Minggu, 29 Desember 2024

amsal 2


 batu yang mereka 

gulingkan akan berbalik menimpa mereka sendiri (ay. 18-

19). Mereka menghadang dan mengintai darah dan nyawa 

orang lain, padahal ternyata, berlawanan dengan niat me-

reka, apa yang mereka hadang dan intai itu yaitu  darah 

mereka sendiri, nyawa mereka sendiri. Pada akhirnya, me-

reka akan mendapat malu. Kalaupun mereka bisa terhin-

dar dari pedang hakim, masih ada hukuman ilahi yang 

mengejar-ngejar mereka. Dewi Keadilan tidak membiarkan 

mereka hidup. Kelobaan mereka akan keuntungan gelap 

membuat mereka tergesa-gesa melakukan perbuatan-per-

buatan yang tidak akan membiarkan mereka hidup sete-

ngah dari umur mereka, namun  akan memotong bulan-

bulan mereka di tengah jalan. Mereka mempunyai sedikit 

alasan untuk berbangga akan harta milik mereka, sebab 

harta itu mengambil nyawa orang yang mempunyainya dan 

diserahkan ke pemilik lain. Apa gunanya seorang memper-

oleh seluruh dunia namun  kehilangan nyawanya? Sebab de-

ngan demikian ia tidak bisa lagi menikmati dunia. Terlebih 

lagi jika ia kehilangan jiwanya dan ditenggelamkan ke da-

lam kehancuran dan kebinasaan, sebagaimana yang terjadi 

pada banyak orang   sebab  cinta akan uang. 

Nah, walaupun Salomo hanya berbicara secara khusus tentang 

godaan untuk merampok di tengah jalan, melalui hal itu ia berniat 

untuk memperingatkan kita akan semua kejahatan lain, yang di-

tawarkan para pendosa untuk menggoda manusia. Seperti itulah 

jalan-jalan pemabuk dan orang najis. Mereka memanjakan diri dalam 

kesenangan-kesenangan yang mengarah pada kehancuran mereka 

baik pada saat ini maupun untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu, 

janganlah menuruti mereka. 

Nasihat-nasihat Hikmat;  

Hukuman bagi Orang-orang Berdosa  

yang Keras Kepala 

(1:20-33) 

20 Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memper-

dengarkan suaranya, 21 di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pin-

tu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya. 22 “Berapa lama lagi, 

hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu 

itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada 

pengetahuan? 23 Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku 

hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataan-

ku kepadamu. 24 Oleh   sebab  kamu menolak saat  aku memanggil, dan 

tidak ada orang yang menghiraukan saat  aku mengulurkan tanganku, 25 

bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, 

26 maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, 

jika  kedahsyatan datang ke atasmu, 27 jika  kedahsyatan datang ke 

atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, jika  

kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. 28 Pada waktu itu mereka 

akan berseru kepadaku, namun  tidak akan kujawab, mereka akan bertekun 

mencari aku, namun  tidak akan menemukan aku. 29 Oleh   sebab  mereka ben-

ci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN, 30 tidak mau 

menerima nasihatku, namun  menolak segala teguranku, 31 maka mereka akan 

memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh rencana


mereka. 32 Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keeng-

ganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya. 33 namun  

siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada 

kedahsyatan malapetaka.” 

Salomo, sesudah  menunjukkan betapa berbahayanya mendengarkan 

godaan-godaan Iblis, di sini menunjukkan betapa berbahayanya tidak 

mendengarkan panggilan-panggilan Allah, yang akan kita sesali se-

lama-lamanya jika kita mengabaikannya.  

Amatilah: 

I.  Melalui siapa Allah berseru-seru kepada kita – melalui hikmat. 

Hikmatlah yang berseru nyaring di jalan-jalan. Kata yang diguna-

kan di sini yaitu  kata jamak, yaitu hikmat-hikmat, sebab, sama 

seperti ada hikmat tak terbatas pada Allah, demikian pula ada 

pelbagai ragam hikmat Allah (Ef. 3:10). Allah berbicara kepada 

anak-anak manusia melalui berbagai macam hikmat, dan, sama 

seperti dalam setiap kehendak Allah ada hikmat kebijaksanaan, 

demikian pula dalam setiap perkataan-Nya. 

1. Pengertian manusia yaitu  hikmat, terang dan hukum alam, 

kekuatan dan kemampuan-kemampuan akal budi, dan tuntut-

an hati nurani (Ayb. 38:36). Melalui hal-hal ini Allah berbicara 

kepada anak-anak manusia, dan beperkara dengan mereka. 

Roh manusia yaitu  pelita TUHAN. Ke mana pun manusia 

pergi, mereka dapat mendengar suara di belakang mereka 

yang berkata, “Inilah jalannya.” Suara hati nurani yaitu  sua-

ra Allah, yang tidak selamanya pelan dan samar-samar, namun  

adakalanya berseru-seru.  

2.  Pemerintahan negara yaitu  hikmat. Pemerintahan itu yaitu  

ketetapan Allah. Para hakim yaitu  wakil-wakil-Nya. Allah 

melalui Daud telah berkata kepada pembual-pembual: “Jangan 

membual” (Mzm. 75:5). Di depan pintu-pintu gerbang, dan di 

atas tembok-tembok (KJV: di pusat-pusat keramaian – pen.), di 

mana ada  lembaga-lembaga pengadilan, para hakim, sang 

hikmat bangsa, berseru kepada orang-orang fasik, dalam nama 

Allah, untuk bertobat dan memperbaharui diri.  

3. Pewahyuan ilahi yaitu  hikmat. Setiap katanya, setiap hu-

kumnya, yaitu  bijaksana sebagaimana hikmat itu sendiri. 

Melalui firman tertulis, melalui hukum Musa, yang memperha-

dapkan kepada kita berkat dan kutuk, melalui mulut para 

imam yang menjaga pengetahuan, melalui hamba-hamba-Nya 

para nabi, dan semua hamba dari firman tertulis ini, Allah me-

nyatakan pikiran-Nya kepada orang-orang berdosa, dan mem-

beri mereka peringatan dengan sejelas-jelasnya seperti yang 

diserukan orang di jalan-jalan atau di pengadilan-pengadilan. 

Allah, di dalam firman-Nya, tidak hanya membuka kasus, te-

tapi juga memperkarakannya dengan anak-anak manusia. 

Marilah, baiklah kita beperkara! (Yes. 1:18).  

4. Kristus sendiri yaitu  Hikmat, Segala Hikmat, sebab di dalam 

Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan, dan 

Dia merupakan pusat dari semua pewahyuan ilahi. Dia bukan 

saja Sang Hikmat hakiki, melainkan juga Sang Firman kekal, 

yang melalui-Nya Allah berbicara kepada kita, dan yang ke-

pada-Nya Allah telah menyerahkan seluruh penghakiman. Oleh 

  sebab  itu, Dialah yang di sini berseru-seru kepada orang-

orang berdosa dan juga menjatuhkan penghukuman kepada 

mereka. Dia menyebut diri-Nya sendiri Hikmat (Luk. 7:35). 

II. Bagaimana Ia berseru-seru kepada kita, dan dengan cara apa. 

1. Di hadapan semua orang, sehingga siapa bertelinga hendaklah 

ia mendengar,   sebab  semua orang dipersilakan mengambil 

keuntungan dari apa yang dikatakan, dan merupakan kepen-

tingan semua orang untuk mencamkannya. Aturan-aturan 

hikmat diberitakan di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan, 

bukan hanya di sekolah-sekolah, atau di istana-istana para 

raja, melainkan juga di atas tembok-tembok (ay. 21; KJV: di 

pusat-pusat keramaian – pen.), di tengah-tengah orang banyak 

yang lalu-lalang di depan pintu-pintu gerbang kota. Sungguh 

menghibur jika kita menebarkan jala Injil di mana ada  

banyak ikan, dengan berharap bisa menjaring sebagiannya. 

