n orang baik,
jalan yang sejak dulu ditempuh orang-orang baik.
2. Sungguh bijaksana jika kita menempuh jalan itu, meminta
jalan lama yang baik itu dan berjalan di dalamnya (Yer. 6:16;
Ibr. 6:12; 12:1). Janganlah kita sekadar menempuhnya untuk
beberapa waktu, namun biarlah kita senantiasa berjaga-jaga
untuk tetap menjalaninya dan tidak pernah keluar darinya.
Jalan-jalan orang benar yaitu jalan kehidupan yang telah dan
akan tetap ditempuh semua orang yang bijaksana. Engkau
boleh meniru orang-orang mulia itu, yakni para bapa leluhur
dan nabi-nabi (demikianlah uskup Patrick membacanya secara
bebas), dan dipelihara di dalam jalan-jalan orang benar yang
42
telah berjalan di dalamnya. Kita bukan saja harus memilih
jalan kita secara umum dengan mengikuti teladan baik orang-
orang yang dikasihi Allah, namun juga mengambil petunjuk
darinya dalam memilih jalan kita secara khusus. Amatilah
jalurnya, dan ikutilah jejak kaki mereka. Di sini diberikan dua
alasan mengapa kita harus memilih seperti itu:
(1) sebab kesetiaan manusia akan menjadi pengukuhan
mereka (ay. 21), pengukuhan atas
[1] Kepribadian mereka: Orang jujurlah akan mendiami ta-
nah dengan damai dan tenteram sepanjang umur hidup
mereka. Kelurusan hati mereka turut berperan dalam
menciptakan keadaan itu, sebab ia menenteramkan pi-
kiran mereka, membimbing rencana mereka, mendapat-
kan kehendak baik sesama bagi mereka, dan membuat
mereka berhak menerima perkenan Allah yang isti-
mewa.
[2] Keluarga mereka: Orang yang tak bercelalah, melalui
keturunan mereka, akan tetap tinggal di situ. Mereka
akan berdiam dan tetap tinggal di Kanaan sorgawi sam-
pai selamanya, sementara Kanaan duniawi hanya meru-
pakan pelambang belaka.
(2) sebab kejahatan manusia akan menjadi kehancuran mereka
(ay. 22). Lihatlah apa yang akan terjadi atas orang fasik, yang
memilih jalan orang yang jahat. Mereka akan dipisahkan,
bukan saja dari sorga dengan semua pengharapannya kelak,
namun juga dari dunia ini sekarang ini, yang kepadanya hati
mereka tertambat, yang di dalamnya mereka menyimpan harta
mereka. Mereka menyangka telah berakar di dalamnya,
padahal mereka dan juga keluarga mereka akan dicabut dari
situ sebagai hukuman, supaya dunia ini memperoleh belas
kasihan. Akan datang harinya saat tidak ditinggalkannya
akar dan cabang mereka (Mal. 4:1). Biarlah hikmat itu masuk
ke dalam hati kita, dan menyenangkan jiwa kita, sehingga
menjauhkan kita dari jalan yang akan berakhir seperti itu.
PASAL 3
asal ini merupakan salah satu pasal terunggul dari antara keselu-
ruhan kitab ini, sebab di dalamnya ada alasan-alasan dan
pengarahan yang mendorong kita supaya menjadi lebih saleh.
I. Kita harus setia menjalankan kewajiban kita sebab itulah
jalan untuk mencapai kebahagiaan (ay. 1-4).
II. Kita harus menjalani kehidupan yang bergantung kepada
Allah, sebab itulah jalan menuju keselamatan (ay. 5).
III. Kita harus selalu takut akan Allah sebab itulah jalan yang
menguatkan (ay. 7-8).
IV. Kita harus melayani Allah dengan harta kita sebab itulah
jalan yang memimpin kepada kesejahteraan (ay. 9-10).
V. Kita harus belajar dari kesukaran sebab itulah jalan untuk
menjadi baik melaluinya (ay. 11-12).
VI. Kita harus bersusah payah mendapatkan hikmat sebab
itulah cara untuk memperolehnya dan mendapat keuntung-
an darinya (ay. 13-20).
VII. Kita harus selalu menguasai diri dengan aturan-aturan hik-
mat, aturan-aturan akal budi dan agama yang benar, sebab
itulah jalan untuk menjadi tenteram (ay. 21-26).
VIII. Kita harus berbuat kebaikan sebanyak mungkin, dan tidak
boleh melukai sesama kita, sebab manusia akan mendapat
balasan dari Allah sesuai dengan perilaku mereka, apakah
mereka adil atau tidak, murah hati atau tidak, rendah hati
atau sombong (ay. 27-35).
Dari semuanya itu, tampaklah bahwa agama itu membuat manu-
sia diberkati dan menjadi berkat.
P
44
Persekutuan yang Dijalin oleh Hikmat
(3:1-6)
1 Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu
memelihara perintahku, 2 sebab panjang umur dan lanjut usia serta sejah-
tera akan ditambahkannya kepadamu. 3 Janganlah kiranya kasih dan setia
meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada
loh hatimu, 4 maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam
pandangan Allah serta manusia. 5 Percayalah kepada TUHAN dengan segenap
hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. 6 Akuilah
Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Di sini kita diajari supaya menjalani hidup ini dalam persekutuan
dengan Allah. Tidaklah diragukan, agunglah misteri kesalehan ini.
Dampaknya sangat besar bagi kita, sebagaimana yang ditunjukkan di
sini. Kesalehan akan memberikan keuntungan yang tak terlukiskan
bagi kita.
I. Kita harus selalu memperhatikan ketetapan-ketetapan Allah (ay.
1-2).
1. Kita harus,
(1) Menjadikan hukum dan perintah-perintah Allah sebagai
peraturan teguh yang mengatur segala segi kehidupan kita
dan yang selalu kita taati.
(2) Mendalaminya, sebab tidak mungkin kita dikatakan melu-
pakan hal-hal yang tidak pernah kita ketahui.
(3) Mengingat-ingatnya, supaya kita selalu siap untuk meng-
gunakannya saat kesempatan itu datang.
(4) Menaruh kehendak dan perasaan kita di bawah hukum dan
perintah-perintah itu, dan menyelaraskan segala sesuatu
dengannya. Baik kepala kita maupun hati kita, keduanya
harus memelihara perintah Allah. Di dalam kepala dan hati
kitalah kedua loh hukum Taurat harus disimpan, sebagai-
mana kedua loh itu ditaruh di dalam tabut perjanjian.
2. Untuk mendorong kita supaya menundukkan diri di bawah
batasan-batasan dan aturan dari hukum ilahi, di sini kita
diyakinkan (ay. 2) bahwa berlaku seperti itu merupakan jalan
untuk memperoleh umur panjang dan kemakmuran.
