Tampilkan postingan dengan label Kejadian 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kejadian 2. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Februari 2025

Kejadian 2

 


agar tidak memutus-

kan suatu perkara sebelum kita mendengarnya. Pekerjaan men-

cipta yaitu  pekerjaan yang sungguh amat baik. Segala sesuatu 

yang dijadikan Tuhan  dijadikan dengan baik, dan tidak ada cacat 

atau kekurangan apa pun di dalamnya.  

1. Pekerjaan itu baik. Baik, sebab semuanya sesuai dengan pikir-

an Sang Pencipta, persis seperti apa yang diinginkan-Nya. 

saat  salinannya harus dibandingkan dengan yang aslinya, 

ternyata itu sama persis, tidak ada kesalahan di dalamnya, 

tidak ada satu coretan pun yang salah tulis. Baik, sebab pe-

kerjaan itu memenuhi tujuan penciptaannya, dan sesuai de-

ngan maksud pekerjaan itu dirancang. Baik, sebab pekerjaan 

itu berguna bagi manusia, yang telah ditunjuk Tuhan  sebagai 

tuan atas makhluk ciptaan yang kelihatan. Baik, sebab semua 

itu demi kemuliaan Tuhan . Dalam seluruh ciptaan yang kelihat-

an terdapat sesuatu yang menunjukkan keberadaan Tuhan  dan 

kesempurnaan-kesempurnaan-Nya, dan yang berkuasa untuk 

melahirkan, dalam jiwa manusia, kerinduan yang saleh akan 

Dia dan pemujaan terhadap-Nya.  

2.  Pekerjaan itu sungguh amat baik. Dari pekerjaan tiap-tiap hari 

(kecuali hari kedua) dikatakan bahwa pekerjaan itu baik, 

namun  sekarang, pekerjaan itu sungguh amat baik. Sebab,  

(1) Sekarang manusia sudah dijadikan, yang merupakan pun-

cak dari semua jalan Tuhan , yang dirancang sebagai gambar 

yang kelihatan dari kemuliaan Sang Pencipta dan mulut bagi 

makhluk ciptaan dalam membawa puji-pujian bagi-Nya.  

(2) Sekarang semua sudah dijadikan. Setiap bagiannya baik, 

namun  seluruhnya secara bersama-sama sungguh amat 

baik. Kemuliaan dan kebaikan, keindahan dan keselarasan 

dari pekerjaan-pekerjaan Tuhan , baik pemeliharaan-Nya mau-

pun anugerah-Nya, seperti penciptaan ini, akan tampak pa-

ling baik jika  mereka disempurnakan. saat  batu utama 

diletakkan, kita akan berseru, bagus! Bagus sekali batu itu! 

(Za. 4:7). Oleh sebab itu, janganlah menilai apa pun sebe-

lum waktunya. 

III. Waktu diselesaikannya pekerjaan ini: Jadilah petang dan jadilah 

pagi, itulah hari keenam. Jadi, dalam enam hari Tuhan  menjadikan 

Kitab Kejadian 1:31 

 35

dunia. Jangan sampai kita berpikir bahwa Tuhan  tidak dapat men-

jadikan dunia dengan sesaat . Ia yang berkata, jadilah terang, 

lalu terang itu jadi, bisa saja berkata,  Jadilah dunia,” maka dunia 

akan jadi, dalam sekejap mata, seperti pada hari kebangkitan 

(1Kor. 15:52). namun  Ia melakukannya dalam enam hari, agar bisa 

menunjukkan diri-Nya sebagai pekerja yang bebas, yang melaku-

kan pekerjaan-Nya baik dalam cara-Nya sendiri maupun dalam 

waktu-Nya sendiri. Agar hikmat, kuasa, dan kebaikan-Nya tam-

pak pada kita, dan direnungkan oleh kita, secara lebih jelas dan 

terpilah. Agar Ia bisa memberi  teladan bagi kita untuk bekerja 

selama enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh. Oleh sebab 

itu, hal ini dijadikan landasan dari perintah Tuhan  yang keempat. 

Begitu besarnya peran hari Sabat dalam membantu memelihara 

agama di dunia sampai-sampai Tuhan  memikirkannya dalam pem-

bagian waktu penciptaan-Nya. Dan sekarang, sama seperti Tuhan  

melihat kembali pekerjaan-Nya, marilah kita melihat kembali 

renungan-renungan kita atas pekerjaan-Nya itu, maka kita akan 

mendapati bahwa renungan-renungan kita itu amat cacat dan 

berkekurangan, dan puji-pujian kita datar dan hambar. Oleh 

sebab itu, marilah kita menggugah diri kita sendiri, dan segenap 

jiwa kita, untuk menyembah Dia yang telah menjadikan langit dan 

bumi dan laut dan semua mata air, sesuai dengan maksud dan 

tujuan Injil kekal, yang diberitakan kepada semua bangsa (Why. 

14:6-7). Segala pekerjaan-Nya, di segala tempat kekuasaan-Nya, 

benar-benar memuji Dia. Dan, oleh sebab  itu, Pujilah TUHAN, hai 

jiwaku! 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  2   

asal ini merupakan tambahan kepada sejarah penciptaan, yang 

secara lebih khusus menjelaskan lebih lengkap perihal bagian 

sejarah yang langsung berhubungan dengan manusia, makhluk ke-

sayangan di dunia bawah ini. Di dalamnya kita melihat, 

I.  Pelembagaan dan pengudusan hari Sabat yang diadakan un-

tuk manusia guna meningkatkan kekudusan dan kenyaman-

annya (ay. 1-3). 

II. Uraian yang lebih terperinci tentang penciptaan manusia se-

bagai pusat dan ringkasan seluruh karya (ay. 1-7). 

III. Gambaran tentang taman Eden dan penempatan manusia di 

dalamnya di bawah kewajiban hukum dan kovenan (ay. 8-17). 

IV. Penciptaan perempuan, perkawinannya dengan laki-laki itu, 

dan pelembagaan aturan perkawinan (ay. 18, dst.) 

Hari Ketujuh  

(2:1-3) 

1 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. 2 saat  Tuhan  

pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, 

berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya 

itu. 3 Lalu Tuhan  memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, sebab  

pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah 

dibuat-Nya itu.  

Di sini diceritakan tentang, 

I.  Pendirian kerajaan alam saat  Tuhan  beristirahat dari karya pen-

ciptaan (ay. 1-2). Amatilah di sini, 

1. Makhluk-makhluk yang diciptakan, baik di langit maupun di 

bumi beserta segala isinya, yang menunjukkan bahwa jum-


 38

lahnya sangat besar, namun  teratur, tertib, dan terkendali. 

Betapa besar jumlahnya! Walaupun demikian, masing-masing 

tahu tempatnya dan tetap berada di situ. Tuhan  memakai  

semua itu sebagai pasukan-Nya untuk membela umat-Nya dan 

membinasakan musuh-musuh-Nya. Sebab Dialah Tuhan 

semesta alam, atas bala tentara langit (Dan. 4:35). 

2.  Langit dan bumi merupakan karya yang telah rampung, begitu 

juga semua makhluk di dalamnya. Karya Tuhan  begitu sempur-

na hingga tidak ada sesuatu pun yang dapat ditambahkan atau 

dikurangi (Pkh. 3:14). Tuhan  yang mulai mencipta membuktikan 

diri bahwa Ia sangat mampu untuk menyelesaikannya. 

3. Sesudah enam hari, Tuhan  berhenti dari semua pekerjaan pen-

ciptaan. Ia mengakhiri pekerjaan dengan cara demikian, meski-

pun dalam pemeliharaan-Nya, ia tetap bekerja sampai sekarang 

(Yoh. 5:17). Ia memelihara dan memimpin semua makhluk, ter-

utama membentuk roh manusia, namun  tidak menciptakan 

makhluk jenis baru. Melalui mujizat, Ia telah mengendalikan 

dan menguasai alam, namun  tidak pernah mengubah jalannya 

yang sudah ditetapkan, mencabut, atau menambahkan apa pun 

yang telah ditetapkan-Nya. 

4.  Walaupun Tuhan  yang kekal sudah bahagia dengan keadaan-

Nya, Ia juga puas dengan hasil karya tangan-Nya sendiri. Ia ti-

dak beristirahat seperti seseorang yang letih, namun  yang senang 

dengan contoh kebaikan-Nya dan perwujudan kemuliaan-Nya. 

II.  Permulaan kerajaan anugerah dalam pengudusan hari Sabat (ay. 

3). Tuhan  beristirahat pada hari itu dan puas dengan ciptaan-Nya, 

lalu menguduskannya serta menentukan supaya pada hari itu 

kita juga beristirahat dan puas di dalam Sang Pencipta. Di dalam 

perintah keempat, istirahat-Nya dimaksudkan sebagai istirahat 

bagi kita sesudah  bekerja keras selama enam hari. Amatilah, 

1. Perayaan khidmat satu di antara tujuh hari sebagai hari per-

hentian kudus dan pekerjaan kudus demi kehormatan Tuhan , 

merupakan kewajiban yang sangat penting bagi semua orang 

kepada siapa Tuhan  telah menyatakan hari-hari Sabat-Nya yang 

kudus. 

2.  Pengudusan hari Sabat merupakan cara lama yang baik (Yer. 

6:16). Hari Sabat sama tuanya dengan dunia ini, dan saya 

tidak melihat alasan untuk meragukan hari Sabat, yang seka-

Kitab Kejadian 2:4-7 

 39

rang ditetapkan sebagai perayaan kudus, telah dijalankan de-

ngan saleh oleh umat Tuhan  sepanjang zaman para bapa lelu-

hur. 

3.  Hari Sabat Tuhan  sungguh terhormat dan kita mempunyai alas-

an untuk menghormatinya. Kita harus menghormatinya demi 

kepurbakalaan masanya, demi Penciptanya yang agung. Kita 

harus menghormatinya sebab  hari Sabat pertama dikudus-

kan oleh Tuhan  yang suci itu sendiri, dan oleh ketaatan kudus 

orang-orang tua pertama kita terhadap Dia.  

4. Hari Sabat yaitu  hari yang diberkati sebab  Tuhan  member-

katinya. Apa yang diberkati-Nya pastilah penuh berkat. Tuhan  

menghormati hari itu dan menetapkan supaya kita memuji Dia 

pada hari itu. Ia juga berjanji untuk menemui dan memberkati 

kita pada hari itu. 

5. Hari Sabat yaitu  hari yang kudus sebab Tuhan  telah mengu-

duskannya. Ia telah memisahkan dan membedakannya de-

ngan hari-hari lain dalam sepekan dan telah mengkhususkan 

hari itu serta menyisihkannya bagi diri-Nya, pelayanan-Nya, 

dan kehormatan-Nya. Walaupun umumnya dianggap bahwa 

hari Sabat Kristen yang kita jalani, dengan mempertimbangan 

hari penciptaan, bukanlah hari ketujuh melainkan hari per-

tama dalam sepekan, namun, sebab  hari itu yaitu  hari 

ketujuh dan kita di dalamnya memperingati hari perhentian 

Anak Tuhan  serta penuntasan karya penebusan kita, kita boleh 

dan sudah sepatutnya bertindak dengan iman atas pelembaga-

an awal hari Sabat itu. Kita pantas memperingati karya pen-

ciptaan demi menghormati Sang Pencipta Agung yang memang 

layak menerima pujian dan hormat dari semua kumpulan 

jemaat saleh pada hari itu. 

Penciptaan Manusia  

(2:4-7) 

4 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. saat  TUHAN 

Tuhan  menjadikan bumi dan langit, – 5 belum ada semak apa pun di bumi, 

belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, sebab TUHAN Tuhan  

belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk 

mengusahakan tanah itu; 6 namun  ada kabut naik ke atas dari bumi dan 

membasahi seluruh permukaan bumi itu – 7 saat  itulah TUHAN Tuhan  

membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup 

ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. 


