dalam
mencari hikmat. Kita harus mencari dorongan hanya dari Allah
(ay. 6-8).
1. Allah memiliki hikmat untuk dianugerahkan kepada kita (ay.
6). TUHAN bukan saja bijaksana, namun juga memberikan hik-
mat, dan itu lebih dibandingkan yang mampu dilakukan orang
paling bijak di dunia sekalipun, sebab sudah merupakan hak
istimewa Allah untuk membuka pengertian manusia. Seluruh
hikmat yang ada di dalam setiap makhluk ciptaan-Nya meru-
pakan pemberian-Nya yang diberikan dengan cuma-cuma dan
berlimpah (Yak. 1:5). Ia telah memberikannya kepada banyak
Kitab Amsal 2:1-9
33
orang, dan masih terus memberikannya sampai saat ini. Oleh
sebab itu marilah kita memintanya hanya kepada Dia semata.
2. Ia telah memberkati dunia dengan pewahyuan kehendak-Nya.
Dari mulut-Nya, melalui hukum Taurat dan mulut para nabi,
melalui firman yang tertulis dan para hamba-Nya yang kedua-
nya merupakan penyambung lidah bagi anak-anak manusia,
datang pengetahuan dan kepandaian. Penemuan yang luar
biasa perihal kebenaran dan kebaikan, yang bila pengaruhnya
mau kita akui dan terima, akan membuat kita benar-benar
berpengetahuan dan cerdas. Jadi, dengan adanya Kitab Suci
itu kita sungguh dibuat untuk terlibat dan didorong untuk
mencari hikmat di dalamnya. Kita akan menemukan hikmat
itu jika kita mencari dengan tekun.
3. Ia terutama telah menetapkan bahwa orang-orang baik yang
benar-benar memberi diri untuk melakukan kehendak-Nya,
akan mendapatkan pengetahuan dan kepandaian yang pen-
ting bagi mereka (Yoh. 7:17). Biarlah mereka mencari hikmat,
dan mereka akan mendapatkannya. Biarlah mereka meminta-
nya, dan hikmat itu akan diberikan kepada mereka (ay. 7-8).
Amatilah di sini:
(1) Siapa saja orang-orang yang mendapat perkenanan seperti
itu. Mereka yaitu orang-orang yang jujur, yang menyan-
dang citra Allah yang diperbaharui di dalam diri mereka,
yakni kebenaran. Mereka yaitu orang-orang yang tidak
bercela lakunya, yang tulus dalam berurusan dengan Allah
maupun manusia, dan dengan sadar melakukan kewajib-
an sejauh yang mereka ketahui. Mereka yaitu orang-
orang-Nya yang setia, berbakti bagi kehormatan-Nya dan
disisihkan bagi pelayanan-Nya.
(2) Apa saja yang disediakan bagi mereka.
[1] Pengajaran. Berbagai sarana hikmat diberikan kepada
semua orang, namun hikmat itu sendiri, atau pertolong-
an, hanya disediakan bagi orang yang jujur, yang men-
jadikan Kristus kepala mereka, sebab di dalam Dia
tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan,
yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Demi-
kianlah, Roh pewahyuan di dalam firman yaitu Roh
yang sama yang menjadi Roh hikmat di dalam jiwa-jiwa
34
mereka yang dikuduskan. Itu yaitu hikmat orang
bijaksana, yaitu untuk mengerti jalan-Nya. Ini yaitu
pertolongan dengan dasar yang kuat, asas-asas yang
kokoh, yang memiliki buah-buah yang bertahan sam-
pai selama-selamanya.
[2] Kepuasan. Sebagian orang membaca ayat ini sebagai Ia
menyediakan hakikat bagi orang-orang yang jujur, bu-
kan sekadar pokok pengetahuan, melainkan juga keba-
hagiaan dan penghiburan yang sejati (Ams. 8:21). Har-
ta kekayaan tidak membawa kebahagiaan, dan sebab
itu orang-orang yang memilikinya hanya mengkhayal
saja bahwa mereka berbahagia. Sebaliknya, apa yang
disediakan di dalam janji-janji-Nya dan di dalam sorga
bagi orang-orang yang jujur akan membuat mereka
benar-benar berbahagia sampai selama-lamanya.
[3] Perlindungan. Orang-orang yang tidak bercela lakunya
pun bisa saja dibawa ke dalam bahaya untuk menguji
iman mereka. namun Allah yaitu dan tetap merupakan
perisai bagi mereka, sehingga tidak ada suatu pun yang
terjadi pada diri mereka dapat benar-benar mencelakai
atau menguasai mereka dengan ketakutan luar biasa.