(1) Itulah jalan untuk memperoleh umur panjang. Perintah-
perintah Allah akan menambahkan kepada kita panjang
umur. Perintah-perintah itu juga akan menambahkan hi-
Kitab Amsal 3:1-6
45
dup kekal di sorga, umur panjang untuk seterusnya dan se-
lama-lamanya (Mzm. 21:5) bagi orang-orang yang menjalani
kehidupan mereka dengan benar dan bermanfaat di dunia
ini. Allah akan menjadi kehidupan dan umur panjang kita,
dan masa itu memang merupakan kehidupan yang pan-
jang, dengan sebuah tambahan pula. Akan namun , oleh ka-
rena umur panjang mungkin dapat menjadi beban dan ke-
sukaran, maka di sini dijanjikan,
(2) Bahwa jalan itu akan mudah untuk ditempuh, sehingga
umur panjang pun tidak akan menjadi hari-hari yang ma-
lang, melainkan merupakan hari-hari yang penuh dengan
kesenangan: sejahtera akan senantiasa ditambahkannya
kepadamu. Seiring bertambahnya anugerah, damai sejah-
tera pun akan semakin bertambah. Dan damai sejahtera di
atas takhta Kristus dan di dalam kerajaan-Nya, juga di
dalam hati dan dunia ini, tidak akan berkesudahan. Besar-
lah dan bertambah-tambahlah ketenteraman pada orang-
orang yang mencintai Taurat-Mu.
II. Kita harus selalu mengindahkan janji-janji Allah yang menyertai
ketetapan-ketetapan-Nya, dan yang akan diterima dan diperta-
hankan di dalam ketetapan-ketetapan-Nya itu (ay. 3): Janganlah
kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau, kasih Allah dalam
janji-Nya, dan kesetiaan-Nya dalam memenuhi janji-Nya. Jangan-
lah kehilangan kedua hal itu, melainkan hiduplah dengannya dan
peliharalah kepentinganmu di dalamnya. Janganlah melupakan
kedua hal itu, namun hiduplah dengannya dan terimalah penghi-
buran darinya. Kalungkanlah itu pada lehermu, sebagai hiasan
yang terindah. Memiliki kasih dan setia Allah merupakan kehor-
matan terbesar yang bisa kita dapatkan di dunia ini. Tuliskanlah
itu pada loh hatimu, sebagai buah hatimu, sebagai bagianmu dan
kesenangan yang paling manis. Nikmatilah saat-saat saat eng-
kau menjalankan dan merenungkannya. Atau, kasih dan setia
itu bisa juga berarti kewajiban kita, kesalehan dan ketulusan kita,
kemurahan hati terhadap sesama manusia dan kesetiaan ter-
hadap Allah. Biarlah semua itu menjadi pedoman-pedoman teguh
bagi dirimu dan yang memerintah di dalam dirimu. Untuk me-
nguatkan kita dalam melakukannya, di sini kita diyakinkan (ay. 4)
bahwa inilah cara untuk menyenangkan Sang Pencipta maupun
46
sesama makhluk ciptaan: maka engkau akan mendapat kasih dan
penghargaan.
1. Orang benar mencari kasih Allah sebagai hal yang utama dan
selalu menginginkan penerimaan Tuhan sebagai kehormatan
baginya. Oleh sebab itu, ia akan mendapatkan kasih itu, diser-
tai penghargaan. Allah akan memakai orang baik itu dengan
cara yang terbaik, dan memberi kebaikan kepada apa yang dia
katakan dan lakukan. Dia akan diakui sebagai salah satu dari
anak-anak Hikmat, dan akan dipuji oleh Allah sebagai orang
yang memiliki akal budi yang baik, yang biasa dilayangkan
kepada semua orang yang melakukan perintah-Nya.
2. Dia ingin mendapatkan kasih dari manusia juga (seperti yang
didapat Kristus, Luk. 2:52), disukai oleh banyak sanak sau-
daranya (Est. 10:3), dan itulah yang akan ia dapatkan. Mereka
akan memahaminya dengan baik, dan dalam segala tindakan-
nya terhadap mereka, dia akan memperlakukan mereka dengan
bijak, bertindak cerdas dan penuh pertimbangan. Dia akan ber-
hasil (begitulah beberapa orang mengartikannya), dampak lum-
rah dari penghargaan yang didapatnya.
III. Kita harus selalu memperhatikan pemeliharaan Allah, harus meng-
akui dan bergantung kepada pemeliharaan itu dalam segenap segi
kehidupan kita, baik melalui iman maupun doa.
1. Dengan iman. Kita harus menaruh segenap keyakinan kita di
dalam hikmat, kuasa dan kebaikan Allah, meyakinkan diri kita
mengenai jangkauan pemeliharaan-Nya yang terulur kepada
segenap mahkluk ciptaan-Nya beserta segala tindak tanduk
mereka. Oleh sebab itu, kita harus percaya kepada TUHAN
dengan segenap hati kita (ay. 5). Kita harus percaya bahwa Dia
sanggup melakukan apa pun yang Ia kehendaki, dan bijak me-
lakukan yang terbaik. Kita juga harus percaya bahwa Ia sangat
baik, sesuai dengan janji-Nya, untuk melakukan yang terbaik
bagi kita, jika kita mengasihi dan melayani-Nya. Dengan sege-
nap hati yang tunduk dan puas, kita harus sepenuhnya meng-
andalkan Dia untuk menjalankan segala sesuatu bagi kita dan
tidak bersandar kepada pengertian kita sendiri, seolah-olah
kita mampu menyokong diri kita sendiri dan menyelesaikan
semua tugas kita dengan baik tanpa pertolongan Allah. Orang-
Kitab Amsal 3:1-6
47
orang yang mengenal diri mereka sendiri dengan baik pastilah
mendapati bahwa pengertian mereka hanyalah seperti buluh
yang terkulai, yang pasti patah jika mereka bersandar kepada-
nya. Dalam segala tingkah laku kita, hendaknya kita tidak
mempercayai pertimbangan kita sendiri, melainkan percaya
akan hikmat, kuasa dan kebaikan Allah. Oleh sebab itu, kita
harus mengikuti Sang Pemelihara dan tidak memaksakan
kehendak kita sendiri. saat kita berserah dan tidak ngotot
melakukan sesuatu, biasanya hasilnya malah sangat baik.
2. Dengan doa (ay. 6): Akuilah Allah dalam segala lakumu. Kita
bukan saja wajib percaya, dalam pertimbangan kita, bahwa
ada tangan Allah yang berkuasa mengatur dan menempatkan
kita beserta segenap urusan kita, namun juga harus mengakui
dan melayangkannya kepada Allah dengan segala kesungguh-
an hati. Kita harus meminta izin dari-Nya dan tidak meren-
canakan sesuatu selain dari yang kita yakini diperbolehkan.
Kita harus meminta nasihat dan memohon bimbingan-Nya,
bukan hanya saat sedang menghadapi perkara yang sulit
saja (yaitu saat kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan,
dan harus melayangkan pandangan kita ke arah-Nya), namun
juga dalam segala hal, semudah apa pun perkara itu. Kita
tetap harus mendoakannya kepada Allah mohon keberhasilan,
sebab kita tahu bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk
yang cepat. Kita harus memandang-Nya sebagai sumber dari
segala pertimbangan kita, dan menantikan imbalan dari-Nya
dengan sabar dan keberserahan yang kudus. Dalam segala
laku kita yang lurus, mudah dan menyenangkan, yang mem-
beri kita kepuasan, kita harus mengakui Allah dengan segenap
rasa syukur. Dalam segala laku kita yang menyakitkan dan
menyulitkan, yaitu jalan yang dipagari dengan duri-duri, kita
harus mengakui Allah dengan tunduk dan berserah diri. Mata
kita harus selalu tertuju kepada Allah. Kepada Dialah kita
harus menyatakan segala permintaan kita, dalam hal apa pun,
sebagaimana Yefta membawa seluruh perkaranya itu ke hadap-
an TUHAN, di Mizpa (Hak. 11:11). Untuk mendorong kita su-
paya berlaku demikian, di sini dijanjikan bahwa, Ia akan
meluruskan jalanmu, sehingga jalanmu akan berakhir dengan
baik dan aman, dan perkaramu berakhir menyenangkan. Per-
hatikanlah, orang-orang yang menempatkan diri mereka di
48
bawah bimbingan ilahi akan selalu mendapatkan keuntungan
darinya. Allah akan memberi mereka hikmat yang bermanfaat
untuk membimbing, sehingga mereka tidak akan menyimpang
ke dalam dosa, dan akan mengatur segala sesuatu sedemikian
bijaknya sehingga hal itu mendatangkan kebaikan bagi mere-
ka. Orang-orang yang setia mengikuti tiang awan dan api akan
mendapati bahwa tiang-tiang itu menunjukkan jalan yang
benar dan pada akhirnya akan membawa mereka ke tanah
Kanaan, sekalipun pada mulanya mereka dibawa berkeliling.