 40

Di dalam ayat-ayat ini, 

I.   Sebuah nama diberikan kepada Sang Pencipta yang sampai di sini 

belum kita temui, yaitu Yahweh – atau TUHAN (LORD), dengan 

huruf-huruf besar yang terus digunakan dalam terjemahan ba-

hasa Inggris (dan Indonesia) untuk menyiratkan bahwa dalam 

bahasa asli, yang dipakai yaitu  nama Yahweh. Di dalam seluruh 

pasal pertama Ia disebut Elohim – Tuhan  yang penuh kuasa. namun  

sekarang Ia disebut Yahweh Elohim – Tuhan  yang penuh kuasa dan 

kesempurnaan, Tuhan  yang menyelesaikan. Sama seperti kita men-

dapati bahwa Ia dikenal dengan nama Yahweh saat  menyatakan 

diri untuk melaksanakan apa yang telah dijanjikan-Nya (Kel. 6:3), 

demikian pula kita mengenal Dia dengan nama itu, saat  Ia telah 

menyempurnakan apa yang telah dimulai-Nya. Yahweh yaitu  

nama Tuhan  yang agung dan tidak dapat diperkatakan, yang 

menunjukkan bahwa Ia memiliki keberadaan-Nya dari diri-Nya 

sendiri, dan Ia memberi  keberadaan kepada semua makhluk. 

Oleh sebab itu, sudah sepantasnya Ia disebut dengan nama itu 

sesudah  langit dan bumi selesai diciptakan. 

II.  Perhatian selanjutnya yang diberikan pada pengadaan tumbuh-tum-

buhan dan semak, sebab  mereka diciptakan dan ditetapkan untuk 

menjadi makanan bagi manusia (ay. 5-6). Perhatikanlah di sini, 

1. Bumi tidak menghasilkan buah dengan sendirinya atau mela-

lui kemampuan pembawaannya sendiri, melainkan semata-

mata melalui kuasa Tuhan  yang tak terbatas yang membentuk 

setiap tanaman dan semak sebelum bertumbuh di tanah. 

Demikian pulalah kasih karunia di dalam jiwa, atau tanaman 

kemasyhuran, tidak tumbuh dengan sendirinya di tanah, 

namun  merupakan hasil karya tangan Tuhan  sendiri. 

2. Hujan juga merupakan pemberian Tuhan . Hujan tidak turun 

sebab TUHAN Tuhan  belum menurunkan hujan ke bumi. saat  

tidak turun hujan, Tuhan  sendirilah yang menahannya. saat  

hujan turun dengan deras pada musimnya, Tuhan  sendirilah 

yang menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak 

menurunkan hujan ke atas kota yang lain (Am. 4:7). 

3. Walaupun Tuhan  biasanya bekerja dengan memakai  sa-

rana, Ia tidak terikat pada sarana itu. Sebaliknya, Ia bisa saja 

melaksanakan pekerjaan-Nya tanpa sarana itu. Sama seperti 

Kitab Kejadian 2:4-7 

 41

tumbuh-tumbuhan dijadikan sebelum matahari diciptakan, 

tanaman juga sudah tumbuh sebelum ada hujan untuk mem-

basahi bumi atau manusia untuk mengolahnya. Oleh sebab 

itu janganlah kita mencobai Tuhan  bila tidak ada sarana, namun  

justru mempercayakan diri kepada Tuhan  di tengah tiadanya 

sarana. 

4. Melalui satu atau lain cara, Tuhan  mampu membasahi tumbuh-

tumbuhan yang ditanam-Nya sendiri. Walaupun saat  itu be-

lum ada hujan, Tuhan  menciptakan kabut yang setara dengan 

hujan, dan dengan kabut itu Ia membasahi seluruh permukaan 

bumi. Demikianlah Ia memilih untuk mencapai tujuan-Nya 

melalui sarana yang paling lemah, supaya nyata, bahwa ke-

kuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Tuhan . Kasih 

karunia ilahi turun bagaikan kabut atau embun yang senyap 

dan membasahi jemaat tanpa bunyi (Ul. 32:2). 

III. Uraian yang lebih terperinci perihal penciptaan manusia (ay. 7). 

Manusia bagaikan dunia kecil yang terdiri atas langit dan bumi, 

jiwa dan tubuh. Di sini kita melihat uraian tentang asal mula dan 

penyatuan keduanya. Marilah kita merenungkannya dengan sung-

guh dan berkata untuk memuji Pencipta kita, kejadianku dahsyat 

dan ajaib (Mzm. 139:14). Pada zaman para bapa leluhur, Elihu me-

rujuk kepada sejarah ini saat  ia berkata (Ayb. 33:6), aku pun diben-

tuk dari tanah liat, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup 

(ay. 4), dan juga roh yang di dalam manusia (32:8). Jadi amatilah, 

1. Asal usul manusia yang bersahaja, namun  juga susunan tubuh-

nya yang dibentuk dengan sangat cermat. 

(1) Bahannya sangat hina. Ia dibentuk dari debu tanah, bahan 

yang sangat sulit dipercaya bisa membentuk manusia. 

Namun, kuasa tidak terbatas yang telah menciptakan bumi 

tanpa bahan apa pun, membentuk manusia, karya agung 

itu, dari bahan yang tidak ada apa-apanya. Ia dibentuk dari 

debu, debu halus yang menutupi permukaan tanah. Boleh 

jadi yang digunakan itu bukanlah debu kering melainkan 

debu yang dibasahi kabut yang naik dari bumi (ay. 6). Ia 

bukan dibentuk dari debu emas, serbuk mutiara, atau 

serbuk intan, melainkan debu biasa, debu dari tanah. 

Itulah sebabnya ia disebut berasal dari debu tanah, choikos 


 42

– berdebu (1Kor. 15:47). Kita pun berasal dari debu tanah, 

sebab kita yaitu  keturunannya, dari cetakan yang sama. 

Begitu dekatnya pertalian di antara bumi dan orangtua 

kandung kita, hingga rahim ibu dari mana kita dilahirkan 

juga disebut bumi (Mzm. 139:15). Dan juga, tanah yang di 

dalamnya kita akan dikuburkan, disebut kandungan ibu 

(Ayb. 1:21). Dasar kita ada di dalam debu tanah (Ayb. 

4:19). Susunan tubuh kita berasal dari tanah, dan pemben-

tukannya seperti cara membuat bejana dari tanah liat (Ayb. 

10:9). Makanan kita dihasilkan dari tanah (Ayb. 28:5). Ke-

dekatan kita yaitu  dengan tanah (Ayb. 17:14). Bapa-bapa 

leluhur kita dikubur di dalam tanah, dan ke sanalah juga 

kita akan berakhir. Jadi apakah yang bisa kita banggakan? 

(2) Walau demikian, Sang Pencipta sungguh agung, dan hasil 

ciptaannya sangat indah. TUHAN Tuhan , sumber keberada-

an dan kuasa, membentuk manusia. Mengenai makhluk-

makhluk lain, dikatakan bahwa semuanya diciptakan dan 

dibuat, namun  manusia dikatakan dibentuk, yang menunjuk-

kan proses bertahap dalam karya yang dikerjakan dengan 

ketepatan dan kecermatan yang tinggi. Untuk mengungkap-

kan penciptaan makhluk yang baru ini, Ia memakai  

istilah baru, yang (menurut beberapa orang) dipinjam dari 

kegiatan seorang tukang periuk yang sedang membentuk 

bejana di atas jentera. Kita tanah liatnya, sedangkan Tuhan  

yang membentuk kita (Yes. 64:8). Tubuh manusia diran-

cang dengan sangat cermat (Mzm. 139:15-16). Materiam 

superabat opus – Pembuatannya melebihi bahan-bahannya. 

Biarlah kita mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan  

sebagai persembahan yang hidup (Rm. 12:1), sebagai bait 

Roh Kudus (1Kor. 6:19), dan kelak tubuh-tubuh fana ini 

akan dibentuk ulang serupa dengan tubuh Kristus yang 

mulia (Flp. 3:21). 

2. Asal usul yang luhur dan kegunaan jiwa manusia yang menga-

gumkan. 

(1)  Jiwa manusia menjadi hidup sebab  nafas dari sorga dan 

dihasilkan darinya. Jiwa ini tidak dibuat dari debu tanah 

seperti halnya tubuh. sebab  itu sungguh disayangkan 

jika  jiwa manusia melekat pada dunia dan mementing-

Kitab Kejadian 2:4-7 

 43

kan hal-hal duniawi. Jiwa manusia datang langsung dari 

Tuhan . Ia memberi nya untuk berdiam di dalam tubuh 

(Pkh. 12:7), sama seperti saat  Ia memberi  loh-loh batu 

dengan tulisan tangan-Nya sendiri untuk disimpan di dalam 

tabut, dan urim hasil rancangan-Nya sendiri itu untuk 

ditempatkan di tutup dada Harun. Oleh sebab itu, Tuhan  

bukan saja pembentuk, melainkan Bapa segala roh juga. 

Biarlah jiwa yang diembuskan Tuhan  di dalam diri kita juga 

bernafas seperti Dia dan diperuntukkan bagi-Nya sebab  

berasal dari Dia. Marilah kita percayakan roh kita ke dalam 

tangan-Nya, sebab  dari tangan-Nyalah kita menerimanya. 

(2)  Jiwa berdiam di dalam tempat dari tanah liat dan menjadi 

nyawa serta penyokongnya. Melalui jiwalah manusia men-

jadi makhluk yang hidup. Artinya, menjadi manusia yang 

hidup sebab jiwa yaitu  manusia itu sendiri. Tubuh akan 

menjadi kerangka yang tidak berharga, tidak berguna, dan 

menjijikkan jika  jiwa tidak menghidupkannya. Kepada 

Tuhan  yang memberi jiwa kepada kita, kita harus memberi-

kan pertanggungjawaban tidak lama lagi, perihal bagai-

mana kita memanfaatkan, memakai , menyesuaikan, 

dan menyia-nyiakannya. Jika kemudian didapati bahwa kita 

telah kehilangan semua ini, meskipun tujuannya yaitu  un-

tuk meraih dunia, kita akan binasa selamanya. Mengingat 

bahwa asal usul jiwa begitu mulia dan sifat serta kemampu-

annya begitu tinggi, janganlah kita seperti orang-orang 

bodoh yang memandang rendah jiwa mereka sendiri 

dengan cara lebih mengutamakan tubuh jasmani (Ams. 

15:32). saat  Yesus Tuhan kita mengoleskan tanah liat ke 

mata orang buta, mungkin Ia sedang menyiratkan bahwa 

Dialah yang pertama membentuk manusia dari tanah liat. 

saat  Ia mengembusi murid-murid-Nya dan berkata: 

 Terimalah Roh Kudus,” Ia menyiratkan bahwa Dialah yang 

pertama mengembuskan kehidupan ke lubang hidung ma-

nusia. Hanya Dia yang membuat jiwa sajalah yang mampu 

membuatnya baru. 


 44

Taman Eden 

(2:8-15) 

8 Selanjutnya TUHAN Tuhan  membuat taman di Eden, di sebelah timur; 

disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. 9 Lalu TUHAN 

Tuhan  menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan 

yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah 

taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. 10 

Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari 

situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang. 11 Yang pertama, namanya 

Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas 

ada. 12 Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu 

krisopras. 13 Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir 

mengelilingi seluruh tanah Kush. 14 Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, 

yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah 

Efrat. 15 TUHAN Tuhan  mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam 

taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.  

Manusia terdiri atas tubuh dan jiwa. Tubuh yang terbuat dari tanah 

liat serta jiwa yang kekal dan berakal budi yang menerima nafas dari 

sorga. Di dalam ayat-ayat ini kita melihat perbekalan yang disediakan 

bagi kesejahteraan keduanya. Dia yang membentuk manusia itu 

ingin membuatnya senang, asal saja manusia dapat mempertahan-

kan keadaan itu dan tahu bahwa ia sungguh beruntung. Bagian dari 

diri manusia yang berkaitan dengan dunia perasaan dibuat bahagia 

sebab ia ditempatkan di taman firdaus Tuhan . Sedangkan bagian dari 

dirinya yang berkaitan dengan dunia roh juga diperlengkapi dengan 

baik, sebab ia dibawa masuk ke dalam kovenan dengan Tuhan . Ya 

Tuhan, siapakah manusia hingga ia dimuliakan seperti itu, manusia 

yang yaitu  ulat! Di sini kita melihat, 

I.  Gambaran tentang taman Eden, yang dimaksudkan sebagai tem-

pat tinggal dan daerah kekuasaan Tuhan yang agung ini, istana 

sang raja. Di dalam sejarah ini, penulis yang diilhami Tuhan  ini 

pertama-tama menulis bagi orang Yahudi terlebih dahulu. Dengan 

tujuan mengarahkan tulisannya kepada jemaat yang masih 

seperti bayi, ia melukiskan berbagai hal melalui penampilan 

luarnya yang bisa dimengerti. Melalui pengungkapan terang ilahi 

lebih lanjut, kita dibawa ke dalam pemahaman rahasia-rahasia 

yang ada di balik tulisannya itu. Hal-hal rohani diumpamakan 

sebagai makanan keras yang belum sanggup mereka cerna, jadi ia 

menulis kepada mereka seperti kepada manusia duniawi (1Kor. 