Mereka tetap aman dan mereka pun akan berpikir
demikian. Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu.
Jalan mereka, yakni jalan keadilan yang mereka tem-
puh, diketahui, diakui, dan dipelihara Tuhan.
[4] Anugerah untuk bertahan sampai akhir. Jika kita
mengandalkan diri kepada Allah dan mencari hikmat
dari-Nya, Ia akan menopang kita dalam kesetiaan kita.
Ia akan memampukan kita untuk menjaga jalan keadil-
an, sebesar apa pun kita tergoda untuk menyimpang
dari jalan itu. Sebab Ia memelihara jalan orang-orang-
Nya yang setia, supaya tidak menyimpang, sehingga de-
ngan demikian memelihara mereka di dalamnya dengan
aman tanpa cacat cela menuju kerajaan sorgawi-Nya.
Jika menggunakannya dengan semestinya, keyakinan
bahwa Allah telah memberikan kita anugerah-Nya akan
meningkatkan semangat dan upaya kita dalam melaku-
kan kewajiban kita. Kerjakan keselamatanmu, sebab
Allahlah yang bekerja di dalam kamu.
Kitab Amsal 2:10-22
35
Faedah yang Diberikan Hikmat
(2:10-22)
10 sebab hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan
menyenangkan jiwamu; 11 kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepan-
daian akan menjaga engkau 12 supaya engkau terlepas dari jalan yang jahat,
dari orang yang mengucapkan tipu muslihat, 13 dari mereka yang meninggal-
kan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang gelap; 14 yang bersukacita
melakukan kejahatan, bersorak-sorak sebab tipu muslihat yang jahat, 15
yang berliku-liku jalannya dan yang sesat perilakunya; 16 supaya engkau ter-
lepas dari wanita jalang, dari wanita yang asing, yang licin perkata-
annya, 17 yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan
perjanjian Allahnya; 18 sesungguhnya rumahnya hilang tenggelam ke dalam
maut, jalannya menuju ke arwah-arwah. 19 Segala orang yang datang kepa-
danya tidak balik kembali, dan tidak mencapai jalan kehidupan. 20 Sebab itu
tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar. 21
sebab orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah
yang akan tetap tinggal di situ, 22 namun orang fasik akan dipunahkan dari
tanah itu, dan pengkhianat akan dibuang dari situ.
Jangkauan ayat-ayat tadi yaitu untuk menunjukkan,
1. Betapa besar manfaat hikmat sejati bagi kita. Hikmat ini akan
menjauhkan kita dari jalan orang berdosa yang menuju kebinasa-
an, dan dengan demikian jauh lebih baik bagi kita dibandingkan bila
kita diperkaya dengan harta duniawi.
2. Bagaimana kita harus memanfaatkan hikmat yang diberikan Allah
kepada kita itu dengan sebaik-baiknya. Kita harus menggunakan-
nya untuk membimbing kita dalam melintasi jalan kebajikan, dan
untuk mempersenjatai diri terhadap berbagai jenis godaan.
3. Melalui aturan apa saja kita dapat menguji diri apakah kita sudah
memiliki hikmat ini atau belum. Pohon akan diketahui dari jenis
buah yang dihasilkannya. Bila kita benar-benar bijaksana, hal ini
akan tampak melalui sikap hati-hati kita untuk menghindari
semua pergaulan dan perbuatan jahat.
Hikmat ini berguna bagi kita,
I. Untuk memelihara kita dari kejahatan, dari kejahatan dosa, dan
dengan begitu, dari kejahatan akibat kesukaran yang menyertai-
nya.
1. Secara umum (ay 10-11), saat menguasaimu sepenuhnya,
hikmat itu akan memelihara engkau. Kapankah hikmat itu
menguasai kita sepenuhnya?
36
(1) saat hikmat berkuasa atas kita. saat hikmat bukan
saja mengisi kepala dengan gagasan, namun juga masuk ke
dalam hati dan berkuasa serta menanamkan pengaruh ke
atasnya. saat hikmat bertakhta di situ dan mengatur
perasaan dan hasrat hati, saat hikmat masuk ke dalam
hati sebagaimana ragi masuk ke dalam adonan roti hingga
larut dan mengubahnya sesuai gambarnya sendiri, maka
hal ini akan membawa kebaikan bagi kita.