Hal ini digenapi dalam diri Yesus Tuhan kita, yang mengajar 

secara terang-terangan di bait Allah, di tengah-tengah kera-

maian orang, dan tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi 

(Yoh. 18:20), dan memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk 

memberitakan Injil-Nya dari atas atap rumah (Mat. 10:27). 

Allah berfirman (Yes. 45:19), tidak pernah Aku berkata dengan 

sembunyi. Tidak ada kata dan tidak ada bahasa, di mana 

suara Hikmat tidak terdengar. Kebenaran tidak mencari sudut-

sudut yang gelap, dan kebajikan tidak malu pada dirinya sen-

diri.  

2. Dengan sangat menggugah perasaan. Hikmat berseru, dan lagi 

ia berseru-seru, seperti orang yang sungguh-sungguh. Yesus 

berdiri dan berseru. Ia memperdengarkan suara-Nya, mengucap-

kan kata-kata-Nya sejelas mungkin dan dengan penuh perasa-

an. Allah ingin didengar dan diperhatikan dengan baik-baik. 

III. Apa panggilan Allah dan Kristus itu. 

1. Ia menegur orang-orang berdosa atas kebodohan mereka dan 

kekerasan hati mereka untuk terus bersikap bodoh (ay. 22). 

Perhatikanlah:  

(1) Siapa orang-orang yang di sini ditegur dan diperingatkan 

oleh Sang Hikmat. Secara umum, mereka yaitu  orang-

orang yang tak berpengalaman (KJV: orang-orang naif – 

pen.), dan oleh sebab itu sudah sewajarnya direndahkan, 

orang-orang yang cinta kepada keadaan itu, dan oleh sebab 

itu sudah sewajarnya kita merasa putus asa dengan mere-

ka. Namun kita harus menggunakan sarana anugerah bah-

kan terhadap orang-orang yang mempunyai sedikit pengha-

rapan sekalipun,   sebab  kita tidak tahu apa yang dapat 

diperbuat oleh anugerah ilahi. Tiga macam orang yang di 

sini diberikan seruan:  

[1] Orang yang tak berpengalaman yang mencintai keadaan-

nya (KJV: orang naif yang mencintai kenaifan – pen.). 

Dosa yaitu  kenaifan, dan orang-orang berdosa yaitu  

orang-orang yang naif. Mereka berbuat bodoh, sangat 

bodoh. Sangatlah buruk keadaan orang yang mencintai 

kenaifan, yang gemar akan gagasan-gagasan mereka 

yang naif tentang kebaikan dan kejahatan, dan akan 

prasangka-prasangka mereka yang naif melawan jalan-

jalan Allah. Mereka ini merasa senang jika  berbuat 

naif, menghibur diri dalam keadaan mereka yang ter-

tipu, dan memuji diri dalam kefasikan mereka sendiri.  

[2] Pencemooh yang gemar mencemooh – orang-orang som-

bong yang senang menjelek-jelekkan semua orang di 

sekeliling mereka, para pencemooh yang mengejek se-

mua orang, dan mengolok-olok segala sesuatu yang me-

reka temui. namun  yang terutama dimaksudkan di sini 

yaitu  para pencemooh agama, para pendosa besar, 

yang tidak sudi tunduk kepada kebenaran-kebenaran 

dan hukum-hukum Kristus, dan kepada teguran-tegur-

an serta peringatan-peringatan firman-Nya, dan bangga 

dalam menghancurkan segala sesuatu yang suci dan 

sakral.  

[3]  Orang bebal yang benci kepada pengetahuan. Tidak ada 

orang yang membenci pengetahuan kecuali orang bebal. 

Hanya orang-orang yang tidak memahami agama dengan 

benarlah yang menjadi musuh-musuh agama. Yang ter-

buruk dari orang-orang bebal yaitu  mereka yang benci 

dididik dan diperbaharui, dan mempunyai kebencian 

yang berurat akar terhadap kesalehan yang sungguh-

sungguh.  

(2) Bagaimana teguran itu diungkapkan: “Berapa lama lagi 

kamu akan berbuat demikian?” Ini menyiratkan bahwa 

Allah di sorga menginginkan pertobatan dan pembaruan 

orang-orang berdosa, dan bukan kehancuran mereka, bah-

wa Ia amat tidak berkenan dengan kekerasan hati dan ke-

lalaian mereka, bahwa Ia menunggu waktu untuk menun-

jukkan rahmat-Nya, dan mau beperkara dengan mereka. 

2. Ia mengundang mereka untuk bertobat dan menjadi bijak (ay. 

23). Dalam hal ini, 

(1) Perintahnya jelas: berpalinglah kamu kepada teguranku. 

Teguran-teguran yang diberikan kepada kita mengenai apa 

yang jahat tidak akan berguna sama sekali jika kita tidak 

berpaling dari yang jahat kepada yang baik.   sebab  untuk 

inilah teguran itu diberikan. Berpalinglah, yaitu, kembali-

lah waras, berpalinglah kepada Allah, berpalinglah kepada 

kewajibanmu, berpaling dan hiduplah.  

(2) Janji-janji itu sangat membesarkan hati. Orang-orang yang 

mencintai kenaifan mendapati diri mereka berada dalam 

ketidakberdayaan moral untuk mengubah pikiran dan 

jalan mereka sendiri. Mereka tidak bisa berpaling dengan 

kuasa mereka sendiri. Untuk itu Allah menjawab, “Sesung-

guhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu 

(KJV: Lihatlah, Aku hendak mencurahkan Roh-Ku kepadamu 

– pen.). Tetapkan hatimu untuk melakukan apa yang kamu 

bisa, maka anugerah Allah akan tinggal di dalam dirimu, 

dan mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun 

pekerjaan untuk melakukan kebaikan yang, tanpa anuge-

rah itu, tidak dapat kamu lakukan.” Tolonglah dirimu sen-

diri, maka Allah akan menolongmu. Ulurkanlah tanganmu 

yang lemah terkulai, maka Kristus akan menguatkan dan 

menyembuhkannya. 

[1] Pemberi anugerah ini yaitu  Roh, dan itu sudah dijanji-

kan: Aku akan mencurahkan Roh-Ku, seperti minyak, 

seperti air. Engkau akan dipenuhi Roh secara berkelim-

pahan, aliran-aliran air hidup (Yoh. 7:38). Bapa kita di 

sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang 

meminta kepada-Nya. 

[2] Sarana anugerah ini yaitu  perkataan, yang, jika kita 

menerimanya dengan benar, akan membuat kita berpa-

ling. Oleh sebab itu dijanjikan, “Aku akan memberitahu-

kan perkataan-Ku kepadamu, bukan hanya mengatakan-

nya kepadamu, namun  juga memberitahukannya, mem-

berikannya kepadamu untuk engkau pahami.” Perhati-

kanlah, anugerah khusus amat penting supaya orang 

bertobat dengan sungguh-sunguh dan tulus hati. Anu-

gerah itu pasti akan diberikan kepada mereka yang 

dengan tulus mencarinya dan tunduk kepadanya. 

3. Ia membacakan hukuman bagi orang-orang yang tetap bersi-

keras melawan semua sarana dan jalan dari anugerah ini. 