3:1). Oleh sebab  itu, ia tidak begitu menekankan perihal kebaha-

giaan pikiran Adam jika dibandingkan dengan keadaan luarnya.

Kitab Kejadian 2:8-15 

 45

 Zaman Musa, termasuk juga hukum Musa, lebih banyak berisi 

pola-pola hal sorgawi dibandingkan hal-hal sorgawi itu sendiri (Ibr. 

9:23). Amatilah, 

1. Tempat yang ditentukan sebagai kediaman Adam yaitu  se-

buah taman. Bukan sebuah rumah terbuat dari gading atau-

pun istana berlapis emas, melainkan sebuah taman yang di-

perlengkapi dan dihiasi dengan alam, bukan dengan seni. 

Betapa kecilnya alasan manusia untuk menyombongkan ge-

dung-gedung megah dan mewah, jika  ia tidak membutuh-

kan kebahagiaan manusia dalam keadaan tanpa dosa! Sama 

seperti pakaian mulai digunakan bersamaan dengan datang-

nya dosa, demikian pula halnya dengan rumah. Langit meru-

pakan atap tempat tinggal Adam, dan belum pernah terjadi 

atap diberi langit-langit dan dilukis secermat itu. Bumi men-

jadi lantainya, dan belum pernah ada lantai yang dihias 

seindah itu. Bayang-bayang pepohonan menjadi tempat istira-

hatnya. Di bawahnya terdapat ruang-ruang makan, kamar-

kamar tidur, dan belum pernah ada kamar yang memiliki tirai-

tirai sebagus ini. Bahkan istana Salomo yang megah itu pun 

tidak dihiasi seperti itu. Semakin kita bisa menyesuaikan diri 

dengan hal-hal sederhana, dan semakin sedikit kita memuas-

kan diri dengan kesenangan-kesenangan semu yang telah 

diciptakan untuk memuaskan kesombongan dan kemewahan 

manusia, semakin dekat kita mencapai keadaan tanpa dosa. 

Alam puas dengan yang sedikit saja dan itulah yang paling 

alami. Bersyukur dengan keadaan kurang, dan tidak berhasrat 

lebih bila tidak ada apa-apa.  

2. Penyusunan dan kelengkapan taman ini merupakan hasil 

karya langsung hikmat serta kuasa Tuhan . TUHAN Tuhan  mena-

nami taman ini. Artinya, Ia telah menanaminya, yakni pada 

hari ketiga, saat  buah-buahan dihasilkan dari tanah. Kita 

boleh percaya bahwa taman ini pastilah tempat paling sempur-

na dan menyenangkan di bawah langit, saat  Tuhan  yang 

mahamencukupi itu merancangnya sendiri untuk memberi  

kebahagiaan kepada makhluk ciptaan-Nya yang terkasih, 

yakni manusia tanpa dosa itu. Selain itu, juga sebagai pelam-

bang dan bayangan akan kebahagiaan yang akan dialami sisa 

umat terpilih dalam kemuliaan. Tidak ada kesenangan yang 

bisa sesuai ataupun memuaskan bagi jiwa, kecuali yang telah 


 46

disediakan dan ditentukan Tuhan  untuk tujuan itu. Tidak ada 

taman firdaus sejati, kecuali yang ditanami oleh Tuhan . Cahaya 

api kita sendiri dan bunga api yang kita nyalakan sendiri akan 

segera padam sehingga kita berada dalam kegelapan (Yes. 

50:11). saat  itu seluruh bumi bagaikan taman firdaus jika 

dibandingkan dengan keadaannya sesudah  manusia jatuh da-

lam dosa dan sejak air bah melandanya. Taman-taman terin-

dah di dunia ini bagaikan padang belantara jika dibandingkan 

dengan seluruh permukaan tanah saat itu sebelum dikutuk 

sebab  manusia. Namun, semua keindahan itu belumlah 

cukup. Tuhan  telah menanami taman itu untuk Adam. Orang-

orang pilihan Tuhan  akan menerima perkenan istimewa yang 

akan ditunjukkan kepada mereka. 

3. Suasana di dalam taman ini sangatlah manis. Letaknya di 

Eden, yang berarti sukacita dan kenikmatan. Saya rasa di sini 

taman itu ditunjukkan letaknya dengan cukup banyak tanda 

serta batas pada masa Musa menuliskannya, guna menunjuk-

kan tempatnya kepada orang-orang yang mengenal daerah itu. 

Namun, sekarang ini orang-orang yang ingin tahu sepertinya 

tidak dapat memuaskan diri perihal letak tempat itu. Biarlah 

yang menjadi kepedulian kita hanyalah untuk memastikan 

mendapat tempat di taman firdaus sorgawi, sehingga kita tidak 

perlu membingungkan diri dengan mencari-cari letak taman 

firdaus duniawi itu. Yang pasti, di mana pun letaknya, taman 

itu lengkap dengan semua sarana yang diinginkan, dan (tidak 

seperti rumah ataupun taman mana pun di bumi) tidak ter-

dapat satu pun hal yang menyusahkan di situ. Suasana di 

taman ini sangat indah dan penuh sukacita serta kemuliaan 

yang melingkupi seluruh bumi. Tidak diragukan lagi bahwa 

bumi saat  itu berada di tahap kesempurnaan tertinggi. 

4.  Pepohonan yang ditanam di taman ini. 

(1) Di taman ini terdapat pohon-pohon terbaik dan terpilih 

yang serasi dengan tanahnya. Taman yang indah ini dihiasi 

dengan pepohonan yang masing-masing memiliki tinggi, 

kerindangan, dan warnanya sendiri. Baik dedaunan mau-

pun bunga-bunganya sangat indah dan memesona mata. 

Taman ini dilengkapi dan diperkaya dengan pohon-pohon 

yang menghasilkan buah-buahan yang enak dan berguna 

bagi tubuh, serta cocok sekali untuk dimakan. Sebagai 

Kitab Kejadian 2:8-15 

 47

Bapa yang lembut, Tuhan  tidak saja memikirkan manfaat 

bagi Adam, namun  bagi kesenangannya juga. sebab  tanpa 

dosa, akan ada kesenangan, bahkan kesenangan sejati 

yang mengatasi segalanya. Tuhan  berkenan pada kesejah-

teraan para hamba-Nya dan ingin agar mereka merasa nya-

man. Salah mereka sendiri jika  mereka merasa tidak 

nyaman. jika  pemeliharaan Tuhan  menempatkan kita di 

suatu taman seperti Eden yang sarat dengan kesenangan, 

sudah sepatutnya kita menjadi hamba kepada TUHAN Tuhan  

dengan sukacita dan gembira hati, dalam kelimpahan 

segala hal baik yang diberikan-Nya kepada kita. Namun, 

(2) Di dalam taman itu juga terdapat dua pohon istimewa yang 

khas. Di bumi tidak lagi terdapat pohon-pohon seperti itu. 

[1] Di situ terdapat pohon kehidupan di tengah-tengah ta-

man itu, yang tidak begitu mengingatkan Adam kepada 

sumber dan pencipta kehidupannya atau mungkin juga 

sarana alami untuk memelihara ataupun memperpan-

jang hidup. Namun, pohon ini terutama dimaksudkan 

untuk menjadi tanda serta meterai bagi Adam, yang 

meyakinkannya perihal kelangsungan hidup dan keba-

hagiaan, bahkan menuju kekekalan serta kebahagiaan 

abadi, melalui anugerah dan perkenan Penciptanya. 

Syaratnya, ia harus berusaha keras mempertahankan 

ketaatan dan keadaan tanpa dosa ini. Dari pohon ini ia 

boleh memakan buahnya dan tetap hidup. Sekarang ini 

Kristus-lah pohon kehidupan (Why. 2:7; 22:2), dan roti 

hidup kita (Yoh. 6:48, 53). 

[2] Di taman itu, juga terdapat pohon pengetahuan tentang 

yang baik dan yang jahat. Pohon itu dinamai begitu, 

bukan sebab  mengandung kebajikan yang bisa diper-

oleh darinya atau untuk meningkatkan pengetahuan 

yang berfaedah (jika  memang demikian, ia pasti 

tidak akan dilarang memakan buahnya). Namun, per-

tama, sebab  terdapat pewahyuan jelas yang khusus 

tentang kehendak Tuhan  berkaitan dengan pohon ini, 

sehingga dengan demikian Adam bisa mengenal budi 

pekerti yang baik dan yang buruk. Apakah hal yang 

baik itu? Sungguh baik untuk tidak makan dari pohon 

ini. Apakah hal yang jahat itu? Sungguh jahat untuk 


 48

makan dari pohon ini. Perbedaan di antara semua budi 

pekerti baik dan buruk tertulis di dalam hati manusia 

secara alami. namun  budi pekerti yang dihasilkan dari 

hukum yang pasti ini, tertulis di pohon ini. Kedua, 

sebab  pada kejadian itu, terbukti bahwa buah itu 

memberi Adam suatu pengetahuan yang berdasarkan 

pengalaman, bahwa ia kehilangan hal yang baik oleh 

ketidaktaatannya dan berbuat jahat sebab  telah mera-

sakan buah itu. Sama seperti kovenan itu tidak saja 

berkata bahwa siapa yang percaya akan diselamatkan 

namun  juga yang tidak percaya akan dihukum (Mrk. 

16:16), begitu pula halnya dengan kovenan mengenai 

keadaan tanpa dosa tidak saja mengatakan  Lakukan 

ini maka engkau akan hidup,” yang dimeteraikan dan 

ditegaskan melalui pohon kehidupan, namun  juga, 

 Langgarlah maka engkau akan mati,” yang ditegaskan 

kepada Adam melalui pohon yang lain itu:  Sentuhlah 

buah pohon itu dan tanggung sendiri akibatnya.” De-

ngan demikian, melalui kedua pohon itu Tuhan  memper-

lihatkan yang baik dan yang jahat, berkat dan kutuk (Ul. 

30:19). Kedua pohon ini bagaikan dua sakramen. 

5.  Sungai-sungai yang mengairi taman ini (ay. 10-14). Keempat 

sungai ini (atau satu sungai yang bercabang menjadi empat 

anak sungai) sangat berperan dalam suasana nyaman dan 

kesuburan taman ini. Negeri Sodom disebut sebagai lembah 

yang banyak airnya, seperti taman TUHAN (13:10). Perhatikan-

lah, semua yang ditanam Tuhan  akan dipelihara-Nya dengan 

tetap mengairinya. Pohon-pohon kebenaran ditanam di tepi 

sungai (Mzm. 1:3). Di taman firdaus sorgawi terdapat sebuah 

sungai yang pasti melebihi sungai-sungai ini. sebab  sungai 

itu yaitu  aliran air kehidupan yang bukan berasal dari taman 

Eden seperti sungai ini, melainkan mengalir dari takhta Tuhan  

dan takhta Anak Domba (Why. 22:1), seperti dalam kota Tuhan , 

yang disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai (Mzm. 46:5). 

Tigris dan Efrat yaitu  nama sungai-sungai di Babilon, yang 

bisa juga kita baca di ayat lain. Di tepi kedua sungai inilah 

orang-orang Yahudi yang ditawan duduk sambil menangis, 

jika  mereka mengingat Sion (Mzm. 137:1). Namun, menurut 

saya, mereka mempunyai alasan yang jauh lebih kuat untuk 

Kitab Kejadian 2:8-15 

 49

menangis (begitu pula kita) saat  mengingat taman Eden. 

Taman firdaus Adam sudah berubah menjadi penjara mereka. 

Alangkah dahsyatnya kerusakan yang terjadi akibat dosa. 

Dikatakan bahwa di tanah Hawila (ay. 12), emas dari negeri itu 

baik, dan di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. Ten-

tunya hal ini disebutkan supaya kekayaan tanah Hawila yang 

dibangga-banggakan itu tampak tidak ada artinya jika  

dibandingkan dengan kemuliaan tanah di taman Eden. Hawila 

memang memiliki emas, rempah-rempah, dan batu-batu mu-

lia, namun  di taman Eden terdapat sesuatu yang teramat lebih 

baik, yaitu pohon kehidupan dan persekutuan dengan Tuhan . 