Persembahan kepada Allah
(3:7-12)
7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN
dan jauhilah kejahatan; 8 itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan
menyegarkan tulang-tulangmu. 9 Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan
dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, 10 maka lumbung-lum-
bungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahan-
mu akan meluap dengan air buah anggurnya. 11 Hai anakku, janganlah eng-
kau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-
Nya. 12 sebab TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti
seorang ayah kepada anak yang disayangi.
Di sini kita mendapati tiga imbauan yang masing-masing disertai de-
ngan alasan yang kuat:
I. Kita harus menjalani hidup ini dengan kerendahan hati dan tun-
duk dengan patuh kepada Allah dan pemerintahan-Nya (ay. 7):
Takutlah akan TUHAN, sebagai Tuhan dan Tuanmu yang berdau-
lat penuh atas engkau. Dalam segala hal, taatilah agamamu dan
tunduklah kepada kehendak ilahi. Hal ini haruslah merupakan,
1. Tunduk dengan segala kerendahan hati: Janganlah engkau
menganggap dirimu sendiri bijak. Perhatikanlah, tidak ada
musuh yang lebih kuat terhadap kuasa agama dan rasa takut
akan Allah di dalam hati dibandingkan kecongkakan mengenai hik-
mat kita sendiri. Orang-orang yang mengandalkan kemampu-
an diri mereka sendiri menganggap bahwa memperhatikan dan
mempertimbangan aturan-aturan keagamaan itu terlalu remeh
dan hina untuk mereka lakukan, apalagi untuk merintangi diri
mereka sendiri dengan aturan-aturan tersebut.
2. Tunduk dengan kepatuhan: takutlah akan TUHAN dan jauhilah
kejahatan. Berjaga-jagalah supaya tidak melakukan hal-hal
Kitab Amsal 3:7-12
49
yang menyakiti hati-Nya atau membuatmu kehilangan pemeli-
haraan-Nya. Takut akan TUHAN yang membuat seseorang men-
jauhi kejahatan, merupakan hikmat dan akal budi yang sejati
(Ayb. 28:28). Orang-orang yang memilikinya benar-benar bijak-
sana, yang menyangkal diri dan tidak menganggap diri mereka
sendiri bijak. Untuk meneguhkan kita dalam menjalani kehi-
dupan dengan rasa takut akan Allah, di sini dijanjikan (ay. 8)
bahwa hal itu sama bermanfaatnya dengan makanan bagi
tubuh jasmani kita. Hikmat itu menyehatkan tubuh: itulah
yang akan menyembuhkan tubuhmu. Hikmat juga menguatkan
tubuh: itulah yang menyegarkan tulang-tulangmu. Kehati-hati-
an, kesabaran, penguasaan diri dan pengendalian pikiran, pe-
nguasaan nafsu dan gairah dengan baik, yang diajarkan oleh
agama, tidak hanya cenderung memelihara kesehatan jiwa,
namun juga membentuk kebiasaan yang baik bagi tubuh, yang
patut diingini. Tanpa semua itu segala kenikmatan di dunia ini
akan terasa hambar. Iri hati membusukkan tulang. Duka lara
dunia ini mengeringkannya. Akan namun , pengharapan dan
sukacita di dalam Allah bagaikan sumsum yang menyegarkan
tulang-tulang.
II. Kita harus memanfaatkan harta benda kita dengan baik, dan itu-
lah jalan untuk menjadikannya bertambah-tambah (ay. 9-10). Di
sini ada ,
1. Ketetapan yang mengharuskan kita untuk melayani Allah
dengan harta benda kita: Muliakanlah TUHAN dengan hartamu.
Tujuan penciptaan dan penebusan kita yaitu untuk meng-
hormati Allah, untuk menjadi kenamaan dan pujian bagi-Nya.
Tidak ada cara lain bagi kita untuk dapat melayani-Nya, selain
dengan menjadi kehormatan bagi-Nya. Kita harus menjunjung
tinggi kehormatan-Nya, dan juga penghormatan yang kita mi-
liki bagi-Nya. Kita harus menghormati Dia, bukan saja dengan
tubuh dan jiwa kita yang yaitu kepunyaan-Nya, namun juga
dengan harta benda kita, sebab semua itu yaitu milik-Nya
juga: kita dan segenap milik kita harus diabdikan bagi kemu-
liaan-Nya. Kekayaan hanyalah sesuatu yang fana. Akan namun ,
biarpun begitu, kita tetap harus menghormati Allah dengan
harta kita itu, sehingga kekayaan kita menjadi lebih berarti ka-
renanya. Kita harus menghormati Allah,
50
(1) Dengan penghasilan kita. saat harta kita makin bertam-
bah, kita cenderung tergoda untuk memuliakan diri kita
sendiri (Ul. 8:17) dan melekatkan hati kita pada dunia ini
(Mzm. 62:11). Akan namun , semakin banyak Allah memberi,
semakin giat pula seharusnya kita berusaha untuk meng-
hormati-Nya. Pertambahan hasil bumi ini dimaksudkan
untuk membuat kita terus bergantung kepada Allah, sebab
kita hidup dengan mengandalkan hasil tuaian setiap ta-
hunnya.
(2) Dengan segenap penghasilan kita. Allah telah membuat kita
makmur dalam segala hal, jadi kita pun harus menghor-
mati-Nya. Hukum kita menerapkan modus decimandi cara
untuk mempersembahkan perpuluhan, namun tidak de non
decimando pengecualian dalam membayar persepuluhan.
(3) Dengan hasil pertama dari segala penghasilan kita, seperti
Habel (Kej. 4:4). Itulah isi seluruh hukum Taurat (Kel.
23:19), dan kitab para nabi (Mal. 3:10). Allah, yang meru-
pakan yang pertama dan yang terbaik, harus juga menda-
patkan yang pertama dan yang terbaik dari segala sesuatu.
Hak-Nya harus didahulukan dibandingkan yang lain, dan oleh
sebab itulah Dia harus dilayani terlebih dahulu. Perhati-
kanlah, sudah merupakan kewajiban kita untuk menjadi-
kan kekayaan duniawi kita alat bagi pelayanan agama kita,
untuk memakainya dan memakai kepentingan kita di
dalamnya demi memajukan agama. Kita juga wajib berbuat
kebajikan bagi orang-orang miskin dengan apa yang kita
punya, serta untuk selalu rajin melakukan pekerjaan yang
saleh dan berderma, merancang hal-hal yang luhur.