Hukuman itu besar dan amat mengerikan (ay. 24-32). Hikmat, 

sesudah  memanggil orang-orang berdosa untuk berpaling, ber-

henti sejenak, untuk melihat apa dampak dari panggilan itu, ia 

memperhatikan dan mendengarkan; namun  mereka tidak ber-

kata dengan jujur! (Yer. 8:6), dan oleh sebab itu ia melanjutkan 

dengan memberi tahu mereka apa akhir dari semua ini. 

(1) Kejahatan itu dibacakan, dan ini amat membangkitkan 

murka Allah. Lihatlah   sebab  hal apa hukuman akan di-

berikan pada hari penghakiman agung kepada orang-orang 

berdosa yang tidak mau bertobat, maka engkau akan ber-

kata bahwa mereka pantas mendapatkannya dan Tuhan 

itu benar dalam memberikannya. Pendeknya, kejahatan itu 

yaitu  menolak Kristus dan tawaran-tawaran anugerah-

Nya, dan tidak mau tunduk kepada persyaratan-persyarat-

an Injil-Nya, yang akan menyelamatkan mereka baik dari 

kutuk hukum Allah maupun dari kekuasaan hukum dosa.  

[1] Kristus memanggil mereka, untuk memperingatkan me-

reka akan bahaya yang mengancam. Ia mengulurkan 

tangan-Nya untuk menawarkan belas kasihan kepada 

mereka, bahkan, untuk menolong mereka dari keadaan 

mereka yang menyengsarakan. Ia mengulurkan tangan-

Nya untuk mereka pegang, namun  mereka menolak dan 

tidak ada yang menghiraukan. Sebagian orang gegabah 

dan tidak pernah mencamkannya, atau memperhatikan 

apa yang dikatakan kepada mereka. Sementara sebagi-

an yang lain mempunyai kemauan, namun, meskipun 

mereka tidak bisa tidak mendengarkan kehendak Kris-

tus, mereka menyangkal-Nya dengan mentah-mentah, 

mereka menolak (ay. 24). Mereka mencintai kebodohan 

mereka, dan tidak mau menjadi bijak. Mereka keras ke-

pala melawan semua cara yang diambil untuk merebut 

mereka kembali. Allah mengulurkan tangan-Nya dalam 

segala belas kasihan yang dikaruniakan kepada mereka, 

dan, jika  semua belas kasihan itu tidak berhasil 

memperbaiki mereka, maka semuanya sia-sia belaka. 

Mereka tidak memperhatikan pekerjaan-pekerjaan ta-

ngan-Nya sama seperti mereka tidak peduli terhadap 

pemberitaan-pemberitaan mulut-Nya.  

[2] Kristus menegur dan menasihati mereka, bukan hanya 

menegur mereka atas kesalahan yang mereka perbuat, 

namun  juga menasihati mereka untuk berbuat lebih baik 

(itu merupakan teguran yang mendidik dan bukti akan 

kasih dan kehendak baik), namun  mereka mengabaikan 

nasihat-Nya sebagai sesuatu yang tidak perlu didengar, 

dan tidak mau menerima teguran-Nya, seolah-olah mere-

ka terlalu terhormat untuk ditegur oleh-Nya, dan se-

olah-olah mereka tidak pernah berbuat sesuatu yang 

pantas ditegur (ay. 25). Perkataan ini diulangi lagi (ay. 

30): “Mereka tidak mau menerima nasihat-Ku, malah 

menolaknya dengan hina. Mereka menyebut teguran se-

bagai celaan, dan melihatnya sebagai penghinaan (Yer. 

6:10). Bahkan, mereka menolak segala teguran-Ku, se-

olah-olah itu semua hanyalah gurauan dan tidak layak 

untuk diperhatikan.” Perhatikanlah, orang-orang yang 

sudah ditentukan untuk binasa yaitu  mereka yang 

tuli terhadap teguran dan nasihat baik.  

[3] Mereka didesak untuk tunduk kepada pemerintahan 

akal budi dan agama yang benar, namun  mereka mem-

berontak melawan keduanya. Pertama, akal budi tidak 

akan mengatur mereka, sebab mereka benci kepada 

pengetahuan (ay. 29), benci kepada terang kebenaran 

ilahi   sebab  terang itu menampakkan perbuatan mere-

ka yang jahat (Yoh. 3:20). Mereka benci diberi tahu sua-

tu hal yang tidak tahan mereka dengar. Kedua, agama 

tidak dapat mengatur mereka, sebab mereka tidak me-

milih takut akan TUHAN, namun  memilih berjalan menu-

ruti hati dan pandangan mereka. Mereka ditekankan 

untuk selalu menempatkan Allah di depan mereka, 

namun  mereka lebih memilih membuang Dia dan rasa 

takut kepada-Nya di belakang mereka. Perhatikanlah, 

orang-orang yang tidak memilih takut akan TUHAN 

menunjukkan bahwa mereka tidak berpengetahuan. 

(2) Hukuman diperdengarkan, dan hukuman itu sudah pasti 

menghancurkan. Orang-orang yang tidak mau tunduk ke-

pada pemerintahan Allah pasti akan binasa di bawah mur-

ka dan kutukan-Nya, dan Injil sendiri tidak akan melega-

kan mereka. Mereka tidak mau mengambil keuntungan 

dari belas kasihan Allah saat  ditawarkan kepada mereka, 

dan oleh sebab itu sudah sewajarnya mereka jatuh sebagai 

korban dari keadilan-Nya (29:1). Ancaman-ancaman di sini 

akan mencapai kegenapannya pada hari penghakiman 

agung dan kesengsaraan kekal orang-orang yang tidak berto-

bat, yang sebagian tandanya sudah tampak dalam pengha-

kiman-penghakiman sekarang.  

[1] Sekarang orang-orang berdosa berada dalam keadaan 

makmur dan aman. Mereka hidup dengan nyaman dan 

tidak ambil peduli dengan kesedihan. namun , pertama, 

celaka mereka akan datang (ay. 26). Sakit-penyakit akan 

datang, dan itu yaitu  penyakit-penyakit yang akan me-

reka sadari sebagai pertanda dan isyarat kematian. Ma-

salah-masalah lain akan datang, dalam pikiran, dalam 

harta milik, yang akan meyakinkan mereka akan kebo-

dohan mereka dalam menjauhkan diri dari Allah. 

Kedua, celaka mereka akan membuat mereka sangat 

ketakutan. Ketakutan akan mencengkeram mereka, dan 

mereka sadar bahwa yang buruk akan bertambah bu-

ruk. jika  penghakiman-penghakiman umum dinya-

takan, orang-orang yang berdosa terkejut di Sion, orang-

orang murtad diliputi kegentaran. Kematian menjadi raja 

kedahsyatan bagi mereka (Ayb. 15:21, dst.; Ayb. 18:11, 

dst.). Ketakutan ini akan senantiasa menyiksa mereka. 

Ketiga, apa yang mereka takutkan itulah yang akan 

terjadi. Kedahsyatan akan datang kepada mereka (apa 

yang mereka takutkan akan menimpa mereka). Kedah-

syatan itu akan datang seperti badai, seperti banjir 

besar yang menghanyutkan semua yang dilewatinya. 

Kedahsyatan itu akan menjadi celaka bagi mereka, ce-

laka yang sejadi-jadinya. Celaka itu akan datang seperti 

angin puyuh, yang dengan tiba-tiba dan hebat mengha-

lau pergi semua sekam. Perhatikanlah, orang-orang 

yang tidak mau takut akan Allah, mengundang segala 

rasa takut akan hal-hal lain bagi diri mereka sendiri, 

dan mereka akan tersadar bahwa ketakutan-ketakutan 

mereka itu bukannya tanpa alasan. Keempat, ketakutan 

mereka kemudian akan berubah menjadi keputusasa-

an: kesukaran dan kecemasan akan datang menimpa 

mereka, sebab, sesudah  jatuh ke dalam lubang yang me-

reka takuti, mereka tidak akan melihat jalan keluar (ay. 