Kita juga bisa mengatakan hal yang sama perihal orang Afrika 

dan Indian:  Mereka memiliki emas, namun  kita memiliki Injil. 

Emas dari negeri mereka memang baik, namun  kekayaan kita 

jauh lebih berharga.”  

II.  Penempatan manusia di taman firdaus yang menyenangkan itu 

(ay. 15). Amatilah, 

1.  Bagaimana Tuhan  menyerahkan taman itu kepadanya: TUHAN 

Tuhan  mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam 

taman Eden (ay. 8, 15). Perhatikanlah di sini, 

(1)  Manusia dibentuk di luar taman firdaus itu, sebab sesudah 

Tuhan  membentuk dia, Ia menempatkannya di dalam taman 

itu. Manusia terbuat dari tanah liat biasa, bukan dari debu 

taman firdaus. Sebelum ditempatkan di dalam taman Eden, 

ia tinggal di luarnya, supaya bisa melihat bahwa semua ke-

nyamanan di taman firdaus itu diperolehnya berkat anuge-

rah Tuhan  yang cuma-cuma. Ia tidak bisa menuntut hak 

sewa atas taman itu sebab  ia tidak dilahirkan di tempat 

itu. Ia juga tidak memiliki apa pun selain yang diterimanya 

dari Tuhan . Dengan demikian ia sama sekali tidak bisa 

membanggakan apa pun. 

(2) Tuhan  yang sama yang telah menjadi pencipta keberadaan-

nya itu yaitu  juga pencipta kebahagiaannya. Tangan yang 

membuatnya menjadi makhluk hidup telah menanam po-

hon itu untuknya, dan menempatkan dia di dekatnya. 

Hanya Dia yang membentuk kitalah yang mampu membuat 

kita bahagia. Dia yang yaitu  pembentuk tubuh kita dan 


 50

Bapa bagi roh kita, Dia, dan hanya Dia saja, yang mampu 

menyediakan kebahagiaan tertinggi bagi tubuh dan roh 

kita. 

(3) Akan sangat baik bagi keadaan apa pun jika  kita telah 

melihat dengan jelas bagaimana Tuhan  berjalan di depan 

kita dan menempatkan kita di dalam keadaan yang mem-

bahagiakan itu. Jika kita tidak memaksa mendapatkan pe-

meliharaan-Nya namun  mengikutinya saja, dan menerima pe-

tunjuk arah yang diberikan kepada kita, kita boleh berharap 

menemukan taman firdaus yang dengan jalan lain tidak 

akan dapat kita harapkan. Bacalah Mazmur 47:5. 

2.  Bagaimana Tuhan  menentukan usaha dan pekerjaan manusia 

itu. Tuhan  menempatkan Adam di situ, bukan seperti menem-

patkan Lewiatan di dalam air supaya bisa bermain di situ, 

melainkan supaya menghiasi taman itu dan mengurusnya. 

Firdaus itu sendiri bukanlah tempat supaya ia bisa bebas dari 

pekerjaan. Perhatikanlah di sini, 

(1) Tidak seorang pun dari kita yang dihadirkan di dunia ini 

untuk bermalas-malasan. Dia yang menciptakan kita leng-

kap dengan jiwa dan tubuh, telah memberi kita sesuatu 

untuk dikerjakan. Dan Dia yang memberi kita bumi ini un-

tuk ditempati telah menyediakan sesuatu bagi kita untuk 

dikerjakan. Jika keturunan bangsawan, harta berlimpah, 

daerah kekuasaan yang luas, ketulusan sempurna, kecon-

dongan untuk bersaat teduh, atau keluarga kecil mampu 

memberi manusia izin untuk bersenang-senang, Adam tidak 

akan diberi tugas untuk bekerja. Namun, Dia yang telah 

menjadikan kita juga telah memberi kita tugas untuk mela-

yani Dia dan angkatan kita, serta mengerjakan keselamatan 

kita. Jika kita melalaikan tugas, kita tidak layak menerima 

keberadaan kita serta pemeliharaan-Nya. 

(2) Pekerjaan dunia akan berhasil dengan baik jika  dikerja-

kan dengan ketulusan dan hidup bersekutu dengan Tuhan . 

Sementara berada di dunia ini, anak-anak Tuhan serta 

pewaris sorga mempunyai sesuatu untuk dikerjakan de-

ngan bumi ini, yang patut menerima waktu dan pikiran 

mereka ini. Jika mereka melakukannya sambil mengingat 

Kitab Kejadian 2:8-15 

 51

Tuhan , mereka juga beribadah kepada-Nya, sama seperti 

saat  mereka sedang berlutut. 

(3) Panggilan seorang petani merupakan panggilan terhormat 

yang berlaku sejak zaman dahulu, yang dibutuhkan bah-

kan di taman firdaus. Taman Eden yang meskipun tidak 

perlu dibersihkan dari gulma atau rumput liar (sebab keti-

ka itu tanaman berduri belum menjadi gangguan), tetap 

saja harus ditata dan dipelihara. Alam, bahkan dalam 

keadaan paling awal sekalipun, menyisakan ruang untuk 

meningkatkan keterampilan dan ketekunan. Ini yaitu  

panggilan yang pantas dalam keadaan tanpa dosa, untuk 

membuat perbekalan bagi kehidupan dan bukan untuk 

hawa nafsu, serta memberi manusia kesempatan untuk 

mengagumi Sang Pencipta sambil mengakui pemeliharaan-

Nya. Sementara tangannya sibuk mengurus pepohonan, 

hatinya bisa tetap bersama Tuhan . 

(4) Terdapat sukacita sejati dalam panggilan untuk melak-

sanakan tugas yang diberikan Tuhan  kepada kita. Tugas 

Adam sama sekali bukan menjadi beban melainkan justru 

menambah kesenangan di taman firdaus. Ia tidak akan 

bahagia seandainya bermalas-malasan. Hukum ini masih 

berlaku: Orang yang tidak mau bekerja, tidak berhak un-

tuk makan (2Tes. 3:10; Ams. 27:23). 

III. Perintah yang diberikan Tuhan  kepada manusia dalam keadaan 

tanpa dosa, dan kovenan yang melibatkan dirinya. Sampai di sini 

kita telah melihat Tuhan  sebagai Pencipta manusia yang dahsyat 

dan juga sebagai Pelindungnya yang dermawan. Sekarang Ia tam-

pil sebagai Penguasa dan Pemberi hukum. Tuhan  menempatkan 

dia di taman Eden, tidak untuk hidup sesuka hatinya, namun  un-

tuk dipimpin. Sama seperti kita tidak diperkenankan untuk ber-

malas-malasan di dunia ini, kita juga tidak diperbolehkan bersi-

kap keras kepala dan berbuat sesuka hati. Waktu Tuhan  memberi 

hak kepada manusia untuk menguasai makhluk-makhluk lain, Ia 

memberitahukan kepadanya bahwa ia masih berada di bawah 

kendali Penciptanya. 


 52

Pohon Pengetahuan tentang  

yang Baik dan yang Jahat 

(2:16-17) 

16 Lalu TUHAN Tuhan  memberi perintah ini kepada manusia:  Semua pohon 

dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 namun  pohon 

pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan 

buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” 

Amatilah di sini, 

I.   Kewibawaan Tuhan  atas manusia sebagai makhluk yang memiliki 

akal dan kehendak bebas. TUHAN Tuhan  memerintahkan kepada 

manusia yang sekarang berdiri sebagai tokoh masyarakat serta 

bapa dan wakil umat manusia, untuk menerima hukum, sama 

seperti ia baru saja menerima kodrat, bagi dirinya sendiri dan 

juga bagi seluruh keluarganya. Tuhan  memerintah seluruh makh-

luk ciptaan-Nya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Se-

mua yang terjadi di alam ini merupakan hukum (Mzm. 148:6; 

104:6). Binatang-binatang buas memiliki naluri mereka masing-

masing. Namun, manusia dimampukan memakai  akal sehat-

nya dan oleh sebab  itu menerima bukan saja perintah dari Sang 

Pencipta, melainkan perintah seorang Raja dan Tuan. Walaupun 

Adam orang yang sangat hebat, sangat baik, dan sangat bahagia, 

TUHAN Tuhan  memerintah dia. Perintah itu sama sekali bukan 

untuk mengecilkan kehebatannya, mencela kebaikannya, ataupun 

mengurangi kebahagiaannya. Biarlah kita mengakui hak Tuhan  un-

tuk memerintah kita, dan mengakui kewajiban kita untuk diperin-

tah oleh-Nya. Jangan pernah membiarkan kehendak sendiri ber-

tolak belakang atau bersaing dengan kehendak suci Tuhan . 

II. Tindakan khusus dalam kewenangan ini, dalam menjelaskan ke-

pada Adam apa yang harus dilakukannya, dan atas kesepakatan 

apa ia harus bertindak mendampingi Penciptanya. Di sini terda-

pat, 

1. Penegasan mengenai kebahagiaan yang saat  itu bisa diper-

olehnya, melalui izin yang diberikan itu, Semua pohon dalam 

taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas. Hal ini 

tidak saja memberi dia kebebasan untuk mengambil buah-

buahan lezat di taman firdaus, sebagai upah atas perhatian 

serta kerja kerasnya dalam menata dan memeliharanya (1Kor.

Kitab Kejadian 2:16-17 

 53

 9:7, 10), namun  juga merupakan jaminan hidup untuknya, 

yakni kehidupan kekal sebab  ketaatannya. Pohon kehidupan 

ditempatkan di tengah-tengah taman itu (ay. 9), seolah-olah 

sebagai jantung dan jiwa taman. Tidak diragukan lagi bahwa 

Tuhan  memperhatikan pohon itu terutama berkaitan dengan 

izin tadi. Oleh sebab itu, saat Adam memberontak, izin itu 

dicabut. Tidak satu pun pohon di taman itu yang disebutkan 

tidak boleh dimakan olehnya, kecuali pohon kehidupan (3:22). 

Di situ dikatakan bahwa seandainya Adam memakannya, ia 

akan hidup untuk selama-lamanya. Artinya, tidak pernah mati 

atau kehilangan kebahagiaannya.  Tetaplah hidup suci seperti 

semula, sesuai dengan kehendak Penciptamu, maka engkau 

akan tetap bahagia seperti saat  engkau menikmati perkenan 

Penciptamu, baik di taman firdaus ini maupun di tempat yang 

lebih baik.” Jadi, dalam ketaatan pribadi yang sempurna dan 

terus-menerus, Adam pasti boleh memiliki taman firdaus un-

tuk diri sendiri dan keturunannya sampai selamanya. 

2. Ujian untuk ketaatannya, dan derita yang akan dialaminya 

jika kehilangan kebahagiaan itu:  namun  tentang pohon lain 

yang berdekatan dengan pohon kehidupan (sebab  keduanya 

dikatakan berada di tengah-tengah taman), yang disebut pohon 

pengetahuan, pada hari engkau memakannya, pastilah engkau 

mati.” Tuhan  seakan-akan berkata,  Ketahuilah, Adam, bahwa 

engkau sekarang harus tetap berperilaku baik. Engkau ditem-

patkan di taman firdaus ini untuk diuji. Setialah, taatlah, dan 

engkau akan hidup selamanya. Jika tidak, kesengsaraanmu 

akan sebesar kebahagiaanmu.” Di sini, 

(1) Adam diancam kematian jika  ia tidak taat: pastilah eng-

kau mati, yang menunjukkan hukuman yang pasti dan 

mengerikan, sama pastinya seperti bagian depan dari kove-

nan ini, boleh kaumakan, menunjukkan izin sepenuhnya. 

Amatilah, 

[1] Bahkan dalam keadaan tanpa dosa, Adam merasa takut 

dan hormat pada ancaman. Rasa takut merupakan sa-

lah satu pegangan jiwa yang dapat mencekamnya. Ka-

lau dulu pun Adam membutuhkan pagar pengaman ini, 

terlebih lagi kita di zaman ini. 

[2] Ancaman hukuman itu yaitu  kematian: Engkau akan 


 54

mati. Artinya,  Engkau akan dihalangi mendekati pohon 

kehidupan itu dan segala hal baik yang ditandai oleh-

nya, seluruh kebahagiaan yang kaumiliki, baik harta mi-

likmu maupun pengharapanmu. Engkau bisa mati dan 

merasakan semua penderitaan yang terjadi sebelum itu.” 