2. Sebuah janji, yang mendatangkan minat bagi kita untuk mela-
yani Allah dengan harta kita. Itulah cara untuk membuat yang
kecil menjadi banyak dan banyak lagi. Cara ini merupakan
cara yang paling aman dan meyakinkan untuk mencapai ke-
makmuran: maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh
sampai melimpah-limpah. Dia tidak berkata kantung-kantung-
mu, melainkan lumbung-lumbungmu, bukan sekadar cawan
yang dipenuhkan, melainkan bejana pemerahan: Allah akan
memberkati engkau dengan kekayaan supaya engkau menggu-
nakannya, bukan untuk memamerkan dan menjadi perhiasan,
melainkan supaya dipakai dan ditebarkan, bukan disimpan
Kitab Amsal 3:7-12
51
dan ditumpuk. Orang-orang yang berbuat baik dengan harta
milik mereka akan mendapatkan lebih banyak lagi sehingga
mereka bisa melakukan lebih banyak kebaikan. Perhatikanlah,
jika kita memakai harta benda kita di dunia ini untuk mema-
jukan agama, maka kita akan mendapati bahwa agama kita
sangat bermanfaat bagi kemakmuran kita di dunia ini. Kesa-
lehan menjanjikan hidup masa kini dengan banyak kenyaman-
an di dalamnya. Kita keliru jika menyangka bahwa memberi
merupakan tindakan yang akan menjadikan kita miskin.
Tidak, justru memberi bagi kehormatan Allah akan menjadi-
kan kita kaya (Hag. 2:20). Apa yang kita berikan akan kita
dapatkan lagi.
III. Kita harus berlaku benar di bawah segala kesukaran kita (ay. 11-
12). Inilah yang dikutip sang rasul (Ibr. 12:5), dan disebutnya
sebagai nasihat yang berbicara kepada kita seperti kepada anak-
anak, dengan wewenang dan kasih seorang ayah. Kita berada di
dunia yang penuh dengan kesukaran.
Kini perhatikanlah:
1. Apa yang harus kita jaga saat kita mengalami kesukaran.
Kita tidak boleh meremehkan atau menyerah oleh sebab nya.
Imbauan sebelumnya ditujukan bagi orang-orang yang kaya
dan makmur, sedangkan yang ini untuk orang-orang yang
miskin dan sedang mengalami kesukaran.
(1) Kita tidak boleh meremehkan kesukaran, betapapun sing-
kat dan ringannya kesukaran itu, seolah-olah kesukaran
itu tidak berharga untuk dipedulikan atau tidak didatang-
kan dengan suatu maksud, sehingga tidak perlu ditang-
gapi. Kita tidak boleh menjadi dingin, tegar tengkuk, dan
kebal dalam menjalani kesukaran kita. Jangan sampai kita
tidak peka dengan kesukaran itu dan mengeraskan diri
kita saat mengalaminya, dan berpikir bahwa kita sanggup
melaluinya dengan mudah tanpa Allah.
(2) Kita tidak boleh menyerah oleh sebab kesukaran, betapa-
pun besar dan lamanya. Kita tidak boleh menjadi lemah di
bawahnya, demikianlah sang rasul menyebutnya. Kita juga
tidak boleh cabar hati, merasa putus asa dalam jiwa kita
dan menyerah terhadap keputusasaan itu, atau memakai
52
cara yang menyimpang untuk mendapatkan kelegaan dan
mengurangi kesedihan kita. Kita tidak boleh menganggap-
nya terlalu besar atau terlalu lama untuk dihadapi, dan
tidak boleh berpikir bahwa pertolongan tidak akan pernah
datang hanya sebab pertolongan itu tidak tiba secepat
yang kita inginkan.
2. Apa yang akan menjadi penghiburan kita saat kita berada
dalam kesukaran.
(1) Kesukaran itu merupakan peringatan ilahi untuk memper-
baiki kesalahan, hajaran dari Tuhan, sehingga merupakan
alasan mengapa kita harus tunduk kepadanya (sebab
bodoh sekali jika kita berani menantang Allah yang memi-
liki kedaulatan dan kekuasaan yang tidak tertandingi). Hal
itu juga merupakan alasan mengapa kita harus berpuas
diri di dalamnya, sebab kita yakin bahwa Allah yang begitu
suci itu tidak bisa berbuat salah terhadap kita. Juga, Allah
yang memiliki kebaikan tidak terbatas itu juga tidak ber-
maksud mencelakai kita. Kesukaran itu datang dari Allah,
dan sebab itulah kita tidak boleh menyepelekannya. Se-
bab menghina seorang utusan berarti menghina tuan yang
telah mengutusnya juga. Kesukaran itu berasal dari Allah,
dan oleh sebab itulah kita tidak boleh jenuh menghadapi-
nya, sebab Dia sendiri tahu apa kita ini, apa yang kita
butuhkan maupun apa yang sanggup kita tanggung.
(2) Kesukaran itu merupakan hajaran seorang ayah. Hajaran
yang tidak berasal dari keputusan seorang Hakim yang
menuntut keadilan, namun dari kasih sayang-Nya yang bijak
sebagai seorang Bapa. Seorang ayah memberi hajaran ke-
pada anak yang dikasihinya, sebab dia sayang kepadanya
dan menghendakinya supaya menjadi orang yang benar
dan berhikmat. Dia bersuka dalam hal-hal yang baik dan
benar dalam diri anak-Nya, dan sebab itulah Dia mem-
berinya hajaran untuk mencegah dan memulihkan hal-hal
yang mencemarkannya dan menghalangi perkenanan-Nya
terhadap dia. Demikianlah Allah telah berkata, Barang-
siapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar (Why. 3:19). Inilah
yang menjadi penghiburan besar bagi anak-anak Allah, di
tengah kesukaran yang mereka hadapi,
Kitab Amsal 3:13-20
53
[1] Bahwa kesukaran itu bukan saja mengandung kasih-Nya,
namun bersumber dari kovenan (perjanjian) kasih-Nya.
[2] Bahwa kesukaran itu tidak akan mencelakakan mereka
sama sekali, malahan akan mendatangkan kebaikan bagi
mereka melalui anugerah Allah yang bekerja melalui kesu-
karan itu, dan menjadi sarana bagi kebahagiaan mereka.
Keluhuran Hikmat;
Kebahagiaan Orang-orang yang Mendapat Hikmat
(3:13-20)
13 Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh
kepandaian, 14 sebab keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan ha-
silnya melebihi emas. 15 Ia lebih berharga dari pada permata; apa pun yang
kauinginkan, tidak dapat menyamainya. 16 Umur panjang ada di tangan kan-
annya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. 17 Jalannya yaitu jalan
penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. 18 Ia menjadi pohon
kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya
akan disebut berbahagia. 19 Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar
bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, 20 dengan pengetahuan-Nya
air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun.
Salomo telah benar-benar mendorong kita untuk mencari hikmat
dengan bersungguh-sungguh (2:1, dst.), dan telah meyakinkan kita
bahwa kita akan berhasil jika terus mencarinya dengan sungguh-
sungguh. namun pertanyaannya yaitu , apakah gerangan yang akan
kita dapatkan dari hikmat itu sesudah kita berhasil menemukannya?