27). Saul berseru (2Sam. 1:9), “Kekejangan telah menye-

rang aku.” Di dalam neraka terdengar ratapan, tangisan, 

dan kertakan gigi oleh   sebab  kekejangan atau kesesak-

an, penderitaan dan kesesakan dari jiwa orang berdosa, 

sebagai akibat murka dan geram dari Allah yang benar 

(Rm. 2:8-9).  

[2] Sekarang Allah mengasihani kebodohan mereka, namun  

nanti Ia akan menertawakan celaka mereka (ay. 26): 

“Aku juga akan menertawakan kesusahanmu, sama 

seperti engkau telah menertawakan nasihatku.” Orang-

orang yang mengolok-olok agama hanya akan menjadi-

kan diri mereka sebagai bahan olokan di hadapan selu-

ruh dunia. Orang-orang benar akan menertawakan me-

reka (Mzm. 52:8), sebab Allah sendiri akan berbuat de-

mikian. Di sini tersirat bahwa mereka selama-lamanya 

akan dijauhkan dari segala belas kasih Allah. Sudah 

begitu lama mereka berdosa melawan belas kasihan se-

hingga sekarang mereka kehilangan belas kasihan itu 

  sebab  dosa mereka. Dia tidak akan merasa sayang dan 

tidak akan kenal belas kasihan. Bahkan,   sebab  keadil-

an-Nya dipermuliakan dalam kehancuran mereka, Dia 

akan senang dengan kehancuran mereka itu, walaupun 

sebetulnya Dia lebih ingin mereka berbalik dan hidup. 

Ha, Aku akan melampiaskan dendam-Ku kepada para 

lawan-Ku.  

[3]  Sekarang Allah siap mendengarkan doa-doa mereka dan 

menjumpai mereka dengan belas kasihan, jika saja me-

reka mau datang kepada-Nya untuk mendapatkan belas 

kasihan itu. namun  nanti pintu akan ditutup, dan mere-

ka akan berseru dengan sia-sia (ay. 28): “Pada waktu itu 

mereka akan berseru kepadaku, Tuan, Tuan, bukakan-

lah kami pintu!, namun  sayang sudah terlambat. Pada 

waktu itu dengan senang hati mereka ingin menerima 

belas kasihan yang sekarang ini mereka tolak dan re-

mehkan. namun  mereka tidak akan Kujawab,   sebab , 

saat  aku memanggil, mereka tidak mau menjawab.” 

Pada saat itu satu-satunya jawaban yang akan mereka 

terima yaitu , “Enyahlah dari hadapan-Ku, Aku tidak 

tahu kamu.” Ini sudah terjadi pada sebagian orang bah-

kan di dalam kehidupan ini, seperti pada Saul, yang 

tidak dijawab Allah melalui Urim atau nabi-nabi. Akan 

namun , biasanya, selama hayat masih dikandung badan, 

masih ada tempat bagi doa dan harapan untuk berhasil, 

dan oleh sebab itu perkataan ini pasti merujuk pada 

keadilan yang tidak bisa diganggu gugat pada hari peng-

hakiman agung. Pada waktu itu orang-orang yang meng-

hina Allah akan bertekun mencari Dia (maksudnya, men-

cari dengan sungguh-sungguh), namun  percuma saja. 

Mereka tidak akan menemukan Dia,   sebab  mereka 

tidak mencari-Nya saat  Ia berkenan ditemui (Yes. 55:6). 

Orang kaya di neraka mengajukan permohonan, namun  

ditolak.  

[4]  Sekarang mereka bertekun di jalan mereka sendiri, dan 

gemar akan rencana-rencana mereka sendiri. namun  

nanti mereka akan kekenyangan dengan itu semua (ay. 

31), sesuai dengan peribahasa Inggris, biarlah orang mi-

num apa yang direbusnya sendiri. Mereka akan mema-

kan buah perbuatan mereka. Upah mereka akan sesuai 

dengan pekerjaan mereka, dan, apa yang mereka pilih, 

itulah yang akan menimpa mereka (Gal. 6:7-8). Perhati-

kanlah, pertama, di dalam dosa terkandung sesuatu 

yang secara alami cenderung mengarah pada kebinasa-

an (Yak. 1:15). Orang-orang berdosa pasti akan seng-

sara jika mereka memakan buah perbuatan mereka. 

Kedua, orang-orang yang binasa harus menyalahkan diri 

mereka sendiri, dan tidak bisa mempersalahkan orang 

lain. Itu yaitu  rencana mereka sendiri. Biarlah mereka 

bermegah di dalamnya. Allah lebih menyukai memper-

lakukan mereka dengan sewenang-wenang (Yes. 66:4).  

[5] Sekarang mereka menghargai diri mereka sendiri berda-

sarkan kemakmuran duniawi. namun  nanti hal itu akan 

memperberat kehancuran mereka (ay. 32). Pertama, 

sekarang mereka bangga bahwa mereka dapat berpaling 

dari Allah dan melepaskan diri dari kekangan-kekangan 

agama. namun  hal itu justru akan membunuh mereka, 

kenangan akan hal itu akan menusuk hati mereka. 

Kedua, sekarang mereka bangga akan rasa aman dan 

hawa nafsu mereka. namun  kenyamanan orang yang tak 

berpengalaman (begitu arti tersiratnya) akan membunuh 

mereka. Semakin aman mereka, semakin pasti dan se-

makin mengerikan kehancuran mereka nantinya. Ke-

makmuran orang bebal akan membantu membinasakan 

mereka, dengan membuat mereka besar kepala, mele-

katkan hati mereka kepada dunia, membakar mereka 

dengan berbagai hawa nafsu, dan mengeraskan hati 

mereka di dalam jalan-jalan mereka yang jahat. 

4.  Salomo menutup pasal ini dengan jaminan keamanan dan ke-

bahagiaan bagi semua orang yang tunduk kepada didikan-

didikan hikmat (ay. 33): “Siapa mendengarkan aku, dan mau 

diatur olehku, ia akan,”  

(1)  “Aman. Ia akan tinggal dalam perlindungan khusus Sorga, 

sehingga tidak akan ada yang benar-benar menyakitinya.”  

(2)  “Ia akan tenang, dan tidak akan mempunyai kekhawatiran-

kekhawatiran yang menggelisahkan akan bahaya yang 

mengancam. Ia tidak saja akan aman dari malapetaka, te-

tapi juga terlindung dari pada kedahsyatannya.” Sekalipun 

bumi berubah, mereka tidak akan takut. Maukah kita aman 

dari malapetaka, dan terlindung dari kedahsyatannya? Biar-

lah agama senantiasa mengatur kita dan firman Allah men-

jadi penasihat kita. Itulah cara untuk tinggal dengan aman 

di dunia ini, dan terlindung dari kedahsyatan malapetaka di 

dunia lain.   

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  2  

etelah meramalkan kehancuran orang-orang yang bersikap degil 

dalam ketidaksalehan mereka, di dalam pasal ini Salomo memu-

satkan perhatian kepada mereka yang bersedia diajar, dan,  

I. Ia menunjukkan mereka bahwa jika  mau menggunakan 

sarana pengetahuan dan anugerah dengan tekun, mereka 

akan menerima dari Allah pengetahuan dan anugerah yang 

mereka cari (ay. 1-9). 

II. Ia menunjukkan mereka betapa sangat menguntungkannya 

hikmat itu bagi mereka. 

1. Hikmat akan memelihara mereka dari jerat orang jahat 

(ay. 10-15) dan wanita  jahat (ay. 16-19). 