[3] Inilah ancaman yang disampaikan sebagai akibat lang-

sung dari dosa: Pada hari engkau memakannya, pastilah 

engkau akan mati. Artinya,  Engkau akan menjadi ma-

nusia yang fana dan bisa mati. Izin untuk kekekalan 

akan dicabut, dan pembelaan akan meninggalkanmu. 

Engkau akan merasa jijik pada kematian, seperti se-

orang pelanggar hukum yang dijatuhi hukuman diang-

gap mati secara hukum” (hanya saja, mengingat Adam 

harus menjadi akar umat manusia, hukumannya ditang-

guhkan).  Bahkan para pendahulu dan pelopor maut 

akan segera menyambarmu. Mulai saat itu kehidupan-

mu akan menjadi hidup yang menuju kematian. Per-

aturan ini pasti dan sudah ditetapkan. Orang yang 

berbuat dosa, itu yang harus mati.” 

(2) Adam diuji dengan hukum yang bersifat positif, untuk tidak 

memakan buah dari pohon pengetahuan. Sungguh pantas 

untuk menguji ketaatannya melalui perintah seperti ini, 

[1] sebab  alasannya semata-mata diambil dari kehendak 

Sang Pembuat hukum. Di dalam dirinya, Adam memiliki 

kodrat yang enggan terhadap hal yang jahat. Oleh kare-

na itu, ia diuji dalam hal yang bersifat jahat, hanya 

sebab  hal itu dilarang. sebab  hal itu sekadar merupa-

kan masalah yang kecil, sebenarnya sangat mudah 

untuk membuktikan ketaatannya. 

[2] sebab  pengekangan itu dikenakan pada keinginan 

daging dan pikiran yang di dalam kodrat manusia yang 

telah rusak merupakan dua sumber utama dosa. Larang-

an ini mengendalikan baik keinginannya akan kesenang-

an-kesenangan maupun hasratnya akan rasa ingin tahu, 

supaya tubuh jasmaninya bisa dikendalikan oleh jiwa-

nya dan jiwanya bisa dikendalikan oleh Tuhan . 

Sesenang dan sebahagia itulah manusia saat  ia dalam keadaan 

tanpa dosa sebab  memiliki segala sesuatu yang diinginkannya. Alang-

Kitab Kejadian 2:18-20 

 55

kah baiknya Tuhan  kepadanya! Alangkah besarnya anugerah yang 

dilimpahkan-Nya kepadanya! Alangkah mudahnya hukum-hukum 

yang diberikan-Nya kepadanya! Alangkah baiknya kovenan yang di-

buat-Nya dengan dia! Namun, manusia dengan segala kegemilangan-

nya itu tidak memahami kepentingannya sendiri, dan tidak lama 

kemudian disamakan dengan hewan yang dibinasakan. 

Penolong yang Sepadan 

(2:18-20) 

18 TUHAN Tuhan  berfirman:  Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. 

Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” 19 Lalu 

TUHAN Tuhan  membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala bu-

rung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, 

bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu 

kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. 

20 Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung 

di udara dan kepada segala binatang hutan, namun  baginya sendiri ia tidak 

menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. 

Di sini terdapat, 

I.  Sebuah contoh perihal kepedulian Sang Pencipta terhadap manu-

sia dan juga perhatian-Nya yang kebapakan terhadap kenyaman-

annya (ay. 18). Walaupun Tuhan  telah memberitahukan kepadanya 

bahwa ia yaitu  seorang bawahan dengan memberi  perintah 

kepadanya (ay. 16-17), di sini Ia juga memberitahukan kepadanya 

untuk mendorongnya supaya tetap taat, bahwa ia yaitu  seorang 

sahabat kesayangan yang sangat ingin dipuaskan-Nya. Amatilah, 

1. Bagaimana Tuhan  dengan penuh belas kasihan merasa iba ter-

hadap kesendiriannya: Tidak baik, kalau manusia itu seorang 

diri saja. Walaupun terdapat dunia di atas dengan para malai-

kat dan dunia di bawah yang keras, sedangkan manusia ber-

ada di antaranya, ia dapat benar-benar dikatakan berada se-

orang diri sebab  tidak ada makhluk lain dengan kodrat dan 

kedudukan yang sama dengannya, serta yang dapat diajaknya 

bercengkerama dengan akrab. Sekarang, Dia yang membentuk 

manusia itu, yang mengenal dia dan tahu apa yang baik bagi-

nya, lebih tahu dibandingkan manusia itu sendiri, berkata,  Tidak 

baik jika  ia terus-menerus seorang diri.” 

(1) Kesendirian itu membuatnya merasa tidak nyaman, sebab 

manusia merupakan makhluk yang suka bergaul. Sungguh 


 56

menyenangkan baginya jika  bisa bertukar pengetahuan 

dan kasih sayang dengan makhluk sejenis, untuk memberi 

tahu dan diberi tahu, untuk menyayangi dan disayangi. 

Apa yang di sini dikatakan oleh Tuhan  tentang manusia 

pertama, dikatakan oleh Salomo tentang semua orang (Pkh. 

4:9, dst.), bahwa berdua lebih baik dari pada seorang diri, 

dan malanglah orang yang tidak mempunyai orang lain. Se-

andainya hanya ada seorang manusia di dunia, alangkah 

memilukan keadaannya! Kesendirian bisa mengubah taman 

firdaus menjadi padang belantara dan istana menjadi pen-

jara. Oleh sebab itu alangkah bodohnya orang yang memen-

tingkan diri sendiri dan ingin menempati bumi seorang diri. 

(2) Tujuannya bukanlah untuk memperbanyak dan melestari-

kan jenisnya. Tuhan  bisa saja membuat sejumlah besar ma-

nusia lebih dahulu guna memenuhi bumi, sama seperti Ia 

memenuhi sorga dengan sebuah dunia malaikat. Namun, 

taman itu akan terasa terlampau sempit untuk ditempati 

banyak orang sekaligus. Oleh sebab  itu Tuhan  melihat bah-

wa lebih baik mencapai jumlah itu melalui beberapa ang-

katan, yang sama seperti Tuhan  membentuk manusia, harus 

terjadi dari dua orang, yakni laki-laki dan perempuan. Satu 

orang akan tetap satu selamanya. 

2. Bagaimana Tuhan  dengan penuh rahmat bertekad untuk me-

nyediakan teman untuknya. Hasil yang diperoleh dari pemikir-

an menyangkut diri manusia yaitu  ketetapan yang baik ini, 

Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan 

dia. Seorang manusia dengan kodrat dan kedudukan yang 

sama. Seorang penolong yang dekat dengannya (begitulah 

yang dikatakan beberapa orang), untuk hidup bersama sebagai 

suami-istri, dan yang selalu siap menopangnya. Seorang peno-

long di depan dia (begitulah yang dikatakan orang lain), yang 

dapat dipandangnya dengan sukacita dan gembira. sebab  itu 

perhatikanlah, 

(1) Bahkan dalam keadaan terbaik pun di dunia ini, kita saling 

membutuhkan pertolongan orang lain. Kita sama-sama me-

rupakan anggota satu tubuh, dan mata tidak dapat berkata 

kepada tangan:  Aku tidak membutuhkan engkau” (1Kor. 

12:21). Oleh sebab itu kita harus senang menerima ban-

Kitab Kejadian 2:18-20 

 57

tuan dari orang lain dan memberi  pertolongan kepada 

orang lain bila ada kesempatan. 

(2) Hanya Tuhan  sajalah yang benar-benar mengetahui keper-

luan kita dan sangat mampu mencukupi semuanya (Flp. 

4:19). Pertolongan kita hanya ada di dalam Dia, dan dari 

Dia-lah datang para penolong kita. 

(3) Seorang istri yang serasi yaitu  seorang penolong yang se-

padan dan datang dari Tuhan. Dengan demikian hubungan 

itu kemungkinan besar akan terasa menyenangkan saat  

kesepadanan itu membimbing dan menetapkan pilihan, 

dan sikap saling menolong merupakan kepedulian serta 

upaya yang berlangsung terus-menerus (1Kor. 7:33-34). 

(4) Jika lembaga keluarga sangat menyenangkan, itu akan se-

perti ganti rugi yang cukup untuk mengatasi keluhan da-

lam kesendirian. Orang yang memiliki Tuhan  yang baik, hati 

yang baik, dan istri yang baik untuk diajak berbincang-

bincang, namun tetap mengeluh bahwa ia kekurangan 

orang lain untuk diajak bergaul, tidak akan merasa senang 

dan puas di taman firdaus. Adam sendiri tidak memiliki 

lebih dari itu. Namun, bahkan sebelum Hawa diciptakan, 

kita tidak menemui bahwa ia mengeluh saat berada sen-

dirian sebab  ia tahu bahwa ia tidak seorang diri, sebab 

Bapa menyertai dia. Orang-orang yang merasa puas di da-

lam Tuhan  dan perkenan-Nya, berada di jalan yang terbaik 

dan dalam keadaan terbaik untuk mendapatkan hal-hal 

baik dalam hidup ini. Ia yakin akan menerimanya, sejauh 

itu dipandang baik oleh Hikmat yang Tidak Terbatas itu. 

II.  Contoh perihal penaklukan makhluk-makhluk oleh manusia, dan 

kuasanya atas mereka (ay. 19-20): segala binatang hutan dan 

segala burung di udara dibawa-Nyalah kepada Adam, baik melalui 

pelayanan para malaikat, atau melalui naluri khusus yang me-

mimpin hewan-hewan itu kepada manusia sebagai tuan atas 

semuanya, yang mengajar lembu jantan untuk segera mengenali 

pemiliknya. Demikianlah Tuhan  memberi manusia perkenan serta 

kepemilikan lahan luas yang telah diserahkan-Nya kepada dia, 

dan memberinya kuasa atas makhluk-makhluk itu. Tuhan  mem-

bawa semua binatang itu kepadanya supaya bisa diberi nama 

olehnya, dan dengan demikian juga dapat menyatakan, 


 58

1. Bukti tentang pengetahuannya, sebagai makhluk yang diper-

lengkapi dengan kemampuan berbicara dan membuat pertim-

bangan sehingga memiliki akal budi melebihi binatang di bumi, 

dan hikmat melebihi burung di udara (Ayb. 35:11). 

2.  Bukti tentang kuasanya. Ini merupakan tindakan wewenang 

untuk menentukan nama (Dan. 1:7), dan sikap takluk hewan 

untuk menerimanya. Makhluk-makhluk dengan tingkatan le-

bih rendah itu seakan-akan memberi  penghormatan ke-

pada raja mereka pada saat pelantikannya dan bersumpah 

untuk tetap setia dan taat kepadanya. Seandainya Adam tetap 

setia kepada Tuhan nya, kita boleh beranggapan bahwa hewan-

hewan itu mengetahui dan mengingat nama masing-masing 

seperti yang sekarang diberikan Adam, hingga bisa datang 

kepadanya kapan pun saat namanya dipanggil. Tuhan  memberi-

kan nama bagi siang dan malam hari, bagi cakrawala, bumi, 

dan laut. Ia juga menyebut nama-nama semua bintang, untuk 

menunjukkan bahwa Dialah TUHAN atas semuanya. Namun, 

Ia membiarkan binatang dan unggas diberi nama oleh Adam 

sebagai tuan dan bawahannya. sebab  Ia telah menjadikan dia 

menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, dengan demikian Ia 

juga telah memberi  sebagian kehormatan-Nya ke atas ma-

nusia itu. 

III. Sebuah contoh tentang ketidakcukupan semua makhluk itu un-

tuk membahagiakan manusia: namun  (di antara semua makhluk 

itu) baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan 

dengan dia. Ada yang berpendapat bahwa ini kata-kata Adam 

sendiri. saat  mengamati semua binatang yang datang berpa-

sang-pasangan kepadanya untuk diberi nama, Adam menyiratkan 

keinginannya kepada Penciptanya:  TUHAN, semua binatang ini 

mempunyai pasangan yang sepadan, tapi bagaimana dengan diri-

ku? Di sini tidak ada satu pun pasangan yang sepadan bagiku.” 

sesudah  ditinjau kembali, kata-kata tadi lebih tepat merupakan 

penilaian Tuhan . Dia mengumpulkan semua hewan itu untuk meli-

hat apakah ada pasangan yang cocok bagi Adam di antara sekian 

banyak makhluk dari tingkat rendah itu. Ternyata tidak ada satu 

pun. Amatilah di sini, 

1. Martabat dan keunggulan kodrat manusia. Di bumi tidak ter-

dapat satu pun yang seperti dia ataupun yang sebanding de-

Kitab Kejadian 2:21-25 

 59

ngannya di antara semua makhluk yang terlihat itu. Hewan-

hewan itu diamati, namun  di antara semuanya tidak satu pun 

yang sesuai dengannya. 