Ketekunan pangkal keberhasilan. Oleh sebab itulah dia memperlihat-
kan kepada kita betapa besarnya keuntungan yang akan kita dapat-
kan, dengan cara memaparkan kebenaran yang tidak bisa disangkal
lagi, yaitu berbahagialah orang yang menemukan hikmat, yaitu hikmat
sejati yang berupa pengenalan akan Allah dan kasih kepada-Nya, serta
ketaatan terhadap segala maksud dari kebenaran, pemeliharaan dan
hukum-hukum-Nya.
Kini perhatikanlah:
I. Apa sesungguhnya makna menemukan hikmat itu sampai bisa
membuat kita berbahagia sebab nya.
1. Kita harus mendapatkannya. Berbahagialah orang yang sete-
lah menemukan hikmat juga menjadikannya sebagai miliknya,
yang mendapatkan keuntungan di dalamnya dan juga memi-
54
likinya, yang menarik kepandaian (demikianlah arti kata asli-
nya), yaitu,
(1) yang memperolehnya dari Allah. Oleh sebab dia tidak
memiliki hikmat seperti itu di dalam dirinya sendiri, maka
dia menimbanya dengan keranjang doa, dari sumber segala
hikmat, yang memberikannya dengan murah hati.
(2) yang bersusah payah mendapatkannya, seperti orang yang
menggali bijih besi dari pertambangan. Jika hikmat itu
tidak bisa diperoleh dengan mudah, maka kita harus me-
ngerahkan lebih banyak tenaga untuk mendapatkannya.
(3) yang memanfaatkannya baik-baik, yaitu orang yang mem-
perdalam pemahamannya dengan terus bertumbuh di da-
lam pengetahuan dan melipatgandakan karunia yang ia
miliki (melipatgandakan lima talenta menjadi sepuluh).
(4) yang menggunakan hikmat itu untuk melakukan kebaikan,
yang mengambil keluar dari perbendaharaannya, seperti
mengeluarkan anggur dari gentongnya, dan menyampaikan
harta yang baru dan yang lama itu kepada orang lain demi
kebaikan mereka. Sesuatu yang diperoleh dengan baik dan
untuk maksud yang baik yaitu yang digunakan untuk
tujuan yang baik.
2. Kita harus menukarkan sesuatu untuk mendapatkannya. Di
sini kita membaca mengenai hikmat sebagai sebuah usaha,
yang menegaskan,
(1) Bahwa kita harus menjadikannya sebagai urusan utama
kita dan bukan hanya pekerjaan sampingan, seperti se-
orang pedagang yang menaruh seluruh perhatian dan wak-
tunya kepada barang-barang dagangannya.
(2) Bahwa kita harus mempertaruhkan segalanya demi mem-
peroleh hikmat, seperti modal yang dipakai untuk berda-
gang, dan harus bersedia untuk melepaskan semuanya itu
demi untuk mendapatkan hikmat. Inilah mutiara berharga
yang jika kita temukan akan membuat kita rela menjual
semua harta benda hanya untuk membelinya (Mat. 13:45-
46). Belilah kebenaran (23:23). Dia tidak mencantumkan
berapa harganya, sebab kita harus membelinya, berapa
pun harganya, dibandingkan harus kehilangan hikmat.
Kitab Amsal 3:13-20
55
3. Kita harus menggenggamnya erat-erat, seakan-akan sedang
merengkuh sebuah tawaran baik yang ditawarkan kepada kita,
yang pasti akan kita lakukan dengan semakin berhati-hati lagi
jika ada risiko kehilangan tawaran itu. Kita harus mengerah-
kan segenap kekuatan kita dan berusaha dengan semampu
kita untuk mengejar hikmat itu. Kita harus menggunakan se-
mua kesempatan untuk memanfaatkannya dan meraih prin-
sip-prinsip yang terkandung di dalamnya.
4. Kita harus menyimpannya. Meraih hikmat saja tidaklah cu-
kup, namun kita juga harus terus mempertahankannya dengan
teguh, dengan tekad untuk tidak pernah kehilangan hikmat.
Kita harus bertekun di jalan-jalan hikmat sampai pada kesu-
dahannya. Kita harus menanggungnya (demikianlah yang di-
artikan sebagian orang), harus merengkuhnya dengan segenap
kekuatan kita, sebagaimana kita memeluk sesuatu yang ingin
kita sokong. Kita harus berupaya semampu kita untuk mem-
pertahankan kepentingan-kepentingan agama yang kian me-
nurun di tempat kita berada.
II. Kebahagiaan macam apa yang akan diperoleh orang-orang yang
menemukannya.
1. Kebahagiaan yang tidak terperikan, lebih dibandingkan yang dapat
ditemukan di dalam kekayaan di dunia ini, seandainya kita
memiliki banyak kekayaan itu (ay. 14-15). Hikmat, Kristus,
dan anugerah, serta berkat-berkat rohani bukan saja lebih ter-
jamin, namun juga lebih menguntungkan untuk dicari bila di-
bandingkan dengan perak, emas, dan permata. Seandainya ada
orang yang memiliki benda-benda itu dengan berkelimpahan,
bahkan memiliki segala sesuatu yang diingininya di dunia ini
(tapi siapakah yang benar-benar dapat memiliki semua itu?),
namun,
(1) Semua itu tidak akan mampu membeli hikmat sorgawi.
Tidak, harta benda itu pasti akan dihina. Untuk gantinya
tidak dapat diberikan emas murni (Ayb. 28:15, dst.).
(2) Semua itu tidak akan menggantikan kekurangan hikmat
sorgawi, juga tidak dapat dijadikan tebusan bagi jiwa yang
terhilang oleh sebab kebebalannya sendiri.
56
(3) Di dunia ini, semua itu tidak akan membuat seseorang be-
gitu bahagia seperti orang-orang lain yang memiliki hikmat
sejati, sekalipun mereka tidak memiliki harta benda terse-
but.
(4) Hikmat sorgawi akan memberikan kepada kita dan men-
jamin harta yang tidak dapat dibeli dengan perak, emas
ataupun permata.
2. Kebahagiaan yang sejati, sebab kebahagiaan itu mencakup dan
sama dengan segala sesuatu yang dapat menyenangkan ma-
nusia (ay. 16-17). Di sini hikmat, digambarkan sebagai seorang
ratu yang cemerlang dan berkelimpahan, yang mengulurkan
hadiah-hadiah kepada rakyatnya yang setia kepadanya dan
yang mengasihinya, dan menawarkan semua itu kepada semua
orang yang bersedia tunduk di bawah pemerintahannya.
(1) Apakah umur panjang merupakan sebuah berkat? Ya,
berkat yang paling berharga. Hidup ini mencakup semua
hal yang baik, dan sebab itulah hikmat menawarkannya
dengan tangan kanannya. Agama mengajari kita cara-cara
terbaik untuk memiliki umur panjang dan melayakkan kita
untuk menerima janji itu. Sekalipun jumlah hari kita di
dunia ini sama dengan hari-hari yang dimiliki orang lain,
namun agama akan menjamin kehidupan yang kekal di
dunia yang lebih baik lagi nanti.
(2) Apakah kekayaan dan kehormatan merupakan berkat juga?