2.  Hikmat akan memimpin dan tetap menjaga mereka di da-

lam jalan orang benar (ay. 20-22).  

Jadi, di dalam pasal ini diajarkan kepada kita cara memperoleh 

hikmat dan juga bagaimana harus menggunakannya sesudah  memper-

olehnya, supaya kita jangan mencari ataupun menerimanya dengan 

sia-sia. 

Pencarian akan Hikmat Dianjurkan  

(2:1-9) 

1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan pe-

rintahku di dalam hatimu, 2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, 

dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, 3 ya, jikalau 

engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada ke-

pandaian, 4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan menge-

jarnya seperti mengejar harta terpendam, 5 maka engkau akan memperoleh 

pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan 

Allah. 6   sebab  TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya da-

tang pengetahuan dan kepandaian. 7 Ia menyediakan pertolongan bagi

orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, 8 


 30

sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya 

yang setia. 9 Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan 

kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik. 

Jauh sebelum ini, Ayub pernah bertanya, “namun  di mana hikmat da-

pat diperoleh, di mana tempat akal budi?” (Ayb. 28:12-20), dan ia 

telah memberikan jawabannya secara umum (ay. 23), Allah menge-

tahui jalan ke sana. Namun, di sini Salomo menunjukkan lebih jauh 

lagi dari itu, dengan mengatakan kepada kita di mana kita bisa men-

dapatkannya dan cara kita bisa memperolehnya. Di sini diberitahu-

kan kepada kita,  

I. Sarana apa yang harus kita gunakan supaya memperoleh hikmat. 

1. Kita harus memperhatikan firman Allah dengan baik, sebab 

itulah perkataan hikmat, yang dapat memberi hikmat kepada 

kita dan menuntun kita kepada keselamatan (ay. 1-2). 

(1) Kita harus insaf bahwa firman Allah merupakan sumber 

dan patokan bagi hikmat serta pengertian, dan bahwa kita 

tidak perlu ingin menjadi lebih bijaksana dibandingkan  yang di-

kerjakan hikmat atas kita. Kita harus berusaha supaya teli-

nga kita mendengarkan firman dan mencenderungkan hati 

kita kepada firman-Nya itu. Demikian juga kepada hikmat 

atau kepandaian itu sendiri. Banyak hal bijaksana yang 

bisa ditemukan di dalam rancangan manusia, namun  pe-

wahyuan ilahi dan kehidupan beragama yang sejati yang 

dibangun di atas hikmat itulah yang merupakan hikmat 

yang sesungguhnya. 

(2)  Oleh   sebab  itu, kita harus menerima firman Allah dengan 

seluruh pikiran dan menyambutnya, bahkan perintah-perin-

tah dan juga janji-janjinya, tanpa berkeluh kesah ataupun 

berbantah. Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini men-

dengar. 

(3) Kita harus menyimpan perkataan Allah seperti kita me-

nyimpan harta   sebab  takut dirampok. Kita bukan saja 

harus menerima namun  juga menyimpan firman Allah itu di 

dalam hati kita, supaya senantiasa siap kita gunakan. 

(4)  Kita harus mencondongkan telinga kita kepada firman-Nya. 

Kita harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk men-

dengarkan perkataan Allah dengan penuh perhatian yang 

sungguh, seperti orang yang takut kehilangan.  

Kitab Amsal 2:1-9 

 31

(5) Kita harus mencenderungkan hati kepada firman-Nya, se-

bab bila tidak, sia-sialah kita mencondongkan telinga ke-

padanya. 

2. Kita harus banyak berdoa (ay. 3). Kita harus berseru kepada 

pengertian, seperti orang yang sudah nyaris mati kelaparan 

meminta-minta makanan. Keinginan yang lemah tidak akan 

berguna. Kita harus mendesak-desak seperti orang yang tahu 

nilai pengertian dan kebutuhan kita akan hal itu. Kita harus 

berseru, bagaikan bayi yang baru lahir, untuk selalu ingin 

akan air susu yang murni dan yang rohani (1Ptr. 2:2). Kita 

harus menujukan suara kita kepada kepandaian di sorga. Dari 

sanalah karunia-karunia yang baik dan sempurna itu harus 

diharapkan (Yak. 1:17; Ayb. 38:34). Kita harus memberikan 

suara kepada kepandaian (demikianlah arti perkataan itu), 

berbicara demi namanya, memilihnya. Lidah kita harus tun-

duk kepada perintah hikmat. Kita harus mengabdikan suara 

baginya. sesudah  mencenderungkan hati kepadanya, kita harus 

menggunakan suara kita untuk mencarinya. Salomo mampu 

menulis probatum est – obat yang sudah teruji bagi cara ini. Ia 

berdoa meminta hikmat, dan ia pun memperolehnya. 

3.  Kita harus bersedia bersusah payah guna memperolehnya (ay. 

4). Kita harus mencarinya seperti mencari perak, menginginkan-

nya jauh melebihi semua kekayaan dunia ini. Mereka harus 

berupaya keras mencarinya seperti orang-orang yang menggali-

gali di tambang-tambang, dengan menghadapi tantangan dan 

bahaya besar, dengan ketekunan tanpa kenal lelah dan kete-

guhan serta ketetapan hati yang tak terkalahkan dalam upaya 

mencari hasil tambang itu. Atau juga seperti orang-orang yang 

ingin kaya sehingga bangun pagi-pagi dan pergi tidur larut 

malam, melakukan apa saja guna memperoleh uang dan 

mengumpulkan harta. Harus serajin itulah kita dalam meng-

gunakan sarana pengetahuan untuk mengenal Tuhan. 

II. Keberhasilan seperti apa yang dapat kita harapkan dengan meng-

gunakan sarana-sarana ini. Jerih payah kita tidak akan sia-sia, 

sebab, 

1.  Kita akan tahu bagaimana memelihara pengenalan dan perse-

kutuan kita dengan Allah: “Engkau akan memperoleh pengerti-


 32

an tentang takut akan TUHAN (ay. 5). Artinya, engkau akan 

mengetahui cara menyembah Dia dengan benar. Engkau akan 

dituntun hingga mengerti dan mengetahui rahasia setiap kete-

tapan ibadah dan diberi kemampuan untuk menyadari tujuan-

nya.” Engkau akan mendapat pengenalan akan Allah. Ini pen-

ting, supaya kita dapat takut akan Dia dengan cara yang be-

nar. Sungguh penting bagi kita untuk mengerti betapa perlu-

nya kita mengenal Allah, dan membuktikannya dengan cara 

mengasihi serta memuja Dia. 

2. Kita akan tahu bagaimana harus membawa diri dengan benar 

terhadap semua orang (ay. 9): “Engkau akan mengerti melalui 

firman Allah, tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Eng-

kau akan belajar tentang asas-asas keadilan, kemurahan hati, 

serta perlakuan adil, yang akan membimbing dan memim-

pinmu dalam seluruh perilakumu. Itu juga akan membuatmu 

layak bagi setiap hubungan dan urusan, serta membuatmu 

setia dengan setiap hal yang dipercayakan kepadamu. Hal ini 

bukan saja akan memberimu gagasan yang benar perihal ke-

adilan, namun  juga kecenderungan untuk melaksanakan serta 

membayar kewajibannya. Sebab, barang siapa tidak berlaku 

adil, ia tidak benar-benar memahami apa itu keadilan.” Hal ini 

akan membawa mereka ke dalam setiap jalan yang baik, sebab 

dengan firman Tuhan, tiap-tiap manusia kepunyaan Allah di-

perlengkapi. Perhatikanlah, orang-orang yang mengetahui ke-

wajiban mereka memiliki pengetahuan yang terbaik (Mzm. 