2.  Kesia-siaan serta hal-hal duniawi seandainya dikumpulkan 

jadi satu pun tidak akan bisa dijadikan penolong yang sepa-

dan bagi manusia. Semua itu tidak akan sesuai dengan sifat 

jiwanya, memenuhi kebutuhannya, memuaskan hasratnya, 

ataupun sejalan dengan keberadaannya yang tidak pernah 

lemah sepanjang waktu. Tuhan  lalu menciptakan sesuatu yang 

baru untuk menjadi penolong yang sepadan bagi manusia – 

bukan seperti perempuan yang berasal dari benih perempuan. 

Pembentukan Hawa; 

Perkawinan Dilembagakan  

(2:21-25) 

21 Lalu TUHAN Tuhan  membuat manusia itu tidur nyenyak; saat  ia tidur, 

TUHAN Tuhan  mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tem-

pat itu dengan daging. 22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Tuhan  dari ma-

nusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada 

manusia itu. 23 Lalu berkatalah manusia itu:  Inilah dia, tulang dari tulangku 

dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari 

laki-laki.” 24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibu-

nya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 25 

Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, namun  mereka tidak 

merasa malu. 

Di sini diceritakan tentang, 

I.  Dijadikannya perempuan untuk menjadi penolong yang sepadan 

bagi Adam. Hal ini terjadi pada hari keenam, sama seperti penem-

patan Adam di taman firdaus, meskipun di sini hal itu disebutkan 

sesudah uraian perihal hari ketujuh yang merupakan hari per-

hentian. Namun, apa yang disebutkan secara umum (1:27), bah-

wa Tuhan  menciptakan laki-laki dan perempuan, diceritakan de-

ngan lebih jelas di bagian ini. Amatilah, 

1.  Bahwa Adamlah yang lebih dulu dibentuk, baru kemudian 

Hawa (1Tim. 2:13). Hawa dibentuk dari laki-laki, dan untuk 

laki-laki (1Kor. 11:8-9). Semua ini ditekankan di situ sebagai 

alasan untuk kerendahan hati, kesederhanaan, sikap berdiam 

diri, dan kepatuhan perempuan pada umumnya, terutama si-

kap tunduk dan hormat yang harus diberikan para istri ke-


 60

pada suami mereka sendiri. Namun, mengingat bahwa manu-

sia yaitu  makhluk yang terakhir dibentuk sebagai yang pa-

ling baik dan unggul dibanding semua makhluk lain, dengan 

diciptakannya Hawa sesudah Adam dan dari anggota tubuh 

laki-laki itu, semua ini telah memberi  kehormatan kepada 

kaum itu, sebagai kemuliaan laki-laki (1Kor. 11:7). Jika laki-

laki yaitu  kepala, maka perempuan yaitu  mahkotanya, 

mahkota bagi suaminya, mahkota bagi makhluk ciptaan yang 

tampak. Laki-laki terbuat dari debu yang diperhalus, sedang-

kan perempuan diciptakan dari debu yang diperhalus dua kali, 

setingkat lebih tinggi dari tanah. 

2.  Bahwa Adam terlelap saat  istrinya sedang dibentuk, supaya 

tidak ada peluang untuk berpikir bahwa dalam hal ini ia telah 

mengatur Roh TUHAN, atau memberi petunjuk kepada-Nya 

sebagai penasihat (Yes. 40:13). Ia telah sadar mengenai kebu-

tuhannya akan seorang penolong yang sepadan. Namun, kare-

na Tuhan  telah menjamin untuk memberi dia seorang penolong, 

ia tidak menyusahkan diri dengan merisaukan hal itu. Seba-

liknya, ia berbaring dan tidur dengan nyenyak, sebagaimana 

orang yang telah menyerahkan semua kekhawatirannya ke-

pada Tuhan , dengan memasrahkan diri dan semua urusannya 

kepada kehendak dan hikmat Penciptanya. Jehovah-jireh, biar-

lah Tuhan menyediakan pada waktunya bagi orang yang dike-

nan-Nya. Jika kita bersandar sepenuhnya kepada Tuhan , Ia 

akan bekerja sepenuhnya bagi kita dan melakukan semuanya 

demi kebaikan kita. 

3.  Bahwa TUHAN Tuhan  membuat Adam tidur, tidur yang sangat 

nyenyak, hingga tidak terganggu sedikit pun saat sisi tubuh-

nya dibelah. Sementara dia tidak mengenal dosa, Tuhan  men-

jaga supaya ia tidak merasa sakit. Pada waktu Tuhan  melalui 

pemeliharaan-Nya melakukan hal yang menyakitkan bagi 

darah dan daging atas umat-Nya, Ia tidak saja memperhitung-

kan kebahagiaan mereka dalam hal itu, namun  melalui anuge-

rah-Nya Ia juga mampu menenangkan dan menenteramkan 

roh mereka sedemikian rupa hingga tetap merasa nyaman di 

bawah perlakuan yang paling tajam sekalipun. 

4. Bahwa dari rusuk yang diambil TUHAN Tuhan  dari Adam, diben-

tuk-Nya perempuan itu. Ia tidak dibentuk dari kepala Adam 

untuk memerintah atasnya, juga bukan dari kakinya untuk 

Kitab Kejadian 2:21-25 

 61

diinjak-injak oleh laki-laki, melainkan dari sisinya supaya se-

tara dengannya. Di bawah lengannya untuk dilindungi, dan 

dekat hatinya untuk dikasihi. Adam kehilangan sebuah rusuk 

tanpa mengurangi kekuatan ataupun ketampanannya (sebab 

tidak diragukan lagi bahwa kulit daging yang disayat tadi 

sudah tertutup tanpa meninggalkan bekas). Sebagai gantinya, 

ia mendapatkan seorang penolong yang sepadan, yang jauh 

melebihi kehilangan yang dideritanya. Apa yang diambil Tuhan  

dari umat-Nya, melalui satu dan lain cara akan dikembalikan 

berikut kelebihannya. Dalam hal ini (seperti dalam banyak hal 

lain), Adam melambangkan Dia yang akan datang. Sebab dari 

sisi Kristus, atau Adam kedualah, gereja atau pengantin 

perempuan-Nya, dibentuk, pada waktu Ia tidur, tidur nyenyak 

melalui kematian di atas salib. Untuk membuktikan kematian 

itulah sisi-Nya ditusuk hingga mengeluarkan darah dan air. 

Darah untuk membeli gereja-Nya dan air untuk menyucikan-

nya bagi diri-Nya (Ef. 5:25-26). 

II.  Perkawinan perempuan itu dengan Adam. Pernikahan merupakan 

hal yang terhormat, namun  pernikahan Adam dengan istrinya ini 

pastilah pernikahan paling terhormat yang pernah terjadi, sebab 

Tuhan  sendirilah yang langsung menanganinya sejak awal. Perni-

kahan (kata orang) diciptakan di sorga. Kita yakin bahwa memang 

begitu adanya, sebab laki-laki, perempuan, dan persatuan itu, 

semuanya merupakan pekerjaan Tuhan  sendiri. Melalui kuasa-Nya, 

Ia menjadikan mereka berdua, dan sekarang, melalui ketetapan-

Nya, menjadikan mereka satu. Inilah pernikahan yang diciptakan 

dalam keadaan tanpa dosa sama sekali, dan belum pernah ada 

pernikahan seperti itu mengingat bahwa, 

1.  Tuhan , sebagai Bapa perempuan itu, membawanya kepada laki-

laki itu untuk menjadi bagian dari dirinya dan penolong yang 

sepadan baginya. Pada waktu membentuk perempuan itu, Ia 

tidak membiarkannya berbuat sekehendak hati. Tidak, perem-

puan itu yaitu  anak-Nya, dan ia tidak boleh menikah tanpa 

izin-Nya. Besar kemungkinan orang akan merasa tenteram 

jika  mereka melalui iman, doa, dan sikap bergantung de-

ngan rendah hati pada pemeliharaan-Nya, serta menunjukkan 

perilaku yang berasal dari Tuhan . Istri yang diciptakan Tuhan  

melalui anugerah khusus, dan dididik Tuhan  melalui peme-


 62

liharaan-Nya, besar kemungkinan terbukti bisa menjadi peno-

long yang sepadan bagi seorang laki-laki. 

2. Dari Tuhan  sendirilah, sebagai Bapanya, Adam menerima pe-

rempuan itu (ay. 23):  Inilah dia, tulang dari tulangku. Seka-

rang aku memperoleh apa yang kuinginkan, yang tidak mam-

pu diberikan semua makhluk lain kepadaku, seorang penolong 

yang sepadan.” Pemberian Tuhan  kepada kita patut diterima 

dengan ucapan syukur yang penuh kerendahan hati atas hik-

mat-Nya dalam menyesuaikan pemberian itu dengan diri kita, 

dan atas perkenan-Nya dalam melimpahkannya kepada kita. 

Boleh jadi hal itu diungkapkan kepada Adam melalui peng-

lihatan saat  ia masih terlelap, bahwa makhluk cantik yang 

sekarang diberikan kepadanya ini merupakan bagian dari 

dirinya sendiri, dan akan menjadi teman serta istri kovenan-

nya. Oleh sebab  itu, beberapa orang berdebat untuk mem-

buktikan bahwa orang-orang kudus yang dipermuliakan di ta-

man firdaus sorgawi akan saling mengenali. Selanjutnya, seba-

gai tanda bahwa ia senang menerima perempuan itu, Adam mem-

berinya nama yang tidak khusus ditujukan kepadanya, namun  

nama umum untuk kaumnya: Ia akan dinamai perempuan, atau 

Isha, seorang manusia-perempuan, yang berbeda dengan laki-laki 

dalam hal jenis kelaminnya saja, bukan dalam kodrat – terbuat 

dari laki-laki dan dipersatukan dengan laki-laki. 

III. Lembaga ketetapan perkawinan dan pengukuhan hukum menge-

nai hal itu (ay. 24). Hari Sabat dan perkawinan merupakan dua 

ketetapan yang diadakan dalam keadaan tanpa dosa. Hari Sabat 

demi kelangsungan gereja, sedangkan perkawinan bagi kelang-

sungan umat manusia. Sepertinya (Mat. 19:4-5) Tuhan  sendirilah 

yang di sini berkata,  Seorang laki-laki harus meninggalkan sanak 

keluarganya untuk bersatu dengan istrinya.” Namun, tidak jelas 

apakah Ia berbicara melalui Musa, penulis kitab ini, atau melalui 

Adam (yang mengucapkannya di ay. 23). Sepertinya ini yaitu  

kata-kata Adam, dalam nama Tuhan , untuk menetapkan hukum 

ini kepada semua anak cucunya. 

1.  Lihatlah di sini betapa besarnya kebajikan sebuah ketetapan 

ilahi. Ikatan di dalamnya bahkan lebih kuat dibandingkan ikatan 

alami. Kepada siapakah kita dapat lebih terikat dibanding para 

ayah yang menurunkan kita dan para ibu yang melahirkan 

Kitab Kejadian 2:21-25 

 63

kita? Bagaimanapun juga, seorang anak laki-laki harus me-

ninggalkan mereka untuk bersatu dengan istrinya, dan se-

orang anak perempuan melupakan mereka untuk bersatu 

dengan suaminya (Mzm. 45:11-12). 

2.  Lihatlah betapa pentingnya bagi anak-anak untuk membawa 

persetujuan orangtua mereka ke dalam hidup perkawinan 

mereka. Betapa tidak adil dan tidak patuhnya orang-orang 

yang menikah tanpa persetujuan ini terhadap orangtua 

mereka. Dengan demikian mereka telah merampas hak dan 

kepentingan dari orangtua, serta menjauhkan diri dengan cara 

yang curang dan tidak wajar. 

3.  Lihatlah betapa perlunya untuk bersikap bijaksana dan berdoa 

dalam menentukan pilihan untuk menjalin hubungan ini, yang 

begitu dekat dan berlangsung lama. Hal itu perlu dilakukan 

dengan baik sebab  berlaku seumur hidup. 