Begitulah, dan sebab itulah hikmat mengulurkannya de-
ngan tangan kirinya. Sebab, sebagaimana dia siap untuk
merengkuh orang-orang yang tunduk kepadanya dengan
kedua tangannya, demikianlah pula dia siap untuk mem-
berkati mereka dengan kedua tangannya itu. Mereka akan
memiliki kekayaan dunia ini, sejauh yang dipandang baik
oleh Sang Hikmat Tidak Terbatas. Sementara itu, kekayaan
sejati yang membuat mereka kaya di hadapan Allah,
disimpan baik-baik bagi mereka. Tidak ada kehormatan,
baik yang diperoleh melalui kelahiran ataupun kedudukan,
yang dapat menandingi kehormatan rohani, sebab kehor-
matan itu membuat orang benar lebih cemerlang dibandingkan
orang-orang lain di sekeliling mereka. Kehormatan itu juga
menjadikan mereka baik di hadapan Allah, menimbulkan
Kitab Amsal 3:13-20
57
rasa hormat dan kekaguman dari orang-orang saleh lainnya
di dunia ini, dan di dunia yang akan datang akan membuat
segala hal yang kini tersembunyi menjadi bersinar terang
bagaikan mentari.
(3) Apakah kesenangan itu merupakan sesuatu yang paling di-
inginkan? Benar begitu, dan kesalehan sejati pastinya me-
ngandung kesenangan sejati terbesar. Jalannya yaitu
jalan penuh bahagia. Kita akan mendapati jalan-jalan yang
ia tunjukkan untuk kita jalani penuh dengan kesenangan
dan kepuasaan. Segala kenikmatan dan hiburan lahiriah
tidaklah sanggup menandingi kesenangan yang dimiliki
oleh jiwa-jiwa yang penuh anugerah yang mereka dapatkan
melalui persekutuan dengan Allah dan melakukan yang
baik. Kita wajib menjalani satu-satunya jalan benar yang
akan memimpin kita kepada tujuan akhir hidup kita, suka
ataupun tidak, menyenangkan ataupun tidak. Walaupun
begitu, jalan agama bukan saja jalan yang benar, namun
juga jalan yang menyenangkan. Jalan itu mulus dan ber-
sih, dihiasi bunga-bunga yang indah: segala jalannya se-
jahtera semata-mata. Damai sejahtera tidak saja menanti di
akhir perjalanan, namun di sepanjang jalan. Bukan saja
dalam jalan agama secara umum, namun dalam setiap jalan
kecil di dalamnya, dalam segala jalan setapaknya, segenap
tindakan, contoh dan kewajiban di dalamnya. Yang satu
tidak lantas memahitkan apa yang telah dimaniskan oleh
yang lainnya, sebagaimana yang biasa terjadi dalam hal-hal
di dunia ini. Sebaliknya, semuanya yaitu damai sejahtera,
yang tidak hanya manis, namun juga aman. Para orang
kudus memasuki damai sejahtera sorgawi ini, dan menik-
mati masa sabat kini.
3. Kebahagiaan firdaus (ay. 18): Ia menjadi pohon kehidupan. Bagi
jiwa, karunia sejati bagaikan pohon kehidupan, yang telah te-
renggut dari leluhur kita sebab mereka memakan buah dari
pohon terlarang. Karunia itu merupakan benih kekekalan,
sumber air hidup, memancarkan kehidupan abadi. Ia menjadi
pertanda dari Yerusalem Baru, yang di tengah-tengahnya
ada pohon kehidupan (Why. 22:2; 2:7). Orang-orang yang
makan dan berpesta dengan hikmat sorgawi ini bukan hanya
akan dipulihkan dari segala penyakit mematikan, namun juga
58
akan memperoleh obat penawar penuaan dan kematian. Mere-
ka akan memakannya dan hidup untuk selama-lamanya.
4. Kebahagiaan itu merupakan bagian dari kebahagiaan di dalam
Allah sendiri, sebab hikmat yaitu kemuliaan dan keagungan
abadi-Nya (ay. 19-20). Inilah yang harus membuat kita menga-
sihi hikmat dan pengertian yang diberikan oleh Allah, yaitu
bahwa dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi,
sehingga dasar bumi tidak dapat digoncangkan atau gagal
memenuhi semua maksud penciptaan, yang telah disesuaikan
dengan begitu luar biasanya. Dengan pengertian, Dia juga telah
memasang langit dengan segala yang ada di sana dan meng-
arahkan segala pergerakannya dengan cara yang terbaik. Ben-
da-benda langit berukuran sangat besar, namun tidak ada cacat
di dalamnya. Jumlahnya juga banyak, namun tidak ada keka-
cauan dalam penataannya. Pergerakannya cepat, namun tidak
pernah usang. Samudra raya berpencaran, dan dari sanalah
muncul air di bawah cakrawala. Awan menitikkan embun, ya-
itu air dari atas cakrawala, dan semua itu terjadi oleh sebab
hikmat dan pengetahuan ilahi. Oleh sebab itu, berbahagialah
orang yang menemukan hikmat, sebab dia akan sepenuhnya
diperlengkapi untuk menghasilkan perkataan dan perbuatan
yang baik. Kristus yaitu Hikmat itu, oleh Dialah dunia dicip-
takan dan masih tetap ada. Oleh sebab itu, berbahagialah
orang-orang yang memandang-Nya sebagai hikmat Allah, se-
bab Dia sanggup menepati janji-janji akan umur panjang, ke-
kayaan dan kehormatan. Sebab, segala kekayaan di sorga,
bumi dan samudra raya yaitu milik-Nya.
Keluhuran Hikmat
(3:21-26)
21 Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari
matamu, peliharalah itu, 22 maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu,
dan perhiasan bagi lehermu. 23 Maka engkau akan berjalan di jalanmu de-
ngan aman, dan kakimu tidak akan terantuk. 24 Jikalau engkau berbaring,
engkau tidak akan terkejut, namun engkau akan berbaring dan tidur nyenyak.
25 Janganlah takut kepada kekejutan yang tiba-tiba, atau kepada kebinasaan
orang fasik, bila itu datang. 26 sebab TUHANlah yang akan menjadi sandar-
anmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat.
sesudah mengumandangkan ucapan bahagia bagi orang-orang yang
tidak saja memegang hikmat, namun juga berpegang kepadanya, di
Kitab Amsal 3:21-26
59
sini Salomo mengimbau kita untuk mempertahankannya dengan me-
yakinkan kita bahwa dengan melakukannya, kita akan mendapatkan
penghiburan.
I. Imbauannya ialah untuk selalu mengarahkan pandangan pada
peraturan-peraturan agama dan mengindahkannya di dalam hati
(ay. 21).
1. Untuk selalu mengarahkan pandangan pada peraturan-per-
aturan itu: Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijak-
sanaan itu menjauh dari matamu. Jangan mengalihkan mata-
mu dari pertimbangan dan kebijaksanaan itu untuk mengejar
kesia-siaan. Camkanlah kedua hal itu dalam benakmu, dan ja-
ngan pernah melupakannya. Pikirkanlah selalu keduanya. Per-
bincangkanlah, dan jangan pernah menganggap bahwa eng-
kau telah cukup memperhatikannya sehingga kini engkau bisa
menyisihkannya. Sebaliknya, pelihara dan pupuklah keerat-
anmu dengan kedua hal itu selama engkau hidup. Orang
yang belajar menulis harus selalu menjaga salinan tulisannya
itu dan tidak membiarkannya lepas dari matanya. Begitu pula-
lah orang-orang yang hendak menjalankan hidup dengan
bijaksana harus mengindahkan kata-kata hikmat dengan cara
yang serupa.