111:10). 

 III. Dasar yang kita miliki untuk mengharapkan keberhasilan dalam 

mencari hikmat. Kita harus mencari dorongan hanya dari Allah 

(ay. 6-8). 

1.  Allah memiliki hikmat untuk dianugerahkan kepada kita (ay. 

6). TUHAN bukan saja bijaksana, namun  juga memberikan hik-

mat, dan itu lebih dibandingkan  yang mampu dilakukan orang 

paling bijak di dunia sekalipun, sebab sudah merupakan hak 

istimewa Allah untuk membuka pengertian manusia. Seluruh 

hikmat yang ada di dalam setiap makhluk ciptaan-Nya meru-

pakan pemberian-Nya yang diberikan dengan cuma-cuma dan 

berlimpah (Yak. 1:5). Ia telah memberikannya kepada banyak 

Kitab Amsal 2:1-9 

 33

orang, dan masih terus memberikannya sampai saat ini. Oleh 

sebab itu marilah kita memintanya hanya kepada Dia semata. 

2. Ia telah memberkati dunia dengan pewahyuan kehendak-Nya. 

Dari mulut-Nya, melalui hukum Taurat dan mulut para nabi, 

melalui firman yang tertulis dan para hamba-Nya yang kedua-

nya merupakan penyambung lidah bagi anak-anak manusia, 

datang pengetahuan dan kepandaian. Penemuan yang luar 

biasa perihal kebenaran dan kebaikan, yang bila pengaruhnya 

mau kita akui dan terima, akan membuat kita benar-benar 

berpengetahuan dan cerdas. Jadi, dengan adanya Kitab Suci 

itu kita sungguh dibuat untuk terlibat dan didorong untuk 

mencari hikmat di dalamnya. Kita akan menemukan hikmat 

itu jika  kita mencari dengan tekun. 

3. Ia terutama telah menetapkan bahwa orang-orang baik yang 

benar-benar memberi diri untuk melakukan kehendak-Nya, 

akan mendapatkan pengetahuan dan kepandaian yang pen-

ting bagi mereka (Yoh. 7:17). Biarlah mereka mencari hikmat, 

dan mereka akan mendapatkannya. Biarlah mereka meminta-

nya, dan hikmat itu akan diberikan kepada mereka (ay. 7-8).  

Amatilah di sini: 

(1)  Siapa saja orang-orang yang mendapat perkenanan seperti 

itu. Mereka yaitu  orang-orang yang jujur, yang menyan-

dang citra Allah yang diperbaharui di dalam diri mereka, 

yakni kebenaran. Mereka yaitu  orang-orang yang tidak 

bercela lakunya, yang tulus dalam berurusan dengan Allah 

maupun manusia, dan dengan sadar melakukan kewajib-

an sejauh yang mereka ketahui. Mereka yaitu  orang-

orang-Nya yang setia, berbakti bagi kehormatan-Nya dan 

disisihkan bagi pelayanan-Nya. 

(2) Apa saja yang disediakan bagi mereka. 

[1] Pengajaran. Berbagai sarana hikmat diberikan kepada 

semua orang, namun  hikmat itu sendiri, atau pertolong-

an, hanya disediakan bagi orang yang jujur, yang men-

jadikan Kristus kepala mereka,   sebab  di dalam Dia 

tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan, 

yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Demi-

kianlah, Roh pewahyuan di dalam firman yaitu  Roh 

yang sama yang menjadi Roh hikmat di dalam jiwa-jiwa 


 34

mereka yang dikuduskan. Itu yaitu  hikmat orang 

bijaksana, yaitu untuk mengerti jalan-Nya. Ini yaitu  

pertolongan dengan dasar yang kuat, asas-asas yang 

kokoh, yang memiliki buah-buah yang bertahan sam-

pai selama-selamanya. 

[2]  Kepuasan. Sebagian orang membaca ayat ini sebagai Ia 

menyediakan hakikat bagi orang-orang yang jujur, bu-

kan sekadar pokok pengetahuan, melainkan juga keba-

hagiaan dan penghiburan yang sejati (Ams. 8:21). Har-

ta kekayaan tidak membawa kebahagiaan, dan   sebab  

itu orang-orang yang memilikinya hanya mengkhayal 

saja bahwa mereka berbahagia. Sebaliknya, apa yang 

disediakan di dalam janji-janji-Nya dan di dalam sorga 

bagi orang-orang yang jujur akan membuat mereka 

benar-benar berbahagia sampai selama-lamanya. 

[3] Perlindungan. Orang-orang yang tidak bercela lakunya 

pun bisa saja dibawa ke dalam bahaya untuk menguji 

iman mereka. namun  Allah yaitu  dan tetap merupakan 

perisai bagi mereka, sehingga tidak ada suatu pun yang 

terjadi pada diri mereka dapat benar-benar mencelakai 

atau menguasai mereka dengan ketakutan luar biasa. 

Mereka tetap aman dan mereka pun akan berpikir 

demikian. Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu. 

Jalan mereka, yakni jalan keadilan yang mereka tem-

puh, diketahui, diakui, dan dipelihara Tuhan. 

[4] Anugerah untuk bertahan sampai akhir. Jika kita 

mengandalkan diri kepada Allah dan mencari hikmat 

dari-Nya, Ia akan menopang kita dalam kesetiaan kita. 

Ia akan memampukan kita untuk menjaga jalan keadil-

an, sebesar apa pun kita tergoda untuk menyimpang 

dari jalan itu. Sebab Ia memelihara jalan orang-orang-

Nya yang setia, supaya tidak menyimpang, sehingga de-

ngan demikian memelihara mereka di dalamnya dengan 

aman tanpa cacat cela menuju kerajaan sorgawi-Nya. 

Jika menggunakannya dengan semestinya, keyakinan 

bahwa Allah telah memberikan kita anugerah-Nya akan 

meningkatkan semangat dan upaya kita dalam melaku-

kan kewajiban kita. Kerjakan keselamatanmu,   sebab  

Allahlah yang bekerja di dalam kamu.  

Kitab Amsal 2:10-22 

 35

Faedah yang Diberikan Hikmat 

(2:10-22) 

10   sebab  hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan 

menyenangkan jiwamu; 11 kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepan-

daian akan menjaga engkau 12 supaya engkau terlepas dari jalan yang jahat, 

dari orang yang mengucapkan tipu muslihat, 13 dari mereka yang meninggal-

kan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang gelap; 14 yang bersukacita 

melakukan kejahatan, bersorak-sorak   sebab  tipu muslihat yang jahat, 15 

yang berliku-liku jalannya dan yang sesat perilakunya; 16 supaya engkau ter-

lepas dari wanita  jalang, dari wanita  yang asing, yang licin perkata-

annya, 17 yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan 

perjanjian Allahnya; 18 sesungguhnya rumahnya hilang tenggelam ke dalam 

maut, jalannya menuju ke arwah-arwah. 19 Segala orang yang datang kepa-

danya tidak balik kembali, dan tidak mencapai jalan kehidupan. 20 Sebab itu 

tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar. 21 

  sebab  orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah 

yang akan tetap tinggal di situ, 22 namun  orang fasik akan dipunahkan dari 

tanah itu, dan pengkhianat akan dibuang dari situ. 

Jangkauan ayat-ayat tadi yaitu  untuk menunjukkan, 

1. Betapa besar manfaat hikmat sejati bagi kita. Hikmat ini akan 

menjauhkan kita dari jalan orang berdosa yang menuju kebinasa-

an, dan dengan demikian jauh lebih baik bagi kita dibandingkan  bila 

kita diperkaya dengan harta duniawi. 