4.  Lihatlah betapa kuatnya hubungan pernikahan yang tidak 

boleh dipisahkan atau diperlemah dengan memiliki banyak 

istri (Mal. 2:15), atau diputus dan dihentikan melalui percerai-

an, dengan alasan apa pun selain perzinaan atau sebab  

ditinggalkan dengan sengaja. 

5.  Lihatlah betapa mesranya kasih sayang yang harus ada di an-

tara suami dan istri, seperti kepada tubuh kita sendiri (Ef. 

5:28). Kedua orang ini menjadi satu daging. Jadi biarlah ke-

duanya menjadi sejiwa. 

IV. Bukti tentang keadaan yang suci dan tanpa dosa saat  orangtua 

kita yang pertama diciptakan (ay. 25). Mereka sama-sama telan-

jang. Mereka tidak membutuhkan pakaian untuk melindungi diri 

dari hawa dingin atau panas, sebab kedua hal ini tidak dapat me-

nyakiti mereka. Mereka juga tidak membutuhkan pakaian sebagai 

hiasan. Salomo dalam kemegahannya tidak dihiasi seperti salah 

satu dari mereka. Mereka bahkan tidak membutuhkannya sebagai 

kepantasan. Mereka telanjang dan tidak mempunyai alasan untuk 

merasa malu. Mereka tidak tahu apa arti malu itu, demikianlah yang 

dikatakan dalam terjemahan bahasa Aramaik. Dewasa ini pipi yang 

memerah merupakan warna kebajikan, namun  ini bukan lalu berarti 

keadaan tanpa dosa. Orang-orang yang tidak merasa bersalah 

besar kemungkinan juga tidak menampakkan rasa malu di wajah 

meskipun mereka tidak mengenakan pakaian selembar pun. 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  3   

isah sedih dalam pasal ini secara keseluruhan mungkin sesedih 

kisah sedih mana pun yang kita dapati di seluruh Alkitab. Dalam 

pasal sebelumnya kita mendapati gambaran yang menyenangkan 

tentang kekudusan dan kebahagiaan nenek moyang pertama kita, 

anugerah dan kemurahan hati Tuhan , serta kedamaian dan keindahan 

seluruh ciptaan. Semuanya baik, sangat baik. Namun di sini suasana 

berubah. Di sini kita menemukan penggambaran tentang dosa dan 

kesengsaraan nenek moyang pertama kita, kemurkaan dan kutukan 

Tuhan  terhadap mereka, kedamaian ciptaan yang terusik, dan kein-

dahannya yang ternoda dan tercemar. Semuanya buruk, sangat 

buruk.  Ah, betapa emas itu telah menjadi pudar, dan emas yang ter-

amat murni itu berubah!” Oh, betapa hati kita sangat tersentuh oleh 

catatan ini! sebab  kita semua terkait erat di dalamnya, janganlah 

kisah itu seperti dongeng yang diceritakan kepada kita. Secara umum 

isi pasal ini yaitu  (Rm. 5:12),  Dosa telah masuk ke dalam dunia 

oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu 

telah menjalar kepada semua orang, sebab  semua orang telah ber-

buat dosa.” Dengan demikian kematian menimpa semua orang, sebab 

semua orang telah berdosa. Secara lebih khusus, di sini terdapat, 

I. Orang yang tidak berdosa digoda (ay. 1-5). 

II. Orang yang tergoda memberontak (ay. 6-8). 

III. Orang yang memberontak didakwa (ay. 9, 10). 

IV. Sesuai dakwaan, mereka mengaku (ay. 11-13). 

V. Sesuai pengakuan mereka, hukuman ditetapkan (ay. 14-19). 

VI. sesudah  penetapan hukuman, pelaksanaannya ditunda (ay. 

20-21). 

VII. Walaupun hukuman mereka ditunda, sebagian pelaksana-

annya sudah dilakukan (ay. 22-24).  


 66

Dan kalau bukan sebab  pernyataan kemurahan hati tentang 

penebusan oleh keturunan yang dijanjikan, mereka dan seluruh ras 

mereka, yang bersalah dan menurun akhlaknya, pasti sudah dibiar-

kan dalam keadaan putus asa tanpa akhir. 

Kelicikan Si Pencoba; Desakan Si Pencoba 

(3:1-5) 

1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang 

dijadikan oleh TUHAN Tuhan . Ular itu berkata kepada perempuan itu:  Tentu-

lah Tuhan  berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan 

buahnya, bukan?” 2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu:  Buah pohon-

pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3 namun  tentang buah pohon 

yang ada di tengah-tengah taman, Tuhan  berfirman: Jangan kamu makan 

ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” 4 namun  ular itu berkata kepada 

perempuan itu:  Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5 namun  Tuhan  mengetahui, 

bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu 

akan menjadi seperti Tuhan , tahu tentang yang baik dan yang jahat.” 

Di sini kita mendapati uraian tentang pencobaan yang dipakai Iblis 

untuk menyerang orangtua pertama kita, untuk menarik mereka ke 

dalam dosa, dan yang ternyata mematikan bagi mereka. Perhatikan-

lah di sini, 

I. Si penggoda, yaitu si Iblis, dalam wujud dan rupa seekor ular. 

1.  Sudah pasti si iblislah yang memperdayai Hawa. Iblis dan Se-

tan yaitu  si ular tua (Why. 12:9), suatu roh yang sangat 

jahat, diciptakan sebagai malaikat terang dan pelayan terdekat 

takhta Tuhan , namun  oleh dosa menjadi murtad dari keadaan 

awalnya dan memberontak melawan mahkota dan kemuliaan 

Tuhan . Banyak malaikat jatuh, namun  yang menyerang orangtua 

pertama kita ini pastilah penghulu roh-roh jahat, pemimpin 

utama dalam kelompok pemberontak itu. Begitu melakukan 

dosa, dia langsung menjadi Iblis, begitu menjadi pengkhianat 

langsung menjadi pencoba, sebab  dia sangat gusar terhadap 

Tuhan  dan kemuliaan-Nya, dan dengki terhadap manusia dan 

kebahagiaannya. Dia mengetahui bahwa dia tidak dapat meng-

hancurkan manusia kecuali dengan cara merusak moral mere-

ka. Bileam tidak dapat mengutuk Israel, namun dapat men-

cobai Israel (Why. 2:14). Oleh sebab  itu, permainan yang ter-

paksa dimainkan Iblis yaitu  menarik orangtua pertama kita 

kepada dosa, dan dengan demikian memisahkan mereka dari 

Kitab Kejadian 3:1-5 

 67

Tuhan  mereka. Jadi Iblis sejak semula yaitu  pembunuh, dan 

pembuat kejahatan yang luar biasa. Seluruh ras manusia di 

sini sesungguhnya hanya memiliki satu kelemahan, dan tepat 

pada kelemahan itulah Iblis menyerang. Yang menjadi lawan 

dan musuh yaitu  si jahat itu. 

2.  Iblis tampak dalam rupa seekor ular. Entah itu hanya dalam 

wujud dan penampilan kasat mata seekor ular (seperti yang 

menurut beberapa orang terjadi dalam Kel. 7:12), atau benar-

benar seekor ular hidup yang digerakkan dan dirasuki oleh Iblis, 

tidaklah pasti. namun , dengan seizin Tuhan  keduanya mungkin. 

Iblis memilih untuk memainkan peranannya sebagai seekor 

ular, 

(1) sebab  ular yaitu  makhluk yang tampaknya bagus, me-

miliki kulit yang berbintik dan berbelang, dan waktu itu 

berdiri tegak. Mungkin itu yaitu  seekor ular terbang, yang 

kelihatannya datang dari tempat tinggi sebagai pembawa 

pesan dari dunia atas, salah satu serafim, sebab  ular-ular 

naga bisa terbang (Yes. 14:29). Banyak godaan yang ber-

bahaya datang kepada kita dalam warna-warni yang indah 

dan meriah namun  hanya sebatas penampilan luarnya saja, 

dan seakan-akan datang dari atas, sebab  Iblis dapat keli-

hatan seperti malaikat terang. Dan, 

(2)  sebab  ular yaitu  makhluk yang licik. Sifat itu mendapat 

perhatian di sini. Banyak contoh yang diberikan tentang 

kelicikan si ular, baik dalam melakukan kejahatan maupun 

dalam menyelamatkan dirinya sesudah  selesai. Kita diperin-

tahkan untuk cerdik seperti ular-ular. namun  ular ini, kare-

na digerakkan oleh si Iblis, sudah pasti lebih licik dibandingkan 

yang lainnya, sebab  Iblis, walaupun dia kehilangan keku-

dusan, tetap memiliki kecerdasan malaikat, dan cerdik da-

lam melakukan kejahatan. Dia tahu lebih banyak keuntung-

an dengan memakai  ular dibandingkan yang kita sadari. 

Perhatikanlah, tidak ada sesuatu apa pun yang lebih ba-

nyak dipakai Iblis untuk memuaskan diri dan kepentingan-

nya dibandingkan kelicikan yang tidak kudus. Apa yang dipikir-

kan oleh Hawa tentang ular yang berbicara kepadanya ini 

tidak mungkin kita ketahui, sebab saya berpikir dia sendiri 

tidak tahu harus berpikir bagaimana. Pada mulanya, mung-

kin, dia mengira barangkali itu yaitu  malaikat yang baik, 


 68

namun , sesudah  itu, dia mungkin mencurigai ada sesuatu 

yang salah. Patut kita perhatikan bahwa banyak di antara 

penyembah-penyembah berhala bukan Yahudi yang me-

nyembah Iblis dalam bentuk dan wujud seekor ular, dan 

dengan demikian mengakui ketaatan mereka kepada roh 

murtad itu, dan memiliki sifat-sifatnya. 

II.  Orang yang dicobai yaitu  si perempuan, yang saat itu sedang sen-

dirian, jauh dari suaminya, namun dekat dengan pohon terlarang. 

Kelicikan Iblis yaitu , 

1.  Menyerang kaum yang lebih lemah dengan godaan-godaannya. 

Walaupun sempurna di antara kaumnya, namun kita dapat 

menduga kelemahannya dibanding Adam dalam hal penge-

tahuan, kekuatan, dan kesadaran pikiran. Beberapa orang 

berpikir Hawa menerima perintah, bukan langsung dari Tuhan , 

melainkan melalui suaminya, dan oleh sebab  itu bisa saja 

lebih mudah dibujuk untuk tidak mempercayai perintah itu. 

2.  Itu yaitu  cara Iblis memulai perbincangan dengan perem-

puan itu saat  dia sedang sendirian. Kalau saja dia tetap de-

kat dengan rusuk yang darinya dia baru saja diambil, dia tidak 

akan terpapar bahaya seperti itu. Ada banyak cobaan, yang 

mengambil banyak keuntungan dari kesendirian, namun  per-

sekutuan orang-orang kudus memberi  banyak kekuatan 

dan perlindungan bagi mereka. Iblis mendapatkan keuntungan 

sebab  menemukan dia dekat dengan pohon terlarang itu, dan 

mungkin memandang buahnya, sekadar untuk memuaskan 

rasa ingin tahunya. Barangsiapa tidak mau makan buah ter-

larang, janganlah mendekati pohon terlarang. Jauhilah jalan 

itu, janganlah melaluinya (Ams. 4:15). 

3.  Iblis mencobai Hawa, supaya melalui perempuan itu dia dapat 

mencobai Adam. Demikian pula dia mencobai Ayub melalui 

istrinya, dan mencobai Kristus melalui Petrus. Itulah cara dia 

mengirimkan cobaan melalui orang-orang yang tidak dicurigai, 

dan yang paling memiliki kepedulian dan pengaruh atas kita. 