(2) saat kita sangat menyukainya, saat pengetahuan itu
menjadi kesenangan jiwa: saat engkau mulai menik-
matinya sebagai hiburan yang paling menyukakan dan tun-
duk kepada aturan-aturannya dengan sukarela dan dengan
hati yang puas. saat engkau menyebut pelaksanaannya
sebagai suatu kebajikan dan bukan perhambaan ataupun
tugas, sebagai kebebasan dan kesenangan, serta menyebut
kehidupan saleh sebagai kehidupan paling nyaman yang
bisa dijalani manusia di dunia ini, maka saat itulah eng-
kau akan memperoleh manfaat darinya. Walaupun dalam
beberapa hal pengekangan yang ada di dalamnya terasa
kurang menyenangkan bagi kehendak daging, itu pun bah-
kan terasa menyenangkan bagi jiwa. Pada waktu tercapai
keadaan ini, kebijaksanaan akan memelihara serta menjaga
kita. Allah memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia
(ay. 8) dengan cara memberi mereka kebijaksanaan supaya
dapat menghindar dari jalan yang mencelakakan, untuk
menjaga diri sendiri supaya si jahat tidak dapat menjamah
mereka. Perhatikanlah, asas kasih karunia yang bertakhta
di hati akan menjadi pelindung yang kuat, baik terhadap
kerusakan di dalam maupun pencobaan dari luar (Pkh.
9:16, 18).
2. Secara lebih khusus, hikmat akan memelihara kita.
(1) Dari orang-orang yang menganut asas-asas yang cemar,
yakni orang-orang atheis yang duniawi dan yang berusaha
menyelewengkan penilaian orang muda serta menanamkan
prasangka di dalam pikiran mereka terhadap agama dan
menanamkan pikiran-pikiran yang membela perbuatan
jahat: Hikmat akan membuatmu terlepas dari jalan yang
jahat (ay. 12), sehingga terlepaslah engkau dari cengkeram-
Kitab Amsal 2:10-22
37
an maut, dari jalan yang dilintasinya, yang dianjurkannya
kepadamu. Musuh ini disebutkan dalam bentuk tunggal
(ay. 12), seorang yang jahat, namun sesudah itu dalam ben-
tuk jamak (ay. 13). Di situ ada sebuah perkumpulan,
suatu kelompok yang bersekongkol melawan agama dan
bergandengan tangan untuk mendukung kerajaan Iblis
serta kepentingannya.
[1] Mereka memiliki roh yang menentang segala sesuatu
yang baik: Mereka mengucapkan tipu muslihat. Mereka
mengatakan apa saja untuk melawan agama, baik un-
tuk menunjukkan kebencian mereka terhadapnya mau-
pun untuk mengajak orang supaya menjauhinya. Mere-
ka yaitu pembela Iblis. Mereka memohon kepada Baal,
dan membelokkan Jalan Tuhan yang lurus. Betapa men-
jengkelkannya pikiran kotor yang berdebat demi dosa,
dan betapa berani mereka mencemooh firman Allah!
Hikmat akan memelihara kita dari pergaulan dengan
orang-orang seperti itu atau setidaknya menjaga kita
agar tidak terjerat oleh mereka.
[2] Mereka sendiri meninggalkan segala sesuatu yang baik,
dan biasanya orang-orang seperti inilah yang menjadi
musuh yang jahat dan berbahaya bagi agama, seperti
yang disaksikan Julian (ay. 13): Mereka meninggalkan
jalan yang lurus, yang pernah mereka tempuh seperti
yang diajarkan kepada mereka, mencampakkan segala
pengaruh dari pendidikan mereka dahulu, dan memi-
sahkan diri dari awal yang penuh pengharapan, untuk
menempuh jalan yang gelap. Mereka menjalani kehidup-
an jahat yang membenci terang, bagaikan orang-orang
yang mengenakan penutup mata dan dibimbing oleh ke-
bodohan dan kesalahan menuju kegelapan yang pekat.
Jalan-jalan dosa yaitu jalan-jalan dalam kegelapan
yang tidak nyaman dan tidak aman. Alangkah bodoh-
nya orang-orang yang meninggalkan jalan lurus yang
rata, menyenangkan, dan terang, untuk menjalani kehi-
dupan seperti itu! (Mzm. 82:5; 1Yoh. 2:11).