2. Bagaimana kita harus memanfaatkan hikmat yang diberikan Allah 

kepada kita itu dengan sebaik-baiknya. Kita harus menggunakan-

nya untuk membimbing kita dalam melintasi jalan kebajikan, dan 

untuk mempersenjatai diri terhadap berbagai jenis godaan. 

3. Melalui aturan apa saja kita dapat menguji diri apakah kita sudah 

memiliki hikmat ini atau belum. Pohon akan diketahui dari jenis 

buah yang dihasilkannya. Bila kita benar-benar bijaksana, hal ini 

akan tampak melalui sikap hati-hati kita untuk menghindari 

semua pergaulan dan perbuatan jahat. 

Hikmat ini berguna bagi kita, 

I.   Untuk memelihara kita dari kejahatan, dari kejahatan dosa, dan 

dengan begitu, dari kejahatan akibat kesukaran yang menyertai-

nya. 

1. Secara umum (ay 10-11), “saat  menguasaimu sepenuhnya, 

hikmat itu akan memelihara engkau.” Kapankah hikmat itu 

menguasai kita sepenuhnya? 


 36

(1) saat  hikmat berkuasa atas kita. saat  hikmat bukan 

saja mengisi kepala dengan gagasan, namun  juga masuk ke 

dalam hati dan berkuasa serta menanamkan pengaruh ke 

atasnya. saat  hikmat bertakhta di situ dan mengatur 

perasaan dan hasrat hati, saat  hikmat masuk ke dalam 

hati sebagaimana ragi masuk ke dalam adonan roti hingga 

larut dan mengubahnya sesuai gambarnya sendiri, maka 

hal ini akan membawa kebaikan bagi kita.  

(2) saat  kita sangat menyukainya, saat pengetahuan itu 

menjadi kesenangan jiwa: “saat  engkau mulai menik-

matinya sebagai hiburan yang paling menyukakan dan tun-

duk kepada aturan-aturannya dengan sukarela dan dengan 

hati yang puas. saat  engkau menyebut pelaksanaannya 

sebagai suatu kebajikan dan bukan perhambaan ataupun 

tugas, sebagai kebebasan dan kesenangan, serta menyebut 

kehidupan saleh sebagai kehidupan paling nyaman yang 

bisa dijalani manusia di dunia ini, maka saat  itulah eng-

kau akan memperoleh manfaat darinya.” Walaupun dalam 

beberapa hal pengekangan yang ada di dalamnya terasa 

kurang menyenangkan bagi kehendak daging, itu pun bah-

kan terasa menyenangkan bagi jiwa. Pada waktu tercapai 

keadaan ini, kebijaksanaan akan memelihara serta menjaga 

kita. Allah memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia 

(ay. 8) dengan cara memberi mereka kebijaksanaan supaya 

dapat menghindar dari jalan yang mencelakakan, untuk 

menjaga diri sendiri supaya si jahat tidak dapat menjamah 

mereka. Perhatikanlah, asas kasih karunia yang bertakhta 

di hati akan menjadi pelindung yang kuat, baik terhadap 

kerusakan di dalam maupun pencobaan dari luar (Pkh. 

9:16, 18). 

2. Secara lebih khusus, hikmat akan memelihara kita. 

(1) Dari orang-orang yang menganut asas-asas yang cemar, 

yakni orang-orang atheis yang duniawi dan yang berusaha 

menyelewengkan penilaian orang muda serta menanamkan 

prasangka di dalam pikiran mereka terhadap agama dan 

menanamkan pikiran-pikiran yang membela perbuatan 

jahat: “Hikmat akan membuatmu terlepas dari jalan yang 

jahat (ay. 12), sehingga terlepaslah engkau dari cengkeram-

Kitab Amsal 2:10-22 

 37

an maut, dari jalan yang dilintasinya, yang dianjurkannya 

kepadamu.” Musuh ini disebutkan dalam bentuk tunggal 

(ay. 12), seorang yang jahat, namun  sesudah  itu dalam ben-

tuk jamak (ay. 13). Di situ ada  sebuah perkumpulan, 

suatu kelompok yang bersekongkol melawan agama dan 

bergandengan tangan untuk mendukung kerajaan Iblis 

serta kepentingannya. 

[1] Mereka memiliki roh yang menentang segala sesuatu 

yang baik: Mereka mengucapkan tipu muslihat. Mereka 

mengatakan apa saja untuk melawan agama, baik un-

tuk menunjukkan kebencian mereka terhadapnya mau-

pun untuk mengajak orang supaya menjauhinya. Mere-

ka yaitu  pembela Iblis. Mereka memohon kepada Baal, 

dan membelokkan Jalan Tuhan yang lurus. Betapa men-

jengkelkannya pikiran kotor yang berdebat demi dosa, 

dan betapa berani mereka mencemooh firman Allah! 

Hikmat akan memelihara kita dari pergaulan dengan 

orang-orang seperti itu atau setidaknya menjaga kita 

agar tidak terjerat oleh mereka. 

[2] Mereka sendiri meninggalkan segala sesuatu yang baik, 

dan biasanya orang-orang seperti inilah yang menjadi 

musuh yang jahat dan berbahaya bagi agama, seperti 

yang disaksikan Julian (ay. 13): Mereka meninggalkan 

jalan yang lurus, yang pernah mereka tempuh seperti 

yang diajarkan kepada mereka, mencampakkan segala 

pengaruh dari pendidikan mereka dahulu, dan memi-

sahkan diri dari awal yang penuh pengharapan, untuk 

menempuh jalan yang gelap. Mereka menjalani kehidup-

an jahat yang membenci terang, bagaikan orang-orang 

yang mengenakan penutup mata dan dibimbing oleh ke-

bodohan dan kesalahan menuju kegelapan yang pekat. 

Jalan-jalan dosa yaitu  jalan-jalan dalam kegelapan 

yang tidak nyaman dan tidak aman. Alangkah bodoh-

nya orang-orang yang meninggalkan jalan lurus yang 

rata, menyenangkan, dan terang, untuk menjalani kehi-

dupan seperti itu! (Mzm. 82:5; 1Yoh. 2:11). 

[3] Mereka menyukai dosa, baik untuk dilakukan sendiri, 

maupun saat melihat orang lain melakukannya (ay. 14): 

Mereka bersukacita mendapatkan kesempatan untuk 


 38

melakukan kejahatan, juga dalam melaksanakan dan 

berhasil mengerjakan hal yang jahat. Orang bodoh ge-

mar melakukan kejahatan. Bagi mereka tidak ada pe-

mandangan yang lebih memuaskan dibandingkan  melihat 

tipu muslihat yang jahat, untuk melihat mereka yang 

berpengharapan ditarik ke dalam kehidupan penuh 

dosa, dan sesudah  itu melihat hati mereka menjadi keras 

dan menetap di dalam kehidupan seperti itu. Mereka se-

nang jika  bisa melihat kerajaan Iblis berdiri dengan 

kuat (Rm. 1:32). Ketidaksalehan mereka sudah sedemi-

kian parahnya. 

[4] Mereka bersikeras untuk tinggal dalam dosa (ay. 15): 

Sungguh berliku-liku jalannya, jalan yang berbelok-

belok untuk menghindari kejaran tuduhan hati nurani 

dan mematahkan kekuatannya. Hati mereka yang pe-

nuh tipu muslihat sarat dengan dalih yang licik dan 

sikap mengelak yang tidak kentara, guna mempererat 

pegangan mereka dalam kejahatan. Di dalam jaringan 

jalan yang berliku-liku dan menyesatkan itu mereka 

bersembunyi dari tangkapan firman Allah dan suara 

hati mereka sendiri. Sungguh sesat perilaku mereka. 