III. Godaan itu sendiri, dan pengaturannya yang penuh kepalsuan. 

Kita sering diberi tahu dalam Alkitab tentang bahaya yang meng-

ancam kita melalui godaan Iblis, maksudnya (2Kor. 2:11), seluk-

beluknya (Why. 2:24), tipu muslihatnya (Ef. 6:11). Contoh terbaik 

Kitab Kejadian 3:1-5 

 69

yang kita miliki tentang godaannya yaitu  saat  dia mencobai 

kedua Adam, di sini dan dalam Matius 4. Di sini dia berhasil, 

namun  dalam Matius 4 dia dibuat tercengang. Apa yang dia kata-

kan kepada mereka, yang tidak dalam genggamannya sebab  me-

reka tidak berdosa, dia katakan di dalam kita melalui hati kita 

sendiri yang penuh tipu daya dan pertimbangan-pertimbangan 

duniawinya. Ini membuat serangannya terhadap kita kurang 

nyata terlihat, namun tidak kurang berbahaya. Yang menjadi tu-

juan Iblis yaitu  membujuk Hawa supaya memetik buah terla-

rang, dan, untuk melakukan ini, dia memakai  cara yang 

sama yang masih dia gunakan. Dia mempertanyakan apakah itu 

dosa atau tidak (ay. 1). Dia menyangkal bahwa ada bahaya di da-

lamnya (ay. 4). Dia menganjurkan banyak keuntungan yang di-

berikannya (ay. 5). Dan ini semua yaitu  pokok pembicaraannya 

yang biasa. 

1.  Dia mempertanyakan apakah dosa atau tidak kalau makan 

buah pohon itu, dan apakah buahnya benar-benar terlarang. 

Perhatikanlah, 

(1) Ular itu berkata kepada perempuan itu:  Tentulah Tuhan  ber-

firman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan 

buahnya, bukan?” Kata pertama menyiratkan ada sesuatu 

yang telah dikatakan sebelumnya, yang mendahului kali-

mat ini, dan yang berkaitan dengannya. Mungkin semacam 

percakapan Hawa dengan dirinya sendiri, yang ditangkap 

oleh Iblis, dan berdasarkan itu ia merancang pertanyaan 

ini. Dalam rangkaian pikiran, pikiran yang satu menghasil-

kan yang lain, dan mungkin akhirnya menghasilkan sesua-

tu yang buruk. Perhatikanlah di sini, 

[1] Iblis tidak mengungkapkan rencananya pada awalnya, 

melainkan memberi  pertanyaan yang kelihatannya 

tidak bersalah:  Saya mendengar sedikit kabar, apakah 

benar? Bahwa Tuhan  melarangmu makan buah pohon 

ini?” Jadi dia mau memulai percakapan, dan menarik dia 

ke dalam suatu diskusi. Barangsiapa ingin aman perlu 

merasa curiga, dan segan berbicara dengan penggoda. 

[2]  Iblis mengutip perintah tersebut dengan cara yang tidak 

tepat, seakan-akan ada larangan, bukan hanya terha-

dap pohon itu saja, melainkan semua pohon. Tuhan  telah 


 70

mengatakan, Semua pohon dalam taman ini boleh kau-

makan buahnya dengan bebas, kecuali satu. Dengan 

membesar-besarkan pengecualian larangan itu, dia ber-

usaha memberi alasan bahwa perintah itu tidak benar: 

Tentulah Tuhan  berfirman: Semua pohon dalam taman ini 

jangan kamu makan buahnya, bukan? Hukum ilahi tidak 

dapat dikatakan salah selain kalau orang menyampai-

kannya dengan tidak tepat. 

[3] Sepertinya dia mengatakannya dengan nada mengejek,   

mencela perempuan itu sebab  enggan mencampuri 

soal pohon itu. Seakan-akan dia berkata,  Engkau be-

gitu  baik dan waspada, dan amat sangat penurut, kare-

na Tuhan  telah mengatakan, Jangan kamu makan.” Iblis, 

sebab  dia yaitu  pendusta, maka dia juga yaitu  

pengejek, sejak semula, dan pengejek-pengejek di akhir 

zaman yaitu  anak-anaknya. 

[4] Yang menjadi tujuannya pada serangan pertama yaitu  

untuk menghilangkan rasa tanggung jawab Hawa ter-

hadap perintah Tuhan .  Pasti engkau keliru, tidak mung-

kin Tuhan  mewajibkanmu untuk menjauh dari pohon ini. 

Dia tidak mungkin melakukan hal yang tidak masuk 

akal seperti itu.” Lihatlah di sini, bahwa kelicikan Iblis-

lah yang mencemarkan nama baik hukum ilahi sebagai 

hal yang tidak pasti atau tidak masuk akal, dan dengan 

demikian menarik orang untuk berbuat dosa. Oleh kare-

na itu kita bijaksana kalau mempertahankan keper-

cayaan yang teguh dan rasa hormat yang tinggi terhadap 

perintah Tuhan . Pernahkah Tuhan  berkata,  Janganlah 

kamu berbohong, jangan menyebut nama-Nya dengan 

sembarangan, ataupun mabuk,” dan sebagainya?  Ya, 

saya yakin Dia mengatakannya, dan Dia mengatakan-

nya dengan jelas, dan dengan kasih karunia-Nya aku 

akan mematuhinya, apa pun yang disarankan si peng-

goda yang bertentangan dengannya.” 

(2) Dalam menjawab pertanyaan ini perempuan itu memberi-

kan alasan yang jelas dan lengkap dari hukum yang ber-

laku atas mereka (ay. 2-3). Perhatikanlah di sini, 

Kitab Kejadian 3:1-5 

 71

[1] Kelemahannya yaitu  melibatkan diri ke dalam perca-

kapan dengan ular tersebut. Dia bisa saja merasa bah-

wa ular itu tidak memiliki maksud yang baik sebab  

pertanyaannya, dan oleh sebab  itu seharusnya mulai 

menjauhkan diri dengan mengatakan Enyahlah Iblis. 

Engkau suatu batu sandungan bagiku. namun  rasa ingin 

tahunya, dan mungkin keheranannya sebab  mende-

ngar seekor ular berbicara, mendorong Hawa terus ber-

bicara dengannya. Perhatikanlah, suatu hal yang ber-

bahaya jika kita tawar-menawar dengan suatu godaan, 

yang sejak awal seharusnya ditolak dengan penghinaan 

dan rasa jijik. Pasukan kota yang menyuarakan perun-

dingan tidak jauh dari menyerah. Orang yang ingin ter-

lindung dari bahaya harus menjauh dari jalan yang ber-

bahaya. Lihat Amsal 14:7; 19:27. 

[2] Hawa bersikap bijaksana dengan memperhatikan kebe-

basan yang Tuhan  berikan kepada mereka saat  men-

jawab sindiran Iblis yang licik, seakan-akan Tuhan  me-

nempatkan mereka di taman firdaus hanya untuk meng-

goda mereka dengan pemandangan buah yang menarik 

namun  terlarang.  Ya,” kata Hawa,  kita boleh makan buah 

pohon-pohon, berkat Pencipta kita, kita memiliki cukup 

banyak dan bermacam-macam jenis buah yang dapat 

kita makan.” Perhatikanlah, untuk mencegah kita mera-

sa tidak nyaman dengan batasan-batasan agama, sebaik-

nya kita sering memperhatikan kebebasan dan kenya-

manan yang diberikannya. 

[3] Ini yaitu  suatu tanda ketetapan hati Hawa, bahwa dia 

setia kepada perintah tersebut, dan mengucapkannya 

kembali dengan tepat, dimulai dengan kepastian yang 

tidak terbantahkan:  Tuhan  berfirman, aku yakin Dia 

telah mengatakannya, Jangan kamu makan,” dan dia 

menambahkan,  ataupun raba buah itu,” kelihatannya 

dengan maksud yang baik, bukan (seperti dugaan bebe-

rapa orang) untuk mengisyaratkan seolah-olah perintah 

tersebut terlalu ketat (jangan jamah ini, jangan kecap 

itu, dan jangan sentuh ini), melainkan untuk memperta-

hankannya:  Kita tidak boleh memakannya, oleh sebab  


 72

itu kita jangan menyentuhnya. Itu larangan yang paling 

utama, dan wewenang larangan itu kudus bagi kita.” 

[4] Sepertinya Hawa agak bimbang mengenai ancaman pe-

rintah tersebut, dan tidak terlalu teliti dan tepat dalam 

mengucapkannya kembali dibandingkan saat  dia 

mengulangi perintah. Tuhan  telah berkata, Pada hari eng-

kau memakannya, pastilah engkau mati, namun  yang dia 

sampaikan hanyalah Nanti kamu mati. Perhatikanlah, 

iman dan tekad yang bimbang memberi keuntungan 

besar kepada si penggoda. 

2.  Iblis menyangkal adanya bahaya kalau makan buah itu. Dia 

bersikeras bahwa walaupun itu mungkin melanggar perintah, 

namun  tidak akan mendatangkan hukuman: Sekali-kali kamu 

tidak akan mati.  Kamu tidak akan pernah mati” itulah arti 

kata yang dipakai, bertentangan langsung dengan apa yang 

Tuhan  katakan. Maksudnya yaitu , 

(1)  Belum tentu kamu akan mati,” menurut beberapa orang. 

 Kamu dibuat percaya bahwa itu pasti, namun  sebenarnya 

tidak sepasti itu.” Jadi Iblis berusaha keras mengguncang-

kan apa yang tidak bisa dia jatuhkan, dan membuat tidak 

benar kekuatan ancaman ilahi dengan mempertanyakan 

kepastiannya, dan begitu ada anggapan bahwa mungkin 

saja ada kesalahan atau kekeliruan pada firman Tuhan , 

maka pintu menuju ketidaksetiaan yang sesungguhnya 

pun terbuka. Mula-mula Iblis mengajar manusia supaya 

meragukan, dan lalu supaya menyangkal. Dia membuat 

orang menjadi ragu-ragu dahulu, dan kemudian secara 

bertahap membuat mereka menjadi atheis [orang yang 

tidak percaya]. Atau, 

(2)  Kamu pasti tidak akan mati,” menurut yang lainnya. Dia 

menegaskan pertentangannya dengan kata-kata jaminan 

yang sama yang Tuhan  gunakan dalam mengesahkan an-

caman tersebut. Dia mulai menyebutkan perintah itu da-

lam pertanyaan (ay. 1), namun  sebab  ternyata perempuan 

itu setia kepada perintah tersebut, dia menghentikan pukul-

an itu dan membuat serangannya yang kedua terhadap an-

caman tersebut. Pada serangannya yang kedua itu dia mera-

sa perempuan itu ragu-ragu, sebab  dia tangkas dalam 

Kitab Kejadian 3:1-5 

 73

mengintai segala keuntungan dan menyerang dinding yang 

terlemah: Sekali-kali kamu tidak akan mati. Ini yaitu  

kebohongan, betul-betul kebohongan, sebab , 

[1] Ini bertentangan dengan firman Tuhan , yang kita yakin 

yaitu  benar. Lihatlah 1Yohanes 2:21, 27. Kebohongan 

seperti itu bagaikan menuduh Tuhan  sendiri berbohong. 

[2] Ini bertentangan dengan pengetahuannya sendiri. Keti-

ka Iblis memberi tahu mereka bahwa tidak taat dan 

memberontak itu tidak berbahaya, dia mengatakan apa 

yang dia ketahui tidak benar, melalui pengalaman me-

nyakitkan. Dia sudah melanggar hukum ciptaan-Nya, 

dan mengalami kerugian sebab  tidak mendapatkan 

apa-apa dari perbuatannya itu. namun  dia memberi tahu 

orangtua pertama kita bahwa mereka tidak akan mati. 

Dia menutupi kesengsaraannya sendiri, supaya dia da-

pat menarik mereka ke dalam kesengsaraan yang sama. 

Dia masih menipu orang berdosa supaya menuju ke-

hancuran mereka sendiri dengan cara seperti itu. Dia 

memberi tahu mereka bahwa, walaupun mereka ber-

dosa, mereka tidak akan mati, dan ia lebih mendapat-

kan keuntungan dibandingkan Tuhan , yang memberi tahu 

mereka, bahwa upah dosa ialah maut. Perhatikanlah, 

harapan akan dibebaskan dari hukuman merupakan 

pendorong yang besar bagi orang untuk melakukan se-

gala kejahatan, dan membuat mereka tidak menyesal 

dalam melakukannya. Aku akan selamat, walaupun aku 

berlaku degil (Ul. 29:19). 

3.  Iblis menjanjikan keuntungan dengan makan buah itu (ay. 5). 

Di sini dia melanjutkan serangannya, dengan serangan pada 

akar, serangan mematikan pada pohon tempat kita menjadi 

cabangnya. Dia bukan hanya mau menjamin bahwa mereka 

tidak akan rugi sebab  buah itu, dan sebab  itu mengikat 

dirinya untuk menyelamatkan mereka dari bahaya, namun  (jika 

mereka cukup bodoh untuk mengambil risiko berdasarkan 

jaminan dari seseorang yang sudah menjadi bangkrut) dia ju