[3] Mereka menyukai dosa, baik untuk dilakukan sendiri,
maupun saat melihat orang lain melakukannya (ay. 14):
Mereka bersukacita mendapatkan kesempatan untuk
38
melakukan kejahatan, juga dalam melaksanakan dan
berhasil mengerjakan hal yang jahat. Orang bodoh ge-
mar melakukan kejahatan. Bagi mereka tidak ada pe-
mandangan yang lebih memuaskan dibandingkan melihat
tipu muslihat yang jahat, untuk melihat mereka yang
berpengharapan ditarik ke dalam kehidupan penuh
dosa, dan sesudah itu melihat hati mereka menjadi keras
dan menetap di dalam kehidupan seperti itu. Mereka se-
nang jika bisa melihat kerajaan Iblis berdiri dengan
kuat (Rm. 1:32). Ketidaksalehan mereka sudah sedemi-
kian parahnya.
[4] Mereka bersikeras untuk tinggal dalam dosa (ay. 15):
Sungguh berliku-liku jalannya, jalan yang berbelok-
belok untuk menghindari kejaran tuduhan hati nurani
dan mematahkan kekuatannya. Hati mereka yang pe-
nuh tipu muslihat sarat dengan dalih yang licik dan
sikap mengelak yang tidak kentara, guna mempererat
pegangan mereka dalam kejahatan. Di dalam jaringan
jalan yang berliku-liku dan menyesatkan itu mereka
bersembunyi dari tangkapan firman Allah dan suara
hati mereka sendiri. Sungguh sesat perilaku mereka.
Artinya, mereka bersikeras untuk tetap menjalaninya,
tak peduli apa pun yang dikatakan melawan perilaku
mereka. Setiap orang yang bijaksana akan menjauhi
pergaulan dengan orang-orang seperti itu.
(2) Dari para wanita yang rusak akhlaknya. Golongan
yang pertama tadi membawa kepada kejahatan rohani,
nafsu pikiran yang belum dikuduskan, sedangkan golongan
yang ini membawa kepada keinginan-keinginan daging yang
mencemarkan tubuh yakni bait Allah yang hidup itu, yang
di lain pihak berjuang melawan jiwa. Di sini, wanita
pezinah disebut wanita asing, sebab tak seorang pun
laki-laki baik dan berhikmat yang bersedia berurusan
dengan wanita seperti itu. wanita seperti itu harus
dijauhi orang Israel, seolah-olah dia bukan orang Yahudi
melainkan orang asing bagi persemakmuran yang kudus
itu. Benar-benar wanita yang asing memang! Jauh dari
semua asas pikiran sehat, kebajikan, dan kehormatan.
Sungguh merupakan anugerah yang luar biasa untuk bisa
Kitab Amsal 2:10-22
39
dilepaskan dari daya tarik seorang wanita pezinah,
mengingat,
[1] Betapa palsunya dia. Siapa pula yang mau berurusan
dengan orang-orang yang suka berkhianat? Dia yaitu
wanita asing, sebab,
Pertama, ia bersikap palsu terhadap lelaki yang
dipikatnya. Kata-katanya manis, dan ia berkata kepada
lelaki itu betapa ia lebih mengagumi dia dibanding se-
mua lelaki lain, dan betapa inginnya ia berbuat baik
kepadanya. Namun, ternyata dia wanita yang licin
perkataannya. Ia tidak benar-benar mencintai ataupun
peduli kepada kesejahteraan lelaki itu, sama seperti
sikap Delila terhadap Simson. Satu-satunya hal yang
ditujunya yaitu menjarah isi kantong lelaki itu dan
memuaskan hawa nafsunya sendiri.
Kedua, ia juga selingkuh terhadap suaminya dan
tidak memenuhi kewajibannya terhadap dia. Suaminya
telah menjadi teman hidup masa mudanya. Saat meni-
kah dengan suaminya, ia telah memilih untuk meneri-
manya sebagai teman hidup dan tunduk kepada bim-
bingannya. Ia telah berjanji untuk hanya memperhati-
kan suaminya seorang dan meninggalkan semua lelaki
lainnya. Namun, wanita itu telah meninggalkan
suaminya, dan oleh sebab itu ia tentunya tidak akan
setia kepada siapa pun. Barangsiapa bersenang-senang
dengan dia, juga turut mengambil bagian dalam kepal-
suannya.