Artinya, mereka bersikeras untuk tetap menjalaninya, 

tak peduli apa pun yang dikatakan melawan perilaku 

mereka. Setiap orang yang bijaksana akan menjauhi 

pergaulan dengan orang-orang seperti itu. 

(2) Dari para wanita  yang rusak akhlaknya. Golongan 

yang pertama tadi membawa kepada kejahatan rohani, 

nafsu pikiran yang belum dikuduskan, sedangkan golongan 

yang ini membawa kepada keinginan-keinginan daging yang 

mencemarkan tubuh yakni bait Allah yang hidup itu, yang 

di lain pihak berjuang melawan jiwa. Di sini, wanita  

pezinah disebut wanita  asing, sebab tak seorang pun 

laki-laki baik dan berhikmat yang bersedia berurusan 

dengan wanita  seperti itu. wanita  seperti itu harus 

dijauhi orang Israel, seolah-olah dia bukan orang Yahudi 

melainkan orang asing bagi persemakmuran yang kudus 

itu. Benar-benar wanita  yang asing memang! Jauh dari 

semua asas pikiran sehat, kebajikan, dan kehormatan. 

Sungguh merupakan anugerah yang luar biasa untuk bisa 

Kitab Amsal 2:10-22 

 39

dilepaskan dari daya tarik seorang wanita  pezinah, 

mengingat, 

[1] Betapa palsunya dia. Siapa pula yang mau berurusan 

dengan orang-orang yang suka berkhianat? Dia yaitu  

wanita  asing, sebab,  

Pertama, ia bersikap palsu terhadap lelaki yang 

dipikatnya. Kata-katanya manis, dan ia berkata kepada 

lelaki itu betapa ia lebih mengagumi dia dibanding se-

mua lelaki lain, dan betapa inginnya ia berbuat baik 

kepadanya. Namun, ternyata dia wanita  yang licin 

perkataannya. Ia tidak benar-benar mencintai ataupun 

peduli kepada kesejahteraan lelaki itu, sama seperti 

sikap Delila terhadap Simson. Satu-satunya hal yang 

ditujunya yaitu  menjarah isi kantong lelaki itu dan 

memuaskan hawa nafsunya sendiri. 

Kedua, ia juga selingkuh terhadap suaminya dan 

tidak memenuhi kewajibannya terhadap dia. Suaminya 

telah menjadi teman hidup masa mudanya. Saat meni-

kah dengan suaminya, ia telah memilih untuk meneri-

manya sebagai teman hidup dan tunduk kepada bim-

bingannya. Ia telah berjanji untuk hanya memperhati-

kan suaminya seorang dan meninggalkan semua lelaki 

lainnya. Namun, wanita  itu telah meninggalkan 

suaminya, dan oleh sebab itu ia tentunya tidak akan 

setia kepada siapa pun. Barangsiapa bersenang-senang 

dengan dia, juga turut mengambil bagian dalam kepal-

suannya. 

Ketiga, ia juga bersikap palsu terhadap Allah: Ia 

melupakan perjanjian Allahnya, yakni janji pernikahan 

(ay. 17), dengan Allah bukan saja sebagai saksinya, te-

tapi juga bagiannya.   sebab  Dia-lah yang mengadakan 

ketetapan itu, kedua belah pihak pun mengucapkan 

janji kepada-Nya untuk setia satu kepada yang lain. 

wanita  itu bukan hanya berdosa kepada suaminya, 

namun  juga kepada Allah-nya, sedangkan orang-orang 

sundal dan pezinah akan dihakimi Allah   sebab  mereka 

merendahkan sumpah dan melanggar janji itu (Yeh. 

17:18; Mal. 2:14).   


 40

[2] Akan terbukti betapa celakanya orang-orang yang berse-

kutu dengannya (ay. 18-19). Biarlah penderitaan orang 

lain menjadi peringatan bagi kita. Berhati-hatilah terha-

dap dosa percabulan, sebab, 

 Pertama, Kehancuran mereka yang melakukan dosa 

ini sudah pasti dan tidak terelakkan jika mereka tidak 

bertobat. Ini yaitu  dosa yang dapat langsung membu-

nuh jiwa, memadamkan semua perasaan kasih sayang 

dan tabiat baik di dalamnya, serta membuatnya terpa-

par kepada murka dan kutuk Allah serta pedang keadil-

an-Nya. Orang-orang yang hidup di dalam kesenangan 

terlarang sebenarnya sudah mati bahkan sementara 

mereka masih bernafas. Biarlah kebijaksanaan meme-

lihara tiap laki-laki, bukan saja dari wanita  jahat, 

namun  juga dari rumah yang jahat, sebab rumahnya 

hilang tenggelam ke dalam maut, di jalan yang langsung 

menuju kematian kekal. Jalannya menuju Refaim, ke-

pada para raksasa (demikianlah menurut beberapa 

orang), yakni orang-orang berdosa dari dunia yang lama, 

yang hidup dalam kemewahan serta kekacauan luar 

biasa, yang diputuskan dari perputaran waktu dan yang 

dasarnya hanyut terbawa banjir. Tuhan Yesus mencegah 

kita menikmati kesenangan penuh dosa mengingat pen-

deritaan kekal yang menyertainya. Di tempat itu ulatnya 

tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam (Mat. 

5:28-29). 

 Kedua, pertobatan dan pemulihan mereka penuh 

dengan bahaya: Segala orang, atau nyaris semua orang, 

yang datang kepadanya tidak balik kembali. Sungguh 

jarang terjadi bahwa orang yang tertangkap jerat Iblis 

ini mampu pulih dengan sendirinya. Hatinya telah sede-

mikian kerasnya dan pikirannya telah begitu dibutakan 

oleh tipu muslihat dosa ini.   sebab  pernah kehilangan 

jalan kehidupan, mereka tidak tahu bagaimana mereka 

harus mencapainya kembali. Mereka benar-benar ke-

ranjingan dan terpesona dengan hawa nafsu. Banyak 

penerjemah terpelajar yang berpendapat bahwa di sam-

ping secara harfiah, peringatan terhadap wanita  

Kitab Amsal 2:10-22 

 41

asing ini juga dapat dipahami dalam arti kiasan, seba-

gai peringatan terhadap, 

1. Penyembahan berhala yang merupakan persundalan 

rohani. Hikmat akan menjaga seseorang dari per-

gaulan dengan para penyembah berhala dan kecen-

derungan untuk bergabung bersama mereka, yang 

selama berabad-abad telah menjadi kepentingan 

yang begitu merusak Israel dan bahkan terjadi atas 

Salomo sendiri.  

2. Pengrusakan kekuatan berpikir dan kemampuan 

jiwa oleh hawa nafsu dan keinginan daging. Hikmat 

akan menjaga kita supaya tidak ditawan oleh pikiran 

duniawi dan supaya kita menyerahkan roh kita 

hingga dikuasai oleh daging. Sebab, hal ini merupa-

kan pezinah keji yang meninggalkan teman hidupnya 

dan melanggar perjanjian Allah kita, yang berarti teng-

gelam ke dalam maut, dan bila dibiarkan terus me-

nguasai dengan bebas, akan membuat jiwa sangat 

celaka.  

II.   Hikmat ini berguna untuk membimbing dan memimpin kita ke-

pada hal yang baik (ay. 20): Sebab itu tempuhlah jalan orang yang 

baik. Kita harus menjauhi jalan orang yang jahat dan wanita  

asing, supaya kita dapat menempuh jalan-jalan yang baik. Kita 

harus berhenti berbuat jahat, supaya dapat belajar berbuat baik.  

Perhatikanlah: 

1. Ada jalan yang secara khusus merupakan jala