2. Untuk selalu mengindahkannya di dalam hati. Sebab, di sana-
lah kita harus menyimpan kaidah-kaidah pertimbangan dan
kebijaksanaan yang sehat, menaati kaidahnya dan berjalan
seturutnya, yaitu di dalam perbendaharaan kita, manusia ba-
tiniah yang tersembunyi. Hal itu merupakan harta yang ber-
harga untuk disimpan baik-baik.
II. Alasan untuk menekankan imbauan ini yaitu sebab adanya ke-
untungan luar biasa yang akan kita terima oleh sebab memeli-
hara hikmat.
1. Berkaitan dengan kekuatan dan kepuasan: Itu akan menjadi
kehidupan bagi jiwamu (ay. 22). Hikmat akan menggiatkanmu
untuk menunaikan tugasmu saat engkau mulai malas dan
lalai. Hikmat juga akan membangkitkanmu saat engkau mulai
lemah dan lunglai di bawah kesukaranmu. Hikmat akan men-
60
jadi kehidupan rohanimu, awal dari kehidupan yang kekal.
Kehidupan jiwa sungguh merupakan kehidupan yang sejati.
2. Berkaitan dengan kehormatan dan nama baik: Itu akan men-
jadi perhiasan bagi lehermu, layaknya kalung emas atau per-
mata. Perhiasan bagi rahangmu (demikianlah kata aslinya),
lembut bagi indra pengecapmu dan menyenangkan (demikian-
lah yang diartikan oleh sebagian orang). Ia akan menyertakan
kelembutan dalam segala perkataanmu (demikianlah yang di-
artikan oleh yang lain lagi), akan memperlengkapimu dengan
perkataan baik yang akan membuatmu dihormati.
3. Berkaitan dengan keamanan dan keselamatan. Salomo mene-
kankan hal ini dalam empat ayat, yang tujuannya yaitu un-
tuk menunjukkan bahwa akibat kebenaran (yang di sini arti-
nya sama dengan hikmat) ialah ketenangan dan ketenteraman
untuk selama-lamanya (Yes. 32:17). Orang-orang benar ada di
bawah perlindungan istimewa Allah, dan di sana mereka dapat
merasakan kepuasan sepenuh-penuhnya. Mereka aman dan
tenteram,
(1) Dalam tindak tanduk mereka setiap hari (ay. 23). Agama
dapat menjadi penjaga kita bila kita berkawan dengannya:
Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan aman.
Kehidupan alam dan segala isinya berada di bawah perlin-
dungan pemeliharaan Allah, sedangkan kehidupan rohani
dan segala kepentingan di dalamnya, ada di bawah perlin-
dungan anugerah-Nya. Dengan demikian, engkau akan di-
jaga supaya tidak jatuh ke dalam dosa atau malapetaka.
Hikmat akan mengarahkan dan memelihara kita di dalam
jalan yang aman, sejauh mungkin dari cobaan. Hikmat
juga akan memampukan kita untuk berjalan di sana de-
ngan rasa aman yang kudus. Jalan penunaian tugas meru-
pakan jalan keselamatan. Kita terancam jatuh, namun hik-
mat akan memelihara engkau sehingga kakimu tidak akan
terantuk akibat hal-hal yang menghambat dan membuat
banyak orang tergelincir, sebab engkau akan tahu bagai-
mana melalui semua hal itu.
(2) Pada waktu mereka beristirahat di malam hari (ay. 24).
Saat kita berbaring untuk beristirahat, saat itulah kita ra-
wan terhadap rasa takut. namun , teruslah bersekutu de-
ngan Allah dan peliharalah hati nurani yang baik, sehingga
Kitab Amsal 3:21-26
61
jikalau engkau berbaring, engkau tidak akan terkejut oleh
sebab api, atau pencuri, atau marabahaya, atau kegentar-
an terhadap kegelapan, dengan mengetahui bahwa saat
kita dan semua teman-teman kita terlelap, Dia, Penjaga
Israel dan setiap orang Israel yang sudah lahir baru, tidak
terlelap dan tidak tertidur, dan kepada-Nyalah engkau telah
menyerahkan diri dan telah dibawa ke dalam naungan sa-
yap-Nya. Engkau akan berbaring, dan tidak perlu duduk
untuk berjaga-jaga. sesudah berbaring, engkau dapat tidur
dan matamu tidak perlu terjaga sebab kekhawatiran dan
ketakutan. Dan engkau akan tidur nyenyak. Tidurmu itu
akan menyegarkanmu, sebab tidak ada gangguan dari luar
maupun dari dalam (Mzm. 4:9; 116:7). Cara untuk tertidur
lelap yaitu dengan memelihara hati nurani yang benar.
Orang yang bijak dan saleh akan tertidur lelap, seperti
orang yang bekerja keras.
(3) Dalam impitan dan marabahaya terbesar yang mereka ha-
dapi. Kesetiaan dan hati yang lurus akan menjaga kita, se-
hingga kita tidak perlu takut kepada kekejutan yang tiba-
tiba (ay. 25). Petaka yang tidak disangka-sangka dan me-
ngejutkan, yang tidak memberi kita kesempatan untuk
memperlengkapi diri dengan pertimbangan, biasanya akan
membuat kita bingung. Akan namun , biarlah orang yang be-
nar dan bijak tidak hilang kendali, supaya tidak membiar-
kan jalan bagi rasa takut apa pun yang menyiksa, sekali-
pun petaka itu datang dengan begitu tiba-tiba. Biarlah dia
tidak takut akan kebinasaan orang fasik, bila itu datang,
artinya,
[1] Kebinasaan yang ditimpakan orang-orang fasik terha-
dap agama dan orang-orang saleh. Sekalipun itu datang
dan terlihat begitu dekat di ambang pintu, janganlah
takut, sebab, sekalipun Allah bisa saja memanfaatkan
orang fasik sebagai alat untuk menghajar umat-Nya,
Dia tidak akan membiarkan mereka membinasakan
umat-Nya. Atau lebih tepatnya hal itu berarti,
[2] Kebinasaan yang akan menimpa orang fasik sebentar
lagi. Kebinasaan itu akan datang, dan orang-orang sa-
leh yang rendah hati mungkin akan menyangka bahwa
62
mereka pun akan terseret di dalamnya. namun biarlah
ini menghiburkan mereka, yaitu sekalipun penghakim-
an meluluhlantakkan banyak orang, dan tampak mem-
babi buta, namun Allah mengenal orang-orang kepunya-
an-Nya dan tahu bagaimana memisahkan yang berhar-
ga dan yang hina. Oleh sebab itu, janganlah takut
terhadap hal-hal yang tampaknya dahsyat, sebab (ay.
26) TUHAN bukan saja akan menjadi pelindung yang
menjagamu, namun juga sandaranmu yang memelihara-
mu tetap aman, sehingga kakimu tidak akan terjerat
oleh para musuhmu, atau terjerat oleh ketakutanmu
sendiri. Allah pasti bertindak untuk meneguhkan kaki
orang-orang kudus-Nya.