Ketiga, ia juga bersikap palsu terhadap Allah: Ia
melupakan perjanjian Allahnya, yakni janji pernikahan
(ay. 17), dengan Allah bukan saja sebagai saksinya, te-
tapi juga bagiannya. sebab Dia-lah yang mengadakan
ketetapan itu, kedua belah pihak pun mengucapkan
janji kepada-Nya untuk setia satu kepada yang lain.
wanita itu bukan hanya berdosa kepada suaminya,
namun juga kepada Allah-nya, sedangkan orang-orang
sundal dan pezinah akan dihakimi Allah sebab mereka
merendahkan sumpah dan melanggar janji itu (Yeh.
17:18; Mal. 2:14).
40
[2] Akan terbukti betapa celakanya orang-orang yang berse-
kutu dengannya (ay. 18-19). Biarlah penderitaan orang
lain menjadi peringatan bagi kita. Berhati-hatilah terha-
dap dosa percabulan, sebab,
Pertama, Kehancuran mereka yang melakukan dosa
ini sudah pasti dan tidak terelakkan jika mereka tidak
bertobat. Ini yaitu dosa yang dapat langsung membu-
nuh jiwa, memadamkan semua perasaan kasih sayang
dan tabiat baik di dalamnya, serta membuatnya terpa-
par kepada murka dan kutuk Allah serta pedang keadil-
an-Nya. Orang-orang yang hidup di dalam kesenangan
terlarang sebenarnya sudah mati bahkan sementara
mereka masih bernafas. Biarlah kebijaksanaan meme-
lihara tiap laki-laki, bukan saja dari wanita jahat,
namun juga dari rumah yang jahat, sebab rumahnya
hilang tenggelam ke dalam maut, di jalan yang langsung
menuju kematian kekal. Jalannya menuju Refaim, ke-
pada para raksasa (demikianlah menurut beberapa
orang), yakni orang-orang berdosa dari dunia yang lama,
yang hidup dalam kemewahan serta kekacauan luar
biasa, yang diputuskan dari perputaran waktu dan yang
dasarnya hanyut terbawa banjir. Tuhan Yesus mencegah
kita menikmati kesenangan penuh dosa mengingat pen-
deritaan kekal yang menyertainya. Di tempat itu ulatnya
tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam (Mat.
5:28-29).
Kedua, pertobatan dan pemulihan mereka penuh
dengan bahaya: Segala orang, atau nyaris semua orang,
yang datang kepadanya tidak balik kembali. Sungguh
jarang terjadi bahwa orang yang tertangkap jerat Iblis
ini mampu pulih dengan sendirinya. Hatinya telah sede-
mikian kerasnya dan pikirannya telah begitu dibutakan
oleh tipu muslihat dosa ini. sebab pernah kehilangan
jalan kehidupan, mereka tidak tahu bagaimana mereka
harus mencapainya kembali. Mereka benar-benar ke-
ranjingan dan terpesona dengan hawa nafsu. Banyak
penerjemah terpelajar yang berpendapat bahwa di sam-
ping secara harfiah, peringatan terhadap wanita
Kitab Amsal 2:10-22
41
asing ini juga dapat dipahami dalam arti kiasan, seba-
gai peringatan terhadap,
1. Penyembahan berhala yang merupakan persundalan
rohani. Hikmat akan menjaga seseorang dari per-
gaulan dengan para penyembah berhala dan kecen-
derungan untuk bergabung bersama mereka, yang
selama berabad-abad telah menjadi kepentingan
yang begitu merusak Israel dan bahkan terjadi atas
Salomo sendiri.
2. Pengrusakan kekuatan berpikir dan kemampuan
jiwa oleh hawa nafsu dan keinginan daging. Hikmat
akan menjaga kita supaya tidak ditawan oleh pikiran
duniawi dan supaya kita menyerahkan roh kita
hingga dikuasai oleh daging. Sebab, hal ini merupa-
kan pezinah keji yang meninggalkan teman hidupnya
dan melanggar perjanjian Allah kita, yang berarti teng-
gelam ke dalam maut, dan bila dibiarkan terus me-
nguasai dengan bebas, akan membuat jiwa sangat
celaka.
II. Hikmat ini berguna untuk membimbing dan memimpin kita ke-
pada hal yang baik (ay. 20): Sebab itu tempuhlah jalan orang yang
baik. Kita harus menjauhi jalan orang yang jahat dan wanita
asing, supaya kita dapat menempuh jalan-jalan yang baik. Kita
harus berhenti berbuat jahat, supaya dapat belajar berbuat baik.
Perhatikanlah:
1. Ada jalan yang secara khusus merupakan jala