Keadilan dan Kebaikan Dipuji-puji;
Peringatan terhadap Kedengkian
(3:27-35)
27 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak mene-
rimanya, padahal engkau mampu melakukannya. 28 Janganlah engkau ber-
kata kepada sesamamu: Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,
sedangkan yang diminta ada padamu. 29 Janganlah merencanakan kejahatan
terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama de-
ngan engkau. 30 Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang,
jikalau ia tidak berbuat jahat kepadamu. 31 Janganlah iri hati kepada orang
yang melakukan kelaliman, dan janganlah memilih satu pun dari jalannya, 32
sebab orang yang sesat yaitu kekejian bagi TUHAN, namun dengan orang
jujur Ia bergaul erat. 33 Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, namun
tempat kediaman orang benar diberkati-Nya. 34 jika Ia menghadapi pen-
cemooh, maka Ia pun mencemooh, namun orang yang rendah hati dikasihani-
Nya. 35 Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, namun orang yang bebal
akan menerima cemooh.
Hikmat sejati terdiri atas melakukan kewajiban kita terhadap manu-
sia, dan juga terhadap Allah, dengan jujur dan saleh. Oleh sebab
itu, di sini kita mendapati berbagai ketetapan hikmat yang sangat
bagus, yang berkaitan dengan sesama kita.
I. Kita harus memberikan kepada semua orang apa yang layak me-
reka terima, baik sebab alasan keadilan maupun untuk berder-
ma, dan tidak menunda-nunda untuk melakukannya (ay. 27-28):
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak
menerimanya (baik oleh sebab kurangnya kasih terhadap mereka
atau justru kesukaan berlebih terhadap uangmu sendiri) padahal
Kitab Amsal 3:27-35
63
engkau mampu melakukannya, sebab jika engkau tidak mampu
melakukannya, maka engkau tidak diharapkan untuk melakukan
kebaikan itu. Akan namun , engkau salah besar jika tidak melaku-
kan yang adil dan memperlihatkan belas kasihan dalam kelim-
pahanmu. Dan ini akan menjadi duka laramu yang terbesar, yaitu
jika Allah tidak melakukan kebaikan terhadapmu, bukan supaya
penghiburan dan kenyamanan hidupmu menjadi terbatas, namun
sebab engkau tidak memberikan kepada orang lain apa yang
menjadi hak mereka. Janganlah menahannya. Hal ini menyirat-
kan bahwa kita dipanggil dan diharapkan supaya janganlah
tangan kita tidak terulur dan pintu hati kita tertutup. Kita tidak
boleh menghalangi orang lain untuk melakukannya, apalagi me-
nahan diri kita untuk melaksanakannya. Jika yang diminta ada
padamu hari ini, dan engkau mampu melakukannya, janganlah
engkau berkata kepada sesamamu: Pergilah kali ini dan datanglah
lagi di lain kesempatan, dan mari kita lihat apa yang bisa kulaku-
kan nanti. Besok akan kuberi, padahal engkau tidak tahu apakah
engkau akan hidup sampai besok, atau apakah besok engkau
akan memiliki apa yang diminta. Dengan demikian, janganlah se-
gan menghabiskan uang demi hal-hal yang berguna. Janganlah
mencari-cari alasan untuk menghindar dari kewajiban yang harus
dilakukan, dan janganlah senang membiarkan sesamamu terus
ada dalam kesakitan dan kesesakan. Janganlah pula berlaku se-
perti seorang pemberi terhadap pengemis, dengan berlagak mem-
pertontonkan kuasa atas mereka. Akan namun , lakukanlah kebaik-
an terhadap orang-orang yang berhak menerimanya dengan hati
yang siap dan riang, berdasarkan kesadaran hati nurani terhadap
Allah, terhadap tuan dan pemilik kebaikan itu (begitulah kata
aslinya), kepada orang-orang yang berhak menerima kebaikan itu.
Hal ini mewajibkan kita,
1. Membayar lunas utang kita tanpa kecurangan, penipuan, atau
penundaan.
2. Membayar upah orang-orang yang telah bekerja untuk men-
dapatkannya.
3. Menafkahi keluarga kita dan orang-orang lain yang bergantung
kepada kita, sebab mereka layak mendapatkannya.
4. Menunaikan kewajiban kita terhadap gereja dan negara, peja-
bat dan pelayan.
64
5. Siap sedialah melakukan tindakan persahabatan dan kemanu-
siaan, dan bersikap ramah dalam segala hal, sebab itulah hal-
hal yang diwajibkan oleh hukum perbuatan, sebagaimana kita
ingin diperlakukan oleh orang lain.
6. Berderma kepada kaum miskin dan orang-orang yang berke-
kurangan. Jika orang lain mengalami kekurangan dalam kehi-
dupan mereka, dan kita memiliki sarana untuk membantu
mereka, kita harus menganggap mereka layak untuk mene-
rima kebaikan kita dan tidak menahan-nahannya. Derma dise-
but juga kebenaran, sebab derma yaitu utang terhadap orang
miskin, utang yang tidak boleh kita tunda-tunda pembayaran-
nya. Bis dat, qui cito dat Orang yang segera memberi berarti
memberi dua kali lipat.
II. Kita tidak boleh merancangkan kecelakaan untuk menyakiti siapa
pun (ay. 29): Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesa-
mamu. Janganlah berikhtiar untuk melakukan kejahatan tersem-
bunyi terhadapnya, untuk mencelakai badannya, harta, nama
baiknya, dan sebagainya, padahal dia hidup dengan tenteram di
sampingmu tanpa pernah mengganggumu, tidak memendam iri
hati atau mencurigaimu, dan dengan begitu dia tidak berprasang-
ka buruk terhadapmu. Menjahati seseorang dengan semena-
mena merupakan pelanggaran hukum kehormatan dan persaha-
batan. Terkutuklah dia yang menikam sesamanya dari belakang.
Jika kita dianggap baik oleh sesama kita dan mereka menyangka
bahwa kita tidak akan mencelakai mereka, lalu kemudian kita
mengambil kesempatan untuk menipu dan melukai mereka, maka
itu yaitu tindakan yang teramat hina dan tidak tahu berterima
kasih.
III. Kita tidak boleh mencari-cari pertengkaran dan perpecahan (ay.
30): Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang.
Janganlah berusaha mendapatkan sesuatu yang bukan menjadi
hakmu. Janganlah menganggap hal yang mungkin hanya kesa-
lahpahaman semata sebagai tindakan yang dapat memicu per-
tengkaran. Jangan merepotkan sesamamu dengan keluhan dan
tuduhan macam-macam. Jangan menuntut mereka secara hu-
kum, padahal tidak ada kejahatan yang dilakukan terhadapmu
atau tidak ada sesuatu yang layak diperdebatkan, atau masih ada
Kitab Amsal 3:27-35
65
cara untuk menyelesaikannya secara damai. Hukum haruslah
menjadi jalan keluar terakhir, sebab hidup damai dengan semua
orang bukan saja merupakan tugas kita, melainkan juga kepenting-
an kita sendiri.
IV. Kita tidak boleh iri hati dengan kejayaan para pelaku kejahatan
(ay. 31). Peringatan ini sama dengan peringatan yang telah sering
kali ditekankan (Mzm. 37:1). Janganlah iri hati kepada orang
yang melakukan kelaliman. Meskipun dia kaya dan makmur, mes-
kipun dia hidup bergelimang kemudahan dan kenikmatan dan
membuat semua orang di sekelilingnya terkagum-kagum dibuat-
nya, janganlah mengira bahwa dia bahagia, dan janganlah engkau
ingin keadaanmu seperti dia. Janganlah memilih satu pun dari
jalannya. Jangan meniru dia ataupun mengikuti caranya dalam
memperkaya dirinya. Jangan pernah berpikir untuk melakukan
apa yang dia lakukan, sekalipun engkau yakin a